kajian historis teknik drill patterns dalam …
TRANSCRIPT
152
KAJIAN HISTORIS TEKNIK DRILL PATTERNS DALAM PEMEROLEHAN
KETERAMPILAN BERBAHASA ARAB SEBAGAI BAHASA ASING
Hamzah Institut Agama Islam DDI Polewali Mandar, Sulbar
Abstrak:Pengkajian dan permikiran pemerolehan bahasa dan pembelajarannya
semakin berkembang pesat setelah seorang linguis Amerika Noam Chomsky
mengecam teori strukturalisme-behaviorisme yang ada pada masanya. Sehingga
menimbulkan suatu revolusi dalam pemerolehan bahasa dan pembelajaran
bahasa tentunya, dengan memunculkan suatu teori tata bahasa baru yaitu
transformasi-generatif. Beragamnya teori dan pendekatan melahirkan banyak
teknik dan metode dalam pembelajaran bahasa asing. Tulisan sederhana ini,
mencoba untuk mengungkap suatu teknik lama secara historis yang masih eksis
dan dipergunakan pengajar bahasa asing sampai saat ini, yaitu teknik drill
patterns yang notabene sebagai teknik utama pendekatan audiolingual yang
efektif dengan berbagai variannya dalam pembelajaran bahasa asing. Hasil
kajian ini ditemukan bahwa teknik drill patterns dalam perkembangannya hidup
pada dua masa, yaitu pada masa environmentalis dan masa innatis. Secara
historis, teknik drill patterns ini pada awalnya muncul di masa environmentalis
di bawah naungan pendekatan audiolingual yang sifatnya mekanistis, kemudian
teknik ini di revisi menjadi sebuah teknik drill patterns yang sifatnya lebih
bermakna dan komunikatif pada masa innatis.
Kata Kunci: Teknik drill patterns, pemerolehan bahasa, pengajaran bahasa,
keterampilan berbahasa Arab
Pengkajian dan pemikiran pemerolehan bahasa baik bahasa pertama maupun
bahasa kedua telah berkembang sangat pesat dan maju. Seiring dengan itu, berkembang
pula berbagai hipotesis, teorema, dalil, model, dan teori pemerolehan bahasa. Tidak
mengherankan jika teori pemerolehan bahasa baik bahasa pertama maupun bahasa
kedua sekarang sangat beraneka ragam. Keaneka ragaman itu setidak-tidaknya tampak
pada jumlahnya yang semakin banyak. Jumlahnya yang sering dibahas dalam khazanah
pustaka pemerolehan bahasa mencapai 24 model. Kedua puluh empat model yang ada,
secara garis besar dapat dikelompokkan dalam empat rumpun, yaitu rumpun behavioris,
kognitif, nativis, dan humanistis (Saryono, 2010: 1). Sedangkan menurut Hasanah, dia
lebih menjeneralisir dalam empat rumpun utama yaitu: rumpun environmentalis, innatis,
intraksionis dan post intraksionis. Seperti halnya Hidayat, dia tidak jauh berbeda dengan
klaster dari Hasanah, tetapi dia lebih melihat kepada tiga aliran besar menurutnya yang
sangat berpengaruh, yaitu: behaviorisme, nativisme dan interaksionisme (Hidayat, 2012:
37).
Teori pembelajaran bahasa menjadi aspek yang sangat viral untuk diketahui oleh
para linguis dan psikolog. Sehingga melahirkan suatu disiplin baru tersendiri yaitu
psikologi bahasa yang merupakan gabungan dari ilmu psikologi (buat teori
pembelajaran) dan linguistik umum (buat teori-teori bahasa dan pemerian bahasa), yang
dikenal dengan istilah psikolinguistik.
Tarigan mengutip pernyataan Spolsky yang menyatakan bahwa pengajaran
bahasa (pedagogi bahasa kedua) mempunyai tiga sumber utama yaitu 1) pemerian
bahasa (linguistik), 2) teori pembelajaran bahasa (psikolinguistik), 3) teori pemakaian
153
bahasa (sosiolinguistik). Teori pembelajaran bahasa ini pada akhirnya diturunkan ke
teori pembelajaran (psikologi) dan teori-teori bahasa dan pemerian bahasa (linguistik
umum). Sehingga ada 4 disiplin ilmu yang mendasari pengajaran bahasa, yaitu 1)
psikologi, 2) psikolinguistik, 3) lingusitik umum, dan 4) sosiolinguistik (Tarigan, 1991:
26-29).
Gambar 1: Disiplin ilmu yang mendasari pengajaran bahasa
Dalam perkembangannya, metode pembelajaran bahasa Arab mendapatkan
perhatian dari para pakar pembelajaran bahasa dengan melakukan berbagai kajian dan
penelitian untuk mengetahui sejauhmana efektifitas dan kesuksesan berbagai metode
dan strategi pembelajaran bahasa. Para pakar memulai dengan memberikan klasifikasi
pemaknaan terhadap istilah-istilah yang mempunyai makna yang berdekatan, seperti
pendekatan, metode dan teknik pembelajaran. Sehingga terkadang kita melihat
penggunaan kata “metode” dalam satu hal, di sisi lain kata “pendekatan” juga
dipergunakan.
