kaidah penulisan bahasa indonesia.pdf
TRANSCRIPT
1
KAIDAH PENULISAN DALAM
BAHASA INDONESIA
Dosen Pembimbing : Arni Mahyudi, M.Pd.
Oleh :
Marhani 2015121857
Sutini Marliah 2015121844
Muhammad Ikhsan 2015121854
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
DARUL ULUM KANDANGAN
TAHUN 2015
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam pedoman umun ejaan bahasa indonesia yang disempurnakan, telah
melakukan berkali-kali penyempurnaan dalam ejaan.
Bahasa Indonesia mempunyai ciri-ciri umum dan kaidah-kaidah pokok
tertentu yang membedakannya dengan bahasa-bahasa lainnya di dunia ini, baik
bahasa asing maupun bahasa daerah. Dengan ciri-ciri umum dan kaidah0kaidah
pokok ini pulalah dapat dibedakan mana bahasa Indonesia dan mana bahasa asing
ataupun bahasa daerah. Oleh karena itu, ciri-ciri umum dan kaidah-kaidah pokok
tersebut merupakan jati diri bahasa Indonesia
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana Pemakaian Dan Penulisan Hurup Dalam Bahasa Indonesia?
2. Bagaimana Penulisan Kata Dalam Bahasa Indonesia?
3. Bagaimana Penulisan Unsur Serapan Dalam Bahasa Indonesia?
4. Bagaimana Pemakaian Kata Dalam Bahasa Indonesia?
1
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pemakaian Huruf
Bunyi ejaan huruf dari masa kemasa terus mengalami perubahan.Yang
dimaksud dengan ejaan adalah keseluruhan peraturan bagaimana melambangkan
bunyi ujaran dan bagaimana antar hubungan antara lambang-lambang baik
pemisahan maupun penggabungan yang mulanya pada tahun 1901 menggunakan
ejaan Van Ophuisjen yang memiliki penulisan beberapa huruf yang khas1., yaitu:
a. Huruf oe untuk menuliskan kata-kata kamoe, iboe, restoe, dan lain-lain.
b. Huruf ‘ digunakan dalam menuliskan kata-kata ta’zim ’akal, ta’, ma’mur,
ra’yat, dan lain-lain.
c. Huruf j untuk menuliskan kata-kata jang, sajang, bajangan, saja (aku), dan
lain-lain. 2
Periode salanjutnya ialah ejaan Soewandi yang diresmikan pada tanggal
19 Maret 1947 memiliki beberapa penulisan huruf yang khas, yaitu:
a. Huruf u digunakan untuk menggantikan huruf oe dalamm ejaan van
Ophuisjen. Huruf u digunakan dalam kata-kata sayu, rayu, kayu, kamu, dan
lain-lain.
b. Huruf k dipergunakan untuk menggantikan huruf ‘ dalam ejaan van
Ophuisjen. Huruf k digunakan dalam menulis kata-kata rakyat, tak, takzim,
dan lain-lain.
c. Perangkaian penulisan awalan di dengan kata benda yang mengikutinya,
seperti dikampus, dimasjid, dan dikelas.
1Zainal Arifin, dan Amran Tasai, Cermat Berbahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi,
(Jakarta: Akademika Pressindo, 2003), h .170.
2 , Endang Rumaningsih, Mahir Berbahasa Indonesia, Semarang, Rasail, 2006, h. 77
2
4
Disamping itu, ejaan soewandi juga mempergunakan huruf-huruf berikut:
a. dj untuk menuliskan kata djalan, djadwal, djaja, dan sebagainya.
b. tj untuk menuliskan kata-kata tjahaya, tjara, tjermin, dan sebagainya.
c. nj untuk menuliskan kata-kata njonja, kenjang, dan njata.
Dengan berlakunaya Ejaan yang Disempurnakan, terjadi beberapa
perubahan penulisan huruf. Perubahan tersebut antara lain:
a. Penulisan awalan di yang sebelumnya dirangkai dengan kata yang
mengikutinya, kemudian dipisahkan, contoh: di rumah, di perpustakaan, dan
di kebun.
b. Perubahan lambang-lambang bunyi (huruf), yaitu :
dj berubah menjadi j, contoh jalan, jasa, dan jual.
tj berubah menjadi c, contoh cerita, cara, dan cacat.
nj berubah menjadi ny, contoh nyata, menyesal, dan tanya.
Penulisan huruf dalam Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan
mendapatkan penjelasan yang rinci untuk menciptakan keseragaman dalam
penulisannya. Ejaan yang Disempurnakan meletakkan kaidah-kaidah yang jelas
mengenai begaimana huruf-huruf herus di tulis dalam suatu kalimat. 3
1. Penulisan huruf kapital
Huruf kapital (huruf besar) adalah huruf-huruf A,B,C,D,E, dst. Kaidah-
kaidah EYD yang berkaitan dengan penulisan huruf kapital adalah :
a. Huruf kapital ditulis pada awal kalimat dan awal kalimat yang
merupakan petikan langsung, contoh:
Keadilan adalah sebuah konsep yang abstrak.
