kasyf el fikr volume 1, nomor 2, desember 2014 filedan proses pembelajaran atau pelatihan agar...

18
Kasyf el Fikr Volume 1, Nomor 2, Desember 2014 101 DISKURSUS KURIKULUM 2013 ANTARA HARAPAN DAN TANTANGAN Moh. In’ami 1 Abstract Education since long be discussion that interesting for various circle, especially observer and education practitioner self. No thing that ever finished to talked about and discussed to hit problem around education. One of [the] component that be rumors that push in education curriculum troubleshoot, in curriculum here's dishand nutrient fulfillmenteducation on the market, so that has value sells more. Curriculum word 2013 doesn't stop. Even also the execution has walked, although ready for rectified, revision or even replaced along bloom and science development rapid the fast . Society has responsive curriculum existence 2013 as a (n) should. There is no alternative and be custom to faced and run in practice learn to teach. Theme study be one from study model that used in curriculum 2013. This matter wants to study in this article. Keywords: curriculum, theme study. A. Pendahuluan Pendidikan adalah suatu sistem yang terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik secara aktif dapat mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, emosional, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. 2 Pendidikan di Indonesia telah banyak mengalami perubahan dalam hal kurikulum. Perubahan kurikulum dari waktu ke waktu menunjukkan adanya dinamika dan upaya untuk menjaga dan memperbaiki kurikulum tersebut agar tidak stagnan, vakum, ketinggalan zaman dan sebagainya. Kurikulum mempunyai peran penting dalam keseluruhan aktivitas pembelajaran di sebuah satuan pendidikan dan menjadi penentu proses pelaksanaan dan hasil pendidikan. Maka tidak bisa dipungkiri, bahwa merencanakan kurikulum, mengorganisasikannya, melaksanakannya, dan mengevaluasinya merupakan suatu keniscayaan yang harus dilakukan dan dipersiapkan dengan serius, supaya mampu memberikan hasil pendidikan yang optimal dan berkualitas. Implementasi kurikulum seharusnya dapat mewujudkan visi, misi dan tujuan pendidikan nasional secara bertahap, namun dalam kenyataannya seringkali menghadapi 1 Penulis adalah dosen STAIN Kudus 2 Sarbini dan Neneng Lina, Perencanaan Pendidikan, Pustaka Setia, Bandung, 2011, hlm. 21.

Upload: phamdang

Post on 31-Mar-2019

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Kasyf el Fikr Volume 1, Nomor 2, Desember 2014

101

DISKURSUS KURIKULUM 2013 ANTARA HARAPAN DAN TANTANGAN

Moh. In’ami1

Abstract

Education since long be discussion that interesting for various circle, especially

observer and education practitioner self. No thing that ever finished to talked about and

discussed to hit problem around education. One of [the] component that be rumors that

push in education curriculum troubleshoot, in curriculum here's “dish” and “nutrient

fulfillment” education on the market, so that has value sells more. Curriculum word 2013

doesn't stop. Even also the execution has walked, although ready for rectified, revision or

even replaced along bloom and science development rapid the fast. Society has responsive

curriculum existence 2013 as a (n) should. There is no alternative and be custom to faced

and run in practice learn to teach. Theme study be one from study model that used in

curriculum 2013. This matter wants to study in this article.

Keywords: curriculum, theme study.

A. Pendahuluan

Pendidikan adalah suatu sistem yang terencana untuk mewujudkan suasana belajar

dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik secara aktif dapat

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, emosional,

pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang

diperlukan dirinya dan masyarakat.2

Pendidikan di Indonesia telah banyak mengalami perubahan dalam hal kurikulum.

Perubahan kurikulum dari waktu ke waktu menunjukkan adanya dinamika dan upaya

untuk menjaga dan memperbaiki kurikulum tersebut agar tidak stagnan, vakum,

ketinggalan zaman dan sebagainya.

Kurikulum mempunyai peran penting dalam keseluruhan aktivitas pembelajaran di

sebuah satuan pendidikan dan menjadi penentu proses pelaksanaan dan hasil pendidikan.

Maka tidak bisa dipungkiri, bahwa merencanakan kurikulum, mengorganisasikannya,

melaksanakannya, dan mengevaluasinya merupakan suatu keniscayaan yang harus

dilakukan dan dipersiapkan dengan serius, supaya mampu memberikan hasil pendidikan

yang optimal dan berkualitas.

Implementasi kurikulum seharusnya dapat mewujudkan visi, misi dan tujuan

pendidikan nasional secara bertahap, namun dalam kenyataannya seringkali menghadapi

1 Penulis adalah dosen STAIN Kudus

2 Sarbini dan Neneng Lina, Perencanaan Pendidikan, Pustaka Setia, Bandung, 2011, hlm. 21.

Kasyf el Fikr Volume 1, Nomor 2, Desember 2014

102

berbagai masalah dan tantangan, sehingga yang terjadi tidak sesuai dengan yang

diharapkan, bahkan mengalami kegagalan. Oleh karena itu, setiap perubahan kurikulum

mestinya memperhatikan kondisi-kondisi yang dialami dalam implementasi kurikulum

sebelumnya, tidak bisa serampangan, juga tidak boleh terlalu dipaksakan. Kesan

dipaksakan sepertinya dimiliki oleh Kurikulum 2013, kurikulum ini mendapat sorotan dari

berbagai pihak, terjadi pro dan kontra, bahkan kurang dari satu bulan dari waktu yang

direncanakan untuk implementasi, kurikulum ini belum mendapat persetujuan Dewan

Perwakilan Rakyat (DPR).3

Keberadaan Kurikulum 2013 telah mengindikasikan adanya sebuah upaya konkrit

Pemerintah, pada waktu itu, untuk menjadikan pendidikan dan jalannya pendidikan di

negeri ini lebih baik, lebih bermutu dan lebih survive.

B. Persoalan

Dalam pembahasan ini persoalan yang mendasar adalah (1) Bagaimana konsep

Kurikulum 2013?; (2) Bagaimana pembelajaran tematik dalam kurikulum 2013?; (3)

Bagaimana ekspektasi dan tantangan Kurikulum 2013?

Ketiga persoalan di atas hendak dikaji dan ditemukan jawabannya dalam artikel

berikut.

C. Pembahasan

Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa

dan negara.4

Maka dalam praktek pendidikan dan pembelajaran yang diusahakan oleh para

pemerhati pendidikan, konseptor, pendidik, dan pengambil kebijakan merupakan suatu

bentuk ikhtiar yang mesti terlaksana, bagaimanapun adanya.

