intensitas serangan penyakit bercak coklat...
TRANSCRIPT
INTENSITAS SERANGAN PENYAKIT BERCAK COKLAT SEMPIT
(Cercospora janseana ) (Rocib) O. Const PADA BEBERAPA VARIETAS
PADI SAWAH ( Oryza sativa L ) DENGAN JARAK TANAM YANG
BERBEDA DI LAPANGAN
SKRIPSI
OLEH :
MERINA SUSANTI GINTING 030302044
HPT
DEPARTEMEN HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2008
Merina Susanti Ginting : Intensitas Serangan Penyakit Bercak Coklat Sempit (Cercospora jan seana) (Rocib) O.Const Pada Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L) Dengan Jarak Tanam Yang Berbeda Di Lapangan, 2008 USU Repository © 2008
INTENSITAS SERANGAN PENYAKIT BERCAK COKLAT SEMPIT
(Cercospora janseana ) (Rocib) O. Const PADA BEBERAPA VARIETAS
PADI SAWAH ( Oryza sativa L ) DENGAN JARAK TANAM YANG
BERBEDA DI LAPANGAN
SKRIPSI
OLEH :
MERINA SUSANTI GINTING 030302044
HPT
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Melaksanakan Ujian Akhir Sarjana Di Departemen Hama dan Penyakit Tanaman
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan
Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing
(Ir. Mukhtar Iskandar Pinem M. Agr) (Ir. Kasmal Aripin MSi) Ketua Anggota
DEPARTEMEN HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2008
DAFTAR TABEL
No Judul Hlm
1. Rataan Varietas Terhadap Intensitas Penyakit..................................... 20 2. Ratan Produksi Gabah Padi Kering ..................................................... 22 3. Rataan Produksi Pada Setiap Kombinasi ............................................. 23
DAFTAR GAMBAR
No Judul Hlm
1. Patogen Cercospora oryzae pada padi................................................. 8 2. Gejala Serangan Bercak Coklat Sempit (Cercospora oryzae ).......... 9 3. Lahan Penelitian................................................................................... 49 4. Sampel Produksi .................................................................................. 50
DAFTAR LAMPIRAN
No Judul Hlm
1. Bagan Penelitian................................................................................... 26 2. Bagan Pengambilan Sampel................................................................. 27 3. Deskripsi 4 Varietas Tanaman Padi ..................................................... 31 4. Tabel Nilai AUDPC Intensitas Serangan Penyakit (%) C. oryzae ...... 35 5. Tabel Rataan Produksi Gabah Kering (Ton/Ha).................................. 37 6. Grafik Laju Infeksi Penyakit Bercak Coklat Sempit............................ 39 7. Tabel Intensitas Penyakit Setiap Minggu Pengamatan ........................ 45
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Penulis ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
dimana atas berkat dan rahmat-Nyalah Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
tepat pada waktunya.
Adapun judul dari skripsi ini adalah “Intensitas Serangan Penyakit
Bercak Coklat Sempit (Cercospora oryzae (Rocib) O.Const) Pada Beberapa
Varietas Padi Sawah (Oryza sativa L ) Dengan Jarak Tanam Yang Berbeda
Di Lapangan” yang merupakan sebagai salah satu syarat untuk dapat menempuh
ujian akhir di Departemen Hama dan Penyakit Tanaman, Fakultas Pertanian,
Universitas Sumatera Utara, Medan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak
Ir. Mukhtar Iskandar Pinem M. Agr dan Bapak Ir Kasmal Aripin MSi. selaku
Komisi Pembimbing yang telah banyak memberikan arahan kepada Penulis.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada keluarga yang telah memberikan
dukungan material dan moril.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu Penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun.
Akhir kata Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak.
Medan, Februari 2008
Penulis
DAFTAR ISI
ABSTRACT........................................................................................... i ABSTRAK ............................................................................................. ii
RIWAYAT HIDUP ............................................................................... iii
KATA PENGANTAR........................................................................... iv
DAFTAR ISI.......................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ................................................................................. viii
DAFTAR GAMBAR............................................................................. ix
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................... x
PENDAHULUAN.................................................................................. 1 Latar Belakang............................................................................ 1 Tujuan Penelitian........................................................................ 3 Hipotesis Penelitian .................................................................... 3 Kegunaan Penelitian ................................................................... 4 TINJAUAN PUSTAKA........................................................................ 5 Botani tanaman padi .................................................................. 5
Syarat Tumbuh ........................................................................... 8 Iklim............................................................................... 10
Tanah ............................................................................. 11 Pengairan ...................................................................... Patogen Penyebab Penyakit.......................................... Gejala Serangan............................................................ Epidemi Penyakit.......................................................... BAHAN DAN METODE...................................................................... 13 Tempat dan Waktu Penelitian..................................................... 13 Bahan dan Alat ........................................................................... 13 Metode Penelitian ....................................................................... 13 Pelaksanaan Penelitian ............................................................... Pembibitan ..................................................................... Pengolahan Lahan ......................................................... Penanaman .................................................................... Pemeliharaan ................................................................. 15 Parameter Pengamatan ............................................................... 16 HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................. 18 Pengamatan Jumlah Spora..........................................................
Pengaruh Varietas Terhadap Intensitas Serangan (%)................ 18 Pengaruh Jarak Tanam Terhadap Intensitas Serangan (%) ........ Pengamatan Kelembaban ........................................................... 18 Pengaruh Varietas Terhadap Produksi........................................ 20 Pengaruh Jarak Tanam Terhadap Produksi ................................ 22 KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 24 Kesimpulan................................................................................. 24 Saran ........................................................................................... 24 DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
Merina Susanti Ginting lahir tanggal 03 Mei 1985 di Tigapanah
Kec.Tigapanah Kab. Karo, Sumatera Utara dari Ayahanda B. Ginting dan Ibunda
Alm K. Bangun. Penulis merupakan anak ke-1 dari 5 bersaudara.
Tahun 2003 Penulis lulus dari SMU Negeri 1 Tigapanah dan lulus seleksi
masuk Universitas Sumatera Utara melalui jalur SPMB di Departemen Hama dan
Penyakit Tanaman, Fakultas Pertanian.
Selama mengikuti perkuliahan, Penulis pernah menjadi asisten di
Laboratorium Hama Penting Tanaman Perkebunan dan asisten Epidemiologi
Tumbuhan. Penulis juga aktif sebagai anggota Ikatan Mahasiswa Katolik
(IMK) Xt Xaverius Universitas Sumatera Utara. Penulis melaksanakan Praktek
Kerja Lapangan di PT.Perkebunan SIPEFF KERASAAN, Pematang Siantar.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dewasa ini padi merupakan makanan pokok setengah penduduk dunia.
