jurnal imtiyaz vol 4 no 01 , maret 2020

15
JURNAL IMTIYAZ Vol 4 No 01 , Maret 2020 1 KEISTIMEWAAN ISTIQAMAH DALAM PERSFEKTIF AL-QUR’AN Mulyono Email: [email protected] STKIP PGRI PONOROGO Abstrak Ibnu Rajab dalam bukunya yang berjudul Jamiul Ulum Wal Hikam mengatakan, bahwa “istiqamah adalah prilaku jalan yang lurus dan agama yang lurus dengan tidak melenceng kekanan atau kekiri, istiqamah mencakup semua perbuatan taat yang dhohir maupun bathin dan istiqamah meninggalkan semua yang dilarang, wasiat ini bersifat menyeluruh untuk semua urusan agama.“ Merujuk dari statement yang telah disampaikan oleh Ibnu Rajab di atas, penyusun bertambah yakin bahwa betapa pentingnya materi istiqamah ini dibahas. Istiqamah merupakan bagian dari ciri pribadi yang mulia, karakter orang-orang sholeh, sikap yang menjiwai orang-orang sukses dunia akherat. Istiqamah juga merupakan bagian dari ciri-ciri ahli surga. Jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library research) yang dikemas dalam sebuah tesis yang menggunakan metode penelitian tafsir yang kita kenal dengan metode tafsir maudhu’i. Oleh karena itu, penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, yang bersifat deskriptif-analisis. Dengan pendekatan yang digunakan adalah keimanan spiritual. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa pribadi yang istiqamah harus dimiliki oleh setiap muslim, karena istiqamah sangat erat kaitannya dengan kualitas ibadah dan keiamanan seorang mukmin, tanpa istiqamah hidupnya terasa asal-asalan dan hampa tak bermakna. Kata kunci: keistimewaan, istiqamah, dalam al-Qur’an Abstract Ibn Rajab in his book entitled Jamiul Ulum Wal Hikam said, that "istiqamah is the behavior of a straight path and a straight religion without deviating to the right or left, istiqamah includes all the obedient acts that dhohir or inner and istiqamah leave all that is forbidden, this will is straight comprehensive for all religious matters. " Referring to the statement conveyed by Ibn Rajab above, the author became convinced that the importance of this material is discussed. Istiqamah is part of a noble personal trait, the character of pious people, an attitude that animates the successful people of the hereafter. Istiqamah is also part of the characteristics of experts in heaven. This type of research is library research which is packaged in a thesis that uses the interpretation research method that we are familiar with maudhu 'interpretation method. Therefore, this research is a qualitative research,

Upload: others

Post on 15-Oct-2021

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

JURNAL IMTIYAZ Vol 4 No 01 , Maret 2020

1

KEISTIMEWAAN ISTIQAMAH DALAM PERSFEKTIF AL-QUR’AN

Mulyono

Email: [email protected]

STKIP PGRI PONOROGO

Abstrak Ibnu Rajab dalam bukunya yang berjudul Jamiul Ulum Wal Hikam

mengatakan, bahwa “istiqamah adalah prilaku jalan yang lurus dan agama

yang lurus dengan tidak melenceng kekanan atau kekiri, istiqamah mencakup

semua perbuatan taat yang dhohir maupun bathin dan istiqamah meninggalkan

semua yang dilarang, wasiat ini bersifat menyeluruh untuk semua urusan

agama.“ Merujuk dari statement yang telah disampaikan oleh Ibnu Rajab di

atas, penyusun bertambah yakin bahwa betapa pentingnya materi istiqamah ini

dibahas. Istiqamah merupakan bagian dari ciri pribadi yang mulia, karakter

orang-orang sholeh, sikap yang menjiwai orang-orang sukses dunia akherat.

Istiqamah juga merupakan bagian dari ciri-ciri ahli surga.

Jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library research)

yang dikemas dalam sebuah tesis yang menggunakan metode penelitian tafsir

yang kita kenal dengan metode tafsir maudhu’i. Oleh karena itu, penelitian ini

merupakan penelitian kualitatif, yang bersifat deskriptif-analisis. Dengan

pendekatan yang digunakan adalah keimanan spiritual.

Hasil penelitian ini menyatakan bahwa pribadi yang istiqamah harus

dimiliki oleh setiap muslim, karena istiqamah sangat erat kaitannya dengan

kualitas ibadah dan keiamanan seorang mukmin, tanpa istiqamah hidupnya

terasa asal-asalan dan hampa tak bermakna.

Kata kunci: keistimewaan, istiqamah, dalam al-Qur’an

Abstract

Ibn Rajab in his book entitled Jamiul Ulum Wal Hikam said, that "istiqamah

is the behavior of a straight path and a straight religion without deviating to

the right or left, istiqamah includes all the obedient acts that dhohir or inner

and istiqamah leave all that is forbidden, this will is straight comprehensive

for all religious matters. " Referring to the statement conveyed by Ibn Rajab

above, the author became convinced that the importance of this material is

discussed. Istiqamah is part of a noble personal trait, the character of pious

people, an attitude that animates the successful people of the hereafter.

Istiqamah is also part of the characteristics of experts in heaven. This type of

research is library research which is packaged in a thesis that uses the

interpretation research method that we are familiar with maudhu

'interpretation method. Therefore, this research is a qualitative research,

2

which is descriptive analysis. The approach used is spiritual faith. The results

of this study state that a person who istiqamah must be possessed by every

Muslim, because istiqamah is very closely related to the quality of worship and

the security of a believer, without his life is arbitrary and empty meaningless.

