issn 0853 - 8204 w a r t aperkebunan.litbang.pertanian.go.id/dbasebun/asset_dbase...memiliki peran...

33
Keragaman karakter kualitatif dan kuantitatif daun 37 aksesi ..... Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, Volume 23 Nomor 2, Agustus 2017 1 BIOLOGI BUNGA DAN TEKNIK PERSILANGAN BUNGA KARET Program pemuliaan karet di Indo- nesia telah banyak menghasilkan klon-klon karet unggul sebagai penghasil lateks dan kayu. Pena- naman klon unggul secara nyata telah meningkatkan produktivitas dan daya saing karet alam nasio- nal. Untuk memperoleh klon-klon yang lebih unggul dilakukan de- ngan program persilangan buatan dan seleksi pohon induk dengan tujuan untuk mendapatkan geno- tipe unggul sebagai penghasil lateks tinggi, pertumbuhan cepat, resisten terhadap penyakit, me- miliki adaptabilitas yang luas dan memiliki karakteristik sekunder yang baik. Persilangan/hibridisasi memiliki peran penting dalam pemuliaan untuk memperluas ke- ragaman genetik. Seleksi akan efektif apabila populasi yang diseleksi mempunyai keragaman genetik yang cukup luas. Salah satu upaya untuk meningkat- kan hasil karet adalah meng- gunakan bibit unggul dengan di- dapatkannya melalui persilang- an dengan klon-klon unggul ter- pilih. Sifat benih unggul pada tanaman dapat timbul secara ala- mi karena adanya seleksi alam dan dapat juga timbul akibat campur tangan manusia melalui kegiatan pemuliaan tanaman. Pe- muliaan tanaman pada dasarnya adalah memilih atau menyeleksi dari suatu populasi untuk men- dapatkan genotipe tanaman yang memiliki sifat-sifat unggul yang selanjutnya akan dikembangkan dan diperbanyak sebagai bibit atau benih unggul. Persilangan/ hibridisasi adalah penyerbukan silang antara tetua yang berbeda susunan genetiknya. Pada tanam- an menyerbuk sendiri hibridisasi merupakan langkah awal pada program pemuliaan setelah di- lakukan pemilihan tetua. Volume 23, Nomor 2 Agustus 2017 W A R T A BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERKEBUNAN TERBIT TIGA KALI SETAHUN ISSN 0853 - 8204 PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN Gambar 1. Penampilan rangkaian bunga karet (Inflorentia cymosa) a), b), c) bunga betina, d) bunga jantan, e) posisi kotak sari bunga jantan, f) bentuk dan ukuran tepung sari, g) penampang melintang bunga betina tanaman karet, h) bunga betina disilangkan pada benang sari, menutup kepala putik dengan getah lateks dan i) menyilangkan benang sari dengan menggunakan pinset, bunga hasil persilangan ditutup dengan kapas a b d c e a g h f i

Upload: others

Post on 27-Nov-2020

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ISSN 0853 - 8204 W A R T Aperkebunan.litbang.pertanian.go.id/dbasebun/asset_dbase...memiliki peran penting dalam pemuliaan untuk memperluas ke-ragaman genetik. Seleksi akan efektif

Keragaman karakter kualitatif dan kuantitatif daun 37 aksesi .....

Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, Volume 23 Nomor 2, Agustus 2017 1

BIOLOGI BUNGA DAN TEKNIK PERSILANGAN BUNGA KARET

Program pemuliaan karet di Indo-

nesia telah banyak menghasilkan klon-klon karet unggul sebagai penghasil lateks dan kayu. Pena-

naman klon unggul secara nyata telah meningkatkan produktivitas dan daya saing karet alam nasio-nal. Untuk memperoleh klon-klon

yang lebih unggul dilakukan de-

ngan program persilangan buatan dan seleksi pohon induk dengan tujuan untuk mendapatkan geno-

tipe unggul sebagai penghasil lateks tinggi, pertumbuhan cepat, resisten terhadap penyakit, me-

miliki adaptabilitas yang luas dan

memiliki karakteristik sekunder

yang baik. Persilangan/hibridisasi memiliki peran penting dalam pemuliaan untuk memperluas ke-

ragaman genetik. Seleksi akan efektif apabila populasi yang diseleksi mempunyai keragaman

genetik yang cukup luas. Salah satu upaya untuk meningkat- kan hasil karet adalah meng-

gunakan bibit unggul dengan di-dapatkannya melalui persilang-an dengan klon-klon unggul ter-

pilih. Sifat benih unggul pada tanaman dapat timbul secara ala-mi karena adanya seleksi alam

dan dapat juga timbul akibat campur tangan manusia melalui kegiatan pemuliaan tanaman. Pe-

muliaan tanaman pada dasarnya adalah memilih atau menyeleksi dari suatu populasi untuk men-

dapatkan genotipe tanaman yang memiliki sifat-sifat unggul yang selanjutnya akan dikembangkan

dan diperbanyak sebagai bibit atau benih unggul. Persilangan/ hibridisasi adalah penyerbukan

silang antara tetua yang berbeda susunan genetiknya. Pada tanam-an menyerbuk sendiri hibridisasi

merupakan langkah awal pada program pemuliaan setelah di-lakukan pemilihan tetua.

Volume 23, Nomor 2 Agustus 2017

W A R T A

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERKEBUNAN

TERBIT TIGA KALI SETAHUN

ISSN 0853 - 8204

PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TANAMAN INDUSTRI

Gambar 1. Penampilan rangkaian bunga karet (Inflorentia cymosa) a), b), c)

bunga betina, d) bunga jantan, e) posisi kotak sari bunga jantan, f)

bentuk dan ukuran tepung sari, g) penampang melintang bunga

betina tanaman karet, h) bunga betina disilangkan pada benang sari,

menutup kepala putik dengan getah lateks dan i) menyilangkan

benang sari dengan menggunakan pinset, bunga hasil persilangan

ditutup dengan kapas

a b d c

e a

g

h

f

i

Page 2: ISSN 0853 - 8204 W A R T Aperkebunan.litbang.pertanian.go.id/dbasebun/asset_dbase...memiliki peran penting dalam pemuliaan untuk memperluas ke-ragaman genetik. Seleksi akan efektif

Teknologi ekstraksi tanaman obat

Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, Volume 23 Nomor 2, Agustus 2017 2

rogram pemuliaan karet pada

saat ini diarahkan pada

perbaikan kualitas dan pro-

duktivitas tanaman. Klon unggul

baru merupakan syarat utama agar

komoditas karet tetap menguntung-

kan di dalam persaingan global

baik pada saat ini maupun masa

mendatang. Dua cara untuk

menghasilkan klon unggul karet

adalah (1) Menyeleksi segregan-

segregan dari sumber-sumber ke-

ragaman genetik yang ada, dan (2).

Menyediakan keragaman genetik

baru melalui persilangan buatan.

Kedua cara tersebut saling berkait-

an satu sama lain karena sumber

tetua pada persilangan juga ber-

asal dari sumber genetik yang

terpilih

Salah satu tujuan program

pemuliaan karet adalah mendapatkan

klon dengan produktivitas tinggi

serta tahan terhadap penyakit.

Klon merupakan suatu komponen

teknologi di dalam peningkatan

produktivitas tanaman. Kesalahan

memilih klon akan memberikan

dampak kerugian selama satu siklus

tanaman karet (25 - 30 tahun).

Sejak tahun 1985 perbaikan

genetik terhadap karakteristik ta-

naman karet terus dilakukan

dengan memanfaatkan teknik kon-

vensional dengan cara persilangan

antar klon karet. Pada prinsipnya

hibridisasi pada tanaman karet

dilakukan dengan bantuan manusia

(hand polination). Secara sederhana

hibridisasi dilakukan dengan cara

mengambil serbuk sari suatu klon

dan dimasukkan ke atas putik pada

klon karet yang berbeda. Tetua

persilangan tentunya memiliki sua-

tu keunggulan baik segi pertum-

buhan, ketahanan penyakit, dan

produktivitasnya. Syarat dari hi-

bridisasi adalah harus memiliki

pola genetik yang sama sehingga

memiliki kecenderungan untuk

menjalani evolusi yang sama.

Dengan kata lain bahwa tanaman

yang akan dihibridisasi harus

memiliki hubungan evolusi atau

kekerabatan yang dekat. Dalam

konteks filogenetika, tanaman

tersebut harus memiliki hubungan

monofiletik, yaitu berasal dari suatu

keturunan yang sama. Sebaliknya

jika hubungan kekerabatan pada

tanaman tersebut non monofiletik

maka salah satu timbul adalah reaksi

penolakan karena tidak adanya

kecocokan genetik seperti yang

sering terjadi dalam perbanyakan

kegiatan hibridisasi.

Karakteristik bunga jantan dan

bunga betina merupakan salah

satu faktor yang menentukan ke-

berhasilan persilangan tanaman

karet. Keberhasilan persilangan pada

musim bunga pertama mencapai

sekitar 3%, sedangkan pada musim

bunga kedua mencapai 8% (Maas,

1919). Faktor yang mempengaruhi

keberhasilan persilangan ini adalah

faktor genetik dan lingkungan.

Faktor genetik yang mempengaruhi

adalah sterilitas dan inkompatibili-

tas bunga jantan maupun bunga

betina. Inkompatibilitas terjadi ka-

rena tabung serbuk sari yang tidak

berkecambah tetapi tidak terjadi

fertilisasi, atau fertilisasi terjadi

tetapi embrio tidak berkem-

bang. Sedangkan faktor lingkung-

an adalah kondisi iklim terutama

curah hujan dan kelembapan.

Teknik Hibridisasi

Persilangan klon dapat terjadi

secara alami maupun secara buatan.

Agar persilangan alami dapat terjadi

dengan baik, maka perlu dilakukan

penataan klon di dalam suatu per-

tanaman yang dirancang secara

khusus. Permasalahan yang dihadapi

pada persilangan alami adalah tidak

jelasnya asal persilangan apakah

akibat persilangan pada klon yang

sama atau berasal dari klon yang

berbeda. Biji yang dihasilkan

P

Warta Penelitian dan Pengem-bangan Tanaman Industri me-muat pokok-pokok kegiatan serta hasil penelitian dan pengem-bangan tanaman perkebunan.

PELINDUNG : Kapuslitbang Perkebunan

FADJRY DJUFRY

PENANGGUNG JAWAB :

JELFINA C. ALOUW

A. DEWAN REDAKSI Ketua Merangkap Anggota

ENDANG HADIPOENTYANTI

Anggota :

DONO WAHYUNO DYAH MANOHARA

E. RINI PRIBADI OCTIVIA TRISILAWATI IWA MARA TRISAWA

SUDARSONO HERNANI

B. REDAKSI PELAKSANA

ELFIANSYAH DAMANIK TARUNA P. SURIANATA

Alamat Redaksi dan Penerbit Pusat Penelitian dan Pengembangan

Perkebunan. Jl. Tentara Pelajar No. 1 Bogor 16111

Telp. (0251) 8313083 Faks. (0251) 8336194

Sumber Dana :

DIPA 2O17 Pusat Penelitian dan

Pengembangan Tanaman Perkebunan, Badan

Penelitian dan Pengembangan Pertanian

Warta Penelitian dan Pengem-bangan Tanaman Industri me-muat pokok-pokok kegiatan serta hasil penelitian dan pengem-bangan tanaman perkebunan.

PELINDUNG : Kapuslitbang Perkebunan

FADJRY DJUFRY

PENANGGUNG JAWAB :

JELFINA CONSTANSYE ALOUW

A. DEWAN REDAKSI Ketua Merangkap Anggota

ENDANG HADIPOENTYANTI

Anggota :

DONO WAHYUNO DYAH MANOHARA

E. RINI PRIBADI OCTIVIA TRISILAWATI IWA MARA TRISAWA

SUDARSONO HERNANI

B. REDAKSI PELAKSANA

ELFIANSYAH DAMANIK TARUNA P. SURIANATA

Alamat Redaksi dan Penerbit Pusat Penelitian dan Pengembangan

Perkebunan. Jl. Tentara Pelajar No. 1 Bogor 16111

Telp. (0251) 8313083 Faks. (0251) 8336194

Sumber Dana :

DIPA 2O17 Pusat Penelitian dan

Pengembangan Tanaman Perkebunan, Badan

Penelitian dan Pengembangan Pertanian

DAFTAR ISI

Informasi Komoditas

Biologi bunga dan teknik persilangan

bunga karet ................................................. 1

Isolasi Cashew Nut Shell Liquid dari kulit

biji jambu mete ........................................... 5

Keunggulan dan kelemahan kopi sebagai

obat alami .................................................... 9

Status lilit batang tanaman karet TBM 3

asal benih okulasi hijau dan cokelat ............ 15

Lontar tanaman tahunan yang ber-

manfaat ....................................................... 16

Potensi tanaman putri malu tidak ber

duri sebagai legum penutup tanah pada

lahan tanaman perkebunan tahunan ............. 19

Panen kelapa yang aman dengan alat

panjat dan robot pemanen kelapa:

Cocobot ...................................................... 21

Keragaman karakter kualitatif dan

kuantitatif daun 37 aksesi lada hasil per-

silangan ....................................................... 25

Teknologi ekstraksi tanaman obat ............... 29

Berita

Memasyarakatkan inovasi produk pes-

tisida alami mendukung pertanian ber-

kelanjutan ................................................... 32

Pedoman bagi penulis ................................. 32

Page 3: ISSN 0853 - 8204 W A R T Aperkebunan.litbang.pertanian.go.id/dbasebun/asset_dbase...memiliki peran penting dalam pemuliaan untuk memperluas ke-ragaman genetik. Seleksi akan efektif

Teknologi ekstraksi tanaman obat

Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, Volume 23 Nomor 2, Agustus 2017

3

dari persilangan alami digolong-

kan sebagai biji ilegitim, sebab

hanya induk betinanya saja yang

diketahui. Berbeda dengan per-

silangan buatan (hand polination),

kedua sumber tetua persilangan

dapat diketahui dengan pasti.

Sehingga penggabungan sifat-sifat

yang diketahui dapat dikendalikan

dengan baik.

Tujuan hibridisasi adalah untuk

menciptakan populasi baru dimana

sebagian besar individu anggota-

nya memiliki sifat keturunan yang

baik. Dengan demikian, persilang-

an merupakan suatu usaha untuk

menambah keragaman dalam po-

pulasi baru. Persilangan buatan

adalah suatu teknik penggabungan

antara bunga jantan dan bunga

betina pada klon yang berbeda.

Pengetahuan tentang morfologi

bunga dan teknik persilangan sangat

penting di dalam perakitan klon

karet unggul.

Morfologi Bunga Karet

Bunga karet termasuk bunga

majemuk berbatas (Inflorescentia

cymosa) yaitu bunga majemuk yang

ujung ibu tangkainya selalu ditutup

dengan suatu bunga, jadi ibu tangkai

bunga mempunyai pertumbuhan

yang terbatas. Ibu tangkai ini dapat

pula bercabang-cabang dan cabang-

cabang tadi seperti ibu tangkainya

juga selalu mendukung suatu

bunga pada ujungnya. Pada bunga

majemuk yang berbatas bunga yang

mekar dulu ialah bunga yang

terdapat di sumbu pokok atau ibu

tangkainya, jadi dari tengah ke

tepi (Inflorescentia centrifuga) se-

hingga berbentuk kerucut. Bunga

karet yang berbentuk malai ter-

bentuk dari ranting terminal, terdiri

atas beberapa ribu bunga. Dalam

satu malai terdapat bunga betina dan

bunga jantan dengan proporsi 1 : 60.

Bunga betina tumbuh di ujung

tangkai dan cabangnya, sedangkan

bunga jantan tumbuh di setiap

tangkai bunga yang tersusun atas

tiga bunga. Kedua bunga memiliki

tangkai yang pendek, berwarna

kuning untuk bunga jantan dan

kuning kehijauan untuk bunga

betina.

Bunga betina terdiri atas dasar

bunga, tenda bunga, dan pangkal

buah. Dasar bunga berwarna hijau,

tenda bunga terdiri atas lima helai

daun bunga yang saling berlekatan

pada bagian bawah yang ter-

belah, sedangkan pada ujung

membelah. Bunga jantan terdiri

dari tangkai sari, dan kepala

sari. Kepala sari melekat pada

tangkai sari tersusun dalam dua

lingkaran yang masing-masing

terdiri atas lima kepala sari.

Pemeliharaan Tanaman Tetua

Persilangan

Seperti halnya tanaman butuh

akan hara demi kelangsungan

hidupnya, tanaman yang diguna-

kan sebagai tetua persilangan juga

butuh pemupukan. Jenis pupuk

yang diberikan dapat berupa pupuk

NPK (16 : 16 : 16) dengan dosis

500 g/pohon pada saat sebelum

berbunga. Pemupukan diberikan

secara larikan di bawah tajuk

tanaman. Selain itu dilakukan

pemangkasan dan pengendalian

penyakit.

Kastrasi

Tanaman karet merupakan

tanaman berumah satu (monoceus).

Tetapi bunga jantan dan bunga

betina terpisah pada bunga yang

berbeda sehingga sebelum di-

silangkan, kastrasi pada kedua bunga

perlu dilakukan agar tidak terjadi

persilangan sendiri (selfting).

Kastrasi adalah proses membuka

mahkota bunga betina dan

membuang bunga jantan di sekitar

bunga betina. Kastrasi dilakukan

sehari sebelum penyerbukan. Malai

yang baik disilangkan adalah yang

berumur 15 hari setelah inisiasi

pembungaan atau ada bunga yang

mekar antara 4 - 6 bunga.

Kastrasi merupakan kegiatan

untuk membersihkan bagian ta-

naman yang ada di sekitar bunga

yang akan dibersihkan dari kotoran,

serangga dan kuncup-kuncup bunga

yang tidak dipakai, termasuk mem-

buang mahkota dan kelopak bunga.

Kastrasi biasa dilakukan dengan

menggunakan gunting, pisau dan

pinset. Emaskulasi atau pengebirian

adalah kegiatan pembuangan alat

kelamin jantan (stamen) pada tetua

betina, sebelum bunga mekar

atau terjadi penyerbukan sendiri.

Emaskulasi terutama dilakukan pada

tanaman berumah satu yang

hermaprodit dan fertil

Kastrasi dilakukan dua tahap.

Tahap pertama yaitu pembungaan

bunga betina yang sudah mekar.

Pada bunga betina dipilih malai

yang tumbuh normal, sehat, dan

tidak terinfeksi hama-penyakit serta

bunga sudah mampu untuk dibuahi

(reseptif). Tiga malai sekunder mulai

dari pangkal malai primer dibuang

atau dipotong karena bagian ini lebih

didominasi oleh bunga jantan. Pada

malai sekunder yang tersisa, bunga

yang sudah mekar dibuang dengan

menggunakan gunting kecil. Kastrasi

tahap kedua yaitu pembuangan bu-

nga jantan. Sebaiknya pembuangan

atau pemotongan bunga dilakukan

pada pagi hari, sebelum pukul 7.00

WIB, atau sebelum matahari terbit.

Pada tahap ini bunga betina yang

pada tahap pertama belum mekar.

Bunga-bunga yang akan mekar ini-

lah yang akan disilangkan. Untuk

membuang bunga jantan dilakukan

dengan hati-hati agar tidak menyer-

Page 4: ISSN 0853 - 8204 W A R T Aperkebunan.litbang.pertanian.go.id/dbasebun/asset_dbase...memiliki peran penting dalam pemuliaan untuk memperluas ke-ragaman genetik. Seleksi akan efektif

Teknologi ekstraksi tanaman obat

Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, Volume 23 Nomor 2, Agustus 2017 4

buki bunga betina yang akan di-

silangkan. Bunga betina yang belum

mekar dan bunga jantan yang sudah

mekar dibuang dengan mengguna-

kan gunting kecil. Bunga betina

yang akan disilangkan disisakan

sebanyak 5 - 10 bunga per malai.

Bentuk dan Ukuran Tepung Sari

Tepung sari pada tanaman karet

memiliki ukuran yang cukup besar

dengan ukuran besar dinding sel dan

inti berukuran 55,73 µm sedang-

kan inti sel berukuran 53,61 µm

dengan bentuk tepung sari lonjong,

sedangkan bila dibandingkan dengan

ukuran tepung sari pada tanaman

kemiri mempunyai bentuk tepung

sari bulat dengan ukuran sebesar

73,79 µm lebih besar dari pada

tepung sari karet.

Penyiapan Bunga Tetua Jantan

Bunga jantan segera disiapkan

setelah kastrasi. Pada tanaman tetua

jantan yang akan disilangkan,

sebaiknya berasal dari malai bunga

yang sudah mekar, sedangkan bu-

nga yang masih kuncup dibuang.

Bunga jantan yang akan disilangkan

harus berasal dari klon karet

yang berbeda. Tanda bunga jan-

tan sudah siap untuk menyerbuki

bunga betina yaitu warna mahkota

bunga berwarna kekuningan, dan

mengeluarkan aroma harum. Pada

saat itu bunga jantan sudah reseptif

dan siap untuk membuahi.

Penyerbukan

Tanaman karet adalah tanaman

menyerbuk silang yaitu penyerbukan

dimana perpindahan tepung sari

yang berada dalam kotak sari

(anther) menempel kepada kepala

putik (pistillum) pada bunga be-

tina pada bunga yang berbeda.

Terjadinya penyerbukan silang ini

adalah karena adanya perbedaan

masa reseptif antara bunga jantan

dan bunga betina.

Penyerbukan pada tanaman karet

dilakukan dengan cara mengambil

tepung sari dari bunga jantan yang

sudah reseptif dan ditempelkan ke

kepala putik pada bunga betina.

Setelah itu dilakukan penutupan

dengan kapas yang sebelumnya

telah diteteskan lateks dari tangkai

daun tanaman karet. Penutupan

dengan kapas ini dilakukan agar

menghindarkan masuknya serbuk

sari dari klon lain ke dalam bunga

yang telah disilangkan. Kemudian

setelah itu diberi label tanda per-

silangan yang terdiri atas nama

penyilang, tanggal persilangan,

jumlah bunga yang disilangkan, dan

klon yang disilangkan.