Luas arealnya sekitar 100 juta hektar, dan lebih dari 90 % terdapat di Asia
Selatan, Timur dan Tenggara. Produksi totalnya sedikit dibawah gandum. Padi
sudah lama diusahakan di Indonesia, khususnya di Jawa. Penanaman padi disini
telah dimulai sejak datangnya orang Hindu. Oleh karena itu nama – nama yang
dipakai untuk istilah tidak ada yang berasal dari bahasa Sansekerta. Di Indonesia
dikenal padi bulu (Javanica) yang mutu berasnya tinggi, tetapi produksinya
kurang, dan padi cere yang mutu berasnya rendah namun produksinya tinggi.
Disamping padi biasa terdapat padi pulut (ketan ) atau glutinosa. Didaerah tropik
ditanam padi indica yang tidak peka terhadap panjang hari sedang yang berada di
daerah yang beriklim yang sedang ditanam padi japonica (Anonim, 2007 a)
Kebutuhan padi sebagai bahan makanan pokok yang selalu mengalami
kenaikan. Produksi yang dihasilkan dari hasil tanam dalam negeri masih belum
mencukupi kebutuhan. Tiap tahun pemerintah harus mengimpor beras ribuan ton
dari luar negeri, hal ini bukan karena tidak mempunyai usaha untuk meningkatkan
hasil pertanian. Peningkatan segala daya dan upaya agar produksi padi semakin
melimpah telah diusahakan, termasuk dalam GBHN mengenai pola umum jangka
panjang yang pertama (Sugeng, 1997).
Organisme pengganggu tanaman (OPT) merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi stabilitas produksi tanaman padi. Pengelolaan OPT selalu
dihadapkan pada perubahan satus dari berbagai jenis OPT. Perubahan status OPT
terjadi seiring dengan perubahan lingkungan sebagai akibat dari perubahan
tekhnologi. Ekosistem padi sawah mempunyai keragaman flora dan fauna rendah
sehingga keseimbangan yang tercipta bersifat labil (Anonim, 2007 b).
Bercak coklat sempit (narrow brown leaf spot) tersebar luas di negara-
negara penanaman padi. Di Amerika penyakit bercak coklat sempit merupakan
penyakit yang menimbulkan kerugian yang berarti. Kerugian yang diakibatkan
serangan Cercospora oryzae di Indonesia mencapai sebesar 10 %. Akibat
serangan penyakit proses asimilasi terganggu, pembungaan dan pengisian biji
terhambat mengakibatkan produksi berkurang (Anonim,1990).
Analisis suatu epidemi sangat dibutuhkan karena merupakan cara utuk
mendapatkan informasi yang akan menjadi dasar untuk melakukan pengendalian.
Untuk terjadi epidemik, semua faktor lingkungan (biotik dan abiotik) harus sesuai
bagi perkembangan patogen dalam siklus penyakit tumbuhan seperti inokulasi,
sporulasi, dan pelepasan spora dan penyebarannya. Epidemi terjadi bila satu
varietas tanaman ditanam disuatu areal yang luas atau keadaan tanaman yang
mudah diinfeksi, misalnya karena pemupukan yang tidak berimbang, pupuk N
yang berlebihan, adanya luka atau tingginya populasi vektor ( Sinaga, 2004 ).
Penyakit dapat disebabkan oleh hanya satu unsur epidemi saja dengan
catatan kedua unsur lainnya hanya memperlihatkan sifat yang boleh dikatakan
stabil atau konstan (Rivai, 2006)
Jarak tanam merupakan masalah praktis di lapangan dimana sangat
menentukan dalam usaha meningkatkan hasil, karena itu faktor lain ikut
mempengaruhi antara lain habitus tanaman, varietas yang ditanam dan kegiatan
perluasan. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa
kepadatan tanaman sangat berpengaruh terhadap luas daun dan jumlah anakan dan
produksi serta penyakitnya ( Sulistyono dan Rudy, 1997 ).
Tujuan Penelitian :
1. Untuk mengetahui varietas padi yang tahan terhadap penyakit bercak
coklat sempit.
2. Untuk mengetahui jarak tanam padi yang mendukung epidemi penyakit
bercak coklat sempit.
3. Untuk mengetahui varietas yang tahan terhadap serangan bercak coklat
sempit dengan jarak tanam yang berbeda
Hipotesa Penelitian :
1. Terdapat varietas padi (Oryza sativa L) yang tahan terhadap serangan
penyakit bercak coklat sempit.
2. Jarak tanam yang berbeda mempengaruhi perkembangan penyakit.
3. Terdapat interaksi antara varietas dan jarak tanam terhadap serangan
C. oryzae.
Kegunaan Penelitian :
- Sebagai salah satu syarat untuk dapat melakukan penelitian di Fakultas
Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.
- Sebagai sumber informasi bagi pihak yang membutuhkan.
Merina Susanti Ginting : Intensitas Serangan Penyakit Bercak Coklat Sempit (Cercospora jan seana) (Rocib) O.Const Pada Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L) Dengan Jarak Tanam Yang Berbeda Di Lapangan, 2008 USU Repository © 2008
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman Padi ( Oryza sativa L )
Menurut sistematika (taksonomi) tumbuhan, tanaman padi dapat
diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Subdidisio : Angiospermae
Kelas : Monokotil
Ordo : Graminales
Famili : Graminae
Genus : Oryza
Species : Oryza sativa L
( Anonim, 2007 b)
Tanaman padi mempunyai akar serabut, setelah 5 – 6 hari akar serabut
akan tumbuh, warna akar serabut yang masih muda berwarna putih sedangkan
akar yang sudah tua berwarna coklat. Akar yang tumbuh dari ruas batang yang
terendah adalah akar tajuk. Akar rambut merupakan bagian yang tumbuh dari akar
serabut yang berumur pendek yang panjangnya sama dengan akar serabut, akar ini
merupakan saluran pada kulit akar yang berada pada kulit luar yang berfungsi
menghisap air maupun zat – zat makanan (Anonim, 1990).
Batang beruas – ruas merupakan bubung yang kosong. Panjang batang
tergantung pada varietasnya. Pada kedua ujung bubung ditutup oleh buku panjang
ruas tidak sama. Pada buku bagian pelepah bawah terdapat percabangan dimana
cabangnya disebut ligulae (lidah daun) dan bagian yang terpanjang akan menjadi
daun kelopak ( Siregar, 1981 ).
Daun tanaman padi tumbuh pada batang dalam susunan yang
berselang – seling terdapat satu daun pada setiap buku. Tiap daun terdiri atas
helaian daun, pelepah daun, telinga daun (auricle), lidah daun (ligulae), daun
bendera terdapat dibawah malai. Daun kelopak pada daun pelepah terpanjang
yaitu daun pelepah yang membalut ruas yang paling atas, yang disebut daun
bendera, dari situ tumbuh bulir padi. Daun terletak pada batang padi yang
bentuknya memanjang seperti pita, panjang dan lebarnya helaian daun tergantung
pada varietas padi. ( Anonim, 1990 ).
