jurnal

15
PENGARUH CEKAMAN KEKURANGAN AIR PADA PERTUMBUHAN VEGETATIF 18 KLON TANAMAN TEBU (Saccharum officinarum L.) Vindas Sari*), Moch. Dewani**), Sardjono Soekartomo**), dan Sri Winarsih***) Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya ABSTRACT The objective of this research were to study the effect of deficit grasp water on vegetative growth of 18 sugarcane clones and to find out sugarcane clone which tolerance to deficit water condition. The research was conducted at hardening Indonesia Sugar Research Institute (ISRI) Pasuruan on August until November 2007. This research was arranged as Split Plot Design with 3 replications. The main plot was field capacity consisted of 3 levels, namely the (A) 100% field capacity, (B) 70% field capacity, and (C) 40% field capacity. The sub plot was 18 sugarcane clones, consisted of 16 clones and 2 clones as control. The data was analyzed by using analysis of variant (F test) at 5% level then continuous with least significant different (LSD ) test at 5% level. The result showed that at the 40% field capacity the resistance is higher than that of 70% field capacity. There is one clone having a better tolerance to 40% field capacity condition is PS 98-1232. Key Words: Deficit grasps water, Field capacity, Sugarcane clone ABSTRAK Tujuan penelitian ini ialah untuk mempelajari pengaruh dari cekaman kekurangan air pada pertumbuhan vegetatif 18 klon tanaman tebu dan untuk mendapatkan klon tanaman tebu yang toleran terhadap kondisi kekurangan air. Penelitian dilaksanakan di hardening Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI) Pasuruan pada bulan Agustus – November 2007. Penelitian ini menggunakan Rancangan Petak Terbagi (RPT) yang diulang sebanyak 3 kali. Tingkat kapasitas lapang ditempatkan sebagai petak utama yang terdiri dari 3 level, yaitu (A) 100% kapasitas lapang, (B) 70% kapasitas lapang, dan (C) 40% kapasitas lapang. 18 klon tanaman tebu ditempatkan sebagai anak petak yang terdiri dari 16 klon yang diuji dan 2 klon sebagai kontrol. Data pengamatan yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis ragam uji F pada taraf nyata 5% kemudian dilakukan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf = 0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 40% kapasitas lapang memberikan hambatan lebih tinggi bila dibandingkan dengan 70% kapasitas lapang. Terdapat satu klon yang lebih toleran terhadap kondisi 40% kapasitas lapang, yaitu PS 98- 1232. Kata Kunci : Cekaman kekurangan air, Kapasitas lapang, Klon tanaman tebu *) Alumni Jur. BP. FP. Unibraw, Malang **) Staf Pengajar Jur. BP. FP. Unibraw, Malang. ***)Staf Peneliti di P3GI Pasuruan

Upload: hollow46

Post on 07-Dec-2014

91 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: JURNAL

PENGARUH CEKAMAN KEKURANGAN AIR PADA

PERTUMBUHAN VEGETATIF 18 KLON TANAMAN TEBU

(Saccharum officinarum L.)

Vindas Sari*), Moch. Dewani**), Sardjono Soekartomo**), dan Sri Winarsih***)

Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya

ABSTRACT

The objective of this research were to study the effect of deficit grasp

water on vegetative growth of 18 sugarcane clones and to find out sugarcane

clone which tolerance to deficit water condition. The research was conducted at

hardening Indonesia Sugar Research Institute (ISRI) Pasuruan on August until

November 2007. This research was arranged as Split Plot Design with 3

replications. The main plot was field capacity consisted of 3 levels, namely the (A)

100% field capacity, (B) 70% field capacity, and (C) 40% field capacity. The sub

plot was 18 sugarcane clones, consisted of 16 clones and 2 clones as control. The

data was analyzed by using analysis of variant (F test) at 5% level then

continuous with least significant different (LSD ) test at 5% level.

The result showed that at the 40% field capacity the resistance is higher

than that of 70% field capacity. There is one clone having a better tolerance to

40% field capacity condition is PS 98-1232.

Key Words: Deficit grasps water, Field capacity, Sugarcane clone

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini ialah untuk mempelajari pengaruh dari cekaman

kekurangan air pada pertumbuhan vegetatif 18 klon tanaman tebu dan untuk

mendapatkan klon tanaman tebu yang toleran terhadap kondisi kekurangan air.

Penelitian dilaksanakan di hardening Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia

(P3GI) Pasuruan pada bulan Agustus – November 2007. Penelitian ini

menggunakan Rancangan Petak Terbagi (RPT) yang diulang sebanyak 3 kali.

