ispa non konvensional

82
1. Irsan Fahmi (201210410311171) 2. Ririn Puspita (201210410311175) 3. Evy Febry Firdausy (201210410311183) 4. Tri Rahmi (201210410311187) 5. Dzati Illiah Istiqomi (201210410311188) 6. Ratna Endah Lestari (201210410311192) 7. Irman Arri Putra (201210410311194) 8. Nina Restu Juliana (201210410311197) 9. Ayu Linda Lestari (201210410311202) 12. Rizqy Amalia Putri (201210410311057) 13. Nur Baiti Abdiani (201210410311200) 14. Laila Widatul Amali (201210410311232) 15. Lalu Iwang Amisena (201210410311151) 16. Nova Dewiyanti (201210410311012) 17. Andhika Wahyu Alfarizi (201210410311032) 18. Rani Emilia (201210410311177) 19. Zaenab Qubra (201210410311240) 20. Ismaya Lilia Kristina (201210410311222) 21. Alfy Afifa A.T. (201210410311253) 22. Putra Andi Darwis (201210410311 PRAKTIKUM PRESKRIPSI III Farmasi A / Kelompok Gen ISPA INKONVENSIONAL

Upload: irsan-fahmi-a

Post on 25-Sep-2015

113 views

Category:

Documents


14 download

DESCRIPTION

Berisi penjelasan mengenai patofisiologi dan terapi farmakologi dan non farmakologi mengenai ISPA Non Konvensional

TRANSCRIPT

Slide 1

Irsan Fahmi(201210410311171) Ririn Puspita(201210410311175) Evy Febry Firdausy(201210410311183) Tri Rahmi(201210410311187) Dzati Illiah Istiqomi(201210410311188) Ratna Endah Lestari(201210410311192) Irman Arri Putra(201210410311194) Nina Restu Juliana(201210410311197) Ayu Linda Lestari(201210410311202) Mahfudoh(201210410311206) Mely Utami Widayanti(201210410311208)Rizqy Amalia Putri(201210410311057)Nur Baiti Abdiani (201210410311200)Laila Widatul Amali(201210410311232)Lalu Iwang Amisena(201210410311151)Nova Dewiyanti (201210410311012)Andhika Wahyu Alfarizi(201210410311032)Rani Emilia(201210410311177)Zaenab Qubra (201210410311240)Ismaya Lilia Kristina(201210410311222)Alfy Afifa A.T.(201210410311253)Putra Andi Darwis (201210410311

PRAKTIKUM PRESKRIPSI IIIFarmasi A / Kelompok GenapISPA INKONVENSIONAL

ISPABAGIAN BAWAH :BronkhitisBronkhiolitispneumoniaBAGIAN ATAS :rhinitissinusitisFaringitisotitislaringitisepiglotitistonsilitisYANG DI BOLD, TANDANYA PALING SERING TERJADI. MAKANYA YANG DIBAHAS CUMA YANG DI BOLD AJA2PENYAKIT INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT

PATOFISIOLOGITerapi yg diberikan pada penyakit ini biasanya pemberian antibiotik walaupun kebanyakan ISPA disebabkan oleh virus yang dapat sembuh dengan sendirinya tanpa pemberian obat obatanterapeutik, pemberian antibiotik dapat mempercepat penyembuhan penyakit ini dibandingkan hanya pemberian obat obatansymptomatic, selain itu dengan pemberian antibiotik dapat mencegah terjadinya infeksi lanjutan dari bakterial, pemberian, pemilihan antibiotik pada penyakit ini harus diperhatikan dengan baik agar tidak terjadi resistensi kuman/baterial di kemudian hari. Namun pada penyakit ISPA yg sudah berlanjut dengan gejala dahak dan ingus yg sudah menjadi hijau, pemberian antibiotik merupakan keharusan karena dengan gejala tersebut membuktikan sudah ada bakteri yg terlibat.TerapiYang termasuk gejala dari ISPA adalah badan pegal pegal (myalgia), beringus (rhinorrhea), batuk, sakit kepala, sakit pada tengorokan. Penyebab terjadinya ISPA adalah virus, bakteri dan jamur. Kebanyakan adalah virus. Diagnosis yang termasuk dalam keadaan ini adalah, rhinitis, sinusitis,faringitis, tosilitis dan laryngitis.1. RINITIS ALERGIRinitis alergi paling terkenal dengan gejala-gejala rinorea; hidung tersumbat; bersin; pruritus pada mata, telinga, hidung, tenggorokan, dan langit-langit mulut; serta mengeluarkan air mata. Patofisiologi :Proses sensitisai terjadi setelah paparan dengan lergen yang dibawa melalui udara, sperti serbuk tanaman, hewan, spora, atau kotoran tungau debu. Rinitis alergi adalah hasil dari respon yang dimediasi IgE. Sel-sel Th2 memainkan peran kunci dalam menimbulkan dan mempertahankan inflamasi alergi. Sel-sel Th2 melepaskan sitokin, termasuk interleukin dan faktor penstimulasi koloni granulosit-makrofag. Setelah terpapar alergen, antibodi IgE yang melekat ke sel-sel induk dihubungkan scara silang oleh alergen penganggu. Histamin adalah salah satu mediator utama yang pertama dilepaskan dari sel induk. Melalui pengikatanannya ke reseptor H1, histamin menimbulkan banyak gejala alergi, termasuk stimulasi : kelenjar penghasil lendir melalui refleks kolinergik parasimpatetis, yang menjadi penyebab gelaja alergi rinorea, vasodilatasi yang menyebabkan dilatasi kapiler dan permeabilitas yang bisa menimbulkan penyumbatan hidung, serta saraf tepi nosiseptif yang menyebabkan bersin dan rasa gatal.Prostaglandin bertanggung jawab terhadap kontraksi otot halus dan produksi lendir. Mediator lain yang dilepaskan adalah leukotrien, protease netral, PGF2, platelet activating factor (PAF), tromboksan A2, dan bradikinin. Proses paparan alergen yang diikuti oleh respon inflamasi yang meningkat menyebabkan suatu siklus inflamasi kronis saat pasien terpapar kembali ke alergen penyerang. Tanda-tanda inflamasi tetap bertahan saat pasien tidak menunjukkan gejal (asimptomatik).2. SINUSITISSalah satu kondisi kronis paling sering terjadi pada seluruh kelompok usia. Sinusitis jarang terjadi pada pasien yang sebelumnya mengalami gejala-gejala rinitis infeksi atau alergi. Sinusitis mengacu pada peradangan pada ringga sinus yang lembab, ruang kosong dalam tulang tengkorak. Jika pembukaan dirongga sinus menjadi tersumbat, aliran lendir terhambat dan tekanan meningkat sehingga menyebabkan rasa sakit dan peradangan.

