jurnal ilmiah adiraga · 2019. 6. 27. · jurnal ilmiah adi raga vol. 2 no. 2 issn: 2477-2455 66 *)...
TRANSCRIPT
Compac
Diterbitkan Oleh:
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEPELATIHAN OLAHRAGA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PGRI ADI BUANA SURABAYA Email: [email protected]
JURNAL ILMIAH ADIRAGA Pendidikan Kepelatihan Olahraga Volume 2 Nomor 2, Edisi Maret 2016
ISSN : 2477- 2445
Daftar Isi
1. Sunarno Basuki., Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Lari 100 M Siswa SMAN 2 Banjar Baru Kalimantan Selatan
2. Uswatun Hasanah dan Suhartono.,
Penerapan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Jigsaw Terhadap Motivasi
Belajar Siswa
3. Sumardi., Peran Psikologi Olahraga, Motivasi, dan Gugahan Pada Atlet
4. Abd. Cholid., Evaluasi Pelatih Pelaksanaan
Sekolah Sepakbola di Pengprov Persatuan
Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) Jawa
Timur
5. Santika RH., Teknologi Low Level Laser Pada Latihan Olahraga
6. Eka Kurnia Darisman., Penggunaan Media Audio Visual Dalam Pembelajaran Teknik Shooting Bola Basket
7. Harwanto., Bimbingan Teknis Pembelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan
8. Ujang Rohman., Makna dan Peranan Kebugaran Jasmani Bagi Masyarakat
9. Hayati., Menjaga Kesehatan Anak Usia Dini di Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
10. Suharti., Pengaruh Latihan Senam Yoga Terhadap Kelentukan dan Keseimbangan Tubuh
11. Ramadhany Hananto Puriana., Pengaruh Pelatihan Ladder Drill Hop Scotch Pattern Terhadap Power Otot Tungkai
J U R N A L I L M I A H
ADIRAGA Volume 2, Nomor 2, Edisi Maret 2016
Terbit 2 kali setahun pada bulan September dan Maret, berisi naskah hasil penelitian, gagasan konseptual, kajian teori
atau aplikasi di bidang pendidikan, kepelatihan, dan IPTEK olahraga.
Pembina
Drs. Djoko Adi Walujo, ST., MM., DBA. (Rektor Universitas PGRI Adi Buana Surabaya)
Penasihat
Dra. Dwi Retnani S., M.Si (Dekan FKIP)
Dr. Suhari, SH., M.Si (Wakil Dekan 1 FKIP)
Dr. Endang Mastuti Rahayu, M.Pd (Wakil Dekan 2 FKIP)
Drs. Sunyoto Hadi Prayitno, M.Pd (Wakil Dekan 3 FKIP)
Penanggung Jawab
Drs. Ujang Rohman, M.Kes. (Ketua Program Studi PKO)
Ketua Penyunting Drs. Santika Rentika Hadi, M.Kes
Wakil Ketua Penyunting Dr. Muhamad Muhyi, M.Pd
Penyunting Kehormatan
Prof. Toho Cholik Mutohir, M.A, Ph.D. (UNESA Surabaya)
Prof, Dr, dr, Harjanto, M.S. (UNAIR Surabaya)
Prof, Dr, dr, Paulus Liben, M.S. (UNAIR Surabaya)
Prof. Dr. M.E. Winarno, M.Pd (UM Malang)
Dr. Dimyati, M.Si (UNY Yogyakarta)
Dr. Tarsyad Nugraha, M.Kes (UNIMED Medan)
Prof. Dr. Iskandar Wiryokusumo, M.Sc (UNIPA Surabaya)
Prof. Dr. Gempur Santoso, M.S (UNIPA Surabaya)
Prof. Dr. Hartanto Sunardi, ST., S.Si., M.Pd (UNIPA Surabaya)
Dr. Sukarjati, M.Kes (UNIPA Surabaya)
Penyunting Pelaksana
Dr. Harwanto, ST., M.Pd, Dr. Abd. Cholid, S.Pd., M.Pd., Drs. Sumardi, M.Kes.
Drs. Sigit Sulendro, M.Pd., Drs. Ujang Rohman, M.Kes., dr. Hayati, M.Kes.
