kajian ekonomi regional provinsi gorontalo triwulan iv 2009 filekata pengantar puji syukur kami...

73
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2009 BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA

Upload: vukhue

Post on 30-Mar-2019

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Kajian Ekonomi Regional

Provinsi Gorontalo

Triwulan IV 2009

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA

Visi Bank Indonesia :

“Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil”

Misi Bank Indonesia :

“Mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pemeliharaan kestabilan moneter dan

pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan jangka panjang Negara Indonesia

yang berkesinambungan”

Tugas Bank Indonesia :

1. Menentapkan dan melaksanakan kebijakan moneter

2. Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran

3. Mengatur dan mengawasi bank.

Kritik, saran dan komentar dapat disampaikan kepada

Redaksi :

Kelompok Kajian dan Survey

Bank Indonesia Gorontalo

Jl. D.I. Panjaitan No 35 Gorontalo – 96115

Telp : +62 435 824444

Fax : +62 435 827993

Web : www.bi.go.id

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas anugerah-Nya sehingga

penyusunan Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Gorontalo dapat diselesaikan dengan

baik.

Kajian periode triwulan IV-2009 ini merupakan pengejawantahan dari peranan KBI

Gorontalo sebagai ‘economic intelligent and research unit’ yang diharapkan mampu

memberikan informasi ekonomi dan keuangan daerah yang akurat, menyeluruh, dan terkini

sebagai bahan masukan pemangku kepentingan di daerah dan di pusat.

Kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan informasi yang

amat bermanfaat bagi penyusunan kajian ini. Di sisi lain, kami juga menyadari bahwa di usia

yang masih sangat muda ini, KBI Gorontalo dari sisi produk dan peran masih jauh dari

kesempurnaan. Untuk itu, kami mengharapkan saran, masukan dan kerjasama dari berbagai

pihak untuk meningkatkan kualitas produk dan peranan kami di masa yang akan datang.

Akhir kata, kiranya kajian ini dapat memberikan manfaat yang optimal bagi pengembangan

perekonomian Provinsi Gorontalo.

Gorontalo, 4 Februari 2010

BANK INDONESIA GORONTALO

Benny Siswanto

Pemimpin

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI RINGKASAN EKSEKUTIF i BAB 1. PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

1.1. Sisi Permintaan 1 1.1.1. Konsumsi 2 1.1.2. Investasi 4 1.1.3. Ekspor-Impor 5

1.2. Sisi Penawaran 7 1.2.1. Sektor Pertanian 7 1.2.2. Sektor Angkutan dan Komunikasi 9 1.2.3. Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran 10 1.2.4. Sektor Bangunan 11 1.2.5. Sektor Industri Pengolahan 12 1.2.6. Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa 13 1.2.7. Sektor Lainnya 13

1.3. Box KER I 14 BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

2.1. Inflasi Gorontalo Triwulan IV-2009 17 2.2. Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang/Jasa 19

2.2.1. Inflasi Tahunan (yoy) 19 2.2.2. Inflasi Triwulanan (qtq) 20

2.3. Box KER II 23

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH 3.1. Fungsi Intermediasi 27

3.1.1. Perkembangan Bank 27 3.1.2. Penyerapan Dana Masyarakat 28

3.2. Stabilitas Sistem Perbankan 30 3.2.1. Risiko Kredit 30 3.2.2. Risiko Likuiditas 31 3.2.3. Risiko Pasar 33

3.3. Box KER III 34

BAB 4 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH 4.1. Pendapatan Daerah 37 4.2. Belanja Daerah 38 4.3. Kontribusi Realisasi APBD Gorontalo terhadap Sektor Riil dan Uang Beredar 39 4.4. Perkembangan Keuangan Daerah 2010 40

BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN 5.1. Perkembangan Aliran Uang Kartal 41 5.2. Perkembangan Kliring Non BI di Gorontalo 42

BAB 6 KESEJAHTERAAN

6.1. Pengangguran 43 6.2. Kemiskinan 44

6.3 Rasio Gini 45 6.4 IPM (Index Pembangunan Manusia) 45

BAB 7 OUTLOOK PEREKONOMIAN

7.1. Outlook Makro Ekonomi Regional 47 7.2. Outlook Triwulanan 49 7.3 Outlook Inflasi 51

LAMPIRAN DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Permintaan (y.o.y) 2

Tabel 1.2 Komposisi Investasi Gorontalo 4

Tabel 1.3 Jumlah PMA/PMDN aktif di Gorontalo 5

Tabel 1.4 Perkembangan Negara Tujuan Ekspor Luar Negeri 6

Tabel 1.5 Perkembangan Komoditas Ekspor Luar Negeri Gorontalo 6

Tabel 1.6 Volume Bongkar Barang di Pelabuhan Gorontalo 6

Tabel 1.7 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran (y.o.y) 7

Tabel 1.8 Produksi Pertanian Tabama 8

Tabel 1.9 Perhitungan ICOR Prov. Gorontalo 14

Tabel 1.10 Anggaran Belanja Modal PEMDA 2009 vs 2010 16

Tabel 2.1 Inflasi Tahunan Kelompok Barang dan Jasa (yoy) 19

Tabel 2.2 Inflasi Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan tahun 2009 (y.o.y) 20

Tabel 2.3 Kelompok Barang dan Jasa 20

Tabel 2.4 Hasil Rapat Tim Pengendalian Pengendalian Inflasi dan Pemberdayaan Ekonomi

Daerah 22

Tabel 2.5 Asal Pasokan Pada Level Konsumen 25

Tabel 3.1 Matriks Perbandingan Kompetitif Komoditas Unggulan Kota Gorontalo 35

Tabel 4.1 Anggaran Induk dan Realisasi Pendapatan APBD Provinsi Gorontalo 37

Tabel 4.2 Komposisi Pendapatan APBD Provinsi Gorontalo dalam (%) 38

Tabel 4.3 Anggaran Induk dan Realisasi Belanja APBD Provinsi Gorontalo 38

Tabel 4.4 Komposisi Belanja APBD Provinsi Gorontalo 39

Tabel 4.5 Stimulus Fiskal APBD terhadap sektor Riil 39

Tabel 4.6 Dampak APBD terhadap Uang Beredar 40

Tabel 4.7 APBD 2009 vs APBD 2010 40

Tabel 6.1 Penduduk Usia 15 Tahun ke atas Menurut Kegiatan 43

Tabel 6.2 Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja 44

Tabel 6.3 Persentase Penduduk Miskin Provinsi Gorontalo (%) 44

Tabel 6.4 Persentase Jumlah Penduduk Miskin Menurut Kab/Kodya tahun 2007 45

Tabel 6.5 Rasio Gini Provinsi Gorontalo 45

Tabel 6.6 IPM Provinsi Gorontalo 46

Tabel 6.7 Indeks Pembangunan Manusia per Kab/Kodya Tahun 2006-2007 46

DAFTAR GRAFIK Grafik 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Gorontalo 1

Grafik 1.2 Konsumsi Listrik Rumah Tangga 3

Grafik 1.3 Konsumsi Bahan Bakar Rumah Tangga 3

Grafik 1.4 Belanja Pegawai APBD 3

Grafik 1.5 Indeks Keyakinan Konsumen 3

Grafik 1.6 Survey Konsumen 4

Grafik 1.7 Realisasi Belanja Non Modal 4

Grafik 1.8 Belanja Modal APBD Provinsi 4

Grafik 1.9 Muat Barang di Pelabuhan Gorontalo 5

Grafik 1.10 Luas Lahan Panen & Produktivitas Jagung 8

Grafik 1.11 Perkembangan Produktivitas Jagung 8

Grafik 1.12 Konsumsi Premium untuk Transportasi 9

Grafik 1.13 Jumlah Penerbangan Pesawat 9

Grafik 1.14 Realisasi Pajak Kendaraan Bermotor 9

Grafik 1.15 Perkembangan Penumpang Pesawat 10

Grafik 1.16 Perkembangan Penumpang Kapal Laut 10

Grafik 1.17 Perkembangan Kredit Perdagangan 10

Grafik 1.18 Perkembangan Konsumsi Listrik Bisnis 10

Grafik 1.19 Tingkat Penghunian Hotel 10

Grafik 1.20 Realisasi Belanja Modal APBD 11

Grafik 1.21 Realisasi Penjualan Semen 11

Grafik 1.22 Penggunaan BBM Industri 12

Grafik 1.23 Penggunaan Listrik Industri 12

Grafik 1.24 NIM Perbankan 13

Grafik 1.25 Perkembangan Investasi Gorontalo 14

Grafik 1.26 Perkembangan Inflasi Sulampua 14

Grafik 1.27 Pertumbuhan Sektor Tradable vs Non Tradable 15

Grafik 2.1 Perkembangan Inflasi Nasional dan Gorontalo 17

Grafik 2.2 Perkembangan Inflasi Tahunan Provinsi Gorontalo 18

Grafik 2.3 Indeks Perubahan Harga Umum 3 Bulan YAD 18

Grafik 2.4 Indeks Perkiraan Kenaikan Harga Kelompok 18

Grafik 2.5 Indeks Keyakinan Konsumen 19

Grafik 2.6 Realisasi Kapasitas Produksi per Sektor Ekonomi 2009 19

Grafik 2.7 Perkembangan Harga BBM 20

Grafik 2.8 Perkembangan Harga Bawang dan Cabai 2009 21

Grafik 2.9 Perkembangan Harga Beras dan Gula Pasir 2009 21

Grafik 3.1 Pertumbuhan DPK (y.o.y) 28

Grafik 3.2 Komposisi DPK 28

Grafik 3.3 Pertumbuhan Kredit berdasarkan jenis penggunaan (y.o.y) 29

Grafik 3.4 Komposisi Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan 29

Grafik 3.5 Pertumbuhan Kredit Sektoral (y.o.y) 29

Grafik 3.6 Komposisi portofolio Kredit Sektor Produktif 29

Grafik 3.7 Pertumbuhan Kredit UMKM 30

Grafik 3.8 Komposisi Kredit UMKM 30

Grafik 3.9 Non Performing Loan 31

Grafik 3.10 Kosentrasi Kredit 31

Grafik 3.11 Pergerakan Komposisi DPK 32

Grafik 3.12 Komposisi Dana Milik Pemda 32

Grafik 3.13 Perkembangan LDR Perbankan Gorontalo 33

Grafik 3.14 Perkembangan Kurs USD dan BI Rate 33

Grafik 5.1 Netflow Kas Titipan Gorontalo 41

Grafik 5.2 Perkembangan Netflow 41

Grafik 5.3 Perputaran Kliring di Gorontalo 42

Grafik 5.4 Rata-rata Perputaran Kliring Per Hari 42

Grafik 5.5 Rasio Warkat dan Nominal Cek/BG Kosong Kliring Non BI Gorontalo 42

Grafik 7.1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Tahunan 47

Grafik 7.2 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Triwulanan 49

Grafik 7.3 Perkiraan Perkembangan Kegiatan Usaha 50

Grafik 7.4 Proyeksi Inflasi Tahunan (y.o.y) Provinsi Gorontalo (%)2 51

Grafik 7.5 Indeks Ekspektasi Konsumen Provinsi Gorontalo 51

Grafik 7.6 Indeks Perkiraan Suku Bunga (Perbankan) Tabungan dan Ekspektasi Tabungan 6

Bulan Kedepan 52

DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Jalur Distribusi Rica 23

Gambar 2.2 Jalur Distribusi Tomat 24

Gambar 2.3 Jalur Distribusi Cabe Merah 24

Gambar 2.4 Jalur Distribusi Bawang Merah 25

Gambar 3.1 Hasil Analisis AHP Komoditas Unggulan Klaster Kota Gorontalo 34

Bank Indonesia │Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009 i

RINGKASAN EKSEKUTIF

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO

Perekonomian Gorontalo

pada triwulan IV-2009

melambat 7,23% (yoy).

Pada triwulan IV-2009, perekonomian Gorontalo diperkirakan

tumbuh 7,23% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan IV-

2008 sebesar 7,55% (yoy). Sementara itu secara kumulatif

pertumbuhan ekonomi Gorontalo tahun 2009 diperkirakan

sebesar 7,18% (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan

ekonomi tahun 2008 sebesar 7,76% (yoy). Nuansa perlambatan

didorong oleh melemahnya kinerja pertanian di sisi penawaran

serta kinerja ekpor dan konsumsi pemerintah di sisi permintaan.

Kinerja ekspor dan

konsumsi pemerintah

yang melemah

mendorong perlambatan

pertumbuhan ekonomi

sisi permintaan

Disisi permintaan, kinerja ekspor selama triwulan IV-2009 belum

menunjukkan tanda membaik. Pelemahan ekspor Gorontalo

terutama disebabkan oleh merosotnya ekspor jagung yang

mencapai 51,61% dibandingkan ekspor jagung tahun 2008.

Konsumsi pemerintah turut melambat selama triwulan IV-2009,

perlambatan terutama didorong oleh menurunnya realisasi

belanja barang dan jasa pemerintah daerah.

Melambatnya pertumbuhan ekonomi sisi permintaan sedikit

diredam oleh membaiknya kinerja investasi dan konsumsi

swasta. Belanja modal APBD tumbuh 47,77% jauh melebihi

realisasi tahun 2008 yang terkontraksi 34,30%. Peningkatan

investasi seiring dengan maraknya proyek infrastruktur

pembangunan jalan, bendungan dan pembangkit listrik yang

dikerjakan selama tahun 2009. Sementara itu pada konsumsi

swasta peningkatan didorong oleh kegiatan masyarakat selama

hari raya haji, natal dan libur tahun baru.

Di sisi penawaran,

perlambatan didorong

oleh menurunnya kinerja

sektor pertanian

Disisi sektoral, kinerja pertanian belum kembali pulih, kontraksi

sektor pertanian triwulan IV-2009 semakin meningkat

dibandingkan kontraksi triwulan III-2009. Produksi jagung

Gorontalo triwulan IV-2009 menurun sebesar 20,42% lebih

rendah dibandingkan produksi jagung pada periode yang sama

tahun 2008. Menurunnya produksi jagung disebabkan pengaruh

kekeringan yang terjadi sejak Mei s/d November 2009.

Perlambatan pertumbuhan sisi penawaran mampu sedikit

diredam oleh membaiknya kinerja sektor angkutan, perdagangan

dan bangunan. Sektor angkutan menujukkan perkembangan

yang positif selama musim haji dan liburan akhir tahun yang

ditandai dengan meningkatnya traffic penumpang angkutan

udara dan kapal laut. Sementara itu kinerja sektor bangunan

ii Bank Indonesia │Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009

meningkat seiring dengan pertumbuhan realisasi belanja modal

pemerintah daerah.

PERKEMBANGAN INFLASI

Inflasi Gorontalo

triwulan IV-2009 sebesar

4,35% (yoy) lebih rendah

dibandingkan triwulan

IV-2008 sebesar 9,20%

(yoy)

Tendensi penurunan inflasi tahunan mewarnai perkembangan

harga komoditas di Provinsi Gorontalo pada triwulan-IV 2009.

Inflasi Gorontalo triwulan IV-2009 sebesar 4,35% (yoy) lebih

rendah dibandingkan triwulan IV-2008 sebesar 9,20% (yoy).

Sementara secara triwulanan, inflasi triwulan IV-2009 sebesar

0,53% (qtq) lebih rendah dibandingkan triwulan III-2009 sebesar

0,85% (qtq). Adanya policy shock penurunan harga BBM

mendominasi pembentukan inflasi Provinsi Gorontalo 2009,

sehingga inflasi Gorontalo mengalami tren penurunan. Namun,

inflasi Gorontalo masih menunjukkan tanda-tanda persistensi

tinggi yang ditunjukkan dengan tingginya nilai inflasi Gorontalo di

atas rata-rata inflasi nasional sepanjang tahun 2009.

Kerentanan sisi produksi

menyebabkan tingkat

inflasi Gorontalo

persisten tinggi di atas

inflasi nasional.

Kerentanan sisi produksi menyebabkan tingkat inflasi Gorontalo

persisten tinggi di atas inflasi nasional. Permintaan masyarakat

tanpa disertai dengan produksi yang optimal membawa output

gap positif. Artinya produksi yang dihasilkan oleh perekonomian

daerah belum mampu memenuhi dengan baik tingginya

permintaan masyarakat. Belum optimalnya penggunaan

kapasitas produksi menjadi permasalahan utama rentannya

aspek produksi Gorontalo. Sementara itu, tingginya ekspektasi

harga ikut memberi tekanan pada inflasi Gorontalo.

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

Pada triwulan IV-2009

kinerja perbankan di

Provinsi Gorontalo

menunjukkan

perkembangan yang

kurang

menggembirakan, diikuti

dengan stabilitas sistem

perbankan yang relatif

terkendali.

Pada triwulan IV-2009 kinerja perbankan di Provinsi Gorontalo

menunjukkan perkembangan yang kurang menggembirakan,

diikuti dengan stabilitas sistem perbankan yang relatif terkendali.

Intermediasi perbankan ditandai oleh pertumbuhan dana pihak

ketiga (DPK) dan pertumbuhan kredit yang melambat.

Sementara itu, stabilitas perbankan Gorontalo tetap terjaga

tercermin dari indikator-indikator risiko kredit dan risiko pasar

yang relatif terkendali. Namun, risiko likuiditas perlu diwaspadai

karena LDR sudah mencapai nilai yang tidak wajar mencapai

lebih dari 140% sehingga dapat mengancam ketersediaan

likuiditas perbankan.

Bank Indonesia │Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009 iii

Pada posisi akhir

triwulan IV-2009 dana

yang dihimpun tercatat

sebesar Rp1,82 triliun,

tumbuh 2,87% (yoy) lebih

lambat dibandingkan

periode yang sama

tahun sebelumnya

sebesar 13,12% (yoy)

Pada posisi akhir triwulan IV-2009 dana yang dihimpun tercatat

sebesar Rp1,82 triliun, tumbuh 2,87% (yoy) lebih lambat

dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar

13,12% (yoy). Perlambatan DPK terutama disebabkan oleh

kontraksi pada komponen giro dan deposito masing-masing

sebesar -14,91% (yoy) dan -2,07% (yoy), keduanya lebih lambat

dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Melambatnya pertumbuhan giro terutama disebabkan oleh

menurunnya penempatan dana pemda karena kebutuhan

transaksi untuk membayar proyek-proyek pembangunan daerah.

Sedangkan melambatnya deposito seiring dengan tren

penurunan suku bunga perbankan. Sementara, tabungan

tumbuh sebesar 10,43% (yoy) lebih tinggi dibandingkan periode

yang sama tahun sebelumnya sebesar 4,08% (yoy).

Meningkatnya kesadaran masyarakat akan menabung menjadi

salah satu faktor yang memberikan angin segar kepada

peningkatan tabungan masyarakat.

Pada posisi akhir

triwulan laporan, kredit

yang disalurkan tercatat

sebesar Rp2,58 triliun,

tumbuh 29,01%. (yoy)

lebih lambat

dibandingkan periode

yang sama tahun

sebelumnya sebesar

38.64% (yoy).

Pada posisi akhir triwulan laporan, kredit yang disalurkan

tercatat sebesar Rp2,58 triliun, tumbuh 29,01%. (yoy) lebih

lambat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya

sebesar 38.64% (yoy). Berdasarkan jenis penggunaannya,

pertumbuhan kredit tertinggi terjadi pada kredit konsumsi yang

mencapai 37.05% (yoy) namun masih lebih rendah dibandingkan

periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 44.41% (yoy).

Kredit modal kerja tumbuh sebesar 17,99% (yoy) lebih lambat

dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar

40.84% (yoy). Sementara itu, kredit investasi tumbuh 24,38%

(yoy) lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun

sebelumnya yang mengalami kontraksi sebesar -4.90% (yoy).

Selama triwulan laporan,

stabilitas sistem

perbankan di Gorontalo

meliputi aspek risiko

kredit dan risiko pasar

relatif terkendali, namun

risiko likuiditas perlu

mendapat perhatian.

Selama triwulan laporan, stabilitas sistem perbankan di

Gorontalo meliputi aspek risiko kredit dan risiko pasar relatif

terkendali, namun risiko likuiditas perlu mendapat perhatian.

Non performing loans (NPLs) relatif terjaga berada pada nilai

dibawah batas ketentuan BI yaitu dibawah 5%. Sementara itu,

aspek penyerapan dana masyarakat perlu menjadi perhatian

karena Loan to Deposit Ratio (LDR) berada di ambang ‘tidak

wajar’ mencapai lebih dari 140% sehingga dapat mengancam

ketersediaan likuiditas perbankan

iv Bank Indonesia │Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009

PERKEMBANGANKEUANGAN DAERAH

Realisasi belanja APBD

Provinsi Gorontalo

triwulanI IV-2009

meningkat dibandingkan

capaian triwulan IV-2008

Pengaruh realisasi fiskal

pemerintah provinsi

terhadap uang beredar

selama triwulan VI-2008

bersifat ekspansif.

Realisasi belanja APBD Pemerintah Provinsi Gorontalo triwulan

IV-2009 mencapai 91,40%, lebih tinggi dibandingkan realisasi

triwulan IV-2008 sebesar 82,96%. Upaya pemerintah daerah

mendorong kegiatan investasi fisik di Gorontalo tercermin pada

realisasi pos belanja modal yang meningkat cukup signifikan.

Pada triwulan IV-2008 realisasi belanja modal hanya mencapai

68,92% namun meningkat menjadi 90,89% pada triwulan IV-

2009.

