jurnal pendidikan mipa, vol. 6. no. 1, jan · 2016. 6. 17. · jurnal pendidikan mipa, vol. 6. no....
TRANSCRIPT
-
Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Jan – Juni 2016 ISSN: 2088-0294
Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima i
SUSUNAN REDAKSI
Pelindung dan Penasehat
Muslim, S.Sos. Ketua Yayasan STKIP Taman Siswa Bima
Dr. Ibnu Khaldun Sudirman, M.Si. Ketua STKIP Taman Siswa Bima
Penganggung Jawab
Mariamah, M.Pd. Ketua LPPM STKIP Taman Siswa Bima
Ketua Penyunting
Asriyadin, M.Pd.Si.
Sekretaris Penyunting
Nanang Diana, M.Pd.
Penyunting Pelaksana
Syarifuddin, S.Si., M.Pd.
Yus’iran, S.Si., M.Pd.
Muliana, M.Pd.
Agustinasari, M.Pd.Si.
Muliansani, M.Kom.
Penyunting Ahli (Mitra Bestari)
Prof. Dr. Mansyur
Dr. M. Firmansyah, M.Si
Dr. Karyadin
Desain Cover
Asriyadin, M.Pd.Si.
Alamat Redaksi
Redaksi Jurnal Pendidikan MIPA
LPPM STKIP Taman Siswa Bima
Jln. Lintas Bima – Tente Palibelo. Tlp (0374) 42891
Email: [email protected]
Jurnal Pendidikan MIPA STKIP Taman Siswa Bima, terbit 2 kali setahun dengan edisi Januari–
Juni dan Juli-Desember. Sebagai media informasi, pemikiran dan hasil penelitian yang berkaitan
dengan pendidikan matematika dan ilmu pengetahuan alam.
Volume 6 no 1, Januari - Juni 2016
ISSN: 2088-0294
mailto:[email protected]
-
Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Jan – Juni 2016 ISSN: 2088-0294
Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima ii
JURNAL PENDIDIKAN MIPA
DAFTAR ISI
Analisis Kelemahan Siswa Terhadap Penguasaan Konsep Statistika dan Peluang Pada Siswa SMA N 5 Pekanbaru Suripah & maya rhamadani
1356 -1364
Kemampuan Sistem Penyaringan Air Sederhana Dalam Menurunkan Nilai Chemical Oxygen Demand (COD) Pada Air Sumur Gali Di Lingkungan Kekalik Indah Kecamatan Sekarbela Irwan Aprayadi
1365 – 1382
Biologi Kelas yang Menerapkan Model Pembelajaran Student Teams Achievemen T Division(Stad) dengan Team Games Tournament (Tgt) Dengan Menggunakan Handout Pada Siswa Kelas Vii SMPN 10 Pekanbaru Nurzilawati anggraini, sri amnah & desti
1383 – 1388
Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Kompetensi Matakuliah Persamaan Diferensial Di Prodi Pendidikan Matematika Jurusan Pmipa Fkip Universitas Riau Armis, Suhermi & Rahmi Fauziah
1389 – 1399
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Mahasiswa Stkip Taman Siswa Bima Menggunakan Jasa Konsultan Dalam Penyusunan Skrispsi Tahun Akademik 2015 Mariamah.M.Pd
1400 -1420
Menumbuhkembangkan Kemampuan Berpikir Kritis Melalui Penalaran Matematis dalam Menyelesaikan Masalah Matematika Rohmah Indahwati
1421 – 1429
Implementasi Model Pembelajarankooperatif Tipe Think Pair And Share (Tps) Dapat Meningkatkan Sikap
Matematika Dan Prestasi Belajar Siswa Kelas Xi IPS SMA N 1 Palibelo Pada Materi Statistika Tahun Pelajaran 2015/2016 Raodatul Jannah
1430 -1448
-
Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Jan – Juni 2016 ISSN: 2088-0294
Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima iii
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Dapat Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Siswa Pada Pokok Bahasan Himpunan Kelas Vii.B Mts Darul Hikmah Tente Tahun Pelajaran 2012/2013 Syarifuddin
1449 – 1469
Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Sains, Teknologi, Masyarakat Dan Lingkungan (Stml) Terhadap Sikap Ilmiah Siswa Kelas viii² Pada Smp Negeri 4 Bolo Tahun Pelajaran 2014/2015 Syarifuddin
1470 -1491
Keefektifan Pembelajaran Dengan Program Geometer’s Sketchpad Untuk Materi Sudut Pusat Dan Sudut Keliling Pada Lingkaran Di Kelas VIII SMPN 1 Wawo Fatmah
1492 - 1500
Penggunaan Alat Peraga Untuk Meningkatkan Pemahaman Matematika Pada Pokok Bahasan Bangun Datar Sederhana Nurrahmah
1501 - 1518
-
Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294
Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1356
ANALISIS KELEMAHAN SISWA TERHADAP PENGUASAAN KONSEP STATISTIKA DAN PELUANG PADA SISWA SMA N 5 PEKANBARU
Suripaha, Maya Rhamadanib a,Dosen Program Studi Pendidikan Matematika FKIP UIR
[email protected] bMahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika FKIP UIR
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pada kompetensi
dasar mana dalam pembahasan statistika dan peluang dikelas XI SMA N 5
Pekanbaru siswa banyak mengalami kelemahan konsep. Adapun
kelemahan siswa yang dimaksud ditunjukkan pada tingkat penguasaan
yang rendah sehingga mengakibatkan ketidakmampuan siswa dalam
menyelesaikan soal-soal matematika.
Populasinya adalah seluruh siswa kelas XI SMA N 5 Pekanbaru
dan sampel diambil secara purposive (pertimbangan) dan proporsional
sebanyak 33 siswa. Berdasarkan teori yang mendasari kajian ini
diharapkan dapat diketahui kelemahan-kelemahan konsep pada
kompetensi dasar bahasan statistika dan peluang, sehingga dapat dijadikan
perbaikan penerapan konsep pengajaran yang benar pada materi statistika
dan peluang secara khusus dan kompetensi dasar yang lain secara umum.
Metode penelitiannya adalah deskriptif kualitatif, teknik pengumpulan
data yang digunakan berupa data tes dan wawancara. Sedangkan teknik
analisis datanya adalah analisis statistik deskriptif kualitatif, yaitu dengan
cara menghitung persentase kelemahan konsep pada setiap kompetensi
dasar statistika dan peluang.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase kelemahan siswa
dalam penguasaan konsep tertinggi adalah 37,58% yaitu pada KD
Menentukan peluang suatu kejadian dan penafsirannya. Dan terendah pada
KD Menyajikan data dalam bentuk tabel dan diagram batang, garis,
lingkaran, dan ogive serta penafsirannya. Sebesar 9,01%. Hasil penelitian
juga menunjukkan persentase kelemahan siswa dalam penguasaan konsep
secara umum sebesar 30,10%.
Kata Kunci: Kelemahan siswa, Konsep
-
Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294
Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1357
Pendahuluan
Pendidikan nasional
berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berahlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga Negara yang demokratis serta
bertanggung jawab (UU No. 20
tahun 2003). Pencapaian dari fungsi
dan tujuan tersebut, merupakan
harapan bagi semua pihak terutama
dalam dunia pendidikan. Untuk
mewujudkan tujuan pendidikan
tersebut salah satunya diupayakan
pendidikan yang berorentasi pada
proses pembelajaran yang sesuai
dengan standar proses.
Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional No. 41 tahun
2007 tentang standar proses,
menyatakan bahwa proses
pembelajaran pada satuan pendidikan
diselenggarakan secara interaktif,
inspiratif, menyenangkan,
menantang, memotivasi peserta didik
untuk berpartisipatif aktif serta
memberikan ruang yang cukup bagi
prakarsa, kreativitas, dan
kemandirian sesuai dengan bakat,
minat, dan perkembangan fisik serta
psikologi peserta didik. Salah satu
yang diamanatkan dalam standar
proses tersebut bahwa pembelajaran
diselenggarakan dengan memotivasi
siswa untuk berperan aktif dalam
pembelajaran.
Peranan matematika adalah
bagian yang esensial dalam
pendidikan. Salah satu usaha
perbaikan dibidang pendidikan yang
dapat dilakukan adalah perbaikan
pada pembelajaran matematika.
Matematika sebagai salah satu mata
pelajaran di sekolah tidak hanya
digunakan untuk mencerdaskan satu
tujuan saja. Siswa dapat memiliki
sikap dan kebiasaan berpikir logis,
kritis, sistematik, kerja cepat, tekun
dan bertanggung jawab. Hal ini
sejalan dengan (Permendiknas No.
23 tahun 2006) bahwa siswa dapat
mengaplikasikan konsep atau
algoritma, secara luwes, akurat,
efisien, dan tepat, dalam pemecahan
masalah. Menghargai dan meresapi
keindahan konsep-konsep, struktur-
struktur dan pola-pola matematika,
(Ruseffendi, 1991: 35).
Seorang pendidik yang
menguasai konsep materi pelajaran
dengan baik, jika dalam
menyampaikan kepada siswanya
kurang jelas, terkadang penerimaan
siswa menjadi salah. Hal ini yang
akan menyebabkan siswa
misunderstanding dalam memahami
konsep materi selanjutnya. Oleh
karenanya seorang guru dituntut
untuk profesional dalam
menjalankan tugas dan
kewajibannya. Guru adalah pendidik
profesional dengan tugas utama
mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik pada
pendidikan anak usia dini jalur
-
Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294
Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1358
pendidikan formal, pendidikan
dasar, dan pendidikan menengah,
(UU No 14 tahun 2005: 2).
Pada kurikulum 2013,
Statistik dan Peluang termasuk salah
satu kompetensi dasar dalam jenjang
SMA. Peluang merupakan konsep
awal dari materi selanjutnya yaitu
statistika yang tidak terlepas dari
data-data dan perhitungan. Harapan
besar tenaga pendidik di perguruan
tinggi seperti dosen program studi
matematika atau bidang lain yang
berkaitan dengan matematika, siswa
dapat melanjutkan konsep statistik
yang ada di perguruan tinggi dengan
baik. Pada selang waktu pertama
konsep diajarkan secara sederhana,
misalnya dengan cara intuitif melalui
benda-benda konkret atau gambar-
gambar sesuai dengan kemampuan
peserta didik. Pada tahap berikutnya
konsep yang diajarkan secara
sederhana dapat diperluas lagi,
sehingga peserta didik dalam belajar
matematika dapat dilakukannya
secara sistematik, (Soemarsono,
2007). Bekal konsep materi yang
matang dari tingkat SMA akan
mendukung kelancaran
terselenggaranya pembelajaran
dibangku kuliah.