Patofisiologi :Kejadian awal perkembangan sinusitis adalah penyumbatan atau blokade saluran sinus. Inflamasi kronis dan/atau blokade sinus menurunkan fungsi siliar, sehingga menghambat pengeringan sinus dan memproduksi hiperseksresi kelenjar lendir. Zat iritan kimia, seperti rokok, juga bisa menghambat fungsi siliar. Pada intinya, sekresi lendir harus mengalir ke atas melawan kekuatan gravitasi. Jika ostium tersumbat, maka edema mukosa akan terjadi akibat tekanan sinus negatif yang terjadi. Oleh karena sekresi harus mengalir ke atas,infeksi sering terjadi di dinus maksila, diikuti oleh sinus etmoidalis, frontalis, dan sfenoidalis. Pertukaran gas juga terganggu karena gangguan ostium menyebabkan partial pressure of oxygen (PO2) rendah. PO2 rendah juga dapat mengganggu fungsi granulosit. Oleh karena itu, pertumbuhan bakteri mudah terjadi di suatu lingkungan anaerobik akibat sekresi yang tertahan. Hal ini akan menimbulkan infeksi bakteri.3. OTITIS MEDIAOtitis media merupakan inflamasi pada telinga bagian tengah dan terbagi menjadi Otitis Media Akut, Otitis Media Efusi, dan Otitis Media Kronik. Infeksi ini banyak menjadi problem pada bayi dan anak-anak. Otitis media mempunyai puncak insiden pada anak usia 6 bulan-3 tahunOtitis media akut ditandai dengan adanya peradangan lokal, otalgia, otorrhea, iritabilitas, kurang istirahat, nafsu makan turun serta demam. Otitis media akut dapat menyebabkan nyeri, hilangnya pendengaran, demam,leukositosis.Otitis mediaefusi ditandai dengan adanya cairan di rongga telinga bagian tengah tanpadisertai tanda peradangan akut.otitis media kronik adalah dijumpainya cairan (Otorrhea) yang purulen sehingga diperlukan drainase. Hilangnya pendengaran disebabkan oleh karena destruksi membrana timpani dan tulang rawan.Faringitis adalah peradangan pada mukosa faring dan sering meluas ke jaringan sekitarnya. Faringitis biasanya timbul bersama-sama dengan tonsilitis, rhinitis dan laryngitis. Faringitis banyak diderita anak-anak usia 5-15 th di daerah dengan iklim panas. Faringitis dijumpai pula pada dewasa yang masih memiliki anak usia sekolah atau bekerja di lingkungan anak-anak.

Etiologi dan patofisiologiFaringitis mempunyai karakteristik yaitu demam yang tiba-tiba, nyeri tenggorokan, nyeri telan, adenopati servikal, malaise dan mual. Faring, palatum, tonsil berwarna kemerahan dan tampak adanya pembengkakan. Eksudat yang purulen mungkin menyertai peradangan. Gambaran leukositosis dengan dominasi neutrofil akan dijumpai. Khusus untuk faringitis oleh streptococcus gejala yang menyertai biasanya berupa demam tiba-tiba yang disertai nyeri tenggorokan, tonsillitis eksudatif, adenopati servikal anterior, sakit kepala, nyeri abdomen, muntah, malaise, anoreksia,dan rash atau urtikaria.Faringitis didiagnosis dengan cara pemeriksaan tenggorokan, kultur swab tenggorokan. Pemeriksaan kultur memiliki sensitivitas 90-95% dari diagnosis, sehingga lebih diandalkan sebagai penentu penyebab faringitis yang diandalkan.4. FARINGITISPENYAKIT INFEKSI SALURAN PERNAFASAN BAWAH

