jurnal
TRANSCRIPT
PENGARUH CEKAMAN KEKURANGAN AIR PADA
PERTUMBUHAN VEGETATIF 18 KLON TANAMAN TEBU
(Saccharum officinarum L.)
Vindas Sari*), Moch. Dewani**), Sardjono Soekartomo**), dan Sri Winarsih***)
Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya
ABSTRACT
The objective of this research were to study the effect of deficit grasp
water on vegetative growth of 18 sugarcane clones and to find out sugarcane
clone which tolerance to deficit water condition. The research was conducted at
hardening Indonesia Sugar Research Institute (ISRI) Pasuruan on August until
November 2007. This research was arranged as Split Plot Design with 3
replications. The main plot was field capacity consisted of 3 levels, namely the (A)
100% field capacity, (B) 70% field capacity, and (C) 40% field capacity. The sub
plot was 18 sugarcane clones, consisted of 16 clones and 2 clones as control. The
data was analyzed by using analysis of variant (F test) at 5% level then
continuous with least significant different (LSD ) test at 5% level.
The result showed that at the 40% field capacity the resistance is higher
than that of 70% field capacity. There is one clone having a better tolerance to
40% field capacity condition is PS 98-1232.
Key Words: Deficit grasps water, Field capacity, Sugarcane clone
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini ialah untuk mempelajari pengaruh dari cekaman
kekurangan air pada pertumbuhan vegetatif 18 klon tanaman tebu dan untuk
mendapatkan klon tanaman tebu yang toleran terhadap kondisi kekurangan air.
Penelitian dilaksanakan di hardening Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia
(P3GI) Pasuruan pada bulan Agustus – November 2007. Penelitian ini
menggunakan Rancangan Petak Terbagi (RPT) yang diulang sebanyak 3 kali.
Tingkat kapasitas lapang ditempatkan sebagai petak utama yang terdiri dari 3
level, yaitu (A) 100% kapasitas lapang, (B) 70% kapasitas lapang, dan (C) 40%
kapasitas lapang. 18 klon tanaman tebu ditempatkan sebagai anak petak yang
terdiri dari 16 klon yang diuji dan 2 klon sebagai kontrol. Data pengamatan yang
diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis ragam uji F pada taraf nyata
5% kemudian dilakukan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf � = 0,05.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 40% kapasitas lapang memberikan
hambatan lebih tinggi bila dibandingkan dengan 70% kapasitas lapang. Terdapat
satu klon yang lebih toleran terhadap kondisi 40% kapasitas lapang, yaitu PS 98-
1232.
Kata Kunci : Cekaman kekurangan air, Kapasitas lapang, Klon tanaman tebu *) Alumni Jur. BP. FP. Unibraw, Malang
**) Staf Pengajar Jur. BP. FP. Unibraw, Malang.
***)Staf Peneliti di P3GI Pasuruan
PENDAHULUAN
Tanaman tebu (Saccharum
officinarum L.) ialah golongan
rumput-rumputan yang mulai dari
pangkal sampai ujung batangnya
mengandung air gula dengan kadar
mencapai 20%.
Industri gula nasional dewasa
ini menghadapi permasalahan yang
serius akibat menurunnya produksi
gula nasional hanya 1,7 juta t/ tahun
sementara kebutuhan mencapai 3
juta t/ tahun. Permasalahan yang
dihadapi Indonesia dalam sektor
pergulaan dewasa ini salah satunya
ialah produktivitas lahan yang
rendah, sementara kebutuhan akan
gula untuk kebutuhan domestik
semakin meningkat. Kebutuhan akan
gula dalam negeri selalu meningkat
seiring dengan pertambahan jumlah
penduduk dan gizi masyarakat.
Faktor penyebab rendahnya
produktivitas lahan ialah bergesernya
lokasi penanaman tebu ke lahan-
lahan non-produktif, lahan marjinal,
maupun lahan kering (Effendi,
2002). Salah satu upaya yang perlu
dilakukan untuk mengatasi
permasalahan gula nasional ialah
pemakaian varietas unggul untuk
lahan kering yang harus diikuti oleh
mutu, jumlah, dan ketersediaan bibit
yang tepat.
Lahan kering ialah lahan
pertanaman yang diusahakan tanpa
adanya penggenangan air karena
jumlah curah hujannya tidak
mencukupi kebutuhan optimal untuk
pertumbuhan tanaman
(Notohadiprawiro, 2006). Lahan
kering di Indonesia memiliki luas
sekitar 116,91 juta (Hakim, 2002).