Kenyataan yang ada di
lapangan penguasaan konsep
kompetensi dasar statistika masih
rendah. Berdasarkan data dari BSNP
Propinsi Riau untuk sekolah SMA
Negeri dan Swasta di kota Pekanbaru
secara nasional persentase
penguasaan konsep diperoleh rata-
rata nilai 67,36. Khususnya untuk
kemampuan menyelesaikan masalah
yang berkaitan dengan permutasi
sederhana. Persentase ini masih jauh
di bawah kemampuan indikator
penguasaan soal yang lain.
Berdasarkan hasil ulangan harian
pada standar kompetensi Statistika
dan Peluang dbeberapa SMA di
Pekanbaru juga masih rendah. Data
ini juga diperjelas dari rendahnya
daya tangkap mahasiswa pada
statistik dasar diperguruan tinggi
selama proses pembelajaran
berlangsung. Hal tersebut
mengundang ketertarikan peneliti
sebagai dosen statistik untuk
berkolaborasi dengan beberapa guru
di sekolah menengah atas, perihal
penguasaan konsep siswa dalam
pembelajaran. Menurut keterangan
beberapa guru SMA di Pekanbaru,
ketika proses pembelajaran
berlangsung siswa cenderung
menunggu apa yang disampaikan
guru. Siswa banyak diam dan kurang
mau bertanya tentang konsep
pelajaran yang belum jelas. Siswa
mudah lupa terhadap materi yang
disampaikan sebelumnya. Siswa
yang pandai semakin pandai dan
yang kurang semakin tertinggal, hal
itu disebabkan daya tangkap
terhadap materi pelajaran menjadi
lemah karena lemahnya konsep awal
dalam pembelajaran.
SMAN 5 Pekanbaru,
berdasarkan level tingkat akademik
termasuk sebagai salah satu kategori
sekolah level akademik tinggi. Oleh
karena itu peneliti secara bertahap
tertarik untuk melihat sejauh mana
tingkat pencapaian pembelajaran
khususnya penguasaan konsep pada
-
Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294
Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1359
materi statistika dan peluang. Pada
tahap atau kesempatan berikutnya
peneliti juga akan melihat sejauh
mana penguasaan konsep pada level
sekolah kategori akademik
menengah dan bawah. Berdasarkan
hasil analisis yang diperoleh, peneliti
berharap bisa melihat perbandingan
sejauh mana penguasaan konsep
pada sekolah SMA berdasarkan
tingkatan akademiknya. Hasil yang
bisa diperoleh diharapkan dapat
dijadikan kajian khusus untuk
mendesain bahan ajar yang sesuai
dengan kebutuhan siswa.
Berdasarkan permasalahan
yang diuraikan di atas, peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian
guna menjawab permasalahan yang
ada yakni dengan judul “Analisis
Kelemahan Siswa Terhadap
Penguasaan Konsep Statistika dan
Peluang Pada siswa SMA N 5
Pekanbaru”.
Metode Penelitian Bentuk penelitian ini
merupakan penelitian deskriptif
kualitatis. Populasi dalam penelitian
ini adalah semua siswa kelas XI
SMA N 5 Pekanbaru. Sedangkan
sampel merupakan sebagian yang
diambil dari populasi. Teknik yang
digunakan dalam penelitian ini
adalah purposive random sampling
yaitu dari jumlah populasi ditentukan
jumlah sampel sebagai obyek
penelitian yaitu sebanyak 33 siswa.
TTeknik Pengumpulan Data
Instrumen tes prestasi belajar
matematika pada penelitian ini
berupa seperangkat tes berupa
pilihan ganda. Tes ini bertujuan
untuk mengetahui penguasaan
konsep. Instrumen tes ini disusun
berdasarkan kisi-kisi soal dengan
mengacu pada standar isi dalam
Kurikulum 2013. Kemudian
dilakukan validasi dan
reliabilitasnya.
1. Tes penguasaan konsep Instrumen tes prestasi
belajar matematika pada penelitian
ini berupa seperangkat tes berupa
pilihan ganda. Tes ini bertujuan
untuk mengetahui penguasaan
konsep. Instrumen tes ini disusun
berdasarkan kisi-kisi soal dengan
mengacu pada standar isi dalam
Kurikulum 2013.
2. Validitas dan Reliabilitas Penyusunan tes, terlebih
dilakukan validasi dan dihitung
reliabilitasnya. Dalam penelitian ini
peneliti cukup memvalidasi isi dan
validasi ahli sesuai dengan bidang
statistika dan peluang, tentunya
dengan memperhatikan masukan dan
saran yang diberikan. Dalam hal ini
peneliti berkonsultasi dengan teman
sejawat yakni bapak Dr. Zulkarnain,
M.Pd.
Teknik Analisis Data
Analisis data yang digunakan
yaitu dengan menghitung persentase
kelemahan konsep pada Kompetensi
Dasar Statistika dan Peluang. Untuk
menghitung persentase kelemahan
konsep pada tiap-tiap Kompetensi
Dasar digunakan rumus sebagai
berikut:
-
Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294
Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1360
𝑃𝑗 = ∑ 𝑛𝑖𝑗
𝑘𝑗𝑖=1
𝐾𝑗𝑥 𝑁 𝑥100%
Keterangan:
𝑃𝑗 = Persentase kelemahan konsep ke-j
𝐾𝑗= Banyak butir untuk konsep ke-j
𝑛𝑖𝑗 = Jumlah siswa yang menjawab salah butir ke-I pada konsep ke-j
𝑁 = Jumlah responden
Hasil Penelitian dan Pembahasan Hasil Penelitian
Data hasil penelitian
yang diperoleh pada penelitian ini
berupa deskripsi data tentang tes
hasil belajar siswa pada Standar
Kompetensi Menggunakan aturan
Statistika, Kaidah Pencacahan, dan
Sifat-sifat peluang dalam
pemecahan masalah. Adapun data
yang dimaksud adalah untuk
mendeskripsikan tentang
bagaimana kelemahan siswa dalam
penguasaan konsep materi
pelajaran khususnya Statistika dan
Peluang. Sebagai data pendukung
peneliti juga mengambil data dari
hasil wawancara tidak terstruktur
kepada beberapa guru-guru
matematika yang ada di sekolah
penelitian.
1. Persentase kelemahan konsep tiap-tiap Kompetensi Dasar pada
materi statistika dan peluang dari
33 siswa dianalisis menggunakan
rumus sebagai berikut:
𝑃𝑗 = ∑ 𝑛𝑖𝑗
𝑘𝑗𝑖=1
𝐾𝑗𝑥 𝑁 𝑥100%
Keterangan:
𝑃𝑗 = Persentase kelemahan konsep ke-j
𝐾𝑗= Banyak butir untuk konsep ke-j
𝑛𝑖𝑗 = Jumlah siswa yang menjawab salah butir ke-I pada konsep ke-j
𝑁 = Jumlah responden J = 1,…6 Secara rinci kelemahan konsep setiap
Kompetensi Dasar data dianalisis
sebagai berikut:
Tabel 1. Persentase Kelemahan Siswa dalam Penguasaan Konsep.
Standar Kompetensi Kelemahan
Konsep ke-j (%)
Penguasaan
Konsep ke-j (%)
1.1 Membaca data dalam bentuk tabel dan diagram batang,
garis, lingkaran, dan ogive. 13,13 86,87
1.2 Menyajikan data dalam bentuk tabel dan diagram batang, garis,
lingkaran, dan ogive serta
penafsirannya.
9,01 90,99
1.3 Menghitung ukuran pemusatan, ukuran letak, dan ukuran
penyebaran data, serta
penafsirannya.
31,99 68,01
-
Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294
Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1361
1.4 Menggunakan aturan perkalian, permutasi, dan kombinasi
dalam pemecahan masalah.
28,28 71,72
1.5 Menentukan ruang sampel suatu percobaan.
27,27 72,73
1.6 Menentukan peluang suatu kejadian dan penafsirannya.
37,58 62,42
2. Persentase Kelemahan Konsep pada Standar Kompetensi
Menggunakan aturan Statistika,
Kaidah Pencacahan, dan Sifat-
sifat peluang dalam pemecahan
masalah. Persentase Kelemahan
Konsep materi statistika dan
Peluang secara umum dari 33
siswa diperoleh dengan analisis
data sebagai berikut.
𝑃 = ∑ 𝑛𝑖
30𝑖=1
𝐾𝑥 𝑁 𝑥100%
Keterangan:
P = Persentase kelemahan Konsep K = Banyak Butir
𝑛𝑖= Jumlah siswa yang menjawab salah butir ke-i
N = Jumlah Responden Persentase kelemahan
konsep dari 33 siswa adalah
sebagai berikut.
𝑃 = 298
30𝑥33𝑥100%
𝑃 = 298
990𝑥100%
= 30,10 %
3. Deskripsi data Hasil Wawancara dengan Guru Matematika Kelas
XI Semester II
Dari hasil perbincangan
dengan guru-guru yang ada di
sekolah, permasalahan yang
dihadapi hampir sama. Yakni
permasalahan hasil akhir dari
pembelajaran yang ditargetkan.
Ada yang terlupa oleh teman
guru di sekolah bahwa
sesungguhnya proses
pembelajaran adalah titik tolak
yang harus diperhatikan.
Permasalahan hasil akhir atau
nilai adalah dampak dari sebuah
proses.
Salah satu hal yang
menarik dari apa yang
disampaikan guru adalah
bagaimana sikap siswa selama
belajar. Seperti yang
diungkapkan salah seoarang
Guru, bahwa selama proses
pembelajaran siswa terlihat
tanpa ada masalah, beberapa
siswa saja yang memang sudah
rutin membuat masalah di kelas.
Ketika di ajar cenderung tenang
dan diam, akan tetapi diamnya
siswa perlu dipertanyakan
apakah diam karena paham atau
sebaliknya. Siswa yang mau
bertanya justru siswa yang
memang kategori lebih, padahal
harapan guru siswa yang tidak
paham yang harusnya bertanya
agar menjadi tahu. Sebagai
-
Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294
Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1362
akibat adalaha adanya jurang
atau batas sehingga ada konsep
tertentu yang disampaikan guru
tidak dapat tersampaikan dengan
baik kepada siswanya. Efek
jangka menengah berimbas
pada penguasaan indikator yang
lebih tinggi, dan efek jangka
panjangnya adalah tidak dapat
mengkaitkan antara konsep yang
saling membangun untuk
berpikir lebih tinggi.
