keefektifan model pembelajaran teams games …lib.unnes.ac.id/28239/1/1401412558.pdf · materi...
TRANSCRIPT
KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT)
TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR CERPEN KELAS V SD NEGERI 1 KEJOBONG
KABUPATEN PURBALINGGA
SKRIPSI
disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar
oleh
Wikawan Indra Waluyo
1401412558
JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2016
ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa skripsi ini
benar-benar hasil karya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik
sebagian atau keseluruhannya. Pendapat/temuan orang lain yang terdapat dalam
skripsi ini dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Tegal, 13 Juni 2016
Wikawan Indra Waluyo
iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diujikan ke Sidang
Skripsi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD), Fakultas Ilmu Pendidikan,
Universitas Negeri Semarang.
Hari, tanggal : Jumat 13 Mei 2016
Tempat : Tegal
Tegal, 13 Mei 2016
Dosen Pembimbing 1, Dosen Pembimbing II,
Drs. H.Y. Poniyo, M.Pd. Mur Fatimah, S.Pd., M.Pd.
NIP 195104121981021001 NIP 197610042006042001
iv
PENGESAHAN
Skripsi dengan judul Keefektifan Model Pembelajaran Teams Games
Tournament (TGT) terhadap Aktivitas dan Hasil Belajar Cerpen Kelas V SD
Negeri 1 Kejobong Kabupaten Purbalingga oleh Wikawan Indra Waluyo
1401412558, telah dipertahankan dihadapan sidang Panitia Ujian Skripsi FIP
UNNES pada tanggal Juni 2016.
PANITIA UJIAN
Ketua Sekretaris
Prof. Dr. Fakhrudin, M. Pd. Drs. Utoyo, M. Pd.
NIP 19560427 198603 1 001 NIP 19620619 198703 1 001
Penguji Utama
Drs. Suwandi, M.Pd.
NIP 195807101987031003
Penguji Anggota 1 Penguji Anggota 2
Mur Fatimah, S.Pd., M.Pd. Drs. H.Y. Poniyo, M.Pd.
NIP 197610042006042001 NIP 195104121981021001
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto
Raihlah apa yang ingin kau raih, dapatkan apa yang ingin kau dapatkan. Tapi
jangan pernah menyakiti dan mengorbankan orang lain (KH. Junaedi Al
Baghdadi)
Kebahagiaan adalah kesetiaan. Setia atas indahnya merasa cukup. Setia atas
indahnya berbagi. Setia atas indahnya ketulusan berbuat baik (Tere Liye)
Tuhan memberi kita susah dan senang agar kita selalu dekat kepadaNya, maka
jangan menjauh! Bersabarlah dan bersyukur! (Dr. KH. A. Mustofa Bisri)
Persembahan
Untuk ibu Suwarni, bapak Eko Waluyo,
Sekar Hapsari, Agung, Evi Abriliani dan
keluarga besarku tercinta yang selalu
memberi dukungan dan doa.
vi
PRAKATA
Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Keefektifan Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) terhadap
Aktivitas dan Hasil Belajar Cerpen Kelas V SD Negeri 1 Kejobong Kabupaten
Purbalingga”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memeroleh gelar
Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar di Universitas Negeri
Semarang.
Penyusunan skripsi ini melibatkan bantuan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang
yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk belajar di Universitas
Negeri Semarang.
2. Prof. Dr. Fakhruddin, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas
Negeri Semarang yang telah memberi ijin kepada penulis untuk melakukan
penelitian.
3. Drs. Isa Ansori, M.Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang yang telah memberi
kesempatan untuk memaparkan gagasan dalam bentuk skripsi ini.
4. Drs. Utoyo, M.Pd., Koordinator PGSD UPP Tegal Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Semarang yang telah memfasilitasi untuk melakukan
penelitian.
vii
5. Drs. H.Y. Poniyo, M.Pd., dan Mur Fatimah, S.Pd., M.Pd., Dosen pembimbing
yang telah membimbing, mengarahkan, menyarankan, dan memotivasi
penulis, dalam menyusun skripsi.
6. Dosen Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar UPP Tegal Fakultas Ilmu
Pendidikan Universitas Negeri Semarang yang telah banyak membekali
penulis dengan ilmu pengetahuan.
7. Mutingah, S.Pd., Kepala SD Negeri 1 Kejobong Kabupaten Purbalingga yang
telah mengijinkan penulis untuk melakukan penelitian.
8. Feri Jayatmi, S.Pd., dan Tus Harjito, guru kelas V SD Negeri 1 Kejobong
Kabupaten Purbalingga yang telah membantu penulis dalam melaksanakan
penelitian.
9. Fahruki, Ulum, Candra, Yunus, Purwo, Lian, Uje, Destrya, Yantri, Yuslinda,
Ulfa, Vinda, dan teman-teman mahasiswa PGSD UPP Tegal Fakultas Ilmu
Pendidikan Universitas Negeri Semarang angkatan 2012 yang saling memberi
semangat dan motivasi.
10. Semua pihak yang telah membantu penyusunan skripsi ini.
Semoga semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan
skripsi ini mendapatkan pahala dari Allah SWT. Semoga skripsi ini bermanfaat
bagi semua pihak khususnya bagi penulis sendiri.
Tegal, 13 Mei 2016
Penulis
viii
ABSTRAK
Waluyo, Wikawan Indra. 2016. Keefektifan Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) terhadap Aktivitas dan Hasil Belajar Cerpen Kelas V SD Negeri 1 Kejobong Kabupaten Purbalingga. Skripsi, Pendidikan Guru
Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang.
Pembimbing: Drs. H.Y. Poniyo, M.Pd.Kata Kunci: aktivitas belajar, hasil belajar, model Teams Games Tournament
(TGT)
Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta
didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik
secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya
kesastraan manusia Indonesia. Namun sayangnya, pembelajaran bahasa Indonesia
di SD masih menggunakan pembelajaran konvensional. Oleh karena itu,
dibutuhkan suatu pembelajaran yang efektif untuk mengoptimalkan hasil belajar
dan melatih kemampuan sosial siswa. Model Teams Games Tournament (TGT)
merupakan salah satu model pembelajaran yang dikemas dengan pemainan antar
kelompok. Permainan tersebut bermanfaat untuk mengulang kembali materi yang
sudah didapatkan oleh siswa. Penelitian ini bertujuan untuk menguji keefektifan
model Teams Games Tournament (TGT) dalam pembelajaran bahasa Indonesia
materi Cerpen pada siswa kelas V SD Negeri 1 Kejobong Kabupaten Purbalingga.
Populasi dalam penelitian ini yaitu siswa kelas V SD Negeri 1 Kejobong
Kabupaten Purbalingga yang berjumlah 69 siswa yang terdiri dari 34 di kelas
eksperimen dan 35 di kelas kontrol. Sampel yang diambil sebanyak 34 di kelas
eksperimen dan 35 di kelas kontrol. Desain yang digunakan yaitu QuasiExperimental dengan bentuk Nonequivalent Control Group. Analisis statistik
yang digunakan yaitu korelasi Cronbach’s Alpha untuk uji validitas dan uji
reliabilitas instrumen. Uji Lilliefors untuk menguji normalitas data, Levene’s testuntuk uji homogenitas, dan t-test untuk uji hipotesis. Semua penghitungan
tersebut diolah dengan menggunakan program SPSS versi 21.
Berdasarkan hasil uji hipotesis menggunakan uji independent sampel t-test, data aktivitas belajar siswa menunjukkan bahwa thitung > ttabel (5,718 > 1,996)
dan signifikansinya 0,000 < 0,05. Sementara itu, data hasil belajar siswa
menunjukan bahwa bahwa thitung > ttabel (2,673 > 1,996) dan signifikansinya 0,009
< 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan
aktivitas dan hasil belajar siswa antara yang menggunakan model Teams Games Tournament (TGT) dan model konvensional. Berdasarkan hasil pengujian
keefektifan metode dengan menggunakan one sample t test, data aktivitas belajar
siswa menunjukkan bahwa thitung > ttabel (9,216 > 2,035). Sementara itu, hasil uji
hipotesis hasil belajar siswa menunjukkan bahwa thitung > ttabel (4,213 > 2,035).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model Teams Games Tournament(TGT) efektif dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Oleh karena itu, hendaknya
guru menerapkan model Teams Games Tournament (TGT) dalam pembelajaran di
kelas, agar siswa dapat mencapai hasil belajar yang optimal.
ix
DAFTAR ISI
Halaman
Judul ................................................................................................................ i
Pernyataan Keaslian ......................................................................................... ii
Persetujuan Pembimbing.................................................................................. iii
Pengesahan....................................................................................................... iv
Motto dan Persembahan .................................................................................. v
Prakata ............................................................................................................. vi
Abstrak ............................................................................................................ viii
Daftar Isi .......................................................................................................... ix
Daftar Tabel .................................................................................................... xiii
Daftar Gambar ................................................................................................. xiv
Daftar Lampiran .............................................................................................. xv
Bab
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah ............................................................................. 8
1.3 Pembatasan Masalah ............................................................................ 9
1.4 Rumusan Masalah ................................................................................ 9
1.5 Tujuan Penelitian ................................................................................. 10
1.5.1 Tujuan Umum ...................................................................................... 10
1.5.2 Tujuan Khusus ..................................................................................... 11
1.6 Manfaat Penelitian ................................................................................ 12
1.6.1 Manfaat Teoritis ................................................................................... 12
1.6.2 Manfaat Praktis .................................................................................... 12
x
2. KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori.......................................................................................... 14
2.1.1 Pengertian Pendidikan.......................................................................... 14
2.1.2 Keefektifan ........................................................................................... 15
2.1.3 Pengertian Belajar ................................................................................ 16
2.1.4 Pengertian Pembelajaran ...................................................................... 19
2.1.5 Aktivitas Belajar................................................................................... 21
2.1.6 Hasil Belajar ......................................................................................... 23
2.1.7 Karakteristik Siswa Sekolah Dasar ...................................................... 25
2.1.8 Hakikat Bahasa..................................................................................... 26
2.1.9 Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD................................................. 28
2.1.10 Hakikat Membaca ................................................................................ 30
2.1.11 Cerita Pendek ....................................................................................... 31
2.1.12 Model Pembelajaran............................................................................. 33
2.1.13 Model Pembelajaran Kooperatif .......................................................... 34
2.1.14 Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) ..................... 36
2.2 Penelitian yang Relevan ....................................................................... 39
2.3 Kerangka Berpikir ................................................................................ 44
2.4 Hipotesis Penelitian .............................................................................. 46
3. METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian .................................................................................. 49
3.2 Populasi dan Sampel ............................................................................ 51
3.2.1 Populasi ................................................................................................ 51
3.2.2 Sampel .................................................................................................. 51
3.3 Variabel Penelitian ............................................................................... 52
3.3.1 Variabel Independen ............................................................................ 53
3.3.2 Variabel Dependen ............................................................................... 53
3.4 Data Penelitian ..................................................................................... 54
3.4.1 Sumber Data ......................................................................................... 54
3.4.2 Data Dokumen ...................................................................................... 54
xi
3.4.3 Jenia Data ............................................................................................. 55
3.5 Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 55
3.5.1 Wawancara Tidak Terstruktur .............................................................. 55
3.5.2 Dokumentasi ......................................................................................... 56
3.5.3 Observasi .............................................................................................. 56
3.5.4 Tes ........................................................................................................ 57
3.6. Instrumen Penelitian............................................................................. 58
3.6.1 Wawancara ........................................................................................... 58
3.6.2 Silabus .................................................................................................. 58
3.6.3 RPP ....................................................................................................... 58
3.6.4 Instrumen Kualitatif ............................................................................. 59
3.6.5 Soal-Soal Tes ........................................................................................ 63
3.7 Teknik Analisis Data ............................................................................ 70
3.7.1 Deskripsi Data ...................................................................................... 70
3.7.2 Uji Kesamaan Rata-rata ....................................................................... 71
3.7.3 Uji Prasyarat Analisis........................................................................... 71
4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Objek Penelitian ................................................................................... 75
4.1.2 Gambaran Umum Objek Penelitian ..................................................... 75
4.1.2 Kondisi Siswa....................................................................................... 76
4.2 Pelaksanaan Pembelajaran ................................................................... 76
4.2.1 Pembelajaran Kelas Eksperimen .......................................................... 77
4.2.2 Pembelajaran Kelas Kontrol ................................................................. 79
4.3 Deskripsi Data Penelitian ..................................................................... 80
4.3.1 Analisis Deskripsi Data Model Teams Games Tournament ................ 81
4.3.2 Analisis Deskripsi Data Hasil Pretest ................................................. 83
4.3.3 Analisis Deskripsi Data Variabel Aktivitas Belajar ............................. 86
4.3.4 Analisis Deskripsi Data Variabel Hasil Belajar ................................... 91
