file · web viewkinetika kimia adalah cabang ilmu kimia yang mempelajari kecepatan reaksi...
TRANSCRIPT
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada dasarnya reaksi kimia berlangsung dengan laju (kecepatan) yang
berbeda-beda. Ada reaksi yang berlangsung seketika, seperti bom dan petasan
yang meledak, ada juga reaksi yang berlangsung sangat lambat seperti besi
yang mengalami perkaratan dan fosilisasi sisa organism. Selain itu laju reaksi
dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah konsentrasi, suhu,
katalis, luas permukaan, tekanan, volume, dan sifat dasar pereaksi.
Sebelum dilakukan perhitungan dan penganalisis data terhadap laju
reaksi, sebaiknya kita harus memahami terlebih dahulu tentang konsep
kemolaran, terutama tentang penyediaan larutan dengan kemolaran tertentu,
serta kita harus dapat menganalisis baik secara langsung ataupun secara tidak
langsung banyaknya produk yang terbentuk atau banyaknya pereaksi yang
tinggal atau tersisa pada waktu tertentu. Hal ini penting karena reaksi kimia
pada umumnya berlangsung dalam bentuk larutan homogen ataupun
heterogen. Sedangkan zat kimia yang tersedia di dalam laboratorium pada
umumnya berupa zat murni atau larutan pekat.
Percobaan kali ini diperlukan agar praktikan dapat mengetahui dan
menganalisis seberapa besar pengaruh suhu dan konsentrasi yang bervariasi
terhadap laju reaksi kimia yang berlangsung. Selain itu juga agar praktikan
dapat menentukan nilai laju reaksi yang telah diamati dan dianalisis tersebut.
Lebih dari itu, praktikan diharapkan dapat menambah pengetahuannya
dari faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya laju reaksi yang diperoleh
dari praktikum, sehingga apa yang telah didapatkan praktikan di dalam
praktikum kali ini, suatu saat dapat diterapkan langsung oleh praktikan,
khususnya pada kegiatan yang berhubungan langsung dengan kimia.
1.2 Tujuan Percobaan
- Menentukan laju reaksi suatu reaksi kimia.
97
- Mengetahui pengaruh suhu dan konsentrasi terhadap laju reaksi.
- Menentukan persamaan laju reaksi.
98
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Kinetika kimia adalah cabang ilmu kimia yang mempelajari kecepatan
reaksi kimia dan mekanisme reaksi kimia yang terjadi. Pengertian kecepatan
reaksi digunakan untuk melukiskan kelajuan perubahan kimia yang terjadi.
Sedangkan pengertian mekanisme reaksi digunakan untuk melukiskan
serangkaian langkah-langkah reaksi yang meliputi perubahan keseluruhan dari
suatu reaksi yang terjadi. Dalam kebanyakan reaksi, kinetika kimia hanya
mendeteksi bahan dasar permulaan yang lenyap dan hasil yang timbul, jadi hanya
reaksi keseluruhan yang dapat diamati. Perubahan reaksi keseluruhan yang terjadi
kenyataannya dapat terdiri atas beberapa reaksi yang berurutan, masing-masing
reaksi merupakan suatu langkah reaksi pembentukan hasil-hasil akhir.
(Sastrohamidjojo,2001)
Laju reaksi menyatakan bahwa besarnya perubahan konsentrasi atau hasil
reaksi dalam satu satuan waktu atau cepat lambatnya suatu reaksi kimia
berlangsung. Laju reaksi juga dapat didefinisikan sebagai besar konsentrasi
pembentukan produk per satuan waktu. (Wood,1996)
Reaksi kimia adalah proses perubahan zat pereaksi menjadi produk, maka
pada waktu reaksi berlangsung, jumlah zat pereaksi akan semakin berkurang,
sedangkan jumlah produk bertambah. Satuan laju reaksi dapat dirumuskan sebagai
berikut.
V=
dxdt
Konsentrasi molar menyatakan jumlah mol dalam tiap liter dengan liter
ruangan atau larutan, misalnya pada reaksi pembentukan etil asetat dari etanol dan
asam asetat.
CH3COOH + C2H5OH CH3COOC2H5 + H2O
Asam asetat etanol etil asetat
99
maka laju reaksi dapat di ukur dari pengurangan konsentrasi asam asetat atau
etanol atau penambahan konsentrasi etil asetat.
V CH3COOH = - Δ [CH3COOH] / Δ t M.dt-1
V C2H5OH = - Δ [C2H5OH] / Δ t M.dt-1
V CH3COOC2H5 = + Δ [CH3COOC2H5] / Δ t M.dt-1
Menentukan laju reaksi
Laju reaksi dapat ditentukan melalui percobaan, yaitu dengan mengukur
konsentrasi salah satu produk pada selang waktu tertentu selama reaksi
berlangsung. Untuk dapat menentukan reaksi yang berlangsung lambat hal itu
dapat dilakukan dengan mengeluarkan sampel dari campuran reaksi lalu
menganalisisnya. Cara lain yang lebih umum adalah dengan menggunakan suatu
alat yang dapat menunjukkan secara kontinyu suatu percobaan yang menyertai
reaksi. Untuk reaksi gas yang disertai dengan perubahan jumlah mol, alat
dirancang agar mengukur perubahan tekanan gas. (Sukarto,1989)
Faktor-faktor yang memengaruhi laju reaksi.
Faktor-faktor apakah yang memengaruhi kelajuan suatu reaksi kimia?
Faktor-faktor yang memengaruhinya adalah sebagai berikut.
1. Konsentrasi pereaksi
Pada umumnya reaksi kimia berlangsung lebih cepat jika konsentrasi
pereaksi diperbesar, sehingga laju reaksi semakin besar. Sebaliknya, jika
konsentrasi diperkecil, maka laju reaksi semakin kecil dan berlangsung
lambat. Untuk beberapa reaksi, laju reaksi dapat dinyatakan dengan
persamaan matematik yang dikenal dengan hokum laju reaksi atau
persamaan laju reaksi. Pangkat-pangkat dalam persamaan laju reaksi
dinamakan orde reaksi. Menentukan orde reaksi dari suatu reaksi kimia
pada prinsipnya menetukan seberapa besar pengaruh perubahan
konsentrasi pereaksi terhadap laju reaksinya. Suatu larutan dengan
konsentrasi besar (pekat) mengandung partikel yang lebih rapat jika
dibandingkan dengan larutan yang konsentrasi kecil (encer), sehingga
100
lebih mudah dan lebih sering bertumbukan. Itulah sebabnya, makin besar
konsentrasi suatu larutan maka makin besar juga laju reaksinya.
