imuniasasi
DESCRIPTION
imunisasiTRANSCRIPT
7/15/2019 imuniasasi
http://slidepdf.com/reader/full/imuniasasi 1/42
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu faktor penting dalam upaya penurunan angka kematian bayi dan
angka kematian balita, berdasarkan Undang-Undang Kesehatan No. 23 Tahun
1992, “Paradigma Sehat” dilaksanakan melalui beberapa kegiatan antara lain
pemberantasan penyakit. Salah satu upaya pemberantasan penyakit menular
adalah upaya pengebalan (imunisasi).
Imunisasi adalah salah satu upaya untuk meningkatkan kekebalan tubuh dan
pemberantasan penyakit menular (Ranuh, 2001). Pemberian imunisasi pada balita
tidak hanya memberikan pencegahan terhadap anak tersebut, tetapi akan
memberikan dampak yang jauh lebih luas karena akan mencegah terjadinya
penularan yang luas dengan adanya peningkatan imunitas (daya tahan tubuh
terhadap penyakit tertentu) secara umum di masyarakat. Dimana, jika terjadi
wabah penyakit menular, maka hal ini akan meningkatkan angka kematian bayi
dan balita (Peter, 2002).
Angka kematian bayi dan balita yang tinggi di Indonesia menyebabkan
turunnya derajat kesehatan masyarakat. Masalah ini mencerminkan perlunya
keikutsertaan Pemerintah di tingkat nasional untuk untuk mendukung dan
mempertahankan pengawasan program imunisasi di Indonesia (Ranuh, 2001).
Puskesmas adalah Unit pelaksanaan teknis dinas kesehatan kabupaten/kota
yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan disuatu
wilayah kerja tertentu.
7/15/2019 imuniasasi
http://slidepdf.com/reader/full/imuniasasi 2/42
Puskesmas adalah suatu kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang
merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat, membina peran serta
masyarakat disamping memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu
kepada masyarakat diwilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok
Posyandu adalah pusat kegiatan masyarakat yang pada dasarnya merupakan
salah satu wujud peran serta masyarakat dalam pembangunan kesehatan, tempat
masyarakat dapat memperoleh pelayanan KB – kesehatan ibu dan anak (KIA),
Gizi, Imunisasi,dan penanggulangan diare pada waktu dan tempat yang
sama(Effendy,1998 ).
Kegiatan di posyandu merupakan kegiatan yang melibatkan partisipasi
masyarakat dalam upaya pelayanan kesehatan dari masyarakat oleh masyarakat dan
untuk masyarakat, yang dilaksanakan oleh kader-kader kesehatan, yang telah
mendapatkan pendidikan dan pelatihan dari tim puskesmas mengenai pelayanan
kesehatan dasar (Effendy,1998 ).
Salah satu faktor yang perlu diperhatikan dalam imunisasi adalah
kepatuhan jadwal imunisasi. Apabila ibu tidak patuh dalam mengimunisasi
bayinya maka akan berpengaruh terhadap kekebalan dan kerentanan bayi terhadap
suatu penyakit. Sehingga bayi harus mendapatkan imunisasi tepat waktu agar
terlindung dari berbagai penyakit berbahaya (Pedoman Imunisasi Di Indonesia,
2008).
Salah satu faktor yang mempengaruhi ketepatan jadwal imunisasi adalah
tingkat pengetahuan ibu. Pengetahuan mengenai imunisasi ini akan
mempengaruhi motivasi ibu untuk mengimunisasikan bayinya dengan tepat sesuai
jadwal yang telah ditentukan (Basuki dan Parwati, 2001).
7/15/2019 imuniasasi
http://slidepdf.com/reader/full/imuniasasi 3/42
Mengingat pentingnya pengetahuan untuk membentuk pengertian dan
penerimaan program imunisasi, maka peneliti ingin mengetahui adakah pengaruh
hubungan antara pengetahuan ibu tentang kelengkapan imunisasi dasar terhadap
kepatuhan imunisasi sesuai jadwal pada anak usia 0-1 tahun di puskesmas
Sidoarjo.
Imunisasi adalah suatu usaha memberikan kekebalan tubuh pada bayi dan
anak terhadap penyakit tertentu, sedangkan vaksin adalah kuman atau racun
kuman yang dilemahkan dimasukkan kedalam tubuh bayi/anak yang disebut
antigen. Dalam tubuh antigen akan bereaksi dengan antibodi sehingga akan terjadi
kekebalan (Depkes RI, 1992).
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi status imunisasi pada bayi
seperti faktor karakteristik ibu yang mempengaruhi pengetahuan, kepercayaan,
dan perilaku kesehatan ibu akan pentingnya program imunisasi, faktor jarak
rumah ke tempat pelayanan imunisasi, atau faktor keterlambatan dropping vaksin,
kurang bulan.
Berdasarkan data jumlah anak usia 0-1 tahun di desa Magersari kabupaten
Sidoarjo tahun 2012 adalah 221 anak. Jumlah anak yang mendapatkan imunisasi
lengkap adalah 71 anak dan yang belum mendapat imunisasi lengkap adalah 150
anak. (sumber data primer puskesmas Sidoarjo)
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah adalah bagaimana
hubungan beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan ibu tentang
kelengkapan imunisasi dasar pada anak usia 0-1 tahun di desa Magersari
Kecamatan Sidoarjo Kabupaten Sidoarjo?
7/15/2019 imuniasasi
http://slidepdf.com/reader/full/imuniasasi 4/42
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Mengetahui hubungan beberapa faktor yang mempengaruhi
pengetahuan ibu tentang kelengkapan imunisasi dasar pada anak
usia 0-1 tahun di desa Magersari Kecamatan Sidoarjo Kabupaten
Sidoarjo.
2. Tujuan khusus
a. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan ibu mengenai
kelengkapan imunisasi dasar pada anak usia 0-1 tahun di
desa Magersari Kecamatan Sidoarjo Kabupaten Sidoarjo
yang mendapat imunisasi.
b. Mengetahui hubungan antara beberapa faktor yang
mempengaruhi pengetahuan ibu tentang kelengkapan
imunisasi dasar pada anak usia 0-1 tahun di desa Magersari
Kecamatan Sidoarjo Kabupaten Sidoarjo.
c. Menganalisis beberapa faktor yang mempengaruhi
kelengkapan imunisasi dasar pada anak usia 0-1 tahun di
desa Magersari Kecamatan Sidoarjo Kabupaten Sidoarjo.
D. Manfaat penelitian
Hasil penelitian diharapkan bermanfaat untuk :
(1).Masyarakat
a) Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang imunisasi
dasar khususnya kepada ibu
7/15/2019 imuniasasi
http://slidepdf.com/reader/full/imuniasasi 5/42
b) Dapat menjadi sumber informasi dalam memberikan
motivasi kepada ibu-ibu untuk melengkapi imunisasi pada
anak yang usianya 0-1 tahun
(2).Peneliti
a) Sebagai salah satu syarat dalam melaksanakan kepaniteraan
klinik Ilmu Kedokteran Komunitas
b) Meningkatkan pengetahuan tentang imunisasi dasar dan
hubungannya dengan pengettahuan ibu
c) Menambah pengetahuan dalam melaksanakan penelitian
dan tatacara penulisannya.