Dalam fisiologi tanaman, air
merupakan faktor utama yang sangat
penting. Kramer dalam Ismal (1979)
menjelaskan tentang betapa
pentingnya air bagi tumbuh-
tumbuhan; yakni air merupakan
bagian dari protoplasma (85-90%
dari berat keseluruhan bagian hijau
tumbuh-tumbuhan adalah air.
Selanjutnya dikatakan bahwa air
merupakan pelarut dari garam-
garam, gas-gas dan material-material
yang bergerak kedalam tumbuh-
tumbuhan, melalui dinding sel dan
jaringan esensial untuk menjamin
adanya turgiditas, pertumbuhan sel,
stabilitas bentuk daun, proses
membuka dan menutupnya stomata,
kelangsungan gerak struktur tumbuh-
tumbuhan. Kekurangan air akan
mengganggu aktifitas fisiologis
maupun morfologis, sehingga
mengakibatkan terhentinya
pertumbuhan. Defisiensi air yang
terus-menerus akan menyebabkan
perubahan irreversibel (tidak dapat
balik) dan pada gilirannya tanaman
akan mati (Haryati, 2003).
Kapasitas lapang ialah kondisi
dimana tebal lapisan air dalam pori-
pori tanah mulai menipis sehingga
tegangan antara air – udara
meningkat hingga lebih besar dari
gaya gravitasi, air gravitasi habis dan
air tersedia bagi tanaman dalam
keadaan optimum (Ali Hanafiah,
2005). Yen Huchang (1971)
menerangkan bahwa pada tanaman
tebu menunjukkan tidak adanya
pengaruh yang jelek akibat adanya
penekanan kadar air terhadap proses
fotosintesis selama belum mencapai
kurang dari 40%. Dengan demikian,
dapat diketahui bahwa kadar air 40%
kapasitas lapang ialah batas minimal
dari pemberian air pada tanaman
tebu. Kadar air 40% juga
menggambarkan bahwa lahan benar-
benar kering. Perlakuan pemberian
air 70% kapasitas lapang
menggambarkan bahwa lahan kering
tetapi masih ada airnya. Oleh karena
itu, penelitian ini dilakukan untuk
mendapatkan varietas yang
mempunyai ketahanan terhadap
kekeringan agar dapat
mempertahankan produksi tebu yang
optimal.
BAHAN DAN METODE
Penelitian dilaksanakan di
hardening Pusat Penelitian
Perkebunan Gula Indonesia (P3GI)
Pasuruan mulai bulan Agustus
sampai dengan November 2007.
Alat yang digunakan dalam
penelitian ini ialah leaf area meter,
timbangan, mikroskop binokuler,
pisau, gunting, gembor, gelas ukur,
jangka sorong, penggaris, corong,
dan oven.
Bahan-bahan yang digunakan
dalam penelitian ini ialah 18 klon
tanaman tebu, media tanah tarapan
(campuran antara jenis tanah entisol
dengan pasir), Kutex, pupuk SP-36,
pupuk ZA, polibag, ajir, paralon, tray
plastik, spidol, preparat, tali rafia,
kertas label, dan kantong kertas
semen.
Penelitian ini disusun dengan
menggunakan Rancangan Petak
Terbagi (RPT) dengan dua faktor
yang diulang tiga kali. Faktor utama
yang merupakan petak utama ialah
volume pemberian air, yang terdiri
atas 3 level, yaitu : (A) 100%
kapasitas lapang, (B) 70% kapasitas
lapang, dan (C) 40% kapasitas
lapang. Faktor kedua yang
merupakan anak petak ialah 18 klon,
terdiri dari 16 klon yang diuji (PS
98-1131, PS 98-1169, PS 98-1214,
PS 98-1232, PS 98-1241, PS 98-
1284, PS 98-1298, PS 98-1315, PS
99-1101, PS 99-1109, PS 99-1113,
PS 99-1115, PS 99-1119, PS 99-
1125, PS 99-1130, and PS 99-1132)
dan 2 klon sebagai kontrol (PSCO
902 dan PS 851).
Setiap perlakuan diulang 3 kali
dan setiap petak percobaan berisi 2
polibag sehingga jumlah total
polibag 18 x 3 x 3 x 2 = 324 polibag.
Untuk sampel pengamatan hanya
digunakan satu polibag setiap klon.
Variabel pengamatan terdiri
atas variabel non destruktif dan
variabel destruktif.
