kata pengantarriau.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/pdf/... · 2018. 9. 7. · cara yang...

63
| 1

Upload: others

Post on 26-Oct-2020

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KATA PENGANTARriau.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/PDF/... · 2018. 9. 7. · Cara yang efektif dan efisien untuk ... menghitung pendapatan usahatani. Secara matematis

| 1

Page 2: KATA PENGANTARriau.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/PDF/... · 2018. 9. 7. · Cara yang efektif dan efisien untuk ... menghitung pendapatan usahatani. Secara matematis

| i

KATA PENGANTAR

Buletin Inovasi Pertanian sebagai media komunikasi di bidang pengkajian dan

pengembangan teknologi pertanian menyajikan hasil-hasil penelitian dan pengkajian yang

menjadi mandat institusi Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Riau.

Pada Volume 2 No 2 Desember 2016 Buletin Inovasi Pertanian menyajikan makalah

tentang: 1). Analisis pendapatan usahatani beberapa varietas unggul baru padi pada

agroekosistem lahan sawah pasang surut Provinsi Riau; 2) Kajian pemupukan mikro

majemuk pada kelapa sawit di lahan pasang surut Provinsi Riau; 3) Sistem perkreditan

pada lembaga pembiayaan keuangan mikro mendukung model Pengembangan Usaha

Agribisnis Pedesaan (PUAP) di Provinsi Riau; 4) Pengaruh urin sapi dan NPK organik

terhadap produksi tanaman pare; 5) Uji adaptasi galur-galur padi lahan pasang surut

Kabupaten Siak Provinsi Riau; 6) Antisipasi invasi OPTK A2 clauvibacter michiganensis

subsp. michiganensis pada tanaman cabai di Provinsi Riau; 7) Pengujian masa simpan

brownies pada Kelompok Wanita Tani Sri Rejeki.

Dewan Redaksi mengucapkan terima kasih kepada tim redaksi yang telah

memberikan saran dan pemikiran demi kesempurnaan makalah ini. Semoga Buletin

Inovasi Pertanian dapat bermanfaat dan memberikan sumbangan yang nyata untuk ilmu

pengetahuan dan teknologi.

Ketua Dewan Redaksi

Page 3: KATA PENGANTARriau.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/PDF/... · 2018. 9. 7. · Cara yang efektif dan efisien untuk ... menghitung pendapatan usahatani. Secara matematis

Buletin Inovasi Pertanian, Volume : 2 No. 2, Desember 2016 : 1-4

| ii

DAFTAR ISI

No. Judul Tulisan Hal

1. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BEBERAPA VARIETAS UNGGUL BARU PADI PADA AGROEKOSISTEM LAHAN SAWAH PASANG SURUT PROVINSI RIAU

Anis Fahri, Usman, Marsid Jahari dan Emisari R ...................... 1-4

2. KAJIAN PEMUPUKAN MIKRO MAJEMUK PADA KELAPA SAWIT DI

LAHAN PASANG SURUT PROVINSI RIAU

Nurhayati, Masganti, Hery Widyanto ........................................ 5-12

3. SISTEM PERKREDITAN PADA LEMBAGA PEMBIAYAAN

KEUANGAN MIKRO MENDUKUNG MODEL PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PEDESAAN (PUAP) DI PROVINSI RIAU

Oni Ekalinda ........................................................................... 13-20

4. PENGARUH URIN SAPI DAN NPK ORGANIK TERHADAP

PRODUKSI TANAMAN PARE

Ali Usmardianto dan Marsid Jahari ........................................... 21-30

5. UJI ADAPTASI GALUR-GALUR PADI LAHAN PASANG SURUT

KABUPATEN SIAK PROVINSI RIAU

Emisari Ritonga ...................................................................... 31-42

6. ANTISIPASI INVASI OPTK A2 CLAUVIBACTER MICHIGANENSIS

SUBSP. MICHIGANENSIS PADA TANAMAN CABAI DI PROVINSI RIAU

Suhendri Saputra, Rika Nurbayani Ginting dan Sri Swastika ....... 43-49

7. PENGUJIAN MASA SIMPAN BROWNIES PADA KELOMPOK

WANITA TANI SRI REJEKI Siti Fuadah Chusna dan Viona Zulfia …………………………………….. 50-60

Page 4: KATA PENGANTARriau.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/PDF/... · 2018. 9. 7. · Cara yang efektif dan efisien untuk ... menghitung pendapatan usahatani. Secara matematis

| 1

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BEBERAPA VARIETAS UNGGUL BARU PADI PADA AGROEKOSISTEM LAHAN SAWAH PASANG SURUT

PROVINSI RIAU

Anis Fahri, Usman, Marsid Jahari dan Emisari R 1)

1) Peneliti Pada Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Riau

ABSTRAK

Analisis kelayakan usahatani beberapa varietas unggul baru padi pada agrekosistem lahan pasang

surut di Provinsi Riau dilaksanakan di Desa Kuala Cenaku, Kecamatan Kuala Cenaku, Kabupaten

Indragiri Hulu, Provinsi Riau, pada bulan April sampai September 2016. Penelitian ini bertujuan menganalisis usahatani beberapa varietas unggul baru padi di agroekosistem lahan pasang surut

Provinsi Riau. Menggunakan analisis kelayakan usahatani B/C ratio. Varietas yang digunakan adalah varietas Inpara-1, Inpara-3, Inpara-9 dan Varietas Ciherang. Hasil penelitian menunjukkan

Inpara-9 memberikan hasil gabah tertinggi (6,17 t/ha) dibandingkan dengan ketiga varietas

lainnya. Kemudian disusul oleh varietas Inpara-1 (5,92 t/ha), Inpara-3 (5,45 t/ha) dan terendah varietas Ciherang (5,38 t/ha).

Kata Kunci : produktivitas, varietas unggul baru, agroekosistem lahan pasang surut.

ABSTRACT

The studies of several superior paddy seeds on tidal rice field agro-ecosystem of Riau Province

were conducted on April to September 2016 in Kuala Cenaku Village Kuala Cenaku District Indragiri Hulu Regency of Riau Province. These studies aimed to determine if the usage of several superior

seeds in Riau Province were viable. The data were analyzed using criteria revenue cost analysis ratio R/C. The superior seeds used were Inpara-1, Inpara-3, Inpara-9 and Ciherang. The result

shows that the Inpara-9 provide the highest grain yield (6.17 T.ha-1) among the other varieties.

Inpara-1 provided grain yield (5.92 T.ha-1), Inpara-3 provided grain yield (5.45 T.ha-1) and Ciherang gave the lowest grain yield (5.38 T.ha-1).

Keywords: productivity, new superior seed, tidal land agroecosystem

Page 5: KATA PENGANTARriau.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/PDF/... · 2018. 9. 7. · Cara yang efektif dan efisien untuk ... menghitung pendapatan usahatani. Secara matematis

Buletin Inovasi Pertanian, Volume : 2 No. 2, Desember 2016 : 1-4

| 2

PENDAHULUAN

Provinsi Riau merupakan salah satu

wilayah yang belum mampu mencukupi

kebutuhan beras dari produksi sendiri.

Sebagian besar 44,10 ton (55,12 %)

kebutuhan beras didatangkan dari daerah lain.

Padahal potensi lahan untuk pertanaman padi

cukup luas, yakni setidaknya terdapat 73.603

ha lahan rawa pasang surut yang tersebar di

Kabupaten Indragiri Hilir, Siak, Pelalawan, dan

Rokan Hilir. Produktivitas padi lahan pasang

surut masih cukup rendah sekitar 3-4 ton/ha

dan penanaman umumnya hanya satu kali

dalam setahun (BPS Riau, 2014).

Lahan pasang surut akan menjadi

tumpuan ketahanan pangan masa depan

karena lahan sawah irigasi sangat rentan

terhadap alih fungsi seperti yang sudah terjadi

di Pulau Jawa. Target produksi harus dicapai

melalui peningkatan produktivitas tanaman

dengan penggunan varietas unggul baru.

Permasalahannya, peningkatan produktivitas

tidak mudah karena terbatasnya VUB baru

yang adaptif dan berproduksi tinggi.

Penggunaan varietas unggul baru adalah

pendekatan teknologi dasar dalam

mengintroduksikan teknologi pada PTT padi

yang dikembangkan Badan Litbang Pertanian

dan ditujukan untuk meningkatkan produksi

padi dan pendapatan petani (Badan Litbang

Pertanian, 2007).

Cara yang efektif dan efisien untuk

meningkatkan produksi padi nasional secara

berkelanjutan adalah meningkatkan

produktivitas melalui ketepatan pemilihan

komponen teknologi dengan memperhatikan

kondisi lingkungan biotik, lingkungan abiotik

serta pengelolaan lahan yang optimal oleh

petani termasuk pemanfaatan residu dan

sumberdaya setempat yang ada (Makarim &

Las, 2005).

Varietas unggul merupakan salah satu

komponen utama teknologi dalam peningkatan

produktivitas padi. Penggunaan varietas

unggul berdaya hasil yang tinggi, tahan

terhadap hama dan penyakit utama dapat

meningkatkan dan menjaga kestabilan

produksi. Ikhwani (2014) melaporkan dengan

jarak tanam legowo 2:1 dan penggunaan

varietas Inpari 17 pada lahan sawah di Cianjur

menghasilkan 8,68 ton GKG. Selain itu

komponen hasil tanaman padi peka terhadap

ketersediaan air tanah. Ismail et al. (2003)

melaporkan bahwa curah hujan dan kadar air

tanah berkorelasi dengan jumlah gabah isi,

jumlah malai/rumpun dan bobot 1000 butir

gabah.

Menurut Suharno, et al. (2000), biaya

usahatani adalah semua pengeluaran yang

dipergunakan dalam usahatani. Biaya

usahatani dibedakan menjadi dua yaitu biaya

tetap dan biaya tidak tetap. Biaya tetap

adalah biaya yang besarnya tidak tergantung

pada besar kecilnya produksi yang akan

dihasilkan, sedangkan biaya tidak tetap adalah

biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh

volume produksi. Penelitian ini bertujuan

memperoleh kelayakan ekonomi usahatani

beberapa varietas unggul baru padi di

agroekosisitem lahan pasang surut Provinsi

Riau.

METODE PENELITIAN

Penelitian dilakukan pada

agroekosistem lahan sawah pasang surut Desa

Page 6: KATA PENGANTARriau.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/PDF/... · 2018. 9. 7. · Cara yang efektif dan efisien untuk ... menghitung pendapatan usahatani. Secara matematis

Buletin Inovasi Pertanian, Volume : 2 No. 2, Desember 2016 : 1-4

| 3

Kuala Cenaku, Kecamatan Kuala Cenaku,

Kabupaten Indragiri Hulu, Provinsi Riau pada

MT 2016 dari bulan April - September 2016.

Analisis usahatani terhadap VUB padi dilakukan

pada areal seluas 1 ha. Beberapa varietas

unggul baru padi yang digunakan adalah

varietas Inpara-1, Inpara-3, Inpara-9 dan

Varietas Ciherang yang ada di lokasi.

Pengumpulan data melalui wawancara dan

observasi. Jenis dan sumber data dalam

penelitian ini meliputi data primer dan data

sekunder. Data primer diperoleh melalui

observasi langsung dan wawancara dengan

responden dengan bantuan pengisian daftar

pertanyaan (kuisioner) yang telah disiapkan

sebelumnya yang berhubungan dengan

penelitian ini. Sedangkan data sekunder yang

diperoleh dari lembaga atau instansi yang

berhubungan dengan penelitian ini seperti

Dinas Pertanian, BPP (Balai Penyuluh

Pertanian), serta literatur-literatur yang

relevan. Data ditabulasi dan dianalisis untuk

menghitung pendapatan usahatani. Secara

matematis pendapatan usahatani dapat ditulis

sebagai berikut :

π = Y. Py – Σ Xi.Pxi - BTT

Keterangan :

π = Pendapatan (Rp)

Y = Hasil produksi (Kg)

Py = Harga hasil produksi (Rp)

Xi = Faktor produksi (i = 1,2,3,….,n)

Pxi = Harga faktor produksi ke-i (Rp)

BTT = Biaya tetap total (Rp)

Untuk mengetahui usahatani

menguntungkan atau tidak secara ekonomi

dianalisis dengan menggunakan nisbah atau

perbandingan antara penerimaan dengan biaya

(Revenue Cost Ratio).

Secara matematis dapat dirumuskan sebagai

berikut:

B/C = PT / BT

Keterangan:

B/C = Nisbah penerimaan dan biaya

PT = Penerimaan Total (Rp)

BT = Biaya Total (Rp)

(Rustiadi etal., 2011)

Adapun kriteria pengambilan keputusan

adalah sebagai berikut:

· Jika B/C > 1, maka usahatani mengalami

keuntungan, penerimaan lebih besar dari

biaya.

· Jika B/C < 1, maka usahatani mengalami

kerugian karena penerimaan lebih kecil

dari biaya.

· Jika B/C = 1, maka usahatani mengalami

impas karena penerimaan sama dengan

biaya.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Secara umum varietas unggul baru

yang ditanam mempunyai prospek yang cukup

baik untuk dikembangkan pada lahan rawa

pasang surut pada lokasi penelitian, karena

mampu memberikan hasil gabah yang cukup

tinggi, berada pada kisaran hasil sesuai

deskripsi dan mempunyai rasa nasi pera yang

disukai masyarakat di Kabupaten Indragiri

Hulu.

Page 7: KATA PENGANTARriau.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/PDF/... · 2018. 9. 7. · Cara yang efektif dan efisien untuk ... menghitung pendapatan usahatani. Secara matematis

Buletin Inovasi Pertanian, Volume : 2 No. 2, Desember 2016 : 1-4

| 4

Tabel 1. Penggunaan input produksi

usahatani padi.

Input usahatani Volume Harga satuan (Rp)

Jumlah (Rp)

Bibit (tanaman / ha) 25 15.000 375.000 Urea (kg/ha) 150 6.000 900.000 SP-36 (kg/ha) 100 6.500 650.000 KCl (kg / ha) 100 6.500 650.000 Herbisida/Pengendali OPT (l / ha)

4 75.000 300.000

Tenaga Kerja (HOK / ha)

Persemaian 3 80.000 240.000 Pengolahan Tanah 20 80.000 1.600.000 Tanam 26 80.000 2.080.000 Penyiangan 20 80.000 1.600.000 Pemupukan 2 80.000 160.000 Panen 20 80.000 1.600.000 Pascapanen 12 80.000 9.60.000

Jumlah (Rp/ha) 11.115.000

Sumber : Data diolah

Tabel 2. Rata-Rata produksi dan pendapatan

usahatani padi

Uraian Perlakuan (varietas)

Inpara 1 Inpara 3 Inpara 9 Ciherang Rata2

Produksi GKP

(kg /ha)

5.920 5.450 6.170 5.380 5.730

Harga (Rp/kg)

4.000 4.000 4.000 4.000 4.000

Penerimaan (Rp/ha)

23.680.000 21.800.000 24,680.000 21.520.000 22.920.000

Biaya input

(C) (Rp/ha)

11.115.000 11.115.000 11.115.000 11.115.000 11.115.000

Pendapatan (B)

(Rp/ha)

12.565.000 10.685.000 13.565.000 10.405.000 11.805.000

B/C ratio 1,13 0,96 1,22 0,94 1,06

KESIMPULAN

1. Dari keempat varietas tersebut, Inpara-9

memberikan hasil gabah tertinggi (6,17

ton/ha) dibandingkan dengan ketiga

varietas lainnya. Kemudian disusul oleh

varietas Inpara-1 (5,92 t/ha), Inpara-3

(5,45 t/ha) dan terendah varietas

Ciherang (5,38 t/ha) .

2. Hasil usahatani menunjukkan penggunaan

varietas Inpara-9 menghasilkan

pendapatan tertinggi sebesar

Rp. 13.565.000/ha dengan nilai B/C ratio

1,22 diikuti varietas Inpara-1 Rp.

12.565.000 dengan nilai B/C ratio 1,13

kemudian varietas Inpara-3

Rp. 10.685.000 dengan nila.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik (BPS). 2014. Propinsi

Riau Dalam Angka Tahun 2013. Badan Pusat Statistik. Propinsi Riau.

Badan Litbang Pertanian. 2007. Petunjuk

Teknis Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Sawah Irigasi.

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian. 40

Hal.

Ismail,B.P., B. Suprihatno, H. Pane, dan I. Las. 2003. Pemanfaatan penciri abiotik

lingkungan dalam seleksi simultan galur padi gogorancah toleran kekringan.

Dalam : B. Suprihatno et al. (eds). Buku

2. Kebijakan Pemberasan dan Inovasi Teknologi Padi. Pusat Penelitian dan

Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor. p.319-328.

Makarim, A.K. & I. Las. 2005. Terobosan Peningkatan Produktivitas Padi Sawah

Irigasi melalui Pengembangan Model

Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu (PTT). Dalam Suprihatno et al. (Penyunting). Inovasi teknologi Padi Menuju Swasembada Beras

Berkelanjutan. Puslitbangtan, Badan

Litbang Pertanian. Hal. 115-127. Rustiadi E, Saefulhakim S, Panuju DR. 2011.

Perencanaan dan Pengembangan Wilayah. Jakarta (ID) Crespent Press

dan Yayasan Pustaka Obor Indonesia. Suharno, Idris, M. Darwin, Sahardi dan

Subandi. 2000. Keunggulan dan Peluang

Pengembangan Padi Varietas Konawe. Laporan Hasil Pengkajian/Penelitian

BPTP Sulawesi Tenggara. 19p. Ikhwani. 2014. Dosis Pupuk Dan Jarak Tanam

Varietas Unggul Baru Padi. Jurnal

Penelitian Pertanian Tanaman Pangan. Vol 33 (3) Hal 188-195. Puslitbangtan.

Badan Litbang Pertanian.

Page 8: KATA PENGANTARriau.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/PDF/... · 2018. 9. 7. · Cara yang efektif dan efisien untuk ... menghitung pendapatan usahatani. Secara matematis

Buletin Inovasi Pertanian, Volume : 2 No. 2, Desember 2016 : 5-14

| 5

KAJIAN PEMUPUKAN MIKRO MAJEMUK PADA KELAPA SAWIT DI LAHAN PASANG SURUT PROVINSI RIAU

Nurhayati, Masganti dan Hery Widyanto 1)

1) Peneliti Pada Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Riau

ABSTRAK

Kelapa sawit merupakan komoditas strategis yang mendukung pertumbuhan perekonomian Indonesia, apalagi dengan kondisi semakin menipisnya sumber minyak bumi dan gas alam di dunia. Selain pupuk makro, pupuk mikro juga sangat penting untuk pertumbuhan dan hasil tanaman kelapa sawit. Penelitian pemberian pupuk mikro majemuk terhadap tanaman kelapa sawit telah dilaksanakan di lahan pasang surut tipe C di Kecamatan Siak Kecil, Kabupaten Bengkalis. Tujuan kegiatan ini untuk mengetahui respon pupuk mikro majemuk terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kelapa sawit. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 4 (empat) perlakuan dosis pupuk, yang diulang 3 (tiga) kali. Perlakuan yang digunakan berturut-turut adalah (pohon/tahun): A) 5 kg NPK Phonska; B) 3 kg Mikro Majemuk + 5 kg NPK Ponska; C) 5 kg Mikro Majemuk + 5 kg NPK Ponska ; D) 5 kg Mikro Majemuk + 5 kg NPK Kebomas. Variabel pengamatan yang dikumpulkan adalah: produksi, biaya tenaga kerja, harga TBS, analisis usaha tani, dan pendapatan petani. Hasil analisis tanah awal menunjukkan kandungan hara lokasi kegiatan pada kisaran sangat rendah sampai rendah. Satu tahun pengamatan menunjukkan perlakukan C memberikan produksi TBS tertinggi sebesar 30,62 ton/ha, disusul dengan perlakuan D sebesar 30,22 ton/ha, perlakuan B sebesar 29,7 ton/ha, dan terakhir perlakuan A sebesar 29,4 ton/ha. Hasil perhitungan R/C ratio menunjukkan bahwa usahatani ini efisien. Nilai tertinggi dihasilkan perlakuan A disusul perlakuan B dan C, dan terendah perlakuan D. Efektifitas tertinggi dihasilkan dari perlakuan C dengan nilai RAE 100%.

Kata kunci: pupuk, kelapa sawit, pasang surut

ABSTRACT

As the world’s supply of oil and gas continue to diminish, oil palm becomes a strategic commodity

that support Indonesian economic growth. Micronutrients are very important for oil palm growth and yield. This study was conducted in Siak Kecil District, Bengkalis Regency. The experimental

design used was group randomized design with 4 fertilizer dosages treatments and 3 replications for all 4 treatments. The treatments were A) 5 kg NPK Phonska; B) 3 kg Micro Compound Fertilizer

+ 5 kg NPK Ponska; C) 5 kg Micro Compound Fertilizer + 5 kg NPK Ponska; D) 5 kg Micro Compound Fertilizer + 5 kg NPK Kebomas. Data and parameters that observed including yield,

labor cost, oil palm fresh fruit bunches (FFB) price, farming system analysis, and the farmers’

income. Preliminary soil analysis result shows the soil nutrient content on the study site in the range very low to low. The study result indicate the following: the treatment C give the highest

yield 30.62 T.ha-1, treatment D give yield 30.22 T.ha-1, and the treatment give the lowest yield. The result of R / C ratio shows that oil palm production is efficient. The highest value is obtained

by treatment A followed by treatment of B and C, and the lowest was treatment D. The highest

effectiveness resulted from treatment C with 100% value RAE.

Keywords : fertilizer, oil palm, tidal land

Page 9: KATA PENGANTARriau.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/PDF/... · 2018. 9. 7. · Cara yang efektif dan efisien untuk ... menghitung pendapatan usahatani. Secara matematis

Buletin Inovasi Pertanian, Volume : 2 No. 2, Desember 2016 : 13-20

| 6

PENDAHULUAN

Perkembangan perkebunan kelapa sawit

di Indonesia meningkat pesat dalam kurun

waktu 20 tahun terakhir dari lahan seluas

1.126.677 ha pada tahun 1990 menjadi

4.158.077 ha pada tahun 2000, kemudian

meningkat menjadi 7.824.623 ha pada tahun

2010 (Ditjenbun, 2010). Dari total luas lahan

kelapa sawit di atas, Provinsi Riau memiliki luas

lahan kelapa sawit terbesar di Indonesia, yaitu

sekitar 1.815.313 ha atau sekitar 23% dari luas

lahan kelapa sawit di Indonesia (Ditjenbun,

2010). Perkembangan luasan areal kelapa sawit

yang cukup pesat tersebut antara lain didorong

oleh stabilnya harga komoditas kelapa sawit di

pasaran internasional. Untuk memenuhi

permintaan pasar akan komoditas kelapa sawit,

maka harus dilakukan inovasi-inovasi

diantaranya teknologi optimasi produktivitas

lahan.

Saat ini, pengembangan perkebunan

kelapa sawit sudah mulai banyak dilakukan

pada lahan pasang surut. Luas lahan pasang

surut di Indonesia sekitar 8,354 juta Ha, terluas

berada di Sumatera (2,502 juta Ha),

Kalimantan (2,301 juta Ha), Papua (2,262 juta

Ha), dan sisanya di Sulawesi dan Maluku (0,932

juta Ha) (BBSDLP, 2014). Seperti diketahui,

lahan pasang surut merupakan lahan marjinal

yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai

areal budidaya kelapa sawit, pada karakteristik

lahan maupun luasannya. Meskipun demikian,

terkait dengan karakteristik tanahnya,

pengembangan kelapa sawit di lahan pasang

surut dihadapkan pada berbagai tantangan baik

dalam pengelolaan lahan, kultur teknis maupun

investasi untuk pembangunan infrastruktur.

Untuk mempertahankan produktivitas

tanaman kelapa sawit tetap stabil dan

mengoptimumkan produktivitasnya, maka

pemupukan menjadi penting. Permasalahan

yang muncul di lapangan, adalah ketersediaan

unsur hara di dalam tanah yang belum optimal,

sehingga belum memenuhi kebutuhan hara

tanaman, kurangnya unsur hara akan

menimbulkan gejala defisiensi yang spesifik

selain turunnya pertumbuhan dan hasil

produksi tanaman kelapa sawit, sedangkan

kelebihan unsur hara terutama unsur hara

mikro dapat menyebabkan keracunan tanaman.

Jika pemberian pupuk tidak tepat, maka

pertumbuhan tanaman akan tertekan (Lubis,

1992; Pahan, 2007). Pemupukan yang tidak

sesuai dengan kebutuhan hara tanaman

(berlebihan atau kekurangan) selain tidak

efisien, mengganggu keseimbangan hara dalam

tanah, dan tanaman juga dapat mencemari

lingkungan. Untuk mengatasi hal tersebut,

diperlukan suatu rekomendasi pemupukan yang

tepat sehingga produktivitas tanaman dapat

ditingkatkan.

Pupuk mikro majemuk dikembangkan

untuk perkebunan kelapa sawit dan dapat

digunakan di berbagai kondisi dan jenis lahan

perkebunan kelapa sawit, termasuk salah

satunya di lahan pasang surut. Pupuk ini

mengandung unsur: CaCO3, B, Zn, dan Cu.

Fungsi dari unsur-unsur hara ( Ca, B, Zn dan

Cu) dan dampak yang di akibatkan bila terjadi

kekurangan pada tanaman antara lain: (1)

Kalsium (Ca), berfungsi untuk mengurangi

keasaman yang berlebihan dalam cairan sel,

memperlambat permeabilitas dinding sel, dan

pada pertumbuhan akar rambut. Dampak dari

kekurangan unsur Ca adalah titik tumbuh pada

Page 10: KATA PENGANTARriau.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/PDF/... · 2018. 9. 7. · Cara yang efektif dan efisien untuk ... menghitung pendapatan usahatani. Secara matematis

Buletin Inovasi Pertanian, Volume : 2 No. 2, Desember 2016 : 13-20

| 7

pucuk dan akar mati, kuncup bunga dan buah

gugur prematur, warna buah yang tidak

merata, buah menjadi retak – retak, tangkai

bunga membusuk, buah kosong karena bijinya

gagal terbentuk, daun muda berwarna cokelat

dan terus menggulung, daun terpilin dan

mengerut. (2) Borium (B), berfungsi untuk

membantu sintesa protein, membantu

metabolisme karbohidrat, mengatur kebutuhan

air di dalam tanaman, membentuk serat dan

biji, dan merangsang proses penuaan tanaman

sehingga jumlah bunga dan hasil panen

meningkat. Dampak dari kekurangan unsur B

menyebabkan titik tumbuh tanaman tidak

berkembang. (3) Seng (Zn), berfungsi sebagai

katalisator dalam pembentukan protein,

mengatur pembentukan asam indoleasetik,

berperan aktif dalam transformasi karbohidrat.

Dampak dari kekurangan unsur Zn

menyebabkan daun muda klorosis, tumbuh

memanjang berbentuk sabit, ditemukan bercak

– bercak warna pucat di antara tulang daun,

pada daun tua becak – bercak tersebut di

sepanjang tulang daun utama. (4) Cuprum

(Cu), berfungsi sebagai katalisator dalam

proses pernafasan dan perombakan

karbohidrat, salah satu elemen dalam

pembentukan vitamin A, secara tidak langsung

juga berperan dalam pembentukan klorofil.

Dampak dari kekurangan unsur Cu

menyebabkan daun muda akan menguning,

pertumbuhannya tertekan kemudian akan

berubah menjadi putih, sedangkan pada daun –

daun tua akan gugur (Mengel and Kirby, 1987;

Darmosarkoro, 2003; Leiwakabessy dan

Sutandi).

Penelitian ini dilaksanakan untuk

mengetahui respon pupuk mikro majemuk

terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman

kelapa sawit di lahan pasang surut.

