jurnal efek ekstrak daun karamunting

36
POTENSI KOMBINASI EKSTRAK ETANOL DAUN KARAMUNTING (Rhodomyrtus tomentosa) DAN DAUN LIDAH BUAYA (Aloe vera) SEBAGAI ANTIHIPERLIPIDEMIK PADA TIKUS PUTIH (Rattus novergicus) JANTAN DIABETES Kajian Terhadap Kadar Kolesterol Total Usulan Penelitian Diajukan guna menyusun Karya Tulis Ilmiah untuk memenuhi sebagian syarat memperoleh derajat Sarjana Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat Diajukan Oleh : Novita Sari I1A007066 UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT FAKULTAS KEDOKTERAN BANJARBARU Mei, 2010

Upload: arif-zainuddin-noor

Post on 23-Nov-2015

366 views

Category:

Documents


21 download

TRANSCRIPT

  • POTENSI KOMBINASI EKSTRAK ETANOL DAUN

    KARAMUNTING (Rhodomyrtus tomentosa) DAN DAUN LIDAH

    BUAYA (Aloe vera) SEBAGAI ANTIHIPERLIPIDEMIK

    PADA TIKUS PUTIH (Rattus novergicus) JANTAN DIABETES

    Kajian Terhadap Kadar Kolesterol Total

    Usulan Penelitian

    Diajukan guna menyusun Karya Tulis Ilmiah untuk memenuhi

    sebagian syarat memperoleh derajat Sarjana Kedokteran

    Universitas Lambung Mangkurat

    Diajukan Oleh :

    Novita Sari

    I1A007066

    UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

    FAKULTAS KEDOKTERAN

    BANJARBARU

    Mei, 2010

  • HALAMAN PENGESAHAN

    Usulan Penelitian KTI 1 oleh Novita Sari Telah dipertahankan di depan dewan penguji

    Pada tanggal 24 Mei 2010

    Dewan Penguji

    Ketua (Pembimbing Utama)

    Dra. Fujiati, M.Si

    Anggota

    (Pembimbing Pendamping)

    dr. Edyson, M.Kes

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Diabetes Mellitus merupakan penyakit tidak menular yang akan meningkat

    jumlahnya dimasa datang. Diabetes sudah merupakan salah satu ancaman utama

    bagi kesehatan umat manusia pada abad 1. Perserikatan Bangsa-bangsa (WHO)

    membuat perkiraan bahwa pada tahun 2000 jumlah pengidap diabetes di atas

    umur 20 tahun berjumlah 150 juta orang dan dalam kurun waktu 25 tahun

    kemudian,pada tahun 2025, jumlah itu akan membengkak menjadi 300 juta orang

    (1).

    Pada Diabetes Mellitus (DM) terjadi gangguan metabolisme karbohidrat,

    lemak, dan protein serta ditandai dengan tingginya kadar gula dalam darah

    (hiperglikemia) dan urin (glukosuria) (2). Hal ini disebakan karena kekurangan

    hormon insulin yang dapat berakibat pada metabolisme di dalam tubuh manusia

    baik dari proses metabolisme karbohidrat, lipid dan protein (3).

    Insulin berperan meningkatkan pemakaian glukosa sebagai energi bagi

    jaringan tubuh, dan secara otomatis mengurangi pemakaian sumber lain yaitu

    lemak. Oleh karena itu, bila insulin tidak ada atau tubuh kekurangan insulin maka

    terjadi gangguan metabolisme lipid. Defisiensi insulin akan meningkatkan

    terjadinya pemecahan lemak di jaringan adiposa yang kemudian dilepaskan ke

    aliran darah (4).

    1

  • Bila insulin tidak ada atau sangat sedikit maka enzim LSH menjadi sangat

    aktif untuk menghidrolisis trigliserida yang disimpan di jaringan adiposa sehingga

    terjadi pelepasan asam lemak dan gliserol pada sirkulasi darah dalam jumlah

    sangat banyak. Kolesterol diangkut dalam darah sebagai komponen lipoprotein

    darah. Dalam darah kilomikron akan beralih menjadi sisa kilomikron yang kaya

    kolesterol dan akan membentuk asam lemak dan kolesterol bebas. Asam lemak

    bebas yang berlebihan dalam plasma akan meningkatkan pembentukan kolesterol

    bebas. Defisiensi insulin akan menghambat proses lipogenesis di jaringan adipose

    dan hati sehingga terjadi peningkatan kadar kolesterol, VLDL,LDL, dan

    rendahnya kadar HDL. Akumulasi lipid dalam darah akan meningkatkan oksidasi

    dan menyebabkan terjadinya sumbatan dan plak di pembuluh darah sehingga

    mengakibatkan berbagai komplikasi fatal (5).

    Untuk mengatasi berbagai komplikasi penyakit akibat tingginya kadar gula

    dan kolesterol dalam darah, harus dilakukan upaya diet makanan yang rendah

    kalori dan lemak, selain itu juga dibantu dengan pemberian obat antihiperglikemik

    sekaligus antihiperlipidemik yang menggunakan obat herbal melalui pemanfaatan

    bahan alam yang relatif tidak memiliki efek samping,harganya juga relatif murah

    dan mudah dibudidayakan sendiri salah satu contohnya adalah daun karamunting

    dan lidah buaya.

    Berdasarkan penelitian Sulistyo dkk, daun karamunting (Rhodomyrtus

    tomentosa), menunjukkan adanya senyawa golongan flavonoid, steroid,

    triterpenoid, tanin galat, tanin katekat, kuinon dan unsur natrium, kalsium, kalium

    serta magnesium (22).

  • Diantara zat-zat tersebut flavonoid merupakan zat yang paling efektif

    menurunkan kadar kolesterol darah karena flavonoid bekerja meningkatkan

    kolesterol HDL. Daun lidah buaya memiliki fungsi membantu menstabilkan kadar

    kolesterol darah (7). Ishii, melaporkan bahwa pemberian lidah buaya gel pada diet

    menyebabkan penurunan total lemak, menurunkan kadar kolesterol total, trigliserida,

    meningkatkan kadar HDL dan menormalkan kadar gula darah (8).

    Penelitian yang mengkaji pemanfaatan masing-masing ekstrak daun

    karamunting dan lidah buaya sebagai antihiperglikemik pada pasien diabetes

    mellitus sudah pernah dilakukan. Namun, penelitian yang mengkaji tentang

    pemanfaatannya sebagai kombinasi antihiperlipidemik (kajian terhadap kadar

    kolesterol total) belum pernah dilakukan. Sehingga pada penelitian ini akan dikaji

    lebih lanjut mengenai potensi kombinasi ekstrak etanol daun karamunting dan

    lidah buaya sebagai antihiperlipidemik dengan mengukur kadar kolesterol total

    pada darah tikus diabetes.

