kaidah penulisan bahasa indonesia.pdf

27
1 KAIDAH PENULISAN DALAM BAHASA INDONESIA Dosen Pembimbing : Arni Mahyudi, M.Pd. Oleh : Marhani 2015121857 Sutini Marliah 2015121844 Muhammad Ikhsan 2015121854 SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM DARUL ULUM KANDANGAN TAHUN 2015

Upload: arnee

Post on 07-Dec-2015

166 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: kaidah penulisan bahasa Indonesia.pdf

1

KAIDAH PENULISAN DALAM

BAHASA INDONESIA

Dosen Pembimbing : Arni Mahyudi, M.Pd.

Oleh :

Marhani 2015121857

Sutini Marliah 2015121844

Muhammad Ikhsan 2015121854

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM

DARUL ULUM KANDANGAN

TAHUN 2015

Page 2: kaidah penulisan bahasa Indonesia.pdf

2

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dalam pedoman umun ejaan bahasa indonesia yang disempurnakan, telah

melakukan berkali-kali penyempurnaan dalam ejaan.

Bahasa Indonesia mempunyai ciri-ciri umum dan kaidah-kaidah pokok

tertentu yang membedakannya dengan bahasa-bahasa lainnya di dunia ini, baik

bahasa asing maupun bahasa daerah. Dengan ciri-ciri umum dan kaidah0kaidah

pokok ini pulalah dapat dibedakan mana bahasa Indonesia dan mana bahasa asing

ataupun bahasa daerah. Oleh karena itu, ciri-ciri umum dan kaidah-kaidah pokok

tersebut merupakan jati diri bahasa Indonesia

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana Pemakaian Dan Penulisan Hurup Dalam Bahasa Indonesia?

2. Bagaimana Penulisan Kata Dalam Bahasa Indonesia?

3. Bagaimana Penulisan Unsur Serapan Dalam Bahasa Indonesia?

4. Bagaimana Pemakaian Kata Dalam Bahasa Indonesia?

1

Page 3: kaidah penulisan bahasa Indonesia.pdf

3

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pemakaian Huruf

Bunyi ejaan huruf dari masa kemasa terus mengalami perubahan.Yang

dimaksud dengan ejaan adalah keseluruhan peraturan bagaimana melambangkan

bunyi ujaran dan bagaimana antar hubungan antara lambang-lambang baik

pemisahan maupun penggabungan yang mulanya pada tahun 1901 menggunakan

ejaan Van Ophuisjen yang memiliki penulisan beberapa huruf yang khas1., yaitu:

a. Huruf oe untuk menuliskan kata-kata kamoe, iboe, restoe, dan lain-lain.

b. Huruf ‘ digunakan dalam menuliskan kata-kata ta’zim ’akal, ta’, ma’mur,

ra’yat, dan lain-lain.

c. Huruf j untuk menuliskan kata-kata jang, sajang, bajangan, saja (aku), dan

lain-lain. 2

Periode salanjutnya ialah ejaan Soewandi yang diresmikan pada tanggal

19 Maret 1947 memiliki beberapa penulisan huruf yang khas, yaitu:

a. Huruf u digunakan untuk menggantikan huruf oe dalamm ejaan van

Ophuisjen. Huruf u digunakan dalam kata-kata sayu, rayu, kayu, kamu, dan

lain-lain.

b. Huruf k dipergunakan untuk menggantikan huruf ‘ dalam ejaan van

Ophuisjen. Huruf k digunakan dalam menulis kata-kata rakyat, tak, takzim,

dan lain-lain.

c. Perangkaian penulisan awalan di dengan kata benda yang mengikutinya,

seperti dikampus, dimasjid, dan dikelas.

1Zainal Arifin, dan Amran Tasai, Cermat Berbahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi,

(Jakarta: Akademika Pressindo, 2003), h .170.

2 , Endang Rumaningsih, Mahir Berbahasa Indonesia, Semarang, Rasail, 2006, h. 77

2

Page 4: kaidah penulisan bahasa Indonesia.pdf

4

Disamping itu, ejaan soewandi juga mempergunakan huruf-huruf berikut:

a. dj untuk menuliskan kata djalan, djadwal, djaja, dan sebagainya.

b. tj untuk menuliskan kata-kata tjahaya, tjara, tjermin, dan sebagainya.

c. nj untuk menuliskan kata-kata njonja, kenjang, dan njata.

Dengan berlakunaya Ejaan yang Disempurnakan, terjadi beberapa

perubahan penulisan huruf. Perubahan tersebut antara lain:

a. Penulisan awalan di yang sebelumnya dirangkai dengan kata yang

mengikutinya, kemudian dipisahkan, contoh: di rumah, di perpustakaan, dan

di kebun.

b. Perubahan lambang-lambang bunyi (huruf), yaitu :

dj berubah menjadi j, contoh jalan, jasa, dan jual.

tj berubah menjadi c, contoh cerita, cara, dan cacat.

nj berubah menjadi ny, contoh nyata, menyesal, dan tanya.

