kecerdasan emosional dan problem focused coping...
TRANSCRIPT
-
KECERDASAN EMOSIONAL DAN PROBLEM FOCUSED COPING PADA
MAHASISWA YANG SEDANG MENYUSUN SKRIPSI
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Disusun Oleh:
Nur Dahlia Kadili
Nim : 149114045
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2018
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
iv
HALAMAN MOTTO
“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, Maka apabila
kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh
(urusan) yang lain Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap”
(QS. Al-Insyirah: 5-8)
Apapun yang terjadi dalam harimu, yakinlah bahwa semuanya adalah kehendak
dan rencana Allah untuk kebahagiaanmu ☺
-Mutiara Islami-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Teruntuk orangtua saya yang luar biasa hebat dan kedua kakak saya terkasih.
Terima kasih sudah mendampingi dan mendukung sampai ke tahap ini. Terima
kasih untuk setiap keringat yang menetes untuk ku. Saya persembahkan ini untuk
kalian. Sekali lagi terima kasih keluargaku.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
viii
KECERDASAN EMOSIONAL DAN PROBLEM FOCUSED COPING PADA
MAHASISWA YANG SEDANG MENYUSUN SKRIPSI
Nur Dahlia Kadili
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara kecerdasan
emosional dan problem focused coping pada mahasiswa yang sedang menyusun
skripsi. Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada hubungan positif antara
kecerdasan emosional dan problem focused coping. Responden dalam penelitian
ini adalah 176 mahasiswa yang sedang menyusun skripsi yang dipilih dengan
teknik purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan menggunakan skala
kecerdasan emosional dan skala problem focused coping yang disusun oleh
peneliti. Skala kecerdasan emosional memiliki koefisien reliabilitas sebesar 0,927
dan skala problem focused coping memiliki koefisien reliabilitas sebesar 0,926
Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan uji korelasi Product
Moment Pearson dengan bantuan SPSS 23 for windows. Hasil analisis data
menunjukkan bahwa hipotesis dalam penelitian ini diterima. Hal tersebut
menunjukkan bahwa terdapat korelasi positif yang signifikan antara kecerdasan
emosional dan problem focused coping pada mahasiswa yang sedang menyusun
skripsi (r = 0,612, p = 0,000).
Kata Kunci: kecerdasan emosional, problem focused coping, mahasiswa yang
sedang menyusun skripsi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
ix
EMOTIONAL INTELEGENCE AND PROBLEM FOCUSED COPING
AMONG STUDENTS WHO ARE PREPARING THEIR THESIS
Nur Dahlia Kadili
ABSTRACT
This research aimed to examine the relation between emotional
intelegence and problem focused coping among students who are preparing their
thesis. The hypothesis in this research was a positive relation between emotional
intellegence and problem focused coping. Respondents in this research were 176
students who were preparing a thesis that selected by using purposive sampling
technique. Data collection was done by using emotional intelligence scale and
problem focused coping scale which made by researcher. The emotional
intelligence scale has a reliability coefficient of 0.927 while problem focused
coping scale has a reliability coefficient of 0.926. Data analysis techniques in this
research using Pearson Product Moment correlation test with SPSS 23 for
windows. The results of the data analysis showed that the hypothesis in this
research was accepted. It showed that there was positive significant correlation
between emotional intelligence and problem focused coping among students who
were writing a thesis (r = 0.612, p = 0.000).
Keywords: emotional intelegence, problem focused coping, students who are
preparing thesis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Esa atas segala berkah dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Meskipun kendala yang dialami tidak sedikit, tetapi penulis bersyukur telah
sampai ditahap ini.
Pada kesempatan ini penulis juga ingin mengucapkan terima kasih
sebesar-besarnya kepada banyak pihak yang telah membantu penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
1. Ibu Dr. Titik Kritiyani, M.Psi., Psi, selaku Dekan Fakultas Psikologi
sekaligus dosen pembimbing skripsi yang penuh kesabaran meluangkan
waktu dan memberikan banyak masukan dari awal seminar sampai akhir
penyelesaian skripsi ini. Semoga Ibu sehat selalu dan dilimpahkan berkat
oleh Tuhan yang Maha Esa.
2. Ibu Monica Eviandaru Madyanigrum, Ph.D., selaku Ketua Program Studi
Psikologi Universitas Sanata Dharma.
3. Romo Dr. A. Priyono Marwan, S.J dan Bapak P. Eddy Suhartanto, M.Si,
selaku Dosen Pembimbing Akademik yang selalu memotivasi dan
mendukung sejak awal proses perkuliahan hingga penyelesaian skripsi.
4. Ibu Agnes Indar E., M.Psi, Psi dan Ibu Diana Permata Sari, S.Psi., M.Sc.,
terima kasih atas kesempatannya untuk bisa bekerjasama, diskusi dan
sharing. Pengalaman yang sungguh bermanfaat. Semoga Ibu selalu
diberikan rahmat oleh Tuhan yang Maha Esa.
5. Bapak/Ibu dosen dan staff karyawan Fakultas Psikologi Universitas Sanata
Dharma yang telah memberikan pengetahuan, wawasan, pengalaman, serta
membantu dalam berbagai hal selama penulis duduk di bangku kuliah.
6. Papa dan Mama yang tidak berhenti untuk memberikan dukungan, doa,
kasih sayang, perhatian dan materi selama ini. Semoga Papa dan Mama
selalu dilindungi Allah SWT, diberi kesehatan, rezeki yang berkah,
kebahagiaan, serta bisa membanggakan Papa dan Mama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xi
7. Kakak-kakak (Yana dan Fiki) yang selalu sabar dalam menghadapi penulis
dan tidak luput untuk memberikan dukungan dan doa.
8. Partner penulis (kakak Yunus) yang selalu setia mendengar keluh kesah
dan memberikan doa, dukungan, motivasi, serta bantuan yang tiada henti
selama proses penyelesaian skripsi ini. Semoga selalu diberi rahmat oleh
Allah SWT dan apa yang dicita-citakan bisa segera terwujud.
9. Teman-teman bimbingan Bu Titik (Ita, Ully, Caca, Gita, Venta, Rias,
Sekar, dll) yang telah meluangkan waktu untuk bertukar pikiran,
memberikan semangat, dan sharing. Sukses untuk kalian.
10. Maman, Syakur, Asbad, Hendra, Randi, Hera, Vira, dan lain-lain, yang
telah membantu penulis dalam menyebarkan kuesioner penelitian. Semoga
kalian diberi kesuksesan dan kebahagiaan. Terutama Laksmi yang sudah
mau menemani selama bimbingan dan menjadi teman menulis skripsweet
bersama.
11. Saudara tak sekandung Fuji, Lulu, Fira dan Tanti yang mau bertahan
dengan tingkah laku penulis sejak kecil sampai beranjak dewasa. Terima
kasih sudah mau menemani melewati proses apapun itu selama ini.
Terutama Fuji yang selalu setia mendampingi disaat suka dan duka selama
merantau di kota Jogja yang istimewa ini.
12. My Piggy Gita Prati, sangat amat bersyukur bisa dipertemukan dengan
manusia merangkap malaikat ini. Terima kasih atas dukungan apapun itu
yang tiada henti dari awal sampai saat ini. God Bless you pig.
13. Baperlitious genk (Rani, Deo) yang sudah mau menjadi teman selama di
perkuliahan, meskipun sekarang mulai “sibuk” dengan masing-masing
kegiatannya tetapi terima kasih sudah mau memberi warna tersendiri
selama di Jogja ini.
14. Kakak angkatku Rasul, yang selalu memberikan saran disetiap masalah
yang sedang dihadapi, sekaligus membuka pandangan baru dalam
menjalani hidup.
