kisah pengusaha sukses di indonesia
TRANSCRIPT
Kisah Pengusaha Sukses di Indonesia - Mutiara Siti Fatimah Djokosoetono
Kisahnya dimulai dari sebuah bemo, kendaraan umum dengan roda tiga yang belakangan ini
makin sulit ditemui. Selanjutnya adalah 13 ribu armada Blue Bird, perusahaan taksi berlogo
burung biru yang didirikan oleh Mutiara Siti Fatimah Djokosoetono, kini almarhumah.
Burung biru, sejatinya adalah sebuah dongeng di Eropa, yang didengar oleh Mutiara, saat tinggal
di Belanda. Dongeng itu bercerita tentang nasihat seekor burung berwarna biru kepada seorang
gadis, yang intinya semua keinginan bisa digapai asal si gadis bersedia bekerja keras dan jujur.
Dongeng ini begitu membekas pada ibu dua anak dari perkawinannya dengan Prof.
Djokosoetono itu, yang kini namanya diabadikan sebagai salah satu nama jalan dalam kompleks
Universitas Indonesia.
Dari segi bisnis, kehidupan keluarga Mutiara dimulai saat suaminya meninggal. Satu buah bemo
yang dimiliki dan dikemudikan Chandra Soeharto, putra pertamanya, ikut menjadi penopang
perekonomian keluarga. Purnomo, adik Chandra yang tidak memiliki surat izin mengemudi,
bertugas sebagai asisten aliasa kondektur.
1
Mutiara mulai masuk ke bisnis taksi setelah dapat hadiah dua mobil dari polisi dan tentara,
sebagai jasa atas pengabdian sang suami yang meninggal tahun 1965. Berhubung yang selalu
menyopiri adalah Chandra, maka nama yang dikenal pun Chandra Taksi.
Izin sebagai perusahaan taksi, diperoleh Mutiara era Gubernur Ali Sadikin (alm) memimpin
Jakarta, pada tahun 1971. Sempat tidak diberikan izin lantaran belum berpengalaman, membuat
wanita kelahiran Malang, Jawa Timur itu makin kreatif. Para penumpang Chandra Taksi dimintai
rekomendasi layanan mereka, kemudian diajukan ke Gubernur. Hasilnya: izin pun keluar.
Selamat jalan bemo. Karena setahun setelah Blue Bird berdiri, 25 taksi langsung dioperasikan.
Mobil-mobil yang digunakan adalah buah kepercayaan para istri mantan pejuang terhadap
Mutiara. Ini, armadanya sudah mencapai 21 ribu taksi.
Bisnisnya pun melebar hingga ke angkutan kontainer. Namun yang pasti, tetap konsisten di jalur
transportasi darat yang setiap bulan melayani 8,5 juta penumpang. (sumber: plasadana.com)
Itulah sebuah kisah pengusaha sukses di Indonesia yang didapat oleh Mutiara Siti Fatimah
Djokosoetono. Walaupun tanpa kehadiran seorang suami, namun semangat bisnisnya tidak
pernah pudar, sekalipun dirinya tidak tahu sama sekali mengenai dunia bisnis. Dengan hanya
berbekal keinginan yang kuat untuk menghidupi anaknya, akhirnya ia mampu untuk meraih
segala cita-citanya.
Komentar :
Keberhasilan dalam memulai usaha tak lepas dari kerja keras, optimisme yang yang tinggi, dan
kecintaannya terhadap pekerjaan.
2
Motto Hidup Orang Sukses - Sukanto Tanoto
Sukanto Tanoto (lahir dengan nama Tan Kang Hoo di Belawan, Medan, 25 Desember 1949;
umur 62 tahun) adalah seorang pengusaha asal Indonesia. Ia adalah CEO Raja Garuda Mas,
sebuah perusahaan yang berkantor pusat di Singapura dengan usaha di berbagai bidang,
terutamanya kertas dan kelapa sawit. Tanoto dinyatakan sebagai orang terkaya di Indonesia oleh
majalah Forbes pada September 2006, namun pada tahun 2011, Forbes kembali merilis daftar
orang terkaya di Indonesia. Ia menduduki peringkat ke-6 dengan total kekayaan US$ 2,8 miliar
Sukanto dilahirkan di kota Medan pada tanggal 25 Desember 1949 dan sudah memiliki banyak
sekali pengalaman dalam bidang bisnis. Setelah menjadi pemasok untuk perusahaan sebesar
Pertamina, beliau merambah ke industri perusahaan. Beliau berhasil membawa perusahaannya
menjadi salah satu perusahaan pulp dan kertas di Asia yang masuk ke dalam Bursa Efek New
York. Hal tersebut adalah satu pencapaian yang sangat luar biasa sekali. Tidak banyak
pengusaha yang mampu menembuskan bisnis mereka ke bursa saham di Amerika Serikat
tersebut. Perusahaannya menjadi sangat besar dan mulai merentangkan sayapnya untuk
merengkuh bisnis-bisnis lainnya yang masih berhubungan dengan bisnis perusahaannya yang
sekrang. Kertas, minyak sawit, konstruksi dan energi adalah beberapa hal yang menjadi bisnis
dari beliau pada saat sekarang ini.
Pengalaman masa kecil Sukanto Tanoto yang sangat keras ternyata telah memberikan pelajaran
3
yang sungguh luar biasa dan berpengaruh sangat serius kepada keberhasilannya memimpin
beberapa perusahaan miliknya. Kehidupan masa kecil yang diskriminatif terhadap ras yang
mengalir ditubuhnya membuatnya bertahan untuk mendapatkan haknya. Perjalanannya sebagai
seorang pebisnis pun tidak langsung berada di garis yang paling atas. Beliau memulai semuanya
dari karir yang rendah. Namun secara dramatis, beliau mampu bertahan dan bahkan mengambil
keuntungan dari krisis yang terjadi di Indonesia. Profil Sukanto Tanoto sangat baik sekali untuk
di baca karena akan memberikan inspirasi yang sangat baik untuk perkembangan diri pribadi.
Kerja keras yang dilakukan oleh beliau pun mampu membuatnya menjadi salah seorang yang
terkaya di dunia. Semua keringat yang dikeluarkan pasti mampu membuat kerja keras beliau
menjadi keuntungan yang sangat besar yang terlihat disekitar beliau.
(sumber:orangterkayaindonesia.com)
Pria yang hobi mendengarkan musik klasik ini terus berekspansi ke dunia bisnis. Tidak hanya
dalam negeri, di luar negeri Sukanto ikut memiliki perkebunan kelapa sawit Nasional
Development Corporation Guthrie di Mindanao, Filiphina. Keinginan untuk memajukan bisnis
nasional semakin menjadi. Obsesi yang ingin menjadi salah satu pengusaha Indonesia agar
mampu bersaing di arena global tampak jelas dari pandangan bsinis Indonesia. Buktinya Juli
2006, Sukanto menduduki orang terkaya nomor wahid di Indonesia. Jauh dibanding tahun
sebelumnya.
