kecepatan reaksi 6a.pdf
TRANSCRIPT
LABORATORIUM
KIMIA FISIKA
Percobaan : KECEPATAN REAKSI
Kelompok : VI A
Nama :
1. Aristania Nila Wagiswari NRP. 2313 030 0052. Revani Nuriawati NRP. 2313 030 0193. M. Fikri Dzulkarnain Rimosan NRP. 2313 030 0374. Rio Sanjaya NRP. 2313 030 0655. Nur Annisa Oktaviana NRP. 2313 030 089
Tanggal Percobaan : 18 November 2013
Tanggal Penyerahan : 25 November 2013
Dosen Pembimbing : Nurlaili Humaidah, ST. MT.
Asisten Laboratorium : Dhaniar Rulandri W.
PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2013
i
ABSTRAK
Tujuan melakukan percobaan kecepatan reaksi ini adalah untuk mengetahui konstanta kecepatan reaksi dari penyabunan etil asetat dan NaOH. Selain itu, tujuan lainnya adalah untuk menentukan nilai orde reaksi dari penyabunan etil asetat dan NaOH.
Prosedur percobaan kecepatan reaksi yaitu pertama membuat 250 ml larutan 0,02 N etil asetat, 500 ml larutan 0,02 N Na OH, dan 250 ml larutan 0,02 N HCl. Memasukkan 25 ml larutan 0,02 N NaOH kedalam erlenmeyer. Menambahkan 25 ml larutan 0,02 N etil asetat dan mengocoknya selama 3,5 menit. Menghentikan proses pengocokan setelah 3,5 menit kemudian menambahkan 25 ml larutan 0,02 N HCl dan mengocoknya kembali selama 3,5 menit. Menambahkan indikator PP sebanyak 2 tetes kedalam 10 ml campuran. Mentitrasi campuran tersebut dengan larutan 0,02 N NaOH. Mengulangi prosedur pertama sampai enam sebanyak 3 kali dengan variabel waktu yang berbeda yaitu selama 6,5 menit, 9,5 menit, 12,5 menit, 15,5 menit, 18,5 menit.
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan didapatkan bahwa lama proses pengocokan membuat volume titran yang dibutuhkan dalam titrasi semakin banyak. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa semakin lama proses pengocokan yang dilakukan pada larutan maka semakin sedikit volume titran dalam titrasi untuk merubah warna larutan dari tidak bewarna menjadi merah muda. Kondisi paling optimum adalah pada t =18,5 menit dengan volume tiran sebesar 4,4 ml. Sedangkan,kondisi paling minimum adalah pada t = 3,5 menit dengan volume titran sebesar 2,8 ml. Namun, dalam percobaan kali ini terdapat beberapa kesalahan yaitu nilai dari normalitas etil asetat yang sangat jauh dari variabel yang telah ditentukan. Hal ini dikarenakan oleh beberapa faktor diantaranya adalah pengukuran volume etil asetat yang kurang teliti, dan ketidak akuratan dalam pehitungan.
ii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ….………………………………………………………………………........ i
DAFTAR ISI ….…………………………………………………………………….….. ii
DAFTAR GAMBAR ….…….………………………………………………………...... iii
DAFTAR TABEL …………...………………………………………………………….. iv
DAFTAR GRAFIK …..…….………………………………………………………….... v
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang ……………..………………………………………….....….... I-1
I.2 Rumusan Masalah ….………………..……………………………………....... I-1
I.3 Tujuan Percobaan ….……………..………………………………………....... I-2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Dasar Teori ……………..…………………………....……………………..... II-1
BAB III METODOLOGI PERCOBAAN
III.1 Variabel Percobaan ……...………………………………………………….. III-1
III.2 Alat yang Digunakan ………...…………………………………………….... III-1
III.3 Bahan yang Digunakan ….…….….……………………………...………...... III-1
III.4 Prosedur Percobaan …………...…………………..………………………… III-2
III.5 Diagram Alir Percobaan …………...……………………………………....... III-3
III.6 Gambar Alat Percobaan ……………...…………………………….……….. III-4
BAB IV HASIL PERCOBAAN dan PEMBAHASAN
IV.1 Hasil Percobaan ………………...………………………………………........ IV-1
IV.2 Pembahasan ……………………...…………………………………........…. IV-2
BAB V KESIMPULAN ….…………………...……………………………………….... V-1
DAFTAR PUSTAKA …….……………………...…………………………………........ vi
DAFTAR NOTASI …….…………….……………...………………………………….. vii
APPENDIKS …….……………………………………...……………………………..... viii
LAMPIRAN
Laporan Sementara
Fotokopi Literatur
Lembar Revisi
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar II.1 Pengaruh Luas Permukaan Terhadap Laju Reaksi ……………………...…. II-5
Gambar II.2 Pengaruh Suhu Terhadap Kecepatan Reaksi ……………………...……… II-6
Gambar II.3 Katalis Heterogen ………………………………………..……………….. II-7
Gambar II.4 Pengaruh Konsentrasi Terhadap Kecepatan Reaksi ……………………….. II-7
Gambar III.6 ………………………………………...……… III-4
iv
DAFTAR TABEL
Tabel II.1 Contoh Data Hasil Pengukuran Kecepatan Reaksi Hipotetik ………….....II-9
Tabel IV.1.1 Hasil Percobaan …………………………………………………………... IV-1
v
DAFTAR GRAFIK
Grafik II.1 Besarnya Energi Aktifasi dalam Reaksi Eksoterm dan Endoterm II-2
Grafik II.2 Perubahan Konsentrasi Zat A dan Meningkatnya Konsentrasi dalam
Selang Waktu ………………………………………………………………II-2
Grafik II.3 Kecepatan Menurut Guldenberg dan Waage ………………………………. II-3
Grafik II.4 Reaksi Orde 0 ……………………………………………………………... II-10
Grafik II.5 Reaksi Orde 1 ……………………………………………………………... II-10
Grafik II.6 Reaksi Orde 2 ……………………………………………………………... II-11
Grafik IV.2.1 Hubungan antara ?
? −? Terhadap Waktu …................................................... IV-2
Grafik IV.2.2 Pengaruh Waktu Pengocokan dan Volume Titran ….......………………... IV-3
Grafik IV.2.3Pengaruh Waktu Pengocokan terhadap Jumlah Etil Asetat yang
Bereaksi …………………………………………………………………... IV-5
I-1
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Kecepatan reaksi atau laju reaksi adalah banyaknya mol/liter suatu zat yang dapat
berubah menjadi zat lain dalam setiap satuan waktu. Reaksi kimia memiliki bermacam-
macam jenis, salah satunya adalah penyabunan atau saponifikasi. Penyabunan adalah
reaksi pembentukan sabun, yang biasanya dengan bahan awal lemak dan basa. Nama lain
reaksi penyabunan adalah reaksi penyabunan. Dalam pengertian teknis, reaksi
penyabunan melibatkan basa (soda kaustik NaOH) yang menghidrolisis trigliserida.
Trigliserida dapat berupa ester asam lemak membentuk garam karboksilat. Proses
penyabunan bisa terjadi pada etil asetat.
Etil asetat adalah senyawa organik dengan rumus CH3COOC2H5. Senyawa ini
merupakan ester dari etanol dan asam asetat. Senyawa ini berwujud cairan tak berwarna,
memiliki aroma khas. Senyawa ini sering disingkat EtOAc, dengan Et mewakili gugus etil
dan OAc mewakili asetat. Etil asetat diproduksi dalam skala besar sebagai pelarut.
Idealnya dalam melakukan percobaan penyabunan etil asetat dan NaOH, kita
mengharapkan hasil yang maksimal yaitu kami dapat menentukan konstanta kecepatan
reaksi serta orde reaksinya dengan mudah dan tepat. Namun, dalam kondisi
sesungguhnya pasti terdapat faktor yang menghambat dalam berlangsungnya percobaan
sehingga perlu waktu lebih untuk menghasilkan data yang akurat. Oleh karena itu, kami
tertarik untuk melakukan percobaan penyabunan etil asetat dalam rangka mengetahui
faktor apa saja yang menghambat berlangsungnya percobaan sehingga kami bisa
menemukan solusi agar dapat memperoleh data yang akurat dengan mudah dan tepat.
I.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari percobaan ini yaitu :
a. Bagaimana cara menghitung konstanta kecepatan reaksi dari penyabunan etil asetat
dan NaOH?
b. Berapakah nilai orde reaksi dari penyabunan etil asetat dan NaOH?
I.2 Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan yang dilakukan yaitu :
a. Menghitung konstanta kecepatan reaksi
b. Menentukan nilai orde reaksi dari penyabunan
BAB I
Laboratorium Kimia FisikaProgram Studi D3 Teknik Kimia
Tujuan dari percobaan yang dilakukan yaitu :
Menghitung konstanta kecepatan reaksi dari penyabunan etil asetat dan NaOH
Menentukan nilai orde reaksi dari penyabunan etil asetat dan NaOH.
I-2BAB I Pendahuluan
Laboratorium Kimia FisikaProgram Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
asetat dan NaOH.
II-1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Dasar Teori
Pada setiap pergantian tahun dan hari raya Idul Fitri atau Lebaran banyak pesta
kembang api dan petasan. Kembang api dan petasan dibuat oleh manusia dari bahan yang
mudah terbakar dan mudah meledak. Peristiwa terbakarnya kembang api dan meledaknya
petasan merupakan contoh peristiwa kimia yang berlangsung secara cepat. Juga banyak
sekali peristiwa perkaratan besi yang terjadi. Peristiwa perkaratan besi merupakan contoh
peristiwa kimia yang berlangsung lambat. Reaksi kimia ada yang berlangsung secara
cepat dan ada yang lambat (Lebong, 2013).