Secara ringkas ketiga istilah tersebut dipahami bahwa pendekatan yang dalam
bahasa Arabnya disebut madkhal merupakan cara pandang atau dasar yang bersifat
filosofis yang sangat menentukan arah dan orientasi pembelajaran, sedangkan metode
(thariqah) merupakan sistematika umum bagi pemilihan, penyusunan dan penyajian
materi kebahasaan. Atau dengan kata lain, pendekatan merupakan sesuatu yang abstrak
yang bersifat filosofis, sedangkan konkretnya atau praktisnya tercermin dalam sebuah
metode. Adapun teknik merupakan operasionalisasi metode untuk merealisasikan tujuan
pembelajaran (M. Abdul Hamid, dkk. 2008: 2-4. Mustofa, 2016: 1).
Secara umum, menurut Edward Anthony dalam Fachrurrozi dan Effendy bahwa
ketiga istilah tersebut di atas bersifat hirearkis yang paling atas sampai ke bawah, yaitu
mulai dari pendekatan (yang bersifat teoritis aksiomatis) yang paling atas, kemudian
metode (sebagai prosedural) dan di bawahnya adalah teknik (sebagai
operasional/implementatif) (Fachrurrozi, 2016: 3. Effendy, 2009: 9).
Dalam tulisan sederhana ini, penulis mencoba untuk mengkaji sebuah teknik
pembelajaran yaitu teknik drill patterns dari sudut padang sejarah (historical
dimention). Yaitu teknik pembelajaran yang notabenenya berasal dari pendekatan
audiolingual yang telah mucul pada tahun 1940-an, yang masih eksis dan masih tetap
dipergunakan sampai saat ini sebagai diantara teknik yang efektif dalam pemerolehan
keterampilan bahasa peserta didik.
Salah satu dasar yang mengilhami penulis untuk mengkajinya adalah disamping
ke-eksisannya yang masih terpakai dan dipergunakan oleh para pengajar bahasa dan
Disiplin Ilmu
yang Mendasari
Pengajaran
Bahasa
Psikologi
Psikolinguistik Linguistik Umum
Sosiolinguistik
154
berbagai buku cetak durus al-lughah yang ada, juga sebuah kalimat yang pernah
diungkapkan oleh al-Ushaili bahwa:
لم –في اعتقادي –أما الإتجاهات الحديثة، وبخاصة المدخل الإتصالي بجميع طرائقه، فإنها تدخل ميدان تعليم اللغة العربية لغير الناطقين بها دخولا حقيقيا، باستثناء بعض الآراء
، التي تلاحظ أحيانا من خلال الحديث عن تعليم القواعد. إن الحقيقة المرة التي لا المعريفيةيذكرها باحث منصف هي أن تطبيقات الطريقة السمعية الشفهية لاتزال تهيمن على مناهج تعليم اللغة العربية لغير الناطقين بها، خاصة في برامج التعليم الرسمي؛ في الجامعات،
(. al-Ushaili, 1999: 124) اللغوية الحكومية والمعاهد، والمراكز
Ungkapan Ibrahim al-Ushaili di atas secara jelas menerangkan bahwa
pendekatan komunikatif belum masuk ke dalam ranah pengajaran bahasa Arab untuk
non-Arab dalam pengertian yang sebenarnya, sedangkan praktik-praktik metode
audiolingual masih mendominasi metode pengajaran bahasa Arab untuk non-Arab,
khususnya dalam program pengajaran resmi di universitas-universitas, lembaga dan
pusat-pusat bahasa milik pemerintah.
Tulisan ini bertujuan untuk mencari tahu asal muasal teknik drill patterns
sebagai teknik dalam pembelajaran bahasa asing dan berbagai variannya, dimana teknik
tersebut merupakan teknik utama dalam pendekatan audiolingual.
PENGERTIAN TEKNIK DRILL PATTERNS
Drill patterns merupakan satu diantara sekian banyak teknik yang ada dalam
pembelajaran bahasa. Drill patterns adalah sebuah teknik latihan berpola yang disusun
untuk merangsang pembelajar untuk lebih aktif dan kreatif dalam menyimak dan
berbicara secara intens. Dasar teori dari belajar drill ini adalah langsung pada teori
behaviorisme dalam ilmu psikologi yang prinsipnya sebagai suatu pandangan yang
mudah diterima orang mengenai bagaimana kita belajar berprilaku.
Menurut Hamdani, metode drill merupakan metode yang mengajarkan siswa
untuk melaksanakan kegiatan latihan agar siswa memiliki ketegasan atau keterampilan
yang lebih tinggi dari hal-hal yang telah dipelajarinya (Hamdani, 2009: 273).
Sedangkan Asmani menyebutkan bahwa metode latihan (drill) disebut juga dengan
metode training. Yaitu suatu cara menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu, selain itu
juga dapat digunakan untuk memelihara kebiasaan-kebiasaan yang baik. Di samping itu,
metode ini dapat digunakan untuk memperoleh suatu ketangkasan, ketepatan,
kesempatan dan keterampilan (Asmani, 2009: 37-38). Sedangkan Sudjana
mendefenisikan teknik drill sebagai suatu kegiatan melakukan hal yang sama, berulang-
ulang secara sungguh-sungguh dengan tujuan untuk menyempurnakan suatu
keterampilan agar menjadi permanen (Sudjana, 1991: 86).