Rasulullah berkata “Perbuatan manusia bergantung pada niatnya”
b. Huruf kapital digunakan untuk awal nama orang, gelar kehormatan yang
diikuti nama orang dan kata sebutan yang diikuti dengan nama orang,
contoh:
Sayyid Qutb adalah seorang ahli tafsir kenamaan.
3Ibid. h. 78 – 79.
5
Sebutan yang menggantikan nama orang atau untuk menyebut orang
secara langsung mempergunakan huruf kapital, contoh:
Kami harap Saudara bisa menerima tugas itu dengan baik.
Akan tetapi:
Gelar dokter tetap ditulis dengan huruf kecil, contoh:
Setelah menempuh pendidikan S3, putra pak Ari menyandang gelar
Doktor raharjo, sedangkan putrinya yang lulus dari S1 kedokteran menyandang
gelar dokter.
c. Huruf kapital digunakan dalam hal-hal yang berkaitan dengan urusan
agama, seperti kitab suci, hari raya dan Tuhan, contoh:
Pada Fakultas Ushuluddin diajarkan perbandingan agama sehingga
mengenal agama Hindu, Kristen, Bhuda, maupun Yahudi.
d. Huruf kapital digunakan untuk menulis nama negara, bangsa, dan suku
contoh:
Ahmad berasal dari negara Thailand
Tetapi:
- Pisang, khususnya pisang ambon sangat baik untuk pencernaan.
- Salah satu bahan untuk membuat dawet adalah gula jawa.
e. Huruf kapital digunakan untuk menyebut nama-nama hari, bulan tahun
dan peristiwa bersejarah contoh:
Setiap tanggal 17 Agustus, rakyat Indonesia memperingati Proklamasi
Kemerdekaan Republik Indonesia.
f. Huruf kapital digunakan untuk menyebut nama-nama khas letak
geografis, contoh:
Pernahkah kalian mendengan Air Terjun Niagara?
g. Huruf kapital digunakan dalam lambang pemerintahan dan dokumentasi
resmi, contoh:
6
Dewan Perwakilan Rakyat mengadakan dengar pendapat denagn mentri
kehutanan. 4 Huruf kapital digunakan dalam judul buku, skripsi, tesis,
disertasi, artikel, berita koran dan berita majalah, contoh:
Novel Anak Semua Bangsa adalah karya satrawan besar Indonesia, Pramudya
Ananta Toer.
2. Huruf Miring (Italic)
a. Huruf miring digunakan untuk hal-hal berikut:
Penulisan judul karya ilmiah, novel, artikel, dan berita, contoh:
Buku Islam karya Fazlur Rahma menyajikan analisis yang mendalam
mengenai berbagai bidang agama Islam melalui pendekatan sejarah.
b. Penegasan dan pengkhususan huruf, kata, atau kelompok kata, contoh:
Ejaan Soewardi menggunakan huruf tj untuk kata-kata tjatat dan tjatjat,
sedangkan EYD menggunakan huruf c untuk kata-kata diatas.
c. Penulisan istilah ilmiah atau istilah-istilah asing yang belum diadopsi atau
diadaptasi oleh Bahasa Indonesia, contoh:
Para ulama menentukan awal Ramadan dan Idul Fitri dengan hisab dan
rukyah.5
B. PENULISAN KATA
a. .Kata Dasar
Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.
Misalnya:
Buku itu sangat tebal
Kantor pajak penuh dan sesak
4 Ibid. h.79 – 80.
5 Ibid. h 81– 83.
7
b. Kata Turunan
Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis dengan kata serangkai dengan
kata dasarnya.
Misalnya: dikelola, penetapan, mempermainkan.
Jika bentuk dasar berupa gabungan kata, awalan, atau akhiran ditulis
dengan serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahului
Misalnya: bertepuk tangan, garis bawahi, sebar luaskan.
Misalnya: menggarisbawahi, menyebarluaskan, dilipatgandakan.
Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi,
gabungan kata itu ditulis serangkai.
Misalnya: antarkota, biokimia, paripurna, prasangka,transmigrasi.
c. Bentuk Ulang
Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda
penghubung.
Misalnya: sayur-mayur, porak-poranda, tukar-menukar, terus-menerus.
d. Gabungan Kata
Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah
khusus, unsur-unsurnya ditulis terpisah.
Misalnya: duta besar, kereta api, kambing hitam, rumah sakit.
Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan
kesalahan pengertian dapat ditulis dengan tanda hubung untuk
menegaskan pertalian unsur yang bersangkutan.
Misalnya: anak-istri saya, ibu-bapak kami, buku sejarah-baru.
