journal of innovative counseling : theory, practice

16
70 Journal of Innovative Counseling : Theory, Practice & Research (2020), 4 (2), pp. 70-85 Program Studi Bimbingan dan Konseling | Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan | Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya (UMTAS) ISSN (Print): 2548-1738 |ISSN (Online): 2580-7153 INNOVATIVE COUNSELING Strength Based Skill Training Untuk Peningkatan Kekuatan Harapan Siswa Asti Siti Aminah 1) , Ilfiandra 2) , Ipah Saripah 3) * ) Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung. (Email) : [email protected] Abstract : Strength of hope defineted as a positive motivational state that obtained from an interactive derived sense of successful agency (goal-directed energy), and pathways (planning to meet goals). The study used a qualitative aproach with narrative methods and One Project before-and-after design. The result of the research finds that strength based skill training can result in increased strength of hope from students through the characteristics of high agency and pathway thinking in participants. In general, strength of hope in student has greater aspect on agency or the motivation to achieve happiness in family and social support. Keywords: Strength Based Skill Training, Character Strength, Strength of hope, Students Rcekomendasi Citasi: Aminah, Ilfiandra, Saripah. (2020. Strength Based Skill Training Untuk Peningkatan Kekuatan Harapan Siswa. Journal of Innovative Counseling : Theory, Practice & Research, 4 (2): pp. 70-85 Article History: Received on 11/07/2020; Revised on 18/07/2020; Accepted on 27/07/2020; Published Online: 02/08/2020. This is an open access article distributed under the Creative Commons Attribution License, which permits unrestricted use, distribution, and reproduction in any medium, provided the original work is properly cited. © 2019 Journal of Innovative Counseling : Theory, Practice & Research

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Journal of Innovative Counseling : Theory, Practice

70

Journal of Innovative Counseling : Theory, Practice & Research (2020), 4 (2), pp. 70-85 Program Studi Bimbingan dan Konseling | Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan |

Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya (UMTAS) ISSN (Print): 2548-1738 |ISSN (Online): 2580-7153

INNOVATIVE COUNSELING

Strength Based Skill Training Untuk Peningkatan Kekuatan Harapan Siswa

Asti Siti Aminah1), Ilfiandra2), Ipah Saripah3) *) Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

(Email) : [email protected]

Abstract : Strength of hope defineted as a positive motivational state that obtained

from an interactive derived sense of successful agency (goal-directed energy), and

pathways (planning to meet goals). The study used a qualitative aproach with

narrative methods and One Project before-and-after design. The result of the

research finds that strength based skill training can result in increased strength of

hope from students through the characteristics of high agency and pathway thinking

in participants. In general, strength of hope in student has greater aspect on agency

or the motivation to achieve happiness in family and social support.

Keywords: Strength Based Skill Training, Character Strength, Strength of hope,

Students

Rcekomendasi Citasi: Aminah, Ilfiandra, Saripah. (2020. Strength Based Skill Training Untuk Peningkatan

Kekuatan Harapan Siswa. Journal of Innovative Counseling : Theory, Practice & Research, 4 (2): pp. 70-85

Article History: Received on 11/07/2020; Revised on 18/07/2020; Accepted on 27/07/2020; Published Online:

02/08/2020. This is an open access article distributed under the Creative Commons Attribution License, which

permits unrestricted use, distribution, and reproduction in any medium, provided the original work is properly

cited. © 2019 Journal of Innovative Counseling : Theory, Practice & Research

Page 2: Journal of Innovative Counseling : Theory, Practice

JOURNAL OF INNOVATIVE COUNSELING : THEORY, PRACTICE & RESEARCHVol.4, No.2, Agustus 2020 Available online: http://journal.umtas.ac.id/index.php/innovative_counseling Aminah, Ilfiandra & Saripah

71

A. Pendahuluan

Harapan merupakan salah satu

dimensi dari kekuatan karakter (Character

Strength) yang diperlukan pada

pengembangan pribadi siswa. Harapan

sebagai kekuatan hidup dinamis telah

menarik perhatian para peneliti dan

profesional dari berbagai disiplin ilmu

selama lebih dari tiga dekade (Farran,

Herth, & Popovich, 1995; Chamodraka,

2008). Lebih dari 50 penelitian telah

meneliti kekuatan harapan dalam

memprediksi kinerja sekolah dasar,

sekolah menengah, sekolah menengah

atas, dan mahasiswa (Shane J Lopez,

2013). Pada banyak penelitian, harapan

merupakan prediktor keberhasilan individu

yang signifikan untuk mengendalikan

prestasi, kecerdasan, dan variabel

psikologis seperti engagement, optimisme,

dan self-efficacy khususnya siswa di

sekolah (Shane J Lopez, 2013).

Kekuatan harapan atau disebut

(Strength of hope) terbukti memiliki

kekuatan postif dalam meningkatkan

performa hasil kerja yang luar biasa

(Shorey, 2007). Kekuatan harapan

memiliki konstruksi psikologis yang telah

membantu kelangsungan hidup dan

kesejahteraan individu selama ratusan

tahun. Implikasinya, kekuatan harapan

mampu memberikan manfaat pada

kesehatan mental serta menjadi kekuatan

dalam kehidupan sehari-hari (Krystle

Martin, 2009). Lebih lanjut, Paul Tillich

(Sahaya G. Selvam dan Martin Poulsom,

2012) mengatakan, “Tanpa harapan

ketegangan hidup menuju masa depan

akan lenyap, dengan harapan kehidupan

dapat terus berlanjut”.

Fenomena rendahnya kekuatan

harapan pada siswa merupakan salah satu

contoh dari munculnya keputusasaan

(Hopelessness) yang berdampak luas pada

dimensi hidup siswa. Studi yang dilakukan

di Minesota sebanyak 36.549 siswa pada

tingkat kelas enam, sembilan, dan dua

belas menunjukkan hubungan antara

harapan (hope) dan kekerasan

beradasarkan etnis dan jenis kelamin

(Hartanto, 2017). Hasil penelitian Gallup

Student Poll kemudian dilanjutkan oleh

Lopez et al (Callina, 2014) melalui metode

survey kepada 240.000 anak di tingkat 5

sampai tingkat 12 menunjukkan kekuatan

harapan berkorelasi kuat dengan indikator

self efficacy, self-regulation, dan well-

being. Kekuatan harapan juga dapat

meningkatkan kesuksesan akademik,

kemampuan akademik dan prestasi di

bidang olah raga remaja di sekolah.

Hasil studi pendahuluan yang

dilakukan di SMAN 1 Majalaya mencatat

minat melanjutkan studi siswa untuk

melanjutkan studi ke perguruan tinggi

dinilai masih rendah. Salah satu faktor

rendahnya minat melanjutkan studi adalah

kondisi ekonomi disertai rendahnya

motivasi akademik. Kondisi dan status

ekonomi merupakan salah satu prevalensi

stres psikososial pada remaja (Winayaka,

2017). Lebih lanjut, Folkman (2010)

menyebutkan terdapat hubungan antara

kondisi stress dengan harapan (Hope).

