inflasi

22
BAB 10 INFLASI A. PENDAHULUAN Tingkat inflasi adalah persentasi kecepatan kenaikan harga-harga dalam suatu tahun tertentu, biasanya digunakan sebagai ukuran untuk menunjukkan sampai di mana burukrya masa!ah ekonomi yang dihadapi suatu negara pada tahun tersebut. Dalam perekonomian yang berkembang pesat, pada umumnya disetiap negara terjadi inflasi yang rendah, yaitu berkisar 2% sampai 4% pertahun dan ini tidak dapat dielakkan, inflasi seperti ini dinamakan inflasi merayap. Pada kondisi perkembangan ekonomi yang kurang baik, sering sekali terjadi inflasi yang Iebih serius, yaitu mencapai 5% sampai 10% atau lehih tinggi. Bahkan jika pada satu negara terjadi peperangan atau ketidakstabilan politik, inflasi dapat mencapai angka yang sangat tinggi, bisa ratusan bahkan ribuan persen. Inflasi seperti ini dinamakan hiper inflasi. B. FAKTOR-FAKTOR YANG MENIMBULKAN INFLASI Berdasarkan faktor-faktor yang menimbulkannya, maka inflasi dapat dibedakan menjadi inflasi tarikan permintaan dan inflasi desakan biaya. 1. Inflasi Tarikan Permintaan Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Matsani A. Rahman Rasib PENGANTAR EKONOMI MAKRO

Upload: adeiraputra

Post on 24-Jul-2015

234 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Inflasi

BAB 10

INFLASI

A. PENDAHULUAN

Tingkat inflasi adalah persentasi kecepatan kenaikan harga-harga

dalam suatu tahun tertentu, biasanya digunakan sebagai ukuran untuk

menunjukkan sampai di mana burukrya masa!ah ekonomi yang dihadapi

suatu negara pada tahun tersebut. Dalam perekonomian yang berkembang

pesat, pada umumnya disetiap negara terjadi inflasi yang rendah, yaitu

berkisar 2% sampai 4% pertahun dan ini tidak dapat dielakkan, inflasi seperti

ini dinamakan inflasi merayap. Pada kondisi perkembangan ekonomi yang

kurang baik, sering sekali terjadi inflasi yang Iebih serius, yaitu mencapai 5%

sampai 10% atau lehih tinggi. Bahkan jika pada satu negara terjadi

peperangan atau ketidakstabilan politik, inflasi dapat mencapai angka yang

sangat tinggi, bisa ratusan bahkan ribuan persen. Inflasi seperti ini dinamakan

hiper inflasi.

B. FAKTOR-FAKTOR YANG MENIMBULKAN INFLASI

Berdasarkan faktor-faktor yang menimbulkannya, maka inflasi dapat

dibedakan menjadi inflasi tarikan permintaan dan inflasi desakan biaya.

1. Inflasi Tarikan Permintaan

Terjadi pabila sektor perusahaan tidak mampu dengan cepat melayani

permintaan masyarakat yang terjadi di pasar produknya. Hal ini akan

mengakibatkan terjadinya kekurangan barang dan mendorong terjadinya

kenaikan harga. Inflasi tarikan permintaan biasanya terjadi pada saat

perekonomian mencapai tingkat penggunaan tenaga kerja penuh dan

pertumbuhan ekonomi berjalan dengan pesat. Dalam periode seperti ini

permintaan masyarakat bertambah dengan pesat dan perusahaan pada

umumnya akan beroperasi pada kapasitas maksimal. Kelebihan

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Matsani A. Rahman RasibPENGANTAR EKONOMI MAKRO

Page 2: Inflasi

permintaan yang masih terjadi akan menimbulkan kenaikan harga

(inflasi).