(Keenan,1999)
2. Luas permukaan sentuh
Reaksi dapat berlangsung jika zat-zat pereaksi harus bercampur atau
bersentuhan. Reaksi yang berlangsung dalam sistem homogen sangat
berbeda dengan reaksi yang berlangsung dalam sistem heterogen. Pada
reaksi yang homogeny, campuran zatnya berlangsung seluruhnya. Hal ini
dapat mempercepat berlangsungnya suatu reaksi, karena molekul-molekul
itu dapat bersentuhan satu sama lainnya. Dalam system heterogen, reaksi
hanya berlangsung pada bidang-bidang perbatasan atau pada bidang-
bidang yang bersentuhan dari kedua fase. Reaksi kimia dapat berlangsung
jika molekul-molekul, atom-atom, atau ion-ion dari zat-zat yang bereaksi
relebih dahulu bertumbukan. Makin halus suatu zat, maka makin cepat
juga laju reaksi yang terjadi. Sebaliknya, makin besar luas permukaan
suatu zat, maka laju reaksinya akan berjalan lambat juga. Contoh dari
faktor ini adalah reaksi antara pualam dengan larutan HCl. Reaksi antara
serbuk pualam dengan larutan HCl akan lebih cepat daripada reaksi antara
keeping pualam dengan larutan HCl, di mana satu syarat, yaitu konsentrasi
HCl adalah sama besar. Hal itu dapat terjadi karena serbuk mempunyai
luas permukaan yang lebih halus daripada keeping. Partikel bagian dalam
kepingan harus menunggu sebelum bagian luar habis bereaksi, sedangkan
partikel serbuk banyak yang bertumbukan pada waktu yang bersamaan.
(Keenan,1999)
3. Reaksi kimia cenderung berlangsung lebih cepat pada suhu yang lebih
tinggi. Pada umumnya setiap kenaikan suhu 100C laju reaksi naik 2 kali
lebih besar dari semula. Perumusan laju reaksi adalah sebagai berikut.
VT = ( ΔV )ΔT10 .Vo di mana VT = laju reaksi akhir
Vo = laju reaksi semula
ΔT = selisih suhu = T2 – T1
101
T2 = suhu akhir
T1 = suhu awal
Berbagai proses industry dengan pemanasan, misalnya industry amoniak
dan H2SO4. Ketika memasak, makanan lebih cepat matang jika memasak
dengan suhu yang lebih tinggi. Sebaliknya, reaksi diperlambat dengan
menurunkan suhu. Itulah sebabnya makanan yang disimpan di kulkas akan
tahan lebih lama. Makin tinggi suhu, makin banyak molekul yang
mencapai energy pengaktifan. Menurut teori kinetic gas, molekul dalam
satu wadah tidaklah mempunyai energy kinetic yang sama, tetapi
bervariasi menurut suatu kurva yang mendekati kurva normal.
0
2
4
6
8
0 2 4 6 8 10E
Ener
gi M
olek
ul
Diperlihatkan bahwa pada T1 fraksi molekul yang mencapai energi
pengaktifan adalah sebesar Y1. Pada suhu yang lebih tinggi (T2), energi
rata-rata molekul-molekul bertambah, sehingga fraksi molekul yang
mencapai energi pengaktifan bertambah (Y2). Banyak reaksi berlangsung
dua kali lebih cepat jika suhu di naikan 100C. Hal itu menunjukan bahwa
jumlah molekul pereaksi yang mencapai energi pengaktifan menjadi dua
kali lebih banyak jika di naikkan 10 C.
4. Katalisator
Katalisator adalah zat yang dapat mempercepat laju reaksi tetapi zat itu
sendiri tidak mengalami perubahan yang kekal (tidak mengalami
perubahan kimia secara permanen). Sering hanya sejumlah kecil
katalisator sudah cukup untuk mempercepat laju reaksi. Meskipun
demikian banyak reaksi yang kelajuan reaksinya berbanding langsung
102
Energi Aktivasi
(+) Katalis
(-) Katalis
dengan pangkat dari konsentrasi katalisator. Ketergantungan kelajuan pada
konsentrasi katalisator harus ditentukan dengan percobaan.
Beberapa contoh katalisator adalah seperti senyawa-senyawa berikut. Bila
KClO3 dipanaskan hingga terurai menjadi KCl dan oksigen, ternyata
dengan adanya mangan dioksida (MnO2), akan mempercepat reaksi. Pada
akhir dari reaksi yaitu KClO3 lenyap, tetapi semua MnO2 tetap. Ini
menunjukkan bahwa katalisator tidak mengalami perubahan dalam reaksi
tersebut., karena ia dapat diperoleh kembali. Meskipun demikian,
katalisator harus mengambil bagian adalam reaksi, atau ia tidak dapat
mengubah kelajuan.
Katalisator dibedakan menjadi 2, yaitu katalisator homogen dan katalisator
heterogen. Berikut akan di jelaskan keduanya.
a. Katalisator homogen adalah katalisator sefase dengan zat yang
dikatalis. Contohnya adalah larutan FeCl3 pada reksi penguraian
hidrogen peroksida.
b. Katalisator heterogen adalah katalisator yang tidak sefase dengan zat
yang dikatalis. Umumnya katalisator heterogen berupa zat padat.
Dalam hal demikian reaksi berlangsung pada permukaan katalisator
zat padat tersebut. Salah satu contoh katalisator heterogen adalah
serbuk MnO2 pada penguraian KClO3.
