inventarisasi dan potensi parasitoid telur penggerek
TRANSCRIPT
i
INVENTARISASI DAN POTENSI PARASITOID TELUR PENGGEREK
BATANG PADI KUNING (Scirpophaga incertulas Walker)
(LEPIDOTERA: PYRALIDAE) PADA PERTANAMAN PADI
di TIGA DESA di KECAMATAN LIMA PULUH KABUPATEN
BATUBARA
SKRIPSI
OLEH :
SULASTRI SIAGIAN
140301046
AGROTEKNOLOGI/ HPT
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2020
Universitas Sumatera Utara
ii
INVENTARISASI DAN POTENSI PARASITOID TELUR PENGGEREK
BATANG PADI KUNING (Scirpophaga incertulas Walker)
(LEPIDOTERA: PYRALIDAE) PADA PERTANAMAN PADI
di TIGA DESA di KECAMATAN LIMA PULUH KABUPATEN
BATUBARA
SKRIPSI
OLEH :
SULASTRI SIAGIAN
140301046
AGROTEKNOLOGI/ HPT
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk dapat Meraih Gelar Sarjana di Program
Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan.
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2020
Universitas Sumatera Utara
iii
Universitas Sumatera Utara
iv
ABSTRACT
Sulastri Siagian. 2020. Inventory egg parasitoids of Yellow Rice Stem
Borer (Scirpophaga incertulas Walker) (Lepidotera: Pyralidae) in rice
cultivation in three villages in Lima Puluh District, Batubara Regency.
Supervised by Amelia Zuliyanti Siregar and Maryani Cyccu Tobing. Yellow rice
stem borer (YRSB) Scirpophaga incertulas Walker, often causes rice production
to lose yield. One of the pest controlling, based on the concept of IPM
(integrated pest Management) is biological control using egg parasitoids. The
purpose of this research is to find out the inventory and potential of egg
parasitoids of yellow rice stem borer (S. incertulas) on rice cultivation at Kuala
Gunung Village, Cahaya Pardomuan Village, Air Hitam Village in Lima Puluh
Sub-District, Batubara Regency. The study used a survey method by taking
samples of groups of eggs by purposive sampling on rice cultivation. Egg
clusters obtained from the field are kept for several days until the parasitoids
appear. Parasitoid that appeared was preserved in a bottle containing 70%
alcohol, then identification was carried out at the Pest Laboratory of
Agrotechnology Department at the Faculty of Agriculture, University of North
Sumatra. This research was conducted from March to September 2019. The
results showed that there are 3 Parasitoid families were identified, such as
Eulophidae, Scelionidae, and Trichogrammatidae. Parasitoid level and
parasitoid dominance index were higher in the non-insecticide treatment
compared to the insecticide treatment. The highest parasiti percentagec
(41.78%) was the Eulophidae family and the lowest (0.00%) was the
Trichogrammatidae family. The highest parasitoid dominance index (0.67) was
found in the Eulophidae family and lowest (0) in the Trichogrammatidae family.
The distribution pattern of the Eulophidae family was grouped, the
Trichogrammatidae family was regular while the Scelionidae family was
different for each village.
Keywords: Rice, Scirpophaga incertulas, parasitoid, percentage parasitsm,
dominance, distribution pattern
Universitas Sumatera Utara
v
ABSTRAK
Sulastri Siagian. 2020. Inventarisasi Parasitoid Telur Penggerek Batang Padi
Kuning (Scirpophaga incertulas Walker) (Lepidoptera: Pyralidae) pada
Pertanaman Padi di tiga Desa di Kecamatan Lima Puluh Kabupaten Batubara.
Dibimbing oleh Amelia Zuliyanti Siregar dan Maryani Cyccu Tobing. Penggerek
batang padi kuning (Scirpophaga incertulas Walker) sering menyebabkan padi
sawah kehilangan hasil. Salah satu pengendalian hama PBPK yang didasarkan
pada konsep PHT (pengendalian hama terpadu) adalah pengendalian hayati
menggunakan parasitoid telur. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
inventarisasi dan potensi parasitoid telur hama penggerek batang padi kuning
(S. incertulas) pada pertanaman padi di Desa Kuala Gunung, Desa Cahaya
Pardomuan, Desa Air Hitam di Kecamatan Lima Puluh Kabupaten Batubara.
Penelitian ini menggunakan metode survey dengan mengambil sampel kelompok
telur secara purposive sampling pada pertanaman padi. Kelompok telur yang
diperoleh dari lapangan dipelihara selama beberapa hari hingga muncul imago
parasitoid. Parasitoid yang muncul diawetkan ke dalam botol awetan yang berisi
alkohol 70%, selanjutnya dilakukan identifikasi di Laboratorium Hama Program
Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini
dilakukan pada bulan Maret sampai dengan September 2019. Hasil
penelitian diperoleh 3 famili parasitoid yang teridentifikasi yaitu: Eulophidae,
Scelionidae dan Trichogrammatidae. Tingkat parasitasi dan indeks dominansi
parasitoid lebih tinggi pada perlakuan non insektisida dibandingkan dengan
perlakuan insektisida. Persentase parasitasi tertinggi (41.78%) dari famili
Eulophidae dan terendah (0.00%) dari famili Trichogrammatidae. Indeks
dominansi parasitoid tertinggi (0.67) terdapat pada famili Eulophidae dan
terendah (0) pada famili Trichogrammatidae. Pola penyebaran famili Eulophidae
adalah mengelompok, famili Trichogrammatidae adalah teratur sedangkan famili
Scelionidae berbeda untuk setiap desa.
Kata kunci : Padi, Scirpophaga incertulas, parasitoid, persentase parasitasi,
dominansi, pola penyebaran
Universitas Sumatera Utara
vi
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Aek Raja, Sumatera utara pada tanggal 30 Mei 1996
dari pasangan ayah Jasper Siagian, S.Pd dan ibu Norita Pasaribu. Penulis
merupakan anak ke tiga dari delapan bersaudara.
Pendidikan formal yang pernah ditempuh tahun 2008 lulus dari SDN
175771 Siborongborong, tahun 2011 lulus dari SMP N 1 Siborongborong, tahun
2014 lulus dari SMA SWASTA Santa Maria Tarutung, tahun 2014 diterima di
Fakultas Pertanian Program Studi Agroteknologi melalui jalur SNMPTN.
Selama mengikuti perkuliahan penulis aktif dalam kegiatan organisasi
kampus, diantaranya: Himpunan Mahasiswa Agroteknologi (HIMAGROTEK),
UKM KMK St. Albertus Magnus Usu (2014-2017), Ikatan Mahasiswa
Perlindungan Tanaman (IMAPTAN) (2017-2019) dan UKM KLINTAN
IMAPTAN (2017-2018).
Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) pada bulan Juli
sampai Agustus 2017 di PTPN IV (Persero) Kebun Bah Jambi, Kabupaten
Simalungun. Melaksanakan penelitian di Desa Kuala Gunung, Desa Cahaya
Pardomuan, dan Desa Air Hitam, Kecamatan Lima Puluh, Kabupaten Batubara,
Sumatera Utara dan di Laboratorium Hama Tumbuhan, Program Studi
Agroteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara pada bulan Maret
2019 hingga September 2019.
Universitas Sumatera Utara
vii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat
dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Inventarisasi dan Potensi Parasitoid Telur Penggerek Batang Padi
Kuning (Scirpopagha interculas Walker) (Lepidoptera: Pyralidae) Pada
Pertanaman Padi di Tiga Desa di Kecamatan Lima Puluh Kabupaten Batubara”
yang merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di Fakutas
Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Ayahanda
dan Ibunda yang telah memberikan dukungan finansial dan spiritual. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada Amelia Zuliyanti Siregar, S.Si., M.Sc., Ph.D
selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Prof. Dr. Dra Maryani Cyccu Tobing, MS
selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah membimbing dan memberikan
kritik serta berbagai saran sejak penyusunan proposal hingga penulisan skripsi
ini. Ucapan terima kasih juga ditujukan kepada seluruh staf pengajar, pegawai
serta sahabat dan teman di lingkungan Program Studi Agroteknologi Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara yang telah berkontribusi dalam kelancaran
studi dan penyelesaian skripsi ini. Semoga hasil skripsi ini bermanfaat bagi pihak
yang membutuhkan. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.
Medan, Juni 2020
Penulis
Universitas Sumatera Utara
viii
DAFTAR ISI
ABSTRACT .......................................................................................................... .iv
ABSTRAK.............................................................................................................v
RIWAYAT HIDUP.............................................................................................vi
KATA PENGANTAR .......................................................................................vii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL……………………………………………………………….x
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………..….xi
PENDAHULUAN
Latar Belakang ............................................................................................ 1
Tujuan Penulisan ........................................................................................ 4
Hipotesis Penelitian ..................................................................................... 4
Kegunaan Penulisan ................................................................................... 4
TINJAUAN PUSTAKA
Penggerek batang padi kuning ..................................................................... 5
Morfologi ..................................................................................................... 5
Biologi ......................................................................................................... 6
Gejala Serangan ........................................................................................... 7
Parasitoid famili Eulophidae ....................................................................... 8
Parasitoid famili Scelionidae ....................................................................... 10
Parasitoid famili Trichogrammatidae .......................................................... 11
Pola Penyebaran .......................................................................................... 12
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat Penelitian ..................................................................... 15
Alat dan Bahan ........................................................................................... 15
Metode Penelitian ....................................................................................... 15
Pelaksanaan Penelitian ................................................................................ 15
Pengambilan Sampel .......................................................................... 15
Pemeliharaan Kelompok Telur........................................................... 16
Peubah Amatan ............................................................................................ 16
Identifikasi parasitoid ......................................................................... 16
Tingkat Parasitasi Parasitoid .............................................................. 17
Dominansi Parasitoid ......................................................................... 18
Pola penyebaran ................................................................................. 19
HASIL DAN PEMBAHASAN
Identifikasi parasitoid ................................................................................ 20
Tingkat parasitasi parasitoid perlakuan pestisida dan tanpa perlakuan .... 23
Dominansi Parasitoid ............................................................................... 28
Universitas Sumatera Utara
ix
Pola Penyebaran ........................................................................................ 30
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ................................................................................................ 32
Saran .......................................................................................................... 32
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 33
LAMPIRAN ......................................................................................................... 38
Universitas Sumatera Utara
x
DAFTAR TABEL
No. Judul Tabel Halaman
1. Jenis Parasitoid telur S.incertulas di tiga desa Kec. Lima Puluh ................... ...20
2. Persentase Parasitasi Parasitoid pada Lahan dengan Perlakuan Insektisida
dan tanpa Perlakuan Insektisda…………………………………………..........26
4. Indeks Dominansi Parasitoid ......................................................................... ...28
5. Pola penyebaran ............................................................................................. ...30
Universitas Sumatera Utara
xi
DAFTAR LAMPIRAN
No. Judul Lampiran Halaman
1. Bagan Lokasi Penelitian……………………………………………………..48
2. Teknik Budidaya Setiap Plot Penelitian di Desa Air Hitam………………...49
3. Teknik Budidaya Setiap Plot Penelitian di Desa Cahaya Pardomuan………50
4. Teknik Budidaya Setiap Plot Penelitian di Desa Kuala Gunung…………....51
5. Foto Parasitoid Famili Eulophidae……………………………………….….52
6. Foto Parasitoid Famili Scelionidae……………………………………….….53
7. Foto Parasitoid Famili Trichogrammatidae .…………………………….......54
8. Foto Peralatan Penelitian ……..….………………………………………......55
9. Foto Pelaksanaan Penelitian………...………...…………………………......56
10. Foto Suvervisi Dengan Komisi Pembim ………………………………….... 57
11. Jumlah Kelompok Telur S. incertulas di Desa Kuala Gunung….. ………….58
12. Jumlah Kelompok Telur S. incertulas di Desa Cahaya Pardomua….……….58
13. Jumlah Kelompok Telur S. incertulas di Desa Air Hitam…………………...58
14. Suhu dan Kelembapan Maret-Mei di Desa Kuala Gunung………………………..59
15. Suhu dan Kelembapan Maret-Mei di Desa Cahaya Pardomuan……..….......60
16. Suhu dan Kelembapan Maret-Mei di Desa Air Hitam……………………....61
17. Data Rata-rata Jumlah Hari Hujan dan Curah Hujan di Kec. Lima Puluh.....62
Universitas Sumatera Utara
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Padi merupakan kebutuhan primer untuk sebagian besar masyarakat
Indonesia. Hal ini menandakan bahwa peningkatan produksi dan produktivitas
padi menjadi suatu keharusan karena jumlah penduduk terus bertambah. Asumsi
konsumsi beras 139 kg/kapita/tahun. Upaya peningkatan produksi padi semakin
sulit akibat beragamnya kendala dan masalah, antara lain ialah perubahan iklim
dan serangan hama penyakit (Delly dan Sunanjaya, 2016).