Reaksi-reaksi yang berjalan sangat cepat dapat dipelajari secara kinetik, seperti
reaksi ion atau pembakaran. Akan tetapi reaksi yang sangat lambat seperti perkaratan
tidak dapat dipelajari secara kinematik, (Sukardjo,1989).
Informasi tentang kecepatan berlangsungnya suatu reaksi amat penting diketahui,
misalnya bagi industri dapat memprediksi jumlah produk, lama waktu produksi dan
mungkin sampai dengan jumlah karyawan yang dibutuhkan dalam sebuah pabrik
(Zulfikar, 2010).
Dalam ilmu Fisika (kinematika), kecepatan yaitu perubahan jarak persatuan waktu, v
=∆ X
∆ t. Dalam ilmu Kimia, kecepatan reaksi didefinisikan sebagai perubahan konsentrasi
molar pereaksi atau hasil reaksi per satuan waktu. Jika Anda melakukan reaksi, akan
tampak bahwa konsentrasi molar pereaksi berkurang, sedangkan konsentrasi molar hasil
reaksi bertambah sampai semua pereaksi habis .
Kinetika kimia membahas tentang laju reaksi dan mekanisme terjadinya reaksi,
dipelajari perubahan laju yang disebabkan oleh perbedaan konsentrasi terjadinya
pereaksi, hasil reaksi dan katalis. keterangan yang penting dapat pula diperoleh dari studi
tentang pengaruh suhu, tekanan, pelarut, konsentrasi atau komposisi terhadap laju reaksi
(Khoiriah & dkk, 2013).
Reaksi berlangsung karena adanya partikel-partikel, atom atau molekul yang
bertumbukan dan tidak semua tumbukan menghasilkan reaksi, hanya tumbukan dengan
energi yang cukup yang dapat menghasilkan reaksi. Energi tersebut dikenal dengan
Energi aktifasi dan didefinisikan sebagai energi kinetik minimum yang harus dimiliki
atau diberikan kepada partikel agar tumbukannya menghasilkan sebuah reaksi. Dalam
Hubungannya dengan energi atau
tersebut seperti pada dua jen
Grafik II.1 Besarnya Energi
Untuk lebih mudah memahami perhatikan persamaan reaksi sebagai berikut :
Pada awal reaksi, yang
Selama reaksi berjalan, secara perlahan
bertambah (Zulfikar, 2010)
Grafik II.2 Perubahan K
Sehingga kita dapat katakan bahwa kecepatan reaksi adalah berkurangnya
konsentrasi zat A dalam selang waktu tertentu, dengan persamaan :
BAB II Tinjauan Pustaka
Laboratorium Kimia FisikaProgram Studi D3 Teknik Kimia
atau diberikan kepada partikel agar tumbukannya menghasilkan sebuah reaksi. Dalam
Hubungannya dengan energi atau �H, maka enegi aktifasi bukan bagian dari energi
tersebut seperti pada dua jenis reaksi eksoterm dan endoterm (Zulfikar, 2010)
Besarnya Energi Aktifasi dalam Reaksi Eksoterm dan
Untuk lebih mudah memahami perhatikan persamaan reaksi sebagai berikut :
A → B
Pada awal reaksi, yang ada hanya zat A, sedangkan zat B belum terbentuk.
Selama reaksi berjalan, secara perlahan-lahan zat A berkurang, dan zat B terbentuk atau
(Zulfikar, 2010).
A → B
Konsentrasi Zat A dan Meningkatnya Konsentrasi dalam Selang
Waktu
Sehingga kita dapat katakan bahwa kecepatan reaksi adalah berkurangnya
konsentrasi zat A dalam selang waktu tertentu, dengan persamaan :
II-2Tinjauan Pustaka
Laboratorium Kimia FisikaProgram Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
atau diberikan kepada partikel agar tumbukannya menghasilkan sebuah reaksi. Dalam
�H, maka enegi aktifasi bukan bagian dari energi
(Zulfikar, 2010).
ksoterm dan Endoterm
Untuk lebih mudah memahami perhatikan persamaan reaksi sebagai berikut :
ada hanya zat A, sedangkan zat B belum terbentuk.
lahan zat A berkurang, dan zat B terbentuk atau
Konsentrasi dalam Selang
Sehingga kita dapat katakan bahwa kecepatan reaksi adalah berkurangnya
dimana
V = kecepatan dalam mol/L.s
Δ[A] = penurunan k
Δt = Selang waktu dalam detik
(Zulfikar, 2010)
Kecepatan reaksi dapat kita ubah dalam satuan konsentrasi B, yaitu bertambahnya
konsentrasi zat B dalam selang waktu tertentu. Jika kita rumuskan :
dimana
V = kecepatan dalam mol/L.s
Δ[B] = pertambahan konsentrasi zat B dalam mol/L
Δt = selang waktu dalam detik
(Zulfikar, 2010)
Guldenberg dan Waage mengamati kecepatan reaksi dan dan menyatakan bahwa
kecepatan reaksi bergantung pada konsentras
dirumuskan “Kecepatan reaksi pada sistem homogen (satu fase) berbanding langsung
dengan konsentrasi zat-zat yang bereaksi dipangkatkan dengan koefisien masing
zat yang bereaksi sesuai dengan persamaan reaksinya
Grafik
BAB II Tinjauan Pustaka
Laboratorium Kimia FisikaProgram Studi D3 Teknik Kimia
kecepatan dalam mol/L.s
penurunan konsentrasi zat A dalam mol/L
Selang waktu dalam detik
Kecepatan reaksi dapat kita ubah dalam satuan konsentrasi B, yaitu bertambahnya
konsentrasi zat B dalam selang waktu tertentu. Jika kita rumuskan :
dalam mol/L.s
n konsentrasi zat B dalam mol/L
= selang waktu dalam detik
Guldenberg dan Waage mengamati kecepatan reaksi dan dan menyatakan bahwa
kecepatan reaksi bergantung pada konsentrasi dari zat yang bereaksi. Hubungan ini
dirumuskan “Kecepatan reaksi pada sistem homogen (satu fase) berbanding langsung
zat yang bereaksi dipangkatkan dengan koefisien masing
zat yang bereaksi sesuai dengan persamaan reaksinya” (Zulfikar, 2010).
rafik II.3 Kecepatan Menurut Guldenberg dan Waage
II-3Tinjauan Pustaka
Laboratorium Kimia FisikaProgram Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
Kecepatan reaksi dapat kita ubah dalam satuan konsentrasi B, yaitu bertambahnya
Guldenberg dan Waage mengamati kecepatan reaksi dan dan menyatakan bahwa
i dari zat yang bereaksi. Hubungan ini
dirumuskan “Kecepatan reaksi pada sistem homogen (satu fase) berbanding langsung
zat yang bereaksi dipangkatkan dengan koefisien masing-masing
an Waage
a A + → b B
Maka menurut Guldenberg dan Waage, kecepatan reaksi zat A dan B menjadi zat
C dan D adalah:
V = kecepatan reaksi
k = konstanta
[A] dan [B] = konsentrasi zat A dan zat B
a dan b = koefisien zat A dan zat B dalam persamaan reaks
(Zulfikar, 2010)
Berlansungnya sebuah reaksi banyak dipengaruhi oleh faktor
faktor tersebut diantaranya adalah :
1. Luas Permukaan
Pada campuran pereaksi yang heterogen, reaksi dimulai dari bidang sentuh
(bidang yang saling bersinggungan antar reaktan) dan pada dasarnya terjadi karena
tumbukan antar zat-zat pereaksi.
tumbukan dan makin cepat pula terjadi reaksi. Luas permukaan bidang sentuh dapat
diperbesar dengan memperkecil ukuran partikelnya. Apa hubungan ukuran partikel
dengan kecepatan reaksi? Mari kita lakukan kegiatan berikut ini
Pengaruh luas permukaan ini banyak diterapkan dalam industri maupun dalam
kehidupan sehari-hari, yaitu dengan menghaluskan terlebih dahulu bahan yang berupa
zat padat sebelum direaksikan. Mengunyah makanan juga
rangka memperluas permukaan sehingga penguraian selanjutnya berlangsung lebih
cepat (Lebong, 2013).
