kebijakan dan strategi untuk peningkatan ekspor non · pdf file... membantu pemulihan citra...

24
1 KEBIJAKAN DAN STRATEGI UNTUK PENINGKATAN EKSPOR NON-MIGAS KE NEGARA- NEGARA DI KAWASAN EROPA TENGAH DAN TIMUR Makalah pada: Seminar Potensi Ekonomi Kawasan Eropa Tengah dan Timur, diselenggarakan oleh Departemen Luar Negeri, bekerjasama dengan Pemerintah Provinsi Sumatra Utara Oleh: Hazairin Pohan Direktur Eropa Tengah dan Timur Departemen Luar Negeri Republik Indonesia MEDAN, 1 AGUSTUS 2003

Upload: dangcong

Post on 30-Jan-2018

236 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KEBIJAKAN DAN STRATEGI UNTUK PENINGKATAN EKSPOR NON · PDF file... membantu pemulihan citra Indonesia di masyarakat internasional dan ... menerapkan hambatan-hambatan tarif dan non

1

KEBIJAKAN DAN STRATEGI UNTUK PENINGKATAN EKSPOR NON-MIGAS KE NEGARA-

NEGARA DI KAWASAN

EROPA TENGAH DAN TIMUR

Makalah pada: Seminar Potensi Ekonomi Kawasan Eropa Tengah dan Timur,

diselenggarakan oleh Departemen Luar Negeri, bekerjasama dengan Pemerintah Provinsi Sumatra Utara

Oleh: Hazairin Pohan

Direktur Eropa Tengah dan Timur

Departemen Luar Negeri

Republik Indonesia

MEDAN, 1 AGUSTUS 2003

Page 2: KEBIJAKAN DAN STRATEGI UNTUK PENINGKATAN EKSPOR NON · PDF file... membantu pemulihan citra Indonesia di masyarakat internasional dan ... menerapkan hambatan-hambatan tarif dan non

2

BAB I

PENDAHULUAN

1. Sebagaimana diketahui dalam Pelaksanaan Program Kerja Kabinet Gotong Royong mengenai Politik Luar Negeri Indonesia yang bebas aktif dilaksanakan dengan memprioritaskan empat hal yaitu: (1) mempertahankan kesatuan nasional dan integritas wilayah RI, (2) membantu pemulihan perekonomian nasional, (3) membantu pemulihan citra Indonesia di masyarakat internasional dan (4) memberikan perlindungan terhadap warga negara Indonesia dan badan hukum di luar negeri. Pemulihan ekonomi dilakukan antara lain dengan meningkatkan penerimaan devisa negara, termasuk di sektor perdagangan, penanaman modal dan pariwisata melalui pemanfaatan potensi pasar di berbagai wilayah ekonomi yang potensial.

2. Penyusunan kebijakan dan strategi bagi peningkatan perdagangan, penanaman modal dan

pariwisata melalui pemanfaatan potensi pasar di negara-negara Eropa Tengah dan Timur (ETT) sekarang ini merupakan momentum yang tepat. Pada saat pemerintah Indonesia sedang meningkatkan hubungan dan kerjasama dengan negara-negara di kawasan, sebagaimana dicerminkan dengan kunjungan Presiden RI dalam tahun 2002 diberbagai negara kawasan seperti Ceko dan Slovakia pada bulan Juni, ke Hongaria, Bosnia-Herzegovina, dan Kroasia dalam September 2002, dan dalam bulan April 2003, ke Romania, Rusia dan Polandia. Presiden Bulgaria dan Presiden Slovakia telah dijadwalkan untuk melakukan kunjungan ke Indonesia pada bulan September 2003 yang akan datang. Pada era diplomasi ekonomi sekarang sudah merupakan pemandangan biasa bahwa kepala-kepala negara membawa sejumlah usahawan dalam delegasi, serta menandatangani sejumlah persetujuan-persetujuan untuk mendorong peningkatan hubungan ekonomi, perdagangan dan investasi. Presiden RI dalam kunjungan kenegaraannya ke negara-negara Eropa Tengah dan Timur juga selalu menjadwalkan untuk hadir dalam pertemuan business meeting.

3. Peluang untuk peningkatan hubungan ekonomi dan perdagangan di kawasan ETT walaupun sudah

mulai dimanfaatkan, namun belum maksimal. Hal ini antara lain disebabkan oleh masih kurang tanggapnya para pengusaha Indonesia untuk membaca peluang-peluang yang ada, karena anggapan yang kurang tepat bahwa kondisi di negara-negara tersebut belum kondusif, masih bergolak, atau stigma lama negara-negara tersebut sebagai ‘bekas blok Timur’, yang memiliki konotasi perbedaan ideologis dengan kita. Untuk itu, kegiatan untuk sosialisasi mengenai kebijakan dan strategi Indonesia dalam kaitan peningkatan hubungan bilateral di segala bidang, dan khususnya menyangkut peningkatan ekspor non-migas di pasar-pasar di kawasan memiliki alasan yang kuat. Program yang dikembangkan oleh Departemen Luar Negeri sekarang ini adalah untuk membentuk tripartine strategic partnership antara Pusat - Daerah - Perwakilan R.I. di luar negeri yang akan diuraikan selanjutnya.

BAB II HUBUNGAN PERDAGANGAN INDONESIA

DAN KAWASAN EROPA TENGAH DAN TIMUR

Page 3: KEBIJAKAN DAN STRATEGI UNTUK PENINGKATAN EKSPOR NON · PDF file... membantu pemulihan citra Indonesia di masyarakat internasional dan ... menerapkan hambatan-hambatan tarif dan non

3

4. Menurut data statistik, nilai ekspor Indonesia pada tahun 2000 - 2003 masih cenderung berfluktuasi.

Pada tahun 2001 ekspor non-migas menurun 8.53% dibanding tahun 2000, yaitu dari USD 47,8 miliar denjadi 43,7 miliar. Namun sebagaimana dijelaskan di atas, ekspor non migas tahun 2002 naik 3,12% dibanding tahun 2001 atau dari USD 43,7 miliar menjadi USD 45,05 miliar. Kenaikan ekspor tersebut sebagian besar dipicu oleh peningkatan ekspor non migas Indonesia ke Cina (36,86%), Korea Selatan (18,96%), Malaysia (14,81%), dan Australia (14,31%).

5. Selama lebih dari 3 dekade, arah ekspor non migas Indonesia ditujukan ke “pasar tradisional”:

Amerika Serikat, Jepang, Uni Eropa, negara-negara ASEAN dan belakangan termasuk Timur Tengah. Selebihnya, ekspor kita ditujukan ke ke pasar non tradisional: Afrika, Eropa Tengah dan Eropa Timur, Amerika Tengah, Amerika Selatan dan ke negara-negara Asia lainnya.

6. Perkembangan ekonomi global yang penuh kompetisi sekarang ini telah membuat Indonesia tidak

bisa lagi terus menerus bergantung pada pasar tradisional, dengan alasan bahwa persaingan yang semakin tajam ditambah lagi dengan kecenderungan pasar yang semakin protektif dengan menerapkan hambatan-hambatan tarif dan non tariff. Kesulitan makin bertambah dengan melemahnya perdagangan dunia dari tahun ke tahun yang dipicu oleh menurunnya perekonomian AS dan Jepang. Impor AS dari dunia menurun sebesar 6,20% pada tahun 2001 dari USD 1.258,1 miliar menjadi USD 1.180,1 miliar. Demikian pula dengan impor Jepang yang juga ikut melemah sebesar 8,00% dari USD 378,7 miliar pada tahun 2000 menjadi USD 349,3 miliar tahun 2001. Menurut data ITC, pada tahun 2001 pertumbuhan nilai perdagangan dunia turun tajam sebesar 5,58% dari USD 11.894,8 triliun pada tahun 2000 menjadi USD 11.230,7 triliun pada tahun 2001. Penurunan nilai perdagangan dunia selain resesi, juga akibat penurunan harga-harga komoditi pertanian maupun harga produk hasil industri.

7. Di lain pihak, sejak berakhirnya Perang Dingin telah muncul emerging market di negara-negara

kawasan Eropa Tengah dan Timur. Dari 17 negara kawasan, kami mencatat 12 negara yang memiliki potensi, yakni Belarus, Bosnia Herzegovina, Bulgaria, Ceko, Hongaria, Kroasia, Polandia, Romania, Federasi Rusia, Slovakia, Serbia-Montenegro, dan Ukraina. 5 negara kawasan lainnya seperti Macedonia, Armenia, Georgia, Moldova, dan Albania tampaknya masih tertinggal jauh dan belum menjadi fokus pembahasan.

8. Sebagai gambaran, berdasarkan data yang dikeluarkan oleh The World Fact Book 2003, kawasan

yang berpenghuni sekitar 330 juta penduduk pada wilayah seluas lebih dari 19 juta kilometer persegi ini memiliki GDP USD. 2,62 triliun dengan rata-rata GDP/kapita USD. 6.226. (Bandingkan dengan 10 negara ASEAN dengan total kl. USD. 700 milyar). Kegiatan perdagangan antar 17 negara di kawasan mencapai USD. 526,49 milyar merupakan angka yang signifikan di dalam perekonomian global, sedangkan share dengan Indonesia baru mencapai angka hampir USD. 1 milyar. Hapusnya berbagai faktor penghambat internal dan eksternal di masa lalu sejak berakhirnya perang dingin telah membuka kesempatan bagi Indonesia dengan negara-negara kawasan untuk mengembangkan semua potensi yang ada untuk peningkatan hubungan ekonomi dan perdagangan.

9. Perhatian Pemerintah untuk meningkatkan hubungan ekonomi dan perdagangan dengan negara-

Page 4: KEBIJAKAN DAN STRATEGI UNTUK PENINGKATAN EKSPOR NON · PDF file... membantu pemulihan citra Indonesia di masyarakat internasional dan ... menerapkan hambatan-hambatan tarif dan non

4

negara kawasan Eropa Tengah dan Timur memiliki rationale yang kuat. Pertama, kawasan ini memiliki penduduk berjumlah kl. 330 juta jiwa, dengan pendapatan perkapita antara USD 1.200-USD 6.000, dengan tingkat pertumbuhan ekonomi rata-rata sekitar 4% dan mulai menunjukkan fundamental makro yang kondusif bagi perkembangan selanjutnya. Seiring dengan peningkatan perdapatan perkapita, maka terjadi pula peningkatan kebutuhan barang konsumsi, perumahan, hiburan termasuk pariwisata.

