karakteristk fisik dan organoleptik tortilla corn chips dengan penambahan tepung putih telur sebagai...

76
KARAKTERISTIK FISIK DAN ORGANOLEPTIK TORTILLA CORN CHIPS DENGAN PENAMBAHAN TEPUNG PUTIH TELUR SEBAGAI SUMBER PROTEIN SKRIPSI R. MOCH. TAUFIK HIDAYAT PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Upload: septiani-sofian

Post on 11-Aug-2015

526 views

Category:

Documents


11 download

TRANSCRIPT

Page 1: Karakteristk Fisik Dan Organoleptik Tortilla Corn Chips Dengan Penambahan Tepung Putih Telur Sebagai Sumber Protein

KARAKTERISTIK FISIK DAN ORGANOLEPTIK TORTILLA CORN CHIPS DENGAN PENAMBAHAN TEPUNG PUTIH

TELUR SEBAGAI SUMBER PROTEIN

SKRIPSIR. MOCH. TAUFIK HIDAYAT

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL TERNAKFAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR2008

Page 2: Karakteristk Fisik Dan Organoleptik Tortilla Corn Chips Dengan Penambahan Tepung Putih Telur Sebagai Sumber Protein

RINGKASAN

R. MOCH. TAUFIK HIDAYAT. D14203074. 2008. Karakteristik Fisik dan Organoleptik Tortilla Corn Chips dengan Penambahan Tepung Putih Telur Sebagai Sumber Protein. Skripsi. Program Studi Teknologi Hasil Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Pembimbing Utama : Zakiah Wulandari, S.TP., MSi.Pembimbing Anggota : Ir. B. Nenny Polii, S.U.

Pembuatan tortilla corn chips merupakan salah satu usaha difersivikasi pangan dengan tujuan memperoleh produk makanan camilan yang dapat menjadi sumber gizi bagi konsumen. Penelitian ini bertujuan mempelajari pembuatan produk tortilla corn chips dengan penambahan tepung putih telur sebagai sumber protein, terutama ditinjau dari sifat fisik dan organoleptiknya. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli sampai September 2007 di Laboratorium Teknologi Hasil Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan dan Laboratorium Pengolahan Pangan Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor.

Perlakuan yang diberikan adalah penambahan konsentrasi tepung putih telur yang berbeda, yaitu sebanyak 0% (F1) sebagai kontrol, 5% (F2), 10% (F3), dan 15% (F4). Peubah yang diukur adalah : kekerasan, warna, derajat pengembangan, derajat gelatinisasi, indeks penyerapan air (IPA), indeks kelarutan air (IKA), serta pengujian organoleptik yang berupa uji mutu hedonik terhadap warna, kerenyahan, rasa gurih, tekstur, dan uji hedonik (tingkat kesukaan). Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) pola searah dengan tiga kali ulangan pembuatan produk, sedangkan data dianalisa secara statistik menggunakan ANOVA.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode penambahan tepung putih telur berpengaruh secara nyata terhadap derajat gelatinisasi produk, perlakuan juga berpengaruhnya terhadap keseluruhan pengujian organoleptik baik hedonik maupun mutu hedonik. Perlakuan penambahan tepung putih telur tidak berpengaruh secara nyata terhadap karakteristik fisik lain yang diujikan yaitu kekerasan, derajat pengembangan, indeks penyerapan air (IPA), indeks kelarutan air (IKA), dan warna dari tortilla corn chips.

Kata – kata kunci : Tortilla corn chips, tepung putih telur, jagung, fisik, organoleptik

Page 3: Karakteristk Fisik Dan Organoleptik Tortilla Corn Chips Dengan Penambahan Tepung Putih Telur Sebagai Sumber Protein

ABSTRACT

Physics and Organoleptic Characteristic of Tortilla Corn Chips with White Egg Powder Adding as Protein Source

Hidayat, R. M. T., Z. Wulandari, and B. N. Polii

Different concentration of white egg flour adding method were conducted as treatment, to study the effect of white egg flour adding to physics and organoleptic characteristic of tortilla corn chips. The treatment are F1 as control (0%), F2 (5%), F3 (10%), F4 (15%). Measured observations were colour of product, crispiness, gelatinization degree, product size growth degree, water absorption index, water solubility index, and also include organoleptic test (sensory testing) to study the acceptance of product. The observation was analyzed using randoming complete design with there block of period. The result showed that the treatment were not influencing product crispiness, average value of cripspiness were F1 (363,33 gf), F2 (403,33 gf), F3 (1025 gf), F4 (1065 gf). Treatment also did not influence the colour of tortilla corn chips, average value for each colour component content of L, a, and b value were F1 (74,52; +8,536; +25,76), F2 (69,481; +8,64; +28,965), F3 (67,395; +9,706; 28,743), F4 (67,456; +9,188; +26,148). Treatment also did not influence the product size growth degree, water absorption index, and water solubility index value. Average value for product size growth degree were F1 (157,216), F2 (131,83), F3 (144,583), F4 (145,88), average value for water absorption index were F1 (3,045), F2 (2,692), F3 (3,6827), F4 (3,48), and average value for water solubility index were F1 (0,02305), F2 (0,0177), F3 (0,0171), F4 (0,0164). But treatment was succeeded influence the gelatinization degree of tortilla corn chips, average value for gelatinization degree were F1 (3,96), F2 (5,598), F3 (10,07), F4 (11,658). Treatment also influence to all organoleptic test result.

Keywords : Tortilla corn chips, white egg flour, corn, physics, organoleptic

Page 4: Karakteristk Fisik Dan Organoleptik Tortilla Corn Chips Dengan Penambahan Tepung Putih Telur Sebagai Sumber Protein

KARAKTERISTIK FISIK DAN ORGANOLEPTIK TORTILLA CORN CHIPS DENGAN PENAMBAHAN TEPUNG PUTIH

TELUR SEBAGAI SUMBER PROTEIN

R. MOCH. TAUFIK HIDAYAT

D14203074

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untukMemperoleh gelar Sarjana Peternakan pada

Fakultas PeternakanInstitut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL TERNAKFAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR2008

Page 5: Karakteristk Fisik Dan Organoleptik Tortilla Corn Chips Dengan Penambahan Tepung Putih Telur Sebagai Sumber Protein

KARAKTERISTIK FISIK DAN ORGANOLEPTIK TORTILLA CORN CHIPS DENGAN PENAMBAHAN TEPUNG PUTIH

TELUR SEBAGAI SUMBER PROTEIN

Oleh

R. MOCH. TAUFIK HIDAYAT

D14203074

Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan di hadapanKomisi Ujian Lisan pada tanggal 11 Juli 2008

Pembimbing Utama Pembimbing Anggota

Zakiah Wulandari, S.TP., M.Si. Ir. B. N. Polii, SU.NIP. 132 206 246 NIP. 130 816 350

Dekan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Luki Abdullah, MSc. Agr. NIP. 131 955 531

Page 6: Karakteristk Fisik Dan Organoleptik Tortilla Corn Chips Dengan Penambahan Tepung Putih Telur Sebagai Sumber Protein

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 2 April 1985 di Jakarta, DKI Jakarta. Penulis

adalah anak ke-empat dari empat bersaudara dari pasangan Bapak R. M. Hardiman

Soehardjono dan Ibu Dra. Fitri Mardinah.

Pendidikan dasar diselesaikan pada tahun 1997 di SD Islam P.B. Soedirman

Jakarta, pendidikan lanjutan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2000 di

SLTP Islam P.B. Soedirman Jakarta, dan pendidikan lanjutan menengah atas

diselesaikan pada tahun 2003 di SMUN 62 Jakarta

Penulis diterima sebagai mahasiswa pada jurusan Teknologi Hasil Ternak,

Departemen Ilmu Produksi Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor

melalui Sistem Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) pada tahun 2003. Selama

menjalani pendidikan, penulis aktif di Himpunan Mahasiswa Produksi Ternak

(HIMAPROTER), Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Page 7: Karakteristk Fisik Dan Organoleptik Tortilla Corn Chips Dengan Penambahan Tepung Putih Telur Sebagai Sumber Protein

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohiim.

Alhamdulillahirobbilalamiin. Segala puji syukur bagi Allah SWT, yang telah

melimpahkan segala Karunia serta Hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulis

berkemampuan untuk dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga

terlimpah kepada Rasulullah Muhammad SAW, yang telah membawa dan

menyampaikan risalah Islam kepada seluruh umat manusia.

Skripsi berjudul ”Karakteristik Fisik dan Organoleptik Tortilla Corn

Chips dengan Penambahan Tepung Putih Telur Sebagai Sumber Protein” ini

dibuat dengan memperhatikan peluang tepung putih telur sehingga dapat

diaplikasikan sebagai sumber protein pada berbagai macam produk panganan.

Penelitian ini hanyalah langkah awal dan kecil untuk membuka peluang penelitian

yang lebih mendalam dan matang. Meskipun penulis menyadari bahwa skripsi ini

masih jauh dari sempurna sebagai suatu sumber informasi yang baik, penulis tetap

berharap semoga karya kecil ini dapat bermanfaat baik kebaikan dan menjadi amal

penulis kepada pendidikan. Amin.

Bogor, Juli 2008

vi

Page 8: Karakteristk Fisik Dan Organoleptik Tortilla Corn Chips Dengan Penambahan Tepung Putih Telur Sebagai Sumber Protein
Page 9: Karakteristk Fisik Dan Organoleptik Tortilla Corn Chips Dengan Penambahan Tepung Putih Telur Sebagai Sumber Protein

DAFTAR ISI

Halaman

RINGKASAN......................................................................................... ii

ABSTRACT........................................................................................... iii

LEMBAR PERNYATAAN................................................................... iv

LEMBAR PENGESAHAN................................................................... v

RIWAYAT HIDUP............................................................................... vi

KATA PENGANTAR........................................................................... vii

DAFTAR ISI......................................................................................... viii

DAFTAR TABEL ................................................................................. x

DAFTAR GAMBAR.............................................................................. xi

DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................... xii

PENDAHULUAN.................................................................................. 1

Latar Belakang ........................................................................... 1Tujuan ........................................................................................ 2

TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 3

Komposisi Gizi Telur Ayam...................................................... 3Putih Telur................................................................................... 4Proses Pembuatan Tepung Putih Telur....................................... 6Jagung......................................................................................... 8Tepung Tapioka.......................................................................... 10Snack........................................................................................... 10Tortilla Chips.............................................................................. 12Karakteristik Fisik...................................................................... 13Pengujian Organoleptik.............................................................. 17

METODE............................................................................................... 19

Lokasi dan Waktu....................................................................... 19Materi......................................................................................... 19Rancangan Percobaan................................................................. 19Prosedur ..................................................................................... 20

Pembuatan Tepung Putih Telur...................................... 20Formula dan Proses Pembuatan Tortilla Corn Chips dengan Penambahan Tepung Putih Telur....................... 22Penentuan Produk Terbaik............................................. 24Peubah yang Diamati...................................................... 25

Page 10: Karakteristk Fisik Dan Organoleptik Tortilla Corn Chips Dengan Penambahan Tepung Putih Telur Sebagai Sumber Protein

HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................. 33

Tepung Putih Telur..................................................................... 33Karakteristik Fisik...................................................................... 34

Derajat Gelatinisasi......................................................... 34Derajat Pengembangan................................................... 36Kekerasan....................................................................... 36Indeks Penyerapan Air.................................................... 37Indeks Kelarutan Air...................................................... 38Warna............................................................................. 39

Karakteristik Organoleptik......................................................... 41Warna............................................................................. 43Kerenyahan..................................................................... 43Rasa Gurih...................................................................... 44Tekstur............................................................................ 44Hedonik (Tingkat Kesukaan).......................................... 45

Penentuan Produk Terbaik......................................................... 46

KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................. 48

UCAPAN TERIMA KASIH.................................................................. 49

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 51

Page 11: Karakteristk Fisik Dan Organoleptik Tortilla Corn Chips Dengan Penambahan Tepung Putih Telur Sebagai Sumber Protein

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Komposisi Kimia Telur Ayam Ras (per 100 gram bahan)........ 4

2. Jenis, Sifat, dan Karakteristik Protein Putih Telur................... 5

3. Komposisi Kimia Jagung......................................................... 9

4. Komposisi Kimia Grits Jagung................................................. 9

5. Syarat Mutu Makanan Ringan.............................................…. 12

6. Formula Pembuatan Tortilla Corn Chips dengan Penambahan Tepung Putih Telur................................................................... 22

7. Tabel Penentuan Produk Terbaik............................................. 25

8. Hasil Pengujian Tepung Putih Telur dan Standar Tepung Putih Telur………………………………………………………….. 33

9. Nilai Rataan dan Standar Deviasi Derajat Gelatinisasi Tortilla Corn Chips dengan Penambahan Tepung Putih Telur............. 34

10. Nilai Rataan dan Standar Deviasi Derajat Pengembangan Tortilla Corn Chips dengan Penambahan Tepung Putih Telur............ 36

11. Nilai Rataan dan Standar Deviasi Kekerasan Tortilla Corn Chips dengan Penambahan Tepung Putih Telur................................ 37

12. Nilai Rataan dan Standar Deviasi Indeks Penyerapan Air Tortilla Corn Chips dengan Penambahan Tepung Putih Telur............ 38

13. Nilai Rataan dan Standar Deviasi Indeks Kelarutan Air Tortilla Corn Chips dengan Penambahan Tepung Putih Telur............ 38

14. Nilai Rataan dan Standar Deviasi Warna Tortilla Corn Chips dengan Penambahan Tepung Putih Telur................................ 39

15. Nilai Rataan dan Standar Deviasi Penilaian Organoleptik Tortilla Corn Chips dengan Penambahan Tepung Putih Telur............ 42

15. Hasil Penentuan Produk Terbaik Tortilla Corn Chips dengan Penambahan Tepung Putih Telur............................................ 46

Page 12: Karakteristk Fisik Dan Organoleptik Tortilla Corn Chips Dengan Penambahan Tepung Putih Telur Sebagai Sumber Protein

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Macam – macam produk olahan jagung dengan berbagai variasi pemasakan……………………………………………………. 13

2. Mekanisme Derajat Gelatinisasi............................................... 14

3. Diagram Alir Pembuatan Tepung Putih Telur.......................... 21

4. Diagram Alir Pembuatan Tortilla Corn Chips dengan Penambahan Tepung Putih Telur................................................................... 23

5. Diagram Kromameter Munsell................................................. 31

6. Tortilla Corn Chips dengan Penambahan Konsentrasi Tepung Putih Telur................................................................................ 41

Page 13: Karakteristk Fisik Dan Organoleptik Tortilla Corn Chips Dengan Penambahan Tepung Putih Telur Sebagai Sumber Protein

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Contoh Formulir Uji Organoleptik........................................... 55

2. Nilai Rataan Hasil Analisa Karakteristik Fisik, Organoleptik dan KimiaTortilla Corn Chips.................................................. 57

3. Analisis Ragam Derajat Gelatinisasi....................................... . 58

4. Analisis Ragam Kekerasan Tortilla Corn Chips.......... . 58

5. Analisis Ragam Derajat pengembangan.................................... 58

6. Analisis Ragam Indeks Penyerapan Air.................................... 58

7. Analisis Ragam Indeks Kelarutan Air........................................ 58

8. Analisis Ragam nilai L (kecerahan)........................................... 58

9. Analisis Ragam nilai a (tingkat kromatik merah-hijau).............. 59

10. Analisis Ragam nilai b (tingkat kromatik kuning-biru).............. 59

11. Analisis Ragam nilai C............................................................... 59

12. Analisis Ragam nilai ºHue.......................................................... 59

13. Analisis Ragam mutu hedonik (warna)....................................... 59

14. Analisis Ragam mutu hedonik (kerenyahan).............................. 60

15. Analisis Ragam mutu hedonik (rasa gurih)................................ 60

16. Analisis Ragam hedonik (tekstur)............................................... 60

17. Analisis Ragam hedonik (tingkat kesukaan)............................... 60

Page 14: Karakteristk Fisik Dan Organoleptik Tortilla Corn Chips Dengan Penambahan Tepung Putih Telur Sebagai Sumber Protein
Page 15: Karakteristk Fisik Dan Organoleptik Tortilla Corn Chips Dengan Penambahan Tepung Putih Telur Sebagai Sumber Protein

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pangan merupakan kebutuhan dasar bagi manusia yang secara kuantitatif

akan perlu ditingkatkan seiring dengan peningkatan jumlah penduduk. Oleh karena

itu, masalah penyediaan pangan memiliki posisi yang penting dalam program yang

dilaksanakan pemerintah. Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan

ketersediaan pangan adalah swasembada pangan. Penganekaragaman pangan

diharapkan dapat melepaskan ketergantungan masyarakat terhadap bahan pokok

tertentu dan memanfaatkan sumberdaya lokal sebagai alternatif potensial pemenuhan

nutrisi pokok yang dibutuhkan untuk aktivitas setiap harinya.

Makanan camilan (snack) merupakan salah satu jenis pangan yang memiliki

cukup kandungan vitamin dan mineral yang dibutuhkan tubuh disamping fungsinya

sebagai sumber energi. Selain itu, makanan camilan cenderung menjadi favorit

terutama bagi kalangan anak – anak, sehingga dapat dijadikan sumber asupan gizi

dalam masa pertumbuhan. Tortilla corn chips merupakan salah satu contoh makanan

camilan (snack).

Protein dari telur memiliki susunan asam amino yang lengkap untuk

memenuhi kebutuhan asam amino yang tidak dapat disintesa oleh tubuh. Asam

amino yang terkandung dalam sebutir telur terdapat dalam jumlah banyak dan

seimbang, sehingga protein telur dapat digunakan untuk melengkapi kebutuhan

makanan lain. Protein dalam albumen (putih telur) merupakan salah satu komponen

yang terdapat dalam jumlah besar. Beberapa jenis protein yang dikenal antara lain

adalah ovalbumin, conalbumin, ovomucin, globulin (G1, G2, dan G3), ovomucid,

flavoprotein, ovoglikoprotein, ovomakroblobulin, ovoinhibitor, dan avidin.

Tortilla corn chips merupakan salah satu jenis panganan camilan yang terbuat

dari bahan baku jagung, panganan berasal dari kawasan Amerika tepatnya Meksiko.

Penambahan tepung putih telur dalam proses pembuatan tortilla corn chips pada

penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kadar protein. Karakteristik protein

yang dapat menghasilkan rasa gurih, dapat menjadi alternatif pengganti bahan

tambahan (MSG) yang biasa digunakan untuk memberi efek rasa gurih, didapat dari

putih telur yang kaya akan protein. Kombinasi dari keseluruhan bahan yang

1

Page 16: Karakteristk Fisik Dan Organoleptik Tortilla Corn Chips Dengan Penambahan Tepung Putih Telur Sebagai Sumber Protein

terkandung dalam tortilla corn chips ini akan dapat menghasilkan produk yang syarat

gizi dan juga disenangi oleh berbagai kalangan.

Tujuan

1. Optimasi formulasi pembuatan tortilla corn chips dengan penambahan

tepung putih telur sebagai sumber protein.

2. Menganalisa karakteristik fisik dan organoleptik tortilla corn chips dengan

penambahan tepung putih telur sebagai sumber protein.