Drs. Ismawandi BP, M.Pd., Lukmanul Hakim, S.Or., M.Pd
Sekretariat Achmad Nuryadi, S.Pd., M.Pd
Mulyono, S.Or., M.Kes
Dra. Rusila Peni
Jurnal Ilmiah Adiraga : Diterbitkan oleh Program Studi Pendidikan Kepelatihan Olahraga, Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas PGRI Adi Buana Surabaya
Publikasi Naskah: Penyunting menerima naskah/artikel yang belum pernah diterbitkan dalam jurnal lain (petunjuk
bagi penulis: baca pada bagian dalam sampul belakang).
Alamat Penyunting dan Sekretariat: Program Studi PKO FKIP UNIPA Surabaya Jl. Dukuh Menanggal XII
Surabaya, Email: [email protected]
ISSN : 2477 - 2445
JURNAL ILMIAH ADIRAGA
DAFTAR ISI Volume 2, Nomor 2, Edisi Maret 2016
1
2
3
Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Lari 100 M Siswa SMAN 2 Banjar Baru Kalimantan Selatan Sunarno Basuki .......................................................................... Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Terhadap Motivasi Belajar Siswa Uswatun Hasanah dan Suhartono.............................................. Peran Psikologi Olahraga, Motivasi, dan Gugahan Pada Atlet Sumardi .......................................................................................
1 - 10
11 - 16
17 - 29
4 Evaluasi Pelaksanaan Sekolah Sepakbola Di Pengprov Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) Jawa Timur Abd. Cholid ................................................................................
30 - 41
5 Teknologi Low Level Laser Pada Latihan Olahraga Santika Rentika Hadi..................................................................
42 - 52
6 Penggunaan Media Audio Visual Dalam Pembelajaran Teknik Shooting Bola Basket Eka Kurnia Darisman ..................................................................
53 - 65
7 Bimbingan Teknis Pembelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan Harwanto ....................................................................................
66 - 75
8 Makna dan Peranan Kebugaran Jasmani Bagi Masyarakat Ujang Rohman ............................................................................
76 - 83
9
10
11
Menjaga Kesehatan Anak Usia Dini Di Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Hayati .......................................................................................... Pengaruh Latihan Senam Yoga Terhadap Kelentukan dan Keseimbangan Tubuh Suharti.......................................................................................... Pengaruh Pelatihan Ladder Drill Hop Scotch Pattern Terhadap Power Otot Tungkai Ramadhani Ramadhani Hananto Puriana......................................................
84 - 91
92 - 97
98 - 106
ISSN : 2477 - 2445
Jurnal Ilmiah Adi Raga Vol. 2 No. 2 ISSN: 2477-2455
66
*) DR. Harwanto, ST., M.Pd., , Dosen Program Studi Pendidikan Olahraga, Pascasarjana Universitas PGRI Adi Buana Surabaya
BIMBINGAN TEKNIS PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI,
OLAHRAGA DAN KESEHATAN
Harwanto*)
Abstrak
Secara konseptual dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani perlu dibangun mindset berpikir
guru sebagai upaya membangun performance anak didik melalui pembelajaran pendidikan jasmani
sebagaimana berikut ini: guru memahami dasar filosofi penjas, guru memahami arti dan makna
penjas, guru memahami tujuan pembelajaran penjas, guru memunyai model pembelajaran sesuai
dengan karakter geografis dan budaya di sekolah setempat, guru memunyai strategi pembelajaran
yang dipandang efektif dan inovatif sesuai karakter anak didik, guru diupayakan terlibat langsung di
dalam proses pembelajaran penjas agar muncul motivasi internal bagi masing-masing individu siswa
dan guru mampu menciptakan dan mengkondisikan system pembelajaran yang aktif, inovatif,
kreatif, efektif dan menyenangkan.
Kata kunci : bimbingan pembelajaran, pendidikan jasmani
Pendahuluan
Konsep Dasar Pendidikan Jasmani
Pendidikan jasmani merupakan bagian
integral dari pendidikan secara keseluruhan yang
bertujuan untuk mengembangkan secara organik,
neuromuskuler, intelektual,mental, emosional,
sosial dan spiritual melalui aktivitas jasmani.
Berdasarkan konsep dasar tersebut, maka
gagasan pendidikan jasmani diarahkan
sebagaimana berikut, bahwa:
1. Pendidikan jasmani merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari usaha-usaha pendidikan
secara keseluruhan
2. Pendidikan jasmani merupakan program yang
memerhatikan perkembanganperformance
individu/ anak didik.
3. Pendidikan jasmani berpusat pada anak didik,
bukan pada bahan pelajaran.