METODE PENELITIAN

Pengujian pupuk Micro Majemuk untuk

tanaman kelapa sawit dilaksanakan di kebun

kelapa sawit di Desa Sungai Siput, Kecamatan

Siak Kecil, Kabupaten Bengkalis, selama 1,5

tahun dimulai bulan Januari 2013 hingga Juni

2014.

Rancangan percobaan yang digunakan

adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK)

dengan 4 (empat) perlakuan yang diulang 3

(tiga) kali. Adapun jumlah tanaman dalam

setiap perlakuan terdiri dari 14 pohon antara

perlakuan dipisahkan oleh satu baris tanaman

sebagai “border”, luasan kegiatan sekitar 2

(dua) hektar. Susunan perlakuan disajikan

dalam Tabel 1.

Tabel 1. Perlakuan dan Dosis Pupuk Kelapa

Sawit

No Perlakuan Dosis Pupuk (Kg/Pohon/Thn)

Pupuk Mikro

Majemuk

Pupuk NPK

1 A 0 (Kontrol) Phonska 5 kg/pohon/tahun

2 B 3 Phonska 5 kg/pohon/tahun

3 C 5 Phonska 5 kg/pohon/tahun

4 D 5 NPK Kebomas 5 kg/tahun

Tanaman kelapa sawit ditanam dengan

pola segitiga sama sisi masing-masing 9

(sembilan) m. Tanaman border yang dipupuk

sesuai anjuran perusahaan/kebiasaan petani

setempat.

Pupuk NPK dan Mikro Majemuk

diberikan 2 (dua) kali setahun pada awal dan

akhir musim hujan (Januari dan Juli). Sebelum

Page 11: KATA PENGANTARriau.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/PDF/... · 2018. 9. 7. · Cara yang efektif dan efisien untuk ... menghitung pendapatan usahatani. Secara matematis

Buletin Inovasi Pertanian, Volume : 2 No. 2, Desember 2016 : 13-20

| 8

dilakukan pemupukan, piringan tanaman kelapa

sawit dibersihkan dari rumput dan kotoran

lainnya. Aplikasi pupuk dilakukan dengan cara

penaburan secara merata mulai dari 0,5 m dari

pohon sampai pinggiran piringan melingkar

tanaman. Pemupukan NPK dan Mikro Majemuk

dilakukan secara bersamaan dengan

diaduk/dicampur secara merata. Pada areal

berteras, 2/3 pupuk disebar pada bagian dalam

teras dekat dinding bukit dan sisanya 1/3

diberikan pada bagian luar teras.

Pemeliharaan dengan cara

membersihkan gulma dalam piringan agar

pupuk yang diberikan dapat diserap tanaman

secara optimal.

Sebelum dilakukan pemupukan, contoh

tanah diambil selanjutnya dianalisis sifat kimia

meliputi pH (H2O dan KCl), C-organik, N-total, P

dan K total (ekstrak HCl 25%), P-tersedia Bray

1, nilai tukar kation Ca, Mg, K dan Na ekstrak

NH4O-Ac 1N pH 7, kejenuhan basa dan

kapasitas tukar kation (KTK). Contoh daun juga

diambil untuk dianalisis kandungan hara N, P,

K, Ca, Mg dan S. Contoh tanaman dianalisis

mengikuti prosedur baku Eviati dan Sulaiman,

2009.

Pengambilan sampel daun di lahan

dengan sistem diagonal, diambil 30 helai dari 3

(tiga) tanaman. Anak contoh tersebut

selanjutnya digabung menjadi satu, untuk

selanjutnya dianalisis di laboratorium.

Analisis daun berguna untuk mengetahui

keadaan tanaman pada saat itu. Pelepah yang

dijadikan sample adalah pelepah ke 17. Pelepah

ke 17 merupakan pelepah yang terletak pada

spiral yang sama dengan pelepah 1 (pelepah 1

adalah pelapah termuda yang telah membuka

sempurna). Posisi pelepah 17 terletak berlawan

dengan posisi spiral, apabila spiral tanaman

kelapa sawit ke kanan, maka posisinya sedikit

agak ke kiri dan sebaliknya. Daun tersebut

sangat sensitif terhadap lingkungan

tumbuhnya, baik itu respon pemupukan,

pemeliharaan tumbuhan maupun faktor

lainnya. Analisa daun dilakukan dengan tujuan

untuk mengetahui apakah tanaman dalam

kondisi sehat atau tidak (kebutuhan nutrisinya

terpenuhi atau tidak).

Setelah pemupukan dilakukan

pengambilan contoh daun setelah setahun

perlakuan pemupukan untuk mengetahui

kandungan hara N, P, K, Ca, Mg dan S dalam

daun yang bertujuan untuk mengetahui tingkat

keseimbangan hara dalam tanaman.

Analisis tanaman bertujuan untuk

mengetahui status hara tanaman atau adanya

kahat hara, juga dapat digunakan untuk

menetapkan kebutuhan pupuk dengan cara

mengkombinasikan status hara tanah dan

kebutuhan tanaman. Prosedur pengambilan

contoh tanaman (daun) untuk analisis jaringan

tanaman berdasarkan metode baku (Jones, et

al., 1991), yaitu daun-daun tengah (tanpa lidi)

pada pelepah ke 17 dan daun-daun tengah

(tanpa lidi) pada pelepah ke 9.

Kegiatan pemanenan dilakukan setiap

dua minggu atau mengikuti kebiasaan

setempat, hasil panen (kelapa sawit) ditimbang

jumlah dan bobot Tandan Buah Segar (TBS)

nya, data hasil panen selanjutnya digabung dan

dihitung secara akumulasi per satu bulan sekali

untuk mendapatkan nilai produktivitasnya.

Data yang diperlukan untuk analisis

usahatani menggunakan jenis data primer dan

sekunder. Parameter pengamatan yang

dikumpulkan adalah: luas lahan perkebunan

Page 12: KATA PENGANTARriau.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/PDF/... · 2018. 9. 7. · Cara yang efektif dan efisien untuk ... menghitung pendapatan usahatani. Secara matematis

Buletin Inovasi Pertanian, Volume : 2 No. 2, Desember 2016 : 13-20

| 9

sawit, varietas yang digunakan, produksi, umur

kelapa sawit, biaya tenaga kerja, harga TBS,

dan pendapatan petani.

Kelayakan usahatani kelapa sawit

dihitung dari besaran R/C dan B/C rasio. Untuk

membandingkan efektivitas pupuk yang diteliti

terhadap pu.

RAE (%) = Produksi perlakuan – Produksi kontrol

Produksi standar – produksi control

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Analisis tanah awal

Analisis tanah awal dilakukan terhadap

contoh tanah yang mewakili kedalaman 0-20

cm dan 20-40 cm (Tabel 2). Tanah bereaksi

masam (pH rendah). Nilai pH menunjukkan

banyaknya konsentrasi ion hidrogen (H+) di

dalam tanah. Makin tinggi kadar ion H+ di

dalam tanah, semakin masam tanah tersebut.

Nilai pH tanah pada kedalaman 0-20 cm adalah

4,4 dan pada kedalaman 20-40 cm lebih rendah

sebesar 4,3; keduanya termasuk kriteria sangat

masam. Kondisi pH mendekati netral, transfer

kation-kation akan lebih mudah, sehingga hara

dalam keadaan tersedia untuk pertumbuhan

tanaman. Usaha untuk meningkatkan pH tanah

dapat dilakukan dengan pemupukan dan

pengapuran.

Tabel 2. Hasil Analisis Awal Sampel Tanah

No Parameter Hasil Analisis Kriteria

Penilaian

Kedalaman (cm)

0-20 20-40 0-20 20-40

1. pH H2O 4,4 4,3 sangat

masam

sangat

masam

2. pH KCl 3,6 3,5 - -

3. C-organik (%) 1,85 0,77 rendah sangat

rendah

4. N-total (%) 0,17 0,09 rendah sangat

rendah

5. C/N Rasio 11 9 sedang rendah

6. P-tersedia (ppm) 5 2 rendah sangat

rendah

7. KTK (me/100 g) 10,30 9,60 rendah rendah

8. Al-dd (me/100 g) 0,52 0,34 - -

9. H-dd (me/100 g) 3,09 5,5 - -

10. Fe (ppm) 171 56 sangat

tinggi

sangat

tinggi

11. Cu (ppm) 0,2 0,1 sangat

rendah

sangat

rendah

12. Zn (ppm) 3,0 1,5 cukup cukup

13. Mn (ppm) 20 9 tinggi tinggi

C organik tanah menunjukkan kadar

bahan organik yang terkandung dalam tanah.

Terlihat bahwa kandungan C-organik tanah

pada kisaran rendah sampai sangat rendah.

Nitrogen tanah merupakan unsur esensial bagi

tanaman. Bahan organik merupakan sumber N

utama di dalam tanah. Kadar N tanah biasanya

sebagai indikator basis untuk menentukan dosis

pemupukan Urea. Fungsi N adalah memperbaiki

pertumbuhan vegetatif tanaman. Tanaman

yang tumbuh pada tanah yang cukup N,

berwarna lebih hijau. Gejala kekurangan N,

tanaman tumbuh kerdil, pertumbuhan akar

terbatas dan daun-daun kuning dan gugur.

Kadar N tanah di lokasi kegiatan berkisar dari

rendah sampai sangat rendah.

P-tersedia tanah di lokasi kegiatan

berkisar dari rendah sampai sangat rendah.

X 100%

Page 13: KATA PENGANTARriau.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/PDF/... · 2018. 9. 7. · Cara yang efektif dan efisien untuk ... menghitung pendapatan usahatani. Secara matematis

Buletin Inovasi Pertanian, Volume : 2 No. 2, Desember 2016 : 13-20

| 10

Sumber unsur P di tanah untuk tanaman

bersumber dari mineral yang terdapat dalam

tanah, bahan organik tanah, dan pupuk buatan

seperti TSP atau SP36. Kapasitas Tukar Kation

(KTK) tergolong pada kriteria rendah. KTK

merupakan sifat kimia tanah yang sangat erat

hubungannya dengan kesuburan tanah. Tanah

dengan KTK tinggi mampu menyerap dan

menyediakan unsur hara lebih baik daripada

tanah dengan KTK rendah. KTK tanah

menggambarkan kation-kation tanah seperti

kation Ca, Mg, Na dan K dapat ditukarkan dan

diserap oleh perakaran tanaman.

Kandungan unsure mikro Fe dan Mn

tergolong pada criteria tinggi sampai sangat

tinggi, sedangkan Zn pada kriteria sedang dan

Cu pada kriteria rendah. Unsur mikro adalah

unsur hara esensial yang dibutuhkan tanaman

dalam jumlah yang relatif kecil, namun sangat

penting dan mutlak di perlukan oleh tanaman

sebagai makanan, bila berlebihan akan menjadi

racun bagi tanaman tersebut. Kekurangan

unsur mikro ini dapat diatasi dengan pemberian

pupuk seperti Petro Kalsipalm, yang selain

memiliki kandungan unsur makro juga

mengandung unsur mikro.

Hasil analisis Daun Kelapa Sawit Awal

Tabel 3. Hasil Analisis Awal Sampel Daun

Kelapa Sawit

No Unsur Hasil Analisis Kriteria

1 N (%) 2,54 optimum

2 P (%) 0,167 optimum

3 K (%) 0,69 defisiensi

4 Mg (%) 0,45 optimum

5 B (ppm) 13 defisiensi

Dari hasil analisis daun tanaman kelapa

sawit diperoleh bahwa kondisi N, P, dan Mg

tanaman berada dalam kondisi optimum.

Sementara kandungan K dan B mengalami

defisiensi.

Pupuk Mikro Majemuk sangat baik

digunakan untuk mencukupi kebutuhan hara

makro dan mikro. Pupuk ini mengandung

unsur : CaCO3 min. 80%; B min 1%; Zn min.

0,5%; Cu min. 0,5%; Kadar Air Max. 5% dan

pH 7-9. Borium berfungsi untuk membantu

sintesa protein, membantu metabolisme

karbohidrat, mengatur kebutuhan air di dalam

tanaman, membentuk serat dan biji, dan

merangsang proses penuaan tanaman sehingga

jumlah bunga dan hasil panen meningkat.

Dampak dari kekurangan unsur B menyebabkan

titik tumbuh tanaman tidak berkembang.

Produksi TBS Kelapa Sawit

Tandan Buah Segar (TBS) merupakan

variabel agronomi perkembangan generatif

yang menggambarkan produkvitas tanaman

kelapa sawit. Produksi TBS kelapa sawit

dipengaruhi oleh jenis klon dan faktor

lingkungan (Lumbangaol 2012). Produksi

kelapa sawit pada setiap perlakuan pemupukan

sangat bervariasi, akan tetapi TBS pada

perlakuan B, C, dan D berada di atas perlakuan

A (kontrol).

Produksi TBS perbulan bervariasi selama

16 bulan pengamatan (Gambar 1), terlihat

produksi terendah pada bulan Maret tahun

2013 dan November 2013, tertinggi pada bulan

Juli 2013 dan Desember 2013. Hasil penelitian

Nurhayati et al (2014), melaporkan ada

kecenderungan tinggi muka air tanah

mempengaruhi produksi TBS bulanan.

Penurunan produksi TBS terlihat setelah dua

bulan penurunan muka air tanah, dan

Page 14: KATA PENGANTARriau.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/PDF/... · 2018. 9. 7. · Cara yang efektif dan efisien untuk ... menghitung pendapatan usahatani. Secara matematis

Buletin Inovasi Pertanian, Volume : 2 No. 2, Desember 2016 : 13-20

| 11

peningkatan produksi terlihat setelah dua bulan

kenaikan muka air tanah.

Gambar 1. Produksi TBS selama 16 bulan pengamatan

Total produksi TBS selama setahun

pengamatan (Juni 2013 - Mei 2014) (Gambar 2)

menunjukkan bahwa perlakukan C dan D

memberikan produksi TBS tertinggi sebesar

30,62 ton/ha, disusul dengan perlakuan D

sebesar 30,22 ton/ha..

Gambar 2 . Total produksi TBS selama satu tahun pengamatan

Hasil Analisis Usahatani

Berdasarkan hasil analisis usahatani

(Tabel 8) menunjukkan hasil yang tertinggi

terdapat pada perlakuan C dengan keuntungan

Rp. 30.720.596,-

Kelayakan usahatani kelapa sawit

dihitung dari besaran R/C ratio. Hasil

perhitungan R/C ratio usaha pertanaman kelapa

sawit berkisar antara 4,0–5,5 tertinggi pada

perlakuan A. Hasil ini menunjukkan bahwa

keseluruhan analisis ekonomi R/C ratio usaha

pertanaman kelapa sawit berada di atas angka

1, sehingga usahatani kelapa sawit yang ada

efisien untuk diusahakan. Tingginya nilai R/C

rasio ini disebabkan tanaman kelapa sawit telah

berumur 7-10 tahun. Perlakuan C memberikan

nilai RAE yang paling tinggi daripada perlakuan

lainnya yaitu 100%, artinya mempunyai

efektivitas yang paling tinggi dari perlakuan

lainnya.

Tabel 4. Hasil analisis usahatani

Biaya usahatani:

A B C D

a. Tenaga kerja (Rp.)

4.630.500 4.657.785 4.751.529 4.711.569

b. Sarana

produksi (Rp.)

2.192.000 3.014.000 3.562.000 4.820.000

Total (Rp.) 6.822.500 7.671.785 8.313.529 9.531.569

Penerimaan:

Produksi

(ton/ha/th)

29,41 29,68 30,62 30,22

Penerimaan

(Rp.)

37.491.375 37.839.450 39.034.125 38.524.125

Laba (Rp.) 30.668.876 30.167.665 30.720.596 28.992.556

B/C ratio 4,5 3,9 3,7 3,0

R/C ratio 5,5 4,9 4,7 4,0

RAE - 25 100 67

KESIMPULAN

1. Perlakukan C (5 kg Mikro Majemuk + 5 kg

NPK Phonska/pohon/tahun) memberikan

produksi TBS tertinggi sebesar 30,62

ton/ha, disusul dengan perlakuan D (5 kg

Mikro Majemuk + 5 kg NPK

Kebomas/pohon/tahun) sebesar 30,22

ton/ha, perlakuan B (3 kg Mikro Majemuk

+ 5 kg NPK Phonska/pohon/tahun)

sebesar 29,7 ton/ha, dan terakhir

perlakuan A (5 kg NPK

Phonska/pohon/tahun) sebesar 29,4

ton/ha.

2. Hasil perhitungan R/C ratio usaha

pertanaman kelapa sawit berkisar antara

4,0–5,5. Hasil ini menunjukkan bahwa

keseluruhan analisis ekonomi R/C ratio

usaha pertanaman kelapa sawit berada di

Page 15: KATA PENGANTARriau.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/PDF/... · 2018. 9. 7. · Cara yang efektif dan efisien untuk ... menghitung pendapatan usahatani. Secara matematis

Buletin Inovasi Pertanian, Volume : 2 No. 2, Desember 2016 : 13-20

| 12

atas angka 1, sehingga usahatani kelapa

sawit yang ada efisien untuk diusahakan.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. Kelapa Sawit dan Kebutuhan Unsur

Hara. http: //WordPress.com. 10

Desember 2012 BBSDLP. 2014. Sumberdaya Lahan Pertanian

Indonesia: Luas, Penyebaran dan

Potensi. Laporan Teknis 1/BBSDLP/10/2014, Edisi ke-1. Balai

Besar Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Badan Penelitian dan

Pengembangan Pertanian. Bogor. 56 Hlm.

Darmosarkoro, W. 2003. Defisiensi dan

malnutrisi hara pada tanaman kelapa sawit. Dalam. Lahan dan Pemupukan

Kelapa Sawit. Darmosakoro, W; Sutarta, ES, dan Winarna (eds), Pusat Penelitian

Kelapa Sawit. Medan. Hal.93-98.

Darmosarkoro, W., E.S. Sutarta dan Winarna. 2003. Teknologi pemupukan tanaman

kelapa sawit. Dalam. Lahan dan Pemupukan Kelapa Sawit. Pusat

Penelitian Kelapa Sawit. Medan. Hal:113-

134. Ditjenbun. 2010. http: // ditjenbun.deptan.go.id

Eviati dan Sulaiman. 2009. Petunjuk Teknis. Analisis Kimia Tanah, Tanaman, Air, dan

Pupuk. Balai Penelitian Tanah. Bogor. 234 Hal.

Jones, Jr., J.B. Wolf, and H. A. Mills. 1991.

Plant Analysis Handbook. Micro-Macro Publ. Co. Athens, Georgia.

Leiwakabessy, F.M dan A. Sutandi. 2004. Pupuk dan Pemupukan. Departemen Tanah.

Fakultas pertanian. Institut Pertanian

Bogor. Bogor. Lubis, A.U. 1992. Kelapa Sawit (Elaeis guinensis

Jacq) di Indonesia. Pusat Penelitian Perkebunan Marihat, Bandar Kuala.

Mengel, K. and E. Kirby. 1987. Principles of Plant Nutrition. International Potash

Institute. Bern, Switzerland.

Ngurah D. 2012. Budidaya dan Pemeliharaan Tanaman Perkebunan. http:

//WordPress.com. 10 Desember 2012. Nurhayati, S. Saputra, A.D. Putra, I.N. Istina,

dan A. Jamil. Pengelolaan Kesuburan

Tanah, Produktivitas dan Keuntungan

Sistem Tumpangsari (Kelapa Sawit + Nenas) di Lahan Gambut Provinsi Riau.

Pahan, I. 2007. Panduan Kelapa sawit. Penebar Swadaya. Jakarta

Watulunyu. 2010. Lahan Rawa Pasang Surut untuk Budidaya Kelapa Sawit. http:

//WordPress.com. 10 Desember 2012

Page 16: KATA PENGANTARriau.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/PDF/... · 2018. 9. 7. · Cara yang efektif dan efisien untuk ... menghitung pendapatan usahatani. Secara matematis

Buletin Inovasi Pertanian, Volume : 2 No. 2, Desember 2016 : 13-20

| 13

SISTEM PERKREDITAN PADA LEMBAGA PEMBIAYAAN KEUANGAN MIKRO MENDUKUNG MODEL PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS

PEDESAAN (PUAP) DI PROVINSI RIAU

Oni Ekalinda 1)

1) Penyuluh Pada Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Riau

ABSTRAK

Kehadiran kelembagaan keuangan mikro di pedesaan sangat membantu petani dalam mengatasi kelangkaan permodalan. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi mengenai : (i) Sistem perkreditan pada lembaga pembiayaan keuangan, (ii) partisipasi rumah tangga tani dalam pemanfaatan lembaga pembiayaan keuangan dan (iii) keragaan pembiayaan usahatani bantuan pemerintah ( PUAP). Penelitian telah dilaksanakan di Kabupaten Kampar dan Kabupaten Indragiri Hilir Tahun 2013. Lokasi pengambilan sampel ditentukan secara purposif Random Sampling, yaitu daerah yang telah melakukan akses terhadap lembaga pembiayaan keuangan baik formal maupun non formal. Jumlah responden pada setiap Kabupaten sebanyak 60 orang rumah tangga tani dan 6 orang yang melakukan perkreditan non formal. Hasil penelitian menunujukkan : (i) lembaga keuangan yang banyak diakses oleh petani adalah lembaga keuangan non formal dimana sistem pengembalian kredit maupun jangka waktu pengembaliannya disesuaikan dengan jenis komoditas pertanian dominan yang diusahakan, jenis pinjaman yang diberikan yaitu uang atau sarana produksi; (ii) partisipasi rumah tangga petani dalam memanfaatkan lembaga keuangan terutama non formal cukup tinggi (sekitar 30%). Pada umumnya kredit yang dipinjam petani digunakan untuk kegiatan produktif. Kredit yang dipinjam pada umumnya dalam bentuk sarana produksi yang dikembalikan setelah panen dalam bentuk hasil produksi, (iii) tingkat pengembalian pinjaman yang berasal dari dana PUAP tergolong lancar yaitu sekitar 98 % dari total pinjaman pada setiap periode peminjaman.

Kata kunci : Sistem perkreditan, lembaga pembiayaan keuangan mikro, Model Pengembangan

Usaha Agribisnis Pedesaan ( PUAP)

ABSTRACT

Many financial institutions have been established to help farmers to overcome the lack of funding.

This study aimed to obtain information regarding: (i) The financing system on the financing institutions, (ii) the rural household participation that able to access financial institutions and (iii)

the performance of Rural Agribusiness Development Program (PUAP). The study was conducted in Kampar Regency and Indragiri Hilir Regency in 2013. The study site was chosen by the purposive

sampling. These two study site had made access to the financial institutions both formal and non-

formal. The number of respondents in each regency were 60 farm households and 6 respondents who perform non-formal credit. The research result shows: (i) the financial institutions that are

accessible to farmers is non-formal financial institution where the system of loan repayment and repayment periods adjusted to the type of dominant cultivated agricultural commodities, the types

of loans are money or the production input; (ii) the participation of farm households when

accessing financial institutions, especially non-formal is high at almost 30% from respondents. In general, farmers need loans for production activities. The loans are borrowed in the form of

production input that is returned after harvest. (3) Around 98% of the repayment are classified as performing loans.

Keywords : financing system, microfinance institutions, Rural Agribusiness Development Program (PUAP).

Page 17: KATA PENGANTARriau.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/PDF/... · 2018. 9. 7. · Cara yang efektif dan efisien untuk ... menghitung pendapatan usahatani. Secara matematis

Buletin Inovasi Pertanian, Volume : 2 No. 2, Desember 2016 : 13-20

| 14

PENDAHULUAN

Pengembangan ekonomi kerakyatan dan

pengembangan dunia usaha menjadi issue

kunci dalam program pembangunan di Riau.

Termasuk dalam program pemberdayaan

ekonomi kerakyatan antara lain adalah

pengentasan kemiskinan, mendorong sektor

prioritas dan pemberdayaan ekonomi

masyarakat melalui pengembangan komoditas

unggulan. Pemberdayaan usaha kecil seperti

usahatani, dipandang akan mampu

menggerakkan ekonomi pedesaan dan pada

gilirannya akan berdampak pada tumbuhnya

ekonomi nasional (Ihwan, 2007).

Menurut Ashari (2006), kegiatan

perekonomian pada umumnya masih banyak

didominasi oleh usaha-usaha skala mikro dan

kecil dengan pelaku utamanya petani, buruh

tani, pedagang sarana produksi dan hasil

pertanian dengan permasalahan utama adalah

kelangkaan modal yang merupakan siklus mata

rantai kemiskinan pada masyarakat pedesaan.

Terkait dengan program pemberdayaan

ekonomi disektor pertanian, permasalahan

utama yang mendasar adalah adanya

tenggang waktu yang relatif lama antara saat

tanam hingga saat panen dengan risiko usaha

yang cukup besar, seperti kegagalan panen

akibat faktor internal dan eksternal dalam

pengelolaan usahatani (Dirjen Pembiayaan,

2004). Kondisi ini menjadi kendala bagi petani

untuk dapat memanfaatkan dana yang tersedia

pada lembaga keuangan formal, (Khusnul,

2011). Menurut Wirjono (2005), pemberian

akses yang luas terhadap terhadap sumber-

sumber pembiayaan kecil dan mikro dari

lembaga keuangan mikro sangat membantu

masyarakat miskin yang memiliki kemauan dan

kemampuan produktif untuk mengembangkan

usahanya. Kanjeng (2013), menyatakan

bahwa lembaga keuangan mikro yang

merupakan salah satu pilar dalam proses

intermediasi keuangan dipedesan sangat

dibutuhkan oleh masyarakat baik untuk

produksi, konsumsi dan menyimpan hasil

usaha. Menurut Sumarno (2009), bantuan

modal dengan perbaikan kelembagaan petani

merupakan salah satu bagian untuk melakukan

pemberdayaan ekonomi petani terutama dalam

penyediaan modal usahatani dan

menumbuhkan kembangkan unit-unit usaha

produktif dipedesaan.

Kelembagaan ekonomi yang

diunggulkan pada masa yang akan datang

adalah lembaga ekonomi yang dapat

mentransformasikan ekonomi tradisi menjadi

pembentuk struktur ekonomi pasar, yang

dicirikan sebagai berikut : (1) petani (produsen)

haruslah menjadi pemilik saham terhadap

keseluruh jaringan kegiatan ekonomi desa

sehingga secara kolektif petani adalah

penguasa jaringan agribisnis;

(2) keorganisasian petani meliputi keseluruhan

jaringan agribisnis ; (3) Output suatu usahatani

tidak hanya bahan mentah tetapi juga

komoditas olahan yang telah meperoleh

perlakuan iptek serta (4) adanya hubungan

kemitraan antar pelaku agribisnis dengan

menerapkan azas keterbukaan dan demokrasi

(Badan Pengkajian dan Kebijakan Perdagangan,

2013)

Tripanaji (2003), menyatakan bahwa

peran lembaga pembiayaan mikro sangat besar

artinya terutama dalam mengatasi kesulitan

permodalan petani. Model Pengembangan

Page 18: KATA PENGANTARriau.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/PDF/... · 2018. 9. 7. · Cara yang efektif dan efisien untuk ... menghitung pendapatan usahatani. Secara matematis

Buletin Inovasi Pertanian, Volume : 2 No. 2, Desember 2016 : 13-20

| 15

Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) yang

diluncurkan pemerintah, diharapkan dapat

menjadi salah satu pionir dalam menumbuhkan

kelembagaan keungan mikro dipedesaan yang

sangat dibutuhkan petani dalam meperlancar

usaha produktif dipedesaan. Menurut Syukri et

al (2008), untuk menumbuh kembangkan

kelembagaan pembiayaan mikro dipedesaan

sangat diperlukan kesiapan baik dana maupun

manajemen dalam pengelolaan dan pelayanan

pinjaman kepada masyarakat tani, sehingga

dapat menjangkau lebih banyak petani dan

kedepan diharapkan akan tumbuh usahatani

yang berorientasi bisnis dimana petani terlibat

secara keseluruhan dalam kegiatan agribisnis

yang dilakukannya.