2

Page 17: Karakteristk Fisik Dan Organoleptik Tortilla Corn Chips Dengan Penambahan Tepung Putih Telur Sebagai Sumber Protein

TINJAUAN PUSTAKA

Komposisi Gizi Telur Ayam

Telur merupakan protein hewani yang memiliki kandungan asam amino yang

lengkap dan seimbang. Telur adalah sumber protein hewani yang dapat dijangkau

bagi seluruh lapisan masyarakat. Telur merupakan bahan utama yang sering

digunakan pada proses pembuatan kue, dan roti. Zat – zat makanan yang terdapat

pada telur sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia seperti protein, mineral, vitamin,

lemak, serta memiliki daya cerna yang tinggi (Sirait, 1986).

Telur secara fisik dibagi menjadi 3 komponen yaitu kerabang telur (egg shell)

12,3%, putih telur (egg white) 55,8%, dan kuning telur (egg yolk) 31,9% (Stadelman

dan Cotterril, 1977). Kerabang telur merupakan bagian paling keras dan kaku.

Kerabang memiliki fungsi utama sebagai pelindung isi telur terhadap kontaminasi

mikroorganisme (Sirait, 1986). Kerabang telur sebagian besar terdiri dari kalsium

karbonat. Kerabang telur memiliki banyak pori – pori. Jumlah pori – pori pada

kerabang bervariasi antara 100 – 200 buah per cm2 (Winarno dan Sutrisno, 2002).

Kuning telur berbentuk bulat dengan warna kuning atau oranye yang terletak

pada pusat dan bersifat elastis. Warna kuning pada kuning telur disebabkan

kandungan pigmen karotenoid yang berasal dari pakan. Posisi kuning telur akan

bergeser bila telur mengalami penurunan kualitas (Buckle et al., 1987).

Putih telur terdiri dari empat lapisan yang tersusun dari lapisan encer luar

(23,2%), lapisan kental luar (57,3%), lapisan encer dalam (16,8%), dan lapisan kental

dalam atau khalazaferouz (2,7%) (Stadelman dan Cotterril, 1977). Menurut Zayas

(1997) komponen terbesar dalam putih telur mengandung protein dan air. Komponen

penyusun putih telur sebagian besar tersusun oleh air. Air akan mempengaruhi daya

simpan suatu bahan pangan. Air berpengaruh dalam pengolahan dan pengawetan

bahan pangan. Perbedaan tingkat kekentalan putih telur dipengaruhi oleh kandungan

air yang menyusunnya (Romanoff and Romanoff, 1963). Telur mengandung

komponen – komponen lain selain air dan protein seperti lemak, karbohidrat,

kalsium, phospor, besi, vitamin A yang masing – masing jumlahnya dapat dilihat

pada Tabel 1.

3

Page 18: Karakteristk Fisik Dan Organoleptik Tortilla Corn Chips Dengan Penambahan Tepung Putih Telur Sebagai Sumber Protein

Tabel 1. Komposisi Kimia Telur Ayam Ras (per 100 gram bahan)Komposisi Kimia Telur Ayam Segar

Telur Utuh Kuning Telur Putih TelurKalori (kal)

Air (g)

Protein (g)

Lemak (g)

Karbohidrat (g)

Kalsium (g)

Fosfor (mg)

Vitamin A (SI)

159,0

72,9

13,2

11,1

1,5

56,0

200,0

327,0

332,0

52,0

14,8

29,5

1,9

133,0

482,0

630,0

52,0

86,7

10,9

0,4

1,3

10,0

14,0

0,0 Sumber : ASEANFOOD (2000)

Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa komponen kimia telur terbesar

adalah air diikuti protein, lemak, abu dan karbohidrat. Komposisi antara putih telur

dan kuning telur terlihat jauh berbeda, terutama pada kandungan lemaknya. Selain

lemak, kuning telur mengandung banyak vitamin - vitamin yang larut lemak dan

phospolipid, termasuk lesitin yaitu zat pengemulsi. Pada putih telur air membentuk

dispersi koloidal bersama protein telur, sedangkan pada kuning telur air membentuk

emulsi bersama lemak (Panda, 1996).

Matz (1984) menjelaskan bahwa fungsi telur dalam pengolahan bahan pangan

adalah untuk menimbulkan buih, sebagai emulsifier, dan koagulasi. Protein putih

telur memiliki komponen yang dapat memberikan kestabilan terhadap buih. Volume

dan kestabilan buih menurut beberapa peneliti terdahulu, dipengaruhi oleh beberapa

faktor diantaranya umur telur, pengocokan dan penambahan bahan – bahan kimia

atau stabilisator, komposisi protein, pH, pemanasan, adanya garam dan komposisi

fase cair yang mungkin mengubah konfigurasi dan stabilitas molekul protein

(Stadelman dan Cotterill, 1977).

Putih Telur

Putih telur merupakan suatu sistem protein yang terdiri dari serat – serat

ovomucin didalam sejumlah larutan protein globular. Komposisi protein pada setiap

lapisan putih telur berbeda pada kandungan ovomucinnya (Forsythe dan Foster,

1949). Di dalam putih telur, protein merupakan salah satu komponen yang terdapat

4

Page 19: Karakteristk Fisik Dan Organoleptik Tortilla Corn Chips Dengan Penambahan Tepung Putih Telur Sebagai Sumber Protein

dalam jumlah besar. Beberapa jenis protein yang dikenal antara lain adalah

ovalbumin, conalbumin, globulin (G1, G2, dan G3), ovomucoid, flavoprotein,

ovoglikoprotein, ovomakroglobulin, ovoinhibitor, dan avidin. Jenis – jenis protein

putih telur, sifat dan karakteristiknya dapat dilihat pada Tabel 2. Menurut Powrie dan

Nakai (1985), karbohidrat terdapat dalam bentuk kompleks dengan protein maupun

dalam keadaan bebas, sekitar 98% karbohidrat bebas pada putih telur adalah glokusa,

sedangkan pada kuning telur terkandung karbohidrat sebanyak 1,0%. Romanoff dan

Romanoff (1963) juga menyatakan bahwa karbohidrat yang terdapat dalam putih

telur dapat dalam bentuk bebas maupun berikatan dengan protein membentuk

glikoprotein.

Sejumlah karbohidrat umumnya terdapat sebagai glukosa sebanyak 0,4% dari

total putih telur dan 0,5% dari putih telur terdapat dalam bentuk glikoprotein yang

mengandung unit – unit galaktosa dan manosa. Kuning telur mengandung

karbohidrat bebas sebanyak 70% dan yang berkombinasi dengan protein sebanyak

0,3%. Jenis karbohidrat yang berikatan dengan protein pada kuning telur adalah

manosa glukosamin polisakarida (Powrie dan Nakai, 1985).

Tabel 2. Jenis, Sifat, dan Karakteristik Protein Putih Telur

Jenis Jumlah

(%)

Titik

Isoelektrik

Berat Molekul Karakteristik

Ovalbumin

Conalbumin

Ovomucoid

Lysozym (G1)

G2-globulin

G3-globulin

Ovomucin

Flavoprotein

Ovoglikoprotein

Ovomakroglobulin

Avidin

54,0

13,0

11,0

3,5

4,0

4,0

1,5

0,8

0,5

0,5

0,05

4,6

6,6

3,9-4,3

10,7

5,5

5,8

-

4,1

3,9

4,5-4,7

9,5

45.000

80.000

28.000

14.600

30.000-45.000

-

-

35.000

24.000

760.000

53.000

Phospoglikoprotein

Mengikat Fe

Menghambat tripsin

Mengurai bakteri

-

-

Sialoprotein

Mengikat riboflavin

Sialoprotein

Menghambat protease

Mengikat BiotinSumber : Powrie (1973)

5

Page 20: Karakteristk Fisik Dan Organoleptik Tortilla Corn Chips Dengan Penambahan Tepung Putih Telur Sebagai Sumber Protein

Proses Pembuatan Tepung Putih Telur

Pengolahan telur banyak dilakukan diantaranya adalah dengan membuat

tepung putih telur. Pengeringan bertujuan mengurangi dan mencegah aktivitas

mikroorganisme sehingga dapat memperpanjang umur simpan. Pembuatan telur

menjadi tepung telur dapat mengurangi ruang penyimpanan, mempermudah

penanganan dan transportasi (Winarno dan Sutrisno, 2002). Menurut Romanoff dan

Romanoff (1963) dan Berquist (1964) keuntungan pengeringan telur adalah

mempermudah dan mengurangi ruang penyimpanan, menghemat biaya transportasi,

memperpanjang daya simpan, serta mempermudah dalam penggunaannya. Proses

yang dilakukan dalam pembuatan tepung putih telur adalah pemisahan putih telur,

pengaturan pH berkisar antara 6,0 – 7,0 (Stadelman dan Cotterril, 1995), pasteurisasi,

desugarisasi, pengeringan, penggilingan, dan kemudian menghasilkan tepung putih

telur.

Pasteurisasi

Pasteurisasi cairan telur utuh dan cairan kuning telur pertama kali dilakukan

oleh industri pada tahun 1930. Tahap yang dilakukan pada proses pasteurisasi telur

sama dengan pasteurisasi susu yaitu dengan menggunakan metode HTST. Suhu yang

digunakan dalam proses ini adalah 60°C. Suhu tersebut merupakan kondisi yang

efektif dalam pengolahan putih telur untuk membunuh Salmonella yang terdapat

dalam telur. United States Departement of Agriculture (USDA) mengatakan bahwa

suhu pemananasan yang sesuai dan digunakan pada proses pasteurisasi telur adalah

60°C selama 3,5 menit. Pentingnya kombinasi yang tepat antara suhu dan waktu

pasteurisasi adalah agar didapat hasil yang baik pada produk tersebut (Cunningham,

1995). Menurut Stadelman dan Cotterril (1995) perlakuan pemanasan pada putih

telur mentah (tanpa fermentasi dan tanpa penambahan bahan lain) dengan kisaran

suhu pasteurisasi dapat merusak sifat fungsional cairan putih telur.

Desugarisasi

Desugarisasi dilakukan sebelum proses pengeringan untuk menghilangkan

glukosa yang terkandung dalam putih telur. Glukosa yang terkandung dalam putih

telur akan menyebabkan terjadinya reaksi Maillard selama proses pengeringan,

sehingga akan menimbulkan penyimpangan – penyimpangan seperti bau, cita rasa,

6

Page 21: Karakteristk Fisik Dan Organoleptik Tortilla Corn Chips Dengan Penambahan Tepung Putih Telur Sebagai Sumber Protein

warna, ketidaklarutan dan pengurangan daya buih pada produk tepung putih telur

(Buckle, 1987). Desugarisasi dapat terjadi karena adanya aktivitas mikroorganisme

yang sesuai pada substrat organik. Terjadinya proses desugarisasi dapat

menyebabkan perubahan sifat bahan pangan akibat pemecahan kandungan –

kandungan bahan pangan tersebut

Pertumbuhan Saccharomyces sp. dalam putih telur memerlukan beberapa

nutrisi, diantaranya adalah karbon. Karbon dapat diperoleh dari karbohidrat seperti

glokusa, fruktosa, dan manosa. Saccharomyces sp. merupakan khamir yang

memiliki bentuk oval. Pertumbuhan khamir dipengaruhi oleh beberapa faktor,

diantaranya adalah nutrisi, pH, suhu, ketersedian oksigen, dan ada tidaknya senyawa

penghambat. Khamir dapat tumbuh pada suhu 25 - 30°C dengan nilai pH yang

optimum untuk pertumbuhan khamir adalah 4,0 – 4,5 (Fardiaz, 1992).

Proses desugarisasi sangat membantu dalam mempertahankan daya buih

putih telur serta menurunkan viskositasnya sehingga dapat mempermudah dalam

penanganan (Hill dan Sebring, 1973). Tepung putih telur yang telah mengalami

proses desugarisasi setelah disimpan selama empat bulan pada suhu ruang masih

memiliki warna seperti awal akan tetapi tepung putih telur yang tidak mengalami

desugarisasi memiliki warna merah kecoklatan.

Pengeringan

Pengeringan telur pada prinsipnya adalah mengurangi kandungan air pada

bahan sampai batas agar mikroorganisme tidak tumbuh. Pengeringan telur memiliki

beberapa keuntungan, yaitu; (1) mengurangi dan mempermudah ruang penyimpanan,

(2) menghemat biaya transportasi, (3) memperpanjang daya simpan dan (4)

mempermudah penggunaannya (Romanoff dan Romanoff, 1963; Berquist, 1964).

Metode pengeringan yang dapat digunakan untuk membuat tepung telur ada 4

macam yaitu pengeringan semprot, foaming drying, pengeringan secara lapis (pan

drying), dan pengeringan beku (Matz dan Matz, 1978). Metode pengeringan semprot

tidak biasa digunakan untuk membuat tepung putih telur, karena dapat menyebabkan

penggumpalan dan penyumbatan pada nozzel alat pengering semprot (Berquist,

1964).

Menurut Aman et al., (1992), metode pengeringan secara lapis (pan drying)

dan secara pengeringan busa (foaming drying) biasa digunakan untuk pembuatan

7

Page 22: Karakteristk Fisik Dan Organoleptik Tortilla Corn Chips Dengan Penambahan Tepung Putih Telur Sebagai Sumber Protein

tepung putih telur. Pengeringan foaming drying digunakan untuk bahan cair yang

dapat dibusakan. Tujuan pembusaan bahan tersebut adalah untuk memperluas

permukaan dan mempercepat proses pengeringan. Metode pengeringan freeze drying

merupakan proses pengeluaran air dari satu produk dengan cara sublimasi dari

bentuk beku (es) menjadi uap (gas).

Metode pan drying biasanya digunakan untuk membuat tepung putih telur.

Pengeringan dengan metode ini umummya dilakukan pada suhu sekitar 45,56 –

47,78oC. Romanoff dan Romanoff (1963), melaporkan bahwa metode pengeringan

pan drying pada suhu sekitar 40 – 45oC, tebal lapisan bahan sekitar 6 mm selama 22

jam akan diperoleh produk kering dengan kadar air sekitar 5 %.

Produk yang dihasilkan dari proses pengeringan putih telur adalah berupa

remah (flake) putih telur, dan tepung putih telur. Kedua bentuk ini dapat dihasilkan

dengan metode pan drying, sedangkan pada spray drying hanya berupa tepung putih

telur. Kadar air remah (flake) putih telur sekitar 12,16 % dengan pH 4,5 – 7,0, dan

kadar air tepung putih telur yang dihasilkan dengan metode pan drying sekitar

6 - 14%. Tepung putih telur yang dihasilkan dengan metode pan drying adalah

sekitar 4 – 8 % (Stadelman dan Cotterril, 1977).

Jagung

Jagung (Zea Mays) merupakan tanaman berumah satu Monoeciecious, letak

bunga jantan terpisah dengan bunga betina pada satu tanaman. Jagung termasuk

genus Zea dan famili Poaceae (Muhadjir, 1988).

Biji jagung terdiri dari empat bagian yaitu pericarp (15%), endosperm (82%),

lembaga (2%), dan tip cap (1%). Menurut Phang (2001), komposisi kimia jagung

tergantung varietas, cara penanaman, dan iklim serta tingkat kematangan. Komposisi

kimia jagung dapat dilihat pada Tabel 3.

Komponen dasar biji jagung secara kimiawi terdiri atas karbohidrat, protein,

lemak, vitamin, dan mineral. Pati merupakan karbohidrat utama dalam jagung.

Granula pati jagung umumnya mengandung amilosa (27%) dan amilopektin (73%).

Total gula pada biji jagung adalah 1 – 3%. Fraksi – fraksi protein jagung terdiri atas

albumin (3,2%), globulin (1,5%), prolamin atau zein (47,2%) dan glutein (35,1%)

(Munarso et al., 1988). Tepung jagung adalah produk hasil penggilingan jagung

secara kering setelah sekam, biji lembaga dan dedak dihilangkan. Menurut Ahza

8

Page 23: Karakteristk Fisik Dan Organoleptik Tortilla Corn Chips Dengan Penambahan Tepung Putih Telur Sebagai Sumber Protein

(1996), untuk membuat berasan jagung (grits) biji jagung pada umumnya diolah

dengan proses giling kering sehingga terpisahkan bagian lembaganya (germ), kulit

ari, dan dedak dari bagian endosperm yang lebih halus akan menjadi bekatul jagung

(corn meal) dan tepung jagung (corn flour).

Tabel 3. Komposisi Kimia Jagung

Komposisi Jumlah per 100 gramAir

Kalori

Protein

Lemak

Karbohidrat

Serat

Abu

Ca

P

Fe

12 g

362 g

9 g

3,4 g

74,5 g

1 g

1,1 g

6 mg

178 mg

1,8 mgSumber : Phang, 2001

Pada pembuatan snack (makanan camilan) biasanya ditambahkan grits

jagung untuk meningkatkan kerenyahan karena grits jagung mempunyai kandungan

gizi yang cukup baik untuk membuat produk snack (Harper, 1981). Kandungan gizi

dari grits jagung menurut peneliti yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Komposisi Kimia dan Nilai Gizi Grits Jagung

Kandungan Gizi Nilai Kandungan

Harper (1981) Rakhmawaty (1998)

--------------------- % -----------------------

Air 13,0 – 14,5 13,72

Protein 6,5 – 8,0 8,59

Abu 0,2 – 0,3 0,55

Lemak 0,5 – 1,0 1,29

Serat 0,2 – 0,4 1,32

Karbohidrat By difference 75,85

9

Page 24: Karakteristk Fisik Dan Organoleptik Tortilla Corn Chips Dengan Penambahan Tepung Putih Telur Sebagai Sumber Protein

Tepung Tapioka

Tapioka adalah pati yang berasal dari ekstraksi umbi ketela pohon (Manihot

Ultilisma POHL) yang telah dicuci dan dikeringkan. Tapioka banyak digunakan

sebagai bahan baku dalam pembuatan berbagai jenis kerupuk, seperti kerupuk atom,

kerupuk udang, dan kerupuk ikan. Alasan penggunaan tapioka, selain harganya

murah dan mudah didapat juga mempunyai daya ikat yang tinggi dan membentuk

struktur kuat (Widowati, 1987).

Tepung tapioka hampir seluruhnya terdiri dari pati, sedangkan pati

merupakan senyawa yang tidak mempunyai rasa dan bau (bland flavor), sehingga

modifikasi citarasa pada tepung tapioka mudah dilakukan (Wurzburg, 1968).

Berdasarkan analisa yang dilakukan oleh Mulyandari (1992), pati ubi kayu

mengandung 29,01% (db) amilosa dan 69,06% (db) amilopektin.

Kandungan molekul amilosa akan mempengaruhi sifat – sifat pati yang

tergelatinisasi. Polimer molekul D-glukosa yang berantai lurus sangat mudah

berhubungan dengan polimer rantai lurus lainnya. Penggabungan seperti ini

menyebabkan penurunan kestabilan pati tergelatinisasi (Collison, 1968).

Amilosa merupakan polimer berantai lurus yang panjang dan berbentuk

heliks dalam larutan (Hodge dan Osman, 1976). Bagian matriks yang berada diantara

molekul – molekul pati di dalam lingkaran - lingkaran heliks dapat menangkap

senyawa – senyawa pembentuk citarasa, minyak atsiri, vitamin, dan karoten sehingga

tidak mudah hilang selama proses pengolahan (Scoch, 1969). Tapioka mempunyai

sifat yang sangat mirip dengan amilopektin karena tapioka sebagian besar terdiri dari

amilopektin. Sifat – sifat amilopektin antara lain : 1). dalam bentuk pasta,

amilopektin menunjukkan penampakan yang sangat jernih sehingga dapat

meningkatkan penampakan produk akhir, 2). pada suhu normal pasta dari

amilopektin tidak mudah menggumpal dan kembali menjadi keras, 3). mempunyai

daya rekat yang tinggi (Tjokrodikosoemo, 1968).