Dengan adanya
penelitian ini, guru mendukung
peneliti untuk mendapatkan
gambaran sejauh mana tingkat
penguasaan materi yang telah
berlalu, untuk membantu guru
dalam memperbaiki proses
pembelajaran khususnya pada
konsep-konsep yang persentase
kelemahanya masih tinggi. Satu
hal yang peneliti tegaskan
sebagai bentuk kolaborasi dan
pedulinya terhadap masa depan
pendidikan adalah terinspirasi
bukan hanya sekedar ingin
mengetahui konsep mana yang
belum dikuasai. Pada tahap
berikutnya adalah mendesain
bahan ajar untuk SMA yang
dapat memfasilitasi belajar
siswa.
Pembahasan
Tujuan penelitian ini
adalah untuk mendeskripsikan pada
kompetensi dasar mana dalam
pembahasan statistika dan peluang
siswa SMA kelas XI di Pekanbaru
banyak mengalami kelemahan
konsep.
Pada deskripsi data
dperoleh adanya kelemahan konsep
dalam tiap-tiap Kompetensi Dasar
(KD) pada Standar Kompetensi (SK)
menggunakan aturan statistika,
kaidah pencacahan, dan sifat-sifat
peluang dalam pemecahan masalah.
Persentase tertinggi pada KD ke 6
yakni menentukan peluang suatu
kejadian dan penafsirannya sebesar
37,58 %. Dan persentase terendah
pada KD ke-2 yakni menyajikan
data dalam bentuk tabel dan diagram
batang, garis, lingkaran, dan ogive
serta penafsirannya. yaitu sebesar
9,01 %.
Dari hasil analisis data
diperoleh persentase kelemahan
konsep pada tiap-tiap KD. KD
membaca data dalam bentuk tabel
dan diagram batang, garis dan
lingkaran serta ogive sebesar
13,13%, KD Menyajikan data dalam
bentuk tabel dan diagram batang,
garis, lingkaran, dan ogive serta
penafsirannya sebesar 9,01 %, KD
Menghitung ukuran pemusatan,
ukuran letak, dan ukuran penyebaran
data, serta penafsirannya sebesar
31,99 %, KD Menggunakan aturan
perkalian, permutasi, dan kombinasi
dalam pemecahan masalah sebesar
28,28 %, KD Menentukan ruang
sampel suatu percobaan sebesar
27,27 %, dan KD Menentukan
peluang suatu kejadian dan
penafsirannya sebesar 37,58 %.
Dari hasil analisis data
yang telah diuraikan di atas
menunjukkan gambaran bahwa
kelemahan siswa dalam penguasaan
konsep masih cukup tinggi jika
-
Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294
Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1363
dikaitkan dengan pencapaian target
ketuntasan kriteria minimum (KKM)
nilai yang ada di sekolah. Jika
dicermati lebih jauh, tamapk
gambaran secara kajian teoritis
bahwa penguasaan konsep awal
sangat menetukan konsep
berikutnya. Pada penanaman konsep
awal, harapan yang diperoleh adalah
siswa tidak ada kendala disaat
konsep materi yang diberikan masih
relatif sederhana dan mudah
dipahami. Telihat dari hasil
persentase kelemahan konsep cukup
rendah. Artinya disana siswa belum
ada kendala yang berarti jika dilihat
dari indikator pencapaian belajarnya
masih tahap pengetahuan.
Selanjutnya jika dilihat dari besarnya
angka persentase kelemahan
penguasaan konsep semakin tinggi
levelan pencapaian indikator
belajarnya semakin tinggi pula
persentase kelemahan konsepnya.
Artinya disana ada makna tersirat
yang dapat peneliti maknai. yakni
adanya penumpukan
ketidakpahaman atau
misunderstanding materi sehingga
semakin besar pula permasalahan
yang menyebabkan kendala
ketidakpahaman pada proses
abstraksi pada levelan pencapaian
indikator berikutnya yang lebih
tinggi.
Pada tahapan definisi,
kemudian memahami konsep masih
bisa terkafer. Namun pada tahapan
aplikasi analisis dan sintesis, siswa
mulai kurang bekal dikarenakan ada
sinyal-sinyal konsep yang terputus.
Sebagai akibat jangka panjang tidak
dapat mengingat kembali bahwa ada
keterkaitan antara indikator yang
satu dengan yang lainnya.
Berdasarkan hasil
pembahasan tersebut menunjukkan
masih terdapat kelemahan siswa
dalam penguasaan konsep pada KD-
KD materi statistika dan peluang.
Oleh karena itu, peneliti berharap
sederhananya hasil penelitian ini,
dapat dijadikan perhatian untuk
proses perbaikan dimasa yang akan
datang. Khususnya pada KD
menggunakan aturan permutasi dan
kombinasi lebih dikuatkan. Dan yang
tidak kalah pentingnya adalah kd
terakhir yang berkaitan dengan
menyelesaikan masalah peluang
suatu kejadian.
SSimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan
pembahasan dapat disimpulkan
bahwa:
1. Siswa masih banyak mengalami kelemahan konsep khususnya
pada KD Menghitung ukuran
pemusatan, ukuran letak, dan
ukuran penyebaran data, serta
penafsirannya 31,99 %, KD
Menggunakan aturan perkalian,
permutasi, dan kombinasi dalam
pemecahan masalah sebesar 28,28
%, dan KD Menentukan peluang
suatu kejadian dan penafsirannya
sebesar 37,58 %.
2. Persentase kelemahan konsep tiap-tiap KD materi Statistika dan
Peluang, persentase tertinggi
sebesar 37,58 % yaitu pada KD
menentukan peluang suatu
kejadian dan penafsirannya, dan
-
Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294
Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1364
persentase terendah sebesar 9,01
% yakni pada KD Menyajikan
data dalam bentuk tabel dan
diagram batang, garis, lingkaran,
dan ogive serta penafsirannya.
Persentase kelemahan konsep
secara keseluruhan diperoleh
30,10%.
Daftar Pustaka
Arends, R.I., & Kilcher, A. (2010).
Teaching for student
learning: becoming an
accomplished teacher. New
York: Routledge.
Arikunto, Suharsimi. (2002). Dasar-
dasar Evaluasi Pendidikan.
Jakarta: Bumi Aksara.
Depdiknas. (2003). Undang-Undang
RI Nomor 20, tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan
Nasional.
______. (2005). Undang-Undang RI
Nomor 14, tahun 2005
tentang Guru dan Dosen.
______. (2006.) Peraturan menteri
pendidikan nasional repoblik
Indonesia no 23, tahun 2006
tentang standar isi.
______. (2007). Peraturan menteri
pendidikan nasional republik
indonesia nomor 41, tahun
2007 tentang standar proses
untuk satuan Pendidikan
Dasar dan Menengah.
Ebel, R.I., & Frisbie, D.A. (1986).
Essential of educational
measurement (4th ed). New
Jersey: Prentice-Hell, Inc.
Ferguson, George A dan Takane,
Yoshio. 1989. Statistical Analysis in Psychology and Education. Sixth edition. New York: McGraw Hill Book Company.
Johnson, D.W., & Johnson, R.T.
(2002). Meaningful
assessment: A manageable
and cooperative process.
Boston: Allyn and Bacon
Joyce, B., Weil, M., & Calhoun, E.
(2004). Models of teaching
(7th ed). Boston, MA: Pearson
Education.
Nitko, A.J., & Brookhart, S.M.
(2007). Educational
assessment of student (5th ed).
New Jersey: Pearson
Education..
Russefendi. (1991). Dasar-dasar
Matematika Modern untuk
Orang Tua Murid dan Guru.
Bandung: Tarsito.
Sudjana. (2002). Metode Statistika:
Bandung: Tarsito.
-
Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294
Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1365
KEMAMPUAN SISTEM PENYARINGAN AIR SEDERHANA
DALAM MENURUNKAN NILAI CHEMICAL OXYGEN DEMAND
(COD) PADA AIR SUMUR GALI DI LINGKUNGAN
KEKALIK INDAH KECAMATAN SEKARBELA
1Irwan Aprayadi
(Guru Kimia SMA Negeri 1 SEMBALUN)
Email : [email protected]
ABSTRAK
Salah satu permasalahan yang dihadapi oleh warga Lingkungan Kekalik
Indah saat ini adalah tingginya kadar Chemical Oksigen Demand (COD) pada
air sumur yang melebihi ambang batas mutu air bersih, mengakibatkan air
sumur menjadi keruh, berbau, dan memiliki rasa tidak enak untuk diminum.
Penyaringan Air Sederhana merupakan suatu teknologi pengolahan air bersih
yang terdiri dari media pasir, arang tempurung kelapa dan kerikil. Penelitian
ini bertujuan untuk Untuk mengetahui apakah sistem Penyaringan Air
Sederhana dapat menurunkan konsentrasi COD pada air sumur gali di
Lingkungan Kekalik Indah dan Untuk mencari variasi komposisi media yang
paling efektif sehingga mendapatkan penurunan konsentrasi COD yang paling
optimal. Dari hasil penelitian didapat konsentrasi rata-rata awal COD sebesar
16,48 mg/l. Setelah dilakukan pengolahan dengan Penyaringan Air sederhana
diperoleh variasi komposisi media pasir, arang dan kerikil yang optimal dalam
menurunkan konsentrasi COD yaitu variasi 1:3:1 yang menunjukkan efisiensi
penurunan konsentrasi COD paling efektif sebesar 55,60% jika dibandingkan
dengan variasi media yang lainnya. Kapasitas penyaringan pada variasi
komposisi media 1:3:1 mampu menurunkan kadar COD sesuai ambang batas
yang diperbolehkan sebanyak 6 L air.
Kata Kunci: Air Sumur, Penyaringan Air Sederhana, Chemical Oxygen
Demand (COD).
Pendahuluan
Air merupakan sumber
kehidupan yang sangat vital bagi
manusia. Dan dapat dikatakan air
merupakan sumber daya yang
terbatas dan kita tidak dapat
dipisahkan dari senyawa kimia
ini dalam kehidupan sehari-hari.
Manfaat air bagi kehidupan kita
antara lain untuk kebutuhan
rumah tangga yaitu sebagai air
minum dan MCK (mandi cuci
kakus), kebutuhan industri, air
irigasi untuk pertanian sampai
pembangkit listrik tenaga air
mailto:[email protected]
-
Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294
Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1366
(Surososipil, 2008).
Menurut Kusnaedi (2006),
air yang dapat diminum dapat
diartikan sebagai air yang bebas
dari bakteri yang berbahaya dan
tidak murni secara kimiawi. Air
minum harus bersih dan jernih,
tidak berwarna dan tidak berbau,
dan tidak mengandung bahan
tersuspensi atau kekeruhan.
Standar untuk air minum telah
ditentukan oleh WHO baik untuk
Eropa (WHO 1970) maupun
internasional (WHO 1971). Air
bersih adalah air yang digunakan
untuk keperluan sehari-hari yang
kualitasnya memenuhi syarat
kesehatan dan dapat diminum
apabila telah dimasak,
pernyataan ini pada peraturan
menteri kesahatan nomor
416/MEN.KES/PER/IX/1990
tentang syarat-syarat dan
pengawasan kualitas air.