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Pengkajian

Pengkajian ini dilaksanakan di

Kabupaten Kampar dan Kabupaten Indragiri

Hilir Tahun 2013.

Metode Pengambilan Sampel

Lokasi pengambilan sample ditentukan

secara purposif Random Sampling yaitu daerah

yang telah melakukan akses terhadap lembaga

pembiayaan keuangan baik formal maupun non

formal. Jumlah responden pada setiap

kabupaten sebanyak 60 orang rumah tangga

tani dan 6 orang yang melakukan perkreditan

non formal. Pemilihan sampel responden

ditentukan berdasarkan perannya dalam

aktifitas pemberian kredit kepada masyarakat

desa. Data yang telah terkumpul selanjutnya

ditabulasi dan dianalisis secara diskriptif.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sistem Perkreditan Pada Lembaga

Pembiayaan Keuangan Koperasi Unit Desa (KUD)

Sistem kredit yang diterapkan oleh

Koperasi Unit Desa (KUD) terlihat pada tabel 1,

untuk Kabupaten Kampar berkisar antara 6 –

10 bulan, dan Kabupaten Indragiri Hilir 4 bulan.

Dalam penetapan waktu pengembalian

tergantung kesepakatan anggota. Jenis

pinjaman yang diberikan KUD adalah sarana

produksi (pupuk) dan pelayanan jasa traktor.

Bentuk pengembalian pinjaman dalam bentuk

natura (gabah) yang dibayar setelah panen,

kecuali untuk jasa traktor di kabupaten Kampar

dibayarkan dalam bentuk uang yang

dikembalikan setelah panen. Suku bunga yang

dikenakan untuk peminjam bervariasi antara

1 – 2 % per bulan. Untuk pinjaman sarana

produksi KUD tidak dapat menyediakan

sepanjang waktu sesuai dengan kebutuhan

petani, hal ini dikarenakan terbatasnya modal

KUD, dan tidak semua petani (anggota) yang

akses dengan KUD. Hampir semua KUD di

Kecamatan yang diamati tidak aktif

melaksanakan fungsinya, bahkan KUD tersebut

cendrung bubar (tidak ada lagi), hal ini

disebabkan karena manajemen KUD yang

buruk dan tidak ada keterbukaan antara

pengurus KUD dengan anggotanya baik dari

segi administrasi maupun keuangan.

Aksesibilitas petani dalam

memanfaatkan jasa KUD di Kabupaten Kampar

lebih baik dibandingkan Kabupaten Indragiri

Hilir. Petani biasanya memanfaatkan jasa KUD

untuk kegiatan usahatani padi, terutama dalam

penyediaan pupuk dan jasa traktor untuk

pengolahan tanah. Bentuk pengembalian

Page 19: KATA PENGANTARriau.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/PDF/... · 2018. 9. 7. · Cara yang efektif dan efisien untuk ... menghitung pendapatan usahatani. Secara matematis

Buletin Inovasi Pertanian, Volume : 2 No. 2, Desember 2016 : 13-20

| 16

pinjaman bisa dalam bentuk natura (gabah)

atau dalam bentuk uang yang disesuaikan

dengan nilai jenis pinjaman.

Tabel 1: Sistem Perkreditan Melalui Koperasi

Unit Desa (KUD) di Kabupaten Kampar dan Kabupaten Indragiri Hilir,

2013

Uraian Kampar Ind.Hilir

Air Tiris Kampar

Kiri Hilir

Tem

puling

Enok

Jangka waktu

pengembalian kredit (bulan)

6

10

4

4

Jenis dan jumlah pinjaman/ orang

:

a. Pupuk (ku) 2,5 2,5 0 0

b. Bibit (Rp000)

0 0 0 0

c. Obat-obatan (Rp000)

0 0 0 0

d. Jasa traktor

(ha)

2 2 0 0

Nilai pinjaman (Rp 000 ) :

a. Pupuk

(Rp000)

250 250 0 0

b. Bibit (Rp000)

0 0 0 0

c. Obat-obatan (Rp000)

0 0 0 0

d. Jasa traktor (ha)

400 400 0 0

Bentuk pengembalian berdasarkan jenis pinjaman :

a. Pupuk Gabah gabah - -

b. Bibit (Rp000)

- - - -

c. Obat-obatan (Rp000)

- - - -

d. Jasa traktor

(ha )

uang uang - -

Nilai

pengembalian (Rp000)

a. Pupuk (Rp000)

300 275 0 0

b. Bibit (Rp000)

0 0 0 0

c. Obat-obatan

(Rp000)

0 0 0 0

d. Jasa traktor

(ha )

450 450 0 0

Perbankan

Dalam mekanisme peminjaman uang,

perbankan jauh lebih baik dibanding lembaga

keuangan lain. Hal ini disebabkan karena

adanya aturan dan sanksi yang jelas terhadap

peminjam. Kelayakan peminjam ditelusuri dari

persyaratan baik secara administrasi maupun

kemampuan dalam membayar pinjaman.

Kendati dari segi ketersediaan dana pinjaman,

bank tidak mengalami kesulitan dalam

penyediaanya, namun tidak semua orang dapat

memanfaatkan jasa bank, terutama petani. Hal

ini disebabkan karena sulitnya persyaratan yang

ditetapkan bank untuk dipenuhi oleh petani,

disamping itu adanya tenggang waktu yang

cukup lama antara permohonan pinjaman

dengan pencairan kredit. Sedangkan untuk

kebutuhan usahatani, petani memerlukan uang

tunai dalam waktu yang cepat. Jauhnya jarak

lokasi petani dengan keberadaan bank, juga

menyulitkan petani untuk melakukan akses ke

bank. Dari tabel 2, terlihat bahwa petani yang

melakukan transaksi pinjaman dengan bank,

hanya terkait dengan bantuan dana yang

diberikan oleh pemerintah, sedangkan pinjaman

murni dengan pihak bank tidak ada dilakukan

oleh petani.

Tabel 2. Sistem Perkreditan Melalui Perbankan

(BRI) di Kabupaten Kampar dan Kabupaten Indragiri Hilir, 2013.

Uraian Kampar Ind.Hilir

Air Tiris Kampar Kiri Hilir

Tem puling

Enok

Persyaratan pinjaman:

a. Jaminan surat tanah

b. Jaminan lainnya

V -

V -

V -

V -

Rata-rata nilai pinjaman/ org :

a. Usahatani 2.000 2.000 2.000 2.000 b. Usaha dagang 2.000 2.000 0 0 c. Industri Rumah

tangga 3.000 4.000 0 0

d. Lain-lain 0 0 0 0 Jangka waktu pengembalian kredit (bulan)

Usahatani 6 6 6 6 Usaha dagang 12 12 0 0 Industri rumah tangga

12 12 0 0

Tingkat bunga per tahun (%)

3 3 3 3

Lembaga Keuangan Non Formal

Dalam pemberian kredit pada sistem

yang digunakan oleh lembaga keuangan non

Page 20: KATA PENGANTARriau.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/PDF/... · 2018. 9. 7. · Cara yang efektif dan efisien untuk ... menghitung pendapatan usahatani. Secara matematis

Buletin Inovasi Pertanian, Volume : 2 No. 2, Desember 2016 : 13-20

| 17

formal agak bervariasi pada setiap desa. Variasi

yang terjadi baik dalam bentuk pengembalian

kredit maupun jangka waktu pengembaliannya

yang biasanya disesuaikan dengan jenis

komoditas pertanian dominan yang diusahakan

masing-masing desa. Demikian pula

pengembalian kredit dilakukan dalam bentuk

yang berbeda pula menurut jenis pinjaman

yang diberikan yaitu uang atau sarana

produksi. Pinjaman dalam bentuk pupuk atau

uang, pengembalian kredit pada umumnya

dilakukan dalam bentuk hasil produksi, kecuali

di Kabupaten Kampar pengembalian dibayarkan

dalam bentuk uang. Pengembalian kredit dalam

bentuk uang dilakukan oleh pedagang sarana

produksi, sedangkan kredit yang dibayarkan

dalam bentuk gabah (hasil produksi) dilakukan

oleh penggilingan padi.

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa

pengembalian kredit dalam bentuk hasil

produksi lebih disukai. Pola demikian terjadi

untuk berbagai jenis pinjaman namun cendrung

lebih berlaku untuk pinjaman yang bernilai lebih

tinggi dan sangat dibutuhkan oleh petani

seperti pupuk dan jasa traktor atau pinjaman

uang yang bernilai lebih dari Rp 100.000.

Adanya kecendrung tersebut cukup beralasan

mengingat aktifitas perkreditan non formal

umumnya dilakukan oleh perseorangan yang

juga terlibat dalam perdagangan hasil produksi

seperti pemilik penggilingan padi atau

pedagang hasil bumi. Kondisi ini sesuai dengan

hasil penelitian Dahlan (2009) bahwa lembaga

keuangan non formal memiliki keunggulan yang

relatif tidak dimiliki lembaga keuangan lainnya

yaitu mudah diakses oleh petani, memiliki

fleksibelitas/keluwesan dalam melakukan

transaksi dan lebih memahami kedaan sosial

budaya masyarakat. Dengan demikian, melalui

pengembalian dalam bentuk hasil produksi,

pemberi kredit non formal tidak hanya

memperoleh keuntungan dari jasa pemberian

kredit tetapi juga dari hasil penjualan sarana

produksi maupun hasil produksi. Sedangkan

bagi pemilik penggilingan padi juga

memperoleh keuntungan lain dalam bentuk

pemenuhan kapasitas penggilingan yang

dimiliki.

Sebenarnya, pemberi kredit tidak

mengharuskan peminjam membayar dalam

bentuk hasil produksi. Petani dapat saja

mengembalikan dalam bentuk uang, akan

tetapi bunga yang dikenakan relatif tinggi yaitu

15-20 %, hal ini dikarenakan pengembalian

dalam bentuk uang menyebabkan keuntungan

yang diperoleh dari penjualan hasil produksi

tidak diperoleh pemberi pinjaman. Petani lebih

menyukai pengembalian dalam bentuk hasil

produksi karena selain praktis juga nilai bunga

yang dibayar lebih ringan.

Page 21: KATA PENGANTARriau.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/PDF/... · 2018. 9. 7. · Cara yang efektif dan efisien untuk ... menghitung pendapatan usahatani. Secara matematis

Buletin Inovasi Pertanian, Volume : 2 No. 2, Desember 2016 : 13-20

| 18

Tabel 3. Sistem perkreditan sarana produksi

pada Lembaga Keuangan Non Formal di Kabupaten Kampar dan Kabupaten

Indragiri Hilir , 2013.

Uraian Kampar Ind.Hilir

Air Tiris Kampar Kiri Hilir

Tem puling

Enok

Jangka waktu pengembalian kredit (bulan)

4 6 4 4

Jenis dan jumlah pinjaman:

a. Pupuk (ku) 75 60 35 25

b. Bibit (Rp 000) 0 0 0 0

c. Obat-obatan (Rp000)

0 0 0 0

d. Jasa traktor (ha) 9 15 5 3

Nilai pinjaman (Rp 000)

a. Pupuk (Rp 000) 250 250 100 100

b. Bibit (Rp 000) 0 0 0 0

c. Obat-obatan (Rp000)

0 0 0 0

d. Jasa traktor (ha) 2 2 2 2

Bentuk pengembalian berdasarkan jenis pinjaman :

a. Pupuk uang uang gabah gabah

b. Bibit - - - -

c. Obat-obatan - - - -

d. Jasa traktor uang uang gabah gabah

Nilai pengembalian (Rp 000)

a. Pupuk 300 300 125 125

b. Bibit (Rp000) 0 0 0 0

c. Obat-obatan (Rp000)

0 0 0 0

d. Jasa traktor (ha) 250 250 0 0

Tabel 4. Sistem perkreditan non sarana

produksi pada Lembaga Keuangan Non Formal di Kabupaten Kampar dan

Kabupaten Indragiri Hilir, 2013.

Uraian Kampar Ind. Hilir

Air Tiris Kampar Kiri Hilir

Tempuling Enok

Cara pengembalian kredit:

a. Ijon - - - -

b. Bayar saat panen

- - - V

Jangka waktu pengembalian kredit (bulan) :

a. 3 – 4 bulan - - - V

b. 1 – 2 bulan - - - -

Bentuk pengembalian

- - - gabah

Nilai pinjaman (Rp 000)

- - - 225

Jumlah pengembalian dalam

bentuk hsl produksi (ku)

a. 3 – 4 bulan - - - 2,25

b. 1 – 2 bulan - - - -

Bunga per bulan (%)

a. 3 – 4 bulan - - - 8

b. 1 – 2 bulan - - - -

Partisipasi Rumah Tangga Tani Dalam

Pemanfaatan Lembaga Pembiayaan

Keberadaan lembaga keuangan untuk

pembiayaan usahatani dan kebutuhan rumah

tangga lainnya sangat dibutuhkan oleh petani

dipedesaan. Indikasi tersebut terlihat pada

tabel 5, dimana hampir 30 % responden di

Kecamatan yang diamati memiliki pinjaman.

Pada umumnya kredit yang dipinjam petani

digunakan untuk kegiatan produktif

(usahatani). Sumber peminjaman kredit adalah

lembaga keuangan non formal. Kredit yang

dipinjam pada umumnya dalam bentuk sarana

produksi yang dikembalikan setelah panen

dalam bentuk natura (hasil produksi).

Peminjam kredit yang paling tinggi terlihat di

Kabupaten Kampar.

Page 22: KATA PENGANTARriau.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/PDF/... · 2018. 9. 7. · Cara yang efektif dan efisien untuk ... menghitung pendapatan usahatani. Secara matematis

Buletin Inovasi Pertanian, Volume : 2 No. 2, Desember 2016 : 13-20

| 19

Tabel 5. Tingkat Partisipasi Rumah Tangga

Tani Dalam Pemanfaatan Lembaga Perkreditan di Kabupaten Kampar dan

Kabupaten Indragiri Hilir, 2013

Uraian Kampar Ind.Hilir

Air Tiris Kampar Kiri Hilir

Tem puling

Enok

Jumlah responden

30 30 30 30

Jumlah responden peminjam

kredit

11

(36 %)

13

(43%)

2

(6%)

5

(17)

Jenis kredit yg

dipinjam (responden)

a. sarana produksi

11 (36%)

13 (43%)

2 (6%)

4 (16%)

b. uang 0 0 0 1

Sumber kredit yang digunakan (responden)

a. KUD / BRI - - - -

b. Lembaga NoFormal

V V V V

Sumber kredit

saprodi (resp)

a. KUD / BRI - - - -

b. Lembaga Non

formal

11

(36%)

13

(43%)

2

(6%)

5

(17

Sumber kredit dalam bentuk uang (responden)

a. KUD / BRI - - - -

b. Lembaga Non Formal

- - 1 -

Keragaan Pembiayaan Usahatani Bantuan

Pemerintah (PUAP)

Pendekatan pembinaan dengan pola

kelembagaan petani ternyata lebih efektif. Hal

ini terlihat dari tingkat pengembalian pinjaman,

dimana sekitar 98 % tingkat pengembalian

adalah lancar dengan posisi modal kelompok

tani yang diperoleh dari bunga pinjaman masih

memiliki deposit (kelebihan) untuk cadangan

modal kelompok atau dapat juga digunakan

untuk kegiatan produktif lainnya. Hal ini

menunjukkan sebenarnya dari segi

kemampuan, petani dapat melakukan

pembayaran pinjaman, hanya saja untuk

memperbaiki perilaku petani dalam hal

mengembalikan pinjaman , memang diperlukan

sanksi dan aturan-aturan yang jelas serta

pengawasan yang ketat dari institusi terkait.

Tabel 6. Keragaan Pembiayaan Usahatani

Bantuan Pemerintah (PUAP) di Kabupaten Kampar dan Kabupaten

Indragiri Hilir, 2013

Uraian Ind. Hilir

Kampar

Tempuling Enok Air Tiris

Kampar Kiri Hilir

Jenis Usaha yang didanai :

a. Usahatani V V V V b. Industri

Rumah Tangga V V - V

c. Usaha Dagang - V - - Jumlah Kelompok Tani yang terlibat (kelompok)

467

97

81

63

Rataan Jumlah modal per kelompok saat ini (Rp000)

1.185

1.100

1.000

500

Tingkat bunga per thn (%)

5 3 5 7

Kelancaran Pengembalian pinjaman ( %)

a. lancar 100 98 96 95 b. kurang lancar 0 2 4 5 c. macet 0 0 0 0 Pengawasan : a. intensif V - - - b. Kurang intensif - V V V c. Tidak intensif - - - - Perkembangan jumlah peserta

a. tetap - V - V b.makin banyak V - - - c. makin sedikit - - -

KESIMPULAN

1. Lembaga keuangan yang banyak diakses

oleh petani adalah lembaga keuangan non

formal, sedangkan lembaga keungan

formal hanya dimanfaatkan oleh sebagian

kecil petani.

2. Dari tingkat partisipasi petani dalam

pemanfaatan lembaga perkreditan terlihat

bahwa lebih dari 30 % petani dapat

mengakses melalui peminjaman kredit.

Sumber peminjaman kredit adalah lembaga

keuangan non formal. Kredit yang dipinjam

pada umumnya dalam bentuk sarana

Page 23: KATA PENGANTARriau.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/PDF/... · 2018. 9. 7. · Cara yang efektif dan efisien untuk ... menghitung pendapatan usahatani. Secara matematis

Buletin Inovasi Pertanian, Volume : 2 No. 2, Desember 2016 : 13-20

| 20

produksi yang dikembalikan setelah panen

dalam bentuk natura (hasil produksi).

3. Pendekatan pembinaan dengan pola

kelembagaan petani (PUAP) lebih efektif,

terbukti sekitar 98 % tingkat pengembalian

adalah lancar dengan posisi modal

kelompok tani yang diperoleh dari bunga

pinjaman masih memiliki deposit

(kelebihan) untuk cadangan modal

kelompok atau dapat juga digunakan untuk

kegiatan produktif lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Ashari, Potensi Lembaga Keuangan Mikro (LKM)

Dalam Pembangunan Ekonomi Pedesaan dan Kebijakan Pembangunan,2006,

Analisis Kebijakan Pertanian, volume 4 no

2, juni 2006, 146-164, Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian,

Bogor Badan Pengkajian dan Kebijakan Perdagangan,

2013, Analisis Peran Lembaga Pembiayaan dalam UMKM, Kementrian

Perdagangan, Jakarta.

Dahlan Tampubolon, Lembaga Keuangan Mikro Pedesaan di Kabupaten Bengkalis, Tesis

Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi, Universitas Riau, 2009

Direktorat Pembiayaan 2004, Kelembagaan dan

Pola Pelayanan Keuangan Mikro untuk Sektor Pertanian, Jakarta, Direktorat

Pembiayaan , Direktorat Jenderal Bina Sarana Pertanian, Departemen Pertanian.

I Gde Kanjeng Baskara, Lembaga Keuangan

Mikro di Indonesia , Jurnal Buletin Studi Ekonomi, vol 18 no 2, 2013

Ihwan Susila, Analisis Efisiensi Lembaga Keuangan Mikro, Jurnal Ekonomi

Pembangunan, Vio 8 no 2, hal 223 – 242, Fakultas Ekonomi Muhammadiyah

Surakarta, 2007

Khusnul Ashar, Analisis Terhadap Kesinambungan Lembaga Pembiayaan

Pedesaan Dalam Mendukung Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, Journal Of

Indonesian Apllied Economics, vol 5 no 1,

2011

Sumarno, 2009, Pengembangan Usahatani

berdasarkan sosial ekonomi dan agroklimat, Balai Penelitian Tanaman

Pangan,Maros Syukri Lukman, Niki Lukviarman, Harif Amali

Rivai, Tafdil Husni, Syafrizal, Maruf, 2008, Kajian Upaya Penguatan Peranam

Mikcobanking dan Pendekatan

Pembiayaan Kelompok dalam Rangka Pengembangan UMK di Sumatera Barat,

Center for bankning research 2008. Tripranaji, 2003, Penajaman Analisis

Kelembagaan Dalam Perspektif Penelitian

Sosiologi Pertanian Dan Pedesaan, Forum Penelitian Agro Ekonomi, Pusat penelitian

Dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian, 2003

Wiloeyo wirjo wijono, Pemberdayaan lembaga keuangan mikro sebagai salah satu pilar

system keuangan nasional : Upaya

konkrit memutus mata rantai kemiskinan, Jurnal kajian ekonomi dan keuangan,

Edisi khusus, Jakarta, 2005

Page 24: KATA PENGANTARriau.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/PDF/... · 2018. 9. 7. · Cara yang efektif dan efisien untuk ... menghitung pendapatan usahatani. Secara matematis

Buletin Inovasi Pertanian, Volume : 2 No. 2, Desember 2016 : 21-30

| 21

PENGARUH URIN SAPI DAN NPK ORGANIK TERHADAP PRODUKSI TANAMAN PARE

Ali Usmardianto 1) dan Marsid Jahari 2)

1) Peneliti Pada Fakultas Pertanian Universitas Islam Riau

2) Peneliti Pada Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Riau

ABSTRAK

Pengaruh Urin Sapi dan NPK Organik terhadap produksi tanaman pare. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pemberian urin sapi dan NPK Organik terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman pare. Penelitian dilaksanakan di Kelurahan Simpang Tiga Kotamadya Pekanbaru selama tiga bulan terhitung mulai bulan Desember 2012 sampai Februari 2013. Menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial yang terdiri dari 2 faktor, faktor pertama adalah pemberian urin sapi (U) yang terdiri dari 4 taraf yaitu U0 (kontrol), U1 (10 ml /100 ml air), U2 (15 ml /100 ml air), U3 (20 ml/100 ml air). Faktor kedua adalah pemberian pupuk NPK Organik (P) terdiri dari 4 taraf yaitu : P0 (kontrol), P1 (15 g/tan), P2 (30 g/tan.), P3 (45 g/tan). Parameter yang diamati adalah umur berbunga, umur panen pertama, jumlah buah yang dipanen, berat buah pertanaman sampel, jumlah buah sisa. Data pengamatan dianalisis secara statistik dan dilanjutkan dengan uji lanjut BNJ pada taraf 5%. Hasil penelitian menyatakan bahwa secara interaksi urin sapi dan NPK Organik tidak memberikan pengaruh nyata terhadap semua parameter yang diamati. Secara tunggal pemberian urin sapi memberikan pengaruh nyata terhadap umur panen, jumlah buah yang dipanen, berat buah pertanaman dan jumlah buah sisa. Perlakuan urin sapi terbaik terdapat pada perlakuan 20 ml/100 ml air. Secara tunggal pemberian NPK Organik memberikan pengaruh nyata terhadap semua parameter. Perlakuan terbaik NPK Organik terdapat pada pemberian 30 g/tanaman. Kata Kunci: Tanaman pare, urin sapi, NPK Organik

ABSTRACT

Effects of cow urine and organics NPK fertilizer on yield of bitter melon. The purpose of this study was to determine the effect of cow urine and Organic NPK on the growth and yield of bitter melon. The research conducted in Pekanbaru, during December - February 2013. The experimental design was Completely Randomized Design with two factors. The first factor was the provision of cow urine (U), which consists of four levels ; U0 (control), U1 (10 ml/100 ml water ), U2 (15 ml/100 ml water), U3 (20 ml/100 ml water). The second factor was the Organic NPK fertilizer (P) consists of four levels ; P0 (control), P1 (15 g / plant), P2 (30 g/plant ), P3 (45 g/plant). The parameters observed were the flowering date ( HST ), the age of first harvest ( HST), the amount of fruit harvested (g), the weight of the fruit crop samples (gram), the amount of residual fruit (fruit). Data were analyzed statistically and continued with further test of HSD at the level of 5%. The study states that in the interaction of cow urine and Organic NPK fertilizer no significant effect on all parameters observed. In single aplication of cow urine significant effect on the time of harvest, the amount of fruit, fruit weight and number of fruit leftovers. The best treatment is contained in the U3 (20 ml/100 ml of water). Organic NPK aplication give significant effect on all parameters. The best treatment is P2 (30 g/plant ) Keywords : bitter melon, cow urine, NPK Organic

Page 25: KATA PENGANTARriau.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/PDF/... · 2018. 9. 7. · Cara yang efektif dan efisien untuk ... menghitung pendapatan usahatani. Secara matematis

Buletin Inovasi Pertanian, Volume : 2 No. 2, Desember 2016 : 21-30

| 22

PENDAHULUAN

Tanaman Pare (Momordica charantia)

termasuk jenis sayuran dataran rendah,

rasanya pahit-pahit sedap, sehingga banyak

disukai masyarakat. Pare adalah salah satu

jenis sayuran yang berpotensi bila

dibudidayakan secara intensif. Selain itu pare

juga sebagai komoditas usaha tani yang

menguntungkan dan menjadi bahan dagangan

di pasar lokal hingga pasar swalayan, karena

mengandung gizi yang tinggi dan lengkap serta

berkhasiat sebagai obat penyembuh penyakit.

Rukmana (2003) mengemukakan

bahwa Kandungan gizi buah pare tiap 100 gram

buah mentah (segar) adalah air: 91,2 gram,

kalori: 29,0 gram, protein: 1,1 gram, lemak:

1,1 gram, karbohidrat: 0,5 gram, kalsium:

45,0 mg., zat besi: 1,4 mg., fosfor: 64,0

mg., vitamin A: 18,0 SI, vitamin B: 0,08 mg,

vitamin C: 52,0 mg. Manfaat buah pare antara

lain: merangsang nafsu makan, memperlancar

pencernaan dan sebagai obat malaria.

Prospek pengembangan tanaman pare

di pasar cukup cerah, namun budidaya

tanaman pare ditingkat petani masih bersifat

usaha sampingan. Pada umumnya budidaya

tanaman pare dilakukan usaha kecil-kecilan di

lahan pekarangan dan tegalan tanpa

pemeliharaan yang intensif (Hendro, 2003),

dengan demikian produksi dan

pertumbuhannya kurang maksimal

dibandingkan dengan tanaman pare yang

dibudidayakan secara intensif. Berkaitan

dengan hal tersebut, maka perlu dilakukan

penelitian yang berkaitan dengan budidaya

tanaman pare, terutama yang berhubungan

dengan pemupukan agar diperoleh

pertumbuhan dan produksi buah yang

optimal.

Kendala utama dalam

membudidayakan pare adalah belum

tercapainya produksi yang optimal. Untuk

meningkatkan produktivitas, diperlukan zat

pengatur tumbuh untuk merangsang

terbentuknya bunga betina yang lebih banyak.

Zat pengatur tumbuh pada tanaman

merupakan senyawa organik, dimana dalam

jumlah sedikit dapat mendukung proses

fisiologis tanaman. Zat pengatur tumbuh (ZPT)

alami yang dapat digunakan diantaranya

adalah urin sapi.

Zat pengatur tumbuh berfungsi untuk

memacu pertumbuhan, pembentukan bunga

dan pemasakan buah. Dahulu urin sapi belum

dikenal oleh masyarakat petani karena urin sapi

ini mempunyai bau yang tidak sedap, namun

dengan perkembangan teknologi, para peneliti

telah menemukan bahwa urin sapi mempunyai

banyak manfaat untuk tanaman. Urin sapi

dapat digunakan sebagai ZPT yang sifatnya

alami, mudah diperoleh petani, ramah

lingkungan, dapat dilakukan dengan mudah

dan memiliki harga yang murah sehingga

terjangkau oleh petani.

Urin sapi dapat berperan sebagai ZPT

dan juga sebagai PPC yang mengandung unsur

nitrogen dalam bentuk amoniak. Amoniak dapat

menyebabkan tingginya suhu urin sapi, kondisi

ini dapat diturunkan dengan dengan bantuan

bakteri pengurai melalui proses pemeraman.