4.4 Analisis Statistik Data Hasil Penelitian ................................................ 94
4.4.1 Uji Prasyarat Analisis Data Awal ......................................................... 94
xii
4.4.2 Analisi Akhir ........................................................................................ 98
4.4 Pembahasan .......................................................................................... 110
4.4.1 Perbedaan Aktivitas Belajar ................................................................. 110
4.4.2 Perbedaan Hasil Belajar ....................................................................... 115
4.4.3 Keefektifan Model TGT terhadap Aktivitas Belajar ............................ 116
4.4.4 Keefektifan Model TGT terhadap Hasil Belajar .................................. 118
5. PENUTUP
5.1 Simpulan ............................................................................................... 120
5.2 Saran ..................................................................................................... 121
5.2.1 Bagi Siswa ............................................................................................ 121
5.2.2 Bagi Guru ............................................................................................. 121
5.2.3 Bagi Sekolah ........................................................................................ 122
5.2.4 Bagi Peneliti Lanjutan .......................................................................... 122
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 123
LAMPIRAN ..................................................................................................... 127
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
3.1 Kisi-kisi Lembar Observasi Model untuk Guru ..................................... 59
3.2 Kisi-kisi Lembar Observasi Model untuk Siswa .................................... 61
3.3 Kisi-kisi Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa ............................. 62
3.4 Kisi-Kisi Soal Uji Coba Tes ................................................................... 64
3.5 Hasil Uji Reliabilitas Soal ...................................................................... 68
4.1 Hasil Pengamatan Model TGT untuk Guru............................................ 81
4.2 Hasil Pengamatan Model TGT untuk Siswa .......................................... 82
4.3 Deskriptif Data Nilai Pretest Bahasa Indonesia ..................................... 84
4.4 Distribusi Frekuensi Nilai Pretest Bahasa Indonesia ............................ 85
4.5 Deskriptif Data Nilai Aktivitas Belajar Bahasa Indonesia ..................... 87
4.6 Distribusi Frekuensi Nilai Aktivitas Belajar Bahasa Indonesia ............. 87
4.7 Hasil Penilaian Aktivitas Belajar Siswa Kelas Eksperimen ................... 88
4.8 Hasil Penilaian Aktivitas Belajar Siswa Kelas Kontrol.......................... 89
4.9 Deskriptif Data Nilai Posttest Bahasa Indonesia.................................... 91
4.10 Distribusi Frekuensi Nilai Posttest Bahasa Indonesia ............................ 92
4.11 Hasil Uji Normalitas Nilai Pretest.......................................................... 95
4.12 Hasil Uji Homogenitas Nilai Pretest ...................................................... 96
4.13 Hasil Uji Kesamaan Rata-rata Nilai Pretest............................................ 98
4.14 Uji Normalitas Data Aktivitas Belajar Siswa ......................................... 100
4.15 Uji Homogenitas Aktivitas Belajar Siswa .............................................. 101
4.16 Uji Perbedaan Nilai Aktivitas Belajar Siswa.......................................... 103
4.17 Uji Efektivitas Nilai Aktivitas Belajar Siswa ......................................... 104
4.18 Uji Normalitas Data Aktivitas Belajar Siswa ......................................... 105
4.19 Uji Homogenitas Aktivitas Belajar Siswa .............................................. 107
4.20 Uji Perbedaan Nilai Aktivitas Belajar Siswa.......................................... 108
4.21 Uji Efektivitas Nilai Aktivitas Belajar Siswa ......................................... 109
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Kerangka Berpikir ................................................................................. 46
3.1 Desain Penelitian Nonequivalen Control Group Desain........................ 50
4.1 Histogram Distribusi Frekuensi Nilai Pretest Kelas Eksperimen .......... 85
4.2 Histogram Distribusi Frekuensi Nilai Pretest Kelas Kontrol ................. 86
4.3 Histogram Distribusi Frekuensi Nilai Aktivitas Kelas Eksperimen ...... 89
4.4 Histogram Distribusi Frekuensi Nilai Aktivitas Kelas Kontrol.............. 90
4.5 Histogram Distribusi Frekuensi Nilai Posttest Kelas Eksperimen ......... 92
4.6 Histogram Distribusi Frekuensi Nilai Posttest Kelas Kontrol................ 93
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Daftar Populas Kelas Eksperimen ............................................................ 127
2. Daftar Populasi Kelas Kontrol .................................................................. 128
3. Daftar Siswa Kelas Uji Coba Instrumen ................................................... 129
4. Silabus Pembelajaran ................................................................................ 130
5. Silabus Pengembangan Kelas Kontrol Pertemuan 1................................. 131
6. Silabus Pengembangan Kelas Kontrol Pertemuan 2................................. 134
7. Silabus Pengembangan Kelas Eksperimen Pertemuan 1 ......................... 137
8. Silabus Pengembangan Kelas Eksperimen Pertemuan 2 .......................... 141
9. RPP Kelas Kontrol Pertemuan 1 ............................................................... 145
10. RPP Kelas Eksperimen Pertemuan 2 ........................................................ 150
11. RPP Kelas Kontrol Pertemuan 1 ............................................................... 163
12. RPP Kelas Eksperimen Pertemuan 2 ........................................................ 168
13. Pedoman Wawancara Tidak Terstruktur................................................... 182
14. Deskriptor TGT Untuk Guru ..................................................................... 183
15. Lembar Observasi TGT Untuk Guru Pertemuan 1.................................... 186
16. Lembar Observasi TGT Untuk Guru Pertemuan 2.................................... 188
17. Deskriptor TGT Untuk Siswa.................................................................... 190
18. Lembar Observasi TGT Untuk Siswa Pertemuan 1 .................................. 193
19. Lembar Observasi TGT Untuk Siswa Pertemuan 2 .................................. 195
20. Deskriptor Aktivitas Belajar ..................................................................... 197
21. Lembar Observasi Aktivitas Eksperimen Ke-1......................................... 199
22. Lembar Observasi Aktivitas Eksperimen Ke-2......................................... 202
23. Lembar Observasi Aktivitas Kontrol Ke-1 ............................................... 205
24. Lembar Observasi Aktivitas Kontrol Ke-2 ............................................... 208
25. Tabulasi Nilai Aktivitas Belajar Kelas Eksperimen.................................. 211
xvi
26. Tabulasi Nilai Aktivitas Belajar Kelas Kontrol ........................................ 213
27. Kisi-Kisi Soal Uji Coba ............................................................................ 215
28. Kisi-Kisi Soal Pretest Posttest .................................................................. 219
29. Soal Uji Coba Instrumen........................................................................... 223
30. Soal Pretest Posttest.................................................................................. 231
31. Telaah Soal Pilgan..................................................................................... 236
32. Tabulasi Soal Uji Coba ............................................................................. 244
33. Output SPSS Uji Validitas Soal ............................................................... 247
34. Rekapitulasi Uji Validitas Soal ................................................................. 248
35. Output Reliabilitas .................................................................................... 249
36. Taraf Kesukaran ........................................................................................ 250
37. Daya Beda ................................................................................................. 251
38. Nilai Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen............................................ 252
39. Nilai Pretest dan Posttest Kelas Kontrol .................................................. 253
40. SPSS Uji Prasyarat Analisis...................................................................... 254
41. SPSS Uji Hipotesis Aktivitas .................................................................... 255
42. SPSS Uji Hipotesis Hasil Belajar .............................................................. 256
43. Foto Pembelajaran Kelas Eksperimen dan Kontrol .................................. 257
44. Surat Penelitian ......................................................................................... 460
1
BAB 1
PENDAHULUAN
Pada bagian ini akan dijelaskan tentang: latar belakang masalah,
identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,
dan manfaat penelitian. Uraiannya adalah sebagai berikut.
1.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan memiliki peran yang sangat penting terhadap perkembangan
sebuah negara. Pendidikan merupakan usaha sadar dan sistematis, yang dilakukan
oleh orang-orang yang diserahi tanggung jawab untuk mempengaruhi peserta
didik agar mempunyai sifat dan tabiat sesuai dengan cita-cita pendidikan (Munib,
2012: 31). Pendidikan mengemban tugas untuk menghasilkan generasi yang lebih
baik. Pendidikan diperlukan untuk membekali setiap anggota masyarakat agar
mampu menyesuaikan diri terhadap perkembangan zaman.
Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
menyatakan bahwa:
Pendidikan adalah suatu usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
Berdasarkan Undang-undang tersebut dapat dinyatakan bahwa pendidikan
merupakan usaha sadar yang dilakukan manusia untuk mengembangkan semua
2
aspek kepribadian manusia, yang mencangkup pengetahuan, nilai serta sikap, dan
keterampilannya. Pendidikan sebagai proses bantuan dan pertolongan yang
diberikan oleh pendidik kepada peserta didik atas pertumbuhan jasmani dan
perkembangan rohaninya secara optimal. Pendidikan juga bisa membuat
seseorang menjadi insan berbudaya, dalam artian insan yang mengerti akan
norma-norma sosial dan agama yang ada di lingkungan sekitarnya untuk
kehidupan yang lebih baik. Pendidikan diharapkan mampu menjadikan anak
menjadi manusia yang bertanggungjawab terhadap dirinya sendiri.
Pendidikan pada hakikatnya mencakup kegiatan mendidik, mengajar, dan
melatih (Munib, 2012: 26). Kegiatan tersebut dilakukan sebagai usaha sadar untuk
mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki anak secara optimal, baik dalam
segi fisik, intelektual, emosional, sosial, dan spiritual, sesuai dalam tahap
perkembangan serta karakteristik lingkungan fisik dan lingkungan sosialbudaya
dimana individu itu tinggal.
Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang
pendidikan menengah. Pendidikan dasar berbentuk sekolah dasar (SD) dan
madrasah ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat, serta sekolah menengah
pertama (SMP) dan madrasah tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain yang sederajat.
Jadi, pendidikan dasar yang dimaksudkan dalam Undang-Undang No. 20 Tahun
2003 tersebut adalah pendidikan yang berbentuk sekolah dasar atau madrasah
ibtidaiyah dan sekolah menengah pertama atau madrasah tsanawiyah.
Menurut Mirasa (2005) dalam Susanto (2015: 70) tujuan pendidikan
sekolah dasar dimaksudkan sebagai proses pengembangan kemampuan yang
paling mendasar setiap siswa, di mana setiap siswa belajar secara aktif karena
3
dorongan dalam diri dan adanya seasana yang memberikan kemudahan (kondusif)
bagi perkembangan dirinya secara optimal. Dengan demikian, sekolah dasar atau
pendidikan dasar tidak semata-mata membekali anak didik berupa kemampuan
membaca, menulis, dan berhitung semata, tetapi harus mengembangkan semua
potensi pada siswa baik mental spiritual maupun keterampilan dasar yang
bermanfaat sesuai dengan tingkat perkembangan anak.
Kurikulum pendidikan dasar wajib memuat Pendidikan Agama,
Pendidikan Kewarganagaraan, Bahasa Indonesia, Matematika, Ilmu Pengatahuan
Alam, Ilmu Pengetahuan Sosial, Seni Budaya dan Keterampilan serta Pendidikan
Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan. Dalam hal ini, mata pelajaran bahasa
Indonesia memegang peranan untuk meningkatkan kemampuan membaca siswa.
Dikarenakan salah satu keterampilan yang harus dimiliki oleh siswa sekolah dasar
adalah keterampilan berbahasa. Terdapat empat keterampilan berbahasa yang
harus dimiliki siswa, yaitu menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Sebagai
makhluk sosial, manusia akan menggunakan bahasa yang baik dalam
berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan. Keterampilan-keterampilan
tersebut tidak dibawa manusia sejak lahir, tetapi dipelajari sampai manusia
tersebut terampil berbahasa.
Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (2006) dalam Susanto (2015:
245) pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan
peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan
benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil
karya kesastraan manusia Indonesia. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan
4
agar siswa mampu meningkatkan kemampuan berkomunikasi dengan bahasa
Indonesia baik secara lisan maupun tulisan.
Pembelajaran bahasa Indonesia di SD antara lain bertujuan agar siswa
mampu menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk mengembangkan
kepribadian, memperluas wawasan, serta meningkatkan pengetahuan dan
kemampuan berbahasa. Pengajaran bahasa Indonesia juga dimaksudkan untuk
melatih keterampilan mendengar, berbicara, membaca, dan menulis yang masing-
masing erat hubungannya. Untuk itu guru harus memberikan pengajaran yang
bermutu bagi peserta didik agar pembelajaran menjadi bermakna.
Menurut Santosa (2009: 5.18) secara umum kemampuan berbahasa
tergantung pada frekuensi dan kualitas dengar, bicara, baca, dan tulis yang
dilakukan seseorang dalam kesehariannya. Semakin kerap siswa melakukan
aktivitas mendengar, berbicara, membaca, dan menulis dalam pembelajaran, maka
akan semakin baik kemampuan berbahasanya. Upaya ini dapat dilakukan dengan
cara menggiatkan latihan-latihan kebahasaan. Semakin awal upaya ini dilakukan
akan semakin baik hasilnya. Usia sekolah dasar merupakan masa yang tepat untuk
melatih kegiatan kebahasaan.
Upaya untuk menciptakan pendidikan yang bermutu sesuai dengan
Permendiknas No. 41 tahun 2007 tentang Standar Proses yaitu dengan
menciptakan pembelajaran yang kreatif, inspiratif, menyenangkan dan
memotivasi peserta didik, sehingga dapat berperan aktif dalam pembelajaran
tersebut. Peserta didik juga diberi keleluasaan dalam mengembangkan kreativitas
dalam menciptakan atau melakukan sesuatu sesuai dengan bakat, minat, dan
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
5
Menurut Munib (2012: 25) pendidikan mengandung suatu pengertian yang
sangat luas, menyangkut seluruh aspek kehidupan manusia. Dengan pendidikan
manusia ingin atau berusaha untuk meningkatkan dan mengembangkan serta
memperbaiki nilai-nilai, hati nuraninya, perasaannya, pengetahuannya, dan
keterampilannya. Guna mencapai tujuan pendidikan yang kompleks, diperlukan
sarana dan metode serta pendekatan yang tepat agar proses pendidikan berjalan
dengan lancar dan memberikan perubahan perilaku dan prestasi hasil belajar yang
memuaskan.
