kinerja dan operasional pelabuhan
DESCRIPTION
Operasional Pelabuhan Peti KemasTRANSCRIPT
Slide 1
S I S T E M A T I K A P E M B A H AS A N
@ Satuan Kerja Dewan Kawasan Batam/ Bintan/ Karimun
1. PENDAHULUAN2. DASAR HUKUM3. KAJIAN KELAYAKAN
TEKNIS, EKONOMIS DAN ADMINISTRASI
4. PRA DESAIN PELABUHAN MULTIFUNGSI TANJUNG GELIGA
5. DATA – DATA YANG DIBUTUHKAN
6. DOKUMEN TENDER7. ORGANISASI DAN JADWAL
Jakarta, 16 Oktober 2014
Perkembangan Pelayaran di Indonesia
Indonesia merupakan negara maritim terbesar didunia. Indonesia sangat bergantung pada sektor maritim baik dalam perdagangan dalam maupun luar negeri. Untuk mempelancar roda perekonomian kita hanya dengan adanya kapal-kapal yang cukup, yang dapat memenuhi kebutuhan kita akan mengangkut barang dari suatu tempat ke tempat lainnya.
Perdagangan antar pulau terjadi sejak abad 19 dan semakin ramai, terlebih lagi setelah Hindia Belanda memberi ijin untuk mempergunakan kapal-kapal asing dengan tonase yang lebih besar.
Permulaan abad 19 dalam dunia pelayaran ditandai oleh 2 kegiatan atau peran :
1. Berniaga
2. Mengusahakan atau menyediakan jasa angkutan barang
Tahun 1890-1935
Perusahaan pelayaran pertama didirikan di indonesia oleh pemerintah kolonial Belanda yaitu perusahaan pelayaran KPM ( Koninkelijke Paketvaart Maatscappi ) dan merupakan satu-satunya perusahaan yang oleh pemerintah Belanda diberikan hak monopoli dibidang pelayaran di Indonesia.
Tahun 1936-1942
Disahkan undang-undang perkapalan ( Indische Scheepvartet ) dan berkembang pesatnya perusahaan KPM, mampu menyelenggarakan pelayaran diseluruh wilayah perairan Indonesia.
Tahun 1942-1945
Pada tahun 1942 terjadi pendudukan Jepang di Indonesia sehingga kapal-kapal niaga digunakan untuk melayani keperluan tentara Jepang, dan hampir semua pelayaran niaga berhenti beroperasi.
Tahun 1945-1956
Pemerintahan Jepang menyerah, dan Belanda mencoba menghidupkan KPM. Pada tahun 1951 Indonesia mendirikan PELNI dan Jakarta Lloyd untuk beroperasi sambil bersaing dengan KPM.
Tahun 1957-1960
Pada tahun 1957 perusahaan pelayaran KPM dinasionalisasikan dan seluruh kekayaannya antara lain berupa 79 kapal berkapasitas lebih dari 135.000 DWT diserahkan kepada PN.PELNI. Selain itu juga tubuhnya perusahaan pelayaran swasta nasional, tetapi pada tahun 1960 perusahaan pelayaran swasta nasional mengalami kepailitan.
Tahun 1960-1968
Pada periode ini kondisi ekonomi di Indonesia kurang menguntungkan bagi dunia pelayaran karena tingkat inflasi yang tinggi (+300%), sehingga banyak perusahaan pelayaran mengalami kesulitan dana untuk menambah atau memperbaharui armada.
Tahun 1969-1980
Pembinaan pelayaran ditekankan pada pembinaan pelayaran dalam negeri ( Pelayaran Nusantara ) yang dimaksudkan untuk menghidupkan kegiatan pelayaran yang tetap dan teratur antara pelabuhan-pelabuhan utama diseluruh Indonesia.