Berdasarkan pengertian tersebut di atas, disimpulkan bahwa teknik drill patterns
merupakan suatu teknik untuk melatih peserta didik agar memiliki suatu keterampilan
dan ketangkasan melalui latihan-latihan berpola dan penanaman pembiasaan-
pembiasaan tertentu. Ciri khas dari teknik ini adalah berupa pengulangan yang berkali-
kali dari hal yang sama. Teknik ini masih aktif dipergunakan dalam pembelajaran
bahasa. Bahkan teknik ini dikata oleh sebagian ahli sebagai teknik yang paling ampuh
155
dan efektif dalam pengembangan pembelajaran bahasa seorang anak dari segi
kemampuan menyimak (maharah al-istima’) dan kemampuan berbicara (maharah al-
kalam).
Adapun tujuan penggunaan teknik drill menurut Armai adalah agar peserta
didik:
1. Memiliki kemampuan motoris/gerak seperti menghafalkan kata-kata, menulis,
mempergunakan alat, membuat suatu bentuk atau melaksanakan gerak dalam
olah raga.
2. Mengembangkan kecakapan intelek seperti mengalikan, membagi dan
menjumlahkan, tanda baca dan lain-lain.
3. Memiliki kemampuan menghubungkan antara sesuatu keadaan dengan yang lain
misalnya hubungan sebab akibat antara huruf dan bunyi, dan lain-lain.
4. Dapat menggunakan daya pikirnya yang makin lama makin bertambah baik,
karena dengan pengajaran yang baik maka akan menjadi lebih baik, teratur dan
lebih teliti dalam mendorong ingatannya.
5. Pengetahuan anak didik akan bertambah dari berbagai segi dan akan
memperoleh pemahaman yang lebih baik dan lebih mendalam (Armai, 2002:
175).
DIMENSI HISTORIS
Teknik drill patterns atau latihan berpola pada awalnya muncul di masa
environmentalis di bawah naungan pendekatan audiolingual sebagai teknik utamanya.
Tetapi dalam perkembangannya mengalami perubahan seiring berkembangnya
pengkajian dan pemikiran berbagai hipotesis, teorema, dalil, model, pendekatan dan
teori pemerolehan bahasa.
Teknik drill patterns yang awalnya hanya bersifat mekanistis jauh berkembang
sampai di revisi pada masa innatis menjadi sebuah teknik drill patterns yang bersifat
lebih bermakna dan komunikatif yang notabene berada pada masa aliran kognitif.
Sehingga teknik tersebut masih aktif dan intens dipergunakan sebagai di antara teknik
yang efektif dalam pemerolehan maupun pengajaran bahasa asing.
Inilah di antara yang membuat al-Ushaili beralasan menurut peneliti bahwa
pendekatan komunikatif belum masuk ke dalam ranah pengajaran bahasa Arab untuk
non-Arab dalam pengertian yang sebenarnya, karena pada kenyataannya, praktik-
praktik metode audiolingual masih mendominasi metode pengajaran bahasa Arab untuk
non-Arab, khususnya dalam program pengajaran resmi di universitas-universitas,
lembaga dan pusat-pusat bahasa milik pemerintah.
Dari sini bisa dilihat, bahwa teknik drill patterns dalam perkembangannya ada
pada dua masa, yaitu pada masa environmentalis dan masa innatis. Berikut dibawah ini
beberapa pola pemerolehan bahasa secara umum dan posisi teknik drill patterns dalam
program pembelajaran bahasa Asing pada masa innatis dan invironmentalis berdasarkan
hasil penelusuran peneliti di beberapa referensi yang kemudian peneliti restrukturisasi
untuk selanjutnya dipaparkan secara komprehensip dalam tulisan ini pada bagian
selanjutnya.
156
Gambar 3: Pola Dimensi Pemerolehan Bahasa Secara Umum
Gambar 3: Teknik drill patterns dalam dimensi pemerolehan ahasa pada masa innatis dan invironmentalis
TEKNIK DRILL PATTERNS PADA ERA ENVIRONMENTALIS
Teknik drill patterns atau latihan berpola, secara intens pertama kali
dipergunakan oleh Bloomfield dan Sapir pada program-program latihan sebagai bagian
dari penelitian linguistik yang mereka kembangkan. Metode yang mereka gunakan
adalah “metode informan” karena menggunakan penutur asli sebagai informan. Para
informan tersebut bertindak sebagai narasumber, sedangkan para peneliti (ahli-ahli
linguistik dan antropologi) memberi pengarahan dan supervisi atas jalannya penyajian
Innatis Environmentalis
Historical Dymention
Educational Dymention
Psycological Dymention
LANGUAGE ACQUISITION DYMENTION
Intraksionis Post Intraksionis
- Kognitif - Generatif Transformatif
- Strukturalis - Behavioris
- Fungsionalis - Konstruktivis
- Humanistis
DLL
DRILL PATTERN TECHNIQUE
Audiolingual/ Oral Approuch (1940-an)
Cognitive Approuch (1960-an)
Drill Mekanistis (klasikal)
Driil Bermakna (Pengembangan) Paulston (1971)
Strukturalis
Behavioristik
Transformasi Generatif
Innatis Environmentalis
Historical Dymention Educational
Dymention
Psycological Dymention
LANGUAGE ACQUISITION DYMENTION
Intraksionis Post Intraksionis
B.F. Skinner dkk
(S-R-R)
N. Chomsky (LAD/K-P)
157
pengajaran bahasa itu. Para linguis/antropolog tidak menguasai bahasa target akan tetapi
mereka terlatih untuk mencari tahu struktur-struktur dasar bahasa target dengan tanya
jawab diselingi latihan drill dengan para informan. Sehingga peserta dan para ahli
mampu untuk aktif berperan serta dalam percakapan secara terpimpin dan secara
bertahap mampu berbicara dan memahami bahasa target.