PATOFISIOLOGIInfeksi saluran pernapasan bawah adalah infeksi yang menyerang mulai dari bagian epiglotis atau laring sampai dengan alveoli, dinamakan sesuai dengan organ saluran napas, seperti : epiglotitis, laringitis, laringotraketis, bronkitis, bronkiolitis, dan pneumonia. Infeksi ini lebih serius daripada infeksi saluran pernapasan atas. Ada sejumlah infeksi kronis dan akut yang bisa menyerang saluran pernapasan bawah. Antibiotik sering kali dianggap sebagai pengobatan terdepan untuk infeksi saluran pernapasan bawah. Sebaiknya gunakan antibiotik yang tepat berdasarkan organisme penyebab penyakit dan untuk memastikan terapi berubah sesuai perkembangan sifat infeksi dan resistensi yang terjadi terhadap terapi konvensional1. PNEUMONIAPneumonia bakteri lebih lazim terjadi, lebih parah dan lebih sering mematikan di daerah tropis, khususnya pada anak-anak.

Lanjutan... (PATOFISIOLOGI)Pneumonia berada pada kerusakan yang disebabkan oleh masuknya partikel penyerang pada saluran pernapasan bawah. Jalan masuk yang sering terjadi adalah inhalasi partikel-partikel kecil, namun aspirasi partikel infksi yang lebih besat dari orofaring yang menyebar dari fokus infeksi yang jauh atau menyebar langsung dari jaringan-jaringan disekitarnya digunakan sebagai jalan masuk oleh agen-agen penyebab penumonia. Partikel-partikel tersebut dapat menyebabkan kerusakan paru-paru karena mengandung bahan yang dapat menyebabkan infeksi. Partikel-partikel yang tersuspensi di udara akan kehilangan volume akibat penguapan, sehingga menjadi nukleus droplet. Jika pertikel memiliki diameter kurang dari 5m pada saat terhirup, maka partikel akan lebih mudah masuk ke jalan napas dan alveolus. Rehidrasi akan semakin menambahkan ukuran partikel, sehingga dapat menghambat pernapasan keluar (ekshalasi). Partikel yang dikeluarka melalui hembusan napas, batuk,atau bersin, mengambil posisi lebih dekat ke titik asal-usulnya dan membuat sejumlah orang beresiko terkena infeksi.Infeksi saluran pernapasan juga bisa terjadi ketika bakteri di dalam darah menyebar ke paru-paru dari daerah lain di tubuh. Jika terlalu banyaj organisme dan terlalu kuat untuk makrofag, maka terjadi aktivitas mediator inflamasi, aktivitas imun dan infiltrasi sel dalam sistem pertahanan tubuh.Lanjutan... (ETIOLOGI)Streptococcus pneumoniae menyebabkan eksudat inflamasi dalam jumlah besar ikut membantu bakteri penyerang melalui pori yang ada di dalam alveoli hingga dihancurkan oleh septum yang memisahkan lobus paru-paru. Sebaliknya, influenza menyebabkan inflamasi epitel pernapasan di dalam trakea dan bronki. Hal ini dapat menyebabkan desquamation dan pneumonia hemoragi, atau infeksi bakteri sekunder, yang paling sering disebabkan oleh Staphylococcus aureus.2. BRONKHITISInflamasi pada cabang trakheobronkial tidak termasuk alveola, yang umumnya berhubungan dengan infeksi pernafasan umum. Diklasifikasikan dalam bronkhitis akut dan kronik. Bronkhitis akut terutama terjadi selama musim dingin. Faktor pencetus : cuaca dingin, lembab, dan banyak zat pengiritasi seperti polusi udara, asap rokok.

Lanjutan... (PATOFISIOLOGI)Infeksi saluran pernafasan akut mungkin berkaitan dengan peningkatan dengan hiperreaktivitas saluran pernafasan dan mungkin menjaadi patogenesis penyakit paru kronis obstruktif.

Penyebab utama adala virus terutama virus common cold, rhinovirus, coronavirus, virus patogen pada saluran pernfasan bawah : virus influenza, adenovirus, respiratory syncytial virus.Patogen penyebab lain adalah Mycoplasma pneumoniae, Chlamydia pneumoniae, bordetella pertussis.Infeksi bronkus dan trakea menyebabkan membran mukosa udem dan merah serta pengingkatan sekresi bronkus. Kerusakan epitel saluran pernafasan dapat bervarisai dari ringan-berat dan dapat berpengaruh pada fungsi mukosiliari bronkus. Selain itu peningkatan sekresi bronkial yang kental dan lengket akan mengganggu aktifitas mukosiliari.GEJALABatuk yang menetap yang bertambah parah pada malam hari serta biasanya disertai sputum. Sesak napas bila harus melakukan gerakan eksersi (naik tangga, mengangkat beban berat)Lemah, lelah, lesuNyeri telan (faringitis)Laringitis, biasanya bila penyebab adalah chlamydiaNyeri kepalaDemam pada suhu tubuh yang rendah yang dapat disebabkan oleh virus influenza, adenovirus ataupun infeksi bakteri.Adanya ronchii3. BRONKHITIS KRONISPenyakit yang tidak spesifik pada orang dewasa. Biasanya pasein akan melaporakan batuk denan seputum hampir sepanjang hari selama paling tidak 3 bulan berturut-turut setiap tahun selama 2 tahun berturutan.

