jurnal reading ika caesarina - uveitis in children and aldoscens

26
Journal Reading Uveitis In Children and Adolescents D BenEzra, E Cohen, G Maftzir British Journal Ophtalmology 2005;89:444–448. doi:10.1136/bjo.2004.050609. 1

Upload: fadillovemama

Post on 12-Aug-2015

63 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Jurnal Reading Ika Caesarina - Uveitis in Children and Aldoscens

Journal Reading

Uveitis In Children and AdolescentsD BenEzra, E Cohen, G Maftzir

British Journal Ophtalmology 2005;89:444–448. doi:10.1136/bjo.2004.050609.

Oleh

Ika Rahmawati Caesarina

H1A 008 040

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITRAAN KLINIK MADYA

BAGIAN ILMU PENYAKIT MATA

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MATARAM

2012

1

Page 2: Jurnal Reading Ika Caesarina - Uveitis in Children and Aldoscens

DATA JURNAL

NAMA PENULIS : D BenEzra, E Cohen, G Maftzir

JUDUL TULISAN : Uveitis in children and adolescents

JOURNAL ASAL :British Journal Ophtalmology 2005;89:444–448.

doi:10.1136/bjo.2004.050609. Available from :

http://bjo.bmj.com/content/89/4/444.full.pdf+html

ISI JURNAL

LATAR BELAKANG :

Uveitis yang terjadi pada masa anak-anak telah dilaporkan memiliki insidensi

yang jauh lebih sedikit dibandingkan pada orang dewasa. Persentase kejadian

uveitis pada anak-anak adalah sekitar 2,2% hingga 10,6% dari total jumlah pasien

uveitis yang diperiksa di klinik.

Pengamatan pada etiologi dari uveitis pada populasi umum, telah ditemukan

variabilitas pada insidensi dan / atau prevalensi dari entitas yang berbeda.

Perbedaan ini dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti pengenalan entitas klinis

baru, pengenalan alat diagnostik yang lebih baru dan lebih canggih, dan

pemberantasan penyakit menular tertentu. Faktor lingkungan dan faktor genetik

juga memainkan peran penting dalam insiden yang dilaporkan penyakit tertentu di

berbagai negara. Pada anak-anak, juvenile idiopathic arthritis (JIA) telah

dilaporkan sebagai manifestasi sistemik yang ditemukan pada 81% anak dengan

uveitis dan 95% anak dengan uveitis anterior . Baru-baru ini, JIA ditemukan

sebagai manifestasi sistemik pada 41,5% dari 130 anak dengan uveitis. Perbedaan

insidensi dari etiologi uveitis yang paling umum pada anak dan dewasa memiliki

kaitan terhadap “perubahan pola uveitis”.

TUJUAN :

Untuk mengetahui tentang pola dan etiologi uveitis yang paling umum terjadi

pada anak dan remaja.

2

Page 3: Jurnal Reading Ika Caesarina - Uveitis in Children and Aldoscens

METODOLOGI :

Penelitian dilakukan dengan metodologi penelitian cohort dengan subyek

penelitian sebesar 276 anak dan remaja. Pasien dengan uveitis diperiksa dan

diikuti dalam periode 10 tahun . Pasien dibagi dalam kategori berdasarkan jenis

kelamin dan umur. Semua pasein menjalani pemeriksaan okular dan tes

laboratorium. Manifestasi intraokular dibagi berdasarkan letak anatomi dari

inflamasi dan etiologi yang paling mungkin. Diagnosis ditegakkan berdasarkan

hasil laboratorium yang spesifik serta gejala dan tanda yang ditemukan pada

okular dan intraokular.

Subyek Penelitian

Subyek penelitian merupakan pasien pada periode Maret 1989 hingga Febuari

1999. Pada periode tersebut terdapat 821 consecutive pasien dengan uveitis di

klinik immuno-oftalmologi dan uveitis Rumah Sakit Universitas Hebrew,

Jerusalam Israil. Jarak follow up dilakukan antara 1 dan 10 tahun dengan mean 51

bulan untuk seluruh grup.