Realisasi fiskal pemerintah provinsi selama triwulan IV-2009

cenderung bersifat ekspansif, hal ini tercermin dari defisit

pengeluaran mencapai Rp 66 Miliar pada realisasi anggaran

APBD sampai dengan 30 Desember 2009. Kebijakan ekspansif

fiskal diperkirakan mampu memberikan dorongan yang positif

bagi perekonomian Gorontalo yang saat ini diwarnai

perlambatan.

PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Kegiatan kas titipan di

Gorontalo sepanjang

triwulan IV-2009

mencatat net outflow

sebesar Rp43.765 miliar.

Kegiatan kas titipan di Gorontalo sepanjang triwulan IV-2009

mencatat net outflow sebesar Rp43.765 miliar. Kondisi net

outflow pada triwulan laporan menunjukkan tingginya kegiatan

transaksi masyarakat sehingga pengunaan uang kartal

meningkat. Dalam periode triwulan laporan terdapat tiga

perayaan hari besar keagamaan yang mendorong tingginya

penggunaan uang kartal. Perayaan hari besar dimaksud adalah

Idul Adha pada bulan November, Tahun Baru Islam, Perayaan

Natal, dan Tahun Baru Masehi pada bulan Desember. Sementara

itu, jumlah nominal perputaran warkat kliring non BI di

Gorontalo pada triwulan laporan sebesar Rp321,58 miliar dengan

pertumbuhan sebesar 19,81% (yoy). Adapun jumlah warkat

sebanyak 12.066 lembar dengan pertumbuhan sebesar 31,11%

(yoy). Pertumbuhan jumlah transaksi kliring seiring dengan

perbaikan kinerja sektor perdagangan pada triwulan IV-2009.

Bank Indonesia │Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009 v

KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

Tingkat kesejahteraan

sedikit mengalamai

penurunan.

Jumlah pengangguran di

Gorontalo pada Agustus

2009 menurun.

Tingkat kesejahteraan masyarakat di Provinsi Gorontalo sedikit

menurun yang ditandai oleh tingkat pengangguran yang

meningkat, indeks gini sebagai indikator kesenjangan masih

belum menunjukkan tanda membaik serta tingkat kemiskinan

yang meningkat. Pada tahun 2009 tingkat kemiskinan Gorontalo

merupakan yang tertinggi di kawasan Sulawesi.

Pada bulan Agustus 2009, jumlah angkatan-kerja mencapai

447.313 atau meningkat 4,18% dibandingkan bulan yang sama

pada tahun sebelumnya. Sementara itu jumlah penduduk yang

bekerja tumbuh sebesar 3,91% dibandingkan bulan yang sama

pada tahun sebelumnya. Selama periode 1 tahun, tingkat

pengangguran terbuka meningkat, yaitu dari 5,65 % pada

Agustus 2009 menjadi 5,89% pada Agustus 2009

Persentase penduduk

miskin di Maret 2009

meningkat.

Persentase penduduk miskin atau yang berada di bawah garis

kemiskinan (data bulan Maret 2009) di Provinsi Gorontalo

sebesar 25,01% atau mengalami peningkatan dibandingkan

periode Maret 2008 yang tercatat sebesar 24,88%. Jumlah ini

tersebar di wilayah Gorontalo dengan persentase penduduk

miskin tertinggi sebesar 33,18% berada di Kabupaten Gorontalo

Utara, kemudian disusul berturut-turut oleh Kabupaten

Gorontalo (32,07%), Kabupaten Bone Bolango (30,6%),

Kabupaten Pahuwato (29,74%), Kabupaten Boalemo (29,21%),

dan yang terkecil di Kota Gorontalo (8,11%)

Pada Tahun 2007 indeks

gini tercatat 0,39

mengalami kenaikan

dibandingkan indeks gini

Tahun 2005 lalu yang

tercatat sebesar 0,36

Perkembangan angka rasio gini Gorontalo dalam 3 (tiga) tahun

terakhir mengalami peningkatan. Pada Tahun 2007 indeks gini

tercatat 0,39 mengalami kenaikan dibandingkan indeks gini

Tahun 2005 lalu yang tercatat sebesar 0,36. Hal ini tercermin

pula dari persentase pendapatan yang dinikmati oleh 20%

penduduk berpenghasilan tertinggi semakin meningkat dari

44,38% menjadi 47,67%. Sementara itu, Index Pembangunan

Manusia (IPM) tahun 2007 tercatat 68,98 meningkat dibanding

IPM 2006 yang sebesar 68,01.

vi Bank Indonesia │Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009

PROSPEK PEREKONOMIAN

Perekonomian Gorontalo

tahun 2010 diperkirakan

tumbuh 7,15-7,65% (yoy)

lebih baik dibandingkan

tahun 2009

Produksi jagung pada

triwulan I-2010

diperkirakan masih

belum pulih sehingga

berdampak pada

pertumbuhan sektor

pertanian dan kinerja

ekspor

Perekonomian Gorontalo tahun 2010 diperkirakan tumbuh

berkisar 7,15-7,65 (yoy) lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan

tahun 2009. Karakteristik fundamental ekonomi wilayah

diharapkan mampu mendukung capaian angka pertumbuhan

dimaksud. Perbaikan kondisi pendapatan masyarakat, upaya

peningkatan produksi pertanian, pertumbuhan penyaluran kredit

perbankan, pembangunan infrastruktur dan pembangkit baru

diperkirakan mampu mendorong kegiatan ekonomi di Gorontalo

semakin meningkat. Namun kondisi dimaksud perlu didukung

oleh koordinasi yang baik antara pemerintah provinsi dengan

kabupaten/kota, stabilitas kondisi politik daerah menjelang

PILKADA bupati serta validitas data perekonomian yang akurat.

Secara triwulanan, ekonomi triwulan I-2010 diperkirakan masih

diwarnai perlambatan. Ekonomi tumbuh pada kisaran 6,9 – 7,4%

(yoy). Secara sektoral, produksi pertanian triwulan I-2010 masih

dipengaruhi musim kering tahun 2009 terkait penanaman yang

dilakukan pada bulan September – November 2009 masih

terkendala kekeringan. Peningkatan produksi pertanian

diperkirakan kembali normal pada awal triwulan II-2010.

Sementara itu sektor angkutan diperkirakan tetap optimis

ditandai dengan dibukanya rute penerbangan baru yang

melayani jalur Gorontalo-Manado-Denpasar pp. Pada sub sektor

angkutan darat, kebijaksanaan Pemerintah Kota Gorontalo untuk

mulai mengoperasikan Sistem Angkutan Umum Masyarakat

(SAUM) pada triwulan I-2010 diperkirakan mampu mendorong

peningkatan kinerja di sektor ini.

Di sisi permintaan, kinerja ekspor diperkirakan masih menurun

terkait produksi pertanian jagung yang masih belum pulih.

Sementara itu pertumbuhan konsumsi pemerintah pada triwulan

I-2010 diperkirakan lebih rendah dibandingkan pertumbuhan

pada periode yang sama tahun sebelumnya. Kondisi ini terkait

anggaran APBD 2010 yang lebih rendah dibandingkan anggaran

APBD 2009.

Bank Indonesia │Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009 vii

Optimisme

perekonomian daerah

yang didorong oleh

kenaikan permintaaan

masyarakat membawa

inflasi triwulan I-2010

berkisar antara 4-6%

(yoy)

Optimisme perekonomian daerah yang didorong oleh kenaikan

permintaan masyarakat membawa inflasi triwulan I-2010

berkisar antara 4 – 6% (yoy). Meningkatnya pendapatan

masyarakat mendorong tekanan harga pada triwulan I-2010.

Rencana kebijakan kenaikan harga UMP dan peningkatan gaji

pegawai negeri akan memperkuat daya beli masyarakat.

Sementara, penggunaan kapasitas produksi yang belum optimal

membawa output gap positif sehingga mendorong tekanan

inflasi ke depan. Ancaman melemahnya sisi produksi ditengah

Badai El-Nino juga patut mendapat perhatikan. Kurangnya

produksi dapat menyurutkan pasokan kebutuhan masyarakat

sehingga harga akan meningkat. Sedangkan pengaruh kebijakan

penurunan harga BBM pada awal tahun 2009 diperkirakan masih

memberi angin segar pada perkembangan harga terutama pada

sub-kelompok transportasi.

Jumlah tabungan

diperkirakan meningkat

seiring dengan

meningkatnya

pendapatan masyarakat

pada triwulan I-2010

Jumlah tabungan diperkirakan meningkat seiring dengan

meningkatnya pendapatan masyarakat pada triwulan-I 2010.

Meningkatnya pendapatan akan berdampak pada peningkatan

jumlah tabungan masyarakat. Sementara, Perbankan Gorontalo

diperkirakan terus meningkatkan kinerjanya terutama dalam

menghimpun dana pihak ketiga. Hasil Survei Konsumen pada

Desember 2009 menunjukkan adanya optimisme pada

peningkatan jumlah tabungan 6 bulan yang akan datang,

ditunjukkan dengan kenaikan indeks sebesar 23.16 poin

dibandingkan periode survei sebelumnya.

viii Bank Indonesia │Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009

Halaman ini sengaja dikosongkan ...

Bank Indonesia │Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009 1

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

Perekonomian Gorontalo triwulan IV-2009 diperkirakan tumbuh melambat 7,23% (y.o.y),

lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan IV-2008 sebesar 7,55% (y.o.y).

Sementara itu secara tahunan, ekonomi Gorontalo tahun 2009 tumbuh 7,19% (y.o.y) lebih

rendah dibandingkan tahun 2008 sebesar 7,76% (y.o.y).

Disisi permintaan melemahnya kinerja ekonomi didorong oleh perlambatan ekspor dan

konsumsi pemerintah sementara kinerja konsumsi swasta dan investasi diperkirakan

meredam perlambatan yang terjadi. Sementara itu di sisi penawaran, melambatnya

ekonomi Gorontalo didorong oleh melemahnya sektor pertanian, namun kinerja sektor

utama lainnya seperti bangunan, perdagangan dan angkutan diperkirakan masih tumbuh

optimis.

Grafik 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Gorontalo

Sumber : BPS Prov. Gorontalo

**) Proyeksi Bank Indonesia Gorontalo

Menurunnya produksi pertanian selama triwulan IV-2009 berdampak cukup

signifikan bagi perekonomian Gorontalo mengingat kontribusi pertanian mencapai 30%

PDRB. Merosotnya produksi jagung domestik karena pengaruh cuaca dan musim kering

berkepanjangan mendorong kinerja sektor pertanian terkontraksi selama triwulan IV-2009.

Penurunan tersebut turut memberikan dampak negatif bagi kinerja ekspor secara

keseluruhan karena pertanian khususnya jagung menjadi komoditas utama ekspor.

1. 1 SISI PERMINTAAN

Di sisi permintaan, ekonomi Provinsi Gorontalo triwulan IV-2009 diperkirakan melambat.

Kondisi tersebut didorong melemahya kinerja ekspor dan konsumsi pemerintah.

Sementara itu meningkatnya kegiatan konsumsi swasta dan investasi diperkirakan sedikit

meredam perlambatan yang terjadi.

2 Bank Indonesia │Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009

Perkembangan ekspor luar negeri maupun antar pulau diperkirakan terkontraksi

dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Penurunan produksi pertanian

membawa dampak yang kurang baik bagi kinerja ekspor selama triwulan IV-2009.

Sementara itu, konsumsi pemerintah yang menjadi penopang pertumbuhan ekonomi

daerah menunjukkan tingkat realisasi yang menurun dibandingkan periode yang sama tahun

sebelumnya. Disisi lain kegiatan konsumsi masyarakat diperkirakan mampu memberikan

dorongan bagi perekonomian Gorontalo di tengah perlambatan yang terjadi.

Tabel 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Permintaan (y.o.y)

Sumber : BPS Prov. Gorontalo

**) Proyeksi Bank Indonesia

1.1.1 Konsumsi

Konsumsi pada triwulan IV-2009 diperkirakan tumbuh sebesar 13,04% (y.o.y) lebih rendah

dibandingkan triwulan IV-2008 sebesar 14,13%(y.o.y). Konsumsi swasta diperkirakan

tumbuh 5,01% (y.o.y), lebih tinggi dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya

sebesar 3,16% (y.o.y). Sementara konsumsi pemerintah tumbuh 21,42% (y.o.y), melambat

dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 26,70% (y.o.y).

Musim lebaran haji, natal dan liburan tahun baru diperkirakan mendorong kegiatan

konsumsi masyarakat lebih tinggi. Peningkatan pola konsumtif selama periode tersebut

dikonfirmasi oleh beberapa prompt indikator seperti meningkatnya konsumsi BBM

kelompok rumah tangga, meningkatnya konsumsi listrik rumah tangga, meningkatnya

belanja pegawai serta optimisme hasil survei konsumen triwulan IV-2009. Realisasi

penggunaan BBM rumah tangga tumbuh selama triwulan IV-2009 sebesar 11,94% lebih

tinggi dibandingkan triwulan IV-2008 yang terkontrkasi sebesar -4,39%. Sementara itu

konsumsi listrik rumah tangga selama triwulan IV-2009 yang tumbuh sebesar 17,24% (y.o.y)

lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan IV-2008 sebesar 5,04% (y.o.y).

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4*

Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 10,05 7,96 9,08 3,16 7,41 15,76 19,06 18,08 5,01 14,31

Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 40,57 21,25 28,99 26,70 28,91 26,89 43,89 28,64 21,42 29,45

Pembentukan Modal Tetap Bruto 17,62 14,51 25,53 25,01 21,00 29,24 33,90 15,98 27,40 26,23

Ekspor Barang dan Jasa 23,19 13,68 (5,90) 6,05 8,68 (6,18) (1,29) 10,25 (3,40) (0,47)

Impor Barang dan Jasa 48,41 16,98 35,27 17,99 28,33 23,81 42,34 10,25 18,81 22,55

Total 7,11 7,26 9,21 7,55 7,76 7,57 7,04 6,60 7,23 7,19

Komponen2008

20082009

2009*

Bank Indonesia │Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009 3

Grafik 1.2 Konsumsi Listrik Rumah Tangga Grafik 1.3 Konsumsi Bahan Bakar Rumah Tangga

Sumber : PLN Gorontalo Sumber : PERTAMINA Depot Gorontalo UPMS VII

Grafik 1.4 Belanja Pegawai APBD Grafik 1.5 Indeks Keyakinan Konsumen

Sumber : Badan Keuangan Daerah Prov. Gorontalo Sumber : Bank Indonesia

Meningkatnya konsumsi juga didorong oleh meningkatnya realisasi belanja pegawai selama

triwulan IV-2009 yang tumbuh 20,52% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan periode yang sama

tahun sebelumnya yang terkontraksi sebesar 16,36% (y.o.y)

Hasil survey konsumen yang dilakukan oleh Bank Indonesia Gorontalo menunjukkan

bahwa optimisme konsumsi masyarakat selama triwulan IV-2009 masih cukup baik.

Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada Desember 2009 berada pada level optimis dengan

saldo bersih tertimbang sebesar 142,85. Kondisi ini menujukkan bahwa masyarakat

meyakini kondisi saat ini masih tepat melakukan konsumsi. Sementara itu optimisme

keyakinan konsumen dibangun oleh sentimen positif pada Indeks Kondisi Ekonomi (IKE) saat

ini sebesar 134,46.

4 Bank Indonesia │Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009

Grafik 1.6 Survey Konsumen Grafik 1.7 Realisasi Belanja Non Modal

Sumber : Survey Konsumen, BI Gorontalo Sumber : Badan Keuangan Provinsi Gorontalo

Sementara itu konsumsi pemerintah diperkirakan sedikit melambat. Hal ini tercermin dari

pertumbuhan realisasi belanja non modal yang melambat. Realisasi belanja non modal

triwulan IV- 2009 terhadap anggaran terkontraksi 4,11%, lebih rendah dibandingkan periode

yang sama tahun sebelumnya sebesar 9,13%. Melambatnya pertumbuhan realisasi belanja

barang dan jasa pemerintah menjadi pendorong melambatnya realisasi belanja non modal

pemerintah daerah secara keseluruhan.

1.1.2 Investasi

Kinerja investasi di Provinsi Gorontalo pada triwulan laporan diperkirakan tumbuh 27,40

% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 25,01%

(y.o.y). Pertumbuhan tersebut didorong pertumbuhan realisasi belanja modal pemerintah

daerah sebesar 47,77%, lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya

yang terkontraksi sebesar -34,30%. Belanja modal APDB masih menjadi sumber

pembiayaan utama setelah pendanaan masyarakat sendiri.

Grafik 1.8 Belanja Modal APBD Provinsi Tabel 1.2 Komposisi Investasi Gorontalo

Sumber : Badan Keuangan Provinsi Gorontalo

Investasi di Gorontalo selama triwulan IV-2009 lebih didorong oleh kegiatan investasi

bangunan dibandingkan investasi non bangunan. Beberapa proyek investasi bangunan yang

cukup signifikan dikerjakan selama triwulan IV-2009 antara lain :

- Proyek penyelesaian GBC (Gorontalo Business Center)

- Proyek pembangunan GBP (Gorontalo Business Park)

KOMPOSISI INVESTASI 2007 2008 2009

PDRB INVESTASI 1.159.987 1.617.234 2.239.233

DANA PERBANKAN 162.940 184.440 180.000

APBD 122.290 461.100 730.429

PMA/PMDN 578.230 571.420

DANA SWASTA 296.527 400.274 1.328.804

Sumber : Badan Keuangan Provinsi,

Badan Investasi Daerah, dan BI (diolah)

Bank Indonesia │Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009 5

- Proyek pembangunan Dermaga III Pelabuhan Gorontalo

- Proyek infrastruktur jalan nasional dan jalan raya Agropolitan

- Proyek infrastruktur Bendungan Paguyaman dan Banjir Kanal Tamalate.

Pembangunan investasi di Gorontalo masih menyimpan beragam kendala, Berdasarkan data

Badan Investasi Daerah Prov. Gorontalo, jumlah perusahaan PMA/PMDN yang existing tidak

banyak berubah sejak tahun 2003.

Tabel 1.3 Jumlah PMA/PMDN aktif di Gorontalo

Sumber : Badan Investasi Daerah Prov. Gorontalo

1.1.3 Ekspor dan Impor

Kinerja ekspor selama triwulan IV-2009 secara keseluruhan diperkirakan masih melambat.

Ekspor triwulan IV-2009 terkontraksi 3,4% (y.o.y) dibandingkan triwulan IV-2008 yang

tumbuh sebesar 6,05%. Menurunnya kinerja ekspor didorong oleh penurunan produksi

pertanian jagung sebagai komoditas utama. Ekspor keseluruhan komoditas barang sampai

dengan bulan Desember 2009 tercatat US$ 2.422.517, lebih rendah dibandingkan capaian

ekspor triwulan IV-2008 sebesar US$ 9.780.610. Sementara itu perlambatan ekspor juga

ditunjukkan oleh menurunnya arus muat barang dipelabuhan laut. Di pelabuhan laut,

volume barang yang dimuat terkontraksi 44,18 % dibandingkan triwulan IV-2008 yang

tumbuh 35,66%.

Grafik 1.9 Muat Barang di Pelabuhan Gorontalo

Sumber : BPS Prov. Gorontalo

6 Bank Indonesia │Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009

Tabel 1.4 Perkembangan Negara Tujuan Ekspor Luar Negeri

Tabel 1.5 Perkembangan Komoditas Ekspor Luar Negeri Gorontalo

BPS Prov Gorontalo, KPBC Gorontalo

Perkembangan ekspor kumulatif sampai dengan Desember 2009 menurun secara signifikan

untuk negara tujuan China dan Malaysia, sementara ekspor ke Hongkong dan Taiwan

mengalami peningkatan. Di sisi komoditas, hampir semuanya mengalami penurunan kecuali

komoditas gula dan kembang gula.

Sebaliknya, kinerja impor mengalami pertumbuhan terkait dengan peningkatan konsumsi

swasta. Impor Provinsi Gorontalo pada triwulan laporan diperkirakan tumbuh 18,81% (y.o.y)

dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya yaitu 17,99% (y.o.y). Hal ini

dikonfirmasi oleh peningkatan volume bongkar di pelabuhan se-Gorontalo. Pada triwulan

IV-2008 volume bongkar mencapai 111.086 ton meningkat menjadi 132.623 ton pada

triwulan IV-2009.

