kajian ekonomi regional fileperan dalam menjalankan tugas-tugas bank indonesia yang diberikan”....
TRANSCRIPT
Visi Bank Indonesia: “Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil”.
Misi Bank Indonesia: “Mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pemeliharaan kestabilan moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan nasional jangka panjang yang berkesinambungan”.
Nilai-nilai Strategis Organisasi Bank Indonesia: “Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan pegawai untuk bertindak dan atau berprilaku yang terdiri atas Kompetensi, Integritas, Transparansi, Akuntabilitas dan Kebersamaan”.
Visi Kantor Bank Indonesia Medan: “Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan”.
Misi Kantor Bank Indonesia Medan: “Berperan aktif dalam mendukung pembangunan ekonomi daerah melalui peningkatan pelaksanaan tugas bidang ekonomi moneter, sistem pembayaran, pengawasan bank serta memberikan saran kepada pemerintah daerah dan lembaga terkait lainnya”.
Kalender Publikasi Periode Publikasi Publikasi KER Triwulan I Pertengahan Mei KER Triwulan II Pertengahan Agustus KER Triwulan III Pertengahan November KER Triwulan IV Pertengahan Februari
Penerbit: Kantor Bank Indonesia Medan Jl. Balai Kota No.4 MEDAN, 20111 Indonesia Telp : 061-4150500 psw. 1729, 1770 Fax : 061-4152777 , 061-4534760 Homepage : www.bi.go.id Email : [email protected]
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan YME karena atas rahmat dan karunia-Nya buku Kajian Ekonomi Regional (KER) Sumatera Utara (Sumut) periode triwulan IV-2011 ini akhirnya dapat kami sajikan kepada para pembaca sekalian. Buku KER ini mengulas dinamika ekonomi di Sumut pada Triwulan IV-2011 yang tercermin dari perkembangan makroekonomi regional, perbankan, keuangan daerah, dan sistem pembayaran, serta prospek ekonomi Sumut ke depan dalam rangka pemberian informasi yang komprehensif kepada para stakeholders Bank Indonesia.
Secara umum kondisi perekonomian Sumut pada triwulan IV-2011 masih kondusif di tengah kekhawatiran akan efek dari krisis ekonomi di Eropa yang belum menemukan solusi penyelesaiannya. Selama triwulan IV-2011, perekonomian Sumut tumbuh 6,36% (yoy) dari triwulan IV-2011. Kondisi perekonomian yang masih kondusif juga terlihat dari tingginya angka pertumbuhan komponen investasi (Pembentukan Modal Tetap Bruto) yang tumbuh 6,17% (yoy) yang menunjukkan masih tingginya kepercayaan pelaku ekonomi untuk melakukan investasi di Sumut. Kinerja ekonomi ini juga didukung oleh industri perbankan yang mencatat peningkatan angka kredit yang tinggi selama periode triwulan IV-2011 yaitu sebesar 7,42% (qtq).
Demikian pula dari aspek stabilitas harga yang cukup terkendali pada triwulan IV-2011 yang terlihat dari realisasi inflasi nol persen secara triwulanan. Dengan stabilnya harga-harga pada periode triwulan IV-2011 ini, maka inflasi tahunan pada akhir 2011 mencapai 3,67% (yoy), lebih rendah dari perkiraan semula sebesar 5,5%±1%. Angka ini juga lebih rendah dari inflasi nasional yang mencapai angka 3,79% (yoy) pada periode yang sama. Pencapaian inflasi rendah ini tidak terlepas dari kerja keras seluruh elemen pemerintah daerah yang tergabung dalam Tim Pengendali Inflasi Daerah serta stakeholders lainnya di Sumut.
Dengan memperhatikan masih tingginya permintaan domestik serta adanya beberapa peristiwa yang diperkirakan dapat mendorong konsumsi rumah tangga seperti perayaan Imlek dan Cengbeng, perekonomian Sumut pada triwulan I-2012 diperkirakan akan terus tumbuh positif dengan level yang moderat.
Demikian hasil assesmen yang kami lakukan terhadap perekonomian Sumut triwulan IV-2011 dan prospek triwulan I-2012 berdasarkan informasi dan data yang kami peroleh dari berbagai pihak. Untuk itu perkenankanlah kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang telah menyediakan informasi dan data yang mendukung penulisan buku ini. Kami menyadari bahwa analisis yang disajikan dalam buku ini masih perlu terus disempurnakan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran membangun dari semua pihak yang berkepentingan dengan buku ini, serta mengharapkan kiranya kerjasama yang sangat baik dengan
berbagai pihak selama ini dapat terus ditingkatkan di masa yang akan datang.
Akhir kata, kami berharap semoga buku ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Medan, Februari 2012 BANK INDONESIA MEDAN
Nasser Atorf
Pemimpin
Daftar Isi ii
Daftar Isi
Kata Pengantar .............................................................................................................. i Daftar Isi .......................................................................................................................ii Daftar Tabel .................................................................................................................. iv Daftar Grafik ................................................................................................................. v Daftar Lampiran ........................................................................................................... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih
RINGKASAN EKSEKUTIF ............................................................................................... viii BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL ..................................................... 1
1.1. Kondisi Umum ............................................................................................ 1 1.2. Sisi Permintaan ........................................................................................... 2 1.2.1. Konsumsi .......................................................................................... 3 1.2.2. Investasi ............................................................................................ 5 1.2.3. Ekspor dan Impor ............................................................................... 7 1.3. Sisi Penawaran ......................................................................................... 11
1.3.1. Sektor Pertanian ............................................................................... 11 1.3.2. Sektor Industri Pengolahan ................................................................ 13 1.3.3. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran .............................................. 14 1.3.4. Sektor Keuangan .............................................................................. 15 1.3.5. Sektor Bangunan .............................................................................. 16 1.3.6. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi ................................................ 17 1.3.7. Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih .......................................................... 21
BOKS 1 Kajian: Peta Sektor Utama Regional Sumatera Utara ......................................... 20 BOKS 2 Progress Pembangunan Bandara Kualanamu .................................................... 26 BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH ...................................................................... 28
2.1. Kondisi Umum .......................................................................................... 28 2.2. Inflasi Triwulanan ...................................................................................... 29
2.2.1. Inflasi Menurut Kelompok Barang dan Jasa .......................................... 30 2.2.2. Inflasi Menurut Kota .......................................................................... 34
2.3. Inflasi Tahunan ......................................................................................... 35 2.3.1. Inflasi Menurut Kelompok Barang dan Jasa .......................................... 35
2.3.2. Inflasi Menurut Kota .......................................................................... 41 2.4. Faktor-Faktor Penyebab Inflasi ...................................................................... 42
BOKS 3 Pemetaan Struktur Pasar dan Pola Distribusi Komoditas Strategis Penyumbang Inflasi Sumatera Utara ................................................................ 44
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN ................................... 49
3.1. Kondisi Umum .......................................................................................... 49 3.2. Intermediasi Perbankan .............................................................................. 50
3.2.1. Penghimpunan Dana Masyarakat ....................................................... 50 3.2.2. Penyaluran Kredit ............................................................................. 51 3.2.3. Kredit UMKM .................................................................................. 53
3.3. Stabilitas Perbankan ................................................................................... 55 3.3.1. Resiko Kredit ................................................................................... 55
3.3.2. Resiko Likuiditas ............................................................................... 55
Daftar Isi iii
3.4. Perbankan Syariah ..................................................................................... 56 3.5. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) ..................................................................... 57 3.6. Sistem Pembayaran Tunai ........................................................................... 58
3.6.1. Perkembangan Aliran Uang Kartal (Inflow dan Outflow) ........................ 58 3.6.2. Temuan Uang Palsu .......................................................................... 59
3.6.3. Penyediaan Uang Layak Edar ............................................................. 59 3.7. Sistem Pembayaran Non Tunai .................................................................... 58
3.7.1. Kegiatan Transaksi BI-RTGS Perbankan Sumatera Utara ......................... 60 3.7.2. Temuan Transaksi Kliring ................................................................... 61
BOKS 4 Bazaar Intermediasi Peternakan Ruminansia dan Perbankan Sumatera Utara ..... 44
BAB 4 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH ............................................................... 64 BAB 5 PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN ............................... 66
5.1. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah ...................................................... 66 5.2. Perkembangan Kesejahteraan Daerah .......................................................... 68 5.2.1. Profil Kemiskinan Sumatera Utara ....................................................... 68 5.2.2. Nilai Tukar Petani .............................................................................. 70
BAB 6 PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH .................................................................... 71 6.1. Perkiraan Ekonomi .................................................................................... 71 6.2. Perkiraan Inflasi Daerah .............................................................................. 73
LAMPIRAN
Daftar Isi iv
Daftar Tabel
1.1. Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Sumut dari Sisi Permintaan ................................................ 2 1.2. Perkembangan Nilai Ekspor Provinsi Sumut ..................................................................... 8 1.3 Perkembangan Nilai Ekspor per Kelompok Komoditi Provinsi Sumut ..................................... 8 1.4 Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Sumut dari Sisi Penawaran ............................................. 11 1.5. Perkembangan Indikator Pertanian (ATAP & ARAM) Provinsi Sumut .................................. 12 1.6. Indikator Kinerja Perbankan Provinsi Sumatera Utara ....................................................... 15 2.1. Komoditas yang Memberikan Andil Inflasi Tw.IV-2011 ............................................. 29 2.2. Komoditas yang Memberikan Andil Deflasi Tw.IV-2011 ........................................... 29 2.3. Inflasi Triwulanan di Sumut menurut Kelompok Barang dan Jasa (%) ............................... 30 2.4. Housing Stock .......................................................................................................... 33 2.5. Inflasi Triwulanan di Sumut Menurut Kota (%) ......................................................... 35 2.6. Inflasi Tahunan di Sumut menurut Kelompok barang dan jasa (%) ................................... 35 2.7. Inflasi Tahunan Empat Kota di Sumut (%, yoy) ........................................................... 31 2.8. Inflasi Tahunan di Sumut menurut Kota dan Kelompok Barang & Jasa (%, yoy) ............... 41
3.1. Indikator Utama Perbankan Sumut ............................................................................... 50 3.2. Perkembangan Penyaluran Kredit Sumut per Sektor Ekonomi .......................................... 53 3.3. Indikator Perbankan Syariah Sumut .............................................................................. 56 3.4. Indikator Utama BPR Sumut ........................................................................................ 57 3.5. Data Temuan Uang Palsu di Kantor Bank Indonesia Medan .............................................. 59 3.6. Transaksi BI-RTGS Perbankan Sumatera Utara ................................................................ 60 3.7. Transaksi Kliring Perbankan Sumatera Utara .................................................................. 61 4.1. Pendapatan dan Belanja Daerah Sumatera Utara 2012 .................................................... 64
5.1. Beberapa Upah Minimum Sektoral Kota (UMSK) Medan dan Deliserdang ......................... 67 5.2. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Sumatera Utara ............................................... 68 5.3. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Sumatera Utara menurut Daerah ......................... 69 5.4. Garis Kemiskinan Sumatera Utara Tahun 2004-2011 (Rp/Kapita/Bulan) .............................. 69 5.5. Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) ......................... 70
Daftar Isi v
Daftar Grafik
1.1. Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Sumut ................................................................. 1 1.2. Struktur Perekonomian Sumut ....................................................................................... 1 1.3. Pertumbuhan PDRB Sektor Konsumsi ............................................................................. 3 1.4. Perkembangan Indeks NTPR Propinsi Sumut ..................................................................... 3 1.5. Perkembangan Kredit Sektor Konsumsi Propinsi Sumut ...................................................... 3 1.6. Perkembangan Survei Konsumen Propinsi Sumut .............................................................. 4 1.7. Perkembangan Nilai Penjualan berdasarkan Survei Perdagangan Eceran Propinsi Sumut .......... 4 1.8. Pertumbuhan PDRB Sektor Investasi ............................................................................... 5 1.9. Impor Capital Goods Propinsi Sumut ............................................................................... 5 1.10. Perkembangan Kredit Investasi Propinsi Sumut ................................................................ 5 1.11. Perkembangan Penjualan Semen Propinsi Sumut............................................................. 6 1.12. Nilai Penjualan Barang Konstruksi berdasarkan Survei Perdagangan Eceran ......................... 6 1.13. Pertumbuhan PDRB Aktivitas Perdagangan Luar Negeri Propinsi Sumut .............................. 7 1.14. Perkembangan Volume Ekspor Propinsi Sumut ............................................................... 7 1.15. Nilai Ekspor Komoditi Utama Propinsi Sumut .................................................................. 9 1.16. Volume Ekspor Komoditi Utama Propinsi Sumut.............................................................. 9 1.17. Aktivitas Bongkar-Muat di Pelabuhan Belawan ............................................................... 9 1.18. Negara Tujuan Ekspor Propinsi Sumut ........................................................................... 9 1.19. Volume Impor Propinsi Sumut .................................................................................... 10 1.20. Perkembangan Volume Impor per Kategori Barang Propinsi Sumut .................................. 10 1.21. Persentase Volume Impor per Kategori Barang Propinsi Sumut ........................................ 10 1.22. Negara Asal Impor Propinsi Sumut .............................................................................. 10 1.23. Pertumbuhan PDRB Sektor Pertanian ...................................................................... 12 1.24. Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) Propinsi Sumut ........................................... 12 1.25. Perkembangan Kredit Sektor Pertanian Propinsi Sumut ........................................... 12 1.26. Perkembangan Saldo Bersih Tertimbang (SBT) Sektor Industri Pengolahan ............... 13 1.27. Perkembangan Kredit Sektor Industri Pengolahan Propinsi Sumut .................................... 13 1.28. Perkembangan Saldo Bersih Tertimbang (SBT) Sektor Perdagangan, Hotel, dan
Restoran ................................................................................................................. 14 1.29. Perkembangan Tingkat Hunian Hotel Propinsi Sumut .................................................... 14 1.30. Perkembangan Kredit Sektor PHR Propinsi Sumut ......................................................... 15 1.31. Perkembangan Saldo Bersih Tertimbang (SBT) Sektor Bangunan .............................. 16 1.32. Perkembangan Penjualan Semen Propinsi Sumut .......................................................... 17 1.33. Perkembangan Kredit Sektor Bangunan Propinsi Sumut ................................................. 17 1.34. Perkembangan Jumlah Penumpang Angkutan Laut dan Udara Propinsi Sumut ................. 17 1.35. Perkembangan Kredit Sektor Pengangkutan Propinsi Sumut .......................................... 17 2.1. Inflasi Bulanan Sumut dan Nasional .............................................................................. 28 2.2. Inflasi Tahunan Sumut dan Nasional ............................................................................. 28 2.3. Inflasi Triwulanan Kelompok Bahan Makanan di Sumut ................................................... 30 2.4. Inflasi Triwulanan Kelompok Sandang di Sumut ............................................................. 31 2.5. Inflasi Triwulanan Kelompok Makanan Jadi, Minuman, rokok & Tembakau di Sumut ........... 32 2.6. Inflasi Triwulanan Kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan di Sumut ........... 32 2.7. Inflasi Triwulanan Kelompok Kesehatan ........................................................................ 33
Daftar Isi vi
2.9. Inflasi Triwulanan Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar di Sumut ....... 34 2.10. Inflasi Triwulanan Kelompok Pendidikan, Rekreasi & Olahraga di Sumut ............................ 34 2.11. Inflasi Kelompok Bahan Makanan .............................................................................. 36 2.12. Inflasi Kelompok Makanan Jadi, minuman, rokok & Tembakau di Sumut .......................... 37 2.13. Inflasi Kelompok Pendidikan, Rekreasi & Olahraga di Sumut ............................................ 37 2.14. Inflasi Kelompok Sandang .......................................................................................... 38 2.15. Harga Emas Perhiasan di Kota Medan .......................................................................... 38 2.16. Harga Emas di Pasar Internasional ............................................................................... 39 2.17. Inflasi Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar ....................................... 39 2.18. Inflasi Kelompok Kesehatan........................................................................................ 40 2.19. Inflasi Kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan ....................................... 40 2.20. Ekspektasi Konsumen terhadap Pergerakan Harga Barang/Jasa ........................................ 42 2.21. Disagregasi Inflasi Sumut............................................................................................ 42 2.22. Perkembangan harga Komoditas Bahan Makanan ........................................................ 43 3.1. Perkembangan DPK Sumut ......................................................................................... 50 3.2. Struktur DPK Sumut ................................................................................................... 50 3.3. Perkembangan Suku Bunga DPK .................................................................................. 51 3.4. Perkembangan Penyaluran Kredit Sumut ....................................................................... 52 3.5. Pangsa Kredit Sumut per Jenis Penggunaan .................................................................... 52 3.6. Perkembangan Suku Bunga, BI rate, dan Penyaluran Kredit Sumut .................................... 52 3.7. Perkembangan Kredit UMKM Sumut ............................................................................ 53 3.8. Pangsa Kredit UMKM Sumut........................................................................................ 53 3.9. Perkembangan Penyaluran KUR Sumut .......................................................................... 54 3.10. Perkembangan Debitur KUR Sumut ............................................................................. 54 3.11. Perkembangan NPL Perbankan Sumut ......................................................................... 55 3.12. Financing to Deposit Ratio (FDR) Perbankan Syariah Sumut (%) ....................................... 56 3.13. Non Performing Financing (NPF) Perbankan Syariah Sumut (%) ........................................ 56 3.14. Perkembangan NPL BPR Sumut ................................................................................... 57 3.15. Perkembangan Aliran Uang Kartal melalui Bank Indonesia di Sumatera Utara ..................... 58 3.16. Perkembangan Jumlah PTTB di Sumatera Utara ............................................................. 59 3.17. Perkembangan Cek/ BG Kososng Perbankan Sumut ....................................................... 61 5.1. SBT Indikator Jumlah Tenaga Kerja ............................................................................... 67 5.2. Nilai Tukar Petani ....................................................................................................... 70 6.1. Indeks Ekspektasi Konsumen ....................................................................................... 71 6.2. Indeks Tendensi Konsumen Tw.I-2011 Hingga Tw.IV-2011 .............................................. 72 6.3. Perkiraan Indeks Tendensi Konsumen Tw.I-2012 ............................................................ 73 6.4. Ekspektasi Konsumen ................................................................................................. 73
Daftar Isi vii
Daftar Lampiran
A. PDRB Triwulanan Provinsi Sumatera Utara Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut
Lapangan Usaha
B. Pertumbuhan PDRB Triwulanan Provinsi Sumatera Utara Atas Dasar Harga
Konstan 2000 (qtq, %)
Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV
- Medan 112.80 112.61 116.38 116.82 118.05 120.55 122.38 125.76 118.05 126.21 122.38 130.21
- Pematangsiantar 112.88 112.99 116.67 116.19 117.40 120.79 122.10 127.44 117.40 128.46 122.10 132.85
- Sibolga 114.95 114.94 118.91 117.39 118.81 121.90 125.16 131.28 118.81 131.13 125.16 136.15
- Padangsidempuan 115.52 114.28 117.32 117.71 118.16 120.68 121.67 126.44 118.16 126.17 121.67 132.33
- Medan 6.37 2.45 4.61 2.69 4.65 7.05 5.16 8.10 6.87 4.70 6.70 3.29
- Pematangsiantar 6.89 2.62 4.52 2.72 4.00 6.90 4.65 11.34 9.85 6.35 8.11 4.68
- Sibolga 7.88 4.80 5.19 1.59 3.36 6.06 5.26 12.83 11.37 7.57 6.89 3.58
- Padangsidempuan 8.50 1.73 3.12 1.87 2.29 5.60 3.71 8.26 7.94 4.55 7.31 2.93
- Pertanian 6,696.00 6,506.00 6,705.82 6,619.32 7,005.79 6,839.12 7,057.99 6,976.67 7,436.70 7,134.13 7,457.81 7,245.82
- Pertambangan & Penggalian 322.00 322.37 334.28 344.64 336.27 340.65 354.13 365.34 360.60 368.79 378.12 387.34
- Industri Pengolahan 6,194.00 6,113.00 6,303.77 6,365.86 6,529.85 6,455.52 6,603.48 6,599.60 6,525.96 6,708.90 6,710.22 6,745.94
- Listrik, Gas, dan Air Bersih 200.00 203.37 205.38 206.78 212.39 215.40 219.64 222.44 232.40 237.62 239.67 237.03
- Bangunan 1,783.57 1,829.64 1,926.64 2,014.51 1,894.82 1,931.67 2,051.19 2,155.66 2,091.40 2,093.67 2,213.73 2,332.12
- Perdagangan, Hotel, dan Restoran 5,079.00 4,976.00 5,207.92 5,312.55 5,410.87 5,327.03 5,543.55 5,594.70 5,834.24 5,743.81 6,010.53 6,097.01
- Pengangkutan dan Komunikasi 2,574.99 2,618.00 2,702.59 2,734.66 2,776.19 2,842.77 2,974.39 3,028.53 3,093.90 3,120.74 3,231.78 3,285.50
- Keuangan, Persewaan, dan Jasa 1,939.00 1,896.00 2,027.43 2,076.59 2,152.86 2,159.04 2,181.70 2,302.06 2,348.22 2,394.08 2,585.03 2,632.43
- Jasa-Jasa 2,738.00 2,762.00 2,817.10 2,899.56 2,866.63 2,908.42 3,052.97 3,148.14 3,110.79 3,168.60 3,280.79 3,362.14
4.63 4.74 4.97 5.70 6.02 6.55 6.42 6.36 6.32 6.80 6.76 6.36
1,274.36 1,449.29 1,515.92 2,048.00 1,790.50 1,302.98 2,312.75 2,532.44 2,560.99 2,598.21 2,784.98 2,831.00
1,753.54 1,835.80 1,834.23 2,431.93 1,630.35 1,156.72 2,286.93 1,917.36 1,543.13 1,926.01 1,863.83 2,207.66
419.43 505.38 570.89 618.93 592.03 453.75 649.00 725.24 871.04 931.24 911.82 1,034.72
878.93 1,022.86 1,009.14 1,182.56 1,064.28 870.41 1,228.65 1,384.92 1,379.03 1,563.98 1,514.03 1,389.04
PDRB - harga konstan (Rp miliar)
Sumber : Inflasi dan PDRB -> BPS ; Ekspor-Impor -> Bank
Indonesia
2009
Laju Inflasi Tahunan (yoy %)
Indeks Harga Konsumen
MAKRO
Volume Impor Nonmigas (ribu ton)
Nilai Impor Nonmigas (USD juta)
Volume Ekspor Nonmigas (ribu ton)
Nilai Ekspor Nonmigas (USD juta)
Pertumbuhan PDRB (yoy %)
TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH INFLASI DAN PDRB
20112010INDIKATOR
Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III
90.20 92.87 97.46 108.08 114.55 109.52 110.58 115.77 114.62 118.87 126.61 133.70 137.49 144.81 153.44
72.08 75.72 77.97 84.29 88.82 89.56 90.31 94.88 95.40 97.87 102.94 109.07 112.60 115.99 120.61
- Giro (Rp Triliun) 15.08 16.09 14.87 15.07 16.25 17.04 17.19 16.64 16.80 18.04 18.39 17.80 20.27 21.57 21.99
- Tabungan (Rp Triliun) 27.18 28.73 28.58 30.58 31.08 31.97 33.10 37.12 36.11 37.51 41.05 45.32 45.93 47.47 49.66
- Deposito (Rp Triliun) 29.82 30.90 34.52 38.64 41.49 40.55 40.02 41.13 42.49 42.32 43.50 45.95 46.40 46.95 48.96
- Modal Kerja 30.90 36.69 37.72 36.03 34.49 35.10 36.56 38.32 39.29 40.16 44.19 45.73 46.67 49.30 49.65
- Konsumsi 10.74 11.17 12.16 14.38 16.48 17.14 17.55 18.64 20.68 22.54 23.83 17.90 26.33 27.45 28.84
- Investasi 13.14 14.48 15.99 16.31 14.82 14.94 16.00 16.62 15.67 18.00 16.47 24.92 18.51 20.22 20.70
- LDR 76.01% 82.33% 84.48% 79.03% 73.94% 75.01% 76.86% 77.55% 79.29% 82.46% 82.08% 81.19% 81.27% 83.60% 82.24%
0.45 0.43 0.49 0.53 0.51 0.53 0.55 0.57 0.61 0.62 0.64 0.67 0.70 0.72 0.76
0.33 0.31 0.34 0.35 0.37 0.39 0.41 0.42 0.44 0.45 0.46 0.49 0.52 0.50 0.53
- Tabungan (Rp Triliun) 0.15 0.13 0.14 0.14 0.16 0.17 0.18 0.18 0.19 0.20 0.21 0.22 0.23 0.23 0.25
- Deposito (Rp Triliun) 0.18 0.18 0.20 0.21 0.21 0.22 0.23 0.24 0.25 0.25 0.25 0.27 0.29 0.27 0.28
0.33 0.33 0.38 0.38 0.39 0.40 0.43 0.44 0.46 0.48 0.48 0.49 0.49 0.50 0.53
8.67% 7.88% 6.61% 7.26% 7.95% 7.75% 7.21% 7.05% 6.52% 6.25% 6.25% 8.15% 6.69% 8.00% 7.55%
100.00% 106.45% 111.76% 108.57% 105.41% 102.56% 104.88% 104.76% 104.55% 106.67% 104.35% 100.61% 94.81% 100.00% 100.00%
Bank Umum :
PERBANKAN
INDIKATOR
Kredit (Rp Triliun)
BPR:
TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH PERBANKAN
20112010
DPK (Rp Triliun)
2009
Sumber: Laporan Bulanan Bank
Umum (LBU), KBI Medan
2008
LDR
Total Aset (Rp Triliun)
DPK (Rp Triliun)
Kredit (Rp Triliun)
Total Aset (Rp Triliun)
Rasio NPL Gross (%)
Ringkasan Eksekutif viii
RINGKASAN EKSEKUTIF
Perekonomian Sumut pada triwulan IV-2011 tumbuh 6,36%
GAMBARAN UMUM
Pada triwulan IV-2011 perekonomian Sumatera Utara kembali mencatatkan pertumbuhan positif sebesar 6,36% (yoy), sedikit melambat dibandingkan triwulan III-2011 yang tumbuh sebesar 6,89%. Dari sisi permintaan, pertumbuhan perekonomian ditunjang oleh transaksi perdagangan internasional dan kegiatan investasi yang tetap tumbuh positif. Sementara itu, dari sisi penawaran, sektor-sektor ekonomi andalan yaitu sektor pertanian, sektor industri pengolahan, serta sektor perdagangan, hotel, dan restoran (PHR) masih menjadi penggerak utama pertumbuhan.