Snack

Makanan atau dikenal dengan sebutan snack food adalah makanan yang

dikonsumsi selain atau antara waktu makan utama dalam sehari (Lusas dan Rooney,

2001). Makanan ini biasa disebut snack yang berarti sesuatu yang dapat mengobati

kelaparan dan memberikan suplai energi yang cukup untuk tubuh. Jenis makanan ini

1

Page 25: Karakteristk Fisik Dan Organoleptik Tortilla Corn Chips Dengan Penambahan Tepung Putih Telur Sebagai Sumber Protein

sering terdiri dari bahan makanan tambahan seperti pemanis, pengawet, dan bahan

tambahan (Purwanti, 2005).

Makanan ringan sudah merupakan bagian yang tidak dapat ditinggalkan

dalam kehidupan sehari – hari, terutama pada kalangan anak – anak dan remaja.

Harper (1981) menyatakan bahwa makanan ringan dibedakan menjadi dua macam

berdasarkan bahan dasarnya. Kelompok makanan ringan pertama adalah makanan

ringan yang menggunakan bahan baku utama seperti produk ekstrusi dari jagung dan

kemudian ditambah garam dan bumbu penyedap. Kelompok makanan ringan yang

kedua yaitu makanan ringan yang memakai campuran dari beberapa sumber pati

seperti campuran jagung dan beras, bahkan dicampur pula dengan kacang –

kacangan seperti kedelai, kacang hijau, dan lain – lain. Kalsium dan fosfor dapat

ditambahkan dalam pembuatan snack untuk meningkatkan kandungan gizi, biasanya

yang sering ditambahkan adalah trikalsium fosfat (Matz, 1984).

Makanan ringan berminyak merupakan jenis makanan ringan yang

mengandung minyak nabati, baik berasal dari bahan baku maupun dari minyak yang

digunakan untuk menggoreng. Pembuatan atau pengolahan makanan ringan dapat

dilakukan dengan menggunakan sistem penggorengan merendam (deep frying) dan

sistem penggorengan biasa (pan frying) (Purwanti, 2005). Minyak yang terkandung

dalam snack dapat menyebabkan oksidasi sehingga menurunkan citarasa (Lusas dan

Rooney, 2001).

Bentuk makanan ringan bervariasi tergantung dari cetakannya (Purwanti,

2005). Menurut Badan Standarisasi Nasional Indonesia 01-6630-2002 makanan

ringan yaitu produk siap santap yang terbuat dari bahan baku utama karbohidrat

berbumbu dengan atau penambahan bahan – bahan lain. Bahan baku utama yang

digunakan bisa berasal dari terigu, beras, dan bahan pangan karbohidrat lainnya.

Badan Standarisasi Nasional Indonesia 01-6630-2002 menyatakan bahwa bahan lain

yang dapat ditambahkan adalah garam, gula, dan turunannya, bahan penyedap rasa

dan aroma yang diizinkan, rempah – rempah dan produk olahannya, daging ternak,

unggas, produk perairan, dan produk olahannya, susu dan produk olahannya, sayur

dan produk olahannya, vitamin dan mineral, coklat dan turunannya, minyak dan

lemak serta turunannya. Syarat mutu makanan ringan menurut Badan Standarisasi

Nasional Indonesia 01-6630-2002 dapat dilihat pada Tabel 5.

1

Page 26: Karakteristk Fisik Dan Organoleptik Tortilla Corn Chips Dengan Penambahan Tepung Putih Telur Sebagai Sumber Protein

Tabel 5. Syarat Mutu Makanan RinganNo. Kriteria Satuan Persyaratan

1

1.1

1.2

1.3

1.4

2

3

4

Keadaaan

Tekstur

Aroma

Rasa

Warna

Benda asing

Kadar air

Kadar protein

-

-

-

-

-

%

%

Normal / dapat diterima

Normal / dapat diterima

Normal / dapat diterima

Normal / dapat diterima

Tidak boleh ada

Maks. 7,0

Min. 5,0*) Badan Standarisasi Nasional Indonesia 01-6630-2002

Tortilla Chips

Jagung merupakan sumber serealia bagi penyediaan tortilla di Mexico dan

Amerika Tengah. Kira – kira 10 % dari produksi jagung di Amerika Serikat

digunakan untuk bahan pangan, sedangkan di Meksiko, 72% dari total produksi

jagung diperuntukkan bagi bahan pangan, terutama tortilla. Khususnya, bagi

golongan sosial ekonomi yang rendah bergantung pada tortilla sebagai sumber kalori

dan protein yang utama (Rooney dan Serna-Salvidar, 1987).

Menurut Rooney dan Serna-Salvidar (1987), Serealia siap santap (Ready to

eat) dibuat dengan cara memasak serealia tersebut hingga terjadi gelatinisasi pati dan

terbentuk adonan atau memasak partikel – partikel menjadi serpihan – serpihan

(flakes), irisan – irisan (shreds), dan butiran – butiran. Rasa, aroma, dan tekstur yang

diinginkan dipertahankan dengan mengontrol proses pemanggangannya. Tekstur

menjadi crispy (renyah) selama dehidrasi. Selain itu, reaksi karamelisasi dan

Maillard berperan dalam pengembangan rasa dan warna yang diinginkan. Proses –

proses konvensional masih digunakan untuk memproduksi sereal – sereal tersebut

yang terus populer, seperti halnya corn flakes. Variasi dari produk olahan jagung

dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

1

Page 27: Karakteristk Fisik Dan Organoleptik Tortilla Corn Chips Dengan Penambahan Tepung Putih Telur Sebagai Sumber Protein

Adonan

Ekstrusi/ Perataan dan Perataan dan Perataan dan Perataan Pemotongan Pemotongan Pemotongan

Penggorengan Pemanggangan Pemanggangan Pemaganggan

Corn Chips Penggorengan Table Chips Penggorengan

Tortilla Chips Taco Shells

Gambar 1. Macam – macam produk olahan jagung dengan berbagai variasi pemasakan (Rooney dan Serna Salvidar, 1987)

Tortilla chips merupakan makanan camilan (snack) yang dibuat dari tortilla

jagung yang dipotong – potong menjadi bentuk lembaran kemudian digoreng atau

dipanggang. Tortilla chips merupakan panganan khas Meksiko, namun

diperkenalkan dan diproduksi secara massal untuk pertama kali di Amerika serikat

pada akhir tahun 1940. Tortilla chips umumnya terbuat dari bahan dasar jagung yang

ditambahkan minyak sayur, garam, dan air. Jagung yang biasa digunakan dalam

pembuatan tortilla chips adalah jagung kuning, namun dapat juga digunakan jagung

putih, jagung biru, maupun jagung merah. (www.Wikipedia.com, 2007).

Karakteristik Fisik

Derajat Gelatinisasi

Menurut Wooton et al. (1971) yang dimaksudkan derajat gelatinisasi adalah

rasio antara pati yang tergelatinisasi dengan total pati. Tingkat derajat gelatinisasi

produk menunjukkan tingkat pemasakan yang terjadi, artinya derajat gelatinisasi

yang tinggi menunjukkan bahwa produk lebih mudah dicerna oleh tubuh.

Pati tidak larut dalam air dingin (Collison, 1968), tetapi bagian amorfus

granula dapat menyerap air sampai 30 persen tanpa merusak struktur misel (Hodge

dan Osman, 1976). Jika suspensi air-pati dipanaskan maka akan terjadi

pembengkakan granula. Pembengkakan granula tersebut pada awalnya bersifat

reversibel, artinya granula yang telah mengalami pembengkakan dapat kembali

seperti kondisi semula. Namun jika pemanasan diteruskan, maka setelah mencapai

1

Page 28: Karakteristk Fisik Dan Organoleptik Tortilla Corn Chips Dengan Penambahan Tepung Putih Telur Sebagai Sumber Protein

suhu tertentu sifat pembengkakan granula menjadi ireversibel. Proses itulah yang

disebut gelatinisasi (Winarno, 1997).

Suhu gelatinisasi merupakan suatu kisaran, karena granula – granula dari

jenis pati yang sama mempunyai bentuk dan ukuran yang bervariasi sehingga energi

yang diperlukan untuk pembengkakan granula yang berbeda. Damardjati (1986)

mengemukakan bahwa granula yang berukuran besar biasanya membengkak pada

suhu yang lebih rendah. Sehingga suhu pemanggangan pada saat pemasakan juga

menentukan tingkat derajat gelatinisasi yang terjadi pada produk.

Menurut Winarno (1997), mekanisme gelatinisasi pati terdiri dari tiga tahap.

Pertama, air berpenetrasi secara bolak – balik ke dalam granula. Kemudian pada

suhu 60°C - 85°C granula akan mengembang dengan cepat dan akhirnya kehilangan

sifat ”birefringence”-nya. Pada tahap ketiga, jika temperatur terus naik maka molekul

– molekul pati akan terdifusi dari granula.

Mekanisme gelatinisasi pati diawali dengan berpenetrasinya molekul air ke

dalam granula pati, selanjutnya granula pati akan mengembang akibat adanya proses

pemanasan. Pada suhu tertentu yang disebut suhu gelatinisasi, granula yang telah

mengembang menjadi bersifat ireversibel sehingga tidak dapat kembali menjadi

ukuran semula. Mekanisme gelatinisasi pati dapat dilihat pada Gambar 2.

Granula pati yang terdiri dari amilosa (rantai lurus)

dan amilopektin (rantai bercabang)

Granula mengembang, penambahan air akan

memecahkan kristalinitas dan merusak keteraturan

bentuk amilosa.

Penambahan panas dan air yang berlebihan

menyebabkan pengembangan lebih lanjut, amilosa

mulai terdifusi keluar granula

Granula sebagian besar terdiri dari amilopektin

saja, dan terperangkap dalam struktur matriks

amilosa

Gambar 2. Mekanisme Gelatinisasi Pati

(Harper, 1981)

1

Page 29: Karakteristk Fisik Dan Organoleptik Tortilla Corn Chips Dengan Penambahan Tepung Putih Telur Sebagai Sumber Protein

Derajat PengembanganMenurut Shukla (1995) derajat pengembangan dipengaruhi oleh jumlah pati

yang terdapat dalam bahan baku. Jumlah pati tersebut erat hubungannya dengan

jumlah pati tergelatinisasi. Besar kecilnya derajat pengembangan produk ditentukan

oleh banyak sedikitnya jumlah pati yang tergelatinisasi pada saat pemanggangan.

Menurut Harper (1981) dan Linko et al. (1981), derajat gelatinisasi yang semakin

tinggi diikuti derajat pengembangan yang semakin tinggi.

Derajat pengembangan dapat dipengaruhi sifat – sifat pati yang terdapat

dalam adonan. Selain itu, derajat pengembangan dipengaruhi pula oleh komposisi

yang digunakan diantaranya adalah gula. Kemampuan gula mengikat air juga

berpengaruh terhadap semakin meningkatnya nilai derajat pengembangan.

Kekerasan

Kekerasan suatu bahan pangan mengindikasikan seberapa banyak kekuatan

atau tekanan yang dibutuhkan untuk menghancurkan produk tersebut. Kekerasan

berbanding terbalik dengan kerenyahan suatu produk semakin tinggi kekerasan

produk menunjukkan bahwa produk tersebut memiliki kerenyahan yang rendah,

begitupun sebaliknya semakin rendah nilai kekerasan suatu produk menunjukkan

semakin tinggi kerenyahannya (Buckle et al.,1987). Faktor lain yang dapat

mempengaruhi kekerasan dari suatu produk antara lain adalah komponen penyusun

produk, tingkat kematangan produk, serta kadar air bahan.

Kekerasan pada produk dapat dipengaruhi oleh perbandingan amilosa dan

amilopektin pada bahan baku. Tjokrodikosoemo (1968) menjelaskan bahwa

amilopektin pada pati memiliki sifat daya rekat yang tinggi, sehingga semakin tinggi

kadar amilopektin pada bahan baku yang digunakan akan menyebabkan semakin

tinggi kekompakan/kekerasan dari suatu produk.

Indeks Penyerapan Air (IPA)

Indeks penyerapan air (IPA) atau disebut juga daya serap air menunjukkan

kemampuan bahan untuk dapat berinteraksi dengan air. Cherry (1981) menyebutkan

bahwa interaksi protein dengan air menentukan sifat hidrasi, pengembangan produk,

viskositas, dan gelasi.

1

Page 30: Karakteristk Fisik Dan Organoleptik Tortilla Corn Chips Dengan Penambahan Tepung Putih Telur Sebagai Sumber Protein

Cherry (1981) menambahkan bahwa daya serap air selain bergantung pada

sifat protein bahan, juga dipengaruhi oleh keberadaan dan jumlah gugus polar dan

non polar dalam bahan. Protein menjadi penting sebagai komponen yang

menentukan tingkat penyerapan air karena hampir semua protein mengandung

sejumlah rantai polar sepanjang kerangka peptidanya dan membuatnya bersifat

hidrofilik. Protein memegang peranan penting pada kemampuan menyerap air, untuk

itu perlu diketahui jenis dan jumlah protein yang terkandung dalam suatu bahan

pangan yang memiliki sifat hidrofilik maupun hidrofobik.

Indeks Kelarutan Air

Indeks kelarutan air atau disebut juga daya larut menunjukkan kemampuan

suatu bahan untuk dapat larut dalam air yang dinyatakan dengan banyaknya jumlah

partikel (g) yang terlarut dalam sejumlah air tertentu (ml). Kelarutan protein sering

mempengaruhi sifat fungsional protein dan berkontribusi pada pembentukan gel dan

emulsifikasi (Damodaran, 1996). Hilangnya kelarutan protein sering dijadikan

indikator denaturasi protein dan ikatan silang akibat perlakuan yang buruk.

Lehninger (1991) menambahkan bahwa sifat kelarutan protein sangat dipengaruhi

beberapa hal antara lain suhu, sifat garam larutan, dan sifat asam-basa larutan.

WarnaWarna adalah refleksi cahaya pada permukaan bahan yang ditangkap oleh

indera penglihatan dan ditransmisikan oleh sistem syaraf. Menurut Fellows (1992),

perubahan warna dapat ditentukan oleh penambahan bahan kimia dan perombakan

enzim menjadi pigmen. Warna mempengaruhi penerimaan suatu bahan pangan,

karena umumnya penerimaan bahan yang pertama kali dilihat adalah warna. Warna

yang menarik akan meningkatkan penerimaan produk. Warna dapat mengalami

perubahan saat pemasakan. Hal ini dapat disebabkan oleh hilangnya sebagian pigmen

akibat pelepasan cairan sel pada saat pemasakan atau pengolahan, intensitas warna

semakin menurun. Penerimaan warna suatu bahan berbeda – beda tergantung dari

faktor alam, geografis, dan aspek sosial masyarakat penerima (Winarno, 2002).

1

Page 31: Karakteristk Fisik Dan Organoleptik Tortilla Corn Chips Dengan Penambahan Tepung Putih Telur Sebagai Sumber Protein

Pengujian Organoleptik

Penilaian organoleptik adalah penilaian mutu suatu produk dengan

menggunakan indera manusia melalui syaraf sensori. Penilaian dengan indera banyak

digunakan untuk menilai hasil pertanian dan makanan. Penilaian dengan cara ini

banyak disenangi karena dapat dilaksanakan dengan cepat dan langsung. Analisis

organoleptik dapat membantu pendugaan parameter untuk formula baru, sedangkan

pengukuran menggunakan alat (instrumen) dibutuhkan untuk meyakinkan

konsistensi kualitas suatu produk (Kerry, et al., 2001).

Uji Skor

Uji skor digunakan dalam metode pengujian hedonik dan mutu hedonik pada

penelitian ini. Soekarto (1985) menjelaskan, pemberian skor ialah memberikan angka

nilai atau menepatkan nilai mutu sensori terhadap bahan yang diuji pada jenjang

mutu atau tingkat skala hedonik maupun mutu hedonik. Uji skor dapat dilakukan

pada penilaian sifat sensori yang spesifik seperti tekstur kekerasan pada nasi, warna

merah pada tomat, rasa langu pada hasil olahan kedelai atau sifat sensori umum

seperti sifat hedonik atau juga sifat – sifat sensori kolektif seperti pada pengawasan

mutu komoditi (Soekarto, 1985). Seperti halnya pada skala mutu, pemberian skor

dapat juga dikaitkan dengan skala hedonik.

Soekarto (1985), juga menerangkan bahwa, banyaknya skala hedonik

tergantung dari tingkat perbedaan yang ada dan juga tingkat kelas yang dikehendaki.

Dalam pemberian skor, besarnya skor tergantung pada kepraktisan dan kemudahan

pengolahan atau interpretasi data. Banyaknya skala hedonik biasanya dibuat dalam

jumlah tidak terlalu besar, untuk skala hedonik biasanya dipilih jumlah ganjil.

Uji Mutu Hedonik

Soekarto (1985) menyatakan bahwa uji mutu hedonik berbeda dengan uji

kesukaaan (hedonik), uji mutu hedonik tidak menyatakan suka atau tidak suka

melainkan menyatakan kesan tentang baik atau buruknya suatu objek yang diuji.

Kesan baik – buruk ini disebut kesan mutu hedonik. Kesan mutu hedonik lebih

spesifik daripada sekedar kesan suka atau tidak suka. Mutu hedonik dapat bersifat

umum yaitu baik – buruk, dan bersifat spesifik seperti empuk - keras untuk daging,

1

Page 32: Karakteristk Fisik Dan Organoleptik Tortilla Corn Chips Dengan Penambahan Tepung Putih Telur Sebagai Sumber Protein

pulen – keras untuk nasi, renyah – lembek untuk mentimun, dan sebagainya.

Rentangan skala mutu hedonik berkisar dari ekstrim baik sampai ke ekstrim jelek.

Skala hedonik pada uji mutu hedonik sesuai dengan tingkat mutu hedonik.

Jumlah tingkat skala juga bervariasi tergantung dari rentangan mutu yang diinginkan

dan sensitifitas antar skala. Seperti halnya pada uji kesukaan, pada uji mutu hedonik,

data penilaian dapat ditransformasikan dalam skala numerik dan selanjutnya dapat

dianalisa statistik untuk interpretasinya. Pada uji mutu hedonik menggunakan metode

skoring dibutuhkan 15 – 25 orang panelis agak terlatih dengan jumlah contoh per

penyajian maksimal sebanyak 6 sampel (Soekarto, 1985).

Uji Kesukaan (Hedonik)

Uji kesukaan juga disebut uji hedonik. Soekarto (1985) menjelaskan bahwa

dalam uji hedonik panelis dimintakan tanggapan pribadinya tentang kesukaan atau

sebaliknya ketidaksukaan. Di samping panelis mengemukakan tanggapan senang,

suka atau kebalikannya, mereka juga mengemukakan tingkat kesukaannya. Tingkat –

tingkat kesukaan yang dinyatakan oleh panelis disebut sebagai skala hedonik.

