inventarisasi dan potensi parasitoid telur penggerek

63
i INVENTARISASI DAN POTENSI PARASITOID TELUR PENGGEREK BATANG PADI KUNING (Scirpophaga incertulas Walker) (LEPIDOTERA: PYRALIDAE) PADA PERTANAMAN PADI di TIGA DESA di KECAMATAN LIMA PULUH KABUPATEN BATUBARA SKRIPSI OLEH : SULASTRI SIAGIAN 140301046 AGROTEKNOLOGI/ HPT PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2020 Universitas Sumatera Utara

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

15 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: INVENTARISASI DAN POTENSI PARASITOID TELUR PENGGEREK

i

INVENTARISASI DAN POTENSI PARASITOID TELUR PENGGEREK

BATANG PADI KUNING (Scirpophaga incertulas Walker)

(LEPIDOTERA: PYRALIDAE) PADA PERTANAMAN PADI

di TIGA DESA di KECAMATAN LIMA PULUH KABUPATEN

BATUBARA

SKRIPSI

OLEH :

SULASTRI SIAGIAN

140301046

AGROTEKNOLOGI/ HPT

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2020

Universitas Sumatera Utara

Page 2: INVENTARISASI DAN POTENSI PARASITOID TELUR PENGGEREK

ii

INVENTARISASI DAN POTENSI PARASITOID TELUR PENGGEREK

BATANG PADI KUNING (Scirpophaga incertulas Walker)

(LEPIDOTERA: PYRALIDAE) PADA PERTANAMAN PADI

di TIGA DESA di KECAMATAN LIMA PULUH KABUPATEN

BATUBARA

SKRIPSI

OLEH :

SULASTRI SIAGIAN

140301046

AGROTEKNOLOGI/ HPT

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk dapat Meraih Gelar Sarjana di Program

Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan.

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2020

Universitas Sumatera Utara

Page 3: INVENTARISASI DAN POTENSI PARASITOID TELUR PENGGEREK

iii

Universitas Sumatera Utara

Page 4: INVENTARISASI DAN POTENSI PARASITOID TELUR PENGGEREK

iv

ABSTRACT

Sulastri Siagian. 2020. Inventory egg parasitoids of Yellow Rice Stem

Borer (Scirpophaga incertulas Walker) (Lepidotera: Pyralidae) in rice

cultivation in three villages in Lima Puluh District, Batubara Regency.

Supervised by Amelia Zuliyanti Siregar and Maryani Cyccu Tobing. Yellow rice

stem borer (YRSB) Scirpophaga incertulas Walker, often causes rice production

to lose yield. One of the pest controlling, based on the concept of IPM

(integrated pest Management) is biological control using egg parasitoids. The

purpose of this research is to find out the inventory and potential of egg

parasitoids of yellow rice stem borer (S. incertulas) on rice cultivation at Kuala

Gunung Village, Cahaya Pardomuan Village, Air Hitam Village in Lima Puluh

Sub-District, Batubara Regency. The study used a survey method by taking

samples of groups of eggs by purposive sampling on rice cultivation. Egg

clusters obtained from the field are kept for several days until the parasitoids

appear. Parasitoid that appeared was preserved in a bottle containing 70%

alcohol, then identification was carried out at the Pest Laboratory of

Agrotechnology Department at the Faculty of Agriculture, University of North

Sumatra. This research was conducted from March to September 2019. The

results showed that there are 3 Parasitoid families were identified, such as

Eulophidae, Scelionidae, and Trichogrammatidae. Parasitoid level and

parasitoid dominance index were higher in the non-insecticide treatment

compared to the insecticide treatment. The highest parasiti percentagec

(41.78%) was the Eulophidae family and the lowest (0.00%) was the

Trichogrammatidae family. The highest parasitoid dominance index (0.67) was

found in the Eulophidae family and lowest (0) in the Trichogrammatidae family.

The distribution pattern of the Eulophidae family was grouped, the

Trichogrammatidae family was regular while the Scelionidae family was

different for each village.

Keywords: Rice, Scirpophaga incertulas, parasitoid, percentage parasitsm,

dominance, distribution pattern

Universitas Sumatera Utara

Page 5: INVENTARISASI DAN POTENSI PARASITOID TELUR PENGGEREK

v

ABSTRAK

Sulastri Siagian. 2020. Inventarisasi Parasitoid Telur Penggerek Batang Padi

Kuning (Scirpophaga incertulas Walker) (Lepidoptera: Pyralidae) pada

Pertanaman Padi di tiga Desa di Kecamatan Lima Puluh Kabupaten Batubara.

Dibimbing oleh Amelia Zuliyanti Siregar dan Maryani Cyccu Tobing. Penggerek

batang padi kuning (Scirpophaga incertulas Walker) sering menyebabkan padi

sawah kehilangan hasil. Salah satu pengendalian hama PBPK yang didasarkan

pada konsep PHT (pengendalian hama terpadu) adalah pengendalian hayati

menggunakan parasitoid telur. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

inventarisasi dan potensi parasitoid telur hama penggerek batang padi kuning

(S. incertulas) pada pertanaman padi di Desa Kuala Gunung, Desa Cahaya

Pardomuan, Desa Air Hitam di Kecamatan Lima Puluh Kabupaten Batubara.

Penelitian ini menggunakan metode survey dengan mengambil sampel kelompok

telur secara purposive sampling pada pertanaman padi. Kelompok telur yang

diperoleh dari lapangan dipelihara selama beberapa hari hingga muncul imago

parasitoid. Parasitoid yang muncul diawetkan ke dalam botol awetan yang berisi

alkohol 70%, selanjutnya dilakukan identifikasi di Laboratorium Hama Program

Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini

dilakukan pada bulan Maret sampai dengan September 2019. Hasil

penelitian diperoleh 3 famili parasitoid yang teridentifikasi yaitu: Eulophidae,

Scelionidae dan Trichogrammatidae. Tingkat parasitasi dan indeks dominansi

parasitoid lebih tinggi pada perlakuan non insektisida dibandingkan dengan

perlakuan insektisida. Persentase parasitasi tertinggi (41.78%) dari famili

Eulophidae dan terendah (0.00%) dari famili Trichogrammatidae. Indeks

dominansi parasitoid tertinggi (0.67) terdapat pada famili Eulophidae dan

terendah (0) pada famili Trichogrammatidae. Pola penyebaran famili Eulophidae

adalah mengelompok, famili Trichogrammatidae adalah teratur sedangkan famili

Scelionidae berbeda untuk setiap desa.

Kata kunci : Padi, Scirpophaga incertulas, parasitoid, persentase parasitasi,

dominansi, pola penyebaran

Universitas Sumatera Utara

Page 6: INVENTARISASI DAN POTENSI PARASITOID TELUR PENGGEREK

vi

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Aek Raja, Sumatera utara pada tanggal 30 Mei 1996

dari pasangan ayah Jasper Siagian, S.Pd dan ibu Norita Pasaribu. Penulis

merupakan anak ke tiga dari delapan bersaudara.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh tahun 2008 lulus dari SDN

175771 Siborongborong, tahun 2011 lulus dari SMP N 1 Siborongborong, tahun

2014 lulus dari SMA SWASTA Santa Maria Tarutung, tahun 2014 diterima di

Fakultas Pertanian Program Studi Agroteknologi melalui jalur SNMPTN.

Selama mengikuti perkuliahan penulis aktif dalam kegiatan organisasi

kampus, diantaranya: Himpunan Mahasiswa Agroteknologi (HIMAGROTEK),

UKM KMK St. Albertus Magnus Usu (2014-2017), Ikatan Mahasiswa

Perlindungan Tanaman (IMAPTAN) (2017-2019) dan UKM KLINTAN

IMAPTAN (2017-2018).

Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) pada bulan Juli

sampai Agustus 2017 di PTPN IV (Persero) Kebun Bah Jambi, Kabupaten

Simalungun. Melaksanakan penelitian di Desa Kuala Gunung, Desa Cahaya

Pardomuan, dan Desa Air Hitam, Kecamatan Lima Puluh, Kabupaten Batubara,

Sumatera Utara dan di Laboratorium Hama Tumbuhan, Program Studi

Agroteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara pada bulan Maret

2019 hingga September 2019.

Universitas Sumatera Utara

Page 7: INVENTARISASI DAN POTENSI PARASITOID TELUR PENGGEREK

vii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat

dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Inventarisasi dan Potensi Parasitoid Telur Penggerek Batang Padi

Kuning (Scirpopagha interculas Walker) (Lepidoptera: Pyralidae) Pada

Pertanaman Padi di Tiga Desa di Kecamatan Lima Puluh Kabupaten Batubara”

yang merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di Fakutas

Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Ayahanda

dan Ibunda yang telah memberikan dukungan finansial dan spiritual. Penulis juga

mengucapkan terima kasih kepada Amelia Zuliyanti Siregar, S.Si., M.Sc., Ph.D

selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Prof. Dr. Dra Maryani Cyccu Tobing, MS

selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah membimbing dan memberikan

kritik serta berbagai saran sejak penyusunan proposal hingga penulisan skripsi

ini. Ucapan terima kasih juga ditujukan kepada seluruh staf pengajar, pegawai

serta sahabat dan teman di lingkungan Program Studi Agroteknologi Fakultas

Pertanian Universitas Sumatera Utara yang telah berkontribusi dalam kelancaran

studi dan penyelesaian skripsi ini. Semoga hasil skripsi ini bermanfaat bagi pihak

yang membutuhkan. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, Juni 2020

Penulis

Universitas Sumatera Utara

Page 8: INVENTARISASI DAN POTENSI PARASITOID TELUR PENGGEREK

viii

DAFTAR ISI

ABSTRACT .......................................................................................................... .iv

ABSTRAK.............................................................................................................v

RIWAYAT HIDUP.............................................................................................vi

KATA PENGANTAR .......................................................................................vii

DAFTAR ISI ..................................................................................................... viii

DAFTAR TABEL……………………………………………………………….x

DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………..….xi

PENDAHULUAN

Latar Belakang ............................................................................................ 1

Tujuan Penulisan ........................................................................................ 4

Hipotesis Penelitian ..................................................................................... 4

Kegunaan Penulisan ................................................................................... 4

TINJAUAN PUSTAKA

Penggerek batang padi kuning ..................................................................... 5

Morfologi ..................................................................................................... 5

Biologi ......................................................................................................... 6

Gejala Serangan ........................................................................................... 7

Parasitoid famili Eulophidae ....................................................................... 8

Parasitoid famili Scelionidae ....................................................................... 10

Parasitoid famili Trichogrammatidae .......................................................... 11

Pola Penyebaran .......................................................................................... 12

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat Penelitian ..................................................................... 15

Alat dan Bahan ........................................................................................... 15

Metode Penelitian ....................................................................................... 15

Pelaksanaan Penelitian ................................................................................ 15

Pengambilan Sampel .......................................................................... 15

Pemeliharaan Kelompok Telur........................................................... 16

Peubah Amatan ............................................................................................ 16

Identifikasi parasitoid ......................................................................... 16

Tingkat Parasitasi Parasitoid .............................................................. 17

Dominansi Parasitoid ......................................................................... 18

Pola penyebaran ................................................................................. 19

HASIL DAN PEMBAHASAN

Identifikasi parasitoid ................................................................................ 20

Tingkat parasitasi parasitoid perlakuan pestisida dan tanpa perlakuan .... 23

Dominansi Parasitoid ............................................................................... 28

Universitas Sumatera Utara

Page 9: INVENTARISASI DAN POTENSI PARASITOID TELUR PENGGEREK

ix

Pola Penyebaran ........................................................................................ 30

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan ................................................................................................ 32

Saran .......................................................................................................... 32

