konsep pendekatan rational emotive behavior …

14
GENTA MULIA, ISSN: 2301-6671 Volume VIII No. 2, Juli 2017 Page : 13-26 13 KONSEP PENDEKATAN RATIONAL EMOTIVE BEHAVIOR THERAPY (REBT) BERBASIS ISLAM UNTUK MEMBANGUN PERILAKU ETIS SISWA Sri Hartati 1) Imas Kania Rahman 2) 1) Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, Jl. Marsda Adisucipto, 55281, E-mail : [email protected] 2) Universitas Ibn Khaldun (UIKA), Jl KH Soleh Iskandar Bogor Indah Plaza Km 2, Tanah Sareal, Kab. Bogor, 16161, E-mail: [email protected] Abstrak : Artikel ini mendeskripsikan tentang konsep pendekatan Rational Emotive Behavior Therapy berbasis islam untuk membangun perilaku etis siswa. REBT untuk membantu mengubah cara berfikir seseorang irasional agar menjadi rasional dan mengubah perilakunya dari yang negative menjadi positif. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kepustakaan dengan metode dokumentasi. Hasil analisis menjelaskan bahwa REBT berbasis islam esensinya sebagai upaya membantu memberdayakan kembali potensi yang ada di dalam diri individu yaitu manusia fitrah berupa aql, qolbu, nafs, ruh serta kembali mengaktifkan keimanan dan ketakwaan hingga kembali berkembang dan berfungsi sebagaimana mestinya. Konsep-konsep yang digunakan merujuk pada konsep dasar yang dikemukakan Ellis, yaitu konsep A-B-C- D-E-G. Proses pelaksanaannya disesuaikan dengan keadaan subjek dalam membangun perilaku etis siswa yaitu menggunakan teknik kognitif, teknik imageri, dan teknik behavioristik. Muraqabah dan Muhasabah dihadirkan dalam proses terapi sebagai bagian dari teknik kognitif. Praktik pendekatan REBT berbasis islam menggunakan strategi bimbingan kelompok dan konseling individu. Intervensi yang dilakukan secara estafet dalam Rational Emotive Behavior Therapy berbasis islam yaitu dispute tingkah laku, asesmen perilaku, identifikasi masalah dan evaluasi. Perilaku etis setiap individu sebagai Abdullah adalah melakukan ibadah kepada Allah dengan menjalankan perintah dan menjauhi larangan Allah, sedangkan sebagai khalifatullah adalah seseorang yang mampu memakmurkan bumi dan segala isinya serta memberi manfaat bagi umat manusia disertai amar ma’r uf nahi munkar dengan tujuan untuk memperoleh keselamatan di dunia dan di akhirat. Kata Kunci: Rational Emotive Behavior Therapi (REBT) Islam, Perilaku Etis PENDAHULUAN Teori REBT dikembangkan oleh Albert Ellis pertama kalinya pada tahun 1955 yang mulanya dikenal sebagai Terapi Rasional lalu ia mengubahnya menjadi rational emotive therapy (RET). Terapi ini memberikan penekanan terhadap hubungan antara kognisi, emosi dan tingkah laku yang ketiganya saling mempengaruhi satu sama lain. Selain itu, terapi ini juga mengaitkan antara pemikiran tidak rasional dengan permasalahan emosi manusia, serta mengetengahkan pendapat bahwa manusia mempunyai pilihan untuk terus menyumbang kepada permasalahan yang dihadapi atau mengambil langkah untuk menghentikan proses permasalahan itu (Aina Razlin, 2014).

Upload: others

Post on 05-Oct-2021

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KONSEP PENDEKATAN RATIONAL EMOTIVE BEHAVIOR …

GENTA MULIA, ISSN: 2301-6671

Volume VIII No. 2, Juli 2017 Page : 13-26

13

KONSEP PENDEKATAN RATIONAL EMOTIVE BEHAVIOR THERAPY

(REBT) BERBASIS ISLAM UNTUK MEMBANGUN PERILAKU ETIS

SISWA

Sri Hartati 1)

Imas Kania Rahman 2)

1) Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, Jl. Marsda Adisucipto, 55281,

E-mail : [email protected]

2)Universitas Ibn Khaldun (UIKA), Jl KH Soleh Iskandar Bogor Indah Plaza Km 2, Tanah

Sareal, Kab. Bogor, 16161, E-mail: [email protected]

Abstrak : Artikel ini mendeskripsikan tentang konsep pendekatan Rational Emotive Behavior

Therapy berbasis islam untuk membangun perilaku etis siswa. REBT untuk membantu mengubah cara

berfikir seseorang irasional agar menjadi rasional dan mengubah perilakunya dari yang negative

menjadi positif. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kepustakaan dengan metode dokumentasi.

Hasil analisis menjelaskan bahwa REBT berbasis islam esensinya sebagai upaya membantu

memberdayakan kembali potensi yang ada di dalam diri individu yaitu manusia fitrah berupa aql,

qolbu, nafs, ruh serta kembali mengaktifkan keimanan dan ketakwaan hingga kembali berkembang

dan berfungsi sebagaimana mestinya. Konsep-konsep yang digunakan merujuk pada konsep dasar

yang dikemukakan Ellis, yaitu konsep A-B-C- D-E-G. Proses pelaksanaannya disesuaikan dengan

keadaan subjek dalam membangun perilaku etis siswa yaitu menggunakan teknik kognitif, teknik

imageri, dan teknik behavioristik. Muraqabah dan Muhasabah dihadirkan dalam proses terapi sebagai

bagian dari teknik kognitif. Praktik pendekatan REBT berbasis islam menggunakan strategi

bimbingan kelompok dan konseling individu. Intervensi yang dilakukan secara estafet dalam Rational

Emotive Behavior Therapy berbasis islam yaitu dispute tingkah laku, asesmen perilaku, identifikasi

masalah dan evaluasi. Perilaku etis setiap individu sebagai Abdullah adalah melakukan ibadah kepada

Allah dengan menjalankan perintah dan menjauhi larangan Allah, sedangkan sebagai khalifatullah

adalah seseorang yang mampu memakmurkan bumi dan segala isinya serta memberi manfaat bagi

umat manusia disertai amar ma’ruf nahi munkar dengan tujuan untuk memperoleh keselamatan di

dunia dan di akhirat.