Dalam penganalisaan, skala hedonik ditransformasikan menjadi skala

numerik dengan angka menaik menurut tingkat kesukaan. Dengan adanya skala

hedonik tersebut, uji hedonik secara tidak langsung juga dapat digunakan untuk

mengetahui perbedaan, karena hal ini maka uji hedonik paling sering digunakan

untuk menilai komoditi sejenis atau produk pengembangan secara organoleptik. Jika

uji pembedaan banyak digunakan dalam program pengembangan hasil – hasil baru

atau hasil bahan mentah, maka uji hedonik banyak digunakan untuk menilai hasil

akhir produksi.

Pada uji hedonik dibutuhkan setidaknya 15 – 25 orang panelis agak terlatih

dengan jumlah sampel per sajian sebanyak 1 – 12 sampel ringan, ataupun dapat

digunakan 80 orang panelis tidak terlatih dengan jumlah contoh per penyajian

maksimal sebanyak 6 sampel berat (Soekarto, 1985).

1

Page 33: Karakteristk Fisik Dan Organoleptik Tortilla Corn Chips Dengan Penambahan Tepung Putih Telur Sebagai Sumber Protein

METODE

Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di Bagian Teknologi Hasil Ternak Departeman

Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, dan Laboratorium

Pengolahan Pangan, Departemen Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian,

Institut Pertanian Bogor, Bogor. Penelitian ini dilakukan dalam waktu 3 bulan, yaitu

dari bulan Juli sampai dengan September 2007.

Materi

Bahan – bahan yang digunakan dalam pembuatan tortilla corn chips antara

lain telur ayam ras (umur 1 hari) sebagai bahan pembuat tepung putih telur, grits

jagung didapatkan dari PT.Amylum Corn Mills, tepung tapioka, air, gula, dan garam.

Peralatan yang digunakan antara lain blender, roller, cetakan, pengaduk kayu,

loyang, timbangan analitik, autoclave, rheoner, chromameter, penangas air, kompor

listrik, micrometer, dan oven.

Rancangan Percobaan

Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap

(RAL) pola searah dengan peubah perbedaan konsentrasi penambahan tepung putih

telur sebanyak 0%, 5%, 10%, dan 15% dari total adonan kontrol (0%) yang bersifat

komplementer (penambahan), masing – masing 3 kali ulangan. Model matematika

menurut Steel and Torrie (1995) adalah sebagai berikut :

Yij = µ + Ai (x) + ε ij

keterangan :Yijk = nilai pengamatanµ = nilai rataan umumAi (x) = pengaruh konsentrasi penambahan tepung putih telur pada taraf ke-i; ε ij = galat percobaan untuk taraf ke-i dan ulangan ke-j;i (x) = perbedaan konsentrasi penambahan tepung putih telur (0%, 5%, 10%, dan

15%) dari total adonan kontrol (0 %)).k = ulangan dari masing – masing perlakuan.

Data yang diperoleh dianalisis dengan software MINITAB 14 dan apabila

menunjukkan pengaruh yang nyata, maka dilanjutkan dengan uji Duncan untuk

melihat perbedaan antar perlakuan.

Page 34: Karakteristk Fisik Dan Organoleptik Tortilla Corn Chips Dengan Penambahan Tepung Putih Telur Sebagai Sumber Protein

Prosedur

Penelitian ini diawali pembuatan tepung putih telur dengan menggunakan

metode pengeringan oven dan pembuatan tortilla corn chips berbahan baku grits

jagung dengan penambahan tepung putih telur dengan konsentrasi 0%, 5%, 10%, dan

15% dari total adonan kontrol (0%), dilanjutkan dengan pengujian karakteristik fisik

dan karakteristik organoleptik. Kemudian dilakukan penentuan produk terbaik dari

keseluruhan formula produk yang dibuat.

Pembuatan Tepung Putih Telur

Pembuatan tepung putih telur diawali dengan persiapan telur yang terdiri atas

seleksi telur dan pembersihan telur. Seleksi telur dilakukan dengan melakukan

pemilihan telur dengan kualitas yang baik yaitu memiliki bentuk normal (bulat

lonjong), bersih (bebas dari kotoran yang menempel maupun noda), utuh, serta

memiliki bobot yang seragam (60 – 65 gram). Pencucian telur dilakukan terhadap

telur kotor dengan cara dicuci menggunakan air hangat (35o – 40oC) kemudian

ditiriskan. Selanjutnya telur dipecah dan dipisahkan bagian putih dan kuningnya,

kemudian putih telur dihomogenkan dengan pengaduk hingga tercampur rata.

Selanjutnya dilakukan pasteurisasi dengan sistem batch menggunakan penangas air

pada suhu 50°C selama 3 menit.

Proses desugarisasi dilakukan dengan penambahan ragi roti (Saccharomyces

cereviceae) sebanyak 0,3% ke dalam cairan putih telur, lalu diaduk secara manual

menggunakan pengaduk kayu sampai penyebaran khamir merata, setelah itu putih

telur diinkubasi pada suhu ruang (± 30oC) selama 150 menit. Proses selanjutnya

setelah fermentasi yaitu telur dimasukkan ke dalam loyang dengan ketebalan kira –

kira 6 mm, kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 50oC selama 42 jam hingga

menghasilkan flake (bentuk remah). Flake putih telur yang diperoleh dari hasil

pengeringan kemudian digiling menggunakan blender kering. Diagram alir proses

pembuatan tepung putih telur dengan penambahan tepung putih telur dapat dilihat

pada Gambar 3.

20

Page 35: Karakteristk Fisik Dan Organoleptik Tortilla Corn Chips Dengan Penambahan Tepung Putih Telur Sebagai Sumber Protein

Gambar 3. Diagram Alir Pembuatan Tepung Putih Telur (Puspitasari, 2006)

Persiapan Telur

Pemecahan dan pemisahan putih dari kuning telur

Pengeringan dengan oven suhu 50

oC selama 42 jam

Penambahan 0,3% khamir

Saccaromyces cereviceae

Desugarisasi pada suhu ruang 30oC selama 150 menit

Pengadukan putih telur dan khamir

Penggilingan Flake dengan blender kering

Flake Putih Telur

Tepung Putih Telur

Pasteurisasi pada suhu 50°C selama 3 menit

Kerabang Telur dan Kuning Telur

Penurunan suhu hingga30 oC

Telur Ayam

21

Page 36: Karakteristk Fisik Dan Organoleptik Tortilla Corn Chips Dengan Penambahan Tepung Putih Telur Sebagai Sumber Protein

Formula dan Proses Pembuatan Tortilla Corn Chips

Penelitian tahap selanjutnya merupakan pembuatan tortilla corn chips dengan

menggunakan formula bahan dasar grits jagung dengan penambahan tepung putih

telur. Formula Tortilla Corn Chips yang dibuat dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Formula Pembuatan Tortilla Corn Chips dengan Penambahan Tepung Putih Telur.

Bahan yang

digunakan

Formula 1

(g)

% Formula 2

(g)

% Formula 3

(g)

% Formula 4

(g)

%

Grits Jagung 80 52,6 80 50,12 80 47,86 80 45,77

Tepung putih telur 0 - 7,6 4,76 15,2 9,09 22,8 13,04

Garam 2 1,3 2 1,25 2 1,2 2 1,14

Gula 20 13,2 20 12,54 20 11,95 20 11,44

Tepung Tapioka 50 32,9 50 31,33 50 29,9 50 28,7Jumlah 152 100 159,6 100 167,2 100 174,8 100

Keterangan :

Perhitungan Penambahan Tepung Putih Telur ke Dalam Adonan :

- Formula 1 (0 % Tepung Putih Telur) :

0 % x 152 gram (Total Adonan Kontrol) = 0 gram

- Formula 2 (5 % Tepung Putih Telur) :

5 % x 152 gram (Total Adonan Kontrol) = 7,6 gram

- Formula 3 (10 % Tepung Putih Telur) :

10 % x 152 gram (Total Adonan Kontrol) = 15,2 gram

- Formula 4 (15 % Tepung Putih Telur) :

15 % x 152 gram (Total Adonan Kontrol) = 22,8 gram

Bahan pembantu dalam pembuatan tortilla corn chips yaitu gula halus,

garam, air, dan tepung tapioka. Alir proses pembuatan tortilla corn chips didasarkan

pada penelitian terdahulu oleh Khasanah (2003) namun sudah dilakukan beberapa

perubahan. Diagram alir proses pembuatan tortilla corn chips dengan penambahan

tepung putih telur dapat dilihat pada Gambar 4.

22

Page 37: Karakteristk Fisik Dan Organoleptik Tortilla Corn Chips Dengan Penambahan Tepung Putih Telur Sebagai Sumber Protein

Gambar 4. Diagram Alir Proses Pembuatan Tortilla Corn Chips (Modifikasi Khasanah (2003)).

Pembuatan Adonan. Adonan dibuat dengan cara mencampurkan tepung putih telur

serta grits jagung sesuai formula dengan tepung tapioka, gula halus, dan garam

sampai homogen, penambahan air dilakukan sampai adonan menjadi kalis. Tepung

tapioka, gula, dan garam yang ditambahkan pada adonan masing – masing sebanyak

50 gram, 20 gram dan 2 gram. Jumlah banyaknya bahan pembantu yang

dicampurkan dalam adonan berbeda dibandingkan pada penelitian Khasanah (2003).

Penggunaan tepung putih telur yang bersifat penambahan (melengkapi), sebanyak

0%, 5%, 10%, dan 15% dari total berat adonan kontrol (0%). Proses selanjutnya,

yaitu pengadukan secara manual menggunakan tangan untuk menghomogenkan

adonan yang terdiri dari tepung putih telur, grits jagung, tepung tapioka, gula, garam

dan air.

Tortilla Corn Chips

Dipanggang dalam oven pada suhu 150ºC selama ± 20 menit

Dicetak lembaran

Dipipihkan dengan roller (flaking)

Dihomogenisasi

Tepung Putih Telur + Grits Jagung Tepung Tapioka + Gula Halus + Garam

23

Page 38: Karakteristk Fisik Dan Organoleptik Tortilla Corn Chips Dengan Penambahan Tepung Putih Telur Sebagai Sumber Protein

Pemipihan Adonan. Adonan yang telah menjadi homogen kemudian dipipihkan

menggunakan roller kayu untuk mendapatkan lembaran yang pipih. Adonan

dipipihkan hingga memiliki ketebalan sebesar 0,5 – 1,0 mm.

Pencetakan Lembaran (Khasanah, 2003). Lembaran adonan hasil proses

pemipihan kemudian dicetak. Dalam penelitian ini, pencetakan dilakukan secara

manual menggunakan sudip plastik, sehingga didapatkan bentuk persegi panjang.

Lembaran tortilla corn chips memiliki ukuran panjang ± 35 mm dan lebar ± 25 mm,

serta ketebalan ± 1 mm.

Pemanggangan (Khasanah, 2003). Lembaran tortilla corn chips yang masih basah

disusun pada loyang dan dilakukan pemanggangan dalam oven pada suhu 150ºC

hingga berwarna kecoklatan. Proses pemanggangan tortilla corn chips pada

penelitian ini dilakukan selama ±20 menit, lebih lama ±10 menit dibandingkan

penelitian Khasanah (2003). Hal ini dikarenakan ketebalan tortilla corn chips

berbeda dengan corn flakes sehingga penetrasi panas ke dalam tortilla corn chips

membutuhkan waktu yang berbeda pula. Proses pemanggangan akan mempengaruhi

flavour, kerenyahan, dan penampakan pada produk akhir.

Penentuan Produk Tortilla Corn Chips Terbaik

Pada tahap ini dilakukan penentuan produk tortilla corn chips dengan

penambahan tepung putih telur yang terbaik dengan cara melakukan pemberian nilai

(scoring) terhadap peubah yang dianalisa yaitu karakteristik fisik dan organoleptik

terhadap keseluruhan formula tortilla corn chips yang dibuat, yang kemudian

dibandingkan dengan acuan produk yang sudah ada di pasaran.

Nilai yang diberikan pada sifat fisik dan organoleptik (seperti : derajat

pengembangan, derajat gelatinisasi, dan warna) berdasarkan urutan hasil terbaik yang

diperoleh. Untuk beberapa peubah yang belum memiliki acuan diberikan nilai

tertinggi 4 dan nilai terendah 1. Jika diperoleh hasil yang berada dalam kisaran

standard, maka diberikan nilai yang sama yaitu 4. Apabila hasil yang diperoleh tidak

berada dalam kisaran standard, maka pemberian nilai berdasarkan peringkat hasil

terbaik (nilainya 1 - 4). Jika tidak ada yang berada dalam kisaran standard, penilaian

berdasarkan peringkat hasil terbaik (yang diharapkan).

24

Page 39: Karakteristk Fisik Dan Organoleptik Tortilla Corn Chips Dengan Penambahan Tepung Putih Telur Sebagai Sumber Protein

Tabel 7. Tabel Penentuan Produk Terbaik

Kriteria Produk Standar Produk Penentuan NilaiKarakter Fisik

1. Derajat Gelatinisasi2. Indeks Penyerapan Air3. Indeks Kelarutan Air4. Kekerasan5. Warna

Karakter Organoleptik1. Kerenyahan2. Warna3. Rasa Gurih4. Tekstur5. Hedonik

Belum AdaBelum AdaBelum AdaNormal/dapat diterima*Normal/dapat diterima*

Normal/dapat diterima*Normal/dapat diterima*Belum AdaNormal/dapat diterima*Normal/dapat diterima*

1. Berada dalam kisaran standard diberi nilai 4.

2. Untuk beberapa peubah yang belum memiliki acuan diberi nilai tertinggi 4 dan nilai terendah 1.

*) Badan Standarisasi Nasional Indonesia 01-6630-2002

Peubah yang Diamati

Peubah yang diamati pada tepung putih telur meliputi karakteristik kimia yang terdiri

dari kadar air, abu, serat kasar, protein, lemak, dan karbohidrat. Peubah yang diamati

terhadap tortilla corn chips pada tiap pengamatan meliputi karakteristik sifat fisik

terdiri dari derajat gelatinisasi, derajat pengembangan, kekerasan, indeks kelarutan

air (IKA), indeks penyerapan air (IPA), dan warna; serta karakteristik organoleptik

yang diuji menggunakan uji hedonik dan uji mutu hedonik.

Analisa Karakteristik Kimia Tepung Putih Telur

Kadar Air sesuai SNI 01-2891-1992 (Badan Standardisasi Nasional, 1992).

Pengukuran kadar air ini dilakukan dengan menggunakan metode oven. Sampel

sebanyak 1 - 2 g dimasukkan ke dalam sebuah cawan yang sudah diketahui

bobotnya. Setelah itu dikeringkan pada oven dengan suhu 105oC selama 3 jam, lalu

didinginkan dalam eksikator dan ditimbang. Pekerjaan ini dilakukan hingga

diperoleh bobot tetap. Perhitungan kadar air dilakukan dengan cara perhitungan

sebagai berikut :

w1

Kadar Air = _____ x 100% w

25

Page 40: Karakteristk Fisik Dan Organoleptik Tortilla Corn Chips Dengan Penambahan Tepung Putih Telur Sebagai Sumber Protein

Keterangan :

w = Berat sampel sebelum dikeringkan (g)

w1 = Kehilangan bobot setelah dikeringkan (g)

Kadar Abu sesuai SNI 01-2891-1992 (Badan Standarisasi Nasional, 1992).

Sampel dalam cawan porselen ditimbang sebanyak 2 – 3 gram, lalu diarangkan di

atas nyala pembakar. Kemudian diabukan dalam tanur listrik pada suhu maksimum

550OC sampai pengabuan sempurna, hingga didapatkan abu berwarna abu-abu atau

sampai beratnya tetap. Setelah itu didinginkan dalam eksikator dan ditimbang sampai

bobotnya tetap. Kadar abu dihitung dengan rumus :

100% x (g) SampelBerat

(g)Abu Berat abu Kadar =

Kadar Serat Kasar sesuai SNI 01-2891-1992 (Badan Standardisasi Nasional,

1992). Sampel sebanyak 2 - 4 gram, dibebaskan dari lemak dengan cara ekstraksi

sokhlet atau dengan cara mengaduk contoh dalam pelarut organik sebanyak 3 kali,

lalu dikeringkan. Kemudian sampel dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer 500 ml,

ditambahkan 50 ml H2SO4 1,25%, dipasang pendingin tegak lalu dididihkan selama

30 menit. Campuran tersebut ditambahkan 50 ml larutan NaOH 3,25% lalu dimasak

lagi selama 30 menit. Dalam keadaan panas disaring dengan corong Buchner yang

berisi kertas saring yang telah diketahui bobotnya (kertas saring terlebih dahulu

dikeringkan pada suhu 105OC sampai bobot tetap). Endapan yang terdapat pada

kertas saring dicuci berturut – turut menggunakan H2SO4 1,25% panas, air panas, dan

etanol 96%. Setelah itu cawan, isi dan kertas saring dipanaskan dalam oven sampai

bobot tetap lalu ditimbang. Kadar serat kasar dihitung dengan rumus :

w1

Kadar serat kasar = x 100% w

Keterangan : w = bobot sampel

w1 = bobot endapan dalam kertas saring

26

Page 41: Karakteristk Fisik Dan Organoleptik Tortilla Corn Chips Dengan Penambahan Tepung Putih Telur Sebagai Sumber Protein

Kadar Protein sesuai SNI 01-2891-1992 (Badan Standarisasi Nasional, 1992).

Sampel seberat 0,51 g dimasukkan ke dalam labu Kjedahl 100 ml, kemudian

ditambahkan 2 gram campuran selen (2,5 g SeO2, 100 g K2SO4, dan 20 g

CuSO4.5H2O) dan 25 ml H2SO4 pekat. Campuran dipanaskan diatas pemanas listrik

sampai mendidih dan larutan menjadi jernih kehijau – hijauan (sekitar 2 jam).

Setelah dingin, kemudian dimasukan ke dalam labu ukur 100 ml dan diencerkan

sampai tepat tanda garis. Pipet 5 ml larutan dan dimasukan ke dalam alat penyuling,

ditambahkan 5 ml NaOH 30% dan beberapa tetes indikator PP. Campuran ini

disulingkan selama kurang lebih 10 menit, sebagai penampung digunakan 10 ml

larutan asam borat 2% yang telah dicampur indikator (10 ml bromocresol green 0,1%

dan 2 ml larutan metil merah 0,1%). Kemudian dititrasi dengan HCl 0,01 N. Hal

yang sama dilakukan untuk blanko. Persentase nitrogen dan kadar protein kasar

dihitung dengan rumus sebagai berikut :

x100%w

fpfk x x 0,014 x HCl N x )2V - (V1(%)Protein Kadar =

Keterangan : w = bobot sampel

V1 = volume HCl 0,01 N yang digunakan penitaran contoh

V2 = Volume Hcl yang digunakan penitaran blanko

N = Normalitas HCl

fk = Faktor Konversi

fp = Faktor Pengenceran

Kadar Lemak sesuai SNI 01-2891-1992 (Badan Standarisasi Nasional, 1992).

Sampel sebanyak 1 - 2 g dimasukkan ke dalam selongsong kertas yang dialasi

dengan kapas, lalu selongsong kertas yang berisi sampel disumbat dengan kapas.

Kemudian dikeringkan di dalam oven pada suhu tidak lebih dari 80°C selama kurang

lebih 1 jam, lalu dimasukkan ke dalam alat soxhlet yang telah dihubungkan dengan

labu lemak berisi batu didih yang telah dikeringkan dan telah diketahui bobotnya.