Prosedur Penelitian

Pasien dibagi dalam kategori berdasarkan jenis kelamin dan umur. Semua

pasien menjalani pemeriksaan okular dan tes laboratorium. Manifestasi

intraokular dibagi berdasarkan letak inflamasi sesuai anatomi mata dan etiologi

uveitis yang paling mungkin. Diagnosis uveitis ditegakkan berdasarkan hasil

laboratorium yang spesifik serta gejala dan tanda yang ditemukan pada okular dan

intraokular pasien.

Pemeriksaan yang dilakukan meliputi pemeriksaan klinis dan tes

laboratorium. Pada pemeriksaan klinis, riwayat penyakit sistemik dan manifestasi

okular digali secara seksama. Pada kunjungan awal, semua pasien menjalani

pemeriksaan okular secara lengkap meliputi pemeriksaan visus, pemeriksaan slit

lamp, pemeriksaan fundus, tonometri, pergerakan bola mata, pemeriksaan untuk

menilai strabismus dan fungsi binokuler.  Pada tes laboratorium, pada semua

3

Page 4: Jurnal Reading Ika Caesarina - Uveitis in Children and Aldoscens

pasien dilakukan pemeriksaan hitung darah lengkap, laju endap darah, dan C

reactive protein (CRP).

Uveitis diklasisifikasikan berdasarkan letak inflamasi sesuai anatomi dan

etiologi yang paling mungkin menyebabkan uveitis. Klasifikasi anatomi dibagi

menjadi uveitis anterior, uveitis intermediate, uveitis posterior, dan panuveitis.

Klasifikasi uveitis anterior dibuat apabila tanda-tanda inflamasi intraokular

yang terbatas pada bilik mata depan dengan kurang dari 10 sel inflamasi yang

diamati pada vitreous anterior. Diagnosis uveitis intermediate dibuat berdasarkan

temuan lebih dari 10 sel inflamasi pada vitreous anterior atau vitreous tengah

dan/atau terdapat snowball. Sedangkan diagnosis uveitis posterior dibuatb

berdasarkan temuan sel-sel inflamasi dalam vitreous posterior dengan vaskulitis

retina dan / atau infiltrat retina atau koroid. Diagnosis panuveitis ditegakkan bila

ditemukan tanda-tanda inflamasi segmen anterior dan posterior.

Klasifikasi inflmasi intraokular tersebut kemudian dibagi berdasarkan kaitan

inflamasi intraokular dengan proses infeksi yang terbatas pada mata atau terkait

dengan penyakit sistemik. Keterkatian penyekit sistemik dengan uveitis

ditentukan oleh beberapa kriteria yang telah ditetapkan.

HASIL :

Dari 821 pasien dengan uveitis, didapatkan dalam beberapa kelompok umur

yaitu 276 pasien (33,1%) berusia 18 tahun atau lebih muda. Dari 276 pasien

tersebut terdiri dari 27 pasien berusia 16-18 tahun dan 249 pasien berusia lebih

muda dari 16 tahun. Rasio laki-laki dan perempuan adalah satu berbanding satu

(anak laki-laki sebesar 49,6% dan anak perempuan sebesar 50,4%). Uveitis

bilateral terdeteksi pada 70,3% kasus dan uveitis unilateral terdeteksi pada 29,7%.

Dengan demikian, jumlah total 470 pasien dengan inflamasi intraokular dievaluasi

dalam penelitian ini.

Uveitis anterior ditemukan pada 37 pasien (13,4%), uveitis intermediate

ditemukan pada 41,7% kasus dan uveitis posterior ditemukan pada 14,1% kasus.

4

Page 5: Jurnal Reading Ika Caesarina - Uveitis in Children and Aldoscens

Sedangkan diagnosis panuveitis diamati pada 30,8% kasus . Hal ini dapat dilihat

pada tabel berikut :

Gejala okular subjektif tidak dilaporkan meskipun dideteksi ketajaman visual

sangat rendah ditemukana pada 80 kasus ( 29,0%). Mata berair dan fotofobia

adalah gejala yang dikeluhkan pada 24,3% kasus, mata merah merupakan gejala

yang ditemukan pada 15,9% kasus, gejala tajam pengelihatan menurun ditemukan

pada 12% kasus, leukokoria ditemukan pada 4,0% kasus dan strabismus

ditemukan pada 5,4% kasus. Gejala, tanda dan aktivitas visual yang ditemukan

pada pasien dilampirkan pada tabel berikut :