15. Teman Dolan (Arum, Mona) terima kasih sudah mau membuat otak
menjadi fresh kembali ketika mulai stuck dengan skripsi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ............................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iii
HALAMAN MOTTO ..................................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ......................................................... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ......................... vii
ABSTRAK ...................................................................................................... viii
ABSTRACT ............................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR .................................................................................... x
DAFTAR ISI ................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xvi
DAFTAR SKEMA .......................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xviii
BAB 1. PENDAHULUAN ............................................................................. 1
A. Latar Belakang ............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................... 10
C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 11
D. Manfaat Penelitian ........................................................................ 11
1. Manfaat Teoretis ..................................................................... 11
2. Manfaat Praktis ....................................................................... 11
BAB II. LANDASAN TEORI ........................................................................ 13
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xiii
A. Problem Focused Coping .................................................................... 13
1. Definisi Coping ............................................................................. 13
2. Definisi Problem Focused Coping ................................................ 15
3. Aspek-aspek Problem Focused Coping ........................................ 16
4. Karakteristik Problem Focused Coping ........................................ 18
5. Faktor-faktor yang Memengaruhi Problem Focused Coping ....... 19
B. Kecerdasan Emosional ........................................................................ 22
1. Definisi Kecerdasan Emosional .................................................... 22
2. Aspek-aspek Kecerdasan Emosional ............................................ 24
3. Ciri-ciri Kecerdasan Emosional .................................................... 27
C. Mahasiswa yang Sedang Menyusun Skripsi ....................................... 30
1. Definisi Mahasiswa ....................................................................... 30
2. Pengertian Skripsi ......................................................................... 31
3. Karakteristik Mahasiswa yang Sedang Menyusun Skripsi ........... 32
4. Permasalahan yang dihadapi Mahasiswa dalam Menyusun
Skripsi ........................................................................................... 33
D. Hubungan antara Kecerdasan Emosional dengan Problem Focused
Coping pada Mahasiswa yang Sedang Menyusun Skripsi .................. 36
E. Skema ................................................................................................. 41
F. Hipotesis .............................................................................................. 42
BAB III. METODE PENELITIAN ................................................................. 43
A. Jenis Penelitian .................................................................................... 43
B. Identifikasi Variabel ............................................................................ 43
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xiv
C. Definisi Operasional ............................................................................ 44
1. Kecerdasan Emosional .................................................................. 44
2. Problem Focused Coping .............................................................. 44
D. Subjek Penelitian ................................................................................. 45
E. Metode dan Pengambilan Data ........................................................... 46
1. Skala Kecerdasan Emosional ........................................................ 46
2. Skala Problem Focused Coping .................................................... 48
3. Review dan Revisi Item ................................................................. 50
4. Pengujian Validitas ....................................................................... 50
4.1 Skala Kecerdasan Emosional .................................................. 52
4.2 Skala Problem Focused Coping .............................................. 53
5. Uji Coba Alat Ukur ....................................................................... 53
6. Uji Reliabilitas ............................................................................. 55
F. Analisis Data ....................................................................................... 56
1. Uji Asumsi .................................................................................... 56
1.1 Uji Normalitas ......................................................................... 56
1.2 Uji Linearitas ........................................................................... 56
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 57
A. Hasil Penelitian ................................................................................... 57
1. Pelaksanaan Penelitian .................................................................. 57
2. Deskripsi Subjek Penelitian .......................................................... 57
3. Deskripsi Data Penelitian .............................................................. 58
4. Reliabilitas Data Penelitian ........................................................... 61
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xv
5. Hasil Uji Asumsi ........................................................................... 61
5.1 Hasil Uji Normalitas ............................................................... 61
5.2 Hasil Uji Linearitas ................................................................. 62
5.3 Hasil Uji Hipotesis .................................................................. 63
B. Pembahasan ......................................................................................... 65
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 72
A. Kesimpulan ......................................................................................... 72
B. Keterbatasan Penelitian ....................................................................... 72
C. Saran .................................................................................................... 73
1. Bagi Mahasiswa ............................................................................ 73
2. Bagi Fakultas/Program Studi ........................................................ 73
3. Bagi Peneliti Selanjutnya .............................................................. 73
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 75
LAMPIRAN .................................................................................................... 81
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Blue Print Skala Kecerdasan Emosional .......................................... 47
Tabel 2. Skor Kecerdasan Emosional .............................................................. 48
Tabel 3. Blue Print Skala Problem Focused Coping ....................................... 49
Tabel 4. Skor Skala Problem Focused Coping ................................................ 50
Tabel 5. Distribusi Item Skala Kecerdasan Emosional Setelah Uji Coba ........ 54
Tabel 6. Distribusi Item Skala Problem Focused Coping Setelah Uji Coba .. 55
Tabel 7. Deskripsi Subjek Penelitian .............................................................. 58
Tabel 8. Statistik Deskriptif Variabel Penelitian ............................................. 58
Tabel 9. Norma kategorisasi dan Tingkat Kecerdasan Emosional
Responden ......................................................................................... 60
Tabel 10. Norma kategorisasi dan Tingkat Problem Focused Coping
Responden ........................................................................................ 60
Tabel 11. Reliabilitas Data Penelitian ............................................................. 61
Tabel 12. Uji Normalitas Kecerdasan Emosional dan Problem Focused
Coping ............................................................................................. 62
Tabel 13. Hasil Uji Linearitas Kecerdasan Emosional dan Problem
Focused Coping pada Mahasiswa yang Sedang Menyusun
Skripsi .............................................................................................. 63
Tabel 14. Hasil Uji Variabel Kecerdasan Emosional dan Problem
Focused Coping pada Mahasiswa yang Sedang Menyusun
Skripsi .............................................................................................. 64
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xvii
DAFTAR SKEMA
Skema 1. Skema Dinamika Hubungan antara Kecerdasan Emosional dan
Problem Focused Coping pada Mahasiswa yang Sedang Menyusun
Skripsi ............................................................................................. 41
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Form Penilaian Validitas Isi Kecerdasan Emosional .................. 82
Lampiran 2. Form Penilaian Validitas Isi Problem Focused Coping .............. 91
Lampiran 3. Perhitungan IVI-I dan IVI-S untuk Penilaian Validitas
Isi Skala Kecerdasan Emosional ................................................. 98
Lampiran 4. Perhitungan IVI-I dan IVI-S untuk Penilaian Validitas
Isi Skala Problem Focused Coping ............................................. 103
Lampiran 5. Uji Coba Skala Kecerdasan Emosional dan Problem Focused
Coping .......................................................................................... 107
Lampiran 6. Uji Reliabilitas dan Analisis Item Skala Kecerdasan
Emosional ..................................................................................... 119
Lampiran 7. Uji Reliabilitas dan Analisis Item Skala Problem Focused
Coping ......................................................................................... 125
Lampiran 8. Skala Penelitian Kecerdasan Emosional dan Problem Focused
Coping ........................................................................................... 131
Lampiran 9. Uji Normalitas ............................................................................ 140
Lampiran 10. Uji Linearitas ........................................................................... 141
Lampiran 11. Uji Hipotesis ............................................................................. 142
Lampiran 12. Uji Beda Kecerdasan Emosional dan Problem Focused
Coping ........................................................................................ 143
Lampiran 13. Reliabilitas Alat Ukur ............................................................... 144
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mahasiswa adalah pelajar yang terdaftar sebagai peserta didik pada
suatu perguruan tinggi atau universitas. Dalam tahap perkembangannya,
mahasiswa digolongkan sebagai remaja akhir sampai dewasa awal yaitu
sekitar usia 18 sampai 24 tahun (Monks, 2002). Mahasiswa sebagai seorang
pelajar memiliki tuntutan untuk dapat mengembangkan diri dengan optimal
dalam berbagai masalah serta mampu mengatasinya. Dalam perguruan tinggi,
biasanya mahasiswa dituntut untuk mampu menempuh masa studi minimal
3,5 tahun yang akan melewati akhir studinya dengan menyusun skripsi yaitu
suatu karya tulis ilmiah yang ditulis oleh mahasiswa program sarjana dalam
suatu bidang studi. Untuk menyelesaikan studinya mahasiswa wajib
menyelesaikan sebuah karya ilmiah atau skripsi sebagai bagian akhir
pendidikan akademisnya sehingga memperoleh gelar sarjana (Maryaeni,
2009).
Mengerjakan skripsi tentu bukanlah hal yang mudah. Seringkali dalam
mengerjakan skripsi mahasiswa mendapat kesulitan selama menyusun skripsi.
Beberapa wawancara informal peneliti dengan teman-teman mahasiswa
setingkat maupun senior yang sedang menyusun skripsi pada bulan September
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
2
2017 didapatkan hasil bahwa sebagian besar mahasiswa mengalami hambatan
ketika sedang mengerjakan tugas skripsi, seperti kesulitan dalam mencari
literatur terkait penelitian, kebingungan untuk menulis, revisian yang cukup
banyak dan kesulitan bertemu dosen pembimbing. Hasil wawancara tersebut
sesuai dengan pernyataan Wangid dan Sugiyanto (2013) bahwa terdapat
sepuluh besar permasalahan yang dialami mahasiswa dalam mengerjakan
skripsi yang meliputi : (1) kurang memiliki pengetahuan tentang metodologi
penulisan skripsi; (2) kebingungan dalam mengembangkan teori pendukung
skripsi, dan sering mengalami hal-hal di luar skripsi yang mengganggu dalam
penyusunan skripsi; (3) kurang memiliki kemampuan dalam tulis menulis
karya ilmiah; (4) kesulitan dalam penyusunan pembahasan hasil penelitian;
(5) kurangnya buku-buku atau literatur yang terkait penelitian; (6) kurang
memiliki motivasi menyusun skripsi; (7) kesulitan menemukan permasalahan
yang ada; (8) dosen terlalu sibuk dengan aktivitas di luar; (9) sulit membagi
waktu; dan (10) kesulitan dalam menyusun atau memahami kajian pustaka.
Kesulitan-kesulitan yang dirasakan oleh mahasiswa yang sedang
menyusun skripsi dapat berkembang menjadi perasaan negatif. Perasaan
negatif yang dirasakan akhirnya menimbulkan ketegangan, kekhawatiran,
rendah diri, frustasi, kehilangan motivasi dan stres (Mu’tadin, 2002). Sarafino
(dalam Smet, 1994) menyebutkan bahwa stres muncul akibat dari adanya
tuntutan yang lebih besar dari kemampuan individu untuk memenuhinya,
sehingga apabila seseorang merasa tidak mampu memenuhi kebutuhan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
3
tersebut maka akan merasakan ketegangan di dalam diri dan bila berlangsung
lama dan tidak segera diatasi akan berkembang menjadi stres.
Dari kondisi stres yang dirasakan oleh individu kemudian muncul
berbagai respon untuk menyelesaikan masalahnya. Terdapat respon positif
yang dilakukan oleh mahasiswa dalam menghadapi stres ketika menyusun
skripsi, misalnya berusaha disiplin waktu dalam segala urusan, bergabung
dengan teman dan sharing informasi, mencari waktu dan tempat yang nyaman
untuk menyelesaikan skripsi dan melawan rasa malas (Ismiati, 2015). Namun
di sisi lain, terdapat mahasiswa yang cenderung untuk menunda mengerjakan
skripsinya dengan melakukan hal-hal yang lebih menyenangkan bagi dirinya,
sehingga skripsinya menjadi tertunda (Triana, 2013). Ferrari dan Morales
(2007) mengungkapkan bahwa banyak mahasiswa yang cenderung menunda
tugas akademiknya dengan akibat banyak waktu terbuang tanpa menghasilkan
suatu hal berguna. Penundaan dalam mengerjakan skripsi tersebut merupakan
bentuk strategi menghadapi masalah berdasarkan emosi (Pour, Mohaddes,
Pour, & Talebi, 2016). Individu yang melakukan penundaan untuk
mengerjakan tugas akademik dapat menurunkan tingkat stres dengan cepat,
akan tetapi hal tersebut tidak bertahan lama dan kembali kepada masalah yang
sebenarnya (Palmer & Puri, 2006). Penyelesaian masalah yang kurang tepat
juga dapat berakibat fatal, misalnya seorang mahasiswa yang tewas bunuh diri
karena skripsinya ditolak sebanyak dua kali (Indrawan, 2016). Dengan kasus
yang sama juga terjadi pada seorang mahasiswa Unka Sintang yang diduga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
4
depresi karena waktu yang diberikan tersisa tiga bulan untuk menyelesaikan
skripsinya, kemudian ditambah dengan laptop korban yang hilang dan semua
data skripsinya ada di dalam perangkat tersebut, kemudian mengakhiri
hidupnya dengan gantung diri (Ningsih, 2017).