Kata Kunci: Rational Emotive Behavior Therapi (REBT) Islam, Perilaku Etis

PENDAHULUAN

Teori REBT dikembangkan oleh

Albert Ellis pertama kalinya pada tahun 1955

yang mulanya dikenal sebagai Terapi Rasional

lalu ia mengubahnya menjadi rational emotive

therapy (RET). Terapi ini memberikan

penekanan terhadap hubungan antara kognisi,

emosi dan tingkah laku yang ketiganya saling

mempengaruhi satu sama lain. Selain itu,

terapi ini juga mengaitkan antara pemikiran

tidak rasional dengan permasalahan emosi

manusia, serta mengetengahkan pendapat

bahwa manusia mempunyai pilihan untuk

terus menyumbang kepada permasalahan yang

dihadapi atau mengambil langkah untuk

menghentikan proses permasalahan itu (Aina

Razlin, 2014).

Page 2: KONSEP PENDEKATAN RATIONAL EMOTIVE BEHAVIOR …

GENTA MULIA, ISSN: 2301-6671

Volume VIII No. 2, Juli 2017 Page : 13-26

14

Pada 1993, Ellis mengubah nama

rational emotive therapy (RET) menjadi

Rational Emotive Behavior Therapy (REBT).

Rasional disini memiliki maksud kognisi yang

efektif dalam membantu diri daripada kognisi

yang sekedar valid secara empiris maupun

logis. Kata kognitif yang ia gunakan sejak awal

banyak orang membatasi secara sempit kata

rasional yang mengandung maksud intelektual

atau logis-empiris (dalam Richar Nelson,

2011). Terapi REB sering digunakan oleh para

konselor di Amerika Serikat dalam mengatasi

masalah individu. Sejalan dengan hal itu, studi

lain yang dilakukan oleh Albert Ellis sebagai

penggagas pendekatan ini menunjukkan

keberhasilan dalam mengatasi masalah-

masalah yang dialalmi oleh konselinya.

Masa remaja merupakan masa transisi

dalam rentang kehidupan manusia yang

menghubungkan antara masa kanak-kanak

dengan masa dewasa (Hurlock, 2007).

Menurut Monks, dkk (2006) masa remaja

secara umum berlangsung antara usia 12 dan

21 tahun, dengan pembagian 12 – 15 tahun

adalah masa remaja awal, 15 – 18 tahun adalah

masa remaja pertengahan, dan 18 – 21 tahun

adalah masa remaja akhir. Aspek

perkembangan yang harus dicapai pada usia

remaja ini diantaranya landasan perilaku etis

dan kematangan hubungan dengan teman

sebaya. Kedua aspek tersebut bertujuan untuk

mengenal alasan norma-norma dalam

berperilaku dalam pergaulan dengan teman

sebaya yang beragam latar belakangnya.

Dalam masa perkembangannya remaja

mengalami perkembangan begitu pesat, baik

secara fisik maupun psikologis. Perkembangan

secara fisik ditandai dengan semakin

matangnya organ-organ tubuh termasuk organ

reproduksi. Sedangkan secara psikologis

perkembangan ini nampak pada kematangan

pribadi dan kemandirian. Ciri khas

kematangan psikologis ini ditandai dengan

ketertarikan terhadap lawan jenis yang

biasanya muncul dalam bentuk lebih senang

bergaul dengan lawan jenis dan sampai pada

perilaku yang sudah menjadi konsumsi umum.

Di Indonesia REBT efektif digunakan

dalam menangani permasalahan seperti self

efficacy pada siswa Mts Nurul Huda Demak

(Hermawan, 2015), mengubah perilaku wanita

penyanyi cafe (Ahmud, Thohir; 2013),

peningkatan harga diri pada anak enuresis

(Hirmaningsih, Irna Minauli; 2015), self

esteem (Rosya Linda Hasibuan, Rr. Lita

Hadiati Wulandari; 2015), peningkatan

resiliensi mahasiswa (Esya Anesty Mashudi,

2016), dan masih banyak lagi penelitian

lainnya terkait pendekatan REBT.

Penelitian sebelumnya terkait Rational

Emotive Behavior Therapy berbasis islam

diantaranya telah dilakukan oleh Hermawan

untuk (meningkatkan self efficacy); oleh

Muryani (untuk mengurangi perilaku agresif);

oleh Sismadi (pada siswa yang mengalami

crisis Self Esteem), dan Abdul Kodir (dalam

menanggulangi perilaku bullying), konsep

yang digunakan dengan menggunakan nilai-

nilai islami berupa nafs zakiyyah dan nafs

amarah. Sedangkan pada peneliti Maulida

(untuk meningkatkan regulasi diri)

Page 3: KONSEP PENDEKATAN RATIONAL EMOTIVE BEHAVIOR …

GENTA MULIA, ISSN: 2301-6671

Volume VIII No. 2, Juli 2017 Page : 13-26

15

menggunakan konsep manusia sebagai

abdillah dan khalifatullah.

Rational Emotive Behavior Therapy

(REBT) yang akan dituangkan dalam tulisan

ini yaitu konsep konselor membantu siswa

dalam membangun perilaku etis. Sebagai

alasan konkrit menggunakan pendekatan

REBT bahwa pendekatan ini telah merancang

dan menekankan interaksi berpikir rasional,

perasaan, dan tingkah laku efektif dan positif.

Sehingga konsep REBT mampu memberikan

efek terhadap permasalahan yang diangkat

dalam tulisan ini. Dengan demikian, layanan

pendekatan Rational Emotive Behavior

Therapy (REBT) berbasis islam diasumsikan

dapat memberikan pandangan bagi siswa

dalam membangun perilaku etis. Kaitannya

dengan perilaku etis yakni pergaulan remaja

terjadi karena adanya konsep irasional dalam

diri individu yang semestinya mampu

dihilangkan dengan cara mengarahkan

individu agar mengelola emosi sehat, sehingga

perilaku tidak etis dapat ditanggulangi.

Pandangan Ellis menarik perhatian

penulis untuk menggali lebih dalam tentang

terapi rasional emotif perilaku. Konsep REBT

dalam tulisan ini akan dilanjutkan dengan

melakukan penggabungan terhadap konsep

sekaligus praktik terapi REBT menjadi konsep

dalam praktik REBT Islam dalam membangun

perilaku etis siswa.

Konsep Umum Terapi Rasional Emotif

Perilaku Albert Ellis

Pendekatan yang digunakan dalam

REBT adalah psiko-pendidikan, yang pada

asasnya berbentuk aktif-direktif (mengarah

atau membimbing) serta didaktif (mengajar).