    B.Rumusan Masalah

    Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah,maka permasalahan yang

    akan diteliti adalah dapatkah ekstrak etanol daun karamunting dan lidah buaya

    menurunkan kadar kolesterol total pada darah tikus jantan yang didiabeteskan?

    C.Tujuan penelitian

    Tujuan umum dari penelitian ini untuk membuktikan adanya pengaruh dari

    pemberian ekstrak metanol daun karamunting dan lidah buaya terhadap kadar

    kolesterol total pada tikus putih jantan diabetik .

  • Tujuan khusus ini untuk mengukur kadar kolesterol total pada tikus putih

    jantan yang hiperglikemia setelah diberikan kombinasi ekstrak etanol daun

    karamunting dan lidah buaya.

    D.Manfaat Penelitian

    Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi klinis mengenai

    khasiat kombinasi ekstrak etanol daun karamunting dan lidah buaya sebagai bahan

    alam yang berkhasiat untuk menurunkan kadar kolesterol total pada kasus

    diabetes melitus. sehingga berguna bagi pengembangan keilmuan lebih lanjut dan

    membentuk gagasan-gagasan baru tentang terapi herbal terbaru untuk mencegah

    komplikasi pada diabetes mellitus.

  • BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Diabetes Mellitus dan Hiperlipidemia

    Diabetes Mellitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik

    dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin,

    kerja insulin atau kedua-duanya (9).

    Secara klinis terdapat 2 macam diabetes tetapi sebenarnya ada yang

    berpendapat diabetes hanya merupakan suatu spektrum defisiensi insulin. Individu

    yang kekurangan insulin secara total atau hampir total dikatakan sebagai diabetes

    juvenile onset atau insulin dependent atau ketosis prone, karena tanpa insulin

    dapat terjadi kematian dalam beberapa hari yang disebabkan ketoasidosis. Pada

    ekstrem yanglain terdapat individu yang stable atau maturity onset atau non-

    insulin dependent. Orang-orang ini hanya menunjukkan defisiensi insulin yang

    relatif dan walaupun banyak diantara mereka mungkin memerlukan suplementasi

    insulin, tidak akan terjadi kematian karena ketoasidosis walaupun insulin eksogen

    dihentikan (10).

    Hiperglikemia didefinisikan sebagai kadar glukosa darah di atas nilai normal

    yaitu lebih dari 110 mg/dl (11). Hiperglikemia merupakan penyebab awal

    terjadinya kerusakan jaringan pada diabetes melitus. Sel yang paling peka dan

    mengalami kerusakan akibat hiperglikemia adalah sel endotelial retina, sel

    mesangial glomerulus, sel neuron dan sel schwan pada jaringan saraf perifer (12).

    5

  • Lemak diperoleh dari makanan atau dibentuk di dalam tubuh,terutama di

    hati dan bisa disimpan di dalam sel-sel lemak untuk digunakan di kemudian hari.

    Sel-sel lemak juga melindungi tubuh dari dingin dan membantu melindungi tubuh

    terhadap cedera. Lemak merupakan komponen penting dari selaput sel, selubung

    saraf yang membungkus sel-sel saraf serta empedu (10).

    B. Lipid dan lipoprotein

    Di dalam darah manusia ditemukan tiga jenis lipid yaitu kolesterol,trigliserid

    dan fofolipid. Oleh karena sifat lipid yang susah larut dalam lemak,maka perlu

    dibuat bentuk yang terlarut. Untuk itu dibutuhkan suatu zat pelarut yaitu suatu

    protein yang dikenal sembilan jenis apoprotein yang diberi nama secara alfabetis

    yaitu Apo A,Apo B,Apo C, Apo E.Senyawa lipid dengan apoprotein ini dikenal

    dengan nama lipoprotein (10).

    C. Metabolisme lipid pada penderita Diabetes Melitus

    Pada penderita Diabetes Melitus akan terjadi kelainan metabolisme tubuh,

    dan salah satunya adalah lipid, yaitu peningkatan katabolisme lipid dengan

    peningkatan pembentukan benda- benda keton dan juga menurunnya sintesis asam

    lemak dan trigliserid (13). Dengan kelainan metabolisme lipid yang besar inilah,

    maka diabetes melitus sering disebut sebagai suatu penyakit metabolisme lemak.

    Lima puluh persen glukosa yang dimakan dibakar menjadi CO2 dan H2O, 5%

    diubah menjadi glikogen, dan sekitar 30 40% diubah menjadi lemak dalam

    depot lemak. Bagi penderita diabetes melitus terjadi penurunan pengubahan

  • glukosa menjadi asam lemak dalam depot lemak karena defisiensi glukosa intrasel

    (140. Insulin menghambat lipase sensitif hormon dalam jaringan adiposa, dan

    tanpa enzim ini terjadi peningkatan 2 kali kadar asam lemak bebas plasma.

    Peningkatan glukagon juga meningkatkan mobilisasi asam lemak (15). Jadi, pada

    penderita diabetes melitus kadar lemak bebas paralel dengan kadar glukosa darah

    merupakan indikator baik mengenai beratnya diabetes melitus (16)

    Dalam hati dan jaringan lain, asam lemak dikatabolisme menjadi asetil ko-

    A. Sebagian asetil ko-A dibakar bersama dengan residu asam amino menjadi CO2

    dan H2O dalam siklus asam sitrat tetapi suplainya melebihi kapasitas katabolisme

    asetil ko-A jaringan. Di hati penderita diabetes melitus terjadi peningkatan

    glukoneogenesis dan banyaknya glukosa dalam sirkulasi, selain itu juga terdapat

    kegagalan pengubahan asetil ko-A menjadi malonil ko-A yang kemudian menjadi

    asam lemak (17).

    D.Kadar Kolesterol Darah dan Pengaturannya

    Kadar kolesterol darah adalah kadar kolesterol yang terlarut dalam plasma

    darah. Kolesterol terdapat dalam jaringan dan lipoprotein plasma yang bisa berupa

    kolesterol bebas atau gabungan dengan asam lemak rantai panjang sebagai ester

    kolesterol. Kolesterol sangat larut dalam lemak tetapi hanya sedikit yang larut

    dalam air, dan membentuk ester dengan asam lemak. Kolesterol merupakan

    produk metabolisme hewan sehingga terdapat banyak pada makanan yang berasal

    dari hewan seperti kuning telur, daging, hati, dan otak (4).