Gabungan kata berikut ditulis serangkaian.
Misalnya: barangkali, kacamata, matahari, olahraga.
8
e. Kata Ganti ku, kau, mu dan nya
Kata ganti ku kau ditulis serangkai dengan kata yang
mengikutinya.Misalnya: apa yang kumiliki boleh kauambil.
Sedangkan ku, mu, dan nya ditulis serangkai dengan kata yang
mendahuluinya. Misalnya: Bukuku, bukumu, dan bukunya tersimpan di
perpustakaan.
f. Kata Depan ke, di, dan dari
Jika bentukdasar yang berupa gabungan kata dan mendapat awalan dan
akhiran sekaligus, unsure
Kata depan ke, di, dandari ditul terpisah dari kata yang
mengikutinya kecuali dalam gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai
suatu kata seperti kepada dan daripada.
Misalnya:
Kain itu ada di dalam lemari.
Mari kita berangkat ke pasar.
Ia dating dari Bandunng kemarin.
g. Kata si dan sang
Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
Misalnya:
Harimau itu marah sekali pada sang kancil.
Surat itu dikirimkan kepada si pengirim.
9
h. Partikel
a. Partikel -lah ,-kah dan -tah ditulis serangkaian dengan kata yang
mendahuluinya.
Misalnya:Bacalah buku itu dengan teliti.
Siapakah pengarang buku itu?
b. Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.
Misalnya: Jika kau pergi, aku pun ikut pergi.
c. Partikel per yang berarti mulai, demi, dan tiap ditulis terpisah daribagian
kalimat yang mendahului dan mengikutinya.
Misalnya:Pegawai negeri mendapat kenaikan gaji per 1 april.
i. Singkatan dan Akronim
a. Singkatan ialah bentuk kata/kalimat yang dipendekan yang terdiri dari
satu huruf atau lebih.
b. Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan atau pangkat diikuti
dengan tanda titik.Misalnya:
Muh. Yamijn,M.Sc.
c. Singkatan nama resmi lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan,
badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri dari
huruf awal kata tulis dengan huruf kapital dan tidak diikuti dengan
tanda titik.Misalnya:DPR, PT, KTP
d. Singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf ataw lebih diikuti satu tanda
titik.Misalnya: dll.dsb.Yth.
e. Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata
uang tidak diikuti tanda titik.Misalnya:Na, cm,kg, Rp.
f. Akronim adalah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan
suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang
diperlakukan kata sebagai.
10
1. Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata
yang ditulis seluruhnya dengan huruf kapital.Misalnya:
ABRIAngkatan Bersenjata Republik Indonesia
UPIUniversitas Pendidikan Indonesia
SIMSurat Izin Mengemudi
2. Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan
huruf dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal huruf
kapital.Misalnya:
Akabri Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
Kowani Kongres Wanita Indonesia
3. Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku
kata, ataupun ganbungan huruf dan suku kata dari deret kata
seluruhnya ditulis dengan huruf kecil.Misalnya:Pemilu =pemilihan
umum, Rudal=peluru kendali,Tilang=bukti pelanggaran
C. PENULISAN UNSUR SERAPAN
Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang dinamis, yang selalu
berkembang dari waktu ke waktu sesuai dengan tuntutan kebutuhan masyarakat
pemakai dan penuturnya. Salah satu akibat dari sifat dinamis tersebut adalah
masuknya berbagai unsur kebahasaan dari bahasa asing, yang kemudian disebut
sebagai unsur serapan.
Jadi pengertian dari kata serapan adalah kata yang di serap dari
berbagai bahasa lain, baik dari bahasa daerah maupun dari bahasa asing, yang di
gunakan dalam bahasa Indonesia yang cara penyusunannya mengalami perubahan
ataupun tidak mengalami perubahan. Kata-kata yang berasal dari bahasa asing
(Inggris, Arab, Sansekerta, Cina, dsb) atau dari bahasa daerah (Jawa, Sunda, Bali,
Batak, dsb) disebut kata serapan.
11
Dalam perkembangannya, bahasa Indonesia menyerap unsur dari berbagai
bahasa lain, baik dari bahasa daerah maupun dari bahasa asing seperti Sanskerta,
Arab, Portugis, Belanda, atau Inggris.
Berdasarkan taraf integrasinya, unsur pinjaman dalam bahasa Indonesia
dapat dibagi atas dua golongan besar.
1. Pertama, unsur pinjaman yang belum sepenuhnya terserap ke dalam
bahasa Indonesia, seperti: reshuffle, shuttle cock, I'exploitation de l'homme
par I'homme. Unsur-unsur ini dipakai dalam konteks bahasa Indonesia, tetapi
pengucapannya masih mengikuti cara asing.