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 33

LAMPIRAN ......................................................................................................... 38

Universitas Sumatera Utara

Page 10: INVENTARISASI DAN POTENSI PARASITOID TELUR PENGGEREK

x

DAFTAR TABEL

No. Judul Tabel Halaman

1. Jenis Parasitoid telur S.incertulas di tiga desa Kec. Lima Puluh ................... ...20

2. Persentase Parasitasi Parasitoid pada Lahan dengan Perlakuan Insektisida

dan tanpa Perlakuan Insektisda…………………………………………..........26

4. Indeks Dominansi Parasitoid ......................................................................... ...28

5. Pola penyebaran ............................................................................................. ...30

Universitas Sumatera Utara

Page 11: INVENTARISASI DAN POTENSI PARASITOID TELUR PENGGEREK

xi

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Lampiran Halaman

1. Bagan Lokasi Penelitian……………………………………………………..48

2. Teknik Budidaya Setiap Plot Penelitian di Desa Air Hitam………………...49

3. Teknik Budidaya Setiap Plot Penelitian di Desa Cahaya Pardomuan………50

4. Teknik Budidaya Setiap Plot Penelitian di Desa Kuala Gunung…………....51

5. Foto Parasitoid Famili Eulophidae……………………………………….….52

6. Foto Parasitoid Famili Scelionidae……………………………………….….53

7. Foto Parasitoid Famili Trichogrammatidae .…………………………….......54

8. Foto Peralatan Penelitian ……..….………………………………………......55

9. Foto Pelaksanaan Penelitian………...………...…………………………......56

10. Foto Suvervisi Dengan Komisi Pembim ………………………………….... 57

11. Jumlah Kelompok Telur S. incertulas di Desa Kuala Gunung….. ………….58

12. Jumlah Kelompok Telur S. incertulas di Desa Cahaya Pardomua….……….58

13. Jumlah Kelompok Telur S. incertulas di Desa Air Hitam…………………...58

14. Suhu dan Kelembapan Maret-Mei di Desa Kuala Gunung………………………..59

15. Suhu dan Kelembapan Maret-Mei di Desa Cahaya Pardomuan……..….......60

16. Suhu dan Kelembapan Maret-Mei di Desa Air Hitam……………………....61

17. Data Rata-rata Jumlah Hari Hujan dan Curah Hujan di Kec. Lima Puluh.....62

Universitas Sumatera Utara

Page 12: INVENTARISASI DAN POTENSI PARASITOID TELUR PENGGEREK

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Padi merupakan kebutuhan primer untuk sebagian besar masyarakat

Indonesia. Hal ini menandakan bahwa peningkatan produksi dan produktivitas

padi menjadi suatu keharusan karena jumlah penduduk terus bertambah. Asumsi

konsumsi beras 139 kg/kapita/tahun. Upaya peningkatan produksi padi semakin

sulit akibat beragamnya kendala dan masalah, antara lain ialah perubahan iklim

dan serangan hama penyakit (Delly dan Sunanjaya, 2016).

Sampai saat ini hama masih menjadi kendala bagi petani. Hampir di setiap

musim terjadi ledakan hama pada pertanaman padi. Hama utama tanaman padi

antara lain adalah tikus, penggerek batang padi, dan wereng cokelat. Beberapa

hama lainnya yang berpotensi merusak pertanaman padi adalah wereng punggung

putih, wereng hijau, lembing batu, ulat grayak, pelipat daun, dan walang sangit

(Widiasara, 2017).

Penggerek batang padi secara umum dipertimbangkan sebagai hama

penting pada tanaman padi di seluruh dunia, dan menyerang tanaman dari mulai

fase vegetatif sampai generatif. Sebanyak 50 spesies dalam 3 famili terdiri dari :

Pyralidae dan Noctuidae (ordo Lepideptora) dan Diopsidae (ordo Diptera) yang

diketahui menyerang tanaman padi. Spesies dari Pyralidae adalah spsesies yang

paling banyak menyerang dan biasanya mempunyai tanaman inang yang spesifik.

Penggerek batang padi merupakan hama yang bersifat endemik dan

dapat menyebabkan kehilangan hasil setiap tahun mencapai

10-30%, bahkan dapat menyebabkan tanaman padi menjadi puso

(Phatan dan Khan, 1994; Damayangti et al., 2015).

Universitas Sumatera Utara

Page 13: INVENTARISASI DAN POTENSI PARASITOID TELUR PENGGEREK

2

Di Indonesia, terdapat lima spesies penggerek batang padi yang menjadi

kendala dan mampu menurunkan produksi padi. Penggerek batang padi tersebut

adalah penggerek batang padi kuning Scirpophaga incertulas (Walker)

(Lepidoptera: Pyralidae), penggerek batang padi putih S. innotata (Walker),

Chilo suppressalis (Walker), C. polychrysus (Meyrick), dan

Sesamia inferens (walker) (Baehaki, 2012; Chatterjee et al., 2014).

Salah satu pengendalian hama yang didasarkan pada konsep PHT adalah

pengendalian hayati. Pengendalian hayati diartikan sebagai kegiatan parasitoid,

predator, dan patogen yang memelihara dan menjaga keseimbangan

kepadatan populasi suatu organisme lain pada suatu tingkat populasi rata-rata

tanpa pengendalian lain. Salah satu kelompok agens pengendali hayati adalah

musuh alami serangga hama. Musuh alami yang banyak dikembangkan

adalah parasitoid (Widiasara, 2017)

Untuk menekan hama penggerek batang padi sawah perlu diterapkan

pengendalian hayati dengan memanfaatkan parasitoid. Parasitoid merupakan

bagian musuh alami yang banyak diteliti dan menunjukkan hasil yang baik

dalam pengendalian serangga hama dibandingkan serangga predator

(Maramis, 2011).

Parasitoid umumnya merupakan serangga dari ordo Hymenoptera, dan

salah satu famili yang anggotanya banyak berperan dalam pengendalian

hayati adalah Trichogrammatidae. Trichogrammatidae merupakan famili yang

terkenal sebagai agens pengendali hayati berbagai serangga hama yang

tergolong parasitoid telur. Penelitian mengenai pengembangan dan pelepasan

parasitoid famili Trichogrammatidae telah banyak dilakukan di beberapa

Universitas Sumatera Utara

Page 14: INVENTARISASI DAN POTENSI PARASITOID TELUR PENGGEREK

3

negara dan dilaporkan mampu menekan populasi hama terutama dari ordo

Lepidoptera (Sasmi, 2014; Sharma et al., 2015).

Parasitoid telur paling banyak dikembangkan untuk mengendalikan

serangga-serangga dari ordo Lepidoptera. Hal ini disebabkan parasitoid telur

mampu mengendalikan hama sebelum merusak tanaman. Parasitoid telur

Penggerek Batang Padi Kuning (PBPK) yang banyak ditemukan di lapangan

dan mempunyai peranan penting adalah famili Trichogrammatidae, famili

Scelionidae dan famili Eulophidae mempunyai potensi dan efektif dalam

menurunkan populasi penggerek batang padi. Kemampuan ketiga parasitoid

tersebut dalam memarasit telur penggerek batang padi sangat bervariasi

tergantung dari tempat dan lingkungan yang mendukungnya untuk

berkembang (Tang et al., 2017).

Di Provinsi Sumatera Utara terutama di Kecamatan Lima Puluh

Kabupaten Batubara terdapat serangan hama penggerek batang padi kuning

Scirpophaga incertulas. Akibat dari serangan hama tersebut menyebabkan

tanaman padi mati pada fase vegetatif dan fase generatif. Berdasarkan informasi

dari petani serangan dari hama penggerek batang padi ini telah menyebabkan

kerugian pada produksi padi. Pengendalian hama penggerek batang padi yang

dilakukan petani sampai saat ini masih bertumpu pada pemakaian insektisida.

Pengendalian dengan menggunakan parasitoid belum pernah dilakukan oleh

petani akibat kurangnya informasi mengenai jenis, keberadaan dan potensi

parasitoid penggerek batang padi kuning.

Universitas Sumatera Utara

Page 15: INVENTARISASI DAN POTENSI PARASITOID TELUR PENGGEREK

4

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui inventarisasi dan potensi parasitoid telur hama

penggerek batang padi kuning (Scirpopagha incertulas) pada pertanaman padi di

tiga desa di Kecamatan Lima Puluh, Kabupaten Batubara , Sumatera Utara.

Hipotesis Penelitian

Terdapat beberapa famili parasitoid telur dan potensinya dalam

mengendalikan hama penggerek batang padi kuning (Scirpopagha incertulas).

Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang

inventarisasi dan potensi parasitoid telur hama penggerek batang padi kuning

Scirpophaga incertulas serta sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh

gelar sarjana di Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas

Sumatera Utara, Medan.

Universitas Sumatera Utara

Page 16: INVENTARISASI DAN POTENSI PARASITOID TELUR PENGGEREK

5

TINJAUAN PUSTAKA

Penggerek batang padi kuning (Scirpophaga incertulas Walker)

Penggerek batang padi kuning (Scirpophaga incertulas) (Lepidoptera:

Pyralidae) atau dikenal juga dengan beberapa sebutan, salah satu adalah yellow

stem borrer. Hama ini tersebar hampir di seluruh wilayah di Indonesia

(Baehaki, 2013).

Morfologi

PBPK (Scirpophaga incertulas), meletakkan telur secara berkelompok,

jumlah telur 50-150 butir per kelompok yang diletakkan pada bagian bawah daun

dan ditutupi rambut halus berwarna cokelat kekuningan. Lama stadium telur 6-7

hari. Bentuk kelompok telur bulat lonjong dan tertutup oleh bulu-bulu halus

berwarna kekuning-kuningan. Ukuran kelompok telur kurang lebih 7 x 3 mm

(Damayangti et al., 2015)

Tubuh larva berwarna putih kekuningan dengan kepala berwarna cokelat

kekuningan. Ruas abdomen pertama berwarna putih. Panjang tubuhnya 15 sampai

25 mm dan larva ini terdiri dari enam instar. Pupa mempunyai panjang antara 15

sampai 25 mm, berwarna cokelat kekuningan berbentuk bulat, labrumnya tidak

bersekat. Imago penggerek batang padi kuning mempunyai panjang badan 13

sampai 16,5 mm dan sayapnya berwarna kuning jerami. Imago betina mempunyai

sayap depan dengan bintik 8 hitam yang tampak samar-samar. Panjang sayap jika

membuka 21 mm untuk jantan, sedangkan untuk betina 30 mm

(Delly dan Sunanjaya, 2015).

Larva S. incertulas yang baru menetas memiliki warna gelap dibagian

kepala dengan tubuh berwarna hijau, dan ruas abdomen pertama berwarna putih.

Universitas Sumatera Utara

Page 17: INVENTARISASI DAN POTENSI PARASITOID TELUR PENGGEREK

6

Larva memiliki panjang tubuh sekitar 19,9 sampai dengan 20,3 mm dan terdiri

dari 5 instar. Panjang rata-rata prepupa adalah 11,5 sampai dengan 12,6 mm dan

pupa berwarna pucat sampai cokelat (Baehaki, 2013).

Gambar 1. Imago S. Incertulas

(Sumber: Baehaki, 2013)

Biologi

Imago penggerek batang padi kuning aktif pada malam hari antara pukul

19.00 – 22.00 dan siang hari bersembunyi di bawah daun tanaman padi. Imago

tertarik pada cahaya dan mempunyai daya terbang yang kuat berkisar antara 6-10

km. Aktivitas imago penggerek mencapai puncaknya pada suhu 21,6˚C sampai

30,6˚C, dengan kelembaban nisbi 82,7% di daerah tropis. Perkembangan hama ini

dapat terus terjadi apabila terdapat persawahan padi tiap musim tanam. Penggerek

batang padi kuning tidak dapat bertahan hidup selama musim kemarau . Kopulasi

berlangsung sesaat setelah imago muncul dan 2 hari kemudian imago betina siap

meletakkan telur, peletakan telur dapat berlangsung 10-35 menit yang diletakkan

secara berkelompok. Tiap kelompok telur terdiri atas 50- 150 butir telur

(Baehaki, 2013).

Kelompok telur diletakkan pada bagian ujung daun bendera, pada

permukaan atas daun dekat pucuk atau pada permukaan bawah daun. Stadium

Universitas Sumatera Utara

Page 18: INVENTARISASI DAN POTENSI PARASITOID TELUR PENGGEREK

7

telur berkisar antara 4-5 hari dengan suhu optimum untuk penetasan telur antara

25-32˚C pada kelembaban nisbi 85%. Imago betina penggerek batang padi kuning

mampu bertelur sebanyak 100-300 butir. Larva yang baru menetas membuat dua

sampai tiga lubang pada bulu sisik kelompok telur dengan melubangi daun padi.

