implementasi teknik kontrol diri dan teknik dalam

15
PEKSOS: Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol.15 No.1, Juni 2016 1 IMPLEMENTASI TEKNIK KONTROL DIRI DAN TEKNIK SELF MANAGEMENT DALAM MENINGKATKAN KEBERFUNGSIAN SOSIAL BAGI KLIEN “DN” PENYALAHGUNA NAPZA DI YAYASAN GRAPIKS BANDUNG Windi Sihombing Panti Sosial Tresna Werdha Budi Dharma Bekasi Kementerian Sosial R.I [email protected] Abstract Social functioning included equilibrium exchange, suitability, compatibility, and mutual adjustment among people, individually or collectively, and their environment. This study aims to obtain empirical description and analysis of the techniques of self-control and self-management techniques to improve the recovery of social functioning of clients in an effort to change behavior in a more positive direction of Bandung Grapiks Foundation. The research method used in this study is Single Subject Design (SSD) N = 1. This study uses a model of multiple cross design variables. Data collection techniques used were observation, interview and documentation. The data source used is the primary data source and secondary data source. Test the validity of using a statistical test with the formula of Pearson's product moment correlation and reliability testing using Chronbach Alpha technique. The results of this study were analyzed using the technique of quantitative analysis using the formula 2 standard deviations. The results showed that the applied self-control and self-management techniques can be used for improving the social functioning of subjects, including the ability to implement aspects of social roles, ability to meet the needs and social problem-solving skills. Interventions performed using an individual approach. Key words: social functioning, drug users, self-control techniques, self-management techniques Abstrak Keberfungsian sosial menunjukkan keseimbangan pertukaran, kesesuaian, kecocokan, dan penyesuaian timbal balik antara orang, secara individual atau secara kolektif, dan lingkungan mereka. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran secara empirik dan menganalisa tentang teknik kontrol diri dan teknik self management dalam meningkatkan pemulihan keberfungsian sosial klien sebagai upaya perubahan perilaku ke arah yang lebih positif di Yayasan Grapiks Bandung. Penelitian ini menggunakan metode Single Subjek Design (desain subyek tunggal) N = 1. Penelitian ini menggunakan model multiple design cross variables. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Adapun sumber data yang digunakan adalah sumber data primer dan sumber data sekunder. Uji validitas menggunakan uji statistik dengan rumus korelasi product moment dari Pearson dan uji reliabilitas menggunakan teknik Alpha Chronbach. Selanjutnya hasil penelitian ini dianalisis menggunakan teknik analisis kuantitatif menggunakan rumus 2 standar deviasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa teknik kontrol diri dan teknik self management yang dilakukan terhadap subyek dapat meningkatkan keberfungsian sosial yang mencakup aspek kemampuan melaksanakan peran sosial, kemampuan memenuhi kebutuhan dan kemampuan memecahkan masalah sosial. Intervensi dilakukan dengan menggunakan pendekatan individu. Kata kunci: keberfungsian sosial, pengguna NAPZA, teknik kontrol diri, teknik self management

Upload: others

Post on 21-Oct-2021

39 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: IMPLEMENTASI TEKNIK KONTROL DIRI DAN TEKNIK DALAM

PEKSOS: Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol.15 No.1, Juni 2016

1

IMPLEMENTASI TEKNIK KONTROL DIRI DAN TEKNIK SELF MANAGEMENT

DALAM MENINGKATKAN KEBERFUNGSIAN SOSIAL BAGI

KLIEN “DN” PENYALAHGUNA NAPZA

DI YAYASAN GRAPIKS BANDUNG

Windi Sihombing

Panti Sosial Tresna Werdha Budi Dharma Bekasi

Kementerian Sosial R.I

[email protected]

Abstract

Social functioning included equilibrium exchange, suitability, compatibility, and mutual adjustment

among people, individually or collectively, and their environment. This study aims to obtain

empirical description and analysis of the techniques of self-control and self-management techniques

to improve the recovery of social functioning of clients in an effort to change behavior in a more

positive direction of Bandung Grapiks Foundation.

The research method used in this study is Single Subject Design (SSD) N = 1. This study uses a

model of multiple cross design variables. Data collection techniques used were observation,

interview and documentation. The data source used is the primary data source and secondary data

source. Test the validity of using a statistical test with the formula of Pearson's product moment

correlation and reliability testing using Chronbach Alpha technique. The results of this study were

analyzed using the technique of quantitative analysis using the formula 2 standard deviations.

The results showed that the applied self-control and self-management techniques can be used for

improving the social functioning of subjects, including the ability to implement aspects of social

roles, ability to meet the needs and social problem-solving skills. Interventions performed using an

individual approach.

Key words: social functioning, drug users, self-control techniques, self-management techniques

Abstrak

Keberfungsian sosial menunjukkan keseimbangan pertukaran, kesesuaian, kecocokan, dan

penyesuaian timbal balik antara orang, secara individual atau secara kolektif, dan lingkungan

mereka. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran secara empirik dan menganalisa

tentang teknik kontrol diri dan teknik self management dalam meningkatkan pemulihan

keberfungsian sosial klien sebagai upaya perubahan perilaku ke arah yang lebih positif di Yayasan

Grapiks Bandung.

Penelitian ini menggunakan metode Single Subjek Design (desain subyek tunggal) N = 1. Penelitian

ini menggunakan model multiple design cross variables. Teknik pengumpulan data yang digunakan

adalah observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Adapun sumber data yang digunakan adalah

sumber data primer dan sumber data sekunder. Uji validitas menggunakan uji statistik dengan rumus

korelasi product moment dari Pearson dan uji reliabilitas menggunakan teknik Alpha Chronbach.

Selanjutnya hasil penelitian ini dianalisis menggunakan teknik analisis kuantitatif menggunakan

rumus 2 standar deviasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa teknik kontrol diri dan teknik self management yang dilakukan

terhadap subyek dapat meningkatkan keberfungsian sosial yang mencakup aspek kemampuan

melaksanakan peran sosial, kemampuan memenuhi kebutuhan dan kemampuan memecahkan

masalah sosial. Intervensi dilakukan dengan menggunakan pendekatan individu.

Kata kunci: keberfungsian sosial, pengguna NAPZA, teknik kontrol diri, teknik self management

Page 2: IMPLEMENTASI TEKNIK KONTROL DIRI DAN TEKNIK DALAM

PEKSOS: Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol.15 No.1, Juni 2016

2

Pendahuluan

Permasalahan yang dialami oleh para

penyalahguna NAPZA sangat kompleks mulai

dari aspek fisik, psikologis, ekonomis, sampai

pada aspek sosiologis. Pada aspek fisik

penyalahguna NAPZA menimbulkan

komplikasi kerusakan pada lever dan jantung

sehingga tubuh menjadi semakin lemah serta

mempengaruhi sistem saraf yang semakin

rusak. Pada aspek psikologis para

penyalahguna NAPZA menjadi pemurung dan

depresi tinggi, sedangkan pada aspek

ekonomis penyalahguna NAPZA menjadi

bangkrut karena NAPZA sudah menjadi

kebutuhan yang mana harganya cukup mahal

serta harus dipenuhi secara terus menerus.

