knowledge, attitude, practice (kap) baseline survey mengenai sanitasi lingkungan, kebersihan, dan...
TRANSCRIPT
-
7/30/2019 Knowledge, Attitude, Practice (KAP) BASELINE SURVEY MENGENAI SANITASI LINGKUNGAN, KEBERSIHAN, DAN AIR BERSIH DI Indonesia Rimur: Laporan Komparasi antar Propinsi
1/43
Laporan Perbandingan
-
7/30/2019 Knowledge, Attitude, Practice (KAP) BASELINE SURVEY MENGENAI SANITASI LINGKUNGAN, KEBERSIHAN, DAN AIR BERSIH DI Indonesia Rimur: Laporan Komparasi antar Propinsi
2/43
Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat
Fakultas Ekonomi Universitas IndonesiaLaporan Perbandingan
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI .................................................................................................................. iDAFTAR GAMBAR ........................................................................................................ ii
BAB 1. LATAR BELAKANG DAN TUJUAN SURVEY KAP BASELINE 11.1. Latar Belakang Survey KAP Baseline............................................ 11.2. Tujuan Survey KAP Baseline .................................. ....................... 1
BAB 2. METODOLOGI...................................................................................... 32.1. Proses Pemilihan Kabupaten dan Desa, serta
Penanggungjawabnya ........................................... .......................... 32.2. Perencanaan Survei, Responden, dan Instrumen............................ 42.3. Perencanaan Sampel dan Besarnya.................................... ............. 5
2.4. Periode Pengumpulan Data............................ ................................. 6
BAB 3. HASIL TEMUAN KAP BASELINE SURVEY ................................... 7Hasil Temuan Utama ..................................... .......................................... . 73.1. Hasil Perbandingan Survey KAP Baseline Terhadap Rumah
Tangga Pedesaan ........................................... ................................. 73.2. Hasil Perbandingan Survey KAP Baseline Terhadap Rumah
Tangga Daerah Kumuh Perkotaan.......................................... ........ 93.3. Hasil Perbandingan Survey KAP Baseline Terhadap Sekolah ...... 11
BAB 4. HAMBATAN YANG DIHADAPI DALAM SURVEY....................... 14
BAB 5. LAMPIRAN-LAMPIRAN ..................................................................... 155.1. Pemetaan Kabupaten Terpilih................. ....................................... . 155.2. Pemilihan Kabupaten dan Kota dan Kerangka Pengambilan
Sampel di Semua Propinsi ........................................... ................... 165.3. Tabel Hasil Perbandingan.......................... ..................................... 18
I. Daerah Pedesaan........................................ .......................... 18II. Daerah Kumuh Perkotaan........................................ ............ 26III. Sekolah ........................................... ..................................... 34
-
7/30/2019 Knowledge, Attitude, Practice (KAP) BASELINE SURVEY MENGENAI SANITASI LINGKUNGAN, KEBERSIHAN, DAN AIR BERSIH DI Indonesia Rimur: Laporan Komparasi antar Propinsi
3/43
Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat
Fakultas Ekonomi Universitas IndonesiaLaporan Perbandingan
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.1 Keterkaitan aspek WES ........................................ .................................... 2Gambar 2.1 Proses Seleksi dan Tanggung Jawab................ ......................................... 4Gambar.2.2 Perencanaan Survei ....................................... ........................................... . 5
-
7/30/2019 Knowledge, Attitude, Practice (KAP) BASELINE SURVEY MENGENAI SANITASI LINGKUNGAN, KEBERSIHAN, DAN AIR BERSIH DI Indonesia Rimur: Laporan Komparasi antar Propinsi
4/43
Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat
Fakultas Ekonomi Universitas IndonesiaLaporan Perbandingan
BAB 1
LATAR BELAKANG DAN TUJUAN SURVEY KAP BASELINE
Salah satu target dari Millenium Development Goals (MDG) adalah mengurangi proporsi orang
yang tidak memiliki akses terhadap air minum dan kebersihan menjadi setengahnya pada tahun
2015. Dalam kaitan inilah program WES (Water Environmental Sanitation) dicanangkan oleh
UNICEF, bekerja sama dengan Pemerintah Republik Indonesia di enam propinsi di wilayahIndonesia Timur. Kegiatan survey KAP (Knowledge-Attitude-Practice) merupakan salah satu alat
guna mengukur pencapaian dari program ini. Survey KAP baseline, merupakan bagian dari
kegiatan survey yang dilaksanakan pada tahap awal guna menggali informasi tentang kondisi dari
masyarakat sasaran. Sementara untuk mengukur tingkat keberhasilan program di akhir periode,
survey KAP endline perlu dilakukan.
1.1. LATAR BELAKANG SURVEY KAP BASELINE
Studi tentang KAP pada dasarnya menceritakan apa yang diketahui, dirasakan dan dilakukan oleh
orang terhadap suatu, dalam hal ini WES (Water Environemnt, Sanitation). Oleh karena itu
pemaham atas ketiga elemen penting dalam studi KAP - Knowledge (Pengetahuan), Attitude
(Sikap) dan Practice (Perilaku) sangat penting, supaya proses proses pembentukan kesadaran
masyarakat, dapat dilakukan secara lebih efisien, sehingga program dapat di rancang lebih tepat
sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
1.2. TUJUAN SURVEY KAP BASELINE
Survey ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana tingkat pengetahuan, sikap
serta praktek (KAP) masyarakat, mencakup rumah tangga, guru, anak-anak sekolah, dan petugas
kesehatan/kepala desa termasuk pemerintah lokal, berkaitan dengan isu-isu seputar air, lingkungan
dan sanitasi (WES). Setidaknya ada lima aspek yang menjadi sorotan dalam isu ini, meliputi (i) air
dan kegunaannya; (ii) kebersihan domestik (kebersihan makanan dan kebersihan pribadi); (iii)
fasilitas sanitasi (jamban); (iv) kebersihan lingkungan (limbah cair dan solid); dan (v) diare dan
penyakit kulit. Keterkaitan diantaranya disajikan dalam Gambar 1.1 dibawah.