Pernyataan ini juga sesuai
dengan keputusan menteri
kesehatan
No.907/Menkes/SK/VII/2002
yang menyatakan bahwa syarat
air minum harus bebas dari
bahan-bahan organik dan
anorganik.
Untuk menyatakan
kandungan bahan organik di
dalam perairan dilakukan dengan
mengukur jumlah oksigen yang
dibutuhkan untuk menguraikan
bahan tersebut sehingga menjadi
senyawa yang stabil. Salah satu
cara yang digunakan untuk
menganalisa kandungan oksigen
tersebut yaitu dengan
menganalisis Chemical Oxygen
Demand (COD). Chemical
Oxygen Demand (COD) atau
Kebutuhan Oksigen Kimia
(KOK) adalah jumlah oksigen
(mg O2) yang dibutuhkan untuk
mengoksidasi zat-zat organis
yang ada dalam 1 L sampel air.
Angka COD merupakan ukuran
bagi pencemaran air oleh zat-zat
organis yang secara alamiah
dapat dioksidasikan melalui
proses mokrobiologis, dan
mengakibatkan berkurangnya
oksigen terlarut di dalam air.
Oksigen terlarut adalah
banyaknya oksigen yang
terkandung di dalam air dan
diukur dalam satuan ppm.
Oksigen yang terlarut ini
dipergunakan sebagai tanda
derajat pengotor air baku.
Semakin besar oksigen yang
terlarut, maka menunjukkan
derajat pengotoran yang relatif
kecil (Admin, 2008).
Masyarakat di Lingkungan
Kekalik Indah Kecamatan
Sekarbela masih menggunakan
air sumur gali untuk memenuhi
kebutuhan akan air minum
maupun keperluan rumah tangga
lainnya. Umumnya warga
Kekalik Indah mengalirkan
limbah rumah tangganya ke
sungai dan got yang mengalir
melewati daerah tersebut.
Limbah ini terdiri dari zat-zat
organik dan anorganik seperti
tinja, sisa-sisa sabun, sampah dan
sebagainya. Masyarakat Kekalik
Indah yang umumnya bermata
-
Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294
Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1367
pencaharian sebagai pembuat
tahu banyak memanfaatkan got
dan aliran sungai sebagai tempat
pembuangan limbah tahu
tersebut. Hal ini mengakibatkan
air sumur gali di daerah sekitar
pembuangan air limbah menjadi
berwarna keruh, berbau, dan
memiliki rasa tidak enak untuk
diminum.
Hal ini dapat dibuktikan
dengan tingginya konsentrasi
COD yang terkandung pada air
sumur masyarakat Kekalik Indah
yang melebihi ambang batas
baku mutu air yaitu 13,6 mg/L.
Dimana menurut Peraturan
Pemerintah Nomor 82 tahun
2001 konsentrasi COD untuk air
yang dapat diminum konsentrasi
COD tidak melebihi 10 mg/L.
Sehingga air sumur gali ini perlu
penanganan untuk
meminimalkan konsentrasi COD
yang dikandungnya.
Guna mendapatkan air yang
bersih banyak cara yang
dilakukan antara lain dengan
menggunakan metode
penyaringan sederhana, dimana
metode ini menggunakan media
pasir, arang dan kerikil sebagai
media penyaring yang
persediaannya cukup banyak dan
mudah mendapatkannya. Cara
membersihkan air dengan
metode penyaringan sederhana
yaitu dengan mengalirkan air
pada bak penyaringan yang telah
diisi dengan media penyaringan
berupa pasir, arang dan kerikil.
Dimana pada proses penjernihan
air media arang digunakan
sebagai adsorben yang berfungsi
untuk mengurangi atau
menghilangkan bau dan
mengurangi rasa yang kurang
sedap pada air dimana media
arang menyerap kandungan
bahan organik dan nonorganik
dalam air dapat meningkatkan
konsentrasi COD.
Berdasarkan latar belakang
tersebut maka perlu dilakukan
penelitian menggunakan
penyaringan air sederhana
dengan media pasir, arang dan
kerikil sehingga efektif dalam
menurunkan konsentrasi COD
yang ada di dalamnya.
Pemanfaatan Sumber Daya Air
Dalam kehidupan di bumi
kita ini, air merupakan suatu
kebutuhan yang tak dapat
ditinggalkan untuk kehidupan
manusia. Kita tidak dapat
dipisahkan dari senyawa kimia
ini dalam kehidupan sehari-hari.
Manfaat air bagi kehidupan kita
antara lain untuk kebutuhan
rumah tangga yaitu sebagai air
minum dan MCK (mandi cuci
kakus), kebutuhan industri, air
irigasi untuk pertanian sampai
pembangkit listrik tenaga air. Air
di bumi terdapat kira-kira
sejumlah 1,3-1,4 milyar km3
dengan 97,5% berupa air laut dan
1,75% berbentuk es serta 0,73%
berada di daratan sebagai air
sungai, air danau, air tanah dan
sebagainya. Kenyataannya hanya
-
Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294
Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1368
air di daratan seperti air sungai,
air danau, air tanah yang telah
dimanfaatkan secara besar-
besarnya untuk kepentingan
manusia. Di Indonesia, dari
potensi air yang ada (100%) yang
menjadi aliran mantap dan yang
termanfaatkan baru sebesar 28%
sedangkan sisanya 72% terbuang
percuma (langsung ke laut)
(Surososipil, 2008).
Air bersih adalah air yang
digunakan untuk keperluan
sehari-hari yang kualitasnya
memenuhi syarat kesehatan dan
dapat diminum apabila telah
dimasak, peryataan ini pada
peraturan menteri kesahatan
nomor
416/MEN.KES/PER/IX/1990
tentang syarat-syarat dan
pengawasan kualitas air.
Pernyataan ini juga sesuai
dengan keputusan menteri
kesehatan
No.907/MENKES/SK/VII/2002
yang menyatakan bahwa syarat
air minum harus bebas dari
bahan-bahan organik dan
anorganik.
Menurut Peraturan
Pemerintah Nomor 82 tahun
2001 tentang kreteria mutu air
dapat dilihat pada tabel sebagai
berikut:
Tabel 2.1 Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2001 kriteria mutu air
berdasarkan kelas.
PARAMETER SATUAN KELAS KETERAN
GAN I II III IV
FISIKA
Temperatur oC Devisi
3
Devisi
3
Devisi
3
Devisi
5
Devisi
temperatur
dari keadaan
alamiahnya
Residu terlarut mg/L 1000 1000 1000 2000
Residu
tersuspensi mg/L 50 50 400 400
Bagi
pengolahan
air minum
secara
konvensiona
l, residu
tersuspensi
≤ 5000 mg/L
KIMIA ANORGANIK
Ph mg/L 6-9 6-9 6-9 5-9
Apabila secara
alamiah diluar
rentang
tersebut, maka
-
Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294
Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1369
ditentukan
berdasarkan
kondisi alamiah
BOD mg/L 2 3 6 12
COD mg/L 10 25 50 100
DO mg/L 6 4 3 0 Angka batas
minimum
Total fosfat sbg
P mg/L 0,2 0,2 1 5
NO3 Sebagai N mg/L 10 10 20 20
NH3 – N mg/L 0,5 - - -
Bagi perikanan,
kandungan
amonia bebas
untuk ikan yang
peka ≤ 0,02
mg/L sebagai
NH3
Arsen mg/L 0,05 1 1 1
Kobalt mg/L 0,2 0,2 0,2 0,2
Berium mg/L 1
Boron mg/L 0,01 0,05 0,05 0,05
Selenium mg/L 0,01 0,01 0,01 0,01
Kadnium mg/L 0,05 0,05 0,05 0,01
Tembaga mg/L 0,02 0,02 0,02 0,2
Bagi
pengolahan air
minum secara
konvensional,
Cu ≤ 1 mg/L
Besi mg/L 0,3 - - -
Bagi
pengolahan air
minum secara
konversional,
Fe ≤5 mg/L
Timbal mg/L 0,03 0,03 0,03 1 Bagi
pengolahan1
Mangan mg/L 0,2 - - -
Air raksa mg/L 0,001 0,002 0,002 0,005
Seng mg/L 0,05 0,05 0,05 2
Bagi
pengolahan air
minum secara
konvensional,
-
Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294
Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1370
Zn ≤ 5 mg/L
Kholorida mg/L 600 - - -
Sianida mg/L 0,02 0,02 0,02 -
Fluorida 0,5 1,5 1,5 -
Nitrat sebagai
N 0,06 0,06 0,06 -
Bagi
pengolahan air
secara
konvensional,
NO2-N ≤ 1
mg/L
Sulfat 400 - - -
Khlorin bebas 0,03 0,03 0,03 -
Bagi ABAM
tidak
dipersharatkan
Belerang
sebagai H2S 0,002 0,002 0,002 -
Bagi
pengolahan air
secara
konvensional, S
sebagai H2S <
0,1 mg/L
MIKROBIOLOGI
Fecal coliform Jml/100
ml 100 1000 2000 2000
Bagi
pengolahan air
minum secara
konvensional,
fecal coliform ≤
2000 jml/100
mL dan total
coliform ≤
10000
jml/100ml
Total coliform Jml/100
ml
RADIOAKTIF
Gross-A Bq/L 0,1 0,1 0,1 0,1
Gross-B 1 1 1 1
KIMIA ORGANIK
Minyak dan
lemak µg/L 1000 1000 1000 -
Deterjen sbg
MBAS µg/L 200 200 200 -
Senyawa fenol
sbg. Fenol µg/L 1 1 1 -
-
Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294
Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1371
BHC µg/L 210 210 210 -
Aldrin/Dieldrin µg/L 17 - - -
Chlordane µg/L 3 - - -
DDT µg/L 2 2 2 2
Heptaklor dan
Heptaklor
epoxide
µg/L 18 - - -
Lindane µg/L 56 - - -
Methoxyclor µg/L 35 - - -
Endrin µg/L 1 4 4 -
Toxaphan µg/L 5 - - -
-
Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294
Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1372
Tinjauan Tentang Air Sumur Gali
/Air Tanah
Dalam situs wikipidia.com
mengatakan Air tanah adalah air
yang terdapat dalam lapisan tanah
atau bebatuan di bawah
permukaan tanah. Air tanah
merupakan salah satu sumber daya
air yang keberadaannya terbatas
dan kerusakannya dapat
mengakibatkan dampak yang
luas serta pemulihannya sulit
dilakukan. Sedangkan Sumur Air
Tanah Dalam (SATD) adalah
sarana penyediaan air bersih
berupa sumur dalam yang dibuat
dengan membor tanah pada
kedalaman muka air minimal 7
meter dari permukaan tanah.