Sampai saat ini hama masih menjadi kendala bagi petani. Hampir di setiap
musim terjadi ledakan hama pada pertanaman padi. Hama utama tanaman padi
antara lain adalah tikus, penggerek batang padi, dan wereng cokelat. Beberapa
hama lainnya yang berpotensi merusak pertanaman padi adalah wereng punggung
putih, wereng hijau, lembing batu, ulat grayak, pelipat daun, dan walang sangit
(Widiasara, 2017).
Penggerek batang padi secara umum dipertimbangkan sebagai hama
penting pada tanaman padi di seluruh dunia, dan menyerang tanaman dari mulai
fase vegetatif sampai generatif. Sebanyak 50 spesies dalam 3 famili terdiri dari :
Pyralidae dan Noctuidae (ordo Lepideptora) dan Diopsidae (ordo Diptera) yang
diketahui menyerang tanaman padi. Spesies dari Pyralidae adalah spsesies yang
paling banyak menyerang dan biasanya mempunyai tanaman inang yang spesifik.
Penggerek batang padi merupakan hama yang bersifat endemik dan
dapat menyebabkan kehilangan hasil setiap tahun mencapai
10-30%, bahkan dapat menyebabkan tanaman padi menjadi puso
(Phatan dan Khan, 1994; Damayangti et al., 2015).
Universitas Sumatera Utara
2
Di Indonesia, terdapat lima spesies penggerek batang padi yang menjadi
kendala dan mampu menurunkan produksi padi. Penggerek batang padi tersebut
adalah penggerek batang padi kuning Scirpophaga incertulas (Walker)
(Lepidoptera: Pyralidae), penggerek batang padi putih S. innotata (Walker),
Chilo suppressalis (Walker), C. polychrysus (Meyrick), dan
Sesamia inferens (walker) (Baehaki, 2012; Chatterjee et al., 2014).
Salah satu pengendalian hama yang didasarkan pada konsep PHT adalah
pengendalian hayati. Pengendalian hayati diartikan sebagai kegiatan parasitoid,
predator, dan patogen yang memelihara dan menjaga keseimbangan
kepadatan populasi suatu organisme lain pada suatu tingkat populasi rata-rata
tanpa pengendalian lain. Salah satu kelompok agens pengendali hayati adalah
musuh alami serangga hama. Musuh alami yang banyak dikembangkan
adalah parasitoid (Widiasara, 2017)
Untuk menekan hama penggerek batang padi sawah perlu diterapkan
pengendalian hayati dengan memanfaatkan parasitoid. Parasitoid merupakan
bagian musuh alami yang banyak diteliti dan menunjukkan hasil yang baik
dalam pengendalian serangga hama dibandingkan serangga predator
(Maramis, 2011).
Parasitoid umumnya merupakan serangga dari ordo Hymenoptera, dan
salah satu famili yang anggotanya banyak berperan dalam pengendalian
hayati adalah Trichogrammatidae. Trichogrammatidae merupakan famili yang
terkenal sebagai agens pengendali hayati berbagai serangga hama yang
tergolong parasitoid telur. Penelitian mengenai pengembangan dan pelepasan
parasitoid famili Trichogrammatidae telah banyak dilakukan di beberapa
Universitas Sumatera Utara
3
negara dan dilaporkan mampu menekan populasi hama terutama dari ordo
Lepidoptera (Sasmi, 2014; Sharma et al., 2015).
Parasitoid telur paling banyak dikembangkan untuk mengendalikan
serangga-serangga dari ordo Lepidoptera. Hal ini disebabkan parasitoid telur
mampu mengendalikan hama sebelum merusak tanaman. Parasitoid telur
Penggerek Batang Padi Kuning (PBPK) yang banyak ditemukan di lapangan
dan mempunyai peranan penting adalah famili Trichogrammatidae, famili
Scelionidae dan famili Eulophidae mempunyai potensi dan efektif dalam
menurunkan populasi penggerek batang padi. Kemampuan ketiga parasitoid
tersebut dalam memarasit telur penggerek batang padi sangat bervariasi
tergantung dari tempat dan lingkungan yang mendukungnya untuk
berkembang (Tang et al., 2017).
Di Provinsi Sumatera Utara terutama di Kecamatan Lima Puluh
Kabupaten Batubara terdapat serangan hama penggerek batang padi kuning
Scirpophaga incertulas. Akibat dari serangan hama tersebut menyebabkan
tanaman padi mati pada fase vegetatif dan fase generatif. Berdasarkan informasi
dari petani serangan dari hama penggerek batang padi ini telah menyebabkan
kerugian pada produksi padi. Pengendalian hama penggerek batang padi yang
dilakukan petani sampai saat ini masih bertumpu pada pemakaian insektisida.
Pengendalian dengan menggunakan parasitoid belum pernah dilakukan oleh
petani akibat kurangnya informasi mengenai jenis, keberadaan dan potensi
parasitoid penggerek batang padi kuning.
Universitas Sumatera Utara
4
Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui inventarisasi dan potensi parasitoid telur hama
penggerek batang padi kuning (Scirpopagha incertulas) pada pertanaman padi di
tiga desa di Kecamatan Lima Puluh, Kabupaten Batubara , Sumatera Utara.
Hipotesis Penelitian
Terdapat beberapa famili parasitoid telur dan potensinya dalam
mengendalikan hama penggerek batang padi kuning (Scirpopagha incertulas).
Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang
inventarisasi dan potensi parasitoid telur hama penggerek batang padi kuning
Scirpophaga incertulas serta sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh
gelar sarjana di Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara, Medan.
Universitas Sumatera Utara
5
TINJAUAN PUSTAKA
Penggerek batang padi kuning (Scirpophaga incertulas Walker)
Penggerek batang padi kuning (Scirpophaga incertulas) (Lepidoptera:
Pyralidae) atau dikenal juga dengan beberapa sebutan, salah satu adalah yellow
stem borrer. Hama ini tersebar hampir di seluruh wilayah di Indonesia
(Baehaki, 2013).
Morfologi
PBPK (Scirpophaga incertulas), meletakkan telur secara berkelompok,
jumlah telur 50-150 butir per kelompok yang diletakkan pada bagian bawah daun
dan ditutupi rambut halus berwarna cokelat kekuningan. Lama stadium telur 6-7
hari. Bentuk kelompok telur bulat lonjong dan tertutup oleh bulu-bulu halus
berwarna kekuning-kuningan. Ukuran kelompok telur kurang lebih 7 x 3 mm
(Damayangti et al., 2015)
Tubuh larva berwarna putih kekuningan dengan kepala berwarna cokelat
kekuningan. Ruas abdomen pertama berwarna putih. Panjang tubuhnya 15 sampai
25 mm dan larva ini terdiri dari enam instar. Pupa mempunyai panjang antara 15
sampai 25 mm, berwarna cokelat kekuningan berbentuk bulat, labrumnya tidak
bersekat. Imago penggerek batang padi kuning mempunyai panjang badan 13
sampai 16,5 mm dan sayapnya berwarna kuning jerami. Imago betina mempunyai
sayap depan dengan bintik 8 hitam yang tampak samar-samar. Panjang sayap jika
membuka 21 mm untuk jantan, sedangkan untuk betina 30 mm
(Delly dan Sunanjaya, 2015).
Larva S. incertulas yang baru menetas memiliki warna gelap dibagian
kepala dengan tubuh berwarna hijau, dan ruas abdomen pertama berwarna putih.
Universitas Sumatera Utara
6
Larva memiliki panjang tubuh sekitar 19,9 sampai dengan 20,3 mm dan terdiri
dari 5 instar. Panjang rata-rata prepupa adalah 11,5 sampai dengan 12,6 mm dan
pupa berwarna pucat sampai cokelat (Baehaki, 2013).
Gambar 1. Imago S. Incertulas
(Sumber: Baehaki, 2013)
Biologi
Imago penggerek batang padi kuning aktif pada malam hari antara pukul
19.00 – 22.00 dan siang hari bersembunyi di bawah daun tanaman padi. Imago
tertarik pada cahaya dan mempunyai daya terbang yang kuat berkisar antara 6-10
km. Aktivitas imago penggerek mencapai puncaknya pada suhu 21,6˚C sampai
30,6˚C, dengan kelembaban nisbi 82,7% di daerah tropis. Perkembangan hama ini
dapat terus terjadi apabila terdapat persawahan padi tiap musim tanam. Penggerek
batang padi kuning tidak dapat bertahan hidup selama musim kemarau . Kopulasi
berlangsung sesaat setelah imago muncul dan 2 hari kemudian imago betina siap
meletakkan telur, peletakan telur dapat berlangsung 10-35 menit yang diletakkan
secara berkelompok. Tiap kelompok telur terdiri atas 50- 150 butir telur
(Baehaki, 2013).
Kelompok telur diletakkan pada bagian ujung daun bendera, pada
permukaan atas daun dekat pucuk atau pada permukaan bawah daun. Stadium
Universitas Sumatera Utara
7
telur berkisar antara 4-5 hari dengan suhu optimum untuk penetasan telur antara
25-32˚C pada kelembaban nisbi 85%. Imago betina penggerek batang padi kuning
mampu bertelur sebanyak 100-300 butir. Larva yang baru menetas membuat dua
sampai tiga lubang pada bulu sisik kelompok telur dengan melubangi daun padi.
Larva ini akan menggerek jaringan daun atau seludang daun sebelum masuk ke
arah titik tumbuh. Perkembangan larva berlangsung antara 22-43 hari pada suhu
optimum sekitar 17˚C – 35˚C. Sesaat sebelum membentuk pupa, larva instar
akhir membuat lubang, keluar pada ruas pangkal batang dekat permukaan tanah
atau air. Lubang tersebut kemudian ditutupi dengan benang sutera. Stadium pupa
beragam yaitu 8-14 hari. Imago muncul dari bagian tanaman padi setinggi 12,5
cm dari permukaan air. Kemampuan hidupnya berkisar antara 5-7 hari
(Yunus et al., 2011)
Gejala Serangan Scirpophaga incertulas
Serangan hama ini dikenal sebagai sundep dan beluk. Gejala sundep
terjadi pada tanaman padi fase vegetatif disebabkan oleh larva yang menggerek di
dalam pangkal batang sehingga menyebabkan daun menggulung tidak membuka
kemudian mengering, dan batang yang terserang mati tetapi tanaman masih dapat
mengkompensasi serangan ini dengan munculnya anakan baru, gejala beluk
terjadi pada tanaman padi fase generatif disebabkan oleh larva yang menggerek
pangkal malai sehingga bulir menjadi hampa dan tidak menghasilkan beras
(Amir et al, 2004).
