kepemimpinan kh. muhammad hasan mutawakkil …

15
At-Turost: Journal of Islamic Studies, Vol.07, No.02,Agustus 2020 P-ISSN: 2086-3179 Website: https://ejurnal.stainh.ac.id/index.php/jurnal E-ISSN: 2581-1622 At-Turost: Journal of Islamic Studies 186 KEPEMIMPINAN KH. MUHAMMAD HASAN MUTAWAKKIL ALALLAH TERHADAP PENEGEMBANGAN PONDOK PESANTREN ZAINUL HASAN GENGGONG PROBOLINGGO Herwati 1 1 Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Zainul Hasan Genggong Probolinggo [email protected] Abstrak: KH. Muhammad Hasan Mutawakkil Alallah was the 4th Caliph who continued the leadership relay of Zainul Hasan Islamic Boarding School, Genggong Probolinggo after his father's KH. Hasan Saifourridzal. Pondok Pesantren Zainul Hasan Gengggong Probolinggo is the oldest pesantren in Probolinggo Regency, which has continued to grow until now despite the succession of several caliphs. This pesantren journey through the turn of the century, political lezim and different eras, provides its own dynamics. The existence of Genggong pesantren is not only determined by elements that are ethnographic (mosques, kiai, santri and yellow books), but mainly upheld by philosophical content, such as the value of honesty, sincerity, istiqomah, taqwa, trust, respect for kiai, grave pilgrimage and so on . This pesantren has experienced 4 generations, which currently continue to strengthen its identity as a quality and salaf- based pesantren, with many developing the latest education system to keep abreast of the times and respond to the needs of the times. KH. Keyword: Leadership, KH. Muhammad Hasan Mutawakkil Alallah, Development of Zainul Hasan Genggong Islamic Boarding School. Abstrak KH. Muhammad Hasan Mutawakkil Alallah adalah Khalifah ke-4 yang melanjutkan estafet kepemimpinan Pondok Pesantren Zainul Hasan Genggong Probolinggo setelah ayahnya KH. Hasan Saifourridzal. Pondok Pesantren Zainul Hasan Gengggong Probolinggo merupakan pesantren tertua di Kabupaten Probolinggo yang terus berkembang hingga saat ini meski ada suksesi beberapa khalifah. Perjalanan pesantren melewati pergantian abad, lezim politik dan era yang berbeda, memberikan dinamika tersendiri. Keberadaan pesantren Genggong tidak hanya ditentukan oleh unsur-unsur yang bersifat etnografi (masjid, kiai, santri dan kitab kuning), tetapi terutama dijunjung oleh muatan filosofis, seperti nilai kejujuran, keikhlasan, istiqomah, taqwa, amanah, penghormatan terhadap kiai. , ziarah kuburan dan sebagainya. Pesantren ini telah mengalami 4 generasi, yang saat ini terus memperkuat jati dirinya sebagai pesantren yang bermutu dan berbasis salaf, dengan banyak mengembangkan sistem pendidikan terkini untuk mengikuti perkembangan zaman dan menjawab kebutuhan zaman. KH. Kata kunci : Kepemimpinan, KH. Muhammad Hasan Mutawakkil Alallah, Pengembangan Pondok Pesantren Zainul Hasan Genggong.

Upload: others

Post on 01-Dec-2021

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KEPEMIMPINAN KH. MUHAMMAD HASAN MUTAWAKKIL …

At-Turost: Journal of Islamic Studies, Vol.07, No.02,Agustus 2020 P-ISSN: 2086-3179 Website: https://ejurnal.stainh.ac.id/index.php/jurnal E-ISSN: 2581-1622

At-Turost: Journal of Islamic Studies 186

KEPEMIMPINAN KH. MUHAMMAD HASAN MUTAWAKKIL

ALALLAH TERHADAP PENEGEMBANGAN PONDOK

PESANTREN ZAINUL HASAN GENGGONG PROBOLINGGO

Herwati1 1Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Zainul Hasan Genggong Probolinggo

[email protected]

Abstrak:

KH. Muhammad Hasan Mutawakkil Alallah was the 4th Caliph who continued the

leadership relay of Zainul Hasan Islamic Boarding School, Genggong Probolinggo

after his father's KH. Hasan Saifourridzal. Pondok Pesantren Zainul Hasan Gengggong

Probolinggo is the oldest pesantren in Probolinggo Regency, which has continued to

grow until now despite the succession of several caliphs. This pesantren journey

through the turn of the century, political lezim and different eras, provides its own

dynamics. The existence of Genggong pesantren is not only determined by elements that

are ethnographic (mosques, kiai, santri and yellow books), but mainly upheld by

philosophical content, such as the value of honesty, sincerity, istiqomah, taqwa, trust,

respect for kiai, grave pilgrimage and so on . This pesantren has experienced 4

generations, which currently continue to strengthen its identity as a quality and salaf-

based pesantren, with many developing the latest education system to keep abreast of

the times and respond to the needs of the times. KH.

Keyword: Leadership, KH. Muhammad Hasan Mutawakkil Alallah, Development of

Zainul Hasan Genggong Islamic Boarding School.

Abstrak

KH. Muhammad Hasan Mutawakkil Alallah adalah Khalifah ke-4 yang melanjutkan

estafet kepemimpinan Pondok Pesantren Zainul Hasan Genggong Probolinggo setelah

ayahnya KH. Hasan Saifourridzal. Pondok Pesantren Zainul Hasan Gengggong

Probolinggo merupakan pesantren tertua di Kabupaten Probolinggo yang terus

berkembang hingga saat ini meski ada suksesi beberapa khalifah. Perjalanan pesantren

melewati pergantian abad, lezim politik dan era yang berbeda, memberikan dinamika

tersendiri. Keberadaan pesantren Genggong tidak hanya ditentukan oleh unsur-unsur

yang bersifat etnografi (masjid, kiai, santri dan kitab kuning), tetapi terutama dijunjung

oleh muatan filosofis, seperti nilai kejujuran, keikhlasan, istiqomah, taqwa, amanah,

penghormatan terhadap kiai. , ziarah kuburan dan sebagainya. Pesantren ini telah

mengalami 4 generasi, yang saat ini terus memperkuat jati dirinya sebagai pesantren

yang bermutu dan berbasis salaf, dengan banyak mengembangkan sistem pendidikan

terkini untuk mengikuti perkembangan zaman dan menjawab kebutuhan zaman. KH.