Selama triwulan IV-2011, harga-harga di Sumut stabil dan tidak mengalami pergerakan yang berarti. Inflasi triwulanan tercatat sebesar 0,00% (qtq), jauh lebih rendah dibandingkan triwulan lalu yang tercatat sebesar 3,34% (yoy). Sementara itu, inflasi tahunan Sumut pada triwulan laporan tercatat sebesar 3,67% (yoy), jauh di bawah inflasi tahunan triwulan III-2011 sebesar 6,87% (yoy) dan berada di bawah target inflasi yang semula diperkirakan sebesar 5,50%±1%.
Secara tahunan maupun triwulanan, indikator utama perbankan, baik bank umum konvensional, bank umum syariah, maupun BPR masih tumbuh lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya. Peningkatan ini bahkan diikuti pula dengan penurunan rasio Non Performing Loan (NPL) dari 2,78% pada triwulan III-2011 menjadi 2,28%. Perkembangan indikator utama perbankan seperti total aset, penyaluran kredit, dan penghimpunan DPK menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan dibandingkan dengan periode sebelumnya.
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO Pada triwulan IV-2011 perekonomian Sumatera Utara
kembali mencatatkan pertumbuhan positif sebesar 6,36% (yoy),
RINGKASAN EKSEKUTIF
Ringkasan Eksekutif ix
RINGKASAN EKSEKUTIF
(yoy) Inflasi Sumut pada triwulan IV-2011 sebesar 3,67% (yoy) atau 0,00% (qtq)
melambat dibandingkan triwulan III-2011 yang tumbuh sebesar 6,89%. Angka ini sedikit dibawah pertumbuhan ekonomi nasional yang tercatat sebesar 6,50%.
Dari sisi permintaan, pertumbuhan perekonomian Sumatera Utara ditunjang oleh transaksi perdagangan internasional dan kegiatan investasi yang tetap tumbuh positif dan menjadi motor perekonomian. Sementara itu, dari sisi penawaran, sektor-sektor ekonomi andalan Sumatera Utara yaitu sektor pertanian, sektor industri pengolahan, serta sektor perdagangan, hotel, dan restoran (PHR) tetap menunjukkan pertumbuhan.
Konsumsi pada triwulan IV-2011 tumbuh 5,09% (yoy), menurun dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 5,73% (yoy). Beberapa indikator tingkat konsumsi impor barang konsumsi dan Nilai Tukar Petani Perkebunan Rakyat (NTPR) memberikan konfirmasi terjadinya perlambatan aktivitas konsumsi. Namun demikian, indikator survei konsumsi lainnya seperti Survei Konsumen (SK), Indeks Tendensi Konsumsi (ITK), serta pembiayaan perbankan sektor konsumsi masih tetap menunjukkan peningkatan aktivitas konsumsi.
Pada triwulan IV-2011 kegiatan investasi tumbuh sebesar 6,17%, menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencatat pertumbuhan sebesar 7,36%. Beberapa indikator kinerja investasi pada triwulan IV-2011 memberikan konfirmasi terjadinya perlambatan kinerja investasi.
Kegiatan transaksi perdagangan internasional berdasarkan data PDRB pada triwulan IV-2011 cenderung melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Kendati terjadi perlambatan pada transaksi perdagangan internasional Sumut, neraca perdagangan masih mencatatkan net ekspor sebesar Rp 8,9 triliun.
Kinerja sektor pertanian pada triwulan laporan mengalami pertumbuhan yang positif dengan tumbuh sebesar 3,86% (yoy), menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 5,66% (yoy). Namun secara keseluruhan, pada tahun 2011 kinerja sektor pertanian masih menunjukkan peningkatan dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Seiring dengan meningkatnya permintaan konsumsi dan transaksi perdagangan internasional, sektor industri pengolahan pada triwulan laporan kembali berada pada tren yang meningkat. Sektor industri pengolahan sebagai salah satu sektor ekonomi utama Sumut, pada triwulan laporan tumbuh 2,22% (yoy), meningkat dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang sebesar 1,62%.
Sektor perdagangan, hotel dan restoran pada triwulan IV-2011 tumbuh sebesar 8,98% (yoy), meningkat dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 8,42% (yoy). Beberapa prompt indicator seperti realisasi kegiatan usaha sektor PHR, jumlah arus barang bongkar muat di pelabuhan Belawan, kredit sektor PHR, dan kinerja sektor perhotelan kembali menunjukkan peningkatan sejalan dengan pertumbuhan ekonomi sektor PHR. PERKEMBANGAN INFLASI
Ringkasan Eksekutif x
RINGKASAN EKSEKUTIF
Fungsi Intermediasi perbankan dan transaksi sistem pembayaran Sumut triwulan IV/2011 menunjukkan peningkatan.
Selama triwulan IV-2011, harga-harga di Sumut stabil dan tidak mengalami pergerakan yang berarti. Inflasi triwulanan tercatat sebesar 0,00% (qtq), jauh lebih rendah dibandingkan triwulan lalu yang tercatat sebesar 3,34% (yoy). Sementara itu, inflasi tahunan Sumut pada triwulan laporan tercatat sebesar 3,67% (yoy), jauh di bawah inflasi tahunan triwulan III-2011 sebesar 6,87% (yoy) berada di bawah target inflasi yang semula diperkirakan sebesar 5,50%±1%.
Ditinjau dari disagregasi inflasi, pada triwulan laporan inflasi tahunan pada kelompok volatile foods (0,77%, yoy) justru sangat rendah. Sebaliknya inflasi inti (5,25%, yoy) lebih mendominasi inflasi di Sumut. Sementara itu inflasi administered price tercatat sebesar 3,02%.
Berdasarkan kelompok barang dan jasa, kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan serta bahan makanan mengalami deflasi dalam level yang relatif kecil yakni masing-masing sebesar -0,02% (qtq) dan -0,01% (qtq).
Kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar serta kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga mengalami inflasi dalam level yan sama yaitu sebesar 0,01% (qtq). Sedangkan, kelompok sandang mengalami inflasi sebesar 0,02% (qtq). Bahkan, kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau serta kelompok kesehatan tidak mengalami inflasi.
Peningkatan inflasi terjadi di keempat kota yang dihitung inflasinya di Sumut. Inflasi triwulanan tertinggi terjadi di kota Sibolga sebesar 1,77% (qtq) diikuti dengan kota Padangsidempuan sebesar 1,35% (qtq) dan Pematangsiantar sebesar 0,64% (qtq). Sementara itu, kota Medan justru mengalami deflasi sebesar -0,28% (qtq). PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
Secara tahunan maupun triwulanan, indikator utama perbankan, baik bank umum konvensional, bank umum syariah, maupun BPR masih tumbuh lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya. Peningkatan ini bahkan diikuti dengan penurunan rasio Non Performing Loan (NPL) dari 2,78% pada triwulan III-2011 menjadi 2,28%.
Total aset perbankan Sumut pada triwulan IV-2011 mencapai Rp160,05 triliun, tumbuh sebesar 4,31% (qtq) dan 19,71% (yoy). Total aset perbankan tersebut masih didominasi oleh bank konvensional yaitu sebesar Rp153,41 triliun (95,85%), sedangkan sisanya merupakan aset bank syariah yaitu sebesar Rp6,64 triliun (4,15%).
Dana pihak ketiga yang dihimpun pada triwulan IV-2011 tumbuh sebesar 5,63% (qtq) atau 16,81% (yoy) hingga mencapai jumlah Rp127,40 triliun, lebih tinggi dari periode sebelumnya sebesar 3,98% (qtq). Dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya mengalami pertumbuhan sebesar 2,29%, kredit yang disalurkan perbankan Sumatera Utara pada triwulan IV-2011 tumbuh sebesar 7,42%(qtq) atau 20,33% (yoy).
Sejalan dengan peningkatan aktivitas perekonomian pada
Ringkasan Eksekutif xi
RINGKASAN EKSEKUTIF
APBD Sumut 2012 meningkat 48,84% dibandingkan tahun 2011 Terjadi penurunan tingkat pengangguran terbuka dan peningkatan daya beli petani.
akhir tahun 2011, perkembangan sistem pembayaran di wilayah Provinsi Sumut pada triwulan IV-2011 menunjukkan perkembangan yang positif.
Kegiatan transaksi aliran uang kartal di Sumatera Utara menunjukkan posisi net outflow sebesar Rp 1,8 triliun, meningkat dibandingkan dengan triwulan III-2011 yang tercatat net inflow sebesar Rp 596 miliar. Sementara itu, jumlah uang kartal yang telah dikenai Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) atau dimusnahkan tercatat sebesar Rp3.444 miliar atau sebesar 65,08% dari jumlah inflow.
Transaksi perbankan Sumatera Utara pada triwulan laporan melalui Bank Indonesia Real Time Gross Settlement BI-RTGS) mengalami peningkatan sebesar Rp66 triliun atau meningkat 50,57% menjadi Rp197,3 triliun dari nilai transaksi pada triwulan III-2011 yang tercatat sebesar Rp131 triliun.
Nilai transaksi kliring pada triwulan IV-2011 tercatat sebesar Rp35,98 triliun. Nilai ini meningkat 1,33% atau Rp 472 miliar bila dibandingkan dengan triwulan III-2011 yang sebesar Rp35,51 triliun.
PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
DPRD Sumatera Utara (Sumut) menyetujui Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) Sumut tahun anggaran 2012 pada 21 Desember 2011, setelah melalui pembahasan pada Badan Anggaran dan Rapat Paripurna. APBD Sumut 2012 ditetapkan sebesar Rp7,68 triliun atau mengalami peningkatan sebesar 48,84% dibandingkan tahun 2011 sebesar Rp5,16 triliun.
Beberapa catatan yang sempat mengemuka dalam pembahasan RAPBD Sumut 2012 antara lain persoalan kasus tanah yang perlu mendapat perhatian dengan alokasi dana untuk pengukuran ulang lahan Eks HGU, penataan aset milik Pemprov Sumut, kebijakan pro petani dan upaya peningkatan PAD dan dana bagi hasil dari pemerintah pusat. APBD 2012 ini diarahkan untuk mendukung prioritas pembangunan 2012 di sektor pendidikan, kesehatan, infrastruktur dan ketahanan pangan.
PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN
Pertumbuhan ekonomi yang masih cukup tinggi di triwulan IV-2011 diperkirakan berpengaruh positif terhadap kondisi ketenagakerjaan Sumatera Utara. Hasil survei liaison di triwulan laporan menunjukkan terjadinya penambahan tenaga kerja yang disebabkan oleh ekspansi usaha seiring dengan naiknya permintaan produk di pasar.
Kondisi ketenagakerjaan yang sudah baik ini diperkirakan akan terus membaik di tahun 2012 dengan naiknya Upah Minimum Provinsi (UMP) Sumatera Utara sebesar 16% menjadi Rp1.200.000, meningkat dibandingkan tahun 2011 yang sebesar Rp1.035.500. Membaiknya prospek ketenagakerjaan di tahun 2012 juga akan ditopang oleh implementasi proyek-proyek Masterplan Percepatan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) di Sumatera
Ringkasan Eksekutif xii
RINGKASAN EKSEKUTIF
Pertumbuhan ekonomi sumut triwulan I-2012 diproyeksikan sebesar 6,3% - 6,5% (yoy) Inflasi triwulan I-2012 diperkirakan 4,50%±1% (yoy)
Utara. Berdasarkan hasil Survei Ekonomi Nasional (Susenas) yang
dilaksanakan pada bulan September 20122, jumlah penduduk miskin di Sumatera Utara (Sumut) sebanyak 1.421.400 orang atau 10,83% terhadap total penduduk Sumut. Kondisi tersebut lebih baik jika dibandingkan dengan hasil Susenas sebelumnya pada Maret 2011 sebanyak 1.481.300 orang atau 11,33%.
Peningkatan tingkat kesejahteraan penduduk Sumut tidak hanya tercermin dari penurunan jumlah penduduk miskin tetapi terkonfirmasi juga dari peningkatan indeks Nilai Tukar Petani (NTP). Pada Desember 2011, Nilai Tukar Petani (NTP) Sumut tercatat sebesar 103,13 mengalami sedikit peningkatan dibandingkan September 2011 sebesar 103,03. PROSPEK PEREKONOMIAN Perkiraan Ekonomi
Memasuki tahun 2012, perekonomian Sumut diperkirakan tumbuh moderat pada triwulan pertama. Setelah tumbuh melambat pada laju 6,36% (yoy) di triwulan IV-2011, pertumbuhan ekonomi Sumut pada triwulan I-2012 diperkirakan berada pada kisaran 6,30%-6,50% (yoy).
Dari sisi permintaan, pertumbuhan triwulan mendatang terutama ditopang oleh konsumsi rumah tangga. Terlebih lagi, Tahun Baru Imlek yang jatuh pada bulan Januari 2012 sangat berpengaruh terhadap aktivitas perekonomian khususnya di kota Medan.
Di sisi sektoral, perekonomian Sumut pada triwulan I-2012 terutama ditopang oleh kinerja sektor pertanian; sektor perdagangan, hotel, dan restoran; dan sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan. Sektor pertanian berpotensi tumbuh seiring dengan penetapan 6 kabupaten di Sumut menjadi kawasan pencetakan lahan padi baru seluas 1.200 ha. Enam kabupaten tersebut adalah Nias, Mandailing Natal, Labuhan Batu Utara, Tapanuli Selatan, Padang Lawas Utara, dan Dairi. Dana bantuan (Rp8 juta per ha) pencetakan lahan padi baru akan dikucurkan atau dibagikan kepada kelompok petani di 6 kabupaten yang pengajuannya disetujui.
Di sisi lain, Indeks Tendensi Konsumen (ITK) Sumut pada triwulan I-2012 diperkirakan sebesar 108,05, artinya optimisme masih melingkupi kondisi ekonomi konsumen pada triwulan mendatang. Perkiraan Inflasi Daerah
Laju inflasi tahunan pada triwulan I-2012 diperkirakan berada pada kisaran 4,50%±1%. Terjaganya laju inflasi Sumut salah satunya disebabkan oleh terjaganya ekspektasi masyarakat. Hasil Survei Konsumen yang dilakukan oleh KBI Medan mengkonfirmasi hal tersebut. Ekspektasi harga konsumen 3 bulan yang akan datang dan ekspektasi harga 6 bulan yang akan datang mengalami sedikit penurunan.
Ringkasan Eksekutif xiii
RINGKASAN EKSEKUTIF
Kendati demikian, beberapa potensi risiko inflasi seperti masa paceklik di awal tahun 2012 perlu diantisipasi. Pasokan beras jenis lokal dari sentra-sentra produksi beras di Sumut, seperti Kabupaten Deliserdang, Asahan, dan Simalungun melorot. Upward risk juga muncul dari sisi administered prices. Rencana kenaikan TDL per Maret 2012 dan pembatasan BBM bersubsidi pada April 2012 yang telah mengemuka di masyarakat dapat menggiring ekspektasi pelaku usaha dan masyarakat dan memicu kenaikan harga. Guna mengawal inflasi 2012 sekaligus mengantisipasi potensi risiko inflasi ke depan,
.
1 Perkembangan Ekonomi Makro Regional | BAB 1
0
10.000
20.000
30.000
40.000
50.000
60.000
70.000
I II III IV I II III IV
2010 2011
PDRB
Jasa
Keuangan
Angkutan
PHR
Bangunan
LGA
Industri
Pertambangan
Pertanian
5.35
7.73
6.97
4.575.07
5.706.03
6.506.406.80 6.89
6.366.21
4.534.08
5.696.19
5.82
6.47 6.5
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
8.00
9.00
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2008 2009 2010 2011
yoy (%)Sumut Nasional
Kinerja Perekonomian Sumatera Utara (Sumut) pada triwulan IV-2011 menunjukkan tren positif
baik dari sisi permintaan maupun penawaran. Indikator perekonomian sisi permintaan
menunjukkan masih meningkatnya tingkat konsumsi dan perdagangan internasional, sedangkan
dari sisi penawaran, kinerja perekonomian Sumatera Utara masih tetap didominasi oleh sektor-
sektor dominan yang menunjukkan perbaikan
1.1 KONDISI UMUM
Pada triwulan IV-2011 perekonomian Sumatera Utara kembali mencatatkan
pertumbuhan positif sebesar 6,36% (yoy) yang berada dibawah pertumbuhan ekonomi
nasional sebesar 6,50% (yoy), melambat dibandingkan triwulan III-2011 yang tumbuh
sebesar 6,89%. Sebagaimana tren yang terjadi pada tahun 2010, perekonomian Sumut cenderung
mencapai puncaknya pada triwulan II dan III yang kemudian melambat pada akhir tahun. Hal ini
diperkirakan pengaruh faktor kembali normalnya aktivitas perekonomian pasca musim liburan
sekolah, tahun ajaran baru, dan perayaan lebaran.
Dari sisi permintaan, pertumbuhan perekonomian Sumatera Utara ditunjang oleh transaksi
perdagangan internasional dan kegiatan investasi yang tetap tumbuh positif dan menjadi motor
perekonomian. Sementara itu, dari sisi penawaran, sektor-sektor ekonomi andalan Sumatera Utara
yaitu sektor pertanian, industri pengolahan, serta perdagangan, hotel, dan restoran (PHR) tetap
menunjukkan pertumbuhan. Walaupun demikian sektor pertanian masih berada pada tren yang
melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.
BBBAAABBB 111 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Grafik 1. 1 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi
Sumut
Grafik 1. 2 Struktur Perekonomian Sumut
Sumber : BPS Sumut Sumber : BPS Sumut
BAB 1 | Perkembangan Ekonomi Makro Regional 2
I II III IV I II III IVKonsumsi 9.03% 7.26% 6.98% 8.66% 8.02% 7.74% 6.78% 6.93% 5.73% 5.09% 6.11%Investasi 5.54% 4.11% -5.01% 5.94% 6.43% 2.94% 4.71% 16.71% 7.36% 6.17% 8.48%Ekspor -0.95% 5.69% 7.69% 11.02% 14.85% 9.87% 18.50% 17.39% 16.43% 11.40% 15.80%Impor 4.91% 6.79% 2.40% 15.99% 19.50% 11.21% 20.39% 24.67% 16.13% 9.93% 17.40%PDRB 5.00% 6.05% 6.67% 6.40% 6.36% 6.37% 6.44% 6.80% 6.89% 6.36% 6.62%
Jenis Penggunaan 20092011
20112010
2010
Sumbangan ketiga sektor ekonomi andalan tersebut tercatat sebesar 62,99% terhadap
total perekonomian secara keseluruhan atau menurun dibandingkan dengan share ketiga sektor
tersebut pada triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 63,88%. Komposisi ketiga sektor
ekonomi tersebut diantaranya adalah sektor pertanian (21,47%), industri pengolahan (22,56%),
dan PHR (18,96%). Besaran Pertumbuhan Domestik Regional Bruto (PDRB) Sumatera Utara pada
triwulan laporan sebesar Rp 32,3 triliun atau meningkat sebesar Rp 218 miliar dibandingkan
dengan triwulan sebelumnya. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan output barang dan jasa
yang dihasilkan oleh perekonomian Sumut pada triwulan laporan.
1.2 SISI PERMINTAAN
Dari sisi permintaan, perekonomian Sumut tumbuh melambat pada akhir triwulan
IV-2011, namun demikian secara keseluruhan pada tahun 2011 tetap menunjukkan
peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya. Aktivitas konsumsi dan perdagangan
internasional masih merupakan sektor yang dominan dalam perekonomian Sumut. Beberapa
indikator tingkat konsumsi impor barang konsumsi dan Nilai Tukar Petani Perkebunan Rakyat
(NTPR) memberikan konfirmasi terjadinya perlambatan aktivitas konsumsi. Namun demikian,
indikator survei konsumsi lainnya seperti Survei Konsumen (SK), Indeks Tendensi Konsumsi (ITK),
serta pembiayaan perbankan sektor konsumsi tetap menunjukkan peningkatan aktivitas konsumsi.
Transaksi perdagangan internasional Sumut pada triwulan laporan cenderung melambat
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya baik kegiatan ekspor maupun impor. Namun demikian,
pertumbuhan ekspor Sumut pada triwulan laporan masih lebih tinggi dibandingkan dengan rata-
rata pertumbuhan ekspor selama tiga tahun terakhir sebesar 8,82%. Secara keseluruhan, transaksi
perdagangan internasional Sumut masih mencatatkan surplus neraca perdagangan atau Net Ekspor
sebesar 1.796 juta USD. Di sisi lain, kegiatan transaksi perdagangan internasional dan tingkat
investasi swasta menunjukkan perkembangan yang menggembirakan dibandingkan dengan tahun
sebelumnya. Kedua indikator aktivitas perekonomian tersebut merupakan sektor yang tumbuh
signifikan dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Tabel 1. 1 Pertumbuhan Ekonomi Propinsi Sumut dari Sisi Permintaan
Sumber : BPS Sumut
3 Perkembangan Ekonomi Makro Regional | BAB 1
3.00%
4.00%
5.00%
6.00%
7.00%
8.00%
9.00%
10.00%
-
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2008 2009 2010 2011
Konsumsi (triliun) yoy
60
70
80
90
100
110
120
Tw I Tw II Tw III Tw IV
2011
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
35.00
40.00
45.00
50.00
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
35.00
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2007 2008 2009 2010 2011
%Rp Triliun
K.Kons yoy
1.2.1 Konsumsi
Konsumsi pada triwulan IV-2011 tumbuh 5,09% (yoy), menurun dibandingkan
pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 5,73% (yoy). Perlambatan aktivitas konsumsi
terkonfirmasi oleh perkembangan Nilai Tukar Petani Perkebunan Rakyat (NTPR) sebagai alat ukur
kemampuan tukar barang-barang (produk) pertanian yang dihasilkan petani dengan barang atau
jasa yang diperlukan untuk konsumsi rumah tangga berada pada indeks 103.96, menurun
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang berada pada indeks 106,47. Besaran NTPR
merupakan proxy tingkat konsumsi Sumut, mengingat besarnya jumlah tenaga kerja di sektor
pertanian yang mencapai 43,90% dari total tenaga kerja berdasarkan survei BPS.
Di sisi lain, Indeks Tendensi Konsumen (ITK) hasil survei BPS Sumut menunjukkan arah
Grafik 1. 3 Pertumbuhan PDRB Sektor Konsumsi Grafik 1. 4 Perkembangan Indeks NTPR Propinsi Sumut
Sumber : BPS Sumut Sumber : BPS Sumut
Grafik 1. 5 Perkembangan Kredit Sektor Konsumsi Propinsi Sumut
Sumber : Bank Indonesia Medan
BAB 1 | Perkembangan Ekonomi Makro Regional 4
70
80
90
100
110
120
130
140
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV
IKE IEK IKK Grs Batas
Optimis
Pesimis
(12.00)
(10.00)
(8.00)
(6.00)
(4.00)
(2.00)
-
2.00
4.00
38,000.0
39,000.0
40,000.0
41,000.0
42,000.0
43,000.0
44,000.0
45,000.0
46,000.0
47,000.0
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV
2010 2011
Nilai Penjualan (juta) yoy
yang sama, dimana pada triwulan IV-2011 sebesar 107,92 atau menurun dibandingkan dengan
triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 109,57. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi ekonomi
konsumen mengalami penurunan yang disebabkan oleh penurunan pendapatan rumah tangga.