10. Kedua, berkaitan dengan proses integrasi politik, ekonomi, perdagangan, investasi melalui Uni

Eropa (UE). Polandia, Hongaria, Ceko, dan Slovakia, merupakan 4 negara anggota baru UE pada tahun 2004, sedangkan 3 negara lainnya yakni Kroasia, Bulgaria, dan Romania, akan lebih memperkokoh fondasi ekonomi negara-negara tersebut baik secara individu maupun dalam kelompok UE yang akan memainkan peranan sebagai salah satu aktor terpenting dalam perekonomian global, bersama AS, Jepang, dan China dalam waktu dekat. 4 negara berdekatan dengan Eropa Tengah dan Timur yang akan menjadi anggota penuh UE dalam tahun 2004 adalah Slovenia (bekas salah satu republik di Yugoslavia), Estonia, Latvia, dan Lithuania (sebelumnya menjadi bagian dari Uni Soviet).

11. Ketiga, Indonesia telah memiliki landasan hubungan politik yang sangat baik dengan negara-

negara kawasan yang dulu disebut blok Comecon dan Pakta Warsawa yakni sekitar 50 tahun, kurang lebih sama dengan negara-negara Barat. Keadaan ini sering disebut trouble-free relationship, untuk membedakan hubungan RI dengan negara-negara Barat dan bahkan dengan negara-negara tetangga yang acapkali diwarnai dengan gangguan dan gejolak (ups and downs), akhir-akhir ini yang mengganggu kepentingan peningkatan hubungan. Meskipun Indonesia dan negara-negara Eropa dan Amerika Serikat kini sama-sama negara demokrasi dan menghormati hak asasi manusia, namun kita selalu terganggu (irritated) dengan berbagai masalah di bidang ini. Di balik pretext ini selalu terdapat kepentingan-kepentingan yang bersifat ekonomi. Pengalaman kita mengajarkan bahwa gangguan di bidang politik seperti ini juga berdampak langsung terhadap ekonomi.

12. Keempat, negara-negara kawasan di sini memiliki kemampuan industri dan teknologi di berbagai

bidang yang cocok bagi kepentingan kita, misalnya di bidang perkapalan, pesawat udara, industri tenaga termasuk nuklir, kimia, perikanan, satelit dan kedirgantaraan, pertanian dan agri industri, termasuk industri kecil dan menengah. Dalam sisi aplikasinya, kapasitas mereka di bidang teknologi, industri dan know how ini memiliki korelasi erat terhadap perkembangan perekonomian. Untuk itu, Indonesia kini sedang menjalin kerjasama di berbagai bidang yang telah disepakati dalam berbagai kunjungan Presiden RI di kawasan, yang sebenarnya bukanlah baru bagi Indonesia karena pada era tahun 1960-an kita sebenarnya telah meletakkan dasar-dasar kuat untuk kerjasama iptek dan industri namun terhenti.

13. Sebagai tambahan, negara-negara kawasan memiliki industri pendidikan tinggi, khususnya di

bidang iptek, yang berpotensi besar untuk dimanfaatkan sebagai alternatif terhadap semakin mahalnya biaya pendidikan dan penghidupan serta sulitnya memperoleh visa bagi mahasiswa kita untuk belajar di negara-negara Barat. Dengan semangat liberalisasi dan privatisasi, perguruan-perguruan tinggi di negara kawasan juga telah mulai menggunakan bahasa Inggeris sebagai pengantar untuk mengatasi masalah persyaratan penguasaan bahasa setempat sebagaimana dulu

Page 5: KEBIJAKAN DAN STRATEGI UNTUK PENINGKATAN EKSPOR NON · PDF file... membantu pemulihan citra Indonesia di masyarakat internasional dan ... menerapkan hambatan-hambatan tarif dan non

5

pada zaman Perang Dingin. 14. Dengan demikian, jelaslah kini adalah waktu yang tepat bagi kita semua untuk merumuskan suatu

strategi terpadu 3-pihak, antara Pusat yang diwakili Deplu sebagai koordinator dan pengarah kebijakan dan politik luar negeri, Perwakilan RI di luar negeri, dan Daerah.

BAB III

MENJADIKAN EROPA TENGAH DAN TIMUR SEBAGAI KAWASAN TRADISIONAL BAGI EKSPOR R.I.

15. Judul Bab ini lebih tepat merupakan visi yang masih perlu diwujudkan secara bersama-sama oleh

Pemerintah dan swasta. Dari penjelasan sebelumnya, jelas bahwa masih banyak yang harus dilakukan oleh Pemerintah untuk mengejar ketinggalannya di dalam meningkatkan hubungan ekonomi perdagangan dengan kawasan. Kawasan Eropa Tengah dan Timur kini telah menjadi gadis cantik yang sedang dilamar oleh banyak pria dari Barat maupun Timur. Kawasan yang dipandang sebagai emerging market ini telah memiliki semua persyaratan untuk maju: modal, teknologi, sumber daya manusia dan sumber alam serta kemampuan pasar yang signifikan. Kini, beberapa negara Asia telah muncul sebagai pesaing kita untuk masuk ke kawasan, seperti China, Korea, Malaysia dan Thailand.

16. Perekonomian Indonesia sejak tahun 2000 mulai memasuki masa pemulihan setelah dilanda krisis

ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997. Pemulihan ekonomi berdasarkan pengalaman banyak negara dapat dapat dipercepat melalui dua faktor, yaitu melalui peningkatan konsumsi dalam negeri dan peningkatan ekspor. Dalam rangka penetrasi pasar non tradisional, Pemerintah menerapkan metode pendekatan ke pasar yang baru tumbuh (emerging market), dan penentuan entry point ke pasar sekitarnya, seperti negara-negara Eropa Timur dan Tengah.

17. Nilai ekspor Indonesia ke kawasan Eropa secara keseluruhan meningkat dari USD 8,4 miliar pada

tahun 2001 menjadi USD 8,6 miliar pada tahun 2002. Namun nilai tersebut masih di bawah nilai ekspor Indonesia pada tahun 2000 sebesar 9,3 miliar, namun share Indonesia belum juga mencapai 1%, sebagian besar diserap oleh . Rusia, Ukraina, Polandia, Bulgaria, Hongaria dan Ceko.

18. Strategi peningkatan ekspor yang dilakukan Pemerintah adalah dengan cara melakukan pembinaan

industri, pembinaan pelaku ekspor, melakukan akses dengan pasar melalui perundingan-perundingan ditingkat multilateral, regional, dan bilateral, melakukan promosi ekspor ke luar negeri dan dalam negeri serta melakukan diversifikasi pasar ke pasar non tradisional dengan tetap mempertahankan pasar tradisional. Usaha lain yang dilakukan adalah dengan cara meningkatkan daya saing produk melalui program peningkatan Citra Merek Dagang, diversifikasi produk dan pengembangan produk dan jasa. Upaya-upaya diatas sangat besar kontribusinya dalam meningkatnya ekspor non migas tahun 2002 sebesar 3,12% dibanding tahun 2001, yang semula banyak pengamat pesimis dan memperkirakan ekspor Indonesia tahun 2002 akan menurun.

19. Menjadikan kawasan ETT sebagai pasar bagi komoditas kita merupakan langkah strategis.

Page 6: KEBIJAKAN DAN STRATEGI UNTUK PENINGKATAN EKSPOR NON · PDF file... membantu pemulihan citra Indonesia di masyarakat internasional dan ... menerapkan hambatan-hambatan tarif dan non

6

Pertama, dalam proses transisi ekonomi yang berorientasi ke Eropa, maka negara-negara kawasan dapat menjadi entry point bagi mengisi kebutuhan barang-barang konsumen di sana, sekaligus sebagai sasaran antara menuju ke Eropa Barat. Kedua, kejenuhan pasar tradisional kita di Eropa, Amerika dan Asia Pasifik, yang dibarengi pula penurunan harga komoditas pertanian harus diimbangi dengan penemuan pasar-pasar baru. Dalam hal ini, strategi yang dikembangkan adalah bersifat jangka-panjang. Ketiga, dalam rangka peningkatan produksi industri manufaktur kita memerlukan bahan-bahan yang selama ini diimpor dari Barat. Untuk itu negara-negara di ETT dapat menjadi alternatif sumber bahan-bahan tersebut dengan harga yang kompetitif. Peningkatan impor kita dari negara-negara tersebut harus pula diimbangi dengan ‘counter-trade’ untuk membeli komoditas kita.

20. Indonesia dan negara-negara kawasan telah menandatangani sejumlah Persetujuan/MOU dalam

kerangka ekonomi dan perdagangan, yaitu: Persetujuan Kerjasama Ekonomi dan Teknik, Kerjasama Investasi, Kerjasama Teknik-Militer, Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda, Persetujuan Perdagangan, Perbankan, dan KADIN.

21. Selama empat tahun terakhir, volume perdagangan kedua negara terus mengalami pasang surut,

namun nilai ekspor Indonesia ke negara kawasan terus mengalami peningkatan. Nilai impor Indonesia dari negara-negara kawasan berfluktuasi dan cenderung meningkat dan surplus bagi kita. Hubungan perdagangan dengan negara-negara kawasan memiliki prospek yang cerah, karena seiring dengan peningkatan hubungan maka akan terjadi kenaikan ekspor dan impor di antara kedua pihak.

22. Mata dagang Indonesia ke negara-negara kawasan yang akan terus meningkat ialah produk-produk

pertanian yaitu: palm oil, karet alam, coklat, teh, kopi, minyak nabati. Sementara impor Indonesia dari negara-negara kawasan adalah membeli produk teknologi tinggi, terutama produk otomotif, industri pertahanan, industri kimia, produk-produk baja dan besi semi jadi.

BAB III POTENSI EKONOMI

NEGARA-NEGARA KAWASAN 23. Secara umum profil ekonomi dan perdagangan luar negeri negara-negara ETT tersebut hampir

memiliki kesamaan. Situasi politik dan ekonomi di negara-negara ETT sudah mulai stabil sehingga kegiatan perekonomian sudah mulai tumbuh dan pasar mulai terbuka.