Lanjutan.. (PATOFISIOLOGI)Bronkitis kronis terjadi akibat dari beberapa faktor pendukung termasuk merokok, terpapar debu, asap, polusi lingkungan, dan infeksi bakteri atau virus.Pada bronkhitis kronis, dinding bronkus menebal dan jumlah mukus yang disekresi sel globet di permukaan epitel bronkus besar dan kecil meningkat nyata. Hipertropi kelenjar mukus dan dilatasi saluran kelenjar mukus juga ditemui. Akibatnya pasien dengan kronis bronkhitis mempunyai lebih banyak muskus secara nyata di saluran nafas perifer dan selanjutnya akan mengganggu pertahanan paru normal dan menyebabkan penyumbatan mukus disaluran pernafasan yang lebih kecil. Selanjutnya kondisi patologis ini dapat menyebabkan perut pada bronkus kecil dan meningkatkan obstruksi saluran nafas dan perlemahan dinding bronkus.

MEKANISME KONTROL BATUKBerbeda dengan bersin atau cegukan, batuk tidak mengalami stereotipe dari segi pola, namun bentuknya bisa bermacam-macam. Secara umum, batuk terlihat sebagai aksi spontan. Kontrol spontan seperti ini diperkirakan membypas generator ritme napas, meskipun batuk dan ritme napas normal tidak akan pernah terjadi bersamaan. Mengingat pentingnya obat antitusif dan menyebarluasnya penggunaan obat ini karena dianggap bertindak langusng terhadap mekanisme pusat batuk, diperlukan lebih banyak informasi mengenai jalur batang otak neuron yang terlibat dalam gerakan refleks ini. Sejumlah studi farmakologi tentang representasi jalur batuk sudah dilakukan, aksi antitusif dari opioid disebabkan oleh reseptor subgrup 2 pada tikus, namun reseptor K1 opioid berfungsi menekan batuk pada tikus putih dan mencit. Reseptor -opioid sepertinya tidak terlibat pada spesies ini. Obat antitusif opioid kelihatannya bekerja via reseptor 5-hydroxytryptamine, mungkin melalui reseptor 5HT1 (bukan 5HT2). Jadi, methysergide menghambat aksi antitusif opioid pada tikus putih.Batuk yang berlarut-larut merupakan beban serius bagi banyak penderita dan menimbulkan berbagai keluhan lain seperti sukar tidur, keletihan, dan inkontinensi urin.JENIS BATUKBatuk produktifBatuk non produktifSuatu mekanisme perlindungan dengan fungsi meneluarkan zat-zat asing (kuman, debu, dsb) dan dahak dari batang tenggorokan spertai diuraikan diatas. Batuk ini pada hakekatnya tidak boleh ditekan oleh pereda. Tetapi dalam praktek sering kali batuk hebat mengganggu tidur dan melatihkan pasien ataupun berbahaya, misalnya setelah pembedahan. Untuk meringankan dan mengurangi frekuensi batuk umumnya dilakukan terapi simtomatis dengan obat-obat batuk (antitusif), yakni zat pelunak, ekspektoransia, mukolitik dan pereda batuk.Bersifat kering tanpa adanya dahak, misalnya pada batuk rejan (pertussis), atau juga karena pengeluarannya memang tidak mungkin, seperti pada tumor. Batuk menggelitik ini tidak ada manfaatnya, menjengkelkan dan sering kali mengganggu tidur. Bila tidak diobati, batuk demikian akan terulang terus karena pengeluaran udara cepat pada waktu batuk akan kembali merangsang mukosa tenggorokan dan faring.Asma merupakan inflamasi kronik saluran napas. Berbagai sel inflamasi berperan, terutama sel mast, eosinofil, sel limfosit T, makrofag, netrofil dan sel epitel. Faktor lingkungan dan berbagai faktor lain berperan sebagai penyebab atau pencetus inflamasi saluran napas pada pasien asma. Inflamasi terdapat pada berbagai derajat asma baik pada asma intermiten maupun asma persisten. Inflamasi kronik menyebabkan peningkatan hiperesponsif (hipereaktifitas) jalan napas yang menimbulkan gejala episodik berulang berupa mengi, sesak napas, dada terasa berat dan batuk-batuk terutama pada malam dan/atau dini hari. Episodik tersebut berkaitan dengan sumbatan saluran napas yang luas, bervariasi dan seringkali bersifat reversibel dengan atau tanpa pengobatanEtiologi dan patofisiologi4. AsmaAssassmentApa pekerjaan nya?Jika batuk, sudah berapa lama? Dan apakah batuknya berdahak atau kering? Apakah keluar darah?Jika asma, sudah berapa lama? Dan seberapa sering pasien asma nya kambuh?Apa yang dilakukakan jika asma nya kambuh?Apakah merokok?Apakah sedang dalam keadaan hamil atau menyusui?Apakah ada riwayat keturunan yang asma?Apakah ada riwayat penyakit lain?Sedang mengkonsumsi obat apa?Apakah ada alergi obat?BENTUK SEDIAAN : ORAL, NASAL SPRAY, ORAL INHALATIONTerapi FarmakologiNASONEXKomposisi Mometasone FuroateIndikasi Use label : meredakan inflamasi dan manifestasi pruritus dari corticosteroid-responsive deramtis, pengobatan gejala nasan musiman dan alergi rhinitis perennia, pencegahan gejala nasal yang berhubungan dengan alergi , pengobatan polip nasal pada pediatri, pengaturan pengobatan asma sebagai terapi profilaksis atau sebagai suplemen pada penderita asma yang membutuhkan oral kortikosteroid dengan tujuan menurunlan atau menghilangkan kebutuhan kortikosteroid Kontraindikasi Hipersensitif terhadap mometasone atau komponen formulasi, pengobatan bronchospasm akut (oral inhaler)Dosis Profilaksis dan pengobatan alergi rhinitis musiman / pengobatan alergi rhinitis perennial :Pediatri dan anak >12 tahun : nasal inhalation :2 semprotan pada tiap lubang hidung satu kali sehariAnak 2- 11 tahun = nasal inhalation : 1 semprotan tiap lubang hidung satu kali sehariNASONEXProphylaxis and Treatment of Seasonal Allergic Rhinitis/Treatment of Perennial Allergic RhinitisAdults and Children at least 12 yr: Nasal Inhalation 2 sprays in each nostril once daily.Children 2 to 11 yr: Nasal Inhalation 1 spray in each nostril once daily.24Dosis Profilaksis untuk alergi rhinitis musiman :Dewasa dan anak > 12 : nasal inhalation : 2 semprotan di tiap lubang hidung per hari diawali 2-4 minggu untuk mengantisipasi musim awal pollen