Pemeliharaan Bunga dan Putik

Silangan

Satu minggu setelah persilangan,

putik akan terlihat membesar,

biasanya persentase keberhasilan

persilangan pada tanaman karet

hanya berkisar 3% dari total bunga

yang disilangkan. Pemeliharaan

bunga atau putik silangan meliputi

penyemprotan dengan pestisida

pada bunga yang terserang pe-

nyakit. Selain itu dilakukan juga

pengamatan berkala hingga buah

siap dipanen. Pemanenan buah

hasil persilangan dapat dilakukan

apabila sudah matang fisiologis

yaitu berkisar 5 - 6 bulan setelah

pembuahan.

Faktor Kegagalan dalam

Persilangan

Banyak faktor yang menjadi

kendala dalam keberhasilan

persilangan pada tanaman karet

antara lain 1). Inkompatibilitas

antara bunga jantan dengan bunga

betina akibat kepala putik tidak

berkecambah, perkembangan tabung

tepung sari yang lambat ditangkai

putik (stigma), tidak terjadi fertilisasi

atau embrio tidak dapat berkembang,

dan jumlah tepung sari yang tidak

mencukupi serta viabilitas tepung

sari yang kurang fertil. 2). Faktor

fisiologis seperti ketersediaan

hormon, terutama hormon auksin

yang sangat rendah yang meng-

akibatkan kelayuan dan buah

gugur, 3). Faktor lingkungan seperti

curah hujan dan kelembapan ber-

pengaruh meningkatnya serangan

cendawan. 4) Masa berbunga yang

sangat terbatas dan tidak sinkronnya

waktu berbunga antar klon sebagai

sumber bunga jantan dan bunga

betina.

Penutup

Persilangan/hibridisasi karet

dapat dilakukan melalui penyer-

bukan pada tanaman karet yang

dilakukan dengan cara mengambil

tepung sari dari bunga jantan yang

sudah reseptif dan ditempelkan ke

kepala putik pada bunga betina.

Setelah itu dilakukan penutupan

dengan kapas yang sebelumnya

telah diteteskan lateks dari tangkai

daun tanaman karet. Penutupan

dengan kapas ini dilakukan agar

menghindarkan masuknya tepung

sari dari klon lain ke dalam bunga

yang telah disilangkan.

Faktor yang menjadi kendala

dalam keberhasilan persilangan

pada tanaman karet antara lain

inkompatibilitas antara bunga jantan

dengan bunga betina akibat kepala

putik tidak berkecambah, per-

kembangan tabung tepung sari yang

lambat di tangkai putik, tidak ter-

jadi fertilisasi atau embrio tidak

dapat berkembang, dan jumlah

tepung sari yang tidak mencukupi

serta viabilitas tepung sari yang

kurang fertil. Faktor fisiologis

Page 5: ISSN 0853 - 8204 W A R T Aperkebunan.litbang.pertanian.go.id/dbasebun/asset_dbase...memiliki peran penting dalam pemuliaan untuk memperluas ke-ragaman genetik. Seleksi akan efektif

Teknologi ekstraksi tanaman obat

Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, Volume 23 Nomor 2, Agustus 2017

5

seperti ketersediaan hormon,

terutama hormon auksin yang

sangat rendah yang mengakibat-

kan kelayuan dan buah gugur.

Faktor lingkungan seperti curah

hujan dan kelembapan berpengaruh

meningkatnya serangan penyakit

cendawan. Masa berbunga yang

sangat terbatas dan tidak sinkronnya

waktu berbunga antar klon sebagai

sumber bunga jantan dan bunga

betina.

ISOLASI Cashew Nut Shell Liquid DARI KULIT BIJI METE

Isolasi merupakan suatu cara untuk mengambil satu senyawa aktif yang terdapat di dalam tanaman. Proses isolasi melalui tahapan-tahapan hingga diperoleh suatu senyawa murni. Metode yang digunakan bervariasi, seperti isolasi CNSL dari kulit biji cara modern menggunakan metode ekstraksi pelarut dan pengempaan (press), sedangkan cara tradisio-nal melalui proses pemanggangan suhu tinggi (190

0C). Cara tersebut

akan menghasilkan CNSL mutu rendah dan minyak yang cen-derung berwarna gelap serta minyak yang tersisa di dalam bahan masih cukup banyak. Metode isolasi yang digunakan juga akan berpengaruh terhadap rendemen CNSL. Senyawa CNSL terdiri dari asam anakardat, kar-danol dan kardol, yang merupa-kan senyawa fenol alami yang banyak manfaatnya dalam ber-bagai industri. Oleh karena itu produksinya harus ditingkatkan, mengingat ketersedian bahan baku kulit biji jambu mete di Indonesia yang cukup melimpah dan belum termanfaatkan dengan baik. Di samping itu, ke depan secara bertahap Indonesia harus mengurangi ekspor dalam bentuk gelondong mete sehingga CNSL yang bernilai ekonomi tinggi tersebut dapat diolah di dalam negeri.

angsa ekspor dan produksi

mete Indonesia dibandingkan

negara penghasil mete lain-

nya cenderung menurun disebab-

kan oleh kendala on-farm dan off-

farm. Antara tahun 1994 - 2009,

pertumbuhan volume dengan nilai

ekspor jambu mete Indonesia

masing-masing adalah 37,90% dan

25,01%, pada periode tahun 2010 -

2014 menurun menjadi 0,63% dan

6,46%. Hal tersebut disebabkan

penurunan areal dan produktivitas

jambu mete Indonesia dibandingkan

dengan negara penghasil lainnya

sebagai dampak dari rendahnya

input produksi karena keterbatas-

an modal petani. Peningkatan pen-

dapatan petani jambu mete dapat

dilakukan dengan meningkatkan

kinerja usaha tani mete melalui

optimalisasi penggunaan lahan dan

diversifikasi produk mete baik

vertikal maupun horizontal.

Produk utama dari tanaman

jambu mete adalah bijinya (kacang

mete) dan hasil samping berupa kulit

biji mete gelondong. Biji jambu

mete terdiri dari 70% kulit biji dan

30% daging biji. Dalam kulit biji

(shell ) mengandung minyak sekitar

50% yang terdiri dari 90% asam

anakardat dan sisanya 10% kardol.

Sampai saat ini kulit biji jambu mete

yang mengandung Cashew Nut Shell

Liquid (CNSL) belum dimanfaatkan

secara maksimal, sebagian besar

masih merupakan limbah.

Potensi produksi CNSL jambu

mete pada tahun 2015 sebesar

131.302 ton, akan diperoleh kulit

mete 59.085 ton (45%) yang

mengandung CNSL sekitar 11.817

ton (BPS, 2016). Namun sampai

saat ini produksi CNSL di Indonesia

masih sangat rendah, hal ini

terutama disebabkan oleh tingginya

ekspor dalam bentuk gelondong

mete dan belum berkembang-

nya industri pengguna CNSL.

Banyaknya manfaat CNSL untuk

keperluan industri, serta keung-

gulannya dalam susunan struktur

molekul maupun keunggulan sebagai

bahan terbarukan yang ramah

lingkungan, maka sudah saatnya

potensi CNSL yang terkandung

dalam kulit biji jambu mete ter-

sebut didayagunakan dan dikem-

bangkan dengan baik.

India adalah produsen ter-

besar CNSL, diperkirakan mem-

produksi 45.000 ton CNSL per

tahun, akan tetapi India belum

mampu menghasilkan CNSL dengan

kemurnian 100% karena metode

yang digunakan adalah metode

pengepresan sehingga masih me-

ngandung kotoran dalam jumlah

besar.

Tulisan ini bertujuan untuk

memberikan informasi tentang

metode yang tepat dalam meng-

optimalisasi isolasi CNSL dari kulit

biji mete agar memperoleh hasil

yang optimum.

Kegunaan CNSL

Komponen utama yang terdapat

dalam CNSL berupa turunan

fenol antara lain, asam anakardat

(6-pentadecylsalicyclic acid), kardol

(5-pentadecylresorcinol), 2-metil

kardol (2 methyl-5-pentadecylresor-

cinol) dan kardanol (3-

pentadecylphenol). Masing-masing

senyawa tersebut memiliki ikatan

P

Laba Udarno dan

Rudi T Setiyono, Balittri

Page 6: ISSN 0853 - 8204 W A R T Aperkebunan.litbang.pertanian.go.id/dbasebun/asset_dbase...memiliki peran penting dalam pemuliaan untuk memperluas ke-ragaman genetik. Seleksi akan efektif

Teknologi ekstraksi tanaman obat

Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, Volume 23 Nomor 2, Agustus 2017 6

jenuh dan tak jenuh pada rantai

sampingnya (C15). Senyawa kar-

danol mempunyai struktur kimia

yang mirip dengan fenol sintetik,

sehingga berpeluang untuk men-

substitusi maupun menggantikan

senyawa fenol sintetik yang

keberadaannya sangat tergantung

kepada minyak bumi yang

sumbernya semakin menipis dan

sifatnya sangat sulit terdegradasi

oleh alam. CNSL tidak dapat

digunakan sebagai bahan pangan

tetapi digunakan untuk berbagai

macam keperluan industri.

Senyawa CNSL dan komponen

penyusunnya mempunyai manfaat

yang beragam pada berbagai

industri, sebagai substitusi fenol

sintetik maupun sebagai sumber

senyawa fenolik di antaranya ada-

lah pada industri farmasi, in-

sektisida, vernis dan cat, kanvas

rem dan plat kopling kendaraan,

resin laminating, resin epoksi,

pengecoran logam, surfaktan, for-

mulasi karet, sebagai bahan baku oli

rem mobil dan pesawat terbang,

serta perekat kayu. Untuk kardanol

yang telah terhidrogenasi bisa

digunakan sebagai bahan campur-

an formulasi dalam pembuatan

pestisida, antioksidan dan obat-

obatan.

CNSL merupakan cairan kental

berwarna cokelat tua hasil ekstraksi

dari kulit biji jambu mete serta

mempunyai sifat iritasi sangat kuat

pada kulit karena adanya senyawa

urusiol. Namun bila telah melalui

proses karboksilasi, CNSL tidak lagi

bersifat toksik. CNSL bersifat

viscous, lekat dan kental, ber-

warna cokelat kehitaman, pahit,

pedas, sangat reaktif dalam reaksi

oksidasi maupun polimerisasi.

Minyak CNSL dari kulit biji mete

merupakan senyawa fenol kompleks

yang memilik rantai karbon cabang

panjang dan tidak jenuh sifatnya.

Adanya rantai samping yang

panjang dengan campuran ikatan

tidak jenuh tersebut menyebab-

kan kardanol memiliki fleksibili-

tas proses yang tinggi, yang

mengakibatkan senyawa kardanol

dapat dengan mudah melakukan

polimerisasi.

Pemanfaatan CNSL dalam

pembuatan resin fenolik novolak

untuk bahan baku vernis telah

dilakukan oleh Mumu (2001) yang

mendapatkan resin fenolik dari

nisbah mol formaldehida terhadap

fenol CNSL 0,6 : 1. Hidayat et al.

(2008) mendapatkan hasil terbaik

resin fenolik dari nisbah mol

formaldehida terhadap distilat CNSL

0,9 : 1, yaitu vernis berbahan baku

resin tersebut memiliki daya kilap

dan kekerasan yang baik. Selanjut-

nya Bajpai et al. (2008) melaporkan

hasil terbaik resin fenolik diperoleh

pada nisbah mol formaldehida

terhadap kardanol 0,8 : 1, resin yang

mempunyai daya rekat, fleksibili-

tas maupun kekerasan yang baik,

bersifat antikorosi dan tahan

terhadap bahan kimia sehingga

sangat baik sebagai lapisan

pelindung bahan logam.

Isolasi CNSL

Ekstraksi merupakan suatu cara

untuk mengambil bahan aktif yang

berkhasiat di dalam tanaman.

Komposisi kimia CNSL dipengaruhi

oleh proses ekstraksi. Isolasi CNSL

dari kulit mete dapat dilakukan

dengan metode ekstraksi pelarut dan

pengempaan (press) (Nair et al.,

1979).

Masing-masing metode mem-

punyai keunggulan dan kelemahan-

nya. Cara ekstraksi menggunakan

pelarut kimia dihasilkan rendemen

minyak cukup tinggi (minyak yang

tersisa pada ampas kurang dari 1%)

dan kualitas minyaknya tinggi

(kadar airnya rendah) tetapi

membutuhkan biaya yang cukup

mahal. Pada cara pengempaan

diperlukan perlakuan pendahuluan

yang memakan waktu cukup lama,

rendemen minyak rendah (minyak

masih tersisa pada ampas berkisar

10 - 25%), membutuhkan suhu yang

tinggi yang mengakibatkan mutu

minyak rendah dan kandungan air

masih tinggi.

Isolasi CNSL dengan cara

ekstraksi pelarut

Ekstraksi cara pelarut (solvent

extraction) prinsipnya adalah

melarutkan minyak atau lemak yang

ada dalam bahan dengan pelarut

yang mudah menguap. Dengan

melalui ekstraksi, zat-zat aktif yang

ada dalam bahan akan terlepas.

Pelarut yang digunakan dalam

ekstraksi minyak atau lemak adalah

petroleum eter, gasoline, karbon

disulfide, karbon tetraklorida,

benzen dan n-heksan.

Tahapan yang harus diperhatikan

metode ini adalah penyiapan bahan

sebelum ekstraksi, pemilihan pelarut

dan kondisi proses ekstraksi, dan

proses pengambilan pelarut. Pada

proses ekstraksi dipilih pelarut yang

kepolarannya sama dengan sel

tumbuhan. Senyawa dapat terpisah

berdasarkan kepolarannya, yaitu

pelarut polar akan lebih mudah

melarutkan senyawa polar dan

sebaliknya senyawa non polar lebih

mudah larut dalam pelarut non polar.

Pelarut yang digunakan harus

bersifat inert terhadap bahan, mudah

didapat, titik didih rendah dan

harganya murah. Ekstraksi dengan

pelarut dapat dilakukan dengan cara

dingin dan cara panas. Cara dingin

yaitu metode maserasi, infuse dan

perkolasi, sedangkan cara panas

Page 7: ISSN 0853 - 8204 W A R T Aperkebunan.litbang.pertanian.go.id/dbasebun/asset_dbase...memiliki peran penting dalam pemuliaan untuk memperluas ke-ragaman genetik. Seleksi akan efektif

Teknologi ekstraksi tanaman obat

Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, Volume 23 Nomor 2, Agustus 2017

7

antara lain dengan refluks, soxhlet,

digesti, dan destilasi uap. Diagram

alir proses ekstraksi CNSL dengan

cara kimia dapat dilihat pada

Gambar 1.

Komponen utama yang terdapat

dalam CNSL seperti asam anakardat,

kardol, 2-metil kardol dan kardanol.

Persentase dari masing-masing kom-

ponen tersebut, tergantung pada

proses pengolahan terhadap kulit

biji mete baik dengan proses panas

(roasting) atau proses dingin.

Menurut Tyman, 1979, bila ekstraksi

CNSL dari kulit biji mete melalui

proses panas (hot processed), maka

senyawa kardanolnya cukup tinggi

(60 - 70%), kardol (20 - 25%) dan

sejumlah kecil 2-metilkardol (9 -

12%). Bila ekstraksi CNSL melalui

proses dingin (cold processed) asam

anakardatnya tinggi (60 - 70%) dan

kardol (20 - 25%). Komposisi kimia

CNSL tersebut dipengaruhi oleh

asam anakardat yang bersifat termo-

labil, dan akan terdekomposisi

menjadi kardanol dan karbon

dioksida akibat pengaruh pemanasan

(Tyman et al., 1989). Isolasi CNSL

dengan ekstraksi campuran pelarut

heksan-etanol perbandingan 3 : 1

diperoleh rendemen CNSL 44,38%.

Diduga senyawa yang terkandung

dalam CNSL sebagian besar me-

rupakan senyawa semipolar kuat

atau non polar lemah (Simpen,

2008).

Hasil penelitian Mulyono (1977),

dengan metode ekstraksi Bolton and

Revis menggunakan pelarut toluen

dengan nisbah pelarut terhadap

kulit biji mete 7 : 1 dengan lama

ekstraksi 7 jam, diperoleh rendemen

CNSL sebesar 38,14%. Sifat fisika

dan kimia CNSL dari berbagai

metode ekstraksi disajikan pada

Tabel 1.

Isolasi CNSL dengan cara

pengempaan

Sebelum dilakukan pengempa-

an, bahan harus dibersihkan, di-

keringkan dan pengecilan ukuran

bahan. Tujuannya untuk memudah-

kan proses ekstraksi, memberikan

hasil minyak yang lebih tinggi

dengan kandungan minyak pada

bungkil/ampas seminimum mungkin,

dan dapat mempercepat jalannya

proses pengempaan minyak akibat

ukuran permukaan bahan yang lebih

luas. Isolasi CNSL dengan cara

pengempaan dapat dilihat pada

Gambar 2.

Ekstraksi CNSL dari kulit mete

dengan metode pengempaan dapat

dilakukan dengan menggunakan

sistem screw press maupun

Gambar 1. Diagram alir proses ekstraksi CNSL dengan cara kimia

Tabel 1. Sifat fisika dan kimia CNSL

Karakteristik Proses dingin Proses panas

(roasting) CNSL komersial

Ekstraksi pelarut Pengepresan

Bobot jenis, 25ºC 0,970 - 1,013a) 1,015 a) 0,92 - 0,96 a) 0,965

Viskositas, 25ºC (cP) 470b) 431b) - 355

Indeks bias, 25ºC 1,5158 a) 1,5158 a) 1,5052 a) 1,5245

Kadar bahan

menguap (%)

8 - 12b)

-

-

2

Bilangan asam 94 - 107 a) 94 - 107 a) 5 - 14 a) 8 - 20

Bilangan penyabunan 106 - 118 a) 106 - 119 a) 18 - 30 a) 18 - 30

Bilangan iod 270 - 330 a) 270 - 296 a) 200 - 290 a) 220 - 270

Sumber: a) Ramalah (1976), b) Mulyono et.al. (1995)

Keterangan : (-) Tidak diukur

Serbuk kulit jambu mete

Pelarut heksan

etanol (3:1)

Direfluks pada suhu 400C selama 6 jam

dilakukan 3x

Disaring

Ampas Filtrat

Destilasi pada suhu 600C

Diuapkan

Analisa mutu minyak

Page 8: ISSN 0853 - 8204 W A R T Aperkebunan.litbang.pertanian.go.id/dbasebun/asset_dbase...memiliki peran penting dalam pemuliaan untuk memperluas ke-ragaman genetik. Seleksi akan efektif

Teknologi ekstraksi tanaman obat

Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, Volume 23 Nomor 2, Agustus 2017 8

hydraulic press. Rendemen CNSL

yang diperoleh dengan alat kempa

hidrolik pada tekanan 425,53 Psi

selama 10 menit sebesar 22,89%.

Ekstraksi CNSL dengan cara

pengepresan pada tekanan 200

kg/cm2

dan suhu 1250C dihasil-

kan rendemen 19,6%. Apabila

dilakukan pada suhu di atas

700C dihasilkan CNSL kualitas

rendah diduga akan lebih ba-

nyak mengandung anakardol di-

bandingkan anakardat. Pengaruh

alat kempa screw press pada te-

kanan 200 kg/cm2 dengan lama

pengempaan 20 menit, dan suhu

pemanasan 800C diperoleh rende-

men CNSL 25,77%. Pengaruh

ekstraksi CNSL terhadap pengem-

paan suhu panas dengan suhu 700C,

waktu kempa 6 menit dan tekanan

160 kg/cm2 dihasilkan rendemen

18,9%. Menggunakan pengempaan

hot press dengan tekanan 140

kg/cm2 dan suhunya 50 - 60

0C sudah

merupakan kondisi yang baik

karena lemak dari bahan sudah

mencair, protein pada dinding sel

menggumpal, emulsi lemak dengan

protein sudah pecah dan visko-

sitas minyak berkurang sehingga

minyak lebih mudah keluar.

Banyaknya minyak atau lemak yang

diekstraksi tergantung dari lama-

nya pengepresan, tekanan yang

digunakan serta kandungan minyak

bahan asal.

Pemasaran CNSL

Peluang ekspor CNSL masih

sangat terbuka. Data International

Trade Center (ITC) menunjukkan

bahwa kebutuhan Amerika Serikat

mencapai 7.420 ton CNSL yang

sebagian besar masih dipenuhi dari

India dan Brazil (ikm.deperrin.

go.id), bahkan setengah dari volume

ekspor CNSL dari India dan Brazil

diekspor ke Amerika. Ekspor CNSL

dari Brasil rata-rata 17.000 per

tahun, dan beberapa tahun terakhir

meningkat menjadi 35.000 ton per

tahun. Negara eksportir CNSL

lainnya adalah Vietnam. Negara

importir CNSL adalah Jepang,

Korea, Inggris, Cina, dan Belgia,

akan tetapi volume ekspor CNSL

ke negara-negara tersebut tidak

kontinyu, mungkin karena dampak

fluktuasi harga minyak bumi.

Sementara peluang penggunaan

CNSL di Indonesia untuk indus-

tri cukup besar, karena lebih dari

200 patent telah dikeluarkan da-

lam pemanfaatannya. Akan tetapi

ekspor CNSL tidak mempunyai

Harmonized System (HS). Harmo-

nized System (HS) adalah standar

internasional atas sistem penamaan

dan penomoran yang digunakan

untuk mengklasifikasi produk

perdagangan dan turunannya.

Di perdagangan Indonesia HS

untuk CNSL adalah 1302.19.9120

akan tetapi pada data ekspor

Indonesia yang diterbitkan oleh BPS

sampai saat ini HS tersebut belum

tercantum. Hal tersebut mungkin

karena ekspor CNSL dari Indonesia

masih sedikit meskipun potensi-

nya besar. Akan tetapi sebagian

besar petani tidak memanfaatkan

kulit biji mete untuk tujuan komer-

sial, sedangkan industri pengolahan

jambu mete menggunakan kulit biji

dan CNSL yang mereka hasilkan

untuk bahan bakar proses produksi

kacang mete. Di Indonesia sudah ada

beberapa industri menengah yang

Gambar 2. Diagram alir proses ekstraksi CNSL dengan cara pengempaan

Analisis mutu

Kulit biji jambu mete kering (ka 10%)

Pengecilan ukuran

Proses pemanasan oven dengan suhu 80ºC

selama 30 menit

Pengempaan dengan hydraulic hot press

suhu 70ºC, waktu 6 menit dengan tekanan 160 kg/cm2

CNSL kasar

Page 9: ISSN 0853 - 8204 W A R T Aperkebunan.litbang.pertanian.go.id/dbasebun/asset_dbase...memiliki peran penting dalam pemuliaan untuk memperluas ke-ragaman genetik. Seleksi akan efektif

Teknologi ekstraksi tanaman obat

Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, Volume 23 Nomor 2, Agustus 2017

9

memproduksi CNSL tetapi belum

mampu menghasilkan produk de-

ngan kemurnian 100% sehingga

harga jual yang diterima tidak ter-

lalu tinggi.