Kata kunci : Kepemimpinan, KH. Muhammad Hasan Mutawakkil Alallah,

Pengembangan Pondok Pesantren Zainul Hasan Genggong.

Page 2: KEPEMIMPINAN KH. MUHAMMAD HASAN MUTAWAKKIL …

At-Turost: Journal of Islamic Studies, Vol.07, No.02,Agustus 2020 P-ISSN: 2086-3179 Website: https://ejurnal.stainh.ac.id/index.php/jurnal E-ISSN: 2581-1622

At-Turost: Journal of Islamic Studies 187

PENDAHULUAN

Pesantren Zainul Hasan Genggongmerupakan lembaga pendidikan yang

mempunyai sejarah panjang dan unik. Secara historis pesantren Zainul Hasan Genggong

adalah salah satu pesantren tertua di kabupaten Probolinggo, pesantren ini telah berusia

kurang lebih 181 Tahun pada tahun 2020 (Aziz, 2013:13) dan telah mengalami

beberapa pergantian pemimpin. Pesanten Zainul Hasan Genggong berada di Desa

Karangbong Kecamatan Pajarakan Kabupaten Probolinggo sebagai sebuah institusi

yang tumbuh dan berkembang secara mandiri, pondok pesantren Zainul Hasan

Genggong memiliki tradisi dan karakter yang kuat, diantaranya adalah adanya kekuatan

(power) figur Kiai dalam manajemennya. Secara kasat mata sosok kiai memiliki peran

yang sangat dominan dalam mewujudkan cita-cita pesantren. Kekuatan (power) kiai

pesantren menjadi lembaga paling otonom yang tidak bisa diinventarisir oleh pihak-

pihak luar kecuali atas izin kiai (Sindu Galba, 1999:62). Dalam perjalanannya pondok

pesantren Zainul Hasan Genggong telah mengalami transformasi yang

memungkinkannya kehilangan identitas jika nilai – nilai tradisonalnya tidak

dilestarikan. Karena keunikan tersebut maka Pesantren Zainul Hasan Genggong hadir

dalam berbagai situasi dan kondisi dan hampir dapat dipastikan bahwa lembaga ini,

meskipun dalam keadaan yang sangat sederhana dan karekteristik yang beragam, tidak

pernah mati.

Memasuki era globalisasi saat ini, keberadaan pondok pesantren Zainul Hasan

Genggong sebagai lembaga pendidikan Islam tertua di Kabupaten Probolinggo tentu

harus dikelola (manaj) dengan lebih professional jika tidak ingin ditinggalkan

masyarakat sebagai stakeholder. Arus global saat ini menjadikan dunia informasi dan

pengetahuan semakin mudah diakses masyarakat. Untuk itu tidak menaruh

kemungkinan pondok pesantren Zainul Hasan Genggong yang dulu dijadikan pusat

kajian keislaman dan pengamalannya sekaligus, pada saatnya menjadi tidak diminati

dan ditinggalkan masyarakat sebagai pengguna jasa.

Pesantren Zainul Hasan Genggong mempunyai tujuan menanamkan nilai-nilai

ajaran islam di tengah masyarakat dan alumni umumnya serta kepada santri khususnya.

Melihat perkembangan Pesantren Zainul Hasan Genggong begitu pesat terlihat jelas

gedung-gedung lembaga pendidikan menjulang tinggi, para santripun banyak yang

meraih prestasi dari tingkat nasional maupun internasional setelah masa kepemimpinan

KH. Muhammad Hasan Mutawakkil Alallah.

Page 3: KEPEMIMPINAN KH. MUHAMMAD HASAN MUTAWAKKIL …

At-Turost: Journal of Islamic Studies, Vol.07, No.02,Agustus 2020 P-ISSN: 2086-3179 Website: https://ejurnal.stainh.ac.id/index.php/jurnal E-ISSN: 2581-1622

At-Turost: Journal of Islamic Studies 188

Keberadaan KH. Muhammad Hasan Mutawakkil Alallah sebagai pemimpin ke 4

setelah ayahnya KH. Hasan Saifourridzal memliki kekuatan (power) kharismatik dan

barokah kiai Hasan. Dengan adanya kekuatan (power) kiai, pesantren dapat menjadi

model intuisi pendidikan yang khas dan memiliki keunikan tersendiri dalam mewadahi

dan tanggung jawab untuk mendidik santri yang unggul, menguasai ilmu keagamaan

dan sekaligus pengembagan masyarakat (community development) (Syan, 2005:132).

Dengan demikian, disebabkan karena keberadaan kiai, pesantren dapat menjadi institusi

yang memiliki keunggulan, baik pada sisi keilmuan dan juga transmisi serta

internalisasi moralitasnya.

Penelitian ini merupakan penelitian lapangan /empiris (field research) terhadap

perkembangan pesantren Zainul Hasan Genggong sebagai implikasi dari kepemimpinan

KH. Mohammad Hasan Mutawakil Alallah. Penelitian ini menggunakan pendekatan

Studi Kasus dengan jenis penelitian kualitatif, metode pendekatan ini dipandang mampu

merefleksikan respon masyarakat dan, mampu menangkap makna di balik interaksi

yang di lakukan oleh subyek. Pemakaian metode kualitatif dalam penelitian ini

dimaksudkan untuk memperoleh diskripsi tentang makna-makna yang terkonsepsi

dalam subyek penelitian, khususnya yang terkait dengan interaksi (Yusuf, 2012:51).