Keywords: idiosyncrasy, istiqamah, in the Qur'an

PENDAHULUAN

”Al Istiqaamatu Khairun Min Alfi Karamah” (Istiqamah itu lebih baik

dari seribu karamah), penulis menemukan kalimat ini sewaktu masih

dipesantren, penulis ingin mencoba membahas dan mendalaminya dengan

menuangkanya dalam bentuk karya tulis ilmiah (tesis). Walaupun penulis

kurang tahu pasti, apakah ungkapan tersebut hadits atau bukan. Namun bagi

penulis yang terpenting adalah makna atau esensi yang terkandung dalam

ungkapan tersebut tidak menyimpang dari syari’at dan bisa memberikan energi

positif atau semangat baru untuk berbuat untuk menghasilkan yang terbaik.

Sudah menjadi fakta dan data di masyarakat, bahwa banyak yang

mempunyai keinginan dan bercita-cita tinggi, namun karena tidak diiringi

dengan komitmen yang kuat, amaliah yang kontinyu dan tahan banting dalam

menghadapi ujian dan cobaan, akhirnya cita-cita dan keinginannya kandas

ditengah jalan. Ada yang ingin sukses di dunia, harta melimpah, rumah mewah

dan mendapatkan segala fasilitas serba mudah, namun karena semuanya hanya

sebatas angan-angan tidak dibarengi dengan usaha yang gigih dan istiqamah

serta bersabar dalam berproses, maka yang didapatkan hanya kekecewaan.

Begitu pula ada yang berharap khusnul khatimah ketika mengahadap

Allah swt (meninggal), bahagia dan mendapatkan keberuntungan yang abadi,

namun harapanya tersebut tidak diiringi dengan kokohnya iman, senantiasa

komitmen dan istiqamah dalam menjalankan perintah dan menjauhi segala

larangan-Nya serta teguh hati dalam menghadapi segala ujian dan cobaan yang

menghadang perjalanan, maka yang didapatkan hanya keputus asaan yang

menyiksa dan keterpurukan yang mendera.

Seseorang yang tidak visioner dalam kehidupannya, tidak memiliki

tujuan dan langkah yang jelas dalam menggapai impiannya, mereka lambat

laun akan tergilas seiring dengan terus berputarnya rotasi kehidupan yang tidak

mau kompromi ini. Namun bagi para pemegang peranan penting dalam

kehidupan dan mempunyai visi-misi hidup yang jelas, maka mereka senantiasa

akan komitmen dan konsisten (istiqamah) atas apa yang dilakukannya,

memegang teguh al-Qur’an dan Sunnah sebagai pedoman hidupnya, hingga

kemenangan dan kesusksesan besar diraihnya dengan gemilang, dimana

kesuksesan yang dimaksud adalah kebahagiaan hidup yang abadi didalam

Surga Jannatun Na’im.

Kehidupan modern yang serba hedonisme seperti yang kita alami

sekarang ini, menuntut adanya ketahanan mental yang kuat, keimanan yang

JURNAL IMTIYAZ Vol 4 No 01 , Maret 2020

3

teguh serta menjalani kehidupan dunia ini dengan penuh keihlasan dan penuh

ketaatan kepada sang pemberi nikmat. Wujud dari ketaatan tersebut

merupakan bukti bahwa kita termasuk hamba yang senantiasa “tahu diri”

bersyukur kepada Allah atas segala karunia yang tiada taranya yang telah

dikaruniakan kepada kita tanpa perhitungan sedikitpun.

Hidup di zaman yang serba instan ini, memang perlu imunitas iman yang

kokoh, menyadari bahwa hingar-bingarnya dunia, kemewahan dan kenikmatan

yang menggoda, semuanya belum seberapa dibanding kenikmatan Allah yang

telah dijanjikan-Nya berupa kenikmatan yang belum pernah terlintas oleh

pandangan mata, terdengar oleh sepasang telinga manusia, apalagi terfikirkan

oleh hati manusia, dimana kenikmatan tersebut adalah berupa Surga Jannatun

Na’im. Namun, betapa tidak sedikit manusia yang bingung, limbung dan hilang

keseimbangan ketika menghadapi kenyataan hidup yang serba hedonisme

tersebut. Padahal obatnya sederhana yaitu Istiqamah dalam mengikuti manhaj

Allah yang lurus yaitu Shirathal Mustaqim dan tiada bosan membasahi bibir

untuk senantiasa bertahmid sebagai tanda syukur atas segala karunia-Nya.

Pembahasan secara makro mengenai istiqamah memang relatif jarang

dilakukan oleh kalangan pengukir karya ilmiah, kecuali artikel-artikel dan

ceramah-ceramah yang sering ditulis dalam buletin-buletin maupun dalam

artikel di internet, padahal sikap istiqamah merupakan sikap yang sangat

penting dan harus dimiliki oleh kaum muslimin.

Sebuah buku yang cukup bagus ditulis dalam berbahasa Arab berjudul

“Istiqamah Fii Mi’ati Hadiitsin Nabawi” yang telah ditulis oleh Dr.

Muhammad Zakky Muhammad Khudhari merupakan salah satu karya ilmiah

yang membahas tentang Istiqamah secara makro. Namun karya ini ditulis

berdasarkan 100 hadits rasul yang terkait dengan sikap istiqamah dan belum

sepenuhnya mengambil dalil dari al-Qur’an. Buku ini dibagi menjadi 7 bab

besar yang menjelaskan tentang sikap konsisten atau bagaimana seharusnya

kaum muslimin bersikap konsisten atau istiqamah dalam kehidupannya.

Selain buku diatas, ada satu buku lagi yang membahas tentang istiqamah.

Buku tersebut berjudul ”Quantum Istiqamah” yang ditulis oleh Rusdin S.

Rauf. Setelah dikaji dan diteliti oleh penulis, buku tersebut menjelaskan

tentang metode mengkolaborasikan kekuatan perasaan, pikiran dan tindakan

berdasarkan al-Qur’an, Sunnah Nabi dan psikologi kontemporer, yang

kemudian oleh Rusdin s. Rauf disebutnya sebagai Quantum istiqamah.

.

