isi case tumor sinonasal
TRANSCRIPT
-
7/22/2019 Isi Case Tumor Sinonasal
1/30
TINJAUAN PUSTAKA
1. DEFINISI
Karsinoma sinonasal adalah penyakit di mana kanker (ganas) sel ditemukan dalam jaringan
sinus paranasal dan jaringan sekitar hidung.8
2. ANATOMI
Kavum nasi berbentuk terowongan dari depan ke belakang, dipisahkan oleh septum nasi di
bagian tengahnya menjadi kavum nasi kanan dan kiri. 2,3
1. Septum Nasi
Septum nasi dibentuk oleh tulang dan tulang rawan. Dilapisi oleh perikondrium pada bagian
tulang rawan dan periosteum pada bagian tulang, sedangkan di luarnya dilapisi juga dengan
mukosa nasal.2,3
Bagian tulang terdiri dari :
Lamina perpendikularis os etmoid
Lamina perpendikularis os etmoid terletak pada bagian supero-posterior dariseptum nasi dan
berlanjut ke atas membentuk lamina kribriformis dan krista gali.
Os vomer
Os vomer terletak pada bagian postero-inferior. Tepi belakang os vomer merupakan ujung
bebas dari septum nasi.
Krista nasalis os maksila
Tepi bawah os vomer melekat pada krista nasalis os maksila dan os palatina.
Krista nasalis palatine
1
-
7/22/2019 Isi Case Tumor Sinonasal
2/30
Bagian tulang rawan terdiri dari :
Kartilago septum (kartilago kuadrangularis)
Kartilago septum melekat dengan erat pada os nasal, lamina perpendikularis osetmoid, os
vomer dan krista nasalis os maksila oleh serat kolagen.
Kolumela
Kedua lubang berbentuk elips disebut nares, dipisahkan satu sama lain oleh sekat tulang
rawan dan kulit yang disebut kolumela.
2. Pembuluh Darah
Bagian postero-inferior septum nasi diperdarahi oleh arteri sfenopalatina yangmerupakan
cabang dari arteri maksilaris (dari a,karotis eksterna). Septum nasi bagian antero-inferior
diperdarahi oleh arteri palatina mayor (juga cabang dari a.maksilaris)yang masuk melalui
kanalis insisivus. Arteri labialis superior (cabang dari a.fasialis)memperdarahi septum bagian
anterior mengadakan anastomose membentuk fleksusKiesselbach yang terletak lebih
superfisial pada bagian anterior septum. Daerah inidisebut juga Littles area yang merupakan
sumber perdarahan pada epistaksis. Arterikarotis interna memperdarahi septum nasi bagian
superior melalui arteri etmoidalisanterior dan superior. Vena sfenopalatina mengalirkan darah
balik dari bagian posterior septum ke fleksus pterigoideus dan dari bagian anterior septum ke
vena fasialis. Padasuperior vena etmoidalis mengalirkan darah melalui vena oftalmika yang
berhubungandengan sinus sagitalis superior. 2,3
3. Sinus Paranasal
Sinus paranasal adalah rongga-rongga di dalam tulang kepala yang terletak di sekitar nasal
dan mempunyai hubungan dengan kavum nasi melalui ostiumnya. Terdapat empat pasang
sinus paranasal, yaitu sinus frontalis, sfenoidalis, etmoidalis, dan maksilaris.Sinus maksilaris
2
-
7/22/2019 Isi Case Tumor Sinonasal
3/30
dan etmoidalis mulai berkembang selama dalam masa kehamilan. Sinusmaksilaris
berkembang secara cepat hingga usia tiga tahun dan kemudian mulai lagi saatusia tujuh tahun
hingga 18 tahun dan saat itu juga air-cell ethmoid tumbuh dari tiga atauempat sel menjadi 10-
15 sel per sisi hingga mencapai usia 12 tahun. 2,3
Sinus maksilaris adalah sinus paranasal pertama yang mulai berkembang dalam janin
manusia. Sinus ini mulai berkembang pada dinding lateral nasal sekitar hari65 kehamilan.
Sinus ini perlahan membesar tetapi tidak tampak pada foto polossampai bayi berusia 4-5
bulan. Pertumbuhan dari sinus ini bifasik dengan periode pertama di mulai pada usia tiga
tahun dan tahap kedua di mulai lagi pada usia tujuh hingga 12 tahun. Selama tahap kedua ini,
pneumatisasi meluas secaramenyamping hingga dinding lateral mata dan bagian inferior ke
prosesusalveolaris bersamaan dengan pertumbuhan gigi permanen. Perluasan lambat darisinus
maksilaris ini berlanjut hingga umur 18 tahun dengan kapasitasnya padaorang dewasa rata-
rata 14,75 ml. Sinus maksilaris mengalirkan sekret ke dalammeatus media.2,3
Sel etmoid mulai berkembang dalam bulan ketiga pada proses perkembangan janin. Sinus
etmoidalis anterior merupakan evaginasi dari dinding lateral nasaldan bercabang ke samping
dengan membentuk sinus etmoidalis posterior danterbentuk pada bulan keempat kehamilan.
Saat dilahirkan sel ini diisi oleh cairansehingga sukar untuk dilihat dengan rontgen. Saat usia
satu tahun sinus etmoidalis baru bisa dideteksi melalui foto polos dan setelah itu membesar
dengan cepathingga usia 12 tahun. Sinus etmoidalis anterior dan posterior ini dibatasi
olehlamina basalis. Jumlah sel berkisar 4-17 sel pada sisi masing-masing dengan totalvolume
rata-rata 14-15 ml. Sinus etmoidalis anterior mengalirkan sekret ke dalammeatus media,
sedangkan sinus etmoidalis posterior mengalirkan sekretnya kedalam meatus superior.