Larva ini akan menggerek jaringan daun atau seludang daun sebelum masuk ke

arah titik tumbuh. Perkembangan larva berlangsung antara 22-43 hari pada suhu

optimum sekitar 17˚C – 35˚C. Sesaat sebelum membentuk pupa, larva instar

akhir membuat lubang, keluar pada ruas pangkal batang dekat permukaan tanah

atau air. Lubang tersebut kemudian ditutupi dengan benang sutera. Stadium pupa

beragam yaitu 8-14 hari. Imago muncul dari bagian tanaman padi setinggi 12,5

cm dari permukaan air. Kemampuan hidupnya berkisar antara 5-7 hari

(Yunus et al., 2011)

Gejala Serangan Scirpophaga incertulas

Serangan hama ini dikenal sebagai sundep dan beluk. Gejala sundep

terjadi pada tanaman padi fase vegetatif disebabkan oleh larva yang menggerek di

dalam pangkal batang sehingga menyebabkan daun menggulung tidak membuka

kemudian mengering, dan batang yang terserang mati tetapi tanaman masih dapat

mengkompensasi serangan ini dengan munculnya anakan baru, gejala beluk

terjadi pada tanaman padi fase generatif disebabkan oleh larva yang menggerek

pangkal malai sehingga bulir menjadi hampa dan tidak menghasilkan beras

(Amir et al, 2004).

Kehilangan hasil akibat serangan penggerek batang padi pada stadium

vegetatif dapat dikompensasi dengan pembentukan anakan baru. Populasi

penggerek batang padi kuning berbeda dalam setiap berbagai tahapan

Universitas Sumatera Utara

Page 19: INVENTARISASI DAN POTENSI PARASITOID TELUR PENGGEREK

8

pertumbuhan padi yang menunjukkan kelimpahan relatif 69,90%. S. incertulas

tertinggi ditemukan pada tahap anakan dan terendah pada tahap pembibitan.

Serangan pada saat pengisian malai mengakibatkan bulir padi kosong dan

berwarna putih (Rahaman et al., 2014)

Malai hampa atau beluk terjadi pada masa genetif. Hal ini disebabkan

larva sudah berada di bagian dasar tanaman padi dari masa vegetatif. Larva

penggerek batang padi memakan bagian titik tumbuh dan meninggalkan anakan

sedikit dan bulir menjadi hampa. Padi yang terserang larva penggerek batang padi

memiliki siklus hidup pendek karena beberapa jaringan telah rusak akibat larva

penggerek batang padi masuk dan keluar dari batang dan tangkai malai

(Baehaki, 2013).

Parasitoid Telur Penggerek Batang Padi

Parasitoid famili Trichogrammatidae

Famili Trichogrammatidae terdiri dari 600 lebih spesies dan 80 genus yang

merupakan parasitoid telur. Parasitoid Trichogrammatidae memiliki beberapa

karakteristik yang menjadikannya berpotensi sebagai agen pengendali hayati

diantaranya siklus hidup yang singkat dan reproduksi yang tinggi.

Trichogrammatidae dapat mengurangi populasi hama mulai dari fase telur dan

mengurangi serangan yang disebabkan oleh larva (Park et al., 2000)

Identifikasi parasitoid Trichogrammatidae sangat sulit dilakukan karena

ukurannya yang sangat kecil yakni dengan panjang tubuh 0,25-1 mm sehingga

tidak dapat dibedakan secara morfologis. faktor lingkungan juga berpengaruh

secara signifikan terhadap morfologi dan fisiologi parasitoid Trichogrammatidae

(Sayed et al., 2011).

Universitas Sumatera Utara

Page 20: INVENTARISASI DAN POTENSI PARASITOID TELUR PENGGEREK

9

Parasitoid famili Trichogrammatidae mempunyai ciri morfologi yaitu

panjang tubuh berukuran 0,25- 1 mm berwarna kuning kecokelatan, antena jantan

berbentuk lurus dan ditumbuhi bulu, antena betina berbentuk gala. Antena terdiri

dari tujuh segmen, sedangkan tarsi terdiri dari 3 segmen. Toraks bewarna hitam

dan, mata memiliki warna merah. Parasitoid Trichogrammatidae memiliki sayap

yang bervariasi tergantung spesiesnya, dari sangat lebar sampai ke ukuran kecil.

sayap belakang lebih pendek dari sayap depan dengan panjang ,33 mm dan lebar

22 mm. (Maramis et al., 2011; Gibson et al.,1997).

Siklus hidup Trichogrammatidae terjadi di dua alam yang berbeda yaitu

pada fase pradewasa (fase telur- larva-pupa) hidup di dalam telur inang,

memakan nutrisi dan membunuh inang. Pada fase imago, parasitoid ini

hidup bebas di luar tubuh inang, melakukan aktivitas makan, kopulasi dan

meletakan telur (Yelisanti, 2015).

Siklus hidup parasitoid ini berkisar 8 – 10 hari. Hal tersebut sangat

menguntungkan untuk digunakan sebagai agensia hayati dalam mengendalikan

hama penggerek batang padi, mengingat serangan hama S. interculas terjadi

sepanjang pertumbuhan tanaman padi. Dengan demikian parasitoid akan

berkembang secara berkelanjutan hingga mencapai 9-10 generasi selama satu

musim tanam padi. Fase prapupa mulai terbentuk pada hari kelima setelah

telur terparasit. Pada fase prapupa ini ditandai dengan terbentuknya mata dan

bentuknya lebih memanjang. Fase prapupa Hymenoptera mempunyai dua fase

berbeda, yaitu fase nimfa dan pronimfa. Fase nimfa memiliki bentuk yang

lebih pendek dan gemuk berwarna putih buram. Fase pronimfa ditandai

dengan bentuk yang lebih panjang dan mata sudah tampak namun belum

Universitas Sumatera Utara

Page 21: INVENTARISASI DAN POTENSI PARASITOID TELUR PENGGEREK

10

terlihat jelas. Fase pupa berwarna kuning muda yang secara perlahan

berubah menjadi cokelat kehitaman (Yunus, 2005)

Pada fase pupa struktur serangga dewasa sudah lengkap dan tampak

jelas (Hagens dalam Mangangantung 2001). Pupa berbentuk eksarata yaitu,

bakal sayap dan bakal tungkai tampak jelas dari luar dan bebas. Imago

parasitoid muncul dengan cara membuat lubang dari korion telur inang. Imago

muncul pada hari ke-8. Pada umumnya imago jantan keluar terlebih dahulu

daripada betina. Ukuran tubuh betina lebih besar daripada jantan. Setelah

muncul, imago segera berkopulasi. Betina hanya berkopulasi satu kali, tetapi

imago jantan mampu berkopulasi berkali-kali ( Yelisanti, 2015)

Parasitoid Famili Scelionidae

Famili Scelionidae merupakan parasitoid dengan morfologi tubuh yang

sangat bergantung pada inang (host). Penggunaan famili Scelionidae cukup

berhasil dalam pengendalian hayati karena memiliki beberapa karakter yang

cocok sebagai agen pengendali hayati. Hampir semua parasitoid dari famili

Scelionidae merupakan parasitoid primer soliter. Famili Scelionidae memiliki

kemampuan invasi dan reproduksi tinggi, mudah diperbanyak dan tidak

hiperparasitoid ( Ghahari and Peter,2015)

Hampir semua spesies dari Famili Scelionidae memiliki antena yang

terdiri dari 11 ruas pada betina, dan 12 ruas pada jantan. Klavus antena betina

terdiri dari 5 segmen. Scelionidae memiliki sayap transparan, vena marginal lebih

pendek dari stigma, dan vena postmarginal lebih panjang dari stigma. sayap

belakang lebih lebar daripada sayap depan (Jonshon, 1984).

Universitas Sumatera Utara

Page 22: INVENTARISASI DAN POTENSI PARASITOID TELUR PENGGEREK

11

Famili Scelionidae berwarna hitam kecokelatan dengan panjang tubuh

kurang lebih 2 mm. Antena terdiri dari 10-11 ruas, antena berbentuk menyiku.

Sayap datar sepanjang 0,28 mm terletak pada toraks. Sayap belakang lebih

kecil dari pada sayap depan dan memiliki satu kait kecil, sedangkan pada bagian

tungkai tarsus berjumlah 5 bagian dan terdapat duri-duri halus. Seekor imago

betina memproduksi telur sekitar 143-275 butir. Stadium telur kurang lebih

9 jam (Baehaki, 2013)

Family Scelionidae berwana hitam dan ukurannya lebih kecil dari

parasitoid Eulophidae. Perkembangan dari telur hingga tingkat dewasa

membutuhkan waktu 10-14 hari, famili Scelionidae mencari imago penggerek

batang kuning dan menempelkan dirinya pada ujung abdomen imago penggerek

batang padi kuning (Untung dan Samino, 2011)

Telur famili Scelionidae diletakkan pada inang yang berumur 1-2

hari. Larva berwarna putih susu, berukuran panjang antara 0,69-0,76 mm.

Stadium larva berlangsung selama 6-7 hari. Pupa berwarna kehitaman,

berukuran 0,65 - 0,76 mm dengan caput, toraks, abdomen dan tungkai yang

sudah tampak. Stadium pupa berlangsung selama 3-4 hari, kemudian dilanjutkan

dengan stadium imago. Imago jantan muncul terlebih dahulu daripada betina.

Umur imago jantan berkisar antara 1-3 hari dan betina 3-5 hari

(Suprapta et al., 2015).

Parasitoid famili Eulophidae

Famili Eulophidae tersebar di seluruh dunia, terdiri dari 5200 spesies

dalam 334 genus. Eulophidae sangat beragam dan kisaran inangnya lebih banyak

daripada famili parasitoid lainnya dalam ordo Hymenoptera. Hampir seluruh

Universitas Sumatera Utara

Page 23: INVENTARISASI DAN POTENSI PARASITOID TELUR PENGGEREK

12

famili Eulophidae merupakan parasitoid primer hama dari ordo Lepidoptera,

Coleoptera, Diptera dan beberapa ordo serangga lainnya, beberapa spesies dari

famili Eulophidae juga memarasit Arthropoda lainnya seperti laba-laba dan

nematoda (Noyes, 2014).

Famili Eulophidae memiliki panjang tubuh 0,4-6 mm. Antena terdiri dari

7-12 ruas, terdapat 4-5 flagellum, 2-4 ruas funicular. Sayap berwarna transparan,

sayap depan memiliki vena marginal lebih panjang dari vena postmarginal. Famili

Eulophidae memiliki gaster oval, tarsi terdiri dari 4 tarsomer (Baur,2015).

Famili Eulophidae dewasa memiliki warna hijau kebiruan metalik,

meskipun parasitoid ini sukar dilihat dengan mata telanjang, namun populasinya

melimpah di pertanaman padi sawah atau lahan kering (padi gogo). Setiap imago

betina mampu menghasilkan 10- 60 turunan (Untung dan Samino, 2011).

Parasitoid telur Famili Eulophidae memiliki caput pendek tumpul

dengan rambut halus dan occeli oval. Antena berwarna cokelat kehitaman

memiliki delapan segmen. Mulut bagian bawah berwarna cokelat mengkilat.

Toraks berwarna cerah dan lembut, terdapat sayap depan dan sayap

belakang berbentuk pedang dengan pinggir melengkung. Abdomen bulat

silindris dengan delapan ruas. Ovipositor berwarna cokelat kekuningan, sangat

pendek dan tebal. Tungkainya berwarna kuning dengan tarsus bersegmen empat.

Daur hidupnya berlangsung selama kurang lebih 14 hari

(Suprapta et al., 2015).

Universitas Sumatera Utara

Page 24: INVENTARISASI DAN POTENSI PARASITOID TELUR PENGGEREK

13

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di lapangan pada musim kemarau dan

laboratorium mulai bulan Maret sampai dengan September 2019. Penelitian di

lapangan dilakukan pada pertanaman padi milik petani di tiga desa di Kecamatan

Limapuluh, Kabupaten Batubara : Desa Kuala Gunung, Desa Cahaya Pardomuan,

Desa Air Hitam dengan ketinggian tempat ± 28 meter di atas permukaan laut.

Penelitian di laboratorium dilaksanakan di Laboratorium Hama, Program Studi

Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan adalah tanaman padi, telur hama penggerek batang

padi kuning, kapas, KOH 10 %, kertas label, kain kasa, alkohol 70%, etyl asetat,

dan tali rafia.

Alat yang digunakan adalah tabung reaksi 100 mL, gunting, mikroskop

binokuler, termohygrometer, kamera, dan botol kaca 75 mL.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode survey dengan mengambil sampel

kelompok telur hama penggerek batang padi secara purposive sampling

(pengambilan sampel secara sengaja) pada pertanaman padi.

