kreativitas guru pendidikan agama islam di era abad 21 · 2020. 10. 8. · ii abstrak andini...
TRANSCRIPT
KREATIVITAS GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI ERA
ABAD 21
(Studi Kasus di SMP Azhari Islamic School Lebak Bulus)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah
Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd)
Disusun oleh:
Andini Lestari Masnur
NIM. 11160110000108
PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2020
ii
ABSTRAK
Andini Lestari Masnur (11160110000108), ‘’Kreativitas Guru Pendidikan
Agama Islam di Era Abad 21 (Studi Kasus di SMP Azhari Islamic School)’’.
Keywords: Creativity, Islamic Religious Education Teacher, 21st Century
Education
This study aims to determine the creativity of 21st century era Islamic
Religious Education teachers at Azhari Islamic School Lebak Bulus Middle School
and to determine the factors that support and inhibit the creativity of 21st century
Islamic Religious Education teachers at SMP Azhari Islamic School Lebak Bulus.
The research method used is a qualitative research method. The subjects of this
study were 3 teachers and including the principal. Types of data sources used in the
implementation of this research include field observations / notes, interviews, and
documentation. This type of research uses a model from Miles and Huberman
which is carried out interactively and continuously.
This study concludes that the creativity of 21st century era Islamic
Religious Education teachers at Azhari Islamic School is a teacher capable of
critical thinking by providing PBL-based learning, and has the ability to collaborate,
communicate such as providing student-centered learning, teamwork, and related
learning. with the context of the daily life of students. As well as actively
conducting learning innovations such as teachers making different teaching
materials from material to other material to make it more interesting, some use the
question and answer method or quiz and the seminar method. By displaying fun
material, featuring PPT, interesting photos and videos or animations that illustrate
the related material. 21st century learning is required to be technology-based to
balance the records of the millennial era with the goal that students are accustomed
to 21st century life skills.
The supporting factor for teacher creativity is through Islamic school
activities, namely the presence of the Night of Faith and Faith and Faith (MABITA)
Night, Azhari Student Islamic Boarding School, and Religious Practices such as the
practice of becoming a Prayer Imam, Dhikr, Prayer and Azan Practice which is
done every two Prayer times during the teaching and learning process, namely
Dzuhur and Asr prayers. Where this activity is supported by the creativity of the
teachers in it, therefore at Azhari Islamic School Junior High School often holds
seminars both internally and externally which are held twice a year at the beginning
of the semester. Before entering semester 1 and before entering semester 2 to
develop competencies possessed by teachers. While the inhibiting factors are seen
during the distance learning process, there are some students who often feel bored
in taking part in learning, but the teacher can overcome this by modifying teaching
materials, such as displaying fun material, displaying interesting PPT or animation
and making related learning videos with learning.
iii
ABSTRAK
Andini Lestari Masnur (11160110000108), ‘’Kreativitas Guru Pendidikan
Agama Islam di Era Abad 21 (Studi Kasus di SMP Azhari Islamic School)’’
Kata Kunci: Kreativitas, Guru Pendidikan Agama Islam, Pendidikan abad 21
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kreativitas guru Pendidikan
Agama Islam era abad 21 di SMP Azhari Islamic School Lebak Bulus dan faktor-
faktor yang menjadi pendukung dan penghambat kreativitas guru Pendidikan
Agama Islam era abad 21 di SMP Azhari Islamic School Lebak Bulus. Metode
Penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif. Subjek penelitian ini
adalah 3 orang guru dan termasuk kepala sekolah. Jenis sumber data yang
digunakan dalam pelaksanaan penelitian ini meliputi observasi/catatan lapangan,
wawancara, dan dokumentasi. Jenis penelitian menggunakan model dari Miles dan
Huberman yang mana dilakukan secara interaktif dan terus menerus.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa kreativitas guru Pendidikan Agama
Islam era abad 21 di SMP Azhari Islamic School adalah guru mampu Berfikir kritis
dengan memberikan pembelajaran berbasis PBL, dan memiliki kemampuan
berkolaborasi, berkomunikasi seperti memberikan pembelajaran yang berpusat
kepada peserta didik, kerjasama tim, serta pembelajaran yang berkaitan dengan
konteks kehidupan sehari-hari peserta didik. Serta aktif melakukan inovasi
pembelajaran seperti guru membuat bahan ajar yang berbeda dari materi ke materi
lain agar lebih menarik, ada yang menggunakan metode Tanya jawab atau kuis dan
metode seminar. Dengan menampilkan materi yang menyenangkan, menampilkan
PPT, foto dan video yang menarik atau animasi yang menggambarkan materi yang
terkait. Pembelajaran abad 21 dituntut berbasis teknologi untuk menyeimbangkan
catatan zaman milenial dengan tujuan, peserta didik terbiasa dengan kecakapan
hidup abad 21.
Faktor pendukug kreativitas guru adalah melalui kegiatan-kegiatan sekolah
yang islami yaitu adanya kegiatan Malam Bina Iman dan Takwa (MABITA),
Pesantren Siswa Azhari, serta Praktek Keagamaan seperti praktik untuk menjadi
Imam Sholat, Dzikir, Doa dan Praktek Azan yang dilakukan setiap dua waktu sholat
selama proses belajar mengajar yaitu sholat Dzuhur dan Ashar. Yang mana kegiatan
ini didukung oleh kreativitas guru di dalamnya, maka dari itu di SMP Azhari
Islamic School sering diadakan kegiatan seminar baik secara internal maupun
eksternal yang dilakukan sebanyak dua kali setiap tahunnya di awal semester.
Sebelum masuk semester 1 dan sebelum masuk semester 2 untuk mengembangkan
kompetensi yang dimiliki oleh guru. Sedangkan faktor penghambat yang terlihat
selama proses pembelajaran jarak jauh, ada beberapa siswa sering merasa bosan
dalam mengikuti pembelajaran akan tetapi guru dapat mengatasi hal tersebut
dengan memodifikasi bahan ajar, seperti menampilkan materi yang menyenangkan,
menampilan PPT yang menarik atau animasi dan membuat video pembelajaran
yang terkait dengan pembelajaran.
iv
KATA PENGANTAR
بسم الله الرحمن الرحيم Alhamdulillah Robbil Aaalamiin, Segala puji bagi Allah SWT, atas berkat
rahmat dan hidayah-Nya penulis mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul
‘’Kreativitas Guru Pendidikan Agama Islam di Era Abad 21’’, sesuai dengan
waktu yang ditentukan.
Allahumma Sholli ‘ala Muhammad, shalawat serta salam selalu tercurahkan
kepada junjungan mulia Nabi Muhammad SAW, Sang Revolusioner, Sang
Pemimpin, Sang Pencerah bagi umat Islam.
Dalam menyusun skripsi ini penulis mengalami beberapa tantangan dan
hambatan. Namun berkat bantuan dari berbagai pihak yang terkait, semuanya dapat
di atasi dengan baik. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada
kepada semua pihak yang telah memberi dukungan moril maupun materiil sehingga
skripsi ini dapat selesai. Semoga bantuan yang tidak ternilai ini mendapat imbalan
disisi الله Subhabahu Wa Ta’ala sebagai amal ibadah, Amiin.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa kemampuan dan pengetahuan
penulis sangat terbatas namun, dengan adanya bimbingan dan arahan serta motivasi
dari berbagai pihak sangat membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Oleh
sebab itu, penulis mengucapkan banyak terima kasih sedalam-dalamnya kepada
pihak yang telah berjasa dalam penulisan skripsi ini, kepada semua yang tercinta
dan tersayang:
1. Ibunda dan Ayahanda yang selalu memberikan doa dan dukungan kepada
penulis baik secara moril maupun materil selama penyusunan skripsi ini.
2. Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
Ibu Dr. Sururin, M.Ag.
3. Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
Bapak Drs. Abdul Haris, M.Ag.
4. Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, Drs. Abdul Haris, M.Ag.
v
5. Dosen Pembimbing saya selalu meluangkan waktunya dan membimbing
serta mengajarkan kepada penulis dengan sabar, Marhamah Saleh, M.A.
6. Segenap Bapak/Ibu Dosen Jurusan Pendidikan Agama Islam yang telah
memberikan ilmu yang berguna bagi diri pribadi selama perkuliahan.
7. Seluruh staf perpustakaan utama dan perpustakaan FITK UIN SYarif
Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan kemudahan-kemudahan dalam
merekomendasikan dan menyediakan sumber bacaan-bacaan.
8. Keluarga tercinta, adik dan kakak yang selalu mensuport penulis dalam
mengerjakan skripsi.
9. Teman-Temanku seperjuangan Jurusan Pendidikan Agama Islam 2016 yang
telah banyak memotivasi penulis untuk mengerjakan skripsi.
10. Sahabat-sahabat tersayang Ni’mah, Fitri, Bella, Citra, Zakiyyah yang
banyak berperan dalam membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi.
Semoga bantuan yang tidak ternilai harganya ini mendapatkan
imbalan disisi الله Subhabahu Wa Ta’ala sebagai amal ibadah, Aaamiin.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,
oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak sangat
penulis harapkan demi perbaikan-perbaikan kedepan,
Aaamiin Yaa Rabbl ‘Alamiin.
Jakarta, 28 Juli 2020
Penulis
Andini Lestari Masnur
vi
DAFTAR ISI
ABSTRAK………………………………………………………………………………. ii
KATA PENGANTAR ...................................................................................................... iv
DAFTAR ISI..................................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL .......................................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................ ix
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ...................................................................................................... 1
B. Indentifikasi Masalah ........................................................................................... 7
C. Pembatasan Masalah ............................................................................................ 8
D. Rumusan Masalah ................................................................................................ 8
E. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ......................................................... 9
BAB II KAJIAN TEORI ................................................................................................ 11
A. Kreatifitas Guru .................................................................................................... 11
1. Pengertian Kreativitas Guru .............................................................................. 11
2. Aspek – Aspek Kreativitas Guru ...................................................................... 12
3. Indikator Kreativitas Guru Dalam Proses Belajar Mengajar ............................ 13
4. Kreativitas Guru PAI ........................................................................................ 14
5. Karakteristik Guru Kreatif ................................................................................ 15
B. Guru Pendidikan Agama Islam ............................................................................ 17
1. Pengertian Guru Pendidikan Agama Islam ....................................................... 17
2. Tugas-Tugas Guru Pendidikan Agama Islam ................................................... 20
3. Persyaratan Guru Pendidikan Agama Islam ..................................................... 23
4. Peran guru Pendidikan Agama Islam ................................................................ 26
5. Ciri-ciri Guru Pendidikan Agama Islam Profesional ........................................ 29
C. Pendidikan Era Abad 21 ....................................................................................... 31
1. Pendidikan Abad 21 .......................................................................................... 31
2. Peran Pendidik Abad 21 .................................................................................... 32
3. Model Pembelajaran Abad 21 ........................................................................... 34
4. Keterampilan Abad 21 ...................................................................................... 34
D. Hasil Penelitian yang relevan ............................................................................. 36
vii
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................................ 39
A. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................................... 39
B. Metode Penelitian ................................................................................................ 39
C. Prosedur Pengumpulan Data ............................................................................. 40
D. Intrument Penelitian ........................................................................................... 45
E. Pemeriksaan atau Pengecekan Keabsahan Data…………………………….. 39
F. Analisis Data ........................................................................................................ 50
BAB IV HASIL PENELITIAN ..................................................................................... 55
A. Deskripsi Data ..................................................................................................... 55
B. Kreativitas Guru Pendidikan Agama Islam di Era Abad 21 .......................... 56
C. Temuan Penelitian .............................................................................................. 68
D. Keterbatasan Penelitian ..................................................................................... 72
BAB V PENUTUP ........................................................................................................... 73
A. Kesimpulan .......................................................................................................... 73
B. Implikasi .............................................................................................................. 74
C. Saran .................................................................................................................... 75
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 76
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Persamaan dan Perbedaan Penelitian Yang Relevan………... 37
Tabel 3.1. Sumber Data Penelitian……………………………………… 41
Tabel 3.2. Kisi-Kisi Intrument Penelitian Kreativitas Guru
Pendidikan Islam di Era Abad 21……………………………………….. 46
Tabel 3.3. Intrument Penelitian Untuk Kepala Sekolah………………… 47
Tabel 3.4. Instrument Penelitian Untuk Guru…………………………... 48
Tabel 4.1. Tabel Guru SMP Azhari Islamic School…………………….. 93
Tabel 4.2. Tabel Daftar Peserta Didik SMP Azhari Islamic School……. 95
Tabel 4.3. Fasilitas Sekolah SMP Azhari Islamic School………………. 95
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1. Komponen dalam Analisis Data Menurut Miles dan
Huberman ……………………………………………………………..... 51
Gambar 4.1. Kegiatan Pelatihan Kompetensi Guru……………………...96
Gambar 4.2. Kegiatan Sharing bersama guru…………………………....97
Gambar 4.3. Pembelajaran Online menggunakan Google Classrom…... 98
Gambar 4.4. Pembelajaran Online menggunakan Aplikasi Zoom………98
Gambar 4.5. Perangkat Pembelajaran di Dalam Kelas………………….99
Gambar 4.6. Kegiatan Pesiar (Pesantren Siswa Azhari)………………...99
Gambar 4.7. Kegiatan Mabita (Malam iman dan Takwa)………………100
Gambar 4.8. Kegiatan Shalat Berjamaah……………………………….100
Gambar 4.9. Penggunaan fasilitas dalam proses Pembelajaran……...... 101
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan hal yang amat penting bagi manusia dalam
segala aspek kehidupannya. Pendidikan memberi pengaruh yang besar bagi
manusia agar mampu bertahan hidup dengan membangun interaksi yang
baik dengan sesamanya sehingga kebutuhan hidupnya terpenuhi dengan
mudah. Idealnya, pendidikan sudah diberikan sejak dini supaya nilai yang
ada di dalam pendidikan tersebut semakin mudah diterapkan di usia
dewasa.1
“Pendidikan dalam arti luas adalah mendidik, membimbing,
mengajar dan melatih. Pendidikan juga kunci untuk semua kemajuan dan
perkembangan yang berkualitas, sebab dengan pendidikan manusia dapat
mewujudkan semua potensi dirinya baik sebagai pribadi maupun sebagai
warga masyarakat.2
Begitu pentingnya Pendidikan Agama Islam bagi kehidupan
manusia, terutama dalam mencapai ketentraman bathin dan kesehatan
mental pada umumnya untuk mencegah perbuatan keji dan mungkar.
Agama Islam merupakan bimbingan hidup yang paling baik, pencegah
perbuatan salah dan munkar yang paling ampuh, pengendali moral yang
tiadataranya. Oleh karena itu, diperlukan kompetensi guru dalam
menyampaikan materi agama Islam agar mudah diterima dan tidak
menimbulkan salah persepsi bagi siswa dalam mengamalkan ajaran agama
Islam.3
1 Siti Shafa Marwah, Dkk. ‘’ Relevansi konsep pendidikan menurut ki hadjar dewantara
dengan pendidikan islam’’, Indonesian Journal of Islamic Education, Vol. 5, No.1, 2018, Hlm. 15. 2 Panut Setiono dan Intan Rami, Kreativitas Guru Dalam Menggunakan Media
Pembelajaran Di Kelas V Sekolah Dasar, Jurnal Gentala Pendidikan Dasar Vol.2 No. 2 Desember
2017, Hlm. 220. 3 Ernawati, ‘’Pemanfaatan Media Pembelajaran Audio Visual Untuk Meningkatkan Hasil
Belajar PAI Pada Siswa Kelas V SDN Kalianget Timur X’’, Jurnal Pedagogia, Vol. 3, No. 2
Agustus 2014, Hlm. 82.
2
Pembelajaran PAI, sebagaimana ditegaskan dalam PP 55 tahun 2007
tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan, berfungsi
mempersiapkan para siswa untuk menjadi orang beriman, bertakwa,
berakhlak mulia, dan mampu menjaga kerukunan. Dengan demikian
pembelajaran PAI harus di bawah kontrol guru sebagai orang yang terlebih
dahulu mengenal sebuah kebaikan pada agama dan beragama, dan
pengalaman tersebut ditransformasikan pada para siswa untuk menjadi
seperti dia atau bahkan lebih baik.4
Pola pembelajaran terhadap materi PAI diatas sudah saatnya
dirubah. Guru yang menjadi ujung tombak keberhasilan sebuah
pembelajaran harus menyadari bahwa tanggung jawabnya terhadap
keberhasilan pembelajaran PAI tidak hanya pada tataran kognitif saja.
Tetapi tidak kalah penting adalah bagaimana memberikan kesadaran kepada
siswa bahwa Pendidikan Agama Islam adalah sebuah kebutuhan sehingga
siswa mempunyai kesadaran yang tinggi untuk melaksanakan pengetahuan
agama yang diperolehnya dalam kehidupan sehari-hari. 5
Guru dalam konteks pendidikan mempunyai peranan yang sangat
besar dan strategis. Guru yang langsung berhadapan dengan siswa untuk
menstransfer ilmu pengetahuan melalui bimbingan dan keteladanan. Dalam
kaitannya dengan hal ini, Allah swt. Berfirman dalam Q.S. al-Nahl/16: 125
انراد سن هياح مةوال مو عظةال حسنةوجادل هم بالتي معالىسبي لرب كبال حك بكهواع
سبي ه ضلعن تدي ناع موهو بمن ١٥٢-بال مه
‘’ Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan
pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang
baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang
4 Dede Rosyada, Madrasah dan Profesionalisme Guru Dalam Arus Dinamika Pendidikan
Islam di Era Otonomi Daerah, (Depok: Kencana, 2017), Hlm. 105. 5 Nur Ainiyah, ‘’Pembentukan Karakter Melalui Pendidikan Agama Islam’’, Jurnal Al-
Ulum Vol 13 No 1 Juni 2013, Hlm. 34.
3
sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat
petunjuk ’’.6
Memasuki abad ke 21, sistem pendidikan nasional menghadapi
tantangan yang sangat kompleks dalam menyiapkan kualitas sumber daya
manusia yang kompeten serta mampu menghadapi tantangan pendidikan
secara global, upaya yang tepat untuk dapat menyiapkan sumber daya
manusia tersebut salah satu wadahnya adalah pendidikan. Dalam dunia
pendidikan peran pendidik atau guru merupakan salah satu faktor yang
sangat siginifikan dalam mencapai keberhasilan pendidikan.7
Pada abad-21 ini, sekolah sebagai subsistem pendidikan. Akibat
perubahan ini, peran sekolah dan pendidikan juga akan berbeda baik dalam
sistem pendidikan maupun di masyarakat. Bersama dengan berubahan yang
begitu cepat, maka guru juga akan mengalami perubahan pada abad ini.
Guru abad ke 21 yang harus dipersiapkan, diantaranya untuk diberikan
kesempatan belajar yang didukung teknologi bagi siswa mereka dan harus
tahu bagaimana teknologi dapat mendukung pembelajaran. Dengan
demikian, diabad-21 yang juga disebut era globalisasi ini, tuntutan dan
tekanan yang dihadapi guru menjadi semakin besar dan kuat. Untuk
menghadapinya, tidak ada jalan lain kecuali institusi pendidikan harus
menyiapkan dan menyediakan sumber daya manusia yang handal.8
Guru abad 21 dituntut tidak hanya mampu mengajar dan mengelola
kegiatan kelas dengan efektif, namun juga dituntut untuk mampu
membangun hubungan yang efektif dengan siswa dan komunitas sekolah,
menggunakan teknologi untuk mendukung peningkatan mutu pengajaran,
serta melakukan refleksi dan perbaikan praktek pembelajarannya secara
terus menerus. Guru profesional abad 21 adalah guru yang terampil dalam
6 https://quran.kemenag.go.id/ 7 Maya Meilia dan Murdiana, ‘’ Pendidik harus melek kompetensi dalam menghadapi
pendidikan abad ke-21’’, Al Amin: Jurnal Kajian Ilmu dan Budaya Islam P-ISSN: 2088-7981 E-
ISSN: 2685-1148, Hlm. 89. 8 Fitri Mariani, ‘’ Pembelajaran dan kompetensi pendidikan abad 21’’, Prosiding Seminar
Nasional Teknologi Pendidikan Pascasarjana UNIMED ISBN: 978-623-92913-0-3, Hlm 595.
4
pengajaran, mampu membangun dan mengembangkan hubungan antara
guru dan sekolah dengan komunitas yang luas, dan seorang pembelajar
sekaligus agen perubahan di sekolah.9
Guru dalam konteks pendidikan merupakan sarana yang besar dan
strategis hal ini disebabkan guru merupakan barisan terdepan dalam
pelaksanaan pendidikan. Guru yang langsung berhadapan dengan siswa
untuk menteransfer ilmu pengetahuan dan teknologi sekaligus mendidik
dengan nilai-nilai positif melalui bimbingan dan keteladanan, umat yang
terbaik yang mengajak kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang
mungkar, sebgaimana firman Allah swt. dalam Q.S. Ali Imran/3:110
من و نب هو نعنال من كروت ؤ نبال مع رو فوت ن لناستأ مرو رجت رامةاخ تم خي كن ولو ال ه
ث رهمال فسقو ن من و نواك همال مؤ من رالهم لال كتبلكانخي ١١١-امناه
‘’Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk
manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah
dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab
beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang
beriman, namun kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik’’.10
Arah pendidikan abad 21 ini sangat relevan dengan tujuan
pendidikan di Indonesia sebagaimana tercantum Undang Undang Sisdiknas
No. 20 Tahun 2003, Pendidikan Nasional berfungsi untuk mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab. Pembelajaran diarahkan pada
9 Dwi Esti Andriani, ‘’ Mengembangkan profesionalitas guru abad 21 melalui program
pembimbingan yang efektif’’, No. 02, Th VI, Oktober 2010, Hlm 79. 10 https://quran.kemenag.go.id/
5
penciptaan suasana aktif, kritis, analisis, dan kreatif dalam pemecahan
masalah melalui pengembangan kemampuan berpikir.11
Karena itu, peranan guru tidak lagi hanya memberikan pelajaran
dengan ceramah atau mendikte tanpa memperhatikan perbedaan
kemampuan, bakat, dan minat peserta didik. Guru juga tidak dapat lagi
menggunakan bahan pelajaran yang sudah ketinggalan zaman. Guru juga
tidak dapat lagi hanya membantu peserta didik dapat menjawab pertanyaan
yang sifatnya hafalan. Guru dalam era globalisasi harus mampu merancang
dan memilih bahan pelajaran serta strategi pembelajaran yang sesuai dengan
latar belakang peserta didik yang berbeda; serta mengelola proses
pembelajaran secara praktis dan menyenangkan, mampu memilih media
belajar, dan merancang program evaluasi yang sesuai dengan tujuan
pendidikan yang berorientasi kepada penguasaan kompetensi. 12
Istilah kreatif menurut “Kamus Besar Bahasa Indonesia” (KBBI)
adalah memiliki daya cipta, memiliki kemampuan untuk menciptakan serta
mengandung mengandung makna daya cipta sedangkan kreativitas berarti
kemampuan untuk menciptakan daya cipta atau perihal berkreasi. Guru
kreatif adalah salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas pendidikan.13
Dalam konteks kreativitas guru, guru dituntut untuk menerapkan
kreativitas dalam proses pembelajaran sehingga menciptakan pembelajaran
kreatif dan inovatif. Kualitas kehidupan negara ditentukan oleh dua bagian
dalam pendidikan dan pengajaran, yakni siswa, dan guru. Oleh karena itu
guru tidak hanya dituntut memiliki pengetahuan dan kemampuan mengajar
saja, tetapi juga mewujudkan kompleksitas peran sesuai dengan tugas dan
fungsi yang diembannya secara kreatif. Kreativitas guru dalam suatu
pembelajaran sangat berpengaruh terhadap pemahaman siswa karena
11 Suciati Sudarisma, Memahami Hakikat dan Karakteristik Pembaelajaran Biologi Dalam
Upaya Menjawab Tantangan Abad 21 Serta Optimalisasi Implementasi Kurikulum 2013, Jurnal
Florea, Vol. 2, No. 1, 2015, Hlm. 31. 12 Danny Ivanno Ritonga, ‘’ Isu-isu kritis dalam pendidikan mengenai kompetensi
guru/dosen pada abad 21’’, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Medan, Hlm. 138. 13 Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Pusat Bahasa-Depdiknas, 2008, Hlm. 760.
6
semakin guru kreatif dalam menyampaikan materi maka semakin mudah
siswa memahami pelajaran. 14
Guru yang kreatif sangat berpengaruh didalam proses pendidikan
peserta didik. Karena itu kreativitas mutlak diperlakukan dari para pendidik
dengan cara-cara yang menyenangkan dapat membuat siswa aktif dan
termotivasi untuk terus belajar sehingga pemahaman yang benar terhadap
pendidik akan membuat pola aktifitas pendidikan menjadi optimal. Dalam
konteks dunia sekolah, pengembangan kreativitas dimaksudkan sebagai
sebagai salah satu upaya peningkatan mutu atau kualitas pendidikan. 15
Untuk menciptakan suasana belajar yang kondusif dan
menyenangkan guru dituntut mengembangkan kreativitasnya. Pembelajaran
kreatif mengharuskan guru untuk mampu merangsang peserta didik
memunculkan kreatifitas, baik dalam konteks kreatif berfikir maupun dalam
konteks kreatif melakukan sesuatu. Kreatif dalam berfikir merupakan
kemampuan imajinatif namun rasional. Berfikir kreatif selalu berawal dari
berfikir kritis yakni menemukan dan melahirkan sesuatu yang sebelumnya
tidak ada atau memperbaiki sesuatu yang sebelumnya tidak baik.16
Disinilah dibutuhkan kreatifitas guru dalam menyampaikan
pembelajaran, dimana pembelajaran PAI seharusnya tidak hanya diajarkan
didalam kelas saja, tetapi bagaimana guru dapat memotivasi dan
memfasilitasi pembelajaran agama diluar kelas melalui kegiatan-kegiatan
yang bersifat keagamaan dan menciptakan lingkungan sekolah yang religius
dan tidak terbatas oleh jam pelajaran saja. Pengelolaan kelas harus bersifat
dinamis, artinya guru harus mampu menyerap perkembangan model-model
pembelajaran yang terbaru untuk diaplikasikan di kelas guna memberi
pelayanan yang optimal kepada peserta didik.
14 Iklimatul Wardah dkk, Kreativitas guru dalam proses pembelajaran di sekolah dasar
negeri 14 banda aceh, Jurnal Ilmiah Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP Unsyiah Volume 3
Nomor 2, April 2018, Hlm. 45-46. 15 Helda Jolanda Pentury, Pengembangan kreativitas guru dalam pembelajaran kreatif
pelajaran bahasa inggris, Faktor Jurnal Ilmiah Kependidikan Vol. 4 No. 3 Nopember 2017,
Hlm.266. 16 Helda Jolanda Pentury, Loc.Cit, Hlm. 267.