Selain zat yang mempercepat reaksi, ada juga zat yang dapat
memperlambat reaksi. Zat seperti itu disebut inhibitor atau katalisator
negatif. Selain itu juga ada yang dikenal sebagai autokatalis. Katalis ini
berarti mengkatalis sendiri, yaitu berlangsung dari salah satu hasil dari
suatu reaksi yang berkelakuan sebagai katalisator dari reaksi.Katalisator
mempercepat reaksi dengan jalan menurunkan energi aktifasi. Energi
aktifasi adalah energi potensial yang harus dilampaui sebelum terjadi
reaksi kimia.
103
5. Tekanan gas.
Jika tekanan gas diperbesar, maka volume gas itu diperkecil, sehingga
letak partikel makin berdekatan dan makin mudah bertumbukan. Jai,
makin besar tekanan gas maka makin cepat reaksinya.
6. Sifat pereaksi.
Dalam suatu reaksi kimia, terjadi penentuan ikatan dan pembentukan
ikatan baru, sehingga kelajuan reaksi tergantung pada macam ikatan yang
terdapat. Secara percobaan kecepatan reaksi tergantung pada senyawa-
senyawa yang melakukan reaksi bersama. Sebagai contoh, reaksi ion
permanganat dalam larutan bersifat asamoleh ion ferro, terjadi sangat
cepat. MnO4ˉ akan lenyap secepat penambahan ferro sulfat, faktor yang
menentukan adalah kecepatan bercampurnya larutan. Pada keadaan lain,
reduksi ion permanganat dalam larutan yang bersifat asam oleh asam
oksalat, H2C2O4 , berjalan tidak cepat. Warna ungu karakteristik dari
MnO4ˉ tidak hilang setelah lama larutan-larutan dicampurkan.
(Sastrohamidjojo,2001)
Untuk beberapa reaksi, laju reaksi dapat ditentukan dengan persamaan
matematis yang dikenal dengan hukum laju reaksi atau persamaan laju reaksi.
Persamaan laju reaksi menyatakan hubungan kuantitatif antara laju reaksi dengan
konsentrasi pereaski. Bentuk persamaan laju reaksi adalah sebagai berikut, untuk
reaksi
mA + nB pC + qD
Persamaan laju reaksi, v = k [A] x [B] y ……….
Di mana k = konstanta laju reaksi
x = tingkat reaksi/orde terhadap A
y = tingkat reaksi/orde terhadap B
Tanda kurung menyatakan konsentrasi senyawa dalam mol per liter.
Tetapan pembanding (konstanta) K disebut tetapan kelajuan spesifik, adalah
karakteristik dari suatu reaksi tetapi berubah dengan perubahan suhu. Tanda titik-
titik menyatakan pereaksi lain yang mungkin turut menetukan hukum kelajuan.
Eksponen x dan y dapat berwujud pecahan mungkin juga negative. Hal yang perlu
104
diperhatikan adalah bahwa hukum kelajuan ditentukan berdasarkan percobaan.
(Sastrohamidjojo,2001)
Teori Tumbukan
Dari fakta yang diamati, kinetika kimia telah diinterpretasikan dalam
pengertian teori tumbukan. Teori ini memberikan dasar anggapan bahwa bila
suatu reaksi kimia terjadi, maka partikel-partikel harus bertumbukan. Dalam
tumbukan, atom-atom dan elektron-elektron akan diatur kembali.
(Sastrohamidjojo,2001)
Sesuai dengan teori tumbukan, kelajuan dari setiap langkah dalam suatu
reaksi adalah berbanding langsung dengan (1) jumlah tumbukan per detik antara
partikel-partikel yang bereaksi dalam langkah itu dan (2) bagian dari tumbuka itu
yang efektif. Jumlah energy tambahan yang dibutuhkan dalam suatu tumbukan
untuk menghasilkan reaksi kimia disebut energy aktivasi. Besarnya tergantung
pada sifat dan pereaksi-pereaksi. Sejumlah reaksi memiliki energy aktivasi yang
besar. Reaksi-reaksi ini adalah lambat, karena hanya sejumlah kecil dari partikel-
partikel pereaksi yang mempunyai cukup energy kinetic untuk mengatasi energy
aktivasi yang dibutuhkan. (Sastrohamidjojo,2001)
Teori Keadaan Transisi
Teori keadaan transisi mencoba menjelaskan pengaruh suhu terhaadap laju
reaksi dengan lebih mendalam. Menurut teori ini maka molekul pereaksi yang
telah menerima energi karena tumbukan itu, membentuk keadaan transisi yang
disebut kompleks transisi atau kompleks teraktivasi. Kompleks transisi yang dapat
melampaui energi aktivasi akan berubah menjadi molekul baru (hasil reaksi)
sedang yang tidak dapat melampaui energi aktivasi akan kembali menjadi
pereaksi. Jadi energi aktivasi adalah energi potensial yang harus dilampaui
sebelum terjadi reaksi kimia. Kenaikan suhu akan menambah jumlah molekul
yang memiliki energi yang lebih besar daripada energi aktivasi, sehingga akan
menambah laju reaksi. (Wood,1996)
105
Molekularitas Reaksi
Kekuatan rantai tidak dapat melebihi kekuatan mata rantai yang terlemah.
Hal ini sesuai dengan prisip kinetika, yakni bahwa seluruh laju suatu proses tidak
dapat melampaui laju tahap yang paling lambat. Maka jika reaksi kimia
berlangsung dalam sederet tahap berurutan, laju reaksi dibatasi oleh tahap yang
paling lambat. Tahap ini disebut tahap penentu laju. Dan molekularitas reaksi
didefinisikan sebagai jumlah molekul atau ion yang ikut serta dalam tahap
penentu laju. Jika molekul yang ikut serta dalam tahap penentu laju hanya sebuah
maka reaksinya disebut unimolekul, dan seterusnya. (Wood,1996)
106
BAB 3
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat-alat
- Gelas kimia 100 ml
- Gelas ukur 25 ml
- Stopwatch
- Alat penangas (hot plate)
- Termometer
- Pensil
- Pulpen
- Pipet tetes
3.1.2 Bahan-bahan
- Larutan Na2S2O3 0,1 M
- Larutan Na2S2O3 0,2 M
- Larutan HCl 1M
- Larutan HCl 2M
- Larutan HCl 3M
- Akuades
- Kertas
- Tissue
3.2 Prosedur Percobaan
3.2.1 Pengaruh konsentrasi
3.2.1.1 2 ml Na2S2O3 0,2 M + 3 ml HCl 1 M
- Dimasukkan 2 ml Na2S2O3 0,2 M dalam gelas kimia.