Harapan (Hope) dan stres memiliki sifat

dinamis dalam mempengaruhi

kesejahteraan individu untuk menghadapi

keadaan yang sulit. Artinya, kekuatan

harapan memiliki dimensi penting bagi

individu yang menghadapi kondisi stres.

Adapun rendahnya motivasi akademik,

Diener & Dweck (1980) mengemukakan

individu yang tidak berhasil mencapai

level yang konsisten dalam kemampuan

potensi akademik akan memiliki kekuatan

harapan lebih rendah pada hasil akademik.

Berdasarkan hasil studi lapangan,

Guru BK mencatat fenomena siswa

dropout atau keluar yang cukup besar.

Tercatat pada tahun 2019, terdapat sebelas

orang siswa yang keluar karena merasa

putus asa ketika sekolah. Ditandai dengan

adanya kasus mogok dari sekolah dan

maraknya siswa yang lebih memilih

berhenti sekolah dengan bekerja

dibandingkan melanjutkan studi. Selaras

Page 3: Journal of Innovative Counseling : Theory, Practice

JOURNAL OF INNOVATIVE COUNSELING : THEORY, PRACTICE & RESEARCHVol.4, No.2, Agustus 2020 Available online: http://journal.umtas.ac.id/index.php/innovative_counseling Aminah, Ilfiandra & Saripah

72

dengan Hanson (1994) menyatakan bahwa

individu dengan kekuatan level harapan

yang rendah akan sulit dalam melanjutkan

studi ke perguruan tinggi atau mengalami

drop out sebelum lulus. Fenomena tersebut

menunjukkan kebutuhan pemenuhan

strength of hope (kekuatan harapan) pada

siswa masih kurang.

Kekuatan harapan merupakan

emosi positif yang menghasilkan

keberhasilan studi serta memiliki peran

penting dalam peningkatan kesejahteraan

emosi (Jembarwati, 2011). Individu

dengan emosi positif mampu menganggap

kesulitan sebagai tantangan, menunjukkan

sikap antusias, dan percaya diri. Kekuatan

harapan mendorong keberhasilan studi

individu untuk mampu menyelesaikan

tugas akademik, mendapatkan skor lebih

tinggi pada tes akademik, memiliki

keyakinan akan kemampuannya dalam

mengatasi masalah, serta memperoleh

kepuasan hidup saat mengalami stres atau

tekanan akademik (Chang dalam Snyder,

Shorey, dkk, 2002).

Sebaliknya, individu dengan

kekuatan harapan yang rendah sulit dalam

menggunakan umpan balik sebagai

pengalaman kegagalan dalam

memperbaiki kinerjanya di masa depan,

mengalami keraguan diri, perenungan

negatif, dan agresif saat menanggapi kritik,

sehingga menambah tekanan psikologis

yang dialami (Greenberg, Collins, Bell, &

Michael, dalam Snyder, Feldman, Shorey

& Rand, 2002).

Terdapat beberapa alasan mendasar

terkait urgensi penanaman kekuatan

harapan pada masa remaja. Pertama,

remaja merupakan tahap transisi dengan

kondisi antisipasi dan refleksi yang

dihasilkan dari lingkungan keluarga,

teman, dan masyarakat. Kedua, kekuatan

harapan mengajarkan komponen tujuan

pengajaran yang berbeda dengan konstruk

psikologi positif lainnya. Ketiga, masa

remaja merupakan waktu perkembangan

kognitif yang cepat. Dengan demikian,

pada masa remaja memungkinkan individu

untuk berfikir dan bernalar dalam

perspektif yang lebih luas (Egan, 2011,

hlm. 32).

Bantuan yang dapat digunakan

konselor dalam meningkatkan kekuatan

harapan siswa adalah Strength Based Skill

Training. Pada dasarnya pendekatan

proses bimbingan telah mengalami

perubahan dari perspektif berfokus pada

masalah menuju perspektif berfokus pada

kekuatan (Cohler, 1987; Rapp, 1998,

dalam Smith, 2006). Srength based Skill

Training berasal dari tema psikologi

positif yang mempelajari kekuatan dan

kebajikan yang digunakan sebagai sarana

aktualisasi diri maupun pertumbuhan bagi

kehidupan yang positif (Seligman &

Csikszentmihalyi, 2000).

Strength Based Skill Training

merupakan pendekatan positif yang

menciptakan lingkungan untuk

memfasilitasi peningkatan kekuatan

karakter (Character Strength) dan

pengembangan masa depan (Snyder &

Lopez, 2007). Model harapan dari Snyder

dengan menggunakan pemikiran agency

dan pathway dikembangkan untuk

penerapan di sekolah (Jennifer, 2008).

Strength Based Skill Training

dilakukan untuk memfasilitasi siswa

mengerahkan kekuatannya dalam

membangun konstruk kekuatan harapan.

Strength Based Skill Training memiliki

tahapan dalam menanamkan proses

harapan yang disinergikan melalui proses

layanan bimbingan dan konseling.

Berdasarkan pemaparan, fokus penelitian

ialah upaya meningkatkan kekuatan

harapan melalui strength based skill

training. Ouput strength based skill

training diharapkan siswa dapat memiliki

pathways atau rencana untuk mencapai

tujuan dan agency atau energi untuk

mencapai tujuan yang kuat. Agency dan

pathways ditujukan agar siswa dapat

mengembangkan karakter serta kondisi

Page 4: Journal of Innovative Counseling : Theory, Practice

JOURNAL OF INNOVATIVE COUNSELING : THEORY, PRACTICE & RESEARCHVol.4, No.2, Agustus 2020 Available online: http://journal.umtas.ac.id/index.php/innovative_counseling Aminah, Ilfiandra & Saripah

73

psikologis yang berdampak positif dan

luas terhadap seluruh dimensi kehidupan.

Berdasarkan uraian yang telah

dipaparkan, maka penelitian bermaksud

meningkatan kekuatan harapan siswa.

B. Metode

Metode penelitian dilakukan

dengan menggunakan Metode Riset

Evaluasi. Metode Riset evaluasi

merupakan aplikasi sistematis dari

prosedur riset sosial untuk menilai dan

mengevaluasi suatu program intervensi.

Riset evaluasi bermakna sebagai proses

memproduksi informasi mengenai nilai

atau manfaat hasil program (Dunn, 1999,

dalam Mutrofin, dkk, 2011). Pendekatan

riset evaluasi yang dipilih menggunakan

Pendekatan Kualitatif. Penelitian kualitatif

merupakan penelitian yang tidak dapat

dibatasi serta menjadi bagian yang penting

dalam penelitian untuk memahami gejala

yang terjadi dalam proses penelitian.