Menurut Bower dan Hilgard (1981) dalam Udin (2007: 1.8) belajar
mengacu pada perubahan perilaku dan potensi individu sebagai hasil dari
pengalaman dan perubahan tersebut tidak disebabkan oleh insting, kematangan
atau kelelahan dan kebiasaan. Mata pelajaran bahasa Indonesia diberikan sejak SD
karena merupakan pelajaran yang berkaitan langsung dengan kehidupan siswa.
Selain itu bahasa juga selalu ada dalam semua aktivitas sehari-hari, untuk itu
dibutuhkan pembelajaran yang menarik dan inovatif agar berlangsung
menyenangkan dan bermakna bagi siswa. Pada dasarnya pembelajaran meliputi
materi, model pembelajaran dan evaluasi. Model pembelajaran merupakan salah
satu faktor penting yang berpengaruh terhadap keberhasilan proses pembelajaran.
Menurut Joyce dan Weill (2009) dalam Huda (2014: 73) model pengajaran
sebagai rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum,
mendesain materi-materi instruksional, dan memandu proses pengajaran di ruang
kelas atau di setting yang berbeda. Oleh karena itu, guru perlu memahami
berbagai model pembelajaran yang akan diajarkan kepada siswa. Dengan
penggunaan model pembelajaran yang tepat akan mampu memaksimalkan
6
pembalajaran sebagian siswa. Selain itu guru harus mampu menciptakan
lingkungan belajar yang menyenangkan, mampu membangkitkan perhatian dan
rasa ingin tahu siswa, serta mampu mendorong siswa untuk berperan aktif selama
proses pembelajaran berlangsung.
Proses pembelajaran yang menyenangkan akan meninggalkan kesan yang
mendalam bagi siswa. Selain itu siswa juga akan lebih termotivasi dalam
mengikuti proses pembelajaran yang sedang berlangsung. Akan tetapi pada
kenyataannya, guru seringkali enggan mengembangkan model pembelajaran.
Keengganan guru dalam mengembangkan model pembelajaran dipengaruhi
banyak faktor, seperti kurangnya penguasaan guru akan suatu model
pembelajaran, anggapan akan kurang efisien dan efektif dalam proses
pembelajaran serta faktor usia guru yang membatasi kelincahan guru dalam proses
pembelajaran.
Proses pembelajaran Bahasa Indonesia di SD pada umumnya masih
menggunakan model pembelajaran konvensional seperti ceramah, tanya jawab
dan kelompok sederhana. Proses pembelajaran juga biasanya teacher centered
atau terpusat pada guru. Siswa hanya sesekali dibiarkan untuk menemukan konsep
atau memecahkan masalah secara individual. Berdasarkan hasil wawancara
dengan guru kelas V SD Negeri 1 Kejobong diperoleh informasi bahwa dalam
memberikan materi cerita pendek guru hanya menggunakan model pembelajaran
konvensional. Model pembelajaran tersebut membuat siswa cepat bosan sehingga
motivasi untuk mengikuti pembelajaran menjadi rendah dan siswa menjadi kurang
aktif dalam pembelajaran. Penulis memperoleh informasi bahwa masih banyak
siswa yang pasif dalam mengikuti pembelajaran. Hasil wawancara juga
7
menunjukan hasil belajar bahasa Indonesia yang diraih beberapa siswa kurang
memuaskan.
Berdasarkan permasalahan tersebut, perlu dikembangkan model
pembelajaran yang variatif, efektif dan menyenangkan. Salah satu model
pembelajaran yang dapat diterapkan bagi siswa kelas V adalah model
pembelajaran kooperatif dengan mendorong siswa untuk bekerjasama dalam
tugas-tugas kelompok. Pembelajaran dengan model kerja kelompok menekankan
bahwa manusia adalah makhluk sosial. Kerjasama merupakan hal penting bagi
siswa agar dapat hidup bermasyarakat. Melalui kerja kelompok, diharapkan
proses pembelajaran menjadi lebih aktif dan berkesan bagi siswa, sehingga belajar
akan menjadi lebih bermakna dan prestasi belajar meningkat. Akibat positif
lainnya yaitu mengembangkan hubungan antarkelompok, penerimaan terhadap
teman yang lain dan meningkatkan rasa harga diri.
Model pembelajaran kooperatif yang dapat digunakan dalam proses
pembelajaran bahasa Indonesia di kelas V SD salah satunya adalah Teams Games
Tournament (TGT). Menurut Saco (2006) dalam Rusman (2014: 224), dalam
TGT siswa memainkan permainan dengan anggota-anggota tim lain untuk
memperoleh skor bagi tim mereka masing-masing. Permainan yang disusun guru
dapat berupa pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan materi pelajaran.
Model pembelajaran kooperatif tipe TGT ini tidak terfokus pada guru, tapi
kepada siswa. Guru disini berperan sebagai fasilitator dalam pembelajaran. Model
ini juga bisa meningkatkan kemampuan berkomunikasi siswa karena didalamnya
siswa diajak untuk berinteraksi antar siswa dalam bentuk diskusi kelompok,
sehingga siswa menjadi aktif dalam pembelajaran. Pembelajaran menjadi tidak
8
monoton dan akan memberikan pengalaman yang berkesan bagi siswa. Melalui
pembelajaran yang berkesan, diharapkan siswa akan lebih memahami pelajaran
yang telah disampaikan guru dan memberikan hasil yang memuaskan.
Pembelajaran kooperatif bukan hanya ditujukan untuk peningkatan prestasi
belajar, tetapi juga menciptakan keceriaan dalam lingkungan sosial kelas dalam
bentuk permainan atau turnamen. Proses belajar yang menyenangkan dapat
memotivasi para siswa untuk terlibat aktif dalam kegiatan belajar. Siswa menjadi
subyek pembelajaran bukan hanya sekedar obyek pembelajaran. Motivasi belajar
siswa akan terdorong dan siswa akan melakukan hal terbaik dalam proses
belajarnya.
Berdasarkan latar belakang, peneliti termotivasi untuk mengadakan
penelitian eksperimen dengan judul “Keefektifan Model Pembelajaran Teams
Games Tournament (TGT) terhadap Aktivitas dan Hasil Belajar Cerpen Kelas V
SD Negeri 1 Kejobong Kabupatan Purbalingga”.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat diidentifikasi beberapa
masalah sebagai berikut:
1) Guru belum menerapkan model-model pembelajaran yang bervariasi untuk
mata pelajaran bahasa Indonesia
2) Pembelajaran berpusat pada guru sehingga siswa kurang tertarik dan
kurang aktif dalam pembelajaran bahasa Indonesia.
3) Rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran bahasa
Indonesia khususnya materi cerpen.
9
4) Pembelajaran didominasi guru, sehingga siswa pasif dan kurang antusias
dalam kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia terutama materi cerpen
5) Siswa kurang tertarik dengan mata pelajaran bahasa Indonesia, karena
materi yang luas dan cara penyampaian materi yang monoton dari guru,
yang mengakibatkan rendahnya hasil belajar bahasa Indonesia.
1.3 Pembatasan Masalah
Karena permasalahan yang ada bersifat umum dan terlalu luas. Oleh sebab
itu perlu adanya pembatasan masalah agar diperoleh kajian yang efektif dan
mendalam, yaitu sebagai berikut:
1) Model pembelajaran yang digunakan adalah model Teams Games
Tournament (TGT)
2) Materi yang dipilih pada mata pelajaran bahasa Indonesia kelas V SD
yaitu materi cerpen
3) Populasi yang dipilih yaitu siswa kelas V SDN 1 Kejobong Kecamatan
Kejobong Kabupaten Purbalingga
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dipaparkan, maka rumusan
masalah yang akan dikaji yaitu sebagai berikut:
1) Apakah terdapat perbedaan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran
bahasa Indonesia materi cerita pendek antara pembelajaran yang
menggunakan model Teams Games Tournament (TGT) dengan
10
pembelajaran yang tidak menggunakan model Teams Games Tournament
(TGT)?
2) Apakah terdapat perbedaan hasil belajar siswa dalam pembelajaran bahasa
Indonesia materi cerita pendek antara pembelajaran yang menggunakan
model Teams Games Tournament (TGT) dengan pembelajaran yang tidak
menggunakan model Teams Games Tournament (TGT)?
3) Apakah aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia
materi cerpen yang menggunakan model Teams Games Tournament
(TGT) lebih tinggi daripada pembelajaran bahasa Indonesia materi cerpen
yang tidak menggunakan model Teams Games Tournament (TGT)?
4) Apakah hasil belajar siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia materi
cerpen yang menggunakan model Teams Games Tournament (TGT) lebih
tinggi daripada pembelajaran bahasa Indonesia materi cerpen yang tidak
menggunakan model Teams Games Tournament (TGT)?
1.5 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian eksperimen ini meliputi tujuan umum dan tujuan
khusus. Uraian masing-masing tujuan tersebut yaitu:
1.5.1 Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk menguji keefektifan penerapan
model Teams Games Tournament (TGT) terhadap aktivitas dan hasil belajar
cerpen pada siswa kelas V SDN 1 Kejobong Kecamatan Kejobong Kabupaten
Purbalingga.
11
1.5.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus merupakan fokus tujuan yang ingin dicapai dalam
penelitian ini. Tujuan khusus dari penelitian ini sebagai berikut:
1) Mendeskripsikan ada tidaknya perbedaan aktivitas belajar siswa dalam
pembelajaran bahasa Indonesia materi cerpen antara pembelajaran yang
menggunakan model Teams Games Tournament (TGT) dengan
pembelajaran yang tidak menggunakan model Teams Games Tournament
(TGT).
2) Mendeskripsikan ada tidaknya perbedaan hasil belajar siswa dalam
pembelajaran bahasa Indonesia materi cerpen antara pembelajaran yang
menggunakan model Teams Games Tournament (TGT) dengan
pembelajaran yang tidak menggunakan model Teams Games Tournament
(TGT).
3) Mendeskripsikan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran bahasa
Indonesia materi cerpen yang menggunakan model Teams Games
Tournament (TGT) lebih tinggi daripada pembelajaran bahasa Indonesia
materi cerpen yang tidak menggunakan model Teams Games Tournament
(TGT).
4) Mendeskripsikn hasil belajar siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia
materi cerpen yang menggunakan model Teams Games Tournament
(TGT) lebih tinggi daripada pembelajaran bahasa Indonesia materi cerpen
yang tidak menggunakan model Teams Games Tournament (TGT).
12
1.6 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dalam penelitian ini terdiri dari dua manfaat, yaitu
manfaat teoritis dan manfaat praktis. Manfaat teoritis yaitu manfaat dalam bentuk
hasil pemikiran yang berkaitan dengan teori yang digunakan, sedangkan manfaat
praktis yaitu manfaat dalam bentuk praktik yang ditujukan kepada pihak-pihak
yang terlibat dalam penelitian. Berikut penjelasannya.
1.6.1 Manfaat Teoritis
1) Memberikan informasi tentang model Teams Games Tournament (TGT)
dalam pembelajaran bahasa Indonesia kelas V materi cerpen.
2) Dapat memberikan kontribusi bagi dunia pendidikan di Sekolah Dasar.
1.6.2 Manfaat Praktis
1.6.2.1 Bagi Siswa
Manfaat yang didapat oleh siswa dari penelitian ini antara lain:
1) Meningkatnya ketertarikan siswa terhadap materi cerpen.
2) Meningkatnya aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran bahasa
Indonesia materi cerpen.
3) Meningkatnya hasil belajar siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia
materi cerpen.
1.6.2.2 Bagi Guru
1) Memberikan wawasan tentang model Teams Games Tournament (TGT)
2) Memberikan informasi tentang pelaksanaan pembelajaran bahasa
Indonesia meteri cerpen yang menggunakan model Teams Games
Tournament (TGT).
13
3) Memberi motivasi guru untuk menggunakan model pembelajaran yang
inovatif guna menciptakan suasana pembelajaran yang lebih
menyenangkan dan bermakna bagi siswa.
1.6.2.3 Bagi Sekolah
1) Memberikan kontribusi bagi sekolah dalam rangka memperbaiki atau
meningkatkan kualitas pembelajaran.
2) Melengkapi hasil penelitian yang telah ada.
1.6.2.4 Bagi peneliti
1) Menambah wawasan dengan menggunakan media pembelajaran yang
inovatif.
2) Meningkatkan keterampilan penerapan model pembelajaran Teams Games
Tournament (TGT) dalam proses pembelajaran.
14
BAB 2
KAJIAN PUSTAKA
Pada bagian ini akan dijelaskan tentang: kajian teori, penelitian terdahulu,
kerangka berpikir, dan hipotesis penelitian. Uraian selengkapnya yaitu sebagai
berikut.
