kasus1 resume

31
CARI!!!! Jenis Pelayanan Kesehatan yang diberikan kepada usia lanjut di Posyandu Lansia seperti tercantum dalam situs Pemerintah Kota Jogjakarta adalah Pengkajian Komunitas Suatu proses dalam upaya mengenal masyarakat. Tujuannya adalah mengidentifikasi faktor-faktor (baik positif maupun negatif) yang mempengaruhi kesehatan warga masyarakat agar dapat mengembangkan strategi kesehatan untuk menuju suatu perubahan dan pemberdayaan (Hancock & Minkler 1997, hal 140). Pengkajian bukan merupakan tugas yang dikerjakan sendiri. Banyak orang yang terlibat dalam pengkajian, karena itu jangan berputus asa dengan memandang bahwa tugas ini terlalu berat. Sebelum pengkajian dimulai didahului dengan sosialisasi. Program perawatan kesehatan serta program apa saja yang akan dikerjakan bersama-sama dalam komunitas tersebut. Sasaran sosialisasi tokoh masyarakat baik formal maupun nonformal, kader masyarakat serta perwakilan dari tiap elemen di masyarakat. (PKK, Karang Taruna). Setelah melakukan sosialisasi dilanjutkan dengan Survey Mawas Diri yang diikuti dengan kegiatan Musyawarah Masyarakat Desa (MMD). Survey Mawas Diri (SMD) dipilih lokasi tertentu yang dapat menggambarkan keadaan desa secara umum. SMD tersebut dilaksanakan oleh kader masyarakat yang telah ditunjuk pada pertemuan tingkat desa. Data dipereoleh dari KK lokasi yang dipilih. Tahapan-tahapan dalam melakukan SMD meliputi: 1. Penentuan sasaran, baik jumlah KK maupun lokasi.

Upload: ubaabduh

Post on 31-Jul-2015

74 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kasus1 Resume

CARI!!!!

Jenis Pelayanan Kesehatan yang diberikan kepada usia lanjut di Posyandu Lansia seperti

tercantum dalam situs Pemerintah Kota Jogjakarta adalah

Pengkajian Komunitas

Suatu proses dalam upaya mengenal masyarakat. Tujuannya adalah mengidentifikasi

faktor-faktor (baik positif maupun negatif) yang mempengaruhi kesehatan warga masyarakat

agar dapat mengembangkan strategi kesehatan untuk menuju suatu perubahan dan

pemberdayaan (Hancock & Minkler 1997, hal 140). Pengkajian bukan merupakan tugas yang

dikerjakan sendiri. Banyak orang yang terlibat dalam pengkajian, karena itu jangan berputus

asa dengan memandang bahwa tugas ini terlalu berat.

Sebelum pengkajian dimulai didahului dengan sosialisasi. Program perawatan

kesehatan serta program apa saja yang akan dikerjakan bersama-sama dalam komunitas

tersebut. Sasaran sosialisasi tokoh masyarakat baik formal maupun nonformal, kader

masyarakat serta perwakilan dari tiap elemen di masyarakat. (PKK, Karang Taruna). Setelah

melakukan sosialisasi dilanjutkan dengan Survey Mawas Diri yang diikuti dengan kegiatan

Musyawarah Masyarakat Desa (MMD).

Survey Mawas Diri (SMD) dipilih lokasi tertentu yang dapat menggambarkan

keadaan desa secara umum. SMD tersebut dilaksanakan oleh kader masyarakat yang telah

ditunjuk pada pertemuan tingkat desa. Data dipereoleh dari KK lokasi yang dipilih. Tahapan-

tahapan dalam melakukan SMD meliputi:

1. Penentuan sasaran, baik jumlah KK maupun lokasi.

2. Penentuan jenis informasi masalah kesehatan yang akan dikumpulkan dalam

mengenal masaah kesehatan.

3. Penentuan cara memperoleh informasi kesehata, misalnya apakah akan

mempergunakan cara pengamatan atau wawancara. Cara memperoleh informasi dapat

dilakukan dengan kunjungan dari rumah ke rumah atau melalui pertemuan kelompok

sasaran.

4. Pembuatan instrumen atau alat untuk memperoleh informasi kesehatan, misalnya

dengan menyusun daftar pertanyaan (kuesioner) yang akan dipergunakan dalam

wawancara atau membuat daftar hal-hal yang akan dipergunakan dalam pengamatan.

Hal-hal yang dikaji meliputi:

Nama Desa : Desa Jatisari

Data Geologi dan Desa Jatisari terletak antara ....... Lintang Selatan dan .....