Kehilangan hasil akibat serangan penggerek batang padi pada stadium
vegetatif dapat dikompensasi dengan pembentukan anakan baru. Populasi
penggerek batang padi kuning berbeda dalam setiap berbagai tahapan
Universitas Sumatera Utara
8
pertumbuhan padi yang menunjukkan kelimpahan relatif 69,90%. S. incertulas
tertinggi ditemukan pada tahap anakan dan terendah pada tahap pembibitan.
Serangan pada saat pengisian malai mengakibatkan bulir padi kosong dan
berwarna putih (Rahaman et al., 2014)
Malai hampa atau beluk terjadi pada masa genetif. Hal ini disebabkan
larva sudah berada di bagian dasar tanaman padi dari masa vegetatif. Larva
penggerek batang padi memakan bagian titik tumbuh dan meninggalkan anakan
sedikit dan bulir menjadi hampa. Padi yang terserang larva penggerek batang padi
memiliki siklus hidup pendek karena beberapa jaringan telah rusak akibat larva
penggerek batang padi masuk dan keluar dari batang dan tangkai malai
(Baehaki, 2013).
Parasitoid Telur Penggerek Batang Padi
Parasitoid famili Trichogrammatidae
Famili Trichogrammatidae terdiri dari 600 lebih spesies dan 80 genus yang
merupakan parasitoid telur. Parasitoid Trichogrammatidae memiliki beberapa
karakteristik yang menjadikannya berpotensi sebagai agen pengendali hayati
diantaranya siklus hidup yang singkat dan reproduksi yang tinggi.
Trichogrammatidae dapat mengurangi populasi hama mulai dari fase telur dan
mengurangi serangan yang disebabkan oleh larva (Park et al., 2000)
Identifikasi parasitoid Trichogrammatidae sangat sulit dilakukan karena
ukurannya yang sangat kecil yakni dengan panjang tubuh 0,25-1 mm sehingga
tidak dapat dibedakan secara morfologis. faktor lingkungan juga berpengaruh
secara signifikan terhadap morfologi dan fisiologi parasitoid Trichogrammatidae
(Sayed et al., 2011).
Universitas Sumatera Utara
9
Parasitoid famili Trichogrammatidae mempunyai ciri morfologi yaitu
panjang tubuh berukuran 0,25- 1 mm berwarna kuning kecokelatan, antena jantan
berbentuk lurus dan ditumbuhi bulu, antena betina berbentuk gala. Antena terdiri
dari tujuh segmen, sedangkan tarsi terdiri dari 3 segmen. Toraks bewarna hitam
dan, mata memiliki warna merah. Parasitoid Trichogrammatidae memiliki sayap
yang bervariasi tergantung spesiesnya, dari sangat lebar sampai ke ukuran kecil.
sayap belakang lebih pendek dari sayap depan dengan panjang ,33 mm dan lebar
22 mm. (Maramis et al., 2011; Gibson et al.,1997).
Siklus hidup Trichogrammatidae terjadi di dua alam yang berbeda yaitu
pada fase pradewasa (fase telur- larva-pupa) hidup di dalam telur inang,
memakan nutrisi dan membunuh inang. Pada fase imago, parasitoid ini
hidup bebas di luar tubuh inang, melakukan aktivitas makan, kopulasi dan
meletakan telur (Yelisanti, 2015).
Siklus hidup parasitoid ini berkisar 8 – 10 hari. Hal tersebut sangat
menguntungkan untuk digunakan sebagai agensia hayati dalam mengendalikan
hama penggerek batang padi, mengingat serangan hama S. interculas terjadi
sepanjang pertumbuhan tanaman padi. Dengan demikian parasitoid akan
berkembang secara berkelanjutan hingga mencapai 9-10 generasi selama satu
musim tanam padi. Fase prapupa mulai terbentuk pada hari kelima setelah
telur terparasit. Pada fase prapupa ini ditandai dengan terbentuknya mata dan
bentuknya lebih memanjang. Fase prapupa Hymenoptera mempunyai dua fase
berbeda, yaitu fase nimfa dan pronimfa. Fase nimfa memiliki bentuk yang
lebih pendek dan gemuk berwarna putih buram. Fase pronimfa ditandai
dengan bentuk yang lebih panjang dan mata sudah tampak namun belum
Universitas Sumatera Utara
10
terlihat jelas. Fase pupa berwarna kuning muda yang secara perlahan
berubah menjadi cokelat kehitaman (Yunus, 2005)
Pada fase pupa struktur serangga dewasa sudah lengkap dan tampak
jelas (Hagens dalam Mangangantung 2001). Pupa berbentuk eksarata yaitu,
bakal sayap dan bakal tungkai tampak jelas dari luar dan bebas. Imago
parasitoid muncul dengan cara membuat lubang dari korion telur inang. Imago
muncul pada hari ke-8. Pada umumnya imago jantan keluar terlebih dahulu
daripada betina. Ukuran tubuh betina lebih besar daripada jantan. Setelah
muncul, imago segera berkopulasi. Betina hanya berkopulasi satu kali, tetapi
imago jantan mampu berkopulasi berkali-kali ( Yelisanti, 2015)
Parasitoid Famili Scelionidae
Famili Scelionidae merupakan parasitoid dengan morfologi tubuh yang
sangat bergantung pada inang (host). Penggunaan famili Scelionidae cukup
berhasil dalam pengendalian hayati karena memiliki beberapa karakter yang
cocok sebagai agen pengendali hayati. Hampir semua parasitoid dari famili
Scelionidae merupakan parasitoid primer soliter. Famili Scelionidae memiliki
kemampuan invasi dan reproduksi tinggi, mudah diperbanyak dan tidak
hiperparasitoid ( Ghahari and Peter,2015)
Hampir semua spesies dari Famili Scelionidae memiliki antena yang
terdiri dari 11 ruas pada betina, dan 12 ruas pada jantan. Klavus antena betina
terdiri dari 5 segmen. Scelionidae memiliki sayap transparan, vena marginal lebih
pendek dari stigma, dan vena postmarginal lebih panjang dari stigma. sayap
belakang lebih lebar daripada sayap depan (Jonshon, 1984).
Universitas Sumatera Utara
11
Famili Scelionidae berwarna hitam kecokelatan dengan panjang tubuh
kurang lebih 2 mm. Antena terdiri dari 10-11 ruas, antena berbentuk menyiku.
Sayap datar sepanjang 0,28 mm terletak pada toraks. Sayap belakang lebih
kecil dari pada sayap depan dan memiliki satu kait kecil, sedangkan pada bagian
tungkai tarsus berjumlah 5 bagian dan terdapat duri-duri halus. Seekor imago
betina memproduksi telur sekitar 143-275 butir. Stadium telur kurang lebih
9 jam (Baehaki, 2013)
Family Scelionidae berwana hitam dan ukurannya lebih kecil dari
parasitoid Eulophidae. Perkembangan dari telur hingga tingkat dewasa
membutuhkan waktu 10-14 hari, famili Scelionidae mencari imago penggerek
batang kuning dan menempelkan dirinya pada ujung abdomen imago penggerek
batang padi kuning (Untung dan Samino, 2011)
Telur famili Scelionidae diletakkan pada inang yang berumur 1-2
hari. Larva berwarna putih susu, berukuran panjang antara 0,69-0,76 mm.
Stadium larva berlangsung selama 6-7 hari. Pupa berwarna kehitaman,
berukuran 0,65 - 0,76 mm dengan caput, toraks, abdomen dan tungkai yang
sudah tampak. Stadium pupa berlangsung selama 3-4 hari, kemudian dilanjutkan
dengan stadium imago. Imago jantan muncul terlebih dahulu daripada betina.
Umur imago jantan berkisar antara 1-3 hari dan betina 3-5 hari
(Suprapta et al., 2015).
Parasitoid famili Eulophidae
Famili Eulophidae tersebar di seluruh dunia, terdiri dari 5200 spesies
dalam 334 genus. Eulophidae sangat beragam dan kisaran inangnya lebih banyak
daripada famili parasitoid lainnya dalam ordo Hymenoptera. Hampir seluruh
Universitas Sumatera Utara
12
famili Eulophidae merupakan parasitoid primer hama dari ordo Lepidoptera,
Coleoptera, Diptera dan beberapa ordo serangga lainnya, beberapa spesies dari
famili Eulophidae juga memarasit Arthropoda lainnya seperti laba-laba dan
nematoda (Noyes, 2014).
Famili Eulophidae memiliki panjang tubuh 0,4-6 mm. Antena terdiri dari
7-12 ruas, terdapat 4-5 flagellum, 2-4 ruas funicular. Sayap berwarna transparan,
sayap depan memiliki vena marginal lebih panjang dari vena postmarginal. Famili
Eulophidae memiliki gaster oval, tarsi terdiri dari 4 tarsomer (Baur,2015).
Famili Eulophidae dewasa memiliki warna hijau kebiruan metalik,
meskipun parasitoid ini sukar dilihat dengan mata telanjang, namun populasinya
melimpah di pertanaman padi sawah atau lahan kering (padi gogo). Setiap imago
betina mampu menghasilkan 10- 60 turunan (Untung dan Samino, 2011).
Parasitoid telur Famili Eulophidae memiliki caput pendek tumpul
dengan rambut halus dan occeli oval. Antena berwarna cokelat kehitaman
memiliki delapan segmen. Mulut bagian bawah berwarna cokelat mengkilat.
Toraks berwarna cerah dan lembut, terdapat sayap depan dan sayap
belakang berbentuk pedang dengan pinggir melengkung. Abdomen bulat
silindris dengan delapan ruas. Ovipositor berwarna cokelat kekuningan, sangat
pendek dan tebal. Tungkainya berwarna kuning dengan tarsus bersegmen empat.
Daur hidupnya berlangsung selama kurang lebih 14 hari
(Suprapta et al., 2015).
Universitas Sumatera Utara
13
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di lapangan pada musim kemarau dan
laboratorium mulai bulan Maret sampai dengan September 2019. Penelitian di
lapangan dilakukan pada pertanaman padi milik petani di tiga desa di Kecamatan
Limapuluh, Kabupaten Batubara : Desa Kuala Gunung, Desa Cahaya Pardomuan,
Desa Air Hitam dengan ketinggian tempat ± 28 meter di atas permukaan laut.
Penelitian di laboratorium dilaksanakan di Laboratorium Hama, Program Studi
Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan adalah tanaman padi, telur hama penggerek batang
padi kuning, kapas, KOH 10 %, kertas label, kain kasa, alkohol 70%, etyl asetat,
dan tali rafia.
Alat yang digunakan adalah tabung reaksi 100 mL, gunting, mikroskop
binokuler, termohygrometer, kamera, dan botol kaca 75 mL.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode survey dengan mengambil sampel
kelompok telur hama penggerek batang padi secara purposive sampling
(pengambilan sampel secara sengaja) pada pertanaman padi.