-
7/30/2019 Knowledge, Attitude, Practice (KAP) BASELINE SURVEY MENGENAI SANITASI LINGKUNGAN, KEBERSIHAN, DAN AIR BERSIH DI Indonesia Rimur: Laporan Komparasi antar Propinsi
5/43
Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat
Fakultas Ekonomi Universitas IndonesiaLaporan Perbandingan
Gambar 1.1 : Keterkaitan aspek WES
Lebih lanjut, tujuan khusus dari survey ini adalah:
1. Menghasilkan informasi baseline tentang kondisi KAP masyarakat berkaitan dengan isu
WES sebelum adanya proyek intervensi
2. Mengidentifikasi indikator khusus yang akan dipergunakan dalam memantau kemajuan
dalam proyek intervensi
Air
Kebersihan
Domestik
Kebersihan
Pribadi
Kebersihan
Makanan
Diare dan
Penyakit Kulit
Facilitas Sanitasi
Keersihan Lingkungan
-
7/30/2019 Knowledge, Attitude, Practice (KAP) BASELINE SURVEY MENGENAI SANITASI LINGKUNGAN, KEBERSIHAN, DAN AIR BERSIH DI Indonesia Rimur: Laporan Komparasi antar Propinsi
6/43
Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat
Fakultas Ekonomi Universitas IndonesiaLaporan Perbandingan
BAB 2
METODOLOGI
2.1. PROSES PEMILIHAN KABUPATEN DAN DESA, SERTA
PENANGGUNGJAWABNYA
S Survei ini dilakukan di enam provinsi Indonesia Timur, yaitu Provinsi Nusa Tenggara Barat
(NTB), Nusa Tenggara Timur (NTT), Sulawesi Selatan, Maluku, Papua Barat, dan Papua. Kecuali
Papua Barat yang hanya memiliki dua kabupaten, survei dasar ini di lakukan di dua kabupaten dan
satu kota, masing-masing dibagi menjadi desa program dan kontrol.1 Proses pemilihan akan
dijabarkan di bawah:
UNICEF dan Kelompok Kerja Nasional Air Minum, dan Penyehatan Lingkungan (POKJANASIONAL AMPL) menentukan 6 provinsi di Indosesia Timur, yang terdiri atas Nusa
Tenggara Barat (NTB), Nusa Tenggara Timur (NTT), Sulawesi Selatan, Maluku, PapuaBarat, dan Papua.
UNICEF and Pokja Nasional AMPL juga memberi alternatif 4 kabupaten yang mewakilidaerah pedesaan dan 1 kota yang mewakili daerah miskin perkotaan (tidak termasuk Papua
Barat) untuk tiap provinsi. Secara keseluruhan ada 24 kabupaten dan 5 kota.
Selain kota, LPEM juga memilih 2 dari 4 kabupaten yang mewakili daerah pedesaansebagai wilayah sampel di tiap provinsi dengan menggunakan metodestratified purposive
sampling. Kedua kabupaten tersebut terutama dipilih dengan menerapkan indikatorekonomi berupa PDRB per kapita dan indikator kesehatan masyarakat yang berasal dari
Stastistik PODES 2006, Biro Pusat Statistik (BPS).2 Selain indikator-indikator itu, juga
dipertimbangkan kondisi alam (mis: mewakili wilayah pesisir vs bukan pesisir, pulau
utama vs pulau kecil), dan penilaian subjektif, misalnya: akses geografis, kendala waktudan dana (lihat lampiran gambar 1).
UNICEF dan Pokja Nasional AMPL juga menyediakan daftar desa program untukkabupaten dan kota terpilih di setiap provinsi.
3
Berikutnya LPEM memilih desa kontrol untuk tiap kabupaten dan kota terpilih di tiapprovinsi dengan menggunakan simple purposive method.4 Teknik pengelompokan
1Jenis rancangan survey seperti ini sering dipakai dan terutama digunakan untuk mengukur atau menilai efektifitas
suatu program intervensi (dengan cara membandingkan survei dasar di awal program dan survei akhir pada saat
-
7/30/2019 Knowledge, Attitude, Practice (KAP) BASELINE SURVEY MENGENAI SANITASI LINGKUNGAN, KEBERSIHAN, DAN AIR BERSIH DI Indonesia Rimur: Laporan Komparasi antar Propinsi
7/43
Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat
Fakultas Ekonomi Universitas IndonesiaLaporan Perbandingan
Euclidean distance method dan umpan balik dari lokakarya di tiap provinsi diterapkan dalam
proses seleksi ini.
Proses seleksi dan penanggungjawabnya secara ringkas dirangkum dalam gambar 2.2 dibawah ini.
Gambar 2.1: Proses Seleksi dan Tanggung Jawab.
UNICEF+ POKJA
UNICEF+ POKJA
LPEM UNICEF+ POKJA
LPEM
2.2. PERENCANAAN SURVEI, RESPONDEN, DAN INSTRUMEN
Studi ini terdiri dari tiga komponen utama survey yaitu: (i) Pedesaan; (ii) Daerah Miskin
Perkotaan; dan (iii) Sekolah. Responden yang menjadi target survei ini meliputi (a) Rumah
Tangga; (b) Guru Sekolah Dasar; (c) Murid Sekolah Dasar; (d) Kepala Desa; dan (v) PejabatPemerintah Daerah yang terkait. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan informasi terdiri
atas:
- Kuesioner Terstruktur (termasuk lembar observasi dan demonstrasi)
- Pertanyaan terstruktur untuk wawancara secara mendalam
Kuesioner terstruktur mencakup informasi mengenai pengetahuan, sikap, dan praktik yang ada di
rumah tangga, guru, dan murid SD. Untuk memberi tambahan informasi dari kuesioner, terutama
yang terkait dengan praktek di lapangan, survey juga menggunakan lembar observasi dan
demonstrasi cuci tangan. Pertanyaan terstruktur untuk wawancara mendalam dilakukan untukmemperoleh informasi pendukung, misalnya keadaan desa secara keseluruhan dan informasi
mengenai kebijaksanaan yang berhubungan dari kepala desa dan pejabat pemerintah daerah terkait.
Gambar 2.2 di bawah ini merangkum komponen-komponen utama survei, dasar intervensi, dan
responden yang menjadi target, terutama dengan menggunakan kuesioner terstruktur.