Penulisan huruf dalam Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan

mendapatkan penjelasan yang rinci untuk menciptakan keseragaman dalam

penulisannya. Ejaan yang Disempurnakan meletakkan kaidah-kaidah yang jelas

mengenai begaimana huruf-huruf herus di tulis dalam suatu kalimat. 3

1. Penulisan huruf kapital

Huruf kapital (huruf besar) adalah huruf-huruf A,B,C,D,E, dst. Kaidah-

kaidah EYD yang berkaitan dengan penulisan huruf kapital adalah :

a. Huruf kapital ditulis pada awal kalimat dan awal kalimat yang

merupakan petikan langsung, contoh:

Keadilan adalah sebuah konsep yang abstrak.

Rasulullah berkata “Perbuatan manusia bergantung pada niatnya”

b. Huruf kapital digunakan untuk awal nama orang, gelar kehormatan yang

diikuti nama orang dan kata sebutan yang diikuti dengan nama orang,

contoh:

Sayyid Qutb adalah seorang ahli tafsir kenamaan.

3Ibid. h. 78 – 79.

Page 5: kaidah penulisan bahasa Indonesia.pdf

5

Sebutan yang menggantikan nama orang atau untuk menyebut orang

secara langsung mempergunakan huruf kapital, contoh:

Kami harap Saudara bisa menerima tugas itu dengan baik.

Akan tetapi:

Gelar dokter tetap ditulis dengan huruf kecil, contoh:

Setelah menempuh pendidikan S3, putra pak Ari menyandang gelar

Doktor raharjo, sedangkan putrinya yang lulus dari S1 kedokteran menyandang

gelar dokter.

c. Huruf kapital digunakan dalam hal-hal yang berkaitan dengan urusan

agama, seperti kitab suci, hari raya dan Tuhan, contoh:

Pada Fakultas Ushuluddin diajarkan perbandingan agama sehingga

mengenal agama Hindu, Kristen, Bhuda, maupun Yahudi.

d. Huruf kapital digunakan untuk menulis nama negara, bangsa, dan suku

contoh:

Ahmad berasal dari negara Thailand

Tetapi:

- Pisang, khususnya pisang ambon sangat baik untuk pencernaan.

- Salah satu bahan untuk membuat dawet adalah gula jawa.

e. Huruf kapital digunakan untuk menyebut nama-nama hari, bulan tahun

dan peristiwa bersejarah contoh:

Setiap tanggal 17 Agustus, rakyat Indonesia memperingati Proklamasi

Kemerdekaan Republik Indonesia.

f. Huruf kapital digunakan untuk menyebut nama-nama khas letak

geografis, contoh:

Pernahkah kalian mendengan Air Terjun Niagara?

g. Huruf kapital digunakan dalam lambang pemerintahan dan dokumentasi

resmi, contoh:

Page 6: kaidah penulisan bahasa Indonesia.pdf

6

Dewan Perwakilan Rakyat mengadakan dengar pendapat denagn mentri

kehutanan. 4 Huruf kapital digunakan dalam judul buku, skripsi, tesis,

disertasi, artikel, berita koran dan berita majalah, contoh:

Novel Anak Semua Bangsa adalah karya satrawan besar Indonesia, Pramudya

Ananta Toer.

2. Huruf Miring (Italic)

a. Huruf miring digunakan untuk hal-hal berikut:

Penulisan judul karya ilmiah, novel, artikel, dan berita, contoh:

Buku Islam karya Fazlur Rahma menyajikan analisis yang mendalam

mengenai berbagai bidang agama Islam melalui pendekatan sejarah.

b. Penegasan dan pengkhususan huruf, kata, atau kelompok kata, contoh:

Ejaan Soewardi menggunakan huruf tj untuk kata-kata tjatat dan tjatjat,

sedangkan EYD menggunakan huruf c untuk kata-kata diatas.

c. Penulisan istilah ilmiah atau istilah-istilah asing yang belum diadopsi atau

diadaptasi oleh Bahasa Indonesia, contoh:

Para ulama menentukan awal Ramadan dan Idul Fitri dengan hisab dan

rukyah.5

B. PENULISAN KATA

a. .Kata Dasar

Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.

Misalnya:

Buku itu sangat tebal

Kantor pajak penuh dan sesak

4 Ibid. h.79 – 80.

5 Ibid. h 81– 83.

Page 7: kaidah penulisan bahasa Indonesia.pdf

7

b. Kata Turunan

Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis dengan kata serangkai dengan

kata dasarnya.

Misalnya: dikelola, penetapan, mempermainkan.

Jika bentuk dasar berupa gabungan kata, awalan, atau akhiran ditulis

dengan serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahului

Misalnya: bertepuk tangan, garis bawahi, sebar luaskan.

Misalnya: menggarisbawahi, menyebarluaskan, dilipatgandakan.

Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi,

gabungan kata itu ditulis serangkai.

Misalnya: antarkota, biokimia, paripurna, prasangka,transmigrasi.

c. Bentuk Ulang

Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda

penghubung.

Misalnya: sayur-mayur, porak-poranda, tukar-menukar, terus-menerus.

d. Gabungan Kata

Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah

khusus, unsur-unsurnya ditulis terpisah.