Page 2: Kasus1 Resume

Geografis :

Keadaan Topografi

dan iklim:

Bujur Timur dengan luas wilayah ...... yang terdiri dari 3

Dusun dengan 8 Rukun Warga (RW) dan ..... Rukun

Tetangga (RT). Desa Jatisari memiliki batas-batas wilayah

administratif sebagai berikut:

Sebelah Utara :

Sebelah Timur :

Sebelah Selatan :

Sebelah Barat :

Desa Jatisari merupakan desa yang berada diantara daerah

dataran dan perbukitan atau pegunungan. Curah hujan rata-

rata 3. 528 mm/tahun, yang terbagi atas musim hujan dan

musim kemarau.

Data Demografis : Jumlah kepala keluarga di desa Jatisari berdasarkan data desa

sebanyak 1446 KK dengan total penduduk 5080 jiwa

MMD merupakan pertemuan untuk membahas hasil SMD.

Posyandu

2.3.1. Pengertian Posyandu

Pos Pelayanan terpadu (Posyandu) merupakan salah satu bentuk Upaya Bersumber Daya

Masyarakat (UKBM) yang di kelola dan di selenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama

masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat

dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar

untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi.

2.3.2. Sejarah Posyandu

Untuk mempercepat terwujudnya masyarakat sehat yang merupakan amanat dari UUD 1945,

Departemen Kesehatan (DEPKES) pada tahun 1975 menetapkan kebijakan Pembangunan

Masyarakat Desa (PKMD) yang merupakan setrategi pembangunan kesehatan dengan cara

melibatkan langsung masyarakat dengan prinsip Gotongroyong dan swadaya masyarakat.

Penyelesaian masalah kesehatan yang terjadi di masyarakat di harapkan dapat terselesaikan

dengan adanya kerjasama lintas sektoral dan lintas program. Perkenalan PKMD ini di awali

Page 3: Kasus1 Resume

dengan kesepakatan Internaional yang di kenal dengan nama Primary Health Care (PHC) seperti

yang tercantum di dalam Deklarasi Alma Atta pada tahun 1978.

Mengingat kompleksnya masalah kesehatan yang terdapat di masyarakat, maka pada tahun 1984

dikeluarkanlah Instruksi Bersama antara Menteri Kesehatan, Kepala BKKBN dan Menteri Dalam

Negeri,yang mengintegrasikan berbagai kegiatan yang ada di masyarakat ke dalam satu wadah

yang di sebut dengan nama Pos

Universitas Sumatera Utara

Page 4: Kasus1 Resume

Pelayanan Terpadu. Kegiatan yang di lakukan, di arahkan untuk lebih mempercepat penurunan

angka kematian ibu dan bayi yang sesuai dengan konsep GOBI-3F (Growth Monitoring, Oral

Rehydration, Breast Feeding, Imunization, Female Education, Familly Planing, and Food

Suplementtation), yang mana di terjemahkan ke dalam 5 kegiatan Posyandu, yaitu (Depkes

RI.2006):

1. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)

2. Keluarga Berencana (KB)

3. Imunisasi

4. Gizi dan

5. Penaggulangan Diare.

Perencanaan Posyandu ini pertama kali dilakukan secara masal di kota Jokjakarta pada tahun

1986 oleh Kepala Negara Repoblik Indonesia bertepatan dengan peringatan Hari Kesehatan

Nasional. Sejak itulah Posyandu berkembang dengan pesat, di mana masa keemasan Posyandu

terjadi pada era 1980-an. Saat itu jumlah Posyandu di Indonesia mencapai sekitar 250.000.

Penelitian Megawangi (1991) menunjukkan bahwa keberadaan Posyandu telah berhasil

memperbaiki status gizi anak balita. Kunci sukses keberhasilan Posyandu tidak terlepas dari

peran penting kader Posyandu itu sendiri. Mereka harus medapatkan training yang cukup

sehingga memiliki keterampilan untuk menjalankan program Posyandu (Sugeng, 2008).

Pada tahun 1990-an terjadi penurunan yang drastis pada jumlah Posyandu mendekati 178.157

Posyandu, di mana dalam jumlah tersebut sekitar 50% tidak memberikan pelayanan yang

memadai (Depkes,2000). Untuk mengatasi hal tersebut,

Universitas Sumatera Utara

Page 5: Kasus1 Resume

maka di keluarkan Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor. 9 Tahun 1990 tentang peningkatan

Pembinaan Posyandu, di mana setiap Kepala Daerah ditugaskan untuk peningkatan pengelolaan

mutu Posyandu dan pada tahun 2001 Menteri Dalam Negeri kembali mengeluarkan Surat Edaran

Nomor.441.3/1116/SJ tahun 2001 tentang Revitalisasi Posyandu (Depkes RI, 2006).