7
Maka dari itu, guru Pendidikan Agama Islam dituntut untuk
memiliki seperangkat kemampuan dalam pemecahan masalah menguasai
bahan pelajaran yang akan disajikan kepada peserta didik. Selain itu
kretivitas guru juga menjadi sangat penting dalam proses belajar mengajar.
Kreativitas guru dalam pembelajaran sangat berpengaruh terhadap
pemahaman anak, karena semakin guru kreatif dalam menyampaikan materi
maka semakin mudah anak memahami pelajaran dan menjadikan anak lebih
kreatif dalam belajar. Bila guru semakin kreatif dalam pembelajaran maka
anak tidak mengalami kejenuhan dalam mengikuti pelajaran. Guru pun akan
lebih mudah menciptakan suasana kelas yang kondusif. 17
Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik membahas lebih lanjut
mengenai kreativitas guru dengan mengangkat judul ‘’KREATIVITAS
GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI ERA ABAD 21 (STUDI
KASUS DI SMP AZHARI ISLAMIC SCHOOL LEBAK BULUS)’’.
B. Indentifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dalam penelitian ini dapat
diidentifikasi masalah- masalah sebagai berikut:
1. Metode yang digunakan guru dalam proses pembelajaran Pendidikan
Agama Islam kurang bervariasi. Sehingga tidak jarang ditemui siswa
kurang aktif dan bersemangat dalam mengikuti proses pembelajaran.
Hal tersebut berdasarkan pengamatan peneliti ketika melakukan
kegiatan Pengenalan Lapangan Persekolahan (PLP) di Sekolah SMA
PGRI 56 Ciputat.
2. Masih banyaknya guru yang tidak mampu menggunakan IT sebagai
media pembelajaran. Hal tersebut berdasarkan pengamatan peneliti
ketika melakukan kegiatan Pengenalan Lapangan Persekolahan (PLP)
di Sekolah SMA PGRI 56 Ciputat. Di era abad 21 ini guru dituntut harus
17 Mimik Supartini, ‘’Pengaruh Penggunaan Media Pembelajaran dan Kreatifitas guru
terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas Tinggi di SDN Mangunharjo 3 Kecamatan Manyangan
Kota Probolinggo’’, Jurnal Penelitian dan Pendidikan IPS (JPPI) Vol 10 No 2, 2016, Hlm. 278-
279.
8
melek akan informasi, melek media dan melek TIK. Karena dengan
memanfaatkan teknologi dan informasi dalam proses pembelajaran,
dapat melahirkan kreativitas guru dan peserta didik dengan
memanfaatkan berbagai media dan sumber belajar. Sehingga dapat
menghasilkan output yang dapat mengikuti atau mengubah zaman
menjadi lebih baik.
3. Dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di era abad
21 ini, guru tidak lagi memberikan pelajaran dengan ceramah atau
mendikte. Akan tetapi guru sudah seharusnya merancang dan memilih
bahan pembelajaran yang menarik sesuai dengan latar belakang peserta
didik agar siswa dapat aktif dan antusias dalam mengikuti pelajaran.
Sehingga dapat melatih keterampilan adad 21 peserta didik seperti,
kemampuan untuk memecahkan masalah, menganalisis masalah,
berfikir kritis dan kreatif, serta mampu membuat keputusan dengan baik.
C. Pembatasan Masalah
Setelah melihat identifikasi masalah di atas, penulis membatasi
masalah dalam penelitian ini pada 4 Aspek Kreativitas Guru yaitu Aspek
Kelancaran berfikir, Keluwesan berfikir, Elaborasi dan Originalitas. Penulis
meneliti pada saat diberlakukannya Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) di SMP
Azhari Islamic School Lebak Bulus, dengan fokus penelitian untuk
mendeskripsikan bagaimana kreativitas guru Pendidikan Agama Islam era
abad 21 dan faktor pendukung dan penghambat kreativitas guru Pendidikan
Agama Islam era abad 21 di SMP Azhari Islamic School Lebak Bulus.
D. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kreativitas guru Pendidikan Agama Islam era abad 21 di
SMP Azhari Islamic School Lebak Bulus?
2. Apa saja faktor-faktor yang menjadi pendukung dan penghambat
kreativitas guru Pendidikan Agama Islam era abad 21 di SMP Azhari
Islamic School Lebak Bulus?
9
E. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui kreativitas guru Pendidikan Agama Islam era
abad 21 di SMP Azhari Islamic School Lebak Bulus.
b. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menjadi pendukung dan
penghambat kreativitas guru Pendidikan Agama Islam era abad 21
di SMP Azhari Islamic School Lebak Bulus.
2. Manfaat Penelitian
a. Bagi peneliti adalah
1. Untuk menambah ilmu pengetahuan mengenai kreativitas guru
Pendidikan Agama Islam era abad 21 di SMP Azhari Islamic
School Lebak Bulus.
2. Untuk memenuhi syarat kelulusan dalam memperoleh gelar
sarjana strata-1 di Universitas UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
a. Manfaat Praktis
1) Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan berguna sebagai berikut:
Dapat membantu penulis memperdalam materi yang telah di
ajarkan selama masa perkuliahan, serta menerapkan teori
yang ada ke dalam dunia Pendidikan.
2) Bagi anak, penelitian ini diharapkan berguna sebagai berikut:
Seorang guru yang memiliki kreativitas di era abad 21 dapat
memudahkan anak dalam memahami pembelajaran.
3) Bagi guru, penelitian ini diharapkan berguna sebagai berikut:
Penelitian dapat mengembangkan profesionalitas guru karena
guru mampu menilai dan memperbaiki pembelajaran yang
dikelolanya.
Membuat guru lebih percaya diri karena mampu mengenali
kelemahan dan kelebihan dalam mengajar.
4) Bagi sekolah, penelitian ini diharapkan berguna sebagai berikut:
10
Dengan adanya guru-guru kreatif dapat meningkatkan mutu
pendidikan sekolah
Berbagai strategi/teknik pembelajaran dapat dihasilkan
sekolah dan disebarluaskan ke sekolah lain dan sekolah
memiliki guru yang berpotensi dan profesional dalam
mengelola kelas
5) Bagi Prodi, penelitian ini diharapkan berguna sebagai
berikut:
Diharapkan dapat berguna bagi pengembangan ilmu
pengetahuan khususnya tentang kreativitas guru dan sebagai
bahan penelitian lebih lanjut.
11
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Kreatifitas Guru
1. Pengertian Kreativitas Guru
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) diartikan bahwa:
kreativitas adalah kemampuan untuk menciptakan/ daya cipta.18 Kreativitas
menurut Leni Hartati adalah suatu kemampuan seseorang untuk melihat
bermacam-macam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah
dengan melahirkan suatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya
nyata, baik dalam karya baru maupun kombinasi dengan hal-hal yang sudah
ada sehingga lebih efisien, efektif dan produktif.19
Menurut Galagher yang dikutip oleh Yeni Rachmawati & Euis Kurniati,
mengatakan bahwa ‘’ Creativity is a mental process by witch an individual
creates new ideas or products, or recombines exiting ideas and product, in
fashion that is novel to him or her’’ (Kreativitas merupakan suatu proses
mental yang dilakukan individu berupa gagasan ataupun produk baru, atau
mengkombinasikan antara keduanya yang pada akhirnya akan melekat pada
dirinya).20
Istilah kreativitas dalam kehidupan sehari-hari selalu dikaitkan dengan
prestasi yang istimewa dalam menciptakan sesuatu yang baru, menemukan
cara dalam menciptakan sesuatu yang baru, menemukan cara-cara
pemecahan masalah yang tidak dapat ditemukan oleh kebanyakan orang,
ide-ide baru, dan melihat adanya berbagai kemungkinan. Oleh karena itu,
kreativitas juga merupakan potensial asal manusia, sehingga merupakan
tugas utama bagi seorang pendidik atau guru untuk selalu mengembangkan
18 Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Pusat Bahasa-Depdiknas, 2008, Hlm. 760. 19 Leni Hartati, Upaya Guru PAI dalam mengembangkan kreativitas siswa pada mata
pelajaran pai kelas XI SMAN 1 Kabupaten Bengkulu Tengah, al-Bahtsu: Vol. 1, No. 2, Desember
2016, Hlm. 4. 20 Yeni Rachmawati & Euis Kurniati, Strategi Pembangunan Kreativitas Pada Anak
“Usia Taman Kanak-Kanak”, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), Hlm. 13.
12
potensial asal yang sudah ada pada dirinya. Hal ini seperti yang tertera
dalam Q.S. Al-An’am: 135 yang berbunyi:
تكو نله من مو ن فسو فت ع
عامل قو ماع مو اعىمكانتكم ان ي ارعاقبة قل ي انهالد
حل ١٣٢-الظ مو ني ف
‘’ Katakanlah (Muhammad), “Wahai kaumku! Berbuatlah menurut
kedudukanmu, aku pun berbuat (demikian). Kelak kamu akan mengetahui,
siapa yang akan memperoleh tempat (terbaik) di akhirat (nanti).
Sesungguhnya orang-orang yang zalim itu tidak akan beruntung ‘’.21
Dari ayat di atas dapat dipahami bahwa kreativitas itu muncul dari
diri kita sendiri. Oleh sebab itu, seorang guru hendaknya mengembangkan
kreativitasnya sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya untuk
meningkatkan mutu pendidikan yang lebih baik. Dan kreativitas guru harus
didukung oleh jiwa yang ikhlas, tidak riya, mengerti karakter siswa, dan
menguasai materi.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan
kreativitas guru di sini adalah upaya maksimal dari tenaga pendidik untuk
menemukan cara dan/strategi pembelajaran yang baru, yang bisa
dikembangkan untuk meningkatkan pelayanan pendidikan disetiap satuan
pendidikan.22
2. Aspek – Aspek Kreativitas Guru
Kreativitas dalam penelitian ini dirumuskan sebagai kemampuan
berfikir kreatif, karakteristik pribadi kreatif, kemampuan menghasilkan
sesuatu yang baru. Aspek-aspek kreativitas penelitian ini adalah sebagai
berikut:
a. Kelancaran berfikir (Fluency of thinking), yaitu proses dimana
seseorang mampu menghasilkan banyak ide atau pemecahan
masalah, kemampuan untuk mencetuskan banyak gagasan jawaban,
dan memberikan banyak cara untuk melakukan berbagai hal.
21 https://quran.kemenag.go.id/sura/6/135 22 Momon Sudarma, Profesi Guru, Jakarta: Rajawali Press, 2014, Hlm. 74.
13
b. Keluwesan berfikir (fleksibility), yaitu kemampuan menggunakan
bermacam-macam pendekatan atau cara pemikiran dalam mengatasi
persoalan, memproduksi sejumlah ide, jawaban-jawaban atau
pertanyaan-pertanyaan yang bervariasi, dapat melihat suatu masalah
dari sudut pandang yang berbeda-beda. Orang kreatif adalah orang
yang luwes dalam berfikir.
c. Elaborasi (elaboration), yaitu kemampuan untuk memperkaya dan
mengembangkan suatu gagasan atau produk, dan mampu
menambahkan atau memperinci detail-detail dari suatu objek
gagasan atau situasi sedemikian sehingga menjadi lebih menarik.
d. Originalitas (originality/keaslian), yaitu kemampuan untuk
melahirkan gagasan yang baru dan unik, memikirkan cara yang tidak
lazim dari bagian-bagian atau unsur-unsur.23
Dalam hal ini, Allah SWT berfirman dalam Surat An-Nahl:
78 telah dijelaskan sebagai berikut:
ع وجعللكمالسم ا مو نشي بطو نامهتكم لت ع
رجكم م ن وال هاخ
كرو ن-٨٧ لعكم تش دة ف ب صاروال وال
‘’Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam
keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberimu
pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, agar kamu bersyukur’’.24
Dari ayat di atas dapat dipahami bahwa Allah telah
menganugerahkan manusia pendengaran, penglihatan, dan hati
nurani, agar kita berfikir untuk mengetahui apa saja yang belum
diketahui. Berpikir adalah bagian dari proses kreatif manusia untuk
menciptakan/ menghasilkan ide/ gagasan karya, karya atau produk.
3. Indikator Kreativitas Guru Dalam Proses Belajar Mengajar
Peran dan posisi guru yang strategis, tidak akan menghasilkan kualitas
SDM yang unggul, bila tidak dibarengi dengan kreativitasnya dalam
23 Ramlih Abdullah, Pembelajaran Dalam Perspektif Kreativitas Guru Dalam
Pemanfaatan Media Pembelajaran, Lantanida Journal, Vol. 4, No. 1, 2016 , Hlm. 37-38. 24 https://quran.kemenag.go.id/sura/16/78
14
mengembangkan layanan pembelajaran. Pada dasarnya, tugas utama guru
adalah kreatif dalam merumuskan desain pembelajaran atau model
pembelajaran. 25
a. Kreativitas mengelola Model Pembelajaran
Dalam merumuskan model-model pembelajaran ini, ada
beberapa aspek penting yang bisa dikelola oleh seorang guru. Yaitu,
tata ruang kelas, tempat duduk, pola komunikasi, pola sajian materi,
pola evaluasi, dan tempat belajar. Semua itu merupkan hal penting
yang bisa dijadikan sebagai ruang kreativitas guru dalam
pengemasan model-model pembelajaran.26
b. Kreativitas mengelola materi berbasis teknologi
Menurut Iskandar Agung yang dikutip oleh Momon
Sudarma, menyebutkan bahwa salah satu strategi pengembangan
kreativitas pada guru itu adalah dengan cara memanfaatkan
teknologi pembelajaran. Guru kreatif yaitu guru yang mampu
mengembangkan model pembelajaran secara variatif, dan
menyenangkan. Keberadaan media dan alat bantu pembelajaran
pun, perlu dirancang dan dimanfaatkan secara optimal dalam rangka
meningkatkan layanan pendidikan.27
4. Kreativitas Guru PAI
Pendidik (guru) Agama Islam harus mempunyai keistimewaan atau
kekhasan tersendiri agar tampil berbeda dengan guru yang bukan Islam,
seperti kekhasan dalam sifat-sifatnya, tingkah lakunya dan perangainya.
Islam mengajarkan bahwa pendidik (guru) memiliki beberapa istilah
seperti muallim, muaddib, murabbi, dan ustad. (1) Mualim yaitu lebih
menekankan posisi pendidik sebagai pengajar dan penyampai pengetahuan
dan ilmu. (2) Muaddib yaitu lebih menekankan pendidik sebagai Pembina
25 Momon Sudarma, Op.Cit, hlm. 83. 26 Momon Sudarma, Op.Cit, .hlm 84. 27 Maya Meilia dan Murdiana, ‘’Pendidik harus melek kompetensi dalam menghadapi
pendidikan abad ke-21’’, Al Amin: Jurnal Kajian Ilmu dan Budaya Islam P-ISSN: 2088-7981 E-
ISSN: 2685-1148, hlm. 87.
15
moralitas dan akhlak peserta didik dengan keteladanan. (3) Murabbi yaitu
lebih menekankan pengembangan dan pemeliharaan baik dalam aspek
jasmaniah maupun ruhaniah. (4) Ustad merupakan istilah umum yang sering
dipakai dan memiliki cakupan makna yang luas yang sering disebut sebagai
guru. 28
Ada beberapa prinsip dalam ajaran Agama Islam yang dilandasi
profesionalitas pendidik (guru);
a. Ajaran Islam memberikan motivasi bagi pendidik (guru) agar
bekerja sesuai dengan keahlian
b. Ajaran Islam menekankan pentingnya keikhlasan dalam bekerja.
c. Agama memberikan motivasi agar selalu berusaha dalam
meningkatkan dan mengembangkan profesionalitasnya
d. Salah satu tujuan manusia diciptakan oleh Allah SWT adalah untuk
melaksanakan Ubudiyah kepada Allah SWT. 29
Berbagai perubahan monumental dalam bidang pembelajaran
menandai datangnya abad-21 dengan tawaran-tawaran model dan
pendekatan yang sangat variatif dalam rangka mengembangkan proses
pembelajaran yang efektif. Definisi terkini tentang mengajar sudah sangat
berbasis pada siswa dimana guru hanya mengambil peran dalam
perancangan untuk memberi peluang pada siswa-siswanya
mengembangakan aktivitas belajar, serta mengeksplorasi berbagai
pengalaman baru untuk mencapai berbagai kompetensi yang diidealkannya
dan telah menjadi kesepakatan-kesepakatan kelas bersama dengan
gurunya.30
5. Karakteristik Guru Kreatif
Agar membantu anak tetap memiliki dan mengembangkan potensinya,
dibutuhkan seorang guru yang memiliki karakteristik sebagai berikut:
28 Ahmad Sulaiman, dkk, Karakteristik Guru Perspektif M. Quraish Shihab dalam Tafsir
Al-Misbah, Edu Riligia, Vol. 1 No. 1 Januari-Maret 2017), Hlm.50. 29 Ramayulis, Profesi dan Etika Keguruan, (Jakarta: Kalam Mulia, 2013), Hlm. 99. 30 Dede Rosyada, Madrasah dan Profesionalisme Guru, (Depok: Kencana, 2017), Hlm.
135.
16
a. Menyukai tantangan
Guru tidak hanya terpaku pada rutinitas ataupun mengandalkan program
yang ada namun ia akan senantiasa mengembangkan, memperbarui dan
memperkaya aktivitas belajarnya dari waktu ke waktu.
b. Menghargai karya anak
Menghargai anak sangatlah prisipil sifatnya, tanpa sikap ini mustahil
anak akan bersedia mengekspresikan dirinya secara bebas dalam
menyelesaikan tugas-tugasnya.
c. Menerima anak apa adanya
Penerimaan terhadap anak, erat kaitannya dengan rasa aman. Jika anak
merasa diabaikan dan tidak diterima oleh gurunya, maka ia akan
kehilangan rasa amannya ketika berdekatan dengan gurunya. Tanpa rasa
aman, seorang anak tidak dapat belajar dengan baik.
d. Motivator
Seorang pengembang kreativitas adalah seorang motivator/pendorong
bagi peserta didik dan seluruh komponen akademika untuk terus
mengembangkan diri dan memaksimalkan potensi kreatif yang mereka
miliki. Dengan sikap ‘’Tut Wuri Handayani’’ dari seorang guru, maka
anak akan terus mengembangkan karya-karya kreatif mereka.
e. Ekspresif
Sikap yang ekspresif dalam menunjukkan penghargaan dan bimbingan
terhadap peserta didik, dapat menjadi modal berkembangnya kreativitas
terhadap anak.
f. Pecinta seni dan keindahan
Guru pengembang kreativitas adalah seorang pecinta seni dan
keindahan, banyak hasil karya kreativitas berbentuk karya seni. Konsep
dasar mengenai estetika memang selayaknya dimiliki oleh guru
pengembang kreativitas.
g. Memiliki kecintaan yang tulus terhadap anak
Kecintaan yang tulus terhadap anak akan memberikan kenyamanan
secara psikologis bagi anak untuk dapat dengan tenang dan senang
melakukan eksplorasi terhadap potensi dirinya.
17
h. Memiliki ketertarikan terhadap perkembangan anak
Masa The Golden Ege yang dimiliki oleh anak, memerlukan suatu
pendekatan yang tepat untuk dapat memfasilitasi optimalnya aspek-
aspek perkembangan yang mereka miliki. Guru pengembang kreativitas
hendaknya memiliki kepedulian terhadap aspek-aspek perkembangan
anak.
i. Hangat dalam bersikap
Kenyamanan secara psikologis dengan menciptakan suatu iklim yang
kondusif sangat diperlukan bagi pengembangan kreativitas.
j. Fleksibilitas
Dibutuhkan guru yang tidak kaku, luwes, dan dapat memahami kondisi
anak didik, memahami cara belajar mereka, serta mempu mendekati
anak didik melalui berbagai cara sesuai kecerdasan dan potensi masing-
masing anak.31
B. Guru Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian Guru Pendidikan Agama Islam
Di dalam Pendidikan Agama Islam dikenal dua istilah yang
kesemuanya mengarahkan kepada makna yang hampir sama. Pertama
dikenal istilah ‘’tarbiyah’’ dengan makna pendidikan yang didalamnya
termuat unsur-unsur pengaturan, bimbingan dan upaya pendewasaan.
Istilah lain adalah ‘’ta’lim’’ dengan makna pengajaran yang berisikan
upaya penanaman nilai intelektual atau penetrasi pengetahuan.32
Guru besar Pendidikan Agama Islam UIN Sunan Gunung Jati
Bandung, Prof. Dr. Ahmad Tafsir sebagaimana yang dikutip oleh
As’aril Muhajir, menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan
pendidikan agama islam adalah bimbingan terhadap seseorang agar
berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran islam. Bimbingan ini
berarti mengarahkan segenap potensi yang dimiliki oleh anak didik
31 Yeni Rachmawati & Euis Kurniati, Strategi Pembangunan Kreativitas Pada Anak Usia
Taman Kanak-Kanak’’, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), Hlm. 45-50. 32 Jalaluddin, Teologi Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002), Hlm, 85.
18
dalam kerangka menuju ke arah kesempurnaan, baik dalam segi jasmani
maupun rohaninya menuju manusia yang beriman, berilmu, terampil
dan bermoral. Dengan posisi yang ideal semacam ini, manusia akan
mampu menjalankan fungsinya sebagai hamba Allah.33
Dalam hal ini Zakiah Darajat menyatakan, “Guru adalah seseorang
yang memiliki kemampuan dan pengalaman yang dapat memudahkan
dalam melaksanakan peranannya dalam membimbing siswanya, ia
harus sanggup berkomunikasi dan bekerja sama dengan orang lain,
selain itu perlu diperhatikan pula bahwa ia juga memiliki kemampuan
dan kelemahan.”34
Guru atau pendidik adalah orang yang mengajar dan memberi
pengajaran yang karena hak dan kewajibannya bertanggung jawab
tentang pendidikan peserta didik. Guru adalah seseorang yang bukan
hanya sekedar member ilmu pengetahuan kepada murid-muridnya, akan
tetapi ia seorang tenaga professional yang dapat menjadikan murid-
muridnya mampu merencanakan, menganalisa dan menyimpulkan
masalah yang dihadapi. 35
Penekanan Pendidikan Agama Islam adalah pada aspek bimbingan.
Bukan pada pengajaran, dimana guru sebagai subjek pendidikan
memiliki otoritas penuh terhadap proses belajar mengajar di kelas.
Dalam pengertian pendidikan sebagai proses bimbingan di sini, guru
lebih berfungsi sebagai fasilitator atau penunjuk jalan kearah penggalian
potensi peserta didik.36
Menurut Zakiah Daradjat guru agama adalah “sebagai pembina
pribadi, sikap dan pandangan hidup anak. Karena itu, setiap guru
33 As’aril Muhajir, Ilmu Pendidikan Perspektif Kontektual, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,
2011), Hlm. 73. 34 Zakiah Darajat, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996),
cet.I, h. 266 35 Jakarian, Upaya Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Mencegah Radikalisme Di
Sekolah, Journal Of Islamic Education, Vol. II No. 1 Mei 2017, Hlm. 91. 36 Armai Arief, Reformulasi Pendidikan Islam, (Jakarta: CRSD PRESS Jakarta, 2005),
Hlm. 20.
19
agama harus berusaha membekali dirinya dengan segala persyartan bagi
guru, pendidik dan pembina hari depan anak didik”.37
Ahmad Tafsir mengemukakan, bahwa “guru agama adalah orang-
orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan anak didik
dengan mengupayakan perkembangan seluruh potensi anak didik; baik
potensi afektif, kognitif, ataupun potensi psikomotorik.”38
Guru pendidikan agama Islam merupakan unsur utama dalam
keseluruhan proses pendidikan agama Islam. Tanpa guru, pendidikan
hanya akan menjadi slogan muluk karena segala bentuk kebijakan dan
program pada akhirnya akan ditentukan oleh kinerja pihak yang berada
di garis terdepan yaitu guru. Sosok guru yang berakhlak kuat dan cerdas
diharapkan mampu mengemban amanah dalam mendidik peserta
didiknya. Untuk menjadi guru atau tenaga pendidik yang handal harus
memiliki seperangkat kompetensi. Kompetensi utama yang harus
melekat pada tenaga pendidik adalah nilai-nilai keamanahan,
keteladanan dan mampu melakukan pendekatan pedagogis serta mampu
berfikir dan bertindak tegas. 39
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian Guru
Pendidikan Agama Islam adalah orang yang memberikan materi
pengetahuan agama Islam dan juga mendidik siswa-siswanya agar kelak
menjadi manusia yang bertakwa kepada Allah SWT. Guru pendidikan
agama Islam sebagai pembimbing yang memberikan bimbingan agar
anak didik sejak dini dapat bertindak dengan prinsip-prinsip Islam dan
dapat memperaktikkan agama syariat Islam. Oleh karena itu guru
pendidikan agama bukan hanya sekedar mentransfer ilmu pengetahuan
agama, melainkan juga dituntut untuk bisa membimbing dan membina
anak didik agar menjadi manusia yang matang dan dewasa serta dapat
37 Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 2003), h. 80 38 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dan Perspek Islam, (Bandung: Remaja Rosda
Karya, 1994), Cet. II, h. 74. 39 Syarnubi, Profesionalisme guru pendidikan agama islam dalam membentuk religiusitas
siswa kelas iv di sdn 2 pengarayan, Tadrib, Vol. V, No. 1, Juni 2019, Hlm. 89.
20
selalu berbuat dan bertingkah laku sesuai dengan nilai-nilai ajaran
agama Islam.
2. Tugas-Tugas Guru Pendidikan Agama Islam
Guru Pendidikan Agama Islam dengan tugas utama mendidik,
membimbing, mengarahkan, mengajar, melatih, menilai, dan
mengevaluasi siswa. Guru yang terampil harus memiliki kompetensi di
bidang pedagogis, profesional, kepribadian dan sosial. Guru
bertanggung jawab untuk melaksanakan kegiatan pendidikan,
memberikan bimbingan dan instruksi kepada siswa. Tanggung jawab ini
diwujudkan dalam bentuk membimbing siswa untuk belajar,
memelihara pribadi, karakter, fisik siswa, mengatasi kesulitan belajar,
dan menilai kemajuan belajar siswa. 40
Guru Pendidikan Agama Islam dituntut untuk komitmen terhadap
profesionalitas dalam mengemban tugasnya, sehingga dalam dirinya
melekat sikap dedikatif yang tinggi terhadap tugasnya, sikap komitmen
terhadap mutu proses dan hasil kerja, serta sikap continous
improvement, yakni selalu berusaha memperbaiki dan memperbaharui
model-model atau cara kerjanya sesuai dengan tuntutan zamannya, yang
dilandasi oleh kesadaran yang tinggi bahwa tugas mendidik adalah tugas
menyiapkan generasi penerus yang akan hidup pada zamannya di masa
depan.41
Guru Pendidikan Agama Islam yang komitmen terhadap
profesionalitasnya seyogyanya tercermin dalam segala aktivitasnya
sebagai murabbî, mu'allim, mursyid, mu'addib, dan mudarris.
a. Sebagai murrabbî, ia akan berusaha menumbuhkembangkan,
mengatur dan memelihara potensi, minat dan bakat serta
kemampuan peserta didik secara bertahap ke arah aktualisasi
40 Jauhar Fuad. Pembelajaran Toleransi Upaya Guru Pendidikan Agama Islam dalam
Menangkal Paham Radikal di Sekolah, Proceedings Annual Conference For Muslim Scholars, April
2018, Hlm 563. 41Rasyid Ridla, Profesionalitas Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Proses
Pembelajaran, Tadris, Vol.3, No. 1, 2008, Hlm 33.