� Variabel pengamatan non
destruktif meliputi : tinggi
tanaman, jumlah batang dalam
satu rumpun, diameter batang,
jumlah daun segar, jumlah daun
layu, jumlah daun menggulung,
jumlah stomata, dan jumlah ruas.
� Variabel pengamatan desdruktif
meliputi : luas daun, bobot basah
dan bobot kering (akar, batang
dan daun), serta biomassa
tanaman.
Data yang diperoleh diuji
dengan analisis ragam atau uji – F
dengan taraf nyata (p = 0,05) dan
untuk mengetahui perbedaan antar
perlakuan dilakukan dengan uji BNT
pada taraf nyata (� = 0,05).
Fernandez (1992) menjelaskan
bahwa toleransi tanaman terhadap
cekaman air ditentukan berdasarkan
Indeks Toleransi (IT).
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. HASIL
1.1. Komponen pertumbuhan
a. Tinggi tanaman
Berdasarkan hasil penelitian
dapat dijelaskan bahwa pada umur
84 hst, penurunan pemberian air dari
100 % KL menjadi 70 % KL diikuti
dengan penurunan tinggi tanaman
sebesar 17,59%. Penurunan
pemberian air dari 100 % KL
menjadi 40 % KL juga diikuti
dengan penurunan tinggi tanaman
sebesar 57,09%. Sedangkan
penurunan pemberian air dari 70 %
KL menjadi 40 % KL juga diikuti
dengan penurunan tinggi tanaman
hingga 47,94%. Pada perlakuan klon
diperoleh hasil bahwa PS 98 – 1131
dan PS 98 – 1232 menghasilkan
tinggi tanaman lebih tinggi bila
dibandingkan dengan klon lainnya.
b. Jumlah batang dalam satu
rumpun
Berdasarkan hasil penelitian
dapat dijelaskan bahwa pemberian
air 100%, 70%, dan 40% kapasitas
lapang tidak memberikan pengaruh
nyata pada jumlah batang dalam satu
rumpun. Pada perlakuan klon
diperoleh hasil bahwa klon PS 99 -
1132 menghasilkan jumlah batang
dalam satu rumpun lebih banyak bila
dibandingkan dengan klon lainnya.
c. Diameter batang
Berdasarkan hasil penelitian
dapat dijelaskan bahwa pada umur
56 hst, penurunan pemberian air dari
100 % KL menjadi 70 % KL diikuti
dengan penurunan diameter batang
sebesar 7,37%. Penurunan pemberian
air dari 100 % KL menjadi 40 % KL
juga diikuti dengan penurunan
diameter batang sebesar 31,05%.
Sedangkan penurunan pemberian air
dari 70 % KL menjadi 40 % KL juga
diikuti dengan penurunan diameter
batang hingga 25,57%. Pada
perlakuan klon diperoleh hasil bahwa
PS 98 – 1232 menghasilkan diameter
batang lebih besar bila dibandingkan
dengan klon lainnya.
d. Jumlah daun segar
Berdasarkan hasil penelitian
dapat dijelaskan bahwa pemberian
air 100%, 70%, dan 40% kapasitas
lapang tidak memberikan pengaruh
nyata pada jumlah daun segar
tanaman tebu. Pada perlakuan klon
diperoleh hasil bahwa 1132
menghasilkan jumlah daun segar
lebih banyak bila dibandingkan
dengan klon lainnya.
e. Jumlah daun layu
Berdasarkan hasil penelitian
dapat dijelaskan bahwa pemberian
air 100%, 70%, dan 40% kapasitas
lapang tidak memberikan pengaruh
nyata pada jumlah daun layu
tanaman tebu. Pada perlakuan klon
diperoleh hasil bahwa PS 99 – 1115
menghasilkan jumlah daun layu lebih
banyak bila dibandingkan dengan
klon lainnya.
f. Jumlah daun menggulung
Berdasarkan hasil penelitian
perlakuan pemberian air dan klon
juga tidak memberikan pengaruh
nyata pada jumlah daun menggulung
g. Jumlah stomata
Berdasarkan hasil penelitian
dapat dijelaskan bahwa pemberian
air 100%, 70%, dan 40% kapasitas
lapang tidak memberikan pengaruh
yang nyata pada jumlah stomata
tanaman tebu. Pada perlakuan klon
diperoleh hasil bahwa klon PS 99 –
1130 menghasilkan jumlah stomata
lebih banyak pada umur 28 dan 56
hst. Sedangkan pada umur 84 hst,
perlakuan klon tidak memberikan
pengaruh nyata pada jumlah stomata.
