kriteria bibit tanaman hutan siap tanam · gambar 17. contoh hasil pengujian bibit tanaman...

208
KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM : untuk pembangunan hutan dan rehabilitasi lahan

Upload: others

Post on 07-Nov-2020

49 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

KRITERIA BIBITTANAMAN HUTAN

SIAP TANAM :untuk pembangunan hutan

dan rehabilitasi lahan

Page 2: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

C.01/10.2019

Page 3: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

Penerbit IPB PressJalan Taman Kencana No. 3,

Kota Bogor - Indonesia

C.01/10.2019

NurhasybiDede J. Sudrajat

Eliya Suita

Editor :Prof. Dr. Ir. Iskandar Z. Siregar, M.For.Sc.

Prof. Dr. Ir. Nina Mindawati, M.Si.

KRITERIA BIBITTANAMAN HUTAN

SIAP TANAM :untuk pembangunan hutan

dan rehabilitasi lahan

Page 4: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

Judul Buku:KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM: Untuk Pembangunan Hutan dan Rehabilitasi Lahan

Penulis:NurhasybiDede J. SudrajatEliya Suita

Editor:Prof. Dr. Ir. Iskandar Z. Siregar, M.For.Sc.Prof. Dr. Ir. Nina Mindawati, M.Si.

Editor Typografi:Atika Mayang Sari

Penata Isi:Army Trihandi PutraM. Ade Nurdiansyah

Desain Sampul:Army Trihandi Putra

Jumlah Halaman: 190 + 18 halaman romawi

Edisi/Cetakan:Cetakan Pertama, Oktober 2019

PT Penerbit IPB PressAnggota IKAPIJl. Taman Kencana No. 3, Bogor 16128Telp. 0251 - 8355 158 E-mail: [email protected]

ISBN: 978-602-440-934-0

Dicetak oleh IPB Press Printing, Bogor - IndonesiaIsi di Luar Tanggung Jawab Percetakan

© 2019, HAK CIPTA DILINDUNGI OLEH UNDANG-UNDANGDilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku tanpa izin tertulis dari penerbit

Page 5: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

KATA PENGANTAR

Buku Kriteria Bibit Tanaman Hutan Siap Tanam: untuk pembangunan hutan dan rehabilitasi lahan, merupakan salah satu buku yang ditulis untuk melengkapi informasi terkait dengan mutu bibit tanaman hutan yang banyak diperlukan oleh para pengambil kebijakan lingkup Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), peneliti, staf pengajar dan mahasiswa di Perguruan Tinggi, penyuluh dan masyarakat umum dalam kaitannya dengan penanaman pada lahan milik pribadi, lahan di dalam kawasan hutan dan di luar kawasan hutan.

Metode perbanyakan tanaman dan cara-cara penanaman yang semakin bervariasi dan mengalami perbaikan diharapkan meningkatkan keberhasilan penanaman di lapangan. Pemilihan jenis yang tepat dan lahan yang sesuai akan meningkatkan adaptasi dan pertumbuhan jenis-jenis tanaman hutan yang ditanam. Dalam buku ini dikemukakan pembibitan tanaman hutan menggunakan wadah bibit di persemaian untuk rehabilitasi hutan dan lahan, dan tinjauan penggunaan cara cabutan serta puteran yang mulai banyak digunakan untuk menyediakan bahan tanaman pada penanaman di lanskap perkotaan.

Penulis berupaya memasukkan informasi terbaru berupa tinjauan terkait dengan penyediaan bahan tanaman khusus untuk penanaman pada lanskap perkotaan dengan mengadopsi keterangan-keterangan pada buku pedoman American Standard for Nursery Stock (ANSI Z60.1 tahun 2014) dan penyederhanaannya pada pedoman Canadian Nursery Stock Standard 9th (CNLA, 2017) dan dilengkapi dengan penjelasan dalam praktek yang dilakukan oleh masyarakat penangkar bibit tanaman hutan.

Semoga informasi yang terkandung dalam buku ini dapat dimanfaatkan oleh semua lapisan masyarakat sehingga dimasa depan kesadaran untuk menanam pohon dan jenis tanaman lainnya semakin tumbuh di masyarakat,

Page 6: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM:Untuk Pembangunan Hutan dan Rehabilitasi Lahan

vi

bukan hanya untuk menciptakan lingkungan hidup yang lebih baik, tetapi juga menciptakan peluang manfaat yang lain secara sosial dan ekonomi. Akhirnya, kami sebagai penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memungkinkan buku ini sampai ditangan pengguna.

Bogor, Oktober 2019

Penulis

Page 7: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

SAMBUTAN KEPALA BALAI PENELITIAN DAN

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERBENIHAN TANAMAN HUTAN

Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas tersusunnya buku Kriteria Bibit Tanaman Hutan Siap Tanam : untuk pembangunan hutan dan rehabilitasi lahan ini. Informasi yang dituangkan dalam buku ini antara lain berasal dari berbagai sumber seperti jurnal, laporan penelitian, prosiding, buku, petunjuk teknis, Surat Keputusan (SK) dan Standar Nasional Indonesia (SNI).

Buku memuat informasi kriteria bibit siap tanam khususnya untuk tujuan pembangunan hutan tanaman, hutan rakyat dan rehabilitasi lahan kritis baik di dalam maupun di luar kawasan hutan. Informasi penanganan bibit juga menjadi pendukung yang diharapkan mampu memberikan gambaran bagaimana membuat bibit tanaman hutan untuk mencapai standar yang diinginkan atau ditetapkan dalam bentuk peraturan atau SNI. Selain itu, tinjauan umum bagaimana standar bibit untuk tujuan khusus, seperti untuk penanaman pada kawasan perkotaan disajikan dengan merujuk beberapa sumber yang relevan.

Kami berharap buku ini mampu menjadi panduan bagi petugas penyuluh kehutanan, pengada bibit, dan praktisi pembibitan lainnya serta mampu menjadi acuan bagi peneliti dan mahasiswa dalam kegiatan penelitian ataupun praktek pembibitan tanaman hutan.

Bogor, Agustus 2019

Kepala Balai,

Drs. Jonny Holbert Panjaitan, M.Si.

NIP. 196207291986031002

Page 8: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81
Page 9: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..............................................................................v

SAMBUTAN KEPALA BALAI PENELITIAN DAN PENGEMBANGANTEKNOLOGI PERBENIHAN TANAMAN HUTAN ...........................vii

DAFTAR ISI ..........................................................................................ix

DAFTAR TABEL ................................................................................ xiii

DAFTAR GAMBAR.............................................................................. xv

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................xvii

BAB I. PENDAHULUAN ....................................................................1

BAB II. PARAMETER MUTU BIBIT ...................................................5

A. Pengertian Mutu Bibit .................................................................. 5

B. Parameter Penduga Mutu Bibit .................................................... 7

1. Parameter morfologi bibit ...................................................... 8

2. Parameter fisiologi bibit ....................................................... 14

C. Hubungan Parameter Mutu Bibit dengan Keberhasilan Penanaman ............................................................ 17

BAB III. PENGELOLAAN PERSEMAIAN UNTUK MENGHASILKAN BIBIT BERMUTU ...................21

A. Penanganan Benih ...................................................................... 21

1. Penanganan benih generatif ................................................. 22

2. Penanganan benih vegetatif ................................................. 34

Page 10: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM:Untuk Pembangunan Hutan dan Rehabilitasi Lahan

x

B. Pembuatan Bibit Generatif ......................................................... 34

1. Penaburan benih generatif ................................................... 34

2. Persiapan persemaian ........................................................... 37

3. Penyapihan .......................................................................... 45

C. Pembuatan Bibit Vegetatif .......................................................... 45

1. Pembiakan dengan cara stek ................................................ 46

2. Pembiakan dengan kultur jaringan ...................................... 52

D. Aplikasi Rhizobium dan Mikoriza ............................................... 58

E. Pemeliharaan Bibit ...................................................................... 61

1. Penyiraman ......................................................................... 61

2. Wiwil dan penyiangan ......................................................... 62

3. Penjarangan dan pemangkasan akar ..................................... 62

4. Pencegahan dan pengendalian hama penyakit ...................... 63

5. Pemupukan ......................................................................... 66

5. Seleksi dan aklimatisasi (hardening off) ................................. 66

BAB IV. STANDAR MUTU BIBIT UNTUK HUTAN TANAMAN DAN REHABILITASI LAHAN DAN HUTAN......................69

A. Perkembangan Standar Mutu Bibit di Indonesia ........................ 69

B. Pengujian Mutu Bibit ................................................................. 73

1. Persyaratan umum ............................................................... 73

2. Persyaratan khusus ............................................................... 74

3. Pengambilan contoh ............................................................ 74

4. Cara pengujian .................................................................... 75

5. Syarat lulus uji ..................................................................... 77

6. Laporan hasil ....................................................................... 79

7. Penandaan ........................................................................... 80

C. Standar Mutu Bibit ..................................................................... 81

D. Kriteria Mutu Bibit untuk Tujuan Khusus: Tinjauan untuk Lanskap Perkotaan ........................................................... 86

Page 11: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

xi

DAFTAR PUSTAKA

BAB V. KEBERHASILAN PENANAMAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA ............95

A. Keberhasilan Penanaman ............................................................ 95

B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Penanaman ................................................................................. 97

1. Ekofisiologi tanaman ........................................................... 99

2. Kualitas tanaman ............................................................... 101

3. Lingkungan perakaran ....................................................... 103

4. Praktek penanaman ........................................................... 104

C. Sistem Dokumentasi dan Informasi untuk Meningkatkan Keberhasilan Penanaman .......................................................... 110

1. Informasi produksi bibit di persemaian .............................. 111

2. Informasi tapak penanaman dan pengelolaannya ............... 113

BAB VI. PENUTUP ............................................................................117

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................119

LAMPIRAN ........................................................................................143

PROFIL PENULIS .............................................................................187

Page 12: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81
Page 13: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Parameter kriteria fisiologi bibit ................................................ 15

Tabel 2. Beberapa hasil penelitian mutu bibit dalam hubungannya dengan penampilan bibit setelah penanaman ............................ 18

Tabel 3. Tipe dan karakteristik dormansi benih ...................................... 28

Tabel 4. Teknik pematahan dormansi benih beberapa jenis tanaman hutan .......................................................................... 29

Tabel 5. Tahap priming dan perlakuan pengkondisian benih .................. 32

Tabel 6. Keuntungan dan kerugian penggunaan polybag dan polytube/ pottray (Sharma, 2001a) ............................................................ 38

Tabel 7. Kandungan hara beberapa jenis limbah bahan organik .............. 43

Tabel 8. Persyaratan sifat fisik dan kimia media bibit tanaman hutan sesuai SNI 5006.2. 2018 Media bibit tanaman hutan (BSN, 2018a) ........................................................................... 43

Tabel 9. Umur stock plants untuk produksi bahan stek ............................ 48

Tabel 10. Beberapa informasi dan hasil penelitian pembiakan vegetatif dengan cara stek. ....................................................................... 49

Tabel 11. Jenis tanaman hutan yang berasosiasi dengan mikoriza ............. 60

Tabel 12. Hama dan penyakit bibit tanaman hutan di persemaian dan cara pengendaliannya ......................................................... 64

Tabel 13. Jumlah contoh (sampel) bibit yang akan diperiksa dengan intensitas sesuai dengan jumlah bibit yang akan disertifikasi ..... 74

Tabel 14. Kisaran tinggi, diameter, dan jumlah daun bibit beberapa jenis tanaman hutan (SNI 5006.2.2018. Mutu bibit tanaman hutan) untuk rehabilitasi lahan dan pembangunan hutan tanaman .................................................................................... 82

Page 14: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM:Untuk Pembangunan Hutan dan Rehabilitasi Lahan

xiv

Tabel 15. Ukuran karung plastik bibit untuk diletakkan di dalam tanah .......................................................................... 89

Tabel 16. Ukuran gumpalan akar dalam hubungannya dengan tinggi atau lebar bibit/tanaman konifer untuk tipe tajuk kerucut ........ 91

Tabel 17. Ukuran gumpalan akar tanaman konifer dalam hubungannya dengan tinggi dan lebar untuk tipe tajuk melebar ..................... 91

Tabel 18. Ukuran gumpalan akar hubungannya dengan diameter bibit/ tanaman untuk tipe pohon standar daun lebar yang tumbuh di lapangan ............................................................................... 92

Tabel 19. Keterkaitan diameter bibit/tanaman, tinggi dan sebaran akar untuk cabutan/puteran di persemaian ....................................... 93

Tabel 20. Beberapa tekanan abiotik yang mempengaruhi keberhasilan penanaman ........................................................... 98

Tabel 21. Tingkat keasaman tanah .......................................................... 108

Tabel 22. Aspek pengendali biofisik dan teknis yang mempengaruhi keberhasilan rehabilitasi lahan dan hutan ................................ 109

Tabel 23. Informasi pembuatan bibit di persemaian yang harus diketahui sebelum penanaman ................................................ 111

Tabel 24. Informasi kondisi tapak penanaman ....................................... 114

Page 15: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Contoh ukuran optimum bibit siap tanam untuk: (a) daun jarum jenis Pinus taeda (Thompson & Schultz, 1995) dan (b) daun lebar Shorea sp. (dimodifikasi dari Omon, 2008) .... 8

Gambar 2. Seed gravity table (SGT) menggunakan hembusan angin, kemiringan dan getaran untuk menyeleksi benih berdasarkan berat (Suita, 2018) ............................................ 27

Gambar 3. Tipe kecambah tanaman (Bonner et al., 1994). .................... 35

Gambar 4. Densitas (kerapatan) benih pada waktu penaburan jabon putih (dari kiri ke kanan : (a) kerapatan optimal, (b) terlalu rapat dan (c) serangan jamur pada kerapatan yang berlebihan (Nurhasybi, 2015) ....................................... 36

Gambar 5. Wadah bibit yang digunakan PT. Musi Hutan Persada dengan metode direct sowing untuk jenis Acacia spp. (Sudrajat, 2010).................................................................... 38

Gambar 6. Penyusunan wadah bibit pada persemaian tradisional (atas) dan modern (bawah) (Sudrajat, 2010) .................................. 38

Gambar 7. Media yang baik harus mampu memberikan pertumbuhan akar yang kompak (Sudrajat, 2010) ...................................... 41

Gambar 8. Penyiapan media pembibitan di PT. Musi Hutan Persada, Sumatera Selatan (Sudrajat, 2010) ........................................ 41

Gambar 9. Biopot yang dikembangkan Balai Litbang Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan (BPPTPTH) Bogor (Foto: Sudrajat, 2018) .......................................................... 44

Gambar 10. Kebun pangkas jati (Tectona grandis) dan penanaman stek ke dalam polybag di Puslitbang Perhutani, Cepu (Sudrajat, 2010).................................................................... 47

Page 16: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM:Untuk Pembangunan Hutan dan Rehabilitasi Lahan

xvi

Gambar 11. Bibit jati yang belum diaklimatisasi (kiri) dan bibit yang sudah diaklimatisasi (kanan) (Sudrajat, 2010) ....................... 67

Gambar 12. Jenis dan persentase jumlah pengujian bibit tanaman hutan di Indonesia pada tahun 2006-2009 (Sudrajat, 2010b) ........ 71

Gambar 13. Jenis dan jumlah kelompok bibit tanaman hutan yang diuji di Indonesia pada tahun 2006-2009 (Sudrajat, 2010b) ......... 72

Gambar 14. Kekompakan media bibit tanamam hutan (SNI 5006.2.2018. Mutu bibit tanaman hutan) ................... 75

Gambar 15. Kegiatan pengukuran bibit di lapangan: (a) persemaian, (b) contoh bibit yang akan diukur, (c) pengukuran diameter, (d) pengukuran tinggi, (e) pengamatan kekompakkan media, dan (f) pencatatan data ......................................................... 78

Gambar 16. Skema pemeriksaan mutu bibit tanaman hutan (Peraturan Dirjen RLPS No. P. 05/V-SET/2009) ................ 79

Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan ........................ 80

Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ... 81

Gambar 19. Bahan tanaman yang berasal puteran bagian akar dan medianya dibungkus dengan kantong plastik dan karung (a), dan jika belum digunakan untuk penanaman pada musim hujan berikutnya, maka ditanam kembali dengan wadahnya di persemaian (b) .................................................................. 88

Gambar 20. Pengukuran kedalaman gumpalan akar (root ball) dari American Standard for Nursery Stock (ANSI Z60.1 tahun 2014) dan contoh bagian akar tanaman puteran yang dibungkus dengan karung ................. 90

Gambar 21. Model konseptual untuk mengkaji keberhasilan penanaman (reforestation) (Lee et al., 2011) .......................... 96

Gambar 22. Model faktor-faktor kunci penentu keberhasilan penanaman (Hirons & Percival, 2010) .................................................... 98

Page 17: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kesesuaian tumbuh beberapa jenis tanaman hutan ............. 143

Lampiran 2. Standar mutu fisik-fisiologis benih tanaman hutan ............. 173

Lampiran 3. Penangan benih untuk beberapa jenis tanaman hutan ........ 178

Page 18: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81
Page 19: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

BAB I. PENDAHULUAN

Bibit tanaman hutan memegang peran penting dalam meningkatkan produktivitas hutan dan memulihkan atau merehabilitasi lahan dan hutan yang sekarang ini mengalamai degradasi. Pada saat ini, Indonesia mempunyai kawasan hutan yang sangat luas, yaitu 120,6 juta ha dengan luas kawasan hutan untuk tujuan produksi mencapai 68,8 juta ha (26,8 juta ha hutan produksi terbatas, 29,2 juta ha hutan produksi, dan 12,8 hutan produksi yang dapat dikonversi) (KLHK, 2017a; MoEF, 2018). Luasnya kasawan hutan produksi tersebut belum mampu memenuhi rencana pemenuhan bahan baku kayu sebesar 67,36 juta m3, sementara produksi kayu bulat dari hutan tanaman dan hutan alam hanya 27,29 juta m3. Tidak optimalnya produksi hutan tersebut disebabkan oleh produktivitas yang rendah dan sebagian kawasan hutan (24,30 juta ha) tergolong kawasan kritis (KLHK, 2017a).

Pada saat ini, optimalisasi pengelolaan kawasan hutan, khususnya hutan produksi, telah dilakukan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dengan berbagai program yang salah satunya dengan pelibatan masyarakat seperti pengembangan 347 unit Kesatuan Pemangkuan Hutan Produksi (KPHP), pembangunan hutan tanaman dan hutan tanaman rakyat, rehabilitasi lahan kritis seluas 5,5 juta ha (KLHK, 2015), dan restorasi gambut dengan target 2,49 juta ha (Gunawan, 2016; BRG, 2016). Selain itu, KLHK juga meluncurkan program-program yang sangat penting lainnya, seperti pelibatan masyarakat dalam kegiatan perhutanan sosial dengan target 12,7 juta ha (KLHK, 2017b; Suharti et al., 2017), program penyerahan pengelolaan lahan hutan negara seluas 37,2 juta ha kepada masyarakat sekitar hutan yang melibatkan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kompas.com, 2015/02/26), dan pengembangan energi terbarukan (bioenergi) yang berasal dari biomassa hutan yang dikelola secara

Page 20: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM:Untuk Pembangunan Hutan dan Rehabilitasi Lahan

2

lestari (MAPEBHI, 2017). Pelaksanaan program-program tersebut sebagian besar dilakukan melalui kegiatan penanaman yang tentunya memerlukan bibit berkualitas dalam jumlah yang memadai. Kegiatan penanaman juga tidak hanya ditujukan untuk rehabilitasi atau pembangunan hutan tanaman, tetapi dilakukan juga di daerah-daerah perkotaan untuk berbagai fungsi, seperti jalur hijau, taman kota, hutan kota dan bentuk-bentuk lainnya yang menitikberatkan pada fungsi estetika dan lingkungan.

Kegiatan penanaman tersebut membutuhkan jutaan bibit dari berbagai jenis prosfektif tanaman hutan. Penanaman secara umum dilakukan dengan menanam bibit hasil perbanyakan secara generatif atau vegetatif yang dipelihara di persemaian. Keberhasilan program penanaman dalam pembangunan hutan tanaman dan penghutanan kembali sering mengalami hambatan karena terbatasnya bahan penanaman dan rendahnya kualitas bibit tanaman hutan (Gregorio et al., 2015). Untuk meningkatkan kualitas bibit, praktek persemaian yang tepat sangat diperlukan. Penanaman dengan bibit atau bahan tanaman yang bermutu baik diharapkan dapat menghasilkan tanaman dengan tingkat adaptasi yang tinggi, pertumbuhan awal yang cepat dan memiliki penampilan yang sesuai dengan harapan. Selain itu, keberhasilan penananam juga memerlukan regulasi yang mengatur atau menjamin bibit tanaman hutan yang beredar secara umum.

Sistem pengendalian mutu benih dan bibit di negara berkembang termasuk Indonesia dilakukan dengan skema sertifikasi yang diatur melalui peraturan pemerintah (Van Gastel et al., 2002; Van der Meer, 2002; Louwaars, 2005). Sistem sertifikasi dimulai dari sertifikasi sumber benih, mutu benih dan mutu bibit sebagai suatu mekanisme dalam pengendalian mutu benih dan bibit yang dikomersialisasikan (ANLA, 2004; Jacobs et al., 2005). Sistem sertifikasi ini memerlukan pengaturan atau perangkat yang berupa standar uji dan kriteria mutu bibit sebagai acuan pelaksana sertifikasi di laboratorium atau lapangan (Tripp, 1997; Louwaars, 2005). Jenis tanaman dan lingkungan tempat tumbuhnya (ekologi) sangat mempengaruhi penetapan kriteria mutu bibit, sehingga penerapannya tidak dapat diadopsi untuk jenis dan lingkungan tempat tumbuh yang berbeda. Bibit bermutu adalah bibit dengan karakter tertentu yang mampu beradaptasi, tumbuh dan berkembang baik ketika ditanam pada tapak tertentu yang sesuai (Mattson, 1996; Wilson & Jacobs, 2005). Tentunya, kriteria mutu bibit untuk pembangunan hutan tanaman dan rehabilitasi lahan akan berbeda dengan untuk tujuan lanskap perkotaan. Bibit

Page 21: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

BAB I.PENDAHULUAN

3

tanaman yang digunakan untuk kawasan perkotaan didominasi oleh bibit dalam ukuran yang lebih besar dengan tujuan agar tanaman cepat tumbuh besar dan mencapai ukuran pohon. Bibit tanaman dapat diperoleh dengan cara cabutan atau dengan cara puteran (Dahlan, 2004; Nugraha, 2008) dan harus diperlihara dalam wadah bibit yang relatif besar.