Penurunan kondisi ini juga dikonfirmasi oleh perlambatan penyaluran kredit konsumsi, yang menjadi
salah satu penopang pertumbuhan konsumsi masyarakat, yang hanya tumbuh sebesar 20,80%
(yoy) atau senilai Rp30,10 triliun.
Kendati terjadi penurunan, namun pertumbuhan konsumsi masih berada pada level yang
cukup tinggi. Pertumbuhan konsumsi masih didorong oleh optimisme kinerja konsumsi rumah
tangga berdasarkan survei konsumen yang dilakukan oleh Bank Indonesia Medan. Indeks
Keyakinan Konsumen (IKK) pada triwulan IV-2011 menunjukkan peningkatan tercatat sebesar
124,34 setelah pada triwulan III-2011 berada pada indeks 111,64. Meningkatnya optimisme
konsumen terhadap kondisi perekonomian saat ini maupun 6 bulan yang akan datang, tercermin
dari meningkatnya Indeks Ekonomi Saat ini (IKE) dan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK), yaitu
masing-masing sebesar 12,7 poin dan 14,82 poin. Dengan menggunakan prompt indicator
konsumsi sebagai indikasi, pengeluaran masyarakat Sumut untuk pembelian barang-barang
konsumsi relatif meningkat. Peningkatan terlihat pada konsumsi durable dan non durable goods.
Hasil Survei Penjualan Eceran (SPE) yang dilakukan Bank Indonesia Medan juga memberikan
konfirmasi mengenai optimisme aktivitas perekonomian Sumut. Pada triwulan laporan, tingkat
penjualan eceran mengalami peningkatan sebesar 1,53% (yoy) meningkat signifikan dibandingkan
triwulan sebelumnya yang tumbuh negatif. Gambaran tingkat konsumsi berdasarkan SPE juga
tercermin dari indikator aktivitas konsumsi lainnya seperti konsumsi BBM, penjualan makanan dan
minuman, serta penjualan pakaian dan perlengkapannya yang mengalami peningkatan di triwulan
laporan.
Grafik 1. 6 Perkembangan Survei Konsumen Propinsi
Sumut
Grafik 1. 7 Perkembangan Nilai Penjualan berdasarkan
Survei Perdagangan Eceran
Sumber : Bank Indonesia Medan Sumber : Bank Indonesia Medan
5 Perkembangan Ekonomi Makro Regional | BAB 1
-10%
-5%
0%
5%
10%
15%
20%
-
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2008 2009 2010 2011
Investasi (triliun) yoy
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
35.00
40.00
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2007 2008 2009 2010 2011
%Rp Triliun
K.Inv yoy
-100
-50
0
50
100
150
200
0
10
20
30
40
50
60
70
Tw I
Tw II
Tw III
Tw IV
Tw I
Tw II
Tw III
Tw IV
Tw I
Tw II
Tw III
Tw IV
Tw I
Tw II
Tw III
Tw IV
2008 2009 2010 2011
Capital Goods (Ribu Ton) yoy (%)
1.2.2 Investasi
Pada triwulan IV-2011 kegiatan investasi tumbuh sebesar 6,17%, menurun
dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencatat pertumbuhan sebesar 7,36%. Namun
demikian, sepanjang tahun 2011 kegiatan investasi menunjukkan perkembangan yang
menggembirakan dengan tingkat pertumbuhan sebesar 8,48% (yoy) atau meningkat signifikan
dimana pada tahun sebelumnya hanya mencatat pertumbuhan sebesar 2,94% (yoy). Beberapa
indikator kinerja investasi pada triwulan IV-2011 memberikan konfirmasi terjadinya perlambatan
kinerja investasi.
Impor barang modal (capital goods) Sumut pada triwulan laporan menunjukkan penurunan
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada triwulan laporan, pertumbuhan volume impor
barang modal tercatat sebesar 46,49% (yoy) dengan jumlah sebesar 43,8 ribu ton atau menurun
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mengalami pertumbuhan sebesar 70,98% (yoy).
Grafik 1. 8 Pertumbuhan PDRB Sektor Investasi Grafik 1. 9 Impor Capital Goods Propinsi Sumut
Sumber : Bank Indonesia Medan Sumber : BPS Sumut
Grafik 1. 10 Perkembangan Kredit Investasi Propinsi Sumut
Sumber : Bank Indonesia Medan
BAB 1 | Perkembangan Ekonomi Makro Regional 6
-30
-20
-10
0
10
20
30
40
50
0
100
200
300
400
500
600
700
800
900
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2008 2009 2010 2011
Penj Semen (ribu ton) (yoy)
(20,00)
(15,00)
(10,00)
(5,00)
-
5,00
10,00
15,00
20,00
25,00
30,00
-
500,0
1.000,0
1.500,0
2.000,0
2.500,0
3.000,0
3.500,0
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV
2010 2011
Penj. Brng. Konstruksi (juta) yoy
Berdasarkan laporan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang dilakukan Bank Indonesia
Medan, rata-rata kapasitas produksi terpakai perusahaan tercatat sebesar 65,71%. Relatif
rendahnya rata-rata kapasitas produksi terpakai perusahaan, menunjukkan bahwa perusahaan
masih dapat mengoptimalkan kapasitas produksinya. Namun demikian realisasi investasi perusahaan
pada semester II-2011 berdasarkan hasil SKDU menyebutkan adanya peningkatan dengan saldo
bersih (SB) sebesar 40%, yang berarti bahwa secara umum perusahaan tetap melakukan
perubahan investasi baik dalam bentuk perbaikan/pergantian aset perusahaan maupun investasi
baru.
Dari sisi pembiayaan, kredit perbankan untuk tujuan investasi tumbuh stabil pada triwulan
laporan. Pertumbuhan kredit investasi pada triwulan laporan tercatat sebesar 25,73% (yoy) dengan
baki debet mencapai Rp22,51 triliun atau meningkat tipis dibandingkan triwulan sebelumnya yang
tumbuh sebesar 25,68% (yoy). Kendati demikian, sektor riil diperkirakan juga menggunakan sumber
pendanaan investasi lain seperti modal sendiri, pinjaman, obligasi dan saham, meskipun proporsinya
masih relatif kecil.
Kinerja investasi Sumut pada triwulan laporan, diperkirakan didominasi oleh pembangunan
infrastruktur. Nilai penjualan semen serta hasil SPE untuk penjualan bahan konstruksi menunjukkan
peningkatan yang signifikan dibandingkan dengan periode sebelumnya. Nilai penjualan semen pada
triwulan laporan mencapai 740 ribu ton, atau meningkat sebesar 41,98% (yoy). Berdasarkan survei
penjualan eceran (SPE), penjualan bahan konstruksi pada triwulan ini juga memberikan arah yang
sama dengan nilai penjualan sebesar Rp3,1 miliar, meningkat dibandingkan triwulan III-2011 sebesar
Rp2,6 miliar. Adapun pertumbuhan penjualan bahan konstruksi berdasarkan hasil SPE tercatat
tumbuh sebesar 24,79% (yoy) yang dipicu oleh peningkatan penjualan pasir, bahan konstruksi, serta
perlengkapan konstruksi.
Grafik 1. 11 Perkembangan Penjualan Semen
Propinsi Sumut
Grafik 1. 12 Nilai Penjualan Barang Konstruksi
berdasarkan Survei Perdagangan Eceran
Sumber : Bank Indonesia Medan Sumber : Asosiasi Semen Indonesia
7 Perkembangan Ekonomi Makro Regional | BAB 1
-2%
3%
8%
13%
18%
23%
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2008 2009 2010 2011
Ekspor Impor Net Ekspor
-30
-20
-10
0
10
20
30
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
Tw I
Tw II
Tw III
Tw IV
Tw I
Tw II
Tw III
Tw IV
Tw I
Tw II
Tw III
Tw IV
Tw I
Tw II
Tw III
Tw IV
2008 2009 2010 2011
Impor Ekspor Net Ekspor gEkspor
Ribu Ton
Proyek lain yang terkait investasi cukup besar adalah pembangunan Bandara Kuala Namu
yang terletak di Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang, yang saat ini sudah mencapai 79%
dengan target penyelesaian pada awal tahun 2013. Untuk memperlancar proses pembangunan,
Pemprov Sumut telah mengupayakan penyelesaian atas kendala-kendala utama yang ditemui dalam
proses pembangunan, yaitu dengan melakukan percepatan dalam pelepasan tanah untuk akses
jalan non-tol menuju Bandara Kualanamu berkoordinasi dengan seluruh anggota Forum Komunikasi
Pimpinan Daerah Sumatera Utara dan Pemkab Deli Serdang.
Rencana investasi baru untuk tahun 2011 berdasarkan Surat Persetujuan (SP) mencakup
enam proyek yaitu PMA dengan sektor usaha pertanian tanaman pangan, perkebunan, jasa, industri
makanan, konstruksi, perhotelan, dan industri kayu dengan total investasi sekitar 48,23 juta USD.
Sementara itu, realisasi investasi berdasarkan daftar izin usaha tetap untuk tahun 2011, tercatat
PMA sebanyak 23 proyek dengan nilai investasi sebesar 242,49 juta USD dan PMDN sebanyak 14
proyek dalam bidang jasa, industri pakan, makanan, industri semen dan industri kimia dengan
realisasi investasi mencapai Rp 491,99 miliar.
1.2.3 Ekspor dan Impor
Kegiatan transaksi perdagangan internasional berdasarkan data PDRB pada triwulan
IV-2011 cenderung melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada triwulan
laporan, kinerja ekspor dan impor tercatat masing-masing tumbuh sebesar 11,40 % dan 9,93% (yoy),
cenderung melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya dengan pertumbuhan net ekspor
sebesar 5,09% (yoy). Kendati terjadi perlambatan pada transaksi perdagangan internasional Sumut,
neraca perdagangan masih mencatatkan net ekspor sebesar Rp 8,9 triliun. Bahkan, transaksi ekspor
pada triwulan ini masih lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata pertumbuhan ekspor selama 3
tahun terakhir.
Grafik 1. 3 Pertumbuhan PDRB Aktivitas Perdagangan
Luar Negeri Propinsi Sumut Grafik 1. 14 Perkembangan Volume Ekspor
Propinsi Sumut
Sumber : BPS Sumut Sumber : Bank Indonesia Medan
BAB 1 | Perkembangan Ekonomi Makro Regional 8
Deskripsi Nilai (US$) Share (%)Total Nilai Ekspor 2.830.995.314 100%Agriculture 777.089.557 27%
-Agriculture, Hunting 767.287.080 27%
Mining 71.503 0,003%
Manufacturing 2.053.834.254 73%
- Manufacture of Food Product 1.375.774.725 49%
- Manufacture of Wood Product 48.469.233 2%
- Manufacture of Paper Product 40.695.348 1%
- Manufacture of Chemical Product 293.658.934 10%
Deskripsi Nilai (US$) Share (%)Total Nilai Ekspor 2.830.995.314 100%Consumption Goods 391.597.328 14%Intermediate Goods 2.436.941.277 86%Capital Goods 2.456.709 0,09%
Dari sisi volume, ekspor Sumut mengalami peningkatan sebesar 189,1 ribu ton, dari 2,01 juta
ton pada triwulan III-2011 menjadi 2,20 juta ton pada triwulan IV-2011. Hal ini mengindikasikan,
selama triwulan laporan aktivitas ekspor Sumut masih menguat. Peningkatan pertumbuhan ekspor
ini didukung dengan membaiknya kinerja ekspor CPO dan karet Sumut ke luar negeri yang
merupakan komoditas terbesar ekspor. Secara keseluruhan, di sepanjang tahun 2011, transaksi
perdagangan internasional menunjukkan tren yang meningkat dibandingkan tahun sebelumnya.
Berdasarkan kategori komoditi ekspor, kelompok barang intermediate goods (bahan baku)
dan consumption goods (barang konsumsi) mendominasi dengan persentase masing-masing sebesar
86% dan 14%. Tingginya komposisi ekspor bahan baku terhadap total ekspor berimplikasi pada
rendahnya elastisitas harga terhadap permintaan produk ekspor, dikarenakan produk ekspor
merupakan bahan baku bagi produk negara mitra dagang. Dengan kata lain, perkembangan ekspor
Sumut cenderung tidak sensitif terhadap kenaikan tingkat harga. Sementara itu, berdasarkan
klasifikasi komoditi menurut SITC, komoditi ekspor Sumut didominasi oleh komoditi manufaktur
bahan makanan dan produk pertanian dengan presentase pada triwulan laporan masing-masing
sebesar 73% dan 27%. Adapun nilai ekspor Sumut pada periode ini tercatat sebesar 2,83 trilun USD
dengan komoditi ekspor dominan CPO dan karet.
Volume ekspor Sumut pada golongan barang lemak dan minyak nabati pada triwulan IV-
2011 meningkat sebesar 10,88% (yoy), dari 1,08 juta ton menjadi 1,16 juta ton , begitu juga secara
nilai meningkat sebesar 5,08% atau tercatat sebesar 1,14 miliar USD. Tingginya Bea Keluar (BK)
komoditas CPO di tahun 2011 (mencapai 25%) yang dimaksudkan untuk menjaga pasokan
dalam negeri, berdampak pada perlambatan aktivitas ekspor CPO sebesar -1,73% (yoy)
dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini diperkirakan karena produsen cenderung untuk menjual
produk CPO ke pasar domestik untuk mengurangi beban bea keluar yang relatif berdampak pada
pengurangan margin keuntungan.
Tabel 1.2 Perkembangan Nilai Ekspor Propinsi Sumut
Tabel 1.3 Perkembangan Nilai Ekspor per Kelompok
Komoditi Propinsi Sumut
Sumber : Bank Indonesia
Sumber : Bank Indonesia
9 Perkembangan Ekonomi Makro Regional | BAB 1
50
70
90
110
130
150
170
190
210
230
250
1,00
1,20
1,40
1,60
1,80
2,00
2,20
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2008 2009 2010 2011
ribu tonjuta ton
Sumber : BPS
Bongkar Muat 6%
66%
5%
8%
7%8%
AS Singapura Malaysia Jepang RRC Eropa
-100,00
-50,00
0,00
50,00
100,00
150,00
200,00
-
500
1.000
1.500
2.000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2008 2009 2010 2011
CPO Karet gCPO gKaret
Volume ekspor golongan karet dan barang dari karet di Sumut pada triwulan IV-2011
sebesar 141 ribu ton, meningkat 0,79% dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya
yang tercatat sebesar 140 ribu ton. Adapun secara nilai, ekspor karet Sumut tercatat sebesar 571
juta USD atau tumbuh 5,08% (yoy) dengan tren yang cenderung melambat jika dibandingkan
dengan triwulan sebelumnya. Namun demikian, tingginya ekspor karet pada tiga triwulan
sebelumnya menyebabkan agregat ekspor komoditi ini pada tahun 2011 berhasil mencatatkan
pertumbuhan sebesar 55,83% (yoy).
Perkembangan indikator perlambatan aktivitas ekspor juga dikonfirmasi oleh penurunan
arus muat barang ekspor dari pelabuhan Belawan yang cenderung menunjukkan tren yang
menurun. Dilihat dari negara tujuan ekspor, nilai ekspor Sumut pada triwulan laporan masih
tetap didominasi oleh negara Singapura sebesar 66% dari keseluruhan total ekspor. Sementara
itu, ekspor Sumut ke negara-negara epicentrum krisis seperti AS dan kawasan Eropa memiliki
Grafik 1. 16 Volume Ekspor Komoditi Utama Propinsi Sumut
Grafik 1. 15 Nilai Ekspor Komoditi Utama Propinsi Sumut
Sumber : Bank Indonesia Sumber : Bank Indonesia
Grafik 1. 17 Aktivitas Bongkar-Muat di Pelabuhan
Belawan Grafik 1. 18 Negara Tujuan Ekspor Propinsi Sumut
Sumber : Bank Indonesia
BAB 1 | Perkembangan Ekonomi Makro Regional 10
-40
-30
-20
-10
0
10
20
30
40
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
Tw I
Tw II
Tw III
Tw IV
Tw I
Tw II
Tw III
Tw IV
Tw I
Tw II
Tw III
Tw IV
Tw I
Tw II
Tw III
Tw IV
2008 2009 2010 2011
Impor Ekspor Net Ekspor gImpor
-70
-20
30
80
130
180
230
280
330
Tw I
Tw II
Tw III
Tw IV
Tw I
Tw II
Tw III
Tw IV
Tw I
Tw II
Tw III
Tw IV
Tw I
Tw II
Tw III
Tw IV
2008 2009 2010 2011
Consumption Goods Intermediate Goods
Capital Goods
12%
73%
15%
Consumption Goods Intermediate Goods Capital Goods
10%
13%
25%26%
26%
AS Thailand Malaysia RRC Eropa
kontribusi terhadap total ekspor sebesar 14% sehingga tidak terlalu terimbas oleh dampak krisis
di kawasan tersebut.
Volume impor Sumut pada triwulan laporan mencapai 1,3 juta ton atau tercatat tumbuh
sebesar 0,30% (yoy). Volume impor pada triwulan laporan cenderung melambat setelah pada
triwulan sebelumnya mencatatkan pertumbuhan sebesar 23,87% (yoy). Jika dirinci menurut
golongan penggunaan barang terjadi perlambatan transaksi impor untuk semua golongan, yaitu
barang konsumsi, bahan baku/penolong, dan barang modal. Perlambatan transaksi impor,
terutama dipicu oleh tren perlambatan impor bahan baku sebagai jenis komoditi terbesar pada
struktur impor Sumut. Sementara itu, tren perlambatan yang cukup tinggi juga terjadi pada
kelompok barang konsumsi setelah tumbuh cukup signifikan pada triwulan I-2011. Dari
struktur komoditi impor Sumut, bahan baku/penolong masih memberikan andil yang cukup besar
Grafik 1. 19Volume Impor Propinsi Sumut Grafik 1. 20 Perkembangan Volume Impor per Kategori
Barang Propinsi Sumut
Sumber : Bank Indonesia Sumber : Bank Indonesia
Grafik 1. 21 Presentase Volume Impor per Kategori
Barang Propinsi Sumut Grafik 1. 22 Negara Asal Impor Propinsi Sumut
Sumber : Bank Indonesia Sumber : Bank Indonesia
11 Perkembangan Ekonomi Makro Regional | BAB 1
I II III IV I II III IVPertanian 4.60% 3.68% 5.66% 5.25% 5.40% 4.99% 7.70% 4.21% 5.66% 3.86% 5.36%Pertambangan & Penggalian 1.43% 7.79% 5.55% 5.94% 6.01% 6.31% 3.99% 8.38% 6.77% 6.02% 6.28%Industri Pengolahan 2.66% 3.49% 5.59% 4.75% 3.67% 4.37% 1.80% 4.38% 1.62% 2.22% 2.49%Listrik,Gas & Air Bersih 5.68% 3.63% 5.92% 6.94% 7.57% 6.03% 11.41% 10.32% 9.12% 6.56% 9.31%Bangunan 6.54% 12.70% 5.58% 6.46% 7.01% 7.87% 4.05% 8.39% 7.92% 8.19% 7.15%Perdagangan, Hotel & Restoran 5.07% 6.35% 8.30% 6.44% 5.31% 6.57% 8.55% 7.55% 8.42% 8.98% 8.38%Angkutan & Komunikasi 7.29% 6.64% 9.14% 10.06% 10.75% 9.18% 12.67% 10.32% 8.65% 8.48% 9.97%Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 7.40% 9.93% 9.67% 7.61% 10.86% 9.52% 8.92% 10.91% 18.49% 14.35% 13.20%Jasa - jasa 6.73% 9.35% 4.99% 8.37% 8.57% 7.83% 3.77% 8.95% 7.46% 6.80% 6.73%
PDRB 5.00% 6.05% 6.67% 6.40% 6.36% 6.37% 6.44% 6.80% 6.89% 6.36% 6.62%
SEKTOR 20092010
20102011
2011
mencapai 73,17%. Sementara itu, impor bahan baku memiliki share sebesar 15% terhadap total
impor diikuti dengan impor barang modal sebesar 12%.
Dilihat dari negara asal impor, nilai impor dari Cina mencatat nilai tertinggi pada triwulan IV-
2011 sebesar 62,26 juta USD (26%), diikuti oleh kawasan Eropa sebesar 61,98 juta USD (26%),
dan Malaysia 58,61 juta USD (25%).
1.3 SISI PENAWARAN
Kendati tumbuh melambat, pertumbuhan sektor-sektor ekonomi andalan Sumut
tetap menunjukkan pertumbuhan yang positif pada triwulan laporan. Struktur
perekonomian Sumut pada triwulan laporan masih didominasi oleh tiga sektor utama yaitu sektor
industri pengolahan, sektor pertanian, dan sektor PHR. Kombinasi ketiga sektor tersebut
memberikan sumbangan sebesar 62,99%. Ketiga sektor utama tersebut masih menjadi sektor
pendorong pertumbuhan ekonomi Sumut. Kinerja sektor industri pengolahan dan sektor PHR
relatif tumbuh stabil. Sementara itu, sektor pertanian masih menunjukkan tren yang menurun di
sepanjang tahun 2011.
1.3.1 Sektor Pertanian
Kinerja sektor pertanian pada triwulan laporan mengalami pertumbuhan yang
positif dengan tumbuh sebesar 3,86% (yoy), menurun dibandingkan triwulan sebelumnya
yang tumbuh sebesar 5,66% (yoy). Perlambatan kinerja sektor pertanian dikarenakan belum
mulainya musim panen di beberapa sentra produksi padi Sumut. Namun secara keseluruhan, pada
tahun 2011 kinerja sektor pertanian masih menunjukkan peningkatan dibandingkan dengan tahun
sebelumnya. Pada tahun 2011 pertumbuhan ekonomi sektor pertanian tercatat tumbuh sebesar
5,36% (yoy). Luas panen padi di Sumut berdasarkan angka ramalan (ARAM) III-2011 mencapai 757
ribu ha dengan produksi sebanyak 3,6 juta ton. Sementara itu, luas panen jagung mencapai 243
ribu ha dengan produksi sebanyak 3,2 juta ton. Luas lahan panen ini diharapkan bisa bertahan,
bahkan ditingkatkan pada tahun mendatang. Hal ini didukung oleh adanya perbaikan irigasi di
Tabel 1. 4 Pertumbuhan Ekonomi Propinsi Sumut dari Sisi Penawaran
Sumber : BPS Sumut
BAB 1 | Perkembangan Ekonomi Makro Regional 12
2%
3%
4%
5%
6%
7%
8%
0
1
2
3
4
5
6
7
8
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2008 2009 2010 2011
Pertanian (triliun) yoy
2009 2010(ATAP) (ATAP) (ARAM III)
Luas Panen Ha 768.407 754.674 757.194Hasil / Hektar Ku/Ha 45,91 47,47 47,69Produksi Ton 3.527.899 3.582.302 3.611.244
Luas Panen Ha 247.782 274.822 243.770Hasil / Hektar Ku/Ha 47,08 50,13 50,89Produksi Ton 1.166.548 1.377.718 1.240.528
2011Uraian Satuan
PADI
JAGUNG
Kabupaten Serdang Bedagai (Sergai) untuk mengairi sawah di dua kabupaten, yakni Sergai dan Deli
Serdang.
Produktivitas hasil pertanian pada tahun 2011, juga menunjukkan perbaikan dengan
meningkatnya hasil per hektar sebesar 0,22 ku/ha untuk tanaman padi dan 0,76 ku/ha untuk
tanaman jagung. Peningkatan produktivitas hasil pertanian juga tidak terlepas dari upaya
Pemerintah Daerah Sumut dalam rangka mencapai swasembada beras, dengan melakukan
program tanam pada areal sawah tadah hujan seluas 120 ribu hektar, serta memanfaatkan
semaksimal mungkin lahan-lahan tidur sebagai areal baru lahan sawah. Di sisi lain, perlu dicermati
tantangan terbesar dalam pencapaian program swasembada beras yakni maraknya konversi lahan
padi menjadi perkebunan kelapa sawit.
Grafik 1. 23 Pertumbuhan PDRB Sektor Pertanian Tabel 1. 5 Perkembangan Indikator Pertanian (ATAP & ARAM) Propinsi Sumut
Grafik 1. 24 Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP)
Propinsi Sumut
Sumber : BPS Sumut
Sumber : BPS Sumut
Grafik 1. 25 Perkembangan Kredit Sektor Pertanian
Propinsi Sumut
Sumber : BPS Sumut Sumber : Bank Indonesia Medan
13 Perkembangan Ekonomi Makro Regional | BAB 1
Perlambatan kinerja sektor pertanian pada triwulan IV-2011, juga mempengaruhi tingkat
kesejahteraan petani. Hal ini tercermin dari penurunan NIlai Tukar Petani (NTP) yang merupakan salah
satu indikator kesejahteraan petani. Berdasarkan hasil pemantauan BPS Sumut pada triwulan IV-2011
khususnya pada periode Oktober s/d Desember, NTP mengalami tren yang menurun. Hal ini
mencerminkan bahwa kemampuan tukar produk pertanian yang dihasilkan petani dengan barang
atau jasa yang diperlukan untuk konsumsi rumah tangga mengalami penurunan. Di sisi lain, kredit
perbankan untuk kegiatan sektor pertanian pada triwulan laporan masih menunjukkan tren yang
meningkat seiring dengan mulai berlangsungnya musim tanam pada periode ini. Kredit perbankan
sektor pertanian tercatat tumbuh sebesar 17,04% (yoy) atau meningkat dibandingkan triwulan
sebelumnya yang tumbuh sebesar 5,53% (yoy). Hal ini memberi harapan akan prospek kinerja sektor
pertanian yang lebih baik pada tahun 2012.