Penggunaan zat pengatur tumbuh juga

mempunyai peran penting dalam pertumbuhan

dan perkembangan tanaman. Pemakaian zat

pengatur tumbuh dalam upaya mendapatkan

Page 26: KATA PENGANTARriau.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/PDF/... · 2018. 9. 7. · Cara yang efektif dan efisien untuk ... menghitung pendapatan usahatani. Secara matematis

Buletin Inovasi Pertanian, Volume : 2 No. 2, Desember 2016 : 21-30

| 23

hasil yang maksimal dan sesuai dengan

keinginan yang kita harapkan.

Pupuk NPK Organik Granul

mengandung unsur makro dan mikro yang

sangat dibutuhkan tanaman seperti Nitrogen

(N), Phospor (P), dan Kalium (K), Ca, Mg, S dan

senyawa organik lain yang bermanfaat bagi

tanaman, seperti asam humik dan asam

fulvat. Dengan sifat dan karakternya

tersebut pupuk NPK Organik granul

berkemampuan menjadi generator

mikrobialogi di dalam tanah, memberi

sumbangan nutrisi bagi tanaman, dengan

demikian akan mengurangi pemakaian dosis

pupuk kimia. Bagi tanaman semusim, sayuran,

padi dan palawija lainnya, aplikasi pupuk

organik dapat menggantikan 100 % semua

jenis pupuk kimia.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan

Simpang Tiga - Pekanbaru selama tiga bulan

terhitung mulai bulan Desember 2012

sampai dengan Februari 2013. Rancangan

yang digunakan adalah Rancangan Acak

Lengkap (RAL) faktorial yang terdiri dari dua

faktor, faktor pertama adalah pemberian urin

sapi (U) yang terdiri dari empat taraf, dan

faktor kedua adalah pupuk NPK Organik (P)

yang juga terdiri dari empat taraf. Sehingga

terdapat 16 kombinasi perlakuan dengan tiga

ulangan maka ada 48 unit percobaan. Masing

- masing unit percobaan terdiri dari empat

tanaman dan dua diantaranya dijadikan

sebagai tanaman sampel. Adapun perlakuan

yang digunakan lebih rinci sebagai berikut:

Faktor Pertama: Pemberian urin sapi (U)

U0 : Tanpa pemberian Urin sapi

U1 : 10 ml Urin Sapi / 100 ml air(10%

U2 : 15 ml Urin Sapi / 100 ml air (15 %)

U3 : 20 ml Urin Sapi / 100 ml air (20 %)

Faktor Kedua: Pemberian pupuk NPK Organik

Granul (P)

P0 : Tanpa pemberian pupuk NPK

P1: 15 g/ tanaman

P2 : 30 g/ tanaman

P3 : 45 g/ tanaman

Dengan demikian diperoleh 16

kombinasi perlakuan dan 3 ulangan, sehingga

jumlah plot yang digunakan dalam penelitian

sebanyak 48 plot. Pada masing-masing plot

terdiri dari empat tanaman dan dua diantaranya

dijadikan sebagai tanaman sampel, jumlah

tanaman seluruhnya sebanyak 192 tanaman.

Persiapan Tempat Penelitian

Pengolahan tanah dilakukan dua kali.

Pengolahan tanah pertama dilakukan dengan

cara mencangkul tanah berbentuk bongkahan-

bongkahan tanah besar, dan pengolahan tanah

kedua dilakukan penggemburan tanah dengan

tujuan agar drainase dan aerase tanah menjadi

lebih baik. setelah tanah menjadi gembur baru

dilakukan pembuatan plot atau bedengan,

dengan ukuran 120 cm x 120 cm, dengan jarak

antar plot 50 cm.

Perendaman Benih dan Penanaman

Benih direndam dalam air selama 1,5

jam, kemudian benih siap ditanam ke dalam

lobang yang telah disediakan dengan

memasukan satu benih/lobang dengan jarak

tanam 60 cm x 60 cm.

Page 27: KATA PENGANTARriau.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/PDF/... · 2018. 9. 7. · Cara yang efektif dan efisien untuk ... menghitung pendapatan usahatani. Secara matematis

Buletin Inovasi Pertanian, Volume : 2 No. 2, Desember 2016 : 21-30

| 24

Pemberian urin sapi

Urin sapi yang sudah disaring, dimasukkan

dalam wadah tertutup dan dibiarkan selama 24

jam agar kadar panas urin sapi tersebut

berkurang. Selanjutnya urin tersebut diberikan

sesuai dengan konsentrasi pada perlakuan. Urin

sapi diaplikasikan dengan menggunakan alat

semprot ketanaman dengan interval satu kali

satu minggu dimulai dari tanaman berumur

satu minggu sampai tanaman berbunga 50%.

Pemberian pupuk NPK Organik

Pemberian pupuk NPK Organik

diaplikasikan hanya sekali yaitu pada saat

tanam. pemberian pupuk NPK Organik

diberikan dengan cara membuat alur melingkar

batang dengan jarak sekitar 10 cm dari lobang

tanam pada kedalaman sekitar 5 cm.

Pemeliharaan dan Panen

Penyiangan dilakukan mulai tanaman

berumur dua minggu setelah tanam sampai

tanaman berbunga dengan interval satu

minggu sekali. Pemasangan turus dilakukan 5

hari setelah tanam, turus terbuat dari kayu

dan tali dengan ukuran panjang kayu 2 m

yang ditancapkan disisi pinggir tanaman.

Pembungkusan buah dilakukan pada saat

tanaman sudah mengeluarkan bakal buah

dengan menggunakan pembungkus 24riteri.

Pengendalian hama dan penyakit tanaman

dilakukan secara intensif sesuai dengan tingkat

serangan di lapangan. Untuk menghindari lalat

buah dilakukan pembungkusan buah. Panen

dilakukan bila buah pare sudah memenuhi

24riteria seperti ukuran buah, bintil-bintil

permukaan kulit tampak jelas dan keriputnya

masih agak rapat dan bila dipatahkan belum

memiliki serat kasar. Panen dapat dilakukan

sebanyak tiga kali dengan interval waktu 6

hari.

Data Pengamatan

Data yang akan dikumpulkan dalam

penelitian ini adalah: umur berbunga, umur

panen, jumlah buah yang dipanen, berat buah

pertanaman, dan jumlah buah sisa.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Umur Berbunga (hari)

Pemberian urin dan pupuk NPK Organik

secara interaksi dan urin sapi secara tunggal

tidak berpengaruh nyata, sedangkan pemberian

NPK Organik secara tunggal berpengaruh nyata

terhadap umur berbunga. Data pada Tabel 1

terlihat bahwa pemberian NPK Organik secara

tunggal berpengaruh nyata terhadap umur

berbunga pada tanaman Pare. Tanaman lebih

cepat berbunga pada perlakuan P2 dan P1

disebabkan karena dengan pemberian NPK

organik dengan dosis 15-30 g/tanaman dapat

membantu ketersediaan unsur hara nitrogen

dalam tanah.Pembungaan merupakan awal

yang menentukan terbentuknya organ hasil

suatu pertanaman, perubahan tunas apical atau

aksilar dari vegetatif menjadi tunas bunga

merupakan dari aktifitas hormon yang

berlangsung pada tanaman tersebut yang

umumnya dirangsang oleh kondisi lingkungan

tertentu misalnya suhu dan perubahan panjang

hari (lama penyinaran). Data umur berbunga

tanaman Pare disajikan pada Tabel 1.

Page 28: KATA PENGANTARriau.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/PDF/... · 2018. 9. 7. · Cara yang efektif dan efisien untuk ... menghitung pendapatan usahatani. Secara matematis

Buletin Inovasi Pertanian, Volume : 2 No. 2, Desember 2016 : 21-30

| 25

Tabel 1. Umur berbunga tanaman pare

dengan pemberian urin sapi dan pupuk NPK Organik (hari).

Konsentrasi urin sapi

%

Dosis NPK Organik (g/tanaman) Rerata

0 (P0) 15 (P1) 30 (P2) 45 (P3)

0 (U0) 25,67 24,67 24,67 24,67 24,92

10 (U1) 26,00 25,33 25,00 25,33 24,42

15 (U2) 27,00 23,33 24,00 26,00 25,08

20 (U3) 26,67 26,67 23,00 25,33 24,67

Rerata 26,34 c 24,25 a 24,17 a 25,33 b

KK = 5,94 % BNJ-P: 0,42

Angka-angka pada kolom yang diikuti huruf kecil yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji lanjut BNJ pada taraf 5%

Lingga (2003) mengatakan bahwa

faktor yang mempengaruhi pembungaan

diantaranya metabolisme karbohidrat dan N

ratio yang tinggi biasanya dapat merangsang

cepatnya terbentuk bunga, meskipun hara

mikro dibutuhkan tanaman dalam jumlah

sedikit namun perannya sangat dibutuhkan oleh

tanaman terutama pada masa pertumbuhan

awal. Adapun kandungan unsur hara Nitrogen

juga dapat mempengaruhi penyerapan unsur

hara makro lain. Molibdenum (Mo) berperan

dalam proses fiksasi N dan sebagai katalisator

dalam mereduksi N (Lakitan,1998).

Umur panen pertama (hari)

Hasil pengamatan terhadap umur

panen setelah dianalisis sidik ragam

menunjukkan bahwa secara interaksi

pemberian urin sapi dan pupuk NPK Organik

tidak memberikan pengaruh yang nyata

terhadap umur panen, sedangkan secara

tunggal perlakuan urin sapi dan NPK Organik

berpengaruh nyata terhadap pengamatan umur

panen. Data umur panen disajikan pada Tabel

2.

Tabel 2. Umur panen tanaman pare dengan

perlakuan urin sapi dan NPK Organik.

Konsentrasi

urin sapi %

Dosis NPK Organik (g/tanaman) Rerata

0 (P0) 15 (P1) 30 (P2) 45 (P3)

0 (U0) 42,33 41,67 40,00 42,00 41,50 d

10 (U1) 41,33 41,00 39,67 39,67 40,42 c

15 (U2) 41,00 40,33 38,67 40,00 40,00 b

20 (U3) 40,33 39,33 38,00 38,67 39,08 a

Rerata 41,25 d 40,58 c 39,08 a 40,09 b

KK = 1,68 % BNJ U/P = 0,19

Angka-angka pada kolom dan baris yang diikuti huruf kecil yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji lanjut BNJ pada taraf 5%

Data pada Tabel 2 menunjukkan bahwa

perlakuan urin sapi secara tunggal berpengaruh

nyata terhadap umur panen tanaman pare.

Perlakuan U3 (20 ml urin sapi) yaitu 39,08 hari

berbeda nyata dengan perlakuan U2 (15 ml urin

sapi) yaitu 40,00 hari, perlakuan U1 (10 ml urin

sapi) yaitu 40,42 hari dan U0 (tanpa perlakuan

urin sapi) yaitu 40,50. Sedangkan secara

tunggal perlakuan NPK Organik memberikan

pengaruh yang nyata terhadap umur panen,

dimana perlakuan P2 (30 g/tan.) yaitu 39,08

hari yang berbeda dengan perlakuan P3(45 g/

tan) yaitu 40,09 hari, perlakuan P1 (15 g /tan)

yaitu 40,58 hari dan P0 yaitu 41,25 hari.

Pemberian urin sapi secara tunggal

memberikan pengaruh yang nyata terhadap

umur panen tanaman pare, dimana perlakuan

terbaik terdapat pada perlakuan pemberian urin

sapi U3 (20 ml urin sapi/100 ml air) yaitu 39,08

hari. Cepatnya umur panen pada perlakuan U3

(20 ml urin sapi) ini di sebabkan zat pengatur

tumbuh IAA yang terdapat pada urin sapi dapat

diserap dengan baik karena konsentrasi yang

tepat, sehingga proses fisiologi tanaman

berjalan dengan baik dan dapat mempercepat

umur panen. Sedangkan pemberian NPK

Organik secara tunggal menghasilkan umur

panen tercepat terdapat pada perlakan P2 (30

Page 29: KATA PENGANTARriau.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/PDF/... · 2018. 9. 7. · Cara yang efektif dan efisien untuk ... menghitung pendapatan usahatani. Secara matematis

Buletin Inovasi Pertanian, Volume : 2 No. 2, Desember 2016 : 21-30

| 26

g/tan.) yaitu 39,08 hari dimana pemberian NPK

Organik dengan dosis 30 g/ tan.) merupakan

dosis yang tepat dalam mempengaruhi umur

panen pare.

Hadi dkk. (2004) mengemukakan

bahwa urin sapi mengandung zat pengatur

tumbuh IAA ini dikarenakan sapi merupakan

hewan yang memakan jaringan tumbuh-

tumbuhan yang terdapat di dalamnya auksin

dan IAA, auksin ini tidak dapat dicerna dalam

tubuh sapi. Dengan demikian secara tidak

langsung urin sapi dapat menggantikan fungsi

hormon tumbuh sintetis yang berasal dari IBA

dan IAA. Selanjutnya Anty (1987) menyatakan

bahwa urin sapi mengandung zat perangsang

tumbuh yang dapat digunakan sebagai

pengatur tumbuh diantaranya adalah IAA yang

mempercepat proses pertumbuhan tanaman.

Selain mengandung zat pengatur tumbuh IAA,

urin sapi juga mengandung unsur hara yang

dapat menambah unsur hara yang dibutuhkan

tanaman, maka dari itu pemberian urin sapi

pada konsentrasi yang tepat dapat

mempercepat umur panen tanaman pare.

Penggunaan zat pengatur tumbuh harus

disesuaikan dengan kebutuhan tanaman, zat

pengatur tumbuh tanaman adalah senyawa

organik yang bukan hara yang dalam jumlah

tepat dapat mendukung proses fisiologi

tanaman.

Perlakuan NPK organik secara tunggal

berpengaruh nyata terhadap umur panen pada

tanaman pare. Cepatnya umur panen pada

perlakuan P2(30 g /tan) disebabkan karena

faktor umur muncul bunga tanaman, dimana

pada perlakuan P2 (30 g / tan) bunga lebih

dahulu muncul dibandingkan dengan perlakuan

lain. Cepatnya umur berbunga dapat

mempengaruhi umur panen pada tanaman

pare, dimana semakin cepat muncul bunga

maka mempengaruhi umur panen pada

tanaman tersebut. Hal ini disebabkan jumlah

bahan organik yang berasal dari NPK organik

sangat mempengaruhi pertumbuhan populasi

mikroorganisme tanah. Mikroorganisme dalam

tanah berperan dalam merombak bahan-bahan

organik menjadi materi-materi yang lebih halus

dan membentuk struktur tanah yang kaya akan

bahan organik, sehingga kebutuhan nutrisi

tanaman terpenuhi. Dengan meningkatnya

keragaman mikroorganisme tanah akan

memperbaiki kesehatan dan kualitas tanah

yang pada akhirnya juga memperbaiki

pertumbuhan tanah (Marsono, dkk., 2002).

Jumlah buah pertanaman (buah)

Hasil pengamatan terhadap jumlah

buah yang dipanen dari hasil sidik ragam

menunjukkan bahwa secara interaksi

pemberian urin sapi dan NPK Organik tidak

memperlihatkan pengaruh yang nyata terhadap

pengamatan jumlah buah yang dipanen, akan

tetapi perlakuan urin sapi dan NPK Organik

secara tungggal memberikan pengaruh yang

nyata terhadap umur panen. Data hasil

pengamatan jumlah buah yang dipanen

disajikan pada Tabel 3.

Page 30: KATA PENGANTARriau.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/PDF/... · 2018. 9. 7. · Cara yang efektif dan efisien untuk ... menghitung pendapatan usahatani. Secara matematis

Buletin Inovasi Pertanian, Volume : 2 No. 2, Desember 2016 : 21-30

| 27

Tabel 3. Jumlah buah yang dipanen dengan

pemberian urin sapi dan NPK Organik

Konsentrasi

urin sapi %

Dosis NPK Organik (g/tanaman) Rerata

0 (P0) 15 (P1) 30 (P2) 45 (P3)

0 (U0) 8,67 9,67 11,00 10,00 9,83 d

10 (U1) 11,67 13,00 12,67 11,00 12,08 b

15 (U2) 10,33 10,00 13,67 11,33 11,33 c

20 (U3) 12,33 11,33 13,33 11,08 13,25 a

Rerata 10,75 c 11,33 b 13,33 a 11,08 b

KK = 2,09 % BNJ U/P = 0,32

Angka-angka pada kolom dan baris yang diikuti huruf kecil yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji lanjut BNJ pada taraf 5%.

Tabel 3 menunjukkan bahwa secara

tunggal pemberian urin sapi menunjukkan

pengaruh yang nyata terhadap pengamatan

jumlah buah yang dipanen dimana perlakuan

U3 (20 ml/100 ml air) yaitu 13,25 buah berbeda

nyata dengan perlakuan U1(10 ml urin sapi/100

ml air) yaitu 12,08 buah, perlakuan U2 (10 ml

urin sapi/100 ml air) yaitu 11,33 buah dan U0

(tanpa pemberian urin sapi) yaitu 9,83 buah.

Secara tunggal perlakuan NPK Organik

memberikan pengaruh yang nyata terhadap

pengamatan jumlah buah yang dipanen,

dimana perlakuan P2 (30 g/ tan ) yaitu 13,33

buah berbeda nyata dengan perlakuan P1

(15/tan) yaitu 11,33 buah, perlakuan P3 (45

g/tan.) yaitu 11,08 buah dan P0 (tanpa

perlakuan ) yaitu 10,75 buah, namun

perlakuan P1 (15 g/tan.) yaitu 11,33 buah tidak

berbeda nyata dengan perlakuan P3 ( 45 g/tan)

yaitu 11,08 buah.

Pemberian urin sapi secara tunggal

menghasilkan jumlah buah pare terbanyak

terdapat pada U3 (20 ml/100 ml air) yaitu 13,25

buah, dimana urin sapi pada konsentrasi U3 (20

ml/100 ml air) sudah dalam kondisi yang tepat

sehingga zat pengatur tumbuh IAA yang

terdapat dalam urin sapi dapat dimanfaatkan

dengan baik oleh tanaman tersebut. sedangkan

pemberian NPK Organik secara tunggal

menghasilkan jumlah buah pare terbanyak

pada dosis P2(30 g/ tanaman) yaitu 13,33

buah. Urin sapi mengandung ZPT IAA, IBA

yang dalam konsentrasi tepat dapat membantu

dalam proses pertumbuhan tanaman,

sedangkan pada konsentrasi rendah ZPT

tersebut tidak berpengaruh dan apabila terlalu

banyakpun akan menghambat pertumbuhan

tanaman pare. Urin sapi dengan konsentrasi

U3(20%) merupakan jumlah yang tepat dalam

proses pertumbuhan dan perkembangan

tanaman. Selain mengandung ZPT IAA, urin

sapi juga mengandung unsur hara bagi

tanaman. Menurut Haseh (2003)

mengemukakan bahwa jenis dan kandungan

urin sapi adalah Nitrogen 1,00%, Phosfor 0,50

%, Kalium 1,50 % dan air sekitar 92,0%.

Berat buah pertanaman (g)

Hasil pengamatan terhadap berat buah

pare berdasarkan sidik ragam menunjukkan

bahwa secara interaksi perlakuan dengan urin

sapi dan NPK Organik tidak memberikan

pengaruh yang nyata terhadap pengamatan

berat buah pertanaman, akan tetapi perlakuan

urin sapi dan NPK Organik secara tunggal

memberikan pengaruh yang nyata terhadap

pengamatan berat buah pertanaman. Data

pengamatan hasil berat buah pertanaman

disajikan pada Tabel 4.

Page 31: KATA PENGANTARriau.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/PDF/... · 2018. 9. 7. · Cara yang efektif dan efisien untuk ... menghitung pendapatan usahatani. Secara matematis

Buletin Inovasi Pertanian, Volume : 2 No. 2, Desember 2016 : 21-30

| 28

Tabel 4. Berat buah pertanaman dengan

perlakuan urin sapi dan NPK Organik

Perlakua

n Urin sapi

Perlakuan NPK Organik (gram/tanaman) Rerata

0 (P0) 15 (P1) 30 (P2) 45 (P3)

0 (U0) 1156,06 1885,95 2251,96 1948,40 1885,59 c

10 (U1) 1749,04 2421,12 2868,50 2409,00 2361,91 b

15 (U2) 1422,96 1574,94 2451,75 1796,05 1811,43 c

20 (U3) 2189,37 2959,56 3221,67 2365,32 2683,98 a

Rerata 1704,36c 2210,39b 2269,46a 2129,29b

KK = 1,87 % BNJ U/D = 118,80

Angka-angka pada kolom dan baris yang diikuti huruf kecil yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji lanjut BNJ pada taraf 5%.

Pada Tabel 4 memperlihatkan bahwa

secara tunggal perlakuan urin sapi

menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap

pengamatan berat buah pertanaman, dimana

perlakuan U3 (20 ml Urin sapi/100 ml) yaitu

2683,98 gram berbeda nyata dengan

perlakuan U1(10 ml urin sapi /100 ml air) yaitu

2361,91gram, perlakuan U2 (15 ml urin

sapi/100 ml air) yaitu 1811,43 gram dan U0

(tanpa perlakuan).

Hal ini dikarenakan urin sapi yang

digunakan memberikan pengaruh pada jumlah

berat buah pertanaman, pemberian urin sapi

secara tunggal menghasilkan berat buah per

plot terdapat pada perlakuan urin sapi U3 (20 ml

urin sapi /100 ml air) yaitu 3091,48 gram,

dimana dengan perlakuan urin sapi 20 ml urin

sapi/100 ml air sudah dalam kondisi yang tepat

sehingga zat pengatur tumbuh IAA yang

terdapat dalam urin sapi dapat dimanfaatkan

dengan baik oleh tanaman pare. Menurut

Lingga (1991) bahwa urin sapi mengandung

Nitrogen 1 %, Fospor 0,50 %, Kalium 1,50 %

dan air 92 % jadi selain mengandung zat

pengatur tumbuh (ZPT) urin sapi juga

mengandung unsur hara yang dibutuhkan

tanaman, walaupun persentase kecil namun

dapat membantu kebutuhan unsur hara pada

tanaman.

Pupuk NPK organik yang digunakan

mempunyai pengaruh terhadap sifat fisik tanah

dan mendorong kehidupan jasad renik.

Kemantapan agregat tanah yang dikandungnya

akan membuat tanah menjadi gambur, subur

dan kaya humus. Dengan demikian banyaknya

kandungan humus tanah juga akan

meningkatkan kapasitas tukar kation tanah,

yang akan menciptakan lingkungan seperti

peredaran udara dan air yang baik bagi

tanaman. Menurut Witriyono (1993) respons

tanaman pare terhadap zat pengatur tumbuh

sangat bervariasi sesuai dengan musim, tempat

penanaman, konsenstrasi dan varietas yang

digunakan.

Rismunandar (1990) menyatakan

bahwa berat buah merupakan hasil aktivitas

berupa karbohidrat dan protein yang terdapat

dalam jaringan tanaman. Menurut Syarif (1986)

bahwa untuk pembentukan jaringan tanaman

dibutuhkan beberapa unsur hara diantaranya

unsur hara N dengan pemberian unsur hara

yang seimbang maka pertumbuhan tanaman

akan berlangsung secara optimal sehingga

berat buah juga optimal. Secara tunggal

perlakuan NPK Organik memberikan pengaruh

yang nyata terhadap pengamatan berat buah

pertanaman. Dimana perlakuan P2 (30

gram/tan) yaitu 2698,46 gram berbeda nyata

dengan perlakuan P1 (15 gram/tan.) yaitu

2210,39 gram, perlakuan D3 (45 gram/tan.)

yaitu 2129,69 gram dan P0 (tanpa perlakuan)

yaitu 1704,36 g namun perlakuan P1 (15

gram/tan) yaitu 2210,39 gram tidak berbeda

Page 32: KATA PENGANTARriau.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/PDF/... · 2018. 9. 7. · Cara yang efektif dan efisien untuk ... menghitung pendapatan usahatani. Secara matematis

Buletin Inovasi Pertanian, Volume : 2 No. 2, Desember 2016 : 21-30

| 29

nyata dengan perlakuan P3 (45 gram/tan.

yaitu 2129,69 gram.

Lingga (2003) mengatakan bahwa

pupuk NPK organik disamping berfungsi

menambah unsur hara juga memperbaiki sifat

fisik tanah. Hara yang dikandungnya dapat

dimanfaatkan tanaman untuk pertumbuhan

vegetatif maupun generatif tanaman. Untuk

mendapatkan hasil yang optimal, pupuk harus

diberikan dalam jumlah yang cukup sesuai

dengan kebutuhan tanaman, tidak berlebihan

dan tidak kekurangan. Rendahnya buah yang

dihasilkan pada perlakuan P0 (tanpa perlakuan

NPK organik) disebabkan karena tanaman

kurang mendapatkan unsur hara sehingga

berakibat kurang baik bagi pertumbuhan dan

produksi yang dihasilkan. Apabila suatu

tanaman kekurangan unsur hara maka akan

terlihat gejala pertumbuhan menjadi tidak

normal, tanaman menjadi kerdil dan

pertumbuhan tanaman menjadi terhambat,

sehingga akan mempengaruhi produksi.

Jumlah buah sisa (buah)

Hasil pengamatan terhadap jumlah

buah sisa berdasarkan sidik ragam

menunjukkan bahwa secara interaksi perlakuan

urin sapi dan NPK Organik tidak memberikan

pengaruh nyata terhadap jumlah buah sisa

akan tetapi perlakuan urin sapi dan NPK

Organik secara tunggal memberikan pengaruh

nyata terhadap pengamatan jumlah buah sisa.

Data pengamatan jumlah buah sisa disajikan

pada Tabel 5.

Tabel 5. Rerata jumlah buah sisa dengan

perlakuan urin sapi dan NPK Organik

Konsentrasi

urin sapi

Perlakuan NPK Organik (gram/tanaman) Rerata

0 (P0) 15 (P1) 30 (P2) 45 (P3)

0 (U0) 1,17 1,33 1,67 2,00 1,54 d

10 (U1) 2,17 2,33 2,50 3,00 2,50 c

15 (U2) 3,17 3,33 3,33 3,50 3,33 b

20 (U3) 4,33 4,67 5,33 6,17 5,13 a

Rerata 2,71 b 2,92 b 3,21 a 3,67 a

KK = 2,52 % BNJ U/P =0,5

Angka-angka pada kolom dan baris yang diikuti huruf kecil yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji lanjut BNJ pada taraf 5%.

Pada Tabel 5 terlihat bahwa secara

tunggal pemberian urin sapi menunjukkan

pengaruh yang nyata terhadap pengamatan

jumlah buah sisa dimana perlakuan U3 (20

ml/100 ml air) yaitu 5,13 buah yang berbeda

nyata dengan perlakuan U2 yaitu 3,33 buah,

dan berbeda nyata dengan U1 yaitu 2,5 buah

dan sangat berbeda nyata dengan U0 (tanpa

pemberian urin sapi) yaitu1,5 buah. Sedangkan

secara tunggal perlakuan NPK Organik

memberikan pengaruh yang nyata terhadap

pengamatan jumlah buah yang dipanen,

dimana perlakuan P3 (45 g/ tan) yaitu 3,67

buah dan tidak berbeda nyata dengan

perlakuan P2 (30/tan.) yaitu 3,21 dan berbeda

nyata dengan perlakuan P1 (15 gram/tan) yaitu

2,92 buah dan P0 (tanpa perlakuan) yaitu 2,71

buah, hal ini disebabkan urin sapi dan NPK

Organik yang digunakan memberikan pengaruh

pada berat buah sisa. Pemberian urin sapi dan

NPK Organik secara tunggal menghasilkan

jumlah buah sisa terberat terdapat pada

perlakuan U3 (20 ml urin sapi/100 ml air) dan

NPK Organik pada P3 (45 gram/plot). Jumlah

buah sisa yang terbanyak terdapat pada

perlakuan U3 (urin sapi 20 ml/100 ml air)

Page 33: KATA PENGANTARriau.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/PDF/... · 2018. 9. 7. · Cara yang efektif dan efisien untuk ... menghitung pendapatan usahatani. Secara matematis

Buletin Inovasi Pertanian, Volume : 2 No. 2, Desember 2016 : 21-30

| 30

dikarenakan jumlah konsentrasi yang diberikan

sudah tepat, sehingga zat pengatur tumbuh

IAA yang terkandung dalam urin sapi dapat

dimanfaatkan tanaman dalam proses

fisiologisnya. sedangkan pada perlakuan U0, U1

dan U2 konsentrasi yang diberikan kurang

tepat, sehingga produksi pada jumlah buah

kurang maksimal. Menurut Suriatna (1987)

bahwa respon tanaman terhadap pemberian

pupuk akan lebih meningkat bila menggunakan

jenis pupuk, dosis, waktu dan cara pemberian

yang tepat. Selanjutnya didukung oleh

Prihmantoro (1995) yang mengemukakan

kekurangan atau kelebihan unsur hara tidak

baik untuk pertumbuhan pare.