Terjadinya inflasi tarikan permintaan dapat diterangkan dengan grafik

berikut :

Kurva AS adalah kurva penawaran agregat, yang berbentuk horizontal

sampai pendapatan nasional Y1, selanjutnya mengalami kenaikan dan

membentuk garis vertikal pada titik Yf. Bentuk kurva seperti ini dapat

diartikan sebagai berikut :

(i) sampai pada pendapatan nasional mencapai titik Y1, penawaran

barang dalam perekonomian dapat ditambah tanpa meningkatkan

harga, yaitu tetap sebanyak P1

(ii) pada pendapatan nasional Y1 dan Yf penawaran hanya dapat

ditambah pada barga yang Iebih tinggi

(iii) pada pendapatan nasional mencapai titik Yf, perekonomian tidak

mampu lagi menamhah penawaran barang

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Matsani A. Rahman RasibPENGANTAR EKONOMI MAKRO

Page 3: Inflasi

Kurva AD0 hingga AD4 adalah kurva permintaan agregat, yang berbentuk

menurun dari kiri atas ke kanan bawah. Ini menunjukan bahwa semakin

rendah tingkat harga, maka semakin banyak perbelanjaan masyarakat.

Keseimbangan pendapatan nasional dicapai saat AD=AS. Berdasarkan

syarat keseimbangan tersebut, berarti pendapatan nasional adalah Y0

apabila permintaan agregat adalah AD0 dan tingkat harga adalah P1.

Pertumbuhan ekonomi akan menambah pendapatan masyarakat, dan

pertambahan ini akan memindahkan permintaan agregat dari AD0 ke AD1.

Pendapatan nasional pada keseimbangan adalah Y1. Tingkat harga

masih tetap P1 karena perusahaan belum beroperasi pada kapasitasnya

yang maksimal dan permintaan yang ada dapat dengan mudah dipenuhi.

Apabila pertumbuhan ekonomi selanjutnya meningkatkan lagi permintaan

agregat yaitu menjadi AD2, perusahaan-perusahaan telah mencapai

kapasitas penuh dan sukar menaikkan produksi, hal ini akan mendorong

mereka untuk menaikkan harga. Maka pada pendapatan nasional Y2

harga telah naik menjadi P2. Pertambahan permintaan agregat

selanjutnya, yaitu menjadi AD3 dan AD4 akan menimbulkan kenaikan

harga-harga yang Iebih cepat. Permintaan agregat AD3 mengakibatkan

perekonomian mencapai tingkat penggunaan tenaga kerja penuh.

Kenaikan permintaan agregar menjadi AD4 tidak menambah pendapatan

nasional, yaitu tetap sebesar Yf, tetapi harga meningkat lebih cepat

menjadi P4.

Disarnping dalam masa pertumbuhan yang pesat dan tingkat kegiatan

ekonomi yang tinggi, inflasi tarikan permintaan dapat juga terjadi dalam

masa perang atau ketidakstabilan politik. Dalam kondisi seperti ini

biasanya pembelanjaan pemerintah jauh melebihi pendapatann yang

diperoleh dari pajak atau sumber lain. Oleh sebab itu pemerintah harus

mencetak uang dan meminjam dari bank-bank umum dan lembaga-

lembaga keuangan lainnya. Pengeluaran pemerintah yang berlebihan

tersebut akan meningkatkan permintaan agregat dengan cepat. Apabila

perusahaan tidak dapat melayani pertambahan permintaan tersebut,

maka inflasi tarikan permintaan akan tetap terjadi.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Matsani A. Rahman RasibPENGANTAR EKONOMI MAKRO

Page 4: Inflasi

2. Inflasi Desakan Biaya

Merupakan masalah kenaikan harga-harga dalam perekonomian akibat

kenaikan biaya produksi. Pertambahan biaya produksi akan mendorong

perusahaan-perusahaan menaikkan harga, walaupun mereka harus

mengambil resiko akan menghadapi pengurangan dalam permintaan

barang-barang yang diproduksik.

Lebih jelasnya dapat diperhatikan dari grafik berikut :

Kurva AD0 dan AS0 masing-masing adalah kurva permintaan agregat dan

kurva penawaran agregat yang pertama kali terjadi dalam perekonomian.

Perekonomian negara mencapai keseimbangan pada pendapatan

nasional Y0 dan tingkat harga Y0. Selanjutnya misalkan dalam

perekonomian terjadi kenaikan biaya produksi di berbagai perusahaan

dan mendorong mereka untuk menaikan harga barang yang mereka

produksi. Tindakan ini akan memicu perpindahan kurva penawaran

agregat, yaitu dari AS0 menjadi AS1. Dengan demikian perekonomian

negara akan mencapai keadaan keseimbangan yang baru, yaitu pada

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Matsani A. Rahman RasibPENGANTAR EKONOMI MAKRO

Page 5: Inflasi

tingkat pendapatan nasional Y1 dan tingkat harga P1. Keadaan

keseimbangan seperti ini menunjukkan bahwa tingkat harga meningkat

sebagai akibat kenaikan biaya produksi, tetapi pendapatan nasional

merosot. Dan pada akhirnya mengurangi tingkat penggunaan tenaga

kerja (kesempatan kerja).