Tingkat kapasitas lapang ditempatkan sebagai petak utama yang terdiri dari 3

level, yaitu (A) 100% kapasitas lapang, (B) 70% kapasitas lapang, dan (C) 40%

kapasitas lapang. 18 klon tanaman tebu ditempatkan sebagai anak petak yang

terdiri dari 16 klon yang diuji dan 2 klon sebagai kontrol. Data pengamatan yang

diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis ragam uji F pada taraf nyata

5% kemudian dilakukan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf � = 0,05.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 40% kapasitas lapang memberikan

hambatan lebih tinggi bila dibandingkan dengan 70% kapasitas lapang. Terdapat

satu klon yang lebih toleran terhadap kondisi 40% kapasitas lapang, yaitu PS 98-

1232.

Kata Kunci : Cekaman kekurangan air, Kapasitas lapang, Klon tanaman tebu *) Alumni Jur. BP. FP. Unibraw, Malang

**) Staf Pengajar Jur. BP. FP. Unibraw, Malang.

***)Staf Peneliti di P3GI Pasuruan

Page 2: JURNAL

PENDAHULUAN

Tanaman tebu (Saccharum

officinarum L.) ialah golongan

rumput-rumputan yang mulai dari

pangkal sampai ujung batangnya

mengandung air gula dengan kadar

mencapai 20%.

Industri gula nasional dewasa

ini menghadapi permasalahan yang

serius akibat menurunnya produksi

gula nasional hanya 1,7 juta t/ tahun

sementara kebutuhan mencapai 3

juta t/ tahun. Permasalahan yang

dihadapi Indonesia dalam sektor

pergulaan dewasa ini salah satunya

ialah produktivitas lahan yang

rendah, sementara kebutuhan akan

gula untuk kebutuhan domestik

semakin meningkat. Kebutuhan akan

gula dalam negeri selalu meningkat

seiring dengan pertambahan jumlah

penduduk dan gizi masyarakat.

Faktor penyebab rendahnya

produktivitas lahan ialah bergesernya

lokasi penanaman tebu ke lahan-

lahan non-produktif, lahan marjinal,

maupun lahan kering (Effendi,

2002). Salah satu upaya yang perlu

dilakukan untuk mengatasi

permasalahan gula nasional ialah

pemakaian varietas unggul untuk

lahan kering yang harus diikuti oleh

mutu, jumlah, dan ketersediaan bibit

yang tepat.

Lahan kering ialah lahan

pertanaman yang diusahakan tanpa

adanya penggenangan air karena

jumlah curah hujannya tidak

mencukupi kebutuhan optimal untuk

pertumbuhan tanaman

(Notohadiprawiro, 2006). Lahan

kering di Indonesia memiliki luas

sekitar 116,91 juta (Hakim, 2002).

Dalam fisiologi tanaman, air

merupakan faktor utama yang sangat

penting. Kramer dalam Ismal (1979)

menjelaskan tentang betapa

pentingnya air bagi tumbuh-

tumbuhan; yakni air merupakan

bagian dari protoplasma (85-90%

dari berat keseluruhan bagian hijau

tumbuh-tumbuhan adalah air.

Selanjutnya dikatakan bahwa air

merupakan pelarut dari garam-

garam, gas-gas dan material-material

yang bergerak kedalam tumbuh-

tumbuhan, melalui dinding sel dan

jaringan esensial untuk menjamin

Page 3: JURNAL

adanya turgiditas, pertumbuhan sel,

stabilitas bentuk daun, proses

membuka dan menutupnya stomata,

kelangsungan gerak struktur tumbuh-

tumbuhan. Kekurangan air akan

mengganggu aktifitas fisiologis

maupun morfologis, sehingga

mengakibatkan terhentinya

pertumbuhan. Defisiensi air yang

terus-menerus akan menyebabkan

perubahan irreversibel (tidak dapat

balik) dan pada gilirannya tanaman

akan mati (Haryati, 2003).

Kapasitas lapang ialah kondisi

dimana tebal lapisan air dalam pori-

pori tanah mulai menipis sehingga

tegangan antara air – udara

meningkat hingga lebih besar dari

gaya gravitasi, air gravitasi habis dan

air tersedia bagi tanaman dalam

keadaan optimum (Ali Hanafiah,

2005). Yen Huchang (1971)

menerangkan bahwa pada tanaman

tebu menunjukkan tidak adanya

pengaruh yang jelek akibat adanya

penekanan kadar air terhadap proses

fotosintesis selama belum mencapai

kurang dari 40%. Dengan demikian,

dapat diketahui bahwa kadar air 40%

kapasitas lapang ialah batas minimal

dari pemberian air pada tanaman

tebu. Kadar air 40% juga

menggambarkan bahwa lahan benar-

benar kering. Perlakuan pemberian

air 70% kapasitas lapang

menggambarkan bahwa lahan kering

tetapi masih ada airnya. Oleh karena

itu, penelitian ini dilakukan untuk

mendapatkan varietas yang

mempunyai ketahanan terhadap

kekeringan agar dapat

mempertahankan produksi tebu yang

optimal.