Bunga berasal dari lemma dan palea yang semula terkatup dan terdorong
oleh adanya pengembangan lodikula sehingga palea terlepas dan terpisah dari
lemma dan bunga terbuka. Dengan terbukanya bunga benang sari akan keluar dan
diikuti dengan pecahnya kandung serbuk, sehingga tepung sari (pollen) jatuh
(Anonim, 2007 a )
Buah padi adalah ovary yang telah masak, bersatu dengan lemma dan
palea. Buah ini merupakan hasil penyerbukan dan pembuahan yang terdiri dari
embrio (lembaga ), endosperm dan bekatul (buah padi yang berwarna coklat)
( Anonim, 1990 ).
Berdasarkan bentuk gabahnya, butir padi terbagi menjadi beberapa bentuk
yaitu ramping, memanjang, sedang dan gemuk. Pada pembuahan pollen yang
menempel pada kepala putik dengan cairan yang ada pada kepala putik
( Siregar, 1981 ).
Pembentukan anakan
FASE VEGETATIF
FASE GENERATIF
Pembungaan Keluarnya malai atau bunga
Pertunasan Perkecambahan
Pembentukan Malai - Bunting
FASE PEMATANGAN
Matang susu Matang Penuh Matang Adonan
Gambar 1. Tahapan Pertumbuhan Tanaman Padi Sumber : http://www.deptan.go.id/ditlin-tp
Syarat Tumbuh
Iklim
Padi tumbuh baik didaerah tropis maupun didaerah subtropik pada 45 0
LU sampai 45 0 LS dengan cuaca panas dan kelembaban tinggi dengan musim
hujan 4 bulan. Rata – rata curah hujan yang baik adalah 200 mm/bulan atau
1500 –2000 mm/tahun. Padi dapat ditanam dimusim hujan, walaupun air
melimpah penyerbukan dapat menurun karena penyerbukan kurang intensif.
Tanaman padi memerlukan penyinaran matahari penuh tanpa naungan. Angin
berpengaruh pada penyerbukan dan pembuahan tetapi jika terlalu kencang akan
merobohkan tanaman ( Suparyono dan Setyono, 1994 ).
Tanah
Padi sawah ditanam ditanah berlempung yang berat atau memiliki lapisan
yang keras 30 cm dibawah permukaan tanah, berlumpur yang subur dengan
ketebalan 21 – 22 cm. Keasaman tanah antara pH 4,0 – 7,0. Pada tanaman padi
sawah, penggenangan akan mengubah pH tanaman sehingga menjadi netral
( 7,0). Pada prinsipnya tanah berkapur tidak merusak tanaman padi. Karena
mengalami penggenangan, tanah sawah memiliki lapisan reduksi yang
mengandung oksigen dan pH tanah sawah biasanya mendekati netral. Untuk
mendapatkan tanah sawah yang memenuhi syarat memerlukan pengolahan yang
khusus ( Anonim, 2007 b )
Pengairan
Pengairan dilakukan setelah pengolahan tanah selesai dan siap ditanami
dan dikurangi air macak – macak. Hal ini untuk mempermudah pembuatan caplak
dan penanaman sehingga menjadi lekat ditanah. Setelah 2 hari air dimasukkan
sampai semua permukaan tanah terendam. Setelah 2 minggu air dikuras untuk
mempermudah penyiangan dan untuk pemupukan dan sehari setelah pemupukan
air dimasukkan kembali. Pengurasan dilakukan lagi setelah 30 hari setelah tanam
untuk mempersiapkan penyiangan dan pemupukan kedua kalinya. Pada umur
40 – 50 hari yang diperkirakan jumlah anakan sudah maksimal, permukaan air
ditinggikan sampai 20 cm untuk menekan tumbuhnya anakan baru. Pada saat
pembentukan bulir padi, air ditambah untuk menekan tumbunya anakan baru dan
air sangat diperlukan untuk pengisian gabah. Setelah 1 minggu menjelang panen
dilakukan pengurasan air ( Sugeng, 1997 )
Patogen Penyebab Penyakit
Biologi Penyakit
Cercospora oryzae dapat diklsifikasikan sebagai berikut :
Kingdom : Myceteae
Divisio : Amastigomycota
Suddivisio : Deutromycota
Kelas : Deutromycetes
Ordo : Moniliales
Famili : Moniliceae
Genus : Cercospora
Spesies : Cercospora oryzae (Rocib) O.Const
( Semangun, 1993 )
Penyebab penyakit bercak coklat sempit pada tanaman padi adalah jamur
C. oryzae (Racib) O. Const. Konidianya bersekat 3 – 10, tangkainya coklat.
Konidium disebarkan oleh angin dan infeksi ketanaman terjadi melalui mulut kulit
dan menginfeksi daun tua maupun daun muda. Gejala tampak setelah infeksi
C. oryzae dapat bertahan dari musim kemusim pada jerami dan inang alternatif
lainnya misalnya Panicum repens ( Semangun, 1993 ).
a
b
Gambar 2 : C. oryzae (a) konidia (b) konidiofor Sumber : Pengamatan Mikroskop Perbesaran 400 X
Gejala Serangan
Pada daun dan pelepah daun terdapat bercak coklat sempit seperti
garis pendek. Pada varietas yang tahan bercak berukuran 0,2 – 1 cm × 0,1 cm,
berwarna coklat gelap. Pada varietas rentan bercaknya lebih besar dan berwarna
coklat terang ( Harahap dan Tjahjono, 2004 ).
Nampak adanya bercak yang sempit dan pendek berwarna coklat muda
agak kemerah – merahan dan memanjang searah tulang daun. Semua bagian
tanaman dapat diserang ( Rismunandar, 1981 ).
a
Gambar 3 : Gejala Serangan C.oryzae pada padi (a) Sumber : Foto Langsung
Faktor Yang Mempengaruhi Penyakit C. oryzae
Penyakit ini dipengaruhi oleh varietas tanaman yang dipergunakan seperti
PB 26, PB 28, PB 30 yang sangat rentan terhadap bercak coklat sempit. Pada
musim kemarau maka keparahan penyakit akan meningkat ( Semangun, 1993 )
Pengendalian Penyakit
1. Pengendalian penyakit ini dapat dilakukan secara terpadu dengan cara :
2. Menggunakan varietas tahan
3. Menghindari pemakaian benih dari daerah yang pernah terserang
4. Pemupukan berimbang
5. Sanitasi lahan dan membakar sisa – sisa tanaman
6. Melaksanakan perawatan benih dengan fungisida campuran misalnya
Benomil 20 % dan Tiram 20 % ( Noor, 1996 )
Epidemi Penyakit
Epidemi penyakit tumbuhan berkembang sebagai hasil kombinasi
elemen – elemen yang menyebabkan penyakit tumbuhan yaitu tanaman inang
yang rentan, patogen yang virulen dan kondisi lingkungan yang mendukung
perkembangan penyakit selama periode tertentu serta kejadian penyakit yang
berulang – ulang ( Oka, 1993 ).