(3).Instansi terkait
Sebagai bahan masukan bagi puskesmas Sidoarjo dalam
melakukan intervensi selanjutnya dalam program imunisasi
7/15/2019 imuniasasi
http://slidepdf.com/reader/full/imuniasasi 6/42
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan
pengindraan terhadap suatu objek tertentu, pengindraan terjadi melalui panca
indra manusia, yaitu : indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.
Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga
(Notoatmodjo, 2007).
Pengetahuan adalah kesan didalam pikiran manusia sebagai hasil
penggunaan panca indra (Mubarok, 2009).
II. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
a. Faktor Internal
1. Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang kepada orang lain
terhadap sesuatu hal agar mereka dapat memahami. Semakin tinggi
pendidikan seseorang maka semakin mudah menerima informasi sehingga
makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya pendidikan
yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap
nilai-nilai yang baru diperkenalkan.
2. Pekerjaan
Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh
pengalaman dan pengetahuan, baik secara langsung maupun secara tidak
langsung.
3. Umur
7/15/2019 imuniasasi
http://slidepdf.com/reader/full/imuniasasi 7/42
Usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai
berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan
seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja.
Dengan bertambahnya usia seseorang, maka akan terjadi perubahan pada
aspek fisik dan psikologis (mental). Pertumbuhan fisik secara garis besar
dapat dikategorikan menjadi empat, yaitu : perubahan ukuran, perubahan
proporsi, hilangnya cirri-ciri lama, dan timbulnya cirri-ciri baru. Hal ini
terjadi akibat pematangan fungsi organ. Pada aspek psikologis atau mental
tarap berpikirseseorang semakin matang dan dewasa.
4. Pengalaman
Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam
berinteraksi dengan lingkungannya. Ada kecenderungan pengalaman yang
kurang baik akan berusaha untuk dilupakan oleh seseorang. Namun, jika
pengalaman terhadap objek tersebut menyenangkan, maka secara
psikologis akan timbul kesan yang sangat mendalam dan membekas dalam
emosi kejiwaannya, dan akhirnya dapat pula membentuk sikap positif
dalam kehidupannya.
b. Faktor Eksternal
1. Faktor Lingkungan
Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar manusia dan
pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang
atau kelompok.
2. Sosial Budaya
7/15/2019 imuniasasi
http://slidepdf.com/reader/full/imuniasasi 8/42
Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat yang dapat mempengaruhi
dari sikap dalam menerima informasi.(Wawan, 2010)
Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan dibagi dalam 6 tingkatan yaitu
sebagai berikut :
1. Tahu
Pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali suatu hal yang spesifik
dari seluruh hal yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh
sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.
2. Memahami
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasi materi secara
benar.
3. Aplikasi
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi dan kondisi sebenarnya. Aplikasi disini dapat
diartikan aplikasi atau menggunakan hukum-hukum, rumus, metode, dan
prinsip.
4. Analisis
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur
organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.
7/15/2019 imuniasasi
http://slidepdf.com/reader/full/imuniasasi 9/42
5. Sintesis
Sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari
formulasi-formulasi yang ada. Misalnya dapat menyusun, dapat
merencanakan, dan dapat menyesuaikan.
6. Evaluasi
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penelitian
terhadap suatu objek atau pekerjaan.
III. Imunisasi
3.1 Pengertian Imunisasi
Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak
dengan memasukan vaksin kedalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk
mencegah terhadap penyakit tertentu (Aziz Alimul,2009). Imunisasi merupakan
reaksi antigen dan antibodi-antibodi yang dalam bidang ilmu imunologi
merupakan kuman atau racun (toxin disebut sebagai anteigen) (Sujono,2009).
Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak
dengan memasukan vakasin kedalam tubuh agar membuat anti gen untuk
mencegah terhadap penyakit tertentu.Vaksin ini merupakan bahan yang dipakai
untuk merangsang pembentukan zat anti yang dimasukan kedalam tubuh melalui
suntikan seperti vaksin BCG, DPT, Campak, Polio dan Hepatitis ( Atikah, 2010).
3.2 Tujuan Imunisasi
Program imunisasi bertujuan untuk memberikan kekebalan kepada bayi agar
dapat mencegah penyakit dan dan kematian bayi serta anak yang disebabkan oleh
penyakit yang sering berjangkit.
7/15/2019 imuniasasi
http://slidepdf.com/reader/full/imuniasasi 10/42
3.3 Manfaat Imunisasi
1. Untuk anak
Mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit dan kemungkinan
cacat atau kematian.
2. Untuk Keluarga
Menghilangkan kecemasan dan psikologi pengobatan bila anak sakit.
Mendorong pembentukan keluarga apabila orang tua yakin bahwa anaknya
akan menjalankan masa kanak-kanak yang nyaman.
3. Untuk Negara
Memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa yang kuat dan
berakal untuk melanjutkan pembangunan Negara (Marimbi, 2010).
Prinsip dasar pemberian imunisasi adalah:
1. Bila ada antigen (kuman, bakteri, virus, parasit, racun kuman memasuki
tubuh maka tubuh
2. akan berubah menolaknya, tubuh membuat zat anti berupa antibody atau
anti toxin.
3. Reaksi tubuh pertama kali terhadap antigen berlangsung secara lambat dan
lemah, sehingga tak cukup banyak antibody yang terbentuk.
4. Pada reaksi atau respon yang kedua, ketiga, dan seterusnya tubuh sudah
mulai lebih mengenai jenis antigen tersebut.
5. Setelah beberapa waktu, jumlah zat anti dalam tubuh akan berkurang.
Untuk mempertahankan agar tetap kebal, perlu diberikan antigen/suntikan/
imunisasi ulang.
7/15/2019 imuniasasi
http://slidepdf.com/reader/full/imuniasasi 11/42
6. Kadar antibody yang tinggi dalam tubuh menjamin anak akan sulit untuk
terserang penyakit. (Sujono,2009)
3.4 jenis – jenis imunisasi
1. Imunisasi Pasif
Imunisasi pasif merupakan pemberian zat (imunoglobulin) yaitu suatu zat
yang dihasilkan melalui suatu proses infeksi yang dapat berasal dari plasma
manusia atau binatang yang digunakan untuk mengatasi mikroba yang diduga
sudah masuk dalam tubuh yang terinfeksi.