  • Separuh dari jumlah kolesterol tubuh berasal dari sintesis dan sisanya

    berasal dari makanan sehari-hari yang berupa karbohidrat (glukosa ), lemak (

    asam lemak), dan protein (asam amino). Pada dasarnya kolesterol beredar dalam

    bentuk lipoprotein plasma yang dibentuk oleh hati, tetapi semua sel tubuh selain

    hati juga membentuk kolesterol meskipun dalam jumlah yang sedikit. Manfaat

    kolesterol non membran adalah untuk membentuk asam kolat di dalam hati.

    Sekitar 80% kolesterol digunakan untuk membentuk asam kolat ini. Selain itu

    kolesterol berkonjugasi dengan zat lain untuk membentuk garam empedu, yang

    membantu pencernaan dan absorpsi lemak. Sisanya sekitar 20% kolesterol

    digunakan untuk berbagai keperluan antara lain membentuk hormon

    adrenokortikal, membentuk progesteron dan estrogen, dan untuk membentuk

    testosteron. Sebagian besar kolesterol diendapkan dalam lapisan korneum (4).

    Sekitar 1 gram kolesterol dieliminasi dari tubuh setiap hari. Separuh dari

    kolesterol ini diekskresikan ke dalam feses setelah dikonversi menjadi asam

    empedu, dan sisanya diekskresikan sebagai kolesterol (18).

    Peningkatan jumlah kolesterol yang dicerna tiap hari sedikit meningkatkan

    konsentrasi plasma, tetapi bila kolesterol diabsorbsi oleh selsel tubuh maka

    peningkatan konsentrasi kolesterol menghambat enzim 3- hidroksi-3metilglutaril

    KoA reduktase untuk pembentukan kolesterol, dan ini menjadi suatu sistem

    kontrol umpan balik intrinsik untuk mencegah peningkatan konsentrasi kolesterol

    plasma yang berlebihan. Akibatnya konsentrasi kolesterol darah biasanya tidak

    berubah naik atau turun kurang lebih 15%, kecuali apabila dilakukan pengubahan

    jumlah kolesterol dalam diet. Diet lemak yang sangat jenuh meningkatkan

  • konsentrasi kolesterol darah 15 25%. Kondisi ini diakibatkan oleh peningkatan

    penimbunan lemak dalam hati yang menyebabkan peningkatan jumlah asetil Ko-

    A dalam sel hati untuk menghasilkan kolesterol. Oleh karena itu, untuk

    menurunkan konsentrasi kolesterol darah sangat penting yaitu dengan

    mempertahankan diet rendah lemak jenuh dan diet rendah kolesterol. Pada

    penderita diabetes melitus yang kekurangan insulin terjadi peningkatan

    konsentrasi kolesterol darah (4).

    Gambar 2.1 Kolesterol (Cholest-5-en-3-ol)

    Kadar kolesterol darah yang meningkat inilah yang dapat mempercepat

    terjadinya penyakit aterosklerosis vaskuler yang merupakan komplikasi dari

    diabetes melitus ini (19). Peningkatan kolesterol darah disebabkan oleh kenaikkan

    kolesterol yang terdapat pada very-low- density beta lipoprotein dan low

    density- beta lipoprotein sekunder karena peningkatan trigliserida yang besar

    dalam sirkulasi (16).

    Biosintesis kolesterol dapat dijelaskan sebagai berikut : Dua molekul asetil

    Ko-A berkondensasi membentuk asetoasetil KoA yang dikatalisis oleh enzim

  • sitosol tiolase. Asetoasetil KoA berkondensasi dengan molekul asetil KoA

    berikutnya yang dikatalisis oleh enzim HMG-KoA sintase untuk membentuk

    HMG-KoA. Selanjutnya HMG-KoA dikonversi menjadi mevalonat dengan

    dikatalisis oleh enzim HMG- KoA reduktase. Setelah terbentuk mevalonat, maka

    mevalonat mengalami fosforilasi oleh ATP untuk membentuk beberapa

    intermediet terfosforilasi aktif dan kemudian mengalami dekarboksilasi untuk

    membentuk unit isoprenoid aktif yaitu isopentenil difosfat yang mengalami

    kondensasi membentuk farnesil difosfat. Proses ini terjadi lewat isomerisasi

    senyawa isopentenil difosfat yang melibatkan pergeseran ikatan rangkap untuk

    membentuk dimetilalil difosfat yang berkondensasi dengan isopentenil difosfat

    lainnya untuk membentuk intermediet dengan 10 karbon yaitu geranil difosfat.

    Kondensasi lebih lanjut dengan isopentenil difosfat membentuk farnesil difosfat

    tersebut di atas (4).

    Dua molekul farnesil difosfat berkondensasi dengan ujung difosfat dalam

    sebuah reaksi yang melibatkan eliminasi pirofosfat anorganik untuk membentuk

    pra skualen difosfat dan kemudian diikuti oleh reduksi NADPH yang disertai

    eliminasi radikal pirofosfat anorganik sisanya dan dihasilkan skualen, kemudian

    skualen dikonversi menjadi lanosterol melalui proses siklisasi (4).

    Tahap terakhir yaitu pembentukan kolesterol dari lanosterol yang

    berlangsung dalam membran retikulum endoplasma dan melibatkan perubahan

    pada inti steroid serta rantai samping. Kolesterol dihasilkan saat ikatan rangkap

    rantai samping direduksi (4).

  • Pengaturan sintesis kolesterol terjadi pada tahap HMG KoA reduktase HMG

    KoA reduktase ini di hati dihambat oleh mevalonat. Sintesis kolesterol juga

    dihambat oleh LDL kolesterol yang diambil lewat reseptor LDL sedangkan

    pemberian hormon insulin meningkatkan aktivitas HMG KoA reduktase.

    Peningkatan kolesterol dapat terjadi akibat pengambilan lipoprotein yang

    mengandung kolesterol oleh reseptor LDL atau reseptor skavenger, pengambilan

    kolesterol bebas dari lipoprotein yang kaya kolesterol ke membran sel, sintesis

    kolesterol, dan hidrolisis ester kolesterol oleh enzim ester kolesteril hidrolase

    (4).Sedangkan penurunan kolesterol dapat terjadi karena aliran kadar kolesterol

    dari membran sel ke lipoprotein yang potensial kolesterolnya rendah (20).

    Lebih jelasnya, biosintesis kolesterol dapat dilukiskan dengan bagan:

    Gambar 2.2 : Biosintesis kolesterol

  • E. Kadar kolesterol

    Kadar kolesterol normal pada manusia adalah < 200 mg/dl. Kadar kolesterol

    dikatakan tinggi apabila kadar kolesterol > 240 mg/dl. Mekanisme peningkatan

    kadar kolesterol darah pada penderita diabetes melitus yang resistensi insulin

    ,hormon sensitive lipase di jaringan adipose akan menjadi aktif sehingga lipolisis

    trigliserid (10).

