kasyf el fikr volume 1, nomor 2, desember 2014 filedan proses pembelajaran atau pelatihan agar...
TRANSCRIPT
Kasyf el Fikr Volume 1, Nomor 2, Desember 2014
101
DISKURSUS KURIKULUM 2013 ANTARA HARAPAN DAN TANTANGAN
Moh. In’ami1
Abstract
Education since long be discussion that interesting for various circle, especially
observer and education practitioner self. No thing that ever finished to talked about and
discussed to hit problem around education. One of [the] component that be rumors that
push in education curriculum troubleshoot, in curriculum here's “dish” and “nutrient
fulfillment” education on the market, so that has value sells more. Curriculum word 2013
doesn't stop. Even also the execution has walked, although ready for rectified, revision or
even replaced along bloom and science development rapid the fast. Society has responsive
curriculum existence 2013 as a (n) should. There is no alternative and be custom to faced
and run in practice learn to teach. Theme study be one from study model that used in
curriculum 2013. This matter wants to study in this article.
Keywords: curriculum, theme study.
A. Pendahuluan
Pendidikan adalah suatu sistem yang terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik secara aktif dapat
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, emosional,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya dan masyarakat.2
Pendidikan di Indonesia telah banyak mengalami perubahan dalam hal kurikulum.
Perubahan kurikulum dari waktu ke waktu menunjukkan adanya dinamika dan upaya
untuk menjaga dan memperbaiki kurikulum tersebut agar tidak stagnan, vakum,
ketinggalan zaman dan sebagainya.
Kurikulum mempunyai peran penting dalam keseluruhan aktivitas pembelajaran di
sebuah satuan pendidikan dan menjadi penentu proses pelaksanaan dan hasil pendidikan.
Maka tidak bisa dipungkiri, bahwa merencanakan kurikulum, mengorganisasikannya,
melaksanakannya, dan mengevaluasinya merupakan suatu keniscayaan yang harus
dilakukan dan dipersiapkan dengan serius, supaya mampu memberikan hasil pendidikan
yang optimal dan berkualitas.
Implementasi kurikulum seharusnya dapat mewujudkan visi, misi dan tujuan
pendidikan nasional secara bertahap, namun dalam kenyataannya seringkali menghadapi
1 Penulis adalah dosen STAIN Kudus
2 Sarbini dan Neneng Lina, Perencanaan Pendidikan, Pustaka Setia, Bandung, 2011, hlm. 21.
Kasyf el Fikr Volume 1, Nomor 2, Desember 2014
102
berbagai masalah dan tantangan, sehingga yang terjadi tidak sesuai dengan yang
diharapkan, bahkan mengalami kegagalan. Oleh karena itu, setiap perubahan kurikulum
mestinya memperhatikan kondisi-kondisi yang dialami dalam implementasi kurikulum
sebelumnya, tidak bisa serampangan, juga tidak boleh terlalu dipaksakan. Kesan
dipaksakan sepertinya dimiliki oleh Kurikulum 2013, kurikulum ini mendapat sorotan dari
berbagai pihak, terjadi pro dan kontra, bahkan kurang dari satu bulan dari waktu yang
direncanakan untuk implementasi, kurikulum ini belum mendapat persetujuan Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR).3
Keberadaan Kurikulum 2013 telah mengindikasikan adanya sebuah upaya konkrit
Pemerintah, pada waktu itu, untuk menjadikan pendidikan dan jalannya pendidikan di
negeri ini lebih baik, lebih bermutu dan lebih survive.
B. Persoalan
Dalam pembahasan ini persoalan yang mendasar adalah (1) Bagaimana konsep
Kurikulum 2013?; (2) Bagaimana pembelajaran tematik dalam kurikulum 2013?; (3)
Bagaimana ekspektasi dan tantangan Kurikulum 2013?
Ketiga persoalan di atas hendak dikaji dan ditemukan jawabannya dalam artikel
berikut.
C. Pembahasan
Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa
dan negara.4
Maka dalam praktek pendidikan dan pembelajaran yang diusahakan oleh para
pemerhati pendidikan, konseptor, pendidik, dan pengambil kebijakan merupakan suatu
bentuk ikhtiar yang mesti terlaksana, bagaimanapun adanya.
1. Konsep Kurikulum 2013
Konsep kurikulum 2013 berkembang sejalan dengan perkembangan teori dan
praktik pendidikan, juga bervariasi sesuai dengan aliran atau teori pendidikan yang
dianutnya. Yang perlu mendapatkan penjelasan dalam teori kurikulum adalah konsep
kurikulum. Berbicara konsep kurikulum baru 2013 sebenarnya dapat dianggap tidak
3 E. Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2013,
hlm. 35. 4 Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Kasyf el Fikr Volume 1, Nomor 2, Desember 2014
103
membawa sesuatu yang baru. Konsep kurikulum baru ini dinilai sudah pernah muncul
dalam kurikulum yang dulu pernah digunakan.5
Sebagaimana dikutip Rohman dalam Hamid Hasan bahwa konsep kurikulum
dapat ditinjau dalam empat dimensi, yaitu: (a) kurikulum sebagai suatu ide, yang
dihasilkan melalui teori-teori dan penelitian, khususnya dalam bidang kurikulum dan
pendidikan; (b) kurikulum sebagai suatu rencana tertulis, sebagai perwujudan dari
kurikulum sebagai suatu ide, yang di dalamnya memuat tentang tujuan, bahan, kegiatan
alat-alat, dan waktu; (c) kurikulum sebagai suatu kegiatan, yang merupakan
pelaksanaan dari kurikulum sebagai suatu rencana tertulis, dalam bentuk praktik
pembelajaran; (d) kurikulum sebagai suatu hasil yang merupakan konsekuensi dari
kurikulum seabgai suatu kegiatan, dalam bentuk ketercapaian tujuan kurikulum yakni
tercapainya perubahan perilaku atau kemampuan tertentu dari para peserta didik.6
Dalam perspektif yang lain ditemukan tiga konsep kurikulum, sebagaimana
dikutip Abdul Majid dalam Sukmadinata, yaitu kurikulum sebagai substansi, kurikulum
sebagai sistem, dan kurikulum sebagai bidang studi.7
Konsep pertama, kurikulum sebagai substansi. Maknanya adalah bahwa suatu
kurikulum dipandang sebagai suatu rencana kegiatan belajar siswa di sekolah, atau
sebagai suatu perangkat tujuan yang ingin dicapai. Suatu kurikulum juga dapat berarti
suatu dokumen yang berisi rumusan tentang tujuan, bahan ajar, kegiatan belajar-
mengajar, jadwal, dan evaluasi.
Konsep kedua, kurikulum sebagai sistem, yaitu sistem kurikulum. Sistem
kurikulum merupakan bagian dari sistem persekolahan, sistem pendidikan. Suatu sistem
kurikulum mencakup personalia, dan prosedur kerja bagaimana cara menyusun suatu
kurikulum, melaksanakan, mengevaluasi, dan menyempurnakannya. Hasil dari suatu
sistem kurikulum adalah tersusunnya suatu kurikulum, dan fungsi dari sistem
kurikulum adalah bagaimana memelihara kurikulum agar tetap dinamis.
