keefektifan puntung rokok sebagai pengendali ... - jurnal

9
KEEFEKTIFAN PUNTUNG ROKOK SEBAGAI PENGENDALI Gloeosporium fructigenum PADA BUAH APEL (EFFECTIVITY OF CIGARETTE BUTTS AS CONTROL AGENT OF Gloeosporium fructigenum ON APPLE) Oleh: Woro Sri Suharti, Muljo Wachjadi, dan Ruth Feti Rahayuniati Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto (Diterima: 4 Agustus 2010, disetujui: 29 Oktober 2010) ABSTRACT The objective of the research was to determine the effectivity of cigarette butts extract to control the growth of Gloeosporium fructigenum causing apple bitter rot in vitro and in vivo. Randomized block design was used with factorial pattern for both in vitro and in vivo treatments. The first factor for in vitro treatment was kinds of solvent, i.e., water and ethanol. The second one was type of cigarette consisted of filtered cigarette butts, non-filtered cigarette butts and sliced tobacco. The third factors were the concentration of cigarette butts extract, and sliced tobacco (10, 30, and 50%). The first factor for in vivo treatment was concentration of non-filtered cigarette butts extract with water solvent (10, 20, and 30%), the second one was fruit soaking time (10, 15, and 20 minutes). Variables measured on in vitro research were diameter of the fungi, conidia size, and inhibition of conidial growth. Variables measured on in vivo one were incubation period, area of symptoms, effectiveness of cigarette butts extracts, rate of infection, and sensory test. The research results showed that the extract of non-filtered cigarette butts and sliced tobacco both with water and ethanol as a solvent had ability to inhibit the growth of G. fructigenum in vitro. Filtered cigarette butts extract was effective to control the G. fructigenum in vivo. Key words: apple, botanical pesticides, cigarette butts extracts, Gloeosporium fructigenum PENDAHULUAN berasal dari tumbuhan atau bagian tumbuhan Apel merupakan buah yang sangat seperti akar, daun, batang, atau buah. Bahan digemari masyarakat karena kandungan vitamin tersebut diolah menjadi bahan mentah berbentuk dan mineral yang cukup banyak. Penanganan tepung, ekstrak, atau resin. Abu hasil pembakar- lepas panen pada budidaya apel dapat mengalami an bagian tumbuhan yang digunakan sebagai kendala akibat adanya patogen Gloeosporium pestisida juga dapat dikategorikan sebagai fructigenum yang menyebabkan penyakit busuk pestisida nabati. Salah satu bahan baku pahit buah. Keberadaan patogen tersebut dapat pembuatan pestisida nabati adalah tembakau. menurunkan kualitas hasil dan secara ekonomi Rokok merupakan turunan produk dapat merugikan petani. Salah satu upaya untuk tembakau yang banyak dikonsumsi oleh menekan perkembangan penyakit dapat masyarakat Indonesia. Pada tahun 2006, dilakukan dengan penggunaan pestisida nabati. konsumsi rokok di Indonesia sebesar 215 milyar Pestisida nabati berpotensi sebagai pengendali rokok, sedangkan pada tahun 2010 diperkirakan patogen karena sejumlah keunggulan yang sebesar 213 milyar (Patung, 2006). Menurut dimiliki seperti sifat tidak meracuni tanaman, data Badan Kesehatan Dunia (WHO), konsumsi sistemik, dan mudah terurai di alam (Dubey et rokok Indonesia per kapita adalah 1.742 rokok al., 2008). per orang per tahun. Rokok menghasilkan Menurut Thamrin et al. (2010), pestisida limbah berupa puntung rokok yang dapat nabati adalah pestisida yang bahan aktifnya merugikan lingkungan. Jurnal Pembangunan Pedesaan Volume 10 Nomor 2, Desember 2010, hal. 77-85

Upload: others

Post on 21-Apr-2022

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KEEFEKTIFAN PUNTUNG ROKOK SEBAGAI PENGENDALI ... - Jurnal