Tabel 1.6 Volume Bongkar Barang (Unloading) di Pelabuhan Gorontalo

Sumber : Kantor Pelabuhan se-Provinsi Gorontalo

Q1 Q2 Q3 Q4 TOTAL Q1 Q2 Q3 Q4 TOTAL

Negara Tujuan

1. Jepang 403.084 52.253 360.560 - 78.339 491.152 20.808 - 28.439 25.599 74.846

2. China 1.489.245 2.925.419 19.236 - 89.655 3.034.310 - 38.580 - - 38.580

3. Singapura 14.280 41.352 33.129 - 65.287 139.768 21.765 81.988 47.910 - 151.663

4. Hongkong - - 8.000 - 9.600 17.600 - - 526.400 420.000 946.400

5. Taiwan - - 19.292 49.481 68.773 - 38.250 22.080 1.923.663 1.983.993

6. Malaysia 8.564.200 369.000 5.138.300 - 3.596.292 9.103.592 - 1.634.000 - - 1.634.000

7. Philipina 5.210.270 1.025.500 1.736.500 - 2.724.400 5.486.400 4.077.131 1.719.300 - - 5.796.431

8. India 1.765.990 - 1.029.173 - - 1.029.173 445.500 616.875 - - 1.062.375

9. Rep. Korea 1.001.115 110.698 32.120 - 905.575 1.048.393 24.280 9.247 42.907 53.254 129.688

10. Vietnam 1.955.905 232.163 1.339.700 - 2.261.981 3.833.844 - 953.134 - - 953.134

Total 20.404.089 4.756.385 9.716.010 - 9.780.610 24.253.005 4.589.483 5.091.374 667.736 2.422.517 12.771.110

20072008 2009

EXPORT

Q1 Q2 Q3 Q4 TOTAL Q1 Q2 Q3 Q4 TOTAL

Jenis Barang - - - -

1. Ikan dan Udang/Kepiting - - 8.000 - 9.600 17.600 - - - - -

2. Jagung 14.018.150 1.394.500 6.874.800 - 7.088.750 15.358.050 4.077.131 3.353.300 - - 7.430.431

3. Kayu, Barang dari Kayu 1.037.388 162.951 48.470 - 73.574 284.995 45.088 9.247 57.353 65.375 177.063

4. Bungkil Kopra 4.266.233 - 1.029.173 - 542.500 1.571.673 - 321.000 526.400 420.000 1.267.400

5. Rotan Poles 99.834 79.404 71.657 - 193.398 344.459 21.765 158.818 69.990 - 250.573

6. Lemak&Minyak Hewan/nabati - 2.887.367 1.339.700 - 300.235 4.527.302 445.500 616.875 - - 1.062.375

7. Gula & Kembang Gula 711.828 232.163 344.210 - 1.419.246 1.995.619 - 632.134 - 1.923.663 2.555.797

8. Mutiara & batu permata 100.656 - - - 50.115 50.115 - - 13.993 13.479 27.472

9. Binatang Hidup 170.000 - - - 103.192 103.192 - - - - -

10. Tembakau - - - - - - - - - -

Total 20.404.089 4.756.385 9.716.010 - 9.780.610 24.253.005 4.589.484 5.091.374 667.736 2.422.517 12.771.111

20072008 2009

EXPORT

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

Gorontalo 96.969 103.759 106.342 76.420 96.896 99.197 81.851 110.584

Kwandang - - - - - 32 - -

Anggrek 23.756 21.642 18.300 25.445 14.179 14.727 26.433 22.039

Tilamuta 7 9 12 8 11 905 2.700 -

Total 120.732 125.410 124.654 128.198 111.086 114.861 110.984 132.623

Nama Pelabuhan2008 2009

Bank Indonesia │Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009 7

1.2 SISI PENAWARAN

Perlambatan ekonomi Gorontalo triwulan IV-2009 didorong oleh menurunnya

kinerja sektor pertanian. Produksi jagung Gorontalo menurun cukup signifikan selama

tahun 2009, dari target 812.000 ton realisasi hanya mencapai 569.110 ton atau sebesar 70%

dari target. Penurunan produksi ini terkait bencana kekeringan yang terjadi sejak bulan Mei

sampai dengan November 2009. Sementara itu perlambatan yang berlangsung sedikit

diredam oleh meningkatnya kinerja sektor bangunan dan angkutan. Sektor bangunan

meningkat seiring dengan peningkatan realisasi belanja modal pemerintah daerah selama

triwulan IV-2009. Sementara itu kinerja sektor angkutan meningkat terkait libur hari raya,

natal dan tahun baru yang diindikasikan oleh meningkatnya arus penumpang dan

penerbangan di bandara Jalalluddin maupun transportasi laut.

Tabel 1.7 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran (y.o.y)

Sumber : BPS Prov. Gorontalo

**) Proyeksi Bank Indonesia Gorontalo

1.2.1 SEKTOR PERTANIAN

Pelemahan kinerja sektor pertanian khususnya sub sektor tabama terus berlanjut

hingga triwulan IV-2009 dengan kondisi yang semakin memburuk. Sektor pertanian

terkontraksi 5,55% sebagai akibat merosotnya produksi jagung domestik yang mencapai

20,47%, lebih rendah dibandingkan produksi tahun 2008. Sementara itu perlambatan

dimaksud mampu sedikit diredam oleh peningkatan produksi padi.

Upaya pemerintah daerah dalam mempertahankan produksi jagung telah dilakukan

semaksimal mungkin, namun proses penurunan produksi masih terus berlanjut seiring

dengan cuaca yang tidak mendukung. Secara umum penurunan produksi pertanian jagung

disebabkan oleh tiga hal yakni (i) Musim kering berkepanjangan sejak bulan Mei s.d

November 2009, (ii) Produktivitas pertanian menurun dari 48,17 Ku/Ha menjadi 42,21

Ku/Ha, (iii) Luas lahan panen menurun dari 156.436 Ha pada tahun 2008 menjadi 128.786

Ha pada tahun 2009.

Q1 Q2 Q3 Q4 TOTAL Q1 Q2 Q3 Q4* TOTAL*

1.PERTANIAN 7,76 6,04 11,30 7,52 7,32 7,44 5,07 (2,35) (5,55) 1,42

2.PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 4,90 9,44 11,55 14,24 11,79 9,30 12,91 16,40 15,13 13,55

3.INDUSTRI PENGOLAHAN 1,44 3,86 7,54 8,72 5,39 6,06 2,01 4,47 9,00 4,95

4.LISTRIK,GAS & AIR BERSIH (2,65) (2,70) (0,51) (0,71) 14,65 7,51 6,53 7,71 6,12 13,64

5.BANGUNAN 6,95 9,48 10,83 13,13 10,12 9,78 12,86 16,49 24,27 16,14

6.PERDAGANGAN,HOTEL & RESTORAN 8,11 6,26 6,44 6,65 6,83 7,60 8,31 10,30 9,77 9,00

7.PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 10,20 9,22 5,25 6,05 7,05 8,56 9,01 13,96 17,52 12,39

8.KEUANGAN,PERSEWAAN & JASA PERUSAHAAN 6,75 7,58 7,48 6,99 8,39 9,11 11,26 15,94 8,51 11,22

9.JASA - JASA 6,86 9,64 10,66 6,35 7,60 6,14 5,84 8,50 7,44 7,00

PERTUMBUHAN EKONOMI 7,11 7,26 9,21 7,55 7,76 7,57 7,04 6,60 7,23 7,19

2008 2009KOMPONEN

8 Bank Indonesia │Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009

Grafik 1.10 Luas Lahan Panen & Produktisi Jagung Grafik 1.11 Perkembangan Produktivitas Jagung

Sumber: BPS Prov. Gorontalo, Dinas Pertanian & Ketahanan Pangan Prov. Gorontalo

Sementara itu produksi padi tetap tumbuh walaupun melambat dibandingkan tahun

2008. Produksi padi secara keseluruhan tahun tumbuh 8,25%, lebih rendah dibandingkan

pertumbuhan produksi tahun 2008 sebesar 18,69%. Pertumbuhan produksi terutama pada

pertanian padi sawah, sementara produksi padi ladang mengalami penurunan. Produksi

padi sawah tahun 2009 mencapai 256.751 ton, lebih tinggi dibandingkan produksi tahun

2008 sebesar 236.235 ton. Sementara produksi padi ladang turun dari 1.638 ton pada tahun

2008 menjadi 733 ton pada tahun 2009. Pertanian padi sawah masih dapat berproduksi

dengan baik terkait sistem irigasi teknis yang telah dikembangkan oleh Pemda sehingga

mampu mengurangi sedikit ketergantungan terhadap kondisi cuaca. Sementara itu produksi

pertanian tanaman pangan lain seperti ubi kayu, ubi jalar, kacang hijau dan kacang tanah

turut menurun sedangkan produksi kedelai mengalami peningkatan.

Tabel 1.8 Produksi Pertanian Tabama

Sumber : Dinas Pertanian & Ketahanan Pangan Prov. Gorontalo

Jenis Tanaman Luas Hasil/Ha Produksi Luas Hasil/Ha Produksi Luas Hasil/Ha Produksi Luas Hasil/Ha Produksi

Panen(Ha) (Ku) (Ton) Panen(Ha) (Ku) (Ton) Panen(Ha) (Ku) (Ton) Panen(Ha) (Ku) (Ton)

Kedelai 2.272 15,39 3.497 986 12,34 1.217 746 13,14 980 4.004 14,22 5.694

Kacang Tanah 1.085 14,21 1.542 1.101 11,78 1.297 405 12,27 497 2.591 12,87 3.336

Kacang Hijau 121 13,14 159 178 11,74 209 121 12,14 147 420 12,26 515

Ubi Kayu 200 117,15 2.343 219 115,30 2.525 228 112,46 2.564 647 114,87 7.432

Ubi Jalar 90 96,44 868 113 94,87 1.072 111 93,14 1.034 314 94,71 2.974

Kedelai 1.154 13,98 1.613 354 12,29 435 365 12,77 466 1.873 13,42 2.514

Kacang Tanah 943 10,06 949 724 8,94 647 211 11,99 253 1.878 9,85 1.849

Kacang Hijau 85 13,18 112 166 11,75 195 74 12,03 89 325 12,19 396

Ubi Kayu 302 126,79 3.829 273 119,71 3.268 196 108,06 2.118 771 119,52 9.215

Ubi Jalar 148 96,89 1.434 159 96,16 1.529 105 93,71 984 412 95,80 3.947

Kedelai 2.192 11,10 2.433 1.391 11,94 1.661 1.341 12,88 1.727 4.924 11,82 5.821

Kacang Tanah 826 10,06 831 557 9,03 503 326 12,22 398 1.709 10,14 1.732

Kacang Hijau 58 13,74 80 85 12,06 103 59 12,07 71 202 12,55 253

Ubi Kayu 186 126,82 2.359 224 119,81 2.684 174 108,59 1.889 584 118,70 6.932

Ubi Jalar 142 97,63 1.386 125 96,54 1.207 118 94,87 1.119 385 96,43 3.713

ARAM III 2009

ANGKA TETAP 2008

ANGKA TETAP 2007

Jan-Apr Mei-Agst Sep-Des Jan-Des

Bank Indonesia │Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009 9

1.2.2 SEKTOR ANGKUTAN DAN KOMUNIKASI

Sektor angkutan dan komunikasi menjadi salah satu sektor yang mampu meredam

perlambatan ekonomi yang terjadi. Sektor angkutan diperkirakan tumbuh 17,52% (y.o.y),

lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan IV-2008 yang tercatat sebesar 6,1%

(y.o.y). Kondisi ini diperkirakan sebagai pengaruh dari keberangkatan jemaah haji, libur

natal dan libur tahun baru.

Pada sub sektor angkutan darat, kenaikan terlihat dari meningkatnya konsumsi

BBM transportasi selama triwulan IV-2009. Data penjualan BBM menunjukkan

peningkatan, selama triwulan IV-2009 tercatat 18.893 kiloliter premium dan 6.016 kiloliter

solar terjual. Volume penjualan ini tumbuh 19,58% (y.o.y) untuk premium dan 1,55% (y.o.y)

untuk solar lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 1,04%

(y.o.y) untuk premium dan -13,49% (y.o.y) untuk solar.

Grafik 1.12 Konsumsi Premium untuk Transportasi Grafik 1.13 Jumlah Penerbangan Pesawat

Sumber : PERTAMINA Depot Gorontalo UPMS VII Sumber : Bandara Jalaluddin Gorontalo Grafik 1.14 Realisasi Pajak Kendaraan Bermotor

Meningkatnya kinerja sektor ini tercermin pula

dari realisasi penghimpunan pajak kendaraan

bermotor yang tumbuh 40% (y.o.y) lebih tinggi

dibandingkan periode yang sama tahun

sebelumnya sebesar 22% (y.o.y)

Sumber : Badan Keuangan Provinsi Gorontalo

Sementara itu untuk sub sektor angkutan udara turut mengalami peningkatan.

Jumlah penumpang angkutan udara yang tercatat di bandara Jalaluddin sebesar 63.773

penumpang atau tumbuh sebesar 17,6% (y.o.y), lebih tinggi dibandingkan tahun

sebelumnya sebesar 9,37% (y.o.y). Demikian juga untuk traffic pesawat tumbuh sebesar

1,9% (y.o.y), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan tahun sebelumnya yang terkontraksi

sebesar 3,1% (y.o.y). Kondisi peningkatan arus penumpang udara didorong peningkatan arus

jamaah haji dari Gorontalo ke Makassar.

10 Bank Indonesia │Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009

Grafik 1.15 Perkembangan Penumpang Pesawat Grafik 1.16 Perkembangan Penumpang Kapal Laut

Sumber : Bandara Jalaluddin, Gorontalo Sumber : Kantor Pelabuhan se-Provinsi Gorontalo

1.2.3 SEKTOR PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN

Sektor perdagangan, hotel dan restoran pada triwulan IV-2009 diperkirakan

tumbuh 9,77% (y.o.y), lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya

sebesar 6,65% (y.o.y). Meningkatnya kinerja sektor perdagangan dikonfirmasi oleh

beberapa prompt indikator antara lain kredit perdagangan, realisasi listrik kelompok bisnis,

serta tingkat hunian hotel.

Kredit perdagangan secara agregat meningkat dibandingkan triwulan yang sama

tahun sebelumnya. Pada Desember 2009, tercatat kredit yang disalurkan ke sektor

perdagangan sebesar Rp 821 Miliar atau tumbuh 30,21% (y.o.y), lebih tinggi dibandingkan

periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 29,67% (y.o.y). Sementara peningkatan

kegiatan perniagaan juga ditunjukkan oleh meningkatnya pertumbuhan konsumsi listrik

kelompok bisnis sebesar 15,36% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun

sebelumnya sebesar 11,57% (y.o.y).

Grafik 1.17 Perkembangan Kredit Perdagangan Grafik 1.18 Perkembangan Konsumsi Listrik Bisnis

Sumber : Bank Indonesia Sumber : PLN Gorontalo

Grafik 1.19 Tingkat Penghunian Hotel

Sementara itu kinerja sub sektor perhotelan

dikonfirmasi pula oleh pertumbuhan tingkat

hunian hotel di Gorontalo sebesar 31,75%

hampir sama dibandingkan triwulan IV-2008

sebesar 31,73%.

Bank Indonesia │Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009 11

1.2.4 SEKTOR BANGUNAN

Kinerja Sektor Bangunan diperkirakan tumbuh lebih baik. Sektor ini tumbuh 24,27%

(y.o.y), lebih tinggi dibandingkan triwulan IV-2008 sebesar dari 13,13% (y.o.y).

Meningkatnya kinerja sektor ini secara signifikan didorong oleh peningkatan realisasi

anggaran belanja modal APBD. Belanja modal pada triwulan IV-2009 meningkat signfikan

sebesar 47,77% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan belanja modal triwulan IV-2008 yang

terkontraksi sebesar 34,30% (y.o.y).

Grafik 1.20 Realisasi Belanja Modal APBD Grafik 1.21 Realisasi Penjualan Semen

Sumber : Badan Keuangan Provinsi Sumber : Asosiasi Pengusaha Semen

Tumbuhnya kinerja sektor ini dikonfirmasi oleh beberapa prompt indikator.

Pertumbuhan penjualan semen selama triwulan IV-2009 menunjukkan peningkatan

dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Pada triwulan IV-2009 penjualan

semen tumbuh 12,44% (y.o.y). Pembangunan sarana fisik di kawasan kota dan kabupaten

terus diintensifkan menjelang akhir tahun. Beberapa proyek infrastruktur yang telah

diselesaikan antara lain :

- Infrastruktur jalan. Pembangunan jalan nasional sepanjang 616,24 km sudah

mencapai 87,88 % sedangkan jalan provinsi baru mencapai 39,45 % dari 408,26 km

yang direncanakan sehingga masih perlu peningkatan sebesar 60,55 % atau

sepanjang 247,02 km termasuk jalan yang belum terbuka sepanjang 93,75 km (ruas ;

Tapa-Atingola, Marisa – Tolinggula dan Aladi Tulabolo). Pembangunan jalan akses

agropolitan sampai dengan tahun 2009 telah mencapai 302,25 km yang melalui lima

kabupaten.

- Irigasi dan bendungan. Pembangunan Bendungan Paguyaman dibangun sejak tahun

2005 dengan luas areal irigasi 6.880 ha dengan total anggaran hingga tahun 2009

mencapai Rp. 97 M. Sampai dengan tahun 2009 progres fisik pekerjaan bendungan

mencapai 96,3%, sementara pekerjaan Jaringan Kiri mencapai 90,5% dan pekerjaan

Jaringan Kanan mencapai 49% Pembangunan Kanal Banjir Tamalate seluas 2.850 m2

dengan nilai proyek Rp. 62.729.340.000, dimana pembangunan telah mencapai 70 %

sampai akhir tahun 2009.

12 Bank Indonesia │Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009

- Pembangunan pusat perbelanjaan. Pembangunan Gorontalo Business Center telah

memasuki tahap akhir sementara itu proses pembangunan Gorontalo Business Park

terus dipacu untuk mengejar target penyelesaian tahun 2011.

- Pembangunan pelabuhan. Proyek pembangunan Pelabuhan Paguwat saat ini berada

pada tahap penyelesaian.

Menyikapi tingginya pertumbuhan sektor konstruksi, peluang ini dimanfaatkan oleh PT

Semen Tonasa dengan membangun unit pengantongan untuk memperlancar arus

distribusi semen di Gorontalo.

1.2.5 SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN

Kinerja sektor industri pengolahan selama triwulan IV-2009 diperkirakan tumbuh 9,00 %

(y.o.y) lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 8,72%.

Peningkatan industri pengolahan pada triwulan IV-2009 salah satunya didorong peningkatan

produksi gula. Kondisi tersebut dikonfirmasi oleh meningkatnya nilai ekspor komoditas gula

dan kembang gula dari US$ 1.419.246 pada triwulan IV-2008 menjadi US$1.923.663 pada

triwulan IV-2009.

Grafik 1.22 Penggunaan BBM Industri Grafik 1.23 Penggunaan Listrik Industri

Sumber : PERTAMINA Depot Gorontalo UPMS VII Sumber : PLN Gorontalo

Sementara itu peningkatan sektor industri pengolahan juga dikonfirmasi oleh

peningkatan konsumsi BBM dan listrik industri. Konsumsi BBM kelompok industri tumbuh

sebesar 33,9% (y.o.y), lebih tinggi dibandingkan triwulan IV-2008 sebesar 3,3% (y.o.y).

Sementara konsumsi listrik kelompok industri tumbuh sebesar 16,08% (y.o.y), lebih tinggi

dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang terkontraksi sebesar 26,92%

(y.o.y).

Bank Indonesia │Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009 13

1.2.6 SEKTOR KEUANGAN, PERSEWAAN DAN JASA PERUSAHAAN

Sektor keuangan, persewaan dan jasa

perusahaan pada triwulan IV-2009

diperkirakan tumbuh 8,51% (y.o.y)

dibandingkan triwulan IV-2008 sebesar

6,99%. Net Interest Margin Perbankan

tumbuh sebesar 34,1% (y.o.y) lebih tinggi

dibandingkan pertumbuhan triwulan IV-2008

sebesar 28,64% (y.o.y). NIM Perbankan

meningkat terutama didorong oleh

peningkatan pendapatan bunga yang tumbuh

sebesar 31,5% lebih tinggi dibandingkan

pertumbuhan tahun 2008 sebesar 22,26%

1.2.7 SEKTOR LAINNYA

Selama triwulan laporan, sektor jasa-jasa diperkirakan meningkat 7,44% (y.o.y),

dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 6,35% (y.o.y).

Berdasarkan komponen pembentuknya, pertumbuhan sektor ini terutama disumbangkan

oleh subsektor pemerintahan umum. Meningkatnya kinerja di sektor ini seiring dengan

upaya realisasi anggaran belanja barang/jasa pemerintah di akhir tahun.

Sektor pertambangan dan penggalian dalam triwulan-IV tahun 2009 diperkirakan

tumbuh sebesar 15,13% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun

sebelumnya sebesar 8,75% (y.o.y). Pertumbuhan sektor ini seiring dengan pertumbuhan

sektor bangunan. Pertambangan di Gorontalo banyak menghasilkan barang tambang galian

C untuk mendukung kinerja sektor konstruksi. Berdasarkan pelaku usahanya, sub sektor

penggalian ini lebih banyak dilakukan oleh penambangan tradisional/rakyat dan bukan

industri berskala besar.

Sektor listrik, gas dan air bersih pada triwulan-IV 2009 diperkirakan tumbuh sebesar

6,12% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan triwulan-IV 2008 yang mengalami kontraksi sebesar -

0,71% (y.o.y). Peningkatan sektor ini tercermin didorong oleh mulai beroperasinya 5 genset

tambahan yang telah didatangkan Pemda dari Bitung.

Grafik 1.24 NIM Perbankan

Sumber : Bank Indonesia

14 Bank Indonesia │Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009

BOX 1 : KARAKTERISTIK INVESTASI GORONTALO

Upaya pemerintah daerah dalam mendorong ekonomi Gorontalo telah dilakukan

dengan maksimal, hal ini terlihat dari pertumbuhan komponen investasi dalam PDRB yang

menunjukkan peningkatan setiap tahunnya. Namun apabila dibandingkan dengan

pertumbuhan investasi di kawasan Sulawesi-Maluku-Papua, investasi Gorontalo masih

membutuhkan perbaikan lagi.

Grafik 1.25 Perkembangan Investasi Gorontalo Grafik 1.26 Perkembangan Inflasi Sulampua

Sumber : Badan Pusat Statistik

Dalam pelaksanaannya efektifitas investasi tidak hanya dilihat dari pertumbuhannya

saja, namun sejauh mana investasi yang dilakukan mampu mendorong output secara

keseluruhan. Salah satu tools ekonomi yang dapat digunakan untuk menghitung efektifitas

investasi dalam mempengaruhi output adalah metode Incremental Capital Output Ratio

(ICOR). ICOR adalah suatu besaran yang menunjukkan tambahan kapital (investasi) baru

yang dibutuhkan untuk menaikkan/menambah satu unit output. Secara teoritis teori

dimaksud dikembangkan pertama kali oleh R. F. Harrod dan Evsey Domar (1939 dan 1947).