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Interaksi antara urin sapi dan pupuk NPK

Organik untuk semua perlakuan tidak

memberikan pengaruh yang nyata terhadap

semua parameter yang diamati.

2. Pemberian urin sapi secara tunggal

berpengaruh nyata terhadap parameter:

umur panen, jumlah buah, berat buah,

jumlah buah sisa. Perlakuan terbaik

terdapat pada pemberian urin sapi 20

ml/100 ml air.

3. Pemberian NPK Organik secara tunggal

berpengaruh nyata terhadap semua

parameter yaitu umur berbunga, umur

panen, jumlah buah, jumlah buah sisa.

Perlakuan yang terbaik terdapat pada

perlakuan pemberian 30 g/tanaman.

DAFTAR PUSTAKA

Anty. 1987 Pemanfaatan urin sapi sebagai zat perangsang tumbuh IAA terhadap

pertumbuhan vegetatif tanaman jagung.

Buletin INSTIPER, 13 (1): 23-27 Bogor. Hadi, Setiono. 2004. Urin Sapi Bangkitkan

Harapan Petani. Bogor :IPB Press. Hasieh. 2003. Pemanfaatan Urin Sapi Untuk

Meningkatkan Produksi Tanaman

Jagung. Menara Pertanian. Bogor. Hendro. 2003. Bercocok tanam pare. Penebar

Swadaya. Jakarta Lakitan, B. 1998. Pengantar Fisiologis

Tumbuhan. Raja Grapindo. Jakarta.

Lingga, P. 2003. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta.

Marsono dan Sigit, P. 2002.Pupuk Akar Jenis dan Aplikasinya. Penebar Swadaya.

Jakarta. Prihmantoro, H. 1995. Memupuk Tanaman

Sayur. Penebar Swadaya. Jakarta.

Rismunandar. 1990. Membudidayakan Tanaman Buah-Buahan. Sinar Baru.

Bandung. Rukmana, 2003. Budidaya Pare. Kanisius,

Yokyakarta

Suriatna, S. 1987. Pupuk dan Pemupukan Mediatama. Sarana Perkasa, Tengerang

Syarif, E.S. 1986. Kesuburan dan Pemupukan Tanah Pertanian. Pustaka Buana.

Bandung. Witriyono H, 1993. Peningkatan Produksi

Pare. Yogyakarta: UGM Press.

Page 34: KATA PENGANTARriau.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/PDF/... · 2018. 9. 7. · Cara yang efektif dan efisien untuk ... menghitung pendapatan usahatani. Secara matematis

Buletin Inovasi Pertanian, Volume : 2 No. 2, Desember 2016 : 31-42

| 31

UJI ADAPTASI GALUR – GALUR PADI LAHAN PASANG SURUT KABUPATEN SIAK PROVINSI RIAU

Emisari Ritonga 1)

1) Peneliti Pada Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Riau

ABSTRAK

Kegiatan penelitian Dilaksanakan pada lahan pasang surut yaitu Desa Tua Indrapura Kecamatan Bunga Raya Kabupaten Siak. Penelitian dilaksanakan dari bulan Februari 2014 sampai Juni 2014.

Ada 11 galur yang di uji yaitu G1, G3, G4, G6, G7, G8, G17, G20, G23, G45, G53.Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) 11 perlakuan dan 3 ulangan. Hasil penelitian

menunjukkan Bahwa adaptasi galur berpengaruh sangat Nyata terhadap pertumbuhan tanaman

yaitu pada tinggi tanaman G7 (119,12 cm), jumlah anakan G53 (16,67 batang), anakan produktif G53 (15,00 batang ), panjang malai G7 (34,67 cm), gabah bernas G1 (209,00 butir),produksi G4

(6,27 ton/ha) dan berat 1000 butir G23 (28,03 g). Berdasarkan hasil diatas dapat disimpulkan bahwa galur yang dapat beradaptasi dan dapat dikembangkan diKabupaten Siak adalah G4 (6.27

t/ha), namun demikian tingkat produktivitas padi galur tersebut masih di bawah potensi genetiknya.

Kata Kunci: Keragaan, varietas, padi

ABSTRACT

This research conducted on tidal land in Tua Indrapura Village of Bunga Raya District, Siak Regency. It was conducted during February - June 2014. There were 11 rice elite lines tested,

namely G1, G3, G4, G6, G7, G8, G17, G20, G23, G45, G53. The experimental design used was

randomized block design (RBD) 11 treatments and three replications. The results indicates that the adaptation of rice elite lines had a significant effect on plant growth, namely the G7 plant height

(119.12 cm), the number of seedlings G53 (16.67 rod), productive tiller G53 (15.00 rod), panicle length G7 (34, 67 cm), grain pithy G1 (209.00 grains), G4 production (6.27 tonnes/ha) and 1000

grain weight G23 (28.03 g). Based on the results above, it concluded that the rice elite lines able

to adapt and develop in Siak Regency is G4 (6.27 t / ha). However, the rice elite lines’ productivity levels are still below their genetic potential.

Keywords : performance, variety, paddy

Page 35: KATA PENGANTARriau.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/PDF/... · 2018. 9. 7. · Cara yang efektif dan efisien untuk ... menghitung pendapatan usahatani. Secara matematis

Buletin Inovasi Pertanian, Volume : 2 No. 2, Desember 2016 : 31-42

| 32

PENDAHULUAN

Indonesia mempunyai lahan pasang

surut diperkirakan seseluas 24.7 juta hektar

terdapat di daerah Sumatera, Kalimantan, dan

Irian Jaya, sedangkan 9,53 juta ha diantaranya

berpotensi di kembangkan untuk pertanian.

Namum demikian, rata-rata hasil panen dari

lahan pasang surut 3-4 t/ha GKP pemanfaatan

belum optimal. Di Provinsi Riau setidaknya

terdapat 24.982.03 ha lahan pasang surut

yang tersebar di Kabupaten Indaragiri Hilir,

Siak, Pelalawan dan Rokan Hilir (BPS, 2011).

Untuk mendukung ketahanan pangan

pemerintah telah menetapkan target produksi

beras nasional sebesar 10 juta ton pada tahun

2014. Hal ini menjadi pemicu dalam inovasi

pertanian, sekaligus sebagai langkah nyata

dalam upaya pencapaian swasembada dan

swasembada berkelanjutan. Pemanfaatan

lahan-lahan sub optimal seperti lahan rawa

pasang surut untuk tujuan meningkatkan

produksi dan swasembada pangan serta

menjadikan lahan rawa sebagai lumbung

pangan nasional, terus diupayakan dengan

berbagai cara, baik melalui inovasi maupun

penggalian dan pengembangan kearifan lokal

Pengembangan varietas unggul

tanaman ditentukan oleh banyak factor dan

tujuan yang ingin dicapai dalam suatu produksi

pertanian diantaranya adalah factor lingkungan

makro tempat tumbuh varietas yang

bersangkutan dan varietas unggul tanaman

yang akan dikembangkan. Provinsi Riau

merupakan salah satu provinsi yang potensial

untuk pengembangan padi sawah karena

terdapat lahan yang cukup luas, baik lahan

sawah berpengairan maupun lahan sawah

pasang surut. Menurut Dinas Tanaman Pangan

Provinsi Riau (2011), terdapat evaluasi

program operasi pangan Riau 96.000 ha sawah

berpengairan tetapi yang telah dimanfaatkan

untuk usaha budidaya padi hanya seluas

43.000 ha sementara lahan pasang surut yang

potensial dijadikan sawah seluas 240.000 ha.

Provinsi Riau mempunyai lahan sawah potensial

cukup luas tetapi masih kekurangan beras

300.000 ton per tahun karena produksi padi

baru mencapai 350.000 ton per tahun,

sedangkan konsumsi mencapai 650.000 ton per

tahun.

Lahan pasang surut memiliki sifat yang

spesifik yaitu dipengaruhi air pasang baik

secara langsung maupun tidak langsung.jadi,

pertanian lahan pasang surut adalah sistem

pertanian yang sistem pengairannya

memanfaatkan luapan air sungai akibat pasang

surutnya air laut oleh daya tarik bulan secara

diurnal (Buurman dan Balsem, 1990). Tipologi

lahan pasang surut dikelompokkan ke dalam

empat kelompok (Widjaja, 1986 dan Manwan,

dkk, 1992), yaitu : 1. Lahan potensial, yaitu

wilayah lahan pasang surut yang tanahnya

mempunyai lapisan sulfidik, berkadar pirit

sekitar 2%, dan lapisan tersebut berada pada

kedalaman lebih dari 50 cm dari permukaan

tanah, tekstur tanahnya liat, kandungan N dan

P tersedia rendah, kandungan pasir kurang

dari 5 persen, kandungan debu 20 % dan

derajat kemasaman 3,5 hingga 5,5. Secara

umum lahan ini lebih potensial untuk budidaya

padi, karena mempunyai tingkat kendala lahan

yang lebih kecil, dan daya dukung

agronomisnya juga lebih baik. Lahan ini secara

Page 36: KATA PENGANTARriau.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/PDF/... · 2018. 9. 7. · Cara yang efektif dan efisien untuk ... menghitung pendapatan usahatani. Secara matematis

Buletin Inovasi Pertanian, Volume : 2 No. 2, Desember 2016 : 31-42

| 33

agronomis sangat potensial dan baik untuk

menerapkan pola tanam dua kali setahun, padi-

padi, namun kenyataan yang ada pola tanam

padi sekali setahun masih merupakan pola

tanam yang dominan. 2. Lahan salin, yaitu

wilayah yang terkena intrusi air asin. Wilayah

inii umumnya berada lebih dekat ke laut, dan

termasuk tipe luapan A atau peralihan A ke B,

pada musim kemarau masih dapat terluapi air

pasang. Akibatnya, pada musim kemarau, air

asin dapat masuk pada wilayah ini. Kandungan

natrium (Na) dalam larutan tanah 8% sampai

dengan 15% selama lebih dari 3 bulan dalam

setahun. Ciri-ciri lahan salin adalah pH < 8.5,

dan didominasi oleh garam-garam Na,Ca, dan

Mg dalam bentuk klorida maupun sulfat yang

menyebabkan rendahnya ketersediaan N, P,

Mn, Cu, Zn, dan Fe dalam tanah, tekanan

osmotik tinggi, lemahnya pergerakan air dan

udara, serta rendahnya aktivitas mikroba tanah.

Salinitas menyebabkan perubahan morfologi,

fisiologi, biokomia dan anatomi pada tanaman

(Tester dan Davenport, 2003; Flowers, 2004).

Pada umumnya lahan ini diusahakan padi sekali

setahun dan jika terlambat tanam dapat

beresiko terhadap air asin, sedangkan

pertanaman musim hujan masih sangat sedikit

dan sering beresiko terhadap serangan air

berlumpur yang dapat menempel pada daun

dan berpotensi mengganggu produksi padi. 3.

Lahan sulfat asam, yaitu wilayah lahan pasang

surut yang tanahnya mempunyai lapisan

sulfidik yang berkadar lebih dari 2%, lapisan

tersebut berada pada kedalaman kurang dari

50 cm dari permukaan tanah dan berdasarkan

tingkat oksidasinya lahan sulfat masam ini

dibagi lagi lahan sulfat masam potensial yaitu

lahan sulfat masam yang belum mengalami

oksidasi dan lahan sulfat masam aktual yaitu

lahan sulfat masam yang telah mengalami

oksidasi. Untuk budidaya padi, tipologi lahan

sulfat masam mempunyai kendala yang lebih

besar terutama kemasaman tanah yang tinggi,

kadar pirit yang tinggi lebih dari 2% dapat

menimbulkan keracunan bagi tanaman,

disamping tingkat kesuburannya rendah. Padi

umumnya ditanam sekali setahun di musim

kemarau (MK). 4. Lahan gambut, yaitu lahan

yang terbentuk dari bahan organik yang dapat

berupa bahan jenuh air dengan kandungan

karbon organik sebanyak 12% sampai dengan

18% atau bahan tidak pernah jenuh air dengan

kandungan karbon organik sebanyak 20%.

Permasalahan usahatani di lahan

pasang surut masih cukup kompleks. Selain

kondisi lahan yang sub-optimal, sarana dan

prasarana yang masih terbatas, aspek sosial

kultural petani juga sering menjadi penghambat

bagi inovasi. Sebelum suatu penemuan varietas

unggul baru dilepaskan ke petani perlu adanya

suatu pengujian galur harapan tersebut yang

dapat dilakukan baik melalui uji daya hasil,

maupun uji multilokasi. Pada uji daya hasil,

varietas unggul hasil pemuliaan diuji dengan

beberapa varietas pembanding. Hondrade dan

Hondrade (2002) menyatakan bahwa beberapa

kriteria dalam pengujian galur harapan hasil

pemuliaan, terutama padi yang diidentifikasi

diantaranya adaptasi untuk kondisi lokal (uji

multilokasi), produktifitas (uji daya hasil), dan

uji resistensi. Cara yang umum dilakukan untuk

mengenali galur ideal adalah dengan menguji

seperangkat galur harapan pada beberapa

lingkungan Fagi et al. (2001) .

Salah satu hasil pemuliaan yang dicirikan

dengan malai yang lebat dan panjang, produksii

Page 37: KATA PENGANTARriau.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/PDF/... · 2018. 9. 7. · Cara yang efektif dan efisien untuk ... menghitung pendapatan usahatani. Secara matematis

Buletin Inovasi Pertanian, Volume : 2 No. 2, Desember 2016 : 31-42

| 34

mencapai 10-30% lebih tinggi dari varietas

unggul (IR 64, Way Apu Buru, Ciherang, dan

Memberamo), jumlah anakan 8-10, perakaran

dalam, batang kuat, daun tegak, tebal dan

berwarna hijau, serta berumur 100-120 hari,

(Aswidinoor, et al, 2008).

Pertumbuhan dan hasil tanaman di

pengaruhi oleh genetik dan lingkungan. Salah

satu faktor lingkungan yang berperan terhadap

pertumbuhan dan hasil tersebut adalah iklim,

salah satu faktor iklim yang berpengaruh

terhadap tanaman adalah ketinggian tempat

dari permukaan laut. Menurut Chanber, (1976),

ketinggian tempat mengakibatkan perbedaan

temperatur,radiasi matahari,angin dan kabut.

Suatu kultivar yang akan dilepaskan

selalu memiliki daya hasil tinggi, diharapkan

juga memiliki stabilitas tinggi terhadap rentang

lingkungan tertentu (subandi, 1981) suatu

varietas dikatakan stabil jika koefisien regresi

(b1) sama dengan 1 dan simpangan regresi

(Sd1) mendekati nol (Cberhanr dan Russel,

1966). Koefisien regresi 1 atau mendekati 1

memiliki makna bahwa penampilan karakter

suatu genetik akan meningkat 1 unit dengan

bertambahnya 1 indek lingkungan .

Subandi,1981. Pusat penelitian tanaman Bogor.

Berbagai inovasi teknologi telah dihasilkan

Badan Litbang Pertanian di lahan pasang surut,

diantaranya peningkatan intensitas

pertanaman (IP) dari satu kali menjadi dua kali

merupakan salah satu strategi utama dalam

upaya meningkatkan produksi padi lahan sawah

pasang surut.

Percobaan adaptasi teknologi dirancang

untuk menduga wilayah adaptasi dari suatu

teknologi produksi baru, dimana adaptasi

teknologi pada suatu lokasi dinyatakan dalam

bentuk keunggulannya antar teknologi yang

diuji serempak pada lokasi tersebut. Tujuan

utama dari percobaan seperti itu adalah

memberikan satu saran atau lebih tentang

bentuk praktek baru yang merupakan

perbaikan atau dapat menggantikan praktek

yang dilakukan petani sekarang ini (Gomez dan

Gomez, 1995). Selanjutnya Gomez dan Gomez

(1995) menyatakan bahwa dasar utama dalam

memilih lokasi pengujian adalah menunjukkan

area geografis. Lokasi yang khusus untuk

percobaan adaptasi teknologi dipilih yang

menunjukkan area geografis atau wilayah

lingkungan yang merupakan wilayah adaptasi

teknologi yang diteliti.Percobaan teknologi

adaptasi pada beberapa lokasi umumnya

mempunyai gugus perlakuan yang sama dan

menggunakan rancangan percobaan yang

sama.

Permasalahan rendahnya produktivitas

usahatani padi lahan pasang surut diduga

berkaitan erat dengan persoalan efisiensi

penggunaan input. Alokasi penggunaan input

juga diduga masih belum optimal. Salah satu

indikator dari efisiensi adalah jika sejumlah

output tertentu dapat dihasilkan dengan

menggunakan sejumlah kombinasi input yang

lebih sedikit dan dengan kombinasi input-input

tertentu dapat meminimumkan biaya produksi

tanpa mengurangi output yang dihasilkan.

Dengan biaya produksi yang minimum akan

diperoleh harga output yang lebih kompetitif

(Kurniawan, 2008). Tujuan Penelitian ini adalah

memperoleh galur - galur padi tipe baru

spesifik lahan pasang surut yang bisa

dikembangkan di Kabupaten Siak.

Page 38: KATA PENGANTARriau.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/PDF/... · 2018. 9. 7. · Cara yang efektif dan efisien untuk ... menghitung pendapatan usahatani. Secara matematis

Buletin Inovasi Pertanian, Volume : 2 No. 2, Desember 2016 : 31-42

| 35

METODE PENELITIAN

Penelitian dilaksanakan Desa Tua Indra

Pura Kecamatan Bunga Raya Kabupaten Siak

dilaksanakan pada bulan Februari 2014 sampai Juni

2014. Bahan yang digunakan adalah: 11 jenis galur

padi pasang surut (G1, G3, G4, G6, G7, G8, G17,

G20,G23, G45, G53), jarak tanam 20 x 20 cm,

jumlah tanaman per lubang 1 batang, /ha, TSP 150

kg/ha, KCl 50 kg/ha, diberikan bersamaan dengan

Furadan 16 kg/ha satu hari sebelum tanam dengan

cara ditabur, pupuk susulan Urea 50 kg/ha dan KCl

50 kg/ha diberikan pada umur 35 hst, penyiangan

menggunakan herbisida, pengendalian terhadap

hama dan penyakit dengan metode PHT, dolomit,

pupuk kandang (1ton/ha), herbisida, pestisida. Alat

yang digunakan adalah cangkul, parang babat, sabit,

gunting, bagan warna daun, plastik pagar, tali,

kantong plastik, perangkap tikus, karung, timbangan

digital, timbangan 10 kg, meteran, moisture tester,

kamera, dan alat tulis. Penelitian dilapangan

menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK)

perlakuan 3 ulangan. Setiap petak perlakukan

berukuran 5 m x 5 m, jarak antar petak 0.5 m.

Panen dilakukan saat 95 % bulir pada malai telah

berwarna kuning. Hasil dengan membuat ubinan 2,5

meter x 2,5 meter dihitung dengan menimbang

seluruh hasil panen dari setiap plot lalu

dikonversikan ke t/ha.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis ragam terhadap paramater

vegetatif tinggi tanaman (cm), jumlah anakan

(batang), jumlah anakan produktif (batang)

berpengaruh nyata (tabel 1).

Tabel 1: Tinggi Tanaman (cm), Jumlah

Anakan (batang), Jumlah Anakan Produktif (batang) Galur-Galur Padi

lahan Pasang Surut

Galur Parameter

Tinggi Tanaman

Jumlah Anakan

Anakan Produktif

G1 112.01 8.33 b 5.00

G3 110.10 7.33 b 6.67

G4 112.45 8.67 b 8.00

G6 115.31 8.00 b 7.33

G7 119.12 8.00 b 7.00

G8 109.76 7.00 b 6.67

G17 112.98 8.67 b 7.67

G20 115.33 7.67 b 9.00

G23 111.69 8.67 b 8.00

G45 106.01 6.33 b 6.67

G53 103.49 16.67 a 15.00

Rerata 102.06 8.67 7.82 Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf kecil sama berarti berbeda tidak nyata menurut UJI BNJ pada taraf 5 %.

Jumlah Anakan (cm)

Genotipe berbeda menunjukkan

penampilan yang berbeda setelah berinteraksi

dengan lingkungan. Tarjoko dkk (1996)

menyatakan bahwa faktor lingkungan dapat

mempengaruhi pertumbuhan tanaman sampai

pemasakan buah. Pada tanaman padi populasi

tanaman akan mempengaruhi tinggi tanaman

(Bostoni dan Sutarto, 1978). G23,G4,G3 di Siak,

memiliki respon yang baik terhadap penyerapan

unsur hara pada lahan pasang surut, sehingga

hara yang tersedia baik di dalam tanah maupun

dari pupuk yang diberikan dapat dipergunakan

untuk pertumbuhan tinggii tanaman sehingga

Galur G1 tanaman utama menunjukkan tinggi

tanaman yang lebih tinggi. Tinggii tanaman

merupakan karakter agronomis yang penting

dalam seleksi pada lahan pasang surut dengan

tipe genangan tinggi. Tanaman yang rendah

kurang sesuai ditanam di lahan pasang surut,

karena genangan air yang tinggi dapat

menyebabkan pertumbuhan tanaman padi

Page 39: KATA PENGANTARriau.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/PDF/... · 2018. 9. 7. · Cara yang efektif dan efisien untuk ... menghitung pendapatan usahatani. Secara matematis

Buletin Inovasi Pertanian, Volume : 2 No. 2, Desember 2016 : 31-42

| 36

terhambat dan matii (Sutami, 2004). Meskipun

demikian faktor tinggi dan rendah tanaman

bukanlah menjadi ukuran dalam menentukan

daya hasil suatu Galur padi.

Meningkatnya jumlah anakan, maka

jumlah daun akan meningkat sehingga potensii

fotosintesis juga meningkat, dan akan diperoleh

asimilat lebih banyak yang merupakan salah

satu penyusun organ tanaman. Sesuai dengan

pendapat Jhonson (1978), bahwa dengan

bertambahnya luas daun menyebabkan

bertambahnya aktifitas fotosintesis, sehingga

pertumbuhan tanaman akan lebih cepat.

Analisis ragam terhadap jumlah anakan

tanaman menunjukkan bahwa interaksi lokasi

dan galur berpengaruh nyata terhadap jumlah

anakan. Disisi lain , jumlah anakan maximum

dapat mencerminkan keviguran. Jumlah

anakan yang cepat bertambah pada fase

vegetative menunjukkkan kemampuan galur

untuk mengakumulasi biomassa lebih cepat per

satuan waktu. Menurut Sinaga et al (2014)

kevigoran tanaman yang dapat dilihat dari

pertambahan bobot rumpun yang pesat pada

stadia vegetative.

Galur mengahasilkan tanaman

terbanyak pada galur Siak G53 (16.00)

terendah G8 (7.00). Vergara (1995)

menyatakan bahwa kesanggupan dalam

membentuk anakan yang baik menjamin

jumlah anakan per satuan luas meskipun

beberapa tanaman mati pada stadia awal

pertumbuhan. Anakan tegak menghasilkan

penyebaran cahaya yang lebih baik. Umumnya

tanaman padi memproduksi anakan lebih

sedikit di musim kemarau dari pada di musim

hujan. Fagi et al. mengemukakan bahwa padi

tipe baru memiliki ciri jumlah anakan 8 – 10.

Jumlah anakan (produktif) sangat berperan

dalam menentukan potensi hasil galur-galur.

Jumlah Anakan Produktif (batang)

Analisis terhadap anakan produktif

menunjukkan bahwa interaksi lokasi dan galur

berpengaruh nyata terhadap anakan produktif

lahan pasang surut dilakukan uji lanjut BNJ 5

%. Anakan produktif per rumpun atau per

satuan luas merupakan penentu terhadap

jumlah malai dengan demikian anakan

produktif merupakan salah satu komponen hasil

yang berpengaruh langsung terhadap tinggi

rendahnya hasil gabah (Simanulang, 2001).

Dari data ini terlihat bahwa kemampuan

membentuk anakan produktif dipengaruhi oleh

interaksi genetik dan lingkungan tumbuhnya.

Pembentukan anakan produktif sangat

menentukan jumlah malai dari tanaman padi.

Makin banyak anakan produktif makin banyak

jumlah malai. Terdapat korelasi antara jumlah

malai dengan hasil, karena makin banyak

jumlah malai makin tinggi hasil tanaman padi.

Peningkatan suhu di siang hari pada musim

kemarau dapat meningkatkan jumlah anakan,

suhu udara yang tinggii diperlukan pada fase

vegetatif untuk merangsang pembentukan

anakan (Fagi dan Las, 1988).

Suatu galur dapat dikatakan adaptif

apabila dapat tumbuh baik pada wilayah

penyebarannya, dengan produksi yang tinggi

dan stabil, mempunyai nilai ekonomis tinggi,

dapat diterima masyarakat dan berkelanjutan

(Somaatmadja, 1995 dalam Susilawati, dkk,

2005). Penampilan dari berbagai galur biasanya

bervariasi pada lingkungan yang berbeda. Hal

ini menunjukkan adanya interaksi antara

genotipe dengan lingkungan. Adaptabilitas

merupakan kemampuan tanaman untuk tetap

Page 40: KATA PENGANTARriau.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/PDF/... · 2018. 9. 7. · Cara yang efektif dan efisien untuk ... menghitung pendapatan usahatani. Secara matematis

Buletin Inovasi Pertanian, Volume : 2 No. 2, Desember 2016 : 31-42

| 37

menghasilkan pada berbagai lingkungan,

karena hal itu hasil adalah suatu kriteria

penting untuk mengevaluasi daya adaptasi

varietas.

Anakan produktif berasal dari anakan

total yang telah mengalami perubahan, seperti

terjadi pembengkakan pada ruas batang.

Menurut Yoshida (1981) batang tanaman padi

terdiri dari ruas yang dibatasi oleh buku batang.

Pada permulaan stadia tumbuh, batang padi

memiliki pelepah-pelepah daun dan ruas-ruas

yang tertumpuk padat. Ruas-ruas tersebut

kemudian memanjang dan berongga setelah

tanaman memasuki stadia reproduktif. Oleh

karena itu, stadia produktif disebut juga

sebagai perpanjangan ruas tanaman padi. Hal

ini diduga merupakan salah satu daya adaptasi

galur-galur padi terhadap kondisi kekeringan,

karena tanaman yang hidup pada daerah

kekeringan akan berusaha untuk

mengefisiensikan penggunaan air yaitu salah

satu dengan dengan penurunan jumlah anakan

sehingga akan mengurangi transpirasi dan

mengoptimalkan distribusi asimilat ke dalam

jumlah anakan yang terbatas.