Laju reaksi berbanding lurus dengan luas permukaan reaktan
BAB II Tinjauan Pustaka
Laboratorium Kimia FisikaProgram Studi D3 Teknik Kimia
Maka menurut Guldenberg dan Waage, kecepatan reaksi zat A dan B menjadi zat
= kecepatan reaksi
= konstanta kecepatan reaksi
= konsentrasi zat A dan zat B
= koefisien zat A dan zat B dalam persamaan reaksi
Berlansungnya sebuah reaksi banyak dipengaruhi oleh faktor
t diantaranya adalah :
Pada campuran pereaksi yang heterogen, reaksi dimulai dari bidang sentuh
(bidang yang saling bersinggungan antar reaktan) dan pada dasarnya terjadi karena
zat pereaksi. Makin luas bidang sentuh maka
tumbukan dan makin cepat pula terjadi reaksi. Luas permukaan bidang sentuh dapat
diperbesar dengan memperkecil ukuran partikelnya. Apa hubungan ukuran partikel
dengan kecepatan reaksi? Mari kita lakukan kegiatan berikut ini (Lebong, 2013)
Pengaruh luas permukaan ini banyak diterapkan dalam industri maupun dalam
hari, yaitu dengan menghaluskan terlebih dahulu bahan yang berupa
zat padat sebelum direaksikan. Mengunyah makanan juga merupakan upaya dalam
rangka memperluas permukaan sehingga penguraian selanjutnya berlangsung lebih
Laju reaksi berbanding lurus dengan luas permukaan reaktan
II-4Tinjauan Pustaka
Laboratorium Kimia FisikaProgram Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
Maka menurut Guldenberg dan Waage, kecepatan reaksi zat A dan B menjadi zat
Berlansungnya sebuah reaksi banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor. Faktor-
Pada campuran pereaksi yang heterogen, reaksi dimulai dari bidang sentuh
(bidang yang saling bersinggungan antar reaktan) dan pada dasarnya terjadi karena
Makin luas bidang sentuh maka makin banyak
tumbukan dan makin cepat pula terjadi reaksi. Luas permukaan bidang sentuh dapat
diperbesar dengan memperkecil ukuran partikelnya. Apa hubungan ukuran partikel
(Lebong, 2013).
Pengaruh luas permukaan ini banyak diterapkan dalam industri maupun dalam
hari, yaitu dengan menghaluskan terlebih dahulu bahan yang berupa
merupakan upaya dalam
rangka memperluas permukaan sehingga penguraian selanjutnya berlangsung lebih
Laju reaksi berbanding lurus dengan luas permukaan reaktan
Gambar II.
2. Perubahan Suhu
Reaksi kimia cenderung berlangsung lebih cepat pada suhu yang lebih tinggi.
Semakin tinggi suhu reaksi,
cepat pergerakan partikel
lebih cepat dan reaksi berlangsung lebih cepat
proses industri dipercepat dengan pemanasan, misalnya industri amoniak (NH3) dan
asam sulfat (H2SO4) (Lebong, 2013)
Di samping memperbesar energi kinetik, ternyata peningkatan suhu juga
meningkatkan energi potensial suatu zat. Dengan semakin besarnya energi potensial
zat, maka semakin besar terjadinya tumbukan yang efektif, sehingga laju rea
semakin cepat (Nurul, 2012)
BAB II Tinjauan Pustaka
Laboratorium Kimia FisikaProgram Studi D3 Teknik Kimia
Gambar II.1 Pengaruh Luas Permukaan Terhadap Laju Reaksi
eaksi kimia cenderung berlangsung lebih cepat pada suhu yang lebih tinggi.
Semakin tinggi suhu reaksi, energy kinetik yang dihasilkan semakin besar,
cepat pergerakan partikel-partikel zat yang bereaksi sehingga tumbukan antar partikel
lebih cepat dan reaksi berlangsung lebih cepat, sesuai dengan teori Arhenius
proses industri dipercepat dengan pemanasan, misalnya industri amoniak (NH3) dan
(Lebong, 2013).
Di samping memperbesar energi kinetik, ternyata peningkatan suhu juga
meningkatkan energi potensial suatu zat. Dengan semakin besarnya energi potensial
zat, maka semakin besar terjadinya tumbukan yang efektif, sehingga laju rea
(Nurul, 2012).
II-5Tinjauan Pustaka
Laboratorium Kimia FisikaProgram Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
Pengaruh Luas Permukaan Terhadap Laju Reaksi
eaksi kimia cenderung berlangsung lebih cepat pada suhu yang lebih tinggi.
energy kinetik yang dihasilkan semakin besar, semakin
zat yang bereaksi sehingga tumbukan antar partikel
sesuai dengan teori Arhenius. Berbagai
proses industri dipercepat dengan pemanasan, misalnya industri amoniak (NH3) dan
Di samping memperbesar energi kinetik, ternyata peningkatan suhu juga
meningkatkan energi potensial suatu zat. Dengan semakin besarnya energi potensial
zat, maka semakin besar terjadinya tumbukan yang efektif, sehingga laju reaksi
Gambar II.
3. Katalis.
Katalis adalah suatu zat yang mempercepat suatu laju reaksi, namun ia sendiri,
secara kimiawi, tidak berubah pada akhir reaksi.
didapatkan kembali massa katalasis yang sama seperti pada awal ditambahkan.
Katalis dapat dibagi berdasarkan dua tipe dasar, yaitu reaksi heterogen dan reaksi
homogen. Didalam reaksi heterogen, katalis berada dalam fase yan
reaktan. Sedangkan pada dalam reaksi homogen, katalis berada dalam fase yang sama
dengan reaktan (Lebong, 2013)
Suatu campuran
berada dalam fase yang berbeda. Campuran antara padat dan cair terdiri dari dua fase.
Campuran antara beberapa senyawa kimia dalam satu larutan terdiri hanya dari satu
fase, karena tidak dapat
berbeda denga istilah keadaan fisik (padat, cair dan gas). Fase dapat juga meliputi
padat, cair dan gas, akan tetapi lebih sedikit luas. Fase juga dapat diterapkan dalam
dua zat cair dimana keduanya tidak saling mela
(Lebong, 2013).
BAB II Tinjauan Pustaka
Laboratorium Kimia FisikaProgram Studi D3 Teknik Kimia
Gambar II.2 Pengaruh Suhu Terhadap Kecepatan Reaksi
Katalis adalah suatu zat yang mempercepat suatu laju reaksi, namun ia sendiri,
secara kimiawi, tidak berubah pada akhir reaksi. Ketika reaksi selesai, maka akan
didapatkan kembali massa katalasis yang sama seperti pada awal ditambahkan.
Katalis dapat dibagi berdasarkan dua tipe dasar, yaitu reaksi heterogen dan reaksi
homogen. Didalam reaksi heterogen, katalis berada dalam fase yang berbeda dengan
reaktan. Sedangkan pada dalam reaksi homogen, katalis berada dalam fase yang sama
(Lebong, 2013).
uatu campuran yang terlihat batas antara dua komponen, dua komponen itu
berada dalam fase yang berbeda. Campuran antara padat dan cair terdiri dari dua fase.
Campuran antara beberapa senyawa kimia dalam satu larutan terdiri hanya dari satu
fase, karena tidak dapat dilihat batas antara senyawa-senyawa kimia tersebut.
berbeda denga istilah keadaan fisik (padat, cair dan gas). Fase dapat juga meliputi
padat, cair dan gas, akan tetapi lebih sedikit luas. Fase juga dapat diterapkan dalam
dua zat cair dimana keduanya tidak saling melarutkan (contoh, minyak dan air)
II-6Tinjauan Pustaka
Laboratorium Kimia FisikaProgram Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
Pengaruh Suhu Terhadap Kecepatan Reaksi
Katalis adalah suatu zat yang mempercepat suatu laju reaksi, namun ia sendiri,
Ketika reaksi selesai, maka akan
didapatkan kembali massa katalasis yang sama seperti pada awal ditambahkan.
Katalis dapat dibagi berdasarkan dua tipe dasar, yaitu reaksi heterogen dan reaksi
g berbeda dengan
reaktan. Sedangkan pada dalam reaksi homogen, katalis berada dalam fase yang sama
batas antara dua komponen, dua komponen itu
berada dalam fase yang berbeda. Campuran antara padat dan cair terdiri dari dua fase.
Campuran antara beberapa senyawa kimia dalam satu larutan terdiri hanya dari satu
senyawa kimia tersebut. Fase
berbeda denga istilah keadaan fisik (padat, cair dan gas). Fase dapat juga meliputi
padat, cair dan gas, akan tetapi lebih sedikit luas. Fase juga dapat diterapkan dalam
rutkan (contoh, minyak dan air)
4. Konsentrasi Larutan
Jika konsentrasi suatu larutan makin besar, larutan akan mengandung jumlah
partikel semakin banyak sehingga
dibandingkan larutan yang konsentrasinya lebih rendah. Susunan partikel yang lebih
rapat memungkinkan terjadinya tumbukan semakin banyak dan kemungkinan terjadi
reaksi lebih besar. Makin besar konsentras
kuantitatif perubahan konsentrasi dengan laju reaksi tidak dapat ditetapkan dari
persamaan reaksi, tetapi harus melalui percobaan
Semakin tinggi konsentrasi suatu
Gambar II.4 Pengaruh Konsentrasi Terhadap Kecepatan Reaksi
BAB II Tinjauan Pustaka
Laboratorium Kimia FisikaProgram Studi D3 Teknik Kimia
Gambar II.3 Katalis Heterogen
Jika konsentrasi suatu larutan makin besar, larutan akan mengandung jumlah
partikel semakin banyak sehingga partikel-partikel tersebut akan tersusun lebih rapat
dibandingkan larutan yang konsentrasinya lebih rendah. Susunan partikel yang lebih
rapat memungkinkan terjadinya tumbukan semakin banyak dan kemungkinan terjadi
reaksi lebih besar. Makin besar konsentrasi zat, makin cepat laju reaksinya. Hubungan
kuantitatif perubahan konsentrasi dengan laju reaksi tidak dapat ditetapkan dari
persamaan reaksi, tetapi harus melalui percobaan (Nurul, 2012).
Semakin tinggi konsentrasi suatu larutan, makin besar laju reaksinya.