    .

    F.Tanaman karamunting

    Taksonomi dari karamunting adalah sebagai berikut (21):

    Kingdom : Plantae

    Subkingdom : Tracheobionta

    Superdivisi : Spermatophyta

    Divisi : Magnoliophyta

    Kelas : Magnoliopsida

    Sub-Kelas : Rosidae

    Ordo : Myrtales

    Familia : Myrtaceae

    Genus : Rhodomyrtus

    Spesies : Rhodomyrtus tomentosa (Aiton) Hassk

    Karamunting ini berupa perdu, tegak, tinggi 0,5-4m, banyak bercabang,

    bersisik dan berambut.Daun tunggal, bertangkai, letak berhadapan dan bersilang.

    Helai daun berbentuk bundar telur memenjang sampai lonjong,ujung lancip,

    pangkal membulat, tepi rata, permukaan berambut pendek yang jarang dan kaku

  • sehingga terba kasar dengan 3 tulang daun yang melengkung, panjang 2-20 cm,

    lebar 0,75-8,5, bewarna hijau (22).

    Tanaman karamunting berkembang biak dengan biji.perbungaan majemuk

    keluar di ujung cabang berupa malai rata dengan jumlah bunga tiap malai 4018,

    mahkota 5, bewarna ungu tua kemerahan.biji kecil-kecil, bewarna cokelat. Buah

    dapat dimakan, sedangkan daun muda bisa dimakan sebagai lalapan atau disayur.

    Karamunting tumbuh liar pada tempat-tempat yang mendapat cukup sinar

    matahari, yaitu di lereng gunung,semak belukar, lapangan yang tidak terlalu

    gersang,atau di daerah obyek wisata sebagai tanaman hias. Tumbuhan ini dapat

    ditemukan hingga ketinggian 1.650m di atas permukaan laut. Secara lebih jelas

    dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

    Gambar 2.3 Morfologi daun karamunting (Rhodomyrtus tomentosa)

    Secara umum karamunting mengandung berbagai senyawa kimia

    diantaranya senyawa golongan flavonoid, saponin, tanin katekat/galat, steroid,

  • triterpenoid, dan unsur anorganik seperti natrium, kalium, kalsim serta magnesium

    (22).

    Flavonoid merupakan zat yang paling efektif menurunkan kadar kolesterol

    darah karena flavonoid bekerja dengan cara menekan pembentukan oksidasi LDL

    dan proses inflamasi pada dinding arteri (23).

    Daun merupakan bagian dari tanaman karamunting yang digunakan di

    masyarakat sebagai obat tradisional dan telah dikaji secara ilmiah sebagai penurun

    gula darah (hipoglikemik) (6).

    G.Tanaman Lidah buaya

    Taksonomi dari lidah buaya adalah sebagai berikut : (23)

    Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

    Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

    Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)

    Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

    Kelas : Liliopsida (berkeping satu / monokotil)

    Ordo : Asparagales

    Famili : Asphodelaceae

    Genus : Aloe

    Spesies : Aloe vera L.

    Aloe vera merupakan tanaman yang tumbuh setinggi 60-100 cm (24-39

    inci). Daunnya tebal, berwarna hijau hingga hijau keabu-abuan, dengan beberapa

    variasi bintik-bintik putih pada bagian atas dan permukaan yang lebih rendah.

  • Tepi daunnya bergigi tajam dan mempunyai gerigi putih yang kecil berukuran

    panjang 40-60 cm dan lebar pelepah bagian bawah 8-13 cm dan tebal antara 2-3

    cm. Bunganya dihasilkan pada musim panas, sejenis paku-pakuan yang mencapai

    tinggi 90 cm (35 inci), masing-masing bunga terjuntai dengan mahkota bunga

    berwarna kuning berukuran panjang 2-3 cm (0.8-1.2 inci). Seperti spesies Aloe

    yang lain, Aloe vera membentuk arbuscular mycorrhiza, simbiosis yang membuat

    tanaman ini dapat mengambil nutrisi mineral dari tanah dengan baik (24). Secara

    lebih jelas dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

    Gambar 2.4. Morfologi lidah buaya (Aloe vera)

    Penggunaan ekstrak gel lidah buaya dapat menurunkan kadar glukosa darah,

    transaminase heapatic, plasma dan jaringan, kolesterol, trigliserid, asam lemak

    bebas dan fosfolipid dan dapat meningkatkan plasma insulin (25). Pada gel lidah

    buaya terdapat glukomanan yang merupakan bahan aktif penurun kolesterol yang

    berlebih (24).

  • Glukomanan adalah serat tinggi yang penting untuk membersihkan sistem

    pencernaan. Glukomanan merupakan serat larut (Selube Dietary Fiber, SDF),

    karena glukomanan dapat menyerap 200 kali berat air. Glukomanan dapat

    mengontrol kegemukan, kadar gula darah, membantu mencegah kanker, sembelit,

    dan mereduksi kolesterol. Glukomanan juga efektif untuk obat pencahar atau

    laxative (26).

    Glukomanan dapat menurunkan kadar kolesterol darah dengan dua cara.

    Pertama, glukomanan bergabung dengan kolesterol di dalam asam empedu (cairan

    berwarna kekuningan yang diproduksi oleh hati untuk memecah lemak di dalam

    usus kecil). Sebagian besar kolesterol di dalam asam empedu akan dikeluarkan

    bersama serat sebagai bahan buangan dan tidak diserap lagi. Kolesterol

    merupakan bahan dasar pembentuk asam empedu. Untuk menggantikan asam

    empedu yang hilang, kolesterol dikeluarkan dari peredaran darah. Peristiwa ini

    dapat menurunkan kadar kolesterol. Kedua, serat di dalam usus mengikat asam

    lemak sehingga menghambat penyerapan asam lemak yang akhirnya menghalangi

    sintesis kolesterol (26).

    Beberapa penelitian membuktikan bahwa rendahnya kadar kolesterol dalam

    darah ada hubungannya dengan kandungan serat makanan. Secara fisiologis, serat

    makanan yang larut (SDF) lebih efektif dalam mereduksi plasma kolesterol yaitu

    low density lipoprotein (LDL), serta meningkatkan kadar high density lipoprotein

    (HDL) (9).