- Dimasukkan 3 ml HCl 1 M dalam gelas ukur.
- Disiapkan kertas putih yang diberi tanda silang (X).
- Diletakkan kertas tersebut di bawah gelas kimia yang
berisi 2 ml Na2S2O3 0,2 M.
107
- Disiapkan stopwatch.
- Dicampurkan 3 ml HCl 1 M dengan 2 ml Na2S2O3 0,2
M ke dalam gelas kimia dan pada saat yang bersamaan
stopwatch dimulai.
- Diamati.
- Diberhentikan stopwatch jika tanda silang tak terlihat
lagi dari atas.
- Dicatat waktu yang diperlukan sejak penambahan
larutan HCl ke dalam larutan Na2S2O3 hingga tanda
silang tak terlihat lagi dari atas.
3.2.1.2 2 ml Na2S2O3 0,2 M + 3 ml HCl 2 M
- Dimasukkan 2 ml Na2S2O3 0,2 M dalam gelas kimia.
- Dimasukkan 3 ml HCl 2 M dalam gelas ukur.
- Disiapkan kertas putih yang diberi tanda silang (X).
- Diletakkan kertas tersebut di bawah gelas kimia yang
berisi 2 ml Na2S2O3 0,2 M.
- Disiapkan stopwatch.
- Dicampurkan 3 ml HCl 2 M dengan 2 ml Na2S2O3 0,2
M ke dalam gelas kimia dan pada saat yang bersamaan
stopwatch dimulai.
- Diamati.
- Diberhentikan stopwatch jika tanda silang tak terlihat
lagi dari atas.
- Dicatat waktu yang diperlukan sejak penambahan
larutan HCl ke dalam larutan Na2S2O3 hingga tanda
silang tak terlihat lagi dari atas.
3.2.1.3 2 ml Na2S2O3 0,1 M + 3 ml HCl 1 M
- Dimasukkan 2 ml Na2S2O3 0,1 M dalam gelas kimia.
- Dimasukkan 3 ml HCl 1 M dalam gelas ukur.
- Disiapkan kertas putih yang diberi tanda silang (X).
108
- Diletakkan kertas tersebut di bawah gelas kimia yang
berisi 2 ml Na2S2O3 0, M.
- Disiapkan stopwatch.
- Dicampurkan 3 ml HCl 1 M dengan 2 ml Na2S2O3 0,1
M ke dalam gelas kimia dan pada saat yang bersamaan
stopwatch dimulai.
- Diamati.
- Diberhentikan stopwatch jika tanda silang tak terlihat
lagi dari atas.
- Dicatat waktu yang diperlukan sejak penambahan
larutan HCl ke dalam larutan Na2S2O3 hingga tanda
silang tak terlihat lagi dari atas.
3.2.2 Pengaruh suhu
3.2.2.1 2 ml Na2S2O3 0,2 M + 3 ml HCl 1 M
- Dimasukkan 2 ml Na2S2O3 0,2 M dalam gelas kimia.
- Dimasukkan 3 ml HCl 1 M dalam gelas ukur.
- Dipanaskan larutan Na2S2O3 tersebut di atas hot plate
hingga suhu 400C (gunakan thermometer).
- Diletakkan gelas kimia yang berisi larutan Na2S2O3
tersebut di atas kertas putih yang telah diberi tanda
silang (X).
- Disiapkan stopwatch.
- Dicampurkan 3 ml HCl 1 M dengan 2 ml Na2S2O3 0,2
M ke dalam gelas kimia dan pada saat yang bersamaan
stopwatch dimulai.
- Diamati.
- Diberhentikan stopwatch jika tanda silang tak terlihat
lagi dari atas.
- Dicatat waktu yang diperlukan sejak penambahan
larutan HCl ke dalam larutan Na2S2O3 hingga tanda
silang tak terlihat lagi dari atas.
109
3.2.2.2 2 ml Na2S2O3 0,2 M + 3 ml HCl 2 M
- Dimasukkan 2 ml Na2S2O3 0,2 M dalam gelas kimia.
- Dimasukkan 3 ml HCl 2 M dalam gelas ukur.
- Dipanaskan larutan Na2S2O3 tersebut di atas hot plate
hingga suhu 400C (gunakan thermometer).
- Diletakkan gelas kimia yang berisi larutan Na2S2O3
tersebut di atas kertas putih yang telah diberi tanda
silang (X).
- Disiapkan stopwatch.
- Dicampurkan 3 ml HCl 2 M dengan 2 ml Na2S2O3 0,2
M ke dalam gelas kimia dan pada saat yang bersamaan
stopwatch dimulai.
- Diamati.
- Diberhentikan stopwatch jika tanda silang tak terlihat
lagi dari atas.
- Dicatat waktu yang diperlukan sejak penambahan
larutan HCl ke dalam larutan Na2S2O3 hingga tanda
silang tak terlihat lagi dari atas.
3.2.2.3 2 ml Na2S2O3 0,1 M + 3 ml HCl 1 M
- Dimasukkan 2 ml Na2S2O3 0,1 M dalam gelas kimia.
- Dimasukkan 3 ml HCl 1 M dalam gelas ukur.
- Dipanaskan larutan Na2S2O3 tersebut di atas hot plate
hingga suhu 400C (gunakan thermometer).
- Diletakkan gelas kimia yang berisi larutan Na2S2O3
tersebut di atas kertas putih yang telah diberi tanda
silang (X).
- Disiapkan stopwatch.
- Dicampurkan 3 ml HCl 1 M dengan 2 ml Na2S2O3 0,1
M ke dalam gelas kimia dan pada saat yang bersamaan
stopwatch dimulai.