Pengaruh Konsentrasi Terhadap Kecepatan Reaksi
II-7Tinjauan Pustaka
Laboratorium Kimia FisikaProgram Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
Jika konsentrasi suatu larutan makin besar, larutan akan mengandung jumlah
partikel tersebut akan tersusun lebih rapat
dibandingkan larutan yang konsentrasinya lebih rendah. Susunan partikel yang lebih
rapat memungkinkan terjadinya tumbukan semakin banyak dan kemungkinan terjadi
i zat, makin cepat laju reaksinya. Hubungan
kuantitatif perubahan konsentrasi dengan laju reaksi tidak dapat ditetapkan dari
larutan, makin besar laju reaksinya.
Pengaruh Konsentrasi Terhadap Kecepatan Reaksi
5. Tekanan
Banyak reaksi yang melibatkan pereaksi dalam wujud gas. Kelajuan dari
pereaksi seperti itu juga dipengaruhi tekanan. Penambahan tekanan
memperkecil volume akan memperbesar konsentrasi, dengan demikian dapat
memperbesar laju reaksi
Laju rerata adalah rerata laju untuk selang waktu tertentu. Perbedaan antara laju
rerata dengan laju sesaat
kendaraan menempuh jarak 300 km dalam 5 jam. Laju rerata kendaraan itu adalah 300
km/5 jam = 60 km/jam. Tentu saja laju kendaraan tidak selalu 60 km/jam. Laju sesaat
ditunjukkan oleh speedometer
Laju sesaat adalah laju pada saat tertentu. Sebagai telah kita lihat sebelumnya,
laju reaksi berubah dari waktu ke waktu. Pada umumnya, laju reaksi makin kecil seiring
dengan bertambahnya waktu reaksi. oleh karena itu, plot konsentrasi terhadap waktu
berbentuk garis lengkung, seperti gambar di bawah ini. Laju sesaat pada waktu t dapat
ditentukan dari kemiringan (gradien) tangen pada saat t tersebut, sebagai berikut.
Persamaan laju reaksi dapat ditulis sebagai:
Persamaan seperti di atas, disebut
Persamaan laju reaksi seperti itu menyatakan hubungan antara konsentrasi pereaksi
dengan laju reaksi. Bilangan pangkat pada persamaan di atas disebut sebagai orde reaksi
atau tingkat reaksi pada reaksi yang ber
pereaksi-pereaksi disebut sebagai orde reaksi total. Artinya, reaksi berorde x terhadap
pereaksi Areaksi berorde y terhadap pereaksi B, orde reaksi total pada reaksi tersebut
adalah (x + y). Nilai dari x dan y
1990). Faktor k yang terdapat pada persamaan tersebut disebut tetapan laju reaksi. Harga
k ini tetap untuk suatu reaksi, dan hanya dipengaruhi oleh suhu dan katalis
Terdapat dua metode yang dapat dikembangkan untuk menentukan perubahan
konsentrasi pereaksi per satuan waktu, yaitu metode diferensial dan metode integral.
Metode diferensial berguna untuk menentukan tingkat reaksi, sedangkan metode integral
berguna untuk mengevaluasi tingkat reaksi.
BAB II Tinjauan Pustaka
Laboratorium Kimia FisikaProgram Studi D3 Teknik Kimia
Banyak reaksi yang melibatkan pereaksi dalam wujud gas. Kelajuan dari
pereaksi seperti itu juga dipengaruhi tekanan. Penambahan tekanan
memperkecil volume akan memperbesar konsentrasi, dengan demikian dapat
memperbesar laju reaksi (Anonim, 2009).
Laju rerata adalah rerata laju untuk selang waktu tertentu. Perbedaan antara laju
rerata dengan laju sesaat dapat diandaikan dengan laju kendaraan. Misalnya suatu
kendaraan menempuh jarak 300 km dalam 5 jam. Laju rerata kendaraan itu adalah 300
km/5 jam = 60 km/jam. Tentu saja laju kendaraan tidak selalu 60 km/jam. Laju sesaat
speedometer kendaraan.
Laju sesaat adalah laju pada saat tertentu. Sebagai telah kita lihat sebelumnya,
laju reaksi berubah dari waktu ke waktu. Pada umumnya, laju reaksi makin kecil seiring
dengan bertambahnya waktu reaksi. oleh karena itu, plot konsentrasi terhadap waktu
berbentuk garis lengkung, seperti gambar di bawah ini. Laju sesaat pada waktu t dapat
ditentukan dari kemiringan (gradien) tangen pada saat t tersebut, sebagai berikut.
Persamaan laju reaksi dapat ditulis sebagai:
Persamaan seperti di atas, disebut persamaan laju reaksi atau hukum laju reaksi.
Persamaan laju reaksi seperti itu menyatakan hubungan antara konsentrasi pereaksi
dengan laju reaksi. Bilangan pangkat pada persamaan di atas disebut sebagai orde reaksi
atau tingkat reaksi pada reaksi yang bersangkutan. Jumlah bilangan pangkat konsentrasi
pereaksi disebut sebagai orde reaksi total. Artinya, reaksi berorde x terhadap
pereaksi Areaksi berorde y terhadap pereaksi B, orde reaksi total pada reaksi tersebut
Nilai dari x dan y hanya dapat diperoleh dari percobaan
Faktor k yang terdapat pada persamaan tersebut disebut tetapan laju reaksi. Harga
k ini tetap untuk suatu reaksi, dan hanya dipengaruhi oleh suhu dan katalis
Terdapat dua metode yang dapat dikembangkan untuk menentukan perubahan
konsentrasi pereaksi per satuan waktu, yaitu metode diferensial dan metode integral.
Metode diferensial berguna untuk menentukan tingkat reaksi, sedangkan metode integral
rguna untuk mengevaluasi tingkat reaksi. Metode integral didasarkan pada pengukuran
II-8Tinjauan Pustaka
Laboratorium Kimia FisikaProgram Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
Banyak reaksi yang melibatkan pereaksi dalam wujud gas. Kelajuan dari
pereaksi seperti itu juga dipengaruhi tekanan. Penambahan tekanan dengan
memperkecil volume akan memperbesar konsentrasi, dengan demikian dapat
Laju rerata adalah rerata laju untuk selang waktu tertentu. Perbedaan antara laju
dapat diandaikan dengan laju kendaraan. Misalnya suatu
kendaraan menempuh jarak 300 km dalam 5 jam. Laju rerata kendaraan itu adalah 300
km/5 jam = 60 km/jam. Tentu saja laju kendaraan tidak selalu 60 km/jam. Laju sesaat
Laju sesaat adalah laju pada saat tertentu. Sebagai telah kita lihat sebelumnya,
laju reaksi berubah dari waktu ke waktu. Pada umumnya, laju reaksi makin kecil seiring
dengan bertambahnya waktu reaksi. oleh karena itu, plot konsentrasi terhadap waktu
berbentuk garis lengkung, seperti gambar di bawah ini. Laju sesaat pada waktu t dapat
ditentukan dari kemiringan (gradien) tangen pada saat t tersebut, sebagai berikut.
persamaan laju reaksi atau hukum laju reaksi.
Persamaan laju reaksi seperti itu menyatakan hubungan antara konsentrasi pereaksi
dengan laju reaksi. Bilangan pangkat pada persamaan di atas disebut sebagai orde reaksi
sangkutan. Jumlah bilangan pangkat konsentrasi
pereaksi disebut sebagai orde reaksi total. Artinya, reaksi berorde x terhadap
pereaksi Areaksi berorde y terhadap pereaksi B, orde reaksi total pada reaksi tersebut
hanya dapat diperoleh dari percobaan (James E. Brady,
Faktor k yang terdapat pada persamaan tersebut disebut tetapan laju reaksi. Harga
k ini tetap untuk suatu reaksi, dan hanya dipengaruhi oleh suhu dan katalis (Nurul, 2012).
Terdapat dua metode yang dapat dikembangkan untuk menentukan perubahan
konsentrasi pereaksi per satuan waktu, yaitu metode diferensial dan metode integral.
Metode diferensial berguna untuk menentukan tingkat reaksi, sedangkan metode integral
Metode integral didasarkan pada pengukuran
reaksi setiap saat. Data yang terkumpul selanjutnya dievaluasi dengan persamaan integral
yang dimodifikasi ke dalam bentuk grafik. Kemudian, ditentukan apakah reaksi tersebut
tingkat satu, tingkat dua, atau tingkat
pemahaman matematika, khususnya integral yang memadai maka tidak diberikan di sini
.Metode diferensial disebut juga metode laju awal atau metode laju rata
didasarkan pada perubahan konsentrasi pereaksi dalam selang waktu tertent
kata lain, metode diferensial adalah metode untuk menentukan tingkat reaksi atau laju
reaksi (Nurul, 2012).
Dalam praktiknya, penentuan kecepatan reaksi didasarkan pada konsentrasi awal
pereaksi yang berbeda secara
Simak reaksi berikut:
. Nilai x ditentukan dari hasil penyelidikan menggunakan metode laju awal.
Untuk menentukan tingkat reak
dengan konsentrasi awal berbeda dalam selang waktu yang dibuat tetap. Data hasil
pengukuran kemudian ditabulasikan ke dalam tabel.