Jaringan pelayaran dikelompokkan dalam beberapa trayek :
1. Trayek pelayaran diwilayah barat
2. Trayek pelayaran diwilayah timur
3. Trayek kapal penumpang dan trayek pelayanan ke Singapura
Tahun 1980-1987
Periode tahun ini merupakan program pemantapan pola angkutan laut nusantara diseluruh Indonesia melalui program RLS. Program ini dijadikan penyempurnaan trayek pelayaran Nusantara, yaitu :
1. Trayek pelayaran Nusantara Barat
2. Trayek pelayaran Nusantara Timur
3. Trayek pelayaran Nusantara Timur ke Nusantara Barat
4. Trayek pelayaran Nusantara Barat ke Nusantara Timur
Tahun 1988-1994
berdasarkan peraturan pemerintah No. 17 Thun 1988 yang lebih dikenal dengan PAKTO ( paket Oktober 1988 ), pemerintah melaksanakan deregulasi dibidang pelayaran yang meliputi :
penyederhanaan dibidang perizinan, antara lain berupa penyatuan izin usaha pelayaran dan izin operasi
pengelompokkan jenis usaha pelayaran sesuai perizinannya menjadi
Pelayaran Luar Negeri Pelayaran Dalam Negeri Pelayaran Rakyat Pelayaran Perintis
Tahun 1994-2005
Selain memperlancar arus barang dan penumpang PAKTO 88 juga minimbulkan dampak negatif bagi pertumbuhan pelayaran Nasional. Deregulasi tersebut memberikan keleluasaan bagi beroperasi di Indonesia sehingga mendesak/mempersempit pangsa pasar pelayaran nasional baik untuk angkutan barang luar negeri maupun angkutan barang dalam negeri.
Tahun 2005 s.d sekarang
Dengan terbitnya Inpres Nomor 5 tahun 2005 tentang Pemberdayaan Industri Pelayaran Nasional, yang dilanjutkan dengan revisi undang-undang Pelayaran Nomor 21 tahun 1992 tentang pelayaran menjadi undang-undang Nomor 17 tahun 2008 tentang pelayaran, maka dimulainya era baru dalam perkembangan industri pelayaran nasional, dimana pemerintah mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang mendukung pemberdayaan industri pelayaran nasional, yaitu :
penerapan asas cabotage secara konsekuen menata kembali dan menyempurnakan kebijakan
perpajakan yang ada agar lebih mendukungtumbuh dan berkembangnya industri pelayaran nasional
mendorong perbankan nasional untuk berperan aktif dalam rangka pendannan untuk mengembangkan industri pelayaran nasioanal
Fasilitas Angkutan Laut dan Jenis Kapal
Terselenggaranya distribusi nasional, dalam arti memelihara dan menjamin keamanan jalur-jalur logistik nasional secara efisien dan efektif, terutama dalam menunjang penyediaan sembilan bahan pokok dan barang-barang strategis lainnya, telah menjadi masalah pokok dari sudut sarana, prasarana, dan pengusahaan sub sektor perhubungan laut.
Spesifik fasilitas angkatan laut :
1. Kapal sebagai fasilitas operasi yang dilengkapi dengan mesin penggeraknya.
2. Pelabuhan sebagai terminal.
3. Laut sebagai alur pelayaran.
4. Fasilitas navigasi dan telekomunikasi sebagai penunjang dipelabuhan dan di alur pelayaran.
Ciri-ciri khas pengangkutan laut
1. Untuk muatan yang jumlah dan volumenya besar.
2. Jaraknya jauh melalui lautan
3. Proses angkutannya lambat sesuai kecepatan kapal yang mencapai rata-rata 20 mil per jam ( 1 mil = 1,852km )
4. Diperlukan lebih banyak penanganan atau handling hingga barang muatan senantiasa mengalami pengalihan beberapa kali pada waktu dimuat ke kapal dan sesudah barang sampai dipelabuhan tujuan.
Jenis-jenis kapal
a. Kapal Penumpang
Pada tahun 1950 kapal-kapal besar masih merupakan alat angkutan penumpang utama bagi negara Eropa (Inggris,Perancis,Italia,Belanda) dan Amerika.
Inggris : Queen Mary, Queen Elizabeth II, Titanic
Perancis : Ille de France, Normandie
Jerman : Veterland, Bremen
b. Kapal Barang
Kapal barang yang kita kenal terdiri atas single deck atau double deck. Kapal yang cukup besar biasanya diperlengkapi alat bongkar muat. Sebelum tahun 1960 kapal barang itu sederhana perlengkapannya dan ada yang masih mengandalkan pada tenaga manusia untuk bongkar muat.
Jenis-jenis kapal barang
1. Kapal muatan umum (general cargo vessels)
2. Kapal minyak (tankers)
3. Kapal pengangkut (dry bulk carrier/bulk cargo)
4. Kapal serba guna (multipurpose vessels)
Ukuran kapasitas kapal :
1. Gross Registered Tonnage (GRT)
2. Net Registered Tonnage
3. Displacement Tonnage
4. Dead Weight Tonnage (DWT)
Pengenalan Petikemas
Petikemas (container) merupakan satu kemasan yang dirancang khusus dengan ukuran tertentu(standar ISO),dapat dipakai berulang kali,dipergunakan menyimpan dan sekaligus mengangkut muatan yang ada didalamnya.