1. Konsep Kurikulum 2013

Konsep kurikulum 2013 berkembang sejalan dengan perkembangan teori dan

praktik pendidikan, juga bervariasi sesuai dengan aliran atau teori pendidikan yang

dianutnya. Yang perlu mendapatkan penjelasan dalam teori kurikulum adalah konsep

kurikulum. Berbicara konsep kurikulum baru 2013 sebenarnya dapat dianggap tidak

3 E. Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2013,

hlm. 35. 4 Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Kasyf el Fikr Volume 1, Nomor 2, Desember 2014

103

membawa sesuatu yang baru. Konsep kurikulum baru ini dinilai sudah pernah muncul

dalam kurikulum yang dulu pernah digunakan.5

Sebagaimana dikutip Rohman dalam Hamid Hasan bahwa konsep kurikulum

dapat ditinjau dalam empat dimensi, yaitu: (a) kurikulum sebagai suatu ide, yang

dihasilkan melalui teori-teori dan penelitian, khususnya dalam bidang kurikulum dan

pendidikan; (b) kurikulum sebagai suatu rencana tertulis, sebagai perwujudan dari

kurikulum sebagai suatu ide, yang di dalamnya memuat tentang tujuan, bahan, kegiatan

alat-alat, dan waktu; (c) kurikulum sebagai suatu kegiatan, yang merupakan

pelaksanaan dari kurikulum sebagai suatu rencana tertulis, dalam bentuk praktik

pembelajaran; (d) kurikulum sebagai suatu hasil yang merupakan konsekuensi dari

kurikulum seabgai suatu kegiatan, dalam bentuk ketercapaian tujuan kurikulum yakni

tercapainya perubahan perilaku atau kemampuan tertentu dari para peserta didik.6

Dalam perspektif yang lain ditemukan tiga konsep kurikulum, sebagaimana

dikutip Abdul Majid dalam Sukmadinata, yaitu kurikulum sebagai substansi, kurikulum

sebagai sistem, dan kurikulum sebagai bidang studi.7

Konsep pertama, kurikulum sebagai substansi. Maknanya adalah bahwa suatu

kurikulum dipandang sebagai suatu rencana kegiatan belajar siswa di sekolah, atau

sebagai suatu perangkat tujuan yang ingin dicapai. Suatu kurikulum juga dapat berarti

suatu dokumen yang berisi rumusan tentang tujuan, bahan ajar, kegiatan belajar-

mengajar, jadwal, dan evaluasi.

Konsep kedua, kurikulum sebagai sistem, yaitu sistem kurikulum. Sistem

kurikulum merupakan bagian dari sistem persekolahan, sistem pendidikan. Suatu sistem

kurikulum mencakup personalia, dan prosedur kerja bagaimana cara menyusun suatu

kurikulum, melaksanakan, mengevaluasi, dan menyempurnakannya. Hasil dari suatu

sistem kurikulum adalah tersusunnya suatu kurikulum, dan fungsi dari sistem

kurikulum adalah bagaimana memelihara kurikulum agar tetap dinamis.

Konsep ketiga, kurikulum sebagai suatu bidang studi, yaitu bidang studi

kurikulum. Ini merupakan bidang kajian para ahli kurikulum dan ahli pendidikan dan

pengajaran. Tujuan kurikulum sebagai bidang studi adalah mengembangkan ilmu

tentang kurikulum dan sistem kurikulum.8

Keberadaan konsep di atas sangat penting bagi upaya pemahaman praktisi

pendidikan untuk mengimplementasikan kurikulum dalam ranah praksis dan

mengembangkannya ke tingkat yang lebih realistis, optimal dan aplikatif.

5 Ach. Sayyid, “Konsep dan Analisis Kurikulum 2013” dalam http://keyboard-

cakrawala.blogspot.com/2013/01/konsep-dan-analisis-kurikulum-2013.html, diakses 18/12/2014 6 Muhammad Rohman dan Sofan Amri, Manajemen Pendidikan, Prestasi Pustakaraya, Jakarta, 2012,

hlm. 200. 7 Abdul Majid, Implementasi Kurikulum 2013, Interes Media, Bandung, 2014, hlm.3. 8 Abdul Majid, Implementasi Kurikulum 2013, Interes Media, Bandung, 2014, hlm. 3.

Kasyf el Fikr Volume 1, Nomor 2, Desember 2014

104

2. Pembelajaran

Dalam dunia pendidikan, istilah pembelajaran, sangat lekat dan dikenal. Tidak

ada suatu aktivitas pendidikan yang bebas dari pembelajaran. Siswa sebagai peserta

didik memiliki kesempatan untuk mengikuti aktivitas pembelajaran. Bahkan siswa yang

mengikuti sebuah pendidikan namun meninggalkan pembelajaran akan dianggap aneh

dan menentang kebiasaan.

Pembelajaran bukan hanya mentransfer atau memberikan informasi, namun

lebih bersifat menciptakan lingkungan yang memungkinkan siswa dapat berpikir kritis

dan membentuk pengetahuan.9

a. Pembelajaran

Pembelajaran menjadi hal penting dalam dunia pendidikan. Melalui

pembelajaran seluruh materi yang telah direncanakan dapat disampaikan kepada peserta

didik.

Pengertian pembelajaran adalah upaya untuk belajar. Kegiatan ini akan

mengakibatkan para peserta didik mempelajari sesuatu dengan cara efektif dan

efisien.10 Sebagaimana hal yang disebutkan oleh Nababan bahwasannya arti

pembelajaran adalah nominalisasi proses untuk membelajarkan.11 Dalam arti lain

pembelajaran adalah proses pendekatan untuk belajar, bukan pendekatan untuk

mengajarkan.

Oemar Hamalik memberikan definisi pembelajaran sebagai suatu kombinasi

yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan

prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran. Sehingga

manusia dalam hal ini terlibat dalam sistem pengajaran yang mencakup dari peserta

didik, pengajar dan tenaga lainnya. Materi meliputi; buku-buku, papan tulis dan lain-

lainnya. Fasilitas dan perlengkapan terdiri dari ruang kelas dan audiovisual. prosedur

meliputi jadwal dan metode penyampaian informasi, praktek belajar, ujian dan

sebagainya.12 Pembelajaran sering juga disebut sebagai proses perilaku dengan arah

positif untuk memecahkan masalah personal, ekonomi, sosial dan politik yang ditemui

oleh individu, kelompok dan komunitas.

Dalam perpektif ini, proses perilaku diartikan sebagai sikap, ide, nilai, keahlian

dan minat individu. Sedangkan arah positif merujuk kepada apa yang memotivasi diri,

orang lain dan komunitas, sehingga pembelajaran memungkinkan individu, kelompok,

9 Rusman, Manajemen Kurikulum, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2012, hlm. 75. 10Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, Ciputat Press, Jakarta, 2002, hlm. 4. 11Jos D. Parera, Lingustik Edukasional, Erlangga, Jakarta, 1997, hlm. 24-25. 12Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, Bumi Aksara, Jakarta, 1995, hlm. 57.

Kasyf el Fikr Volume 1, Nomor 2, Desember 2014

105

atau komunitas menjadi entities yang berfungsi, efektif dan produktif di dalam

masyarakat.13

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran (proses belajar

mengajar) adalah suatu aktifitas (upaya) seorang pendidik yang disengaja untuk

memodifikasi (mengorganisasikan) berbagai komponen belajar mengajar yang

diarahkan tercapainya tujuan yang ditentukan.

Definisi lain menyebutkan bahwa pengertian pembelajaran adalah nominalisasi

proses untuk membelajarkan.14 Dalam arti lain pembelajaran adalah proses pendekatan

untuk belajar, bukan pendekatan untuk mengajarkan, maka ada komponen –komponen

baik dari peserta didik dan pengajar sehingga pembelajaran menjadi efektif.