2. Kedua, unsur pinjaman yang pengucapan dan penulisannya disesuaikan
dengan kaidah bahasa Indonesia. Dalam hal ini diusahakan agar ejaannya
hanya diubah seperlunya sehingga bentuk Indonesianya masih dapat
dibandingkan dengan bentuk asalnya.
a) Latar Belakang Munculnya Kata Serapan
Yang melatarbelakangi munculnya kata serapan adalah kosakata
bahasa Indonesia yang semakin bertambah, yang tentunya pertambahan itu
sejalan dengan perkembangan masyarakat dan lingkungan hidup. Pesatnya
kemajuan di segala bidang ilmu pengetahuan dan teknologi dapat
memperkaya atau meperluas kosakata. Sumber perluasan kosakata itu pada
garis besarnya ada dua macam, yaitu sumber dalam dan sumber luar.
1. Sumber Dalam
Sumber dalam adalah swadaya bahasa Indonesia sendiri. Swadaya itu
dapat berwujud:
a. Pengaktifan kata-kata lama
b. Pembentukan baru
c. Penciptaan kata-kata baru
d. Pengakroniman
2. Sumber Luar
Sumber luar perluasan kosakata Indonesia adalah kata-kata dari:
12
a. Bahasa serumpun (bahasa-bahasa daerah yang terdapat di
Indonesia/rumpun bahasa Austronesia)
b. Bahasa asing (Arab, Sansekerta, Portugis, Belanda, Inggris, dan
sebagainya).
b. Kata-kata yang diambil dari sumber lua ini disebut kata pungutan,
atau lebih akrab disebut sebagai kata serapan.
b) Pengelompokan Kosakata Serapan
1. Kosakata Pungutan dari Bahasa Daerah
Dalam kenyataannya sekarang ini terdapat kosakata pungutan dari bahasa
daerah/dialek, yaitu dari:
a. Bahasa Jawa
Amblas = hilang, lenyap, habis sama sekali
Ampuh = sakti
Langka = jarang ada
Lugu = polos, apa adanya
Tuntas = selesai
b. Bahasa Sunda
Nyeri = sakit karena pukul, luka, dan sebagainya
Kagok = canggung
Mending = mendingan, lumayan
Meriang = sakit
c. Bahasa Minangkabau
Acuh = peduli
Cemooh = ejekan, hinaan
Gigih = keras hati, tetap teguh pada pendirian
Bertele-tele = melantur-lantur berkepanjangan
d. Dialek Jakarta
Begadang = berjaga (tidak tidur sampai larut malam)
Ceroboh = tidak cermat
Genit = bergaya-gaya
Cakep = elok, cantik
13
Usut, mengusut = menyelidiki benar-benar
e. Bahasa Pelembang
Santai = dengan seenaknya (tidak serius)
Bersantai-santai = melakukan sesuatu dengan santai6
2. Kosakata Serapan dari Bahasa Asing
Kosakata dari bahasa asing terbagi atas 4 golongan, yaitu:
a. Adopsi
Adopsi adalah pungutan secara utuh, tanpa perubahan atau penyesuaian.
Contoh:
1) Bahasa sansekerta : Agama, cita, wanita
2) Bahasa Arab : akal, nasihat, rukun
3) Bahasa persi : nahkoda, istana
4) Bahasa tamil : mahligai, perisai
5) Bahasa portugis : almari, meja7
b. Adaptasi
Adaptasi adalah pungutan yang disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia.
Penyesuaian ejaan unsur serapan dilakukan dengan kaidah sebagai berikut:
1) Aa menjadi a
Contoh: Octaaf Oktaf
2) Ae tetap ae, jika tidak bervariasi dengan e
Contoh: Aerobe Aerob
3) Ae menjadi e jika bervariasi dengan e
Contoh : Crystal Kristal
4) Ie tetap ie jika lafalnya bukan i
Contoh: Carrier Karier
5) Kh (Arab) tetap kh
Contoh: Akhir Akhir
Contoh: Haemoglobin Hemoglobin
6) Ai tetap ai
6 Endang Rumaningsih, 2012, Cermat dan Terampil berbahasa Indonesia,
Semarang:Rasail, h 25 -27. 7 Ibid Endang Rumianingsih, h.27
14
Contoh: Trailer Trailer
7) Au tetap au
Contoh: Audiogram Audiogram
8) C di depan a, u, o, dan konsonan menjadi k
Contoh: Cubic Kubik
9) Ou, jika pelafalannya au, menjadi au
Contoh: Counter Kaunter
10) Ou, jika pelafalannya u, menjadi u
Contoh: Coupon Kupon.
c. Penerjemahan
Terjadi apabila pemakai bahasa mengambil konsep yang terkandung
dalam bahasa asing itu, kemudian kata tersebut dicari padanannya dalam Bahasa
Indonesia
Contohnya: Overlaptumpangtindih
Try out uji coba
d. Kreasi
...........Terjadi apabila pemakai bahasa hanya mengambil konsep dasar yangada
dalam bahasa Indonesia. Cara ini mirip dengan cara penerjemahan, akan tetapi
memiliki perbedaan. Cara kreasi tidak menuntut bentuk fisik yang mirip seperti
penerjemahan.