- Diamati.
110
- Diberhentikan stopwatch jika tanda silang tak terlihat
lagi dari atas.
- Dicatat waktu yang diperlukan sejak penambahan
larutan HCl ke dalam larutan Na2S2O3 hingga tanda
silang tak terlihat lagi dari atas.
111
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Tabel Pengamatan
4.1.1 Pengaruh konsentrasi
No M Na2S2O3 V Na2S2O3 M HCl V HCl twaktu(sekon)
1. 0,2 M 2 ml 1 3 ml 100 s
2. 0,2 M 2 ml 2 3 ml 63 s
3. 0,1 M 2 ml 1 3 ml 111 s
4.1.2 Pengaruh suhu
No M Na2S2O3 V Na2S2O3 M HCl V HCl twaktu(sekon)
1. 0,2 M 2 ml 1 3 ml 61 s
2. 0,2 M 2 ml 2 3 ml 28 s
3. 0,1 M 2 ml 1 3 ml 111 s
4.2 Reaksi
Na2S2O3 (aq) + 2HCl (aq) → 2NaCl (aq) + SO2 (g) + S (g) + H2O(aq)
4.3 Perhitungan
4.3.1 Pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi
Diketahui : a) t1 = 100 s
b) t2 = 63 s
c) t3 = 111 s
Ditanya : a) V1
b) V2
c) V3
Dijawab : a) V1 = 1/ t1 = 1/100 = 0,01
b) V2 = 1/ t2 = 1/63 = 0,015
c) V3 = 1/ t3 = 1/111 = 0,009
112
Mencari orde reaksi
v = k [Na2S2O3]x [HCl]y
Mencari x =
v 3v 1
=k [ Na2 S2 O3 ]
x [ HCl ]y
k [ Na2 S2 O3 ]x [ HCl ]y
0 , 0090 , 01
= k [0,1 ]x [1 ]y
k [0,2 ]x [1 ]y
0,9 = 0,5x
log 0,9 = log 0,5x
log 0,9 = x log 0,5
x =
log 0,9log 0,5
x = 0,149
Mencari y =
v 2v 1
=k [Na2 S2 O3 ]
x [HCl ]y
k [Na2 S2 O3 ]x [HCl ]y
0 ,0150 , 01
= k [ 0,2]x [2 ]y
k [ 0,2]x [1 ]y
1,5 = 2y
log 1,5 = log 2y
log 1,5 = y log 2
y =
log 1,5log 2
y = 0,584
x = Orde reaksi Na2S2O3 = 0,149
y = Orde reaksi HCl = 0,584
Orde total = x + y = 0,149 + 0,584 = 0,733
Mencari nilai k.
v = k [Na2S2O3]x [HCl]y
0,015 = k [0,2]0,149 [2]0,584
0,015 = k [0,786] [1,498]
0,015 = k [1,18]
113
k =
0 , 0151 ,18
k = 0,0127
Persamaan laju reaksi
v = k [Na2S2O3]x [HCl]y
v = 0,0127 [Na2S2O3]0,149 [HCl]0,584
4.3.2 Pengaruh suhu terhadap laju reaksi
Diketahui : a) t1 = 61 s
b) t2 = 28 s
c) t3 = 87 s
Ditanya : a) V1
b) V2
c) V3
Dijawab : a) V1 = 1/ t1 = 1/61 = 0,0164
b) V2 = 1/ t2 = 1/28 = 0,036
c) V3 = 1/ t3 = 1/87 = 0,0115
Mencari orde reaksi
v = k [Na2S2O3]x [HCl]y
Mencari x =
v 3v 1
=k [ Na2 S2 O3 ]
x [ HCl ]y
k [ Na2 S2 O3 ]x [ HCl ]y
0 , 01150 , 0164
= k [ 0,1 ]x [1 ]y
k [ 0,2 ]x [1 ]y
0,7 = 0,5x
log 0,7 = log 0,5x
log 0,7 = x log 0,5
x =
log 0,7log 0,5
x = 0,5
Mencari y =
v 2v 1
=k [Na2 S2 O3 ]
x [HCl ]y
k [Na2 S2 O3 ]x [HCl ]y
114
0 ,0360 ,0164
= k [ 0,2 ]x [2 ] y
k [ 0,2 ]x[1 ] y
2,2 = 2y
log 2,2 = log 2y
log 2,2 = y log 2
y =
log 2,2log 2
y = 1,1375
x = Orde reaksi Na2S2O3 = 0,5
y = Orde reaksi HCl = 1,1375
Orde total = x + y = 0,5 + 1,1375 = 1,6375
Mencari nilai k.
v = k [Na2S2O3]x [HCl]y
0,0115 = k [0,1]0,5 [1]1,1375
0,0115 = k [0,316] [1]
0,0115 = k [0,316]
k =
0 ,01150 ,316
k = 0,036
Persamaan laju reaksi
v = k [Na2S2O3]x [HCl]y
v = 0,036 [Na2S2O3]0,5 [HCl]1,1375
4.4 Pembahasan
Cepat lambatnya suatu reaksi berlangsung disebut laju reaksi. Laju
reaksi dapat dinyatakan sebagai perubahan konsentrasi pereaksi atau
hasil reaksi per satuan waktu. Konsentrasi biasanya dinyatakan dalam
mol per liter, tetapi untuk reaksi fase gas satuan konsentrasi dapat diganti
dengan satuan tekanan seperti atmosfer (atm), millimeter merkorium
(mmHg), atau pascal (Pa). Satuan waktu dapat berupa detik, menit, jam,
hari, bulan, bahkan tahun bergantung pada reaksi itu berjalan cepat atau
lambat. Untuk mengukur laju reaksi, perlu menganalisis secara langsung
115
maupun tak langsung banyaknya produk yang terbentuk atau banyaknya
pereaksi yang tersisa setelah penggal-penggal waktu tertentu.