h. Jumlah ruas
Berdasarkan hasil penelitian
dapat dijelaskan bahwa penurunan
pemberian air dari 100 % KL
menjadi 40 % KL juga diikuti
dengan penurunan jumlah ruas
sebesar 43,04%. Sedangkan
penurunan pemberian air dari 70 %
KL menjadi 40 % KL juga diikuti
dengan penurunan jumlah ruas
hingga 43,64%. Pada perlakuan klon
diperoleh hasil bahwa klon tanaman
tebu tidak memberikan pengaruh
nyata pada jumlah ruas tanaman
tebu.
i. Luas daun
Berdasarkan hasil penelitian
dapat dijelaskan bahwa pemberian
air tidak memberikan pengaruh nyata
pada luas daun tanaman tebu. Pada
perlakuan klon diperoleh hasil bahwa
klon PS 98 – 1169 menghasilkan
luas daun lebih tinggi,
j. Bobot segar akar, batang dan
daun
Perlakuan pemberian air dan
klon tanaman tebu menunjukkan
adanya interaksi hanya pada bobot
segar daun tanaman tebu.
Berdasarkan hasil penelitian dapat
dijelaskan bahwa pemberian air
100%, 70%, dan 40% kapasitas
lapang tidak memberikan pengaruh
nyata pada bobot segar akar, batang
dan daun tanaman tebu. Pada
perlakuan klon diperoleh hasil bahwa
klon PS 98 – 1131 menghasilkan
bobot segar akar lebih tinggi. Klon
PS 98 – 1232 menghasilkan bobot
segar batang lebih tinggi. Sedangkan
klon PS 98 – 1169, PS 98 – 1284,
dan PS 99 – 1119 menghasilkan
bobot segar daun lebih tinggi.
Berdasarkan hasil penelitian dapat
dijelaskan bahwa klon PS 98 – 1169
yang diberi perlakuan pemberian air
100% kapasitas lapang menghasilkan
bobot segar daun lebih tinggi dan PS
99 – 1119 yang diberi perlakuan
pemberian air 40% kapasitas lapang
menghasilkan bobot segar daun lebih
rendah.
k. Bobot kering akar, batang dan
daun
Berdasarkan hasil penelitian
dapat dijelaskan bahwa penurunan
pemberian air dari 100 % KL
menjadi 70 % KL diikuti dengan
penurunan bobot kering akar sebesar
20,51% dan bobot kering batang
sebesar 32,47%. Penurunan
pemberian air dari 100 % KL
menjadi 40 % KL juga diikuti
dengan penurunan bobot kering akar
sebesar 54,30% dan bobot kering
batang sebesar 72,05%. Sedangkan
penurunan pemberian air dari 70 %
KL menjadi 40 % KL juga diikuti
dengan penurunan bobot kering akar
hingga 42,51% dan bobot kering
batang hingga 58,61%. Pada
perlakuan klon diperoleh hasil bahwa
klon PS 99 – 1113 dan PS 99 – 1115
menghasilkan bobot kering akar
lebih tinggi. Klon PS 99 – 1109
menghasilkan bobot kering batang
lebih tinggi. Sedangkan klon PS 98 –
1298 dan PS 98 – 1315
menghasilkan bobot kering daun
lebih tinggi bila dibandingkan
dengan klon lainnya.
l. Biomassa tanaman
Berdasarkan Tabel 14 dapat
dijelaskan bahwa penurunan
pemberian air dari 100 % KL
menjadi 70 % KL diikuti dengan
penurunan biomassa tanaman sebesar
25,38%. Penurunan pemberian air
dari 100 % KL menjadi 40 % KL
juga diikuti dengan penurunan
biomassa tanaman sebesar 59,49%.
Sedangkan penurunan pemberian air
dari 70 % KL menjadi 40 % KL juga
diikuti dengan penurunan biomassa
tanaman hingga 45,70%. Pada
perlakuan klon diperoleh hasil bahwa
klon tanaman tebu tidak memberikan
pengaruh nyata pada biomassa
tanaman.
1.2 Komponen toleransi
Toleransi tanaman diukur
berdasarkan tingkat toleransi
tanaman terhadap perlakuan
kapasitas lapang yang diberikan.
Tingkat toleransi ialah tingkat
kemampuan tanaman untuk bisa
berproduksi pada kondisi kapasitas
lapang yang rendah (tercekam
kekeringan) yang diukur berdasarkan
nilai indeks toleransi cekaman.
a. Tinggi tanaman
Berdasarkan hasil penelitian
dapat diketahui bahwa pada variabel
tinggi tanaman hanya terdapat satu
klon yang toleran terhadap tingkat
pemberian air 40% kapasitas lapang,
yaitu PS 98-1232.