Target 6
provinsi diIndonesia
Timur
Pemilihan
Desa kontrol
untuk tiap Kabmenggunakanmetode cluster
Daftar desa
program di
tiapkabupaten/kota
Pemilihan
kabupaten untuk
tiap provinsi
menggunakan
indikator sosial,
ekonomi dan
kesehatan
Daftar 4kab
& 1kota
untuktiap
provinsi
-
7/30/2019 Knowledge, Attitude, Practice (KAP) BASELINE SURVEY MENGENAI SANITASI LINGKUNGAN, KEBERSIHAN, DAN AIR BERSIH DI Indonesia Rimur: Laporan Komparasi antar Propinsi
8/43
Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat
Fakultas Ekonomi Universitas IndonesiaLaporan Perbandingan
Gambar.2.2 : Perencanaan Survei
Secara ringkas, analisis survei ini diukur dengan menggunakan komponen pedesaan, daerah
miskin perkotaan, dan sekolah yang dibagi menjadi program (yang diintervensi) dan kontrol (tidak
diintervensi), dan bukan berdasarkan kabupaten. Perencanaan seperti ini menghasilkan implikasi
penting, sedangkan analisis di tingkat kabupaten menjadi tidak relevan karena telah menyatu dan
berubah menjadi basis program and kontrol.5
2.3. PERENCANAAN SAMPEL DAN BESARNYA
Total jumlah sampel survei dasar ditetapkan 2.598 (sebagaimana yang tertulis di RFP UNICEF),
terdiri atas 1.510 rumah tangga, 884 murid SD, dan 204 guru SD. Distribusi sampel untukkabupaten dan kota di tiap provinsi, serta desa program dan kontrol adalah sebagai berikut.
Kuota kerangka pengambilan sampel untuk rumah tangga (1 510 responden)
-
7/30/2019 Knowledge, Attitude, Practice (KAP) BASELINE SURVEY MENGENAI SANITASI LINGKUNGAN, KEBERSIHAN, DAN AIR BERSIH DI Indonesia Rimur: Laporan Komparasi antar Propinsi
9/43
Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat
Fakultas Ekonomi Universitas IndonesiaLaporan Perbandingan
penduduk tiap wilayah. Meskipun demikian, besarnya sampel rumah tangga untuk desa
program dan kontrol di tiap kabupaten dan kota ditentukan dengan perbandingan 3 : 2.
Dengan pengecualian Papua Barat, kuota kerangka pengambilan sampel untuk murid (884responden) didistribusikan secara merata pada semua provinsi, kemudian pada kabupatenterpilih dan kota di tiap provinsi. Walaupun begitu, besarnya sampel murid untuk desa
program dan kontrol di tiap kabupaten dan kota ditetapkan dengan perbandingan 30 : 22.
Tidak seperti pada rumah tangga dan murid, distribusi kerangka pengambilan sampeluntuk guru (204 responden) antar provinsi, antar kabupaten terpilih dan kota di tiap
provinsi, maupun pada desa program dan kontrol adalah sama.
Penting untuk dicatat terutama untuk responden rumah tangga dan murid, besar sampel di desa
program untuk tiap kabupaten atau kota selalu lebih besar daripada di desa kontrol. Alasan utama
perbedaan ini sebagian besar dikaitkan dengan validitas informasi yang terkumpul di wilayah
tersebut, yaitu tempat berlangsungnya program intervensi, sehingga dampak dari program
intervensi dapat terlihat lebih jelas.
Lebih jauh lagi, kesemua responden dipilih secara acak, tapi tetap memperhatikan pembagian
gender tiap responden. Khusus untuk responden murid, terdapat pembatasan kelas, yaitu responden
harus berasal dari kelas 4 ke atas. Alasan utamanya adalah para siswa dari kelas 4 ke atas memiliki
pengetahuan yang lebih baik mengenai isu yang dibahas dan dapat menyatakan preferensi mereka
dengan lebih baik daripada murid kelas di bawahnya.
Berdasarkan metodologi di atas, rincian seleksi kabupaten dan kota termasuk pilihan desa program
dan kontrolnya, dan kerangka sampel yang ditargetkan untuk semua propinsi dapat dilihat pada
lampiran tabel 1.
2.4. PERIODE PENGUMPULAN DATA
Periode pengumpulan data berlangsung antara bulan Juli dan Agsustus 2008, di hampir semua
propinsi, kecuali Sulawesi Selatan. Periode ini merupakan akhir dari musim kemarau. Dalam
beberapa hal, periode survey ini dapat berdampak terhadap hasil survey dikarenakan responden
mengalami recall bias. Untuk propinsi Sulawesi Selatan, khususnya kota Makassar, survey baru
bisa di selesaikan pada bulan Desember 2008, yang disebabkan oleh adanya masalah
miskoordinasi antar pemangku kepentingan di lapangan.
-
7/30/2019 Knowledge, Attitude, Practice (KAP) BASELINE SURVEY MENGENAI SANITASI LINGKUNGAN, KEBERSIHAN, DAN AIR BERSIH DI Indonesia Rimur: Laporan Komparasi antar Propinsi
10/43
Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat
Fakultas Ekonomi Universitas IndonesiaLaporan Perbandingan
BAB 3
HASIL TEMUAN KAP BASELINE SURVEY
HASIL TEMUAN UTAMA
Secara umum, sangat sulit untuk menarik benang merah dari temuan perbandingan antar propinsi
ini karena tidak ada pola yang jelas terkait dengan lima aspek WES yang diteliti, yakni air dan
kegunaannya, kebersihan domestik, fasiltas sanitasi, kebersihan lingkungan dan diare dan penyakit
kulit. Masing-masing propinsi memiliki pola yang berbeda untuk aspek-aspek dimaksud. Ada
propinsi yang memiliki masalah dengan air, sementara yang lainnya bermasalah dengan minimnya
fasilitas sanitasi dan/atau kebersihan lingkungan.
Setidaknya, ada empat temuan utama dari survey ini, yaitu:
1.Secara menyeluruh, tingkat pengetahuan dan sikap respondent di seluruh propinsi dapat
dianggap cukup baik, tapi tidak demikian halnya dengan perilakunya. Dalam banayak kasus,
praktek yang dilaporkan seringkali tidak sesuai dengan hasil pengamatan lapangannya. Penjelasan
yang mungkin adalah hal ini disebabkan oleh masalah budaya dan minimnya ketersediaan fasilitas
pendukung sanitasi dan kebersihan.
2. Pada umumnya, variasi pengetahuan, sikap dan perilaku responden di daerah program dan
kontrol kurang terlihat jelas di pedesaan dari pada di daerah kumuh perkotaan. Terlepas dari
kondisi geografisnya, hal ini mungkin ada kaitannya dengan karakteristik rumah tangga pedesaanyang relatif lebih homogen.
3. Lebih jauh, perbedaan dalam hal praktek air bersih dan kebersihan lingkungan (WES) antar
musim (musim kemarau dan musim hujan) juga tidak terlalu kentara di hampir semua propinsi.
