jiwa ansietas bab ii

5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 DEFINISI Ansietas merupakan suatu perasaan cemas yang samar, sumbernya sering kali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu itu sendiri (Townsend, MC: 2005). Kecemasan berbeda dengan rasa takut, karakteristik rasa takut yaitu adanya obyek dan dapat diidentifikasi serta dapat dijelaskan oleh individu. Menurut (Mansjoer, A.: 1999) ansietas adalah suatu kekhawatiran yang berlebihan dan dihayati disertai berbagai gejala sumatif, yang menyebabkan gangguan bermakna dalam fungsi sosial atau pekerjaan atau penderitaan yang jelas bagi pasien. Ansietas juga dapat didefinisikan sebagai suatu perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar disertai respons autonom (sumber tidak diketahui individu) dan perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya. Hal ini merupakan isyarat kewaspadaan yang memperingatkan individu akan adanya bahaya serta memampukan individu untuk bertindak menghadapi ancaman (NANDA: 2012). 2.2 ETIOLOGI Berbagai ketegangan dalam kehidupan dapat menyebabkan timbulnya suatu kecemasan (Suliswati: 2005). Berikut ini beberapa bentuk ketegangan dalam kehidupan, yaitu: a.Peristiwa traumatic Peristiwa ini dapat memicu timbulnya kecemasan berkaitan dengan krisis yang dialami individu baik krisis perkembangan maupun situasional. b.Konflik emosional Misalnya, konflik antara keinginan dan kenyataan dapat menimbulkan kecemasan pada individu. c.Konsep diri terganggu Hal ini menimbulkan ketidakmampuan individu berpikir secara realitas sehingga akan menimbulkan kecemasan.

Upload: new-shoppy

Post on 05-Jan-2016

221 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

ansietas

TRANSCRIPT

Page 1: Jiwa Ansietas Bab II

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISIAnsietas merupakan suatu perasaan cemas yang samar, sumbernya

sering kali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu itu sendiri (Townsend, MC: 2005). Kecemasan berbeda dengan rasa takut, karakteristik rasa takut yaitu adanya obyek dan dapat diidentifikasi serta dapat dijelaskan oleh individu.

Menurut (Mansjoer, A.: 1999) ansietas adalah suatu kekhawatiran yang berlebihan dan dihayati disertai berbagai gejala sumatif, yang menyebabkan gangguan bermakna dalam fungsi sosial atau pekerjaan atau penderitaan yang jelas bagi pasien. Ansietas juga dapat didefinisikan sebagai suatu perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar disertai respons autonom (sumber tidak diketahui individu) dan perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya. Hal ini merupakan isyarat kewaspadaan yang memperingatkan individu akan adanya bahaya serta memampukan individu untuk bertindak menghadapi ancaman (NANDA: 2012).

2.2 ETIOLOGIBerbagai ketegangan dalam kehidupan dapat menyebabkan timbulnya

suatu kecemasan (Suliswati: 2005). Berikut ini beberapa bentuk ketegangan dalam kehidupan, yaitu:a. Peristiwa traumatic

Peristiwa ini dapat memicu timbulnya kecemasan berkaitan dengan krisis yang dialami individu baik krisis perkembangan maupun situasional.

b. Konflik emosionalMisalnya, konflik antara keinginan dan kenyataan dapat menimbulkan kecemasan pada individu.

c. Konsep diri tergangguHal ini menimbulkan ketidakmampuan individu berpikir secara realitas sehingga akan menimbulkan kecemasan.

d. FrustasiMenimbulkan rasa ketidakberdayaan untuk mengambil keputusan yang berdampak terhadap ego.

e. Gangguan fisikGangguang ini menimbulkan kecemasan karena merupakan ancaman terhadap integritas fisik yang dapat mempengaruhi konsep diri individu.

f. Pola mekanisme koping keluarga atau pola keluarga menangani stress akan mempengaruhi individu dalam berespon terhadap konflik yang dialami karena pola mekanisme koping individu banyak dipelajari dalam keluarga.

g. Riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga akan mempengaruhi respons individu dalam berespons terhadap konflik dan mengatasi kecemasannya.

h. Medikasi yang dapat memicu terjadinya kecemasan adalah pengobatan yang mengandung benzodizepin, karena benzodiazepine dapat menekan neurotransmiter gamma amino butyric acid (GABA) yang mengontrol

Page 2: Jiwa Ansietas Bab II

aktivitas neuron di otak yang bertanggung jawab menghasilkan kecemasan.