24. Prioritas kebijakan politik dan hubungan luar negeri negara-negara di kawasan ini untuk menjadi

anggota Uni Eropa merupakan pendorong yang sangat kuat untuk melakukan reformasi di bidang ekonomi, sehingga pasar kawasan tersebut pada saat bersamaan semakin terbuka (liberalisasi) namun di sisi lain perlu dicermati karena proses integrasi itu berarti negara-negara itu akan masuk ke dalam zona ekonomi yang paling sophisticated karena berbagai peraturan perdagangan, investasi dan keuangannya. Artinya, terdapat peluang terbatas waktu bagi kita untuk menancapkan kaki (foothold) di sana.

Page 7: KEBIJAKAN DAN STRATEGI UNTUK PENINGKATAN EKSPOR NON · PDF file... membantu pemulihan citra Indonesia di masyarakat internasional dan ... menerapkan hambatan-hambatan tarif dan non

7

25. Kerjasama sub-regional juga mulai menunjukkan arti penting bagi mereka. Pada Pertemuan

Tingkat Tinggi South East European Cooperation Process (SEECP) yang terdiri dari Albania, Bulgaria, Macedonia, Romania, Turki, Uni Serbia-Montenegro dan Yunani di Beograd pada bulan April 2003 menegaskan kembali terjadinya proses liberalisasi ekonomi dan perdagangan di kawasan Balkan ini. Kerjasama ekonomi kawasan tersebut akan meluas ke arah kawasan Laut Hitam seiring dengan perkembangan liberalisasi ekonomi di negara-negara yang tergabung dalam Forum Kerjasama Ekonomi Laut Hitam atau Black Sea Economic Cooperation.

26. Pertumbuhan ekonomi yang relatif tinggi di kawasan mendorong terjadinya peningkatan permintaan

akan kebutuhan di dalam negeri pada kawasan tersebut. Selama tiga tahun terakhir, perdagangan luar negeri kawasan mengalami pertumbuhan yang signifikan dan terkonsentrasi pada negara maju (50%), intra kawasan (40%) serta sisanya (10%) merupakan pasar negara berkembang termasuk Indonesia. Perdagangan kawasan Balkan dengan Indonesia selama tiga tahun terakhir mengalami kemajuan dan selalu surplus bagi Indonesia, namun pangsa pasar Indonesia di kawasan tersebut masih relatif kecil yaitu di bawah 1%. Hal itu semakin menegaskan bahwa peluang pasar di kawasan ETT cukup menjanjikan bagi produk ekspor Indonesia pada tahun-tahun mendatang.

27. Sejak tahun 1990-an, hampir seluruh negara-negara di kawasan ETT melakukan kebijakan ekonomi

berbasis ekspor dengan meliberalisasikan ekonominya ke arah ekonomi pasar dan menerapkan berbagai kebijakan yang memberi kesempatan kepada semua lapisan masyarakat untuk berperan dalam pembangunan ekonomi termasuk program swastanisasi.

28. Negara kawasan mempunyai strategi pembangunan ekonomi berdasarkan pada penerimaan,

antara lain ekspor terutama produk alternatif trucks, tractors, motor cycles, pertanian (gandum), baja, industri kimia (pupuk), industri berat dan mesin, kapal, peralatan militer dan industri makanan. Sama seperti Indonesia pada tahun 1970-an mengembangkan strategi industri substitusi impor (ISI), dengan langkah relatif cepat berkat dukungan teknologi dan SDM yang berkualitas, dan kedekatan (proximity) dengan pasar yang lucrative di Eropa Barat maka negara-negara kawasan telah tumbuh sebagai kekuatan ekonomi yang layak diperhitungkan. Di sisi kepentingan kita, peningkatan industri barang-barang konsumsi juga telah menaikkan impor mereka terhadap bahan baku antara lain minyak nabati, palm oil dan bahan kimia organik.

29. Dalam masa transisi di sana, negara-negara kawasan memprioritaskan peningkatan perdagangan

dengan negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Eropa dan Jepang serta kawasan perdagangan tradisionalnya di bekas negara-negara Comeco. Belakangan ini mereka juga secara agresif mulai bergerak ke negara-negara kawasan Asia Pasifik lainnya, seperti China, Korea, Indonesia dan beberapa negara ASEAN, dan Australia. Strategi yang dikembangkan ialah melalui pameran-pameran internasional di berbagai kota-kota besar di negara kawasan. Berbagai pameran berskala internasional tersebut telah masuk di dalam agenda promosi ekspor kita, sebagai wadah kontak dagang antar pelaku bisnis Indonesia dengan pelaku-pelaku bisnis potensial di negara-negara kawasan sekitarnya.

30. Perkembangan positif dengan meningkatnya arus wisatawan dari negara-negara kawasan ke

Indonesia di samping berfungsi sebagai indikator peningkatan kemakmuran juga merupakan lahan

Page 8: KEBIJAKAN DAN STRATEGI UNTUK PENINGKATAN EKSPOR NON · PDF file... membantu pemulihan citra Indonesia di masyarakat internasional dan ... menerapkan hambatan-hambatan tarif dan non

8

yang menguntungkan bagi kita. Dalam waktu kurang dari 10 tahun, Indonesia mencatat kenaikan secara konstan jumlah wisatawan dari negara-negara kawasan. Rusia, misalnya, mengirim wisatawan dengan menggunakan sekitar 15 pesawat charter Ilyushin berbadan lebar setiap tahunnya ke Bali. Kini perwakilan-perwakilan RI di kawasan harus bekerja ekstra dalam pelayanan visa, yang juga menambah pemasukan negara. Di samping itu, kota-kota wisata di kawasan, seperti Praha, Budapest, Zagreb, Moskow dan St. Petersburg, Warsawa, dan Bucharest sejak dulunya, bahkan pada zaman komunis, terkenal keindahan dan menjadi tujuan wisata. Negara-negara ini juga potensial bagi kita untuk memasarkan barang-barang kerajinan yang mulai dikenal di sana.

31. Di bidang kerjasama ekonomi dan perdagangan luar negeri, kebijakan yang ditempuh oleh

pemerintah negara-negara kawasan adalah menarik masuknya modal asing, mengusahakan bantuan ekonomi luar negeri, yang sangat diperlukan bagi pembangunan ekonomi. Prospek masuknya negara-negara tersebut ke dalam Uni Eropa seyogianya juga menjadi peluang bagi kita untuk mendorong ekspor ke Eropa Barat melalui investasi kita ke kawasan.

BAB IV PROFIL EKONOMI NEGARA-NEGARA

KAWASAN EROPA TENGAH DAN TIMUR DAN PELUANG UNTUK PENINGKATAN

EKSPOR NON-MIGAS

(1) Belarus 32. Volume perdagangan Indonesia-Belarus masih kecil sebagaimana tercatat dalam tahun 2001

sebesar USD. 14,37 juta, dengan nilai ekspor RI sebesar USD. 10,19 juta dan impor dari Belarus sebesar USD. 10,18 juta. Sama dengan perkembangan selama 4 tahun terkahir, Indonesia mengalami defisit perdagangan sebesar USD. 5,39 juta.

33. Komoditi ekspor utama Indonesia meliputi karet alam, kopi, teh, rempah-rempah, dan tekstil,

sementara impor dari Belarus meliputi pupuk, benang sintetis, filaments, transmission shaft dan peralatan pertanian. Sebagian besar dari komoditi yang dibeli Indonesia adalah pupuk, namun melalui China. Belarus sangat membutuhkan karet untuk industri ban dan damar, sedangkan untuk komoditi pertanian yang dibutuhkan adalah cocoa powder, cocoa oil dan cocoa beans. Perusahaan Belarus “Lesimpek” ingin membeli sejumlah 200 ton gum resin per bulan dari Indonesia selama 5 tahun. Perusahaan “Teksmegatrend ingin membeli biji dan serbuk coklat dalam jumlah besar.

34. Masih sulit diperoleh data lengkap mata-dagang utama dan nilai ekspor/impor di antara kedua

negara.

(2) Bosnia-Herzegovina 35. Sejak tahun 2000, volume perdagangan kedua negara terus mengalami penurunan, dan defisit

Page 9: KEBIJAKAN DAN STRATEGI UNTUK PENINGKATAN EKSPOR NON · PDF file... membantu pemulihan citra Indonesia di masyarakat internasional dan ... menerapkan hambatan-hambatan tarif dan non

9

berada di pihak Indonesia. Volume perdagangan tahun 2001 tercatat sebesar USD. 506 ribu dengan ekspor Indonesia sebesar USD. 243 ribu. Dalam lima tahun terakhir, angka perdagangan kedua negara mencapai puncaknya pada tahun 2000 sebesar USD. 2 juta dengan ekspor Indonesia hanya mencapai USD. 419 ribu.

36. Komoditi ekspor Indonesia ke Bosnia-Herzegovina antara lain karet, tekstil, furniture, produk kayu

dan recorder. Indikasi peningkatan ekspor terjadi pada komoditi produk furniture dan produk kayu. Komoditi impor Indonesia dari Bosnia-Herzegovina antara lain alumunium, metal dan produk mesin.

(3) Bulgaria 37. Neraca perdagangan Indonesia-Bulgaria pada tahun 2002 menunjukkan surplus bagi Indonesia dan

berjumlah sekitar 78,8 juta USD, dengan nilai ekspor sekitar 72 juta USD dan nilai impor sebesar 6,8 juta USD (Depperindag Indonesia). Pada periode Januari – Mei 2003, ekspor Indonesia ke Bulgaria adalah sebesar 23,8 juta USD, sedangkan impor Indonesia dari Bulgaria sebesar 1,5 juta USD (Sumber: Kementerian Ekonomi Bulgaria).

38. Meskipun angka relatif besar dengan angka sekitar USD. 80 juta, namun kemampuan pasar

Bulgaria untuk menyerap ekspor non-migas RI masih memiliki potensi. Sejak tanggal 5 Agustus 1997 KBRI Sofia telah membentuk “Business Informal Gathering” (BIG) yaitu forum pertemuan antara para pebisnis Bulgaria dengan KBRI Sofia. Upaya tersebut telah menunjukkan hasil berupa peningkatan volume perdagangan serta adanya keikutsertaan tiga pengusaha Bulgaria dalam PPE di Kemayoran tahun 1999. Terdapat 80 perusahaan Bulgaria yang ingin berhubungan dengan Indonesia dan ada 60 perusahaan Indonesia yang ingin mengekspor produknya ke Bulgaria.

39. Pasar Bulgaria memang relatif kecil karena hanya berpenduduk sekitar 9 juta jiwa dan dengan GDP

sekitar USD 12 miliar, atau sekitar USD 1.500 per kepala. Namun dengan semakin kondusifnya iklim usaha dan permintaan dalam negeri yang semakin meningkat maka hal ini merupakan peluang usaha yang perlu dimanfaatkan, terlebih pasar ini masih relatif baru untuk produk-produk Indonesia.