Salah satu penjelasannya adalah dikarenakan responden mengalami recall bias, yang disebabkan
oleh periode pengumpulan data yang berlangsung di akhir musim kemarau (July Agustus)
4. Banyak inkonsistensi informasi diantara guru dan murid yang muncul, sehingga menyulitkan
dalam melakukan analisis yang mendalam terhadap sekolah
3.1. HASIL PERBANDINGAN SURVEY KAP BASELINE TERHADAP RUMAH
TANGGA PEDESAAN
Ai d P
-
7/30/2019 Knowledge, Attitude, Practice (KAP) BASELINE SURVEY MENGENAI SANITASI LINGKUNGAN, KEBERSIHAN, DAN AIR BERSIH DI Indonesia Rimur: Laporan Komparasi antar Propinsi
11/43
Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat
Fakultas Ekonomi Universitas IndonesiaLaporan Perbandingan
Tidak seperti propinsi lainnya, Papua dan Papua Barat memiliki kondisi yang unik. Hal yang
menonjol adalah variasi penggunaan sumber air yang muncul bukan hanya terjadi untuk kebutuhanminum dan MCK, tetapi juga penggunaannya diantara kedua musim. Misalnya, air hujan
merupakan sumber air utama untuk minum dan MCK di Papua pada saat musim hujan, tetapi
bukan untuk musim kemarau, dimana sumber airnya berupa tangki air ataupun mata air. Hal yang
berbeda dijumpai di Papua Barat. Sumber air minum utama didaerah ini adalah air hujan dan
sumur terlindungi, sedangkan sungai dan mata air dipergunakan untuk MCK.
Memasak/mendidihkan air pada dasarnya merupakan bentuk pengolahan air yang utama di seluruh
propinsi kecuali NTB, dimana sebagian besar respondennya masih minum secara langsung dari
sumbernya.
Akses terhadap Sumber Air
Untuk keperluan minum, akses ke sumber air utama di semua proppinsi, kecuali Papua dan Papua
Barat dapat dianggap cukup mudah (berdasarkan standar Riskesdas). Bahkan, tidak ada perbedaan
yang mencolok antara kedua musim. Secara umum dapat dikatakan bahwa, untuk memperoleh air
minum hanya diperlukan waktu kurang dari 30 menit, jarak tempuh kurang dari 1 km, dan biaya
mingguan yang dikeluarkan kurang dari Rp 5,000, dengan pengecualian NTT yang biayanya dapat
mencapai diatas Rp 5,000 untuk kedua musim.
Namun, hal seperti ini tidak ditemui di Papua dan Papua Barat. Meskipun jarak tempuhnya sedikit
kurang dari 1 km, waktu tempuh yang dibutuhkan untuk memperoleh air minum di Papua Barat
lebih lama dari 30 menit, khususnya pada musim kemarau. Secara paralel, akses untuk
memperoleh air minum di Papua juga relatif lebih sulit (jarak tempuh lebih dari 1 km, butuh waktu
lebih dari 30 menit dan biaya yang jauh diatas Rp 5,000) terutama pada musim kemarau,
ketimbang musim hujan.Hal ini disebabkan kondisi geografis di kedua provinsi tersebut.
Pola yang sama dengan air minum juga ditemukan pada kebutuhan air untuk MCK.
Kebersihan Domestik
Ada dua bagian penting dalam kebersihan domestic, yaitu kebersihan makanan dan kebersihan
pribadi. Diantara tiga aspek dalam kebersihan makanan, praktek mencuci buah dan/atau sayuran
sebelum dimakan sangat penting karena akan berdampak langsung terhadap kesehatan manusia.
Dari enam sample propinsi, hanya Papua Barat yang menunjukan praktek yang buruk terhadap
aspek ini, yaitu ditandai dengan rendahnya proporsi responden yang melakukan hal ini.
Secara rata-rata, proporsi responden yang menggunakan sabun ketika mencuci tangan cukup
tinggi, yakni diatas 70%, yang sedikit banyak mencerminkan cukup baiknya pengetahuan akan
kebersihan individu. Namun, ketika ditanyakan tentang lima saat penting untuk mencuci tangan,
semua responden di semua propinsi hanya melakukannya pada 2 dari 5 saat penting tersebut, yaitu
ketika sebelum makan dan setelah BAB.
-
7/30/2019 Knowledge, Attitude, Practice (KAP) BASELINE SURVEY MENGENAI SANITASI LINGKUNGAN, KEBERSIHAN, DAN AIR BERSIH DI Indonesia Rimur: Laporan Komparasi antar Propinsi
12/43
Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat
Fakultas Ekonomi Universitas IndonesiaLaporan Perbandingan
Sehubungan dengan praktek BAB, hanya Papua dan Papua Barat yang mayoritas respondennya
tidak menggunakan jamban ketika BAB. Sebagai gantinya, mereka BAB di hutan atau halaman,khususnya ketika musim kemarau. Selebihnya, menunjukan praktek BAB yang relatif baik, yaitu
BAB di jamban, walaupun sebagian dari mereka masih menggunakan jamban tak berseptic tank.
Berkaitan dengan praktek BAB ini, hanya sedikit responden yang mengaku sudah menggunakan
air dan sabun ketika membersihkan diri setelah BAB, dimana sebagian besar bisa ditemui di NTT
dan Sulsel. Responden di propinsi lainnya, seperti NTB, Maluku dan Papua hanya menggunakan
air ketika membersihan, sedangkan mereka yang di Papua Barat masih menggunakan benda-benda
kering atau dedaunan.
Kebersihan Lingkungan
Bagian ini utamanya terdiri dari limbah cair dan sampah. Berkaitan dengan limbah cair (air kotor)
sebagian besar dari responden di semua propinsi, kecuali Maluku membuangnya di tempat
terbuka. Namun, untuk tempat pembuangan dan pengolahan sampah, mayoritas responden di luar
Papua dan Papua Barat membuangnya di lubang terbuka kemudian membakarnya.
Diare dan Penyakit Kulit
Hampir semua responden di semua propinsi mengasosiasikan diare dengan sakit perut ataupunmencret. Namun, pengetahuan yang berkaitan dengan penyebab dan upaya pencegahannya
bervariasi antar propinsi. Dari enam propinsi, hanya responden di NTB dan Sulsel yang
beranggapan bahwa diare disebabkan oleh makanan (makan makanan yang
terkontaminasi/kotor/pedas), sementara sisanya beranggapan bahwa diare disebabkan oleh air
(minum air mentah/air kotor). Oleh karena itu, cara pencegahan diare yang ditempuh di dua
propinsi tersebut adalah dengan menghindari makanan & minuman yang kotor, sementara mereka
yang berada di propinsi lainnya beranggapan memasak atau mendidihkan air sebagai cara utama
pencegahannya. Secara umum, penanganan terhadap kasus diare jika berlangsung lebih dari 24
jam di semua propinsi adalah sama, yaitu dibawa ke puskesmas. Tetapi jika berlangsung kurangdari 24 jam penanganannya bisa berbeda antar propinsi. Beberapa responden di NTB, sebagian
NTT dan Maluku lebih memilih mengobati sendiri baik dengan oralit ataupun jamu-jamuan,
sedangkan responden di propinsi lainnya membawa langsung si penderita ke puskesmas.