Sampel diekstrak dengan heksana atau pelarut lemak lainnya selama kurang lebih 6

jam. Setelah itu heksana disulingkan dan ekstrak lemak dikeringkan dalam oven

pengering pada suhu 105°C. Proses pengeringan ini diulangi hingga tercapai bobot

tetap. Perhitungan kadar lemak dilakukan dengan cara perhitungan sebagai berikut :

27

Page 42: Karakteristk Fisik Dan Organoleptik Tortilla Corn Chips Dengan Penambahan Tepung Putih Telur Sebagai Sumber Protein

w1

Kadar Lemak (%) = ___________ x 100% w

Keterangan : w = Bobot sampel (g) w1 = Bobot lemak (g)

Kadar Karbohidrat (Winarno, 1997).

Kadar karbohidrat dihitung dengan by difference :

Persentase Kadar Karbohidrat = 100% - (% air + % lemak + % protein + % abu)

Analisa Karakteristik Fisik Tortilla Corn Chips

Derajat Gelatinisasi (Wooton, et al., 1971). Derajat gelatinisasi didefinisikan

sebagai rasio antara pati yang tergelatinisasi dengan total pati produk yang dihitung

dengan metode spektrofotometer dengan mengukur kompleks pati-iodin yang

terbentuk dari suspensi contoh sebelum dan sesudah dilarutkan dalam alkali.

Produk yang dihaluskan sampai ukuran ± 60 mesh, ditimbang sebanyak 1 g

dan didispersikan dalam 100 ml air dalam waring blender selama 1 menit. Suspensi

kemudian disentrifuse pada suhu ruang dengan kecepatan 3500 rpm selama 15 menit.

Supernatan diambil duplo, lalu masing – masing ditambah 0,5 ml HCl 0,5M dan

dijadikan 10 ml dengan akuades. Pada salah satu tabung duplo tersebut ditambahkan

0,1 ml larutan iodium, lalu contoh diukur dengan spektrofotometer pada panjang

gelombang 600 nm, begitu juga dengan tabung yang tanpa iodium.

Suspensi disiapkan dangan cara mendispersikan produk yang sudah

dihaluskan sebanyak 1 gram dalam 95 ml air dan ditambah 5 ml NaOH 10M.

Suspensi dikocok selama 5 menit kemudian disentrifuse selama 15 menit pada suhu

ruang dengan kecepatan 3500 rpm. Supernatan diambil 0,5 ml secara duplo,

ditambah 0,5 ml HCl 0,5M dan dijadikan 10 ml dengan akuades. Pada salah satu

tersebut ditambahkan 0,1 ml iodium dan diukur dengan spektrofotometer pada

panjang gelombang 600 nm, begitu juga dengan tabung yang tanpa iodum.

Secara ringkas, pengamatan dilakukan dengan urutan sebagai berikut :

1. Larutan yang ditambahkan HCl digunakan sebagai standar untuk pati yang

tergelatinisasi.

28

Page 43: Karakteristk Fisik Dan Organoleptik Tortilla Corn Chips Dengan Penambahan Tepung Putih Telur Sebagai Sumber Protein

2. Larutan bahan yang ditambahkan HCl dan larutan iodium, sebagai larutan pati

yang tergelatinisasi.

3. Larutan bahan yang ditambahkan NaOH dan HCl sebagai larutan standar untuk

total pati.

4. Larutan bahan yang ditambahkan NaOH, HCl, dan larutan iodium sebagai larutan

total pati.

Derajat gelatinisasi dihitung dengan rumus :

%100 2A1AsiGelatinisaDerajat x=

Keterangan :

A1 = absorbansi standar pati yang tergelatinisasi – absorbansi larutan pati

yang tergelatinisasi.

A2 = absorbansi larutan standar total pati – absorbansi larutan total pati

Derajat Pengembangan (Linko et al., 1981). Pengukuran dilakukan di

Laboratorium Teknologi Hasil Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Pengukuran volume produk dilakukan sebanyak 6 kali ulangan dengan

menggunakan alat jangka sorong digital, dengan mengukur panjang, lebar, dan

ketebalan dari tortilla corn chips sebelum dan setelah dipanggang, kemudian

dihitung volumenya dengan mengalikan nilai panjang, lebar, dan ketebalan yang

didapat. Derajat pengembangan ditentukan dengan rumus :

100 x )(mm AwalProduk Volume)(mmAkhir Produk Volume(%)an PengembangDerajat 3

3

= %

Kekerasan. Kekerasan produk ditentukan secara objektif menggunakan rheoner.

Sampel ditekan dengan plunger berbentuk silinder yang berdiameter 4 mm.

pengukuran dilakukan dengan chart speed 60 mm/menit. Beban (load) yang

digunakan adalah 2 valve sehingga skala penuh pada chart adalah 200 gf. Table

speed yang digunakan 0,5 mm/detik dengan preset nomor 1 (pergerakan 10 mm).

Tingkat kekerasan produk dinyatakan dalam gram gaya (gf), yang berarti besarnya

gaya tekan yang diperlukan untuk deformasi produk sampai pecah.

29

Page 44: Karakteristk Fisik Dan Organoleptik Tortilla Corn Chips Dengan Penambahan Tepung Putih Telur Sebagai Sumber Protein

Indeks Penyerapan Air (IPA) dan Indeks Indeks Kelarutan Air (IKA) Metode

Sentrifugasi (Anderson et al., 1984 disitir oleh Muchtadi et al., 1988). Sampel

sebanyak satu gram dimasukkan ke dalam tabung sentrifuge yang telah diketahui

beratnya. Sebanyak 10 ml aquades kemudian ditambahkan ke dalam tabung dan

diaduk dengan vibrator sampai semua bahan terdispersi secara merata. Tabung

selanjutnya disentrifugasi dengan kecepatan 2000 rpm pada suhu ruang selama 15

menit. Supernatan yang diperoleh dituang secara hati-hati ke dalam wadah lain,

sedangkan tabung sentrifuge beserta residunya dipanaskan dalam oven. Tabung

diletakkan dengan posisi miring (25o) dan oven diatur pada suhu 50oC selama 25

menit. Tabung berisi residu ditimbang untuk menentukan berat air terserap.

Supernatan yang diperoleh diambil sebagai contoh sebanyak 2 ml dan

dimasukkan ke dalam cawan timbang yang telah diketahui beratnya. Cawan lalu

dimasukkan ke dalam oven dan dikeringkan pada suhu 110oC sampai semua air

menguap. Cawan didinginkan dan ditimbang untuk mengetahui berat bahan kering

yang terdapat dalam supernatan. Indeks penyerapan air dan indeks kelarutan dalam

air ditentukan dengan persamaan berikut :

arutbahan terlberat - awalberat terserapyangair berat (ml/g)IPA =

larutan ml 2larutan ml 2 dalam terlarut yangbahan berat (g/ml)IKA =

Warna (Hutching, 1999). Metode Hunter, parameter warna yang diukur pada

produk tortilla corn chips ini, menggunakan Hunter Lab System yang diukur dengan

menggunakan alat Minolta Chromameter CR-310. Metode Hunter ini diindikasikan

dengan beberapa komponen warna yang diukur, yaitu L, a, dan b, kemudian

parameter warna lain yang diukur dengan Minolta Chromameter CR-310 adalah C

dan ho (hue). Notasi L menyatakan parameter kecerahan (light) yang mempunyai

nilai 0 (hitam) sampai 100 (putih). Nilai L menyatakan cahaya pantul yang

menghasilkan warna kromatik putih, abu-abu, dan hitam. Nilai a menyatakan warna

kromatik campuran merah-hijau dengan nilai +a (positif) dari 0 sampai 100 untuk

warna merah dan –a (negatif) dari 0 sampai -80 untuk warna hijau. Notasi b

menyatakan warna kromatik campuran kuning-biru dengan nilai +b (positif) dari 0

30

Page 45: Karakteristk Fisik Dan Organoleptik Tortilla Corn Chips Dengan Penambahan Tepung Putih Telur Sebagai Sumber Protein

sampai 70 untuk warna kuning dan nilai –b (negatif) dari 0 sampai -70 untuk warna

biru. Notasi C menyatakan parameter ketajaman warna yang dihasilkan produk,

dengan nilai antara 0 (tidak tajam) sampai 100 (sangat tajam), sedangkan nilai oHue

menyatakan spesifikasi perpaduan warna yang dihasilkan. Hasil pengukuran

kemudian dikonversi dengan menggunakan Munsell Conversion Program V.

Gambar 5. Diagram Kromameter Munsell

Analisa Karakteristik Organoleptik (Soekarto, 1985).

Pengujian organoleptik yang dilakukan adalah uji mutu hedonik terhadap

kerenyahan, warna, rasa, tekstur, rasa gurih, dan uji hedonik (tingkat kesukaan)

terhadap produk tortilla corn chips secara keseluruhan. Pengujian mutu hedonik dan

hedonik dilakukan dengan menggunakan panelis agak terlatih sebanyak 50 orang.

Pengujian mutu hedonik yang dilakukan menggunakan uji skoring yaitu

penilaian menggunakan angka sebagai parameter penentuan suatu kesan dari suatu

rangsangan yang ditimbulkan oleh produk. Penggunaan skoring dapat memberikan

informasi besaran kesan yang diperoleh dari suatu komoditi sehingga dapat diketahui

mutu dari komoditi tersebut (Rahayu, 1998). Panelis menuliskan kesan pada formulir

yang disediakan, pada setiap formulir terdapat 7 pilihan/tingkatan, setiap angka yang

dipilih oleh panelis menunjukkan tingkat mutu yang berbeda tergantung dari kesan

yang didapatkan oleh panelis. Pada pengujian mutu hedonik dan hedonik, pilihan

kesan yang ada terdiri dari :

31

Page 46: Karakteristk Fisik Dan Organoleptik Tortilla Corn Chips Dengan Penambahan Tepung Putih Telur Sebagai Sumber Protein

Warna diamati secara visual dengan membandingkan tingkat kecerahan

warna kuning dari produk tortilla corn chips, kriteria warna berkisar antara sangat

gelap hingga sangat cerah.

- Warna : 1 = Sangat Gelap; 2 = Gelap; 3 = Agak Gelap; 4 = Netral (Tidak

Cerah & Tidak Gelap); 5 = Agak Cerah; 6 = Cerah; 7 = Sangat Cerah.

Kerenyahan produk pada uji organoleptik dinilai dengan cara mengunyah

produk, kriteria ini berkisar antara sangat keras hingga sangat renyah.

- Kerenyahan : 1 = Sangat Keras; 2 = Keras; 3 = Agak Keras; 4 = Netral (tidak

renyah & tidak keras); 5 = Agak Renyah; 6 = Renyah; 7 = Sangat Renyah.

- Rasa Gurih : 1 = Sangat Tidak Gurih; 2 = Tidak Gurih; 3 = Agak Tidak

Gurih; 4 = Netral (Tidak Gurih & Tidak Hambar); 5 = Agak Gurih; 6 =

Gurih; 7 = Sangat Gurih.

Tekstur tortilla corn chips diamati dengan cara merasakan tekstur pada saat

produk ini dikunyah dalam mulut, kriteria tekstur berkisar antara sangat kasar hingga

sangat halus.

- Tekstur : 1 = Sangat Kasar; 2 = Kasar; 3 = Agak Kasar; 4 = Netral (tidak

halus & tidak kasar); 5 = Agak Halus; 6 = Halus; 7 = Sangat Halus.

Tingkat kesukaan (hedonik) ditentukan setelah produk diamati oleh panelis

kemudian menuangkan kesan terhadap produk secara keseluruhan, kesan hedonik

memiliki kisaran antara sangat tidak suka hingga sangat suka.

- Hedonik : 1 = Sangat Tidak Suka; 2 = Tidak Suka; 3 = Agak Tidak Suka; 4 =

Netral; 5 = Agak Suka; 6 = Suka; 7 = Sangat Suka.

32

Page 47: Karakteristk Fisik Dan Organoleptik Tortilla Corn Chips Dengan Penambahan Tepung Putih Telur Sebagai Sumber Protein

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tepung Putih Telur

Pada awal penelitian ini, dilakukan pembuatan tepung putih telur yang

dijadikan objek utama pada penelitian ini. Tepung putih telur pada penelitian ini

dibuat dengan metode pan drying (pengeringan lapis), pengeringan dilakukan

menggunakan loyang yang dipanaskan dalam oven. Hasil analisa terhadap tepung

putih telur yang dibuat dan digunakan dalam penelitian ini disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8. Hasil Pengujian Tepung Putih Telur dan Standard Tepung Putih Telur

Peubah Hasil Analisa* Standard Tepung Putih Telur**1. Kadar air (%)

2. Kadar abu (%)

3. Kadar protein (%)

4. Kadar serat kasar (%)

5. Kadar lemak (%)

6. Kadar karbohidrat (%)

5,97

3,01

72,06

0

0,21

18,69

Maks. 8

Maks. 5

Min. 75

-

Maks. 1

- Sumber : *) Hasil analisa Laboratorium Pengolahan Pangan, FATETA, IPB.

**) SNI 01-4323-1996Nilai – nilai diatas menunjukkan tepung putih telur yang dibuat pada

penelitian ini memenuhi standard yang ada, walaupun terjadi perbedaan pada nilai

kadar protein. Kadar protein yang lebih rendah dibandingkan standard yang ada

dapat disebabkan oleh metode pembuatan tepung putih telur yang dilakukan. Pada

metode pan drying yang digunakan pada penelitian ini dilakukan pengeringan

dengan oven dalam jangka waktu yang cukup lama yaitu 42 jam. Hal ini dapat

menyebabkan denaturasi protein yang terdapat pada putih telur dikarenakan

pemanasan yang terus - menerus. Winarno (1997) menyatakan bahwa denaturasi

protein dapat disebabkan oleh berbagai macam cara diantaranya oleh panas, pH,

bahan kimia, mekanik, dan sebagainya. Rendahnya kadar protein tepung putih telur

dibandingkan standard juga dapat dikarenakan meningkatnya kadar karbohidrat

tepung putih telur, hal ini dimungkinkan terjadi karena pada saat proses fermentasi

tidak digunakan khamir murni sehingga proses penyerapan dan fermentasi glukosa

pada putih telur yang seharusnya dilakukan oleh Saccharomyces cerevisiae murni,

tidak berlangsung secara maksimal.

Page 48: Karakteristk Fisik Dan Organoleptik Tortilla Corn Chips Dengan Penambahan Tepung Putih Telur Sebagai Sumber Protein

Karakteristik Fisik Tortilla Corn Chips

Karakteristik fisik bahan pangan menunjukkan informasi tentang sifat fisik

bahan pangan tersebut, yang umumnya terdiri dari bentuk, ukuran volume, luas

permukaan, densitas, porositas, warna dan penampakan (Wirakartakusumah, 1992).

Karakteristik fisik yang diujikan pada penelitian ini yaitu derajat gelatinisasi, derajat

pengembangan, kekerasan, indeks penyerapan air, indeks kelarutan air, dan warna.

Hasil pengujian karakteristik fisik tortilla corn chips secara keseluruhan dapat dilihat

pada Lampiran 2.

Derajat Gelatinisasi

Derajat gelatinisasi adalah rasio antara pati yang tergelatinisasi dengan total

pati (Wooton et al., 1971). Pengukuran derajat gelatinisasi pada tortilla corn chips

sangat penting dilakukan karena gelatinisasi merupakan proses utama yang terjadi

pada pati yang melalui proses pemasakan. Derajat gelatinisasi tortilla corn chips

dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Nilai Rataan dan Standard Deviasi Derajat Gelatinisasi Tortilla Corn Chips dengan Penambahan Tepung Putih Telur

Konsentrasi Tepung Putih Telur (%) Derajat Gelatinisasi (%)0

5

10

15

3,96 ± 0,47 a

5,59 ± 6,62 b

10,07 ± 4,56 c

11,65 ± 3,15 c

Rataan Umum -Keterangan : Superscript menunjukkan perlakuan berbeda nyata (P < 0,05)

Derajat gelatinisasi produk tortilla corn chips dengan penambahan

konsentrasi tepung putih telur yang berbeda berkisar antara 3,96% sampai 11,65%

dengan nilai rataan masing – masing untuk formula 1 yaitu 3,96% ± 0,47; formula 2

yaitu 5,59% ± 6,62; formula 3 yaitu 10,07% ± 4,56; dan formula 4 yaitu 11,65% ±

3,15 (Tabel 9). Berdasarkan analisis ragam (Lampiran 3) diketahui derajat

gelatinisasi dipengaruhi secara nyata (P<0,05) oleh perbedaan formula. Selanjutnya

dengan uji duncan terhadap data pada selang kepercayaan 95% dapat diketahui

bahwa nilai derajat gelatinisasi tortilla corn chips yang dibuat dengan menggunakan

34

Page 49: Karakteristk Fisik Dan Organoleptik Tortilla Corn Chips Dengan Penambahan Tepung Putih Telur Sebagai Sumber Protein

formula 1 berbeda nyata dengan formula 2, 3 dan 4. Derajat gelatinisasi formula 2

berbeda nyata dengan formula lainnya, dan formula 3 dan 4 tidak berbeda nyata.

Pati yang bersumber dari jagung dan tepung tapioka menyerap air yang

ditambahkan pada saat pencampuran adonan. Jika suspensi air–pati dipanaskan maka

akan terjadi pembengkakan granula. Pembengkakan granula itu mulanya bersifat

reversibel, artinya granula pati yang telah mengalami pembengkakan dapat kembali

seperti kondisi semula. Jika pemanasan diteruskan, maka setelah mencapai suhu

tertentu sifat pembengkakan menjadi ireversibel, proses itulah yang disebut

gelatinisasi (Winarno, 1984).

Derajat gelatinisasi meningkat dengan adanya peningkatan penambahan

tepung putih telur pada pembuatan tortilla corn chips. Hal ini dapat terjadi

disebabkan oleh semakin banyaknya molekul air yang terlepas dari proses

pembentukan ikatan dipeptida pada protein. Hal ini mengakibatkan semakin

banyaknya air yang terserap ke dalam granula pati, kemudian tergelatinisasi.

Ketersediaan air sangat penting dalam kelangsungan proses gelatinisasi. Winarno

(1984) menyatakan bahwa protein terdiri atas asam amino – asam amino yang saling

berikatan, gugus karboksil suatu asam amino yang berikatan dengan gugus amino

dari molekul asam amino lain menghasilkan suatu dipeptida dengan melepaskan

molekul air.

Peningkatan konsentrasi protein menyebabkan bertambahnya jumlah

pemecahan pati oleh protein yang berasal dari tepung putih telur sehingga

menyebabkan terjadinya penurunan total pati pada adonan, hal ini menyebabkan

terjadinya peningkatan nilai derajat gelatinisasi produk. Secara tidak langsung

terlihat bahwa dengan meningkatnya penggunaan tepung putih telur akan

meningkatkan jumlah pati yang tergelatinisasi. Semakin banyak jumlah pati yang

tergelatinisasi akan meningkatkan nilai derajat gelatinisasi.

Menurut Muchtadi et al., (1988), gelatinisasi dipengaruhi oleh bahan mentah

yaitu ukuran granula, rasio antara amilosa dan amilopektin dan komponen –

komponen yang terdapat di dalam bahan pangan seperti kadar air, gula, protein,

lemak, dan serat kasar. Menurut Ahza (1996), faktor luar yang mempengaruhi yaitu :

(1) energi, (2) jumlah air yang ditambahkan pada saat proses (rasio pati dan pati),

dan (3) waktu untuk berlangsung reaksi.