Misalnya: duta besar, kereta api, kambing hitam, rumah sakit.

Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan

kesalahan pengertian dapat ditulis dengan tanda hubung untuk

menegaskan pertalian unsur yang bersangkutan.

Misalnya: anak-istri saya, ibu-bapak kami, buku sejarah-baru.

Gabungan kata berikut ditulis serangkaian.

Misalnya: barangkali, kacamata, matahari, olahraga.

Page 8: kaidah penulisan bahasa Indonesia.pdf

8

e. Kata Ganti ku, kau, mu dan nya

Kata ganti ku kau ditulis serangkai dengan kata yang

mengikutinya.Misalnya: apa yang kumiliki boleh kauambil.

Sedangkan ku, mu, dan nya ditulis serangkai dengan kata yang

mendahuluinya. Misalnya: Bukuku, bukumu, dan bukunya tersimpan di

perpustakaan.

f. Kata Depan ke, di, dan dari

Jika bentukdasar yang berupa gabungan kata dan mendapat awalan dan

akhiran sekaligus, unsure

Kata depan ke, di, dandari ditul terpisah dari kata yang

mengikutinya kecuali dalam gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai

suatu kata seperti kepada dan daripada.

Misalnya:

Kain itu ada di dalam lemari.

Mari kita berangkat ke pasar.

Ia dating dari Bandunng kemarin.

g. Kata si dan sang

Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.

Misalnya:

Harimau itu marah sekali pada sang kancil.

Surat itu dikirimkan kepada si pengirim.

Page 9: kaidah penulisan bahasa Indonesia.pdf

9

h. Partikel

a. Partikel -lah ,-kah dan -tah ditulis serangkaian dengan kata yang

mendahuluinya.

Misalnya:Bacalah buku itu dengan teliti.

Siapakah pengarang buku itu?

b. Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.

Misalnya: Jika kau pergi, aku pun ikut pergi.

c. Partikel per yang berarti mulai, demi, dan tiap ditulis terpisah daribagian

kalimat yang mendahului dan mengikutinya.

Misalnya:Pegawai negeri mendapat kenaikan gaji per 1 april.

i. Singkatan dan Akronim

a. Singkatan ialah bentuk kata/kalimat yang dipendekan yang terdiri dari

satu huruf atau lebih.

b. Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan atau pangkat diikuti

dengan tanda titik.Misalnya:

Muh. Yamijn,M.Sc.

c. Singkatan nama resmi lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan,

badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri dari

huruf awal kata tulis dengan huruf kapital dan tidak diikuti dengan

tanda titik.Misalnya:DPR, PT, KTP

d. Singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf ataw lebih diikuti satu tanda

titik.Misalnya: dll.dsb.Yth.

e. Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata

uang tidak diikuti tanda titik.Misalnya:Na, cm,kg, Rp.

f. Akronim adalah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan

suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang

diperlakukan kata sebagai.

Page 10: kaidah penulisan bahasa Indonesia.pdf

10

1. Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata

yang ditulis seluruhnya dengan huruf kapital.Misalnya:

ABRIAngkatan Bersenjata Republik Indonesia

UPIUniversitas Pendidikan Indonesia

SIMSurat Izin Mengemudi

2. Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan

huruf dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal huruf

kapital.Misalnya:

Akabri Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia

Kowani Kongres Wanita Indonesia

3. Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku

kata, ataupun ganbungan huruf dan suku kata dari deret kata

seluruhnya ditulis dengan huruf kecil.Misalnya:Pemilu =pemilihan

umum, Rudal=peluru kendali,Tilang=bukti pelanggaran

C. PENULISAN UNSUR SERAPAN

Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang dinamis, yang selalu

berkembang dari waktu ke waktu sesuai dengan tuntutan kebutuhan masyarakat

pemakai dan penuturnya. Salah satu akibat dari sifat dinamis tersebut adalah

masuknya berbagai unsur kebahasaan dari bahasa asing, yang kemudian disebut

sebagai unsur serapan.

Jadi pengertian dari kata serapan adalah kata yang di serap dari

berbagai bahasa lain, baik dari bahasa daerah maupun dari bahasa asing, yang di

gunakan dalam bahasa Indonesia yang cara penyusunannya mengalami perubahan

ataupun tidak mengalami perubahan. Kata-kata yang berasal dari bahasa asing

(Inggris, Arab, Sansekerta, Cina, dsb) atau dari bahasa daerah (Jawa, Sunda, Bali,

Batak, dsb) disebut kata serapan.

Page 11: kaidah penulisan bahasa Indonesia.pdf

11

Dalam perkembangannya, bahasa Indonesia menyerap unsur dari berbagai

bahasa lain, baik dari bahasa daerah maupun dari bahasa asing seperti Sanskerta,

Arab, Portugis, Belanda, atau Inggris.

Berdasarkan taraf integrasinya, unsur pinjaman dalam bahasa Indonesia

dapat dibagi atas dua golongan besar.