Dari peserta didik antar lain: a). Motivasi belajar peserta didik; Dalam

pembelajaran harus ada upaya-upaya agar motivasi yang sudah ada pada diri

pembelajaran tetap terpelihara dan ditingkatkan karena motivasi berguna untuk

menghubungkan pengalaman yang lama dengan bahan pelajaran yang baru, sebab

setiap peserta didik datang ke kelas dengan latar belakang yang berbeda-beda. Dengan

motivasi, peserta didik tidak merasa dalam suasana belajar dan terdorong untuk

mempelajari bahan-bahan baru dengan sendirinya; b). Bahan ajar; Bahan belajar yang

tersedia harus mendukung bagi pencapaian tujuan belajar peserta didik karena itu

penggunaan bahan belajar harus selektif dan disesuaikan dengan komponen-komponen

lainnya; c). Alat bantu ajar; Suasana belajar perlu dikembangkan agar masing-masing

peserta didik biasa kompetitif. Sebab dengan kompetitif yang sehat akan

memungkinkan setiap peserta didik dapat berprestasi secara maksimal dan dapat

mencapai prestasi yang setinggi mungkin; d). Suasana belajar; Suasana belajar penting

artinya bagi kegiatan belajar. Suasana yang menyenangkan dapat menumbuhkan

kegairahan belajar, sedangkan suasana yang kacau, ramai, tidak tenang dan banyak

gangguan, sudah tentu tidak menunjang kegiatan belajar yang efektif. Karena itu,

pengajar dan peserta didik senantiasa dituntut agar menciptakan suasana lingkungan

belajar yang baik dan menyenangkan, menantang dan menggairahkan. Hal ini berarti

bahwa suasana belajar turut menentukan motivasi, kegiatan, keberhasilan belajar

peserta didik; e). Kondisi subyek yang belajar; Kondisi subyek dapat dibedakan atas

kondisi fisik ataupun psikis, kondisi fisik meliputi ukuran tubuh, kekuatan tubuhnya,

kesehatannya, aspirasinya dan harapannya oleh karena itu kondisi peserta didik perlu

diperhatikan.

Kelima komponen pembelajaran di atas bersifat dinamis yang sering berubah,

menguat dan atau melemah antara komponen satu dengan yang lain yang

13Agus Suryana, Panduan Praktis Mengelola Pelatihan, Edsa Mahkota, Jakarta, 2006, hlm. 29. 14Jos D. Parera, Lingustik Edukasional, Erlangga, Jakarta, 1997, hlm. 24-25.

Kasyf el Fikr Volume 1, Nomor 2, Desember 2014

106

mempengaruhi proses belajar mengajar.15 Hal ini tidak dapat dipungkiri sebagai wujud

dinamika pendidikan yang senantiasa dan terus menerus berjalan tanpa henti, seiring

penemuan dan kreativitas pada pelaku pendidikan.

b. Komponen Pembelajaran

Pembelajaran merupakan bagian atau elemen yang memiliki peran sangat

dominan untuk mewujudkan kualitas baik proses maupun lulusan (output) pendidikan.

Pembelajaran juga memiliki pengaruh yang menyebabkan kualitas pendidikan menjadi

rendah. Artinya pembelajaran sangat tergantung dari kemampuan guru dalam

melaksanakan atau mengemas proses pembelajaran. Pembelajaran yang dilaksanakan

secara baik dan tepat akan memberikan kontribusi sangat dominan bagi siswa,

sebaliknya pembelajaran yang dilaksanakan dengan cara yang tidak baik akan

menyebabkan potensi siswa sulit dikembangkan atau diberdayakan.16

Dalam proses belajar mengajar, belajar diartikan sebagai usaha untuk mengubah

tingkah laku dan suatu proses yang berlangsung di dalam diri seseorang yang

mengubah tingkah lakunya, baik tingkah laku dalam berfikir, bersikap dan berbuat.

Sedangkan mengajar diartikan sebagai usaha untuk menciptakan sistem lingkungan

yang memungkinkan terjadinya proses belajar itu secara optimal. Sistem lingkungan

terdiri atas beberapa komponen termasuk guru, yang saling berinteraksi dalam

menciptakan proses belajar yang terarah pada tujuan tertentu.

Komponen lain yang mesti ada dalam pembelajaran adalah sebagai berikut:

a) Tujuan pengajaran. Tujuan pengajaran merupakan acuan yang dipertimbangkan

untuk memiliki strategi pembelajaran. Tujuan pengajaran yang berorientasi pada

pembentukan sikap tentu tidak akan dapat dicapai jika strategi pembelajaran

berorientasi pada dimensi kognitif;

Apabila komponen tujuan pengajaran dikeluarkan dari ketujuh komponen tersebut,

maka keenam komponen lainnya merupakan masukan yang dalam proses belajar

mengajar saling berinteraksi. Keberhasilan dalam pencapaian tujuan pengajaran

tergantung pada mutu masing-masing masukan dan cara memprosesnya dalam

kegiatan belajar mengajar.

b) Guru. Masing-masing guru17 berbeda dalam pengalaman pengetahuan,

kemampuan, kemampuan menyajikan pelajaran, gaya mengajar, pandangan hidup,

maupun wawasannya. Perbedaan ini mengakibatkan adanya perbedaan dalam

15Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, Bumi Aksara, Jakarta, 1995, hlm. 50. 16 M. Syaekan, Pembelajaran Kontekstual, RaSail Media Group, Semarang, 2008, hlm. 1. 17 Kemampuan yang harus dikuasai guru dalam mengimplementasikan kurikulum adalah:

pemahaman esensi dari tujuan-tujuan yang ingin dicapai dalam kurikulum; kemampuan untuk menjabarkan

tujuan-tujuan kurikulum tersebut menjadi tujuan yang lebih spesifik; kemampuan untuk menerjemahkan

tujuan khusus kepada kegiatan pembelajaran. Rusman, Manajemen Kurikulum, RajaGrafindo Persada,

Jakarta, 2012, hlm.76.

Kasyf el Fikr Volume 1, Nomor 2, Desember 2014

107

pemilihan strategi pembelajaran yang digunakan dalam program pengajaran. Guru

dalam Islam adalah orang yang bertanggungjawab terhadap perkembangan anak

didik dengan mengupayakan seluruh potensinya, baik potensi afektif, potensi

kognitif, maupun potensi psikomotorik. Guru juga berarti orang dewasa yang

bertanggung jawab memberikan pertolongan anak didik dalam perkembangan

jasmani dan rohaninya agar mencapai tingkat kedewasaan, serta mampu berdiri

sendiri dalam memenuhi tugasnya sebagai hamba Allah. Di samping itu, ia mampu

sebagai makhluk sosial dan makhluk individu yang mandiri.18 Allah berfirman

dalam al-Qur’an:

Artinya: “Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang

beriman ketika Allah mengutus diantara mereka seorang Rasul dari golongan

mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan

(jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al kitab dan Al hikmah. dan

Sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam

kesesatan yang nyata”. (QS. Ali Imran, 3: 164).19

c) Peserta didik. Di dalam kegiatan pembelajaran, peserta didik mempunyai latar

belakang yang berbeda-beda. Seperti lingkungan sosial, lingkungan budaya, gaya

belajar, keadaan ekonomi dan tingkat kecerdasan. Masing-masing berbeda-beda

pada setiap peserta didik. Makin tinggi kemajemukan masyarakat, makin besar

pula perbedaan atau variasi ini di dalam kelas. Hal ini perlu dipertimbangkan dalam

menyusun suatu strategi pembelajaran yang tepat;

d) Materi pelajaran. Materi pelajaran dapat dibedakan antara materi formal dan

materi informal. Materi formal adalah isi pelajaran yang terdapat dalam buku teks

resmi (buku paket) di sekolah, sedangkan materi informal ialah bahan-bahan

pelajaran yang bersumber dari lingkungan sekolah yang bersangkutan. Bahan-

bahan yang bersifat informal ini dibutuhkan agar pengajaran itu lebih relevan dan

aktual. Komponen ini merupakan salah satu masukan yang tentunya perlu

dipertimbangkan dalam strategi pembelajaran;

e) Metode pengajaran. Ada berbagai metode pengajaran yang dipertimbangkan dalam

strategi pembelajaran. Ini perlu, karena ketepatan metode akan mempengaruhi

bentuk strategi pembelajaran;

f) Media pengajaran. Media, termasuk sarana pendidikan yang tersedia, sangat

berpengaruh terhadap pemilihan strategi pembelajaran. Keberhasilan program

pengajaran tidak tergantung dari canggih atau tidaknya media yang digunakan,

tetapi dari ketepatan dan keefektifan media yang digunakan oleh guru;

18Muhammad Nurdin, Kiat Menjadi Guru Profesional, Ar-Ruzz Media, Yogyakarta, 2008, hlm.128. 19Departemen Agama RI, Al-Qur’an Al-Karim dan Terjemahnya, Karya Toha Putra, Semarang,

2002, hlm. 90.

Kasyf el Fikr Volume 1, Nomor 2, Desember 2014

108

g) Faktor administrasi dan finansial. Termasuk dalam komponen ini ialah jadwal

pelajaran, kondisi gedung dan ruang belajar, yang merupakan hal-hal yang tidak

boleh diabaikan dalam pemilihan strategi pembelajaran.

Adanya perbedaan dalam komponen-komponen, atau lebih tepatnya kita sebut

variasi komponen sesuai dengan kekuatan dan potnesi sekolah, antar sekolah

mengakibatkan pencapaian tujuan pengajaran tidak akan pernah sama, dengan kata

lain mutu pendidikan berbeda-beda. Oleh karena itu, jika ingin mencapai suatu standar

mutu yang sama, maka perlu diperhatikan keenam komponen masukan dalam strategi

belajar mengajar. Tidak ada satu strategi belajar mengajar yang sama untuk satu mata

pelajaran di semua sekolah, bahwa untuk mata pelajaran yang sama di sekolah yang

sama dan di kelas yang sama pada semester yang berbeda. Komponen-komponen itu

selalu mengalami perubahan, terutama pada komponen peserta didik.

Dengan pengertian pembelajaran adalah nominalisasi proses untuk

membelajarkan. Atau pembelajaran (proses belajar mengajar) adalah suatu aktivitas

(upaya) seorang pendidik yang disengaja untuk memodifikasi (mengorganisasikan)

berbagai komponen belajar mengajar yang diarahkan tercapainya tujuan yang

ditentukan. Dalam menciptakan pembelajaran yang efektif dan efesien memperhatikan

komponen-komponen pembelajaran yaitu peserta didik dan pengajar.

Dari peserta didik antar lain: a. Motivasi belajar peserta didik; Dalam

pembelajaran harus ada upaya-upaya agar motivasi yang sudah ada pada diri

pembelajaran tetap terpelihara dan ditingkatkan karena motivasi berguna untuk

menghubungkan pengalaman yang lama dengan bahan pelajaran yang baru, sebab

setiap peserta didik datang ke kelas dengan latar belakang yang berbeda-beda. Dengan

motivasi, peserta didik tidak merasa dalam suasana belajar dan terdorong untuk

mempelajari bahan-bahan baru dengan sendirinya; b. Bahan ajar; Bahan belajar yang

tersedia harus mendukung bagi pencapaian tujuan belajar peserta didik karena itu

penggunaan bahan belajar harus selektif dan disesuaikan dengan komponen-

komponen lainnya; c. Alat bantu ajar; Suasana belajar perlu dikembangkan agar

masing-masing peserta didik biasa kompetitif. Sebab dengan kompetitif yang sehat

akan memungkinkan setiap peserta didik dapat berprestasi secara maksimal dan dapat

mencapai prestasi yang setinggi mungkin; d. Suasana belajar; Suasana belajar penting

artinya bagi kegiatan belajar. Suasana yang menyenangkan dapat menumbuhkan

kegairahan belajar, sedangkan suasana yang kacau, ramai, tidak tenang dan banyak

gangguan, sudah tentu tidak menunjang kegiatan belajar yang efektif. Karena itu,

pengajar dan peserta didik senantiasa dituntut agar menciptakan suasana lingkungan

belajar yang baik dan menyenangkan, menantang dan menggairahkan. Hal ini berarti

bahwa suasana belajar turut menentukan motivasi, kegiatan, keberhasilan belajar

peserta didik; e. Kondisi subyek yang belajar; Kondisi subyek dapat dibedakan atas

Kasyf el Fikr Volume 1, Nomor 2, Desember 2014

109

kondisi fisik ataupun psikis, kondisi fisik meliputi ukuran tubuh, kekuatan tubuhnya,

kesehatannya, aspirasinya dan harapannya oleh karena itu kondisi peserta didik perlu

diperhatikan.

Kelima komponen pembelajaran di atas bersifat dinamis yang sering berubah,

menguat dan atau melemah antara komponen satu dengan yang lain yang

mempengaruhi proses belajar-mengajar.

c. Distingsi Pembelajaran Tematik

Pembelajaran yang hendak dilaksanakan di suatu satuan pendidikan akan

melibatkan beberapa pihak dalam sebuah interaksi yang baik, yaitu peserta didik dan

guru. Penyebutan demikian tentu dalam konteks persekolahan.

Pembelajaran tematik adalah program pembelajaran yang berangkat dari satu

tema/topik tertentu dan kemudian dielaborasi dari berbagai aspek atau ditinjau dari

berbagai perspektif mata pelajaran yang biasa diajarkan di sekolah.20

Dengan kata lain, pembelajaran tematik diartikan sebagai pembelajaran yang

menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat

memberikan pengalaman bermakna kepada siswa.21

Sebagai contoh, model keterhubungan (connected model) merupakan salah satu

model dari pembelajaran tematik. Model ini merupakan pembelajaran yang dilakukan

dengan mengaitkan suatu pokok bahasan dengan pokok bahasan berikutnya,

mengaitkan satu konsep dengan konsep yang lain, mengaitkan satu keterampilan

dengan keterampilan yang lain, dan dapat juga mengaitkan pekerjaan hari itu dengan

hari yang lain atau hari berikutnya dalam suatu bidang studi.22

Model ini dapat dikatakan secara nyata mengorganisasikan atau

mengintegrasikan satu konsep, keterampilan dan kemampuan yang

ditumbuhkembangkan dalam suatu pokok bahasan atau sub pokok bahasan yang

dikaitkan dengan konsep, keterampilan dan kemampuan pada pokok bahasan atau sub

pokok bahasan lain, dalam satu bidang studi.23

Pendekatan tematik memiliki kekuatan dan urgensinya dalam pembelajaran

pada Kurikulum 2013, yaitu: a. Pembelajaran menjadi menyenangkan karena berangkat

dari minat dan kebutuhan anak didik; b. Pembelajaran memberikan pengalaman dan

kegiatan belajar-mengajar yang relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan

anak didik; c. Hasil belajar dapat bertahan lama, karena lebih berkesan dan bermakna;

20 Abd. Kadir & Hanun Asrohah, Pembelajaran Tematik, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2014, hlm.

1. 21 Daryanto, Pembelajaran Tematik, Terpadu, dan Terintegrasi (Kurikulum 2013), Gava Media,

Yogyakarta, 2014, hlm. 3. 22Abd. Kadir & Hanun Asrohah, Pembelajaran Tematik, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2014, hlm.