1.3.2 Sektor Industri Pengolahan
Seiring dengan meningkatnya permintaan konsumsi dan transaksi perdagangan
internasional, sektor industri pengolahan pada triwulan laporan kembali berada pada tren
yang meningkat. Sektor industri pengolahan sebagai salah satu sektor ekonomi utama Sumut,
pada triwulan laporan tumbuh 2,22% (yoy) meningkat dibandingkan pertumbuhan triwulan
sebelumnya yang sebesar 1,62%. Berdasarkan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang
dilakukan Bank Indonesia Medan, beberapa indikator kinerja sektor industri pengolahan
memberikan arah yang sama. Hasil SKDU menunjukkan bahwa rata-rata kapasitas terpakai
perusahaan mengalami peningkatan pada triwulan laporan yang berada pada kisaran 67,57%
meningkat sebesar 0,39% dibandingkan triwulan sebelumnya.
Pada triwulan laporan, realisasi kegiatan usaha sektor industri pengolahan berdasarkan hasil
SKDU tercatat mengalami peningkatan dengan nilai Saldo Bersih Tertimbang (SBT) sebesar 2,82%
Grafik 1. 26 Perkembangan Saldo Bersih Tertimbang (SBT)
Sektor Industri Pengolahan
Grafik 1. 27 Perkembangan Kredit Sektor Industri
Pengolahan Propinsi Sumut
Sumber : Bank Indonesia Medan Sumber : Bank Indonesia Medan
BAB 1 | Perkembangan Ekonomi Makro Regional 14
dan memberikan arah yang sama dengan pertumbuhan ekonomi sektor industri pengolahan.
Peningkatan optimisme para pelaku usaha sektor industri pengolahan ini dikarenakan adanya
peningkatan permintaan dalam negeri terkait perayaan hari besar keagamaan dan liburan akhir
tahun serta meningkatnya produktivitas karyawan.
Pertumbuhan produksi industri manufaktur besar dan sedang Provinsi Sumatera Utara pada
triwulan IV-2011 naik sebesar 6,06% (yoy) meningkat jika dibandingkan dengan pertumbuhan
triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 2,11% (yoy). Berdasarkan data BPS Sumut, tren
peningkatan pertumbuhan industri manufaktur besar dan sedang, dipicu oleh peningkatan
produksi barang-barang dari logam, industri makanan dan minuman, industri kertas dan bahan
dari kertas, serta industri barang galian bukan logam.
Sejalan dengan peningkatan kinerja sektor industri pengolahan, penyaluran kredit
perbankan sektor tersebut juga menunjukkan arah yang sama dan menjadi penopang
pertumbuhan sektor ini. Dari sisi pembiayaan, penyaluran kredit bank umum ke sektor industri
pengolahan mengalami peningkatan pertumbuhan 11,55% (yoy). Nilai kredit ke sektor industri
pengolahan mencapai Rp22,51 triliun, lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh
sebesar 7,84% (yoy) dengan nilai kredit sebesar Rp20,76 triliun.
1.3.3 Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran
Sektor perdagangan, hotel dan restoran pada triwulan IV-2011 tumbuh sebesar
8,98% (yoy), meningkat dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 8,42%
(yoy). Beberapa prompt indicator seperti realisasi kegiatan usaha sektor PHR, jumlah arus barang
bongkar muat di pelabuhan Belawan, kredit sektor PHR, dan kinerja sektor perhotelan kembali
menunjukkan peningkatan sejalan dengan pertumbuhan ekonomi sektor PHR.
Grafik 1. 28 Perkembangan Saldo Bersih Tertimbang (SBT)
Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran Grafik 1. 4 Perkembangan Tingkat Hunian Hotel
Propinsi Sumut
Sumber : Bank Indonesia Medan Sumber : BPS Sumut
15 Perkembangan Ekonomi Makro Regional | BAB 1
Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV
Kredit Rp Triliun 65.79 67.18 69.41 73.58 75.64 80.70 84.49 88.55 91.51 96.97 99.19 106.55
Pertumbuhan (%yoy) 20.09 7.76 5.37 10.28 14.97 20.13 21.73 20.35 20.98 20.16 17.40 20.33
DPK Rp Triliun 88.82 89.56 90.31 94.88 95.40 97.87 102.94 109.07 112.60 115.99 120.61 127.40
Pertumbuhan (%yoy) 23.23 18.28 15.83 12.56 7.41 9.28 13.99 14.96 18.03 18.51 17.17 16.81
LDR % 73.94 75.01 76.86 77.55 79.29 82.46 82.08 81.19 81.28 83.60 82.24 83.63
NPL-Gross % 3.63 3.86 3.89 3.58 3.51 3.59 3.69 3.13 2.97 2.86 2.78 2.28
Indikator Perbankan2009 2010 2011
Kegiatan usaha pada sektor perdagangan, hotel & restoran selama triwulan IV-2011
berdasarkan hasil SKDU, menunjukkan nilai SBT yang positif (SBT 4,34%). Kondisi ini terjadi pada
sub sektor perdagangan dan sub sektor restoran. Faktor pendorong utama kondisi tersebut antara
lain disebabkan semakin bertambahnya permintaan terhadap produk perusahaan seiring dengan
adanya hari besar keagamaan/akhir tahun. Pada triwulan laporan, tingkat hunian hotel di wilayah
Sumut mengalami tren yang meningkat. Tingkat penghunian rata-rata kamar hotel berbintang di
Sumut pada bulan Desember 2011 mencapai 44,16%, jauh lebih tinggi dibandingkan periode
yang sama tahun lalu sebesar 37,12%.
Indikator aktivitas perdagangan
dapat pula dilihat dari dukungan
pembiayaan perbankan pada sektor
perdagangan, hotel dan restoran yang
lebih tinggi dibandingkan dengan
triwulan sebelumnya. Kredit sektor ini,
terus melanjutkan tren yang meningkat
sejak trend-reversal pada triwulan I-2010
dengan mencatatkan pertumbuhan yang
signifikan sebesar 26,80% (yoy). Pada
akhir Desember 2011, jumlah kredit yang
disalurkan mencapai Rp24,32 triliun.
1.3.4 Sektor Keuangan
Dari seluruh sektor, Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa mengalami
pertumbuhan tertinggi pada triwulan ini yaitu sebesar 14,35% (yoy). Pertumbuhan sektor ini
sedikit melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 18,49% (yoy).
Namun demikian, kinerja perbankan Sumut yang memiliki pangsa dominan pada sektor ini
menunjukkan peningkatan. Pada triwulan laporan, perbankan Sumut membukukan pertumbuhan
Grafik 1. 30 Perkembangan Kredit Sektor PHR Propinsi Sumut
Sumber : Bank Indonesia Medan
Tabel 1. 6 Indikator Kinerja Perbankan Propinsi Sumut
Sumber : Bank Indonesia Medan
BAB 1 | Perkembangan Ekonomi Makro Regional 16
kredit sebesar 20,33% (yoy) meningkat dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan
sebelumnya. Sementara itu, penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) perbankan Sumut pada triwulan
laporan mencatatkan pertumbuhan sebesar 16,81% (yoy).
Demikian halnya dengan indikator kinerja perbankan Sumut lainnya, pertumbuhan
penyaluran kredit yang lebih tinggi dibandingkan dengan penghimpunan DPK perbankan
menyebabkan tingkat LDR perbankan pada triwulan laporan tercatat sebesar 83,63% atau lebih
tinggi jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 82,24%. Kualitas
penyaluran kredit perbankan juga semakin membaik dengan tingkat NPL sebesar 2,28% dari
sebelumnya sebesar 2,78%.
1.3.5 Sektor Bangunan
Pada triwulan IV-2011, sektor
bangunan mengalami pertumbuhan yang
cukup tinggi sebesar 8,19% (yoy),
meningkat dibandingkan triwulan
sebelumnya 7,92% (yoy). Tingginya kinerja
sektor bangunan tidak terlepas dari
percepatan pembangunan proyek-proyek
infrastruktur di Sumut. Perkembangan realisasi
kegiatan usaha sektor bangunan berdasarkan
hasil SKDU menunjukkan peningkatan nilai
SBT. Realisasi kegiatan usaha sektor ini tercatat
tumbuh sebesar 1,53%. Realisasi pengadaan
semen Sumut pada triwulan IV-2011 meningkat sebesar 41,98% (yoy) dengan jumlah sebesar 740
ribu ton. Pembiayaan yang dilakukan oleh bank umum di Sumut ke sektor bangunan dan konstruksi
tercatat tumbuh 17,69% (yoy). Penyaluran kredit sektor ini mengalami penurunan jika dibandingkan
triwulan sebelumnya yang tercatat tumbuh sebesar 38,43% (yoy). Hal ini diperkirakan karena adanya
pelunasan kredit atas proyek yang telah direalisasikan pada triwulan sebelumnya.
Grafik 1. 31 Perkembangan Saldo Bersih Tertimbang (SBT)
Sektor Bangunan
Sumber : Bank Indonesia Medan
17 Perkembangan Ekonomi Makro Regional | BAB 1
1.3.6 Sektor Pengangkutan dan Komunikasi
Pada triwulan laporan, sektor pengangkutan dan komunikasi mencatat
pertumbuhan yang cukup tinggi dengan pertumbuhan sebesar 8,67% (yoy). Faktor yang
mempengaruhi tingginya pertumbuhan sub sektor komunikasi antara lain perilaku masyarakat yang
sudah memasukkan sarana komunikasi sebagai kebutuhan pokok. Selain itu juga didukung oleh
menjamurnya paket-paket promosi yang dikeluarkan oleh perusahaan penyelenggaraan
telekomunikasi. Hal ini menjadi daya tarik bagi konsumen untuk meningkatkan konsumsi layanan
komunikasi.
Sementara itu, subsektor pengangkutan mengalami peningkatan antara lain tercermin pada
peningkatan beberapa prompt indicator, terutama jumlah penumpang angkutan udara dan angkutan
laut. Hal ini diperkirakan karena meningkatnya aktivitas yang terkait dengan perayaan hari besar
Grafik 1. 32 Perkembangan Penjualan Semen Propinsi Sumut
Grafik 1. 33Perkembangan Kredit Sektor Bangunan Propinsi Sumut
Sumber : Asosiasi Semen Indonesia Sumber : Bank Indonesia Medan
Grafik 1. 34 Perkembangan Jumlah Penumpang Angkutan Laut dan Udara Propinsi Sumut
Grafik 1. 35 Perkembangan Kredit Sektor Pengangkutan Propinsi Sumut
Sumber : BPS Sumut Sumber : Bank Indonesia Medan
BAB 1 | Perkembangan Ekonomi Makro Regional 18
keagamaan (Natal), liburan akhir tahun, dan perayaan Tahun Baru.
Dilihat dari sisi pembiayaan, dukungan pembiayaan perbankan terhadap sektor ini
menunjukkan perkembangan yang meningkat. Kredit yang disalurkan perbankan pada triwulan
laporan, menunjukkan peningkatan yang signifikan sejalan dengan peningkatan aktivitas sektor ini.
Penyaluran kredit pada triwulan laporan tercatat tumbuh sebesar 53,75% (yoy) lebih tinggi
dibandingkan triwulan sebelumnya. Bahkan pertumbuhan pada triwulan laporan tertinggi di
sepanjang tahun 2011.
Kajian : Peta Sektor Utama Regional Provinsi Sumatera Utara | Boks 1
20
Pendahuluan
Pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan merupakan salah satu tujuan pembangunan ekonomi nasional. Strategi dan upaya yang dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi perlu dilakukan dengan memperhatikan berbagai faktor termasuk dukungan sektoral ekonomi dari berbagai propinsi (regional). Perlu disadari bahwa meskipun ekonomi regional memiliki karakteristik yang berbeda-beda, terdapat keterkaitan ekonomi antar wilayah. Adanya keterkaitan tersebut pada gilirannya akan menjadi transmisi bagi perkembangan dari suatu daerah ke daerah lainnya, termasuk diantaranya adalah perkembangan inflasi antar daerah.
Secara umum, perekonomian Indonesia setelah periode krisis 1998 bercirikan sisi penawaran yang kurang responsif, sementara sektor rumah tangga relatif bergerak lebih cepat atau lebih konsumtif sehingga ruang gerak pencapaian pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan menjadi sempit (LPI 2006). Kekakuan (rigiditas) sisi penawaran dalam perekonomian menyebabkan meningkatnya kerentanan ekonomi apabila ada gangguan (shock). Salah satu kerentanan tersebut adalah perekonomian cenderung disertai persistensi tingginya inflasi. Untuk itu diperlukan pemetaan ekonomi secara regional yang dapat memberikan gambaran kekuatan dan kelemahan sisi sektoral (penawaran) sejalan dengan pekembangan sisi permintaan sehingga karakteristik sumber tekanan inflasi dapat diidentifikasi lebih baik.
Lebih lanjut, rigiditas sisi penawaran dapat berimplikasi pada lemahnya efektivitas kebijakan moneter. Dengan struktur sisi penawaran yang relatif kaku (rigid), pilihan kebijakan moneter yang ketat dapat berdampak negatif pada output. Sedangkan apabila arah kebijakan moneter longgar, tidak dapat secara optimal (dalam jangka pendek) memacu pertumbuhan ekonomi.
Pemahaman yang mendalam mengenai sektor-sektor yang mempunyai peranan yang besar dalam membantu tercapainya tingkat pertumbuhan yang sustainable di tingkat regional, serta identifikasi sumber-sumber rigiditas, dapat menjadi pelengkap dari penelitian lain sehingga membantu dalam menetapkan langkah-langkah kebijakan ekonomi. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian Peta Sektor Utama Provinsi Sumatera Utara : Analisis Penawaran serta Dampaknya terhadap Pembentukan Harga adalah sebagai berikut : 1. Mengidentifikasi sektor utama. 2. Memetakan kondisi penawaran dari sektor utama dan pengaruhnya terhadap inflasi. 3. Melihat keterkaitan antar sektor (backward and forward linkage) serta antar wilayah. Informasi ini diperlukan untuk melihat potensi tekanan pada inflasi apabila suatu sektor mengalami gangguan distribusi dan pasokan. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian Peta Sektor Utama Provinsi Sumatera Utara : Analisis Penawaran serta Dampaknya terhadap Pembentukan Harga adalah sebagai berikut : 1. Memberikan informasi sektor-sektor dari suatu ekonomi daerah yang berpotensi tinggi
memberikan tekanan inflasi. 2. Melengkapi hasil penelitian di tingkat regional sehingga dapat memberikan formulasi
kebijakan secara lebih baik. 3. Memberikan masukan kebijakan yang lebih baik berdasarkan kerangka penelitian yang
digunakan, dalam rangka meningkatkan efektivitas kebijakan moneter.
BOKS 1 Kajian : PETA SEKTOR UTAMA REGIONAL
PROVINSI SUMATERA UTARA
Boks 1 | Kajian : Peta Sektor Utama Regional Provinsi Sumatera Utara
21
Ruang Lingkup Penelitian 1. Penelitian Peta Sektor Utama Provinsi Sumatera Utara : Analisis Penawaran serta
Dampaknya terhadap Pembentukan Harga dilakukan di Kota Medan, Kabupaten Deli Serdang, Kabupaten Serdang Bedagai, Kabupaten Binjai dan Kabupaten Samosir.
2. Metode Survei dilakukan terhadap tiga sektor ekonomi yang terpilih sebagai sektor utama di Provinsi Sumut.
3. Pertanyaan survei difokuskan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi rigiditas suplai di sektor utama
Metodologi Penelitian 1. Sumber Data
a. Data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Rill dan Nominal Sumut dan Nasional periode tahun 2000-2009b. Inter Regional Input Output (IRIO) tahun 2005
c. Hasil survei di lapangan 2. Alur Penelitian
3. Penentuan Sektor Utama Sektor basis ekonomi suatu wilayah dapat dianalisis dengan teknik Location Quotient (LQ) untuk mengetahui seberapa besar tingkat spesialisasi sektor basis atau sektor utama (leading sectors). Teknik analisis Location Quotient (LQ) dapat menggunakan variabel tenaga kerja atau Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) suatu wilayah sebagai indikator pertumbuhan wilayah. Perhitungan LocationQuotient dengan rumusan sebagai berikut :
Dimana : LQ : Location Quation SiR : jumlah PDRB sector I pada daerah pada tahun tertentu SR : jumlah total PDRB pada daerah pada tahun tertentu SiN : jumlah PDB sektor I pada wilayah nasional pada tahun tertentu SN : jumlah total PDB pada wilayah nasional pada tahun tertentu
Penentuan Sektor Utama
Faktor-faktor yang mempengaruhi rigiditas suplai di sektor utama
Pemetaan Kondisi Penawaran dari Sektor Utama dan Pengaruhnya terhadap Inflasi
Keterkaitan Antar Sektor dan Antar Wilayah
Masukan Kebijakan dalam rangka Efektivitas Kebijakan Moneter
Kesimpulan dan Rekomendasi
iR
R
iN
N
SS
LQS
S
Kajian : Peta Sektor Utama Regional Provinsi Sumatera Utara | Boks 1
22
Berdasarkan formulasi yang ditunjukkan dalam persamaan di atas, maka ada tiga kemungkingan nilai LQ yang dapat diperoleh (Bendavid-Val dalam Kuncoro, 2004:183), yaitu : 1. Nilai LQ = 1. Ini berarti bahwa tingkat spesialisasi sektor i adalah sama dengan sektor yang sama dalam perekonomian provinsi 2. Nilai LQ > 1. Ini berarti bahwa tingkat spesialisasi sektor i lebih besar dibandingkan dengan sektor yang sama dalam perekonomian provinsi 3 Nilai LQ < 1. Ini berarti bahwa tingkat spesialisasi sektor i lebih kecil dibandingkan dengan sektor yang sama dalam perekonomian provinsi 4. Pemetaan Kondisi Penawaran dari Sektor Utama dan Pengaruhnya terhadap Inflasi
Pada penghitungan inflasi sektoral di tingkat regional, dapat menggunakan pendekatan perhitungan sebagai berikut : Inflasi Sektoral = Deflator PDRB Sektoral =PDRB Nominal Sektoral/PDRB Riil Sektoral Fungsi penawaran suatu produk di formulasikan sebagai berikut : Penawaran : Q = h + kP + iPI Q = Kuantitas P = Harga Komoditas M = Pendapatan PR = Harga barang substitusi PI = Harga barang input Hasil Empiris 1. Ranking share PDRB
Tujuan utama penelitian peta sektor utama Provinsi Sumatera Utara adalah penetapan sektor utama daerah. Berdasarkan share PDRB, sektor dengan share terbesar penyumbang perekonomian Sumut yaitu Sektor Pertanian (23,78%), Sektor Industri Pengolahan (22,39%) dan Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (18,44%).
Dalam share PDRB Sumut, Sektor pertanian menempati ranking pertama dan juga sebagai penyumbang utama perekonomian Sumut. Besarnya sumbangan sektor pertanian
juga terlihat dari banyaknya jumlah penduduk yang bekerja pada sektor ini.
Share Share
PDRB Sumut PDB Nasional
Pertanian 21,4 15,3 more
Pertambangan & Penggalian 5,5 10,5 less
Industri Pengolahan 17,6 26,4 less
Listrik, Gas, dan Air Bersih 4,5 0,8 more
Bangunan 6,6 9,9 less
Perdagangan, Hotel, dan Restoran 14,5 13,4 more
Pengangkutan dan Komunikasi 9,8 6,3 more
Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 8,1 7,2 more
Jasa-Jasa 11,9 10,2 more
Sektor
Boks 1 | Kajian : Peta Sektor Utama Regional Provinsi Sumatera Utara
23
2. Ranking Location Quotient (LQ) Berdasarkan hasil LQ terpilih sektor utama dengan ranking tertinggi yaitu Sektor
Pertanian (1,75), Sektor Pengangkutan dan Komunikasi (1,38) serta Sektor Listrik, Air dan Gas Bersih (0,86).
3. Ranking Interregional Input-Output (IRIO)
Hasil perolehan ranking dengan pendekatan IRIO tahun 2005 diperoleh tiga sektor terbesar yang memiliki nilai multiplier terbesar terhadap perekonomian Sumut, yaitu
Sektor Industri Pengolahan, Sektor Pengangkutan dan Komunikasi serta Sektor Pertanian.
4. Rigiditas Inflasi
Inflasi Sumut cenderung berada di atas nasional. Sejak tahun 2010, Sumut mengalami peningkatan harga yang umumnya lebih tinggi dibandingkan nasional. Inflasi Sumut terutama disumbang oleh inflasi kelompok Volatile Food. Sementara inflasi dari kelompok administered price cenderung masih terkendali.
Sementara itu, berdasarkan koefisien rigiditas inflasi, terpilih tiga sektor utama Sumut yaitu Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih, Sektor Pertanian dan Sektor Industri Pengolahan. Pemadaman listrik secara bergiliran yang sering terjadi di Sumut mengakibatkan banyak pihak-pihak yang melakukan pencurian listrik dan mengakibatkan kerugian yang besar bagi PT.PLN Sumut. Kurangnya persediaan listrik di Sumut masih menjadi salah satu masalah besar yang dihadapi pemerintah daerah dalam membenahi infrastruktur terutama energi listrik.
Sektor Ranking
Pertanian 1
Pertambangan & Penggalian 9
Industri Pengolahan 7
Listrik, Gas, dan Air Bersih 3
Bangunan 5
Perdagangan, Hotel, dan Restoran 4
Pengangkutan dan Komunikasi 2
Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 8
Jasa-Jasa 6
BL FL BL + FL Ranking
Pertanian 0,7776 1,2893 2,0669 3
Pertambangan & Penggalian 0,7700 0,7438 1,5138 8
Industri Pengolahan 1,1953 2,4296 3,6248 1
Listrik, Gas, dan Air Bersih 1,1922 0,6609 1,8532 6
Bangunan 1,2434 0,7699 2,0134 5
Perdagangan, Hotel, dan Restoran 1,0007 1,0247 2,0254 4
Pengangkutan dan Komunikasi 1,2011 0,9105 2,1116 2
Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 0,8619 0,6440 1,5059 9
Jasa-Jasa 0,8391 0,9055 1,7446 7
Sektor
IRIO Tahun 2005
Kajian : Peta Sektor Utama Regional Provinsi Sumatera Utara | Boks 1
24
5. Ranking Perbankan Berdasarkan kriteria growth kredit, sektor yang mengalami pertumbuhan tertinggi menempati ranking teratas. Dilihat berdasarkan pertumbuhan penyaluran kredit, sektor pertanian berada pada ranking pertama diikuti sektor pertambangan dan penggalian serta sektor jasa-jasa. Sementara bila dilihat berdasarkan kriteria NPL, ranking tertinggi dilihat dari rasio NPL terendah. Sektor dengan NPL terendah yaitu sektor jasa-jasa, sektor pertambangan dan penggalian serta sektor pengangkutan dan komunikasi.
6. Total Nilai Sektor Utama Terpilih
Berdasarkan seluruh kriteria (LQ, Rigiditas, Share Regional, IRIO (2005), NPL dan Growth Kredit), maka sektor utama yang perlu mendapat prioritas dalam perekonomian Sumut yaitu Sektor Pertanian, Sektor Industri Pengolahan dan Sektor Pengangkutan dan Komunikasi.