Komentar :
Kerja keras dan obsesi yang berlebih sangat dibutuhkan dalam menggapai sebuah kesuksesan.
4
Pengusaha Muda Sukses Indonesia - Reza Nurhilman (AXL)
Keripik pedas sering diidentikan dengan makanan kampung. Produk popular ini biasanya
gampang ditemukan di warung dan dijual secara eceran. Namun, ada pula keripik pedas yang
dapat dipesan melalui jejaring sosial Twitter atau Facebook. Reza Nurhilman, menyulap keripik
pedas biasa menjadi keripik pedas yang dicari-cari oleh banyak konsumen. Dengan brand
Maicih, keripik produksi Reza sedang digandrungi oleh masyarakat Bandung.
Nama brand Maicih diambil dari kisah masa lalu yang selalu teringat olehnya, “Maicih itu
terlahir waktu saya masih kecil. Biasanya, kalau saya dibawa mama ke pasar, suka ada ibu-ibu
tua pake ciput dengan baju alakadarnya. Setiap belanja dia ngeluarin dompet, bonus dari toko
emas yang ada resletingnya untuk masukin receh. Mama saya bilangnya itu dompet Maicih”.
Ungkapnya.Beberapa tahun lalu, ia ketemu ibu-ibu yang sosoknya menyerupai Maicih dalam
memorinya. Ibu-ibu paruh baya yang pakaiannya tradisional membuat bumbu kripik pedas.
Kemudian ia terinspirasi untuk membuat brand Maicihdan ternyata orang lain sangat
menyukainya, karena nyeleneh dan unik.
Maicih mampu diproduksi 75 ribu bungkus per minggu. Pada semua varian dari kripik, jeblak,
gurilem. Dan, selalu habis. Ia mematok harga maicih di daerah Bandung, keripik level 3-5,
5
gurilam dan jeblak itu Rp11 ribu, untuk keripik yang level 10 Rp15 ribu. Di luar Bandung,
keripik level 3-5, gurilam dan jeblak Rp15 ribu, yang level 10 itu Rp18 ribu.
Memilih rasa pedas karena memberikan efek kecanduan untuk yang mencobanya. Namun
konsumen tidak perlu khawatir karena dalam komposisi Maicih tidak memakai bahan pengawet
dan bisa awet sampai delapan bulan. Rasa pedas Maicih dari rempah pilihan dan cabai yang
segar. Dan produk ini sangat baik untuk kesehatan, fungsi jantung, dan detoksifikasi. Keripik
Maicih juga enak dimakan pakai nasi, atau dicampur di lotek, mi rebus. Maicih lebih enak kalau
dikombinasikan dengan makanan-makanan lainnya.
Awalnya, pemasaran Maicih melalui teman-teman saja yang bertestimoni di media sosial twitter.
Kemudian ia lebih fokus untuk memasarkannya. “Mereka yang sudah merasakan Maicih punya
testimoni masing-masing. Jadi, saya tidak usah capek-capek promosi. Dengan Twitter, promosi
seperti bola salju, terus membesar.” Ujarnya. Alasan pemasaran hanya melalui Twitter dan
Facebook. Selain gratis, promosi di Twitter bisa menjadi gong karena kekuatan marketingnya
dibuat orang-orang yang beli Maicih. Orang yang belum tahu Maicih akan bertanya dan mereka
yang nge-tweet soal Maicih akan dengan antusias menjelaskan.
Strategi itu sukses. Keripiknya menjadi barang buruan. Konsumen harus mengantre berjam-jam
demi mendapatkan keripik superpedas itu. Bahkan, antrean pernah memanjang hingga satu
kilometer. Mereka rela mengantre walau hujan badai. Di setiap kota juga ngantre. Sekarang
Jenderal-jenderal punya fans dan komunitasnya masing-masing.
Waktu awal-awal, ia masih memakai sistem cash on delivery (COD), ia mau mengantar walau
satu bungkus. Waktu itu Ia percaya, “Sekarang saya ngejar-ngejar konsumen, tapi nanti suatu
waktu konsumen yang ngejar-ngejar saya.” Dan, sekarang terbukti. Karena, memang pemasaran
addicted.
Ia tidak mempunyai karyawan yang banyak, untuk segi pekerja itu sendiri sekitar 10 orang
termasuk bagian packing, masak, pembuat bumbu, dan distribusi. Selebihnya agen, yang disebut
jenderal maicih. Ia membuat bahasa marketing dengan nuansa yang berbeda supaya lebih
menarik. Menurutnya, kalau saya sebutnya, “ya ini agen maicih,” sepertinya kurang keren. Kalau
disebut agen, seperti agen minyak dan kurang menjual. Bukan bermaksud mendeskritkan
pekerjaan diluaran sana. Disebut jenderal agar value-nya bertambah, karena produk saya cuma
6
keripik. Kami juga punya menteri perhubungan, yang megang jalur distribusi dan penjualan ke
luar pulau. Ia seperti ingin membangun kerajaan sendiri.
Syarat untuk menjadi jenderal orang yang menjadi jenderal dipilih yang memiliki intelektual
baik, dan berkompeten. Dari segi SDM, kami nggak hanya asal menerima jenderal, tetapi ada
proses interview dan training. Kualitas mereka harus yang terbaik. Jenderal bukan karyawan tapi
mitra usaha. Mereka membeli lisensi untuk izin usaha. Jadi istilahnya, mereka adalah distributor
atau agen resmi yang menjual kripik Maicih. Jadi bisa dipertanggung jawabkan.
Karena banyak yang mengatasnamakan Maicih atau memakai nama maicih dengan cara yang
tidak baik. Banyak konsumen yang dirugikan karena tertipu. Sementara maicih yang asli itu
hanya diinfokan oleh akun twitter @infomaicih dan yang hanya dijual oleh para jenderal.
Training jenderal seputar caracter building, knowledge, sikap, serta bagaimana menyikapi bisnis
ini ke konsumen. Karena, mereka tidak hanya menjual keripik, tetapi juga education. Ia sendiri
sering sharing knowledge di training. Dengan mengikuti training mereka akan siap menjadi
pengusaha dari segi mental. Mereka tidak hanya jual beli putus, tapi juga bisa dibilang
independent bussiness owner (IBO). Jadi, merasa sebagai pemilik Maicih di kotanya masing-
masing. Dan setiap bulan ia dan para jenderalnya mengevaluasi penjualannya dengan
mengadakan event-event.
Harapan kedepannya, ia ingin pemasaran tidak hanya nasional tetapi go internasional. Sekarang
sudah masuk sampai singapura dan jepang. Tetapi masih sistem kirim, jendralnya para TKI di
sana.
Anak-anak muda itu harus jauh lebih yakin. Jika ingin menekuni sesuatu harus konsisten dan
antusias. Kita harus yakin dan semangat jika kita mempunyai cita-cita dan tujuan. Untuk menuju
puncak itu memang tidak mudah, tidak semudah membalikkan telapak tangan, tapi ketika kita
mengejarnya dengan yakin dan percaya, pasti akan tercapai.