Pelaksaanan Penelitian

Pengambilan sampel

Pengambilan sampel kelompok telur dari tiga desa yang telah disebutkan

diatas, dengan menggunakan metode kuadrat. Pengambilan sampel dilakukan di

Desa Kuala Gunung, Desa Cahaya Pardomuan, dan Desa Air Hitam dengan luas

Universitas Sumatera Utara

Page 25: INVENTARISASI DAN POTENSI PARASITOID TELUR PENGGEREK

14

lahan 300m x 100 m, dibagi menjadi 5 plot secara diagonal dan 1 plot diluar

kuadran sebagai kontrol (tanpa perlakuan insektisida) berukuran 10 m x 10 m dan

kemudian dibagi menjadi 4 sub plot, sehingga jumlah keseluruhan adalah 24 plot

pengambilan sampel di setiap desa (Lampiran 1). Pengambilan sampel kelompok

dilakukan pada padi berumur 3-10 minggu setelah tanam (mst), sehingga

dilakukan 8 kali pengamatan. Pengambilan sampel kelompok telur penggerek

batang padi kuning dengan cara memotong daun padi tempat peletakan kelompok

telur. Masing-masing kelompok telur yang telah dikumpulkan dimasukkan ke

dalam tabung reaksi, di mana satu tabung reaksi berisi satu kelompok telur.

Pemeliharaan Kelompok Telur

Sampel kelompok telur yang diperoleh dari lapangan dimasukkan ke

dalam tabung reaksi, kemudian dipelihara selama beberapa hari untuk diamati

perkembangannya. Pengamatan di laboratorium dilakukan setiap hari dan dihitung

jumlah parasitoid yang keluar kemudian diawetkan ke dalam botol awetan yang

berisi alkohol 70% untuk selanjutnya dilakukan identifikasi dan perhitungan data.

Peubah Amatan

1. Identifikasi Parasitoid

Identifikasi dilakukan dengan mengamati spesimen parasitoid awetan.

Identifikasi dilakukan berdasarkan ciri morfologi parasitoid, seperti bentuk dan

venasi sayap, tungkai, tipe antena, dan sebagainya dengan menggunakan

mikroskop stereo, dan buku kunci identifikasi “Anatod Keys Hymenoptera”

(Gibson, 1997).

Universitas Sumatera Utara

Page 26: INVENTARISASI DAN POTENSI PARASITOID TELUR PENGGEREK

15

2. Persentase Parasitasi Parasitoid

Persentase parasitisasi dinyatakan sebagai persentase kelompok telur

terparasit dan persentase butir telur terparasit. Tingkat parasitisasi butir telur

dihitung dengan menggunakan modifikasi rumus yang dikembangkan oleh Kim &

Heinrich (1985) dan dikembangkan oleh Rauf (2000). Satu ekor parasitoid famili

Eulophidae memerlukan rata-rata tiga butir telur S. incertulas untuk satu siklus

hidupnya, satu ekor famili Scelionidae muncul dari satu telur, sedangkan dua

ekor famili Trichogrammatidae muncul dari satu telur S. incertulas. Oleh

karena itu rumus yang dipakai adalah:

3(A+B)

P(T.s) = X 100%

3 (A+B) + (C+D)+0,5 (E+F)+(H+M)

(C+D)

P(T.r) = X 100%

3 (A+B) + (C+D)+0,5 (E+F)+(H+M)

0,5(E+F)

P(T.j) = X 100%

3 (A+B) + (C+D)+0,5 (E+F)+(H+M)

Keterangan:

P(T. s) = tingkat parasitisasi telur S. incertulas oleh famili Eulophidae,

P(T. r) = tingkat parasitisasi telur S. incertulas oleh famili Scelionidae,

P(T. j) = tingkat parasitisasi telur S. incertulas oleh famili Trichogramma ,

A = jumlah imago famili Eulophidae yang muncul,

B = jumlah imago famili Eulophidae yang tidak muncul

C = jumlah imago famili Scelionidae yang muncul,

D = jumlah imago famili Scelionidae yang tidak muncul

Universitas Sumatera Utara

Page 27: INVENTARISASI DAN POTENSI PARASITOID TELUR PENGGEREK

16

E = jumlah imago famili Trichogrammatidae yang muncul,

F = jumlah imago famili Trichogrammatidae yang tidak muncul

H = jumlah larva S. incertulas yang muncul, dan

M = jumlah larva S. incertulas yang tidak muncul (mati dalam telur)

(Wilyus et al., 2012).

3. Dominansi Parasitoid Telur Penggerek Batang Padi Kuning

(Scirpophaga incertulas (Walker)

Nilai indeks keseragaman dan keanekaragaman yang kecil biasanya

menandakan adanya dominansi suatu spesies terhadap spesies-spesies lainnya.

Rumus indeks dominansi Simpson (C) adalah (Ludwig & Reynolds 1988):

C = ∑(ni / N)

Keterangan :

C = Indeks Dominansi

ni = Jumlah individu pada jenis ke i

N = Jumlah seluruh individu

Nilai indeks berkisar antara 0-1 dengan kategori sebagai berikut :

a) 0 < C < 0,5 = Dominansi rendah

b) 0,5 < C ≤0,75 = Dominansi sedang

c) 0,75 < C ≤ 1,0 = Dominansi tinggi

4. Pola Penyebaran Parasitoid

Data yang diperoleh dari hasil penelitian dianalisis secara deskriptif, untuk

mengetahui pola penyebaran parasitoid digunakan indeks Morisita

Pola penyebaran parasitoid dihitung dengan menggunakan indeks

Morisita: Id = Σni (ni-1) N ,

n (ni-1)

Universitas Sumatera Utara

Page 28: INVENTARISASI DAN POTENSI PARASITOID TELUR PENGGEREK

17

Keterangan:

Id = indeks morisita;

ni = jumlah individu tiap plot;

n = jumlah total individu semua plot dan

N = banyak plot

dengan ketentuan sebagai berikut Id = 1 pola distribusi adalah acak, Id > 1

pola distribusi adalah mengelompok, dan Id < 1 pola distribusi adalah teratur.

( Riyanto, 2004)

Pengukuran Faktor Fisik di lapangan Sebagai Data Pendukung

- Suhu dan kelembapan di areal percobaan diukur dengan menggunakan

termohygrometer

- Data curah hujan diperoleh dari Badan Mateorologi, Klimatologi dan

Geofisika (BMKG) Medan.

Universitas Sumatera Utara

Page 29: INVENTARISASI DAN POTENSI PARASITOID TELUR PENGGEREK

18

HASIL DAN PEMBAHASAN

Identifikasi Parasitoid Telur Penggerek Batang Padi Kuning

Hasil identifikasi terhadap parasitoid telur penggerek batang padi kuning

ditemukan tiga famili parasitoid seperti yang disajikan pada Tabel 1 di bawah

ini.

Tabel 1. Famili parasitoid telur penggerek batang padi kuning (S. incertulas)

yang ditemukan di tiga desa di Kecamatan Lima Puluh, Kabupaten

Batubara

Famili Morfologi Serangga

Antena Sayap Tungkai

Eulophidae

6-7 ruas Sayap depan pada

bagian

submarginal

panjang

dan berlekuk

Bagian ujung

tungkai (tarsus)

beruas 4

Scelionidae

11-12 ruas dan

berbentuk siku

Sayap belakang

lebih kecil dari

sayap depan dan

memiliki satu kait

kecil

Ujung tungkai

beruas 5

Trichogrammatidae

6 ruas, dan

diujungnya

terdapat rambut-

rambut halus

Bagian tepi sayap

berbulu lebih

panjang dari jenis

lainnya

Ujung tungkai

beruas 3

Tabel satu menunjukkan bahwa parasitoid telur yang terdapat pada lahan

penelitian yang memarasit telur penggerek batang padi kuning terdiri dari 1 ordo,

dan 3 famili. Ciri- ciri masing masing parasitoid berdasarkan famili adalah

sebagai berikut:

Hymenoptera : Eulophidae

Tubuh berukuran 1-2,5 mm dan secara keseluruhan berwarna hitam

kebiru-biruan (metalik). Memiliki antena berbentuk elbow (menyiku) terdiri dari 7

ruas, antena seperti sisir dengan rambut-rambut halus di setiap ruasnya. 4-5

flagellum, 2-4 ruas funicular, sculettum ada 2 pasang dengan garis membujur,

Universitas Sumatera Utara

Page 30: INVENTARISASI DAN POTENSI PARASITOID TELUR PENGGEREK

19

berwarna hitam kebiruan. Famili Eulophidae memiliki gaster besar dan oval, tarsi

memiliki 4 tarsomer (Gambar 1). Mesosoma dan metasoma terpisah dengan jelas

(Gibson et al., 1997; Goulet et al.,1993).

Gambar 1. Parasitoid famili Eulophidae (perbesaran 120x)

Hymenoptera : Scelionidae

Memiliki panjang tubuh 0,5-2 mm berwarna hitam, antenna 11-12 ruas

dan flagellum 9-10 ruas. Vena submarginal sayap belakang mencapai hamuli.

Pada sayap depan, vena submarginal biasanya mencapai ujung anterior sayap

(Jonshon, 1984).

Abdomen berbentuk lonjong (oval), terdapat garis menonjol di bagian

atas dan di bagian bawah sebanyak 4 garis. Metasoma memiliki bentuk pipih

dorso ventral. Ruas ke 2 atau ke 3 tergum lebih panjang dari ruas lainnya. Sayap

bawah ada lekukan menonjol, sayap belakang lebih kecil dari pada sayap depan

dan memiliki satu kait kecil (Gambar 2) (Gibson et al., 1997).

Terdapat vena stigma dan mempunyai vena post marginal. Toraks agak

cembung ke bagian posterior. Tarsus terdiri dari 5 ruas dan terdapat duri- duri

halus (Gibson et al., 1997; Goulet et al.,1993)

Universitas Sumatera Utara

Page 31: INVENTARISASI DAN POTENSI PARASITOID TELUR PENGGEREK

20

Gambar.2 Parasitoid famili Scelionidae (perbesaran 120x)

Hymenoptera: Trichogrammatidae

Tubuh kecil berukuran 0,2-1 mm berwarna cokelat kekuningan, abdomen

dan toraks menyatu. Sayap bening transparan dikelilingi banyak bulu (jumbai)

panjang di ujung sayap, setiap sayap membentuk baris. Memiliki bentuk antena

arista, lebih pendek dari kepala dan metasoma, memiliki 2-3 flagellum terdiri dari

funiculuc dan clavus, tarsus terdiri dari 3 ruas (Gambar 3)

(Goulet et al.,1993; Gibson et al., 1997 ).

Hasil penelitian ini tidak berbeda nyata dengan pernyataan

Upamaya et al. (2013) yang menyatakan bahwa ketiga jenis parasitoid yang

ditemukan memarasit telur penggerek batang padi kuning yaitu: dari famili

Eulophidae, Scelionidae, dan Trichogrammatidae merupakan parasitoid yang

sering ditemukan pada penggerek batang padi kuning.

Gambar 3. Parasitoid famili Trichogrammatidae (perbesaran 120x)

Universitas Sumatera Utara

Page 32: INVENTARISASI DAN POTENSI PARASITOID TELUR PENGGEREK

21

Persentase parasitasi Parasitoid

Persentase parasitasi parasitoid pada lahan perlakuan insektisida

menunjukkan bahwa rataan persentase parasitasi tertinggi (41.78%) terdapat pada

famili Eulophidae di Air Hitam dan terendah (0,05%) terdapat pada famili

Trichogrammatidae di Kuala Gunung, sedangkan persentase parasitasi parasitoid

pada lahan tanpa perlakuan insektisida menunjukkan bahwa rataan pengamatan

tertinggi (38.53%) famili Eulophidae terdapat di Air Hitam, dan terendah (0.00%)

pada famili Trichogrammatidae di Kuala Gunung.