39. 23 Ibid., hlm. 39.

Kasyf el Fikr Volume 1, Nomor 2, Desember 2014

110

d. Pembelajaran mengembangkan keterampilan berpikir anak didik sesuai dengan

persoalan yang dihadapi; e. Pembelajaran menumbuhkan keterampilan sosial melalui

kerjasama; f. Memiliki sikap toleransi, komunikasi dan tanggap terhadap gagasan orang

lain; g. Pembelajaran menyajikan kegiatan yang bersifat nyata sesuai dengan persoalan

yang dihadapi dalam lingkungan anak didik. 24

Pembelajaran tematik sangat dipengaruhi oleh keberadaan tiga aliran filsafat,

yaitu progresivisme, konstruktivisme, dan humanisme. Yang pertama menekankan pada

pembentukan kreativitas; yang kedua menuntut adanya pengalaman langsung dalam

pembelajaran; yang ketiga memberikan penekanan pada keunikan, potensi dan motivasi

anak didik sebagai hal penting dalam ranah pendidikan, khususnya dalam konteks

pembelajaran.

3. Penerapan Pembelajaran Tematik

Adanya perencanaan dalam pendidikan menemukan nilai pentingnya pada saat

rencana ini mendapatkan tempat untuk aktualisasinya. Perencanaan suatu pembelajaran

yang baik akan bernilai jika dapat diterapkan dalam praktek nyata dan dapat dirasakan

manfaatnya; efektivitasnya.

Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan melibatkan berbagai

aspek yang saling berkaitan. Dalam pembelajaran, guru berhadapan dengan sejumlah

peserta didik dengan berbagai macam latar belakang, sikap, dan potensi, yang

semuanya itu berpengaruh terhadap kebiasaannya dalam mengikuti pembelajaran.25

Sebagai contoh, pelaksanaan kegiatan pembelajaran di SD kelas 1 sampai kelas

3 untuk setiap mata pelajaran dilakukan secara terpisah, misalnya IPA 2 jam pelajaran,

IPS 2 jam pelajaran, dan Bahasa Indonesia 2 jam pelajaran. Dalam pelaksanaan

kegiatannya dilakukan secara murni mata pelajaran, yaitu hanya mempelajari standar

kompetensi dan kompetensi dasar yang berhubungan dengan mata pelajaran itu. Sesuai

dengan tahapan perkembangan anak yang masih melihat segala sesuatu sebagai suatu

keutuhan (holistic), pembelajaran yang menyajikan mata pelajaran secara terpisah

dinilai kurang mengembangkan anak untuk berpikir holistik dan membuat kesulitan

bagi peserta didik.26

Dalam praktek pembelajaran tematik, tidak semua mata pelajaran harus

disatukan. Dalam pembelajaran, seorang guru, dimungkinkan untuk menggabungkan

kompetensi dasar lintas semester. Pun kompetensi dasar yang tidak dapat dipadukan,

tidak harus dipadukan. Kompetensi dasar yang tidak dapat diintegrasikan dibelajarkan

24 Abdul Majid, Implementasi Kurikulum 2013, Interes Media, Bandung, 2014, hlm. 129-130. 25 Muhammad Rohman dan Sofan Amri, Manajemen Pendidikan, Prestasi Pustakaraya, Jakarta,

2012, hlm. 141. 26 Daryanto, Pembelajaran Tematik, Terpadu, dan Terintegrasi (Kurikulum 2013), Gava Media,

Yogyakarta, 2014, hlm. 8.

Kasyf el Fikr Volume 1, Nomor 2, Desember 2014

111

secara tersendiri. Kompetensi dasar yang tidak tercakup pada tema tertentu harus tetap

diajarkan baik melalui tema lain maupun disajikan secara tersendiri. 27

Pembelajaran tematik menemukan masalahnya sendiri bagi guru sebagai pelaku

pendidikan, anak didik sebagai pembelajar dan orang tua sebagai pendamping anak

didik.

Permasalahan pelaksanaan pembelajaran tematik antara lain: a) Keterbatasan

pengetahuan dan kemampuan guru dalam mengajarkan lagu anak-anak sesuai tema; b)

Bahan ajar yang tersedia masih menggunakan pendekatan mata pelajaran sehingga

menyulitkan guru memadukan materi sesuai tema; c) Bahan ajar tematik masih bersifat

nasional sehingga beberapa materi kurang sesuai dengan kondisi lingkungan belajar

siswa; d) Model team teaching sesuai untuk kondisi sekolah yang menerapkan sistem

guru bidang studi. Namun model ini memerlukan koordinasi dan komitmen yang tinggi

pada masing-masing guru; e) Sekolah yang kekurangan jumlah guru menerapkan model

pembelajaran kelas rangkap, sehingga kesulitan menerapkan pembelajaran tematik di

kelas awal; f) Untuk guru kelas dapat menggunakan model webbed yakni pembelajaran

yang menggunakan suatu tema sebagai dasar pembelajaran dalam berbagai disiplin

mata pelajaran; g) Lingkungan sekolah di wilayah kabupaten masih standar dan sarana

teknologi sangat kurang karena sarana pendukungnya yang tidak memenuhi syarat; h)

Guru membuat rangkuman atau kesimpulan bersama-sama dengan siswa dilakukan

setiap hari di akhir pelajaran dan di akhir tema setelah berlangsung beberapa kali

pertemuan; i) Jadwal yang menggunakan mata pelajaran menyulitkan guru dalam

memadukan berbagai mata pelajaran secara luwes; j) Penggunaan jadwal tema lebih

luwes dalam penyampaian pembelajaran tematik, namun memerlukan perencanaan

yang matang dalam hal bobot penyajian antar mata pelajaran.28

Meski banyak permasalahan ditemukan dalam pembelajaran tematik, hal ini

tidak menyurutkan guru untuk senantiasa memperbaiki diri, meningkatkan kemampuan

pembelajaran dalam berbagai situasi dan kondisi, juga adanya kesepahaman guru (baca:

pengertian) untuk terus menerus belajar di dalam tugas mengajarnya sebagai pendidik.