Peradangan intraokular dikaitkan dengan agen infeksi pada 92 kasus (33,3%),

sedangkan etiologi non-infeksi ditemukan paa 184 kasus (66,7%). Dari etiologi

non-infeksi tersebut, terdapat 70 kasus ( 25,4%) yang dimasukan ke dalam

kategori idiopatik karena tidak ditemukan etiologi yang spesifik. Pada 114 kasus

(41,3%) dengan etiologi non-infeksi didiagnosis dengan diagnosis okular tertentu

5

Page 6: Jurnal Reading Ika Caesarina - Uveitis in Children and Aldoscens

atau suatu penyakit sistemik . Data mengenai etiologi uveitis pada penelitian ini

dapat dilihat pada tabel berikut :

Insidensi etiologi infeksi yang spesifik meliputi berbagai agen infeksi seperti

bakteri, parasit, dan virus. Bakteri adalah penyebab langsung dan tidak langsung

inflamasi intraokular yang terjadi pada 18 kasus, yaitu sebesar 19,6% dari kasus

infeksi dan sebesar 6,5% dari semua kasus. Virus adalah penyebab dari uveitis

pada 28 kasus.

6

Page 7: Jurnal Reading Ika Caesarina - Uveitis in Children and Aldoscens

Dari 184 anak-anak dan remaja dengan uveitis non-infeksi terdiri dari 74 kasus

(40,2%) yang berhubungan dengan penyakit sistemik dan 110 kasus (59,8%)

merupakan proses inflamasi yang terbatas pada mata.

Dari 110 kasus dengan etiologi uveitis non-infeksi dan manifestasi inflamasi

terbatas pada mata, terdapat berbagai diagnosis meliputi idiopatik, trauma tumpul,

sympathetic ophthalmia , fuchs iridocylclitis, koroiditis multifokal, multiple

evanescent white dot syndrome, presumed ocular histoplasmosis-like

manifestation, acute posterior multifocal placoid pigment epitheliopathy dan

punctate inner choroidopathy .

Dari 74 kasus dengan penyakit sistemik , JRA didiagnosis pada 41 kasus ( 22,3%

dari seluruh kasus). Selain itu terdapat beberapa diagnosa lain yang berhubungan

penyakit sistemik yang dapat diliaht pada tabel berikut :

7

Page 8: Jurnal Reading Ika Caesarina - Uveitis in Children and Aldoscens

DISKUSI :

Di penelitian ini , 33,1% pasien ( 276 dari 821 pasien) dengan uveitis

merupakan pasien dengan usia 18 tahun atau lebih muda. Dari 276 pasien ini

terdiri dari 137 anak laki-laki dan 139 anak perempuan.

Selama periode follow up, terdapat 29.% kasus dengan unilateral inflamasi

intraokular dan 70,3% bilateral inflamasi intraokular. Uveitis anterior didapatkan

pada 13,4% kasus. Temuan ini menujukkan angka yang lebih rendah

dibandingkan angka kejadian pada dewasa dan perkiraan angka kejadian pada

anak. Hal ini mungkin disebabkan oleh definisi uveitis anterior yang terbatas

sesuai klasifikasi uveitis berdasarkan letak anatomi . Sedangkan panuveitis

ditemukan sebanyak 30,8% kasus, yang sebanding dengan temuan yang pernah

diamati sebelumnya oleh orang lain.

Pada penelitian ini, dapat dibuat diagnosis kerja pada 74,6% dari

keseluruhan kasus uveitis pada anak dan remaja dapat ditemukan diagnosis kerja,

sedangkan 25,4% kasus didiagnosis sebagai idiopatik. Insidensi diagnosis

idiopatik yang sedikit ini disebabakn pendekatan diagnosis individual yang

dilakukan dalam penelitian.

8

Page 9: Jurnal Reading Ika Caesarina - Uveitis in Children and Aldoscens

Juvenile idiopathic arthritis sebagai etiologi yang terkait dengan uveitis

ditemukan pada 14,9% dari 276 kasus uveitis pada anak dan remaja. Agka

pravalensi ini terlihat lebih realistik dibandingkan temuan sebesar 40% dan 95%

yang pernah dilaporkan orang lain sebelumnya. Namun laporan ini memeiliki

kesamaan dengan laporan sebelumnya yang menunjukan bahwa lebih banyak

ditemukan komplikasi okular dan morbiditas yang tinggi pada perempuan.