Pada percobaan laju reaksi ini, prinsip percobaannya adalah
berdasarkan pengaruh konsentrasi dan suhu terhadap laju reaksi yang
terjadi. Pada percobaan yang berhubungan dengan pengaruh konsentrasi,
dilakukan 3 kali percobaan pencampuran 2 ml Na2S2O3 dan 3 ml HCl
dengan konsentrasi keduanya yang bervariasi. Pada percobaan yang
berhubungan dengan suhu, juga dilakukan 3 kali percobaan pencampuran
2 ml Na2S2O3 dan 3 ml HCl juga dengan konsentrasi yang bervariasi,
namun suhu Na2S2O3 sebelum dicampurkan dengan HCl, dinaikkan
terlebih dahulu menjadi 400C. Dari percobaan-percobaan tersebut dapat
dilihat pengaruh konsentrasi dan suhu terhadap laju reaksi.
Pada percobaan pertama, kedua, dan ketiga, dilakukan dengan
didasarkan pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi. Pada percobaan
pertama, yaitu 2 ml Na2S2O3 0,2 M + 3 ml HCl 1 M, reaksi berlangsung
selama 100 sekon atau laju reaksinya sebesar 0,01. Percobaan kedua,
yaitu 2 ml Na2S2O3 0,2 M + 3 ml HCl 2 M, reaksi berlangsung selama 63
sekon, atau laju reaksinya sebesar 0,016. Dan pada percobaan ketiga,
yaitu 2 ml Na2S2O3 0,1 M + 3 ml HCl 1 M, reaksinya berlangsung selama
111 sekon atau laju reaksinya sebesar 0,009. Dapat dilihat bahwa setiap
penambahan konsentrasi dari kedua zat tersebut, akan memengaruhi laju
reaksi yang terjadi. Hal itu menyebabkan waktu yang di butuhkan dan
laju reaksi yang terjadi akan semakin cepat apabila konsentrasi
diperbesar. Hal ini membuktikan bahwa konsentrasi berpengaruh
terhadap laju reaksi.
Pada percobaan keempat, kelima, dan keenam, dilakukan dengan
didasarkan pengaruh suhu terhadap laju reaksi. Sebelum direaksikan,
larutan Na2S2O3 dipanaskan terlebih dahulu hingga suhunya mencapai
400C. Pada percobaan keempat, yaitu 2 ml Na2S2O3 0,2 M + 3 ml HCl 1
M, reaksi berlangsung selama 61 sekon atau laju reaksinya sebesar
0,0164. Percobaan kedua, yaitu 2 ml Na2S2O3 0,2 M + 3 ml HCl 2 M,
116
reaksi berlangsung selama 28 sekon, atau laju reaksinya sebesar 0,036.
Dan pada percobaan ketiga, yaitu 2 ml Na2S2O3 0,1 M + 3 ml HCl 1 M,
reaksinya berlangsung selama 87 sekon atau laju reaksinya sebesar
0,0115. Dapat dilihat bahwa kenaikan suhu menjadi 400C membuat
reaksi berlangsung lebih cepat lagi. Hal itu disebabkan karena kenaikan
suhu yang dapat memicu energy kinetic molekul membesar, sehingga
mempercepat reaksi, sehingga dapat dibuktikan bahwa suhu juga
merupakan faktor yang memengaruhi kelajuan suatu reaksi kimia.
Dalam percobaan laju reaksi ini, terdapat beberapa perlakuan, di
antaranya adalah pengukuran volume Na2S2O3 dan HCl, pemanasan pada
larutan Na2S2O3 , pencampuran, pengadukan, serta perhitungan waktu
reaksi. Sebelumnya juga dilakukan pembuatan tanda silang (X).
Penjelasan per pointnya adalah sebagai berikut.
1. Pengukuran volume larutan Na2S2O3 dan larutan HCl dilakukan untuk
menentukan volume kedua larutan agar tepat seperti yang telah
ditentukan sebelumnya.
2. Pemanasan pada larutan Na2S2O3 dilakukan untuk menaikkan suhu
larutan Na2S2O3 menjadi 400C pada percobaan pengaruh suhu
terhadap laju reaksi.
3. Pencampuran kedua larutan dilakukan agar kedua larutan saling
bereaksi.
4. Pengadukan pada campuran kedua larutan tersebut dilakukan agar
larutan Na2S2O3 dan larutan HCl cepat homogeny.
5. Perhitungan waktu tempuh reaksi dilakukan untuk menghitung waktu
yang ditempuh pada saat terjadinya reaksi kimia antara kedua larutan
tersebut, mulai dari kedua larutan dicampurkan hingga larutan
berubah menjadi keruh (tanda silang (X) di bawah dasar gelas kimia
agar tidak terlihat lagi).
6. Pembuatan tanda silang (X) pada kertas dilakukan untuk digunakan
sebagai penanda seberapa cepat reaksi berlangsung hingga akibat dari
117
reaksi tersebut mengeruhkan larutan sehingga tanda silang (X) tak
terlihat lagi dari atas.
7. Konsentrasi zat dibuat berbeda adalah untuk menghasilkan suatu laju
reaksi yang berbeda pula.
Fungsi perlakuan untuk pengaruh konsentrasi adalah pada
perubahan atau perbedaan konsentrasi. Konsentrasi pada kedua larutan
diberikan bervariasi agar dapat terlihat pengaruh konsentrasi terhadap
laju reaksi. Dari perlakuan tersebut, dapat dilihat bahwa semakin besar
konsentrasi yang diberikan, maka laju reaksi yang dihasilkan akan
semakin tinggi (cepat). Laju reaksi terbesar pada pengaruh konsentrasi
adalah pada 2 ml Na2S2O3 0,2 M + 3 ml HCl 2 M, yaitu sebesar 0,016.
Sedangkan laju reaksi terkecil adalah pada 2 ml Na2S2O3 0,1 M + 3 ml
HCl 1 M yaitu sebesar 0,009.