Penentuan kriteria bibit atau bahan tanaman siap tanam masih menjadi masalah ketika akan dibuat menjadi suatu standar mutu bibit. Permasalahan tersebut di antaranya adalah masih terbatasnya informasi dan pemahaman terhadap penggunaan bibit tanaman hutan bermutu sesuai standar dan masih adanya keraguan di antara pengawas, pengada, pengguna dan peneliti terhadap standar mutu bibit yang berlaku. Selain itu, permasalahan lainnya adalah masih terbatasnya jenis yang distandarkan untuk dijadikan pedoman penguji di lapangan dan standar yang dibuat hanya berdasarkan kondisi morfologi bibit di persemaian, bukan hasil uji fisiologi bibit atau uji penanaman (Sudrajat et al., 2010). Penentuan kriteria bibit siap tanam sangat diperlukan untuk mendapatkan standar mutu bibit yang mencerminkan penampilan bibit setelah tanam (Mattson, 1996; Wilson & Jacobs, 2005; Haase, 2008). Untuk itu, karakteristik morfologi bibit yang umumnya menjadi parameter pengujian mutu bibit perlu didukung dengan uji fisiologi yang dihubungkan dengan hasil uji lapang (Jacobs et al., 2005; Semerci, 2005; Dumroese et al., 2016; Grossnickle et al., 2017; Sianturi & Sudrajat, 2019). Selain itu, prosedur manajemen bibit, khususnya dalam aklimatisasi bibit perlu dikembangkan sehingga mampu memberikan acuan atau standard operational and procedures (SOP) bagi pengada atau penangkar dalam menyediakan bibit bermutu sesuai standar yang telah ditetapkan, seperti pengurangan kerapatan bibit di persemaian mampu meningkatkan daya hidup bibit hingga 4% sampai 10% dibandingkan dengan bibit yang diletakkan rapat (Rowan, 1986; Leachet al., 1986).

Pada saat ini standar bibit tanaman hutan layak tanam telah disusun oleh Direktorat Perbenihan Tanaman Hutan, Dirjen Pengelolaan DAS dan Hutan Lindung, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, dan Standar Nasional Indonesia (SNI) yang merupakan produk Badan Standardisasi Nasional (BSN).

Buku kriteria bibit tanaman hutan siap tanam untuk kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan ini ditulis dalam rangka melengkapi informasi mengenai standar mutu bibit tanaman hutan untuk tujuan pembangunan hutan

Page 22: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM:Untuk Pembangunan Hutan dan Rehabilitasi Lahan

4

tanaman, rehabilitasi lahan dan hutan. Buku ini dibagi ke dalam beberapa pokok bahasan, yaitu pendahuluan, parameter mutu bibit, pengelolaan persemaian praktis, standar mutu bibit siap tanam untuk tujuan rehabilitasi hutan dan lahan serta pembangunan hutan tanaman atau hutan rakyat, dan faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan penanaman tanaman hutan. Buku ini diharapkan dapat memberikan pemahaman dan gambaran yang lebih baik terhadap pemegang kebijakan, pengawas, pengada, pengedar, pengguna, dan stakeholder lainnya mengenai kriteria bibit tanaman hutan siap tanam dan penerapannya di lapangan untuk mencapai kualitas tanaman (plant quality) yang terbaik.

Buku ini juga mengupas proses pengadaan bibit tanaman hutan yang dimulai dari pengadaan benih bermutu sebagai awal dari semua kegiatan persemaian. Benih bermutu dapat diperoleh dari sumber-sumber benih berkualitas hasil kegiatan pemuliaan yang diproses melalui penerapan teknologi penanganan benih yang tepat sesuai dengan karakter benihnya. Proses pengadaan bibit selanjutnya adalah pembuatan bibit di persemaian yang dimulai dari penaburan, penyapihan, pemeliharaan dan aklimatisasi bibit (hardening off). Selanjutnya bibit diseleksi dan disertifikasi untuk mendapatkan legalitas siap tanam sesuai dengan standar mutu bibit yang telah ditetapkan. Bibit-bibit yang lulus sertifikasi tersebut merupakan bibit layak tanam yang dapat menjadi jaminan bagi pengada, pengedar dan pengguna bibit tersebut.

Page 23: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

BAB II. PARAMETER MUTU BIBIT

A. Pengertian Mutu BibitBibit merupakan tanaman muda yang dihasilkan dari perbanyakan baik

secara generatif (biji) atau vegetatif (bahan tanaman lainnya). Mutu bibit harus mencerminkan kemampuan bibit untuk tumbuh dan beradaptasi dengan lingkungannya setelah penanaman (Mattson, 1997; Wilson & Jacobs, 2005; Sianturi & Sudrajat, 2019). Mutu bibit merupakan suatu kriteria yang disesuaikan dengan tujuan (fitness for purpose), meliputi paramater- parameter yang menentukan kemampuan bibit untuk dapat tumbuh dan beradaptasi dengan lingkungan setelah ditanam (Pattonen, 1985; Hawkins, 1996; Mattson, 1997; Wilson & Jacobs, 2005). Kriteria mutu bibit tidak dapat hanya dideskripsikan di persemaian, tetapi harus dapat dibuktikan di lokasi penanaman. Bibit yang terlihat bagus di persemaian belum tentu mampu beradaptasi dan tumbuh baik pada semua lahan, sehingga penting sekali merencanakan jenis tanaman yang akan ditanam dan kriteria bibit yang digunakan. Mutu bibit bersifat spesifik, sehingga tidak ada pengertian mutu bibit untuk semua jenis dan tujuan penanaman. Beberapa negara bagian di Amerika Serikat mencanangkan free to grow yang menyatakan kriteria bibit tanaman di persemaian bukan hanya hidup jika ditanam tapi juga harus tumbuh lebih baik dari vegetasi pesaing dalam kurun waktu 5 tahun (Landis & Dumroesoe, 2006).

Standar mutu bibit merupakan parameter-parameter yang dinamis sesuai dengan perkembangan iptek dan kebutuhan, serta merefleksikan faktor-faktor lingkungan, perubahan musim, dan berbagai perlakuan bibit serta tanaman di lapangan (Hawkins, 1996). Menurut Wilson dan Jacobs (2005), untuk penanaman pada lokasi/tapak berbeda akan memerlukan kriteria bibit yang

Page 24: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM:Untuk Pembangunan Hutan dan Rehabilitasi Lahan

6

berbeda juga, tetapi secara umum bibit tersebut harus mempunyai perakaran yang berkembang baik dengan akar-akar baru yang mampu tumbuh cepat. Bibit yang mampu tumbuh dan berkembang baik memiliki potensi tumbuh baik pada areal agak ekstrim, seperti daerah banjir, kandungan garam tinggi, kering, dan miskin hara atau lahan marjinal. Bibit yang memiliki perakaran dalam mampu tumbuh dengan baik pada daerah kering, sedangkan pada daerah yang banyak gulmanya, bibit yang berukuran lebih besar diduga akan tumbuh lebih baik karena mampu bersaing pada tahap pertumbuhan awal. Rose et al. (1990) menyebutkan bibit yang siap tanam sebagai target bibit (seedling target).

Konsep target bibit menurut Rose et al. (1990) merupakan target karakteristik morfologi dan fisiologi bibit yang secara kuantitatif berhubungan dengan keberhasilan program penanaman. Konsep ini didasarkan pada suatu hipotesis bahwa banyak karakteristik bibit memegang peran secara bersamaan untuk memenuhi respon lapangan yang diinginkan. Perusahaan kayu Weyerhaeuser di Amerika Serikat melakukan pengamatan kondisi morfologi bibit Pinus taeda secara kontinyu untuk mengkaji adaptasi dan pertumbuhannya setelah penanaman di lapangan. Target seedling untuk jenis tersebut diidentifikasi pada tinggi 20 – 25 cm, diameter batang >4 mm, batang dan pertumbuhan tunas baik, bentuk perakaran dan volume >3,5 ml dan memiliki pertumbuhan akar yang tinggi (Rose et al., 1990). Sementara Karyaatmaja et al. (2001) melaporkan morfologi bibit siap tanam untuk jenis tropis Pinus merkusii bahwa bibit dengan tinggi 6,1 -10 cm, diameter bibit > 2 mm, dan telah berkayu menghasilkan penampilan yang lebih baik hingga umur 6 bulan setelah tanam di lapangan. Perbedaan jenis, tapak dan iklim tentunya akan mempengaruhi kriteria bibit siap tanam.

Duryea (1984) menyatakan bahwa kriteria mutu bibit yang banyak digunakan meliputi karakteristik morfologi dan fisiologi bibit, serta deskripsi kelompok bibit lainnya. Umur bibit dan lokasi penanaman secara umum dapat menjadi gambaran kelompok bibit siap tanam. Karakteristik morfologi bibit merupakan deskripsi visual dari tinggi bibit, diameter pangkal batang, bobot kering akar, dan rasio pucuk akar, sedangkan fisiologis bibit merupakan gambaran kondisi awal proses fisiologi bibit seperti kemampuan menumbuhkan tunas dan akar baru, keseimbangan nutrisi, ketahanan terhadap stress dan karakter lainnya (Haase, 2008, Dumroese et al., 2016; Grossnickle et al., 2017). Untuk menentukan kriteria bibit siap tanam, karakteristk morfologi

Page 25: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

BAB II.PARAMETER MUTU BIBIT

7

sering dikorelasikan dengan penampilan bibit setelah penanaman di lapangan. Hasil uji coba Sharma et al. (2007) pada jenis Pinus radiata menyatakan bahwa indek kekokohan dan tinggi bibit merupakan penduga terbaik untuk persentase hidup tanaman hingga umur tanaman 1 tahun.

B. Parameter Penduga Mutu BibitAtribut untuk menguji mutu bibit menurut Mattson (1996) dapat

dikategorikan menjadi dua bagian, yaitu atribut material (material attributes) yang dapat secara cepat dikaji oleh sejumlah metode baik langsung maupun tidak langsung, dan atribut penampilan (performance attributes) yang dikaji secara subyektif terhadap bibit untuk meyakinkan pengaruh lingkungan dan mengevaluasi respon pertumbuhannya. Secara umum, mutu bibit tergantung dari beberapa parameter sebagai berikut (Wilson & Jacobs, 2005):

- Kemampuan menghasilkan akar-akar baru secara cepat,

- Kecepatan bibit untuk mengakar di tanah dan mulai berasimilasi serta tumbuh setelah ditanam di lapangan,

- Sistem perakaran berkembang baik,

- Daun-daun beradaptasi dengan cahaya matahari,

- Diameter pangkal batang besar,

- Keseimbangan rasio pucuk-akar,

- Cadangan karbohidrat baik,

- Kandungan hara mineral optimum,

- Pembentukan infeksi mikoriza dan rhizobium yang cocok.

Wilson dan Jacobs (2005) dan Haase (2008) membagi cara pengukuran mutu bibit menjadi dua bagian, yaitu uji morfologi dan uji fisiologi. Uji morfologi didasarkan pada fisik bibit, sedangkan uji fisiologi berdasarkan fungsi internal bibit. Tentunya kedua kategori tersebut tidak berdiri sendiri. Karakteristik morfologi dapat dianggap sebagai suatu manifestasi fisik dari aktivitas fisiologi suatu bibit. Uji morfologi merupakan suatu uji yang umum dipergunakan karena dapat dilakukan dengan cepat dan biayanya rendah, tetapi beberapa parameter tidak selalu berkorelasi tinggi dengan penampilan bibit di lapangan setelah penanaman, seperti tinggi dan ukuran daun seringkali memiliki korelasi rendah.

Page 26: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM:Untuk Pembangunan Hutan dan Rehabilitasi Lahan

8

1. Parameter morfologi bibitMorfologi didefinisikan sebagai bentuk atau struktur organisme atau

beberapa bagiannya (Haase, 2008). Parameter morfologi merupakan parameter yang populer dalam pengukuran kualitas bibit. Sebagai contoh, hampir semua persemaian melakukan penilaian kualitas bibit berdasarkan parameter morfologinya.

Gambar 1. Contoh ukuran optimum bibit siap tanam untuk: (a) daun jarum jenis Pinus taeda (Thompson & Schultz, 1995) dan (b) daun lebar Shorea sp. (dimodifikasi dari Omon, 2008)

Hal pertama yang dilakukan untuk menggambarkan bibit yang ideal selalu dimulai dari karakteristik morfologi, seperti tinggi dan diameter batang, yang dirubah ke dalam klasifikasi standard. Penelitian pada bibit Pinus spp. menunjukkan bahwa karakteristik morfologi dan aspek fisiologi dari mutu bibit sama pentingnya (Landis & Dumroese, 2006). Pengukuran mutu morfologi bibit umumnya digunakan untuk bibit jenis-jenis kayu keras. Parameter

Page 27: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

BAB II.PARAMETER MUTU BIBIT

9

seperti tinggi, diameter pangkal batang, volume akar dan jumlah akar lateral telah digunakan dan hasilnya cukup baik (Thompson & Schultz, 1995; Jacobs & Seifert, 2004; Omon, 2008) (Gambar 1), namun bagaimana pun juga efektifitasnya sangat tergantung pada kondisi fisiologi bibit dan lingkungan atau areal penanaman. Bibit yang berukuran besar tidak selalu menunjukkan bahwa bibit tersebut bermutu tinggi. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa uji morfologi bibit memberikan hasil yang tidak konsisten, hal ini disebabkan oleh perbedaan dalam praktek/pengelolaan persemaian, jenis, dan kondisi lingkungan areal penanaman (Wakeley, 1954).

Dalam prakteknya, klasifikasi mutu bibit berdasarkan morfologinya banyak diterapkan di beberapa negara, seperti yang dikembangkan di Kanada dalam bentuk Canadian Nursery Stock Standard (CNLA, 2017) dan di Carolina Utara, Amerika Serikat dalam bentuk Pocket guide to seedling care and planting standards (NCDENS, 2007). Hal ini disebabkan pengukuran morfologi bibit lebih mudah, lebih cepat dan murah serta tidak memerlukan keahlian atau keterampilan khusus. Karakteristik morfologi yang paling banyak dipakai menilai mutu bibit adalah tinggi, diameter, jumlah daun, volume akar, dan bentuk batang bibit (Haase, 2008). Beberapa parameter tersebut akan diuraikan sebagai berikut:

a. Tinggi

Parameter bibit yang paling mudah diamati adalah tinggi. Tinggi bibit diukur dengan mistar dari pangkal batang (bekas kotiledon) sampai ujung terminal pucuk. Jika tidak ada terminal pucuk karena adanya luka atau pertumbuhan yang aktif, pengukuran dilakukan sampai titik tertinggi atau dengan memperkirakan titik tumbuhnya (Thompson, 1985). Standar minimum tinggi bibit sangat beragam untuk setiap jenis, zona benih dan kelas umur.

Tinggi bibit berkorelasi dengan jumlah daun yang dapat memberikan perkiraan kapasitas fotosintesis dan areal transpirasi. Bibit yang lebih tinggi mempunyai keunggulan bersaing dengan gulma dan dapat mengindikasikan sifat genetik yang unggul. Bagaimanapun juga, areal transpirasi yang lebih besar pada bibit yang lebih tinggi akan mengakibatkan stress pada saat ditanam di tapak yang kering, khususnya sebelum terbentuknya akar. Bibit yang sangat tinggi akan lebih sulit untuk ditanam, kurang seimbang, dan mudah terkena kerusakan oleh angin.

Page 28: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM:Untuk Pembangunan Hutan dan Rehabilitasi Lahan

10

Persen hidup bibit tidak berhubungan secara linear dengan tinggi awal bibit tetapi memperlihatkan nilai maksimum tertentu. Nilai maksimum tinggi bibit tergantung dari ukuran sistem perakaran bibit dan tapak penanaman. Pada tapak-tapak yang lebih kering, tinggi optimum bibit harus lebih rendah.

b. Diameter

Diameter merupakan ukuran morfologi umum digunakan dalam seleksi bibit di persemaian. Diameter diukur dengan kaliper sedikit di bawah bekas kotiledon atau pada pangkal akar (root collar diameter). Pada saat pengukuran perlu diperhatikan bahwa caliper harus tegak lurus terhadap batang dan sedikit menekan dengan tekanan yang konstan, tetapi tidak menyebabkan kerusakan bibit. Secara umum, diameter yang lebih besar mengindikasi bibit lebih baik (Haase, 2008). Diameter batang dianggap sebagai penduga terbaik persentase hidup dan pertumbuhan bibit di lapangan. Diameter yang lebih besar juga mengindikasikan sistem perakaran dan volume batang yang besar. Diameter tidak selalu berkorelasi dengan persen hidup di lapangan, tetapi berkorelasi dengan pertumbuhan selanjutnya (Thompson, 1985).

c. Berat bibit

Pengukuran berat dapat dilakukan baik pada berat segar maupun berat kering. Berat segar, meskipun mudah diukur, sangat beragam dengan jaringan yang berisi air, sehingga pengukuran berat kering memberikan hasil lebih konsiten. Umumnya, jaringan yang diukur adalah seluruh tanaman atau secara terpisah pada bagian-bagian tanaman, seperti akar, batang dan daun. Jaringan tanaman sebaiknya dicuci sebelum pengeringan. Jika berat kering akar dan pucuk diukur secara terpisah, bibit dipotong pada bagian pangkal akar atau beberapa posisi lainnya yang mudah diulang dan setiap potongan ditempatkan pada kantung kertas terpisah. Suhu pengeringan sebaiknya cukup untuk mengubah enzim yang bertanggung jawab untuk dekomposisi (>60°C), namun tidak menyebabkan dekomposisi termal dan volatisasi nirogen (<70°C) (Bickehaupt, 1980). Umumnya pengeringan dilakukan hingga tercapainya berat kering konstan yang dicapai selama 24 jam (Thompson, 1985), namun Haase (2008) menyatakan bahwa pengeringan dapat dilakukan pada suhu 68o C selama 48 jam.

Page 29: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

BAB II.PARAMETER MUTU BIBIT

11

Bibit dengan berat pucuk lebih besar mempunyai kapasitas fotosintesis dan potensi pertumbuhan yang lebih besar, namun akan meningkatkan stress pada tapak yang kering sebelum berkembangnya akar. Bibit dengan berat akar yang tinggi cenderung tumbuh dan bertahan hidup lebih baik dari pada bibit dengan berat akar rendah. Berat akar bagaimana pun tidak selalu merefleksikan akar serabut karena bibit yang banyak akar halus dapat mempunyai masa yang sama dengan dengan akar tunjang yang besar. Bibit berkualitas harus mempunyai perbandingan berat pucuk yang seimbang dengan berat akar. Secara umum, berat kering tidak digunakan sebagai kriteria seleksi atau pengkelasan bibit karena pengukurannya memerlukan waktu yang relatif lama dan sifatnya destruktif. Pengukuran berat umumnya digunakan untuk mengevaluasi kelompok bibit atau perlakuan dalam kegiatan khusus seperti penelitian. Pengukuran berat juga digunakan untuk menentukan rasio akar pucuk dan indek kualitas bibit. Berat kering bibit pada banyak kasus berkorelasi positif dengan diameter (Ritchi, 1984). Berat kering bibit berkorelasi dengan persen hidup bibit dan pertumbuhannya di lapangan, dengan tingkat konsistensi sepeti diameter. Namun, berat kering bibit tersebut untuk menghasilkan bibit dengan adaptasi dan pertumbuhan terbaik harus mempunyai keseimbangan antara berat pucuk dengan akarnya.

d. Warna bibit

Warna bibit sering digunakan sebagai ukuran kualitas yang bersifat subyektif. Parameter ini mungkin mempunyai nilai, seperti daun bibit yang berwarna kuning, cokelat atau hijau terang dapat menunjukkan bibit yang kurang vigor dibandingkan dengan bibit dengan daun berwarna hijau tua, namun parameter ini kurang meyakinkan dalam hubungannya dengan persen hidup dan pertumbuhan setelah penanaman di lapangan (Linder, 1980). Umumnya, makin banyak kandungan nitrogen daun akan makin banyak menghasilkan klorofil sehingga warna daun menjadi hijau gelap. Van den Driesshe (1984) menyatakan pada jenis Pseudotsuga menziesii dan Picea sitchensis, kandungan nitrogen pada bibit berkorelasi positif dengan persen hidup tanaman di lapangan, tetapi korelasi tersebut tidak terjadi pada pertumbuhan dan persen hidup jenis Pinus contorta. Sementara McGilvray dan Barnett (1982) melaporkan bahwa kandungan klorofil tidak konsisten dalam korelasinya dengan persen hidup di lapangan. Meskipun responnya beragam, namun warna hijau gelap merupakan kriteria yang penting untuk bibit bermutu tinggi.

Page 30: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM:Untuk Pembangunan Hutan dan Rehabilitasi Lahan

12

e. Panjang pucuk

Panjang atau tinggi pucuk diukur dengan menggunakan mistar atau caliper dari pangkal pucuk hingga ujung pucuk. Pengukuran harus dilakukan secara hati-hati supaya tidak merusak jaringan pucuk. Pada beberapa jenis, seperti Pseudotsuga menziesii dan Pinus penderosa (Hanover, 1963), panjang pucuk berkorelasi dengan jumlah daun primordia dan kemudian mempengaruhi pertumbuhan. Haase (2008) juga menyatakan bahwa panjang pucuk berkorelasi dengan jumlah daun muda pada banyak jenis dan memberikan indikasi vigor bibit dan potensi pertumbuhan pucuk. Tinggi pucuk merupakan indikator yang mungkin berguna untuk mengukur potensi pertumbuhan di lapangan. Tinggi pucuk juga merupakan indikator tidak langsung dormansi dan vigor bibit (Thompson, 1985).

f. Rasio pucuk akar

Rasio pucuk akar (RPA) merupakan perbandingan antara pucuk dengan akar. RPA merupakan ukuran keseimbangan antara areal transpirasi (pucuk) dengan areal penyerapan air (akar). Umumnya, bibit dalam wadah memiliki rasio pucuk akar 2:1 atau kurang (Haase, 2008).