Program tersebut mereka sebut sebagai sandwich program karena kepadatan
jam dan intens yaitu para peserta mengikuti program 10 jam sehari dan 6 hari (atau 6
kali pertemuan dalam) seminggu, 5 jam di antaranya disediakan untuk apa yang disebut
drill dengan penutur asli selebihnya tanya jawab secara terpimpin. Para peserta
sandwich program tersebut adalah para linguis dan antropolog yaitu Bloomfield, Sapir,
dan kawan-kawan, yang bertujuan untuk memberikan keterampilan untuk lancar
berbahasa Indian Amerika yang bermacam-macam agar dapat menyelidiki bahasa-
bahasa dan kebudayaan suku-suku Indian Amerika dengan lebih seksama.
Inilah sistem yang juga diterapkan kepada para anggota tentara Amerika Serikat
dalam program Army Specialized Training Program (ASTP) yang didirikan pada tahun
1942 (Shini, dkk., 1990: 85., Nasution, 2009: 197), yang bertujuan untuk mempelajari
bahasa Asing demi keperluan dan kebutuhan Perang dan kepentingan Pemerintah
Amerika yang nantinya bisa ditempatkan di Prancis, Belanda, Cina dan negara-negara
jajahan Amerika sebagai penerjemah, asisten penerjemah dan lain-lain, yang dalam
laporannya mencapai hasil yang memuaskan dalam waktu relatif singkat. Subyakto-
Subyakto-Nababan menjelaskan bahwa para peserta dalam program ini adalah para
anggota militer yang nantinya siap ditempatkan dimana saja. Adapun penamaan metode
yang diterapkan kemudian disebut dengan istilah army method (Subyakto-Nababan,
1993: 26-27).
Teknik drill patterns merupakan teknik pembelajaran yang paling utama dalam
audiolingual approach. Pendekatan audiolingual merupakan suatu pendekatan dalam
pengajaran bahasa asing yang paling populer dan diterima luas oleh kalangan pengajar
bahasa dengan motto “practice makes perfect”.
Al-Ushaili menegaskan bahwa audiolingual method merupakan di antara metode
yang paling efektif pada masa Aural-Oral approach (bahkan sampai hari ini) dan
dianggap sebagai satu-satunya metode ilmiah (the scientific method) untuk pengajaran
bahasa waktu itu (al-Ushaili, 2009: 57).
Adapun dasar teori pendekatan tersebut adalah gabungan dari madzhab
Behaviorisme dalam ilmu Psikologi dengan madzhab Strukturalisme dalam Linguistik
yang dipelopori oleh Ferdinand de Saussure (1857-1913 M).
Madzhab behaviorisme adalah madzhab yang dipelopori oleh ilmuan Rusia
Pavlov (1849-1939 M) dengan teorinya yang menghubungkan stimulus primer dan
stimulus sekunder. Harmer menjelaskan bahwa teori ini kemudian dilanjutkan oleh
Edward L. Thorndike dengan teori hukumnya yang memberikan perhatian kepada
penghargaan dan hukuman (reward dan punishment). Menurut Thorndike bahwa
penghargaan memperkuat hubungan antara stimulus dan respon, sebaliknya hukuman
melemahkan hubungannya (Hamidah, dkk. 2016: 103).
Pendekatan Audiolingual yang muncul pada tahun 1940-an merupakan reaksi
terhadap pendekatan sebelumnya yang dianggap tidak memuaskan, yaitu reading
method yang telah direkomendasikan oleh Prof. Coleman yang orientasinya lebih
kepada pemahaman teks (reading comprehension) (Shini, dkk. 1990: 23., Subyakto-
Nababan, 1993: 19).
158
Pendekatan Audiolingual ini mulai diperkenalkan pada pertengahan abad ke-20
tepatnya pada tahun 1942 oleh Pemerintah Amerika Serikat khususnya Departemen
Pertahanan Negara dengan mendirikan suatu lembaga yang disebut Army Specialized
Training Program (ASTP), sebuah program untuk pembelajaran bahasa asing kepada
personalia militer, dan terdapat 55 universitas di Amerika serikat yang ikut andil dalam
program tersebut pada awal tahun 1943 (Shini dkk. 1990: 85).
Pendekatan ini menurut Richards dan Rodgers pertama kali diuji cobakan pada
tahun 1939 oleh Charles Fries seorang Linguis Amerika dari University of Michigan.
Sebelum terkenal dengan penyebutan pendekatan audiolingual, pendekatan ini awalnya
disebut sebagai Oral Approuch, Aural-Oral Approuch dan Structural Approuch
(Richards dan Rodgers, 1986: 45-47).
Fokus perhatian pendekatan Audiolingual ini hanya sampai pada performance
atau yang disebut dengan struktur bagian luar (surface structure/al-bina’ al-zhahiri),
dan mengesampingkan unsur struktur bagian dalam (deep structure/al-bina’ al-asasi)
dalam istilah Noam Chomsky.
Adapun prinsip pembelajaran bahasa menurut pendekatan audiolingual, sebagai
berikut:
1. Kemampuan berbahasa diperoleh melalui pembiasaan, sehingga latihan
menghafalkan dan menirukan berulang-ulang harus dilakukan secara intensif.