Metode riset evaluasi dengan

pendekatan kualitatif disebut juga dengan

riset evaluasi naturalistik, yakni

menggunakan latar alamiah program

sebagai penemuan pola untuk menjawab

berbagai permasalahan (Patton, 1991,

dalam Mutrofin, dkk, 2011). Pada riset

evaluasi yang menggunakan pendekatan

kualitatif, periset evaluatif menjadi alat

ukur utama sebagai instrumen kunci

(researcher as key instrument), periset

evaluatif mengumpulkan sendiri data

melalui studi dokumentasi, observasi

perilaku, atau wawancara dengan

partisipan/subjek penelitian. Lebih lanjut,

interpretasi data dilakukan dengan

menggali makna dari partisipan/subjek

penelitian (participant’s meaning) dalam

keseluruhan penelitian kualitatif.

Adapun metode riset evaluasi dari

pendeketan kualitatif yang dipilih yakni

menggunakan Naratif. Lebih lanjut, naratif

merupakan metode riset dengan

mengevaluasi dan menyelidiki individu

atau sekelompok individu. Informasi yang

didapatkan kemudian diceritakan kembali

oleh periset evaluasi dalam kronologi

naratif. Pada akhir tahap, riset, periset

evaluasi menggabungkan berbagai hasil

temuan dengan gaya naratif terkait

pandangannya tentang partispan

(Clandinin & Connelly, dalam Tayibnapis,

2000).

Tipe desain riset evaluasi dilakukan

dengan desain One Project before-and-

after. Desain One Project before-and-after

dilakukan berupa serangkaian pengukuran

/ pengamatan terhadap partisipan / subjek

penelitian selama sepanjang pelaksanaan

program. Pengukuran / Pengamatan

dilakukan dengan mencermati seberapa

tinggi tingkat capaian partisipan/subjek

penelitian berdasarkan urutan langkah

yang telah dihipotesiskan. Analisis Data

kualitatif dilakukan secara intensif

mengenai segala kejadian dalam

pelaksanaan program agar dapat

memahami hubungan antara layanan

program dengan kemajuan

partisipan/subjek penelitian (Mutrofin,

dkk, 2011).

Desain One Project before-and-

after dilakukan pada suatu kelompok yang

diberi intervensi program, dan selanjutnya

dilakukan proses mengkaji implementasi

program dengan mencermati tingkat

kuantitas, kualitas, dan cakupan layanan

yang dihasilkan atau diharapkan dari

program. Data yang tersaji dapat

dihubungkan berdasarkan luaran

(outcomes) yang bersumber dari

peserta/Subjek penelitian (Mutrofin, dkk,

2011). Desain One Project before-and-

after bertujuan untuk melihat hasil temuan

kekuatan harapan pada siswa dalam

kondisi yang diberikan program intervensi

dengan menggunakan Strength Based Skill

Training secara kualitatif hingga dapat

merekam subjek penelitian secara

menyeluruh dan naturalistik.

Page 5: Journal of Innovative Counseling : Theory, Practice

JOURNAL OF INNOVATIVE COUNSELING : THEORY, PRACTICE & RESEARCHVol.4, No.2, Agustus 2020 Available online: http://journal.umtas.ac.id/index.php/innovative_counseling Aminah, Ilfiandra & Saripah

74

Lebih lanjut, pada tiap proses

pelaksanaan intervensi program melalui

desain One Project before-and-after,

dilakukan pengukuran melalui narrative

records (Shaughnessy, 2007, hlm. 126)

dengan langkah pengisian dokumen

lembar observasi aktivitas, angket, dan

jurnal kegiatan layanan. Adapun pola

desain penelitian adalah sebagai berikut.

Gambar 2.1

Pola Desain One Project before-and-after

Keterangan :

X = Program intervensi yang

diberikan (variabel Independen)

O = Pengukuran/ Pengamatan

(Variabel Dependen)

Pada kelompok diberikan

perlakuan berupa pelaksanaan program

intervensi Strength Based Skill Training

untuk peningkatan kekuatan harapan

siswa, lalu selanjutnya proses pemberian

program intervensi dilakukan proses

observasi sebagai pengukuran dengan

menggunakan metode dokumentasi dan

narrative records.

Partisipan penelitian adalah siswa

Kelas XI SMAN 1 Majalaya, Tahun

Ajaran 2019/2020. Subjek dipilih

berdasarkan kategori usia remaja disertai

pertimbangan yang dilakukan melalui hasil

wawancara dan observasi di SMAN 1

Majalaya.

Berdasarkan hasil observasi dan

wawancara didapatkan sumber

hopelesness yang ditunjukan dengan

fenomena: 1) rendahnya prestasi dan

motivasi akademik di sekolah; 2)

rendahnya tujuan (goal) untuk melanjutkan

studi ke Perguruan Tinggi (PT).; 3)

rendahnya agency thinking atau motivasi

dalam mencapai tujuan, ditandai dengan

minimnya antusias dan motivasi belajar

dikarenakan minimnya tujuan dalam

sekolah. Salah satu faktor yang

mempengaruhi adalah kondisi ekonomi

yang mayoritas menengah ke bawah. Serta

4) rendahnya pathway thinking atau

rencana dalam mencapai tujuan, ditandai

dengan kebingungan terhadap masa depan,

minimnya usaha atau tekad dalam

mengupayakan untuk mencapai cita-cita

dan minimnya kemampuan siswa dalam

merencanakan kehdiupan siswa di masa

depan. Subjek penelitian dipilih pada

empat orang subjek, yakni MF, HMY, TN,

WN.

Instrumen riset evaluasi yang

dikembangkan terdiri dari pedoman

observasi serta instrumen pengungkap

kekuatan harapan. Lebih rinci

pengembangan instrumen riset evaluasi

disajikan pada tabel 2.1 berikut.

Tabel 2.1

Pengembangan Instrumen Riset

Evaluasi

Tujuan Riset

Evaluasi

Data Riset

Evaluasi

Alat

Pengumpul

Data Riset

Evaluasi

Mendeskripsikan

implementasi

Strength Based

Skill Training

untuk

meningkatkan

kekuatan

harapan siswa

Data hasil

observasi tentang

pelaksanaan

implementasi

Strength Based

Skill Training

untuk

meningkatkan

kekuatan

harapan siswa

Pedoman/

Lembar

Observasi

Mengukur

kondisi kekuatan

harapan siswa

melalui

intervensi

Strength based

skill training

Data kondisi

kekuatan

harapan siswa

setelah intervensi

Strength Based

Skill Training

Intrument

the hope

future scale

Mengukur

proses

pelaksanaan

Data kuantitatif

terhadap

keberhasilan

Kuesioner

Evaluasi

Strength

X O

Page 6: Journal of Innovative Counseling : Theory, Practice

JOURNAL OF INNOVATIVE COUNSELING : THEORY, PRACTICE & RESEARCHVol.4, No.2, Agustus 2020 Available online: http://journal.umtas.ac.id/index.php/innovative_counseling Aminah, Ilfiandra & Saripah

75

Tujuan Riset

Evaluasi

Data Riset

Evaluasi

Alat

Pengumpul

Data Riset

Evaluasi

intervensi

Strength Based

Skill Training

untuk

meningkatkan

kekuatan

harapan siswa

pelaksanaan

proses intervensi

Strength Based

Skill Training

Based Skill

Training

Analisis data dilakukan dengan

mendeskripsikan hasil pengamatan dan

penilaian terhadap implementasi program

yang dilaksanakan. Analisis data

ditafsirkan berdasarkan hasil temuan

secara sistematik pada perolehan data

selama proses intervensi.