Metode pendekatan studi kasus dengan kerangka sebagai berikut, pertama

membaca literatur tentang sejarah kepemimpinan Pondok Pesantren Zainul Hasan

Genggong. Kedua mengumpulkan data umum berupa dokumen dan sebgaainya yang

dapat memberikan gambaran tentang perkembangan pondok pesantren Zainul Hasan

Genggong sejak kepemimpinan periode pertama hingga kini. Ketiga, mengenali

informan kunci yang memahami perkembangan Pesantren Zainul Hasan Genggong

dengan tetap memperhatikan varian dan keterjangkauan informan (Miles dan

Huberman, 2007:21-22). Data yang diperoleh dan dikumpulkan dari informan melalui

hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi di lapangan, selanjutnya direduksi,

dideskripsikan untuk kemudian dilakukan penarikan kesimpulan atau verifikasi (Miles

dan Huberman, 2007:26).

PEMBAHASAN

Periodeisasi Kepemimpinan Pondok Pesantren Zainul Hasan Genggong

Pesantren Genggong itulah sebutan nama pesantren pada awal berdirinya, dari

pengasuh pertama dan kedua telah dikenal oleh masyarakat dan masyhur di tengah-

tangah masyarakat. Kemudian berganti nama pada masa pengasuh ketiga, perubahan

Page 4: KEPEMIMPINAN KH. MUHAMMAD HASAN MUTAWAKKIL …

At-Turost: Journal of Islamic Studies, Vol.07, No.02,Agustus 2020 P-ISSN: 2086-3179 Website: https://ejurnal.stainh.ac.id/index.php/jurnal E-ISSN: 2581-1622

At-Turost: Journal of Islamic Studies 189

tersebut di ambil dari nama pendiri dan pengasuh pertama, yaitu KH. Zainal Abidin dan

pengasuh kedua, yaitu, KH. Moh. Hasan (Aziz, 2013:25). Nama pesantren Zainul Hasan

Genggong perubahan namanya digagas oleh KH. Hasan Saifurridzal dengan

mengabadikan dua nama menjadi nama pesantren seperti nama di atas. Pesantren Zainul

Hasan Genggong didirikan pada tahun 1839 M/1250 H. Pesantren ini ada jauh sebelum

Indonesia merdeka. Pesantrenlah yang lebih dahulu melaksanakan proses pembelajaran,

mencerdaskan kehidupan umat, utamanya pembelajaran dengan materi ilmu-ilmu agana,

menanamkan nilai tauhid, memberikan pemahaman tatacara beribadah ilmu fiqih dan

membimbing perilaku umat berakhlakul karimah dengan memberikam ilmu akhlaq

tasawwuf.

Pesantren ini telah mengalami 4 generasi, yang saat ini terus memperkuat jati

dirinya sebagai pesantren berbasis mutu dan salaf, dengan banyak mengembangkan

sistem pendidikan terkini dengan mengikuti perkembangan zaman dan menjawab

kebutuhan zaman. Nama pendiri dan pengasuh pertama adalah KH. Zainal Abidin pada

tahun 1839 sampai dengan 1865, kemudian di lanjutkan oleh pengasuh kedua yaitu KH.

Moh Hasan, 1865 sampai dengan 1952, pengasuh ketiga yaitu KH. Hasan Saifurridzal

pada tahun 1952 sampai dengan 1991 serta pengasuh keempat dan ketua Yayasan yaitu

KH. Moh. Hasan Mutawakkil Alallah SH. MM.

Bila ditinjau dari segi historis, nama pesantren Genggong berasal dari sekuntum

bunga yang tumbuh dalam pekarangan pondok tersebut. Konon bunga tersebut banyak

memiliki manfaat sehingga nama bunga itu di abadikan menjadi nama pondok yaitu

pondok Genggong. Nama pondok Genggong diabadikan sejak kepemimpinan KH.

Zainul Abidin sampai kepemimpinan KH. Moh. Hasan dari tahun 1839 M sampai 1952.

Pada tahun 1952 pada masa kepemimpinan KH. Moh Hasan Saifurridzal di ganti

dengan nama Asrama Pelajar Islam Genggong (APIG) dengan latar belakang berdirinya

asrama yang ditempati para santri dan bertambahnya jumlah santri pada masa itu. Pada

tahun 1959 timbul gagasan untuk merubah nama pondok dengan motif timbulnya

dorongan rasa ingin menjadi kepada kedua tokoh sebelumnya yang telah berasil

mengorbitkan nama pondok Genggong dikalangan masyarakat luas. Maka sejak tanggal

1 Muharrom 1379 H/19 Juli 1959 M dalam pertemuan dewan pengurus, KH. Moh.

Hasan Saifurridzal telah menetapkan perubahan nama Asrama Pelajar Islam Genggong

menjadi Pesantren Zainul Hasan tersebut, adalah hasil berpaduan dari tokoh sebelumnya

dimana kata “ZAINUL” di ambil dari nama KH. Zainul Abidin sebagai pembina

Page 5: KEPEMIMPINAN KH. MUHAMMAD HASAN MUTAWAKKIL …

At-Turost: Journal of Islamic Studies, Vol.07, No.02,Agustus 2020 P-ISSN: 2086-3179 Website: https://ejurnal.stainh.ac.id/index.php/jurnal E-ISSN: 2581-1622

At-Turost: Journal of Islamic Studies 190

pertama dan kata “HASAN” di ambil dari nama KH. Moh. Hasan sebagai pembina

kedua.

Pada masa awal mula pesantren Zainul Hasan didirikan hingga mengalami

pergantian priode sampai saat ini dipimpin oleh KH. Moh. Hasan Mutawakkil Allah,

pesantren Zainul Hasan banyak mengalami perkembangan baik dari segi pendidikan

bahkan sampai sosial budaya sehingga nama pesantren Zainul Hasan tersohor tidak

hanya di tarap Nasional saja akan tetapi di taraf internasional.

Kepemimpinan KH. Moh. Hasan Mutawakkil Alallah Terhadap Pengembangan

Pondok Pesantren Zainul Hasan Genggong

Sejarah mengatakan bahwa berkembangnya pondok pesantren Zainul Hasan

Genggong yang menjadi tombak utama adalah barokah dari pendiri pertama yaitu KH.