21
potensi, minat, bakat serta kemampuannya secara optimal,
melalui kegiatan-kegiatan penelitian, eksperimen di
laboratorium, problem solving dan sebagainya, sehingga
menghasilkan nilai-nilai positif yang berupa sikap rasional-
empirik, obyektif-empirik dan obyektif-matematis.
b. Sebagai mu'allim, ia akan melakukan transfer
ilmu/pengetahuan/nilai, serta melakukan internalisasi atau
penyerapan / penghayatan ilmu, pengetahuan, dan nilai ke dalam
diri sendiri atau peserta didiknya, serta berusaha membangkitkan
semangat dan motivasi mereka untuk mengamalkannya.
c. Sebagai mursyid, ia akan melakukan transinternalisasi
akhlak/kepribadian kepada peserta didiknya.
d. Sebagai mu'addib, maka ia sadar bahwa eksistensinya sebagai
guru Pendidikan Agama Islam memiliki peran dan fungsi untuk
membangun peradaban yang berkualitas di masa depan melalui
kegiatan pendidikan. Dan sebagai mudarris, ia berusaha
mencerdaskan peserta didiknya, menghilangkan ketidaktahuan
atau memberantas kebodohan mereka, serta melatih
keterampilan mereka, baik melalui kegiatan pendidikan,
pengajaran maupun pelatihan.42
Sebagai guru Pendidikan Agama Islam (PAI) profesional,
penguasaan bidang studi tidak bersifat terisolasi. Dalam
melaksanakan tugasnya penguasaan bidang studi terintegrasi dengan
kemampuan memahami peserta didik, merancang pembelajaran,
melaksanakan proses pembelajaran yang mendidik, dan
mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran. Sebagai seorang
profesional, guru harus mengenal siapa dirinya, kekuatan,
kelemahan, kewajiban dan arah pengembangan dirinya. Dunia yang
selalu berubah menyebabkan tuntutan yang dinamis pula terhadap
42 Rasyid Ridla, Profesionalitas Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Proses
Pembelajaran, Tadris, Vol.3, No. 1, 2008, Hlm 34.
22
kecakapan guru. Karenanya guru harus pandai memilih strategi yang
efektif untuk mengembangkan diri secara terus menerus. 43
Pengembangan profesionalisme guru merupakan usaha
menyiapkan guru agar memiliki berbagai wawasan, pengetahuan,
keterampilan, dan memberikan rasa percaya diri untuk
melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagai tenaga profesional.
Guru yang profesional tidak hanya menguasai bidang ilmu, bahan
ajar, menguasai metode yang tepat, mampu memotivasi peserta
didik, memiliki keterampilan yang tinggi dan wawasan yang luas
terhadap dunia pendidikan, tetapi juga harus memiliki pemahaman
yang mendalam tentang hakikat manusia sebagai landasan pola pikir
dan pola kerja guru dan loyalitasnya kepada profesi pendidikan yang
mampu mengembangkan budaya organisasi kelas, dan menciptakan
suasana pendidikan yang bermakna, kreatif dan dinamis, bergairah,
dialogis sehingga menyenangkan bagi peserta didik.44
Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar, dan
melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-
nilai kehidupan. Mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan
ilmu pengetahuan dan teknologi, sedangkan melatih berarti
mengembangkan keterampilan pada siswa. Tugas guru dalam
bidang kemanusiaan, harus dapat menjadikan dirinya sebagai orang
tua kedua, mampu menarik simpati dan menjadi idola bagi para
siswanya. Tugas guru dalam masyarakat yaitu diharapkan mampu
memberikan pengetahuan pada masyarakat dalam rangka
memajukan dan meningkatkan kualitas mutu masyarakat.45
43 Muhammad Nasir, Profesionalisme Guru Agama Islam (Sebuah Upaya Peningkatan
Mutu Melalui LPTK), Dinamika Ilmu Vol. 13. No. 2, Desember 2013, Hlm. 194 44 Syamsu. S, Peningkatan Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam Berbasis
Musyawarah Guru Mata Pelajaran pada Sekolah Menengah Pertama di Kota Palopo Propinsi
Sulawesi Selatan, Volume 2, Nomor 2, 2017. Hlm. 8. 45 Rahmat Hidayat, Sarbini, Ali Maulida, Peran Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi
Pekerti Dalam Membentuk Kepribadian Siswa SMK Al-Bana Cilebut Bogor, Prosiding Al Hidayah
Pendidikan Agama Islam, P-ISSN: 2654-5829 E-ISSN: 2654-3753, Hlm. 150.
23
3. Persyaratan Guru Pendidikan Agama Islam
Prinsip profesionalitas yang tercantum pada pasal 8 UU Guru dan
Dosen, Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi,
sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki
kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan Nasional. Disini
kompetensi guru sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 8 dalam
Undang-Undang Guru Dan Dosen UU RI No. 14 Th. 2005 meliputi
Kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan
kompetensi profesional. 46 Kompetensi ini merupakan komponen yang
tidak bisa dipisahkan dari eksistensi guru dalam melaksanakan
profesinya sebagai guru, karena pekerjaan guru itu tidak gampang dan
tidak sembarang dikerjakan. Adapun penjelasan setiap kompetensi
tersebut sebagai berikut:
a. Kompetensi Pedagogik adalah setiap guru harus mampu
menyusun kurikulum operasional, merencanakan pembelajaran,
melaksanakan proses pembelajaran yang lebih banyak
mendorong aktivitas belajar siswa, dapat menyusun instrument
evaluasi dengan baik, dan dapat mendorong motivasi para siswa
untuk belajar sengan serius sehingga menjadi siswa-siswa yang
berprestasi.47
Jadi, harapannya guru dapat memiliki kompetensi pedagogik
yang baik sehingga dapat menyusun rancangan pembelajaran
dan melaksanakannya. “Guru diharapkan dapat memahami
landasan pendidikan, mampu menerapkan teori belajar, dapat
menentukan strategi pembelajaran berdasarkan karakteristik
46 Hidayat Ginanjar, Marfuah As-Surur, Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Pengaruhnya
Terhadap Peningkatan Pedagogik Guru Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 3 Karawang Jawa
Barat, Vol. I, No. 2, Juli 2018, Hlm. 210. 47 Dede Rosyada, Madrasah dan Profesionalisme Guru Dalam Arus Dinamika Pendidikan
Islam di Era Otonomi Daerah, (Depok: Kencana, 2017), cet. 1, Hlm. 234.
24
siswa, dan mampu menyusun rancangan pembelajaran
berdasarkan strategi yang tepat.’’48
b. Kompetensi Kepribadian adalah karakteristik pribadi yang harus
dimiliki oleh seorang guru sebagai individu yang mantap, stabil,
dewasa, arif dan berwibawa, serta menjadi teladan bagi peserta
didik dan berakhlak karimah.49
Untuk menjadi seorang guru yang mempunyai kepribadian
yang baik, seseorang juga harus memiliki sifat manajerial,
dengan fleksibilitasnya dalam menghadapi para siswa dalam
kelas. Guru harus memiliki beberapa keahlian seperti dalam
perencanaan kelas, mengorganisasi kelas sejak hari pertama dia
bertugas, cepat memulai kelas, melewati masa transisi dengan
baik, memiliki kemampuan dalam mengatasi dua atau lebih
aktivitas kelas dalam satu waktu yang sama. Kemudian guru
juga harus mampu memelihara waktu bekerja serta
menggunakannya secara efisisen dan konsisten, dapat
meminimalis gangguan, dapat mengkondusifkan suasana kelas
yang ribut dengan kegiatan pembelajaran, memiliki teknik untuk
mengontrol kelas, dapat memelihara suasana tenang dalam
belajar, dan tetap dapat menjaga siswa untuk tetap belajar
menuju kesuksesan.50
c. Kompetensi sosial
Yang dimaksud dengan kompetensi sosial di dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, pada pasal 28 ayat 3 butir d,
ialah “kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat
untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta
48 Jamil Suprihatiningrum, Guru Profesional Pedoman Kinerja, Kualifikasi & Kompetensi
Guru, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2016), cet. 3, Hlm. 103 49 Saepul Anwar, Studi Realitas Tentang Kompetensi Kepribadian Guru Pendidikan
Agama IslamSekolah Menengah Atas Di Kabupaten Bandung Barat, Ta’lim Vol. 9 No. 2, 2011,
Hlm. 146 50 Ibid, Dede Rosyada, Hlm. 273.
25
didik, tenaga kependidikan, orangtua/wali peserta didik dan
masyarakat sekitar.”51
Kompetensi sosial dalam kegiatan belajar ini sangat berkaitan
erat dengan kemampuan guru dalam berkomunkasi dengan
masyarakat di sekitar sekolah dan masyarakat tempat guru
tinggal sehingga peranan dan cara guru berkomunikasi di
masyarakat di harapkan mempunyai karakteristik tersendiri yang
memiliki perbedaan dengan orang lain yang bukan guru. Misi
yang diemban guru adalah misi kemanusiaan. Mengajar dan
mendidik adalah tugas memanusiakan manusia.52
d. Kompetensi Profesional
Guru profesional adalah guru yang mempunyai kompetensi yang
dipersyaratkan untuk melakukan tugas pendidikan dan
pengajaran. Kompetensi di sini meliputi pengetahuan, sikap, dan
keterampilan profesional, baik yang bersifat pribadi, sosial,
maupun akademis. Kompotensi profesional adalah kemampuan
dasar yang harus dimiliki seorang guru.53
Guru yang mempunyai kompetensi profesional harus dapat
memilah dan memilih serta mengelompokkan materi
pembelajaran yang disampaikan para siswa-siswi sesuai dengan
jenisnya. Tanpa kompetensi tersebut, dapat dipastikan bahwa
guru tersebut akan mengalami berbagai kesulitan dalam
membentuk kompetensi siswa, bahkan dapat gagal dalam
melaksanakan pembelajaran.54
Kompetensi seorang guru juga merupakan tuntutan yang dimiliki
karena sebuah kebutuhan dalam sistem pendidikan di Indonesia.
Hamalik menegaskan, bahwa Guru yang terampil mengajar tentu harus
51 Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Kumpulan Undang-Undang dan Peraturan
Pemerintah RI Tentang Pendidikan, (Jakarta: Departemen Agama RI, 2007), Hlm. 63. 52 Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Kumpulan Undang-Undang dan Peraturan
Pemerintah RI Tentang Pendidikan, (Jakarta: Departemen Agama RI, 2007), Hlm.64. 53 Loc. Cit. Hlm. 64 54 Jamil Suprihatiningrum, Guru Profesional Pedoman Kinerja, Kualifikasi & Kompetensi
Guru, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2016), cet. 3, Hlm. 117
26
memiliki kompetensi baik dalam bidang pedagogisnya, profesionalnya,
kepribadian dan sosial kemasyarakatannya. Guru bertanggung jawab
melaksanakan kegiatan pendidikan sedemikian hingga guru bertugas
dalam memberikan bimbingan dan pengajaran kepada peserta didik.
Tanggung jawab ini direalisasikan dalam bentuk melaksanakan
pembinaan kurikulum, menuntun peserta didik belajar, membina
pribadi, watak, dan jasmaniah siswa, menganalisis kesulitan belajar,
serta menilai kemajuan belajar para peserta didik.55
4. Peran guru Pendidikan Agama Islam
Tugas dan peran guru dari hari ke hari semakin berat, seiring
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Guru sebagai
komponen utama dalam dunia pendidikan dituntut untuk mampu
mengimbangi bahkan melampaui perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang berkembang dalam masyarakat. Melalui sentuhan guru
di sekolah diharapkan mampu menghasilkan peserta didik yang
memiliki kompetensi tinggi dan siap menghadapi tantangan hidup
dengan penuh keyakinan dan percaya diri yang tinggi. Sekarang dan
kedepan, sekolah (pendidikan) harus mampu menciptakan sumber daya
manusia yang berkualitas, baik secara keilmuwan (akademis) mapun
secara sikap mental.56
Guru yang memiliki peran utama dalam melakukan proses
pembelajaran dituntut untuk kreatif dan inovatif. Hal ini penting
mengingat proses pembelajaran berlangsung dinamis. Sebelum
melaksanakan kegiatan belajar mengajar seorang guru harus
mempersiapkan administrasi pendidikan, agar proses pembelajaran
berlangsung dengan efektif dan efisien. Pembelajaran yang dilakukan
oleh guru akan berhasil dengan baik jika didukung dengan administrasi
yang baik pula. Secara langsung administrasi guru harus memenuhi
55 Mulyani Mudis Taruna, Perbedaan Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam (Studi
Kompentensi Guru PAI Tersertifikasi dan Belum Tersertifikasi di MTs Kabupaten Banjar
Kalimantan Selatan), Jurnal “Analisa” Volume XVIII, No. 02, Juli - Desember 2011, Hlm. 187. 56 Kunandar, Guru Profesional, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), Hlm. 37.
27
persyaratan agar proses pembelajaran berjalan secara maksimal.
Termasuk keberadaan administrasi guru PAI sangat penting dalam
menunjang kegiatan pembelajaran PAI di sekolah/madrasah karena
merupakan pedoman kerja seorang guru PAI yang telah direncanakan
dengan cermat.57
Guru PAI yang produktif diitandai oleh kemampuan menghasilkan
produk berpikir, bertindak kreatif dan diimplementasikan secara nyata
dalam serangkaian tugas dan fungsinya selama proses pembelajaran
untuk menghantarkan dan mencetak peserta didik yang mampu
memenangkan persaingan secara global. Sebagai konsekuensinya
pembinaan dan bimbingan kepada guru harus sesuai dengan target dan
tahap pengembangan sekolah. Tujuan pembinaan tenaga kependidikan
bukan hanya sekedar meningkatkan keterampilan yang bersangkutan,
tetapi yang terpenting adalah peningkatan produktivitas guru. 58
Peran guru PAI di sekolah kedudukannya sebagai pengajar dan
pendidik. Berdasarkan kedudukannya sebagai guru, ia harus
menunjukkan perilaku yang baik, sehingga bisa dijadikan teladan oleh
siswanya. Pekerjaan guru adalah untuk mendidik dan mempersiapkan
siswa untuk dapat membuat serta mengelola dan mempertahankan hasil
ciptaannya untuk tidak menyebabkan bencana bagi dirinya sendiri,
masyarakat dan alam sekitarnya. Guru bertanggung jawab
mempersiakan siswa menjadi generasi yang terbuka, demokratis dan
bersikap toleran dalam menyikapi perbedaan.59
Peran guru sebagai pemberi informasi harus bergeser menjadi
manajer pembelajaran dengan sejumlah peran-peran tertentu, Karena
guru bukan satu-satunya sumber informasi melainkan hanya salah satu
57 Salmiati, Riyang Septiawansyah, Peranan Administrasi Pendidikan dalam
Meningkatkan Profesionalisme Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) pada MTs DDI Cilellang,
Kabupaten Barru, Vol. 1, No. 1 (Januari-Juni 2019), Hlm. 48. 58 Nurul Zuliawati, Pengaruh Kreativitas dan Motivasi Kerja terhadap Produktivitas Guru
Pendidikan Agama Islam Sekolah Dasar Sekecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri, Volume. 1,
No. 1, Januari – Juni 2016, Hlm. 25. 59 Jauhar Fuad. Pembelajaran Toleransi Upaya Guru Pendidikan Agama Islam dalam
Menangkal Paham Radikal di Sekolah, Proceedings Annual Conference For Muslim Scholars, April
2018, Hlm. 564.
28
sumber informasi. Dalam bukunya yang berjudul Reinventing
Education, Louis V. Gerstmer, Jr, sebagaimana yang dikutip oleh
Muhammad Anwar menyatakan bahwa di masa-masa mendatang peran
guru mengalami perluasan, yaitu guru sebagai:60
a. Sebagai pelatih, guru harus memberikan peluang yang sebesar-
besarnya bagi siswa untuk mengembangkan cara-cara pembelajaran
itu sendiri sesuai dengan kondisi masing-masing.
b. Sebagai konselor, guru harus mampu menciptakan satu situasi
interaksi belajar mengajar yang akrab sehingga siswa dapat
melakukan pembelajaran dalam suasana psikologis yang kondusif
tanpa ada jarak atau kekakuan (rasa canggung) siswa dengan guru.
c. Sebagai manajer pembelajaran, guru memiliki kemandirian dan
otonomi yang seluas-luasnya dalam mengelola keseluruhan kegiatan
belajar mengajar dengan mendinamiskan seluruh sumber penunjang
pembelajaran.
d. Sebagai partisipan, guru tidak hanya berperilaku mengajar, akan
tetapi juga berperilaku belajar dari interaksinya dengan siswa. Hal
ini mengandung makna bahwa guru bukanlah satu-satunya sumber
belajar, melainkan juga fasilitator pembelajaran siswa.
e. Sebagai pemimpin, diharapkan guru mampu menjadi seorang yang
mampu menggerakkan siswa untuk mewujudkan perilaku menuju
tujuan bersama.
f. Sebagai pembelajar, guru harus secara terus menerus belajar TIK
dalam rangka menyegarkan kompetensinya di samping
meningkatkan kualitas profesionalnya. Dengan meningkatnya
kemampuan guru dalam penguasaan TIK, maka proses
pembelajaran akan semakin menarik dan menyenangkan.
g. Sebagai pengarang (penulis), guru harus selalu kreatif dan inovatif
menghasilkan berbagai karya tulis yang akan digunakan untuk
melaksanakan tugas-tugas profesionalnya.61
60 Muhammad Anwar, Menjadi Guru Profesional, (Jakarta: PrenadaMedia Group, 2018),
Hlm. 205. 61 Ibid, Hlm 206.
29
5. Ciri-ciri Guru Pendidikan Agama Islam Profesional
Dalam konteks profesi guru, kinerja guru dapat diukur berdasarkan
keberhasilan guru dalam melaksanakan tugas pendidikan sesuai dengan
tanggung jawab dan wewenangnya berdasarkan standar kinerja yang
telah ditetapkan selama periode tertentu dalam kerangka mencapai
tujuan pendidikan. Kinerja guru juga dapat diukur melalui tanggung
jawabnya menjalankan amanah, profesi yang diembannya, dan
tanggung jawab moral. Semua itu akan terlihat pada kepatuhan dan
loyalitasnya di dalam menjalankan tugasnya di dalam dan luar kelas. 62
Adapun ciri- ciri guru Pendidikan Agama Islam sebagi berikut:
a. Terampil Mempersiapkan Program Belajar Mengajar
Suatu kegiatan dapat dikatakan sebagai kegiatan atau tindakan
mengajar, jika kegiatan itu didasarkan atas suatu rencana yang
matang dan teliti. Setiap perencanaan selalu berkenaan dengan
perkiraan mengenai apa yang akan dilakukan. Demikian halnya
dalam perencanaan mengajar, guru harus memperkirakan mengenai
tindakan apa yang akan dilakukan pada waktu melaksanakan
pengajaran (proses belajar mengajar).
b. Terampil Dalam Penguasaan Bahan Pelajaran
Kemampuan guru dalam menguasai bahan pelajaran merupakan
bagian integral dari proses belajar mengajar. Guru yang bertaraf
profesional mutlak harus menguasai bahan pelajaran yang akan di
sampaikan pada anak didiknya. Penguasaan bahan pelajaran akan
memberikan pengaruh terhadap hasil belajar siswa. Hubungan
penguasaan bahan pelajaran guru dengan hasil belajar yang dicapai
oleh siswa sangat erat sekali. Makin tinggi penguasaan bahan
pelajaran oleh guru, maka makin tinggi pula hasil belajar siswa.
c. Terampil Dalam Pengelolaan Kelas
62 Ibid, Syamsu S, Hlm. 9.
30
Pengelolaan kelas yang dilakukan guru bertujuan untuk
menciptakan kondisi dalam kelompok kelas yang berupa lingkungan
kelas yang baik, yang memungkinkan siswa berbuat sesuai dengan
kemampuannya serta dapat mengantarkan anak didik dari tidak tahu
menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti.
d. Terampil dalam Penggunaan Metode Mengajar
Dalam interaksi ini guru berperan sebagai penggerak atau
pembimbing, sedangkan siswa berperan sebagai penerima atau yang
dibimbing. Proses interaksi ini akan berjalan baik kalau siswa
banyak aktif dibandingkan dengan guru. Oleh karenanya metode
mengajar yang baik adalah metode yang dapat menumbuhkan
kegiatan belajar siswa.
e. Terampil dalam Penggunaan Media Mengajar
Dalam proses belajar mengajar media adalah alat bantu apa saja
yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan seperti manusia, benda
ataupun peristiwa yang memungkinkan anak didik memperoleh
pengetahuan dan keterampilan guna mencapai tujuan pengajaran.
Oleh sebab itu kehadiran media dalam proses belajar mengajar
mempunyai arti sangat penting, karena dengan media ketidakjelasan
dan kerancuan bahan yang disampaikan guru akan teratasi
(terhindari).
f. Terampil Mengevaluasi Hasil Belajar
Istilah evaluasi berasal dari bahasa Inggris yaitu evaluation.
Menurut Wand dan Brown dalam buku Essentials of Educational
Evaluation, evaluasi adalah suatu tindakan atau suatu proses untuk
menentukan nilai dari pada sesuatu.63
63 Rasyid Ridla, Profesionalitas Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Proses
Pembelajaran, Tadris, Vol.3, No. 1, 2008, Hlm. 34-42.
31
C. Pendidikan Abad Abad 21
1. Pendidikan Abad 21
Abad ke-21 ditandai sebagai abad keterbukaan atau abad globalisasi,
artinya kehidupan manusia pada abad ke-21 mengalami perubahan-
perubahan yang fundamental yang berbeda dengan tata kehidupan
dalam abad sebelumnya. Dikatakan abad-21 adalah abad yang meminta
kualitas dalam segala usaha dan hasil kerja manusia. Dengan sendirinya
abad ke-21 meminta sumber daya manusia yang berkualitas, yang
dihasilkan oleh lembaga-lembaga yang dikelola secara profesional
sehingga membuahkan hasil unggulan. 64
Menurut Richard Crawford sebagaimana yang dikutip oleh Afandi
dkk, menyebut proses transformasi abad 21 ini sebagai Era of Human
Capital, suatu era di mana ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya
teknologi komunikasi berkembang sangat pesat yang berdampak pada
persaingan bebas yang begitu ketat dalam segala aspek kehidupan
manusia.65
Perkembangan ilmu pengetahuan diakui melaju pesat di abad 21,
terutama bidang teknologi, informasi dan komunikasi yang membuat
beragam informasi dari berbagai negara mampu diakses dengan instan,
cepat, mudah oleh siapa saja, kapan saja dan di mana saja. Abad 21
menuntut kecakapan gobal dalam hal cara berfikir, bekerja, penguasaan
teknologi, dan sebagai warga dunia. 66
Hasil pendidikan yang diharapkan meliputi pola kompetensi dan
intelegensi yang dibutuhkan untuk berkiprah pada abad ke-21.
Pendidikan bukan hanya menyiapkan masa depan, tetapi juga
bagaimana menciptakan masa depan. Pendidikan harus membantu
perkembangan terciptanya individu yang kritis dengan tingkat
64 Etistika Yuni Wijaya, Dkk, Transformasi Pendidikan Abad 21 Sebagai Tuntutan
Pengembangan Sumber Daya Manusia di Era Global, Prosiding Seminar Nasional Pendidikan
Matematika, Vo.1, 2016, Hlm. 263. 65 Afandi Dkk, Implementasi Digitas-Age Literacy Dalam Pendidikan Abad 21 Di
Indonesia, Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Sains (SNPS), 2016, Hlm. 114. 66 Dini Rakhmawati, Konselor Sekolah Abad 21: Tantangan dan Peluang, Jurnal
Konseling, Vol. 3, No. 1, 2017, Hlm 440.
32
kreativitas yang sangat tinggi dan tingkat keterampilan berfikir yang
lebih tinggi pula.67
2. Peran Pendidik Abad 21
Guru abad 21 dituntut tidak hanya mampu mengajar dan mengelola
kegiatan kelas dengan efektif, namun juga dituntut untuk mampu
membangun hubungan yang efektif dengan siswa dan komunitas
sekolah, menggunakan teknologi untuk mendukung peningkatan mutu
pengajaran, serta melakukan refleksi dan perbaikan praktek
pembelajarannya secara terus menerus. Guru profesional abad 21 adalah
guru yang terampil dalam pengajaran, mampu membangun dan
mengembangkan hubungan antara guru dan sekolah dengan komunitas
yang luas, dan seorang pembelajar sekaligus agen perubahan di
sekolah.68
Associated with IT-based learning media, it is time for educators to
utilize educational portals, collect and sort and select digital content that
is in line with the interests of Generation Z. The role of educators as
digital content guides is very important so that learners do not get caught
in negative content or inappropriate content. Educators can take
advantage of a variety of Islamic game applications, which contain the
values of patience when faced with challenges, and get rewarded as a
picture of heaven or hell when it has completed the game. The ability of
educators in utilizing and optimizing the technology becomes important
and urgent, especially if accompanied by an attractive appearance and
there impression slang, so it is expected to encourage interest in learning
Generation Z. Educators also need to provide space for the promotion
of the creation of learners by uploading their work to the media Youtube,
blog, website and others.69
67 Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Depok:
PT Raja Grafindo Persada, 2014), Hlm. 230. 68 Dwi Esti Andriani, Mengembangkan Profesionalitas Guru Abad 21 Melalui Program
Pembimbingan Yang Efektif, Jurnal Mengembangkan Profesionalitas Guru Abad 21, No. 02,
2010. Hlm. 79. 69 Marhamah Saleh, Lukmanul Hakim, Optimizing The Education For Generation Z In
The Era Of Demography Bonus, The 3rd International Conference on Education in Muslim
Society (ICEMS), October, 25-26th 2017, Hlm. 224. http://irep.iium.edu.my/78947/1/PROCEEDINGS-ICEMS2017-watermark-%20%281%29_Jakarta.pdf
33
Dari kutipan di atas menjelaskan bahwa, demi kepentingan Generasi
Z, pendidik sudah saatnya memanfaatkan portal pendidikan,
mengumpulkan dan memilah serta menyeleksi konten digital dengan
media pembelajaran IT. Peran pendidik sebagai pemandu konten digital
sangat penting agar peserta didik tidak terjebak dalam konten negatif
atau konten yang tidak pantas. Kemampuan pendidik dalam
memanfaatkan dan mengoptimalkan teknologi menjadi hal yang penting
dan mendesak, apalagi jika diiringi dengan tampilan yang menarik.