4. Sasaran belajar pendidikan jasmani diarahkan
pada perkembangan anak didik secara
keseluruhan, seperti peningkatan kemampuan
fisik, kecerdasan intelektual,mental-
emosional, psikomotorik, dan spiritual.
Sehubungan dengan hal itu, maka peranan
pendidikan jasmani didalam intensifikasi
penyelenggaraan pendidikan berfungsi sebagai
proses pembinaan manusia yang berlangsung
seumur hidup. Peranan Pendidikan jasmani
untuk merangsang pertumbuhan,
perkembangandan meningkatkan kemampuan
gerak. Tidak ada pendidikan jasmani yang tidak
memunyai sasaran pedagogis. Gerak sebagai
aktivitas jasmani yang merupakan dasar bagi
manusia untuk belajar mengenal alam sekitar
dan diri sendiri. Pendidikan jasmani dapat
membentuk kepribadian siswa yang akan
Jurnal Ilmiah Adi Raga Vol. 2 No. 2 ISSN: 2477-2455
67
*) DR. Harwanto, ST., M.Pd., , Dosen Program Studi Pendidikan Olahraga, Pascasarjana Universitas PGRI Adi Buana Surabaya
mendasari tindakannya yang nyata, selain itu
aktivitasnya melibatkan fisik, mental,
intelektual, emosional, sosial dan spiritual.
Dalam hal ini, siswa akan memeroleh berbagai
pengalaman yang berkaitan erat dengan kesan
pribadi yang menyenangkan.
Pengembangan Pendidikan jasmani saat
ini berupaya melaksanakan program-programnya
untuk mencapai hasil yang maksimal sesuai
dengan visi dan misi Pendidikan secara
keseluruhan (universal) dalam aktivitas formal
maupun non formal. Program pendidikan
jasmani dan pendidikan olahraga sekarang ini,
dirancang dengan kegiatan gerak fisik dan
olahraga sebagai model, tidak hanya untuk
mengembangkan badan tetapi juga untuk
mengajarkan perilaku sosial, kebudayaan, dan
menghargai etika serta untuk mengembangkan
kesehatan mental, dan emosional.
Jadi pendidikan jasmani merupakan
pendidikan melalui jasmani. Sebagaimana
pendapat Bucher (1983; 13), tentang definisi
Pendidikan jasmani sebagai berikut: “Physical
education is an integral part of the total
education process, is a field of endeavor that has
as its aim the improvement of human
performance through the medium of physical
activities that have been selected with a view to
realizing this outcome.” Artinya bahwa
Pendidikan jasmani merupakan suatu bagian dari
proses pendidikan secara keseluruhan sebagai
bidang usaha yang memunyai tujuan mencapai
tingkatan penampilan seseorang melalui
perantara phisik sebagai aktivitas yang dipilih
dengan maksud untuk merealisasikan hasil
luaran.
Tujuan pendidikan jasmani bersifat
menyeluruhdan memberikan kesempatan
siswa untuk:
1. Mengembangkan pengetahuan dan
keterampilan yang berkaitan dengan
aktivitas jasmani, perkembangan estetika,
dan perkembangan sosial.
2. Mengembangkan kepercayaan diri dan
kemampuan utk menguasai keterampilan
gerak dasar yang akan mendorong
partisipasinya dalam aneka aktivitas
jasmani.
3. Memeroleh dan memertahankan derajat
kebugaran jasmani yg optimal untuk
melaksanakan tugas sehari-hari secara
efisien dan terkendali.
4. Mengembangkan nilai-nilai pribadi melalui
partisipasi dalam aktivitas jasmani baik
secara kelompok maupun perorangan.
5. Berpartisipasi dalam aktivitas jasmani yang
dapat mengembangkan keterampilan sosial
yang memungkinkan siswa berfungsi
secaraefektif dalam hubungan antar orang.
6. Menikmati kesenangan dan keriangan
melalui aktivitas jasmani, termasuk
permainan olahraga.
Jurnal Ilmiah Adi Raga Vol. 2 No. 2 ISSN: 2477-2455
68
*) DR. Harwanto, ST., M.Pd., , Dosen Program Studi Pendidikan Olahraga, Pascasarjana Universitas PGRI Adi Buana Surabaya
Sedangkan tujuan pendidikan jasmani
yang harus menjadi pedoman kerja bagi guru-
guru sekolah, di Amerika; The educational
Policies Commession of the National Education
Association (NEA), mengadakan survey tentang
kebutuhan hidup remaja. Kesimpulan yang
diperoleh dibukukan dengan judul: The Purposes
of Education in A American Democratie. Mereka
menyimpulkan bahwa yang ditulis di bawah ini
seharusnya menjadi tujuan-tujuan pendidikan.