Penutup

Ekstraksi CNSL dengan meng-

gunakan pelarut menghasilkan

minyak yang optimum dengan

kualitas yang sesuai dengan

spesifikasi CNSL komersial,

sedangkan metode pengempaan

mutu minyak rendah dan rende-

men CNSL lebih sedikit. Metode

pengempaan membutuhkan waktu

yang lama karena diperlukan

penelitian pendahuluan untuk

melakukannya. Rendemen CNSL

dengan menggunakan metode

pengempaan dipengaruhi oleh lama

pengempaan, tekanan pengempaan,

lamanya pemanasan dan suhu. Agar

petani jambu mete mampu meng-

hasilkan CNSL yang bermutu tinggi,

maka cara ekstraksi yang baik dan

benar perlu disosialisasikan.

KEUNGGULAN DAN KELEMAHAN KOPI SEBAGAI OBAT ALAMI

Kopi termasuk minuman yang

digemari oleh pria dan wanita.

Minuman yang konon bisa

mengurangi rasa kantuk ini

sangat umum di masyarakat

Indonesia, bahkan gerai-gerai

kopi sudah menjamur di berbagai

sudut kota. Di dalam kopi ter-

kandung kafein, yang merupa-

kan senyawa kimia alkaloid

yang dikenal sebagai trimetil-

santin dengan rumus molekul

C8H10N4O2 dan jumlah kan-

dungan kafein dalam kopi sebesar

1 - 1,5%. Kafein bekerja dalam

tubuh dengan mengambil alih

reseptor adenosin dalam sel syaraf

yang akan memacu produksi

hormon adrenalin. Dalam dunia

kedokteran, kafein sering di-

gunakan sebagai perangsang kerja

jantung dan meningkatkan pro-

duksi urin. Dalam dosis yang

rendah kafein dapat berfungsi

sebagai bahan pembangkit sta-

mina dan penghilang rasa sakit.

Selain manfaatnya untuk ke-

sehatan ternyata kopi juga me-

miliki kerugian. Salah satunya

adalah efek ketergantungan. Pada

wanita hamil juga disarankan

tidak mengkonsumsi kopi dan

makanan yang mengandung ka-

fein. Hal ini karena kafein dapat

meningkatkan denyut jantung.

Pada janin dapat menyerang

plasenta dan masuk dalam sir-

kulasi darah janin. Dampak

terburuknya, bisa menyebabkan

keguguran. Ekspor pertama kopi

dari Jawa ke Eropa pada sekitar

tahun 1711 yang dikirim dari

perusahaan dagang Belanda yang

dikenal sebagai VOC (Verininging

Oogst Indies Company) yang

didirikan pada tahun 1602. Selain

di Arab dan Ethiopia, ternyata

Indonesia adalah tempat pertama

kali kopi dibudidayakan secara

luas, yang perdagangannya di mo-

nopoli VOC sekitar tahun 1725 -

1780 yang dikirim ke Eropa

melalui Batavia. Kopi yang tum-

buh baik pada saat itu sangat

menguntungkan bagi VOC, tetapi

kurang menguntungkan bagi

petani Indonesia, karena di-

paksa menanam oleh pemerintah

Kolonial Belanda. Mereka meng-

anggap bahwa kopi adalah

komoditas ekspor yang berarti

menghasilkan uang bagi pen-

duduk Pulau Jawa untuk mem-

bayar pajak mereka. Di per-

tengahan abad ke-17, VOC me-

ngembangkan area pertanaman

kopi Arabika di Sumatra, Bali,

dan Kepulauan Timor. Di Sula-

wesi kopi pertama kali ditanam

tahun 1750. Dataran tinggi di

Sumatra Utara kopi pertama kali

tumbuh di dekat Danau Toba

pada tahun 1888 dan diikuti oleh

dataran tinggi Gayo (Aceh) dekat

Danau Laut Tawar pada tahun

1924.

opi yang pertama kali

dikembangkan di dunia ada-

lah kopi Arabika yang

berasal dari spesies pohon kopi

Coffea arabica. Kopi jenis ini

yang paling banyak diproduksi, yaitu

sekitar lebih dari 60% produksi

kopi dunia. Spesies kopi kedua yang

juga cukup banyak diproduksi

adalah Coffea canephora yang

sering dikenal sebagai kopi Robus-

ta. Tanaman kopi Robusta me-

miliki adaptasi yang lebih baik

dibandingkan dengan kopi jenis

Arabika.

Kopi pertama kali masuk ke

Indonesia pada tahun 1696 dengan

jenis kopi Arabika yang berasal dari

Yaman. Kopi tersebut masuk melalui

pelabuhan Batavia oleh komandan

pasukan Belanda yang bernama

Adrian Van Ommen atas perintah

walikota Amsterdam, Nicholas

Witsen, yang selanjutnya ditanam

dan dikembangkan dengan meng-

gunakan tanah partikelir Kedaung

yang saat ini dikenal sebagai daerah

Pondok Kopi di daerah Jakarta

Timur. Namun kopi jenis ini

kemudian mati semua karena disapu

banjir. Akhirnya pada tahun 1699

didatangkan lagi bibit-bibit baru,

K

Sintha Suhirman dan Ekwasita

Rini Pribadi. Balittro

Page 10: ISSN 0853 - 8204 W A R T Aperkebunan.litbang.pertanian.go.id/dbasebun/asset_dbase...memiliki peran penting dalam pemuliaan untuk memperluas ke-ragaman genetik. Seleksi akan efektif

Teknologi ekstraksi tanaman obat

Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, Volume 23 Nomor 2, Agustus 2017 10

yang ditanam di sekitar Jakarta dan

Jawa Barat yakni Sukabumi, Bogor,

Banten dan Priangan lalu menyebar

ke berbagai kepulauan di Indonesia

seperti Sumatera, Bali, Sulawesi dan

Timor. Di Sulawesi, kopi pertama

kali ditanam tahun 1750. Di dataran

tinggi di Sumatra Utara kopi pertama

kali tumbuh di dekat Danau Toba

pada tahun 1888, diikuti oleh dataran

tinggi Gayo (Aceh) dekat Danau

Laut Tawar pada tahun 1924.

Ekspor kopi asal Indonesia

pertama dilakukan pada tahun 1711

oleh VOC, dan dalam kurun waktu

10 tahun produksinya bisa mening-

kat sampai 60 ton per tahun. Hindia

Belanda saat itu menjadi perkebunan

kopi pertama di luar Arab dan

Ethiopia, yang dimonopoli oleh

VOC dari tahun 1725 - 1780. Kopi

Jawa saat itu sangat terkenal di

Eropa sehingga orang-orang Eropa

menyebutnya dengan istilah “se-

cangkir Jawa”. Sampai pertengahan

abad ke 19, kopi jawa menjadi

kopi terbaik di dunia.

Pada tahun 1830 - 1834, produk-

si kopi Arabika mencapai 26.600

ton, 30 tahun kemudian mening-

kat menjadi 79.600 ton dan puncak-

nya pada tahun 1880 -1884 men-

capai 94.400 ton. Kopi Arabika

inilah yang menjadi kopi legen-

daris dari Indonesia. Orang barat

menyebutnya dengan kata Java,

merujuk dari asal kopi yaitu pulau

Jawa. Java coffee begitu terkenal

di Amerika, kopi ini menjadi pri-

madona di dunia karena rasa dan

aromanya yang eksotis. Begitu

tersohornya, hingga kata Java tidak

hanya digunakan untuk kopi yang

berasal dari pulau Jawa saja,

melainkan sebagai kata yang

melambangkan kopi yang enak

dan elegan.

Namun sayang, perkembangan

budidaya kopi Arabika di Indonesia

mengalami kemunduran hebat,

dikarenakan serangan penyakit karat

daun (Hemileia vastatrix) yang

masuk ke Indonesia sejak tahun

1876. Dampaknya, kopi Arabika

yang dapat bertahan hidup, hanya

yang berada pada daerah-daerah

dengan ketinggian di atas 1000 m

dpl. Sisa-sisa tanaman kopi Arabika

ini masih dijumpai di dataran tinggi

Ijen (Jawa Timur), Tanah Tinggi

Toraja (Sulawesi Selatan), lereng

bagian atas Bukit Barisan (Suma-

tera) seperti Mandhailing, Lintong

dan Sidikalang di Sumatera Utara

dan dataran tinggi Gayo di Nangroe

Aceh Darussalam, yang pada saat ini

kopi-kopi dari daerah ini dikenal

dengan Kopi Toraja, Kopi Gayo,

Kopi Sidikalang dan lain sebagainya.

Usaha selanjutnya, pemerintah

Belanda mendatangkan kopi jenis

Robusta pada tahun 1900, yang

ternyata tahan terhadap penyakit

karat daun dan memerlukan syarat

tumbuh serta pemeliharaan yang

ringan, dan produksinya jauh

lebih tinggi. Maka kopi Robusta

pun menjadi cepat berkembang

menggantikan jenis Arabika, khu-

susnya di daerah-daerah dengan

ketinggian di bawah 1000 m dpl dan

mulai menyebar ke seluruh daerah

baik di Jawa, Sumatera maupun ke

Indonesia Bagian Timur.

Semenjak pemerintah Hindia

Belanda meninggalkan Indonesia,

maka perkebunan rakyat terus

tumbuh dan berkembang, sedangkan

perkebunan swasta hanya bertahan

di Jawa Tengah, Jawa Timur dan

sebagian kecil Sumatera dan

perkebunan negara (PTPN) hanya

tinggal di Jawa Timur dan Jawa

Tengah.

Pada tahun 1920 perusahan-

perusahaan kecil di Indonesia mulai

menanam kopi sebagai komoditas

utama. Perkebunan di Jawa dina-

sionalisasi dan direvitalisasi dengan

varietas baru kopi Arabika di tahun

1950-an. Varietas ini diadopsi

oleh perusahaan-perusahaan kecil

melalui pemerintah atau berbagai

program pengembangan masyara-

kat. Sekarang lebih dari 90% kopi

Arabika Indonesia dikembang-

kan oleh perusahaan kecil terutama

di daerah Sumatera Utara, dengan

lahan 1 hektar atau kurang. Pro-

duksi kopi Arabika sekitar 75.000

ton/th dan 90% diekspor. Kopi

Arabika yang sampai ke negara

lain sebagian besar masuk ke

segmen pasar spesial.

Ada tanda positif khususnya di

kalangan menengah di kota besar

seperti Jakarta yang setidaknya

mulai tergerak untuk menikmati kopi

secara serius. Jika saja jumlahnya

semakin banyak, bukan tak mungkin

kopi kualitas nomor satu yang

biasanya diekspor akan dikonsumsi

oleh bangsa sendiri begitu keya-

kinannya. Menurutnya yang mem-

bedakan kopi Indonesia dengan kopi

negara lain adalah keberagam-

an cita rasa. Indonesia diuntung-

kan dengan negara kepulauannya

yang akhirnya membentuk karak-

teristik cita rasa kopi dari tiap daerah

berbeda-beda. Hal ini disebabkan

oleh beberapa faktor antara lain

tanah, iklim dan varietas. Tanah dan

iklim di tiap daerah di Indonesia

berbeda, hal ini menyebabkan

karakteristik biji kopi yang di-

hasilkan tiap daerah juga ber-

beda yang tidak dapat ditemui

di biji kopi dari negara lain

yang bukan negara kepulauan

(Panggabean, 2012).

Page 11: ISSN 0853 - 8204 W A R T Aperkebunan.litbang.pertanian.go.id/dbasebun/asset_dbase...memiliki peran penting dalam pemuliaan untuk memperluas ke-ragaman genetik. Seleksi akan efektif

Teknologi ekstraksi tanaman obat

Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, Volume 23 Nomor 2, Agustus 2017

11

Proses Pengolahan Biji Kopi

Terdapat serangkaian proses

pengolahan yang cukup panjang

untuk mengubah buah kopi menjadi

serbuk kopi yang siap diseduh.

Proses tersebut meliputi pemetikan

buah, penyortiran buah, pengupas-

an kulit, penjemuran biji dan

penggilingan biji kopi. Setiap proses

harus dikerjakan dengan benar

agar kualitas kopi tetap dapat

dipertahankan.

Tahap 1. Pemanenan buah kopi

Tanaman kopi umumnya meng-

hasilkan buah yang siap dipanen

pada akhir musim kemarau. Ciri-ciri

buah yang telah matang yaitu kulit

buahnya berwarna merah, ber-

tekstur agak empuk dan mengeluar-

kan aroma khas yang semerbak.

Pemanenan dilakukan secara ma-

nual dengan memetik buah-buah

kopi yang telah matang. Setiap

hari selalu ada buah kopi yang

matang sehingga pemanenan ini

dikerjakan secara berulang-ulang

dan rutin.

Tahap 2. Penyortiran buah kopi

Buah kopi mentah atau setengah

matang yang ikut terbawa memiliki

kualitas yang rendah sehingga perlu

pemisahan dari buah kopi matang

yang bernilai lebih tinggi. Buah-

buah kopi yang belum matang

sempurna perlu disortir terlebih

dahulu.

Tahap 3. Penjemuran buah kopi

Buah kopi yang sudah disortir

selanjutnya dijemur selama 2 - 3

hari. Tujuannya untuk mengeringkan

buah tersebut sehingga kulitnya

mudah dikupas. Pengeringan ini juga

dimaksudkan untuk mengumpulkan

buah-buah kopi sampai jumlahnya

cukup banyak sehingga proses

berikutnya bisa berjalan lebih

efisien.

Tahap 4. Pengupasan kulit kopi

Pengupasan kulit kopi bisa

dilakukan dengan metode tradisional

dan modern. Pengupasan secara

tradisional menggunakan alu dan

lumpang. Buah kopi ditumbuk

sedemikian rupa sampai kulit ari

dan cangkangnya terkelupas sen-

diri. Sedangkan untuk pengupasan

secara modern, dapat memanfaatkan

mesin pengupas kopi.

Tahap 5. Penjemuran biji kopi

Selesai dipisahkan dari kulit dan

cangkangnya, biji kopi lantas

dijemur di bawah sinar matahari

langsung. Penjemuran biasanya

berlangsung selama 5 - 7 hari. Proses

ini dilakukan sampai kandungan

air di dalam biji kopi tersisa tinggal

30 - 35%.

Proses Pengeringan Biji Kopi

Pengeringan adalah proses

pemindahan panas untuk meng-

uapkan kandungan air yang

dipindahkan dari permukaan bahan

yang dikeringkan oleh media

pengeringan yang biasanya berupa

panas. Tujuan pengeringan adalah

mengurangi kadar air bahan sam-

pai dimana perkembangan mikro-

organisme dan kegiatan enzim yang

dapat menyebabkan pembusukan

terhambat atau terhenti. Dengan

demikian bahan yang dikeringkan

dapat mempunyai waktu simpan

yang lebih lama. Biji kopi yang

telah dicuci mengandung air 55%,

dengan jalan pengeringan kandungan

air dapat diuapkan sehingga kadar

air pada kopi mencapai 8 - 10%.

Setelah dilakukan pengeringan maka

dilanjutkan dengan perlakuan

pemecahan tanduk.

Pengeringan pada kopi biasanya

dilakukan dengan tiga cara yaitu

pengeringan secara alami, buatan,

dan kombinasi antara alami dan

buatan.

1. Pengeringan alami

Pengeringan alami hanya

dilakukan pada musim kemarau

karena pengeringan pada musim

hujan tidak akan sempurna.

Pengeringan yang tidak sempurna

mengakibatkan kopi berwarna

cokelat, berjamur, dan berbau apek.

Pengeringan pada musim hujan

sebaiknya dilakukan dengan cara

buatan atau kombinasi cara alami

dan buatan. Pengeringan secara

alami sebaiknya dilakukan di-

lantai semen, anyaman bambu, atau

tikar. Kebiasaan menjemur kopi di

atas tanah akan menyebabkan kopi

menjadi kotor dan terserang

cendawan.

Cara penjemuran kopi yang

baik adalah dihamparkan di atas

lantai dengan ketebalan mak-

simum 1,5 cm atau sekitar 2 lapisan.

Setiap 1 - 2 jam hamparan kopi

dibolak-balik dengan mengguna-

kan alat menyerupai garuh atau

kayu sehingga keringnya merata.

Bila matahari terik penjemuran

biasanya berlangsung selama 10 - 14

hari namun bila berawan biasanya

berlangsung 3 minggu.

2. Pengeringan buatan

Pengeringan secara buatan

biasanya dilakukan bila keadaan

cuaca cenderung berawan. Pe-

ngeringan buatan memerlukan alat

Page 12: ISSN 0853 - 8204 W A R T Aperkebunan.litbang.pertanian.go.id/dbasebun/asset_dbase...memiliki peran penting dalam pemuliaan untuk memperluas ke-ragaman genetik. Seleksi akan efektif

Teknologi ekstraksi tanaman obat

Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, Volume 23 Nomor 2, Agustus 2017 12

pengering yang hanya memerlukan

waktu sekitar 18 jam tergantung

jenis alatnya. Pengeringan ini

dilakukan melalui dua tahap. Tahap

pertama, pemanasan pada suhu

65 - 1000C untuk menurunkan kadar

air dari 54% menjadi 30%. Tahap

kedua pemanasan pada suhu 50 -

600C untuk menurunkan kadar air

menjadi 8 - 10%.

3. Pengeringan kombinasi alami dan

buatan

Pengeringan ini dilakukan de-

ngan menjemur kopi di bawah terik

matahari hingga kadar air mencapai

30%. Kemudian kopi dikeringkan

lagi secara buatan sampai kadar air

mencapai 8 - 10%. Alat pengering

yang digunakan ialah mesin

pengering otomatis ataupun dengan

rumah (tungku) pengering. Prinsip

kerja kedua alat hampir sama yaitu

pemanasan kopi dengan uap/udara di

dalam ruang tertutup.

Kunci dari proses produksi kopi

bubuk adalah penyangraian. Proses

ini merupakan tahapan pembentukan

aroma dan cita rasa khas kopi dari

dalam biji kopi dengan perlakuan

panas. Biji kopi secara alami

mengandung cukup banyak se-

nyawa organik calon pembentuk

cita rasa dan aroma khas kopi.

Waktu sangrai ditentukan atas

dasar warna biji kopi sangrai atau

sering disebut derajat sangrai.

Makin lama waktu sangrai, warna

biji kopi sangrai mendekati cokelat

tua kehitaman.

Pengaruh suhu dan waktu

terhadap tingkat keasaman

perubahan sifat fisik dan kimia

terjadi selama proses penyangraian,

seperti swelling, penguapan air,

terbentuknya senyawa volatile,

karamelisasi karbohidrat, pengu-

rangan serat kasar, denaturasi

protein, terbentuknya gas CO2 yang

mengisi pori-pori kopi. Semakin

tingginya suhu dan lama pe-

nyangraian menyebabkan terjadinya

pirolisis senyawa asam sehingga

senyawa ini menguap. Rasa asam

yang terdapat pada kopi tercipta

dari kandungan asam yang ada

dalam kopi, yang dimana standar

rasa kopi berdasarkan SNI.01-2983-

1992 adalah normal, itu berarti

nilai pH yang terkandung pada kopi

harus netral yakni nilai pH sama

dengan 7. Perubahan nilai keasam-

an pada biji kopi yang telah

disangrai menunjukkan peningkat-

an nilai pH yang dimana nilai-

nya menuju ke nilai pH yang

normal terhadap peningkatan suhu

dan lama penyangraian.

Tahap 6. Pemanggangan biji kopi

Pemanggangan biji kopi dapat

meningkatkan citarasa dari kopi

itu sendiri. Biji kopi yang telah

dipanggang mengalami perubah-

an pada warnanya yang lebih

gelap dan aromanya lebih kuat.

Pemanggangan secara modern

menggunakan oven, sementara

secara tradisional dengan cara

menyangan (menggoreng tanpa

minyak) biji-biji kopi tersebut.

Tahap 7. Penggilingan biji kopi

Biji kopi yang telah matang

selanjutnya digiling menjadi serbuk

kopi. Proses penggilingan ini juga

bisa dilakukan baik secara tra-

disional maupun modern. Orang-

orang pada zaman dulu biasanya

menumbuk biji kopi untuk

menghaluskannya. Namun berkat

kemajuan teknologi, sekarang sudah

tersedia mesin penggiling biji

kopi. Setelah serbuk kopi terkum-

pul, bubuk tersebut siap untuk

diseduh.

Manfaat Minum Kopi

Mencegah diabetes tipe 2

Manfaat kopi hitam lainnya

adalah mencegah diabetes tipe 2,

dari hasil penelitian yang telah

dilakukan ditemukan jika mereka

yang mengkonsumsi kopi me-

miliki risiko yang jauh lebih rendah

untuk mengalami diabetes tipe 2,

mereka yang terbiasa untuk minum

4 cangkir kopi setiap harinya

akan terhindar dari diabetes tipe

2 sebanyak 50%, hal ini diketahui

oleh masyarakat awam setelah

Journal of Agricultural and Food

Chemistry menerbitkan penelitian

ini di awal bulan Januari tahun

2012.