Menurut Kennedy, diseksi sel-sel etmoid anterior dan posterior harus dilakukan dengan hati-
3
-
7/22/2019 Isi Case Tumor Sinonasal
4/30
hati karena terdapat dua daerah rawan.Daerah pertama adalah daerah arteri etmoid anterior
yang merupakan cabangarteri oftalmika, terdapat di atap sinus etmoidalis dan membentuk
batas posterior resesus frontal. Arteri ini berada pada dinding koronal yang sama dengan
dindinganterior bula etmoid. Daerah yang kedua adalah variasi anatomi yang disebutdengan
sel onodi. Sel onodi adalah sel udara etmoid posterior yang berpneumatisasi ke postero-lateral
atau postero-superior terhadap dinding depansinus sfenoidalis dan melingkari nervus optikus
dan dapat dikira sebagai sinus sfenoidalis. 2,3
Sinus frontalis mulai berkembang sepanjang bulan keempat kehamilan,merupakan satu
perluasan ke arah atas dari sel etmoidal anterosuperior. Sinusfrontalis jarang tampak pada
pemeriksaan foto polos sebelum umur lima atauenam tahun setelah itu perlahan tumbuh, total
volume 6-7 ml. Pneumatisasi sinusfrontalis mengalami kegagalan pengembangan pada salah
satu sisi sekitar 4-15% populasi. Sinus frontalis mengalirkan sekretnya ke dalam resesus
frontalis.2,3
Sinus sfenoidalis mulai tumbuh sepanjang bulan keempat masa kehamilan yangmerupakan
evaginasi mukosa dari bagian superoposterior kavum nasi. Sinus ini berupa suara takikan kecil
di dalam os sfenoid sampai umur tiga tahun ketikamulai pneumatisasi lebih lanjut,
Pertumbuhan cepat untuk mencapai tingkat sellatursika pada umur tujuh tahun dan menjadi
ukuran orang dewasa setelah umur 18tahun, total volume 7,5 ml. Sinus sfenoidalis
mengalirkan sekretnya ke dalammeatus superior bersama dengan etmoid posterior. Mukosa
sinus terdiri dariciliated pseudostratified, columnar epithelial cell, sel Goblet, dan kelenjar
submukosa menghasilkan suatu selaput lendir bersifat melindungi. Selaput lendir mukosa ini
akan menjerat bakteri dan bahan berbahaya yang dibawa oleh silia, kemudian
mengeluarkannya melalui ostium dan ke dalam nasal untuk dibuang. 2,3
4
-
7/22/2019 Isi Case Tumor Sinonasal
5/30
3. EPIDEMIOLOGI
Tumor hidung dan sinus paranasal pada umumnya jarang ditemukan, baik yang jinak maupun
yang ganas. Di Indonesia dan di luar negeri, kekerapan jenis yang ganas hanya sekitar 1 %dari
keganasan seluruh tubuh atau 3% dari seluruh keganasan di kepala dan leher.4
Tumor sinonasal ini lebih umum di Asia dan Afrika dari pada di AmerikaSerikat. Pria yang
terkena 1,5 kali lebih sering dibandingkan wanita, dan 80% dari tumor ini terjadi pada orang
berusia 45-85 tahun. Sekitar 60-70% dari keganasan sinonasal terjadi pada sinus maksilaris
dan 20-30% terjadi pada rongga hidung sendiri. Diperkirakan 10-15% terjadi pada sel-sel
udara ethmoid (sinus), dengan minoritas sisa neoplasmaditemukan di sinus frontal dan
sphenoid.3
4. ETIOLOGI
Etiologi tumor ganas sinonasal belum di ketahui, tetapi di duga beberapa zat kimiaatau bahan
industri merupakan penybab antara lain nikel, debu kayu, kulit, formaldehid,kromium, minyak
isosopril, dan lain-lain. Pekerja di bidang ini mendapat kemungkinanterjadi keganasan
sinonasal jauh lebih besar. Banyak laporan mengenai kasusadenokarsinoma sinus etmoid pada
pekerja-pekerja industri penggergajian kayu, danpembuatan mebel. Alkohol, asap rokok,
makanan yang di asin atau di asap di dugameningkatkan kemungkinan terjadi keganasan,
sebaliknya buah-buahan dan sayuran mengurangi kemungkinan terjadi keganasan.4
Paparan yang terjadi pada pekerja industri kayu, terutama debu kayu keras, merupakan faktor
resiko utam untuk tumor ganas sinonasal. Efek paparan ini mulai timbul setelah 40 tahun atau
lebih sejak pertama kali terpapar dan menetap setelah penghentian paparan. Paparan terhadap
thorotrast, agen kontras radioaktif juga menjadi faktor resiko tambahan.5
5
-
7/22/2019 Isi Case Tumor Sinonasal
6/30
5. KLASIFIKASI
a. Tumor Jinak
Tumor jinak tersering adalah papiloma skuamosa. Secara makroskopis mirip dengan polip,
tetapi lebih vaskuler, padat dan tidak mengkilap. Ada 2 jenis papiloma, pertama eksofitik atau
fungiform dan yang kedua endofitik disebut papiloma inverted. Papiloma inverted ini bersifat
sangat invasive, dapat merusak jaringan sekitarnya. Tumor ini sangat cenderung untuk residif
dan dapat berubah menjadi ganas. Lebih sering dijumpai pada anak laki-laki usia tua.Terapi
adalah bedah radikal misalnya rinotomi lateral atau maksilektomi medial.4
Tumor jinak angiofibroma nasofaring sering bermanifestasi sebagai massa yang
mengisirongga hidung bahkan juga mengisi seluruh rongga sinus paranasal dan mendorong
bola mata keanterior.4
b. Tumor Ganas
Tumor ganas yang tersering adalah karsinoma sel skuamosa (70%), disusul olehkarsinoma
yang berdeferensiasi dan tumor kelenjar. Sinus maksila adalah yang tersering terkena(65-
80%), disusul sinus etmoid (15-25%), hidung sendiri (24%), sedangkan sinus sphenoid
danfrontal jarang terkena.4
Metastasis ke kelenjar leher jarang terjadi (kurang dari 5%) karena rongga sinus sangatmiskin
dengan system limfa kecuali bila tumor sudah menginfiltrasi jaringan lunak hidung dan pipi
yang kaya akan system limfatik.Metastasis jauh juga jarang ditemukan (kurang dari 10%)dan
organ yang sering terkena metastasis jauh adalah hati dan paru.4
6
-
7/22/2019 Isi Case Tumor Sinonasal
7/30
Pembagian sistem TNM menurut Simson
sebagai berikut:
T : Tumor.