Tabel 1. Nilai ITC variabel tinggi
tanaman
Klon Nilai ITC 70% Nilai ITC 40%
PS 98-1131 0.92 0.54
PS 98-1169 0.79 0.39
PS 98-1214 0.75 0.39
PS 98-1232 1.64 1.64
PS 98-1241 0.92 0.55
PS 98-1284 0.49 0.21
PS 98-1298 0.57 0.24
PS 98-1315 0.46 0.31
PS 99-1101 1.00 0.50
PS 99-1109 0.86 0.49
PS 99-1113 0.92 0.41
PS 99-1115 0.78 0.42
PS 99-1119 0.64 0.38
PS 99-1125 0.87 0.45
PS 99-1130 0.79 0.34
PS 99-1132 0.91 0.33
PSCO 902
(kontrol) 1.04 0.69
PS 851
(kontrol) 0.70 0.40
b. Panjang ruas
Berdasarkan hasil penelitian
dapat diketahui bahwa pada variabel
panjang ruas hanya terdapat satu
klon yang toleran terhadap tingkat
pemberian air 40% kapasitas lapang,
yaitu PS 98-1232.
Tabel 2. Nilai ITC variabel panjang
ruas
Klon Nilai ITC 70% Nilai ITC 40%
PS 98-1131 0.77 0.47
PS 98-1169 0.71 0.25
PS 98-1214 0.76 0.27
PS 98-1232 2.68 2.68
PS 98-1241 1.27 0.66
PS 98-1284 0.27 0.03
PS 98-1298 0.53 0.18
PS 98-1315 0.53 0.15
PS 99-1101 1.30 0.40
PS 99-1109 1.35 0.33
PS 99-1113 1.03 0.30
PS 99-1115 0.58 0.13
PS 99-1119 0.43 0.11
PS 99-1125 0.94 0.42
PS 99-1130 0.56 0.23
PS 99-1132 1.28 0.08
PSCO 902
(kontrol) 0.80 0.62
PS 851
(kontrol) 0.78 0.09
c. Luas daun
Berdasarkan hasil penelitian
dapat diketahui bahwa pada variabel
luas daun tidak terdapat klon yang
toleran terhadap tingkat pemberian
air 40% kapasitas lapang.
Tabel 3. Nilai ITC variabel luas daun
Klon Nilai ITC 70% Nilai ITC 40%
PS 98-1131 1.20 0.73
PS 98-1169 1.44 0.92
PS 98-1214 0.68 0.45
PS 98-1232 0.72 0.72
PS 98-1241 0.57 0.40
PS 98-1284 0.60 0.49
PS 98-1298 1.08 0.91
PS 98-1315 0.72 0.52
PS 99-1101 0.99 0.68
PS 99-1109 0.59 0.47
PS 99-1113 0.85 0.50
PS 99-1115 0.85 0.61
PS 99-1119 1.05 0.79
PS 99-1125 0.86 0.50
PS 99-1130 0.61 0.61
PS 99-1132 0.71 0.38
PSCO 902
(kontrol) 0.50 0.46
PS 851
(kontrol) 0.77 0.49
d. Biomassa tanaman
Berdasarkan hasil penelitian
dapat diketahui bahwa pada variabel
biomassa tanaman tidak terdapat
klon yang toleran terhadap tingkat
pemberian air 40% kapasitas lapang.
Tabel 4. Nilai ITC variabel biomassa
tanaman
Klon Nilai ITC 70% Nilai ITC 40%
PS 98-1131 0.78 0.37
PS 98-1169 0.82 0.41
PS 98-1214 0.65 0.35
PS 98-1232 0.61 0.61
PS 98-1241 0.84 0.42
PS 98-1284 0.58 0.38
PS 98-1298 0.77 0.38
PS 98-1315 0.68 0.43
PS 99-1101 0.86 0.39
PS 99-1109 0.79 0.46
PS 99-1113 0.79 0.40
PS 99-1115 0.92 0.45
PS 99-1119 0.69 0.37
PS 99-1125 0.82 0.36
PS 99-1130 0.60 0.41
PS 99-1132 0.63 0.41
PSCO 902
(kontrol) 0.83 0.47
PS 851
(kontrol) 0.76 0.44
2. PEMBAHASAN
2.1 Komponen pertumbuhan
Pertumbuhan ialah proses
bertambah besarnya tanaman yang
diikuti oleh peningkatan bobot
kering. Proses pertumbuhan tanaman
terdiri dari pembelahan sel,
perbesaran sel dan diferensiasi sel
(Darmawan dan Baharsayah, 1982).