Apabila biaya produksi masih mengalami kenaikan, penawaran agregat

akan berpindah lagi ke atas, yaitu menjadi AS2. Perubahan inl akan

menaikkan lagi tingkat harga menjadi P2 tetapi menurunkan produksi

nasional menjadi Y2. Dengan demikian kenaikan biaya produksi dalam

perekonomian akan menimbulkan dua akibat buruk, yaitu disamping

terjadinya inflasi juga merosotnya tingkat produksi nasional maupun

kesempatan kerja. Peristiwa ekonomi seperti ini dinamakan stagflasi,

yaitu stagnasi dalam perekonomian yang dibarengi oleh inflasi. Masalah

seperti ini pernah dialami perekonomian dunia pada tahun 1970-an. Pada

tahun 1973 harga minyak yang diekspor negara-negara Arab mengalami

kenaikan sebanyak 3 kali lipat. Negara-negara industri seperti Eropa dan

Amerika Serikat adalah pengimpor minyak terbesar. Kenaikan harga

minyak menaikkan biaya produksi berbagai industri, dan mendorong

terjadinya inflasi desakan biaya yang serius, yang diikuti dengan

kemerosotan pendapatan nasional dan kesempatan kerja. Dan ini

merupakan kemerosotan kegiatan ekonomi dan masalah pengangguran

paling buruk yang pernah dialami negara-negara industri sejak Perang

Dunia Kedua.

Sering kali inflasi desakan biaya terjadi diikuti oleh kenaikan permintaan

agregat. Kenaikan harga-harga yang bersumber dari kenaikan biaya

produksi biasanya akan mendorong para pekerja untuk menuntut

kenaikan gaji guna mengimbangi kenaikan dalam biaya hidup. Kenaikan

gaji yang terjadi akan menambab permintaan agregat. Kenaikan ini akan

menimbulkan dua akibat, yaitu meningkatnya harga dan pendapatan

nasional berkembang. Keadaan ini dapat dilihat dari kurva diatas.

Perpindahan penawaran agregat dari AS0 menjadi AS1 dan seterus

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Matsani A. Rahman RasibPENGANTAR EKONOMI MAKRO

Page 6: Inflasi

menjadi AS2 akan mendorong para pekerja menuntut kenaikan upah.

Pendapatan yang bertamhah akan menaikkan permintaan agregat seperti

terlihat pada perpindahan dari AD0 menjadi AD1. Dengan demikian

keseimbangan dicapai dalam perekonomian pada pendapatan nasional

Y4 dan tingkai harga P4. Keadaan ini menunjukkan tingkat harga lebih

meningkat lagi, tapi pendapatan nasional dicapai pada tingkat yang lebih

tinggi lagi dari awal (Y0). Dan ini akan mengurangi tingkat pengangguran.

Sering kali inflasi desakan biaya terjadi pada saat perekonomian hampir

atau telah mencapai tingkat penggunaan tenaga kerja penuh, yaitu ketika

perekonomian menghadapi masalah kekurangan tenaga kerja.

Kenaikan harga-harga barang dapat disebabkan oleh salah satu atau

gabungan dari tiga faktor berikut :

(i) para pekerja dalam perusahaan menuntut kenaikan upah

(ii) harga bahan mentah yang digunakan perusahaan bentambah tinggi

(iii) dalam perekonomian yang sedang mengalami perkembangan pesat,

maka pengusaha berusaha menaikkan margin keuntungannya.

C. DAMPAK INFLASI TERHADAP PEREKONOMIAN

Ada dua aspek negatif atau dampak yang dapat ditimbulkan karena

terjadinya inflasi, yaitu :

(i) dampak negatif pada perekonomian

(ii) dampak kepada individu-individu dan masyarakat

1. Dampak Negatif Pada Perekonomian

Sebahagian ahli ekonomi berpendapat bahwa inflasi yang sangat lambat

dapat dipandang sebagai stimulator bagi pertumbuhan ekonomi.