METODE PENELITIAN Jurnal yang akan segera disusun oleh penulis ini, dalam penulisannya

menggunakan metode kajian kepustakaan (library research) yaitu mencari dan

mengumpulkan berbagai literatur yang relevan, baik yang merupakan data primer

berupa al-Qur’an al-Karim maupun data-data sekunder seperti buku-buku tafsir yang

telah dikarang dan ditulis oleh para mufassir lokal maupun mufassir timur tengah dan

4

buku-buku lain yang terkait dengan judul tesis yang dapat mendukung terselesaikanya

penulisan tesis ini dengan baik.

Kemudian dalam pembahasan tesis ini, penulis menggunakan metode

pembahasan deskriptis analisis dengan pendekatan sufisme yang mengarah kepada

pengokohan akhlaq dan pribadi yang mempesona dengan ditulis berdasarkan

penelitian yang bersifat kualitatif.

Sumber utama data penelitian ini adalah ayat-ayat al-Qur’an yang kemudian

dijelaskan dengan hadits-hadits Rasulullah dan atsarus shahabah serta pendapat-

pendapat para salafus shalih. Oleh karena itu, selain menggunakan pendekatan

sufisme yang mengarah kepada pengokohan pribadi yang mempesona, dalam

penyusunanya penulis menggunakan pendekatan metode penulisan tafsir Maudhu’i

Tahlili.

Metode tafsir maudhu’i juga disebut dengan metode tematik karena

pembahasannya berdasarkan tema-tema tertentu yang terdapat dalam al-Qur’an. Ada

dua cara dalam tata kerja metode tafsir mawdhu’i: pertama, dengan cara menghimpun

seluruh ayat-ayat al-Qur’an yang bebicara tentang satu masalah (maudhu/tema)

tertentu serta mengarah kepada satu tujuan yang sama, sekalipun turunnya berbeda

dan tersebar dalam pelbagai surah al-Qur’an. Kedua, penafsiran yang dilakukan

berdasarkan surat al-Qur’an.

Al-Farmawi mengemukakan tujuh langkah yang mesti dilakukan apabila

seseorang ingin menggunakan metode maudhu’i. Langkah-langkah dimaksud dapat

di sebutkan di sini secara ringkas;

a. Memilih atau menetapkan masalah al-Qur’an yang akan dikaji secara maudhu’i.

b. Melacak dan menghimpun ayat-ayat yang berkaitan dengan masalah yang telah

ditetapkan, ayat Makkiyah dan Madaniyah.

c. Menyusun ayat-ayat tersebut secara runtut menurut kronologi masa turunnya,

disertai pengetahuan mengenai latar belakang turunnya atau sabab al-nuzul.

d. Mengetahui hubungan (munasabah) ayat-ayat tersebut dalam masing-masing

surahnya.

e. Menyusun tema bahasan dalam kerangka yang pas, utuh, sempurna dan sistematis.

f. Melengkapi uraian dan pembahasan dengan hadis bila dipandang perlu, sehingga

pembahasan semakin sempurna dan jelas.

Mempelajari ayat-ayat tersebut secara tematik dan menyeluruh dengan cara

menghimpun ayat-ayat yang mengandung pengertian serupa, mengkompromikan

antara pengertian yang ‘am khash, antara yang muthlaq dan muqayyad,

mengsinkronkan ayat-ayat yang lahirnya terkesan kontradiktif , menjelaskan ayat

nasikh dan mansukh, sehingga semua ayat tersebut bertemu pada suatu muara, tanpa

perbedaan dan kontradiksi atau tindakan pemaksaan terhadap sebagian ayat kepada

makna yang kurang tepat.

Sebagaimana kita ketahui bahwa tafsir maudhu’i adalah metode tafsir yang

berusaha mencari jawaban al-Qur’an tentang suatu tema tertentu dalam al-Qur’an,

atau bisa juga disebut dengan tafsir tematik, dimana pembahasannya hanya tema-tema

tertentu saja dan dalam hal ini tema yang dipilih untuk disusun oleh penulis adalah

Istiqamah dalam Persfektif al-Qur’an. Sedangkan tafsir tahlili adalah salah satu

JURNAL IMTIYAZ Vol 4 No 01 , Maret 2020

5

metode tafsir yang bermaksud menjelaskan kandungan ayat-ayat al-Qur’an dari

seluruh aspeknya.1

Adapun metode penulisan tesis ini mengacu pada Pedoman Penulisan Skripsi,

Tesis, dan Disertasi yang diterbitkan oleh UIN Sayarif Hidayatullah Jakarta Press

Anggota IKAPI cetakan ke-2 Jumadil Ula 1423 H / Agustus 2003.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pengaruh dan Buah Istiqamah Dalam Kehidupan Kaum Muslimin Berdasarkan

Al-Qur’an

Istiqamah ialah salah satu sifat yang sangat terpuji, ia adalah sifat para

Nabi dan Rasul, para wali dan para pejuang Islam yang sukses. Sikap

istiqamah (teguh dalam memegang kebenaran) adalah dianjurkan dan sangat

ditekankan oleh Allah, sebagaimana dalam firman-Nya:

Artinya: ”Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana

diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah taubat beserta kamu dan

janganlah kamu melampaui batas.” (QS. Hud [11]: 112)

Sabda Rasulullah s.a.w:

وا واعلموا استقيموا ولن تص :» -صلى الله عليه وسلم-قال رسول الله ر عمالكم الصلاة ولن يافظ على الوضوء إلا مؤمن 2.«خي

“Berteguh-hatilah kamu (istiqamahlah) kamu meskipun tidak akan mampu

melakukan sepenuhnya. Ketahuilah bahwa bagian yang paling baik dari

agamamu adalah sholat, dan tiada seorangpun yang memelihara wudhu’,

kecuali orang yang beriman.” (HR Ahmad, Ibnu Majah, Al-Hakim dan Al-

Baihaqi)

Dari keterangan ayat tersebut di atas bahwa diperintahkan agar kita

beristiqamah dengan bahasa yang tegas ini jelas sekali terdapat hikmah yang

besar di balik perintah istiqamah.