BAHAN DAN METODE

Penelitian dilaksanakan di

hardening Pusat Penelitian

Perkebunan Gula Indonesia (P3GI)

Pasuruan mulai bulan Agustus

sampai dengan November 2007.

Alat yang digunakan dalam

penelitian ini ialah leaf area meter,

timbangan, mikroskop binokuler,

pisau, gunting, gembor, gelas ukur,

jangka sorong, penggaris, corong,

dan oven.

Bahan-bahan yang digunakan

dalam penelitian ini ialah 18 klon

tanaman tebu, media tanah tarapan

Page 4: JURNAL

(campuran antara jenis tanah entisol

dengan pasir), Kutex, pupuk SP-36,

pupuk ZA, polibag, ajir, paralon, tray

plastik, spidol, preparat, tali rafia,

kertas label, dan kantong kertas

semen.

Penelitian ini disusun dengan

menggunakan Rancangan Petak

Terbagi (RPT) dengan dua faktor

yang diulang tiga kali. Faktor utama

yang merupakan petak utama ialah

volume pemberian air, yang terdiri

atas 3 level, yaitu : (A) 100%

kapasitas lapang, (B) 70% kapasitas

lapang, dan (C) 40% kapasitas

lapang. Faktor kedua yang

merupakan anak petak ialah 18 klon,

terdiri dari 16 klon yang diuji (PS

98-1131, PS 98-1169, PS 98-1214,

PS 98-1232, PS 98-1241, PS 98-

1284, PS 98-1298, PS 98-1315, PS

99-1101, PS 99-1109, PS 99-1113,

PS 99-1115, PS 99-1119, PS 99-

1125, PS 99-1130, and PS 99-1132)

dan 2 klon sebagai kontrol (PSCO

902 dan PS 851).

Setiap perlakuan diulang 3 kali

dan setiap petak percobaan berisi 2

polibag sehingga jumlah total

polibag 18 x 3 x 3 x 2 = 324 polibag.

Untuk sampel pengamatan hanya

digunakan satu polibag setiap klon.

Variabel pengamatan terdiri

atas variabel non destruktif dan

variabel destruktif.

� Variabel pengamatan non

destruktif meliputi : tinggi

tanaman, jumlah batang dalam

satu rumpun, diameter batang,

jumlah daun segar, jumlah daun

layu, jumlah daun menggulung,

jumlah stomata, dan jumlah ruas.

� Variabel pengamatan desdruktif

meliputi : luas daun, bobot basah

dan bobot kering (akar, batang

dan daun), serta biomassa

tanaman.

Data yang diperoleh diuji

dengan analisis ragam atau uji – F

dengan taraf nyata (p = 0,05) dan

untuk mengetahui perbedaan antar

perlakuan dilakukan dengan uji BNT

pada taraf nyata (� = 0,05).

Fernandez (1992) menjelaskan

bahwa toleransi tanaman terhadap

cekaman air ditentukan berdasarkan

Indeks Toleransi (IT).

Page 5: JURNAL

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. HASIL

1.1. Komponen pertumbuhan

a. Tinggi tanaman

Berdasarkan hasil penelitian

dapat dijelaskan bahwa pada umur

84 hst, penurunan pemberian air dari

100 % KL menjadi 70 % KL diikuti

dengan penurunan tinggi tanaman

sebesar 17,59%. Penurunan

pemberian air dari 100 % KL

menjadi 40 % KL juga diikuti

dengan penurunan tinggi tanaman

sebesar 57,09%. Sedangkan

penurunan pemberian air dari 70 %

KL menjadi 40 % KL juga diikuti

dengan penurunan tinggi tanaman

hingga 47,94%. Pada perlakuan klon

diperoleh hasil bahwa PS 98 – 1131

dan PS 98 – 1232 menghasilkan

tinggi tanaman lebih tinggi bila

dibandingkan dengan klon lainnya.

b. Jumlah batang dalam satu

rumpun

Berdasarkan hasil penelitian

dapat dijelaskan bahwa pemberian

air 100%, 70%, dan 40% kapasitas

lapang tidak memberikan pengaruh

nyata pada jumlah batang dalam satu

rumpun. Pada perlakuan klon

diperoleh hasil bahwa klon PS 99 -

1132 menghasilkan jumlah batang

dalam satu rumpun lebih banyak bila

dibandingkan dengan klon lainnya.

c. Diameter batang

Berdasarkan hasil penelitian

dapat dijelaskan bahwa pada umur

56 hst, penurunan pemberian air dari

100 % KL menjadi 70 % KL diikuti

dengan penurunan diameter batang

sebesar 7,37%. Penurunan pemberian

air dari 100 % KL menjadi 40 % KL

juga diikuti dengan penurunan

diameter batang sebesar 31,05%.