Fokus terapi REBT adalah kepada pemikiran,

emosi dan tindakan. la dilihat sebagai proses

pembelajaran (Corey, 2013). Menurut

pandanan Ellis, Rational Emotive Behavior

Therapy (REBT) adalah system psikoterapi

yang mengajari individu bagaimana sistem

keyakinannya menentukan yang dirasakan dan

dilakukannya pada berbagai peristiwa

kehidupan ( Ellis, 1998).

Menurut Ws. Winkel (1991) dalam

bukunya “Bimbingan dan Konseling di

Institusi Pendidikan” mengatakan bahwa terapi

rasional emotif adalah corak konseling yang

menekankan kebersamaan dn interaksi antara

berfikir dengan akal sehat (Rational Thinking),

berperasaan (Emoting), dan berperilaku

(acting), sekaligus menekankan bahwa suatu

perubahan yang mendalam dalam cara berfikir

dan berperasaan dapat mengakibatkan

perubahan yang berarti dalam cara berperasaan

dan berperilaku.

REBT menurut beberapa pengertian di

atas adalah konselor membantu konseli

mengenal secara pasti pandangan atau

kepercayaan yang irasional menjadi rasional,

serta mendorong konseli untuk mengubah

pandangan ke arah yang lebih mendorong dan

membantu diri.

Rational Emotive Behavior Therapy

diciptakan dan dikembangkan oleh Albert Ellis

(1950an), seorang psikoterapis yang

terinspirasi oleh ajaran-ajaran filsuf Asia,

Yunani, Romawi dan modern yang lebih

mengarah pada teori belajar kognitif (Ellis,

Page 4: KONSEP PENDEKATAN RATIONAL EMOTIVE BEHAVIOR …

GENTA MULIA, ISSN: 2301-6671

Volume VIII No. 2, Juli 2017 Page : 13-26

16

1950). Asal-usul terapi rasional-emotif dapat

ditelusuri dengan filosofi dari Stoicisme di

Yunani kuno yang membedakan tindakan dari

interpretasinya. Epictetus dan Marcus Aurelius

dalam bukunya “The Enchiridion”,

menyatakan bahwa manusia tidak begitu

banyak dipengaruhi oleh apa yang terjadi pada

dirinya, melainkan bagaimana manusia

memandang/menafsirkan apa yang terjadi pada

dirinya (People are not disturbed by things,

but by the view they take of them) (Komalasari,

2011).

Manusia lahir dengan potensi untuk

berfikir secara rasional dan tidak rasional.

Tidak ada seorang manusia yang terkecuali

dari pemikiran rasional termasuk terapis (Ellis,

1976 dalam Aina Razlin, 2014). Secara khusus

pendekatan terapi rasional emotif behavior

berasumsi bahwa individu memiliki

karakteristik sebagai berikut: Individu

memiliki potensi yang unik untuk berfikir

rasional dan irasional, pikiran irasional berasal

dari proses belajar yang irasional yang didapat

dari orang tua dan budayanya, manusia adalah

makhluk verbal dan berfikir melalui simbol

dan bahasa, gangguan emosional yang

disebabkan oleh verbalisasi diri (self

verbalizing) yang terus menerus dan persepsi

serta sikap terhadap kejadian merupakan akar

permasalahan, bukan karena kejadian itu

sendiri, individu memiliki potensi untuk

mengubah arah hidup personal dan sosialnya,

serta pikiran dan perasaan yang negatif dan

merusak diri dapat diserang dengan

mengorganisasikan kembali persepsi dan

pemikiran, sehingga menjadi logis dan rasional

(Komalasari, 2011).

Landasan filosofi Terapi Rasional

emotif Behavior tentang manusia tergambar

dalam quotation dari Epictetus yang dikutip

oleh Ellis, yaitu “Manusia terganggu bukan

karena sesuatu tapi karena pandangan tentang

sesuatu”. Landasan filosofi tentang manusia

terdiri dari: Theory of Knowlegde, yaitu

individu diajak mencari cara yang reliable dan

valid untuk mendapatkan pengetahuan dan

menentukan bagaimana kita mengetahui

bahwa sesuatu itu benar. Secara dialektik atau

sistem berfikir berasumsi bahwa logis itu tidak

mudah. Kebanyakan individu cenderung ahli

dalam berfikir tidak logis. Selain itu, di dalam

sistem nilai, terdapat dua nilai eksplisit yang

dipegang teguh oleh individu namun tidak

sering diverbalkan meliputi nilai untuk

bertahan hidup (survival) dan nilai kesenangan

(enjoyment) (Komalasari, 2011). Prinsip etik

juga menjadi landasan filosofis, manusia

dipandang memiliki tiga tujuan fundamental,

yaitu: untuk bertahan hidup (to survive), untuk

bebas dari kesakitan (to be relatively free from

pain), dan untuk mencapai kepuasan (to be

reasonably satisfied or content) (Ray

Colledge, 2002).

Ellis mengusulkan tiga hipotesis yang

fundamental dalam makalah yang berjudul

“psikoterapi rasional”. Pertama, pikiran dan

emosi saling berkaitan erat. Kedua, pikiran dan

emosi saling berkaitan sehingga biasanya

keduanya saling menyertai satu sama lain, dan

hal-hal tertentu pada dasarnya sama, sehingga

pikiran seseorang menjadi emosinya dan

Page 5: KONSEP PENDEKATAN RATIONAL EMOTIVE BEHAVIOR …

GENTA MULIA, ISSN: 2301-6671

Volume VIII No. 2, Juli 2017 Page : 13-26

17

emosinya menjadi pikirannya. Ketiga, pikiran

dan emosi cenderung berbentuk self-talk atau

kalimat-kalimat yang diinternalisasikan dan

untuk semua maksud praktis, kalimat yang

selalu dikatakan orang kepada dirinya akan

menjadi pikiran emosinya (Ray Colledge,

2002).

Selanjutnya menurut Ellis menegaskan

bahwa berfikir irasional menjadi masalah bagi

individu karena: menghambat individu dalam

mencapai tujuan-tujuan, menciptakan emosi

yang ekstrim yang mengakibatkan stres dan

menghambat mobilitas dan mengarahkan pada

tingkah laku yang menyakiti diri sendiri. Serta

menyalahkan kenyataan (salah

menginterpretasikan kejadian yang terjadi atau

tidak didukung oleh bukti yang kuat).

Mengandung cara yang tidak logis dalam

mengevaluasi diri, orang lain, dan lingkungan

sekitar (dalam Komalasari, 2011).