Bakteri merupakan etiologi yang jarang ditemukan pada peradangan

intraokular. Infeksi klamidia merupakan penyebab inflmasi introkular yang

jarang. Chlamydia pneumonia juga dilaporkan memiliki peran dalam patogenesis

uveitis. Pada penelitian ini tidak ditemukan kasus uveitis yang dihubungkan

dengan HIV. Insidensi ini tida sesuai dengan insidensi HIV yang tinggi ditemukan

di uveitis yag pernah dilaporkan sebelumnya.

Penyakit gaucher’s sebagai penyebab dasar dari uveitis merupakan hal

yang jarang ditemukan. Gejala yang muncul berupa uveitis bilateral dan hifema

sponatan pada salah satu mata. Diagnosis penyakit gaucher’s didasarkan pada

pemeriksaan secara sistemik yang dilakukan .

SIMPULAN :

Pada penelitian ini menunjukkan bahwa ditemukan banyak kemungkinan

etiologi dan variabel insidensi untuk etiologi spesifik yang pada uveitis di anak

dan remaja. Angka kejadian uveitis pada anak dan remaja tidak sesuai dengan

angka kejadian yang telah dilaporkan sebelumnya. Etiologi yang paling umum

ditemukan pada anak dan remaja di penelitian ini adalah infeksi parasit dan

juvenile idiopathic arthritis.

9

Page 10: Jurnal Reading Ika Caesarina - Uveitis in Children and Aldoscens

RANGKUMAN PEMBACA :

Uveitis yang terjadi pada masa anak-anak telah dilaporkan memiliki insidensi

yang jauh lebih sedikit dibandingkan pada orang dewasa. Persentase kejadian

uveitis pada anak-anak adalah sekitar 2,2% hingga 10,6% dari total jumlah pasien

uveitis yang diperiksa di klinik. Pengamatan pada etiologi dari uveitis pada

populasi umum, telah ditemukan variabilitas pada insidensi dan / atau prevalensi

dari entitas yang berbeda. Perbedaan ini dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti

pengenalan entitas klinis baru, pengenalan alat diagnostik yang lebih baru dan

lebih canggih, dan pemberantasan penyakit menular tertentu.

Tujuan penelitian ini adalah unutk mengetahui tentang pola dan etiologi yang

paling umum terjadi pada anak dan remaja. Penelitian dilakukan dengan

metodologi penelitian cohort dengan subyek penelitian sebesar 276 anak dan

remaja. Pasien dengan uveitis diperiksa dan diikuti dalam periode 10 tahun .

Pasien dibagi dalam kategori berdasarkan jenis kelamin dan umur. Semua pasein

menjalani pemeriksaan okular dan tes laboratorium. Manifestasi intraokular dibagi

berdasarkan letak anatomi dari inflamasi dan etiologi yang paling mungkin.

Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil laboratorium yang spesifik serta gejala

dan tanda yang ditemukan pada okular dan intraokular.

Hasil penelitian kemudian dijabarkan secara deskriptif berdasarkan berbagai

hal meliputi klasifikasi uveitis berdasarkan letak anatomi, gejala dan tanda uveitis

yang ditemukan pada sampel, etiologi uveitis, insidensi etiologi uveitis akibat

infeksi spesifik, etiologi uveitis akibat non-infeksi, dan etiologi uveitis akibat

non-infeksi yang berhubungan dengan penyakit sistemik . Hasil penelitian ini

kemudian disesuaikan dengan temuan pada penelitian sebelumnya yang dilakukan

orang lain.

10

Page 11: Jurnal Reading Ika Caesarina - Uveitis in Children and Aldoscens

PELAJARAN YANG DAPAT DIPEROLEH :

Di penelitian ini menunjukkan angka kejadian uveitis pada anak dan remaja

yang lebih sedikit dibandingkan pada orang dewasa. Uveitis diklasifikasikan

berdasarkan letak anatomi meliputi uveitis anterior, uveitis intermediate, uveitis

posterior dan panuveitis. Pada penelitian ini, sebagian kasus uveitis pada anak

tidak menunjukkan suatu gejala atau tanda tertentu. Namun beberapa pada

beberapa kasus menunjukan ada gejala seperti mata berair, fotofobia, mata merah,

gangguan tajam pengelihatan, strabismus, dan leukokoria. Berbagai etiologi

uveitis dapat ditemukan pada anak dan remaja meliputi etiologi non-infeksi,

infeksi dan idiopatik. Pada etiologi uveitis akibat infeksi dapat disebabkan

berbagai agen spesifik sepeti bakteri, virus, dan parasit. Pada penelitian ini, parasit

merupakan infeksi yang paling umum menyebabkan uveitis pada anak dan remaja.

