isolasi enterobacteriaceae patogen dari makanan berbumbu dan tidak berbumbu kunyit (curcuma longa...

23
Page 1 Jurnal Matematika dan Sains Vol. 7 No. 2, Oktober 2002, hal 43 – 52 43 Isolasi Enterobacteriaceae Patogen dari Makanan Berbumbu dan Tidak Berbumbu Kunyit ( Curcuma longa L. ) Serta Uji Pengaruh Ekstrak Kunyit ( Curcuma longa L. ) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Yang Diisolasi Ernin Hidayati 1) , Nuryati Juli 2) , dan Erly Marwani 2) 1) Jurusan Biologi, FMIPA Universitas Nahdlatul Wathan-Mataram 2) Departemen Biologi, FMIPA ITB-Bandung Diterima tanggal 17 November 2001, disetujui untuk dipublikasikan 16 Agustus 2002 Abstrak Telah dilakukan isolasi bakteri dari sampel makanan siap saji yang berbumbu kunyit dan tidak berbumbu kunyit. Isolasi terutama ditujukan terhadap bakteri Enterobacteriaceae patogen. Pengambilan sampel makanan dilakukan secara acak dari delapan warung nasi di salah satu pasar di Bandung Utara selama tiga musim berturut-turut dalam enam bulan. Selanjutnya dilakukan ekstrak rimpang kunyit (Curcuma longa L.) secara bertahap menggunakan tiga pelarut, yaitu n-heksan, etil asetat, dan etanol. Ekstrak yang diperoleh kemudian diuji pengaruhnya terhadap empat isolat bakteri terpilih dengan tiga metode pendekatan, yaitu metode Kirby Bauer, metode “cylinder”/”hole plate”, dan metode pengenceran (“dilution method”). Ditemukan delapan jenis bakteri yang sama, baik pada musim kemarau, peralihan, dan penghujan. Pada musim penghujan ditemukan juga empat jenis lainnya. Delapan diantaranya merupakan bakteri patogen. Frekuensi total ditemukannya bakteri pada sampel makanan berbumbu lebih rendah dibandingkan makanan tidak berbumbu. Pada uji pengaruh ketiga macam ekstrak terhadap empat isolat uji (Escherchia coli, Klebsiella pneumoniae, Pseudomonas aeruginosa, dan Staphylococcus aureus), ternyata ekstrak n-heksan konsentrasi 50.000 ppm dapat menghambat pertumbuhan Escherchia coli, Klebsiella pneumoniae dan Staphylococcus aureus yang ditumbuhkan pada medium padat, sedangkan dalam medium cair, konsentrasi 1000 ppm dapat menghambat keempat bakteri uji. Kata kunci : isolasi, patogen, Enterobacteriaceae, ekstrak Abstract An isolation of pathogenic Enterobacteriaceae bacteria has been done on spiced foods with turmeric and without turmeric ingredients. Food samples were taken randomly from 8 traditional food vendors at a traditional market in north Bandung during three seasons for 6 months. Next step was extraction of turmeric rhizome with sequential extraction method using n-hexane, ethyl acetate and ethanol. Those extracs were applied onto 4 chosen bacterial isolates using Kirby Bauer method, cylinder/hole plate method, and dilution method. There were 8 bacterial isolates