40. Hasil penelitian pasar terhadap 129 item yang dilakukan oleh KBRI di Sofia memberikan indikasi

yang cukup positif bagi produk-produk Indonesia, sejalan dengan meningkatnya kebutuhan pasar domestik. Untuk memasuki pasar Bulgaria Indonesia harus mampu bersaing dengan negara-negara tetangga seperti Turki yang memiliki produk yang hampir sama dengan Indonesia. Selain itu, beberapa kemudahan seperti pemberian tarif khusus kepada beberapa negara juga merupakan tantangan yang harus dihadapi dan perlu dicari solusinya. Jarak memang masih menjadi salah satu kendala, namun kemajuan teknologi sudah sewajarnya dapat mengatasi masalah dimaksud dalam upaya kita memasuki pasar baru Bulgaria.

41. Produk ekspor Indonesia yang diminati pengusaha Bulgaria meliputi: glassware, mebel rotan dan

kayu untuk kantor dan rumah tangga, tekstil dan produk turunannya, sepatu, sepatu olah raga, sandal, biji kopi, cacao, teh celup, karet alam, minyak goreng, margarin, sabun, batu bara dan plywood.

(4) Ceko

Page 10: KEBIJAKAN DAN STRATEGI UNTUK PENINGKATAN EKSPOR NON · PDF file... membantu pemulihan citra Indonesia di masyarakat internasional dan ... menerapkan hambatan-hambatan tarif dan non

10

42. Neraca perdagangan bilateral antara Indonesia dan Ceko masih terus menguntungkan Indonesia

sejak tahun 1994. Volume perdagangan terbesar dicapai oleh kedua negara pada tahun 2002 yaitu sebesar USD 130,7 Juta. Menurut data statistik dari Kementerian Perindustrian dan Perdagangan Ceko, ekspor Indonesia meningkat sebesar 36,6% dari tahun 2001 menjadi USD 114,5 juta sedangkan impor Indonesia meningkat sebesar 20,8% dari tahun sebelumnya menjadi USD 16,2 juta.

43. Dari 20 komoditi ekspor terbesar Indonesia ke Republik Ceko tahun 2001-2002, komoditi yang

mengalami peningkatan ekspor terbesar antara lain adalah alat reproduksi/perekam suara dan televisi (236,25%); katup dan tabung katoda, dioda dan sirkuit terpadu (190,82%); rotating electric plant (169,07%) dan minyak dan lemak nabati (144,47%). Namun, peningkatan ekspor secara absolut ada pada komoditi mesin pemrosesan data (USD 10.928 ribu). Komoditi Indonesia yang mengalami penurunan ekspor adalah plycetals, polyethers, dll (58,19%); kayu lapis (28,20%); radio (21,22%), articles of apparel of textile fabrics (1,17%) dan bumbu/rempah-rempah (1,83%).

44. Produk Indonesia mempunyai peluang yang besar untuk masuk ke pasar Ceko antara lain karet

alam, alas kaki, pakaian jadi serta komputer dan elektronik. 45. Ekspor elektronik, komputer dan komponen Indonesia ke Ceko sangat besar dibandingkan dengan

produk lainnya. Peran ekspor produk tersebut sebesar 39,96% dibandingkan total ekspor Indonesia ke Ceko. Namun, market share produk Indonesia tersebut hanya sebesar 1,35% di Ceko. Kehadiran produk buatan Indonesia tersebut sangat terkait erat dengan ekspor MNC ke Ceko seperti Panasonic, Sony, Siemen dan lainnya. Pesaing utama produk Indonesia adalah Cina, Jepang, Taiwan dan Jerman.

(5) Croatia

46. Volume perdagangan RI- Kroasia mencapai USD. 2,8 juta, yakni ekspor RI ke Kroasia sebesar

USD. 2,4 juta dan sisanya impor dari Kroasia. Meskipun angka perdagangan masih relatif kecil, namun volume perdagangan bilateral RI-Kroasia terus meningkat, sejak Indonesia mulai berdagang dengan Kroasia di tahun 1992 selalu menikmati surplus.

47. Pada tahun 2001, pangsa pasar produk ekspor Indonesia hanya sekitar 0,21% dari seluruh total

impor Kroasia, sedangkan pada tahun 2002 mengalami peningkatan menjadi 0,30%. Trend prospektif demikian dapat dipertahankan melalui masuknya produk-produk unggulan Indonesia di pasar Kroasia secara teratur. Negara-negara pesaing lainnya juga terus berusaha untuk meningkatkan keberadaan produknya di pasar ini. Sebagai contoh, impor Kroasia dari Cina pada tahun 2002 sebesar USD 277 juta, atau hampir dua kali lipat dibandingkan dengan angka tahun 2001 (USD 145 juta).

48. Impor Kroasia dari negara-negara anggota ASEAN lainnya pada tahun 2002 adalah sebagai berikut:

Singapura USD 16,7 juta (2001: USD 10 juta), Malaysia USD 41,5 juta (2001: USD 34 juta), Filipina USD 3,6 juta (2001: USD 32 ribu), Thailand USD 24 juta (2001:15,6 juta) dan Vietnam USD 9,8 juta (2001: USD 6 juta).

Page 11: KEBIJAKAN DAN STRATEGI UNTUK PENINGKATAN EKSPOR NON · PDF file... membantu pemulihan citra Indonesia di masyarakat internasional dan ... menerapkan hambatan-hambatan tarif dan non

11

(6) Hongaria

49. Sejak tahun 2000, volume perdagangan kedua negara dan surplus bagi Indonesia terus meningkat.

Dalam lima tahun terakhir, angka volume perdagangan terbesar dicapai pada tahun 2002 sebesar USD. 80 juta dengan ekspor Indonesia sebesar USD. 70 juta dan impor USD. 10 juta, meningkat secara signifikan dari angka tahun sebelumnya sebesar US$ 46 juta, dengan ekspor Indonesia sebesar US$ 39,8 juta.

50. Komoditi ekspor Hongaria ke Indonesia antara lain produk susu, obat-obatan, polymers propylene,

wood sawn, produk gelas, pipa baja, mesin diesel, pompa, mesin pencetakan, mesin pengelola kulit, mesin pengelolaan kayu, elektronik, generator, insulated wire, traktor dan alat listrik.

51. Komoditi impor utama Hongaria asal Indonesia antara lain biji-bijian, kopi, teh, rempah-rempah,

serat sintetis, karet, minyak sawit, kopra, berbagai tenunan, pakaian anak-anak, jaket, pakaian wanita, kemeja, kaos t-shirt, alat rumah tangga, sepatu, plastik, mesin ketik, elektronik, mebel, barang-barang cindera mata dan mainan anak-anak.

(7) Polandia

52. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik, neraca perdagangan antara Indonesia-Polandia dalam

kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir selalu surplus bagi Indonesia. Hal ini disebabkan karena perkembangan impor Indonesia dari Polandia selama periode 1997 – 2001 cenderung menurun sedangkan ekspor Indonesia ke Polandia berfluktuasi dan cenderung menurun tetapi dalam prosentase yang relatif kecil. Perkembangan perdagangan (ekspor/impor) Indonesia-Polandia mengalami penurunan yakni dari USD 127,6 juta dalam tahun 1997 menurun menjadi USD 89,2 juta pada tahun 2001. Sedangkan dalam periode Januari – Oktober 2002 total perdagangan telah mencapai USD 104,12 juta. Dengan demikian dapat dipastikan bahwa total perdagangan selama tahun 2002 meningkat dibanding tahun sebelumnya.

53. Produk Indonesia yang diminati pasar Polandia meliputi : kopi, teh, coklat, rempah-rempah,

tembakau, karet alam, minyak dan lemak tanaman, sabun dan produk untuk kebersihan, plywood dan produk kayu, kertas dan paperboard, kain katun, kain dari serat kimia, kain rajut, peralatan kantor, radio, peralatan dan mesin listrik, mebel, pakaian, sepatu, mainan anak-anak, sayur-sayuran, benang tekstil, sepatu dan lainnya.

54. Produk-produk Polandia yang banyak diimpor pengusaha Indonesia mencakup : susu, cream,

produk susu selain mentega dan keju, mesin piston pembakaran dalam satu bagian, kimia, oksida, instalasi pembangkit listrik dan perlengkapan dan pupuk buatan pabrik. Produk Indonesia yang akhir-akhir ini banyak ditanyakan oleh buyer Polandia antara lain adalah sepatu olahraga, kertas dan produk kertas, bahan tekstil terutama kain katun dan campuran katun dengan sintetis.

55. Perkembangan Ekspor 10 komoditi utama non migas Indonesia ke Polandia perlu mendapat

perhatian. Ekspor Indonesia ke Polandia periode Januari – April 2002 * tercatat USD 31,64 juta

Page 12: KEBIJAKAN DAN STRATEGI UNTUK PENINGKATAN EKSPOR NON · PDF file... membantu pemulihan citra Indonesia di masyarakat internasional dan ... menerapkan hambatan-hambatan tarif dan non

12

atau naik 11,23 % dibanding periode tahun 2001. Dari data, ekspor Indonesia selama periode tersebut menunjukkan bahwa trend ekspor Indonesia ke Polandia sebesar 3,35% yang berarti lebih rendah dibandingkan dengan trend impor Polandia dari seluruh dunia 6,53%. Dalam hal ini memberikan indikasi bahwa tingkat daya saing komoditi ekspor Indonesia untuk memasuki pasar Polandia perlu ditingkatkan lagi.

56. Beberapa produk utama ekspor Indonesia ke Polandia (top 10, SITC 3 digit) pada tahun 2000-2001:

Fabrics, Woven of Man-Made, Fibres, Natural Rubbers, Coffee and Coffee Substitute, Electrical Machinery and Apparatus, Nes, Telecominication Equipment Nes and Parts, Footwear, Sound Recorders of Products, Automatic data Processing Machines and Unit Thereof, Nitrogen-Function Compounds, Veneers, Plywood, Improved or reconstitutted wood, worked.