Pelaksaanan Penelitian
Pengambilan sampel
Pengambilan sampel kelompok telur dari tiga desa yang telah disebutkan
diatas, dengan menggunakan metode kuadrat. Pengambilan sampel dilakukan di
Desa Kuala Gunung, Desa Cahaya Pardomuan, dan Desa Air Hitam dengan luas
Universitas Sumatera Utara
14
lahan 300m x 100 m, dibagi menjadi 5 plot secara diagonal dan 1 plot diluar
kuadran sebagai kontrol (tanpa perlakuan insektisida) berukuran 10 m x 10 m dan
kemudian dibagi menjadi 4 sub plot, sehingga jumlah keseluruhan adalah 24 plot
pengambilan sampel di setiap desa (Lampiran 1). Pengambilan sampel kelompok
dilakukan pada padi berumur 3-10 minggu setelah tanam (mst), sehingga
dilakukan 8 kali pengamatan. Pengambilan sampel kelompok telur penggerek
batang padi kuning dengan cara memotong daun padi tempat peletakan kelompok
telur. Masing-masing kelompok telur yang telah dikumpulkan dimasukkan ke
dalam tabung reaksi, di mana satu tabung reaksi berisi satu kelompok telur.
Pemeliharaan Kelompok Telur
Sampel kelompok telur yang diperoleh dari lapangan dimasukkan ke
dalam tabung reaksi, kemudian dipelihara selama beberapa hari untuk diamati
perkembangannya. Pengamatan di laboratorium dilakukan setiap hari dan dihitung
jumlah parasitoid yang keluar kemudian diawetkan ke dalam botol awetan yang
berisi alkohol 70% untuk selanjutnya dilakukan identifikasi dan perhitungan data.
Peubah Amatan
1. Identifikasi Parasitoid
Identifikasi dilakukan dengan mengamati spesimen parasitoid awetan.
Identifikasi dilakukan berdasarkan ciri morfologi parasitoid, seperti bentuk dan
venasi sayap, tungkai, tipe antena, dan sebagainya dengan menggunakan
mikroskop stereo, dan buku kunci identifikasi “Anatod Keys Hymenoptera”
(Gibson, 1997).
Universitas Sumatera Utara
15
2. Persentase Parasitasi Parasitoid
Persentase parasitisasi dinyatakan sebagai persentase kelompok telur
terparasit dan persentase butir telur terparasit. Tingkat parasitisasi butir telur
dihitung dengan menggunakan modifikasi rumus yang dikembangkan oleh Kim &
Heinrich (1985) dan dikembangkan oleh Rauf (2000). Satu ekor parasitoid famili
Eulophidae memerlukan rata-rata tiga butir telur S. incertulas untuk satu siklus
hidupnya, satu ekor famili Scelionidae muncul dari satu telur, sedangkan dua
ekor famili Trichogrammatidae muncul dari satu telur S. incertulas. Oleh
karena itu rumus yang dipakai adalah:
3(A+B)
P(T.s) = X 100%
3 (A+B) + (C+D)+0,5 (E+F)+(H+M)
(C+D)
P(T.r) = X 100%
3 (A+B) + (C+D)+0,5 (E+F)+(H+M)
0,5(E+F)
P(T.j) = X 100%
3 (A+B) + (C+D)+0,5 (E+F)+(H+M)
Keterangan:
P(T. s) = tingkat parasitisasi telur S. incertulas oleh famili Eulophidae,
P(T. r) = tingkat parasitisasi telur S. incertulas oleh famili Scelionidae,
P(T. j) = tingkat parasitisasi telur S. incertulas oleh famili Trichogramma ,
A = jumlah imago famili Eulophidae yang muncul,
B = jumlah imago famili Eulophidae yang tidak muncul
C = jumlah imago famili Scelionidae yang muncul,
D = jumlah imago famili Scelionidae yang tidak muncul
Universitas Sumatera Utara
16
E = jumlah imago famili Trichogrammatidae yang muncul,
F = jumlah imago famili Trichogrammatidae yang tidak muncul
H = jumlah larva S. incertulas yang muncul, dan
M = jumlah larva S. incertulas yang tidak muncul (mati dalam telur)
(Wilyus et al., 2012).
3. Dominansi Parasitoid Telur Penggerek Batang Padi Kuning
(Scirpophaga incertulas (Walker)
Nilai indeks keseragaman dan keanekaragaman yang kecil biasanya
menandakan adanya dominansi suatu spesies terhadap spesies-spesies lainnya.
Rumus indeks dominansi Simpson (C) adalah (Ludwig & Reynolds 1988):
C = ∑(ni / N)
Keterangan :
C = Indeks Dominansi
ni = Jumlah individu pada jenis ke i
N = Jumlah seluruh individu
Nilai indeks berkisar antara 0-1 dengan kategori sebagai berikut :
a) 0 < C < 0,5 = Dominansi rendah
b) 0,5 < C ≤0,75 = Dominansi sedang
c) 0,75 < C ≤ 1,0 = Dominansi tinggi
4. Pola Penyebaran Parasitoid
Data yang diperoleh dari hasil penelitian dianalisis secara deskriptif, untuk
mengetahui pola penyebaran parasitoid digunakan indeks Morisita
Pola penyebaran parasitoid dihitung dengan menggunakan indeks
Morisita: Id = Σni (ni-1) N ,
n (ni-1)
Universitas Sumatera Utara
17
Keterangan:
Id = indeks morisita;
ni = jumlah individu tiap plot;
n = jumlah total individu semua plot dan
N = banyak plot
dengan ketentuan sebagai berikut Id = 1 pola distribusi adalah acak, Id > 1
pola distribusi adalah mengelompok, dan Id < 1 pola distribusi adalah teratur.
( Riyanto, 2004)
Pengukuran Faktor Fisik di lapangan Sebagai Data Pendukung
- Suhu dan kelembapan di areal percobaan diukur dengan menggunakan
termohygrometer
- Data curah hujan diperoleh dari Badan Mateorologi, Klimatologi dan
Geofisika (BMKG) Medan.
Universitas Sumatera Utara
18
HASIL DAN PEMBAHASAN
Identifikasi Parasitoid Telur Penggerek Batang Padi Kuning
Hasil identifikasi terhadap parasitoid telur penggerek batang padi kuning
ditemukan tiga famili parasitoid seperti yang disajikan pada Tabel 1 di bawah
ini.
Tabel 1. Famili parasitoid telur penggerek batang padi kuning (S. incertulas)
yang ditemukan di tiga desa di Kecamatan Lima Puluh, Kabupaten
Batubara
Famili Morfologi Serangga
Antena Sayap Tungkai
Eulophidae
6-7 ruas Sayap depan pada
bagian
submarginal
panjang
dan berlekuk
Bagian ujung
tungkai (tarsus)
beruas 4
Scelionidae
11-12 ruas dan
berbentuk siku
Sayap belakang
lebih kecil dari
sayap depan dan
memiliki satu kait
kecil
Ujung tungkai
beruas 5
Trichogrammatidae
6 ruas, dan
diujungnya
terdapat rambut-
rambut halus
Bagian tepi sayap
berbulu lebih
panjang dari jenis
lainnya
Ujung tungkai
beruas 3
Tabel satu menunjukkan bahwa parasitoid telur yang terdapat pada lahan
penelitian yang memarasit telur penggerek batang padi kuning terdiri dari 1 ordo,
dan 3 famili. Ciri- ciri masing masing parasitoid berdasarkan famili adalah
sebagai berikut:
Hymenoptera : Eulophidae
Tubuh berukuran 1-2,5 mm dan secara keseluruhan berwarna hitam
kebiru-biruan (metalik). Memiliki antena berbentuk elbow (menyiku) terdiri dari 7
ruas, antena seperti sisir dengan rambut-rambut halus di setiap ruasnya. 4-5
flagellum, 2-4 ruas funicular, sculettum ada 2 pasang dengan garis membujur,
Universitas Sumatera Utara
19
berwarna hitam kebiruan. Famili Eulophidae memiliki gaster besar dan oval, tarsi
memiliki 4 tarsomer (Gambar 1). Mesosoma dan metasoma terpisah dengan jelas
(Gibson et al., 1997; Goulet et al.,1993).
Gambar 1. Parasitoid famili Eulophidae (perbesaran 120x)
Hymenoptera : Scelionidae
Memiliki panjang tubuh 0,5-2 mm berwarna hitam, antenna 11-12 ruas
dan flagellum 9-10 ruas. Vena submarginal sayap belakang mencapai hamuli.
Pada sayap depan, vena submarginal biasanya mencapai ujung anterior sayap
(Jonshon, 1984).
Abdomen berbentuk lonjong (oval), terdapat garis menonjol di bagian
atas dan di bagian bawah sebanyak 4 garis. Metasoma memiliki bentuk pipih
dorso ventral. Ruas ke 2 atau ke 3 tergum lebih panjang dari ruas lainnya. Sayap
bawah ada lekukan menonjol, sayap belakang lebih kecil dari pada sayap depan
dan memiliki satu kait kecil (Gambar 2) (Gibson et al., 1997).
Terdapat vena stigma dan mempunyai vena post marginal. Toraks agak
cembung ke bagian posterior. Tarsus terdiri dari 5 ruas dan terdapat duri- duri
halus (Gibson et al., 1997; Goulet et al.,1993)
Universitas Sumatera Utara
20
Gambar.2 Parasitoid famili Scelionidae (perbesaran 120x)
Hymenoptera: Trichogrammatidae
Tubuh kecil berukuran 0,2-1 mm berwarna cokelat kekuningan, abdomen
dan toraks menyatu. Sayap bening transparan dikelilingi banyak bulu (jumbai)
panjang di ujung sayap, setiap sayap membentuk baris. Memiliki bentuk antena
arista, lebih pendek dari kepala dan metasoma, memiliki 2-3 flagellum terdiri dari
funiculuc dan clavus, tarsus terdiri dari 3 ruas (Gambar 3)
(Goulet et al.,1993; Gibson et al., 1997 ).
Hasil penelitian ini tidak berbeda nyata dengan pernyataan
Upamaya et al. (2013) yang menyatakan bahwa ketiga jenis parasitoid yang
ditemukan memarasit telur penggerek batang padi kuning yaitu: dari famili
Eulophidae, Scelionidae, dan Trichogrammatidae merupakan parasitoid yang
sering ditemukan pada penggerek batang padi kuning.
Gambar 3. Parasitoid famili Trichogrammatidae (perbesaran 120x)
Universitas Sumatera Utara
21
Persentase parasitasi Parasitoid
Persentase parasitasi parasitoid pada lahan perlakuan insektisida
menunjukkan bahwa rataan persentase parasitasi tertinggi (41.78%) terdapat pada
famili Eulophidae di Air Hitam dan terendah (0,05%) terdapat pada famili
Trichogrammatidae di Kuala Gunung, sedangkan persentase parasitasi parasitoid
pada lahan tanpa perlakuan insektisida menunjukkan bahwa rataan pengamatan
tertinggi (38.53%) famili Eulophidae terdapat di Air Hitam, dan terendah (0.00%)
pada famili Trichogrammatidae di Kuala Gunung.
Penelitian ini menunjukkan bahwa persentase parasitasi berbeda
untuk setiap famili parasitoid. Rataan persentase parasitasi parasitoid tertinggi di
3 lokasi penelitian pada lahan perlakuan insektisida adalah parasitoid famili
Eulophidae hal ini diduga karena kemampuan memarasit parasitoid famili
Eulophidae lebih tinggi dibandingkan dengan parasitoid lainnya, satu individu
parasitoid famili Eulophidae dapat memarasit 2-3 telur penggerek batang padi
kuning atau disebut parasitoid gregarius. Seperti yang dinyatakan oleh
Junaedi et al. (2016) bahwa daya parasitasi parasitoid famili Eulophidae lebih
tinggi dibandingkan dengan parasitasi parasitoid lainnya dan dapat memarasit 2-3
telur per satu ekor parasitoid. Ganeshwari and Kumar (2019) juga menyatakan
bahwa parasitoid famili Eulophidae memiliki keperidian lebih tinggi
dibandingkan parasitoid famili Scelionidae dan Trichogrammatidae.