Konsep ketiga, kurikulum sebagai suatu bidang studi, yaitu bidang studi
kurikulum. Ini merupakan bidang kajian para ahli kurikulum dan ahli pendidikan dan
pengajaran. Tujuan kurikulum sebagai bidang studi adalah mengembangkan ilmu
tentang kurikulum dan sistem kurikulum.8
Keberadaan konsep di atas sangat penting bagi upaya pemahaman praktisi
pendidikan untuk mengimplementasikan kurikulum dalam ranah praksis dan
mengembangkannya ke tingkat yang lebih realistis, optimal dan aplikatif.
5 Ach. Sayyid, “Konsep dan Analisis Kurikulum 2013” dalam http://keyboard-
cakrawala.blogspot.com/2013/01/konsep-dan-analisis-kurikulum-2013.html, diakses 18/12/2014 6 Muhammad Rohman dan Sofan Amri, Manajemen Pendidikan, Prestasi Pustakaraya, Jakarta, 2012,
hlm. 200. 7 Abdul Majid, Implementasi Kurikulum 2013, Interes Media, Bandung, 2014, hlm.3. 8 Abdul Majid, Implementasi Kurikulum 2013, Interes Media, Bandung, 2014, hlm. 3.
Kasyf el Fikr Volume 1, Nomor 2, Desember 2014
104
2. Pembelajaran
Dalam dunia pendidikan, istilah pembelajaran, sangat lekat dan dikenal. Tidak
ada suatu aktivitas pendidikan yang bebas dari pembelajaran. Siswa sebagai peserta
didik memiliki kesempatan untuk mengikuti aktivitas pembelajaran. Bahkan siswa yang
mengikuti sebuah pendidikan namun meninggalkan pembelajaran akan dianggap aneh
dan menentang kebiasaan.
Pembelajaran bukan hanya mentransfer atau memberikan informasi, namun
lebih bersifat menciptakan lingkungan yang memungkinkan siswa dapat berpikir kritis
dan membentuk pengetahuan.9
a. Pembelajaran
Pembelajaran menjadi hal penting dalam dunia pendidikan. Melalui
pembelajaran seluruh materi yang telah direncanakan dapat disampaikan kepada peserta
didik.
Pengertian pembelajaran adalah upaya untuk belajar. Kegiatan ini akan
mengakibatkan para peserta didik mempelajari sesuatu dengan cara efektif dan
efisien.10 Sebagaimana hal yang disebutkan oleh Nababan bahwasannya arti
pembelajaran adalah nominalisasi proses untuk membelajarkan.11 Dalam arti lain
pembelajaran adalah proses pendekatan untuk belajar, bukan pendekatan untuk
mengajarkan.
Oemar Hamalik memberikan definisi pembelajaran sebagai suatu kombinasi
yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan
prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran. Sehingga
manusia dalam hal ini terlibat dalam sistem pengajaran yang mencakup dari peserta
didik, pengajar dan tenaga lainnya. Materi meliputi; buku-buku, papan tulis dan lain-
lainnya. Fasilitas dan perlengkapan terdiri dari ruang kelas dan audiovisual. prosedur
meliputi jadwal dan metode penyampaian informasi, praktek belajar, ujian dan
sebagainya.12 Pembelajaran sering juga disebut sebagai proses perilaku dengan arah
positif untuk memecahkan masalah personal, ekonomi, sosial dan politik yang ditemui
oleh individu, kelompok dan komunitas.
Dalam perpektif ini, proses perilaku diartikan sebagai sikap, ide, nilai, keahlian
dan minat individu. Sedangkan arah positif merujuk kepada apa yang memotivasi diri,
orang lain dan komunitas, sehingga pembelajaran memungkinkan individu, kelompok,
9 Rusman, Manajemen Kurikulum, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2012, hlm. 75. 10Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, Ciputat Press, Jakarta, 2002, hlm. 4. 11Jos D. Parera, Lingustik Edukasional, Erlangga, Jakarta, 1997, hlm. 24-25. 12Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, Bumi Aksara, Jakarta, 1995, hlm. 57.
Kasyf el Fikr Volume 1, Nomor 2, Desember 2014
105
atau komunitas menjadi entities yang berfungsi, efektif dan produktif di dalam
masyarakat.13
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran (proses belajar
mengajar) adalah suatu aktifitas (upaya) seorang pendidik yang disengaja untuk
memodifikasi (mengorganisasikan) berbagai komponen belajar mengajar yang
diarahkan tercapainya tujuan yang ditentukan.
Definisi lain menyebutkan bahwa pengertian pembelajaran adalah nominalisasi
proses untuk membelajarkan.14 Dalam arti lain pembelajaran adalah proses pendekatan
untuk belajar, bukan pendekatan untuk mengajarkan, maka ada komponen –komponen
baik dari peserta didik dan pengajar sehingga pembelajaran menjadi efektif.
Dari peserta didik antar lain: a). Motivasi belajar peserta didik; Dalam
pembelajaran harus ada upaya-upaya agar motivasi yang sudah ada pada diri
pembelajaran tetap terpelihara dan ditingkatkan karena motivasi berguna untuk
menghubungkan pengalaman yang lama dengan bahan pelajaran yang baru, sebab
setiap peserta didik datang ke kelas dengan latar belakang yang berbeda-beda. Dengan
motivasi, peserta didik tidak merasa dalam suasana belajar dan terdorong untuk
mempelajari bahan-bahan baru dengan sendirinya; b). Bahan ajar; Bahan belajar yang
tersedia harus mendukung bagi pencapaian tujuan belajar peserta didik karena itu
penggunaan bahan belajar harus selektif dan disesuaikan dengan komponen-komponen
lainnya; c). Alat bantu ajar; Suasana belajar perlu dikembangkan agar masing-masing
peserta didik biasa kompetitif. Sebab dengan kompetitif yang sehat akan
memungkinkan setiap peserta didik dapat berprestasi secara maksimal dan dapat
mencapai prestasi yang setinggi mungkin; d). Suasana belajar; Suasana belajar penting
artinya bagi kegiatan belajar. Suasana yang menyenangkan dapat menumbuhkan
kegairahan belajar, sedangkan suasana yang kacau, ramai, tidak tenang dan banyak
gangguan, sudah tentu tidak menunjang kegiatan belajar yang efektif. Karena itu,
pengajar dan peserta didik senantiasa dituntut agar menciptakan suasana lingkungan
belajar yang baik dan menyenangkan, menantang dan menggairahkan. Hal ini berarti
bahwa suasana belajar turut menentukan motivasi, kegiatan, keberhasilan belajar
peserta didik; e). Kondisi subyek yang belajar; Kondisi subyek dapat dibedakan atas
kondisi fisik ataupun psikis, kondisi fisik meliputi ukuran tubuh, kekuatan tubuhnya,
kesehatannya, aspirasinya dan harapannya oleh karena itu kondisi peserta didik perlu
diperhatikan.