Pada etiologi uveitis akibat non-infeksi terdiri dari uveitis yang berhubungan

dengan penyakit sistemik dan uveitis yang disebabkan proses inflamasi hanya

terbatas pada mata. JIA merupakan penyakit sistemik yang paling banyak

ditemukan pada anak yang memeliki keterkaitan dengan uveitis pada anak dan

remaja.

11

Page 12: Jurnal Reading Ika Caesarina - Uveitis in Children and Aldoscens

LAPORAN ANALISA JURNAL READING

Topik No Keterangan Halaman dan

penjelasan

Judul dan abstrak 1 a. Menjelaskan tujuan,

metode, hasil penelitian

b.Memberikan ringkasan

yang informatif dan

seimbang atas apa yang

dilakukan dan apa yang

ditemukan

Ya , pada abstrak jurnal

menjelaskan tujuan,

metode, hasil penelitian

secara ringkas

Dijelaskan di halaman

awal secra lengkap

serta memberikan

ringkasan yang sesuai

dengan hasil yang

didapatkan di penelitian

Introduksi

Latar belakang 2 Menjelaskan latar belakang

yang ilmiah dan rasional

mengapa penelitian perlu

dilakukan

Ya, pada halaman awal

di jelaskan angka

kejadian dan etiologi

uveitis pada anak dan

remaja dari beberapa

literatur dan penelitian

yang telah dilakukan

sebelumnya oleh orang

lain dan manfaat

penelitian telah

dijabarkan dengan jelas.

Tujuan 3 Menentukan tujuan

spesifik , termasuk

hipotesis yang diajukan

Ya. pada halaman

pertama pada

disampaikan bahwa

bahwa tujuan penelitian

mengetahui angka

kejadian serta varibel

etiologi yang

menyebabakan uveitis

pada anak dan remaja

12

Page 13: Jurnal Reading Ika Caesarina - Uveitis in Children and Aldoscens

namun tidak ada

hipotesis yang diajukan.

Metodelogi penelitian

Populasi 4 Menjelaskan bagaimana

populasi ditentukan

Ya, pada halaman

pertama disampaikan

bahwa populasi

penelitian diambil

secara consecutive

meliputi semua pasisen

yang didiagnosis uveitis

dari periode Maret 1989

hingga Febuari 1999 di

Rumah Sakit Univesitas

Hebrew, Jerusalem

Israil.

Subyek penelitian 5 Kriteria subyek penelitian Tidak. Pada penelitian

tidak disampaikan

secara rinci mengenai

kriteria inklusi dan

eksklusi dari subyek

penelitian. Pada

penelitian hanya

disampaikan kriteria

usia dari diambil

sebagai subyek

penelitian.

Besar sampel 6 Menjelaskan kriteria

penentuan sampel minimal

yang diperlukan untuk

menghasilkan kekuatan

penelitian

Tidak, tidak dijabarkan

secara jelas mengenai

kriteria penentuan besar

sampel, metode

smpling, dan kriteria

pengambilan sampel.

Pada penelitian ini

dijelaskan bahwa

sampel diambil pasien

13

Page 14: Jurnal Reading Ika Caesarina - Uveitis in Children and Aldoscens

yang berumur 18 tahun

atau kurang dari seluruh

pasien dengan uveitis

pada populasi.

Prosedur penelitian 7 Menjelaskan secara rinci

dan sistematik prosedur

penelitian (teknik

pengambilan data)

Ya. Pada penelitian

dijabarkan prosedur

penelitian yang meliputi

pemeriksaan klinis dan

tes laboratorium.

Namun tidak dijelaskan

secara rinci pemeriksaan

yang dilakukan selama

follow up pasien pada

periode 10 tahun.