Setelah data ditabulasikan ke dalam tabel,
reaksi dibandingkan , misalnya
Jadi, tingkat reaksinya sama dengan 2. Oleh karena itu, persamaan untuk
kecepatan reaksi hipotetik di atas dapat ditulis
BAB II Tinjauan Pustaka
Laboratorium Kimia FisikaProgram Studi D3 Teknik Kimia
reaksi setiap saat. Data yang terkumpul selanjutnya dievaluasi dengan persamaan integral
yang dimodifikasi ke dalam bentuk grafik. Kemudian, ditentukan apakah reaksi tersebut
dua, atau tingkat tertentu. Mengingat metode integral m
pemahaman matematika, khususnya integral yang memadai maka tidak diberikan di sini
.Metode diferensial disebut juga metode laju awal atau metode laju rata-
didasarkan pada perubahan konsentrasi pereaksi dalam selang waktu tertent
kata lain, metode diferensial adalah metode untuk menentukan tingkat reaksi atau laju
Dalam praktiknya, penentuan kecepatan reaksi didasarkan pada konsentrasi awal
pereaksi yang berbeda secara beraturan, sedangkan selang waktu reaksi dibuat tetap.
. Persamaan kecepatan reaksinya dapat ditulis:
. Nilai x ditentukan dari hasil penyelidikan menggunakan metode laju awal.
Untuk menentukan tingkat reaksi diperlukan sekurang-kurangnya tiga kali pengukuran
dengan konsentrasi awal berbeda dalam selang waktu yang dibuat tetap. Data hasil
pengukuran kemudian ditabulasikan ke dalam tabel.
ditabulasikan ke dalam tabel, selanjutnya masing-
reaksi dibandingkan , misalnya
Jadi, tingkat reaksinya sama dengan 2. Oleh karena itu, persamaan untuk
kecepatan reaksi hipotetik di atas dapat ditulis sebagai:
II-9Tinjauan Pustaka
Laboratorium Kimia FisikaProgram Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
reaksi setiap saat. Data yang terkumpul selanjutnya dievaluasi dengan persamaan integral
yang dimodifikasi ke dalam bentuk grafik. Kemudian, ditentukan apakah reaksi tersebut
Mengingat metode integral memerlukan
pemahaman matematika, khususnya integral yang memadai maka tidak diberikan di sini
-rata. Metode ini
didasarkan pada perubahan konsentrasi pereaksi dalam selang waktu tertentu. Dengan
kata lain, metode diferensial adalah metode untuk menentukan tingkat reaksi atau laju
Dalam praktiknya, penentuan kecepatan reaksi didasarkan pada konsentrasi awal
beraturan, sedangkan selang waktu reaksi dibuat tetap.
. Persamaan kecepatan reaksinya dapat ditulis:
. Nilai x ditentukan dari hasil penyelidikan menggunakan metode laju awal.
kurangnya tiga kali pengukuran
dengan konsentrasi awal berbeda dalam selang waktu yang dibuat tetap. Data hasil
-masing data laju
Jadi, tingkat reaksinya sama dengan 2. Oleh karena itu, persamaan untuk
Orde reaksi menyatakan besarnya pengaruh konsentrasi pereaksi pada laju reaksi.
Beberapa orde reaksi yang umum terdapat dalam persamaan reaksi kimia beserta
maknanya sebagai berikut
1. Reaksi Orde 0
Suatu reaksi kimia dikatakan mempunyai orde nol, jika besarnya laju reaksi
tersebut tidak dipengaruhi oleh konsentrasi pereaksi. Artinya, seberapapun
peningkatan konsentrasi pereaksi tidak akan mempengaruhi besarnya laju reaksi.
2. Reaksi Orde 1
Suatu reaksi kimia dikatakan mempunyai orde satu, apabila besarnya laju
reaksi berbanding lurus dengan besarnya konsentrasi pereaksi. Artinya, jika
konsentrasi pereaksi dinaikkan dua kali semula, maka laju reaksi juga akan
meningkat besarnya sebanyak (2)1 atau 2 kali semula juga.
3. Reaksi Orde 2
Suatu reaksi dikatakan mempunyai orde dua, apabila besarnya laju reaksi
merupakan pangkat dua dari peningkatan konsentrasi pereaksinya. Artinya, jika
konsentrasi pereaksi dinaikkan 2 kali semula, maka laju reaksi akan meningkat
BAB II Tinjauan Pustaka
Laboratorium Kimia FisikaProgram Studi D3 Teknik Kimia
Orde reaksi menyatakan besarnya pengaruh konsentrasi pereaksi pada laju reaksi.
Beberapa orde reaksi yang umum terdapat dalam persamaan reaksi kimia beserta
maknanya sebagai berikut :
Suatu reaksi kimia dikatakan mempunyai orde nol, jika besarnya laju reaksi
tersebut tidak dipengaruhi oleh konsentrasi pereaksi. Artinya, seberapapun
peningkatan konsentrasi pereaksi tidak akan mempengaruhi besarnya laju reaksi.
Grafik II.4 Reaksi Orde 0
Suatu reaksi kimia dikatakan mempunyai orde satu, apabila besarnya laju
reaksi berbanding lurus dengan besarnya konsentrasi pereaksi. Artinya, jika
konsentrasi pereaksi dinaikkan dua kali semula, maka laju reaksi juga akan
esarnya sebanyak (2)1 atau 2 kali semula juga.
Grafik II.5 Reaksi Orde 1
Suatu reaksi dikatakan mempunyai orde dua, apabila besarnya laju reaksi
merupakan pangkat dua dari peningkatan konsentrasi pereaksinya. Artinya, jika
konsentrasi pereaksi dinaikkan 2 kali semula, maka laju reaksi akan meningkat
II-10Tinjauan Pustaka
Laboratorium Kimia FisikaProgram Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
Orde reaksi menyatakan besarnya pengaruh konsentrasi pereaksi pada laju reaksi.
Beberapa orde reaksi yang umum terdapat dalam persamaan reaksi kimia beserta
Suatu reaksi kimia dikatakan mempunyai orde nol, jika besarnya laju reaksi
tersebut tidak dipengaruhi oleh konsentrasi pereaksi. Artinya, seberapapun
peningkatan konsentrasi pereaksi tidak akan mempengaruhi besarnya laju reaksi.
Suatu reaksi kimia dikatakan mempunyai orde satu, apabila besarnya laju
reaksi berbanding lurus dengan besarnya konsentrasi pereaksi. Artinya, jika
konsentrasi pereaksi dinaikkan dua kali semula, maka laju reaksi juga akan
Suatu reaksi dikatakan mempunyai orde dua, apabila besarnya laju reaksi
merupakan pangkat dua dari peningkatan konsentrasi pereaksinya. Artinya, jika
konsentrasi pereaksi dinaikkan 2 kali semula, maka laju reaksi akan meningkat
sebesar (2)2 atau 4 kali sem
semula, maka laju reaksi akan menjadi (3)2 atau 9 kali semula.
(Nurul, 2012)
BAB II Tinjauan Pustaka
Laboratorium Kimia FisikaProgram Studi D3 Teknik Kimia
sebesar (2)2 atau 4 kali semula. Apabila konsentrasi pereaksi dinaikkan 3 kali
semula, maka laju reaksi akan menjadi (3)2 atau 9 kali semula.
Grafik II.6 Reaksi Orde 2
II-11Tinjauan Pustaka
Laboratorium Kimia FisikaProgram Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
ula. Apabila konsentrasi pereaksi dinaikkan 3 kali
III-1
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
III.1 Variable Percobaan
a. Kontrol : Etil asetat 0,02 N
NaOH 0,02 N
HCl 0,02 N
b. Manipulasi : Waktu pengocokan yaitu 3,5, 6,5, 9,5, 12,5, 15,5, 18,5 dalam menit.
c. Respon : Banyaknya volume titran (NaOH)
III.2 Alat
1. Baker Glass
2. Biuret
3. Erlenmeyer
4. Gelas Ukur
5. Klem
6. Labu Ukur
7. Pipet tetes
8. Pipet volume
9. Statif
10. Timbangan Elektrik
III.3 Bahan
1. Larutan PP
2. Larutan NaOH 0,02 N
3. Larutan HCL 0,02 N
4. Larutan Etil Asetat 0,02 N
III.4 Prosedur Percobaan
1. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan
2. Membuat 250 ml larutan 0,0
dan 250 ml larutan 0,0
3. Memasukkan 25 ml larutan 0,0
4. Menambahkan 25 ml larutan 0,0
3,5 menit.
5. Menghentikan proses pengocokan setelah
larutan 0.02 N HCl dan mengocoknya kembali selama
6. Menambahkan indikator PP sebanyak 2 tetes kedalam 10 ml campuran
7. Mentitrasi campuran tersebut dengan larutan 0,0
8. Mengulangi prosedur
berbeda yaitu selama
BAB III Metodologi Percobaan
Laboratorium Kimia FisikaProgram Studi D3 Teknik Kimia
Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan
ml larutan 0,02 N etil asetat,500 ml larutan 0,02 N NaOH,
ml larutan 0,02 N HCl.
Memasukkan 25 ml larutan 0,02 N NaOH kedalam erlenmeyer
Menambahkan 25 ml larutan 0,02 N etil asetat dan mengocoknya selama
ikan proses pengocokan setelah 3,5 menit kemudian menambahkan 25 ml
N HCl dan mengocoknya kembali selama 3,5 menit.