Kelima komponen pembelajaran di atas bersifat dinamis yang sering berubah,
menguat dan atau melemah antara komponen satu dengan yang lain yang
13Agus Suryana, Panduan Praktis Mengelola Pelatihan, Edsa Mahkota, Jakarta, 2006, hlm. 29. 14Jos D. Parera, Lingustik Edukasional, Erlangga, Jakarta, 1997, hlm. 24-25.
Kasyf el Fikr Volume 1, Nomor 2, Desember 2014
106
mempengaruhi proses belajar mengajar.15 Hal ini tidak dapat dipungkiri sebagai wujud
dinamika pendidikan yang senantiasa dan terus menerus berjalan tanpa henti, seiring
penemuan dan kreativitas pada pelaku pendidikan.
b. Komponen Pembelajaran
Pembelajaran merupakan bagian atau elemen yang memiliki peran sangat
dominan untuk mewujudkan kualitas baik proses maupun lulusan (output) pendidikan.
Pembelajaran juga memiliki pengaruh yang menyebabkan kualitas pendidikan menjadi
rendah. Artinya pembelajaran sangat tergantung dari kemampuan guru dalam
melaksanakan atau mengemas proses pembelajaran. Pembelajaran yang dilaksanakan
secara baik dan tepat akan memberikan kontribusi sangat dominan bagi siswa,
sebaliknya pembelajaran yang dilaksanakan dengan cara yang tidak baik akan
menyebabkan potensi siswa sulit dikembangkan atau diberdayakan.16
Dalam proses belajar mengajar, belajar diartikan sebagai usaha untuk mengubah
tingkah laku dan suatu proses yang berlangsung di dalam diri seseorang yang
mengubah tingkah lakunya, baik tingkah laku dalam berfikir, bersikap dan berbuat.
Sedangkan mengajar diartikan sebagai usaha untuk menciptakan sistem lingkungan
yang memungkinkan terjadinya proses belajar itu secara optimal. Sistem lingkungan
terdiri atas beberapa komponen termasuk guru, yang saling berinteraksi dalam
menciptakan proses belajar yang terarah pada tujuan tertentu.
Komponen lain yang mesti ada dalam pembelajaran adalah sebagai berikut:
a) Tujuan pengajaran. Tujuan pengajaran merupakan acuan yang dipertimbangkan
untuk memiliki strategi pembelajaran. Tujuan pengajaran yang berorientasi pada
pembentukan sikap tentu tidak akan dapat dicapai jika strategi pembelajaran
berorientasi pada dimensi kognitif;
Apabila komponen tujuan pengajaran dikeluarkan dari ketujuh komponen tersebut,
maka keenam komponen lainnya merupakan masukan yang dalam proses belajar
mengajar saling berinteraksi. Keberhasilan dalam pencapaian tujuan pengajaran
tergantung pada mutu masing-masing masukan dan cara memprosesnya dalam
kegiatan belajar mengajar.
b) Guru. Masing-masing guru17 berbeda dalam pengalaman pengetahuan,
kemampuan, kemampuan menyajikan pelajaran, gaya mengajar, pandangan hidup,
maupun wawasannya. Perbedaan ini mengakibatkan adanya perbedaan dalam
15Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, Bumi Aksara, Jakarta, 1995, hlm. 50. 16 M. Syaekan, Pembelajaran Kontekstual, RaSail Media Group, Semarang, 2008, hlm. 1. 17 Kemampuan yang harus dikuasai guru dalam mengimplementasikan kurikulum adalah:
pemahaman esensi dari tujuan-tujuan yang ingin dicapai dalam kurikulum; kemampuan untuk menjabarkan
tujuan-tujuan kurikulum tersebut menjadi tujuan yang lebih spesifik; kemampuan untuk menerjemahkan
tujuan khusus kepada kegiatan pembelajaran. Rusman, Manajemen Kurikulum, RajaGrafindo Persada,
Jakarta, 2012, hlm.76.
Kasyf el Fikr Volume 1, Nomor 2, Desember 2014
107
pemilihan strategi pembelajaran yang digunakan dalam program pengajaran. Guru
dalam Islam adalah orang yang bertanggungjawab terhadap perkembangan anak
didik dengan mengupayakan seluruh potensinya, baik potensi afektif, potensi
kognitif, maupun potensi psikomotorik. Guru juga berarti orang dewasa yang
bertanggung jawab memberikan pertolongan anak didik dalam perkembangan
jasmani dan rohaninya agar mencapai tingkat kedewasaan, serta mampu berdiri
sendiri dalam memenuhi tugasnya sebagai hamba Allah. Di samping itu, ia mampu
sebagai makhluk sosial dan makhluk individu yang mandiri.18 Allah berfirman
dalam al-Qur’an:
Artinya: “Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang
beriman ketika Allah mengutus diantara mereka seorang Rasul dari golongan
mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan
(jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al kitab dan Al hikmah. dan
Sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam
kesesatan yang nyata”. (QS. Ali Imran, 3: 164).19
c) Peserta didik. Di dalam kegiatan pembelajaran, peserta didik mempunyai latar
belakang yang berbeda-beda. Seperti lingkungan sosial, lingkungan budaya, gaya
belajar, keadaan ekonomi dan tingkat kecerdasan. Masing-masing berbeda-beda
pada setiap peserta didik. Makin tinggi kemajemukan masyarakat, makin besar
pula perbedaan atau variasi ini di dalam kelas. Hal ini perlu dipertimbangkan dalam
menyusun suatu strategi pembelajaran yang tepat;
d) Materi pelajaran. Materi pelajaran dapat dibedakan antara materi formal dan
materi informal. Materi formal adalah isi pelajaran yang terdapat dalam buku teks
resmi (buku paket) di sekolah, sedangkan materi informal ialah bahan-bahan
pelajaran yang bersumber dari lingkungan sekolah yang bersangkutan. Bahan-
bahan yang bersifat informal ini dibutuhkan agar pengajaran itu lebih relevan dan
aktual. Komponen ini merupakan salah satu masukan yang tentunya perlu
dipertimbangkan dalam strategi pembelajaran;
e) Metode pengajaran. Ada berbagai metode pengajaran yang dipertimbangkan dalam
strategi pembelajaran. Ini perlu, karena ketepatan metode akan mempengaruhi
bentuk strategi pembelajaran;
f) Media pengajaran. Media, termasuk sarana pendidikan yang tersedia, sangat
berpengaruh terhadap pemilihan strategi pembelajaran. Keberhasilan program
pengajaran tidak tergantung dari canggih atau tidaknya media yang digunakan,
tetapi dari ketepatan dan keefektifan media yang digunakan oleh guru;
18Muhammad Nurdin, Kiat Menjadi Guru Profesional, Ar-Ruzz Media, Yogyakarta, 2008, hlm.128. 19Departemen Agama RI, Al-Qur’an Al-Karim dan Terjemahnya, Karya Toha Putra, Semarang,
2002, hlm. 90.