Boleh saja kata yang ada dalam bahasa aslinya ditulis dalam 2 atau 3 kata,
sedangkan bahasa Indonesianya hanya satu kata saja.
Contoh: Effect berhasil..guna
Spare parts suku cadang.
c) Penulisan Kata Serapan
Penulisan kata serapan golongan pertama tidak bermasalah karena ejaan
dan lafal sudah seperti sistem ejaan dan lafal bahasa Indonesia. Malah kata-
kata itu sudah tidak dirasakan lagi sebagai berasal dari bahasa asing. Penulisan
15
kata serapan golongan kedua sering menimbulkan masalah karena meskipun
sudah ada pedomannya, tetapi masyarakat sering tidak mematuhi. Misalnya
kata karier ditulis karir, kata trotoir ditulis trotoar, kata ekspres ditulis ekpres,
dan kata kompleks ditulis komplek.
Untuk dapat menulis kata-kata serapan golongan kedua, tidak ada jalan
lain bagi kita selain melihatnya dalam kamus yang baik. Salah satu kamus yang
terbaik dewasa ini adalah Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan
oleh Balai Pustaka.
Berdasarkan taraf integrasinya unsur pinjaman dalam bahasa Indonesia
dapat dibagi atas dua golongan besar.
Pertama, unsur yang belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa Indonesia,
seperti reshuffle, shuttle cock, l’exploitation de l’home par l’homme, unsur-
unsur ini dipakai dalam konteks bahasa Indonesia, tetapi pengucapannya masih
mengikuti cara asing.
Kedua, unsur asing yang pengucapan dan penulisannya disesuaikan dengan
kaidah bahasa Indonesia diusahakan agar ejaan asing hanya diubah seperlunya
hingga bentuk Indonesianya masih dapat dibandingkan dengan bentuk asalnya.
Disamping itu, akhiran yang berasal dari bahasa asing diserap sebagai
bagaian kata yang utuh. Kata seperti standardisasi, implementasi, dan objektif
diserap secara utuh disamping kata standar, implement, dan objek.
Begitu juga penulisan kata serapan dari bahasa daerah yang belum
dianggap baku, harus ditulis dengan huruf miring. Dalam tulisan manual diberi
garis bawah tunggal. Misalnya kata-kata amburadul, semrawut, nggak,
nyentrik, dan lebay.
Berikut ini didaftarkan sebagian kata asing yang diserap ke dalam
bahasa Indonesia, yang sering digunakan oleh pemakai bahasa.
Kata Asing Penyerapan yang
salah
Penyerapan yang
benar
Risk Resiko Risiko
System Sistim Sistem
16
Effective Efektip Efektif
Technique, technic Tehnik, tehnologi Teknik. Teknologi
Echelon Esselon Eselon
Method Metoda Metode
Charisma Harisma Karisma
Frequency Frekwensi Frekuensi
Pratical, practish Praktek Praktik
Percentage Prosentase Presentase
Description Diskripsi Deskripsi
Conduit Kondite Konduite
Trotoir Trotoir Trotoar
Kuintatie Kwitansi Kuitansi
Ideal, ideal Idial Ideal
Management Managemen Manajemen
Survey Survey Survai
Hypothesis Hipotesa Hipotesis
Ambulance Ambulan Ambulans
Analysis Analisa Analisis
Patient Pasen Pasien
Complex Komplek Kompleks
Efficient
Effisien Efisien
Pshcology Psikology Psikologi
Activity Aktip Aktif
Carier Karir Karier
Formeel, formal Formil Formal
Qualitiet, quality Kwalitas Kualitas
Presidential Presidential Presidensial
Taxi Taxi Taksi
Latex Latek Lateks
17
Apotheek Apotek Apotek
Februari Pebruari Februari
November Nopember November
D. PENGGUNAAN TANDA BACA
a. Tanda Titik (.)
1. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
Misalnya:
Ayahku tinggal di Solo.
Biarlah mereka duduk di sana.
Dia menanyakan siapa yang akan datang.
2. Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagian,
ikhtisar, atau daftar.
Misalnya:
a. III. Departemen Dalam Negeri
A. Direktorat Jenderal Pembangunan Masyarakat Desa
B. Direktorat Jenderal Agraria
b. 1. Patokan Umum
1.1 Isi Karangan
1.2 Ilustrasi
1.2.1 Gambar Tangan
1.2.2 Tabel
1.2.3 Grafik
b. Tanda Koma (,)
1. Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau
pembilangan.