RPA = berat kering pucuk (batang + daun) (g)berat kering akar

Menurut Mullin dan Christl (1982), rasio pucuk akar dapat menjadi indek untuk memprediksi persen hidup bibit di lapangan, tetapi kemungkinan mempunyai nilai yang kecil dalam memprediksi pertumbuhan di lapangan.

g. Bentuk batang dan akar bibit

Pengamatan visual biasanya dilakukan untuk mengetahui banyaknya tunas (multiple shoots) atau bergarpu, batang bengkok, bentuk akar, dan kerusakan fisik. Kondisi tersebut merupakan kondisi yang tidak diinginkan dan dapat berpengaruh negatif terhadap penampilan bibit di lapangan. Bibit tunas garpu atau bentuk batang yang bengkok dapat disebabkan karena genetik atau hasil dari praktek budidaya, dan juga serangan hama dan penyakit. Ketika bibit bertunas garpu dihasilkan dari kerusakan di persemaian atau serangan hama, bibit biasanya mampu memulihkan diri dan menghasilkan bibit berbatang tunggal (Mclemore,

Page 31: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

BAB II.PARAMETER MUTU BIBIT

13

1982). Selama pemulihan tersebut terjadi pengurangan/penundaan pertumbuhan pada tahun pertama hingga satu batang tunggal menjadi dominan.

Bentuk akar berhubungan dengan kemampuan perakaran dalam mengeksplorasi volume tanah untuk menyerap air dan hara (Thompson, 1985). Bentuk wadah bibit sangat menentukan jumlah akar dan derajat akar spiral dalam wadah. Akar berbetuk spiral dapat menurunkan pertumbuhan dan akhirnya menyebabkan kematian (Haris, 1978).

h. Rasio tinggi dan diameter atau indek kekokohan

Rasio tinggi dan diameter atau disebut juga indek kekokohan (sturdiness quotient) merupakan perbandingan antara tinggi (dalam cm) dengan diameter (dalam mm). Rasio yang tinggi menunjukkan bibit relatif tinggi kurus, sedangkan rasio yang rendah menunjukkan bibit yang kokoh.

Secara umum, bibit dengan indek kekokohan yang terlalu tinggi menunjukkan kerentanannya terhadap kerusakan fisik sewaktu di tanam. Roller (1977) menemukan bahwa bibit Picea mariana (black spruce) dengan indek kekokohan lebih dari 6 sangat mudah mengalami kerusakan ketika diterpa angin dan kekeringan. Secara umum, indek kekokohan secara paralel sangat dekat dengan diameter bibit dalam memprediksi persen hidup dan pertumbuhan bibit di lapangan.

i. Indek mutu bibit Dickson

Indek mutu dirancang untuk mengevaluasi sejumlah kombinasi parameter morfologi untuk menduga performa bibit setelah ditanam di lapangan yang dikembangkan pada jenis Picea glauca and Pinus strobus (Dickson et al., 1960). Indek ini telah diuji untuk jenis Pseudotsuga menziesii oleh Ritchie (1984) dan dapat merefleksikan keberhasilan penanaman berbagai tipe bibit.

Indek mutu bibit = berat kering pucuk (batang + daun) (g)

Tinggi bibit (cm) + Berat kering pucuk (g)Diameter (mm) Berat kering akar (g)

Umumnya parameter morfologi bibit (tinggi dan diameter) lebih banyak diterapkan dalam pengujian mutu bibit karena pengukurannya relatif mudah dan cepat (Omi et al., 1986; Mexal & Landis, 1990; Rose & Ketchum, 2003), walaupun tidak selalu mencerminkan kemampuan bibit tumbuh di lapangan

Page 32: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM:Untuk Pembangunan Hutan dan Rehabilitasi Lahan

14

dan menurut Wakeley (1954), kriteria morfologi umumnya kurang realibel untuk mempredikasi penampilan bibit di lapangan. Ketika membandingkan morfologi bibit, tinggi dan diameter mungkin akan superior dalam menduga mutu bibit, namun parameter lainnya juga mempunyai peran dan sangat tergantung dengan jenis dan karakteristik areal penanaman.

Karakter morfologi lainnya yang dijadikan parameter mutu bibit adalah sistem perakaran (fibrositas sistem akar, volume akar, akar-akar lateral baru, dan panjang akar). Sistem serabut akar mempunyai areal absorbsi hara, air tinggi dan jumlah ujung-ujung akar aktif yang bermanfaat dalam perkembangan bibit (Thompson, 1985; Deans et al., 1990). Volume dan panjang akar juga mempunyai korelasi yang positif dengan keberhasilan bibit tumbuh setelah penanaman (Rose, et al., 1997; Chiatante et al., 2002; Gazal & Kubiske, 2004). Meskipun diterima secara umum dan banyak digunakan, banyak peneliti yang menyatakan bahwa morfologi sendiri tidak dapat memprediksi semua keragaman yang terlihat dalam persen tumbuh dan pertumbuhan tanaman di lapangan (Ritchie, 1984; Sianturi & Sudrajat, 2019), sehingga kajian fisiologis bibit juga perlu dilakukan.

2. ParameterfisiologibibitPengukuran aktivitas fisiologi bibit dapat memberikan hasil pendugaan

mutu bibit yang lebih akurat (Ritchie, 1984). Uji fisiologi telah dipraktekkan pada jenis-jenis konifer di beberapa lokasi persemaian secara operasional oleh USDA Forest Service dan memberikan hasil yang lebih nyata. Menurut Dumroese et al. (2005), uji mutu fisiologi bibit dapat dilakukan dengan cara menguji: a). potensi pertumbuhan akar (root growth potential), b). electrolyte leakage dari serabut akar, akar tunjang, tunas, daun dan pucuknya, c). potensial air, d). kadar air akar, e). tingkat karbohidrat akar, f). kandungan mineral/hara, g). chlorophyll fluorescence, h). fotosintesis, dan status dormansi pucuk. Haase (2008) juga mengkaji beberapa cara uji fisiologis bibit seperti potensi pertumbuhan akar, dormansi pucuk, cekaman/stress terhadap seluruh bagian tanaman, hara/nutrisi tanaman, dan kapasitas fotosintesis (Tabel 1). Uji fisiologi meskipun lebih mencerminkan kemampuan bibit tumbuh setelah penanaman, namun uji ini relatif membutuhkan waktu dalam pengukurannya (Rietveld & Tinus, 1987).

Page 33: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

BAB II.PARAMETER MUTU BIBIT

15

Tabel 1. Parameter kriteria fisiologi bibitSifat bibit Metode pengukuran Satuan ukuran Interpretasi

Potensi pertumbuhan akar (RGP)

Bibit dipotkan dalam media tanah atau cocopeat atau ditempatkan dalam tangki hidroponik. Setelah 21 hari pada lingkungan yang optimum untuk pertumbuhan, jumlah dan panjang akar barunya diukur.

Tipe akar dikelompokkan pada 0= tidak ada akar baru; 1=beberapa akar, panjang kurang dari 1 cm; 2= 1-3 akar baru, panjang lebih dari 1 cm; 3=4-10 akar baru, panjang lebih dari 1 cm; 4=11-30 akar baru panjang lebih dari 1 cm; 5= lebih dari 30 akar baru panjang lebih dari 1 cm.

PPA dipengaruhi oleh tipe stok, jenis, seedlot, dan fisiologi dan berhubungan dengan penampilan di lapangan ketika air diserap oleh akar-akar baru. Namun, PPA mungkin tidak diekspresikan ketika kondisi lapangan atau suhu di bawah optimum untuk pertumbuhan akar.

Dormansi tunas (Bud dormancy)

Bibit ditempatkan di bawah kondisi pertumbuhan yang optimal dan jumlah hari untuk tunas berkembang dihitung.

Jumlah hari Aktivitas tunas merupakan indikator atau dormansi dan ketahanan terhadap cekaman (stress).

Plant moisture stress (PMS)

Ruang bertekanan merupakan metode umum untuk menentukan tekanan air bibit (Cleary & Zaerr, 1980)

Bars: 10 bar PMS setara dengan -1,0 MPa dari potensi air pada xylem.

PMS mengindikasikan potensi air bibit dan merefleksikan interaksi antara suplai air, kebutuhan air, dan regulasi tanaman. PMS dapat dipengaruhi oleh waktu harian, jenis, umur tanaman, tingkat dormansi dan ketahanan terhadap strees, dan lingkungan. PMS meningkat dengan meningkatnya tekanan air tanaman. Tekanan air yang lemah akan menyebabkan tertutupnya stomata, berkurangnya fotosintesis, dan menurunnya pertumbuhan. Tekanan yang terlalu tinggi dapat mnyebabkan kerusakan permanen terhadap sistem fotosintesis dan menyebabkan berkurangnya pertumbuhan dan daya hidup.

Page 34: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM:Untuk Pembangunan Hutan dan Rehabilitasi Lahan

16

Sifat bibit Metode pengukuran Satuan ukuran InterpretasiUnsur hara tanaman

Bermacam-macam teknik laboratorium dapat digunakan untuk menentukan kandungan unsur hara makro dan mikro. Untuk menentukan kandungannya, konsentrasi digandakan dengan biomassa contoh.

Umumnya dinyatakan dalam persen (%) atau ppm, gram atau milligram.

Keseimbangan hara tanaman sangat penting untuk proses fisiologi yang optimal dan penampilan tanaman di lapangan.

Chlorophyll flourescence

Sistem fotosistesis bibit dapat dievaluasi melalui penjenuhan cahaya dengan fluorometer.

Fvar/Fmax (jaringan daun dapat beradaptasi dengan gelap), atau quantum yield (tidak dapat beradaptasi dengan gelap)

Flourescence merupakan noninvasif, metode yang tidak merusak untuk mengevaluasi tanaman. Teknik ini dapat memberikan informasi tentang aktivitas fotosintesis tanaman dan responnya terhadap gangguan.

Sumber : Haase (2008)

Uji fisiologi mutu bibit yang banyak digunakan adalah potensi pertumbuhan akar Root Growth Potential (RGP). RGP merupakan ukuran mutu fisiologis bibit yang sangat penting karena mengintegrasikan atribut bibit dalam satu ukuran biologi, yaitu kemampuan menumbuhkan akar baru (Ritchie, 1984; Rietveld & Tinus, 1987). Namun pengklasifikasian fisiologis masih tidak praktis sebab uji RGP tidak secepat uji morfologi bibit (Rietveld & Tinus, 1987).

Sebenarnya tidak ada satu metoda pengujian mutu bibit yang secara keseluruhan berhasil menduga kemampuan adaptasi bibit dan pertumbuhan. Uji morfologi sepertinya cukup menjanjikan untuk membuat standar klasifikasi bibit, namun penampilan bibit yang diklasifikasikan secara morfologi tidak stabil pada tapak yang berbeda. Perbedaan lokasi persemaian, tanah, dan praktek manajemen persemaian telah menghasilkan perbedaan ukuran morfologi bibit sehingga menyulitkan untuk distandarkan (Kormanik, 1990). Menurut Mattsson (1996), uji fisiologi yang potensial untuk dikembangkan di masa depan adalah chlorophyll flourescence, infrared thermography, machine vision system, integrated approaches dan evaluasi ekofisiologi. Solusi yang

Tabel 1. Parameter kriteria fisiologi bibit (lanjutan)

Page 35: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

BAB II.PARAMETER MUTU BIBIT

17

dapat dilakukan adalah mengkombinasikan sejumlah uji untuk memperoleh gambaran yang lebih baik mengenai bibit sehat dan vigor, karena yang ingin diketahui bukan penampilan aktual bibit, tetapi potensi keberhasilan penanaman di lapangan (Grossnickle et al., 1991; Wilson & Jacobs, 2005). Fisiologi bibit merupakan konsep tradisional untuk reforestasi dan restorasi, dan membantu mengembangkan konsep target tanaman (plant target) (Rose et al., 1990).

C. Hubungan Parameter Mutu Bibit dengan Keberhasilan Penanaman

Beberapa hasil penelitian menyatakan diameter pangkal batang merupakan parameter morfologi bibit yang berkorelasi positif terhadap kemampuan beradaptasi, pertumbuhan bibit di lapangan. Selain itu, diameter pangkal batang berkorelasi dengan perkembangan ukuran akar (Rose et al., 1997). Beberapa ahli menyatakan bahwa diameter atau tinggi bibit yang lebih kecil ternyata mampu beradaptasi dan memiliki pertumbuhan yang lebih baik pada tapak spesifik seperti pegunungan dan lokasi spesifik lainnya (Allen, 1953; Venator, 1983; Jurasek et al., 2009). Hasil penelitian lainnya berpendapat sebaliknya. Omon (2008) menyatakan berdasarkan uji penanaman di tiga lokasi di Kalimantan maka kriteria mutu bibit siap tanam untuk beberapa jenis meranti (Shorea parvifolia, S. leprosula, dan S. johorensis) adalah tinggi bibit 60–65 cm, diameter bibit 5,0–8,0 mm dan indek kekokohan 6,3–10,8. Standar atau kriteria tinggi bibit meranti dari hasil uji penanaman tersebut lebih tinggi daripada ketentuan yang ditetapkan dalam Perdirjen No. P.05/V-Set/2009 dan kondisi umum bibit di tingkat penangkar. Budiman et al. (2015) menyatakan kriteria morfologi bibit jabon putih yang dapat beradaptasi pada kondisi lapangan dari uji penanaman di Parung Panjang, Bogor adalah tinggi bibit 20 – 30 cm, diameter lebih dari 4,5 mm, kekokohan batang di bawah 6 dan berat kering total 3 g.

Pada jenis kepuh (Sterculia foetida), tinggi bibit di atas 30 cm dan diameter bibit lebih dari 4 mm menghasilkan persen hidup bibit yang tinggi di lapangan, yaitu 80%. Secara keseluruhan dilihat dari tinggi, diameter, dan persen hidup, klasifikasi tinggi awal bibit lebih dari 40 cm dan diameter

Page 36: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM:Untuk Pembangunan Hutan dan Rehabilitasi Lahan

18

batang lebih dari 4 mm dapat dijadikan kriteria morfologi bibit kepuh siap tanam di lapangan (Nurhasybi, 2010). Pada jenis nyamplung (Calophyllum inophyllum), klasifikasi morfologi bibit nyamplung berpengaruh nyata terhadap persen hidup, pertumbuhan tinggi dan diameter batang pada umur 2 tahun di lapangan (Sianturi & Sudrajat, 2019). Tinggi dan diemeter bibit berkorelasi nyata dengan parameter mutu bibit lainnya dan juga berkorelasi nyata dengan penampilan tanaman. Bibit bermutu baik untuk penanaman dicirikan oleh tinggi bibit ≥30 cm dan diameter ≥5,1 mm (Sudrajat et al., 2010). Penanaman tipe morfologi tersebut akan memperbaiki penampilan tanaman, yang akan meningkatkan keberhasilan pengembangan tanaman nyamplung. Kriteria ini berlaku khususnya untuk karakteristik tapak yang serupa atau tidak jauh berbeda dengan kondisi tapak di Hutan Penelitian Parung Panjang, Bogor, dengan jenis tanah podsolik haplik dan pH rata-rata 4,8 (Sudrajat et al., 2010).

Mutu bibit dicerminkan dari keberhasilan bibit tersebut beradaptasi dan tumbuh baik setelah penanaman. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa parameter mutu bibit (morfologi maupun fisiologi) berpengaruh terhadap penampilan bibit setelah penanaman (Tabel 2).

Tabel 2. Beberapa hasil penelitian mutu bibit dalam hubungannya dengan penampilan bibit setelah penanaman

Jenis Hasil penelitian PustakaPinus taeda Diameter batang berkorelasi positif dengan

kemampuan adaptasi dan pertumbuhan.South et al. (1989)

Pseudotsuga menziesii

Diameter batang bibit dan ukuran akar mempengaruhi penampilan bibit setelah penanaman. Penambahan 1 mm diameter awal meningkatkan diameter tanaman umur 5 tahun 5-15%.

Long dan Carrier (1993)

Quercus rubra Bibit yang memiliki 5 atau lebih akar lateral mempunyai kemungkinan tumbuh baik daripada bibit dengan 4 atau kurang akar lateral.

Thompson dan Schultz (1995)

Pinus ponderosa Bibit dengan volume akar besar (>7cm- 3) berpengaruh signifikan terhadap daya hidup bibit.

Rose et al. (1997)

Tinggi, diameter bibit dan volume batang - merupakan penduga kinerja yang baik hingga umur 1 tahun setelah tanam

Pinto et al. (2011)

Page 37: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

BAB II.PARAMETER MUTU BIBIT

19

Tabel 2. Beberapa hasil penelitian mutu bibit dalam hubungannya dengan penampilan bibit setelah penanaman (lanjutan)

Jenis Hasil penelitian PustakaPseudotsuga menziesii

Bibit dengan volume akar besar (>13cm3) berpengaruh signifikan terhadap daya hidup bibit.

Rose et al. (1997)

Quercus rubra Diameter batang merupakan indikator morfologi yang lebih baik untuk menduga pertumbuhan setelah penanaman daripada tinggi bibit.

Dey dan Parker (1997)

Pinus merkusii Tinggi bibit 6,1 -10 cm, diameter bibit > 2mm, dan berkayu menghasilkan penampilan yang lebih baik hingga umur 6 bulan setelah tanam.

Karyaatmaja et al. (2001)

Pinus elliotii Diameter batang merupakan indikator kemampuan hidup bibit yang baik setelah penanaman. Bibit berdiameter 9,5 – 11,5 mm mampu meningkatkan persen hidup tanaman 87-99%.

South dan Mitchell (1999)

Cedrus libani Diameter batang merupakan indikator yang baik potensi pertumbuhan bibit setelah penanaman.

Semerci (2005)

Acacia macrostachya dan Pterocarpus erinaceus

Tinggi bibit tidak berpengaruh nyata terhadap persen hidup dan pertumbuhan tanaman, namun diameter bibit ada hubungannya dengan diameter bibit setelah penanaman di lapangan.

Zida et al. (2007)

Shorea spp. Bibit dengan tinggi 50-65 cm, diameter bibit 5-8 mm, nilai kekokohan bibit 9,88 – 10,4, rasio pucuk akar 2,19-2,59 menghasilkan pertumbuhan bibit terbaik hingga umur 1 tahun setelah tanam.

Omon (2008)

Pinus radiata Indek kekokohan dan tinggi bibit merupakan penduga terbaik untuk persentase hidup tanaman hingga umur tanaman 1 tahun.

Sharma et al. (2007)

Cupressus sempervirens

Penilaian bibit berdasarkan variabel morfologi (panjang akar, lebar daun, berat kering akar dan tunas) dan uji fisiologis seperti electrolyte leakage dapat memperbaiki keberhasilan penanaman.

Kostopoulou et al. (2010)

Quercus suber Penampilan tanaman di lapangan tidak berhubungan dengan ukuran bibit dan potensi pertumbuhan akar, namun ada banyak faktor lainnya yang mungkin berpengaruh.

Trubat et al. (2010)

Pistacia lentiscus, Quercus coccifera, Rhamnus lycioides, Rhamnus alaternus, Tetrackinis articulata

Kinerja bibit setelah penanaman dipengaruhi oleh karakter fisik dan fisiologisnya. Untuk daerah semi-arid, bibit yang berukuran lebih kecil lebih adaptif dibandingkaan bibit berukuran besar. Persen hidup bibit setelah satu tahun dilapangan berkorelasi negatif dengan ukuran morfologi bibit.

Trubat et al. (2011)

Page 38: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM:Untuk Pembangunan Hutan dan Rehabilitasi Lahan

20

Jenis Hasil penelitian PustakaNeolamarckia cadamba

Tinggi bibit 20-<30 cm dan diameter >4,5 cm dengan indeks kekokohan 5,47 mempunyai korelasi yang nyata dengan keberhasilan tanaman di lapangan.

Budiman et al. (2016)

Callophylum inophyllum

Karakter tinggi dan diameter bibit di persemaian berkorelasi positif dengan parameter mutu bibit lainnya dan dengan persen hidup, tinggi, dan diameter tanaman umur 2 tahun di lapangan

Sianturi & Sudrajat (2019)

Penelitian kriteria mutu bibit yang mengkorelasikannya dengan keberhasilan penanaman di lapangan lebih banyak dilakukan terhadap jenis-jenis daun jarum jika dibandingkan dengan jenis-jenis daun lebar (daerah tropis) (Wilson & Jacobs, 2005). Hasil dari beberapa penelitian menyebutkan parameter diameter pangkal batang mempunyai korelasi yang kuat dengan kemampuan hidup (adaptasi) dan pertumbuhan bibit di lapangan (Bacon et al., 1977; Blair & Cech, 1974; White, 1979; Rose et al., 1997; Sianturi & Sudrajat, 2019). Namun, pengaruh morfologi bibit tersebut tergantung dari kondisi lingkungan penanaman dan kegiatan pengelolaan lainnya, sehingga informasi detail tentang penanaman, seperti iklim, teknik persiapan lahan, penggunaan lahan sebelumnya, dan pengelolaan setelah penanaman (post-plantation management), sangat diperlukan untuk mempersiapkan kualitas bibit yang diperlukan sesuai peruntukannya (Andivia et al., 2018).

Tabel 2. Beberapa hasil penelitian mutu bibit dalam hubungannya dengan penampilan bibit setelah penanaman (lanjutan)

Page 39: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

BAB III. PENGELOLAAN PERSEMAIAN

UNTUK MENGHASILKAN BIBIT BERMUTU

Kegiatan persemaian dimulai dari pengadaan benih, pembuatan bibit baik secara generatif (biji) maupun vegetatif (bagian tanaman lainnya seperti tunas, batang, akar). Pengadaan benih dimulai dari pengunduhan atau pengumpulan benih, pengolahan benih, pengujian dan penyimpanan yang terangkum dalam kegiatan penanganan benih. Kegiatan penanganan benih sangat penting karena akan menentukan keberhasilan kegiatan-kegiatan selanjutnya.

A. Penanganan BenihBenih diartikan sebagai bahan tanaman yang berupa bahan generatif (biji)

atau bahan vegetatif yang digunakan untuk mengembangbiakkan tanaman hutan. Mutu benih dibedakan menjadi tiga yaitu mutu fisik, fisiologis, dan genetik (Schmidt, 2000). Mutu fisik adalah hasil kinerja fisik seperti kebersihan, kesegaran butiran serta utuhnya kulit benih, dan mutu fisiologis menunjukkan kemampuan benih untuk tumbuh atau disimpan lama. Secara singkat, mutu fisik dan fisiologis menunjukkan kinerja pengadaan benih (“seed procurement”) (Barner & Ditlevsen, 1988). Mutu genetik benih menunjukkan tingkat kemurnian varietas, yang dihasilkan dari kinerja pemuliaan pohon (“tree improvement”) (Barner & Ditlevsen, 1988). Mutu genetik juga didefinisikan sebagai tingkat keterwakilan keragaman genetik suatu sumber benih (IFSP, 2000).