Selain itu aspek sosiologis yang muncul akibat

dari ketidakmampuan untuk membeli NAPZA

menyebabkan pengguna NAPZA

menggunakan segala cara untuk mendapatkan

uang seperti mencuri, prostitusi, dan semua itu

merupakan permasalahan sosial yang dapat

mengganggu ketentraman masyarakat dan

tidak mudah untuk memberantasnya. Aspek

sosiologis diatas yang merupakan

permasalahan sosial memerlukan pemulihan

untuk meningkatkan keberfungsian sosial

klien.

Sebagaimana salah satu tujuannya, pekerjaan

sosial sangat fokus pada upaya untuk

mencapai keberfungsian sosial dari individu,

keluarga, kelompok maupun masyarakat.

Dubois dan Miley (1992: 13-16) mengatakan

bahwa ada tiga jenis keberfungsiaan sosial,

antara lain: (a) keberfungsian sosial adaptif

(adaptive social funtioning), (b) keberfungsian

sosial berisiko (at-risk social functioning), dan

(c) kesulitan berfungsi sosial (difficulties in

social functioning). Jenis yang terakhir disebut

juga keberfungsian sosial yang tidak mampu

beradaptasi (maladaptive). Dalam kondisi

tertentu sistem seperti ini tidak mampu

beradaptasi untuk memenuhi kebutuhan

manusia, karena masalah begitu sangat parah

(exacerbated) manusia dapat mengalami

depresi teralienasi dari sistemnya itu sendiri.

Keberfungsian sosial menunjukkan

keseimbangan pertukaran, kesesuaian,

kecocokan, dan penyesuaian timbal balik

antara orang, secara individual atau secara

kolektif, dan lingkungan mereka.

Keberfungsian sosial dinilai berdasarkan

apakah keberfungsian sosial tersebut

memenuhi kebutuhan dan memberikan

kesejahteraan kepada orang dan

komunitasnya, dan apakah keberfungsian itu

normal dan dibenarkan secara sosial.

Keberfungsian sosial dipandang dari berbagai

aspek, yaitu: (a) kemampuan melaksanakan

peran sosial, (b) kemampuan untuk memenuhi

kebutuhan, dan (c) kemampuan untuk

memecahkan permasalahan sosial yang

dialami.

Berdasarkan permasalahan tersebut, pada

kesempatan ini penulis akan melanjutkan

penanganan dari hasil praktikum pada subyek

“DN”. Penanganan intervensi yang dilakukan

pada subyek ketika praktikum dilaksanakan

adalah dengan teknik kontrol diri. Dari

intervensi tersebut diperoleh hasil yang cukup

signifikan, yaitu subyek mengalami

pengurangan dalam dosis pemakaian anti

depresan dari yang sebelumnya 12 ml/ hari

menjadi 6 ml/ hari. Namun selama proses

praktikum berlangsung ada dugaan bahwa

subyek tidak dapat melaksanakan

keberfungsian sosialnya. Hal tersebut terlihat

dari observasi penulis bahwa subyek tidak

memasukkan anak subyek ke sekolah

sedangkan usia anak subyek sudah mencukupi

untuk bersekolah. Selain itu menurut

informasi yang didapat dari subyek saat

ditemui di Klinik Teratai RS Hasan Sadikin

saat ini subyek sedang mengalami masalah

dengan istri subyek yang disebabkan karena

status subyek yang sedang tidak memiliki

pekerjaan. Sejak subyek berhenti bekerja pada

bulan Desember 2014 subyek belum

mendapatkan pekerjaan kembali untuk

memenuhi kebutuhan hidup subyek dan

keluarganya.

Hal tersebut diatas terjadi karena faktor di

dalam diri subyek. Subyek memiliki emosi

yang mudah tersulut yang menyebabkan

Page 3: IMPLEMENTASI TEKNIK KONTROL DIRI DAN TEKNIK DALAM

PEKSOS: Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol.15 No.1, Juni 2016

3

subyek mendapat banyak masalah. Contohnya

adalah subyek pernah kehilangan pekerjaan

karena memukul atasannya di tempat kerja

subyek. Subyek yang pada saat itu bekerja

sebagai pelayan di salah satu kafe menolak

diperintah oleh atasannya dengan langsung

memukul atasannya tersebut sehingga

membuat subyek langsung dipecat saat itu

juga. Subyek juga sering bermasalah dengan

hukum karena emosinya tersebut. Subyek

pernah dipenjara karena membakar konter hp

milik temannya karena teman subyek tidak

kunjung membayar hutangnya kepada subyek.

Hubungan subyek yang saat ini sedang

memiliki masalah dengan istrinya juga

disebabkan oleh emosi subyek yang naik

turun. Pada saat subyek baru menikah dengan

istrinya, subyek begitu merasa bahagia

sampai-sampai subyek yang mengetahui

bahwa istrinya positif HIV/ AIDS melakukan

hubungan suami istri tanpa menggunakan

pengaman dan tidak merasa masalah bila

dirinya dapat tertular penyakit HIV/ AIDS

dengan alasan bahwa subyek sangat mencintai

istrinya. Namun, saat subyek berselisih dengan

istrinya yang membuat istri subyek pergi

meninggalkan rumah, subyek berkata tidak

masalah untuk bercerai dari isterinya. Oleh

karena itu pada pelaksanaan penelitian ini

penulis akan melakukan pengembangan model

teknik kontrol diri dengan menambahkan

teknik self management.

Menurut Block dan Block (dalam Gufron,

2010) ada tiga jenis kualitas kontrol diri, yaitu

over control, under control, dan appropriate

control. Over control merupakan kontrol diri

yang dilakukan oleh individu secara

berlebihan yang menyebabkan individu

banyak menahan diri dalam bereaksi terhadap

stimulus. Under control merupakan suatu

kecenderungan individu untuk melepaskan

impulsivitas dengan bebas tanpa perhitungan

yang masak. Sementara appropriate control

merupakan kontrol individu dalam upaya

mengendalikan impuls secara tepat.

Berdasarkan uraian dan penjelasan diatas,

maka untuk mengukur kontrol diri biasanya

digunakan aspek-aspek seperti di bawah ini:

(a) Kemampuan mengontrol perilaku, (b)

Kemampuan mengontrol stimulus, (c)

Kemampuan mengantisipasi suatu peristiwa

atau kejadian, (d) Kemampuan menafsirkan

peristiwa atau kejadian, dan (e) Kemampuan

mengambil keputusan.