Setiap cara untuk menghadapi, mengurangi atau mengatasi stress yang
dilakukan oleh individu disebut dengan coping stress. Lazarus dan Folkman
(dalam Smet, 1994) menyebutkan terdapat dua bentuk coping stress yaitu
penanggulangan stres yang berpusat pada masalah (problem focused coping)
dan penanggulangan yang berfokus pada emosi (emotion focused coping).
Secara umum, bentuk-bentuk coping yang berfokus pada emosi lebih mungkin
terjadi ketika dinilai tidak ada yang dapat dilakukan untuk mengubah kondisi
lingkungan yang berbahaya, mengancam atau menantang, sedangkan bentuk
coping yang berfokus pada masalah lebih memungkinkan terjadi apabila
kondisi lingkungan dinilai dapat diubah (Lazarus & Folkman, 1984).
Seorang mahasiswa harus mampu menghadapi beban studinya dengan
baik. Kemampuan ini akan membantu mahasiswa untuk menghadapi dan
menyelesaikan masalah secara aktif, bukan hanya berorientasi pada emosi
ketika menghadapi berbagai kendala dalam tuntutan studi dan lingkungannya.
Dalam psikologi kemampuan tersebut dikenal dengan istilah problem focused
coping yaitu suatu strategi yang secara langsung diarahkan pada suatu
masalah yang dialami oleh seseorang serta upaya untuk memecahkan masalah
atau upaya yang dilakukan oleh individu dalam mengatasi suatu masalah yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
5
dihadapi secara langsung (Calahan 2000 dalam Makie, 2006; Carver, Scheier
& Weintraub, 1989; Kutash & Schlesinger 2000 dalam Arbadiati & Kurniati,
2007; Lazarus & Folkman 1984 dalam Smet, 1994; Nevid, Rathus & Greene,
2003; Smet, 1994; Taylor 2006). Lazarus dan Folkman (1984) juga
menyebutkan bahwa problem focused coping lebih sering digunakan oleh
individu dibandingkan emotion focused coping selama periode persiapan
untuk ujian akademik.
Ketidakefektifan coping dapat terjadi apabila hanya berfokus untuk
melakukan penghindaran, serta tidak adanya penyelesaian masalah. Hambatan
yang dialami oleh para mahasiswa ketika menyusun skripsi membutuhkan
suatu penyesuaian yang tuntas dan efektif agar tidak menimbulkan gangguan,
baik bersifat fisik maupun psikis. Problem focused coping merupakan upaya
perubahan kognitif dan perilaku secara konstan untuk mengelola tekanan
eksternal dan internal yang dianggap melebihi batas kemampuan individu.
Sebagai contoh, ketika mahasiswa dihadapkan dengan suatu masalah, dirinya
tidak akan menggerutu dan tidak berbuat apa-apa, melainkan mencari solusi
bagaimana menyelesaikannya dan memikirkan tindakan apa yang harus
dilakukan agar dapat menyelesaikan tugasnya. Menurut Lazarus dan Folkman
(1984), penggunaan problem focused coping dapat mengarahkan mahasiswa
untuk dapat menyelesaikan kendala akademiknya yang dalam hal ini adalah
penyusunan skripsi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
6
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Syarkiki dan Ariati (2014),
keberadaan dari problem focused coping khususnya pada bidang pendidikan
mampu menurunkan prokrastinasi akademik. Semakin efektif penggunaan
problem focused coping oleh mahasiswa maka prokrastinasi akademik
semakin rendah. Hal ini ditunjukkan dengan hasil penelitian Syarkiki dan
Ariati (2014) yang menyebutkan bahwa perilaku prokrastinasi akademik dapat
ditentukan oleh self-efficacy, self-esteem dan coping stress yang salah satunya
adalah problem focused coping. Penelitian Chu dan Chao (2011), juga
menjelaskan bahwa problem focused coping memiliki manfaat untuk
membantu mempertahankan kesejahteraan seseorang dan membantu
seseorang terhindar dari tuntutan lingkungan yang menekannya. Selain itu,
penggunaan problem focused coping juga sebagai salah satu prediktor atau
sumbangan efektif sebesar 9,2% terhadap motivasi berprestasi pada remaja
(Aryani & Trihandayani, 2016).
Penggunaan problem focused coping dapat dipengaruhi oleh beberapa
hal, seperti fleksibilitas kognitif (Santosa & Setyawan, 2014), optimisme
(Sulistyowati, Wismanto & Utami, 2015) serta kecerdasan emosional (Harsiwi
& Kristiana, 2017). Fleksibilitas kognitif merupakan salah satu sumber daya
dari keterampilan pemecahan masalah, yang mana keterampilan pemecahan
masalah adalah salah satu faktor yang memengaruhi problem focused coping.
Individu yang memiliki fleksibilitas kognitif mampu berfikir fleksibel
sehingga mendukung kinerja individu dalam aktivitas pemecahan masalah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
7
Faktor lain yang memengaruhi problem focused coping adalah keyakinan
positif. Individu yang optimis akan memandang suatu peristiwa dengan cara
yang positif sehingga menimbulkan rasa mampu menghadapi peristiwa
tersebut. Dalam menilai atau memandang suatu permasalahan terdapat peran
manajemen emosi agar individu dapat berpikiran jernih sehingga suatu
peristiwa akan dinilai secara obyektif yaitu dari sumber permasalahan tanpa
mengedepankan unsur subyektif, seperti emosi, perasaan dan lain-lain
(Lazarus & Folkman, 1984). Manajemen emosi ini termasuk salah satu aspek
dari kecerdasan emosional (Goleman, 2001). Ketika seseorang memiliki
kecerdasan emosional yang tinggi maka ia dapat mengelola emosi negatif dari
suatu permasalahan, sehingga kemudian memunculkan keyakinan bahwa ia
mampu untuk mengubah suatu permasalahan.
Diantara faktor-faktor tersebut, maka yang akan dijadikan fokus
penelitian ini adalah kecerdasan emosional, selain karena berperan dalam
menilai suatu permasalahan dapat diubah. Hal ini karena kecerdasan
emosional memberikan kontribusi pada beberapa faktor lainnya, seperti
optimisme (Kumcagiz, Celik, Yilmaz & Eren, 2011) dan fleksibilitas kognitif
(Gunduz, 2013), sehingga problem focused coping dapat ditingkatkan apabila
mahasiswa memiliki kecerdasan emosional terlebih dulu. Kecerdasan
emosional yang dimiliki oleh mahasiswa yang sedang menyusun skripsi akan
menjadi faktor penentu yang akan mengarahkan mahasiswa pada cara dan
upaya penyelesaian masalah. Wipperman (2007) mengatakan bahwa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
8
kecerdasan emosional dapat digunakan untuk mencapai kesuksesan dan
memecahkan masalah-masalah dalam pekerjaan. Kesuksesan pekerjaan
seseorang tidak hanya memerlukan kemampuan intelektualnya saja,
melainkan juga kemampuan dalam menata serta mengelola emosi yang ada
pada dirinya. Oleh sebab itu, jika mahasiswa memiliki kecerdasan emosional
maka dapat meningkatkan penggunaan problem focused coping dalam
menghadapi berbagai masalah yang muncul dalam penyelesaian skripsi.
Kecerdasan emosional atau Emotional Quotient merupakan
kemampuan individu mengenali perasaan baik diri sendiri maupun orang lain,
mengatur dan menggunakan emosi dengan baik pada diri sendiri, serta
berinteraksi sosial dengan orang lain secara efektif (Chooper dalam Saam &
Mulyani, 2012; Goleman, 2001; Nurdin, 2009; Patton dalam Saam &
Mulyani, 2012; Saam & Mulyani, 2012; Salovey, dalam Goleman 2001;
Stenberg dan Salavoy dalam Goleman, 2001). Kecerdasan emosional pada
dasarnya dimiliki oleh setiap orang, namun yang membedakan adalah apakah
orang tersebut mau menggunakan kecerdasan emosinya atau tidak.
Kecerdasan emosional ini juga bukan merupakan suatu ukuran yang stagnan,
sehingga masih dapat dikembangkan. Jika mahasiswa menggunakan
kecerdasan emosionalnya, maka ia dapat mengenali, meregulasi dan
mengelola emosi yang muncul karena berbagai masalah dalam studinya,
sehingga ia tidak perlu terfokus untuk mengendalikan emosinya lagi (emotion
focused coping). Ketika emosi tidak menjadi masalah dan kepercayaan mulai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
9
kembali bangkit maka ia tidak akan menghindar dari masalahnya dan segera
fokus pada penyelesaian masalahnya (problem focused coping)
Berdasarkan penelitian terdahulu, ada hubungan positif yang signifikan
antara kecerdasan emosional dan problem focused coping pada perawat rumah
sakit. Hal ini menunjukkan bahwa kecerdasan emosional memberikan
kontribusi pada penggunaan problem focused coping (Harsiwi & Kristiana,
2017). Kecerdasan emosional juga memiliki peran sebesar 26% terhadap
penggunaan problem focused coping (Larashati & Rustika, 2017). Por,
Barribal, Fitzpatrick dan Roberts (2011) menemukan bahwa peningkatan pada
kontrol perasaan dan kecerdasan emosional dapat membantu mahasiswa untuk
mengadopsi strategi coping aktif, sehingga efektif ketika berhadapan dengan
stres, yang kemudian meningkatkan kesejahteraan subjektif mahasiswa. Pada
penelitian berbeda yang dilakukan McCann, Fogarty, Zeidner dan Roberts
(2011) dikemukakan bahwa hasil pendidikan yang lebih baik dapat dicapai
dengan menargetkan keterampilan yang berkaitan dengan manajemen emosi
dan problem focused coping. Dalam penelitian tersebut, mereka menguji
bagaimana problem focused coping memediasi hubungan antara kecerdasan
emosional dengan prestasi akademik.