2. Bahasa lisan sebagai bahasa sumber utama bahasa, sehingga pembelajaran
dimulai dengan menyimak, berbicara, membaca dan menulis.
3. Wujud luar menjadi perhatian utama seperti pengucapan yang fasih, ejaan dan
pelafalan yang akurat, struktur yang benar dan sebagainya.
4. Dasar pemilihan materi pelajaran dan latihan-latihan melalui hasil analisis
kontrastif.
Untuk mengefektifkan pembelajaran bahasa asing dalam pendekatan
audiolingual, digunakanlah teknik drill patterns. Suatu teknik pembelajaran yang paling
utama digunakan dalam pandekatan audiolingual yang didasarkan pada teori
strukturalisme-behaviorisme (Hubbard dalam the Anatomy of a Drill). Bahasa asing
diajarkan dengan cara pembiasaan berupa pelafalan kosa kata, dan latihan intensif
dalam bentuk pola kalimat. Teknik pembiasaan dalam mengucapkan suatu pola berupa
kalimat dan pelfalan kosa-kata secara intensif dengan baik tanpa ada kesalahan
merupakan teknik drill.
Menurut para behavioris, bahwa suatu kebiasaan terbentuk apabila suatu
jawaban (response) pada ransangan (stimulus) secara konsisten diberikan hadiah/reward
(sebagai penguatan/reinforcement). Jadi kebiasaan terjadi sebagai hasil dari suatu
rangsangan dan jawaban yang benar serta hasil positif yang terjadi berulang kali.
B.F. Skinner menuangkan hasil eksperimennya dalam sebuah bukunya yang
berjudul Verbal Behavior dan melaporkannya dalam sebuah Seminar di Univ. Harvard,
bahwa bahwa bunyi-bunyi ujar (speech sounds) diucapkan dan diperkuat sama seperti
prilaku non-verbal lainnya, dan perilaku berbahasa manusia dibentuk oleh penguatan
yang lazim dipakai dalam masyarakat kita. Yaitu dengan stimulus (ransangan) -
response (reaksi/jawaban) - reinforcement (penguatan). Dalam psikologi Behaviorisme
disebut operant-conditioning atau “pembiasaan yang membuahkan hasil”.
159
Metode Informan
Audiolingual Method
(1940-an – 1960-an)
Strukturalis Behavioris
Army Method
Peserta: Militer Amerika Tujuan:
Mempelajari Bahasa Asing demi keperluan
Perang dan kepentingan
Pemerintah Amerika yang nantinya bisa
ditempatkan di Pranci, Belanda, Cina dan
negara-negara jajahan Amerika sebagai
penerjemah, asisten penerjemah dll.
Pattern Drill Technique
ASTP 1942 (Army Specialized Training Program)
Reading Method
Prof. Coleman
1920-an
PROGRAM PEMBELAJARAN
BAHASA ASING
Peserta: Para ahli (linguis dan antropolog). Bloomfield, Sapir ,dkk Tujuan:
Agar keterampilan berbahasa membantu
mereka dalam menyelediki bahasa-
bahasa & kebudayaan suku-suku Indian
Amerika
Sandwich Program
Branding: Practice makes perfect
Direct Method
F. Gouin (1880-1992)
1850-an
Gambar 4: Posisi Teknik Drill Patterns dalam Program Pembelajaran Bahasa Asing
Adapun bentuk-bentuk teknik drill patterns dalam pendekatan audiolingual
adalah sebagai berikut:
1. Subtitution drill; bentuk drill berupa pengulangan atau penggantian unsur-unsur
secara mekanistis.
Contoh:
: أنا طالب طلاب : أنا طالب أستاذ : أنا طالبة طلاب : )طالبة( أستاذ ..إلخ : هي طالبة طلاب : )هي( أستاذ
2. Question-answer drill; bentuk drill berupa tanya jawab berdasarkan stimulus-
respon secara timbal balik.
Contoh:
: الأستاذ في الفصل أستاذ )أين الأستاذ ؟( الفصل: الأستاذ في طلاب
160
: )من في الفصل ؟( أستاذ : الأستاذ في الفصل / في الفصل أستاذ ..إلخ طلاب
3. Sentence combining drill; bentuk drill berupa menyatukan sebuah kalimat
menjadi beberapa kalimat.
Contoh:
مثلا في استعمال كلمة "لأن" : - لمدرسةلا يذهب إلى ا | : أحمد مريض أستاذ مريض ..إلخ لأنهإلى المدرسة أحمد: لا يذهب طالب
مثلا في استعمال حروف "العطف" : - المدرس يجمع أحمد الرسالة على مكتب | : يكتب أحمد الرسالة أستاذ يجمعها على مكتب المدرس ..إلخ ثم: يكتب أحمد الرسالة طالب
TEKNIK DRILL PATTERNS PADA ERA INNATIS
Perubahan cara pandang dalam pengajaran bahasa berakibat kepada kurang
populernya pendekatan terdahulu. Puncak kejayaan pendekatan audiolingual sebagai
induk/rumah dari teknik drill patterns pada tahun 1950 sampai awal 1960-an. Sebab
utamanya adalah kecaman keras bertubi-tubi yang dilontarkan seorang linguis
terkemuka di Amerika yaitu Noam Chomsky.