Rancangan

penelitian

8 Menjelaskan rancangan

penelitian

Tidak, tidak ada

penjelasan mengenai

rancangan penelitian

yang dilakukan. Pada

penelitian hanya

dijelaskan bahwa

sampel penelitian akan

di follow up dalam

periode 10 tahun.

Teknik analisa data 9 Teknik analisa data yang

digunakan untuk

membandingkan hasil

penelitian

Tidak dijabarkan pada

penelitian. Pada hasil

penelitian terlihat bahwa

hasil penelitian

dijabarkan secara

deskriptif dalam bentuk

persentase.

Hasil

Alur penelitian 10 Menjelaskan waktu

penelitian

Waktu penelitian waktu

penelitian dilakukan.

Pada penelitian hanya

disampaikan bahwa

14

Page 15: Jurnal Reading Ika Caesarina - Uveitis in Children and Aldoscens

populasi penelitian

adalah pasien dari

periode maret 1989

hingga febuari 1999.

kemudian dilakukan

follow up selama 10

tahun.

Outcome dan

estimasi penelitian

11 Untuk outcome hasil

penelitian

Hasil penelitian hanya

dijabarkan secara

deskriptif dalam bentuk

persentase dan

dilampirkan dalam

bentuk tabel.

Diskusi

Interpretasi 12 Interpretasi hasil Interpretasi hasil hanya

dibandingkan hasil

penelitian dengan

penelitian yang telah

dilakukan sebelumnya

serta hal yang dapat

menyebabkan adanya

perbedaan angka pada

penelitian tentang

uveitis pada anak dan

remaja. Selain itu, juga

dibahas mengenai

beberapa etiologi uvetis

pada anak dan remaja

yang ditemukan di

penelitian ini.

Generalizability 13 Apa hasil bisa

digeneralisasikan di

masyarakat

Beberapa etiologi

uveitis yang ditemukan

pada anak dan remaja di

penelitian ini dapat

digeneralisasikan pada

15

Page 16: Jurnal Reading Ika Caesarina - Uveitis in Children and Aldoscens

masyarakt. Namun ada

juga beberapa etiologi

yang tidak dapat

digeneralisasikan.

Untuk angka kejadian

uveitis pada anak dan

remaja tidak dapat

digeneralisasikam ke

masyarakat, karena

setiap negara memiliki

karakteristik demografi

yang berbeda-beda.

Overall evidence 14 Interpretasi umum terhadap

hasil dalam konteks

penelitian

Penelitian ini

menggunakan literatur

dan data penelitian yang

telah dilakukan

sebelumnya sebagai

bukti yang menguatkan

adanya berbagai etiologi

uveitis pada anak dan

remaja.

KELEBIHAN PENELITIAN :

1. Judul dan anstrak memberikan ringkasan yang informatif dan seimbang

atas apa yang dilakukan dan apa yang ditemukan di penelitian

2. Latar belakang dan tujuan penelitian dijabarkan secara cukup jelas.

3. Penelitian ini dilakukan dengan follow up dalam waktu yang relatif lama

yaitu 10 tahun sehingga perkembangan uveitis dapat dinilai dengan baik.

4. Populasi penelitian sudah tertulis secara jelas.

5. Penelitian ini dilakukan dengan seluruh sampel yang memenuhi kriteria

usia anak dan remaja, yaitu 18 tahun atau lebih muda.

16

Page 17: Jurnal Reading Ika Caesarina - Uveitis in Children and Aldoscens

6. Penelitian menyampaikan prosedur penelitian yang terdiri dari

pemeriksaan klinis dan tes laboratorium

7. Data dalam penelitian ini merupakan data primer jadi hasil penelitian

lebih akurat.

KEKURANGAN PENELITIAN :

1. Journal ini tidak menjelaskan desain penelitian yang digunakan, menurut

pembaca kemungkinan desain penelitian yang digunakan adalah metode

penelitian suvei yang bersifat deskriptif yang dilakukan secara prospektif

(cohort study).

2. Kriteria inklusi dan eksklusi tidak dijabarkan secara jelas.

3. Tempat penelitian tidak dijelaskan dalam journal ini.

4. Penelitian ini tidak menjelaskan teknik analisa data secara rinci.

5. Journal ini tidak menjelaskan kriteria inklusi dan eksklusi yang digunakan

secara jelas.

6. Pada journal ini variabel penelitian tidak dirinci dengan jelas.

17