Upload: faridahmaksum

Post on 03-Oct-2015

31 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

isolasi bakteri patogen

TRANSCRIPT

Page 1

Jurnal Matematika dan SainsVol. 7 No. 2, Oktober 2002, hal 43 5243Isolasi Enterobacteriaceae Patogen dari Makanan Berbumbu danTidak Berbumbu Kunyit (Curcuma longa L.) Serta Uji Pengaruh Ekstrak Kunyit(Curcuma longa L.) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Yang DiisolasiErnin Hidayati1), Nuryati Juli2), dan Erly Marwani2)1)Jurusan Biologi, FMIPA Universitas Nahdlatul Wathan-Mataram2)Departemen Biologi, FMIPA ITB-BandungDiterima tanggal 17 November 2001, disetujui untuk dipublikasikan 16 Agustus 2002AbstrakTelah dilakukan isolasi bakteri dari sampel makanan siap saji yang berbumbu kunyit dan tidak berbumbu kunyit.Isolasi terutama ditujukan terhadap bakteri Enterobacteriaceae patogen. Pengambilan sampel makanan dilakukansecara acak dari delapan warung nasi di salah satu pasar di Bandung Utara selama tiga musim berturut-turutdalam enam bulan. Selanjutnya dilakukan ekstrak rimpang kunyit (Curcuma longa L.) secara bertahapmenggunakan tiga pelarut, yaitu n-heksan, etil asetat, dan etanol. Ekstrak yang diperoleh kemudian diujipengaruhnya terhadap empat isolat bakteri terpilih dengan tiga metode pendekatan, yaitu metode Kirby Bauer,metode cylinder/hole plate, dan metode pengenceran (dilution method). Ditemukan delapan jenis bakteriyang sama, baik pada musim kemarau, peralihan, dan penghujan. Pada musim penghujan ditemukan juga empatjenis lainnya. Delapan diantaranya merupakan bakteri patogen. Frekuensi total ditemukannya bakteri pada sampelmakanan berbumbu lebih rendah dibandingkan makanan tidak berbumbu. Pada uji pengaruh ketiga macam ekstrakterhadap empat isolat uji (Escherchia coli, Klebsiella pneumoniae, Pseudomonas aeruginosa, dan Staphylococcusaureus), ternyata ekstrak n-heksan konsentrasi 50.000 ppm dapat menghambat pertumbuhan Escherchia coli,Klebsiella pneumoniae dan Staphylococcus aureus yang ditumbuhkan pada medium padat, sedangkan dalammedium cair, konsentrasi 1000 ppm dapat menghambat keempat bakteri uji.Kata kunci :isolasi, patogen, Enterobacteriaceae, ekstrakAbstractAn isolation of pathogenic Enterobacteriaceae bacteria has been done on spiced foods with turmeric and withoutturmeric ingredients. Food samples were taken randomly from 8 traditional food vendors at a traditional market innorth Bandung during three seasons for 6 months. Next step was extraction of turmeric rhizome with sequentialextraction method using n-hexane, ethyl acetate and ethanol. Those extracs were applied onto 4 chosen bacterialisolates using Kirby Bauer method, cylinder/hole plate method, and dilution method. There were 8 bacterial isolateswhich always present in all season. Also there were 4 isolates only found in rainy season. Eight isolates among themwere pathogens. Total frequency of bacteria in samples with turmeric ingredients was lower than that withoutturmeric ingredients. The effect of extracts on all tested bacteria (Escherchia coli, Klebsiella pneumoniae,Pseudomonas aeruginosa, and Staphylococcus aureus), showed that n-hexane extract could inhibit the growth ofEscherchia coli, Klebsiella pneumoniae and Staphylococcus aureus at concentration of 50.000 ppm on solidmedium. However in liquid medium, all tested bacteria were inhibited at the concentration of 1000 ppm.Keywords :isolation, pathogen, Enterobacteriaceae, extract1. PendahuluanMakanan merupakan kebutuhan utamamanusia. Makanan tersusun oleh senyawa kimia yangmerupakan sumber nutrien yang dibutuhkan juga olehmikroba untuk pertumbuhannya. Adanya mikrobapada makanan dapat berasal dari berbagai sumber,misalnya bahan baku, alat yang digunakan selamaproses pengolahan, tempat penyimpanan makanan,orang yang terlibat dalam pengolahan, sertalingkungan sekitarnya berupa tanah, air, dan udara1)2).Makanan dapat bertindak sebagai agensia penyebabpenyakit. Mikroba berbahaya dan toksin yang terdapatpada makanan yang dikonsumsi dapat berpindah kedalam tubuh sehingga menyebabkan penyakitterutama gangguan saluran pencernaan makanan ataugastroenteritis. Di negara-negara berkembang sepertiIndonesia, penyakit yang disebabkan oleh infeksimikroba, termasuk gastroenteritis merupakan penyakityang paling sering ditemukan3). Jalur utama masuknyabibit penyakit penyebab gastroenteritis adalah melaluimakanan atau minuman terkontaminasi yangdikonsumsi4). Pengamatan kondisi higienis makanandapat dilakukan melalui analisis mikrobiologis,misalnyadenganmengetahuijenis-jenisEnterobacteriaceae patogen, karena kelompok bakteriini yang sering ditemukan sebagai kontaminan padamakanan dan minuman.Jumlah dan jenis mikroba berbahaya yangterdapat pada makanan perlu dihilangkan. Berbagaicara telah dilakukan untuk tujuan tersebut, misalnyadengan pemanasan, penyimpanan pada suhu rendah,