2.1 Kajian Teori
Pada bagian ini akan diuraikan teori-teori yang berhubungan dengan
penelitian ini, yaitu pengertian pendidikan, keefektifan, pengertian belajar,
pengertian pembelajaran, aktivitas belajar, hasil belajar, karakteristik siswa,
sekolah dasar, hakikat bahasa, pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar,
hakikat membaca, cerita pendek, model pembelajaran, model pembelajaran
kooperatif, dan model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT).
2.1.1 Pengertian Pendidikan
Di dalam Undang-Undang Nomor. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, tercantum pengertian pendidikan:
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya sehingga memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan oleh dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara.
Pendidikan mengemban tugas untuk menghasilkan generasi yang baik,
menusia-manusia yang lebih berkebudayaan, manusia sebagai individu yang
15
memiliki kepribadian yang lebih baik. Menurut Ki Hajar Dewantara dalam Munib
(2012: 30) pendidikan umumnya berarti daya upaya untuk memajukan tumbuhnya
budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intelek), dan tubuh anak. Joesoef
dalam Munib (2012: 31) menegaskan, bahwa pengertian pendidikan mengandung
dua aspek yakni sebagai proses dan sebagai hasil/produk. Yang dimaksud dengan
proses adalah proses bantuan, pertolongan, bimbingan, pengajaran, pelatihan.
Sedangkan yang dimaksud dengan hasil/produk adalah manusia dewasa, susila,
bertanggung jawab, dan mendiri.
Pendidikan merupakan usaha sadar dan sistematis, yang dilakukan oleh
orang-orang yang diserahi tanggung jawab untuk mempengaruhi peserta didik
agar mempunyai sifat dan tabiat sesuai dengan cita-cita pendidikan (Munib, 2012:
31). Berdasarkan pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa pendidikan
merupakan bantuan yang diberikan dengan sengaja kepada peserta didik untuk
mengembangkan kepribadian dan kemampuan agar berkembang secara optimal.
2.1.2 Keefektifan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1988: 219) efektif mempunyai
arti efek, pengaruh, akibat, atau dapat membawa hasil. Sedangkan keefektifan
mempunyai arti suatu usaha atau tindakan berarti “keberhasilan”. Jadi dapat
disimpulkan keefektifan adalah daya guna, adanya kesesuaian dalam suatu
kegiatan yang dilakukan seseorang dengan yang dituju. Keefektifan juga
menunjukkan pada hasil yang dicapai, sejauh mana rencana dapat tercapai. Dalam
kaitannya dengan pembelajaran, pembelajaran yang efektif merupakan tolok ukur
keberhasilan guru dalam mengelola kelas.
16
Menurut Susanto (2015:53) pembelajaran dikatakan efektif apabila seluruh
peserta didik dapat terlibat secara aktif, baik mental, fisik, maupun sosialnya.
Dalam proses pembalajaran aktivitas yang menonjol ada pada peserta didik.
Peserta didik menunjukkan kegairahan belajar yang tinggi, semangat belajar yang
besar, dan percaya pada diri sendiri. Menurut Rifa’i (2012: 65) efektivitas belajar
yang dilakukan oleh peserta didik di sekolah tidak semata-mata ditentukan oleh
derajat pemilikan potensi peserta didik yang bersangkutan, melainkan juga
lingkungan, terutama pendidik yang profesional.
2.1.3 Pengertian Belajar
Gagne (1977) dalam Rifa’i (2012:66) menyatakan bahwa belajar
merupakan perubahan disposisi atau kecakapan manusia yang berlangsung selama
periode waktu tertentu, dan perubahan perilaku itu tidak berasal dari proses
pertumbuhan. Belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku setiap
orang dan belajar mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan oleh
seseorang.
Menurut Spears (1955) dalam Suprijono (2014: 2) learning is to observe,
to read, to imitate, to try something themselves, to listen, to follow direction.
Dengan kata lain, bahwa belajar adalah mengamati, membaca, meniru, mencoba
sesuatu, mendengar dan mengikuti arah tertentu. Belajar berarti kegiatan psiko-
fisik-sosio menuju ke perkembangan pribadi seutuhnya.
Menurut Morgan (1986) dalam Rifa’i (2012:66) belajar merupakan
perubahan relatif permanen yang terjadi karena hasil praktik atau pengalaman.
Arsyad (2015:1) menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses yang kompleks
17
yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi
karena adanya interaksi antara seseorang dengan lingkungannya. Oleh karena itu,
belajar dapat terjadi kapan saja dan di mana saja. Salah satu pertanda bahwa
seseorang itu telah belajar adalah adanya perubahan tingkah laku pada diri orang
itu yang mungkin disebabkan oleh terjadinya perubahan pada tingkat
pengetahuan, keterampilan, atau sikapnya.
Menurut Slameto (2013: 2) belajar ialah suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya. Dalam kegiatan belajar di sekolah, perubahan tingkah laku itu
mengacu pada kemampuan mengingat atau menguasai berbagai bahan belajar dan
kecenderungan peserta didik memiliki sikap dan nilai-nilai yang diajarkan oleh
pendidik.
Slavin (1994) dalam Rifa’i (2012: 66) menyatakan belajar merupakan
perubahan individu yang disebabkan oleh pengalaman. Belajar berkaitan dengan
banyak hal seperti perubahan perilaku, pengalaman dan bersifat relatif permanen.
Dengan demikian, seseorang dikatakan belajar apabila terjadi perubahan pada
dirinya akibat adanya latihan dan pengalaman melalui interaksi dengan
lingkungan.
Slameto (2013: 54-72) menggolongkan faktor-faktor yang memengaruhi
belajar yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada
dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor ekstern adalah faktor
yang ada di luar individu.
18
Faktor intern merupakan faktor yang berasal dari dalam diri siswa yang
memengaruhi belajarnya. Faktor intern terdiri dari tiga aspek, yang meliputi:
faktor jasmaniah, psikologis, dan kelelahan. Berikut uraian dari masing-masing
faktor. Faktor jasmaniah merupakan faktor yang berkaitan dengan kondisi fisik
siswa. Faktor jasmaniah meliputi kesehatan dan cacat tubuh. Faktor psikologis
yaitu faktor yang berkaitan dengan kondisi kejiwaan siswa. Faktor psikologis
terdiri atas inteligensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kesiapan.
Faktor kelelahan merupakan suatu kondisi menurunnya ketahanan tubuh, baik dari
aspek jasmani maupun psikis. Kelelahan jasmani ditunjukkan dengan lemahnya
badan dan timbulnya kecenderungan untuk membaringkan badan, sedangkan
kelelahan psikis ditandai dengan kelesuan dan kebosanan, sehingga menurunkan
semangat dan minat seseorang terhadap suatu kegiatan.
Faktor ekstern adalah semua faktor di luar diri siswa yang memengaruhi
proses pelajarannya. Faktor ekstern meliputi keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Berikut uraian masing-masing faktor ekstern. Faktor keluarga merupakan
lingkungan pendidikan awal siswa. Siswa belajar dengan kedua orang tuanya.
Keberadaan keluarga berpengaruh terhadap proses belajar siswa. Faktor tersebut
meliputi cara mendidik, relasi antaranggota keluarga, suasana rumah, keadaan
ekonomi, pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan. Faktor sekolah
yang memengaruhi belajar siswa meliputi: metode mengajar, kurikulum, relasi
guru dengan siswa, siswa dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu
sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar, serta tugas rumah.
Faktor masyarakat merupakan lingkungan tempat siswa berada. Faktor
19
masyarakat berperan penting dalam menentukan keberhasilan belajar siswa.
Lingkungan yang baik akan mendidik anak menjadi anak yang baik dan juga
sebaliknya. Keberadaan lingkungan yang memengaruhi belajar siswa meliputi:
kegiatan siswa dalam masyarakat, media massa, teman bergaul, dan bentuk
kehidupan masyarakat.
Berdasarkan uraian mengenai faktor-faktor yang memengaruhi belajar,
dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang memengaruhi belajar yaitu faktor-
faktor internal dan eksternal. Pengaruh yang ditimbulkan antarfaktor saling
berkaitan, sehingga perlu adanya perhatian terhadap keadaan siswa baik fisik,
psikis, maupun lingkungan tempat tinggal siswa. Keterkaitan antarfaktor tersebut
dapat memberikan dampak positif dan negatif kepada siswa. Oleh karena itu,
perlu adanya kerjasama antara orang tua, sekolah, dan masyarakat agar siswa
dapat belajar dengan sebaik-baiknya.
Berdasarkan pendapat para ahli, dapat ditarik kesimpulan bahwa belajar
adalah suatu aktivitas yang dilakukan seseorang dengan sengaja untuk
memperoleh pemahaman dan pengetahuan baru sehingga memungkinkan
terjadinya perubahan cara berpikir seseorang dalam bertindak. Belajar sebagai
sarana untuk mendapatkan pengetahuan dengan guru sebagai pengajar yang
berusaha memberikan ilmu pengetahuan dan keterampilan kepada peserta didik.
Usaha memperoleh pengetahuan ini yang akan mempengaruhi kepribadian
seorang anak.
2.1.4 Pengertian Pembelajaran
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003
“pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber
20
belajar pada suatu lingkungan belajar”. Gagne (1977) dalam Huda (2014: 3)
menyatakan pembelajaran dapat diartikan sebagai proses modifikasi dalam
kapasitas manusia yang bisa dipertahankan dan tingkatkan levelnya.
Menurut Gagne (1979) dalam Udin (2007: 1.19) pembelajaran adalah
serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses
belajar bagi siswa. Dalam pembelajaran akan terjadi interaksi yang dilakukan
secara sengaja. Interaksi tersebut terjadi antara peserta didik yang belajar dengan
lingkungan belajar. Lingkungan belajar yang dimaksud dapat dengan pendidik,
teman sebaya, maupun media pembelajaran.
Menurut Nasution (2005) dalam Susanto (2015: 23) mengajar merupakan
segenap aktivitas kompleks yang dilakukan guru dalam mengorganisasikan atau
mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan anak
sehingga terjadi proses belajar. pengertian mengajar tersebut memberikan
petunjuk bahwa fungsi pokok dalam mengajar itu adalah menyediakan kondisi
yang kondusif. Dengan siswa yang berperan aktif dalam upaya menemukan dan
memecahkan masalah.
Menurut Udin (2007: 1.21) proses pembelajaran dalam arti yang luas
merupakan jantungnya dari pendidikan untuk mengembangkan kemampuan,
membangun watak dan peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
pencerdasan kehidupan bangsa. Pada proses pembelajaran terjadi proses
komunikasi antara pendidik dengan peserta didik, atau antar peserta didik.
Menurut Susanto (2015: 26) pembelajaran adalah aktivitas kompleks yang
dilakukan guru untuk menciptakan lingkungan agar siswa mau melakukan proses
21
belajar. Istilah aktivitas kompleks di sini tidak dapat diartikan pada pengertian
menyampaikan pengetahuan secara lisan atau tertulis, melainkan lebih dari itu,
yakni menciptakan kondisi agar siswa dapat belajar secara kondusif, membimbing
siswa dalam belajar, memotivasi siswa untuk belajar, dan melakukan penilaian
terhadap hasil dari kegiatan belajar yang telah dilakukan siswa.
Proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara
keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan utama. Guru sebagai seorang
pengajar harus mampu menarik minat peserta didik untuk berpartisipasi aktif
dalam proses kegiatan belajar mengajar. Sebab belajar merupakan satu proses
aktif yang memerlukan dorongan, bimbingan dan tuntutan ke arah tercapainya
tujuan yang dikehendaki. Oleh sebab itu, pembelajaran harus disusun sedemikian
rupa dengan memahami kemampuan yang harus dimiliki guru agar dapat
melakukan pembelajaran bermakna bagi peserta didik.
2.1.5 Aktivitas Belajar
Menurut Slameto (2013: 36) guru dalam proses pembelajaran perlu
menimbulkan aktivitas siswa dalam berpikir maupun berbuat. Penerimaan
pelajaran jika dengan aktivitas siswa sendiri, akan berkesan sehingga tidak akan
berlalu begitu saja, tetapi dipikirkan, diolah kemudian dikeluarkan lagi dalam
bentuk yang berbeda. Siswa akan bertanya, mengajukan pendapat, berdiskusi
dengan guru. Dalam berbuat siswa dapat menjalankan perintah, melaksanakan
tugas, membuat grafik, diagram, inti sari dari pelajaran yang disajikan. Bila siswa
menjadi partisipasi yang aktif, maka ia memiliki ilmu atau pengetahuan itu
dengan baik.
22
Sudjana (2014: 61) menyatakan bahwa penilaian proses belajar-mengajar
terutama adalah melihat sejauh mana keaktifan siswa dalam mengikuti proses
belajar-mengajar. Keaktifan siswa dapat dilihat dalam hal yaitu: (1) Turut serta
dalam melaksanakan tugas belajarnya, (2) Terlibat dalam pemecahan masalah, (3)
Bertanya kepada siswa lain atau kepada guru apabila tidak memahami persoalan
yang dihadapinya, (4) Berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan
untuk pemecahan masalah, (5) Melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan
petunjuk guru, (6) Menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperolehnya,
(7) Melatih diri dalam memecahkan soal atau masalah yang sejenis, dan (8)
Kesempatan menggunakan atau menerapkan apa yang telah diperolehnya dalam
menyelesaikan tugas atau persoalan yang dihadapinya.