Panjang Malai (cm)

Perbedaan secara nyata menunjukkan

lebih sedikit dari galur pembanding, Jumlah

panjang malai per rumpun dari galur yang diuji

termasuk tipe sedang. Hal ini diduga bahwa

pada saat fase pertumbuhan generatif

tanaman kekurangan air. Panjang malai

merupakan salah satu komponen hasil yang

dapat menentukan produksi, dengan panjang

malai diharapkan jumlah gabah per malai

semakin banyak. Jumlah gabah menentukan

komponen hasil per malai ini lebih banyak

dipengaruhi oleh aktivitas tanaman selama fase

reproduktif yaitu dari primordia sampai

penyerbukan. Jumlah gabah per malai

merupakan komponen yang sangat penting .

Fotosintesa yang terhambat membuat

karbohidrat yang dihasilkan rendah. Menurut

Harjadii (1988) bahwa karbohidrat yang

meningkat maka dapat meningkatkan proses

pertumbuhan sel dalam membentuk sel-sel

baru, pembesaran sel-sel dan pembentukan

jaringan tanaman. Pratiwi dkk (2009 dalam

Ikhwani 2010) bahwa terdapat hubungan

negative antara panjang malai dan jumlah

malai, semakin banyak jumlah malai, semakin

pendek malainya. Panjang malai yang panjang

akan mempengaruhi jumlah gabah yang

diperoleh, hal ini diperjelas oleh Tiur (2009),

semakin panjang malai berpengaruh terhadap

jumlah gabah per malai. Jumlah gabah yang

terbentuk pada masing-masing malai menurut

Darwis (1979).

Tabel 2. Paramater Generatif : Panjang Malai

(cm), Jumlah Gabah Bernas (butir), Hasil (t/ha), Berat 1000 Butir (gram)

Tanaman Ratun Galur-Galur Padi Lahan Pasang Surut Kabupaten

Pelalawan Provinsi Riau.

Galur Parameter

Panjang Malai (cm)

Jumlah Gabah Bernas

(gram)

Hasil (t/ha)

Berat 1000 Butir

(gram)

G1 28.00 c 209.00 4.48 b 25.20 b

G3 31.67 b 200.07 4.13 b 21.63 b

G4 33.67 b 220.67 6.27 a 26.67 b

G6 30.33 b 166.00 3.64 b 24.63 b

G7 34.67 a 175.00 4.59 b 26.63 b

G8 27.00 c 147.33 3.70 b 26.10 b

G17 29.67 c 142.33 4.34 b 22.03 b

G20 26.33 c 157.33 5.09 b 20.80 b

G23 31.33 b 155.33 3.90 b 28.03 a

G45 22.33 c 164.00 3.97 b 24.03 b

G53 30.33 b 192.67 4.73 b 26.33 b

Rerata 29.58 175.43 4.47 24.69

Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf kecil sama berarti berbeda tidak nyata menurut UJI BNJ pada taraf 5

Page 41: KATA PENGANTARriau.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/PDF/... · 2018. 9. 7. · Cara yang efektif dan efisien untuk ... menghitung pendapatan usahatani. Secara matematis

Buletin Inovasi Pertanian, Volume : 2 No. 2, Desember 2016 : 31-42

| 38

Dari penelitian Rosmini dan Saleh

(1998) dan Rosmini (1999) yang telah

dilaksanakan pada lahan pasang surut sulfat

masam menyatakan bahwa galur-galur padi

memperlihatkan adaptabilitas dan akseptabilitas

yang baik dan tahan terhadap keracunan besi

serta memberikan potensi hasil yang lebih

tinggi. Dengan potensi hasil dan penampilan

yang baik ditunjukkan oleh galur-galur terpilih

tersebut maka petani akan memperoleh

keuntungan dan sumber pendapatan yang

layak bagi usahataninya. Kemampuan

beradaptasi baik yang dimiliki oleh galur-galur

terpilih maka penggunaan paket teknologi

(penggunaan pupuk, pestisida serta

pengolahan tanah) dapat ditekan sehingga

dalam proses produksi kerusakan terhadap

lingkungan tidak akan terjadi, dan petani

mampu memproduksi pangan yang terjangkau

oleh konsumen.

Jumlah Gabah Bernas (butir)

Analisis terhadap jumlah gabah bernas

tanaman menunjukkan bahwa interaksi lokasii

dan galur berpengaruh nyata terhadap jumlah

gabah bernas. Data jumlah gabah bernas

tanaman galur-galur padi lahan pasang surut

dilakukan uji lanjut BNJ 5 %. Tinggi rendahnya

persentase gabah bernas per malai disebabkan

oleh perbedaan tanggapan dan ketahanan tiap

galur terhadap kondisi lingkungan yang kurang

menguntungkan terutama pada fase reproduktif

dan pemasakan. Semakin tinggi persentase

gabah bernas maka semakin rendah persentase

gabah hampa. Dikemukakan oleh Suwarno et

all (1988) bahwa potensi hasil tinggi

merupakan salah satu sifat yang diperlukan

bagi varietas unggul.

Jumlah gabah per rumpun sangat

ditentukan oleh ketersediaan air pada saat

stadia pembentukan bunga. Air yang tidak

tersedia mengakibatkan semakin besarnya

kegagalan proses penyerbukan dikarenakan

semakin banyaknya polen yang mandul. Akan

tetapi dalam penelitian ini cekaman kekeringan

tidak terjadi pada fase pembungaan, cekaman

kekeringan terjadi pada fase vegetatif. Hal ini

diduga tanaman pada kondisi kekurangan air

sebelum memasuki fase pembungaan, terlebih

dahulu mengalami penghambatan proses

pertumbuhan vegetatif. Organ vegetatif yang

kurang sempurna mengakibatkan sedikitnya

fotosintat yang terbentuk, yang pada akhirnya

akan berpengaruh terhadap kurang normalnya

polen (mandul) sehingga pada akhirnya akan

mengakibatkan jumlah gabah per rumpun yang

terbentuk lebih sedikit dibandingkan dengan

tanaman yang mendapatkan kecukupan air.

(Santoso, 2008)

Pada persentase gabah isi per malai

pembentukan dan pengisian buah sangat

dipengaruhi oleh ketersediaan unsur hara P.

Menurut Rinsema (1983) dalam Sarkawi (1995)

unsur P mempunyaii pengaruh positif dalam

meningkatkan produksi gabah, bila jumlah

kelarutan P kecil, akibatnya tanaman tidak

mampu berproduksi dengan baik. Jumlah

gabah yang terbentuk pada setiap malaii

ditentukan pada fase reproduktif, Sarief (1986).

Rendahnya ketersediaan hara pada

fase reproduktif menyebabkan terhambatnya

beberapa proses metabolisme tanaman yang

berdampak pada penurunan hasil tanaman.

Kekurangan phosphor dapat mengakibatkan

perkembangan akar terhambat, terhambatnya

pembentukkan bunga, dan penurunan jumlah

Page 42: KATA PENGANTARriau.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/PDF/... · 2018. 9. 7. · Cara yang efektif dan efisien untuk ... menghitung pendapatan usahatani. Secara matematis

Buletin Inovasi Pertanian, Volume : 2 No. 2, Desember 2016 : 31-42

| 39

biji (hakim, 1986). Kekurangan unsur P dapat

berakibat hasil tanaman pada bunga dan buah

menurun, karena unsur P berperan sangat

penting dalam proses pembelahan sel,

pemasakan buah atau pembentuk biji dan

sebagai penyusun lemak dan protein.

Kurangnya bernas pada pengisian bulir

padi diakibatkan pada unsur hara yang tersedia

telah terserap pada masa fase vegetatif

tanaman sehingga pada fase generatif pengisin

bulir padi mengakibatkan kekurangan salah

satu unsur hara. Dimana unsur hara yang

sangat berperan dalam pengisian bulir yaitu

unsur P dan K. Menurut Agustina (1990)

menjelaskan bahwa unsur P yang cukup akan

meningkatkan efisiensi fungsi dari penggunaan

N. Nitrogen merupakan bagian integral dari

klorofil yang sangat berperan dalam peristiwa

fotosintesis dan sebagian besar hasil

fotosintesis tersebut tersimpan dalam biji

(bulir). Selain itu nitrogen juga diperlukan

untuk membentuk protein gabah. Protein

tersebut tidak mungkin disusun tanpa adanya

fotosintesis (Dwi Saputro, 1988).

Hasil (ton/ha)

Analisis terhadap Hasil (ton/ha)

tanaman menunjukkan bahwa galur

berpengaruh nyata terhadap hasil (ton/ha)

dilakukan uji lanjut BNJ 5 %. Hasil panen

tanaman tertinggi pada G4 sedangkan terendah

pada G6 di dukung oleh malai yang panjang

dengan jumlah bulir bernas yang tinggi.

Adaptasi yang nyata ini bermakna bahwa

setidaknya terdapat galur yang gagall

memertahankan peringkatnya pada lokasi

tertentu. Namun demikian, tingkat produktivitas

padi Galur tersebut masih di bawah potensi

genetiknya. Hal ini membuktikan bahwa

perbaikan berbagai aspek teknik budidaya di

wilayah pengkajian masih perlu untuk terus

disempurnakan. Berkaitan dengan

kecenderungan ini, Suprihatno et al.(2007)

menyatakan bahwa hasil ubinan untuk padi

hibrida maupun IR 64 masih di bawah hasil

potensi. Hal ini menunjukkan bahwa perbaikan

sistem budidaya tanaman padi (misalnya,

kesehatan tanah dan teknik budidaya) perlu

dilakukan.

Uji adaptasi merupakan salah satu

persyaratan apabila suatu galur/mutan/hibrida

baru hasil pemuliaan dan atau introduksi akan

dilepas sebagai suatu varietas unggul. Tujuan

uji adaptasi ini adalah untuk mengetahui

keunggulan dan interaksi galur/mutan/hibrida

terhadap lingkungan. (Syukur, 2012). Salah

satu faktor yang menentukan hasil gabah

persatuan luas dari suatu varietas padi adalah

jumlah anakan produktif. Hal ini sejalan seperti

yang dinyatakan oleh Zairin dkk (2009) bahwa

umur tanaman, jumlah anakan produktif,

jumlah gabah isi, jumlah gabah hampa, dan

bobot 1000 butir merupakan karakter

agronomis yang berpengaruh langsung

terhadap hasil gabah.

Salah satu yang menjadi masalah

dalam pertanaman padi di lahan pasang surut

sulfat masam adalah masalah keracunan besi,

sehingga salah satu tujuan dalam melakukan

evaluasi galur-galur padi adalah untuk

mendapatkan varietas yang toleran terhadap

keracunan Fe Menurut Harahap et al., (1989),

keracunan Fe merupakan kendala yang utama

di lahan pasang surut. Menurut Ismunadji et.all,

(1989), keracunan Fe dapat menyebabkan

pertumbuhan terhambat dan kematian pada

tanaman padi. Keracunan besi pada tanaman

Page 43: KATA PENGANTARriau.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/PDF/... · 2018. 9. 7. · Cara yang efektif dan efisien untuk ... menghitung pendapatan usahatani. Secara matematis

Buletin Inovasi Pertanian, Volume : 2 No. 2, Desember 2016 : 31-42

| 40

padi menimbulkan gejala fisiologis yang

kompleks yang disebabkan oleh kondisi

tanaman dan medium tumbuh yang

mengandung Fe yang berlebihan (Makarim dan

Suhartini, 1993). Menurut Suhaimi et al.(2000),

program pemuliaan dalam pembentukan

varietas unggul padi pasang surut tidak hanya

diprioritaskan pada potensi hasil yang tinggi,

tapi juga umur yang pendek.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan

untuk mendapatkan tanaman yang memiliki

keunggulan pada kondisi lingkungan yang luas

adalah dengan melakukan uji adaptasi. Uji

multilokasi umumnya digunakan untuk

mengevaluasi tanaman pada suatu hamparan

yang luas yang merupakan target untuk

lingkungan pertumbuhan tanaman (Berger et

al., 2007). Uji multilokasi genotype baru sering

menampilkan perbedaan hasil yang berubah-

ubah dari satu lokasi dengan lokasi lainnya.

Suatu genotype memberikan hasil tertinggi di

lokasi tertentu namun belum tentu di lokasi

lainnya. Terdapatnya perbedaan antara rata-

rata hasil dengan potensi hasil disebabkan

karena adanya kerentanan terhadap berbagai

cekaman biotik dan abiotik (Shah et al., 2005).

Stabilitas hasil diukur berdasarkan variasi hasil

dari berbagai kondisi lingkungan (Cleveland,

2001). Menurut Susilawati et al. (2010) bahwa

pendekatan yang dapat dilakukan untuk

mengatasi cekaman salinitas pada lahan-lahan

pertanaman padi adalah dengan

mengembangkan varietas-varietas padi yang

tahan terhadap cekaman lingkungan salinitas.

Sangakkara (2001) mengemukakan tiga hal

yang dapat dilakukan yaitu: (1) perbaikan

pengelolaan tanaman, (2) seleksi dan perakitan

varietas yang mampu beradaptasi pada kondisi

cekaman, dan (3) bioteknologi untuk rekayasa

verietas tahan salinitas.

Berat 1000 butir (g)

Kemampuan galur G 23 menghasilkan

berat 1000 butir (g) yang tinggi menunjukkan

bahwa galur - galur tersebut memiliki

kemampuan beradaptasi yang lebih baik pada

kondisi lingkungan dan lahan pasang surut.

Menurut Vergara (1995), penyebab kehampaan

bulir diantaranya rebah, kurang intensitas

cahaya, serangan penyakit, pemberian pupuk

terlalu banyak, suhu rendah sedangkan

kelembaban tinggi pada masa pembungaan,

dan suhu rendah pada saat pembentukan

malai. Intensitas cahaya matahari yang rendah

dapat menyebabkan jumlah gabah per malai

yang sedikit. Lokasi uji adaptasi merupakan

bentuk lingkungan yang berbeda dimana

keragaman hasil. Dengan adanya lingkungan

yang berbeda dapat ditentukan galur padi

pasang surut tipe baru yang mampu

beradaptasi.

Bobot 1000 butir gabah secara tidak

langsung menggambarkan besar atau kecilnya

gabah suatu galur atau varietas padi.

Galur/varietas yang gabahnya besar, bobot

1000 butirnya akan tinggi, demikian pula

sebaliknya. Ukuran gabah dipengaruhi oleh sifat

genetik serta daya adaptasinya dengan

lingkungan tumbuhnya. Di dataran tinggi pada

musim kemarau dengan suhu yang rendah

sangat berpengaruh terhadap bobot 1000 butir

gabah, (Fagi dan Las, 1988). Berbedanya bobot

1000 butir gabah merupakan sifat tanaman

dimana kemampuan suatu varietas/galur

menghasilkan gabah yang banyak sering

berlawanan dengan kemampuan untuk

menghasilkan gabah yang besar dan berat,

Page 44: KATA PENGANTARriau.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/PDF/... · 2018. 9. 7. · Cara yang efektif dan efisien untuk ... menghitung pendapatan usahatani. Secara matematis

Buletin Inovasi Pertanian, Volume : 2 No. 2, Desember 2016 : 31-42

| 41

namun produksi yang tinggi juga dapat dicapai

dengan jumlah gabah yang banyak walaupun

ukurannya tidak begitu besar (Simanulang,

2001). Hasil padi ditentukan oleh komponen

hasil seperti jumlah gabah isi per malai dan

bobot 1000 butir. Korelasi hasil nyata dengan

bobot 1000 butir dan gabah isi per malai

merupakan salah satu acuan kriteria seleki

untuk mendapatkan hasil tinggi.

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan

bahwa galur pasang surut pada pertumbuhan

vegetatif tertinggi pada tinggi Tanaman G7

(119,12 cm), jumlah anakan G53 (16,67 batang

), anakan produktif G 53 (15,00 batang )

sedang pengamatanan parameter panjang

malaii G7 (34,67 cm), Gabah bernas G1 (209,00

butir),hasil G4 (6,27 ton/ha),berat 1000 butir

G23 (28,03 g) yang dapar beradaptasi baik dan

dapat dikembangkani Kabupaten Siak adalah

G4 (6.27 t/ha).

DAFTAR PUSTAKA

Aswidinnoor, H., M. Sabran, Masganti dan Susilawati. 2008. Perakitan Varietas

Unggul Padi Tipe Baru dan Padi Tipe

Baru Ratun Apesifik Lahan Pasang Surut Kalimantan untuk Mendukung Teknologi

Budidaya Dua Kali Panen Setahun. LPPM IPB. Bogor. 30 hal.

Badan Pusat Statistik. 2011. Berita Resmi Statistik No. 18/03/Th.

XIV.Chambers,1976, Klimatologi .Dasar Bagian

Klimatologi Pertanian. Departemen.Ilmu pengetahuan Alam.IPB

Buurman,P. dan Balsem,T.1990.land Unit Classfication for the reconnais sance soil

survey of sumatera. Pusat Penelitian

Tanah dan Agroklimat. Chanber. 1976. Pembentukan Varietas Padi

Sawah dataran Tinggi Toleran Cekaman Suhu Rendah

Fagi,A.M. dan Las 1988. Lingkungan Tumbuhan

Padi In: M.Ismunadji,dkk (eds). Padi Buku I. Badan Penelitian dan

Pengembangan Pertanian. Pusat Penelitian dan pengembangan Tanaman

Pangan. Bogor Fagi, A. M., B. Abdullah, dan S. Kertaadmaja.

2001. Peran Padi sebagai Sumber Daya

Genetik Padi Modern. Dalam. Budidaya Padi, Prosiding Diskusi Panel dan

Pameran Budaya Padi. Flower, Tj. 2004. Improving Crop Salt

Tolerance. Journal Of Experimental

botany. 55 (396) : 307 – 319. Gomez, K. A. and A. A. Gomez. 1995. Uji

Multilokasi. dalam. E. Sjamsuddin, J. Hakim,N.,M.y. Nyakpa, A.M. Lubis,S.g

Nugroho,M.A.Diha, G.B Hong, dan H.Barley, 1986. Dasar-Dasar Ilmu tanah

Universitas Lampung, Lampung

Hardjadi, M.S, 1991, Pengantar Agronomi , PT. Gramedia, Jakarta.

Hondrade, R., and E. Hondrade. 2002. Upland Rice Varietal Acces, Test and

Multiplication (ATM), p. 54. In : J.R.

Witcombe, L.B. Parr, and G.N. Atlin (Eds.). Breeding Rainfed Rice for

Drought-prone Environments: Integrating Conventional and Participatory Plant

Breeding in South and Southeast Asia. IRRI. Philippines.

Ikhwani, E.Suhartatik,A.k. Makarim 2010.

Pengaruh Waktu, Lama dan Kekeruhan Air Terhadap Pertumbuhan dan Hasil

Padi Sawah IR64.sub I Jurnal Pertanian Tanaman Pangan Vol : 29

Johnson, R.R. 1978. Growth and yield of maize

as affected by early - season devoliations agronomy. Jurnal No. 70 : 1 – 4 p.

Kurniawan, A. Y. 2008. Analisis Efisiensi Ekonomi dan Daya Saing Usahatani

Jagung pada Lahan Kering di Kabupaten

Tanah Laut Kalimantan Selatan. Tesis Magister Sains. Sekolah Pascasarjana.

Institut Pertanian Bogor. Makarim,A.K.,D.Pasaribu,Z.Zaeni and

I.Las.2003. Analisis dan Sintesis Hasil Pengelolaaan Tanaman dan Sumberdaya

Terpadu (PTT) dalam Program

P3T.IAARD,Dept.Of Agriculture Manwan, I., Ismail,I.g., Alihamsyah,T., dan

Partohardjono. 1992. Teknologi Pengembangan Pertanian Lahan Rawa

Pasang Surut. Dalam Prosiding

Pertemuan Nasional Pengembangan Teknologi Pertanian lahan Rawa Pasang

Page 45: KATA PENGANTARriau.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/PDF/... · 2018. 9. 7. · Cara yang efektif dan efisien untuk ... menghitung pendapatan usahatani. Secara matematis

Buletin Inovasi Pertanian, Volume : 2 No. 2, Desember 2016 : 31-42

| 42

Surut dan Lebak, Cisarua 7-8 Maret

1992.

Parlin H. Sinaga.2014. Screening of Rice

Genotypes and Evaluation of their Ratooning Ability in Tidal Swamp Area.

Graduate School of Plant Breeding and

Biotechnology, Department of Agronomy and Horticulture, Bogor Agricultural

University. Pelalawan Dalam Angka, 2011. Laporan

Tahunan .Badan Perencanaan

Pembangunan Daerah .Pusat Statistik Kabupaten Pelalawan

Rosmini, H., M. Saleh. 1998. Daya Hasil Galur Padi di Lahan Pasang Surut. Laporan

Hasil Penelitian 1998/1999B. alittra Banjarbaru.8 hal.

Rosmini, H. 1999. Penampilan Daya Hasil Galur

Padi di Laban Pasang Sumt. Laporan Hasil Penelitian 1999/2000. Balittra

Banjarbaro. 8 hal. Simanulang, Z, A. 2001. Kriteria Seleksi Untuk

Sifat Agronomis dan Mutu. Pelatihan dan

koordinasi Program Pemuliaan Partifatif (Shuttke Breeding) dan Uji Multi Lokasi.

Sukamandi 9-14 April 2001. Balai Penelitian Padi Sukamandi.

Somaatmadja, S., 1995. Peningkatan Produksi Kedelai melalui Perakitan Varietas. Dalam

Susilawati., Uji Multilokasi GalurHarapan

dan Varietas Padi Terpilih di Lahan Pasang Surut.

Subandi. 1981. Perbaikan varietas. Dalam Subandi M. Syam dan A. Wijono (Eds)

pp: 81-100. Puslitbangtan Bogor. 432

hal. Susilawati., B.S. Purwoko. 2011. Pengujian

Varietas dan Dosis Pupuk Setelah Panen Untuk Meningkatkan Potensi Ratun-Padi

Di Sawah Pasang Surut J. Pengkajian dan

Pengembangan Teknologi Pertanian . Vol : 12(1).

Surakarta 28 Agustus 2001. Yayasan Padi Indonesia.

Sutami, 2004. Penampilan Fenopik karakter Hasil galur Harapan padi rawa di Lahan

Pasang Surut.

Tester,M,and R,davenport. 2003 Na Tolerance and Na Transport In Higher Plants.

Annuals Botany. 91:503,527 Vegara, 1995 Uji Adaftasi galur padi sawah Tipe

Baru ( Oryza sativa L) di Kabupaten

Madiun, Jawa Timur dan Kabupaten Maros Sulawesi Selatan

Widjaya Adhi I.P.G.1986. Pengelolaan Lahan Pasang Surut dan Lebak, jurnal Litbang

Pertanian V (1) 1986. Badan Litbang

Pertanian. Jakarta. Yoshida, S. 1981. Fundamentals of Rice Crop

Science. International Rice Research Institute. Los Banos, Philippines.

Page 46: KATA PENGANTARriau.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/PDF/... · 2018. 9. 7. · Cara yang efektif dan efisien untuk ... menghitung pendapatan usahatani. Secara matematis

Buletin Inovasi Pertanian, Volume : 2 No. 2, Desember 2016 : 43-49

| 43

ANTISIPASI INVASI OPTK A2 Clauvibacter michiganensis subsp. Michiganensis PADA TANAMAN CABAI DI PROVINSI RIAU

Suhendri Saputra 1), Rika Nurbayani Ginting (2), Sri Swastika 1)

1) Peneliti Pada Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Riau

2) POPT Ahli pada Badan Karantina Pertanian Kls. 1 Wilayah Pekanbaru

ABSTRAK

Cabai merah merupakan komoditas strategis pertanian yang mendapat perhatian serius dari

pemerintah dan pelaku usaha akibat kontribusinya terhadap perekonomian nasional.Dengan segala permasalahannya, pemerintah telah bekerja keras menyeimbangkan harga cabai melalui program-

program unggulan dan berhenti mengimpor karena produk impor yang membanjiri pasar dalam negeri tidak hanya menciptakan ketergantungan, namun ada dampak ikutan yang sangat

membahayakan, yaitu masuknya hama dan penyakit atau OPT dari luar yang sebelumnya tidak

ada di Indonesia yang dapat menyebabkan gagal panen. Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina (OPTK) adalah organisme pengganggu tumbuhan yang ditetapkan Pemerintah untuk

dicegah masuknya kedalam dan tersebar di dalam wilayah negara Republik Indonesia.Clavibacter michiganensis adalah patogen penyebab penyakit kanker atau busuk bakteri umumnya pada

tanaman Solanaceae.C. Michiganensis Subsp. Sepedonicus (Cms) juga telah terdeteksi berada di

Indonesia pertama kali pada tahun 2009 di Jawa Barat.

Kata Kunci : Organisme Pengganggu Tanaman Karantina (OPTK), C. michiganensis, Patogen.

ABSTRACT

The red chili is a strategic agricultural commodity that gets serious attention from Indonesian government and business actors due to its contribution to the national economy. With all the

problems, the government has worked hard to balance the price of peppers through excellent

programs and stop importing because imported products that flood the domestic market not only create dependency, but there are very dangerous follow-up effects, namely the entry of pests and

diseases or OMO from outside the Previously none in Indonesia could cause crop failure. Quarantine Plant Quarantine Organism (OPTK) is a plant-disturbing organism established by the

Government to be prevented from entering into and spreading within the territory of the Republic of Indonesia. Clavibacter michiganensis is a common pathogen of cancer or bacterial decay in

Solanaceae.C plants. Michiganensis Subsp. Sepedonicus (Cms) has also been detected in Indonesia

for the first time in 2009 in West Java.

Keywords: Quarantine Plant Quarantine Organism (OPTK), C. michiganensis, Pathogen

Page 47: KATA PENGANTARriau.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/PDF/... · 2018. 9. 7. · Cara yang efektif dan efisien untuk ... menghitung pendapatan usahatani. Secara matematis

Buletin Inovasi Pertanian, Volume : 2 No. 2, Desember 2016 : 50-60

| 44

PENDAHULUAN

Cabai merah merupakan komoditas

strategis pertanian yang mendapat perhatian

serius dari pemerintah dan pelaku usaha akibat

kontribusinya terhadap perekonomian nasional.

Terobosan inovasi teknologi baru difokuskan

pada penggunaan benih unggul lokal dan

hibrida tersertifikasi, teknologi pemupukan

secara lengkap dan berimbang, penggunaan

pupuk organik terstandarisasi dan penggunaan

kapur sebagai unsur pembenah tanah,

teknologi pengendalian hama dan penyakit

secara terpadu, serta penanganan pasca panen

yang prima. Perencanaan tanam harus

didasarkan pada dinamika permintaan pasar

menurut tujuan dan segmen pasar, serta

preferensi konsumen (Saptana dkk, 2013).

Dengan segala permasalahan

komoditas cabai di negeri ini, pemerintah telah

bekerja keras menyeimbangkan harga cabai

melalui program-program unggulan dan

berhenti mengimpor komoditas cabai karena

produk impor yang membanjiri pasar dalam

negeri tidak hanya menciptakan

ketergantungan, namun ada dampak ikutan

yang sangat membahayakan, yaitu masuknya

hama dan penyakitatau OPT dari luar yang

sebelumnya tidak ada di Indonesia yang dapat

menyebabkan gagal panen.

Organisme Pengganggu Tumbuhan

Karantina (OPTK) adalah semua organisme

pengganggu tumbuhan yang ditetapkan

Pemerintah untuk dicegah masuknya ke dalam

dari tersebarnya di dalam wilayah negara

Republik Indonesia. Berdasarkan

keberadaannya, OPTK terbagi menjadi 2

kategori yaitu OPTK Kategori A1 dan Kategori

A2. OPTK Kategori A1 adalah organisme

pengganggu tumbuhan karantina yang belum

ada di Negara Indonesia, sedangkan OPTK

Kategori A2 adalah organisme pengganggu

tumbuhan karantina yang sudah ada di wilayah

Negara Republik Indonesia namun masih

terbatas di wilayah wilayah tertentu.

Clavibacter michiganensis adalah

patogen penyebab penyakit kanker atau busuk

bakteri umumnya pada tanaman Solanaceae.