Inang Patogen
Lingkungan Manusia
Gambar 4 : Faktor – faktor yang mempengaruhi epidemi penyakit tanaman
Sumber : Anonim a, 2007
Faktor Inang
Faktor – faktor internal merupakan faktor dari inang seperti tipe tanaman,
tingkat ketahanan tanaman, keragaman genetik, umur tanaman, kandungan nutrisi
dan senyawa fenolik. Umumnya epidemi tanaman terjadi pada tanaman semusim,
tanaman yang ditanam secara monokultur serta menanam pada lahan yang
sebelumnya telah terserang penyakit ( Sinaga, 2004 )
Faktor Patogen
Banyaknya keturunan yang dihasilkan oleh patogen dapat menyebabkan
terjadinya epidemi penyakit, patogen yang mempunyai siklus generasi ( dari spora
sampai menghasilkan spora kembali ) yang lebih cepat akan mengakibatkan
perkembangan epidemi yang lebih cepat. Epidemi yang lebih sering terjadi pada
patogen yang disebarkan oleh angin dalam radius yang jauh ( Sinaga, 2004 )
Jika masuk ke suatu daerah baru, suatu penyakit dapat berkembang dengan
cepat dan menjadi epidemi yang berat. Hal yang sama akan terjadi bila timbul
strain patogen baru yang virulen ( Semangun, 1996 )
Faktor Lingkungan
Kelembaban yang berlebihan, berlangsung lama atau berulangkali baik
dalam bentuk hujan, embun merupakan faktor mempengaruhi perkembangan
penyakit dalam meningkatkan sporulasi patogen. Suhu yang kurang cocok
terhadap perkembangan tanaman dapat membuat tanaman menjadi stress dan
terdisposisi terhadap penyakit sehingga lebih mudah penyakit merusak tanaman
( Agrios, 1997 ).
Meningkatnya penyakit ( laju infeksi ) bergantung pada :
r = 2,3/t2-t1 log X2/X1 Dimana : t1 = waktu pengamatan setelah pengamatan sebelumnya
t2 = waktu pengamatan setelah pengamatan sebelumnya
X2 = Intensitas serangan kedua
X1 = Intensitas serangan pertama
r = Laju Infeksi (Populasi penyakit/waktu)
( Oka, 1993 )
Dalam rangka membandingkan atau menganalisis epidemi penyakit maka
area dibawah kurva perkembangan penyakit ( ABKPP) dapat digunakan sebagai
dskriptor bagi epidemi tersebut. Variasi waktu, laju perkembangan penyakit
semua telah mencakup kedalam ABKPP. Rumus ABKPP yaitu :
ABKPP = ∑=
++n
i 1
t1)- (t2 ] X1)/2 1 i (X [
Xi = Intensitas penyakit pada pengamatan ke-i
N = Pengamatan pada saat terminal penyakit (terakhir)
t = Waktu pengamatan (mingguan)
Merina Susanti Ginting : Intensitas Serangan Penyakit Bercak Coklat Sempit (Cercospora jan seana) (Rocib) O.Const Pada Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L) Dengan Jarak Tanam Yang Berbeda Di Lapangan, 2008 USU Repository © 2008
BAHAN DAN METODA
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kampung Susuk P. Bulan, Medan. Dengan
ketinggian tempat ± 25 m dpl, dan dilaksanakan bulan Oktober 2007 sampai bulan
Januari 2008.
Bahan dan Alat
Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih padi
varietas IR 64, Ciherang, Cigeulis, dan Cisanggarung, serta pupuk Urea, pupuk
TSP, pupuk KCl.
Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, garu,
meteran , kalkulator, alat tulis, deckglass, mikroskop, timbangan, sabit, mesin
kipas, tali plastik, plank nama dan pendukung lainnya.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Kelompok ( RAK )
faktorial yaitu 2 faktor, dengan perlakuan sebagai berikut :
Faktor 1 yaitu varietas padi :
V1 = Varietas IR 64
V2 = Varietas Ciherang
V3 = Varietas Cigeulis
V4 = Varietas Cisanggarung
Faktor II yaitu jarak tanam :
JI = Jarak tanam 20 × 20 cm
J2 = Jarak tanam 20 × 25 cm
Dengan perlakuan kombinasi sebagai berikut :
V1J1 V3J1
V1J2 V3J2
V2J1 V4J1
V2J2 V4J2
Banyaknya ulangan yang dilakukan sebanyak 3 ulangan untuk setiap perlakuan.
Metoda linier yang digunakan adalah :
( t – 1 ) ( r – 1 ) ≥ 15
( 8 – 1 ) ( r – 1 ) ≥ 15
7r – 7 ≥ 15
7r ≥ 22
r ≥ 22/7
r ≥ 3,14
Model linear Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial adalah :
Yijk = µ + τi + βj + εijk ; dimana : i = 1,2,..,5
j = 1,2,3,4
Yij = Respon atau nilai pengamatan dari perlakuan ke-i dan Ulangan ke-j
µ = nilai tengah umum (rataan)
τi = pengaruh (efek) perlakuan ke-i
βj = pengaruh (efek) ulangan ke-j
(Bangun, 1988 ).
Pelaksanaan Penelitian
Penyemaian benih
Tanah yang digunakan untuk media semai dibersihkan, diratakan dan
dibuat bedengan dengan ketinggian 10 cm dengan ukuran 1,5 × 1,5 m sebanyak 4
bedengan untuk penyemaian 4 varietas padi. Ditaburkan pupuk urea sebanyak 400
gram dan TSP sebanyak 200 gram untuk seluruh bedengan tersebut. Sebelum
penyemaian benih, benih dimasukkan kedalam goni dan direndam selama 2 hari
(48 jam ), setelah 2 hari benih ditaburkan secara merata diatas bedengan.
Pengolahan Lahan
Pembersihan
Sebelum tanah sawah dibajak harus terlebih dahulu dibersihkan dari jerami
atau rumput yang ada.
Pembajakan
Pembajakan dilakukan sebanyak 2 kali, yang pertama pembajakan kasar
setelah seminggu kemudian dilakukan pembajakan halus dengan kedalaman
12 – 20 cm.
Penggaruan
Penggaruan dilakukan berulang – ulang sehingga lahan benar – benar
bersih dari sisa jerami.
Penanaman
Bibit yang dicabut adalah bibit yang sudah berumur 25 – 30 hari, berdaun
5 – 7 helai. Bibit yang digunakan adalah bibit yang sehat, tingginya ± 25 cm,
batangnya besar dan kuat, bebas dari serangan hama da penyakit serta tingginya
seragam. Pencabutan bibit dilakukan pada pagi hari. Bibit diikat untuk
mempermudah pengangkutan. Penanaman dilakukan dengan cara berjalan
mundur, tangan kiri memegang bibit dan tangan kanan menanam, tiap lubanga
ditanam 2 atau 3 batang bibit dalamnya 3 cm atau 4 cm. Penanaman harus tegak
lurus.