Chomsky menolak prinsip-prinsip linguistik struktural dan teori psikologi
behaviorosme dalam pengajaran bahasa. Ia mengatakan dalam bukunya Syntactic
Structures yang diterbitkan pada tahun 1957, bahwa linguistik struktural tidak mampu
menunjukkan hubungan-hubungan yang berkaitan dengan “makna/arti”. Suatu uraian
tentang cara belajar bahasa tidak dapat ditinjau dari uraian-uraian dari luar (surface
structure/al-bina’ al-zhahiri) dan respon-respon yang mengikutiya. Melainkan, harus
juga memberi uraian mengenai kemampuan manusia yang dibawa sejak lahir (innate
ability) untuk belajar bahasa (Subyakto-Nababan, 1993: 44).
Chomsky menamakan pembawaan kemampuan belajar bahasa itu dengan
Language Acquisition Device (disingkat dengan LAD) yaitu alat pemerolehan bahasa.
Pandangan proses belajar bahasa ini menekankan aktifitas-aktifitas mental pelajar yang
disebut dengan mentalisme, dan aktifitas-aktifitas mental ini disebut dengan aktifitas
kognitif.
Kecaman-kecaman Chomsky, merangsang terjadinya suatu revolusi dalam
konsep-konsep pengajaran bahasa yang terjadi dalam tahun 1960-an, dan ia
mencetuskan suatu teori tata bahasa yang disebut transformational-generative
(Subyakto-Nababan, 1993: 37).
Asumsi-asumsi teoritis yang mulai muncul setelah berkurang popularitasnya
pendekatan audiolingual adalah pendekatan yang melibatkan pikiran atau kegiatan
kognitif. Kegiatan ini dikenal dengan pendekatan kognitif (cognitive approach). Di
antara metode-metode yang masuk dalam kategori kognitif adalah antara lain The Silent
161
Way (metode guru diam), Community Language Learning (belajar bahasa secara
berkelompok), dan Suggestopedia.
Pakar pertama yang menggolongkan atau memberi ciri khusus teori kognitif
dalam pengajaran bahasa adalah Carroll. Teori ini di interpretasikan oleh beberapa
pakar sebagai “teori terjemahan-tata bahasa mutakhir yang telah dimodifikasi”. Dan
oleh pakar lainnya disebut sebagai “pendekatan metode langsung yang mutakhir dan
diperbaharui”. Dalam bentuknya yang mutakhir seperti yang diutarakan oleh Diller
sebagaimana dikutip oleh Tarigan bahwa pendekatan kognitif meletakkan penekanan
pada pemerolehan sadar bahasa sebagai suatu sistem bermakna dan berupaya mencari
suatu dasar dalam psikologi kognitif dan dalam tata bahasa transformasi (Tarigan 1991:
146).
Yang dimaskud dengan Pendekatan Kognitif adalah sebuah pendekatan yang
lebih melibatkan pikiran atau kegiatan kognitif dari pembelajar bahasa Asing. Dengan
kata lain, pentingnya keaktifan seorang pembelajar, bahkan pembelajarlah yang
mengatur dan menentukan proses pembelajaran.
Adapun prinsip pembelajaran bahasa dalam pendekatan ini sebagai reaksi dan
kecaman terhadap pendekatan audiolingual, sebagai berikut:
1. Kemampuan berbahasa adalah sebuah proses kreatif, sehingga pembelajar
harus diberi kesempatan yang luas untuk mengkreasi ujaran-ujaran dalam situasi
komunikasi yang sebenarnya, bukan hanya sekedar latihan menghafalkan dan
menirukan.
2. Kaidah tata bahasa dapat diberikan sepanjang hal itu diperlukan oleh
pembelajar sebagai landasan untuk mengkreasi ujaran-ujaran sesuai dengan
kebutuhan komunikasi.
3. Dasar pemilihan materi pelajaran dan latihan-latihan berdasarkan kebutuhan
komunikasi dan penguasaan fungsi-fungsi bahasa, bukan melalui hasil analisis
kontrastif.
Dasar teori pendekatan ini lahir dari psikologi kognitif dan linguistik
transformasi-generatif. Chomsky meyakini bahwa kemampuan berbahasa tidak hanya
ditentukan oleh faktor eksternal melainkan juga faktor internal. Sehingga Chomsky
berpandangan bahwa setiap individu memiliki kesiapan alami dalam belajar bahasa
karena masing-masing dibekali kemampuan bawaan yaitu piranti pemerolehan bahasa
atau Language Acquisition Device (LAD). LAD ini diperkenalkan oleh Noam Chomsky
pada tahun 1957 sebagai penentangan terhadap teori stimulus response reinforcement-
nya pendekatan Audiolingual.
Chomsky dalam teori Transformasi-Generatifnya membedakan dua struktur
bahasa yaitu struktur luar (surface stucture) dan struktur dalam (deep structure). Bentuk
ujaran yang diucapkan atau ditulis adalah struktur luar yang merupakan manifestasi
struktur dalam. Ujaran tersebut bisa berbeda dari struktur dalamnya tetapi pengertian
yang dikandungnya sama.
Terkait dengan teknik drill patterns sebagai teknik utama dalam pendekatan
audiolingual, ternyata semakin berkurang penggunaan metode audiolingual, beberapa
pengajar semakin tergelitik untuk merevolusi metode audiolingual dengan cara
memasukkan unsur-unsur “pekerjaan otak” dan “penerapan aturan-aturan bahasa dalam
penyajian bahasa target mereka. Penyajian tersebut berupa drill yang mendorong pelajar
untuk berkomunikasi dengan lebih wajar.