Tabel 1. Komposisi biji kopi Arabika dan Robusta sebelum dan sesudah

disangrai

Komponen Arabica Green Arabica Rousted Robusta Green Robusta Rousted

Mineral 3,0 - 4,2 3,5 - 4,5 4,0 - 4,5 4,6 - 5,0

Kafein 0,9 - 1,2 1,0 1,6 - 2,4 2,0

Trigonelline 1,0 - 1,2 0,5 - 1,0 0,6 - 0,75 0,3 - 0,6

Lemak 12,0 - 18,0 14,5 - 20,0 9,0 - 13,0 11,0 - 16,0

Asam Alifatis 1,5 - 2,0 1,0 - 1,5 1,5 - 1,2 1,0 - 1,5

Asam Amino 2,0 0 - -

Protein 11,0 - 13,0 13,0 - 15,0 - 13,0 - 15,0

Humic Acid - 16,0 - 17,0 16,0 - 17,0 - 16,0 - 17,0

Total chologenic acid 5,5 - 8,0 1,2 - 2,3 7,0 - 10,0 3,9 - 6,0

Sumber : Clarke dan Macrae (1987)

Page 13: ISSN 0853 - 8204 W A R T Aperkebunan.litbang.pertanian.go.id/dbasebun/asset_dbase...memiliki peran penting dalam pemuliaan untuk memperluas ke-ragaman genetik. Seleksi akan efektif

Teknologi ekstraksi tanaman obat

Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, Volume 23 Nomor 2, Agustus 2017

13

Mempertajam ingatan

Manfaat kopi pahit ini akan

memberikan keuntungan dalam

proses belajar mengajar. Dalam

sebuah penelitian yang telah

dilakukan pada tahun 2005 oleh

Radiological Society of North

America menemukan jika meng-

konsumsi 2 cangkir kopi berkafein

dapat meningkatkan ingatan dan

meningkatkan kecepatan reaksi

seseorang.

Uniknya, dari hasil penelitian

yang dilakukan pada tahun 2007

menemukan jika wanita berusia 65

tahun ke atas yang mengkonsumsi 3

cangkir kopi selama satu hari penuh,

memiliki ingatan yang jauh lebih

baik dan tidak menunjukkan ke-

munduran ingatan dibandingkan

mereka yang hanya minum 1 cangkir

kopi tiap harinya.

Menurunkan risiko kanker

Mengkonsumsi kopi diyakini

memiliki kaitan dengan penurunan

risiko penyakit kanker lever, kanker

payudara, kanker prostat dan

penyakit obesitas, insulin atau

estrogen. Penelitian yang dilakukan

di Swedia pada tahun 2008

menemukan jika mengkonsumsi 2-3

cangkir kopi tiap hari mampu

menurunkan risiko atau mencegah

penyakit kanker.

Mencegah depresi

Dari hasil penelitian yang telah

diterbitkan oleh Archives of Inter-

nal Medicine pada tahun 2011

telah terungkap jika wanita yang

mengkonsumsi 2 - 3 cangkir kopi

tiap hari akan memiliki 15% risiko

lebih kecil untuk terkena depresi,

sementara para wanita yang

mengkonsumsi 4 cangkir kopi tiap

hari akan membantu memiliki risiko

depresi 20% lebih kecil dari yang

tidak mengkonsumsi kopi sama

sekali.

Berikut ini Kandungan Ber-

bahaya yang ada pada kopi :

1. Kafein

Kafein merupakan stimulan

Sistem Saraf Pusat (SSP). Kafein

ini sebenarnya tidak hanya ter-

dapat pada kopi saja, namun juga

ada di berbagai minuman seperti

softdrink, teh, cokelat dan lain-lain.

Selain itu juga terkandung dalam

beberapa obat contohnya obat

diet, sakit kepala, dan bahkan

terdapat pada 200 lebih obat bebas.

Sebenarnya kafein tidak ber-

bahaya jika dikonsumsi dalam

jumlah yang sedikit serta di-

barengi dengan meminum air yang

banyak. Kafein berbahaya bagi

tubuh ketika dikonsumsi secara

berlebihan dan terus menerus.

2. Niacin

Niacin merupakan bentuk lain

dari vitamin B3. Niacin tidak

hanya terdapat pada kopi namun

juga bisa terkandung pada da-

ging, telur. Sebenarnya niacin

bisa mengobati beberapa pe-

nyakit seperti kolesterol, kolera,

pusing, migren dan lain-lain.

Namun apabila berlebihan niacin

bisa sangat berbahaya bahkan

bisa menyebabkan gagal ginjal

dan harus melakukan transplantasi

ginjal.

Kerugiannya Bagi Kesehatan

Berikut ini adalah 10 bahaya

minum kopi, khususnya bagi

kaum wanita yang penting untuk

diketahui :

1. Caffenism

Kafein dapat membuat kelenjar

adrenalin terangsang sehingga

membuat hormon stres terpicu.

Hal itulah yang menyebabkan

Caffenism atau sindrom yang

dirasakan setelah mengkonsumsi

kopi. Sindrom ini dapat berupa

kesulitan untuk tidur atau bah-

kan insomnia, merasa gelisah, cemas

dan lain-lain.

2. Gangguan pencernaan

Mengkonsumsi kafein secara

berlebihan juga bisa membuat

pencernaan terganggu. Bahkan

dalam beberapa kasus meng-

konsumsi kafein terlalu banyak bisa

membuat kerusakan pada lambung

sehingga bagi wanita yang rentan

sekali terhadap penyakit maag

sangat tidak dianjurkan meng-

konsumsi kopi. Selain itu meminum

kopi sebelum makan juga me-

nyebabkan mual maag dan akan

kambuh. Selain itu, karena kopi

mengandung asam jadi bisa

menyebabkan sembelit serta sakit

perut.

3. Kerusakan pada tulang

Setiap mengkonsumsi sekitar 350

mg kafein akan mengurangi jumlah

kalsium ditubuh sebanyak 5 mg.

Maka dari itu mengkonsumsi kopi

dalam jumlah yang banyak akan

berbahaya bagi kesehatan tulang

karena akan menyebabkan penge-

roposan tulang.

4. Mengurangi keindahan gigi

Meminum kopi bisa menyebab-

kan gigi kuning, berkarang bah-

kan hitam. Wanita akan terlihat

lebih cantik saat tersenyum dan

dengan terlalu banyak mengkon-

Page 14: ISSN 0853 - 8204 W A R T Aperkebunan.litbang.pertanian.go.id/dbasebun/asset_dbase...memiliki peran penting dalam pemuliaan untuk memperluas ke-ragaman genetik. Seleksi akan efektif

Teknologi ekstraksi tanaman obat

Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, Volume 23 Nomor 2, Agustus 2017 14

sumsi kopi akan membuat wanita

kurang percaya diri saat tersenyum.

5. Kelainan pada payudara

Saat kopi terlalu banyak di-

konsumsi payudara akan me-

ngendur dan mengecil. Selain itu

di bagian tertentu payudara ter-

jadi yaitu kelainan pada perubah-

an fibrokistik. Hal tersebut juga

bisa menyebabkan beberapa tonjol-

an yang ada pada payudara yang

menimbulkan rasa tidak nyaman

dan sakit. Menurut penelitian

di Georgetown University Depar-

temen of Medicine, Terkadang bisa

terasa sakit bahkan sakitnya bisa

terus menerus.

6. Premenstual Syndrom (PMS)

PMS sudah tidak asing lagi bagi

kalangan wanita. Sindrom ini

biasa terasa 2 minggu sebelum

menstruasi dan berhenti setelah

darah keluar namun ada juga yang

mengalami ini sampai setelah

menstruasi atau haid. Sindrom

prahaid ini bisa berupa psikis, fisik

ataupun emosi. Apa hubungan-

nya dengan kopi? kafein dalam

kopi dapat memperparah gejala

PMS. Banyak wanita yang sering

mengeluh sakit kepala, nyeri, dan

kembung hal tersebut bisa

disebabkan oleh kafein yang

memiliki sifat mengurangi kan-

dungan vitamin B dan proses

metabolisme pada tubuh.

7. Wanita sulit hamil

Supaya sel telur sampai ke rahim

maka diperlukan kontraksi saluran

telur. Saluran ini akan terhambat

apabila kita terlalu banyak meng-

konsumsi kafein. Maka dari itu

kafein yang terkandung dalam kopi

bisa merusak jalur transportasi sel

telur dari ovarium menuju rahim.

dan hal itu bisa menyebabkan

wanita sulit hamil atau bahkan

bisa mengalami kemandulan. Apa-

bila meminum kopi 4 cangkir lebih

selama sehari bisa menurun-

kan kemungkinan hamil sebanyak

25%.

8. Gangguan kehamilan

Bahaya meminum kopi bagi

wanita hamil sudah tidak diragukan

lagi sehingga banyak wanita lebih

baik menghindari kopi apabila

sedang mengandung seorang bayi.

Setiap seorang ibu hamil meng-

konsumsi kafein kurang lebih

sebanyak 100 mg selama kehamilan

akan mengurangi bobot bayi sebesar

28 g dan akan membuat waktu ke-

lahiran bayi menjadi lebih lama

kurang lebih sekitar 5 jam. Biasanya

denyut jantung pada janin menjadi

lemah atau tidak beraturan. Apalagi

kalau mengkonsumsinya lebih dari

100 g per hari.

9. Keguguran

Ibu hamil yang mengkonsumsi

lebih dari 300 mg kafein bisa me-

ningkatkan risiko sebanyak 2 kali

lipat mengalami keguguran. Kafein

yang masuk ke plasenta bisa

menyebabkan nyawa janin terancam

karena janin belum bisa mencerna

itu semua. Jauhi kafein terutama

kafein yang ada pada kopi agar

janin dalam kandungan tetap sehat

dan bayi dapat lahir dengan selamat

dan sempurna.

10. Kelainan pada bayi

Bagi yang sedang mengandung

jika mengkonsumsi kopi terlalu

banyak selama beberapa hari

pertama mengakibatkan bayi ke-

sulitan tidur dan denyut jantung-

nyapun lebih cepat. Bayi yang

lahir bisa saja prematur. Alang-

kah baiknya setelah melahir-

kan sampai bayi sudah tidak

menyusui ibu harus mengurangi

kopi.

Penutup

Selain manfaatnya untuk ke-

sehatan ternyata kopi juga me-

miliki kerugian. Salah satunya

adalah efek ketergantungan. Mi-

num kopi ternyata dapat mening-

katkan resiko terkena stroke. Bahwa

minum lebih dari 5 gelas kopi per

hari akan meningkatkan resiko

terjadinya kerusakan pada din-

ding pembuluh darah. Selain itu

kopi juga berbahaya bagi ke-

sehatan wanita yang memiliki

kondisi fisik yang lebih lemah

dibandingkan dengan seorang

pria. Efek meminum kopi akan

sangat terasa sekali bagi wanita.

Kopi yang mengandung kafein

tidak baik, bahkan sekalipun kopi

itu dekafein tetap saja terkan-

dung kafein di dalamnya hanya

saja lebih sedikit dari kafein.

Bagi yang menyukai kopi minum-

lah 2 gelas air mineral sebagai

penggantinya setelah meminum

secangkir kopi karena kopi

menguras air dalam tubuh.

Amalia, Balittro

Page 15: ISSN 0853 - 8204 W A R T Aperkebunan.litbang.pertanian.go.id/dbasebun/asset_dbase...memiliki peran penting dalam pemuliaan untuk memperluas ke-ragaman genetik. Seleksi akan efektif

Keragaman karakter kualitatif dan kuantitatif daun 37 aksesi .....

Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, Volume 23 Nomor 2, Agustus 2017 15

STATUS LILIT BATANG TANAMAN KARET TBM 3 ASAL BENIH OKULASI HIJAU DAN COKELAT

Pengadaan benih karet klonal

dengan cara okulasi, masih

merupakan metode perbanyakan

terbaik pada tanaman karet

hingga saat ini. Pada tanaman

karet dikenal istilah okulasi hijau

dan okulasi cokelat. Perbedaan

antara kedua jenis okulasi ini

terletak pada umur batang bawah

dan batang atas yang digunakan,

bobot basah stum okulasi hijau

hanya 35 g, sedangkan stum

okulasi cokelat seberat 200 g.

Tanaman karet TBM 3 asal benih

okulasi hijau memiliki per-

tumbuhan lilit batang yang sama

besar dengan tanaman karet asal

benih okulasi cokelat. Jumlah

tanaman yang memiliki lilit

batang baik (superior dan

standar) dan kurang baik

(inferior) juga sama banyak

yaitu 80 dan 20%. Hasil ini

memberikan implikasi bahwa

benih karet hasil okulasi hijau

cukup layak untuk bahan

pengembangan selain okulasi

cokelat yang sudah lebih

berkembang.

engadaan benih karet klonal

dengan cara okulasi, masih

merupakan metode per-

banyakan terbaik pada tanaman karet

hingga saat ini. Klon tanaman karet

adalah sekumpulan individu tanaman

yang mempunyai genotipe sama dan

berasal dari satu pohon induk yang

merupakan hasil perbanyakan secara

okulasi.

Tanaman karet klonal hasil

okulasi lebih baik dibandingkan

tanaman asal biji, yaitu pertumbuhan

seragam, sifat mendekati induknya,

variasi antar individu sangat kecil

dan produktivitasnya lebih tinggi.

Hasil penelitian di Lampung

menunjukkan bahwa produktivitas

tanaman hasil okulasi sebesar 1442 -

1794 kg/ha/tahun dibandingkan

produktivitas tanaman asal biji

hanya sebesar 518 kg/ha/tahun.

Variasi antar individu tanaman

dalam klon yang sama akan muncul

apabila ada perbedaan lingkungan

tumbuh, genetik batang bawah dan

mata entres yang digunakan.

Vigoritas dan produksi tanaman

karet hasil okulasi sangat ditentukan

oleh ketiga faktor tersebut.

Pada tanaman karet dikenal

istilah okulasi hijau dan okulasi

cokelat. Perbedaan antara kedua

jenis okulasi ini terletak pada umur

batang bawah dan batang atas yang

digunakan. Okulasi hijau dikerjakan

pada batang bawah dengan ukuran

yang relatif kecil sehingga pem-

benihan batang bawah dapat lang-

sung di dalam polibeg. Keunggulan

okulasi hijau adalah: mempersingkat

waktu penyediaan benih polibeg

berpayung daun dua menjadi 7 - 9

bulan sejak pengecambahan, atau 4

bulan lebih singkat dibandingkan

okulasi cokelat keberhasilan hidup

setelah 3 bulan tanam di lapangan

tergolong tinggi yaitu 98%

dibandingkan 88% dari benih hasil

okulasi cokelat dan waktu matang

sadap 4 - 6 bulan lebih cepat.

Benih hasil okulasi hijau masih

kurang diterima oleh masyarakat

karena kondisi benih dianggap masih

terlalu kecil untuk ditanam di

lapangan.

Tulisan ini membahas status lilit

batang tanaman karet belum

menghasilkan umur 3 tahun (TBM

3) asal benih okulasi hijau dan

cokelat.

Karakteristik Benih Hasil Okulasi

Hijau dan Cokelat

Bobot benih hasil okulasi hijau

dengan batang bawah umur 5 bulan

hanya sekitar 35 g dibandingkan

dengan benih hasil okulasi cokelat

dengan batang bawah umur 8 bulan

sebesar 200 - 220 g (Tabel 1).

Namun demikian apabila pem-

benihan batang bawah dilakukan di

dalam polibeg, maka gangguan akar

akibat pencabutan benih tidak terjadi

pada penggunaaan benih okulasi

hijau.

Stum okulasi mata tidur hasil

okulasi hijau memiliki daya simpan

7 hari, sedang untuk okulasi cokelat

dapat mencapai 30 hari dengan daya

hidup masih sekitar 84 - 96% (Tabel

1). Hal ini berarti bahwa apabila

okulasi hijau dikerjakan pada

pembenihan batang bawah di

lapangan maka persiapan polibeg

untuk menanam okulasi mata

tidurnya harus dilakukan dengan

lebih cermat dan pengiriman jarak

jauh harus dipertimbangkan agar

waktu tunda tanamnya tidak lebih

dari 7 hari sejak benih dicabut.

Keragaan Lilit Batang Tanaman

Karet TBM 3

Lilit batang adalah karakter

penting pada tanaman karet, ka-

rena produksi tanaman ini adalah

lateks yang diperoleh dari sadapan

pada kulit batangnya. Setiap hal

atau kegiatan yang kemungkinan

berpengaruh terhadap karakter ini

perlu dicermati, agar tidak ber-

pengaruh negatif terhadap per-

kembangan lilit batang yang ber-

arti menunda umur panen tanaman

P

Page 16: ISSN 0853 - 8204 W A R T Aperkebunan.litbang.pertanian.go.id/dbasebun/asset_dbase...memiliki peran penting dalam pemuliaan untuk memperluas ke-ragaman genetik. Seleksi akan efektif

Teknologi ekstraksi tanaman obat

Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, Volume 23 Nomor 2, Agustus 2017 16

karet. Pertumbuhan lilit batang

tanaman karet asal benih okulasi

hijau tidak berbeda nyata dengan

tanaman asal benih okulasi cokelat.

Artinya bahwa penggunaan kedua

jenis bahan tanaman tersebut

memiliki pertumbuhan yang sama

baiknya untuk dikembangkan di

lapangan. Penampilan bibit hasil

okulasi hijau relatif kecil namun

tidak mengalami stagnasi per-

tumbuhan karena pembongkaran

akar. Penggunaan benih hasil oku-

lasi hijau dapat dijadikan alternatif

untuk mengatasi banyaknya jumlah

batang bawah dan keterbatasan

tenaga okulasi.

Klasifikasi Lilit Batang

Tanaman karet TBM 3 asal benih

okulasi hijau dan cokelat memiliki

rataan lilit batang 27,63 cm dan

simpangan deviasi 3,55 sehingga

lebar selang menjadi 5,33. Kelom-

pok individu tanaman karet yang

memiliki lilit batang >30,29 cm

termasuk superior, antara 24,97 -

30,29 cm termasuk standar dan

<24,97 cm termasuk inferior (Ta-

bel 3).

Benih okulasi hijau dan cokelat

menghasilkan sejumlah tanaman

dengan lilit batang baik (superior

dan standar) dan kurang baik

(inferior) sama besar. Hal ini

menunjukkan bahwa upaya budidaya

khusus, seperti pemupukan melebihi

dosis standar atau penyiangan

tambahan, pada tanaman asal benih

okulasi hijau tidak diperlukan karena

pertumbuhan tanaman karet asal

benih okulasi hijau sama baik

dengan okulasi cokelat.

Penutup

Tanaman karet TBM 3 asal benih

okulasi hijau memiliki pertumbuhan

lilit batang yang sama besar dengan

tanaman karet asal benih okulasi

cokelat. Lilit batang tanaman karet

TBM 3 asal benih okulasi hijau dan

cokelat dengan kategori baik dan

sangat baik dengan kurang baik

memiliki jumlah yang sama banyak

yaitu 80 dan 20%. Hasil ini mem-

berikan implikasi bahwa benih

karet hasil okulasi hijau cukup

layak untuk bahan pengembangan

disamping okulasi cokelat yang

sudah lebih berkembang.

LONTAR TANAMAN TAHUNAN YANG BERMANFAAT

Lontar merupakan tanaman

tahunan termasuk jenis palma

yang belum dibudidayakan dan

banyak terdapat di Indonesia.

Produksi utama lontar adalah

nira yang langsung dimanfaat-

kan untuk diminum, kemudian

buahnya untuk dimakan. Pada

umumnya nira lontar dibuat

menjadi gula merah/gula lem-

peng dalam skala rumah tang-

ga. Nira lontar dapat diproses

lebih lanjut menjadi etanol

yang dapat dimanfaatkan untuk

industri farmasi dan bahan

bakar kendaraan bermotor,

sehingga mempunyai masa de-

pan yang cerah sebagai salah

satu alternatif sumber bioenergi.

Tabel 1. Karakteristik benih hasil okulasi hijau dan cokelat

Media kemasan Stum okulasi hijau Stum okulasi cokelat

Waktu simpan 7 hari** Bobot basah Waktu simpan 30 hari** Bobot basah

Hidup Pecah tunas Hidup Pecah tunas

--------(%)------- (gram) --------(%)------- (gram)

Tanpa media* 100 0 35 100 0 200

Cocopeat 100 0 35 100 28 220

Kertas koran 100 0 35 100 12 200

Sumber: Sutanto (2008); Saefudin dan Listyati (2014)

Keterangan:*hanya menggunakan pembungkus kantong plastik,

** waktu tunda tanam stum sebelum ditanam dalam polibeg

Tabel 2. Lilit batang karet TBM 3 asal benih okulasi hijau dan cokelat.

Asal benih Lingkar batang (cm)

Okulasi hijau 27,07 a

Okulasi cokelat 28,18 a

Rata-rata 27,63 Simpangan deviasi 3,55

Sumber: Saefudin et al., 2015

Tabel 3. Klasifikasi pertumbuhan tanaman karet asal benih okulasi hijau dan

cokelat TBM 3

Klasifikasi pertumbuhan

Asal benih karet

Okulasi hijau Okulasi cokelat

Jumlah pohon Persentase Jumlah pohon Persentase

Inferior 12 20,0 12 20,0

Standar 39 65,0 31 51,7

Superior 9 15,0 17 28,3

Sumber: Saefudin et al., 2015

Saefudin dan Nana Heryana,

Balittri

Page 17: ISSN 0853 - 8204 W A R T Aperkebunan.litbang.pertanian.go.id/dbasebun/asset_dbase...memiliki peran penting dalam pemuliaan untuk memperluas ke-ragaman genetik. Seleksi akan efektif

Teknologi ekstraksi tanaman obat

Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, Volume 23 Nomor 2, Agustus 2017

17

ontar atau siwalan (Borassus

flabellifer) termasuk tanaman

jenis palma yang berumur

panjang bisa mencapai 100 tahun

dan mulai berbuah pada umur 20

tahun yang tumbuh di daerah kering/

tropik seperti Afrika, Asia Tenggara,

Asia Selatan. Tempat tumbuhnya

baik di daerah kering dengan curah

hujan 500 - 900 mm per tahun,

maupun di daerah dengan curah

hujan sampai 5.000 mm per tahun

pada ketinggian 100 - 500 m dpl.

Jenis tanah yang sesuai untuk

tanaman lontar yaitu: tanah alluvial

hidromorf, alluvial kelabu tua,

kelabu kuning, latosol merah dan

latosol cokelat kemerah-merahan.