57. Diantara 10 Produk utama tersebut yang menunjukkan kenaikan adalah: Fabrics, Woven of Man-

made Fibres (46,96 %), Electrical Machinery and Apparatus, Nes (14,68 %), Sound Recorders or Products (654,46 %) Automatic data Processing Machines and Unit Thereof (113,41%), Nitrogen-Fuction Compounds (27,01%) dan Veneers, Plywood, improved or reconstituted wood, worked (25,24%). Sementara itu 10 produk tersebut memberikan kontribusi sekitar 62,53 % dari total ekspor Indonesia ke Polandia dan pangsa tersebut menurun dibandingkan dengan tahun sebelumnya (65,84 %).

(8) Romania

58. Data perdagangan bilateral Indonesia-Romania tahun 2001 menunjukkan bahwa ekspor komoditi

Indonesia ke Romania mencapai USD 9,4 juta dan selama bulan Januari – Oktober 2002 sebesar USD 11,1 juta dan impor komoditi Indonesia dari Romania mencapai USD 7,3 juta dan selama bulan Januari – Oktober 2002 sebesar 10,3 juta. Produk-produk yang diperdagangkan, untuk Indonesia kebanyakan mengekspor produk-produk pertanian seperti: kopi, cocoa, karet, serta produk plastik, peralatan komputer dan listrik. Sedangkan Romania lebih banyak mengekspor produk mesin, produk mineral dan kimia, metalurgi, teknologi perminyakan serta peralatan industri.

59. Gambaran umum neraca perdagangan Indonesia-Romania selam 5 (lima) tahun terakhir

menunjukkan volume perdagangan yang masih rendah serta grafik yang tidak progesif. 60. Pangsa pasar produk ekspor Indonesia di pasar Romania pada saat ini masih relatif kecil yakni 0,22

% dan berada pada posisi ke-40 diantara 161 negara pemasok ke pasaran Romania. Walaupun demikian trend impor Romania dari Indonesia selama beberapa tahun terakhir menunjukkan adanya peningkatan dengan trend 11,04 % per tahun (periode 1996-2000). Hal ini memberikan indikasi bahwa tingkat daya saing produk ekspor asal Indonesia cukup kuat di pasar Romania.

(9) Federasi Rusia 61. Ekspor Indonesia dalam 5 tahun terakhir (1997-2001) rata-rata setiap tahunnya sebesar USD 32,52

juta, dengan menunjukkan tingkat pertumbuhan yang semakin meningkat dalam periode tersebut.

Page 13: KEBIJAKAN DAN STRATEGI UNTUK PENINGKATAN EKSPOR NON · PDF file... membantu pemulihan citra Indonesia di masyarakat internasional dan ... menerapkan hambatan-hambatan tarif dan non

13

Trend ekspor Indonesia mencapai sebesar 172,25%. Pangsa ekspor Indonesia dalam impor Rusia secara keseluruhan masih sangat kecil di bawah 1%, yaitu 0,16%.

62. Impor Indonesia dari Rusia selama periode 1997 – 2001 rata-rata setiap tahunnya tercatat sebesar

USD 66,07 juta, dengan trend yang menunjukkan angka positif yaitu 205,20%. Sedangkan pangsa Impor Indonesia pada impor Rusia-Dunia secara keseluruhan juga masih sangat kecil, sebesar 0,54% (2001).

63. Dalam kurun waktu 5 tahun terakhir ekspor dan impor Indonesia menunjukkan kenaikan cukup

besar yaitu trend ekspor mencapai 172, 25% dan trend impor sebesar 205,20 %, sehingga total perdagangan menunjukkan kenaikan sebesar 189,28%. Pada tahun 1997 perdagangan Indonesia-Rusia sebesar USD 2,04 juta, kemudian meningkat menjadi USD 200,46 juta pada tahun 2001, sedangkan pangsa Indonesia terhadap keseluruhan perdagangan Rusia dengan dunia masih sangat kecil, hanya 0,16% (2000).

64. Pada tahun 2002 sampai dengan Oktober, total nilai perdagangan kedua negara menunjukkan

angka sebagai berikut: Total perdagangan USD 175,683 ribu terdiri dari ekspor Indonesia USD 56,732 ribu sedangkan impor USD 118.951 ribu, dibanding tahun 2001 periode sama tercatat total perdagangan kedua negara USD 146,609 terdiri dari ekspor Indonesia USD 48.161 ribu dan impor USD 98.448.

65. Dalam empat tahun terakhir 1998 – 2001 memperlihatkan posisi defisit bagi Indonesia. Sedangkan

pada tahun 1997 neraca perdagangan Indonesia terhadap Rusia memperlihatkan surplus bagi Indonesia. Pada tahun 1998 defisit neraca perdagangan Indonesia terhadap Rusia sebesar –USD 21,37 juta, pada tahun 1999 menurun menjadi – USD 16,53 juta, pada tahun 2000 sebesar –USD 53,71 juta pada tahun 2001 defisit neraca perdagangan Indonesia meningkat menjadi –USD 76,17 juta. Neraca perdagangan Indonesia pada tahun 2002 Januari sampai dengan Oktober menunjukkan defisit sebesar USD 62,219 ribu, dibanding tahun 2001 periode sama neraca perdagangan Indonesia sebesar USD 50,287 ribu, atau naik sebesar 23,72%.

66. Sepuluh (10) produk utama ekspor Indonesia ke Rusia adalah SITC 42 Fixed Vegetable fats and oil

solid, crud, refines/fractioned, SITC 074 Tea and mate, SITC 841 Men’s coats, jacket, no knitted, SITC 091 Margarine and shortening, SITC 121 Tobacco, un-manufactured, tabacco refuse, SITC 231 natural; rubber latex, natural rubber and similar natural gums, SITC 572 Automatic data processing machines and units thereof, SITC 553 Perfumery, Cosmetic and toilet preparations, SITC 842 Women’s coats, jacket, not knitted, SITC 845 Articles of apparel, nes.

67. Perkembangan impor utama sepuluh mata dagangan Indonesia dari Rusia, yaitu tahun 2002

periode Januari – Oktober mencapai USD 109.820 ribu dibanding periode sama tahun 2001 USD 135,894 ribu, atau menurun sebesar – 19,18 %, tetapi pada periode yang sama tahun 2002 dibanding tahun 2001 impor Indonesia secara keseluruhan meningkat sebesar 20,83% yaitu pada tahun 2002 impor periode tersebut sebesar USD 118,951 tahun 2001 sebesar USD 98.448.

68. Sepuluh (10) produk utama impor Indonesia dari Rusia adalah SITC 672 Ingots and other primary

forms, of iron or steel, SITC 562 Fertilizers manufactured, SITC 251 Pulp and waste paper, SITC

Page 14: KEBIJAKAN DAN STRATEGI UNTUK PENINGKATAN EKSPOR NON · PDF file... membantu pemulihan citra Indonesia di masyarakat internasional dan ... menerapkan hambatan-hambatan tarif dan non

14

515 Organo-inorganic and hetero cyclic compounds, SITC 793 Ships, boats and floating structures,SITC 232 Synthetic rubber latex-synthetic rubber and reclaimed rubber, SITC 684 Alumunium, SITC 511 Hydrocarbon, nes and their halogenated, nitrated derivaterives,SITC 671 Pig iron, speigeleisen, sponge, iron, ferro-alloys, SITC 298 Other crude minerals.

(10) Serbia-Montenegro 69. Meski dalam lima tahun terakhir, volume perdagangan kedua negara mengalami fluktuasi namun

tetap surplus bagi Indonesia. Pada tahun 2001, angka perdagangan kedua negara mencapai USD. 8,6 juta dengan ekspor Indonesia ke Serbia dan Montenegro mencapai USD. 8,5 juta dan sisanya impor. Sejak tahun 2002, perkembangan positif mulai tampak, dimana 4 bulan pertama angka perdagangan telah mencapai USD. 3,7 juta.

70. Produk ekspor Indonesia ke Serbia dan Montenegro antara lain karet, minyak palm, coklat, merica,

sepatu, pakaian, poly etilen dll. Sementara produk impor Indonesia dari Serbia dan Montenegro antara lain seng, plat tembaga, perlengkapan rumah, kabel, dll.

71. Jenis produk yang sering diminati untuk konsumsi pasaran setempat adalah buah-buahan dalam

kaleng, sepatu sport/sneaker, tas sekolah, tekstil (jeans), mebel (rotan dan ukir-ukiran), biji coklat, kopi, produk kertas/selulose, karet, seng aluminium, kabel optik untuk penerangan, sepeda motor (100 cc) ex Jepang, ikan laut (tuna) dalam kaleng.

(11) Slovakia

72. Menurut data BPS, neraca Perdagangan Indonesia–Slovakia pada tahun 2002 memperlihatkan angka defisit bagi Indonesia, yakni dari ekspor RI ke Slovakia sejumlah sekitar USD 805 ribu, dan impor RI dari Slovakia sekitar 2,1 juta USD. Meskipun berdasarkan data 2001 angka ekspor kita lebih tinggi yaitu sekitar USD 1,31 juta, namun angka impor bahkan mencuat pada USD. 19,8 juta. Pada tahun 2001 Indonesia banyak membeli peralatan militer dari Slovakia. Selama ini hubungan dagang antara RI-Slovakia tetap terjalin dengan baik.

73. Produk Indonesia yang diminati pasar Slovakia antara lain: Hasil-hasil pertanian laut (udang, ikan,

kerang dsb), hasil-hasil pertanian dan perkebunan (teh, kopi, kelapa sawit, coklat, rempah-rempah, buah-buahan, karet dsb), hasil-hasil kerajinan dan furniture, tekstil (pakaian jadi, pakaian oleh raga dsb), hasil-hasil industri terutama produk-produk mesin dan alat-alat transportasi. Produk yang dapat diimpor dari Slovakia antara lain: hasil-hasil teknologi, produk-produk mesin terutama mesin pertanian, produk senjata, bahan-bahan kimia dan farmasi.

(12) Ukraina 74. Neraca perdagangan RI – Ukraina. Komoditas Indonesia yang mempunyai prospek baik di pasaran

Ukraina dan dapat lebih ditingkatkan lagi, adalah cokelat, kopi, teh, tembakau, palm oil, coconut oil,

Page 15: KEBIJAKAN DAN STRATEGI UNTUK PENINGKATAN EKSPOR NON · PDF file... membantu pemulihan citra Indonesia di masyarakat internasional dan ... menerapkan hambatan-hambatan tarif dan non

15

lada, bahan bangunan dari keramik, produk-produk kayu (daun pintu, daun jendela, parqet, mebel), produk-produk plastik, peralatan rumah tangga (furniture), pakaian jadi dan sepatu olahraga, bahan kimia dan kertas.