1. Tujuan untuk Percaya terhadap Diri Sendiri.
Mengembangkan daya ingatan,
keterampilan dalam proses fundamental
untuk berbicara, membaca, menulis, dan
berhitung; penglihatan dan pendengaran;
memeroleh pengetahuan kesehatan;
pengembangan kebiasaan hidup sehat;
mengenal kesehatan masyarakat;
pengembangan untuk hiburan; Intelegensi;
dan perhatian terhadap keindahan;
pengembangan budi pekerti yang baik.
2. Tujuan untuk Hubungan Kemanusiaan.
Menghormati kemanusiaan, persahabatan,
kerjasama, berbudi bahasa, apresiasi, dan
melestarikan rumah, demokrasi di rumah.
3. Tujuan untuk efisiensi ekonomi.
Menghormati pekerjaan, berhubungan
dengan pilihan dan informasi, berhubungan
dengan efisiensi, berhubungan dengan
apresiasi dan penyesuaian, ekonomi pribadi,
pertimbangan terhadap pemakai, efisiensi
dan belanja, perlindungan terhadap
pemakai.
4. Tujuan untuk Tanggungjawab terhadap
Warga Negara. Aktivitas dan keadilan
sosial, pengertian terhadap masyarakat,
penilaian terhadap kritik, toleransi,
kelestarian, aplikasi masyarakat terhadap
ilmu pengetahuan, kewargaduniaan,
waspada terhadap hukum, ekonomis
terhadap membaca dan menulis, politik
kewarganegaraan, taat terhadap demokrasi.
Jika mengkaji dari tujuan pendidikan jasmani
tersebut diatas, maka secara kompetensi sudah
masuk dalam ranah pengembangan kognisi,
afeksi dan psikomotor, sebagaimana termahtub
dalam tujuan pendidikan nasional.
Adapun dukungan pendidikan jasmani terhadap
pendidikan meliputi beberapa hal yakni
sumbangan terhadap :
a. Rasa percaya pada diri
sendiri(mengembangkan ingatan)
b. Perkembangan ketangkasan dalam proses
dasar. (berbicara, membaca, menulis dan
berhitung)
c. Tujuan kesehatan masyarakat (kegiatan
rekreasi masyarakat/ penyediaan fasilitas
umum )
d. Perkembangan prinsip-prinsip kebiasaan
hidup sehat. (memberi kepuasan thd
pengalaman pribadi)
Jurnal Ilmiah Adi Raga Vol. 2 No. 2 ISSN: 2477-2455
69
*) DR. Harwanto, ST., M.Pd., , Dosen Program Studi Pendidikan Olahraga, Pascasarjana Universitas PGRI Adi Buana Surabaya
e. Perkembangan sikap kooperatif atau
Kerjasama (memupuk rasa setia kawan/
berbudi luhur)
f. Perhatian pada rasa keindahan (menghargai
rasa keindahan thd prestasi orang lain)
g. Perkembangan kualitas karakter yang
diinginkan (menjaga kualitas sikap)
h. Tujuan untuk hubungan kemanusiaan
(menciptakan susana kekeluargaan)
i. Perkembangan sikap dan rasa keadilan sosial
(memupuk rasa toleransi antar teman)
j. Perkembangan apresiasi dan pemeliharaan
kehidupan keluarga (menciptakan
kebersamaan dalam keluaraga)
k. Perkembangan budi bahasa (memperlakukan
lawan dengan adil/sportmanship)
l. Pelestarian alam (tanpa membedakan suku,
warna kulit dan faham politik)
m. Perkembangan watak (patuh pada peraturan)
n. Pengembangan kualitas demokrasi
(menghargai martabat dan harga diri orang
lain)
Problematika Dalam Pendidikan Jasmani
Persoalan mendasar dalam proses
pembelajaran pendidikan jasmani saat ini adalah
bukanlah semata-mata bagaimana proses
meningkatkan efektivitas belajar mengajar untuk
mencapai tujuan pendidikan. Mengingat
didalamnya juga terkandung beberapa tuntutan
perubahan pada domain kognitif, afektif dan
psikomotor di tingkat mikro individual.
Efektivitas proses pendidikan dimaksud tidak
hanya dipengaruhi oleh aspek fisik, biologis dan
psikologisnya saja, tetapi juga dari aspek
konteks lingkungan, geografis dan budaya
setempat.