Dalam lampiran No. 51/permentan/

KR.010/9/2015 tentang Perubahan Atas

Peraturan Menteri Pertanian Nomor

93/Permentan/Ot.140/12/2011 Tentang Jenis

Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina

Disebutkan Bahwa C. Michiganensis Subsp.

Sepedonicus Merupakan Optk Kategori A1 yang

menyerang tanaman famili Solanaceae dan C.

michiganensis subsp. Nebraskensis pada

tanaman inang famili Graminae. Sedangkan C.

michiganensis subsp. Michiganensis merupakan

OPTK Kategori A2 dengan kisaran tanaman

inang Capsicum frutescens, Capsicum annuum,

Lycopersicum esculentum, Solanum melongena,

S. mammosum, S.dauglas, S. nigrum, S.

trifolium yang terbawaakar, batang, daun,

bunga, buah, biji dan media tanam. Di

Indonesia keberadaan C. michiganensis subsp.

Michiganensis (Cmm) dilaporkan terdeteksi di

wilayah Sumatera (Barat, Selatan) dan Jawa

(Jawa Barat, Jawa Timur, Banten). Pengujian

Cmm ini dilakukan dengan melakukan isolasi

dari tanaman yang bergejala dan identifikasi

lebih lanjut dengan uji Biolog, ELISA dan PCR.

Penelitian telah dilakukan oleh

Anwar.A, Satriyas I dan Sudarsono pada tahun

2004 untuk mendeteksi bakteri Cmm pada

benih tomat komersial yang beredar di

Page 48: KATA PENGANTARriau.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/PDF/... · 2018. 9. 7. · Cara yang efektif dan efisien untuk ... menghitung pendapatan usahatani. Secara matematis

Buletin Inovasi Pertanian, Volume : 2 No. 2, Desember 2016 : 50-60

| 45

Indonesia. Menggunakan benih dari produsen

utama benih tomat di Indonesia dan benih

impor dan diuji di Laboratorium PRI

Wageningen dan EWSI Jawa Barat sebanyak 22

lot benih, dengan metode IF test minimal 6 lot

diduga membawa patogen Cmm dan

dilanjutkan dengan uji patogenitas,

hipersensitivitas, ELISA, dan amplifikasi PCR

minimal 3 lot yang positif Cmm (Anwar dkk,

2004).

C. Michiganensis Subsp. Sepedonicus

(Cms) juga telah terdeteksi berada di Indonesia

pertama kali pada tahun 2009 di Jawa Barat.

Masuknya Cms pada tanaman kentang

merupakan salah satu bukti sulitnya tugas

Badan Karantina Pertanian. Sebelumnya, kedua

patogen ini tidak terdapat di Indonesia karena

merupakan organisme pengganggu tanaman

karantina (OPTK) A1 (Suganda, 2014). Sejak

2013 dijumpai pula penyakit busuk cincin yang

disebabkan oleh bakteri Cms menyerang

kentang di dataran medium. Dalam EPPO

(2006) dilaporkan bahwa patogen tersebut

menyerang tanaman kentang di daerah beriklim

dingin. Dengan demikian didapatinya serangan

Cms di dataran medium di daerah tropik

merupakan fenomena baru (Prabaningrum dkk,

2014).

Menurut hasil penelitian Kurniasih

tahun 2009, tanaman yang dapat menjadi

inang Cmm berdasarkan inokulasi buatan

adalah tomat, terung, paprika, cabai besar,

cabai rawit, ketimun, semangka, melon, kacang

hijau, kacang panjang, kedelai dan jagung

Cmm yang digunakan adalah isolat yang

diperoleh dari Balai Besar Uji Standar Karantina

Pertanian Jakarta yang diisolasi dari tanaman

tomat yang bergejala kanker batang dari Solok,

Sumatera Barat.

Kasus masuknya patogen yang

sebelumnya tidak ada di suatu negara dapat

disebabkan karena perdagangan benih antar

negara atau pertukaran plasma nutfah tanpa

melalui prosedur karantina yang efektif.

Melokalisir penyebaran patogen Cmm ini

melalui perlakuan benih dengan berbagai seed

treatment dapat menjadi salah satu alternatif

yang dilakukan. Melihat potensi kerugian yang

disebabkan Cmm perlu dilakukan upaya

pencegahan penyebaran Cmm yang lebih luas

di wilayah Indonesia. Karena bakteri menyukai

kondisi lembab atau hangat, mereka sangat

penting di daerah tropik, subtropik dan yang

suhunya hangat (Direktorat Perlindungan

Tanaman Hortikultura, 2008).

Penelitian lain yang dilakukan

sebelumnya oleh Zainal dkk pada tahun 2008

pada 74 sampel tanaman tomat yang

menunjukkan gejala serangan Cmm terdapat

24 sampel dengan koloni seperti Cmm. Dari uji

lanjut yaitu fisiologis, reaksi hipersensitif dan

patogenisitas 18 diidentifikasi sebagai Cmm.

Meskipun tingkat serangan tergolong rendah

namun Cmm telah ada di wilayah Indonesia

dan menyebar di Sumatera dan Jawa.

Mengingat kisaran inang yang luas dan dapat

menyerang tanaman cabai yang menjadi

komoditas strategis maka Cmm perlu mendapat

perhatian dan menjadi tanggungjawab bersama

dalam distribusi benih dan mematuhi regulasi

karantina tumbuhan.

METODOLOGI

Penelitian ini dilaksanakan dengan

literatur review dengan mencari referensi teori

Page 49: KATA PENGANTARriau.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/PDF/... · 2018. 9. 7. · Cara yang efektif dan efisien untuk ... menghitung pendapatan usahatani. Secara matematis

Buletin Inovasi Pertanian, Volume : 2 No. 2, Desember 2016 : 50-60

| 46

yang relevan dengan kasus atau permasalahan

melalui pengumpulan data sekunder yaitu data

yang diperoleh dari jurnal, buku, dokumentasi,

dan internet.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Patogen C. Michiganensis subsp.

Michiganensis (Cmm)

Domain : Bacteria

Phylum : Actinobacteria Class : Actinobacteria

Subclass : Actinobacteridae Order : Actinomycetales

Suborder : Micrococcineae

Family : Microbacteriaceae Genus : Clavibacter

Species : Clavibacter michiganensis subsp. Michiganensis (CABI, 2016)

Nama lain bakteri Cmm antara lain

Corynebacterium michiganense pv.

Michiganense, Erwinia michiganensis

(=michiganense) dan Pseudomonas

michiganense (CABI, 2016). Famili

Corynebacterium memiliki satu genus yaitu

Corynebacterium yang terdiri dari fakultatif

aerob, katalase positif, berbentuk batang lurus

dengan bagian ujung meruncing atau sering

terlihat membulat (Willey et al, 2008).

Gambar 1. Clavibacter michiganensis subsp. Michiganensis

(Sumber : CTAHR, 2014)

Patogen Cmm dikenal dengan patogen

mata burung dan layu vaskular pada tanaman

tomat (CABI, 2016).Penyakit vaskular bakteri

dapat disebabkan oleh beberapa genera

bakteri, seperti Erwinia, Ralstonia,

Xanthomonas, danClavibacter. Mekanisme

penyakit layu vaskular dapat terjadi karena

penyumbatan pada pembuluh xilem, adanya

daya racun exopolysaccharides (EPS), dan

serangan enzimatik pada jaringan tanaman

(Jahr, 2000).

Cmm berada di dalam pembuluh xylem

dan pada konsentrasi massa bakteri yang tinggi

menyebabkan gangguan fisik pada transport air

sehingga tanaman menjadi layu (Jahr, 1999).

Pada gambar 2 dapat dilihat bahwa xylem

dipenuhi oleh massa bakteri dan terdapat 2

(dua) tilosis yang menggembung ke lumen

pada pembuluh xylem.

Gambar 2. Penampang melintang batang tanaman

tomat yang terinfeksi Cmm (Sumber : Jahr, 1999)

Gejala Serangan

Pada daun gejala yang umum adalah

nekrotik dan klorotik yang disebabkan adanya

koloni bakteri pada jaringan parenkim daun.

Bakteri ini berpindah dari jaringan pembuluh ke

jaringan parenkim karena kemampuannya

mendegradasi dinding sel dengan enzim

ekstraseluler seperti selulase dan pektinase.

Page 50: KATA PENGANTARriau.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/PDF/... · 2018. 9. 7. · Cara yang efektif dan efisien untuk ... menghitung pendapatan usahatani. Secara matematis

Buletin Inovasi Pertanian, Volume : 2 No. 2, Desember 2016 : 50-60

| 47

Tanaman yang terserang menunjukkan

gejala awal berupa bercak dan layu pada daun

bagian bawah. Daun layu menggulung ke atas

ke arah dalam, warnanya menjadi kecoklatan

dan mengering. Seringkali terjadi pada satu sisi

daun saja. Gejala layu akan menjalar dari satu

daun ke daun lainnya hingga keseluruhan daun.

Pada batang, tunas dan tangkai daun terlihat

adanya garis berwarna terang biasanya

diantara lipatan periol dan batang. Pada

akhirnya garis tersebut menjadi retak dan

terbentuk kanker pada batang. Buah yang

terbentuk kecil dan terdapat bintik berwarna

putih yang akan menjadi kecoklatan dan

menyerupai mata burung, yaitu bintik coklat

dikelilingi halo berwarna putih (Agrios, 2005).

Gambar 3. Gejala Cmm pada buah tomat (B.N Dhanvantari cit CABI, 2016)

Penelitian yang dilakukan oleh

Kurniasih pada tahun 2009 untuk melihat reaksi

11 jenis tanaman terhadap inokulasi Cmm

dengan 2 (dua) metode yaitu metode

pengguntingan petiol daun pertama dan injeksi

pada batang. Gejala yang muncul antara lain

berupa nekrotik, klorotik dan layu.

Gambar 4. Tanaman dari famili Solanaceae yang terinfeksi Cmm; a. Klorotik (terung),

b. Nekrotik pada tulang daun (cabai rawit), c. Nekrotik pada lamina daun (cabai besar),

d. Nekrotik pada lamina daun (paprika), e. Layu (tomat)

(Sumber : Kurniasih, 2009)

Identifikasi dan pengamatan patogen

Cmm di lapangan dapat tidak konsisten dengan

uji laboratorium. Gejala infeksi Cmm di

lapangan sering menyerupai gejala yang

disebabkan oleh Xanthomonas spp. yang

menyerang tanaman tomat. Kesalahan

identifikasi gejala di lapangan ini mudah diatasi

dengan Gram reaction test karena

Xanthomonas spp adalah bakteri negatif

sedangkan Cmm adalah gram positif (Zainal

dkk, 2008).

Pada tahun 1999 di Ohio ditemukan

Cmm pada Capsicum annuum L. yang

umumnya menyerang tanaman tomat. Patogen

ini tidak menimbulkan gejala penyakit namun

berperan sebagai sumber inokulum bagi tomat

(Ivey et al, 2000). Penelitian yang dilakukan di

Korea Selatan ditemukan subspesies baru yaitu

C.michiganensis subsp capsici tipe strain

PFOO8T (=KACC 18448T = LGM 29047T) yang

menyebabkan kanker bakteri pada tanaman

paprika (Oem-Ji et al, 2016).

Strategi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit

Pengendalian penyakit pada tanaman

dapat dilakukan berdasarkan bagaimana cara

penyebaran patogen dari satu tanaman ke

tanaman lain. Cmm merupakan bakteri dari

genus Corynebacteria yang non motil dan dapat

menular melalui bagaian tanaman yang sakit,

tanah yang mengandung bakteri serta dapat

terbawa oleh benih. Sanitasi lahan dari sisa

tanaman yang terinfeksi dan membakarnya

dapat mencegah serangan pada musim tanam

berikutnya. Pada lahan yang diduga atau

pernah terinfeksi oleh patogen dapat

disterilisasi baik secara biologi maupun kimiawi,

sterilisasi secara biologi dapat dilakukan

Page 51: KATA PENGANTARriau.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/PDF/... · 2018. 9. 7. · Cara yang efektif dan efisien untuk ... menghitung pendapatan usahatani. Secara matematis

Buletin Inovasi Pertanian, Volume : 2 No. 2, Desember 2016 : 50-60

| 48

menggunakan agen hayati seperti jamur

Gliocladium virens dan Trichoderma koningii.

Sterilisasi secara kimiawi dapat menggunakan

fungisida berbahan aktif seperti Copper oxide

56%.

Penyebaran melalui benih dapat

dilakukan seed treatment dengan cara

perendaman menggunakan air steril maupun

air hangat 520C atau minyak cengkeh dosis

0,5% yang tidak menyebabkan penurunan

viabilitas dan vigor Cmm >99% (Anwar, 2004).

Zainal et al (2010) menggunakan bebagai

ekstrak tanaman untuk seed treatment seperti

Temulawak, sirih hutan dan kulit kayu manis

masing-masing dosis 5%, minyak cengkeh

0,5% dapat mengeliminasi 98-99% Cmm pada

benih tomat.

Pengawasan dan pemantauan di

lapangan harus ditingkatkan melalui instansi

terkait yaitu petugas karantina dan penyuluh

pertanian di daerah dengan cara peningkatan

sumber dayanya maupun pemantauan rutin di

lapangan. Peningkatan SDM dapat dilakukan

melalui pelatihan, workshop dan sosialisasi

undang-undang karantina tanaman maupun

penyebaran brosur di lapangan.

KESIMPULAN

1. Clavibacter michiganensis adalah patogen

penyebab penyakit kanker atau busuk

bakteri umumnya pada tanaman

Solanaceae.

2. Pada lampiran No. 51/permentan/KR.010/

9/2015 tentang Perubahan Atas Peraturan

Menteri Pertanian Nomor 93/Permentan/

Ot.140/12/2011 Tentang OPTK Disebutkan

Bahwa C. Michiganensis Subsp merupakan

OPTK Kategori A2 dengan kisaran tanaman

inang Capsicum frutescens, Capsicum

annuum, Lycopersicum esculentum,

Solanum melongena,S. mammosum,

S.dauglas, S. nigrum, S. trifolium yang

terbawaakar, batang, daun, bunga, buah,

biji dan media tanam.

3. Michiganensis (Cmm) dilaporkan terdeteksi

di wilayah Sumatera (Barat, Selatan) dan

Jawa (Jawa Barat, Jawa Timur, Banten)

4. Sanitasi lahan dari sisa tanaman sakit dan

membakarnya dapat mencegah serangan

pada musim tanam berikutnya. Sterilisasi

lahan secara biologi menggunakan agen

hayati seperti jamur Gliocladium virens dan

Trichoderma koningii. Sterilisasi secara

kimiawi dapat menggunakan fungisida

berbahan aktif seperti Copper oxide 56%.

DAFTAR PUSTAKA

Agrios, 2005, Plant Pathology, Fifth Edition,

California, Academic Press

Anwar A, Ilyas S, Sudarsono, 2004, Deteksi bakteri Clavibacter michiganensis

subsp michiganensis pada benih

tomat komersial yang beredar di Indonesia, Jurnal Perlindungan

Tanaman 10(2) 74 – 86 CABI, 2016, http://www.cabi.org/isc/datasheet/

15338, Visited Juni 2017

CTAHR, 2014, https://www.ctahr.hawaii.edu/ site/News.aspx?yr=2014, visited Juni

2017 Direktorat Perlindungan Tanaman Hortikultura,

2008, Pedoman Pengelolaan Koleksi

dan Identifikasi OPT (khusus untuk patogen penyakit tanaman) Pada

Tanaman Hortikultura, Jakarta EPPO, 2006, 'Clavibacter michiganensis subsp.

sepedonicus' , Bull. OEPP/ EPPO vol. 36, pp. 99-109 Ivey, 2000,

http://apsjournals.apsnet.org/doi/abs/

10.1094/PDIS.2000.84.7.810C, visited Juni 2017

Page 52: KATA PENGANTARriau.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/PDF/... · 2018. 9. 7. · Cara yang efektif dan efisien untuk ... menghitung pendapatan usahatani. Secara matematis

Buletin Inovasi Pertanian, Volume : 2 No. 2, Desember 2016 : 50-60

| 49

Jahr, 1999, Interactions between Clavibacter

michiganensis and its host plants, Minireview, Environmental

Microbiology (1999) 1(2), 113–118, Germany

Jahr, 2000, The Endo-b-1,4-glucanase CelA of Clavibacter michiganensis subsp.

Michiganensis Is a Pathogenicity

Determinant Required for Induction of Bacterial Wilt of Tomato, MPMI Vol.

13, No. 7, 2000, pp. 703–714. Kurniasih, 2009, Reaksi Beberapa Tanaman dan

Beberapa Varietas Tomat terhadap

Inokulasi Clavibacter michiganensis subsp michiganensis, Tesis, Sekolah

Pasca Sarjana, IPB, Bogor Oem-Ji et al, 2010,

https://doi.org/10.1094/PDIS.2000.84.7.810C, Volume 84, Number 7 Page

810, visited Juni 2017

Permentan Nomor 51 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri

Pertanian Nomor 93/Permentan/Ot.140/12/2011

Tentang Jenis Organisme Pengganggu

Tumbuhan Karantina Prabanningrum dkk, 2014, Teknologi Budidaya

Kentang di Dataran Medium, Monografi No. 34, Balitsa, Badan

Litbang Pertanian, Kementerian Pertanian

Saptana, N.K. Agustin, dan A.M. Ar-Rozi. 2013.

Kinerja Produksi Dan Harga Komoditas Cabai Merah. Policy Brief

Analisis Kebijakan .Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan

Pertanian.Badan Penelitian dan

Pengembangan Pertanian. Kementerian Pertanian

Suganda. T, 2014, Strategi Pengendalian Patogen Dan Trend Praktik

Pengendaliannya Dalam

Meningkatkan Daya Saing Produk Pertanian, Makalah Utama Seminar

Nasional “Strategi Perlindungan Tanaman Untuk Meningkatkan Daya

Saing Produk Pertanian”, Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran,

Jatinangor, Sumedang.

Willey et all, 2008, Microbiology, Seventh edition, Ms Graw Hill, New York

Zainal, 2010, Efektivitas Ekstrak Tumbuhan untuk Mengeliminasi Clavibacter michiganensis subsp. michiganensis pada Benih Tomat, J. Agron. Indonesia 38 (1) : 52 – 59

Zainal, A., A. Anwar, U. Khairul, Sudarsono.

2008. Distribution of Clavibacter michiganensis subsp.michiganensis in

various tomato production centers in Sumatera and Java. Microbiology

Indonesia 2:63-68.

Page 53: KATA PENGANTARriau.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/PDF/... · 2018. 9. 7. · Cara yang efektif dan efisien untuk ... menghitung pendapatan usahatani. Secara matematis

Buletin Inovasi Pertanian, Volume : 2 No. 2, Desember 2016 : 50-60

| 50

PENGUJIAN MASA SIMPAN BROWNIES PADA KELOMPOK WANITA TANI SRI REJEKI

Siti Fuadah Chusna 1, Viona Zulfia 2)

1) Peneliti pada Balai Pelatihan Pertanian Jambi

2) Peneliti Pada Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Riau

ABSTRAK

Uji ketahanan brownies sangat penting dilakukan untuk mengetahui sampai berapa lama brownies

dapat dipasarkan. Bila sudah diketahui masa simpannya, brownies harus ditarik dari pasaran agar tidak menyebabkan konsumen sakit. Selain itu dengan mengetahui masa kadaluarsa brownies juga

dapat direncanakan tempat pemasarannya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

menginformasikan daya tahan brownies dari tepung terigu; brownies dari tepung kasava; dan brownies dari tepung terigu + tepung kasava. Diharapkan dengan mengetahui daya tahan tiap

jenis brownies, KWT “Sri Rejeki” dapat menginformasikan masa kadaluarsa brownies yang diproduksi ke konsumen. Penelitian dilakukan dengan metode eksploratoris untuk memperoleh

informasi tentang masa simpan tiga jenis brownies. Penelitian dilakukan dengan tiga tahap

kegiatan yaitu : a. Pembuatan tepung kasava; b. Pembuatan tiga jenis brownies; c. Uji masa simpan tiga jenis brownies. Masa simpan 3 (tiga) jenis brownies adalah tiga hari. Setelah tiga hari

sebaiknya brownies tidak dikonsumsi lagi meski setelah tiga hari rasanya belum berubah kecuali di bagian yang ditumbuhi jamur.

Kata kunci : masa simpan, brownies, tepung terigu, tepung kasava

ABSTRACT

Storability Test on brownies cake was very important to determine how long brownies capable of

being marketed without loss of freshness or usability. As brownies cake loss its freshness, it should withdrawn from the market to avoid consumer pain. In addition, the expiration date of brownies

capable help producer to determine where to market their products. The research aimed to obtain information regarding shelf life of brownies cake which use of wheat flour; cassava flour; and

wheat flour + cassava flour. The research was conducted using exploratory method to obtain the

shelf life information of three types brownies. There were three research phase: 1) made cassava flour; 2) made three type brownies; 3) tested the storable period of three types brownies. The

storability period of three type brownies were three days. After three days, brownies cake should no longer be consumed, as it may unsafe even though the flavor unchanged.

Keywords: shelf life, brownies, wheat flour, cassava flour

Page 54: KATA PENGANTARriau.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/PDF/... · 2018. 9. 7. · Cara yang efektif dan efisien untuk ... menghitung pendapatan usahatani. Secara matematis

Buletin Inovasi Pertanian, Volume : 2 No. 2, Desember 2016 : 50-60

| 51

PENDAHULUAN

Brownies merupakan salah satu kue

yang banyak disukai masyarakat. Brownies

adalah salah satu jenis roti namun memiliki

bentuk yang bantat dan terbuat dari

coklat sehingga dinamakan brownish

(kecoklatan) atau biasa disebut brownies.

Nama brownies sendiri diambil karena cake

tersebut dominan berwarna cokelat pekat

(brown), ditambah lagi karena bahan bakunya

juga terdiri dari aneka cokelat seperti dark

chocolate, cokelat pasta dan cokelat bubuk

(Rahman, F., 2015).

Brownies yang beredar di pasaran

sangat banyak macamnya, baik dari segi jenis

maupun variasi isian dan toppingnya. Sebagian

pembuat brownies tidak memperhatikan proses

pembuatan brownies yang benar dan bersih

sehingga mempercepat brownies yang

dipasarkan kadaluarsa. Sebagian pedagang

tidak mau rugi sehingga tetap menjual

brownies yang sudah kadaluarsa. Beberapa ciri

brownies yang sudah kadaluarsa antara lain

adalah : 1). brownies yang telah disimpan lebih

dari 7 hari pada suhu ruang, 2). Teksturnya

keras, 3). Aroma coklat tidak terlalu kuat,

mungkin juga timbulnya bau apek, 4). terdapat

jamur berwarna putih dalam jumlah banyak

(melebihi batas Standar Nasional Indonesia

yaitu 1 x 102 koloni/gram), 5). Pada saat ditarik

setelah dipotong terdapatseperti benang halus,

6). Terdapat rasa selain rasa coklat, kadang

terasa seperti mint (Widyatun, D., 2012).

Brownies merupakan salah satu contoh

produk pangan semi basah. Pangan semi basah

mempunyai kadar air antara 10-40%. Hal ini

terlihat pada kadar air yang dihasilkan, yaitu

berkisar antara 13,93-17,70%. Rendahnya

kadar air pada brownies menyebabkan

brownies memiliki umur simpan lebih kurang

selama 7 hari pada suhu ruang (Aufari, S.,

2013).

Berkaitan dengan berkembangnya

industri pangan skala usaha kecil-menengah,

dipandang perlu untuk mengembangkan

penentuan umur simpan produk sebagai bentuk

jaminan keamanan pangan. Penentuan umur

simpan di tingkat industri pangan skala usaha

kecil-menengah sering kali terkendala oleh

faktor biaya, waktu, proses, fasilitas, dan

kurangnya pengetahuan produsen pangan.

Umur simpan produk pangan adalah selang

waktu antara saat produksi hingga konsumsi di

mana produk berada dalam kondisi yang

memuaskan berdasarkan karakteristik

penampakan, rasa, aroma, tekstur, dan nilai

gizi. Pada saat baru diproduksi, mutu produk

dianggap dalam keadaan 100%, dan akan

menurun sejalan dengan lamanya penyimpanan

atau distribusi. Selama penyimpanan dan

distribusi, produk pangan mengalami

kehilangan bobot, nilai pangan, mutu, nilai

uang, daya tumbuh, dan kepercayaan

(Herawati, H., 2008).

Selama ini pembuat brownies secara

home industri jarang sekali melakukan uji

ketahanan brownies yang dihasilkan. Uji

ketahanan brownies sangat penting dilakukan

untuk mengetahui sampai berapa lama

brownies dapat dipasarkan. Bila sudah

diketahui batas waktunya brownies harus

ditarik dari pasaran agar tidak menyebabkan

konsumen sakit. Selain itu dengan mengetahui

masa kadaluarsa brownies juga dapat

direncanakan tempat pemasarannya. Masa

Page 55: KATA PENGANTARriau.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/PDF/... · 2018. 9. 7. · Cara yang efektif dan efisien untuk ... menghitung pendapatan usahatani. Secara matematis

Buletin Inovasi Pertanian, Volume : 2 No. 2, Desember 2016 : 50-60

| 52

kadaluarsa brownies harus dicantumkan pada

kemasan brownies.

Kelompok Wanita Tani (KWT) “Sri

Rejeki” belum pernah melakukan uji masa

simpan brownies dari tepung terigu; brownies

dari tepung kasava; dan brownies dari tepung

terigu + tepung kasava. Diduga Brownies dari

tepung terigu; brownies dari tepung kasava;

dan brownies dari tepung terigu + tepung

kasava mempunyai masa simpan yang sama.

Tujuan dari penulisan ini adalah untuk

mengetahui dan menginformasikan daya tahan

brownies dari tepung terigu; brownies dari

tepung kasava; dan brownies dari tepung terigu

+ tepung kasava sehingga dapat dapat

menentukan waku kadarluarsa dari brownies.

METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu

Penelitian dilakukan di Balai

Penyuluhan Pertanian (BPP) Jambi Kecamatan

Mestong dan Kelompok Wanita Tani (KWT) “Sri

Rejeki” di Desa Sebapo Kecamatan Mestong

Provinsi Jambi pada tanggal 10-23 Nopember

2014.

Bahan dan Alat

Alat yang digunakan adalah parutan,

saringan, nampah, penumbuk/alu, mixer,

timbangan, pisau, kompor, pengukus, baskom,

sendok makan, cetakan brownies, panci,

baskom stainless dan ayakan.

Sedangkan bahan yang digunakan

adalah : 15 butir telur, 150 gram tepung terigu,

150 gram tepung kasava, 3 sendok teh baking

powder, 600 gram gula halus, 525 ml minyak

goreng, 150 gram coklat bubuk, 750 gram

coklat masak.

Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan

adalah metode eksplanatoris untuk menguji

beberapa jenis anti koagulan

Pelaksanaan Penelitian

Penelitian dilakukan dengan metode

eksploratoris untuk memperoleh informasi

tentang masa simpan tiga jenis brownies.

Penelitian dilakukan dengan tiga tahap kegiatan

yaitu :

Tahap 1 Pembuatan tepung kasava

Prosedurnya adalah sebagai berikut: 1).

Singkong dikupas (singkong yang sudah

dikupas sebaiknya direndam air bersih agar

tidak menjadi coklat) kemudian dicuci sampai

bersih (sebaiknya dicuci menggunakan air

mengalir), 2) Setelah bersih singkong diparut

seperti kelapa kemudian diperas, 3). Hasil

perasan kemudian dijemur sampai kering, 4).

Setelah kering ditumbuk sampai halus

kemudian diayak dan yang masih kasar atau

tidak lolos ayakan dapat ditumbuk lagi sampai

halus.