KEEFEKTIFAN PUNTUNG ROKOK SEBAGAI PENGENDALI Gloeosporium fructigenum PADA BUAH APEL

(EFFECTIVITY OF CIGARETTE BUTTS AS CONTROL AGENT OF Gloeosporium fructigenum ON APPLE)

Oleh:Woro Sri Suharti, Muljo Wachjadi, dan Ruth Feti RahayuniatiFakultas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto

(Diterima: 4 Agustus 2010, disetujui: 29 Oktober 2010)

ABSTRACTThe objective of the research was to determine the effectivity of cigarette butts extract to control

the growth of Gloeosporium fructigenum causing apple bitter rot in vitro and in vivo. Randomized block design was used with factorial pattern for both in vitro and in vivo treatments. The first factor for in vitro treatment was kinds of solvent, i.e., water and ethanol. The second one was type of cigarette consisted of filtered cigarette butts, non-filtered cigarette butts and sliced tobacco. The third factors were the concentration of cigarette butts extract, and sliced tobacco (10, 30, and 50%). The first factor for in vivo treatment was concentration of non-filtered cigarette butts extract with water solvent (10, 20, and 30%), the second one was fruit soaking time (10, 15, and 20 minutes). Variables measured on in vitro research were diameter of the fungi, conidia size, and inhibition of conidial growth. Variables measured on in vivo one were incubation period, area of symptoms, effectiveness of cigarette butts extracts, rate of infection, and sensory test. The research results showed that the extract of non-filtered cigarette butts and sliced tobacco both with water and ethanol as a solvent had ability to inhibit the growth of G. fructigenum in vitro. Filtered cigarette butts extract was effective to control the G. fructigenum in vivo.

Key words: apple, botanical pesticides, cigarette butts extracts, Gloeosporium fructigenum

PENDAHULUAN berasal dari tumbuhan atau bagian tumbuhan

Apel merupakan buah yang sangat seperti akar, daun, batang, atau buah. Bahan

digemari masyarakat karena kandungan vitamin tersebut diolah menjadi bahan mentah berbentuk

dan mineral yang cukup banyak. Penanganan tepung, ekstrak, atau resin. Abu hasil pembakar-

lepas panen pada budidaya apel dapat mengalami an bagian tumbuhan yang digunakan sebagai

kendala akibat adanya patogen Gloeosporium pestisida juga dapat dikategorikan sebagai

fructigenum yang menyebabkan penyakit busuk pestisida nabati. Salah satu bahan baku

pahit buah. Keberadaan patogen tersebut dapat pembuatan pestisida nabati adalah tembakau.

menurunkan kualitas hasil dan secara ekonomi Rokok merupakan turunan produk

dapat merugikan petani. Salah satu upaya untuk tembakau yang banyak dikonsumsi oleh

menekan perkembangan penyakit dapat masyarakat Indonesia. Pada tahun 2006,

dilakukan dengan penggunaan pestisida nabati. konsumsi rokok di Indonesia sebesar 215 milyar

Pestisida nabati berpotensi sebagai pengendali rokok, sedangkan pada tahun 2010 diperkirakan

patogen karena sejumlah keunggulan yang sebesar 213 milyar (Patung, 2006). Menurut

dimiliki seperti sifat tidak meracuni tanaman, data Badan Kesehatan Dunia (WHO), konsumsi

sistemik, dan mudah terurai di alam (Dubey et rokok Indonesia per kapita adalah 1.742 rokok

al., 2008). per orang per tahun. Rokok menghasilkan

Menurut Thamrin et al. (2010), pestisida limbah berupa puntung rokok yang dapat

nabati adalah pestisida yang bahan aktifnya merugikan lingkungan.