Pemupukan
Pemupukan dilakukan pada saat tanaman berumur 2 minggu (MST), 5
minggu setelah tanam (MST) dan 7 minggu setelah tanam (MST) dengan
kebutuhan pupuk sebagai berikut :
1. Urea 1.39kg, TSP 1.39Kg, KCl 0.7 kg./plot
2. Urea 1.39kg, TSP 0.7 kg, KCl 0.35 kg/ plot
3. Urea 1.39kg/ plot
Pemupukan dengan cara menebarkan keseluruh lahan secara merata.
Pemeliharaan
Penyulaman dilakukan pada pagi atau sore hari bila ada tanaman yang
mati atau rusak. Penyulaman dilakukan hingga tanaman berumur 10 hari setelah
tanam di lapangan. Tanaman disiangi dari gulma setiap minggunya sebelum
dilakukan pemupukan.
Pemanenan
Pemanenan dilakukan setelah tanaman berumur 100 hari pada tingkat
pemasakan 95 % bulir sudah menguning, bagian bawah malai mash terdapat
sedikit gabah hijau, kadar airnya 21 – 26 %. Seluruh bagian tanaman sudah
berwarna kuning. Batang mulai mengering. Gabah yang diambil sudah sulit
dipecah apabila dipecah dengan kuku. Sawah dikeringkan seminggu sebelum
panen, dipotong dengan sabit dan dibersihkan dengan mesin. Setelah itu padi
dikeringkan dibawah terik matahari.
Parameter Pengamatan
1. ABKPP ( Area di Bawah Kurva Perkembangan Penyakit) C. oryzae
Pengamatan ABKPP dilakukan setiap minggu. Pengamatan dilakukan
sebanyak 8 kali pengamatan. ABKPP dapat dihitung dengan rumus :
ABKPP = ∑=
++n
i 1
t1)- (t2 ] X1)/2 1 i (X [
Intensitas Serangan Penyakit C. oryzae
Intensitas serangan penyakit dapat dihitung dengan rumus :
%100)(
xNxZ
nxvI ∑=
Dimana:
I : Intensitas Serangan Penyakit (%)
n : Jumlah bagian tanaman yang terserang (helai)
V : Nilai skala daun yang terserang
N : Jumlah seluruh daun yang diamati
Z : Skala tertinggi dari kategori skala serangan
SKALA KATEGORI SERANGAN
(Bercak/Daun)
KETERANGAN
1 0 – 35 bercak Tahan
3 36 – 45 bercak Ringan
5 46 – 70 bercak Sedang
7 71 – 90 bercak Sedang
9 91 – 100 bercak Berat
(Anonim, 2007 c)
Produksi
Pengamatan produksi tanaman dilakukan pada saat panen. Hal ini
dilakukan dengan menghitung masing – masing produksi plot perlakuan (kg/plot)
kemudian hasilnya dikonversikan kedalam satuan ton/Ha dengan menggunakan
rumus :
Produksi (ton/ha) = Luas lahan 1 ha(10.000 m 2 ) X Produksi per plot (kg) Luas Plot ( m 2)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian epidemi penyakit bercak coklat sempit
(Cercospora oryzae) pada beberapa varietas padi sawah (Oryza sativa L) dengan
jarak tanam berbeda di lapangan adalah sebagai berikut :
1. AKBPP ( Area di Bawah Kurva Perkembangan Penyakit) Bercak
Coklat Sempit (C. Orzae).
Dari data penelitian berdasarkan perhitungan statistik epidemi yaitu
berdasarkan AKBPP ( Area di Bawah Kurva Perkembangan Penyakit) Bercak
Coklat Sempit (C. Orzae ) merupakan model penghitungan jumlah penyakit
dalam satu populasi yang didasarkan pada intensitas serangan dan waktu. Dapat
digambarkan grafik perkembangan penyakit bercak coklat sempit seperti gambar
dibawah.
Grafik Perkembangan Intensitas Penyakit Terhadap Waktu dan Area di Bawah Perkembangan Penyakit (AKBPP)
0
20
40
60
80
100
1 3 5 7 9 11Waktu (Mingguan)
Inte
nsita
s Pen
yaki
t (%
) V1J1
V1J2
V2J1V2J2
V3J1
V3J2
V4J1V4J2
Gambar 5 : Grafik perkembangan intensitas penyakit bercak coklat sempit (C. oryzae) terhadap waktu dan AKBPP
Merina Susanti Ginting : Intensitas Serangan Penyakit Bercak Coklat Sempit (Cercospora jan seana) (Rocib) O.Const Pada Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L) Dengan Jarak Tanam Yang Berbeda Di Lapangan, 2008 USU Repository © 2008
Dari garfik AKBPP ( Area di Bawah Perkembangan Penyakit) tersebut
tampak perekembangan penyakit bercak coklat sempit yang paling tinggi terdapat
pada perlakuan varietas IR64 dengan jarak tanam 20 cm × 20 cm dan paling
rendah terdapat pada perlakuan varietas ciherang dengan jarak tanam 20 cm × 25
cm. Waktu awal timbulnya penyakit di lapangan setelah 4 minggu masa tanam.
Brdasarkan AKBPP tampak bahwa
2. Intensitas Serangan Penyakit C. oryzae
1. Pengaruh Varietas Padi Terhadap Intensitas Serangan (%) Penyakit
Bercak Coklat Sempit (Cercospora oryzae)
Perbedaan antar perlakuan dilakukan dengan uji jarak duncan pada
perhitungan AKBPP penyakit seperti pada tabel berikut :
Tabel 1 : Uji Beda Rataan Varietas Terhadap Intensitas Serangan Penyakit
Intensitas Serangan (%)
Perlakuan
5 mst 6 mst 7 mst 8 mst 9 mst 10mst 11mst 12mst V1 V2 V3 V4
8,95a 9,27b 9,19c 8,67d
19,39a 16,86b 16,57 16,07d
29,36a 22,76b 24,81c 22,13d
38,70a 1,14b 33,76c 27,84d
40,21a 38,64b 41,76c 35,01d
65,42a 51,83b 50,67c 42,79d
82,37a 75,05b 72,65c 65,41d
91,58a 87,74b 86,02c 80,97d
Keterangan : Angka dengan notasi huruf yang sama pada kolom
yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% menurut uji jarak duncan.
Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa intensitas serangan penyakit bercak coklat
sempit (C. oryzae) pada perlakuan V1 berbeda nyata pada taraf 5 persen terhadap
intensitas serangan penyakit dibandingkan dengan perlakuan V2,V3 dan V4.