2.3.3. Kegiatan-Kegiatan Posyandu

Posyandu merupakan pusat kegiatan masyarakat, dimana masyarakat sekaligus mendapatkan

pelayanan kesehatan. Kegiatan Posyandu terdiri dari kegiatan utama dan kegiatan

pengembangan / pilihan. Secara rinci kegiatan Posyandu adalah sebagai berikut :

2.3.3.1. Kegiatan Utama

A. Kesehatan Ibu dan Anak

1. Ibu Hamil

Pelayanan yang di selenggarakan untuk ibu hamil mencakup :

a) Penimbangan berat badan dan pemberian tabelt besi yang di lakukan oleh kader kesehatan. Jika

ada petugas Puskesmas ditambah dengan pengukuran pembuluh darah dan pemberian imunisasi

tetanus toksoit. Bila tersedia ruang pemeriksaan, ditambah dengan pemeriksaan tinggi fundus /

usia kehamilan.

b) Untuk lebih meningkatkan kesehatan ibu hamil, perlu diselenggarakan kelompok ibu hamil

pada setiap hari buka Posyandu atau pada hari lain sesuai kesepakatan. Kegiatan kelompok ibu

hamil antara lain sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

Page 6: Kasus1 Resume

a. Penyuluhan tanda bahaya ibu hamil, persiapan persalinan, persiapan menyusui, KB dan Gizi.

b. Perawatan Payudara dan pemberian ASI

c. Peragaan pola makan ibu hamil

d. Peragaan perawatan bayi baru lahir

e. Senam ibu hamil.

2. Ibu Nifas dan Menyusui

Pelayanan yang di selenggarakan pada ibu nifas dan menyusui meliputi :

a. Penyuluhan kesehatan, KB, ASI dan Gizi, ibu nifas,perawatan kesehatan jalan lahir (vagina)

b. Pemberian Vitamin A dan tabelt besi

c. Perawatan payudara

d. Senam ibu nifas

e. Jika ada tenaga Puskesmas dan tersedia ruangan, dilakukan pemeriksaan umum , pemeriksaan

payudara,

f. Pemeriksaan tinggi fundus dan pemeriksaan lochia. Apabila di temikan kelainan, segera di

rujuk ke Puskesmas.

3. Bayi dan Anak Balita

Pelayan Posyandu untuk Balita harus di laksanakan dengan mengacu kepada kreatifitas tumbuh

kembang anak. Jika memiliki ruangan pelayanan memadai, pada waktu menunggu giliran

pelayanan anak Balita hendaknya tidak digendong melainkan dilepaskan bermain sesama Balita

dengan pengawasan orang tua dengan pengawasan kader.

Universitas Sumatera Utara

Page 7: Kasus1 Resume

Untuk itu perlu disediakan sarana permainan yang sesuai dengan umur Balita. Adapun jenis

pelayanan yang di selenggarakan di Posyandu untuk Balita meliputi :

a. Penimbangan berat badan

b. Penentuan status pertumbuhan

c. Penyuluhan

d. Jika ada tenaga kesehatan Puskesmas dilakukan pemeriksaan kesehatan, imunisasi, dan deteksi

dini tumbuh kembang. Apabila ditemukan kelainan, segera dirujuk ke Puskesmas.

B. Keluarga Berencana (KB)

Pelayanan KB di Posyandu yang dapat diselenggarakan oleh kader adalah pemberian kondom

dan pil ulangan. Jika ada tenaga kesehatan Puskesmas di lakukan suntikan KB dan konseling KB.

Apabila tersedia ruangan dan peralatan yang menunjang dilakukan pemasangan IUD.

C. Imunisasi

Pelayanan imunisasi Posyandu hanya dilaksanakan apabila ada petugas Puskesmas. Jenis

Imunisasi yang diberikan disesuaikan dengan program, baik terhadap bayi dan balita, maupun

terhadap ibu hamil.

D. Gizi

Pelayanan gizi di Posyandu dilakukan oleh Kader. Sasarannya adalah bayi, balita, ibu hamil, dan

WUS. Jenis pelayanan yang di berikan meliputi penimbangan berat badan, deteksi dini gangguan

pertumbuhan, penyuluhan gizi,

Universitas Sumatera Utara

Page 8: Kasus1 Resume

pemberian PMT, pemberian vitamin A dan pemberian sirup Fe. Khusus pada ibu hamil dan ibu

nifas ditambah dengan pemberian tabelt besi dan kapsul yodium untuk yang bertempat tinggal di

daerah yang endemik

E. Pencegahan dan Penanggulangan Diare

Pencegahan diare di Posyandu di lakukan antara lain dengan penyuluhan Perilaku Hidup Bersih

dan Sehat (PHBS) . Penaggulangan diare di Posyandu dilakukan antara lain dengan penyuluhan,

pemberian larutan gula garam yang dapat dilakukan sendiri oleh masyarakat atau pemberian

oralit yang disediakan.