Pertumbuhan dan perkembangan
tanaman dipengaruhi oleh faktor
lingkungan biotik dan abiotik
(Ismal, 1979). Faktor lingkungan
yang paling utama ialah tingkat
ketersediaan air karena apabila
tanaman mengalami kekurangan air,
maka aktifitas fisiologis maupun
morfologisnya dapat terganggu
sehingga dapat mengakibatkan
terhentinya proses pertumbuhan.
Penurunan pemberian air 100%
KL menjadi 40% KL diikuti dengan
penurunan tinggi tanaman sebesar
57,09%. Hal tersebut dikarenakan
pemberian air sangat menentukan
dalam proses pemanjangan batang.
Apabila terjadi kekurangan air
selama fase pemanjangan batang,
maka akan mempercepat
pembentukan hasil yang dapat
menyebabkan penurunan rata-rata
pemanjangan batang (Anonymous,
2002). klon PS 98 – 1131, PS 98 –
1232, PS 98 – 1298, dan PS 98 –
1315 menghasilkan tinggi tanaman
lebih tinggi Hal tersebut mungkin
dikarenakan luas daun yang
terbentuk pada masing-masing klon
lebih luas, dimana semakin luas daun
maka semakin tinggi laju fotosintesis
dan fotosintat yang dihasilkan akan
didistribusikan ke semua bagian
tanaman termasuk untuk proses
pemanjangan batang.
Tingkat pemberian air tidak
memberikan pengaruh nyata pada
jumlah batang tanaman tebu. Hal
tersebut mungkin dikarenakan pada
proses pembentukan batang, tingkat
pemberian air memberikan pengaruh
yang lebih sedikit bila dibandingkan
faktor genetik dari masing-masing
klon. Klon PS 99 – 1115 dan PS 99 –
1132 menghasilkan jumlah batang
yang lebih banyak. Hal tersebut
mungkin dikarenakan kedua klon
tersebut mempunyai daya kompetisi
yang tinggi dalam menyerap air dan
unsur hara (Moenandir, 1998).
Daun dan jaringan hijau
lainnya ialah sumber asal hasil
asimilasi (Gardner, et al., 1991).
Hasil penelitian menunjukkan tidak
terdapat interaksi antara tingkat
pemberian air dan klon pada jumlah
daun. Tingkat pemberian air juga
tidak memberikan pengaruh yang
nyata pada jumlah daun segar. Hal
tersebut mungkin disebabkan karena
jumlah air yang tersedia dalam tanah
masih dapat mencukupi kebutuhan
tanaman. Pada peubah jumlah daun
layu, pemberian air 40% kapasitas
lapang menghasilkan jumlah daun
layu lebih banyak. Hal tersebut
dikarenakan tanaman tidak mampu
mengimbangi kehilangan air melalui
proses transpirasi walaupun kadar air
dalam tanah relatif cukup sehingga
tanaman menjadi layu. Klon PS 98 –
1241, PS 99 – 1115, dan PS 99 –
1132 menghasilkan jumlah daun layu
yang lebih banyak. Hal tersebut
disebabkan terjadinya kehilangan air
yang tinggi dan tidak diikuti oleh
masuknya air ke dalam tanaman pada
kecepatan yang sama akan
menyebabkan turgor sel turun.
Turgor daun yang rendah
menyebabkan tanaman menjadi layu
dan stomata menutup (Islami dan
Utomo, 1995). Pada peubah jumlah
daun mengulung, pemberian air dan
klon tanaman tidak memberikan
pengaruh nyata. Hal tersebut
mungkin dikarenakan adanya
pengaruh faktor lain, misalnya suhu
yang tinggi sehingga kecepatan
transpirasi lebih besar daripada
kecepatan absorpsi air oleh akar
tanaman dan akhirnya stomata
menutup untuk mengurangi
transpirasi yang berlebihan dan daun
tanaman menggulung untuk
mengurangi luas permukaan tempat
berlangsungnya transpirasi sehingga
berdampak pada penurunan laju
fotosintesis.
Klon PS 99 – 1130 mempunyai
jumlah stomata lebih banyak bila
dibandingkan dengan klon lainnya.