Itulah sebabnya penyediaan pengalaman
belajar yang mengandung nilai-nilai
kependidikan, implimentasi pendekatan dan
model pembelajaran harus serasi dengan
substansi tugas ajar dan beberapa sumber belajar
lainnya. Karena itu penyelenggaraan pendidikan
jasmani tidak saja dipengaruhi oleh metode,
model, strategi, dan pendekatan saja, tetapi dapat
diamati dari sisi kebijakan, perencanaan yang
dikaitkan dengan konteks lingkungan pendidikan
itu sendiri.Itu artinya bahwa efektivitas
pembelajaran pendidikan jasmani perlu
didukung oleh kebijakan steakholder dan
perencanaan guru penjas.
Permasalahan utama yang dihadapi
pendidikan jasmani dewasa ini adalah terjadinya
perubahan nilai-nilai budaya. Perubahan
dimaksud berupa kultur gerak. Menurut Bart
Crum (1994) dalam Rusli Lutan (2003:101)
„movement culture’, yakni terjadi perubahan
kebiasaan aktif bergerak menjadi kebiasaan
kurang gerak atau bahkan fenomena gaya hidup
diam. Pergeseran gaya hidup itu, dipicu oleh
aneka kemudahan dalam kehidupan sehari-hari
yang di dukung oleh perubahan taraf hidup,
Jurnal Ilmiah Adi Raga Vol. 2 No. 2 ISSN: 2477-2455
70
*) DR. Harwanto, ST., M.Pd., , Dosen Program Studi Pendidikan Olahraga, Pascasarjana Universitas PGRI Adi Buana Surabaya
penggunaan teknologi komunikasi dan
transportasi serba otomatis sehingga di kalangan
anak-anak yang fitrahnya sebagai mahluk
bermain (homo luden) sangat berkurang dan
cenderung menghilangkan aktivitas fisik dalam
berbagai kegiatannya.
Dalam kehidupan sehari-hari banyak
waktu yang dihabiskan untuk menyaksikan
program televisi, video, dan digunakan untuk
internetan seperti games online, facebook dan
lain sebagainya. Pergi ke sekolah atau ke
kampus menggunakan kendaraan sebagai alat
transportasi.Berkunjung ke toko swalayan lebih
banyak menggunakan lift dan tangga berjalan
(escalator) ketimbang naik menggunakan tangga
dengan pertimbangan mereka lebih cepat,
nyaman dan menghemat tenaga.
Kecenderungan gaya hidup kurang gerak
ini, menurut George Peterson (2004:2) selaku
perwakilan WHO Indonesia menyatakan
„sekarang ini banyak masyarakat yang tidak aktif
bergerak (sedentary life-style) akibatnya
kebugaran jasmani sangat rendah. Ini merupakan
penyebab satu dari sepuluh kematian di dunia.
Oleh karenanya WHO memprediksi pada tahun
2020 sebanyak 73% kematian disebabkan oleh
penyakit tidak menular, atau sebanyak 60%
disebabkan rendahnya kebugaran jasmani.
(www.kompas.com.health.news.2004).
Dalam ungkapan yang relatif sama,
berdasarkan hasil penelitian, Fu & Fung (2004);
dalam Chin Ming-Kai (2008:8) mengungkapkan
„80 % orang Cina yang tinggal di Beijing,
Shanghai, dan Hongkong berperilaku kurang
gerak‟. Perilaku semacam ini juga terjadi di
Eropa. Menurut Janz, (2001), Tybor, (2005);
Janssen, (2005) dalam Chin Ming-Kai (2008:9)
menyatakan sebanyak 130.000 orang anak usia
sekolah dari 34 Negara Eropa aktivitas fisiknya
menurun karena waktu yang digunakan lebih
banyak diluangkan untuk menonton televisi.
Jadi tidaklah berlebihan Jordan, (2006); dalam
Chin Ming-Kai (2008:8) menjelaskan hasil
survey akhir-akhir ini menunjukkan “…time
children spent on television, videos, video games
and computer five hours per day”. Masalah ini
perlu ditanggapi sebagai ancaman bagi
peningkatan kualitas hidup. Inti
permasalahannya dapat dikatakan terjadinya
krisis lembaga pendidikan formal, khususnya di
lembaga pendidikan jasmani yang sudah tidak
mampu lagi menjawab kebutuhan masyarakat
akan pendidikan.