Tahap II. Pembuatan tiga jenis brownies

Tahapannya adalah sebagai berikut: 1).

Kocok lepas telur dengan gula halus kemudian

lelehkan coklat masak kemudian dinginkan, 2).

Campur tepung dan coklat bubuk kemudian

ayak., 3). Tambahkan tepung dan coklat bubuk

yang telah diayak ke dalam kocokan telur dan

tambahkan baking powder kemudian aduk

sampai rata, 4). Tambahkan minyak goreng

dan coklat masak leleh kemudian aduk rata, 5).

Olesi cetakan brownies dengan sedikit minyak

Page 56: KATA PENGANTARriau.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/PDF/... · 2018. 9. 7. · Cara yang efektif dan efisien untuk ... menghitung pendapatan usahatani. Secara matematis

Buletin Inovasi Pertanian, Volume : 2 No. 2, Desember 2016 : 50-60

| 53

goreng secara merata kemudian tuang adonan

kedalam cetakan, 6). Rebus air dan setelah

mendidih gunakan untuk mengukus adonan. 7).

Kukus sampai matang (sebaiknya pada saat

mengukus, tutup pengukus dilapisi kain lap

bersih agar uap air tidak masuk ke adonan), 8).

Tepung yang digunakan dalam pembuatan

brownies disesuaikan dengan perlakuan yaitu :

brownies terigu menggunakan 100 gram

tepung terigu, brownies kasava menggunakan

100 gram tepung kasava, dan brownies

campuran menggunakan 50 gram tepung terigu

+ 50 gram tepung kasava;

Tahap III. Uji masa simpan tiga jenis

brownies

Uji masa simpan dilakukan selama

tujuh hari dengan mengamati rasa, aroma,

warna, tekstur, dan jamur dari tiga jenis

brownies. Brownies yang diamati diletakkan

dalam kemasan tertutup dan disimpan pada

suhu ruang. Pengamatan dilakukan setiap hari

dengan waktu yang sama dengan mencatat

semua hasil pengamatan

Parameter Pengamatan

Adapun parameter yang diamati dalam

penelitian ini adalah :1). Rasa, 2). Aroma, 3).

Warna, 4). Tesktur dan 5). Jamur.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengolahan pangan pada industri

komersial umumnya bertujuan memperpanjang

masa simpan, mengubah atau meningkatkan

karakteristik produk (warna, cita rasa, tekstur),

mempermudah penanganan dan distribusi,

memberikan lebih banyak pilihan dan ragam

produk pangan di pasaran, meningkatkan nilai

ekonomis bahan baku, serta mempertahankan

atau meningkatkan mutu, terutama mutu gizi,

daya cerna, dan ketersediaan gizi (Herawati,

H., 2008).

Umur simpan adalah kurun waktu

ketika suatu produk makanan akan tetap aman,

mempertahankan sifat sensori, kimia, fisik dan

mikrobiologi tertentu serta sesuai dengan

keterangan pelabelan data nutrisi, ketika

disimpan pada kondisi tertentu. Keterangan

mengenai umur simpan diinformasikan kepada

konsumen produk makanan dalam bentuk label

supaya mereka dapat mengetahui waktu dan

kondisi antara waktu pembelian hingga

konsumsi. Secara umum, ada tiga macam

komponen penting yang berhubungan dengan

umur simpan, yaitu perubahan mikrobiologis

(terutama untuk produk dengan umur simpan

yang pendek), serta perubahan kimia dan

sensori (terutama untuk produk dengan waktu

simpan menengah hingga lama) (Anonim,

2013).

Brownies kukus dan panggang, secara

umum tidak terlalu berbeda. Perbedaannya,

yang kukus mempunyai kadar air lebih tinggi

daripada panggang, sehingga mempunyai umur

simpan yang jauh lebih rendah (Saragih, IP.,

2011). Makanan dinyatakan telah kadaluarsa

jika telah terjadi perubahan–perubahan yang

tidak dikehendaki dari sifat asalnya. Secara

umum tanda-tanda makanan yang telah

mengalami kadaluwarsa adalah adanya bau

tidak enak, timbulnya jamur/kapang, atau

adanya bubuk putih. Proses kadaluwarsa terjadi

karena adanya aktivitas mikrobiologi yang

berkembang pada makanan tersebut atau

proses fermentasi dari mikroorganisme

pathogen tersebut. Proses ini terjadi karena

Page 57: KATA PENGANTARriau.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/PDF/... · 2018. 9. 7. · Cara yang efektif dan efisien untuk ... menghitung pendapatan usahatani. Secara matematis

Buletin Inovasi Pertanian, Volume : 2 No. 2, Desember 2016 : 50-60

| 54

daya tahan makanan tersebut telah berkurang

sehingga mikroorganisme dapat hidup dan

berkembang (Akhmad, 2009).

Rasa

Setelah penampilan, rasa memegang

posisi kedua yang menentukan diterima atau

tidaknya suatu produk makanan oleh

konsumen. Rasa adalah kesan sensori dari

suatu pangan atau substansi lain dan dikenali

terutama oleh indera perasa dan pembau.

Secara alami setiap bahan makanan (kecuali air

murni) memiliki kandungan senyawa yang

memberikan citarasa yang khas. Dalam proses

pengolahan bahan pangan seperti

pencampuran, pengeringan, dan

pemanggangan, senyawa-senyawa ini dapat

saling bereaksi sehingga memberikan rasa yang

berbeda dibanding dengan bahan-bahan

asalnya. Rasa alami atau yang terbentuk

selama pengolahan dikenal dengan sebutan

intrinsicflavor (Nur Gomo, A.T., 2016 dalam

Santoso, U. dkk 2016).

Pengamatan terhadap rasa brownies

dilakukan untuk melihat perubahan rasa tiga

jenis brownies dalam waktu tujuh hari. Hasil

pengamatan terhadap rasa tiga jenis brownies

selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Pengamatan rasa tiga jenis brownies

Penga-matan hari ke

Jenis Brownies

Brownies terigu

Brownies kasava

Brownies terigu + kasava

1 Manis Manis legit Manis

2 Manis Manis Manis

3 Manis Manis Manis 4 Manis Manis Manis 5 Manis Manis Manis 6 Manis Manis Manis

7 Manis pahit

Manis pahit Manis pahit

Dari hasil pengamatan pada Tabel 1,

menunjukkan bahwa rasa ketiga jenis brownies

dapat bertahan sampai hari ke enam,

sedangkan pada hari ketujuh rasa brownies

mulai berubah dari yang semula manis menjadi

manis pahit. Pengamatan rasa brownies

dilakukan dengan mencicipi brownies setiap

hari pada waktu yang sama sebanyak ± 50

gram.

Rasa merupakan faktor yang sangat

penting dalam menentukan penerimaan atau

penolakan bahan pangan oleh konsumen.

Walaupun aroma dan tekstur bahan pangan

baik, akan tetapi rasanya tidak enak maka

konsumen akan menolak produk tersebut. Rasa

dapat dinilai sebagai tanggapan terhadap

ransangan yang berasal dari senyawa kimia

dalam suatu bahan pangan yang memberi

kesan manis, pahit, asam dan asin (Aufari, S.

2013).

Pada pembuatan brownies rasa

dipengaruhi oleh penggunaan gula, coklat

batang dan coklat bubuk dengan jumlah yang

sama pada tiap perlakuan (Fatimah, S. dan

Rahayu, D. 2016). Pada gula, coklat batang dan

coklat bubuk memberikan rasa manis dan

berasa coklat pada brownies. Rasa manis pada

coklat diperoleh dari penambahan padatan gula

dalam proses formulasinya. Beberapa asam

amino bebas seperti glisin dan alanin serta

beberapa peptida juga memberikan rasa manis

(Fatimah, S. dan Rahayu, D. 2016).

Aroma

Indera pembau digunakan untuk

menilai bau atau aroma suatu produk pangan.

Aroma adalah rasa dan bau yang sangat

subyektif serta sulit diukur, karena setiap orang

mempunyai sensitifitas dan kesukaan yang

Page 58: KATA PENGANTARriau.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/PDF/... · 2018. 9. 7. · Cara yang efektif dan efisien untuk ... menghitung pendapatan usahatani. Secara matematis

Buletin Inovasi Pertanian, Volume : 2 No. 2, Desember 2016 : 50-60

| 55

berbeda. Meskipun mereka dapat mendeteksi,

tetapi setiap individu memiliki kesukaan yang

berlainan. Timbulnya aroma makanan

disebabkan oleh terbentuknya senyawa yang

mudah menguap. Aroma yang dikeluarkan

setiap makanan berbeda-beda. Selain itu, cara

memasak yang berbeda akan menimbulkan

aroma yang berbeda pula.

Bau makanan banyak menentukan

kelezatan makanan serta citarasa bahan

pangan itu sendiri. Perubahan nilai gizi seperti

lemak selama penyimpanan dapat membentuk

ketengikan pada bahan pangan. Bahan pangan

yang mudah terserang ketengikan oksidatif

lebih aman disimpan pada suhu rendah (Aufari,

S. 2013).

Pengamatan terhadap aroma brownies

dilakukan untuk melihat perubahan aroma tiga

jenis brownies dalam waktu tujuh hari. Hasil

pengamatan terhadap aroma tiga jenis

brownies selengkapnya dapat dilihat pada Tabel

2.

Tabel 2. Pengamatan aroma tiga jenis brownies

Penga-matan hari

ke

Jenis Brownies

Brownies terigu

Brownies kasava

Brownies terigu + kasava

1 Coklat Coklat harum

Coklat

2 Coklat Coklat Coklat

3 Coklat Coklat Coklat

4 Coklat Aroma

ubi Coklat

5 Coklat Aroma

ubi Coklat

6 Coklat Tengik Sedikit tengik

7 Coklat Tengik Sedikit tengik

Hasil pengamatan pada Tabel 2

menunjukkan bahwa aroma yang dapat

bertahan sampai hari ketujuh adalah aroma

pada brownies tepung terigu. Sedangkan

aroma pada brownies tepung kasava hanya

dapat bertahan sampai hari ketiga. Untuk

brownies tepung terigu+ brownies tepung

kasava aroma coklatnya bertahan sampai hari

ke lima.

Aroma brownies sangat dipengaruhi

oleh coklat yang digunakan dalam pembuatan

brownies. Oleh karena itulah aroma brownies

yang dominan adalah aroma coklat. Brownies

yang menggunakan berbagai macam bahan

tambahan bisa jadi yang tercium nantinya

adalah aroma bahan tambahannya, misalnya

kejunyu atau kacang almondnya.

Aroma pada brownies dipengaruhi oleh

penggunaan bahan coklat batang dan coklat

bubuk dengan jumlah yang sama pada setiap

perlakuan (Fathullah, 2013 dalam Fatimah, S.

dan Rahayu, D. 2016). Coklat batang dan

coklat bubuk ketika dipanaskan akan

menimbulkan aroma coklat yang tajam

sehingga aroma pada tepung tertutup.

Komponen aroma coklat terbentuk selama

penyangraian biji kakao dari calon pembentuk

cita rasa seperti asam amino, peptida, gula

pereduksi dan kuinon. Senyawa-senyawa

tersebut terbentuk selama proses penyiapan

biji, khususnya selama fermentasi dan

pengeringan ( Fatimah, S. dan Rahayu, D.

2016).

Warna

Warna merupakan komponen yang

sangat penting dalam menetukan kualitas atau

derajat penerimaan dari sesuatu bahan pangan.

Warna yang menarik akan meningkatkan

derajat penerimaan atau nilai sesuatu bahan

pangan. Warna pada hakekatnya merupakan

gelombang elektromagnetis dengan panjang

Page 59: KATA PENGANTARriau.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/PDF/... · 2018. 9. 7. · Cara yang efektif dan efisien untuk ... menghitung pendapatan usahatani. Secara matematis

Buletin Inovasi Pertanian, Volume : 2 No. 2, Desember 2016 : 50-60

| 56

gelombang tertentu yang dipancarkan atau

dipantulkan oleh suatu bahan. Warna pangan

dapat dibedakan atas warna alami dan warna

buatan atau tiruan (sintesis). Warna alami

adalah warna yang telah dimiliki oleh bahan

pangan sebagai hasil proses pertumbuhan atau

perubahan kimia dari zat-zat terkandung dalam

bahan tersebut, selama proses pengolahannya.

Warna buatan atau tiruan adalah warna yang

diberikan pada bahan pangan dengan

memberikan senyawa-senyawa kimia kedalam

bahan tersebut (Anonim, 2013).

Pengamatan terhadap warna brownies

dilakukan untuk melihat perubahan warna tiga

jenis brownies dalam waktu tujuh hari. Hasil

pengamatan terhadap warna tiga jenis

brownies selengkapnya dapat dilihat pada Tabel

3.

Tabel 3. Pengamatan warna tiga jenis

brownies

Penga-matan hari ke

Jenis Brownies

Brownies terigu

Brownies kasava

Brownies terigu + kasava

1 Coklat tua Coklat tua Coklat tua

2 Coklat tua Coklat tua Coklat tua

3 Coklat tua Coklat tua Coklat tua

4 Coklat tua Coklat tua Coklat tua

5 Coklat tua Coklat tua Coklat tua

6 Coklat tua Coklat tua Coklat tua

7 Coklat tua Coklat tua Coklat tua

Hasil pengamatan pada Tabel 3

menunjukkan bahwa warna ketiga jenis

brownies tidak berubah sampai hari ketujuh

yaitu tetap coklat tua. Warna brownies sangat

dipengaruhi oleh coklat yang digunakan dalam

pembuatan brownies. Bila menggunakan dark

coklat maka warna brownies akan semakin

gelap.

Warna merupakan alat sensori pertama yang

dapat dilihat langsung oleh konsumen. Suatu

bahan yang dinilai bergizi, enak, dan teksturnya

sangat baik tidak akan dimakan apabila

memiliki warna yang tidak sedap dipandang

atau memberikan kesan telah menyimpang dari

warna yang seharusnya. Sumber utama warna

brownies berasal dari dark chocolate yang

digunakan (Aufari, S. 2013).

Warna pada brownies disebabkan

karena formula bahan (coklat blok dan coklat

bubuk) yang digunakan dalam jumlah sama

(Fathullah, 2013 dalam Fatimah, S. dan

Rahayu, D. 2016). Timbulnya warna coklat

pada brownies juga dapat disebabkan oleh

reaksi pencoklatan (reaksi maillard) karena

adanya protein dan gula dalam bahan dasar

pembuatan brownies. Pada proses pengolahan,

adanya panas, gula dan asam amino dari

protein bereaksi dengan gugus aldehida atau

keton dari gula pereduksi dan menghasilkan

warna coklat (Fatimah, S. dan Rahayu, D.

2016). Bahan dalam brownies seperti telur

memiliki kandungan protein, sifat protein jika

dipanaskan (kukus dan panggang) akan

berubah menjadi kecoklatan sehingga

mempengaruhi warna brownies (Fatimah, S.

dan Rahayu, D. 2016).

Tekstur

Tekstur produk merupakan parameter

penting untuk berbagai jenis produk. Tekstur

merupakan salah satu faktor yang menentukan

mutu produk makanan. Tekstur merupakan ciri

suatu bahan sebagai akibat perpaduan dari

beberapa sifat fisik yang meliputi ukuran,

bentuk, jumlah dan unsur-unsur pembentukan

bahan yang dapat dirasakan oleh indera peraba

dan perasa, termasuk indera mulut dan

Page 60: KATA PENGANTARriau.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/PDF/... · 2018. 9. 7. · Cara yang efektif dan efisien untuk ... menghitung pendapatan usahatani. Secara matematis

Buletin Inovasi Pertanian, Volume : 2 No. 2, Desember 2016 : 50-60

| 57

penglihatan. Produk pangan dibuat dan diolah

tidak semata-mata untuk tujuan peningkatan

nilai gizi, tetapi juga untuk mendapatkan

karakteristik fungsional yang menuruti selera

organoleptik bagi konsumen. Karakteristik

fungsional tersebut diantaranya berhubungan

dengan sifat tekstural produk pangan olahan

seperti kerenyahan, keliatan, dan sebagainya

(Midayanto, D.N. dan Sudarminto, S.Y., 2014).

Pengamatan terhadap tekstur brownies

dilakukan untuk melihat perubahan tekstur tiga

jenis brownies dalam waktu tujuh hari. Hasil

pengamatan terhadap tekstur tiga jenis

brownies dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Pengamatan tekstur tiga jenis brownies

Pengamatan

hari ke Jenis Brownies

Brownies terigu

Brownies kasava

Brownies terigu + kasava

1 Lembut Lebih

lembut Lembut

2 Lembut Lembut Lembut 3 Lembut Lembut Lembut 4 Lembut Lembut Lembut 5 Lembut Lembut Lembut

6 Agak keras Agak keras Agak keras

7 Keras Keras Keras

Dari hasil pengamatan pada Tabel 4

menunjukkan bahwa tekstur ketiga jenis

brownies dapat bertahan sampai hari ke lima,

sedangkan pada hari ke enam rasa brownies

mulai berubah dari yang semula lembut

menjadi agak keras. Bahkan pada hari ke tujuh

ketiga jenis brownies mulai mengeras.

Menurut Aufari, S. (2013), penambahan

lemak pada adonan brownies bertujuan untuk

memberikan rasa gurih, melembutkan,

memberikan flavor, dan meningkatkan nilai gizi.

Penggunaan lemak juga dapat meningkatkan

rasa, menyebabkan produk menjadi tidak cepat

keras, dan menjadikannya lebih empuk.

Produk pangan yang mengandung kadar

sukrosa tinggi, umumnya bersifat higroskopis

dan mudah mengalami penurunan mutu selama

penyimpanan yang disebabkan oleh terjadinya

penyerapan air. Umur simpan produk seperti ini

akan ditentukan oleh seberapa mudah uap air

dapat bermigrasi ke dalam produk selama

penyimpanan dengan menembus kemasan.

Semakin besar perbedaan antara kelembaban

relatif lingkungan penyimpanan dibandingkan

kadar air produk pangan, maka air semakin

mudah bermigrasi.

Berdasarkan penelitian roti manis

mengalami penurunan tingkat kesukaan

konsumen terhadap karakteristik sensoriknya,

kemungkinan produk brownies juga mengalami

hal yang sama karena merupakan produk

bakery yang umur simpannya tidak panjang.

Pada proses pemasakan terjadi

peristiwa terlepasnya air yang terikat dalam gel

pati pada suhu dan selang waktu tertentu.

Meningkatnya suhu saat pemasakan

mengakibatkan penguapan air. Uap yang

bertekanan tinggi tersebut mendorong dan

mendesak jaringan gel. Akibatnya terjadi

pengosongan dalam jaringan tersebut dan

membentuk rongga-rongga udara pada

brownies serta berpengaruh terhadap tekstur

brownies (Fatimah, S. dan Rahayu, D. 2016).

Brownies kukus memiliki tekstur yang

lembut karena dalam proses pengukusan

brownies tidak menghilangkan banyak uap air

karena proses pengukusan menggunakan uap

air. Brownies panggang mempunyai tekstur

halus karena proses pemanggangan yang lama

sehingga kandungan air dalam adonan banyak

yang menguap dan proses pemanggangan

menggunakan udara panas dalam oven.

Page 61: KATA PENGANTARriau.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/PDF/... · 2018. 9. 7. · Cara yang efektif dan efisien untuk ... menghitung pendapatan usahatani. Secara matematis

Buletin Inovasi Pertanian, Volume : 2 No. 2, Desember 2016 : 50-60

| 58

Tekstur (saat dikunyah) brownies dipengaruhi

oleh tingkat kehalusan tepung yang digunakan.

Tingkat kehalusan tepung umumnya

berpatokan pada tepung terigu. Terigu

diperoleh dari hasil penggilingan dengan mesin

standart dan pengayakan pada ukuran saringan

tertentu. Menurut SNI 01737512009 syarat

mutu tepung terigu mempunyai kehalusan,

dengan lolos ayakan 212 μm (mesh No.70)

(Fatimah, S. dan Rahayu, D. 2016).

Jamur

Jamur adalah organisma yang

memerlukan temperatur hangat dan

kelembaban tinggi untuk tumbuh. Selain itu

jamur menyukai makanan yang dapat

memberinya “nutrisi” untuk tumbuh. Roti

misalnya, bahan pembuat roti adalah tepung

yang dibubuhi ragi agar mengembang. Ragi

merupakan “nutrisi” yang dibutuhkan jamur

untuk berkembang. Karena jamur tidak dapat

membuat zat tepungnya sendiri, maka ia

mengambil nutrisinya dari lingkungan sekitar.

Jika roti disimpan di tempat lembab dan

hangat, maka jamur tumbuh pesat (Anonim,

2015).

Pengamatan terhadap jamur dilakukan untuk

melihat pertumbuhan jamur pada tiga jenis

brownies dalam waktu tujuh hari. Hasil

pengamatan terhadap jamur pada tiga jenis

brownies dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Pengamatan jamur pada tiga jenis

brownies

Pengamatan hari ke

Jenis Brownies

Brownies terigu

Brownies kasava

Brownies terigu + kasava

1 - - -

2 - - -

3 - - -

4 Tumbuh jamur Tumbuh

jamur Tumbuh jamur

5

Jamur kecoklatan

Jamur putih kusam

Jamur kehijauan

6

Jamur kecoklatan

Jamur putih kusam

Jamur kehijauan

7

Jamur kecoklatan

Jamur putih kusam

Jamur kehijauan

Hasil pengamatan pada Tabel 5

menunjukkan bahwa jamur pada ketiga jenis

brownies mulai terlihat pada hari ke empat.

Setelah hari ke empat jumlah jamur yang

tumbuh semakin banyak. Hal tersebut berarti

sebaiknya brownies hanya dikonsumsi sampai

hari ke tiga.

Menurut Dilla (2016), ketahanan

brownies hanya selama 3 hari pada suhu

ruangan. Namun jika diletak di ruangan yang

bersuhu dingin (dikulkas) bisa sampai 10 hari.

Ciri-ciri brownies yang sudah tidak layak

dikosumsi lagi antara lain adalah munculnya

jamur berwarna putih dan mulai berbau.

Semakin lama penyimpanan maka

jumlah jamur semakin banyak. Salah satu

faktor yang mempengaruhi pertumbuhan jamur

adalah suhu penyimpanan. Peningkatan jamur

terjadi karena adanya mikroba mesofilik yang

tumbuh selama penyimpanan. Mikrooorganisme

mesofilik mempunyai kemampuan untuk

tumbuh pada suhu 15o-30o C. Produk pangan

semi basah belum menunjukkan tanda-tanda

kerusakan pada jumlah mikroba berkisar antara

103-105. Sedangkan pada jumlah mikroba

Page 62: KATA PENGANTARriau.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/PDF/... · 2018. 9. 7. · Cara yang efektif dan efisien untuk ... menghitung pendapatan usahatani. Secara matematis

Buletin Inovasi Pertanian, Volume : 2 No. 2, Desember 2016 : 50-60

| 59

berkisar antara 106-107 telah menunjukkan

tanda-tanda kerusakan seperti berlendir dan

penyimpangan bau. Pada jumlah mikroba

berkisar antara 108-1010 telah terjadi perubahan

stuktur produk (lunak, hancur,dan berair)

(Aufari, S. 2013).

KESIMPULAN

Dari hasil pengamatan tiga jenis brownies

selama tujuh hari diperoleh hasil masa simpan

tiga jenis brownies adalah tiga hari yang

ditandai dengan tumbuh jamur pada brownies

yang diikuti perubahan fisik lainya seperti :

1. Perubahan rasa pada hari keenam

untuk ketiga jenis brownies

2. Perubahan aroma pada hari ke 7 untuk

jenis brownies terigu, hari ke 3 untuk

jenis brownies kasava dan hari ke 5

brownies terigu +cassava

3. Perubahan warna pada hari ke 7 untuk

ketiga jenis brownies

4. Perubahan tekstur pada hari ke 5 untuk

ketiga jenis brownies

SARAN

1. Setelah tiga hari sebaiknya brownies tidak

dikonsumsi lagi meski meski setelah tiga

hari rasanya belum berubah kecuali di

bagian yang ditumbuhi jamur

2. Perlu dilakukan pengamatan masa simpan

brownies dengan berbagai komposisi bahan

terutama gula, karena gula dapat berfungsi

sebagai pengawet alami, semakin banyak

gula maka akan semakin lama daya tahan

brownies

3. Sebaiknya mencantumkan masa kadaluarsa

brownies di kemasan

DAFTAR PUSTAKA

Akhmad. 2009. Makanan Kadaluarsa.http:// gbenk.blogspot.com/2009/12/ makanan-

kadaluwarsa.html (2 Februari 2015).

Anonim. 2013. Umur Simpan. http://id.wikipedia.org/wiki/Umur_simpan

(16 Januari 2015) Anonim. 2015. Kinetika Reaksi Dalam

Pengolahan Pangan. http://web.ipb.

ac.id/~tepfteta/elearning/media/Teknik%20Pengolahan%20Pangan/bab2.php(16

Januari 2015) Aufari, S. 2013. Studi Pembuatan Brownies

Dengan Campuran Tepung Terigu Dan

Tepung Empulur Batang Pisang Kepok (Musa paradisiaca formatypica).

repository.unand.ac.id/20531/1/artikel%20SH%20tia.pdf (3 Februari 2015).

Dilla. 2016. Kenali Ciri-ciri Makanan Expired pada Brownies Amanda. Bertuah

Pos.Com (BPC) Pekanbaru. Rabu, 06

Januari 2016. http://bertuahpos.com/lifestyle/kenali-

ciriciri-makanan-expired-pada-brownies-aman.html. 27 Februari 2017.

Fatimah, S. dan Rahayu, D. 2016. Pengaruh

Substitusi Tepung Buah Bogem (Sonneratia caseolaris) dan Teknik

Pemasakan terhadap Sifat Organoleptik Brownies. Program Studi Tata Boga,

Fakultas Teknik, Universitas Negeri Surabaya. e-journal Boga, Volume 5, No.

1, Edisi Yudisium Periode Februari 2016,

Hal 201 – 210. Herawati, H. 2008. Penentuan Umur Simpan

Pada Produk Pangan. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah. Jurnal

Litbang Pertanian, 27(4), 2008.

tekpan.unimus.ac.id/wp.../p3274082_penentuan_umur_simpan-libre.pdf (3

Februari 2015). Midayanto, D.N. dan Sudarminto, S.Y., 2014.

Penentuan Atribut Mutu Tekstur Tahu

Untuk Direkomendasikan Sebagai Syarat Tambahan Dalam Standar Nasional

Indonesia. Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, FTP Universitas Brawijaya

Malang. Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 2 No 4 p.259-267, Oktober 2014.

Nur Gomo, A.T. 2016 dalamSantoso, U. dkk

2016. Memilih Perisa Tahan Panas Untuk Produk Yang Dipanggang dalam Pangan

Indonesia Yang Diimpikan Kumpulan Artikel Pemikiran Anggota PATPI.

Interlude. Yogyakarta.

Page 63: KATA PENGANTARriau.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/PDF/... · 2018. 9. 7. · Cara yang efektif dan efisien untuk ... menghitung pendapatan usahatani. Secara matematis

Buletin Inovasi Pertanian, Volume : 2 No. 2, Desember 2016 : 50-60

| 60

Rahman,F., 2015.

http://www.academia.edu/8041524/II_TINJAUAN_PUSTAKA (20 Januari 2015).

Saragih, P., 2011. Penentuan Kadar Air pada Cake Brownies dan Roti Two in One

Nenas dan Es.[Skripsi]. Universitas Sumatera Utara.

Medan.repository.usu.ac.id/bitstream/123

456789/27760/3/Chapter%20II.pdf (3 Februari 2015).

Widyatun, D., 2012. Reportase Investigasi Brownies dan Bolu Kukus Berbahaya.

http://jurnalbidandiah.blogspot.com/201

2/06/reportase-investigasi-brownies-dan-bolu.html (2 Februari 2015).