Januari 2011, Maicih kembali berinovasi dengan menciptakan keripik Maicih edisi spesial, level
10. Ada orang-orang yang merasa tertantang, wah, level 5 ternyata kurang pedas dan mencari
yang lebih. Berkat inovasi marketing cerdasnya itu, kini Maicih diproduksi sekitar 2.000
7
bungkus per hari untuk semua varian produknya. Ia memberi harga satu bungkus keripiknya
sebesar Rp11 ribu. Axl pun ketiban rezeki, bisa meraih keuntung an per hari antara Rp1,5 juta
hingga Rp 2 juta. Tentu saja penghasilan itu lebih besar jika dibandingkan dengan gaji pejabat
selevel menteri sekalipun. Mimpi Axl untuk terus memopulerkan Maicih pun tak tanggung-
tanggung. Pemasaran luar kota akan diprioritaskan. Karena di Bandung sudah cukup happening,
jadi kita akan ke luar kota, luar pulau, bahkan luar negeri. Kita mengenal Sumedang dengan
tahu, Bandung dengan peuyeum. Axl ingin Bandung juga bisa dikenal sebagai kota asal Maicih.
Pada bulan mei 2011 , tepatnya tanggal 07 mei 2011 maicih melaunching produk terbarunya
yaitu seblak, sejenis krupuk pipih pedas, dengan varian level yang berbeda-beda. Axl akan terus
melakukan inovasinya tetapi dengan tidak meninggalkan ciri khas mengangkat camilan kelas
rendahan menjadi berkelas dan diminati orang banyak. Kemungkinan pada masa mendatang
akan muncul produk-produk lain yang lebih Inovatif lagi. (Sumber : bambangsulistio.web.id)
Komentar :
Pantang menyerah, pekerja keras Inovatif sangatlah diperlukan dalam mengembangkan sebuah
usaha yang sedang digeluti.
8
Kisah Sukses Pengusaha Kecil - Purdi E. Chandra
Purdi E Chandra lahir di Lampung 9 September 1959. Secara “tak resmi” Purdi sudah mulai
berbisnis sejak ia masih duduk di bangku SMP di Lampung, yakni ketika dirinya beternak ayam
dan bebek, dan kemudian menjual telurnya di pasar.
Bisnis “resminya” sendiri dimulai pada 10 Maret 1982, yakni ketika ia bersama teman-temannya
mendirikan Lembaga Bimbingan Test Primagama (kemudian menjadi bimbingan belajar). Waktu
mendirikan bisnisnya tersebut Purdi masih tercatat sebagai mahasiswa di 4 fakultas dari 2
Perguruan Tinggi Negeri di Yogyakarta. Namun karena merasa “tidak mendapat apa-apa” ia
nekad meninggalkan dunia pendidikan untuk menggeluti dunia bisnis.
Dengan “jatuh bangun” Purdi menjalankan Primagama. Dari semula hanya 1 outlet dengan
hanya 2 murid, Primagama sedikit demi sedikit berkembang. Kini murid Primagama sudah
menjadi lebih dari 100 ribu orang per-tahun, dengan ratusan outlet di ratusan kota di Indonesia.
Karena perkembangan itu Primagama ahirnya dikukuhkan sebagai Bimbingan Belajar Terbesar
di Indonesia oleh MURI (Museum Rekor Indonesia).
Mengenai bisnisnya, Purdi mengaku banyak belajar dari ibunya. Sementara untuk masalah
kepemimpinan dan organisasi, sang ayahlah yang lebih banyak memberi bimbingan dan arahan.
Bekal dari kedua orang tua Purdi tersebut semakin lengkap dengan dukungan penuh sang Istri
Triningsih Kusuma Astuti dan kedua putranya Fesha maupun Zidan. Pada awal-awal berdirinya
9
Primagama, Purdi selalu ditemani sang istri untuk berkeliling kota di seluruh Indonesia
membuka cabang-cabang Primagama. Dan atas bantuan istrinya pula usaha tersebut makin
berkembang.
Kini Primagama sudah menjadi Holding Company yang membawahi lebih dari 20 anak
perusahaan yang bergerak di berbagai bidang seperti: Pendidikan Formal, Pendidikan Non-
Formal, Telekomunikasi, Biro Perjalanan, Rumah Makan, Supermarket, Asuransi, Meubelair,
Lapangan Golf dan lain sebagainya.
Walaupun kesibukannya sebagai entrepreneur sangat tinggi, namun jiwa organisatoris Purdi
tetap disalurkan di berbagai organisasi. Tercatat Purdi pernah menjabat sebagai Ketua Himpunan
Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) cabang Yogyakarta dan pengurus Kamar Dagang dan
Industri Daerah (Kadinda) DIY. Selain itu Purdi pernah juga tercatat sebagai anggota MPR RI
Utusan Daerah DIY. (sumber: purdiechandra.com)
Komentar :
Kesuksesan diraih dengan usaha dari kita sendir sehingga hendaknya kita jangan
menggantungkan kesuksesan kita kepada orang lain, baik itu keluarga, teman dekat, dan lain-
lain. Dan dengan kerja keras, berani gagal, dan pantang menyerah adalah sumber untuk meraih
keberhasilan.
10
Kisah Sukses Seorang Pengusaha - Chairul Tanjung
Chairul Tanjung (lahir di Jakarta, 16 Juni 1962; umur 50 tahun) adalah pengusaha asal Indonesia.
Namanya dikenal luas sebagai usahawan sukses bersama perusahaan yang dipimpinnya, Para
Group.
Chairul telah memulai berbisnis ketika ia kuliah dari Jurusan Kedokteran Gigi Universitas
Indonesia. Sempat jatuh bangun, akhirnya ia sukses membangun bisnisnya. Perusahaan
konglomerasi miliknya, Para Group menjadi sebuah perusahaan bisnis membawahi beberapa
perusahaan lain seperti Trans TV dan Bank Mega.
Karier dan kehidupan
Chairul dilahirkan di Jakarta dalam keluarga yang cukup berada. Ayahnya A.G. Tanjung adalah
wartawan zaman orde lama yang menerbitkan surat kabar beroplah kecil. Chairul berada dalam
keluarga bersama enam saudara lainya. Ketika Tiba di zaman Orde Baru, usaha ayahnya dipaksa
tutup karena berseberangan secara politik dengan penguasa saat itu. Keadaan tersebut memaksa
orangtuanya menjual rumah dan berpindah tinggal di kamar losmen yang sempit.
11
Selepas menyelesaikan sekolahnya di SMA Boedi Oetomo pada 1981, Chairul masuk Jurusan
Kedokteran Gigi Universitas Indonesia (lulus 1987). Ketika kuliah inilah ia mulai masuk dunia
bisnis. Dan ketika kuliah juga, ia mendapat penghargaan sebagai Mahasiswa Teladan Tingkat
Nasional 1984-1985.
Demi memenuhi kebutuhan kuliah, Ia mulai berbisnis dari awal yakni berjualan buku kuliah
stensilan, kaos, dan lainnya di kampusnya. Ia juga membuka usaha foto kopi di kampusnya.