Penelitian yang relevan juga menemukan bahwa regulasi emosi
memiliki hubungan yang positif signifikan dengan problem focused coping
pada taruna akademi kepolisian (Nandini & Listiara, 2014). Regulasi emosi
merupakan strategi yang dilakukan secara sadar ataupun tidak sadar untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
10
mempertahankan, memperkuat atau mengurangi satu atau lebih aspek dari
respon emosi positif atau negatif (Gross & Thompson, 2007), sementara
kecerdasan emosional mencakup kemampuan yang lebih luas dari regulasi
emosi. Selain itu terdapat hubungan yang positif signifikan antara kecerdasan
emosional dan problem focused coping (Baruah, 2016; George & Shari,
2012), namun penelitian yang dilakukan oleh Shemesh (2017) menemukan
bahwa kecerdasan emosional berkorelasi negatif dengan strategi koping
menghindar, namun tidak berkorelasi dengan problem focused coping pada
subjek penelitian populasi remaja. Dari beberapa penelitian yang dipaparkan
sebelumnya, terdapat perbedaan hasil antara penelitian yang ada di Indonesia
dan di luar Indonesia, yang mana penelitian yang ada di indonesia memiliki
hasil yang sama bahwa terdapat hubungan antara kecerdasan emosional dan
problem focused coping sedangkan penelitian di luar indonesia memiliki hasil
penelitian yang bervariasi. Dengan demikian, penelitian ini penting dilakukan
guna menguji hubungan antara kecerdasan emosional dengan problem focused
coping pada mahasiswa yang sedang menyusun skripsi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan yang telah dijabarkan pada latar belakang,
maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan
antara kecerdasan emosional dengan problem focused coping pada mahasiswa
yang sedang menyusun skripsi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
11
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini dilakukan
dengan tujuan untuk menguji hubungan antara kecerdasan emosional dengan
problem focused coping pada mahasiswa yang sedang menyusun skripsi.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Manfaat teoretis
Manfaat dari penelitian ini adalah dengan adanya penelitian ini dapat
memberikan sumbangan teoretis mengenai, coping stress dan dukungan
sosial dalam pengembangan ilmu psikologi, khususnya psikologi klinis
dalam mengatasi stres dan mengelola emosi, psikologi pendidikan ataupun
studi psikologi pada umumnya.
2. Manfaat praktis
2.1 Bagi pembaca
Dengan membaca hasil penelitian ini membantu pembaca
khususnya mahasiswa dalam mengatasi permasalahan akademiknya
dengan menggunakan strategi problem focused coping dengan
mengembangkan kecerdasan emosional yang dimilikinya.
2.2 Bagi orangtua
Dengan membaca hasil penelitian ini diharapkan dapat
membantu orangtua untuk mengembangkan kemampuan menghadapi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
12
permasalahan yang berfokus pada masalah terhadap anaknya yang
sedang menyelesaikan skripsi sehingga mampu menghadapi
permasalahan dengan mengembangkan kemampuan kecerdasan
emosional.
2.3 Bagi pihak perguruan tinggi
Membantu pihak universitas dalam menciptakan rancangan
program untuk mengembangkan kecerdasan emosional mahasiswa
yang dapat membantu mahasiswa melakukan dan mengembangkan
strategi fokus pada masalah ketika menghadapi permasalahan
akademik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
13
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Problem Focused Coping
1. Definisi coping
Pada umumnya setiap individu memiliki banyak kebutuhan yang
ingin selalu dipenuhi dalam kehidupannya. Kebutuhan tersebut dapat
berupa kebutuhan fisik, psikis dan sosial. Namun, kebutuhan-kebutuhan
tersebut tidak selalu dapat terpenuhi. Keadaan seperti itulah yang sering
kali membuat individu merasa tertekan secara psikologis. Respon dari
perasaan tertekan tersebut dimanifestasikan manusia dalam bentuk
perilaku yang bermacam-macam tergantung sejauh mana manusia
tersebut memandang masalah yang dihadapi. Jika masalah yang
dihadapinya tersebut dipandang secara negatif, maka respon perilakunya
pun akan negatif. Namun sebaliknya, jika permasalahan tersebut
dipandang secara positif, maka respon perilaku yang ditampilkan pun
dapat dalam bentuk penyesuaian diri yang sehat dan cara-cara mengatasi
masalah yang konstruktif. Bagaimana seseorang mengatasi dan merespon
kondisi yang negatif dalam istilah psikologi disebut coping stress
(Lazarus & Folkman, 1984).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
14
Dalam kamus psikologi coping stress merupakan sebuah cara
yang disadari dan rasional untuk menghadapi dan mengatasi kecemasan
hidup (Arthur & Emily, 2010). Sedangkan menurut Burger, upaya untuk
mengatasi kecemasan dalam menghadapi ancaman yang dirasakan
disebut sebagai strategi coping. Lazarus juga menambahkan bahwa
coping adalah strategi untuk memanajemen tingkah laku kepada
pemecahan masalah yang paling sederhana dan realistis, serta berfungsi
untuk membebaskan diri dari masalah yang nyata maupun tidak nyata dan
coping merupakan semua usaha secara kognitif dan perilaku untuk
mengatasi, mengurangi, dan tahan terhadap tuntutan-tuntutan (Burger,
2011).
Menurut Santrock (2003) bahwa coping merupakan cara individu
untuk mengatasi masalah-masalah atau mengatasi emosi negatif yang
muncul, mengatur keadaan penuh beban, mengerahkan usaha untuk
memecahkan masalah, dan mencoba untuk menguasai atau mengurangi
tekanan dan berpikiran positif, sedangkan Siswanto (2007) memaknai
coping sebagai cara individu dalam mengenal serta memahami situasi dan
kondisi yang dinilai oleh yang bersangkutan sebagai ancaman atau
sehingga menimbulkan respon atau reaksi ketika menghadapi ancaman
tersebut.
Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa
coping stress adalah sebuah cara yang digunakan oleh individu untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
15
mengatasi atau mengurangi kecemasan baik masalah-masalah yang
dihadapi maupun emosi negatif yang dirasakan sebagai beban stres.
2. Definisi problem focused coping
Lazarus dan Folkman pada tahun 1984 (dalam Smet, 1994)
menyatakan bahwa problem focused coping merupakan strategi yang
digunakan dalam menyelesaikan masalah, seperti mendefinisikan suatu
masalah, menghasilkan solusi alternatif, mempertimbangkan alternatif
secara efisien, memilih alternatif dan bertindak, strategi problem focused
coping berorientasi pada penyelesaian masalah. Smet (1994) menyatakan
bahwa problem focused coping adalah usaha individu untuk mengurangi
stressor dengan mempelajari cara-cara atau keterampilan yang baru.
Individu akan cenderung menggunakan strategi ini jika dirinya yakin
akan dapat mengubah situasi.
Calahan pada tahun 2000 (dalam Makie, 2006) mengungkapkan
problem focused coping melibatkan usaha-usaha untuk mengubah atau
menghilangkan sumber stres dengan cara menghadapi situasinya secara
langsung. Taylor (2006) juga menyebutkan bahwa problem focused
coping ini melibatkan usaha-usaha untuk melakukan sesuatu yang
konstruktif terhadap kondisi-kondisi stressfull yang membahayakan,
mengancam atau menantang bagi seseorang. Selain itu, Carver, Scheier
dan Weintraub (1989) mengemukakan bahwa problem focused coping
adalah strategi atau usaha mengurangi stres dengan cara mengembangkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
16
kemampuan atau mempelajari keterampilan baru untuk menghadapi
pokok permasalahan. Pada problem focused coping individu berusaha
menjaga jarak antara diri mereka dengan stres melalui penyangkalan atau
penghindaran yang mana coping yang berfokus pada masalah membantu
individu menghadapi sumber stres (Nevid, Rathus & Greene, 2003).
Berdasarkan uraian beberapa definisi di atas maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa problem focused coping adalah suatu strategi yang
secara langsung diarahkan pada suatu masalah yang dialami oleh
seseorang untuk memecahkan masalah yang sedang dialami.
3. Aspek-aspek problem focused coping
Carver, Scheier dan Weintraub (1989) menyebutkan strategi
problem focused coping terdiri dari lima aspek, yaitu : (1) active coping,
yaitu proses mengambil langkah aktif untuk menghindari stressor atau
untuk memperbaiki dampaknya; (2) planning, yaitu memikirkan
bagaimana mengatasi penyebab stres dengan memikirkan upaya dan
membuat strategi penanganan stres; (3) suppresion of competing, usaha
untuk menghindari agar tidak terganggu oleh peristiwa lain; (4) restrain
coping, menunggu sampai sebuah kesempatan yang tepat untuk
bertindak; (5) seeking social support, yaitu mencari saran, bantuan atau
informasi.
Lazarus dan Folkman (dalam Triantoro dan Nofrans, 2009),
menemukan tiga aspek yang berorientasi pada problem focused coping
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
17
yaitu seeking informational support (mencari dukungan informasi), yaitu
individu perlu memperoleh informasi mengenai masalah yang sedang
dihadapi dari orang lain; confrontive coping (konfrontasi), yaitu
mengubah keadaan untuk menyelesaikan masalah dengan berani untuk
mengambil resiko dan planful problem solving (merencanakan
pemecahan masalah), yaitu usaha individu menganalisis keadaan atau
situasi untuk memecahkan masalah dan mencari solusi terhadap masalah
yang dihadapi.
Berdasarkan uraian di atas, maka aspek penggunaan problem
focused coping pada penelitian ini didasari oleh aspek-aspek problem
focused coping yang dikemukakan oleh Lazarus dan Folkman karena
pada aspek ini lebih ringkas dan lengkap yang terbagi menjadi tiga aspek
yaitu seeking informational support, confrontive coping dan planful
problem solving.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
18
4. Karakteristik problem focused coping
Karakteristik dari ketiga aspek problem focused coping yang
disebutkan oleh Lazarus dan Folkman (dalam Triantoro dan Nofrans,
2009) adalah sebagai berikut :
4.1 seeking informational support (mencari dukungan informasi), yang
meliputi mencari bantuan informasi dan nasihat mengenai apa
yang harus dilakukan oleh individu ketika menghadapi masalah.