Berdasarkan rataan perhitungan area dibawah kurva perkembangan
penyakit (AKBPP) diperoleh rata – rata intensitas serangan penyakit (%) yaitu V1
(IR 64), V2 (Ciherang), V3 (Cigeulis) dan V4 (Cisanggarung). Berturut-turut
yaitu 40,5 %, 39,34 %, 38,56 %, dan 35,53 %, menunjukkan bahwa varietas yang
paling rentan terhadap penyakit bercak coklat sempit adalah varietas IR 64. Hal
ini disebabkan jumlah anakan varietas IR 64 lebih banyak dibandingkan varietas
yang lain mengakibatkan kelembaban tanaman meningkat dan memudahkan
patogen menyebar dan menginfeksi tanaman. Sesuai dengan literatur
( Anonim, 2007 a ) bahwa jumlah anakan varietas IR 64 lebih banyak
dibandingkan varietas Ciherang, varietas Cigeulis dan Varietas Cisanggarung.
Pada pengamatan ke-8 besarnya intensitas serangan penyakit meningkat secara
drastis, dikarenakan sawah kering akibat terjadi kemarau sehingga tanaman
menjadi rentan terhadap serangan patogen karena aktivitas metabolisme tanaman
terhambat.
2. Pengaruh Jarak Tanam Terhadap Intensitas serangan Bercak Coklat
Sempit (C. oryzae)
Dari data yang diperoleh dilapangan berdasarkan perhitungan statistika
AKBPP epidemi maka jarak tanam 20 × 20 cm (J1) dan 20 × 25 cm (J2) tidak
berpengaruh terhadap Intensitas serangan penyakit bercak coklat sempit
(C. oryzae) di lapangan.
Berikut ditampilkan tabel rataan pengaruh jarak tanam J1 dan J2 terhadap
intensitas serangan penyakit bercak coklat sempit di lapangan.
Tabel 2 : Uji Beda Rataan Jarak Tanam Terhadap Intensitas Serangan Penyakit
Intensitas Serangan (%)
Perlakuan
5 mst 6 mst 7 mst 8 mst 9 mst 10mst 11mst 12mst J1 J2
8,76 9,27
18,03 16,41
26,36 23,17
33,17a 32,54b
41,10a 40,71b
51,97a 53,39b
74,67a 73,06b
88,03a 85,12b
Keterangan : Angka dengan notasi huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% menurut uji jarak duncan.
Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa jarak tanam yang berbeda antara J1
dan J2 tidak berpengaruh nyata pada pengamatan 6 mst hingga 8 mst. Namun
setelah pengamatan minggu 9 dan seterusnya tampak berpengaruh nyata. Namun
demikian perbedaan intensitas serangan penyakit kecil antara jarak tanam 1 (J1)
dan jarak tanam (J2)
3. Pengaruh Varietas Terhadap Produksi (ton/ha)
Untuk menentukan perbedaan antar perlakuan dilanjutkan dengan uji jarak
duncan seperti pada tabel berikut :
Tabel 2: Rataan Produksi Gabah Padi Kering ( ton/ha )
Varietas Rataan
V1 5,20 B
V2 7,00 A
V3 5,56 B
V4 5,97 B
Keterangan : Angka dengan notasi huruf yang sama pada kolom
yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 1% menurut uji jarak duncan.
Dari tabel rataan produksi diatas dapat dilihat bahwa produksi padi pada
perlakuan V2 berbeda sangat nyata terhadap produksi padi pada perlakuan V1,V3
dan V4. Produksi tertinggi terdapat pada perlakuan V2 sebesar 42,03 ton/ha dan
produksi terendah terdapat pada perlakuan V1 sebesar 31,21 ton/ha.
Pengaruh Jarak Tanam Terhadap Produksi (ton/ha)
Hasil pengamatan pengaruh jarak tanam terhadap produksi dapat dilihat pada
tabel diatas. Dari grafik tersebut menunjukkan bahwa jarak tanam yang berbeda
berpengaruh sangat nyata terhadap produksi padi. Produksi paling tinggi terdapat
pada jarak tanam 20 cm × 25 cm sebesar 6,39 ton/ha dan paling rendah terdapat
pada 20 cm × 25 cm sebesar 5,48 ton/ha. Hal ini disebabkan pada jarak tanam 20
cm × 25 cm jumlah anakan lebih banyak dibandingkan jarak tanam 20 cm × 20
cm yang jumlah anakannya lebih sedikit dan cenderung lebih kerdil serta mudah
terinfeksi penyakit.
Grafik Pengaruh Jarak Tanam Terhadap Produksi (ton/ha)
55,5
66,5
J1 J2
Jarak Tanam (cm)
Prod
uksi
(to
n/ha
)
Produksi(ton/ha)
Gambar 6 : Grafik Pengaruh Jarak Tanam Terhadap Produksi (ton/ha)
Tabel 3 : Rataan Produksi pada setiap kombinasi perlakuan ( ton/ha )
Perlakuan Rataan
Ton/Ha
V1J1 5,78 B
V1J2 4,62 B
V2J1 7,48 A
V2J2 6,53 A
V3J1 5,95 B
V3J2 5,17 B
V4J1 6,35 B
V4J2 5,58 B
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa produksi tanaman padi tertinggi
terdapat pada kombinasi V2J1 sebesar 7,48 ton /Ha dan terendah terdapat pada
perlakuan V1J2 yaitu 4,62 ton/Ha. Perbedaan produksi padi menunjukkan bahwa
hasil produksi berbanding terbalik dengan intensitas serangan pada perlakuan V1.
Tetapi tidak demikian dengan produksi pada V2 yang seharusnya terendah yang
kedua berdasarkan besarnya intensitas serangan penyakit, dimana intensitas
serangan penyakit kedua setelah V1 adalah V2 tetapi berdasarkan data yang
diperoleh dalam penelitian bahwa penyakit bercak coklat sempit tidak
berpengaruh terhadap kehilangan hasil pada V2.
3. Laju infeksi Penyakit
Grafik Laju (populasi penyakit/minggu pengamatan) Infeksi Penyakit Bercak Coklat Sempit Pada Tanaman
Padi
00,10,20,30,40,50,60,70,80,9
V1J1 V1J2 V2J1 V2J2 V3J1 V3J2 V4J1 V4J2
Varietas Tanaman Padi
Laju
Infe
ksi P
enya
kit
r1
r2
r3
r4
r5
r6
r7
Gambar 7 : Grafik Laju Infeksi Penyakit Bercak Coklat Sempit
Laju infeksi penyakit dapat dilihat pada grafik diatas. Laju infeksi peyakit
berbeda pada setiap minggu pengamatan. Hal ini sesuai dngan literatur
(Oka, 1993 ) yang menyatakan bahwa laju infeksi dapat cepat tetapi beratnya
penyakit tidak seberapa atau ringan, sebaliknya laju infeksi dapat cepat yang
dibarengi dengan penyakit yang berat.