Universitas Sumatera Utara
22
Tabel 2. Persentase parasitasi parasitoid pada lahan perlakuan insektisida dan lahan tanpa perlakuan insektisida
Lokasi Mst Lahan dengan Perlakuan Insektisida (%) Lahan tanpa Perlakuan Insektisida (%)
Eulophidae Scelionidae Trichogrammatidae Eulophidae Scelionidae Trichogrammatidae
3 33.9 6.6 0.4 39.4 0 0
4 36.6 5.6 0 30.9 4.2 0
5 29.7 5.1 0 33.8 1.8 0
6 33.9 4.8 0 28.7 2.2 0
7 26.2 2.8 0 26.9 8.3 0
8 21.7 2.1 0 47.8 0 0
9 30 4.6 0 28 5.3 0
10 12.5 3.3 0 17.8 5 0
Rataan 28.06 4.36 0.05 31.66 3.82 0
3 32.9 29.8 0 71.4 6.6 0.6
4 39.4 5.4 0 48 5.3 0
5 32.5 8.3 0 23.1 5.6 0
6 32.5 7.1 0 39.4 4.4 0
7 27.9 1.2 0.5 41.6 11.6 0
8 25.5 5.1 0 31.1 2.1 0
9 22.9 6.3 0 17.3 7.6 0
10 15.9 3.3 0 12.5 3.3 0
Rataan 28.68 8.31 0.06 35.55 5.81 0.07
3 43.42 30.16 0.63 53.74 6.13 0.63
4 67.88 16.78 0 38.57 3.57 0.12
5 46.82 21.34 0 0 11.63 0 6 46.45 10.44 0 56.45 11.29 0 7 37.5 12.46 0 46.45 4.52 0
8 33 8 0 38.89 18.52 0
9 31.23 7.3 0 36.04 5.52 0
10 27.97 0.77 0 38.1 30.16 0
Rataan 41.78 13.4 0.08 38.53 11.41 0.09
Air Hitam
Cahaya Pardomuan
Kuala
Gunung
Universitas Sumatera Utara
23
Tabel 2 menunjukkan bahwa persentase parasitasi berbeda untuk setiap
desa. Rataan persentase parasitasi parasitoid tertinggi terdapat di Desa Air
Hitam dengan rataan persentase parasitasi parasitoid famili Eulophidae
(41,78%), Scelionidae (13,04%) dan Trichogrammatidae (0,08%). Sedangkan
persentase parasitasi terendah terdapat di Desa Kuala Gunung dengan rataan
persentase parasitasi parasitoid famili Eulophidae (28,06%), Scelionidae (4,36%)
dan Trichogrammatidae (0,03%). Hal ini diduga disebabkan oleh perbedaan cara
budidaya termasuk frekuensi pemberian pupuk dan jenis pupuk, frekuensi aplikasi
insektisida dan bahan aktif yang digunakan di setiap lokasi penelitian. Di Desa
Air Hitam dan Kuala Gunung dilakukan aplikasi insektisida setiap sekali dalam
seminggu dimulai dari 2 mst, berbeda dengan Desa Cahaya Pardomuan,
pengaplikasian insektisida dilakukan sekali dalam 10 hari, dimulai dari 2 mst
(Lampiran 2-4). Cahyoko et al. (2018) menyatakan bahwa intensitas aplikasi
pestisida dapat mengurangi kelimpahan PBPK di lapangan sehingga mengurangi
persentase tingkat parasitasi prasitoid telur di lapangan.
Hasil Penelitian pada Tabel 2 menunjukkan bahwa rataan persentase
parasitasi parasitoid ke -3 famili parasitoid di Desa Air Hitam pada lahan dengan
perlakuan insektisida lebih tinggi dibandingkan dengan lahan tanpa perlakuan
insektisida, diduga disebabkan oleh penggunaan pestisida yang memiliki bahan
aktif tertentu yang tidak berpengaruh terhadap daya parasitasi parasitoid hama
PBPK, juga dipengaruhi oleh frekuensi turunnya hujan yang dapat menyebabkan
tercucinya pestisida yang sudah diaplikasikan. Vennila et al. (2018) menyatakan
bahwa ada beberapa senyawa bahan aktif insektisida PBPK yang tidak
mempengaruhi daya parasitasi parasitoid famili Eulophidae dan famili
Universitas Sumatera Utara
24
Scelionidae, dan ada beberapa senyawa bahan aktif memiliki pengaruh yang lebih
rendah terhadap parasitoid famili Eulophidae dibandingkan famili Scelionidae
Dosis pemupukan dan jenis unsur hara yang diaplikasikan terhadap
tanaman padi juga mempengaruhi tingkat serangan di lapangan. Berdasarkan hasil
pengamatan di tiga lokasi penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk hanya
dilakukan sebanyak 2 kali selama musim tanam. Sesuai dengan penelitian Datta
(1981) yang meyatakan bahwa dosis pemupukan pada tanaman padi berpengaruh
terhadap intensitas serangan penggerek batang padi kuning, di mana pemupukan
nitrogen yang terlalu tinggi menyebabkan perkembangan penggerek batang padi
kuning lebih cepat, namun dapat membantu pemulihan setelah terserang.
Pemupukan kalium menyebabkan tanaman lebih kuat dan sehat sehingga lebih
toleran terhadap serangan hama PBPK.
Penelitian ini dilakukan di lahan milik 16 orang petani, sehingga varietas
yang digunakan juga berbeda-beda. Berdasarkan pengamatan di lapangan
diperoleh data bahwa terdapat 8 varietas padi di 16 plot yang dibudidayakan
petani pada tiga lokasi penelitian , di mana 6 plot varietas Sibengkel, 2 plot
varietas Sipayung, 2 plot varietas Ciherang, 2 plot varietas Unggal, 1 plot varietas
Inpari 16, 1 plot varietas Sijeruk, 1 plot varietas Denok, dan 1 Plot varietas Sibali
(Lampiran 2-4). Penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat serangan hama
penggerek batang padi kuning berdasarkan jumlah kelompok telur yang
ditemukan berbeda untuk setiap varietas dan lokasi pengambilan sampel. Jumlah
kelompok telur tertinggi di masing- masing lokasi penelitian terdapat pada
varietas Sibengkel di mana varietas ini memiliki anakan yang lebih banyak,
dibandingkan varietas lainnya dengan jumlah kelompok telur berturut-turut di
Universitas Sumatera Utara
25
Desa Cahaya Pardomuan, Air Hitam dan Kuala Gunung adalah 33, 21, dan 15,
Sedangkan terendah di Desa Kuala Gunung adalah varietas Ciherang (7 sampel),
Desa Cahaya Pardomuan, dan Air Hitam terdapat pada Varietas Ungggal masing-
masing 8 dan 12 sampel (Lampiran 2-4). Berdasarkan data tersebut dapat
disimpulkan bahwa hama penggerek batang padi kuning lebih tertarik meletakkan
telur di tanaman padi varietas Sibengkel. Hal ini kemungkinan diakibatkan oleh
karakteristik hama PBPK dalam meletakkan telur, yakni cenderung lebih tertarik
meletakkan telur pada pertanaman padi yang sehat dan memiliki anakan lebih
banyak.
Sesuai dengan penelitian Maulana et al. (2017) yang menyatakan bahwa
karakteristik penggerek batang padi terutama dalam peletakan berbeda dalam
setiap varietas dan biasanya banyak ditemukan pada inang yang disenangi.
Perubahan varietas dapat merubah tingkat keseimbangan populasi penggerek
batang padi di suatu daerah, selain itu varietas yang mempunyai potensi anakan
tinggi cenderung rentan terhadap serangan penggerek, namun dapat di toleransi
karena kemampuannya membentuk tunas baru.
Tingginya persentase parasitasi parasitoid pada pengamatan 3-5
mst di setiap desa diduga disebabkan oleh tingginya populasi kelompok telur
inang pada pada fase vegetatif karena pada fase ini terjadi pembentukan anakan
baru. Populasi kelompok telur inang berbanding lurus dengan tingginya
persentase parasitasi parasitoid. Hal ini sesuai dengan penelitian Rama et al.
(2013) yang menyatakan bahwa persentase parasitasi parasitoid telur akan
semakin meningkat dengan meningkatnya populasi kelompok telur inang, serta
Rahaman et al. (2014) menyatakan bahwa populasi S. incertulas tertinggi terdapat
Universitas Sumatera Utara
26
pada tahap anakan, namun kehilangan hasil akibat serangan S. incertulas masih
dapat dikompensasi karena pembentukan anakan yang terus berlangsung.
Faktor fisik terutama suhu dan kelembapan berpengaruh terhadap parasitoid
Hymenoptera. Menurut Cave et al. (1998) dan Duale (2005) bahwa parasitoid
famili Eulophidae dan Scelionidae dapat berkembang pada suhu 15-350 C namun
suhu optimum terdapat pada 20-330C dan kelembapan antara 50-80%, sedangkan
parasitoid Trichogrammatidae menurut Kalyebi et al. (2006) bahwa suhu
maksimum untuk perkembangan Trichogrammatidae adalah 20-300C dengan
kelembapan 40-80%. Hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa suhu
berkisar 25-35,20C dan kelembapan 60-80% (Lampiran 14-16). Suhu di atas 33
0C
menyebabkan imago parasitoid famili Eulophidae dan Scelionidae tidak muncul
dari kelompok telur inang. Hal ini sesuai dengan penelitian James (2007) yang
menyatakan bahwa suhu di atas suhu optimum menyebabkan parasitoid mati di
dalam kelompok telur inang, sedangkan suhu di atas 300C menyebabkan daya
parasitasi Trichogrammatidae menurun.
Tabel 2 menunjukkan bahwa persentase parasitasi parastoid di tiga lokasi
penelitian non insektisida lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan
insektisida. Hal ini diduga aplikasi insektisida menyebabkan menurunnya
populasi kelompok telur sehingga mengurangi daya parasitasi parasitoid terhadap
kelompok telur. Sesuai dengan penelitian Cakraborthy (2010) yang menyatakan
bahwa pestisida berpengaruh sangat nyata dalam mengurangi populasi hama
penggerek batang padi kuning yang secara langsung mengakibatkan menurunnya
populasi kelompok telur sebagai tempat perkembangan telur parasitoid.
Universitas Sumatera Utara
27
Hasil penelitian Nonci dan Fausiah (2010) yang menggunakan beberapa
bahan aktif insektisida untuk mengetahui pengaruh insektisida terhadap musuh
alami kelompok telur hama penggerek batang padi kuning disimpulkan bahwa
insektisida tidak berpengaruh langsung terhadap mortalitas parasitoid telur.
Rendahnya persentase parasitasi parasitoid di perlakuan insektisida disebabkan
mortalitas hama (inang) yang tinggi sehingga secara tidak langsung
mempengaruhi persentase parasitasi parasitoid.
