international conference on sience mapping and the

12
73 International Conference on Sience Mapping and the Development of Science Gadjah Mada University, 20-21 April 2016

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: International Conference on Sience Mapping and the

73

International Conference on Sience Mapping and the Development of Science

Gadjah Mada University, 20-21 April 2016

Page 2: International Conference on Sience Mapping and the

74

International Conference on Sience Mapping and the Development of Science

Gadjah Mada University, 20-21 April 2016

Page 3: International Conference on Sience Mapping and the

75

International Conference on Sience Mapping and the Development of Science

Gadjah Mada University, 20-21 April 2016

Pemetaan Ilmu Pengetahuan

dengan Pendekatan Kebudayaan

pada Kurikulum Pendidikan Menengah di Bali tahun 2016

Richard Togaranta Ginting, S.Sos., M.Hum Program D3 Perpustakaan FISIP Universitas Udayana, Denpasar, Indonesia

Email: [email protected]

Abstract:

The purpose of this paper was to draw up a map of science using a conceptual

mapping methods and produce a concept maps with cultural approach.

This paper is descriptive research with classification approach where the object of this

paper is the curriculum which applied in secondary schools in Bali Province.

This paper will provide an overview of the science mapping on the curriculum of

secondary schools by focusing on the aspects of Balinese culture, considering Bali as an

international tourism destination is committed to maintaining their tradition and culture as a

tourism asset featured in Bali. Bali’s young generation expected not to leave Bali’s cultural

values. So, this science mapping based on Bali’s culture will encourage awareness of the

Bali’s young generation to maintaining their traditional culture.

Keywords: Science Mapping, Concept Map, Bali Culture

Latar belakang

Menurut Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal, dan informal yang dapat saling

melengkapi dan memperkaya. Dalam jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar,

pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Pendidikan menengah merupakan lanjutan

pendidikan dasar, pendidikan menengah terdiri atas pendidikan menengah umum dan

pendidikan menengah kejuruan. Pendidikan menengah berbentuk sekolah menengah atas

(SMA), madrasah aliyah (MA), menengah kejuruan (SMK), dan madrasah aliyah kejuruan

(MAK), atau bentuk lain yang sederajat. Pendidikan menengah umumnya diikuti oleh peserta

yang berusia remaja. Menurut World Health Organization (WHO), yang disebut remaja

adalah mereka yang berada pada tahap transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa yang

memiliki batasan usia antara 12 sampai 24 tahun. Masa remaja adalah masa peralihan dimana

perubahan secara fisik dan psikologis dari masa kanak-kanak ke masa dewasa (Hurlock,

2003). Hurlock juga menambahkan bahwa masa remaja merupakan periode yang penting

yaitu perubahan-perubahan yang dialami masa remaja akan memberikan dampak langsung

pada individu yang bersangkutan dan akan mempengaruhi perkembangan selanjutnya.

Berdasarkan pendapat di atas, usia remaja adalah usia yang sangat menentukan karena secara

personal setiap orang akan terbentuk karakternya secara matang pada usia ini. Dengan

Page 4: International Conference on Sience Mapping and the

76

International Conference on Sience Mapping and the Development of Science

Gadjah Mada University, 20-21 April 2016

memiliki karakter yang kuat diharapkan setiap remaja memiliki impian dan cita-cita yang

positif untuk berkarya bagi masa depannya.

Kurikulum dalam pendidikan sangat penting. Kurikulum akan menentukan pola dan

cara pembelajaran yang akan diterapkan di sekolah. Miller dan Seller menjelaskan

“Kurikulum lebih luas dari pada hanya bahan pelajaran, dalam kurikulum termasuk metode

belajar dan mengajar, cara mengevaluasi kemajuan murid dan seluruh program, perubahan

dalam tenaga pengajar, bimbingan dan penyuluhan, supervisi dan administrasi dan hal-hal

struktural mengenai waktu, jumlah, ruangan serta kemungkinan adanya pilihan mata

pelajaran”. Kurikulum yang diterapkan pada pendidikan menengah seharusnya sejalan

dengan keadaan peserta didik. Peserta didik yang memiliki usia dalam pembentukan karakter

seharusnya diberikan pola dan cara pembelajaran yang tepat.