MOH. Hasan (kiai sepuh) (Aziz, 2013:34) kemudian dilanjutkan oleh penerusnya

dengan memegang prinsip “almuhafadotu ‘alal qodimis sholih wal akhdu bil jadidil

ashlah” menjaga teori lama dan mengambil teori baru yang lebih baik (arief, 1975:89).

Prinsip tersebut tetap dijadikan sebuah qonun oleh pengasuh keempat sekaligus

ketua yayasan Pondok Pesantren Zainul Hasan Genggong yaitu KH. Moh. Hasan

Mutawakkil Alallah dalam memimpin dan mengembangkan pondok pesantren Zainul

Hasan Genggong. Menurut Robbins, seperti yang dikutip oleh Sudarwan Danim dan

Suparno, kepemimpinan adalah kemampuan mempengaruhi kelompok kearah

pencapaian tujuan (Danim dan Suparno,2009:3). Owens mendefinisikan kepemimpinan

sebagai suatu interaksi antara satu pihak sebagai yang memimpin dengan pihak yang

dipimpin (Danim dan Suparno,2009:41). Dari beberapa definisi kepemimpinan tersebut

dapat di simpulkan bahwa kepemimpinan adalah suatu kegiatan untuk mempengaruhi

orang lain agar prang tersebut mau bekerjasama (mengkolaborasi dan mengelaborasi

potensinya) untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kepemimpinan juga sering

dikenal sebagai kemampuan untuk memperoleh consensus anggota organisasi untuk

melakukan tugas managemen agar tujuan organisasi tercapai. Dari beberapa pengertian

tersebut diatas, bahwa kepemimpinan terdiri atas:

1. Mempengaruhi orang lain agar mau melekukan sesuatu.

2. Memperoleh konsensus atau suatu pekerjaan.

3. Untuk mencaai tujuan manager.

4. Untuk mempperoleh manfaat bersama.

Page 6: KEPEMIMPINAN KH. MUHAMMAD HASAN MUTAWAKKIL …

At-Turost: Journal of Islamic Studies, Vol.07, No.02,Agustus 2020 P-ISSN: 2086-3179 Website: https://ejurnal.stainh.ac.id/index.php/jurnal E-ISSN: 2581-1622

At-Turost: Journal of Islamic Studies 191

Dalam management kepemimpinannya tak luput dari fungsi management.

Secara umum, ada empat fungsi manajemen yang sering orang menyebutnya “POAC”,

yaitu Planning, Organizing, Actuating, dan Controling. Dua fungsi pertama

dikategorikan sebagai kegiatan mental sedangkan dua berikutnya dikategorikan sebagai

kegiatan fisik. Suatu manajemen bisa dikatakan berhasil jika keempat fungsi di atas bisa

dijadikan dengan baik. Kelemahan pada salah satu fungsi manajemen akan

mempengaruhi manajemen secara keseluruhan dan mengakibatkan tidak tercapainya

proses yang efeektif dan efisien.

Untuk itu dalam mengembangkan pondok pesantren Zainul Hasan Genggong

menjadi lebih maju dan berkembang menjalankan fungsi kepemimpinan tersebut.

Walaupun semua lapisan masyarakat mengakui bahwa pondok pesantren Zainul Hasan

Genggong berkembang karena barokah, namun hal itu jika tidak di sandingkan dengan

kerja keras maka barokah tersebut tidak akan terasa.

Alhasil dari beberapa informan, observasi maupun dokumentasi tipe

kepemimpinan di gunakan oleh KH. Moh. Hasan Mutawakkil Alallah dalam

mengembangkan pesantren adalah sebagai berikut:

Perencanaan (Planning)

Perencanaan menjadi pegangan setiap pemimin dan pelaksanaan untuk dilakukan.

Dengan demikian melalui perencanaan dapat dipaersatukan persamaan pandangan sikap

dan tindak dalam pelaksanaan di lapangan (Thoha, 1999:59). Dapat pula dikatakan

bahwa emimpin harus mengetahui secara asti tujuan jangka panjang, menengah dan di

atas perencanaan jangka panjang ini ula ia harus menentukan perencanaan jangka

pendek. Perencanaan jangka pendek ini harus dirinci berdasarkan skala prioritas, mana

yang harus dikerjakan terlebih dahulu dan secara bertahap serta terencana dalam

melaksanakan tahap-tahap berikutnya hingga tujuan jangka pendek itu tercapai

sepenuhnya, perlu diadakan evaluasi untuk menyempurnakan langkah selanjutnya

(Wahyudi, 2014:71).

Perencanaan merupakan suatu proses yang tidak berakhir bila rencana tersebut

telah ditetapkan, rencana yang harus diimplementasikan. Setiap saat selama proses

implementasi dan pengawasan, rencana-rencana mungkin memerlukan modifikasi agar

tetap berguna (Ukas, 1990:261-262). Oleh karena itu perencanaan harus

mempertimbangkan kebutuhan fleksibilitas, agar mampu menyesuaikan diri dengan

situasi dab kondisi yang baru secepat mungkin (Faliyandra, 2020). Perencanaan adalah

proses dimana manajemen memutuskan tujuan dan cara mencapainya. Perbedaan

Page 7: KEPEMIMPINAN KH. MUHAMMAD HASAN MUTAWAKKIL …

At-Turost: Journal of Islamic Studies, Vol.07, No.02,Agustus 2020 P-ISSN: 2086-3179 Website: https://ejurnal.stainh.ac.id/index.php/jurnal E-ISSN: 2581-1622

At-Turost: Journal of Islamic Studies 192

pelaksanaan adalah hasil tipe dan tingkat perencanaan yang berbeda pula. Perencanaan

dalam organisasi adalah esensial, karena dalam kenyataannya perencanaan memegang

peranan lebih disbanding fungsi-fungsi manajemen lainnya. Fungsi-fungsi

pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan sebenarnya hanya melaksanakan

keputusan-keputusan perencanaan (Ritha, 2020).