Sehingga diharapkan dapat mendorong minat belajar Generasi Z.
Pendidik juga bisa memberikan apresiasi terhadap peserta didik dengan
cara mengunggah karyanya ke media Youtube, blog website dan lain-
lain.
Saat ini, pendidikan berada di masa pengetahuan (knowledge age)
dengan percepatan peningkatan pengetahuan yang luar biasa. Di abad
ke 21 ini, pendidikan menjadi semakin penting untuk menjamin siswa
memiliki keterampilan belajar dan berinovasi, keterampilan
menggunakan teknologi dan media informasi, serta dapat bekerja, dan
bertahan dengan menggunakan keterampilan untuk hidup (lifeskills). 70
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat ditarik garis besar
bahwa pembelajaran yang dapat melatihkan keterampilan abad 21 harus
pembelajaran yang berpusat kepada peserta didik, kerjasama tim, serta
pembelajaran yang berkaitan dengan konteks kehidupan sehari-hari
peserta didik. Permasalahan yang ditemui dalam kehidupan sehari-hari
dapat digunakan sebagai topik pembelajaran yang akan dicari
pemecahannya dengan memanfaatkan konsep-konsep pengetahuan
yang telah didapatkan oleh peserta didik.71
70 Zaenal Arifin, Mengembangkan Instrumen Pengukur Critical Thinking Skill Siswa
pada Pembelajaran Matematika Abad 21, Jurnal Theorems Vo. 1 No. 2, 2017, Hlm. 93. 71 Tantri Mayasari Dkk, Apakah Model Pembelajaran Problem Based Learning dan
Project Based Learning Mampu Melatihkan Keterampilan Abad 21, JPFK, Vol. 2, No. 1, 2016,
Hlm. 51.
34
3. Model Pembelajaran Abad 21
Pembelajaran abad 21 dituntut berbasis teknologi untuk
menyeimbangkan tuntutan zaman era milenia dengan tujuan, nantinya
peserta didik terbiasa dengan kecakapan hidup abad 21. Siswa yang
hidup pada abad 21 harus menguasai keilmuan, berketerampilan
metakognitif, mampu berpikir kritis dan kreatif, serta bisa
berkomunikasi atau berkolaborasi yang efektif, keadaan ini
menggambarkan adanya kesenjangan antara harapan dan kenyataan.
Oleh karena itu, pemerintah merancang pembelajaran abad 21 melalui
kurikulum 2013 yang berbasis pada siswa.72
Model-model pembelajaran yang dapat meningkatkan keterampilan
berpikir kritis, berkolaborasi, berkomunikasi dan berpikir kreatif sangat
dibutuhkan dalam era pendidikan abad 21. Pembelajaran berbasis
proyek (PBL) menjadi salah satu model pembelajaran yang tidak hanya
membekali siswa dengan ilmu pengetahuan namun dalam proses
pengerjaan proyek tersebut menuntut siswa untuk dapat
mengimplementasikan pemahamannya dalam kehidupan nyata melalui
kerja sama dalam tim.73
4. Keterampilan Abad 21
Keterampilan abad ke-21 merupakan keterampilan penting yang
harus dikuasai oleh setiap orang agar berhasil dalam menghadapi
tantangan, permasalahan, kehidupan, dan karir di abad ke -21.
Keterampilan abad 21 yang sangat diperlukan oleh lulusan untuk
berprestasi dan berkompetisi di abad ke-21 telah diidentifikasi oleh
Century Skill. Keterampilan ini dapat meningkatkan kemampuan daya
72 Lina Sugiyarti, Dkk, Pembelajaran Abad 21 di SD, Prosiding Seminar dan Diskusi
Nasional Pendidikan Dasar, ISSN: 2528-5564, 2018, Hlm. 440. 73 Finita Dewi, Proyek Buku Digital: Upaya Peningkatan Keterampilan Abad 21 Calon
Guru Sekolah Dasar Melalui Model Pembelajaran Berbasis Proyek, Jurnal Metode Didaktik Vol.
9, No. 2, 2015, Hlm. 1.
35
jual (marketability), kemampuan bekerja (employability), dan kesiapan
menjadi warga negara (readiness for citizenship) yang baik.74
a. Berfikir Kritis dan Memecahkan Masalah (Problem Based
Learning)
Keterampilan berpikir kritis dan memecahkan masalah dianggap
sebagai keterampilan yang mendasar dalam pembelajaran abad 21.
Pada setiap subjek dan pada setiap tingkatan pendidikan, proses
pembelajaran dan instruksi perlu mengintegrasikan pembelajaran
content knowledge, dengan kegiatan-kegiatan yang menuntut
kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah.75
Problem Based Learning (PBL) dapat dimaknai sebagai metode
pendidikan yang mendorong siswa untuk mengenal cara belajar dan
bekerjasama dalam kelompok untuk mencari penyelesaian masalah-
masalah di dunia nyata. simulasi masalah digunakan untuk
mengaktifkan keingintahuan siswa sebelum mulai mempelajari
suatu obyek. PBL menyiapkan siswa untuk berfikir secara kritis dan
analitis, serta mampu untuk mendapatkan dan menggunakan secara
tepat sumber-sumber pembelajaran.76
b. Berkomunikasi dan Kolaborasi
Keterampilan berkomunikasi merupakan keterampilan untuk
mengungkapkan pemikiran, gagasan, pengetahuan, ataupun
informasi baru, baik secara tertulis maupun lisan. Keterampilan
kolaborasi merupakan keterampilan bekerja bersama secara efektif
dan menunjukkan rasa hormat kepada anggota tim yang beragam,
melatih kelancaran dan kemauan dalam membuat keputusan yang
diperlukan untuk mencapai tujuan bersama.77
Lebih luas lagi, abad 21 menuntut adanya portofolio individu
yang komprehensif dalam berkomunikasi dan berkolaborasi untuk
74 I Wayan Redhana, Mengembangkan Keterampilan Abad Ke-21 Dalam Pembelajaran
Kimia, Jurnal Inovasi Kimia, Vol. 13, No. 1, 2019, Hlm. 2242. 75 Ibid, Finita Dewi, Hlm. 3. 76 Marhamah Saleh, Strategi Pembelajaran Fiqh Dengan Problem Based Learning, Jurnal
Ilmiah DIDAKTIKA, Vol. XIV No. I, Agustus 2013, Hlm. 203. 77 Op.Cit, I Wayan Redhana, Hlm. 2241.
36
meningkatkan kemampuan untuk belajar dan bekersa bersama.
Keterampilan ini dapat diperoleh melalui berbagai jenis metode,
namun cara yang paling efektif adalah melalui komunikasi social –
dengan berkomunikasi dan berkolaborasi langsung baik dengan cara
tatap muka maupun melalui media virtual.78
c. Kreativitas dan Inovasi
Kebutuhan akan kreativitas dan inovasi yang tinggi menjadi
bagian dari keterampilan utama di Abad 21. Saat ini, pengetahuan
saja dianggap tidak cukup untuk mengimbangi percepatan inovasi
yang sangat menghargai kemampuan memecahkan masalah dengan
cara yang baru, menemukan dan mengadaptasi teknologi baru, atau
bahkan menemukan cabang ilmu baru dan industri yang bener-benar
baru.79
d. Literasi Digital
Keterampilan indvidu dalam literasi digital dan informasi sangat
perlu ditingkatkan baik di dunia pekerjaan, di sekolah, di rumah
maupun di komunitas. Peningkatan tersebut diperlukan dalam
kaitannya dengan aspek-aspek berikut:
1) Mengakses informasi secara efektif dan efisien
2) Mengevaluasi informasi secara kritis
3) Menggunakan informasi secara akurat dan kreatif.
D. Hasil Penelitian yang relevan
Dalam suatu penelitian, diperlukan hasil-hasil penelitian yang relevan
yang mendukung serta meperkuat pentingnya penelitian ini dilakukan.
Penulis telah menelaah beberapa kajian atau hasil penelitian yang terkait
dengan judul ‘’KREATIVITAS GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
ERA ABAD 21 DI SMP Azhari Islamic School’’, yaitu sebagai berikut:
78 Finita Dewi, Proyek Buku Digital: Upaya Peningkatan Keterampilan Abad 21 Calon
Guru Sekolah Dasar Melalui Model Pembelajaran Berbasis Proyek, Jurnal Metode Didaktik Vol.
9, No. 2, 2015, Hlm. 4. 79 Loc.Cit, Hlm. 4.
37
Tabel 2.1. Persamaan dan Perbedaan Penelitian Yang Relevan
No Nama Peneliti, Judul dan
Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
1. Nama: Etistika Yuni Wijaya dkk
(2016)
Judul: Transformasi Pendidikan
Abad 21 Sebagai Tuntunan
Pengembangan Sumber Daya
Manusia di Era Global
Hasil: Era globalisasi memberi
dampak yang cukup luas dalam
berbagai aspek kehidupan, termasuk
tuntutan dalam penyelenggaraan
pendidikan Salah satu tantangan
nyata tersebut adalah bahwa
pendidikan hendaknya mampu
menghasilkan sumberdaya manusia
yang memiliki kompetensi utuh,
dikenal dengan kompetensi abad ke-
21
Pendidikan
Abad 21
Peneliti meneliti
tentang kreativitas
guru Pendidikan
Agama Islam di
era Abad 21
sedangkan
penelitian Etistika
Yuni Wijaya dkk
meneliti tentang
transformasi
Pendidikan Abad
21 Sebagai
Tuntunan
Pengembangan
Sumber Daya
Manusia di Era
Global.
2. Nama: Edi Syahputra (2018)
Judul: Pembelajaran Abad 21 dan
Penerapannya di Indonesia
Hasil: Pembelajaran di abad 21 harus
dapat mempersiapkan generasi
manusia Indonesia menyongsong
kemajuan teknologi informasi dan
komunikasi dalam kehidupan
bermasyarakat. Implikasi pada
pembelajaran di sekolah-sekolah di
Indonesia mengharuskan semua
stageholder pendidikan harus
menguasai ICT literacy skill.
Pembelajaran
Abad 21
Perbedaanya
terletak pada
lokasi penelitian
3. Nama: Sahdan Mulia (2010)
Judul: Kreativitas Guru Agama
Dalam menungkatkan Kualitas
Pendidikan Agama Islam DI
Madrasah Tsanawiyah Negeri Batu
Kota Batu
Hasil: upaya guru agama dalam
meningkatkan kreativitasnya, serta
faktor pendukung dan penghambat
dalam meningkatkan kretivitas guru
tersebut
Meneliti tentang
kreativitas guru
Agama
Perbedaannya
pada hasil
kreativitas guru
dan lokasi
penelitian
4. Nama: Tina Tri Layanthi (2007)
Judul: Kreativitas Guru Agama
Dalam Meningkatkan Kualitas
Meneliti tentang
kreativitas guru
Agama
Perbedaannya
pada hasil
kreativitas guru
38
Pendidikan Agama Islam Di Sekolah
Menengah Pertama Negeri
Kecamatan Negeri Kabupaten
Jembrana-Bali
Hasil: Kreativitas guru dalam
pembelajaran PAI di Sekolah
tersebut menggunakan berbagai cara,
diantaranya pada kegiatan
pembelajaran, yang menyangkut
perbaikan sistem mengajar, guru
dituntut untuk menciptakan sistem
pembelajaran di kelas lebih menarik,
nyaman dan menyenangkan.
dan lokasi
penelitian
5. Nama: Asep (2013)
Judul: Kreativitas Guru Agama
Dalam Meningkatkan Kualitas
Pendidikan Agama Islam
Hasil: Kreativitas guru agama dalam
meningkatkan kualitas pendidikan
agama islam, upaya yang dilakukan
guru untuk meningkatkan kualitas
pendidikan agama islam serta faktor
pendukung dan penghambat guru
agama untuk berkreativitas di
Sekolah Dasar Islam terpadu Meranti
Senen Jakarta Pusat.
Meneliti tentang
kreativitas guru
Agama
Perbedaannya
pada hasil
kreativitas guru
dan lokasi
penelitian
39
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Azhari Islamic School Lebak Bulus,
yang beralamat di Jl. Pertanian Raya No. 43, RT. 10/RW. 4, Lebak Bulus,
Kecamatan Cilandak, Kota Jakarta Selatan. Adapun waktu yang digunakan
oleh peneliti untuk memperoleh data yang berhubungan dengan objek
penelitian yaitu dimulai pada bulan Maret dan berakhir pada bulan Juli
2020.
B. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian metode kualitatif deskriptif,
yaitu penelitian dilakukan secara wajar dan natural sesuai dengan kondisi
objektif di lapangan tanpa adanya manipulasi, serta jenis data yang
dikumpulkan terutama data kualitatif. Dengan menggunakan penelitian
kualitatif, maka peneliti akan terjun langsung ke lapangan untuk meneliti
kejadian dan bertemu langsung dengan responden untuk menggali data dan
mengetahui lokasi penelitian. Proses penelitian yang dimaksud antara lain
melakukan observasi terhadap orang dalam kehidupannya sehari-hari,
berinteraksi dengan mereka, dan berupaya memahami bahasa dan tafsiran
mereka tentang dunia sekitarnya.80
Menurut Kirk dan Miller sebagaimana yang dikutip oleh Uhar Saputra,
mendifinisikan penelitian kualitatif sebagai tradisi tertentu dalam ilmu
pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan
pada manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-
orang tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahanya.81
80 Zainal Arifin, Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014), Hlm.
140. 81 Uhar Suharsaputra, Metode Penelitian, (Bandung: PT Refika Aditama, 2014), Hlm.
181.
40
Desain penelitian kualitatif (observasi partisipan) bersifat
fleksibel/lentur, serta urutannya tidak mesti hierarkis seperti dalam
penelitian kuantitatif, tetapi desain penelitian lebih merupakan guidelines
mengenai apa menjadi masalah untuk dijawab melalui penelitian yang akan
dilakukan, serta tentang bagaimana prosedur penelitian yang dilakukan
untuk dapat menjawab tujuan yang dimaksud dalam penelitian.82
Disimpulkan bahwa konsep penelitian kualitatif sebenarnya
menekankan pada proses dan sifat realita yang dibangun secara sosial.
Peneliti sangat berperan penting dan penuh dengan nilai. Salah satu
argument yang harus dikedepankan oleh peneliti kualitatif adalah keunikan
manusia dan fenomenanya yang tidak dapat dianalisis dengan pendekatan
positivis, sehingga menuntut peneliti untuk melakukan pengamatan
langsung di lapangan. Data yang diperoleh dari lapangan dianalisis dengan
non-statistik sekalipun penelitian kualitatif tidak tabu dengan angka atau
bilangan. 83
Penelitian ini bermaksud untuk mengungkap data dan informasi
sebanyak mungkin tentang kemampuan Kreativitas guru Pendidikan Agama
Islam di Era Abad 21 di SMP Azhari Islamic School Lebak Bulus.
Penelitian ini tidak diarahkan pada kesimpulan salah-benar, tidak menguji
suatu hipotesis diterima-ditolak, tetapi lebih ditekankan pada pengumpulan
data untuk mendeskripsikan keadaan sesungguhnya yang terjadi di lapangan
secara mendalam.
C. Prosedur Pengumpulan Data
1. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian Kualitatif menurut Spradley
sebagaimana yang dikutip Sugiyono dinamakan ‘’social situation’’ atau
situasi social yang terdiri ada tiga elemen yaitu: tempat (place), pelaku
(actors) dan aktivitas (activity) yang berinteraksi secara sinergis. Situasi
82 Uhar Suharsaputra, Ibid. Hlm. 194. 83 Zainal Arifin, Op. Cit, Hlm. 143.
41
social tersebut, dapat dinyatakan sebagai objek penelitian yang ingin
diketahui ‘’ apa yang terjadi’’ di dalamnya. Pada situasi sosial atau objek
penelitian ini dapat mengamati secara mendalam aktivitas (activity)
orang-orang (actors) yang ada pada tempat (place) tertentu. 84
Sehubungan dengan pengumpulan data ini Bogdan & Biklen
sebagaimana yang dikutip oleh Suharsimi Arikunto, mengatakan bahwa
dalam penelitian kualitatif kehadiran peneliti sangat penting
kedudukannya. Oleh karena penelitian kualitatif adalah studi kasus
maka segala sesuatu akan sangat tergantung pada kedudukan peneliti.
Begitu penting dan keharusan keterlibatan peneliti dan penghayatan
terhadap permasalahan dan subjek penelitian, dapat dikatakan bahwa
peneliti melekat erat dengan subjek penelitian. Itulah sebabnya dalam
penelitian kualitatif dituntut adanya pengamatan mendalam dan
wawancara mendalam.85
Dalam penelitian ini akan menggali dari beberapa sumber data yang
ada. Berikut sumber data yang akan dimanfaatkan peneliti:
a) Sumber data primer: Sumber data primer adalah sumber data
utama dalam penelitian ini, yang peneliti dapatkan langsung
dilapangan melalui observasi, wawancara dan dokumentasi.
Tabel 3.1. Sumber Data Penelitian
No Sumber
Data
Teknik Instrument
1. Kepala
Sekolah
Wawancara dan
Dokumentasi
Pedoman
wawancara kepala
sekolah dan Catatan
dokumentasi
2. Guru Observasi/catatan
Lapangan, wawancara dan
Dokumentasi
Observasi/Catatan
lapangan, Pedoman
wawancara kepala
84 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta,
2012), Hlm. 215. 85 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian suatu pendekatan Praktik, (Jakarta: PT
Rineka Cipta, 2010), Hlm. 24.
42
sekolah dan Catatan
dokumentasi
b) Sumber Sekunder: sumber sekunder adalah sumber data
tambahan yang dapat diperoleh melalui buku-buku terkait
penelitian, artikel, jurnal dan lain sebagainya
Dengan demikian, juga menurut Moleong, sumber data penelitian
kualitatif adalah tampilan yang berupa kata-kata lisan atau tertulis yang
dicermati oleh peneliti, dan benda-benda yang diamati sampai detailnya
agar dapat ditangkap makna yang tersirat dalam dokumen atau
bendanya.86
2. Teknik Pengumpulan Data
Dalam proses pengumpulan data, penulis mewanwancarai beberapa
elemen dalam lembaga yang terkait yang penulis lakukan secara
berkala. Sumber data dalam penelitian ini adalah seseorang yang
memberikan informasi dan keterangan yang berkaitan dengan
kreativitas guru dalam pengembangan media pembelajaran. Selain itu
dokument, foto atau data yang berhubungan dengan permasalahan yang
teliti, yang berfungsi sebagai pelengkap data primer. Jenis sumber data
yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian ini meliputi:
a. Hasil observasi/catatan lapangan
b. Wawancara
c. Dokumentasi
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Observasi
Observasi merupakan cara pengumpulan data yang
didasarkan pada pemantauan atas kejadian, proses yang terjadi.
Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematik
86 Ibid, Hlm. 22.
43
terhadap unsur-unsur yang tampak dalam suatu kejadian atau
gejala-gejala/fenomena dalam objek penelitian. Bentuk
perolehan data dari observasi bersifat langsung dari lapangan,
namun demikian kemungkinan kekeliruan dalam melakukannya
bisa saja terjadi karena luasnya objek yang
diamati/diobservasi/dipantau, untuk itu diperlukan suatu
pedoman observasi yang dapat memberikan fokus pada kegiatan
dan proses yang terjadi.87
Pada tahap awal penelitian dilakukan untuk observasi segala
sesuatu di sekeliling kita dan menanyakan mengapa sesuatu
tersebut dapat terjadi. Semua kejadian dan fenomena di alam
semesta mempunyai alasan di belakangnya, dan alasan
dilakukannya penelitian adalah untuk memahami dan
mengevaluasi mengapa hal tersebut terjadi. Sesederhana apapun
suatu fenomena atau kejadian ada jawaban yang intuitif dan
logis. Menjelaskan hasil observasi dari semua kejadian tersebut
merupakan tujuan penelitian berikutnya, apakah itu studi kasus
ataupun melalui desain eksperimen.88
2. Wawancara
Wawancara adalah percakapan antara dua orang atau lebih
dan berlangsung antara yang diwawancara/narasumber dan
pewawancara/peneliti untuk mendapat pemahaman akan
pandangan seseorang (makna subjektif) terkait dengan hal atau
kegiatan tertentu. Tujuan dari wawancara adalah untuk
mendapat data/informasi di mana sang pewawancara
mengemukakan pertanyaan - pertanyaan untuk dijawab oleh
orang yang diwawancarai. 89
87 Uhar Suharsaputra, Metode Penelitian, (Bandung: PT Refika Aditama, 2014), Hlm.
264. 88 Restu Kartiko Widi, Asas metodologi Penelitian (Sebuah Pengenalan dan Penuntun
Langkah demi Langkah Pelaksanaan Penelitian), (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010), Hlm. 59. 89 Uhar Suharsaputra, Metode Penelitian, (Bandung: PT Refika Aditama, 2014), Hlm.
269.
44
Dengan demikian secara garis besar wawancara dapat
digolongkan berdasarkan fleksibilitasnya:
a. Wawancara tak terstuktur
Kekuatan utama wawancara tak terstuktur adalah
kebebasan yang diberikan pada peneliti dalam hal isi dan
struktur wawancara memungkinkan para peneliti
melakukan kajian yang mendalam dan sesuai apapun yang
dikehendakinya. Peneliti mempunyai kebebasan
merumuskan pertanyaan dan cara menjelaskannya kepada
responden serta diskusi yang menyertainya.90
b. Wawancara Terstruktur
Dalam wawancara terstruktur peneliti memberikan
pertanyaan kepada responden dengan pertanyaan yang isi
dan strukturnya telah ditentukan, dirancang dan ditulis oleh
peneliti. Peneliti menggunakan pertanyaan dengan kalimat
dan urutan yang sama dan tercatat dalam daftar rencana
wawancara.91
Lebih lanjut, dalam penelitian ini, peneliti akan
mewawancarai guru Pendidikan Agama Islam di SMP Azhari
Islamic School Lebak Bulus. Wawancara dilaksanakan ketika
proses belajar mengajar selesai dan digunakan untuk
memperoleh data terkait dengan kreativitas guru dalam
penggunaan media pembelajaran. Wawancara dilakukan sekitar
30 menit menggunakan teknik wawancara terstruktur.
3. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan sumber non manusia, karena
sumber ini adalah sumber yang cukup bermanfaat, dan juga
sumber yang stabil dan akurat untuk kondisi yang sebenarnya
90 Restu Kartiko Widi, Asas metodologi Penelitian (Sebuah Pengenalan dan Penuntun
Langkah demi Langkah Pelaksanaan Penelitian), (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010), Hlm. 241. 91 Ibid, Hlm. 242.
45
serta dapat dianalisis secara berulang-ulang dengan tidak
mengalami perubahan.92 Pengumpulan dokument pada
penelitian ini berupa gambar, tulisan, dan karya-karya yang
berhubungan dengan media pembelajaran.
Dokument dapat juga menghasilkan informasi yang melatar
belakangi suatu kejadian atau aktivitas tertentu. Dokumen
merupakan sumber data penting dalam analisis konsep dan studi
bersejarah.93 Dokumentasi dimaksudkan untuk menambah atau
memperkuat apa yang terjadi, dan sebagai bahan untuk
melakukan komparasi dengan hasil wawancara, sejauh ada
dokumentasi yang bisa diperoleh di lapangan.94
Dokumentasi yang digunakan untuk memperoleh data-data
tentang sejarah berdirinya sekolah, daftar guru, daftar anak,
daftar tenaga administrasi, prestasi belajar, foto, video, dan
berbagai kegiatan belajar anak, juga untuk menggali data
mengenai masalah yang sedang diteliti.
D. Intrument Penelitian
Dalam Penelitian pada awalnya dimana permasalahan belum jelas,
dan pasti, maka yang menjadi instrument adalah peneliti sendiri. Tetapi
setelah masalahnya yang akan dipelajari jelas, maka dapat dikembangkan
suatu instrument. Menurut Nasution dalam Sugiyono, menyatakan bahwa
dalam penelitian kualitatif, tidak ada pilihan lain daripada menjadikan
manusia sebagai intruiment penelitian utama. Alasannya ialah bahwa,
segala sesuatunya belum mempunyai bentuk yang pasti. Masalah, fokus
penelitian, prosedur penelitian, hipotesis yang digunakan, bahkan hasil yang
diharapkan, itu semuanya tidak dapat ditentukan secara pasti dan jelas
92 Fakultas Imu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta, Pedoman penulisan skripsi,
(Jakarta: UIN Jakarta, 2013), Hlm. 50. 93 Uhar Suharsaputra, Op. Cit, Hlm. 215. 94 Uhar Suharsaputra, Metode Penelitian, (Bandung: PT Refika Aditama, 2014), Hlm.
205.
46
sebelumnya. Segala sesuatu masih perlu dikembangkan sepanjang
penelitian itu. Keadaan yang serba tidak pasti dan tidak jelas itu, tidak ada
pilihan lain dan hanya peneliti itu sendiri sebagai alat satu-satunya yang
dapat mencapainya. 95
Agar mendapat instrument penelitian yang lebih baik, maka sebelum
instrument disusun, peneliti terlebih dahulu menyusun kisi-kisi instrument.
Selanjutnya akan dijadikan acuan dalam menyusun instrument penelitian.
Kisi-kisi instrument yang disusun peneliti dibuat dalam bentuk tabel
berikut:
Tabel 3.2. Kisi-Kisi Intrument Penelitian
Kreativitas Guru Pendidikan Islam di Era Abad 21
95 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta,
2012), Ibid, Hlm. 223.
Variabel Aspek Indikator Tekik
Pengumpulan
Data
Kreativitas
Guru
Pendidikan
Agama
Islam di
Era Abad
21
Kelancaran
(Fluency)
a. Kelancaran dalam
menghasilkan ide/
pemecahan masalah
terhadap Pendidikan
Agama Islam di Era Abad
21.
Wawancara,
Observasi/Catat
an Lapangan,
Dokumentasi
b. Kelancaran dalam
memberikan alternative
cara mengatasi kesulitan
belajar siswa dan membuat
kelas tetap kondusif saat
kegiatan pembelajaran
berlangsung.
Wawancara,
Observasi/Catat
an Lapangan,
Dokumentasi
Fleksibilitas
(Fleksibility)
a. Fleksibilitas/Keluwesandal
am mengatasi kendala atau
masalah dalam
mengembangkan kognitif
siswa selama proses
pembelajaran
Wawancara,
Observasi/Catat
an Lapangan,
Dokumentasi
b. Fleksibilitas/Keluwesan
dalam memanfaatkan
Wawancara,
Observasi/Catat
47
Tabel 3.3. Intrument Penelitian
Kisi-Kisi Wawancara Untuk Kepala Sekolah
Tabel 3.4. Instrument Penelitian
Kisi- Kisi Wawancara Untuk Guru
sarana-sarana yang ada
untuk
menumbuhkembangkan
keaktifan siswa dan
kemampuan kognitif siswa
an Lapangan,
Dokumentasi
Elaborasi
a. Elaborasi dalam
mengembangkan cara guru
Pendidikan Agama Islam di
era abad 21dalam kegiatan-
kegiatan sekolah yang
islami
Wawancara,
Observasi/Catat
an Lapangan,
Dokumentasi
Orisinalitas a. Orisinalitas dalam
menciptakan ide yang baru
dan unik
Wawancara,
Observasi/Catat
an Lapangan,
Dokumentasi
No. PERTANYAAN JAWABAN INFORMAN
1. Apa tanggapan ustad sebagai
kepala sekolah tentang kreativitas
guru?