  • H. Tikus Putih (Rattus norvegicus) dalam Penelitian

    Tikus putih merupakan hewan mamalia dari famili Muridae yang dapat

    ditemukan di berbagai bagian bumi. Klasifikasi ilmiah tikus putih adalah sebagai

    berikut (27):

    Kingdom : Animalia

    Filum : Chordata

    Kelas : Mammalia

    Ordo : Rodentia

    Famili : Muridae

    Genus : Rattus

    Spesies : Rattus norvegicus

    Terdapat 2 cara yang dapat dilakukan untuk membuat R. norvegicus

    hiperglikemia, yaitu dengan pengangkatan pankreas dan pemberian zat kimia.

    Zat kimia sebagai induktor (diabetogen) yang bisa digunakan yaitu aloksan,

    streptozotosin, diaksosida, adrenalin, glukagon, ethylenediaminetetraacetic

    acid (EDTA) yang diberikan secara parenteral.

    Tikus putih yang hiperglikemia dapat diperoleh melalui penggunaan

    senyawa kimia seperti aloksan. Senyawa ini telah banyak digunakan untuk

    menginduksi keadaan hiperglikemia secara eksperimental karena kemampuannya

    merusak sel- pankreas yang menghasilkan insulin. Aloksan bereaksi dengan

    merusak substansi esensial di dalam sel beta pankreas sehingga menyebabkan

    berkurangnya granula granula pembawa insulin di dalam sel beta pankreas (28).

    Penelitian terhadap mekanisme kerja aloksan secara invitro menunjukkan bahwa

  • aloksan menginduksi pengeluaran ion kalsium dari mitokondria yang

    mengakibatkan proses oksidasi sel terganggu. Keluarnya ion kalsium dari

    mitokhondria ini mengakibatkan gangguan homeostasis yang merupakan awal

    dari matinya sel (29).

  • BAB III

    LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

    A. Landasan Teori

    Diabetes melitus disebabkan oleh menurunnya atau berhentinya pengeluaran

    insulin dari sel pankreas. Hiperlipidemia juga merupakan masalah besar, karena

    diperkirakan kenaikan kadar lemak pada penderita diabetes kira-kira 40--90%.

    Akibatnya pasien diabetes mengalami kenaikan kematian 2--3 kali lipat akibat

    kelainan jantung bila dibandingkan pasien nondiabetes (9).

    Mekanisme peningkatan kadar kolesterol darah pada penderita diabetes

    melitus adalah glukosa, asam lemak, dan asam amino yang diperoleh dari

    makanan tidak dapat dimetabolisme oleh tubuh secara normal karena reseptor

    yang seharusnya cukup menerima asupan yang sesuai mendapat kapasitas yang

    lebih sehingga banyak glukosa yang tidak mendapat reseptor (15). Akibatnya,

    banyak timbunan glukosa di pembuluh darah yang akan menyebabkan terjadinya

    peningkatan kolesterol dan dapat menyebabkan terjadinya komplikasi lanjutan

    berupa aterosklerosis dan penyakit vaskular lainnya (18).

    Untuk mencegah hal tersebut, maka diperlukan antioksidan yang dapat

    menurunkan kadar kolesterol total . Antioksidan tersebut dapat terkandung dalam

    bahan alam, salah satunya tumbuhan karamunting (Rhodomyrtus tomentosa) dari

    famili Myrtaceae yang diketahui memiliki kandungan senyawa antioksidan, yaitu

    flavonoid. Flavonoid merupakan zat yang paling efektif menurunkan kadar

    kolesterol darah karena flavonoid bekerja dengan cara menekan pembentukan

    19

  • oksidasi LDL dan proses inflamasi pada dinding arteri sehingga dapat mencegah

    komplikasi dari diabetes melitus (24).

    Selain itu, juga dapat digunakan lidah buaya (Aloe vera) mengandung

    glukomanan yang merupakan serat larut (Selube Dietary Fiber, SDF). Yang

    mempunyai kemampuan menarik senyawa kolesterol dari sistem pencernaan (26).

    Gambar 3.1 Skema pengaruh kombinasi ekstrak etanol R. tomentosa dan A.vera

    terhadap kadar kolesterol total pada Rattus novergicus jantan

    diabetes.

    Diabetes

    Hiperlipidemik

    Induksi aloksan

    Kadar kolesterol

    Total

    Kadar kolesterol

    Total

    Tanpa ekstrak etanol

    R. tomentosa & A.vera

    Lipolisis

    Dengan ekstrak etanol

    R. tomentosa & A.vera

    Tikus putih jantan normal

  • B. Hipotesis

    Hipotesis yang diajukan pada usulan penelitian ini adalah kadar kolesterol

    total pada darah tikus putih (R.novergicus) jantan yang diabetes setelah pemberian

    kombinasi ekstrak etanol daun karamunting (R.tomentosa) dan lidah buaya

    (A.vera) lebih rendah dibandingkan dengan yang tidak diberi kombinasi ekstrak

    etanol daun karamunting (R.tomentosa) dan lidah buaya (A.vera).

  • BAB IV

    METODE PENELITIAN

    A. Rancangan Penelitian

    Metode penelitian yang digunakan adalah studi eksperimental dengan

    Posttest-Only with Control Group Design. Jumlah minimal pengulangan untuk

    setiap kelompok perlakuan adalah 6 ekor dengan menggunakan rumus Federer

    (lampiran 1) ditambah 2 ekor untuk antisipasi kematian pada hewan uji.

    B. Bahan dan Alat Penelitian

    1. Bahan penelitian

    Bahan yang digunakan adalah darah yang diambil dari jantung 32 ekor

    tikus putih jantan dengan berat badan sekitar 250350 gram dan berumur sekitar

    3-4 bulan, ekstrak etanol daun karamunting dan lidah buaya, pakan G untuk tikus,

    CMC-Na, aloksan, etanol 96%, NaCl 0,9%, reagen EDTA, buffer sitrat 0,1 M (pH

    4,5), aquadest, glukosa 5%, metformin dan eter.

    2. Alat penelitian

    Alat yang digunakan adalah alat pengukur kadar glukosa darah Easy

    Touch (Blood Glucose/Uric Acid Dual-Function Monitoring System). Bioptic

    Technology, Inc Taiwan, alat gelas (Pyrex), neraca analitik (Gibertini

    ), sonde

    oral tikus, spuit injeksi 3 cc, kandang hewan, timbangan (Hanson

    ), tempat pelet,

    tempat minum, kapas, plester, sarung tangan, masker, dan spektrofotometer

    (Genesys 20), sentrifuge (Centurion), kertas saring, dan aluminium foil.

    22

  • C. Variabel Penelitian

    1. Variabel bebas

    Variabel bebas pada penelitian ini adalah kombinasi ekstrak etanol daun

    karamunting dan lidah buaya.