Sumut Nasional
Pertanian 2,1863 3,2803 Nasional 2
Pertambangan & Penggalian 1,3016 9,5063 Nasional 5
Industri Pengolahan 2,0451 2,1938 Nasional 3
Listrik, Gas, dan Air Bersih 2,6285 1,4289 Sumut 1
Bangunan 0,8884 2,1180 Nasional 8
Perdagangan, Hotel, dan Restoran 1,6392 1,2063 Sumut 4
Pengangkutan dan Komunikasi 0,7333 0,5803 Sumut 9
Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 0,9484 1,1063 Nasional 7
Jasa-Jasa 1,2936 2,2017 Nasional 6
PDB / PDRB 1,5449 2,0499 Nasional
Sektor
KemiringanRigiditas
Supply
Terbesar
Rank
Growth Kredit NPL
Pertanian 1 8
Pertambangan & Penggalian 2 2
Industri Pengolahan 8 7
Listrik, Gas, dan Air Bersih 4 4
Bangunan 9 6
Perdagangan, Hotel, dan Restoran 7 5
Pengangkutan dan Komunikasi 6 3
Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 5 9
Jasa-Jasa 3 1
SektorRanking
Sektor LQ Rigiditas Share Regional IRIO (2005) NPL Growth Kredit RANKING
Pertanian 1 2 1 3 1 8 1
Pertambangan & Penggalian 9 5 8 8 2 2 7
Industri Pengolahan 7 3 2 1 8 7 2
Listrik, Gas, dan Air Bersih 3 1 9 6 4 4 4
Bangunan 5 8 7 5 9 6 8
Perdagangan, Hotel, dan Restoran 4 4 3 4 7 5 5
Pengangkutan dan Komunikasi 2 9 5 2 6 3 3
Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 8 7 6 9 5 9 9
Jasa-Jasa 6 6 4 7 3 1 6
Rekap Ranking
Boks 1 | Kajian : Peta Sektor Utama Regional Provinsi Sumatera Utara
25
Kesimpulan 1. Sektor utama yang terbentuk dari penggabungan beberapa kriteria dapat
dikategorikan ke dalam sektor yang diprioritaskan dan sektor yang potensial. Sektor yang utama merupakan sektor yang memiliki keunggulan dan daya saing yang baik dalam lingkup Wilayah Provinsi Sumatera Utara. Berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan, sektor utama yang perlu mendapat prioritas dalam perekonomian Sumut yaitu sektor pertanian, sektor industri pengolahan dan sektor pengangkutan dan komunikasi.
2. Keterkaitan ekonomi Sumut dapat digambarkan melalui adanya keterkaitan sektor ekonomi di wilayah Sumut. Keterkaitan sektor ekonomi tersebut terdiri dari keterkaitan ke depan dan keterkaitan ke belakang. Dari nilai keterkaitan tersebut dapat diketahui ketergantungan dan pengaruh setiap sektor terhadap pertumbuhan ekonomi Provinsi Sumut. Sektor yang menjadi sektor utama di Sumut adalah sektor pertanian, sektor industri pengolahan dan sektor pengangkutan dan komunikasi.
Rekomendasi 1. Sektor pertanian memberi porsi besar dalam perekonomian Sumut, selain memberi
sumbangan besar dalam perekonomian, namun juga memperoleh prioritas utama dalam pemilihan tiga sektor utama berdasarkan beberapa kriteria yang ditetapkan. Oleh karena itu, di masa mendatang perlu adanya keterpaduan perencanaan pembangunan dan informasi yang semakin komprehensif dalam meningkatkan kinerja sektor pertanian.
2. Potensi pengembangan tanaman pangan terutama tanaman padi memang masih membutuhkan dukungan sarana dan prasarana (padat modal), baik terkait dengan infrastruktur maupun teknologi. Selain itu pemerintah daerah juga perlu menumbuhkan sentra-sentra komoditas pertanian baru sehingga perkembangan sektor pertanian Sumut tidak terlalu tergantung pada satu atau dua komoditas unggulan saja.
3. Memberi prioritas dalam membangun daya saing terhadap ketiga sektor utama perlu semakin ditingkatkan agar tetap memperoleh manfaat ekonomi yang sebesar-besarnya. Upaya menembus pasar harus menjadi gerakan bersama bukan hanya bergerak dari sisi produksi namun juga dari seluruh sistem pendukung.
4. Diperlukan adanya integrasi antar kawasan dengan prinsip kerjasama antar kabupaten/kota maupun antar provinsi dengan menciptakan fungsi masing-masing daerah yang nantinya dapat saling melengkapi. Karena dengan fungsi yang saling melengkapi akan meningkatkan interaksi antar wilayah agar dapat saling mendukung dalam proses pertumbuhan wilayah. Pembagian fungsi wilayah dibedakan atas :
fungsi perdagangan dan jasa, fungsi industri pengolahan, dan fungsi sektor primer (sektor pertanian)
26 Progress Pembangunan Bandara Kualanamu | Boks 2
Untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara, tak pelak diperlukan
infrastruktur yang memadai, termasuk di dalamnya pembangunan bandara internasional
Sumatera Utara yang berlokasi di Kuala Namu. Bandara Kualanamu yang ditargetkan selesai
pada tahun 2013, kini progress pembangunannya telah mencapai 79%. Secara simultan,
untuk mendukung operasional Bandara Kualanamu, juga sedang diselesaikan pembangunan
akses menuju bandara melalui beberapa alternatif, yaitu kereta api, jalan arteri, dan jalan tol.
Penyelesaian Bandara Kualanamu memang sangat diharapkan berbagai pihak, mengingat
kapasitas Bandara Polonia yang ada saat ini sudah tidak memadai untuk jumlah penumpang
domestik yang jumlahnya mencapai 16.137 pax/hari dan penumpang internasional yang
mencapai 4.093 pax/hari atau sekitar 6,3 juta penumpang per tahun. Kapasitas apron juga
kian terbatas mengingat pergerakan pesawat per harinya mencapai 195 pergerakan (150
domestik dan 45 internasional). Terlebih lagi, keberadaan Bandara Polonia di tengah kota
Medan mengalami keterbatasan operasional dan sulit untuk dikembangkan.
Tabel Perbandingan Karakteristik Bandara Polonia dan Kualanamu
Sumber: PT. Angkasa Pura II
Total anggaran yang diperlukan untuk pembangunan Bandara Kualanamu sebesar
Rp4,74 triliun bersumber dari PT. Angkasa Pura II dan APBN. Anggaran untuk sektor privat
sebesar Rp1,81 triliun berasal dari PT. Angkasa Pura II dan anggaran untuk sektor publik
sebesar Rp2,93 triliun berasal dari APBN.
BOKS 2
Progress Pembangunan Bandara Kualanamu
Boks 2 | Progress Pembangunan Bandara Kualanamu 27
Tabel Anggaran Pembangunan Bandara Kualanamu
Sumber: PT. Angkasa Pura II
Dengan dirampungkannya Bandara Kualanamu pada tahun 2013 diharapkan tidak
hanya menyokong aktivitas perekonomian Sumut tetapi juga dapat menjadi salah satu Main
Hub di Indonesia selain Jakarta, Surabaya, Denpasar, dan Makassar.
Gambar Menara Pengawas, Foto Udara Kualanamu, dan Terminal Penumpang
Sumber: PT. Angkasa Pura II
SEKTOR NILAI (RP.) SUMBER DANA
PRIVAT 1.807.933.993.733 PT. ANGKASA PURA II
PUBLIK 2.932.888.960.000 APBN
TOTAL 4.740.822.953.733
BAB 2 | Perkembangan Inflasi Daerah 28
Tekanan inflasi pada triwulan IV-2011 cenderung menurun. Penurunan ini
utamanya dipicu oleh penurunan laju inflasi volatile foods
2.1. KONDISI UMUM
Selama triwulan IV-2011, harga-harga di Sumut stabil dan tidak mengalami
pergerakan yang berarti. Stabilitas perkembangan harga ini terlihat dari inflasi triwulanan
yang tercatat sebesar 0,00% (qtq), jauh lebih rendah dibandingkan triwulan lalu yang tercatat
sebesar 3,34% (yoy). Sementara itu, inflasi tahunan Sumut pada triwulan IV-2011 tercatat
sebesar 3,67% (yoy), jauh di bawah inflasi tahunan triwulan III-2011 sebesar 6,87% (yoy). Tidak
hanya itu, realisasi inflasi Sumut 2011 tersebut juga di bawah target inflasi yang semula
diperkirakan sebesar 5,50%±1%. Beberapa faktor yang yang turut mendukung rendahnya
tingkat inflasi Sumut adalah sebagai berikut:
1. Potensi peningkatan inflasi menjelang Hari Raya Idul Fitri dan Natal telah diantisipasi dengan
baik oleh TPID dan SKPD terkait, di antaranya melalui pembentukan ekspektasi inflasi dalam
bentuk moral suassion seperti dalam kunjungan pejabat daerah ke pasar, talkshow, serta
Operasi Pasar, Pasar Murah, dan Percepatan realisasi raskin.
2. Keberhasilan program stabilitas pangan, seperti Gerakan Perempuan untuk Optimalisasi
Pekarangan.
3. Dukungan klaster cabe di Kabupaten Karo (binaan KPSRU-KBI Medan) dalam menjaga
stabilitas produksi dan harga cabe merah.
Berbeda dari triwulan sebelumnya, pada triwulan IV-2011 inflasi tahunan pada
kelompok volatile foods (0,77%, yoy) justru sangat rendah. Sebaliknya inflasi inti (5,25%, yoy)
lebih mendominasi inflasi di Sumut. Sementara itu inflasi administered price tercatat sebesar
3,02%.
Grafik 2.1. Inflasi Bulanan Grafik 2.2. Inflasi Tahunan Sumut dan Nasional Sumut dan Nasional
BBBAAABBB 222 PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
29 Perkembangan Inflasi Daerah | BAB 2
2.2. INFLASI TRIWULANAN Inflasi triwulanan Sumut tercatat sebesar 0,00% (qtq) lebih rendah
dibandingkan inflasi triwulanan nasional sebesar 0,79% (qtq). Inflasi pada triwulan ini
juga lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 3,34% (qtq).
Tabel 2.1. Komoditas yang Memberikan Andil Inflasi Triwulan IV-2011
Oktober 2011 November 2011 Desember 2011
Komoditas Andil Inflasi
Komoditas Andil Inflasi Komoditas Andil Inflasi
Cabe merah 0,1269 Angkutan udara 0,2168 Cabe Merah 0,1280
SLTA 0,0498 Beras 0,0992 Celana Panjang Jeans 0,0736
Tomat buah 0,0253 Cabe merah 0,0521 Upah Pembantu RT 0,0705
Udang basah 0,0241 Emas perhiasan 0,0455 Kemeja Pendek Katun 0,0505
Sabun cuci batangan 0,0178 Sabun cuci batangan 0,0299 Beras 0,0324
Cat tembok 0,0146 Upah Pembantu RT 0,0213 Baju Kaos/ T-shirt 0,0273
Beras 0,0139 Cat Tembok 0,0178 Cabe rawit 0,0262
Tabel 2.2. Komoditas yang Memberikan Andil Deflasi Triwulan IV-2011
Oktober 2011 November 2011 Desember 2011
Komoditas Andil
Deflasi Komoditas
Andil Deflasi
Komoditas Andil
Deflasi
Angkutan udara -0,4638 Daging ayam ras -0,1785 Kentang -0,0535
Sawi hijau -0,1344 Dencis -0,0967 Angkutan udara -0,0534
Emas perhiasan -0,1035 Telur ayam ras -0,0233 Kembung/ Gembung -0,0471
Minyak goreng -0,0797 Kol putih/ Kubis -0,0228 Wortel -0,0324
Daging ayam ras -0,0707 Jeruk -0,0199 Bawang putih -0,0284
Dencis -0,0480 Tongkol -0,0143 Lele -0,0150
Daging sapi -0,0423 Wortel -0,0126 Bawang merah -0,0117
Sumber: BPS
BAB 2 | Perkembangan Inflasi Daerah 30
2.2.1. INFLASI MENURUT KELOMPOK BARANG DAN JASA
Stabilitas harga-harga pada triwulan IV-2011 terjadi di seluruh kelompok
barang dan jasa. Tingkat inflasi seluruh kelompok barang dan jasa lebih rendah dibandingkan
triwulan lalu, bahkan kelompok bahan makanan dan transpor, komunikasi, dan jasa keuangan
mengalami deflasi.
Tabel 2.3. Inflasi Triwulanan di Sumut Menurut Kelompok Barang & Jasa (%)
Sumber: BPS
a. Kelompok Bahan Makanan
Kelompok bahan makanan yang triwulan lalu mengalami inflasi cukup tinggi 6,03%
(qtq), kini justru deflasi -0,01% (qtq). Setelah mengalami kenaikan cukup tinggi karena
meningkatnya permintaan selama perayaan hari Idul Fitri di triwulan sebelumnya, subkelompok
daging dan hasil-hasilnya; ikan segar; dan telur, susu, dan hasil-hasilnya mengalami deflasi
dibandingkan triwulan lalu sebagai akibat penurunan permintaan di pasar.
Grafik 2.3 Inflasi Triwulanan
Kelompok Bahan Makanan di Sumut
b. Kelompok Sandang
Pada triwulan IV-2011, kelompok sandang mengalami inflasi sebesar 0,02% (qtq).
Senada dengan kelompok bahan makanan, level inflasi kelompok sandang ini juga jauh lebih
31 Perkembangan Inflasi Daerah | BAB 2
rendah dibandingkan triwulan sebelumnya (6,45%, qtq). Penurunan inflasi kelompok sandang
khususnya subkelompok barang pribadi dan sandang lainnya salah satunya disebabkan oleh
penurunan harga emas di akhir tahun 2011.
Grafik 2.4 Inflasi Triwulanan Kelompok Sandang di Sumut
c. Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau
Pada triwulan laporan, tidak terjadi inflasi kelompok bahan makanan. Penurunan level
inflasi dari 2,38% (qtq) pada triwulan III-2011 menjadi 0,00% (qtq) pada triwulan IV-2011,
tidak berlebihan bila kelompok ini tidak mengalami inflasi karena subkelompok makanan jadi
dan subkelompok minuman yang tidak beralkohol juga tidak mengalami inflasi. Hal ini lebih
disebabkan karena relatif stabilnya permintaan masyarakat selama periode triwulan IV-2011.
Hanya subkelompok tembakau dan minuman beralkohol yang sedikit mengalami inflasi 0,01%
(qtq).
BAB 2 | Perkembangan Inflasi Daerah 32
Grafik 2.5 Inflasi Triwulana Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau di Sumut
d. Kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan
Kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan mengalami penurunan tingkat
inflasi dari 3,11% (qtq) pada triwulan III-2011 menjadi -0,02% (qtq) pada triwulan IV-2011.
Deflasi kelompok ini utamanya disumbang oleh subkelompok transpor yang juga mengalami
deflasi sebesar -0,02% (qtq). Penurunan ini mengikuti pola musiman dimana setelah tarif
angkutan baik darat maupun udara mengalami lonjakan cukup tinggi selama hari raya Idul Fitri
di triwulan sebelumnya, kembali turun sebagai dampak menurunnya permintaan. Namun
demikian penurunan tersebut tidak terlalu besar karena permintaan sempat mengalami
kenaikan kembali di masa perayaan Natal di akhir tahun 2011. Sementara itu, subkelompok
komunikasi dan pengiriman; sarana dan penunjang transpor; serta jasa keuangan tidak
mengalami inflasi (0,00%, qtq).
Grafik 2.6. Inflasi Triwulanan Kelompok Transportasi, Komunikasi & Jasa Keuangan di Sumut
1.15
4.92
2.19 2.46
1.89 1.81
2.65
2.37
2.562.31
1.22
0.89
1.43
0.50
2.38
0.000.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2008 2009 2010 2011Sumber: BPS, diolah
33 Perkembangan Inflasi Daerah | BAB 2
e. Kelompok Kesehatan Kelompok kesehatan memiliki level inflasi sebesar 0,00% (qtq). Subkelompok jasa
kesehatan dan obat-obatan juga memiliki level inflasi sebesar 0,00% (qtq). Sementara itu,
subkelompok jasa perawatan jasmani dan kesehatan mengalami inflasi sangat kecil, hanya
0,01% (qtq). Para pelaku industri kesehatan besar nampaknya masih menunggu awal tahun
untuk melakukan penyesuaian tarif-tarif jasa yang diberikannya
Grafik 2.7. Inflasi Triwulanan
Kelompok Kesehatan di Sumut
f. Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar
Kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar justru kembali mengalami
penurunan inflasi dari 0,74% (qtq) pada triwulan III-2011 menjadi 0,01% (qtq) pada triwulan
IV-2011. Berkurangnya permintaan akan perumahan di akhir tahun serta tidak adanya
perubahan kebijakan tarif listrik, air, gas dan bahan bakar oleh pemerintah membuat harga-
harga di kelompok ini relatif stabil selama triwulan IV-2011. Penurunan permintaan perumahan
juga ditunjukkan dari dari peningkatan housing stock (selisih antara rumah yang dibangun
dengan yang terjual) pada triwulan IV-2011 sebesar 5,53% (qtq) dari triwulan sebelumnya
berdasarkan Survei Harga Properti Residensial yang dilakukan oleh Bank Indonesia.
Tabel 2.4 Housing Stock
Kelompok
Triwulan Triwulan Pertumbuhan
(qtq) III -2011 IV -2011
Stock % Stock %
Kecil 2376 39.14 2355 36.76 -0,88%
Sedang 1809 29.80 2044 31.90 12,99%
Besar 1886 31.07 2008 31.13 6,47%
Total 6071 100 6407 100 5,53%
Sumber: Survei harga Properti Residensial (SHPR), KBI Medan
BAB 2 | Perkembangan Inflasi Daerah 34
Grafik 2.8. Inflasi Triwulanan Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar di Sumut
g. Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga
Kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga mengalami penurunan inflasi dari 2,63%
(qtq) pada triwulan III-2011 menjadi 0,01% (qtq) pada triwulan IV-2011. Subkelompok
pendidikan dan olahraga mengalami inflasi sebesar 0,02% (qtq). Selebihnya, subkelompok
kursus-kursus/ pelatihan, perlengkapan/ peralatan pendidikan, dan rekreasi memiliki level inflasi
0,00% (qtq). Masih berlangsungnya tahun ajaran yang berjalan mengakibatkan tidak ada
perubahan permintaan yang signifikan di kelompok ini.
Grafik 2.9. Inflasi Triwulanan Kelompok Pendidikan, Rekreasi & Olahraga di Sumut
2.2.2. INFLASI MENURUT KOTA
Peningkatan inflasi terjadi di keempat kota yang dihitung inflasinya di Sumut. Inflasi
triwulanan tertinggi terjadi di kota Sibolga sebesar 1,77% (qtq) diikuti dengan kota
35 Perkembangan Inflasi Daerah | BAB 2
Padangsidempuan sebesar 1,35% (qtq) dan Pematangsiantar sebesar 0,64% (qtq). Sementara
itu, kota Medan justru mengalami deflasi sebesar -0,28% (qtq).
Tabel 2.10. Inflasi Triwulanan di Sumut Menurut Kota (%)
Sumber: BPS, diolah
2.3. INFLASI TAHUNAN
Inflasi (yoy) Sumut pada triwulan IV-2011 tercatat sebesar 3,67%, menurun jauh
dibandingkan triwulan III-2011 sebesar 6,87%. Inflasi Sumut pada triwulan ini juga lebih rendah
dibandingkan inflasi nasional (3,79%). Penurunan inflasi tahunan pada periode ini banyak
disumbang oleh penurunan harga sejumlah bahan makanan.
2.3.1. INFLASI MENURUT KELOMPOK BARANG DAN JASA
Hampir seluruh kelompok mengalami penurunan inflasi tahunan dibandingkan
triwulan lalu, kecuali kelompok pendidikan, rekreasi, dan olah raga dan kelompok
transpor, komunikasi, dan jasa keuangan. Inflasi kelompok sandang (10,95%, yoy)
merupakan yang tertinggi dibandingkan kelompok lainnya. Sementara itu, kelompok bahan
makanan yang biasanya menyumbang inflasi besar, pada triwulan ini justru memiliki tingkat
inflasi terendah (1,14%) bila dibandingkan kelompok lain.
Tabel 2.6. Inflasi Tahunan di Sumut Menurut Kelompok Barang & Jasa (%)
Sumber: BPS
BAB 2 | Perkembangan Inflasi Daerah 36
a. Kelompok Bahan Makanan
Inflasi kelompok bahan makanan pada triwulan IV-2011 tercatat sebesar 1,14%. Terjadi
penurunan yang cukup tajam dibandingkan triwulan lalu sebesar 10,54%. Beberapa
subkelompok bahan makanan yang mengalami penurunan level inflasi adalah subkelompok
padi-padian, umbi-umbian, dan hasilnya (2,14%, yoy), subkelompok daging dan hasil-hasilnya
(0,35%, yoy), subkelompok ikan segar (6,88%, yoy), subkelompok telur, susu, dan hasil-
hasilnya (4,70%, yoy), subkelompok kacang-kacangan (18,88%, yoy), subkelompok lemak dan
minyak (0,05%), subkelompok bahan makanan lainnya (5,29%, yoy). Bahkan terjadi penurunan
level inflasi yang cukup tajam pada subkelompok bumbu-bumbuan dari 10,15% (yoy) pada
triwulan III-2011 menjadi deflasi -19,59% (yoy) pada triwulan IV-2011.
Grafik 2.11. Inflasi Kelompok Bahan Makanan
b. Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau
Sama halnya dengan kelompok bahan makanan, kelompok makanan jadi, minuman,
rokok, dan tembakau juga mengalami penurunan level inflasi walaupun tidak terlalu besar
tingkat penurunannya. Pada triwulan IV-2011, inflasi kelompok makanan jadi, minuman, rokok,
dan tembakau tercatat sebesar 4,70%, sementara itu pada triwulan lalu inflasi kelompok ini
sebesar 5,29%. Ketiga subkelompoknya mengalami penurunan inflasi baik makanan jadi,
minuman yang tidak beralkohol, maupun tembakau dan minuman beralkohol. Inflasi
subkelompok makanan jadi tercatat sebesar 6,55%, inflasi subkelompok minuman yang tidak
beralkohol (2,21%) dan inflasi subkelompok tembakau dan minuman beralkohol (2,55%).
11.98
22.96
17.91 18.08
5.14
0.44
9.69
-0.38
3.94
10.89
3.14
14.69
13.73
4.65
10.54
1.14
-4
1
6
11
16
21
26
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2008 2009 2010 2011
%
Sumber : BPS, diolah
37 Perkembangan Inflasi Daerah | BAB 2
Grafik 2.12 Inflasi Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau
c. Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga
Inflasi kelompok pendidikan, rekreasi, dan olah raga pada triwulan IV-2011 sebesar
4,76%. Level inflasi tersebut meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 3,83%.
Secara tahunan, keempat subkelompoknya mengalami peningkatan inflasi. Subkelompok
pendidikan meningkat 7,03% (yoy) pada triwulan IV-2011 menjadi 8,19% (yoy). Subkelompok
olahraga meningkat dari 1,88% (yoy) pada triwulan III-2011 menjadi 3,83% (yoy) pada triwulan
IV-2011. Subkelompok perlengkapan pendidikan dan subkelompok rekreasi juga mengalami
peningkatan level namun masih tergolong deflasi. Subkelompok perlengkapan pendidikan
meningkat dari deflasi -1,43% (yoy) menjadi -1,33% (yoy). Subkelompok rekreasi juga
meningkat, yakni dari -2,65% (yoy) menjadi -1,89% (yoy).
Grafik 2.13 Inflasi Kelompok
Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga
4.31
9.27
10.4111.11
10.26
8.779.279.17
9.7210.27
8.73
7.165.98
4.1
5.34.7
0
2
4
6
8
10
12
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2008 2009 2010 2011
%
Sumber : BPS, diolah
11.8712.67
7.777.45
8.85
6.52
8.817.868.308.33
0.71.62
2.352.15
3.834.76
0
2
4
6
8
10
12
14
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2008 2009 2010 2011
%
Sumber : BPS, Sumut
BAB 2 | Perkembangan Inflasi Daerah 38
d. Kelompok Sandang
Kelompok sandang justru mengalami penurunan level inflasi dari 12,87% (yoy) pada
triwulan III-2011 menjadi 10,95% (yoy) pada triwulan IV-2011. Penurunan level inflasi ini
terutama dipicu oleh penurunan level inflasi subkelompok barang pribadi dan sandang lainnya
yang cukup signifikan. Hal ini wajar mengingat harga emas perhiasan yang termasuk dalam
subkelompok ini terkoreksi akibat penurunan harga emas di pasar internasional.
Grafik 2.14 Inflasi Kelompok Sandang
Berdasarkan hasil Survei Pemantauan Harga (SPH) diketahui bahwa harga emas
perhiasan di kota Medan mengalami penurunan dari Rp470.200 per gram (22 karat) pada
triwulan III-2011 menjadi Rp465.000 per gram (22 karat) pada triwulan IV-2011. Harga emas
perhiasan 24 karat juga mengalami penurunan dari Rp487.000 per gram pada triwulan III-2011
menjadi Rp484.000 per gram pada triwulan IV-2011.
Grafik 2.15 Harga Emas Perhiasan di Kota Medan
16.36
14.61
11.29
9.2210.30
8.398.807.81
-0.16
6.686.88
8.328.43
7.23
12.87
10.95
-2
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2008 2009 2010 2011
%
Sumber : BPS, Sumut
39 Perkembangan Inflasi Daerah | BAB 2
Grafik 2.16 Harga Emas di Pasar Internasional
Sumber: Bloomberg
e. Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan bakar
Inflasi kelompok perumahan, air, listrik, gas, & bahan bakar tercatat sebesar 3,56%
(yoy). Level inflasi tersebut menurun dibandingkan triwulan lalu sebesar 5,51% (yoy). Keempat
subkelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar mengalami penurunan level inflasi.