Hal tersebut dikarenakan faktor
genetik dari masing-masing klon
mempengaruhi jumlah stomata yang
dihasilkan.
Luas daun pada umumnya juga
mempengaruhi laju fotosintesis per
satuan tanaman. Hasil penelitian
menunjukkan tidak terdapatnya
pengaruh nyata akibat perlakuan
pemberian air. Hal tersebut mungkin
disebabkan adanya faktor lain yang
mempengaruhi besarnya nilai luas
daun. Klon PS 98 – 1169
menghasilkan luas daun lebih tinggi.
Hal tersebut mungkin disebabkan
klon PS 98 – 1169 lebih toleran
terhadap cekaman kekurangan air
bila dibandingkan dengan klon
lainnya. Cekaman kekurangan air
dapat mengakibatkan penurunan
dalam pembentukan dan perluasan
daun, serta peningkatan penuaan dan
perontokan daun (Goldsworthy dan
Fisher, 1995).
Akar selain berfungsi sebagai
tegaknya tanaman, juga berfungsi
untuk menyerap air dan unsur hara
dalam tanah. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa penurunan
pemberian air 100% KL menjadi
40% KL diikuti dengan penurunan
BB akar sebesar 52,26% dan BK
akar sebesar 54,30%. Hal tersebut
dikarenakan rendahnya kadar air
tanah akan menurunkan
perpanjangan akar dan diameter akar
(Islami dan Utomo, 1995). Pada
bobot segar dan bobot kering batang,
penurunan pemberian air 100% KL
menjadi 40% KL diikuti dengan
penurunan BB batang sebesar
57,35% dan BK batang sebesar
72,05%. Hal tersebut dikarenakan
pemberian air sangat menentukan
dalam proses pemanjangan batang.
Klon PS 98 – 1232 menghasilkan
bobot segar batang lebih tinggi dan
klon PS 99 – 1109 menghasilkan
bobot kering batang lebih tinggi. Hal
tersebut mungkin disebabkan klon
tersebut memiliki diameter batang
yang lebih besar, kandungan air dan
unsur lainnya pada batang tersebut
lebih banyak sehingga bobot segar
dan bobot keringnya tinggi. Hasil
penelitian menunjukkan terdapatnya
interaksi antara perlakuan pemberian
air dan klon pada bobot segar daun.
Klon PS 98 – 1169 yang diberi
perlakuan 100% kapasitas lapang
menghasilkan bobot segar daun lebih
tinggi. Hal tersebut dikarenakan klon
tersebut mempunyai luas daun yang
luas sehingga bobot segar daun yang
dihasilkan juga tinggi. Tingkat
pemberian air 40% kapasitas lapang
meghasilkan bobot kering daun lebih
rendah. Hal tersebut dikarenakan
cekaman kekurangan air pada saat
pertumbuhan vegetatif
mempengaruhi ukuran dan intensitas
daun (Haryati, 2003). Klon PS 98 –
1298 dan PS 98 – 1315
menghasilkan bobot kering daun
lebih tinggi. Hal tersebut disebabkan
klon tersebut mempunyai luas daun
yang luas sehingga bobot kering
daun yang dihasilkan juga tinggi.
Biomassa tanaman ialah
akumulasi hasil fotosintesis selama
pertumbuhan yang diperoleh dari
keseluruhan bagian-bagian tanaman.
Hasil penelitian menunjukkan
penurunan pemberian air 100% KL
menjadi 40% KL diikuti dengan
penurunan biomassa tanaman sebesar
59,49%. Hal tersebut dikarenakan
kurangnya air telah mempengaruhi
semua aspek pertumbuhan tanaman,
yaitu proses biokimiawi dan
fisiologis dalam sel tanaman (
Sugiharto, et al, 2002). Hal tersebut
juga dikarenakan tingkat pemberian
air 40% menghasilkan luas daun
yang sempit dan jumlah daun yang
sedikit karena semakin sedikit
jumlah daun yang dihasilkan, maka
semakin sedikit fotosintat yang
dihasilkan sehingga semakin sedikit
pula biomassa yang dihasilkan.
Secara umum bahwa klon PS
98 – 1131, PS 98 – 1232, PS 99 –
1115, dan PS 99 – 1132 ialah
beberapa klon yang sedikit toleran
terhadap pemberian air pada
berbagai kapasitas lapang.