Penggunaan satu teknik penanganan intervensi

masih kurang efektif dilakukan pada subyek

yang mengurangi dosis pemakaian anti

depresan dan sebagai gantinya menaikkan

dosis metadon, sehingga masih memerlukan

satu teknik lagi yang dapat menunjang

efektifnya pelaksanaan penelitian yaitu

menggunakan teknik self management. Teknik

self management dapat menjadi salah satu

alternatif dalam menunjang teknik kontrol diri

yang telah penulis lakukan di tahap penelitian.

Tujuan dari pemberian teknik ini adalah untuk

membantu subyek menyelesaikan masalah,

teknik ini menekankan pada perubahan

tingkah laku subyek yang dianggap merugikan

orang lain. Teknik Self

management melibatkan pemantauan diri,

reinforcement yang positif, kontrak atau

perjanjian dengan diri sendiri dan penguasaan

terhadap rangsangan. Teknik Self management

atau pengelolaan diri merupakan suatu strategi

pengubahan perilaku yang bertujuan untuk

mengarahkan perilaku seseorang dengan suatu

teknik atau kombinasi teknik terapeutik.

Merriam & Caffarella (Martin, 1996)

menyatakan bahwa self management

merupakan upaya individu untuk melakukan

perencanaan, pemusatan perhatian, dan

evaluasi terhadap aktivitas yang dilakukan. Di

dalamnya terdapat kekuatan psikologis yang

memberi arah pada individu untuk mengambil

keputusan dan menentukan pilihannya serta

menetapkan cara-cara yang efektif dalam

mencapai tujuannya.

Teknik kontrol diri dan teknik self

management merupakan salah satu teknik

dalam cognitive behavior therapy yaitu suatu

teknik terapi pengubahan perilaku yang

berdasarkan pada asumsi yang sama bahwa

individu merupakan orang yang paling

mengetahui cara atau bentuk perilaku apa yang

harus ditampilkannya dalam memecahkan

masalah (Miltenberger, 2001 : 381). Metode

Page 4: IMPLEMENTASI TEKNIK KONTROL DIRI DAN TEKNIK DALAM

PEKSOS: Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol.15 No.1, Juni 2016

4

dalam teknik kontrol diri juga terdapat pada

teknik self management yaitu pencatatan diri

(self monitoring), evaluasi diri (self

evaluation), dan pengukuhan diri (self

reinforcement). Perbedaan tampak dari

beberapa teknik lain yang ada pada teknik

kontrol diri tetapi tidak ada di dalam teknik

self management dan begitupun sebaliknya.

Dan perbedaan tersebut dapat digunakan untuk

meningkatkan keberfungsian klien. Komponen

kontrol diri dan self management memiliki

prosedur self regulation yang sama yaitu self

monitoring, self reinforcement, dan self

evaluation. Perbedaan tampak dari komponen

lain yang dimiliki self managment yang dapat

melengkapi teknik kontrol diri, yaitu

komponen value dan goals. Terdapat

hubungan timbal balik antara goals dan value.

Goals haruslah merupakan upaya menuju

value dan untuk mewujudkan value diperlukan

aktivitas kongkrit yang dirumuskan dalam

goals.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah

diuraikan diatas, peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian terhadap “Bagaimana

implementasi teknik kontrol diri dan teknik

self management dalam meningkatkan

keberfungsian sosial klien”. Sedangkan

rumusan masalah secara rinci diuraikan ke

dalam sub-sub masalah sebagai berikut: 1)

Bagaimana gambaran keberfungsian sosial

klien? 2) Bagaimana implementasi teknik

kontrol diri dan teknik self management dalam

meningkatkan pemulihan keberfungsian sosial

klien?

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh

gambaran secara empirik dan menganalisa

tentang teknik kontrol diri dan teknik self

management dalam meningkatkan pemulihan

keberfungsian sosial klien sebagai upaya

perubahan perilaku ke arah yang lebih positif

di Yayasan Grapiks Bandung. Secara khusus

penelitian ini ditujukan untuk: 1) Memahami

permasalahan yang dialami oleh “Dn”, dan

menangani permasalahan tersebut dengan

menggunakan teknik kontrol diri dan teknik

self management, 2) Mengetahui faktor-faktor

yang mendukung keberhasilan pelaksanaan

teknik kontrol diri dan teknik self management

dalam meningkatkan pemulihan keberfungsian

sosial “Dn”, 3) Mengetahui faktor-faktor yang

menghambat keberhasilan pelaksanaan teknik

kontrol diri dan teknik self management dalam

meningkatkan pemulihan keberfungsian sosial

“Dn”.

Manfaat

Hasil penelitian ini secara teoritis diharapkan

dapat bermanfaat bagi praktek pekerjaan

sosial, khususnya mengenai implementasi

teknik kontrol diri dan teknik self management

dalam meningkatkan pemulihan keberfungsian

sosial klien penyalahguna NAPZA, dan secara

praktis hasil penelitian diharapkan dapat

memberikan sumbangan praktis dalam upaya

meningkatkan pemulihan keberfungsian sosial

“Dn” dengan menggunakan teknik Kontrol

Diri dan Teknik Self Management.

Tinjauan Teknik Kontrol Diri

Teknik Kontrol diri diartikan sebagai

kemampuan untuk menyusun, membimbing,

mengatur, dan mengarahkan bentuk perilaku

yang dapat membawa ke arah konsekuensi

positif. Teknik Kontrol diri merupakan salah

satu potensi yang dapat dikembangkan dan

digunakan individu selama proses-proses

dalam kehidupan, termasuk dalam

menghadapi kondisi yang terdapat di

lingkungan sekitarnya. Para ahli berpendapat

bahwa kontrol diri dapat digunakan sebagai

suatu intervensi yang bersifat preventif selain

dapat mereduksi efek-efek psikologis yang

negatif dari stressor-stressor lingkungan.

Calhoun dan Acocella (1990) mendefinisikan

teknik kontrol diri (self-control) sebagai

pengaturan proses-proses fisik, psikologis, dan

perilaku seseorang, dengan kata lain

serangkaian proses yang membentuk dirinya

sendiri. Goldfried dan Merbaum dalam MN.

Gufron (2003) mendefinisikan kontrol diri

Page 5: IMPLEMENTASI TEKNIK KONTROL DIRI DAN TEKNIK DALAM

PEKSOS: Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol.15 No.1, Juni 2016

5

sebagai suatu kemampuan untuk menyusun,

membimbing, mengatur, dan mengarahkan

bentuk perilaku yang dapat membawa individu

ke arah konsekuensi positif. Kontrol diri juga

menggambarkan keputusan individu yang

melalui pertimbangan kognitif untuk

menyatukan perilaku yang telah disusun untuk

meningkatkan hasil dan tujuan tertentu seperti

yang diinginkan.