75. Khusus untuk produk pertanian saat ini memberi sumbangan yang cukup besar terhadap ekspor

Indonesia ke Ukraina terutama minyak sawit dan turunannya bernilai USD 29,414 juta atau 43,2% dari ekspor seluruhnya, lada USD 4.829 juta (7,1%), cokelat dalam bentuk pasta USD 4.567 juta (6,7%), bubuk USD 4.603 juta (6,8%) dan minyak USD 2.364 juta (3,5%), teh USD 2.567 juta (3,8%), tembakau USD 1,48 juta (2,2%), minyak kelapa USD 1,17 juta (1,7%), kopi USD 0,8 juta (1,18%) disamping poly-acetats USD 2,41 juta (3,5%), bahan bangunan dari keramik (tiles, walls blocks for paving dll), USD 0,804 juta (1,18%) dan kertas USD 0,75 juta (1,1%).

76. Terobosan komoditas Indonesia di pasaran Ukraina sangat dimungkinkan mengingat Ukraina

memiliki potensi yang cukup besar. Masalah yang harus memperoleh perhatian adalah bagaimana para pengusaha mengetahui bahwa terdapat kesempatan untuk mengekspor mata dagangan yang saat ini sudah dipasarkan di Ukraina yang mencakup sekitar 165 produk.

77. Peluang dan Tantangan Ekspor Komoditas Pertanian

a. Minyak Sawit. Dalam tahun 2002, minyak sawit dan turunannya merupakan komoditi ekspor terbesar Indonesia, yaitu USD 29,414 juta atau 43,2% dari seluruh ekspor Indonesia. Pada tahun 2001, ekspor bernilai USD 5,883 juta atau 23,3% dari seluruh ekspor Indonesia. Pada tahun 2002, ekspor minyak sawit Indonesia adalah 65,4 % dari total impor Ukraina.

b. Cokelat Ekspor cokelat seluruhnya mencapai USD 11,534 juta (17% dari seluruh ekspor

Indonesia), yaitu dalam bentuk pasta USD 4,567 juta (6,7%), bubuk USD 4,603 juta (6,8%) dan minyak sebesar USD 2,364 juta (3,5%). Dalam tahun 2001 ketiga jenis komoditi tersebut bernilai USD 6,553 juta (22%) yang terdiri yaitu dalam bentuk pasta USD 0,029 juta (0,1%), bubuk USD 3,233 juta (12,8%) dan minyak sebesar USD 2,291 juta (9,1%). Saingan utama Indonesia adalah Pantai Gading, tetapi peluang kita masih besar karena negara eksportir cacao lainnya sebagian besar adalah bukan negara penghasil cokelat.

c. Lada Ekspor lada Indonesia ke Ukraina dalam tahun 2002 mencapai USD 4,829 juta (7,1%

dari seluruh ekspor Indonesia), menurun dibanding tahun 2001 sebesar USD 6,129 juta (24,3%). Impor lada Ukraina dari Indonesia mencapai sekitar 55% dari seluruh ekspornya atau negara pemasok terbesar bagi Ukraina, jauh diatas saingan utama yaitu Vietnam.

d. The. Ekspor teh Indonesia selama tahun 2002 mencapai USD 2,567 juta (3,8% dari seluruh

ekspor Indonesia), sedikit meningkat dibanding tahun 2001 sebesar USD 2,550 juta (10,1%). Walaupun teh Indonesia harganya cukup bersaing tetapi teh selundupan harganya akan lebih rendah. Namun demikian dengan berbagai usaha diharapkan pasokan Indonesia tetap dapat lebih ditingkatkan, apalagi teh tidak dihasilkan Ukraina.

e. Kopi. Ekspor kopi (roasted or raw) Indonesia dalam tahun 2002 hanya mencapai USD

0,687 juta (1,2% dari seluruh ekspor Indonesia), turun dibanding tahun 2001 yang bernilai

Page 16: KEBIJAKAN DAN STRATEGI UNTUK PENINGKATAN EKSPOR NON · PDF file... membantu pemulihan citra Indonesia di masyarakat internasional dan ... menerapkan hambatan-hambatan tarif dan non

16

USD 1,380 juta (5,5%). Ekspor Indonesia masih belum dapat berkembang karena memperoleh saingan dari negara-negara Afrika, Vietnam ataupun kopi yang diimpor melalui negara ketiga. Kesempatan untuk meningkatkan ekspor masih cukup besar karena Ukraina bukan sebagai negara penghasil kopi, dan saingan utama Indonesia adalah Polandia juga bukan penghasil kopi.

f. Furniture Ekspor Indonesia masih kecil, kalah bersaing dengan produk buatan negara-

negara sekitarnya. Dalam periode tahun 2002, ekspor hanya bernilai USD 153,14 juta (0,03% dari seluruh ekspor Indonesia). Walaupun begitu, beberapa pengusaha Ukraina yang menghubungi KBRI tertarik untuk membeli furniture dari rotan yang sebelumnya mereka datangkan melalui pengusaha di Polandia. Peluang tetap ada untuk furniture dari kayu karena produk Indonesia harganya lebih murah dibanding dengan harga dari Italia dan eksportir lainnya.

78. Negara-negara pesaing Indonesia pada umumnya tidak memiliki Lembaga Promosi/Trade

Promotion Office ataupun lembaga-lembaga khusus yang menunjang kegiatan promosi produk negaranya. Pesaing terdekat produk pertanian Indonesia adalah Malaysia, Pantai Gading, Sri Lanka dan India. Malaysia, Pantai Gading dan India bahkan tidak mempunyai perwakilan di Ukraina. Sedang untuk produk lain pesaing Indonesia a.l. Cina, Rusia, Polandia, Turki dan Italia rata-rata menempatkan pejabat yang menangani masalah perdagangan.

79. Untuk menunjang kegiatan promosi, mereka melakukan dua jalur:

a. jalur pemerintah: komisi bersama yang disertai misi dagang, persetujuan dagang, saling kunjungan pejabat di bidang ekonomi-perdagangan, pembentukan blok perdagangan.

b. di luar pemerintah: aktif mengikuti pameran-pameran di Ukraina, membuka kantor

cabang/trading-house, membuka usaha perseorangan atau bekerjasama dengan pengusaha setempat.

BAB V KENDALA DAN HAMBATAN

80. Kecenderungan untuk masuk ke dalam Uni Eropa, menyebabkan perhatian pemerintah dan

pedagang memusatkan upaya mereka dalam meningkatkan perdagangan dengan negara-negara anggota Uni Eropa, dan secara tradisional di antara mereka sendiri. Namun, seiring dengan peningkatan hubungan Indonesia dengan negara-negara di kawasan pihak mereka telah menyadari potensi yang dimiliki oleh Indonesia yang tidak saja memiliki pasar yang besar tetapi juga untuk prospek menjadikan Indonesia sebagai pusat untuk masuk ke pasar Asia Pasifik dan khususnya Asia Tenggara.

81. Pada dasarnya terdapat 3 masalah pokok dalam upaya kita untuk penetrasi produk-produk non-

migas ke kawasan, yaitu (a) mutu dan jenis produk, (b) pengiriman barang karena jarak yang jauh

Page 17: KEBIJAKAN DAN STRATEGI UNTUK PENINGKATAN EKSPOR NON · PDF file... membantu pemulihan citra Indonesia di masyarakat internasional dan ... menerapkan hambatan-hambatan tarif dan non

17

sehingga mahal, dan (c) pendanaan dan sistem pembayaran. 82. Mengenai mutu dan jenis produk, masalah yang dihadapi adalah:

a. Kurangnya informasi akan potensi dan peluang pasar pada kedua belah pihak. b. Kurangnya pengetahuan pengusaha Indonesia tentang potensi pasar kawasan. Selain itu,

dan biaya untuk perjalanan untuk menjajagi pasar-pasar baru relatif yang besar namun belum memberikan kepastian akan memperoleh kontrak yang diinginkan.

c. Kontak dagang masih relatif rendah yang disebabkan belum intensifnya kunjungan dagang dari kedua belah pihak.

d. Keterbatasan dalam materi dan kegiatan promosi dalam berpartisipasi di berbagai pameran-pameran internasional, karena pengusaha lebih memberikan perhatiannya ke pasar non tradisional.

83. Masalah yang dihadapi dengan pengiriman dan pengawasan mutu barang, ialah:

a. Belum optimalnya pelaksanaan komitmen yang tertuang dalam persetujuan -persetujuan bilateral.

b. Perdagangan pada umumnya melalui pihak ketiga karena belum adanya jalur penerbangan dan pelayaran langsung dan belum terbinanya hubungan antara pengusaha Indonesia dengan importir kawasan.

c. Waktu penyerahan barang tidak tepat karena tidak adanya jalur pelayanan penerbangan langsung ke pasar kawasan. Selama ini, pengiriman barang masih melalui Hamburg atau Rotterdam, dan selanjutnya diangkut melalui darat yang memakan waktu berhari-hari.

d. Kurang optimalnya pengawasan mutu produk Indonesia, sehingga mutu barang yang diekspor Indonesia tidak sesuai dengan yang disepakati.

84. Di samping menghadapi kesulitan dalam sumber pendanaan (financing) karena keterbatasan kredit

ekspor dan tingginya suku-bunga pinjaman, masalah yang dihadapi ialah menyangkut sistem dan cara pembayaran, mengingat:

a. Para importer kawasan enggan melakukan pembayaran dengan sistim L/C, karena melalui

L/C akan dibebani bunga. b. Kurangnya hubungan antara bank komersial dalam memberikan jaminan atas pembayaran.

BAB VI KEBIJAKAN DAN STRATEGI

PENETRASI PASAR EKSPOR NON-MIGAS

85. Sebagaimana disebutkan sebelumnya, strategi peningkatan ekspor yang dilakukan Pemerintah pada dasarnya dibagi atas 2 program sistemik yang saling berkaitan, yaitu dalam dan luar negeri. Di dalam negeri, kita mutlak perlu melakukan pembinaan industri sehingga memiliki kapasitas produksi dan peningkatan serta diversifikasi baik mutu maupun jenis-jenis produk yang ditawarkan. Usaha lain yang dilakukan adalah dengan cara meningkatkan daya saing produk melalui program peningkatan Citra Merek Dagang, diversifikasi produk dan pengembangan produk dan jasa. Di

Page 18: KEBIJAKAN DAN STRATEGI UNTUK PENINGKATAN EKSPOR NON · PDF file... membantu pemulihan citra Indonesia di masyarakat internasional dan ... menerapkan hambatan-hambatan tarif dan non

18

samping itu, pembinaan pelaku ekspor, di samping untuk menguasai teknis-teknis perdagangan internasional juga dipandang perlu memberikan pengetahuan mengenai perdagangan internasional. Dalam kaitan dengan luar negeri, melakukan akses dengan pasar melalui perundingan-perundingan ditingkat multilateral, regional, dan bilateral, melakukan promosi ekspor ke luar negeri dan dalam negeri serta melakukan diversifikasi pasar ke pasar non tradisional dengan tetap mempertahankan pasar tradisional.