Hampir semua responden di enam propinsi secara umum mengatakan menggunakan air kotor
dan/atau jarang mandi sebagai penyebab utama dari penyakit kulit. Konsekuensi logisnya, cara
pencegahan yang dilakukan adalah berhenti memakai air kotor dan/atau mandi dengan sabun. Pola
yang serupa dengan penanganan diare juga muncul disini.
3.2. HASIL PERBANDINGAN SURVEY KAP BASELINE TERHADAP RUMAH
TANGGA DAERAH KUMUH PERKOTAAN
Air dan Penggunaannya
-
7/30/2019 Knowledge, Attitude, Practice (KAP) BASELINE SURVEY MENGENAI SANITASI LINGKUNGAN, KEBERSIHAN, DAN AIR BERSIH DI Indonesia Rimur: Laporan Komparasi antar Propinsi
13/43
Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat
Fakultas Ekonomi Universitas IndonesiaLaporan Perbandingan
Secara menyeluruh, memasak atau mendidihkan air adalah bentuk utama pengolahan air minum,
dengan pengecualian program area di NTT, dimana masih banyak yang menggunakanpenyaringan. Dalam beberapa hal, ini dapat mengindikasikan bahwa sebagian besar responden
sudah melakukan praktek yang cukup baik berkaitan dengan air yang aman untuk minum.
Akses terhadap Sumber Air
Untuk keperluan minum, akses ke sumber air utama di semua propinsi dapat dianggap cukup
mudah (menurut standar Riskesdas). Bahkan, tidak ada perbedaan yang mencolok antara kedua
musim. Secara umum dapat dikatakan bahwa, untuk memperoleh air minum hanya diperlukan
waktu kurang dari 30 menit, jarak tempuh kurang dari 1 km, namun biaya mingguan rata-rata yangdikeluarkan lebih dari Rp 5,000. Di Papua, bahkan bisa mencapai Rp 30,000.
Pola yang serupa dengan air minum juga ditemukan pada kebutuhan air untuk MCK.
Kebersihan Domestik
Ada dua bagian penting dalam kebersihan domestic, yaitu kebersihan makanan dan kebersihan
pribadi. Diantara tiga aspek dalam kebersihan makanan, praktek mencuci buah dan/atau sayuran
sebelum dimakan merupakan hal yang terpenting karena akan berdampak langsung terhadapkesehatan manusia. Berkaitan dengan ini, semua propinsi menunjukan praktek yang baik, yang
ditandai dengan tingginya proporsi (diatas 80%) mayoritas responden yang melakukannya.
Secara umum, proporsi responden di semua propinsi yang dilaporkan menggunakan sabun ketika
mencuci tangan cukup tinggi, yakni diatas 90%, dan relatif merata antara program dan kontrol
area, kecuali untuk NTB dan NTT. Di kedua porpinsi ini terjadi kesenjangan yang cukup besar
antara kedua area tersebut. Namun, terkait dengan lima saat penting untuk mencuci tangan, (i)
sebelum makan dan (ii) sesudah BAB dianggap sebagai dua situasi paling penting untuk mencuci
tangan oleh responden di semua propinsi.
Fasilitas Sanitasi
Kepemilikan jamban pribadi di seluruh propinsi dapat dikatakan cukup tinggi, berkisar 70%
keatas, kecuali NTB yang relatif moderat dengan rata-rata 50%. Namun proporsi kepemilikan
jamban berseptic tank justru lebih tinggi di NTB dan NTT dibanding dengan propinsi lainnya.
Proporsi kepemilikan terendah atas jamban seperti ini ada di Papua.
Yang mengejutkan, sebagian besar responden di semua propinsi telah menggunakan jamban, baikyang dilengkapi dengan septic tank maupun yang tidak (khususnya di Papua) ketika BAB. Hal ini
dapat mengindikasikan bahwa responden daerah kumuh kota telah memiliki pemahaman yang
lebih baik tentang kebersihan dan kesehatan lingkungan. Lebih jauh, tidak ada perbedaan
penggunaan jamban yang berarti diantara musim kemarau dan musim hujan. Berkaitan dengan
praktek ini, sebagian besar respondent di semua propinsi juga telah menggunakan, setidaknya air
untuk membersihkan diri setelah BAB Bahkan di beberapa propinsi seperti NTT Sulsel dan
-
7/30/2019 Knowledge, Attitude, Practice (KAP) BASELINE SURVEY MENGENAI SANITASI LINGKUNGAN, KEBERSIHAN, DAN AIR BERSIH DI Indonesia Rimur: Laporan Komparasi antar Propinsi
14/43
Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat
Fakultas Ekonomi Universitas IndonesiaLaporan Perbandingan
sehubungan dengan tempat pembuangan dan pengolahan sampah, variasinya tidak terlalu besar
seperti halnya tempat pembuangan air kotor, kecuali variasi di dalam propinsi (antara daerah
kontrol dan program). Mayoritas responden di semua propinsi membuang sampah ke lubang
terbuka atau ke tempat penampungan sementara, sedangkan berkaitan dengan pengolahannya,
sebagian besar dari mereka membakarnya di lubang atau diambil oleh petugas kebersihan.
Diare dan Penyakit Kulit
Hampir semua responden di semua propinsi mengasosiasikan diare dengan sakit perut ataupun
mencret. Namun, pengetahuan yang berkaitan dengan penyebab dan upaya pencegahannya
bervariasi antar propinsi. Sebagian besar responden di semua propinsi beranggapan bahwa diaredisebabkan oleh makanan dan minuman (makan makanan yang terkontaminasi/kotor/pedas),
sementara hanya sebagiankecil yang beranggapan bahwa diare disebabkan oleh air yang belum
diolah (minum air mentah/air kotor). Konsekuensi logisnya, bagi mereka yang beranggapan bahwa
diare disebabkan karena makanan, maka menghindari makanan & minuman yang kotor dan masak
hingga matang merupakan cara pencegahan yang ditempuh. Sementara bagi mereka yang
beranggapan diare disebabkan karena minum air belum diolah, maka memasak/mendidihkan air
adalah solusi pencegahannya. Secara umum, penanganan terhadap penyakit diare jika berlangsung
lebih dari 24 jam di semua propinsi sama, yakni di bawa ke puskesmas. Tetapi jika berlangsung
kurang dari 24 jam penanganannya bisa berbeda antar propinsi. Beberapa responden di NTT,Sulsel dan Maluku lebih memilih mengobati sendiri baik dengan oralit ataupun obat-obatan
generic, sedangkan responden lainnya membawa langsung si penderita ke puskesmas.