Synder dan Gangestad (1986) mengatakan

bahwa konsep mengenai kontrol diri secara

langsung sangat relevan untuk melihat

hubungan antara pribadi dengan lingkungan

masyarakat dalam mengatur kesan masyarakat

yang sesuai dengan isyarat situasional dalam

bersikap dan berpendirian yang efektif.

Adapun teknik yang digunakan adalah sebagai

berikut: 1) Pencatatan diri (self recording, self

observation, self monitoring), yaitu membuat

catatan kegiatan diri sehari-hari dengan

menggunakan tabel atau buku harian. Klien

diajarkan untuk mencatat perilaku sederhana

yang konkret dialami sehari-hari, 2) Evaluasi

diri (self evaluation), klien membuat evaluasi

konkret untuk menilai perilakunya sendiri, 3)

Pengukuhan diri (self reinforcement), memberi

pujian terhadap diri sendiri atas pencapaian

yang telah berhasil diraih.

Tinjauan Teknik Self Management

Dasar teoritis dari teknik self management

adalah pendekatan perilaku dan kognitif.

Teknik ini dikatakan memiliki dasar teori

perilaku karena dalam penerapannya klien

belajar untuk memunculkan perilaku baru

yaitu perilaku mengelola waktu dan potensi

pribadi untuk tujuan yang lebih bernilai atau

bermanfaat. Proses untuk memunculkan atau

merubah perilaku melalui proses pembelajaran

ini dijelaskan Fischer & Gochros (1975:4), it

is assumed - and there is abundant research

evidence supporting this assumption - that

most behaviors are learned; i.e., they develop

out of the interaction between an individual

and his environment.

Selain memiliki dasar pendekatan perilaku,

teknik self management pada penerapannya

juga mengandung upaya pengembangan pada

aspek kognitif saat teknik ini dapat membantu

klien memunculkan pemikiran baru mengenai

tujuan-tujuan hidup yang bernilai (generating

value and goal setting) yang akan mendasari

perilakunya.

Selain itu self efficacy sebagai bagian dari

skema self management, merupakan kekuatan

yang dimunculkan dari aspek kognisi. Asumsi

inti dan terapi kognitif sendiri adalah cara

orang memahami dunianya merupakan salah

satu penentu utama - jika bukan penentu yang

paling utama - perasaan dan perilaku mereka

(Davison, 2006 : 817). Secara teoritis dapat

dijelaskan pula bahwa terdapat saling

mempengaruhi secara timbal balik antara

kognisi dan perilaku dalam model ini yaitu

perilaku baru dapat mengubah pemikiran, dan

cara-cara berfikir baru pada gilirannya dapat

memfasilitasi perilaku baru.

Teknik Self management merupakan salah satu

teknik dalam cognitive behavior therapy. Self

management melibatkan pemantauan diri,

reinforcement yang positif, kontrak atau

perjanjian dengan diri sendiri dan penguasaan

terhadap rangsangan. Self management atau

pengelolaan diri merupakan suatu strategi

pengubahan perilaku yang bertujuan untuk

mengarahkan perilaku seseorang dengan suatu

teknik atau kombinasi teknik terapeutik.

Penerapan teknik self management

memerlukan partisipasi penuh dari subyek

pengguna teknik. Komponen dari teknik ini

terdiri dari value, goals dan prosedur self

regulation yaitu self monitoring, self

reinforcement, dan self evaluation. Salah satu

teknik dalam cognitive behavior therapy

menyangkut apa yang diinginkan atau apa

yang dituju. Subyek menentukan apa value

dalam hidupnya. Goals merupakan aktivitas-

aktivitas kongkrit dari value yang sudah

ditetapkan. Misalnya untuk value sehat dan

kuat, maka goals-nya adalah jogging 20 menit

sehari, setiap dua tahun melakukan medical

check up, menu setiap hari menyertakan buah

Page 6: IMPLEMENTASI TEKNIK KONTROL DIRI DAN TEKNIK DALAM

PEKSOS: Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol.15 No.1, Juni 2016

6

dan sayuran, dan sebagainya. Terdapat

hubungan timbal balik antara goals dan value.

Goals haruslah merupakan upaya menuju

value dan untuk mewujudkan value diperlukan

aktivitas kongkrit yang dirumuskan dalam

goals.

Tinjauan Keberfungsian Sosial

Istilah keberfungsian sosial mengacu pada

cara-cara yang dipakai oleh individu atau

kolektivitas seperti keluarga dalam bertingkah

laku agar dapat melaksanakan tugas-tugas

kehidupannya serta dapat memenuhi

kebutuhannya. Juga dapat diartikan sebagai

kegiatan-kegiatan yang dianggap penting dan

pokok bagi penampilan beberapa peranan

sosial tertentu yang harus dilaksanakan oleh

setiap individu sebagai konsekuensi dari

keanggotaannya dalam masyarakat.

Penampilan dianggap efektif diantaranya jika

suatu keluarga mampu melaksanakan tugas-

tugasnya, keberfungsian seseorang adalah

kemampuan seseorang dalam melaksanakan

tugas dan peranannya selama berinteraksi

dalam situasi sosial tertentu berupa adanya

rintangan dan hambatan dalam mewujudkan

nilai dirinya mencapai kebutuhan hidupnya.

Keberfungsian sosial mengandung pengertian

pertukaran dan kesinambungan, serta adaptasi

resiprokal antara keluarga dengan

anggotannya, dengan lingkungannya, dengan

tetangganya dan lain-lain. Kemampuan

berfungsi sosial secara positif dan adaptif bagi

sebuah keluarga salah satunya jika berhasil

dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupan,

peranan dan fungsinya terutama dalam

sosialisasi terhadap anggota keluarganya.

Keberfungsian sosial dibagi kedalam beberapa

aspek melalui definisi yang diberikan oleh

Suharto (2009, h. 28), yaitu: 1) Kemampuan

melaksanakan peran sosial, 2) Kemampuan

untuk memenuhi kebutuhan, 3) Kemampuan

untuk memecahkan permasalahan sosial yang

dialami

Keberfungsian sosial sering dipandang sebagai

kemampuan dalam melaksanakan peranan

sosial. Keberfungsian sosial dapat dipandang

sebagai penampilan dan pelaksanaan peranan

yang diharapkan sebagai anggota suatu

kolektivitas. Keberfungsian sosial dipandang

sebagai kemampuan untuk memenuhi

kebutuhan. Orang selalu dihadapkan pada

usaha untuk memenuhi kebutuhannya.

Keberfungsian sosial juga mengacu pada cara-

cara yang digunakan oleh individu maupun

kolektivitas dalam memenuhi kebutuhan hidup

mereka.

Tinjauan NAPZA

Napza adalah singkatan dari narkotika,

psikotropika dan zat adiktif lainnya atau yang

lebih populer di masyarakat dengan sebutan

narkoba. Penyalahgunaan napza merupakan

penggunaan napza bukan untuk maksud

pengobatan tetapi ingin menikmati

pengaruhnya dalam jumlah berlebihan, teratur

dan cukup lama sehingga menyebabkan

gangguan kesehatan, fisik, mental dan

kehidupan sosialnya.