Subkelompok biaya tempat tinggal menurun dari 6,23% (yoy) menjadi 5,30% (yoy).
Subkelompok bahan bakar, penerangan, dan air menurun dari 1,72% (yoy) menjadi 0,48%
(yoy). Subkelompok perlengkaan rumah tangga menurun dari 2,05% (yoy) menjadi 1,18%
(yoy). Senada dengan ketiga subkelompok lainnya, subkelompok penyelenggaraan rumah
tangga juga mengalami penurunan dari 12,87% (yoy) menjadi 10,95% (yoy).
Grafik 2.17 Inflasi Kelompok
Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar
f. Kelompok Kesehatan
Inflasi kelompok kesehatan juga sedikit menurun dari 6,95% (yoy) menjadi 6,84% (yoy).
Penurunan ini terutama dipicu oleh penurunan inflasi subkelompok jasa kesehatan dan
subkelompok obat-obatan. Subkelompok kesehatan mengalami penurunan dari 8,96% (yoy)
pada triwulan III-2011 menjadi 7,60% (yoy) pada triwulan IV-2011. Subkelompok obat-obatan
4.26
6.69
8.638.43
7.18
4.70
2.18
3.90
5.295.46
7.567.46
6.647.5
5.51
3.56
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2008 2009 2010 2011
%
Sumber : BPS, Sumut
BAB 2 | Perkembangan Inflasi Daerah 40
mengalami penurunan dari 0,86% (yoy) pada triwulan III-2011 menjadi 0,80% (yoy) pada
triwulan IV-2011.
Grafik 2.18 Inflasi Kelompok Kesehatan
g. Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan
Inflasi kelompok transportasi, kesehatan, dan jasa keuangan masih mengalami tren yang
meningkat. Pada triwulan IV-2011, inflasi kelompok ini tercatat sebesar 2,57% (yoy). Tren
peningkatan ini terutama dipicu oleh subkelompok transpor yang meningkat dari 4,40% (yoy)
menjadi 4,87% (yoy).
Grafik 2.19 Inflasi Kelompok
Transportasi, Komunikasi & Jasa Keuangan
3.18
6.25
7.988.21
5.36
2.742.292.14
3.403.58
2.432.65
4.254.63
6.95
6.84
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2008 2009 2010 2011
%
Sumber : BPS, Sumut
1.82
3.953.81
-0.05
2.51
-6.53-6.24
-4.73
-0.60-0.19
1.721.32
0.981.52
2.41
2.57
-8
-6
-4
-2
0
2
4
6
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2008 2009 2010 2011
%
Sumber : BPS, Sumut
41 Perkembangan Inflasi Daerah | BAB 2
2.3.2. INFLASI MENURUT KOTA
Tingkat inflasi tahunan keempat kota yang dihitung inflasinya di Sumut,
semuanya mengalami penurunan dibandingkan triwulan lalu. Kota Sibolga memiliki
tingkat inflasi tertinggi, yakni sebesar 4,66% (yoy). Sementara itu, inflasi terendah di Sumut
masih dimiliki oleh kota Medan, yakni sebesar 3,54% (yoy).
Tabel 2.7. Inflasi Tahunan Empat Kota di Sumut (%, yoy)
Sumber: BPS
Di keempat kota yang dihitung inflasinya di Sumut, kelompok sandang memiliki tingkat
inflasi tertinggi. Inflasi kelompok sandang kota Medan sebesar 11,04% (yoy), kota
Padangsidempuan (13,85%, yoy), kota Pematangsiantar (8,96%, yoy), dan kota Sibolga
(9,91%, yoy). Pada kota Padangsidempuan, inflasi kelompok kesehatan dan kelompok transpor,
komunikasi, dan jasa keuangan mengalami deflasi masing-masing sebesar (-0,34%, yoy) dan (-
4,11%, yoy).
Tabel 2.8. Inflasi Tahunan di Sumut menurut Kota dan Kelompok Barang & Jasa (%,yoy)
Sumber: BPS
BAB 2 | Perkembangan Inflasi Daerah 42
2.4. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB INFLASI
2.4.1 Faktor Fundamental
Ekspektasi Inflasi
Berdasarkan Survei Konsumen yang dilakukan oleh KBI Medan terjadi peningkatan
indeks ekspektasi harga konsumen 3 bulan yang akan datang dari 150 menjadi 156. Sebaliknya
indeks ekspektasi harga 6 bulan yang akan datang justru menurun dari 160 menjadi 157. Hal
yang patut disyukuri, nampaknya masyarakat Sumut tetap optimistis, tercermin dari indeks
keyakinan konsumen yang tetap terjaga di level 120.
Grafik 2.20 Ekspektasi Konsumen terhadap Pergerakan Harga Barang/ Jasa
Sumber: Survei Konsumen dan BPS, diolah
2.4.2 Faktor Non Fundamental
Disagregasi Inflasi
Terjadi penurunan inflasi volatile foods yang cukup signifikan dari sebesar 10,23% (yoy)
pada triwulan III-2011 menjadi 0,77% (yoy) pada triwulan IV-2011. Senada dengan hal
tersebut, inflasi kelompok administered prices juga menurun walaupun dalam level yang kecil.
Inflasi administered prices menurun dari 3,34% (yoy) menjadi 3,02% (yoy)
Grafik 2.21 Disagregasi Inflasi Sumut
Sumber: BPS, diolah
43 Perkembangan Inflasi Daerah | BAB 2
Hasil Survei Pemantauan Harga (SPH) juga mengkonfirmasi adanya penurunan harga
sejumlah komoditas bahan makanan, di antaranya daging ayam ras, cabe merah, bawang
merah, dan kentang.
Grafik 2.21 Perkembangan Harga Komoditas Bahan Makanan
Sumber: Survei Pemantauan Harga, KBI Medan
44 Pemetaan Struktur Pasar dan Pola Distribusi Komoditas Strategis Penyumbang Inflasi Sumut | Boks 3
Sebagai bagian dari upaya pengendalian inflasi di Sumatera Utara, Bank Indonesia di
tahun 2011 telah melakukan Riset Pemetaan Struktur Pasar dan Pola Distribusi Komoditas
Strategis Penyumbang Inflasi Sumut yang bertujuan untuk :
a. Mengidentifikasi struktur pasar komoditas strategis penyumbang inflasi Sumatera Utara;
b. Mengidentifikasi pola distribusi, termasuk biaya dan hambatan distribusi komoditas
strategis penyumbang inflasi Sumatera Utara;
c. Mengetahui perilaku produsen, distributor dan pengecer dalam mekanisme pembentukan
harga barang strategis penyumbang inflasi di Sumatera Utara; dan
d. Mengetahui implikasi struktur pasar dan pola distribusi komoditas strategis penyumbang
inflasi daerah terhadap kebijakan pengendalian harganya di Sumatera Utara.
Riset ini difokuskan pada 15 komoditas yang memberikan andil besar terhadap inflasi Sumut,
yaitu beras, cabe merah, bawang merah, tomat sayur, jeruk, ikan dencis, ikan mas, ikan
tongkol, ikan teri, daging ayam ras, daging sapi, telur ayam ras, minyak goreng, gula pasir,
dan semen.
No. Komoditas Kode Kontribusi
1 Beras 10101 0.93
2 Cabe Merah 10929 0.10
3 Bawang Merah 10903 0.06
4 Tomat Sayur 10669 0.02
5 Jeruk 10810 0.01
6 Dencis 10322 0.14
7 Mas 10353 0.03
8 Tongkol 10381 0.09
9 Teri 10459 0.03
10 Daging Ayam Ras 10209 0.08
11 Daging Sapi 10216 0.05
12 Telur Ayam Ras 10515 0.06
13 Minyak Goreng 11004 0.18
14 Gula Pasir 20206 0.11
15 Semen 30149 0.03
BOKS 3 Pemetaan Struktur Pasar dan Pola Distribusi
Komoditas Strategis Penyumbang Inflasi Sumut
Boks 3 | Pemetaan Struktur Pasar dan Pola Distribusi Komoditas Strategis Penyumbang Inflasi Sumut 45
Berdasarkan riset tersebut struktur pasar komoditas di sektor pertanian seperti beras, cabe
merah, bawang merah, tomat sayur, dan jeruk pada hakikatnya tergolong Pasar Persaingan
Sempurna. Kendati demikian derajat pengambilan keputusan dan cara pembayaran oleh
pelaku pasar menyebabkan komoditas pertanian tersebut bergeser menjadi peralihan pasar
persaingan sempurna menjadi oligopoli. Struktur pasar komoditas perikanan seperti ikan
dencis, ikan tongkol, ikan mas, dan ikan teri termasuk pasar persaingan sempurna. Struktur
pasar komoditas peternakan seperti daging ayam ras, daging sapi, dan telur ayam ras
tergolong oligopoli. Struktur pasar minyak goreng, gula pasir, dan semen termasuk peralihan
oligopoli ke monopoli.
Dari riset tersebut juga diketahui bahwa jalur distribusi komoditas pertanian seperti
beras, cabe merah, bawang merah, tomat sayur, dan jeruk cukup panjang. Untuk sampai ke
tangan konsumen, setidaknya melewati 3 hingga 5 pelaku pasar. Pengecer dari wilayah lain
cukup banyak memasok kebutuhan beras dan bawang merah Sumut. Sama halnya dengan
komoditas-komoditas pertanian, komoditas di sektor perikanan, peternakan, dan industri juga
setidaknya melewati 3 hingga 5 pelaku pasar sebelum sampai ke tangan konsumen.
Gambar 1 Jalur Distribusi Komoditas Beras
Gambar 2 Jalur Distribusi Komoditas Cabe Merah
46 Pemetaan Struktur Pasar dan Pola Distribusi Komoditas Strategis Penyumbang Inflasi Sumut | Boks 3
Gambar 3 Jalur Distribusi Komoditas Bawang Merah
Gambar 4 Jalur Distribusi Komoditas Tomat Sayur
Gambar 5 Jalur Distribusi Komoditas Jeruk
Berdasarkan hasil survei juga diketahui bahwa faktor produksi utama yang
dikeluarkan petani adalah untuk pembelian pupuk, obat, dan bibit. Sementara itu, nelayan
lebih banyak mengeluarkan biaya produksi untuk bahan bakar kapal dan es batu guna
menjaga kesegaran ikan hasil tangkapannya. Faktor produksi utama peternak adalah untuk
pembelian bibit dan obat, sedangkan faktor produksi utama yang dikeluarkan oleh produsen
industri terutama untuk bahan baku dan biaya tenaga kerja.
Boks 3 | Pemetaan Struktur Pasar dan Pola Distribusi Komoditas Strategis Penyumbang Inflasi Sumut 47
Tabel 1 Faktor Produksi Utama
Dalam menentukan harga jual, produsen lebih banyak mengacu pada harga pasar
tertinggi, biaya produksi ditambah dengan margin, atau mengikuti harga pesaing/penjual
lain. Penentuan harga jual juga mempertimbangkan ketersediaan supply komoditas
bersangkutan, biaya transportasi, biaya sarana produksi, dan harga kebutuhan pokok.
Gambar 6 Asymetric Price
Harga di tingkat pengecer pada saat pasokan banyak (panen), normal, dan sedikit
(paceklik) sangat bervariasi. Di antara komoditas lainnya, variabilitas harga cabe merah dan
daging sapi yang paling besar. Sementara itu, variabilitas komoditas industri seperti minyak
goreng, gula pasir, dan semen relatif kecil.
Pengujian Houck dengan pendekatan Asymetric Price Transmission mengindikasikan
bahwa kenaikan atau penurunan harga komoditas beras, dan cabe merah di tingkat petani
serta harga daging ayam ras di tingkat peternak, mempengaruhi kenaikan atau penurunan
harga di tingkat ritel atau pedagang pengecer. Sementara itu, komoditas jeruk, daging sapi,
dan telur ayam ras bersifat downward price rigidity, artinya kenaikan harga di tingkat
produsen (petani atau peternak) diikuti atau mempengaruhi kenaikan harga di tingkat ritel
atau pedagang pengecer. Sebaliknya, penurunan harga di tingkat produsen (petani atau
peternak) tidak diikuti dengan penurunan harga di tingkat ritel atau pedagang pengecer.
48 Pemetaan Struktur Pasar dan Pola Distribusi Komoditas Strategis Penyumbang Inflasi Sumut | Boks 3
Rekomendasi
1. Kecenderungan inflasi di daerah termasuk di Sumut yang lebih dipicu dari sisi supply,
mengisyaratkan bahwa inflasi daerah sulit dikendalikan dengan kebijakan moneter
semata. Pembenahan pola distribusi dan sarana pendukung distribusi barang dan
komoditas lebih berdaya guna untuk diterapkan sebagai upaya dalam pengendalian
inflasi di Sumut.
2. Guna menekan harga, tidak cukup hanya dilakukan efisiensi oleh produsen saja tetapi
juga diperlukan peran serta supplier, perusahaan transportasi, dan jaringan distributor.
Diperlukan supply chain management guna memastikan proses aliran barang atau
komoditas dari hulu ke hilir berjalan efisien.3. Guna mengefisienkan jalur distribusi, perlu
dilakukan peningkatan koordinasi yang lebih terstruktur dengan instansi terkait khususnya Satuan
Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang berkaitan dengan infrastruktur jalan seperti Dinas Bina Marga
dan Balai Besar Jalan Nasional yang ada di daerah. Dengan demikian, kondisi infrastruktur (jalan)
yang rusak dapat diperbaiki dan dapat menjamin kelancaran distribusi komoditas dari daerah
penghasil ke konsumen.
4. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) baik TPID Sumut dan
TPID Medan maupun koordinasi antar TPID wilayah lain. TPID juga dapat memfasilitasi atau
menginisiasi informasi atau fasilitas yang dapat mendukung upaya pengendalian inflasi seperti:
a. Penyediaan informasi yang akurat terkait harga dan stok
b. Menyediakan buffer stock, khususnya untuk komoditas yang harganya sangat berfluktuasi.
c. Mendorong percepatan pembangunan pasar induk yang dilengkapi dengan cold storage,
sehingga buah dan sayur dapat bertahan lama. Pasar induk sekaligus dapat memperpendek
rantai distribusi
49 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran | BAB 3
Fungsi intermediasi perbankan Sumut sampai dengan akhir triwulan IV/2011
tetap menunjukkan peningkatan dengan stabilitas sistem keuangan (risikorisiko kredit,
risikorisiko likuiditas, dan risikorisiko pasar) yang masih terjaga. Di sisi lain jumlah
transaksi sistem pembayaran tunai maupun non tunai juga menunjukkan peningkatan
sejalan dengan perkembangan transaksi ekonomi
A. PERBANKAN
3.1 KONDISI UMUM
Di tengah kekhawatiran akan dampak krisis ekonomi di Zona Eropa, kinerja
perbankan Sumatera Utara di triwulan IV-2011 tetapmenunjukkan peningkatan, yang
terlihat dari masih tingginya angka pertumbuhan indikator utama perbankan. . Hal ini
secara tidak langsung menunjukkan ketangguhan ekonomi Sumatera Utara dalam menghadapi
tantangan baik eksternal maupun internal. Secara tahunan maupun triwulanan, indikator
perbankan, baik bank umum konvensional, bank umum syariah, maupun BPR masih tumbuh
lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya. Peningkatan ini bahkan diikuti dengan
penurunan rasio Non Performing Loan (NPL) dari 2,78% pada triwulan III-2011 menjadi 2,28%
yang merupakan angka NPL terendah selama 3 tahun terakhir. Penurunan angka ini menunjukkan
adanya peningkatan kualitas kredit yang disalurkan pada periode ini.
Total aset perbankan Sumut pada triwulan IV-2011 mencapai Rp160,05 triliun, tumbuh
sebesar 4,31% (qtq) dan 19,71% (yoy). Total aset perbankan tersebut masih didominasi oleh
bank konvensional yaitu sebesar Rp153,41 triliun (95,85%), sedangkan sisanya merupakan aset
bank syariah yaitu sebesar Rp6,64 triliun (4,15%).
Dana pihak ketiga yang dihimpun pada triwulan IV-2011 tumbuh sebesar 5,63% (qtq)
atau 16,81% (yoy) hingga mencapai jumlah Rp127,40 triliun, lebih tinggi dari periode
sebelumnya sebesar 3,98% (qtq). Pertumbuhan ini didorong oleh kenaikan jenis simpanan
tabungan dan deposito dengan persentase kenaikan masing-masing sebesar 9,50% dan 7,76%
(qtq) Peningkatan ini menunjukkan masih tingginya kepercayaan masyarakat Sumatera Utara
terhadap industri perbankan. Secara tahunan seluruh instrumen dana pihak ketiga mengalami
kenaikan dimana kenaikan tertinggi dialami oleh tabungan yaitu sebesar 19,99%(yoy),
sedangkan deposito dan giro naik masing-masing sebesar 14,83%(yoy) dan 13,82%(yoy).
BBBAAABBB 333 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
BAB 3 | Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 50
Dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya mengalami pertumbuhan sebesar 2,29%,
kredit yang disalurkan perbankan Sumatera Utara pada triwulan IV-2011 tumbuh sebesar
7,42%(qtq) atau 20,33% (yoy) hingga mencapai jumlah Rp106,55 triliun, Dari sisi jenis
penggunaan, pertumbuhan kredit tertinggi di triwulan laporan dialami oleh kredit investasi yaitu
sebesar 8,74% (qtq). Hal ini menunjukkan tingginya dukungan pembiayaan perbankan terhadap
pertumbuhan ekonomi Sumut.
Sumber : LBU, diolah
3.2 INTERMEDIASI PERBANKAN
Kegiatan intermediasi perbankan selama triwulan IV-2011 menunjukkan
peningkatan yang tercermin dari tren peningkatan loan to deposit ratio (LDR) dari 82,24%
menjadi 83,63%. Tingkat LDR tercatat lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata LDR selama 3
tahun terakhir sebesar 80,04%. Kenaikan kredit modal kerja dan kredit investasi memberikan
peranan besar dalam peningkatan LDR.
3.2.1 Penghimpunan Dana Masyarakat
Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) Sumut hingga triwulan IV-2011 mencapai
Rp127,40 triliun, meningkat 5,63% dibandingkan dengan triwulan sebelumnya dengan tingkat
pertumbuhan yang relatif stabil. Ditinjau dari strukturnya, DPK Sumut, masih tetap didominasi
Sumber : LBU, diolah Sumber : LBU, diolah
Grafik 3. 1 Perkembangan DPK Sumut
Tabel 3. 1 Indikator Utama Perbankan Sumut
Grafik 3. 2 Struktur DPK Sumut
51 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran | BAB 3
0.00%
0.50%
1.00%
1.50%
2.00%
2.50%
3.00%
3.50%
4.00%
0.00%
1.00%
2.00%
3.00%
4.00%
5.00%
6.00%
7.00%
8.00%
9.00%
10.00%
Tw
.I
Tw.II
Tw.II
I
Tw.IV
Tw.I
Tw.II
Tw.II
I
Tw.IV
Tw
.I
Tw.II
Tw.II
I
Tw.IV
Tw.I
Tw.II
Tw.II
I
Tw.IV
2008 2009 2010 2011
Dep (Skala kiri) Giro (Skala kanan) Tab (skala kanan)
oleh tabungan dan deposito dengan pangsa masing-masing sebesar 42,68% dan 41,41% dari
total DPK dengan nilai nominal tercatat masing-masing sebesar Rp54,38 triliun dan Rp52,76
triliun. Berdasarkan jenisnya, peningkatan pertumbuhan DPK pada triwulan ini didorong oleh
kinerja simpanan tabungan dan simpanan deposito yang masing-masing tumbuh sebesar
9,50% dan 7,76% (qtq).
Di tengah tren penurunan suku bunga deposito, penghimpunan tabungan perbankan di
Sumut mampu menjadi penyangga stabilnya pertumbuhan DPK. Disamping sifat tabungan yang
lebih likuid sehingga mudah ditarik ataupun dilakukan switching apabila diperlukan, serta fitur-
fitur dan kemudahan dalam melakukan transaksi, simpanan tabungan mampu menjadi salah
satu daya tarik bagi masyarakat untuk menyimpan dananya dalam bentuk ini. Tren penurunan
suku bunga deposito tentunya akan semakin memberikan ruang bagi perbankan untuk
menurunkan suku bunga kredit sehingga mampu menjadi penggerak peningkatan penyaluran
kredit khususnya untuk menggerakkan sektor riil yang bersifat produktif. Sementara itu, dilihat
dari rata-rata tertimbang suku bunga selama triwulan III-2011 hingga triwulan IV-2011 suku
bunga tabungan, deposito dan giro mengalami penurunan masing-masing tabungan dari
2,76% menjadi 2,61%, deposito dari 6,45% menjadi 6,14%, sedangkan giro naik tipis dari
2,30% menjadi 2,34%.
3.2.2 Penyaluran Kredit
Pada triwulan IV-2011 kredit perbankan di Sumatera Utara tumbuh 7,42% (qtq)
hingga mencapai Rp106,55 triliun. Dengan pertumbuhan yang positif pada triwulan ini maka
secara tahunan pertumbuhan kredit menjadi 20,33% yang diperkirakan sebagai dampak
pertumbuhan ekonomi regional. Pertumbuhan kredit pada triwulan ini tercatat lebih tinggi
Sumber : LBU, diolah
Grafik 3. 3 Perkembangan Suku Bunga DPK
BAB 3 | Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 52
-1.00
4.00
9.00
14.00
19.00
24.00
29.00
34.00
39.00
0.00
20.00
40.00
60.00
80.00
100.00
Tw
.I
Tw
.II
Tw
.III
Tw
.IV
Tw
.I
Tw
.II
Tw
.III
Tw
.IV
Tw
.I
Tw
.II
Tw
.III
Tw
.IV
Tw
.I
Tw
.II
Tw
.III
Tw
.IV
2008 2009 2010 2011
Kredit (Rp Triliun) Pertumbuhan (%,yoy)
Pertumbuhan (%,qtq)
53.94%
22.51%
30.10%
Modal Kerja Investasi Konsumsi
5.00%
6.00%
7.00%
8.00%
9.00%
10.00%
11.00%
12.00%
13.00%
14.00%
0.00
20.00
40.00
60.00
80.00
100.00
Tw
.I
Tw
.II
Tw
.III
Tw
.IV
Tw
.I
Tw
.II
Tw
.III
Tw
.IV
Tw
.I
Tw
.II
Tw
.III
Tw
.IV
Tw
.I
Tw
.II
Tw
.III
Tw
.IV
2008 2009 2010 2011
Kredit (Rp Triliun) Sk Bunga Kredit BI Rate
dibandingkan dengan rata-rata pertumbuhan kredit dalam tiga tahun terakhir yang tercatat
sebesar 4,36%. Hal ini dipicu oleh peningkatan kredit investasi dan kredit modal kerja yang
tercatat masing-masing tumbuh sebesar 8,74% dan 8,64% (qtq). Tingginya pertumbuhan porsi
kredit untuk kegiatan produktif (modal kerja dan investasi) mencerminkan peningkatan aktivitas
perekonomian Sumut pada triwulan ini, yang pada akhirnya akan memberikan multiplier effect
lebih besar terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi di masa mendatang. Berdasarkan
jenisnya, kredit modal kerja masih mendominasi pangsa penyaluran kredit perbankan Sumut
dengan proporsi sebesar 53,94% diikuti oleh kredit konsumsi dan kredit investasi dengan pangsa
masing-masing sebesar 30,10% dan 22,51%.
Tren penurunan BI Rate semenjak bulan Oktober 2011 mulai diikuti dengan penurunan
tingkat suku bunga kredit perbankan. Pada triwulan IV-2011, suku bunga kredit tercatat
sebesar 11,50% menurun 0,12% dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Tren penurunan
Grafik 3.4 Perkembangan Penyaluran Kredit Sumut
Grafik 3.5 Pangsa Kredit Sumut per Jenis
Penggunaan
Sumber : LBU, diolah Sumber : LBU, diolah
Grafik 3.6 Perkembangan Suku Bunga, BI Rate, dan Penyaluran Kredit Sumut
Sumber : LBU, diolah
53 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran | BAB 3
Tw.III-2011 Tw.IV-2011 Tw.III-2011 Tw.IV-2011 Tw.III-2011 Tw.IV-2011
Pertanian 12.70% 13.60% 5.53% 17.04% 12.60% 15.00%
Pertanbangan 0.34% 0.34% 183.33% 50.00% 9.68% 5.88%
Industri 20.93% 21.13% 7.84% 11.55% -1.42% 8.43%
Listrik, Gas 0.86% 0.97% 51.79% 53.73% 1.19% 21.18%
Konstruksi 3.20% 2.87% 38.43% 17.69% 17.84% -3.47%
PHR 23.14% 22.82% 24.93% 26.80% 3.38% 5.97%
Angkutan/Komunikasi 2.25% 2.31% 34.34% 53.75% 16.15% 10.31%
Js. Dunia 2.93% 3.00% 10.65% 29.55% 5.82% 9.97%
Js. Sosial 1.34% 1.34% -13.64% 21.19% 6.40% 7.52%
Lain-lain 32.31% 31.62% 22.66% 20.10% -2.17% 5.12%
Indikator PerbankanPangsa Pertumbuhan (yoy) Pertumbuhan (qtq)
-40.00
-30.00
-20.00
-10.00
0.00
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
35.00
40.00
Tw
.I
Tw
.II
Tw
.III
Tw
.IV
Tw
.I
Tw
.II
Tw
.III
Tw
.IV
Tw
.I
Tw
.II
Tw
.III
Tw
.IV
Tw
.I
Tw
.II
Tw
.III
Tw
.IV
2008 2009 2010 2011
Kredit UMKM (Rp Triliun) Pertumbuhan (%,yoy)
Pertumbuhan (%,qtq)
16%
37%
47%
Mikro Kecil Menengah
suku bunga perbankan Sumut, nampaknya mulai direspon oleh para pelaku usaha dimana pada
triwulan ini pertumbuhan kredit investasi dan modal kerja menunjukkan peningkatan yang
signifikan. Secara keseluruhan kredit investasi dan modal kerja mencapai Rp 76,45 triliun pada
akhir triwulan ini.