Teknik analisis data dilakukan

dengan tahapan sebagai berikut.

1) Reduksi Data, yaitu proses

mengkuantifikasikan data

observasional, merangkum data

penelitian, dan

mengkategorisasikan perilaku

yang muncul.

2) Analisis Narrative Records, yaitu

proses analisis berupa rangkuman

verbal berupa rangkuman

informasi, identifikasi, serta

kategorisasi dari hasil observasi

serta menjelaskan perilaku

tentang rekaman naratif.

3) Menarik kesimpulan dari hasil

penelitian

4) Mengajukan saran dan

rekomendasi hasil penelitian.

C. Hasil dan Pembahasan

1) Kecenderungan Kekuatan

Harapan Siswa

Kekuatan harapan sebagai

kekuatan positif pada siswa memiliki

kecenderungan pandangan atau paradigma

yang cukup menarik. Berdasarkan hasil

penelitian yang dilakukan pada empat

siswa kelas XI SMAN 1 Majalaya Kab.

Bandung Tahun Pelajaran 2019/2020, hasil

narrative records tentang makna harapan

yang muncul pada awal pertemuan

didapatkan profil pemahaman harapan

sebagai definisi berikut.

Tabel 3.1

Narrative Records Makna Harapan

NAMA NARRATIVE RECORDS

HMY Sesuatu yang ingin dicapai

MF Sesuatu yang diinginkan

tercapai,

TN Sesuatu yang ingin dicapai tapi

perlu ikhtiar lagi biar bisa

kecapai

WN Sesuatu yang ingin dicapai tapi

belum terlalu pasti

Berdasarkan Tabel 3.1 tentang

makna harapan, siswa memiliki

kecenderungan kesamaan dalam

memaknai harapan. Profil yang dihasilkan

tentang makna harapan muncul sebagai

suatu hal yang ingin dicapai namun

belum pasti. Kata “ingin dicapai” pada

ungkapan siswa menggambarkan sebagai

tujuan (goal) serta dorongan motivasi

dalam pencapaian tujuan (Agency

thinking). Lebih lanjut, siswa

menggambarkan perlunya usaha maupun

ikhtiar untuk dapat mewujudkan tujuan

yang ingin dicapai. Dengan kata lain,

makna harapan pada siswa

menggambarkan harapan sebagai

komponen Agency saja, tanpa disertai

Pathway.

Makna harapan pada siswa menjadi

hal menarik, terutama stimulus terhadap

makna harapan itu sendiri telah mengalami

banyak pengaruh yang cukup kuat

berdasarkan dampak Social Media. Pada

lingkungan remaja terdapat ungkapan

menarik yang dikenal dengan istilah PHP

atau “Pemberi harapan palsu”.

Berdasarkan ungkapan tersebut, makna

harapan sering dikaitkan dengan istilah hal

Page 7: Journal of Innovative Counseling : Theory, Practice

JOURNAL OF INNOVATIVE COUNSELING : THEORY, PRACTICE & RESEARCHVol.4, No.2, Agustus 2020 Available online: http://journal.umtas.ac.id/index.php/innovative_counseling Aminah, Ilfiandra & Saripah

76

yang palsu, tidak menjanjikan atau tidak

pasti, serta kurang realistis.

Berdasarkan teori Snyder (2000),

makna harapan digambarkan sebagai suatu

kondisi motivasi individu untuk mencapai

sukses yang terdiri dari dua komponen,

yakni 1) agency thinking, atau energi dan

dorongan untuk mencapai tujuan, serta 2)

Pathway thinking, atau jalur (rute) dan

jalan dalam mencapai tujuan. Dengan

demikian, Komponen pathway thinking

dan agency thinking merupakan komponen

yang saling melengkapi, bersifat timbal

balik, dan berkorelasi positif, tetapi bukan

komponen yang sama (Lindley, Joseph,

2004).

Pada konsep psikologi positif, teori

tujuan, optimisme, self effcacy, dan

problem solving memiliki pertimbangan

yang berbeda dalam mendefinisikan

tujuan. Pathway thinking dan agency

thinking pada konsep harapan berorientasi

terkait masa depan (Lindley, Joseph,

2004). Kekuatan Harapan, optimisme,

pikiran masa depan, dan orintasi masa

depan mewakili sikap kognitif, emosional,

dan motivasi dalam menuju masa depan

(Peterson dan Seligman, 2004, hlm. 570).

Lebih lanjut, kekuatan harapan

diekspresikan dalam optimisme dan

pandangan positif tentang kehidupan dan

individu (Sahaya G. Selvam dan Martin

Poulsom, 2012). Artinya, kekuatan

harapan bersumber dari kemampuan

individu dalam memandang positif

terhadap kehidupan.

Kekuatan harapan sebagai

“fenomena kosmik dan peristiwa

spiritual”. Kekuatan harapan diyakini

menjadi kekuatan provokatif yang

mendorong individu untuk bergerak

melalui masalah psikologis (Shane J

Lopez, Snyder, 2004). Lebih lanjut,

Kekuatan harapan merupakan salah satu

nilai dalam konsep kekuatan karakter

(Character Strength) yang tercantum

dalam kebajikan transendensi (virtue of

transcendence). Kekuatan harapan

berdampak pada keyakinan individu

terhadap kekuatan yang lebih besar dan

bersifat spiritualitas (Peterson dan

Seligman, 2004).

Dengan merujuk terhadap beberapa

pemahaman serta pengaruh pada

lingkungan remaja, istilah harapan dinilai

belum memiliki urgensi yang sangat

berpengaruh bagi siswa. Pada pandangan

siswa, trend harapan lebih dominan

digambarkan sebagai Agency yakni

motivasi dalam mencapai tujuan atau

(suatu hal yang diinginkan terjadi).

Harapan belum dipahami lebih dalam

sebagai rencana atau jalur untuk

mencapainya (Pathway). Hal berbeda

ditemukan pada hasil penelitian harapan

remaja di Amerika (Mahon, Yarcheski,

2014) menyebutkan pandangan teoritis

harapan baru-baru ini menunjukkan bahwa

makna kekuatan harapan pada remaja

berfokus pada kemungkinan, refleksi dari

peluang kehidupan, dan orientasi masa

depan. Lebih lanjut, kekuatan harapan juga

berkembang pada remaja dengan

komunitas yang mengembangkan harapan

(Nalkur, 2009; te Riele, 2010).