Penyebaran lontar di Indonesia

antara lain: Jawa Timur, Madura,

Bali, Nusa Tenggara Barat, Sula-

wesi, Maluku Tenggara, paling

banyak terdapat di Nusa Tenggara

Timur serta Sulawesi Selatan.

Sampai saat ini, tanaman ini belum

dibudidayakan dan masih tumbuh

secara liar.

Lontar termasuk tanaman

berumah dua (dioecious) artinya

bunga jantan dan betina tidak

terdapat dalam satu pohon, seperti

tanaman kelengkeng yaitu satu

pohon hanya terdapat bunga jan-

tan saja atau bunga betina saja,

seperti yang terdapat dalam Gam-

bar 1. Klasifikasinya sebagai

berikut: Kerajaan: Plantae, Sub

kerajaan: Tracheobionta, Super-

divisi: Spermatophyta, Divisi:

Magnoliophyta, Klas: Liliopsida,

Subklas: Arecidae, Ordo: Arecales,

Famili: Arecaceae, Genus: Boras-

sus dan Species: Borassus flabelli-

fer L.

Karakterisasi tanaman lontar:

batang lurus dan tidak bercabang,

tinggi 15 - 40 m dengan diameter

batang sekitar 60 cm. Panjang

tangkai/ pelepah daun sekitar 1 m.

Daunnya besar-besar mengumpul

di bagian ujung tangkai daun

membentuk tajuk yang membulat

seperti kipas dengan diameter

sekitar 1,5 m. Satu tandan buah

terdapat sekitar 20 butir, buah

berbentuk bulat berwarna hitam

kecokelatan dengan diameter 7 -

20 cm. Setiap buah berisi 3 - 7 butir

daging buah dan yang sudah tua

berwarna kekuningan dan berserat.

Manfaat Tanaman Lontar/

Siwalan

Bagian tanaman yang dimanfaat-

kan untuk memenuhi kebutuhan

manusia (Anonynous 2015, 2016,

Soewito 2011, Tabunan 2010)

meliputi:

1. Nira merupakan produk utama

lontar berasal dari bunga lontar

yang disadap, rasanya manis

dan dapat langsung diminum

(legen/bahasa jawa) atau

diproses lebih lanjut menjadi

minuman beralkohol (tuak), gula

lontar, etanol yang dapat

digunakan sebagai campuran

bahan bakar dan untuk industri

farmasi.

2. Buah terutama yang masih

muda dan rasanya mirip kolang-

kaling (aren) dapat dikonsumsi,

demikian juga daging buah

yang sudah tua, berwarna

kekuningan dan berserat dapat

dimakan segar.

3. Daun pada jaman dahulu

digunakan sebagai media untuk

menulis, selain itu juga di-

gunakan untuk membuat ke-

rajinan tangan seperti kipas,

tikar, topi, sasando (alat musik

tradisional di Timor).

4. Batangnya mempunyai kayu

yang keras dan kuat, baik untuk

L Tabel 1. Komponen nutrisi nira lontar

Komponen Jumlah

Total gula (g/100 cc) 10,93

Protein (g/100 cc) 0,35

Nitrogen (g/100 cc) 0,056

Mineral sebagai abu (g/100 cc) 0,54

Kalsium (g/100cc) 0,01

Fosfor (g/100 cc) 0,14

Besi (g/100 cc) 0,40

Vitamin C (mg/100 cc) 13,25

Vitamin B1 (IU) 3,90

Sumber: Anonymous 2015.

Gambar 1. a). Pohon lontar atau siwalan, b). bunga jantan lontar, c). buah

lontar (bunga betina).

a b c

Page 18: ISSN 0853 - 8204 W A R T Aperkebunan.litbang.pertanian.go.id/dbasebun/asset_dbase...memiliki peran penting dalam pemuliaan untuk memperluas ke-ragaman genetik. Seleksi akan efektif

Teknologi ekstraksi tanaman obat

Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, Volume 23 Nomor 2, Agustus 2017 18

konstruksi bangunan, jembatan,

mebel.

5. Akar yang masih mudah dapat

diekstrak atau direbus untuk

obat cacing, memperlancar air

seni, dan pernafasan.

Kandungan Nutrisi Nira Lontar

Nira lontar dapat digunakan

sebagai minuman isotonik yang

mampu menggantikan cairan tubuh

lebih cepat dibandingkan air putih,

karena mengandung mineral yang

sesuai untuk tubuh manusia dan

membantu memperlancar pen-

cernaan. Nira lontar mengandung

nutrisi seperti yang tertera pada

Tabel 1.

Nira lontar selain dimanfaatkan

langsung sebagai minuman dapat

juga diproses lebih lanjut seperti

menjadi gula lontar/siwalan dan

ethanol. Gula lontar mengandung

53,24% sukrosa; 5,41% glukosa;

2,65% fruktosa dengan kadar

gula pereduksi 7,23%. Kandungan

sukrosa gula lontar lebih rendah

dibandingkan gula aren. Sedangkan

kadar gula pereduksi lebih tinggi.

Hal ini menunjukkan bahwa gula

aren mengandung 88,6% sukrosa

dan gula pereduksi 2,8%.

Bahwa proporsi mesocarp se-

kitar 60 - 70% dari berat buah dan

mengandung senyawa karotenoid

dari golongan xantofi dan karoten

yang berfungsi sebagai antioksidan.

Prospek Lontar

Salah satu jenis tanaman palma

ini, di Indonesia masih belum

dimanfaatkan secara optimal. Produk

utama lontar adalah nira dengan

produksi tertinggi berasal dari

penyadapan tiga mayang untuk

setiap pohon sehari 4,54 liter,

sedangkan paling rendah setiap

pohon 1,95 liter per mayang per

hari. Produksi nira lontar 3,5 liter

per pohon per hari dengan jum-

lah mayang yang disadap 1 - 5

mayang dan waktu penyadapan

sampai 184 hari. Penduduk Rote

Nusa Tenggara Timur melakukan

penyadapan nira lontar antara bulan

Juli - November setiap tahunnya.

Nira lontar oleh penduduk Rote

diolah menjadi gula lempeng/gula

merah. Selain gula lempeng, nira

tersebut dapat diolah menjadi

gula cair, gula semut, kecap, atau

cuka.

Di Nusa Tenggara Timur, ta-

naman tersebut terdapat di desa-desa

paling sedikit 792.748 pohon,

jika produksi nira 3,5 liter per pohon

per hari dengan masa sadap 184 hari

per tahun dan pohon lontar

yang disadap sebanyak 500.000

maka nira yang dihasilkan se-

banyak 322.000.000 liter nira per

tahun. Untuk menghasilkan 1 liter

etanol diperlukan 15 liter nira

jadi per tahun dapat dihasilkan

21.466.666 liter etanol setara de-

ngan Rp 18.247.000.000,- de-

ngan harga etanol dalam negeri

Rp 8.500,-.

Nira lontar diproses menjadi

etanol dengan menggunakan

metode penyulingan dan dapat

digunakan sebagai bahan bakar

aditif pada kendaraan bermotor,

dimana bensin premium memiliki

oktan 88 dan etanol 177 bila

campur dengan perbandingan

etanol: premium = 1 : 9, maka

oktannya menjadi 90,9 mendekati

pertamax yang merupakan standar

bahan bakar bensin yang digunakan

di Eropa. Prospek lontar di masa

depan sangat baik karena dapat

meningkatkan perdapatan petani

dan devisa negara.

Kendala Tanaman Lontar

Tanaman lontar pada umumnya

belum dibudidayakan dan mulai

berbunga pada umur 20 tahun

walaupun kehidupannya dapat

mencapai umur 100 tahun sehingga

lambat produksi niranya dibanding-

kan dengan kelapa Dalam yang

berumur 4 - 6 tahun sudah berbunga.

Tanaman lontar sudah berumur

lebih dari 50 tahun kemungkinan

tingginya sudah lebih dari 10 m

sama dengan kelapa Dalam se-

hingga berpengaruh terhadap pro-

duksi nira yang dihasilkan karena

waktu yang diperlukan lebih lama

dan jumlah tanaman yang disadap

menjadi berkurang, biaya menyadap

menjadi lebih tinggi dan resiko

terhadap keselamatan kerja menjadi

tinggi seperti jatuh dari pohon yang

dapat menyebabkan kematian.

Observasi dan seleksi tanaman

lontar perlu dilakukan untuk

mendapatkan tanaman lontar yang

cepat berbunga misalnya umur 10

tahun sudah berbunga maupun

dengan pemuliaan menggunakan

radiasi untuk mendapatkan varietas

baru yang cepat berbunga dan

lambat pertambahan tingginya.

Penutup

Lontar merupakan salah satu

tanaman palma yang bermanfaat

bagi kesehatan dan kesejahteraan

manusia, semua bagian tanaman

dapat dimanfaatkan untuk memenuhi

kebutuhan manusia. Produksi utama

tanaman lontar adalah nira yang

dapat diproses menjadi etanol

dengan menggunakan metode

penyulingan dan dapat digunakan

dalam industri farmasi maupun

campuran bahan bakar untuk

kendaraan. Etanol yang dihasil-

kan dari nira lontar dapat dieks-

por sehingga dapat membantu me-

ningkatkan devisa negara dan

kesejahteraan masyarakat.

Budi Santosa, Balit Palma

Page 19: ISSN 0853 - 8204 W A R T Aperkebunan.litbang.pertanian.go.id/dbasebun/asset_dbase...memiliki peran penting dalam pemuliaan untuk memperluas ke-ragaman genetik. Seleksi akan efektif

Keragaman karakter kualitatif dan kuantitatif daun 37 aksesi .....

Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, Volume 23 Nomor 2, Agustus 2017 19

POTENSI TANAMAN PUTRI MALU TIDAK BERDURI SEBAGAI LEGUM PENUTUP TANAH PADA LAHAN

TANAMAN PERKEBUNAN TAHUNAN

Upaya untuk menjaga kesubur- an tanah pada lahan tanaman perkebunan tahunan dapat di-lakukan dengan menanam le-gum penutup tanah yang dapat mengatasi kerusakan tanah seperti erosi di saat musim hujan dan evaporasi tinggi saat musim kemarau. Karakteristik putri malu tidak berduri (Mimosa hybrid) sangat mendukung untuk dikembangkan sebagai legum penutup tanah karena pertum-buhannya cepat; dapat ber- tahan hidup pada kondisi kering musim kemarau; menghasil- kan biomassa yang dapat me-ningkatkan C-organik tanah dan memperbaiki struktur tanah.

anaman perkebunan tahunan

seperti kapuk, kelapa dan

kelapa sawit (pada saat belum

produksi) mempunyai jarak tanam

lebar sehingga menyisakan tanah

yang tidak ditanami di bawah

kanopinya. Tanah kosong tersebut

berpotensi mengalami erosi di saat

musim hujan dan laju evaporasi

akan tinggi saat musim kemarau.

Perbandingan antara lahan tanaman

perkebunan tahunan (kapuk) yang

tidak dan ditanami penutup tanah

dapat dilihat pada Gambar 1

Legume penutup tanah atau

lebih dikenal sebagai tanaman

penutup tanah sangat penting dalam

menjaga kesuburan tanah. Tanam-

an putri malu yang tidak berduri

merupakan salah satu alternatif-

nya di lahan perkebunan yang

berpotensi untuk dikembangkan.

Tanaman putri malu tersebut dapat

diperbanyak dengan dua cara

yaitu setek batang (vegetatif) dan

biji (generatif); tumbuh cepat dan

baik di bawah naungan maupun

lahan terbuka.

Putri malu tidak berduri me-

rupakan hasil persilangan dari

Mimosa diplotricha yang dilakukan

oleh perkebunan di Jawa pada tahun

1942. Mimosa diplotricha berasal

dari daerah subtropis dan tropis

Amerika. Tanaman tanpa duri

tersebut dikembangkan pada

perkebunan-perkebunan di Jawa,

kemudian dengan cepat meluas di

sebagian besar negara-negara Asia

Selatan dan Tenggara hingga ke

sebagian kecil negara-negara Afrika

(PROHATI, 2015).

Putri malu tidak berduri ter-

masuk famili Fabaceae (polong-

polongan), secara sekilas mirip

dengan putri malu berduri tetapi

bila diperhatikan secara seksama

mempunyai perbedaan (Tabel 1).

Tanaman ini merupakan tanam-

an perdu pendek yang merambat

atau memanjat, daun menyirip

ganda atau berpasangan, yang

tersusun berhadapan, sensitif ter-

hadap sentuhan.

Potensi tanaman putri malu yang

tidak berduri sebagai tanaman

penutup tanah didukung oleh

karakteristik (1) pertumbuhannya

yang cepat, (2) tahan kekeringan

(bertahan hidup pada musim

kemarau) dan (3) mampu mem-

perbaiki struktur tanah.

1). Pertumbuhannya Cepat

Tanaman putri malu tidak ber-

duri tumbuh dan berkembang

secara cepat yang didukung

simbiosis mutualisme antara akar

dengan bakteri Rhizobium se-

hingga kebutuhan hara Nitrogen

dapat terpenuhi. Salah satu me-

kanisme ketersediaan hara adalah

dengan fiksasi N udara. Selanjutnya

perkembangan akar lebih luas yang

dipacu IAA yang dihasilkan oleh

Rhizobium.

Pada akarnya terdapat bintil

akibat terinfeksi Rhizobium. Rhi-

zobium mempunyai kemampuan

antara lain: (a) menambat N bebas

dari udara, (b) meningkatkan ke-

T

Gambar 1. a) Kebun kapuk yang tidak ditanami penutup tanah dan b) kebun

kapuk yang ditanami penutup tanah

a b

Page 20: ISSN 0853 - 8204 W A R T Aperkebunan.litbang.pertanian.go.id/dbasebun/asset_dbase...memiliki peran penting dalam pemuliaan untuk memperluas ke-ragaman genetik. Seleksi akan efektif

Teknologi ekstraksi tanaman obat

Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, Volume 23 Nomor 2, Agustus 2017 20

tersediaan hara P dan hara lainnya

di tanah, (c) menghasilkan IAA

dan (d) menghasilkan senyawa

eksopolisakarida.

Rhizobium mempunyai ke-

mampuan melarutkan P yang di-

tandai dengan terbentuknya zona

bening di sekeliling lingkaran

koloni (Gambar 2). Dari hasil

pengamatan pertumbuhannya pada

media MNBRIP (National Botanical

Research Institute’s Phosphate),

diketahui kemampuan rhizobium

melarutkan P secara langsung

(visual) sehingga berpotensi juga

dapat meningkatkan P-tersedia

tanah. Rhizobium melarutkan P

disebabkan kemampuannya meng-

hasilkan asam-asam organik dan

enzim fosfatase.

Suharyanto et al. (2009) me-

laporkan, rhizobium mampu meng-

hasilkan IAA pada media latek.

Dari koleksi isolat Rhizobium

Balittas yang telah diuji, isolat

Rhizobium ternyata juga mampu

menghasilkan IAA sehingga ber-

potensi memacu pertumbuhan

akar tanaman perkebunan di

sekitarnya dan akar tanaman

inangnya sendiri.

Oleh karena dapat tumbuh

cepat, tanaman putri malu tidak

berduri ini perlu dipangkas secara

teratur ketika biomassa sudah

banyak. Intensitas pemangkasan

dapat dilakukan 2 - 3 kali/tahun.

Biomassa putri malu tidak ber-

duri ini bisa dijadikan mulsa or-

ganik yang bermanfaat untuk

mengurangi evaporasi.

2) Bertahan hidup pada musim

kemarau

Tanaman putri malu tidak ber-

duri terlihat tetap segar dan hijau

Tabel 1. Perbedaan antara tanaman putri malu berduri dengan putri malu

tidak berduri

Karakteristik Putri malu

(Mimosa pudica)

Putri malu tidak berduri

(Mimosa hybrid)

Batang

Berduri, berbulu lebih panjang

Tidak berduri, berbulu lebih pendek

Daun

Berwarna hijau kemerahan, pada

tulang daun berbulu lebih panjang

Berwarna hijau, pada tulang daun

berbulu lebih pendek

Bunga

Berbentuk bulat seperti bola

berambut dan tidak mempunya

mahkota dengan kelopak bunga kecil

Bunganya bertipe kupu-kupu,

mempunyai mahkota bunga dengan

kelopak bunga besar

Buah

Buah bergerombol pada satu tangkai

dengan kedua sisi bergelombang dan

berbulu

Buah berbentuk seperti pedang

melengkung dengan salah satu tepi

bergelombang dan tidak berbulu

Biji

Berbentuk bulat agak sedikit pipih

Berbentuk seperti ginjal

Gambar 2. a) Rhizobium sebagai pelarut P pada media NBRIP dan b) tana-

man putri malu yang tidak berduri pada musim kemarau

a b

Page 21: ISSN 0853 - 8204 W A R T Aperkebunan.litbang.pertanian.go.id/dbasebun/asset_dbase...memiliki peran penting dalam pemuliaan untuk memperluas ke-ragaman genetik. Seleksi akan efektif

Teknologi ekstraksi tanaman obat

Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, Volume 23 Nomor 2, Agustus 2017

21

pada musim kemarau, selama 70

hari tidak hujan (Gambar 2),

sedangkan rerumputan sudah layu,

kering dan menguning. Hal ini

merupakan salah satu indikator

tanaman ini bisa bertahan dalam

kondisi kekurangan air. Batang

tanaman putri malu tidak berduri,

berbulu dan daunnya yang bisa

menutup dan membuka sehingga

mengurangi transpirasi. Kondisi

tersebut merupakan cara adaptasi

yang baik terhadap kekeringan.

3) Memperbaiki struktur tanah

Biomassa tanaman putri malu

tidak berduri yang dipangkas

kemudian dijadikan mulsa organik

atau dibenamkan di dalam tanah

akan meningkatkan kadar C-organik

tanah disamping itu, memperbaiki

struktur tanah. Rhizobium yang

perakarannya menghasilkan polisa-

karida ekstraseluler berpotensi

dimanfaatkan untuk memperbaiki

sifat fisik tanah seperti struktur tanah

terutama pada tanah berpasir.

Penutup

Karakteristik tanaman putri

malu tidak berduri berpotensi

untuk dikembangkan sebagai

legum penutup tanah di lahan

perkebunan tahunan dengan

tipe lahan kering iklim kering.

Kesuburan dan kesehatan tanah

yang terjaga akan meningkatkan

produksi tanaman perkebunan yang

ada di lahan tersebut.

PANEN KELAPA YANG AMAN DENGAN ALAT PANJAT DAN ROBOT PEMANEN KELAPA: COCOBOT

Keamanan merupakan isu kru-

sial dalam bidang pemanenan

kelapa. Hal ini disebabkan ada-

nya risiko pemanjat kelapa

mengalami kecelakaan dalam

pemanenan kelapa secara tra-

disional sehingga sekarang ini

sangat sulit mencari orang yang

mau memanjat kelapa dan jika

ada biaya yang dikeluarkan cukup

besar. Teknologi yang memper-

mudah pekerjaan petani kelapa

dalam memanen kelapa yang

mudah dan aman sangat di-

perlukan di antaranya alat panjat

kelapa yang ergonomis. Alat

panjat kelapa dengan meng-

gunakan penjepit pohon, sabuk

pengait, dan kursi duduk.

Teknologi lainnya selain alat

panjat kelapa yaitu pengem-

bangan Coconut Harvesting

Robot (Cocobot) yang merupa-

kan salah satu solusi untuk panjat

dan panen kelapa dengan lebih

aman. Cocobot telah dikem-

bangkan di India dan Indo-

nesia. Robot dilengkapi dengan

bluetooth, wireless, remote control

dengan joystick, roda dari spon

yang bermanfaat untuk memanjat

ke atas, sensor, kamera, lengan

robot, dan pisau sebagai pemotong

untuk pemanenan kelapa.

ndonesia merupakan negara

yang memiliki area kelapa

terluas di dunia dan memberikan

kontribusi sebesar 27% terhadap

produksi kelapa di dunia. Luas area

perkebunan kelapa di Indonesia

menurut Direktorat Jenderal

Perkebunan dari tahun 2012 hingga

2014 yaitu 3,78 ; 3,65 dan 3,60 juta

ha, tetapi dari luas area perkebunan

kelapa tersebut, Indonesia hanya

menghasilkan produksi sebesar

3,18 ; 3,05, dan 3,00 juta ton,

menunjukkan bahwa produktivitas

perkebunan kelapa di Indonesia

masih rendah berkisar 0,84 ton/ha

dan produktivitasnya masih kalah

dengan negara pesaing seperti

Filipina dan India (Ditjenbun, 2015).

Pemanenan kelapa dewasa ini

dilakukan dengan berbagai cara di

antaranya secara manual yaitu

dengan dipanjat oleh manusia,

bantuan binatang kera, dengan

bantuan alat pemanjat seperti tali

pemanjat dan teknologi yang

canggih seperti robotik. Umumnya,

pekerja terampil memanjat untuk

memanen kelapa dari pohon tanpa

perangkat pengaman. Kecelakaan

saat memanjat kelapa tanpa

perangkat pengaman menyebabkan

korban dan menderita cedera

musculoskeletal atau kerusakan otot

rangka sehingga dewasa ini untuk

menemukan pemanjat kelapa sangat

sulit sekali dan apabila ada biaya

panjatnya kurang ekonomis. Ke-

celakaan pemanjat kelapa di

Kabupaten Banyumas memakan

korban jiwa hingga 100 orang/tahun,

I

Roni Syahputra, Balittas

Page 22: ISSN 0853 - 8204 W A R T Aperkebunan.litbang.pertanian.go.id/dbasebun/asset_dbase...memiliki peran penting dalam pemuliaan untuk memperluas ke-ragaman genetik. Seleksi akan efektif

Teknologi ekstraksi tanaman obat

Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, Volume 23 Nomor 2, Agustus 2017 22

bahwa total 35,5% (78 kasus dari

220 pemanjat) jatuh dari pohon

kelapa. Pemanjat pohon kelapa

sebanyak 7,9% (19/240) keluar dari

profesi tradisional mereka dan tetap

menganggur, hanya 5,3% (1/19)

yang berhenti memanjat pohon

karena masalah kesehatan dan 94,7%

(18/19) mengundurkan diri karena

menjadi korban.