T1 :
a. Tumor pada dinding anterior antrum.
b. Tumor pada dinding nasoantral inferior.
c. Tumor pada palatum bagian anteromedial.
T2 :
a. Invasi ke dinding lateral tanpa mengenai otot.
b. Invasi ke dinding superior tanpa mengenai orbita.
T3 :
a. Invasi ke m. pterigoid.
b. Invasi ke orbita
c. Invasi ke selule etmoid anterior tanpa mengenai lamina kribrosa
d. Invasi ke dinding anterior dan kulit diatasnya.
T4 :
a. Invasi ke lamina kribrosa.
b. Invasi ke fosa pterigoid.
c. Invasi ke rongga hidung atau sinus maksila kontralateral.
d. Invasi ke lamina pterigoid.
e. Invasi ke selule etmoid posterior.
f. Ekstensi ke resesus etmo-sfenoid
7
-
7/22/2019 Isi Case Tumor Sinonasal
8/30
N : Kelenjar getah bening regional.
N1 :
Klinis teraba kelenjar, dapat digerakkan.
N2 :
Tidak dapat digerakkan.
M : Metastasis.
M1 :
Stadium dini, tumor terbatas di sinus.
M2 :
Stadium lanjut, tumor meluas ke struktur yang berdekatan.
7. MANIFESTASI KLINIS4
Tergantung dari perluasan tumor, gejala dapat di katagorikan sebagai berikut:
a. Gejala Nasal
Gejala nasal berupa obstruksi hidung unilateral dan rinorea. Sekretnya sering bercampur darah
atau terjadi epistaksis. Tumor yang besar dapat mendesak tulanghidung sehingga terjadi
defornitas hidung. Khas pada tumor ganas ingusnya berbaukarena mengandung jaringan
nekrotik.
b. Gejala Orbital
Perluasan tumor ke arah orbita menimbulkan gejala diplopia, proptosis, ataupeninjilan bola
mata, oftalmoplegia, gangguan visus, dan epifora.
8
-
7/22/2019 Isi Case Tumor Sinonasal
9/30
c. Gejala Oral
Perluasan tumor ke rongga mulut menyebabkan penonjolan atau ulkus di palatum ataudi
prosessus alveolaris. Pasien mengeluh gigi palsunya tidak pas lagi atau gigi geligigoyah.
Seringkali pasien datang ke dokter gigi karena nyeri di gigi, tetapi tidak sembuh meskipun
gigi yang sakit tlah di cabut.
d. Gejala Fasial
Perluasan tumor ke depan akan menyebabkan penonjolan pipi. Di sertai nyeri,anastesia atau
parastesia muka jika mengenai nervus trigeminus.
e. Gejala Intrakranial
Perluasan tumor ke intrakranial menyebabkan sakit kepala hebat, oftalmoplegia dangangguan
visus. Dapat di sertai likourea, yaitu cairan otak yang keluar melaluihidung. Jika perluasan
sampai ke fossa kranii media maka saraf-saraf kranial lainnyayang terkena. Jika tumor meluas
ke belakang, terjadi trismus akibat terkenanyamuskulus pterigoideus di sertai anastesia dan
parastesi daerah yang di persyarafinervus maksilaris dan mandibularis.
8. PEMERIKSAAN FISIK1
Saat memeriksa pasien, pertama-tama perhatikan wajah pasien apakah terdapat asimetriatau
tidak. Jika ada proptosis perhatikan arah perdorongan bola mata. Jika mata terdorong ke atas
berarti tumor berasal dari sinus maksila, jika ke bawah dan lateral berarti tumor berasal dari
sinus frontal atau ethmoid.
Selanjutnya periksa dengan seksama kavum nasi dan nasofaring melalui rinoskopi anterior
dan posterior. Permukaan yang licin merupakan pertanda tumor jinak sedangkan permukaan
yang berbenjol-benjol, rapuh dan mudah berdarah merupakan pertanda tumor ganas. Jika
9
-
7/22/2019 Isi Case Tumor Sinonasal
10/30
dinding lateral kavum nasi terdorong ke medial berarti tumor berada di sinus maksila. Untuk
memeriksa rongga oral, di samping inspeksi lakukanlah palpasi dengan memakai sarung
tangan, palpasi gusi rahang atas dan palatum, apakah ada n yeri tekan, penonjolan atau gigi
goyah.