Adapun dalam proses ini kiai melakukan beberapa hal diataranya; Pertama,

Menetapkan tujuan atau serangkaian tujuan yang termaktub dalam Visi Misi Pesantren

Zainul Hasan Genggong. Kedua, Merumuskan keadaan saat ini. Ketiga,

Mengidentifikasi segala peluang dan hambatan. Keempat, Mengembangkan rencana

atau serangkaian kegiatan dalam pencapaian tujuan dengan cara menetapkan program

kerja dalam RAKER (rapat kerja)yang akan dilakukan selama satu tahun kedepan.

sehingga dengan begitu tanpa disuruhpun mereka akan bekerja sesuai tugas dan

tanggung jawab masing-masing.

Pengorganisasian (Organizing)

Fungsi management kepemimpinan yang diterapkan oleh KH. Moh.

HasanMutawakkil Alallah yang kedua dalam mengembangkan pesantren Zainul Hasan

Genggong adalah pengorganisasian (organizing). Pengorganisasian merupakan proses

penyusunan struktur organisasi yang sesuai dengan tujuan organisasi, sumber daya, dan

lingkungan. Dua aspek utama proses susunan struktur organisasi yaitu

depertementalisasi dan pembagian kerja. Departementalisasi adalah pengelompokan

kegiatan-kegiatan kerja organisasi agar kegiatan-kegiatan yang sejenis saling

berhubungan dapat dikerjakan bersama. Hal ini akan tercermin pada struktur formal

suatu organisasi dan tampak atau ditunjukkan oleh bagan suatu organisasi. Pembagian

kerja adalah perincian tugas pekerjaan agar setiap individu pada organisasi bertanggung

jawab dalam melaksanakan sekumpulan kegiatan. Kedua aspek ini merupakan dasar

proses pengorganisasian suatu organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan

secara efisien dan efektif (Thoha, 1999:63).

Dalam membentuk organisasi tersebut KH. Moh. Hasan Mutawakkil Alallah

membentuk kepala bagian yang disebut dengan BIRO. Biro-biro tersebut terdiri dari

Biro Pesantren, Biro Pendidikan, Biro Keminfo, Biro Keuangan dan Biro Humas,

kemudian kiai juga menunjuk kepala yang berkecipung dalam pendidikan mulai dari

PAUD, TK, SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, PT, dan Kesehatan. Kemudian memberikan

tugas dan tanggung jawab masing-masing terhadap biro dan kepala bagian yang di

tunjuknya. Pada konteks ini, penulis sepakat dengan pernyataan Widayat bahwa

Page 8: KEPEMIMPINAN KH. MUHAMMAD HASAN MUTAWAKKIL …

At-Turost: Journal of Islamic Studies, Vol.07, No.02,Agustus 2020 P-ISSN: 2086-3179 Website: https://ejurnal.stainh.ac.id/index.php/jurnal E-ISSN: 2581-1622

At-Turost: Journal of Islamic Studies 193

kepemimpinan akan berlangsung efektif jika ia berada di tangan orang yang

berpengalaman atau terlatih dalam memimpin (Widayat, 2014:27).

Pengarahan (Actuating)

Selanjutnya untuk mengembangkan pesantren Zainul Hasan Genggong KH.

Moh. Hasan Mutawakkil Alallah melakukan pengararah (Actuating) terhadap

bawahannya. Pengarahan merupakan hubungan manusia dalam kepemimpinan yang

memikat para bawahan agar bersedia mengerti dan menyumbangkan tenaganya secara

efektif serta efisien dalam pencapaian tujuan suatu organisasi (Faliyandra, 2020:70). Di

dalam manajemen, pengarahan ini bersifat sangat kompleks karena disamping

menyangkut manusia juga menyangkut berbagai tingkah laku dari manusia-manusia itu

sendiri. Manusia dengan berbagai tingkah lakunya yang berbeda. Ada beberapa prinsip

yang dilakukan oleh kia dalam melakukan pengarahan diantaranya; Prinsip mengarah

kepada tujuan, Prinsip keharmonisan dengan tujuan dan Prinsip kesatuan komando

(Tyson dan Jackson, 2000:90)

Pada umumnya pemimpin menginginkan pengarahan kepada bawahan dengan

maksud agar mereka bersedia untuk bekerja sebaik mungkin, dan diharapkan tidak

menyimpang dari prinsip-prinsip di atas. Dalam hal ini ada dua cara yang di gunakan

oleh KH. Moh. Hasan Mutawakkil Alallah dalam memberikan pengarahan terhadap

bawahannya. Pertama dilakukan secara pribadi (face to face), hal tersebut dilakukan

apabila kepala bagian memiliki kesalahan atau sebuah problem yang tak harus di

ketahui oleh kepala bagian lainnya. Kedua memberikan arahan dalam forum (rapat

yayasan) yang dilakukan 3 bulan sekali, dalam forum tersebut kiai memberikan arahan

terhadap bawahannya apabila program terlaksana maupun tidak, sehingga dari beberapa

arahan yang dierikan oleh kiai tersebut diterima oleh semua kepala bagian tanpa

terkecuali.

Pegawasan (Controlling)

Fungsi kepemimpinan yang terakhir adalah pengawasan (controlling).