Masalah panjat dan pemanenan

kelapa bisa saja diatasi dengan

menggunakan suatu teknologi,

dengan mengubah cara panen

kelapa secara tradisional menjadi

lebih modern, misalnya pemanen-

an kelapa dengan bantuan alat

panjat kelapa maupun secara

robotik. Pemanenan komoditi

pertanian dengan menggunakan

teknologi robotik telah umum

digunakan oleh negara maju

seperti Jepang dan Amerika seperti

robot pemanen buah strawberry,

mesin pemanen jeruk dan robot

pemanen paprika, tetapi untuk

pengembangan robot pemanjat dan

pemetik kelapa masih sangat terbatas

sekali.

Robot pemanjat pohon kelapa

merupakan alat memanjat pohon

kelapa dan memetik buah kelapa

sehingga petani tidak perlu

memanjat pohon secara manual.

Pengembangan robot pemanjat

dan pemanen kelapa telah di-

lakukan di negara India, termasuk

juga di Indonesia. Pengembang-

an coconut harvesting robot

(Cocobot) di India hampir mirip

seperti di Indonesia. Konsepnya

yaitu chassis berbentuk segi delapan,

terdapat roda, wireless, kamera,

lengan robot, pisau pemotong. Robot

pemanjat dan pemanen kelapa ini

merupakan cara panen kelapa

yang aman.

Pemanenan Kelapa Secara Tra-

disional, dengan Alat Bantu dan

Robot

Pemanenan secara Tradisional

Pemanenan kelapa secara

tradisional dengan dipanjat secara

manual. Pemanjat pohon kelapa

naik ke pohon dengan membawa

sabit di bagian pinggangnya (Gam-

bar 1) yang terlebih dahulu bagian

pohon kelapa di potong sedikit

dengan sabit sebagai pijakan kaki

maupun tangan. Luka-luka bekas

pemotongan sedikit pohon kelapa

sebagai pijakan harus sering

dibersihkan supaya tidak mem-

busuk sehingga batang kelapa

tidak lekas menjadi keropos atau

menjadi sarang hama kwangwung.

Pemetikan buah kelapa juga

dapat dilakukan dengan meng-

gunakan galah bambu. Biasanya

pada ujung bambu tersebut di-

kaitkan sabit yang tajam, pemetik-

an dengan cara ini biasanya

dilakukan pada pohon kelapa yang

masih muda dengan batang yang

tidak terlalu tinggi. Balai Penelitian

Tanaman Palma (Balit Palma)

Manado telah mengembangkan

dan melepas beberapa kelapa gen-

jah seperti Genjah Kuning Nias,

Genjah Bali, Genjah Raja dan

Genjah Salak yang dapat diman-

faatkan sebagai minuman segar dan

nira. Pemanenan kelapa pendek

(genjah) lebih mudah karena tanpa

memanjat langsung dipanen dengan

sabit, sedangkan apabila kelapa

genjah sudah agak tinggi dipanjat

dengan menggunakan tangga.

Pemanenan kelapa secara

tradisional ini sangat berbahaya

karena tidak adanya pengaman.

Solusi yang dikedepankan dari

pemanenan secara tradisional yaitu

diadakannya pelatihan yang me-

libatkan komunitas panjat tebing

dengan menggunakan tali pengaman

untuk melatih para pemanjat dan

pemanen kelapa. Di beberapa da-

erah di Sumatera dan Kalimantan,

pemetikan buah kelapa dilakukan

oleh kera yang sudah terlatih.

Kera tersebut diperintahkan untuk

memanjat pohon kelapa dan

memetik buah yang sudah masak.

Pemanenan dengan Alat Bantu

Pemanenan kelapa dengan alat

bantu panjat telah banyak di-

kembangkan. Alat dijepitkan ke

pohon kelapa dan orang yang

memanennya menaikinya dengan

alat panjat tersebut. Mohankumar

et al., (2013) mengembangkan alat

pemanjat kelapa memiliki dua

rangka (kiri dan kanan). Tali besi

dipasang di sekitar pohon men-

cengkeram alas karet. Dua bingkai

utama dipasang dan memungkin-

kan operator mengangkatnya. Frame

nyaman menggunakan sliding

member. Laborde (2006) mengem-

bangkan sebuah pemanjat pohon,

alat dengan platform atas dan

bawah yang ada bergerak bebas dari

bawah pohon. Thiyagarajan et al.,

(2013) melakukan studi ergonomis

dari perangkat sederhana yang dibuat

dari perangkat yang aman dan

mudah digunakan untuk memanjat

pohon kelapa, yang bahkan bisa

dioperasikan oleh orang yang tidak

terampil.

Mohankumar et al. (2013)

mengembangkan alat panjat kelapa

yang lebih ergonomis (Gambar 2b),

alat panjat dirancang dengan mem-

perhitungkan aspek kenyamanan

pada manusia dengan adanya tali

pengikat dan alat dirancang me-

nyerupai kursi duduk sehingga

pemanjat dan pemanen kelapa tidak

mudah kelelahan dan banyak

menghabiskan energi (Gambar 2a).

Page 23: ISSN 0853 - 8204 W A R T Aperkebunan.litbang.pertanian.go.id/dbasebun/asset_dbase...memiliki peran penting dalam pemuliaan untuk memperluas ke-ragaman genetik. Seleksi akan efektif

Teknologi ekstraksi tanaman obat

Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, Volume 23 Nomor 2, Agustus 2017

23

Sistem panjat alat ini bertumpu pada

berat badan yang mengakibatkan

berlawanan dengan gaya gravitasi

sehingga pemanjat kelapa dapat naik

ke atas dengan bantuan alat panjat

ini.

Pemanenan dengan Robot

Robot pemanjat dan pemanen

kelapa (Cocobot) dilengkapi dengan

lengan robot beserta pisau pemotong

untuk memetik buah kelapa dan

kamera yang berguna untuk mem-

bantu petani kelapa atau pekerja

melihat buah kelapa dari kejauhan.

Khususnya pada saat memanen,

harus mengetahui posisi dan jumlah

buah kelapa yang akan dipetik secara

tepat di atas pohon. Kamera pada

lengan robot pemanjat pohon kelapa

hanya digunakan untuk membantu

melihat posisi buah kelapa dan

tingkat kematangan buah kelapa dari

kejauhan. Peningkatan teknologi

pada kamera di lengan robot

pemanjat pohon kelapa diperlukan,

dengan cara menambah sistem

kecerdasan buatan menggunakan

pengolahan citra yang dapat

membuat robot menentukan sendiri

posisi dan jumlah buah kelapa

melalui deteksi obyek.

Pada Gambar 3 menjelaskan

mengenai sistem panjat dan

panen kelapa secara robotik, hal

ini lebih aman jika panen dilaku-

kan dengan robot dibandingkan

secara manual. Robot ini dapat

mencari kelapa, sampai ke puncak

pohon dan memanennya dengan

pisau yang dirancang khusus.

Pengguna dapat melihat aksinya

menggunakan layar ponsel.

Robot pemanjat pohon kelapa

akan sangat membantu masyarakat

terutama bagi petani kelapa untuk

melakukan panen buah kelapa de-

ngan cepat, mudah dan aman. Panen

dapat dilakukan secara rutin di

daerah penghasil buah kelapa yang

ada di Indonesia karena pengguna

hanya melakukan kendali meng-

gunakan remote control dari ke-

jauhan untuk menggerakkan robot.

Resiko kecelakaan akibat kelalaian

manusia ataupun kondisi lingkungan

saat melakukan panen buah kelapa

dapat diminimalisir. Pengguna akan

lebih aman dan terhindar dari resiko

kecelakaan karena hanya robot yang

memanjat.

Robot dilengkapi dengan remote

control sehingga pengguna hanya

perlu melakukan kendali dari jarak

jauh. Remote control mengguna-

kan joystick, dimana masih mem-

butuhkan lagi pengendali untuk

membaca dan menerjemahkan data

yang dihasilkan dari dalam joystick.

Data tersebut selanjutnya digunakan

untuk mengirimkan suatu karakter

ke kontroler utama pada robot.

Pengiriman yang dilakukan meng-

gunakan komunikasi bluetooth

antara modul bluetooth hc-05

sebagai transmitter dan modul

bluetooth hc-06 sebagai receiver.

Data hasil pengiriman bluetooth

akan diolah lagi untuk dikonversikan

Sumber : (Wibowo et al., 2016) Gambar 1. Cara panen kelapa a) memanjat dan memanen kelapa secara

tradisional, b) alat panjat pohon kelapa, c) alat panjat (lebih

ergonomis), d) sistem panjat dan panen kelapa dengan robot, e)

desain Cocobot, f) rangkaian kumpulan robot, g) sirkuit elektronik

dari robot dan h) aksi robot memanjat dan memanen kelapa di

Blitar, Jawa Timur

Sum

ber

: W

ibow

o e

t al.

, 2016

Mohan

kum

ar e

t a

l., 2013

Sumber : Desain Prasad et al., 2016

Sum

ber

: W

ibow

o e

t al.

, 2016

a b c d

e f

g

h

Page 24: ISSN 0853 - 8204 W A R T Aperkebunan.litbang.pertanian.go.id/dbasebun/asset_dbase...memiliki peran penting dalam pemuliaan untuk memperluas ke-ragaman genetik. Seleksi akan efektif

Teknologi ekstraksi tanaman obat

Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, Volume 23 Nomor 2, Agustus 2017 24

ke gerak robot yang akan dikom-

binasikan dengan sensor keseim-

bangan untuk mengatur putaran roda

pada badan utama agar posisi robot

tetap seimbang dan tidak miring

saat memanjat pohon kelapa.

Badan Utama Robot

Pada robot mekanik, rangka

utama berbentuk segi enam dengan

tiga buah roda yang terdiri dari

bagian poros, pembatas spon dan

permukaan roda padat berwarna

gelap yang dilengkapi pegas (Gam-

bar 2a). Pemilihan spon sebagai

bahan utama permukaan roda robot

karena karakteristik material spon

yang dapat menyesuaikan bentuk

permukaan pohon sehingga luas

permukaan roda yang menyentuh

pohon menjadi lebih banyak. Roda

ini terpasang pada tiga bagian

sisi dari rangka utama yang di-

hubungkan menggunakan engsel

sehingga robot dapat memberikan

cengkraman yang melingkari batang

pohon kelapa. Pada salah satu sisi

badan robot terdapat sebuah lock

sederhana yang dapat dibuka dan

dikunci untuk dapat memasangkan

robot ke batang pohon kelapa

dengan cepat dan mudah.

Di Indonesia pengembangan

teknologi robotik pemanen kelapa

telah dikembangkan oleh Teguh

Satrio Wibowo dari Politeknik

Elektronika Negeri Surabaya (PENS

ITS) (Gambar 2a), sedangkan di

India telah dikembangkan oleh

Prasad, mahasiswa Saintgits College

of Engineering (Gambar 2b).

Persamaannya chassis berbentuk

segi enam. Perbedaan desain dapat

dilihat pada Gambar 2. Desain dari

Indonesia lebih simpel dengan 3

roda, sedangkan desain dari India

menggunakan 6 roda.

Cocobot juga memiliki lengan

yang berfungsi memetik buah

kelapa. Bagian lengan robot ter-

dapat pisau pemotong yang meng-

gunakan mata pisau gerinda dan

terdapat kamera untuk membantu

melihat buah kelapa yang akan

dipetik dari kejauhan (Gambar 2 b).

Kontrol Elektronik

Kontrol utama robot meng-

gunakan Arduino Mega 2560,

sedangkan untuk pengolahan citra

menggunakan sophisticated Rasp-

berry Pi 2 untuk komputasi, portable,

dan OS berbasis platform yang

mengandung banyak informasi

seperti pengolahan citra. Konek-

tivitas nirkabel dilakukan dengan

menggunakan HC- modul bluetooth

05 sebagai pengirim (transmitter)

dan modul bluetooth hc-06 sebagai

penerima (receiver). Data akan

dibaca dan diakui sebagai karakter

ASCII (American Standard Code for

Information Interchange). Data

yang diterima oleh bluetooth akan

kembali diproses untuk dikonversi

menjadi gerakan robot dengan

kombinasi data dari balance sensor.

Aksi Cocobot

Aksi Cocobot dapat dilihat pada

Gambar 4. Bluetooth digunakan

sebagai wireless/nirkabel yang bisa

mengirim data sampai ke puncak

pohon kelapa yang bisa mencapai

jarak maksimum 30 m, seperti yang

ditunjukkan pada Tabel 1. Selain itu

lebih mudah untuk pengaturan

hardware.

Robot menunjukkan pergerakan

yang relatif baik untuk ke atas

dan ke bawah pohon. Pegas untuk

Auto-fastening cukup baik da-

lam beradaptasi dengan berbagai

diameter batang pohon kelapa

sehingga robot bisa memanjat

pohon kelapa dengan cepat.

Ketinggian rata-rata pohon ke-

lapa sekitar 20 meter sehingga

kecepatan robot maksimum untuk

memanjat ke atas pohon kelapa

dalam waktu 22 detik.

Cocobot telah diuji untuk

memotong tandan kelapa, tubuh

robot terkena kelapa yang berat-

nya sekitar 10 kg, tapi robot

tidak jatuh ke bawah bila ter-

kena banyak kelapa, salah satunya

karena sistem pegas mekanik

yang telah bekerja dengan baik

untuk menekan pohon kelapa.

Pada sistem pemotongan pisau

secara mekanik. menggunakan pisau

fine grinding, pisau dapat me-

motong tandan kelapa, tetapi pro-

ses pemotongan memakan waktu

lama. Kelemahannya yaitu warna

kelapa dan daun yang hampir

mirip.

Penutup

Alat pemanjat kelapa dan

Cocobot merupakan solusi bagi

petani dan pengusaha kelapa untuk

memanen buah kelapa dengan lebih

cepat, mudah dan lebih aman diban-

dingkan panen secara tradisional.

Alat pemanjat kelapa yang dileng-

kapi dengan penjepit pohon, tali, dan

tempat duduk mempermudah pe-

manjat dan pemanen kelapa untuk

naik ke atas pohon. Cocobot dileng-

kapi dengan bluetooth, wireless,

remote control, roda untuk me-

manjat, sensor, kamera, lengan

robot, dan pisau sebagai pemotong.

Pengembangan cocobot selanjutnya

diharapkan dapat memanen buah

sesuai dengan tingkat kematangan

kelapa dan dapat memilah antara

kelapa muda, tua, maupun kelapa

kopyor. Perlu dilakukan pengem-

bangan dan penyempurnaan cocobot

secara massal oleh institusi maupun

industri agar suatu saat bisa dipro-

duksi dan dijual secara massal.

Tabel 1. Jarak maksimum dari penerima data

Transmisi Penerima Jarak maksimum (m)

HC-05 HC-06 30

Android HC-06 25 - 30

Wireless Wireless Receiver 10

Sumber Data : Wibowo et al., 2016

Adhitya Yudha Pradhana dan

Linda Trivana, Balit Palma

Page 25: ISSN 0853 - 8204 W A R T Aperkebunan.litbang.pertanian.go.id/dbasebun/asset_dbase...memiliki peran penting dalam pemuliaan untuk memperluas ke-ragaman genetik. Seleksi akan efektif

Keragaman karakter kualitatif dan kuantitatif daun 37 aksesi .....

Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, Volume 23 Nomor 2, Agustus 2017 25

KERAGAMAN KARAKTER KUALITATIF DAN KUANTITATIF DAUN 37 AKSESI LADA

HASIL PERSILANGAN

Lada merupakan tanaman tahun-an dengan tipe memanjat dari keluarga Piperaceae. Tanaman ini memiliki akar tunggang dengan akar utama dapat menembus tanah sampai kedalaman 1 - 2 m. Batang tanaman berbuku-buku dan berbentuk sulur yang dapat dikelompokkan menjadi empat macam sulur. Tanaman ini per-tama kali ditemukan di daerah Western Ghast, India. Karakter kuantitatif seperti karakter tinggi tanaman, panjang daun, lebar daun, panjang tangkai daun, panjang ruas batang, jumlah daun, jumlah akar lekat dan diameter batang bervariasi antara 42,45 - 98,51% dengan tingkat kedekatan antara 2,5 - 89,7 dan terbagi menjadi dua kelompok besar yaitu kelompok I dan II yang dipisahkan oleh karakter tinggi tanaman dan jumlah akar lekat. Pada karakter kualitatif tidak bervariasi pada karakter bentuk daun yaitu ovatus. Sedang-kan pada karakter bentuk pang- kal daun, warna daun seludang, warna daun pucuk, warna daun tua dan warna tangkai daun bervariasi, dengan tingkat ke-ragaman antara 34, 36 - 100% dengan tingkat kedekatan antara 0,1 - 0,9 yang terbagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok I dan II. Kelompok I dipisahkan oleh karakter bentuk pangkal daun membulat dan warna daun pucuk green group 131 dan warna daun tua green group 143. Pada ke-lompok II bentuk pangkal daun membulat, warna daun pucuk yellow green 139 dan warna daun tua green gorup 135.

ada merupakan tanaman

rempah yang pertama kali

ditemukan di daerah Western

Ghast, India. Tanaman ini kemudian

menyebar dari Malabar (India) ke

Eropa dan Asia termasuk Indonesia,

yang dibawa oleh masyarakat Hindu

ke daerah Jawa (Purseglove, 1981).

Daerah sentra produksi lada di

Indonesia adalah Provinsi Lampung,

Sumatera Selatan dan Kepulauan

Bangka Belitung yang memproduksi

kurang lebih 90% lada. Provinsi

penghasil lada lainnya adalah

Bengkulu, Aceh, Sumatera Barat,

Kalimantan Barat, Kalimantan

Timur, Kalimantan Selatan dan

Sulawesi Selatan (Mustika, 1990).

Pada tahun 2015 luas areal per-

tanaman lada di Indonesia men-

capai 163.990 ha dengan jumlah

produksi 89.302 ton dan produk-

tivitas 544,86 kg/ha. Volume ekspor

lada pada tahun 2015 mencapai

33.645 ton kg dengan nilai eks-

por mencapai 319.824.000 US$

(Statistik Perkebunan Indonesia,

2015).

Lada merupakan tanaman

tahunan dengan tipe memanjat dari

keluarga Piperaceae. Tanaman ini

memiliki akar tunggang dengan

akar utama dapat menembus tanah

sampai kedalaman 1 - 2 m. Batang

tanaman berbuku-buku dan ber-

bentuk sulur yang dikelompok-

kan menjadi empat macam sulur,

yaitu sulur gantung, sulur panjat,

sulur buah dan sulur tanah. Daun

lada merupakan daun tunggal

dengan duduk daun berseling

dan tumbuh pada setiap buku.

Warna daun hijau muda dan hijau

mengkilat pada permukaan atas.

Pertulangan daun melengkung

dengan tepi daun bergelombang atau

rata.

Balai Penelitian Tanaman Rem-

pah dan Obat (Balittro) sudah

memiliki beberapa varietas lada yang

mempunyai produksi tinggi yaitu:

Natar 1, Natar 2, Petaling 1, Petaling

2, Lampung Daun Kecil, Bengka-

yang, Chunuk, Ciinten dan Malonan

1. Di samping itu itu terdapat

beberapa koleksi lada lainnya hasil

eksplorasi maupun hasil persilangan,

diantaranya hasil persilangan antara

lada Paniur dengan P. colubrinum

sebanyak 37 aksesi. Tujuan per-

silangan ini untuk meningkatkan

keragaman genetik tanaman lada

baik secara morfologi maupun

produksi. Karakterisasi dan identi-

fikasi 37 aksesi ini baru dapat di-

lakukan terhadap karakter kuantitatif

dan kualitatif.

Persilangan Lada

Pada bulan September tahun

2015, telah dilakukan persilangan

antara lada Paniur dengan lada liar

P. colubrinum. Hasil persilangan

diperoleh 37 individu dan disemai di

bak persemaian dengan media

kokopit (Gambar a). Setelah tumbuh,

bibit dipindahkan ke polibeg ber-

ukuran 15 x 10 cm, mengunakan

media tanah dan pupuk kandang

kotoran sapi dengan perbandingan

2 : 1 (Gambar b). Setelah berumur

5 - 6 bulan dan tumbuh dengan sem-

purna, masing-masing individu lada

kemudian diperbanyak menjadi 15

setek dengan setek satu ruas

(Gambar c, d dan e). Setiap setek

lada satu ruas dimasukan ke lubang

tutup gelas plastik dan menutup

gelas plastik yang berisi air bersih

(Gambar f dan g). Setek akan me-

ngeluarkan akar setelah kurang lebih

satu bulan dengan panjang 10 - 15

cm sampai siap tanam (Gambar h).

Setek berakar tersebut dipindahkan

ke polibeg yang ukuran 10 x 15 cm

sampai tanaman berumur 6 - 7 bulan.

Pada umur tersebut karakter kuan-

L

Page 26: ISSN 0853 - 8204 W A R T Aperkebunan.litbang.pertanian.go.id/dbasebun/asset_dbase...memiliki peran penting dalam pemuliaan untuk memperluas ke-ragaman genetik. Seleksi akan efektif

Teknologi ekstraksi tanaman obat

Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, Volume 23 Nomor 2, Agustus 2017 26

titatif dan kualitatif lada sudah

dapat diamati (Gambar 1.)

Parameter karakter kuantitatif

terdiri dari tinggi tanaman, pan-

jang daun, lebar daun, panjang

tangkai daun, panjang ruas batang,

jumlah daun, jumlah akar lekat

dan diameter batang. Sedangkan

karakter kualitatif terdiri dari

bentuk daun, bentuk pangkal

daun, warna daun seludang, warna

daun pucuk, warna daun tua dan

warna tangkai daun.