Page 40: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM:Untuk Pembangunan Hutan dan Rehabilitasi Lahan

22

Mutu benih berhubungan erat dengan mutu bibitnya. Mutu benih yang rendah akan menghasilkan bibit bermutu rendah. Penanganan benih yang kurang baik akan menurunkan mutu benih sehingga berdampak pada mutu bibit. Penurunan mutu terjadi secara genetik yang disebabkan oleh kerentaan benih terhadap kerusakan akibat penanganan benih berbeda untuk setiap famili, karena kadar air, ketebalan dan struktur lapisan benih berbeda antar famili sehingga secara langsung kegiatan penanganan benih yang kurang baik akan menurunkan mutu genetik (menurunnya keragaman genetik) suatu kelompok benih (seed lot) (Lauridsen, 1999).

Penurunan mutu genetik juga terjadi pada tahap seleksi baik pada tingkat benih (seleksi dan sortasi benih), kecambah (seleksi kecambah pada saat penyapihan), dan pada tingkat bibit (seleksi bibit). Proses penanganan benih dan bibit yang dapat mempertahankan viabilitas dan vigor benih serta keberhasilan benih menjadi bibit siap tanam akan mengurangi perubahan genotipe dan mempertahankan potensi keragaman genetik secara maksimum (Lauridsen, 1999). Dengan demikian, penanganan benih harus dilakukan secara benar sesuai dengan karakteristik benih tersebut sehingga viabilitas dan vigor benih dapat dipertahankan selama penanganannya dan kelompok benih (seedlot) tersebut tidak banyak kehilangan keragaman sewaktu disemaikan. Selain itu, keterangan sumber benih dan hasil pengujian mutu benih menjadi informasi penting dalam pengujian mutu bibit.

1. Penanganan benih generatifPenanganan benih generatif (biji) harus disesuaikan dengan

karakteristik atau watak benihnya. Secara umum, benih dapat dikategorikan sebagai benih ortodok, rekalsitran dan intermediet (Robert, 1973). Benih yang dapat dikeringkan hingga kadar air rendah (2% - 5%) tanpa mengalami kerusakan disebut dengan istilah benih ortodok. Daya simpan benih menjadi lebih lama sejalan dengan menurunnya kadar air dan suhu ruang simpan yang lebih rendah (Sudrajat, 2017). Sebaliknya, benih rekalsitran adalah benih yang tidak dapat dikeringkan tanpa mengakibatkan kerusakan dan juga tidak mampu mempertahankan viabilitasnya selama penyimpanan (Robert, 1973). Benih rekalsitran sebagai benih berkadar air tinggi yang sensitif terhadap pengeringan, bermetabolisme aktif dengan laju

Page 41: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

BAB III.PENGELOLAAN PERSEMAIAN UNTUK MENGHASILKAN BIBIT BERMUTU

23

respirasi yang tinggi dan tingkat diferensiasi intraseluler yang tinggi. Kondisi tersebut menyebabkan benih akan cepat berkecambah jika kadar air dipertahankan dalam keadaan tinggi, sehingga penyimpanan dalam kondisi lembap juga hanya dapat dilakukan dalam waktu singkat (Pammenter & Berjak, 2013). Benih rekasitran ini harus segera ditangani.

Benih intermediet merupakan benih yang memiliki watak di antara benih ortodok dan rekalsitran. Meskipun kadar air segarnya relatif tinggi, namun benih intermediet masih mampu dikeringkan (kering-angin) hingga kadar air tertentu dan disimpan dalam waktu yang agak lama (umumnya < 1 tahun). Benih jenis ini juga sensitif terhadap pengeringan, khususnya pengeringan di bawah sinar matahari. Hilangnya viabilitas setelah pengeringan atau selama penyimpanan tergantung pada jenis, tingkat kemasakan dan metode ekstraksi atau penanganan. Secara umum, benih yang diekstraksi pada kondisi benih telah masak secara fisiologis lebih toleran terhadap pengeringan dan dapat disimpan lebih lama pada kondisi kelembapan relatif 40%-50% dan kondisi kadar air benih sekitar 10% (Sudrajat, 2017).

a. Pengumpulan benihPengumpulan benih dilakukan pada lokasi sumber benih berdasarkan

kondisi pembuahan dan indikator kemasakan dengan berbagai cara, seperti pengumpulan buah yang jatuh di lantai hutan, perontokan dan pemetikan dengan pemanjatan. Sumber benih adalah suatu tegakan di dalam kawasan hutan dan di luar kawasan hutan yang dikelola guna memproduksi benih berkualitas. Kriteria yang harus diperhatikan dalam menetapkan sumber benih ini adalah satuan pengumpulan (pohon tunggal, seluruh tegakan), perkembangan dan komposisi (umur, distribusi, kriteria seleksi), sejarah geografis (asal, provenansi), sejarah genetik (seleksi alam atau manusia, jumlah pohon induk, isolasi) (Barner et al., 1988). Sumber benih dibedakan menurut kualitas genetik berdasarkan kelas sumber benih dengan klasifikasi sebagai berikut (1) Tegakan Benih Teridentifikasi (TBT), (2) Tegakan Benih Terseleksi (TBS), (3) Areal Produksi Benih (APB), (4) Tegakan Benih Provenans (TBP), (5) Kebun Benih Semai (KBS), dan (6) Kebun Benih Klonal (KBK), dan (7) Kebun Pangkas (KP). Sumber benih nomor satu (TBT) hingga nomor

Page 42: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM:Untuk Pembangunan Hutan dan Rehabilitasi Lahan

24

enam (KBK) merupakan sumber benih yang ditujukan untuk produksi benih (biji), sedangkan nomor tujuh (KP) ditujukkan untuk menghasilkan stek (vegetatif). Dalam kondisi tertentu untuk jenis-jenis tanaman hutan yang belum tersedia sumber benihnya, maka dapat dipertimbangkan beberapa lokasi lain, seperti hutan rakyat, hutan tanaman dan hutan alam, dengan jumlah pohon induk minimal 25 pohon yang tidak berkerabat. Kekerabatan antar pohon induk di hutan alam dapat didekati dengan mengumpulkan benih dari pojom induk yang satu sama lainnya berjarak ±100 m, sedangkan di hutan tanaman, penentuan pohon induk tidak perlu mempertimbangkan jarak karena diasumsikan pohon-pohon yang ditanam tidak berkerabat atau berasal dari benih yang diperoleh dari banyak pohon.

Pengumpulan benih sebaiknya dilakukan pada saat puncak musim buah dengan memperhatikan tingkat kemasakan buah berdasarkan warna kulit buah, bau, kelunakan buah, kadar air, jatuhnya buah secara alami, atau merekahnya buah. Cara pengumpulan benih atau pemanenan buah dengan perontokan dilakukan terhadap jenis pohon yang memiliki waktu panen buah yang singkat dan mudah rontok serta buah atau biji berukuran besar. Pemetikan buah dilakukan dengan pemanjatan yang dapat dilakukan secara langsung memetik buah pada tangkai pohon yang terjangkau dengan menggunakan alat (galah) pada pohon yang buahnya sulit dijangkau. Cara pemetikan buah ini dilakukan pada tipe buah kering pecah (indehischent) seperti buah polong-polongan (jelutung, pulai, sengon), buah kerucut (agathis, pinus), dan kapsul (seperti Eucaliptus spp., benuang, puspa). Pemetikan buah pada pohon yang tinggi dapat dilakukan dengan pemanjatan pohon. Pengumpulan benih/buah di lantai hutan dapat dilakukan untuk buah yang jatuh atau terlepas dari tangkai buahnya ketika sudah masak seperti jati, gmelina dan lainnya, buah tidak mudah tersebar/terbang dan dimakan pemangsa, berukuran besar, tidak cepat berkecambah, tidak cepat rusak dan berukuran besar. Lantai hutan dibersihkan terlebih dahulu dan diberi alas berupa jaring atau terpal untuk menampung buah yang jatuh. Pengumpulan buah harus segera dilakukan sebelum buah rusak dan terbuka serta sebelum berkecambah (Schmidt, 2002).

Apabila pengumpulan buah memerlukan waktu yang lama dan lokasi pengumpulan buah jauh maka dapat dilakukan penyimpanan buah sementara. Di lokasi penyimpanan sementara dilakukan beberapa kegiatan

Page 43: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

BAB III.PENGELOLAAN PERSEMAIAN UNTUK MENGHASILKAN BIBIT BERMUTU

25

untuk menyeleksi buah yang dikumpulkan, meliputi pembersihan buah/benih dari campuran bagian-bagian tanaman lainnya dan pengendalian kemunduran (seperti memisahkan buah/benih yang ada dari buah/benih yang telah berjamur, mengalami fermentasi dan telah berkecambah). Tempat penyimpanan buah/benih sementara di lapangan harus memiliki sirkulasi udara yang baik, terlindung dari organisme pengganggu, terlindung dari cahaya sinar matahari secara langsung dan hujan (di bawah naungan) (Schmidt, 2002).

Buah/benih dengan karakter rekalsitran harus secepatnya diangkut setelah pengumpulan buah. Pengangkutan benih harus menggunakan wadah yang poros atau berpori, seperti karung goni atau keranjang. Setiap wadah buah diberi label yang berisi informasi: jenis tanaman, kelas dan lokasi sumber benih (letak geografi dan administrasi), jumlah pohon induk (identitas pohon induk jika ada), jumlah/berat buah, tanggal pengunduhan, dan nama pengunduh.

b. Ekstraksi benihEkstraksi umumnya dilakukan pada buah-buah yang telah masak.

Pemasakan buatan (pemeraman/curing) diperlukan untuk buah yang belum mencapai tingkat kemasakan sempurna, seperti Pinus spp. Pemasakan lanjutan (after ripening) diperlukan untuk benih yang telah masak secara fisik, namun embrionya belum berkembang sempurna, seperti pada gmelina (Gmelina arborea), kesambi (Schleichera oleosa) dan jati (Tectona grandis). Buah yang tidak memerlukan pemasakan lanjutan atau pemeraman dapat langsung dilakukan ekstraksi (Nurhasybi et al., 2007). Ekstraksi benih merupakan proses untuk mengeluarkan benih dari bagian buah lainnya. Secara umum, ekstraksi benih tanaman hutan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu ekstraksi basah dan ekstraksi kering.

Ekstraksi basah umumnya dilakukan pada buah berdaging dengan cara manual atau semi mekanis. Tahapan ekstraksi basah adalah sebagai berikut:

(1). Perendaman buah dalam air hingga daging buah melunak dan benih mudah dikeluarkan dari buah,

(2). Pengelupasan dan pembersihan kulit buah dari sisa-sisa daging buah menggunakan pasir halus atau bahan lainnya pada air yang mengalir,

Page 44: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM:Untuk Pembangunan Hutan dan Rehabilitasi Lahan

26

(3). Permukaan kulit benih dikeringkan dengan cara dikering-anginkan dalam ruang kamar atau dijemur sesuai dengan karakter benihnya (Schmidt, 2002). Untuk benih dengan karakter rekalsitran atau intermediet disarankan untuk dilakukan kering angin di ruang kamar.

Ekstraksi kering umumnya dilakukan pada buah kering (tidak berdaging) berbentuk polong atau kerucut/bersisik dengan cara manual atau semi mekanis. Ekstraksi kering dilakukan dengan cara:

(1). Penjemuran buah pada lantai jemur atau menggunakan alas jemur (terpal atau bahan lainnya), atau

(2). Penjemuran buah di bawah sinar matahari selama 1 - 3 hari, atau dapat menggunakan alat pengering benih (seed drier) pada suhu 35 - 38º C selama 12 - 24 jam.

Apabila buah telah merekah dan benih mudah dikeluarkan dari buah, maka penjemuran/ pemanasan buah dihentikan (Schmidt, 2002). Pengeluaran benih juga dapat dilakukan dengan cara memasukan benih ke dalam karung dan dipukul-pukul secara hati-hati sehingga benih keluar dari buah.

c. Seleksi dan sortasi benihPemrosesan (processing) benih bertujuan untuk menghasilkan benih

dengan tingkat kebersihan dan kemurnian tinggi sehingga mampu meningkatkan kualitas fisik dan fisiologi benih. Seleksi dan sortasi benih dapat dilakukan berdasarkan berat dan ukuran benih. Seleksi dilakukan untuk memisahkan benih berisi dari benih kosong, benih jenis lain dan kotoran. Umumnya, berat dan ukuran benih menjadi dasar untuk melakukan sortasi benih. Seleksi dan sortasi benih dapat dilakukan dengan menggunakan alat seed gravity table (SGT) (Gambar 2), teknik perendaman atau pengapungan, penyaringan dengan ukuran tertentu, dan penghembusan (blower). Beberapa hasil penelitian seleksi benih menunjukkan benih tanjung (Mimusops elengi) berukuran 14,0 - 19,9 mm menghasilkan kecepatan berkecambah lebih tinggi dibandingkan ukuran benih lainnya (Suita & Nurhasybi, 2008), benih mindi (Melia azedarach) berukuran panjang ≥11 mm dan diameter ≥6,5 mm menghasilkan bibit siap tanam yang lebih vigor (Suita & Megawati, 2009) dan benih weru (Albizia procera) berukuran >4,7 mm memberikan hasil pertumbuhan tinggi dan diameter bibit yang optimal (Suita et al., 2013).

Page 45: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

BAB III.PENGELOLAAN PERSEMAIAN UNTUK MENGHASILKAN BIBIT BERMUTU

27

Gambar 2. Seed gravity table (SGT) menggunakan hembusan angin, kemiringan dan getaran untuk menyeleksi benih berdasarkan berat (Suita, 2018)

d. Pematahan dormansiSebagian besar benih tanaman hutan di daerah tropis tidak memiliki

dormansi dan sebagian lainnya memiliki dormansi, sehingga benihnya tidak langsung berkecambah meskipun berada pada kondisi lingkungan yang mendukung (Baskin & Baskin, 2005). Benih-benih yang tidak berkecambah diduga sudah mengalami kematian (tidak viabel), kosong, atau dorman. Benih segar yang tidak mau berkecambah hingga akhir uji perkecambahan, maka benih tersebut diduga mengalami dormansi. Dormansi dapat dinyatakan sebagai kondisi terjadinya hambatan perkecambahan yang disebabkan embrio mengalami beberapa halangan seperti kulit benih, embrio belum berkembang sempurna, atau adanya suatu zat atau materi penghambat yang terdapat pada kulit dan jaringan dalam benih.

Suatu kondisi dimana benih-benih viabel (sehat) tidak mampu berkecambah meskipun berada pada kondisi optimal untuk berkecambah diartikan sebagai dormansi benih (Schmidt, 2002). Dormansi benih dapat diklasifikasikan menjadi dormansi bawaan (innate dormancy), dormansi rangsangan (induced dormancy) dan dormansi paksaan (enforced dormancy). Dormansi bawaan merupakan dormansi yang terjadi sejak benih tersebut masih berada pada tanaman induk. Dormansi rangsangan dan dormansi

Page 46: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM:Untuk Pembangunan Hutan dan Rehabilitasi Lahan

28

paksaan merupakan dormansi karena faktor lingkungan (suhu dan cahaya), dan dormansi dapat diatasi setelah faktor lingkungan yang menghambat dihilangkan (Sudrajat, 2010a).

Berdasarkan sifat fisiologisnya, dormansi benih dapat diklasifikasikan ke dalam 6 tipe (Schmidt, 2002; Sudrajat, 2010a) seperti tercantum pada pada Tabel 3. Beberapa jenis tanaman hutan memiliki benih yang mempunyai dormansi ganda sehingga memerlukan perlakuan kombinasi untuk mematahkan dormansi benihnya.

Tabel 3. Tipe dan karakteristik dormansi benih

Tipe dormansi Karakteristik

PerlakuanAlami Buatan

Dormansi embrio

Benih secara fisiologis belum masak atau embrio dorman

Pertumbuhan setelah penyebaran

Pemeraman

Dormansi mekanis

Pertumbuhan embrio secara fisik dihambat karena kulit benih

Pembusukan bagian yang keras oleh organisme tanah

Pemencaran bagian yang keras

Dormansi fisik

Penyerapan air dihambat karena kulit benih yang kedap air

Abrasi oleh pasir, suhu tinggi, pemangsaan oleh binatang

Skarifikasi mekanis, air mendidih, perlakuan dengan asam

Dormansi kimia

Benih mengandung zat-zat kimia penghambat perkecambahan

Pemangsaan oleh binatang, pelarutan oleh hujan atau pembusukan daging buah

Menghilangkan daging buah dan membersihkannya dengan air, perendaman dengan penggantian air, rendam-jemur

Dormansi cahaya

Benih tidak dapat berkecambah kecuali jika berada dalam kondisi cahaya

Kondisi cahaya yang tepat untuk memacu perkecambahan

Pemberian cahaya selama perkecambahan atau perlakuan gelap dan terang

Dormansi suhu

Perkecambahan rendah tanpa suhu yang tepat

Fluktuasi suhu harian, kebakaran lantai hutan

Suhu tinggi, suhu berfluktuasi

Sumber : Schmidt (2000), Sudrajat (2010a)

Page 47: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

BAB III.PENGELOLAAN PERSEMAIAN UNTUK MENGHASILKAN BIBIT BERMUTU

29

Benih yang memiliki dormansi sebelum ditabur harus dihilangkan terlebih dahulu dormansinya dengan perlakuan pendahuluan untuk meningkatkan daya berkecambah dan jumlah bibit yang akan dipelihara di persemaian. Setiap jenis mempunyai karakteristik/watak benih yang berbeda-beda sehingga memerlukan perlakuan pendahuluan yang berbeda sebelum benih ditabur (Tabel 4).

Tabel 4. Teknik pematahan dormansi benih beberapa jenis tanaman hutan

No. Jenis Teknik pematahan benih 1. Acacia auriculiformis

(formis)Rendam air panas (80° C) selama 30 detik dan dilanjutkan air dingin selama 24 jam.

2. Acacia mangium (mangium)

Rendam air panas (80° C) dan dibiarkan dingin selama 24 jam.

3. Acacia crassicarpa Rendam dalam H- 2SO4 selama 7 menit, ditiriskan 3-5 menit dan dicucu air mengalirRendam dalam air yang telah mendidih (suhu 80° - C) dan dibiarkan dingin selama 24 jam.

4. Aleurites moluccana (kemiri)

Rendam dalam air dan jemur selama 7 hari berturut-turut (malam direndam, siangnya dijemur)

5. Anthocephalus cadamba (jabon)

Perendaman dalam larutan Giberelin selama 4 jam

6. Arenga pinnata(aren)

Pemeraman 20-30 hari dan diberi larutan KNO3 0,5% selama 24 jam.Pengikiran benih

7. Calliandra calothyrsus (kaliandra)

Perendaman dalam air selama 24 jam

8. Callophyllum inophyllum (nyamplung)

Pengupasan kulit benih

9. Canarium odoratum (kenari)

Peretakan benih dan dilanjutkan perendaman selama 3 hari

10. Enterolobium cyclocarpum (sengon buto)

Perendaman air dingin selama 24 jam- Pengikiran benih- Perendaman dengan H- 2SO2 pekat 35 menit.

11. Gmelina arborea (jati putih)

Perendaman dalam air dingin 1-2 hari

Page 48: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM:Untuk Pembangunan Hutan dan Rehabilitasi Lahan

30

No. Jenis Teknik pematahan benih 12. Hibiscus

macrophyllus (tisuk)Perendaman dalam H2SO2 pekat selama 30 menit

13. Intsia bijuga (merbau)

Pengikiran- Perendaman dalam H- 2SO2 selama 1 jam

14. Maesopsis emenii (kayu afrika)

Perendaman dalam H- 2SO2 (20 N) selama 20 menitPerendaman dalam KNO- 3 2% selama 30 menit

15. Manilkara kauki (sawo kecik)

Rendam jemur selama 3 hari

16. Melia Azedarach (mindi)

Perendaman dalam larutan H- 2SO2 12 N selama 10 menit, kemudian direndam GA3 300 ppm selama 12 jam.Peretakan kulit benih-

17. Mimosops elengi (tanjung)

Perendaman dalam KNO3 0,4%

18. Ochroma bicolor (balsa)

Perendaman benih dalam air selama 24 jam dan perendaman benih dalam GA3

19. Paraserianthes falcataria (sengon)

Rendam dalam air panas (80° C), kemudian dibiarkan dingin selama 24 jam.

20. Pericopsis mooniana (kayu kuku)

Rendam air panas (80° C), kemudian dibiarkan - dingin selama 24 jam.Perendaman dalam H- 2SO2 pekat selama 15 menit

21. Pinus merkusii (tusam)

Perendaman dalam larutan H2O2 1% selama 24 jam

22. Santalum album(cendana)

Perendaman benih dalam larutan Ethyl Alkohol 40% selama 10-15 menit

23. Styrax benzoin (kemenyan)

Rendam jemur selama 3 hari

24. Tamarindus indica (asam jawa)

Perendaman dalam H2SO2 selama 5 menit

25. Xanthoxyllum rhetsa (panggal buaya)

Perendaman benih dalam larutan asam sulfat pekat - selama 30 menit yang diikuti dengan perendaman dalam air selama 24 jamPerendaman air dingin selama 7 hari-

Sumber : Sudrajat (2010a)

Tabel 4. Teknik pematahan dormansi benih beberapa jenis tanaman hutan (lanjutan)

Page 49: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

BAB III.PENGELOLAAN PERSEMAIAN UNTUK MENGHASILKAN BIBIT BERMUTU

31

e. Invigorasi (priming)Mutu benih tanaman hutan terus mengalami proses penurunan setelah

pemanenan dan pengolahan (seed prosessing) karena kerusakan fisik dan fisiologi akibat kadar air benih mengalami penurunan dan kerusakan sel. Salah satu cara meningkatkan potensi benih yang telah menurun mutu fisiologisnya adalah perlakuan invigorasi. Invigorasi merupakan perlakuan benih sebelum penanaman/penaburan yang bertujuan untuk memperbaiki kondisi fisiologis dan biokimia benih melalui perbaikan metabolisme dan potensi untuk berkecambah (Khan et al., 1992). Berbagai perlakuan invigorasi benih sebelum tanam di antaranya adalah priming yang merupakan metode mempercepat dan menyeragamkan perkecambahan, melalui pengontrolan penyerapan air sehingga perkecambahan dapat terjadi. Selama priming keragaman dalam tingkat penyerapan awal dapat dikontrol. Metode priming dapat dilakukan melalui hydro-priming, osmoconditioning, hormone-priming dan perbaikan mutu yang dilakukan secara fisik menggunakan radiasi sinar gamma dosis rendah.