Dalam Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009

tentang Narkotika ditegaskan bahwa narkotika

adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman

atau bukan tanaman, baik sintetis maupun

semisintetis, yang dapat menyebabkan

penurunan atau perubahan kesadaran,

hilangnya rasa, mengurangi sampai

menghilangkan rasa nyeri, dan dapat

menimbulkan ketergantungan.

Sedangkan yang dimaksud dengan

Psikotropika menurut Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1997

pada Pasal 1 Ayat 1, dijelaskan bahwa:

”Psikotropika adalah zat atau obat, baik

alamiah maupun sintetis bukan narkotika,

yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh

selektif pada susunan syaraf pusat yang

menyebabkan perubahan khas pada aktivitas

mental dan perilaku.”

Zat adiktif adalah obat serta bahan-bahan aktif

yang apabila dikonsumsi oleh organisme

hidup dapat menyebabkan kerja biologi serta

berpotensi besar menimbulkan ketergantungan

Page 7: IMPLEMENTASI TEKNIK KONTROL DIRI DAN TEKNIK DALAM

PEKSOS: Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol.15 No.1, Juni 2016

7

atau adiksi yang sulit dihentikan dan berefek

ingin menggunakannya secara terus-menerus.

Jika pemakaian dihentikan dapat memberi

efek lelah, gelisah atau rasa sakit luar biasa.

Zat adiktif lainnya ini merupakan bahan/ zat

yang berpengaruh psikoaktif tetapi tidak

termasuk dalam kelompok narkotika dan

psikotropika.

Secara garis besar napza dapat dibagi dalam 3

(tiga) golongan besar, yaitu: stimulan,

depresan, dan halusinogen. Masing-masing

golongan memiliki karakter dan efek yang

berbeda-beda.

Tinjauan Terapi Rumatan Metadon

(PTRM)

Terapi rumatan metadon adalah program

untuk mengalihkan penggunaan narkotik yang

menggunakan jarum suntik (penasun/ IDUs)

ke penggunaan oral, program ini efektif untuk

menghindarkan penularan HIV atau virus

lainnya yang dapat tertular melalui

penggunaan jarum suntik yang dipakai secara

bergantian, disamping itu bertujuan untuk

memperkecil dampak buruk narkoba pada

seseorang yang ketergantungan pada obat dan

untuk menormalkan gaya hidup perilakunya.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan

kuantitatif dengan metode eksperimen yaitu

metode penelitian yang bertujuan untuk

menentukan pengaruh teknik kontrol diri dan

teknik self management terhadap

keberfungsian sosial subyek. Untuk

menjelaskan pengaruh ini, peneliti akan

melakukan kontrol dan pengukuran terhadap

variabel-variabel penelitian dengan

menggunakan analisis statistik.

Jenis rancangan eksperimen yang akan

digunakan dalam penelitian ini adalah

rancangan subyek tunggal (single subject

design) atau yang dikenal dengan rancangan N

of 1. Bellini dan Akullian (2007)

mengemukakan bahwa dalam paradigma

modifikasi perilaku rancangan subyek tunggal

telah menjadi pendekatan eksperimental yang

paling menonjol.

Model rancangan subyek tunggal yang akan

digunakan adalah model multiple baseline

design cross variables. Model ini digunakan

dengan pertimbangan karena peneliti ingin

meningkatkan keberfungsian sosial subyek

melalui teknik kontrol diri dan teknik self

management, dimana intervensi tersebut

diperkirakan dapat memberikan efek terhadap

keberfungsian sosial subyek yang menjadi

target perilaku.

Pembahasan

Pertama: Keberfungsian Sosial Subyek “Dn”

Subyek penelitian ini berinisial “Dn”, berjenis

kelamin laki-laki dan berumur 34 tahun.

Subyek “Dn” adalah dampingan Yayasan

Grapiks Bandung yang juga mengikuti

program terapi rumatan metadon (PTRM) di

Rumah Sakit Hasan Sadikin. Subyek memiliki

istri dan seorang anak perempuan, serta

tinggal di rumah ibunya.

Untuk mengetahui tingkat keberfungsian

sosial subyek “Dn” sebelum diberikan

intervensi maka dilakukan pengukuran dengan

menggunakan pedoman observasi

keberfungsian sosial yang didasarkan pada

kategori dari keberfungsian yang dikenalkan

oleh MacNair (1981), MacNair dan McKinney

(1983), dan Daniel Memorial Institute (1995).

Hasilnya adalah tingkat keberfungsian sosial

yang dimiliki subyek “Dn” masuk kedalam

kategori rendah dengan skor yang diperoleh 58

poin (hasil pengukuran secara rinci dapat

dilihat pada tabel).

Hasil observasi terhadap tingkat keberfungsian

sosial subjek sebelum diberikan Teknik

Kontrol Diri dan Teknik Self Management

diperlihatkan pada tabel 1 dibawah ini.

Page 8: IMPLEMENTASI TEKNIK KONTROL DIRI DAN TEKNIK DALAM

PEKSOS: Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol.15 No.1, Juni 2016

8

Tabel 1

Hasil Observasi Tingkat Keberfungsian Sosial

Subjek “Dn”

NO ASPEK Nilai

1. Kemampuan Melaksanakan Peran Sosial 21

2. Kemampuan Memenuhi Kebutuhan 18

3. Kemampuan Memecahkan Masalah 19

Jumlah 58

Keterangan : Interval Tinggi : 91–120

Interval Sedang : 61–90

Interval Rendah : 30–60

Tabel 1 menunjukkan bahwa keberfungsian

sosial memiliki 3 aspek dimana setiap

aspeknya terdiri dari 10 item pertanyaan

dimana jumlah terendah yang bisa didapatkan

adalah 10 dan nilai tertinggi 40 dengan

melihat skala 1-4.

Pada aspek kemampuan melaksanakan peran

sosial, jumlah nilai yang subyek dapatkan

adalah 21 dari jumlah tertinggi yaitu 40, ini

berarti perlu ditingkatkan kembali. Aspek

kemampuan memenuhi kebutuhan, jumlah

nilai yang subyek dapatkan adalah 18 dari

jumlah tertinggi yaitu 40. Ini berarti perlu

ditingkatkan lagi. Sedangkan pada aspek

kemampuan memecahkan masalah, jumlah

nilai yang subyek dapatkan adalah 19 dari

jumlah tertinggi yaitu 40. Ini berarti perlu pula

untuk lebih ditingkatkan.

Dari tabel diatas terlihat bahwa jumlah nilai

terendah ada pada aspek kemampuan

memenuhi kebutuhan yaitu 18 poin dan

jumlah nilai tertinggi ada pada aspek

kemampuan memecahkan masalah yaitu 21

poin.