Besaran ICOR diperoleh dengan membandingkan tambahan kapital dengan tambahan

output. Karena unit kapital bentuknya berbeda-beda dan beraneka ragam sementara unit

output relatif tidak berbeda, maka untuk memudahkan penghitungan keduanya dinilai

dalam bentuk uang (nominal). Investasi merupakan kegiatan yang berlangsung dengan

rentang waktu yang cukup lama (multiyears) maka penghitungan ICOR dilakukan dengan

mengambil periode 5 tahunan dengan asumsi investasi yang dilakukan pada awal tahun

pertama telah selesai dilaksanakan pada akhir tahun ke-5.

Tabel 1.9 perhitungan ICOR Prov. Gorontalo

Komponen 2000-2004 2004-2009

Akumulasi Investasi 418.488,54 808.601,92

Penambahan Output 2.093.977,50 5.475.537,35

ICOR Rate 5,00 6,77

Bank Indonesia │Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009 15

Tampak dalam hasil pengolahan data, efektivitas investasi menunjukkan penurunan

dengan nilai ICOR yang meningkat. ICOR Rate = 5.00 diartikan sebagai setiap penambahan 5

kapital akan mendorong peningkatan 1 Output, sementara ICOR Rate 6,77 diartikan sebagai

setiap penambahan 6.77 kapital akan mendorong peningkatan 1 Output. Hal ini

menunjukkan bahwa investasi yang dilakukan belum efektif dalam mendorong

sustainabilitas pertumbuhan ekonomi. Kondisi ini diyakini karena kegiatan investasi di

Gorontalo lebih dilakukan pada sektor non tradable (investasi fisik bangunan) dibandingkan

investasi alat-alat produksi (terlihat dari pertumbuhan sektor non tradable yang

kecenderunganya meningkat dibandingkan sektor tradable).

Grafik 1.27 Pertumbuhan Sektor Tradable vs Non Tradable

Sumber : BPS Prov. Gorontalo (diolah)

Penilaian investasi yang cukup baik dari Survey Pemeringkatan Iklim Usaha terhadap

33 provinsi 2008, Kerjasama BKPM Pusat – KPPOD menjadi prestasi PEMDA yang perlu terus

dikembangkan. Namun upaya meningkatan kualitas investasi menjadi hal yang patut

mendapat perhatian, kebijakan investasi bangunan secara perlahan-lahan diarahkan ke

investasi non bangunan untuk menambah ouput produksi demi menjaga sustaibilitas

pertumbuhan.

Dalam tahun 2010 upaya mendorong investasi menjadi tantangan tersendiri.

Keterbatasan fiskal pemerintah daerah harus dapat disiasati melalui penguatan peran

perbankan dan sektor swasta. Kendala ekspansi kredit perbankan yang terkendala akibat

kurangnya dukungan pertumbuhan dana masyarakat menjadi pekerjaan rumah yang harus

diselesaikan. Solusi shifting kredit dari dominasi konsumsi ke arah Kredit Modal Kerja dan

Investasi menjadi alternatif di saat upaya peningkatan DPK terus dilakukan.

16 Bank Indonesia │Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009

Tabel 1.10 Anggaran Belanja Modal PEMDA 2009 vs 2010

Sumber : Badan Keuangan Prov. Gorontalo

Sementara itu peran Badan Investasi Daerah (BID) Prov. Gorontalo menjadi vital,

apresiasi yang cukup baik dari BKPM pusat terhadap iklim investasi di Gorontalo harus

diubah menjadi peningkatan investasi riil di Gorontalo. Dalam rapat perdana Tim

Pengendalian Inflasi dan Pemberdayaan Ekonomi Daerah (TPIPED) yang dilaksanakan

Desember 2009 lalu terungkap bahwaKADIN masih melihat adanya kendala keterbatasan

data dan informasi terkait potensi bisnis di Gorontalo.

WILAYAH APBD 2009 APBD 2010

Bone Bolango 95.132.534.813 85.223.366.291

Gorontalo Utara 151.942.436.000 75.971.218.000

Prov. Gorontalo 99.550.040.499 178.322.950.826

Kab. Gorontalo 167.503.879.317 105.829.531.520

Boalemo 117.222.782.283 85.441.816.552

Pohuwato 99.077.210.825 49.538.605.413

Kota Gorontalo 144.198.603.902 77.311.408.980

Total 730.428.883.737,00 657.638.897.582

Bank Indonesia │Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009 17

BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI

Tendensi penurunan inflasi tahunan mewarnai perkembangan harga komoditas di

Provinsi Gorontalo pada triwulan-IV 2009. Inflasi Gorontalo triwulan IV-2009 sebesar 4,35%

(y.o.y) lebih rendah dibandingkan triwulan IV-2008 sebesar 9,20% (y.o.y). Sementara secara

triwulanan, inflasi triwulan IV-2009 sebesar 0,53% (qtq) lebih rendah dibandingkan triwulan

III-2009 sebesar 0,85% (qtq). Adanya policy shock penurunan harga BBM mendominasi

pembentukan inflasi Provinsi Gorontalo 2009, sehingga inflasi Gorontalo mengalami tren

penurunan. Namun, inflasi Gorontalo masih menunjukkan tanda-tanda persistensi tinggi

yang ditunjukkan dengan tingginya nilai inflasi Gorontalo di atas rata-rata inflasi nasional

sepanjang tahun 2009.

2.1 INFLASI GORONTALO TRIWULAN IV-2009

Inflasi Provinsi Gorontalo tahun 2009 ditandai dengan meredanya policy shock,

kuatnya ekpektasi harga, dan kerentanan sisi produksi. Sepanjang tahun 2009, inflasi

Gorontalo mengalami kecenderungan menurun seiring dengan penurunan rata-rata inflasi

tahunan. Tren penurunan inflasi terutama didorong oleh kebijakan penurunan harga BBM

(Bahan Bakar Minyak) pada akhir tahun 2008. Sementara itu, kuatnya ekspektasi harga dan

penggunaan kapasitas produksi yang belum optimal menyebabkan inflasi Gorontalo

persisten diatas inflasi nasional dalam kurun waktu satu tahun terakhir. Grafik 2.1

Perkembangan Inflasi Nasional dan Gorontalo

Melemahnya dampak Policy Shock mulai terasa sejak kebijakan penurunan harga

BBM pada akhir tahun 2008. Menurunnya harga komoditas minyak internasional pada

pertengahan tahun 2008 mengurangi beban Pos Subsidi BBM dalam APBN, sehingga

kebijakan penurunan BBM secara nasional dapat dilakukan demi menciptakan situasi

ekonomi dan bisnis yang kondusif. Pada Desember 2008 terjadi penurunan harga premium

dari Rp.6000/liter menjadi Rp.5000/liter, sedangkan harga diesel turun dari Rp.5500/liter

menjadi Rp.4800/liter. Melihat perkembangan harga minyak dunia yang terus menurun,

Sumber data : BPS Provinsi Gorontalo

18 Bank Indonesia │Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009

maka pemerintah kembali melakukan kebijakan penurunan harga BBM pada Januari 2009.

Harga premium kembali turun dari Rp.5000/liter menjadi Rp.4500/liter dan harga diesel

turun dari Rp.4800/liter menjadi Rp.4500/liter. Penurunan kebijakan BBM ini membawa

tingkat harga ke level yang lebih rendah dan mendorong penurunan inflasi nasional dan

inflasi Gorontalo.

Grafik 2.2

Perkembangan Inflasi Tahunan Provinsi Gorontalo

Ekspektasi harga mendorong tekanan inflasi Gorontalo ditengah pengaruh

penurunan harga BBM. Sepanjang tahun 2009, persepsi masyarakat terhadap kenaikan

harga selalu menunjukkan optimisme. Survei Konsumen oleh Bank Indonesia Gorontalo

menunjukkan bahwa ekspektasi harga selalu optimis dengan nilai indeks berada diatas 100

(Saldo Bersih). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat selalu memiliki

ekspektasi harga meningkat. Sementara itu berdasarkan kelompok harga, masyarakat

memiliki ekspektasi bahwa kelompok bahan makanan merupakan barang yang memiliki

kenaikan harga tertinggi dibandingkan kelompok barang dan jasa lainnya.

Sumber data : BPS

Sumber data : Survei Konsumen (KBI Gorontalo)

Grafik 2.3 Indeks Perubahan Harga Umum 3 Bulan YAD

Grafik 2.4 Indeks Perkiraan Kenaikan Harga Kelompok Komoditas 3 Bulan YAD

Bank Indonesia │Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009 19

Kerentanan sisi produksi menyebabkan tingkat inflasi Gorontalo persisten tinggi di

atas inflasi nasional. Permintaan masyarakat tanpa disertai dengan produksi yang optimal

mengakibatkan output gap positif. Artinya produksi yang dihasilkan oleh perekonomian

daerah belum mampu memenuhi tingginya permintaan masyarakat. Belum optimalnya

penggunaan kapasitas produksi menjadi permasalahan utama rentannya aspek produksi

Gorontalo. Hal ini diperburuk oleh lemahnya dukungan infrastruktur terutama energi listrik.

2.2 INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK BARANG DAN JASA

2.2.1 INFLASI TAHUNAN (Y.O.Y)

Secara tahunan, inflasi Gorontalo tahun 2009 sebesar 4,35% (y.o.y) lebih rendah

dibandingkan tahun 2008 sebesar 9,20% (y.o.y). Tendensi penurunan harga terutama

terjadi pada kelompok bahan makanan dan kelompok transport, komunikasi, dan jasa

keuangan.

Tabel 2.1

Inflasi Tahunan Kelompok Barang dan Jasa (y.o.y)

Sumber : BPS Provinsi Gorontalo

Hampir sepanjang tahun 2009 barang dan jasa kelompok transportasi, komunikasi,

dan jasa keuangan mengalami deflasi. Pada triwulan-IV 2009, kelompok transportasi,

komunikasi, dan jasa keuangan deflasi sebesar -2,50% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan

periode yang sama tahun sebelumnya mengalami inflasi sebesar 3,48% (y.o.y). Penurunan

tekanan harga dalam kelompok ini terutama disebabkan oleh penurunan kebijakan harga

BBM sebanyak dua kali yaitu pada Desember 2008 dan Januari 2009.

I II III IV I II III IV I II III IV

Umum 3.55 5.07 5.97 7.02 8.33 9.58 12.26 9.20 10.54 7.22 3.97 4.35

1 Bahan makanan 5.09 10.34 10.62 13.09 13.25 18.05 21.69 8.56 21.05 14.59 5.50 7.70

2 Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau 9.10 5.69 8.41 6.41 5.47 5.79 9.36 14.51 21.08 12.39 12.03 7.73

3 Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar 0.07 1.03 1.36 1.70 6.85 4.50 12.43 14.02 14.74 5.57 3.38 2.84

4 Sandang 2.41 2.11 2.16 4.63 6.81 4.29 3.40 2.63 6.36 2.53 2.80 3.06

5 Kesehatan 3.34 3.80 1.90 4.65 6.35 7.10 4.66 3.95 3.42 3.41 8.59 8.22

6 Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 0.29 0.30 8.84 9.11 9.39 10.65 4.52 4.34 4.27 4.24 0.44 0.57

7 Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan 0.21 0.91 0.97 0.95 1.39 3.37 6.14 3.48 (0.37) (5.15) (5.35) (2.50)

No Kelompok 2007 2008 2009

Grafik 2.5 Indeks Keyakinan Konsumen

Grafik 2.6 Realisasi Kapasitas Produksi per Sektor Ekonomi 2009

20 Bank Indonesia │Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009

Grafik 2.7

Perkembangan Harga BBM

Sumber : Departemen ESDM

Bila diuraikan lebih dalam, subkelompok transportasi merupakan penyumbang

terbesar terjadinya deflasi pada kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan.

Subkelompok transportasi pada periode laporan mengalami deflasi sebesar -3.06% (y.o.y)

jauh lebih rendah dibandingkan subkelompok lainnya yang pergerakan harganya relatif

stabil. Kebijakan pemerintah untuk menurunkan harga BBM bersubsidi pada awal Desember

2008 memberikan efek sepanjang tahun 2009.

Tabel 2.2

Inflasi Sub kelompok Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan tahun 2009 (y.o.y)

Sumber : BPS Provinsi Gorontalo

2.2.2 INFLASI TRIWULANAN (QTQ)

Secara triwulanan, inflasi Gorontalo pada triwulan IV-2009 sebesar 0.53% (qtq)

lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 0.85% (qtq). Penurunan tingkat

harga barang dan jasa didorong oleh deflasi pada kelompok makanan jadi, minuman rokok,

dan tembakau, kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar, kelompok sandang,

dan kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan. Sedangkan sumber tekanan

inflasi terutama disumbangkan oleh inflasi kelompok bahan makanan.

Tabel 2.3

Kelompok Barang dan Jasa (qtq)

Kelompok / Sub kelompok JAN FEB MAR APR MEI JUNI JULI AUG SEPT OCT NOV DEC

TRANSPOR, KOMUNIKASI & JASA KEUANGAN 0.52 -0.36 -0.37 2.39 0.80 -5.15 -5.16 -5.27 -5.35 -4.88 -4.84 -2.5

Transpor 5.11 3.79 3.77 3.26 0.98 -7.36 -7.37 -7.39 -7.31 -6.33 -6.33 -3.06

Komunikasi dan Pengiriman -12.80 -12.80 -12.80 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 -0.69 -1.91 -1.83 -1.83

Sarana dan Penunjang Transpor 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0 0.4 0.4

Jasa Keuangan 2.74 2.74 2.74 2.74 2.74 2.74 2.74 0.34 0.34 0.34 0.34 0.34

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

Umum -1.24 0.46 1.66 2.96 -0.04 3.83 4.01 0.16 2.33 0.59 0.85 0.53

Bahan makanan -4.86 0.19 2.10 10.48 -4.72 4.73 7.89 -1.44 6.83 0.88 -0.67 0.62

Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau 2.86 0.24 2.77 -0.24 1.96 4.01 2.32 4.46 3.15 1.93 2.00 -5.18

Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar 0.13 0.73 0.88 -0.07 5.20 1.36 4.40 1.34 -0.14 -0.07 2.23 -8.16

Sandang 0.24 0.90 0.41 1.90 2.33 -0.67 -0.04 1.14 2.52 -1.08 0.22 -1.61

Kesehatan 0.12 0.90 0.26 1.11 1.74 1.34 0.56 0.42 0.62 1.77 5.59 0.08

Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 0.00 0.12 7.44 0.05 0.26 0.47 3.98 -0.12 0.17 0.20 0.19 0.01

Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan 0.16 0.74 0.11 -0.59 0.60 8.37 0.13 -3.09 -2.39 0.14 -0.08 -0.17

Kelompok 2007 2008 2009

Sumber data : BPS

Bank Indonesia │Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009 21

Inflasi kelompok bahan makanan tetap menunjukkan peningkatan di tengah

kecenderungan penurunan inflasi daerah. Hasil Survei Pemantauan Harga menunjukkan

bahwa beberapa komoditas utama dalam kelompok bahan makanan yaitu cabai, bawang

merah, beras, dan gula pasir mengalami peningkatan.

Hasil Survei Pemantauan Harga menunjukkan bahwa beras sebagai komoditas

utama penyumbang inflasi mengalami kenaikan harga. Harga beras jenis IR-64 pada

minggu-I September 2009 sebesar Rp5500/kg naik menjadi Rp6.000/kg pada minggu-IV

Desember 2009. Sementara, harga beras jenis Dolog relatif stabil. Harga gula pasir pada

minggu-I September 2009 sebesar Rp9700/kg naik menjadi Rp11.000/kg pada minggu-IV

Desember 2009. Sedangkan harga bawang merah pada minggu-I September 2009 sebesar

Rp14.000/kg naik menjadi Rp16.000/kg pada minggu-IV Desember 2009.

Cabai sebagai komoditas dengan tingkat volatilitas tinggi mengalami kenaikan

harga. Harga cabai keriting pada minggu-I September 2009 sebesar Rp9800/kg naik menjadi

Rp20.000/kg pada minggu-IV Desember 2009. Sementara itu, harga cabai merah biasa pada

minggu-I September 2009 sebesar Rp11.500/kg naik menjadi Rp19.000/kg pada minggu-IV

Desember 2009. Bila kita telusuri lebih dalam, pada bulan November 2009 harga cabai

kriting dan cabai merah mengalami kenaikan yang drastis hingga mencapai Rp.37.000/kg

untuk cabai kriting dan Rp.40.000/kg untuk cabai merah. Hal ini disebabkan karena pada

saat itu stok cabai hilang di pasaran Gorontalo karena banyak dialihkan ke Manado. Pada

saat yang sama Manado sedang mengalami kekurangan pasokan cabai, sehingga banyak

pasokan cabai Gorontalo yang dialihkan oleh para pedagang besar untuk memenuhi

kebutuhan pasokan di Manado karena harga cabai di Manado sudah jauh lebih tinggi.

Grafik 2.8 Perkembangan Harga Bawang dan Cabai 2009

Grafik 2.9 Perkembangan Harga Beras dan Gula Pasir 2009

Sumber data : Diskoperindag Gorontalo (Survei Pemantauan Harga)

22 Bank Indonesia │Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009

Permasalahan distribusi, pembentukan harga, dan struktur pasar menjadi sorotan

ditengah melambungnya harga komoditas kelompok bahan makanan. Hasil penelitian

Bank Indonesia dan konfirmasi dengan berbagai dinas serta pelaku usaha terkait

menunjukkan bahwa terdapat permasalahan mendasar pada tata niaga barang dan jasa

terutama komoditas pada kelompok bahan makanan. Peran pedagang besar sangat

dominan dalam mempengaruhi jalur distribusi dan struktur pasar. Sementara, margin harga

yang mereka bebankan kepada konsumen sangat tinggi sehingga pembentukan harga di

Gorontalo seringkali tidak selalu sesuai dengan mekanisme permintaan dan penawaran.

Hasil pertemuan Tim Pengendalian Inflasi dan Pemberdayaan Ekonomi Daerah (TPIPED) juga

mengidentifikasi terdapat permasalahan distribusi yang menghambat kelancaran pasokan

barang dan jasa. Tentunya hal ini memperkuat perilaku persistensi tinggi inflasi Provinsi

Gorontalo.

Tabel 2.4

Hasil Rapat Tim Pengendalian Inflasi dan Pemberdayaan Ekonomi Daerah

31 Agustus 2009 21 Desember 2009

Keterbatasan kapasitas infrastruktur. Distribusi

barang dan jasa seringkali terganggu karena terjadi

penumpukan antrian kapal di Pelabuhan Gorontalo.

Sementara itu, terdapat alternatif Pelabuhan Anggrek

namun kurang diminati oleh pedagang karena

jaraknya yang lebih jauh. Pemda tengah membangun

dermaga III di Pelabuhan Gorontalo sebagai salah

satu solusi permasalahan tersebut yang diperkirakan

selesai pada tahun 2010.

Peranan Pedagang Besar dalam perniagaan komoditas.

Peranan pedagang besar sangat dominan di Gorontalo,

kondisi ini didukung analisis lapangan dari Dinas

Pertanian dan Dinas Perikanan dimana Pemerintah

Provinsi telah mencoba beberapa upaya untuk

meminimalisir hal tersebut melalui program Taksi Mina

Bahari (perikanan) maupun sentra usaha KIAT

(pertanian). Namun upaya dimaksud belum sepenuhnya

optimal, karena cukup sulit melawan dominasi tengkulak

terkait keterbatasan modal pemerintah daerah.

Bank Indonesia │Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009 23

BOX II : IDENTIFIKASI JALUR DISTRIBUSI KOMODITAS

HORTIKULTURA DI GORONTALO

Pola perniagaan holtikultura di Gorontalo telah mengikuti jalur distribusi yang

melibatkan produsen, pedagang besar, pengecer dan konsumen walaupun memiliki sedikit

perbedaan untuk tiap komoditasnya. Secara umum, pedagang besar dinilai memiliki

peranan lebih dibandingkan petani dan pengecer dalam melakukan transaksi komoditas

untuk sampai kepada konsumen walaupun tingkat kekuatannya berbeda-beda untuk setiap

jenis komoditas hortikulutura. Fenomena petani sekaligus pengecer banyak dijumpai di

daerah-daerah yang berdekatan langsung dengan wilayah kota. Hal ini dilakukan oleh petani

karena belum optimalnya balancing margin di setiap sub level distribusi holtikultura,

sehingga harga jual komoditi tersebut menjadi lebih menarik. Sebagai ilustrasi, jalur

distribusi untuk komoditas rica, tomat, cabe merah, dan bawang merah adalah sebagai

berikut:

Rantai Distribusi Rica:

Gambar 2.1 Jalur Distribusi Rica

Rica merupakan komoditas primadona Gorontalo, kualitas rica yang cukup diminati

pasar menyebabkan permintaan terhadap rica cukup tinggi. Berdasarkan survey yang

dilakukan oleh KBI Gorontalo, pasokan rica tidak hanya berasal dari produsen lokal,

responden menyatakan bahwa 20% pasokan berasal dari Sulawesi Tengah. Di lini produsen,

selain menjual ke pedagang besar, responden petani menyatakan bahwa 38% komoditasnya

dijual langsung kepada pengecer dan konsumen. Hal tersebut dilakukan oleh petani dengan

tujuan mendapatkan margin lebih ketika harga rica di level pedagang besar turun, namun

dalam beberapa hal konsumen dan pengecer sendiri juga langsung membeli dari petani

ketika harga rica di pasar tradisional membumbung tinggi. Dalam distribusi rica dikenal

adanya pengepul/pedagang perantara yang bertindak sebagai agen pengumpul rica untuk

disalurkan ke pedagang besar. Dalam hal ini pengepul tidak melakukan transaksi langsung

dengan produsen maupun pedagang besar, pengepul hanya menghubungkan antara

produsen dan pedagang besar dan mendapatkan fee dari pedagang besar atas usahanya

tersebut. Adanya pedagang perantara dalam distribusi rica memperpanjang jalur perniagaan

rica dan mengakibatkan inefisiensi.