Bali merupakan sebuah destinasi pariwisata terkemuka di dunia. Menurut data dari

majalah wisata Travel Leisure (2015) menempatkan Bali sebagai pulau terbaik pertama di

Asia dan terbaik kedua di dunia, setelah Pulau Galapagos di Equator. Bali berhasil

menggabungkan keindahan alam dan kebudayaan yang unik sebagai aset unggulan pariwisata.

Budaya Bali diharapkan tetap lestari dan terpelihara agar masyarakat Bali dapat terus

menjadikan pariwisata sebagai komoditas ekonomi terbesar di Bali. Generasi muda Bali yang

menempuh pendidikan menengah menjadi ujung tombak dalam pelestarian dan pemeliharaan

kebudayaan Bali. Generasi muda Bali diberikan kurikulum pendidikan menengah yang

mendukung upaya pelestarian dan pemeliharaan budaya Bali. Berdasarkan fenomena ini,

penulis tertarik mengungkap dan membuat peta konsep kurikulum pendidikan menengah di

Bali sehingga generasi muda Bali diharapkan mampu melestarikan dan mempertahankan

kebudayaan Bali.

Kurikulum Pendidikan Menengah di Indonesia, khususnya di Bali

Kurikulum pendidikan di Indonesia berubah dari masa ke masa, sejak Indonesia

merdeka, sudah 10 (sepuluh) kali kurikulum pendidikan mengalami perubahan. Berikut

adalah daftar kurikulum yang pernah ada di Indonesia

Tabel Kurikulum Indonesia Sejak 1947- sekarang

No Tahun Nama Kurikulum

1. 1947 Rentjana Pelajaran

2. 1952 Rentjana Pelajaran Terurai

3. 1964 Rentjana Pendidikan

4. 1968 Kurikulum 1968

5. 1975 Kurikulum yang disempurnakan 1975

6. 1984 Kurikulum yang disempurnakan 1984

7. 1994 Kurikulum yang disempurnakan 1994

8. 2004 Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)

9. 2006 Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

10. 2013 Kurikulum 2013

(sumber: www.kopertis12.or.id)

Kurikulum pendidikan menengah berbentuk sekolah menengah atas (SMA), madrasah

aliyah (MA), menengah kejuruan (SMK), dan madrasah aliyah kejuruan (MAK), atau bentuk

Page 5: International Conference on Sience Mapping and the

77

International Conference on Sience Mapping and the Development of Science

Gadjah Mada University, 20-21 April 2016

lain yang sederajat saat ini yang digunakan adalah kurikulum 2013. Meskipun menuai banyak

kontoversi, kurikulum ini tetap dipakai dengan pembaharuan serta perbaikan sampai dengan

sekarang. Kurikulum pendidikan menengah berbentuk sekolah menengah atas (SMA),

madrasah aliyah (MA), menengah kejuruan (SMK), dan madrasah aliyah kejuruan (MAK),

atau bentuk lain yang sederajat memiliki kompetensi dasar yang terdiri atas:

1. Kompetensi dasar sikap spiritual;

2. Kompetensi dasar sikap sosial;

3. Kompetensi dasar pengetahuan; dan

4. Kompetensi dasar keterampilan.

Selain itu, mata pelajaran yang ada di kurikulum pendidikan menengah ini terdiri dari 3

(tiga) kelompok mata pelajaran, yakni:

1. mata pelajaran umum kelompok A;

2. mata pelajaran umum kelompok B; dan

3. mata pelajaran peminatan akademik kelompok C.

Mata pelajaran umum kelompok A merupakan program kurikuler yang bertujuan untuk

mengembangkan kompetensi sikap, kompetensi pengetahuan, dan kompetensi keterampilan

peserta didik sebagai dasar dan penguatan kemampuan dalam kehidupan bermasyarakat,

berbangsa, dan bernegara. Mata pelajaran umum kelompok A bersifat nasional dan

dikembangkan oleh pemerintah. Mata pelajaran kelompok A ini terdiri dari:

1. Pendidikan Agama dan Budi Pekerti;

2. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan;