Page 2

44JMS Vol. 7 No. 2, Oktober 2002penggaraman, pengasaman, penambahan zat kimiatertentu, dan lain-lain. Bahan-bahan alami terutamarempah-rempah juga digunakan dengan tujuan yangsama selain tujuan utamanya sebagai bumbu ataupenambah cita rasa5). Oleh sebab itu, perlu ditelitipengaruh lamanya pendedahan makanan padalingkungan dan perbedaan musim terhadapkeberadaan Enterobacteriaceae patogen pada makananberbumbu dan tidak berbumbu.Kunyit (Curcuma longa L.) merupakan salahsatu tanaman rempah-rempah yang digunakan dalamproses pengolahan makanan6). Penggunaan kunyitdalam pengolahan makanan dapat membantumemperlambat proses kerusakan makanan7). Beberapapenelitian secarain vitro, membuktikan bahwasenyawa aktif dalam rimpang kunyit mampumenghambat pertumbuhan jamur, virus, dan bakteribaik Gram positif maupun bakteri Gram negatif8)sepertiE. colidanStaphylococcus aereus9), 10). Padapenelitian ini juga dilihat efektivitas kunyit dalammenghambat pertumbuhan beberapa jenis bakteri yangdiisolasi dari makanan.2. Bahan dan Metode2.1 Sampel makananSampel makanan siap saji diperoleh daridelapan warung nasi yang berada di salah satu pasartradisional di Bandung Utara. Pengambilan sampeldilakukan selama tiga musim berturut-turut dalamperiode enam bulan, yaitu musim kemarau (12-24 Juli2000), peralihan (11-23 November 2000), danpenghujan (13-25 Februari 2001). Pengambilansampel makanan pada setiap musim dilakukansebanyak 3 kali selama 7 hari, terdiri dari pagi, siang,dan sore hari. Sampel makanan yang diambil terdiridari 2 jenis yaitu berbumbu dan tidak berbumbu,masing-masing terdiri dari 3 macam yaitu berupadaging ayam, ikan, dan tahu. Jadi, total samplingsebanyak 126 kali dalam satu musim, atau sebanyak378 kali selama 3 musim. Ulangan pada masing-masing sampel dilakukan sebanyak 2 kali (duplo).2.2 Isolasi bakteri dari sampel makananIsolasi Enterobacteriaceae dari sampelmakanan dilakukan menggunakan medium EosinMethylen Blue Agar (EMB Agar), Salmonella-Shigella Agar (SSA), dan Selenith Broth. Bakteriyang berhasil diisolasi kemudian diidentifikasi melaluiserangkaian uji biokimia11). Empat jenis isolatkemudian dipilih untuk digunakan sebagai bakteri ujidalam uji hayati. Pada langkah kerja ini jugadilakukan penghitungan frekuensi ditemukannyabakteri yaitu dengan cara menghitung keberadaanbakteri pada setiap sampel makanan.2.3 Ekstraksi senyawa dari rimpang kunyitEkstrak rimpang diperoleh dengan menimbang1000 gram rimpang segar yang telah dibersihkan dandipotong kecil, kemudian dikering-anginkan di tempatyang terlindungi dari sinar matahari. Potongan yangsudah lemas digerus sampai halus lalu dimaserasisecara bertahap dengan pelarut n-heksan, etil-asetat,dan etanol masing-masing selama 24 jam12)13).2.4 Uji HayatiUji hayati pengaruh n-heksan, etil-asetat, danetanol hasil ekstraksi dari rimpang kunyit terhadappertumbuhan bakteri uji hasil isolasi dlakukanmenggunakan metode Kirby Bauer14), metodecylinder/hole plate15), dan metode pengenceran(dilution method)14).2.4.1 Metode Kirby BauerMelalui proses aseptik, sebanyak 0,1 mLbiakan bakteri uji yang mengandung 1,00x106seldisebarkan pada medium Nutrient Agar yang telahmembeku dalam cawan petri dengan metode spreadplate.Terlebih dahulu dilakukan uji pendahuluanuntuk menentukan konsentrasi ekstrak yang dapatmenghambat pertumbuhan bakteri uji sehinggadiperoleh konsentrasi 500.000 ppm, 300.000 ppm, dan100.000 ppm. Konsentrasi 500.000 ppm dibuat dengancara melarutkan 500 mg ekstrak kering dalam 1 mLlarutan pengekstrak. Konsentrasi 300.000 ppm dibuatdengan melarutkan 300 mg ekstrak kering dalam 1 mLlarutan pengekstrak, sedangkan konsentrasi 100.000ppm dibuat dengan melarutkan 100 mg ekstrak keringdalam 1mL larutan pengekstrak.Sebanyak 50 L ekstrak diteteskan pada kertascakram berdiameter 6 mm lalu diuapkan dengandryer sehingga pelarut akan menguap dan yangtersisa pada kertas cakram adalah residu ekstrak.Volume 50 L tersebut merupakan volume maksimalyang dapat dis erap oleh kertas cakram. Kontrol negatifdibuat dengan meneteskan 50 L larutan pengekstrakpada kertas cakram kemudian larutan tersebutdiuapkan dengan dryer sehingga diharapkan tidakmenghambat pertumbuhan bakteri uji. Sebagai kontrolpositif, digunakan sirup kloramfenikol (tanpapengenceran) dengan meneteskan 50 L sirup padakertas cakram. Kertas cakram pada masing-masingperlakuan kemudian diletakkan di atas mediumNutrient Agar tadi. Diameter daerah hambatan yangterbentuk kemudian diukur setelah diinkubasi selama24 jam pada temperatur 280C.2.4.2 Metode cylinder/hole plateSatu mililiter bakteri uji yang mengandung1,00x106sel dituangkan bersama 15 mL NutrientAgar ke dalam cawan petri dan dibiarkan membeku,lalu dibuat silinder/sumur berdiameter 9 mm pada agardengan menggunakan pelubang agar. Konsentrasiekstrak 500.000 ppm, 100.000 ppm, dan 50.000 ppmyang diujikan pada metode ini ditentukan melalui ujipendahuluan. Konsentrasi tersebut dibuat denganmelarutkan ekstrak dalam Dimethyl Sulfoxide(DMSO). Sebanyak 50 L konsentrasi ekstrakditeteskan ke dalam sumur pada medium Nutrient