4.2 Confrontive coping (konfrontasi), mencakup memulai tindakan
secara langsung, meningkatkan usaha seseorang dan mencoba
untuk melakukan coping dengan cara yang bijaksana. Selain itu
juga merupakan upaya melakukan sesuatu dengan keras untuk
menghilangkan atau menghindarkan diri dari stressor. Coping
konfrontif sama juga halnya dengan active coping (koping aktif)
yaitu penyesuaian diri untuk menangani distress yang
berhubungan dengan permasalahan yang dihadapi individu dengan
menggunakan cara yang agresif dan berani mengambil resiko.
4.3 Planful problem solving (merencanakan pemecahan masalah),
mencakup menghasilkan strategi-strategi tindakan, memikirkan
langkah apa yang harus diambil dan cara terbaik untuk mengatasi
masalah. Perencanaan ini lebih berfokus terhadap perencanaan
dalam melakukan upaya-upaya coping konfrontif. Perencanaan
yang dilakukan yaitu melakukan strategi tindakan, memikirkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
19
langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk mengurangi masalah
dan mencari solusi masalah yang sedang dihadapi.
5. Faktor-faktor yang memengaruhi problem focused coping
Strategi coping dipengaruhi oleh penilaian kognitif pada setiap
individu. Strategi coping diperlukan untuk mengatasi stres dari eksternal
maupun dari internal. Menurut Triantono dan Nofrans (2009) yang
termasuk faktor eksternal adalah ingatan pengalaman dari berbagai situasi
yang penting dalam kehidupan, sedangkan yang termasuk faktor internal
adalah gaya coping yang bisa dipakai individu dalam sehari-hari dan
kepribadian dari individu tersebut.
Menurut Lazarus dan Folkman (1984) terdapat beberapa faktor-
faktor yang memengaruhi problem focused coping yaitu:
5.1. Kesehatan dan energi (health and energy)
Kesehatan dan energi mempengaruhi berbagai macam bentuk
strategi coping pada individu dan juga stres. Apabila individu dalam
keadaan rapuh, sakit, lelah, atau lemah, maka individu kurang
mampu untuk melakukan coping dengan baik. Oleh karena itu,
kesehatan dan energi yang cukup memadai dapat memfasilitasi
untuk individu melakukan strategi coping. Sehingga kesehatan fisik
menjadi faktor yang penting dalam menentukan strategi coping
pada individu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
20
5.2 Keyakinan yang positif (positive beliefs)
Penilaian secara positif dianggap sebagai sumber psikologi
yang memengaruhi strategi coping pada individu. Setiap individu
memiliki keyakinan tertentu yang menjadi harapan dan upaya
dalam melakukan strategi coping pada kondisi apapun. Apabila
keyakinan individu berasal dari faktor di luar dirinya seperti nasib
atau takdir maka individu cenderung memiliki penilaian
ketidakberdayaan yang memungkinkan untuk menurunkan
kemampuan strategi problem focused coping. Dalam menilai atau
memandang suatu permasalahan terdapat peran manajemen emosi
agar inidividu dapat berpikiran jernih sehingga suatu peristiwa akan
dinilai secara obyektif. Oleh karena itu, penilaian mengenai
keyakinan yang positif merupakan sumber strategi coping.
5.3 Kemampuan pemecahan masalah (problem solving skill)
Kemampuan pemecahan masalah pada individu meliputi
kemampuan mencari informasi, menganalisis situasi yang bertujuan
mengidentifikasi masalah untuk menghasilkan alternatif yang akan
digunakan pada individu, mempertimbangkan alternatif yang akan
digunakan dengan baik agar dapat mengantisipasi kemungkinan
yang terburuk, memilih dan menerapkan sesuai dengan tujuan pada
masing-masing individu. Semua kemampuan seperti itu pada
akhirnya diekspresikan dalam tindakan-tindakan tertentu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
21
Ketereampilan pemecahan masalah sendiri diambil dari sumber
daya lain, seperti berbagai pengalaman, store of knowledge
individu, kemampuan kognitif dan kapasitas pengendalian diri / self
control.
5.4 Keterampilan sosial (social skills)
Keterampilan sosial merupakan faktor yang penting dalam
strategi coping karena pada dasarnya manusia merupakan makhluk
sosial, sehingga individu membutuhkan untuk bersosialisasi.
Keterampilan sosial merupakan cara untuk menyelesaikan masalah
dengan orang lain, juga dengan keterampilan sosial yang baik
memungkinkan individu tersebut menjalin hubungan yang baik dan
mendapat dukungan dari individu lainnya, dan secara umum
memberikan kontrol perilaku kepada individu atas interaksi
sosialnya dengan individu lain.
5.5 Dukungan sosial (social support)
Setiap individu memiliki teman yang dekat secara emosional,
pengetahuan, dan dukungan perhatian yang merupakan faktor yang
memengaruhi strategi coping pada individu dalam mengatasi stres,
terapi perilaku dan epidemologi sosial.
5.6 Sumber material (material resources)
Sumber material salah satunya adalah keuangan. keadaan
keuangan yang baik dapat menjadi sumber strategi coping pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
22
individu. Secara umum masalah keuangan dapat memicu stres
individu yang mengakibatkan meningkatnya pilihan dalam strategi
coping untuk bertindak. Tentunya, sumber material sangat
meningkatkan pilihan coping dalam situasi yang membuat stres.
Salah satu manfaat sumber materi bagi individu yaitu
mempermudah individu dalam kepentingan hukum, medis,
keuangan dan lain-lain. Hal ini menyebabkan individu yang
memiliki materi dapat mengurangi kerentanan seseorang terhadap
ancaman dan resiko stres.
B. Kecerdasan Emosional
Dari beberapa faktor yang memengaruhi problem focused coping,
manajemen emosi merupakan aspek dari kecerdasan emosional untuk dapat
menilai suatu permasalahan secara positif, yang mana dapat memengaruhi
seseorang dalam melakukan strategi coping.
1. Definisi kecerdasan emosional
Istilah kecerdasan emosional mulai dikenal pada pertengahan tahun
1990-an. Seorang ahli psikologi terkemuka, Thorndike menyatakan
bahwa salah satu aspek kecerdasan emosional adalah kecerdasan sosial,
yakni kemampuan untuk memahami orang lain dan bertindak bijaksana
dalam hubungan antar manusia (Goleman, 2001).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
23
Stenberg dan Salavoy (dalam Goleman, 2001) juga telah menganut
pandangan tentang kecerdasan yang lebih luas, berusaha menemukan
kembali kerangka apa yang dibutuhkan manusia untuk meraih kesuksesan
dalam kehidupannya yang menuntun kembali pada betapa pentingnya
kecerdasan pribadi atau emosional. Keduanya mengidentifikasi
kecerdasan emosional sebagai kemampuan untuk memantau perasaan
atau emosi diri sendiri dan orang lain untuk membedakan masing-masing
orang, dan menggunakan informasi ini untuk menuntun seseorang berfikir
dan bertindak.
Salovey (dalam Goleman, 2001) menyebutkan kecerdasan
emosional juga merupakan kemampuan memantau perasaan sendiri dan
perasaan orang lain serta menggunakan informasi yang ada untuk
mengarahkan pikiran dan tindakan. Kemudian Shapiro menekankan
kecerdasan emosional pada pengelolaan emosi untuk mengontrol perilaku
diri sendiri (dalam Saam & Mulyani, 2012). Hal yang sama oleh Chooper
(dalam Saam & Mulyani, 2012) mengatakan bahwa kecerdasan emosi
adalah kemampuan merasakan, memahami, dan menerapkan kepekaan
emosi sebagai energi, informasi koreksi dan pengaruh yang manusiawi.
Chooper menekankan kecerdasan emosi sebagai kekuatan untuk perilaku
yang baik.
Beberapa ahli yang lain seperti Patton (dalam Saam & Mulyani,
2012) mengatakan bahwa kecerdasan emosi adalah menggunakan emosi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
24
secara efektif untuk mencapai tujuan, membangun hubungan produktif,
dan mencapai keberhasilan di tempat kerja. Definisi yang dikemukakan
Patton lebih luas karena menghubungkan kecerdasan emosi dengan
keberhasilan dan produktivitas kerja. Kecerdasan emosional bukan
merupakan faktor genetik yang tidak dapat berubah melainkan dapat
dikembangkan dengan kesungguhan, latihan, pengetahuan dan kemauan.
Goleman (dalam Saam & Mulyani, 2012) mengatakan bahwa kecerdasan
emosional merupakan pengendalian diri, semangat, ketekunan,
kemampuan memotivasi diri sendiri, serta berempati. Pendapat ahli lain,
Davis (dalam Saam & Mulyani, 2012) juga mengatakan kalau kecerdasan
emosi adalah kemampuan mengenali, memahami, mengatur, dan
menggunakan emosi dengan cara yang efektif.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa
kecerdasan emosional merupakan kemampuan individu mengenali
perasaan baik diri sendiri maupun orang lain, mengatur dan menggunakan
emosi dengan baik pada diri sendiri, serta berinteraksi sosial dengan
orang lain secara efektif.
2. Aspek-aspek kecerdasan emosional
Kecerdasan emosional terbagi dalam beberapa aspek yang
membentuknya. Aspek-aspek yang membentuk kecerdasan emosional
tidak seragam untuk setiap ahli, tergantung dari sudut pandang dan
pemahaman. Salovey (dalam Goleman, 2001) memberikan penjelasan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
25
aspek-aspek kecerdasan emosional dan memperluas kemampuan ini
dalam wilayah utama, yaitu :
2.1 Kesadaran diri
Kesadaran seseorang akan emosinya sendiri memiliki makna
waspada terhadap suasana hati. Hal ini merupakan dasar kecerdasan
emosi, yaitu mampu mampu memantau perasaan dari waktu ke
waktu yang menjadi hal penting dalam pemahaman diri.
Ketidakmampuan individu untuk mencermati perasaan yang
sesungguhnya membuat individu berada dalam kekuasaan perasaan.