Sedangkan penurunan pemberian air

dari 70 % KL menjadi 40 % KL juga

diikuti dengan penurunan diameter

batang hingga 25,57%. Pada

perlakuan klon diperoleh hasil bahwa

PS 98 – 1232 menghasilkan diameter

batang lebih besar bila dibandingkan

dengan klon lainnya.

d. Jumlah daun segar

Berdasarkan hasil penelitian

dapat dijelaskan bahwa pemberian

air 100%, 70%, dan 40% kapasitas

Page 6: JURNAL

lapang tidak memberikan pengaruh

nyata pada jumlah daun segar

tanaman tebu. Pada perlakuan klon

diperoleh hasil bahwa 1132

menghasilkan jumlah daun segar

lebih banyak bila dibandingkan

dengan klon lainnya.

e. Jumlah daun layu

Berdasarkan hasil penelitian

dapat dijelaskan bahwa pemberian

air 100%, 70%, dan 40% kapasitas

lapang tidak memberikan pengaruh

nyata pada jumlah daun layu

tanaman tebu. Pada perlakuan klon

diperoleh hasil bahwa PS 99 – 1115

menghasilkan jumlah daun layu lebih

banyak bila dibandingkan dengan

klon lainnya.

f. Jumlah daun menggulung

Berdasarkan hasil penelitian

perlakuan pemberian air dan klon

juga tidak memberikan pengaruh

nyata pada jumlah daun menggulung

g. Jumlah stomata

Berdasarkan hasil penelitian

dapat dijelaskan bahwa pemberian

air 100%, 70%, dan 40% kapasitas

lapang tidak memberikan pengaruh

yang nyata pada jumlah stomata

tanaman tebu. Pada perlakuan klon

diperoleh hasil bahwa klon PS 99 –

1130 menghasilkan jumlah stomata

lebih banyak pada umur 28 dan 56

hst. Sedangkan pada umur 84 hst,

perlakuan klon tidak memberikan

pengaruh nyata pada jumlah stomata.

h. Jumlah ruas

Berdasarkan hasil penelitian

dapat dijelaskan bahwa penurunan

pemberian air dari 100 % KL

menjadi 40 % KL juga diikuti

dengan penurunan jumlah ruas

sebesar 43,04%. Sedangkan

penurunan pemberian air dari 70 %

KL menjadi 40 % KL juga diikuti

dengan penurunan jumlah ruas

hingga 43,64%. Pada perlakuan klon

diperoleh hasil bahwa klon tanaman

tebu tidak memberikan pengaruh

nyata pada jumlah ruas tanaman

tebu.

i. Luas daun

Berdasarkan hasil penelitian

dapat dijelaskan bahwa pemberian

air tidak memberikan pengaruh nyata

Page 7: JURNAL

pada luas daun tanaman tebu. Pada

perlakuan klon diperoleh hasil bahwa

klon PS 98 – 1169 menghasilkan

luas daun lebih tinggi,

j. Bobot segar akar, batang dan

daun

Perlakuan pemberian air dan

klon tanaman tebu menunjukkan

adanya interaksi hanya pada bobot

segar daun tanaman tebu.

Berdasarkan hasil penelitian dapat

dijelaskan bahwa pemberian air

100%, 70%, dan 40% kapasitas

lapang tidak memberikan pengaruh

nyata pada bobot segar akar, batang

dan daun tanaman tebu. Pada

perlakuan klon diperoleh hasil bahwa

klon PS 98 – 1131 menghasilkan

bobot segar akar lebih tinggi. Klon

PS 98 – 1232 menghasilkan bobot

segar batang lebih tinggi. Sedangkan

klon PS 98 – 1169, PS 98 – 1284,

dan PS 99 – 1119 menghasilkan

bobot segar daun lebih tinggi.

Berdasarkan hasil penelitian dapat

dijelaskan bahwa klon PS 98 – 1169

yang diberi perlakuan pemberian air

100% kapasitas lapang menghasilkan

bobot segar daun lebih tinggi dan PS

99 – 1119 yang diberi perlakuan

pemberian air 40% kapasitas lapang

menghasilkan bobot segar daun lebih

rendah.

k. Bobot kering akar, batang dan

daun

Berdasarkan hasil penelitian

dapat dijelaskan bahwa penurunan

pemberian air dari 100 % KL

menjadi 70 % KL diikuti dengan

penurunan bobot kering akar sebesar

20,51% dan bobot kering batang

sebesar 32,47%. Penurunan

pemberian air dari 100 % KL

menjadi 40 % KL juga diikuti

dengan penurunan bobot kering akar

sebesar 54,30% dan bobot kering

batang sebesar 72,05%. Sedangkan

penurunan pemberian air dari 70 %

KL menjadi 40 % KL juga diikuti

dengan penurunan bobot kering akar

hingga 42,51% dan bobot kering

batang hingga 58,61%. Pada

perlakuan klon diperoleh hasil bahwa

klon PS 99 – 1113 dan PS 99 – 1115

menghasilkan bobot kering akar

lebih tinggi. Klon PS 99 – 1109

menghasilkan bobot kering batang

lebih tinggi. Sedangkan klon PS 98 –

Page 8: JURNAL

1298 dan PS 98 – 1315

menghasilkan bobot kering daun

lebih tinggi bila dibandingkan

dengan klon lainnya.

l. Biomassa tanaman

Berdasarkan Tabel 14 dapat

dijelaskan bahwa penurunan

pemberian air dari 100 % KL

menjadi 70 % KL diikuti dengan

penurunan biomassa tanaman sebesar

25,38%. Penurunan pemberian air

dari 100 % KL menjadi 40 % KL

juga diikuti dengan penurunan

biomassa tanaman sebesar 59,49%.