Albert Ellis berpendapat “keyakinan-

keyakinan yang irasional akan menghasilkan

reaksi emosional pada individu. Keyakinan

yang irasional akan berakibat pada reaksi

emosional dan perilaku yang salah (Latipun,

2005). Pikiran, emosi dan perilaku jarang bisa

benar-benar dipisahkan. Berpikir dan emosi

berinteraksi dengan perilaku individu biasanya

bertindak atas dasar pemikiran dan emosi.

Selain itu tindakan mereka mempengaruhi

bagaimana mereka berpikir dan berperasaan.

Secara umum, pandangan rational

emotif menfokuskan diri pada cara berpikir

manusia. Hal inilah yang dijadikan acuan bagi

konselor untuk mengubah tingkah lakunya.

Tujuan utama yang ingin dicapai dalam

Rational Emotive Behavior Therapy adalah

membantu individu menyadari bahwa mereka

dapat hidup dengan lebih rasional dan lebih

produktif, mengajarkan individu untuk

mengoreksi kesalahan berfikir untuk

mereduksi emosi yang tidak diharapkan,

membantu individu mengubah kebiasaan

berfikir dan tingkah laku yang merusak diri,

serta mendukung konseli untuk menjadi lebih

toleran terhadap diri sendiri, orang lain dan

lingkungannya (Komalasari, 2011).

Teori ABC Kepribadian

Untuk memahami dinamika

kepribadian dalam pandangan terapi rasional

emotif perlu memahami konsep-konsep dasar

yang dikemukakan Ellis (1994), ada tiga hal

yang terkait dengan perilaku, yaitu Activating

Event (A), Belief (B), dan Consequence (C),

yang kemudian dikenal dengan konsep A-B-C.

Setelah A-B-C menyusul Disputing (D) dan

Effective new philosophy of life (E) untuk

memasukkan perubahan dan hasil yang

diharapkan dari perubahan. Selain itu, huruf

Goal (G) dapat diletakkan terlebih dahulu

untuk memberikan konteks bagi ABC

seseorang (dalam Richar Nelson, 2011).

Antecedent Event (A) merupakan

segenap peristiwa luar yang dialami atau

memapar individu. Peristiwa pendahulu yang

berupa fakta, kejadian, tingkah laku,atau sikap

orang lain. Pada terapi REBT therapist

mendorong konseli untuk berasumsi bahwa

critical A adalah benar meskipun

kenyataannya dengan itu konseli menderita.

Kondisi ini dimaksudkan agar therapist dapat

Page 6: KONSEP PENDEKATAN RATIONAL EMOTIVE BEHAVIOR …

GENTA MULIA, ISSN: 2301-6671

Volume VIII No. 2, Juli 2017 Page : 13-26

18

mengidentifikasi penyebab dari konseli

memiliki critical A dan mendorong konseli

untuk merasa ada masalah dengan pikirannya

itu sehingga pemaknaan kembali terhadap

situasi A dapat dilakukan.

Belief (B) adalah keyakinan,

pandangan, nilai, atau verbalisasi diri individu

terhadap suatu peristiwa. Keyakinan seseorang

ada dua macam, yaitu keyakinan yang

rasional(rational belief atau rB) dan keyakinan

yang tidak rasional (irrasional belief atau iB).

Keyakinan rasional merupakan cara berfikir

atau sistem yang tepat, masuk akal, bijaksana,

dan produktif. Sedangkan keyakinan yang

irasional merupakan cara berfikir atau sistem

yang salah, tidak masuk akal, emosional dan

karena itu tidak produktif.

Emotional Consequenee (C) adalah

konsekuensi atau reaksi emosional seseorang

sebagai akibat atau reaksi individu dalam

bentuk perasaan senang atau hambatan emosi

dalam hubungannya dengan (A). Konsekuensi

emosional ini bukan akibat langsung dari (A)

tapi disebabkan oleh keyakinan individu (B)

baik yang rasional atau yang irasional. Setelah

ABC menyusul Desputing (D) merupakan

penerapan prinsip-prinsip ilmiah untuk

menentang pikiran yang cenderung

mengalahkan diri sendiri dan mengalahkan

nilai-nilai irasional yang tidak bisa dibuktikan

(Latipun, 2005). Hasil akhir dariproses A-B-C-

D berupa Effect (E) perilaku kognitif dan

emotif. Bilamana A-B-C-D berlangsung dalam

proses berpikir yang rasional maka hasil

akhirnya berupa perilaku positif, sebaliknya

jika proses berpikir yang irasional maka hasil

akhirnya berupa tingkah laku negatif.

Ellis juga menambahkan bahwa

setelah konsep ABC maka menyusul desputing

yang merupakan penerapan metode ilmiah

untuk membantu konseli menantang keyakinan

keyakinan irasionalnya. Desputing merupakan

implementasi dari proses terapi yang

dijalankan oleh konselor dan konseli melalui

proses belajar mengajar, dimana konselor

menunjukkan berbagai prinsip prinsip logika

dan dapat diuji kebenarannya untuk

menyanggah keyakinan irrasional

konseli.(Namora, 2013).

Ellis beranggapan bahwa berbagai

sistem keyakinan yang ada di masyarakat

termasuk di antaranya agama dan mistik

banyak tidak membantu orang menjadi sehat,

tetapi sebaliknya seringkali membahayakan

dan menghentikan terbentuknya kehidupan

yang sehat secara psikologis.Ellis

menunjukkan bahwa banyak jalan yang

digunakan dalam tre yang diarahkan pada satu

tujuan utama yaitu “meminimalkan pandangan

yang mengalahkan diri dari konseli dan

membantu konseli untuk Membangun filsafat

hidup yang realistik” (Corey, 2005).

Perilaku Etis Siswa

Menurut Ricky W. Griffin dan Ronald

J. Ebert pengertian “etika” merupakan

keyakinan mengenai tindakan yang benar dan

yang salah, atau tindakan yang baik dan yang

buruk, yang mempengaruhi hal lainnya. Nilai-

nilai dan moral pribadi perorangan dan

konteks sosial menentukan apakah suatu

Page 7: KONSEP PENDEKATAN RATIONAL EMOTIVE BEHAVIOR …

GENTA MULIA, ISSN: 2301-6671

Volume VIII No. 2, Juli 2017 Page : 13-26

19

perilaku tertentu dianggap sebagai perilaku

yang etis atau tidak etis. Menurut Ricky W.

Griffin dan Ronald J. Ebert perilaku etis

adalah perilaku yang sesuai dengan norma-

norma sosial yang diterima secara umum

sehubungan dengan tindakan-tindakan yang

benar dan baik (Arifiyani, dkk., 2012).