Priming adalah mengaktifkan sumber daya internal benih ditambah dengan sumber daya eksternal yang akan mengoptimalkan pertumbuhan. Invigorasi atau priming dilakukan pada benih-benih dengan daya berkecambah di atas 50%, karena jika daya berkecambah benih di bawah 50% berarti benih tersebut sudah mengalami kerusakan yang tidak dapat diperbaiki lagi (Schmidt, 2002). Perlakuan priming yang tepat akan mengendalikan laju kebutuhan air selama perkecambahan dan memacu laju metabolisme. Semua proses ini menyebabkan fase aktivasi berlangsung lama sehingga akan memberikan perbaikan fisiologis, antara lain benih berkecambah lebih cepat dan serempak, serta meningkatkan persentase perkecambahannya. Priming dapat dilakukan pada benih berukuran kecil hingga besar terutama pada benih-benih yang sudah menurun vigor dan viabilitasnya. Priming dapat diterapkan di awal, di tengah maupun di akhir periode simpan. Perlakuan ini dilakukan hingga radikel memanjang namun dihentikan sebelum radikel menembus kulit benih. Tahap perlakuan priming meliputi: pelembapan, kontrol kelembapan, pengeringan antara, pencucian, pengeringan akhir dan pengemasan (Zanzibar, 2010) (Tabel 5).

Page 50: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM:Untuk Pembangunan Hutan dan Rehabilitasi Lahan

32

Tabel 5. Tahap priming dan perlakuan pengkondisian benih

No Tahap kegiatan

Metoda primingOsmoconditioning Matriconditioning hidrasi-dehidrasi

1 Pelembapan benih diletakkan dalam wadah tertutup yang telah berisi kertas merang berlapis jenuh larutan, dilembapkan selama 72 jam

dalam wadah tertutup, berisi abu gosok/serbuk gergaji + benih + air (v/v = 0,4 : 1 : 1) kemudian diaduk secara merata

benih diletakkan dalam wadah tertutup yang telah berisi kertas merang berlapis jenuh air, dilembapkan selama 72 jam

2 Kontrol kelembapan

setiap 6 jam benih diaduk secara merata selama 3 menitsetiap 24 jam, air/larutan ditambahkan sebesar yang hilang

setiap 6 jam benih diaduk secara merata selama 3 menitsetiap 24 jam, air ditambahkan sebesar yang hilang

setiap 6 jam benih diaduk secara merata selama 3 menitsetiap 24 jam, air ditambahkan sebesar yang hilang

3 Pengeringan antara

dikeringkan pada suhu kamar selama 72 jam

tidak dilakukan dikeringkan pada suhu kamar selama 72 jam

4 Pencucian air mengalir air mengalir air mengalir

5 Pengeringan akhir dan pengemasan

dikering anginkan pada suhu kamar selama 120 jamdikemas dalam wadah yang sesuai dengan karakter benih

dikering anginkan pada suhu kamar selama 120 jamdikemas dalam wadah yang sesuai dengan karakter benih

dikering anginkan pada suhu kamar selama 120 jamdikemas dalam wadah yang sesuai dengan karakter benih

Keterangan: khusus pada perlakuan hidrasi – dehidrasi, tahap 1 sampai dengan 3 diulang sebanyak 2 kali; Sumber : Zanzibar (2010), BSN (2014)

Penggunaan iradiasi sinar gamma dosis rendah umumnya menghasilkan pengaruh hormosis dan stimulasi terhadap tahap awal perkecambahan melalui peningkatan aktivitas enzim, meningkatkan pembelahan sel, memperbaiki

Page 51: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

BAB III.PENGELOLAAN PERSEMAIAN UNTUK MENGHASILKAN BIBIT BERMUTU

33

perkecambahan dan pertumbuhan bibit (Ikram et al., 2010; Piri et al., 2011; Iglesias-Andreu et al., 2012; Araujo et al., 2016). Penelitian pada benih tembesu yang disimpan selama 2 bulan dengan dosis iradiasi 120 Gy mampu meningkatkan daya berkecambah dan dosis 30 Gy dapat meningkatkan kualitas bibit tembesu (Zanzibar et al., 2015). Benih Terminalia arjuna dengan dosis 5 Gy dan 30 Gy meningkatkan daya berkecambah, indek vigor dan rata-rata laju pertumbuhan (Akshatha et al., 2013) serta meningkatkan daya berkecambah dan kecepatan tumbuh pada benih Triticum durum dengan dosis radiasi 10 Gy dan 20 Gy (Melki & Marouani 2009).

f. Pengendalian hama dan penyakit benihBenih tanaman hutan memiliki resiko terkena serangan hama dan

penyakit. Beberapa upaya pencegahan dapat dilakukan agar benih dapat tumbuh dan berkecambah hingga mengalami pertumbuhan menjadi bibit yang sehat di persemaian. Pencegahan yang dapat dilakukan (Schmidt, 2000; Sudrajat et al., 2010), antara lain :

a. Pengumpulan buah dilakukan pada saat puncak musim buah masak;

b. Lantai hutan harus diberi alas (terpal, tikar dan bahan lainnya) dan buah yang dikumpulkan harus diseleksi pada kegiatan pengumpulan buah dari lantai hutan; Ektraksi dilakukan secara hati-hati agar tidak terjadi pelukaan;

c. Pemisahan benih dari benih rusak dan kotoran agar benih dalam kondisi bersih sebelum disimpan;

d. Fumigasi dilakukan secara berkala pada wadah dan ruang simpan benih. Fumigasi menggunakan metil bromida cukup efektif untuk mengendalikan beberapa jenis jamur. Fumigan lainnya yang dapat digunakan adalah HCN, karbonsulfida, dan alumunium sulfina;

e. Penggunaan fungisida seperti triadimethol, ehtirimol, dan metalaxyl cukup efektif untuk mengatasi jamur yang ada pada benih. Ukuran benih dan struktur biji harus dipertimbangkan dalam penentuan dosisnya.

f. Mempertahankan kadar air aman selama penyimpanan;

Page 52: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM:Untuk Pembangunan Hutan dan Rehabilitasi Lahan

34

g. Memeriksa kesehatan benih secara berkala selama penyimpanan untuk mengetahui kondisi benih;

h. Benih yang dikecambahkan harus disterilisasi lebih dahulu yang dapat dengan menggunakan ethanol 70%, natrium hipoklorit 1%, dan pestisida nabati dengan perendaman selama 5 – 10 menit, dan bahan lainnya.

2. Penanganan benih vegetatifBenih-benih vegetatif dapat berupa eksplan atau bagian-bagian tanaman

yang akan dibiakkan menjadi tanaman baru. Secara umum pembiakan vegetatif yang dilakukan pada tanaman kehutanan untuk memproduksi bibit dalam jumlah besar dilakukan secara stek atau kultur jaringan. Stek dapat dilakukan dengan menggunakan pucuk, batang dan akar.

B. Pembuatan Bibit Generatif1. Penaburan benih generatif

Penaburan benih ke media tabur akan berpengaruh terhadap daya berkecambah benih. Benih dengan tipe pertumbuhan kecambah epigeal (bagian kotiledon bergerak ke bagian atas ketika benih berkecambah), maka sebaiknya benih ditabur tidak terlalu dalam, sedangkan untuk benih yang dengan tipe kecambah hypogeal (bagian kotiledon tetap di bagian bawah ketika benih berkecambah), tidak terlalu berpengaruh terhadap perkecambahannya (Gambar 3). Penaburan benih diupayakan agar bagian titik tumbuh yang terdapat radikel (calon akar) dan plumula (calon daun) diletakkan pada bgian bawah. Beberapa hasil penelitian menunjukkan benih damar (Agathis loranthifolia) ditabur dengan posisi berdiri 2/3 bagian benih masuk ke dalam media tabur. Benih mahoni (Swietenia macrophylla) ditabur dengan posisi sayap di bagian atas dan 1 - 2 cm bagian benih masuk ke dalam media tabur. Cara penaburan benih jenis tanaman hutan lainnya disesuaikan dengan morfologi benih dan posisi titik tumbuh (Nurhasybi et al., 2007).

Page 53: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

BAB III.PENGELOLAAN PERSEMAIAN UNTUK MENGHASILKAN BIBIT BERMUTU

35

Gambar 3. Tipe kecambah tanaman (Bonner et al., 1994).

Penaburan benih harus memperhitungkan kerapatan antar benih pada media tabur (densitas benih) agar dihasilkan kecambah yang vigor dan mampu dipindah ke wadah bibit dan dibesarkan di persemaian. Densitas benih yang terlalu tinggi dalam penaburan akan menyebabkan kecambah yang tumbuh sangat rapat dan sulit berkembang lebih besar dan rawan terhadap serangan jamur yang menyebabkan kematian seperti yang terjadi pada perkecambahan benih jabon putih (Neolamarckia cadamba). Umumnya kecambah yang mampu tumbuh dengan baik setelah di persemaian adalah yang memiliki minimal sepasang daun sebagai kriteria kecambah normal. Kecambah jabon putih harus minimal memiliki dua pasang daun agar dapat bertahan hidup, beradaptasi dan tumbuh setelah dipindahkan ke wadah bibit (Yuniarti & Nurhasybi, 2017).

Daya berkecambah merupakan suatu peluang matematis. Daya berkecambah 90% dapat diinterpretasikan 9 dari 10 benih akan berkecambah, atau sebutir benih yang diambil memiliki peluang atau kesempatan 90% untuk berkecambah. Jadi hanya ada dua kemungkinan dari benih, berkecambah atau tidak berkecambah, ini yang disebut dengan peluang binomial. Aturan yang tidak tertulis : 1) jika benih memiliki daya berkecambah lebih dari 85% maka tabur benih sebanyak 1 butir pada setiap wadah bibit, 2) jika daya berkecambah 75 - 85% disarankan menabur 2 butir pada setiap wadah bibit, 3) jika daya berkecambah 60 - 75% maka taburlah 3 butir per wadah bibit, dan 4) jika daya berkecambah kurang dari 50% maka benih tersebut disarankan tidak digunakan (Nurhasybi & Yuniarti, 2015).

Page 54: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM:Untuk Pembangunan Hutan dan Rehabilitasi Lahan

36

Kerapatan benih (densitas benih) tanaman hutan pada saat penaburan menentukan perkembangan kecambah untuk dijadikan bibit. Beberapa hasil penelitian dengan jumlah benih yang ditabur pada suatu wadah tabur yang ideal diperhitungkan dengan kemungkinan benih mengalami penurunan vigor dan kematian. Benih jelutung (Dyera polyphylla) ditabur sebanyak 50 butir per 600 cm2 bak kecambah, apabila benih mengalami kemunduran sehingga daya berkecambah menjadi 73% maka densitas benih menjadi 58 butir benih per 600 cm2, demikian seterusnya apabila benih mengalami penurunan viabilitas maka jumlah benih yang ditabur harus ditambah (Nurhasybi & Yuniarti, 2015). Benih halus seperti jabon putih sangat sensitif terhadap kerapatan benih pada waktu penaburan, sehingga disarankan pada bak kecambah berukuran 15 cm x 20 cm (luas 300 cm2) dengan jumlah benih yang ditabur sebanyak 0,1 gram benih, sehingga densitas benih jabon putih adalah 0,1 g benih/300 cm2 (Gambar 4). Proses penurunan viabilitas benih memerlukan penambahan banyaknya benih yang ditabur, misal dengan kondisi awal jumlah benih hidup (pure live seed) mencapai 1140 kecambah/0,1 gram benih, sehingga apabila terjadi penurunan viabilitas misal menjadi 826 kecambah/0,1 gram benih maka memerlukan densitas penaburan benih sebanyak 0,1972 g benih/300 cm2 (Yuniarti & Nurhasybi, 2017).

a b cGambar 4. Densitas (kerapatan) benih pada waktu penaburan jabon putih

(dari kiri ke kanan : (a) kerapatan optimal, (b) terlalu rapat dan (c) serangan jamur terjadi pada kerapatan yang berlebihan (Nurhasybi, 2015)

Page 55: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

BAB III.PENGELOLAAN PERSEMAIAN UNTUK MENGHASILKAN BIBIT BERMUTU

37

Kecepatan berkecambah dan ukuran morfologi kecambah sebagai ukuran vigor kecambah akan berperan dalam menghasilkan bibit yang vigor. Pertumbuhan bibit yang berasal dari sumber benih yang berbeda kadang-kadang menunjukkan variasi kecepatan tumbuh dilihat dari tinggi bibit. Hal ini dapat dilihat pada persemaian dari tanaman hutan pada kegiatan persemaian uji keturunan dari bibit yang berumur 1 - 2 tahun (Hartmann et al., 1990). Peranan perlakuan benih dan cara penaburan dipengaruhi juga oleh asal benih dalam menghasilkan bibit yang bermutu di persemaian. Hal ini memperlihatkan penggunaan teknologi yang dikombinasikan dengan mutu genetik benih akan menentukan produksi bibit tanaman hutan yang vigor untuk program penanaman di lapangan.

2. Persiapan persemaiana. Wadah bibit (container)

Pertumbuhan bibit di persemaian dipengaruhi oleh mutu benih dan pelakuan persemaian (wadah bibit, media, pemupukan dan aklimatisasi). Fungsi utama wadah bibit adalah mempertahankan media tumbuh tetap utuh yang akan menyuplai akar bibit dengan air, udara, unsur hara, dan dukungan fisik selama bibit masih di persemaian (Landis et al., 1990; Puslitbang Perum Perhutani, 2007a). Wadah bibit harus mampu meningkatkan kemampuan bibit untuk tumbuh di lapangan sehingga wadah tersebut harus dirancang untuk memberikan kemampuan sistem perakaran menumbuhkan akar-akar baru dan berkembang setelah ditanam (Ritchie, 1984; Kelkar, 2001). Untuk maksud tersebut, banyak wadah bibit yang didesain untuk membentuk sistem perakaran yang baik, melindungi bibit sebelum ditanam, dan meningkatkan keseimbangan akar dan pucuk (Landis et al., 1990).

Pada persemaian tanaman hutan, beberapa tipe wadah bibit yang banyak digunakan adalah polybag, polytube, dan pottray. Polybag lebih banyak digunakan pada persemaian beberapa penangkar bibit skala kecil dan menengah, sedangkan polytube dan pottray banyak digunakan di perusahaan HPHTI (Gambar 5). Sementara, sebagian besar persemaian seperti persemaian tradisional yang dikelola petani hutan rakyat masih banyak menggunakan polybag (Gambar 6). Beberapa keuntungan penggunaan polybag dan politube/pottray dapat dilihat pada Tabel 5.

Page 56: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM:Untuk Pembangunan Hutan dan Rehabilitasi Lahan

38

Gambar 5. Wadah bibit yang digunakan PT. Musi Hutan Persada dengan metode direct sowing untuk jenis Acacia spp. (Sudrajat, 2010)

Gambar 6. Penyusunan wadah bibit pada persemaian tradisional (atas) dan modern (bawah) (Sudrajat, 2010)

Tabel 6. Keuntungan dan kerugian penggunaan polybag dan polytube/ pottray (Sharma, 2001a)

Polybag Polytube/pottrayKeuntungan: Keuntungan:

1. Mudah didapat, ekonomis, dan memerlukan sedikit ruang untuk penyimpanannya.

1. Mudah diisi.

2. Memungkinkan untuk menghasilkan dan memelihara bibit dalam ukuran besar.

2. Mudah untuk mengatur kelembapan dan pertumbuhan akar.

Page 57: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

BAB III.PENGELOLAAN PERSEMAIAN UNTUK MENGHASILKAN BIBIT BERMUTU

39

Tabel 6. Keuntungan dan kerugian penggunaan polybag dan polytube/pottray (Sharma, 2001a) (lanjutan)

Polybag Polytube/pottrayKeuntungan: Keuntungan:

3. Tidak memerlukan pendukung tambahan dalam persemaian.

3. Pruning akar yang menghasilkan ujung-ujung akar aktif.

4. Mempunyai struktur perakaran lebih baik.

5. Bibit relatif kecil, ringan dan mudah dalam transportasinya.

6. Wadah dapat digunakan secara berulang.

7. Mudah diisi, ekonomis dalam pengisian wadah dan penyiraman, memerlukan sedikit ruang.

Kerugian: Kerugian:1. Memerlukan waktu dan tenaga

kerja yang lebih banyak dalam pengisian wadah.

1. Lebih mahal dan memerlukan ruang yang lebih luas untuk penyimpanannya.

2. Memerlukan volume media yang lebih besar.

2. Lebih sulit didapat.

3. Perkembangan akar umumnya kurang baik.

3. Memerlukan sistem rak atau bangunan untuk menyokong wadah bibit.4. Bibit memerlukan waktu lebih

lama di persemaian5. Bibit dalam polybag umumnya

lebih berat, lebih besar, dan lebih sulit dalam transportasinya.

Wadah terbaik untuk bibit tanaman hutan tergantung pada faktor biologi dan ekonomi. Pertimbangan biologi meliputi ukuran benih atau stek, ukuran tanaman, dan kondisi lingkungan/tapak penanaman, sedangkan faktor ekonomi meliputi biaya, ketersediaan wadah dan jumlah ruang persemaian yang tersedia (Sharma, 2001b; Landis et al., 1990). Untuk benih halus seperti D. moluccana, polybag berukuran kecil (5 cm x 9 cm) memberikan

Page 58: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM:Untuk Pembangunan Hutan dan Rehabilitasi Lahan

40

hasil yang optimal (Yuniarti, 1996). Ukuran bibit umumnya dipengaruhi oleh volume perakaran wadah bibit. Volume wadah berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan bibit dan mampu meningkatkan pertumbuhan akar, pucuk, dan berat kering total. Hambatan penggunaan wadah berukuran besar adalah faktor ekonomi, sebab makin besar wadah makin banyak media dan ruang persemaian yang diperlukan, periode persemaian yang lebih lama, dan memerlukan penanganan dan biaya yang lebih besar dalam pengangkutan dan penanamannya. Ukuran wadah optimum sangat tergantung banyak faktor, meliputi kerapatan bibit, jenis, ukuran bibit yang diinginkan, tipe media yang digunakan, kondisi lingkungan, dan panjang musim hujan. Pengelola persemaian harus mampu memilih wadah bibit yang dapat memproduksi bibit yang diterima pengguna dengan kerapatan bibit tertinggi, waktu rotasi terpendek, dan sesuai dengan kondisi tapak penanaman (Landis et al., 1990).

b. Media bibitMedia yang digunakan untuk persemaian tanaman hutan dapat

dibagi menjadi dua karakteriktik, yaitu karakteristik kultural yang mempengaruhi pertumbuhan bibit dan karakteristik operasional yang mempengaruhi operasional persemaian. Karakteristik kultural media persemaian berhubungan dengan kemampuan media secara konsisten untuk menghasilkan tanaman yang sehat. Kondisi media secara kultural harus mempunyai pH yang sesuai dengan karakter jenisnya (umumnya 6-7), kapasitas tukar kation tinggi, sifat kesuburan rendah, porositas cukup, biaya murah dan ketersediaannya cukup, dan bebas dari hama dan penyakit (Landis et al., 1990; Puslitbang Perum Perhutani, 2007a,b). Media yang baik harus mampu mengikat air, menyediakan hara yang mencukupi dan memiliki porositas yang baik sehingga akar mampu berkembang baik (Gambar 7).

Bersadarkan SNI 5006.2.2008, media bibit tanaman hutan harus terdiri dari bahan utama dan bahan-bahan pembenah, tidak mengandung hama, penyakit dan racun bagi tanaman, komposisi media harus tercampur merata, dan mudah diperoleh dalam jumlah besar. Bahan utama media bibit di Indonesia umumnya berupa tanah mineral, gambut, dan bahan utama media lainnya. Media bibit dengan bahan utama tanah mineral harus mempunyai kandungan bahan organik dan mengandung nutrisi yang siap diserap oleh

Page 59: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

BAB III.PENGELOLAAN PERSEMAIAN UNTUK MENGHASILKAN BIBIT BERMUTU

41

bibit, bersifat porus dengan keteguhan yang cukup, pH sesuai dengan kondisi lahan tanamnya. Media bibit dengan bahan utama gambut yang telah diproses juga harus mempunyai kandungan bahan organik dan mengandung nutrisi yang siap diserap oleh bibit, mempunyai keteguhan media yang cukup dan pH yang sesuai dengan kondisi lahan tanamnya. Media bibit dengan bahan utama lainnya yang sudah diproses harus mempunyai kandungan bahan organik dan mengandung nutrisi yang siap diserap oleh bibit, mempunyai keteguhan media yang cukup dan pH yang sesuai dengan kondisi lahan tanamnya, memenuhi standar mutu media gambut jika akan ditanam di tanah gambut, atau memenuhi standar mutu media tanah mineral jika akan ditanam di tanah mineral. Di beberapa perusahaan, pencampuran media mengunakan alat molen sehingga kegiatan tersebut lebih praktis dengan hasil yang lebih banyak (Gambar 8).

Gambar 7. Media yang baik harus mampu memberikan pertumbuhan akar yang kompak (Sudrajat, 2010)

Gambar 8. Penyiapan media pembibitan di PT. Musi Hutan Persada, Sumatera Selatan (Sudrajat, 2010)

Page 60: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM:Untuk Pembangunan Hutan dan Rehabilitasi Lahan

42

Kualitas media bibit dapat ditingkatkan dengan penambahan bahan pembenah, yaitu bahan yang berfungsi untuk (SNI 5006.2. 2008) :

a. meningkatkan kandungan bahan organik dan nutrisi tanah dapat berupa kompos dan/atau pupuk cair organik yang tidak mengandung logam berat,

b. bahan untuk meningkatkan porositas media antara lain: pasir/serbuk sabut kelapa/ arang sekam padi/serbuk gergaji,

c. bahan untuk meningkatkan keteguhan media, untuk bahan utama gambut antara lain dapat berupa tanah mineral,

d. bahan untuk meningkatkan pH tanah pada tanah masam dapat berupa dolomit dan/atau kapur pertanian.

Pada saat ini persemaian telah banyak menggunakan media organik. Penggunaan media organik mempunyai beberapa keuntungan, seperti mengurangi kerusakan lingkungan akibat penggunaan topsoil secara besar untuk media bibit, dan mengurangi biaya pengangkutan bibit karena berat per satuan bibit menjadi lebih rendah (Durahim & Hendromono, 2001). Beberapa peran media organik dalam meningkatkan pertumbuhan bibit di antaranya adalah mampu menjaga kelembapan media, menyangga hara tanaman, membantu meningkatkan penyediaan hara, memperbaiki aktivitas mikroorganisme, dan memperbaiki struktur media.