35

Page 50: Karakteristk Fisik Dan Organoleptik Tortilla Corn Chips Dengan Penambahan Tepung Putih Telur Sebagai Sumber Protein

Derajat Pengembangan

Derajat pengembangan tortilla corn chips memiliki nilai rataan umum

138,12% ± 8,24 dengan nilai rataan masing – masing formula terdapat pada Tabel

10. Berdasarkan analisis ragam, perlakuan formula perbedaan konsentrasi tepung

putih telur tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap derajat pengembangan produk

(Lampiran 4).

Tabel 10. Nilai Rataan dan Standard Deviasi Derajat Pengembangan Tortilla Corn Chips dengan Penambahan Tepung Putih Telur

Konsentrasi Tepung Putih Telur (%) Derajat Pengembangan (%)0

5

10

15

130,21 ± 4,81

131,83 ± 17,01

144,58 ± 14,2

145,88 ± 0,90Rataan Umum 138,12 ± 8,24

Nilai – nilai yang didapat menunjukkan bahwa perbedaan penambahan

tepung putih telur tidak berpengaruh terhadap nilai derajat pengembangan produk.

Hal ini salah satunya dapat dipengaruhi oleh perbandingan kandungan amilosa yang

terdapat pada pati jagung dan tapioka (pati jagung : 27% & pati tapioka : 29,1%).

Kandungan amilosa akan mempengaruhi sifat – sifat pati yang telah tergelatinisasi,

polimer molekul D-glukosa yang berantai lurus sangat mudah berhubungan dengan

polimer rantai lurus lainnya, penggabungan seperti ini menyebabkan penurunan

kestabilan pati yang telah tergelatinisasi (Collison, 1968). Penurunan kestabilan pati

ini dapat menyebabkan pengembangan produk tidak terjadi secara maksimal, karena

tidak semua pati yang telah tergelatinisasi ikut mengembang dikarenakan kondisi

pati yang tidak stabil untuk membengkak/mengembang.

Kekerasan Tortilla Corn Chips

Pengukuran kekerasan tortilla corn chips dilakukan dengan alat rheoner yang

dimaksudkan untuk menilai secara objektif kekerasan tortilla corn chips. Nilai rataan

umum kekerasan tortilla corn chips adalah 714,15 gf ± 382,73 dengan nilai rataan

masing – masing formula terdapat pada Tabel 11. Perbedaan penambahan tepung

putih telur tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap tortilla corn chips (Lampiran

36

Page 51: Karakteristk Fisik Dan Organoleptik Tortilla Corn Chips Dengan Penambahan Tepung Putih Telur Sebagai Sumber Protein

5). Nilai – nilai yang didapat masih sangat beragam dan memiliki nilai standar

deviasi yang besar. Metode pencetakan adonan yang masih kurang sempurna juga

dapat menjadi penyebabnya sehingga produk yang dihasilkan tidak seragam,

sehingga secara statistik penambahan tepung putih telur pada formula tidak

berpengaruh nyata pada kekerasan tortilla corn chips.

Tabel 11. Rataan dan Standard Deviasi Kekerasan Tortilla Corn Chips dengan Penambahan Tepung Putih Telur

Konsentrasi Tepung Putih Telur (%) Kekerasan (gf)0

5

10

15

363,3 ± 230,23

403,3 ± 122,10

1025 ± 482,98

1065 ± 459,02Rataan Umum 714,15 ± 382,73

Peningkatan kekerasan dari tortilla corn chips seiring dengan peningkatan

nilai derajat gelatinisasi dan derajat pengembangan pada tiap formula. Meningkatnya

kekompakan struktur pati dengan semakin banyaknya jumlah pati yang

tergelatinisasi serta semakin mengembangnya produk menyebabkan semakin sulitnya

produk untuk dipecahkan oleh plunger dari rheoner, sehingga nilai yang dihasilkan

pun semakin tinggi. Kadar protein yang semakin tinggi menyebabkan produk

menjadi semakin kompak dikarenakan sifat fungsional protein yang dapat mengikat

air dan komponen gizi lainnya (Winarno, 2002).

Indeks Penyerapan Air

Indeks penyerapan air produk berbagai formula berkisar antara 2,69 – 3,68

ml/g dengan nilai rataan umum indeks penyerapan air (IPA) adalah 3,22 ml/g ± 0,44

dengan nilai rataan masing – masing formula terdapat pada Tabel 12. Berdasarkan

analisis ragam, indeks penyerapan air (IPA) tidak dipengaruhi secara nyata (P>0,05)

oleh perbedaan penambahan tepung putih telur pada tiap formula (Lampiran 6). Nilai

indeks penyerapan air yang didapat cenderung fluktuatif, sehingga peningkatan

penambahan konsentrasi protein tepung putih telur pada formula secara statistik tidak

berpengaruh terhadap indeks penyerapan air produk.

37

Page 52: Karakteristk Fisik Dan Organoleptik Tortilla Corn Chips Dengan Penambahan Tepung Putih Telur Sebagai Sumber Protein

Tabel 12. Rataan dan Standard Deviasi Indeks Penyerapan Air Tortilla Corn Chips dengan Penambahan Tepung Putih Telur

Konsentrasi Tepung Putih Telur (%) Indeks Penyerapan Air (ml/g)0

5

10

15

3,04 ± 0,76

2,69 ± 0,21

3,68 ± 0,51

3,48 ± 0,35Rataan Umum 3,22 ± 0,44

Cherry dan McWaters (1981) menjelaskan bahwa daya serap air selain

bergantung pada sifat protein bahan, juga dipengaruhi oleh keberadaan dan jumlah

gugus polar dan non polar dalam bahan. Protein menjadi penting sebagai komponen

yang menentukan tingkat penyerapan air karena hampir semua protein mengandung

sejumlah rantai polar sepanjang kerangka peptidanya dan membuat bersifat

hidrofilik. Protein tepung putih telur memegang peranan penting pada kemampuan

menyerap air karena komponen ini paling banyak dikandung dalam tepung putih

telur, namun masih perlu diketahui jenis dan jumlah protein yang masih terkandung

dalam tepung putih telur yang memiliki sifat hidrofilik maupun hidrofobik.

Indeks Kelarutan Air

Indeks kelarutan air (IKA) atau disebut juga daya larut menunjukkan

kemampuan tortilla corn chips untuk dapat larut dalam air yang dinyatakan dengan

banyaknya jumlah partikel (g) yang terlarut dalam sejumlah air tertentu (ml). Nilai

rataan umum indeks kelarutan air tortilla corn chips dengan penambahan tepung

putih telur 0,018 g/ml ± 0,003 dengan nilai rataan masing – masing formula terdapat

pada Tabel 13.

Tabel 13. Rataan dan Standard Deviasi Indeks Kelarutan Air Tortilla Corn Chips dengan Penambahan Tepung Putih Telur

Konsentrasi Tepung Putih Telur (%) Indeks Kelarutan Air (g/ml)0

5

10

15

0,023 ± 0,004

0,017 ± 0,005

0,017 ± 0,009

0,016 ± 0,007Rataan Umum 0,018 ± 0,003

38

Page 53: Karakteristk Fisik Dan Organoleptik Tortilla Corn Chips Dengan Penambahan Tepung Putih Telur Sebagai Sumber Protein

Berdasarkan analisis ragam (Lampiran 7), indeks kelarutan air (IKA) tidak

dipengaruhi secara nyata (P>0,05) oleh formula penambahan tepung putih telur.

Penurunan nilai indeks kelarutan air (IKA) pada tortilla corn chips dapat disebabkan

adanya penambahan garam pada adonan. Winarno (1984) menjelaskan bahwa bila

suatu protein ditambahkan garam, daya larut proteinnya akan berkurang, akibatnya

protein akan terpisah. Peningkatan penambahan tepung putih telur pada formula

menyebabkan jumlah protein yang larut pada air semakin berkurang.

Warna Tortilla Corn Chips

Warna tortilla corn chips dengan berbagai taraf penambahan tepung putih

telur berdasarkan konversi warna dengan Munsell Conversion Program

menunjukkan kisaran warna yang sama yaitu kuning. Secara visual perbedaan

tortilla corn chips antar perlakuan terlihat pada tingkat kecerahan warna kuning yang

dihasilkan. Penambahan tepung putih telur yang semakin tinggi cenderung

menurunkan tingkat kecerahan tortilla corn chips, disamping itu adonan dan proses

pemanggangan juga mempengaruhi tingkat kecerahan tortilla corn chips,

keseluruhan nilai rataan hasil analisis warna terhadap tortilla corn chips dapat dilihat

pada Tabel 14.

Tabel 14. Rataan dan Standard Deviasi Warna Tortilla Corn Chips dengan Penambahan Tepung Putih Telur

Konsentrasi Tepung Putih

Telur (%)

WarnaL a b C ºHue

0

5

10

15

74,52 ± 1,30

69,48 ± 4,59

67,39 ± 4,81

67,45 ± 4,63

8,53 ± 1,62

8,64 ± 1,34

9,71 ± 1,38

9,18 ± 1,68

25,76 ± 6,17

28,96 ± 4,09

28,74 ± 3,26

26,14 ± 2,83

27,16 ± 5,81

30,25 ± 3,94

30,36 ± 3,19

27,72 ± 3,18

70,51 ± 4,72

73,31 ± 3,29

71,48 ± 2,67

70,78 ± 1,78Rataan 69,71 ± 3,35 9,02 ± 0,54 27,4 ± 1,68 28,87 ± 1,67 71,52 ± 1,26

Nilai L. Penambahan tepung putih telur tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap

nilai L (kecerahan) tortilla corn chips (Lampiran 8). Hasil pengukuran nilai L tortilla

corn chips dalam penelitian ini berkisar antara 67,45 sampai dengan 74,52 dengan

nilai rataan umum adalah 69,71 ± 3,35, rincian nilai rataan tiap formula dapat dilihat

pada Tabel 14. Nilai L pada produk semakin menurun seiring dengan meningkatnya

kadar tepung putih telur yang ditambahkan dalam formula.

39

Page 54: Karakteristk Fisik Dan Organoleptik Tortilla Corn Chips Dengan Penambahan Tepung Putih Telur Sebagai Sumber Protein

Nilai a. Perlakuan penambahan tepung putih telur dengan konsentrasi yang berbeda

tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap nilai a tortilla corn chips (Lampiran 9).

Nilai a merupakan tingkat warna kromatik campuran merah-hijau, menunjukkan nilai

positif (+) dengan kisaran nilai +8,53 sampai dengan +9,18 (Tabel 14) dengan nilai

rataan umum adalah 9,02 ± 0,54. Nilai yang positif tersebut berarti bahwa tingkat

warna kromatik yang dihasilkan mengarah pada daerah warna merah (skala 0 – 80).

Nilai b. Penambahan tepung putih telur tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap

nilai b tortilla corn chips (Lampiran 10). Nilai b merupakan tingkat warna kromatik

campuran biru-kuning, menunjukkan nilai positif dengan kisaran +25,76 sampai

dengan +28,96 (Tabel 14) dengan nilai rataan umum yaitu 27,4 ± 1,68. Nilai yang

positif diatas berarti bahwa tingkat warna kromatik yang dihasilkan mengarah pada

kisaran warna kuning (skala 0 – 70).

Nilai C. Penambahan tepung putih telur tidak berpengaruh secara nyata (P>0,05)

terhadap nilai C tortilla corn chips (Lampiran 11). Nilai C menunjukkan tingkat

ketajaman warna yang dihasilkan produk, dengan nilai antara 0 (tidak tajam) sampai

100 (sangat tajam). Nilai C yang dihasilkan berkisar antara 27,16 sampai dengan

30,36 (Tabel 14), dengan rataan umum 28,87 ± 1,67 yang berarti warna yang yang

dihasilkan tortilla corn chips tidak terlalu tajam bahkan cenderung tidak tajam.

Nilai °Hue. Penambahan tepung putih telur tidak berpengaruh nyata (P>0,05)

terhadap nilai ºHue (hº) tortilla corn chips (Lampiran 12). Nilai oHue menyatakan

spesifikasi perpaduan warna yang dihasilkan. Nilai rataan umum oHue tortilla corn

chips dengan berbagai taraf penambahan tepung putih telur adalah 71,52 ± 1,26

dengan kisaran nilai oHue antara 70,51 sampai dengan 73,31 sebagaimana

ditampilkan pada Tabel 14.

Proses pemanggangan akan menimbulkan karamelisasi adonan, sehingga

tortilla corn chips yang dihasilkan secara visual berwarna kuning kecoklatan –

coklatan. Komponen adonan yang sangat mempengaruhi karamelisasi adalah gula

(Winarno, 1997). Matz dan Matz (1978) menyatakan bahwa gula berperan

membentuk warna coklat pada tortilla corn chips melalui reaksi pencoklatan

nonenzimatis selama pemanggangan (reaksi Maillard) dan karamelisasi. Warna

40

Page 55: Karakteristk Fisik Dan Organoleptik Tortilla Corn Chips Dengan Penambahan Tepung Putih Telur Sebagai Sumber Protein

kuning pada dasarnya merupakan warna adonan yang didominasi oleh grits jagung

yang merupakan bahan utama dalam pembuatan tortilla corn chips.

Karakteristik Organoleptik Tortilla Corn Chips

Sebelum melakukan uji mutu hedonik dan uji hedonik dilakukan terlebih

dahulu penilaian terhadap tampilan umum tortilla corn chips. Tortilla corn chips

yang dihasilkan secara umum memiliki penampilan fisik yang tidak terlalu berbeda.

Kombinasi penggunaan jagung, tepung tapioka, dan tepung putih telur menghasilkan

warna kuning kecoklatan. Penampilan produk tortilla corn chips dengan atau tanpa

penambahan tepung putih telur dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Tortilla Corn Chips dengan Konsentrasi Tepung Putih Telur 0% (156), 5% (274), 10% (853), dan 15% (647).

Warna yang dihasilkan seperti Gambar 6 di atas terjadi akibat reaksi Maillard

selama proses pemanggangan dilakukan. Reaksi Maillard yang terjadi disebabkan

oleh pemanasan dalam temperatur tinggi campuran gula bersama dengan protein atau

asam amino yang berasal dari jagung dan tepung putih telur. Seperti dinyatakan oleh

41

Page 56: Karakteristk Fisik Dan Organoleptik Tortilla Corn Chips Dengan Penambahan Tepung Putih Telur Sebagai Sumber Protein

Winarno (2002) bahwa reaksi Maillard menghasilkan senyawa melanoidin yang

dapat menimbulkan warna coklat pada bahan. Terdapat pula bintik – bintik kuning

yang terlihat pada permukaan tortilla corn chips yang memperlihatkan adanya

jagung didalam produk ini. Jagung yang digunakan merupakan jagung kering yang

digiling kembali dengan ukuran 10 mesh, sehingga walaupun butirannya tampak

tetapi tidak terlalu terasa pada saat produk ini dikonsumsi.

Pengujian terhadap sifat organoleptik bertujuan untuk mengetahui

karakteristik mutu dan tingkat penerimaan produk tortilla corn chips berdasarkan

penilaian skor dari panelis. Kriteria yang dianalisa pada uji mutu hedonik meliputi

warna, kerenyahan, rasa gurih, tekstur, dan untuk uji hedonik dinilai hanya

penerimaan secara keseluruhan terhadap produk tortilla corn chips. Nilai rataan hasil

pengujian organoleptik dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15. Nilai Rataan dan Standard Deviasi Penilaian Organoleptik Tortilla Corn Chips dengan Penambahan Tepung Putih Telur

Kriteria Penilaian

Organoleptik

Formula1 2 3 4

Mutu Hedonik :- Warna

- Kerenyahan

- Rasa Gurih

- Tekstur

Hedonik :

5,76 ± 0,62A

6,62 ± 0,77A

4,20 ± 1,10B

4,04 ± 1,19A

5,16 ± 0,81A

4,22 ± 0,81B

5,24 ± 0,89A

4,60 ± 0,93A

4,48 ± 1,05B

5,22 ± 0,70A

4,50 ± 0,78C

3,92 ± 0,68B

4,00 ± 0,79C

3,86 ± 0,83C

4,50 ± 0,98B

3,96 ± 0,88D

3,78 ± 0,80C

4,72 ± 0,85A

3,10 ± 0,80C

3,82 ± 1,06C

Keterangan :- Superscript menunjukkan perlakuan sangat berbeda nyata (P < 0,01)

- Warna : 1 = Sangat Gelap; 2 = Gelap; 3 = Agak Gelap; 4 = Netral (tidak Cerah & tidak Gelap);

5 = Agak Cerah; 6 = Cerah; 7 = Sangat Cerah.

- Kerenyahan : 1 = Sangat Keras; 2 = Keras; 3 = Agak Keras; 4 = Netral (tidak renyah & tidak

keras); 5 = Agak Renyah; 6 = Renyah; 7 = Sangat Renyah.

- Rasa Gurih : 1 = Sangat Tidak Gurih; 2 = Tidak Gurih; 3 = Agak Tidak Gurih; 4 = Netral

(Tidak Gurih & Tidak Hambar); 5 = Agak Gurih; 6 = Gurih; 7 = Sangat Gurih.

- Tekstur : 1 = Sangat Kasar; 2 = Kasar; 3 = Agak Kasar; 4 = Netral (tidak halus & tidak kasar);

5 = Agak Halus; 6 = Halus; 7 = Sangat Halus.

- Hedonik : 1 = Sangat Tidak Suka; 2 = Tidak Suka; 3 = Agak Tidak Suka; 4 = Netral; 5 = Agak

Suka; 6 = Suka; 7 = Sangat Suka.

42

Page 57: Karakteristk Fisik Dan Organoleptik Tortilla Corn Chips Dengan Penambahan Tepung Putih Telur Sebagai Sumber Protein

Mutu Hedonik

Warna. Warna produk dipengaruhi oleh formula bahan baku. Penilaian warna yang

dilakukan difokuskan terhadap tingkat kecerahan produk menurut panelis. Skala

penilaian berkisar antara sangat cerah sampai dengan sangat gelap (1 – 7). Rataan

penilaian panelis terhadap warna produk tortilla corn chips yaitu 3,96 sampai dengan

5,76.

Nilai rataan dari hasil pengujian mutu hedonik terhadap warna (Tabel 15) dari

tortilla corn chips, produk formula 1 yaitu 5,76 (cerah); formula 2 yaitu 4,22 (agak

cerah); formula 3 yaitu (agak cerah); dan formula 4 yaitu 3,96 (netral/tidak cerah &

tidak gelap). Hasil analisis ragam (Lampiran 13) menunjukkan bahwa penilaian

warna tortilla corn chips dipengaruhi secara sangat nyata (P<0,01) oleh perbedaan

konsentrasi tepung putih telur. Uji Kruskal-Wallis menunjukkan bahwa produk

formula 1 berbeda nyata dengan produk formula 2, 3, dan 4.

Warna pada tortilla corn chips dipengaruhi oleh formula bahan baku.

Penambahan tepung putih telur pada formula berpengaruh nyata terhadap warna

yang tampak. Semakin tinggi konsentrasi penambahan tepung putih telur berakibat

terhadap semakin gelap warna produk. Hal ini dikarenakan terjadinya reaksi

browning pada saat pemanasan, reaksi ini terjadi akibat bereaksinya lisin dengan

gula sederhana pada suhu tinggi, dan membentuk melanoidin (Winarno, 1984).