Kasyf el Fikr Volume 1, Nomor 2, Desember 2014
108
g) Faktor administrasi dan finansial. Termasuk dalam komponen ini ialah jadwal
pelajaran, kondisi gedung dan ruang belajar, yang merupakan hal-hal yang tidak
boleh diabaikan dalam pemilihan strategi pembelajaran.
Adanya perbedaan dalam komponen-komponen, atau lebih tepatnya kita sebut
variasi komponen sesuai dengan kekuatan dan potnesi sekolah, antar sekolah
mengakibatkan pencapaian tujuan pengajaran tidak akan pernah sama, dengan kata
lain mutu pendidikan berbeda-beda. Oleh karena itu, jika ingin mencapai suatu standar
mutu yang sama, maka perlu diperhatikan keenam komponen masukan dalam strategi
belajar mengajar. Tidak ada satu strategi belajar mengajar yang sama untuk satu mata
pelajaran di semua sekolah, bahwa untuk mata pelajaran yang sama di sekolah yang
sama dan di kelas yang sama pada semester yang berbeda. Komponen-komponen itu
selalu mengalami perubahan, terutama pada komponen peserta didik.
Dengan pengertian pembelajaran adalah nominalisasi proses untuk
membelajarkan. Atau pembelajaran (proses belajar mengajar) adalah suatu aktivitas
(upaya) seorang pendidik yang disengaja untuk memodifikasi (mengorganisasikan)
berbagai komponen belajar mengajar yang diarahkan tercapainya tujuan yang
ditentukan. Dalam menciptakan pembelajaran yang efektif dan efesien memperhatikan
komponen-komponen pembelajaran yaitu peserta didik dan pengajar.
Dari peserta didik antar lain: a. Motivasi belajar peserta didik; Dalam
pembelajaran harus ada upaya-upaya agar motivasi yang sudah ada pada diri
pembelajaran tetap terpelihara dan ditingkatkan karena motivasi berguna untuk
menghubungkan pengalaman yang lama dengan bahan pelajaran yang baru, sebab
setiap peserta didik datang ke kelas dengan latar belakang yang berbeda-beda. Dengan
motivasi, peserta didik tidak merasa dalam suasana belajar dan terdorong untuk
mempelajari bahan-bahan baru dengan sendirinya; b. Bahan ajar; Bahan belajar yang
tersedia harus mendukung bagi pencapaian tujuan belajar peserta didik karena itu
penggunaan bahan belajar harus selektif dan disesuaikan dengan komponen-
komponen lainnya; c. Alat bantu ajar; Suasana belajar perlu dikembangkan agar
masing-masing peserta didik biasa kompetitif. Sebab dengan kompetitif yang sehat
akan memungkinkan setiap peserta didik dapat berprestasi secara maksimal dan dapat
mencapai prestasi yang setinggi mungkin; d. Suasana belajar; Suasana belajar penting
artinya bagi kegiatan belajar. Suasana yang menyenangkan dapat menumbuhkan
kegairahan belajar, sedangkan suasana yang kacau, ramai, tidak tenang dan banyak
gangguan, sudah tentu tidak menunjang kegiatan belajar yang efektif. Karena itu,
pengajar dan peserta didik senantiasa dituntut agar menciptakan suasana lingkungan
belajar yang baik dan menyenangkan, menantang dan menggairahkan. Hal ini berarti
bahwa suasana belajar turut menentukan motivasi, kegiatan, keberhasilan belajar
peserta didik; e. Kondisi subyek yang belajar; Kondisi subyek dapat dibedakan atas
Kasyf el Fikr Volume 1, Nomor 2, Desember 2014
109
kondisi fisik ataupun psikis, kondisi fisik meliputi ukuran tubuh, kekuatan tubuhnya,
kesehatannya, aspirasinya dan harapannya oleh karena itu kondisi peserta didik perlu
diperhatikan.
Kelima komponen pembelajaran di atas bersifat dinamis yang sering berubah,
menguat dan atau melemah antara komponen satu dengan yang lain yang
mempengaruhi proses belajar-mengajar.
c. Distingsi Pembelajaran Tematik
Pembelajaran yang hendak dilaksanakan di suatu satuan pendidikan akan
melibatkan beberapa pihak dalam sebuah interaksi yang baik, yaitu peserta didik dan
guru. Penyebutan demikian tentu dalam konteks persekolahan.
Pembelajaran tematik adalah program pembelajaran yang berangkat dari satu
tema/topik tertentu dan kemudian dielaborasi dari berbagai aspek atau ditinjau dari
berbagai perspektif mata pelajaran yang biasa diajarkan di sekolah.20
Dengan kata lain, pembelajaran tematik diartikan sebagai pembelajaran yang
menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat
memberikan pengalaman bermakna kepada siswa.21
Sebagai contoh, model keterhubungan (connected model) merupakan salah satu
model dari pembelajaran tematik. Model ini merupakan pembelajaran yang dilakukan
dengan mengaitkan suatu pokok bahasan dengan pokok bahasan berikutnya,
mengaitkan satu konsep dengan konsep yang lain, mengaitkan satu keterampilan
dengan keterampilan yang lain, dan dapat juga mengaitkan pekerjaan hari itu dengan
hari yang lain atau hari berikutnya dalam suatu bidang studi.22
Model ini dapat dikatakan secara nyata mengorganisasikan atau
mengintegrasikan satu konsep, keterampilan dan kemampuan yang
ditumbuhkembangkan dalam suatu pokok bahasan atau sub pokok bahasan yang
dikaitkan dengan konsep, keterampilan dan kemampuan pada pokok bahasan atau sub
pokok bahasan lain, dalam satu bidang studi.23
Pendekatan tematik memiliki kekuatan dan urgensinya dalam pembelajaran
pada Kurikulum 2013, yaitu: a. Pembelajaran menjadi menyenangkan karena berangkat
dari minat dan kebutuhan anak didik; b. Pembelajaran memberikan pengalaman dan
kegiatan belajar-mengajar yang relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan
anak didik; c. Hasil belajar dapat bertahan lama, karena lebih berkesan dan bermakna;
20 Abd. Kadir & Hanun Asrohah, Pembelajaran Tematik, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2014, hlm.
1. 21 Daryanto, Pembelajaran Tematik, Terpadu, dan Terintegrasi (Kurikulum 2013), Gava Media,
Yogyakarta, 2014, hlm. 3. 22Abd. Kadir & Hanun Asrohah, Pembelajaran Tematik, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2014, hlm.
39. 23 Ibid., hlm. 39.