Berdasarkan sektor usaha, secara umum tidak terjadi perubahan struktural pada
komposisi penyaluran kredit pada triwulan IV-2011. Penyaluran kredit paling besar di wilayah
Sumut diserap oleh sektor Perdagangan sebesar 22,82% dan sektor Industri Pengolahan
sebesar 21,13%. Sementara itu, baik secara triwulanan maupun secara tahunan pertumbuhan
kredit pada hampir semua sektor menunjukkan pertumbuhan positif, kecuali kredit sektor
Konstruksi yang mencatat kontraksi sebesar -3,47% (qtq). Dari sisi nominal kredit, peningkatan
penyaluran kredit pada sektor Pertanian tercatat mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar
Rp1,89 triliun (qtq). Cukup tingginya pertumbuhan kredit pada sektor pertanian menjadi salah
satu indikator perbaikan aktivitas perekonomian pada triwulan ini, khususnya setelah triwulan II-
2011 kredit pertanian sempat mengalami tren yang menurun.
3.2.3 Penyaluran Kredit
Tabel 3.2 Perkembangan Penyaluran Kredit Sumut per Sektor Ekonomi
Grafik 3.7 Perkembangan Kredit UMKM Sumut Grafik 3.8 Pangsa Kredit UMKM Sumut
Sumber : LBU, diolah Sumber : LBU, diolah
Sumber : LBU, diolah
BAB 3 | Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 54
-10.00
10.00
30.00
50.00
70.00
90.00
110.00
130.00
150.00
170.00
0.00
200.00
400.00
600.00
800.00
1000.00
1200.00
1400.00
1600.00
Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV
2010 2011
KUR (Rp Juta) Pertumbuhan (%,yoy)
Pertumbuhan (%,qtq)
0.00
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
70.00
0.00
50.00
100.00
150.00
200.00
250.00
Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV
2010 2011
Debitur (Ribu) Pertumbuhan (%,yoy)
Pertumbuhan (%,qtq)
Jumlah kredit UMKM pada triwulan IV-2011 mengalami peningkatan sebesar 6,78%
(qtq) hingga mencapai jumlah sebesar Rp29,28 triliun. Begitu pula secara tahunan kredit
UMKM mengalami peningkatan pertumbuhan sebesar 32,42% atau mencakup 27,48% dari
keseluruhan total kredit perbankan Sumut. Berdasarkan pangsa penyaluran kredit UMKM Sumut,
pada triwulan IV-2011 didominasi oleh kredit menengah (Rp 500 juta Rp 5 miliar) dengan
proporsi sebesar 47% dari total kredit UMKM atau mencapai Rp 13,69 triliun, disusul dengan kredit
skala kecil (Rp 50 juta Rp 500 juta) senilai Rp 10,90 triliun (37%), dan kredit skala mikro (dibawah
Rp 50 juta) dengan baki debet sebesar Rp 4,69 triliun.
Dalam rangka meningkatkan fungsi intermediasi perbankan terutama terkait dengan
peningkatan penyaluran kredit UMKM, Kantor Bank Indonesia Medan beserta Pemerintah Daerah
Propinsi Sumatera Utara sedang mengkaji kemungkinan terbentuknya lembaga penjaminan kredit
daerah. Pembentukan lembaga penjaminan kredit daerah merupakan salah satu upaya untuk
memberikan penjaminan kredit bank kepada sektor UMKM serta membantu Bank di daerah guna
lebih dapat menjangkau usaha UMKM yang belum feasible dan bankable namun sangat memiliki
prospek untuk dikembangkan. Di sisi lain Kantor Bank Indonesia Medan bersama Pemerintah
Daerah akan mematangkan konsep resi gudang dalam rangka meningkatkan akses UMKM
terhadap perbankan. Terkait dengan persiapan infrastruktur untuk menunjang pola resi gudang, di
Sumatera Utara telah dibangun 3 gudang penyimpanan. Pada dasarnya instrumen resi gudang
memiliki beberapa kelebihan diantaranya adalah sebagai agunan memperoleh kredit modal kerja,
dokumen penting pengendalian stok bahan pangan, sistem kontrol untuk mendukung
kelangsungan usaha industri paca panen, serta instrumen perdagangan di pasar bursa komoditi.
Sebagai salah satu daerah yang menyalurkan Kredit Usaha rakyat (KUR) yang merupakan
salah satu skim kredit bagi UMKM, pada triwulan IV-2011 Propinsi Sumatera Utara telah
menyalurkan KUR dengan total baki debet sebesar Rp 1,59 triliun dengan jumlah debitur sebanyak
Grafik 3.9 Perkembangan Penyaluran KUR Sumut
Sumber : LBU, diolah
Grafik 3.10 Perkembangan Debitur KUR Sumut
Sumber : LBU, diolah
55 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran | BAB 3
1.00%
1.50%
2.00%
2.50%
3.00%
3.50%
4.00%
Tw
.I
Tw
.II
Tw
.III
Tw
.IV
Tw
.I
Tw
.II
Tw
.III
Tw
.IV
Tw
.I
Tw
.II
Tw
.III
Tw
.IV
Tw
.I
Tw
.II
Tw
.III
Tw
.IV
2008 2009 2010 2011
236.354 debitur. Total baki debet penyaluran KUR Sumut mengalami pertumbuhan sebesar
89,55% (yoy) dan 9,27% (qtq) dibandingkan dengan periode sebelumnya. Sedangkan jumlah
debitur KUR di Sumut juga menunjukkan peningkatan sebesar 47,57% (yoy) dan 8,16% (qtq)
dibandingkan dengan periode sebelumnya.
3.3 STABILITAS PERBANKAN
3.3.1 Risiko Kredit
Risiko kredit perbankan yang tercermin
dari rasio kredit bermasalah terhadap total
kredit atau Non Performing Loan (NPL) di Sumut
pada periode laporan kembali menunjukkan
penurunan yang mencerminkan perbaikan
kualitas kredit dalam periode ini. NPL
perbankan Sumut pada akhir triwulan IV-2011
sebesar 2,28%, lebih rendah dibandingkan
dengan periode sebelumnya yang tercatat
sebesar 2,78%. NPL perbankan Sumut pada
periode ini tercatat lebih rendah dibandingkan
dengan rata-rata NPL selama 3 tahun terakhir.
NPL perbankan Sumut yang selalu berada di bawah batas aman sejak tahun 2008 menunjukkan
risiko kredit perbankan di Sumut yang relatif stabil meskipun terdapat perlambatan ekonomi
regional di paruh pertama 2009 sebagai dampak krisis keuangan global.
3.3.2 Risiko Likuiditas
Risiko likuditas perbankan di Sumut pada triwulan IV-2011 tetap terjaga. Dengan
indikator Cash Ratio (CR) yang relatif stabil di atas 3%, perbankan Sumut memiliki likuiditas
yang cukup untuk memenuhi kewajibannya. Pada periode ini cash ratio perbankan tercatat
sebesar 5.55%%Namun demikian, perbankan Sumut perlu memperhatikan terjadinya perubahan
preferensi masyarakat dalam melakukan penempatan dana di perbankan yang cenderung pada
instrumen jangka pendek seperti tabungan dibandingkan dengan instrumen jangka panjang
berupa deposito. Sementara di sisi lain, tren penurunan suku bunga kredit pada periode ini
mendorong peningkatan pertumbuhan penyaluran kredit produktif jangka panjang berupa kredit
investasi. Kondisi ini, diharapkan diikuti dengan peningkatan kualitas pengelolaan likuiditas bank
guna mengantisipasi potensi mismatch likuiditas.
Grafik 3.11 Perkembangan NPL Perbankan Sumut
Sumber : LBU, diolah
BAB 3 | Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 56
0
50
100
150
200
Tw
.I
Tw
.II
Tw
.III
Tw
.IV
Tw
.I
Tw
.II
Tw
.III
Tw
.IV
Tw
.I
Tw
.II
Tw
.III
Tw
.IV
Tw
.I
Tw
.II
Tw
.III
Tw
.IV
2008 2009 2010 2011
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Tw
.I
Tw
.II
Tw
.III
Tw
.IV
Tw
.I
Tw
.II
Tw
.III
Tw
.IV
Tw
.I
Tw
.II
Tw
.III
Tw
.IV
Tw
.I
Tw
.II
Tw
.III
Tw
.IV
2008 2009 2010 2011
3.4 PERBANKAN SYARIAH
Peningkatan ekspansi usaha perbankan syariah di Sumut pada periode triwulan IV-2011
tetap menunjukkan perkembangan positif yang mengindikasikan perkembangan perbankan
syariah semakin diminati oleh masyarakat. Selain itu, produk-produk perbankan syariah seperti
gadai emas menjadi salah satu produk yang semakin diminati oleh masyarakat seiring dengan
tren investasi logam mulia. Dari sisi kelembagaan, terdapat penambahan 1 (satu) jaringan kantor
perbankan syariah di wilayah Sumatera Utara dibandingkan dengan periode sebelumnya
menjadi 26 jaringan kantor. Total aset perbankan syariah di Sumut pada periode ini meningkat
sebesar Rp 310 miliar atau tumbuh sebesar 4,31% (qtq) dan 19,71% (yoy) menjadi senilai Rp
6,64 triliun pada triwulan IV-2011.
Perkembangan intermediasi perbankan syariah juga menunjukkan peningkatan selama
triwulan laporan. Pembiayaan perbankan syariah dan penghimpunan DPK syariah pada
triwulan IV-2011 masing-masing sebesar Rp 4,83 triliun dan Rp 4,48 triliun atau meningkat
5,23% dan 20,43% dibandingkan triwulan sebelumnya. Tingginya pertumbuhan penghimpunan
DPK perbankan syariah Sumut relatif terhadap pertumbuhan kredit menyebabkan Financing to
Deposits Ratio (FDR) yang mencerminkan proporsi penyaluran pembiayaan dibandingkan dengan
Tabel 3.3 Indikator Utama Perbankan Syariah Sumut
Sumber : LBU, diolah
Grafik 3.12 Financing to Deposits Ratio (FDR) Perbankan
Syariah Sumut (%)
Grafik 3.13 Non Performing Financing (NPF)
Perbankan Syariah Sumut (%)
Sumber : LBU, diolah Sumber : LBU, diolah
57 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran | BAB 3
5.00%
5.50%
6.00%
6.50%
7.00%
7.50%
8.00%
8.50%
9.00%
9.50%
Tw
.I
Tw
.II
Tw
.III
Tw
.IV
Tw
.I
Tw
.II
Tw
.III
Tw
.IV
Tw
.I
Tw
.II
Tw
.III
Tw
.IV
Tw
.I
Tw
.II
Tw
.III
Tw
.IV
2008 2009 2010 2011
dana yang dihimpun pada triwulan ini tercatat sebesar 107,81% atau menurun dibandingkan
dengan triwulan sebelumnya yang mencapai 123,29%. Sementara itu, kualitas kredit perbankan
syariah Sumut yang tercermin dari rasio Non Performing Financing (NPF) tetap terjaga dengan baik
pada kisaran 4,71% dengan kecenderungan untuk terus menurun.
3.5 BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR)
Perkembangan kinerja Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Sumut pada triwulan IV-2011
menunjukkan tren yang meningkat. Aset BPR Sumut pada triwulan laporan sebesar Rp 780
miliar dengan jumlah jaringan kantor sebanyak 59 jaringan kantor atau meningkat 16,42%
(yoy) dan 2,63% (qtq). Sejalan dengan peningkatan aset, fungsi intermediasi BPR di Sumut juga
menunjukkan pertumbuhan yang positif, dimana LDR BPR pada triwulan laporan tercatat
sebesar 101,89% atau meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 100%.
Perkembangan LDR BPR yang cenderung melambat pada akhir tahun 2010 sampai dengan
triwulan III-2011 mulai menunjukkan tren yang meningkat pada triwulan ini. Peningkatan LDR
perbankan dipicu oleh pertumbuhan kredit
BPR Sumut yang lebih tinggi dibandingkan
dengan pertumbuhan DPK BPR. Penyaluran
kredit BPR pada triwulan laporan senilai Rp
540 miliar atau meningkat sebesar 9,98%
(yoy) dan 1,89% (qtq). Sedangkan DPK BPR
tercatat sebesar Rp 530 miliar dan tidak
mengalami perubahan dibandingkan
dengan triwulan sebelumnya.
Sumber : LBU, diolah
Grafik 3.14 Perkembangan NPL BPR Sumut
Sumber : LBU, diolah
Tabel 3.4 Indikator Utama BPR Sumut
BAB 3 | Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 58
-3.000
-2.000
-1.000
0
1.000
2.000
3.000
4.000
5.000
6.000
7.000
8.000
I-7 III-7 I-8 III-8 I-9 III-9 I-10 III-10 I-11 III-11
Mili
ar R
upia
h
INFLOW OUTFLOW NET FLOW
NPL gross BPR di Sumut pada triwulan IV-2011 tercatat sebesar 9,26%, sedikit naik
setelah mengalami penurunan di triwulan sebelumnya. Untuk lebih meningkatkan kinerja BPR,
Kantor Bank Indonesia mulai melakukan fasilitasi pembentukan APEX BPR yang berperan dalam
penyatuan/pengumpulan dana (pooling of fund), pemberian bantuan keuangan (financial
assistance), dan dukungan tekhnis (technical services) dari bank umum kepada BPR yang
tergabung dalam APEX BPR dengan tujuan akhir yaitu peningkatan fungsi intermediasi BPR.
B. SISTEM PEMBAYARAN
Sejalan dengan peningkatan aktivitas perekonomian pada akhir tahun 2011,
perkembangan sistem pembayaran di wilayah Provinsi Sumut pada triwulan IV-2011
menunjukkan perkembangan yang positif. Hal ini ditandai oleh peningkatan volume
transaksi baik tunai maupun non tunai.
3.6 SISTEM PEMBAYARAN TUNAI
3.6.1 Perkembangan Aliran Uang Kartal (Inflow dan Outflow)
Perkembangan aliran uang kartal di Sumatera Utara pada triwulan IV-2011 mengalami
net outflow, artinya jumlah aliran uang keluar lebih besar dibandingkan aliran uang masuk.
Kegiatan transaksi aliran uang kartal di Sumatera Utara menunjukkan posisi net outflow sebesar
Rp 1,8 triliun, meningkat dibandingkan dengan triwulan III-2011 yang tercatat net inflow
sebesar Rp 596 miliar. Posisi inflow atau aliran uang kartal yang masuk ke Kantor Bank
Indonesia Medan pada periode laporan tercatat sebesar Rp 5,3 triliun atau menurun sebesar
Grafik 3.16 Perkembangan Aliran Uang Kartal melalui Bank
Indonesia di Sumatera Utara
Sumber : Laporan Bulanan Peredaran Uang, Bank Indonesia
Meliputi wilayah kerja KBI Medan, KBI Pematang Siantar, dan KBI Sibolga
59 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran | BAB 3
Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IVRp100.000 158 86 47 46 63 55 45 36 53 30 81 128 98 Rp50.000 232 116 66 142 232 173 131 230 165 102 282 505 242 Rp20.000 76 23 41 28 47 22 33 11 23 10 37 55 22 Rp10.000 62 3 6 6 2 1 3 6 10 30 13 9 Rp5.000 3 3 3 10 9 4 12 33 4 6 8 2 Rp2.000 1
Jumlah lembar 531 231 163 232 353 255 212 289 280 156 436 709 373 Nominal (Rp Ribu) 29.555 14.905 8.895 12.370 18.905 14.620 11.740 15.380 14.235 8.420 23.270 39.320 22.442
2009 2010 2011Jenis Pecahan 2008
0,00%
10,00%
20,00%
30,00%
40,00%
50,00%
60,00%
70,00%
80,00%
90,00%
100,00%
0
1.000
2.000
3.000
4.000
5.000
6.000
7.000
8.000
I-6 II-6
III-6
IV-6
I-7 II-7
III-7
IV-7
I-8 II-8
III-8
IV-8
I-9 II-9
III-9
IV-9
I-10
II-10
III-10
IV-10
I-11
II-11
III-11
IV-11
(miliar Rp.)Inflow RATIO PTTB
25,27% (qtq), sedangkan posisi outflow atau aliran uang kartal keluar tercatat sebesar Rp 7,1
triliun atau meningkat sebesar 9,58% (qtq).
3.6.2 Temuan Uang Palsu
Temuan uang palsu di KBI Medan menunjukkan kecenderungan yang menurun baik dari
segi nominal maupun jumlah lembar uang palsunya. Pada triwulan IV- 2011 ditemukan
sebanyak 373 uang palsu dengan total nilai sebesar Rp22.422.000. Sebagaimana periode
triwulan-triwulan sebelumnya, denominasi Rp50.000 paling banyak dipalsukan dibandingkan
pecahan lainnya, atau sebanyak 64,87% dibandingkan total temuan uang palsu. Sementara itu
jumlah temuan uang palsu Rp100.000 sebanyak 98 lembar. Selebihnya, temuan uang palsu
denominasi Rp20.000 (22 lembar), denominasi Rp10.000 (9 lembar), denominasi Rp5.000 (2
lembar) dan denominasi Rp2.000 sebanyak 1 lembar.
3.6.3 Penyediaan Uang Layak Edar
Grafik 3.17 Perkembangan Jumlah PTTB di Sumatera Utara
Salah satu tugas pokok Bank Indonesia dalam pengedaran uang diantaranya adalah
melakukan pemusnahan atau kegiatan Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) terhadap uang kartal
yang sudah tidak layak edar (lusuh/rusak) sebagai upaya untuk memelihara kualitas uang kartal yang
Tabel 3.5 Data Temuan Uang Palsu di Kantor Bank Indonesia Medan
Sumber : Kantor Bank Indonesia Medan
Sumber : Laporan Bulanan Peredaran Uang, Bank Indonesia
Meliputi wilayah kerja KBI Medan, KBI Pematang Siantar, dan KBI Sibolga
BAB 3 | Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 60
diedarkan di masyarakat (clean money policy) secara berkesinambungan. Pada triwulan IV-2011 jumlah
uang kartal yang telah dikenai Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) atau dimusnahkan
tercatat sebesar Rp3.444 miliar atau sebesar 65,08% dari jumlah inflow. Jumlah uang kartal
yang dicatat sebagai PTTB tersebut sedikit menurun dibandingkan triwulan lalu yang sebesar
Rp3.473 miliar atau 0,82% dibandingkan triwulan lalu.
3.7 SISTEM PEMBAYARAN NON TUNAI
3.7.1 Kegiatan Transaksi BI-RTGS Perbankan Sumatera Utara
Transaksi perbankan Sumatera Utara melalui Bank Indonesia Real Time Gross Settlement
BI-RTGS) pada triwulan IV-2011 mengalami peningkatan sebesar Rp66 triliun atau meningkat
50,57% menjadi Rp197,3 triliun dari nilai transaksi pada triwulan III-2011 yang tercatat sebesar
Rp131.triliun. Begitu pula dengan volume transaksi RTGS yang juga mengalami peningkatan
48,25% dibandingkan triwulan lalu menjadi 260.476 transaksi. Hal ini mencerminkan tingginya
transaksi perekonomian pada akhir tahun 2011.
Sejalan dengan hal tersebut, besaran rata-rata per hari nilai transaksi BI-RTGS pada
triwulan IV-2011 yang tercatat sebesar Rp3 triliun juga meningkat 48,25% atau Rp 1 triliun bila
dibandingkan dengan triwulan III-2011. Rata-rata volume transaksi per hari pada triwulan IV-
2011 meningkat 51,30%% menjadi 4.070 transaksi.
Tabel 3.6 Transaksi BI-RTGS Perbankan Sumatera Utara
Sumber : www.bi.go.id (statistik sistem pembayaran)
Meliputi wilayah kerja KBI Medan, KBI Pematang Siantar, dan KBI Sibolga
61 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran | BAB 3
10.000
11.000
12.000
13.000
14.000
15.000
16.000
17.000
-
100
200
300
400
500
600
Tw
.I
Tw
.II
Tw
.III
Tw
.IV
Tw
.I
Tw
.II
Tw
.III
Tw
.IV
Tw
.I
Tw
.II
Tw
.III
Tw
.IV
2009 2010 2011
Nominal (Rp. Miliar) Volume (lembar warkat)
3.7.2 Kegiatan Transaksi Kliring
Nilai transaksi kliring pada triwulan IV-2011 tercatat sebesar Rp35.983 miliar. Nilai ini
meningkat 1,33% atau Rp 472 miliar bila dibandingkan dengan triwulan III-2011 yang sebesar
Rp35.511 miliar. Sementara itu, volume warkat kliring mengalami penurunan sebesar -0,06%
dibandingkan triwulan lalu menjadi 1.121.416 lembar warkat. Hal ini menunjukkan bahwa pada
triwulan laporan jumlah transaksi cenderung merupakan transaksi dengan nominal besar seiring
dengan tingginya aktivitas perekonomian pada akhir tahun.
Pada triwulan IV-2011, besaran rata-rata per
hari nilai transaksi kliring adalah sebesar
Rp562 miliar, dengan rata-rata jumlah warkat
yang diproses sebanyak 17.522 transaksi
(warkat) per hari. Sementara itu, jumlah
penolakan cek dan bilyet giro (Cek/BG)
kosong di wilayah Sumut pada triwulan IV-
2011 tercatat sebanyak 15.679 warkat
dengan nilai Rp415 miliar. Dengan demikian
rata-rata penolakan cek dan bilyet giro per
harinya sebanyak 245 warkat dengan nilai Rp
6,4 miliar. Penolakan cek dan bilyet giro (Cek/BG) kosong ini mengalami peningkatan
dibandingkan triwulan lalu dari segi nilai 6,95% , tetapi dari segi volumenya justru menurun -
0,65%.
Tabel 3.7 Transaksi Kliring Perbankan Sumatera Utara
Sumber : www.bi.go.id (statistik sistem pembayaran)
Grafik 3.15 Perkembangan Cek/BG Kosong Perbankan
Sumut
Sumber : www.bi.go.id (statistik sistem pembayaran)
62 Bazaar Intermediasi Peternakan Ruminansia dan Perbankan Sumatera Utara | Boks 4
Kantor Bank Indonesia Medan menggelar Bazaar Intermediasi Peternakan Ruminansia
dan Perbankan Sumatera Utara selama 2 (dua) hari, 21-22 Desember 2011 yang berpusat di
Lapangan Benteng, Medan. Tujuan dari pelaksanaan bazaar ini adalah :
1. Sebagai media untuk membangun kebersamaan dari seluruh pelaku usaha yang terkait
dengan peternak, termasuk seluruh pemangku kepentingan;
2. Memfasilitasi intermediasi perbankan Sumatera Utara dengan kelompok (klaster) peternak;
3. Mensosialisaikan pola integrasi peternakan dengan pertanian;
4. Meningkatkan konsumsi protein hewani; dan
5. Menyukseskan progam Visit Medan Year 2012.
Bazaar dibuka dengan pemukulan gondang sembilan oleh Dirjen Peternakan dan
Kesehatan Hewan, PBI Medan, Asisten II Pemprov. Sumut, Anggota Komisi XI DPR RI,
Anggota DPD RI, Anggota DPRD I Sumut, Dirut Bank Sumut dan Pimpinan Kanwil BRI.
Rangkaian acara bazaar dilanjutkan dengan pemberian bantuan dari program Bank
Indonesia Social Responsibility (BSR) kepada 14 kelompok peternak, penandatanganan akad
kredit KKPE dan KUPS senilai Rp15.342.096.500 kepada 9 kelompok petani dan peternak
oleh bank penyalur (Bank Sumut dan BRI). Bazaar juga mengetengahkan talk show dengan
tema Potensi Pengembangan Sapi di Sumatera Utara. Pada talk show tersebut, hadir sebagai
nara sumber (1) Syukur Irwantoro, Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, (2) Nasser Atorf,
Pemimpin Bank Indonesia Medan, (3) Meutya Hafid, Anggota DPR RI, (4) Gus Irawan, Direktur
Utama Bank Sumut, dengan dipandu oleh Chantal Della Concetta, Penyiar MNC TV.