Syeikh Abu Ali ad-Daqqaq menjelaskan: “Ada tiga tingkatan dalam

istiqamah: a) Menegakkan sesuatu (taqwin)

Berhubungan dengan disiplin jiwa.

b) Meluruskan sesuatu (iqamah)

Berhubungan dengan penyempurnaan hati

c) Berlaku teguh (istiqamah)

1 Prof. Dr. Abd. Muin Salim, MA., Metodologi Ilmu Tafsir, (Yogyakarta : Penerbit

TERAS, 2005), cet. Ke-1, hal. 42 سنن البيهقى - )ج 1 / ص 754( المكتبة الشاملة 2

6

Berhubungan dengan amalan untuk mendekatkan diri,

menggantungkan diri kepada Allah SWT.

Selain tiga hal diatas, berikut ini akan dijelaskan hikmah dibalik

anjuran istiqamah yang dijelaskan dalam beberapa ayat al-Quran sebagai

berikut:

Artinya: ”Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan Kami ialah

Allah" kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, Maka Malaikat akan

turun kepada mereka dengan mengatakan: "Janganlah kamu takut dan

janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang

telah dijanjikan Allah kepadamu". (Fushilat [41] : 30)

Artinya : ”Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan Kami ialah

Allah", kemudian mereka tetap istiqamah Maka tidak ada kekhawatiran

terhadap mereka dan mereka tiada (pula) berduka cita. mereka Itulah

penghuni-penghuni surga, mereka kekal di dalamnya; sebagai Balasan atas

apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Al-Ahqaf [46]: 13-14)

Dari beberapa ayat ini bisa diambil kesimpulan mengenai hikmah

istiqmah, yaitu: 1. Istiqamah merupakan jalan keselamatan.

Ibnu Qoyim Rahimahullaha mengatakan bahwa istiqamah merupakan

komitmen untuk meniti jalan yang lurus. Allah SWT mengatakan dalam surat al-

Ahqaf ayat 13;

Artinya : ”Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan Kami ialah

Allah", kemudian mereka tetap istiqamah Maka tidak ada kekhawatiran terhadap

mereka dan mereka tiada (pula) berduka cita.” (QS. Al-Ahqaf [46]: 13)

Juga firman Allah SWT. dalam surat Hud ayat 112:

Artinya: ”Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana

diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah taubat beserta kamu dan

janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha melihat apa yang

kamu kerjakan.” (QS. Hud [11]: 112)

Maka sudah jelaslah bahwa istiqamah bersih dari penyembahan terhadap

taghut dan dia adalah mujawazatul hudud. Allah SWT berfirman:

Artinya: Katakanlah: "Bahwasanya aku hanyalah seorang manusia seperti

kamu, diwahyukan kepadaku bahwasanya Tuhan kamu adalah Tuhan yang

Maha Esa, Maka tetaplah pada jalan yang Lurus menuju kepadanya dan

mohonlah ampun kepadanya. dan kecelakaan besarlah bagi orang-orang

yang mempersekutukan-Nya, (QS. Fushilat [41] : 6)

Yang dimaksud dengan hamba yang istiqamah adalah mereka yang meniti

jalan yang lurus. Jika tidak mampu paling tidak mendekati lurus.3 Imam Muslim

meriwayatkan sebuah Hadits dari Abu Hurairah, nabi SAW bersabda: ”

3 Syech Shalih bin Abdullah bin Humaid dan Abdurrahman bin Muhammad bin

Abdurrahman bin Malluh, Nadhratan Na’im Fil Qur’anil Azhim (tp:tt,tt), jilid. 2, h. 304

JURNAL IMTIYAZ Vol 4 No 01 , Maret 2020

7

ب هري رة قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم دوا »عن قاربوا وسدحد منكم بعمله رسول الله ولا نت قالوا يا«. واعلموا نه لن ي نجو

دن الله ب » قال ي ت غم 4)رواه مسلم( «. ضل رحة منه وف ولا نا إلا Dari Abu Hurairah r.a., berkata: Rasulullah s.a.w. bersabda:

"Bersengajalah secara sederhana (tidak sangat muluk-muluk ataupun

teledor) dan bertindak luruslah (teruslah beramal secara benar), juga

ketahuilah bahwasanya tidak seseorangpun yang dapat selamat karena

amalnya." Para sahabat bertanya: "Sekalipun engkau sendiri juga tidak

(dapat diselamatkan oleh amalnya) ya Rasulullah." Beliau s.a.w. menjawab:

"Sayapun tidak dapat, kecuali jikalau Allah menutupi diriku (memberikan

karunia padaku) dengan kerahmatan dari-Nya serta dengan keutamaan-

Nya." (HR. Muslim)

2. Akan Selalu Didampingi oleh Malaikat

Seseorang yang istiqamah (teguh pendirian dan tetap melakukan

kebaikan) akan selalu didampingi oleh para malaikat, sebagaimana firman

Allah SAW., yang bermaksud:

“…akan turun kepadanya (orang yang istiqamah) para malaikat…”

Seseorang yang apabila didatangi malaikat ia berarti mendapatkan

satu kemuliaan dan keuntungan yang amat besar, sebaliknya manusia yang

didatangi oleh syetan, ia bermakna kehinaan dan bencana yang amat besar.

Apabila malaikat datang, maka yang didatangi akan mendapat

keuntungan. Ini disebabkan malaikat itu lambang rahmat, sebaliknya syetan

itu adalah lambang laknat. Ada beberapa kebaikan yang dibawa oleh

malaikat: 1) Mereka merasa senang, gembira dan tidak ada rasa khawatir.

2) Akan merasa selesa.