2. Menurut ustad, apakah kreativitas
perlu dimiliki oleh semua guru di
SMP Azhari Islamic School?
3. Bagaimanakah kreativitas guru di
SMP Azhari Islamic School
terkhusus guru Pendidikan Agama
Islam?
4. Menurut ustad, bagaimanakah ciri-
ciri kepribadian guru yang kreatif?
5. Usaha apa yang dilakukan untuk
mengembangkan kreativitas guru?
6. Apa saja sarana dan prasarana yang
menunjang kreativitas guru dalam
kegiatan pembelajaran di SMP
Azhari Islamic School?
48
No. PERTANYAAN JAWABAN INFORMAN
1. Menurut Ustad, arti kreatif itu seperti apa?
Dan perlukah kreativitas dalam mengajar?
2. Dalam mata pelajaran PAI, strategi
pembelajaran apa yang ustad terapkan
guna menumbuh kembangkan keaktifan
siswa dan kemampuan kognitif siswa di
dalam kelas?
3. Bagaimana ustad menghasilkan berbagai
ide untuk mengembangkna materi
pembelajaran yang disajikan di dalam
kelas?
4. Metode pembelajaran apa yang sering
ustad gunakan dalam proses pembelajaran
PAI? Adakah variasi metode setiap kali
ustad mengajar?
5. Apakah ada hambatan/ kendala yang biasa
terjadi saat ustad mencoba
mengembangkan kognitif siswa dengan
kreativitas yang ustad gunakan dalam
proses belajar mengajar?
6. Bagaimana usaha yang dilakukan untuk
mengatasi kendala tersebut?
7. Apakah ada faktor pendukung dan
penghambat kreativitas ustad dalam
melaksanakan proses pembelajaran?
8. Bagaimana pengelolaan pembelajaran
yang ustad lakukan sebagai guru PAI di
sekolah ini agar materi tersampaikan
kepada peserta didik?
9. Apakah ustad selalu mempersiapkan
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
sebelum mengajar?
10. Bagaimana cara ustad mengatasi kesulitan
belajar siswa dalam proses pembelajaran
di kelas?
11. Bagaimana usaha ustad untuk membuat
kelas tetap kondusif saat kegiatan
pembelajaran berlangsung?
12. Apakah ustad selalu menyediakan soal
evaluasi untuk siswa tiap akhir kegiatan
pembelajaran?
13. Apakah acuan yang ustad gunakan untuk
menentukan materi pembelajaran yang
49
E. Pemeriksaan atau Pengecekan Keabsahan Data
Uji keabsahan data dalam penelitian, sering hanya ditekankan pada uji
validitas dan reliabilitas, karena dalam penelitian kualitatif kriteria utama
pada data penelitian adalah valid, reliable, dan objektif. 96 Triangulasi
dilakukan melalui wawancara, observasi langsung dan observasi tidak
langsung. Observasi tidak langsung ini dilaksanakan dalam bentuk
pengamatan atas beberapa kelakuan dan kejadian, yang kemudian dari hasil
pengamatan tersebut ditarik benang merah yang menghubungkan antara
berbagai fenomena kejadian.97 Pemeriksaan keabsahan data penelitian
kualitatif dilakukan dengan teknik-teknik berikut ini: 98
1. Triangulasi
Memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan
pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Triangulasi
dalam pengujian ini diartikan sebagai data dari berbagai sumber
dengan berbagai cara, dan berbagai waktu. Dengan demikian
terdapat beberapa triangulasi yaitu sebagai berikut:
a. Triangulasi sumber, berarti membandingkan dan mengecek baik
derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui
waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif.
96 Sugiyono, Ibid, Hlm. 267. 97 Uhar Suharsaputra, Loc.Cit, 205. 98 Muh. Fitra dan Luthfiyah, Metodologi Penelititian: Penelitian Kualittaif, Tindakan
Kelas & Studi Kasus, (Sukabumi: Jejak, 2017), Hlm. 94.
akan digunakan dalam kegiatan
pembelajaran?
14. Bagaimana keadaan sarana dan prasarana
yang menunjang kegiatan pembelajaran di
SMP Azhari Islamic School Lebak Bulus?
15. Dalam meningkatkan kreativitas guru,
apakah guru-guru di SMP Azhari Islamic
School ini sudah pernah mengikuti
kegiatan pelatihan seminar untuk
meningkatkan kompetensi guru?
50
b. Triangulasi metode, yaitu melakukan perbandingan, pengecekan
kebenaran dan kesesuaian data penelitian melalui metode yang
berbeda.
Dalam rangka menghilangkan atau mengurangi bias pemahaman
peneliti dengan pemahaman isi pelaku maka perlu diadakan pengecekan
berupa triangulasi pada objek lain mengenai hal yang sama. Triangulasi ini
dilakukan untuk menjamin bahwa data yang dikumpulkan benar-benar telah
merepresentasikan fenomena yang menjadi fokus penelitian.99
F. Analisis Data
Analisis data dalam penelitian kualitatif di SMP Azhari Islamic School
Lebak Bulus yang dilakukan sejak sebelum terjun ke lapangan, observasi,
selama pelaksanaan penelitian di lapangan dan setelah selesai penelitian di
lapangan. Data penelitian ini diperoleh dari hasil wawancara, observasi, dan
dokumentasi. Dalam penelitian kualitatif pengumpulan data lebih
didasarkan pada pengembangan analisis dari data yang ditemukan
sebelumnya, sehingga kehati-hatian dan kecermatan dalam melakukan
reduksi dan penyajian menjadi amat penting, dan semua itu berawal dari
kecermatan dalam melakukan observasi, wawancara, atau penggalian data
melalui studi dokumen atau artefak. 100
Dalam penelitian kualitatif proses penelitian bersifat siklikal dan yang
digunakan adalah metode berfikir induktif yang bertitik tolak dari ‘’khusus
ke umum’’; bukan dari ‘’umum ke khusus’’ sebagaimana dalam logika
deduktif verifikasi. Karenanya antara kegiatan pengumpulan data dan
analisis data menjadi tidak mungkin dipisahkan satu sama lain. Hal ini
berarti bahwa ketika seorang peneliti melakukan pengumpulan data , maka
pada saat itu juga usaha melakukan analisis data dilakukan, sehingga dalam
prosesnya menunjukkan langkah bolak-balik antara analisis dan
99 Uhar Suharsaputra, Metode Penelitian, (Bandung: PT Refika Aditama, 2014), Hlm.
220. 100 Uhar Suharsaputra, Loc.Cit, Hlm. 220.
51
pengumpulan data, jika dalam analisis data masih dirasakan terdapat
informasi yang kurang, maka peneliti menggali kembali data di lapangan
untuk melengkapinya, sehingga dapat diperoleh suatu analisis yang dapat
mendorong pada keyakinan akan kesimpulan yang akan diambil sampai
dicapai situasi saturated (jenuh) yaitu suatu kondisi dimana penggalian data
baru di lapangan tidak menambah informasi baru bagi kepentingan
analisis.101
Sesuai dengan jenis penelitian di atas, maka peneliti menggunakan
model interaktif dari Miles dan Huberman untuk menganalisis data hasil
penelitian. Miles dan Huberman sebagaimana yang dikutip oleh Sugiyono,
mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan
secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas,
sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data, yaitu data
reduction (reduksi data), data display (penyajian data), conclustion
drawing/ferivication (kesimpulan, penarikan atau verifikasi).102
Gambar 3.1. Komponen dalam Analisis Data Menurut Miles dan
Huberman
Komponen- komponen analisis data model interaktif dijelaskan
sebagai berikut:
101 Uhar Saputra, Ibid, Hlm. 217. 102 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta,
2012), Hlm. 246.
52
1. Reduksi Data (Data Reduction)
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak,
untuk itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Untuk itu
perlu segera dilakukan analisis data melalui reduksi data.
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang
pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan
polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan
memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah
peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya dan
mencarinya bila diperlukan.103
Sedangkan kriteria reduksi data yang digunakan adalah: (1)
arahkan perhatian langsung kepada fenomena dari pengalaman,
sebagaimana ia menampakkan diri, (2) mendeskripsikan
pengamatan itu dan jangan menerangkan, (3) ‘’horisontalkan’’
memberikan bobot yang sama terhadap fenomena-fenomena
yang secara langsung menampakkan diri, dan (4) carilah dan
tlitilah struktur dasar yang tak beraneka dari fenomena itu.104
Pada tahap ini, peneliti melakukan reduksi data dengan cara
memilah-milah dan mengkategorikan dari catatan lapangan,
wawancara dan dokumentasi.
2. Penyajian Data (Data Display)
Setelah data direduksikan, maka langkah selanjutnya adalah
mendisplaykan data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data
bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan
antar kategori, flowchart, dan sejenisnyadalam hal ini Miles dan
Huberman dalam Sugiyono menyatakan ‘’the most frequent
from of display data for qualitative research data in the past has
been narrative text’’. Yang paling sering digunakan untuk
103 Ibid. Hlm. 247. 104 Uhar Suharsaputra, Metode Penelitian, (Bandung: PT Refika Aditama, 2014), Hlm.
218.
53
menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks
yang bersifat naratif.105
Dengan kata lain menyajikan data (data display) yaitu untuk
lebih menyistematiskan data yang telah direduksi sehingga
terlihat sosoknya yang lebih utuh. Dalam display datalaporang
yang sudah direduksi dilihat kembali gambaran secara
keseluruhan, sehingga dapat tergambar konteks data secara
keseluruhan, dan dari situ dapat dilakukan penggalian data
kembali apabila dipandang perlu untuk lebih mendalami
masalahnya. Penyajian data ini amat penting dan menentukan
bagi langkah selanjutnya yaitu penarikan kesimpulan/verifikasi
karena dapat untuk memudahkan upaya pemaparan dan
penegasan kesimpulan. 106
3. Penarikan Kesimpulan atau Verifikasi
Tahap penarikan kesimpulan atau verifikasi adalah suatu
tahap lanjutan dimana pada tahap ini peneliti menarik
kesimpulan dari temuan data. Ini adalah interprestasi peneliti
atas temuan dari wawancara atau sebuah dokumen. Kesimpulan
dalam penelitiann kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan
masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak,
karena seperti telah dikemukakan bahwa masalah dan rumusan
masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan
akan berkembang setelah peneliti berada di lapangan.107
Menarik kesimpulan dan verifikasi dilakukan sejak awal
terhadap data yang diperoleh, tetapi kesimpulannya masih kabur
(bersifat tentatif), diragukan tetapi semakin bertambahnya data
105 Sugiyono, Op. Cit, Hlm. 249. 106 Uhar Suharsaputra, Op. Cit, Hlm. 219. 107 Sugyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta,
2012), Hlm. 252-253.
54
maka kesimpulan itu lebih ‘’grounded’’ (berbasis data
lapangan). Kesimpulan harus diverifikasi selama penelitian
masih berlangsung. Dalam kaitan ini, diperlukan kepekaan dan
ketajaman daya lacak si peneliti itu sendiri di dalam melakukan
komparasi ketika proses pengumpulan data. Oleh karena itu,
analisis data dalam penelitian kualitatif tidak merupakan bagian
kronologis dalam pelaksanaannya, namun bersifat sesimultan,
artinya ketiga kegiatan sebagaimana dikemukakan di atas terjadi
bukan dalam urutan namun secara paralel simultan.108
Berdasarkan kategorisasi dicari makna dalam penarikan
kesimpulan, agar data tidak hanya sampai digambarkan tapi juga
ditafsirkan. Dalam kegiatan ini penafsiran data perlu dilakukan
oleh peneliti secara inovatif melalui pengembangan ide-ide
dengan argument yang didasarkan pada data yang ditemukan
dari hasil reduksi dan penyajian data. Bertolak dari cara itu,
maka penemuan pada suatu waktu merupakan pedoman untuk
langkah selanjutnya.109
108 Uhar Suharsaputra, Metode Penelitian, (Bandung: PT Refika Aditama, 2014), Hlm.
219-220. 109 Ibid. Hlm. 220.
55
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data
1. Deskripsi Lokasi
a. Profil Sekolah SMP Azhari Islamic School Lebak Bulus
Azhari Islamic School adalah salah satu cabang dari Al-Azhar
Kairo-Mesir di Indonesia. Azhari Islamic School mengkombinasikan
antara kurikulum Nasional yang diperkaya dengan kurikulum Al-Azhar
Kairo-Mesir. Hal ini didasarkan kepada perjanjian kerjasama antara
Azhari Islamic School dengan Al-Azhar Kairo pada tanggal 12 Januari
2004. Azhari Islamic School berada di bawah naungan Yayasan
Cakrawala Insan Qur’ani. Azhari Islamic School memberikan sistem
pendidikan interaktif dengan rintisan tiga bahasa, sehingga putra-putri
anda siap memasuki dunia modern dengan wawasan yang luas dibekali
dengan pemahaman Islam yang menyeluruh.
SMP Azhari Islamic School Lebak Bulus merupakan bagian dari
Azhari Islamic School Lebak Bulus, berdiri di tahun 2010. Komitmen
kami adalah mendirikan sebuah sekolah rujukan bagi pembentukan
generasi muslim yang memiliki Aqidah yang hanif dan kuat dan
terefleksikan dalam akhlak sehari-hari.
Selain memiliki kekuatan dalam beragama Islam, kami juga
berusaha menciptakan keseimbangan antara pengetahuan Agama
dengan pengetahuan umum dengan kemampuan akademis yang baik.
Keseimbangan adalah sebuah ajaran Islam yang diajarkan Rasulullah
SAW, dengan bekal kemampuan akademis yang baik disertai
pengembangan kecerdasan majemuk maka diharapkan siswa-siswi
56
SMP Azhari Islamic School Lebak Bulus dapat bersaing secara global
di masa depan.
Untuk mendukung semua itu kami berkomitmen melalui SDM
kami yang dipilih secara selektif agar dapat memberikan layanan
edukasi yang memuaskan. Fasilitas kenyamanan menjadi bagian tak
terpisahkan dalam proses pembelajaran fullday school sehingga siswa
dapat belajar dengan menyenangkan. Pengembangan teknologi
Informasi menyongsong era informasi siswa dibekali dengan
kemampuan TIK yang cukup. Bekerja sama dengan lembaga
bersertifikasi internasional CAL agar dapat memberikan pendidikan
yang unggul. Di harapkan juga dengan penggunaan netbook dalam
menunjang pembelajaran siswa SMP Azhari Islamic School Lebak
Bulus dapat memiliki wawasan yang luas. Komitmen kami memberikan
layanan dengan sepenuh hati, dengan cinta dan dengan kebanggaan
dalam membentuk calon pemimpin masa depan.
b. Konsep Pendidikan
Konsep pendidikan yang diterapkan oleh Azhari Islamic School
terintegrasi dengan Al Qur’an dan Sunnah, mengacu kepada Kurikulum
Al-Azhar Kairo dan Kurikulum Nasional (KTSP dan Kurikulum 2013
revisi). Melalui konsep ini, Azhari Islamic School berharap dapat
meluluskan siswa berkualitas dengan cara:
1) Menanamkan sejak dini nilai-nilai Islam yang bersifat universal
2) Menjadikan Al Qur’an hidup di dalam pribadi anak dengan program
tahfidz sampai 12 Juz dan hafalan hadits-hadits pilihan.
3) Menjadikan anak akrab dengan Bahasa Inggris dan Bahasa Arab
standar
4) Mengajarkan dan mencontohkan serta membiasakan akhlak mulia
sesuai dengan sunnah yang diajarkan Rasulullah SAW
57
5) Bimbingan melalui masa remaja dengan program mentoring dan
keputrian
6) Keahlian untuk mandiri melalui kegiatan Kepanduan
(PRAMUKA).
2. Visi dan Misi
a. Visi SMP Azhari Islamic School Lebak Bulus
‘’Terwujudnya sekolah unggul, efektif dan berstandar internasional
dalam membentuk pemimpin masa depan yang berbekal dan
berkarakter Islami’’.
b. Misi SMP Azhari Islamic School Lebak Bulus
1) Membentuk SDM sekolah yang memiliki komitmen keislaman,
berkarakter kuat, dan memiliki kompetensi yang unggul
2) Menumbuhkembangkan penghayatan dan pengamalan nilai-nilai
Islam dari setiap anggota sekolah
3) Membentuk siswa yang berkarakter mulia, memiliki kemampuan
akademis yang baik, dan memiliki sifat kepemimpinan
4) Memberikan layanan edukasi dan administratif maksimal yang
dapat membangun citra sekolah sebagai institusi yang dipercaya
3. Guru dan Tenaga Kependidikan
Guru SMP Azhari Islamic School Lebak Bulus berjumlah 24 orang.
Terdiri dari 12 orang berstatus Guru Tetap Yayasan dan 12 orang yang
berstatus Guru Tidak Tetap. Ditinjau dari kualifikasi pendidikan, yang
memiliki ijazah D3/Sarjana Muda berjumlah 2 orang, S1 berjumlah 18
orang dan S2 berjumlah 4 orang. 110
4. Peserta Didik
110 Tabel Guru SMP Azhari Islamic School dapat dilihat pada lampiran Tabel 4.1.
58
Rekapitulasi Peserta Didik SMP Azhari Islamic School Lebak Bulus
Tahun Pelajaran 2010/2011 s.d. 2019/2020. 111
5. Sarana dan Prasarana
SMP Azhari Islamic School Lebak Bulus berdiri pada tahun 2011 dan
digunakan pada tahun 2014. Memiliki luas tanah 3.497,02 m2, dan Luas
bangunan 2.479 m2 (3 lantai). 112
6. Deskripsi Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah guru Pendidikan Agama Islam yaitu Ustad
Maulani Zada Furkon, Lc. (Ust M) dan Ustad Ahmad Fikrie, Lc. (Ust A).
Disamping itu untuk memperkuat hasil penelitian, subjek pada penelitian ini
ditambah dengan Kepala Sekolah yaitu Ustad Moh. Urip, Lc. M.Ag. (Ust Ur).
B. Kreativitas Guru Pendidikan Agama Islam di Era Abad 21
Adapun kreativitas ini meliputi Kelancaran (Fluency), Fleksibilitas
(Fleksibility), Elaborasi dan Originalitas. Adapaun penjelasannya sebagai
berikut:
1. Kelancaran (Fluency)
a. Kelancaran dalam menghasilkan Ide/Pemecahan masalah
terhadap Pendidikan Agama Islam di Era Abad 21
Sebagai pengajar, guru tidak hanya berperan dalam
neyampaikan ilmu tetapi juga berkewajiban melakukan evaluasi,
mengelola kelas, mengembangkan perangkat pembelajaran dan lain-
111 Tabel daftar peserta didik SMP Azhari Islamic School dapat dilihat pada lampiran Tabel
4.2. 112 Tabel Fasilitas Sekolah SMP Azhari Islamic School dapat dilihat pada lampiran Tabel 4.3.
59
lain. Oleh karena itu, seorang guru memiliki peran dan tanggung
jawab dalam pendidikan. Dengan guru dapat mendidik kepribadian
yang lebih baik. Sehingga dibutuhkan kreativitas seorang guru untuk
dapat mengajak seluruh warga masyarakat yang ada di sekolah
terutama pelaku yang ada di sekolah yaitu murid untuk dapat
membentuk kedesipilnan beribadah yang lebih baik. Sebagaimana
yang telah diungkapkan oleh Ust Ur sebagai kepala sekolah bahwa:
‘’Kreativitas guru dalam KBM sangatlah diperlukan agar
pembelajaran lebih bervariasi, lebih mudah dipahami oleh siswa,
lebih menyenangkan dan tentunya tidak membosankan, pembelajaran
tidak selalu di dalam kelas, namun interaksi dan komunikasi siswa
dengan gurunya baik di dalam kelas maupun di luar kelas dari mulai
siswa menginjakan kakinya masuk sekolah sampai pulang sekolah
sejatinya adalah pembelajaran.’’113
Lalu Ust A, Menambahkan bahwa:
‘’Kreatif itu merancang pembelajaran sesuai dengan
audiens yang sedang kita hadapi semenarik mungkin dan tidak
membosankan dan sangat perlu kreativitas dalam mengajar’’.114
Ditambahkan oleh Ust M, bahwasanya:
‘’Arti kreatif itu adalah pembaharuan. Kreativitas dalam
mengajar sangat diperlukan khususnya diera yang sudah
memasuki industri 4.0 yang dimana semua orang sudah
mengerti visualisasi’’.115
Guru Pendidikan Agama Islam di SMP Azhari Islamic
School Lebak Bulus mempunyai berbagai macam ide terkait
Pendidikan Abad 21, sebagaimana yang dikatakan oleh ust M
mengatakan bahwa:
‘’Guru belajar dari berbagai sumber dan pengalaman
pribadi ketika menjadi murid, pengalaman ketika belajar belajar
113 Dilaksanakan tanggal 4 Juli 2020 pada jam 18.41 WITA melalui Via Online 114 Dilaksanakan tanggal 1 Juli 2020 pada jam 19.41 WITA melalui Via Online 115 Dilaksanakan tanggal 5 Juli 2020 pada jam 09.09 WITA melalui Via Online
60
di kampung inggris (Pare, Kediri), mengikuti seminar-seminar
yang di presentasikan oleh presentator anak-anak muda, dan
melihat dan belajar dari pengalaman guru-guru senior Azhari,
serta sharing dengan guru-guru beda instansi’’.116
Ditambahkan oleh ust A, bahwasanya:
‘’ Guru mengikuti beberapa pelatihan kompetensi guru
yang diadakan oleh pihak sekolah maupun luar sekolah (internal
dan eksternal) seperti pelatihan media pembelajaran Guru
Azhari Islamic School dan yang lainnya. Serta sharing bersama
guru mata pelajaran yang lainnya’’.117
b. Kelancaran dalam memberikan alternatif cara mengatasi
kesulitan belajar siswa dan membuat kelas tetap kondusif
saat kegiatan pembelajaran berlangsung
Guru SMP Azhari Islamic School mempunyai caranya
sendiri dalam mengatasi kesulitan belajar siswa dalam proses
pembelajaran. Dalam melakukan kreativitasnya guru
memberikan cara dalam mengatasi belajar siswa dalam proses
pembelajaran. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Ust A, beliau
mengatakan bahwa:
‘’Memberikan materi tambahan bisa dengan cara
visualisai atau yang lainnya dan apabila belum juga paham akan
kami jelaskan secara berulang-ulang kemudian setelah itu
pemberian soal-soal evaluasi terkait materi tersebut. Atau
adanya komunikasi dengan wali kelas kemudian orang tua
kemudian guru BK ketika ada masalah. Karena masalah dalam
proses pembelajaran banyak faktor yang terkait salah satunya
faktor dari rumah. Maka dari itu guru harus mendiskusikan
kepada guru BK dan wali kelas’’.118
116 Dilaksanakan tanggal 23 Juli 2020 pada jam 13.34 WITA melalui Via Online 117 Dilaksanakan tanggal 22 Juli 2020 pada jam 13.19 WITA melalui Via Online 118 Dilaksanakan tanggal 22 Juli 2020 pada jam 13.19 WITA melalui Via Online
61
Ditambahkan oleh Ust M, yang mengatakan bahwa:
‘’ Apabila terdapat siswa yang belum paham terkait
materi yang diajarkan di dalam kelas, siswa akan datang ke
ruang guru menemui guru yang bersangkutan dan bertanya di
luar jam pelajaran. Sedangkan disaat Pandemik seperti ini
adanya tambahan jam pelajaran di luar dari jadwal mengajar
yang telah ditentukan oleh pihak sekolah’’.119
Sedangkan dalam hal membuat kelas tetap kondusif saat
kegiatan pembelajaran berlangsung, Ust. A mengatakan bahwa:
‘’Guru membuat peraturan di awal pembelajaran dan
memberikan hukuman sesuai dengan kesepakatan bersama bagi
siapa saja yang melanggar peraturan. Atau siswa mendengarkan
cerita dalam artian guru menceritakan tentang peristiwa-
peristiwa yang berkaitan dengan materi pembelajaran.’’120
Ditambahkan oleh Ust M, yang mengatakan bahwa:
‘’ Guru harus bisa mencairkan suasana yang relax dan
nyaman dengan memberikan kebebasan kepada siswa untuk
mengambil posisi tempat duduk dimana mereka bisa nyaman
dan fokus pada penyampaian materi. Bagi mereka yang duduk
dibagian belakang boleh maju untuk duduk dengan membawa
kursinya kedepan walau memang suasana kelas jadi berantakan
tapi yang jadi fokus guru adalah bagaimana anak bisa menyerap,
mendengarkan dan mengerti apa yang telah guru sampaikan.
Setelah sesi pembelajaran selesai tentunya siswa akan
merapikan kembali kursi ketempat semestinya. Dan diakhir
pembelajaran akan adanya pertanyaan untuk meneliti sejauh
mana siswa paham pada sesi pertemuan tersebut. Ketika siswa
sudah merasa bosan, guru akan bercerita tentang topik
pembahasan lain tapi tetap pada ranah pendidikan. Seperti
dampak positif dan negatif dari sebuah pergaulan atau
memberikan sebuah motivasi tapi tetap pada ranah
pendidikan.’’121
119 Dilaksanakan tanggal 23 Juli 2020 pada jam 14.14 WITA melalui Via Online 120 Dilaksanakan tanggal 22 Juli 2020 pada jam 13.19 WITA melalui Via Online 121 Dilaksanakan tanggal 11 Juli 2020 pada jam 08.14 WITA melalui Via Online
62
2. Fleksibilitas (Fleksibility)
Keluwesan berfikir (fleksibility), adalah Kemampuan
menggunakan bermacam-macam pendekatan atau cara pemikiran
dalam mengatasi persoalan, memproduksi sejumlah ide, jawaban-
jawaban atau pertanyaan-pertanyaan yang bervariasi, dapat melihat
suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda. Orang kreatif
adalah orang yang luwes dalam berfikir.
a. Fleksibilitas/keluwesan dalam mengatasi kendala atau
masalah dalam mengembangkan kognitif siswa selama
proses pembelajaran
Mengenai kendala yang dihadapi dalam proses
pembelajaran, Ust A mengatakan bahwa:
‘’Terkait hambatan dan kendala, semua guru
mempunyai hambatan/ kendala dalam proses pembelajaran.
Hambatan-hambatan itu terkait dengan pemahaman materi.