Kenaikan harga tersebut tidak lansung diikuti oleh kenaikan upah pekerja,

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Matsani A. Rahman RasibPENGANTAR EKONOMI MAKRO

Page 7: Inflasi

maka keuntungan akan bertambah. Pertambahan keuntungan akan

menggalakkan investasi di masa datang dan ini akan mewujudkan

percepatan dalam pertumbuhan ekonomi. Tapi apabila inflasi menjadi

lebih serius keadaannya, perekonomian tidak akan berkembang seperti

yang diinginkan. Pengalaman beberapa negara yang pernah mengalami

hiper inflasi menunjukkan bahwa inflasi yang buruk akan menimbulkan

ketidakstabilan sosial dan politik, dan tidak mewujudkan pertumbuhan

ekonomi. Terlebih dahulu ekonomi harus distabilkan, dalam hal ini

termasuk usaha menstabilkan harga-harga, sebelum pentumbuhan

ekonomi yang teguh dapat diwujudkan.

Tidak terjadinya pertumbuhan ekonomi sebagai akibat dari inflasi yang

serius disebabkan oleh beberapa faktor penting sebagai berikut :

a. Pada masa inflasi terdapat kecenderungan pemilik modal

menggunakan uangnya dalam investasi yang bersifat spekulatif.

Seperti membeli rumah, tanah dan menyimpan barang yang

berharga, karena lebih menguntungkan daripada melakukan investasi

yang produktif.

b. Tingkat bunga yang meningkat akan mengurangi investasi. Untuk

menghindari merosotnya nilai modal, maka institusi keuangan akan

menaikkan tingkat bunga atas pinjaman-pinjaman mareka. Makin

tinggi tingkat inflasi, makin tinggi pula tingkat bunga yang akan

mereka tentukan. Tingkat bunga yang tinggi akan mengurangi

kegairahan penanam modal untuk mengembangkan sektor-sektor

yang produktif.

c. Inflasi menimbulkan ketidakpastian mengenai keadaan ekonomi di

masa depan. Inflasi akan bertambah cepat jalannya apabila tidak

dikendalikan. Pada akhirnya inflasi akan menimbulkan ketidakpastian

dan arah perkembangan ekonomi tidak lagi dapat diramalkan dengan

baik. Keadaan ini akan mengurangi kegairahan pengusaha

mengembangkan kegiatan ekonomi.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Matsani A. Rahman RasibPENGANTAR EKONOMI MAKRO

Page 8: Inflasi

d. Menimbulkan masalah neraca pembayaran. Inflasi menyebabkan

harga barang impor lebih murah daripada barang yang dihasilkan di

dalam negeri. Maka pada umumnya inflasi akan menyebabkan impor

berkembang lebih cepat, tapi sebaliknya perkembangan ekspor akan

bertambah lambat. Disamping itu aliran modal keluar akan Iebih

banyak daripada yang masuk ke dalam negeri. Berbagai

kecenderungan ini akan memperburuk keadaan neraca pembayaran,

defisit neraca pembayaran yang serius bisa terjadi. Hal ini selanjutnya

akan menimbulkan kemerosotan nilai mata uang.

2. Dampak Terhadap Individu-individu dan Masyarakat

Dampak negatif inflasi terhadap individu dan masyarakat dapat dibedakan

menjadi tiga aspek sebagai berikut :

a. Memperburuk distribusi pendapatan. Pada masa inflasi nilai kekayaan

tetap seperti tanah, rumah, bangunan pabrik dan pertokoan akan

mengalami kenaikan harga, kadangkala lebih cepat dari kenaikan

inflasi itu sendiri. Sebaliknya, sebagian besar masyarakat terutama

yang berpendapatan rendah, pendapatan riilnya merosot sebagai

akibat inflasi. Dengan demikian inflasi melebarkan ketidaksamaan

distribusi pendapatan.

b. Pendapatan riil merosot. Sebahagian tenaga kerja di setiap negara

terdiri dari pekerja-pekerja bergaji tetap. Dalam masa inflasi biasanya

kenaikan harga-harga selalu mendahului kenaikan pendapatan

mereka. Dengan demikian inflasi cenderung menimbulkan

kemerosotan pendapatan riil sebahagian besar tenaga kerja. Ini

beranti kemakmuran masyarakat juga merosot.