Kasyf el Fikr Volume 1, Nomor 2, Desember 2014
110
d. Pembelajaran mengembangkan keterampilan berpikir anak didik sesuai dengan
persoalan yang dihadapi; e. Pembelajaran menumbuhkan keterampilan sosial melalui
kerjasama; f. Memiliki sikap toleransi, komunikasi dan tanggap terhadap gagasan orang
lain; g. Pembelajaran menyajikan kegiatan yang bersifat nyata sesuai dengan persoalan
yang dihadapi dalam lingkungan anak didik. 24
Pembelajaran tematik sangat dipengaruhi oleh keberadaan tiga aliran filsafat,
yaitu progresivisme, konstruktivisme, dan humanisme. Yang pertama menekankan pada
pembentukan kreativitas; yang kedua menuntut adanya pengalaman langsung dalam
pembelajaran; yang ketiga memberikan penekanan pada keunikan, potensi dan motivasi
anak didik sebagai hal penting dalam ranah pendidikan, khususnya dalam konteks
pembelajaran.
3. Penerapan Pembelajaran Tematik
Adanya perencanaan dalam pendidikan menemukan nilai pentingnya pada saat
rencana ini mendapatkan tempat untuk aktualisasinya. Perencanaan suatu pembelajaran
yang baik akan bernilai jika dapat diterapkan dalam praktek nyata dan dapat dirasakan
manfaatnya; efektivitasnya.
Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan melibatkan berbagai
aspek yang saling berkaitan. Dalam pembelajaran, guru berhadapan dengan sejumlah
peserta didik dengan berbagai macam latar belakang, sikap, dan potensi, yang
semuanya itu berpengaruh terhadap kebiasaannya dalam mengikuti pembelajaran.25
Sebagai contoh, pelaksanaan kegiatan pembelajaran di SD kelas 1 sampai kelas
3 untuk setiap mata pelajaran dilakukan secara terpisah, misalnya IPA 2 jam pelajaran,
IPS 2 jam pelajaran, dan Bahasa Indonesia 2 jam pelajaran. Dalam pelaksanaan
kegiatannya dilakukan secara murni mata pelajaran, yaitu hanya mempelajari standar
kompetensi dan kompetensi dasar yang berhubungan dengan mata pelajaran itu. Sesuai
dengan tahapan perkembangan anak yang masih melihat segala sesuatu sebagai suatu
keutuhan (holistic), pembelajaran yang menyajikan mata pelajaran secara terpisah
dinilai kurang mengembangkan anak untuk berpikir holistik dan membuat kesulitan
bagi peserta didik.26
Dalam praktek pembelajaran tematik, tidak semua mata pelajaran harus
disatukan. Dalam pembelajaran, seorang guru, dimungkinkan untuk menggabungkan
kompetensi dasar lintas semester. Pun kompetensi dasar yang tidak dapat dipadukan,
tidak harus dipadukan. Kompetensi dasar yang tidak dapat diintegrasikan dibelajarkan
24 Abdul Majid, Implementasi Kurikulum 2013, Interes Media, Bandung, 2014, hlm. 129-130. 25 Muhammad Rohman dan Sofan Amri, Manajemen Pendidikan, Prestasi Pustakaraya, Jakarta,
2012, hlm. 141. 26 Daryanto, Pembelajaran Tematik, Terpadu, dan Terintegrasi (Kurikulum 2013), Gava Media,
Yogyakarta, 2014, hlm. 8.
Kasyf el Fikr Volume 1, Nomor 2, Desember 2014
111
secara tersendiri. Kompetensi dasar yang tidak tercakup pada tema tertentu harus tetap
diajarkan baik melalui tema lain maupun disajikan secara tersendiri. 27
Pembelajaran tematik menemukan masalahnya sendiri bagi guru sebagai pelaku
pendidikan, anak didik sebagai pembelajar dan orang tua sebagai pendamping anak
didik.
Permasalahan pelaksanaan pembelajaran tematik antara lain: a) Keterbatasan
pengetahuan dan kemampuan guru dalam mengajarkan lagu anak-anak sesuai tema; b)
Bahan ajar yang tersedia masih menggunakan pendekatan mata pelajaran sehingga
menyulitkan guru memadukan materi sesuai tema; c) Bahan ajar tematik masih bersifat
nasional sehingga beberapa materi kurang sesuai dengan kondisi lingkungan belajar
siswa; d) Model team teaching sesuai untuk kondisi sekolah yang menerapkan sistem
guru bidang studi. Namun model ini memerlukan koordinasi dan komitmen yang tinggi
pada masing-masing guru; e) Sekolah yang kekurangan jumlah guru menerapkan model
pembelajaran kelas rangkap, sehingga kesulitan menerapkan pembelajaran tematik di
kelas awal; f) Untuk guru kelas dapat menggunakan model webbed yakni pembelajaran
yang menggunakan suatu tema sebagai dasar pembelajaran dalam berbagai disiplin
mata pelajaran; g) Lingkungan sekolah di wilayah kabupaten masih standar dan sarana
teknologi sangat kurang karena sarana pendukungnya yang tidak memenuhi syarat; h)
Guru membuat rangkuman atau kesimpulan bersama-sama dengan siswa dilakukan
setiap hari di akhir pelajaran dan di akhir tema setelah berlangsung beberapa kali
pertemuan; i) Jadwal yang menggunakan mata pelajaran menyulitkan guru dalam
memadukan berbagai mata pelajaran secara luwes; j) Penggunaan jadwal tema lebih
luwes dalam penyampaian pembelajaran tematik, namun memerlukan perencanaan
yang matang dalam hal bobot penyajian antar mata pelajaran.28
Meski banyak permasalahan ditemukan dalam pembelajaran tematik, hal ini
tidak menyurutkan guru untuk senantiasa memperbaiki diri, meningkatkan kemampuan
pembelajaran dalam berbagai situasi dan kondisi, juga adanya kesepahaman guru (baca:
pengertian) untuk terus menerus belajar di dalam tugas mengajarnya sebagai pendidik.
Terdapat beberapa keuntungan yang diperoleh dari pembelajaran tematik yang
diterapkan dalam sebuah pembelajaran, di antaranya: i. Siswa mudah memusatkan
perhatian pada suatu tema tertentu; ii. Siswa mampu mempelajari pengetahuan dan
mengembangkan berbagai kompetensi dasar antar mata pelajaran dalam tema yang
sama; pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan.29
27 Abdul Majid, Implementasi Kurikulum 2013, Interes Media, Bandung, 2014, hlm.129-128. 28Ari Pudjiastuti, “Permasalahan Penerapan Pembelajaran Tematik di Kelas Awal Sekolah Dasar”
dalam http://library.um.ac.id/free-contents/index.php/pub/detail/permasalahan-penerapan-pembelajaran-
tematik-di-kelas-awal-sekolah-dasar-ari-pudjiastuti-47508.html, diakses 22 Desember 2014 . 29 Daryanto, Pembelajaran Tematik, Terpadu, dan Terintegrasi (Kurikulum 2013), Gava Media,
Yogyakarta, 2014, hlm. 3.