Pada penelitian ini diperoleh data bahwa persentase parasitasi parasitoid
famili Trichogrammatidae lebih rendah dibandingkan 2 jenis parasitoid yang
memarasit hama PBPK di tiga lokasi penelitian baik pada perlakuan tanpa
insektisida maupun insektisida. Didukung dengan penelitian yang dilakukan
Tang et al. (2017) yang menyebutkan bahwa persentase parasitasi famili
Trichogrammatidae lebih rendah dengan persentase rataan parasitasi 8,35%, juga
Wilyus et al. (2012) menyatakan bahwa rerata persentase parasitasi famili
Trichogrammtidae hanya berkisar 1,47%. Hal ini disebabkan famili
Trichogrammatidae terlalu selektif dalam memilih telur inang berdasarkan
ketersediaan nutrisi
Dominansi Parasitoid
Hasil penelitian menunjukkan bahwa indeks dominansi tertinggi (0.67%)
terdapat pada perlakuan tanpa insektisida di Desa Cahaya Pardomuan oleh
parasitoid famili Eulophidae kategori dominansi sedang, sedangkan dominansi
terendah (0.00%) terdapat pada famili Trichogrammatidae di setiap desa dan
termasuk kategori dominansi rendah. Sedangkan, pada perlakuan pestisida indeks
dominansi tertinggi (0.62) terdapat pada famili Eulophidae di desa Cahaya
Universitas Sumatera Utara
28
Pardomuan, sedangkan terendah (0) terdapat terdapat pada famili
Trichogrammatidae di tiga lokasi penelitian. Seperti diuraikan pada Tabel 3
berikut ini:
Tabel 3. Indeks dominansi parasitoid
Tabel 3 menunjukkan bahwa dominansi famili Eulophidae lebih tinggi
dibandingkan dengan parasitoid lainnya. Hal ini diduga karena parasitoid famili
Eulophidae memiliki daya parasitasi yang lebih tinggi. Parasitoid famili
Eulophidae tidak tergantung pada bentuk dan struktur kelompok telur, berbeda
dengan 2 parasitoid lainnya di mana parasitoid famili Scelionidae dan
Trichogrammatidae akan menurun apabila ukuran kelompok telur semakin besar.
Sesuai dengan penelitian Kartohardjono (2007) yang menyatakan bahwa
parasitoid famili Eulophidae lebih dominan dibanding 2 jenis parasitoid
penggerek batang padi kuning lainnya, Rauf (2000) juga menyatakan bahwa
parasitoid famili Scelionidae dan Trichogrammatidae tidak menyukai kelompok
telur yang berukuran terlalu besar.
Dominansi famili Eulophidae pada fase vegetatif lebih tinggi
dibandingkan fase generatif disebabkan oleh tingginya daya pemencaran
parasitoid dalam menginvasi pertanaman baru. Parasitoid ini lebih cenderung
Lokasi
pengambilan
sampel
Perlakuan
Indeks Dominansi
Eulophidae Scelionidae Trichogrammatidae
Kuala Kontrol 0.60 0.39 0
Gunung Pestisida 0.52 0.09 0
Cahaya Kontrol 0.67 0.25 0
Pardomuan Pestisida 0.62 0.30 0
Air Kontrol 0.51 0.47 0
Hitam Pestisida 0.41 0.20 0
Universitas Sumatera Utara
29
mencari tempat baru dengan populasi telur inang yang lebih tinggi. Seperti
yang dinyatakan oleh Wilyus et al. (2012) bahwa parasitoid famili Eulophidae
memiliki daya pemencaran dan invasi lebih tinggi pada tanaman baru (fase
vegetatif).
Parasitoid Trichogrammatidae memiliki indeks dominansi 0 (nol) dengan
kategori terendah pada lahan perlakuan insektisida dan non insektisida di 3 lokasi
penelitian. Hal ini diduga disebabkan oleh karakter parasitoid Trichogrammatidae
yang sangat selektif dalam memilih inang sebagai peletakan telur. Faktor lain
yang mempengaruhi dominansi parasitoid Trichogrammatidae yakni siklus
hidupnya yang singkat hanya 1-2 hari yang mengakibatkan dominansi populasi
sangat rendah. Sesuai dengan penelitian Yunus (2017) yang menyatakan bahwa
parasitoid famili Trichogrammatidae cenderung lebih selektif dalam memilih
inang sebagai tempat peletakan telur untuk mengembangbiakkan individu baru.
Rauf (2000) juga menyatakan bahwa masa hidup famili Trichogrammatidae 1-2
hari yang singkat juga merupakan indikator rendahnya persentase parasitasi dan
dominansi.
Rendahnya indeks dominansi famili Trichogrammatidae dipengaruhi oleh
karakternya yang provigenik, di mana selama hidupnya hanya satu kali
menghasilkan telur pada saat muncul pertama sekali sebagai imago. Seperti yang
dinyatakan oleh Jhonson (2000) bahwa famili Trichogrammatidae termasuk
golongan provigenik, yaitu serangga yang hanya menghasilkan telur pada saat
pemunculan pertamanya sebagai imago dan tidak memproduksi lagi selama
hidupnya.
Universitas Sumatera Utara
30
Pola Penyebaran
Seperti diuraikan pada Tabel 4 di bawah ini bahwa pola penyebaran famili
Eulophidae, dan Trichogrammatidae masing-masing di setiap desa adalah
mengelompok dan teratur, sedangkan famili Scelionidae di Desa Kuala Gunung
dan Cahaya Pardomuan adalah teratur dan di Desa Air Hitam adalah
mengelompok. Seperti diuraikan pada Tabel 4 berikut ini:
Tabel 4. Pola penyebaran parasitoid
Berdasarkan data pada Tabel 4, pola penyebaran parasitoid Eulophidae di
tiga lokasi penelitian adalah mengelompok, hal ini diduga disebabkan oleh
beberapa faktor diantaranya jarak terbang lebih 5 meter yang menyebabkan
parasitoid famili Eulophidae dapat mengunjungi setiap lahan pertanian dan
memarasit lebih banyak kelompok telur. Sesuai dengan penelitian Rama et al.
(2013) yang menyatakan bahwa penyebaran parasitoid Eulophidae lebih luas
dibandingkan dengan parasitoid lainnya.
Wilyus et al. (2012) menyatakan bahwa kebergantungan parasitoid
Eulophidae yang hanya dapat berkembang biak pada telur S. incertulas sehingga
diduga individu memiliki kecenderungan untuk berkumpul dan mencari kondisi
lingkungan yang sesuai dengan kebutuhan hidupnya. Sesuai dengan penelitian
Lokasi
pengam-
bilan sampel
Indeks Morisita
Eulophidae Scelionidae Trichogrammatidae
Kuala 2.43
(mengelompok)
0.80 0.006
Gunung
(teratur) (teratur)
Cahaya 2.45 0.71 0.013
Pardomuan (mengelompok) (teratur) (teratur)
Air 1.81 1.14 0.001
Hitam (mengelompok) (mengelompok) (teratur)
Universitas Sumatera Utara
31
Riyangto (2014) yang menyatakan bahwa umumnya di alam ditemukan pola
penyebaran mengelompok, hal ini disebabkan oleh sifat individu yang cenderung
untuk berkumpul dalam mencari kondisi lingkungan yang sesuai dengan
kebutuhan hidupnya. Pola penyebaran parasitoid Eulophidae yang mengelompok
dapat membantu pengendalian hama penggerek batang padi kuning karena
parasitoid cenderung mengelompok sehingga dapat memarasit kelompok telur
secara maksimal.
Sesuai dengan pernyataan Yunus (2005) yang menyatakan bahwa jarak
terbang famili Trichogrammatidae sangat pendek sehingga menyebabkan
parasitoid ini tidak dapat memarasit kelompok telur secara maksimal. Hal ini
merupakan faktor terjadinya pola penyebaran teratur pada famili
Trichogrammatidae. Sofiah et al. (2013) juga menyatakan bahwa pola penyebaran
acak sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dan juga kompetisi antar
organisme pada habibatnya, selain itu populasi inang dan juga sumber makanan
mempengaruhi sebaran suatu populasi.
Dari penelitian yang dilakukan ditemukan bahwa dalam satu kelompok
telur yang diparasit oleh famili Trichogrammatidae akan selalu ditemukan
parasitoid lainnya. Hal ini menyebabkan kehadiran famili Trichogrammatidae
dalam memarasit kelompok telur S. incertulas tidak mempengaruhi parasitoid
lainnya. Untung (2006) menyatakan bahwa pola sebaran teratur terjadi apabila
faktor-faktor lingkungan di suatu areal bersifat seragam, yang menunjukkan
bahwa kehadiran suatu individu untuk menempati suatu areal tidak mempengaruhi
kehadiran individu lainnya.
Universitas Sumatera Utara
32
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Parasitoid hama penggerek batang padi kuning di Desa Kuala Gunung,
Cahaya Pardomuan dan Air Hitam terdapat tiga famili, yakni
Eulophidae, Scelionidae, dan Trichogrammatidae
2. Rataan persentase parasitasi parasitoid tertinggi (41.78%) adalah
famili Eulophidae dan terendah (0.00%) adalah famili
Trichogrammatidae
3. Persentase parasitasi parasitoid dan indeks dominansi parasitoid lebih
tinggi pada perlakuan tanpa insektisida dibandingkan dengan
perlakuan insektisida
4. Indeks dominansi parasitoid tertinggi (0.67%) terdapat pada famili
Eulophidae dan terendah (0.00%) pada famili Trichogrammatidae
5. Pola penyebaran parasitoid di tiga lokasi penelitian famili Eulophidae
adalah mengelompok, famili Trichogrammatidae adalah teratur
(seragam) dan famili Scelionidae berbeda di setiap desa.
Saran
Sebaiknya dilakukan penelitian lanjutan mengenai inventarisasi
parasitoid telur hama penggerek batang padi kuning di musim hujan.
Universitas Sumatera Utara
33
DAFTAR PUSTAKA
Amir, M., Arifin, K., Siwi, S.S. dan Ubaidillah, R. 2004. Morphological species
variability in the stem borer genus Scirpophaga on ramineus crops.
Treubia. 33(2):147-163.
Baehaki, S. E. 2013. Hama Penggerek Batang Padi dan Teknologi Pengendalian
Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. Jawa Barat. Iptek Tanaman
Pangan 8(1):1-14.
Baehaki,S.E., Erwin, C., Aryo, S., Robert. S. 2012. Effect of Insecticides on
Parasitism of Egg Parasitoids of Thhe Rice Yelloww Stem Borer.
Bandung. J. Agric Bio Sci. 12(02):51-57.
Baur, H. 2005. A Review of The Eulophidae and Ptemolidae (Hymenoptera:
Chalcidoidea) of Greenland. Acta Societatis Zoologicae Bohemicae
69:23-34..
Cahyoko. I., Dwinardi. A., dan Kanang, S.H. Insidensi Penggerek Batang padi
Kuning (Scirpophaga incertulas) pada Tiga Varietas Padi: Kasus Di
Desa Kemumu: Bengkulu. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia
(JIPI). 20(2): 40-45.
Candramohan, N., and S. Chelliah. 1990. Natural Enemies of Rice Yellow
Stemborer, Scirpophaga incertulas and its Relationship with Weather
Elements. J. Biol. Control 4(2):89-92.
Cave. R., M. Gayor.1988. Influence of Temperature and Humidity on
Development and survival of Telenomeus reynoldsi (Hymenoptera:
Scelionidae). Annals of Entomol. 81(2): 278-285.
Chakraborty, K. 2010. Comparative Assassment of the Efficiacy of yellow stem
borer (Scirpophaga incertulas) Egg Parasitoids in pesticide treated and
untreated paddy field at Raigarj, West Bengal, India. Middle-East
J. Sci. Res. 6(3):268-270.
Chakraborty, K., Sunimar, K.G. and Gobinda, C.R. 2015. Abundance of Yellow
Stem Borer Scirpophaga incertulas (Walker) Egg Parasitoids in relation.