Misalnya:
Saya membeli kertas, pena, dan tinta.
Surat biasa, surat kilat, ataupun surat khusus memerlukan perangko.
2. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari
kalimat serata berikutnya yang didahului oleh kata seperti tetapi atau
18
melainkan.
Misalnya:
Saya ingin datang, tetapihari hujan.
Didi bukan anak saya, melainkananak Pak Kasim.
3. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat
jika anak kalimat itu mendahului induk kalimatnya.
Misalnya:
Kalau hari hujan, saya tidak akan datang.
Karena sibuk, ia lupa akan janjinya.
4. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk
kalimat jika anak kalimat itu mengiringi induk kalimatnya.
Misalnya:
Saya tidak akan datang kalau hari hujan.
Dia lupa akan janjinya karena sibuk.
Dia tahu bahwa soal itu penting.
5. Tanda koma dipakai di belakangkata atau ungkapan penghubung
antarkalimat yang terdapat pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya oleh
karena itu, jadi, lagi pula,meskipun begitu, akan tetapi.
Misalnya:
... Oleh karena itu, kita harus hati-hati.
... Jadi, soalnya tidak semudah itu.
6. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata seperti kata seperti o, ya,
wah, aduh, kasihandari kata yang lain yang terdapat di dalam kalimat.
Misalnya:
O, begitu?
Wah,bukan main!
Hati-hati, ya, nanti jatuh.
7. Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain
dari kalimat.
Misalnya:
Kata Ibu, “ Saya gembira sekali.”
19
“Saya gembira sekali,” kata Ibu, “karena kamu lulus.”
8. Tanda koma dipakai di antara (i) nama dan alamat, (ii) bagian-bagian
alamat, (iii) tempat dan tanggal, dan (iv) nama tempat dan wilayah atau
negeri yang ditulis berurutan.
Misalnya:
(i) Surat-surat ini harap dialamatkan kepada Dekan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Pakuan, Bogor.
(ii) Sdr. Anwar, Jalan Pisang Batu 1, Bogor
(iii) Surabaya, 10 Mei 1960
(iv) Kuala Lumpur, Malaysia.
9. Tanda koma dipakai untuk menceraikan bagian nama yang dibalik
susunannya dalam daftar pustaka.
Misalnya:
Alisjahbana, Sultan Takdir. 1949. Tatabahasa Baru Bahasa Indonesia.
Jilid 1 dan 2. Djakarta: PT Pustaka Rakjat.
10. Tanda koma dipakai di antara namaorang dan gelar akademik yang
mengikutinya untuk membedakannya darisingkatan nama diri, keluarga,
atau marga.
Misalnya:
B. Ratulangi, S.E.
Ny. Khadijah, M.A.
11. Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya
tidak membatasi.
Misalnya:
Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono, berkunjung ke Manado.
Semua siswa, baik yang laki-laki maupun yang perempuan, mengikuti
latihan paduan suara.
Bandingkan dengan keterangan pembatasyang pemakaiannya tidak diapit
tanda koma:
Semua siswa yang lulus ujian mendaftarkan namanya pada panitia.
12. Tanda koma dipakai di muka angka persepuluh atau di antara rupiah dan
20
sen yang dinyatakan dengan angka.
Misalnya:
12,5 m
Rp 12,50
13. Tanda koma dapat dipakai––untuk menghindari salah baca––di belakang
keterangan yang terdapatpada awal kalimat.
Misalnya:
Dalam pembinaan dan pengembangan bahasa, kita memerlukan sikap
yang bersungguh-sungguh.
Atas bantuan Edyar, Agus mengucapkan terima kasih.
Bandingkan dengan:
Kita memerlukan sikap yang bersungguh-sungguh dalam pembinaan
dan pengembangan bahasa.
Agus mengucapkan terima kasih atas bantuan Edyar.
14. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian
lain yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir
dengan tanda tanya atau tanda seru.
Misalnya:
“ Di mana Saudara tinggal?” tanya Karim.
“Berdiri lurus-lurus!” perintahnya.
c. Tanda Titik Koma (;)
1. Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat
yang sejenis dan setara.
Misalnya:
Malam makin larut; pekerjaan belum selesai juga.
2. Tanda titik koma dapat dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk
memisahkan kalimat yang setara di dalam kalimat majemuk.
Misalnya:
Ayah mengurus tanamannya di kebun itu; Ibu sibuk memasak di
dapur; Adik menghapal nama-nama pahlawan nasional.
21
d. Tanda Titik Dua (:)
1. Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan
pemerian.
Misalnya:
Ketua : Moch. Achyar
Sekretaris : Tati Suryati
Bendahara : Noviana Pertiwi
2. Tanda titik dua dipakai (i) di antara jilid atau nomor dan halaman, (ii) di
antara surah dan ayat dalam kitab suci, (iii) di antara judul dan anak judul
suatu karangan, serta (iv) nama kota dan penerbit buku acuan dalam
karangan.