Penelitian ini menunjukkan bahwa persentase parasitasi berbeda

untuk setiap famili parasitoid. Rataan persentase parasitasi parasitoid tertinggi di

3 lokasi penelitian pada lahan perlakuan insektisida adalah parasitoid famili

Eulophidae hal ini diduga karena kemampuan memarasit parasitoid famili

Eulophidae lebih tinggi dibandingkan dengan parasitoid lainnya, satu individu

parasitoid famili Eulophidae dapat memarasit 2-3 telur penggerek batang padi

kuning atau disebut parasitoid gregarius. Seperti yang dinyatakan oleh

Junaedi et al. (2016) bahwa daya parasitasi parasitoid famili Eulophidae lebih

tinggi dibandingkan dengan parasitasi parasitoid lainnya dan dapat memarasit 2-3

telur per satu ekor parasitoid. Ganeshwari and Kumar (2019) juga menyatakan

bahwa parasitoid famili Eulophidae memiliki keperidian lebih tinggi

dibandingkan parasitoid famili Scelionidae dan Trichogrammatidae.

Universitas Sumatera Utara

Page 33: INVENTARISASI DAN POTENSI PARASITOID TELUR PENGGEREK

22

Tabel 2. Persentase parasitasi parasitoid pada lahan perlakuan insektisida dan lahan tanpa perlakuan insektisida

Lokasi Mst Lahan dengan Perlakuan Insektisida (%) Lahan tanpa Perlakuan Insektisida (%)

Eulophidae Scelionidae Trichogrammatidae Eulophidae Scelionidae Trichogrammatidae

3 33.9 6.6 0.4 39.4 0 0

4 36.6 5.6 0 30.9 4.2 0

5 29.7 5.1 0 33.8 1.8 0

6 33.9 4.8 0 28.7 2.2 0

7 26.2 2.8 0 26.9 8.3 0

8 21.7 2.1 0 47.8 0 0

9 30 4.6 0 28 5.3 0

10 12.5 3.3 0 17.8 5 0

Rataan 28.06 4.36 0.05 31.66 3.82 0

3 32.9 29.8 0 71.4 6.6 0.6

4 39.4 5.4 0 48 5.3 0

5 32.5 8.3 0 23.1 5.6 0

6 32.5 7.1 0 39.4 4.4 0

7 27.9 1.2 0.5 41.6 11.6 0

8 25.5 5.1 0 31.1 2.1 0

9 22.9 6.3 0 17.3 7.6 0

10 15.9 3.3 0 12.5 3.3 0

Rataan 28.68 8.31 0.06 35.55 5.81 0.07

3 43.42 30.16 0.63 53.74 6.13 0.63

4 67.88 16.78 0 38.57 3.57 0.12

5 46.82 21.34 0 0 11.63 0 6 46.45 10.44 0 56.45 11.29 0 7 37.5 12.46 0 46.45 4.52 0

8 33 8 0 38.89 18.52 0

9 31.23 7.3 0 36.04 5.52 0

10 27.97 0.77 0 38.1 30.16 0

Rataan 41.78 13.4 0.08 38.53 11.41 0.09

Air Hitam

Cahaya Pardomuan

Kuala

Gunung

Universitas Sumatera Utara

Page 34: INVENTARISASI DAN POTENSI PARASITOID TELUR PENGGEREK

23

Tabel 2 menunjukkan bahwa persentase parasitasi berbeda untuk setiap

desa. Rataan persentase parasitasi parasitoid tertinggi terdapat di Desa Air

Hitam dengan rataan persentase parasitasi parasitoid famili Eulophidae

(41,78%), Scelionidae (13,04%) dan Trichogrammatidae (0,08%). Sedangkan

persentase parasitasi terendah terdapat di Desa Kuala Gunung dengan rataan

persentase parasitasi parasitoid famili Eulophidae (28,06%), Scelionidae (4,36%)

dan Trichogrammatidae (0,03%). Hal ini diduga disebabkan oleh perbedaan cara

budidaya termasuk frekuensi pemberian pupuk dan jenis pupuk, frekuensi aplikasi

insektisida dan bahan aktif yang digunakan di setiap lokasi penelitian. Di Desa

Air Hitam dan Kuala Gunung dilakukan aplikasi insektisida setiap sekali dalam

seminggu dimulai dari 2 mst, berbeda dengan Desa Cahaya Pardomuan,

pengaplikasian insektisida dilakukan sekali dalam 10 hari, dimulai dari 2 mst

(Lampiran 2-4). Cahyoko et al. (2018) menyatakan bahwa intensitas aplikasi

pestisida dapat mengurangi kelimpahan PBPK di lapangan sehingga mengurangi

persentase tingkat parasitasi prasitoid telur di lapangan.

Hasil Penelitian pada Tabel 2 menunjukkan bahwa rataan persentase

parasitasi parasitoid ke -3 famili parasitoid di Desa Air Hitam pada lahan dengan

perlakuan insektisida lebih tinggi dibandingkan dengan lahan tanpa perlakuan

insektisida, diduga disebabkan oleh penggunaan pestisida yang memiliki bahan

aktif tertentu yang tidak berpengaruh terhadap daya parasitasi parasitoid hama

PBPK, juga dipengaruhi oleh frekuensi turunnya hujan yang dapat menyebabkan

tercucinya pestisida yang sudah diaplikasikan. Vennila et al. (2018) menyatakan

bahwa ada beberapa senyawa bahan aktif insektisida PBPK yang tidak

mempengaruhi daya parasitasi parasitoid famili Eulophidae dan famili

Universitas Sumatera Utara

Page 35: INVENTARISASI DAN POTENSI PARASITOID TELUR PENGGEREK

24

Scelionidae, dan ada beberapa senyawa bahan aktif memiliki pengaruh yang lebih

rendah terhadap parasitoid famili Eulophidae dibandingkan famili Scelionidae

Dosis pemupukan dan jenis unsur hara yang diaplikasikan terhadap

tanaman padi juga mempengaruhi tingkat serangan di lapangan. Berdasarkan hasil

pengamatan di tiga lokasi penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk hanya

dilakukan sebanyak 2 kali selama musim tanam. Sesuai dengan penelitian Datta

(1981) yang meyatakan bahwa dosis pemupukan pada tanaman padi berpengaruh

terhadap intensitas serangan penggerek batang padi kuning, di mana pemupukan

nitrogen yang terlalu tinggi menyebabkan perkembangan penggerek batang padi

kuning lebih cepat, namun dapat membantu pemulihan setelah terserang.

Pemupukan kalium menyebabkan tanaman lebih kuat dan sehat sehingga lebih

toleran terhadap serangan hama PBPK.

Penelitian ini dilakukan di lahan milik 16 orang petani, sehingga varietas

yang digunakan juga berbeda-beda. Berdasarkan pengamatan di lapangan

diperoleh data bahwa terdapat 8 varietas padi di 16 plot yang dibudidayakan

petani pada tiga lokasi penelitian , di mana 6 plot varietas Sibengkel, 2 plot

varietas Sipayung, 2 plot varietas Ciherang, 2 plot varietas Unggal, 1 plot varietas

Inpari 16, 1 plot varietas Sijeruk, 1 plot varietas Denok, dan 1 Plot varietas Sibali

(Lampiran 2-4). Penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat serangan hama

penggerek batang padi kuning berdasarkan jumlah kelompok telur yang

ditemukan berbeda untuk setiap varietas dan lokasi pengambilan sampel. Jumlah

kelompok telur tertinggi di masing- masing lokasi penelitian terdapat pada

varietas Sibengkel di mana varietas ini memiliki anakan yang lebih banyak,

dibandingkan varietas lainnya dengan jumlah kelompok telur berturut-turut di

Universitas Sumatera Utara

Page 36: INVENTARISASI DAN POTENSI PARASITOID TELUR PENGGEREK

25

Desa Cahaya Pardomuan, Air Hitam dan Kuala Gunung adalah 33, 21, dan 15,

Sedangkan terendah di Desa Kuala Gunung adalah varietas Ciherang (7 sampel),

Desa Cahaya Pardomuan, dan Air Hitam terdapat pada Varietas Ungggal masing-

masing 8 dan 12 sampel (Lampiran 2-4). Berdasarkan data tersebut dapat

disimpulkan bahwa hama penggerek batang padi kuning lebih tertarik meletakkan

telur di tanaman padi varietas Sibengkel. Hal ini kemungkinan diakibatkan oleh

karakteristik hama PBPK dalam meletakkan telur, yakni cenderung lebih tertarik

meletakkan telur pada pertanaman padi yang sehat dan memiliki anakan lebih

banyak.

Sesuai dengan penelitian Maulana et al. (2017) yang menyatakan bahwa

karakteristik penggerek batang padi terutama dalam peletakan berbeda dalam

setiap varietas dan biasanya banyak ditemukan pada inang yang disenangi.

Perubahan varietas dapat merubah tingkat keseimbangan populasi penggerek

batang padi di suatu daerah, selain itu varietas yang mempunyai potensi anakan

tinggi cenderung rentan terhadap serangan penggerek, namun dapat di toleransi

karena kemampuannya membentuk tunas baru.

Tingginya persentase parasitasi parasitoid pada pengamatan 3-5

mst di setiap desa diduga disebabkan oleh tingginya populasi kelompok telur

inang pada pada fase vegetatif karena pada fase ini terjadi pembentukan anakan

baru. Populasi kelompok telur inang berbanding lurus dengan tingginya

persentase parasitasi parasitoid. Hal ini sesuai dengan penelitian Rama et al.

(2013) yang menyatakan bahwa persentase parasitasi parasitoid telur akan

semakin meningkat dengan meningkatnya populasi kelompok telur inang, serta

Rahaman et al. (2014) menyatakan bahwa populasi S. incertulas tertinggi terdapat

Universitas Sumatera Utara

Page 37: INVENTARISASI DAN POTENSI PARASITOID TELUR PENGGEREK

26

pada tahap anakan, namun kehilangan hasil akibat serangan S. incertulas masih

dapat dikompensasi karena pembentukan anakan yang terus berlangsung.

Faktor fisik terutama suhu dan kelembapan berpengaruh terhadap parasitoid

Hymenoptera. Menurut Cave et al. (1998) dan Duale (2005) bahwa parasitoid

famili Eulophidae dan Scelionidae dapat berkembang pada suhu 15-350 C namun

suhu optimum terdapat pada 20-330C dan kelembapan antara 50-80%, sedangkan

parasitoid Trichogrammatidae menurut Kalyebi et al. (2006) bahwa suhu

maksimum untuk perkembangan Trichogrammatidae adalah 20-300C dengan

kelembapan 40-80%. Hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa suhu

berkisar 25-35,20C dan kelembapan 60-80% (Lampiran 14-16). Suhu di atas 33

0C

menyebabkan imago parasitoid famili Eulophidae dan Scelionidae tidak muncul

dari kelompok telur inang. Hal ini sesuai dengan penelitian James (2007) yang

menyatakan bahwa suhu di atas suhu optimum menyebabkan parasitoid mati di

dalam kelompok telur inang, sedangkan suhu di atas 300C menyebabkan daya

parasitasi Trichogrammatidae menurun.

Tabel 2 menunjukkan bahwa persentase parasitasi parastoid di tiga lokasi

penelitian non insektisida lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan

insektisida. Hal ini diduga aplikasi insektisida menyebabkan menurunnya

populasi kelompok telur sehingga mengurangi daya parasitasi parasitoid terhadap

kelompok telur. Sesuai dengan penelitian Cakraborthy (2010) yang menyatakan

bahwa pestisida berpengaruh sangat nyata dalam mengurangi populasi hama

penggerek batang padi kuning yang secara langsung mengakibatkan menurunnya

populasi kelompok telur sebagai tempat perkembangan telur parasitoid.

Universitas Sumatera Utara

Page 38: INVENTARISASI DAN POTENSI PARASITOID TELUR PENGGEREK

27

Hasil penelitian Nonci dan Fausiah (2010) yang menggunakan beberapa

bahan aktif insektisida untuk mengetahui pengaruh insektisida terhadap musuh

alami kelompok telur hama penggerek batang padi kuning disimpulkan bahwa

insektisida tidak berpengaruh langsung terhadap mortalitas parasitoid telur.

Rendahnya persentase parasitasi parasitoid di perlakuan insektisida disebabkan

mortalitas hama (inang) yang tinggi sehingga secara tidak langsung

mempengaruhi persentase parasitasi parasitoid.