2. Imunisasi Aktif
Imunisasi aktif merupakan pemberian zat sebagai antigen yang diharapkan
akan terjadi suatu proses infeksi buatan sehingga tubuh mengalami reaksi
imunologi spesifik yang akan menghasilkan respons seluler dan humoral serta
dihasilkannya sel memori, sehingga apabila benar-benar terjadi infeksi maka
tubuh secara cepat dapat merespons. Imunisasi yang diberikan pada anak adalah:
1. Imunisasi BCG (Bacillus Calmette Guerin)
Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit
TBC yang berat. Pencegahan imunisasi BCG untuk TBC yang berat
seperti TBC pada selaput otak, TBC Milier, (pada seluruh lapangan paru)
atau 'IBC tulang. Imunisasi BCG ini merupakan vaksin yang mengandung
kuman yang telah dilemahkan. limfadenitis regional, dan reaksi panas.
2. Imunisasi DPT (Diphteri, Pertusis, dan Tetanus)
Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit
difteri. Imunisasi merupakan vaksin yang mengandung racun kuman
7/15/2019 imuniasasi
http://slidepdf.com/reader/full/imuniasasi 12/42
difteri yang telah dihilangkan sifat racunnya akan tetapi masih dapat
merangsang pembentukan zat anti (toksoid).
3. Imunisasi polio
Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit
poliomyelitis yang dapat menyebabkan kelumpuhan pada anak.
Kandungan vaksin ini adalah virus yang dilemahkan.
4. Imunisasi campak
Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit
campak pada anak karena penyakit ini sangat menular. Kandungan vaksin
ini adalah virus yang dilemahkan.
5. Imunisasi Hepatitis B
Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit
hepatitis yang kandungannya adalah HbsAg dalam bentuk cair.
6. Imunisasi MMR ( Measles, Mumps, dan Rubela)
Merupakan imunisasi yang digunakan dalam memberikan atau mencegah
terjadinya penyakit campak (measles), gondong, parotis, epidemika
(mumps) dan rubela (campak Jerman).
Adapun beberapa hal yang penting dalam pemberian imunisasi, yaitu:
1. Orang tua anak harus ditanyakan aspek berikut:
a. Status kesehatan anak saat ini, apakah dalam kondisi sehat atau
sakit.
b. Pengalaman atau reaksi terhadap yang pernah didapat sebelumnya
2. Orang tua harus mengerti tentang hal-hal yang berkaitan dengan penyakit
yang dapat dicegah dengan imunisasi ( PD3I) terlebih dahulu sebelum
7/15/2019 imuniasasi
http://slidepdf.com/reader/full/imuniasasi 13/42
menerima imunisasi (informed consent), pengertian mencakup jenis
imunisasi, alasan diimunisasi, manfaat imunisasi dan efek sampingnya.
3. Catatan imunisasi (apabila sudah pernah mendapatkan imunisasi),
pentingnya menjaga kesehatan melalui tindakan imunisasi.
4. Pendidikan kesehatan untuk orang tua, pemberian=munisasi pada anak
harus didasari adanya pemahaman yang baik dari orang tua tentang
imunisasi sebagai upaya pencegahan penyakit, gali pemahaman orang tua
tentang imunisasi anak. pada akhirnya diharapkan ada kesadaran orang tua
untuk memelihara kesehatan anak sebagai upaya meningkatkan
pertumbuhan dan perkembangan anak (Supartini, 2004).
Faktor yang perlu diperhatikan dalam imunisasi adalah ketepatan jadwal
imunisasi.Salah satu faktor yang mempengaruhi kepatuhan jadwal imunisasi
adalah tingkat pengetahuan ibu tentang imunisasi tersebut. Pengetahuan inilah
yang akan mendorong seseorang untuk bersikap dan berperilaku patuh
(Notoadmodjo, 2007).
Kepatuhan adalah sejauh mana perilaku pasien sesuai dengan ketentuan yang
oleh professional kesehatan (Sacket,2000). Variabel yang mempengaruhi tingkat
kepatuhan menurut Suddart dan Brunner (2002) adalah :
1. Variabel demografi seperti usia, jenis kelamin, suku bangsa, status sosio
ekonomi dan pendidikan.
2. Variabel penyakit seperti keparahan penyakit dan hilangnya gejala akibat
terapi.
3. Variabel program terapeutik seperti kompleksitas program dan efek
samping yang tidak menyenangkan.
7/15/2019 imuniasasi
http://slidepdf.com/reader/full/imuniasasi 14/42
4. Variabel psikososial seperti intelegensia, sikap terhadap tenaga kesehatan,
penerimaan, atau penyangkalan terhadap penyakit, keyakinan agama atau
budaya dan biaya financial dan lainnya yang termasuk dalam mengikuti
regimen hal tersebut diatas juga ditemukan oleh Bart Smet dalam
psikologi kesehatan.
Gambar 1: Jadwal imunisasi
3.5 Jenis imunisasi yang diberikan saat bayi sebelum 1 tahun
1. Imunisasi BCG, Ketahanan terhadap penyakit TB (Tuberkulosis)
berkaitan dengan keberadaan virus tubercle bacii yang hidup didalam
darah. Itulah mengapa agar memiliki kekebalan aktif, dimasukkan jenis
basil tak berbahaya ini ke dalam tubuh, alias vaksinasi BCG (Bacillus
Celmette-Guerin)
7/15/2019 imuniasasi
http://slidepdf.com/reader/full/imuniasasi 15/42
2. Imunisasi Hepatitis B,Imunisasi ini merupakan langkah efektif untuk
mencegah masuknya VHB, yaitu virus penyebab penyakit hepatitis B.
Hepatitis B dapat menyebabkan sirosis atau pengerutan hati, bahkan lebih
buruk lagi mengakibatkan kanker hati.
3. Imunisasi Polio, Imunisasi polio akan memberikan kekebalan terhadap
serangan virus polio. Penyakit akibat virus ini dapat menyebabkan
kelumpuhan.
4. Imunisasi DTP, Dengan pemberian imunisasi DTP, diharapkan penyakit
difteri, tetanus, dan pentusis, menyingkir jauh dari tubuh si kecil.
5. Imunisasi Campak, Sebenarnya bayi sudah mendapatkan kekebalan
campak dari ibunya. Namun seiring bertambahnya usia, antibodi dari
ibunya semakin menurun sehingga butuh antibodi tambahan lewat
pemberian vaksin campak. Penyakit ini disebabkan oleh virus Morbili.