Kedalaman dasar pada umumnya
lebih dari 30 meter sehingga
diperoleh air sesuai dengan yang
diinginkan.
Pergerakan air tanah sangat
lambat, kecepatan arus berkisar
antara 10-10-10-3 m/detik dan
dipengaruhi oleh porositas,
permeabilitas dari lapisan tanah,
dan pengisian kembali.
Karakteristik utama yang
membedakan air tanah dan air
permukaan adalah pergerakannya
yang sangat lambat dan waktu
tinggal yang sangat lama, dapat
mencapai puluhan bahkan
ratusan tahun. Karena
pergerakannya yang sangat
lambat dan waktu tinggal yang
lama tersebut, air tanah akan sulit
untuk pulih kembali jika
mengalami pencemaran.
Pada saat infiltrasi ke dalam
tanah, air permukaan mengalami
kontak dengan air mineral-
mineral yang terdapat di dalam
tanah dan melarutkannya,
sehingga kulitas air mengalami
perubahan karena terjadi reaksi
kimia. Konsentrasi oksigen
dalam air yang masuk ke dalam
tanah menurun, digantikan oleh
karbondioksida yang berasal dari
aktivitas biologis.
Dalam pembuatan sumur,
sebaiknya harus diberi tembok
sedalam tiga meter dengan
pinggir disemen dan dibuatkan
selokan air atau parit supaya
kotoran tidak meresap ke tanah
dan merembes ke dalam sumur.
Kondisi Air Sumur di Daerah
Kekalik Indah
Sarana air bersih yang ada
di Lingkungan Kekalik Indah
Kecamatan Sekarbela pada
umumnya adalah sumur dengan
kedalaman 7-15 meter, dimana
masyarakatnya menggunakan air
tersebut untuk keperluan mandi,
mencuci, minum dan memasak.
Sebagian masyarakat
menggunakan air gallon dan air
dari PDAM untuk kebutuhan air
minum.
Masyarakat Kekalik Indah
umumnya mengalirkan limbah
rumah tangganya ke sungai dan
got yang mengalir melewati
daerah tersebut. Limbah ini
terdiri dari air zat-zat organik dan
anorganik seperti tinja, sisa-sisa
file:///H:/wiki/Airfile:///H:/wiki/Tanahfile:///H:/w/index.phpfile:///H:/wiki/Sumber_dayafile:///H:/wiki/Air
-
Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294
Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1373
sabun, sampah dan sebagainya.
Masyarakat Kekalik yang
sebagian bermata pencarian
sebagai pembuat tahu banyak
memanfaatkan got dan aliran
sungai sebagai tempat
pembuangan limbah tahu
tersebut. Hal ini mengakibatkan
air sumur gali di daerah sekitar
pembuangan air limbah menjadi
berwarna keruh, berbau, dan
memiliki rasa tidak enak untuk
diminum.
Kondisi penduduk yang
padat dan banyak sekali tempat
pembuangan limbah serta sungai-
sungai yang kotor di sekitar
Lingkungn Kekalik Indah
memungkinkan terjadinya
peresapan limbah tersebut ke
dalam tanah apalagi kondisi air
tanahnya sangat dangkal. Kondisi
demikian membuat air di daerah
tersebut menjadi berbau dan
tidak layak konsumsi.
Pencemaran yang berasal
dari zat organik maupun
nonorganik tersebut
menyebabkan tingginya
konsentrasi COD yang
terkandung dalam air sumur.
Menurut penelitian Imam
Zarkasi (2008), konsentrasi COD
yang terkandung dalam air sumur
di wilayah Kekalik Jaya melebihi
ambang batas yang telah
ditentukan oleh pemerintah
melalui PP No. 82 Tahun 2001
yang terlihat pada Tabel 2.2 di
bawah ini.
Tabel 2.2 Konsentrasi COD pada air sumur Kelurahan Kekalik Jaya (Zarkasi,
2008)
Lingkungan Volume FAS
(ml)
Konsentrasi COD
(mg/L)
Rata-
rata
U1 U2 U1 U2 Kekalik
Timur
Sumur 1 4,53 4,50 6,6 7,5 8,2
Sumur 2 4,44 4,43 9,3 9,6
Kekalik
Barat
Sumur 1 4,48 4,47 8,1 8,4 8,4
Sumur 2 4,47 4,45 8,4 9,0
Kekalik
Kijang
Sumur 1 4,39 4,39 10,8 10,8 11,7
Sumur 2 4,32 4,34 12,9 12,3
Kekalik
Gerisak
Sumur 1 4,33 4,34 12,6 12,3 12,6
Sumur 2 4,32 4,33 12,9 12,6
Kekalik
Indah
Sumur 1 4,29 4,27 13,8 14,4 13,2
Sumur 2 4,34 4,23 12,3 12,6
Keterangan:
mg = miligram
µg = mikrogram
ml = mililiter
L = liter
-
Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294
Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1374
Bq = Bequerel
MBAS = Methylene Blue Active Substance
ABAM = Air Baku untuk Air Minum
Logam berat merupakan
logam terlarut
Nilai di atas merupakan batas
maksimum, kecuali untuk
pH dan DO. Bagi pH
merupakan nilai rentang
yang tidak boleh kurang
atau lebih dari nilai yang
tercantum.
Nilai DO merupakan batas
minimum.
Arti (-) di atas menyatakan
bahwa untuk kelas
termasuk, parameter
tersebut tidak
dipersyaratkan
Tanda ≤ adalah lebih kecil
atau sama dengan
Tanda < adalah lebih kecil
Analisis COD Dalam Air
Pengertian COD
Untuk mengetahui
jumlah bahan organik di
dalam air dapat dilakukan
suatu uji yang lebih cepat
dibandingkan dengan uji
Biological Oxygen Demand
(BOD), yaitu berdasarkan
reaksi kimia dari suatu bahan
oksidan yang disebut uji
COD. Uji COD yaitu suatu
uji yang menetukan jumlah
oksigen yang dibutuhkan oleh
bahan oksidan seperti kalium
dikromat yang digunakan
untuk mengoksidasi bahan–
bahan organik yang terdapat
didalam air. Dimana
Chemical Oxygen Demand
(COD) atau Kebutuhan
Oksigen Kimia (KOK) adalah
jumlah oksigen (mg O2) yang
dibutuhkan untuk
mengoksidasi zat–zat organis
yang ada dalam 1 L sampel
air. Dimana pengoksidasi
K2Cr2O7 digunakan sebagai
sumber oksidasi. Angka COD
merupakan ukuran bagi
pencemaran air oleh zat-zat
organis yang secara alamiah
dapat dioksidasikan melalui
proses mokrobiologis, dan
mengakibatkan berkurangnya
oksigen terlarut di dalam air.
Oksigen terlarut adalah
banyaknya oksigen yang
terkandung di dalam air dan
diukur dalam satuan ppm.
Oksigen yang terlarut ini
dipergunakan sebagai tanda
derajat pengotor air baku.
Semakin besar oksigen yang
terlarut, maka menunjukkan
derajat pengotoran yang
relatif kecil. Rendahnya nilai
oksigen terlarut berarti beban
pencemaran meningkat
sehingga koagulan yang
bekerja untuk mengendapkan
koloida harus bereaksi dahulu
dengan polutan-polutan
dalam air menyebabkan
konsumsi oksigen bertambah
-
Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294
Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1375
(Admin, 2008). COD
menggambarkan jumlah total
oksigen yang dibutuhkan
untuk mengoksidasi bahan
organik secara kimiawi, baik
yang dapat didegradasi secara
biologis maupun yang sukar
didegradasi secara biologis
menjadi CO2 dan H2O,
sedangkan BOD hanya
menggambarkan bahan
organik yang dapat
didekomposisi secara
biologis.
Gambar 2.2 Alat Penyaringan Air Sederhana
Sumber: Suriawira (2005)
Metodologi Penelitian
Jenis Penelitian
Penelitian mengenai
teknologi penyaringan air
sederhana dalam mengolah
air telah banyak dilakukan,
biasanya teknologi ini
digunakan untuk pengolahan
air bersih. Oleh sebab itu,
pada penelitian ini peneliti
mencoba untuk membahas
sejauh mana efektifitas
penyaringan air sederhana
dalam menurunkan
konsentrasi Chemical
Oxygen Demand (COD) air
sumur gali di Lingkungan
Kekalik Indah Kecamatan
Sekarbela.
Sesuai dengan judul
dari penelitian ini yaitu
Kemampuan Sistem
Penyaringan Air Sederhana
Dalam Menurunkan Nilai
Bak penampungan
Alat Penyaringan
Hasil
-
Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294
Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1376
COD Pada Air Sumur Gali di
lingkungan Kekalik Indah
Kecamatan Sekarbela
Penelitian ini termasuk
dalam penelitian eksperimen
yang dilaksanakan dalam
skala laboratorium dan dalam
batasan waktu tertentu.
Analisis Data
Untuk menentukan
konsentrasi COD dalam
sampel dapat dihitung
dengan rumus Sebagai
berikut:
COD (mg
O2/L) =
sampelml
xNxba 8000)(
Dimana :
a = mL FAS
yang digunakan
untuk titrasi
blanko
b = mL FAS
yang digunakan
untuk titrasi
sampel
N = Normalitas
FAS
Hasil Penelitian dan
Pembahasan
Konsentrasi awal Chemical
Oxygen Demand (COD) pada air
sumur
Data rata-rata
konsentrasi COD pada
air sumur sebelum
proses penyaringan
tertera pada tabel 4.1.
Perhitungan secara
terperinci pada lampiran
3.
Tabel 4.1 Hasil pengujian awal konsentrasi COD sebelum proses
penyaringan
Ulangan FAS (mL) (b) Kadar COD
(mg/L)
Rerata (mg/L)
(C0)
1 4,20 13,49 16,48
2 4,15 19,48
Dari Tabel 4.1
diperoleh rata-rata
konsentrasi COD dalam dua
kali pengulangan sebesar
16,48 mg/L. Kadar rata-rata
COD tersebut telah melebihi
ambang baku mutu air bersih
berdasarkan PP No 82 Tahun
2001 tentang Pengelolaan
Kualitas air dan
Pengendalian pencemaran
Air sebesar 10 mg/L, maka
air sumur tersebut perlu
diperlakukan dengan
-
Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294
Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1377
menggunakan penyaringan
air sederhana untuk
mendapatkan air yang sesuai
mutu air bersih.
Proses Penyaringan Air
Pada proses
penyaringan, sampel
dimasukkan pada bak
penampungan sebanyak 2 L
selanjutnya dialirkan menuju
pipa penyaringan dan hasil
penyaringan ditampung.