Chatterjee, S., Dalash, M. 2014. Management of Rice Yelloww Stem Borrer
(Schirpopaga incertulas Walker) Using Some Biorational Insecticides.
J. Biopest 7:143-147.
Damayangti, E., Gatot, M., Sri,K, 2015. Perkembangan Populasi Larva Penggerek
Batang Dan Musuh Alaminya pada Tanaman Padi (Oryza sativaL.) PHT.
Jurnal Hama Penyakit Tanaman 3 (2):18-24.
Universitas Sumatera Utara
34
Datta, S.K. 1981. Principiles on European Corn Borrer Resistance in Vestigation
Lowa State col. Jour.
Delly, I., Sunanjaya, I. 2016. Persentase tingkat parasitasi Parasitoid Telur pada
Pertanaman Padi dengan Beberapa Ketingggian Tempat Berbeda. Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bali. Informatika Pertanian.
25 (1):99 – 106.
Duale.A. 2005. Effect of Tempreature and Relative Humidity in The Biology of
The Stem Borrer Parasitoid (Hymenoptera: Eulophidae) for The
Management Stem Borers. Envir. Entomol. 34(1): 1-5.
Ganeshwari., and Kumar, S. 2019. Studies on relative Composition of Egg
Parasitoids of Rice Yellow Stem Borrer (Scirpophaga incertulas) in
Khorif 2017. J. Pharm. Phytochemi. 2019. 8(3):4821-4822.
Ghahari, H., Peter, N.B. 2015. A Faunistic Study On Scelionidae (Hymenoptera:
Platygastroidea) from Some Regions of Iran. Linzer biol. Beitr 47(1) 449-
458.
Gibson, A., Huber T. and WooleyJ., 1997. Annnotated Keys To The Genera of
Neartic Chalcidiodea NRC- CNRC. Research Press.Ottawa. Station TX
77843-2475. USA.
James, D. 2007. Effect of Tempreature on Development, Survival, Longevity,
and Fecundity of Trisolcus denone (Hymenoptera: Scelionidae). J. Aust.
Entomol. Soc. 30: 303-306.
Jhonson, N.F. 1984. Systematis of Neartic Telenomus: Clasification and
Revisions of The Podosi and Phymotae Species Groups (Hymoneptera:
Scelionidae). College of Bilogical Science The Ohio state University.
Kalyebi, A., W. Oversholt., F. Schulthess., J. Mueke. 2006. Influence of
Tempreature and Humidity on the Bionomics of Six African e parasitoids
(Hymenoptera: Tricogrammatidae). Bull. of Entomol. Res. 96: 305-314).
Kesuma, A. 2017. Biologi Parasitoid Telur Trichogramma Japonicum Ashmead
Dan Trichogrammatoidea Nana Zehntner (Hymenoptera:
Trichogrammatidae). Skripsi. Departemen HPT, Fakultas Pertanian, IPB.
Bogor.
Kusdiaman, D., dan Nia, K. 2007. Kajian Pengendalian Penggerek Batang Padi
dengan Monitoring Lampu Perangkap ddan Pelepasan Parasitoid Telur.
Apresiasi Hasil Penelitian Padi.
Universitas Sumatera Utara
35
Maramis, R. T. D., E. Senewe., V. V. Memah. 2011. Kelimpahan Populasi
Parasitoid Trichogramma sp dan Serangan Hama Penggerek Batang Padi
Sawah di Kabupaten Minahasa. Eugenia 1(17):28-34.
Maulana, W., Suharto., dan Wagiyana. 2017. Respon Beberapa Varietas Padi
(Oryza sativa L.) Terhadap Serangan Hama Penggerek Hama Batang Padi
Putih Dan Walang Sangit. Agrovigor 10(1): 21-27.
Nonci., N. dan Fausiah, T.L. 2006. Pengaruh insektisida terhadap musuh alami
penggerek batang padi Scirpophaga incertulas. J. Agroland
13(3):245-248.
Noyes. J.S. 2014. Universal Chalciodoidae Database. World Wide Web Electronic
Publication. Http:\\www.nhm.ac.uk\chalcidoids (Accessed 8 June 2020).
Pallavi, D., Sharanabasappa. and Megaladevi.2018. Seasonal Fluctuation of
Yellow Spratem Borer (Scirpophaga incertulas) Walker on paddy and is
relationship beetween Trap Catches with Weather Prameters. Int. J. Curr.
Microbiol. App. Sci 7(9):3575-3584.
Phatan, M., Khan,Z, 1994. Insect Pest Of Rice. International Rice Research
Institute. Manila: Philipines.
Rahaman, M., Islam, K.S., Jahan,M. and Mamun. 2014. Relative abudance of
Stem borer species and natural enemies in rice ecosystem at Madhupur,
Tangail, Bangladesh. Departement of entomology Banladesh Agricultural
University, Mymensigh. Bangladesh. J. Bangladesh. 12(2):267-272.
Rama, N., Jugadeshwar, R. And Citra, R. 2013. Relative Composition of Egg
Parasitoids of Yellow Stem Borer. J. Rice Search 2(6):53-58.
Rauf A. 2000. Parasitasi telur penggerek batan padi putih saat terjadi ledakan pada
awal 1990-an. Buletin Hama dan Penyakit Tumbuhan. 12(1):1-10.
Riyangto. 2007. Kepadatan, Pola Distribusi dan Peranan Semut pada Tanaman di
Sekitar Lingkungan Tempat Tinggal. J. Penelitian Sains. 10(2):241-253.
Riyangto. 2014. Pola Distribusi Populasi Keong Mas (Pomacea canaliculata L.)
Di Kecamatan Belitang Oku. Majalah Sriwijaya. 37(1):70-75.
Samsi, K. 2014. Perkembangan Parasitoid Telur Penggerek Batang Padi Kuning
Scirpophaga incertulas Walker (Lepidoptera: Pyralidae) Pada Pertanaman
Padi Organik Dan Konvensional Di Ngawi, Jawa Timur.
Sayed, M.S., Ahmed. M.S., Saad. A. A. O. 2011. Molecullar and Biological
Characteriation of Trichogramma turkestanica (Hymenoptera:
Universitas Sumatera Utara
36
Trichogrammatidae) Which Inhabits Taif Governorate at The West of
Saudi Arabia. J. Biotech. 1 (46): 9467-9472.
Sharma, S., Naveen, A. 2015. Disperal Ability and Parasitism Performance of
Trichogramma spp. (Hymenoptera : Trichogrammatidae) in Organic Rice.
India. J. Environ. Bio. 36:1345-1348.
Suharto, H., and Usyati, N. 2005. The Stem Borer infestation on Rice cultives at
the Three Planting Times. Indo. J. Agric. Sci. 6(2):39-45.
Syarief, M., and Erliansyh. 2018. Augmentation Model of
Trichogramma japonicum for Yellow Rice Stem Borer Control on Organic
Rice Cultivation. Proceeding of the International Conference of food
Agiculture. Page:39-45.
Tang, R.., Dirk, B., Feng, Z., Min, K., Kai, S., Mao-Lin, H. 2017. Assesment of
Trichogramma japonicum and T. chilonis as Potential Biological Control
Agents of Yellow Stem Borer in Rice. J.Insects. 8(1):19.
Untung, K. 2010. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu. Gadjah Mada University
Press. Yokyakarta.
Untung, K; Samino, W. 2011. Mitra Petani Padi: Serangga, Laba-laba dan
Patogen yang Membantu. Program Nasional Pengendalian Hama Terpadu.
Pusat Departemen Pertanian. Jakarta.
Upamanya, G.K., Putta, P.M., Sarma, R., Sarmah, A.K., and H, Sarma. 2013.
Biological management of Rice Stem Borer in the Farmrs Field of Assam.
Insect environment 19(1):73-76.
Vemila, P., Sridevi., and Padmakumari, A.G. 2018. Effect on parasitism by egg
parasitoids of the rice yellow stem borer. J. Entomol. Zool. Stud.
6(5):67-70.
Widiaswara, A.K. 2017. Biologi Parasitoid Telur Trichogramma japonicum
Ashmead dan Trichogrammatoidea nana Zehntner (Hymenoptera:
Trichogrammatidae). Skripsi. Departemen HPT, Fakultas Pertanian, IPB.
Bogor.
Wilyus., F. Nurdiansyah., S. Herlinda., C. Irsan., Y. Pujiastuti. 2012. Potensi
Parasitoid Telur Penggerek Batang Padi Kuning
Scirpophaga Incertulas Walker Pada Beberapa Tipologi Lahan Di
Provinsi Jambi. J. HPT Tropika 12(1):56 –63.
Wiryadiputra, S. 2014. Pola Distribusi Hama Penggerek Buah Kopi
(Hypothenemus hampei) pada Kopi Arabika dan Robusta. Pelita
Perkebunan 30(2):123-136.
Universitas Sumatera Utara
37
Yelisanti, V. 2015. Parasitasi Trichogramma chilonis Ishii Berkopulasi dan Tidak
Berkopulasi Serta Pengaruhnya Terhadap Nisbah Kelamin Corcyra
cephalonica. Tesis. Fakultas Pertanian Universitas Lampung Bandar
Lampung.
Yunus, M. 2005. Karakter Morfologi, Siklus Hidup dan Perilaku Parasitoid,
Trichogramma Spp. Asal Dolago Kabupaten Parigi-Moutong. J. Agri.
6 (3):128-134.
Yunsus, M., Martono, M., Wijonarko, A. dan Soesilohadi, H. 2011. Aktvitas
ngengat Scirpophaga incertulas di wilayah Kabupaten Klaten. J.
Perlintan. Indonesia. 12(1):18-25.
Yunus, M. 2017. Effectiveness of Trichogramma japonicum utilization for
Bioloigcal control Agents on Scirpophaga Incertulas in Indonesia. Asian.