Chairul juga pernah mendirikan sebuah toko peralatan kedokteran dan laboratorium di bilangan
Senen Raya, Jakarta Pusat, tetapi bangkrut.
Selepas kuliah, Chairul pernah mendirikan PT Pariarti Shindutama bersama tiga rekannya pada
1987. Bermodal awal Rp 150 juta dari Bank Exim, mereka memproduksi sepatu anak-anak untuk
ekspor. Keberuntungan berpihak padanya, karena perusahaan tersebut langsung mendapat
pesanan 160 ribu pasang sepatu dari Italia. Akan tetapi, karena perbedaan visi tentang ekspansi
usaha, Chairul memilih pisah dan mendirikan usaha sendiri.
Kepiawaiannya membangun jaringan dan sebagai pengusaha membuat bisnisnya semakin
berkembang. Mengarahkan usahanya ke konglomerasi, Chairul mereposisikan dirinya ke tiga
bisnis inti: keuangan, properti, dan multimedia. Di bidang keuangan, ia mengambil alih Bank
Karman yang kini bernama Bank Mega.
Ia menamakan perusahaan tersebut dengan Para Group. Perusahaan Konglomerasi ini
mempunyai Para Inti Holdindo sebagai father holding company, yang membawahkan beberapa
sub-holding, yakni Para Global Investindo (bisnis keuangan), Para Inti Investindo (media dan
investasi) dan Para Inti Propertindo (properti).
Di bawah grup Para, Chairul Tanjung memiliki sejumlah perusahaan di bidang finansial antara
lain Asuransi Umum Mega, Asuransi Jiwa Mega Life, Para Multi Finance, Bank Mega Tbk,
Mega Capital Indonesia, Bank Mega Syariah dan Mega Finance. Sementara di bidang properti
dan investasi, perusahaan tersebut membawahi Para Bandung propertindo, Para Bali Propertindo,
Batam Indah Investindo, Mega Indah Propertindo. Dan di bidang penyiaran dan multimedia,
12
Para Group memiliki Trans TV, Trans7, Mahagagaya Perdana, Trans Fashion, Trans Lifestyle,
dan Trans Studio.
Khusus di bisnis properti, Para Group memiliki Bandung Supermall. Mal seluas 3 hektar ini
menghabiskan dana 99 miliar rupiah. Para Group meluncurkan Bandung Supermall sebagai
Central Business District pada 1999. Sementara di bidang investasi, Pada awal 2010, Para Group
melalui anak perusahaannya, Trans Corp., membeli sebagian besar saham Carefour, yakni
sejumlah 40 persen. Mengenai proses pembelian Carrefour, MoU (memorandum of
understanding) pembelian saham Carrefour ditandatangani pada tanggal 12 Maret 2010 di
Perancis.
Majalah ternama Forbes merilis daftar orang terkaya dunia 2010. Sebagai sebuah pencapaian,
menurut majalah tersebut, Chairul Tanjung termasuk salah satu orang terkaya dunia asal
Indonesia. Forbes menyatakan bahwa Chairul Tanjung berada di urutan ke 937 dunia dengan
total kekayaan US$ 1 miliar. Tahun 2011, menurut Forbes Chairul Tanjung menduduki peringkat
11 orang terkaya di Indonesia, dengan total kekayaan US$ 2,1 miliar.
Pada tanggal 1 Desember 2011, Chairul Tanjung meresmikan perubahan Para Grup menjadi CT
Corp. CT Corp terdiri dari tiga perusahaan sub holding: Mega Corp, Trans Corp, dan CT Global
Resources yang meliputi layanan finansial, media, ritel, gaya hidup, hiburan, dan sumber daya
alam .
Komentar :
Dalam membangun bisnis, mengembangkan jaringan (network) adalah penting. Memiliki
rekanan (partner) dengan baik diperlukan. Membangun relasi pun bukan hanya kepada
perusahaan yang sudah ternama, tetapi juga pada yang belum terkenal sekalipun. Pertemanan
yang baik akan membantu proses berkembang bisnis yang dikerjakan. Ketika bisnis pada kondisi
tidak bagus maka jejaring bisa diandalkan.
13
Kisah Pengusaha Sukses Dari Nol - Eka Tjipta Widjaja
Eka Tjipta Widjaja adalah orang Indonesia yang awalnya lahir di Cina. Beliau lahir di Coana
Ciu, Fujian, Cina dan mempunyai nama Oei Ek Tjhong. Ia lahir pada tanggal 3 Oktober 1923
dan beliau merupakan pendiri dan pemilik Sinar Mas Group. Ia pindah ke Indonesia saat
umurnya masih sangat muda yaitu umur 9 tahun. Tepatnya pada tahun 1932, Eka Tjipta Widjaya
yang saat itu masih dipanggil Oei Ek Tjhong akhirnya pindah ke kota Makassar. Di Indonesia,
Eka hanya mampu tamat sekolah dasar atau SD. Hal ini dikarenakan kondisi ekonominya yang
serba kekurangan. Untuk bisa pindah ke Indonesia saja, ia dan keluarganya harus berhutang ke
rentenir dan dengan bunga yang tidak sedikit.
Bisnis
Dalam hal bisnis, Eka Tjipta Widjaja merupakan seorang yang unggul dalam mengembangkan
bisnis yang telah dia rintis. Ini terbukti dengan hasil karyanya dalam membangun bisnis di
Indonesia ini. Ia sudah menekuni dunia bisnis sejak dia masih berumur sangat muda yaitu umur
15 tahun. Ia mengawali karir bisnisnya itu hanya dengan bermodalkan sebuah ijasah SD yang
dimilikinya. Dia berjualan gula dan biskuit dengan cara membelinya secara grosir kemudian dia
jajakan secara eceran dan hal tersebut bisa mendapatkan untung yang lumayan.
Namun bisnisnya itu tak bertahan lama karena adanya pajak yang besar pada saat itu karena
Jepang menjajah Indonesia. Pada tahun 1980, ia memutuskan untuk melanjutkan usahanya yaitu
14
menjadi seorang entrepreneur seperti masa mudanya dulu. Ia membeli sebidang perkebunan
kelapa sawit dengan luas lahan 10 ribu hektar yang berlokasi di Riau. Tak tanggung-tanggung,
beliau juga membeli mesin dan pabrik yang bisa memuat hingga 60 ribu ton kelapa sawit.