Lebih lanjut, kecenderungan

harapan siswa lebih besar berada pada

aspek Agency atau dorongan pada siswa

dengan kecenderungan pada pencapaian

melanjutkan studi atau orientasi masa

depan. Selaras dengan Aro, Aunola &

Nurmi (1991) Orientasi masa depan

berkaitan erat dengan harapan, tujuan,

standar, rencana, dan strategi pencapaian

tujuan dimasa akan datang. Orientasi masa

depan yang jelas akan berdampak pada

harapan akan keberhasilan studi yang

tinggi. Harapan akan keberhasilan studi

memungkinkan siswa tetap menyelesaikan

tugas akademik dengan kinerja yang baik

dan memiliki skor yang lebih tinggi pada

saat ujian. Siswa dengan harapan

keberhasilan tinggi mengalami kecemasan

lebih rendah saat ujian dan memiliki

kemampuan penyelesaian masalah lebih

besar pada situasi stress akademik

Page 8: Journal of Innovative Counseling : Theory, Practice

JOURNAL OF INNOVATIVE COUNSELING : THEORY, PRACTICE & RESEARCHVol.4, No.2, Agustus 2020 Available online: http://journal.umtas.ac.id/index.php/innovative_counseling Aminah, Ilfiandra & Saripah

77

(Onwuegbuzie, Snyder, & Chang dalam

Snyder, Feldman, Shorey & Rand, 2002).

Berdasarkan bahasan tentang

Agency dan Pathway thinking, ditemukan

temuan menarik pada siswa yang berkaitan

antara jenis kelamin dengan kondisi

harapan siswa. Pada siswa jenis kelamin

perempuan, yakni WN dan TN ditemukan

lebih mengedepankan unsur agency

terhadap harapan yang dimilikinya.

Adapun pada siswa jenis kelamin laki-laki,

yakni MF dan HMY ditemukan beberapa

point pathway thinking pada harapannya.

Akan tetapi, hal tersebut belum

dapat menggambarkan adanya perbedaan

harapan antara anak perempuan dan laki-

laki secara jelas. Dibutuhkan penelitian

lebih lanjut dalam penyelidikan data yang

lebih luas dan komprehensif. Hal tersebut

selaras diungkap Snyder, Feldman, Shorey

& Rand (2002) menyatakan belum

ditemukannya temuan yang sangat

konsisten dalam menunjukkan tidak ada

perbedaan harapan di antara anak

perempuan dan anak laki-laki. Memang,

tidak ada satu studi yang dilaporkan

menunjukkan perbedaan jenis kelamin

dalam tingkat harapan, sehingga pada

dasarnya tidak terdapat perbedaan antara

laki-laki dengan perempuan dalam kondisi

harapan (Snyder, 1994).

Weil (2000) mengemukakan

terdapat tiga faktor yang dapat

mempengaruhi kekuatan harapan, yaitu;

dukungan sosial, keluarga, dan kontrol.

Adapun latar belakang pemilihan siswa

dilakukan berdasar kondisi faktor-faktor

yang melatari kondisi kekuatan harapan

siswa. Kondisi harapan siswa tersebut

dikaji berdasarkan kondisi aspek dukungan

sosial, keluarga, mapun kontrol.

Pertama, aspek dukungan sosial

(Social Support). Kondisi dukungan sosial

pada siswa memiliki kesamaan kurangnya

keterikatan serta dukungan yang dimiliki.

Kekuatan harapan memiliki korelasi yang

positif dengan sifat sosial dan positive self-

presentation (Snyder, Hoza, 1997).

Dengan demikian, kekuatan harapan

memiliki korelasi positif dengan

kompetensi sosial yang dimiliki oleh

seseorang, sehingga makin baik

kompetensi sosial individu, maka makin

tinggi harapan yang dimilikinya (Hoza,

1997).

Kedua, aspek dukungan keluarga.

Kondisi bonding atau ikatan keluarga

merupakan kekuatan utama yang

diperlukan dalam harapan, kebahagiaan,

bahkan keberhasilan individu. Pada

keempat siswa tersebut, ditemukan adanya

pola didikan yang berbeda hingga

memunculkan efek kerenggangan atau

kurangnya bonding dengan keluarga.

Selaras dengan penelitian Hinton-Nelson,

Roberts, & Snyder (1996) menemukan

masalah interpersonal yang terjadi dalam

keluarga dapat menurunkan harapan bagi

anak-anak.

Ketiga, aspek kontrol diri Snyder,

Hoza (1997) mengungkapkan individu

melakukan penilaian secara independen

dan coping tentang masa depan, orang-

orang dengan kekuatan harapan tinggi

biasanya lebih optimis; mereka fokus pada

kesuksesan daripada kegagalan ketika

mengejar tujuan; mengembangkan banyak

tujuan hidup; dan mereka memandang diri

mereka sendiri sebagai mampu

memecahkan masalah yang mungkin

timbul.

2) Rancangan Strength Based Skill

Training untuk Peningkatan

Kekuatan Harapan Siswa

Strength Based Skill Training

merupakan rancangan program intervensi

yang disusun untuk dapat meningkatkan

kekuatan harapan pada siswa. Strength

Based Skill Training merupakan program

berorientasi kekuatan dengan

menggunakan kerangka konstruk-konstruk

positif melalui pendekatan pathways

technique dan agency technique. Strength

Based Skill Training memiliki strategi

dalam memberikan stimulus kekuatan

Page 9: Journal of Innovative Counseling : Theory, Practice

JOURNAL OF INNOVATIVE COUNSELING : THEORY, PRACTICE & RESEARCHVol.4, No.2, Agustus 2020 Available online: http://journal.umtas.ac.id/index.php/innovative_counseling Aminah, Ilfiandra & Saripah

78

harapan yang didasarkan pada remaja.

Secara khusus, Strength based skill

training disusun untuk mengembangkan

kekuatan harapan dalam lingkup

penerapan di dalam setting pendidikan

sekolah.

Adapun struktur isi Strength Based

Skill Training untuk peningkatan kekuatan

siswa disusun berdasarkan model pada

premis dasar comprehensive school

guidance and counseling menurut Gysbers

& Henderson. Elemen yang mencakup

pada program dikembangkan melalui

serangkaian proses sistematis sejak dari

perencanaan, desain, implementasi,

evaluasi, dan keberlanjutan. Melalui

tahapan tersebut diharapkan penerapan

fungsi‐fungsi manajemen kegiatan dan

layanan program dapat diselenggarakan

secara tepat sasaran dan terukur (Gysbers

& Henderson, 2006).

Strength based skill training secara

umum merupakan program untuk

menumbuhkan kekuatan karakter

(Character Strength) dan pengembangan

masa depan. Program Strength Based Skill

Training berikut disusun lebih spesifik

dalam rangka peningkatan kekuatan

harapan pada siswa di SMAN 1 Majalaya

Kab. Bandung, Tahun pelajaran

2019/2020. Program Strength based skill

training merupakan program

pengembangan kekuatan dengan

menggunakan kerangka konstruk-konstruk

positif pada siswa melalui pendekatan

pathways technique, dan agency technique.