Peningkatan kadar lisin akibat peningkatan jumlah tepung putih telur yang

ditambahkan, menyebabkan semakin banyaknya lisin yang bereaksi dengan gula

sederhana, sehingga produk yang dihasilkanpun menampakkan warna yang semakin

gelap.

Kerenyahan. Nilai mutu hedonik terhadap kerenyahan (Tabel 15) berkisar antara

3,78 (tidak renyah & tidak keras) sampai dengan 6,62 (sangat renyah). Berdasarkan

analisis ragam (Lampiran 14), menunjukkan bahwa kerenyahan produk dipengaruhi

secara sangat nyata (P<0,01) oleh perbedaan formula. Selanjutnya dengan uji

Kruskal-Wallis dapat diketahui bahwa tidak ada perbedaan kerenyahan produk

formula 1 dan 2 namun keduanya berbeda nyata dengan produk formula 3 dan 4.

produk formula 3 juga berbeda nyata dengan produk formula 4.

Tabel 15 menunjukkan bahwa semakin banyak tepung putih telur yang

ditambahkan pada tortilla corn chips, secara subjektif dirasakan. Hasil ini selaras

43

Page 58: Karakteristk Fisik Dan Organoleptik Tortilla Corn Chips Dengan Penambahan Tepung Putih Telur Sebagai Sumber Protein

dengan hasil pengukuran kekerasan produk secara objektif, dengan semakin tinggi

nilai mutu hedonik kerenyahan seiring dengan semakin turunnya nilai kekerasan

yang diuji secara objektif. Begitu pula sebaliknya, semakin tinggi nilai kekerasan

objektif seiring dengan menurunnya nilai kerenyahan dari panelis.

Kerenyahan dari tortilla corn chips dinilai berdasarkan bunyi yang

ditimbulkan apabila produk dipatahkan. Bunyi pada produk tortilla corn chips

disebabkan karena adanya rongga antar sel – sel kaku dan rapuh yang berisi rongga

udara. Apabila diberikan gaya dari luar, sel – sel tersebut akan patah dan

menimbulkan getaran udara pada rongga – rongga tersebut. Getaran ini menimbulkan

bunyi yang kenyaringannya tergantung pada kekakuan sel. Peningkatan jumlah

penambahan tepung putih telur pada tortilla corn chips menyebabkan semakin

kompak dan padatnya sel - sel produk ini dikarenakan daya erat yang dihasilkan oleh

protein putih telur. Ketika dipatahkan, produk formula 4 (konsentrasi tepung putih

telur 15 %) menghasilkan suara yang tidak terlalu nyaring dibandingkan formula

yang lainnya.

Rasa Gurih. Nilai uji mutu hedonik terhadap rasa gurih (Tabel 15) dari produk

tortilla corn chips berkisar antara 4,0 (netral) sampai dengan 4,72 (agak gurih).

Berdasarkan analisis ragam (Lampiran 15), nilai mutu hedonik rasa gurih tortilla

corn chips dipengaruhi secara sangat nyata (P<0,01) oleh perbedaan formula.

Selanjutnya dengan menggunakan uji Kruskal-Wallis dapat diketahui bahwa produk

formula 2 dan 4 berbeda sangat nyata dengan produk formula 1 dan 3.

Nilai pada Tabel 15 menunjukkan dengan semakin meningkatnya konsentrasi

tepung putih telur dalam adonan, semakin meningkat pula penilaian panelis terhadap

rasa gurih pada produk. Peningkatan penggunaan tepung putih telur cenderung

meningkatkan rasa gurih pada produk. Rasa gurih ini dihasilkan oleh protein yang

terdapat pada tepung putih telur. Produk dengan konsentrasi penambahan tepung

putih telur tertinggi yaitu 15% (formula 4) secara subjektif memiliki tingkat rasa

gurih yang tertinggi pula dibandingkan dengan produk lainnya.

Tekstur. Tekstur yang dinilai pada pengujian ini yaitu tekstur yang dirasakan pada

saat tortilla corn chips dikunyah dalam mulut. Nilai uji mutu hedonik terhadap

tekstur (Tabel 15) dari produk tortilla corn chips berkisar antara 3,1 (agak kasar)

44

Page 59: Karakteristk Fisik Dan Organoleptik Tortilla Corn Chips Dengan Penambahan Tepung Putih Telur Sebagai Sumber Protein

sampai dengan 4,48 (agak halus). Berdasarkan analisis ragam (Lampiran 16), nilai

mutu hedonik tekstur tortilla corn chips dipengaruhi sangat nyata (P<0,01) oleh

perbedaan penambahan tepung putih telur. Selanjutnya dengan menggunakan uji

Kruskal-Wallis dapat diketahui bahwa produk formula 1 dan 2 berbeda sangat nyata

dengan formula 3 dan 4, namun produk formula 3 mempunyai tekstur yang sama dan

tidak berbeda nyata dengan produk formula 4.

Tekstur pada produk tortilla corn chips dipengaruhi oleh jumlah bahan baku

yang terdapat dalam adonan. Berdasarkan penilaian secara subjektif oleh panelis,

semakin tinggi konsentrasi tepung putih telur pada adonan menyebabkan produk

semakin kasar. Hal ini cenderung menunjukkan bahwa tingginya jumlah penggunaan

tepung baik tepung putih telur maupun tepung tapioka dalam adonan menyebabkan

menurunnya tingkat kematangan dari grits jagung pada saat pemanggangan karena

stukturnya sebagian besar tertutup oleh semakin banyaknya tepung pada adonan,

sehingga berakibat masih terasa kerasnya butiran grits jagung pada saat panelis

mengunyah sampel.

Hedonik

Uji hedonik hanya dilakukan terhadap produk tortilla corn chips secara

keseluruhan. Nilai yang diperoleh (Tabel 15) menunjukkan bahwa produk formula 2

(5%) memiliki nilai penerimaan yang tertinggi dengan rataan 5,22 (agak suka),

sedangkan produk dengan konsentrasi tepung putih telur tertinggi yaitu 15%

memiliki nilai terendah dibanding ketiga produk lainnya. Produk formula 2 lebih

disukai panelis dikarenakan produk ini memiliki warna, tekstur, kerenyahan, dan rasa

gurih yang lebih tinggi dibandingkan formula - formula lainnya. Dapat dikatakan

panelis lebih menyukai produk dengan warna yang cenderung cerah, memiliki

tekstur yang halus, renyah, dan rasa yang gurih. Hasil analisis ragam terhadap

penerimaan secara keseluruhan tortilla corn chips (Lampiran 17) menunjukkan

bahwa tingkat kesukaan panelis dipengaruhi sangat nyata (P<0,01) oleh perbedaan

formula. Uji Kruskal-Wallis menunjukkan pula bahwa produk formula 1 dan 2

berbeda nyata dengan formula 3 dan 4.

Penilaian hedonik merupakan penilaian tingkat kesukaan terhadap produk

tortilla corn chips secara keseluruhan. Menurut Winarno (1997), satu hal yang

45

Page 60: Karakteristk Fisik Dan Organoleptik Tortilla Corn Chips Dengan Penambahan Tepung Putih Telur Sebagai Sumber Protein

penting mempengaruhi penerimaan suatu produk adalah latar belakang dan selera

masing – masing individu yang memberikan penilaian.

Penentuan Produk Terbaik

Tabel penentuan produk tortilla corn chips terbaik (Tabel 16) menunjukkan

bahwa jumlah nilai yang didapatkan oleh tortilla corn chips formula 1 dan 2 adalah

sama, yaitu 33, sedangkan formula 3 memiliki total nilai 23 dan formula 4 sebesar

21. Berdasarkan metode penentuan produk terbaik yang sudah ditentukan bahwa

nilai yang didapat diurutkan berdasarkan kondisi terbaik yang diharapkan ada pada

produk tortilla corn chips yang dibuat, jumlah nilai yang didapat tiap formula

dibandingkan satu dengan lainnya, formula yang memiliki jumlah nilai tertinggi

dianggap sebagai produk terbaik dibandingkan produk lainnya.

Tabel 16. Hasil Penentuan Produk Terbaik Tortilla Corn Chips dengan Penambahan Tepung Putih Telur

Tabel penentuan produk tortilla corn chips terbaik di atas menunjukkan

bahwa produk formula 1 dan 2 merupakan produk dengan jumlah nilai tertinggi yaitu

33, namun produk formula 2 dianggap lebih baik karena memiliki kandungan protein

yang lebih tinggi seperti yang diharapkan yaitu 8,51 % ± 0,19, karena pada produk

formula 1 tidak dilakukan penambahan tepung putih telur hanya memiliki kadar

46

Karakteristik Formula 1 Formula 2 Formula 3 Formula 41. D. Gelatinisasi

2. I. P. A.

3. I. K. A.

4. Kekerasan (gf)

5. D. Pengembangan

6. Warna :

ºa

ºb

7. Organoleptik :

- Hedonik

- MH_Warna

- MH_Kerenyahan

- MH_Rasa Gurih

- MH_Tekstur

Jumlah (Σ x)

3,96 (4)

3,045 (3)

0,02305 (4)

363,33 (4)

130,216 (1)

-

74,52 (1)

8,536 (-)

25,76 (-)

-

5,16 (3)

5,76 (4)

6,62 (4)

4,20 (2)

4,04 (3)

33

5,598 (3)

2,692 (4)

0,0177 (3)

403,33 (3)

131,83 (2)

-

69,481 (2)

8,64 (-)

28,965 (-)

-

5,22 (4)

4,22 (2)

5,24 (3)

4,60 (3)

4,48 (4)

33

10,07 (2)

3,6827 (1)

0,0171 (2)

1025 (2)

144,583 (3)

-

67,395 (3)

9,706(-)

28,743 (-)

-

4,50 (2)

4,50 (3)

3,92 (2)

4,00 (1)

3,86 (2)

23

11,658 (1)

3,48 (2)

0,0164 (1)

1065 (1)

145,88 (4)

-

67,456 (4)

9,188 (-)

26,148 (-)

-

3,82 (1)

3,96 (1)

3,78 (1)

4,72 (4)

3,10 (1)

21

Page 61: Karakteristk Fisik Dan Organoleptik Tortilla Corn Chips Dengan Penambahan Tepung Putih Telur Sebagai Sumber Protein

protein 2,94 % ± 0,15. Aplikasi tepung putih telur pada produk tortilla corn chips

spada penelitian ini mencapai kondisi terbaik pada penambahan konsentrasi tepung

putih telur sebanyak 5 %. Peningkatan kadar protein (Lampiran 2) diikuti dengan

kualitas fisik produk yang dapat diterima secara objektif dan subjektif menjadikan

produk tortilla corn chips formula 2 dianggap sebagai produk terbaik dibandingkan

produk yang ditambahkan tepung putih telur sebanyak 10 % dan 15 %. Rasa gurih

diamati dengan cara merasakan tingkatan kesan gurih yang dirasakan, kisaran kriteria

ini yaitu sangat tidak gurih hingga sangat gurih.

47

Page 62: Karakteristk Fisik Dan Organoleptik Tortilla Corn Chips Dengan Penambahan Tepung Putih Telur Sebagai Sumber Protein

KESIMPULAN DAN SARAN

KesimpulanPerlakuan penambahan tepung putih telur dalam taraf yang berbeda (5%,

10%, dan 15%) tidak berpengaruh terhadap karakteristik fisik yang diuji, kecuali

pada derajat gelatinisasi. Perlakuan penambahan tepung putih berpengaruh nyata

terhadap keseluruhan pengujian mutu hedonik organoleptik, hasil penilaian terhadap

warna, kerenyahan, tekstur, dan rasa gurih produk ini masih dalam taraf dapat

diterima oleh panelis. Pada pengujian hedonik, perlakuan juga berpengaruh nyata

terhadap tingkat kesukaan panelis kepada produk, panelis cenderung lebih menyukai

produk dengan penambahan tepung putih telur konsentrasi terendah (5%), hal ini

dapat disebabkan oleh kemiripan tekstur, kerenyahan, dan warna produk ini dengan

produk kontrol dan produk komersil. Produk terbaik dari penelitian ini yaitu produk

dengan penambahan tepung putih telur sebanyak 5 % (Formula 2), hasil ini diperoleh

berdasarkan penilaian fisik, organoleptik, dan kimia yang telah dilakukan terhadap

produk.

SaranPenelitian perlu dilanjutkan untuk memperbaiki kekurangan dari penelitian

ini, penggunaan peralatan yang lebih canggih dalam proses pembuatan produk

(contoh : cetakan) akan meningkatkan tingkat produktifitas dari produk ini.

Pengujian umur simpan dari produk ini juga perlu dilakukan untuk mengetahui

ketahanan produk ini selama penyimpanan. Disamping itu, perlu juga dilakukan

penyempurnaan formula sehingga dapat mengoptimalkan nilai gizi produk, dengan

sifat fisik yang baik dan penampilan yang menarik bagi konsumen.

Page 63: Karakteristk Fisik Dan Organoleptik Tortilla Corn Chips Dengan Penambahan Tepung Putih Telur Sebagai Sumber Protein

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat, karunia

dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Semoga segenap

usaha dan doa penulis bernilai ibadah di hadapan-Nya. Amin.

Pada kesempatan ini penulis menghaturkan terima kasih yang sebesar – besarnya

kepada Zakiah Wulandari, STP., M.Si. dan Ir. Bernadeth Nenny Polii, SU. sebagai dosen

pembimbing yang memberi arahan dengan penuh kesabaran serta nasihatnya selama

proses penelitian hingga selesainya penulisan skripsi ini. Kemudian kepada Ir. Niken

Ulupi, MS. dan Ir. A. Djamil Hasjym, MS. sebagai penguji ujian lisan, juga kepada Dr.

Ir. Rarah R. A. Maheswari yang kerap memberi masukan yang berharga serta dukungan

dan semangat pada penulis. Kepada Ir. Hotnida C. H. Siregar, M.Si. selaku dosen

pembimbing akademik yang membantu dalam menyelesaikan studi. Semoga Allah SWT

melimpahkan kepada para dosen yang telah menuntun penulis selama ini.

Terima kasih penulis haturkan untuk kedua orang tua yaitu Bapak R. M.

Hardiman Soehardjono dan Ibu Dra. Fitri Mardinah yang telah memberikan cinta, kasih

sayang, dan doa, serta kesempatan pada penulis untuk dapat mengeyam pendidikan

tinggi. Semoga Allah SWT selalu melimpahkan pahala atas kebaikan dan ketulusan

mereka. Juga kepada kakak – kakak tercinta Halimah Restu Hapsari dan suami Sunyoto

Rahanditya, M. Isya R. H. beserta keluarga, dan R. Moch. Adha Rozki atas doa dan

dukungan semangat yang tak terbatas. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada

keluarga besar R. M. Soehardjono atas doa dan dukungan yang tidak terbatas kepada

penulis, terutama kepada sepupu – sepupu penulis (Bowo, Ari, Oki, Widi, Kripton, Titan,

Yossi, Ninuk, dan alm. Sufi.) atas dukungan semangat, bantuan, dan doa yang tidak ada

hentinya kepada penulis.

Teruntuk para sahabat penulis, Ari, Rendi, Budi, serta Bowo yang telah ikhlas

berbagi waktu bersama dalam suka dan duka, semoga Allah SWT berkenan menjaga

persahabatan ini tetap abadi.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada staf Laboratorium Teknologi Hasil

Ternak terutama kepada Ibu Iyom dan Pak Parta, teknisi Laboratorium Pengolahan

Pangan serta staf dosen dan pegawai DIPTP. Ucapan terimakasih penulis sampaikan

kepada tim Tortilla Corn Chips, terutama kepada Laila Wahyuni serta Syamsul Huda

Page 64: Karakteristk Fisik Dan Organoleptik Tortilla Corn Chips Dengan Penambahan Tepung Putih Telur Sebagai Sumber Protein

beserta Istri Muqitta Sinatrya atas bantuan dan kerjasama yang baik. Tidak lupa terima

kasih penulis ucapkan kepada rekan-rekan THT’40 dan THT’41, Rekan - rekanku Asep,

Bowo, Ellan, Edi Sar, Doddy, Kautsar, terima kasih atas seluruh waktu, energi, dan

perhatian yang luar biasa selama ini. Serta kepada semua pihak yang turut membantu atas

pembuatan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu. Semoga skripsi ini

bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis pribadi.

Bogor, Juli 2008

Penulis

50

Page 65: Karakteristk Fisik Dan Organoleptik Tortilla Corn Chips Dengan Penambahan Tepung Putih Telur Sebagai Sumber Protein

DAFTAR PUSTAKA

Ahza, A. B. 1996. Kondisi dan parameter operasional pada teknologi ekstruksi, pemanggangan dan penggorengan. Modul 2 Pelatihan produk-produk olahan ekstruksi, bakery, frying (Tambun-Bekasi, 2 – 3 Oktober 1996). Kerjasama Pusat Studi Pangan dan Gizi Institut Pertanian Bogor dengan Kantor Menteri Negara Urusan Pangan, Bekasi.

Aman, W. Subarna, M. Arpah. D. Syah dan S. I. Budiawati. 1992. Peralatan dan Unit Proses Industri Pangan. Pusat Antar Universitas. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Anderson, Y. 1984. Quality Aspect in Extrusion Cooking. Dalam : P. Zuenthen (ed.) Thermal Processing and Quality. Appl. Sci. Publ., London.

Apriyantono. A., D. Fardiaz, N. L. Puspitasasri, S. Yasni, dan S. Budiyanto. 1989. Analisis pangan : Petunjuk Laboratorium. IPB Press, Bogor.

ASEANFOOD. 2000. ASEAN Food Composition Tables. Institute of Nutrition, Mahidol University, Thailand.

Association of Official Analytical Chemist (AOAC). 1995. Official Methods of Analysis of The Association of Official Analytical Chemist. Published by The Association of Official Analytical Chemist, Inc., Arlington.

Badan Standarisasi Nasional. 1992. SNI 01-2891-1992. Cara Uji Makanan dan Minuman. Badan Standarisasi Nasional, Jakarta.

Badan Standarisasi Nasional. 1996. SNI 01-4323-1996. Tepung Putih Telur. Badan Standarisasi Nasional, Jakarta.

Badan Standarisasi Nasional. 2002. SNI 01-6630-2002. Makanan Ringan. Badan Standarisasi Nasional, Jakarta.

Berquist, D. H. 1964. Eggs. Dalam : Von Arsdel, W. B. and M, J. Coplej. Food Dehydration. Volume II. The AVI Publishing Co., Inc., Westport, Conn.

Buckle, K. A., R. A. Edwards, G. H. Fleet dan M. Wooton. 1987 . Ilmu Pangan. Terjemahan: Purnomo dan Adiono. Universitas Indonesia Press, Jakarta.

Cherry, J. P. and McWaters. 1981. Protein Functionality in Foods. American Chemical Soviety, Washington.

Collison, R. 1968. Starch Retrogradation. Dalam : J. A. Redley (ed). Starch and its Derivates. Chapman & Hall Ltd. London.

Cunningham, F. E. 1973. Egg Product Pasteurization. Dalam : W. J. Stadelman dan O. J. Cotterill (eds). Egg Science and Technology, P. 153. The AVI Publishing Co., Inc., Westport, Connecticut.

Page 66: Karakteristk Fisik Dan Organoleptik Tortilla Corn Chips Dengan Penambahan Tepung Putih Telur Sebagai Sumber Protein

Damardjati, D. S. dan B. H. Siwi. 1986. Potensi dan Prospek Produksi Jagung dan Kedelai di Indonesia. Makalah pada Konsultasi Teknis Pengembangan Industri Pengolahan Jagung dan Kedelai, 24 – 25 Maret 1986, Bogor.