6. Imunisasi HIB. Penyakit Hib bisa dicegah melalui imunisasi Hib.
Imunisasi Hib tidak dapat melindungi kanak- kanak daripada mendapat
penyakit yang disebabkan oleh bakteria/ virus yang lain. Kanak- kanak
mungkin boleh mendapat lain jenis jangkitan radang paru- paru, radang
selaput otak atau selesma. Semua bayi berumur 2, 3 dan 5 bulan perlu
diberi imunisasi Hib Imunisasi Hib diberikan sebanyak 3 dos. Umur Dos:
2 bulan Dos 1, 3 bulan Dos 2, 5 bulan Dos 3
7. Imunisasi Rotavirus Rotavirus merupakan penyakit yang banyak
menyerang anak-anak dan menyebabkan kematian. Studi terbaru
mengungkapkan vaksin rotavirus terbukti efektif dan memberikan
perlindungan yang luas. Baru-baru ini sebuah vaksin rotavirus
7/15/2019 imuniasasi
http://slidepdf.com/reader/full/imuniasasi 16/42
diperkenalkan dan telah terbukti sangat efektif serta memiliki beberapa
manfaat yang tidak terduga. Hal ini karena vaksin tersebut memberikan
perlindungan yang lebih luas bagi anak yang menerima vaksin dan orang-
orang disekitarnya. Para peneliti yang mengevaluasi vaksin tersebut
menyimpulkan vaksin ini efektif karena terbukti menurunkan pasien rawat
inap akibat diare di rumah sakit sebanyak 50 persen. Penurunan ini terjadi
hanya setelah 2 tahun program imunisasi dimulai.
8. Imunisasi Pnemokokus. Vaksin pneeumokokus konjungat merupakan
vaksin kedua yang digunakan untuk mencegah radang selaput otak (Hib
adalah yang pertama). Dulu vaksinini hanya dianjurkan untuk dewasa
berusia 65 tahun atau lebih dan tidak digunakan pada anak karena tipe
vaksin yang terdahulu (polisakarida) tidak bagus digunakan pada anak.
Vaksin ini memberikan kekebalan terhadap 7 strain bakteri pneumokokus
penyebab terbanyak infeksi serius pada anak. Vaksin ini baru dapat
mencega infeksi telinga tengah, meningitis, pneumonia (radang paru), dan
bakteremia akibat bakteri pneumokokus. Bayi harus mendapatkan vaksin
ini sebanyak 4 dosis, yang diberikan pada usia 2, 4, 6 dan 12 – 15 bulan.
Anak yang berusia lebih tua tidak memerlukan pengulangan dosis
sebanyak ini. Konfirmasi dengan dokter anak jika anak anda mulai
mendapatkan vaksin pada usia yang lebih tua. Untuk anak berusia
lebihdari 5 tahun yang ingin diberikan imunisasi dapat diberikan vaksin
pneumokokus polisakarida. Vaksin pneumokokus dapat diberikan
bersamaan dengan vaksin lainnya
7/15/2019 imuniasasi
http://slidepdf.com/reader/full/imuniasasi 17/42
9. Imunisasi influenza. Imunisasi influenza untuk pencegahan influenza
musiman. Influenza (flu) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus
influenza. Ada berbagai jenis virus flu, dimana mereka sering ditularkan
melalui batuk dan bersin. Gejala influenza suhu tinggi (demam), nyeri
otot, batuk, sakit kepala dan kelelahan yang “ekstrim”. Flu biasanya
berlangsung selama antara dua dan tujuh hari dan biasanya membaik
secara spontan. Kebanyakan orang bisa sembuh sepenuhnya, tetapi
komplikasi, seperti infeksi dada atau pneumonia, berkembang di beberapa
kasus.
3.6 Manfaat imunisasi untuk bayi dan anak
Bayi dan anak yang mendapat imunisasi dasar lengkap akan terlindung dari
beberapa penyakit berbahaya dan akan mencegah penularan ke adik, kakak dan
teman-teman disekitarnya. Imunisasi akan meningkatkan kekebalan tubuh bayi
dan anak sehingga mampu melawan penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin
tersebut. Anak yang telah diimunisasi bila terinfeksi oleh kuman tersebut maka
tidak akan menularkan ke adik, kakak, atau teman-teman disekitarnya. Jadi,
imunisasi selain bermanfaat untuk diri sendiri juga bermanfaat untuk mencegah
penyebaran ke adik, kakak dan anak-anak lain disekitarnya.
3.7 Bahaya kalau tidak diimunisasi
Kalau anak tidak diberikan imunisasi dasar lengkap, maka tubuhnya tidak
mempunyai kekebalan yang spesifik terhadap penyakit tersebut. Bila kuman
berbahaya yang masuk cukup banyak maka tubuhnya tidak mampu melawan
kuman tersebut sehingga bisa menyebabkan sakit berat, cacat atau meninggal.
7/15/2019 imuniasasi
http://slidepdf.com/reader/full/imuniasasi 18/42
Anak yang tidak diimunisasi akan menyebarkan kuman-kuman tersebut ke
adik, kakak dan teman lain disekitarnya sehingga dapat menimbulkan wabah yang
menyebar kemana-mana menyebabkan cacat atau kematian lebih banyak.
Oleh karena itu, bila orangtua tidak mau anaknya diimunisasi berarti bisa
membahayakan keselamatan anaknya dan anak-anak lain disekitarnya, karena
mudah tertular penyakit berbahaya yang dapat menimbulkan sakit berat, cacat
atau kematian.
3.8 Penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan Imunisasi
Imunisasi yang sudah disediakan oleh pemerintah untuk imunisasi rutin
meliputi : Hepatitis B, Polio, BCG, DPT, Campak dan vaksin untuk jemaah haji.
Imunisasi yang belum disediakan oleh pemerintah antara lain : Hib,
Pneumokokus, Influenza, Demam Tifoid, MMR, Cacar air, Hepatitis A dan
Kanker Leher Rahim (HPV).
Imunisasi Hepatitis B untuk mencegah virus Hepatitis B yang dapat
menyerang dan merusak hati. Imunisasi Polio untuk mencegah serangan virus
polio yang sapat menyebabkan kelumpuhan. Imunisasi BCG untuk mencegah
tuberkulosis paru, kelenjar, tulang dan radang otak yang bisa menimbulkan
kematian atau kecacatan.
Imunisasi DPT untuk mencegah 3 penyakit : Difteri, Pertusis dan Tetanus.
Penyakit Difteri dapat menyebabkan pembengkakan dan sumbatan jalan nafas,
serta mengeluarkan racun yang dapat melumpuhkan otot jantung..
Imunisasi Hib dan Pneumokokus dapat mencegah infeksi saluran nafas berat
(pneumonia) dan radang otak (meningitis). Imunisasi influenza dapat mencegah
influenza berat. Imunisasi demam tifoid dapat mencegah penyakit demam tifoid
7/15/2019 imuniasasi
http://slidepdf.com/reader/full/imuniasasi 19/42
berat. Imunisasi MMR dapat mencegah penyakit : Mumps (gondongan, radang
buah zakar), Morbili (campak) dan Rubela (campak Jerman). Imunisasi cacar air
(varisela) untuk mencegah penyakit cacar air. Imunisasi Hepatitis A untuk
mencegah radang hati karena virus hepatitis A. Imunisasi HPV untuk mencegah
kanker leher rahim.