Keaktifan belajar yang dialami oleh siswa berhubungan dengan segala
aktivitas yang terjadi, baik secara fisik maupun non fisik. Dierich dalam Hamalik
(2015: 172) mengklasifikasikan aktivitas belajar siswa menjadi 8 macam, yaitu:
(1) visual, (2) lisan, (3) mendengarkan, (4) menulis, (5) menggambar, (6) metrik,
(7) mental, dan (8) emosional.
Berdasarkan pengertian aktivitas belajar, dapat disimpulkan aktivitas
belajar sebagai kegiatan yang dilakukan oleh peserta didik dalam usahanya
mempunyai ilmu pengetahuan dan keterampilan yang menunjang keberhasilan
belajar itu sendiri. Siswa diharapkan dapat mengemukakan hasil pemikiran
mereka sendiri melalui aktivitas berpikir dan berbuat. Hal ini mendorong siswa
untuk bertanya, mengajukan pendapat, bahkan berdiskusi dengan guru. Siswa
23
akan menjadi aktif dalam proses pembelajaran dan guru hanyalah membimbing
dan mengarahkan, sehingga diharapkan nantinya hasil belajar yang didapat juga
baik.
2.1.6 Hasil Belajar
Proses pembelajaran mengandung tiga hal, yaitu input (masukan) berupa
siswa, proses berlangsungnya pembelajaran, dan pembelajaran yang akhirnya
menghasilkan suatu output (keluaran) berupa hasil belajar yang diperoleh.
Menurut Susanto (2013: 5) Hasil belajar, yaitu perubahan-perubahan yang terjadi
pada diri siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor
sebagai hasil dari kegiatan belajar.
Menurut Winkel (1996) dalam Purwanto (2013: 45) hasil belajar adalah
perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah
lakunya. Hasil belajar baru dapat diperoleh setelah peserta didik mengalami
aktivitas belajar. Peserta didik yang mengalami aktivitas belajar mengenai konsep
dan pengetahuan akan memberikan hasil dari proses belajarnya. Pengertian
tentang hasil belajar sebagaimana diuraikan di atas dipertegas oleh Nawawi dalam
K. Brahim (2007) dalam Susanto (2015: 5) yang menyatakan bahwa hasil belajar
dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi
pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes
mengenai sejumlah meteri pelajaran tertentu.
Menurut Gagne (1977) dalam Sudjana (2011:22) membagi lima kategori
hasil belajar, yakni (a) informasi verbal, (b) keterampilan intelektual, (c) strategi
24
kognitif, (d) sikap, dan (e) keterampilan motoris. Hasil belajar dapat dilihat dari
kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman
belajarnya. Sedangkan menurut Susanto (2015:5) hasil belajar siswa adalah
kemampuan yang diperoleh anak setelah memalui kegiatan belajar. Kegiatan
belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk
memperoleh suatu bentuk perilaku yang relatif menetap.
Bloom (1956) dalam (Rifa’i 2012:70) menyampaikan secara garis besar,
hasil belajar dibagi menjadi tiga ranah yaitu ranah kognitif, afektif dan
psikomotorik. Ranah kognitif berhubungan dengan hasil berupa pengetahuan,
kemampuan dan kemahiran intelektual, ranah kognitif mencakup kategori
pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis dan penelitian. Ranah kedua adalah
ranah afektif yang berhubungan dengan perasaan, sikap, minat, dan nilai. Kategori
ranah afektif meliputi penerimaan, penanggapan, penelitian, pengorganisasian,
pembentukan pola hidup. Ranah terakhir adalah ranah psikomotorik menunjukan
adanya kemampuan fisik seperti ketermapilan motorik dan syaraf, manipulasi
objek, dan koordinasi syaraf. Klasifikasi belajar menurut Bloom diatas digunakan
dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan
kurikuler maupun tujuan instruksional.
Dengan demikian, dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil belajar
merupakan perubahan perilaku pada individu yang diperoleh dari kegiatan belajar.
perubahan tersebut dapat terjadi pada ranah kognitif, afektif dan psikomotorik
peserta didik.
25
2.1.7 Karakteristik Siswa Sekolah Dasar
Menurut teori Piaget (1988) dalam Rifa’i (2012:31) perkembangan
intelektual anak terdiri dari beberapa tahapan seperti berikut: (1) tahap sensori
motor (usia 0-2 tahun), (2) tahap pra-operasional (usia 2-7 tahun), (3) tahap
operasional konkrit (usia 7-12 tahun), (4) tahap operasional formal (usia 12 tahun-
dewasa). Anak SD pada umumnya berumur sekitar 6-12 tahun. Jadi, berdasar teori
Piaget anak SD masuk dalam dua tahap yaitu: tahap pra-operasional dan
operasional konkret.
Susanto (2015: 78-79) menyatakan bahwa anak usia SD berada pada
tahapan operasional konkret yaitu usia 7-11 tahun. Pada rentang usia ini anak
mulai menunjukkan perilaku belajar yang berkembang, yang ditandai dengan ciri-
ciri sebagai berikut: (1) Anak mulai memandang dunia secara objektif, bergeser
dari satu aspek situasi ke aspek lain secara reflektif dan memandang unsur secara
serentak, (2) Anak mulai berpikir secara operasional, yakni anak mampu
memahami aspek-aspek kumulatif materi, seperti: volume, jumlah, berat, luas,
panjang, dan pendek. Anak juga mampu memahami tentang peristiwa-peristiwa
yang konkret, (3) Anak dapat menggunakan cara berpikir operasional untuk
mengklasifikasi benda-benda yang bervariasi beserta tingkatannya, (4) Anak
mampu membentuk dan menggunakan keterhubungan aturan-aturan, prinsip
ilmiah sederhana, dan menggunakan hubungan sebab akibat, dan (5) Anak mampu
memahami konsep substansi, volume zat cair, panjang, pendek, lebar, luas,
sempit, ringan, dan berat
26
Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa karakteristik
siswa sekolah dasar yaitu memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, masih senang
bermain dan belajar melalui pengalaman nyata (konkret). Apabila sebuah kegiatan
pembelajaran dapat menimbulkan keceriaan bagi siswa, maka siswa akan
menaruh perhatian pada kegiatan tersebut. Sehingga diharapkan mampu
merangsang rasa ingin tahu siswa mengenai materi yang diajarkan. Oleh sebab
itu, dalam merancang pembelajaran, guru harus mampu menghadirkan suasana
lingkungan belajar yang sesuai dengan karakteristik dan tahap perkembangan
anak.
2.1.8 Hakikat Bahasa
Menurut Sugihastuti (2000) dalam Kusumaningsih (2013:13) bahasa
merupakan alat komunikasi yang efektif antar manusia. Dalam berbagai macam
situasi, bahasa dapat dimanfaatkan untuk menyampaikan gagasan pembicara
kepada pendengar atau penulis kepada pembaca. Menurut Santosa (2009:1.2)
bahasa merupakan alat komunikasi yang mengandung beberapa sifat yakni,
sistematik, mana suka, ujar, manusiawi, dan komunikatif. Disebut sistematik
karena diatur oleh sistem.
Bahasa yang dalam bahasa Inggris disebut Language berasal dari bahasa
Latin yang berarti ”Lidah”. Secara universal pengertian bahasa ialah suatu bentuk
ungkapan yang bentuk dasarnya ujaran (Santosa, 2009:1.2). Ujaran inilah yang
membedakan manusia dari makhluk lainnya. Dengan ujaran inilah manusia
mengungkapkan hal yang nyata atau tidak, dan kondisi yang lampau atau yang
akan datang. Ujaran manusia itu menjadi bahasa apabila dua orang manusia atau
lebih menetapkan bahwa seperangkat bunyi itu memiliki arti yang serupa.
27
Menurut Hill dalam Pateda (1991) dalam Kusumaningsih (2013:13) ada
lima karakteristif bahasa yaitu (a) bahasa sebagai seperangkat bunyi sebab dalam
kehidupan sehari-hari kalau seseorang berbicara maka dapat didengar bunyi-
bunyian bahasa, (b) hubungan antara bunyi bahasa atau uraian bunyi bahasa
dengan objeknya bersifat arbriter dan tidak dapat diramalkan sehingga suatu
benda disebut “anjing”, di Prancis disebut chien, di Spanyol dinamai perro, di
Indonesia disebut anjing padahal perwujudannya hanya satu, (c) bahasa bersistem
yang berbeda satu sama lain, (d) bahasa adalah seperangkat lambang-lambang
yang digunakan untuk mengganti benda, peristiwa, proses atau aktivitas yang
dimaksud, dan (e) bersifat sempurna sehingga bahasa memudahkan manusia
untuk berkomunikasi.
Menurut Yusuf (2004) dalam Susanto (2015:73) perkembangan bahasa
mencakup semua cara untuk berkomunikasi, di mana pikiran dan perasaan
dinyatakan dalam bentuk tulisan, lisan, isyarat, atau gerak dengan menggunakan
kata-kata, kalimat bunyi, lambang, gambar, atau lukisan. Dengan bahasa, maka
manusia dapat mengakses segala pengetahuan dan memperoleh informasi dari
sumber-sumber informasi.
Berdasarkan pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa bahasa
merupakan alat yang digunakan untuk berkomunikasi, yang digunakan manusia
dalam berbagai situasi untuk menyampaikan gagasan kepada orang lain. Dengan
bahasa manusia dapat mendapatkan berbagai informasi yang dibutuhkan dalam
kehidupannya.
28
2.1.9 Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar
Menurut Susanto (2015: 242) pembelajaran bahasa Indonesia, terutama di
sekolah dasar tidak akan terlepas dari empat keterampilan berbahasa, yaitu
menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Sebagai makhluk sosial manusia
akan selalu berinteraksi dan berkomunikasi dengan manusia lain dengan
menggunakan bahasa sebagai media. Menurut Indihadi (2006) dalam susanto
(2015: 242) ada lima faktor yang harus dipadukan dalam berkomunikasi, sehingga
pesan ini dapat dinyatakan atau disampaikan, yaitu: struktur pengetahuan
(schemata), kebahasaan, strategi produktif, mekanisme psikofisik, dan konteks.
Menurut Sufanti (2012: 13) komponen kemampuan berbahasa adalah
kemampuan yang menuntut siswa untuk berkomunikasi dengan bahasa Indonesia
dengan memanfaatkan empat aspek berbahasa yaitu mendengarkan, berbicara,
membaca, dan menulis dengan materi nonsastra. Komponen kemampuan bersastra
adalah kemampuan yang menuntut siswa untuk kegiatan apresiasi dan ekpresi
dengan materi sastra yang meliputi kegiatan mendengarkan, berbicara, membaca,
dan menulis karya sastra.
Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (2006) dalam Susanto (2015:
245) pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan
peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan
benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil
karya kesastraan manusia Indonesia. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan
agar siswa mampu meningkatkan kemampuan berkomunikasi dengan bahasa
Indonesia baik secara lisan maupun tulisan.
29
Pembelajaran bahasa Indonesia di SD antara lain bertujuan agar siswa
mampu menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk mengembangkan
kepribadian, memperluas wawasan, serta meningkatkan pengetahuan dan
kemampuan berbahasa. Pengajaran bahasa Indonesia juga dimaksudkan untuk
melatih keterampilan mendengar, berbicara, membaca, dan menulis yang masing-
masing erat hubungannya.
Menurut Santosa (2009: 5.18) secara umum kemampuan berbahasa
tergantung pada frekuensi dan kualitas dengar, bicara, baca, dan tulis yang
dilakukan seseorang dalam kesehariannya. Semakin kerap siswa melakukan
aktivitas mendengar, berbicara, membaca, dan menulis dalam pembelajaran, maka
akan semakin baik kemampuan berbahasanya. Upaya ini dapat dilakukan dengan
cara menggiatkan latihan-latihan kebahasaan. Semakin awal upaya ini dilakukan
akan semakin baik hasilnya. Usia sekolah dasar merupakan masa yang tepat untuk
melatih kegiatan kebahasaan. Anak SD masih senang bermain untuk guru harus
memberikan pelajaran yang menyenangkan seperti permainan kelompok agar
pembelajaran lebih bermakna.
Pembelajaran bahasa Indonesia di SD antara lain bertujuan agar siswa
mampu menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk mengembangkan
kepribadian, memperluas wawasan, serta meningkatkan pengetahuan dan
kemampuan berbahasa. Untuk itu guru harus memberikan pengajaran yang
bermutu bagi peserta didik agar pembelajaran menjadi bermakna. Melalui
pembelajaran bahasa Indonesia sejak SD akan memberi peserta didik bekal bahasa
yang baik sebagai bekal untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain.
30
2.1.10 Hakikat Membaca
Menurut Mulyati (2008: 1.12) membaca adalah keterampilan reseptif
bahasa tulis. Keterampilan membaca dapat dikembangkan secara tersendiri,
terpisah dari keterampilan mendengarkan dan berbicara. Seseorang membaca
untuk memahami gagasan, perasaan atau informasi yang disajikan dalam bentuk
tulisan.
Menurut Santosa (2009: 6.3) pada hakikatnya, aktivitas membaca terdiri
dari dua bagian, yaitu membaca sebagai proses dan membaca sebagai produk.