24 Bank Indonesia │Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009

Rantai Distribusi Tomat Sayur:

Gambar 2.2 Jalur Distribusi Tomat

Dalam perniagaan tomat, jalur distribusi melibatkan produsen lokal/luar provinsi,

pedagang besar, dan pengecer. Hasil survey menyebutkan bahwa reponden pedagang besar

mendatangkan 44% pasokannya dari luar Gorontalo (Sulawesi Tengah dan Sulawesi Utara)

sementara hanya 20% dari total komoditas yang dimilikinya dijual ke luar daerah. Hal ini

menunjukkan bahwa ketergantungan distribusi tomat dari daerah lain cukup tinggi. Dalam

distribusi tomat, petani juga bertindak sebagai pemasok langsung bagi pengecer dan

konsumen (terutama untuk rumah makan/restoran). Perilaku produsen tersebut didasarkan

pertimbangan usia buah yang cukup pendek, untuk menghindarkan kerusakan banyak

petani berinisiatif memasok pengecer langsung agar produksinya cepat terserap di pasar.

Rantai Distribusi Cabe Merah:

Gambar 2.3 Jalur Distribusi Cabe Merah

Pola distribusi cabe merah mengikuti seperti diagram diatas. Cabe merah kurang

diminati oleh petani lokal, sehingga sebagian besar didatangkan dari luar provinsi, sumber

pasokan cabe merah di Gorontalo berasal dari Sulawesi Tengah. Dalam mekanisme

distribusinya, responden petani menyatakan bahwa 50% menjual komoditasnya langsung ke

pengecer sisanya menjual kepada pedagang besar. Petani melakukan hal dimaksud dengan

alasan pertimbangan harga jual yang lebih baik di level pengecer. Sedangkan komoditas

yang dikumpulkan oleh pedagang besar umumnya dipasok ke luar daerah atau dipasok

kepada rumah makan/restoran di Gorontalo.

Bank Indonesia │Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009 25

Rantai distribusi Bawang Merah:

Gambar 2.4 Jalur Distribusi Bawang Merah

Produksi bawang merah di Gorontalo masih mengandalkan pasokan dari luar daerah

yaitu Makassar-Sulawesi Selatan, Bima-Nusa Tenggara Barat dan Sulawesi Tengah. Produksi

lokal masih belum mencukupi kebutuhan Gorontalo. Dalam perniagaan bawang merah,

pedagang besar mendatangkan komoditas hanya untuk memenuhi kebutuhan lokal saja dan

sebagian kecil diperdagangkan ke Sulawesi Utara dan Sulawesi Tengah.

Distribusi Tingkat Konsumen

Disisi konsumen, chanelling distribusi holtikultura yang paling sering digunakan

adalah pasar tradisional kecuali untuk komoditas rica dan tomat, masyarakat banyak yang

membeli langsung dari petani dengan alasan kualitas buah yang didapatkan lebih baik

dibandingkan melalui pasar tradisional. Sementara itu channel distribusi yang melibatkan

pasar modern/supermarket jarang digunakan.

Tabel 2. 5 Asal Pasokan Pada Level Konsumen

ASAL PASOKAN RICA TOMAT CABE

MERAH

BAWANG

MERAH

Pasar Modern/Supermarket 25.1% 1.6% 21.6% 2.4%

Pasar Tradisional 37.5% 78.6% 29.8% 77.6%

Penjual Keliling 4.9% 9.5% 22.9% 8.8%

Toko/Warung 6.0% 9.5% 3.4% 11.2%

Petani/Nelayan 26.6% 0.8% 22.3% 0.0%

Sumber : Survei lapangan, Bank Indonesia Gorontalo

26 Bank Indonesia │Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009

Halaman ini sengaja dikosongkan ...

Bank Indonesia │Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009 27

BAB 3 : PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

Pada triwulan IV-2009 kinerja perbankan di Provinsi Gorontalo menunjukkan

perkembangan yang kurang menggembirakan, diikuti dengan stabilitas sistem perbankan

yang relatif terkendali. Intermediasi perbankan ditandai oleh pertumbuhan dana pihak

ketiga (DPK) dan pertumbuhan kredit yang melambat. Sementara itu stabilitas perbankan

Gorontalo tetap terjaga, tergambar dari indikator-indikator risiko kredit dan risiko pasar

yang relatif terkendali. Namun, risiko likuiditas perlu diwaspadai karena LDR sudah

mencapai nilai yang tidak wajar mencapai lebih dari 140% sehingga dapat mengancam

ketersediaan likuiditas perbankan.

3.1 FUNGSI INTERMEDIASI

Perkembangan fungsi intermediasi perbankan pada triwulan laporan menunjukkan

kinerja yang melambat. Pertumbuhan dana pihak ketiga mengalami perlambatan

dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Menurunnya kinerja penghimpunan

dana pihak ketiga didorong oleh berkurangnya penempatan dana giro pemerintah terkait

pembayaran berbagai proyek pembangunan pada akhir tahun. Sementara itu, penyaluran

kredit juga mengalami perlambatan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Perlambatan terutama terjadi pada kredit-kredit sektor produktif yaitu adalah sektor

pertanian, sektor industri, dan sektor transportasi.

3.1.1 Perkembangan Bank

Kegiatan perbankan di Provinsi Gorontalo saat ini dilayani oleh 9 Bank Umum

Konvensional, 2 Bank Umum Syariah 4 Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Jaringan kantor

Bank Umum baik yang konvensional maupun syariah di Provinsi Gorontalo terdiri dari 13

kantor cabang, 21 kantor cabang pembantu, 10 kantor kas serta 21 kantor unit. Sementara

itu, jaringan kantor BPR terdiri dari 4 kantor pusat, 2 kantor cabang dan 2 kantor kas.

Sementara itu, selama tahun 2009 terdapat penambahan jumlah bank yang meliputi 1

kantor cabang bank umum syariah dan 5 kantor cabang pembantu bank umum

konvensional.

Total asset pada triwulan-IV 2009 tumbuh lebih rendah dibandingkan periode yang

sama tahun sebelumnya. Total asset seluruh bank pada triwulan-IV 2009 mencapai Rp2,90

triliun, tumbuh 20,57% (y.o.y) lebih lambat dibanding triwulan IV-2008 sebesar 26,18%

(y.o.y). Namun, Net Interest Margin (NIM) pada triwulan IV-2009 sebesar Rp.320,74 milyar

atau tumbuh 34,11% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan triwulan IV-2008 sebesar 28,64%

(y.o.y). Perlambatan total asset sejalan dengan perlambatan penyaluran kredit pada

triwulan laporan. Sementara itu, rasio BOPO (Biaya Operasional Pendapatan Operasional)

sebesar 53,82% lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar

54,68%. Menurunnya rasio bopo menunjukkan Perbankan Gorontalo makin efisien dalam

melakukan kegiatan operasional.

28 Bank Indonesia │Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009

3.1.2 Penyerapan dana masyarakat

Pada posisi akhir triwulan IV-2009 dana yang dihimpun tercatat sebesar Rp1,82

triliun, tumbuh 2,87% (y.o.y) lebih lambat dibandingkan periode yang sama tahun

sebelumnya sebesar 13,12% (y.o.y). Perlambatan DPK terutama disebabkan oleh kontraksi

pada komponen giro dan deposito masing-masing sebesar -14,91% (y.o.y) dan -2,07%

(y.o.y), keduanya lebih lambat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Melambatnya pertumbuhan giro terutama disebabkan oleh menurunnya penempatan dana

pemda karena kebutuhan transaksi untuk membayar proyek-proyek pembangunan daerah

di akhir tahun. Sedangkan melambatnya deposito seiring dengan tren penurunan suku

bunga perbankan. Sementara, tabungan tumbuh sebesar 10,43% (y.o.y) lebih tinggi

dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 4,08% (y.o.y). Meningkatnya

kesadaran masyarakat akan menabung menjadi salah satu faktor yang memberikan angin

segar kepada peningkatan tabungan masyarakat.

Grafik 3.1 Pertumbuhan DPK (y.o.y) Grafik 3.2 Komposisi DPK

3.1.3 Penyaluran kredit

Pada posisi akhir triwulan laporan, kredit yang disalurkan tercatat sebesar Rp2,58

triliun, tumbuh 29,01%. (y.o.y) lebih lambat dibandingkan periode yang sama tahun

sebelumnya yang tumbuh 38.64% (y.o.y). Berdasarkan jenis penggunaannya, pertumbuhan

kredit tertinggi terjadi pada kredit konsumsi yang mencapai 37.05% (y.o.y) namun masih

lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 44.41% (y.o.y).

Kredit modal kerja tumbuh sebesar 17,99% (y.o.y) lebih lambat dibandingkan periode yang

sama tahun sebelumnya sebesar 40.84% (y.o.y). Sementara itu, kredit investasi tumbuh

24,38% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang

mengalami kontraksi sebesar -4.90% (y.o.y).

Pertumbuhan pada kredit investasi terutama didorong oleh pendanaan proyek

pembangunan Pemerintah Daerah. Usaha Pemda untuk memperkuat perekonomian

daerah melalui penyelesaian target pembangunan infrastruktur menyebabkan terjadinya

peningkatan kredit investasi. Adapun beberapa proyek Pemda yang tengah dalam proses

pengerjaan/penyelesaian adalah jalan Gorontalo By Pass, Bendungan Paguyaman,

Bank Indonesia │Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009 29

Pembangunan Kanal Banjir Tamalate, Pembangunan Embarkasi Haji Bandara Djalaludin,

Dermaga III Pelabuhan Kota Gorontalo, dan PLTU Anggrek

Grafik 3.3 Pertumbuhan Kredit berdasarkan jenis

Penggunaan (y.o.y)

Grafik 3.4 Komposisi Kredit Berdasarkan Jenis

Penggunaan

Sumber : Bank Indonesia

Pertumbuhan kredit sektor produktif pada triwulan laporan diwarnai oleh

perlambatan. Hampir seluruh kredit sektoral mengalami kontraksi, namun angin segar

masih bertiup pada kredit sektor konstruksi, sektor perdagangan, hotel, dan restoran,

dan sektor jasa sosial kemasyarakatan. Kredit sektor transportasi dan komunikasi dan

sektor industri mengalami kontraksi yang paling dalam masing-masing sebesar -41,04%

(y.o.y) dan -36,95% (y.o.y), keduanya lebih lambat dibandingkan periode yang sama

tahun sebelumnya. Perlambatan pertumbuhan kredit sektor industri searah dengan

melambatnya pertumbuhan sektor industri tahun 2009. Sementara itu kredit

perdagangan masih mendominasi dalam portofolio kredit produktif dengan

pertumbuhan sebesar 30,21% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun

sebelumnya sebesar 29,67% (y.o.y). Kredit sektor konstruksi mengalami pertumbuhan

positif sebesar 27,84% (y.o.y), namun masih lebih rendah dibandingkan periode yang

sama tahun sebelumnnya sebesar 54,35% (y.o.y).

Grafik 3.5 Pertumbuhan Kredit Sektoral (y.o.y)

Grafik 3.6 Komposisi portofolio Kredit Sektor

Produktif

Pada triwulan laporan, kredit UMKM tercatat tumbuh 10,30% (y.o.y) lebih lambat

dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 40,86% (y.o.y). Kredit yang

dikucurkan perbankan Gorontalo kepada usaha skala mikro, kecil dan menengah

mencapai Rp1,514 triliun, atau 58,60% dari keseluruhan kredit perbankan. Jika dilihat per

30 Bank Indonesia │Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009

segmen, kredit usaha kecil tumbuh sebesar 16.12% (y.o.y) lebih lambat dibandingkan

periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 30,08% (y.o.y). Sementara, kredit

menengah yang memiliki komposisi terbesar dalam struktur kredit UMKM di Gorontalo,

tumbuh sebesar 7.19% (y.o.y) lebih lambat dibandingkan periode yang sama tahun

sebelumnya sebesar 52,86% (y.o.y). Sedangkan kredit usaha mikro mengalami perbaikan

yaitu tumbuh 11,26% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun

sebelumnya sebesar 8,70% (y.o.y).

Grafik 3.7 Pertumbuhan Kredit UMKM Grafik 3.8 Komposisi Kredit UMKM

Sumber : Bank Indonesia

3.2 STABILITAS SISTEM PERBANKAN

Selama triwulan laporan, stabilitas sistem perbankan di Gorontalo meliputi aspek

risiko kredit dan risiko pasar relatif terkendali, namun risiko likuiditas perlu mendapat

perhatian. Non performing loans (NPLs) relatif terjaga berada pada nilai dibawah batas

ketentuan BI yaitu dibawah 5%. Sementara itu, aspek penyerapan dana masyarakat perlu

menjadi perhatian karena Loan to Deposit Ratio (LDR) berada di ambang ‘tidak wajar’

mencapai lebih dari 140% sehingga dapat mengancam ketersediaan likuiditas perbankan.

3.2.1 Risiko Kredit

Dari indikator kredit non-lancar dan konsentrasi kredit di sektor tertentu, terlihat

bahwa risiko kredit tetap terkendali pada level yang rendah. Kredit Non-Lancar atau Non

Performing Loans (NPLs) untuk kredit secara keseluruhan tetap terjaga pada level 2.25%.

Nilai ini tergolong ‘baik’ karena masih berada di bawah batas maksimal yang ditetapkan

oleh Bank Indonesia yaitu 5%. Perbaikan nilai NPL terutama disebabkan oleh usaha bank

untuk meminimkan kredit macet melalui peningkatan kinerja collection kredit. Sementara

berdasarkan depth interview dengan Perbankan, terdapat usaha bank untuk menurunkan

NPL melalui switching NPL kepada agunan yang diambil alih (AYDA). Sedangkan disisi

penyaluran kredit juga terus menunjukkan peningkatan yang ikut berkontribusi dalam

meminimkan nilai NPL.

Bank Indonesia │Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009 31

Sumber : Bank Indonesia

Konsentrasi kredit di sektor tertentu. Selain NPL, risiko kredit yang stabil-rendah

disebabkan pula oleh komposisi kredit yang disalurkan, dimana kredit konsumsi memiliki

pangsa yang dominan. Selain itu, pangsa terbesar kredit produktif dikucurkan ke sektor PHR.

Sektor-sektor produktif lain yang dianggap lebih tinggi tingkat risikonya memiliki pangsa

kucuran kredit yang relatif kecil.

Sumber : Bank Indonesia

3.2.2 Risiko Likuiditas

Indikator risiko likuiditas yaitu konsentrasi jangka waktu sumber dana dan

konsentrasi sumber dana pada deposan inti menunjukkan risiko likuiditas pada triwulan

laporan patut mendapat perhatian. Hal tersebut terlihat dari komposisi dana jangka

menengah panjang yang lebih kecil dari dana jangka pendek. Menurunnya Porsi dana

pemerintah yang mengalami pergeseran dari total dana pihak ketiga perbankan juga dinilai

dapat menambah risiko likuiditas karena dana pemerintah relatif mudah diprediksi sifat

keluar masuk dananya. Sementara itu nilai LDR yang berada pada posisi ‘kurang normal’

hingga mencapai 141.68% menyebabkan likuiditas perbankan sangat ketat sehingga

Grafik 3.9 Non Performing Loan

Grafik 3.10 Konsentrasi Kredit

32 Bank Indonesia │Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009

membahayakan perbankan bisa sewaktu-waktu nasabah ingin menarik dananya dalam

jumlah besar.

Grafik 3.11 Pergerakan Komposisi DPK

Grafik 3.12 Komposisi Dana Milik Pemda

Konsentrasi jangka waktu sumber dana. Sebagian besar dana yang simpanan di bank

masih merupakan dana jangka pendek, Sementara terdapat kecenderungan pergeseran

proporsi dari simpanan jangka panjang khususnya deposito ke simpanan jangka menengah

pendek yaitu tabungan. Pergeseran tersebut disebabkan tingginya permintaan dana untuk

melakukan kegiatan ekonomi yang dilakukan masyarakat terutama pada periode laporan.

Sementara itu, pihak perbankan juga ‘sengaja’ melakukan shifting dana pihak ketiga dari

deposito ke tabungan dalam rangka menurunkan biaya bunga simpanan.

Konsentrasi sumber dana pada deposan inti. Dana milik pemerintah memiliki

pangsa yang cenderung menurun di struktur dana pihak ketiga. Hal tersebut dipandang

negatif dari sisi kestabilan likuiditas karena arus keluar masuk dana milik pemerintah lebih

dapat diprediksi dibandingkan dana milik swasta Penurunan dana milik pemda disebabkan

karena meningkatnya kebutuhan transaksi untuk pembiayaan proyek-proyek pembangunan

pemerintah terutama pada akhir tahun.

Posisi LDR pada triwulan laporan sebesar 141.68% menunjukkan bahwa likuiditas

Perbankan Gorontalo sangat ketat. Tingginya LDR menunjukkan bahwa jumlah kredit yang

disalurkan jauh melebihi jumlah dana yang dihimpun oleh perbankan. Tentunya hal ini patut

mendapat perhatian mengingat bila sewaktu-waktu nasabah mengambil dananya dalam

jumlah besar dapat mengakibatkan ketidakstabilan pada kesehatan perbankan. Sementara

itu, perbankan Gorontalo harus lebih meningkatkan kemampuannya dalam menghimpun

dana dari masyarakat untuk mengimbangi jumlah kredit yang digelontorkan menuju tingkat

LDR yang diniliai optimal berada pada kisaran tidak jauh dari 100%.

Sumber: Bank Indonesia

Bank Indonesia │Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009 33

Grafik 3.13 Perkembangan LDR Perbankan Gorontalo

3.2.3 Risiko Pasar

Risiko pasar yang dihadapi oleh perbankan dapat dilihat dari kestabilan volatilitas

suku bunga dan kurs. Kebijakan Bank Indonesia untuk menetapkan suku bunga

acuan yang mendukung sektor rill dengan mempertimbangkan potensi tekanan

inflasi ke depan diharapkan dapat meningkatkan penyaluran kredit. Sementara itu,

volatilitas kurs diyakini tidak akan berdampak besar terhadap kinerja perbankan

Gorontalo, karena paparan tehadap transaksi valuta asing yang tidak tinggi.

Grafik 3.14 Perkembangan Kurs USD dan BI Rate

Sumber: Bank Indonesia

Sumber: Bank Indonesia

34 Bank Indonesia │Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009

BOX III : IDENTIFIKASI POTENSI KOMODITAS UNGGULAN KLASTER

DI KOTA GORONTALO

Provinsi Gorontalo sebagai provinsi yang baru berkembang, memiliki potensi untuk

mengembangkan konsep klaster sebagai alternatif pengembangan model industri

Gorontalo. Hal ini mengingat industrialisasi di Gorontalo belum berkembang secara masif

sebagaimana di daerah-daerah lain. Sementara secara sosiologis, klaster juga sangat sesuai

dengan kultur dan perilaku masyarakat Gorontalo yang sedang melakukan transisi dari

masyarakat agraris ke masyarakat industri. Oleh karena itu identifikasi potensi komoditas

unggulan klaster di wilayah Provinsi Gorontalo diperlukan terutama pada level

kabupaten/kota.

Berdasarkan identifikasi awal terdapat embrio klaster yang dapat diperdalam untuk

menjadi komoditas unggulan klaster yaitu rumput laut, ikan cakalang, ikan lajang, ikan tuna,

sapi potong, meubel, kerawang, pisang, dan cabe. Daftar komoditas unggulan di atas akan

diidentifikasi berdasarkan sebarannya pada wilayah Kabupaten/Kota se-Provinsi Gorontalo

dengan menggunakan Analisis Hierarki Proses (AHP). Dalam analisa AHP dengan fokus Kota

Gorontalo dapat diidentifikasi terdapat tiga komoditas unggulan klaster yang cocok

diterapkan di Kota Gorontalo yaitu kerawang, meubel, dan ikan lajang.

Gambar 3.1 Hasil Analisis AHP Komoditas Unggulan Klaster Kota Gorontalo

Setelah dilakukan AHP kemudian diperdalam dengan analisa SWOT (Strengths,

Weaknesses, Opportunities, Threats) untuk mengetahui komoditas yang paling tepat sebagai

klaster di Kota Gorontalo.