3) Akan selalu berbuat kebaikan dan tidak mengikut hawa nafsu.

4) Orang yang selalu didatangi malaikat wajahnya akan berseri-seri, dan juga

tidak mudah marah dan tersinggung.

5) Orang yang didatangi malaikat akan berlapang dada.

Dalam tafsir Al-Mishbah yang di tulis oleh M. Qurais Shihab, ketika

menafsirkan ayat ini beliau mengatakan bahwa mereka yang bersungguh-

sungguh beristiqmah meneguhkan pendiriannya dengan melaksanakan

tuntunan Allah SWT., maka buat mereka bukan teman-teman buruk yang

memperindah keburukan yang menemani mereka sebagaimana halnya para

pendurhaka, tetapi akan turun kepada mereka yakni akan dikunjungi dari

المكتبة الشاملة صحيح مسلم - )ج 8 / ص 171) 4

8

saat kesaat serta secara bertahap hingga menjelang ajal mereka oleh

malaikat-malaikat untuk meneguhkan hati mereka.5

3. Tidak Ada Rasa Takut

Seseorang yang istiqamah, tidak pernah merasa takut, sebagaimana

lanjutan ayat al-Quran di atas:

“…janganlah kamu merasa takut (dari berlakunya kejadian yang tidak

baik terhadap kamu)…” (Fushilat: 30)

Apabila seseorang tidak pernah ada rasa takut, maka ia mempunyai

keteguhan hati, kuat keyakinannya, kokoh pendiriannya dan besar

harapannya kepada Allah SWT.

Seorang motivator mengatakan: “Akar dari segala bentuk ketakutan

adalah ketidak-percayaan. Orang yang merasa asing terhadap

hidupnya dan tidak kenal Tuhan serta tidak kenal diri sendiri adalah

orang yang ketakutan.”

Untuk menjadi orang yang bebas dari ketakutan, kita harus

bergantung kepada Maha Pencipta dan Maha Pemberi segala sesuatu. Kita

harus memiliki kepercayaan dan mengenal Dia (Allah). Perasaan terpisah

dengan sumber segala sesuatu, seperti anak kecil yang merasa terpisah

dengan orang tuanya, akan menimbulkan ketakutan dan kebimbangan.

Dengan demikian jelas mengapa orang yang istiqamah tidak ada

perasaan takut. Ini disebabkan apabila telah beristiqamah akan teguh

pendiriannya, besar harapannya kepada Allah, kuat keyakinannya.

4. Tidak Ada Rasa Sedih

Orang yang istiqamah tidak mempunyai rasa sedih, sebaliknya

mereka senantiasa gembira dan ceria, sebagaimana telah diterangkan pada

lanjutan ayat di atas.

“…dan janganlah merasa bersedih hati…” (Fushilat: 30) Seseorang yang istiqamah, ia tidak ada perasaan sedih. Hal ini orang-

orang yang sedih itu merasa kehilangan sesuatu, atau tidak tercapainya

sesuatu yang diimpikan (gagal). Sedangkan orang yang istiqamah itu telah

tertumpu semua kepada Allah, bergantung kepada-Nya, mulai dengan

hartanya, anaknya dan bahkan dirinya telah diserahkan sepenuhnya kepada

Allah, sebab orang yang istiqamah itu sadar bahwa semua itu milik Allah

dan akan kembali kepada Allah.

Apabila ada orang yang merasa sedih kerana kehilangan sesuatu,

maka orang yang istiqamah tidak dapat bersedih, kerana ia merasa semua

itu adalah memang milik Allah. Mereka merasa hanya sebagai penjaga

5 M. Qurais Shihab, Tafsir al-Misbah, Pesan Kesan dan Keserasian al-Qur’an,

(Lentera Hati: Jakarta, 2002), Volume 12, h. 409

JURNAL IMTIYAZ Vol 4 No 01 , Maret 2020

9

barang titipan, maka apabila orang yang menitipkan itu mengambilnya,

maka ia tidak merasa bersedih bahkan merasa tidak ada beban lagi. 6

5. Akan Mendapat Balasan Surga

Mereka yang istiqamah akan mendapat balasan surga, sebagaimana

lanjutan firman Allah ta’ala dalam surat Fushilat ayat 30 di atas:

“…dan berikanlah berita gembria bahwa kamu akan mendapatkan

surga yang telah dijanjikan kepada kamu.” (Fushilat: 30)

Dalam ayat lain Allah berfirman :

Artinya: ”Mereka Itulah penghuni-penghuni surga, mereka kekal di

dalamnya; sebagai Balasan atas apa yang telah mereka kerjakan.”

(QS. Al-Ahqaf [46]: 14)

Demikianlah, balasan tertinggi bagi orang-orang yang beriman dan

istiqamah ia akan mendapat balasan surga. Mereka kekal didalamnya,

manikmati kehidupan yang abadi yang diliputi dengan kebahagiaan yang

abadi pula.

6. Akan Mendapatkan Rizeki yang Melimpah.

Barangsiapa yang istiqamah dalam kebaikan dan tetap dijalan yang

benar, maka mereka akan mendapatkan rezeki yang melimpah,

sebagaimana firman Allah Ta’ala:

Artinya: “dan bahwasanya: Jikalau mereka tetap berjalan Lurus di

atas jalan itu (agama Islam), benar-benar Kami akan memberi minum

kepada mereka air yang segar (rezki yang banyak). Untuk Kami beri

cobaan kepada mereka padanya. dan Barangsiapa yang berpaling dari

peringatan Tuhannya, niscaya akan dimasukkan-Nya ke dalam azab

yang Amat berat. (QS. Al-Jinn [72]: 16-17)

Imam Al-Qusyairi Al-Naisabury memberi komentar: “Allah SWT

tidak berfirman: “Kami akan membiarkan mereka minum”; melainkan

“Kami akan memberi mereka minum dengan melimpah ruah.” Memang di

dalam ayat tersebut air yang melimpah, tetapi yang dimaksudkan adalah

rezeki yang melimpah, sebab air adalah barang yang sangat diperlukan

ketika itu. Oleh yang demikian Allah hanya menyebut air, akan tetapi yang

dimaksudkan adalah rezeki yang banyak. Sebab air adalah lambang rezeki.