Ada materi yang mudah untuk dijelaskan dan ada juga materi
yang sukar untuk mendeskripsikannya kepada peserta didik.
Contoh salah satunya adalah masalah tentang keyakinan Iman
kepada Malaikat dan hari akhir. Untuk itu perlunya ada
visualisais dalam proses belajar mengajar agar mempermudah
materi yang akan disampaikan oleh peserta didik. Dan
terkadang juga kegiatan seminar yang dilaksanakan baik
secara Internal maupun Eksternal bertepatan dengan jadwal
jam pelajaran. Seharusnya materi disampaikan pada hari itu
menjadi tidak tersampaikan karena kegiatan tersebut’’122
Dan solusi untuk hambatan ini Ust A, menambahkah
bahwa:
‘’Berusaha semaksimal mungkin mencari satu bahan
atau materi yang bisa sedikitnya mendekat terhadap
penjelasan secara keseluruhan dari materi yang guru
sampaikan. Serta dengan cara visualisasi yaitu menampilkan
gambar atau video terkait materi yang diajarkan kepada siswa
contohnya peristiwa iman kepada hari akhir, gurupun tidak
mengetahui proses terjadinya hari akhir/kiamat karena belum
122 Dilaksanakan tanggal 22 Juli 2020 pada jam 13.19 WITA melalui Via Online
63
terjadi maka dari itu minimal gambaran tentang hari kiamat itu
dengan membacakan surat al-Qari’ah beserta artinya. Serta
menyampaikan ilustrasi-ilustrasi berbentuk video kepada
siswa.123
Sedangkan dalam masa pandemik ini Ustad A
mengatakan bahwa:
‘’ Hambatan siswa dalam masa pandemik ini, siswa suka
bosan dengan pembelajaran jarah jauh akhirnya dapat diatasi
dengan membuat pembelajaran semenarik mungkin dengan
membuat video pembelajaran. Pembelajaran daring ini
menggunakan aplikasi zoom, Google classroom, dan Google
form’’. 124
Ditambahkan oleh Ust M, yang mengatakan bahwa:
‘’Penghambatnya adalah suasana pandemic covid-19
yang sedang kita hadapi sekarang ini. Jadi chemistrynya
(sentruman) dalam transfer ilmunya agak berkurang beda
halnya dengan pembelajaran secara face to face’’.125
Dan solusi untuk hambatan ini Ust M, mengatakan
bahwa:
‘’Dengan cara menggunakan beberapa ‘’platform’’
dalam pembelajaran daring yaitu Google Classroom, Google
Meet, Zoom dan Grup Whatsapp. Dengan menggunakan
beberapa platform tersebut memudahkan guru dalam
menyampaikan materi yang akan diajarkan kepada peserta
didik’’. 126
b. Fleksibilitas /keluwesan dalam memanfaatkan sarana-
sarana yang ada untuk menumbuhkembangkan keaktifan
siswa dan kemampuan kognitif siswa
Salah satu kreativitas yang dimiliki guru SMP Azhari
Islamic School di Era Abad 21 ini yaitu dengan memanfaatkan
123 Dilaksanakan tanggal 22 Juli 2020 pada jam 13.19 WITA melalui Via Online 124 Dilaksanakan tanggal 22 Juli 2020 pada jam 13.19 WITA melalui Via Online 125 Dilaksanakan tanggal 5 Juli 2020 pada jam 10.33 WITA melalui Via Online 126 Dilaksanakan tanggal 13 Juli 2020 pada jam 12.01 WITA melalui Via Online
64
sarana yang ada di sekolah. Salah satunya Proyektor, LCD,
Wifi, dan Hall, Leptop. dan Ipad buat guru yang ketika peneliti
melakukan wawancara kepada Ust A, beliau mengatakan
bahwa:
‘’Untuk menumbuhkembangkan keaktifan dan
kemampuan kognitif siswa, Guru menggunakan beberapa
metode. Metode yang paling efektif dalam pembelajan agama
di sini adalah metode ceramah karena dengan metode ceramah
sangat mengerti dan memahami apa muatan nilai yang harus
dipamahi peserta didik terhadap materi. Berbeda dengan mata
pelajaran lain, untuk mata pelajaran agama metode yang
paling utama adalah ceramah. Yang kedua adalah praktikum,
siswa tidak akan memahami secara pasti dan jelas terkait
materi yang dijelaskan tanpa ada praktikum. Karena itu guru
harus barengi dengan praktikum. Mencontohkan apa yang
harus dilakukan oleh peserta didik terhadap materi yang
dijelaskan. Sehingga tujuan pembelajaran itu bisa terwujud.
Untuk dukungan yang lain itu tentu kita harus menggunakan
slide power point dalam menjelaskan sehingga secara visual
peserta didik dapat melihat, merasakan, mendengarkan secara
langsuung bagaimana sebenarnya muatan dari materi
pembelajaran itu’’.127
Ditambahkan oleh Ust M, beliau mengatakan bahwa:
‘’Metode seminar yang dimana cara penyampaiannya
seperti halnya yang disampaikan oleh presentator dari kalangan
anak-anak muda. Karena generasi Z akan suka dengan metode
seperti ini. Banyak seminar-seminar dikampus yang mana
presentatornya di bawakan ala anak muda generasi milineal dan
pastinya ada candaan sedikit supaya cair suasananya. Mengenai
bahan ajarnya, jangan jadikan siswa menjadi seorang penghafal
buku secara tekstual. Akan tetapi guru lebih suka siswa paham
dan menjawab semua soal-soal pertanyaan dengan pemikiran
dan pemahaman yang disampaikan dengan bahasa mereka
sendiri. Dan alat ajarnya sama seperti yang digunakan oleh para
presentator seminar pada umumnya. Bahan ajarnya
menggunakan materi yang ditayangkan kedalam PPT, foto dan
Video. Tapi nanti kedepannya sudah disiapkan oleh pihak
127 Dilaksanakan tanggal 22 Juli 2020 pada jam 13.19 WITA melalui Via Online
65
sekolah anak-anak akan divasilitasi Ipad yang terkoneksi
dengan Ipad gurunya. Jadi cukup nantinya melihat ke Ipad
masing-masing’’.128
3. Elaborasi
Elaborasi (elaboration), yaitu kemampuan untuk
memperkaya dan mengembangkan suatu gagasan atau produk, dan
mampu menambahkan atau memperinci detail-detail dari suatu
objek gagasan atau situasi sedemikian sehingga menjadi lebih
menarik.
a. Elaborasi dalam mengembangkan cara guru Pendidikan
Agama Islam di era abad 21 dalam kegiatan-kegiatan
sekolah yang islami
Peneliti menanyakan kepada Ust A, kegiatan-kegiatan
apa saja yang mendukung keberhasilan dalam
mengembangkan kreativitas guru Pendidikan Agama Islam di
era abad 21, Ust A mengatakan bahwa:
‘’Di SMP Azhari Islamic School ini, ada beberapa
kegiatan keagamaan yang yang menunjang kreativitas guru
Pendidikan Agama Islam. Yaitu diadakannya kegiatan
Malam Bina Iman dan Takwa (MABITA), Pesantren Siswa
Azhari, serta Praktek Keagamaan seperti praktik untuk
menjadi Imam Sholat, Dzikir, Doa dan Praktek Azan.yang
dilakukan setiap dua waktu sholat selama proses belajar
mengajar yaitu sholat Dzuhur dan Ashar)’’.129
Lalu ditambahkan oleh Ust M, beliau mengatakan
bahwa:
‘’Faktor pendukung kreativitas guru sini adalah secara
fasilitas tentu yang utama adalah sarana dan prasaran yang
di sini sudah sangat lengkap. Dari segi wifi, LCD dan
sebaginya. Untuk yang lalu kita bertatap muka, pastinya kita
128 Dilaksanakan tanggal 5 Juli 2020 pada jam 09.34 WITA melalui Via Online 129 Dilaksanakan tanggal 22 Juli 2020 pada jam 13.19 WITA melalui Via Online
66
sebagai guru Agama selalu menyiapkan diri lebih awal
terhadap materi yang yang disampaikan, dimana tujuan
pembelajaran itu menjadi acuan utama dalam proses
pembelajaran. Dari tujuan pembelajaran itu memunculkan
ide-ide dari kreativitas seorang guru dalam menyampaikan
materinya. Yang kedua seluruh hal-hal yang mendukung
tercapainya tujuan pembelajaran itu guru harus siapkan.
Adapun kegiatan islami di SMP Azhari Islamic School
yaitu, ada Muharram day, kegiatan orientasi siswa baru
dalam bermuamalah dan beradab pada guru dan teman’’. 130
4. Originalitas
Originalitas (originality/keaslian), yaitu kemampuan untuk
melahirkan gagasan yang baru dan unik, memikirkan cara yang
tidak lazim dari bagian-bagian atau unsur-unsur.
a. Originalitas dalam menciptakan ide yang baru dan unik
Guru melalui fasilitas di sekolah menciptakan cara dalam
menyalurkan ide-ide kreativitasnya dalam proses
pembelajaran. Terkait ini, Ust A mengatakan bahwa:
‘’ Dengan fasilitas yang telah ada guru Pendidikan
Agama Islam dalam proses pembelajaran, menggunakan
metode pemecahan masalah salah satunya yaitu PBL
(Problem Based Learning) yang mana metode ini
memberikan suatu tema kemudian dari sub-sub tema yang
sudah dibagikan mereka akan diskusi dengan teman
kelompok mereka yang telah dibagikan dan diakhir sesi
mereka akan mempresentasikan di depan kelas. Kemudian
guru juga sering memberikan sub-sub tema dan mereka
membentuk kelompok 2 sampai 3 orang. Dan mereka sendiri
yang membuat slide power pointnya dan setelah itu mereka
mempresentasikannya di depan kelas. Kemudian Guru
menyimak dan mengevaluasi seluruh presentasi yang
dilakukan oleh siswa. Harapan guru agar dengan
menggunakan metode PBL ini dalam proses pembelajaran,
130 Dilaksanakan tanggal 25 Juli 2020 pada jam 20.33 WITA melalui Via Online
67
siswa di abad 21 ini lebih kritis lagi dalam menghadapi
setiap materi yang disampaikan oleh guru’’.131
Lalu ditambahkan oleh Ust Ur, beliau mengatakan
bahwa:
‘’Kreativitas guru Pendidikan Agama Islam di sini sudah
lumayan, artinya guru-guru sudah bisa membuat bahan ajar
yang berbeda-beda dari materi ke materi yang lain agar lebih
menarik, juga menggunakan metode-metode yang berbeda
sehingga pada intinya siswa memahami materi yang
diajarkan. Ada yang menggunakan metode Tanya jawab
atau diberikan quiz. Apalagi sekarang semua serba online,
maka kreativitas guru sangat diperlukan dalam
memodifikasi bahan ajar, menampilkan-menampilkan
materi yang menyenangkan, menampilan PPT yang menarik
atau animasi yang menggambarkan terkait materi yang
diajarkan’’.132
Kemudian mengenai kegiatan pelatihan seminar untuk
meningkatkan kompetensi guru, Ustad A mengatakan
bahwa:
‘’Di SMP Azhari Islamic School ini, sering diadakan
kegiatan seminar baik secara internal maupunm eksternal
yang dilakukan sebanyak dua kali setiap tahunnya di awal
semester. Sebelum masuk semester 1 dan sebelum masuk
semester 2’’.133
Lalu ditambahkan oleh Ustad Ur, bahwa beliau
mengatakan:
‘’ Dari pihak sekolah sudah melakukan pelatihan guru-
guru terutama dalam mengembangkan kreativitas model
pembelajarannya. Dan juga sudah melakukan pelatihan
membuat video pembelajaran yang menarik. Serta guru
sudah membuat bahan ajar yang bermacam-macam, dengan
cara membuat video, animasi, ppt yang divideokan
131 Dilaksanakan tanggal 22 Juli 2020 pada jam 13.19 WITA melalui Via Online 132 Dilaksanakan tanggal 29 Juli 2020 pada jam 09.13 WIB melalui Via Online 133 Dilaksanakan tanggal 22 Juli 2020 pada jam 13.19 WITA melalui Via Online
68
kemudian membuat hal-hal yang membuat materi itu terasa
ringan dan mudah dipahami oleh siswa’’.134
C. Temuan Penelitian
1. Kelancaran dalam menghasilkan Ide/Pemecahan masalah terhadap
Pendidikan Agama Islam di Era Abad 21
Saat peneliti melakukan observasi, peneliti menemukan upaya yang
dilakukan guru dalam menghasilkan ide/pemecahan masalah terhadap
Pendidikan Agama Islam di era abad 21. Berdasarkan indikator tersebut
kelancaran berfikir dalam menghasilkan ide/pemecahan masalah terhadap
Pendidikan Agama Islam di era abad 21 merupakan aspek kelancaran dalam
kreativitas. Guru memiliki ide yang beragam dalam pemecahan masalah
terhadap Pendidikan Agama Islam di era abad 21. Dapat disimpulkan dari
temuan data bahwa guru Pendidikan Agama Islam memiliki ide yang
beragam yaitu ada dari pengalaman ketika menjadi murid dengan guru yang
menarik, pengalaman ketika belajar di kampung inggris (Pare, Kediri),
seminar-seminar yang di presentasikan oleh presentator anak-anak muda
maupun seminar yang diadakan oleh Pihak sekolah, melihat dan belajar dari
pengalaman guru-guru senior Azhari, dan sharing dengan guru-guru mata
pelajaran lain.
2. Kelancaran dalam memberikan alternative cara mengatasi kesulitan
belajar siswa dan membuat kelas tetap kondusif saat kegiatan
pembelajaran berlangsung
Saat peneliti melakukan observasi, kelancaran dalam memberikan
alternative cara mengatasi kesulitan belajar siswa dan membuat kelas tetap
kondusif saat kegiatan pembelajaran berlangsung itu Guru menggunakan
beragam cara yaitu dengan cara memberikan materi tambahan bisa dengan
cara visualisai atau yang lainnya dan menjelaskan secara berulang-ulang
134 Dilaksanakan tanggal 22 Juli 2020 pada jam 09.13 WIB melalui Via Online
69
kemudian setelah itu pemberian soal-soal evaluasi terkait materi tersebut.
Atau dengan menggunakan cara lain adanya komunikasi dengan wali kelas,
orang tua dan guru BK bila adanya masalah terkait peserta didik. Sedangkan
disaat Pandemi seperti ini siswa biasanya meminta jam tambahan kepada
guru di luar jam pelajaran.
Adapun cara alternatif lain yaitu Membuat peraturan di awal
pembelajaran yang sudah disetujui oleh peserta didik dan memberikan
hukuman sesuai dengan kesepakatan bersama bagi siapa saja yang
melanggar peraturan tersebut. Serta dengan cara menceritakan tentang
peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan materi pembelajaran atau
dengan bercerita tentang topik pembahasan lain tapi tetap pada ranah
pendidikan.
3. Fleksibilitas/keluwesan dalam mengatasi kendala atau masalah dalam
mengembangkan kognitif siswa selama proses pembelajaran
Saat peneliti melakukan observasi dan wawancara, peneliti menemukan
kendala yang dihadapi oleh guru Pendidikan Agama Islam dalam
mengembangkan kognitif siswa selama proses pembelajaran. Kendala dan
masalah tersebut diungkapkan oleh para guru yaitu terkait dengan
pemahaman materi. Ketika guru menjelaskan pasti ada materi yang mudah
untuk dijelaskan dan ada juga materi yang sukar untuk mendeskripsikannya
kepada peserta didik. Untuk itu perlunya ada visualisais dalam proses
belajar mengajar agar mempermudah materi yang akan disampaikan oleh
peserta didik. Kendala lain dalam suasana pandemik covid-19 yang
dihadapi sekarang ini, tentu sangat berbeda tatap muka secara langsung dan
tidak. Hasil yang diinginkan tidak lagi sama dengan pembelajaran secara
normal. Semaksimal apapun guru dalam menyampaikan materi kepada
peserta didik untuk sampai ke tujuan pembelajaran itu secara daring sangat
jauh berbeda hasilnya dengan bertatap muka secara langsung (Face to face).
70
Usaha dalam mengatasi kendala tersebut, guru melakukan berbagai
cara. Cara yang pertama yaitu, berusaha semaksimal mungkin mencari satu
bahan atau materi yang bisa sedikitnya mendekat terhadap penjelasan
secara keseluruhan dari materi yang guru sampaikan. Serta dengan cara
visualisasi yaitu menampilkan gambar atau video terkait materi yang
diajarkan kepada siswa.
4. Fleksibilitas /keluwesan dalam memanfaatkan sarana-sarana yang ada
untuk menumbuhkembangkan keaktifan siswa dan kemampuan
kognitif siswa
Saat peneliti melakukan observasi dan wawancara tentang kreativitas
guru dalam memanfaatkan fasilitas yang ada untuk menumbuhkembangkan
keaktifan siswa dan kemampuan kognitif siswa.
Salah satu kreativitas cara guru dalam memanfaatkan fasilitas sekolah
di era abad 21 ini untuk menumbuhkembangkan keaktifan siswa dan
kemampuan kognitif siswa adalah menggunakan beberapa metode salah
satunya adalah Metode Ceramah dan yang kedua adalah praktikum. Untuk
dukungan yang lain guru Pendidikan Agama Islam di SMP Azhari Islamic
School harus menggunakan slide power point dalam menjelaskan sehingga
secara visual peserta didik dapat melihat, merasakan, mendengarkan secara
langsung bagaimana sebenarnya muatan dari materi pembelajaran itu.
Selain itu guru juga menggunakan Metode seminar. Metode seminar
adalah Metode seminar adalah suatu kegiatan ilmiah yang dilakukan oleh
beberapa orang dalam suatu sidang yang berusaha membahas atau
mengupas masalah-masalah atau hal-hal tertentu dalam rangka mencari
jalan memecahkannya atau mencari pedoman pelaksanaanya. Bahan
ajarnya menggunakan materi yang ditayangkan kedalam PPT, foto dan
Video.
71
5. Elaborasi dalam mengembangkan kreativitas guru Pendidikan Agama
Islam di era abad 21 dalam kegiatan-kegiatan sekolah yang islami
Guru di SMP mengelaborasi mengembangkan kreativitasnya dengan
kegiatan-kegiatan yang islami, kegiatan Malam Bina Iman dan Takwa
(MABITA), Pesantren Siswa Azhari, serta Praktek Keagamaan seperti
praktik untuk menjadi Imam Sholat, Dzikir, Doa dan Praktek Azan yang
dilakukan setiap dua waktu sholat selama proses belajar mengajar yaitu
sholat Dzuhur dan Ashar.
6. Originalitas dalam menciptakan ide yang baru dan unik
Guru kreativitasnya masing-masing dalam pelaksanaan pembelajaran,
salah satunya adalah guru-guru sudah bisa membuat bahan ajar yang
berbeda-beda dari materi ke materi yang lain agar lebih menarik, juga
menggunakan metode-metode yang berbeda sehingga pada intinya siswa
memahami materi yang diajarkan. Ada yang menggunakan metode Tanya
jawab atau diberikan quiz dan metode seminar. Dengan pembelajaran
online ini guru sudah bisa memodifikasi bahan ajar, menampilkan-
menampilkan materi yang menyenangkan, menampilan PPT yang menarik
atau animasi yang menggambarkan terkait materi yang diajarkan. Selain itu
guru Pendidikan Agama Islam menggunakan metode pemecahan masalah
salah satunya yaitu PBL (Problem Based Learning).
Yang mana kegiatan ini didukung oleh kreativitas guru di dalamnya,
maka dari itu di SMP Azhari Islamic School sering diadakan kegiatan
seminar baik secara internal maupun eksternal yang dilakukan sebanyak
dua kali setiap tahunnya di awal semester. Sebelum masuk semester 1 dan
sebelum masuk semester 2 untuk mengembangkan kompetensi yang
dimiliki oleh guru.
72
D. Keterbatasan Penelitian
Pada penelitian ini memiliki keterbatasan penelitian, peneliti telah
berusaha melakukan dan mencapai kesempurnaan hasil penelitian, namun
karena adanya keterbatasan penelitian yang disebabkan karena peneliti kurang
teliti saat proses penelitian yang sedang berlangsung baik dari segi waktu,
tenaga, dan biaya maka hasil penelitian perlu disempurnakan. Adapun
keterbatasan penelitian tersebut antara lain dijabarkan sebagi berikut:
Penelitian dilakukan pada bulan bulan awal april dengan sebelumnya
sudah melakukan Izin observasi di bulan maret. Namun karena maraknya masa
pandemik Covid 19 di Indonesia pada saat itu jadi komunikasi awal oleh
peneliti dengan pihak sekolah hanya bisa dilakukan secara online yaitu melalui
via Whatsaap. Dan disampaikan oleh kepala sekolah bahwa pengambilan data
awal akan dilaksanakan pada bulan Mei. Akan tetapi pada bulan mei sudah
berlakunya PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar), sehingga pengambilan
data awal tertunda. Dan pada bulan Juni adanya konfirmasi dari pihak sekolah
bahwa pengambilan data awal bisa melalui Via Online. Maka dari itu,
pengambilan data awal dilaksanakan pada bulan juni melalui via Whatsapp.
Selanjutnya wawancara dan pengambilan data yang dibutuhkan dalam
penelitian ini, dilakukan kepada guru Pendidikan Agama Islam dimulai pada
akhir bulan juni. Kendala yang dihadapi peneliti saat melakukan penelitian
secara online sangat beragam macamnya. Akan tetapi penelitian secara online
tentu tidak seefektif dengan penelitian yang dilakukan secara langsung. Dengan
tidak bisa melakukan observasi dan wawancara secara langsung kepada kepala
sekolah dan guru, sehingga hanya bisa dilakukan secara online. Maka dari itu
peneliti memerlukan data apa saja yang terkait di dalam sesi wawancara untuk
memperkuat hasil penelitian.
73
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian tentang kreativitas guru Pendidikan Agama Islam
era Abad 21 di SMP Azhari Islamic School Lebak Bulus, dapat disimpulkan
bahwa:
1. Guru Pendidikan Agama Islam di SMP Azhari Islamic School mampu
Berfikir kritis dengan memberikan pembelajaran berbasis PBL, dan
memiliki kemampuan berkolaborasi, berkomunikasi seperti
memberikan pembelajaran yang berpusat kepada peserta didik,
kerjasama tim, serta pembelajaran yang berkaitan dengan konteks
kehidupan sehari-hari peserta didik. Serta aktif melakukan inovasi
pembelajaran seperti guru membuat bahan ajar yang berbeda-beda dari
materi ke materi yang lain agar lebih menarik, ada yang menggunakan
metode Tanya jawab atau diberikan quiz dan metode seminar. Dengan
menampilkan materi yang menyenangkan, menampilkan PPT, foto dan
video yang menarik atau animasi yang menggambarkan terkait materi
yang diajarkan. Pembelajaran abad 21 dituntut berbasis teknologi
untuk menyeimbangkan tuntutan zaman era milenial dengan tujuan,
nantinya peserta didik terbiasa dengan kecakapan hidup abad 21.
2. Faktor pendukug kreativitas guru adalah melalui kegiatan-kegiatan
sekolah yang islami yaitu adanya kegiatan Malam Bina Iman dan
Takwa (MABITA), Pesantren Siswa Azhari, serta Praktek Keagamaan
seperti praktik untuk menjadi Imam Sholat, Dzikir, Doa dan Praktek
Azan yang dilakukan setiap dua waktu sholat selama proses belajar
mengajar yaitu sholat Dzuhur dan Ashar. Yang mana kegiatan ini
didukung oleh kreativitas guru di dalamnya, maka dari itu di SMP
Azhari Islamic School sering diadakan kegiatan seminar baik secara
internal maupun eksternal yang dilakukan sebanyak dua kali setiap
74
tahunnya di awal semester. Sebelum masuk semester 1 dan sebelum
masuk semester 2 untuk mengembangkan kompetensi yang dimiliki
oleh guru. Sedangkan faktor penghambat yang dihadapi guru adalah
selama proses pembelajaran jarak jauh, beberapa siswa sering merasa
bosan dalam mengikuti pembelajaran akan tetapi guru dapat mengatasi
hal tersebut dengan memodifikasi bahan ajar, seperti menampilkan
materi yang menyenangkan, menampilan PPT yang menarik atau
animasi dan membuat video pembelajaran yang terkait dengan
pembelajaran.
B. Implikasi
Sehubungan dengan kesimpulan hasil penelitian ini, maka implikasi
dalam hasil penelitian ini terdapat beberapa implikasi yang harus dilakukan
untuk mencapai kondisi ideal dalam Pendidikan Agama Islam di era Abad 21
di SMP Azhari Islamic School.
1. Kreativitas guru di era abad 21 dengan penggunaan metode
ceramah, PBL (Problem Base Learning), dan metode Seminar ini
berpengaruh positif bagi siswa yaitu dapat memberikan stimulus
bagi siswa dalam mengembangkan keterampilan berfikir dan
memecahkan masalah serta menjadikan siswa antusias dalam
mengikuti proses pembelajaran.
2. Dengan diadakannya beberapa kegiatan seminar/pelatihan
kompetensi guru dan pelatihan yang lainnya baik secara Internal
maupun Eksternal, dapat menambah wawasan dan meningkatkan
kreativitas guru yang dimiliki.
75
C. Saran
Berdasarkan penelitian mengenai ‘’Kreativitas Guru Pendidikan Agama
Islam era Abad 21 di SMP Azhari Islamic School Lebak Bulus’’ maka saran
yang dapat diberikan sebagai berikut:
1. Bagi Lembaga
a. Diharapkan bagi lembaga untuk menambah kegiatan pelatihan-
pelatihan tentanng kreativitas guru baik secara Internal maupun
Eksternal.
2. Bagi Guru
a. Diharapkan lebih banyak lagi mengikuti pelatihan-pelatihan
pengembangan diri khususnya tentang pengembangan
kreativitas guru bukan hanya secara internal akan tetapi
pelatihan secara eksternal sangat diperlukan
b. Diharapkan lebih banyak berdiskusi dengan guru yang lebih
kreatif dalam Pendidikan di era Abad 21 dan Guru diharapkan
lebih meningkatkan lagi kualitas diri terutama cara
pengelolahan Pendidikan di era Abad 21 sehingga siswa
semakin antusias dalam mengikuti proses pembelajaran.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
a. Diharapkan untuk peneliti selanjutnya dapat menindaklanjuti
penelitian ini dengan variasni dan literature yang lebih
mendalam guna untuk pemahaman lebih lanjut tentang
kreativitas guru Agama dalam Pendidikan di Era Abad 21.
76
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Ramlih. Pembelajaran Dalam Perspektif Kreativitas Guru Dalam
Pemanfaatan Media Pembelajaran, Lantanida Journal, Vol. 4, No. 1, 2016.
Afandi Dkk. Implementasi Digitas-Age Literacy Dalam Pendidikan Abad 21 Di
Indonesia, Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Sains (SNPS), 2016.