Bank Indonesia │Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009 35

Tabel 3. 1 Matriks Perbandingan Kompetitif Komoditas Unggulan Kota Gorontalo

NO. FAKTOR-FAKTOR STRATEGIS

SKOR UNTUK SETIAP KOMODITAS

IKAN LAJANG MEUBEL KERAWANG

A. INTERNAL

1. Jumlah Tenaga Kerja 0.40 0.40 0.40

2. Ketersediaan Modal 0.18 0.18 0.27

3. Ketersediaan Bahan Baku 0.14 0.21 0.28

4. Ketersediaan Sarana dan Prasarana Produksi 0.21 0.14 0.14

5. Kapasitas SDM 0.10 0.10 0.10

6. Terdapat Manajemen Usaha 0.09 0.09 0.18

7. Teknologi Produksi 0.10 0.07 0.07

8. Adanya Local Champion 0.09 0.09 0.09

9. Diversifikasi Produk 0.04 0.04 0.05

Jumlah Aspek-aspek Internal 1.35 1.32 1.59

B. EKSTERNAL

1. Trust 0.25 0.25 0.34

2. Menunjang Ekonomi Lokal dan Regional 0.33 0.25 0.33

3. Political Will 0.23 0.23 0.31

4. Ketersediaan Pasar 0.27 0.27 0.27

5. Berbasis Potensi Masyarakat 0.17 0.09 0.17

6. Ketersediaan Sentra Industri 0.08 0.17 0.17

7. Kelompok Usaha Sejenis 0.05 0.05 0.05

8. Ketersediaan Lapangan Usaha 0.09 0.04 0.09

9. Ketersediaan Infrastruktur Fisik 0.03 0.03 0.03

10. Ketersediaan Infrastruktur Informasi 0.03 0.03 0.05

11. Adanya Industri Inti 0.03 0.03 0.03

12. Adanya Industri Pendukung 0.02 0.02 0.02

13. Terdapat Holding Usaha 0.02 0.03 0.03

Jumlah Aspek-aspek Eksternal 1.59 1.47 1.87

Jumlah Total (A + B) 2.94 2.79 3.46

36 Bank Indonesia │Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009

Hasil analisa SWOT menunjukkan bahwa kerawang merupakan komoditas yang paling tepat

untuk dikembangkan menjadi klaster di Kota Gorontalo. Pada aspek internal, komoditas

kerawang unggul dalam ketersediaan modal, ketersediaan bahan baku, manajemen usaha,

dan diversifikasi produksi. Sementara pada aspek eksternal, komoditas kerawang sangat

unggul disisi trust, political will, dan ketersediaan infrastruktur informasi. Adapun secara

berurutan komoditas yang paling tepat untuk dikembangkan menjadi klaster di Kota

Gorontalo adalah kerawang, ikan lajang, dan meubel.

Usaha kerajinan kerawang di daerah Gorontalo merupakan salah satu kegiatan

industri kecil yang cukup menonjol dan mempunyai potensi untuk dikembangkan. Produksi

kerajinan kerawang ini sangat dikenal dan diminati masyarakat terbukti dengan semakin

meluasnya daerah pemasaran kerawang. Kerajinan kerawang merupakan produk khas

Gorontalo, karena kerajinan kerawang ini telah diwariskan secara turun temurun dari nenek

moyang masyarakat Gorontalo. Jumlah unit usaha yang bergerak disektor ini + 100 unit

usaha dengan tenaga kerja berjumlah 200 orang, sementara produksi pertahun mencapai

9.600 lembar. Pengembangan klaster pada komoditas ini diharapkan dapat mengakselerasi

pertumbuhan ekonomi Kota Gorontalo. Selain itu, dengan berkembangnya industri

kerawang juga dapat mengurangi tingkat pengangguran dan meningkatkan kesejahteraan

masyarakat.

Bank Indonesia │Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009 37

BAB 4 : KEUANGAN DAERAH

Realisasi belanja APBD Provinsi Gorontalo triwulan IV-2009 mencapai 91,40%,

lebih tinggi dibandingkan realisasi triwulan IV-2008 sebesar 82,96%, sementara itu

realisasi pendapatan menurun 100,07%, lebih rendah dibandingkan periode yang sama

tahun sebelumnya yang mencapai 109,65%.

4.1 Pendapatan Daerah

Realisasi pendapatan Provinsi Gorontalo pada triwulan IV-2009 menurun dibandingkan

triwulan IV-2008. Secara nominal, realisasi triwulan IV-2009 sebesar Rp 551,99 Miliar

dengan capaian 100,07% dari anggaran APBD-P 2009, capaian ini menurun secara

persentase realisasi dibandingkan triwulan IV-2008 yang sebesar 109,65%. Menurunnya

kinerja pendapatan daerah terutama disebabkan menurunnya capaian di sisi Pendapatan

Asli Daerah (PAD) maupun realisasi pendapatan Dana Perimbangan Pusat.

Tabel 4.1

Anggaran Induk dan Realisasi Pendapatan APBD Provinsi Gorontalo

Sampai dengan triwulan IV-2009, secara nominal Provinsi Gorontalo membukukan

PAD sebesar Rp. 99,37 Miliar, sementara itu triwulan IV-2008 sebesar Rp 94,94 Miliar.

Dari delapan pos pajak daerah hanya pajak BBN yang mencapai target, sementara itu

tujuh pos pajak lainnya masih di bawah target yang ditetapkan, walaupun pada BBN

sendiri pencapaian realisasi terhadap target lebih rendah dibandingkan tahun

sebelumnya. Menurunnya kondisi perekonomian Gorontalo pada triwulan IV-2009

diperkirakan sebagai pemicu menurunnya realisasi penghimpunan pajak dibandingkan

target yang ditentukan.

Sisi dana perimbangan mengalami penurunan realisasi terhadap target anggaran

yang ditetapkan. Posisi dana perimbangan yang terelisasi sampai dengan akhir triwulan

IV-2009 sebesar Rp 452,64 Miliar dengan realisasi sebesar 98,63% dari anggaran induk,

hal tersebut lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp

442,06 Miliar dengan persentase realisasi 107,52%. Menurunnya realisasi dana

perimbangan pada triwulan IV-2009 lebih didorong oleh penurunan realisasi dana bagi

hasil pajak/bukan pajak sebagai imbas penurunan penghimpunan pajak nasional yang

dilakukan oleh daerah.

Nominal Pencapaian (%) Nominal Pencapaian (%)

Pendapatan Asli Daerah 78.593.967.527,80 94.942.307.087,02 120,80 92.678.000.000 99.347.553.945 107,20

Pajak daerah 71.075.142.899,00 82.572.430.960,00 116,18 83.313.210.857 84.149.062.986 101,00

Pajak Kendaraan Bermotor 22.753.096.000,00 23.788.620.300,00 104,55 29.350.472.100 28.227.118.500 96,17

Pajak Kendaraan di Air 25.000.000,00 - - 25.000.000 18.380.000 73,52

Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor 28.612.906.200,00 35.837.364.400,00 125,25 29.606.754.069 35.031.603.600 118,32

Bea Balik Nama Kendaraan Di Air 15.000.000,00 - - 15.000.000 - -

Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor 19.534.140.699,00 22.825.246.426,00 116,85 24.180.984.688 20.761.171.353 85,86

Pajak Air Permukaan 108.000.000,00 103.196.660,00 95,55 120.000.000 97.577.830 81,31

Pajak Air Bawah Tanah 27.000.000,00 18.003.174,00 66,68 15.000.000 13.211.703 88,08

Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 925.000.000,00 - - 500.000.000 - -

Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 6.593.824.628,80 12.369.876.127,02 187,60 8.864.789.143 15.198.490.959 171,45

Dana Perimbangan 411.148.011.350 442.062.322.093,00 107,52 458.934.916.658 452.646.952.441 98,63

Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak 17.136.015.350,00 19.106.216.093,00 111,50 19.263.660.658 12.975.696.441 67,36

Dana Alokasi Umum 368.637.996.000,00 368.637.996.000,00 100,00 388.325.256.000 388.325.256.000 100,00

Dana Alokasi Khusus 25.374.000.000,00 25.374.000.000,00 100,00 51.346.000.000 51.346.000.000 100,00

Dana Darurat 20.000.000.000,00 20.000.000.000,00 100,00 - - -

Dana Penyesuaian 8.944.110.000,00 8.944.110.000,00 100,00 - - -

Jumlah Pendapatan 489.741.978.878 537.004.629.180 109,65 551.612.916.658 551.994.506.386 100,07

Sumber : Badan Keuangan Provinsi Gorontalo

APBD-P 2009IV-2009IV-2008

APBD-P 2008Pendapatan Daerah

38 Bank Indonesia │Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009

Seperti umumnya daerah hasil pemekaran, ketergantungan terhadap dana

perimbangan masih cukup besar, walaupun kinerja Pemerintah Provinsi untuk

menghimpun pendapatan asli daerah harus diakui sudah cukup baik secara nominal

namun belum signifikan apabila dilihat rasionya terhadap keseluruhan pendapatan

provinsi. Apabila disimak dalam tabel dibawah ini, nampak komposisi pendapatan

provinsi belum banyak mengalami perubahan dibandingkan periode sebelumnya. Sampai

dengan triwulan IV-2009, dana perimbangan masih mendominasi dengan kontribusi

82,00%, hampir sama dengan kontribusinya di triwulan IV-2008 sebesar 82,32%

Sedangkan kemandirian fiskal yang tercermin dari penghimpunan PAD kontribusinya

meningkat sebesar 18,00%, lebih tinggi dibandingkan triwulan IV-2008 sebesar 17,68%.

Tabel 4.2

Komposisi Pendapatan APBD Provinsi Gorontalo (dalam %)

4.2 Belanja Daerah

Realisasi belanja Provinsi Gorontalo pada triwulan IV-2009 lebih baik

dibandingkan triwulan IV-2008. Pada triwulan laporan, tercatat Rp 618,01 Miliar dana

APBD telah dibelanjakan dengan persentase realisasi mencapai 91,40%, kondisi ini lebih

baik dibandingkan triwulan IV-2008 dimana pencapaian realisasi sebesar Rp 537,16 Miliar

dengan persentase realisasi mencapai 82,96%. Kondisi ini terutama didorong oleh pos

belanja modal sementara pos belanja pegawai relatif sama. Pada APBD-P 2009,

pemerintah meningkatkan pagu anggaran belanja modal dari Rp 99 Miliar menjadi Rp

196 Miliar.

Tabel 4.3

Anggaran Induk dan Realisasi Belanja APBD Provinsi Gorontalo

Pendapatan Asli Daerah 1,54 17,78 17,60 17,68 17,78 16,79 17,21 18,00

Pajak daerah - 15,56 15,55 15,38 15,17 14,32 14,65 15,24

Pajak Kendaraan Bermotor - 4,52 4,37 4,43 5,21 4,72 4,72 5,11

Pajak Kendaraan di Air - - - - - - - 0,00

Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor - 7,02 7,07 6,67 6,76 5,86 5,99 6,35

Bea Balik Nama Kendaraan Di Air - - - - - - - -

Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor - 4,00 4,09 4,25 3,17 3,73 3,92 3,76

Pajak Air Permukaan - 0,02 0,02 0,02 0,02 0,01 0,02 0,02

Pajak Air Bawah Tanah - 0,01 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 0,03 0,02 0,02 - - - - -

Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 1,51 2,20 2,03 2,30 2,61 2,48 2,56 2,75

Dana Perimbangan 98 82 82,40 82,32 82,22 83,21 82,79 82,00

Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak 0,93 2,47 2,77 3,56 0,87 0,76 2,36 2,35

Dana Alokasi Umum 0,07 75,18 76,83 68,65 0,01 68,80 71,03 70,35

Dana Alokasi Khusus 97,46 3,10 1,90 4,73 81,34 13,65 9,39 9,30

Dana Darurat 3,72 - -

Dana Penyesuaian - 1,46 0,89 1,67 - - - -

Jumlah Pendapatan 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

Sumber : Badan Keuangan Provinsi Gorontalo

IV-2009III-2008II-2008 I - 2009IV-2008 III-2009II-2009I-2008Pendapatan Daerah

Nominal Pencapaian (%) Nominal Pencapaian (%)

Belanja Tidak Langsung 202.910.167.778,80 184.398.178.434,00 90,88 232.835.353.600 210.304.553.122 90,32

Belanja Pegawai 125.800.860.941,00 117.134.597.794,00 93,11 150.952.011.350 135.776.267.432 89,95

Belanja Subsidi 3.740.211.500,00 3.731.875.000,00 99,78 14.278.912.250 9.755.602.250 68,32

Belanja Hibah 16.935.500.000,00 14.272.350.000,00 84,27 15.649.405.000 14.684.719.000 93,84

Belanja Bantuan Sosial 6.569.988.139,80 5.929.580.000,00 90,25 3.326.025.000 2.987.239.648 89,81

Belanja Bagi Hasil Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa 38.854.783.450,00 33.587.580.340,00 86,44 39.539.000.000 38.295.927.392 96,86

Belanja Bantuan Keuangan Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa 9.850.571.750,00 9.692.195.300,00 98,39 8.840.000.000 8.554.797.400 96,77

Belanja Tidak Terduga 1.158.251.998,00 50.000.000,00 4,32 250.000.000 250.000.000 100,00

Belanja Langsung 444.565.537.019,00 352.761.574.687,30 79,35 443.353.139.430 407.714.888.659 91,96

Belanja Pegawai 31.269.214.574,00 27.641.145.928,64 88,40 27.600.364.078 24.726.636.145 89,59

Belanja Barang dan Jasa 185.608.727.592,00 168.193.653.998,00 90,62 219.564.551.400 204.665.301.688 93,21

Belanja Modal 227.687.594.853,00 156.926.774.760,66 68,92 196.188.223.952 178.322.950.826 90,89

Jumlah Belanja 647.475.704.797,80 537.159.753.121,30 82,96 676.188.493.030 618.019.441.781 91,40

Sumber : Badan Keuangan Provinsi Gorontalo

IV-2009IV-2008APBD-P 2008Belanja Daerah

Bank Indonesia │Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009 39

Kualitas APBD Gorontalo lebih baik dibandingkan triwulan yang sama periode sebelumnya.

Komposisi pos belanja modal meningkat sementara realisasi pos belanja pegawai berkurang

proporsinya. Dilihat dari komposisi realisasi triwulan IV-2009, pengeluaran belanja modal

mencapai 28,85% sementara pos belanja pegawai mencapai 25,97%. Perkembangan yang

cukup baik ini diharapkan terus dijaga sustainabilitasnya sehingga anggaran APBD lebih

dioptimalkan kearah investasi untuk memberikan multiplier effect kemajuan ekonomi

Gorontalo

Tabel 4.4

Komposisi Belanja APBD Provinsi Gorontalo

4.3. Kontribusi Realisasi APBD Gorontalo Terhadap Sektor Riil dan

Uang Beredar

Kinerja fiskal selama tahun 2009 belum menunjukkan perubahan yang signifikan

terhadap stimulan sektor riil. Realisasi anggaran konsumsi pemerintah memberikan pangsa

25,66%, sementara itu belanja modal memberikan pangsa 10,41%.

Tabel 4.5

Stimulus Fiskal APBD terhadap Sektor Riil

Disisi pengaruhnya terhadap uang beredar, realisasi anggaran APBD Gorontalo

sampai dengan akhir triwulan IV-2009 menunjukkan ekspansi. Ekspansi terjadi karena

realisasi dari pengeluaran APBD lebih besar dibandingkan realisasi penerimaan APBD.

Kebijakan ekspansif yang telah diterapkan pemerintah daerah diperkirakan mampu

memberikan dorongan bagi pertumbuhan ekonomi Gorontalo selama tahun 2009.

Belanja Tidak Langsung 43,90 39,98 36,26 34,33 46,55 41,10 37,12 34,03

Belanja Pegawai 29,73 27,04 26,19 21,81 31,32 28,63 25,84 21,97

Belanja Subsidi 1,01 0,77 0,51 0,69 0,64 1,00 0,85 1,58

Belanja Hibah 2,86 3,73 3,07 2,66 2,90 2,38 2,12 2,38

Belanja Bantuan Sosial 1,80 1,09 1,30 1,10 1,33 0,79 0,58 0,48

Belanja Bagi Hasil Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa 6,94 6,21 4,14 6,25 7,85 6,41 5,75 6,20

Belanja Bantuan Keuangan Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa 1,56 1,12 1,04 1,80 2,52 1,90 1,97 1,38

Belanja Tidak Terduga - 0,02 0,01 0,01 - - - 0,04

Belanja Langsung 56,10 60,02 63,74 65,67 53,45 58,90 62,88 65,97

Belanja Pegawai 3,09 3,89 4,86 5,15 2,84 3,38 3,72 4,00

Belanja Barang dan Jasa 18,36 26,09 30,07 31,31 22,07 28,55 31,52 33,12

Belanja Modal 34,65 30,05 28,81 29,21 28,53 26,96 27,64 28,85

Jumlah Belanja 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

Sumber : Badan Keuangan Provinsi Gorontalo

IV-2009III-2008 IV-2008 III-2009Belanja Daerah II-2009I-2008 II-2008 I - 2009

Nominal %PDRB Nominal %PDRB

Konsumsi Pemerintah 419.788.109.945 380.232.978.361 25,33 480.000.269.078 439.696.490.955 25,66

Belanja Pegawai 157.070.075.515 144.775.743.723 9,65 178.552.375.428 160.502.903.577 9,37

Belanja Subsidi 3.740.211.500 3.731.875.000 0,25 14.278.912.250 9.755.602.250 0,57

Belanja Hibah 16.935.500.000 14.272.350.000 0,95 15.649.405.000 14.684.719.000 0,86

Belanja Bantuan Sosial 6.569.988.140 5.929.580.000 0,40 3.326.025.000 2.987.239.648 0,17

Belanja Bagi Hasil Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa 38.854.783.450 33.587.580.340 2,24 39.539.000.000 38.295.927.392 2,23

Belanja Bantuan Keuangan Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa 9.850.571.750 9.692.195.300 0,65 8.840.000.000 8.554.797.400 0,50

Belanja Tidak Terduga 1.158.251.998 50.000.000 0,00 250.000.000 250.000.000 0,01

Belanja Barang dan Jasa 185.608.727.592 168.193.653.998 11,21 219.564.551.400 204.665.301.688 11,94

Pembentukan Modal Tetap Bruto 227.687.594.853 156.926.774.761 10,46 196.188.223.952 178.322.950.826 10,41

Belanja Modal 227.687.594.853 156.926.774.761 10,46 196.188.223.952 178.322.950.826 10,41

Sumber : Badan Keuangan Provinsi Gorontalo

*) PDRB Q4-2009 Proyeksi Bank Indonesia Gorontalo

Realisasi Q4-2009*APBD-P 2009APBD-P 2008Belanja Daerah

Realisasi Q4-2008

40 Bank Indonesia │Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009

Tabel 4.6

Dampak APBD terhadap Uang Beredar

4.4. Perkembangan Keuangan Daerah 2010

Anggaran keuangan daerah tahun 2010 diperkirakan lebih rendah dibandingkan anggaran

tahun 2009. Kondisi ini menjadi kendala manakala Provinsi Gorontalo dan kabupaten/kota

masih mengandalkan dana pemda dalam mendorong pertumbuhan ekonomi di daerah.

Adapun perbandingan anggaran APBD tahun 2009 terhadap anggaran tahun 2010

ditampilkan dalam tabel berikut ini :

Tabel 4.7

APBD 2009 vs APBD 2010

Sumber : Badan Keuangan Provinsi Gorontalo, Anggaran tidak termasuk Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan

Secara agregat pendapatan kabupaten/kota/provinsi akan meningkat sebesar 2,65%

dibandingkan anggaran tahun sebelumnya. Sementara di peningkatan belanja hanya

mencapai 0,62% dari anggaran sebelumnya dengan penurunan terbesar pada belanja

langsung 8,76%. Kondisi ini akan berpengaruh langsung pada melambatnya pertumbuhan

konsumsi pemerintah di tahun 2010.