Kedua: Efektifitas Teknik Kontrol Diri dan

Teknik Self Management dalam meningkatkan

Keberfungsian Sosial

Kemampuan Melaksanakan Peran Sosial:

Pengamatan terhadap kemampuan dalam

melaksanakan peran sosial subyek pada fase

baseline dilakukan enam sesi dan tahap

intervensi dilakukan selama enam sesi. Hasil

pengamatan tersebut diperlihatkan pada tabel

2 dibawah ini:

Tabel 2

Rekapitulasi Pengukuran

Tahap Baseline dan Intervensi

Teknik Kontrol Diri dan Teknik Self Management

dengan

Aspek Kemampuan Melaksanakan Peran Sosial

Fase Pengukuran

1 2 3 4 5 6

Baseline 0 0 4 2 4 2

Intervensi 5 3 3 5 7 10

Tabel 2 menunjukkan bahwa fase baseline

terjadi sebanyak 6 (enam) data poin dan fase

intervensi dilakukan selama 6 (enam) sesi.

Pengujian hipotesis dilakukan dengan

menghitung mean frekuensi kemunculan

perilaku pada tahap baseline dan tahap

intervensi serta membandingkannya dengan

nilai dua standar deviasi dari mean tahap

baseline yaitu 3,58. Skor mean pada tahap

baseline adalah 2 sedangkan mean pada tahap

intervensi adalah 5,5. Nilai 5,5 lebih besar dari

nilai 2 SD yaitu 2 sehingga dapat dikatakan

bahwa teknik kontrol diri dan teknik self

management untuk meningkatkan

keberfungsian sosial signifikan.

Untuk lebih jelas dalam melihat perubahan

yang terjadi pada aspek kemampuan

melaksanakan peran sosial ditunjukkan pada

gambar 1 dibawah ini:

Page 9: IMPLEMENTASI TEKNIK KONTROL DIRI DAN TEKNIK DALAM

PEKSOS: Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol.15 No.1, Juni 2016

9

Gambar 1

Aspek Kemampuan Melaksanakan Peran Sosial

Intervensi Teknik Kontrol Diri dan Teknik Self Management

fase baseline dan fase intervensi

Grafik pada gambar 1 menunjukkan terjadi-

nya peningkatan yang cukup signifikan dan

stabil yang dimulai pada saat intervensi

dibandingkan dengan pengujian baseline

dimana peningkatan terlihat pada sesi ke

empat sampai sesi ke enam. Pengujian

hipotesis dengan memakai rumus 2 standar

deviasi diperoleh hasil nilai mean frekuensi

tahap intervensi lebih besar dibandingkan

dengan skor 2 standar deviasi dari

meanbaseline, maka dikatakan bahwa

intervensi yang dilakukan signifikan. Dengan

demikian hipotesis nol (H), yaitu Teknik

Kontrol Diri dan Teknik Self Management

tidak dapat meningkatkan kemampuan

melaksanakan peran sosial subyek ditolak.

Ketiga: Efektifitas Teknik Kontrol Diri dan

Teknik Self Management dalam meningkatkan

Keberfungsian Sosial

Kemampuan Memenuhi Kebutuhan:

Pengamatan terhadap kemampuan memenuhi

kebutuhan subyek menjadi target perilaku,

pengamatan pada fase baseline dilakukan

selama enam sesi dan tahap intervensi

dilakukan selama enam sesi.

Tabel 3 dibawah ini menunjukkan bahwa fase

baseline terjadi sebanyak enam data poin dan

fase intervensi dilakukan enam sesi. Pengujian

hipotesis dilakukan dengan menghitung mean

frekuensi kemunculan perilaku pada tahap

baseline dan tahap intervensi serta

membandingkannya dengan nilai dua standar

deviasi (2 SD) dari mean tahap baseline yaitu

4,9. Skor mean pada tahap baseline adalah 3

sedangkan mean t dikatakan bahwa teknik

kontrol diri dan teknik self management dalam

meningkatkan keberfungsian sosial signifikan.

Tabel 3

Rekapitulasi Pengukuran

Tahap Baseline dan Intervensi

Teknik Kontrol Diri danTeknik Self Management

dengan Aspek Kemampuan Memenuhi Kebutuhan

Fase Pengukuran

1 2 3 4 5 6

Baseline 0 0 6 4 4 4

Intervensi 3 4 4 7 8 12

Tabel 3 diatas menunjukkan bahwa subyek

“Dn” mulai menampilkan perubahan pada

aspek kemampuan memenuhi kebutuhan pada

sesi ke empat sampai sesi ke enam secara

konsisten mengalami peningkatan, karena

subyek sudah mulai memahami tentang

pencatatan diri yang dilakukan untuk melihat

kemajuan yang subyek capai.

Untuk lebih jelas dalam melihat perubahan

yang terjadi pada aspek memenuhi kebutuhan

ditunjukkan pada gambar 2 dibawah ini:

0

2

4

6

8

10

12

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Baseline

Intervensi

Page 10: IMPLEMENTASI TEKNIK KONTROL DIRI DAN TEKNIK DALAM

PEKSOS: Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol.15 No.1, Juni 2016

10

Gambar 2

Kemampuan Memenuhi Kebutuhan Intervensi Teknik Kontrol Diri dan Teknik Self Management

Fase Baseline dan Fase Intervensi

Grafik pada gambar 2 diatas menunjukkan

terjadinya peningkatan pada aspek

kemampuan memenuhi kebutuhan yang

dimulai pada sesi ke empat dan terus naik

sampai kepada sesi keenam pada fase

intervensi.

Pengujian hipotesis dengan memakai rumus 2

standar deviasi (2 SD) diperoleh hasil bahwa

nilai mean frekuensi intervensi lebih besar

dibandingkan dengan skor 2 standar deviasi

dari mean baseline, maka dikatakan bahwa

intervensi yang dilakukan signifikan. Dengan

demikian hipotesis nol (H02), yaitu Teknik

Kontrol Diri dan Teknik Self Management

tidak dapat meningkatkan kemampuan

memenuhi kebutuhan ditolak.

Kemampuan Memecahkan Masalah:

Pengamatan terhadap aspek kemampuan

memecahkan masalah subyek menjadi target

perilaku, pengamatan pada fase baseline

dilakukan selama enam sesi dan tahap

intervensi dilakukan selama enam sesi.

Tabel 4 berikut ini menunjukkan bahwa fase

baseline terjadi sebanyak enam data poin dan

fase intervensi dilakukan enam sesi.