Asthma: Oral inhalation: Bronchodilators or inhaled corticosteroids: dosis awal: 1 inhalation (220 mcg) sehari (maximum 2 inhalations or 440 mcg/day); dapat diberikan pada malam hari atau dua kali sehari

Asthma: Oral inhalation:Children 4-11 years: 110 mcg once daily in the evening (maximum 110 mcg/day)Children 12 years: Refer to adult dosing.

Efek sampingNasal/oral inhalation:>10%: Central nervous system: Headache (17% to 26%), fatigue (oral inhalation 1% to 13%), depression (oral inhalation 11%)Neuromuscular & skeletal: Musculoskeletal pain (1% to 22%), arthralgia (oral inhalation 13%)

Prophylaxis for Seasonal Allergic RhinitisAdults and Children at least 12 yr: Nasal Inhalation 2 sprays in each nostril once daily beginning 2 to 4 wk prior to the anticipated start of the pollen season.

25 Respiratory: Rhinitis (2% to 20%), upper respiratory infection (5% to 15%), pharyngitis (8% to 13%), cough (nasal inhalation 7% to 13%), epistaxis (1% to 11%) Miscellaneous: Viral infection (nasal inhalation 8% to 14%), oral candidiasis (oral inhalation 4% to 22%), 1% to 10%: Cardiovascular: Chest pain Central nervous system: Pain Gastrointestinal: Abdominal pain, anorexia, dry throat (oral inhalation), diarrhea, dyspepsia, flatulence, gastroenteritis, nausea, vomiting Genitourinary: Dysmenorrhea Neuromuscular & skeletal: Back pain, myalgia Ocular: Conjunctivitis Otic: Earache, otitis media Respiratory: Asthma, bronchitis, dysphonia, nasal irritation, sinusitis, wheezing Miscellaneous: Accidental injury, flu-like syndrome 10%:Central nervous system: sakit kepalaRespiratory: Nasopharyngitis

1% to 10%:Cardiovascular: Facial edema (3%)Central nervous system: pusing (3%), fatigue (3%)Dermatologic: Urticaria (3%)Gastrointestinal: Gastroenteritis (3%), oral candidiasis (3%) Neuromuscular & skeletal: Arthralgia (4%), musculoskeletal chest pain (3%), back pain (3%), sakit yang sangat parah(3%)Ocular: Conjunctivitis (3%)Otic: Ear pain (2%)

Respiratory: Upper respiratory infection (9%), epistaxis (8%), nasal congestion (6%), sinusitis (6%), pharyngolaryngeal pain (5%), hoarseness (3%), pneumonia (3%), paradoxical bronchospasm (2%), dysphonia (1%)Miscellaneous: Influenza (3%)12 tahun:128 mg(2 spray) pad setiap nonstril setiap pagi hari atau 64 mg (1 spray )pada setiap nonstril dua kali sehari.Dosis Nasal Polip :Dewasa dan Anak > 12 tahun: 64 mg pada setiap nonstril dua kali sehari ,penggunaan sampai 3 bulan. BNF 61Kontraindikasi- Hipersensitivitas pada budesonide atau komponen dalam formulasi.-Inhalasi:Terapi primer kasus asmatikus,asma akut,tidak untuk terapi broncospasm akut.DIH 17th edition AspekKeteranganPustakaESO- Kardiovaskular ;hipertensi,palpitasi,takikardi (oral)-Kulit ; Jerawat, alopecia, dermatitis, eczema, skin disorder, meningkatkan ekskresi keringat(oral). -Gastrointestinal: Mulut kering. indigestion; nausea, dyspepsia, sakit abdomen, flatulence, vomiting, anus disorder,Crohn disease, enteritis, epigastric pain, GI fistula, hemorrhoids, intestinal obstruksi, edema lidah, tooth disorder (oral).