3.9 Kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI)
Setelah imunisasi kadang-kadang timbul kejadian ikutan pasca imunisasi
(KIPI) demam ringan sampai tinggi, bengkak, kemerahan, agak rewel. Itu adalah
reaksi yang umum terjadi setelah imunisasi. Umumnya akan hilang dalam 3-4
hari, walaupun kadang-kadang ada yang berlangsung lebih lama. Efek samping
imunisasi antara lain :
• Hepatitis A: Nyeri kemerahan di daerah suntikan, sakit kepala, kelelahan,
reaksi alergi.
• Hepatitis B: Nyeri di tempat suntikan, demam.
• Influenza: Kemerahan dan bengkak di daerah suntikan selama 2 hari,
demam
• Tetanus-difteri: demam, nyeri dan bengkak.
• MMR: rash, pembengkakan kelenjar getah bening, nyeri dan kaku pada
sendi 1 atau 2 minggu setelah vaksinasi.
• Varisela: demam, nyeri, kemerahan, rash sampai 3 minggu
• Peunomokokus: demam, nyeri ditempat suntikan
7/15/2019 imuniasasi
http://slidepdf.com/reader/full/imuniasasi 20/42
• Vaksin Polio Oral: Tidak ada
•
Vaksin Polio Inaktif: kemerahan dan rasa tidak nyaman di tempat
suntikan
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIA
A. Kerangka konsep
KETERANGAN:
: Di teliti
Faktor Eksternal:
Fakktor Internal:
Pengetahuan Ibu
Tentang
Kelengkapan
. Umur
. Penghasilan
. Jarak tempuh
. Lingkungan
. Dukungan Keluarga
. Tenaga Kesehatan
. Budaya
. Pendidikan
. Pekerjaan
. Penyuluhan
Status Imunisasi
dasar Lengkap
7/15/2019 imuniasasi
http://slidepdf.com/reader/full/imuniasasi 21/42
: Tidak Di teliti
Dalam kerangka konsep ini kita akan menghubungkan pengetahuan ibu
dengan status kelengkapan imunisasi dasar pada anak usia 0-1 tahun melalui
beberapa faktor. faktor yang mencakup internal dan dan faktor eksternal.Dalam
beberapa faktor ada yang diteliti dan tidak diteliti, seperti pengetahuan,
pendidikan, pekerjaan dan penyuluhan sebagai faktor yang diteliti sedangkan
umur, penghasilan, jarak tempuh, budaya dan tenaga kesehatan yang tidak diteliti.
Faktor-faktor yang diteliti digunakan sebagai hipotesa dimana faktor tersebut
dapat berhubungan dalam mempengaruhi dalam status kelengkapan imunisasi
dasar dalam konsep penelitian.
B. Hipotesis penelitian
Uji hipotesis untuk menilai beberapa faktor yang mempengaruhi
tingkat pengetahuan ibu dengan status imunisasi dasar lengkap
7/15/2019 imuniasasi
http://slidepdf.com/reader/full/imuniasasi 22/42
BAB IV
METODE PENELITIAN
a. Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan metode observasi-cross sectional-
analitik. peneliti akan menganalisis hubungan tingkat pengetahuan ibu
terhadap kelengkapan imunisasi dasar.
b. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dari penelitian ini adalah 221 anak, yang usia 0 – 1 tahun
dengan 71 anak imunisasi lengkap bertempat tinggal di desa
magersari dan yang tidak lengkap 150 anak
2. Sampel
Besar sampel di ambil secara random sampling
n = Z2 P . Q = Z2 P ( 1 - P ) = ( 1,96 )2.0,32.0,68 = 83
d2 (0,1)2 (0.01)
Ket:
n = besar sampel awal yang di teliti
P = Karakteristik suatu keadaan dalam normal bila tidak di ketahui
dianggap sebesar = 32%
Q = 1 – P = 0,68
7/15/2019 imuniasasi
http://slidepdf.com/reader/full/imuniasasi 23/42
α = tingkat kemaknaan ( 0,05 )
d = tingkat ketepatan absolute yang di kehendaki (0,1)
3. Teknik pengambilan sample menggunakan.
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah Sistematik Random
Sampling dengan menentukan Interval dengan hasil interval 3, jumlah
populasi ibu yang mempunyai anak sebanyak 221, menggunakan sampel
sebanyak 83 sampel dengan cara interval tiga ( 3 )
c. Variabel penelitian : Bebas dan terikat
• Variabel bebas:
1. Pendidikan Ibu tentang kelengkapan Imunisasi dasar pada
anak 0 – 1 tahun.
2. Pekerjaan Ibu tentang kelengkapan Imunisasi dasar pada
anak 0 – 1 tahun.
3. Penyuluhan tentang kelengkapan Imunisasi dasar pada anak
0 – 1 tahun.
• Variabel Terikat:
Kelengkapan Imunisasi dasar pada anak 0 – 1 tahun di desar magersari.
d. Lokasi dan waktu penelitian.
Lokasi Penelitian di lakukan di desa magersari kecamatan sidoarjo,
kabupaten sidoarjo
Waktu penelitian di lakukan mulai 3 juni – 23 juni 2013.
7/15/2019 imuniasasi
http://slidepdf.com/reader/full/imuniasasi 24/42
e. Bahan Subyek dan alat / instrumen penelitian.
Alat / Instrumen Penelitian yang digunakan sebagai penunjang penelitian
adalah kuisioner berupa pertanyaan secara tertulis pada ibu yang
mempunyai anak usia 0-1 tahun.
f. Definisi Operasional
Pendidikan adalah bimbingan yang di derikan seseorang kepada orang lain
terhadap sesuatu hal agar mereka dapat memahami.
Tabel 1. Defenisi Operasional Pendidikan
No Variable Batasan/ Operasional Skala data
1 Pendidikan < SMA 58
2 >SMA 25
Pekerjaan adalah suatu tugas/ kerja yang menghasilkan uang bagi seseorang
Tabel 2. Difenisi operasional Pekerjaan
No Variable Batasan/ Operasional Skala data
1 Pekerjaan Bekerja 32
2 Tidak bekerja 51
Penyuluhan adalah sebuah intervensi sosial yang mmelibatkan penggunaan
komunikasi informasi secara sadar untuk membantu masyarakat, membentuk
pendapat mereka sendiri dan mengambil keputusan dengan baik (Ban,1999)
Tabel 3. Difenisi operasional penyuluhan
No Variable Batasan/ Operasional Skala data
1 Penyuluhan Ya 21
2 Tidak 62
7/15/2019 imuniasasi
http://slidepdf.com/reader/full/imuniasasi 25/42
Imunisasi adalah merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan
anak dengan memasukan vakasin kedalam tubuh agar membuat anti gen untuk
mencegah terhadap penyakit tertentu.