Jenis petikemas General cargo Thermal Tank Dry Bulk Platform Specials
General Cargo Container
General cargo container adalah petikemas yang dipakai untuk mengangkut muatan umum ( general cargo ). Petikemas yang termasuk dalam general cargo adalah:a. General purpose container.b. Open-side container.c. Open-top container.d. Ventilated container.
Thermal Container
Thermal Container adalah petikemas yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk muatan tertentu. Petikemas yang termasuk kelompok thermal container adalah :a. Insulated container.b. Reefer container.c. Heated container.
Tank container adalah tanki yang ditempatkan dalam kerangka peti kemas yang dipergunakan untuk muatan cair ( bulk liquid ) maupun gas ( bulk gas ).
Tank Container
Dry Bulk Container
Dry bulk container adalah general purpose container yang dipergunakan khusus untuk mengangkut muatan curah (bulk cargo)
Platform Container
Platform container adalah petikemas yang terdiri dari lantai dasar. Petikemas yang termasuk jenis ini adalah:a. Flat Rock container.b. Platform based container.
Specials Container
Specials container adalah petikemas yang khusus dibuat untuk muatan tertentu, seperti petikemas untuk muatan ternak (cattle container) atau muatan kendaraan (car container).
Beberapa Istilah Biaya Pergerakan Petikemas
1.Terminal Handling Charge(THC)2.FCl(Full Container Load)3.LCL(Less Container Load)4.Demurrage5.Detrention6.Deposit7.Repair
Terminal handling charges adalah biaya handling FCL container di pelabuhan atas kegiatan.a. Menerima petikemas dari kapalb. Marshallingc. Stacking dan restackingd. Menyerahkan kepada consigneee. Menerima petikemas dari shipperf. Menyerahkan petikemas ke kapal
Terminal handling charges
FCL/FCL = House to house (FCL=Full container load artinya barang di dalam container milik 1 shipper/1 consignee).Pelayaran bertanggung jawab sejak dari CY (container Yard) di pelabuhan muat, sampai dengan CY di pelabuhan bongkar.Kewajiban shipper adalah pick up empty (M/T) container dan stuffing (mengisi barang ke dalam petikemas di CFS (container freight station) dan Haulage container ke CY.
FCL
FCL
CY Kapal
LCL service charge
LCL service charge adalah biaya yang harus dibayar oleh pemilik barang untuk handling LCL container di pelabuhan, seperti stuffing, unstuffing, delivery, receiveng, dan pemakaian alat mekanik, seperti lift on/lift off, LCL service charge sama seperti biaya OPP/OPT pada breakbulk cargo.
LCL
CPS CYKapal
Demurrage adalah denda yang harus dibayar oleh pemilik barang karena pemakaian petikemas melebihi free time, yakni waktu yang diberikan oleh pelayaran untuk mengosongkan atau mengembalikan petikemas setelah dibongkar dari kapal. Apabila waktu yang ditentukan terlewat maka pemilik barang dikenakan demurrage.
Demurrage
Detention
Detention adalah denda yang harus dibayar oleh pemilik barang apabila pengembalian petikemas atau peralatan petikemas, seperti chassis/prime mover melewati waktu yang diizinkan. Container on chassis dihitung mulai dipakai dari depot pelayaran atau UPTK.
Deposit
Deposit adalah sejumlah uang yang diserahkan oleh consignee kepada agen pelayaran sebagai jaminan pada waktu meangambil petikemas dari CY. Jaminan diperlukan oleh agen pelayaran atas kemungkinan kekurangan pembayaran demurrage/detention dan untuk jaminan perbaikan petikemas apabila ternyata waktu petikemas kosong dikembalikan terdapat kerusakan. Jaminan akan diperhitungkan dengan seluruh biaya yang harus dibayar oleh pemilik barang dan apabila jaminan lebih besar maka sisanya akan dikembalikan.
Repair/cleaning
Pada waktu MT container dikembalikan ke depot, pemilik barang harus membayar biaya cleaaning dan repair (minor damage). Di Indonesia, kebiasaannya adalah membebankan biaya tersebut secara pukul rata tanpa memperhatikan apakah benar petikemas tersebut perlu dibersihkan dan diperbaiki.