Bahan organik yang akan digunakan untuk media sebelumnya harus didekomposisikan dulu sehingga hingga rasio C/N-nya berada di bawah 30. Pada kondisi tersebut unsur hara yang ada dalam bahan organik dalam kondisi tersedia untuk mensuplai kebutuhan bibit. Dalam praktek persemaian, umumnya bahan organik dicampur dengan top soil dengan perbandingan tertentu, seperti media tanah + sabut kelapa sawit + sekam padi (1 : 1 : 1, v/v) untuk bibit mahoni, media tanah + arang sekam padi + serbuk sabuk kelapa (cocopeat) (1 : 1 : 1, v/v) untuk suren, media tanah + kompos untuk kesambi dan mimba (Kurniaty et al., 2007), topsoil + media kompos + sekam padi (1:1:1 v/v) atau kompos + topsoil (2 : 1, v/v) untuk jati (Puslitbang Perum Perhutani, 2007a,b), dan media kompos + pasir + topsoil (1 : 1 : 1, v/v) untuk bibit Duabanga moluccana (Yuniarti, 1996). Perbedaan bahan

Page 61: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

BAB III.PENGELOLAAN PERSEMAIAN UNTUK MENGHASILKAN BIBIT BERMUTU

43

atau komposisi bahan media bibit akan berpengaruh pada kualitas kesuburan media bibit (Tabel 7). SNI 5006.2. 2018 juga menetapkan persyaratan sifat fisik dan kimia media bibit tanaman hutan berdasarkan bahan utama media tanah mineral dan gambut (Tabel 8).

Tabel 7. Kandungan hara beberapa jenis limbah bahan organik

Media PH(H2O)

C%

N%

P mg/100gr

K mg/100gr

C/N%

Tanah 5,6 3,36 0,33 137 19 10,18Sabut kelapa 5,9 35,03 1,93 41 182 18,15Arang sekam padi 7,73 1,5 0,11 26,97 ppm 0,24 13,64Sabut kelapa sawit 5,1 26,55 2,32 1313,4 384,4 11,44Sekam padi 5,3 19,27 1,82 1558,56 1007,7 10,59Serbuk gergaji 5,23 3,99 0,42 19,71 5,09 9,50Gambut 5,04 4,72 0,5 10,54 10,88 9,44

Sumber : Kurniaty et al. (2007)

Tabel 8. Persyaratan sifat fisik dan kimia media bibit tanaman hutan sesuai SNI 5006.2. 2018 Media bibit tanaman hutan (BSN, 2018a)

No. Parameter Metode analisis Satuan

Standar mutuTanah

mineral Gambut

1. Kandungan nitrogen Kjeldahl % 0,21-0,75 0,21-0,752. Kandungan Fosfor

(P2O5) tersediaOlsen ppm 11-20 -

3. Kandungan Fosfor (P2O5) tersedia

Bray I ppm - 8-15

4. Kandungan Kalium (K) yang dapat dipertukarkan

Amonium asetat pH 7

me/100g 0,4-1,0 0,4-1,0

5. pH (H2O) media utama + pencampuran

SNI 03-6787

- 6,6-7,5 4,5-5,5

6. Porositas total Metode PF %/vol 52,25-57,75 52,25-57,757. C organik Walkey &

Black% ≥ 2,01 > 12,00

Page 62: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM:Untuk Pembangunan Hutan dan Rehabilitasi Lahan

44

Beberapa institusi juga telah mengembangkan media cetak semai atau biopot, seperti Balai Litbang Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan Bogor, SEAMEO BIOTROP, Balai Litbang Kehutanan Makassar, dan BPDAS ((Tikupadang et al., 2011; Ayub & Batara, 2015; Suita et al., 2017). Bibit biopot ini dapat menggantikan bibit dengan polybag (Gambar 9). Penggunaan polybag untuk pembibitan dalam jumlah besar dapat mencemari lingkungan karena plastik polybag sangat sulit terdekomposisi (Vaverková et al., 2014). Biopot merupakan media yang sekaligus berfungsi sebagai wadah untuk pembuatan bibit. Media cetak ini mampu meningkatkan keberhasilan persemaian, lebih mudah dalam transportasi dan juga tidak mencemari lingkungan (SEAMEO BIOTROP, 2014; Suita et al., 2017). Hasil uji penanaman bibit sengon merah dengan biopot menunjukkan bahwa penggunaan biopot dapat mengurangi penggunaan pupuk dasar. Tanaman sengon merah yang berasal dari bibit biopot dengan penambahan rhizobium 3 g dan bibit polybag dengan dosis pupuk dasar 5 kg mempunyai pertumbuhan yang tidak berbeda nyata (Suita et al., 2018).

a b

c d

Keterangan: (a) biopot yang disusun di rak persemaian, (b) bibit biopot di rak persemaian, (c) bibit biopot siap tanam, dan (d) penampilan tanaman umur 2 bulan di lapangan.

Gambar 9. Biopot yang dikembangkan Balai Litbang Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan (BPPTPTH) Bogor (Foto: Sudrajat, 2018)

Page 63: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

BAB III.PENGELOLAAN PERSEMAIAN UNTUK MENGHASILKAN BIBIT BERMUTU

45

3. PenyapihanPenyapihan atau pemindahan semai yang tumbuh normal pada media

sapih dilakukan ketika semai memiliki tinggi minimal 3 kali panjang benih, atau minimal memiliki sepasang daun yang tumbuh dan berkembang sehat. Penyapihan sebaiknya dilakukan pada pagi hari atau sore hari ketika panas sinar matahari tidak terlalu tinggi atau kondisi lebih teduh, sehingga bibit tidak layu. Sebelum penyapihan, media tabur dibasahi terlebih dahulu, kemudian ambil semai dan buat lubang kecil di media untuk memasukkan semai. Penyapihan dilakukan dengan cara semai tidak dipegang pada batangnya tetapi dipegang pada bagian kotiledon atau daunnya. Usahakan posisi akar tertanam lurus dan tidak rusak (Pramono et al., 2016). Lubang semai jangan terlalu dalam karena dikhawatirkan semai terkubur atau lubang semai juga jangan terlalu dangkal karena dapat mengakibatkan akar semai tersingkap, semai mudah mengalami kekeringan, atau akar terlipat dan menjadi bengkok. Penyapihan yang tidak tepat sering kali mengakibatkan perkembangan akar tidak sempurna yang mengakibatkan pertumbuhan bibit kurang optimal dan akan berpengaruh juga pada kinerja bibit setelah ditanam di lapangan.

C. Pembuatan Bibit VegetatifTeknik pembiakan vegetatif dikembangkan untuk memecahkan

masalah pembibitan, khususnya untuk jenis-jenis tanaman yang bermasalah dengan pembiakan generatifnya misal benihnya tidak dapat disimpan lama (rekalsitran), sumber benihnya langka, vertilitas atau produksi benihnya rendah. Selain itu juga bermanfaat sebagai upaya mengembangkan famili atau klon unggul secara cepat. Teknik pembiakan vegetatif secara umum dikelompokkan menjadi pembiakan vegetatif makro dan mikro. Pembiakan vegetatif makro meliputi stek, cangkok, grafting dan okulasi, sedangkan pembiakan vegetatif mikro meliputi kultur jaringan, kultur sel, protoplas dan lain-lain (Nurhasybi et al., 2003). Metode perbanyakan vegetatif yang banyak diaplikasikan untuk pengadaan bibit skala besar bagi pembangunan hutan tanaman di Indonesia adalah stek dan kultur jaringan. Stek pucuk telah banyak diaplikasikan untuk produksi bibit secara massal khususnya untuk jenis jati, Eucalyptus spp., dan meranti. Teknologi kultur jaringan yang telah dikuasai dan digunakan untuk pengadaan bibit komersial di Indonesia masih sangat terbatas untuk beberapa jenis tanaman, misalnya jati (Nurhasybi et al., 2007), akasia, ekaliptus, dan meranti.

Page 64: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM:Untuk Pembangunan Hutan dan Rehabilitasi Lahan

46

1. Pembiakan dengan cara stekStek diperoleh dari organ vegetatif tanaman berupa tunas pucuk, batang,

dan akar yang umumnya diperoleh dari kebun pangkas (Gambar 9). Bahan stek diambil dari organ vegetatif tanaman yang masih juvenil dan sehat. Potongan stek pucuk ditanam pada wadah dan ditempatkan di bedeng perakaran yang suhu, kelembapan dan cahayanya diatur sesuai dengan jenis tanaman. Contoh jenis pohon yang diperbanyak dengan stek pucuk: jati, kayu putih, pinus, sengon, jabon, ekaliptus, mahoni, kesambi, akasia, meranti, merawan, dan lain-lain.

Stek batang diperoleh dari batang/cabang yang sehat. Potongan stek batang/cabang ditanam pada wadah dan ditempatkan di bedeng perakaran yang suhu, kelembapan dan cahayanya diatur sesuai dengan jenis tanaman. Contoh jenis pohon yang diperbanyak dengan stek batang : sungkai, angsana, gamal, dan lain-lain. Stek akar diperoleh dari akar yang sehat. Potongan stek akar ditanam pada wadah dan ditempatkan di bedeng perakaran yang suhu, kelembapan dan cahayanya diatur sesuai dengan jenis tanaman. Pada sistem COFCO, suhu lingkungan perakaran (di dalam rumah kaca) di kendalikan dengan pendinginan kabut (fog-cooling system). Dengan system ini suhu udara yang semula mencapai 34oC dapat diturunkan menjadi 27oC-29oC pada siang hari (Mindawati & Subiakto, 2005). Contoh jenis pohon yang diperbanyak dengan stek akar adalah bambu, sukun, sonokeling, kayu putih, dan lain-lain.

Jenis tanaman merupakan faktor yang berpengaruh besar terhadap keberhasilan perakaran stek. Perbedaan jenis memerlukan perlakuan yang berbeda untuk mampu menumbuhkan stek. Selain pengaruh jenis, beberapa hal berikut ini berpengaruh terhadap keberhasilan perbanyakan vegetatif baik dalam skala penelitian maupun produksi (Hartman et al., 1990; Hassanein, 2013).

a. Penyediaan bahan vegetatifUntuk pengadaan bibit dari biakan vegetatif khususnya stek yang

berkelanjutan dalam jumlah besar diperlukan pohon induk (stock plant) dalam jumlah banyak. Keperluan ini dapat dipenuhi dengan adanya kebun pangkas dan kebun pangkas tersebut hendaknya berdekatan dengan areal persemaian (Gambar 9). Kebun pangkas berfungsi untuk menghasilkan tunas dalam

Page 65: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

BAB III.PENGELOLAAN PERSEMAIAN UNTUK MENGHASILKAN BIBIT BERMUTU

47

waktu cepat, mendapatkan bahan stek dalam jumlah besar, memperpendek jarak antara sumber stek dengan persemaian, atau melestarikan suatu klon dari resiko kepunahan. Fungsi penting lainnya adalah sebagai sarana perbanyakan klon unggul.

Gambar 10. Kebun pangkas jati (Tectona grandis) dan penanaman stek ke dalam polybag di Puslitbang Perhutani, Cepu (Sudrajat, 2010)

b. KualitasfisiologibahanvegetatifPermasalahan dalam pengadaan bahan stek yang berkualitas adalah status

fisiologi bahan stek. Kemampuan berakar bahan stek semakin rendah seiring dengan semakin tua umur fisiologinya. Dalam pengelolaan kebun pangkas hal ini menjadi suatu permasalahan yang penting, karena sebagai upaya memperbanyak tanaman dari bagian vegetatif pohon berkualitas genetik unggul maka bahan tanaman untuk kebun pangkas diambil dari pohon yang secara fisiologi telah berumur tua. Besarnya pengaruh umur bahan stek ini beragam antar jenis tanaman (Danu et al., 2010). Selain dipengaruhi oleh umur, status fisiologi bahan stek juga dipengaruhi oleh posisinya pada pohon yang menunjukkan bahwa semakin tinggi posisi bahan stek di pohon semakin rendah kemampuan berakarnya (Bhardwaj & Mishra, 2005). Untuk mengatasi kendala fisiologi ini, upaya memudakan kembali (rejuvenasi) bahan stek maupun pohon induk perlu dilakukan melalui pemupukan dan pemangkasan.

Lingkungan seperti air, suhu, cahaya, CO2 dan nutrisi pada kebun pangkas yang mempengaruhi kondisi fisiologi stock plant menurut Hartman et al. (1990) juga menentukan keberhasilan perakaran stek, sehingga upaya untuk meningkatkan kualitas fisiologi bahan stek dapat dilakukan dengan manipulasi lingkungan kebun pangkas seperti perlakuan etiolasi, shadding

Page 66: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM:Untuk Pembangunan Hutan dan Rehabilitasi Lahan

48

dan bending. Berkaitan dengan pengairan, Hartman et al. (1990) menyatakan bahwa kebun pangkas yang mengalami kekurangan air dapat menyebabkan penurunan kemampuan berakar dari bahan stek yang dihasilkannya. Penyiraman bertujuan untuk memacu pertumbuhan kebun pangkas dan mendorong produktivitas tunas. Selama musim panas pohon pangkas tumbuh lambat atau sama sekali berhenti bertunas, dengan disiram maka tunas dapat dipanen sepanjang tahun. Metoda lain yang dapat digunakan untuk meningkatkan kapasitas perakaran dari produk kebun pangkas adalah pemupukan, karena status nutrisi bahan stek seperti kandungan karbon, nitrogen dan karbohidrat berpengaruh terhadap perakaran (Hartman et al., 1990).

Kualitas fisiologi bahan stek yang dicirikan dengan kemampuan berakar juga sangat tergantung pada teknik pengambilan stek dan penanganannya sebelum diakarkan (Babaie et al., 2014). Faktor yang berpengaruh antara lain adalah waktu pengambilan stek, baik pemilihan waktu (jam) dalam sehari maupun pemilihan waktu (bulan) pada kurun satu tahun. Selain itu, kemampuan kebun pangkas menghasilkan jumlah bahan stek secara optimal dan kualitas dari stek yang diproduksi tergantung pada umur dari stock plant atau kebun pangkas (Tabel 9). Ukuran bahan stek dapat berpengaruh terhadap keberhasilan stek. Ukuran bahan stek yang ideal dalam skala produksi berkaitan dengan penelitian tentang pengelolaan kebun pangkas, jika ranting pada kebun pangkas terlalu padat akan menghasilkan pucuk yang berdiameter kecil, sehingga akan menghasilkan kualitas bahan stek yang kurang baik (Rana & Sood, 2012). Upaya perlakuan terhadap bahan stek juga dapat dilakukan dengan cara memotong pangkal stek dengan sudut 45o untuk memperluas areal pembentukan akar dan perendaman stek pada larutan karbon aktif untuk menyerap eksudat yang keluar dari luka sayatan.

Tabel 9. Umur stock plants untuk produksi bahan stek

Jenis Umur stock plantsAcacia mangium 6 bulanAcacia crassicarpa 4 bulanGmelina arborea 2 tahunHopea odorata 6 – 12 bulan

Sumber : Nurhasybi et al. (2007)

Page 67: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

BAB III.PENGELOLAAN PERSEMAIAN UNTUK MENGHASILKAN BIBIT BERMUTU

49

c. Lingkungan dan media perakaranKeberhasilan pembiakan stek sangat tergantung kepada kondisi

lingkungan pengakarannya. Proses pengakaran stek memerlukan kondisi lingkungan yang spesifik, seperti untuk jenis-jenis meranti (Shorea spp.) memerlukan suhu 27-29oC pada siang hari (Sakai & Subiakto, 2007). Media perakaran yang ideal menurut Hartman et al. (1990) adalah porus sehingga aerasinya baik, memiliki kapasitas memegang air yang tinggi, dan bebas dari pathogen. Media yang telah dicoba untuk perakaran stek antara lain adalah tanah, pasir, serbuk bata merah, arang sekam padi, serbuk gergaji, sabut kelapa, vermikulit, perlite dan gambut. Selain media padat penelitian tentang penggunaan media air untuk perakaran stek juga telah dilakukan antara lain untuk Shorea johorensis. Untuk meningkatkan keberhasilan stek, perlakuan media sering dikombinasikan dengan perlakuan hormon (Nurhasybi et al., 2007; Danu et al., 2017).

d. Penggunaan hormon pemacu perakaranKepentingan dari penggunaan hormon atau zat pengatur tumbuh (ZPT)

dari kelompok auksin (hormone) adalah untuk meningkatkan persentase stek yang berakar, memacu pembentukan akar, meningkatkan jumlah dan kualitas akar yang terbentuk dan meningkatkan keseragaman perakaran (Hartman et al., 1990). ZPT ini diberikan pada pangkal stek dalam bentuk pasta maupun larutan. ZPT yang banyak digunakan dalam penelitian pembiakan vegetatif tanaman huitan antara lain adalah indolebutyric acid (IBA), misalnya pada Azadirachta excelsa, Acacia mangium, dan Gonystynus bancanus, Rootone-F pada Alstonia scholaris, E. deglupta, Gigantocea antroviolacea, I. bijuga, O. sumatrana, serta Atonik pada Pericopsis mooniana, dan A. scholaris. Beberapa teknik stek untuk jenis-jenis tanaman hutan disajikan pada Tabel 10.

Tabel 10. Beberapa informasi dan hasil penelitian pembiakan vegetatif dengan cara stek.

No Species Bahan stek Media Hormon1. Acacia

crassicarpaStek pucuk dari bibit 4 bulan. Panjang stek 7-9 cm.

Pasir sungai Celup selama 10 detik dalam IBA

Page 68: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM:Untuk Pembangunan Hutan dan Rehabilitasi Lahan

50

No Species Bahan stek Media Hormon2. Benuang bini

(Octomeles sumatrana)

Waktu pengambilan bahan stek terbaik pukul 10.00-13.00Diameter stek pucuk terbaik 5,6-8,0 mm.

Pasir atau arang sekam.

Rootone F bentuk pasta 200 gr/stek

3. Bitti (Vitex cofassus)

Stek batang dari tanaman umur 1 tahun.

- Rootone F 150 mg/ lt air.

4. Eucaliptus pellita - Campuran tanah dan pasir (3:1)

Rendam selama 5 menit dalam Rootone F 50% .

5. Damar mata kucing (Shorea javanica)

Stek batang dari tunas umur 9 bulan dari kebun pangkas umur 2 tahun.Stek berdiameter 0,5-0,8 cm dipotong-potong sepanjang 5 cm

Pasir sungai Rendam selama 1 jam dalam IBA 100 ppm

6. Gmelina arborea Bahan stek batang dari bibit maupun pohon dewasa (10 th). Bahan stek panjangnya 10-20 cm (2-3 ruas), berdiameter 1,6-2,0 cm.

Campuran tanah dan pasir (1:1 atau 1:3, tanah dan arang sekam (1:1), tanah dan serbuk gergaji (1:1), tanah dan serbuk sabut kelapa (1:1).

Rendam selama 2 jam dalam larutan IBA 100 mg/lt air.

7. Kepuh (Sterculia foetida)

Stek batang dan stek pucuk.

Sabut kelapa Rootone F 15 mg/stek

8. Kesambi (Schleichera oleosa)

Stek pucuk Pasir IBA bentuk tepung konsentrasi 1000 ppm

Tabel 10. Beberapa informasi dan hasil penelitian pembiakan vegetatif dengan cara stek. (lanjutan)

Page 69: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

BAB III.PENGELOLAAN PERSEMAIAN UNTUK MENGHASILKAN BIBIT BERMUTU

51

No Species Bahan stek Media Hormon9. Khaya anthoteca - Campuran tanah

dan pasir (1:1)Rendam selama 3 jam dalam IBA 100 ppm.

10. Jati (Tectona grandis)

Bahan stek pucuk dari kebun pangkas atau bibit. Panjangnya stek 5-7 cm.

Campuran pasir, tanah dan kompos (3:3:3)

Celup 1-2 menit dalam larutan Rootone F 100 ppm.

11. Jelutung (Dyera polyphylla)

Bahan stek batang panjangnya 30-40 cm (minimal 2 ruas)

Tanah, campuran tanah dan gambut (1:1 atau 1:2).

-

12. Leda (Eucalyptus deglupta)

Stek pucuk dari bibit, berdiameter 0,3-0,8 cm, sepanjang 5-7 cm.

Campuran tanah dan pasir (1:1)

IBA pasta 200 ppm atau rootone F 500 ppm.

13. Pterigota alata - Tanah Tanpa hormone

14. Pulai gading (Alstonia scholaris)

Stek pucuk atau stek batang dari kebun pangkas umur 2-5 tahun. panjangnya 10-15 cm, berdiameter 0,5-3 cm

- Rendam 5 menit dalam Rootone F 40% atau rendam 10 menit dalam Atonik atau oles dengan pasta Rootone F 50 mg atu Rhizantum 50%. Tanpa hormone masih bisa berakar 92%.

Tabel 10. Beberapa informasi dan hasil penelitian pembiakan vegetatif dengan cara stek. (lanjutan)

Page 70: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM:Untuk Pembangunan Hutan dan Rehabilitasi Lahan

52

No Species Bahan stek Media Hormon15. Ramin

(Gonystylus bancanus)

Stek pucuk dari bibit atau pohon umur 8 tahun. Stek panjangnya 5-8m cm dengan daun 2-3 dipotong disisakan 1/3 atau ¼ nya.

Campuran gambut dan sekam padi (7:3).

IBA 500 ppm sampai 1000 ppm.

16. Sengon buto (Enterolobium cyclocarpum)

- Campuran tanah dan serbuk gergaji (1:2).

Tanpa hormon.

17. Sentang (Melia azedarach)

Stek pucuk dari kebun pangkas

Pasir IBA 200 ppm

18. Shorea leprosula Stek pucuk dari anakan, sepanjang 10 cm.

Campuran gambut, perlit dan vermikulit (1:1:1) atau top soil dan gambut.

Rendam selama 2 jam dalam IBA 7.500 ppm.

19. Shorea lamellata Stek pucuk Air IBA20. Shorea pinanga Stek pucuk Campuran

gambut, perlit dan vermikulit (1:1:1)

Tanpa hormon

21. Shorea polyandra - Pasir IBA

Sumber: Nurhasybi, et al. (2000); Buharman, et al. (2001); Danu, et al. (2006); Iriantono, et al. (1998)

2. Pembiakan dengan kultur jaringanMenurut George dan Sherrington (1984), kultur jaringan merupakan

teknologi untuk mengisolasi dan memelihara sel atau bagian jaringan tanaman yang diambil dari lingkungan alaminya, kemudian ditumbuhkan pada media tumbuh yang sesuai dengan prosesnya yang berlangsung secara aseptik.

Tabel 10. Beberapa informasi dan hasil penelitian pembiakan vegetatif dengan cara stek. (lanjutan)

Page 71: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

BAB III.PENGELOLAAN PERSEMAIAN UNTUK MENGHASILKAN BIBIT BERMUTU

53

Bagian tanaman yang dibiakkan akan memperbanyak diri dan tumbuh menjadi tanaman sempurna. Kultur jaringan untuk memperbanyak tanaman mempunyai beberapa keunggulan, di antaranya:

a. homogenitas tanaman yang tinggi,

b. vigoritas tanaman tinggi,

c. sifat genetik yang sama dengan induknya.