Karakter Kuantitatif Lada Hasil

Persilangan

Tiga puluh tujuh aksesi lada

hasil persilangan antara Paniur

dengan P. colubrinum mempunyai

karakter kuantitatif yang ber-

variasi, terutama pada karakter

tinggi tanaman, panjang daun,

lebar daun, panjang tangkai

daun, panjang ruang batang,

jumlah daun, jumlah akar lekat

dan diameter batang. Pada karakter

jumlah akar lekat terdapat be-

berapa nomor yang akar lekatnya

belum muncul yaitu nomor 2 hasil

persilangan antara Paniur dengan

P. colubrinum 34 nomor, nomor

3 hasil persilangan Paniur dengan

P. colubrinum 58 nomor, nomor

10 hasil persilangan Paniur dengan

P. colubrinum 42 nomor, nomor 12

hasil persilangan Paniur dengan

P. colubrinum 41 nomor, nomor 14

hasil persilangan Paniur dengan

P. colubrinum 58 nomor dan nomor

31 hasil persilangan Paniur dengan

P. colubrinum 52.

Karakter tinggi tanaman antara

11,2 - 178,3 cm, panjang daun antara

7,5 - 15,1 cm, lebar daun antara 4,5 -

11 cm, panjang tangkai daun 3 - 8,3

cm, panjang ruas daun antara 1,8 -

9,3 cm, jumlah daun antara 3 - 25

helai, jumlah akar lekat antara 1 - 34

dan diameter batang antara 3,46 -

8,65 mm (Tabel 1).

Tingkat Keragaman Karakter

Kuantitatif Lada Hasil Per-

silangan

Karakter kuantitatif lada hasil

persilangan mempunyai tingkat

keragaman yang bervariasi antara

42,45 - 98,51% dengan tingkat ke-

dekatan antara 2,5 - 89,7 dan terbagi

menjadi dua kelompok besar yaitu

kelompok I dan II (Tabel 2).

Kelompok I terbagi menjadi

dua sub kelompok yaitu kelompok

sub 1 dan sub 2. Pada kelompok

sub 1 terbagi lagi menjadi sub-sub

kelompok yang lebih kecil yaitu

kelompok sub-sub 1 yang terdiri dari

12 nomor aksesi yaitu 1, 4, 19, 31, 5,

9, 11, 13, 27, 23, 36, dan 24,

sedangkan pada kelompok sub-

sub 2 terdiri dari 8 nomor aksesi

yaitu 7, 25, 37, 16, 17, 29, 21 dan

28. Keadaan yang sama pada

kelompok sub 2 terbagi lagi menjadi

dua sub-sub kelompok yaitu sub-sub

1 terdiri 7 nomor aksesi yaitu 2, 3, 6,

10, 14 dan 34, serta sub-sub 2 terdiri

dari 2 nomor aksesi yaitu 12 dan 22.

Kelompok II hanya terbagi

menjadi dua sub kelompok yaitu

kelompok sub 1 dan sub 2 yang

terdiri dari 8 nomor aksesi. Pada

kelompok sub 1 terdiri dari 7 nomor

aksesi yaitu 15, 18, 30, 33, 26, 32

dan 20, serta kelompok sub 2 terdiri

dari 1 nomor aksesi yaitu 25

(Gambar 2).

Analisa Klaster Karakter Kuan-

titatif Lada Hasil Persilangan

Analisis Klaster dilakukan

berdasarkan karakter tinggi tanam-

an, panjang daun, lebar daun,

panjang tangkai daun, panjang ruas

batang, jumlah daun, jumlah akar

lekat dan diameter batang. Ber-

dasarkan hasil analisis, kelom-

pok I dan II yang terdiri dari 37

aksesi dipisahkan oleh karakter

tinggi tanaman dan jumlah akar

lekat. Kelompok I dipisahkan oleh

karakter tinggi tanaman teren-

dah antara 11,2 - 106,5 cm dan

jumlah akar lekat terkecil antara 1 -

15, sedangkan kelompok II di-

pisahkan oleh karakter tinggi

tanaman tertinggi antara 119 - 178,3

cm dan jumlah akar lekat ter-

tinggi 17,34.

Gambar 1. Benih lada hasil persilangan a) dan b) : Persemaian benih lada hasil persilangan, c) : tanaman individu, d), e), dan f) : setek panjang 5 - 7 ruas, setek buku berdaun tunggal, g) dan h) : Setek akan mengeluarkan akar setelah kurang lebih satu bulan dengan panjang 10 - 15 cm sampai siap tanam, setek lada pada media cair dan i) : tanaman lada umur 6 bulan.

.

a b c

d e f

g h i

Page 27: ISSN 0853 - 8204 W A R T Aperkebunan.litbang.pertanian.go.id/dbasebun/asset_dbase...memiliki peran penting dalam pemuliaan untuk memperluas ke-ragaman genetik. Seleksi akan efektif

Teknologi ekstraksi tanaman obat

Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, Volume 23 Nomor 2, Agustus 2017

27

Kelompok sub 1 dan sub 2 pada

kelompok I dipisahkan oleh karakter

tinggi tanaman. Kelompok sub 1

dipisahkan oleh karakter tinggi

tanaman tertinggi ( 45,8 - 106,5 cm),

kelompok sub 2 dipisahkan oleh

karakter tinggi tanaman terendah

(11,2 - 35,4 cm). Kelompok sub 1

terbagi menjadi dua sub-sub

kelompok yaitu sub-sub 1 yang

dipisahkan oleh karakter tinggi

tanaman terendah (45,8 - 73,4 cm),

kelompok sub-sub 2 dipisahkan oleh

karakter tinggi tanaman tertinggi

(82,6 - 106,5 cm). Pada kelompok

sub 2 terdiri dari dua sub-sub

kelompok yaitu sub-sub 1 yang

dipisahkan oleh karakter tinggi

tanaman tertinggi (22,3 - 35,4 cm),

kelompok sub-sub 2 dipisahkan oleh

karakter tinggi tanaman terendah

(11,2 - 16,1 cm).

Kelompok II terdiri dari dua sub

kelompok yaitu kelompok sub 1 dan

sub 2. Pada sub 2 dipisahkan oleh

karakter tinggi tanaman terendah

(119 - 141,3 cm), panjang tangkai

daun terpendek antara 4 - 7 cm dan

jumlah daun terkecil antara 18 - 34

helai. Pada kelompok sub 2

dipisahkan oleh karakter tinggi

tanaman tertinggi (178, 3 cm), pan-

jang tangkai daun tertinggi 8,3 cm

dan jumlah daun terbanyak 25 helai

(Tabel 2).

Karakter Kualitatif Lada Hasil

Persilangan

Karakter kualitatif 37 aksesi

tidak terlalu bervariasi pada karakter

bentuk daun yaitu bentuk ovatus.

Pada karakter bentuk pangkal daun,

warna daun seludang, warna daun

pucuk, warna daun tua dan warna

tangkai daun bervariasi. Bentuk

pangkal daun cordatus dan mem-

bulat. Warna daun seludang hijau

muda, hijau dan merah. Warna daun

muda atau pucuk hijau yang terbagi

menjadi beberapa kelompok dari

“green group” sampai “yellow

green”. Warna pada daun tua terdiri

dari “green” group yang terbagi

menjadi beberapa nomor yaitu 135,

136, 137, 139 dan 141. Karakter

warna tangkai daun terdiri dari

hijau muda dan hijau (Tabel 3).

Tingkat Keragaman Karakter Kualitatif Lada Hasil Pesilangan

Karakter kualitatif tanaman lada

hasil persilangan mempunyai tingkat

keragaman antara 34, 36 - 100%

dengan tingkat kedekatan antara

0,1 - 0,9 dan terbagi menjadi dua

kelompok besar yaitu kelompok I

dan II. Kelompok I terbagi menjadi

dua sub kelompok yaitu kelompok

sub 1 dan sub 2. Pada kelompok sub

1 terbagi lagi menjadi sub-sub

kelompok yang lebih kecil yaitu

kelompok sub-sub 1 yang terdiri

dari 23 nomor aksesi yaitu: 1, 2, 3,

14, 15, 16, 23, 24, 25, 4,7, 5, 6, 31,

37, 34, 35, 27, 12, 13, 36, 22, dan

30, sedangkan pada kelompok sub-

sub 2 terdiri dari 3 nomor aksesi

yaitu: nomor 8, 9 dan 20. Begitu

juga kelompok sub 2 pada kelompok

I terdiri 3 nomor aksesi yaitu 10, 11

dan 19.

Tabel 1. Karakter kuantitatif 37 nomor aksesi lada hasil persilangan

Persilangan Tinggi tanaman (Cm)

Panjang daun (cm)

Lebar daun (cm)

Panjang tangkai daun (cm)

Panjang ruas batang (cm)

Jumlah daun

Jumlah akar lekat

Diemeter batang (mm)

PC x Colubrinum59 51,3 10 9,7 4,4 5 14 4 6,3 PC x Colubrinum 34 25,4 13 11 6 4 8 0 5,66 PC x Colubrinum 58 26,2 12 8,6 7,1 3,6 7 0 4,05 PC x Colubrinum 14 49,2 11,3 8,6 4,8 4,6 11 4 4,39 PC x Colubrinum 56 70,2 13,4 10,3 6 6,3 11 5 6,02 PC x Colubrinum 47 28,2 15,1 9,3 5,4 3 8 1 3,46 PC x Colubrinum 55 82,8 8,7 8,2 3,4 6,2 13 10 5,79 PC x Colubrinum 54 35,4 11,1 7,9 6,8 6,4 7 2 5,06 PC x Colubrinum 24 62,4 8,7 6,2 4,1 5,3 14 7 4,21 PC x Colubrinum 42 28,3 12 10,5 6 4,5 9 0 4,39 PC x Colubrinum 49 64,3 8,9 6,7 4,2 5 13 8 3,56 PC x Colubrinum 41 11,2 8,3 6,3 3 1,8 3 0 3,99 PC x Colubrinum 32 65,3 10,8 7,6 4,6 5 13 11 5,56 PC x Colubrinum 58 22,3 11,6 8,4 4,3 2,7 7 0 4,21 PC x Colubrinum 1 139 14,2 9,1 5 7,3 20 34 5,5 PC x Colubrinum 2 94,5 10,2 7,5 4,9 6 16 15 3,55 PC x Colubrinum 3 94 12 9,2 5 7 17 13 5,07 PC x Colubrinum 17 128,4 8,3 6,4 4 5 20 21 8,65 PC x Colubrinum 7 45,8 9,2 7,8 3,5 6,2 11 7 5,65 PC x Colubrinum 15 119 7,5 4,5 4 5 23 21 4,86 PC x Colubrinum 63 103 10,5 8,6 6,2 6 17 13 5,83 PC x Colubrinum 16 16,1 11,4 8,6 5,2 8,9 19 15 6,25 PC x Colubrinum 31 73 9,8 8 4 5,2 15 14 7,1 PC x Colubrinum 38 69,4 10,2 7,8 4,6 7 18 15 4,24 PC x Colubrinum 64 82,6 10,2 7,2 5 4,3 18 13 5,69 PC x Colubrinum 22 141,2 10,8 8,5 6,5 8,5 23 18 4,63 PC x Colubrinum 29 63 12,6 10,2 7,6 5,7 12 9 5,64 PC x Colubrinum 23 106,5 10,6 8 3,6 5 18 15 4,47 PC x Colubrinum 16 93,6 13,6 6,9 6,5 6,5 22 15 5,38 PC x Colubrinum 21 132,5 11,8 8,1 6 6,3 18 17 4,87 PC x Colubrinum 52 56,2 11, 3 8,9 5,9 4 8 0 3,81 PC x Colubrinum 22 137,2 11,3 8,8 7 8,3 24 19 4,79 PC x Colubrinum 11 127,4 12,1 8,4 5 6,9 20 18 4,46 PC x Colubrinum 57 33,8 9,3 6,7 4,1 3,9 11 2 3,47 PC x Colubrinum 25 178,3 11,6 7,9 8,3 9,3 25 18 4,17 PC x Colubrinum 20 73,4 11 7,2 4,6 5 15 12 4,55 PC x Colubrinum 39 88,2 9,7 7,1 5 5,2 18 12 3,58

Minimal 11,2 7,5 4,5 3 1,8 3 1 3,46

Maksimal 178,3 15,1 11 8,3 9,3 25 34 8,65

Gambar 2. Dendrogram 37 aksesi lada berdasarkan karakter kuantitatif

35203226333018152212348141063228212917163725724362327131195311941

0,00

33,33

66,67

100,00

A K S E S I

Ker

agam

an

I II

Sub 1 Sub 1

Sub 1 Sub 2

1

Sub-sub Sub-sub 2

Sub-sub 1 Sub-sub 2

Page 28: ISSN 0853 - 8204 W A R T Aperkebunan.litbang.pertanian.go.id/dbasebun/asset_dbase...memiliki peran penting dalam pemuliaan untuk memperluas ke-ragaman genetik. Seleksi akan efektif

Teknologi ekstraksi tanaman obat

Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, Volume 23 Nomor 2, Agustus 2017 28

Kelompok II terdiri dari dua sub

kelompok yaitu kempok sub 1 dan

sub 2. Kelompok sub 2 terdiri dari 7

nomor aksesi yaitu 17, 21, 32, 18,

26, 29 dan 33, dan kelompok sub 2

terdiri dari 1 aksesi yaitu nomor 28

(Gambar 3).

Analisis Karakter Kualitatif Lada

Hasil Persilangan

Hasil analisis cluster karakter

kualitatif yaitu: kelompok I di-

pisahkan oleh karakter bentuk

pangkal daun membulat dan warna

daun pucuk Green Group 131 dan

warna daun tua Green Group 143.

Pada kelompok II Bentuk pangkal

daun membulat, warna daun pucuk

Yellow Green 139 dan warna daun

tua Green Gorup 135.

Kelompok I terbagi lagi menjadi

dua kelompok yaitu kelompok sub

1 dan sub 2. Kelompok sub 1

dipisahkan oleh karakter warna daun

pucuk Green Group 143 dan Green

Group 139, Kelompok sub 2

dipisahkan oleh karakter warna daun

pucuk Green Group 135 dan Green

Group 131. Kelompok sub 1 terbagi

lagi menjadi kelompok yang lebih

kecil yaitu kelompok sub-sub 1 dan

sub-sub 2. Kelompok sub-sub 1

dipisahkan oleh karakter warna daun

pucuk Green Group 143 dan warna

daun tua Green Group 139 dan 141.

Kelompok sub-sub 2 dipisahkan oleh

karakter warna daun pucuk Green

Group 141 dan warna daun tua

Green Group 136 dan 143.

Kelompok II terbagi menjadi dua

sub kelompok yaitu kelompok sub 1

dan sub 2. Kelompok sub 1 di

pisahkan oleh karakter warna daun

pucuk yaitu Green Group 143 dan

139, Kelompok sub 2 dipisahkan

oleh warna daun pucuk Yellow

Group 139 (Tabel 4).

Tabel 3. Karakter kualitatif/morfologi daun pada 37 aksesi lada hasil

persilangan

Hasil Persilangan Bentuk Seludang Warna daun Warna

tangkai daun Daun Pangkal daun Pucuk Tua

PC x Colubrinum 59 Ovatus Cordatus Hijau muda GG 143 A GG 139 B Hijau

PC x Colubrinum 34 Ovatus Cordatus Hijau muda GG 143 A GG 139 A Hijau

PC x Colubrinum 58 Ovatus Cordatus Hijau muda YG 144 A GG 139 A Hijau

PC x Colubrinum 14 Ovatus Cordatus Hijau muda GG 141 A GG 137 A Hijau

PC x Colubrinum 56 Ovatus Cordatus Hijau muda GG 137 A GG 139 A Hijau

PC x Colubrinum 47 Ovatus Cordatus Hijau muda GG 137 A GG 139 B Hijau

PC x Colubrinum 55 Ovatus Cordatus Hijau muda GG 141 B GG 141 A Hijau

PC x Colubrinum 54 Ovatus Cordatus Hijau muda GG 137 A GG 136 B Hijau

PC x Colubrinum 24 Ovatus Cordatus Hijau muda GG 139 A GG 136 B Hijau

PC x Colubrinum 2 Ovatus Cordatus Hijau muda GG 135 A GG 137 A Hijau

PC x Colubrinum 49 Ovatus Cordatus Hijau muda GG 147 A GG 137 A Hijau

PC x Colubrinum 41 Ovatus Cordatus Hijau muda GG 137 A GG 137 B Hijau

PC x Colubrinum 32 Ovatus Cordatus Hijau muda GG 139 A GG 137 A Hijau

PC x Colubrinum 58 Ovatus Cordatus Hijau muda YG 144 B GG 139 A Hijau

PC x Colubrinum 1 Ovatus Membulat Merah GG 143 B GG 137 A Hijau Muda

PC x Colubrinum 2 Ovatus Membulat Hijau muda GG 143 A GG 137 A Hijau Muda

PC x Colubrinum 3 Ovatus Cordatus Hijau muda GG 139 A GG 137 A Hijau Muda

PC x Colubrinum 17 Ovatus Cordatus Merah GG 143 A GG 139 A Hijau Muda

PC x Colubrinum 7 Ovatus Membulat Merah GG 131 A GG 139 A Hijau Muda

PC x Colubrinum 15 Ovatus Membulat Merah GG 141 A GG 143 B Hijau Muda

PC x Colubrinum 63 Ovatus Cordatus Hijau GG 141 A GG 137 A Hijau Muda

PC x Colubrinum 16 Ovatus Membulat Hijau GG 137 A GG 139 A Hijau Muda

PC x Colubrinum 31 Ovatus Membulat Hijau muda GG 143 A GG 137 A Hijau Muda

PC x Colubrinum 38 Ovatus Membulat Hijau muda GG 143 A GG 137 A Hijau

PC x Colubrinum 64 Ovatus Membulat Hijau muda GG 143 A GG 137 A Hijau

PC x Colubrinum 22 Ovatus Cordatus Hijau muda GG 143 A GG 139 A Hijau

PC x Colubrinum 29 Ovatus Membulat Hijau muda GG 139 A GG 139 A Hijau Muda

PC x Collibinum 23 Ovatus Cordatus Hijau muda YG 139 B GG 139 A Hijau

PC x Colubrinum 16 Ovatus Cordatus Merah GG 143 A GG 143 A Hijau

PC x Colubrinum 21 Ovatus Membulat Hijau GG 137 A GG 139 A Hijau

PC x Colubrinum 52 Ovatus Membulat Hijau muda GG 137 A GG 139 A Hijau

PC x Colubrinum 22 Ovatus Cordatus Hijau muda GG 141 A GG 139 B Hijau

PC x Colubrinum 11 Ovatus Cordatus Hijau muda GG 137 A GG 135 A Hijau

PC x Colubrinum 57 Ovatus Membulat Hijau muda GG 139 B GG 139 A Hijau

PC x Colubrinum 25 Ovatus Membulat Hijau muda GG 139 A GG 139 A Hijau

PC x Colubrinum 20 Ovatus Membulat Hijau muda GG 139 B GG 137 B Hijau

PC x Colubrinum 39 Ovatus Membulat Hijau muda GG 137 A GG 139 A Hijau

28332926183221171911102098302236131227353437316574252423161514321

0,00

33,33

66,67

100,00

A K S E S I

Kera

gam

an

I II

Sub 1 Sub 2

Sub-sub 1

Sub 2

Sub-sub 2

Sub 1

Gambar 3. Dendrogram 37 aksesi lada berdasarkan karakter kualitatif

Tabel 2. Pemisahan 37 aksesi lada hasil persilangan pada karakter kuantitatif

Kelompok Kelompok Sub Kelompok sub-sub Nomor Aksesi Karakter yang memisahkan

I Tinggi tanaman terrendah 11,2 – 106,5 cm dan jumlah akar lekat terkecil 1-15

Sub 1 Tinggi tanaman tertiggi 45,8 – 106,5 cm

Sub-sub 1 1, 4, 19, 31, 5, 9, 11, 13, 27, 23, 36 dan 24 Tinggi tanaman terrendah 45,8 – 73,4 cm

Sub-sub 2 7, 25, 37, 16, 17, 29, 21 dan 28 Tinggi tanaman tertinggi 82,6 – 106,5 cm

Sub 2 Tinggi tanaman terrendah 11,2 – 35,4 cm

Sub-sub 1 2, 3, 6, 10, 14, 8 dan 34 Tinggi taaman tertinggi 22,3 – 35,4 cm

Sub-sub 2 12 dan 22 Tinggi tanaman terrendah 11,2 – 16,1 cm

II Tinggi tanaman tertinggi 119 – 178,3 cm dan jumlah akar lekat tertinggi 17,34

Sub 1 15, 18, 30, 33, 26, 33, 26 dan 20 Tinggi tanaman terrendah 119 – 141,2, panjang tangkai daun terpendek 4 – 7 cm

dan jumlah daun 18 – 34 helai

Sub 2 35 Tinggi tanaman tertinggi 178,3 cm, panjang tangkai daun tertinggi 8,3cm dan

jumlah daun terbanyak 25 helai

Page 29: ISSN 0853 - 8204 W A R T Aperkebunan.litbang.pertanian.go.id/dbasebun/asset_dbase...memiliki peran penting dalam pemuliaan untuk memperluas ke-ragaman genetik. Seleksi akan efektif

Teknologi ekstraksi tanaman obat

Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, Volume 23 Nomor 2, Agustus 2017

29

Penutup

Karakter kuantitatif seperti tinggi

tanaman, panjang daun, lebar daun,

panjang tangkai daun, panjang

ruas batang, jumlah daun, jumlah

akar lekat dan diameter batang

bervariasi antara 42,45 - 98,51%

dengan tingkat kedekatan antara

2,5 - 89,7 yang terbagi menjadi

dua kelompok besar yaitu kelom-

pok I dan II dan dipisahkan oleh

karakter tinggi tanaman dan jumlah

akar lekat. Pada karakter kualitatif

tidak begitu bervariasi pada karakter

bentuk daun yaitu bentuk ovatus.

Sedangkan pada karakter bentuk

pangkal daun, warna daun seludang,

warna daun pucuk, warna daun tua

dan warna tangkai daun bervariasi,

dengan tingkat keragaman antara

34,36 - 100% dengan tingkat ke-

dekatan antara 0,1 - 0,9 dan ter-

bagi menjadi dua kelompok yaitu

kelompok I dan II. Kelompok I

dipisahkan oleh karakter bentuk

pangkal daun membulat dan warna

daun pucuk Green Group 131 dan

warna daun tua Green Group 143.

Pada kelompok II, bentuk pangkal

daun membulat, warna daun pucuk

Yellow Green 139 dan warna daun

tua Green Group 135.