Controlling atau pengawasan, sering juga disebut pengendalian adalah salah satu fungsi

manajemen yang berupa mengadakan penilaian, bila perlu mengadakan koreksi

sehingga apa yang dilakukan bawahan dapat diarahkan kejalan yang benar dengan

maksud dan tujuan yang telah digariskan semula. Controlling (pengawasan) ialah proses

pengamatan dari pada pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk menjamin agar

semua pekerjaan yang sedang dilakukan berjalan sesuai rencana yang ditetapkan

(Silalahi, 2020:175). Pengawasan manajemen adalah suatu usaha sistematik untuk

Page 9: KEPEMIMPINAN KH. MUHAMMAD HASAN MUTAWAKKIL …

At-Turost: Journal of Islamic Studies, Vol.07, No.02,Agustus 2020 P-ISSN: 2086-3179 Website: https://ejurnal.stainh.ac.id/index.php/jurnal E-ISSN: 2581-1622

At-Turost: Journal of Islamic Studies 194

menetapkan standar prestasi dengan sasaran perencanaan, merancang system umpan

balik informasi, membandingkan prestasi actual dengan standar yang telah di tetapkan

itu, menentukan apakah terdapat menyimpangan dan mengukur signifikan tersebut dan

mengambil tindakan perbaikan yang diperlukan untuk menjamin bahwa semua sumber

daya perusahaan yang sedang digunakan sedapat mungkin secara lebih efisien dan

efektif guna mencapai sasaran perusahaan (Siswanto, 1991:159). Pengawasan

(controlling) dapat diartikan sebagai proses untuk menetapkan pekerjaan apa yang

sudah dilaksanakan, menilainya dan mengoreksi bila perlu dengan maksud supaya

pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan rencana semula (Manullang, 1998:173).Kegiatan

pengawasan dimaksudkan untuk mencegah penyimpangan-penyimpangan dalam

pelaksanaan kegiatan atau pekerjaan dan sekaligus melakukan tindakan-tindakan

perbaikan apabila penyimpangan sudah terjadi dari apa yang sudah direncanakan.

Pengawasan yang dilakukan oleh KH. Moh. Hasan Mutawakkil Alallah dalam

mengebangkan pondok pesantren Zainul Hasan Genggong adalah pertamakiai

mengevaluasi program dengan cara mengadakan rapat 3 bulan sekali.Kedua dengan

cara terjun langsung ke lapangan bersama biro terkait, artinya untuk membuktikan

program tersebut berjalan sesuai dengan yang telah direncanakan atau tidak, kiai

membuktikan langsung dengan melihat ke lapangan. Hal ini membuktikan bahwa

tanggung jawab kiai sebagai pemimpin sangatlah besar. Jadi sangatlah wajar jika

pesantren Zainul Hasan Genggong berkembang pesat di bawah kepemimpinan karena

tugas-tugas kepemimpinan dalam management kepimpinan terlaksana dengan baik dan

benar. Fungsi controlling kepemimpinan KH. Moh. Hasan Mutawakkil Alallah

merupakan suatu proses untuk mengawasi segala kegiatan tertuju pada sasarannya,

sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai serta merupakan tindakan

perbaikan dalam pelaksanaan segala kegiatan program kerja yang sesuai dengan rencana

yang telah ditetapakan.

Tabel 1

Proses Pengembangan Pondok Pesantren Zainul Hasan Genggong yang di laksanakan

oleh KH. Moh. Hasan Mutawakkil Alallah

FUNGSI KEGIATAN

Planning

1. Menjadi Konseptor Idea

2. Membuat Program RAKER (Rapat kerja)

Page 10: KEPEMIMPINAN KH. MUHAMMAD HASAN MUTAWAKKIL …

At-Turost: Journal of Islamic Studies, Vol.07, No.02,Agustus 2020 P-ISSN: 2086-3179 Website: https://ejurnal.stainh.ac.id/index.php/jurnal E-ISSN: 2581-1622

At-Turost: Journal of Islamic Studies 195

Organizing

1. Membuat Struktural Pesantren

2. Menetapkan Biro dan Kepala Bagian (Biro

Pendidikan, Biro Kepesantrenan, Biro Kominfo, Biro

Pembangunan, Biro Keuangan)

Actuating

1. Memberikan arahan dengan cara pribadi (face to face)

2. Memberikan arahan dalam forum (rapat yayasan)

Controling

1. Mengevaluasi langsung ke lapangan bersama biro

terkait

2. Mengadakan rapat yayasan pe 3 bulan sekali

Faktor Pendukung dan Penghambat Dalam Pengembangan Pesantren Zainul

Hasan Genggong di bawah Kepemimpinan KH. Moh. Hasan Mutawakkil Alallah

Melakukan perubahan terhadap sesuatu budaya pesantren yang telah mapan

memang tidak mudah. Untuk itu diperlukan kometmen untuk mau dan berani

melakukan perubahan. Menurut Jones bahwa perubahan ini tentu bisa dilakukan

dengan cara evolusioner dan atau revolusioner.

Upaya melakukan perubahan dari segala aspeknya tentu harus tetap

menimbulkan kondisi yang lebih baik, sebab tidak semua perubahan yang terjadi akan

menimbulkan kondisi yang lebih baik. Perubahan yang tidak direncanakan, spontan,

acak tentu akan menimbulkan kondisi yang tidak diinginkan dan bisa bersifat merusak

(destruktif). Perubahan hendaknya senantiasa mengandung makna beralih dari keadaan

sebelumnya (the befor condition) belum mapan, tidak baik, tidak berkualitas, memiliki

stigma negatif menjadi berubah kepada keadaan setelahnya (the after condition) yang

sebaliknya. (Winardi, 2010:1)

Namun perlu diingat bahwa melakukan perubahan tidak selalu berlangsung

dengan lancar, mengingat bahwa perubahan sering kali disertai aneka macam

pertentangan dan konflik yang muncul. Munculnya pertentangan dan konflik ini

biasanya datang dari kelompok yang pro akan kemapanan. Hal ini karena mereka

terlanjur merasakan enjoy dengan kebiasaan yang telah dilakukan, sehingga tidak mau

repot-repot lagi, atau takut terhadap hal-hal yang tidak diketahui, malas dan mengisolasi

diri dari mengakses informasi yang terkini, takut bergesernya kemapanan ekonomi

yang telah dinikmati dari segala aspeknya dan yang lainya.

Page 11: KEPEMIMPINAN KH. MUHAMMAD HASAN MUTAWAKKIL …

At-Turost: Journal of Islamic Studies, Vol.07, No.02,Agustus 2020 P-ISSN: 2086-3179 Website: https://ejurnal.stainh.ac.id/index.php/jurnal E-ISSN: 2581-1622

At-Turost: Journal of Islamic Studies 196

Untuk itu pengelola/pengasuh ponpes dalam hal ini harus berani mengahadapi

resiko apapun dan tentangan-tentangan yang terjadi tatkala melakukan perubahan.