STUDI KASUS
Ada 3 ( tiga ) unit kapal, yang akan melakukan kegiatan muat bongkar di pelabuhan Indonesia, sebagai petugas di bidang pemasaran pada perusahaan dimana Saudara bekerja diminta menghitung penanganan yang paling efektif dan efisisen untuk ditawarkan/dipasarkan menangani cargo handling kapal-kapal tersebut ditinjau dari aspek biaya dan waktu!Perhatikan aspek persaingan antar negara ASEAN dan antar pelabuhan di Indonesia, perusahaan Saudara harus mampu merebut pasar jasa kepelabuhanan ini!
1.
Kapal-kapal tersebut adalah :a. Kapal container A yang membongkar 720 Teus Container
FCL dan memuat 540 Teus Container LCL, dengan ketersediaan 2 Gantry crane di pelabuhan itu.
b. Kapal General Cargo B yang akan membongkar 10.000 ton beras dalam karung (loose cargo) dengan total 4 gang buruh dan memuat 5.000 ton Steel Construction dengan 3 gang buruh.
c. Kapal Bulk Carrier C, akan membongkar Wheat flour (Gandum Curah) sebanyak 30.000 ton, dan hanya tersedia 2 (dua) Grain elevator di pelabuhan itu.
2.
Data dari INSA ( Indonesian National Shipowers Association ) menunjukkan bahwa kemampuan menangani kapal di perlabuhan masih rendah, disebabkan oleh antara lain birokerasi, peralatan yang belum memadai,sarana pelabuhan yang kurang serta kemampuan buruh terbatas.
Ratio waktu berlayar dan berlabuh kapal dapat dilihat dari tabel berikut ini :
Kemampuan muat bongkar 1 gang buruh / 1 gantry / 1 bulk elevator1. General Cargo (muatan karung = 20 ton per jam dan steel construction =
30 ton per jam2. Gantry Crane Container = 30 unit container / jam3. Bulk / Grain elevator = 100 ton / jam
Jenis Kapal Kondisi Ideal Kondisi Riil
General Cargo 1 : 1,3 hari 1 : 2,1 hari
Container 1: 0,8 hari 1 : 1,7 hari
Bulk Carrirer 1: 1,7 hari 1 : 1,8 hari
Sesuai data dari JICA ( Japan International Coorporation Agency ), biaya penangan Container di beberapa negara ASEAN adalah sbb : Negara Container 20 ‘ Container 40’
Indonesia US $ 150 US $ 240
Singapore US $ 110 US $ 160
Malaysia US $ 100 US $ 140
Thailand US $ 60 US $ 100
Jenis Kapal Waktu Ideal Waktu RiilPerkiraan Waktu Bongkar Muat
Gerneral Cargo
Container
Bulk Carrier
1,3 hari
0,8 hari
1,7 hari
2,1 hari
1,7 hari
1,8 hari
0,873 hari
7,5 hari
6,25 hari
Kapal Container A Dalam kasus ini waktu yang telah ditentukan untuk bongkar muat memasuki waktu idealnya, yaitu 0,873 hari. Namun, masih ada hal-hal yang harus diperhatikan seperti birokrasi dalam pengurusan surat-surat yang kita ketahui memerlukan waktu yang cukup lama dan proses yang berbelit-belit, sehingga dapat menyebabkan keterlambatan keberangkatan kapal. Kapal General Cargo B Dalam kasus ini waktu melebihi waktu riil maupun ideal sedangkan apabila kita melakukan penambahan gang buruh, maka provit yang didapat akan lebih sedikit. Kapal Bulk Carrier C Dalam kasus ini waktu yang diperlukan untuk pembongkaran muatan gandum curah sebanyak 30.000 ton adalah 6,25 hari melebihi waktu ideal dan riil.
HAL hal yang harus diperhatikan
a. - Pengurusan birokrasi surat-surat kapal dan muatan. - Memastikan keadaan crane sehingga pembongkaran dapat bekerja optimal.b. - Pelatihan TKBM ( memerlukan SDM yang trampil dan kompeten di bidangnya). - Penambahan gang buruh dapat menjadikan bongkar muat sesuai kondisi riil namun tentunya memerlukan biaya ekstra untuk penambahan itu.c. - Penambahan grain elavator. - Menggunakan sistem bongkar dengan menggunakan sliny. - Penurunan tarif sebagai bahan promosi.
Kesimpulan
TERIMAKASIH
Slide 50@ Satuan Kerja Dewan Kawasan Batam/ Bintan/ Karimun
Sub Pokok Pembahasan:1. Kebijakan Tentang KSN
BBK/KPPBPB BBK2. Kebijakan Tentang
Pelayaran dan Kepelabuhanan
3. RTR Kawasan BBK4. Kebijakan Bilateral
Antar Negara
Slide 50