Menurut Zubair (1987) etika dan moral lebih

kurang sama pengertiannya, tetapi dalam

kegiatan sehari-hari terdapat perbedaan, yaitu

moral untuk penilaian perbuatan yang

dilakukan lebih banyak bersifat praktis,

sedangkan etika adalah untuk pengkajian

sistem nilai-nilai yang berlaku yang lebih

banyak bersifat teori.

Perilaku etis adalah perilaku yang

sesuai dengan etika-etika yang berlaku, dengan

kata lain perilaku etis adalah sama dengan

moral. perilaku etis merupakan perilaku yang

bermoral, bersusila. Dalam hal ini etis adalah

suatu predikat yang dipergunakan untuk

membedakan dengan perbuatan-perbuatan atau

orang-orang tertentu dengan yang lain. Etis

dalam arti ini sama dengan “susila” (moral)

(Zubair , 1987).

Perilaku etis ini akan menentukan

kualitas individu sebagai siswa yang

dipengaruhi oleh faktor-faktor yang diperoleh

dari luar yang kemudian menjadi prinsip yang

dijalani dalam bentuk perilaku. Perilaku etis

yang dijadikan fokus dalam tulisan ini yaitu

pergaulan remaja baik laki-laki atau

perempuan dalam menjalin interaksi

Pengertian Siswa (Remaja Berusia 12-15

Tahun)

Singgih D. Gunarsa (1988)

menyebutkan bahwa masa remaja merupakan

masa peralihan dari masa kanak-kanak ke

dewasa, meliputi semua perkembangan yang

dialami sebagai persiapan memasuki masa

dewasa. Sedangkan menurut Zakiah Darajat

(1991), usia remaja merupakan bergejolaknya

berbagai macam perasaan yang kadang-kadang

bertentangan satu sama lain. Hurlock (1980)

menyebutkan bahwa fase remaja berada pada

masa puber dengan mempunyai beberapa

tugas perkembangan, yaitu: Mencari hubungan

baru dengan teman sebaya; Mencapai peran

sosialnya; Menerima dan menggunakan

fisiknya secara efektif; Mengharapkan dan

mencapai perilaku sosial yang bertanggung

jawab; Mencapai kemandirian sosial;

Mempersiapkan karier ekonomi;

Mempersiapkan perkawinan; Memperoleh

nilai etis sebagai pegangan untuk berperilaku.

Selanjutnya dalam psikologi islam,

fase perkembangan termasuk dalam fase

baligh dimana usia anak telah sampai pada

masa dewasa. Pada usia ini anak telah

memiliki kesadaran penuh akan dirinya,

sehingga dia diberi beban dan tanggung jawab

(taklif), terutama tanggung jawab agama dan

sosial (Abdul Mujib, 2001). Masa remaja atau

sering dikenal dengan masa pubertas dianggap

sebagai periode sensitif yang memiliki

pengaruh yang sangat besar bagi kehidupan

individu. Periode ini ditandai dengan adanya

perpindahan dari masa kanak-kanak mejadi

masa dewasa (Hasan, 2006).

Perilaku Etis Remaja

Page 8: KONSEP PENDEKATAN RATIONAL EMOTIVE BEHAVIOR …

GENTA MULIA, ISSN: 2301-6671

Volume VIII No. 2, Juli 2017 Page : 13-26

20

Menurut Ahmad Mudjab Mahalli

dalam buku Membangun Pribadi Muslim, Tata

aturan dalam proses interaksi antara laki-laki

dengan perempuan yang berumur 15-18 tahun

adalah salah satunya tata tertib yang harus

diterapkan seseorang jika ingin mengunjungi

dan memasuki rumah orang lain. Tata aturan

dalam proses interaksi antara laki-laki dengan

perempuan yang berumur 15-18 tahun yang

lainnya seperti yang disampaikan dalam acara

TOP (Ta’aruf dan orientasi Pesantren) pada

Juli 2013, etika berperilaku Remaja

diantaranya: menutup aurat; menjauhi

perbuatan zina; menundukkan pandangan;

tidak melihat aurat orang lain dan memelihara

kemaluan dari berzina; baik laki-laki dan

perempuan harus betul-betul bertaqwa kepada

Allah SWT; menjauhkan diri dari tempat-

tempat yang subhat; tidak melakukan khalwat

(berdua-duaan di tempat yang sepi); tidak

bersuara mendesah; mengisi waktu luang

dengan kegiatan yang bermanfaat; mengajak

untuk berbuat kebaikan (dalam TOP, 2013)

METODE

Sifat penelitian ini adalah deskripstif-

analisis dengan menguraikan secara teratur

seluruh konsep yang ada relevansinya dengan

pembahasan. Kemudian data yang terkumpul

sebagaimana mestinya, lalu diadakan analisis.

Penelitian ini termasuk penelitian kepustakaan

dengan menggunakan studi komparasi

terhadap sistem atau konsep. Sedangkan

metode pengumpulan data yang digunakan

adalah metode dokumentasi dengan

mengumpulkan data yang mendukung

penelitian tentang rational emotive behavior

therapy dan perilaku etis remaja.

Sumber data yang digunakan dalam

penulisan ini diataranya: pertama,

Mukhtashar Ihya` Ulumuddin, karya al-

Ghazali. Kedua, Mastering Counselling

Theory karya Ray Colledge. Ketiga, Ilmu Jiwa

Agama karya Zakiyah Darajat.

Untuk menganalisis data-data yang

diperoleh, peneliti menggunakan metode

content analysis.analisis ini lebih ersifat pada

pembahasan mendalam terhadap isi atau

informasi tertulis atau tercetak dalam media

masa (Arikunto, 1983).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Rational Emotive Behavior Therapy

berbasis islam lahir sebagai upaya membantu

memberdayakan kembali potensi yang ada di

dalam diri individu yaitu fitrah manusia yang

telah diberikan aql, qalb, nafs, dan ruh serta

kembali mengaktifkan keimanan dan

ketakwaan hingga kembali berkembang dan

berfungsi sebagaimana mestinya. Pertama, Aql

selalu berkaitan dengan etika memberikan

sebuah makna bahwa dengan berfikir rasional

individu akan menyadari konsekuensi-

konsekuensi perbuatan dan pengaturan

pengontrolan dorongan emosionalnya

dipandang dari sudut tinjauan masa depan

(Amin Abdullah, 2002). Kedua, qalb menurut

Jalaluddin Rumi merupakan potensi berpikir

yang sangat mengagumkan ( Amin Syukur,

2002), sebab qalb berfungsi sebagai penggerak

dan pengontrol anggota tubuh lainnya. Hali ini

Page 9: KONSEP PENDEKATAN RATIONAL EMOTIVE BEHAVIOR …

GENTA MULIA, ISSN: 2301-6671

Volume VIII No. 2, Juli 2017 Page : 13-26

21

berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh

Imam Bukhari dan Muslim yang artinya:

“Ingatlah bahwa di dalam tubuh terdapat

sepotong daging. Apabila ia baik, maka

baiklah badan itu seluruhnya dan apabila ia

rusak, maka rusaklah badan itu seluruhnya.