Fungsi perlakuan untuk pengaruh suhu adalah pada perubahan
suhu atau kenaikan suhu. Suhu pada larutan Na2S2O3 dinaikkan menjadi
400C sebelum direaksikan dengan HCl. Setelah suhunya mencapai 400C,
larutan HCl langsung dicampurkan ke dalam larutan Na2S2O3 400C
tersebut. Hali itu dilakukan agar dapat terlihat pengaruh suhu terhadap
laju reaksi. Dari perlakuan tersebut, dapat dilihat bahwa semakin tinggi
suhu yang diberikan, maka akan semakin cepat juga waktu reaksi yang
berlangsung, sehingga laju reaksinya semakin besar juga. Laju reaksi
terbesar pada pengaruh suhu Na2S2O3 400C adalah pada 2 ml Na2S2O3 0,2
M + 3 ml HCl 2 M, yaitu sebesar 0,036. Sedangkan laju reaksi terkecil
adalah pada 2 ml Na2S2O3 0,1 M + 3 ml HCl 1 M yaitu sebesar 0,0115.
Banyak hal yang memengaruhi laju reaksi. Selain konsentrasi dan
suhu, masih ada juga faktor lainnya seperti katalisator, luas permukaan,
tekanan gas, serta berdasarkan pengaruh sifat dasar pereaksi.
1. Konsentrasi
Jika konsentrasi suatu zat semakin besar maka laju reaksinya semakin
besar pula dan sebaliknya jika konsentrasi suatu zat semakin kecil
118
maka laju reaksinya semakin kecil pula. Itu artinya, konsentrasi
sebanding dengan laju reaksi.
2. Suhu
Laju reaksi meningkat seiring kenaikan suhu. Biasanya kenaikan
suhu sebesar 100C akan menyebabkan kenaikan laju reaksi sebesar
dua atau tiga kali. Kenaikan laju reaksi ini disebabkan dengan
kenaikan suhu akan menyebabkan makin cepatnya molekul-molekul
pereaksi bergerak sehingga memperbesar kemungkinan terjadi
tabrakan antar moleku. Energi yang diperlukan untuk menghasilkan
tabrakan yang efektif atau untuk menghasilkan suatu reaksi disebut
energy pengaktifan kinetic. Dapat disimpulkan bahwa suhu juga
berbanding lurus dengan laju reaksi, sama seperti konsentrasi.
3. Luas permukaan
Reaksi yang berlangsung dalam system homogeny sangat berbeda
dengan reaksi yang berlangsung dalam system heterogen. Pada reaksi
yang homogeny, campuran zatnya bercampur seluruhnya. Hal ini
mempercepat berlangsungnya reaksi kimia karena molekul-molekul
ini dapat bersentuhan satu sama lainnya. Dalam system heterogen,
reaksi hanya berlangsung pada bidang-bidang perbatasan dan pada
bidang-bidang yang bersentuhan dari kedua fase. Reaksi kimia dapat
berlangsung jika molekul-molekul, atom-atom, atau ion-ion dari zat-
zat yang bereaksi terlebih dulu bertumbukan. Makin halus suatu zat,
maka makin cepat reaksi berlangsung. Misalnya 5 gram serbuk akan
lebih cepat laju reaksinya daripada 5 gram kepingannya.
4. Katalisator
Katalis atau katalisator adalah zat yang dapat mempercepat laju
reaksi, tetapi zat itu sendiri tidak mengalami perubahan yang kekal.
Katalis mempercepat laju reaksi dengan cara menurunkan energy
aktivasi, di mana energy aktivasi adalah energy potensial yang harus
dilampaui sebelum terjadinya reaksi kimia. Contoh dari katalis adalah
seperti besi yang digunakan pada sintesis ammonia dari nitrogen dan
119
v
[x]
hydrogen. V2O5 yang digunakan pada industry asam sulfat. Nikel
yang digunakan pada pembuatan margarine dan minyak kelapa. Dan
platina yang digunakan pada industry asam nitrat dan pengubah
katalik pada knalpot kendaraan bermotor.
5. Sifat dasar pereaksi
Pebedaan dasar pada reaktivitas zat kimia yang ditentukan oleh
kecenderungan untuk membentuk ikatan. Reaksi antar senyawa ion
umumnya berlangsung cepat, sedangkan reaksi antar senyawa
kovalen umumnya berlangsung lambat.
6. Tekanan
Banyak reaksi yang melibatkan pereaksi dalam wujud gas. Kelajuan
dari reaksi seperti itu juga dipengaruhi oleh tekanan. Penambahan
tekanan dengan memperkecil volume akan mempercepat konsentrasi,
dengan demikian dapat memperbesar laju reaksi.
Pada persamaan laju reaksi, terdapat pangkat-pangkat yang
menyatakan besarnya pengaruh konsentrasi pereaksi terhadap laju reaksi.
Pangkat-pangkat itu dinamakan orde reaksi. Orde reaksi dibagi menjadi
beberapa macam, yaitu:
1. Orde nol (0)
Suatu reaksi dikatakan berorde nol (0) terhadap salah satu
pereaksinya apabila perubahan konsentrasi pereaksi tersebut tidak
mempengaruhi laju reaksi. Artinya, walaupun terdapat dalam jumlah
tertentu, perubahan konsentrasi pereaksi itu tidak mempengaruhi laju
reaksi.
2. Orde satu (1)
Suatu reaksi dikatakan berorde satu (1) terhadap salah satu
pereaksinya apabila laju reaksinya berbanding lurus dengan
120
v
[x]
v
[x]
v
[x]
v
[x]
konsentrasi pereaksinya itu. Jika konsentrasi pereaksi itu dilipat-
duakan, maka laju pereaksi akan menjadi 21 atau 2 kali lebih besar.
3. Orde dua (2)
Suatu reaksi dikatakan berorde dua (2) terhadap salah satu pereaksi
apabila laju reaksi merupakan pangkat dua dari konsentrasi pereaksi
itu. Apabila konsentrasi zat itu dilipat-duakan, maka laju pereaksi
akan menjadi 22 atau 4 kali lebih besar.
4. Orde negatif
Suatu pereaksi berorde negatif apabila laju reaksi berbanding
terbalik dengan konsentrasi pereaksi itu. Jika konsentrasi itu
diperbesar, maka laju reaksi akan semakin kecil. Sebaliknya, jika
konsentrasi diperkecil, maka laju reaksinya akan bertamnah besar.
atau
121
Aplikasi laju reaksi dalam kehidupan sehari-hari diantaranya
adalah sebagai berikut.