Tabel 4

Rekapitulasi Pengukuran

Tahap Baseline dan Intervensi

Teknik Kontrol Diri danTeknik Self Management

dengan Aspek Kemampuan Memecahkan Masalah

Fase Pengukuran

1 2 3 4 5 6

Baseline 4 4 3 4 4 7

Intervensi 8 5 5 8 11 11

Pengujian hipotesis dilakukan dengan

menghitung mean frekuensi kemunculan

perilaku pada tahap baseline dan tahap

intervensi serta membandingkannya dengan

nilai dua standar deviasi (2 SD) dari mean

tahap baseline yaitu 2,74. Skor mean pada

tahap baseline adalah 4,33, sedangkan mean

pada tahap intervensi adalah 7,33. Nilai 7,33

lebih besar dari nilai 2 SD dari 2,74 yaitu 4,33

sehingga dapat dikatakan bahwa teknik

kontrol diri dan teknik self management dalam

meningkatkan keberfungsian sosial signifikan.

Untuk lebih jelas dalam melihat peningkatan

yang terjadi pada aspek kemampuan

memecahkan masalah sosial ditunjukkan pada

gambar 3 dibawah ini:

0

2

4

6

8

10

12

14

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Baseline

Intervensi

Page 11: IMPLEMENTASI TEKNIK KONTROL DIRI DAN TEKNIK DALAM

PEKSOS: Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol.15 No.1, Juni 2016

11

Gambar 3

Aspek Kemampuan Memecahkan Masalah

Intervensi Teknik Kontrol Diri dan Teknik Self Management

Fase Baseline dan Fase Intervensi

Grafik pada gambar 3 diatas menunjukkan

bahwa peningkatan mulai terjadi pada sesi ke

empat dan stabil meningkat di sesi ke lima dan

ke enam pada fase intervensi. Pengujian

hipotesis dengan memakai rumus 2 standar

deviasi (2 SD) diperoleh hasil bahwa nilai

mean frekuensi intervensi lebih besar

dibandingkan dengan skor 2 standar deviasi

dari mean baseline, maka dikatakan bahwa

intervensi yang dilakukan signifikan. Dengan

demikian hipotesis nol (H03 ), yaitu Teknik

Kontrol Diri dan Teknik Self Management

tidak dapat meningkatkan kemampuan

memecahkan masalah ditolak.

Pengujian Hipotesis Utama

Teknik Kontrol Diri dan Teknik Self

Management tidak dapat meningkatkan

kemampuan pelaksanaan peran sosial,

kemampuan memenuhi kebutuhan dan

kemampuan memecahkan masalah.

Pengujian terhadap hipotesis utama dilakukan

dengan mengakumulasikan selisih mean

frekuensi fase baseline dan fase intervensi

kemampuan pelaksanaan peran sosial,

kemampuan memenuhi kebutuhan dan

kemampuan memecahkan masalah dengan

hasil 9,83 kemudian mengakumulasikan 2 SD

pada seluruh mean tahap baseline yaitu 11,22

kemudian dibandingkan dengan akumulasi

selisih mean frekuensi tahap baseline dan

intervensi (9,83<11,22). Jadi dapat dikatakan

bahwa intervensi yang dilakukan signifikan.

Dengan demikian hipotesis utama (H0), yaitu

Teknik Kontrol Diri dan Teknik Self

Management tidak dapat meningkatkan

kemampuan melaksanakan peran sosial,

kemampuan memenuhi kebutuhan dan

kemampuan memecahkan masalah ditolak.

Pengujian hipotesis utama terhadap

kemampuan melaksanakan peran sosial,

kemampuan memenuhi kebutuhan dan

kemampuan memecahkan masalah yang

diberikan intervensi menunjukkan hasil bahwa

ketiga sub hipotesis nol dan satu hipotesis nol

utama dinyatakan ditolak. Hal ini berarti

implementasi Teknik Kontrol Diri dan Teknik

Self Management dapat meningkatkan

kemampuan melaksanakan peran sosial,

kemampuan memenuhi kebutuhan dan

kemampuan memecahkan masalah subyek

“Dn”. Penolakan terhadap hipotesis nol ini

juga menunjukkan bahwa Teknik Kontrol Diri

dan Teknik Self Management efektif

diimplementasikan untuk meningkatkan

keberfungsian sosial subyek “Dn”.

0

2

4

6

8

10

12

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Baseline

Intervensi

Page 12: IMPLEMENTASI TEKNIK KONTROL DIRI DAN TEKNIK DALAM

PEKSOS: Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol.15 No.1, Juni 2016

12

Gambar 4 (terdiri dari 3 grafik) dibawah ini

menunjukkan bahwa pada setiap baseline

keberfungsian sosial subyek “Dn” baik

kemampuan melaksanakan peran sosial,

kemampuan memenuhi kebutuhan, dan

kemampuan memecahkan masalah

menunjukkan cukup rendah, hal tersebut

dikarenakan subyek “Dn” belum mendapatkan

intervensi dari peneliti dalam masih keadaan

natural. Apabila dilihat pada grafik intervensi

disebelah kanan, terlihat adanya peningkatan

dari ketiga aspek tersebut baik kemampuan

melaksanakan peran sosial, kemampuan

memenuhi kebutuhan dan kemampuan

memecahkan masalah pada diri subyek “Dn”.

Hal tersebut dikarenakan subyek “Dn” telah

diberikan intervensi berupa Teknik Kontrol

Diri dan Teknik Self Management yang

dilaksanakan sebanyak enam sesi.

0

2

4

6

8

10

12

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Baseline

Intervensi

0

2

4

6

8

10

12

14

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Baseline

Intervensi

Page 13: IMPLEMENTASI TEKNIK KONTROL DIRI DAN TEKNIK DALAM

PEKSOS: Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol.15 No.1, Juni 2016

13

Gambar 4

Keberfungsian Sosial

(Kemampuan Peran Sosial, Memenuhi Kebutuhan, dan Memecahkan Masalah)

Subyek “Dn”

Fase Baseline dan Fase Intervensi

Simpulan

Keberfungsian sosial mengacu pada cara-cara

yang dipakai oleh individu atau kolektivitas

seperti keluarga dalam bertingkah laku agar

dapat melaksanakan tugas-tugas kehidupannya

serta dapat memenuhi kebutuhannya. Juga

dapat diartikan sebagai kegiatan-kegiatan yang

dianggap penting dan pokok bagi penampilan

beberapa peranan sosial tertentu yang harus

dilaksanakan oleh setiap individu sebagai

konsekuensi dari keanggotaannya dalam

masyarakat.

Berdasarkan hasil pengukuran menggunakan

skala keberfungsian sosial, subyek “Dn”

berada di level rendah dengan poin 58 melihat

dari berbagai aspek yaitu kemampuan

melaksanakan peran sosial, kemampuan

memenuhi kebutuhan, dan kemampuan

memecahkan masalah. Hasil dari pengukuran

tersebut menunjukan perlunya intervensi

dengan menggunakan teknik kontrol diri dan

teknik self management.

Teknik kontrol diri dan teknik self

management dalam penerapannya membutuh-

kan partisipasi penuh subyek dalam

pengambilan keputusan dan tindakan sebagai

upaya pembelajaran sehingga memungkinkan-

nya untuk lebih bisa menentukan dan

mengatur diri secara mandiri tanpa

dipengaruhi faktor luar atau orang lain.