Pemeriksaan nasoendoskopi dan sinuskopi dapat membantu menemukan tumor pada stadium
dini. Adanya pembesaran kelenjar leher juga perlu dicari meskipun tumor ini jarang
bermetastasis ke kelenjar leher.
9. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Radiologic imaging
Foto polos berfungsi sebagai diagnosis awal terutama jika ada erosi tulang dan perselubungan
padat unilateral.4
b. CT Scan
Computed tomography (CT) scan lebih akurat daripada plain film untuk menilai struktur
tulang sinus paranasal dan lebih murah daripada plain film. Pasien beresiko tinggi dengan
riwayat terpapar karsinogen, nyeri persisten yang berat,neuropati kranial, eksoftalmus,
kemosis, penyakit sinonasal dan dengan simtomp persisten setelah pengobatan medis yang
adekuat seharusnya dilakukan pemeriksaandengan CT scan axial dan coronal dengan kontras
atau magnetic resonance imaging(MRI). CT scanning merupakan pemeriksaan superior untuk
menilai batas tulangtraktus sinonasal dan dasar tulang tengkorak. Penggunaan kontras
dilakukan untuk menilai tumor, vaskularisasi dan hubungannya dengan arteri carotid.4,3
c. MRI
10
-
7/22/2019 Isi Case Tumor Sinonasal
11/30
MRI dipergunakan untuk membedakan sekitar tumor dengan soft tissue,membedakan sekresi
di dalam nasal yang tersumbat dari space occupying lesion,menunjukkan penyebaran
perineural, membuktikan keunggulan imaging padasagital plane, dan tidak melibatkan
paparan terhadap radiasi ionisasi. Coronal MRI image terdepan untuk mengevaluai foramen
rotundum, vidian canal, foramen ovaledan optic canal. Sagital image berguna untuk
menunjukkan replacement signal berintensitas rendah yang normal dari Meckel cave signal
berintensitas tinggi darilemak di dalam pterygopalatine fossa oleh signal tumor yang mirip
dengan otak.4,3
10. DIAGNOSIS4
Diagnosis pasti di tegakkan berdasarkan pemeriksaan histopatologi. Jika tumor tampak di
rongga hidung atau rongga mulut, maka biopsi mudah dan harus di lakukan. Biopsi tumor
sinus maksila, dapat di lakukan melalui tindakan sinoskopi atau melalui operasiCaldwell-Luc
yang insisinya melalui sukus ginggivo-bukal. Jika di curigai tumor vaskuler, misalnya
hemangioma atau angiofibroma, jangan lakukan biopsi karena akan sangat sulit menghentikan
perdarahan yang terjadi. Diagnosis dapat di tegakkan dengan pemeriksaan angiografi.
11. TERAPI1
a. Bedah
Mungkin diperlukan untuk menghilangkan bagian dari rongga hidung atau sinus paranasal
pada setiap tahap penyakit ini. Juga, beberapa diseksi kelenjar getah beningmungkin
diperlukan di leher, tergantung pada pementasan dan grading.Dapatdikombinasikan dengan
radioterapi di setiap tahap, tergantung pada jenis kanker dan lokasinya.
11
-
7/22/2019 Isi Case Tumor Sinonasal
12/30
b. Kemoterapi
Biasanya diperuntukkan untuk tahap III dan IV penyakit. Selain terapi lokal, upaya terbaik
untuk mengendalikan sel-sel kanker beredar dalam tubuh adalahdengan menggunakan terapi
sistemik (terapi yang mempengaruhi seluruh tubuh) dalam bentuk suntikan atau obat oral.
Bentuk pengobatan, yang disebut kemoterapi, diberikandalam siklus (setiap obat atau
kombinasi obat-obatan biasanya diberikan setiap tigasampai empat minggu). Kemoterapi juga
dapat digunakan dalam kombinasi denganoperasi, radioterapi, atau keduanya.Pada garis depan
penelitian kanker kepala dan leher, biologi molekuler dan terapi genmenyediakan wawasan
baru ke dalam mekanisme dasar kanker usul dan pengobatan. Deteksi berbagai onkogen (gen
yang dapat menyebabkan pembentukantumor) di kepala dan kanker leher juga maju dengan
cepat.Percobaan terapi gen, masihdalam tahap awal pada 2001, juga memperkenalkan bahan
genetik untuk membantusistem kekebalan tubuh mengenali sel kanker.
c. Radioterapi
Terapi radiasi juga disebut, radioterapi kadang-kadang digunakan sendiri pada tahap I dan
penyakit II, atau dalam kombinasi dengan operasi dalam setiap tahap penyakit.Pada tahap
awal kanker sinus paranasal, radioterapi dianggap sebagai terapilokal alternatif untuk operasi.
Radioterapi melibatkan penggunaan energi tinggi, penetrasi sinar untuk menghancurkan sel-
sel kanker di zona diobati. Terapi radiasi jugadigunakan untuk paliatif (kontrol gejala) pada
pasien dengan kanker tingkatlanjut. Teleterapi (radiasi eksternal) diberikan melalui mesin
remote dari tubuhsementara radiasi internal (brachytherapy) diberikan dengan menanamkan
sumber radioaktif ke dalam jaringan kanker. Pasien mungkin atau mungkin tidak
12
-
7/22/2019 Isi Case Tumor Sinonasal
13/30
memerlukankedua jenis radiasi. Radioterapi biasanya memakan waktu hanya lima sampai
sepuluh menit per hari, lima hari seminggu selama sekitar enam minggu, tergantung pada
jenisradiasi yang digunakan.