2.3.3.2. Kegiatan Pengembangan / Tambahan

Dalam keadaan tertentu masyarakat dapat menambahkan kegiatan Posyandu dalam kegiatan baru,

di samping 5 kegiatan utama yang telah ditetapkan. Penambahan kegiatan baru sebaiknya

dilakukan apabila 5 kegiatan utama telah di lakukan dengan baik, dalam arti cakupannya di atas

50% serta didukung oleh sumberdaya yang mendukung. Penetapan kegiatan baru Posyandu ini

harus mendapat dukungan dari Musyawarah Masyarakat Desa (MMD).

Pada saat ini telah dikenal beberapa kegiatan tambahan Posyandu yang telah diselenggarakan

antara lain :

a. Bina Keluarga Balita

b. Kelompok Peminat Kesehatan Ibu dan Anak (KP-KIA)

c. Pertemuan dini dan pengamatan penyakit potensial kejadian luar biasa.

d. Pengembangan Anak Usia Dini (PAUD)

e. Usaha Kesehatan Gigi Masyarakat Desa (UKGMD)

Universitas Sumatera Utara

Page 9: Kasus1 Resume

f. Desa Siaga

g. Dll.

2.3.4. Penyelenggaraan Posyandu

Penyelenggaraan Posyandu hakekatnya dilaksanakan 1 (satu) kali dalan satu bulan, dimana

tempat pelaksanaan Posyandu hendaknya tidaklah terlalu jauh dan mudah dijangkau oleh

masyarakat. Tempat penyelenggaraan tersebut dapat disalah satu rumah warga, balai desa /

kelurahan, balai RT/RW/dusun atau tempat khusus yang di bangun secara swadaya oleh

masyarakat.

Pengelolaan Posyandu dipilih dari dan oleh masyarakat pada saat pembentukan Posyandu.

Pengurus Posyandu sekurang-kurangnya terdiri dari seorang ketua, sekertaris dan bendahara.

Keriteria pengelola Posyandu antara lain sebagai berikut:

a. Diutamakan berasal dari para dermawan dan tokoh masyarakat setempat.

b. Memiliki semangat pengabdian, berinisiatif tinggi dan mampu memotifasi masyarakat.

c. Bersedia bekerja secara sukarela bersama masyarakat.

Kegiatan rutin Posyandu di selenggarakan dan dimotori oleh kader Posyandu dengan bimbingan

teknis dari Puskesmas dan sektor terkait. Jumlah minimal kader setiap Posyandu adalah 5 (lima).

Jumlah ini sesuai dengan jumlah kegiatan utama yang dilakukan oleh Posyandu, yakni mengacu

pada sistim 5 meja. Adapun yang dimaksut dengan sistim 5 meja tersebut menunjukkan 5

pelayanan yang diberikan oleh Posyandu. Secara umum pelayanan Posyandu di wilayah kerja

Puskesmas

Universitas Sumatera Utara

Page 10: Kasus1 Resume

Langsa Baro telah memiliki kelengkapan dalam jumlah kader, walaupun dalam pelayanannya

sistim 5 meja tersebut belum dapat dilakukan dengan maksimal (Depkes RI, 2006)

Pelayanan yang dilaksanakan pada setiap langkah dan para penanggung jawab pelaksanaannya

secara sederhana dapat diuraikan pada tabel sebagai berikut:

Tabel 2.1. Langkah-

langkah dan pelaksana

kegiatan Posyandu

LANGKAH

PELAYANAN PELAKSANA

Pertama Pendaftaran Kader

Kedua Penimbangan Kader

Ketiga Pengisian KMS Kader

Keempat Penyuluhan Kader

Kelima Pelayanan Kesehatan Petugas Kesehatan,

Sektor Terkait,

Bersama Kader

Posyandu Lanjut Usia

Pengertian Posyandu Lansia

Posyandu lanjut usia perlu diupayakan dan mendapat perhatian dari pemerintah,

keluarga dan masyarakat sehingga dapat meningkatkan pelayanan kesehatan dan

meringankan beban masyarakat khususnya lanjut usia.

Menurut Depkes RI bahwa pelayanan kesehatan terpadu (yandu) adalah suatu bentuk

keterpaduan pelayanan kesehatan dan keluarga berencana yang dilaksanakan di tingkat

dusun/ desa dalam wilayah kerja puskesmas. Tempat pelayanan program terpadu ini disebut

posyandu.

Dalam suatu posyandu dikembangkan beberapa kegiatan terpadu. Kegiatan yang

terpadu dan saling mendukung dalam mencapai tujuan dan sasaran yang disepakati bersama.