Strength based skill training

merupakan program intervensi yang

dilakukan berkisar selama tujuh hingga

delapan (7 hingga 8) minggu yang disusun

pada remaja. Deskripsi kegiatan berisi tiga

tahap, yang terdiri dari : 1) Tahap awal

berisi salam, doa, review, ice breaking. 2)

Tahap inti berisi strategi Strength Based

Skill Training terdiri dari brainstorming,

diskusi, bibliotherapy, games, simulasi,

menulis naratif (writting), dan Self Talk.

Terakhir pemberian insight dan penguatan

harapan terhadap strategi kegiatan yang

telah dilaksanakan disertai stimulus positif

terhadap keseluruhan kegiatan. 3) Tahap

akhir berisi review, menarik kesimpulan,

dan evaluasi kegiatan. Lebih lanjut,

rancangan strength based skill training

untuk peningkatan kekuatan harapan siswa

tersaji pada Tabel 3.2 berikut.

Tabel 3.2

Rencana Kegiatan

Materi Tujuan Indikator

Whats

your

Hope?

-Siswa mampu

memahami

makna kekuatan

harapan

-Siswa mampu

mengeksplorasi

kekuatan harapan

yang dimilikinya

-Siswa dapat

menuliskan

karakteristik

tujuan serta

harapan secara

spesifik dan

positif

Siswa

dapat

memiliki

dorongan

untuk

mencapai

tujuan

(energetic

goals).

Hope &

The

Future

-Siswa mampu

mengeksplorasi

pengalaman

masa lalu yang

dimiliki

-Siswa mampu

memandang

pengalaman

masa lalu dalam

perspektif positif

-Siswa mampu

membuat frame

pengalaman

masa lalu sebagai

pelajaran bagi

masa depan

Siswa

dapat

menjadik

an

pengalam

an masa

lalu (past

experienc

e) sebagai

persiapan

masa

depan

yang baik

Hope

and

Success

-Siswa mampu

memahami

intisari

kesuksesan

dalam hidup

Siswa

dapat

memiliki

kemampu

an untuk

Page 10: Journal of Innovative Counseling : Theory, Practice

JOURNAL OF INNOVATIVE COUNSELING : THEORY, PRACTICE & RESEARCHVol.4, No.2, Agustus 2020 Available online: http://journal.umtas.ac.id/index.php/innovative_counseling Aminah, Ilfiandra & Saripah

79

Materi Tujuan Indikator

- Siswa mampu

menganalisis

makna cerita dari

kisah kesuksesan

tokoh inspiratif

- Siswa mampu

memahami

faktor-faktor

yang

mempengaruhi

kesuksesan

dalam hidup

- Siswa mampu

menginternalisasi

kan nilai-nilai

kesuksesan

dalam hidup

meraih

kesuksesa

n dalam

hidup

(succes in

life)

Pandor

a

Games

- Siswa mampu

memahami

urgensi dalam

memenuhi tujuan

(meet goal)

- Siswa mampu

membangun

fokus untuk

memenuhi tujuan

melalui

permainan

- Siswa mampu

menggeneralisasi

kan nilai-nilai

permainan

terhadap

kemampuan

dalam memenuhi

tujuan

Siswa

dapat

memiliki

kemampu

an untuk

memenuh

i tujuan

(meet

goal)

Materi Tujuan Indikator

Hope

Model

- Siswa mampu

mengidentifikasi

tindakan untuk

keluar dari

hambatan

- Siswa mampu

memahami cara

untuk keluar dari

hambatan

melalui simulasi

- Siswa mampu

membangun

keterampilan

untuk keluar dari

hambatan

Siswa

dapat

memiliki

keterampi

lan untuk

keluar

dari

hambatan

(Out of a

jam)

Hope

Story

- Siswa mampu

mengidentifikasi

makna harapan

dalam

mendapatkan

seseuatu

- Siswa mampu

menuliskan

cerita harapan

untuk meraih /

mendapatkan

seseuatu

- Siswa mampu

memiliki

motivasi harapan

Siswa

dapat

memiliki

kemampu

an untuk

mendapat

kan

seseuatu

(get

things)

Hope

Talk

- Siswa mampu

mengidentifikasi

cara berpikir

positif untuk

menyelesaikan

masalah

- Siswa mampu

melakukan Self

Talk untuk

memiliki

keyakinan dalam

menyelesaikan

masalah

- Siswa mampu

mengninternalisa

sikan cara

berpikir positif

Siswa

dapat

memiliki

keyakinan

untuk

menyeles

aikan

masalah

(solve

problem)

dengan

positif.

Page 11: Journal of Innovative Counseling : Theory, Practice

JOURNAL OF INNOVATIVE COUNSELING : THEORY, PRACTICE & RESEARCHVol.4, No.2, Agustus 2020 Available online: http://journal.umtas.ac.id/index.php/innovative_counseling Aminah, Ilfiandra & Saripah

80

Materi Tujuan Indikator

dalam kehidupan

sehari-hari

3) Implementasi dan Evaluasi

Strength Based Skill Training

untuk Peningkatan Kekuatan

Harapan Siswa

Implementasi Strength Based Skill

Training untuk peningkatan kekuatan

harapan siswa disajikan berdasarkan

komponen Pelaksanaan intervensi yang

meliputi deskripsi kegiatan terkait dengan

temuan dan proses berlangsungnya

kegiatan serta evaluasi pelaksanaan yang

meliputi hasil evaluasi dengan

menggunakan rating scale pada setiap

akhir intervensi, serta hasil analisis pada

tabel pengamatan / observasi setiap sesi,

dan hambatan yang dialami.

Pada kegiatan intervensi Strength

Based Skill Training, dilakukan sebanyak

tujuh kali pertemuan yang mencakup pada

indikator kompetensi kekuatan harapan.

Pada setiap indikator kompetensi yang

disusun berlandaskan pada strategi dan

pendekatan berbasis kekuatan.

Pada sesi pertama dan kedua,

dilakukan melalui pendekatan diskusi dan

brainstorming. Kegiatan dilakukan dengan

menggunakan media video beserta lembar

kerja (handout) harapan terkait. Menurut

(Roberts, Brown, Johnson & Reinke, 2002,

hlm. 668) Diskusi dan brainstorming

mengarah pada proses intervensi kekuatan

harapan yang dilakukan dengan latihan

yang terstruktur, diskusi yang berorientasi

pada tujuan, dan tugas-tugas untuk

membahas cara mendapatkan tujuan, serta

cara memilih arah ketika ada hambatan.

Hal tersebut dinilai sesuai dalam

peningkatan kekuatan harapan pada usia

remaja.

Berdasarkan evaluasi pasca

intervensi, diperlukan adanya latihan yang

lebih terstruktur pada program intervensi,

khususnya menganalisis terkait

kematangan berfikir siswa sehingga dapat

menemukan pola diskusi serta topik

harapan yang efektif dan mudah

dieksplorasi pada seluruh siswa.