Ainiyah, Nur. ‘’Pembentukan Karakter Melalui Pendidikan Agama Islam’’, Jurnal Al-
Ulum, Vol. 13, No. 1, Juni 2013.
Anwar, Muhammad. Menjadi Guru Profesional, Jakarta: Kencana, 2018.
Andriani, Dwi Esti. Mengembangkan Profesionalitas Guru Abad 21 Melalui Program
Pembimbingan Yang Efektif, Jurnal Mengembangkan Profesionalitas Guru Abad
21, No. 02, 2010.
Saepul Anwar, Studi Realitas Tentang Kompetensi Kepribadian Guru Pendidikan
Agama IslamSekolah Menengah Atas Di Kabupaten Bandung Barat, Ta’lim Vol.
9 No. 2, 2011.
Arifin, Zainal. Penelitian Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014
Arief, Armai. Reformulasi Pendidikan Islam, Jakarta: CRSD PRESS Jakarta,
2005.
Arifin, Zaenal. Mengembangkan Instrumen Pengukur Critical Thinking Skill Siswa
pada Pembelajaran Matematika Abad 21, Jurnal Theorems Vo. 1 No. 2, 2017.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian suatu pendekatan Praktik, Jakarta: PT Rineka
Cipta, 2010.
Dewi, Finita. Proyek Buku Digital: Upaya Peningkatan Keterampilan Abad 21 Calon
Guru Sekolah Dasar Melalui Model Pembelajaran Berbasis Proyek, Jurnal
Metode Didaktik Vol. 9, No. 2, 2015.
Darajat, Zakiyah. Metodologi Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1996,
cet.I.
Daradjat, Zakiyah. Ilmu Jiwa Agama, Jakarta: Bulan Bintang, 2003.
Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Kumpulan Undang-Undang dan Peraturan
Pemerintah RI Tentang Pendidikan, (Jakarta: Departemen Agama RI, 2007
77
Ernawati, ‘’Pemanfaatan Media Pembelajaran Audio Visual Untuk Meningkatkan
Hasil Belajar PAI Pada Siswa Kelas V SDN Kalianget Timur X’’, Jurnal
Pedagogia, Vol. 3, No. 2, Agustus 2014.
Esti Andriani, Esti. ‘’ Mengembangkan profesionalitas guru abad 21 melalui program
pembimbingan yang efektif’’, No. 02, Th VI, Oktober 2010.
Fadjar, Malik, Reorientasi Pendidikan Islam, Jakarta: Fajar Dunia, 1999.
Fitra Surya, Yenni. Penggunaan Model Pembelajaran, Jurnal Obsesi: Jurnal Pendidikan
Anak Usia Dini Vol. 1 Issue 1, 2017.
Fuad, Jauhar. Pembelajaran Toleransi Upaya Guru Pendidikan Agama Islam dalam
Menangkal Paham Radikal di Sekolah, Proceedings Annual Conference For
Muslim Scholars, April 2018.
Ginanjar, Hidayat. Marfuah As-Surur. Kepemimpinan Kepala Sekolah dan
Pengaruhnya Terhadap Peningkatan Pedagogik Guru Pendidikan Agama
Islam di SMP Negeri 3 Karawang Jawa Barat, Vol. I, No. 2, Juli 2018.
Hidayat, Rahmat. Sarbini, Ali Maulida. Peran Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi
Pekerti Dalam Membentuk Kepribadian Siswa SMK Al-Bana Cilebut Bogor,
Prosiding Al Hidayah Pendidikan Agama Islam, P-ISSN: 2654-5829.
https://quran.kemenag.go.id/
Ivanno Ritonga, Danny. ‘’ Isu-isu kritis dalam pendidikan mengenai kompetensi
guru/dosen pada abad 21’’, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri
Medan.
Jalaluddin, Teologi Pendidikan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002.
Jakarian, Upaya Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Mencegah Radikalisme Di
Sekolah, Journal Of Islamic Education, Vol. II No. 1 Mei 2017.
Jolanda Pentury, Helda. Pengembangan kreativitas guru dalam pembelajaran kreatif
pelajaran bahasa inggris, Faktor Jurnal Ilmiah Kependidikan Vol. 4 No. 3
Nopember 2017.
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Pusat Bahasa-Depdiknas, 2008.
Kunandar, Guru Profesional, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007.
Hartati, Leni. Upaya Guru PAI dalam mengembangkan kreativitas siswa pada mata
pelajaran pai kelas XI SMAN 1 Kabupaten Bengkulu Tengah, al-Bahtsu: Vol.
1, No. 2, Desember 2016.
78
Mariani, Fitri. ‘’ Pembelajaran dan kompetensi pendidikan abad 21’’, Prosiding
Seminar Nasional Teknologi Pendidikan Pascasarjana UNIMED ISBN: 978-
623-92913-0-3.
Mayasari, Tantri. Dkk. Apakah Model Pembelajaran Problem Based Learning dan
Project Based Learning Mampu Melatihkan Keterampilan Abad 21, JPFK,
Vol. 2, No. 1, 2016
Meilia, Maya. & Murdiana. ‘’ Pendidik harus melek kompetensi dalam menghadapi
pendidikan abad ke-21’’, Al Amin: Jurnal Kajian Ilmu dan Budaya Islam P-
ISSN: 2088-7981 E-ISSN: 2685-1148.
Muhajir, As’aril, Ilmu Pendidikan Perspektif Kontektual, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,
2011.
Mudis Taruna, Mulyani. Perbedaan Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam (Studi
Kompentensi Guru PAI Tersertifikasi dan Belum Tersertifikasi di MTs
Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan), Jurnal “Analisa” Volume XVIII, No.
02, Juli - Desember 2011
Nasir, Muhammad. Profesionalisme Guru Agama Islam (Sebuah Upaya Peningkatan
Mutu Melalui LPTK), Dinamika Ilmu Vol. 13. No. 2, Desember 2013
Fakultas Imu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta, Pedoman penulisan skripsi, Jakarta:
UIN Jakarta, 2013.
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, ed. 3, (Jakarta:
Balai Pustaka, 2007), cet.4.
Rachmawati, Yeni. & Kurniati, Euis. Strategi Pembangunan Kreativitas Pada Anak
‘’Usia Taman Kanak-Kanak’’, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010.
Rakhmawati, Dini. Konselor Sekolah Abad 21: Tantangan dan Peluang, Jurnal
Konseling, Vol. 3, No. 1, 2017.
Ramayulis, Profesi dan Etika Keguruan, Jakarta: Kalam Mulia, 2013.
Redhana, I Wayan. Mengembangkan Keterampilan Abad Ke-21 Dalam Pembelajaran
Kimia, Jurnal Inovasi Kimia, Vol. 13, No. 1, 2019.
Rasyid Ridla, Profesionalitas Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Proses
Pembelajaran, Tadris, Vol.3, No. 1, 2008.
Rosyada, Dede. Madrasah dan Profesionalisme Guru, Depok: Kencana, 2017.
79
Rusman. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, Depok:
PT Raja Grafindo Persada, 2014.
Saleh, Marhamah. Strategi Pembelajaran Fiqh Dengan Problem Based Learning,
Jurnal Ilmiah DIDAKTIKA, Vol. XIV No. I, Agustus 2013.
http://irep.iium.edu.my/78947/1/PROCEEDINGS-ICEMS2017-watermark-
%20%281%29_Jakarta.pdf
Salmiati, Riyang Septiawansyah, Peranan Administrasi Pendidikan dalam
Meningkatkan Profesionalisme Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) pada MTs
DDI Cilellang, Kabupaten Barru, Vol. 1, No. 1, Januari-Juni 2019.
Setiono, Panut. & Rami, Intan. Kreativitas Guru Dalam Menggunakan Media
Pembelajaran Di Kelas V Sekolah Dasar, Jurnal Gentala Pendidikan Dasar Vol.2
No. 2, Desember 2017.
Shafa Marwah, Siti, Dkk. Relevansi konsep pendidikan menurut ki hadjar dewantara
dengan pendidikan islam’’, Indonesian Journal of Islamic Education, Vol. 5,
No.1, 2018.
Sudarma, Momon. Profesi Guru, Jakarta: Rajawali Press, 2014.
Sudarisma, Suciati. Memahami Hakikat dan Karakteristik Pembaelajaran Biologi
Dalam Upaya Menjawab Tantangan Abad 21 Serta Optimalisasi Implementasi
Kurikulum 2013, Jurnal Florea, Vol. 2, No. 1, 2015.
Sulaiman, Ahmad. Dkk. Karakteristik Guru Perspektif M. Quraish Shihab dalam
Tafsir Al-Misbah, Edu Riligia, Vol. 1 No. 1 Januari-Maret 2017.
Suharsaputra, Uhar. Metode Penelitian, Bandung: PT Refika Aditama, 2014.
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta,
2012.
Supartini, Mimik. ‘’Pengaruh Penggunaan Media Pembelajaran dan Kreatifitas guru
terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas Tinggi di SDN Mangunharjo 3 Kecamatan
Manyangan Kota Probolinggo’’, Jurnal Penelitian dan Pendidikan IPS (JPPI) Vol
10 No 2, 2016.
Suprihatiningrum, Jamil. Guru Profesional Pedoman Kinerja, Kualifikasi &
Kompetensi Guru, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2016), cet. 3.
80
Syamsu. S, Peningkatan Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam Berbasis
Musyawarah Guru Mata Pelajaran pada Sekolah Menengah Pertama di Kota
Palopo Propinsi Sulawesi Selatan, Volume 2, Nomor 2, 2017.
Syarnubi, Profesionalisme guru pendidikan agama islam dalam membentuk
religiusitas siswa kelas iv di sdn 2 pengarayan, Tadrib, Vol. V, No. 1, Juni 2019.
Tafsir, Ahmad. Ilmu Pendidikan dan Perspek Islam, (Bandung: Remaja Rosda Karya,
1994.
Wardah Iklimatul. Dkk, Kreativitas guru dalam proses pembelajaran di sekolah dasar
negeri 14 banda aceh, Jurnal Ilmiah Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP
Unsyiah Volume 3 Nomor 2, April 2018.
Widi, Restu Kartiko. Asas metodologi Penelitian Sebuah Pengenalan dan Penuntun
Langkah demi Langkah Pelaksanaan Penelitian, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010.
Zuliawati, Nurul. Pengaruh Kreativitas dan Motivasi Kerja terhadap Produktivitas
Guru Pendidikan Agama Islam Sekolah Dasar Sekecamatan Baturetno
Kabupaten Wonogiri, Volume. 1, No. 1, Januari – Juni 2016.
81
LAMPIRAN: INSTRUMENT PENELITIAN DAN HASIL WAWANCARA
KEPALA SEKOLAH (USTAD MOH. URIP, Lc., M. Ag)
Nama : Ustad Moh. Urip, L.c., M. Ag
Kedudukan : Kepala Sekolah
No. PERTANYAAN JAWABAN INFORMAN
1. Apa tanggapan ustad sebagai
kepala sekolah tentang
kreativitas guru?
Kreativitas guru dalam KBM sangatlah
diperlukan agar pembelajaran lebih bervariasi,
lebih mudah dipahami oleh siswa, lebih
menyenangkan dan tentunya tidak
membosankan, pembelajaran tidak melulu di
dalam kelas, namun interaksi dan komunikasi
siswa dengan gurunya baik di dalam kelas
maupun di luar kelas dari mulai siswa
menginjakan kakinya masuk sekolah sampai
pulang sekolah sejatinya adalah pembelajaran.
2. Menurut ustad, apakah
kreativitas perlu dimiliki oleh
semua guru di SMP YPS
Singkole?
Kreativitas itu sangat diperlukan. Karena
dengan kreatif yang dimiliki guru dapat dilihat
metode-metode apa yang digunakan, bahan ajar
yang menarik sehingga siswa dapat mudah
memahami terkait materi yang dijaarkann dan
agar siswa tidak jenuh dapat proses
pembelajaran. Maka dari itu kreativitas guru
sangat diperlukan
3. Bagaimanakah kreativitas guru
di SMP Azhari Islamic School
terkhusus guru Pendidikan
Agama Islam?
Kreativitasnya sii sudah lumayan, artinya guru-
guru sudah bisa membuat bahan ajar yg
berbeda-beda ya dari segi materi ke materi yg
lain menarik, metode yang berbeda sehingga
pada initinya siswa memahami materi yang
diajarkan. juga menggunakan model dan cara
yang berbeda. Ada yg menggunakan model
Tanya jawab, diberikan quiz. Dengan
pembelajatan daring Maka kreaivitas sangat
diperlukan sekali, jadi guru pendidikan agama
islam ini harus bisa memodifikasi dengan
tampilan-tampilan materi yang menyenagkan.
Jadi buat ppt yang menarik buat animasi2 yang
menggambarkan terkait materi itulah salah satu
kreativitasnya guru pai
82
4. Menurut ustad, bagaimanakah
ciri-ciri kepribadian guru yang
kreatif?
Selalu bergerak selalu melakukan hal yg belum
pernah dilakukannya. Seperti ketika
menggunakan mengajarkan materi satu bab
tertentu menggunakan metode a, ketika
mengajarkan materi yg lain menggunakan
metode b dan sebagainya. Dan biasanya saya
juga bisa menanyakan apa materinya,
bagaimana modep pembelajaran kemuduan
bagaiman siswa menerimanya jadi semuanya
tharus ditanyakan terkait apa saja yang
diklakukan dalam penyampaian materi
5. Usaha apa yang dilakukan
untuk mengembangkan
kreativitas guru?
Kita dari pihak sekolah baru-baru ini sudah
melakukan pelatihan guru-guru terutama dalam
mengembangkan kreativitas model
pembelajarannya. Kemarin kita sudah
melakukan pelatihan membuat video ngajar
membuat pembelajaran yang menarik. Dan
Alhamdulillah guru sudah membuat bahan ajar
yang bermacam0macam, bisa dengan cara
membuat video, animasi, ppt yang divedikan
kjemudian membuat hal2 yang membuat materi
itu terasa ringan dan mudah dipahami oleh siswa
6. Apa saja sarana dan prasarana
yang menunjang kreativitas
guru dalam kegiatan
pembelajaran di SMP Azhari
Islamic School?
Sekolah sudah menyediakan Wifi, LCD,
Proyektor dan Ipad karena dalam membuat
bahan ajar yang menyenagkan diperlukan
fasilitas-fasilitas tersebut
83
LAMPIRAN: INSTRUMENT PENELITIAN DAN HASIL WAWANCARA
KEPADA GURU (USTAD AHMAD FIKRIE, Lc.)
Nama : Ustad Ahmad Fikrie, L.c
Kedudukan : Guru Pendidikan Agama Islam
No. PERTANYAAN JAWABAN INFORMAN
1. Menurut Ustad, arti kreatif itu
seperti apa? Dan perlukah
kreativitas dalam mengajar?
Kretif itu menurut sy merancang
pembelajaran sesuai dengan audiens yg sdg kt
hadapi semenarik mungkin dan tidak
membosankan.dan sangat perlu kreativitas
dan mengajar.
2. Dalam mata pelajaran PAI,
strategi pembelajaran apa yang
ustad terapkan guna
menumbuh kembangkan
keaktifan siswa dan
kemampuan kognitif siswa di
dalam kelas?
Metode saya kebanyakan model ceramah dan
tanya jawab sering ditampilkan
permasalahan2 keseharian agar siswa mampu
menganalisa. Untuk menumbuhkembangkan
keaktifan dan kemampuan kognitif siswa,
saya menggunakan beberapa metode. Metode
yang paling efektif dalam pembelajan agama
disini adalah metode ceramah karena dengan
metode ceramah sangat mengerti dan
memahami apa muatan nilai yang harus
dipamahi peserta didik terhadap materi.
Berbeda dengan mata pelajaran lain, untuk
mata pelajaran agama metode yang paling
utama adalah ceramah. Yang kedua adalah
praktikum, tidak mungkin siswa memahami
secara pasti dan jelas terkait materi yang
dijelaskan tanpa ada praktikum. Karena itu
kita harus barengi dengan praktikum.
Mencontohkan apa yang harus dilakukan oleh
peserta didik terhadap materi yang dijelaskan.
Sehingga tujuan pembelajaran itu bisa
terwujud. Untuk dukungan yang lain itu tentu
kita harus menggunakan slide power point
dalam menjelaskan sehingga secara visual
peserta didik dapat melihat, merasakan,
mendengarkan secara langsuung bagaimana
sebenarnya muatan dari materi pembelajaran
itu.
84
3. Bagaimana ustad
menghasilkan berbagai ide
untuk mengembangkna materi
pembelajaran yang disajikan di
dalam kelas?
Saya mengikuti beberapa pelatihan
kompetensi guru yang diadakan oleh pihak
sekolah maupun luar sekolah (internal dan
eksternal) seperti pelatihan media
pembelajaran Guru Azhari Islamic School
dan yang lainnya. Serta sharing bersama guru
mata pelajaran yang lainnya.
4. Metode pembelajaran apa yang
sering ustad gunakan dalam
proses pembelajaran PAI?
Adakah variasi metode setiap
kali ustad mengajar?
Metode saya kebanyakan model ceramah dan
tanya jawab sering ditampilkan
permasalahan2 keseharian agar siswa mampu
menganalisa
5. Apakah ada hambatan/ kendala
yang biasa terjadi saat ustad
mencoba mengembangkan
kognitif siswa dengan
kreativitas yang ustad gunakan
dalam proses belajar mengajar?
Terkait hambatan dan kendala pasti semua
guru mempunyai hambatan/ kendala dalam
proses pembelajaran. Hambatan-hambatan itu
terkait dengan pemahaman materi. Ketika kita
menjelaskan pasti ada materi yang mudah
untuk dijelaskan dan ada juga materi yang
sukar untuk mendeskripsikannya kepada
peserta didik. Contoh salah satunya adalah
masalah tentang keyakinan Iman kepada
Malaikat dan hari akhir. Untuk itu perlunya
ada visualisais dalam proses belajar mengajar
agar mempermudah materi yang akan
disampaikan oleh peserta didik. Hambatan
siswa dalam masa pandemik ini, siswa suka
bosan dengan pembelajaran jarah jauh
akhirnya dapat diatasi dengan membuat
pembelajaran semenarik mungkin dengan
membuat video pembelajaran. Pembelajaran
daring ini menggunakan aplikasi zoom,
Google classroom, dan Google form’’
6. Bagaimana usaha yang
dilakukan untuk mengatasi
kendala tersebut?
Berusaha semaksimal mungkin mencari satu
bahan atau materi yang bisa sedikitnya
mendekat terhadap penjelasan secara
keseluruhan dari materi yang guru sampaikan.
Serta dengan cara visualisasi yaitu
menampilkan gambar atau video terkait
materi yang diajarkan kepada siswa Seperti
saya tadi contohkan iman kepada hari akhir,
gurupun tidak mengetahui proses terjadinya
hari akhir/kiamat karena belum terjadi maka
85
dari itu minimal gambaran tentang hari
kiamat itu dengan membacakan surat al-
Qari’ah beserta artinya. Serta menyampaikan
ilustrasi-ilustrasi berbentuk video kepada
siswa.
7. Apakah ada faktor pendukung
dan penghambat kreativitas
ustad dalam melaksanakan
proses pembelajaran?
Faktor pendukung dari segi fasilitas di sini
sudah lebih dari cukup. Fasilitas disini
tergolong sangat lengkap. Sedangkan
penghambatnya adalah biasanya jadwal
diadakannya pelatihan/seminar bersamaan
dengan jadwal jam pelajaran jadi materi yang
harus disampaikan pada hari itu harus
tertunda.
8. Bagaimana pengelolaan
pembelajaran yang ustad
lakukan sebagai guru PAI di
sekolah ini agar materi
tersampaikan kepada peserta
didik?
Dengan fasilitas yang telah ada guru
Pendidikan Agama Islam dalam proses
pembelajaran, menggunakan metode
pemecahan masalah salah satunya yaitu PBL
(Problem Based Learning) yang mana metode
ini memberikan suatu tema kemudian dari
sub-sub tema yang sudah dibagikan mereka
akan diskusi dengan teman kelompok mereka
yang telah dibagikan dan diakhir sesi mereka
akan mempresentasikan di depan kelas.
Kemudian guru juga sering memberikan sub-
sub tema dan mereka membentuk kelompok 2
sampai 3 orang. Dan mereka sendiri yang
membuat slide power pointnya dan setelah itu
mereka mempresentasikannya di depan kelas.
Kemudian Guru menyimak dan mengevaluasi
seluruh presentasi yang dilakukan oleh siswa.
Harapan guru agar dengan menggunakan
metode PBL ini dalam proses pembelajaran,
siswa di abad 21 ini lebih kritis lagi dalam
menghadapi setiap materi yang disampaikan
oleh guru.
9. Apakah ustad selalu
mempersiapkan rencana
pelaksanaan pembelajaran
(RPP) sebelum mengajar?
Iya satu RPP biasanya untuk 2 kali pertemuan
10. Bagaimana cara ustad
mengatasi kesulitan belajar
Memberikan materi tambahan bisa dengan
cara visualisai atau yang lainnya dan apabila
belum juga paham akan kami jelaskan secara
86
siswa dalam proses
pembelajaran di kelas?
berulang-ulang kemudian setelah itu saya
berikan soal-soal evaluasi terkait materi
tersebut. Atau adanya komunikasi dengan
wali kelas kemudian org tua kemudian guru
BK kalau ada masalah. Karena biasanya
masalah dalam proses pembelajaran itu
banyak yang terkait salah satunya biasanya
faktor dari rumah. Ada siswa yang tidak
mengumpulkan tugas, tidak aktif ternyata pas
dilihat dirumahnya bermasalah, orang tuanya
sudah pisah kemudian anaknya tinggal di
nenek jadi tidak adanya yang mengontrol
siswa tersebut. Maka dari itu kita biasanya
diskusikan kepada guru BK dan wali kelas.
Rata-rata mengenai kesulitan belajar itu pasti
dipengaruhi oleh faktor lain.
11. Bagaimana usaha ustad untuk
membuat kelas tetap kondusif
saat kegiatan pembelajaran
berlangsung?
Membuat peraturan di awal pembelajaran dan
memberikan hukuman sesuai dengan
kesepakatan bersama bagi siapa saja yang
melanggar peraturan. Atau paling senang
siswa kalau mendengarkan cerita,
menceritakan tentang peristiwa-peristiwa
yang berkaitan dengan materi pembelajaran.
12. Apakah ustad selalu
menyediakan soal evaluasi
untuk siswa tiap akhir kegiatan
pembelajaran?
Pasti selalu diadakan soal evaluasi untuk
menguji kepahaman siswa terhadap materi
yang disampaikan.
13. Apakah acuan yang ustad
gunakan untuk menentukan
materi pembelajaran yang akan
digunakan dalam kegiatan
pembelajaran?
Kurikulum cairo dan kurtilas diknas
14. Bagaimana keadaan sarana
dan prasarana yang menunjang
kegiatan pembelajaran di SMP
Azhari Islamic School Lebak
Bulus?
Alhamdulillah sudah lengkap
15. Dalam meningkatkan
kreativitas guru, apakah guru-
guru di SMP YPS Singkole
ini sudah pernah mengikuti
kegiatan pelatihan seminar
Di SMP Azhari Islamic School ini, sering
diadakan kegiatan seminar baik secara
internal maupunm eksternal yang dilakukan
sebanyak dua kali setiap tahunnya di awal
87
untuk meningkatkan
kompetensi guru?
semester. Sebelum masuk semester 1 dan
sebelum masuk semester 2
88
LAMPIRAN: INSTRUMENT PENELITIAN DAN HASIL WAWANCARA
KEPADA GURU (MAULANI ZADA FURKON, Lc.)
Nama : Ustad Maulani Zada Furkon, L.c
Kedudukan : Guru Pendidikan Agama Islam
No. PERTANYAAN JAWABAN INFORMAN KODE
1. Menurut Ustad, arti kreatif itu
seperti apa? Dan perlukah
kreativitas dalam mengajar?
Arti kreatif itu adalah pembaharuan.
Kreativitas dalam mengajar sangat
diperlukan khususnya di era yang
sudah memasuki industri 4.0 yang
dimana semua orang sudah mengerti
visualisasi.
2. Dalam mata pelajaran PAI,
strategi pembelajaran apa yang
ustad terapkan guna
menumbuh kembangkan
keaktifan siswa dan
kemampuan kognitif siswa di
dalam kelas?
Untuk membangkitkan semangat atau
keaktifan anak dimulai dari
membanding diri gurunya. Siapa kita
dan apa kita. Setelah anak tau tentang
kita, buat suasana senyaman mungkin
karena secara psikologi anak akan
merasa dekat dan akan lebih mudah
terbuka terutama menanyakan perihal
pelajaran yang tidak dimengerti. Lalu
masuk ketahap bahan ajar dan alat apa
yang akan kita digunakan untuk
disampaikan ke anak.
3. Bagaimana ustad
menghasilkan berbagai ide
untuk mengembangkna materi
pembelajaran yang disajikan di
dalam kelas?
Saya belajar dari berbagai sumber dan
pengalaman pribadi :
Pengalaman saya ketika menjadi
murid dengan guru yang menarik
menurut penilaian saya pribadi,
Pengalaman saya ketika saya belajar
di kampung Inggris (pare, Kediri),
Seminar-seminar yang di
presentasikan oleh presentator anak-
anak muda, melihat dan belajar dari
pengalaman guru-guru senior azhari,
serta sharing dengan guru-guru beda
instansi (teman-teman dekat).
89
4. Metode pembelajaran apa
yang sering ustad gunakan
dalam proses pembelajaran
PAI? Adakah variasi metode
setiap kali ustad mengajar?
Metode seminar yang dimana cara
penyampaiannya seperti halnya yang
disampaikan oleh presentator dari
kanalangan anak-anak muda. Karena
generasi Z itu sejauh saya
menganalisa mereka dalam perihal
kebutuhan mereka suka yang seperti
itu. Banyak kok seminar-seminar
dikampus yang mana presentatornya
di bawakan ala anak muda generasi
milenial dan pastinya ada candaan
sedikit supaya cair susananya. Saya
tambahkan sedikit soal bahan ajarnya
ya. Jangan jadikan anak-anak itu
seorang penghafal buku secara
tekstual. Saya lebih suka mereka
paham dan menjawab semua soal-soal
pertanyaan dengan pemikiran dan
pemahaman yang disampaikan
dengan bahasa mereka sendiri.Saya
hanya menggunakan metode seminar
ala anak muda milenial karena saya
termasuk generasi milenial. Dan alat
ajarnya sama kok seperti yang
digunakan oleh para presentator
seminar pada umumnya. Coba sekali-
kali mba ikut acara seminar marketing
digital baik di kantor Market place
yang sudah besar. Bagus2 cara
penyampaiannya.
5. Apakah ada hambatan/ kendala
yang biasa terjadi saat ustad
mencoba mengembangkan
kognitif siswa dengan
kreativitas yang ustad gunakan
dalam proses belajar mengajar?