Berdasarkan data laju infeksi yang didapatkan dilapangan maka dapat
dikatakan bahwa laju infeksi penyakit terkecil terdapat pada minggu pengamatan
terakhir. Hal ini disebakan karena kondisi lingkungan tidak mendukung
pertumbuhan tanaman sehingga tanaman menjadi rentan terhadap penyakit akibat
terjadi kekeringan. Hal ini sesuai dengan literatur (Oka ,1993 ) yang menyatakan
bahwa berat ringannya penyakit ditentukan oleh derajad virulensi patogen, derajad
ketahanan inang, dan faktor lingkungan.
Berdasarkan dari data intensitas serangan yang diperoleh dilapangan dapat
dibuat laju infeksi penyakit. (Lampiran 6 ). Dari data tersebut diketahui bahwa
laju infeksi menurun pada setiap minggu pengamatan. Hal ini disebabkan karena
terjadi kemarau, sawah menjadi kering yang mengakibatkan tanaman menjadi
rentan terhadap penyakit bercak coklat sempit. Hal ini sesuai dengan literatur
Semangun (1993) yang mengatakan bahwa penyakit bercak coklat sempit dapat
meningkat akibat terjadi kemarau.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Gejala serangan bercak coklat sempit (C .oryzae ) mulai tampak dilapangan
setelah 5 MST
2. Jarak tanam 20 × 20 cm dan 20 × 25 cm tidak mempengaruhi perkembangan
penyakit bercak coklat sempit.
3. Intensitas serangan bercak coklat sempit tertinggi terdapat pada perlakuan
varietas IR64 dengan jarak tanam 20 cm × 20 cm sebesar 41,21 % dan
terendah terdapat pada perlakuan varietas Ciherang dengan jarak tanam 20 cm
× 25 cm sebesar 34,62 %
4. Intensitas serangan penyakit paling tinggi pada fase generatif.
5. Produksi terendah terdapat pada varietas IR 64 dan tertinggi pada varietas
Ciherang.
Saran
Perlu adanya penelitian lebih lanjut tentang faktor – faktor lainnya yang
mempengaruhi perkembangan penyakit bercak coklat sempit
(Cercospora oryzae ) di lapangan.
Lampiran 1
BAGAN PENELITIAN
I III 11
V1J1 V2J2 V3J1
V2J2 V1J1 V2J2
V3J1 V4J2 V1J1
V4J2 V3J1 V4J2
V1J2 V2J1 V3J2
V2J1 V1J2 V2J1
V3J2 V4J1 V1J2
V4J1 V3J2 V4J1
Keterangan : V1 : Varietas IR 64 V2 : Varietas Ciherang V3 : Varietas Cigeulis V4 : Varietas Cisanggarung J1 : Jarak tanam 20 × 20 cm J2 : Jarak tanam 20 × 25 cm
Lampiran 2
Bagan Pengambilan Sampel
1,6 m
X X X X X X
20 cm
X Xa X X X X
X X X Xa X X 20 cm
X Xa X X X X
X X X Xa X X 30 cm
X X X X X X 30 cm
1,6 m Keterangan : X = Tanaman Utama ( 36 tanaman )
Xa = Tanaman Sampel ( 4 tanaman )
Jumlah unit percobaan = 3 ulangan
Luas plot = 2,56 m 2
Jarak antar perlakuan = 1 m
Jarak antar ulangan = 1 m
Jarak tanam = 20 × 20 cm
Jumlah populasi/plot = 36 rumpun
Jumlah populasi = 864 rumpun
Jumlah sampel/rumpun = 10 batang
Jumlah tanaman sampel/plot = 4 rumpun
Jumlah tanaman sampel = 96 rumpun
Bagan Pengambilan Sampel
1,85m
X X X X X X
20 cm
X Xa X X X X
X X X Xa X X 25 cm
X Xa X X X X
X X X Xa X X 30 cm
X X X X X X 30 cm
1,6 m
Keterangan : X = Tanaman Utama ( 36 tanaman )
Xa = Tanaman Sampel ( 4 tanaman )
Jumlah unit percobaan = 3 ulangan
Luas plot = 2,96 m
Jarak antar perlakuan = 1 m
Jarak antar ulangan = 1 m
Jarak tanam = 20 × 25 cm
Jumlah populasi/plot = 36 rumpun
Jumlah populasi = 896 rumpun
Jumlah sampel/rumpun = 10 batang
Jumlah tanaman sampel/plot = 4 rumpun
Jumlah tanaman sampel = 96 rumpun
Lampiran 3.
Deskripsi Tanaman Padi Varietas IR 64
Asal : Persilangan IR 5657-33-2-1/IR2061-465-1-5-5
Golongan : Cere (Indica) kadang – kadang berbulu
Bentuk : Tegak
Tinggi : ± 85 cm
Anakan Produktif : Banyak
Warna :
Kaki : Hijau
Batang : Hijau
Daun :
Telinga daun : Tidak Berwarna
Lidah Daun : Tidak Berwarna
Muka Daun : Kasar
Posisi Daun : Tegak
Daun Bendera : Tegak
Gabah :
Bentuk : Ramping panjang
Warna : Kuning bersih
Nasi : Enak (memerlikan banyak air waktu memasak)
Kadar amilosa: 24,1 %
Panen : ± 5,0 ton/Ha gabah kering bersih
Umur panen : 115 hari
Kerontokan : Tahan
Ketahanan Penyakit :Agak tahan terhadap Bakteri busuk daun
(Xanthomonas oryzae) dan tahan virus kerdil rumput
Daerah Adaptasi : Baik untuk padi sawah dataran rendah
Tahun Dilepas : 17 Juli 1986
No SK Pelepasan : 449/Kpts/TP 240/12/1986
Deskripsi Tanaman Padi Varietas CIHERANG
Asal : IR 18349-53-1-3-1-3/IR 19661-131-3-1//IR19661-131-3-1-
3///IR64////IR64
Golongan : Cere
Bentuk : Tegak
Tinggi : 107-115 cm
Anakan Produktif : 14-17 batang
Warna :
Kaki : Hijau
Batang : Hijau
Daun :
Telinga daun : Putih
Lidah Daun : Putih
Muka Daun : Kasar pada sebelah daun bawah
Posisi Daun : Tegak
Daun Bendera : Miring sampai mendatar
Gabah :
Bentuk : Panjang dan ramping
Warna : Kuning bersih
Nasi : Pulen
Kadar amilosa: 23 %
Panen : 5,0-7,0 ton/Ha gabah kering bersih
Umur panen : 116-125 hari
Kerontokan : Sedang