Page 3

JMS Vol. 7 No. 2, Oktober 200245Agar tadi. Sebagai kontrol negatif , digunakanDMSO tanpa ekstrak sebanyak 50 L yang diteteskanke dalam sumur, sedangkan kontrol positifmenggunakan Penisilin-G. Penisilin-G dilarutkan kedalam DMSO untuk membuat konsentrasi uji,kemudian sebanyak 50 L diteteskan ke dalam sumur.Volume 50 L ini disesuaikan dengan metodesebelumnya. Diameter daerah hambatan yangterbentuk kemudian diukur setelah diinkubasi selama24 jam pada temperatur 280C.2.4.3 Metode pengenceran (dilution method)Konsentrasi ekstrak 20.000 ppm, 10.000 ppm,5.000 ppm, dan 1.000 ppm yang digunakan padametode ini ditentukan melalui uji pendahuluan denganmengacu pada metode sebelumnya. Konsentrasitersebut dibuat dengan melarutkan ekstrak dalamDMSO. Sebanyak 50 L Nutrient Broth, 100 Lsenyawa uji, dan 100 L biakan bakteri dalamNutrient Broth yang mengandung 1,00x106sel,dimasukkan secara bersamaan ke dalam micro wellplate. Sebagai kontrol negatif, sebanyak 50 LNutrient Broth, 100 L Penisilin-G yang telahdilarutkan dalam DMSO, dan 100 L biakan bakteridalam Nutrient Broth yang mengandung 1,00x106sel, dimasukkan ke dalam micro well plate. Sebagaikontrol negatif, sebanyak 50 L Nutrient Broth, 100L larutan DMSO, dan 100 L biakan bakteri dalamNutrient Broth yang mengandung 1,00x106sel,dimasukkan secara bersamaan ke dalam micro wellplate. Inkubasi dilakukan selama 6 jam padatemperatur 280C. Pengamatan jumlah sel bakteri ujidilakukan setiap 2 jam sekali. Sebanyak 12 mL kulturdalam micro well plate diencerkan menggunakangaram fisiologis 0,85%, lalu 0,1 mL enceran ditanampada Nutrient Agar yang telah membeku dalamcawan petri dengan metode spread plate.Perhitungan jumlah sel bakteri dilakukan setelahdiinkubasi selama 24 jam temperatur 280C.3. Hasil dan Pembahasan3.1 Perolehan isolat bakteriBakteri yang berhasil diisolasi dari sampelmakanan ada sebanyak 8 jenis yang sama baik padamusim kemarau, peralihan, dan penghujan sedangkanpada musim penghujan saja ditemukan empat jenislainnya (Gambar 1). Di antara 12 jenis bakteri yangberhasil diisolasi, delapan di antaranya merupakanpatogen, yaituE. coli, P. vulgaris, K. oxytoca, P.aeruginosa, E. agglomerans, S. aureus, dan S.epidermidis16).Pada umumnya, semua jenis bakteri yangberhasil diisolasi merupakan bakteri yang dapat hidupbebas di alam, terutama pada air, tanah, dan partikeldebu di udara1).E. colimerupakan bakteri predominanyang ditemukan pada ketiga musim pengambilansampel. Hal ini dapat disebabkan oleh kemampuanbakteri ini beradaptasi dengan baik pada berbagaihabitat18)dan mampu tumbuh secara aktif padalingkungan perairan11)13)sehingga kontaminasiE. colipada makanan dapat terjadi melalui air yang tercemar.E. coliyang hidup di tanah dapat mengkontaminasimakanan melalui partikel debu yang diterbangkanangin. KeberadaanP. vulgarispada makanan dapatberasal dari air dan tanah, terutama tanah yangmengandung materi organik terdekomposisi13)yangterdapat disekitar lokasi pengambilan sampel. Padamusim peralihan, frekuensi ditemukanP. aeruginosalebih tinggi dibandingkan musim yang lain. Hal inidisebabkan pada bulan November, rata-ratatemperatur dan kelembaban udara lebih tinggidibanding bulan yang lain (Tabel 4), sehingga kondisiyang hangat basah tersebut sangat mendukungpertumbuhan bakteri ini17). Empat jenis bakteriditemukan pada musim penghujan saja yaituP.alcaligenes, S. odorifera, S. epidermidis, danS.aureus. Hal ini terjadi karena pada musim penghujan,mikroba yang terdapat di udara akan terjatuh bersamaair hujan sehingga populasinya di tanah dan airmenjadi tinggi dan kemungkinan menyebabkankontaminasi pada makanan juga tinggi.3.2 Keberadaan bakteri pada sampel makananFrekuensi ditemukannya bakteri pada semuajenis makanan uji yang berbumbu lebih rendahdibandingkan pada makanan yang tidak berbumbu.Hal ini dapat disebabkan oleh adanya beberapa bahanbumbu yang digunakan dalam pengolahan makananmempunyai aktivitas menghambat pertumbuhanbakteri13). Frekuensi ditemukannya bakteri padasampel tahu dan ikan lebih banyak dan paling sedikitditemukan pada sampel daging ayam (Gambar 2). Halini dapat disebabkan oleh adanya perbedaankomposisi kimia dan sifat fisik ketiga jenis makanantersebut.

Page 4

46JMS Vol. 7 No. 2, Oktober 2002010203040506070E.cK.pK.rE.aP.alcS.eJenis BakteriTotal Frekuensi (kehadiranbakteri/126 sampel)KemarauPeralihanPenghujanGambar 1. Diagram batang total frekuensi ditemukannya bakteri selama pengambilan sampel.Keterangan aksis :E.c: E. coli, P.v: P. vulgaris, K.p: K. pneumonieae, K.o: K. oxytoca, K.r: K. rhinosleromatis, P.a: P. aeruginosa,E.a: E. agglomerans, A.o: A. odorans, P.alc: P. alcaligenes, S.o: S. odorifera,S.e: S. epidermis, S.a: S. aureus.0102030405060KemarauPeralihanPenghujanMusimTotal Frekuensi (kehadiranbakteri/126 sampel)Daging ayam berbumbuDaging ayam tanpa bumbuIkan berbumbuIkan tanpa bumbuTahu berbumbuTahu tanpa bumbuGambar 2. Diagram batang total frekuensi semua jenis bakteri yang ditemukan pada setiap jenis sampel makananberbumbu dan tidak berbumbu selama pengambilan sampel.