Krisis tersebut menurut Foldesi, (1993),
Naul,.(1994); dalam Rusli Lutan (2003:96)
„menjadi isu sentral, tidak saja melanda Negara
berkembang seperti bangsa Indonesia, tetapi
juga Negara-negara maju seperti Amerika
Serikat, Australia, Inggris dan Jerman‟. Isu
dimaksud pernah diungkapkan Rusli Lutan pada
Konvensi Nasional Pendidikan Jasmani dan
Olahraga 24-25 November 2008 di Universitas
Jurnal Ilmiah Adi Raga Vol. 2 No. 2 ISSN: 2477-2455
71
*) DR. Harwanto, ST., M.Pd., , Dosen Program Studi Pendidikan Olahraga, Pascasarjana Universitas PGRI Adi Buana Surabaya
Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung dengan
tema “Paradigma baru dalam pembangunan
keolahragaan nasional berbasis ilmu terpadu.
Selanjutnya apa yang harus kita lakukan,
tentunya ini menjadi tugas para guru Penjas
untuk menyikapi bagaimana strategi dan teknis
dalam proses pembelajaran di lapangan?
Strategi Pembelajaran Pendidikan Jasmani
1. Penguatan Kemampuan skill Guru Penjas.
Dalam implementasi proses pembelajaran
penjas baik di dalam kelas maupun di
lapangan, diharapkan guru Penjas dapat
mengembangkan pembelajaran yang
berorientasi pada siswa (Child-centered),
serta lebih fokus pada penciptaan
pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif
dan menyenangkan dalam meraih tujuan.
Oleh karenanya guru penjas harus selalu
mengembangkan proses pembelajaran yang
lebih bermakna. Artinya bahwa siswa tidak
hanya menjalankan apa yang ditugaskan oleh
guru akan tetapi juga memahami apa yang
mereka lakukan, apapun bentuk materinya.
Untuk mencapai hal tersebut maka guru perlu
melakukan kesiapan secara konseptual dan
bilamana perlu dilakukan kerjasama dengan
Perguruan Tinggi agar terjadi proses
peningkatan model pembelajaran melalui
supervisi, bimbingan, dan feedback yang
memadai dari pembimbing dan guru
modelnya.
2. Penguatan Program Mentoring
Program mentoring dibuat dalam rangka
memfasilitasi idealisme guru Penjas dalam
melaksanakan inovasi untuk meraih standar
profesional mengajar.Menyadari bahwa
banyak permasalahan yang harus diatasi
dalam pembelajaran Penjas, maka para guru
harus sudah menyiapkan sejumlah gagasan
dan berbagai inovasi yang ingin
direalisasikan pada kesempatan
tersebut.Namun ini justru yang menjadi
kendala di lapangan, sehingga dibutuhkan
kerjasama dengan mentor sebagai
pendamping.Keberadaan para mentor yang
berpengalaman, terlatih, dan profesional dari
Universitas/PTakan sangat membantu dalam
menguasai dan mengimplementasikan Subject
Spesific Pedagogy (SSP). Fokus terhadap
proses belajar yang dilakukan dalam real
setting melalui program mentor inilah yang
menyebabkan guru lebih siaga dalam
mengatasi dan meminimalisir berbagai
masalah dalam proses pembelajaran
pendidikan jasmani.
3. Meningkatkan Akuntabilitas Pbm Pendidikan
Jasmani
Sekolah dan guru Penjas hendaknya
mengembangkan dan mengimplementasikan
berbagai model pembelajaran yang sesuai
Jurnal Ilmiah Adi Raga Vol. 2 No. 2 ISSN: 2477-2455
72
*) DR. Harwanto, ST., M.Pd., , Dosen Program Studi Pendidikan Olahraga, Pascasarjana Universitas PGRI Adi Buana Surabaya
dengan kondisi setempat dalam rangka
meningkatkan akuntabilitas PBM Penjas yang
dirasakan masih belum maksimal, baik dilihat
dari peningkatan dimensi fisik (kebugaran,
kemampuan gerak, gaya hidup aktif), maupun
pada dimensi sosial, afektif, dan kognitif.
Untuk itu, Guru Penjas di sekolah harus
selalu bekerja sama dengan akademisi dan
stakeholdernya.
Dengan demikian hasil belajar (learning
outcomes) yang diperoleh melalui PBM
Penjas akan menjadi lebih jelas, tegas, dan
realistis, disamping para guru Penjas dapat
lebih leluasa dalam memilih strategi,
pendekatan, dan model pembelajaran.