Table 4. Definisi operasional kelengkapan imunisasi
No Variable Batasan/ Operasional Skala data
1 Kelengkapan
imunisasi
Lengkap 59
2 Tidak lengkap 24
g. Analisis data
• Univarian
• Bivariant (hubungan variable bebas dan terikat)
7/15/2019 imuniasasi
http://slidepdf.com/reader/full/imuniasasi 26/42
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA
A) Karasteristik Responden
Tabel 5. Tingkat pendidikan responden di desa magersari kecamatan sidoarjo,
kabupaten sidoarjo.
No. Tingkat Pendidikan Jumlah Prosentasi (%)
1. > SMA 58 69,88
2. < SMA 25 30,12
Jumlah 83 100Sumber data hasil survei, 2013
Tabel di atas menunjukkan bahwa sebanyak 69,88 % dengan tingkat
pendidikan > SMA dan 30, 12 % dengan tingkat pendidikan < SMA .
Tabel 6. Tingkat pekerjaan responden di desa magersari kecamatan sidoarjo,
kabupaten sidoarjo.
No. Pekerjaan Jumlah Prosentasi (%)1. Bekerja 32 38,55
2. Tidak Bekerja 51 61,45
Jumlah 83 100
Sumber data hasil survei, 2013
Tabel di atas menunjukkan bahwa sebanyak 38,55 % dengan jumlah yang
bekerja dan 61,45 % dengan jumlah yang tidak bekerja.
Tabel 7. Tingkat Frekuensi Penyuluhan responden di desa magersari kecamatan
sidoarjo, kabupaten sidoarjo.
No. Frekuensi Pernah Mengikuti Jumlah Prosentasi (%)
1. Ya 21 25,31
2. Tidak 62 74,69
Jumlah 83 100
Sumber data hasil survei, 2013
7/15/2019 imuniasasi
http://slidepdf.com/reader/full/imuniasasi 27/42
Tabel di atas menunjukkan bahwa sebanyak 25,31 % dengan tingkat
frekuensi dilakukan penyuluhan dan 74,69 % dengan tingkat frekuensi tidak
dilakukan penyuluhan .
Tabel 8. Kelengkapan Imunisasi anak 0-1 tahun di desa magersari kecamatan
sidoarjo, kabupaten sidoarjo.
No. Kelengkapan Imunisasi Jumlah Prosentasi (%)
1. Lengkap 59 25,31
2. Tidak Lengkap 24 74,69
Jumlah 83 100
Sumber data hasil survei, 2013
Tabel di atas menunjukkan bahwa sebanyak 25,31 % dengan Lengkap
Imunisasi dan 74,69 % dengan tidak lengkap Imunisasi .
B) Hubungan Faktor yang mempengaruhi pengetahuan Ibu terhadap Kelengkapan
Imunisasi dasar anak usia 0 – 1 tahun.
1. Faktor Pekerjaan yang mempengaruhi pengetahuan ibu terhadap kelengkapan
Imunisasi dasar
Tabel 9. Observed Frekuensi
Tingkat
pekerjaan
Kelengkapan Imunisasi Jumlah %
Jjjjjjjjjjjjjjjjjjjj Ya % Tidak %
Bekerja 24 75 8 25 32 100
Tidak
Bekerja
35 68,6 16 31,3 51 100
Total 59 jjjjjjjjjjjjjjjjjjjj 24 jjjjjjjjjjjjjjjjjjjj 83 jjjjjjjjj
7/15/2019 imuniasasi
http://slidepdf.com/reader/full/imuniasasi 28/42
Keterangan:
E: Frekuensi Harapan
r : baris
C: Kolom
n : Sampel
Tabel 10. Expected Frekuensi
Tingkat
pekerjaan
Kelengkapan Imunisasi
JUMLAHJjjjjjjjjjjjjjjjjjjj
Expected
Tidak
Expected
Bekerja 22,75 9,25 32
Tidak Bekerja 36,25 14,75 51
Total 59 24 83
X2 = ∑(1Co – Q) – 1/2 )2 = [(24 – 22,75) - 0,5)2 = 0,02
N 22,75
(35 – 36,25)2 = 0,08
36,25
[( 8 – 9,25) – 0,5)2 = 0,33
9,25
[(16 x 14,75) – 0,5)2 = 0,03
14,75
0,02+0,08+0,33+0,03 =0,46
E1 = Total C1 x total r1
n
E2 = Total C2 x total r2
n
E3 = Total C3 x total r3
n
Hipotesis :
H0 : Tidak ada pengaruh antara pekerjaan terhadap kelengkapan imunisasi dasar
7/15/2019 imuniasasi
http://slidepdf.com/reader/full/imuniasasi 29/42
H1 : Ada pengaruh antara pekerjaan terhadap kelengkapan imunisasi dasar
2. Penentuan DF pada α = 5%
DF = (C-1) (r-1) = (2-1) (2-1) =1
3. Menetukan x2 test pada DF tertentu dan α = 0,05
Untuk DF = 1 = α = 0.05 maka x 2 =3,841 dengan demikian
H0 : ditolak bila X2 ≥3,841
H0 : diterima bila X2<3,841
X2
<3,841 sehingga H0 di terima artinya tidak ada pengaruh antara tingkat
pekerjaan dengan kelengkapan imunisasi.
Chi-Square Tests
Value Df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 1.867a 1 .172
Continuity Correctionb 1.249 1 .264
Likelihood Ratio 1.841 1 .175
Fisher's Exact Test .216 .132
Linear-by-Linear
Association1.845 1 .174
N of Valid Casesb
83
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9.25.
b. Computed only for a 2x2 table
7/15/2019 imuniasasi
http://slidepdf.com/reader/full/imuniasasi 30/42
Grafik 1. Hubungan pekerjaan terhadap kelengkapan imunisasi
2. Pendidikan
Tabel 11. Observed Frekuensi
Tingkat
Pendidikan
Kelengkapan Imunisasi Jumlah %
Jjjjjjjjjjjjjjjjjjjj Ya % Tidak %
<SMA 40 68,96 18 31,04 58 100
>SMA 19 76 6 24 25 100Total 59 jjjjjjjjjjjjjjjjjjjj 24 jjjjjjjjjjjjjjjjjjjj 83 jjjjjjjjj
Tabel 12. Expected frequensi
Tingkat
Pendidikan
Kelengkapan Imunisasi JUMLAH
7/15/2019 imuniasasi
http://slidepdf.com/reader/full/imuniasasi 31/42
Keterangan:
E: Frekuensi Harapan
r : baris
C: Kolom
n : Sampel
Jjjjjjjjjjjjjjjjjjjj
Expected
Tidak
Expected
<SMA 41,22 16,78 58>SMA 17,78 17,22 25
Total 59 24 83
E1 = Total C1 x total r1
n
E2 = Total C2 x total r2
n
E3 = Total C3 x total r3
n
X2 = ∑(1Co – Q) – 1/2 )2 = [(40 – 41,22)-0,5)2 = 0,16
n 41,22
[( 19 – 17,78) – 0,5)2 = 0,02
17,78
[(18 x 16,78) – 0,5)2 = 0,03
16,78
[ (6 – 7,22) – 0,5)2 =
0,40
7,22
= 0,16+0,02+0,03+0,40 = 0,52
Hipotesis :
7/15/2019 imuniasasi
http://slidepdf.com/reader/full/imuniasasi 32/42
H0 : Tidak ada pengaruh antara pendidikan terhadap kelengkapan imunisasi dasar
H1 : Ada pengaruh antara pengetahuan terhadap kelengkapan imunisasi dasar
2. Penentuan DF pada α = 5%
DF = (C-1) (r-1) = (2-1) (2-1) =1
3. Menetukan x2 test pada DF tertentu dan α = 0,05
Untuk DF = 1 = α = 0.05 maka x 2 =3,841 dengan demikian
H0 : ditolak bila X2 ≥3,841
H0 : diterima bila X2<3,841
X2 <3,841 sehingga H0 di terima artinya tidak ada pengaruh antara tingkat
pendidikan dengan kelengkapan imunisasi.