1. Pertama, unsur pinjaman yang belum sepenuhnya terserap ke dalam

bahasa Indonesia, seperti: reshuffle, shuttle cock, I'exploitation de l'homme

par I'homme. Unsur-unsur ini dipakai dalam konteks bahasa Indonesia, tetapi

pengucapannya masih mengikuti cara asing.

2. Kedua, unsur pinjaman yang pengucapan dan penulisannya disesuaikan

dengan kaidah bahasa Indonesia. Dalam hal ini diusahakan agar ejaannya

hanya diubah seperlunya sehingga bentuk Indonesianya masih dapat

dibandingkan dengan bentuk asalnya.

a) Latar Belakang Munculnya Kata Serapan

Yang melatarbelakangi munculnya kata serapan adalah kosakata

bahasa Indonesia yang semakin bertambah, yang tentunya pertambahan itu

sejalan dengan perkembangan masyarakat dan lingkungan hidup. Pesatnya

kemajuan di segala bidang ilmu pengetahuan dan teknologi dapat

memperkaya atau meperluas kosakata. Sumber perluasan kosakata itu pada

garis besarnya ada dua macam, yaitu sumber dalam dan sumber luar.

1. Sumber Dalam

Sumber dalam adalah swadaya bahasa Indonesia sendiri. Swadaya itu

dapat berwujud:

a. Pengaktifan kata-kata lama

b. Pembentukan baru

c. Penciptaan kata-kata baru

d. Pengakroniman

2. Sumber Luar

Sumber luar perluasan kosakata Indonesia adalah kata-kata dari:

Page 12: kaidah penulisan bahasa Indonesia.pdf

12

a. Bahasa serumpun (bahasa-bahasa daerah yang terdapat di

Indonesia/rumpun bahasa Austronesia)

b. Bahasa asing (Arab, Sansekerta, Portugis, Belanda, Inggris, dan

sebagainya).

b. Kata-kata yang diambil dari sumber lua ini disebut kata pungutan,

atau lebih akrab disebut sebagai kata serapan.

b) Pengelompokan Kosakata Serapan

1. Kosakata Pungutan dari Bahasa Daerah

Dalam kenyataannya sekarang ini terdapat kosakata pungutan dari bahasa

daerah/dialek, yaitu dari:

a. Bahasa Jawa

Amblas = hilang, lenyap, habis sama sekali

Ampuh = sakti

Langka = jarang ada

Lugu = polos, apa adanya

Tuntas = selesai

b. Bahasa Sunda

Nyeri = sakit karena pukul, luka, dan sebagainya

Kagok = canggung

Mending = mendingan, lumayan

Meriang = sakit

c. Bahasa Minangkabau

Acuh = peduli

Cemooh = ejekan, hinaan

Gigih = keras hati, tetap teguh pada pendirian

Bertele-tele = melantur-lantur berkepanjangan

d. Dialek Jakarta

Begadang = berjaga (tidak tidur sampai larut malam)

Ceroboh = tidak cermat

Genit = bergaya-gaya

Cakep = elok, cantik

Page 13: kaidah penulisan bahasa Indonesia.pdf

13

Usut, mengusut = menyelidiki benar-benar

e. Bahasa Pelembang

Santai = dengan seenaknya (tidak serius)

Bersantai-santai = melakukan sesuatu dengan santai6

2. Kosakata Serapan dari Bahasa Asing

Kosakata dari bahasa asing terbagi atas 4 golongan, yaitu:

a. Adopsi

Adopsi adalah pungutan secara utuh, tanpa perubahan atau penyesuaian.

Contoh:

1) Bahasa sansekerta : Agama, cita, wanita

2) Bahasa Arab : akal, nasihat, rukun

3) Bahasa persi : nahkoda, istana

4) Bahasa tamil : mahligai, perisai

5) Bahasa portugis : almari, meja7

b. Adaptasi

Adaptasi adalah pungutan yang disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia.

Penyesuaian ejaan unsur serapan dilakukan dengan kaidah sebagai berikut:

1) Aa menjadi a

Contoh: Octaaf Oktaf

2) Ae tetap ae, jika tidak bervariasi dengan e

Contoh: Aerobe Aerob

3) Ae menjadi e jika bervariasi dengan e

Contoh : Crystal Kristal

4) Ie tetap ie jika lafalnya bukan i

Contoh: Carrier Karier

5) Kh (Arab) tetap kh

Contoh: Akhir Akhir

Contoh: Haemoglobin Hemoglobin

6) Ai tetap ai

6 Endang Rumaningsih, 2012, Cermat dan Terampil berbahasa Indonesia,

Semarang:Rasail, h 25 -27. 7 Ibid Endang Rumianingsih, h.27

Page 14: kaidah penulisan bahasa Indonesia.pdf

14

Contoh: Trailer Trailer

7) Au tetap au

Contoh: Audiogram Audiogram

8) C di depan a, u, o, dan konsonan menjadi k

Contoh: Cubic Kubik

9) Ou, jika pelafalannya au, menjadi au

Contoh: Counter Kaunter

10) Ou, jika pelafalannya u, menjadi u

Contoh: Coupon Kupon.

c. Penerjemahan

Terjadi apabila pemakai bahasa mengambil konsep yang terkandung

dalam bahasa asing itu, kemudian kata tersebut dicari padanannya dalam Bahasa

Indonesia

Contohnya: Overlaptumpangtindih

Try out uji coba

d. Kreasi

...........Terjadi apabila pemakai bahasa hanya mengambil konsep dasar yangada

dalam bahasa Indonesia. Cara ini mirip dengan cara penerjemahan, akan tetapi

memiliki perbedaan. Cara kreasi tidak menuntut bentuk fisik yang mirip seperti

penerjemahan.