    2. Variabel terikat

    Variable terikat penelitian ini adalah kadar kolesterol total pada tikus

    jantan.

    3. Variabel pengganggu

    a. Subyek Penelitian (R. norvegicus)

    1). Umur, dikendalikan dengan memilih tikus dengan umur seragam, yaitu

    sekitar 3-4 bulan.

    2). Berat badan dikendalikan dengan memilih R.norvegicus jantan dengan

    berat badan yang seragam, yaitu 250-350 gram.

    3). Jenis kelamin, dikendalikan dengan memilih R. norvegicus jantan.

    b. Bahan penelitian

    Variabilitas individual tanaman karamunting dan lidah buaya

    dikendalikan dengan memperoleh dari tanaman yang sama. Daun karamunting

    dikendalikan dengan memilih panjang daun 5-7 cm dan lebar 2-3,5 cm

    berbentuk oval meruncing. Daun lidah buaya dikendalikan dengan memilih

    panjang 40-60 cm dan lebar pelepah bagian bawah 8-13 cm dan tebal antara 2-

    3 cm.

  • c. Alat penelitian

    Variabel laboratorium berupa standarisasi alat dikendalikan dengan

    melakukan pengkalibrasian alat sebelum melakukan penelitian.

    d. Suhu ruangan

    Suhu ruangan penelitian dikendalikan dengan menempatkan subyek

    penelitian pada ruangan yang sama pada setiap kelompok perlakuan.

    e. Faktor fisik dan psikologis hewan penelitian

    Faktor fisik dan psikologis hewan penelitian dikendalikan dengan

    memberikan perlakuan yang sama pada semua hewan penelitian.

    D. Definisi Operasional

    1. Kadar glukosa darah adalah kadar gula darah yang diukur pada darah perifer

    R. norvegicus jantan hiperglikemia sebelum diberikan ekstrak etanol daun

    karamunting dan lidah buaya (untuk memastikan tikus mengalami

    hiperglikemia) dalam satuan mg/dl. Kadar glukosa ini diukur dengan alat

    pengukur kadar glukosa darah (Easy Touch

    ) selama 30 detik.

    2. Tikus putih jantan hiperglikemia adalah tikus putih (R. norvegicus) jantan

    dengan kadar glukosa darahnya dipertimbangkan melebihi kadar glukosa

    darah kontrol negatif (> 200 mg/dl).

    3. Kadar kolesterol total adalah jumlah kolesterol yang terlarut dalam plasma

    darah yang manifestasi dari hasil proses lipogenesis di dalam tubuh.

    4. Kombinasi ekstrak etanol daun karamunting dan lidah buaya ialah penyarian

    zat yang terkandung dalam daun karamunting dan lidah buaya dengan

    menggunakan pelarut etanol.

  • E. Prosedur Penelitian

    1. Persiapan hewan uji dan pembagian kelompok

    R. norvegicus sebanyak minimal 32 ekor. Selanjutnya R. norvegicus

    tersebut dipisahkan secara acak ke dalam minimal 32 kandang kecil untuk

    adaptasi selama 1 minggu. Setiap kandang berisi 1 ekor tikus. Kemudian dibagi

    menjadi empat kelompok, dimana kelompok 3 yang diberi perlakuan berupa

    pemberian aloksan dan kombinasi ekstrak etanol karamunting dan lidah buaya

    serta kelompok 4,dengan perlakuan pemberian aloksan dan metformin yang

    dijadikan sebagai dua kelompok perlakuan dan kelompok 1 serta 2 sebagai

    kelompok kontrol. Dalam masa adaptasi tikus putih mendapat makanan khusus

    tikus dan diberikan secara ad libitum dan sesuai standar Balai Penyidikan dan

    Penelitian Veteriner (BPPV) Banjarbaru.

    2. Pengumpulan dan determinasi bahan tanaman

    Daun karamunting dan lidah buaya dikumpulkan dari tanaman yang

    tumbuh di Banjarbaru, Kalimantan Selatan. Identifikasi spesies tanaman yang

    akan diteliti dilakukan oleh Jurusan Biologi FMIPA Universitas Lambung

    Mangkurat.

    3. Pembuatan ekstrak etanol daun karamunting dan daun lidah buaya

    Pembuatan ekstrak

    Daun karamunting dibersihkan dan dikeringanginkan secara tidak

    langsung di bawah sinar matahari kemudian diblender kasar. Pada penelitian ini,

    metode ekstraksi yang digunakan ialah maserasi. Sebanyak 100 gram sampel

  • dimasukkan dalam alat maserasi. Kemudian larutan penyari (etanol) dituangkan

    secara perlahan-lahan ke dalam alat maserasi yang berisi sampel sebanyak

    minimal 5 kali berat sampel sambil diaduk-aduk hingga merata. Larutan

    penyaring dituangkan hingga 1 cm di atas permukaan sampel. Maserasi dilakukan

    selama 3 hari. Filtrat disaring dan pelarut diganti dengan yang baru sambil sekali-

    kali diaduk. Penggantian pelarut dilakukan hingga cairan berwarna bening.

    Setelah itu ekstrak dikumpulkan dan diuapkan dengan menggunakan rotary

    evaporator pada tekanan rendah dengan temperatur 40C sampai didapatkan

    ekstrak etanol yang kental.

    Daun lidah buaya dibersihkan dan dipotong kecil-kecil kemudian

    dikeringanginkan secara tidak langsung di bawah sinar matahari. Proses

    selanjutnya sama dengan maserasi daun karamunting.

    Pemeriksaan ekstrak bebas etanol

    Ekstrak 1 tetes ditambah larutan asam sulfat pekat 1 tetes. Campuran

    tersebut kemudian ditambahkan dengan 1 tetes larutan kalium permanganat pekat

    dan didiamkan selama 10 menit. Tambahkan tetes demi tetes larutan natrium

    bisulfit pekat ke dalam campuran tersebut hingga warna permanganat (coklat)

    hilang. Bila masih ada warna coklat maka tambahkan 1 tetes larutan larutan asam

    fosfat hingga larutan tidak berwarna lagi. Larutan yang sudah tidak berwarna itu

    kemudian ditambah 5 ml asam kromatoprat lalu dipanaskan pada penangas

    dengan suhu 50C selama 10 menit. Larutan bebas etanol terlihat dengan tidak

    adanya warna pada larutan tersebut.

  • Pembuatan suspensi ekstrak

    Pembuatan suspensi untuk mempermudah dalam pemberian pada hewan

    uji. Pembuatan suspensi yaitu ekstrak etanol dicampur dengan suspending agent,

    yaitu CMC-Na, kemudian ditambahkan aquadest sedikit demi sedikit hingga

    terbentuk massa dan berwarna putih, setelah itu ditambahkan aquadest hingga

    homogen, kemudian dimasukkan ke wadah botol kaca tertutup.