Ingatlah sepotong daging itu adalah

hati”(Zumroh, 2011).

Ketiga, nafs merupakan suatu

perasaan halus (lathifah), yaitu jiwa manusia

dan substansinya, tetapi berbeda-beda sesuai

dengan ahwal (kondisi-kondisi ruhani)

masing-masing (Auliya,2005).

Kecenderungan nafs adalah memaksakan

hasrat-hasratnya dalam upaya untuk

memuaskan diri. Sedangkan akal berperan

sebagai kekuatan pembatas sekaligus penasihat

bagi nafs, memberikan pertimbangan

kepada nafs tentang tindakan-tindakan positif

yang seharusnya dilakukan dan tindakan-

tindakan negatif yang harus

dihindari. Keempat, Ruh adalah cahaya halus

pada diri manusia yang dengannya ia dapat

mengetahui dan mengidrak sebagaimana

fungsi kalbu dan ruh inilah merupakan hakikat

hati.

Dari Uraian di atas dapat disimpulkan

bahwa raga pada setiap individu dikendalikan

oleh aql dan nafs yang keduanya terletak di

dalam qalb yang dapat hidup karena adanya

ruh dengan kuasa Allah SWT. Fitrah manusia

di hadapan Allah SWT ditunjukkan melalui

cara manusia dalam berpikir secara rasional

dan menyadari bahwa ia adalah abdullah

sekaligus khlalifatullah dengan menjalankan

segala perintah yang ditetapkan dalam ajaran

al-Qur`an dan Hadits dan menjauhi segala

bentuk larangan Allah dengan tujuan untuk

memperoleh keselamatan di dunia dan di

akhirat.

Selanjutnya, Al-Ghazali (1997) nilai-

nilai islam yang digunakan dalam konsep

Rational Emotive Behavior Therapy yakni

muraqabah (kontrol diri) dan muhasabah

(koreksi diri), Muraqabah (kontrol diri) adalah

upaya diri untuk senantiasa merasa terawasi

oleh Allah (muraqabatullah). Sedangkan

muhasabah (koreksi diri) adalah usaha seorang

muslim untuk menghitung, mengkalkulasi diri

seberapa banyak dosa yang telah dilakukan

dan kebaikan apa saja yang belum

dilakukannya.

Proses pelaksanaan dalam Rational

Emotive Behavior Therapy berbasis islam

disesuaikan dengan keadaan subjek dalam

membangun perilaku etis siswa yaitu dengan

menggunakan teknik kognitif, teknik imageri,

dan teknik behavioristik (Komalasari, 2011),

dengan tahap-tahap pelaksanaan secara umum

yaitu menggunakan tiga tahap seperti tahap

awal (beginning stage), tahap tengah (middle

stage), dan tahap akhir.

Melalui konsep Rational Emotive

Behavior Therapy berbasis islam model A-B-

C-D-E-G, dalam membangun perilaku etis

siswa dengan penerapan A : mengaktifkan

kembali persoalan perilaku tidak etis dalam

pergaulan remaja yang selama ini dilakukan

oleh siswa. B : menjelaskan pandangan negatif

dan pandangan islam terhadap perilaku tidak

etis dalam pergaulan. C : dengan penjelasan

dari konsep B, maka akan timbul reaksi positif

Page 10: KONSEP PENDEKATAN RATIONAL EMOTIVE BEHAVIOR …

GENTA MULIA, ISSN: 2301-6671

Volume VIII No. 2, Juli 2017 Page : 13-26

22

dan negatif pada siswa yang berperilaku tidak

etis. D : menjauhkan pola emosi negatif pada

siswa. E : menggantikan dengan pola

pemikiran baru melalui proses penyesalan

yang dilanjutkan dengan pengalihan pola

emosi negatif ke pola emosi positif yaitu nilai-

nilai etis dalam berperilaku siswa. Sementara

G : penetapan tujuan kehidupan individu di

dunia sebagai abd Allah dan Khalifah Allah

(yakni membangun perilaku etis siswa).

Seperti halnya telah dijelaskan dalam surat an-

Naziat ayat 37-41 bahwa

“Adapun orang yang melampaui batas

dan lebih mengutamakan kehidupan duniawi,

neraka adalah tempat tinggalnya, sedangkan

yang takut pada kebesaran Tuhannya dan

mencegah dirinya dari mengikuti hawa nafsu,

sorga adalah tempat tinggalnya”.

Dunia merupakan taman pendidikan

yang mesti dilalui manusia untuk mendapatkan

hasilnya kelak di Akhirat. Jika hasilnyan baik

maka kebaikan dan kebahagiaan surgalah yang

diperolehnya, tetapi jika hasilnya buruk maka

keburukan nerakalah yang menjadi tempat

tinggalnya.

Teknik kognitif yang digunakan dalam

modul REBT yaitu dengan rational role

reversal. Rational role reversal meminta

konseli untuk memainkan peran yang memiliki

keyakinan rasional sementara konselor

memainkan peran menjadi konseli yang

irasional. Konseli melawan keyakinan

irasional konselor dengan keyakinan rasional

yang diverbalisasikan. Dalam hal ini konseli

diharapkan dapat berlatih mengubah atau

menghilangkan pikirannya yang negatif atau

tidak rasional dengan mengaplikasikan konsep

ABC, menentang pikiran negatif tersebut

dengan pertanyaan-pertanyaan yang

menantang (D), dan menggantinya menjadi

pikiran dan pernyataan yang positif atau

rasional, serta melakukan positive self talk

sehingga menghasilkan respon perasaan

maupun perilaku yang lebih positif. Dalam

memunculkan pikiran rasional, konselor

menjelaskan kepada konseli peran individu

sebagai abdi Allah sekaligus khalifah Allah

seperti yang terkandung dalam surat al-

Baqoroh ayat 30 yaitu manusia diberi tugas

dan tanggung jawab untuk menggali potensi-

potensi yang terdapat dibumi sebagai sarana

untuk beribadah kepada Allah.