Namun demikian hrus tetap menggunakan metode/teknik serta menerapkan strategi

untuk memperkecil resiko yang tidak diinginkan itu sekecil-kecilnya, tetapi perubahan

besar yang diharapkan segera terwujud.

Dalam mengembangkan pondok pesantren tentu memiliki Faktor pendukung

dan penghambat, yang menjadi faktor pendukung dan penghambat dalam

mengembangkan PONPES Zainul Hasan Genggong. Adapun yang menjadi faktor

pendukung maju dan berkembangnya pondok pesantren zainul hasan Genggong di

bawah kepemimpinan KH. Moh. Hasan Mutawakkil Alallah tersebut, diantaranya;

1. Barokah almarhum KH. MOH. Hasan (kiai sepuh)

2. Tipe kepemimpinan yang sangat luar biasa

3. Pelaksana (biro / kepala bagian) professional

4. Outpun pesantren berkualitas yang dipercaya masyarakat

5. Sumber dana yang memadai

6. Apresiasi penuh dari alumni, simpatisan dan masyarakat

7. Memenuhi permintaan stackhouder

8. Memberikan pelayanan yang baik terhadap masyarakat

Dari beberapa alasan itulah Pondok Pesantren Zainul Hasan Genggong di bawah

kepemimpinan KH. Moh. Hasan Mutawakkil Alallah berkembang dengan pesat dan

mampu bersaing sesuai dengan tantangan zaman.

Gerak lajunya pesantren Zainul Hasan Genggong tidak luput dari tantangan yang

menjadi faktor penghambat, faktor-faktor penghambat berkembangnya Pondok

Pesantren Zainul Hasan Genggong di bawah kepemimpinan KH. Moh. Hasan

Mutawakkil Alallah yang paling utama adalah tata letak (area) pesantren Zainul Hasan

berada di tengah pemukiman warga sehingga untuk mengembangkan pembangunan

(menambah ruang belajar) sangatlah sulit yang berakibat pada proses belajar mengajar

kurang begitu efektif. Kemudian alasan lain yang menjadi faktor penghambat adalah

1. Area pendidikan sudah memenuhi batas maksimal

2. Masyarakat sekitar pesantren kerang mendukung terhadap pembangunan gedung

3. Minimnya wali santri terhadap tata kelola pesantren

Agar memudahkan pembaca untuk memahami apa saja yang menjadi faktor

pendukung dan faktor penghambat dalam mengembangkan pondok pesantran Zainul

Hasan genggong ini penulis rangkum dalam tabel sebagai berikut;

Page 12: KEPEMIMPINAN KH. MUHAMMAD HASAN MUTAWAKKIL …

At-Turost: Journal of Islamic Studies, Vol.07, No.02,Agustus 2020 P-ISSN: 2086-3179 Website: https://ejurnal.stainh.ac.id/index.php/jurnal E-ISSN: 2581-1622

At-Turost: Journal of Islamic Studies 197

Tabel 2

Faktor Pendukung dan Penghambat Dalam Pengembangan pesantren Zainul Hasan

Genggong di bawah kepemimpinan KH. Moh. Hasan Mutawakkil Alallah

FAKTOR

P

E

N

D

U

K

U

N

G

Barokah KH. MOH. Hasan (kiai sepuh).

Memiliki pemimpin yang professional.

Pelaksana (Biro / kepala bagian) yang handal.

Outpun pesantren berkualitas yang dipercaya masyarakat.

Sumber dana yang memadai.

Apresiasi penuh dari alumni, simpatisan dan masyarakat.

Memenuhi permintaan stackhoulder.

Memberikan pelayanan yang baik terhadap masyarakat.

FAKTOR

P

E

N

G

H

A

M

B

A

T

Area pendidikan sudah memenuhi batas maksimal.

Masyarakat sekitar pesantren kurang mendukung terhadap

pembangunan gedung.

Minimnya wali santri terhadap tata kelola pesantren.

Kesimpulan

Pesantren Zainul Hasan Genggong ini telah mengalami 4 generasi, yang terus

memperkuat jati dirinya sebagai pesantren berbasis mutu dan salaf, dengan banyak

mengembangkan sistem pendidikan terkini mengikuti perkembangan zaman dan

menjawab kebutuhan zaman.Berkembangnya pondok pesantren Zainul Hasan

Genggong yang menjadi tombak utama adalah barokah dari pendiri pertama yaitu KH.

MOH. Hasan (kiai sepuh) yang kemudian dilanjutkan oleh penerusnya dengan

memegang prinsip “almuhafadotu ‘alal qodimis sholih wal akhdu bil jadidil ashlah”

menjaga teori lama dan mengambil teori baru yang lebih baik. Dalam memimpin dan

mengembangkan pondok pesantren Zainul Hasan Genggong KH. Moh. Hasan

Mutawakkil Alallah melaksanakan fungsi manajemen secara sempurna yaitu Planning,

Page 13: KEPEMIMPINAN KH. MUHAMMAD HASAN MUTAWAKKIL …

At-Turost: Journal of Islamic Studies, Vol.07, No.02,Agustus 2020 P-ISSN: 2086-3179 Website: https://ejurnal.stainh.ac.id/index.php/jurnal E-ISSN: 2581-1622

At-Turost: Journal of Islamic Studies 198

Organizing, Actuating, dan Controling. Planning dilakukan membuat structural dan

menetapkan program, Organizing adalah membentuk biro atau kepala bagian, Actuating

adalah dengan cara memberikan arahah secara pribadi (face to face) dan memberikan

arahan dalam forum (rapat yayasan), dan Controling adalah dengan cara terjun langsung

ke lapangan bersama biro dan diadakan rapat yayasan setiap tiga bulan sekali.