    Pembuatan larutan CMC-Na 0,5%

    CMC-Na sebanyak 0,5 g dilarutkan dengan aquades panas sedikit demi

    sedikit sampai semua CMC-Na larut. Sisa aquades ditambahkan sampai

    didapatkan volume larutan CMC-Na sebanyak 100 ml.

    4. Induksi aloksan pada hewan uji

    Setelah aklimatisasi selama 1 minggu, hewan uji pada tiap-tiap kelompok

    dipuasakan selama 16 jam (overnight). Tikus pada kelompok kontrol positif dan

    dua kelompok perlakuan kemudian dibuat diabetes dengan diinduksi aloksan 70

    mg/kgBB secara intraperitonial.

    5. Pengukuran glukosa darah

    Pada hari ke-3 setelah induksi aloksan, sampel darah diambil dari ekor

    tikus seluruh kelompok kontrol dan kelompok perlakuan untuk diukur kadar

    glukosanya. Kadar glukosa diukur menggunakan alat pengukur kadar glukosa

    darah (Easy Touch). Hewan uji dipertimbangkan hiperglikemia jika konsentrasi

    glukosa melebihi kadar glukosa pada kontrol negatif. Penelitian dilakukan pada

  • hari ke-4 setelah induksi aloksan dan dipertimbangkan sebagai hari pertama

    penelitian. Penelitian dilanjutkan selama 30 hari.

    6. Pemberian perlakuan

    Perlakuan yang diberikan pada tiap-tiap kelompok dilakukan selama 21

    hari, dimulai pada hari ke-4 induksi aloksan dan dipertimbangkan sebagai hari ke-

    1 penelitian, adalah sebagai berikut:

    a. Kelompok 1 : Kelompok kontrol negatif, diberi CMC-Na dan placebo

    b. Kelompok 2 : Kelompok kontrol positif, diberi aloksan 70 mg/kgBB.

    c. Kelompok 3 : Kelompok perlakuan, diberi aloksan dan kombinasi ekstrak

    etanol daun karamunting 100 mg/kgBB dan lidah buaya 250

    mg/kgBB (perbandingan 1:1)

    d. Kelompok 4 : Kelompok perlakuan, diberi aloksan 70 mg/kgBB dan

    Metformin 10 mg/kgBB.

    F. Pengukuran kadar kolesterol total

    Setelah pemberian perlakuan yakni pada hari ke-21, dilakukan euthanasia

    tikus. Tikus dimasukkan ke dalam beaker glass, lalu diberi eter, dan beaker glass

    ditutup agar eter tidak menguap. Tunggu beberapa saat hingga tikus tersebut mati.

    Selanjutnya, tikus dibedah pada bagian toraks untuk diambil darahnya melalui

    jantung. Setelah dibedah, pada jantung ditetesi 1-2 tetes reagen EDTA.

    Berdasarkan jumlah yang diperlukan, maka darah tikus diambil dengan spuit 3 cc

    sebanyak 1 ml. Kemudian jarum injeksi dilepaskan dari tabung spuit dan darah

    dituangkan ke dalam tabung reaksi secara perlahan-lahan melalui dinding tabung

  • untuk menghindari kerusakan mekanis dari sel darah dan usahakan jangan sampai

    terjadi buih. Darah didiamkan selama 15 menit dan disentrifuse selama 20 menit

    dengan kecepatan 3000 rpm. Serum darah dipipet dengan pipet mikro sebanyak

    0,01 ml dimasukkan dalam tabung reaksi. Kemudian ditambahkan dengan larutan

    pereaksi kolesterol sebanyak 1 ml lalu dicampur dengan menggunakan vortex.

    Dan dibiarkan selama 20 menit pada suhu kamar.ukur serapan pada panjang

    gelombang 500 nm terhadap blanko.Sebagai blanko digunakan pereaksi kolesterol

    1 ml dan aquadest 0,01 ml. Pengukuran serapan standar sama dengan pengukuran

    serapan kolesterol total, tetapi serum darah diganti dengan standar kolesterol.

    Kadar kolesterol total dihitung dengan rumus : C = As x F

    C = Kolesterol total

    As = Resapan sampel

    F = Blanko

    G. Teknik Pengumpulan Data

    Darah yang sudah diambil diperiksa di laboratorium Kimia/ Biokimia

    Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat. Selanjutnya, dilakukan

    pemeriksaan kadar kolesterol total dengan mengukur absorbansinya menggunakan

    alat spektrofotometer. Data kadar kolesterol total kemudian dicatat, ditabulasi,

    diedit, lalu dibuat reratanya pada setiap kelompok perlakuan.

    H. Cara Analisis Data

    Data kadar kolesterol total pada setiap kelompok ditampilkan dalam

    bentuk tabel dan diperjelas dengan grafik. Data yang diperoleh, diuji

  • normalitasnya dengan uji Shapiro-Wilk dan diuji homogenitasnya dengan uji

    Levene. Setelah data diketahui berdistribusi normal dan homogen, dilakukan uji

    ANOVA klasifikasi satu arah, dengan taraf kepercayaan 95%. Selanjutnya,

    dilakukan uji LSD (Least Square Different) untuk dianalisis kebermaknaannya,

    dengan tingkat p < 0,05. Jika data tidak terdistribusi normal dan homogen maka

    dilakukan uji Kruskal Wallis dengan taraf kepercayaan 95%. Seluruh analisis data

    tersebut diolah secara komputerisasi.

    I. Tempat dan Waktu Penelitian

    Penelitian akan dilaksanakan di Laboratorium Kimia/ Biokimia Fakultas

    Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru. Waktu penelitian

    selama 6 bulan seperti ditunjukkan pada tabel 4.1.