Bisnis yang dia bangun berkembang sangat pesat dan dia memutuskan untuk menambah
bisnisnya. Pada tahun 1981 beliau membeli perkebunan sekaligus pabrik teh dengan luas
mencapai 1000 hektar dan pabriknya mempunyai kapasitas 20 ribu ton teh. Selain berbisnis di
bidang kelapa sawit dan teh, Eka Tjipta Widjaja juga mulai merintis bisnis bank. Ia membeli
Bank Internasional Indonesia dengan asset mencapai 13 milyar rupiah. Namun setelah beliau
kelola, bank tersebut menjadi besar dan memiliki 40 cabang dan cabang pembantu yang dulunya
hanya 2 cabang dan asetnya kini mencapai 9,2 trilliun rupiah. Bisnis yang semakin banyak
membuat Eka Tjipta Widjaja menjadi semakin sibuk dan kaya. Ia juga mulai merambah ke bisnis
kertas. Hal ini dibuktikan dengan dibelinya PT Indah Kiat yang bisa memproduksi hingga 700
ribu pulp per tahun dan bisa memproduksi kertas hingga 650 ribu per tahun. Pemilik Sinarmas
Group ini juga membangun ITC Mangga Dua dan Green View apartemen yang berada di Roxy,
dan tak ketinggalan pula ia bangun Ambassador di Kuningan.
Eka Tjipta Widjaja merupakan orang kaya yang masuk sebagai orang terkaya di
Indonesia nomor 3 versi Globe Asia 2008 dengan total kekayaan mencapai 6 Milliar Dollar atau
setara dengan 54 trilliun rupiah. Demikian biografi singkat Eka Tjipta Widjaja.
(sumber : orangterkayaindonesia.com)
Komentar :
Pantang menyerah dalam mengembangkan usaha sangat diperlukan dalam menjalankan sebuah
usaha. Jadikan semua pengalaman pahit menjadi pelajaran yang sangat berharga dalam
menjalankan bisnis usaha.
15
Kisah Sukses Pengusaha Makanan - Puspo Wardoyo
Puspo Wardoyo, merintis waralaba Ayam Bakar Wong Solo hingga menjadi sebesar sekarang ini
dari titik paling bawah. Ia pernah menjajakan ayam bakar di kaki lima. Sejak kecil Puspo sudah
terbiasa berurusan dengan ayam. Orangtuanya penjaja ayam. Pagi hari, Puspo kecil membantu
menyembelih ayam untuk dijual di pasar. Siang sampai malam, ia membantu orangtuanya
menjajakan menu siap saji seperti ayam goreng, ayam bakar, dan menu ayam lainnya di warung
milik orangtuanya di dekat kampus UNS Solo.
Impian itu sendiri terinpirasi oleh cerita seorang pedagang bakso yang sukses mengarungi hidup
di Medan. Ketika pria kelahiran 30 November 1957 itu tengah merintis usaha warung lesehan di
Solo selepas mengundurkan diri dari pegawai negeri sipil, suatu saat pedagang bakso asal Solo
tersebut bertandang ke tempat Puspo.
Dia bercerita bahwa peluang usaha warung makan di Medan sangat bagus. Pedagang bakso itu
telah membuktikannya. Dalam sehari ia bisa meraup keuntungan bersih di akhir tahun 1990 itu
sekitar Rp 300.000. Dari keuntungan berjualan bakso dengan gerobak sorong itulah teman Puspo
ini bisa pulang menengok kampung halamannya di Solo setiap bulan. "Dengan uang, jarak antara
Solo Medan lebih dekat dibanding Solo Semarang, " kata Puspoyo menirukan ucapan temannya
tadi. Wajar saja jika dengan pesawat terbang waktu tempuh antara MedanSolo Berganti pesawat
di Jakarta hanya membutuhkan waktu sekitar 1 jam. Sementara dengan naik bis jarak antara
SoloSemarang ditempuh sekitar empat jam.
16
Cerita sukses temannya itu begitu membekas di benak Puspo. "Saya bertekad bulat akan
merantau ke Medan, " pikirnya. Untuk mewujudkan keinginannya itu, apa boleh buat, warung
makan yang termasuk perintis warung lesehan di kota pusat kebudayaan Jawa itu pun ia jual
kepada temannya. Uang hasil penjualan yang tak seberapa itu ia manfaatkan untuk membeli tiket
bus ke Jakarta. Mengapa Jakarta? "Karena dengan uang yang saya miliki, bekal saya belum
cukup untuk merantau ke Medan, " katanya.
Ketika tengah merantau di ibu kota itu, suatu hari Puspo membaca lowongan pekerjaan sebagai
guru di sebuah perguruan bernama DR Wahidin di Bagan Siapiapi, Sumatera Utara. Apa boleh
buat, demi mewujudkan citacitanya, ia berusaha mengumpulkan modal dengan kembali menjadi
guru. Bedanya, kali ini ia tidak lagi menjadi pegawai negeri seperti sebelumnya ketika menjadi
staf pengajar mata pelajaran Pendidikan Seni di SMA Negeri Muntilan, Kabupaten Magelang.
"Target saya cuma dua tahun menjadi guru lagi," katanya.
Di sinilah anak pasangan Sugiman Suki ini ketemu dengan isteri pertamanya Rini Purwanti yang
sama-sama menjadi tenaga pengajar di sekolah tersebut. Dua tahun menjadi guru ia berhasil
mengumpulkan tabungan senilai Rp 2.400. 000. Dengan uang inilah keinginannya menaklukkan
kota Medan tak terbendung lagi. Uang tabungan itu sebagian ia gunakan untuk menyewa rumah
dan membeli sebuah motor Vespa butut. Masih ada sisa Rp 700.000 yang kemudian ia
manfaatkan sebagai modal membangun warung kaki Lima di bilangan Polonia Medan.
Disini ia menyewa lahan 4x4 meter persegi seharga Rp 1.000 per hari. Suatu saat pegawainya
tertimpa masalah. Ia terlibat utang dengan rentenir. Puspo membantunya dengan cara
meminjamkan uang. Sebagai ucapan terimakasih, sang pegawai membawa wartawan sebuah
harian lokal Medan. Si wartawan yang merupakan sahabat suami pegawai yang ditolong Puspo
kemudian menuliskan profilnya. Judul artikel itu Sarjana Buka Ayam Bakar Wong Solo. Artikel
itu membawa rezeki bagi Puspo. Esok hari setelah artikel dimuat, banyak orang berbondong-
bondong mendatangi warungnya. Siapa sangka jika dari sebuah warung kecil ini kemudian
melahirkan sebuah usaha jaringan rumah makan yang cukup kondang di seantero Medan. Impian
untuk menaklukkan "jarak" Solo Medan lebih dekat dibanding Solo Semarang pun menjadi
kenyataan. Bukan itu saja, penilaian atas prestasi bisnis yang dirintis Puspo lebih jauh melewati
17
impian yang ia tinggalkan sebelumnnya.
Dari ibu kota Sumatera Utara ini nanti Rumah Makan Ayam Bakar Wong Solo (Wong Solo)
melejit ke pentas bisnis nasional. Belakangan ini nama Wong Solo semakin berkibarkibar setelah
berhasil menaklukkan Jakarta setelah sebelumnva "mengapung" dari daerah pinggiran. Dalam
waktu relatif singkat kehadiran Wong Solo telah merengsek dan menanamkan tonggaktonggak
bisnisnya di pusat kota metropolis ini. Ekspansinya pun semakin tak tertahankan dengan
memasuki berbagai kota besar di Indonesia.