Damodaran, S. 1996. Amino acid, Peptides, and Proteins. Dalam: O. R. Fennema (Editor). Food Chemistry Third Edition. Marcell Dekker Inc., New York.

Fardiaz, D., N. Andarwulan, H. Wijaya, dan N. Puspitasari. 1992. Teknik Analisa Sifat Kimia dan Fungsional Komponen Pangan. Pusat Antar Universitas Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Fellows, P. 1992. Food Processing Technology Principles and Practice. Ellis Harwood, London.

Forsythe, R. H. dan J. F. Foster. 1949. Note on the Electrophoretic Composition of Egg White. Poultry Sci. 28 (1) : 302.

Harper, J. M. 1981. Extrussion of Foods I. CRC Press, Inc., Boca Raton.

Hill, W. M. dan M. Sebring. 1973. Desugarization. Dalam : W.J. Stadelman dan O. J. Cotterill (eds). Egg Science and Technology. The AVI Publishing Co. Inc., Westport, Connecticut.

Hodge, J. E. Dan E. M. Osman. 1976. Carbohydrate. Dalam : O. R. Fennema (ed). Principle of Food Science. Marcel Dekker Inc., New York.

Hutching. J. B., 1999. Food Colour and Appeareance. 2nd edition. Aspen Publ. Inc., Gaitersburg, Maryland.

Grantham, G.J. 1981. Minced Fish Tech. : A Review. FAO U. N., Rome.

Kerry, J., J. Kerry dan D. Ledward. 2001. Meat processing. CRC press, New York.

Khasanah, U. 2003. Formulasi, karakterisasi fisiko-kimia dan organoleptik produk makanan sarapan ubi jalar (Sweet Potato Flakes). Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Lehninger, A. L. 1991. Dasar-Dasar Biokimia II. Terjemahan M. Thenawijaya. Erlangga, Jakarta.

Linko, P. P., P. Colonna and C. Mercier. 1981. HTST Extrusion Cooking. Dalam: Y. Pomeron Z (ed); Advanced in Cereal Science and Technology. The AVIAACC Inc., St. Paul. Minnesota.

Lusas, E. W. and L. W. Rooney. 2001. Snack Food Technology. Boca Raton London New York Washington, D.C.

Matz, S. A. 1984. Snack Food Technology. AVI Publishing Company, Inc. Westport. Connecticut.

52

Page 67: Karakteristk Fisik Dan Organoleptik Tortilla Corn Chips Dengan Penambahan Tepung Putih Telur Sebagai Sumber Protein

Matz, S. A., and Matz, T. D. 1978. Cookies and Craker. Technology. 2nd edition. The AVI Publishing Co., Inc., Westport, Conn.

Muchtadi, T. R., Purwiyanto dan A. Basuki. 1988. Teknologi Pemasakan Ekstrusi. Pusat Antar Universitas Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Muhadjir, F. 1998. Karakteristik Tanaman Jagung. Dalam : Jagung Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Bogor.

Mulyandari, S. H. 1992. Kajian perbandingan sifat – sifat pati umbi – umbian dan pati biji – bijian. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Munarso, J. S., B. A. S. Santosa dan D. S. Darmardjati. 1988. Struktur, Komposisi dan Nilai Gizi Jagung. Dalam : Jagung. Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Bogor.

Panda, P. C. 1996. Text Book on Egg and Poultry Technology. Vikas Publishing House. Publ., Ltd., Hisar.

Phang, L. 2001. Pemanfaatan bekatul, pollard, dan jagung pada media tumbuh terhadap produksi tubuh buah jamur shitake (Lentinula edodes) di Dataran Rendah Ciomas, Bogor. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. IPB. Bogor.

Powrie, W. D. 1973. Chemistry of egg and egg products. Dalam : W. J. Stadelman dan O. J. Cotterril (eds.) Egg Science and Technology, p.16. The AVI Publishing Co., Inc., Westport, Connecticut.

Powrie, W. D. And S. Nakai. 1985. Characteristics of edible fluids of animal origin; eggs. Dalam : O. R. Fennema. Food Chemistry. Marcel Dekker Inc., New York, Basel.

Purwanti, D. E. 2005. Pemanfaatan pati jagung (corn starch) dan protein jagung (corn gluten meal) dalam pembuatan snack mie jagung. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Puspitasari, R. 2006. Sifat fisik dan fungsional tepung putih telur ayam ras dengan waktu desugarisasi berbeda. Skripsi. Fakultas Peternakan. Insititut Pertanian Bogor. Bogor.

Rahayu, W. P. 1999. Penuntun Penilaian Organoleptik. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Rakhmawati, A. 1998. Karakteristik fisik dan kimia sereal sarapan ekstrudat triple-mix jagung-kedelai-pisang. Skripsi Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Romanoff, A. L., and A. J. Romanoff. 1963. The Avian Eggs. John Wiley Sons, Inc., New York.

53

Page 68: Karakteristk Fisik Dan Organoleptik Tortilla Corn Chips Dengan Penambahan Tepung Putih Telur Sebagai Sumber Protein

Rooney, L. W. and S. O. Serna-Salvidar. 1987. Food Uses of Whole Corn and Dry-Milled Fractions. Dalam : S. A. Watson and P. E. Ramstad (eds.). 1987. Corn : Chemistry and Technology. American Association of Cereal Chemists, Inc. St. Paul, Minnesota, USA. Page : 399 – 426.

Scoch, T. J. 1969. Starch in Food. Dalam : H. W. Schulltz (ed). Carbohydrate and Their Roles. The AVI Publishing Co., Westport, Connecticut.

Shukla. 1995. Factor Affecting Extrusion and Product Quality. Dalam : Snack Food Food Breakfast Cereal Extrusion Training Program. July 11 – 13 1995. UIC for Food Nutrition, IPB. Bogor.

Sirait, C. H. 1986. Telur dan Pengolahannya. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor.

Soekarto, S. T. 1985. Penilaian Organoleptik. Bhatara, Jakarta.

Stadelman, W. J, and O. J. Cotteril. 1977. Egg Science and Technology. The AVI Publ., Co., Inc., Westport.

Steel, R. G. D. dan J. H. Torrie. 1995. Prinsip dan Prosedur Statistik Suatu Pendekatan Biometrik. Terjemah : B. Soemantri. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Sukarno. 1984. Mempelajari sifat – sifat fisiko kimia tepung albumin telur ayam leghorn putih selama penyimpanan. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Tjokrodikoesoemo, P. S. 1968. HFS dan Industri Ubi Kayu Lainnya. PT. Gramedia. Jakarta.

Widowati, T. 1987. Pembuatan kerupuk kimpul (Xanthosoma Sagittifolium (L) SHCOOT). Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Wikipedia. 2007. Tortilla Chips. http://en.wikipedia.org/wiki/Tortilla Chips. [24 Agustus 2007]

Winarno, F. G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Winarno, F. G. dan Sutrisno K. 2002. Telur : Komposisi, Penanganan dan Pengolahannya. M-Brio Press, Bogor.

Wirakartakusumah, M. A., K. Abdullah, dan A. M. Syarief. 1992. Sifat Fisik Pangan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Wooton, M., D. Weeden, dan N. Munk. 1971. A Rapid Method for The Estimation of Starch Gelatinisation in Processed Food. J. Food Tech. 2 : 612 – 615.

Wurzburg, O. B. 1968. Starch in The Food Industry. Dalam : T. E. Furia (ed). Handbook of Food Additives. The Chemical Rubber Co., Ohio. Hal : 378 – 411.

Zayas, J. F. 1997. Functionality of Protein in Food. Springer, Berlin, Germany.

54

Page 69: Karakteristk Fisik Dan Organoleptik Tortilla Corn Chips Dengan Penambahan Tepung Putih Telur Sebagai Sumber Protein
Page 70: Karakteristk Fisik Dan Organoleptik Tortilla Corn Chips Dengan Penambahan Tepung Putih Telur Sebagai Sumber Protein

LAMPIRAN

Page 71: Karakteristk Fisik Dan Organoleptik Tortilla Corn Chips Dengan Penambahan Tepung Putih Telur Sebagai Sumber Protein

Lampiran 1. Contoh Formulir Uji Organoleptik

UJI MUTU HEDONIK (Warna)Nama Panelis :Tanggal Pengujian :Jenis Contoh : Tortilla corn chipsInstruksi : Nyatakan penilaian anda dan berikan tanda √ pada pernyataan yang sesuai dengan penilaian

anda.

Penilaian Kode sampel156 274 853 647

Sangat Cerah

Cerah

Agak Cerah

Netral(tidak cerah & tidak gelap)

Agak Gelap

Gelap

Sangat Gelap

UJI MUTU HEDONIK (Kerenyahan)Nama Panelis :Tanggal Pengujian :Jenis Contoh : Tortilla corn chipsInstruksi : Nyatakan penilaian anda dan berikan tanda √ pada pernyataan yang sesuai dengan penilaian

anda.

Penilaian Kode sampel156 274 853 647

Sangat Renyah

Renyah

Agak Renyah

Netral(tidak renyah & tidak keras)

Agak Keras

Keras

Sangat Keras

UJI MUTU HEDONIK (Rasa Gurih)Nama Panelis :Tanggal Pengujian :Jenis Contoh : Tortilla corn chipsInstruksi : Nyatakan penilaian anda dan berikan tanda √ pada pernyataan yang sesuai dengan penilaian

anda.

Penilaian Kode sampel156 274 853 647

Sangat Gurih

Gurih

Agak Gurih

Netral(tidak gurih & tidak hambar)

Agak Tidak Gurih

Tidak Gurih

Sangat Tidak Gurih

55

Page 72: Karakteristk Fisik Dan Organoleptik Tortilla Corn Chips Dengan Penambahan Tepung Putih Telur Sebagai Sumber Protein

UJI MUTU HEDONIK (Tekstur)Nama Panelis :Tanggal Pengujian :Jenis Contoh : Tortilla corn chipsInstruksi : Nyatakan penilaian anda dan berikan tanda √ pada pernyataan yang sesuai dengan penilaian

anda.

Penilaian Kode Sampel156 274 853 647

Sangat Halus

Halus

Agak Halus

Netral(tidak halus & tidak kasar)

Agak Kasar

Kasar

Sangat Kasar

UJI HEDONIK (Tingkat Kesukaan)

Nama Panelis :Tanggal Pengujian :Jenis Contoh : Tortilla corn chipsInstruksi : Nyatakan penilaian anda dan berikan tanda √ pada pernyataan yang sesuai dengan penilaian

anda.

Penilaian Kode sampel156 274 853 647

Sangat Suka

Suka

Agak Suka

Netral(tidak suka & tidak tiadk suka)

Agak tidak suka

Tidak Suka

Sangat Tidak Suka

56

Page 73: Karakteristk Fisik Dan Organoleptik Tortilla Corn Chips Dengan Penambahan Tepung Putih Telur Sebagai Sumber Protein

Lampiran 2. Nilai Rataan Hasil Analisis Karakteristik Fisik, Organoleptik, dan Kimia Tortilla Corn Chips

Kriteria Penilaian Formula1 2 3 4

Karakteristik Fisik1. Warna :

- L (Tingkat kecerahan)

- Nilai a

- Nilai b

- C (Tingkat Ketajaman)

- °Hue

2. Derajat Gelatinisasi

3. Derajat Pengembangan (%)

4. Indeks Penyerapan Air(ml/gr)

5. Indeks Kelarutan Air(gr/ml)

Karakteristik Organoleptik

6. Mutu Hedonik :

- Warna

- Kerenyahan

- Rasa Gurih

- Tekstur

7. Hedonik

Karakteristik Kimia (Laila, 2008)

1. Kadar Air

2. Kadar Protein

3. Kadar Lemak

4. Kadar Abu

5. Kadar Karbohidrat

74,52 ± 1,30

8,53 ± 1,62

25,76 ± 6,17

27,16 ± 5,81

70,51 ± 4,72

3,96 ± 0,47 %

130,21 ± 4,81

3,04 ± 0,76

0.023 ± 0,004

5,76

6,62

4,20

4,04

5,16

2,13 ± 0,58

2,94 ± 0,15

2,23 ± 0,26

1,78 ± 0,44

90,91 ± 0,82

69,48 ± 4,59

8,64 ± 1,34

28,96 ± 4,09

30,25 ± 3,94

73,31 ± 3,29

5,59 ± 6,62 %

131,83 ±17,01

2,69 ± 0,21

0,017 ± 0,005

4,22

5,24

4,60

4,48

5,22

2,69 ± 0,36

8,51 ± 0,19

2,89 ± 0,17

2,20 ± 0,34

83,72 ± 0,21

67,39 ± 4,81

9,71 ± 1,38

28,74 ± 3,26

30,36 ± 3,19

71,48 ± 2,67

10,07 ± 4,56 %

144,58 ± 14,23

3,68 ± 0,51

0,017 ± 0,009

4,50

3,92

4,00

3,86

4,50

3,75 ± 0,20

13,45 ± 0,20

3,27 ± 0,15

2,68 ± 0,29

76,85 ± 0,26

67,45 ± 4,63

9,18 ± 1,68

26,14 ± 2,83

27,72 ± 3,18

70,78 ± 1,78

11,65 ± 3,15 %

145,88 ± 0,90

3,48 ± 0,35

0,016 ± 0,007

3,96

3,78

4,72

3,10

3,82

6,43 ± 0,50

17,98 ± 0,96

3,65 ± 0,13

3,23 ± 0,26

68,72 ± 1,65

57

Page 74: Karakteristk Fisik Dan Organoleptik Tortilla Corn Chips Dengan Penambahan Tepung Putih Telur Sebagai Sumber Protein

Lampiran 3. Analisis Ragam Derajat GelatinisasiSource DF SS MS F PFormula 3 125.312 41.771 88.39 0.000*Error 8 3.781 0.473Total 11 129.093S = 0.6874 R-Sq = 97.07% R-Sq(adj) = 95.97%Keterangan : * = Perlakuan berpengaruh nyata (P<0,05)

Lampiran 4. Analisis Ragam Derajat PengembanganSource DF SS MS F PFormula 3 970 323 1.57 0.270tn

Error 8 1643 205Total 11 2613S = 14.33 R-Sq = 37.12% R-Sq(adj) = 13.53%

Lampiran 5. Analisis Ragam Kekerasan Tortilla Corn ChipsSource DF SS MS F PFormula 3 1318208 439403 3.43 0.072tn

Error 8 1023783 127973Total 11 2341992* (P>0,05) = tidak berbeda nyataS = 357.7 R-Sq = 56.29% R-Sq(adj) = 39.89%

Lampiran 6. Analisis Ragam Indeks Penyerapan Air (IPA)Source DF SS MS F PFormula 3 1.774 0.591 2.33 0.151Error 8 2.034 0.254Total 11 3.807S = 0.5042 R-Sq = 46.59% R-Sq(adj) = 26.56%

Lampiran 7. Analisis Ragam Indeks Kelarutan Air (IKA)Source DF SS MS F PFormula 3 0.0000497 0.0000166 0.37 0.776Error 8 0.0003562 0.0000445Total 11 0.0004059S = 0.006673 R-Sq = 12.24% R-Sq(adj) = 0.00%

Lampiran 8.Analisis Ragam Warna (Nilai L atau kecerahan)Source DF SS MS F PFormula 3 100.9 33.6 1.99 0.194tn

Error 8 135.0 16.9Total 11 235.9S = 4.109 R-Sq = 42.76% R-Sq(adj) = 21.29%

58

Page 75: Karakteristk Fisik Dan Organoleptik Tortilla Corn Chips Dengan Penambahan Tepung Putih Telur Sebagai Sumber Protein

Lampiran 9. Analisis Ragam Warna (Nilai +a atau Kromatik Merah-Hijau)Source DF SS MS F PFormula 3 2.63 0.88 0.38 0.769tn

Error 8 18.39 2.30Total 11 21.02S = 1.516 R-Sq = 12.53% R-Sq(adj) = 0.00%

Lampiran 10. Analisis Ragam Warna (Nilai +b atau Kromatik Biru-Kuning)Source DF SS MS F PFormula 3 25.5 8.5 0.46 0.717tn

Error 8 147.3 18.4Total 11 172.7S = 4.291 R-Sq = 14.74% R-Sq(adj) = 0.00%

Lampiran 11. Analisis Ragam Warna (Nilai C)Source DF SS MS F PFormula 3 25.2 8.4 0.48 0.704tn

Error 8 139.4 17.4Total 11 164.6S = 4.175 R-Sq = 15.28% R-Sq(adj) = 0.00%

Lampiran 12. Analisis Ragam Warna (Nilai hue0)Source DF SS MS F PFormula 3 14.4 4.8 0.44 0.731tn

Error 8 87.1 10.9Total 11 101.5S = 3.300 R-Sq = 14.16% R-Sq(adj) = 0.00%

Lampiran 13. Analisis Ragam Mutu Hedonik (Warna)Formula N Median Ave Rank Z1 50 6.000 162.2 8.702 50 4.000 80.7 -2.793 50 4.000 96.1 -0.624 50 4.000 63.0 -5.30*Overall 200 100.5H = 83.94 DF = 3 P = 0.000H = 90.31 DF = 3 P = 0.000 (adjusted for ties)Keterangan : * = Perlakuan Berpengaruh Sangat Nyata

59

Page 76: Karakteristk Fisik Dan Organoleptik Tortilla Corn Chips Dengan Penambahan Tepung Putih Telur Sebagai Sumber Protein

Lampiran 14. Analisis Ragam Mutu Hedonik (Kerenyahan)Formula N Median Ave Rank Z1 50 6.000 150.1 7.002 50 5.000 130.5 4.233 50 4.000 61.7 -5.474 50 4.000 59.7 -5.76*Overall 200 100.5H = 97.55 DF = 3 P = 0.000H = 105.92 DF = 3 P = 0.000 (adjusted for ties)Keterangan : * = Perlakuan Berpengaruh Sangat Nyata

Lampiran 15. Analisis Ragam Mutu Hedonik (Rasa Gurih)Formula N Median Ave Rank Z1 50 4.000 87.7 -1.802 50 5.000 108.5 1.133 50 4.000 84.2 -2.30*4 50 5.000 121.5 2.96Overall 200 100.5H = 13.94 DF = 3 P = 0.003H = 15.31 DF = 3 P = 0.002 (adjusted for ties)Keterangan : * = Perlakuan Berpengaruh Sangat Nyata

Lampiran 16. Analisis Ragam Mutu Hedonik (Tekstur)Formula N Median Ave Rank Z1 50 4.000 102.9 0.342 50 4.000 129.6 4.113 50 4.000 99.9 -0.084 50 3.000 69.6 -4.37*Overall 200 100.5H = 27.04 DF = 3 P = 0.000H = 29.99 DF = 3 P = 0.000 (adjusted for ties)Keterangan : * = Perlakuan Berpengaruh Sangat Nyata

Lampiran 17. Analisis Ragam Karakteristik Hedonik (Tingkat Kesukaan)Formula N Median Ave Rank Z1 50 5.000 127.3 3.782 50 5.000 130.1 4.173 50 4.500 85.5 -2.124 50 4.000 59.1 -5.83*Overall 200 100.5H = 52.69 DF = 3 P = 0.000H = 56.84 DF = 3 P = 0.000 (adjusted for ties)Keterangan : * = Perlakuan Berpengaruh Sangat Nyata

60