jurnal aerasi.docx
DESCRIPTION
jurnalTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
a.1 LATAR BELAKANG
Sungai merupakan salah satu unsur penting dalam kehidupan manusia. Salah satu
manfaat sungai yang cukup penting adalah sebagai salah satu sumber air untuk mendukung
kebutuhan hidup manusia. Sebagai contoh, air sungai bisa dipergunakan untuk mencuci,
mandi, bahkan dapat diolah untuk menjadi air minum.
Namun dari waktu ke waktu fungsi sungai perlahan lahan berubah. Saat ini,
masyarakat cenderung membuang limbah rumah tangganya langsung ke sungai dan
menyebabkan air sungai menjadi tercemar oleh limbah domestik. Keadaan sungai yang pada
awalnya bersih berubah menjadi kotor dan keruh. Untuk memenuhi kebutuhan air bersih bagi
masyarakat diperlukan penanganan khusus agar kualitas air sungai sesuai dengan standar.
Untuk mengetahui kualitas air dalam suatu perairan, dapat dilakukan dengan
mengamati parameter kimia, fisika, biologi seperti uji oksigen terlarut (DO), kebutuhan
oksigen biokimia (BOD), kebutuhan oksigen kimia (COD), partikel tersuspensi, sulfida, pH,
bau rasa dan kekeruhanHasil pengujian kualitas air pada Sungai Martapura di daerah Dalam
Pagar yang dilakukan Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah (BAPEDALDA)
Kabupaten Banjar yang bekerja sama dengan Balai Riset dan Standarisasi Industri
(BARISTAN) Kalimantan Selatan pada bulan Mei 2008 terdapat beberapa parameter uji yang
melebihi ambang batas nilai baku air sungai berdasarkan Keputusan Gubernur Kalimantan
Selatan Nomor 05 Tahun 2007 yaitu zat padat tersuspensi (TSS) 224 mg/L, BOD 7,5 mg/L
dan COD 15,4 mg/L.
Jika dilihat dari Peraturan Pemerintah PP 82 tahun 2001 Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air di air sungai
No Parameter Satuan A-1 BML*) Metode
l. FISIKA
1. Temperatur 0 C 28,2 Deviasi 3 SNI-06-2413-1991
2. Warna jernih SNI-06-2413-1991
3. Bau Tidak Standar Method
4. DHL µS/cm - SNI-06-2413-1991
5. Residu terlarut mg/L 139,7 1000 SNI -06-2413-1991
6. TSS mg/L 2,5 50
ll. KIMIA
1. pH 7,80 6-9 SNI 06-6989.11-2004
2. BOD mg/L 0,57 2 SNI -06-2503-1991
3. COD mg/L 3,21 10 SNI-06-6989.2-2004
4. DO mg/L 7,21 >6 SNI-06-2425-1991
5. NO3 mg/L 0,8578 10 SNI-06-2480-1991
6. NO2 mg/L 0,0165 0,06 SNI-06-6989.9-2004
7. Kadmium mg/L <0,0001 0,1 SNI-06-6989.15-2004
8. Krom (Vl) mg/L <0,0001 0,05 SNI-06-6989.17-2004
Berbagai macam teknologi yang digunakan dalam upaya pengolahan limbah air
sungai seperti filtrasi, sedimentasi, koagulasi flokulasi, dan lainnya. Namun metode aerasi
yang akan dipilih dalam proses pengolahan air sungai. Dengan metode aerasi tersebut bisa
terlihat perubahan karakteristik setelah dilakukannya proses aerasi.
a.2 Rumusan Masalah
a) Bagaimana Proses Oksidasi terjadi dengan penambahan oksigen
b) Bagaimana pengaruh Aerasi terhadap nilai DO, pH, kekeruhan, COD, BOD, dan
TDS
a.3 Tujuan
a) Memahami proses oksidasi dengan penambahan oksigen (aerasi)
b) Mengetahui perubahan nilai DO, pH, kekeruhan, COD, BOD, dan TDS setelah
dilakukan proses aerasi pada air kali Sarijadi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Aerasi adalah pemambahan oksigen ke dalam air sehingga oksigen terlarut di dalam
air semakin tinggi. Pada prinsipnya aersi itu mencampurkan air dengan udara atau bahan lain
sehingga air yang beroksigen rendah kontak dengan oksigen atau udara. Aerasi termasuk
pengolahan secara fisika, karena lebih mengutamakan unsur mekanisasi dari pada unsur
biologi. Aerasi merupakan proses pengolahan dimana air dibuat mengalami kontak erat
dengan udara dengan tujuan meningkatkan kandungan oksigen dalam air tersebut. Dengan
meningkatnya oksigen zat-zat mudah menguap seperti hiddrogen sulfide dan metana yang
mempengaruhi rasa dan bau dapat dihilangkan. Kandungan karbondioksida dalam air akan
berkurang. Mineral yang larut seprti besi dan mangan akan teroksidasi mementuk endapan
yang dapat dihilangkan dengan sedimentasi dan filtrasi.
Proses aerasi merupakan peristiwa terlarutnya oksigen di dalam air. Efektifitas dari
aerasi tergantung dari seberapa luas dari permukaan air yang bersinggungan langsung dengan
udara. Fungsi utama aerasi adalah melarutkan oksigen ke dalam air untuk meningkatkan
kadar oksigen terlarut dalam air dan melepaskan kandunngan gas-gas yang terlarut dalam air,
serta membantu pengadukan air. Aerasi dapat dipergunakan untuk menghilangkan kandungan
gas terlarut, oksidasi besi dan mangan dalam air, mereduksi ammonia dalam air melalui
proses nitrifikasi.