Seperti Paulston seorang ahli pengajaran bahasa yang masih menggunakan
metode audiolingual lewat teknik drill patterns dengan merevisi dan mengklasifikasi
162
bentuk-bentuk drill yang bercorak mekanistis, bermakna dan komunikatif. Dari ketiga
corak tersebut, Paulston lebih menekankan perhatiannya ke corak bermakna dan
komunikatif (Subyakto-Nababan, 1993: 46). Berikut pengertian ketiga corak tersebut:
1. Drill yang bercorak mekanistis; yaitu berupa ulangan atau penggantian unsur-
unsur, guru sepenuhnya menguasai respons para pelajar. Mereka tidak dituntut
mengetahui makna dari apa yang mereka katakan asalkan respon mereka benar
secara struktural.
2. Drill yang bercorak bermakna; masih ada penguasaan guru dalam respons para
pelajar, meskipun jawaban boleh diungkapkan dalam berbagai cara.
3. Drill yang bercorak komunikatif; suatu pengalihan bebas dari bahasa target
kepada situasi-situasi yang wajar. Pelajar diperbolehkan untuk menambahkan
informasi-informasi yang baru dan realistis.
Di antara ahli yang lain adalah Rivers, seorang ahli pengajaran bahasa dan
ideator pendekatan komunikatif yang mengungkapkan kekhawatirannya tentang
penggunaan drill semakin banyak dalam pendekatan kognitif sehingga untuk sampai ke
komunikatif ia menyarankan suatu masa transisi dalam pembelajaran bahasa dengan
penyajian latihan-latihan “komunikasi semu” yang akhirnya menjadi latihan-latihan
“komunikasi penuh”. Untuk tujuan tersebut, ia meramu suatu kerangka-kerangka untuk
secara bertahap bergerak dari teknik drill yang mekanistis ke drill yang komunikatif,
disamping juga memberikan latihan-latihan tanya jawab kecil yang terdiri dari dua
orang atau lebih.
Lebih lanjut, Subyakto-Nababan menjelaskan dalam bukunya bahwa ide lain
untuk menyajikan program audiolingual yang sudah direvisi agar menekankan situasi-
situasi sehari-hari diajukan oleh Von Elek dan Oskarsen yang dilaporkan oleh
Davidson. Untuk meransang dan mendapatkan respon pelajar secara serentak dalam
kelas yaitu dengan cara pemberian dialog-dialog yang terdiri dari 15 kalimat percakapan
dalam satu topik. Kemudian para pelajar diminta untuk membuat latihan-latihan tertulis
berdasarkan dialog-dialog yang berupa drill transformasi. Dalam penyajiannya, pelajar
menyimak dialog dari penutur asli yang dibacakan atau rekaman suara native sampai
dua kali, kemudian pelajar secara serentak mengulang kata-kata atau istilah-istilah yang
sukar setelah dibacakan oleh guru, kemudian pelajar mengulang dialog sepotong-
sepotong dan akhirnya secara serentak para pelajar mengambil peran pembicara A,
sedangkan guru mengambil peran pembicara B (Subyakto-Nababan, 1993: 47).
Hal tersebut di atas telah membuktikan, bahwa terjadi perkembangan teknik drill
patterns yang awalnya masih bersifat mekanistis sudah mulai diarahkan ke ranah
kognitif menjadi lebih bermakna dan komunikatif.
Adapun bentuk-bentuk teknik drill patterns yang sudah direvisi dalam
pendekatan kognitif adalah sebagai berikut:
1. Drill Transformatif
Contoh:
: يكتب الأستاذ الرسالة أستاذ : الرسالة طلاب : يكتب الأستاذ الرسالة أستاذ
163
: الرسالة يكتبها الأستاذ طلاب
2. Drill Realistis
Contoh:
)سرور( : أنا فائز في مسابقة تلاوة القرآن أستاذ إذن، أنت مسرور بالطبع: طلاب )تعبان( : أنا أساعد والدي طول أيام أستاذ
: إذن، أنت تعبان بالطبع طلاب
3. Drill bermakna
Contoh:
“(سيكون”)باستعمال : الآن عمر الأستاذ خمس وعشرين أستاذ : سيكون عمره ست وعشرين في السنة المقبلة طلاب
4. Drill bergambar
Contoh:
: إلى أين حمزة ؟ أستاذ : هو يذهب إلى المكتبة طلاب : بما يذهب إليها ؟ أستاذ
: هو يذهب بالدراجة طلاب
5. Drill komunikatif (secara individual, tidak dapat serentak)
Contoh:
: عفوا، أنا غير مستطيع معك هذا عبد الله : لقد نجحت في امتحان المقابلة حسن اليوم
: لا بأس به، إن شاء الله في وقت حمزة : الحمد لله..، بارك الله فيكحسين آخر
164
Drill Patterns
Subtitution
Question Answer
Sentence Combining
Transformatif
Realistis
Bermakna
Bergambar
Komunikatif
Jadi, secara umum bentuk-bentuk drill patterns ada delapan macam, yaitu 1)
subtitution drill/mekanistis, 2) question-answer drill, 3) sentence combining drill, 4)
drill transformatif, 5) drill realistis, 6) drill bermakna, 7) drill bergambar, dan 8) drill
komunikatif (secara individual, tidak dapat serentak). Berikut pola bentuk-bentuk drill
patterns yang sudah direvisi secara umum:
Gambar 5: Bentuk-bentuk Drill Patterns Secara Umum
KESIMPULAN
Teknik drill patterns atau latihan berpola merupakan suatu teknik untuk melatih
peserta didik agar memiliki suatu keterampilan dan ketangkasan melalui latihan-latihan
berpola dan penanaman pembiasaan-pembiasaan tertentu. Ciri khas dari teknik ini
adalah berupa pengulangan yang berkali-kali dari hal yang sama. Teknik ini masih aktif
dipergunakan dalam pembelajaran bahasa asing. Bahkan teknik ini dikata oleh sebagian
ahli sebagai teknik yang paling ampuh dan efektif dalam pengembangan pembelajaran
bahasa seorang anak dari segi kemampuan menyimak (maharah al-istima’) dan
kemampuan berbicara (maharah al-kalam).