Menambahkan indikator PP sebanyak 2 tetes kedalam 10 ml campuran
Mentitrasi campuran tersebut dengan larutan 0,02 N NaOH
Mengulangi prosedur 2 sampai 7 sebanyak 5 kali dengan variabel waktu yang
berbeda yaitu selama 6,5 menit, 9,5 menit, 12,5 menit, 15,5 menit, dan 18,5
III-2
Metodologi Percobaan
Laboratorium Kimia FisikaProgram Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
N NaOH,
asetat dan mengocoknya selama
menit kemudian menambahkan 25 ml
Menambahkan indikator PP sebanyak 2 tetes kedalam 10 ml campuran
waktu yang
6,5 menit, 9,5 menit, 12,5 menit, 15,5 menit, dan 18,5 menit.
III.5 Diagram Alir Percobaan
Membuat 250
Mencampurkan 25 ml NaOH 0,0
Menambahkan larutan HCl 0,0
Mentitrasi larutan
Mencatat volume titran yang digunakan untuk
Mengulangi prosedur berbeda yaitu selama
BAB III Metodologi Percobaan
Laboratorium Kimia FisikaProgram Studi D3 Teknik Kimia
III.5 Diagram Alir Percobaan
ml larutan 0,02 N etil asetat,500 ml larutan 0,02
dan 250 ml larutan 0,02 N HCl.
Mencampurkan 25 ml NaOH 0,02 N dengan 25 ml etil asetat 0,0
Mengocok larutan tersebut selama 3,5 menit
Menambahkan larutan HCl 0,02 N dan mengocoknya selama 3,5 menit
Mentitrasi larutan campuran tersebut dengan NaOH 0,0
volume titran yang digunakan untuk mentitrasi larutan
Mengambil 10 ml larutan tersebut
Mulai
Mengulangi prosedur percobaan sebanyak 5 kali dengan variabel berbeda yaitu selama 15 menit, 20 menit, 25 menit
Selesai
III-3
Metodologi Percobaan
Laboratorium Kimia FisikaProgram Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
2 N NaOH,
asetat 0,02 N
selama 3,5 menit
campuran tersebut dengan NaOH 0,02 N
larutan
kali dengan variabel waktu yang
III.6 Gambar Alat Percobaan
Baker Glass
Gelas Ukur
Pipet Tetes
BAB III Metodologi Percobaan
Laboratorium Kimia FisikaProgram Studi D3 Teknik Kimia
Percobaan
Biuret Erlenmeyer
Labu Ukur
Pipet Volume
Klem
Timbangan Elektrik
III-4
Metodologi Percobaan
Laboratorium Kimia FisikaProgram Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
Erlenmeyer
Labu Ukur
Statif
IV-1
BAB IV
HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil Percobaan Penyabunan Etil Asetat dan NaOH
Setelah melakukan percobaan, didapatkan hasil percobaan sebagai berikut :
Tabel IV.1.1 Hasil Percobaan
Tabel IV.1.2 Perhitungan Penyabunan Ethyl Asetat dengan NaOH
Waktu Kocok
(menit)
Volume Titran
(ml)
Konsentrasi
Mula-Mula
(N)
Konsentrasi
CH3COOH
(N)
x
a - x
3,5 2,8 0,02 0,00224 0,1261
5,5 3 0,02 0,0024 0,1363
8,5 3,3 0,02 0,00264 0,1521
12,5 3,5 0,02 0,0028 0,1628
15,5 3,9 0,02 0,00312 0,1848
18,5 4,4 0,02 0,00352 0,2136
k ç
s çäì ã É=
bíáä==̂ ëÉí~í=
EMIMOk F
s çäì ã É=
k ~l e =
EMIMOk F
s çäì ã É=
e ` ä=
EMIMOk F
í=
Eã ÉåáíF
s çäì ã É=qáíê~ëá
s çäì ã É=
` ~ã é ì ê~å
s çäì ã É=
qáíê~å=Eã äF
1. 25 ml 25 ml 25 ml 3,5 10 ml 2,8
2. 25 ml 25 ml 25 ml 6,5 10 ml 3,0
3. 25 ml 25 ml 25 ml 9,5 10 ml 3,3
4. 25 ml 25 ml 25 ml 12,5 10 ml 3,5
5. 25 ml 25 ml 25 ml 15,5 10 ml 3,9
6. 25 ml 25 ml 25 ml 18,5 10 ml 4,4
fs KOmÉã Ä~Ü~ë~åPercobaan kecepatan reaksi ini
kecepatan reaksi selain itu percobaan ini bertujuan untuk menentukan nilai orde
reaksi dari penyabunan etil asetat.
partikel, atom atau molekul yang bertumbukan dan tidak semua
menghasilkan reaksi, hanya tumbukan dengan energi yang cukup yang dapat
menghasilkan reaksi. Kecepatan reaksi adalah berkurangnya konsentrasi zat A dalam
selang waktu tertentu. Bahan yang digunakan dalam percobaan kecepatan reaksi ini
antara lain etil asetat, NaOH, dan HCl dengan variabel waktu yang digunakan adalah
3,5 menit, 6,5 menit, 9,5 menit, 12,5 menit, 15,5 menit, dan 18,5 menit
dari hasil percobaan didapatkan hubungan antara
asetat yang bereaksi, dan volume titran.
Dalam percobaan yang dilakukan, penentuan konstanta dan orde kecepatan
reaksi menggunakan metode reaksi penyabunan yaitu antara
NaOH. Konstanta reaksi dari reaksi penyabunan
persamaan yang berasal dari grafik antara
d ê~Ñáâ=fs KO
0.1261
0
0.05
0.1
0.15
0.2
0.25
0.3
0
ñL~J
ñBAB IV Hasil Percobaan dan Pembahasan
Laboratorium KimiaProgram Studi D3 Teknik Kimia
Percobaan kecepatan reaksi ini bertujuan untuk menentukan konstanta
selain itu percobaan ini bertujuan untuk menentukan nilai orde
reaksi dari penyabunan etil asetat. Reaksi berlangsung karena adanya partikel
partikel, atom atau molekul yang bertumbukan dan tidak semua
menghasilkan reaksi, hanya tumbukan dengan energi yang cukup yang dapat
ecepatan reaksi adalah berkurangnya konsentrasi zat A dalam
. Bahan yang digunakan dalam percobaan kecepatan reaksi ini
etil asetat, NaOH, dan HCl dengan variabel waktu yang digunakan adalah
3,5 menit, 6,5 menit, 9,5 menit, 12,5 menit, 15,5 menit, dan 18,5 menit
dari hasil percobaan didapatkan hubungan antara pengaruh pengocokan,
dan volume titran.
Dalam percobaan yang dilakukan, penentuan konstanta dan orde kecepatan
reaksi menggunakan metode reaksi penyabunan yaitu antara CH3COOC
onstanta reaksi dari reaksi penyabunan etil asetat ini didapat
persamaan yang berasal dari grafik antara xa
x
terhadap t, yang diperoleh dari
d ê~Ñáâ=fs KOKNHubungan antara terhadap Waktu
0.12610.1363
0.15210.1628
0.1848
y = 0.013x
5 10 15
t ~âíì =mÉåÖçÅçâ~å=
IV-2dan Pembahasan
Laboratorium Kimia FisikaProgram Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
bertujuan untuk menentukan konstanta
selain itu percobaan ini bertujuan untuk menentukan nilai orde
Reaksi berlangsung karena adanya partikel-
partikel, atom atau molekul yang bertumbukan dan tidak semua tumbukan
menghasilkan reaksi, hanya tumbukan dengan energi yang cukup yang dapat
ecepatan reaksi adalah berkurangnya konsentrasi zat A dalam
. Bahan yang digunakan dalam percobaan kecepatan reaksi ini
etil asetat, NaOH, dan HCl dengan variabel waktu yang digunakan adalah
3,5 menit, 6,5 menit, 9,5 menit, 12,5 menit, 15,5 menit, dan 18,5 menit. Sehingga,
engaruh pengocokan, jumlah etil
Dalam percobaan yang dilakukan, penentuan konstanta dan orde kecepatan
COOC2H5 dan
asetat ini didapatkan dari
, yang diperoleh dari :
erhadap Waktu
0.1848
0.2136
y = 0.013x
20
Berdasarkan grafik IV.
pengocokan, bahwa semakin lama waktu pengocokan yang diberikan pada campuran
larutan etil asetat, NaOH serta HCl maka semakin besar pula
dihasilkan. Dari data tersebut, pada waktu pengocokan 3,5 menit orde reaksinya
sebesar 0,1261. Untuk waktu pengocokan 6,5 menit orde reaksinya sebesar 0,1363.
Untuk waktu pengocokan 9,5 menit orde reaksinya sebesar 0,1521. Untuk waktu
pengocokan 12,5 menit orde reaksinya sebesar 0,1628. Untuk waktu pengocokan
15,5 menit orde reaksinya sebesa
orde reaksinya sebesar 0,2136.
Dari grafik diatas
mula sehingga konstanta reaksi dapat dicari dengan membagi harga
yang diketahui nilainya. Setelah kita memperoleh persamaan garis y =
kita dapat mensubsitusikannya ke dalam rumus
persamaan sebagai berikut :
Berdasarkan percobaan dan perhitungan melalui
telah dilakukan didapatkan
NaOH adalah 0,65 M-1s
reaksi untuk penyabunan etil asetat dengan NaOH berkisar 0,057 M
1946 ).