Memandang diri mampu melakukan sesuatu

atau memecahkan masalah merupakan sebuah

keberdayaan diri yang dihasilkan dari

penerapan teknik ini. Dengan demikian teknik

kontrol diri dan teknik self management dapat

dianggap pula sebagai model bantu diri.

Subyek “Dn” adalah seorang pengguna

NAPZA yang sedang mengikuti program

terapi rumatan metadon di Rumah Sakit Hasan

Sadikin. Subyek sedang memiliki masalah

dengan perannya sebagai ayah dan suami.

Sebelumnya peneliti melakukan pengamatan

terhadap target perilaku Keberfungsian Sosial

subjek “Dn” yaitu pada fase baseline dimana

tidak ada intervensi apapun maupun feedback

atas perilaku subjek. Fase baseline

dilaksanakan selama 6 hari dengan waktu yang

telah ditentukan.

Pada fase intervensi, peneliti kembali

melakukan pengamatan terhadap keberfungsi-

an sosial subyek “Dn” yang dilakukan dalam 6

0

2

4

6

8

10

12

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Baseline

Intervensi

Page 14: IMPLEMENTASI TEKNIK KONTROL DIRI DAN TEKNIK DALAM

PEKSOS: Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol.15 No.1, Juni 2016

14

sesi. Hasil yang didapatkan untuk aspek

kemampuan melaksanakan peran, kemampuan

memenuhi kebutuhan, dan kemampuan

memecahkan masalah sosial menunjukkan

adanya peningkatan jumlah frekuensi target

perilaku tiap sesi yang dimulai dari sesi

keempat sampai sesi keenam. Hal ini

menunjukkan bahwa keberfungsian sosial

dapat ditingkatkan melalui teknik kontrol diri

dan teknik self management namun

membutuhkan waktu dalam proses

peningkatan perilaku yang diharapkan.

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh

gambaran secara empirik dan menganalisa

tentang teknik kontrol diri dan teknik self

management dalam meningkatkan

keberfungsian sosial subyek sebagai upaya

perubahan perilaku ke arah yang lebih positif.

Pengujian terhadap hipotesis utama dilakukan

dengan mengakumulasikan selisih mean

frekuensi fase baseline dan fase intervensi

kemampuan pelaksanaan peran sosial,

kemampuan memenuhi kebutuhan dan

kemampuan memecahkan masalah dengan

hasil 3,47 kemudian mengakumulasikan 2 SD

pada seluruh mean tahap baseline yaitu 3,02

kemudian dibandingkan dengan akumulasi

selisih mean frekuensi tahap baseline dan

intervensi (3,47>3,02). Jadi dapat dikatakan

bahwa intervensi yang dilakukan signifikan.

Dengan demikian hipotesis utama (H0), yaitu

teknik kontrol diri dan teknik self management

tidak dapat meningkatkan kemampuan

melaksanakan peran sosial, kemampuan

memenuhi kebutuhan dan kemampuan

memecahkan masalah ditolak.

Pengujian hipotesis nol terhadap kemampuan

melaksanakan peran sosial, kemampuan

memenuhi kebutuhan dan kemampuan

memecahkan masalah yang diberikan

intervensi menunjukkan hasil bahwa ketiga

sub hipotesis nol dan satu hipotesis nol utama

dinyatakan ditolak. Hal ini berarti

implementasi Teknik Kontrol Diri dan Teknik

Self Management dapat meningkatkan

kemampuan melaksanakan peran sosial,

kemampuan memenuhi kebutuhan dan

kemampuan memecahkan masalah subyek

“Dn”. Penolakan terhadap hipotesis nol ini

juga menunjukkan bahwa Teknik Kontrol Diri

dan Teknik Self Management efektif

diimplementasikan untuk meningkatkan

keberfungsian sosial subyek “Dn”.

Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan oleh

Brian Sheldon (2005) bahwa sebagai suatu

teknik dalam pengubahan perilaku, kontrol diri

adalah suatu teknik pengubahan perilaku pada

diri individu melalui upaya peningkatan

kemampuan seseorang dalam mengendalikan

berbagai dorongan internal maupun eksternal

untuk melakukan suatu tindakan yang dapat

merugikan diri dan lingkungan sosialnya ke

arah tindakan yang lebih menguntungkan.

Rekomendasi

Teknik kontrol diri dan teknik self

management merupakan teknik yang berbasis

internal locus of control yang menekankan

aspek keberdayaan diri (self efficacy). Oleh

karena itu, subyek yang menerapkan teknik ini

harus bisa mengendalikan lingkungan luar

yang mungkin mengganggu sehingga subyek

tidak menjadi obyek yang dikendalikan oleh

sesuatu di luar diri yang tidak sejalan dengan

value yang dikejarnya.

Faktor lingkungan yang merupakan faktor

yang berpotensi mengganggu konsistensi

subyek dalam mengejar value perlu diatasi.

Dengan demikian sejalan dengan penerapan

teknik ini, diperlukan pula kemampuan lain

yaitu keterampilan yang bisa membuat subyek

pengguna teknik resisten dari lingkungan luar

yang mengganggu yaitu lingkungan yang tidak

sejalan dengan value yang dikejar.

Page 15: IMPLEMENTASI TEKNIK KONTROL DIRI DAN TEKNIK DALAM

PEKSOS: Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol.15 No.1, Juni 2016

15

Daftar Pustaka

Adi Fahrudin, Ph. D. 2012. Pengantar Kesejahteraan Sosial. Bandung: Refika Aditama

Davison, C. Gerald, John M. Neale & Ann M. Kring. 2006. Psikologi Abnormal, Edisi ke-9. Jakarta;

Rajawali Press

Dubois, Brenda., & Miley, Karla Krogsrud. 1992. Social Work, an Empowering Profession. Allyn

and Bacon

Dwi Heru Sukoco. 1992. Profesi Pekerjaan Sosial. Bandung: Koperasi Mahasiswa STKS Bandung

Endang Rahayu Sedyaningsih. 2010. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor

422/MENKES/SK/III/2010. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia

Johnson, Jerry L. 2004. Fundamentals of Substance Abuse Practice, Canada. Brooks/ Cole. A.

Division of Thomson Learning, Inc.

Juang Sunanto, Takeuchi, Koji, & Nakata, Hideo. 2005. Pengantar Penelitian dengan Subjek

Tunggal. Universitas of Tsukuba

Miltenberger G. Raymond. 2008. Behavior Modification: Principles and Procedures. University of

South Florida

Payne, Malcome. 1997. Modern Social Work Theory. Macmillan Press, Ltd.

Sheaford, Bradford W., & Horejsi, Charles R. 2003. Techniques and Guidelines for Social Work

Practice. Pearson Educatin, Inc.