Boleh saja kata yang ada dalam bahasa aslinya ditulis dalam 2 atau 3 kata,

sedangkan bahasa Indonesianya hanya satu kata saja.

Contoh: Effect berhasil..guna

Spare parts suku cadang.

c) Penulisan Kata Serapan

Penulisan kata serapan golongan pertama tidak bermasalah karena ejaan

dan lafal sudah seperti sistem ejaan dan lafal bahasa Indonesia. Malah kata-

kata itu sudah tidak dirasakan lagi sebagai berasal dari bahasa asing. Penulisan

Page 15: kaidah penulisan bahasa Indonesia.pdf

15

kata serapan golongan kedua sering menimbulkan masalah karena meskipun

sudah ada pedomannya, tetapi masyarakat sering tidak mematuhi. Misalnya

kata karier ditulis karir, kata trotoir ditulis trotoar, kata ekspres ditulis ekpres,

dan kata kompleks ditulis komplek.

Untuk dapat menulis kata-kata serapan golongan kedua, tidak ada jalan

lain bagi kita selain melihatnya dalam kamus yang baik. Salah satu kamus yang

terbaik dewasa ini adalah Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan

oleh Balai Pustaka.

Berdasarkan taraf integrasinya unsur pinjaman dalam bahasa Indonesia

dapat dibagi atas dua golongan besar.

Pertama, unsur yang belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa Indonesia,

seperti reshuffle, shuttle cock, l’exploitation de l’home par l’homme, unsur-

unsur ini dipakai dalam konteks bahasa Indonesia, tetapi pengucapannya masih

mengikuti cara asing.

Kedua, unsur asing yang pengucapan dan penulisannya disesuaikan dengan

kaidah bahasa Indonesia diusahakan agar ejaan asing hanya diubah seperlunya

hingga bentuk Indonesianya masih dapat dibandingkan dengan bentuk asalnya.

Disamping itu, akhiran yang berasal dari bahasa asing diserap sebagai

bagaian kata yang utuh. Kata seperti standardisasi, implementasi, dan objektif

diserap secara utuh disamping kata standar, implement, dan objek.

Begitu juga penulisan kata serapan dari bahasa daerah yang belum

dianggap baku, harus ditulis dengan huruf miring. Dalam tulisan manual diberi

garis bawah tunggal. Misalnya kata-kata amburadul, semrawut, nggak,

nyentrik, dan lebay.

Berikut ini didaftarkan sebagian kata asing yang diserap ke dalam

bahasa Indonesia, yang sering digunakan oleh pemakai bahasa.

Kata Asing Penyerapan yang

salah

Penyerapan yang

benar

Risk Resiko Risiko

System Sistim Sistem

Page 16: kaidah penulisan bahasa Indonesia.pdf

16

Effective Efektip Efektif

Technique, technic Tehnik, tehnologi Teknik. Teknologi

Echelon Esselon Eselon

Method Metoda Metode

Charisma Harisma Karisma

Frequency Frekwensi Frekuensi

Pratical, practish Praktek Praktik

Percentage Prosentase Presentase

Description Diskripsi Deskripsi

Conduit Kondite Konduite

Trotoir Trotoir Trotoar

Kuintatie Kwitansi Kuitansi

Ideal, ideal Idial Ideal

Management Managemen Manajemen

Survey Survey Survai

Hypothesis Hipotesa Hipotesis

Ambulance Ambulan Ambulans

Analysis Analisa Analisis

Patient Pasen Pasien

Complex Komplek Kompleks

Efficient

Effisien Efisien

Pshcology Psikology Psikologi

Activity Aktip Aktif

Carier Karir Karier

Formeel, formal Formil Formal

Qualitiet, quality Kwalitas Kualitas

Presidential Presidential Presidensial

Taxi Taxi Taksi

Latex Latek Lateks

Page 17: kaidah penulisan bahasa Indonesia.pdf

17

Apotheek Apotek Apotek

Februari Pebruari Februari

November Nopember November

D. PENGGUNAAN TANDA BACA

a. Tanda Titik (.)

1. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.

Misalnya:

Ayahku tinggal di Solo.

Biarlah mereka duduk di sana.

Dia menanyakan siapa yang akan datang.

2. Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagian,

ikhtisar, atau daftar.

Misalnya:

a. III. Departemen Dalam Negeri

A. Direktorat Jenderal Pembangunan Masyarakat Desa

B. Direktorat Jenderal Agraria

b. 1. Patokan Umum

1.1 Isi Karangan

1.2 Ilustrasi

1.2.1 Gambar Tangan

1.2.2 Tabel

1.2.3 Grafik

b. Tanda Koma (,)

1. Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau

pembilangan.