c. Nilai riil tabungan merosot. Dalam perekonomian biasanya

masyarakat menyimpan sebahagian kekayaannya dalam bentuk

deposito dan tabungan di institusi keuangan. Nilai riil tabungan

tersebut akan merosot sebagai akibat inflasi. Juga pemegang-

pemegang uang tunai akan dirugikan karena kemerosotan nilai

riilnya.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Matsani A. Rahman RasibPENGANTAR EKONOMI MAKRO

Page 9: Inflasi

D. KETERKAITAN INFLASI DAN PENGANGGURAN

Pada materi-materi sebelumnya telah dibahas bahwa setiap negara

bercita-cita untuk mewujudkan tahap kegiatan ekonomi yang mencapai

tingkat penggunaan tenaga kerja penuh tanpa infIasi. Dalam kenyataannya

hal tersebut sngat sulit dicapai. Dari dulu ahli-ahli ekonomi telah menyadari

bila tingkat pengangguran rendah, maka masalah inflasi akan terjadi, makin

rendah tingkat pengangguran, makin tinggi tingkat inflasi. Sebaliknya apabila

terdapat masalah pengangguran yang serius, tingkat harga relatif stabil.

Berarti tidak mudah untuk menciptakan tingkat penggunaan tenaga kerja

penuh dan kestabilan harga secara serentak.

Kedua faktor diatas digambarkan dengan kurva yang sangat dikenal

dengan kurva Phillips (Profesor A.W. Phillips, tahun 1950), bentuk kurva

tersebut adalah sebagai berikut :

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Matsani A. Rahman RasibPENGANTAR EKONOMI MAKRO

Page 10: Inflasi

Dalam menentukan cini-cini hubungan antara tingkat kenaikan upah

dengan tingkat pengangguran Phillips mengumpulkan data tentang kedua

faktor tersebut di Inggris antara tahun 1861 dan 1957. Data yang

diperolehnya digambarkan dalam suatu grafik seperti terlihat diatas.

Setiap titik dalam grafik tersebut menggambarkan tingkat kenaikan

upah dan tingkat pengangguran yang berlaku di suatu tahun terteutu. Titik A

misalnya, menggambarkan bahwa pada suatu tahun tertentu upah mengalami

kenaikan sebanyak 4% dan tingkat pengangguran 8%, sedangkan titik B

menunjukkan pada tahun lainnya tingkat upah naik sebanyak 9% dan tingkat

pengangguran hanya mencapai 4%. Berdasarkan data yang dikumpulkan

secara statistik Phillips menganalisis sifat hubungan antara tingkat kenaikan

upah dan tingkat pengangguran.

Sifat umum dari kurva Phillips adalah pada mulanya penurunannya

sangat curam, tapi semakin lama semakin bertambah landai. Bentuk kurva

seperti ini dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Apabila tingkat pengangguran sangat rendah, tingkat upah semakin cepat

kenaikannya. Perhatikan titik E dan F. Titik E menggambarkan

pengangguran adalah 3% dan kenaikan upah 9%. Sedangkan titik F

menggambarkan tingkat pengangguran adalah 4% dan tingkat kenaikan

upah mencapai 6,5%.

2. Apabila tingkat pengangguran relatif tinggi, kenaikan upah relatif lambat.

Keadaan ini ditunjukkan dengan jelas oleh pergerakan dari titik C ke titik

D. Pengurangan tingkat pengangguran dari 10% ke 8% hanya menaikkan

upah sebanyak hampir 1,5%.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Matsani A. Rahman RasibPENGANTAR EKONOMI MAKRO

Page 11: Inflasi

Selain itu Kurva Phillips juga digunakan untuk menggambarkan

hubungan antara tingkat kenaikan harga dengan tingkat pengangguran.