Membaca sebagai proses mengacu pada aktivitas fisik dan mental. Sedangkan
membaca sebagai produk mengacu pada konsekuensi dari aktivitas yang
dilakukan pada saat membaca. Tujuan dari membaca sendiri adalah untuk
memahami bacaan yang dibacanya. Pemahaman terhadap bacaan dapat dipandang
sebagai suatu proses yang bergulir, terus-menerus dan berkelanjutan.
Pembalajaran membaca di SD dilaksanakan untuk meningkatkan kemampuan
membaca yang harus dimiliki setiap warganegara agar dapat mengembangkan diri
secara optimal. Santosa (2009: 6.3) proses membaca terdiri dari beberapa aspek.
Aspek-aspek tersebut adalah (a) aspek sensori, (b) aspek perseptual, (c) aspek
skemata, (d) aspek berpikir, dan (e) aspek afektif.
Berdasarkan pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa membaca
merupakan tingkah laku yang kompleks, yang dilakukan secara sadar atau tidak
sadar dengan melibatkan penggunaan berbagai strategi dalam upaya membangun
suatu model makna yang diduga dimaksudkan oleh penulis. kegiatan membaca
dengan merespon lambang-lambang tulis untuk medapatkan gagasan yang
31
disajikan dalam bentuk tulisan. Kegiatan membaca merupakan kemampuan
mutlak yang harus dimiliki oleh setiap warga negara agar dapat mengembangkan
diri secara berkelanjutan. Kemampuan membaca yang baik akan memudahkan
seseorang menyerap berbagai pengetahuan yang sebagian besar disampaikan
melalui tulisan.
2.1.11 Cerita Pendek
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1988:165) cerita adalah
karangan yang menuturkan perbuatan, pengalaman, atau penderitaan orang,
kejadian (baik yang sungguh-sungguh terjadi maupun yang hanya rekaan belaka).
Cerita pendek merupakan kisah pendek (kurang dari 10.000 kata) yang
memberikan kesan tunggal yang dominan, dan memusatkan diri pada satu tokoh
dalam satu situasi (pada suatu ketika).
Menurut H.B Jassin dalam Muryanto (2008:4) Sang Paus Sastra Indonesia,
mengatakan bahwa yang disebut cerita pendek harus memiliki bagian perkenalan,
pertikaian, dan penyelesaian. Menurut Hamid dalam Muryanto (2008:4) dalam
tulisan “pengertian cerpen” berpendapat bahwa yang disebut cerita pendek itu
harus dilihat dari kuantitas, yaitu banyaknya perkataan yang dipakai antara 500-
20.000 kata, adanya satu plot, adanya satu watak, dan adanya satu kesan.
Manurut Diponegoro dalam Muryanto (2008: 4) merinci pendapat Edgar
Allan Poe tentang cerpen sebagai berikut.
1) Cerita pendek harus pendek, sebatas selesai baca dalam sekali duduk.
Selain itu juga harus memberikan kesan secara terus-menerus hingga
kalimat terakhir. Artinya, cerita pendek harus ketat, tidak mengobral
32
detail. Dialog hanya diperlukan untuk menampakan watak, menjalankan
cerita, atau menampilkan permasalahan.
2) Cerita pendek mengalir dalam arus untuk menciptakan efek tunggal dan
unik. Menurut Poe, ketunggalan pikiran dan aksi dapat dikembangkan
lewat suatu garis dari awal sampai akhir.
3) Cerita pendek harus ketat dan padat. Setiap detail harus mengarus pada
satu efek saja yang berakhir pada kesan tunggal.
4) Cerita pendek harus mampu meyakinkan pembacanya bahwa cerita benar-
benar terjadi, bukan suatu bikinan atau rekaan.
5) Cerita pendek harus menimbulkan kesan yang selesai, tidak lagi mengusik
dan menggoda karena ceritanya seperti masih berlanjut.
Berdasarkan berbagai pendapat para ahli, dapat disimpulkan secara singkat
bahwa cerpen adalah cerita rekaan yang pendek. Dalam cerpen juga terdapat
beberapa unsur cerpen, termasuk panjang pendek sebuah cerpen. Sebuah cerpen
merupakan suatu karya yang utuh dan terdiri dari unsur-unsur yang membentuk
suatu cerita.
Unsur tersebut ada yang membangun dari dalam yang disebut unsur
intrinstik. Unsur intrinsik cerpen berupa tema dan amanat, alur dan pengaluran,
tokoh dan penokohan, latar dan pelataran, serta sudut pandang pencerita.
Sedangkan unsur dari luar yang mempengaruhi sebuah cerpen disebut unsur
ekstrinsik. Unsur ekstrinsik lebih banyak berhubungan dengan pengarang, seperti
budaya, agama, falsafah hidup, pendidikan, dan lain sebagainya.
33
2.1.12 Model Pembelajaran
Menurut Suprijono (2014: 46) model pembelajaran dapat diartikan sebagai
pola yang digunakan untuk penyusunan kurikulum, mengatur materi, dan
memberi petunjuk kepada guru di kelas. Model pembelajaran dapat didefinisikan
sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Menurut
Arends (1997) dalam Suprijono (2014:46) model pembelajaran mengacu pada
pendekatan yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan
pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan
pembelajaran, dan pengelolaan kelas.
Model pembelajaran menurut Joyce dan Weil (1980) dalam Rusman
(2014: 133) diartikan sebagai suatu rencana pola yang digunakan dalam
menyusun kurikulum, mengatur materi pelajaran, dan memberi petunjuk kepada
pengajar di kelas dalam setting pembelajaran ataupun setting lainnya. Suatu pola
berarti model mengajar, dalam pengembangannya di kelas membutuhkan unsur
metode, teknik-teknik mengajar dan media sebagai penunjang. Model
pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya para guru boleh memilih model
pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan pendidikan.
Jadi, bisa dikatakan model pembelajaran adalah kesatuan dari metode dan
teknik, serta merupakan pola pilihan, artinya guru dapat memilih model
pembelajaran yang sesuai dan efektif dalam mencapai tujuan pembelajaran yang
telah ditetapkan. Hanya guru yang kreatif, fleksibel, dan cerdas yang dapat
memperoleh keuntungan maksimal dari model-model pembelajaran. Oleh karena
34
itu guru harus dapat merancang model pembelajaran yang sesuai dengan
karakteristik anak agar pembelajaran berlangsung efektif.
2.1.13 Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) menurut Savage (1987)
dalam Rusman (2014: 203) adalah suatu pendekatan yang menekankan kerjasama
dalam kelompok. Pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar
dalam kelompok. Ada unsur dasar pembelajaran kooperatif yang membedakan
dengan pembelajaran kelompok yang dilakukan asal-asalan. Pelaksanaan
pembelajaran kooperatif dengan benar akan memungkinkan guru mengelola kelas
dengan lebih efektif.
Menurut Nurulhayati (2002) dalam Rusman (2014: 203) pembelajaran
kooperatif adalah strategi pembelajaran yang melibatkan partisipasi siswa dalam
satu kelompok kecil untuk saling berinteraksi. Model pembelajaran kooperatif
menjadi salah satu kegiatan belajar siswa yang dilakukan secara berkelompok.
Siswa akan belajar bekerjasama dengan anggota kelompok lainnya melalui
kegiatan kelompok.
Menurut Rusman (2014:204) model cooperatif learning adalah teknik
pengelompokan yang di dalamnya siswa bekerja terarah pada tujuan belajar
bersama dengan kelompok kecil yang umumnya terdiri dari 4-5 orang.
Pembelajaran kooperatif memberikan kesempatan kepada siswa untuk
bekerjasama dalam suatu kelompok, namun bukan hanya bekerjasama, dalam
suatu kelompok juga diharapkan akan terjadi persaingan yang positif antar siswa
dalam proses pembelajaran.
35
Nurulhayati (2002) dalam Rusman (2014: 204) mengemukakan lima unsur
dasar model cooperatif learning, yaitu: (1) ketergantungan yang positif, (2)
pertanggungjawaban individual, (3) kemampuan bersosialisasi, (4) tatap muka,
dan (5) evaluasi proses kelompok. Sementara itu Slavin (2015: 4), pembelajaran
kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pengajaran di mana para siswa
bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama
lainnya dalam mempelajari materi pelajaran. Pada kelas kooperatif, para siswa
diharapkan bisa saling membantu, saling mendiskusikan dan berargumentasi,
untuk mengasah pengetahuan yang mereka kuasai saat itu dan menutup
kesenjangan dalam pemahaman masing-masing.
Menurut Rusman (2014: 203) pembelajaran kooperatif tidak sama dengan
sekedar belajar dalam kelompok. Ada unsur dasar pembelajarn kooperatif yang
membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan.
Pembagian kelompok harus disesuaikan dengan tingkat kecerdasan siswa, jenis
kelamin, maupun ras. Setiap siswa dalam kelompok memiliki peranan dan
kontribusi masing-masing sehingga tidak hanya siswa yang pintar yang dapat
berkembang, tetapi siswa dengan kurang pintar juga dapat belajar
mengembangkan kemampuannya, dengan persaingan yang positif dalam
pembelajaran kelompok permainan yang menyenangkan.
Menurut Slavin (2015: 33) tujuan yang paling penting dari pembelajaran
kooperatif adalah untuk memberikan para siswa pengetahuan, konsep,
kemampuan, dan pemahaman yang mereka butuhkan supaya bisa menjadi anggota
masyarakat yang bahagia dan memberikan kontribusi. Selain model kooperatif
36
digunakan untuk mencapai hasil belajar kompetensi akademik, model kooperatif
juga efektif untuk mengembangkan kompetensi sosial siswa yang akan berguna
untuk kehidupan di masyarakat.
Pembelajaran yang baik sebagai salah satu faktor meningkatkan kualitas
pendidikan. Sistem pembelajaran harus selalu ditingkatkan untuk mencapai
kualitas pendidikan yang baik. Pembelajaran yang baik akan membuat siswa
mampu mengembangkan diri secara optimal baik aspek kognitif, psikomotor,
maupun afektif. Banyak sekali model pembelajaran yang dapat dipilih guru dalam
melaksanakan stratergi pembelajaran yang telah ditetapkan, salah satunya adalah
pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT).
2.1.14 Model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT)
Menurut Saco (2006) dalam Rusman (2014:224), dalam TGT siswa
memainkan permainan dengan anggota-anggota tim lain untuk memperoleh skor
bagi tim mereka masing-masing. Permainan yang disusun guru dapat berupa
pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan materi pelajaran. Menurut Rusman
(2014: 224) TGT adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menetapkan
siswa dalam kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan 5 sampai 6 orang
siswa yang memiliki kemampuan, jenis kelamin dan suku kata atau ras yang
berbeda. Dalam Teams Games Tournament (TGT) guru menyajikan materi, dan
siswa bekerja sama dengan kelompoknya.
Priansa (2015: 257) menguraikan kelebihan model pembelajaran
kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) sebagai berikut: (1) Keterlibatan
aktif siswa dalam belajar mengajar; (2) Siswa menjadi bersemangat dalam belajar;
37
(3) Pengetahuan yang diperoleh siswa bukan semata-mata dari guru, tetapi juga
melalui konstruksi siswa itu sendiri; (4) Dapat menumbuhkan sikap positif dalam
diri siswa; (5) Penghargaan yang diberikan akan mendorong siswa mencapai hasil
yang lebih tinggi; (6) Pembentukkan kelompok-kelompok kecil mempermudah
guru dalam memonitor siswa dalam belajar.
Salvin (2015: 166-7) menjelaskan bahwa pembelajaran kooperatif tipe
TGT terdiri dari lima langkah tahapan, yaitu:
1. Tahap Penyajian Kelas
Tahap ini terbagi atas dua tahapan penting, yaitu pembukaan dan
pengembangan. Pembukaan adalah pada saat guru menyampaikan materi yang
akan dipelajari, tujuan pembelajaran, dan motivasi pada awal pembelajaran. Saat
pembelajaran kelas ini guru harus sudah mempersiapkan work sheet dan soal
turnamen. Sedangkan pengembangan adalah ketika guru memberikan penjelasan
materi secara garis besar. Siswa harus benar-benar memperhatikan dan memahami
materi yang disampaikan guru..
2. Tahap Belajar dalam Kelompok (Teams)
Terdiri atas beberapa siswa yang mewakili seluruh bagian dari kelas dalam
hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras dan etnisitas. Fungsi utama dari tim ini
adalah memastikan bahwa semua anggota tim benar-benar belajar, dan lebih
khususnya lagi adalah untuk mempersiapkan anggotanya agar dapat mengerjakan
soal saat turnamen dengan baik. Setelah guru menyampaikan materi, tim
berkumpul untuk mempelajari lembar kegiatan atau materi lainnya.
38
3. Tahap Permainan (Games)
Terdiri atas pertanyaan-pertanyaan yang kontennya relevan yang
dirancang untuk menguji pengetahuan siswa yang diperolehnya dari presentasi di
kelas dan pelaksanaan kerja tim. Game tersebut dimainkan diatas meja turnamen,
yang masing-masing mewakili tim yang berbeda.