Individu yang mempunyai keyakinan lebih tentang perasaanya,
memiliki kepekaan tinggi dalam perasaannya dan proses
pengambilan keputusan - keputusan masalah pribadi yang
dimilikinya.
2.2 Pengaturan diri
Pengaturan diri merupakan kemampuan untuk menangani
emosi sedemikian rupa, sehingga berdampak positif dalam
pelaksanaan tugas; peka terhadap kata hati dan mampu menunda
kenikmatan sebelum tercapainya sasaran. Kemampuan menangani
perasaan agar dapat terungkap dengan tepat, tergantung pada
kesadaran sendiri seperti kemampuan untuk menghibur diri sendiri,
melepaskan kecemasan, kemurungan, atau ketersinggungan, dan
akibat-akibat yang timbul karena gagalnya keterampilan emosi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
26
dasar ini. Orang - orang yang buruk kemampuannya dalam
ketrampilan ini akan akan terus menerus melawan perasaan
murung, sementara mereka yang pintar dapat lebih cepat bangkit
dari kemerosotan dan kejatuhannya dalam kehidupan.
2.3 Motivasi diri
Motivasi diri adalah kemampuan untuk menggunakan hasrat
yang paling dalam untuk menggerakan dan menuntun menuju
sasaran, membantu mengambil inisiatif dan bertindak sangat efektif,
serta untuk bertahan menghadapi kegagalan dan frustasi.
Kemampuan menata emosi dikatakan sebagai hal yang sangat
penting dalam kaitan untuk memberi perhatian, memotivasi dan
menguasai diri sendiri, dan untuk berkreasi. Orang- orang yang
mempunyai kemampuan ini cenderung jauh lebih produktif dan
efektif dalam hal apapun yang mereka kerjakan untuk mencapai
tujuan yang diinginkannya.
2.4 Empati
Empati merupakan kemampuan merasakan apa yang dirasakan
oleh orang lain, mampu memahami perspektif mereka,
menumbuhkan saling percaya dan menyelaraskan diri dengan
bermacam-macam orang. Kemampuan bergaul berdasarkan
kesadaran diri dan emosinya. Piawai mengenali emosi orang lain,
dikatakan juga memiliki kesadaran yang tinggi. Semakin terbuka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
27
pada emosi diri sendiri, semakin mudah mengenal dan mengakui
emosi orang lain, dan juga makin mudah membaca perasaan orang
lain.
2.5 Keterampilan sosial
Membina hubungan merupakan salah satu kemampuan
mengelola emosi orang lain, serta menangani emosi dengan baik
ketika berhubungan dengan orang lain dan dengan cermat membaca
situasi dan jaringan sosial, berinteraksi dengan lancar. Seseorang
yang ingin trampil membina hubungan dengan orang lain, harus
mampu mengenal dan mengelola emosinya. Untuk bisa mengelola
emosi orang lain, seseorang harus terlebih dahulu mengendalikan
diri. Mengendalikan emosi yang mungkin berpengaruh buruk dalam
hubungan sosial, menyimpan dulu kemarahan dan stres tertentu,
dan mengekspresikan perasaan diri.
3. Ciri-ciri kecerdasan emosional
Ciri-ciri dari masing-masing aspek menurut Salovey (dalam
Goleman, 2001) bahwa individu yang memiliki kecerdasan emosional
dapat ditandai dengan sebagai berikut :
3.1 Kesadaran diri, dapat ditandai dengan mengetahui apa yang kita
rasakan pada suatu saat dan menggunakannya untuk memandu
pengambilan keputusan diri sendiri, memiliki ukuran yang realistis
atas diri dan kepercayaan diri yang kuat. Kesadaran dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
28
mengenali emosi dapat diuraikan menjadi tiga kemampuan, yaitu
kesadaran emosi, penilaian diri secara teliti dan percaya diri.
3.2 Pengaturan diri, kemampuan ini dapat diuraikan menjadi : kendali
diri, yaitu kemampuan mengelola desakan-desakan hati yang
bersifat merusak; sifat dapat dipercaya, yaitu kemampuan
memelihara norma kejujuran dan integritas; kewaspadaan yaitu
sikap bertanggung jawab atas kinerja sendiri; adaptibilitas, yaitu
keluwesan dalam menghadapi perubahan yang terjadi; inovasi,
yaitu kemampuan dalam menerima dan terbuka terhadap gagasan,
pendekatan dan informasi-informasi baru.
3.3 Motivasi diri, dapat diuraikan menjadi menjadi: dorongan prestasi,
yaitu dorongan untuk menjadi lebih baik atau mencapai standar
keberhasilan; komitmen, yaitu kemampuan menyesuaikan diri
dengan tujuan; inisiatif, yaitu kesiapan dalam memanfaatkan
kesempatan; optimisme, yaitu keuletan dalam memperjuangkan
sasaran walaupun ada hambatan dan kegagalan.
3.4 Empati, dapat diuraikan menjadi: (1) kemampuan mengindra
perasaan perasaan dan perspektif orang lain, serta menunjukkan
minat aktif terhadap kepentingan mereka, (2) orientasi pelayanan,
yaitu mengantisipasi, mengenali dan berusah memenuhi kebutuhan
orang lain, (3) mengembangkan orang lain, yaitu merasakan
kebutuhan perkembangan orang lain dan berusaha menumbuhkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
29
kemampuan mereka, (4) menerima keragaman, yaitu menumbuhkan
peluang melalui pergaulan dengan berbagai macam orang.
3.5 Keterampilan sosial, dapat diuraikan menjadi: (1) pengaruh, yaitu
memiliki berbagai taktik dan strategi untuk melakukan persuasi, (2)
komunikasi, yaitu mengirimkan pesan yang jelas dan meyakinkan,
(3) kepemimpinan, yaitu kemampuan membangkitkan inspirasi dan
memandu kelompok serta orang lain, (4) katalisator perubahan,
yaitu kemampuan untuk memulai dan mengelola perubahan, (5)
manajemen konflik, yaitu negosiasi dan pemecahan silang
pendapat, (6) pengikat jaringan, yaitu kemampuan menumbuhkan
hubungan sebagai alat, (7) kolaborasi dan kooperasi, yaitu kerja
sama dengan orang lain demi tujuan bersama, (8) kemampuan tim,
yaitu menciptakan sinergi kelompok dalam memperjuangkan tujuan
bersama. Indikator kepemimpinan, pengaruh dan katalisator
perubahan memiliki makna yang sama, sehingga dibuat menjadi
satu indikator yaitu kepemimpin. Sama halnya dengan indikator
kemampuan tim, pengikat jaringan, kolaborasi dan kooperasi dibuat
menjadi satu indikator yaitu kemampuan tim. Oleh karena itu dalam
penelitian ini ciri-ciri kecerdasan emosional pada aspek
keterampilan sosial menjadi : (1) komunikasi, (2) kepemimpinan,
(3) manajemen konflik, dan (4) kemampuan tim.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
30
C. Mahasiswa yang Sedang Menyusun Skripsi
1. Pengertian mahasiswa
Mahasiswa adalah seseorang yang sedang dalam proses menimba
ilmu ataupun belajar serta terdaftar sedang menjalani pendidikan pada
salah satu perguruan tinggi baik akademik, politeknik, sekolah tinggi,
institut dan universitas (Hartaji, 2012). Mahasiswa sebagai individu yang
sedang menuntut ilmu ditingkat perguruan tinggi, baik negeri maupun
swasta atau lembaga lain yang setingkat dengan perguruan tinggi.
Mahasiswa dinilai memiliki tingkat intelektualitas yang tinggi,
kecerdasan dalam berpikir dan kerencanaan dalam bertindak, serta
mampu berpikir kritis dan bertindak dengan cepat dan tepat merupakan
sifat yang cenderung melekat pada diri setiap mahasiswa yang merupakan
prinsip yang saling melengkapi (Siswoyo, 2007).
Berdasarkan uraian yang dipaparkan di atas maka dapat
disimpulkan bahwa mahasiswa ialah seorang peserta didik yang terdaftar
di sebuah perguruan tinggi yang dianggap memiliki tingkat intelektualitas
yang tinggi dan cerdas dalam bertindak.
2. Pengertian skripsi
Menurut Hariwijaya (2008) skripsi adalah tulisan atau karya ilmiah
yang dibuat sebagai syarat seorang mahasiswa menyelesaikan studi
program dalam pendidikan sarjananya. Skripsi ini sebagai bentuk bukti
kemampuan akademi seorang mahasiswa dalam penelitian. Skripsi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
31
disusun dan dipertahankan untuk mencapai gelar sarjana strata satu.
Sedangkan menurut Setiadi (2007) skripsi adalah karya ilmiah yang
ditulis melalui perencanaan, pelaksanaan dan hasil penelitian ilmiah oleh
seorang mahasiswa dalam jenjang program sarjana muda atau sarjana.
Menurut Hidayat (dalam Alafgani, 2013) skripsi merupakan proses
pembelajaran bagi seorang mahasiswa untuk mengasah kemampuannya
dalam menganalisis, mengkaji, memecahkan, dan menyimpulkan masalah
yang ditelitinya. Bagi mahasiswa, skripsi merupakan tugas akhir yang
sangat membutuhkan motivasi belajar untuk menyelesaikannya.
Skripsi merupakan karya tulis ilmiah akhir seorang mahasiswa
dalam menyelesaikan program pendidikan sarjana muda atau sarjana
sebagai bukti kemampuan akademik yang dimiliki mahasiswa dalam
melakukan penelitian yang sesuai dengan bidang studinya dan sebagai
persyaratan untuk menyelesaikan tugas akhir atau program studinya.
Skripsi ini adalah hasil suatu penelitian baik bersifat survei maupun
bersifat penelitian kepustakaan untuk pemecahan masalah atau problem
tertentu.
Skripsi merupakan karya tulis ilmiah dengan sistematika tertentu
sebagai salah satu syarat menyelesaikan pendidikan Sarjana yang disusun
oleh mahasiswa yang telah mencapai persyaratan, berdasarkan pada data
yang diperoleh, dianalisis dan diinterpretasikan dengan metode yang
benar untuk menjawab suatu permasalahan di bawah bimbingan dosen
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
32
dalam bidang ilmunya. Berdasarkan beberapa definisi di atas maka dapat
diartikan bahwa skripsi adalah sebuah karya ilmiah yang memiliki
sistematika dan disusun oleh seorang mahasiswa sebagai salah satu syarat
untuk menyelesaikan pendidikan sarjana muda atau sarjana di suatu
perguruan tertinggi.