Sedangkan penurunan pemberian air

dari 70 % KL menjadi 40 % KL juga

diikuti dengan penurunan biomassa

tanaman hingga 45,70%. Pada

perlakuan klon diperoleh hasil bahwa

klon tanaman tebu tidak memberikan

pengaruh nyata pada biomassa

tanaman.

1.2 Komponen toleransi

Toleransi tanaman diukur

berdasarkan tingkat toleransi

tanaman terhadap perlakuan

kapasitas lapang yang diberikan.

Tingkat toleransi ialah tingkat

kemampuan tanaman untuk bisa

berproduksi pada kondisi kapasitas

lapang yang rendah (tercekam

kekeringan) yang diukur berdasarkan

nilai indeks toleransi cekaman.

a. Tinggi tanaman

Berdasarkan hasil penelitian

dapat diketahui bahwa pada variabel

tinggi tanaman hanya terdapat satu

klon yang toleran terhadap tingkat

pemberian air 40% kapasitas lapang,

yaitu PS 98-1232.

Tabel 1. Nilai ITC variabel tinggi

tanaman

Klon Nilai ITC 70% Nilai ITC 40%

PS 98-1131 0.92 0.54

PS 98-1169 0.79 0.39

PS 98-1214 0.75 0.39

PS 98-1232 1.64 1.64

PS 98-1241 0.92 0.55

PS 98-1284 0.49 0.21

PS 98-1298 0.57 0.24

PS 98-1315 0.46 0.31

PS 99-1101 1.00 0.50

PS 99-1109 0.86 0.49

PS 99-1113 0.92 0.41

PS 99-1115 0.78 0.42

PS 99-1119 0.64 0.38

PS 99-1125 0.87 0.45

PS 99-1130 0.79 0.34

PS 99-1132 0.91 0.33

PSCO 902

(kontrol) 1.04 0.69

PS 851

(kontrol) 0.70 0.40

Page 9: JURNAL

b. Panjang ruas

Berdasarkan hasil penelitian

dapat diketahui bahwa pada variabel

panjang ruas hanya terdapat satu

klon yang toleran terhadap tingkat

pemberian air 40% kapasitas lapang,

yaitu PS 98-1232.

Tabel 2. Nilai ITC variabel panjang

ruas

Klon Nilai ITC 70% Nilai ITC 40%

PS 98-1131 0.77 0.47

PS 98-1169 0.71 0.25

PS 98-1214 0.76 0.27

PS 98-1232 2.68 2.68

PS 98-1241 1.27 0.66

PS 98-1284 0.27 0.03

PS 98-1298 0.53 0.18

PS 98-1315 0.53 0.15

PS 99-1101 1.30 0.40

PS 99-1109 1.35 0.33

PS 99-1113 1.03 0.30

PS 99-1115 0.58 0.13

PS 99-1119 0.43 0.11

PS 99-1125 0.94 0.42

PS 99-1130 0.56 0.23

PS 99-1132 1.28 0.08

PSCO 902

(kontrol) 0.80 0.62

PS 851

(kontrol) 0.78 0.09

c. Luas daun

Berdasarkan hasil penelitian

dapat diketahui bahwa pada variabel

luas daun tidak terdapat klon yang

toleran terhadap tingkat pemberian

air 40% kapasitas lapang.

Tabel 3. Nilai ITC variabel luas daun

Klon Nilai ITC 70% Nilai ITC 40%

PS 98-1131 1.20 0.73

PS 98-1169 1.44 0.92

PS 98-1214 0.68 0.45

PS 98-1232 0.72 0.72

PS 98-1241 0.57 0.40

PS 98-1284 0.60 0.49

PS 98-1298 1.08 0.91

PS 98-1315 0.72 0.52

PS 99-1101 0.99 0.68

PS 99-1109 0.59 0.47

PS 99-1113 0.85 0.50

PS 99-1115 0.85 0.61

PS 99-1119 1.05 0.79

PS 99-1125 0.86 0.50

PS 99-1130 0.61 0.61

PS 99-1132 0.71 0.38

PSCO 902

(kontrol) 0.50 0.46

PS 851

(kontrol) 0.77 0.49

d. Biomassa tanaman

Berdasarkan hasil penelitian

dapat diketahui bahwa pada variabel

biomassa tanaman tidak terdapat

klon yang toleran terhadap tingkat

pemberian air 40% kapasitas lapang.