Setelahnya, berlangsung Forum Business Gathering atau Temu Bisnis Antar Pelaku Usaha.
Gambar 1. Talk Show Potensi Pengembangan Sapi di Sumatera Utara
BOKS 4 Bazaar Intermediasi Peternakan Ruminansia dan
Perbankan Sumatera Utara
Boks 4 | Bazaar Intermediasi Peternakan Ruminansia dan Perbankan Sumatera Utara 63
Pada hari kedua bazaar, acara yang digelar tak kalah serunya. Sebanyak 500 siswa
penjualannya melalui pembagian 800 kupon. Pada Pasar Daging Murah ini,
masyarakat dapat membeli daging sapi hanya dengan Rp40.000 per kg.
Di tempat terpisah, secara bersamaan dilakukan pemerahan Susu Kambing Etawa di 4 titik,
yaitu Tanjung Morawa, Pancur Batu, Tembung-Deli Serdang, dan Perbaungan-Serdang
Bedagai. Jumlah kambing yang diperah mencapai 212 ekor. Hal ini sekaligus mengukuhkan
KBI Medan sebagai penerima penghargaan MURI atas rekor Pemrakarsa Memerah Susu
Kambing dengan Jumlah Terbanyak.
Gambar 2. Penyerahan Penghargaan MURI kepada PBI Medan
Sepanjang rangkaian acara bazaar tersebut, 40 stand yang terkait dengan peternakan
ruminansia dan produk turunan ruminansia dipadati pengunjung bazaar. Beberapa manfaat
yang diperoleh dari kegiatan bazaar ini antara lain sebagai berikut:
1. Terjadinya intermediasi antara peternak dengan perbankan dalam menentukan skim
kredit program;
2. Pengunjung dapat mengetahui integrasi antara peternakan dengan pertanian dalam hal
pertanian organik;
3. Merangsang masyarakat dalam meningkatkan konsumsi protein hewani; dan
4. Terjadinya transaksi antara pelaku usaha di bidang peternakan dengan pengunjung
bazaar.
BAB 4 | Perkembangan Keuangan Daerah 64
APBD Sumut 2012 meningkat 48,84% dibandingkan tahun 2011.
Prioritas pembangunan tahun 2012 ditujukan untuk sektor pendidikan, kesehatan,
infrastruktur dan ketahanan pangan
DPRD Sumatera Utara (Sumut) menyetujui Rancangan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah (RAPBD) Sumut tahun anggaran 2012 pada 21 Desember 2011,
setelah melalui pembahasan pada Badan Anggaran dan Rapat Paripurna. Penetapan APBD yang
tepat waktu diharapkan dapat memperlancar pelaksanaan realisasi anggaran sesuai jadwal yang
ditetapkan, dengan demikian tidak terjadi konsentrasi realisasi anggaran di akhir tahun. APBD
Sumut 2012 ditetapkan sebesar Rp7,68 triliun atau mengalami peningkatan sebesar 48,84%
dibandingkan tahun 2011 sebesar Rp5,16 triliun sehingga diharapkan dapat mendorong
pertumbuhan ekonomi Sumut secara langsung dari sisi konsumsi pemerintah maupun secara
tidak langsung melalui peningkatan kualitas layanan publik serta pembangunan infrastruktur
yang menunjang aktivitas ekonomi regional.
Pendapatan Daerah Sumut TA 2012 sebesar Rp7,33 triliun dan Belanja Daerah
sebesar Rp7,68 triliun. Pendapatan daerah terdiri atas Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebesar
Rp4,03 triliun, Dana Perimbangan sebesar Rp1,69 triliun dan Lain-lain Pendapatan yang Sah
sebesar Rp1,62 triliun. Pada porsi Belanja Daerah dialokasikan Rp7,68 triliun. Belanja Daerah
tersebut terdiri atas Belanja Tidak Langsung senilai Rp4,50 triliun dan Belanja Langsung Rp3,17
triliun. Dengan alokasi pendapatan dan belanja tersebut, terjadi defisit murni sebesar Rp345, 31
miliar. Defisit tersebut memungkinkan untuk ditutup dengan sumber-sumber pembiayaan
seperti Sisa Lebih Penggunaan Anggaran (SILPA), dana cadangan, hasil penjualan kekayaan
daerah yang dipisahkan, penerimaan kembali pemberian pinjaman, dan pinjaman daerah.
Tabel 4. 1 Pendapatan dan Belanja Daerah Sumatera Utara 2012
Pendapatan Daerah Rp 7.332.537.006.953
Pendapatan Asli Daerah Rp 4.026.427.214.194
Dana Perimbangan Rp 1.686.144.432.759
Lain-lain Pendapatan yang Sah Rp 1.619.965.360.000
Belanja Daerah Rp 7.677.852.377.570
Belanja Tidak Langsung Rp 4.504.803.726.011
Belanja Langsung Rp 3.173.048.651.559
Defisit Anggaran Rp (345.315.370.617) Sumber: Pemprov. Sumut
BBBAAABBB 444 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
65 Perkembangan Keuangan Daerah | BAB 4
Beberapa catatan yang sempat mengemuka dalam pembahasan RAPBD Sumut 2012
antara lain persoalan kasus tanah yang perlu mendapat perhatian dengan alokasi dana untuk
pengukuran ulang lahan Eks HGU, penataan aset milik Pemprov Sumut, kebijakan pro petani
dan upaya peningkatan PAD dan dana bagi hasil dari pemerintah pusat.
APBD 2012 ini diarahkan untuk mendukung prioritas pembangunan 2012 di
sektor pendidikan, kesehatan, infrastruktur dan ketahanan pangan. Dengan prioritas di
sektor ini terutama di sektor infrastruktur diharapkan tidak hanya meningkatkan konsumsi
pemerintah namun juga memberikan multiplier effect terhadap kesejahteraan masyarakat
melalui peningkatan aktivitas perekonomian dengan adanya dukungan infrastruktur yang
memadai, peningkatan kualitas kesehatan, pendidikan serta terjaganya pasokan pangan dalam
jumlah yang memadai.
BAB 5 | Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan 66
Kinerja perekonomian Sumut pada triwulan IV-2011 berpengaruh positif
terhadap kondisi ketenagakerjaan Sumut. Kesejahteraan masyarakat juga terus
meningkat seiring menurunnya angka kemiskinan
5.1. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH
Pertumbuhan ekonomi yang masih cukup tinggi di triwulan IV-2011
diperkirakan berpengaruh positif terhadap kondisi ketenagakerjaan Sumatera
Utara. Hasil survey liaison di triwulan IV-2011 menunjukkan terjadinya penambahan
tenaga kerja yang disebabkan oleh ekspansi usaha yang dilakukan seiring dengan naiknya
permintaan produk di pasar. Hubungan industrial yang terjalin cukup baik juga menjaga
iklim investasi yang sudah kondusif selama ini.
Kondisi ketenagakerjaan yang sudah baik ini diperkirakan akan terus membaik di
tahun 2012 dengan naiknya Upah Minimum Provinsi (UMP) Sumatera Utara sebesar 16%
dengan ditetapkannya SK Gubernur Sumatera Utara No. 188.44/988/KPTS/2011 tanggal 17
November 2011. Berdasarkan SK tersebut UMP Sumut tahun 2012 telah ditetapkan
menjadi Rp1.200.000 atau naik 16% dibandingkan tahun 2011 sebesar Rp1.035.500.
Penetapan UMP Sumut 2012 tersebut telah memperhatikan survei Kebutuhan Hidup Layak
(KHL), dimana untuk Sumut besarnya Rp1.035.028.
Upah Minimum Kota (UMK) Medan ditetapkan sebesar Rp1.285.000 mengalami
kenaikan sebesar 7,35% dibandingkan tahun 2011 yang tercatat sebesar Rp1.197.000.
Sementara itu, UMK Deliserdang ditetapkan sebesar 10,25% dari Rp1.170.000 menjadi
Rp1.290.000. Beberapa Upah Minimum Sektoral Kota (UMSK) untuk kedua kota tersebut
di atas UMK.
Prospek ketenagakerjaan juga diperkirakan akan terus membaik di tahun 2012
seiring dengan prospek pertumbuhan ekonomi yang masih akan melaju positif serta
dengan akan mulai diimplementasikannya proyek-proyek Masterplan Percepatan Perluasan
Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) di Sumatera Utara.
BBBAAABBB 555 PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN
67 Perkembangan Ketengakerjaan dan Kesejahteraan | BAB 5
Tabel 5. 1 Beberapa Upah Minimum Sektoral Kota (UMSK) Medan dan Deliserdang
Sumber: Petikan SK Nomor 188.44/72/KPTS/Tahun 2012
Membaiknya kondisi ketenagakerjaan juga terindikasikan dari hasil Survei Kegiatan
Dunia Usaha (SKDU) yang dilakukan oleh KBI Medan. Kontribusi peningkatan penggunaan
tenaga kerja pada triwulan IV-2011 terutama berasal dari sektor industri pengolahan (SBT
2,32%), sektor perdagangan, hotel, & restoran (SBT 1,31%), sektor keuangan, persewaan
& jasa perusahaan (SBT 3,46%), serta sektor jasa-jasa (SBT 0,66%). Perkiraan peningkatan
penggunaan tenaga kerja disebabkan oleh adanya peningkatan permintaan produk,
perluasan usaha, serta faktor hari besar keagamaan/akhir tahun.
Grafik 5. 1 SBT Indikator Jumlah Tenaga Kerja
BAB 5 | Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan 68
5.2. PERKEMBANGAN KESEJAHTERAAN DAERAH
5.2.1. Profil Kemiskinan Sumatera Utara
Berdasarkan hasil Survei Ekonomi Nasional (Susenas) yang
dilaksanakan pada bulan September 2011, jumlah penduduk miskin di
Sumatera Utara (Sumut) sebanyak 1.421.400 orang atau 10,83% terhadap
total penduduk Sumut. Kondisi tersebut lebih baik jika dibandingkan dengan hasil
Susenas) sebelumnya pada Maret 2011 sebanyak 1.481.300 orang atau 11,33%.
Dengan demikian, terdapat penurunan jumlah penduduk miskin sebanyak 59.900
orang serta penurunan persentase penduduk miskin sebesar 0,50 poin.
Tabel 5. 2 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Sumatera Utara
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS
Jumlah penduduk miskin di perkotaan sebanyak 652.100 orang atau
sebanyak 10,10% terhadap jumlah total penduduk perkotaan. Pada periode
sebelumnya, Maret 2011 jumlah penduduk miskin sebanyak 691.100 orang atau
10,75% terhadap total penduduk perkotaan. Jumlah penduduk miskin Sumut yang
berada di pedesaan pada September 2011 sebanyak 769.300 orang. Persentase
tersebut sebanyak 11,53% dibandingkan jumlah penduduk di pedesaan. Sementara
itu, pada bulan Maret 2011 jumlah penduduk miskin di pedesaan sebesar 790.200
orang atau 11,89% dari jumlah penduduk di pedesaan. Dengan demikian pada
bulan September 2011 telah terjadi penurunan jumlah penduduk miskin baik di
perkotaan maupun pedesaan bila dibandingkan dengan bulan Maret 2011.
69 Perkembangan Ketengakerjaan dan Kesejahteraan | BAB 5
Tabel 5. 3 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Sumatera Utara menurut Daerah
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS
Pada September 2011 garis kemiskinan Sumut sebesar Rp263.209 per
kapita per bulan. Pada daerah perkotaan, garis kemiskinannya sebesar
Rp288.023 per kapita per bulan dan daerah pedesaan sebesar Rp239.208 per
kapita per bulan. Apabila dibandingkan Maret 2011, garis kemiskinan Sumut
pada September 2011 naik 6,75%. Garis kemiskinan di perkotaan naik 6,00%
dan garis kemiskinan di pedesaan naik 7,64%. Garis kemiskinan digunakan
sebagai batas untuk menentukan miskin atau tidaknya seseorang. Penduduk
miskin merupakan penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per
bulan di bawah garis kemiskinan.
Tabel 5. 4 Garis Kemiskinan Sumatera Utara Tahun 2004-2011 (Rp/Kapita/Bulan)
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS
Terjadi kecenderungan penurunan Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1)
dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) dari bulan Maret 2011 ke September
2011. Indeks Kedalaman Kemiskinan turun dari 1,84 pada Maret 2011 menjadi
1,80 pada September 2011. Demikian pula Indeks Keparahan Kemiskinan turun
dari 0,51 menjadi 0,47 pada periode yang sama. Penurunan nilai kedua indeks
ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung
mendekati garis kemiskinan dan tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk
miskin juga semakin menyempit.
BAB 5 | Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan 70
Nilai Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan di
daerah pedesaan masih lebih tinggi dibandingkan daerah perkotaan. Pada
September 2011, nilai Indeks Kedalaman Kemiskinan untuk perkotaan hanya
1,35 sementara di pedesaan mencapai 2,24. Nilai Indeks Keparahan Kemiskinan
untuk perkotaan hanya 0,31 sedangkan di pedesaan mencapai 0,63. Selain
harus mampu memperkecil jumlah penduduk miskin, kebijakan yang
menyangkut kemiskinan juga sekaligus harus bisa mengurangi tingkat
kedalaman dan keparahan kemiskinan.
Tabel 5. 5 Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)
5.2.2. Nilai Tukar Petani
Peningkatan tingkat kesejahteraan penduduk Sumut tidak hanya
tercermin dari penurunan jumlah penduduk miskin tetapi terkonfirmasi juga dari
peningkatan indeks Nilai Tukar Petani (NTP). Pada Desember 2011, Nilai Tukar
Petani (NTP) Sumut tercatat sebesar 103,13 mengalami sedikit peningkatan
dibandingkan September 2011 sebesar 103,03.
Adapun Nilai Tukar Petani per subsektor sebagai berikut, Nilai Tukar
Petani Padi & Palawija (NTPP) sebesar 99,65; Nilai Tukar Petani Hortikultura
(NTPH) sebesar 112,89; Nilai Tukar Petani Tanaman Perkebunan Rakyat (NTPR)
sebesar 103,89; Nilai Tukar Petani Peternakan (NTPT) sebesar 105,05; dan Nilai
Tukar Nelayan (NTN) sebesar 99,94.
Grafik 5. 2 Nilai Tukar Petani
BAB 6 | Prospek Perekonomian Daerah 71
6.1. Perkiraan Ekonomi
Memasuki tahun 2012, perekonomian Sumut diperkirakan tumbuh
moderat pada triwulan pertama. Setelah tumbuh melambat pada laju 6,36% (yoy)
di triwulan IV-2011, pertumbuhan ekonomi Sumut pada triwulan I-2012 diperkirakan
berada pada kisaran 6,30%-6,50% (yoy). Berdasarkan hasil Survei Konsumen yang
dilakukan oleh KBI Medan, konsumen optimis memandang kondisi perekonomian
Sumut. Sama halnya dengan konsumen, ekspektasi para pelaku usaha dalam
memandang kegiatan dunia usaha di triwulan mendatang juga mengalami
peningkatan.
Grafik 6. 1 Indeks Ekspektasi Konsumen
Sumber: Survei Konsumen, KBI Medan
Dari sisi permintaan, pertumbuhan triwulan mendatang terutama ditopang oleh
konsumsi rumah tangga. Terlebih lagi, Tahun Baru Imlek yang jatuh pada bulan
Januari 2012 sangat berpengaruh terhadap aktivitas perekonomian khususnya di kota
Medan. Sedangkan konsumsi pemerintah maupun investasi belum banyak
memberikan kontribusi karena diperkirakan belum banyak proyek yang dimulai di
awal tahun ini.
Di sisi sektoral, perekonomian Sumut pada triwulan I-2012 terutama ditopang
oleh kinerja sektor pertanian; sektor perdagangan, hotel, dan restoran; dan sektor
BAB 6 PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH
BAB 6 | Prospek Perekonomian Daerah 72
keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan. Sektor pertanian berpotensi tumbuh
seiring dengan penetapan 6 kabupaten di Sumut menjadi kawasan pencetakan lahan
padi baru seluas 1.200 ha. Enam kabupaten tersebut adalah Nias, Mandailing Natal,
Labuhan Batu Utara, Tapanuli Selatan, Padang Lawas Utara, dan Dairi. Dana bantuan
(Rp8 juta per ha) pencetakan lahan padi baru akan dikucurkan atau dibagikan kepada
kelompok petani di 6 kabupaten yang pengajuannya disetujui.
Grafik 6. 2 Indeks Tendensi Konsumen Tw. I-2011 Hingga Tw. IV-2011
Sumber: BPS, diolah
Indeks Tendensi Konsumen (ITK) yang merupakan indikator perkembangan
ekonomi terkini yang dihasilkan melalui Survei Tendensi Konsumen (STK). Indeks yang
dilakukan Badan Pusat statistik ini menggambarkan kondisi ekonomi konsumen pada
triwulan berjalan dan perkiraan pada triwulan mendatang. Indeks Tendensi
Konsumen (ITK) Sumut pada triwulan I-2012 diperkirakan sebesar 108,05, artinya
optimisme masih melingkupi kondisi ekonomi konsumen pada triwulan mendatang.
Perkiraan ITK triwulan I-2012 tersebut juga meningkat dibandingkan triwulan IV-2011
sebesar 107,92. Peningkatan ITK tersebut terutama didukung oleh peningkatan
pendapatan rumah tangga dari 107,80 menjadi 110,15.
BAB 6 | Prospek Perekonomian Daerah 73
Grafik 6. 3 Perkiraan Indeks Tendensi Konsumen Tw. I-2012
Sumber: BPS, diolah
6.2. Perkiraan Inflasi Daerah
Laju inflasi tahunan pada triwulan I-2012 diperkirakan berada pada kisaran
4,50%±1%. Terjaganya laju inflasi Sumut salah satunya disebabkan oleh terjaganya
ekspektasi masyarakat. Hasil Survei Konsumen yang dilakukan oleh KBI Medan
mengkonfirmasi hal tersebut. Ekspektasi harga konsumen 3 bulan yang akan datang dan
ekspektasi harga 6 bulan yang akan datang mengalami sedikit penurunan.
Grafik 6. 4 Ekspektasi Konsumen
Sumber : SK, KBI Medan
Kendati demikian, beberapa potensi risiko inflasi seperti masa paceklik di awal
tahun 2012 perlu diantisipasi. Pasokan beras jenis lokal dari sentra-sentra produksi beras di
BAB 6 | Prospek Perekonomian Daerah 74
Sumut, seperti Kabupaten Deliserdang, Asahan, dan Simalungun melorot. Musim paceklik
yang tak menguntungkan bagi pedagang dan masyarakat selaku konsumen, diperkirakan
bakal berakhir pada bulan Maret mendatang, saat petani petani mulai menikmati hasil
panen. Upward risk juga muncul dari sisi administered prices. Rencana kenaikan TDL per
Maret 2012 dan pembatasan BBM bersubsidi pada April 2012 yang telah mengemuka di
masyarakat dapat menggiring ekspektasi pelaku usaha dan masyarakat dan memicu
kenaikan harga.
Guna mengawal inflasi 2012 sekaligus mengantisipasi potensi risiko inflasi ke
depan, TPID Provinsi Sumatera Utara dan Kota Medan telah menyiapkan
sebagai berikut:
1. Optimalisasi pemantauan harga barang-barang kebutuhan pokok dan penyumbang
inflasi terbesar,
2. Pemanfaatan riset mengenai inflasi dan harga, terutama terkait dengan produksi,
distribusi dan ekspektasi masyarakat terhadap perkembangan harga,
3. Peningkatan manajemen ekspektasi masyarakat dan komunikasi public,
4. Pemantauan harga pangan dan menjaga kelancaran pasokan barang-barang
kebutuhan pokok, dan
5. Percepatan pembangunan infrastruktur.
Trw.I Trw.II Trw.III Trw.IV Trw.I Trw.II Trw.III Trw.IV Trw.I Trw.II Trw.III
1. PERTANIAN 6,696.12 6,505.67 6,705.82 6,619.32 7,005.79 6,846.15 7,057.99 6,976.68 7,469.50 7,134.13 7,457.81
2. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 321.70 322.37 334.28 344.64 336.27 340.26 354.13 365.34 363.05 368.79 378.12
3. INDUSTRI PENGOLAHAN 6,194.40 6,113.08 6,303.77 6,365.86 6,529.85 6,427.62 6,603.48 6,599.60 6,564.63 6,708.90 6,710.22
4. LISTRIK, GAS, DAN AIR BERSIH 200.48 203.37 205.38 206.78 212.39 215.40 219.64 222.44 232.86 237.62 239.67
5. B A N G U N A N 1,783.57 1,829.64 1,926.64 2,014.51 1,894.82 1,931.67 2,051.19 2,155.66 2,073.85 2,093.67 2,213.73
6. PERDAG, HOTEL DAN REST. 5,078.84 4,976.12 5,207.92 5,312.55 5,410.87 5,340.57 5,543.55 5,594.70 5,792.97 5,743.81 6,010.53
7. PENGANGKUTAN DAN KOM. 2,574.99 2,618.21 2,702.59 2,734.66 2,776.19 2,828.79 2,974.39 3,028.53 3,076.47 3,120.74 3,231.78
8. KEUANGAN, & JASA PERSH. 1,939.29 1,895.90 2,027.43 2,076.59 2,152.86 2,158.52 2,181.70 2,302.06 2,343.42 2,394.08 2,585.03
9. JASA - JASA 2,737.98 2,762.11 2,817.10 2,899.56 2,866.63 2,908.42 3,052.97 3,148.14 3,117.26 3,168.60 3,280.79
P D R B 27,527.4 27,226.5 28,230.9 28,574.5 29,185.7 28,997.4 30,039.1 30,393.1 31,034.01 30,970.34 32,107.67
Sumber : BPS Sumut
2011
LAMPIRAN A
PDRB Triwulanan Provinsi Sumatera Utara ADH Konstan 2000
Menurut Lapangan Usaha (Miliar Rupiah)
Gross Domestic Regional Product at Constant Prices Year 2000
by Industrial Origin in North Sumatera Province (Trillion Rupiahs)
LAPANGAN USAHA2009 2010
Trw.I Trw.II Trw.III Trw.IV Trw.I Trw.II Trw.III Trw.IV Trw.I Trw.II Trw.III Trw.IV
1. PERTANIAN 6.70 -2.72 2.41 -1.29 5.48 -2.28 3.27 -1.15 7.06 -4.07 4.49 -2.84
a. Tanaman Bahan Makanan
b. Tanaman Perkebunan
c. Peternakan dan Hasil-hasilnya
d. K e h u t a n a n
e. P e r i k a n a n
2. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN -2.87 0.21 3.69 3.10 -2.43 1.19 3.37 3.16 -0.63 2.27 2.97 2.44
a. Minyak dan gas bumi
b. Penggalian.
3. INDUSTRI PENGOLAHAN -0.50 -1.73 3.67 0.98 2.58 -1.57 3.63 -0.06 -0.53 2.31 1.68 0.53
a. Industri M i g a s
b. Industri bukan Migas
4. LISTRIK, GAS, DAN AIR BERSIH 0.96 1.44 0.99 0.68 2.72 1.42 1.17 1.28 4.68 2.24 0.76 -1.10
a. L i s t r i k
b. Gas Kota
c. Air bersih
5. B A N G U N A N -2.71 2.58 5.30 4.56 -5.94 1.94 4.41 5.09 -3.80 0.11 5.73 5.35
6. PERDAG, HOTEL DAN REST. 0.72 -2.42 4.90 2.01 1.85 -1.30 3.31 0.92 3.54 -1.55 4.18 1.44
a. Perdagangan Besar dan Eceran
b. H o t e l
c. R e s t o r a n
7. PENGANGKUTAN DAN KOM. 1.47 0.66 4.27 1.19 1.52 1.89 4.19 1.82 1.58 2.68 3.58 1.66
a. P e n g a n g k u t a n
b. K o m u n i k a s i
8. KEUANGAN, & JASA PERSH. 2.44 0.35 4.96 2.42 3.67 0.26 1.07 5.52 1.80 1.95 3.82 1.83
a. B a n k, Lemb. Keu. Lainnya.
b. Sewa Bangunan
c. Jasa Perusahaan
9. JASA - JASA 0.37 1.04 2.95 2.93 -1.14 1.46 4.97 3.12 -0.98 1.86 2.85 2.48
a. Pemerintahan Umum
b. S w a s t a
P D R B 1.69 -0.98 3.76 1.22 2.14 -0.65 3.52 1.18 2.11 -0.13 3.55 0.68
Sumber : BPS Sumut
LAMPIRAN BPertumbuhan PDRB Triwulanan Provinsi Sumatera Utara
Atas Dasar Harga Konstan 2000 (qtq, %)Growth Rate of Economy at Constant Prices Year 2000
LAPANGAN USAHA2009 2010
by Industrial Origin in North Sumatera Province (qtq,%)
2011