Page 5

JMS Vol. 7 No. 2, Oktober 200247050100150200250300350PagiSiangSoreWaktu Pengambilan SampelTotal Frekuensi(kehadiran bakteri/378 sampel)Gambar 3. Diagram batang total frekuensi ditemukannya bakteri pada semua sampel makanan baik pagi, siang, dansore hari selama 3 musim pengambilan sampel.Tabel 1. Diameter daerah hambatan (mm) bakteri uji yang dihasilkan oleh ekstrak n-heksan, etil asetat, dan etanoldengan metode Kirby Bauer.KonsentrasiEkstrak n-Heksana(ppm)KonsentrasiEkstrak EtilAsetat (ppm)KonsentrasiEkstrak Etanol(ppm)Kontol negatifBakteriJamPengamatanIIIIIIIII IIIIII III ABCKontrolpositifSyrupChlor-amfenicolE. coli12000000000000024000000*00000836000000*00000848 8,7500000*00000860 8,7500000*000008P. aeruginosa12000000000000024000000*00000836000000*00000848 8,7500000*00000860 8,7500000*000008K. pneumoniae12 000000000000024000000*000007,536000000*000007,548 8,7500000*000007,560 8,7500000*000007,5S. aureus12000000000000024000000*00000836000000*00000848 1100000*00000860 1100000*000008Keterangan:* terdapat daerah pertumbuhan/pemadatan koloni bakteri mengelilingi cakram,I : 500.000 ppm, II : 300.000 ppm, III : 100.000 ppmA : larutan n-keksan, B : larutan etil asetat, C : larutan etanol.

Page 6

48JMS Vol. 7 No. 2, Oktober 20023.3 Keberadaan bakteri selama waktu pendedahanmakanan pada lingkunganLamanya waktu pendedahan pada lingkungan dapatmempengaruhi kandungan bakteri yang terdapat padamakanan (Gambar 3). Total frekuensi ditemukannyabakteri pada pagi hari lebih sedikit dibanding siangdan sore hari. Meskipun kontaminasi dari lingkungantetap ada, misalnya dari udara dan debu, tetapi relatiflebih rendah pada pagi hari dibandingkan siang dansore hari. Hal ini disebabkan pada pagi hari, makananbaru selesai dimasak dan pendedahan belum lama.Adanya bakteri pada sampel makanan pagi hari dapatberasal dari bahan bakunya. Banyaknya bahan yangditangani memungkinkan masih terdapat mikrobayang tidak terbunuh dalam proses pengolahan1). Halini juga tergantung pada jumlah populasi mikrobaawal pada bahan baku makanan dan ketahananmikroba tertentu terhadap panas.Pada siang hari, frekuensi ditemukannyabakteri lebih tinggi dibandingkan pagi hari karenamakanan terdedah lebih lama di lingkungan, sehinggakemungkinan kontaminasi dari lingkungan lebihbanyak, terutama melalui udara dan debu. Selain itu,bakteri kontaminan dalam makanan sudahbereproduksi sehingga jumlah selnya meningkat. Padasore hari, terjadi sedikit penurunan frekuensiditemukannya bakteri dibandingkan siang hari. Biladihubungkan kebiasaan sebagian pedagang, menjelangsore hari, makanan biasanya dipanaskan kembaliuntuk kebutuhan makan sore dan malam hari, apalagimusim penghujan yang dapat menyebabkan makananlebih cepat dingin sehingga pemanasan kembali seringdilakukan. Adanya aktivitas pemanasan tersebut dapatmenyebabkan terbunuhnya bakteri yang ada padamakanan sehingga pada sore hari frekuensiditemukannya lebih rendah dibandingkan siang hari.3.4 Ektraksi yang diperoleh dari rimpang kunyitMelalui proses maserasi selama 24 jamterhadap rimpang kunyit menggunakan pelarut n-heksan, etil asetat, dan etanol, diperoleh ekstrak kasar(crude extract) yaitu sebanyak 7,69 gram ekstraksemi padat n-heksan, 9,44 gram ekstrak padat etilasetat, dan 18,76 gram ekstrak padat etanol.3.5 Hasil uji aktivitas biologis ekstrak kasarrimpang kunyit3.5.1 Hasil uji menggunakan metode MetodeKirby BauerHasil yang diperoleh dengan metode KirbyBauer menunjukkan bahwa hanya ekstrak n-heksan500.000 ppm yang dapat menghambat pertumbuhansemua bakteri uji setelah inkubasi 48 jam (Tabel 1).Hambatan terbesar terjadi padaS. aureusyaitu 11 mmdan hambatan terkecil padaK. pneumoniaeyaitu 8,5mm. Pada ketiga konsentrasi yang diujikan, ekstraketil asetat tidak dapat menghambat pertumbuhanbakteri uji yang ditandai dengan tidak terbentuknyadaerah hambatan. Pada ekstrak etanol konsentrasi500.000 ppm justru terbentuk daerah pertumbuhankoloni yang terlihat sebagai daerah yang lebihtebal/padat mengelilingi kertas cakram. Hal ini dapatterjadi oleh adanya senyawa polar yang terdapat dalamrimpang kunyit, misalnya mineral, vitamin, dankarbohidrat sederhana8)yang tertarik atau terlarutdalam etanol selama proses maserasi. Komponen-komponen tersebut dapat memacu pertumbuhanbakteri pada medium tempat tumbuhnya.3.5.2 Hasil uji menggunakan metodeCylinder/Hole PlateHasil yang diperoleh dengan metode ini,menunjukkan bahwa ekstrak n-heksan 500.000ppm,100.000 ppm, dan 50.000 ppm dapatmenghambat pertumbuhan bakteri uji (Tabel 2).Daerah hambatan yang dihasilkan oleh ekstrak n-heksan 500.000 ppm terbentuk pada jam ke-12 kecualipadaK. pneumoniaeyaitu setelah 24 jam. Kapsulyang dimiliki oleh bakteri ini dapat meningkatkanpertahanannya terhadap senyawa berbahaya dalamlingkungan17). Bakteri Gram positif lebih pekaterhadap Penisilin-G dibandingkan bakteri Gramnegatif19), sehingga pada pengujian ini dapat dilihatbahwa daerah hambatan yang terbentuk padaS.aureuslebih besar dibandingE. coli,K. pneumoniae,danP. aeruginosa. Ekstrak n-heksan pada konsentrasi100.000 ppm dan 50.000 ppm setelah inkubasi selama12 jam dapat menghambat pertumbuhanS. aureus.Hal ini dapat terjadi karena bakteri Gram positif tidakmempunyai membran luar seperti halnya bakteri Gramnegatif, sehingga kehilangan permeabilitas terhadapantibiotik dan zat kimia lainnya19).3.5.3 Hasil uji menggunakan metode pengenceran(dilution method)PertumbuhanE. colidalam medium yangmengandung ekstrak n-heksan dapat dihambat padakonsentrasi 1000 ppm. Setelah inkubasi 4 jam, jumlahsel menurun dari 1,00x106sel/mL menjadi 1,09x105sel/mL, sedangkan pada kontrol negatif menjadi5,37x107sel/mL. Jumlah sel yang paling rendah yaitu1,00x103sel/mL dihasilkan pada jam ke-4 dengankonsentrasi 10.000 ppm (Tabel 3). Jumlah selP.aeruginosadengan perlakuan ekstrak n-heksan 1000ppm pada jam ke-4 sebesar 4,89x107sel/mL dan padajam ke-6 sebesar 8,33x106sel/mL. Jumlah tersebutlebih rendah dibandingkan kontrol negatif padakonsentrasi dan jam yang sama. Jumlah sel yangdihasilkan pada perlakuan ekstrak n-heksan