Hasil percobaan yang didapatkan
disebabkan karena beberapa faktor sala
NaOH, timbangan yang digunakan kurang
konsentrasi larutan NaOH yang dibuat. Selain itu,
adalah pada saat titrasi pada
merah muda sulit untuk memberi batasan warna saat awal mulai terjadinya perubahan
BAB IV Hasil Percobaan dan Pembahasan
Laboratorium KimiaProgram Studi D3 Teknik Kimia
grafik IV.2.1, dapat dilihat hubungan antara dengan waktu
semakin lama waktu pengocokan yang diberikan pada campuran
NaOH serta HCl maka semakin besar pula orde reaksi yang
dihasilkan. Dari data tersebut, pada waktu pengocokan 3,5 menit orde reaksinya
0,1261. Untuk waktu pengocokan 6,5 menit orde reaksinya sebesar 0,1363.
Untuk waktu pengocokan 9,5 menit orde reaksinya sebesar 0,1521. Untuk waktu
pengocokan 12,5 menit orde reaksinya sebesar 0,1628. Untuk waktu pengocokan
15,5 menit orde reaksinya sebesar 0,1848. Dan untuk waktu pengocokan 18,5 menit
orde reaksinya sebesar 0,2136.
didapatkan slope a.k dimana a merupakan konsentrasi mula
sehingga konstanta reaksi dapat dicari dengan membagi harga slope
ya. Setelah kita memperoleh persamaan garis y =
mensubsitusikannya ke dalam rumus xa
x
= a.k.t , sehingga diperoleh
persamaan sebagai berikut :
percobaan dan perhitungan melalui persamaan
didapatkan konstanta laju reaksi untuk penyabunan etil asetat dengan
s-1 . Berdasarkan literatur disebutkan bahwa konstanta laju
reaksi untuk penyabunan etil asetat dengan NaOH berkisar 0,057 M-1s
Hasil percobaan yang didapatkan tidak sesuai dengan literatur. Hal ini
beberapa faktor salah satunya adalah ketika proses penimbangan
NaOH, timbangan yang digunakan kurang akurat, sehingga mempengaruhi
konsentrasi larutan NaOH yang dibuat. Selain itu, faktor lain yang mempengaruhi
titrasi pada perubahan warna larutan dari tidak berwarna
merah muda sulit untuk memberi batasan warna saat awal mulai terjadinya perubahan
IV-3dan Pembahasan
Laboratorium Kimia FisikaProgram Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
dengan waktu
semakin lama waktu pengocokan yang diberikan pada campuran
orde reaksi yang
dihasilkan. Dari data tersebut, pada waktu pengocokan 3,5 menit orde reaksinya
0,1261. Untuk waktu pengocokan 6,5 menit orde reaksinya sebesar 0,1363.
Untuk waktu pengocokan 9,5 menit orde reaksinya sebesar 0,1521. Untuk waktu
pengocokan 12,5 menit orde reaksinya sebesar 0,1628. Untuk waktu pengocokan
r 0,1848. Dan untuk waktu pengocokan 18,5 menit
a.k dimana a merupakan konsentrasi mula-
slope dengan a
ya. Setelah kita memperoleh persamaan garis y = 0,013x, maka
= a.k.t , sehingga diperoleh
yang
konstanta laju reaksi untuk penyabunan etil asetat dengan
. Berdasarkan literatur disebutkan bahwa konstanta laju
s-1( Glasstone,
dengan literatur. Hal ini
ketika proses penimbangan
, sehingga mempengaruhi
faktor lain yang mempengaruhi
dari tidak berwarna menjadi
merah muda sulit untuk memberi batasan warna saat awal mulai terjadinya perubahan
warna hingga menjadi merah muda yang sama pada setiap perbedaan lamanya waktu
yang diperoleh dalam proses pengocokan. Hal ini menyebabkan perbedaa
NaOH yang digunakan untuk mentitrasi larutan sehingga hal itu dapat berpengaruh
terhadap hasil yang didapatkan.
d ê~Ñáâ=fs KO
Berdasarkan grafik IV.
dengan volume titran, bahwa
campuran larutan etil asetat
NaOH yang dibutuhkan untuk
merah muda. Berdasarkan dari percobaan yang telah dilakukan didapatkan hasil
percobaan pada waktu pengocokan 3,5 menit didapatkan volume titran sebesar
ml. untuk waktu pengocokan 6,5 menit volume titran yang dibutuhkan adalah 3 ml,
untuk waktu 9,5 menit volume titran sebesar 3,3 ml. Untuk waktu pengocokan 12,5
menit volume titran sebesar 3,5 ml. Sedangkan untuk waktu pengocokan 15,5 menit
volume titran sebesar 3,9 ml dan untuk waktu pengocokan 18,5 menit volume titran
yang dibutuhkan adalah 4,4 ml.
diperoleh pula hubungan antara lama waktu pengocokan terhadap volume titran yang
dibutuhkan untuk mencapai titik
2.8
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
4
4.5
5
3.5
sçä
ìã
É=q
áíê~
å
BAB IV Hasil Percobaan dan Pembahasan
Laboratorium KimiaProgram Studi D3 Teknik Kimia
menjadi merah muda yang sama pada setiap perbedaan lamanya waktu
yang diperoleh dalam proses pengocokan. Hal ini menyebabkan perbedaa
NaOH yang digunakan untuk mentitrasi larutan sehingga hal itu dapat berpengaruh
yang didapatkan.
d ê~Ñáâ=fs KOKOPengaruh Waktu Pengocokan dan Volume Titran
grafik IV.2.2, dapat dilihat hubungan antara waktu pengocokan
bahwa semakin lama waktu pengocokan yang diberikan pada
asetat, NaOH serta HCl maka semakin besar pula volume titran
NaOH yang dibutuhkan untuk merubah warna larutan dari tidak berwarna menjadi
Berdasarkan dari percobaan yang telah dilakukan didapatkan hasil
percobaan pada waktu pengocokan 3,5 menit didapatkan volume titran sebesar
ml. untuk waktu pengocokan 6,5 menit volume titran yang dibutuhkan adalah 3 ml,
untuk waktu 9,5 menit volume titran sebesar 3,3 ml. Untuk waktu pengocokan 12,5
menit volume titran sebesar 3,5 ml. Sedangkan untuk waktu pengocokan 15,5 menit
an sebesar 3,9 ml dan untuk waktu pengocokan 18,5 menit volume titran
yang dibutuhkan adalah 4,4 ml. Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan
hubungan antara lama waktu pengocokan terhadap volume titran yang
dibutuhkan untuk mencapai titik ekivalennya.
33.3
3.53.9
4.4
6.5 9.5 12.5 15.5 18.5
t ~âíì =mÉåÖçÅçâ~å
IV-4dan Pembahasan
Laboratorium Kimia FisikaProgram Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
menjadi merah muda yang sama pada setiap perbedaan lamanya waktu
yang diperoleh dalam proses pengocokan. Hal ini menyebabkan perbedaan volume
NaOH yang digunakan untuk mentitrasi larutan sehingga hal itu dapat berpengaruh
Pengaruh Waktu Pengocokan dan Volume Titran
hubungan antara waktu pengocokan
semakin lama waktu pengocokan yang diberikan pada
NaOH serta HCl maka semakin besar pula volume titran
rwarna menjadi
Berdasarkan dari percobaan yang telah dilakukan didapatkan hasil
percobaan pada waktu pengocokan 3,5 menit didapatkan volume titran sebesar 2,8
ml. untuk waktu pengocokan 6,5 menit volume titran yang dibutuhkan adalah 3 ml,
untuk waktu 9,5 menit volume titran sebesar 3,3 ml. Untuk waktu pengocokan 12,5
menit volume titran sebesar 3,5 ml. Sedangkan untuk waktu pengocokan 15,5 menit
an sebesar 3,9 ml dan untuk waktu pengocokan 18,5 menit volume titran
arkan percobaan yang telah dilakukan
hubungan antara lama waktu pengocokan terhadap volume titran yang
d ê~Ñáâ=fs KOKP Pengaruh Waktu Pengocokan terhadap
Dari grafik IV.2,3
bereaksi ” dapat diketahui
semakin besar pula jumlah mol etil asetat yang bereaksi. Pada waktu kocok 3,5 menit
mol etil asetat yang bereaksi adalah sebesar 0,00224 mol. Untuk waktu pengocokan
6,5 menit jumlah mol yang bereaksi adalah 0,0024 mol. Untuk waktu pengocokan
menit jumlah mol yang bereaksi sebesar 0,00264 mol. Pada waktu pengocokan 12,5
menit jumlah mol yang bereaksi sebesar 0,0028 mol, untuk waktu pengocokan 15,5
menit sebesar 0,00312 mol, dan untuk waktu pengocokan 18,5 menit jumlah mol
yang bereaksi sebesar 0,00352 mol.
Hal ini dapat terjadi karena semakin lama proses pengocokan berlangsung
maka semakin banyak
adanya tumbukan antara partikel satu dengan partikel lainnya. Hal ini bisa terlihat
pada saat dilakukan pengocokan selama
bereaksi semakin besar pula.
Dalam menentuk
dapat menggunakan persamaan yang terjadi antara etil asetat dan NaOH.