J. Crop. Sci. 1(10):31-39.
Universitas Sumatera Utara
38
Lampiran 1. Bagan lokasi penelitian dengan perlakuan insektisida
10m
30
0m
100 m
plot plot 2
plot 3
plot 5
plot 3
plot 3
Tanpa perlakuan insektisida
10 m
10 m
Universitas Sumatera Utara
39
Lampiran 2. Teknik budidaya setiap plot penelitian di Desa Air Hitam
Plot Tanggal
Tanam
Jarak
Tanam
Varietas Jadwal
Aplikasi
Pestisida
Jadwal
Pemupukan
Jenis Pupuk Jumlah
kelompok
telur
D3P1-D3P4 09-03-2019 20x20 cm Sipayung Sekali
dalam
seminggu
dimulai dari
2 mst
- 2 mst
- 5 mst
- Urea
- ZA
- SP 36 18
D3P5-D3P8 07-03-2019 25x25 cm Sibengkel Sekali
dalam 10
hari
dimulai dari
2 mst
- 2 mst
- 6 mst
- Urea
- KCl
- SP 36 8
D3P9-D3P12 13-03-2019 20x20 cm Unggal Sekali
dalam
seminggu
dimulai dari
1 mst
- 4 mst
- 6 mst
- TSP
- Urea
- SP 36 12
D3P13-D3P16 07-03-2019 20x20 cm Sibengkel Sekali
dalam
seminggu
dimulai dari
2 mst
- 3 mst
- 7 mst
- Phonsk
a
- ZA
- SP 36
15
D3P17-D3P20 11-03-2019 25x25 cm Sibengkel Sekali
dalam
seminggu
dimulai dari
2mst
- 2 mst
- 6 mst
- Urea
- ZA
- TSP
- SP-36
16
D3N1-D3N4 08-03-2019 25x25 cm Ciherang Tanpa
aplikasi
pestisda
- 2 mst
- 5 mst
- TSP
- Urea
- SP 36 24
Universitas Sumatera Utara
40
Lampiran 3. Teknik budidaya setiap plot penelitian di Desa Cahaya Pardomuan
Plot Tanggal
Tanam
Jarak
Tanam
Varietas Jadwal
Aplikasi
Pestisida
Jadwal
Pemupukan
Jenis Pupuk Jumlah
kelompok
telur
D2P1-D2P4 01-03-2019 20x20 cm Sipayung Sekali
dalam 10
hari
dimulai dari
2 mst
- 3 mst
- 6 mst
- Phonsk
a
- ZA
- SP 36 4
D2P5-D2P8 14-03-2019 25x25 cm Unggal Sekali
dalam 10
hari
dimulai dari
2 mst
- 2 mst
- 6 mst
- Urea
- ZA
- SP 36
- Phonsk
a
8
D2P9-D2P12 13-03-2019 20x20 cm Sibengkel Sekali
dalam
seminggu
dimulai dari
2 mst
- 4 mst
- 6 mst
- TSP
- Urea
- SP 36 33
D2P13-D2P16 06-03-2019 25x25 cm Sijeruk Sekali
dalam
2 minggu
dimulai dari
2 mst
- 2 mst
- 7 mst
- Phonsk
a
- ZA
- SP 36
- Urea
29
D2P17-D2P20 09-03-2019 25x25 cm Sibali Sekali
dalam
seminggu
dimulai dari
2mst
- 2 mst
- 5 mst
- Urea
- ZA
- Phonsk
a
- SP-36
18
D2N1-D2N4 08-03-2019 25x25 cm Denok Tanpa
aplikasi
pestisida
- 2 mst
- 5 mst
- TSP
- Urea
- SP 36 33
Universitas Sumatera Utara
41
Lampiran 4. Teknik budidaya setiap plot penelitian di Desa Kuala Gunung
Plot Tanggal
Tanam
Jarak
Tanam
Varietas Jadwal
Aplikasi
Pestisida
Jadwal
Pemupukan
Jenis
Pupuk
Jumlah
kelompok
telur
D1P1-D1P4 28-02-2019 25x25 cm Sipayung Sekali
dalam
seminggu
dimulai dari
2 mst
- 3 mst
- 6 mst
- Phons
ka
- NPK
- SP 36 13
D1P5-D1P8 06-03-2019 25x25 cm Bengkel Sekali
dalam
seminggu
dimulai dari
1 mst
- 2 mst
- 5 mst
- Urea
- ZA
- SP 36
- Phons
ka
11
D1P9-D1P12 04-03-2019 20x20 cm Inpari 16 Sekali
dalam
seminggu
dimulai dari
2 mst
- 3 mst
- 6 mst
- ZA
- Urea
- SP 36
- Phons
ka
11
D1P13-D1P16 28-02-2019 25x25 cm Sipayung Sekali
dalam
2 minggu
dimulai dari
2 mst
- 3 mst
- 6 mst
- Phons
ka
- NPK
- SP 36 7
D1P17-D1P20 02-03-2019 25x25 cm Ciherang Sekali
dalam
seminggu
dimulai dari
2mst
- 3 mst
- 5 mst
- Urea
- ZA
- Phons
ka
6
D1N1-D1N4 07-03-2019 20x20 cm Sibengkel - - 2 mst
- 5 mst
- TSP
- Urea
- SP 36 8
Universitas Sumatera Utara
42
Lampiran 5. Foto famili Eulophidae
Foto Keseluruhan Tubuh Foto Antena
Foto Sayap Foto Tubuh Bagian Depan
Foto Abdomen dan Ovipositor Foto Tungkai, tarsus
Universitas Sumatera Utara
43
Lampiran 6. Foto famili Scelionidae
Foto Sayap Foto Tungkai, tarsus
Foto Antena Foto Sculetum, abdomen dan
ovipositor
Foto bagian tubuh depan
Universitas Sumatera Utara
44
Lampiran 7.Foto famili Trichogrammatidae
Antena, tungkai Abdomen, caput
Sayap
Universitas Sumatera Utara
45
Lampiran 8. Foto peralatan penelitian
Foto 1. Mikroskop
Foto 2. Tempat pemeliharaan k. telur Foto 3. Awetan parasitoid
Universitas Sumatera Utara
46
Lampiran 9. Foto pelaksanaan penelitian
Foto 1. Pengambilan sampel kelompok telur Foto 2. petakan sawah
Foto 3. Kelompok telur S. incertulas Foto 4. Imago S. incertulas
Foto 5. Gejala sundep Foto 5. Gejala beluk
Foto 7. imago parasitoid yang tidak muncul
Universitas Sumatera Utara
47
Lampiran 10. Foto supervisi bersama dosen pembimbing
Universitas Sumatera Utara
48
Lampiran 11. Jumlah kelompok telur S. incertulas yang terkumpul selama waktu
pengamatan 3-10 mst di Desa Kuala Gunung
Lampiran 12. Jumlah kelompok telur S. incertulas yang terkumpul selama waktu
pengamatan 3-10 mst di Desa Cahaya Pardomuan
Lampiran 13. Jumlah kelompok telur S. incertulas yang terkumpul selama waktu
pengamatan 3-10 mst di Desa Air Hitam
PERLAKUAN Jumlah Kelompok Telur
Jumlah 3 4 5 6 7 8 9 10
Pestisida 6 2 8 5 8 7 6 2 44
Kontrol 1 2 2 3 1 1 1 1 15
PERLAKUAN Jumlah Kelompok Telur
Jumlah 3 4 5 6 7 8 9 10
Pestisida 32 12 10 6 11 15 7 9 102
Kontrol 7 6 5 5 3 3 2 2 33
PERLAKUAN Jumlah Kelompok Telur
Jumlah 3 4 5 6 7 8 9 10
Pestisida 20 13 11 13 8 5 7 6 83
Kontrol 4 6 2 3 4 4 3 3 38
Universitas Sumatera Utara
49
Lampiran 14. Suhu dan kelembapan di Desa Kuala Gunung
Tanggal
Maret April Mei
Suhu
(°C)
Kelembapan
(%)
Suhu
(°C)
Kelembapan
(%)
Suhu
(°C)
Kelembapan
(%)
1 34 63 32,1 81 33,3 80
2 35,2 59 32,2 82 32 81
3 31,6 65 33,6 72 28,7 75
4 32 62 32,8 71 28,4 77
5 29 82 33,7 78 29,1 83
6 28,7 84 32,8 68 29,4 85
7 32 57 33,2 71 27,8 78
8 31,3 63 30,2 73 27,9 80
9 34 76 33,1 70 29 82
10 33 61 33,7 67 29,3 76
11 32 73 34,1 65 28,9 74
12 32,7 70 32 67 28,7 75
13 31,9 71 32,8 54 28,3 74
14 32,6 72 30,2 85 29,5 78
15 31,5 72 30,5 83 28,5 76
16 32,4 73 34 76 26,7 81
17 33 72 33,7 76 26,9 83
18 33 77 33,2 78 30,1 69
19 30,1 76 32 79 32,1 67
20 32 77 31,3 72 27 54
21 31,2 74 29 84 27,8 67
22 34 78 30,3 85 29,8 74
23 29,3 85 29,7 83 32 61
24 30,2 70 30 73 33 73
25 32 77 32,4 65 34,3 71
26 31 68 32 69 32,8 64
27 28,7 83 31 83 32,3 67
28 27,9 83 33,5 72 34 58
29 29 76 35 63 28 79
30 31 68 34,8 62 29,4 78
31
33 82
32 69
Universitas Sumatera Utara
50
Lampiran 15. Data Suhu dan kelembapan di Desa Cahaya Pardomuan
Tanggal
Maret April Mei
Suhu
(°C)
Kelembapan
(%)
Suhu
(°C)
Kelembapan
(%)
Suhu
(°C)
Kelembapan
(%)
1 34 67 29,8 78 32,9 73
2 32 71 25 79 33,9 72
3 33 73 30 75 25 76
4 33,8 69 27 74 29 78
5 30,1 62 31 74 28,7 80
6 32,8 72 32,5 76 27,9 82
7 31,9 73 32,2 72 29,4 78
8 30,8 75 28 78 30,2 76
9 32,4 70 33 71 30,1 76
10 31,8 73 32,4 72 29,8 79
11 31,6 70 31 73 30,3 77
12 32,8 68 28 79 30 78
13 32,9 72 28,7 78 29 79
14 33,1 72 29 78 28,8 80
15 32,9 71 30,3 76 29,6 78
16 31,7 73 31,9 76 32,8 76
17 32 70 32,8 74 31,9 75
18 33,1 69 30,3 76 30,9 77
19 33 69 34,6 69 33 73
20 35 64 32,7 73 29 80
21 34 62 31,9 74 28 82
22 32,1 63 32,8 73 28,7 81
23 33,5 64 29,8 78 32,7 72
24 34 65 30,1 78 32,9 72
25 33,8 71 31,8 75 34 70
26 32,8 70 32,7 74 30,6 79
27 32 70 31,4 76 30,1 80
28 33,6 72 32,6 77 32,3 79
29 34,2 69 32 76 29,8 80
30 32 70 33 74 28 82
31 31 70
30,3 79
Universitas Sumatera Utara
51
Lampiran 16. Data Suhu dan kelembapan di Desa Air Hitam
Tanggal
Maret April Mei
Suhu
(°C)
Kelembapan
(%)
Suhu
(°C)
Kelembapan
(%)
Suhu
(°C)
Kelembapan
(%)
1 32,1 81 34 67 29,6 78
2 32,2 82 32 71 32,8 76
3 33,6 72 33 73 31,9 75
4 32,8 71 33,8 69 30,9 77
5 33,7 78 35,1 62 33 73
6 32,8 68 32,8 72 29 80
7 33,2 71 31,9 73 28 82
8 30,2 73 30,8 75 28,7 81
9 33,1 70 32,4 70 32,7 72
10 33,7 67 31,8 73 32,9 72
11 34,1 65 33,6 70 34 70
12 32 67 33,8 68 30,6 79
13 32,8 54 32,9 72 30,1 80
14 30,2 85 33,1 72 32,3 79
15 30,5 83 32,9 71 29,8 80
16 34 76 31,7 73 28 82
17 33,7 76 32 70 30,3 79
18 33,2 78 33,1 69 33,3 80
19 32 79 33 69 32 81
20 31,3 72 35 64 28,7 75
21 29 84 35,7 62 28,4 77
22 30,3 85 30,1 73 29,1 83
23 29,7 83 37,5 64 29,4 85
24 30 73 31,3 65 27,8 78
25 32,4 65 33,8 71 27,9 80
26 32 69 32,8 70 29 82
27 31 83 32 70 29,3 76
28 33,5 72 33,6 72 28,9 74
29 35 63 34,2 69 28,7 75
30 33,8 62 32 70 28,3 74
31 31 70
29,5 78
Universitas Sumatera Utara
52
Lampiran 17. Data rata-rata jumlah hari hujan dan curah hujan Kecamatan Lima
Puluh Kabupaten Batu Bara Maret s/d Mei 2019
Keterangan: Hujan ringan = 0.1 s/d 20 mm/hari
Hujan sedang = 21 s/d 50 mm/hari
Hujan Lebat = 51 s/d 100 mm/hari
Hujan sangat lebat > 100 mm/hari
Bulan Hari hujan (hari) Curah hujan (mm)
Maret 6 hari 46 mm
April 8 hari 81 mm
Mei 6 hari 109 mm
Universitas Sumatera Utara