3. Karakteristik mahasiswa yang sedang menyusun skripsi
Mahasiswa yang menyusun skripsi biasanya berada pada semester 8
yang berusia sekitar 21 atau 22 tahun yang mana dalam tahap
perkembangan usia tersebut termasuk dewasa awal. Menurut Hurlock
(1990), masa dewasa awal dimulai dari umur 18 tahun sampai kira-kira
40 tahun. Periode ini dikatakan sulit sebab sebagian anak yang memiliki
orangtua, teman, sahabat, guru yang dapat membantu mereka untuk
penyesuaian diri, namun sekarang sebagai orang dewasa, mereka
diharapkan dapat menyesuaikan diri secara mandiri. Hurlock (1990)
menjelaskan beberapa ciri-ciri perkembangan masa dewasa awal, yaitu:
(1) masa ketegangan emosional, individu dalam kelompok usia ini tidak
meledakkan emosinya di hadapan orang lain melainkan menunggu saat
dan tempat yang tepat untuk mengungkapkan emosinya dengan cara yang
lebih dapat diterima; (2) masa bermasalah, dalam tahun-tahun awal masa
dewasa banyak masalah yang harus dihadapi seseorang. Masalah-masalah
baru ini dari segi utamanya berbeda dari masalah-masalah yang sudah
dialami sebelumnya, namun pada usia ini kebanyakan individu sudah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
33
mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapi secara baik
sehingga menjadi stabil dan lebih tenang.
Pada masa dewasa awal, individu dianggap telah memiliki emosi
yang stabil. Hurlock (1990) menyatakan bahwa petunjuk emosi individu
yang telah matang adalah individu menilai situasi secara kritis terlebih
dahulu sebelum bereaksi secara emosional, tidak lagi bereaksi tanpa
berfikir sebelumnya seperti anak-anak atau orang yang belum matang.
Individu yang berhasil mengendalikan emosinya akan bahagia karena
dapat bersifat terbuka dalam menghadapi kenyataan hidup, mampu
menghadapi kesulitan dan persoalan hidup, serta dapat memilih cara-cara
hidup yang dapat dipertanggungjawabkan.
4. Permasalahan yang dihadapi mahasiswa dalam penyusunan skripsi
Masalah klasik yang terutama dialami oleh mahasiswa pada akhir
program studinya adalah ketika menghadapi kewajiban untuk memulai
menyusun skripsi. Penyusunan skripsi digunakan oleh beberapa
perguruan tinggi tertentu sebagai salah satu sistem dalam mengevaluasi
hasil studi mahasiswa yang telah menyelesaikan seluruh mata kuliah
dalam program akademis. Menurut Gazda (dalam Alafgani, 2013)
menyusun skripsi berdasarkan suatu kegiatan penelitian adalah
merupakan salah satu cara untuk membuktikan kematangan nalar
mahasiswa. Mahasiswa dalam hal ini harus dapat menempuhnya sebagai
persyaratan akademis untuk memperoleh gelar sarjana.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
34
Azwar (2005) menerangkan bahwa suatu kegiatan penelitian ilmiah
menuntut persyaratan tertentu, antara lain tujuan yang jelas dan prosedur
pelaksanaan yang sistematis. Skripsi sebagai salah satu karya ilmiah juga
menghendaki prosedur yang sama, karena menyusun skripsi dengan
menggunakan metodologi ilmiah berarti juga menguji kemampuan
berpikir ilmiah mahasiswa dalam bidang ilmunya. Hal ini akan
dipersepsikan sebagai beban bagi mahasiswa yang mengalami kesulitan-
kesulitan dalam proses penyusunan skripsi, akhirnya skripsi akan menjadi
alasan atau bahkan kendala utama mahasiswa untuk menyelesaikan
studinya tepat waktu.
Skripsi merupakan syarat kelulusan yang harus ditempuh oleh
mahasiswa, namun beberapa mahasiswa merasa kurang siap ketika tiba
waktunya untuk mengerjakan skripsi tersebut, bahkan menganggapnya
sebagai hal yang menakutkan. Menurut Winarto (dalam Alafgani, 2013),
kurang siapnya mahasiswa dalam menyelesaikan skripsi dikarenakan
banyak hal, misalnya seperti kesulitan dalam menentukan topik dan judul
penelitian karena terlalu banyaknya judul yang akan dipakai, atau kurang
adanya ide untuk menentukan topik dan judul penelitan, kurangnya
literatur-literatur yang harus digunakan dalam menyusun skripsi,
kesulitan menentukan narasumber, kesulitan melakukan analisa kerangka
teori dan lain-lainnya. Hal tersebut serupa dengan yang diungkapkan oleh
Kuntjoro (dalam Alafgani, 2013) yang menyatakan bahwa dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
35
menyusun skripsi mahasiswa mengalami beberapa kendala, antara lain
mahasiswa tidak jelas mengenai topik yang akan diteliti, mempunyai
kekhawatiran terjadinya hambatan penelitian, tidak terbiasa dalam
menulis, kurang paham tentang metodologi, keterbatasan penguasaan
bahasa asing, biaya penelitian dan pembuatan skripsi yang mahal,
terbatasnya jumlah literatur yang tersedia diberbagai sumber dan merasa
kesulitan menghadapi dosen pembimbing.
Banyaknya mahasiswa yang tidak mempunyai kemampuan dalam
tulis menulis, adanya kemampuan akademis yang kurang memadai, serta
kurang adanya ketertarikan mahasiswa dalam penelitian. Kesulitan-
kesulitan tersebut pada akhirnya dapat menyebabkan stress, rendah diri,
frustasi, kehilangan keyakinan hingga menunda penyusunan skripsi
(Ismiati, 2015).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
36
D. Hubungan antara Kecerdasan Emosinal dengan Problem Focused Coping
pada Mahasiswa yang Sedang Menyusun Skripsi
Skripsi merupakan karya ilmiah yang wajib disusun oleh seorang
mahasiswa strata satu pada suatu lembaga perguruan tinggi sebagai salah satu
syarat wajib untuk memperoleh gelar sarjana (Maryaeni, 2009). Selama
penyusunan skripsi, mahasiswa dihadapkan pada masalah-masalah yang dapat
menghambat proses penyelesaian skripsi.
Segala hambatan selama proses penyusunan skripsi meliputi faktor
internal maupun eksternal. Faktor internal berasal dari dalam diri mahasiswa
sendiri, seperti kecemasan, ketidakmampuan mengatur waktu, persepsi
terhadap dosen pembimbing dan sebagainya. Faktor eksternal berasal dari luar
mahasiswa, seperti kesulitan dalam memperoleh literatur terkait penelitian,
kurang aktivitas, kesulitan bertemu dengan dosen pembimbing dan kurangnya
dukungan. Hambatan-hambatan tersebut menuntut mahasiswa untuk segera
menyelesaikan masalahnya tersebut agar tidak menjadi beban baginya
(Ismiati, 2015). Dalam hal mengurangi beban tersebut, individu dituntut untuk
dapat menyesuaikan diri dan bereaksi terhadap situasi kondisi yang penuh
stres dan disini peran perilaku coping sangat diperlukan.
Sebagai orang yang berada pada tahap perkembangan dewasa awal,
mahasiswa dianggap telah mampu menyesuaikan diri, memecahkan masalah
secara mandiri, pikiran menjadi lebih realistis dan pengelolaan emosi
bertambah sehingga menjadi lebih stabil (Hurlock, 1990). Pengelolaan emosi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
37
yang bertambah dan menjadi stabil merupakan bagian dari kecerdasan
emosional. Kecerdasan emosional merupakan kemampuan individu mengenali
perasaan baik diri sendiri maupun orang lain, mengatur dan menggunakan
emosi dengan baik pada diri sendiri, serta berinteraksi sosial dengan orang
lain secara efektif (Chooper dalam Saam & Mulyani, 2012; Goleman, 2001;
Nurdin, 2009; Patton dalam Saam & Mulyani, 2012; Saam & Mulyani, 2012;
Salovey, dalam Goleman 2001; Stenberg dan Salavoy dalam Goleman, 2001).
Jika mahasiswa menggunakan kemampuannya dalam mengelola emosinya,
dirinya dapat mengenali dan meregulasi emosi yang muncul dari berbagai
masalah dalam proses penyusunan skripsi. Emosi mahasiswa diharapkan tidak
akan menjadi masalah dan membangkitkan kepercayaan untuk segera fokus
pada penyelesaian masalahnya (problem focused coping).
Problem focused coping merupakan suatu strategi yang secara
langsung diarahkan pada suatu masalah yang dialami oleh seseorang serta
upaya untuk memecahkan masalah atau upaya yang dilakukan oleh individu
dalam mengatasi suatu masalah yang dihadapi secara langsung (Calahan 2000
dalam Makie, 2006; Carver, Scheier & Weintraub (1989); Kutash &
Schlesinger 2000 dalam Abrbadiati & Kurniati, 2007; Lazarus & Folkman
1984 dalam Smet, 1994; Nevid, Rathus & Greene, 2003; Smet, 1994; Taylor
2006). Berdasarkan konsep tersebut, peneliti menggunakan problem focused
coping sebagai usaha yang perlu dilakukan oleh mahasiswa yang sedang
menyusun skripsi untuk mengurangi tekanan yang berasal dari situasi yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
38
penuh stres dan mengembangkan keterampilan yang baik dalam menghadapi
masalah dari pada menghindari masalah-masalah yang sedang dihadapi.
Problem focused coping dapat ditingkatkan apabila mahasiswa memiliki
kecerdasan emosional. Terdapat beberapa kemampuan yang menjadi aspek
kecerdasan emosional, antara lain : mengenali emosi diri, mengelola emosi,
memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain dan membina hubungan.