( A to Z Drug Facts )Interaksi-Appendix 1 ( Kortikoseroid ),alergi kortikosteroid-Jus Anggur, ketoconazole (oral )(Meningkatkan level plasma dari Budesonide,peningkatan efek farmakologik dan efek samping.

BNF 61DIH 17th EditionPerhatianTidak dianjurkan untuk anak usia dibawah usia 6 tahun.A to Z Drug FactsVancenaseAspekKeteranganKomposisi Beclomethasone dipropionate, MonohydrateMekanisme Sebagai anti inflamasi steroid dengan aktivitas glukortikosteroid yang potent dan mineralkortikosteroid lemah .IndikasiTerapi untuk perennial ,rhinitis musiman dan simptom hay fever.DosisSpray:Dosis yang dianjurkan untuk dewasa dan anak > 6 tahun : 1 metered dose (50 g) pada setiap nostril 3-4 kali sehari. Dosis maksimum tidak melebihi 20 metered doses (1 000 g) untuk dewasafor dan 10 doses (500 g) untuk anak-anak. Aerosol,pocket inhaler : 42 mcg

KontraindikasiHipersensitifitas dengan Vancenase atau komponen didalamnya,anak dibawah < 6 tahun,terapi tubercolosis paru dan bakteri.ESOKekeringan/iritasi hidung dan tenggorokan,bersin,mimisan,bau dan rasa yang tidak enak.Interaksi-A to Z Drug FactsAspekKeteranganPerhatianTidak direkomendasikan untuk pasien dengan riwayat nasal bleedingPada pasien dengan riwayat penggunaan kortikosteroid berpotensiasi terjadinya immunosupreasan. Ibu hamil dan menyusui (kategori C )Bila terjadi hipersensitifitas hentikan terapi dan hubungi dokterVancenaseVeramystAspekKeteranganPustakaKomposisi Fluticasone furoate/propionateA to Z Drug FactsMekanisme Sebagai anti inflamasi kortikosteroid pada saluran nasalA to Z Drug Facts

Indikasi Simptom untuk alergi rhinitis peripheral dan musimanA to Z Drug Facts

DosisDewasa (> 12 tahun) : 110 mcg (2 spray/nonstril) dalam sehari.Anak ( 2-11 tahun ) : 55 mcg ( 1 spray/nonsril ) dalam sehari.A to Z Drug Facts

KontraindikasiHipersensitifitas pada veramyst atau komponen didalamnyaTidak dianjurkan untuk penderita infeksi nasal mukosaA to Z Drug Facts

ESO( > 1 % ) : Sakit kepala,epistaxis,Nyeri pharyngolaryngeal,Ulserasi nasal, Nyeri punggung,pyrexia dan batuk. A to Z Drug Facts

VeramystAspekKeteranganPustakaInteraksi Potent inhibitor pada enzim cytochrome P450 3A4 (CYP3A4) yang akan meningkatakan pemecahan fluticasone furoate. Penggunaan bersama ritonavir tidak dianjurkan Perhatian khusus pada obat potent CYP3A4 inhibitor lainnya,seperti ketoconazole.

A to Z Drug FactsPerhatianEpistaxis, Ulserasi nasal, Infeksi Candida albicans, Perforasi nasal septal. Monitor pasien dengan tanda-tanda diatas.Hindarkan penggunaan pada pasien ulserasi nasal,operasi nasal dan trauma. Peningkatan resiko glaucoma posterior,subcapsular katarak. Reaksi hipersensitifitas : anaphylaxis, angioedema, rash dan urtikaria.Pada dosis tinggi potensi terjadinya Hypercorticism dan adrenal suppression,bila terjadi hentikan terapi secara bertahap. Potensi penurunan kecepatan pertumbuhan anak mungkin terjadi.

A to Z Drug Facts

Nasal SalineMekanisme KerjaKetika ada alergi, hidung akan mengalami inflamasi sehingga sekret atau lendir hidung tidak dapat mengalir dengan lancar yang berakibat jalur napas mengalami kebuntuan. Nasal Saline bekerja dengan membasahi sekret hidung di rongga sinus sehingga mengurangi risiko mengeringnya sekret yang dapat membuntu rongga sinus (American Academy of Allergy Asthma and Immunology)

Ayr SalineAspekInformasi ObatPustakaKomposisi0.65% (50 mL)DIH 17thIndikasiMengembalikan kelembaban pada membran hidung, melonggarkan dan mengurangi hidung buntu karena flu atau dinginDIH 17thDosisDrop : 2-6 tetes setiap lubang hidungSpray (Mist) : 2-3 semprot setiap lubang hidungDIH 17thAyr websiteKontraindikasiHipersensitifitas terhadap NaCl, hipernatremi, retensi cairanDIH 17thEfek SampingHipokalemi, hipernatremi, edema paru, pengenceran serum elektrolitDIH 17thPerhatianGunakan hati-hati pada pasien hipertensi, sirosis, dan ginjalDIH 17thInteraksiLithium : mempercepat ekskresi lithiumDIH 17thNasal moisture AFRIN mims(104)aspekInformasi obatpustakakomposisioxymetazolineMims hal.104indikasiterapi ajuvan infeksi telinga tengah, terkait dengan akut atau kronis rhinitis, pilek, sinusitis, demamMartindale edisi 36 halaman 1567kontraindikasihipersensitivitas,hipertensi,penyakit jantung