Page 10: JURNAL

Tabel 4. Nilai ITC variabel biomassa

tanaman

Klon Nilai ITC 70% Nilai ITC 40%

PS 98-1131 0.78 0.37

PS 98-1169 0.82 0.41

PS 98-1214 0.65 0.35

PS 98-1232 0.61 0.61

PS 98-1241 0.84 0.42

PS 98-1284 0.58 0.38

PS 98-1298 0.77 0.38

PS 98-1315 0.68 0.43

PS 99-1101 0.86 0.39

PS 99-1109 0.79 0.46

PS 99-1113 0.79 0.40

PS 99-1115 0.92 0.45

PS 99-1119 0.69 0.37

PS 99-1125 0.82 0.36

PS 99-1130 0.60 0.41

PS 99-1132 0.63 0.41

PSCO 902

(kontrol) 0.83 0.47

PS 851

(kontrol) 0.76 0.44

2. PEMBAHASAN

2.1 Komponen pertumbuhan

Pertumbuhan ialah proses

bertambah besarnya tanaman yang

diikuti oleh peningkatan bobot

kering. Proses pertumbuhan tanaman

terdiri dari pembelahan sel,

perbesaran sel dan diferensiasi sel

(Darmawan dan Baharsayah, 1982).

Pertumbuhan dan perkembangan

tanaman dipengaruhi oleh faktor

lingkungan biotik dan abiotik

(Ismal, 1979). Faktor lingkungan

yang paling utama ialah tingkat

ketersediaan air karena apabila

tanaman mengalami kekurangan air,

maka aktifitas fisiologis maupun

morfologisnya dapat terganggu

sehingga dapat mengakibatkan

terhentinya proses pertumbuhan.

Penurunan pemberian air 100%

KL menjadi 40% KL diikuti dengan

penurunan tinggi tanaman sebesar

57,09%. Hal tersebut dikarenakan

pemberian air sangat menentukan

dalam proses pemanjangan batang.

Apabila terjadi kekurangan air

selama fase pemanjangan batang,

maka akan mempercepat

pembentukan hasil yang dapat

menyebabkan penurunan rata-rata

pemanjangan batang (Anonymous,

2002). klon PS 98 – 1131, PS 98 –

1232, PS 98 – 1298, dan PS 98 –

1315 menghasilkan tinggi tanaman

lebih tinggi Hal tersebut mungkin

dikarenakan luas daun yang

terbentuk pada masing-masing klon

lebih luas, dimana semakin luas daun

maka semakin tinggi laju fotosintesis

dan fotosintat yang dihasilkan akan

didistribusikan ke semua bagian

Page 11: JURNAL

tanaman termasuk untuk proses

pemanjangan batang.

Tingkat pemberian air tidak

memberikan pengaruh nyata pada

jumlah batang tanaman tebu. Hal

tersebut mungkin dikarenakan pada

proses pembentukan batang, tingkat

pemberian air memberikan pengaruh

yang lebih sedikit bila dibandingkan

faktor genetik dari masing-masing

klon. Klon PS 99 – 1115 dan PS 99 –

1132 menghasilkan jumlah batang

yang lebih banyak. Hal tersebut

mungkin dikarenakan kedua klon

tersebut mempunyai daya kompetisi

yang tinggi dalam menyerap air dan

unsur hara (Moenandir, 1998).

Daun dan jaringan hijau

lainnya ialah sumber asal hasil

asimilasi (Gardner, et al., 1991).

Hasil penelitian menunjukkan tidak

terdapat interaksi antara tingkat

pemberian air dan klon pada jumlah

daun. Tingkat pemberian air juga

tidak memberikan pengaruh yang

nyata pada jumlah daun segar. Hal

tersebut mungkin disebabkan karena

jumlah air yang tersedia dalam tanah

masih dapat mencukupi kebutuhan

tanaman. Pada peubah jumlah daun

layu, pemberian air 40% kapasitas

lapang menghasilkan jumlah daun

layu lebih banyak. Hal tersebut

dikarenakan tanaman tidak mampu

mengimbangi kehilangan air melalui

proses transpirasi walaupun kadar air

dalam tanah relatif cukup sehingga

tanaman menjadi layu. Klon PS 98 –

1241, PS 99 – 1115, dan PS 99 –

1132 menghasilkan jumlah daun layu

yang lebih banyak. Hal tersebut

disebabkan terjadinya kehilangan air

yang tinggi dan tidak diikuti oleh

masuknya air ke dalam tanaman pada

kecepatan yang sama akan

menyebabkan turgor sel turun.