1. Pengaruh luas permukaan dalam penerapan sehari-hari.
a. Mengunyah makana merupakan upaya untuk memperhalus
permukaan sehingga penguraian akan lebih cepat.
b. Pada industry makanan, bumbu dihancurkan terlebih dahulu agar
mudah meresap pada makanan.
c. Penggunaan kayu bakar, potongan-potongan kecil lebih luas
permukaannya daripada gelondongan.
2. Pengaruh suhu dalam penerapan sehari-hari.
Ketika memasak, makanan akan lebih cepat matang apabila memasak
dengan suhu yang tinggi.
3. Pengaruh katalis dalam penerapan di bidang industry.
a. Proses Kontak (pembuatan asam sulfat) dengan menggunakan
katalis V2O5 (Vanadium (V) Oksida).
2SO2 + V2O5 → 2SO3 + V2O5
V2O3 + O2 → V2O5
2SO2 + O2 → 2SO3
b. Proses Haber Bosch pada pembuatan amoniak atau pembuatan
pupuk urea dengan menggunakan katalis besi oksida.
N2(g) + 3H2(g)FeO→ 2NH3(g)
c. Proses Oswald pada industry asam nitrat dengan menggunakan
katalis platina.
d. Proses pembuatan margarine dari minyak kelapa dengan
katalisator nikel.
e. Pengubah katalitik pada knalpot kendaraan bermotor dengan
menggunakan platina sebagai katalisatornya.
4. Pengaruh konsentrasi dalam penerapan sehari-hari.
a. Pada pestisida, jika konsentrasinya terlalu encer, maka pestisida
tersebut kurang reaktif terhadap bakteri-bakteri.
122
b. Pada sabun deterjen, jika perbandingan sabun terhadap air,
konsentrasi sabunnya terlalu kecil, maka sabun deterjen tersebut
kurang reaktif terhadap noda-noda yang melekat pada pakaian.
Dalam percobaan laju reaksi yang telah dilakukan, masih ada hasil
yang kita peroleh tidak sesuai dengan yang seharusnya. Di antaranya
adalah pada kenaikan suhu menjadi 400C. Suhu awal larutan Na2S2O3
adalah 300C, dan mengalamin kenaikan sekitar 100C. Jika menurut teori,
seharusnya laju reaksi meningkat 2 hingga 3 kali lebih besar jika suhu
dinaikkan sebesar 100C. Akan tetapi, masih ada data yang diperoleh laju
reaksinya tidak meningkat atau tidak sampai 2 kali lebih besar, yaitu
pada 2 ml Na2S2O3 0,2 M + 3 ml HCl 1 M. Pada saat suhu belum
dinaikkan, laju reaksinya adalah 0,01. Dan ketika suhu dinaikkan 100C,
laju reaksinya hanya 0,0164. Hal itu menunjukkan bahwa laju reaksinya
tidak meningkat sampai 2 kali lebih besar pada saat suhu dinaikkan 100C.
Kejadian itu dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya adalah
sebagai berikut.
1. Kesalahan dalam penambahan volume HCl dan Na2S2O3 dengan
pipet, sehingga volume tidak sesuai.
2. Kesalahan dalam menggunakan gelas kimia sebagai tempat
pencampuran/tempat reaksi, karena setelah dibilas dengan air, gelas
kimia tidak dilap hingga kering, sehingga masih ada sedikit air yang
ikut tercampur pada reaksi.
3. Kesalahan dalam pemegangan thermometer.
4. Ketidaksiapan dalam penggunaan stopwatch sehingga waktu yang
digunakan tidak sesuai dengan waktu reaksi yang sebenarnya.
123
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
- Pada pencampuran 2 ml Na2S2O3 0,2 M + 3 ml HCl 1 M, reaksi
berlangsung selama 100 sekon dan laju reaksinya sebesar 0,01. Pada 2 ml
Na2S2O3 0,2 M + 3 ml HCl 2 M, reaksi berlangsung selama 63 sekon dan
laju reaksinya sebesar 0,016. Pada 2 ml Na2S2O3 0,1 M + 3 ml HCl 1 M,
reaksi berlangsung selama 111 sekon dan laju reaksinya sebesar 0,009.
Sedangkan pada pencampuran 2 ml Na2S2O3 0,2 M 400C + 3 ml HCl 1 M,
reaksi berlangsung selama 61 sekon dan laju reaksinya sebesar 0,0164.
Pada 2 ml Na2S2O3 0,2 M 400C + 3 ml HCl 2 M, reaksi berlangsung
selama 28 sekon dan laju reaksinya sebesar 0,036. Pada 2 ml Na2S2O3 0,1
M 400C + 3 ml HCl 1 M, reaksi berlangsung selama 87 sekon dan laju
reaksinya sebesar 0,0115.
- Pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi adalah jika konsentrasi pereaksi
dinaikkan, maka laju reaksi yang terjadi juga akan mengalami kenaikan.
Sama halnya dengan suhu, jika suhu pereaksi dinaikkan, maka suhu
Na2S2O3 yang dinaikkan menjadi 400C, reaksi akan berlangsung semakin
cepat lagi. Hal ini menyatakan bahwa konsentrasi dan suhu berbanding
lurus dengan laju reaksi.
- Persamaan laju reaksi yang diperoleh berdasarkan pengaruh konsentrasi
adalah v = 0,0127 [Na2S2O3]0,149 [HCl]0,584 , sedangkan persamaan laju
reaksi yang diperoleh berdasarkan pengaruh suhu adalah v = 0,036
[Na2S2O3]0,5 [HCl]1,1375.
5.2 Saran
Dapat dilakukan juga percobaan laju reaksi yang dipengaruhi oleh faktor-
faktor yang lainnya, seperti luas permukaan, katalis, maupun tekanan. Selain
itu juga, mungkin pereaksi yang digunakan tidak hanya berupa campuran dari
2 zat, tetapi juga bisa menggunakan lebih dari 2 macam pereaksi dengan
konsentrasi atau suhu yang bervariasi pula.
124