Hampir semua responden di enam propinsi secara umum mengatakan menggunakan air kotor
dan/atau jarang mandi sebagai penyebab utama dari penyakit kulit. Konsekuensi logisnya, cara
pencegahan yang dilakukan adalah berhenti menggunakan air kotor dan/atau mandi dengan sabun.
Pola yang serupa dengan penanganan diare juga muncul disini.
3.3. HASIL PERBANDINGAN SURVEY KAP BASELINE TERHADAP
SEKOLAH
Air dan Pengunaannya
Sumber Air
Hampir di setiap propinsi, air perpipaan dari PDAM dan sumur, baik yang terlindungi maupun
yang tidak adalah dua jenis sumber air yang paling banyak ditemukan di sekolah. Ada sekolah dibeberapa propinsi yang hanya memiliki salah satu jenis sumber air saja, sedangkan di propinsi
lainnya ada sekolah yang memiliki keduanya, seperti halnya di NTT, Sulsel, dan Papua. Jenis
sumber air lainnya yang juga ditemui adalah tangki air, pompa air/pompa tangan.
Sebagian besar dari sekolah di setiap propinsi menyediakan air minum hanya untuk guru dan staf
sekolah Yang cukup mengejutkan adalah kebanyakan dari sekolah sekolah ini tidak memiliki
-
7/30/2019 Knowledge, Attitude, Practice (KAP) BASELINE SURVEY MENGENAI SANITASI LINGKUNGAN, KEBERSIHAN, DAN AIR BERSIH DI Indonesia Rimur: Laporan Komparasi antar Propinsi
15/43
Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat
Fakultas Ekonomi Universitas IndonesiaLaporan Perbandingan
utamanya berhubungan dengan isu seputar cuci tangan. Hasil observasi fisik menunjukan bahwa
proporsi sekolah yang menyediakan air bersih dan yang menutup sajian makanan dikantin sangat
bervariasi, bukan hanya antar propinsi tetapi juga antar daerah di dalam propinsi (program dengan
kontrol). Variasi ini sungguh beragam sehingga sulit untuk dicari benang merahnya.
Sehubungan dengan ketersediaan fasilitas cuci tangan di sekolah, NTB dan Sulsel adalah dua
propinsi yang telah memiliki keran air sebagai fasilitas utama cuci tangan di sekolah, dimana hal
ini dapat mengindikasikan bahwa sekolah di kedua propinsi ini sudah memiliki fasilitas yang lebih
baik, atau setidaknya pernah menerima program intervensi terkait dengan fasilitas air bersih dan
sanitasi lingkungan. Sementara yang lain masih menggunakan baskom atau ember. Yang tak kalah
menarik adalah, meskipun proporsi responden murid yang melaporkan praktek mencuci tangandengan air dan sabun cukup tinggi, hasil observasi lapangan tentang ketersediaan sabun di fasilitas
sekolah menunjukan hal yang sebaliknya, yang ditunjukan oleh rendahnya proporsi sekolah yang
menyediakan sabun. Namun, terkait dengan lima saat penting untuk mencuci tangan, (i) sebelum
makan dan (ii) sesudah BAB dianggap sebagai dua situasi paling penting untuk mencuci tangan
oleh responden di semua propinsi.
Fasilitas Sanitasi
Secara menyeluruh, sekolah-sekolah di setiap propinsi telah memiliki, setidaknya lebih dari satufasilitas jamban. Sebagian besar sekolah-sekolah ini memisahkan jamban antara guru dan murid
ketimbang antara laki dan perempuan. Namun, rata-rata jamban yang masih beroperasi di tiap
sekolah relatif rendah untuk semua propinsi. Hal ini dapat mengindikasikan masih buruknya
pemeliharaan terhadap fasilitas ini di sekolah. Menurut informasi dari para guru, sebagian besar
responden murid melakukan BAB di mana saja, termasuk, hutan, semak ataupun sungai ketika
jamban sekolah tidak berfungsi (baik karena rusak, tidak ada air ataupun antrian yang panjang).
Kebersihan Lingkungan
Bagian ini utamanya berkaitan dengan sampah padat, daripada limbah air kotor. Dua jenis fasiltas
pembuangan sampah di semua propinsi adalah bak sampah terbuka atau lubang terbuka. Untuk
pengolahan, sampahnya dibakar di semua propinsi. Baik musim hujan maupun kemarau, halaman
sekolah tampaknya merupakan tempat favorit murid untuk buang sampah.
Diare dan Penyakit Kulit
Pengetahuan guru dan murid terkait dengan penyebab, penularan dan pencegahan diare relatif
hampir sama untuk semua propinsi. Dari sudut pandang murid, minum air mentah, jajansembarangan, dan tidak cuci tangan sebelum makan secara berurutan merupakan penyebab utama
diare. Konsekuensinya, upaya pencegahan utama yang dilakukan adalah memasak atau
mendidihkan air sebelum diminum, cuci tangan dengan sabun, dan tidak jajan sembarangan.
Paralel dengan ini, makanan/minuman yang kotor, air mentah dan tangan yang kotor adalah cara
utama penularan diare menurut para guru.
-
7/30/2019 Knowledge, Attitude, Practice (KAP) BASELINE SURVEY MENGENAI SANITASI LINGKUNGAN, KEBERSIHAN, DAN AIR BERSIH DI Indonesia Rimur: Laporan Komparasi antar Propinsi
16/43
Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat
Fakultas Ekonomi Universitas IndonesiaLaporan Perbandingan
pengetahuan dan perilaku murid merupakan dua isu utama terkait dengan isu air bersih dan
kesehatan lingkungan menurut para guru. Sejauh ini, inisiatif dari sekolah untuk mempromosikan
isu ini masih lebih tertuju ke dalam (ke sekolah) daripada ke luar (keadap masyarakat). Beberapa
program air bersih dan kesehatan lingkungan yang kerap di lakukan di sekolah diantarannya
mengintegrasikan isu ini dengan mata perlajaran di sekolah, seperti olah raga dan kesehatan, dan
pemeriksaan kebersihan kelas/cuci tangan/kuku secara berkala. Beberapa propinsi lainnya seperti
NTB, Maluku dan Papua Barat juga telah menggunakan kegiatan kerja bakti dilingkungan sekolah
sebagai salah satu program. Sebaliknya, sangat sedikit inisiatif sekolah untuk mempromosikan isi
ini kepada masyarakat, yang ditandai dengan rendahnya (rata-rata dibawah 50%) sekolah sekolah
yang telah melakukan hal ini. Kemungkinan, ini ada kaitannya dengan rendahnya proporsi guru
yang telah mengikuti pelatihan/lokakarya yang berkaitan dengan isu ini.