Turgor daun yang rendah

menyebabkan tanaman menjadi layu

dan stomata menutup (Islami dan

Utomo, 1995). Pada peubah jumlah

daun mengulung, pemberian air dan

klon tanaman tidak memberikan

pengaruh nyata. Hal tersebut

mungkin dikarenakan adanya

pengaruh faktor lain, misalnya suhu

yang tinggi sehingga kecepatan

transpirasi lebih besar daripada

kecepatan absorpsi air oleh akar

tanaman dan akhirnya stomata

menutup untuk mengurangi

Page 12: JURNAL

transpirasi yang berlebihan dan daun

tanaman menggulung untuk

mengurangi luas permukaan tempat

berlangsungnya transpirasi sehingga

berdampak pada penurunan laju

fotosintesis.

Klon PS 99 – 1130 mempunyai

jumlah stomata lebih banyak bila

dibandingkan dengan klon lainnya.

Hal tersebut dikarenakan faktor

genetik dari masing-masing klon

mempengaruhi jumlah stomata yang

dihasilkan.

Luas daun pada umumnya juga

mempengaruhi laju fotosintesis per

satuan tanaman. Hasil penelitian

menunjukkan tidak terdapatnya

pengaruh nyata akibat perlakuan

pemberian air. Hal tersebut mungkin

disebabkan adanya faktor lain yang

mempengaruhi besarnya nilai luas

daun. Klon PS 98 – 1169

menghasilkan luas daun lebih tinggi.

Hal tersebut mungkin disebabkan

klon PS 98 – 1169 lebih toleran

terhadap cekaman kekurangan air

bila dibandingkan dengan klon

lainnya. Cekaman kekurangan air

dapat mengakibatkan penurunan

dalam pembentukan dan perluasan

daun, serta peningkatan penuaan dan

perontokan daun (Goldsworthy dan

Fisher, 1995).

Akar selain berfungsi sebagai

tegaknya tanaman, juga berfungsi

untuk menyerap air dan unsur hara

dalam tanah. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa penurunan

pemberian air 100% KL menjadi

40% KL diikuti dengan penurunan

BB akar sebesar 52,26% dan BK

akar sebesar 54,30%. Hal tersebut

dikarenakan rendahnya kadar air

tanah akan menurunkan

perpanjangan akar dan diameter akar

(Islami dan Utomo, 1995). Pada

bobot segar dan bobot kering batang,

penurunan pemberian air 100% KL

menjadi 40% KL diikuti dengan

penurunan BB batang sebesar

57,35% dan BK batang sebesar

72,05%. Hal tersebut dikarenakan

pemberian air sangat menentukan

dalam proses pemanjangan batang.

Klon PS 98 – 1232 menghasilkan

bobot segar batang lebih tinggi dan

klon PS 99 – 1109 menghasilkan

bobot kering batang lebih tinggi. Hal

tersebut mungkin disebabkan klon

tersebut memiliki diameter batang

Page 13: JURNAL

yang lebih besar, kandungan air dan

unsur lainnya pada batang tersebut

lebih banyak sehingga bobot segar

dan bobot keringnya tinggi. Hasil

penelitian menunjukkan terdapatnya

interaksi antara perlakuan pemberian

air dan klon pada bobot segar daun.

Klon PS 98 – 1169 yang diberi

perlakuan 100% kapasitas lapang

menghasilkan bobot segar daun lebih

tinggi. Hal tersebut dikarenakan klon

tersebut mempunyai luas daun yang

luas sehingga bobot segar daun yang

dihasilkan juga tinggi. Tingkat

pemberian air 40% kapasitas lapang

meghasilkan bobot kering daun lebih

rendah. Hal tersebut dikarenakan

cekaman kekurangan air pada saat

pertumbuhan vegetatif

mempengaruhi ukuran dan intensitas

daun (Haryati, 2003). Klon PS 98 –

1298 dan PS 98 – 1315

menghasilkan bobot kering daun

lebih tinggi. Hal tersebut disebabkan

klon tersebut mempunyai luas daun

yang luas sehingga bobot kering

daun yang dihasilkan juga tinggi.

Biomassa tanaman ialah

akumulasi hasil fotosintesis selama

pertumbuhan yang diperoleh dari

keseluruhan bagian-bagian tanaman.

Hasil penelitian menunjukkan

penurunan pemberian air 100% KL

menjadi 40% KL diikuti dengan

penurunan biomassa tanaman sebesar

59,49%. Hal tersebut dikarenakan

kurangnya air telah mempengaruhi

semua aspek pertumbuhan tanaman,

yaitu proses biokimiawi dan

fisiologis dalam sel tanaman (

Sugiharto, et al, 2002). Hal tersebut

juga dikarenakan tingkat pemberian

air 40% menghasilkan luas daun

yang sempit dan jumlah daun yang

sedikit karena semakin sedikit

jumlah daun yang dihasilkan, maka

semakin sedikit fotosintat yang

dihasilkan sehingga semakin sedikit

pula biomassa yang dihasilkan.