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact
Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 1.384a 1 .239
Continuity Correctionb .832 1 .362
Likelihood Ratio 1.447 1 .229
Fisher's Exact Test .298 .182
Linear-by-Linear Association 1.367 1 .242
N of Valid Casesb 83
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7.23.
b. Computed only for a 2x2 table
7/15/2019 imuniasasi
http://slidepdf.com/reader/full/imuniasasi 33/42
Grafik 1. Hubungan pendidikan dengan kelengkapan imunisasi
3. Penyuluhan
Tabel 13. Observed Frekuensi pernah mengikuti penyuluhan
Pernah
mengikuti
penyuluhan
Kelengkapan Imunisasi Jumlah %
Jjjjjjjjjjjjjjjjjjjj Ya % Tidak %
Ya 10 47,61 11 52,39 21 100
Tidak 49 79,03 13 20,97 62 100
Total 59 Jjjjjjjjjjjjjjjjjjjj 24 jjjjjjjjjjjjjjjjjjjj 83 jjjjjjjjj
Table 14.Expected
Penyuluhan
Kelengkapan ImunisasiJUMLAH
Jjjjjjjjjjjjjjjjjjjj Expected Tidak Expected
Ya 14,92 6,07 21
Tidak 44,08 17,93 62
Total 59 24 83
7/15/2019 imuniasasi
http://slidepdf.com/reader/full/imuniasasi 34/42
Keterangan:
E: Frekuensi Harapan
r : baris
C: Kolom
n : Sampel
E1 = Total C1 x total r1
n
E2 = Total C2 x total r2
n
E3 = Total C3 x total r3
n
X2 = ∑(1Co – Q) – 1/2 )2 = [(10 – 14,92)-0,5)2 = 1,96
n 14,92
[( 49 – 79,03) – 0,5)2 =11,67
79,03
[(11 x 6,07) – 0,5)2 = 3,23
6,07
[ (13 –1 7,93) – 0,5)2 =
4,85
17,93
1,96+11,67+3,23+4,85= 21,71
Hipotesis :
H0 : Tidak ada pengaruh antara penyuluhan terhadap kelengkapan imunisasi dasar
H1 : Ada pengaruh antara penyuluhan terhadap kelengkapan imunisasi dasar
2. Penentuan DF pada α = 5%
DF = (C-1) (r-1) = (2-1) (2-1) =1
3. Menetukan x2 test pada DF tertentu dan α = 0,05
Untuk DF = 1 = α = 0.05 maka x 2 =3,841 dengan demikian
7/15/2019 imuniasasi
http://slidepdf.com/reader/full/imuniasasi 35/42
H0 : ditolak bila X2 ≥3,841
H0 : diterima bila X2<3,841
X2 <3,841 sehingga H0 di tolak artinya ada pengaruh antara adanya penyuluhan
dengan kelengkapan imunisasi
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact
Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 69.111a 1 .000
Continuity Correctionb 64.559 1 .000
Likelihood Ratio 75.808 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 68.278 1 .000
N of Valid Casesb 83
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.07.
b. Computed only for a 2x2 table
7/15/2019 imuniasasi
http://slidepdf.com/reader/full/imuniasasi 36/42
Grafik 3. Hubungan frekuensi penyuluhan terhadap kelengkapan imunisasi
BAB VI
PEMBAHASAN
Hubungan Tingat Pendidikan Yang Mempengaruhi Penetahuan Ibu
Terhadap Kelengkapan Imunisasi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 58 orang (69,88 %)
dengan tingkat pendidikan > SMA 25 orang (30, 12 % ) dengan tingkat
pendidikan < SMA . Penelitian di Amerika Serikat dan Turki menemukan bahwa
ibu dengan pendidikan yang tinggi tidak khawatir terhadap keamanan imunisasi
dan memiliki keyakinan yang besar terhadap imunisasi sebaliknya penelitian di
7/15/2019 imuniasasi
http://slidepdf.com/reader/full/imuniasasi 37/42
Swiss dan Jerman ibu yang berpendidikan tinggi memiliki probabilitas kurang
terhadap imunisasi dari pada ibu dengan pendidikan tingkat rendah. Penelitian
lainnya yang dilakukan oleh Breiman di Bangladesh menyatakan bahwa ibu
dengan pendidikan tinggi tidak memiliki kepedulian yang besar terhadap
pemberian imunisasi sedangkan ibu dengan pendidikan rendah lebih memiliki
kepedulian yang besar terhadap pentingnya imunisasi. Penelitian oleh Babirye at
al bahwa pendidikan ibu bukan merupakan independen kuat dalam pemberian
imunisasi melainkan kemiskinan yang menjadi peranan penting dalam pemberian
imunisasi. Hasil penilitian tentang hubungan tingkat pendidikan tidak
mempengaruhi pengetahuan ibu tentang kelengkapan imunisasi dasar pada anak.
Hubungan Tingat Pekerjaan Yang Mempengaruhi Pengetahuan Ibu
Terhadap Kelengkapan Imunisasi
Hasil penelitian mendapatkan sebagian besar ibu tidak bekerja atau
merupakan ibu rumah tangga yang berjumlah 40 orang (70,2%), ibu yang bekerja
sebagai petani sebanyak 15 orang (26,3%), bekerja sebagai swasta sebanyak 2
orang (3,5%), dan tidak ditemukan ibu yang bekerja sebagai pegawai negeri.
Penelitian oleh Antai Diddy di Nigeria menyatakan bahwa Ibu yang tidak bekerja
memiliki kepedulian yang kurang terhadap imunisasi.14 Menurut Purwati pada
tahun 2008 menyebutkan, bahwa pekerjaan ibu dapat mempengaruhi pemberian
imunisasi karena semakin sibuk seorang ibu maka semakin banyak waktu yang
tersita sehingga tidak dapat memberikan imunisasi kepada anak mereka,
sedangkan ibu yang tidak bekerja cenderung memberikan imunisasi kepada
anaknya. . Hasil penilitian tentang hubungan pekerjaan tidak mempengaruhi
pengetahuan ibu tentang kelengkapan imunisasi dasar pada anak.