Fenomena Wong Solo mengundang decak kekaguman berbagai kalangan dari pejabat
pemerintah, para pelaku bisnis hingga para pengamat. Hampir semua outletnya di Jakarta selalu
sesak pengunjung, terutama di akhir pekan dan hari libur. Bahkan ketika bulan Ramadhan
kemarin, semua outlet tersebut membatasi jumlah pengunjung saat berbuka puasa.
Skala usaha Wong Solo itu memang belum sekelas para konglomerat masa lalu yang dengan
enteng menyebut angka aset, omset atau keuntungan per tahun yang triliunan rupiah. "usaha saya
memang belum kelas triliunan seperti para konglomerat yang kaya utang itu," paparnya. Kendati
masih tergolong usaha menengah, namun kinerja wong Solo sangat solid dan tak punya beban
utang. Ia memiliki pondasi kuat untuk terus berkembang. Untuk mewujudkan mimpimimpinya,
ayah sembilan anak dari empat istri ini telah melewati rute perjalanan yang berlikaliku lengkap
dengan segala tantangannya.
Ada masa ketika di waktu waktu awal merintis usaha di Medan ia nyaris patah semangat
garagara selama berhari-hari tak pernah meraih untung. Hanya berjualan dua atau tiga ekor ayam
bakar plus nasi, terkadang dalam satu hari tak seekor pun yang laku. Pernah pula seluruh
dagangannya yang telah dimasak di rumah tumpah di tengah jalan karena jalanan licin sehabis
hujan. "Apa boleh buat, saya terpaksa pulang dan memasak lagi". katanya. Istrinya yang tak
sabar melihat lambannya usaha Puspo bahkan sempat memberi tahu ayahnya agar memberitahu
ayahnya agar mempengaruhi Puspo supaya tak berjualan ayam bakar lagi. "Mertua saya bilang,
kapan kamu akan tobat," katanya menirukan ucapan sang mertua.
Pada awal perantauannya ke Medan, Puspo wardoyo, sama sekali tak menyangka jika usaha
18
warung ayam bakar “Wong Solo” akan berkembang seperi sekarang. Maklum, rumah makan
yang dibukanya hanyalah sebuah warung berukuran sekitar 3x4 meter di dekat bandara Polonia,
Medan. Setahun pertama dia hanya mampu menjual 3 ekor ayam per hari yang dibagibagi
menjadi beberapa potong. Harga jual per potongnya Rp 4.500 plus sepiring nasi.
Di tahun kedua, naik menjadi 10 ekor ayam per hari Namun sekarang, 13 tahun kemudian, di
memiliki lebih dari 16 cabang tersebar di medan, Banda Aceh, Padang, Solo, Denpasar,
Pekanbaru, Surabaya, Semarang, Jakarta, Malang dan Yogyakarta meskipun masih
mengandalkan ayam bakar, namun menunya kini makin beragam hingga 100 jenis. Sudah
terbiasa bagi Wardoyo untuk menyisihkan 10 % dari keuntungannya untuk amal. Dia percaya,
Tuhan akan memperkaya orang yang banyak beramal. Maka jangan heran bila Anda kebetulan
mampir di salah satu rumah makannya menyaksikan karyawannya sedang berkerumun di saat
menjelang atau usai jam kerja. Mereka sedang melaksanakan ibadah “kultum” atau kuliah tujuh
menit.
Promosi dari mulut ke mulut membuat warungnya makin terkenal. Terlebih ketika seorang
wartawan daerah membuat tulisan tentang “Wong Solo”, makin ramai saja orang yang makan ke
warungnya. Pernah suatu hari dia kewaalahan memenuhi pesanan pelanggan. Di saat tiga ekor
ayam jualannya habis, datang pembeli lain yang bersedia menunggu asalkan Wardoyo mau
mencari ayam batu ke pasar. Diapun memenuhi permintaan pelanggan tersebut dengan membeli
tiga ekor ayam lagi. Namun datang lagi pelanggan lain yang juga bersedia menunggu Wardoyo
mencari ayam ke pasar. “Seharian itu, hingga larut malam saya pontang panting ke pasar untuk
memenuhi permintaan konsumen yang terus berdatangan,” kata Wardoyo mengenang.
Bersamaan dengan bertambahnya pelanggan, dua tahun kemudian Wardoyo memperluas
warungnya hingga layak disebut rumah makan. Jiwa seni Wardoyo nampak tergurat pada bentuk
bangunan dan penampilannya yang cenderung “nyleneh”. Dalam bentuk bangunan, misalnya,
Wardoyo tak segansegan mengeluarkan uang cukup besar untuk membayar seorang arsitek guna
mewujudkan imajinasinya terhadap suatu bentuk bangunan.
Perpaduan seni dan entrepreneurship Wardoyo juga tertuang dalam pendekatan terhadap
konsumen. ”Saya berusaha menghafal namanama semua pelanggan saya. Sehingga sewaktu
19
mereka datang saya harus menyambut mereka dengan menyebut namanya,” papar Wardoyo.
Inilah yang disebutnya sebagai “menjadikan pelanggan sebagai saudara”.
Seiring dengan berkembangnya “Wong Solo”, Puspo Wardoyo membuka kesempatan kepada
seluruh lapisan masyarakat untuk ikut menikmati nilai tambah Wong Solo melalui system
waralaba. Untuk waralaba tersebut, Wardoyo telah membuat standarisasi dalam hal rasa dan
gerai (outlet). Jika seseorang membeli waralaba “Wong Solo” di Jakarta, dipastikan sama rasa
dan penataan gerainya dengan “Wong Solo” Medan atau di tempat lain.
Setelah sukses membesarkan “Wong Solo”, apa harapan Puspo Wardoyo selanjutnya ? Dengan
sungguh sungguh dia menyahut,” Ingin terus bekerja keras, kaya raya, banyak istri, dan masuk
surga.” (sumber: kerjasejahtera.blogspot.com)
Komentar :
Bermodalkan kesabaran, kerja keras, pantang menyerah, dan dibumbui ketaqwaan dalam
menjalankan usaha berdasarkan syariat Islam adalah sebuah kunci dalam menggapi kesuksesan
sebuah usaha.
Kisah Orang Sukses Berwirausaha - Jakob Oetama
20
Dr (HC) Jakob Oetama (lahir di Borobudur, Magelang, 27 September 1931; umur 81 tahun),
adalah wartawan dan salah satu pendiri Surat Kabar Kompas. Saat ini ia merupakan Presiden
Direktur Kelompok Kompas-Gramedia, Pembina Pengurus Pusat Persatuan Wartawan Indonesia,
dan Penasihat Konfederasi Wartawan ASEAN.
Jakob adalah putra seorang pensiunan guru di Sleman, Yogyakarta. Setelah lulus SMA
(Seminari) di Yogyakarta, ia mengajar di SMP Mardiyuwana (Cipanas, Jawa Barat) dan SMP
Van Lith Jakarta. Tahun 1955, ia menjadi redaktur mingguan Penabur di Jakarta. Jakob
kemudian melanjutkan studinya di Perguruan Tinggi Publisistik Jakarta dan Fakultas Sosial
Politik UGM Yogyakarta.