4. Tahap Pertandingan (Tournament)
Turnamen adalah sebuah struktur di mana game berlangsung. Biasanya
turnamen dilakukan setelah penyampaian materi dan kerja kelompok. Pada saat
turnamen guru memecah tim asal kemudian menempatkan masing-masing
anggota kelompok pada meja turnamen sesuai dengan tingkat kecerdasan mereka.
Skor yang mereka dapatkan pada saat turnamen akan diakumulasikan menjadi
skor tim.
5. Tahap Penghargaan Kelompok
Tim akan mendapatkan sertifikat atau bentuk penghargaan yang lain
apabila skor rata-rata mereka mencapai kriteria tertentu. Skor tim siswa dapat juga
digunakan untuk menentukan dua puluh persen dari peringkat mereka.
Slavin (1995) dalam Huda (2014: 197) menemukan model pembelajaran
Teams Games Tournament (TGT) berhasil meningkatkan skill-skill dasar,
pencapaian, interaksi positif antarsiswa, harga diri, dan sikap penerimaan pada
siswa-siswa lain yang berbeda. Slavin (2015: 163) TGT mengunakan turnamen
akademik, dan menggunakan kuis-kuis dan sistem skor kemajuan individu, di
mana para siswa berlomba sebagai wakil tim mereka dengan anggota tim lain
39
yang kinerja akademik sebelumnya setara seperti mereka. Deskripsi dari
komponen-komponen TGT adalah sebagai berikut.
1) Tim
Tim terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakili seluruh bagian dari
kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras dan etnisitas. Fungsi utama
dari tim ini adalah memastikan bahwa semua anggota tim benar-benar belajar, dan
lebih khususnya lagi, adalah untuk mempersiapkan anggotanya untuk bisa
mengerjakan kuis dengan baik.
2) Game
Game dalam model pembelajaran TGT terdiri atas pertanyaan-pertanyaan
yang kontennya relevan yang dirancang untuk menguji pengetahuan siswa yang
diperolehnya dari presentasi di kelas dan pelaksanaan kerja tim. Game tersebut
dimainkan di atas meja dengan tiga orang siswa, yang masing-masing mewakili
tim yang berbeda. Game hanya berupa nomor-nomor pertanyaan yang ditulis pada
lembar yang sama. Seseorang siswa mengambil kartu bernomor dan harus
menjawab pertanyaan sesuai nomor yang tertera pada kartu tersebut. Sebuah
aturan tentang penantang memperbolehkan para pemain saling menentang
jawaban masing-masing.
3) Turnamen
Turnamen adalah sebuah struktur di mana game berlangsung. Biasanya
berlangsung pada akhir minggu atau akhir unit, setelah guru memberikan
presentasi di kelas dan tim telah melaksanakan kerja kelompok terhadap lembar-
kegiatan.
40
1.2 Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian tentang penerapan model pembelajaran Teams Games
Tournament (TGT) dalam pembelajaran telah banyak dikaji dan dilakukan.
Namun, hal tersebut masih menarik untuk diadakan penelitian lebih lanjut lagi.
Beberapa penelitian mengenai model pembelajaran Teams Games Tournament
(TGT) yang telah dilakukan dan dapat dijadikan kajian dalam penelitian ini yaitu
penelitian dari:
1. Penelitian eksperimen oleh Purwanti (2013) mahasiswa jurusan
pendidikan Matematika FPMIPA IKIP PGRI dengan judul Keefektifan
Pembelajaran Matematika Berbasis Penerapan TGT Berbantuan Animasi
Grafis Pada Materi Pecahan Kelas IV. Hasil penelitian yaitu keterampilan
proses pada kelas eksperimen 1 berpengaruh positif terhadap hasil belajar
siswa sebesar 80,3%; keterampilan proses pada eksperimen 2 berpengaruh
positif terhadap hasil belajar siswa sebesar 45%; pembelajaran berbasis
penerapan TGT berbantuan animasi grafis, pembelajaran berbasis
penerapan TGT berbantuan alat peraga, dan pembelajaran dengan metode
ekspositori berbantuan alat peraga dapat membantu siswa mencapai
ketuntasan belajar.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Rama Nur Imama dan Kusumarasdyati
tahun 2013 (Vol 01 No. 01) dari Universitas Negeri Surabaya dengan
judul The Effects of Team Games Tournament On the Teaching of
Vocabulary for the Fourth Graders of SDN 1 Menganti. Hasil penelitian
ini menunjukkan ada perbedaan yang signifikan antara kelas eksperimen
41
yang menggunakan model pembelajaran TGT dengan kelas kontrol yang
menggunakan metode konvensional. Hasil posttest menunjukkan nilai
kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol.
3. Penelitian Eksperimen oleh Ngatiyem (2013) mahasiswa jurusan
Pendidikan Ekonomi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang
dengan judul Efektivitas Model Pembelajaran Tipe Teams Games
Tournament (TGT) Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Akuntansi Pada
Kompetensi Dasar Persamaan Dasar Akuntansi Siswa Kelas X SMK
Widya Praja Ungaran Tahun Ajaran 2012/2013. Hasil penelitian ada
peningkatan hasil belajar setelah perlakuan dengan metode pembelajaran
kooperatif tipe TGT dilihat dari rata-rata nilai pre test yaitu 69,36 dan post
test sebesar 74,79 pada kelas eksperimen. Selain itu menunjukan hasil
bahwa hasil rata-rata nilai post test kelas eksperimen sebesar 82,50 lebih
tinggi dibanding kelas kontrol sebesar 74,73.
4. Penelitian eksperimen yang dilakukan oleh Kemala Purna Utami (2013)
mahasiswa jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu
Pendidikan Universitas Negeri Semarang dengan judul Keefektifan Model
Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) terhadap Aktivitas dan
Hasil Belajar Materi Bangun Ruang pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar
Negeri Pagerbarang 03 Kabupaten Tegal. Hasil uji hipotesis aktivitas
belajar siswa dengan dk = 46 dan α = 5%, menunjukkan bahwa t hitung > t
tabel, yaitu 2,173 > 2,013 dan signifikansi kurang dari 0,05, yaitu 0,035 <
0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Jadi, dapat disimpulkan bahwa
terdapat perbedaan aktivitas belajar siswa pada materi bangun ruang antara
42
yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Teams Games Tournament
(TGT) dan yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional.
Sementara hasil uji hipotesis hasil belajar siswa menunjukkan bahwa t
hitung > t tabel, yaitu 2,147 > 2,013 dan signifikansi kurang dari 0,05,
yaitu 0,037 < 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Jadi, dapat
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar siswa pada materi
bangun ruang antara yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Teams
Games Tournament (TGT) dan yang dibelajarkan dengan model
pembelajaran konvensional. Berdasarkan perolehan nilai aktivitas dan
hasil belajar siswa, serta hasil uji hipotesis, dapat diasumsikan bahwa
aktivitas dan hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan model
pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) lebih baik daripada
aktivitas dan hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan model
pembelajaran konvensional.
5. Penelitian yang dilakukan oleh Dewi Puspitasari mahasiswa UNNES
Fakultas Ilmu Pendidikan tahun 2013 dengan judul Peningkatan Aktivitas
dan Hasil Belajar Materi Daur Air dan Peristiwa Alam melalui Model
Teams Games Tournaments (TGT) pada Siswa Kelas V SD Negeri Kraton
3 Kota Tegal. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perolehan nilai
rata-rata kelas pada hasil tes formatif siklus I sebesar 74,26 meningkat
pada siklus II menjadi 81,73 dengan peningkatan ketuntasan belajar
klasikal dari 66,67% menjadi 88,46%. Aktivitas belajar siswa selama
proses pembelajaran pada siklus I mencapai 66,74% meningkat pada
siklus II menjadi 77,09% dan memperoleh kriteria aktivitas belajar sangat
43
tinggi. Disimpulkan penerapan pembelajaran TGT dapat meningkatkan
pembelajaran IPA materi daur air dan peristiwa alam pada siswa kelas V
SD Negeri Kraton 3.
6. Penelitian yang dilakukan oleh Micheal M. van Wyk mahasiswa
University of the Free State, Bloemfontein, South Africa dengan judul The
Effects of Teams-Games-Tournaments on Achievement, Retention, and
Attitudes of Economics Education Students. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa skor tes prestasi untuk kelompok TGT adalah 52,99, sedangkan
kelompok kontrol adalah 50,13. Ini berarti bahwa kelompok TGT
dilakukan lebih baik dalam tes prestasi dibandingkan dengan kelompok
kontrol. Tes retensi untuk kedua kelompok yang sangat mirip. Kelompok
perlakuan menunjukkan sikap positif terhadap TGT sebagai strategi
pengajaran untuk pendidikan ekonomi.
7. Penelitian yang dilakukan oleh Abdus Salam mahasiswa University of
Dhaka, Bangladesh dengan judul Effects of using Teams Games
Tournaments (TGT) Cooperative Technique for Learning Mathematics in
Secondary Schools of Bangladesh. Setelah tiga minggu intervensi, hasil
menunjukkan bahwa TGT pada siswa kelompok eksperimen telah
mencapai hasil belajar yang signifikan dibandingkan dengan siswa
kelompok kontrol. Aktivitas terhadap matematika berbeda sampai batas
positif tertentu dalam kelompok eksperimen TGT. Berdasarkan temuan ini,
beberapa rekomendasi yang dibuat untuk mengatasi hambatan untuk
mengintegrasikan berbasis web playing game ke dalam kelas.
44
Penelitian-penelitian yang telah dikemukakan di atas merupakan penelitian
yang relevan dengan penelitian ini, karena menggunakan model pembelajaran
Kooperatif Tipe Teams Games Tournamen (TGT). Dari keefektifan penerapan
model pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournamen (TGT) pada
penelitian diatas, menjadi salah satu faktor pendukung bagi peneliti untuk
melakukan penelitian. Penelitian di atas memiliki kesamaan pada permasalahan,
dan pendekatan yang digunakan. Perbedaannya penelitian ini merupakan
penelitian eksperimen untuk melakukan pengujian lebih lanjut mengenai
keefektifan model pembelajaran Teams Games Tournamen (TGT) terhadap
aktivitas dan hasil belajar cerpen siswa bila diterapkan di SD Negeri 1 Kejobong
Kecamatan Kejobong Kabupaten Purbalingga.
1.3 Kerangka Berpikir
Pembelajaran Bahasa Indonesia mencakup empat macam standar
kompetensi yaitu membaca, mendengarkan, berbicara, dan menulis. Pembelajaran
bahasa Indonesia dapat mengembangkan keterampilan siswa dalam menggunakan
bahasa Indonesia yang baik dan benar. Mata pelajaran bahasa Indonesia diberikan
sejak SD karena merupakan pelajaran yang berkaitan langsung dengan kehidupan
siswa. Selain itu bahasa juga selalu ada dalam semua aktivitas sehari-hari, baik di
lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat. Dengan demikian kemampuan
berbahasa yang baik akan memudahkan seseorang untuk dapat mengembangkan
diri secara optimal.
Kemampuan guru yang dapat memilih pendekatan, strategi, model maupun
metode yang tepat akan membantu siswa mencapai tujuan pembelajaran.
45
pembelajaran bahasa Indonesia hendaknya dirancang menjadi sebuah
pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa. Hal ini karena karakteristik siswa
SD yang masih berada pada tahap senang bermain. Pembelajaran yang baik harus
dapat memberikan ruang kepada siswa untuk berperan aktif, berpikir kreatif, dan
berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Kondisi yang baik diharapkan dapat
menunjang pemahaman siswa dalam menguasai konsep materi pelajaran yang
telah ditentukan.
Namun, yang terjadi di lapangan masih terdapat kesenjangan antara
harapan dan kenyataan. Proses Pembelajaran di kelas V SD Negeri 1 Kejobong
masih didominasi metode ceramah, tanya jawab dan pemberian tugas. Belum ada
inovasi dalam pembelajaran bahasa Indonesia dengan menerapkan model
pembelajaran yang bervariasi. Pembelajaran menjadi kurang menyenangkan dan
monoton sehingga membuat siswa menjadi cepat bosan dan kurang berminat
dalam mengikuti proses pembelajaran. Oleh karena itu, diharapkan guru
menggunakan metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa dan
materi yang diajarkan agar dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa.
Salah satu metode pembelajaran yang dapat diterapkan untuk materi cerpen pada
siswa kelas V yaitu model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games
Tournament (TGT). Melalui penerapan model Teams Games Tournament (TGT)
diharapkan efektif meningkatkan hasil belajar dan aktivitas belajar bahasa
Indonesia pada siswa kelas V SD Negeri 1 Kejobong karena pembelajaran Teams
Games Tournamen (TGT) memberikan kesempatan pada siswa untuk berperan
aktif untuk berkompetisi secara positif melalui interaksi dengan siswa yang lain.
Interaksi yang positif bertujuan untuk mengajarkan kepada siswa keterampilan
46
bekarja sama dengan anggota kelompok. Sehinga pembelajaran akan lebih
menyenangkan dan bermakna bagi peserta didik.
Jadi, penggunaan model pembelajaran Teams Games Tournamen (TGT)
diharapkan efektif meningkatkan aktivitas dan hasil belajar cerpen siswa kelas V
di SD Negeri 1 Kejobong.