Dengan keterpaduan tersebut dapat berkembang dan meluas dari

dua program menjadi lebih banyak program. Keterpaduan dapat berupa aspek

sasaran, aspek lokasi, kegiatan maupun petugas penyelenggara. Sesuai dengan prinsip

posyandu adalah suatu kegiatan yang dikelola masyarakat dan ditujukan untuk

Page 11: Kasus1 Resume

kesejahteraan masyarakat itu sendiri.

Adapun lanjut usia adalah suatu bentuk keterpaduan pelayanan kesehatan

terhadap lanjut usia di tingkat desa/kelurahan dalam masing-masing wilayah kerja

puskesmas. Dasar pembentukan posyandu adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

masyarakat terutama lanjut usia. Kita dihadapkan pada beberapa masalah yaitu

jumlah lanjut usia yang semakin meningkat, mahalnya harga dan biaya pengobatan,

tingginya angka kesakitan, rendahnya jangkauan pelayanan kesehatan dan lain-lain

(Depkes RI, 2000).

1. Posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat usia lanjut di suatu wilayah

tertentu yang sudah disepakati, yang digerakkan oleh masyarakat dimana mereka bisa

mendapatkan pelayanan kesehatan Posyandu lansia merupakan pengembangan dari

kebijakan pemerintah melalui pelayanan kesehatan bagi lansia yang penyelenggaraannya

melalui program Puskesmas dengan melibatkan peran serta para lansia, keluarga, tokoh

masyarakat dan organisasi sosial dalam penyelenggaraannya.

2. Posyandu lansia / kelompok usia lanjut adalah merupakan suatu bentuk pelayanan

kesehatan bersumber daya masyarakat atau /UKBM yang dibentuk oleh masyarakat

berdasarkan inisiatif dan kebutuhan itu sendiri khususnya pada penduduk usia lanjut.

Pengertian usia lanjut adalah mereka yang telah berusia 60tahun keatas.

Sasaran Posyandu Lansia

1. Sasaran langsung

Kelompok pra usia lanjut (45-59 tahun)

Kelompok usia lanjut (60 tahun keatas)

Kelompok usia lanjut dengan resiko tinggi (70 tahun ke atas)

2. Sasaran tidak langsung

Keluarga dimana usia lanjut berada

Organisasi sosial yang bergerak dalam pembinaan usia lanjut

Masyarakat luas

2.2.2. Tujuan Penyelenggaraan

Tujuan pembentukan posyandu lansia secara garis besar antara lain :

Page 12: Kasus1 Resume

a. Meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan lansia di masyarakat,

sehingga terbentuk pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan lansia

b. Mendekatkan pelayanan dan meningkatkan peran serta masyarakat dan swasta

dalam pelayanan kesehatan disamping meningkatkan komunikasi antara masyarakat

usia lanjut.

2.2.3. Mekanisme Pelayanan Posyandu Lansia

Berbeda dengan posyandu balita yang terdapat sistem 5 meja, pelayanan yang

diselenggarakan dalam posyandu lansia tergantung pada mekanisme dan kebijakan

pelayanan kesehatan di suatu wilayah kabupaten maupun kota penyelenggara. Ada

yang menyelenggarakan posyandu lansia sistem 5 meja seperti posyandu balita, ada

juga hanya menggunakan sistem pelayanan 3 meja, dengan kegiatan sebagai berikut:

- Meja I : pendaftaran lansia, pengukuran dan penimbangan berat badan dan atau

tinggi badan

- Meja II : Melakukan pencatatan berat badan, tinggi badan, indeks massa tubuh

(IMT). Pelayanan kesehatan seperti pengobatan sederhana dan rujukan kasus juga

dilakukan di meja II.

- Meja III : melakukan kegiatan penyuluhan atau konseling, disini juga bisa

dilakukan pelayanan pojok gizi.

Bentuk Pelayanan Posyandu Lansia

Pelayanan Kesehatan di Posyandu lanjut usia meliputi pemeriksaan Kesehatan fisik dan mental

emosional yang dicatat dan dipantau dengan Kartu Menuju Sehat (KMS) untuk mengetahui lebih

awal penyakit yang diderita (deteksi dini) atau ancaman masalah kesehatan yang dihadapi.