Page 7

JMS Vol. 7 No. 2, Oktober 200249Tabel 2. Diameter daerah hambatan (mm) bakteri uji yang dihasilkan oleh ekstrak n-heksan dengan metodeCylinder/Hole Plate.KonsentrasiEkstrak n-Heksana (ppm)KonsentrasiEkstrak Etil Asetat (ppm)Kontol positifPenisilin-G(ppm)BakteriJamPengamataIIIIIIIIIIII50KontrolnegatifDMSOE. coli1215000005002417151700016,503617151700016,504817151700016,50P. aeruginosa 12110000016,50241100000003611,500000004811,50000000K. pneumoniae 12 000000002411,511,511,5000003611,511,511,5000004811,511,511,500000S. aureus12121012000200241210150003003612101500035048121015000350I : 500.000 ppmII : 100.000 ppmIII : 50.000 ppm

Page 8

50JMS Vol. 7 No. 2, Oktober 2002Tabel 3. Jumlah sel bakteri uji setelah diberi ekstrak n-heksan dengan metode pengenceran (dilution method)Jumlah sel per milimeterKonsentrasi ekstrak n-heksana (ppm)Kontol positifPenisilin-G(ppm)BakteriJamPengamatan20.00010.0005.000100050Kontrolnegatif(DMSO)E. coli0 1,00x1061,00x1061,00x1061,00x1061,00x1061,00x1062 1,89x1073,43x1065,00x1086,53x1082,49x1062,28x1074 3,71x1041,00x1034,88x1041,09x1052,52x1065,37x1076 1,63x1032,27x1041,02x1043,56x1062,91x1061,52x108P. aeruginosa 0 1,00x1061,00x1061,00x1061,00x1061,00x1061,00x1062 7,38x1032,49x1051,51x1078,52x1062,47x1063,71x1064 5,00x1044,47x1041,03x1054,89x1074,88x1055,53x1086 7,41x1044,89x1033,54x1058,33x1061,11x1035,52x107K. pneumoniae 0 1,00x1061,00x1061,00x1061,00x1061,00x1061,00x1062 2,19x1047,79x1063,47x1064,73x1065,19x1056,87x1064 8,70x1066,61x1065,21x1078,08x1071,02x1053,10x1076 2,00x1075,68x1064,91x1085,39x1068,07x1061,29x108S. aureus0 1,00x1061,00x1061,00x1061,00x1061,00x1061,00x1062 4,09x1047,87x1057,56x1065,10x1077,79x1043,00x1064 5,13x1035,99x1031,38x1062,29x1071,41x1056,16x1086 2,67x1055,62x1055,12x1067,43x1063.03x1051,44x106Tabel 4. Rata-rata temperatur, curah hujan, kelembaban nisbi, dan kecepatan angin di kota BandungBulanRata-rataTemperaturudara(Celcius)Rata-ratacurah hujan (mm)dan banyaknya hariyang hujanRata-ratakelembabannisbi (%)Rata-ratakecepatan angin(Knot)Juli2000Agustus 2000September 2000Oktober 2000November 2000Desember 2000Januari 2001Februari 200122,923,023,223,723,323,922,722,78,2 (10 hari)6,6 (5 hari)5,6 (7 hari)8,4 (15 hari)12,4 (26 hari)5,9 (15 hari)8,4 (27 hari)11,3 (23 hari)73706678837382794454,3354,65,7Sumber: Data Klimatologi Badan Meteorologi dan Geofisika Stasiun Bandung.