Bagan 2.1 Kerangka Berpikir
Bahasa Indonesia
Tidak Menggunakan Model
Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT)
Model Pembelajaran Teams
Siswa Pasif, Kurang Menarik
Aktifitas dan Hasil belajar Siswa
Lebih Optimal
Aktifitas dan Hasil belajar Siswa
Kurang Optimal
Kelas Kontrol Tidak
Menggunakan Model
Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT)
Kelas Eksperimen Model
Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT)
Siswa Aktif, Menarik dan Lebih
Bermakna
dibandingkan
Apakah penerapan model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT)
akan lebih efektif daripada pembelajaran yang tidak mendapatkan model
pembelajaran Teams Games Tournament (TGT)
Pembelajaran Bahasa Indonesia
47
1.4 Hipotesis Penelitian
“Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk
kalimat pertanyaan” (Sugiyono, 2013: 99). Berdasarkan landasan teori dan
kerangka berpikir, hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu:
Ho1 Tidak ada perbedaan aktivitas belajar yang signifikan antara siswa yang
mendapatkan pembelajaran menggunakan model Teams Games
Tournament (TGT) dan siswa yang tidak mendapatkan pembelajaran
menggunakan model Teams Games Tournament (TGT) pembelajaran
bahasa Indonesia materi cerpen.
Ho : μ1 = μ2
Ha1 Terdapat perbedaan aktivitas belajar yang signifikan, antara siswa yang
mendapatkan pembelajaran menggunakan model Teams Games
Tournament (TGT) dan siswa yang tidak mendapatkan pembelajaran
menggunakan model Teams Games Tournament (TGT) pembelajaran
bahasa Indonesia materi cerpen.
Ha : μ1 ≠ μ2
Ho2 Tidak ada perbedaan hasil belajar yang signifikan, antara siswa yang
mendapatkan pembelajaran menggunakan model Teams Games
Tournament (TGT) dan siswa yang tidak mendapatkan pembelajaran
menggunakan model Teams Games Tournament (TGT) pembelajaran
bahasa Indonesia materi cerpen.
Ho : μ1 = μ2
48
Ha2 Terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan, antara siswa yang
mendapatkan pembelajaran menggunakan model Teams Games
Tournament (TGT) dan siswa yang tidak mendapatkan pembelajaran
menggunakan model Teams Games Tournament (TGT) pembelajaran
bahasa Indonesia materi cerpen.
Ha : μ1 ≠ μ2
Ho3 Penggunaan model Teams Games Tournament (TGT) tidak efektif
terhadap aktivitas belajar siswa kelas V pada mata pelajaran bahasa
Indonesia materi cerpen.
Ha : µ1 ≤ μ2
Ha3 Penggunaan model Teams Games Tournament (TGT) efektif terhadap
aktivitas belajar siswa kelas V pada mata pelajaran bahasa Indonesia
materi cerpen.
Ha : μ1 > μ2
Ho4 Penggunaan model Teams Games Tournament (TGT) tidak efektif
terhadap hasil belajar siswa kelas V pada mata pelajaran bahasa Indonesia
materi cerpen.
Ha : µ1 ≤ μ2
Ha4 Penggunaan model Teams Games Tournament (TGT) efektif terhadap
hasil belajar siswa kelas V pada mata pelajaran bahasa Indonesia materi
cerpen.
Ha : μ1 > μ2
120
BAB 5
PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian eksperimen yang telah dilaksanakan dan
pembahasan pada pembelajaran bahasa Indonesia materi cerpen dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament
(TGT) pada siswa kelas V SD Negeri 1 Kejobong, dapat dikemukakan simpulan
sebagai berikut.
(1) Terdapat perbedaan aktivitas belajar bahasa Indonesia kelas V SD pada
materi cerpen antara siswa yang mendapat pembelajaran dengan model
pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT)
dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional.
(2) Terdapat perbedaan hasil belajar bahasa Indonesia kelas V SD pada
materi cerpen antara siswa yang mendapat pembelajaran dengan model
pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT)
dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional.
(3) Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament
(TGT) efektif terhadap aktivitas belajar bahasa Indonesia siswa kelas V
SD Negeri 1 Kejobong pada materi cerpen.
(4) Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament
(TGT) efektif terhadap hasil belajar bahasa Indonesia siswa kelas V SD
Negeri 1 Kejobong pada materi cerpen.
121
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian eksperimen yang telah dilaksanakan pada
pembelajaran bahasa Indonesia dengan menggunakan model pembelajaran Teams
Games Tournament (TGT) pada siswa kelas V SD Negeri 1 Kejobong Kabupaten
Purbalingga, penulis menyampaikan saran sebagai berikut.
5.2.1 Bagi Guru
(1) Guru hendaknya lebih mengutamakan model pembelajaran kooperatif agar
siswa terbiasa untuk berinteraksi dengan temannya. Selain telah terbukti
efektif dalam pembelajaran, hal tersebut akan melatih siswa untuk
memiliki jiwa sosial yang dapat diterima dalam masyarakat.
(2) Guru hendaknya menjelaskan tata cara dan aturan dalam pelaksanaan
suatu model pembelajaran. Guru juga harus membimbing siswa agar
waktu yang digunakan efisien.
(3) Guru hendaknya selalu berusaha melakukan inovasi untuk memilih dan
mempertimbangkan model pembelajaran yang hendak diterapkan.
Berdasarkan karakteristik siswa SD khususnya kelas V yang masih dalam
tahap operasional konkret, guru hendaknya menerapkan pembelajaran
yang mengandung unsur permainan dan adanya interaksi antar siswa.
Contohnya yaitu model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT).
5.2.2 Bagi Sekolah
1) Sekolah hendaknya melengkapi fasilitas dan sarana prasarana yang
mendukung model pembelajaran.
122
2) Memberikan sosialisai kepada guru-guru kelas mengenai model
pembelajaran Teams Games Tournament (TGT), melalui sosialisasi,
diharapkan semua guru kelas mengetahui bahwa model pembelajaran
Teams Games Tournament (TGT) efektif untuk meningkatkan aktivitas
dan hasil belajar siswa.
5.2.4 Bagi Peneliti Lanjutan
Bagi peneliti lanjutan yang ingin melakukan penelitian tentang model
pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) disarankan untuk
memperhatikan berbagai kelemahan-kelemahan model pembelajaran
Teams Games Tournament (TGT). Selain itu peneliti lanjutan perlu
mengkaji lebih dalam mengenai model pembelajaran Teams Games
Tournament (TGT), sehingga hasil penelitian semakin lebih baik.
123
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta.
Arsyad, Azhar. 2015. Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers.
Doyin, Mukh dan Wagiran. 2012. Bahasa Indonesia Pengantar Penulisan Karya Ilmiah. Semarang: UNNES PRESS.
Ghozali, Imam.2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan program IMB SPSS 19. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Hamalik, Oemar. 2015. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Huda, Miftahul. 2014. Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran: Isu-isu metodis dan pragmatis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Imama, Rama Nur. 2013. The Effects Of Team Games Tournament On The Teaching Of Vocabulary For The Fourth Graders Of SDN 1 MengantiTersedia di https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source
=web&cd=2&cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwjl6-HhvYfNAhXHPY8KH
VLfDgwQFggpMAE&url=http%3A%2F%2Fejournal.unesa.ac.id%2Fartic
le%2F2658%2F58%2Farticle.doc&usg=AFQjCNFv_DSFKG0WOwAm4f
X-e1hscHEONg&bvm=bv.123325700,bs.1,d.c2I (diakses tanggal 02-06-
2016).
Khodijah, Nyayu. 2014. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.
Kusumaningsih, Dewi dkk. 2013. Terampil Berbahasa Indonesia. Yogyakarta:
Andi Offset.
Mulyati, Yeti. 2008. Keterampilan Berbahasa Indonesia SD. Jakarta: Universitas
Terbuka.
Munib, Achmad, dkk. 2012. Pengantar Ilmu Pendidikan. Semarang: UPT MKK
UNNES.
Muryanto, A Kristiawan. 2008. Aku Pandai Menulis Cerpen. Klaten: PT Intan
Sejati.
Ngatiyem. 2013. Efektivitas Model Pembelajaran Tipe Teams Games Tournament (TGT) Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Akuntansi Pada Kompetensi
Dasar Persamaan Dasar Akuntansi Siswa Kelas X SMK Widya Praja
Ungaran Tahun Ajaran 2012/2013 Tersedia di https://www.google
.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=6&cad=rja&uact=8&
ved=0ahUKEwiW8cuIu4fNAhULpY8KHXXyDJQQFgg-MAU&url=http
%3A%2F%2Flib.unnes.ac.id%2F19155%2F1%2F7101408200.pdf&usg=
124
AFQjCNGiyrepBvzOtC94fRT27XZQRtndzA&bvm=bv.123325700,d.c2I
(diakses tanggal 02-06-2016).
Poerwanti, Endang, dkk. 2008. Asessmen Pembelajaran SD. Jakarta: Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi Depdiknas.
Priyatno, Duwi. 2010. Paham Analisa Statistik Data dengan SPSS. Yogyakarta:
MediaKom.
Purwanti, Heni. 2015. Keefektifan Pembelajaran Matematika Berbasis Penerapan
TGT Berbantuan Animasi Grafis Pada Materi Pecahan Kelas IV. Tersedia
di https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd
=1&cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwjs7Jyot4fNAhXBLo8KHYNQDGM
QFgghMAA&url=http%3A%2F%2Fwww.mojet.net%2Farticle%2Fgetpdf
%2F121&usg=AFQjCNHs_KSrFn78MN-AeKrUdeVK27wOcw&bvm=b
v.123325700,d.c2I (diakses tanggal 02-06-2016).
Purwanto. 2013. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Puspitasari, Dewi. 2013. Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Materi Daur Air
dan Peristiwa Alam melalui Model Teams Games Tournaments (TGT) pada Siswa Kelas V SD Negeri Kraton 3 Kota Tegal. Tersedia di
http://lib.unnes.ac.id/17438/ (diakses tanggal 02-06-2016).
Rifa’i, Achmad dan Carharina Tri Anni. 2012. Psilologi Pendidikan. Semarang:
UNNES Pers.
Riduwan. 2013. Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta.
Rusman. 2014. Model-model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Salam, Abdus. 2015. Effects of using Teams Games Tournaments (TGT) Cooperative Technique for Learning Mathematics in Secondary Schools of Bangladesh. Tersedia di https://www.google.c o.id/url?sa=t&rct=j&q=
&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwjs7Jyot4f
NAhXBLo8KHYNQDGMQFgghMAA&url=http%3A%2F%2Fwww.moj
et.net%2Farticle%2Fgetpdf%2F121&usg=AFQjCNHs_KSrFn78MN-Ae
KrUdeVK27wOcw&bvm=bv.123325700,d.c2I (diakses tanggal 02-06-
2016).
Santosa, Puji. 2012. Materi dan Pembelajaran Bahasa Indonesia SD. Jakarta:
Universitas Terbuka.
Slameto. 2013. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka
Cipta.
125
Slavin, Robert E..2015. Cooperatif Learning Teori Riset dan Praktik. Bandung:
Penerbit Nusa Media.
Sudjana, Nana. 2014. Penilaian Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Sufanti, Main. 2012. Strategi Pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia.Surakarta: Yuma Pustaka.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian kombinasi (Mixed Methods). Bandung:
Alfabeta.
Suprijono, Agus. 2014. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Susanto, Ahmad. 2015. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Prenamedia
Group.
Thoifah, I’anatut. 2015. Statistika Pendidikan dan Metode Penelitian Kuantitatif.Malang: Intrans Publishing.
Tim Penyusun. 2011. Pedoman Akademik Universitas Negeri Semarang 2011/2012. Semarang. Universitas Negeri Semarang.
Utami, Kamela Purna. 2013. Keefektifan Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) terhadap Aktivitas dan Hasil Belajar Materi Bangun
Ruang pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri Pagerbarang 03
Kabupaten Tegal. Tersedia di https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=
j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwixhv
qVvIfNAhWLRI8KHbKcCs0QFggeMAA&url=http%3A%2F%2Flib.unn
es.ac.id%2F17495%2F1%2F1401409032.pdf&usg=AFQjCNE8ZUKMGS
FYGZ2CYmFownDwt0MXEg&bvm=bv.123325700,bs.1,d.c2I (diakses
tanggal 02-06-2016).
Van Wyk, Micheal M. 2011. The Effects of Teams-Games-Tournaments on Achievement,Retention, and Attitudes of Economics Education StudentsTersedia di https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source
=web&cd=1&cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwiM49-luIfNAhXCo48KH
WexDdgQFggeMAA&url=http%3A%2F%2Fwww.krepublishers.com%2
F02-Journals%2FJSS%2FJSS-26-0-000-11-Web%2FJSS-26-3-000-11-
Abst-PDF%2FJSS-26-3-183-11-1132-Van-Wyk-M-M%2FJSS-26-3-183-
11-1132-Van-Wyk%2520-M-M-Tt.pdf&usg=AFQjCNHkrykdfMzK4YI
mI7tlaqpn6lUmow&bvm=bv.123325700,d.c2I (diakses tanggal 02-06-
2016).
Widoyoko, Eko Putro. 2015. Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
126
____________. 2014. Penilaian Hasil Pembelajaran di Sekolah. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Winataputra, Udin S. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas
Terbuka.
Yonny, Acep dkk. 2010. Menyusus Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta:
Familia.