Karir jurnalistik Jakob dimulai ketika menjadi redaktur Mingguan Penabur tahun 1956 dan
berlanjut dengan mendirikan majalah Intisari tahun 1963 bersama P.K. Ojong, yang mungkin
diilhami majalah Reader's Digest dari Amerika. Dua tahun kemudian, 28 Juni 1965, bersama
Ojong, Jacob mendirikan harian Kompas yang dikelolanya hingga kini. Tahun 80-an Kompas
Gramedia Group mulai berkembang pesat, terutama dalam bidang komunikasi. Saat ini, Kompas
Gramedia Group memiliki beberapa anak perusahaan/bisnis unit yang bervariatif dari media
massa, toko buku, percetakan, radio, hotel, lembaga pendidikan, event organizer, stasiun TV
hingga universitas.
21
Pengalaman Bekerja
Guru SMP Mardijuwana, Cipanas (1952-1953)
Guru Sekolah Guru Bantu (SGB), Bogor (1953-1954)
Guru SMP Van Lith, Jakarta (1954-1956)
Redaktur Mingguan Penabur (1956-1963)
Ketua Editor majalah bulanan Intisari
Ketua Editor harian Kompas
Pemimpin Umum/Redaksi Kompas
Presiden Direktur Kompas Gramedia
Presiden Komisaris Kompas Gramedia
Karya Tulis
Kedudukan dan Fungsi Pers dalam Sistem Demokrasi Terpimpin (skripsi di Fisipol UGM
tahun 1962)
Dunia Usaha dan Etika Bisnis (Penerbit Buku Kompas, 2001)
Berpikir Ulang tentang Keindonesiaan (Penerbit Buku Kompas, 2002).
Bersyukur dan Menggugat Diri (Penerbit Buku Kompas, 2009)
Keanggotaan Organisasi
Sekretaris Jenderal Persatuan Wartawan Indonesia (PWI)
Anggota DPR Utusan Golongan Pers
Pendiri dan Anggota Dewan Kantor Berita Nasional Indonesia
Anggota Dewan Penasihat PWI
Anggota Dewan Federation Internationale Des Editeurs De Journaux (FIEJ)
Anggota Asosiasi International Alumni Pusat Timur Barat Honolulu, Hawai, Amerika Serikat
Ketua Bidang Organisasi dan Manajemen Serikat Penerbit Surat Kabar.
Komentar :
Semangat dan bekerja keras adalah sebuah kunci dalam melaksanakan sebuah usaha.
Orang Cacat Yang Sukses - Irma Suyanti
22
Peyandang cacat adalah orang-orang yang selalu terpinggirkan, peminta-minta, pelengkap
kehidupan maupun hal-hal yang serba kurang mengenakkan yang didapatkan. Hal itulah yang
selama ini kita lihat dalam keseharian. Setiap kali kita berkendara di lampu merah, biasanya
disitulah mereka mangkal untuk sekedar meminta belas kasihan pengendara yang lewat. Jika ada
suatu kabar berita / cerita tentang penyandang cacat yang sukses besar, ah itu khan hanya dalam
cerita yang telah didramatisir.Jika pemikiran saudara seperti kalayak banyak kayak di atas,
bersiap-siaplah untuk menanggung malu dan kecewa berat. Karena hal itu tidak pernah terjadi
pada diri IRMA SUYANTI. Seorang penyandang cacat lumpuh kaki akibat polio ini. Suami dari
Agus Priyanto ini mampu memutar balikkan keadaan yang selama ini ditasbihkan pada diri
seorang penyandang cacat.
Melawan keterbatasan, ketidakadilan, pencibiran dan pelecehan
Saya beberapa kali menyimak secara detail wanita lulusan SMA 1 Semarang ini, melalui acara
stasiun televisi maupun media online. Irma Suyanti mampu melawan terhadap keterbatasan,
ketidakadilan, pencibiran maupun pelecehan yang selama ini disandangkan kepada sesamanya.
Sejak tahun 1999, selepas menikah dengan Agus Priyanto (seorang penyandang cacat juga),
berusaha untuk melawan keterbatasannya melalui usaha mandiri yang bermanfaat. Ia berusaha
memanfaatkan potongan-potongan kain (kain perca) menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat dan
mempunyai daya guna yang lebih. Ia dibantu oleh suaminya membuat usaha keset dari kain
perca yang didapatkan dari penjahit-penjahit dilingkungannya. Ditangan Irma dan suaminya,
kain perca ini disulap menjadi keset yang menarik.
23
Pada awalnya, untuk pemasaran ia`pun menawarkan produknya kepada tetangga-tetangganya
yang membutuhkan dan dijual ke pasar terdekat. Mungkin bias saja terjadi, pada saat awal
melakukan pemasaran produknya ini, pembeli hanya kasihan kepadanya, sehingga membelinya
walaupun tidak membutuhkan. Terkadang hal semacam ini menjadi dilematis terhadap pembeli,
karena kasihan semata. Tetapi hal itu tidak menyurutkan semangat Irma dan suaminya untuk
berusaha. Semakin lama usahanya semakin bertambah, maka iapun tidak mampu mengatasi
permintaan pelanggan. Maka selanjutnya Irma dan suaminya mencari orang untuk
membantunya. Pada awalnya ia mengoptimalkan temen-teman penyandang cacat untuk
membantu memproduksi. Harapannya untuk memberikan bekal terhadap teman-teman senasib
agar lebih produktif.
Lambat-laun ia mampu produk yang dihasilkan benar-benar mampu menjawab kebutuhan pasar.
Sehingga produk yang dihasilkanpun semakin banyak dan semakin beragam. Tidak hanya keset
saja, tetapi juga merambah produk-produk lain yang berbahan dasar kain perca. Pada akhirnya
kebutuhan tenaga kerjapun harus terus ditambah untuk memenuhi kuota, sehingga harus terus
menambah jumlah tenaga kerja. Hingga saat jumlah tenaga yang mengolah kain perca inipun
telah mencapai 2.500 orang, dengan 150 orang di antaranya adalah penyandang cacat. Bahkan
iapun menyediakan tempat menginap bagi penyandang cacat yang bekerja ditempatnya. Selain
hal itu, iapun mengoptimalkan masyarakat sekitar desanya di Karangsari, Kecamatan Buayan
Kabupaten Kebumen. Selain memberikan kesempatan kerja bagi masyarakat sekitar, Irma juga
melakukan pendampingan untuk produksi bagi kelompok-kelompok kerja maupun secara
individual. Pendampingan yang dilakukan Irma pun pada akirnya telah menyebar seluruh
Kebumen maupun Jawa Tengah.
Sejalan dengan perkembangan usahanya, akhirnya berbagai kesempatan datang
menghampirinya, termasuk perhatian dari pemerintah daerah maupun propinsi. Berbagai
udangan untuk mengikuti pameran produk datang padanya. Di antaranya adalah kesempatan
untuk memamerkan produknya di showroom miliki Kementerian Pemuda dan Olah Raga di
Jakarta. Pameran produk di Melbourn Australia bersama Kemenporapun pernah dilakukan.