7. Mendapatkan perlindungan malaikat atas perintah Allah.

Dalam surat fushilat ayat 31 yang merupakan lanjutan dari rangkaian

ayat yang menjelaskan tentang istiqamah, Allah berfirman: Artinya: ”Kamilah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan

akhirat; di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan

6 http://nurjeehan.wordpress.com/2007/06/11/keajaiban-bersikap-istiqamah/

10

memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kamu minta.” (QS. Fushilat [41]:

31)

Dalam ayat ini M. Quraisy Shihab menjelaskan bahwa setelah para

malaikat itu menenangkan kaum beriman, mereka melanjutkan guna

menunjukan hubungan keakraban mereka. Mereka berkata: ”Kamilah atas

perintah dan restu Allah yang menjadi pelindung-pelindung kamu yang

sangat dekat kepada kamu dan selalu siap menolong dan membantu kamu

dalam kehidupan dunia dan demikian juga di akhirat”.7

8. Mendapatkan Hidangan Surga

Selain mendapatkan keutamaan-keutamaan di atas, mereka yang

istiqamah akan mendapatkan hidangan surga sebagai hidangan

pendahuluan bagi mereka. Hal ini dijelaskan dalam surat Fushilat ayat 32

yang merupakan lanjutan dari dua ayat sebelumnya. Allah berfirman; Artinya: “sebagai hidangan (bagimu) dari Tuhan yang Maha Pengampun

lagi Maha Penyayang.” (QS. Fushilat [41] : 32)

Dalam ayat ini M. Quraisy Shihab menafsirkan : dan yakinlah bahwa

bagi kamu di sana yakni di dalam surga apa yang kamu inginkan dari aneka

kenikmatan apapun dan bagi kamu juga di sana apa yang kamu minta. Itu

sebagai hidangan pendahuluan bagi kamu. Sebenarnya masih sangat banyak

anugerah lainnya. Semua itu adalah anugerah dari Tuhan yang Maha

Pengampun lagi Maha Penyayang.8

9. Doanya akan dikabulkan oleh Allah.

Kedudukan orang yang istiqamah digambarkan juga oleh dalam al-

Qur’an surat Yunus ayat 89: Artinya: ”AlIah berfirman: "Sesungguhnya telah diperkenankan

permohonan kamu berdua, sebab itu tetaplah kamu berdua pada jalan yang

Lurus dan janganlah sekali-kali kamu mengikuti jalan orang-orang yang

tidak Mengetahui". (QS: Yunus [10]: 89)

Do’a orang-orang yang istiqamah akan dikabulkan Allah SWT. hal

ini sejalan sabda Rasuulullah SAW yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad

dari dari Abu Dzar:

قد ف لح » قال -صلى الله عليه وسلم-قال بو ذر إ رسول الله سه من خلص ق لبه للإيما وجعل ق لبه سليما ولسانه صادقا و ن

7 M. Qurais Shihab, Tafsir al-Misbah, Pesan Kesan dan Keserasian al-Qur’an,

(Lentera Hati: Jakarta, 2002), Volume 12, h.409-410 8 M. Qurais Shihab, Tafsir al-Misbah, Pesan Kesan dan Keserasian al-Qur’an,

(Lentera Hati: Jakarta, 2002), Volume 12, h. 410

JURNAL IMTIYAZ Vol 4 No 01 , Maret 2020

11

ن ا اأذ ه مطمئنة وخليقته مستقيمة وجعل ذنه مستمعة وعي م رة ف نا 9«.لبه واعيا فقمع والعي مقرة با يوعى القلب وقد ف لح من جعل ق

”Sungguh beruntunglah orang yang ikhlas hatinya, menjadikan hatinya

selamat, lisannya benar, jiwanya tenang, budi pekertinya teguh, telinganya

mau mendengar, matanya mau melihat. Maka telinga cukup teliti (dalam

menyaring berita) dan mata mengakui dengan apa yang disadari oleh hatinya

dan berbahagialah orang yang menjadikan hatinya sadar.”

10. Mendapatkan pertolongan terbesar atas segala permusuhan.

Ibnu katsir dalam menjelaskan istiqamah menggambarkan bahwa Allah

SWT memerintahkan Rasul dan hamba-Nyaagar tetap dan terus menerus

istiqamah karena istiqamah merupakan pertolongan yang terbesar atas segala

permusuhan dan untuk menentang kejahatan. Maka wajar apabila Allah SWT

memberikan gambaran dan juga memerintahkan agar setiap muslim senantiasa

beristiqamah dalam iman, islam, dan ihsan.10 Allah SWT berfirman dalam surat

asy-Syuura ayat 15:

Artinya: ”... dan tetaplah sebagai mana diperintahkan kepadamu dan

janganlah mengikuti hawa nafsu mereka dan Katakanlah: "Aku beriman kepada

semua kitab yang diturunkan Allah dan aku diperintahkan supaya Berlaku adil

diantara kamu. Allah-lah Tuhan Kami dan Tuhan kamu. bagi Kami amal-amal

Kami dan bagi kamu amal-amal kamu. tidak ada pertengkaran antara Kami dan

kamu, Allah mengumpulkan antara kita dan kepada-Nyalah kembali (kita)". (QS.