Misalnya:
(v) Tempo, I (34), 1971:7
(vi) Surah Yasin:9
(vii) Karangan Ali Hakim, Pendidikan Seumur Hidup: Sebuah Studi,
sudah terbit.
(viii) Marzuki dan Rudy W. 2006. Pembuatan Aneka Kerupuk.
Jakarta:
Penebar Swadaya.
3. Titik dua dapat dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan
pelaku dalam percakapan.
Misalnya:
Ayah : “Karyo, sini kamu!”
Karyo : (datang menghampiri) “Ada apa, Pak?”
Ayah : “Tolong ambilkan sepatu hitam yang di atas lemari!”
4. Titik dua dapat dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap jika diikuti
rangkaian atau pemerian.
Misalnya:
Pak Adi mempunyai tiga orang anak: Ardi, Aldi, dan Asdi.
Kita sekarang memerlukan perabot rumah tangga: kursi, meja, dan
lemari.
22
e. Tanda Hubung (-)
1. Tanda hubung menyambung suku-suku kata dasar atau kata berimbuhan
yang terpisah oleh pergantian baris.
Misalnya:
2. Tanda hubung menyambung unsur-unsur kata ulang.
Misalnya:
Anak-anak, kupu-kupu, berulang-ulang, kemerah-merahan, mondar-mandir,
sayur-mayur
3. Tanda hubung menyambung huruf dari kata yang dieja satu-satu dan
bagian-bagian tanggal.
Misalnya:
p-a-n-i-t-i-a
17-08-1945
4. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan kata dengan kata berikutnya
atau sebelumnya yang dimulai dengan huruf kapital, kata/huruf dengan
angka, angka dengan kata/huruf.
Misalnya:
se-Indonesia, se-Jabodetabek, mem-PHK-kan, sinar-X, peringkat ke-2,
S-1, tahun 50-an
5. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia
dengan unsur bahasa asing.
Misalnya:
di-smash, pen-tackle-an
f. Tanda Pisah (––)
1. Tanda pisah membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi
penjelasan di luar bangun kalimat.
Misalnya:
Kemerdekaan bangsa itu––saya yakin akan tercapai––diperjuangkan
oleh bangsa itu sendiri.
2. Tanda pisah menegaskan adanya keterangan aposisi atau keterangan yang
lain sehingga kalimat menjadi lebih jelas.
23
Misalnya:
Rangkaian temuan ini––evolusi, teori kenisbian, dan kini juga
pembelahan atom––telah mengubah konsepsi kita tentang alam
semesta.
3. Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan atau kata dengan arti „sampai
dengan‟ atau „sampai ke‟.
Misalnya:
2004––2009
tanggal 1––10 Mei 2007
Jakarta––Bandung
g. Tanda Elipsis (...)
1. Tanda elipsis dipakai dalam kalimat atau dialog yang terputus-putus.
Misalnya:
Kalau begitu ... ya, ayo kita berangkat.
2. Tanda elipsis menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada
bagian yang dihilangkan.
Misalnya:
... selanjutnya akan di bawa ke pengadilan.
Ibu baru pulang ... pasar.
Jika bagian yang dihilangkan mengakhiri sebuah kalimat, maka perlu
dipakai empat buah titik; tiga titik untuk menandai penghilangan teks dan
satu titik untuk menandai akhir kalimat.
Misalnya:
Ibu baru pulang dari....
h. Tanda Tanya (?)
1. Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya.
Misalnya:
Kapan ia berangkat?
Saudara tahu, bukan?
2. Tanda tanya dipakai di dalam kurung untuk menyatakan bagian kalimat
yang disangsikan kebenarannya.
24
Misalnya:
Ia dilahirkan pada tahun 1983 (?).
Uangnya sebanyak 10 juta rupiah (?) hilang.
i. Tanda Seru (!)
1. Tanda seru dipakai pada akhir kalimat perintah.
Misalnya:
Bersihkan kamar itu sekarang juga!
Jangan berisik!
2. Tanda seru dipakai pada akhir ungkapan atau pernyataan yang
menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ketakjuban, ataupun
rasa emosi yang kuat.
Misalnya:
Alangkah seramnya peristiwa itu!
Indah sekali pemandangan alam ini!
Merdeka!
j. Tanda Kurung (( ))
1. Tanda kurung mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.
Misalnya:
Komisi A telah selesai menyusun GBPK (Garis-Garis Besar Program
Kerja) dalam sidang pleno tersebut.
2. Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian
integral pokok pembicaraan.
Misalnya:
Keterangan itu (lihat Tabel 10) menunjukkan perkembangan per-ekonomian
Indonesia lima tahun terakhir.
3. Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang memerinci satu urutan
keterangan.