Nominal %PDRB Nominal %PDRB

Pendapatan 489.741.978.877,80 537.004.629.180,02 35,78 551.612.916.658,00 551.994.506.385,90 32,21

Pendapatan Asli Daerah 78.593.967.527,80 94.942.307.087,02 6,33 92.678.000.000,00 99.347.553.944,90 5,80

Dana Perimbangan 411.148.011.350,00 442.062.322.093,00 29,45 458.934.916.658,00 452.646.952.441,00 26,41

Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak 17.136.015.350,00 19.106.216.093,00 1,27 19.263.660.658,00 12.975.696.441,00 0,76

Dana Alokasi Umum 368.637.996.000,00 368.637.996.000,00 24,56 388.325.256.000,00 388.325.256.000,00 22,66

Dana Alokasi Khusus 25.374.000.000,00 25.374.000.000,00 1,69 51.346.000.000,00 51.346.000.000,00 3,00

Dana Darurat 20.000.000.000,00 1,33 -

Dana Penyesuaian 8.944.110.000,00 8.944.110.000,00 0,60 - - -

Belanja 647.475.704.797,80 537.159.753.121,30 35,79 676.188.493.030,00 618.019.441.781,18 36,06

Belanja Pegawai 157.070.075.515,00 144.775.743.722,64 9,65 178.552.375.428,00 160.502.903.577,18 9,37

Belanja Subsidi 3.740.211.500,00 3.731.875.000,00 0,25 14.278.912.250,00 9.755.602.250,00 0,57

Belanja Hibah 16.935.500.000,00 14.272.350.000,00 0,95 15.649.405.000,00 14.684.719.000,00 0,86

Belanja Bantuan Sosial 6.569.988.139,80 5.929.580.000,00 0,40 3.326.025.000,00 2.987.239.648,00 0,17

Belanja Bagi Hasil Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa 38.854.783.450,00 33.587.580.340,00 2,24 39.539.000.000,00 38.295.927.392,00 2,23

Belanja Bantuan Keuangan Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa 9.850.571.750,00 9.692.195.300,00 0,65 8.840.000.000,00 8.554.797.400,00 0,50

Belanja Tidak Terduga 1.158.251.998,00 50.000.000,00 0,00 250.000.000,00 250.000.000,00 0,01

Belanja Barang dan Jasa 185.608.727.592,00 168.193.653.998,00 11,21 219.564.551.400,00 204.665.301.688,00 11,94

Belanja Modal 227.687.594.853 156.926.774.761 10,46 196.188.223.952 178.322.950.826 10,41

Surplus/Defisit (157.733.725.920) (155.123.941) (0,01) (124.575.576.372) (66.024.935.395) (3,85)

Pembiayaan Netto (157.733.725.920) - - (124.575.576.372) - -

DAMPAK RUPIAH - (155.123.941) (0,01) - (66.024.935.395) (3,85)

Sumber : Badan Keuangan Provinsi Gorontalo

*) PDRB Q4-2009 Proyeksi Bank Indonesia Gorontalo

APBD-P 2008Realisasi Q4-2009*

APBD-P 2009Realisasi Q4-2008

APBD

Anggaran Kota Gorontalo Kab. Gorontalo Kab. Boalemo Kab. Bone Bolango Kab. Gorut Kab. Pohuwato Prov. Gorontalo TOTAL

Pendapatan 452.000.031.988 486.013.404.063 326.719.642.227 345.673.957.183 283.077.808.153 363.319.469.617 534.032.446.868 2.790.836.760.099

Pendapatan Asli Daerah 62.000.000.000 28.366.442.063 15.493.387.800 10.702.878.874 6.500.000.000 13.668.934.500 103.283.066.210 240.014.709.447

Dana Perimbangan 314.582.072.988 416.146.962.000 270.219.887.500 328.971.078.309 237.369.849.153 311.632.576.117 430.749.380.658 2.309.671.806.725

Lain-lain pendapatan yang sah 75.417.959.000 41.500.000.000 41.006.366.927 6.000.000.000 39.207.959.000 38.017.959.000 241.150.243.927

Belanja 427.936.219.836 507.884.007.246 328.674.640.040 345.673.957.183 293.257.836.030 366.319.469.617 534.032.446.868 2.803.778.576.820

Belanja Tidak Langsung 265.946.341.916 323.875.175.905 163.179.161.560 187.983.889.183 107.111.654.926 197.212.085.468 234.994.813.052 1.480.303.122.010

Belanja Langsung 161.989.877.920 184.008.831.341 165.495.478.480 157.690.068.000 186.146.181.104 169.107.384.149 299.037.633.816 1.323.475.454.810

Surplus/defisit 24.063.812.152 (21.870.603.183) (1.954.997.813) - (10.180.027.877) (3.000.000.000) - (12.941.816.721)

Pembiayaan Netto (39.883.813.272) 21.870.603.183 1.954.997.813 - 10.180.027.877 3.000.000.000 - (2.878.184.399)

SILPA (15.820.001.120) - - - - - - (15.820.001.120)

Anggaran Kota Gorontalo Kab. Gorontalo Kab. Boalemo Kab. Bone Bolango Kab. Gorut Kab. Pohuwato Prov. Gorontalo TOTAL

Pendapatan 414.317.097.262 513.311.978.674 310.218.681.812 311.456.324.899 287.097.148.000 347.844.056.500 534.504.910.000 2.718.750.197.147

Pendapatan Asli Daerah 69.802.500.000 24.896.114.714 15.099.275.000 8.202.878.874 2.500.000.000 12.106.162.500 76.980.000.000 209.586.931.088

Dana Perimbangan 334.514.597.262 424.347.597.846 268.119.406.812 301.263.446.025 235.152.070.000 303.911.780.000 457.524.910.000 2.324.833.807.945

Lain-lain pendapatan yang sah 10.000.000.000 64.068.266.114 27.000.000.000 1.990.000.000 49.445.078.000 31.826.114.000 - 184.329.458.114

Belanja 422.970.797.262 518.311.978.674 361.519.134.088 300.271.324.899 295.936.856.850 353.054.863.500 534.504.910.000 2.786.569.865.273

Belanja Tidak Langsung 248.720.831.700 288.192.022.162 157.166.436.441 178.844.907.731 81.207.609.344 172.564.743.125 209.294.011.350 1.335.990.561.854

Belanja Langsung 174.249.965.562 230.119.956.512 204.352.697.647 121.426.417.168 214.729.247.506 180.490.120.375 325.210.898.650 1.450.579.303.420

Surplus/defisit (8.653.700.000) (5.000.000.000) (51.300.452.276) 11.185.000.000 (8.839.708.850) (5.210.807.000) - (67.819.668.126)

Pembiayaan Netto 8.653.700.000 5.000.000.000 51.300.452.276 (11.185.000.000) 8.839.708.850 5.210.807.000 - 67.819.668.126

SILPA - - - - - - - -

APBD 2009

APBD 2010

Bank Indonesia │Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009 41

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

Transaksi sistem pembayaran nasional di Gorontalo pada triwulan IV-2009 diwarnai oleh

net outflow dan meningkatnya transaksi kliring.

5.1 PERKEMBANGAN ALIRAN UANG KARTAL

Kegiatan kas titipan di Gorontalo sepanjang triwulan IV-2009 mencatat net outflow

sebesar Rp43.765 miliar. Aliran uang kartal yang keluar dari khasanah kas titipan lebih

besar dibandingkan dengan aliran uang kartal yang masuk ke dalam khasanah.

Grafik 5.1 Netflow Kas Titipan Gorontalo

Grafik 5.2 Perkembangan Netflow Bulanan

Sumber : Bank Indonesia

Kondisi net outflow pada triwulan laporan menunjukkan tingginya kegiatan transaksi

masyarakat sehingga pengunaan uang kartal meningkat. Dalam periode triwulan laporan

terdapat tiga perayaan hari besar keagamaan yang mendorong tingginya penggunaan

uang kartal. Perayaan hari besar dimaksud adalah Idul Adha pada bulan November,

Tahun Baru Islam, Perayaan Natal, dan Tahun Baru Masehi pada bulan Desember. Hal ini

ditunjukkan dengan net outflow pada bulan November 2009 sebesar Rp53,24 miliar dan

Desember 2009 sebesar Rp36,79 miliar. Sementara, penggunaan transaksi melalui

electronic payment masih sangat terbatas dan belum familiar bagi masyarakat Gorontalo.

Oleh karena itu permintaan uang kartal di Gorontalo sangat tinggi terutama pada periode

perayaan hari besar dan akhir tahun.

42 Bank Indonesia │Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009

5.2 PERKEMBANGAN KLIRING NON BI DI GORONTALO

Jumlah nominal perputaran warkat kliring non BI di Gorontalo pada triwulan laporan sebesar

Rp321,58 miliar dengan pertumbuhan sebesar 19,81% (y.o.y). Adapun jumlah warkat sebanyak

12.066 lembar dengan pertumbuhan sebesar 31,11% (y.o.y). Sementara itu, rata-rata harian

nominal kliring Non BI di Gorontalo pada triwulan IV-2009 sebesar Rp5,36 miliar atau tumbuh

19,18% (y.o.y). Pertumbuhan jumlah transaksi kliring seiring dengan perbaikan kinerja sektor

perdagangan pada triwulan IV-2009.

Grafik 5.3 Perputaran kliring di Gorontalo

Sumber : Bank Indonesia

Grafik 5.4 Rata-Rata Perputaran Kliring Per Hari

Rasio jumlah nominal Cek/BG kosong per hari terhadap total keseluruhan warkat yang

dikliringkan tercatat mengalami penurunan dari 0,96% pada triwulan III-2009 menjadi 0,55%

pada triwulan IV-2009. Meningkatnya transaksi kliring yang diikuti oleh penurunan rasio

penolakan kliring seiring dengan bergairahnya sektor perdagangan pada triwulan laporan.

Meningkatnya kinerja sektor perdagangan akan diiringi dengan peningkatan transaksi

perdagangan melalui kliring.

Grafik 5.5 Rasio Warkat dan Nominal Cek/BG Kosong Kliring Non BI di Gorontalo

Sumber : Bank Indonesia

Bank Indonesia │Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009 43

BAB 6 : KESEJAHTERAAN

Tingkat kesejahteraan masyarakat di Provinsi Gorontalo sedikit menurun yang

ditandai oleh tingkat pengangguran yang meningkat, indeks gini sebagai indikator

kesenjangan masih belum menunjukkan tanda membaik serta tingkat kemiskinan yang

meningkat.Pada tahun 2009 tingkat kemiskinan Gorontalo merupakan yang tertinggi di

kawasan Sulawesi.

6.1. Pengangguran

Jumlah angkatan kerja (berusia 15 tahun ke atas) di Gorontalo relatif meningkat

dari tahun ke tahun. Pada bulan Agustus 2009, jumlah angkatan-kerja mencapai 447.313

atau meningkat 4,18% dibandingkan bulan yang sama pada tahun sebelumnya. Sementara

itu jumlah penduduk yang bekerja tumbuh sebesar 3,91% dibandingkan bulan yang sama

pada tahun sebelumnya. Selama periode 1 tahun, tingkat pengangguran terbuka meningkat,

yaitu dari 5,65 % pada Agustus 2009 menjadi 5,89% pada Agustus 2009.

Tabel 6.1.

Penduduk Usia 15 Tahun Ke atas Menurut Kegiatan

Sumber : BPS Prov. Gorontalo

Apabila dilihat berdasarkan lapangan usaha penduduk yang bekerja, sektor

pertanian merupakan lapangan usaha yang paling banyak digeluti penduduk Provinsi

Gorontalo yaitu 172.130 orang (Agustus 2009) atau 40,89 % dari total penduduk yang

bekerja. Jumlah tersebut menurun 6,53% jika dibandingkan dengan tahun lalu. Hal ini

disebabkan semakin berkembangnya sektor perdagangan di Provinsi Gorontalo, sehingga

semakin banyak jumlah tenaga kerja yang beralih dari sektor pertanian ke sektor tersebut.

Sektor lainnya dengan pangsa pasar jumlah tenaga kerja yang cukup besar adalah sektor

jasa kemasyarakatan (17,42%) dan sektor perdagangan sebesar 16,47%. Kedua sektor ini

mengalami pertumbuhan jumlah tenaga kerja masing-masing sebesar 13,07% dan 16,28%

dibandingkan bulan Agustus 2008. Sektor perdagangan merupakan sektor yang mengalami

pertumbuhan tertinggi dalam jumlah tenaga kerja.

Februari Agustus Februari Agustus

Penduduk Usia 15 Tahun Keatas 677.430 688.081 697.073 701.495

Angkatan Kerja 423.376 429.384 462.889 447.313

Bekerja 393.567 405.126 439.460 420.962

Tidak Bekerja 29.809 24.258 23.429 26.351

Bukan Angkatan Kerja 254.054 258.697 234.265 254.182

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja 62,50 62,40 66,40 63,77

Tingkat Pengangguran Terbuka 7,04 5,65 5,06 5,89

2008Kegiatan Utama

2009

44 Bank Indonesia │Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009

Tabel 6.2.

Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja

Menurut Lapangan Pekerjaan Utama Februari 2008-Agustus 2009

Sumber: Berita Resmi Statistik, BPS Provinsi Gorontalo

6.2. Kemiskinan

Persentase penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan pada tahun 2009

(data bulan Maret) di Provinsi Gorontalo sebesar 25,01% atau mengalami peningkatan

dibandingkan periode Maret 2008 yang tercatat sebesar 24,88%.

Kemiskinan Gorontalo masih yang tertinggi di Sulawesi serta masih jauh di atas

persentase nasional yang berada di tingkatan 14,15%. Sementara itu garis kemiskinan di

Provinsi Gorontalo pada bulan Maret 2009 sebesar Rp162.189 per kapita per bulan atau

mengalami kenaikan sebesar Rp15.035 perkapita per bulan dibandingkan dengan bulan

Maret 2007 yang tercatat sebesar Rp147.154 perkapita per bulan.

Tabel 6.3.

Persentase Penduduk Miskin Provinsi Gorontalo (%)

Provinsi 2005 2006 2007 2008 2009

Gorontalo 29,05 29,13 27,35 24,88 25,01

Sulawesi Utara 9,34 11,54 11,42 10,1 9,79

Sulawesi Tengah 21,8 23,63 22,42 20,75 18,98

Sulawesi Selatan 14,98 14,57 14,11 13,34 12,31

Sulawesi Tenggara 21,45 23,37 21,33 19,53 18,93

Sulawesi Barat 20,74 19,03 16,73 15,29

Nasional 16,69 17,75 16,58 15,42 14,15

Sumber : BPS Provinsi Gorontalo, Sakernas

Jika dilihat berdasarkan sebarannya di tahun 2007, persentase penduduk miskin di

provinsi Gorontalo terbesar berada di wilayah Kabupaten. Persentase penduduk miskin

tertinggi sebesar 33,18% berada di Kabupaten Gorontalo Utara, kemudian disusul berturut-

turut Kabupaten Gorontalo (32,07%), Kabupaten Bone Bolango (30,6%), Kabupaten

Pahuwato (29,74%), dan Kabupaten Boalemo (29,21%). Jumlah penduduk miskin terkecil

berada di Kota Gorontalo yaitu sebesar 11.965 orang dengan persentase sebesar 8,11%.

Untuk mengatasi permasalahan kemiskinan diperlukan manajemen sumber daya lokal,

Februari Agustus Februari Agustus

Pertanian 213.275 184.148 208.636 172.130

Industri 28.340 34.268 32.462 32.431

Perdagangan 45.195 59.610 71.911 69.315

Angkutan 26.177 32.214 31.227 35.301

Jasa Kemasyarakatan 59.540 63.720 72.325 72.051

Lainnya 21.040 31.166 22.899 39.734

Total 393.567 405.126 439.460 420.962

Kegiatan Utama 2008 2009

Bank Indonesia │Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009 45

penerimaan fiskal yang berpihak pada masyarakat miskin, dan juga alokasi anggaran

pendidikan dan kesehatan yang proporsional dan berkeadilan. Tabel 6.4.

Persentase Jumlah Penduduk Miskin Menurut Kabupaten/Kota

Tahun 2007

Sumber : BPS Provinsi Gorontalo

6.3. Rasio Gini

Perkembangan angka rasio gini Gorontalo dalam 3 (tiga) tahun terakhir

mengalami peningkatan. Pada Tahun 2007 indeks gini tercatat 0,39 mengalami kenaikan

dibandingkan indeks gini tahun 2005 lalu yang tercatat sebesar 0,36. Kondisi ini

menunjukkan kesenjangan pendapatan antara lapisan penduduk semakin meningkat.

Namun demikian berdasarkan strukturnya, persentase pendapatan yang dinikmati oleh 20%

penduduk berpenghasilan tertinggi menjadi semakin meningkat dari 44,38% menjadi

47,67%. Fenomena yang menarik adalah terjadinya shifting dari sebagian penduduk di

kelompok 40% menengah ke 40% ke bawah dan 20% teratas.

6.4. IPM (Index Pembangunan Manusia)

Index Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Gorontalo sampai tahun 2007 adalah

sebesar 68,98 meningkat 0,97 point dari IPM 2006 yang sebesar 68,01. Peningkatan ini

ditopang oleh kenaikan angka harapan hidup dari 65,60 tahun menjadi 66,19 tahun,

kenaikan rata-rata lama sekolah menjadi 6,91 tahun dan kenaikan rata-rata pengeluaran riil

dari Rp608,65 ribu menjadi Rp615,94 ribu. Kenaikan upah minimum provinsi menjadi salah

satu pemicu peningkatan yang terjadi pada pengeluaran riil.

Tabel 6.5.

Rasio Gini Provinsi Gorontalo

Sumber : BPS Provinsi Gorontalo, Sakernas

46 Bank Indonesia │Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009

Tabel 6.6.

Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Provinsi Gorontalo

Sumber : BPS Provinsi Gorontalo

Terdapat perbedaan angka IPM di provinsi, kota dan kabupaten di Gorontalo, hal ini

disebabkan oleh adanya ketidakmerataan pertumbuhan ekonomi, layanan pendidikan,

kesehatan dan ketersediaan infrastruktur yang terjadi sejak pemekaran wilayah. Pada tahun

2006 IPM tertinggi di Kota Gorontalo sebesar 71,64 lebih tinggi dibandingkan IPM Nasional,

sedangkan IPM terendah di Kabupaten Boalemo sebesar 67,24.

Tabel 6.7.

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Per Kabupaten/Kota

Tahun 2006-2007

Sumber : BPS Provinsi Gorontalo

Sementara itu arah pembangunan Gorontalo ke depan memfokuskan pada pembangunan

15 kecamatan ber-IPM terendah dengan menyentuh tiga aspek yakni pendidikan, kesehatan

dan ekonomi. Adapun 15 kecamatan ber-IPM terendah antara lain :

- Kab. Gorontalo : Kec. Motilango, Pulubala, Telaga Biru, Boliyohuto, Tibawa - Kab. Boalemo : Kec. Wonosari dan Botumoito - Kab. Pohuwato : Kec. Patilanggio, Taluditi, dan Paguat - Kab. Bone Bolango : Kec. Tapa - Kab. Gorontalo Utara : Kec Atinggola, Tolinggula, Anggrek dan Kwandang

Bank Indonesia │Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009 47

BAB 7 : OUTLOOK PEREKONOMIAN

7.1 OUTLOOK MAKRO EKONOMI REGIONAL

7.1.1 Outlook Tahunan

Perkembangan ekonomi Gorontalo tahun 2010 diperkirakan tumbuh 7,15 – 7,65%

(y.o.y) lebih baik dibandingkan tahun 2009. Beberapa karakter fundamental ekonomi

daerah diperkirakan mampu mendukung capaian dimaksud.

Grafik 7.1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Tahunan

Dalam menganalisis prospek ekonomi Gorontalo tahun 2010 setidaknya terdapat tujuh

karakter fundamental ekonomi yang menjadi pertimbangan.

1. Pendapatan

Faktor konsumsi masyarakat diperkirakan masih optimis. UMP tahun 2010 bertambah

dari Rp 675.000 menjadi Rp 710.000, sementara itu gaji pegawai diperkirakan

meningkat sebesar 5%. Perbaikan kondisi pertanian pada 2010 diharapkan mampu

mendorong peningkatan NTP petani secara umum sehingga mempengaruhi

peningkatan daya beli masyarakat.

2. Produksi pertanian

Produksi pertanian Gorontalo diperkirakan mampu tumbuh lebih baik seiring kondisi

cuaca dan langkah-langkah pemerintah daerah. Sasaran produksi pertanian yang

ditetapkan Dinas Pertanian untuk komoditas jagung untuk tahun 20101 sebesar 875.000

ton. Apabila sasaran dimaksud tercapai terjadi pertumbuhan produksi jagung sebesar

46% jauh lebih tinggi dibandingkan kontraksi produksi jagung tahun 2009 yang

mencapai 20,47%. Pertumbuhan produksi sektor pertanian juga bertumpu pada

produksi rica, sasaran produksi rica yang ditetapkan sebesar 25.399 ton (tumbuh

49,41%). Pertumbuhan produksi pertanian diharapkan meningkat pada triwulan II-2010

mengingat pertanaman mulai bulan Desember 2009 sudah kembali normal, sementara

kondisi triwulan I-2010 masih terpengaruh dampak lanjutan musim kering karena

pertanaman untuk produksi panen ditriwulan tersebut dilakukan di bulan September-

November 2009.

1 Musrebangda Dinas Pertanian bulan Maret 2009.

48 Bank Indonesia │Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009

3. Pembiayaan investasi Pemerintah dan Perbankan

Pembiayaan ekonomi yang bersumber dari dana APBD mengalami penurunan. Dana

DIPA yang telah disetujui pada tahun 2010 sebesar Rp 3,945 Triliun, lebih rendah

dibandingkan dana DIPA Tahun 2009 sebesar Rp 4,021 Triliun. Pembiayaan ekonomi

daerah bertumpu pada peran perbankan dan swasta. Kebijakan moneter akomodatif

yang diterapkan BI sampai dengan akhir tahun 2009 diperkirakan mampu mendorong

suku bunga perbankan pada taraf wajar sehingga mampu meningkatkan penyaluran

kredit. Proyeksi kredit Gorontalo tahun 2010 tumbuh sebesar 34% lebih tinggi

dibandingkan pertumbuhan kredit tahun 2009 seebsar 29%. Sementara itu pembiayaan

investasi asing diperkirakan meningkat. Keseriusan beberapa investor asal Korea yang

bergerak dalam produksi jagung diperkirakan mampu mendorong investasi lebih baik

dibandingkan tahun 2009.

4. Kondisi infrastruktur dan energi

Komitmen Pemda dalam hal perbaikan infrastruktur dan energi nampak dalam proyek-

proyek yang saat ini telah dikerjakan dan dijadwalkan selesai tahun 2010. Beberapa

proyek tersebut antara lain :

Proyek pembangunan energi yang akan dilaksanakan tahun 2010 meliputi PLTU

Anggrek, PLTU Molotabu, Pembangunan Gardu Induk baru (Anggrek, Paguat,

Isimu, Boluontala)

Sementara itu proyek Infrastruktur meliputi pembangunan dermaga III kota

Gorontalo, pelabuhan Anggrek, embarkasi haji Jalaluddin, Proyek banjir kanal

Tamalate, bendungan Paguyaman, dan Jalan Gorontlao by pass.

5. Koordinasi antara Provinsi dan Kabupaten/Kota

Komitmen pemerintah daerah untuk menjaga keselarasan koordinasi Pemprov dengan

Pemkab/Pemkot diperkirakan lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya. Upaya positif

telah ditempuh Gubernur Gorontalo dengan mengadakan safari keliling kepada

Bupati/Walikota di Gorontalo untuk mengkomunikasikan kesamaan visi dan persepsi

dalam membangun Gorontalo kedepan.

6. Situasi politik daerah

Pelaksanaan PILKADA pada 3 (tiga) kabupaten di Gorontalo (Kab. Bone Bolango, Kab.