12. KOMPLIKASI3
Komplikasi mengobati keganasan sinus berhubungan dengan pembedahan dan rekonstruksi.
Komplikasi bedah termasuk perdarahan klinis signifikan, kebocoran LCS, infeksi,anosmia,
dysgeusia, dan kerusakan saraf kranial lainnya.
a. Perdarahan
Perdarahan dapat terjadi jika kontrol dari kapal besar yang terlupakan. Masalah ini
dapatterjadi jika arteri pada awalnya di vasospasme dan jika tidak ada perdarahan aktif di catat
sampai setelah operasi. Arteri ethmoid dan sphenopalatina anterior dan posterior dapatdibakar,
dipotong, atau diikat untuk mencegah atau mengendalikan perdarahan. Jikadiperlukan,
radiologi intervensi dapat diminta untuk membantu dengan intra-arterimelingkar untuk
mengontrol perdarahan.
b. Kebocoran LCS
Selama operasi, kebocoran LCS dapat terjadi dekat dasar tengkorak. Manajemen yangtepat
dimulai dengan identifikasi.Gejala mungkin termasuk Rhinorrhea jelas, rasa asin dimulut,
tanda halo, atau tanda reservoir. Setelah mencatat, identifikasi kebocoran dapatdibuat
endoskopi atau dengan injeksi intratekal dari fluorecin. Tes, seperti tes untuk tauatau beta
transferin, mungkin yang paling spesifik, tapi mungkin butuh beberapa hariuntuk hasil untuk
diproses.Manajemen konservatif dengan istirahat dan menguras lumbal dapat digunakan untuk
5 hari pertama di samping penempatan pada antibiotik. Jika resolusi tidak terjadi,intervensi
13
-
7/22/2019 Isi Case Tumor Sinonasal
14/30
bedah harus digunakan, termasuk menambal dengan allograft kulit, tulangturbinate, dan
mukosa hidung. Flaps mukosa dapat dinaikkan dan digunakan untuk menutup kebocoran
dengan tulang atau tulang rawan interpositioned. Untuk kebocoran besar, menguras tulang
belakang mungkin diperlukan untuk memungkinkan cangkok danteknik penyegelan untuk
memperkuat dan mengintegrasikan.
c. Epifora
Epiphora adalah komplikasi umum dari operasi yang disebabkan oleh obstruksi padasaluran
keluar lacrimalis. Hal ini dapat terjadi karena kerusakan pada puncta lacrimalis,karung, atau
saluran.Perawatan harus diambil untuk marsupialize duktus lakrimal jikaterkoyak atau rusak
dalam operasi untuk mencegah obstruksi.Tindak lanjutdacryocystorhinostomy endoskopik
atau terbuka mungkin diperlukan.
d. Diplopia
Diplopia adalah komplikasi yang dikenal dalam setiap operasi yang melibatkan kerucut
orbital. Perbaikan yang tepat dari lantai orbital adalah kunci untuk mencegah komplikasiini,
tetapi dalam beberapa kasus itu tidak dapat dihindari bahkan dengan telitirekonstruksi. Dalam
kasus diplopia, lensa prisma biasanya metode yang paling sederhanauntuk koreksi, sebagai
koreksi bedah dengan oftalmologi dapat rumit oleh jaringan parutdari operasi sebelumnya dan
pengobatan radiasi. Konsultasi Oftalmologi adalah standar perawatan.
13. PROGNOSIS
Tingkat ketahanan hidup bagi pasien dengan rata-rata kanker sinus maksilaris sekitar 40%
selama 5 tahun. Tahap awal tumor memiliki angka kesembuhan hingga 80%. Pasien dengan
tumor dioperasi diobati dengan radiasi memiliki tingkat kelangsungan hidup kurang dari20%.
14
-
7/22/2019 Isi Case Tumor Sinonasal
15/30
Tingkat ketahanan hidup untuk tumor ethmoid telah sedikit meningkat karena kemajuan
ditengkorak-basis operasi.3
15
-
7/22/2019 Isi Case Tumor Sinonasal
16/30
DAFTAR PUSTAKA
1. Paranasal Sinus Cancer Gale Encyclopedia of Cancer | 2002 | Slomski, Genevieve | 700+
wor d diunduhdari : http://www.encyclopedia.com/doc/1G2-3405200357.html
2. L . Adams, George, MD et all. BOEIS Buku Ajar Penyakit THT : edisi 6, Jakarta :Penerbit
Buku Kedokteran
3. Tumor Sinonasal , diunduh darihttp://emedicine.medscape.com/article/847189-
overview#showall
4. Arsyad efiaty dkk, 2007, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung TenggorokanKepala
& Leher: edisi 6, Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
5. Malignant Tumor of the Nasal Cavity, diunduh dari
http://emedicine.medscape.com/article/846995-overview#showall
16
-
7/22/2019 Isi Case Tumor Sinonasal
17/30
ILUSTRASI KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. BH
Umur : 55 tahun
MR : 778031
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Buruh Tani
Suku Bangsa : Minang
Alamat : Desa Rumah Padang, Kecamatan Salak
ANAMNESIS
Seorang pasien laki-laki berumur 55 tahun dirawat di Bangsal THT RSUP DR.M Djamil
Padang pada tanggal 23 Agustus 2012 dengan :
Keluhan Utama :
Pasien datang dengan Post Ekstirpasi Ca kavum nasi stadium II ingin melakukan kemoterapi
yang ke-2
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien sebelumnya sudah dikenal menderita tumor dengan diagnosa Post Ekstirpasi
Ca kavum nasi stadium II pro kemoterapi yang ke-2.Pasien sudah pernah dirawat
sebelumnya pada tanggal 11 Juni 2012 dengan keluhan utama nyeri di hidung 3
bulan sebelum masuk rumah sakit.