Penggunaan teknologi kultur jaringan dalam penyediaan bibit tanaman hutan dapat menekan biaya pemeliharaan persemaian, seperti penyulaman atau seleksi bibit di persemaian dan umur produksinya lebih singkat. Namun, teknologi kultur jaringan memiliki beberapa kelemahan, seperti terjadinya variasi somaklonal yang sifat genetik tanaman yang dibiakan menyimpang dari sifat genetik tanaman induknya. Hal ini disebabkan oleh faktor-faktor, seperti proses subkultur yang berlebihan dan adanya organogenesis pada saat perbanyakan kalus, dan konsentrasi zat pengatur tumbuh yang terlalu tinggi (Gunawan, 1987; Nursyamsi, 2010). Menurut Wang et al. (1993), untuk skala massal, teknologi kultur jaringan dapat menggunakan teknik perbanyakan tunas karena cara ini lebih mudah dengan tingkat keberhasilan yang tinggi.

Keberhasilan kultur jaringan dipengaruhi oleh beberapa faktor penting, seperti eksplan, media kultur, dan zat pengatur tumbuh, yang secara lebih detail dijelaskan sebagai berikut:

a. Eksplan Eksplan merupakan bagian-bagian tanaman yang digunakan sebagai

bahan untuk inisiasi pada proses kultur jaringan. Bagian-bagian tanaman tersebut harus bebas mikroorganisme, akan tetapi tidak semua bagian tanaman bisa ditumbuhkan sehingga pengujian setiap bahan tersebut mutlak harus dilakukan untuk dapat dijadikan bahan pembiakan dengan kultur jaringan (Wareing & Phillips, 1976). Pemilihan bahan eksplan untuk kultur jaringan perlu memperhatikan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan kultur, seperti organ yang menjadi sumber bahan tanaman, umur fisiologi, dan ukuran eksplan (Hartmann et al., 1990). Secara umum, ukuran tunas yang lebih besar pada waktu dipindahkan ke dalam kultur akan menghasilkan

Page 72: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM:Untuk Pembangunan Hutan dan Rehabilitasi Lahan

54

lebih banyak tunas aksial dan pertumbuhan yang lebih cepat. Namun, ukuran tunas yang lebih besar dapat menyebabkan kesulitan untuk mendapatkan kultur yang aseptic. Bahan tanaman yang diambil sebagai eksplan lebih baik diambil dari tanaman yang masih juvenil dari pada tanaman yang berumur tua. Bagian-bagian tanaman yang masih muda atau yang masih juvenil mempunyai kemampuan regenerasi yang lebih tinggi dibandingkan tanaman tua (Gunawan, 1995). Bagian tanaman/jaringan yang masih muda juga memiliki kemampuan morfo-genetik yang lebih tinggi daripada jaringan tua. Umumnya untuk tanaman hutan (berkayu), tunas juvenil banyak digunakan untuk kegiatan kultur jaringan produksi bibit secara massal. Tunas-tunas juvenil dapat diperoleh dengan perlakuan pemangkasan berat. Kondisi juvenil pada tanaman dapat juga diinduksi dengan perlakuan penyemprotan hormon GA3 atau dengan campuran hormon GA3 dan auksin (George & Sherrington, 1984).

Sterilisasi eksplan atau bahan tanaman yang akan dikulturkan sebaiknya dilakukan pada tanaman induk yang ditumbuhkan di rumah kaca sehingga akan memudahkan penyemprotan untuk mengendalikan bakterisida dan fungisida secara periodik sehingga dapat menghilangkan kontaminasi selama proses kultur berlangsung. Bahan tanaman/eksplan harus disterilisasi bagian permukaannya. Bahan sterilisasi yang umum digunakan adalah hidrogen peroksida, sodium hipoklorit, silver nitrat dan bromine water. Pada saat sterilisasi permukaan, hal penting yang harus diperhatikan adalah seluruh permukaan eksplan harus terbasahi oleh larutan sterilisasi. Deterjen dan alkohol 70% atau tween 80 dapat digunakan untuk meningkatkan efektifitas proses sterilisasi (Biondi dan Thorpe, 1981; Nursyamsi, 2010). Pada saat isolasi, senyawa fenol seringkali dikeluarkan oleh eksplan tanaman berkayu yang dapat menyebabkan pencokelatan (Wattimena, 1992) yang bila dibiarkan akan menyebabkan kematian. Beberapa perlakuan yang dapat mengatasi masalah ini di antaranya dengan pembilasan dengan air secara terus-menerus atau perlakuan arang aktif untuk menyerap senyawa fenol (Santoso & Nursandi, 2002). Masalah pencokelatan pada kultur jaringan jati dapat ditanggulangi dengan subkulur atau pemindahan eksplan secara periodik dengan perlakukan waktu berbeda (Tiwari et al., 2002). Pada tanaman jati, pemindahan (transfer) eksplan sebanyak lima kali yang dipindahkan ke media baru setiap 12 jam mampu menumbuhkan 76,8 eksplan yang bertunas.

Page 73: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

BAB III.PENGELOLAAN PERSEMAIAN UNTUK MENGHASILKAN BIBIT BERMUTU

55

b. Media kultur Media kultur harus memiliki beberapa unsur penting seperti sumber

energi, zat pengatur tumbuh, vitamin, garam-garam anorganik, dan karbon. Menurut Orcutt dan Nilsen (2000), garam anorganik mengandung unsur-unsur hara yang esensial yang diperlukan tanaman memiliki fungsi tidak bisa digantikan unsur lain yang diperlukan proses metabolisme tanaman atau sebagai kofaktor reaksi enzim. Unsur hara esensial terdiri dari 2 kelompok, yaitu unsur hara makro dan hara mikro. Unsur hara makro merupakan unsur hara penting yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah besar (1-15 mg/berat kering tanaman) seperti nitrogen, fosfor, kalium, magnesium, kalsium, dan sulfur (George & Klerk, 2008). Unsur mikro merupakan unsur hara yang diperlukan oleh tanaman dalam jumlah yang sangat sedikit (0,1μg-0,1 mg/g berat kering tanaman). Beberapa unsur yang termasuk unsur hara mikro di anataranya adalah Mn, Fe, Zn, Co, B, Co, Mo, Co (Gamborg & Shylluk, 1981) dan CL (George & Klerk, 2008). Selain itu, media kultur jaringan juga tidak hanya mengandung unsur hara makro dan mikro, namun membutuhkan karbohidrat yang berupa gula untuk menggantikan karbon (Gunawan, 1987), seperti glukosa atau sukrosa (Santoso & Nursandi, 2002), dengan konsentrasi biasanya 2%- 4%. Komposisi media dasar untuk setiap jenis berbeda-beda, seperti media Vacin dan Went yang umumnya digunakan untuk jenis anggrek, media dasar B5 untuk jenis kedelai, alfafa, dan jenis-jenis legum lainnya. Media dasar WPM (woody plant media) banyak dipakai untuk jenis-jenis tanaman hutan. Pada jenis jati, media WPM yang digunakan mengandung BAP 2,5 mg/l yang mampu memproduksi jumlah tunas rata-rata 7 tunas (Nursyamsi & Suhartati, 2007). Media MS (Murashige dan Skoog) mempunyai komposisi unsur yang lebih lengkap sehingga dapat digunakan untuk kultur hampir semua jenis tanaman (Gunawan, 1987). Pembiakan jenis jati dengan menggunakan media MS mampu menumbuhkan jumlah tunas terbanyak dibandingkan dengan menggunakan media lainnya (rata-rata tujuh tunas) (Herawan & Husnaeni, 2001).

c. Zat pengatur tumbuh (ZPT)Zat pengatur tumbuh merupakan senyawa organik yang dibutuhkan

tanaman dalam jumlah sedikit (kurang dari 1 mM)) namun mampu meningkatkan, menghambat, dan mengubah proses fisiologi tanaman. ZPT

Page 74: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM:Untuk Pembangunan Hutan dan Rehabilitasi Lahan

56

yang diperlukan untuk kultur jaringan tanaman di antaranya adalah sitokinin dan auksin. Auksin terdiri dari beberapa macam, seperti IBA, Indole Acetic Acid (IAA), Phenyl Acetic Acid (PAA), dan 4-chloro Indole Acetic Acid. Beberapa lainnya digolongkan sebagai auksin sintetik, seperti Napthalene Acetic Acid (NAA), 2,4-Dichloro Phenoxy Acetic Acid, dan 2-methyl-4 chloro Phenoxy Acetic Acid (MCPA). ZPT yang termasuk ke dalam sitokinin di antaranya adalah kinetin, Benzil Amino Purin (BAP) dan lain-lain. Menurut Gunawan (1987), penambahan ZPT pada media kultur dan diproduksi sel secara endogen akan mempengaruhi arah perkembangan suatu kultur. Rasio auksin dan sitokinin yang tinggi dapat mendorong pembentukan akar, sebaliknya ratio sitokinin dan auksin yang tinggi akan merangsang pembentukan tunas. Respon pemberian auksin dan sitokinin berbeda-beda untuk setiap jenis tanaman yang dipengaruhi perbedaan hormon alami yang terkandung dalam tanaman tersebut (Hartmann et al., 1990).

Beberapa tahap pelaksanaan kultur jaringan dalam memperbanyak tanaman adalah sebagai berikut:

a. Inisiasi

Inisiasi merupakan tahap awal proses kultur. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mendapatkan eksplan bebas mikroorganisme untuk inisiasi pertumbuhan baru. Secara umum, eksplan yang berasal dari bagian pucuk tanaman akan menghasilkan tunas yang lebih banyak dibandingkan yang berasal dari kotiledon. Jumlah tunas yang dihasilkan pada tahap ini rata-rata adalah 4 tunas. Bagian pucuk tanaman memiliki kemampuan melakukan pembelahan diri untuk membentuk tunas-tunas baru sehingga tunas yang lebih tinggi akan menghassilkan tunas yang lebih banyak (Nursyamsi, 2010) yang umumnya berasal dari tunas aksilar.

b. Multiplikasi

Multiplikasi merupakan tahap perbanyakan tunas yang dihasilkan pada tahap induksi yang dilakukan dengan cara pemotongan setiap ruas dan menanamnya kembali pada media kultur. Media yang digunakan secara umum lebih banyak mengandung sitokinin. Hasil penelitian Sapulete (1997), aplikasi horman 6-BA 0,75 mg/l dengan penambahan NAA 0,01 mg/l mampu memproduksi tunas A. crassicarpa sebanyak 8 - 10 tunas

Page 75: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

BAB III.PENGELOLAAN PERSEMAIAN UNTUK MENGHASILKAN BIBIT BERMUTU

57

dalam periode 8 minggu. Penggunaan media dengan penambahan BAP 1,5 mg/l dan kinetin 0,5 mg/l pada kultur bitti (Vitex cofassus) menghasilkan rata-rata empat tunas per ruas (Nursyamsi, 2010). Penambahan BAP dengan konsentrasi 0,25 mg/l pada kultur gaharu dapat menumbuhkan rata-rata lima tunas (Nursyamsi & Suhartati, 2007). Untuk kultur jati, penambahan BAP 0,15 mg/l dan kinetin 0,15 mg/l pada media MS menghasilkan 6-7 tunas (Herawan & Husnaeni, 2001). Secara umum, penambahan BAP mempengaruhi jumlah tunas yang dihasilkan dengan respon yang berbeda-beda untuk setiap jenis tanaman.

c. Perakaran

Pembentukan akar pada proses kultur jaringan adalah tahapan penting dalam pembentukan plantlet dan bagian pucuk yang sempurna sehingga mampu bertahan hidup untuk selanjutnya dipindahkan dari kondisi in-vitro ke lingkungan luar. Tunas yang belum mempunyai akar harus dipindahkan ke media yang memiliki kandungan auksin lebih tinggi.

d. Aklimatisasi

Aklimatisasi merupakan tahap akhir dari proses perbanyakan tanaman melalui kultur jaringan. Proses ini merupakan proses adaptasi planlet/bibit terhadap lingkungan baru yang lebih alamiah. Proses ini dilakukan karena planlet hasil kultur jaringan masih sangat peka terhadap perubahan lingkungan sehingga proses ini sangat penting untuk dilakukan. Kegiatan ini umumnya dilakukan dengan memindahkan eksplan ke luar dari ruangan aseptik, yaitu ke kondisi rumah kaca. Kegiatan ini dilakukan secara bertahap, sebagai berikut:

1) Tahap awal aklimatisasi harus tetap menjaga kestabilan kondisi pertumbuhan, yaitu dengan memberikan sungkup sebagai pelindung dari udara luar.

2) Tahap selanjutnya, sungkup dibuka secara bertahap sehingga perubahan kondisi lingkungan tidak terjadi secara ekstrem.

3) Tahapan selanjutnya dari proses pembuatan bibit tanaman hutan relatif sama antara pembiakan generatif dengan pembiakan secara vegetatif, seperti aplikasi mikoriza (jika diperlukan), pemeliharaan bibit, pengerasan bibit (hardening off) dan seleksi bibit.

Page 76: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM:Untuk Pembangunan Hutan dan Rehabilitasi Lahan

58

D. Aplikasi Rhizobium dan MikorizaPertumbuhan dan daya adaptasi bibit setelah di tanam di lapangan dapat

ditingkatkan melalui inokulasi rhizobium dan mikoriza. Aplikasi rhizobium banyak diterapkan untuk jenis-jenis Legum pada benih ataupun tingkat bibit. Pada jenis A. mangium inokulasi rhizobium yang dikombinasikan dengan pemupukan Urea mampu meningkatkan pertumbuhan bibit. Penelitian aplikasi rhizobium pada A. mangium dan Falcataria moluccana yang dikombinasikan dengan inokulasi beberapa mikoriza seperti Thelephora sp. dan Glomus sp., berhasil meningkatkan pertumbuhan bibit. Pemberian legin (strains of rhizobia) dilakukan dengan menempatkan benih dalam sebuah wadah dan diisi dengan larutan pelengket (misalnya air gula atau minyak kelapa). Kemudian tambahkan legin ke wadah tersebut sebanyak 50 g untuk setiap kg benih dan dikocok secara perlahan hingga seluruh benih berwarna hitam. Kemudian benih tersebut diangin-anginkan 10 sampai 20 menit sebelum penaburan. Untuk memberikan legin (strain of rhizobia) pada tingkat bibit, legin dicampurkan ke dalam air dingin (hendaknya tercampur dengan baik) yang kemudian digunakan untuk menyiram bibit. Setiap 5 gram legin dapat digunakan untuk menginokulasi 1000 anakan. Jumlah air yang digunakan hendaknya cukup banyak agar legin dapat menembus ke bagian akar (Nurhasybi et al., 2007).

Perlakuan yang sering digunakan untuk meningkatkan pertumbuhan dan vigor bibit baik di persemaian maupun di lapangan adalah penerapan mikoriza (biofertilizer). Beberapa manfaat tanaman inang yang berasosiasi dengan mikoriza di antaranya adalah meningkatkan penyerapan unsur hara, meningkatkan ketahanan terhadap kekeringan, tahan terhadap serangan patogen akar, dan mikoriza dapat memproduksi hormon dan zat pengatur tumbuh (Setiadi, 1992).

Jenis-jenis yang digolongan ke dalam cendawan mikoriza relatif banyak sehingga dalam aplikasinya, pemilihan jenis mikoriza harus dilakukan sesuai dengan inangnya (Santoso et al., 2006). Beberapa jenis ektomikoriza yang tersebar dominan di Indonesia di antaranya adalah Scleroderma, Amanita, Boletus dan Russula. Di Kalimantan, ditemukan 172 jenis ektomikoriza dari 32 genus yang berasosiasi dengan 23 jenis Dipterocarpaceae. Ektomikoriza secara umumnya cocok berasosiasi dengan jenis dari famili Dipterocarpaceae

Page 77: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

BAB III.PENGELOLAAN PERSEMAIAN UNTUK MENGHASILKAN BIBIT BERMUTU

59

dan Pinacea. Selain itu ektomikoriza berasosiasi dengan Gnetum gnemon, Eucalyptus spp., dan beberapa dari famili Fagaceae. Ektomikoriza berasal dari Ascomycetes dan Basidiomycetes serta beberapa berasal dari Zygomycetes. Ektomikoriza dapat diaplikasikan dengan beberapa teknik di antaranya adalah inokulasi tanah, akar yang bermikoriza, anakan yang bermikoriza, suspensi spora, biakan murni miselia, tablet dan kapsul mikoriza (Setiadi, 1992). Spora ektomikoriza dalam bentuk tablet, kapsul, atau tepung dapat digunakan untuk jenis-jenis dari Dipterocarpaceae. Beberapa isolat lokal telah dibuat di Indonesia seperti Schleroderma columnare dengan bibit Shorea selanica, S. stenoptera, S. leprosula, S. palembanica, H. odorata dan H. Mengerawan (Lee, 1998).

Teknik inokulasi tanah (top soil) dapat dilakukan bersamaan dengan pencampuran media sapih. Untuk inokulasi spora dapat dilakukan dengan menyiramkan spora yang dicampur air pada daerah perakaran bibit. Untuk isolat berbentuk kapsul, tablet atau tepung, cara inokulasinya dapat dilakukan dengan membenamkannya di sekitar daerah perakaran (Omon & Noor, 2002).

Endomikoriza (cendawan mikoriza arbuskular atau CMA) secara umum berasosiasi dengan jenis-jenis mahoni, jati, eukalyptus, gmelina, acacia, sonokeling, duabanga, agathis, khaya, puspa, saga, waru, saninten, rasamala, dan jenis lainnya. Jenis-jenis tanaman yang berasosiasi dengan mikoriza disajikan pada Tabel 11. Pada proses produksi bibit skala besar, inokulasi CMA dapat dilakukan dengan mencampur media sapih dengan CMA secara merata. CMA dapat diinokulasikan pada bibit hasil biakan secara generatif maupun secara vegetatif. Inokulasi pada bibit hasil vegegatif dilakukan pada saat pemindahan bibit dari tahap perakaran ke pertumbuhan. Pada bibit generatif, CMA dapat diinokulasikan dengan metode lapisan dan campur. Metode lapisan umumnya dilakukan untuk benih-benih yang berukuran kecil (Acacia spp. dan Eucalyptus spp.) Inokulum CMA ditebar secara merata di permukaan media tabur dengan ketebalan 0,5 cm – 1 cm dan dilapisi lagi media tabur setebal 0,5 cm, kemudian benih ditabur pada lapisan tersebut. Untuk metode campur, inokulum dicampurkan dengan media secara merata. Pencampuran CMA dan media dalam skala besar dapat menggunakan molen. Selain itu, bentuk suspensi sudah diformulasikan dari beberapa galur atau strain unggul, seperti Pisolithus sp. yang memiliki spora besar.

Page 78: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM:Untuk Pembangunan Hutan dan Rehabilitasi Lahan

60

Tabel 11. Jenis tanaman hutan yang berasosiasi dengan mikoriza

No. Ektomikoriza No. Mikoriza arbuskula 1. Shorea leprosula 1. Leucaena leucocephala2. Shorea selanica 2. Caliandra calothyrsus3. Shorea pinanga 3. Aquilaria malaccensis4. Shorea seminis 4. Tectona grandis5. Shorea johorensis 5. Gmelina arborea6. Shorea platyclados 6. Peronema canescens7. Shorea balangeran 7. Paraserianthes falcataria8. Shorea uliginosa 8. Entelorobium cyclocarpum9. Shorea mecisopteryx 9. Toona sureni10. Shorea teysmanniana 10. Diospyros celebica11. Hopea odorata 11. Swietenia macrophylla12. Hopea mengarawan 12. Khaya antotheca13. Vatica sumatrana 13. Khaya ivorensis14. Anisoptera spp 14. Khaya senegalensis15. Dipterocarpus spp 15. Eusideroxylon zwageri16. Pinus merkusii 16. Dyera polyphylla17. Pinus oocarpa 17. Alstonia scholaris18. Pinus caribaea 18. Durio zibethinus19. Eucalyptus urophylla 19. Gonystilus bancanus20. Eucalyptus deglupta 20. Cratoxylon arborescens21. Dryobalanops spp 21. Calophyllum sp22. Gnetum gnemon 22. Hevea brasilliensis

Sumber : Santoso et al., 2007.

Aplikasi mikoriza pada jenis-jenis tanaman hutan masih terfokus pada tingkat bibit siap tanam. Namun demikian, informasi uji lapangan bibit yang menggunakan mikoriza masih sangat terbatas dalam hubungannya dengan produktivitas atau riap tanaman pada berbagai karakteristik tapak dan jenis tanaman.

Page 79: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

BAB III.PENGELOLAAN PERSEMAIAN UNTUK MENGHASILKAN BIBIT BERMUTU

61

E. Pemeliharaan BibitPemeliharaan bibit di persemaian meliputi pembersihan gulma,

penyiraman dan pemupukan. Naungan diperlukan hingga bibit siap untuk diaklimatisasi dan untuk jenis cepat tumbuh naungan mulai dikurangi pada umur 40-45 hari setelah sapih (Chandra, 2001).

1. PenyiramanIntensitas penyiraman ini harus mempertimbangkan kondisi iklim

setempat dan media semai yang digunakan. Pada daerah kering, intensitas penyiraman dapat dilakukan 2 kali sehari atau sebaliknya di daerah yang sering turun hujan penyiraman hanya dilakukan pada hari tidak turun hujan. Selain itu, bibit-bibit yang baru disapih umumnya memerlukan naungan dengan intensitas pencahayaan bervariasi (40 – 60%).

Penyiraman media di dalam polybag/wadah harus betul-betul dalam keadaan jenuh dimana semua bagian media basah secara menyeluruh. Pada saat penyiraman, kekuatan semprotan air jangan terlampau keras sehingga tidak menyebabkan kerusakan bibit, erosi atau kehilangan permukaan media. Secara umum, penyiraman diaplikasikan dua kali dalam sehari khususnya pada musim panas di saat tidak ada hujan. Penyiraman harus mempertimbangkan kondisi bibit, pada bibit muda yang berukuran kecil, air semprotan harus lebih halus dan tidak terlalu kencang. Penyiraman juga harus sesuai dengan kebutuhan tanaman, penyiraman yang terlalu banyak akan merusak bibit karena akan menyebabkan genangan air yang memenuhi pori-pori udara di dalam media sehingga akar tidak bisa bernapas. Penyiraman berlebihan juga menyebabkan bibit tumbuh terlalu cepat namun kurang kuat dan memacu pertumbuhan jamur dan bakteri pathogen (Sudrajat et al., 2010).