2.2 Komponen toleransi
Hasil penghitungan nilai ITC
70% dan 40% kapasitas lapang
menunjukkan bahwa variabel
biomassa tanaman ialah variabel
yang paling peka pada kondisi 70%
dan 40% kapasitas lapang karena
tidak ada klon yang toleran terhadap
kondisi tersebut. Hal tersebut
disebabkan karena besarnya nilai
biomassa yang dihasilkan oleh suatu
tanaman sangat dipengaruhi oleh
ketersediaan air yang ada. Sedangkan
variabel panjang ruas ialah variabel
yang toleran terhadap kondisi 70%
dan 40% kapasitas lapang. Hal
tersebut mungkin dikarenakan
jumlah ruas juga dipengaruhi oleh
genetik dari masing-masing klon
yang diuji. Berdasarkan nilai ITC
masing-masing variabel, PS 98 –
1232 ialah klon yang toleran
terhadap kondisi 40% kapasitas
lapang.
KESIMPULAN
• Terdapat perbedaan pengaruh
negatif dari berbagai cekaman
kekurangan air pada pertumbuhan
vegetatif 18 klon tanaman tebu
(Pada umur 84 hst, hambatan pada
tinggi tanaman sebesar 57,09%,
diameter batang sebesar 31,05%,
jumlah ruas sebesar 43,04%, bobot
kering akar sebesar 54,30%, bobot
kering batang sebesar 72,05%, dan
biomassa tanaman sebesar
59,49%).
• Terdapat klon tanaman tebu yang
toleran terhadap cekaman
kekurangan air (PS 98 – 1232).
SARAN
Untuk penelitian cekaman
kekurangan air lebih lanjut pada
kondisi lahan 40% kapasitas lapang
disarankan menggunakan klon PS 98
– 1232.
DAFTAR PUSTAKA
Ali Hanafiah, K. 2005. Dasar-dasar
ilmu tanah. PT Raja Grafindo
Persada. pp. 114
Darmawan, J dan Y.Baharsyah.
1982. Fisiologi tanaman
perkebunan. IPB. Bogor. pp. 40
Effendi, H. 2002. Budidaya atau
bercocok tanam tebu. Balai
Diklat Agribisnis Tanaman
Pangan dan Tanaman Obat.
Lawang. pp. 1
Gardner, F.P., R. B. Pearce dan R. L.
Mitchell. 1991. Fisiologi
tanaman budidaya. Universitas
Indonesia Press. Jakarta. pp. 98.
Goldsworthy, P.R. dan N.M.Fisher.
1992. Fisiologi tanaman
budidaya tropik. Diterjemahkan
oleh Tohari. Gadjah Mada
University Press. 874 Hal. Hale,
M.G. dan D.M. Orcutt. 1987. The
Physiology of Plant Under Stress.
Departement of Plant Phatology,
Physiology and Weed Science. A
Willey-Interscience Publication
Jhon Wiley & Sons. New York.
Hakim, L. 2002. Strategi
perencanaan dan pengelolaan
lahan kering secara berkelanjutan
di Kalimantan. Institut Pertanian
Bogor. Online :
http://geocities.com/kmit_fpuns/.
Diakses Tanggal 8 Februari 2008
Haryati. 2003. Pengaruh cekaman air
terhadap pertumbuhan dan hasil
tanaman. program studi hasil
pertanian. Fakultas Pertanian.
Universitas Sumatera Utara.
Medan. Online : http://www.
library.usu.ac.id/. Diakses
Tanggal 17 Juni 2007
Islami, T. dan W.H. Utomo. 1995.
Hubungan tanah, air dan
tanaman. IKIP Semarang Press.
Semarang. pp. 26
Ismal, G. 1979. Ekologi tumbuh-
tumbuhan dan tanaman
pertanian. UNAND. Padang. pp.
54
Moenandir, J. 1988. Persaingan
tanaman budidaya dengan gulma.
Rajawali Pers. Jakarta. p. 21-30.
Notohadiprawiro, T. 2006. Pertanian
lahan kering di Indonesia :
potensi, prospek, kendala dan
pengembangannya. Fakultas
Pertanian. Universitas Gadjah
Mada. Online :
http://soil.faperta.ugm.ac.id/tj/19
81/1989%20pert%20l.pdf.
Diakses Tanggal 8 Februari 2008
Sugiharto, B., U. Murdiyatmo, dan
H. Sakakibara. 2002. Kloning
dan karaterisasi gen ketahanan
cekaman kekeringan pada
tanaman tebu. Online :
www.unej.ac.id/fakultas/mipa/vo
l3,no1/bambang3.pdf. Diakses
Tanggal 27 Juni 2007
.