Ketahanan Penyakit :Tahan terhadap Bakteri busuk daun (Xanthomonas
oryzae) strain III dan IV
Daerah Adaptasi : Baik untuk daerah ketinggian (500 m dpl)
Tahun Dilepas : 25 Februari 2000
No SK Pelepasan : 60/Kpts/TP 240/2/2000
Deskripsi Tanaman Padi Varietas CIGEULIS
Asal : Persilangan Ciliwung/Cikapundung/IR64
Golongan : Cere
Bentuk : Tegak
Tinggi : 100 - 110 cm
Anakan Produktif : 14-16 batang
Warna :
Kaki : Hijau
Batang : Hijau
Daun :
Telinga daun : Putih
Lidah Daun : Putih
Muka Daun : Agak kasar
Posisi Daun : Tegak
Daun Bendera : Tegak
Gabah :
Bentuk : Panjang dan ramping
Warna : Kuning bersih
Nasi : Pulen
Kadar amilosa: 23 %
Panen : 5,8 ton/Ha gabah kering bersih
Umur panen : 115-125 hari
Kerontokan : Sedang
Ketahanan Penyakit :Tahan terhadap Bakteri busuk daun (Xanthomonas
oryzae) strain IV
Daerah Adaptasi : Baik untuk daerah ketinggian dibawah (600 m dpl)
Tahun Dilepas : 14 Februari 2003
No SK Pelepasan : 123/Kpts/TP 240/14/2003
Deskripsi Tanaman Padi Varietas CISANGGARUNG
Asal : Persilangan IR 2061-288-39/Pelita 1-13/ PB 36//Pelita 1-1
Golongan : Cere (Indica) kadang – kadang berbulu
Bentuk : Tegak
Tinggi : 80-100 cm
Anakan Produktif : Sedang (15-20 batang)
Warna :
Kaki : Hijau
Batang : Hijau
Daun :
Telinga daun : Tidak Berwarna
Lidah Daun : Tidak Berwarna
Muka Daun : Kasar
Posisi Daun : Tegak
Daun Bendera : Miring sampai mendatar
Gabah :
Bentuk : Agak Gemuk
Warna : Kuning bersih, ujung gabah sewarna
Nasi : Enak (memerlikan banyak air waktu memasak)
Kadar amilosa: 24 %
Panen : 5,0-6,0 ton/Ha gabah kering bersih
Umur panen : 125-135 hari
Kerontokan : Sedang
Ketahanan Penyakit :Tahan terhadap Bakteri busuk daun (Xanthomonas
oryzae)
Daerah Adaptasi : Baik untuk padi sawah dataran sedang (500-900 m dpl)
Tahun Dilepas : 28 Desember 1985
No SK Pelepasan : 853/Kpts/TP 240/12/1985
(Sumber : UPT. Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih IV Dinas Pertanian Propinsi Sumatera Utara) Lampiran 4.
Tabel Nilai AUDPC ( Area Under Curve ) Intensitas Serangan (%)Penyakit Bercak Daun Sempit (Cercospora oryzae)
Ulangan Perlakauan
1 2 3 Total Rataan
V1J1 43,30 41,98 38,36 123,64 41,21 V1J2 43,50 34,02 39,16 116,68 38,89 V2J1 42,77 41,26 37,23 121,26 40,42 V2J2 39,49 40,15 35,17 114,78 38,26 V3J1 38,35 39,16 35,17 112,68 37,56 V3J2 39,87 38,64 40,16 118,67 39,56 V4J1 37,92 37,23 34,15 109,30 36,43 V4J2 36,82 36,53 30,50 103,85 34,62 Total 321,99 308,97 289,9 38,37
Rataan 40,25 38,62 36,24 920,86 Tabel Dwikasta Total
V/J J1 J2 Total
V1 123,64 116,68 240,32 V2 121,26 114,78 236,04 V3 112,68 118,67 231,35 V4 109,30 118,67 231,35
Total 466,68 453,98 920,86 Tabel Dwikasta Rataan
V/J J1 J2 Total
V1 41,21 38,89 40,05 V2 40,42 38,26 39,34 V3 37,56 39,56 38,56
V4 36,43 34,62 35,53 Rataan 38,91 37,83 38,37
Tabel : Sidik Ragam Nilai AUDPC Intensitas Serangan (%) Bercak Daun Sempit
SK dB JK KT F Hit F0,05 F0,01
Ulangan 2 65,10 32,55 14,33** 3,74 6,51 Perlakuan 7 97,43 13,92 6,13** 2,77 4,28
V 3 71,42 23,81 10,48** 3,34 5,56 J 1 3,15 3,15 1,38 tn 4,60 8,86
VJ 3 22,86 7,62 3,36 * 3,34 5,56 Galat 14 17,71 2,27 Total 23
KK (%) = 3,93 % FK = 35332,63 Keterangan : ** = Sangat Nyata *= Nyata tn= Tidak Nyata Uji Jarak Duncan Sy = 0,87 P 2 3 4 5 6 7 SSR 0,05 3,03 3,18 3,27 3,33 3,37 3,39 LSR 0,05 2,64 2,77 2,84 2,89 2,93 2,95
Perlakuan V1 V3 V4 V2 Rataan 35,53 38,56 39,34 40,05 .a b
Lampiran 5. Rataan Produksi Gabah Kering (Ton/Ha)
Ulangan Perlakauan 1 2 3
Total Rataan
V1J1 5,61 6,12 5,61 17,34 4,62 V1J2 4,89 4,49 4,49 13,87 5,78 V2J1 7,65 7,14 7,65 22,44 5,95 V2J2 6,53 6,53 6,53 19,59 6,53 V3J1 6,12 6,12 6,12 17,85 5,17 V3J2 5,31 5,31 5,31 15,51 5,95 V4J1 6,30 5,61 6,12 19,05 5,58 V4J2 5,71 4,89 5,31 16,73 6,39 Total 48,12 6,63 47,14 5,93
Rataan 6,02 5,71 5,89 142,38 Tabel Dwikasta Total
V/J J1 J2 Total
V1 17,34 13,87 31,21 V2 22,44 19,59 42,03 V3 17,58 15,51 33,36 V4 19,05 16,73 35,78
Total 76,68 65,7 142,38 Tabel Dwikasta Rataan
V/J J1 J2 Total
V1 4,62 5,78 5,20 V2 5,95 6,53 6,76 V3 5,17 5,95 5,56 V4 5,58 6,39 5,97
Rataan 5,48 6,35 5,93
Tabel Sidik Ragam
SK dB JK KT F Hit F0,05 F0,01
Ulangan 2 0,08 0,04 0,67 tn 3,74 6,51 Perlakuan 7 16,11 2,30 38,33** 2,77 4,28
V 3 10,94 3,65 60,83** 3,34 5,56 J 1 4,98 4,98 83** 4,60 8,86
VJ 3 5,96 1,99 33,17** 3,34 5,56 Galat 14 0,85 0,06 Total 23 17,04
KK (%) = 4,05 % FK = 844,67 Keterangan : ** = Sangat Nyata *= Nyata tn= Tidak Nyata Uji Jarak Duncan Sy = 0,14 P 2 3 4 5 6 7 SSR 0,05 3,03 3,18 3,27 3,33 3,37 3,39 LSR 0,05 0,42 0,45 0,04 0,47 0,47 0,47
Perlakuan V1 V3 V4 V2 Rataan 31,21 33,36 35,78 42,03 .a b
Lampiran 8.
Foto Lahan Penelitian