Proses aerasi sangat penting terutama pada pengolahan limbah yang proses
pengolahan biologinya memanfaatkan bakteri aerob. Bakteri aerob adalah kelompok bakteri
yang mutlak memerlukan oksigen bebas untuk proses metabolismenya. Dengan tersedianya
oksigen yang mencukupi selama proses biologi, maka bakteri-bakteri tersebut dapat bekerja
dengan optimal. Hal ini akan bermanfaat dalam penurunan konsentrasi zat organik di dalam
air limbah. Selain diperlukan untuk proses metabolisme bakteri aerob, kehadiran oksigen juga
bermanfaat untuk proses oksidasi senyawa-senyawa kimia di dalam air limbah serta untuk
menghilangkan bau. Aerasi dapat dilakukan secara alami, difusi, maupun mekanik.
Aerasi alami merupakan kontak antara air dan udara yang terjadi karena pergerakan
air secara alami. Beberapa metode yang cukup populer digunakan untuk meningkatkan
aerasi alami antara lain menggunakan cascade aerator, waterfalls, maupun cone tray aerator.
Pada aerasi secara difusi, sejumlah udara dialirkan ke dalam air limbah
melalui diffuser. Udara yang masuk ke dalam air limbah nantinya akan berbentuk
gelembung-gelembung (bubbles). Gelembung yang terbentuk dapat berupa gelembung halus
(fine bubbles) atau kasar (coarse bubbles). Hal ini tergantung dari jenis diffuser yang
digunakan.
Aerasi secara mekanik atau dikenal juga dengan istilah mechanical agitation
menggunakan proses pengadukan dengan suatu alat sehingga memungkinkan terjadinya
kontak antara air dengan udara.
Memantau konsentrasi DO sudah pasti sangat berkaitan dengan aerasi. Aerasi yang
dimaksud di sini mencakup suplai oksigen serta metode pelarutan oksigen ke dalam
sistem activated sludge (mixing).Mixing dapat dilakukan dengan berbagai cara. Akan tetapi,
dalam sistem activated sludge selalu diperlukan aerasi secara mekanik karena laju aliran gas
oksigen murni yang masuk ke dalam sistem terlalu lambat sehingga sulit untuk
menyeragamkan konsentrasi di dalam tangki.
Sebagai rule of thumb, kebutuhan oksigen dikatakan terpenuhi apabila konsentrasi
DO di dalam reaktor biologi mencapai minimal 2 mg/L. Memang hal ini bisa saja berubah,
tergantung kondisi limbah masing-masing instalasi. Saat konsentrasi DO berada di bawah
nilai optimalnya, indikator pertama adalah munculnya bakteri berbentuk filamen dalam
jumlah yang signifikan di dalam tangki aerasi. Komposisi mikroba akan didominasi oleh
bakteri jenis ini sehingga mempengaruhi kemampuan lumpur untuk mengendap. Selama
lumpur masih dapat dipisahkan dari efluen (di clarifier) maka masalah masih dapat diatasi
dengan “membasmi” bakteri filamentous tersebut. Jika konsentrasi DO terus menurun, maka
pertumbuhan bakteri filamen akan semakin meningkat lagi. Kondisi lanjutan seperti ini dapat
menurunkan efisiensi pengolahan karena efluen akan menjadi keruh. Pada kondisi yang lebih
parah, lumpur dapat berubah warna menjadi kehitaman dan akan muncul bau busuk akibat
kondisi tangki yang telah berubah menjadi anaerob.
Pengamatan visual merupkan indikator yang baik, akan tetapi akan lebih baik lagi jika
pemantauan konsentrasi DO dan kualitas efluen dilakukan sebagai tindakan pencegahan.
Perlu diingat, peralatan yang dipakai untuk pemantauan DO tidak bisa diremehkan. Selalu
gunakan alat ukur yang terawat dengan baik, bersih, dan rutin dikalibrasi untuk menjamin
akurasi pengukuran. Memberi aerasi semaksimal mungkin memang akan menjamin
tersedianya oksigen di dalam tangki. Namun, hal ini akan berdampak besar pada tingginya
biaya operasional instalasi.
BAB III
METODOLOGI
1.1 Alat dan Bahan
No. Alat Bahan
1 Bak aerasi Air limbah (sampel)
2 Flow meter Air keran
3 Beaker glass Aquades
4 Labu takar 50 mL
5 Botol sampel
6 Pipet volum 5 mL
7 Pipet ukur 5 mL
8 DO meter
9 Spektrofotometer
10 Stopwatch
11 pH meter
1.2 Prosedur Kerja
Proses Aerasi Pada Limbah
Air LimbahBak aerasi
Menyalakan pompa(sirkulasi)
Proses Aerasi(20 menit)
Mengukur DO awal
Mengukur debit (25 mL/menit)
Mengukur DO dan suhu
Melakukan pengulangan
sebanyak 8 kali
Daftar Pustaka
Mirwan A, dkk. 2010. Penurunan Kadar BOD, COD, TSS, Co2 Air sungai Martapura
Menggunakan Tangki Aerasi Bertingkat. Kalimantan. Univversitas Lambung
Mangkurat.
Jurnal Praktikum Pengolahan Limbah Industri. 2013.
Puspitasari. S.T. 2006, Studi Literatur Aerasi Untuk Pengolahan Air Minum, Tugas Akhir,
Surabaya:Institut Teknologi Sepuluh Nopember.