Asy-Syuura [42]: 15)

11. Terhindar dari perbuatan maksiat dan menyekutukan Allah.

Istiqamah juga berfungsi sebagai pencegah setiap pribadi muslim agar tidak

tergoda oleh prilaku maksiat dan lebih-lebih ingkar kepada Allah SWT setelah ia

beriman.11 Dalam surat Fushilat ayat 6 Allah berfirman:

Artinya: Katakanlah: "Bahwasanya aku hanyalah seorang manusia seperti

kamu, diwahyukan kepadaku bahwasanya Tuhan kamu adalah Tuhan yang Maha

Esa, Maka tetaplah pada jalan yang Lurus menuju kepadanya dan mohonlah

ampun kepadanya. dan kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang

mempersekutukan-Nya,” (QS. Fushilat [41]: 6)

PENUTUP

Istiqamah merupakah sebuah kata yang cukup singkat, mudah

diucapkan dan mudah pula diingat, namun tidak semua orang bisa

مسند أحمد - )ج 74 / ص 171( المكتبة الشاملة 910 Muhammad Nashib Ar-Rifa’I, Kemudahan Dari Allah, Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir

(Terjemahan Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir), (Depok : Gema Insani Press ; 2005), Jilid. 4, h.

229 11 Ensiklopedi Islam, (PT Ichtiar Baru Van Hoeve : Jakarta, 1994), Jilid 2, h. 283

12

mengimplentasikan dalam kehidupan sehari-hari. Karena memerlukan

kesungguhan yang senantiasa diiringi dengan kejernihan hati dan kebeningan

jiwa. Sehingga hanya orang-orang yang telah dipilih oleh Allah SWT yang bisa

merealisasikan sikap istiqamah dalam kehidupannya. Betapa tidak, balasan

baginya pun tidak tanggung-tanggung berupa surga yang sudah disiapkan oleh

Allah SWT., kenikmatannya belum pernah kita lihat, kita dengar maupun kita

rasakan.

Oleh karena itu untuk mewujudkan istiqamah tetap menjadi bagian dari

hidup ini, kita harus:

a) Memahami dan mengamalkan dua kalimat syahadat dengan benar.

b) Membaca al-Qur’an dengan menghayati dan merenungkannya

c) Berkumpul dan bergaul bersama orang-orang shaleh.

d) Selalu berdoa kepada Allah SWT

e) Membaca kisah para Nabi dan Rasul serta orang-orang shalih

Kemudian seiring dengan jiwa dan hati manusia yang labil, yang

berpengaruh kepada keimanan dan ketaqwaan yang tidak stabil, terkadang

meningkat dan terkadang melemah. Kesucian dan ketakwaan yang ada dalam

jiwa harus tetap dijaga dan senantiasa dipertahankan. Oleh karena itu ada

beberapa hal yang membuat seorang muslim bisa mempertahankan nilai

keimanan dan ketaqwaan serta mampu meningkatkan kualitasnya, yaitu:

1) Muraqabah

Muraqabah adalah perasaan seorang hamba akan kontrol ilahiah dan

kedekatan dirinya kepada Allah SWT.

2) Mu’ahadah

Mu’ahadah yang dimaksud di sini adalah iltizamnya seseorang atas nilai-

nilai kebenaran Islam.

3) Muhasabah

Muhasabah adalah usaha seorang hamba untuk melakukan perhitungan dan

evaluasi atas perbuatan, baik sebelum maupun sesudah melakukannya.

4) Mu’aqabah

Mu’aqabah adalah pemberian sanksi oleh seseorang muslim terhadap

dirinya sendiri atas keteledoran yang dilakukannya.

5) Mujahadah (Optimalisasi)

Totalitas dalam beramal sangat diperlukan karena hal ini merupakan

bagian dari upaya agar amal berkualitas tetap istiqamah. Dalam hal ini yang

harus kita lakukan adalah:

a. Mengikhlaskan niat semata-mata hanya mengharap Allah

b. Bertahap dalam beramal. Dalam artian, ketika menjalankan suatu ibadah,

hendaknya memulai dari sesuatu yang kecil namun rutin.

c. Diperlukan adanya kesabaran. Karena untuk melakukan suatu amalan yang

bersifat kontinyu dan rutin, memang merupakan amalan yang berat, untuk

JURNAL IMTIYAZ Vol 4 No 01 , Maret 2020

13

itu sabar merupakan bagian terpenting yang harus kita lakukan dalam

beramal.

d. Istiqamah tidak dapat direalisasikan melainkan dengan berpegang teguh

terhadap ajaran Allah SWT karena Istiqamah sangat terkait erat dengan

Tauhidullah.

e. Istiqamah juga akan dapat terealisasi, jika memahami hikmah atau hakekat

dari ibadah maupun amalan yang kita lakukan.

f. Istiqamah juga akan sangat terbantu dengan adanya amal jama’i.

g. Memperbanyak membaca dan mengupas tentang keistiqamahan para

salafus shaleh dalam meniti jalan hidupnya, kendatipun berbagai cobaan

dan ujian yang sangat berat menimpa mereka.

h. Memperbanyak berdoa kepada Allah, agar kita dianugerahi istiqamah.

Selain beberapa hal diatas, kita juga harus waspada terhadap hal-hal

yang membuat impian kita hanya sekedar impian saja. Perkara yang bisa

menghambat tegaknya istiqamah dalam jiwa. Perkara yang dimaksud adalah:

Lupa akan pentingnya niat sehingga menghilangkan keikhlasan yang

seharusnya terus tertanam dalam jiwa.

Selalu terburu nafsu dan tidak bertahap dalam beramal yang akhirnya

menghilangkan kesabarannya.

Melupakan Allah SWT yang mengakibatkan pada menyekutukan-Nya

secara tidak sadar.

Sombong tidak mau berdo’a dan meminta kepada Allah SWT padahal

Allah Maha segalanya

Tidak memahami hikmah dan hakekat dari ibadah yang dilakukan hanya

mengedepankan sifat egois, selalu ingin dikerjakan sendiri dan menang

sendiri.