    Kegiatan Penelitian Waktu Penelitian (bulan ke-)

    1 2 3 4 5 6

    Penyusunan Proposal

    Konsultasi

    Seminar KTI I

    Perbaikan

    Pelaksanaan Penelitian

    Pengolahan & Analisis Data

    Seminar KTI II

    Perbaikan

    Penyusunan Laporan

  • J. Biaya Penelitian

    Penelitian ini diperkirakan memerlukan biaya sebagai berikut:

    1. Tikus putih jantan 32 ekor & ongkos kirim Rp. 67.000,-

    2. Pakan tikus 20 kg (untuk 1 minggu adaptasi &

    15 hari perlakuan) Rp. 12.000,-

    3. Kandang hewan @Rp 8.000 x 32 buah Rp. 22.000,-

    4. Etanol 96% 2,5 L Rp 34.000,-

    5. Sewa sonde lambung dan tempat air minum tikus Rp. 20.000,-

    6. Spuit 3 cc & sarung tangan 30 buah Rp. 85.000,-

    7. Aloksan & ongkos kirim Rp. 25.000,-

    8. Metformin x 10 tablet Rp 100.000,-

    9. Pemeriksaan kolesterol total @Rp 22.000 x 32 sampel Rp. 704.000,-

    10. Penggandaan dan penjilidan 5 buah Rp. 25.000,-

    Jumlah Rp 1.094.000,-

  • DAFTAR PUSTAKA

    1. M, Angelyn Bethel. MD, Frank A. Sloan, PhD; Daniel Belsky, BA; Mark N. Feinglos, MD, CM. Longitudinal Incidence and Prevalence of Adverse

    Outcomes of Diabetes Mellitus in Elderly Patients. Arch Intern Med 2007;

    Vol 167.

    2. Sperling MA. Diabetes mellitus. Dalam: Nelson WE, Behrman RE, Kliegman RM, Arvin AM; penyunting. Nelson textbook of pediatrics; edisi

    ke-15. Philadelphia: WB Saunders Co 1996;1646-66.

    3. Lamster, Ira B. Lalla, Evanthia.The relationship between oral health and diabetes mellitus.Am Dent Assoc 2008;139;19S-24

    4. Guyton,A.C. 1997. Fisiologi Kedokteran. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran.EGC.

    5. Kandaswami & Middleton. 1997. Kandungan flavonoid jadi kekuatan ampuh.www.kompas.co.id/kesehatan/news/senior/gizi/0304/24/gizi2.htm

    6. Sulistyo, Soediro I, Sutisna M, Yulinah E. Karakterisasi dan uji aktivitas topikal senyawa antibakteri dari daun karamunting (Rhodomyrtus tomentosa)

    sebagai obat diabetes mellitus di daerah Pelaihari Kecamatan Pelaihari

    kabupaten Tanah Laut Kalimantan Selatan. PKM Penelitian Unlam, 2006

    7. Purbaya, J. R. 2003. Mengenal dan Memanfaatkan Khasiat Aloe Vera (Lidah Buaya). Bandung : Penerbit Pionir Jaya

    8. Ishii, K. Tanizawa, Takino Y. Studies of aloe vera mechanism of cathartic effect. biological and pharmaceutical bulletin 2004; 47 : 651- 653.

    9. Rajasekaran S, Ravi K, Sivagnanam K, Subramanian S. Beneficial effects of aloe vera leaf gel extract on lipid profile status in rats with streptozotocin

    diabetes. Clinical and experimental pharmacology and physiology 2006; 33:

    232237.

    10. WS, Bambang S, Idrus A, Marcellus SK, Siti S. Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid 3 edisi IV. Jakarta: Balai penerbit Fakultas Kedokteran Universitas

    Indonesia,2006.

    11. Iki K, Pour PM. Distribution of pancreatic endocrine cells including IAPP-expressing cells in non-diabetic and type 2 diabetic cases. Journal of

    Histochemistry & cytochemistry 2007; 55(2): 111-118.

  • 12. Brownlee M. Banting Lecture 2004: The pathobiology of diabetic complication. A unifying mechanism. Diabetes 2005;54:1615-25.

    13. Goldberg IJ. Diabetic dyslipidemia: Causes and consequenses, Clinical review 124. The Journal of Clinical Endocrinology & Metabolism 2001; 86(3): 965-

    971.

    14. Mulvihill EE, Allister EM, Sutherland BG et al. Naringenin prevents Dyslipidemia, Apolipoprotein B Overproduction, and Hyperinsulinemia in ldl

    Receptornull Mice with diet-induced insulin resistance. Diabetes 2009; 58:21982210.

    15. Boer de Ian. Insulin Therapy, hyperglycemia, and hypertension in Type 1 Diabetes Mellitus. Arch Intern Med. 2008;168(17):1867-1873

    16. Ganong. (lupa mencatat dapusnya,nanti ditambahkan)

    17. Murray, Robert K, et al. Terjemahan Biokimia Harper. Jakarta: EGC, 2003

    18. Gylling, Helena, Tuominen Juha A, Koivisto Veikko A, and Miettinen Tatu A. Cholesterol metabolism in type 1 diabetes. Diabetes.2004;2217-2222.

    19. Weijenberg Matty P, Feskens Edith J. M, and Daan Kromhout. Total and high density lipoprotein cholesterol as risk factors for coronary heart disease in

    elderly men during 5 Years of follow-up the zutphen elderly study. American

    journal of epidemiology 1996; Vol. 143

    20. Miettinen Tatu A. Low synthesis and high absorption of cholesterol characterize type 1 diabetes. Diabetes care 2004; 27:5358

    21. Starr F, Starr K, Loope L. Rhodomyrtus tomentosa downy rose myrtle myrtaceae. United States geological survey-biological resources division

    haleakala field station, Maui, Hawaii. 2003

    22. Morin B. Nichols LA,Zalasky.KM, Davis. JW, Manthey JA, Holland LJ. The citrus flavonoids hesperetin and nobiletin differentially regulate low density

    lipoprotein receptor gene transcription in HepG2 liver cells. J Nutr

    2008;138:1274-1281

    23. Widowati L, Dzulkarnain B, Saroni. Tanaman obat untuk diabetes mellitus. Cermin dunia kedokteran. 1997; 116: 53-9

    24. ShanevMcWhorter L. Biological complementary therapies: a focus on botanical products in diabetes. Diabetes spectrum 2001;14:199-208

  • 25. Yeh GY, Eisenberg DM, Kaptchuk TJ, Phillips RS. Systematic review of herbs and dietary supplements for glycemic control in diabetes. Diabetes care

    2003;26: 1277-94

    26. Tanaka M, Misawa E, Ito Y, et al. Identification of five phytosterols from aloe vera gel as anti-diabetic compunds. Biol Pharm Bull. 2006; 29(7): 14181422

    27. Redmond WA. Rat. Microsoft 2007. (CD-ROM: Microsoft Encarta Dictionary 2007).

    28. Islas Andrade S, Monsalve MCR, de la Pena JE, Polanco AC, Palomino MA, Velasco AF. Streptozotocin and alloxan in experimental diabetes: comparison

    of the two models in rats. Acta Histochem Cystochem 2000;33(3):201-208.

    29. Suharmiati. Pengujian Bioaktivitas anti diabetes mellitus tumbuhan obat. Cermin Dunia Kedokteran 2003;140:8-13.