17
-
7/22/2019 Isi Case Tumor Sinonasal
18/30
Awalnya pasien merasa nyeri di hidung, nyeri menjalar hingga ke leher bagian
belakang.Hidung terasa tersumbat dan terlihat makin membesar serta berubah
bentuk. Keluar cairan bening, kadang bercampur darah dari hidung 3 bulan sebelum
masuk rumah sakit yang pertama kali, dan berlanjut kesulitan bernafas serta
penurunan penciuman. Tidak ada keluhan pada mata seperti melihat ganda, mata
kabur, atau penonjolan bola mata. Tidak ada keluhan nyeri pada rongga mulut atau
kesulitan membuka mulut. Tidak ada keluhan rasa nyeri atau kurang rasa pada
wajah maupun terlihat adanya penonjolan pipi
Pasien kemudian berobat ke RSUD Solok dan dirujuk ke RSUP Dr.M.Djamil
Pasien sudah menjalani operasi pengangkatan tumor pada tanggal 19 Juni
2012.Pasien sudah menjalani kemoterapi yang pertama pada tanggal 28 Juli 2012
Keluhan pasien sekarang pasien masih merasa kesulitan bernafas akibat masa di
hidung, keluar cairan terus menerus dari hidung disertai sedikit rasa nyeri.
Pasien mengeluhkan gangguan pendengaran berupa rasa penuh di telinga jika
pasien bersuara keras sejak 2 tahun sebelum masuk rumah sakit. Rasa nyeri di
telinga tidak ada.
Mual dan muntah tidak ada.
Batuk atau rasa sesak nafas tidak ada
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien sebelumnya sudah dikenal menderita tumor dengan diagnosa Ca kavum nasi stadium II
pro kemoterapi yang ke-2.Pasien sudah pernah dirawat sebelumnya pada tanggal 11 Juni 2012
18
-
7/22/2019 Isi Case Tumor Sinonasal
19/30
Riwayat Penyakit Keluarga :
Tidak ada anggota keluarga yang menderita tumor pada hidung atau tumor pada anggota
tubuh yang lain
Riwayat Pekerjaan, Sosial, Ekonomi, dan Kebiasaan:
Pasien merupakan seorang petani karet. Pasien memiliki kebiasaan merokok 2 bungkus/hari
selama sekitar 40 tahun namun sudah berhenti 4 bulan yang lalu. Pasien tidak memiliki
kebiasaan meminum alkohol, jarang mengkonsumsi ikan asin.
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : CMC
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Frekuensi nadi : 84 x/menit
Frekuensi nafas : 20 x/menit
Suhu : 37 C
Pemeriksaan sistemik
Kepala : tidak ada kelainan
Mata : Konjungtiva : Tidak Anemis
Sklera : Tidak Ikterik
Epifora (+)
Toraks : dalam batas normal
19
-
7/22/2019 Isi Case Tumor Sinonasal
20/30
Jantung : dalam batas normal
Abdomen : hepar dan lien tidak teraba
Extremitas : tidak ada kelainan, edem (), refleks fisiologis (+/+), refleks patologis (-/-)
STATUS LOKALIS THT
Telinga
Pemeriksaan Kelainan Sinistra Dekstra
Daun Telinga
Kel. Kongenital - -
Trauma - -
Radang - -
Kel. Metabolik - -Nyeri tarik - -
Nyeri tekan - -
Dinding Liang
Telinga
Cukup lapang (N) Cukup lapang Cukup lapang
Sempit - -
Hiperemi - -
Edema - -
Massa - -
Sekret / Serumen
Bau - -
Warna - -
Jumlah - -
Jenis - -Membran Timpani
Utuh
Warna Putih Putih
Refleks cahaya - -
Bulging - -
Retraksi - -
Atrofi - -
Perforasi
Jumlah perforasi - -
Jenis - -
Kwadran - -
Pinggir - -
Gambar
Mastoid Tanda radang - -
Fistel - -
20
-
7/22/2019 Isi Case Tumor Sinonasal
21/30
Sikatrik - -
Nyeri tekan - -
Nyeri ketok - -
Tes Garpu tala
Rinne + +
Schwabach Sama dengan
pemeriksa
Memanjang
Weber Lateralisasi ke kiri
Kesimpulan Tuli Konduktif pada telinga kiri
Hidung
Pemeriksaan Kelainan
Hidung luar
Deformitas +
Kelainan congenital -
Trauma -Radang -
Massa + : benjolan dengan ukuran
0,5x1 cm , konsistensi padat,
permukaan tidak rata, batas
tegas, terfiksir, nyeri tekan(+)
Sinus Paranasal
Pemeriksaan Dextra SinistraNyeri tekan - -
Nyeri ketok - -
Rinoskopi Anterior
Vestibulum Vibrise + +
Radang - -
Kavum nasi Cukup lapang (N) - -
Sempit + +
Lapang - -
Sekret Lokasi Dasar hidung Seluruh kavum nasi
Jenis Hemoragik Serosa
Jumlah sedikit banyak
Bau - -
Konka inferior Ukuran Eutrofi Eutrofi
Warna Merah muda Merah muda
21
-
7/22/2019 Isi Case Tumor Sinonasal
22/30
Permukaan Licin Licin
Edema - -
Konka media Ukuran Eutrofi Eutrofi