Jurnal Pembangunan Pedesaan Volume 10 Nomor 2, Desember 2010, hal. 77-85

Page 2: KEEFEKTIFAN PUNTUNG ROKOK SEBAGAI PENGENDALI ... - Jurnal

78

Keefektifan Puntung Rokok sebagai ... (W.S. Suharti et al.)

Limbah rokok berupa puntung rokok Penelitian in vitro menggunakan

memiliki kandungan yang sama seperti rokok rancangan acak kelompok dengan pola faktorial.

utuh, yaitu nikotin, fenol, dan eugenol. Nikotin Faktor pertama adalah jenis pelarut yaitu pelarut

dapat bersifat racun bagi organisme (Dayan dan air dan etanol. Faktor kedua adalah jenis puntung

Duke, 2003), sedangkan senyawa eugenol rokok (kretek filter dan takfilter) dan tembakau

secara efektif dapat mengendalikan patogen rajangan; sedangkan faktor ketiga adalah

tanaman (Manohara et al., 1993). Senyawa fenol konsentrasi ekstrak puntung rokok dan tembakau

dapat berperan baik sebagai alat mekanisme rajangan (konsentrasi 10, 30, dan 50%). Pada

pertahanan tanaman terhadap patogen (Vaya et penelitian in vivo, rancangan yang digunakan

al., 1997). Berdasarkan penelitian yang adalah rancangan acak kelompok dengan pola

dilakukan oleh Noveriza dan Tombe (2003) faktorial. Faktor yang dicoba adalah konsentrasi

diketahui bahwa limbah rokok berpengaruh perlakuan terbaik pada perlakuan in vitro, yaitu

terhadap beberapa jenis jamur patogen tanah, 10, 20, serta 30%, dan kontrol. Faktor kedua

seperti Fusarium oxysporum f.sp. vanillae, yang dicoba adalah waktu perendaman buah ke

Colletotrichum gloeosporiodes, Rigidoporus ekstrak, yang terdiri dari perendaman 10, 15,

lignosus, dan Sclerotium rolfsii. dan 20 menit.

Puntung rokok diduga dapat digunakan Pelaksanaan penelitian diawali dengan

sebagai bahan baku pembuatan pestisida nabati penyiapan inokulum patogen. Patogen diper-

untuk mengendalikan patogen penyebab busuk banyak di medium PDA dan diinkubasi selama

pahit pada buah apel yang aman, efektif, dan satu minggu. Selanjutnya, isolat di medium

ramah lingkungan. Penggunaan puntung rokok padat dipindahkan ke dalam medium cair dan

sebagai alternatif bahan baku pembuatan digojog selama lima hari dengan kecepatan 150

pestisida nabati dinilai dapat menjadikan rpm dan suhu ruang (28°C), sehingga diperoleh

puntung rokok sebagai produk daur ulang, suspensi patogen. Kepadatan patogen dihitung 7sehingga limbah puntung rokok di lingkungan sebanyak n x 10 konidium/ml larutan. Suspensi

akan berkurang. Berdasarkan hal tersebut maka patogen siap digunakan untuk tahap penelitian

dilakukan penelitian dengan tujuan untuk selanjutnya.

mengetahui keefektifan puntung rokok sebagai Pada pembuatan ekstrak puntung rokok,

bahan baku pembuatan pestisida untuk menekan bahan puntung rokok dibedakan berdasarkan ada

pertumbuhan jamur G. fructigenum penyebab tidaknya filter, dan sebagai pembanding

busuk pahit buah apel secara in vitro maupun in digunakan tembakau rajangan. Sebanyak 100 g

vivo. puntung rokok (filter dan takfilter) maupun

tembakau rajangan direndam dalam dua jenis

METODE PENELITIAN pelarut, yaitu 100 ml air dan 100 ml etanol.