Pada penelitian ini diperoleh data bahwa persentase parasitasi parasitoid

famili Trichogrammatidae lebih rendah dibandingkan 2 jenis parasitoid yang

memarasit hama PBPK di tiga lokasi penelitian baik pada perlakuan tanpa

insektisida maupun insektisida. Didukung dengan penelitian yang dilakukan

Tang et al. (2017) yang menyebutkan bahwa persentase parasitasi famili

Trichogrammatidae lebih rendah dengan persentase rataan parasitasi 8,35%, juga

Wilyus et al. (2012) menyatakan bahwa rerata persentase parasitasi famili

Trichogrammtidae hanya berkisar 1,47%. Hal ini disebabkan famili

Trichogrammatidae terlalu selektif dalam memilih telur inang berdasarkan

ketersediaan nutrisi

Dominansi Parasitoid

Hasil penelitian menunjukkan bahwa indeks dominansi tertinggi (0.67%)

terdapat pada perlakuan tanpa insektisida di Desa Cahaya Pardomuan oleh

parasitoid famili Eulophidae kategori dominansi sedang, sedangkan dominansi

terendah (0.00%) terdapat pada famili Trichogrammatidae di setiap desa dan

termasuk kategori dominansi rendah. Sedangkan, pada perlakuan pestisida indeks

dominansi tertinggi (0.62) terdapat pada famili Eulophidae di desa Cahaya

Universitas Sumatera Utara

Page 39: INVENTARISASI DAN POTENSI PARASITOID TELUR PENGGEREK

28

Pardomuan, sedangkan terendah (0) terdapat terdapat pada famili

Trichogrammatidae di tiga lokasi penelitian. Seperti diuraikan pada Tabel 3

berikut ini:

Tabel 3. Indeks dominansi parasitoid

Tabel 3 menunjukkan bahwa dominansi famili Eulophidae lebih tinggi

dibandingkan dengan parasitoid lainnya. Hal ini diduga karena parasitoid famili

Eulophidae memiliki daya parasitasi yang lebih tinggi. Parasitoid famili

Eulophidae tidak tergantung pada bentuk dan struktur kelompok telur, berbeda

dengan 2 parasitoid lainnya di mana parasitoid famili Scelionidae dan

Trichogrammatidae akan menurun apabila ukuran kelompok telur semakin besar.

Sesuai dengan penelitian Kartohardjono (2007) yang menyatakan bahwa

parasitoid famili Eulophidae lebih dominan dibanding 2 jenis parasitoid

penggerek batang padi kuning lainnya, Rauf (2000) juga menyatakan bahwa

parasitoid famili Scelionidae dan Trichogrammatidae tidak menyukai kelompok

telur yang berukuran terlalu besar.

Dominansi famili Eulophidae pada fase vegetatif lebih tinggi

dibandingkan fase generatif disebabkan oleh tingginya daya pemencaran

parasitoid dalam menginvasi pertanaman baru. Parasitoid ini lebih cenderung

Lokasi

pengambilan

sampel

Perlakuan

Indeks Dominansi

Eulophidae Scelionidae Trichogrammatidae

Kuala Kontrol 0.60 0.39 0

Gunung Pestisida 0.52 0.09 0

Cahaya Kontrol 0.67 0.25 0

Pardomuan Pestisida 0.62 0.30 0

Air Kontrol 0.51 0.47 0

Hitam Pestisida 0.41 0.20 0

Universitas Sumatera Utara

Page 40: INVENTARISASI DAN POTENSI PARASITOID TELUR PENGGEREK

29

mencari tempat baru dengan populasi telur inang yang lebih tinggi. Seperti

yang dinyatakan oleh Wilyus et al. (2012) bahwa parasitoid famili Eulophidae

memiliki daya pemencaran dan invasi lebih tinggi pada tanaman baru (fase

vegetatif).

Parasitoid Trichogrammatidae memiliki indeks dominansi 0 (nol) dengan

kategori terendah pada lahan perlakuan insektisida dan non insektisida di 3 lokasi

penelitian. Hal ini diduga disebabkan oleh karakter parasitoid Trichogrammatidae

yang sangat selektif dalam memilih inang sebagai peletakan telur. Faktor lain

yang mempengaruhi dominansi parasitoid Trichogrammatidae yakni siklus

hidupnya yang singkat hanya 1-2 hari yang mengakibatkan dominansi populasi

sangat rendah. Sesuai dengan penelitian Yunus (2017) yang menyatakan bahwa

parasitoid famili Trichogrammatidae cenderung lebih selektif dalam memilih

inang sebagai tempat peletakan telur untuk mengembangbiakkan individu baru.

Rauf (2000) juga menyatakan bahwa masa hidup famili Trichogrammatidae 1-2

hari yang singkat juga merupakan indikator rendahnya persentase parasitasi dan

dominansi.

Rendahnya indeks dominansi famili Trichogrammatidae dipengaruhi oleh

karakternya yang provigenik, di mana selama hidupnya hanya satu kali

menghasilkan telur pada saat muncul pertama sekali sebagai imago. Seperti yang

dinyatakan oleh Jhonson (2000) bahwa famili Trichogrammatidae termasuk

golongan provigenik, yaitu serangga yang hanya menghasilkan telur pada saat

pemunculan pertamanya sebagai imago dan tidak memproduksi lagi selama

hidupnya.

Universitas Sumatera Utara

Page 41: INVENTARISASI DAN POTENSI PARASITOID TELUR PENGGEREK

30

Pola Penyebaran

Seperti diuraikan pada Tabel 4 di bawah ini bahwa pola penyebaran famili

Eulophidae, dan Trichogrammatidae masing-masing di setiap desa adalah

mengelompok dan teratur, sedangkan famili Scelionidae di Desa Kuala Gunung

dan Cahaya Pardomuan adalah teratur dan di Desa Air Hitam adalah

mengelompok. Seperti diuraikan pada Tabel 4 berikut ini:

Tabel 4. Pola penyebaran parasitoid

Berdasarkan data pada Tabel 4, pola penyebaran parasitoid Eulophidae di

tiga lokasi penelitian adalah mengelompok, hal ini diduga disebabkan oleh

beberapa faktor diantaranya jarak terbang lebih 5 meter yang menyebabkan

parasitoid famili Eulophidae dapat mengunjungi setiap lahan pertanian dan

memarasit lebih banyak kelompok telur. Sesuai dengan penelitian Rama et al.

(2013) yang menyatakan bahwa penyebaran parasitoid Eulophidae lebih luas

dibandingkan dengan parasitoid lainnya.

Wilyus et al. (2012) menyatakan bahwa kebergantungan parasitoid

Eulophidae yang hanya dapat berkembang biak pada telur S. incertulas sehingga

diduga individu memiliki kecenderungan untuk berkumpul dan mencari kondisi

lingkungan yang sesuai dengan kebutuhan hidupnya. Sesuai dengan penelitian

Lokasi

pengam-

bilan sampel

Indeks Morisita

Eulophidae Scelionidae Trichogrammatidae

Kuala 2.43

(mengelompok)

0.80 0.006

Gunung

(teratur) (teratur)

Cahaya 2.45 0.71 0.013

Pardomuan (mengelompok) (teratur) (teratur)

Air 1.81 1.14 0.001

Hitam (mengelompok) (mengelompok) (teratur)

Universitas Sumatera Utara

Page 42: INVENTARISASI DAN POTENSI PARASITOID TELUR PENGGEREK

31

Riyangto (2014) yang menyatakan bahwa umumnya di alam ditemukan pola

penyebaran mengelompok, hal ini disebabkan oleh sifat individu yang cenderung

untuk berkumpul dalam mencari kondisi lingkungan yang sesuai dengan

kebutuhan hidupnya. Pola penyebaran parasitoid Eulophidae yang mengelompok

dapat membantu pengendalian hama penggerek batang padi kuning karena

parasitoid cenderung mengelompok sehingga dapat memarasit kelompok telur

secara maksimal.

Sesuai dengan pernyataan Yunus (2005) yang menyatakan bahwa jarak

terbang famili Trichogrammatidae sangat pendek sehingga menyebabkan

parasitoid ini tidak dapat memarasit kelompok telur secara maksimal. Hal ini

merupakan faktor terjadinya pola penyebaran teratur pada famili

Trichogrammatidae. Sofiah et al. (2013) juga menyatakan bahwa pola penyebaran

acak sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dan juga kompetisi antar

organisme pada habibatnya, selain itu populasi inang dan juga sumber makanan

mempengaruhi sebaran suatu populasi.

Dari penelitian yang dilakukan ditemukan bahwa dalam satu kelompok

telur yang diparasit oleh famili Trichogrammatidae akan selalu ditemukan

parasitoid lainnya. Hal ini menyebabkan kehadiran famili Trichogrammatidae

dalam memarasit kelompok telur S. incertulas tidak mempengaruhi parasitoid

lainnya. Untung (2006) menyatakan bahwa pola sebaran teratur terjadi apabila

faktor-faktor lingkungan di suatu areal bersifat seragam, yang menunjukkan

bahwa kehadiran suatu individu untuk menempati suatu areal tidak mempengaruhi

kehadiran individu lainnya.

Universitas Sumatera Utara

Page 43: INVENTARISASI DAN POTENSI PARASITOID TELUR PENGGEREK

32

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Parasitoid hama penggerek batang padi kuning di Desa Kuala Gunung,

Cahaya Pardomuan dan Air Hitam terdapat tiga famili, yakni

Eulophidae, Scelionidae, dan Trichogrammatidae

2. Rataan persentase parasitasi parasitoid tertinggi (41.78%) adalah

famili Eulophidae dan terendah (0.00%) adalah famili

Trichogrammatidae

3. Persentase parasitasi parasitoid dan indeks dominansi parasitoid lebih

tinggi pada perlakuan tanpa insektisida dibandingkan dengan

perlakuan insektisida

4. Indeks dominansi parasitoid tertinggi (0.67%) terdapat pada famili

Eulophidae dan terendah (0.00%) pada famili Trichogrammatidae

5. Pola penyebaran parasitoid di tiga lokasi penelitian famili Eulophidae

adalah mengelompok, famili Trichogrammatidae adalah teratur

(seragam) dan famili Scelionidae berbeda di setiap desa.

Saran

Sebaiknya dilakukan penelitian lanjutan mengenai inventarisasi

parasitoid telur hama penggerek batang padi kuning di musim hujan.

Universitas Sumatera Utara

Page 44: INVENTARISASI DAN POTENSI PARASITOID TELUR PENGGEREK

33

DAFTAR PUSTAKA

Amir, M., Arifin, K., Siwi, S.S. dan Ubaidillah, R. 2004. Morphological species

variability in the stem borer genus Scirpophaga on ramineus crops.

Treubia. 33(2):147-163.

Baehaki, S. E. 2013. Hama Penggerek Batang Padi dan Teknologi Pengendalian

Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. Jawa Barat. Iptek Tanaman

Pangan 8(1):1-14.

Baehaki,S.E., Erwin, C., Aryo, S., Robert. S. 2012. Effect of Insecticides on

Parasitism of Egg Parasitoids of Thhe Rice Yelloww Stem Borer.

Bandung. J. Agric Bio Sci. 12(02):51-57.

Baur, H. 2005. A Review of The Eulophidae and Ptemolidae (Hymenoptera:

Chalcidoidea) of Greenland. Acta Societatis Zoologicae Bohemicae

69:23-34..

Cahyoko. I., Dwinardi. A., dan Kanang, S.H. Insidensi Penggerek Batang padi

Kuning (Scirpophaga incertulas) pada Tiga Varietas Padi: Kasus Di

Desa Kemumu: Bengkulu. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia

(JIPI). 20(2): 40-45.

Candramohan, N., and S. Chelliah. 1990. Natural Enemies of Rice Yellow

Stemborer, Scirpophaga incertulas and its Relationship with Weather

Elements. J. Biol. Control 4(2):89-92.

Cave. R., M. Gayor.1988. Influence of Temperature and Humidity on

Development and survival of Telenomeus reynoldsi (Hymenoptera:

Scelionidae). Annals of Entomol. 81(2): 278-285.

Chakraborty, K. 2010. Comparative Assassment of the Efficiacy of yellow stem

borer (Scirpophaga incertulas) Egg Parasitoids in pesticide treated and

untreated paddy field at Raigarj, West Bengal, India. Middle-East

J. Sci. Res. 6(3):268-270.

Chakraborty, K., Sunimar, K.G. and Gobinda, C.R. 2015. Abundance of Yellow

Stem Borer Scirpophaga incertulas (Walker) Egg Parasitoids in relation.

Chatterjee, S., Dalash, M. 2014. Management of Rice Yelloww Stem Borrer

(Schirpopaga incertulas Walker) Using Some Biorational Insecticides.