Warna Merah muda Merah muda
Permukaan Licin Licin
Edema - -Septum Cukup lurus/deviasi Perforasi 1/3 anterior
Permukaan - -
Warna - -
Spina - -
Krista - -
Abses - -
Perforasi - -
Massa Lokasi - -
Bentuk - -
Ukuran - -
Permukaan - -Warna - -
Konsistensi - -
Mudah digoyang - -
Pengaruh
vasokonstriktor
- -
Gambar
Rinoskopi Posterior
Pemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra
Koana
Cukup lapang (N) Sulit dinilai Sulit dinilai
Sempit - -
Lapang - -
Mukosa
Warna Merah muda Merah muda
Edema - -Jaringan granulasi - -
Konkha superior
Ukuran Sulit dinilai Sulit dinilai
Warna - -
Permukaan - -
Edema - -
Adenoid Ada/tidak
Muara tuba Tertutup secret - -
22
-
7/22/2019 Isi Case Tumor Sinonasal
23/30
eustachius Edema mukosa - -
Massa
Lokasi - -
Ukuran - -
Bentuk - -
Permukaan - -
Post Nasal DripAda/tidak - -
Jenis - -
Gambar
Orofaring dan Mulut
Pemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra
Palatum mole +
Arkus faring
Simetris/tidak Simetris Simetris
Warna Merah muda Merah muda
Edema - -
Bercak/eksudat - -
Dinding Faring Warna Merah muda Merah muda
Permukaan Licin LicinTonsil Ukuran T1 T1
Warna Merah muda Merah muda
Permukaan Rata Rata
Muara kripti Tidak Melebar
Detritus Tidak Ada Tidak ada
Eksudat - -
Perlengketan dg
pilar
- -
Peritonsil Warna Merah muda
Edema - -Abses - -
Tumor Lokasi - -
Bentuk - -
Ukuran - -
Permukaan - -
Konsistensi - -
Gigi Karies/radiks Ada Ada
23
-
7/22/2019 Isi Case Tumor Sinonasal
24/30
Kesan Higiene kurang Higiene kurang
Lidah
Warna Merah muda Merah muda
Bentuk Normal Normal
Deviasi - -
Massa - -
Gambar
Laringoskopi Indirek
Pemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra
Epiglottis
Bentuk NormalWarna Merah muda
Edema -
Pinggir rata/tidak Rata
Massa -
Aritenoid
Warna merah muda Merah muda
Edema - -
Massa - -
Gerakan Sukar dinilai Sukar dinilai
Ventrikular Band
Warna merah muda merah muda
Edema - -
Massa - -
Plika Vokalis
Warna Tidak bisa dinilai Tidak bisa dinilai
Gerakan - -
Pinggir medial - -
Massa - -
Subglotis/tracheaMassa Tidak bisa dinilai Tidak bisa dinilai
Sekret ada/tidak - -
Sinus piriformisMassa - -
Sekret - -
ValekuleMassa - -
Sekret (jenisnya) - -
Gambar
24
-
7/22/2019 Isi Case Tumor Sinonasal
25/30
Pemeriksaan Kelenjar Getah Bening Leher
Pada inspeksi tidak terlihat pembesaran kelenjar getah bening leher.
Pada palpasi tidak teraba pembesaran kelenjar getah bening leher.
Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium ( 15 Agustus 2012)
Darah : Hb : 12,1 gr/dl
Leukosit : 5600/mm3 Na : 138 mg/dl
Trombosit : 476.000/mm3 K : 4,4 mg/dl
Hematokrit : 37 % Cl : 101 mg/dl
Gula Darah Sewaktu : 114 mg/dL
Protein : 6,6 g/dL SGOT: 15 u/L
Albumin : 3,7 g/dL SGPT : 12 u/L
Globulin : 2,9 g/dL Ureum : 26 mg/dL
Alkali Fosfatase : 111 u/L Kreatinin : 1,2 mg/dL
Kesan : Dalam batas normal
2. Pemeriksaan Radiologis
a. Rontgen Thoraks (11 - 6- 2012)
Kesan : Cor dan Pulmo dalam batas normal, tidak ada pulmonary metastase
b. CT-Scan SPN (11-6-2012)
Kesan : soft tissue regio ala nasi sisi kanan dengan perluasan ke cavum nasi (anterior
sisi kanan)
3. Pemeriksaan patologi anatomi (27 Juni 2012)
25
-
7/22/2019 Isi Case Tumor Sinonasal
26/30
Kesan : Schneiderian papiloma dengan bagian squamous cell ca keratinized well
differentiated
4. Pemeriksaan Audiometri ( 26 Juli 2012)
AC BC
Kanan 45 43
Kiri 68 45
Kesan : Telinga Kanan : Tuli sensori neural derajat sedang
Telinga Kiri : Tuli campuran derajat sedang berat
Diagnosis Kerja : Post Ekstirpasi Karsinoma cavum nasi stadium II ( T2N0M0) pro
kemo ke 2
Diagnosis Tambahan : Tuli sensori neural AD derajat sedang dan tuli campuran AS derajat
sedang berat
Diagnosis Banding : -
Pemeriksaan Anjuran : -
Terapi : - Ambroxol 3x1
- Ciprofloxasin 2x500 mg
- Rhinofed 3x1
- Kemoterapi dengan Cisplatin dan Paxlitaxel
Prognosis :
Quo ad Vitam : dubia et bonam
Quo ad Sanam: dubia et malam
26
-
7/22/2019 Isi Case Tumor Sinonasal
27/30
RESUME
(DASAR DIAGNOSIS)
Anamnesis :