Teknik selanjutnya menggunakan

teknik imageri yaitu melalui kegiatan proyeksi

waktu (time projection). Kegiatan proyeksi

waktu ini digunakan untuk memvisualisasikan

kejadian yang tidak menyenangkan ketika

kejadian itu terjadi, setelah itu konseli

membayangkan dampak yang terjadi seminggu

kemudian, sebulan kemudian, enam bulan

kemudian, setahun kemudian dan seterusnya

dalam waktu yang berkelanjutan. Penerapan

teknik imageri ini didasarkan pada kandungan

surat al-Imran ayat 119 yaitu tentang hamba

Allah yang mampu menahan emosi negatif

dengan tindakan.

Selain itu, teknik behavioristik yang

diwujudkan melalui kegiatan menyerang rasa

malu (shame attacking). Kegiatan ini

mengajarkan kepada konseli untuk mengelola

dan mengantisipasi perasaan malu dengan

melakukan konfrontasi kekuatan untuk malu

Page 11: KONSEP PENDEKATAN RATIONAL EMOTIVE BEHAVIOR …

GENTA MULIA, ISSN: 2301-6671

Volume VIII No. 2, Juli 2017 Page : 13-26

23

dengan cara sengaja bertingkah laku yang

memalukan dan mengundang ketidaksetujuan

lingkungan sekitar. Pemberian reward juga

diberikan atas perilaku yang diinginkan dan

pemberian punishment atas perilaku yang tidak

diinginkan. Perilaku yang diharapkan

disesuaikan pada al-Qur`an surat an-Nur ayat

31 yaitu perilaku mu`minah untuk menjaga

pandangan, kemaluan dan menutup auratnya

dari pandangan laki-laki.

Melalui pendekatan REBT islam

diharapkan konseli mampu membangun

perilaku etis sebagai abdi Allah sekaligus

khalifah Allah serta mampu mengevaluasi

perilaku-perilaku yang kurang sesuai

sebelumnya dengan belajar bertanggung jawab

pada apa yang mereka lakukan termasuk di

dalamnya menerima konsekuensi dari pilihan

dan perbuatannya. Strategi yang digunakan

dalam pelaksanaan Konseling Rational

Emotive Behavior Therapy Berbasis Islam

yaitu strategi bimbingan kelompok dan

konseling secara individual.

Tahapan intervensi yang dilakukan

pada praktik REBT berbasis islam ini sama

dengan tahapan pada umumnya menurut Ellis

(dalam Corey, 2005) meliputi: Pertama, Tahap

ini merupakan diawali dengan membangun

hubungan antara konselor dengan konseli dan

antar sesama konseli. Konselor

memperkenalkan dirinya sebagai orang yang

mampu dan bersedia membantu konseli untuk

mencapai tujuan. Selanjutnya merupakan

dispute tingkah laku, proses dimana konseli

diperlihatkan dan disadarkan bahwa mereka

tidak logis dan irrasional. Proses ini

memnbantu klien memahami bagaimana dan

mengapa dapat terjadi irrasional. Pada tahap

ini konseli diajarkan bahwa mereka

mempunyai potensi untuk mengubah hal

tersebut.

Kedua, Pada tahap ini dilakukan

asesmen perilaku untuk mengidentifikasi

pandangan konseli terhadap perilaku

sebelumnya. Selanjutnya konseli dibantu

untuk meyakinkan bahwa pemikiran dan

perasaan negatif tersebut dapat ditantang dan

diubah. Pada tahap ini konseli mengeksplorasi

ide-ide untuk menentukan goal. Konselor

mendebat pikiran irasional konseli dengan

menggunakan pertanyaan mengenai

pemahaman diri yang disesuaikan pada surat

al-Baqarah ayat 30 tentang potensi manusia.

Pada tahap ini konselor juga menggunakan

teknik rational role reversal untuk membantu

konseli mengembangkan pikiran rasional.

Tidak ketinggalan konseli juga diberikan

pemahaman materi etika perilaku dalam

pandangan islam tentang pergaulan remaja.

Selanjutnya diberikan pemahaman tentang

muraqabah atau cara remaja dalam

mengontrol dirinya serta muhasabah untuk

mengoreksi perilaku apa yang pernah mereka

lakukan sebelumnya.

Ketiga, Pada tahap akhir dilakukan

identifikasi masalah dengan membuat daftar

masalah. Konselor membantu konseli untuk

memperkuat keyakinan rasional lewat

pemberdayaan iman sehingga terhindar dari

krisis perilaku etis, serta mengembangkan

fillosofi hidup yang rasional sehingga konseli

tidak terjebak pada masalah yang disebabkan

Page 12: KONSEP PENDEKATAN RATIONAL EMOTIVE BEHAVIOR …

GENTA MULIA, ISSN: 2301-6671

Volume VIII No. 2, Juli 2017 Page : 13-26

24

oleh pemikirian irasional. Terakhir dengan

penetapan tujuan (goal) kehidupan individu di

dunia sebagai abd Allah dan Khalifah Allah

(yakni membangun perilaku etis siswa)yang

meyakini akan adanya kehidupan setelah

kematian. Seperti halnya telah dijelaskan

dalam surat an-Naziat ayat 37-41 bahwa

“Adapun orang yang melampaui batas dan

lebih mengutamakan kehidupan duniawi,

neraka adalah tempat tinggalnya, sedangkan

yang takut pada kebesaran Tuhannya dan

mencegah dirinya dari mengikuti hawa nafsu,

sorga adalah tempat tinggalnya”. Dunia

merupakan taman pendidikan yang mesti

dilalui manusia untuk mendapatkan hasilnya

kelak di Akhirat. Jika hasilnya baik maka

kebaikan dan kebahagiaan surgalah yang

diperolehnya, tetapi jika hasilnya buruk maka

keburukan nerakalah yang menjadi tempat

tinggalnya. Selanjutnya dilakukan evaluasi

dari setiap tahapan dan diakhiri dengan doa

bersama.

SIMPULAN

Rational Emotive Behavior Therapy

berbasis islam lahir sebagai upaya membantu

memberdayakan kembali potensi yang ada di

dalam diri individu yaitu manusia fitrah dan

kembali mengaktifkan keimanan dan

ketakwaan hingga kembali berkembang dan

berfungsi sebagaimana mestinya. Konsep-

konsep yang digunakan merujuk pada konsep

dasar yang dikemukakan Ellis (1994) terkait

dengan perilaku yaitu konsep A-B-C. Setelah

A-B-C menyusul Disputing (D) dan Effective

new philosophy of life (E) untuk memasukkan

perubahan dan hasil yang diharapkan dari

perubahan. Selain itu, huruf Goal (G) dapat

diletakkan terlebih dahulu untuk memberikan

konteks bagi ABC. Hal ini bertujuan untuk

mengubah cara berfikir seseorang irasional

agar menjadi rasional dan mengubah

perilakunya dari yang negatif menjadi positif.