Jenis Pelayanan Kesehatan yang diberikan kepada usia lanjut di Posyandu Lansia seperti tercantum

dalam situs Pemerintah Kota Jogjakarta adalah:

a. Pemeriksaan aktivitas kegiatan sehari-hari meliputi kegiatan dasar dalam kehidupan, seperti

makan/minum, berjalan, mandi, berpakaian, naik turun tempat tidur, buang air besar/kecil dan

sebagainya.

b. Pemeriksaan status mental. Pemeriksaan ini berhubungan dengan mental emosional dengan

menggunakan pedoman metode 2 (dua ) menit.

c. Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan dan

dicatat pada grafik indeks masa tubuh (IMT).

d. Pengukuran tekanan darah menggunakan tensimeter dan stetoskop serta penghitungan denyut

Page 13: Kasus1 Resume

nadi selama satu menit.

e. Pemeriksaan hemoglobin menggunakan talquist, sahli atau cuprisulfat

f. Pemeriksaan adanya gula dalam air seni sebagai deteksi awal adanya penyakit gula (diabetes

mellitus)

g. Pemeriksaan adanya zat putih telur (protein) dalam air seni sebagai deteksi awal adanya penyakit

ginjal.

h. Pelaksanaan rujukan ke Puskesmas bilamana ada keluhan dan atau ditemukan kelainan pada

pemeriksaan butir 1 hingga 7. dan

i. Penyuluhan Kesehatan.

Kegiatan lain yang dapat dilakukan sesuai kebutuhan dan kondisi setempat seperti Pemberian

Makanan Tambahan (PMT) dengan memperhatikan aspek kesehatan dan gizi lanjut usia dan

kegiatan olah raga seperti senam lanjut usia, gerak jalan santai untuk meningkatkan kebugaran.

Untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan di Posyandu Lansia, dibutuhkan, sarana dan prasarana

penunjang, yaitu: tempat kegiatan (gedung, ruangan atau tempat terbuka), meja dan kursi, alat tulis,

buku pencatatan kegiatan, timbangan dewasa, meteran pengukuran tinggi badan, stetoskop, tensi

meter, peralatan laboratorium sederhana, thermometer, Kartu Menuju Sehat (KMS) lansia

2.2.4. Kendala Pelaksanaan Posyadu Lansia

Beberapa kendala yang dihadapi lansia dalam mengikuti kegiatan posyandu

antara lain:

a. Pengetahuan lansia yang rendah tentang manfaat posyandu.

Pengetahuan lansia akan manfaat posyandu ini dapat diperoleh dari

pengalaman pribadi dalam kehidupan sehari-harinya. Dengan menghadiri kegiatan

posyandu, lansia akan mendapatkan penyuluhan tentang bagaimana cara hidup sehat

dengan segala keterbatasan atau masalah kesehatan yang melekat pada mereka.

Dengan pengalaman ini, pengetahuan lansia menjadi meningkat, yang menjadi dasar

pembentukan sikap dan dapat mendorong minat atau motivasi mereka untuk selalu

mengikuti kegiatan posyandu lansia.

b. Jarak rumah dengan lokasi posyandu yang jauh atau sulit dijangkau

Jarak posyandu yang dekat akan membuat lansia mudah menjangkau

posyandu tanpa harus mengalami kelelahan atau kecelakaan fisik karena penurunan

daya tahan atau kekuatan fisik tubuh. Kemudahan dalam menjangkau lokasi

Page 14: Kasus1 Resume

posyandu ini berhubungan dengan faktor keamanan atau keselamatan bagi lansia. Jika

lansia merasa aman atau merasa mudah untuk menjangkau lokasi posyandu tanpa

harus menimbulkan kelelahan atau masalah yang lebih serius, maka hal ini dapat

mendorong minat atau motivasi lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu. Dengan

demikian, keamanan ini merupakan faktor eksternal dari terbentuknya motivasi untuk

menghadiri posyandu lansia

c. Kurangnya dukungan keluarga untuk mengantar maupun mengingatkan lansia

untuk datang ke posyandu.

Dukungan keluarga sangat berperan dalam mendorong minat atau kesediaan

lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu lansia. Keluarga bisa menjadi motivator

kuat bagi lansia apabila selalu menyediakan diri untuk mendampingi atau mengantar

lansia ke posyandu, mengingatkan lansia jika lupa jadwal posyandu, dan berusaha

membantu mengatasi segala permasalahan yang terjadi pada lansia

d. Sikap yang kurang baik terhadap petugas posyandu.

Penilaian pribadi atau sikap yang baik terhadap petugas merupakan dasar atas

kesiapan atau kesediaan lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu. Dengan sikap

yang baik tersebut, lansia cenderung untuk selalu hadir atau mengikuti kegiatan yang

diadakan di posyandu lansia. Hal ini dapat dipahami karena sikap seseorang adalah

suatu cermin kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu obyek. Kesiapan merupakan

kecenderungan potensial untuk bereaksi dengan cara-cara tertentu apabila individu

dihadapkan pada stimulus yang menghendaki adanya suatu respons.

2.3. Pemanfaatan Pelayanan Posyandu Lansia

Kebijakan Departemen Kesehatan dalam pembinaan kesehatan lansia

merupakan upaya yang ditujukan untuk peningkatan kesehatan, kemampuan untuk

mandiri, produktif dan berperan aktif dalam komprehensif, azas kekeluargaan,

pelaksanaan sesuai protap, dan kendali mutu (Depkes RI, 2003).