3. Bahasa Indonesia;

4. Matematika;

5. Sejarah Indonesia; dan

6. Bahasa Inggris.

Mata pelajaran umum kelompok B merupakan program kurikuler yang bertujuan untuk

mengembangkan kompetensi sikap, kompetensi pengetahuan, dan kompetensi keterampilan

peserta didik terkait lingkungan dalam bidang sosial, budaya, dan seni. Mata pelajaran umum

kelompok B bersifat nasional dan dikembangkan oleh pemerintah dan dapat diperkaya dengan

muatan lokal oleh pemerintah daerah dan/atau satuan pendidikan. Mata pelajaran kelompok B

ini terdiri dari:

1. Seni Budaya

2. Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan; dan

3. Prakarya dan Kewirausahaan

Mata pelajaran peminatan akademik kelompok C merupakan program kurikuler yang

bertujuan untuk mengembangkan kompetensi sikap, kompetensi pengetahuan, dan

kompetensi keterampilan peserta didik dalam berbagai pilihan disiplin keilmuan. Mata

pelajaran peminatan akademik kelompok C bersifat nasional dan dikembangkan oleh

pemerintah. Mata pelajaran kelompok C ini terdiri dari:

1. Peminatan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, yang terdiri dari

a. Matematika;

b. Biologi;

c. Fisika; dan

d. Kimia.

2. Peminatan Ilmu Pengetahuan Sosial, yang terdiri dari:

a. Geografi;

Page 6: International Conference on Sience Mapping and the

78

International Conference on Sience Mapping and the Development of Science

Gadjah Mada University, 20-21 April 2016

b. Sejarah;

c. Sosiologi; dan

d. Ekonomi.

3. Peminatan Bahasa dan Budaya, yang terdiri dari:

a. Bahasa dan Sastra Indonesia;

b. Bahasa dan Sastra Inggris;

c. Bahasa dan Sastra Asing lainnya; dan

d. Antropologi.

Untuk pendidikan menengah kejuruan (SMK/MAK), beberapa bidang kejuruan dapat

dilihat dalam kelompok bidang kejuruan di bawah ini:

a. Bidang Kejuruan Teknologi dan Rekayasa;

b. Bidang Kejuruan Teknologi Informasi dan Komunikasi;

c. Bidang Kejuruan Kesehatan;

d. Bidang Kejuruan Agribisnis dan Agroteknologi;

e. Bidang Kejuruan Perikanan dan Kelautan;

f. Bidang Kejuruan Bisnis dan Manajemen;

g. Bidang Kejuruan Pariwisata;

h. Bidang Kejuruan Seni Rupa dan Kriya; dan

i. Bidang Kejuruan Seni Pertunjukan. (Permendikbud 59 dan 60 tahun 2014)

Kurikulum pendidikan menengah berbentuk sekolah menengah atas (SMA), madrasah

aliyah (MA), menengah kejuruan (SMK), dan madrasah aliyah kejuruan (MAK), atau bentuk

lain yang sederajat di Provinsi Bali, khususnya di Kota Denpasar, Kabupaten Badung,

Kabupaten Gianyar dan Kabupaten Tabanan menggunakan kurikulum 2013 yang disesuaikan

kondisi dan keadaan Bali. Berdasarkan observasi penulis, mata pelajaran umum kelompok B

yang bersifat nasional dan dikembangkan oleh pemerintah dan dapat diperkaya dengan

muatan lokal oleh pemerintah daerah Bali ditambahkan dengan mata pelajaran sebagai

berikut:

1. Seni Budaya Bali:

2. Bahasa Bali; dan

3. Prakarya Kerajinan Bali.

Fenomena ini jelas menarik, selain mendapatkan porsi jam yang cukup besar (2 jam

pelajaran per mata pelajaran), penambahan mata pelajaran muatan lokal ini menunjukkan

keseriusan pemerintah daerah Provinsi Bali untuk melestarikan dan mempertahankan

kebudayaan Bali. Mata pelajaran muatan lokal ini akan mempengaruhi peta konsep pemetaan

ilmu pengetahuan pada kurikulum pendidikan menengah di Provinsi Bali.

Kebudayaan sebagai Nafas Pariwisata Bali

Pariwisata adalah tulang punggung perekonomian Bali. Menurut data Badan Pusat

Statistik tahun 2015 tercatat 4.001.835 wisatawan mancanegara dan 7.147.100 wisatawan

nusantara mengunjungi Bali sepanjang tahun 2015. Hampir seluruh aktivitas masyarakat di

Bali berhubungan dengan kegiatan pariwisata. Faktanya Bali memang surga wisata bagi

seluruh masyarakat penjuru dunia. Ketika kita menyebut nama “Bali”, yang langsung terlintas

dalam pikiran kita adalah pariwisata.