Pasien akan melakukan kemoterapi ke-2
Nyeri dan masa pada hidung. Hidung terasa tersumbat dan mengeluarkan ingus bening
kadang bercampur darah
Gangguan penciuman dan kesulitan bernafas(+)
Telinga terasa penuh
Pasien sudah dikenal menderita Ca kavum nasi dan sudah melakukan kemoterapi
terakhir 3 minggu yang lalu
Pasien memiliki kebiasaan merokok 2 bungkus/ hari sejak usia 15 tahun dan baru
berhenti 4 bulan yang lalu
Pemeriksaan Fisik :
Kavum nasi kanan dan kiri tampak sempit dengan adanya sekret serosa di kavum nasi
kiri dan hemoragik di kavum nasi kanan
Tampak masa di hidung kanan
Pemeriksaan Penunjang
27
-
7/22/2019 Isi Case Tumor Sinonasal
28/30
1.Pemeriksaan radiologis
a. Rontgen Thoraks (11 - 6- 2012)
Kesan : Cor dan Pulmo dalam batas normal, tidak ada pulmonary metastase
b. CT-Scan SPN (11-6-2012)
Kesan : soft tissue regio ala nasi sisi kanan dengan perluasan ke cavum nasi (anterior
sisi kanan)
2. Pemeriksaan patologi anatomi (27 Juni 2012)
Kesan : Schneiderian papiloma dengan bagian squamous cell ca keratinized well
differentiated
Diagnosis Kerja : Post Ekstirpasi Karsinoma Kavum nasi stadium II (T2N0M0) kemo
ke 2
Diagnosis Tambahan : Tuli sensorineural AD derajat sedang dan Tuli campuran AS
Diagnosis Banding : -
Pemeriksaan Anjuran : -
Terapi : - Ambroxol 3x1
- Ciprofloxasin 2x500 mg
- Rhinofed 3x1
- Kemoterapi dengan Cisplatin dan Paxlitaxel
Prognosis :
Quo ad Vitam : dubia et bonam
Quo ad Sanam: dubia et malam
28
-
7/22/2019 Isi Case Tumor Sinonasal
29/30
DISKUSI
Telah dilaporkan kasus seorang pasien laki-laki umur 55 tahun dengan diagnosis Post
Ekstirpasi Karsinoma kavum nasi stadium II jenis Schneiderian papiloma dengan bagian
squamous cell ca keratinized well differentiated. Diagnosis ditegakan dari anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
Pasien datang dengan keluhan prokemoterapi yang ke-2. Pasien telah di ekstirpasi.
Pasien mengeluh hidung terasa nyeri, tersumbat, ingus yang mengalir terus menerus, dan
kesulitan bernafas. Hal ini terjadi karena massa tumor yang membesar atau karena
pertumbuhan tumor pada nasal. Tidak ada gejala orbita seperti diplopia, proptosis atau
gangguan visus. Berdasarkan klasifikasi UICC dan AJCC pasien ini tergolong kedalam
karsinoma kavum nasi stadium II, dimana dijumpai invasi ke dinding lateral tanpa mengenai
otot atau invasi ke dinding superior tanpa mengenai orbita.Tidak ditemui pembesaran KGB
dan pemeriksaan penunjang yang telah dilakukan adalah pemeriksaan radiologis rontgen
thoraks tidak ada pulmonary metastase, dan tes fungsi hati tidak menunjukkan kelainan
(T2N0M0).
Pemeriksaan fisik yang menunjang diagnosis adalah pada pemeriksaan luar hidung
ditemukan benjolan dengan ukuran 0,5x1 cm , konsistensi padat, permukaan tidak rata, batas
29
-
7/22/2019 Isi Case Tumor Sinonasal
30/30
tegas, terfiksir, nyeri tekan(+). Rinoskopi anterior kavum nasi kanan dan kiri tampak sempit
dengan adanya sekret serosa di kavum nasi kiri dan hemoragik di kavum nasi kanan.
Pemeriksaan CT-Scan SPN menunjukkan kesan soft tissue regio ala nasi sisi kanan
dengan perluasan ke cavum nasi (anterior sisi kanan).Pemeriksaan patologi anatomi memiliki
kesan Schneiderian papiloma dengan bagian squamous cell ca keratinized well differentiated
Faktor resiko yang dijumpai pada pasien ini adalah adanya riwayat merokok yang
lama. Di dalam asap rokok sigaret terkandung suatu senyawa polisiklik aromatik hidrokarbon
yang merupakan bahan bersifat prekarsinogen. Sedang di dalam tubuh manusia terdapat
sistem ensim arilhidrokarbonhidroksilase yang mampu mengubah bahan prekarsinogen
(polisiklik aromatik hidrokarbon) menjadi karsinogen. Makin tinggi kadar kandungan AHH di
dalam tubuh seseorang, makin tinggi pula risiko untuk menderita karsinoma.
Penatalaksanaan terhadap pasien ini adalah ekstirpasi yang sudah dilakukan dan
dilanjutkan dengan pemberian kemoterapi sesuai dengan protap kemoterapi di bagian RSUP
M.Djamil Padang.