Kasyf el Fikr Volume 1, Nomor 2, Desember 2014
112
Dalam implementasi pembelajaran tematik di sekolah dasar mempunyai
implikasi yang mencakup: a. Implikasi bagi guru. Pembelajaran tematik memerlukan
guru yang kreaktif baik dalam menyiapkan pengalaman belajar bagi anak, juga dalam
memilih kompetensi dari berbagai mata pelajaran dan mengaturnya agar pembelajaran
menjadi lebih bermakna, menarik, menyenangkan, dan utuh; b. Implikasi bagi siswa.
Siswa harus siap mengikuti kegiatan pembelajaran yang dalam pelaksanaannya
dimungkinkan untuk melakukan kegiatan, baik secara individual, pasangan kelompok
kecil, maupun klasikal. Siswa harus siap mengikuti kegiatan pembelajaran yang
bervariasi dan aktif; c. Implikasi terhadap sarana, prasarana, sumber balajar, dan media.
Pelaksanaan pembelajaran ini memerlukan berbagai sarana dan prasarana belajar.
Pembelajaran ini perlu memanfaatkan bebagai sumber balajar, baik yang didesain
secara khusus maupun yang tersedia di lingkungan. Pembelajaran ini perlu
mengoptimalkan penggunaan media pembelajaran bervariasi. Pembelajaran ini masih
dapat menggunakan buku ajar yang sudah ada atau bila memungkinkan untuk
menggunakan buku suplemen khusus yang memuat bahan ajar terintegrasi; d. Implikasi
terhadap pengaturan ruangan. Ruang perlu ditata sesuai tema yang dilaksanakan,
susunan bangku bisa berubah-ubah, peserta didik tidak harus selalu hanya duduk di
kursi, tetapi dapat duduk ditikar, dikarpet, atau yang lain. Kegiatan hendaknya
bervariasi dan dapat dilaksanakan baik di dalam ruangan maupun di luar ruangan.
Dinding kelas dapat dimanfaatkan untuk memajang hasil karya peserta didik dan
dimanfaatkan sebagai sumber balajar. Alat, sarana, sumber belajar hendaknya dikelola
dengan baik; e. Implikasi terhadap pemilihan metode. Pembelajaran yang dilakukan
perlu disiapkan berbagai variasi kegiatan dengan menggunakan multi metode, misalnya
percobaan, bermain peran, tanya jawab, demonstrasi, dan bercakap-cakap.30
Dengan demikian bahwa penerapan pembelajaran tematik sesungguhnya
membutuhkan kesiapan-kesiapan baik fisik maupun non-fisik di sebuah satuan
pendidikan. Terlebih lagi guru sebagai pendidik dan pembelajar bagi peserta didik
hendaknya melakukan penyesuaian dan pengembangan diri, agar pembelajaran yang
dilakukan tidak sekedar menyebut berbasis pada Kurikulum 2013 namun dalam
implementasinya nuansa pembelajaran dengan model kurikulum lama (KTSP tahun
2006) masih sangat kuat terasa dan mewarnai.
4. Kontinuitas Pengembangan Kurikulum
Kurikulum tidak statis, ia selalu mengalami perubahan dan mengikuti
perkembangan keilmuan yang senantiasa ada, tumbuh dan berubah. Menjadi aneh jika
30Sutiyono, “Implementasi Pembelajaran Tematik di Sekolah Dasar” dalam
http://sutiyonokudus.wordpress.com/2012/12/27/implementasi-pembelajaran-tematik-di-sekolah-dasar-2/,
diakses 22/12/2014 .
Kasyf el Fikr Volume 1, Nomor 2, Desember 2014
113
dalam dunia pendidikan tidak ada pengembangan kurikulum. Dan penolakan terhadap
pengembangan kurikulum merupakan suatu tindakan yang mundur ke belakang.
Perubahan kurikulum adalah kebijakan publik berskala luas (sebagai suatu
keniscayaan) yang melibatkan komponen-komponen waktu, keahlian, dana, peralatan,
pengorbanan, kemauan yang sangat masif. Waktu yang diperlukan untuk memulai
kebijakan itu tidak cukup dalam hitungan bulan. Dana yang diperlukan berjumlah
triliunan rupiah. Belum lagi berhitung tentang implementasi yang harus menjangkau ke
seluruh wilayah Indonesia.31
Pengembangan kurikulum adalah istilah yang komprehensif, di dalamnya
mencakup perencanaan, penerapan, dan evaluasi. Perencanaan kurikulum adalah
langkah awal membangun kurikulum ketika pekerja kurikulum membuat keputusan dan
mengambil tindakan untuk menghasilkan perencanaan yang akan digunakan oleh guru
dan peserta didik. Penerapan kurikulum berusaha mentransfer perencanaan kurikulum
ke dalam tindakan operasional. Evaluasi kurikulum merupakan tahap akhir dari
pengembangan kurikulum untuk menentukan seberapa besar hasil-hasil pembelajaran,
tingkat ketercapaian program-program yang telah direncanakan, dan hasil-hasil
kurikulum itu sendiri. Dengan catatan, dalam pengembangan kurikulum tidak hanya
melibatkan orang yang terkait langsung dengan dunia pendidikan saja, namun di
dalamnya melibatkan banyak orang, seperti: politikus, pengacara, orang tua pserta
didik, serta unsur-unsur masyarakat lainnya yang merasa berkepentingan dengan
pendidikan.
Menurut Heri Gunawan, berdasarkan teori Murray Print, apa yang disebut
pengembangan kurikulum adalah suatu cara untuk merencanakan dan melaksanakan
kurikulum pendidikan pada suatu satuan pendidikan, agar menghasilkan sebuah
kurikulum yang kolaboratif, akomodatif, sehingga menghasilkan kurikulum yang ideal-
operasional (dapat dilaksanakan), yang sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan
satuan pendidikan dan daerah masing-masing.32
Lebih lanjut ditegaskan bahwa pengembangan kurikulum merupakan proses
siklus, yang meliputi empat unsur, yaitu:
i. Tujuan, mempelajari dan menggambarkan semua sumber pengetahuan dan
pertimbangan tentang tujuan-tujuan pengajaran, baik yang berkenaan dengan
mata pelajaran (subject course) maupun kurikulum secara menyeluruh;
31Imas Kurniasih dan Berlin Sani, Implementasi Kurikulum 2013: Konsep dan Penerapan, Kata
Pena, Surabaya, 2014, hlm. 32. 32 Heri Gunawan, Kurikulum dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Alfabeta, Bandung,
2012, hlm. 34.