Bali kaya akan keindahan alam yang tersebar merata hampir di seluruh wilayah Bali.

Keindahan alam Bali tidak hanya tentang pantai. Ada banyak keindahan alam lain yang

Page 7: International Conference on Sience Mapping and the

79

International Conference on Sience Mapping and the Development of Science

Gadjah Mada University, 20-21 April 2016

menarik di Bali, ada gunung, sungai, air terjun, sawah bertingkat (subak) dan masih banyak

keindahan alam lainnya. Hal yang paling menarik di Bali adalah kebudayaan yang masih

terjaga dan terpelihara, inilah yang membuat Bali berbeda dengan tujuan wisata lainnya.

Selain disuguhi untuk menikmati keindahan alam, wisatawan juga dihipnotis dengan

kebudayaan yang menyatu dengan prinsip hidup masyarakat Bali sehari-hari. Kebudayaan

Bali semakin tercermin melalui perilaku masyarakat Bali yang mendasarkan hidupnya pada

nilai-nilai Agama Hindu dan prinsip Tri Hita Karana. Filsafat hidup Tri Hita Karana sangat

mengedepankan untuk menjaga keharmonisan dan keseimbangan hidup antara manusia

dengan manusia, manusia dengan Sang Pencipta, dan manusia dengan lingkungannya.

Generasi muda Bali yang akan menjadi pelaku pariwisata Bali di masa mendatang

diharapkan terus mempertahankan tradisi dalam kebudayaan Bali. Salah satu upaya yang

dilakukan adalah dengan memasukkan mata pelajaran berbasis muatan lokal Bali dalam

kurikulum pendidikan, khususnya, kurikulum pendidikan menengah. Dengan adanya

penerapan kurikulum ini, tidak hanya orang asing saja yang mencintai kebudayaan Bali,

melainkan generasi muda Bali harus menjadi pihak terdepan dalam upaya pelestarian

kebudayaan Bali.

Pemetaan Ilmu Pengetahuan

Sebelum kita memahami tentang pemetaan ilmu pengetahuan, sebaiknya kita harus

mengenal apa yang dimaksud dengan pemetaan khususnya dalam ruang lingkup ilmu

informasi. Sulistyo-Basuki (2002: 1), menyatakan bahwa “Pemetaan merupakan suatu proses

yang memungkinkan seseorang mengenali elemen pengetahuan serta konfigurasi, dinamika,

ketergantungan timbal balik dan interaksinya.” Berdasarkan pendapat ini dapat dipaparkan

bahwa pemetaan merupakan kegiatan untuk mengenali serangkaian proses elemen

pengetahuan sehingga kita dapat memahami konfigurasi, dinamika, ketergantungan timbal

balik sampai dengan interaksinya. Defenisi ilmu pengetahuan menurut Soekanto adalah

“Pengetahuan (knowledge) yang tersusun sistematis dengan menggunakan kekuatan

pemikiran, pengetahuan dimana selalu dapat diperiksa dan ditelaah (dikontrol) dengan kritis

oleh setiap orang lain yang mengetahuinya”, lain hal nya dengan pendapat Siagian yang

menyatakan bahwa ilmu pengetahuan “Suatu objek, ilmiah yang memiliki sekelompok

prinsipil, dalil, rumus, yang melalui percobaan yang sistematis dilakukan berulang kali telah

teruji kebenarannya, dalil-dalil, prinsip-prinsip dan rumus-rumus yang mana dapat diajarkan

dan dipelajari”. Berdasarkan dua pendapat tentang defenisi ilmu pengetahuan di atas, dapat

dilihat bahwa ilmu merupakan pengetahuan ilmiah yang sudah diperiksa dan diuji

kebenarannya.