Dapat dilihat secara visual
(fisik), dimana pada hasil
penyaringan air yang semula
berwarna keruh setelah
dilewatkan melalui
Penyaringan Air Sederhana
air berwarna bening.
Konsentrasi Chemical
Oxygen Demand (COD)
setelah penyaringan
Pada penilitian ini
menggunakan enam variasi
yang berbeda tiap variasi
dilakukan dengan dua kali
pengulangan dan diperoleh
data rata-rata COD setelah
penyaringan pada Tabel 4.2.
perhitungan secara lengkap
pada lampiran 3.
Tabel 4.2 Konsentrasi COD sesudah melalui Penyaringan Air
Sederhana.
Variasi Komposisi
Media penyaringan
kerikil : Arang : pasir
FAS (mL) Kadar COD
(mg/L)
Rerata COD
(mg/L)
Efektifitas
(%)
3 : 1 : 1 U1 4,20 13,49
11,99 11,12 U2 4,30 10,49
2 : 1 : 2 U1 4,25 11,99
11,24 16,68 U2 4,30 10,49
1 : 1 : 3 U1 4,30 10,49
10,49 22,24 U2 4,30 10,49
2 : 2 : 1 U1 4,45 5,99
9,74 27,80 U2 4,25 11,99
1 : 2 : 2 U1 4,40 7,50
7,50 44,40 U2 4,40 7,50
1 : 3 : 1 U1 4,40 7,50
5,99 55,60 U2 4,50 4,49
-
Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294
Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1378
Keterangan :
U1 = Ulangan ke-1
U2 = Ulangan ke-2
Dari Tabel 4.2 dilihat
bahwa variasi komposisi media
penyaringan berpengaruh
terhadap penurunan kadar COD
dan variasi yang paling efektif
dalam menurunkan kadar COD
yaitu pada komposisi pasir,
arang dan kerikil dengan
perbandingan 1:3:1 dimana
efektifitas penurunan kadar
COD sebesar 55,60%. Pada
variasi ini komposisi arang
paling banyak dibandingkan
komposisi media yang lainnya.
Uji Statistik
Hasil uji statistik
dilakukan untuk mengetahui
apakah terjadi perbedaan yang
signifikan dalam penurunan
konsentrasi COD untuk setiap
variasi unit pengolahan yang
memiliki ketebalan media yang
berbeda. Uji statistik yang
digunakan adalah dengan
menggunakan Anava dengan
metode satu jalur.
Tabel 4.3 Penentuan Analisis Of Varian (ANAVA) Penyaringan Air
Sederhana Berbagai Variasi
Variasi
kerikil : Arang : pasir
Kadar
COD
(mg/L)
Xij2 T T2
Sebelum
penyaringan
U1 22,48 505,35 41,96 1760,64
U2 19,48 379,47
3 : 1 : 1 U1 13,49 181,98
23,98 575.04 U2 10,49 110,04
2 : 1 : 2 U1 11,99 143,76
22,48 505.35 U2 10,49 110,04
1 : 1 : 3 U1 10,49 110,04
20,98 404.16 U2 10,49 110,04
2 : 2 : 1 U1 5,99 35,88
17,98 323.28 U2 11,99 143,76
1 : 2 : 2 U1 7,50 56,25
15,0 225 U2 7,50 56,25
1 : 3 : 1 U1 7,50 56,25
11,99 143.76 U2 4,49 20,16
Jumlah ( ∑ ) 2019,27 154,37 3937,23
Penyusunan hipotesis
Ha = Terdapat perbedaan yang
signifikan antara variasi
komposisi media Penyaringan
Air Sederhana dalam
menurunkan konsentrasi COD
-
Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294
Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1379
pada air sumur gali.
Ho = Tidak terdapat perbedaan
yang signifikan antara variasi
komposisi media Penyaringan
Air Sederhana dalam
menurunkan konsentrasi COD
pada air sumur gali.
Ha = A1 ≠ A2 ≠ A3 ≠ A4 ≠ A5 ≠ A6
Ho = A1 = A2 = A3 = A4 = A5 = A6
Dimana A = Variasi ketebalan
media Penyaringan Air
Sederhana
Jika : F hitung ≥ F tabel maka
tolak Ho
Tabel 4.4 Sidik Ragam analisis ANAVA
Sumber
variasi Dk SS MS
F
Fhitung 0,05 0,01
Antar
kelompok (b) 6 122,13 20,35
2,22 3,87 7,19 Dalam
kelompok (w) 7 64,11 9,16
Total 13 186,24
Nilai statistik F tabel adalah
F(1-0,05);(6,7) = 3,87 (dari
tabel distribusi F)
Nilai statistik F tabel adalah
F(1-0,01);(6,7) = 7,19 (dari
tabel distribusi F)
Terlihat dari tabel
ANAVA bahwa nilai F hitung
= 2,22 F hitung ≤ F tabel 3,87,
sehingga dapat disimpulkan
bahwa Ho diterima, yang
artinya perbedaan variasi
media pada Penyaringan Air
sederhana tidak berpengaruh
signifikan terhadap penurunan
konsentrasi Chemical Oxygen
Demand (COD).
Penentuan Kapasitas
Penyaringan
Pada pengujian ini,
variasi 1:3:1 diuji dengan
pengulangan penambahan
volume tiap 2 L sampel
hingga memperoleh kapasitas
penyaringan sampai
konsentrasi COD kembali
pada konsentrasi awal. Hasil
penentuan volume optimum
pada variasi 1:3:1 dapat
dilihat pada Tabel 4.3
dibawah ini. Perhitungan
secara terperinci dapat dilihat
pada Lampiran 5.
Tabel 4.5 Penentuan kapasitas penyaringan pada variasi 1:3:1
Penambahan
sampel 2 L ke-
FAS (mL)
(b)
COD
(mg/L)
Rerata
(mg/L)
Efektifitas
(%)
0 U1 3,90 22,48 20,98 0
-
Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294
Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1380
(Sebelum
Penyaringan) U2 4,0 19,48
1 U1 4,50 4,49
5,24 75,02 U2 4,45 5,99
2 U1 4,50 4,49
5,99 71,44 U2 4,40 7,50
3 U1 4,40 7,50
7,50 64,25 U2 4,40 7,50
4 U1 4,20 13,49
14,24 32,12 U2 4,15 14,99
5 U1 4,20 13,49
15,47 26,26 U2 4,05 17,99
6 U1 4,0 19,48
19,48 7,15 U2 4,0 19,48
7 U1 3,9 22,48
20,98 0 U2 4,0 19,48
Keterangan :
U1 = Ulangan ke-1
U2 = Ulangan ke-2
Dari tabel tersebut
dapat dilihat bahwa
penggunaan Penyaringan
Air Sederhana dapat
digunakan sebanyak 6 kali
penambahan 2 L sampel
atau sebanyak 12 L.
Simpulan
Berdasarkan hasil
penelitian dan pembahasan,
maka dapat ditarik
beberapa kesimpulan yang
didasarkan pada tujuan
penelitian adalah sebagai
berikut:
1. Berdasarkan hasil penelitian bahwa
penyaringan air sederhana
dapat menurunkan
konsentrasi COD pada air
sumur gali di Lingkungan
kekalik Indah Kelurahan
Kekalik Jaya.
2. Variasi komposisi media pasir, arang dan kerikil
yang optimal dalam
menurunkan konsentrasi
COD yaitu variasi 1:3:1
yang menunjukkan
effisiensi penurunan
konsentrasi COD paling
efektif sebesar 55,60% jika
-
Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294
Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1381
dibandingkan dengan
variasi media yang lainnya.
3. Kapasitas penyaringan pada variasi komposisi
media pasir, arang dan
kerikil dengan
perbandingan 1:3:1 mampu
menurunkan kadar COD
sesuai ambang batas yang
diperbolehkan sebanyak 6
L air.
Daftar Pustaka
Admin. 2008. BOD Dan COD.
[online].
http://smk3ae.wordpress.co
m/2008/07/15/bod-dan-
cod/ - 39k. (diakses tanggal
10 Februari 2009).
Alaerts A. 1984. Metode Penelitian
Air. Surabaya: Usaha
Nasional.
Anonim . Arang. [online].
http://
.id.wikipedia.org/wiki/Ara
ng. [pdf] (diakses tanggal
04 April 2009).
Anonim . Arang Batok Kelapa.
[online]. http://
indonetwork.co.id/all/Agra
ris/Arang_Batok_Kelapa/0.
html (diakses tanggal 04
April 2009).
Anonim . Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor :
416/MEN.KES/PER/IX/199
0 Tentang Syarat-syarat
Dan Pengawasan Kualitas
Air, [pdf],
web.ipb.ac.id/~tml_atsp/tes
t/PerMenKes%20416_90.p
df. (diakses tanggal 10
Februari 2009)
Anonim . Pencemaran Air.
[online].
digilib.itb.ac.id/gdl.php?mo
d=browse&op=read&id=ji
ptumm-gdl-heritage-2003-
drsludwalu-675&q=Jalan -
14k. (diakses tanggal 16
Februari 2009).
Anonim . Peraturan
Pemerintah Nomor 82
Tahun 2001 tentang
pengelolaan kualitas air
dan pengendalian
pencemaran air. [pdf].
http//www.menlh.go.id/i/art
/pdf_1076022471.pdf
(diakses tanggal 04 April
2009).
Anonim. 2008. Fungsi dan kegunaan
arang batok kelapa. [online].
www.lintasberita.com/Sain
s/Fungsi_dan_kegunaan_ar
ang_batok_kelapa (diakses
tanggal 11 April 2009)
Arikunto. S. 1993. Metodelogi
Penelitian. Jakarta: Rineka
Cipta.
Efendi Hanif. 2003. Telaah kualitas
Air. Yogyakarta: Kanisius.
Furchan. A. 2004. Pengantar
Penelitian dalam
Pendidikan. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Kusnaedi. 2006. Mengolah Air
Gambut dan AirKotor
untuk Air Minum. Jakarta:
Swadaya.
Margono. S. 2000. Metode
Penelitian Pendidikan.
http://keset.wordpress.com/2008/09/06/fungsi-dan-kegunaan-arang-batok-kelapa/http://keset.wordpress.com/2008/09/06/fungsi-dan-kegunaan-arang-batok-kelapa/
-
Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294
Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1382
Jakarta: Rineka Cipta.
Riduwan. 2003. Dasar-Dasar
Statistik. Bandung: PT
Alfabeta Bandung.
Sugiharto. 1992. Dasar-Dasar
Pengolahan Air limbah.
Jakarta: Universitas
Indonesia Press.
Sugiyono. 2007. Statistik Untuk
Penelitian. Bandung: PT
Alfabeta Bandung.
Sukawati Tri Anna. 2008.