Kebijakan tersebut dilakukan dengan pendekatan holistic, pelaksanaan

terpadu, pembinaan komprehensif tersebut terdiri dari:

1. Pembinaan kesehatan yang mencakup kegiatan:

a. Promotif, antara lain penyuluhan tentang PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan

Sehat), penyakit pada lansia, gizi, upaya meningkatkan kebugaran jasmani,

kesehatan mental, dan kemandirian produktifitas.

b. Preventif, antara lain deteksi dini dan pemantauan kesehatan lansia yang dapat

Page 15: Kasus1 Resume

dilakukan POKSILA/puskesmas dengan menggunakan KMS Lansia, buku

pemantauan kesehatan pribadi lansia.

2. Pelayanan kesehatan yang mencakup kegiatan;

a. Kuratif, antara lain pengobatan bagi lansia yang sakit baik di Poksila, Pustu,

Puskesmas/Rumah Sakit.

b. Rehabilitatif, antara lain upaya medis, psikososial, edukatif untuk dapat

mengembalikan kemampuan fungsional dan kepercayaan diri lansia.

3. Konseling yang mencakup kegiatan:

a. Tidak sama dengan penyuluhan.

b. Dilaksanakan oleh Konseler.

c. Upaya memecahkan masalah kesehatan dan psikologis lansia.

d. Dapat berfungsi preventif, promotif, kuratif, maupun rehabilitatif.

4. Pendekatan individu maupun kelompok.

5. Home Care

6. Bentuk pelayanan kesehatan komprehensif yang dilakukan di rumah klien/lansia.

7. Melibatkan klien serta keluarga sebagai subjek untuk berpartisipasi dalam

kegiatan perawatan dalam bentuk tim (tenaga professional/non professional di

bidang kesehatan maupun non kesehatan).

8. Bertujuan memandirikan klien dan keluarganya.

Dalam kegiatan pelayan kesehatan bagi lansia, maka dilaksanakan kegiatan di

posyandu bagi lansia, agar lansia dapat mencapai hidup sehat sesuai dengan tujuan

pembangunan nasional Indonesia dan Indonesia Sehat 2010.

Kegiatan yang dilakukan di posyandu bagi lansia antara lain adalah:

1. Pemeriksaan aktivitas kegiatan sehari-hari meliputi kegiatan dasar dalam

kehidupan, seperti makan/minum, berjalan, mandi, berpakaian, naik turun tempat

tidur, buang air besar/kecil dan sebagainya.

2. Pemeriksaan status mental.

3. Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi

badan dan dicatat pada grafik indeks masa tubuh (IMT).

4. Pengukuran tekanan darah menggunakan tensimeter dan stetoskop serta

penghitungan denyut nadi selama satu menit.

5. Pemeriksaan hemoglobin menggunakan talquist, sahli atau cuprisulfat

6. Penyuluhan Kesehatan.

7. Pemberian makanan tambahan (PMT).

Page 16: Kasus1 Resume

8. Kegiatan olah raga, antara lain senam usia lanjut, gerak jalan santai, dan

sebagainya untuk meningkatkan kebugaran (Lasma, 2007).

Salah satu upaya yang telah dilakukan untuk peningkatan kesehatan terutama

dalam menunjang status gizi lansia dan pencegahan penyakit, dilakukan melalui

pemantauan keadaan kesehatan para lansia secara berkala dengan menggunakan

Kartu Menuju Sehat (KMS) lansia,dengan harapan gangguan kesehatan lansia dapat

dideteksi lebih dini untuk mendapatkan pertolongan secara cepat, tepat dan memadai

sesuai dengan keinginan yang diperlukan (Depkes RI, 2003).

2.4. Upaya Untuk Meningkatkan Pemanfaatan Posyandu Lanjut Usia

Untuk meningkatkan pemanfaatan posyandu lansia dilakukan upaya-upaya

berupa:

1. Memantapkan kerjasama dan partisipasi lintas program, lintas sector, lembaga

swadaya masyarakat serta peran serta masyarakat melalui kesepakatan dan

rencana kerja di setiap tingkat administrasi, antara lain dalam :

a. Pelayanan kesehatan di tingkat pelayanan dasar: Puskesmas termasuk

Puskesmas Pembantu, Bidan di desa, Balai Kesehatan Masyarakat, Kelompok

Lanjut Usia dan lain-lain.

b. Pemantapan kerjasama antara Dinas Kesehatan dan RS KKabupaten/ Kota

Dati I agar tercipta system yang tertata rapi dan mantap dalam memberikan

pelayanan bagi lanjut usia.

c. Membina kerjasama dengan lembaga swadaya masyarakat atau organisasi

profesi yang bergerak dalam pembinaan kesehatan lanjut usia.

d. Peningkatan komitmen dan dukungan politis dari Gubernur, Bupati/Walikota,

sektor dan program terkait dalam pemasaran sosial mengenai upaya

kesehatan lansia, dukungan dana bersumber APBN dan APBD dalam

penanganan lanjut usia termasuk biaya transportasi serta upaya rujukan bagi

lansia yang tidak mampu.