Bagaimana dengan pemetaan ilmu pengetahuan? Pemetaan ilmu pengetahuan sering

disebut dengan istilah “ science mapping”. Salah satu pakar ilmu informasi, Borner

mendefinisikan pemetaan ilmu pengetahuan sebagai “kombinasi dari klasifikasi dan

visualisasi dari beranekaragam ilmu yang saling berhubungan satu sama lain”. Pemetaan ilmu

pengetahuan dapat dilakukan pada objek ilmu pengetahuan apapun. Hal yang mendasar untuk

menjadikan ilmu pengetahuan sebagai objek peta konsep adalah ilmu pengetahuan itu

memiliki sifat sebagai ilmu, yakni sebagai berikut:

1. Obyektif; ilmu berdasarkan hal-hal yang obyektif, dapat diamati dan tidak berdasarkan

pada emosional subyektif,

Page 8: International Conference on Sience Mapping and the

80

International Conference on Sience Mapping and the Development of Science

Gadjah Mada University, 20-21 April 2016

2. Koheren; pernyataan atau susunan ilmu tidak kontradiksi dengan kenyataan;

3. Reliable; produk dan cara-cara memperoleh ilmu dilakukan melalui alat ukur dengan

tingkat keterandalan (reabilitas) tinggi,

4. Valid; produk dan cara-cara memperoleh ilmu dilakukan melalui alat ukur dengan

tingkat keabsahan (validitas) yang tinggi, baik secara internal maupun eksternal,

5. Memiliki generalisasi; suatu kesimpulan dalam ilmu dapat berlaku umum,

6. Akurat; penarikan kesimpulan memiliki keakuratan (akurasi) yang tinggi, dan

7. Dapat melakukan prediksi; ilmu dapat memberikan daya prediksi atas kemungkinan-

kemungkinan suatu hal. (Ismaun, 2001)

Berdasarkan ketujuh sifat di atas dapat dilihat bahwa ilmu yang memiliki sifat obyektif,

koheren, reliable, valid, memiliki generalisasi, akurat dan dapat melakukan prediksi bisa

dijadikan sebagai objek dalam peta konsep dalam klasifikasi dan kombinasi antara ilmu

pengetahuan yang satu dengan ilmu pengetahuan yang lain. Pemetaan ilmu pengetahuan

menjadi menarik untuk memberikan gambaran hubungan satu bidang ilmu dengan bidang

ilmu yang lain.

Peta Konsep Kurikulum Pendidikan Menengah di Bali

Ada berbagai metode dalam membuat pemetaan ilmu pengetahuan. Menurut Sulistyo-

Basuki (2002:1) “4 (empat) metode yang digunakan untuk membuat peta ilmu pengetahuan,

yaitu pemetaan kronologis, pemetaan berbasis co-kata, pemetaan kognitif dan pemetaan

konseptual”. Berdasarkan 4 (empat) metode yang dipaparkan, metode yang paling umum

digunakan dalam membuat peta ilmu pengetahuan adalah metode pemetaan konseptual.

Canas, Novak dan Gonzales (2004: 1) menyatakan bahwa peta konsep sebagai berikut:

A conceptual map can assist the discussion about the concepts being taught since it is

a concrete representation, a visualization of the network of related ideas. As an aid

that represents the structure of students’ ideas with emphasis on the relations between

concepts, the maps can also help them relate their previous ideas with the ones they

are processing. Concept mapping is also important for the planning process.

Pendapat di atas menunjukkan bahwa peta konsep merupakan alat bantu untuk

menvisualisasikan dari ide-ide yang saling berhubungan.

Selain itu, Tergan (2005, 187), menambahkan bahwa “Concept mapping is a

visualization technique with a long tradition in the educational context. It is an activity

derived from psychological research meant to depict one’s knowledge, ideas, convictions and

beliefs”. Berdasarkan pendapat ini, dapat dilihat bahwa peta konsep juga sebagai teknik

visualisasi dalam menggambarkan kesatuan pengetahuan, ide dan keyakinan. Berikut ini

adalah salah satu contoh peta konsep yang menggambarkan adanya hubungan antara ide yang

satu dengan ide yang lain:

Page 9: International Conference on Sience Mapping and the

81

International Conference on Sience Mapping and the Development of Science

Gadjah Mada University, 20-21 April 2016

Sumber: Novak dan Canas (2006:2)

Peta konsep kurikulum pendidikan menengah yang berbentuk sekolah menengah atas

(SMA), madrasah aliyah (MA), menengah kejuruan (SMK), dan madrasah aliyah kejuruan

(MAK), atau bentuk lain yang sederajat di Provinsi Bali dapat dirumuskan dengan

mengklasifikasikan mata pelajaran berdasarkan kelompoknya masing-masing, mulai dari

mata pelajaran umum kelompok A; mata pelajaran umum kelompok B; dan mata pelajaran

peminatan akademik kelompok C. Kelompok mata pelajaran ini disusun dengan memetakan

kompetensi dasar yang mencakup kompetensi dasar sikap spiritual; kompetensi dasar sikap

sosial; kompetensi dasar pengetahuan; dan kompetensi dasar keterampilan.