Selama saya mengajar dalam 1
semester awal. Alhamdulillah aman
walau ada beberapa anak yang
memang perlu perhatian khusus dari
gurunya. Karena dari awal saya
katakan untuk mengembangkan
kognitif anak itu. Saya berusaha
menerapkan pemahaman materi
bukan penghapalan secara tekstual
dari sebuah definisi dll dan saya
memberikan kebebasan dalam
berpendapat dengan gaya bahasa
90
(opini) mereka sendiri. Dengan itu
anak akan jauh mengerti, paham dan
tentunya kritis dalam menemukan hal
baru. Untuk alatnya menggunakan
LCD, Bahan ajarnya menggunakan
materi yang ditayangkan kedalam
PPT, foto dan video. Nanti disesi akhir
ada praktek nya. Penghambatnya
adalah suasana pandemi covid-19
yang sedang kita hadapi sekarang ini.
Jadi chemistry-nya (setruman) dalam
transfer ilmunya agak berkurang beda
halnya dengan pembelajaran secara
face to face.
6. Bagaimana usaha yang
dilakukan untuk mengatasi
kendala tersebut?
Dalam pembelajaran online ini guru
menggunakan beberapa ‘’platform’’
dalam pembelajaran daring yaitu
Google Classroom, Google Meet,
Zoom dan Grup Whatsapp. Dengan
menggunakan beberapa platform
tersebut memudahkan guru dalam
menyampaikan materi yang akan
diajarkan kepada peserta didik.
7. Apakah ada faktor pendukung
dan penghambat kreativitas
ustad dalam melaksanakan
proses pembelajaran?
Faktor pendukung kreativitas guru
sini adalah secara fasilitas tentu yang
utama adalah sarana dan prasaran
yang di sini sudah sangat lengkap.
Dari segi wifi, LCD dan sebaginya.
Untuk yang lalu kita bertatap muka,
pastinya kita sebagai guru Agama
selalu menyiapkan diri lebih awal
terhadap materi yang yang
disampaikan, dimana tujuan
pembelajaran itu menjadi acuan utama
dalam proses pembelajaran. Dari
tujuan pembelajaran itu memunculkan
ide-ide dari kreativitas seorang guru
dalam menyampaikan materinya.
Yang kedua seluruh hal-hal yang
mendukung tercapainya tujuan
pembelajaran itu guru harus siapkan.
Adapun kegiatan islami di SMP
91
Azhari Islamic School yaitu, ada
Muharram day, kegiatan orientasi
siswa baru dalam bermuamalah dan
beradab pada guru dan teman’’
8. Bagaimana pengelolaan
pembelajaran yang ustad
lakukan sebagai guru PAI di
sekolah ini agar materi
tersampaikan kepada peserta
didik?
Saya membuat materi modul
pembelajaran berupa ringkasan bab
yang akan saya ajar di PPT,
Teknisnya: Penjelasan isi materi,
Kesimpulan isi materi, Pertanyaan
dari siswa mengenai materi ajar,
Pertanyaan untuk siswa dari pengajar
untuk mengukur pemahaman anak
murid, Jika dirasa sudah paham
mengenai bab ajar pada saat itu akan
diberikan tugas untuk kesempatan
selanjutnya.
9. Apakah ustad selalu
mempersiapkan rencana
pelaksanaan pembelajaran
(RPP) sebelum mengajar?
RPP itu penting mba. Yang tidak
kalah pentingnya adalah bahan ajar
dan alatnya yang akan kita gunakan
dalam penyampaian materi dikelas
sehingga anak dapat mengerti dan apa
maksud yang guru sampaikan
10. Bagaimana cara ustad
mengatasi kesulitan belajar
siswa dalam proses
pembelajaran di kelas?
Mereka biasanya akan datang
ketempat saya dan bertanya di luar
jam pelajaran. Atau disaat Pandemi
seperti ini mereka biasanya minta jam
tambahan diluat jam ngajar normal.
11. Bagaimana usaha ustad untuk
membuat kelas tetap kondusif
saat kegiatan pembelajaran
berlangsung?
Seperti yang pernah saya sampaikan
diobrolan sebelumnya. Guru harus
bisa mencairkan suasana yang relax
dan nyaman. Kalau saya pribadi
memberikan kebebasan kepada anak
untuk mengambil posisi tempat duduk
dmn mereka bisa nyaman dan fokus
pada penyampaian materi. Contoh:
mereka boleh sambil ngemil snack
(bkn makan berat). Boleh duduk
lesehan didepan sambil merhatikan
modul PPT dan saya menerangkan
begitupun menerangkan dipapan
tulis.Atau bagi mereka yang kursi
duduknya ada dibagian depan boleh
92
untuk maju pas didepan saya secara
pribadi sehingga mereka bisa
mendengar suara saya secara jelas.
Dan ada selingan (jedah) untuk kita
berinteraktif antara guru dan siswa
dengan pertanyaan untuk meneliti
sejauh mana mereka paham pada sesi
pertemuan tersebut dan harus ada
candaan pastinya (bisa cerita2 sedikit)
atau lawakan untuk memancing
perhatian mereka disaat mereka
merasa mulai bosan. Maaf ralat bagi
mereka yang diduduk dibagian
belakang boleh maju untuk duduk dg
mambawa kursinya kedepan walau
memang suasana kelas jadi
berantakan tapi yang jadi fokus saya
adalah bagaimana anak bisa
menyerap, mendengarkan dan
mengerti apa yang telah saya
sampaikan. Setelah sesi pembelajaran
selesai tentunya akan saya minta
untuk Merapikan kembali kursi
ketempat semestinya. lo ice breaking
saya gk setiap saat mba.
Karena klo udah bosan biasanya
mereka pengen sesuatu hal yang lain
atau di luar topik pelajaran dan yang
pastinya saya sudah selesai
penyampaian materi pada saat itu.
Jadi, biasanya saya ngajak ngobrol
atau bercerita tentang topik
pembahasan lain tp tetap pada ranah
pendidikan. Seperti dampak positif
dan negatif dari sebuah pergaulan atau
memberikan sebuah motivasi
semangat. Itu salah satunya saja.
Bercerita atau memotivasi tapi tetap
pada ranah pendidikan.
12. Apakah ustad selalu
menyediakan soal evaluasi
Iya seperti yang kita tau evaluasi itu
penting untuk mengetahui sejauh
93
untuk siswa tiap akhir kegiatan
pembelajaran?
mana pemahaman peserta didik
terhadap materi.
13. Apakah acuan yang ustad
gunakan untuk menentukan
materi pembelajaran yang akan
digunakan dalam kegiatan
pembelajaran?
Kalau yang ini saya berkonsultasi ke
ustadz fikry mengenai acuan materi
pembelajaran. Karena beliau
merupakan ketua tim untuk
pembelajaran PAI. Untuk lebih
detailnya bisa ditanyakan langsung ke
beliau
14. Bagaimana keadaan sarana
dan prasarana yang menunjang
kegiatan pembelajaran di SMP
Azhari Islamic School Lebak
Bulus?
Contoh kecilnya saja ya seperti
proyektor, LCD, WIFI, Hall.
Itu bagi saya untuk mengajar pada
semester ganjil sudah lebih dari
cukup. Tinggal bagaimana kita
menggunakannya dg sebaik mungkin
15. Dalam meningkatkan
kreativitas guru, apakah guru-
guru di SMP YPS Singkole ini
sudah pernah mengikuti
kegiatan pelatihan seminar
untuk meningkatkan
kompetensi guru?
Iya sudah pernah
94
LAMPIRAN TABEL GURU, SISWA DAN SARANA PRASARANA DI SMP
AZHARI ISLAMIC SCHOOL
1. Tabel 4.1. Tabel Guru SMP Azhari Islamic School
No.
Nama
Guru/Pegawai
Jabatan
Ijazah Terakhir Mata
Pelajaran
yang
Diajarkan
NIP/NRK Jurusan/Tahun
1 Moh. Urip, Lc.,
M.Ag.
Kepala
Sekolah S2-PTIQ Jakarta
Bhs. Arab
2 Heri, S.Si., MM. Guru
S2-Manajemen
Univ.
Muhammadiyah
Jakarta
Fisika
3
Sri
Wahyuningsih,
SE.
Guru
S1-Akuntansi
Univ. Pancasila
Jakarta
Bhs.
Indonesia
& IPS
4 Nur Khozin, ST. Guru S1, Ponpes
Raudhotul Qur'an
Al Qur'an
5 Siti Mahbubah,
S.Pd. Guru
S1-Pend.
Matematika
UHAMKA Jakarta
Matematika
6 Said Muhtarom,
SQ, S.Ud. Guru
S1-Al Qur'an PTIQ
Jakarta
Al Qur'an
7 Ani Setiya
Rahayu, S.Pd. Guru
S1-Pend. Ekonomi IPS
Terpadu
UIN Jakarta
8 M. Sufli, SQ,
S.Ud. Guru
S1-Al Qur'an PTIQ
Jakarta
Al Qur'an
9 Krisnadi Tamsil,
A.Md. Guru
D3-Teknik Mesin
Komputer
Univ. Negeri
Jakarta
10 Ahmad Fikrie,
Lc. Guru
S1-Syariah Univ.
PAI
Al Azhar Cairo
Mesir
11 Guru S1-Bahasa Inggris
95
Tatik Sutinah,
S.Pd.
Univ. Negeri
Jakarta
Bahasa
Inggris
12 Wasi'atul
Hidayah, M.Pd. Guru
S-2 Ilmu Tafsir
PTIQ, Jakarta
Al Qur'an
13 Hamzah Anwar,
S.Ud. Guru
S1-Fak. Tarbiyah
PTIQ Jakarta
Al Qur'an
14 Ahmad Rizal,
S.Pd.O Guru
S1-
Pend.Keolahragaan
Univ. Negeri
Jakarta
PJOK
15 Lis Isma Ismaya,
S.Pd. Guru
S1-
Pend.Keolahragaan
Univ. Negeri
Jakarta
PA &
Matematika
16
Nadya Maris
Najmi Sakhiyyah,
S.Pd
Guru S1-Pend.Bahasa &
Sastra UIN Jakarta
Bahasa
Indonesia
17 Fitriana Amani,
S.Pd Guru
S1-Pend. Bahasa
Inggris UIN
Jakarta
Bahasa
Inggris
18 Zulfiana Ulfi,
S.Pd. Guru
S1-Pend. Biologi
UIN Jakarta Biologi
19 Abdan Dzikri
Rabbani Guru
S2-Ilmu Al-Qur'an
dan Tafsir PTIQ
Jakarta
Al-Qur'an
20 Iryansyah, S.Ag Guru
S1- Tafsir Hadits
STKQ Al Hikam
Depok
Al-Qur'an
21
Maulani Zada
Furkon,
Lc.
Guru
S1-Syariah Univ.
Al Azhar Cairo
Mesir
PAI
22 Irvan Aladip
Mahfudin, S.Ip. Guru
S1-Ilmu Politik
Univ. Brawijaya
Malang
Al Qur'an
23 Farah Fathia
Mardiyah, S.Si Guru
S1-Pend. Kimia
UIN Jakarta Matematika
24 Achmad Rifai,
A.Md Tata Usaha D3-MI, AMIK BSI -
96
2. Tabel 4.2. Tabel Daftar Peserta Didik SMP Azhari Islamic School
TAHUN
PELAJARAN
KELAS VII KELAS VIII KELAS IX TOTAL
Siswa Rombel Siswa Rombel Siswa Rombel Siswa Rombel
2010 / 2011 11 1 0 0 0 0 11 1
2011 / 2012 17 1 11 1 0 0 28 2
2012 / 2013 24 2 17 1 11 1 52 4
2013 / 2014 22 2 23 2 17 1 62 5
2014 / 2015 40 2 21 1 21 1 82 4
2015 / 2016 28 2 42 2 21 1 91 5
2016 / 2017 44 2 33 2 42 2 119 6
2017 / 2018 42 2 41 2 33 2 116 6
2018 / 2019 66 3 44 2 40 2 150 7
2019 / 2020 66 3 65 3 44 2 175 8
JUMLAH TOTAL 886 48
3. Tabel 4.3. Fasilitas Sekolah SMP Azhari Islamic School
Gedung:
Status tanah : Milik sendiri
Status Bangunan : Permanen
Kondisi Bangunan : Baik
NO. Jenis Prasarana Unit Luas (m2)
1. Ruang Kantor
a. R. Kepala Sekolah
b. R. Guru
1
1
12
36
2 Ruang Kelas 7 48
3 Ruang Perpustakaan 1 56
4 Ruang Lab. Komputer 1 48
5 Ruang Lab. IPA 1 48
6 Ruang Lab. Bahasa 1 48
7. Ruang BK/Konseling 1 12
97
8. Ruang UKS 1 12
9. Ruang OSIS/ASCO 1 12
10. Ruang Gudang 1
11. Hall 1 144
12. Pengeras Lapangan Ton Blok
13. Instalasi Air Jet PAM (Air
Tanah)
14. Listrik 56 kva
15. Pagar Teralis besi / tembok
DOKUMENTASI KEGIATAN DI SMP AZHARI ISLAMIC SCHOOL
98
Gambar 4.1. Kegiatan Pelatihan Kompetensi Guru
Gambar 4.2. Kegiatan Sharing bersama guru
99
Gambar 4.3. Pembelajaran Online menggunakan Google Classrom
Gambar 4.4. Pembelajaran Online menggunakan Aplikasi zoom
100
Gambar 4.5. Perangkat Pembelajaran di Dalam Kelas
Gambar 4.6. Kegiatan Pesiar (Pesantren Siswa Azhari)
101
Gambar 4.7. Kegiatan Mabita (Malam iman dan Takwa)
Gambar 4.8. Kegiatan Shalat Berjamaah
102
Gambar 4.9. Guru menggunakan fasilitas yang ada dalam Proses
Pembelajaran
103
KURIKULUM KAIRO
104
105
LEMBAR UJI REFERENSI
Nama : Andini Lestari Masnur
NIM : 11160110000108
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Judul : Kreativitas Guru Pendidikan Agama Islam di Era Abad 21
(Studi Kasus di SMP Azhari Islamic School)
NO. REFERENSI HALAMAN PARAF
PEMBIMBING
1. Siti Shafa Marwah, Dkk. ‘’ Relevansi konsep
pendidikan menurut ki hadjar dewantara
dengan pendidikan islam’’, Indonesian Journal
of Islamic Education, Vol. 5, No.1, 2018.
15
2. Panut Setiono dan Intan Rami, Kreativitas Guru
Dalam Menggunakan Media Pembelajaran Di
Kelas V Sekolah Dasar, Jurnal Gentala
Pendidikan Dasar Vol.2 No. 2 Desember 2017
220
3. Nur Ainiyah, ‘’Pembentukan Karakter Melalui
Pendidikan Agama Islam’’, Jurnal Al-Ulum, Vol.
13, No. 1 Juni 2013
34
4. Ernawati, ‘’Pemanfaatan Media Pembelajaran
Audio Visual Untuk Meningkatkan Hasil Belajar
PAI Pada Siswa Kelas V SDN Kalianget Timur
X’’, Jurnal Pedagogia, Vol. 3, No. 2 Agustus 2014
82
5. Dede Rosyada, Madrasah dan Profesionalisme
Guru Dalam Arus Dinamika Pendidikan Islam di
Era Otonomi Daerah, (Depok: Kencana, 2017.
105,135,234,
273
106
6. Maya Meilia dan Murdiana, ‘’ Pendidik harus
melek kompetensi dalam menghadapi pendidikan
abad ke-21’’, Al Amin: Jurnal Kajian Ilmu dan
Budaya Islam P-ISSN: 2088-7981 E-ISSN:
2685-1148
87, 89
7. Fitri Mariani, ‘’ Pembelajaran dan kompetensi
pendidikan abad 21’’, Prosiding Seminar
Nasional Teknlogi Pendidikan Pascasarjana
UNIMED ISBN: 978-623-92913-0-3
595
8. Dwi Esti Andriani, ‘’ Mengembangkan
profesionalitas guru abad 21 melalui program
pembimbingan yang efektif’’, No. 02, Th VI,
Oktober 2010
79
9. Suciati Sudarisma, Memahami Hakikat dan
Karakteristik Pembaelajaran Biologi Dalam
Upaya Menjawab Tantangan Abad 21 Serta
Optimalisasi Implementasi Kurikulum 2013,
Jurnal Florea, Vol. 2, No. 1, 2015
31
10. Danny Ivanno Ritonga, ‘’ Isu-isu kritis dalam
pendidikan mengenai kompetensi guru/dosen
pada abad 21’’, Fakultas Bahasa dan Seni,
Universitas Negeri Medan
138
11. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Pusat
Bahasa-Depdiknas, 2008
760
12 Iklimatul Wardah dkk, Kreativitas guru dalam
proses pembelajaran di sekolah dasar negeri 14
banda aceh, Jurnal Ilmiah Pendidikan Guru
Sekolah Dasar FKIP Unsyiah Volume 3 Nomor 2,
April 2018
45-46
13 Helda Jolanda Pentury, Pengembangan
kreativitas guru dalam pembelajaran kreatif
pelajaran bahasa inggris, Faktor Jurnal Ilmiah
Kependidikan Vol. 4 No. 3 Nopember 2017
266-267
107
14. Mimik Supartini, ‘’Pengaruh Penggunaan Media Pembelajaran dan Kreatifitas guru
terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas Tinggi di
SDN Mangunharjo 3 Kecamatan Manyangan
Kota Probolinggo’’, Jurnal Penelitian dan
Pendidikan IPS (JPPI) Vol 10 No 2, 2016
278-279
15. Leni Hartati, Upaya Guru PAI dalam mengembangkan kreativitas siswa pada mata
pelajaran pai kelas XI SMAN 1 Kabupaten Bengkulu Tengah, al-Bahtsu:Vol. 1, No. 2,
Desember 2016
4
16. Yeni Rachmawati & Euis Kurniati, Strategi
Pembangunan Kreativitas Pada Anak “Usia
Taman Kanak-Kanak”, (Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, 2010)
13,45-50
17. Momon Sudarma, Profesi Guru, Jakarta:
Rajawali Press, 2014
74, 83-84
18. Ramlih Abdullah, Pembelajaran Dalam
Perspektif Kreativitas Guru Dalam
Pemanfaatan
Media Pembelajaran, Lantanida Journal,
Vol. 4, No. 1, 2016
37-38
19. Ahmad Sulaiman, dkk, Karakteristik Guru
Perspektif M. Quraish Shihab dalam Tafsir
AlMisbah, Edu Riligia, Vol. 1 No. 1 Januari-
Maret 2017)
50
20. Ramayulis, Profesi dan Etika Keguruan,
(Jakarta: Kalam Mulia, 2013)
99-100
108
21. Jalaluddin, Teologi Pendidikan, (Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada, 2002)
85
22. As’aril Muhajir, Ilmu Pendidikan Perspektif
Kontektual, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011)
73
23. Armai Arief, Reformulasi Pendidikan Islam,
(Jakarta: CRSD PRESS Jakarta, 2005)
20-21,82-84
24. Kunandar, Guru Profesional, (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2007)
37
25. Muhammad Anwar, Menjadi Guru Profesional,
(Jakarta: PrenadaMedia Group, 2018)
205-206
26. Rasyid Ridla, Profesionalitas Guru Pendidikan
Agama Islam Dalam Proses Pembelajaran,
Tadris, Vol.3, No. 1, 2008.
33-42
109
27 Etistika Yuni Wijaya, Dkk, Transformasi
Pendidikan Abad 21 Sebagai Tuntutan
Pengembangan Sumber Daya Manusia di Era
Global, Vol.1, 2016.
263
28. Afandi Dkk, Implementasi Digitas-Age Literacy
Dalam Pendidikan Abad 21 Di Indonesia,
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Sains
(SNPS), 2016.
114
29. Dini Rakhmawati, Konselor Sekolah Abad 21:
Tantangan dan Peluang, Jurnal Konseling, Vol.
3, No. 1, 2017.
440
30. Rusman, Model-Model Pembelajaran
Mengembangkan Profesionalisme Guru,
(Depok: PT Raja Grafindo Persada, 2014)
230
31. Marhamah Saleh, Lukmanul Hakim,
Optimizing The Education For Generation Z In
The Era Of Demography Bonus, The 3rd
International Conference on Education in
Muslim Society (ICEMS), October, 25-26th
2017.
http://irep.iium.edu.my/78947/1/PROCEEDIN
G S-ICEMS2017-
watermark%20%281%29_Jakarta.pdf
224
32. Zaenal Arifin, Mengembangkan Instrumen
Pengukur Critical Thinking Skill Siswa pada
Pembelajaran Matematika Abad 21, Jurnal
Theorems Vo. 1 No. 2, 2017.
93
31 Tantri Mayasari Dkk, Apakah Model
Pembelajaran Problem Based Learning dan
Project Based Learning Mampu Melatihkan
Keterampilan Abad 21, JPFK, Vol. 2, No. 1,
2016.
51
110
34. Lina Sugiyarti, Dkk, Pembelajaran Abad 21 di
SD, Prosiding Seminar dan Diskusi Nasional
Pendidikan Dasar, ISSN: 2528-5564, 2018
440
35. Finita Dewi, Proyek Buku Digital: Upaya
Peningkatan Keterampilan Abad 21 Calon Guru
Sekolah Dasar Melalui Model Pembelajaran
Berbasis Proyek, Jurnal Metode Didaktik Vol. 9,
No. 2, 2015.
1,3,4
36. I Wayan Redhana, Mengembangkan
Keterampilan Abad Ke-21 Dalam Pembelajaran
Kimia, Jurnal Inovasi Kimia, Vol. 13, No. 1,
2019.
2241-2242
37. Marhamah Saleh, Strategi Pembelajaran Fiqh
Dengan Problem Based Learning, Jurnal Ilmiah
DIDAKTIKA, Vol. XIV No. I, Agustus 2013.
203
38. Zainal Arifin, Penelitian Pendidikan, (Bandung:
PT Remaja Rosdakarya, 2014)
140,143
39. Uhar Suharsaputra, Metode Penelitian, (Bandung: PT Refika Aditama, 2014)
181,194, 205,
215,
217, 218, 219,
220, 264, 269
111
40. Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif
Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2012), 215, 223, 246-
247, 249, 252-
253, 267
41. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian suatu
pendekatan Praktik, (Jakarta: PT Rineka Cipta,
2010)
22,24
42. Restu Kartiko Widi, Asas metodologi Penelitian
(Sebuah Pengenalan dan Penuntun Langkah demi
Langkah Pelaksanaan Penelitian),
(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010)
59, 241, 242,
43. Fakultas Imu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta, Pedoman penulisan skripsi, (Jakarta:
UIN Jakarta, 2013)
50
44. Muh. Fitra dan Luthfiyah, Metodologi
Penelititian: Penelitian Kualittaif, Tindakan
Kelas & Studi Kasus, (Sukabumi: Jejak, 2017)
94
45. Zakiah Darajat, Metodologi Pengajaran Agama
Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), cet.I
266
46. Jakarian, Upaya Guru Pendidikan Agama Islam
Dalam Mencegah Radikalisme Di Sekolah,
Journal Of Islamic Education, Vol. II No. 1 Mei
2017
91
112
47. Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta:
Bulan Bintang, 2003)
80
48. Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dan Perspek
Islam, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1994)
74
49. Syarnubi, Profesionalisme guru pendidikan
agama islam dalam membentuk religiusitas
siswa kelas iv di sdn 2 pengarayan, Tadrib, Vol.
V, No. 1, Juni 2019
89
50. Jauhar Fuad. Pembelajaran Toleransi Upaya
Guru Pendidikan Agama Islam dalam
Menangkal Paham Radikal di Sekolah,
Proceedings Annual Conference For Muslim
Scholars, April 2018
563, 564
51. Muhammad Nasir, Profesionalisme Guru
Agama Islam (Sebuah Upaya Peningkatan Mutu
Melalui LPTK), Dinamika Ilmu Vol. 13. No. 2,
Desember 2013
194
52. Syamsu. S, Peningkatan Kompetensi Guru
Pendidikan Agama Islam Berbasis Musyawarah
Guru Mata Pelajaran pada Sekolah Menengah
Pertama di Kota Palopo Propinsi Sulawesi
Selatan, Volume 2, Nomor 2, 2017
8, 9
53. Rahmat Hidayat, Sarbini, Ali Maulida, Peran
Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti
Dalam Membentuk Kepribadian Siswa SMK Al-
Bana Cilebut Bogor, Prosiding Al Hidayah
Pendidikan Agama Islam, P-ISSN: 2654-5829
150
113
54. Hidayat Ginanjar, Marfuah As-Surur,
Kepemimpinan Kepala Sekolah dan
Pengaruhnya Terhadap Peningkatan Pedagogik
Guru Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 3
Karawang Jawa Barat, Vol. I, No. 2, Juli 2018
210
55. Jamil Suprihatiningrum, Guru Profesional
Pedoman Kinerja, Kualifikasi & Kompetensi
Guru, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2016), cet. 3
103, 117
56. Saepul Anwar, Studi Realitas Tentang
Kompetensi Kepribadian Guru Pendidikan
Agama IslamSekolah Menengah Atas Di
Kabupaten Bandung Barat, Ta’lim Vol. 9 No. 2,
2011
146
57. Direktorat Jenderal Pendidikan Islam,
Kumpulan Undang-Undang dan Peraturan
Pemerintah RI Tentang Pendidikan, (Jakarta:
Departemen Agama RI, 2007
63-64
58. Mulyani Mudis Taruna, Perbedaan Kompetensi
Guru Pendidikan Agama Islam (Studi
Kompentensi Guru PAI Tersertifikasi dan Belum
Tersertifikasi di MTs Kabupaten Banjar
Kalimantan Selatan), Jurnal “Analisa” Volume
XVIII, No. 02, Juli - Desember 2011
187
59. Salmiati, Riyang Septiawansyah, Peranan
Administrasi Pendidikan dalam Meningkatkan
Profesionalisme Guru Pendidikan Agama Islam
(PAI) pada MTs DDI Cilellang, Kabupaten
Barru, Vol. 1, No. 1 (Januari-Juni 2019)
48
60. Nurul Zuliawati, Pengaruh Kreativitas dan
Motivasi Kerja terhadap Produktivitas Guru
Pendidikan Agama Islam Sekolah Dasar
Sekecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri,
Volume. 1, No. 1, Januari – Juni 2016
25
114
BIODATA PENULIS
Andini Lestari Masnur, lahir di Malili, 30 Juli 1996. Penulis tinggal di BTN
Wija Virgon Puncak Indah Malili Sulawesi Selatan. Penulis memulai Pendidikan
di SDN 221 Malili pada tahun 2003-2008, kemudian melanjutkan ketingkat
Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Pondok Pesantren Putri Ummul Mukminin
Makassar (2008) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di Pondok Modern
Darussalam Gontor Jawa Timur (2009). Setelah lulus SMA penulis melanjutkan
kuliah S1 pada tahun 2016 di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,
mengambil program studi Pendidikan Agama Islam.