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Perendaman dalam air dilakukan selama 1, 2,

Perlindungan Tanaman Fakultas Pertanian dan 3 hari, sedangkan perendaman dalam etanol

Universitas Jenderal Soedirman selama empat dilakukan selama 1, 3, dan 6 jam. Perendaman

bulan mulai April 2009 sampai dengan Juli 2009. dimaksudkan agar nikotin, fenol, dan eugenol

Penelitian dilakukan dua tahap, yaitu secara in sebagai senyawa yang berperan sebagai

vitro dan dilanjutkan dengan in vivo. fungisida dapat larut. Selanjutnya, rendaman

Page 3: KEEFEKTIFAN PUNTUNG ROKOK SEBAGAI PENGENDALI ... - Jurnal

79

disaring menggunakan kain kasa atau kertas dilakukan terhadap seluruh buah, masing masing

saring. Penyaringan dilakukan tiga kali sehingga selama 15 menit. Selanjutnya, buah diletakkan

filtrat bersih dari sisa tembakau maupun filter pada wadah plastik, dilukai dan ditetesi medium

rokok. Filtrat yang digunakan diencerkan cair berisi isolat patogen dengan kerapatan n x 7dengan air atau etanol, tergantung pelarut yang 10 konidium/ml, masing-masing dua tetes.

digunakan. Pengenceran dilakukan dengan Luka pada buah ditutup dengan kapas basah,

melarutkan 100 ml filtrat murni dalam 1000 ml diinkubasi dalam suhu ruang. Pada penelitian in

pelarut. Filtrat yang telah diencerkan siap vivo, peubah yang diamati berupa luas gejala,

digunakan sebagai ekstrak puntung rokok yang laju infeksi, keefektifan puntung rokok, dan uji

merupakan bahan utama dalam penelitian. inderawi. Peubah tambahan pada penelitian

Pada perlakuan in vitro, medium PDA adalah pengukuran kadar nikotin, eugenol, dan

padat sebanyak 9, 7, dan 5 ml dalam tabung fenol pada puntung rokok serta tembakau dengan

reaksi dicairkan dengan cara menangasnya metode GC-MS (Gas Chromatography Mass

dalam air mendidih. Pada keadaan hangat, Spectrometry) yang dilakukan oleh Lab Kimia

ekstrak puntung rokok dan tembakau rajangan Organik, Fak. MIPA UGM. Data yang

pada masing-masing konsentrasi diambil diperoleh dianalisis dengan uji F, apabila

sebanyak 1, 3, dan 5 ml, dimasukan ke dalam berbeda nyata dilanjutkan dengan Uji Jarak

tabung reaksi sesuai perlakuan, dihomogenkan Berganda Duncan (Duncan’s Multiple Range

dengan vortex, kemudian dituang ke dalam Test) pada taraf 5%.

cawan Petri. Setelah dingin (padat), biakan

jamur berdiameter 0,5 cm hasil perbanyakan HASIL DAN PEMBAHASAN

diambil menggunakan bor gabus, diletakkan di Uji in vitro

tengah medium PDA + ekstrak puntung rokok Berdasarkan hasil analisis puntung rokok

dengan spatula dan diinkubasi pada suhu kamar dengan metode GC-MS diketahui bahwa ekstrak

selama delapan hari. Peubah yang diamati pada puntung rokok mengandung nikotin, eugenol,

penelitian in vitro adalah masa inkubasi, dan fenol yang bersifat racun bagi patogen

diameter biakan, ukuran konidium jamur, dan dengan persentase berbeda (Tabel 1).

perkecambahan konidium. Kandungan nikotin terdapat pada puntung rokok

Penelitian in vivo dilakukan dengan takfilter, sedangkan pada puntung rokok filter

meletakkan buah apel Rome Beauty ke dalam tidak ada. Kadar nikotin rokok takfilter lebih

gelas piala steril berisi ekstrak puntung rokok tinggi dibanding rokok filter disebabkan oleh

takfilter dengan pelarut air. Pencelupan berbagai faktor, antara lain jenis dan campuran