Penurunan Konsentrasi
Chemical Oxygen Demand
(COD) Pada Air Limbah
Laundry Dengan
Menggunakan Reaktor
Biosand Filter Diikuti
Dengan Reaktor Activated
Carbon, Tugas
Akhir,Jurusan Teknik
Lingkungan,UII,Yogyakart
a [pdf].
rac.uii.ac.id/server/docume
nt/Public/20080801111753
Anna.pdf (diakses tanggal
10 Februari 2009).
Suriawiria Unus. 2005. Air dalam
Kehidupan dan
Lingkungan yang Sehat.
Bandung: PT. Alumni.
Surososipil. 2008. Air Sumber
Kehidupan. [pdf],
http://surososipil.files.word
press.com/2008/08/bab1-
agung.pdf, (diakses tanggal
10 Februari 2009).
Sutrisno. 1987. Teknologi
Penyediaan Air bersih.
Jakarta: Rineka Cipta.
Suyasa I W. Budiarsa. 2007.
Kemampuan Sistem
Saringan Pasir- Tanaman
Menurunkan Nilai BOD
Dan COD Air Tercemar
Limbah Pencelupan.
Jurusan Kimia FMIPA
Universitas Udayana [pdf].
journal.unud.ac.id/?module
...idf=10&idj (diakses
tanggal 16 Februari 2009).
Trisnawulan. Dkk. 2007. Analisis
Kualitas Air Sumur Gali.
[pdf].
http://semarang.go.id/kelau
tan/index2.php?option=co
m_content&do_pdf=1&id=
46. (diakses tanggal 10
Februari 2009)
Zarkasi Imam. 2009. Analisis Kadar
Chemical Oxygen Demand
(COD) Pada Air Sumur di
Kelurahan Kekalik Jaya
Kecamatan Sekarbela Kota
Mataram. Skripsi.
Mataram: IKIP Mataram.
-
Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294
Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1383
BIOLOGI KELAS YANG MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN
STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DENGAN TEAM GAMES
TOURNAMENT (TGT) DENGAN MENGGUNAKAN HANDOUT
PADA SISWA KELAS VII SMPN 10 PEKANBARU
Nurzilawati Anggraini, Sri Amnah, Desti
Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Islam Riau
Email: [email protected]
ABSTRACT
This study aims to determine the comparison between biology student learning outcomes
classes that applying the learning model Student Achievement Division Teams (STAD)
compared with Team Games Tournament (TGT) using Handout on Student in class VII
SMP 10 Pekanbaru. The samples of this research were two classes of research,
experimental class X1 and X2. The population of this research are students of class VII
SMP 10 Pekanbaru consist of 4 classes with the total number of students are 135 students.
Class collection of samples is done by selecting the average value of the class that does not
differ greatly on the value of the pre-test, and test the homogeneity of these two classes.
Then classes were randomly selected to determine the experimental class X1 and X2
experiments were selected as experimental class VII5 class X1 and X2 VII9 as a class
experiment. Based on the t-analysis, its known that t= 22,38> table = 2.00 with dk (66) at
the level of α = 0.05, then Ho is rejected and H1 was accepted. Based on the descriptive
analysis of the results obtained by the average post-test
PERBANDINGAN HASIL BELAJAR study student experiment class X1
Student Teams Achievement Division (VII5) = 82,41 and the experimental class X2 Team
Games Tournament (VII9) = 88,7. Based on the results of the research showed that the
difference between the Biology of Learning Outcomes Applying Classroom Learning
Student Teams Achievement Division (STAD) Compared by Team Games Tournament
(TGT) Using Handout in Class VII SMP 10 Pekanbaru Riau.
Keywords: Student Teams Achievement Division, Team Games Tournament, Handout,
Biology Learning Outcomes.
PENDAHULUAN
Pembelajaran adalah suatu kombinasi
yang tersusun meliputi unsur-unsur
manusiawi, material, fasilitas,
perlengkapan, dan prosedur yang saling
mempengaruhi mancapai tujuan
pembelajaran (Hamalik, 2011:57). Menurut
Sardiman (2011: 21) belajar merupakan
usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan
yang merupakan sebagian kegiatan menuju
terbentuknya kepribadian seutuhnya.
Belajar adalah salah satu proses usaha
yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku
yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya (Slameto, 2010:2).
Salah satu penerapan pembelajaran
yang diharapkan dapat mendukung
suksesnya proses kegiatan belajar mengajar
dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa
adalah pembelajaran kooperatif. Menurut
-
Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294
Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1384
Sanjaya (2006:242), pembelajaran
kooperatif merupakan model pembelajaran
dengan menggunakan model
pengelompokkan/tim kecil, yaitu antara
empat sampai enam orang yang
mempunyai latar belakang kemampuan
akademik, jenis kelamin, ras, atau suku
yang berbeda (heterogen).
Di antara model-model pembelajaran
kooperatif yang sangat bervariasi, model
pembelajaran kooperatif Student Teams
Achievement Division (STAD) dan
pembelajaran kooperatif Team Games
Tournament (TGT) adalah salah satu
altenatif yang dapat diterapkan untuk
mengatasi masalah di atas. Model
pembelajaran Student Teams Achievement
Division (STAD) merupakan metode
pembelajaran kooperatif yang paling
sederhana yang terdiri dari 4-5 orang dalam
satu kelompok/tim (Slavin, 2005:143).
Team Games Tournament (TGT)
merupakan metode pembelajaran
kooperatif yang terdiri dari 4-5 orang dalam
saru kelompok menggunakan turnamen
akademik, menggunakan kuis-kuis dan
sistem skor kemajuan individu, dimana
para siswa berlomba sebagai wakil tim
mereka dengan anggota tim lain yang
kinerja akademik sebelumnya setara
dengan mereka (Slavin, 2005: 163-165).
Berdasarkan observasi dan hasil
wawancara yang telah dilaksanakan,
diperoleh informasi bahwa terdapat
beberapa permasalahan dalam
pembelajaran biologi yang menyebabkan
tidak optimalnya pencapaian hasil belajar
siswa, diantaranya yaitu: kurangnya sarana
dan prasarana yang dapat mendukung
proses belajar mengajar di sekolah;
sebagian besar siswa tidak memperhatikan
guru pada saat proses belajar mengajar;
kurangnya kemampuan peserta didik dalam
menguasai materi pembelajaran, sehingga
persentase siswa yang belum mencapai
KKM masih besar.
Penelitian mengenai perbandingan
penerapan model pembelajaran kooperatif
Student Teams Achievement Division
(STAD) dan Model Pembelajaran Team
Games Tournament (TGT) belum pernah
dilakukan di SMPN 10 Pekanbaru.
Diharapkan dengan penerapan model
pembelajaran ini dapat meningkatkan hasil
belajar biologi siswa. Oleh karena itu,
penulis tertarik untuk melakukan penelitian
tentang perbandingan hasil belajar biologi
antara kelas yang menerapkan model
pembelajaran kooperatif Student Teams
Achievement Division (STAD) dengan
Team Games Tournament (TGT) berbantu
hand out pada Siswa Kelas VII SMPN 10
Pekanbaru.
METODE PENELITIAN
Populasi pada penelitian ini adalah
seluruh siswa kelas VII SMPN 10
Pekanbaru. Subjek penelitian yang terdiri
dari 4 kelas dengan jumlah siswa 135
orang.
Pengambilan sampel pada penelitian
ini terdiri dua kelas, yaitu kelas eksperimen
satu dan kelas eksperimen dua.
Pengambilan sampel dilakukan secara acak,
sebab seluruh kelas bersifat homogen dan
akademiknya setara. Berdasarkan
pengambilan sampel secara acak, maka
kelas eksperimen satu adalah kelas VII5
yang menerapkan metode pembelajaran
Kooperatif Student Team Achivement
Division (STAD) dengan jumlah siswa 33
orang yang terdiri dari 12 laki-laki dan 21
perempuan. Kelas eksperimen dua adalah
kelas VII8 yang menerapkan metode
pembelajaran Teams Games Tournament
(TGT) dengan jumlah siswa 33 yang terdiri
dari 14 laki-laki dan 19 perempuan.
Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode eksperimen
yang membandingkan dua kelas sasaran
penelitian. Siswa dibagi menjadi dua
-
Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294
Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1385
kelompok. Kelompok pertama sebagai
kelompok eksperimen 1 yaitu, kelompok
yang diajarkan dengan model Pembelajaran
STAD, sedangkan kelompok kedua
eksperimen 2 yaitu, kelompok yang
diajarkan dengan model Pembelajaran
TGT.
Instrumen pengumpulan data dalam
penelitian ini dilakukan dengan dua cara,
yaitu: penilaian pengetahuan pemahaman
konsep (PPK) dan penilaian kinerja ilmiah
(KI).
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Analisis Nilai Pre-Test Data pre-test siswa kelas VII5 dan VII9
SMPN 10 Pekanbaru Tahun Pelajaran
2014/2015 dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Hasil Analisis Data Pre-test
Kelas N 1
12 ( 1)2
X1 33 2649 80.27 211676 7017201
X2 35 2814 80,4 228960 7918596
Berdasarkan hasil pengujian dengan
menggunakan uji kesamaan dua varians,
maka diperoleh nilai Fhitung =-0,10 dengan
nilai Ftabel =2,00 untuk tarif sigifikan 5% (df
=0,05). Berdasarkan uji kesamaan dua
varians tersebut maka diperoleh Fhitung < Ftabel. Maka kedua kelas dikatakan
mempunyai varians yang sama/homogen.
Berdasarkan hasil analisis dengan uji
dua pihak dengan jumlah kelas VII5 dan
kelas VII9, maka diperoleh nilai thitung= -
0,10 dengan nilai ttabel = 2,00 untuk tarif
signifikan 5%. Oleh karena itu terlihat
bahwa thitung < ttabel. Dengan demikian kedua
kelas tersebut yaitu kelas VII5 dan kelas
VII9 berada dalam keadaan homogen.
Berdasarkan hasil analisis statistik tersebut
dapat disimpulkan bahwa kedua kelas
tersebut mempunyai kemampuan yang
sama (homogen).
2. Analisis Inferensial Nilai Post-Test
Hasil analisis data nilai Post-Test kelas
eksperimen X1 dan kelas eksperimen X2
dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Hasil Analisis Data Post-test
Kelas N 1 12 ( 1)2
X1 33 2719,7
82,4
1
226403,
59
7396768,0
9
X2 35 3104,5 88,7
276614,
67
9023415,2
1
Berdasarkan hasil analisis
menggunakan uji kesamaan dua varians,
maka diperoleh nilai Fhitung =1,98 dengan
nilai Ftabel =1,82 untuk tarif sigifikan 5% (df
=0,05), maka diperoleh Fhitung > Ftabel yang
berarti kedua varians dalam keadaan
heterogen, kemudian dilanjutkan uji t maka
diperoleh nila thitung = 22,38 dengan nilai
ttabel = 2,00 untuk tarif signifikan 5%.