Untuk itugrafik yang dibuat haruslah menggambarkan keadaan kedua

variabel tersebut. Dengan demikian grafik yang digambarkan harus diubah

seperti berikut :

Bentuk kurva Phillips diatas tidak jauh berbeda dengan kurva Philips

sebelumnya, ini berarti sifat hubungan antara inflasi harga dan tingkat

pengangguran tidak berbeda dengan sifat hubungan antara inflasi upah dan

tingkat pengangguran seperti yang diterangkan sebelumnya. Pada waktu

pengangguran tinggi kenaikan harga-harga relatif lambat, tapi makin rendah

pengangguran akan semakin tinggi tingkat inflasi yang terjadi.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Matsani A. Rahman RasibPENGANTAR EKONOMI MAKRO

Page 12: Inflasi

Disamping cini-ciri dasar yang bersamaan ini, perlu disadari

perbedaan antara kedua kurva diatas yaitu apabila kedua-duanya

digambarkan dalam satu grafik, kurva kedua akan terletak di bawah pertama.

Artinya, pada suatu tingkat pengangguran tertentu inflasi upah Iebih cepat

dari inflasi harga. Sebagai contoh, dalam grafik pertama ditunjukkan tingkat

kenaikan upah kira-kira 6,5% pada saat pengangguran 8%. Sedangkan kurva

kedua menunjukkan inflasi harga hanya melebihi 4% ketika tingkat

pengangguran 4%. (Lihat titik F pada kedua grafik).

Perbedaan ini disebabkan karena adanya kenaikan produktivitas yang

bersamaan terjadinya dengan kenaikan upah. Sebagai akibat kenaikan

produkiivitas tersebut biaya Produksi tidak meningkat secepat kenaikan upah

dan menyebabkan kenaikan harga lebih rendah dari kenaikan upah.

Kedua kurva Phillips yang digambarkan diatas merupakan suatu

penaksiran kasar yang menunjukkan hubungan di antara kenaikan tingkat

upah atau harga dengan tingkat pengangguran di negara-negara industri

yang sudah maju perekonomiannya. Sifat hubungan yang sebenarnya

berbeda antara satu negara dengan negara lainnya, dan berbeda pula di

antara satu periode dengan periode lainnya.

Observasi mengenai sifat hubungan tersebut sejak tahun 1960an di

Inggris dan Amerika Serikat menunjukkan bahwa dalam masa tiga dekade

yang lalu telah terjadi perpindahan kurva Phillips. Kurva Phillips untuk tahun

1970an adalah lebih tinggi dari kurva Phillips untuk tahun l960an, sedangkan

pada tahun 1980an kurva Phillips berada di bawah kurva Phillips tahun

1960an.

Perhatikan Kurfa pada grafik dibawah ini, Kurva (1) menggambarkan

kurva Phillips yang berlaku dalam tahun 1960an. Titik A menunjukkan pada

tingkat pengangguran sebesar 3%, tingkat kenaikan upah mencapai 3%.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Matsani A. Rahman RasibPENGANTAR EKONOMI MAKRO

Page 13: Inflasi

Kurva (2) menggambarkan kurva Phillips untuk tahun 1970an. Dalam

dekade tersebut berlaku kenaikan harga minyak di pasaran dunia menjadi

beberapa kali lipat. Ini menimbulkan kenaikan biaya produksi yang tinggi.

Keadaan ini saja telah menimbulkan inflasi harga. Pada masa berikutnya para

pekerja menuntut kenaikan upah dan tuntutan ini mempercepat kenaikan

harga. Sebagai akibatnya, pada setiap tingkat pengangguran, tingkat

kenaikan harga adalah lebih tinggi. Sebagai contoh, titik B pada kurva (2)

menunjukkan tingkat pengangguran sebanyak 3%, tingkat kenaikan harga

mencapai 4,5%. Kurva Phillips untuk dekade l980an ditunjukkan oleh kurva

(3). Dalam dekade ini harga minyak di pasaran dunia menurun dan teknologi

produksi yang menghemat penggunaan minyak berkembang dengan pesat.

Disamping itu terdapat pula kemajuan teknologi lain dan perbaikan dalam

kebijakan pemerintah dalam mendorong kegiatan ekonomi. Sebagai

akibatnya perekonomian dapat berkembang tanpa menghadapi inflasi yang

serius. Titik C menunjukkan pada tingkat pengangguran sebesar 3%,

kenaikan harga-harga hanya mencapai 1%.