Page 9

JMS Vol. 7 No. 2, Oktober 200251konsentrasi 10.000 ppm dan Penisilin-G terusmengalami penurunan mulai jam ke-0 sampai inkubasijam ke-6. Pada perlakuan konsentrasi 20.000 ppm,jumlah sel meningkat setelah inkubasi jam ke-4 danke-6. Hal ini kemungkinan disebabkan padakonsentrasi yang tinggi, senyawa yang terdapat dalamekstrak n-heksan akan berikatan secara acak denganlipida pada membran sehingga menyebabkankerusakan membran sel. Setelah jam ke-2, senyawaaktif dalam medium akan menurun konsentrasinyasehingga tidak cukup untuk menghambat pertumbuhansel yang masih hidup. Akibatnya sel akanbereproduksi sehingga jumlahnya terus meningkatmulai jam ke-4 sampai jam ke-6. Pada kontrol negatif,jumlah selP. aeruginosamenurun mulai jam ke-4sampai pengamatan jam ke-6. Hal ini dapatdisebabkan oleh rendahnya konsentrasi oksigen dalammicro well. Oksigen yang terlarut dalam mediummungkin cukup untuk menunjang pertumbuhanbakteri ini selama 4 jam, tetapi setelah itu, jumlahoksigen semakin berkurang sehingga pertumbuhanpopulasi menurun.Ekstrak n-heksan dapat menghambatpertumbuhanK. pneumoniaepada konsentrasi 1000ppm. Setelah inkubasi 4 jam, jumlah sel menjadi8,08x106sel/mL, sedangkan pada kontrol negatifmenjadi 3,10x107sel/mL. Seperti padaP. aeruginosa,jumlah selK. pneumoniae,yang paling rendah yaitu2,19x104sel/mL dihasilkan pada jam ke-2 dengankonsentrasi 20.000 ppm (Tabel 3). Penisilin dapatdiinaktivasi oleh enzim penisilinase atau-laktamasedengan cara merusak cincin-laktam. Pada bakteriGram negatif,-laktamase dikode oleh gen kromosomdengan melibatkan kontrol represor yang diinduksioleh adanya antibiotik-laktam19). Oleh sebab itu,bakteri yang tumbuh pada medium yang mangandungPenisilin-G dapat terbunuh sebagian sehinggapopulasinya menurun seperti yang terlihat padaK.pneumoniae(inkubasi jam ke-2 sampai jam ke-4).Setelah itu, dapat terjadi induksi dihasilkannya-laktamase oleh sel. Akibatnya, sel yang tidak terbunuhpada jam sebelumnya akan bereproduksi sehinggaterjadi peningkatan jumlah sel pada jam ke-6.PadaS.aureus, ekstrak n-heksan 1000 ppmdapat menghambat pertumbuhan setelah inkubasi jamke-4 sebesar 2,29x107sel/mL, sedangkan pada kontrolnegatif sebesar 6,16x108sel/mL. Konsentrasi 10.000ppm dan 20.000 ppm mungkin tinggi untuk bakteriini, sehingga mampu menghambat populasi denganjumlah sel paling rendah pada jam ke-4 biladibandingkan dengan perlakuan yang lain. Pada keduakonsentrasi tersebut, terjadi peningkatan jumlah selpada inkubasi jam ke-6. Mekanisme ini kemungkinansama seperti yang terjadi pada bakteri uji sebelumnya.Beberapa jenis bakteriStaphylococcusjugamenghasilkan enzim penisilinase. Oleh sebab itu,S.aureusyang tumbuh pada medium yang mengandungPenisilin-G dapat terbunuh sebagian sehinggapopulasinya menurun seperti yang terlihat padainkubasi jam ke-2.Pada kontrol negatif, jumlah selS. aureusmenurun setelah jam ke-4 sampai pengamatan jam ke-6. Hal ini dapat disebabkan oleh keterbatasan nutriendalam medium pertumbuhannya. KulturS. aureusdipelihara dalam 150L medium Nutrient Brothdengan jumlah sel sebanyak 1,00x106sel/0,1 mL. Halini yang menyebabkan nutrien yang tersedia mungkincukup menunjang pertumbuhan bakteri ini selama 4jam. Pertambahan jumlah sel yang pesat pada jam ke-2 sampai jam ke-4 dapat menghabiskan nutriensehingga setelah jam ke-4 sebagian sel akan matikarena kekurangan nutrien atau karena lajupertumbuhannya lambat. Kondisi tersebut berbeda bilamelihat pertumbuhan bakteri ini pada kondisi idealyaitu sebanyak 1,00x106sel/mL dipelihara dalam 150mL medium Nutrient Broth.Pada ketiga metode pengujian yang digunakan,ekstrak n-heksan dapat menghambat pertumbuhanbakteri uji pada konsentrasi yang sangat tinggi. Hal inidapat terjadi karena ekstrak yang diperoleh masihberupa ekstrak kasar yang terdiri dari berbagai macamsenyawa. Satu atau lebih senyawa aktif yang terdapatdalam ekstrak kasar tersebut kemungkinan bekerjaantagonis dalam menghambat pertumbuhan bakteriuji.4. KesimpulanEnterobacteriaceae patogen terdapat padamakanan, baik yang berbumbu maupun yang tidakberbumbu. Bakteri patogen yang berhasil diisolasi darimakanan tersebut adalahE. coli, P. vulgaris, K.pneumoniae, K. oxytoca, P. aeruginosa, E.agglomerans, S. aureus, dan S. epidermidis. Selain itu,adanya bumbu dan lamanya waktu pendedahanmakanan pada lingkungan mempengaruhi kehadiranbakteri kontaminan. Bumbu kunyit berperan dalammenghambat pertumbuhan bakteri, terbukti dariekstrak n-heksan yang diekstraksi dari rimpang kunyitdapat menghambat pertumbuhanE. coli, K.pneumoniae, P. aeruginosa, S. aureus.Daftar Pustaka1. Frazier, W.C. Food Microbiology, 2nded.,McGraw-Hill Publishing Company LTD, NewDelhi, 36-176 (1974).2. Christchurch City Council. Food PoisoningMicroorganism,(http://www.ccc.govt.nz.com) (1998).3. Andriani, R. Uji Kehadiran SenyawaAntimikroba di dalam Ekstrak Makanan