Terdapat beberapa keuntungan yang diperoleh dari pembelajaran tematik yang

diterapkan dalam sebuah pembelajaran, di antaranya: i. Siswa mudah memusatkan

perhatian pada suatu tema tertentu; ii. Siswa mampu mempelajari pengetahuan dan

mengembangkan berbagai kompetensi dasar antar mata pelajaran dalam tema yang

sama; pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan.29

27 Abdul Majid, Implementasi Kurikulum 2013, Interes Media, Bandung, 2014, hlm.129-128. 28Ari Pudjiastuti, “Permasalahan Penerapan Pembelajaran Tematik di Kelas Awal Sekolah Dasar”

dalam http://library.um.ac.id/free-contents/index.php/pub/detail/permasalahan-penerapan-pembelajaran-

tematik-di-kelas-awal-sekolah-dasar-ari-pudjiastuti-47508.html, diakses 22 Desember 2014 . 29 Daryanto, Pembelajaran Tematik, Terpadu, dan Terintegrasi (Kurikulum 2013), Gava Media,

Yogyakarta, 2014, hlm. 3.

Kasyf el Fikr Volume 1, Nomor 2, Desember 2014

112

Dalam implementasi pembelajaran tematik di sekolah dasar mempunyai

implikasi yang mencakup: a. Implikasi bagi guru. Pembelajaran tematik memerlukan

guru yang kreaktif baik dalam menyiapkan pengalaman belajar bagi anak, juga dalam

memilih kompetensi dari berbagai mata pelajaran dan mengaturnya agar pembelajaran

menjadi lebih bermakna, menarik, menyenangkan, dan utuh; b. Implikasi bagi siswa.

Siswa harus siap mengikuti kegiatan pembelajaran yang dalam pelaksanaannya

dimungkinkan untuk melakukan kegiatan, baik secara individual, pasangan kelompok

kecil, maupun klasikal. Siswa harus siap mengikuti kegiatan pembelajaran yang

bervariasi dan aktif; c. Implikasi terhadap sarana, prasarana, sumber balajar, dan media.

Pelaksanaan pembelajaran ini memerlukan berbagai sarana dan prasarana belajar.

Pembelajaran ini perlu memanfaatkan bebagai sumber balajar, baik yang didesain

secara khusus maupun yang tersedia di lingkungan. Pembelajaran ini perlu

mengoptimalkan penggunaan media pembelajaran bervariasi. Pembelajaran ini masih

dapat menggunakan buku ajar yang sudah ada atau bila memungkinkan untuk

menggunakan buku suplemen khusus yang memuat bahan ajar terintegrasi; d. Implikasi

terhadap pengaturan ruangan. Ruang perlu ditata sesuai tema yang dilaksanakan,

susunan bangku bisa berubah-ubah, peserta didik tidak harus selalu hanya duduk di

kursi, tetapi dapat duduk ditikar, dikarpet, atau yang lain. Kegiatan hendaknya

bervariasi dan dapat dilaksanakan baik di dalam ruangan maupun di luar ruangan.

Dinding kelas dapat dimanfaatkan untuk memajang hasil karya peserta didik dan

dimanfaatkan sebagai sumber balajar. Alat, sarana, sumber belajar hendaknya dikelola

dengan baik; e. Implikasi terhadap pemilihan metode. Pembelajaran yang dilakukan

perlu disiapkan berbagai variasi kegiatan dengan menggunakan multi metode, misalnya

percobaan, bermain peran, tanya jawab, demonstrasi, dan bercakap-cakap.30

Dengan demikian bahwa penerapan pembelajaran tematik sesungguhnya

membutuhkan kesiapan-kesiapan baik fisik maupun non-fisik di sebuah satuan

pendidikan. Terlebih lagi guru sebagai pendidik dan pembelajar bagi peserta didik

hendaknya melakukan penyesuaian dan pengembangan diri, agar pembelajaran yang

dilakukan tidak sekedar menyebut berbasis pada Kurikulum 2013 namun dalam

implementasinya nuansa pembelajaran dengan model kurikulum lama (KTSP tahun

2006) masih sangat kuat terasa dan mewarnai.

4. Kontinuitas Pengembangan Kurikulum

Kurikulum tidak statis, ia selalu mengalami perubahan dan mengikuti

perkembangan keilmuan yang senantiasa ada, tumbuh dan berubah. Menjadi aneh jika

30Sutiyono, “Implementasi Pembelajaran Tematik di Sekolah Dasar” dalam

http://sutiyonokudus.wordpress.com/2012/12/27/implementasi-pembelajaran-tematik-di-sekolah-dasar-2/,

diakses 22/12/2014 .

Kasyf el Fikr Volume 1, Nomor 2, Desember 2014

113

dalam dunia pendidikan tidak ada pengembangan kurikulum. Dan penolakan terhadap

pengembangan kurikulum merupakan suatu tindakan yang mundur ke belakang.

Perubahan kurikulum adalah kebijakan publik berskala luas (sebagai suatu

keniscayaan) yang melibatkan komponen-komponen waktu, keahlian, dana, peralatan,

pengorbanan, kemauan yang sangat masif. Waktu yang diperlukan untuk memulai

kebijakan itu tidak cukup dalam hitungan bulan. Dana yang diperlukan berjumlah

triliunan rupiah. Belum lagi berhitung tentang implementasi yang harus menjangkau ke

seluruh wilayah Indonesia.31

Pengembangan kurikulum adalah istilah yang komprehensif, di dalamnya

mencakup perencanaan, penerapan, dan evaluasi. Perencanaan kurikulum adalah

langkah awal membangun kurikulum ketika pekerja kurikulum membuat keputusan dan

mengambil tindakan untuk menghasilkan perencanaan yang akan digunakan oleh guru

dan peserta didik. Penerapan kurikulum berusaha mentransfer perencanaan kurikulum

ke dalam tindakan operasional. Evaluasi kurikulum merupakan tahap akhir dari

pengembangan kurikulum untuk menentukan seberapa besar hasil-hasil pembelajaran,

tingkat ketercapaian program-program yang telah direncanakan, dan hasil-hasil

kurikulum itu sendiri. Dengan catatan, dalam pengembangan kurikulum tidak hanya

melibatkan orang yang terkait langsung dengan dunia pendidikan saja, namun di

dalamnya melibatkan banyak orang, seperti: politikus, pengacara, orang tua pserta

didik, serta unsur-unsur masyarakat lainnya yang merasa berkepentingan dengan

pendidikan.

Menurut Heri Gunawan, berdasarkan teori Murray Print, apa yang disebut

pengembangan kurikulum adalah suatu cara untuk merencanakan dan melaksanakan

kurikulum pendidikan pada suatu satuan pendidikan, agar menghasilkan sebuah

kurikulum yang kolaboratif, akomodatif, sehingga menghasilkan kurikulum yang ideal-

operasional (dapat dilaksanakan), yang sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan

satuan pendidikan dan daerah masing-masing.32

Lebih lanjut ditegaskan bahwa pengembangan kurikulum merupakan proses

siklus, yang meliputi empat unsur, yaitu:

i. Tujuan, mempelajari dan menggambarkan semua sumber pengetahuan dan

pertimbangan tentang tujuan-tujuan pengajaran, baik yang berkenaan dengan

mata pelajaran (subject course) maupun kurikulum secara menyeluruh;

31Imas Kurniasih dan Berlin Sani, Implementasi Kurikulum 2013: Konsep dan Penerapan, Kata

Pena, Surabaya, 2014, hlm. 32. 32 Heri Gunawan, Kurikulum dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Alfabeta, Bandung,

2012, hlm. 34.