7/15/2019 imuniasasi
http://slidepdf.com/reader/full/imuniasasi 38/42
Hubungan Penyuluhan Yang Mempengaruhi Pengetahuan Ibu Terhadap
Kelengkapan Imunisasi
Ketersediaan tenaga kesehatan dalam program penyuluhan imunisasi
sudah secara optimal. Hal ini menyebabkan pelaksanaan imunisasi sudah secara
maksimal.Persentase masyarakat yang mendapat penyuluhan tentang pelaksanaan
imunisasi sesuai dengan target yang diharapkan sebanyak 52,39 %. Dalam hal ini
masyarakat perlu mempertahankan lebih-lebih meningkatkan partisipasinya,
sehingga keterbatasan kemampuan Pemerintah (Dinas Kesehatan dan Puskesmas)
dapat ditanggulangi. Sesuai dengan Dirjen PPM & PLP, (1999), bahwa salah satu
faktor tingginya pengetahuan ibu mendorong ibu untuk imunisasikan anaknya
adan rendahnya tingkat pengetahuan dari minimnya pengetahuan memiliki faktor
ketidakmauan ibu untuk melakukan imunisasi terhadap anaknya
Menurut Leihad (2005) kegiatan partisipasi keluarga dengan peningkatan
kualitas sumber daya manusia yang melaksanakan program bersifat teknis perlu
didukung oleh Pemerintah Daerah dengan mengeluarkan peraturan daerah serta
dana anggaran belanja yang dialokasikan guna peningkatan sumber daya manusia.
Hasil penilitian hubungan penyuluhan sesuai penelitian mempengaruhi
mempengaruhi pengetahuan ibu tentang kelengkapan imunisasi dasar pada anak
sehingga penerapan penyuluhan di puskesmas atau pada kader-kader dapat
dipertahankan dengan tujuan kelengkapan imunisasi dasar pada anak dapat
terpenuhi secara optimal.
7/15/2019 imuniasasi
http://slidepdf.com/reader/full/imuniasasi 39/42
BAB VII
PENUTUP
7.1 Kesimpulan
1. Beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan ibu tentang
kelengkapan imunisasi dasar adalah faktor internal yaitu pendidikan dan
pekerjaan dan faktor eksternal yaitu penyuluhan ( frekuensi pernah
mengikuti penyuluhan).
2. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa 25.31% anak telah
diimunisasi lengkap dan 74.69 % anak belum diimunisasi lengkap.
7/15/2019 imuniasasi
http://slidepdf.com/reader/full/imuniasasi 40/42
3. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa responden yang bersekolah
< SMA adalah 69.88% dan imunisasi anaknya lengkap sebanyak 68,96%
dan yang tidak lengkap sebanyak 31,04%. Yang bersekolah > SMA adalah
30,12% dan imunisasi anaknya lengkap 76% dan yang tidak lengkap
24%.
4. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa pekerjaan responden yang
tidak bekerja 38,5% dan imunisasi anak lengkap sebanyak 68.7% dan
yang tidak lengkap 31.3%. Responden yang bekerja 31,45% dengan
imunisasi anak lengkap 75% dan yang imunisasi tidak lengkap 25%.
5. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa frekuensi responden yang
mengikuti penyuluhan 25.31% dan imunisasi anak lengkap sebanyak
47.61% dan yang tidak lengkap 52.39%. frekuensi responden yang tidak
mengikuti penyuluhan 74.69% dengan imunisasi anak lengkap 79.03%
dan yang imunisasi tidak lengkap 20.97%.
6. Dari hasil analisis didapatkan :
a. Tidak ada hubungan antara pengaruh tingkat pendidikan dengan
kelengkapan imunisasi anak.
b. Tidak ada hubungan antara pengaruh tingkat pekerjaan dengan
kelengkapan imunisasi anak.
c. Ada hubungan antara pengaruh frekuensi mengikuti penyuluhan
dengan kelengkapan imunisasi anak.
7. Pada penelitian yang dilakukan ini diperoleh beberapa kesimpulan :
Faktor yang mempengaruhi pengetahuan ibu terhadap kelengkapan
imunisasi anak 0-1 tahun di desa Magersari kecamatan Sidoarjo kabupaten
7/15/2019 imuniasasi
http://slidepdf.com/reader/full/imuniasasi 41/42
Sidoarjo adalah faktor frekuensi mengikuti penyuluhan yang berhubungan
dengan kelengkapan imunisasi (p=0,000).
7.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, dapat diberikan saran sebagai berikut:
1. Kepada Dinas Kesehatan disarankan menyusun rancangan kerja tentang
penyuluhan dan pembinaan peran serta masyarakat dalam melaksanakan
imunisasi serta menyediakan dana untuk tenaga kesehatan guna melaksanakan
penyuluhan.
2. Perlu kerjasama lintas program dan sektoral oleh Dinas Kesehatan maupun
Puskesmas sebagai penggerak peran serta masyarakat dalam melaksanakan
imunisasi
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. (2004). Pedoman Penyelenggaraan Imunisasi. Jakarta: Depkes
RI.
Depkes RI. 2005. Pedoman Teknis Imunisasi Tingkat Puskesmas. Jakarta.
http://www.depkes.go.id/
Depkes RI. 2005. Pedoman Penyelenggaraan Imunisasi. Jakarta.
http://www.depkes.go.id/
7/15/2019 imuniasasi
http://slidepdf.com/reader/full/imuniasasi 42/42
Departemen Kesehatan RI. 2000. Pedoman Operasional Pelayanan
Imunisasi, Jakarta. http://www.depkes.go.id
Departemen Kesehatan RI. 1994. Petunjuk Teknis Reaksi Samping
Imunisasi.
IDAI. Pedoman Imunisasi Di Indonesia. Jakarta: Badan Penerbit Ikatan
dokter anak Indonesia; 2008
Notoatmodjo, S. 2003, Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT.
Rineka Cipta.
Notoadmojo, S. 2005, Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta, Rineka
Cipta
Notoadmojo, S. 2007, Kesehatan masyarakat ilmu dan seni. Jakarta,
Rineka Cipta
Notoadmojo, S. 2010, metodologi penelitian kesehatan. Jakarta, Rineka
Cipta
Peter G. Nelson textbook of paediatrics. edisi 16. Philadelphia : WB
Saunders.2002.
Ranuh, I.G.N, 2005, Pedoman imunisasi di Indonesia. Jakarta, Badan
penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia
Ranuh IGN. Imunisasi di Indonesia, edisi 1. Satgas imunisasi Ikatan
Dokter Anak Indonesia. Jakarta. 2001.
Supartini Y, 2004, Buku ajar konsep keperawatan anak, Jakarta, EGC