86. Dari sisi Pemerintah, kebijakan dan strategi kita untuk penetrasi pasar perlu dilakukan melalui 4

langkah secara komprehensif, yaitu (1) melakukan pemantapan institusi/bilateral agreements and mechanism, (2) menggalakkan kegiatan promosi ekspor di luar negeri, (3) mengupayakan fasilitas ekspor, dan (4) membentuk kebijakan pengembangan industri dan iklim usaha yang sehat.

87. Derap langkah komprehensif secara bersama-sama perlu dilakukan oleh para stakeholders,

sebagai unsur-unsur dalam tripartite strategic partnership, yaitu antara (1) Pemerintah Pusat (Departemen Luar Negeri, Deperindag, instansi lainnya), (2) Tugas Perwakilan R.I. (FK3B, KBRI dan Atperindag, ITPC), dan (3) Pemerintah Daerah (Dinas, Asosiasi, dan KADINDA).

88. Perwakilan RI di luar negeri adalah institusi yang merupakan ujung tombak dalam rangka

pelaksanaan kebijakan dan strategi untuk transformasi pasar menjadi pasar tradisional bagi ekspor hasil-hasil non-migas RI. Khusus untuk kawasan Balkan dan sekitarnya sejak tahun 2001 telah terbentuk suatu forum yang dinamakan Forum Komunikasi Kepala-Kepala Perwakilan RI se Kawasan Balkan, dan telah mengadakan pertemuan di Athena (2001), Beograd (2002), dan pada bulan Juni 2003 di Bucharest, Romania. Untuk tahun-tahun berikutnya telah dijadwalkan pertemuan di Budapest (2004), Roma (2005), Sofia (2006), Wina (2007), dan Ankara (2008). Untuk pelaksana harian dan koordinasi telah ditetapkan Pembentukan troika FK3B 2003, yang terdiri dari KBRI Beograd selaku mantan koordinator, KBRI Bucharest sebagai koordinator dan KBRI Budapest sebagai koordinator yang akan datang.

89. Dalam rangka pemantapan institusi, persetujuan bilateral, dan forum mekanisme bilateral,

Departemen Luar Negeri bekerjasama dengan instansi-instansi teknis, melakukan:

a. Pembuatan berbagai persetujuan bilateral di bidang ekonomi, perdagangan, investasi, keuangan dan perbankan dengan negara-negara kawasan, termasuk berbagai persetujuan di bidang kerjasama iptek, teknis yang langsung atau tidak langsung berdampak terhadap peningkatan hubungan ekonomi dan perdagangan.

b. Pemantapan mekanisme bilateral antar-pemerintah (intergovernment) dalam bentuk Komisi

Bersama (joint commission) dan berbagai konsultasi bilateral lainnya dengan melibatkan unsur-unsur BUMN, KADIN, dan pengusaha swasta.

c. Studi dan rekomendasi bagi rencana untuk membuka kantor perwakilan diplomatik RI di

Zagreb, Kroasia dan Sarajevo, Bosnia Herzegovina.

d. Saran untuk pengangkatan Konsul Kehormatan RI di Albania, dan di kota-kota perdagangan di negara-negara Kawasan yang belum memiliki Perwakilan RI.

Page 19: KEBIJAKAN DAN STRATEGI UNTUK PENINGKATAN EKSPOR NON · PDF file... membantu pemulihan citra Indonesia di masyarakat internasional dan ... menerapkan hambatan-hambatan tarif dan non

19

e. Pembentukan kerjasama antar Perwakilan RI di kawasan, seperti misalnya Forum Konsultasi

Kepala-Kepala Perwakilan RI se Kawasan Balkan (FK3B), dan mengadakan Rapat Kerja Kepala-Kepala Perwakilan RI.

f. Inisiatif untuk mendorong pembentukan business council, business informal gathering, komite

bilateral pada KADIN dsb.

90. Dalam rangka menggalakkan kegiatan promosi ekspor di luar negeri, Deplu bersama-sama instansi terkait (Depperindag, KADIN, event organizer) dan Perwakilan RI di kawasan:

a. Memanfaatkan momentum menguatnya perdagangan intra kawasan dan antar kawasan

Balkan sebagai staging ground untuk memasuki pasar negara-negara Uni Eropa;

b. Memanfaatkan kemudahan dan fasilitas yang ada untuk meningkatkan pangsa pasar produk Indonesia di kawasan Balkan sebelum bergabung dengan Uni Eropa

c. Mendorong peningkatan kuantitas dan kualitas sarana dan materi promosi produk

Indonesia, baik dalam materi cetak dan film maupun sampel produk potensial yang akan digunakan sebagai bahan peraga;

d. Melakukan pengisian dan rotasi barang peraga, termasuk pengadaan brosur-brosur, yang

ada di kantor ITPC dan Perwakilan RI di kawasan;

e. Mendorong intensitas penyebaran informasi dengan memanfaatkan teknologi informasi (website) serta meningkatkan sosialisasi dan publikasi informasi pasar dan produk secara periodik;

f. Meningkatkan kegiatan perwakilan RI dalam intelejen bisnis (market research, market

intelligent) dan pemantauan perkembangan ekonomi di negara akreditasi;

g. Melakukan promosi ekspor melalui pameran dagang internasional, misi dagang dan pameran tunggal (solo exhibition) dengan melakukan kerjasama dengan dunia usaha dan Pemerintah di negara akreditasi.

91. Dalam rangka mengupayakan dukungan fasilitasi ekspor, Pemerintah Pusat (Deplu, Depperindag) melakukan:

a. Upaya agar Pemerintah RI dan negara akreditasi dapat menyediakan kredit untuk

peningkatan ekspor impor;

b. Studi dan rekomendasi kepada Pemerintah untuk menetapkan beberapa negara sebagai pintu masuk (entry point) dan gateway untuk memasuki pasar dan distribusi produk ekspor ke negara-negara sekitarnya di kawasan;

Page 20: KEBIJAKAN DAN STRATEGI UNTUK PENINGKATAN EKSPOR NON · PDF file... membantu pemulihan citra Indonesia di masyarakat internasional dan ... menerapkan hambatan-hambatan tarif dan non

20

c. Dukungan untuk memfasilitasi peningkatan ketepatan waktu penyerahan barang dengan

cara membuka jalur pelayaran/penerbangan langsung;

d. Pengembangan kerjasama untuk memanfaatkan jaringan pemasaran di negara akreditasi bagi upaya pemasaran produk Indonesia;

e. Pembentukan kerjasama antar bank devisa guna mendukung kegiatan ekspor Indonesia ke

wilayah akreditasi;

f. Pengembangan pola perdagangan imbal beli (counter-trade, counter-purchase, buy-back schemes), dalam koridor yang diperkenankan oleh peraturan-peraturan perdagangan internasional;

g. Pembangunan jaringan pusat distribusi pemasaran di kota-kota dagang penting

bekerjasama dengan mitra dagang setempat (termasuk joint production, trading house, joint ventures).

92. Dalam rangka pengembangan kemampuan perindustrian nasional dan pembentukan iklim usaha yang kondusif, Pemerintah RI melaksanakan:

a. Peningkatan daya saing produk ekspor Indonesia melalui keputusan pemerintah yang

mendukung pendanaan dalam upaya penetrasi pasar non-tradisional;

b. Pengadaan fasilitas upaya peningkatan daya saing produk Indonesia antara lain dengan cara mempromosikan merk dagang dan melakukan market intelligent terhadap sistem produksi/distribusi di negara akreditasi.

c. Kerjasama bilateral untuk peningkatan kemampuan teknologi dan SDM bagi industri kecil

dan menengah dalam pemrosesan dan produksi barang.

BAB VII

RENCANA AKSI BERSAMA 2003-2004 93. Dalam rangka menjabarkan Propenas dan Repeta berkaitan dengan peningkatan ekspor RI ke

negara-negara kawasan, melalui berbagai forum FK3B, pertemuan kepala-kepala bidang ekonomi/Atperdag dan ITPC, telah dihasilkan berbagai program rencana aksi yang akan diselenggarakan dalam tahun 2003-2004, menyangkut (1) perdagangan, (2) keuangan, (3) promosi, (4) sarana (5) sosialisasi, (6) penelitian, (7) bidang terkait lainnya.

94. Di bidang perdagangan:

a. Memanfaatkan fasilitas preferensi perdagangan UE (GSP) di negara anggota baru UE

Page 21: KEBIJAKAN DAN STRATEGI UNTUK PENINGKATAN EKSPOR NON · PDF file... membantu pemulihan citra Indonesia di masyarakat internasional dan ... menerapkan hambatan-hambatan tarif dan non

21

(Polandia, Ceko, Slovakia, Slovenia dan Hongaria) untuk meningkatkan ekspor Indonesia ke Kawasan;

b. Bekerja sama dengan mitra usaha setempat dalam pembentukan trading house, joint

production, dan joint venture di kota-kota dagang yang strategis seperti Bar (Serbia Montenegro), Burgas (Bulgaria), Constanta (Rumania), Istanbul (Turki), Koper (Slovenia), Rijeka (Kroasia), dan Thessaloniki (Yunani);

c. Melanjutkan upaya bersama (demarche) untuk ‘menjual’ potensi ekonomi dan peluang

pasar di kawasan Balkan bekerjasama dengan institusi terkait.