4. Pengembangan Program Penjas Berbasis
Masyarakat (P3BM)
Sebagian besar Pendidikan Jasmani
dilaksanakan dalam seting lingkungan
sekolah yang hasil pencapaian tujuan belum
bisa dicapai secara maksimal, bahkan masih
jauh dari realitas yang sebenarnya.Para guru
Penjas sudah saatnya mengembangkan P3BM
agar suatu saat Penjas di sekolah memegang
peranan sentral bagi penanaman nilai-nilai
pendidikan pada anak-anak, keluarga, dan
masyarakat pada umumnya.
Program P3BM dapat dilakukan mulai dari
bentuk yang sederhana dengan mendatangkan
volunteer pengajar Penjas di Sekolah hingga
bentuk yang lebih kompleks. Embrio P3BM
dapat dimulai dari kegiatan ekstra kurikuler
seperti: olahraga permainan yang dikemas
dengan budaya masyarakat setempat,
bersepeda, mountaining, aerobic, mengenal
alam sekitar dan lain sebagainya.
5. Pendekatan Teknik Dan Strategi Pembelajaran
penjas
a. Pendekatan Mengajar
Efektivitas pembelajaran sangat ditentukan
oleh metode pendekatan pengajaran yang
dilakukan guru atas dasar pengalaman,
pengetahuan guru terhadap sifat
keterampilan atau tugas gerak yang akan
dipelajari siswa. Berdasarkan sifat tugas
gerak yang ada, pendekatan mengajar bisa
dibedakan menjadi dua pendekatan, yaitu
pendekatan langsung dan pendekatan tak
langsung.
Dalam pendidikan jasmani, pengajaran
langsung biasanya memandang bahwa guru
melakukan kontrol yang penuh terhadap apa
yang siswa pelajari dan bagaimana
prosesnya berlangsung. Guru penjas yang
menggunakan pengajaran langsung
melakukan hal-hal berikut: Memecah
keterampilan ke dalam bagian-bagian
tertentu hingga batas dapat diatur dan
berorientasi pada keberhasilan.
Berikut sistematika praktis yang dilakukan
oleh guru yakni secara jelas menerangkan
Jurnal Ilmiah Adi Raga Vol. 2 No. 2 ISSN: 2477-2455
73
*) DR. Harwanto, ST., M.Pd., , Dosen Program Studi Pendidikan Olahraga, Pascasarjana Universitas PGRI Adi Buana Surabaya
dan mendemonstrasikan apa yang harus
dilakukan siswa.
1). Merancang tugas yang terstruktur untuk
siswa sehingga mudah dipelajari.
2). Mewajibkan siswa untuk bertanggung
jawab pada tugasnya melalui
pengajaran aktif dan umpan balik
khusus.
3). Menilai keberhasilan siswa dan
pengajarannya didasarkan pada apa
yang dipelajari siswa.
Di pihak lain, pendekatan pengajaran tak
langsung mengalihkan tugas mengontrol
pembelajaran pada siswa yang melakukan
pembelajaran. Artinya, guru tidak lagi
mengendalikan pembelajaran secara penuh,
tetapi memberikan kesempatan pada siswa untuk
bersama-sama melakukannya. Pengajaran tak
langsung tidak mudah dijelaskan seperti
pengajaran langsung, tetapi biasanya melibatkan
satu atau beberapa gambaran berikut:
1). Materi pelajaran disajikan lebih secara
menyeluruh.
2). Materi tidak dipecah menjadi bagian-bagian,
karena dianggap bahwa satuan materi akan
lebih bermakna bagi siswa.
3). Tugas siswa dalam proses pembelajaran
biasanya dikembangkan sehingga
pemikiran, perasaan, atau keterampilan
berinteraksi dari siswa dikembangkan ke
dalam pengalaman belajar yang dirancang
oleh guru.
b. Gaya Mengajar Pendidikan Jasmani
Berikut beberapa gaya pembelajaran penjas
yang diterapkan di lapangan:
1). Gaya A Komando (Command Style)
Semua keputusan dikontrol guru. Murid
hanya melakukan apa yang diperintahkan
guru. Satu aba-aba, satu respons siswa.
2). Gaya B Latihan (Practice Style)
Guru memberikan beberapa tugas, siswa
menentukan di mana, kapan, bagaimana,
dan tugas mana yang akan dilakukan
pertama kali. Guru memberi umpan balik.