-
7/30/2019 Knowledge, Attitude, Practice (KAP) BASELINE SURVEY MENGENAI SANITASI LINGKUNGAN, KEBERSIHAN, DAN AIR BERSIH DI Indonesia Rimur: Laporan Komparasi antar Propinsi
17/43
Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat
Fakultas Ekonomi Universitas IndonesiaLaporan Perbandingan
BAB 4
HAMBATAN YANG DIHADAPI DALAM SURVEY
Selama survey, tim LPEM FEUI menemui banyak hambatan di lapangan yang sangat berpengaruh
terhadap jadwal waktu penyelesaian. Sebagai akibatnya, tim LPEM harus membuat surat
permohonan perpanjangan waktu hingga tiga kali. Dalam banyak hal, hambatan ini berada di luar
tanggungjawab tim. Kami merangkum hambatan ini menjadi empat kelompok, sebagai berikut:
1. Terjadi miskomunikasi dan miskoordinasi diantara pemangku kepentingan dari proyek ini baik
secar vertikal maupun horizontal. Secara vertikal, hambatan miskomunikasi dan miskoordinasi
tidak hanya terjadi baik ditingkat nasional propinsi, tapi juga di tingkat propinsi
kabupaten/kota. Sebagai ilustrasi, mungkin karena masalah admisitratif atau birokrasi
pemerintah daerah di beberapa propinsi menerima informasi yang kurang akurat atau terlambat
mengenai pelaksanaan survey ini dari organisasi diatasnya. Sebagai akibatnya, mereka
seringkali terkejut dan tidak siap ketika LPEM datang menghadap. Persoalan ini juga muncul
secra horizontal. Umpamanya, PO UNICEF lokal dan pemerintah daerah setempat di propinsitertentu belum siap menentukan daerah mana yang akan dijadikan sebagai daerah program.
Konsekuensinya, tim LPEM harus menunggu sampai keputusan tersebut dibuat dan survey
tidak dapat dilaksanakan sampai masalah ini terselesaikan. Dalam kasus yang lain, terjadi
kurang koordinasi diantara PO UNICEF lokal dengan pemerintah daerah setempat terkait
dengan penyelenggaraan lokakarya. Persoalan ini, lebih lanjut mengakibatkan terjadinya
kesalahpahaman terhadap peran LPEM FEUI di dalam lokakarya tersebut. Pada akhirnya,
hanya empat dari enam lokakarya propinsi yang dapat berlangsung.
2. Sebagai konsekuensi logis dari permasalahan diatas, ketika masalah daerah program berhasildiputuskan, pelaksanaan survey terpaksa dibagi menjadi beberapa tahapan karena ada libur
bulan puasa dan diikuti oleh libur nasional selama kurang lebih dua minggu. Persoalan ini jelas
berpengaruh terhadap jadwal kegiatan secara keseluruhan
3. Biasanya, survey baseline dilaksanakan sebelum program intervensi dijalankan. Namun, di
beberapa daerah di propinsi tertentu urutan kegiatannya terbalik, yakni survey dilangsungkan
setelah intervensi program WES dijalankan. Implikasinya adalah hasil survey akan mengalami
bias dan kurang mewakili kondisi baseline sesungguhnya, yang pada gilirannya nanti dapat
mempengaruhi pengukuran indicator pada saat survey endline dilakukan.
4. Secara umum, universitas lokal yang menjadi mitra LPEM telah berpengalaman dan memiliki
kapasaitas dalam melakukan survey lapangan. Namun dalam beberapa kasus, LPEM tetap
harus memberi tambahan perhatian, terutama dalam hal pengawasan dan komunikasi yang
lebih intensif guna menjaga kualitas hasil survey.
-
7/30/2019 Knowledge, Attitude, Practice (KAP) BASELINE SURVEY MENGENAI SANITASI LINGKUNGAN, KEBERSIHAN, DAN AIR BERSIH DI Indonesia Rimur: Laporan Komparasi antar Propinsi
18/43
Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat
Fakultas Ekonomi Universitas IndonesiaLaporan Perbandingan
BAB 5
LAMPIRAN-LAMPIRAN
5.1.PEMETAAN KABUPATEN TERPILIH
Pemetaan Kabupaten
-Seram Bagian Barat
-Seram Bagian Timur
-Bima - Sorong Selatan
-Lombok Barat - Jaya Wijaya
-Belu - Timor Tengah Selatan
-Lombok Tengah
-Raja Ampat
-Puncak Jaya
-Takalar
-Barru
-Maluku Tenggara Barat
-Sumbawa
-Sumba Timur - Manokwari
-Jayapura - Luwu Utara
-Sorong - Soppeng
-Buru
-Rote Ndao
-Teluk Bintuni
-Biak
-Selayar
Indikator
Ekonomi
Indikator
Sosio-kesehatan
Tinggi
Tinggi
Rendah
Rendah
-
7/30/2019 Knowledge, Attitude, Practice (KAP) BASELINE SURVEY MENGENAI SANITASI LINGKUNGAN, KEBERSIHAN, DAN AIR BERSIH DI Indonesia Rimur: Laporan Komparasi antar Propinsi
19/43
Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat
Fakultas Ekonomi Universitas IndonesiaLaporan Perbandingan
5.2. PEMILIHAN KABUPATEN DAN KOTA DAN KERANGKA
PENGAMBILAN SAMPEL DI SEMUA PROPINSIJumlah Sampel
Propinsi Kabupaten/kota Kecamatan DesaRumah
Tangga
Murid
SD
Guru
SD
Total
Narmada (050) Suranadi (010)# 120 30 6 156Lombok
Barat (01) Gerung Tempos 80 22 6 108
Donggo (080) Bumi Pajo (012)# 65 30 6 101
Bima (06) Lambitu Teta 45 22 6 73
Serbalu Jempong Baru# 55 30 6 91Mataram (71)
Sandubaya Babakan 35 22 6 63
Nusa
Tenggara
Bara
t(52)
Total Sampel di NTB 400 156 36 592
Mollo Utara (010) Fatukoto (018)# 75 30 6 111Timor Tgh
Selatan (04)Tuhuhue 45 22 6 73
Rote Selatan (040) Inaoe (001)# 30 30 6 66Rote Ndau (14)
Sotimori 30 22 6 58
Alak (010) Namosain (011)# 50 30 6 86Kupang (71)