Jurnal Pembangunan Pedesaan Volume 10 Nomor 2, Desember 2010, hal. 77-85

Tabel 1. Hasil analisis nikotin, eugenol, dan fenol dengan GC-MS

Page 4: KEEFEKTIFAN PUNTUNG ROKOK SEBAGAI PENGENDALI ... - Jurnal

80

Keterangan: A1 = Pelarut air, A2 = Pelarut etanol, P0 = Tanpa puntung rokok, P1 = Jenis Puntung rokok kretek filter, P2 = Jenis puntung rokok kretek takfilter, P3 = Tembakau rajangan, K1 = Konsentrasi ekstrak puntung rokok 10%, K2 = Konsentrasi ekstrak puntung rokok 30%, K3 = Konsentrasi ekstrak puntung rokok 50%. Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom dan baris yang sama tidak berbeda nyata pada DMRT 5%.

Tabel 2. Diameter biakan G. fructigenum Berk.

Keefektifan Puntung Rokok sebagai ... (W.S. Suharti et al.)

Page 5: KEEFEKTIFAN PUNTUNG ROKOK SEBAGAI PENGENDALI ... - Jurnal

81

tembakau yang digunakan, jumlah tembakau racun bagi patogen (Alam et al., 2002), sedang-

dalam tiap batang rokok, senyawa tambahan kan senyawa fenol dapat menghambat pertum-

yang digunakan untuk meningkatkan aroma dan buhan mikroba (Panagan dan Syarif, 2009).

rasa, serta ada tidaknya filter dalam tiap batang Konsentrasi 50% merupakan konsentrasi

rokok (Susana et al., 2003). yang paling efektif untuk menghambat pertum-

Pada peubah pertumbuhan diameter buhan G. fructigenum dibandingkan dengan

biakan jamur G. fructigenum, diketahui bahwa konsentrasi 10 dan 30%. Pada konsentrasi 50%,

kombinasi perlakuan etanol dan ekstrak puntung diameter biakan G. fructigenum tidak dapat

rokok takfilter memberikan pengaruh pengham- tumbuh menutupi cawan Petri. Hal ini sesuai

batan terbesar dibanding dengan perlakuan dengan penelitian Changkasiri dan Wongroung

lainnya. Diduga hal ini disebabkan adanya (2003), yang menunjukkan bahwa semakin

kandungan nikotin dan eugenol yang dimiliki. tinggi konsentrasi perlakuan, kegiatan patogen

Nikotin dan eugenol bersifat larut dalam akan semakin terhambat.

alkohol, sehingga berpeluang menghambat Berdasarkan data pada Tabel 3 diketahui

pertumbuhan jamur (Noveriza dan Tombe, bahwa perlakuan ekstrak puntung rokok takfilter

2003). Penelitian Changkasiri dan Wongroung dan tembakau dengan pelarut air maupun etanol

(2009) menunjukkan bahwa tembakau dengan pada konsentrasi 30 serta 50% tidak hanya

pelarut alkohol 70% memiliki daya hambat yang memengaruhi ukuran konidium, tapi juga keber-

tinggi terhadap pertumbuhan patogen. adaan konidium G. fructigenum. Hal ini sesuai

Ekstrak puntung rokok kretek takfilter dengan penelitian Alam et al. (2002), yang

dan tembakau rajangan mempunyai kemampuan menunjukkan bahwa peningkatan konsentrasi

lebih baik dalam menghambat biakan G. perlakuan daun tembakau akan semakin

fructigenum dibandingkan perlakuan ekstrak memengaruhi perkecambahan konidium

puntung rokok filter karena mengandung patogen. Kandungan nikotin yang lebih tinggi

senyawa nikotin dan fenol yang lebih tinggi. pada perlakuan ekstrak puntung rokok takfilter

Nikotin yang terkandung dalam rokok bersifat dan tembakau dibandingkan dengan perlakuan

Jurnal Pembangunan Pedesaan Volume 10 Nomor 2, Desember 2010, hal. 77-85

Keterangan: A1 = Pelarut air, A2 = Pelarut etanol, P0 = Tanpa ekstrak puntung rokok, P1 = Puntung rokok kretek filter, P2 = Puntung rokok kretek takfilter, P3 = Tembakau rajangan.