Ahli-ahli ekonomi berpendapat bahwa dalam jangka panjang kurva

Phillips berbentuk tegak lurus, seperti yang ditunjukkan oleh kurva LRPC

pada grafik dibawah ini. Dalam analisis mengenai kurva Phillips, yang

dimaksudkan dengan jangka panjang adalah suatu periode yang

memungkinkan ekspektasi mengenai inflasi menyesuaikan sepenuhnya

dengan inflasi yang sedang terjadi.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Matsani A. Rahman RasibPENGANTAR EKONOMI MAKRO

Page 14: Inflasi

Kurva LRPC yang tegak lurus pada sumbu datar di titik UN

menunjukkan tingkat penganguran alamiah atau natural rate of

unemployment. Misalkan tingkat pengangguran alamiah sekitar 5%. Dalam

keadaan yang sebenarnya tidak sorang ahli ekonomipun dapat menyatakan

persentasi yang sebenarnya, ada yang berpendapat melebihi dari tingkat

tersebut dan ada yang berpendapat kurang dari 5%. Yang penting diingat,

yang dimaksudkan dengan pengangguran alamiah adalah pengaugguran

yang terdiri dari pengangguran normal dan pengangguran struktural. Dengan

demikian tingkat pengangguran alamiah merupakan perbandingan antara

jumlah pengangguran normal dan struktural dengan jumlah angkatan kerja.

Kurva I, II dan Ill merupakan kurva Philips jangka pendek. Kurva I

memotong kurva LRPC di titik A. Berarti.pengangguran pada ketika ini adalah

5% dan tingkat inflasi 2%. Misalkan pemerintah ingin mengusahakan agar

tingkat penganguran lebih rendah lagi. Untuk itu dapat dijalankan kebijakan

fiskal dan moneter. Pengeluaran agregat bertambah, dan mendorong

perusahaan untuk menambah produksi untuk memperoleh keuntungan yang

lebih besar. Lebih banyak pekerja digunakan dan angka pengangguran turun,

tetapi inflasi meningkat. Keadaan ini ditunjukkan oleh titik B. Kenaikan inflasi

mendorong para pekerja menuntut kenaikan upah. Keuntungan perusahaan

merosot dan ada yang mengalami kerugian. Maka sebagai akibat tuntutan

kenaikan upah tersebut dan kerugian yang ditimbulkannya para pengusaha

mengurangi jumlah pekerja dan pengangguran meningkat dan mencapai titik

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Matsani A. Rahman RasibPENGANTAR EKONOMI MAKRO

Page 15: Inflasi

UN kembali. Keadaan ini ditunjukkan oleh titik C pada kurva Phillips jangka

pendek yang kedua (II).

Pengangguran yang dianggap tinggi tersebut sekali lagi mendorong

pemerintah menjalankan kebijakan fiskal dan moneter. Peristiwa yang sama

berulang kembali. Perbelanjaan agregat, kegiatan perusahaan meningkat dan

lebih banyak pekerja digunakan. Maka pengangguran menurun dan

pendapatan nasional bertambah, tapi inflasi juga meningkat. Keadaan ini

ditunjukkan oleh titik D. Inflasi yang makin tinggi menyebabkan tuntutan

kenaikan gaji yang semakin tinggi pula. Mereka ingin mempertahankan

pendapatan riil. Keuntungan perusahaan-perusahaan mulai merosot dan

banyak yang mengalam kerugian. Mereka akan mangurangi penggunaan

tenaga kerja dan pengangguran meningkat kembali dan akhirnya mencapai

tingkat alamiah. Keadaan ini ditunjukkan oleh titik E pada kurva Philips III.

Dari analisis ini dapat disimpulkan bahwa apabila pengangguran telah

mencapai tingkat alamiah, usaha-usaha pemerintah untuk mengurangi tingkat

pengangguran pada ahhirnya bukan mengakibatkan penurunan tingkat

pengangguran tetapi mengakibatkan kenaikan harga-harga. Dengan kata lain,

dalam jangka panjang kurva Phillips berbentulk tegak Iurus (vertikal),

pengangguran akan tetap sebesar UN walau seberapa tinggipun tingkat

inflasi.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Matsani A. Rahman RasibPENGANTAR EKONOMI MAKRO

Page 16: Inflasi

EKONOMI MAKRO 8

EKONOMI MAKRO 3

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Matsani A. Rahman RasibPENGANTAR EKONOMI MAKRO