Mims hal.104dosisSemprot hidung:2-3 semprot.Tetes hidung: 2-3 gttMims hal.104Efek sampingRasa terbakar pada hidung,iritasi lokalMims hal.104InteraksiMAO Inhibitor: dapat meningkatkan efek hipertensi dari Alpha1-AgonisDIHBreathyAspekInformasi obatPustakakomposisiSodium chlorideMims halaman 104indikasi

Inhalasi: Mengembalikan kelembaban sistem paru; mengendur dan menipis kemacetan yang disebabkan oleh pilek atau alergi; pengencer untuk solusi bronchodilator yang memerlukan pengenceran sebelum inhalasi.DIHDosisIntranasal: 2-3 semprotan di setiap lubang hidung yang diperlukanDIHkontraindikasiHipersensitivitas terhadap natrium klorida atau komponen dari formulasi; uterus hipertonik, hipernatremia, retensi cairan

DIHinteraksiEfek sampingIritasi lokalMims halaman 104PerhatianJangan dingunkan untuk orang lain,untuk mencegah penularanAspek Informasi obatliteraturkomposisiOksimetazolin hcl 0.05% Iso vol46 hal 527dosisObat semprot hidung: Dws anak > 6 th, 2-3 semprotan pda tiap lubang hidung disertai tarikan nafas sehari 2x, pagi dan sore. Obbt tts: sehari 2x 2-3 tts pd tiap lubang hdungIso vol46 hal 527

indikasiSimptomatik dan kongesti (kesembaban hidung dan nasofaring krena flu) sinusitisIso vol46 hal 527

kontraindikasiHipersensitif, penyakit jantungMIMS dan ISO

Mekanisme kerjaobat secara langsung menstimulasi a-adrenergic receptors dari sistem saraf simpatik dan memunculkan sedikit atau tidak sama sekali efek pada b-adrenergic receptors.MIMS dan ISO

PerhatianPenderita dalam terapi dg MAOI MIMS dan ISO

AfrinperhatianPenderita dalam terapi dg MAOI MIMS dan ISO

Cara pemakaianCara pemakaian bentuk tetes : posisi pasien menyamping dengan kepala sedikit ke bawah, kemudian teteskan pada salah satu lubang hidung (yang berada pada posisi di bawah). Pasien harus berada dalam posisi tersebut selama 5 menit, kemudian lakukan cara yang sama untuk lubang hidung yang lain. Alternatif lain adalah pasien bersandar dengan posisi kepala dimiringkan sejauh mungkin ke belakang, kemudian teteskan pada lubang hidung. Cara penggunaan bentuk semprot : Disemprotkan pada masing-masing lubang hidung dengan kepala pasien dalam posisi tegak sehingga kelebihan cairan tidak terbuang. Untuk meminimalkan risiko infeksi meluas, alat tetes, inhaler, dan spray dispenser tidak boleh digunakan lebih dari 1 orang, dan dispensers, inhaler, atau alat tetes harus dibilas dengan air hangat setelah penggunaan. Bila gejala tidak hilang dalam waktu 3 hari, dianjurkan untuk menghentikan pemakaian, dan konsul ke dokterEfek sampingSusah tidur, rasa terbakar pada tenggorokan/hidung ,mual,sakit kepala,mukosa hidung kering MIMS dan ISO

Cara penyimpananharus disimpan dalam wadah tertutup rapat pada temperatur < 40C, lebih disukai pada 2-30C. MIMS dan ISOAntihistamine Nasal SprayMekanisme Kerja :

Antihistamin generasi kedua yang digunakan melalui intranasal. Antihistamin ini merupakan antagonis H1, yang menghambat reseptor H1 H1-blockers (antihistaminika klasik) Mengantagonir histamin dengan jalan memblok reseptor-H1 di otot licin dari dinding pembuluh,bronchi dan saluran cerna,kandung kemih dan rahim. Begitu pula melawan efek histamine di kapiler dan ujung saraf (gatal, flare reaction). Efeknya adalah simtomatis, antihistmin tidak dapat menghindarkan timbulnya reaksi alergiMEKANISME KERJARelatif selektif histamin H1 antagonis Action dan pelepasan histamin dan inhibitor dari mediator dari sel-sel lain (misalnya, sel mast) yang terlibat aksi respon alergi.generasi kedua

A to ZDIHDOSISDosis: DewasaMusiman rhinitis alergi: intranasal 1-2 semprotan setiap lubang hidung dua kali sehariVasomotor rhinitis: intranasal 2 semprotan tiap lubang hidung dua kali sehari.DIHINDIKASIrhinitis alergiA to ZKONTRAINDIKASIHipersensitif terhadap komponen dari azelastineDIHEFEK SAMPINGSSP: Sakit kepala; mengantuk; kelelahan; pusing. EENT: kunci Bitter; pembakaran hidung; faringitis; mulut kering; rhinitis; epistaksis; sakit mata, kabur, membakar, atau menyengat, konjungtivitis (larutan tetes mata). GI: Mual. META: Berat badan. RESP: Asma; dyspnea. LAIN: Pruritus.