Tabel 3. Ukuran konidium jamur G. fructigenum Berk.

Page 6: KEEFEKTIFAN PUNTUNG ROKOK SEBAGAI PENGENDALI ... - Jurnal

82

Tabel 4. Perkecambahan konidium jamur G. fructigenum Berk.

Keterangan: A1 = Pelarut air, A2 = Pelarut etanol, P1 = Puntung rokok kretek filter, P2 = Puntung rokok kretek takfilter, P3 = Tembakau rajangan. Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom dan baris yang sama tidak berbeda nyata pada DMRT 5%.

Tabel 5. Luas gejala, laju infeksi G. fructigenum dan keefektifan ekstrak puntung rokok takfilter

Keterangan: K0 = Kontrol, K1 = Konsentrasi 10%, K2 = Konsentrasi 20%, K3 = Konsentrasi 30%, T1 = Waktu perendaman 10 menit, T2 = Waktu perendaman 15 menit, T3 = Waktu perendaman 20 menit. Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom dan baris yang sama tidak berbeda nyata pada DMRT 5%.

Keefektifan Puntung Rokok sebagai ... (W.S. Suharti et al.)

Page 7: KEEFEKTIFAN PUNTUNG ROKOK SEBAGAI PENGENDALI ... - Jurnal

83

puntung rokok filter juga dapat menjadi (2006), bercak dikelilingi oleh halo merah.

penyebab terhambatnya pertumbuhan jamur Gejala yang paling khas adalah gejala di bagian

(Pavia et al., 2000). dalam, apabila buah apel Rome Beauty dibelah

Uji in vivo membujur, terlihat bercak coklat atau hitam

Pada pengujian in vivo, ekstrak yang menuju ke semua arah.

digunakan berasal dari puntung rokok takfilter Hasil pengujian terhadap luas gejala

dengan pelarut air. Pertimbangan dipilihnya menunjukkan perbedaan yang sangat nyata pada

ekstrak takfilter dalam perlakuan adalah karena konsentrasi ekstrak puntung rokok takfilter

ekstrak puntung takfilter memberikan pengaruh (Tabel 5). Hal ini membuktikan bahwa

penghambatan yang baik terhadap perkembang- perbedaan konsentrasi ekstrak puntung rokok

an diameter biakan G. fructigenum pada peneli- takfilter memberikan pengaruh terhadap

tian in vitro. Puntung rokok takfilter juga menye- penurunan luas gejala G. fructigenum baik di

babkan penurunan ukuran dan penghambatan permukaan maupun bagian dalam buah apel

perkecambahan konidium. Pelarut air digunakan Rome Beauty. Kombinasi perlakuan terhadap

dalam perlakuan in vivo karena air merupakan peubah luas gejala tidak memberikan pengaruh

pelarut yang cukup baik (Madigan et al., 2000), berbeda nyata, meskipun demikian ekstrak

lebih mudah didapat dibandingkan etanol, puntung rokok takfilter tetap dapat menghambat

sehingga diharapkan perlakuan ini dapat luas gejala.

diaplikasikan dengan mudah dan murah oleh Berdasarkan data Tabel 5 diketahui

petani. bahwa perlakuan ekstrak puntung rokok takfilter

Masa inkubasi pada seluruh perlakuan dengan berbagai konsentrasi dapat menghambat

adalah satu hari setelah inokulasi. Gejala pertumbuhan patogen G. fructigenum sehingga

penyakit oleh jamur G. fructigenum pada buah dapat menekan laju infeksi. Hal ini sesuai

apel Rome Beauty yang dilukai diawali dengan dengan Soesanto (2006) yang menyatakan

bercak kecil dan sedikit cekung berwarna coklat bahwa penghambatan pertumbuhan patogen

muda sampai coklat tua. Menurut Soesanto pada buah akan mengurangi laju infeksi.