Misalnya:

Saya membeli kertas, pena, dan tinta.

Surat biasa, surat kilat, ataupun surat khusus memerlukan perangko.

2. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari

kalimat serata berikutnya yang didahului oleh kata seperti tetapi atau

Page 18: kaidah penulisan bahasa Indonesia.pdf

18

melainkan.

Misalnya:

Saya ingin datang, tetapihari hujan.

Didi bukan anak saya, melainkananak Pak Kasim.

3. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat

jika anak kalimat itu mendahului induk kalimatnya.

Misalnya:

Kalau hari hujan, saya tidak akan datang.

Karena sibuk, ia lupa akan janjinya.

4. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk

kalimat jika anak kalimat itu mengiringi induk kalimatnya.

Misalnya:

Saya tidak akan datang kalau hari hujan.

Dia lupa akan janjinya karena sibuk.

Dia tahu bahwa soal itu penting.

5. Tanda koma dipakai di belakangkata atau ungkapan penghubung

antarkalimat yang terdapat pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya oleh

karena itu, jadi, lagi pula,meskipun begitu, akan tetapi.

Misalnya:

... Oleh karena itu, kita harus hati-hati.

... Jadi, soalnya tidak semudah itu.

6. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata seperti kata seperti o, ya,

wah, aduh, kasihandari kata yang lain yang terdapat di dalam kalimat.

Misalnya:

O, begitu?

Wah,bukan main!

Hati-hati, ya, nanti jatuh.

7. Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain

dari kalimat.

Misalnya:

Kata Ibu, “ Saya gembira sekali.”

Page 19: kaidah penulisan bahasa Indonesia.pdf

19

“Saya gembira sekali,” kata Ibu, “karena kamu lulus.”

8. Tanda koma dipakai di antara (i) nama dan alamat, (ii) bagian-bagian

alamat, (iii) tempat dan tanggal, dan (iv) nama tempat dan wilayah atau

negeri yang ditulis berurutan.

Misalnya:

(i) Surat-surat ini harap dialamatkan kepada Dekan Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Pakuan, Bogor.

(ii) Sdr. Anwar, Jalan Pisang Batu 1, Bogor

(iii) Surabaya, 10 Mei 1960

(iv) Kuala Lumpur, Malaysia.

9. Tanda koma dipakai untuk menceraikan bagian nama yang dibalik

susunannya dalam daftar pustaka.

Misalnya:

Alisjahbana, Sultan Takdir. 1949. Tatabahasa Baru Bahasa Indonesia.

Jilid 1 dan 2. Djakarta: PT Pustaka Rakjat.

10. Tanda koma dipakai di antara namaorang dan gelar akademik yang

mengikutinya untuk membedakannya darisingkatan nama diri, keluarga,

atau marga.

Misalnya:

B. Ratulangi, S.E.

Ny. Khadijah, M.A.

11. Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya

tidak membatasi.

Misalnya:

Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono, berkunjung ke Manado.

Semua siswa, baik yang laki-laki maupun yang perempuan, mengikuti

latihan paduan suara.

Bandingkan dengan keterangan pembatasyang pemakaiannya tidak diapit

tanda koma:

Semua siswa yang lulus ujian mendaftarkan namanya pada panitia.

12. Tanda koma dipakai di muka angka persepuluh atau di antara rupiah dan

Page 20: kaidah penulisan bahasa Indonesia.pdf

20

sen yang dinyatakan dengan angka.

Misalnya:

12,5 m

Rp 12,50

13. Tanda koma dapat dipakai––untuk menghindari salah baca––di belakang

keterangan yang terdapatpada awal kalimat.

Misalnya:

Dalam pembinaan dan pengembangan bahasa, kita memerlukan sikap

yang bersungguh-sungguh.

Atas bantuan Edyar, Agus mengucapkan terima kasih.

Bandingkan dengan:

Kita memerlukan sikap yang bersungguh-sungguh dalam pembinaan

dan pengembangan bahasa.

Agus mengucapkan terima kasih atas bantuan Edyar.

14. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian

lain yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir

dengan tanda tanya atau tanda seru.

Misalnya:

“ Di mana Saudara tinggal?” tanya Karim.

“Berdiri lurus-lurus!” perintahnya.

c. Tanda Titik Koma (;)

1. Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat

yang sejenis dan setara.

Misalnya:

Malam makin larut; pekerjaan belum selesai juga.

2. Tanda titik koma dapat dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk

memisahkan kalimat yang setara di dalam kalimat majemuk.

Misalnya:

Ayah mengurus tanamannya di kebun itu; Ibu sibuk memasak di

dapur; Adik menghapal nama-nama pahlawan nasional.

Page 21: kaidah penulisan bahasa Indonesia.pdf

21

d. Tanda Titik Dua (:)

1. Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan

pemerian.