Kasyf el Fikr Volume 1, Nomor 2, Desember 2014

114

ii. Metode dan material, mengembangkan dan mencoba menggunakan metode-

metode dan material sekolah untuk mencapai tujuan-tujuan tadi yang serasi

menurut pertimbangan guru;

iii. Penilaian (assessment), menilai keberhasilan pekerjaan yang telah

dikembangkan itu dalam hubungan dengan tujuan, dan bila mengembangkan

tujuan-tujuan baru;

iv. Balikan (feedback), umpan balik dari semua pengalaman yang telah diperoleh

yang pada gilirannya menjadi titik tolak bagi studi selanjutnya.33

Dalam suatu sistem pendidikan, kurikulum itu sifatnya dinamis serta harus

selalu dilakukan perubahan dan pengembangan, agar dapat mengikuti perkembangan

dan tantangan zaman. Meskipun demikian, perubahan dan pengembangannya harus

dilakukan secara sistematis dan terarah, tidak asal berubah. Perubahan dan

pengembangan kurikulum tersebut harus memiliki visi dan arah yang jelas, mau dibawa

ke mana sistem pendidikan nasional dengan kurikulum tersebut.34

5. Implementasi Kurikulum 2013

Rancangan kurikulum dan implementasi kurikulum adalah sebuah sistem

membentuk garis lurus dalam arti implementasi mencerminkan rancangan.35

Pendek kata, adanya pelaksanaan sebuah kurikulum merupakan suatu refleksi

dari apa yang telah direncanakan di awal sebuah perancangan dalam paradigma sistem

pendidikan.

Kurikulum 2013 menjanjikan lahirnya generasi penerus bangsa yang produktif,

kreatif, inovatif, dan berkarakter. Dengan kreativitas, anak-anak bangsa mampu mampu

berinovasi secara produktif untuk menjawab tantangan masa depan yang semakin rumit

dan kompleks. Meskipun demikian, keberhasilan Kurikulum 2013 dalam menghasilkan

insan yang produktif, kreatif, dan inovatif serta dalam merealisasikan tujuan pendidikan

nasional untuk membentuk watak dan peradaban bangsa yang bermartabat sangat

ditentukan oleh berbagai faktor.36

Bagaimanapun juga menjalankan sebuah kurikulum yang telah dirancang dan

dibuat, dengan seluruh daya upaya, oleh pemerintah menjadi kewajiban bagi pelaksana

pendidikan di semua lini satuan pendidikan sebagai bagian penting yang merealisasikan

kurikulum secara nyata.

33 Heri Gunawan, Kurikulum dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Alfabeta, Bandung,

2012, hlm. 35. 34 E. Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013, Remaja Rosdakarya, Bandung,

2013, hlm. 59. 35 Abdul Majid, Implementasi Kurikulum 2013, Interes Media, Bandung, 2014, hlm. 6. 36 E. Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013, Remaja Rosdakarya, Bandung,

2013, hlm. 39.

Kasyf el Fikr Volume 1, Nomor 2, Desember 2014

115

Menurut Abdul Majid, implementasi kurikulum adalah operasionalisasi konsep

kurikulum yang masih bersifat potensial (tertulis) menjadi aktual dalam bentuk kegiatan

pembelajaran. Dengan demikian, implementasi kurikulum merupakan hasil terjemahan

guru terhadap kurikulum yang dijabarkan ke dalam silabus dan rencana pelaksanaan

(RPP) sebagai rencana tertulis.37

Implementasi kurikulum seharusnya menempatkan pengembangan kreativitas

siswa lebih dari penguasaan materi. Dalam kaitan ini, siswa ditempatkan sebagai

subyek dalam proses pembelajaran. Komunikasi dalam pembelajaran yang multi-arah

seyogianya dikembangkan sehingga pembelajaran kognitif dapat mengembangkan

kemampuan berpikir siswa tidak hanya penguasaan materi. Selain itu, pembelajaran

berpikir sebaiknya dikembangkan dengan menekankan pada aktivitas siswa untuk

mencari pemahaman akan obyek, menganalisis dan merekonstruksi sehingga terbentuk

pengetahuan baru dalam diri siswa. 38

Karena kurikulum ini menuntut guru lebih kreatif, pada kenyataannya sangat

sedikit para guru yang seperti itu, sehingga membutuhkan waktu yang panjang agar bisa

membuka cakrawala berpikir guru, dan salah satunya dari pelatihan-pelatihan dan

pendidikan agar merubah paradigma guru sebagai pemberi materi menjadi guru yang dapat

memotivasi siswa agar kreatif.39

D. Analisis

Dalam implementasi kurikulum terdapat tiga konsep kurikulum, sebagaimana yang

dikonstruk Abdul Majid dalam kajian teoretis dan praktis pada implementasi Kurikulum

2013, yaitu kurikulum sebagai substansi, kurikulum sebagai sistem, dan kurikulum sebagai

bidang studi.

Perubahan kurikulum yang secara ideal diharapkan mampu merubah tatanan baru

untuk semata-mata meningkatkan kualitas anak-anak bangsa agar dapat berkompetisi

dengan bangsa lain di dunia ini, kenyataannya berbalik arah menjadi bumerang. Perubahan

itu ternyata hanya untuk kepentingan beberapa gelintir pengambil kebijakan untuk

mengeruk keuntungan finansial, dengan adanya proyek baru yang meniscayakan suatu

pembahasan serius dan sosialisasi menyeluruh.40

Dalam ranah yang lebih spesifik, pembelajaran dapat terlaksana dengan berbagai

teknik, strategi, pendekatan, metode, dan model pembelajaran. Untuk merealisasikan

Kurikulum 2013 ke dalam praktek nyata maka dibutuhkan suatu alat untuk

37 Abdul Majid, Implementasi Kurikulum 2013, Interes Media, Bandung, 2014, hlm. 6. 38 Rusman, Manajemen Kurikulum, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2012, hlm. 75. 39Imas Kurniasih dan Berlin Sani, Implementasi Kurikulum 2013: Konsep dan Penerapan, Kata

Pena, Surabaya, 2014, hlm. 42. 40 Lihat dalam Muhammad Zaini, Pengembangan Kurikulum Konsep Implementasi Evaluasi dan

Inovasi, Teras, Yogyakarta, 2009, hlm. 175-176.

Kasyf el Fikr Volume 1, Nomor 2, Desember 2014

116

menerjemahkan kurikulum, yang telah dirancang-bangun dengan susah payah, ke dalam

kelas.

Maka pendekatan pembelajaran dapat dipersepsi dan dijadikan sebagai titik tolak

atau sudut pandang guru terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan

tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi,

menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoritis

tertentu.

Dua pendekatan pembelajaran yang sudah dimaklumi oleh para guru adalah (1)

pendekatan pembelajaran yang berorientasi pada siswa (student centered approach) dan

(2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi pada guru (teacher centered approach).

Pendekatan yang berpusat pada siswa yang dapat diimplementasikan, yakni pendekatan

kontekstual.

Apapun yang menjadi pilihan seorang guru dalam pembelajaran Kurikulum

2013, termasuk pembelajaran tematik, adalah suatu opsi yang sangat perlu

mendapatkan apresiasi dan sekaligus kritiknya. Karena di ruang pembelajaran tidak

akan bebas dari titik kelemahan dan kekuatan. Sebaik dan sebagus apapun model

pembelajaran, sejatinya sangat bergantung pada kualitas dan kapasitas guru yang

menjalankannya.