A to ZINTERAKSIAlkohol, CNS depresan: Gunakan semprotan hidung azelastine dengan aditif Dapat menyebabkan Penurunan kewaspadaan dan penurunan kinerja SSP.

1. AZELASTINEPERHATIANKehamilan: Kategori C.Dapat menyebabkan rasa mengantuk di Beberapa Pasien; anjurkan pasien untuk menggunakan hati-hati mengemudi atau mesin Ketika beroperasi. Efek Mungkin aditif depresan SSP dengan dan / atau etanol. Keselamatan dan Khasiat belum dcides pada anak 10%: Gastrointestinal: rasa pahit (13%)

1% sampai 10%:mengantuk, Xerostomia, Infeksi saluran kemih, CPK meningkat, Nasal ulserasi , epistaksis, nyeri pharyngolaryngeal, postnasal drip , batuk , iritasi tenggorokan, Influenza

DIH2. OLOPATADINE

INTERAKSIAcetylcholinesterase Inhibitors (Tengah): Antikolinergik dapat mengurangi efek terapeutik Acetylcholinesterase Inhibitors (Central). Acetylcholinesterase Inhibitors (Tengah) dapat mengurangi efek terapeutik Antikolinergik. Jika tindakan antikolinergik adalah efek samping dari agen, hasilnya mungkin bermanfaat. Risiko C: Terapi Memantau

Amfetamin: mengurangi efek sedatif dari Antihistamin. Risiko C: Terapi Memantau

Antikolinergik: Semoga meningkatkan efek merugikan / beracun dari Antikolinergik lainnya. Pengecualian: Paliperidone. Risiko C: Terapi Memantau

CNS depressants: meningkatkan merugikan / efek toksik lainnya CNS depressants. Risiko C: Terapi Memantau

Pramlintide: meningkatkan efek antikolinergik dari Antikolinergik. Efek ini khusus untuk saluran pencernaan. Risiko D: Pertimbangkan modifikasi terapi

Ethanol / Nutrisi / Herb InteractionsEthanol: Hindari etanol (dapat menyebabkan peningkatan mengantuk atau kelelahan).DIHPERHATIANNasal semprot: Dapat menyebabkan rasa mengantuk pada beberapa pasien; anjurkan pasien untuk berhati-hati saat berkendara atau mesin beroperasi. Pengaruhnya aditif dengan depresan SSP dan / atau etanol. Memeriksa secara berkala mukosa hidung untuk ulserasi dan mempertimbangkan menghentikan jika ulserasi terjadi. Keamanan dan kemanjuran belum didirikan pada anak 5 YR: Aerosol 2 semprotan meteran (1600 mcg) inhalasi qid secara berkala.

Pencegahan akut Bronkospasme

DEWASA: 2 semprotan meteran dosis atau 20 mg melalui kapsul terhirup atau nebulizer (10-15 menit tapi tidak lebih dari 60 menit) sebelum paparan faktor pencetus.

Musiman atau Perennial Rhinitis

DEWASA & ANAK> 6 YR: solusi Nasal dengan perangkat semprot Mulailah pengobatan sebelum kontak dengan alergen dan terus berlanjut sepanjang periode paparan. Satu semprot (5,2 mg) di setiap lubang hidung 3-6 kali / hari secara berkala.Rhinitis alergi (pengobatan dan profilaksis): Nasal: Menanamkan 1 semprot di setiap lubang hidung 3-4 kali / hari

Asma: Untuk kontrol kronis asma, frekuensi lancip dengan dosis efektif terendah (yaitu, 4 kali / hari untuk 3 kali / hari untuk dua kali sehari). Catatan: Tidak efektif untuk bantuan langsung dari gejala serangan asma akut; harus digunakan secara berkala selama 2-4 minggu untuk menjadi efektif.A to ZDIHINDIKASIInhalasi: Profilaksis asma bronkial parah; pencegahan asma akibat olahraga; pencegahan bronkospasme akut yang disebabkan oleh polusi lingkungan dan antigen dikenal. Solusi hidung: Pencegahan dan pengobatan rhinitis alergi.A to ZKONTRAINDIKASIHypersensitivity untuk kromolin atau komponen dari formulasi; serangan asma akutDIH3. NASALCROM (CROMOLYN)Digunakan sebagai tambahan dalam profilaksis gangguan alergi, termasuk asma; pencegahan bronkospasme latihan-induced

EFEK SAMPINGSSP: Pusing; sakit kepala. Derm: Ruam; urtikaria; angioedema. EENT: lakrimasi; menyengat hidung, terbakar atau iritasi; bersin; hidung tersumbat; rasa tidak enak; kelenjar parotis bengkak; tenggorokan kering atau teriritasi. GI: Mual; pembakaran substernal; diare (bentuk lisan). GU: Disuria; frekuensi kencing. OPHTHALMIC: menyengat; pembakaran; mata berair; mata gatal; kekeringan di sekitar mata; mata bengkak; iritasi mata; dan styes. RESP: Batuk; mengi; bronkospasme. LAIN: Nyeri sendi dan bengkak.A to ZINTERAKSIPERHATIANKehamilan: Kategori B. Laktasi: dalam ASI diketahui / digunakan hati-hati. Anak-anak: Kapsul: Gunakan tidak dianjurkan pada anak