Oetete 30 22 6 58
Nusa
Tenggara
Timur
(53)
Total Sampel di NTT 260 156 36 452
Bontomatene (050) Lalang Bata (004)# 45 30 6 81Selayar (01)
Bontoharu (040) Putabangun (008) 35 22 6 63
GalesongSelatan(050) BontoMaranu(002)# 75 30 6 111Takalar (05)
MangaraBombang(010) Lakatong (008) 45 22 6 73
Tallo Pannampu# 120 30 6 156Makassar (71)
Tamalate Balang Baru 80 22 6 108Su
lawes
iSela
tan
(73)
Total Sampel di Sulsel 400 156 36 592
Waplau (022)Waipotih/Skilale
(029)#*35 30 6 71
Buru (04)
Namlea (020) Waeperang (023)* 25 22 6 53
-
7/30/2019 Knowledge, Attitude, Practice (KAP) BASELINE SURVEY MENGENAI SANITASI LINGKUNGAN, KEBERSIHAN, DAN AIR BERSIH DI Indonesia Rimur: Laporan Komparasi antar Propinsi
20/43
Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat
Fakultas Ekonomi Universitas IndonesiaLaporan Perbandingan
Propinsi Kabupaten/kota Kecamatan Desa
Jumlah
Sampel
RT
Jumlah
Sampel
Murid
Jumlah
Sampel
Guru
Total
Kemtuk Gresi (150)Hatib/Sawoy
(004)#*25 30 6 61
Jaya Pura (03)
Sentani Barat (220) Yakonde (003) 15 22 6 43
Yendidori (070) Waroi (001)# 30 30 6 66Biak Numfor (09)
Samofa (060) Maryendy (006) 20 22 6 48
Jayapura Selatan (030) Hamadi (004)# 35 30 6 71
Jaya Pura (71)Heram Hedam 25 22 6 53
Papua
(94)
Total Sampel di Papua 150 156 36 342
Klamono (200) Klamono# 25 30 6 61Sorong (06)
Malawele 15 22 6 43
Warmare (110) Meniy (004)# 30 30 6 66
Manokwari (07) Manoukwari Timur
(142)Ayambori (007) 20 22 6 48
Papua
Bara
t
Total Sampel di Papua Barat 90 104 24 218
Total Sampel di Semua Propinsi 1,510 884 204 2,598
Note: # = Desa/kelurahan program
Note: * = Desa/Dusun (Village/Sub-Village)
-
7/30/2019 Knowledge, Attitude, Practice (KAP) BASELINE SURVEY MENGENAI SANITASI LINGKUNGAN, KEBERSIHAN, DAN AIR BERSIH DI Indonesia Rimur: Laporan Komparasi antar Propinsi
21/43
Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat
Fakultas Ekonomi Universitas IndonesiaLaporan Perbandingan
Survey Dasar KAP Mengenai Sanitasi Lingkungan, Kebersihan dan Keamanan Air Bersih di Indonesia Bagian Timur 18
5.3. TABEL HASIL PERBANDINGAN
I. DAERAH PEDESAAN
Table 1.1: Comparison Table for Respondent Profile
West Nusa Tenggara (NTB) East Nusa Tenggara (NTT) South Sulawesi (Sulsel) Maluku West Papua (Papua Barat) PapuaRespondent profile
Program Control Program Control Program Control Program Control Program Control Program Control
Social status
(sex, age, education,
avg # family member)
M, 30s,
Primary
School, 5
M, 40s,
Primary
School, 4
M, 50s,
Primary
School, 5 (< 5
years, 5-15
years, > 15
years)
F , 50s,
Primary
School,
5 (< 5 years,
5-15 years, >
15 years)
F, 40s,
Primary
School, 5 (< 5
years, 5-15
years, > 15
years)
F, 40s,
Primary
School,
4 (5-15 years,
> 15 years)
F, 30s,
Primary
School, 5 (< 5
years, 5-15
years, > 15
years)
F , 40s,
Primary
School,
5 (< 5 years,
5-15 years, >
15 years)
M, Primary
School, 5 (w/
child < 5)
M, no school,
5 (w/ child < 5)
F, 30s,
Primary
School, 6 (w/
child < 5)
F, 50s, Junior
High School, 6
(w/ child < 5)
Economic status
(occupation, weekly
income)
Farmer,
(Rp. 50,000
150,000)
Farmer,
(Rp. 50,000
150,000)
Farmer, poor
(Rp < 50,000)
Farmer, poor
(Rp < 50,000)
Farmer, poor
(Rp. 50,000-
150,000)
Farmer, poor
(Rp. 50,000-
150,000)
Farmer, very
poor (< Rp.
50,000)
Farmer, poor
(Rp. 150,000 3 daysTake to public
health center
Take to public
health center
Take to public
health center
Take to public
health center
Take to public
health center
Take to public
health center
Take to public
health center
Take to public
health center
Take to public
health center
Take to public
health center
Take to public
health center
Take to public
health center
-
7/30/2019 Knowledge, Attitude, Practice (KAP) BASELINE SURVEY MENGENAI SANITASI LINGKUNGAN, KEBERSIHAN, DAN AIR BERSIH DI Indonesia Rimur: Laporan Komparasi antar Propinsi
29/43
Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat
Fakultas Ekonomi Universitas IndonesiaLaporan Perbandingan
Survey Dasar KAP Mengenai Sanitasi Lingkungan, Kebersihan dan Keamanan Air Bersih di Indonesia Bagian Timur 26
II. DAERAH KUMUH PERKOTAAN
Table 2.1: Comparison Table for Respondent Profile
West Nusa Tenggara (NTB) East Nusa Tenggara (NTT) South Sulawesi (Sulsel) Maluku PapuaRespondent profile
Program Control Program Control Program Control Program Control Program Control
Social status
(sex, age, education,
avg # family member)
F , 40s,
Junior high
school, 4
(no child < 5)
F, 30s,
Primary
School, 5
(w/ child < 5)
F, 50s,
Primary
school, 7
(>15 yrs, child
< 5yrs)
M, 50s, High
school incl.
vocational
school, 7
(>15 yrs, child
< 5yrs)
F, 40s,
Primary
school, 6
(>15 yrs, 5-15
yrs, child 15 yrs, 5-15
yrs )
F , 30s, High
school incl.
vocational
school, 6
(>15 yrs, child
< 5yrs)
F, 30s, High
school incl.
vocational
school, 5
(>15 yrs, child
< 5yrs)
F, 30s, High
school,
7 ((w/ child