Berdasarkan teori yang ada yaitu :
0.00224
0
0.0005
0.001
0.0015
0.002
0.0025
0.003
0.0035
0.004
3.5
bíá
ä=̂ëÉ
í~í=
ó~å
Ö=_
ÉêÉ~
â~á
BAB IV Hasil Percobaan dan Pembahasan
Laboratorium KimiaProgram Studi D3 Teknik Kimia
Pengaruh Waktu Pengocokan terhadap Jumlah Etil Asetat yang
Bereaksi
,3 “ Pengaruh waktu (t) pengocokan terhadap etil asetat yang
bereaksi ” dapat diketahui semakin lama waktu pengocokan yang diberikan maka
semakin besar pula jumlah mol etil asetat yang bereaksi. Pada waktu kocok 3,5 menit
mol etil asetat yang bereaksi adalah sebesar 0,00224 mol. Untuk waktu pengocokan
6,5 menit jumlah mol yang bereaksi adalah 0,0024 mol. Untuk waktu pengocokan
menit jumlah mol yang bereaksi sebesar 0,00264 mol. Pada waktu pengocokan 12,5
menit jumlah mol yang bereaksi sebesar 0,0028 mol, untuk waktu pengocokan 15,5
menit sebesar 0,00312 mol, dan untuk waktu pengocokan 18,5 menit jumlah mol
esar 0,00352 mol.
Hal ini dapat terjadi karena semakin lama proses pengocokan berlangsung
semakin banyak jumlah partikel yang bereaksi. Hal ini disebabkan
adanya tumbukan antara partikel satu dengan partikel lainnya. Hal ini bisa terlihat
pada saat dilakukan pengocokan selama 18,5 menit, maka jumlah etil asetat yang
bereaksi semakin besar pula.
kan orde reaksi penyabunan etil asetat dengan NaOH,
dapat menggunakan persamaan yang terjadi antara etil asetat dan NaOH.
Berdasarkan teori yang ada yaitu :
0.002240.0024
0.002640.0028
0.00312
6.5 9.5 12.5 15.5
t ~âíì =mÉåÖçÅçâ~å
IV-5dan Pembahasan
Laboratorium Kimia FisikaProgram Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
Etil Asetat yang
“ Pengaruh waktu (t) pengocokan terhadap etil asetat yang
diberikan maka
semakin besar pula jumlah mol etil asetat yang bereaksi. Pada waktu kocok 3,5 menit
mol etil asetat yang bereaksi adalah sebesar 0,00224 mol. Untuk waktu pengocokan
6,5 menit jumlah mol yang bereaksi adalah 0,0024 mol. Untuk waktu pengocokan 9,5
menit jumlah mol yang bereaksi sebesar 0,00264 mol. Pada waktu pengocokan 12,5
menit jumlah mol yang bereaksi sebesar 0,0028 mol, untuk waktu pengocokan 15,5
menit sebesar 0,00312 mol, dan untuk waktu pengocokan 18,5 menit jumlah mol
Hal ini dapat terjadi karena semakin lama proses pengocokan berlangsung
. Hal ini disebabkan karena
adanya tumbukan antara partikel satu dengan partikel lainnya. Hal ini bisa terlihat
menit, maka jumlah etil asetat yang
dengan NaOH, kita
dapat menggunakan persamaan yang terjadi antara etil asetat dan NaOH.
0.00352
18.5
A + B hasil ......................................................................................... (c
Rate = k2 . CA . CB
Karena konsentrasi yang digunakan dalam penyabunan antara etil asetat dan NaOH
sama, maka A = B, sehingga menjadi :
2A hasil ......................................................................................
Rate = k2 . CA2
(Sukardjo, 1985)
CH3COOC2H
Dari reaksi yang
konsentrasi yang sama yaitu
teori persamaan rate = k
NaOH merupakan orde reaksi tingkat dua.
BAB IV Hasil Percobaan dan Pembahasan
Laboratorium KimiaProgram Studi D3 Teknik Kimia
A + B hasil ......................................................................................... (c
Karena konsentrasi yang digunakan dalam penyabunan antara etil asetat dan NaOH
sama, maka A = B, sehingga menjadi :
2A hasil ......................................................................................
5(aq) + NaOH(aq) C 2 H 5 OH(aq) + CH3
Dari reaksi yang berlangsung antara etil asetat dengan NaOH mempunyai
sama yaitu sebesar 0,02 N. Sehingga, dengan menggunakan dasar
rate = k2 . CA2 maka orde reaksi penyabunan etil asetat d
NaOH merupakan orde reaksi tingkat dua.
IV-6dan Pembahasan
Laboratorium Kimia FisikaProgram Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
A + B hasil ......................................................................................... (c)
Karena konsentrasi yang digunakan dalam penyabunan antara etil asetat dan NaOH
2A hasil ......................................................................................... (b)
3COONa(aq)
NaOH mempunyai
N. Sehingga, dengan menggunakan dasar
maka orde reaksi penyabunan etil asetat dengan
V-1
BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dan perhitungan yang ada, dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
1. Semakin lama waktu pengocokan yang diberikan pada campuran larutan etil asetat
dan NaOH , maka semakin besar volume titran NaOH yang dibutuhkan untuk titrasi
yaitu pada saat t sebesar 18,5 menit dimana membutuhkan volume titran (NaOH)
paling besar sebanyak 4,4 ml untuk mencapai titik ekivalennya.
2. Konstanta reaksi dari penyabunan etil asetat dengan NaOH dapat ditentukan
melalui grafik antara persamaan − terhadap t.
3. Konstanta dari penyabunan etil asetat dengan NaOH didapatkan 0,65 M-1 s-1.
4. Berdasarkan prosedur percobaan penyabunan etil asetat diperoleh orde reaksi
sebesar 2 M-1s-1.
vii
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. (2009, Juni 16). Laju Reaksi Kimia. Retrieved November 23, 2013, from Laju Reaksi Kimia Web Site: http://hera-kimia.blogspot.com/
Khoiriyah, A., & dkk. (2013). Laporan Tetap Kimia Fisika Pengaruh Konsentrasi dan Suhu Pada Kecepatan Reaksi. Palembang: Academia.Edu.
Lebong, C. (2013, April). Chandra Lebong. Retrieved November 23, 2013, from Chandra Lebong Web Site: http://ichanlebong.blogspot.com/2013/04/faktor-faktor-yang-mempenga ruhi.html
Nurul. (2012). Laju Reaksi. Retrieved November 23, 2013, from Laju Reaksi: http://kimia.upi.edu/staf/nurul/web2012/0905762/isi-materi3.html
Sukardjo. (1989). Kimia Fisika. Jakarta: Rineka Cipta.
Zulfikar. (2010, September 16). Situs Kimia Indonesia. Retrieved November 23, 2013, from Situs Kimia Indonesia Web Site: http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-kesehatan/kecepatan-reaksi-dan-energi/kecepatan-reaksi/
vii
DAFTAR NOTASI
Notasi Nama Notasi Satuan
M molaritas M
N normalitas N
V volume ml
gr gram gram
? massa jenis gram/cm3 atau gram/ml
Mr massa relatif gram/mol
t waktu detik
k konstanta kecepatan reaksi M-1.s-1
xjumlah mol etil asetat yang
bereaksimmol
a Konsentrasi Mula-mula N
APPENDIKS
1. Penyabunan CH3COOC2H5 oleh NaOH
Untuk t = 3,5 menit
CH3COOC2H5 awal = 0,02 N
NaOH awal = 0,02 N
HCl awal = 0,02 N
Volume CH3COOC2H5 = 25 ml
Volume NaOH = 25 ml
Volume HCl = 25 ml
mol CH3COOC2H5 awal = 0,02 x 25
= 0, 5 mmol
mol NaOH awal = 0,02 x 25
= 0,5 mmol
mol HCl = 0,02 x 25
= 0,5 mmol
Volume NaOH titrasi = 2,8 ml
mol NaOH titrasi = 0,02 x 2,8 = 0,056 mmol
Reaksi (1)
CH3COOC2H5 + NaOH C2H5OH + CH3COONa
Awal 1 1 - -
Bereaksi x x - -
Sisa 1-x 1-x x x
Reaksi (2)
NaOH sisa + HCl NaCl + H2O
Awal 1-x 1 - -
Bereaksi 1-x 1-x - -
Sisa 0 x 1-x 1-x
Reaksi (3)
NaOH + HCl sisa NaCl + H2O
Awal 0,5 x - -
Bereaksi 0,5 x - -
Sisa 0 0 x x
Pada reaksi (3)
mol NaOH titrasi = 0,056mmol
mol HCl titrasi = x mmol
mol HCl = mol NaOH
x = 0,056 mmol
CH3COOC2H5 yang bereaksi = 0,056 mmol/ 25 ml
= 0,00224M
Untuk perhitungan t selanjutnya dengan cara yang sama.
2. Perhitungan pembuatan grafik
x adalah CH3COOC2H5 yang bereaksi = 0,00224 M
a adalah CH3COOC2H5 mula-mula = 0,02N
= 0,02 M
xa
x
= 0,00224/ (0,02-0,00224)
= 0,1261
Untuk perhitungan t selanjutnya dengan cara yang sama.
T
(menit)
V NaOH
(ml)
a
(N)
x
(N) )( xa
x
3,5 2,8 0,02 0,00224 0,1261
5,5 3 0,02 0,0024 0,1363
8,5 3,3 0,02 0,00264 0,1521
12,5 3,5 0,02 0,0028 0,1628
15,5 3,9 0,02 0,00312 0,1848
18,5 4,4 0,02 0,00352 0,2136
3. Perhitungan K
Dari perhitungan yang telah dilakukan dan dari grafik didapatkan bahwa
Persamaan : y = 0,013x
Dimana persamaan reaksi orde 2 : xa
x
= a.k.t
k = 0,013/ 0,02 = 0,65 M-1menit-1
Tabel Hasil Perhitungan Penyabunan Ethyl Asetat dengan NaOH