Pada sesi ketiga dilakukan strategi

bibliotherapy yakni menggunakan bahan

bacaan inspiratif yang sesuai dengan

kondisi siswa. Bibliothrapy dilakukan

dengan menggunakan metode story telling.

Hal tersebut dilakukan untuk

meminimalisir adanya kesulitan membaca

yang dihadapi siswa. Snyder dan

Mc.Dermott, 1997 (dalam Roberts, Brown,

Johnson & Reinke, 2002) menyebutkan

bahan bacaan pada pelatihan harapan dapat

diberikan melalui proses bercerita.

menjelaskan cerita penuh harapan penting

untuk membangun dan mempertahankan

sense of hope. Lebih lanjut, penggunaan

Bibliotherapy dilakukan untuk

mengembangkan insight terhadap

kekuatan harapan yang dimiliki siswa.

Bibliotherapy membantu siswa memahami

konsep agency (tujuan yang akan dicapai)

dan pathway (jalur untuk mencapai tujuan)

melalui proses membaca.

Berdasarkan evaluasi pasca

intervensi, kegiatan pemilihan bacaan

dapat dilakukan dengan lebih kaya dan

efektif apabila melalui pengamatan kondisi

siswa terlebih dahulu. Bahan bacaan yang

efektif cenderung memiliki

kesamaan/kemiripan dengan kondisi atau

permasalahan yang dialami siswa. Lebih

lanjut, rekomendasi bahan bacaan juga

disesuaikan dengan tren remaja dan

perkembangannya.

Lebih lanjut, penggunaan metode

story telling lebih efektif dilakukan apabila

kondisi dan kemampuan membaca siswa

mengalami hambatan. Dengan demikian,

siswa dapat lebih mendapatkan insight

terhadap bahan bacaan yang disajikan.

Pada sesi keempat dan kelima

dilakukan melalui pendekatan permainan

dan simulasi. Permainan / Game dan

simulasi dilakukan untuk memperkokoh

agency (tujuan yang akan dicapai) dan

Page 12: Journal of Innovative Counseling : Theory, Practice

JOURNAL OF INNOVATIVE COUNSELING : THEORY, PRACTICE & RESEARCHVol.4, No.2, Agustus 2020 Available online: http://journal.umtas.ac.id/index.php/innovative_counseling Aminah, Ilfiandra & Saripah

81

pathway (jalur untuk mencapai tujuan)

yang dimiliki siswa. Selanjutnya, game

dan simulasi dikembangkan untuk

memfasilitasi dan memfokuskan siswa

dalam pencapaian sasaran (Snyder &

Lopez, 2007).

Berdasarkan evaluasi pasca

intervensi, games ular tangga dan uno

stacko dapat menjadi pilihan yang cukup

efektif dalam merangsang stimulus

harapan pada siswa. Akan tetapi,

penggunaan waktu pada permainan tidak

dapat diprediksi karena menyesuaikan goal

atau tujuan masing-masing permainan

tersebut. Dengan demikian, pembatasan

waktu pada permainan sangat dianjurkan

dan diikuti oleh aturan permainan seperti

mengucapkan kalimat harapan saat peserta

terjatuh, dsb.

Pada sesi keenam, dilakukan

melalui pendekatan menulis naratif.

Kegiatan menulis naratif ditujukan untuk

menyusun agency (tujuan yang akan

dicapai) dan pathway (jalur untuk

mencapai tujuan) secara lebih jelas dan

spesifik. Selain itu, writing dilakukan

untuk mengevaluasi tujuan dan saasaran

lebih lanjut disertai umpan balik. Lebih

lanjut, menulis buku cerita pribadi tentang

pembicaraan dan harapan dapat menjadi

alat yang berguna dalam pemantauan diri

(Snyder, 2002).

Berdasarkan evaluasi pasca

intervensi, kemampuan menulis pada

seluruh siswa memiliki perbedaan masing-

masing. Dengan demikian teknik menulis

diary serta pengalaman siswa dapat

dilakukan dalam home assigment,

sehingga dapat mengungkap harapan siswa

lebih natural dan menyeluruh.

Pada sesi ketujuh dilakukan

melalui strategi Self Talk. Self Talk

diketahui sebagai teknik untuk

meningkatkan kekuatan harapan yang

berhubungan dengan motivasi siswa atau

agency thinking (Snyder, Michael, &

Cheavens, 1999). Agency tercermin dalam

hal ungkapan yang positif, yakni melalui

pendekatan self-talk. Self Talk dapat

digunakan oleh individu dengan

menggunakan ungkapan harapan positif.

Pada tahap ini, siswa dilatih untuk

memantau self-talk negatif dan

menggantinya menjadi self talk positif.

Berdasarkan hasil evaluasi

terhadap keseluruhan program, dapat

disimpulkan intervensi program Strength

Based Skill Training untuk peningkatan

kekuatan harapan siswa dapat digunakan

dengan memiliki feasibility program yang

sesuai sebagai intervensi pengembangan

kekuatan harapan siswa.

D. Simpulan

Kecenderungan harapan siswa

lebih dominan pada aspek Agency

Thinking, atau dorongan untuk mencapai

sesuatu. Sedangkan, aspek Pathways

Thinking, atau jalan (jalur) untuk mencapai

tujuannya masih minim ditemukan.

Agency atau dorongan pada siswa

mayoritas memiliki kecenderungan pada

pencapaian melanjutkan studi atau

orientasi masa depan. Kecenderungan

kekuatan harapan pada siswa memiliki

aspek yang lebih besar diluar kondisi

pribadi siswa. Hal tersebut mencakup

agency atau dorogan untuk meraih

kebahagiaan keluarga dan dukungan sosial

(social support).

Strength Based Skill Training

untuk peningkatan kekuatan harapan

menghasilkan karakteristik agency dan

pathway thinking yang tinggi pada empat

subjek penelitian. Artinya, siswa secara

keseluruhan dapat memiliki fokus terhadap

tujuan serta memiliki jalan dalam

menemukan ide untuk mencapai

tujuannya.

Berdasarkan Hasil Evaluasi

pelaksanaan intervensi Strength Based

Skill Training melalui hasil kuesioner dan

observasi partisipan riset evaluasi dengan

menggunakan (rating scale 1 s.d 10),

menghasilkan kecenderungan indikator

tingkat kemenarikan layanan, tingkat

Page 13: Journal of Innovative Counseling : Theory, Practice

JOURNAL OF INNOVATIVE COUNSELING : THEORY, PRACTICE & RESEARCHVol.4, No.2, Agustus 2020 Available online: http://journal.umtas.ac.id/index.php/innovative_counseling Aminah, Ilfiandra & Saripah

82

urgensi, dan tingkat keberhasilan layanan

berada pada tingkat sedang atas hingga

tinggi (Skor rerata 8 s.d 10). Artinya

Strength Based Skill Training dapat

diimplementasikan dengan menarik dalam

memunculkan insight / output kekuatan

harapan siswa. Dengan demikian,

disimpulkan intervensi program Strength

Based Skill Training untuk peningkatan

kekuatan harapan siswa dapat digunakan

dengan memiliki feasibility program yang

sesuai sebagai intervensi pengembangan

kekuatan harapan siswa.