95. Di bidang keuangan:

a. Mengupayakan dan memanfaatkan dukungan dana dari pemerintah dan swasta di negara akreditasi guna meningkatkan penetrasi pasar (termasuk Skema Asia-Invest 2003-2007 yang disediakan Uni Eropa, bekerjasama dengan Perwakilan RI untuk ME);

b. Mendorong pembentukan kerjasama antar bank devisa guna mendukung kegiatan ekspor

Indonesia ke Kawasan seperti Bank Mandiri dengan Bank Exim setempat;

c. Mengupayakan sumber-sumber dana pembiayaan perdagangan dan sistem pembayaran yang tepat;

96. Di bidang sosialisasi:

a. Melanjutkan penyebarluasan potensi dan peluang pasar di kawasan kepada para pelaku

bisnis nasional baik melalui seminar, ceramah, maupun melalui kunjungan misi dagang ke kawasan. Kegiatan sosialisasi/pemaparan mengenai potensi ekonomi dan perdagangan kawasan di beberapa kota di Indonesia telah diselenggarakan berbagai pertemuan di Semarang, Bandung dan Surabaya, 15-24 Oktober 2002, bekerjasama dengan Kadinda setempat dan Kantor Dinas KUKM Propinsi Jawa Tengah.

b. Dalam bulan Oktober 2003 telah direncanakan akan melakukan sosialisasi mengenai

potensi pasar di negara-negara kawasan, di Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Selatan, Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan.

97. Di bidang sarana:

a. Menyampaikan rekomendasi kepada Pemerintah RI untuk menindaklanjuti hasil peninjauan

sarana prasarana pelabuhan laut di Kawasan secara bersama antara KBRI Sofia, KBRI Bucharest dan KBRI Beograd yaitu pelabuhan Burgas (Bulgaria) dan Constanta (Romania), KBRI Beograd pada pelabuhan Bar di Montenegro, bulan Nopember 2002, KBRI Budapest pada pelabuhan Rijeka (Kroasia), KBRI Ankara pada pelabuhan Istanbul dan Izmir, KBRI Wina pada pelabuhan Koper, dan KBRI Athena pada pelabuhan Thessaloniki dan Kreta. Dalam kaitan ini, Perwakilan RI akan melengkapi studi kelayakan mengenai potensi

Page 22: KEBIJAKAN DAN STRATEGI UNTUK PENINGKATAN EKSPOR NON · PDF file... membantu pemulihan citra Indonesia di masyarakat internasional dan ... menerapkan hambatan-hambatan tarif dan non

22

berbagai pelabuhan di Kawasan sebagai entry point bagi produk ekspor Indonesia;

b. Memanfaatkan kelebihan pelabuhan di negara-negara kawasan, seperti fasilitas Kawasan Berikat dan Kawasan Industri yang tersedia sebagai “pintu gerbang” produk ekspor Indonesia ke kawasan ETT.

98. Di bidang penelitian:

a. Mengadakan studi kelayakan untuk membuka jalur pelayaran/penerbangan langsung ke

Kawasan (a.l. pelayaran ke Rijeka, Konstanta, Thesalloniki, Koper, Bar, Gdanks, dan Istanbul);

b. Mengintensifkan penelitian pasar (market research, market intelligence, economic

intelligence) yang telah dilakukan oleh masing-masing negara akreditasi.

99. Di bidang promosi:

a. Melakukan misi dagang terpadu di Uni Serbia-Montenegro (Beograd), Slovenia (Ljubljana), Yunani (Thesalloniki), Rumania (Bucharest) dan Turki (Istanbul dan Izmir) pada paruh pertama 2004, serta di Polandia, Ceko dan Slovakia pada paruh kedua 2004;

b. Mengikuti Pameran Dagang di Turki (Istanbul: April dan Izmir: Agustus) Yunani

(Thesalloniki: September), Rusia (Moskow dan Saint Petersburg), Bulgaria (Technical and Consumer Goods di Plodiv: September) Slovenia (Consumer Goods di Celje: September) dan Croatia (Zagreb) dan Hongaria (Budapest);

c. Melaksanakan solo exhibition atau menjadi country partner dalam pameran dagang

berskala internasional dalam waktu dekat dan secara berkala (alternative pilihan: Turki, Hongaria dan Yunani);

d. Mendukung pelaksanaan road show pengusaha Indonesia yang diselenggarakan atas

kerjasama BPEN, Kementerian KUKM, KBRI Budapest dan KBRI Wina pada tanggal 12-21 Juni 2003 di Hongaria, Slovenia, Kroasia dan Austria perlu diperluas ke perwakilan lain;

e. Membangun pusat distribusi pemasaran di Beograd, Istanbul, Athena/Thesalloniki, Koper,

Sofia dan Rijeka, bekerjasama dengan mitra dagang;

f. Mengupayakan business matching antara pelaku usaha yang akan mengikuti autumn fair di Budapest dan Thessaloniki pada bulan September 2003 dengan mitra setempat di Kawasan;

g. Memanfaatkan ITPC Budapest dan ruang pamer tetap di Perwakilan RI dengan

menyediakan sarana prasarana promosi secara berkesinambungan;

h. Memanfaatkan keberadaan teknologi informasi untuk menyebarluaskan potensi dan

Page 23: KEBIJAKAN DAN STRATEGI UNTUK PENINGKATAN EKSPOR NON · PDF file... membantu pemulihan citra Indonesia di masyarakat internasional dan ... menerapkan hambatan-hambatan tarif dan non

23

peluang pasar kawasan;

i. Pemanfaatan pertukaran informasi melalui website FK3B, untuk mendukung peningkatan kegiatan perdagangan, investasi dan pariwisata serta koordinasi kunjungan pejabat dan pengusaha;

j. Membentuk Business Informal Gathering (BIG) dan mengadakan pertemuan secara berkala

baik di negara akreditasi masing-masing maupun secara bersama-sama. Bersamaan dengan pembentukan BIG, mendayagunakan lembaga persahabatan dan business council antara pengusaha Indonesia dan pengusaha setempat di Kawasan;

k. Menyediakan fasilitas product display di Perwakilan RI untuk mendukung kegiatan promosi

barang-barang RI. Untuk itu, diperlukan ruang pamer permanen dan sampel-sampel produk yang tersedia.

100. Di bidang terkait lainnya:

a. Melakukan pertukaran informasi dan laporan mengenai pelaksanaan kerjasama dengan

negara akreditasi di bidang penerangan sosial budaya yang dapat dimanfaatkan oleh perwakilan RI di Kawasan;

b. Secara bersama-sama menyusun dan menyebarluaskan bahan-bahan promosi

penerangan, kebudayaan dan pariwisata di antara negara-negara Balkan melalui sarana website masing-masing perwakilan RI di Kawasan;

c. Melakukan promosi pariwisata secara bersama antar Perwakilan RI di kawasan;

d. Melakukan pertukaran informasi dan data pemberian visa antar perwakilan RI terkait di

Kawasan belum terlaksana secara optimal;

e. Mengagendakan kunjungan promosi tour operator Indonesia yang akan mengikuti International Tourism Fair di Romexpo, Bucharest dalam bulan Oktober 2003 ke negara-negara lain di Kawasan;

f. Mengusulkan agar Garuda Indonesia melakukan kerjasama code share dengan airlines dan

kerjasama dengan agen/biro perjalanan di negara Kawasan;

g. Menyelenggarakan secara bersama familiarization dan journalistic trip, untuk pengembangan promosi pariwisata Indonesia.

101. Di samping kegiatan-kegiatan yang berkaitan langsung dengan ekonomi dan perdagangan,

Perwakilan RI di kawasan juga memanfaatkan acara-acara kebudayaan untuk mendorong promosi ekspor dan pariwisata Indonesia. Untuk itu Perwakilan RI di kawasan secara bersama-sama akan:

a. Memanfaatkan misi kesenian Indonesia, seperti misalnya dalam mendukung penampilan

Page 24: KEBIJAKAN DAN STRATEGI UNTUK PENINGKATAN EKSPOR NON · PDF file... membantu pemulihan citra Indonesia di masyarakat internasional dan ... menerapkan hambatan-hambatan tarif dan non

24

grup jazz etnik Krakatau pada bulan Agustus 2003, yang akan melakukan 14 kali konser/pagelaran festival musik di 6 negara-negara Balkan, seperti Hongaria, Serbia-Montenegro, Ceko, Slovakia, Romania, dan Bulgaria;

b. Dalam rangka memperkaya khazanah budaya nasional, Perwakilan RI di kawasan

mengadakan kerjasama dalam pertukaran seni dan grup kesenian antar Perwakilan;

c. Memanfaatkan kedatangan misi kesenian dari Yogyakarta dan Jawa Barat dalam bulan Oktober/Nopember 2003 ke Romania agar dapat mengadakan pertunjukan di negara-negara Kawasan;

d. Dalam rangka mendukung dukungan dan pengenalan masyarakat terhadap negara

akreditasi, Perwakilan RI juga melakukan penjajagan untuk pemanfaatan kembali secara maksimal bea siswa yang pernah diberikan oleh pemerintah negara-negara di Kawasan.

BAB IX KESIMPULAN

102. Pemanfaatan secara maksimal peluang untuk peningkatan ekspor non-migas RI ekonomi dan

perdagangan diharapkan akan membantu pemulihan perekonomian nasional. Di samping itu, peningkatan hubungan ekonomi dan perdagangan dimaksudkan untuk mengisi secara konkrit tingkat hubungan politik yang sangat baik antara Indonesia dengan negara-negara kawasan. Selama ini hubungan diplomatik antara kedua belah pihak, sebagai akibat dari situasi perang dingin, lebih banyak bersifat politis dan simbolik.

103. 4 langkah strategis yang perlu dilakukan oleh para stakeholders dalam bentuk tripartite strategic

partnership, antara Pemerintah Pusat, Perwakilan R.I., dan Pemerintah Daerah secara komprehensif, ialah (1) melakukan pemantapan institusi/bilateral agreements and mechanism, (2) menggalakkan kegiatan promosi ekspor di luar negeri, (3) mengupayakan fasilitas ekspor, dan (4) membentuk kebijakan pengembangan industri dan iklim usaha yang sehat. Departemen Luar Negeri melalui Perwakilan RI. Langkah-langkah strategis tersebut perlu mendapat dukungan dunia usaha di kalangan pengusaha swasta nasional.

104. Perwakilan RI di luar negeri adalah institusi yang merupakan ujung tombak dalam rangka

pelaksanaan kebijakan dan strategi untuk transformasi pasar menjadi pasar tradisional bagi ekspor hasil-hasil non-migas RI. Khusus untuk kawasan Balkan dan sekitarnya, diharapkan peran aktif dari Forum Komunikasi Kepala-Kepala Perwakilan RI se Kawasan Balkan (FK3B) dengan berkoordinasi dengan Deplu.

Jakarta, 1 Agustus 2003