Kasyf el Fikr Volume 1, Nomor 2, Desember 2014
114
ii. Metode dan material, mengembangkan dan mencoba menggunakan metode-
metode dan material sekolah untuk mencapai tujuan-tujuan tadi yang serasi
menurut pertimbangan guru;
iii. Penilaian (assessment), menilai keberhasilan pekerjaan yang telah
dikembangkan itu dalam hubungan dengan tujuan, dan bila mengembangkan
tujuan-tujuan baru;
iv. Balikan (feedback), umpan balik dari semua pengalaman yang telah diperoleh
yang pada gilirannya menjadi titik tolak bagi studi selanjutnya.33
Dalam suatu sistem pendidikan, kurikulum itu sifatnya dinamis serta harus
selalu dilakukan perubahan dan pengembangan, agar dapat mengikuti perkembangan
dan tantangan zaman. Meskipun demikian, perubahan dan pengembangannya harus
dilakukan secara sistematis dan terarah, tidak asal berubah. Perubahan dan
pengembangan kurikulum tersebut harus memiliki visi dan arah yang jelas, mau dibawa
ke mana sistem pendidikan nasional dengan kurikulum tersebut.34
5. Implementasi Kurikulum 2013
Rancangan kurikulum dan implementasi kurikulum adalah sebuah sistem
membentuk garis lurus dalam arti implementasi mencerminkan rancangan.35
Pendek kata, adanya pelaksanaan sebuah kurikulum merupakan suatu refleksi
dari apa yang telah direncanakan di awal sebuah perancangan dalam paradigma sistem
pendidikan.
Kurikulum 2013 menjanjikan lahirnya generasi penerus bangsa yang produktif,
kreatif, inovatif, dan berkarakter. Dengan kreativitas, anak-anak bangsa mampu mampu
berinovasi secara produktif untuk menjawab tantangan masa depan yang semakin rumit
dan kompleks. Meskipun demikian, keberhasilan Kurikulum 2013 dalam menghasilkan
insan yang produktif, kreatif, dan inovatif serta dalam merealisasikan tujuan pendidikan
nasional untuk membentuk watak dan peradaban bangsa yang bermartabat sangat
ditentukan oleh berbagai faktor.36
Bagaimanapun juga menjalankan sebuah kurikulum yang telah dirancang dan
dibuat, dengan seluruh daya upaya, oleh pemerintah menjadi kewajiban bagi pelaksana
pendidikan di semua lini satuan pendidikan sebagai bagian penting yang merealisasikan
kurikulum secara nyata.
33 Heri Gunawan, Kurikulum dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Alfabeta, Bandung,
2012, hlm. 35. 34 E. Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013, Remaja Rosdakarya, Bandung,
2013, hlm. 59. 35 Abdul Majid, Implementasi Kurikulum 2013, Interes Media, Bandung, 2014, hlm. 6. 36 E. Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013, Remaja Rosdakarya, Bandung,
2013, hlm. 39.
Kasyf el Fikr Volume 1, Nomor 2, Desember 2014
115
Menurut Abdul Majid, implementasi kurikulum adalah operasionalisasi konsep
kurikulum yang masih bersifat potensial (tertulis) menjadi aktual dalam bentuk kegiatan
pembelajaran. Dengan demikian, implementasi kurikulum merupakan hasil terjemahan
guru terhadap kurikulum yang dijabarkan ke dalam silabus dan rencana pelaksanaan
(RPP) sebagai rencana tertulis.37
Implementasi kurikulum seharusnya menempatkan pengembangan kreativitas
siswa lebih dari penguasaan materi. Dalam kaitan ini, siswa ditempatkan sebagai
subyek dalam proses pembelajaran. Komunikasi dalam pembelajaran yang multi-arah
seyogianya dikembangkan sehingga pembelajaran kognitif dapat mengembangkan
kemampuan berpikir siswa tidak hanya penguasaan materi. Selain itu, pembelajaran
berpikir sebaiknya dikembangkan dengan menekankan pada aktivitas siswa untuk
mencari pemahaman akan obyek, menganalisis dan merekonstruksi sehingga terbentuk
pengetahuan baru dalam diri siswa. 38
Karena kurikulum ini menuntut guru lebih kreatif, pada kenyataannya sangat
sedikit para guru yang seperti itu, sehingga membutuhkan waktu yang panjang agar bisa
membuka cakrawala berpikir guru, dan salah satunya dari pelatihan-pelatihan dan
pendidikan agar merubah paradigma guru sebagai pemberi materi menjadi guru yang dapat
memotivasi siswa agar kreatif.39
D. Analisis
Dalam implementasi kurikulum terdapat tiga konsep kurikulum, sebagaimana yang
dikonstruk Abdul Majid dalam kajian teoretis dan praktis pada implementasi Kurikulum
2013, yaitu kurikulum sebagai substansi, kurikulum sebagai sistem, dan kurikulum sebagai
bidang studi.
Perubahan kurikulum yang secara ideal diharapkan mampu merubah tatanan baru
untuk semata-mata meningkatkan kualitas anak-anak bangsa agar dapat berkompetisi
dengan bangsa lain di dunia ini, kenyataannya berbalik arah menjadi bumerang. Perubahan
itu ternyata hanya untuk kepentingan beberapa gelintir pengambil kebijakan untuk
mengeruk keuntungan finansial, dengan adanya proyek baru yang meniscayakan suatu
pembahasan serius dan sosialisasi menyeluruh.40
Dalam ranah yang lebih spesifik, pembelajaran dapat terlaksana dengan berbagai
teknik, strategi, pendekatan, metode, dan model pembelajaran. Untuk merealisasikan
Kurikulum 2013 ke dalam praktek nyata maka dibutuhkan suatu alat untuk
37 Abdul Majid, Implementasi Kurikulum 2013, Interes Media, Bandung, 2014, hlm. 6. 38 Rusman, Manajemen Kurikulum, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2012, hlm. 75. 39Imas Kurniasih dan Berlin Sani, Implementasi Kurikulum 2013: Konsep dan Penerapan, Kata
Pena, Surabaya, 2014, hlm. 42. 40 Lihat dalam Muhammad Zaini, Pengembangan Kurikulum Konsep Implementasi Evaluasi dan
Inovasi, Teras, Yogyakarta, 2009, hlm. 175-176.
Kasyf el Fikr Volume 1, Nomor 2, Desember 2014
116
menerjemahkan kurikulum, yang telah dirancang-bangun dengan susah payah, ke dalam
kelas.
Maka pendekatan pembelajaran dapat dipersepsi dan dijadikan sebagai titik tolak
atau sudut pandang guru terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan
tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi,
menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoritis
tertentu.
Dua pendekatan pembelajaran yang sudah dimaklumi oleh para guru adalah (1)
pendekatan pembelajaran yang berorientasi pada siswa (student centered approach) dan
(2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi pada guru (teacher centered approach).
Pendekatan yang berpusat pada siswa yang dapat diimplementasikan, yakni pendekatan
kontekstual.
Apapun yang menjadi pilihan seorang guru dalam pembelajaran Kurikulum
2013, termasuk pembelajaran tematik, adalah suatu opsi yang sangat perlu
mendapatkan apresiasi dan sekaligus kritiknya. Karena di ruang pembelajaran tidak
akan bebas dari titik kelemahan dan kekuatan. Sebaik dan sebagus apapun model
pembelajaran, sejatinya sangat bergantung pada kualitas dan kapasitas guru yang
menjalankannya.