3). Gaya C Berbalasan (Reciprocal Style)
Satu siswa menjadi pelaku, satu siswa lain
menjadi pengamat dan memberikan umpan
balik dansetelah itu, bergantian.
4). Gaya D Menilai diri sendiri (Self Check
Style)
Siswa diberi petunjuk untuk bisa menilai
penampilan dirinya sendiri.Pada saat
latihan, siswa berusaha menentukan
kekurangan dirinya dan mencoba
memperbaikinya.
5). Gaya E Partisipatif atau Inklusif
(Inclusion Style)
Guru menentukan tugas pembelajaran
yang memiliki target atau kriteria yang
berbeda tingkat kesulitannya, dan siswa
Jurnal Ilmiah Adi Raga Vol. 2 No. 2 ISSN: 2477-2455
74
*) DR. Harwanto, ST., M.Pd., , Dosen Program Studi Pendidikan Olahraga, Pascasarjana Universitas PGRI Adi Buana Surabaya
diberi keleluasaan untuk menentukan
tingkat tugas mana yang sesuai dengan
kemampuannya. Dengan begitu, setiap
anak akan merasa berhasil, dan tidak ada
yang merasa tidak mampu.
6). Gaya F Penemuan Terbimbing (Guided
Discovery)
Guru membimbing siswa ke arah jawaban
yang benar melalui serangkaian tugas atau
permasalahan yang dirancang guru. Guru
setiap kali meluruskan atau memberikan
petunjuk untuk mengarahkan anak pada
penemuan itu.
7). Gaya G Pemecahan Masalah (Problem
Solving)
Guru menyediakan satu tugas atau
permasalahan yang akan mengarahkan
siswa pada jawaban yang bisa diterima
untuk memecahkan masalah itu. Oleh
karena itu, jawaban atau pemecahan yang
diajukan siswa bisa bersifat jamak.
8). Gaya H, I, J Program yang dirancang
siswa/Inisiatif siswa/Pengajaran diri
Sendiri (Learner designed
program/learner initiated/self-teaching)
Siswa mulai mengambil tanggung jawab untuk
apa pun yang akan dipelajari serta bagaimana hal
itu akan dipelajari. (Buscher, Craig A. (1994)
Rekomendasi Proses Pembelajaran
Pendidikan jasmani.
Secara konseptual dalam proses
pembelajaran pendidikan jasmani perlu
dibangun mindset berpikir guru sebagai upaya
membangun performance anak didik melalui
pembelajaran pendidikan jasmani sebagaimana
berikut ini:
1. Guru memahami dasar filosofi penjas
2. Guru memahami arti dan makna penjas
3. Guru memahami tujuan pembelajaran penjas
4. Guru memunyai model pembelajaran sesuai
dengan karakter geografis dan budaya di
sekolah setempat
5. Guru memunyai strategi pembelajaran yang
dipandang efektif dan inovatif sesuai karakter
anak didik
6. Guru diupayakan terlibat langsung di dalam
proses pembelajaran penjas agar muncul
motivasi internal bagi masing-masing
individu siswa
7. Guru mampu menciptakan dan
mengkondisikan system pembelajaran yang
aktif, inovatif, kreatif, efektif dan
menyenangkan.
Demikian sajian materi ini semoga bermanfaat,
terima kasih
Daftar Pustaka
Bucher, Charles A. (1979). Foundations of
Physical Education, (8th Ed.), St. Louis,
MI., Mosby Company.
Jurnal Ilmiah Adi Raga Vol. 2 No. 2 ISSN: 2477-2455
75
*) DR. Harwanto, ST., M.Pd., , Dosen Program Studi Pendidikan Olahraga, Pascasarjana Universitas PGRI Adi Buana Surabaya
Buscher, Craig A. (1994). Teaching Children
Movement Concepts and Skills,
Champaign, III. : Human Kinetics
Publisher, Inc.,
Lutan, Rusli, (2003).“Paradigma baru dalam
pembangunan keolahragaan nasional
berbasis ilmu terpadu”.Konvensi
Nasional Pendidikan Jasmani dan
Olahraga 24-25 November 2008 di
Universitas Pendidikan Indonesia (UPI)
Bandung.
Mahendra, Agus. (2012) Konsep dan Falsafah
pendidikan jasmani, Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional.
Suherman, Adang (2013). Pidato Pengukuhan
Sebagai Guru Besar di BPU Universitas
Pendidikan Indonesia.