2. Meningkatkan upaya komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) melalui :

a. Pengembangan pesan-pesan dan pengembangan media penyuluhan tentang

kesehatan lansia.

b. Penyebarluasan informasi mengenai upaya kesehatan lansia kepada petugas

penyuluhan dan sektor terkait.

c. Pengembangan upaya konseling dalam penanganan kasus lansia termasuk

keluarganya.

Page 17: Kasus1 Resume

3. Peningkatan upaya deteksi dini terhadap kasus lansia beresiko dan

penanganannya dengan pelayanan kesehatan yang tepat dan memadai, melalui

kegiatan :

a. Pendataan sasaran dan pemutakhiran data secara berkala.

b. Penggerakan Puskesmas dan jajarannya untuk memberikan pelayanan secara

aktif terhadap sasaran lanjut usia, sehingga akan meningkatkan cakupan

pelayanan secara bertahap.

c. Pemantauan secara berkesinambungan terhadap kesehatan lansia melalui

kegiatan kelompok lansia dengan menggunakan Kartu Menuju Sehat (KMS)

lansia.

d. Pemberdayaan masyarakat termasuk sasaran lansia dalam mengenal dan

melakukan rujukan kasus resiko tinggi.

4. Peningkatan pembinaan teknis dan manejerial pengelola program lansia

melalui:

a. Pembahasan rutin pelaksanaan program pembinaan lansia.

b. Pelatihan/pendidikan dan berkelanjutan mengenai penyakit degeneratif dan

masalah kesehatan lansia.

c. Melakukan pembinaan/ supervise terhadap pelaksanaan kegiatan kelompok

lansia di masyarakat maupun pelaksanaan pelayanan di tingkat pelayanan

dasar.

5. Pemantapan kemampuan pengelola program lansia dalam perencanaan,

penggerakkan pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi kegiatan antara lain

melalui:

a. Penentuan prioritas kegiatan berdasarkan masalah yang ada.

b. Membuat perencanaan/usulan kegiatan dengan memperhatikan prioritas

masalah yang ada.

c. Meningkatkan kemampuan pengelola program lansia di Kabupaten melalui

pendidikan dan latihan.

Perilaku Sehubungan dengan Pemanfaatan Posyandu Lanjut Usia

Hal-hal yang mempengaruhi perilaku seseorang, sebahagian terletak di

dalam

diri individu itu sendiri yang disebut dengan factor intern dan sebahagian

terletak di

Page 18: Kasus1 Resume

luar individu itu sendiri atau faktor ekstern yaitu faktor lingkungan.

1. Faktor-faktor Intern

Faktor intern yaitu faktor yang ada didalam individu itu sendiri, misalnya:

karakteristik (umur, pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, keyakinan) yang

dimiliki

seseorang. Selain itu juga dapat berupa pengalaman akan keberhasilan

dalam

mencapai sesuatu, pengakuan yang diperoleh, rasa tanggung jawab,

pertumbuhan

profesional dan intelektual yang dimiliki seseorang. Sebaliknya, apabila

seseorang

merasa ttidak puas dengan hasil dari pekerjaan yang telah dilakukannya,

dapat

dikaitkan dengan faktor-faktor yang sifatnya dari luar individu.

2. Faktor-faktor Ekstren

Faktor ekstern yaitu factor yang ada diluar individu yang bersangkutan.

Factor

ini mempengaruhi, sehingga di dalam diri individu timbul unsur-unsur dan

dorongan/motif untuk berbuat sesuatu. Misalnya karakteristik lingkungan

sosial.

Lingkungan sosial termasuk didalamnya lingkungan social terdekat yaitu

keluarga,

tetangga dan fasilitas pelayanan kesehatan, alat-alat kesehatan yang

menunjang

kegiatan pelayanan kesehatan di posyandu lanjut usia tersebut.

Pada tingkat ini benar-benar terjadi tarik-menarik antar pribadi dan tujuan

yang akan dicapai. Maka, pada saat pertentangan motif baik ini memaksa

orang harus

berpikir secara matang, mempertimbangkan baik-baik segala kemungkinan.

Dalam

pertimbangan ini orrang tidak terlepas dengan norma-norma dan nilai-nilai

yang

dihayati pada saat tersebut.