Page 14: Journal of Innovative Counseling : Theory, Practice

JOURNAL OF INNOVATIVE COUNSELING : THEORY, PRACTICE & RESEARCHVol.4, No.2, Agustus 2020 Available online: http://journal.umtas.ac.id/index.php/innovative_counseling Aminah, Ilfiandra & Saripah

83

Referensi

Aro, Aunola & Nurmi. (1991). Personal

Goals During Emerging

Adulthood, A 10-Year Follow-

Up. Journal of Adolescent

Research. Vol, X, No 10.

Chamodraka. (2008). Hope development in

psychotherapy: a grounded

theory analysis of client

experiences. Dissertation:

McGill University.

Cresswell. (2013). Research Design:

Qualitative, Quantitative, And

Mixed Methods Approaches.

USA: SAGE Publications, Inc.

Diener & Dweck. (1980). An analysis of

learned helplessness: Continous

changes in performance,

strategy, and achievement

cognitions following failure.

Journal of Personality and

Social Psychology, 36.

Egan. (2011). Promoting Hope and Well

Being in Adolescents following

Transition to Secondary School.

Dissertation: school of

psychology: University of east

london.

Farran, Herth, & Popovich. (1995). Hope

and Hopelessness clinical

critical construct. California:

SAGE.

Folkman. (2010). Stress, Coping, adn

Hope. Journal John Wiley &

Sons, Psycho-Oncology, 19:

901-908.

Gysbers & Henderson. (2006). Developing

& Managing Your School

Guidance and Counseling

Program. Alexandria: American

Counseling Association.

Hanson. (1994). Lost talent: Unrealized

educational aspirations and

expectations among U.S. youths.

Jurnal Sociology of Education,

64, 263–277.

Hartanto. (2017). Profil Strength Of Hope

Mahasiswa Calon Guru Bk

Berdasarkan Faktor Budaya.

Journal of multicultural studies i

guidence and counseling. Vol 1

No. 1.

Jembarwati. (2011). Pelatihan Orientasi

Masa Depan Dan Harapan

Keberhasilan Studi pada siswa

di SMA. Jurnal Humanitas, Vol.

12, No. 1 (45-51).

Jennifer. (2008). Promoting Hope:

Suggestions for School

Counselors. Journal

Professional School Counseling,

Vol. 12, No. 2

Krystel Martin. (2009). Measuring Hope.

International Journal of

offender therapy and

comparative criminology. Vol

XX.

Lindley, Joseph. (2004). Positive

Psychology in practice. United

States of America: Willey.

Mahon, Yarcheski. (2014). Meta-Analyses

of Predictors of Hope in

Adolescents. Jurnal SAGE Pub,

2016, Vol. 38 (3) 345-368.

Mutrofin, dkk. (2011). Metode Riset

Evaluasi. Yogyakarta: Lakbang

Grafika.

Nalkur. (2009). Adolescent hopefulness in

Tanzania. Journal of Adolescent

Research, 24, 668-690.

Roberts, Brown, Johnson & Reinke.

(2002). Positive Psychology for

Children, Development,

Page 15: Journal of Innovative Counseling : Theory, Practice

JOURNAL OF INNOVATIVE COUNSELING : THEORY, PRACTICE & RESEARCHVol.4, No.2, Agustus 2020 Available online: http://journal.umtas.ac.id/index.php/innovative_counseling Aminah, Ilfiandra & Saripah

84

Prevention and Promotion :

(Handbook of Positive

Psychology). New York: Oxford

University Press.

Sahaya G. Selvam and Martin Poulsom.

(2012). Now And Hereafter The

Psychology of Hope from the

Perspective of Religion. Journal

OF Dharma Vol. 37, 4, hlm.

393-410.

Shane J Lopez, Snyder, (2004). Positive

Psycholgy in Practice:

(Strategies for accentuating

hope). Hoboken, NJ: John Wiley

& Sons.

Shane J Lopez. (2013). Making Hope

Happen in the Classroom.

English: Amazon.

Shaughnessy dkk. (2007). Metodologi

Penelitian Psikologi.

Yogyakarta: Pustaka pelajar.

Shorey. (2007). Theories of intelligence,

academic hope, and effort

exerted after a failure

experience. Unpublished

Master’s Thesis, University of

Kansas, Lawrence.

Smith. (2006). The Strength Based

Counseling Model. Journal The

Counseling Psychologist, Vol.

34. No. 1.

Snyder. (1994). The psychology of hope:

You can get there from here.

New York: Free.

Snyder. (2000). Handbook of hope: Theory

measures and applications: San

Diego, CA: Academic Press

Snyder. (2002). Hope Theory: Rainbows

in the mind. Jurnal

Psychological Inquiry, 13, 249-

275

Snyder & Lopez. (2007). Positive

Psychology: The Scientific and

Practial Explorations of Human

Strengths. USA: Sage

Publications, Inc.

Snyder, Feldman, Shorey & Rand. (2002).

Hopeful Choices: A School

Counselor's Guide to Hope

Theory. Professional School

Counseling, 5(5), 298.

Snyder, Hoza. (1997). The development

and validation of the Children’s

Hope Scale. Journal of

Pediatric Psychology, 22, 399–

421.

Snyder, Michael, & Cheavens. (1999).

Hope as a psychotherapeutic

foundation of nonspecific

factors, placebos and

expectancies. Washington, DC:

American Psychological

Association.

Snyder, Shorey, dkk. (2002). Hope and

academic success in college.

Journal of Educational

Psychology, 4(94).

Tayibnapis. (2000). Evaluasi Program.

Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.

Te Riele. (2010). Philosophy of hope:

Concepts and applications for

working with marginalized

youth. Journal of Youth Studies,

1, 35-46.

Peterson dan Seligman. (2004). Character

Strength and Virtues: A

Handbook and Classification.

New York: Oxford University

Press.

Page 16: Journal of Innovative Counseling : Theory, Practice

JOURNAL OF INNOVATIVE COUNSELING : THEORY, PRACTICE & RESEARCHVol.4, No.2, Agustus 2020 Available online: http://journal.umtas.ac.id/index.php/innovative_counseling Aminah, Ilfiandra & Saripah

85

Weil (2000). Exploring hope in patients

with end stage renal disease on

chronic hemodialysis. Journal

ANNA, Vol. 27 219-223.

Winayaka. (2017). Prevalensi stres psikososial

dan faktor-faktor yang mempengaruhi

pada siswa-siswi kelas XII Studi

Pendidikan IPA dan IPS SMAN 6

Denpasar. Jurnal. Fakultas Kedokteran

Universitas Udayana, 11945-1-22062-1