Jurnal Pembangunan Pedesaan Volume 10 Nomor 2, Desember 2010, hal. 77-85

Tabel 6. Uji inderawi

Keterangan: K0 = Kontrol, K1 = Konsentrasi 10%, K2 = Konsentrasi 20%, K3 = Konsentrasi 30%, T1 = Waktu perendaman 10 menit, T2 = Waktu perendaman 15 menit, T3 = Waktu perendaman 20 menit. * = tidak berubah.

Page 8: KEEFEKTIFAN PUNTUNG ROKOK SEBAGAI PENGENDALI ... - Jurnal

84

Perlakuan berupa waktu perendaman tidak ber- Saran

pengaruh terhadap laju infeksi G. fructigenum. 1. Perlu penelitian lebih lanjut mengenai

Menurut Thamrin et al. (2010), pestisida yang kisaran konsentrasi dan waktu perendaman

berasal dari bahan nabati memiliki sifat mudah ekstrak puntung rokok untuk menghambat

terurai di alam, sehingga diduga daya racun jamur G. Fructigenum pada buah apel.

ekstrak puntung rokok berkurang pada saat 2. Perlu penelitian lebih lanjut mengenai

perlakuan perendaman. aplikasi ekstrak puntung rokok untuk

Perhitungan keefektifan ekstrak puntung menghambat jamur G. fructigenum pada

rokok dilakukan untuk melihat keefektifan buah apel di lapang.

perlakuan ekstrak puntung rokok terhadap pene-

kanan kerusakan akibat jamur G. fructigenum. UCAPAN TERIMA KASIH

Berdasarkan hasil pengamatan terlihat bahwa Peneliti menyampaikan terima kasih

konsentrasi yang semakin tinggi akan mening- kepada Fakultas Pertanian Unsoed atas bantuan

katkan keefektifan ekstrak puntung rokok. Hal dana yang bersumber pada dana DIPA untuk

ini sesuai dengan penelitian Akinbode dan Ikotun pelaksanaan penelitian. Ucapan terima kasih

(2008). juga disampaikan kepada Afriliane Harni,

Uji inderawi dilakukan dengan pende- mahasiswa Jurusan Hama Penyakit Tumbuhan

katan uji segitiga (triangle test) melalui uji yang membantu pelaksanaan penelitian.

terhadap warna, aroma, dan rasa buah apel yang

telah diberi perlakuan (Tabel 6). Hasil pengujian DAFTAR PUSTAKA

inderawi buah apel Rome Beauty yang diberi Akinbode, O.A. and T. Ikotun. 2008. perlakuan ekstrak puntung rokok menunjukkan Evaluation of some Bioagents and

Botanicals in In vitro Control of tidak ada perbedaan dengan perlakuan pada Colletotrichum destructivum. African

kontrol. Hal ini diduga karena kulit buah apel Journal of Biotechnology 7(7):868-872.

tebal sehingga dapat menjadi penghalang fisik Alam, S., N, Akhter, M.F. Begum, M.S. Banu,

(Shafiee et al., 2008). Uji terhadap warna buah M.R. Islam, A.N. Chowdhury, and M.S.

paling sukar untuk diberi deskripsi dan cara Alam. 2002. Antifungal Activities (in vitro) pengukurannya karena subjektivitas penglihatan of Some Plant Extracts and Smoke on Foru

Fungal Pahogens of Different Hosts. berpengaruh dalam penilaian komoditas Pakistan Journal of Biological Science

(Soekarto, 1985).5(3):307-309.