J. Biopest 7:143-147.

Damayangti, E., Gatot, M., Sri,K, 2015. Perkembangan Populasi Larva Penggerek

Batang Dan Musuh Alaminya pada Tanaman Padi (Oryza sativaL.) PHT.

Jurnal Hama Penyakit Tanaman 3 (2):18-24.

Universitas Sumatera Utara

Page 45: INVENTARISASI DAN POTENSI PARASITOID TELUR PENGGEREK

34

Datta, S.K. 1981. Principiles on European Corn Borrer Resistance in Vestigation

Lowa State col. Jour.

Delly, I., Sunanjaya, I. 2016. Persentase tingkat parasitasi Parasitoid Telur pada

Pertanaman Padi dengan Beberapa Ketingggian Tempat Berbeda. Balai

Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bali. Informatika Pertanian.

25 (1):99 – 106.

Duale.A. 2005. Effect of Tempreature and Relative Humidity in The Biology of

The Stem Borrer Parasitoid (Hymenoptera: Eulophidae) for The

Management Stem Borers. Envir. Entomol. 34(1): 1-5.

Ganeshwari., and Kumar, S. 2019. Studies on relative Composition of Egg

Parasitoids of Rice Yellow Stem Borrer (Scirpophaga incertulas) in

Khorif 2017. J. Pharm. Phytochemi. 2019. 8(3):4821-4822.

Ghahari, H., Peter, N.B. 2015. A Faunistic Study On Scelionidae (Hymenoptera:

Platygastroidea) from Some Regions of Iran. Linzer biol. Beitr 47(1) 449-

458.

Gibson, A., Huber T. and WooleyJ., 1997. Annnotated Keys To The Genera of

Neartic Chalcidiodea NRC- CNRC. Research Press.Ottawa. Station TX

77843-2475. USA.

James, D. 2007. Effect of Tempreature on Development, Survival, Longevity,

and Fecundity of Trisolcus denone (Hymenoptera: Scelionidae). J. Aust.

Entomol. Soc. 30: 303-306.

Jhonson, N.F. 1984. Systematis of Neartic Telenomus: Clasification and

Revisions of The Podosi and Phymotae Species Groups (Hymoneptera:

Scelionidae). College of Bilogical Science The Ohio state University.

Kalyebi, A., W. Oversholt., F. Schulthess., J. Mueke. 2006. Influence of

Tempreature and Humidity on the Bionomics of Six African e parasitoids

(Hymenoptera: Tricogrammatidae). Bull. of Entomol. Res. 96: 305-314).

Kesuma, A. 2017. Biologi Parasitoid Telur Trichogramma Japonicum Ashmead

Dan Trichogrammatoidea Nana Zehntner (Hymenoptera:

Trichogrammatidae). Skripsi. Departemen HPT, Fakultas Pertanian, IPB.

Bogor.

Kusdiaman, D., dan Nia, K. 2007. Kajian Pengendalian Penggerek Batang Padi

dengan Monitoring Lampu Perangkap ddan Pelepasan Parasitoid Telur.

Apresiasi Hasil Penelitian Padi.

Universitas Sumatera Utara

Page 46: INVENTARISASI DAN POTENSI PARASITOID TELUR PENGGEREK

35

Maramis, R. T. D., E. Senewe., V. V. Memah. 2011. Kelimpahan Populasi

Parasitoid Trichogramma sp dan Serangan Hama Penggerek Batang Padi

Sawah di Kabupaten Minahasa. Eugenia 1(17):28-34.

Maulana, W., Suharto., dan Wagiyana. 2017. Respon Beberapa Varietas Padi

(Oryza sativa L.) Terhadap Serangan Hama Penggerek Hama Batang Padi

Putih Dan Walang Sangit. Agrovigor 10(1): 21-27.

Nonci., N. dan Fausiah, T.L. 2006. Pengaruh insektisida terhadap musuh alami

penggerek batang padi Scirpophaga incertulas. J. Agroland

13(3):245-248.

Noyes. J.S. 2014. Universal Chalciodoidae Database. World Wide Web Electronic

Publication. Http:\\www.nhm.ac.uk\chalcidoids (Accessed 8 June 2020).

Pallavi, D., Sharanabasappa. and Megaladevi.2018. Seasonal Fluctuation of

Yellow Spratem Borer (Scirpophaga incertulas) Walker on paddy and is

relationship beetween Trap Catches with Weather Prameters. Int. J. Curr.

Microbiol. App. Sci 7(9):3575-3584.

Phatan, M., Khan,Z, 1994. Insect Pest Of Rice. International Rice Research

Institute. Manila: Philipines.

Rahaman, M., Islam, K.S., Jahan,M. and Mamun. 2014. Relative abudance of

Stem borer species and natural enemies in rice ecosystem at Madhupur,

Tangail, Bangladesh. Departement of entomology Banladesh Agricultural

University, Mymensigh. Bangladesh. J. Bangladesh. 12(2):267-272.

Rama, N., Jugadeshwar, R. And Citra, R. 2013. Relative Composition of Egg

Parasitoids of Yellow Stem Borer. J. Rice Search 2(6):53-58.

Rauf A. 2000. Parasitasi telur penggerek batan padi putih saat terjadi ledakan pada

awal 1990-an. Buletin Hama dan Penyakit Tumbuhan. 12(1):1-10.

Riyangto. 2007. Kepadatan, Pola Distribusi dan Peranan Semut pada Tanaman di

Sekitar Lingkungan Tempat Tinggal. J. Penelitian Sains. 10(2):241-253.

Riyangto. 2014. Pola Distribusi Populasi Keong Mas (Pomacea canaliculata L.)

Di Kecamatan Belitang Oku. Majalah Sriwijaya. 37(1):70-75.

Samsi, K. 2014. Perkembangan Parasitoid Telur Penggerek Batang Padi Kuning

Scirpophaga incertulas Walker (Lepidoptera: Pyralidae) Pada Pertanaman

Padi Organik Dan Konvensional Di Ngawi, Jawa Timur.

Sayed, M.S., Ahmed. M.S., Saad. A. A. O. 2011. Molecullar and Biological

Characteriation of Trichogramma turkestanica (Hymenoptera:

Universitas Sumatera Utara

Page 47: INVENTARISASI DAN POTENSI PARASITOID TELUR PENGGEREK

36

Trichogrammatidae) Which Inhabits Taif Governorate at The West of

Saudi Arabia. J. Biotech. 1 (46): 9467-9472.

Sharma, S., Naveen, A. 2015. Disperal Ability and Parasitism Performance of

Trichogramma spp. (Hymenoptera : Trichogrammatidae) in Organic Rice.

India. J. Environ. Bio. 36:1345-1348.

Suharto, H., and Usyati, N. 2005. The Stem Borer infestation on Rice cultives at

the Three Planting Times. Indo. J. Agric. Sci. 6(2):39-45.

Syarief, M., and Erliansyh. 2018. Augmentation Model of

Trichogramma japonicum for Yellow Rice Stem Borer Control on Organic

Rice Cultivation. Proceeding of the International Conference of food

Agiculture. Page:39-45.

Tang, R.., Dirk, B., Feng, Z., Min, K., Kai, S., Mao-Lin, H. 2017. Assesment of

Trichogramma japonicum and T. chilonis as Potential Biological Control

Agents of Yellow Stem Borer in Rice. J.Insects. 8(1):19.

Untung, K. 2010. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu. Gadjah Mada University

Press. Yokyakarta.

Untung, K; Samino, W. 2011. Mitra Petani Padi: Serangga, Laba-laba dan

Patogen yang Membantu. Program Nasional Pengendalian Hama Terpadu.

Pusat Departemen Pertanian. Jakarta.

Upamanya, G.K., Putta, P.M., Sarma, R., Sarmah, A.K., and H, Sarma. 2013.

Biological management of Rice Stem Borer in the Farmrs Field of Assam.

Insect environment 19(1):73-76.

Vemila, P., Sridevi., and Padmakumari, A.G. 2018. Effect on parasitism by egg

parasitoids of the rice yellow stem borer. J. Entomol. Zool. Stud.

6(5):67-70.

Widiaswara, A.K. 2017. Biologi Parasitoid Telur Trichogramma japonicum

Ashmead dan Trichogrammatoidea nana Zehntner (Hymenoptera:

Trichogrammatidae). Skripsi. Departemen HPT, Fakultas Pertanian, IPB.

Bogor.

Wilyus., F. Nurdiansyah., S. Herlinda., C. Irsan., Y. Pujiastuti. 2012. Potensi

Parasitoid Telur Penggerek Batang Padi Kuning

Scirpophaga Incertulas Walker Pada Beberapa Tipologi Lahan Di

Provinsi Jambi. J. HPT Tropika 12(1):56 –63.

Wiryadiputra, S. 2014. Pola Distribusi Hama Penggerek Buah Kopi

(Hypothenemus hampei) pada Kopi Arabika dan Robusta. Pelita

Perkebunan 30(2):123-136.

Universitas Sumatera Utara

Page 48: INVENTARISASI DAN POTENSI PARASITOID TELUR PENGGEREK

37

Yelisanti, V. 2015. Parasitasi Trichogramma chilonis Ishii Berkopulasi dan Tidak

Berkopulasi Serta Pengaruhnya Terhadap Nisbah Kelamin Corcyra

cephalonica. Tesis. Fakultas Pertanian Universitas Lampung Bandar

Lampung.

Yunus, M. 2005. Karakter Morfologi, Siklus Hidup dan Perilaku Parasitoid,

Trichogramma Spp. Asal Dolago Kabupaten Parigi-Moutong. J. Agri.

6 (3):128-134.

Yunsus, M., Martono, M., Wijonarko, A. dan Soesilohadi, H. 2011. Aktvitas

ngengat Scirpophaga incertulas di wilayah Kabupaten Klaten. J.

Perlintan. Indonesia. 12(1):18-25.

Yunus, M. 2017. Effectiveness of Trichogramma japonicum utilization for

Bioloigcal control Agents on Scirpophaga Incertulas in Indonesia. Asian.