Secara historis, teknik drill patterns ini pada awalnya muncul di masa
environmentalis di bawah naungan pendekatan audiolingual yang sifatnya mekanistis,
kemudian teknik ini di revisi menjadi sebuah teknik drill patterns yang sifatnya lebih
bermakna dan komunikatif pada masa innatis. Teknik ini secara intens pertama kali
dipergunakan oleh Bloomfield dan Sapir pada program Sandwich sebagai bagian dari
penelitian linguistik yang mereka kembangkan di Amerika. Teknik ini pula yang
165
diterapkan kepada para anggota tentara Amerika Serikat dalam program Army
Specialized Training Program (ASTP) yang didirikan pada tahun 1942.
Teknik drill patterns dalam perkembangannya hidup pada dua masa, yaitu pada
masa environmentalis dan masa innatis. Dan masih aktif dan intens dipergunakan dalam
pengajaran bahasa Arab untuk non Arab baik dalam program pengajaran resmi di
universitas-universitas, lembaga maupun pusat-pusat bahasa milik pemerintah. Secara
umum bentuk-bentuk drill patterns ada delapan macam, yaitu: 1) subtitution
drill/mekanistis, 2) question-answer drill, 3) sentence combining drill, 4) drill
transformatif, 5) drill realistis, 6) drill bermakna, 7) drill bergambar, dan 8) drill
komunikatif (secara individual, tidak dapat serentak).
DAFTAR RUJUKAN
Abdul Hamid, M. dkk. Pembelajaran Bahasa Arab: Pendekatan, Metode, Strategi,
Materi dan Media. Malang: UIN-Malang Press, 2008.
Armai, Arief. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam. Jakarta: Intermasa,
2002.
Asmani, Jamal Ma’mur. 7 Tips Aplikasi PAKEM. Jogjakarta: DIVA Press, 2009.
Effendy, Ahmad Fuad. Metodologi Pengajaran Bahasa Arab. Cet. IV; Malang:
Misykat, 2009.
Fachrurrozi, Aziz dan Erta Mahyuddin. Pembelajaran Bahasa Asing: Tradisional &
Kontemporer. Ed. I, Cet. I; Jakarta: Rajawali Pers, 2016.
Hamdani. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV. Pustaka Setia, 2009.
Hamidah, dkk. Filsafat Pembelajaran Bahasa: Perspektif Strukturalisme dan
Pragmatisme. Yogyakarta: Naila Pustaka, 2016.
Hidayat. A. “Bi’ah Lughowiyah (Lingkungan Berbahasa) dan Pemerolehan Bahasa
(Tinjauan tentang Urgensi Lingkungan Berbahasa dalam Pemerolehan Bahasa).”
Jurnal Pemikiran Islam, Vol. 37, No. 1 (2012): 35-44.
Al-Khuli, Muhammad Ali. Asalib Tadris al-Lughah al-‘Arabiyyah. Cet. III; Riyadh:
Maktabah al-Malik Fahdh, 1989 M/1410 H.
Mustofa, Bisri, dan M. Abdul Hamid. Metode & Strategi Pembelajaran Bahasa Arab.
Cet. IV; Malang: UIN-Maliki Press, 2016.
Subyakto-Nababan, Sri Utari Subyakto. Metodologi Pengajaran Bahasa. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama, 1993.
Nasution, A. Sayuti Anshari. “ASTP: Model Pembelajaran Bahasa Asing bagi Militer.”
LINGUA: Jurnal Ilmu Bahasa dan Sastra, Vol. 4, No. 2 (2009): 193-208.
Richards, Jack C. & Theodore S. Rogers. Approaches and Methods in Language
Teaching: A Description and Analysis. Cambridge University Press, 1986.
Saryono, Djoko. Pemerolehan Bahasa: Teori dan Serpih Kajian. Malang: Nasa Media,
2010.
Shiniy, Mahmud Ismail, dkk. Madzahib wa Tharaiq fi Ta’lim al-Lughat: Washf wa
Tahlil. Riyadh: Dar ‘Alim al-Kutub, 1990 M/1410 H.
Sudjana, Nana. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru, 1991.
Tarigan, Henry Guntur. Metodologi Pengajaran Bahasa 1. Cet. I; Bandung: Angkasa,
1991.
Al-Ushaili, Abdu al-Aziz bin Ibrahim. Al-Nadhzariyyat al-lughawiyyah wa Ta’lim al-
Lughah al- ’Arabiyyah. Riyadh: Maktabah al-Malik Fahdh al-Wathaniyyah,
1999 M/1420 H.