2.3 MANIFESTASI KLINISMenurut Hawari (2008) gejala-gejala yang sering dikeluhkan oleh

individu yang mengalami ansietas, antara lain:a. Cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri, dan mudah

tersinggung.b. Merasa tegang, tidak tenang, gelisah, serta mudah terkejut.c. Takut sendirian, takut pada keramaian dan banyak orang.d. Gangguan pola tidur disertai mimpi-mimpi yang menegangkan.e. Gangguan konsentrasi dan daya ingat.f. Keluhan-keluhan somatik, misalnya rasa sakit pada otot dan tulang,

pendengaran berdenging (tinitus), berdebar-debar, sesak nafas, gangguan pencernaan, gangguan perkemihan, sakit kepala dan sebagainya.

2.4 PENATALAKSANAANMenurut Hawari (2008) penatalaksanaan asietas pada tahap

pencegahaan dan terapi memerlukan suatu metode pendekatan yang bersifat holistik, yaitu mencangkup fisik (somatik), psikologik atau psikiatrik, psikososial dan psikoreligius.a. Farmakologi

1) Terapi psikofarmakaPengobatan untuk mengatasi ansietas (kecemasan) dengan memakai obat-obatan yang berkhasiat memulihkan fungsi gangguan neurotransmitter (sinyal penghantar saraf) di susunan saraf pusat otak (limbic system). Terapi psikofarmaka yang sering dipakai adalah obat anti cemas (anxiolytic), yaitu seperti diazepam, clobazam, bromazepam, lorazepam, buspirone HCl, meprobamate dan alprazolam.

2) Terapi somatikGejala atau keluhan fisik (somatik) sering dijumpai sebagai gejala ikutan atau akibat dari kecemasan yang bekerpanjangan. Untuk menghilangkan keluhan-keluhan somatik (fisik) itu dapat diberikan obat-obatan yang ditujukan pada organ tubuh yang bersangkutan.

b. Non farmakologi1) Upaya meningkatkan kekebalan terhadap stress, yakni:

a) Makan makan yang bergizi dan seimbangb) Tidur yang cukupc) Cukup olahragad) Tidak merokoke) Tidak meminum minuman keras

2) PsikoterapiPsikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan individu, antara lain:a) Psikoterapi suportif, untuk memberikan motivasi, semangat dan

dorongan agar pasien yang bersangkutan tidak merasa putus asa dan diberi keyakinan serta percaya diri.

Page 3: Jiwa Ansietas Bab II

b) Psikoterapi re-edukatif, memberikan pendidikan ulang dan koreksi bila dinilai bahwa ketidakmampuan mengatasi kecemasan.

c) Psikoterapi re-konstruktif, untuk dimaksudkan memperbaiki kembali (re-konstruksi) kepribadian yang telah mengalami goncangan akibat stressor.

d) Psikoterapi kognitif, untuk memulihkan fungsi kognitif pasien, yaitu kemampuan untuk berpikir secara rasional, konsentrasi dan daya ingat.

e) Psikoterapi psiko-dinamik, untuk menganalisa dan menguraikan proses dinamika kejiwaan yang dapat menjelaskan mengapa seseorang tidak mampu menghadapi stressor psikososial sehingga mengalami kecemasan.

f) Psikoterapi keluarga, untuk memperbaiki hubungan kekeluargaan, agar faktor keluarga tidak lagi menjadi faktor penyebab dan faktor keluarga dapat dijadikan sebagai faktor pendukung.

3) Terapi psikoreligiusTerapi in digunakan untuk meningkatkan keimanan seseorang yang erat hubungannya dengan kekebalan dan daya tahan dalam menghadapi berbagai problem kehidupan yang merupakan stressor psikososial.

DAFTAR PUSTAKA

Hawari, D. 2008. Manajemen Stres, Cemas, dan Depresi. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Mansjoer, A. 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3, Jilid 1. Jakarta: Penerbit Aesculapius.

NANDA International. 2012. Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta: EGC.

Suliswati, dkk. 2005. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.Townsend, M.C. 2005. Essential of Psychiatry Mental Health Nursing. 3rd ed.

Philadelphia: FA. Davis Company.