Dengan adanya pengenalan produk inilah, pada akhirnya produk dari Irma tidak hanya di dalam
24
negeri saja, tetapi mampu menembus pasar ekspor. Hingga saat ini Irma telah mampu
menciptakan puluhan jenis produk dari memanfaatkan kain perca ini. Kualitaspun terus
ditingkatkan demi terjaganya produk dan memberikan kepuasan pelanggan. Hingga saat ini
produk yang dihasilkan telah diekspor ke Australi, Jerman, Turki dan Jepang.
Irma telah menerima banyak penghargaan, antara lain Wirausahawati Muda Teladan dari
Kementerian Pemuda dan Olahraga (2007), Perempuan Berprestasi 2008 dari Bupati Kebumen
(2008), dan Penghargaan dari Jaiki Jepang, khusus untuk orang cacat
(indonesiaproud.wordpress.com/). Dan yang terakhir adalah penghargaan dari SCTV Award
2012. (sumber:kompasiana.com)
Komentar :
Dalam menjalkankan sebuah usaha, hendaknya kita jangan minder akan kekuranagan kita dan
senantiasa fokusa dan optimis dengan apa yang akan kita lakuka.
25
Profil Pengusaha Sukses Indonesia - Dahlan Iskan
Dahlan Iskan
Dahlan Iskan (lahir di Magetan, Jawa Timur, 17 Agustus 1951; umur 61 tahun), adalah CEO
surat kabar Jawa Pos dan Jawa Pos Group, yang bermarkas di Surabaya. Ia juga adalah Direktur
Utama PLN sejak 23 Desember 2009. Pada tangga
l 19 Oktober 2011, berkaitan dengan reshuffle Kabinet Indonesia Bersatu II, Dahlan Iskan
diangkat sebagai Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara menggantikan Mustafa Abubakar.
Karier
Karier Dahlan Iskan dimulai sebagai calon reporter sebuah surat kabar kecil di Samarinda,
Kalimantan Timur pada tahun 1975. Tahun 1976, ia menjadi wartawan majalah Tempo. Sejak
tahun 1982, Dahlan Iskan memimpin surat kabar Jawa Pos hingga sekarang.
Jawa Pos
Dahlan Iskan adalah sosok yang menjadikan Jawa Pos yang waktu itu hampir mati dengan oplah
6.000 ekslempar, dalam waktu 5 tahun menjadi surat kabar dengan oplah 300.000 eksemplar.
Lima tahun kemudian terbentuk Jawa Pos News Network (JPNN), salah satu jaringan surat kabar
terbesar di Indonesia yang memiliki 134 surat kabar, tabloid, dan majalah, serta 40 jaringan
26
percetakan di Indonesia. Pada tahun 1997 ia berhasil mendirikan Graha Pena, salah satu gedung
pencakar langit di Surabaya, dan kemudian gedung serupa di Jakarta. Pada tahun 2002, ia
mendirikan stasiun televisi lokal JTV di Surabaya, yang kemudian diikuti Batam TV di Batam
dan Riau TV di Pekanbaru.
Fangbian Iskan Corporindo (FIC)
Sejak awal 2009, Dahlan adalah sebagai Komisaris PT Fangbian Iskan Corporindo (FIC) yang
akan memulai pembangunan Sambungan Komunikasi Kabel Laut (SKKL) pertengahan tahun
ini. SKKL ini akan menghubungkan Surabaya di Indonesia dan Hong Kong, dengan panjang
serat optik 4.300 kilometer.
Perusahaaan Listrik Negara (PLN)
Sejak akhir 2009, Dahlan diangkat menjadi direktur utama PLN menggantikan Fahmi Mochtar
yang dikritik karena selama kepemimpinannya banyak terjadi mati lampu di daerah Jakarta.
Semenjak memimpin PLN, Dahlan membuat beberapa gebrakan diantaranya bebas byar pet se
Indonesia dalam waktu 6 bulan, gerakan sehari sejuta sambungan. Dahlan juga berencana
membangun PLTS di 100 pulau pada tahun 2011. Sebelumnya, tahun 2010 PLN telah berhasil
membangun PLTS di 5 pulau di Indonesia bagian Timur yaitu Pulau Banda, Bunaken Manado,
Derawan Kalimantan Timur, Wakatobi Sulawesi Tenggara, dan Citrawangan.
Menteri Badan Usaha Milik Negara (Menteri BUMN)
Pada tanggal 17 Oktober 2011, Dahlan Iskan ditunjuk sebagai pengganti Menteri BUMN yang
menderita sakit. Ia terisak dan terharu begitu dirinya dipanggil menjadi menteri BUMN karena ia
berat meninggalkan PLN yang menurutnya sedang pada puncak semangat untuk melakukan
reformasi PLN.
Dahlan melaksanakan beberapa program yang akan dijalankan dalam pengelolaan BUMN.
Program utama itu adalah restrukturisasi aset dan downsizing (penyusutan jumlah) sejumlah
badan usaha. Ihwal restrukturisasi masih menunggu persetujuan Menteri Keuangan.
Beberapa kinerjanya disorot. Dahlan gagal membawa lima perusahaan BUMN untuk melepas
saham perdana (initial public offering/IPO) di lantai bursa. Adapun, berkat kepemimpinannya,
27
BUMN dinilai bersih dari korupsi oleh masyarakat juga merupakan kinerja dan keberhasilannya
membangun BUMN.
Kehidupan pribadi
Dahlan Iskan dibesarkan di lingkungan pedesaan dangan kondisi serba kekurangan. Orangtuanya
tidak ingat tanggal berapa Dahlan dilahirkan. Dahlan akhirnya memilih tanggal 17 Agustus
dengan alasan mudah diingat karena bertepatan dengan peringatan kemerdekaan Republik
Indonesia.
Dahlan Iskan pernah menulis buku berjudul Ganti Hati pada tahun 2008. Buku ini berisi tentang
pengalaman Dahlan Iskan dalam melakukan operasi cangkok hati di Cina.
Selain sebagai pemimpin Grup Jawa Pos, Dahlan juga merupakan presiden direktur dari dua
perusahaan pembangkit listrik swasta: PT Cahaya Fajar Kaltim di Kalimantan Timur dan PT
Prima Electric Power di Surabaya. (sumber : wikipedia.org)
Dahlan Iskan dikenal dengan seorang pengusaha yang tangguh yang sangat diperhitungkan
dikalangan para pengusaha sukses di Indonesia. Semoga kisah Dahlan Iskan bisa menginspirasi
semua orang di Indonesia khususnya para Entrepreneur Indonesia.
Komentar :
Kekurangan apapun yang ada pada diri kita harus kita jadikan “spirit of the change power”
untuk kesuksesan kita dan jadilah orang yang tangguh dan tegar dalam menjalankan usaha.
28