J. Crop. Sci. 1(10):31-39.

Universitas Sumatera Utara

Page 49: INVENTARISASI DAN POTENSI PARASITOID TELUR PENGGEREK

38

Lampiran 1. Bagan lokasi penelitian dengan perlakuan insektisida

10m

30

0m

100 m

plot plot 2

plot 3

plot 5

plot 3

plot 3

Tanpa perlakuan insektisida

10 m

10 m

Universitas Sumatera Utara

Page 50: INVENTARISASI DAN POTENSI PARASITOID TELUR PENGGEREK

39

Lampiran 2. Teknik budidaya setiap plot penelitian di Desa Air Hitam

Plot Tanggal

Tanam

Jarak

Tanam

Varietas Jadwal

Aplikasi

Pestisida

Jadwal

Pemupukan

Jenis Pupuk Jumlah

kelompok

telur

D3P1-D3P4 09-03-2019 20x20 cm Sipayung Sekali

dalam

seminggu

dimulai dari

2 mst

- 2 mst

- 5 mst

- Urea

- ZA

- SP 36 18

D3P5-D3P8 07-03-2019 25x25 cm Sibengkel Sekali

dalam 10

hari

dimulai dari

2 mst

- 2 mst

- 6 mst

- Urea

- KCl

- SP 36 8

D3P9-D3P12 13-03-2019 20x20 cm Unggal Sekali

dalam

seminggu

dimulai dari

1 mst

- 4 mst

- 6 mst

- TSP

- Urea

- SP 36 12

D3P13-D3P16 07-03-2019 20x20 cm Sibengkel Sekali

dalam

seminggu

dimulai dari

2 mst

- 3 mst

- 7 mst

- Phonsk

a

- ZA

- SP 36

15

D3P17-D3P20 11-03-2019 25x25 cm Sibengkel Sekali

dalam

seminggu

dimulai dari

2mst

- 2 mst

- 6 mst

- Urea

- ZA

- TSP

- SP-36

16

D3N1-D3N4 08-03-2019 25x25 cm Ciherang Tanpa

aplikasi

pestisda

- 2 mst

- 5 mst

- TSP

- Urea

- SP 36 24

Universitas Sumatera Utara

Page 51: INVENTARISASI DAN POTENSI PARASITOID TELUR PENGGEREK

40

Lampiran 3. Teknik budidaya setiap plot penelitian di Desa Cahaya Pardomuan

Plot Tanggal

Tanam

Jarak

Tanam

Varietas Jadwal

Aplikasi

Pestisida

Jadwal

Pemupukan

Jenis Pupuk Jumlah

kelompok

telur

D2P1-D2P4 01-03-2019 20x20 cm Sipayung Sekali

dalam 10

hari

dimulai dari

2 mst

- 3 mst

- 6 mst

- Phonsk

a

- ZA

- SP 36 4

D2P5-D2P8 14-03-2019 25x25 cm Unggal Sekali

dalam 10

hari

dimulai dari

2 mst

- 2 mst

- 6 mst

- Urea

- ZA

- SP 36

- Phonsk

a

8

D2P9-D2P12 13-03-2019 20x20 cm Sibengkel Sekali

dalam

seminggu

dimulai dari

2 mst

- 4 mst

- 6 mst

- TSP

- Urea

- SP 36 33

D2P13-D2P16 06-03-2019 25x25 cm Sijeruk Sekali

dalam

2 minggu

dimulai dari

2 mst

- 2 mst

- 7 mst

- Phonsk

a

- ZA

- SP 36

- Urea

29

D2P17-D2P20 09-03-2019 25x25 cm Sibali Sekali

dalam

seminggu

dimulai dari

2mst

- 2 mst

- 5 mst

- Urea

- ZA

- Phonsk

a

- SP-36

18

D2N1-D2N4 08-03-2019 25x25 cm Denok Tanpa

aplikasi

pestisida

- 2 mst

- 5 mst

- TSP

- Urea

- SP 36 33

Universitas Sumatera Utara

Page 52: INVENTARISASI DAN POTENSI PARASITOID TELUR PENGGEREK

41

Lampiran 4. Teknik budidaya setiap plot penelitian di Desa Kuala Gunung

Plot Tanggal

Tanam

Jarak

Tanam

Varietas Jadwal

Aplikasi

Pestisida

Jadwal

Pemupukan

Jenis

Pupuk

Jumlah

kelompok

telur

D1P1-D1P4 28-02-2019 25x25 cm Sipayung Sekali

dalam

seminggu

dimulai dari

2 mst

- 3 mst

- 6 mst

- Phons

ka

- NPK

- SP 36 13

D1P5-D1P8 06-03-2019 25x25 cm Bengkel Sekali

dalam

seminggu

dimulai dari

1 mst

- 2 mst

- 5 mst

- Urea

- ZA

- SP 36

- Phons

ka

11

D1P9-D1P12 04-03-2019 20x20 cm Inpari 16 Sekali

dalam

seminggu

dimulai dari

2 mst

- 3 mst

- 6 mst

- ZA

- Urea

- SP 36

- Phons

ka

11

D1P13-D1P16 28-02-2019 25x25 cm Sipayung Sekali

dalam

2 minggu

dimulai dari

2 mst

- 3 mst

- 6 mst

- Phons

ka

- NPK

- SP 36 7

D1P17-D1P20 02-03-2019 25x25 cm Ciherang Sekali

dalam

seminggu

dimulai dari

2mst

- 3 mst

- 5 mst

- Urea

- ZA

- Phons

ka

6

D1N1-D1N4 07-03-2019 20x20 cm Sibengkel - - 2 mst

- 5 mst

- TSP

- Urea

- SP 36 8

Universitas Sumatera Utara

Page 53: INVENTARISASI DAN POTENSI PARASITOID TELUR PENGGEREK

42

Lampiran 5. Foto famili Eulophidae

Foto Keseluruhan Tubuh Foto Antena

Foto Sayap Foto Tubuh Bagian Depan

Foto Abdomen dan Ovipositor Foto Tungkai, tarsus

Universitas Sumatera Utara

Page 54: INVENTARISASI DAN POTENSI PARASITOID TELUR PENGGEREK

43

Lampiran 6. Foto famili Scelionidae

Foto Sayap Foto Tungkai, tarsus

Foto Antena Foto Sculetum, abdomen dan

ovipositor

Foto bagian tubuh depan

Universitas Sumatera Utara

Page 55: INVENTARISASI DAN POTENSI PARASITOID TELUR PENGGEREK

44

Lampiran 7.Foto famili Trichogrammatidae

Antena, tungkai Abdomen, caput

Sayap

Universitas Sumatera Utara

Page 56: INVENTARISASI DAN POTENSI PARASITOID TELUR PENGGEREK

45

Lampiran 8. Foto peralatan penelitian

Foto 1. Mikroskop

Foto 2. Tempat pemeliharaan k. telur Foto 3. Awetan parasitoid

Universitas Sumatera Utara

Page 57: INVENTARISASI DAN POTENSI PARASITOID TELUR PENGGEREK

46

Lampiran 9. Foto pelaksanaan penelitian

Foto 1. Pengambilan sampel kelompok telur Foto 2. petakan sawah

Foto 3. Kelompok telur S. incertulas Foto 4. Imago S. incertulas

Foto 5. Gejala sundep Foto 5. Gejala beluk

Foto 7. imago parasitoid yang tidak muncul

Universitas Sumatera Utara

Page 58: INVENTARISASI DAN POTENSI PARASITOID TELUR PENGGEREK

47

Lampiran 10. Foto supervisi bersama dosen pembimbing

Universitas Sumatera Utara

Page 59: INVENTARISASI DAN POTENSI PARASITOID TELUR PENGGEREK

48

Lampiran 11. Jumlah kelompok telur S. incertulas yang terkumpul selama waktu

pengamatan 3-10 mst di Desa Kuala Gunung

Lampiran 12. Jumlah kelompok telur S. incertulas yang terkumpul selama waktu

pengamatan 3-10 mst di Desa Cahaya Pardomuan

Lampiran 13. Jumlah kelompok telur S. incertulas yang terkumpul selama waktu

pengamatan 3-10 mst di Desa Air Hitam

PERLAKUAN Jumlah Kelompok Telur

Jumlah 3 4 5 6 7 8 9 10

Pestisida 6 2 8 5 8 7 6 2 44

Kontrol 1 2 2 3 1 1 1 1 15

PERLAKUAN Jumlah Kelompok Telur

Jumlah 3 4 5 6 7 8 9 10

Pestisida 32 12 10 6 11 15 7 9 102

Kontrol 7 6 5 5 3 3 2 2 33

PERLAKUAN Jumlah Kelompok Telur

Jumlah 3 4 5 6 7 8 9 10

Pestisida 20 13 11 13 8 5 7 6 83

Kontrol 4 6 2 3 4 4 3 3 38

Universitas Sumatera Utara

Page 60: INVENTARISASI DAN POTENSI PARASITOID TELUR PENGGEREK

49

Lampiran 14. Suhu dan kelembapan di Desa Kuala Gunung

Tanggal

Maret April Mei

Suhu

(°C)

Kelembapan

(%)

Suhu

(°C)

Kelembapan

(%)

Suhu

(°C)

Kelembapan

(%)

1 34 63 32,1 81 33,3 80

2 35,2 59 32,2 82 32 81

3 31,6 65 33,6 72 28,7 75

4 32 62 32,8 71 28,4 77

5 29 82 33,7 78 29,1 83

6 28,7 84 32,8 68 29,4 85

7 32 57 33,2 71 27,8 78

8 31,3 63 30,2 73 27,9 80

9 34 76 33,1 70 29 82

10 33 61 33,7 67 29,3 76

11 32 73 34,1 65 28,9 74

12 32,7 70 32 67 28,7 75

13 31,9 71 32,8 54 28,3 74

14 32,6 72 30,2 85 29,5 78

15 31,5 72 30,5 83 28,5 76

16 32,4 73 34 76 26,7 81

17 33 72 33,7 76 26,9 83

18 33 77 33,2 78 30,1 69

19 30,1 76 32 79 32,1 67

20 32 77 31,3 72 27 54

21 31,2 74 29 84 27,8 67

22 34 78 30,3 85 29,8 74

23 29,3 85 29,7 83 32 61

24 30,2 70 30 73 33 73

25 32 77 32,4 65 34,3 71

26 31 68 32 69 32,8 64

27 28,7 83 31 83 32,3 67

28 27,9 83 33,5 72 34 58

29 29 76 35 63 28 79

30 31 68 34,8 62 29,4 78

31

33 82

32 69

Universitas Sumatera Utara

Page 61: INVENTARISASI DAN POTENSI PARASITOID TELUR PENGGEREK

50

Lampiran 15. Data Suhu dan kelembapan di Desa Cahaya Pardomuan

Tanggal

Maret April Mei

Suhu

(°C)

Kelembapan

(%)

Suhu

(°C)

Kelembapan

(%)

Suhu

(°C)

Kelembapan

(%)

1 34 67 29,8 78 32,9 73

2 32 71 25 79 33,9 72

3 33 73 30 75 25 76

4 33,8 69 27 74 29 78

5 30,1 62 31 74 28,7 80

6 32,8 72 32,5 76 27,9 82

7 31,9 73 32,2 72 29,4 78

8 30,8 75 28 78 30,2 76

9 32,4 70 33 71 30,1 76

10 31,8 73 32,4 72 29,8 79

11 31,6 70 31 73 30,3 77

12 32,8 68 28 79 30 78

13 32,9 72 28,7 78 29 79

14 33,1 72 29 78 28,8 80

15 32,9 71 30,3 76 29,6 78

16 31,7 73 31,9 76 32,8 76

17 32 70 32,8 74 31,9 75

18 33,1 69 30,3 76 30,9 77

19 33 69 34,6 69 33 73

20 35 64 32,7 73 29 80

21 34 62 31,9 74 28 82

22 32,1 63 32,8 73 28,7 81

23 33,5 64 29,8 78 32,7 72

24 34 65 30,1 78 32,9 72

25 33,8 71 31,8 75 34 70

26 32,8 70 32,7 74 30,6 79

27 32 70 31,4 76 30,1 80

28 33,6 72 32,6 77 32,3 79

29 34,2 69 32 76 29,8 80

30 32 70 33 74 28 82

31 31 70

30,3 79

Universitas Sumatera Utara

Page 62: INVENTARISASI DAN POTENSI PARASITOID TELUR PENGGEREK

51

Lampiran 16. Data Suhu dan kelembapan di Desa Air Hitam

Tanggal

Maret April Mei

Suhu

(°C)

Kelembapan

(%)

Suhu

(°C)

Kelembapan

(%)

Suhu

(°C)

Kelembapan

(%)

1 32,1 81 34 67 29,6 78

2 32,2 82 32 71 32,8 76

3 33,6 72 33 73 31,9 75

4 32,8 71 33,8 69 30,9 77

5 33,7 78 35,1 62 33 73

6 32,8 68 32,8 72 29 80

7 33,2 71 31,9 73 28 82

8 30,2 73 30,8 75 28,7 81

9 33,1 70 32,4 70 32,7 72

10 33,7 67 31,8 73 32,9 72

11 34,1 65 33,6 70 34 70

12 32 67 33,8 68 30,6 79

13 32,8 54 32,9 72 30,1 80

14 30,2 85 33,1 72 32,3 79

15 30,5 83 32,9 71 29,8 80

16 34 76 31,7 73 28 82

17 33,7 76 32 70 30,3 79

18 33,2 78 33,1 69 33,3 80

19 32 79 33 69 32 81

20 31,3 72 35 64 28,7 75

21 29 84 35,7 62 28,4 77

22 30,3 85 30,1 73 29,1 83

23 29,7 83 37,5 64 29,4 85

24 30 73 31,3 65 27,8 78

25 32,4 65 33,8 71 27,9 80

26 32 69 32,8 70 29 82

27 31 83 32 70 29,3 76

28 33,5 72 33,6 72 28,9 74

29 35 63 34,2 69 28,7 75

30 33,8 62 32 70 28,3 74

31 31 70

29,5 78

Universitas Sumatera Utara

Page 63: INVENTARISASI DAN POTENSI PARASITOID TELUR PENGGEREK

52

Lampiran 17. Data rata-rata jumlah hari hujan dan curah hujan Kecamatan Lima

Puluh Kabupaten Batu Bara Maret s/d Mei 2019

Keterangan: Hujan ringan = 0.1 s/d 20 mm/hari

Hujan sedang = 21 s/d 50 mm/hari

Hujan Lebat = 51 s/d 100 mm/hari

Hujan sangat lebat > 100 mm/hari

Bulan Hari hujan (hari) Curah hujan (mm)

Maret 6 hari 46 mm

April 8 hari 81 mm

Mei 6 hari 109 mm

Universitas Sumatera Utara