Gorontalo, Kab. Pohuwato) diharapkan berjalan dengan kondusif sehingga mampu

mendorong stabilitas politik dan ekonomi di daerah. Terkait pemilihan dimaksud,

diperkirakan membawa efek positif bagi perkembangan kegiatan konsumsi terutama di

tiga wilayah dimaksud.

7. Validitas data

Upaya perbaikan database ekonomi mendesak dilakukan. Hal ini dalam mendukung

analisis kebijakan tepat sasaran.

Bank Indonesia │Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009 49

Sementara itu faktor resiko turut membayangi optimisme pertumbuhan tahun 2009. Faktor

resiko dimaksud ditampilkan dalam tabel berikut :

UPSIDE RISK DOWNSIDE RISK

• Realisasi kenaikan gaji pegawai dan UMP

• Dampak Elnino 2010 dapat diminimalisir oleh

teknologi pertanian yang dimiliki saat ini

• Peluang ACFTA 2010 dapat dimanfaatkan

• Kebijakan investasi mampu menarik investor

baru

• Kebijakan moneter ekspansif mendorong

pertumbuhan kredit

• Ketersediaan infrastruktur dan energi yang

mendukung investasi 2010.

• Koordinasi antar Provinsi & Kab/Kota berjalan

dengan baik

• Kondisi politik pasca pergantian Gubernur dan

pelaksanaan Pilkada kabupaten berjalan

kondusif.

• Permasalahan distribusi dan distorsi pasar dapat

diminimalisir

Validitas data semakin baik

Terhambatnya realisasi kenaikan gaji pegawai dan

UMP

Dampak Elnino 2010 kurang dapat diminimalisir

oleh teknologi pertanian yang dimiliki saat ini

ACFTA 2010 menjadi terkendala

Kebijakan investasi belum mampu menarik

investor baru

Kebijakan moneter kontraktif menekan laju

pertumbuhan kredit

Ketersediaan infrastruktur dan energi masih

terkendala

Koordinasi antar Provinsi & Kab/Kota belum

berjalan optimal

Kondisi politik pasca pergantian Gubernur dan

pelaksanaan Pilkada kabupaten tidak berjalan

kondusif.

Permasalahan distribusi dan distorsi pasar masih

menjadi kendala

Validitas data masih memerlukan perbaikan

7.1.1 Outlook Triwulanan

Pertumbuhan ekonomi triwulan I-2010 diperkirakan masih lebih rendah

dibandingkan pertumbuhan ekonomi triwulan I-2009. Ekonomi Gorontalo diperkirakan

tumbuh pada kisaran 6,90-7,40% (y.o.y). Disisi sektoral produksi pertanian selama triwulan

I-2010 masih terpengaruh dampak lanjutan musim kering 2009 terkait kondisi pertanaman

bulan September-November 2009 sehingga mempengaruhi produksi bulan Januari-Februari

2010. Disisi permintaan, konsumsi pemerintah dan ekspor diperkirakan melambat

sementara konsumsi swasta diperkirakan mampu meredam sedikit perlambatan seiring

dengan peningkatan UMP dan belanja pegawai pada awal bulan Januari 2010.

Grafik 7.2 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Triwulanan

50 Bank Indonesia │Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009

Grafik 7.3 Perkiraan Perkembangan Kegiatan Usaha

Sumber : SKDU, Bank Indonesia

Hasil survei kegiatan dunia usaha pada triwulan IV-2009 mengindikasikan bahwa

sektor dunia usaha masih optimis terjadi peningkatan pada triwulan I-2010 namun

dengan magnitude yang lebih rendah dibandingkan kondisi triwulan I-2009. Pada sektor

pertanian, produksi jagung triwulan I-2010 masih terpengaruh oleh pertanaman benih bulan

September-November 2009 dimana pada periode tersebut terjadi kekeringan di Gorontalo.

Data sementara dari dinas pertanian menyebutkan bahwa produksi pertanian jagung pada

subround 1 tahun 2010 diperkirakan sebesar 241.650 ton, lebih rendah dibandingkan

realisasi produksi jagung subround 1 tahun 2009 sebesar 332.793 ton. Sementara itu

perkiraan dinas pertanian untuk tanaman palawija (kacang tanah, kedelai, kacang hijau) dan

pertanian padi diperkirakan meningkat pada triwulan I-2010.

Kinerja sektor angkutan khususnya sub sektor angkutan udara dan angkutan darat

diperkirakan tumbuh optimis. Pada bulan Januari 2009 maskapai penerbangan Wings Air

membuka rute penerbangan baru yang melayani Gorontalo – Manado – Denpasar dengan

jadwal penerbangan setiap hari sehingga arus penumpang dari Gorontalo ke Manado atau

sebaliknya diperkirakan akan semakin meningkat. Pada sub sektor angkutan darat,

pengoperasian Sarana Angkutan Umum Massal (SAUM) untuk kawasan kota Gorontalo pada

triwulan I-2010 diperkirakan akan meningkatkan arus penumpang transportasi darat dari

dan menuju kota. Sementara itu jumlah hari libur pada triwulan I-2010 lebih banyak

dibandingkan libur triwulan I-2009, kondisi ini menjadi salah satu moment pendorong

kegiatan masyarakat dalam berwisata.

Disisi permintaan, kinerja konsumsi pemerintah dan ekspor diperkirakan masih

melambat pada triwulan I-2010. Kinerja ekspor menurun seiring dengan produksi jagung

triwulan I-2010 yang belum membaik, sementara alternatif produk ekspor lain belum ada.

Jagung masih menjadi komoditas utama dengan kontribusi sebesar 60% dari keseluruhan

ekspor Gorontalo. Sementara itu kinerja konsumsi pemerintah diperkirakan melambat. Total

pengeluaran belanja langsung pemerintah provinsi/kabupaten/kota mencapai Rp 1,3 Triliun,

lebih rendah dibandingkan tahun 2010 sebesar Rp 1,45 Triliun.

Bank Indonesia │Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009 51

7.2 OUTLOOK INFLASI

Optimisme perekonomian daerah yang didorong oleh kenaikan permintaan masyarakat

mendorong inflasi triwulan I-2010 berkisar 2.5 – 4.5% (y.o.y).

Grafik 7.4 Proyeksi Inflasi Tahunan (y.o.y) Provinsi Gorontalo (%)2

Meningkatnya pendapatan masyarakat mendorong tekanan harga pada triwulan I-

2010. Rencana kebijakan kenaikan harga UMP dan peningkatan gaji pegawai negeri akan

memperkuat daya beli masyarakat. Sementara, penggunaan kapasitas produksi yang belum

optimal (output gap positif) mendorong tekanan inflasi ke depan. Ancaman melemahnya sisi

produksi ditengah Badai El-Nino juga patut mendapat perhatian. Kurangnya produksi dapat

menyurutkan pasokan kebutuhan masyarakat sehingga harga akan meningkat. Sedangkan

pengaruh kebijakan penurunan harga BBM pada awal tahun 2009 diperkirakan masih

mempengaruhi pelemahan tekanan harga terutama pada sub-kelompok transportasi.

Ekspektasi konsumsi diperkirakan masih cukup tinggi untuk mendorong kenaikan

inflasi pada triwulan I-2010. Survei Konsumen menunjukkan bahwa ekspektasi konsumen

ke depan menunjukkan optimisme yang tercermin dari IEK sebesar 151,29. Ekspektasi

penghasilan 6 bulan yang akan datang berada pada level optimis dengan nilai indeks sebesar

150,83, sementara indeks ketersediaan lapangan kerja 6 bulan yang akan datang berada

pada posisi optimis sebesar 155,08. Sedangkan indeks kondisi ekonomi 6 bulan yang akan

datang berada pada posisi optimis sebesar 147,96. 3

2 Sumber data diperoleh dari BPS Provinsi Gorontalo, diolah dengan metode ARIMA Airline Model adjusted with oil price shock.

3 Indeks = 100 menunjukkan responden mengekspektasikan harga akan tetap/stabil, indeks > 100 menunjukkan responden

mengekspektasikan harga akan meningkat, dan indeks < 100 menunjukkan responden mengekspektasikan harga menurun

.02

.04

.06

.08

.10

.12

.14

07:01 07:07 08:01 08:07 09:01 09:07 10:01

INFLASI_YOY

Grafik 7.5 : Indeks Ekspektasi Konsumen Provinsi Gorontalo

Sumber: Proyeksi KBI Gorontalo

52 Bank Indonesia │Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009

7.3 PROSPEK PERBANKAN

Jumlah tabungan diperkirakan meningkat seiring dengan meningkatnya pendapatan

masyarakat pada triwulan-I 2010. Meningkatnya pendapatan akan berdampak pada

peningkatan jumlah tabungan masyarakat. Sementara, Perbankan Gorontalo diperkirakan

terus meningkatkan kinerjanya terutama dalam menghimpun dana pihak ketiga. Hasil Survei

Konsumen pada Desember 2009 menunjukkan adanya optimisme pada peningkatan jumlah

tabungan 6 bulan yang akan datang, ditunjukkan dengan kenaikan indeks sebesar 23.16

poin dibandingkan periode survei sebelumnya.

Hasil identifikasi Rencana Bisnis Bank (RBB) 2010 menunjukkan bahwa Perbankan

Gorontalo optimis untuk terus meningkatkan penyaluran kreditnya hingga 15 – 30%.

Sektor perdagangan, hotel, dan restoran, sektor bangunan dan konsumsi masih menjadi

fokus utama dalam protofolio kredit di Gorontalo. Adapun strategi penyaluran kredit

kedepan adalah memperkuat analisa perbankan yang meliputi character, capacity, capital,

collateral, dan condition of economy (5C). Dengan penerapan 5C yang lebih baik

diharapakan terjadi peningkatan kuantitas dan kualitas kredit di Gorontalo.

Grafik 7.6: Indeks Perkiraan Suku Bunga (Perbankan) Tabungan dan Ekspektasi

Tabungan 6 Bulan Kedepan

Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia Gorontalo

1. EKONOMI MAKRO

Tabel 1.A

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) ATAS DASAR HARGA KONSTAN

TAHUN 2000 UNTUK PROVINSI GORONTALO

(dalam jutaan rupiah)

Sumber : BPS Prov. Gorontalo

*) Angka Proyeksi Bank Indonesia

Tabel 1.B

PERTUMBUHAN PDRB ATAS DASAR HARGA KONSTAN TAHUN 2000 UNTUK PROVINSI GORONTALO (dalam persen)

Sumber : BPS Prov. Gorontalo

*) Angka Proyeksi Bank Indonesia

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4*

Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 425.635 432.622 459.091 472.214 1.789.563 492.724 515.064 542.077 495.872 2.045.737

Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 347.536 334.253 378.718 452.732 1.513.238 440.976 480.966 487.194 549.707 1.958.843

Pembentukan Modal Tetap Bruto 228.725 242.415 284.063 313.338 1.068.540 295.604 324.585 329.470 399.192 1.348.852

Perubahan Stok (253.205) (260.450) (248.645) (417.214) (1.176.449) (367.894) (430.528) (420.631) (516.409) (1.735.461)

Ekspor Barang dan Jasa 107.285 107.447 94.707 108.427 417.866 100.658 106.066 104.417 104.740 415.881

Impor Barang dan Jasa 254.365 225.495 293.541 314.366 1.087.767 314.934 320.974 323.632 373.498 1.333.038

Total 601.611 630.792 674.393 615.131 2.521.926 647.134 675.180 718.895 659.605 2.700.814

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4*

Pertanian 186.027 198.879 226.588 163.796 776.194 199.867 208.964 221.263 154.705 784.799

Pertambangan & Penggalian 6.037 6.378 6.720 7.056 26.194 6.598 7.201 7.822 8.123 29.744

Industri Pengolahan 46.570 49.080 52.164 53.879 201.693 49.392 50.068 54.495 58.729 212.684

Listrik, Gas & Air Bersih 3.415 3.489 3.668 3.685 14.174 3.671 3.717 3.951 3.910 15.249

Konstruksi 47.132 49.448 52.100 54.552 203.232 51.742 55.807 60.689 67.791 236.029

Perdagangan, Hotel & Restoran 82.800 84.487 87.557 89.134 343.916 89.093 91.504 96.575 97.843 375.015

Pengangkutan & Komunikasi 61.114 64.273 65.627 67.792 261.111 66.345 70.067 74.789 79.669 290.870

Keuangan, Persewaan & Jasa 52.481 53.309 54.393 54.948 215.129 57.262 59.311 63.061 59.624 239.258

Jasa-Jasa 116.036 121.450 125.576 120.290 483.348 123.164 128.541 136.250 129.239 517.194

Total 601.611 630.792 674.393 615.131 2.524.991 647.134 675.180 718.895 659.605 2.700.814

2009

2009

2009*

2009*

20082008Komponen

Sektor2008

2008

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4*

Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 10,05 7,96 9,08 3,16 7,41 15,76 19,06 18,08 5,01 14,31

Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 40,57 21,25 28,99 26,70 28,91 26,89 43,89 28,64 21,42 29,45

Pembentukan Modal Tetap Bruto 17,62 14,51 25,53 25,01 21,00 29,24 33,90 15,98 27,40 26,23

Perubahan Stok 39,03 29,61 20,18 26,49 28,24 45,30 65,30 69,17 23,78 47,52

Ekspor Barang dan Jasa 23,19 13,68 (5,90) 6,05 8,68 (6,18) (1,29) 10,25 (3,40) (0,47)

Impor Barang dan Jasa 48,41 16,98 35,27 17,99 28,33 23,81 42,34 10,25 18,81 22,55

Total 7,11 7,26 9,21 7,55 7,76 7,57 7,04 6,60 7,23 7,19

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4*

Pertanian 7,76 6,04 11,30 7,52 8,06 7,44 5,07 (2,35) (5,55) 1,42

Pertambangan & Penggalian 4,90 9,44 11,55 14,24 10,14 9,30 12,91 16,40 15,13 13,55

Industri Pengolahan 1,44 3,86 7,54 8,72 5,47 6,06 2,01 4,47 9,00 5,45

Listrik, Gas & Air Bersih (2,65) (2,70) (0,51) (0,71) (7,40) 7,51 6,53 7,71 6,12 13,64

Konstruksi 6,95 9,48 10,83 13,13 10,17 9,78 12,86 16,49 24,27 16,14

Perdagangan, Hotel & Restoran 8,11 6,26 6,44 6,65 6,87 7,60 8,31 10,30 9,77 9,00

Pengangkutan & Komunikasi 10,20 9,22 5,25 6,05 7,58 8,56 9,01 13,96 17,52 12,39

Keuangan, Persewaan & Jasa 6,75 7,58 7,48 6,99 7,20 9,11 11,26 15,94 8,51 11,22

Jasa-Jasa 6,86 9,64 10,66 6,35 8,39 6,14 5,84 8,50 7,44 7,00

Total 7,11 7,26 9,21 7,55 7,76 7,57 7,04 6,60 7,23 7,19

Sektor2008

20082009

2009*

Komponen2008

20082009

2009*

2. INFLASI

Tabel 2.A

PERKEMBANGAN INFLASI PROVINSI GORONTALO

Sumber : BPS Prov. Gorontalo

JAN FEB MAR APR MEI JUNI JULI AUG SEPT OCT NOV DEC

UMUM 9.24 11.01 10.54 10.92 9.83 7.22 6.20 4.28 3.97 4.2 5.24 4.35

BAHAN MAKANAN 12.49 20.78 21.80 18.27 15.16 14.59 12.21 7.12 5.50 6.74 11.18 7.7

Padi-padian, Umbi-umbian dan Hasilnya 10.47 16.10 14.49 13.63 11.50 8.67 9.39 10.72 11.54 12.43 11.96 8.86

Daging dan Hasil-hasilnya 23.52 21.37 14.70 6.00 5.37 2.65 1.57 -8.39 -9.12 -6.9 -1.12 -3.05

Ikan Segar 35.75 46.35 51.62 64.53 46.56 49.54 40.05 37.07 16.59 -3.69 3.4 11.08

Ikan Diawetkan 13.82 -1.37 -9.24 -7.44 -7.55 -8.61 -9.98 -6.87 -6.49 -8.21 -7.98 -7.72

Telur, Susu dan Hasil-hasilnya 13.84 12.64 9.14 9.64 6.29 1.36 -0.44 1.34 -4.25 -6.74 -4.98 -4.55

Sayur-sayuran -10.91 -14.75 -17.13 -26.54 -10.63 -7.41 -9.01 -26.24 -26.19 20.22 39.69 -1

Kacang - kacangan 9.15 8.62 12.90 19.27 15.06 10.81 8.90 7.46 10.86 11.96 9.03 10

Buah - buahan 50.44 83.04 84.66 67.59 66.84 65.24 77.21 49.91 59.45 56.85 26.09 21.68

Bumbu - bumbuan -25.65 3.86 18.49 -15.19 -19.50 -16.01 -18.29 -31.96 -11.69 26.77 39.06 14.98

Lemak dan Minyak -11.58 -11.68 -13.27 -10.95 -10.49 -10.80 -5.78 -1.99 0.95 2.45 3.42 3.99

Bahan Makanan Lainnya 0.86 -1.11 1.51 2.87 3.41 3.41 3.29 3.29 4.88 5.21 2.52 3.53

MAKANAN JADI,MINUMAN,ROKOK & TEMBAKAU 13.57 13.93 14.74 16.48 16.49 12.39 11.42 12.28 12.03 11.82 9.95 7.73

Makanan Jadi 2.86 2.72 0.92 0.92 0.00 0.00 0.09 0.10 1.48 1.63 2.18 2.18

Minuman yang Tidak Beralkohol 3.41 5.55 7.08 8.01 9.69 9.59 10.45 12.40 14.71 18.7 18.41 14.42

Tembakau dan Minuman Beralkohol 32.25 32.24 35.93 40.23 40.79 27.88 24.51 25.75 22.21 19.71 14.44 10.49

PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS & BAHAN BAKAR 11.80 9.51 6.36 8.99 8.76 5.57 4.82 3.41 3.38 2.53 2.49 2.84

Biaya Tempat Tinggal 16.95 13.29 7.85 11.98 11.42 8.38 6.90 4.54 4.82 3.4 3.31 3.89

Bahan Bakar, Penerangan dan Air 8.77 8.13 7.50 7.38 7.38 1.07 1.07 1.04 0.98 0.99 0.99 0.05

Perlengkapan Rumahtangga 2.34 0.57 0.93 0.93 0.73 0.54 1.42 1.68 0.72 0.5 0.33 1.04

Penyelenggaraan Rumahtangga 0.75 0.75 0.75 3.52 4.35 4.35 4.34 3.52 2.51 2.4 2.63 4.06

SANDANG 2.45 4.11 3.42 2.44 3.12 2.53 1.95 2.20 2.80 2.89 2.76 3.06

Sandang Laki-laki 0.11 0.11 0.11 0.11 0.11 0.11 0.18 -0.03 0.21 0.15 0.12 0.21

Sandang Wanita 0.91 0.91 0.74 0.74 0.00 0.00 0.04 0.04 -0.29 -0.29 0 0.01

Sandang Anak-anak 3.32 3.32 3.32 3.32 3.32 3.32 0.00 0.00 0.00 0 0 0

Barang Pribadi dan Sandang Lain 9.01 19.03 14.49 8.61 14.90 10.98 11.34 13.37 17.58 18.26 16.51 17.61

KESEHATAN 4.43 3.73 3.09 3.48 3.54 3.41 3.15 3.22 8.59 8.68 8.21 8.22

Jasa Kesehatan 2.08 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 31.53 31.53 31.53 31.53

Obat-obatan 3.41 3.55 3.21 8.27 9.48 9.69 9.61 8.82 9.73 9.98 8.7 8.74

Jasa Perawatan Jasmani 2.69 2.69 2.69 2.69 2.69 2.69 2.69 2.69 2.69 2.69 2.69 2.69

Perawatan Jasmani dan Kosmetika 5.78 5.11 4.07 2.86 2.52 2.21 1.77 2.20 1.74 1.81 1.48 1.48

PENDIDIKAN, REKREASI, DAN OLAHRAGA 4.15 4.35 4.27 4.18 4.28 4.24 4.34 0.22 0.44 0.56 0.57 0.57

Jasa Pendidikan 8.23 8.23 8.23 8.23 8.23 8.23 8.23 0.00 0.00 0 0 0

Kursus-kursus/Pelatihan 5.45 5.45 5.45 5.45 5.45 3.28 3.28 0.00 42.16 42.16 42.16 42.16

Perlengkapan/Peralatan Pendidikan 1.25 1.25 1.25 0.00 0.00 0.00 0.18 0.02 0.66 0.66 0.78 0.78

Rekreasi -0.44 0.19 -0.08 0.29 0.58 0.58 0.80 0.69 -1.10 -0.71 -0.75 -0.76

Olahraga 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 -0.53 -0.53 -0.46 -0.46

TRANSPOR, KOMUNIKASI & JASA KEUANGAN 0.52 -0.36 -0.37 2.39 0.80 -5.15 -5.16 -5.27 -5.35 -4.88 -4.84 -2.5

Transpor 5.11 3.79 3.77 3.26 0.98 -7.36 -7.37 -7.39 -7.31 -6.33 -6.33 -3.06

Komunikasi dan Pengiriman -12.80 -12.80 -12.80 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 -0.69 -1.91 -1.83 -1.83

Sarana dan Penunjang Transpor 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0 0.4 0.4

Jasa Keuangan 2.74 2.74 2.74 2.74 2.74 2.74 2.74 0.34 0.34 0.34 0.34 0.34

Kelompok / Sub kelompok2009

3. PERBANKAN Tabel 3.A

PERKEMBANGAN BANK UMUM PROVINSI GORONTALO

Tabel 3.B

PERKEMBANGAN BPR PROVINSI GORONTALO