Kemampuan mengenali emosi meliputi kesadaran mahasiswa akan
emosinya sendiri, penilaian terhadap diri sendiri secara teliti dan percaya diri
(Salovey, dalam Goleman 2001). Penilaian emosi pada diri berkorelasi positif
dengan planfull problem solving. Dengan memiliki kesadaran emosi,
mahasiswa yang sedang menyusun tugas skripsinya dapat mengantisipasi
perilaku yang didorong oleh dorongan emosionalnya dan menyalurkan
emosinya untuk menghasilkan strategi atau cara-cara yang efektif untuk
mengatasi masalah yang sedang dihadapi (Shah & Thingujam, 2008).
Apabila mahasiswa sudah mengenali emosinya, maka selanjutnya
bagaimana kemampuan mengelolanya. Salah satu ciri seseorang dapat
mengelola emosi dengan baik adalah kewaspadaan, yaitu mampu untuk
bertanggung jawab atas kinerja sendiri. Mahasiswa sebagai masa tansisi
dewasa awal dengan tugas perkembangannya dituntut untuk mampu
menyelesaikan atau bertanggung jawab dengan semua perbuatannya,
mencapai kematangan kognitif, afektif dan psikomotorik sebagai hasil ajar
atau latihan (Berk, 2010). Hal ini berkaitan dengan pencapaian karir dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
39
pemerolehan pengetahuan. Sama halnya dengan mahasiswa tingkat akhir yang
sudah mulai mengerjakan atau menyusun tugas akhir skripsi. Mahasiswa yang
menempuh skripsi dituntut dapat menyelesaikan skripsi tepat waktu. Tentunya
dalam proses tersebut tidak luput dari hambatan-hambatan, maka dari itu
mahasiswa perlu memikirkan langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk
mengurangi hambatan tersebut, kemudian mengatasinya dengan cara yang
lebih agresif (confrontive coping). Shah dan Thingujam (2008)
mengemukakan bahwa confrontive coping secara signifikan memiliki
hubungan yang positif dengan regulasi emosi. Upaya agresif untuk mengubah
situasi masalah membutuhkan regulasi emosi dan pengaturan diri yang baik.
Hal ini karena, seseorang dengan regulasi emosi dan diri yang baik lebih
percaya diri untuk menangani situasi-situasi yang bermasalah dan tetap
waspada terhadap hal-hal yang tidak menyenangkan.
Selain mampu menyadari dan mengendalikan emosi, mahasiswa juga
mampu menggunakan emosi untuk menuntun menuju sasaran dengan
memotivasi diri menuju diri yang produktif (Salovey, dalam Goleman 2001).
Kecerdasan emosional yang tinggi juga membuat mahasiswa tingkat akhir
menjadi lebih mampu bertahan dalam menghadapi kegagalan dan rasa
frustasi. Penolakan judul atau topik penelitian, kesulitan bertemu dosen
pembimbing, kesulitan dalam mencari literatur merupakan beberapa hambatan
dalam proses penyusunan skripsi yang membuat mahasiswa cukup frustasi.
Mahasiswa yang memiliki kecerdasan emosional yang tinggi mampu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
40
memotivasi diri ke arah yang positif (Husada, 2013), sehingga dengan
kemampuan ini membuat mahasiswa tingkat akhir dapat menetapkan tujuan
dan meningkatkan kepercayaan diri untuk segera menyelesaikan hambatan-
hambatan yang dialaminya secara aktif (confrontive coping).
Selain itu, mahasiswa yang memiliki kecerdasan emosional ditandai
dengan mengenali emosi orang lain atau rasa empati yang tinggi. Rendahnya
empati yang dimiliki mahasiswa diasumsikan memiliki ikatan sosial yang
buruk dan mendapat dukungan dari orang lain yang sedikit saat mencoba
memecahkan masalah, sehingga lebih cenderung menghindari masalah (Noda,
Takahashi & Murai. 2017). Ketika mahasiswa yang sedang menyelesaikan
skripsinya mencoba mengelola situasi yang penuh tekanan secara proaktif
maka keterlibatan orang lain sangat penting. Keterlibatan orang lain dapat
diperoleh dengan mengembangkan jaringan sosial yang lebih luas. Mortenson
(2009) menemukan bahwa kemampuan keterampilan sosial memprediksi
keefektifan perilaku yang digunakan untuk mencari dukungan sosial.
Seseorang dengan tingkat keterampilan sosial yang tinggi mampu
mengembangkan jaringan sosial yang lebih luas untuk digunakan pada saat
mengalami masalah.
Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kecerdasan
emosional yang dimiliki berperan penting terhadap penggunaan problem
focused coping dalam menyelesaikan suatu permasalahan pada mahasiswa
yang sedang menyusun skripsi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
41
E. SKEMA
Gambar 1. Skema Dinamika penelitian mengenai Kecerdasan Emosional
dan Problem Focused Coping pada Mahasiswa yang Sedang Menyusun
Skripsi
Mahasiswa yang Sedang
Menyusun Skripsi
-
Problem Focused Coping
Tinggi
- Dapat merencanakan pemecahan
masalah
- Mampu melakukan konfrontasi
- Memiliki usaha untuk mencari
dukungan sosial
Problem Focused Coping Rendah
- Tidak memiliki usaha untuk
mencari dukungan sosial
- Tidak dapat merencanakan
pemecahan masalah
- Kurang mampu melakukan
konfrontasi
- Memusatkan dirinya untuk
menyusun cara-cara
menyelesaikan masalah saat
mengalami emosi negatif dalam
masalahnya
- Bersikap optimis dan berfikir
positif
- lebih mudah bergaul sehingga
memiliki ikatan sosial dan dapat
membentuk jaringan yang luas
- Kurang dapat memusatkan diri
untuk menyusun cara-cara
menyelesaikan masalah
- Membuat individu bersikap
pesimis dan berfikir negatif
- individu kurang mudah bergaul
sehingga memiliki ikatan sosial
dan membentuk jaringan yang
kurang baik
Kecerdasan Emosional Tinggi
- Dapat mengenali emosi dengan
baik
- Mampu mengendalikan emosi
- Mampu memotivasi diri sendiri
- Mampu mengenali dan
memahami emosi orang lain
- Dapat membina hubungan
dengan orang lain secara
efektif
Kecerdasan Emosional
Rendah
- kurang dapat mengenali emosi
dengan baik
- Tidak mampu mengendalikan
emosi
- Tidak mampu memotivasi diri
sendiri
- Tidak mampu mengenali dan
memahami emosi orang lain
- Tidak dapat membina hubungan
dengan orang lain secara efektif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
42
F. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka berpikir yang telah dipaparkan sebelumnya,
maka hipotesis dalam penelitian ini adalah ada hubungan positif antara
kecerdasan emosi dengan strategi problem focused coping pada mahasiswa
yang sedang menyusun skripsi. Semakin tinggi kecerdasan emosional, maka
semakin tinggi penggunaan problem focused coping. Sebaliknya semakin
rendah kecerdasan emosional maka semakin rendah pula penggunaan problem
focused coping.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
43
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian kuantitatif korelasional. Penelitian korelasional atau hubungan
bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih (Siregar,
2013). Penelitian ini berfokus pada hubungan antara kecerdasan emosional
dengan problem focused coping pada mahasiswa yang sedang menyusun
skripsi.
B. Identifikasi Variabel
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu variabel bebas
(independent variable) dan variabel tergantung (dependent variable).
Variabel-variabel tersebut diidentifikasi sebagai berikut :
1. Variabel bebas : Kecerdasan emosional
2. Variabel tergantung : Problem focused coping
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
44
C. Definisi Operasional
1. Kecerdasan emosional
Kecerdasan emosional merupakan kemampuan individu mengenali
perasaan baik diri sendiri maupun orang lain, mengatur dan menggunakan
emosi dengan baik pada diri sendiri, serta berinteraksi sosial dengan
orang lain secara efektif. Variabel kecerdasan emosional akan diukur
menggunakan skala kecerdasan emosional yang disusun berdasarkan lima
aspek yang dikemukakan oleh Salovey, yaitu : kesadaran diri, pengaturan
diri, menggunakan emosi untuk memotivasi diri sendiri, empati dan
keterampilan sosial. Skor kecerdasan emosional diperoleh dari
keseluruhan skor tiap indikator masing-masing aspek. Semakin tinggi
skor pada skala kecerdasan emosional menunjukkan semakin tinggi
kecerdasan emosional yang dimiliki oleh mahasiswa. Sebaliknya,
Semakin rendah skor pada skala kecerdasan emosional maka
menunjukkan semakin rendah pula kecerdasan emosional yang dimiliki
oleh mahasiswa.
2. Problem focused coping
Problem focused coping adalah suatu strategi yang secara langsung
diarahkan pada suatu masalah yang dialami oleh seseorang untuk
memecahkan masalah yang sedang dialami. Variabel problem focused
coping diukur menggunakan skala problem focused coping yang disusun
berdasarkan aspek yang dikemukakan oleh Lazarus dan Folkman (dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
45
Triantoro & Nofrans, 2009) yaitu : seeking informational support,
confrontive coping dan planful problem solving. Skor problem focused
coping diperoleh dari keseluruhan skor tiap indikator masing-masing
aspek. Semakin tinggi skor pada skala problem focused coping
menunjukkan semakin tinggi problem focused coping pada mahasiswa.
Sebaliknya, semakin rendah skor pada skala problem focused coping
maka menunjukkan semakin rendah pula problem focused coping pada
mahasiswa.
D. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa yang sedang
menyelesaikan skripsi. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah
dengan teknik purposive sampling. Metode purposive sampling merupakan
metode pengambilan subjek sebagai sampel berdasarkan kriteria-kriteria
tertentu (Siregar, 2013). Karakteristik dari bentuk sampling ini sebagai
berikut:
1. Masih berstatus sebagai mahasiswa aktif di suatu universitas atau
perguruan tinggi
2. Mahasiswa berusia 18 – 25 tahun
3. Sedang menyelesaikan skripsi saat penelitian dilakukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
46
E. Metode dan Alat Pengambilan data
Teknik pengambilan data yang digunakan dalam pen