Tidak mau berkaca kepada salafus sholeh yang pantas kita jadikan teladan.

Intinya, jika kebahagiaan dan keberuntungan ingin senantiasa

menghiasi hidupnya, maka diantara jalan yang harus ditempuh adalah selalu

bersikap istiqamah dalam beramal, karena hanya orang-orang terpilih-lah yang

mampu mempertahankan istiqamah dalam hidupnya.

DAFTAR RUJUKAN

Al-Qur’an Al-Karim

________, Ensiklopedi Islam, PT Ichtiar Baru Van Hoeve : Jakarta, 1994, Jilid

: 2

Ali, Muhammad, Kamus Lengkap Indonesia Moderen, Pustaka Amani:

Jakarta, 1997

Al-Maktabah asy-Syamilah, al-Mustadrak ‘Ala as-Shahihain Lil Hakim

Al-Maktabah asy-Syamilah, al-Qamus al-Muhith

Al-Maktabah asy-Syamilah, at-Ta’arif, Jilid: 1

Al-Maktabah asy-Syamilah, Jamiul ‘Ulumi Wal Hikami

14

Al-Maktabah asy-Syamilah, Lisaanul ‘Arab

Al-Maktabah asy-Syamilah, Majallatul Buhutsi al-Islamiyah

Al-Maktabah asy-Syamilah, Musnad Abi Ya’la Al-Mûshili

Al-Maktabah Asy-Syamilah, Musnad Ahmad

Al-Maktabah asy-Syamilah, Riyadhus Shalihin

Al-Maktabah asy-Syamilah, Shahih Bukhari

Al-Maktabah asy-Syamilah, Shahih Muslim

Al-Maktabah asy-Syamilah, Shahih Muslim Bi Syarhi An-Nawawi Jilid: 1

Al-Maktabah asy-Syamilah, Tafsir Ibnu Katsir

Al-Qardhawi, Yusuf, Dr., Tawakkal, Jalan Menuju Keberhasilan dan

Kebahagiaan Hakiki, Jakarta : PT. Al-Mawardi Prima, 2004, cet. ke-1

Al-Qarni, ‘Aid, Dr., Lâ Tahzan, Jangan Bersedih, Terjemahan, Qisthi Press:

Jakarta Timur, 2005, Cet. Ke-16

Al-Qarni, ‘Aidh Abdullah, Dr., Jangan Takut Hadapi Hidup, Terjemahan,

Cakrawala Publising: Jakarta, 2005, Cet. Pertama

Al-Wadi’i, Syaikh, Muqbil bin Hadi, Shohih Asbabun Nuzul. Seleksi Hadits-

hadits Shahih Sebab Turunnya Ayat-ayat al-Qur’an, Terjemahan,

Pustaka As-Sunnah: Jakarta, 2007, Cet. Pertama

An-Naisaburi, Gharaib Al-Qur’an Wa Raghaib al-Furqan

Ar-Rifa’i, Muhammad Nashib, Kemudahan Dari Allah, Ringkasan Tafsir Ibnu

Katsir Terjemahan Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir, Depok : Gema insani

press ; 2005, Jilid. 2

Ash-Shabuni, Muhammad Ali, Qobasun Min Nuri Al-Qur’an Al-Adzim,

Cahaya Al-Qur’an, Tafsir Tematik Surat Hud dan al-Isra’, Penerjemah

Munirul Abidin Jakarta Timur: Pustaka al-Kautsar, 2001

Dahlan, Zaini, Prof. H., MA., Al-Qur’an dan Tafsirnya, Universitas Islam

Indonesia, Yogyakarta, PT. Dana Bhakti Wakaf, tc. 1990, jilid VIII

Hefni, Harjani, MA, The 7 Islamic Daily Habith, Hidup Islam dan Modern

Berbasis Al-Fatihah Jakarta: Pustaka Ikadi, 2008

http://nurjeehan.wordpress.com/2007/06/11/keajaiban-bersikap-istiqamah/

http://www.dakwatuna.com/2008/istiqamah-dalam-kehidupan/

http://www.dakwatuna.com/2008/istiqamah-di-jalan-dakwah/

Majalah Sabili No.12 TH.XIII 29 Desember 2005/27 Dzulqa'dah 1426

Masykur Nazhif, Muhammad, Living Smart, Membangkitkan Semangat Hidup

Anda, Yogyakarta : Pro-You, kelompok Pro-U Media, 2007, cet. ke-1

Muhammad, Hudhari, Zakky Muhammad, Dr., al-Istiqaamah, Fii Mi’ati

Hadiitsi Nabawi, tp : tp, 1999, tc.

Munawir, Ahmad Warshan, Kamus al-Munawir Arab-Indonesia Terlengkap

Surabaya: Pustaka Progresif, 1997

Nasuhi, Hamid, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan

Disertasi), CeQDA UIN Syarif Hidayatullah : Jakarta, 2007, Cet. Ke-2

Nawawi, Imam Aziz, Tarjamah Riyadhus Sholihin, Duta Ilmu: Surabaya, 2004

JURNAL IMTIYAZ Vol 4 No 01 , Maret 2020

15

Qutub, Sayid, Tafsir Fî Zhilalil Qur’an, Terjemahan, Robbani Press: Jakarta,

2003, Cet. Ke-2

Salim, Abd. Muin, Prof. Dr., MA., Metodologi Ilmu Tafsir, Yogyakarta :

Penerbit TERAS, 2005, cet. Ke-1

Shihab, M. Qurais, Tafsir al-Misbah, Pesan Kesan dan Keserasian al-Qur’an,

Lentera Hati: Jakarta, 2002, Vol. 12

Shihab, M. Quraish, Wawasan al-Qur’an, Penerbit Mizan Anggota IKAPI:

Bandung, 1996

Yunus, Prof. H. Mahmud, Kamus Arab Indonesia, Hidhakarya Agung:

Jakarta, 19290