Ekspektasi dari kurikulum ini adalah menciptakan orang-orang yang aktif dalam
belajar, terampil, memiliki kemampuan berpikir yang baik dan kritis dan diimbangi
ketrampilan dan skillnya, namun tidak mengesampingkan akhlak baiknya. Orang-orang
hasil produksi kurikulum baru ini diharapkan mampu menyandang nama Generasi
Emas. 41
Melalui media, menurut Fatkhurrahman, kita masih saja melihat kekurangan
bahan ajar dan kekurangsiapan berbagai komponen pendukung implementasi kurikulum
2013. Di berbagai daerah, masih saja terjadi kekurangan buku pelajaran sebagai piranti
utama pembelajaran. Di Jawa Tengah, misalnya pada jenjang SMA, sekolah baru
menerima buku dari tiga mapel, sedangkan SMP untuk mapel agama belum tersedia.
Akan tetapi, hal tersebut sudah semestinya tidak menjadi hambatan karena pendidik
dapat mengacu pada Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar untuk membuat
silabus pembelajaran, sesuai dengan Permendikbud No 69 Tahun 2013 tentang
Kurikulum 2013.42
Untuk tantangan Eksternal adalah sebagai berikut: 1. Tantangan masa depan
Globalisasi: WTO, ASEAN Community, APEC, CAFTA, Masalah lingkungan hidup,
41 “Kurikulum 2013 Ekspektasi vs Realita”, http://tulisangenerasimuda.wordpress.
com/2014/09/17/kurikulum-2013-ekspektasi-vs-realita/, diakses 22/12/2014. 42Fatkhur Rohman dalam “Harapan Besar Implementasi Kurikulum 2013”,
http://kemdikbud.go.id/kemdikbud/artikel-harapan-kurikulum, diakses 22/12/2014.
Kasyf el Fikr Volume 1, Nomor 2, Desember 2014
117
Kemajuan teknologi informasi, Konvergensi ilmu dan teknologi, Ekonomi berbasis
pengetahuan, Kebangkitan industri kreatif dan budaya, Pergeseran kekuatan ekonomi
dunia, Pengaruh dan imbas teknosains, Mutu, investasi dan transformasi pada sektor
pendidikan, serta Materi TIMSS dan PISA; 2. Kompetensi masa depan: Kemampuan
berkomunikasi, Kemampuan berpikir jernih dan kritis, Kemampuan
mempertimbangkan segi moral suatu permasalahan, Kemampuan menjadi warga negara
yang bertanggungjawab, Kemampuan mencoba untuk mengerti dan toleran terhadap
pandangan yang berbeda, Kemampuan hidup dalam masyarakat yang mengglobal,
Memiliki minat luas dalam kehidupan, Memiliki kesiapan untuk bekerja, Memiliki
kecerdasan sesuai dengan bakat/minatnya, dan Memiliki rasa tanggungjawab terhadap
lingkungan; 3. Persepsi masyarakat: Terlalu menitikberatkan pada aspek kognitif,
Beban siswa terlalu berat, Kurang bermuatan karakter; 4. Perkembangan pengetahuan
dan pedagogi: Neurologi, Psikologi, Observation based (discovery) learning dan
Collaborative Learning; 5. Fenomena negatif mengemukakan : Perkelahian pelajar,
Korupsi, Plagiarisme, Kecurangan dalam Ujian (Nyontek), Gejolak masyarakat (social
unrest).43
Apa yang tersebut di atas merupakan tantangan di depan mata yang tidak bisa
dihindari. Keberadaan kurikulum menjadi sarana untuk mempersiapkan generasi yang
mampu merespon dan menghadapi berbagai tantangan yang ada.
Ekspektasi terhadap Kurikulum 2013 sangat besar. Dan ini merupakan bukti
bahwa masyarakat menaruh harapan besar pada suksesnya realisasi kurikulum ini.
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Abdul Majid, Implementasi Kurikulum 2013, (Bandung: Interes Media, 2014)
Abd. Kadir & Hanun Asrohah, Pembelajaran Tematik, (Jakarta: RajaGrafindo Persada,
2014)
Agus Suryana, Panduan Praktis Mengelola Pelatihan, (Jakarta: Edsa Mahkota, 2006)
Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta: Ciputat Press,
2002)
Daryanto, Pembelajaran Tematik, Terpadu, dan Terintegrasi (Kurikulum 2013),
(Yogyakarta: Gava Media, 2014)
43 Ismail Nabhan Zain dalam “Tantangan Internal dan Eksternal Kurikulum 2013”,
http://nabhanzein.web.id/berita-41/tantangan-internal-dan-eksternal-kurikulum-2013.html, diakses
22/12/2014
Kasyf el Fikr Volume 1, Nomor 2, Desember 2014
118
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Al-Karim dan Terjemahnya, (Semarang: Karya Toha
Putra, 2002)
E. Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2013)
Heri Gunawan, Kurikulum dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Bandung:
Alfabeta, 2012)
Imas Kurniasih dan Berlin Sani, Implementasi Kurikulum 2013: Konsep dan Penerapan,
(Surabaya: Kata Pena, 2014)
Jos D. Parera, Lingustik Edukasional, (Jakarta: Erlangga, 1997)
Muhammad Nurdin, Kiat Menjadi Guru Profesional, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2008)
Muhammad Rohman dan Sofan Amri, Manajemen Pendidikan, (Jakarta: Prestasi
Pustakaraya, 2012)
Muhammad Zaini, Pengembangan Kurikulum Konsep Implementasi Evaluasi dan Inovasi,
(Yogyakarta: Teras, 2009)
M. Syaekan, Pembelajaran Kontekstual, (Semarang: RaSail Media Group, 2008)
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995)
Sarbini dan Neneng Lina, Perencanaan Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2011)
Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Internet
Ach. Sayyid, “Konsep dan Analisis Kurikulum 2013” dalam http://keyboard-
cakrawala.blogspot.com/2013/01/konsep-dan-analisis-kurikulum-2013.html, diakses
18/12/2014
Ari Pudjiastuti, “Permasalahan Penerapan Pembelajaran Tematik di Kelas Awal Sekolah
Dasar” dalam http://library.um.ac.id/free-
contents/index.php/pub/detail/permasalahan-penerapan-pembelajaran-tematik-di-
kelas-awal-sekolah-dasar-ari-pudjiastuti-47508.html, diakses 22 Desember 2014 .
“Kurikulum 2013 Ekspektasi vs Realita”, http://tulisangenerasimuda.wordpress.
com/2014/09/17/kurikulum-2013-ekspektasi-vs-realita/, diakses 22/12/2014.
Fatkhur Rohman dalam “Harapan Besar Implementasi Kurikulum 2013”,
http://kemdikbud.go.id/kemdikbud/artikel-harapan-kurikulum, diakses 22/12/2014.
Ismail Nabhan Zain dalam “Tantangan Internal dan Eksternal Kurikulum 2013”,
http://nabhanzein.web.id/berita-41/tantangan-internal-dan-eksternal-kurikulum-
2013.html, diakses 22/12/2014