TEKNOLOGI EKSTRAKSI TANAMAN OBAT

Ekstrak merupakan suatu pro-duk olahan primer dari tanaman obat yang dihasilkan dari proses ekstraksi menggunakan pelarut organik. Pemanfaatan ekstrak umumnya dalam industri kos-metik, farmasi, makanan, minum-an dan obat. Keuntungan meng-gunakan ekstrak bila dibanding-kan dengan bahan tanaman adalah ekstrak lebih mudah distandarisasi, bahan aktifnya cukup stabil dan bisa disimpan dalam waktu yang cukup lama. Teknologi ekstraksi tanaman obat sudah mengalami perkembangan sangat pesat dengan alat yang cukup modern, meskipun alat konvensional masih tetap di-gunakan. Akan tetapi ada 2 metode ekstraksi yang dikenal, yaitu ekstraksi panas pada suhu tertentu dan ekstraksi dingin tanpa pemanasan. Biasanya eks-traksi tanpa pemanasan akan lebih baik karena senyawa-senyawa yang ada tidak akan terdegradasi, kekurangannya karena membutuhkan waktu ekstraksi yang lama dan pelarut yang banyak.

kstraksi merupakan istilah

yang digunakan untuk

pemisahan bahan aktif dari

tanaman atau jaringan hewan

menggunakan pelarut organik yang

selektif. Tanaman obat mengandung

berbagai senyawa bioaktif seperti

lemak, fitokimia, aroma dan zat

warna. Teknik ekstraksi juga telah

berkembang dengan pesat dalam

upaya mendapatkan senyawa alami

yang sangat berharga dari tanaman

dan bisa dikomersialisasi.

Dalam proses ekstraksi yang

paling sederhana sangat erat

hubungannya dengan pelarut organik

yaitu adanya polaritas yang berbeda

antar jenis pelarut yang digunakan

(Seidel, 2012; Ghisalberti, 2007).

Polaritas adalah kemampuan

molekul untuk ikut berinteraksi

dengan semua jenis molekul dan

polaritas relatif adalah jumlah

kemungkinan interaksi antar

molekul. Pelarut yang ideal untuk

ekstraksi bahan aktif antara lain

harus mempunyai kriteria sangat

selektif untuk senyawa yang akan

diekstrak, tidak bereaksi dengan

senyawa yang akan diekstraksi,

harganya murah, tidak berbahaya

bagi manusia dan lingkungan dan

bersifat volatil. Di dalam farma-

kope disebutkan bahwa etanol

adalah pelarut terbaik untuk

ekstraksi, dan dicampur dengan

air untuk meningkatkan porositas

dinding sel agar terjadi difusi

pelarut. Perbandingan etanol dan

air untuk ekstraksi kulit kayu,

akar, kayu dan biji adalah 7 : 3 atau

8 : 2, sedangkan untuk daun atau

bagian material tanaman yang ter-

baik adalah 1 : 1 karena menghindari

terekstraknya klorofil.

Ekstrak biasanya digunakan

sebagai bahan dasar pembuatan

produk-produk obat, kosmetik,

makanan dan minuman (Vasu et al.,

2010). Dalam formulasi obat,

ekstrak lebih disukai, karena

aromanya lebih tajam dan

E

Jajat Darajat dan

Wawan Haryudin, Balittro

Tabel 4. Pemisahan 37 aksesi lada hasil persilangan berdasarkan karakter kualitatif

Kelompok Kelompok sub Kelompok sub-sub Nomor aksesi Karakter yang memisahkan

I Bentuk pangkal daun membulat dan warna daun pucuk Green Group 131

dan warna daun tua Green Group 143

Sub 1 Warna daun pucuk Green Group 143 dan Green Group 139

Sub-sub 1 1,2, 3, 14, 15, 16, 23, 24, 25, 4, 7, 5, 6, 31, 37, 34, 35, 27,

12, 13,36, 22, 30

Warna daun pucuk Green Group 143 dan warna daun tua Green Group

139 dan Green Group 141

Sub-sub 2 8, 9 dan 20 Warna daun pucuk Green Group 141 , dan warna daun tua Green Group

136 dan Green Group 143

Sub 2 10, 11 dan 19 Warna daun pucuk Green Group Green Group 135 dan Green Group 131

II Bentuk pangkal daun membulat, warna daun pucuk Yellow Green 139

dan warna daun tua Green Gorup 135

Sub 1 17, 21, 32, 18, 26, 29 dan 33 Warna daun pucuk Green Group 143 dan Green Group 139

Sub 2 28 Warna daun pucuk Yellow Group 139

Page 30: ISSN 0853 - 8204 W A R T Aperkebunan.litbang.pertanian.go.id/dbasebun/asset_dbase...memiliki peran penting dalam pemuliaan untuk memperluas ke-ragaman genetik. Seleksi akan efektif

Teknologi ekstraksi tanaman obat

Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, Volume 23 Nomor 2, Agustus 2017 30

konsentrasi bahan aktifnya lebih

terukur, biasanya untuk pembuatan

tablet, kaplet ataupun kapsul.

Keuntungan menggunakan ekstrak

adalah semua kandungan senyawa

bioaktif masih dalam bentuk

konsentrat, senyawa aktif masih

dalam bentuk alami, resiko efek

samping juga dilaporkan sangat

kecil. Dalam tulisan ini akan

dikemukan tentang ekstrak, metode

ekstraksi, senyawa aktif, standarisasi

dan pemurnian ekstrak.

Ekstrak

Ekstrak memiliki ciri yang sangat

spesifik dan kompleks baik dari

aspek fisik atau kimianya,

mengandung senyawa aktif dan tidak

aktif dari berbagai golongan yang

terlarut (Hernani dan Rostiana,

2004). Tanaman obat bisa berasal

dari daun, akar, biji, bunga, buah dan

kulit kayu, mengandung berbagai

jenis molekul dengan gugus

fungsional lebih dari satu. Untuk

itu, sangat sulit sekali dalam

memprediksi kelarutannya dalam

pelarut yang sesuai.

Ekstrak dapat dibagi dalam 2

kelompok, yaitu ekstrak kasar dan

ekstrak murni. Ekstrak kasar artinya

ekstrak yang mengandung semua

bahan atau komponen yang tersari

oleh pelarut, sedangkan ekstrak

murni adalah ekstrak yang telah

dimurnikan dari senyawa-senyawa

inert, antara lain penghilangan

lemak, penyaringan resin. Ekstrak

murni lebih disukai karena mem-

punyai kandungan bahan aktif jauh

lebih tinggi dibandingkan ekstrak

kasar. Sebagai contoh, kandungan

senyawa aktif dalam ekstrak kasar

adalah 20%, setelah ekstrak di-

murnikan, maka senyawa aktif akan

meningkat menjadi 60%. Faktor-

faktor yang memengaruhi mutu

ekstrak antara lain, kualitas bahan

baku yang digunakan, jenis pelarut,

metode ekstraksi, ukuran partikel

bahan dan suhu.

Metode Ekstraksi

Metode ekstraksi telah ber-

kembang secara pesat, tetapi se-

cara umum dikenal ekstraksi secara

panas dan dingin. Ekstraksi secara

dingin di antaranya perkolasi,

maserasi, dan secara panas sokletasi,

microwave assisted extraction

(MAE), Ultrasonic extraction (UE),

dan superkritis. Dari kedua metode

tersebut, ekstraksi secara dingin-

kan lebih baik, karena dapat men-

cegah rusaknya senyawa akibat

pemanasanan.

Beberapa faktor yang mem-

pengaruhi proses ekstraksi, antara

lain waktu ekstraksi, suhu,

perbandingan pelarut dan bahan,

ukuran partikel, dan polaritas

pelarut. Dalam proses ekstraksi,

sebaiknya bahan dikeringkan

terlebih dahulu untuk mematikan

aktivitas enzim agar tidak terjadi

oksidasi atau hidrolisa. Kemudian

dilakukan pengecilan ukuran de-

ngan penggilingan sebelum di-

masukkan ke dalam pelarut.

Pemilihan sistem pelarut sangat

tergantung pada sifat khusus dari

senyawa bioaktif yang ditargetkan.

Ekstraksi senyawa hidrofilik

menggunakan pelarut polar seperti

metanol, etanol atau etil asetat.

Untuk senyawa lipofilik sebaiknya

digunakan pelarut dikhlorometan

atau campuran dikhlorometan-

metanol (1 : 1). Dalam beberapa

kasus, ekstraksi dengan heksan

digunakan untuk menghilangkan

khlorofil.

- Ekstraksi dingin

Maserasi

Metode ini merupakan me-

tode konvensional yang cukup

sederhana. Bahan yang kering

ditaruh dalam wadah, lalu di-

tambahkan sejumlah pelarut dan

didiamkan pada suhu kamar

selama 2 - 3 hari. Penggunaan

pelarut organik seperti aseton,

etilen dikhlorida, dan etanol

hanya membutuhkan waktu 4 - 5

jam. Rendemen ekstrak yang

dihasilkan sangat dipengaruhi

oleh ukuran partikel bahan,

semakin halus ukuran partikel,

maka rendemen akan semakin

tinggi.

Perkolasi

Perkolasi adalah proses ekstraksi

dengan menggunakan pelarut

yang selalu baru sampai

sempurna, dan dilakukan pada

suhu ruang terhadap zat

berkhasiat yang tahan ataupun

tidak tahan pemanasan. Proses

dihentikan apabila tetesan

perkolat sudah tidak berwarna

lagi, berarti perkolat sudah tidak

mengandung senyawa aktif

lagi. Dalam proses perkolasi,

laju di saat pelarut berkontak

dengan permukaan bahan selalu

tinggi dan pelarut mengalir

dengan cepat membasahi bahan

karena pengaruh gravitasi.

- Ekstraksi panas

Ekstraksi sokletasi

Ekstraksi ini merupakan me-

tode semi kontinyu dengan

menggunakan pelarut organik

secara berulang, dengan cara

pemanasan, sehingga uap yang

timbul setelah dingin secara

kontinyu akan membasahi

sampel, secara teratur pelarut

tersebut dimasukkan kembali ke

dalam labu dengan membawa

senyawa kimia yang ada di-

dalam bahan. Sampel kering

ditempatkan di wadah timble

cellulosa atau kertas saring.

Sokletasi merupakan ekstraksi

yang cukup popular karena

pelarut yang digunakan tidak

banyak, akan tetapi apabila

senyawa bersifat termolabil maka

akan terdegradasi selama proses

ekstraksi tersebut. Kelemahan-

nya pada waktu ekstraksi yang

cukup lama. Selain itu, tidak

Page 31: ISSN 0853 - 8204 W A R T Aperkebunan.litbang.pertanian.go.id/dbasebun/asset_dbase...memiliki peran penting dalam pemuliaan untuk memperluas ke-ragaman genetik. Seleksi akan efektif

Teknologi ekstraksi tanaman obat

Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, Volume 23 Nomor 2, Agustus 2017

31

cocok digunakan untuk senyawa

yang sensitif terhadap panas

karena kemungkinan terjadi

dekomposisi terhadap senyawa

target.

Ultrasonic extraction

Metode ultrasonik menggunakan

gelombang akustik dengan

frekuensi lebih besar dari 16 - 20

kHz. Proses ini menggunakan

ultrasonic bath dengan energi

300 W. Bahan ditaruh dalam

erlenmeyer dengan sejumlah

pelarut dan diatur suhunya hanya

250C selama waktu tertentu pada

amplitudo 50, 80 dan 100%

tanpa pengadukan. Waktu eks-

traksi dengan ultrasonik lebih

singkat dibandingkan dengan

metode sokletasi. Salah satu

kelebihan metode ekstraksi

ultrasonik adalah bisa memper-

cepat proses ekstraksi, dibanding-

kan dengan ekstraksi termal atau

ekstraksi konvensional, lebih

aman, lebih singkat, dan dapat

meningkatkan jumlah rendemen.

Ultrasonik bisa diterapkan pada

ekstraksi senyawa bioaktif tidak

tahan panas.

Microwave assisted extraction (MAE)

Prinsip ekstraksi MAE adalah

dengan memanfaatkan radiasi

gelombang mikro untuk mem-

percepat ekstraksi selektif me-

lalui pemanasan pelarut secara

cepat dan efisien. Metode ini bisa

diterapkan dalam berbagai jenis

rempah-rempah, tanaman herbal,

dan buah-buahan. Gelombang

mikro mengurangi aktivitas

enzimatis yang merusak senyawa

target. Pemilihan pelarut adalah

mudah menguap, tidak mudah

terbakar, tidak beracun, dan

harga yang murah. MAE me-

miliki beberapa kelebihan, di

antaranya adalah waktu ekstraksi

yang lebih singkat, konsumsi

energi dan pelarut yang lebih

sedikit, rendemen yang lebih

tinggi, akurasi dan presisi yang

lebih tinggi, adanya proses

pengadukan sehingga mening-

katkan transfer massa.

Standarisasi Ekstrak

Ekstrak yang akan dibuat sebagai

sediaan obat, harus dikontrol atau

distandarisasi terlebih dahulu.

Kontrol yang dilakukan meliputi,

kontrol fisik, kimiawi, kotoran dan

jumlah bakteri. Kontrol fisik ekstrak

meliputi uji organoleptik (warna, bau

dan rasa), pH, kelarutan dalam air,

kadar abu dan kelengketan. Kontrol

kimia dapat dilakukan secara

kualitatif dan kuantitatif terhadap

kandungan bahan aktif. Uji kotoran

seperti pestisida dan insektisida.

Ekstrak terstandar merupakan

ekstrak yang telah memenuhi kua-

litas yang dipersyaratkan, biasanya

mengandung senyawa aktif yang

sesuai dengan bahan asalnya.

Standarisasi dilakukan dengan

sidik jari senyawa kimia atau

profil melalui fraksinasi bioakti-

vitas. Senyawa sidik jari melalui

teknik kromatografi dengan satu

atau lebih senyawa marker. Se-

lanjutnya ekstrak tanaman juga

distandarisasi berdasarkan golong-

an senyawanya, seperti ginsenosida

dari ginseng, kava lakton dari kava

atau oksindol alkaloid dari kumis

kucing.

Pemurnian Ekstrak

Ekstrak bisa dimurnikan dan

difraksinasi untuk mendapatkan

senyawa fitokimia yang lebih

murni. Proses pemurnian ekstrak

merupakan salah satu upaya untuk

menghilangkan senyawa-senyawa

inert seperti lemak, resin, gula,

karbohidrat, serat dan pati sebagai

komposisi utama. Senyawa-senyawa

tersebut bersifat sangat higros-

kopis, lengket akan memberikan

masalah dalam proses formulasi

obat. Pemilihan metode pemurnian

tergantung pada kelompok senyawa

fitokimia, yaitu dengan ekstraksi

pelarut, pengendapan, filtrasi mem-

bran, distilasi fraksinasi dan kro-

matografi. Beberapa hal yang perlu

diperhatikan dengan adanya proses

pemurnian, yaitu rendemen, mutu

dan kadar bahan aktif akan

meningkat. Dalam proses pemurnian

secara ekstraksi ternyata pelarut

heksan cukup mampu menarik resin,

gula dan gum, sedangkan pelarut

toluen kemungkinan bisa menarik

pati, karbohidrat dan kotoran lainnya

atau senyawa makromolekul, hal ini

terlihat dari kotoran yang dihasilkan.

Dalam proses ekstraksi, pigmen juga

akan terbebaskan dari sebagian

lemak, air, resin, enzim, asam dan

partikel-partikel pengotor lainnya

sehingga pigmen akan terdegradasi.

Secara umum telah diketahui bahwa

pemilihan pelarut untuk ekstraksi

komponen bahan aktif sepert fenolat

termasuk flavonoid adalah etanol

70%.

Penutup

Teknologi ekstraksi yang tepat

dalam mengekstraksi tanaman obat

dapat menghasilkan rendemen

ekstrak yang berkualitas dan mem-

punyai bahan aktif yang tinggi.

Untuk menjaga agar bahan aktif

tidak terdegradasi, ekstraksi dingin

akan lebih baik dibandingkan

dengan ekstraksi panas yang

membutuhkan pemakaian energi.

Ekstrak untuk sediaan obat di-

inginkan mempunyai kandungan

bahan aktif yang tinggi, dan bisa

dicapai apabila ekstrak tersebut

sudah dimurnikan dari senyawa-

senyawa inert.

Hernani, BB Pengembangan

Pasca Panen Pertanian

Page 32: ISSN 0853 - 8204 W A R T Aperkebunan.litbang.pertanian.go.id/dbasebun/asset_dbase...memiliki peran penting dalam pemuliaan untuk memperluas ke-ragaman genetik. Seleksi akan efektif

Keragaman karakter kualitatif dan kuantitatif daun 37 aksesi .....

Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, Volume 23 Nomor 2, Agustus 2017 32

usat Penelitian dan Pengem-

bangan Perkebunan (Puslit-

bangbun) mengadakan Forum

Group Discussion (FGD) tentang

“Memasyarakatkan Inovasi Pro-

duk Pestisida Alami Mendukung

Pertanian Berkelanjutan”, Rabu

(23/8/2017). Kegiatan FGD dibuka

oleh Kepala Bidang Kerjasama dan

Pendayagunaan Hasil Penelitian

(KSPHP) Jelfina C. Alouw, Ph.D

mewakili Kepala Puslitbangbun.

Dalam sambutannya, Jelfina C.

Alaow. Ph.D mengatakan bahwa

FGD ini bertujuan untuk merumus-

kan kebijakan dan menyamakan

persepsi dalam memasyarakatkan

pesitisida alami untuk mendukung

pertanian berkelanjutan. Disamping

itu produk pesitisida nabati yang

merupakan hasil inovasi Badan

Litbang Pertanian harus didisemi-

nasikan secara progresif. Untuk itu

dalam FGD ini dengan narasumber

Prof. Dr. Deciyanto Soetopo dan

Dr. Wiratno memaparkan penting-

nya kedua topik tersebut.

Prof. Deciyanto dalam pema-

parannya tentang “Memasyarakat-

kan Inovasi Produk Pestisida Alami

Mendukung Pertanian Berkelan-

jutan” menyatakan perlunya lang-

kah penguatan kebijakan yang

lebih nyata, antara lain: pem-

berian insentif bagi pengembang/

pengguna pestisida alami, ke-

mudahan perijinan, mendorong dan

memfasilitasi penelitian, dan meng-

alokasikan anggaran untuk peng-

adaan pestisida alami terstandar

dalam program pertanian.

Lebih lanjut Prof. Deciyanto

mengutarakan langkah tindak lanjut

yang diperlukan yaitu mendise-

minasikan inovasi pestisida alami

terstandar secara progresif, mem-

persiapkan kebutuhan jenis dan

volume pesitisida alami hasil inovasi

teknologi untuk program 1000 Desa

Organik, Jarwo Super, Bawang

merah, Padi Organik, Sayur organik,

LPBE, dan lain-lain, serta membuat

pilot proyek penyediaan pestisida

alami bersumber alam berdasarkan

wilayah produksi untuk perbanyakan

masal.

Dr. Wiratno yang juga Kepala

Balai Penelitian Tanaman Rempah

dan Obat (Balittro) memapar-

kan tentang “Program dan Rencana

Diseminasi Inovasi Teknologi Pes-

tisida Nabati”. Dalam paparan yang

disampaikan antara lain tentang

persentase keberhasilan aplikasi

pestisida alami “Smartz” pada

beberapa tanaman perkebunan

seperti kakao, lada, juga pada

tanaman hortikultura, dan tanaman

pangan.

Pengendalian OPT sudah saatnya

memperhatikan kepentingan ber-

sama, karena pestisida nabati sangat

menjanjikan sehingga dibutuhkan

kesamaan persepsi oleh pemang-

ku kebijakan. Diseminasi harus

melibatkan semua kepentingan

dan dilakukan secara terus menerus

tanpa mengenal lelah, harap

Wiratno.

Peserta FGD dari Direktorat

Hortikultura, Tanaman Pangan,

Tanaman Perkebunan, Pusat

Perlindungan Varietas Tanaman dan

Perizinan Pertanian, Balai Besar

Perbenihan dan Proteksi Tanaman

Perkebunan Medan, Ambon,

Surabaya, Kepala Balai Penelitian

dan Profesor Riset serta peneliti

lingkup Puslitbangbun.

PEDOMAN BAGI PENULIS

Pengertian : Warta merupakan in-formasi teknologi, prospek komo-ditas yang dirangkum dari sejumlah hasil penelitian yang telah diter-bitkan.

Bahasa : Warta memuat tulisan dalam Bahasa Indonesia. Struktur : Naskah disusun dalam urutan : judul tulisan (15 kata), ringkasan, pendahuluan, topik-topik yang dibahas, penutup dan saran,

serta daftar pustaka maksimal 5 serta nama penulis dengan alamat ins-tansinya.

Bentuk Naskah : Naskah diketik di

kertas A4 pada satu permukaan saja,

dua spasi huruf Times New Roman-

ce ukuran 12 pt dengan jarak 1,5

spasi. Tepi kiri kanan tulisan dise-

diakan ruang kosong minimal 3,5

cm dari tepi kertas. Panjang naskah

sebaiknya tidak melebihi 15 halam-

an termasuk tabel dan gambar.

Judul Naskah : Judul tulisan me-

rupakan ungkapan yang menggam-

barkan fokus masalah yang dibahas

dalam tulisan tersebut.

Pendahuluan : Berisi poin-poin

penting dari isi naskah, suatu peng-

antar atau paparan tentang latar

belakang topik, ruang lingkup ba-

hasan dan tujuan tulisan. Jika diper-

lukan disajikan pengertian-penger-

tian dan cakupan bahasan.

Topik bahasan : Informasi tentang

topik yang dibahas disusun dengan

urutan logika secara sistematis.

Penutup dan Saran : Berisi inti sari

pembahasan himbauan atau saran

tergantung dari materi bahasan.

MEMASYARAKATKAN INOVASI PRODUK PESTISIDA ALAMI MENDUKUNG PERTANIAN

BERKELANJUTAN

P BERITA PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERKEBUNAN

Bursatriannyo, Staf Puslitbang

Perkebunan

Page 33: ISSN 0853 - 8204 W A R T Aperkebunan.litbang.pertanian.go.id/dbasebun/asset_dbase...memiliki peran penting dalam pemuliaan untuk memperluas ke-ragaman genetik. Seleksi akan efektif

Teknologi ekstraksi tanaman obat

Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, Volume 23 Nomor 2, Agustus 2017

33