Peta konsep kurikulum pendidikan menengah yang berbentuk sekolah menengah atas

(SMA), madrasah aliyah (MA), menengah kejuruan (SMK), dan madrasah aliyah kejuruan

(MAK), atau bentuk lain yang sederajat di Provinsi Bali dapat dilihat melalui peta konsep di

bawah ini:

Gambar Peta Konsep Kurikulum Pendidikan Menengah di Bali tahun 2016

Berdasarkan peta konsep di atas dapat dilihat bahwa, pada kurikulum pendidikan

menengah di provinsi Bali diklasifikasikan ke dalam 3 (tiga) kelomok mata pelajaran yang

terdiri dari mata pelajaran umum kelompok A, mata pelajaran umum kelompok B dan mata

pelajaran peminatan akademik kelompok C.

Mata pelajaran umum kelompok A terdiri dari 6 (enam) mata pelajaran Pendidikan

Agama dan Budi Pekerti, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia,

Page 10: International Conference on Sience Mapping and the

82

International Conference on Sience Mapping and the Development of Science

Gadjah Mada University, 20-21 April 2016

Matematika, Sejarah Indonesia dan Bahasa Inggris. Mata pelajaran umum kelompok B terdiri

dari 3 (tiga) mata pelajaran yakni Seni Budaya Bali, Bahasa Bali dan Prakarya dan Kerajinan

Bali. Mata pelajaran peminatan akademik kelompok C terdiri dari 3 (tiga) peminatan, yakni

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (Matematika, Biologi, Fisika dan Kimia), Peminatan

Ilmu Pengetahuan Sosial (Geografi, Sejarah, Sosiologi dan Ekonomi) dan Peminatan Bahasa

dan Budaya (Bahasa dan Sastra Indonesia, Bahasa dan Sastra Inggris, Bahasa dan Sastra

Asing lainnya dan Antropologi).

Untuk pendidikan menengah kejuruan (SMK/MAK), bidang kejuruan dikelompokkan

ke dalam 9 (sembilan) kelompok bidang, yakni bidang Kejuruan Teknologi dan Rekayasa,

Teknologi Informasi dan Komunikasi, Kesehatan, Agribisnis dan Agroteknologi, Perikanan

dan Kelautan, Bisnis dan Manajemen, Pariwisata, Seni Rupa dan Kriya dan bidang terakhir

adalah bidang Seni Pertunjukan.

Berdasarkan peta konsep ini dapat dilihat mata pelajaran muatan lokal mendapatkan

porsi yang sama dalam hubungan antara bidang ilmu yang satu dengan bidang ilmu yang lain.

Kesimpulan

Kurikulum pendidikan menengah yang berbentuk sekolah menengah atas (SMA),

madrasah aliyah (MA), menengah kejuruan (SMK), dan madrasah aliyah kejuruan (MAK),

atau bentuk lain yang sederajat di provinsi Bali sejalan dengan kurikulum yang diterapkan

oleh daerah lain di Indonesia, yang menjadi pembeda adalah aspek muatan lokal yang mana

kurikulum yang digunakan menambahkan mata pelajaran seni budaya Bali, bahasa Bali dan

prakarya kerajinan Bali. Mata pelajaran ini tidak hanya muncul sebagai mata pelajaran

muatan lokal yang menjadi ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri. Mata pelajaran muatan

lokal ini juga berhubungan dengan ilmu-ilmu lain yang ada dalam kurikulum pendidikan

menengah. Hubungan yang tercipta ini memberikan pemahaman bahwa pelajar pendidikan

menengah Bali diharapkan mampu memberikan aspek kekayaan lokal dalam menuntut ilmu

pengetahuan di sekolah.