Misalnya:
Faktor produksi menyangkut masalah (a) alam, (b) tenaga kerja, dan
(c) modal.
4. Tanda kurung mengapit huruf atau katayang kehadirannya di dalam teks
25
dapat dihilangkan.
Misalnya:
Kata cocainediserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kokain(a).
Sahrul Gunawan berasal dari (kota) Bogor.
k. Tanda Kurung Siku ([ ])
1. Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai
koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang
lain. Tanda itu menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu memang
terdapat di dalam naskah asli.
Misalnya:
Sang Puteri men[d]engar bunyi gemerisik.
2. Tanda kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang
sudah bertanda kurung.
Misalnya:
Persamaan kedua proses ini (perbedaannya dibicarakan di dalam Bab
II [lihat halaman 35––38]) perlu dibentangkan di sini.
l. Tanda Petik (“ “)
1. Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan
naskah atau bahan tertulis lainnya.
Misalnya:
“Saya belum siap,” kata Mira, “tunggu sebentar!”
Pasal 36 UUD 1945 berbunyi, “Bahasa negara ialah bahasa
Indonesia.”
2. Tanda petik mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang dipakai
dalam kalimat.
Misalnya:
Sajak “Berdiri Aku” terdaapat pada halaman 5 buku itu.
Karangan Andi Hakim Nasoetion yang berjudul “Rapor dan Nilai
Prestasi di SMA” diterbitkan dalam harian Tempo.
3. Tanda petik mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang
mempunyai arti khusus.
26
Misalnya:
Saat ini ia sedang tidak mempunyaipacar yang di kalangan remaja
dikenal dengan “jomblo”.
Karena warna kulitnya, Budi mendapat julukan “si Hitam”.
m. Tanda Petik Tunggal (‘ ’)
1. Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain.
Misalnya:
Tanya Basri, “Kau dengar bunyi „kring-kring‟ tadi?”
“Waktu kubuka pintu depan, kudengar teriak anakku, „Ibu, Bapak
pulang‟, dan rasa letihku lenyap seketika,” ujar Pak Hamdan.
2. Tanda petik tunggal mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan kata
atau ungkapan asing.
Misalnya:
Feed-back berarti „balikan‟.
n. Tanda Garis Miring (/)
1. Tanda garis miring dipakai di dalam nomor surat dan nomor pada alamat
dan penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim.
Misalnya:
No. 12/PK/2005
Jalan Kramat III/10
Masa Bakti 2005/2006
Tahun Ajaran 2006/2007
2. Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata atau, tiap.
Misalnya:
Laki-laki/Perempuan
120 km/jam
o. Tanda Penyingkat atau Apostrof (‘)
Tanda penyingkat menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka
tahun. Misalnya:
Gunung pun „kan kudaki. („kan = akan)
17 Agustus ‟45 (‟45 = 1945
27
BAB III
PENUTUP
A. SIMPULAN
Dalam pengejaan atau pengucapan kata-kata bahasa Indonesia, masih
sering ditemukan kata-kata yang dieja atau diucapkan tidak tepat. Banyak faktor
yang menyebabkan hal tersebut, salah satunya adalah pengaruh bahasa daerah
yang masih kental.
Penulisan kata juga sangat penting dalam bahasa Indonesia, karena dalam
berbahasa kita menggunakan kata. Dalam berbahasa seringkali kata dasar
mengalami perubahan karena mendapat imbuhan, pengulangan, dan
penggabungan.
Suatu hal yang sering diabaikan dalam penulisan adalah pemakaian huruf
dan tanda baca. Banyak sekali penulis yang kurang mengindahkan hal ini.
Padahal, huruf dan tanda baca sangat berperan dalam penulisan. Adanya huruf dan
tanda baca, akan membantu pembaca memahami sebuah tulisan dengan tepat.
Sebaliknya jika tidak ada, akan menyulitkan pembaca memahami suatu tulisan,
bahkan mungkin dapat mengubah pengertian suatu kalimat.
Dengan demikian, pemahaman dan penguasaan ejaan dan tanda baca baku
dalam bahasa Indonesia merupakan hal yang wajib dan mutlak bagi seluruh
masyarakat yang menggunkan bahasa tulis sebagai media komunikasi.
B. Saran
Dari pembahasan yang telah diuraikan, kami berharap agar mahasiswa
dapat mengimplementasikan Ejaan yang Disempurnakan dalam berbicara sehari-
hari baik dalam suasana resmi maupun tidak, maupun di dalam suatu penulisan
karya ilmiah. Sehingga jika hal tersebut diaplikasikan di dalam kehidupan sehari-
hari, maka masyarakat akan terbiasa mengucapkan kata-kata baku. Dengan
demikian, bahasa Indonesia tetap menjadi identitas bangsa yang dilestarikan oleh
masyarakatnya.
26