Kedua sampel dikatakan heterogen maka
hipotesis diterima. Hal ini berarti terdapat
perbedaan hasil belajar biologi antara kelas
yang menerapkan model pembelajaran
kooperatif Student Teams Achievement
Division (STAD) dengan Team Games
Tournament (TGT) dengan menggunakan
hand out pada siswa kelas VII SMPN 10
Pekanbaru Tahun Pelajaran 2014/2015.
3. Perbandingan Hasil Analisis Nilai Pre-Test, dan Post-Test
Hasil analisis nilai pre-test kelas
eksperimen X1 (STAD) dan kelas
eksperimen X2 (TGT) berada dalam
keadaan homogen yang berarti kemampuan
belajar kedua kelas sama dengan nilai rata-
rata kelas eksperimen X1 (STAD) yaitu
80.27, sedangkan kelas eksperimen X2
(TGT) yaitu 80,4. Hasil analisis post-test
siswa kelas eksperimen X1 (STAD) dan
kelas eksperimen X2 (TGT) menunjukkan
adanya perbedaan hasil belajar yang
signifikan dari nilai rata-rata kelas
eksperimen X1 (STAD) yaitu 82,41 dan
kelas eksperimen X2 (TGT) yaitu 88,7
dengan selisih 6,26%.
-
Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294
Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1386
80.27 82.4180.488.7
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
pre-test post-test
Eksperimen 1 (STAD) Eksperimen 2 (TGT)
Perbandingan rata-rata hasil belajar
siswa kelas eksperimen X1 (STAD) dan
kelas eksperimen X2 (TGT) berdasarkan
nilai pre-test dan post-test dapat dilihat
pada Gambar 1.
Gambar 1. Perbandingan rata-rata hasil belajar
biologi siswa antara kelas eksperimen X1
(STAD) dan kelas eksperimen X2 (TGT)
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang
telah dilaksanakan, terdapat perbedaan
hasil belajar biologi IPA antara kelas yang
menerapkan eksperimen X1 (VII5) yang
menerapkan pembelajaran kooperatif
Student Teams Achievement Division
(STAD) dengan kelas eksperimen X2 (VII9) yang menerapkan pembelajaran
kooperatif Team Games Tournament
(TGT) dengan menggunakan hand out pada
materi ekosistem pada siswa kelas VII
SMPN 10 Pekanbaru.
Hasil belajar siswa setelah dilakukan
penerapan model Team Games
Tournament (TGT) mengalami peningkatan
sebesar 5,42%, sedangkan pada kelas yang
menerapkan pembelajaran model Student
Teams Achievement Division (STAD),
peningkatan hasil belajar biologi siswa
sebesar 1,29%. Hasil belajar biologi pada
kelas yang menerapkan pembelajaran
kooperatif Team Games Tournament
(TGT) lebih tinggi dari pada kelas yang
menerapkan pembelajaran kooperatif
Student Teams Achievement Division
(STAD).
SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang
telah dilakukan, maka penulis
menyampaikan saran-saran sebagai berikut:
kepada guru-guru terutama guru IPA agar
dapat menggunakan model pembelajaran
tipe Team Games Tournament (TGT)
dengan menggunakan handout sebagai
salah satu alternatif untuk meningkatkan
hasil belajar siswa. Selain itu, diharapkan
untuk penelitian selanjutnya, dapat
dikembangkan lagi dengan menguji model
pembelajaran yang belum dilaksanakan.
DAFTAR PUSTAKA
Azhar, Ar Syad. 2011. Media
Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers
Binartiningsih. 2011. Standar Isi SMA/MA
dan SMP/MTs Telaah Kurikulum.
Universitas Islam Riau: Pekanbaru
Chairil. 2010. Prosedur Penelitian (Suatu
Pendekatan Praktek). Jakarta:
Rineka Cipta
Depdiknas. 2006. Panduan Penyusun
Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan Dasar dan Menengah.
Jakarta: BSNP
Danim, Sudarwan & khairil. 2010. Profesi
Kependidikan. Alfabeta: Bandung
Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan
Pembelajaran. PT. Rineka Cipta:
Jakarta.
Hamalik. 2006. Proses Belajar
Mengajar. Bumi Aksara: Jakarta
-
Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294
Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1387
Hamalik, O. 2011. Kurikulum dan
Pembelajaran. PT Bumi Aksara:
Jakarta
Haerullah, Ade. 2013. Penerapan Model
Pembelajaran Kooperatif STAD
Untuk Meningkatkan Aktivitas
dan Hasil Belajar Biologi Siswa
Kelas VII Mts Negeri Kota
Ternate. Jurnal Bionature,
Jurusan Pendidikan MIPA, FKIP,
Universitas Khairun Ternate.
Volume 14, (Nomor 2, Oktober
2013). Hlm.105-111
Ibrahim, M. Dkk., 2000. Pembelajaran
Kooperatif. Surabaya: Universitas
Negeri Surabaya
Kunandar. 2011. Guru Profesional.
Rajawali Pers. Jakarta
Lisnawati. 2014. Perbedaan Hasil
Belajar Biologi Antara Siswa
Kelas yang Menggunakan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe
Student Teams Achievement
Division (STAD) Dan Team
Games Tournament (TGT) Pada
Siswa Kelas XI MAN Bekasi
Tahun Pelajaran 2013/2014.
Jurnal Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan, Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Majid, A. 2011. Perencanaan
Pembelajaran. Remaja
Rosadakarya: Bandung
Riyanto. 2010. Pengelolaan dan
Analisis Data Kesehatan.
Yogyakarta: Nuha Medika
Rusman. 2010. Model-Model
Pembelajaran. Rajawali pers.
Jakarta
Sanjaya, W. 2010. Strategi
Pembelajaran Berorientasi
Standar Proses Pendidikan.
Jakarta: Kencana.
Sanjaya, W. 2013. Penelitian
Pendidikan: Jenis, Metode dan
Prosedur. Kencana: Jakarta.
Sanjaya, W. 2006. Kurikulum dan Pembelajaran. Kencana Prenada Media Group: Jakarta
Saputra, A. 2010. Penerapan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe
Team Games Tournament (TGT)
Terhadap Hasil Belajar Biologi
Siswa Kelas XI IPA SMA YLPI
Pekanbaru Tahun Ajaran
2009/2010. Skripsi Program
Biologi Fkip-UIR. Pekanbaru
Sardiman. 2011. Interaksi dan Motivasi
Belajar Mengajar. PT
RajaGrafindo Persada: Jakarta.
Sartika, Y. 2011. Penerapan
Pembelajaran Kooperatif Tipe
TGT (Team Games Tournament)
Dengan Menggunakan Handout
Terhadap Hasil Belajar Biologi
Siswa Kelas XI IPA2 SMAN
Tempuling Kabupaten Indra Giri
Hilir Tahun Pelajaran 2010/2011.
Skripsi Program Studi Pendidikan
Biologi-FKIP-UIR. Pekanbaru
Setyabudi, Immanuel D. 2011.
Eksperimentasi Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe
Student Teams Achievement
Division (STAD) dan Team
-
Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294
Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1388
Games Tournament (TGT) pada
Pokok Bahasan Persamaan dan
Pertidaksamaan Kuadrat Ditinjau
Dari Kemampuan Awal Siswa
SMA di Surakarta Tahun
Pelajaran 2010/2011. Tesis.
Universitas sebelas maret.
Surakarta
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-
faktor yang Mempengaruhinya.
PT. Renika Surapranata Cipta:
Jakarta.
Slavin, Robert E. 2011, Cooperative
Learning. Bandung: Nusa Media
Sudjana, A. 2005. Metode Statistika. Bandung: Tarsito
Sudjana, N. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. PT Remaja Rosdakarya. Bandung
Suprihatiningrum, Jamil. 2013. Strategi
Pembelajaran: Teori & Aplikasi.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media
Syah, Muhibbin. 2008. Psikologi
Pendidikan dengan Pendekatan
Baru. Remaja Rosdakarya:
Bandung
Trianto. 2007. Model-model
Pembelajaran Inovatif
Berorientasi Konstruktivitik.
Jakarta. Prestasi pustakakarya
Trianto. 2010. Filsafat Konstruktivisme
dalam Pendidikan. Yogyakarta:
Pustaka Filsafat
Trianto. 2011. Mendesain Model
Pembelajaran Inovatif, Progresif,
Konsep Landasan dan
Implementasinya pada Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP). Kencana Prenada Group.
Jakarta.
Widyasari, Andina W. 2012. Komparasi
Penggunaan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Team Games
Tournament (TGT) dan Student
Teams Achievement Division (STAD)
Terhadap Hasil Belajar IPA Biologi
Siswa SMP Negeri 2 Lendah Tahun
Ajaran 2011/2012. Tesis. Universitas
Islam Negeri Sunan Kalijaga.
Yogyakarta
-
Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294
Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1389
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS KOMPETENSI
MATAKULIAH PERSAMAAN DIFERENSIAL DI PRODI PENDIDIKAN
MATEMATIKA JURUSAN PMIPA FKIP UNIVERSITAS RIAU
Armis, Suhermi, Rahmi Fauziah [email protected]
UNIVERSITAS RIAU
Abstract
The product of this study was teaching materials based competency on
differential equations subject. The problem of this study was “how to develop the
teaching materials based competency on differential equations subject which in
accordance with the applied syllabus at Mathematics Education PMIPA
Department FKIP Riau University. The several steps on developing the teaching
materials were (a) Analyzing the general and specific competency which must be
achieved on differential equations subject, (b) Developing the learning tools on
differential equations subject, (c) Analyzing the topic of teaching materials on
differential equations subject, (d) Analyzing the mathematical reasoning ability and
mathematical connection ability which will be implemented on developing the
teaching materials, (e) Developing the teaching materials based competency which
in accordance with the subject syllabus, (f) Requesting two experts as the validators
of the developed teaching materials, (g) Revising the teaching materials based on
the advice of validators. The result of this study was the teaching materials on
differential equations subject 3 SKS which consisting of five chapters for 16
meetings.
Keywords : Teaching materials based competency, Differential Equation
Abstrak
Produk penelitian ini adalah bahan ajar berbasis kompetensi matakuliah
Persamaan Diferensial. Adapun yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini
adalah “Bagaimana mengembangkan bahan ajar berbasis kompetensi pada
matakuliah Persamaan Diferensial yang benar-benar sesuai dengan silabus yang
berlaku di Prodi Pendidikan Matematika Jurusan PMIPA FKIP Universitas Riau.
Pengembangan bahan ajar tersebut melalui beberapa langkah