Proses pelaksanaannya disesuaikan dengan

keadaan subjek dalam memperoleh nilai etis

perilaku yaitu menggunakan teknik kognitif,

teknik imageri, dan teknik behavioristik.

Praktik pendekatan REBT islam

menggunakan strategi bimbingan kelompok

dan konseling individu. Intervensi yang

dilakukan secara estafet dalam Rational

Emotive Behavior Therapy berbasis islam

model A-B-C-D-E-G untuk membangun

perilaku etis siswa yaitu dispute tingkah laku,

asesmen perilaku, identifikasi masalah dan

evaluasi dengan menerapkan dua nilai

keislaman berupa Muraqabah (kontrol diri)

adalah upaya diri untuk senantiasa merasa

terawasi oleh Allah (muraqabatullah). Serta

muhasabah (koreksi diri) adalah usaha seorang

muslim untuk menghitung, mengkalkulasi diri

seberapa banyak dosa yang telah dilakukan

dan kebaikan apa saja yang belum

dilakukannya.

DAFTAR RUJUKAN

Abdullah, M. Amin. (2002). Antara Al-

Ghazali dan Kant: Filsafat Etika

Islam,cet-ke II. Bandung: Mizan.

Al-Ghazali. (1997). Mukhtashar Ihya`

Ulumuddin, terj. Irwan Kurniawan.

Cet ke II. Bandung: Mizan

Arifiyani, dkk., (2012). "Pengaruh

Pengendalian Intern, Kepatuhan Dan

Page 13: KONSEP PENDEKATAN RATIONAL EMOTIVE BEHAVIOR …

GENTA MULIA, ISSN: 2301-6671

Volume VIII No. 2, Juli 2017 Page : 13-26

25

Kompensasi Manajemen Terhadap

Perilaku Etis Karyawan (Studi Kasus

PT Adi Satria Abadi

Yogyakarta)." Nominal: Barometer

Riset Akuntansi dan Manajemen 1.2

Arikunto, Suharsimi. (1983). Prosedur

PenelitianSuatu Pendekatan Praktek.

Jakarta: Bina Aksara.

Auliya, M. Yaniyullah Delta. (2005).

Melejitkan Kecerdasan Hati dan Otak.

Jakarta : PT RajaGrafindo Persada

Colledge, Ray. (2002). Mastering Counselling

Theory. Palgrave Macmillan.

Corey, Gerald. (2005)Teori dan Praktek

Konseling dan Psikoterapi. Bandung:

Refika Aditama.

Darajat, Zakiyah. (1991). Ilmu Jiwa Agama.

Jakarta: Bulan Bintang.

Disampaikan dalam acara TOP (Ta’aruf dan

Orientasi Pesantren) di Pesantren

Persis Benda, “Etika Pergaulan

Remaja Muslim dan Muslimah” Juli

2013 dalam “Arena Sahabat.htm

Ellis, Albert dan Maurits Kwee. The Interface

Between Rational Emotive Behavior

Therapy (REBT) and Zen. Journal

Rational Emotive & Cognitif Behavior

Therapy. No. 16. Tahun 1998

Ellis, Albert. (1950). Teknik-teknik Konseling

Jakarta: PT.Merdika.

Gunarsa, Singgih D. (1988). Psikologi Remaja.

Jakarta: Gunung Mulia. (1988).

Hasan, Aliah B. Purwakania. (2006). Psikologi

Perkembangan Islami: Menyingkap

Rentang Kehidupan Manusia dari

Prakelahiran hingga Pascakematian.

Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Hurlock, Elizabeth B. (1980). Psikologi

Perkembangan: Suatu Pendekatan

Sepanjang Rentang Kehidupan. (Alih

bahasa: Istiwidayanti). Jakarta:

Penerbit Erlangga.

Kamalasari, Gantina. (2011).Teori dan Teknik

Konseling. Jakarta: PT. Indeks.

Latipun. (2005). Psikologi Konseling. Malang:

UMM Press.

Mahalli, Ahmad Mudjab. (2002). Membangun

Pribadi Muslim. Yogyakarta: Menara

Kudus.

Mappiare, Andi. (2008). Pengantar Konseling

dan Psikoterapi. Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada.

Monks, F.J. & Knoers. (2006). Psikologi

Perkembangan: Pengantar Dalam

Berbagai Bagiannya. Yogyakarta:

Gadjah Mada University Press.

Mujib, Abdul dan Yusuf Mudzakir. (2001).

Nuansa-Nuansa Psikologi Islami.

Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Namora, L Lumongga. (2013). Memahami

Dasar – Dasar Konseling Dalam

Teori dan Praktik. Jakarta: Kencana

Prenada Media Group.

Nelson-Jones, Richar. (2011). Teori dan

Praktik Konseling dan Terapi, edisi

ke-4. Terj. Helly Prajitno Soetjipto dan

Sri Mulyantini Soetjipto, Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Nielsen, Stevan L., W. Brad Johnson, and

Albert Ellis. (2001). Counseling and

psychotherapy with religious persons:

A rational emotive behavior therapy

approach. Routledge.

Roose, Aina Razlin Mohammad. (2014).

Kenali REBT Semudah ABC: Teori &

Konsep Asas Terapi Rasional Emotif

Tingkah Laku. Malaysia: Unimas.

Sugiyanto, Standar Kompetensi Kemandirian

(SKK), Universitas Negeri

Yogyakarta, tidak diterbitkan.

Syukur, Amin dan Masharudin.

(2002).Intelektualisme Tasawuf,

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Page 14: KONSEP PENDEKATAN RATIONAL EMOTIVE BEHAVIOR …

GENTA MULIA, ISSN: 2301-6671

Volume VIII No. 2, Juli 2017 Page : 13-26

26

Winkel, Ws. (1991). Bimbingan dan Konseling

di Institusi Pendidikan. Jakarta:

Grasindo.

Zubair, Ahmad. (1987). Pengantar Kuliah

Etika. Jakarta: Pradya Paramita

Zumroh. (2011). Tombo Ati Upaya

Membersihkan Qalbu dari Kuman-

kuman Penyakit. cet. 1. Surabaya :

Bintang Usaha Jaya