Peta konsep yang tercipta pada kurikulum pendidikan menengah di Bali menunjukkan

bahwa klasifikasi mata pelajaran ke dalam beberapa ilmu pengetahuan berguna dalam

meningkatakan kompetensi dasar sikap spiritual, kompetensi dasar sikap sosial, kompetensi

dasar pengetahuan dan kompetensi dasar keterampilan. Keempat kompetensi dasar ini

mengarahkan sikap dan perilaku pelajar pendidikan menengah sebagai generasi muda yang

harus memelihara dan melestarikan kebudayaan Bali. Pemeliharaan dan pelestarian

kebudayaan Bali ini diharapkan semakin meningkatkan citra Bali sebagai destinasi pariwisata

unggulan di Indonesia bahkan di dunia.

Saran

Beberapa saran yang penulis sampaikan untuk menjadi pertimbangan adalah sebagai

berikut:

1. Kurikulum di Indonesia sering berubah-ubah sesuai dengan peraturan dan

kebijakan yang ada. Diharapkan meskipun kurikulum pendidikan menengah di

Bali berubah-ubah, kombinasi mata pelajaran yang mencakup ilmu

pengetahuan wajib dengan muatan lokal harus tetap dilakukan. Hal ini

diharapkan dapat menjadi salah satu upaya dalam mempertahankan

Page 11: International Conference on Sience Mapping and the

83

International Conference on Sience Mapping and the Development of Science

Gadjah Mada University, 20-21 April 2016

kebudayaan Bali tetap terpelihara dan lestari. Dengan kebudayaan yang

terpelihara dan lestari, maka ini akan menjadikan Bali tetap unik untuk

dikunjungi sebagai destinasi pariwisata.

2. Penerapan kombinasi dan klasifikasi dalam kurikulum pendidikan menengah

di Bali bisa menjadi contoh yang baik untuk daerah lain dalam upaya

peletarian kebudayaan daerah masing-masing.

Daftar Pustaka

Badan Pusat Statistik. (2015). Statistik Kunjungan Wisatawan ke Bali tahun 2015. Denpasar

Börner, K., & Polley, D. E. (2014). Visual insights: A Practical Guide to Making Sense of Data. Cambridge,

MA: The MIT Press.

(2010). Atlas of Science: Visualizing What We Know. Cambridge, MA: The MIT Press.

Hurlock, Elizabeth, B. (2003). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga

Ismaun. (2001). Paradigma Pendidikan Sejarah yang Terarah dan Bermakna”. Historia Jurnal Pendidikan

Sejarah. Hal. 88-118

Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi: Kopertis XII Wilayah Maluku dan Maluku Utara.

Perkembangan Kurikulum Dikdasmen di Indonesia. diakses 25 Maret 2016

http://www.kopertis12.or.id/2015/08/01/perkembangan-kurikulum-dikdasmen-di-indonesia.html

Miller, John P. and Seller, Wayne. (1985). Curriculum Perspectives and Practice. New York: Longman. Inc

Novak, Joseph D., and Alberto J. Canas. (2006). "The Theory Underlying Concept Maps and How to Construct

and Use Them, Technical Report IHMC CmapTools 2006-01 Rev 01-2008." Florida Institute for

Human and Machine Cognition, Hal. 1-36.

Permendikbud Nomor 59 Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah

Permendikbud Nomor 60 Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah

Kejuruan

Siagian, P. Sondang, (2001), Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara

Soekanto, Soerjono. (2006). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Raja Grafindo

Sulistyo-Basuki. (2002). "Pemetaan Ilmu Pengetahuan." Kursus Bibliometrika. Jakarta: Masyarakat Infometrika

Indonesia (Indonesian Society for Information) hal. 1-6.

Travel and Leisure Magazine. World Best Island 2015. Diakses 31 Maret 2016

http://www.travelandleisure.com/worlds-best/islands

Tandukar, Deependra. Ezine Articles - Knowledge Mapping. Diakses 1 April 2016

http://ezinearticles.com/?Knowledge-Mapping&id=9077

Tergan, Sigmar-Olaf. (2005) "Digital Concept Maps for Managing Knowledge and Information." Hal. 185-204.

Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Standar Nasional Pendidikan

Page 12: International Conference on Sience Mapping and the

84

International Conference on Sience Mapping and the Development of Science

Gadjah Mada University, 20-21 April 2016

Zins, Chaim. (2007). "Knowledge Map of Information Science." Journal Of The American Society For

Information Science And Technology, Hal. 526-535.