Secara umum bahwa klon PS

98 – 1131, PS 98 – 1232, PS 99 –

1115, dan PS 99 – 1132 ialah

beberapa klon yang sedikit toleran

terhadap pemberian air pada

berbagai kapasitas lapang.

2.2 Komponen toleransi

Hasil penghitungan nilai ITC

70% dan 40% kapasitas lapang

menunjukkan bahwa variabel

Page 14: JURNAL

biomassa tanaman ialah variabel

yang paling peka pada kondisi 70%

dan 40% kapasitas lapang karena

tidak ada klon yang toleran terhadap

kondisi tersebut. Hal tersebut

disebabkan karena besarnya nilai

biomassa yang dihasilkan oleh suatu

tanaman sangat dipengaruhi oleh

ketersediaan air yang ada. Sedangkan

variabel panjang ruas ialah variabel

yang toleran terhadap kondisi 70%

dan 40% kapasitas lapang. Hal

tersebut mungkin dikarenakan

jumlah ruas juga dipengaruhi oleh

genetik dari masing-masing klon

yang diuji. Berdasarkan nilai ITC

masing-masing variabel, PS 98 –

1232 ialah klon yang toleran

terhadap kondisi 40% kapasitas

lapang.

KESIMPULAN

• Terdapat perbedaan pengaruh

negatif dari berbagai cekaman

kekurangan air pada pertumbuhan

vegetatif 18 klon tanaman tebu

(Pada umur 84 hst, hambatan pada

tinggi tanaman sebesar 57,09%,

diameter batang sebesar 31,05%,

jumlah ruas sebesar 43,04%, bobot

kering akar sebesar 54,30%, bobot

kering batang sebesar 72,05%, dan

biomassa tanaman sebesar

59,49%).

• Terdapat klon tanaman tebu yang

toleran terhadap cekaman

kekurangan air (PS 98 – 1232).

SARAN

Untuk penelitian cekaman

kekurangan air lebih lanjut pada

kondisi lahan 40% kapasitas lapang

disarankan menggunakan klon PS 98

– 1232.

DAFTAR PUSTAKA

Ali Hanafiah, K. 2005. Dasar-dasar

ilmu tanah. PT Raja Grafindo

Persada. pp. 114

Darmawan, J dan Y.Baharsyah.

1982. Fisiologi tanaman

perkebunan. IPB. Bogor. pp. 40

Effendi, H. 2002. Budidaya atau

bercocok tanam tebu. Balai

Diklat Agribisnis Tanaman

Pangan dan Tanaman Obat.

Lawang. pp. 1

Gardner, F.P., R. B. Pearce dan R. L.

Mitchell. 1991. Fisiologi

Page 15: JURNAL

tanaman budidaya. Universitas

Indonesia Press. Jakarta. pp. 98.

Goldsworthy, P.R. dan N.M.Fisher.

1992. Fisiologi tanaman

budidaya tropik. Diterjemahkan

oleh Tohari. Gadjah Mada

University Press. 874 Hal. Hale,

M.G. dan D.M. Orcutt. 1987. The

Physiology of Plant Under Stress.

Departement of Plant Phatology,

Physiology and Weed Science. A

Willey-Interscience Publication

Jhon Wiley & Sons. New York.

Hakim, L. 2002. Strategi

perencanaan dan pengelolaan

lahan kering secara berkelanjutan

di Kalimantan. Institut Pertanian

Bogor. Online :

http://geocities.com/kmit_fpuns/.

Diakses Tanggal 8 Februari 2008

Haryati. 2003. Pengaruh cekaman air

terhadap pertumbuhan dan hasil

tanaman. program studi hasil

pertanian. Fakultas Pertanian.

Universitas Sumatera Utara.

Medan. Online : http://www.

library.usu.ac.id/. Diakses

Tanggal 17 Juni 2007

Islami, T. dan W.H. Utomo. 1995.

Hubungan tanah, air dan

tanaman. IKIP Semarang Press.

Semarang. pp. 26

Ismal, G. 1979. Ekologi tumbuh-

tumbuhan dan tanaman

pertanian. UNAND. Padang. pp.

54

Moenandir, J. 1988. Persaingan

tanaman budidaya dengan gulma.

Rajawali Pers. Jakarta. p. 21-30.

Notohadiprawiro, T. 2006. Pertanian

lahan kering di Indonesia :

potensi, prospek, kendala dan

pengembangannya. Fakultas

Pertanian. Universitas Gadjah

Mada. Online :

http://soil.faperta.ugm.ac.id/tj/19

81/1989%20pert%20l.pdf.

Diakses Tanggal 8 Februari 2008

Sugiharto, B., U. Murdiyatmo, dan

H. Sakakibara. 2002. Kloning

dan karaterisasi gen ketahanan

cekaman kekeringan pada

tanaman tebu. Online :

www.unej.ac.id/fakultas/mipa/vo

l3,no1/bambang3.pdf. Diakses

Tanggal 27 Juni 2007

.