Ekspektasi dari kurikulum ini adalah menciptakan orang-orang yang aktif dalam

belajar, terampil, memiliki kemampuan berpikir yang baik dan kritis dan diimbangi

ketrampilan dan skillnya, namun tidak mengesampingkan akhlak baiknya. Orang-orang

hasil produksi kurikulum baru ini diharapkan mampu menyandang nama Generasi

Emas. 41

Melalui media, menurut Fatkhurrahman, kita masih saja melihat kekurangan

bahan ajar dan kekurangsiapan berbagai komponen pendukung implementasi kurikulum

2013. Di berbagai daerah, masih saja terjadi kekurangan buku pelajaran sebagai piranti

utama pembelajaran. Di Jawa Tengah, misalnya pada jenjang SMA, sekolah baru

menerima buku dari tiga mapel, sedangkan SMP untuk mapel agama belum tersedia.

Akan tetapi, hal tersebut sudah semestinya tidak menjadi hambatan karena pendidik

dapat mengacu pada Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar untuk membuat

silabus pembelajaran, sesuai dengan Permendikbud No 69 Tahun 2013 tentang

Kurikulum 2013.42

Untuk tantangan Eksternal adalah sebagai berikut: 1. Tantangan masa depan

Globalisasi: WTO, ASEAN Community, APEC, CAFTA, Masalah lingkungan hidup,

41 “Kurikulum 2013 Ekspektasi vs Realita”, http://tulisangenerasimuda.wordpress.

com/2014/09/17/kurikulum-2013-ekspektasi-vs-realita/, diakses 22/12/2014. 42Fatkhur Rohman dalam “Harapan Besar Implementasi Kurikulum 2013”,

http://kemdikbud.go.id/kemdikbud/artikel-harapan-kurikulum, diakses 22/12/2014.

Kasyf el Fikr Volume 1, Nomor 2, Desember 2014

117

Kemajuan teknologi informasi, Konvergensi ilmu dan teknologi, Ekonomi berbasis

pengetahuan, Kebangkitan industri kreatif dan budaya, Pergeseran kekuatan ekonomi

dunia, Pengaruh dan imbas teknosains, Mutu, investasi dan transformasi pada sektor

pendidikan, serta Materi TIMSS dan PISA; 2. Kompetensi masa depan: Kemampuan

berkomunikasi, Kemampuan berpikir jernih dan kritis, Kemampuan

mempertimbangkan segi moral suatu permasalahan, Kemampuan menjadi warga negara

yang bertanggungjawab, Kemampuan mencoba untuk mengerti dan toleran terhadap

pandangan yang berbeda, Kemampuan hidup dalam masyarakat yang mengglobal,

Memiliki minat luas dalam kehidupan, Memiliki kesiapan untuk bekerja, Memiliki

kecerdasan sesuai dengan bakat/minatnya, dan Memiliki rasa tanggungjawab terhadap

lingkungan; 3. Persepsi masyarakat: Terlalu menitikberatkan pada aspek kognitif,

Beban siswa terlalu berat, Kurang bermuatan karakter; 4. Perkembangan pengetahuan

dan pedagogi: Neurologi, Psikologi, Observation based (discovery) learning dan

Collaborative Learning; 5. Fenomena negatif mengemukakan : Perkelahian pelajar,

Korupsi, Plagiarisme, Kecurangan dalam Ujian (Nyontek), Gejolak masyarakat (social

unrest).43

Apa yang tersebut di atas merupakan tantangan di depan mata yang tidak bisa

dihindari. Keberadaan kurikulum menjadi sarana untuk mempersiapkan generasi yang

mampu merespon dan menghadapi berbagai tantangan yang ada.

Ekspektasi terhadap Kurikulum 2013 sangat besar. Dan ini merupakan bukti

bahwa masyarakat menaruh harapan besar pada suksesnya realisasi kurikulum ini.

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Abdul Majid, Implementasi Kurikulum 2013, (Bandung: Interes Media, 2014)

Abd. Kadir & Hanun Asrohah, Pembelajaran Tematik, (Jakarta: RajaGrafindo Persada,

2014)

Agus Suryana, Panduan Praktis Mengelola Pelatihan, (Jakarta: Edsa Mahkota, 2006)

Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta: Ciputat Press,

2002)

Daryanto, Pembelajaran Tematik, Terpadu, dan Terintegrasi (Kurikulum 2013),

(Yogyakarta: Gava Media, 2014)

43 Ismail Nabhan Zain dalam “Tantangan Internal dan Eksternal Kurikulum 2013”,

http://nabhanzein.web.id/berita-41/tantangan-internal-dan-eksternal-kurikulum-2013.html, diakses

22/12/2014

Kasyf el Fikr Volume 1, Nomor 2, Desember 2014

118

Departemen Agama RI, Al-Qur’an Al-Karim dan Terjemahnya, (Semarang: Karya Toha

Putra, 2002)

E. Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013, (Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2013)

Heri Gunawan, Kurikulum dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Bandung:

Alfabeta, 2012)

Imas Kurniasih dan Berlin Sani, Implementasi Kurikulum 2013: Konsep dan Penerapan,

(Surabaya: Kata Pena, 2014)

Jos D. Parera, Lingustik Edukasional, (Jakarta: Erlangga, 1997)

Muhammad Nurdin, Kiat Menjadi Guru Profesional, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2008)

Muhammad Rohman dan Sofan Amri, Manajemen Pendidikan, (Jakarta: Prestasi

Pustakaraya, 2012)

Muhammad Zaini, Pengembangan Kurikulum Konsep Implementasi Evaluasi dan Inovasi,

(Yogyakarta: Teras, 2009)

M. Syaekan, Pembelajaran Kontekstual, (Semarang: RaSail Media Group, 2008)

Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995)

Sarbini dan Neneng Lina, Perencanaan Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2011)

Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Internet

Ach. Sayyid, “Konsep dan Analisis Kurikulum 2013” dalam http://keyboard-

cakrawala.blogspot.com/2013/01/konsep-dan-analisis-kurikulum-2013.html, diakses

18/12/2014

Ari Pudjiastuti, “Permasalahan Penerapan Pembelajaran Tematik di Kelas Awal Sekolah

Dasar” dalam http://library.um.ac.id/free-

contents/index.php/pub/detail/permasalahan-penerapan-pembelajaran-tematik-di-

kelas-awal-sekolah-dasar-ari-pudjiastuti-47508.html, diakses 22 Desember 2014 .

“Kurikulum 2013 Ekspektasi vs Realita”, http://tulisangenerasimuda.wordpress.

com/2014/09/17/kurikulum-2013-ekspektasi-vs-realita/, diakses 22/12/2014.

Fatkhur Rohman dalam “Harapan Besar Implementasi Kurikulum 2013”,

http://kemdikbud.go.id/kemdikbud/artikel-harapan-kurikulum, diakses 22/12/2014.

Ismail Nabhan Zain dalam “Tantangan Internal dan Eksternal Kurikulum 2013”,

http://nabhanzein.web.id/berita-41/tantangan-internal-dan-eksternal-kurikulum-

2013.html, diakses 22/12/2014