Page 10

52JMS Vol. 7 No. 2, Oktober 2002Tradisional Hasil Fermentasi Secara AsaiMikrobiologi.Skripsi.Fakultas Farmasi, InstitutTeknologi Bandung,11 12 (1995).4. Suharyono. Diare Akut, lembaga PenerbitanFakultas Ekonomi, Universitas Indonesia,Jakarta.,66,67 (1986).5. Afrida. Uji Aktivitas Antibakteri dan AntifungiMinyak Atsiri Empat Jenis Tanaman SukuZingiberaceae,Penelitian Tanaman Obat diBeberapa Perguruan Tinggi di Indonesia, EdisiX.Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi,Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan,Departemen Kesehatan RI, Jakarta, 142 (2000).6. Rukmana, R. Kunyit, Penerbit Kanisius,Yogyakarta, 1-25 (1994).7. Castleman, M. The Healing Herb: The UltimateGuide to the Curative Power of NaturesMedicines, Rodale Press, Emmaus. Pensylvania.355-357 (1991).8. Duke, J.A. Chemicals and Their BiologicalActivities inCurcuma longa(Zingiberaceae),(http://www.chem.uwimona.com) (1992).9. de-Padua, L.S., Bunyapraphatsara, N. andLemmens, R.H.M.J. Plant Resources of SouthEast Asia: Medical and Poisonous Plant I,Backhuys Publishers, Leiden,12:1, 210-213(1999).10. Budiarti, R. Pengaruh Konsentrasi EkstrakRimpang Kunyit (Curcuma domesticaVal.) danWaktu Inkubasi terhadap Jumlah Koloni BakteriEscherichia coli,Penelitian Tanaman Obat diBeberapa Perguruan Tinggi di Indonesia,PusatPenelitian dan Pengembangan Farmasi, BadanPenelitian dan Pengembangan Kesehatan,Departemen Kesehatan RI, Jakarta,10, 141(2000).11. Black, J.G. Microbiology: Principles andExploration, 4thed., Prentice Hall Internasional,Inc. USA, 340-359, 638-663, A5-A8 (1999).12. Harborne, J.B. Metode Fitokimia: Penuntun CaraModern Menganalisis Tumbuhan, TerjemahanK. Padmawinata dan I.Soediro. Edisi Kedua.Penerbit ITB, Bandung, 1-42 (1987).13. Gitter, R.J., Robbit, J.M. dan Schwarting, AE.PengantarKromatografi,TerjemahanK.Padmawinata. Edisi Kedua. Penerbit ITB,Bandung, 82-85 (1991).14. Cappucino, J.G. and Sherman, N. Microbiologi:A Laboratory Manual, 2nded., The BenyaminCumings Publishing Company, Inc. 128-181(1987).15. Gandjar, I. Pedoman Praktikum MikrobiologiDasar, UI Press, 46,47 (1992).16. Rollins, D.M. and Joseph, S.W. PathogenicMicrobiologi, (http://www.life.umd.edu.com)(2000).17. Todar,K.AntiphagocyteDefense,(http://bact.wisc.edu.com) (1997).18. Imamuddin, H., Rahayu, R.D., Supriyati, D danKartina, G. Pola Penyebaran Bakteri Koliform diAliran Sungai Brantas, Jawa Timur,JurnalMikrobiologi Tropika,2:1, 32-37 (1999).19. Sherris, J.C. Medical Microbiology anIntroduction to Infectious Diseases, 2nded.,Prentice Hall International, Inc., 275-287, 357-380 (1990)