Sedangkan yang menjadi faktor pendukung berkembangnya pondok pesantren

Zainul Hasan Genggong adalah, Area pendidikan sudah memenuhi batas maksimal.

Masyarakat sekitar pesantren kerang mendukung terhadap pembangunan gedung.

Minimnya wali santri terhadap tata kelola pesantren. Adapun yang menjadi faktor

pendukung maju dan berkembangnya pondok pesantren zainul hasan Genggong di

bawah kepemimpinan KH. Moh. Hasan Mutawakkil Alallah tersebut, diantaranya;

Barokah almarhum KH. MOH. Hasan (kiai sepuh), tipe kepemimpinan yang sangat luar

biasa, pelaksana (biro / kepala bagian) professional, outpun pesantren berkualitas yang

dipercaya masyarakat, sumber dana yang memadai, apresiasi penuh dari alumni,

simpatisan dan masyarakat, memenuhi permintaan stackhouder, memberikan pelayanan

yang baik terhadap masyarakat

Daftar Pustaka

Amin Haedari. (2004). Panorama Pesantren Dalam Cakrawala Modern. Jakarta: Diva

Pustaka.

A’la, Abd. (2006). Pembaharuan Pesantren. Yogyakarta:Lkis.

Aziz, Abd. (2012). Kiai Sang Manager Peran dan Tanggung Jawab Kiai Moh Hasan

Mutawakkil, (Probolinggo; STAI Zainul Hasan Press.

Aziz, Abd. (2013). Filsafat Pesantren Genggong. Probolinggo; STAI Zainul Hasan

Genggong Press.

Azra, Asyumardi. (2002). Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium

Baru. Jakarta: Logos.

Bognan, Robert C., and SK. Bilkel. (1992). Qualitative Research for Education: An

Introduction to Theory and Methods. Boston: Allyn and Bocan Inc.

Bukhori. Imam. Satlogi Santri Pesantren Zainul Hasn Genggong Pajarakan

Probolinggo: Local Genius Penguat Karakter Bangsa. Jurnal Humanistika,

no.1 (Januari 2020)

Danim, S & Suparno. (2009). Manajemen dan Kepemimpinan Transformasional

Kekepalasekolaan. Jakarta: Reneka Cipta.

Page 14: KEPEMIMPINAN KH. MUHAMMAD HASAN MUTAWAKKIL …

At-Turost: Journal of Islamic Studies, Vol.07, No.02,Agustus 2020 P-ISSN: 2086-3179 Website: https://ejurnal.stainh.ac.id/index.php/jurnal E-ISSN: 2581-1622

At-Turost: Journal of Islamic Studies 199

Departemen Agama RI. (2003). Pola Pembelajaran di Pesantren. Jakarta: Departemen

Agama RI.

E. Mulyasa. (2004). Managemen Berbasis Sekolah: Konsep, Strategi, Dan

Implementasi. Bandung: PT. Reamaja Rosdakarya.

E. Mark Hanson. (1996). Educational Administration and Organizational Behavior.

Massacusens: A. Simon and Shuster Company.

Haedani, H. Amin M.Pd dkk. (2004). Panorama, Pesantren Dalam Cakrawala

Modern.. Jakarta: Diva Pustaka.

Faliyandra, F. (2020). Model Komunikasi Pendidikan di Sosial Media Pada Era

Perkembangan Teknologi. Islam Universalia, 1(3), 434-459.

JB. Wahyudi. (2014). Dasar-dasar Manajemen Penyiaran (Jakarta: PT Gramedia

Pustaka Utama)

Madjid, Nurcholis. (1985). Bilik-Bilik Pesantren; Sebuah Potret Perjalan. Jakarta:

Paramadina.

Mas’ud, Abdurrahman. (2007). Memahami Agama Damai Dunia Pesantren, dalam

Badrus Sholeh (ed.). Budaya Damai Komonitas Pesantren. Jakarta: LP3ES.

Miftah Thoha. (1999). Kepemimpinan Dalam Manajemen: Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

M. Manullang. (1998). Dasar-Dasar Manajemen. Yogyakarta: Ghalia Indonesia.

Mutawakkil, and dkk. (2005). Biografi Kiai Moh. Hasan Saifourridzal Pejuan dan

Teladan Umat. Probolinggo: Genggong Press YPPZH.

Nata, Abudin. (2001). Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga – Lembaga

Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: PT Grafindo persada.

Noor, Mahpuddin. (2006). Potret Dunia Pesantren. Bandung: Humaniora.

Shaun Tyson dan Tony Jackson. (2000). The Essence of Organizational Behavior:

Perilaku Organisasi, peterj.:, Deddy Jacobus dan Dwi Prabantini. Yogyakarta:

Andi.

Tjahjono, Herry. (2003). Kepemimpinan Dimensi Keempat. Jakarta: Elex Media

Komputindo.

Tobroni, (1994). Pesantren Sebagai Subkultur Dalam Pesantren dan Pembaharuan,

(Jakarta: LP3ES).

Tobroni. (2005). Perilaku Kepemimpinan Spiritual dalam Pengembangan Organisasi

Pendidikan dan Pembelajaran; Kasus Lima Pemimpin Kota Malang. Disertasi,

PPs UIN Sunan Kalijaga.

Page 15: KEPEMIMPINAN KH. MUHAMMAD HASAN MUTAWAKKIL …

At-Turost: Journal of Islamic Studies, Vol.07, No.02,Agustus 2020 P-ISSN: 2086-3179 Website: https://ejurnal.stainh.ac.id/index.php/jurnal E-ISSN: 2581-1622

At-Turost: Journal of Islamic Studies 200

Ulbert Silalahi. (2000). Studi Tentang Ilmu Administrasi. Bandung: CV. Sinar Baru.

Umar, Arief dkk. (1975). 150 Tahun Menebar Ilmu di Jalan Allah. Probolinggo:

Genggong Press YPPZH.

Wahid, Abdurrahman. (2010). Menggerakkan Tradisi. Yogyakarta : LKiS.

Zuhairini. (1992) . Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.