Misalnya:

Ketua : Moch. Achyar

Sekretaris : Tati Suryati

Bendahara : Noviana Pertiwi

2. Tanda titik dua dipakai (i) di antara jilid atau nomor dan halaman, (ii) di

antara surah dan ayat dalam kitab suci, (iii) di antara judul dan anak judul

suatu karangan, serta (iv) nama kota dan penerbit buku acuan dalam

karangan.

Misalnya:

(v) Tempo, I (34), 1971:7

(vi) Surah Yasin:9

(vii) Karangan Ali Hakim, Pendidikan Seumur Hidup: Sebuah Studi,

sudah terbit.

(viii) Marzuki dan Rudy W. 2006. Pembuatan Aneka Kerupuk.

Jakarta:

Penebar Swadaya.

3. Titik dua dapat dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan

pelaku dalam percakapan.

Misalnya:

Ayah : “Karyo, sini kamu!”

Karyo : (datang menghampiri) “Ada apa, Pak?”

Ayah : “Tolong ambilkan sepatu hitam yang di atas lemari!”

4. Titik dua dapat dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap jika diikuti

rangkaian atau pemerian.

Misalnya:

Pak Adi mempunyai tiga orang anak: Ardi, Aldi, dan Asdi.

Kita sekarang memerlukan perabot rumah tangga: kursi, meja, dan

lemari.

Page 22: kaidah penulisan bahasa Indonesia.pdf

22

e. Tanda Hubung (-)

1. Tanda hubung menyambung suku-suku kata dasar atau kata berimbuhan

yang terpisah oleh pergantian baris.

Misalnya:

2. Tanda hubung menyambung unsur-unsur kata ulang.

Misalnya:

Anak-anak, kupu-kupu, berulang-ulang, kemerah-merahan, mondar-mandir,

sayur-mayur

3. Tanda hubung menyambung huruf dari kata yang dieja satu-satu dan

bagian-bagian tanggal.

Misalnya:

p-a-n-i-t-i-a

17-08-1945

4. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan kata dengan kata berikutnya

atau sebelumnya yang dimulai dengan huruf kapital, kata/huruf dengan

angka, angka dengan kata/huruf.

Misalnya:

se-Indonesia, se-Jabodetabek, mem-PHK-kan, sinar-X, peringkat ke-2,

S-1, tahun 50-an

5. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia

dengan unsur bahasa asing.

Misalnya:

di-smash, pen-tackle-an

f. Tanda Pisah (––)

1. Tanda pisah membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi

penjelasan di luar bangun kalimat.

Misalnya:

Kemerdekaan bangsa itu––saya yakin akan tercapai––diperjuangkan

oleh bangsa itu sendiri.

2. Tanda pisah menegaskan adanya keterangan aposisi atau keterangan yang

lain sehingga kalimat menjadi lebih jelas.

Page 23: kaidah penulisan bahasa Indonesia.pdf

23

Misalnya:

Rangkaian temuan ini––evolusi, teori kenisbian, dan kini juga

pembelahan atom––telah mengubah konsepsi kita tentang alam

semesta.

3. Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan atau kata dengan arti „sampai

dengan‟ atau „sampai ke‟.

Misalnya:

2004––2009

tanggal 1––10 Mei 2007

Jakarta––Bandung

g. Tanda Elipsis (...)

1. Tanda elipsis dipakai dalam kalimat atau dialog yang terputus-putus.

Misalnya:

Kalau begitu ... ya, ayo kita berangkat.

2. Tanda elipsis menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada

bagian yang dihilangkan.

Misalnya:

... selanjutnya akan di bawa ke pengadilan.

Ibu baru pulang ... pasar.

Jika bagian yang dihilangkan mengakhiri sebuah kalimat, maka perlu

dipakai empat buah titik; tiga titik untuk menandai penghilangan teks dan

satu titik untuk menandai akhir kalimat.

Misalnya:

Ibu baru pulang dari....

h. Tanda Tanya (?)

1. Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya.

Misalnya:

Kapan ia berangkat?

Saudara tahu, bukan?

2. Tanda tanya dipakai di dalam kurung untuk menyatakan bagian kalimat

yang disangsikan kebenarannya.

Page 24: kaidah penulisan bahasa Indonesia.pdf

24

Misalnya:

Ia dilahirkan pada tahun 1983 (?).

Uangnya sebanyak 10 juta rupiah (?) hilang.

i. Tanda Seru (!)

1. Tanda seru dipakai pada akhir kalimat perintah.

Misalnya:

Bersihkan kamar itu sekarang juga!

Jangan berisik!

2. Tanda seru dipakai pada akhir ungkapan atau pernyataan yang

menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ketakjuban, ataupun

rasa emosi yang kuat.

Misalnya:

Alangkah seramnya peristiwa itu!

Indah sekali pemandangan alam ini!

Merdeka!

j. Tanda Kurung (( ))

1. Tanda kurung mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.

Misalnya:

Komisi A telah selesai menyusun GBPK (Garis-Garis Besar Program

Kerja) dalam sidang pleno tersebut.

2. Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian

integral pokok pembicaraan.

Misalnya:

Keterangan itu (lihat Tabel 10) menunjukkan perkembangan per-ekonomian

Indonesia lima tahun terakhir.

3. Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang memerinci satu urutan

keterangan.

Misalnya:

Faktor produksi menyangkut masalah (a) alam, (b) tenaga kerja, dan

(c) modal.

4. Tanda kurung mengapit huruf atau katayang kehadirannya di dalam teks

Page 25: kaidah penulisan bahasa Indonesia.pdf

25

dapat dihilangkan.

Misalnya:

Kata cocainediserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kokain(a).

Sahrul Gunawan berasal dari (kota) Bogor.

k. Tanda Kurung Siku ([ ])

1. Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai

koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang

lain. Tanda itu menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu memang

terdapat di dalam naskah asli.

Misalnya:

Sang Puteri men[d]engar bunyi gemerisik.

2. Tanda kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang

sudah bertanda kurung.

Misalnya:

Persamaan kedua proses ini (perbedaannya dibicarakan di dalam Bab

II [lihat halaman 35––38]) perlu dibentangkan di sini.

l. Tanda Petik (“ “)

1. Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan

naskah atau bahan tertulis lainnya.

Misalnya:

“Saya belum siap,” kata Mira, “tunggu sebentar!”

Pasal 36 UUD 1945 berbunyi, “Bahasa negara ialah bahasa

Indonesia.”

2. Tanda petik mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang dipakai

dalam kalimat.

Misalnya:

Sajak “Berdiri Aku” terdaapat pada halaman 5 buku itu.

Karangan Andi Hakim Nasoetion yang berjudul “Rapor dan Nilai

Prestasi di SMA” diterbitkan dalam harian Tempo.

3. Tanda petik mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang

mempunyai arti khusus.

Page 26: kaidah penulisan bahasa Indonesia.pdf

26

Misalnya:

Saat ini ia sedang tidak mempunyaipacar yang di kalangan remaja

dikenal dengan “jomblo”.

Karena warna kulitnya, Budi mendapat julukan “si Hitam”.

m. Tanda Petik Tunggal (‘ ’)

1. Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain.

Misalnya:

Tanya Basri, “Kau dengar bunyi „kring-kring‟ tadi?”

“Waktu kubuka pintu depan, kudengar teriak anakku, „Ibu, Bapak

pulang‟, dan rasa letihku lenyap seketika,” ujar Pak Hamdan.

2. Tanda petik tunggal mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan kata

atau ungkapan asing.

Misalnya:

Feed-back berarti „balikan‟.

n. Tanda Garis Miring (/)

1. Tanda garis miring dipakai di dalam nomor surat dan nomor pada alamat

dan penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim.

Misalnya:

No. 12/PK/2005

Jalan Kramat III/10

Masa Bakti 2005/2006

Tahun Ajaran 2006/2007

2. Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata atau, tiap.

Misalnya:

Laki-laki/Perempuan

120 km/jam

o. Tanda Penyingkat atau Apostrof (‘)

Tanda penyingkat menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka

tahun. Misalnya:

Gunung pun „kan kudaki. („kan = akan)

17 Agustus ‟45 (‟45 = 1945

Page 27: kaidah penulisan bahasa Indonesia.pdf

27

BAB III

PENUTUP

A. SIMPULAN

Dalam pengejaan atau pengucapan kata-kata bahasa Indonesia, masih

sering ditemukan kata-kata yang dieja atau diucapkan tidak tepat. Banyak faktor

yang menyebabkan hal tersebut, salah satunya adalah pengaruh bahasa daerah

yang masih kental.

Penulisan kata juga sangat penting dalam bahasa Indonesia, karena dalam

berbahasa kita menggunakan kata. Dalam berbahasa seringkali kata dasar

mengalami perubahan karena mendapat imbuhan, pengulangan, dan

penggabungan.

Suatu hal yang sering diabaikan dalam penulisan adalah pemakaian huruf

dan tanda baca. Banyak sekali penulis yang kurang mengindahkan hal ini.

Padahal, huruf dan tanda baca sangat berperan dalam penulisan. Adanya huruf dan

tanda baca, akan membantu pembaca memahami sebuah tulisan dengan tepat.

Sebaliknya jika tidak ada, akan menyulitkan pembaca memahami suatu tulisan,

bahkan mungkin dapat mengubah pengertian suatu kalimat.

Dengan demikian, pemahaman dan penguasaan ejaan dan tanda baca baku

dalam bahasa Indonesia merupakan hal yang wajib dan mutlak bagi seluruh

masyarakat yang menggunkan bahasa tulis sebagai media komunikasi.

B. Saran

Dari pembahasan yang telah diuraikan, kami berharap agar mahasiswa

dapat mengimplementasikan Ejaan yang Disempurnakan dalam berbicara sehari-

hari baik dalam suasana resmi maupun tidak, maupun di dalam suatu penulisan

karya ilmiah. Sehingga jika hal tersebut diaplikasikan di dalam kehidupan sehari-

hari, maka masyarakat akan terbiasa mengucapkan kata-kata baku. Dengan

demikian, bahasa Indonesia tetap menjadi identitas bangsa yang dilestarikan oleh

masyarakatnya.

26