Changkasiri, P. and S. Wongroung. 2009. KESIMPULAN DAN SARAN

Effect of Soap Pod and Tobacco on Kesimpulan Inhibition of Colletotrichum capsici. As. J. 1. Ekstrak puntung rokok takfilter dan temba- Food Ag-Ind. Special Issues:119-124.

kau dengan pelarut air maupun etanol Dayan, F.E. and S.O. Duke. 2003. Trichomes mempunyai kemampuan untuk menghambat and Root Hairs: Natural Pesticide

Factories. Pesticide outlook (The Royal pertumbuhan G. fructigenum in vitro. Society of Chemistry), 14 (44):175-178.

2. Ekstrak puntung rokok kretek takfilter efek-

tif mengendalikan G. fructigenum in vivo.

Keefektifan Puntung Rokok sebagai ... (W.S. Suharti et al.)

Page 9: KEEFEKTIFAN PUNTUNG ROKOK SEBAGAI PENGENDALI ... - Jurnal

85

Dubey, N.K., B. Srivastava, and A. Kumar. Pavia, C.S., A. Pierre, and J. Nowakowski. 2008. Current Status of Plant Products as 2000. Antimicrobial Activity of Nicotine Botanical Pesticides in Storage Pest Against a Spectrum of Bacterial and Fungal Management. Journal of Biopesticides Pathogens. J. Med. Microbiol 49 (7):674-1(2):182-186. 675.

Madigan, M.T., J.M. Martinko, and J. Parker. Shafiee, S., A.M. Motlagh, A.R. Didar, and S. th Minaee. 2008. Investigation the Effect of 2000. Biology of Microorganism 9 Ed.

Skin on Mechanical Behavior of Apple. Prentice-Hall, Inc. New Jersey, USA. Journal of Food Technology 6(2):86-91.991p.

Soekarto, S.I. 1985. Penilaian Organoleptis Manohara, D., D. Wahyuno, dan Sukamto. untuk Industri Pangan dan Hasil 1993. Pengaruh Tepung dan Minyak Pertanian. Bharata Karya Aksara, Jakarta. Cengkeh terhadap Phytophthora, 87 hal.Rigidoporus dan Sclerotium. Prosiding

Seminar Hasil Penelitian dalam Rangka Soesanto, L. 2006. Penyakit Pascapanen

Pemanfaatan Pestisida Nabati. Bogor, 1-2 Sebuah Pengantar. Kanisius, Yogyakarta.

Desember 1993. Hal. 19-27.268 hal.

Noveriza, R dan M. Tombe. 2003. Uji In Vitro Susana, D., B. Hartono, dan H. Fauzan. 2003.

Limbah Puntung Rokok terhadap Beberapa Penentuan Kadar Nikotin dalam Asap

Jamur Patogenik Tanaman. Buletin TRO Rokok. Makara Kesehatan 7(2):38-41.

XIV(2):30-37.Thamrin, M., S. Asikin, Mukhlis, dan A.

Panagan, A.T. dan N. Syarif. 2009. Uji Daya Budiman. 2010. Potensi Ekstrak Flora

Hambat Asap Cair Hasil Pirolisis Kayu Lahan Rawa sebagai Pestisida Nabati (On-

Pelawan (Tristania abavata) terhadap line). http://balittra.litbang.deptan.go.id/

Bakteri Echerichia coli. Jurnal Penelitian eksotik/ Monograf%20-%204.pdf .

Sains (12) 09:30-32.diakses pada 12 Juni 2010.

Patung. 2006. Cigarette Production and Vaya J, P.A. Belinky, and M. Aviram. 1997.

Consumption (On-line). http://www. Antioxidant Constituents from Licorice

indonesiamatters. com/1021/cigarette-Roots: Isolation, Structure Elucidation and

production-consumption/ diakses pada 12 Antioxidative Capacity toward LDL

Juni 2010.Oxidation. Free Radical Biol. Med. 23(2):302-313.

Jurnal Pembangunan Pedesaan Volume 10 Nomor 2, Desember 2010, hal. 77-85