Pada persemaian permanen, penyiraman dilakukan dengan sistem irigasi yang lebih modern dengan menggunakan nozzle yang diatur dengan sistem control panel sebagai pengendali on/off secara otomatis. Sistem penyimpanan tersebut dapat digantung atau ditanam dengan menggunakan pipa high density polyethylene. Sistem irigasi di persemaian permanen juga dilengkapi dengan saluran air pembuangan (BSN, 2016).

Page 80: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM:Untuk Pembangunan Hutan dan Rehabilitasi Lahan

62

2. Wiwil dan penyianganWiwil merupakan kegiatan untuk membuang tunas yang tidak diinginkan

pada bibit, daun kering, busuk, daun tua atau berpenyakit yang dilakukan ketika bibit mencapai ketinggian atau umur tertentu (± 20 cm). Kegiatan ini juga bertujuan untuk meningkatkan sirkulasi udara, meningkatkan penyinaran matahari khususnya untuk bagian batang dan bawah bibit, mencegah penularan hama dan penyakit. Pembersihan gulma harus rutin dilakukan, terutama ketika bibit masih berukuran kecil (awal pertumbuhan). Secara umum gulma akan tumbuh lebih cepat dan lebih kuat dari pada bibit sehingga menjadi pesaing bibit dalam memperoleh hara, air, dan ruang tumbuh (Pramono et al., 2016).

3. Penjarangan dan pemangkasan akar

Penjarangan bibit diperlukan sejalan dengan pertumbuhan bibit. Daun dan tunas bibit akan berkembang sehingga menjadi berdesakan yang mengakibatkan bibit tidak cukup menerima sinar matahari dan ruang yang cukup untuk pertumbuhannya. Penjarangan bibit akan berdampak pada kekokohan bibit karena pertumbuhan diameter bibit akan sejalan dengan pertumbuhan tinggi bibit. Bila bibit tidak dijarangi maka bibit tersebut akan memiliki indek kekokohan yang rendah dalam arti perbandingan diameter dengan tinggi bibit tidak proposional yang berdampak pada rendahnya daya adaptasi sewaktu dipindah ke lapangan. Jarak antar bibit tidak hanya untuk menerima sinar matahari yang cukup, tetapi juga memudahkan pemantauan dan pengendalian serangan hama dan penyakit (Pramono et al., 2016).

Pemangkasan akar sangat diperlukan untuk mengendalikan akar yang keluar dari wadah bibit, khususnya pada bibit yang diletakkan di lantai pasir atau tanah. Bibit-bibit yang diletakkan di rak umumnya dapat melakukan selfpruning sistem perakarannya karena akar yang keluar akan kering. Bibit yang akar-akarnya menembus ke dalam tanah akan tumbuh lebih cepat dibandingkan bibit lainnya dan cenderung menekan pertumbuhan bibit lainnya. Namun ketika digeser, bibit tersebut akan cepat layu karena sistem perakarannya rusak atau wadah dan medianya hancur sehingga memerlukan

Page 81: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

BAB III.PENGELOLAAN PERSEMAIAN UNTUK MENGHASILKAN BIBIT BERMUTU

63

waktu yang lama untuk pemulihannya menjadi bibit siap tanam. Pemangkasan akar dilakukan pagi atau sore hari dengan penyiraman bibit terlebih dulu, kemudian akar bibit yang tumbuh ke luar media dipotong.

4. Pencegahan dan pengendalian hama penyakit

Penyimpangan dari keadaan normal pada bibit yang disebabkan oleh serangan hama dan penyakit akan mempengaruhi aktivitas fisiologi bibit atau menyebabkan perubahan struktur tanaman yang menghambat pertumbuhan dan perkembangan bibit. Bibit merupakan tahap pertumbuhan tanaman yang sangat rentan terserang hama dan/atau penyakit sehingga perlu diantisipasi dengan mengenal tipe/gejala serangan sehingga tindakan pengendaliannya bisa cepat dilakukan.

Serangga (belalang, semut, ngengat) dan ulat merupakan hama yang sering menyerang bibit, sedangkan organisme penyebab penyakit yang sering menyerang bibit adalah jamur, bakteri, virus, dan cacing. Beberapa insektisida yang bersifat sistemik sering diaplikasikan untuk mengendalikan serangan hama yang menyerang bibit di persemaian. Penyakit yang sering menyerang pada tingkat bibit di antaranya adalah embun tepung (powdery mildew), rebah semai (dumping off), mati pucuk (die-back), bercak daun (leaf-spot), dan layu (wilt). Media yang disterilisasi, penaburan yang tidak terlalu padat, air penyiraman yang bersih, pemberian fungisida secara teratur, pengaturan intensitas cahaya, dan menjaga kelembapan media dapat menghindari serangan jamur patogen (Departemen Kehutanan, 2004).

Penyakit pada bibit dapat menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan bibit tidak normal, menyebabkan kerusakan organ-organ penting bibit, bahkan menyebabkan kematian bibit. Secara umum, penyakit pada tingkat bibit dapat disebabkan oleh jasad hidup (seperti jamur, gulma, bakteri, nematode), virus, atau faktor lingkungan (seperti cahaya, iklim, kekurangan atau kelebihan zat hara). Beberapa hama dan penyakit yang menyerang bibit di persemaian dan cara pengendaliannya disajikan pada Tabel 12.

Page 82: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM:Untuk Pembangunan Hutan dan Rehabilitasi Lahan

64

Tabel 12. Hama dan penyakit bibit tanaman hutan di persemaian dan cara pengendaliannya

No Hama/penyakit Tanaman inang Teknik pengendalian1. Hama perusak daun

Eurema - spp. (kupu kuning)

Paraserianthes falcataria, Acacia spp., Cassia siamea, Sesbania grandiflora.

Insektisida biologi berbahan aktif Baccilus thuringiensis (Deftin WDG dan Dipel WP) dengan dosis cc per liter atau insektisida biologi yang mengandung jamur entomopotogenik Beauveria bassiana dengan dosis 25 g kultur jamur per liter.

Pteroma plagiphelps, - Amatissa sp., Cryptothelea spp. (ulat kantong)

P. falcataria, Acacia spp., Eucalyptus spp., Pinus merkusii

Insektisida sistemik berbahan aktif dimetoat (Perfekthion 400 EC) dengan dosis 2-4 cc per liter.

Locusta - sp. dan Valanga sp. (belalang)

Hampir semua jenis.

Insektisida berbahan aktif BPMC (Bassa 50 EC) dengan dosis 2-4 cc per liter.

- Kutu lilin T. grandis, P. merkusii

a. Mekanis : pemangkasan bagian tanaman yang terserang dan dibakar

b. Sistemik : Insektisida berupa larutan - “demikron” secara kontinyuInsektisida berbentuk - butiran (Furadan G dan Dharmaphur G) dengan dosis ± 10 gr/tanaman yang ditebarkan di sekeliling tanamanInsektisida nabati/hayati - yang disemprotkan pada batang dan atau daun.

2. Hama perusak pucukHypsiphyla robusta- (penggerek pucuk)

Swietenia macrophylla

Insektisida sistemik berbahan aktif dimetoat (Perfekthion 400 EC) dengan dosis 2-4 cc per liter.

Page 83: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

BAB III.PENGELOLAAN PERSEMAIAN UNTUK MENGHASILKAN BIBIT BERMUTU

65

Tabel 12. Hama dan penyakit bibit tanaman hutan di persemaian dan cara pengendaliannya (lanjutan)

No Hama/penyakit Tanaman inang Teknik pengendalianDioryctria rubella- P. merkusii Insektisida sistemik berbahan

aktif dimetoat (Perfekthion 400 EC) dengan dosis 2-4 cc per liter.

3. Penyakit lodoh (dumping off)

Acacia spp., Eucalyptus spp., P. merkusii, Falcataria moluccana, dll.

Sterilisasi media semai (penggorengan, air panas, fumigasi) dengan larutan fungisida (seperti captan, ceresan).

4. Penyakit embun tepung

Leucaena lecochepala, Acacia spp., Falcataria moluccana.

Fungisida berbahan aktif benomil (Benlate) dengan dosis 1-2 gr per liter.

5. Penyakit layu bakteri (bakteri Pseudomonas tectonae)

Tectona grandis Penyiraman tidak terlalu lembap, media disterilkan dengan larutan dihydrostrepotomycin 0,005% atau formaldelhide 4%, bakterisida dengan bahan aktif asam oksolinik (Starner 20 WP).

6. Penyakit bercak daunAltelaria - sp.

Curvularia - sp. dan Cylyndrocladium sp.

Acacia spp.Eucalyptus sp.

Menjaga kelembapan, fungisida dengan bahan aktif tembaga oksiklorida atau propineb dengan dosis sesuai label.

Pestalotiopsis - sp.Pestalotia - sp.

P. merkusiiShorea sp. dan Gmelina arborea

7. Penyakit karat daun(jamur Atelocauda digitata)

Acacia spp. Fungisida Bayleton 250 EC, Cupravit OB 21, Benlate T 20/20 WP, Daconil 75 WP, Dithane M-45 80 WP, Antracol 74 WP, Baycor 300 EC, Orthocide 50 WP, Tilt 250 EC, Cobox, Calixin 750 EC dengan dosis 1-2 cc per liter.

Sumber: Departemen Kehutanan (2004), DPSP (2016)

Page 84: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM:Untuk Pembangunan Hutan dan Rehabilitasi Lahan

66

5. PemupukanPemupukan merupakan kegiatan yang diperlukan untuk menyediakan

hara bagi pertumbuhan bibit secara optimal. Analisis kesuburan media bibit sangat dianjurkan untuk menentukan kebutuhan dan dosis pupuk yang akan diberikan. Beberapa penelitian melaporkan efektivitas pemupukan terhadap pertumbuhan bibit beberapa jenis tanaman hutan, seperti pada jenis Falcataria moluccana, A. mangium, P. canescens, P. merkusii, S. pinanga, S. leprosula, Dryobalanops aromatica, D. oblongifolia dan jenis-jenis lainnya. Namun, pemupukan tidak selamanya memberikan respon terhadap pertumbuhan bibit seperti pada bibit S. macroptera dan Dipterocarpus kunstleri. Pemupukan harus dilakukan sesuai dengan kebutuhan tanaman dan tidak berlebihan. Dosis berlebihan akan mengakibatkan pertumbuhan tidak seimbang (terlalu cepat tapi bibit mudah patah, cepat layu) dan tidak seimbangnya rasio pucuk akar (pertumbuhan pucuk terlalu dominan sehingga rasionya terlalu tinggi). Selain itu, dosis yang terlalu tinggi juga menyebabkan pertumbuhan bibit terganggu karena pupuk akan meracuni tanaman. Pupuk NPK dan Urea merupakan pupuk yang paling umum digunakan di persemaian. Pupuk tersebut umumnya dicairkan dengan dosis 1 sendok makan untuk 10 l air. Pemberian pupuk kimiawi tersebut disarankan untuk tidak dilakukan apabila media bibit telah memiliki kandungan hara yang memadai untuk pertumbuhan bibit. Umumnya media dengan campuran tanah, pupuk kandang, kompos atau sekam yang optimal sudah cukup untuk mendukung pertumbuhan bibit di persemaian (Sudrajat et al., 2010; Pramono et al., 2016).

6. Seleksi dan aklimatisasi (hardening off)

Seleksi bibit dilakukan dengan tujuan untuk menyortir atau memisahkan bibit yang memiliki pertumbuhan yang tertekan, terdapat gejala serangan hama atau penyakit, memiliki batang utama bercabang, bengkok, mati atau patah. Bibit-bibit terpilih diharapkan memiliki penampilan yang relatif seragam dengan karakter morfologi yang memungkinkan lolos persyaratan seritifikasi mutu bibit. Bibit siap tanam dipisahkan, dikelompok dan dilakukan aklimatisasi sebelum didistribusikan ke lapangan (Sudrajat et al., 2010).

Page 85: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

BAB III.PENGELOLAAN PERSEMAIAN UNTUK MENGHASILKAN BIBIT BERMUTU

67

Aklimatisasi, disebut juga hardening off (pengerasan bibit) merupakan kegiatan untuk mempersiapkan bibit agar mampu beradaptasi pada lingkungan penanamannya. Pengurangan penyiraman, meningkatkan cahaya yang diterima oleh bibit, dan peningkatan jarak antar bibit merupakan cara yang umum dilakukan untuk meningkatkan mutu fisiologis bibit (Gambar 11). Aklimatisasi dilakukan secara bertahap dengan mengurangi naungan secara bertahap sehingga cahaya matahari semakin banyak dan akhirnya secara penuh tersinari matahari. Selain penyiraman, cahaya dan jarak antar bibit, perlakuan pembuangan daun-daun yang ada di bagian bawah batang bibit juga dapat dilakukan sehingga bibit akan cepat berkayu. Aklimatisasi untuk jenis-jenis tahan naungan, apabila bibit dipindahkan langsung ke areal terbuka akan menyebabkan pertumbuhan bibit tidak optimal sehingga sebaiknya bibit tersebut masih diberi naungan ringan. Aklimatisasi umumnya dilakukan 1 bulan bibit di bawa ke areal penanaman. Regim persemaian termasuk aklimatisasi sangat menentukan karakteristik fungsional bibit, mempengaruhi perakaran setelah penanaman dan kapasitas pertumbuhan awal bibit pasca penanaman (Sudrajat et al., 2010).

Gambar 11. Bibit jati yang belum diaklimatisasi (kiri) dan bibit yang sudah diaklimatisasi (kanan) (Sudrajat, 2010)

Sebagai contoh, untuk S. pinanga diperlukan pencahayaan sebesar 30% sampai umur bibit mencapai 2 minggu, kemudian pencahayaan sebesar 60% sampai bibit mencapai umur 9 bulan. Pada umur di atas 9 bulan diperlukan pencahayaan yang lebih besar, sehingga pada umur 10-12 bulan, bibit tersebut telah siap dipindahkan ke lapangan dengan kemampuan adaptasi yang lebih tinggi. Pada bibit jati (Gambar 11), selain pemotongan akar, pergeseran bibit

Page 86: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM:Untuk Pembangunan Hutan dan Rehabilitasi Lahan

68

dan memberian cahaya penuh, aklimatisasi juga dilakukan dengan memberi jarak antar bibit yang berpengaruh pada kekokohan batang dan mempercepat membentukan kayu pada batang (Puslitbang Perum Perhutani, 2007a,b).

Page 87: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

BAB IV. STANDAR MUTU BIBIT

UNTUK HUTAN TANAMAN DAN REHABILITASI LAHAN

DAN HUTAN

A. Perkembangan Standar Mutu Bibit di Indonesia

Standar mutu bibit tanaman hutan yang dikembangkan di beberapa negara sebagian besar didasarkan pada karakter morfologi bibit yang dikorelasikan dengan kemampuan hidup (adaptasi) dan pertumbuhannya pasca penanaman (Semerci, 2005; Jacobs et al., 2005). Secara umum, diameter bibit mempunyai korelasi yang positif dengan persen hidup dan pertumbuhan bibit di lapangan (South et al., 1989; Rose et al., 1997; Dey & Parker, 1997; South & Mitchell, 1999; Sianturi & Sudrajat, 2019) dan juga berkorelasi baik dengan perkembangan akar (Rose et al., 1997). Diameter bibit merupakan parameter yang banyak digunakan untuk menentukan bibit siap tanam di beberapa negara (Sudrajat et al., 2010).

Standar atau kriteria morfologi bibit siap tanam tentunya berbeda berdasarkan jenis dan lokasi target penanaman. Pada kondisi khusus, diameter atau tinggi bibit yang lebih kecil mempunyai daya adaptasi dan pertumbuhan yang lebih baik khususnya pada lokasi penanaman di pegunungan (Allen, 1953; Venator, 1983; Jurasek et al., 2009), sebaliknya pada daerah dengan pertumbuhan gulma yang cepat, bibit dengan tinggi dan diameter yang besar memiliki adaptasi yang lebih baik untuk bersaing dengan gulma (Sianturi &

Page 88: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM:Untuk Pembangunan Hutan dan Rehabilitasi Lahan

70

Sudrajat, 2019). Untuk jenis-jenis daun lebar (khususnya jenis-jenis tropis), pengembangan standar mutu bibit dalam hubungannya dengan keberhasilan pasca penanaman masih sangat kurang dibandingkan bibit jenis-jenis temperat, khususnya jenis-jenis daun jarum (Wilson & Jacobs, 2005).

Metoda pengujian mutu bibit di Indonesia lebih dikategorikan sebagai uji morfologi bibit, uji ini tidak selalu berhasil dalam memprediksi penampilan bibit setelah penanaman, karena morfologi tidak mengindikasikan vitalitas saat itu (Hawkins, 1995). Namun uji ini lebih umum dan mudah diterapkan dan dalam aplikasinya tentunya didukung dengan hasil-hasil uji lapang yang mengkorelasikan morfologi bibit di persemaian dengan persen hidup dan pertumbuhan bibit pasca penanaman di lapangan.

Pada tahun 2000-an, standar mutu bibit tanaman hutan di Indonesia dapat dikategorikan berdasarkan sifatnya, yaitu sukarela atau volunteer yang berupa Standar Nasional Indonesia (SNI) dan mengikat (mandatory) yang berupa Peraturan Dirjen Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial (RLPS) No. P.11/V-SET/2009 tentang Petunjuk Teknis Penilaian Mutu Bibit Tanaman Hutan. Kedua standar ini secara substansi sama, hanya jumlah jenis saja yang berbeda. Jenis yang masuk dalam SNI sebanyak 7 jenis, yaitu Acacia mangium, Gmelina arborea, Eucalyptus urophylla, Paraserianthes falcataria, Shorea sp. (meranti), Shorea stenoptera (tengkawang) dan Pinus merkusii. Standar mutu bibit pada SNI menjadi salah satu acuan standar pada Peraturan Dirjen RLPS (BSN, 2005).

Peraturan Dirjen RLPS masih memuat jenis yang terbatas (13 jenis) dengan pengelompokan jenis berdasarkan kecepatan tumbuhnya. Jenis tanaman hutan yang termasuk dalam peraturan Dirjen RLPS tersebut adalah:

1. Jenis-jenis lambat tumbuh: Tectona grandis, Shorea spp., Altingia excelsa, Pinus spp. dan Swietenia spp.

2. Jenis-jenis cepat tumbuh: Eucalyptus spp., Acacia spp., Falcataria moluccana (sinonim: Paraserianthes falcataria), Gmelina arborea, Neolamarckia spp. (sinonim: Anthocephalus spp.)

Penerapan mutu standar mutu bibit dilakukan dengan sistem sertifikasi mutu bibit yang hingga tahun 2009 masih belum optimal, khususnya untuk jumlah jenis yang telah distandarkan. Jumlah jenis bibit tanaman hutan yang

Page 89: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

BAB IV. STANDAR MUTU BIBIT UNTUK HUTAN TANAMANDAN REHABILITASI LAHAN DAN HUTAN

71

diuji sangat beragam yang belum didukung dengan ketersediaan standar mutu bibit yang optimal. Standar yang terdapat dalam Peraturan Dirjen RLPS hanya memuat sekitar 13 jenis, sedangkan yang diuji melalui Balai Perbenihan Tanaman Hutan (BPTH) dalam periode 4 tahun (2006-2009) sebanyak 75 jenis tanaman hutan, terdiri dari 1289 kelompok bibit (lot bibit) di banyak persemaian di wilayah Indonesia. Persentase jenis yang diuji BPTH di seluruh Indonesia dapat dilihat pada Gambar 12.

Gambar 12. Jenis dan persentase jumlah pengujian bibit tanaman hutan di Indonesia pada tahun 2006-2009 (Sudrajat, 2010b)

Keterbatasan jenis dalam standar yang berlaku, sementara jenis yang diuji untuk disertifikasi lebih banyak mengindikasikan bahwa pelaksanaan sertifikasi mutu bibit tanaman hutan pada periode tersebut belum didasarkan standar yang ditetapkan. Secara operasional, penguji bibit banyak melakukan pendekatan umum atau penggunaan standar untuk suatu yang belum ada standarnya dengan jenis yang telah ada standarnya. Padahal standar mutu bibit memerlukan persyaratan berbeda untuk setiap jenis yang berbeda atau untuk tujuan dan tapak yang berbeda juga. Gambaran jumlah jenis yang ditangani BPTH diseluruh Indonesia pada periode 2006-2009 disajikan pada Gambar 13.

Page 90: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM:Untuk Pembangunan Hutan dan Rehabilitasi Lahan

72

Gambar 13. Jenis dan jumlah kelompok bibit tanaman hutan yang diuji di Indonesia pada tahun 2006-2009 (Sudrajat, 2010b)

BPTH Jawa-Madura merupakan lembaga sertifikasi yang paling sering melakukan pengujian mutu bibit tanaman hutan selama periode 2006-2009, yaitu menguji 684 kelompok bibit, diikuti BPTH Kalimantan (541 kelompok bibit), BPTH Sumatera (39 kelompok bibit) dan BPTH Maluku Papua (25 kelompok bibit). Jenis bibit tanaman hutan yang diuji meliputi 37 jenis, diikuti BPTH Kalimantan sebanyak 36 jenis, BPTH Sumatera sebanyak 16 jenis, dan BPTH Maluku-Papua sebanyak 5 jenis. BPTH Bali-Nusa Tenggara dan BPTH Sulawesi selama periode tersebut tidak melakukan pengujian bibit karena tidak ada pengada atau pengedar bibit yang mengajukan permohonan pengujian mutu bibit (sertifikasi).

Kesadaran pentingnya benih/bibit bersertifikat masih rendah dan belum menjadi kebutuhan pengada maupun pengguna bibit terutama di Indonesia Bagian Timur yang dibuktikan dengan tidak atau sedikit sekali penerbitan sertifikat di BPTH kawasan timur Indonesia (BPTH Sulawesi, BPTH Bali Nusa Tenggara, dan BPTH Maluku Papua). Selain itu, ada juga dugaan bahwa benih atau bibit bersertifikat yang digunakan di kawasan timur berasal dari kawasan barat Indonesia. Standar mutu bibit pada tahun 2015 telah ditetapkan melalui Keputusan Direktur Perbenihan Tanaman Hutan No. SK36/PTH-3/2015 dan pada tahun 2018 menjadi SNI 5006.2.2018 Mutu bibit tanaman hutan.

Page 91: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

BAB IV. STANDAR MUTU BIBIT UNTUK HUTAN TANAMANDAN REHABILITASI LAHAN DAN HUTAN

73

B. Pengujian Mutu Bibit Cara pengujian mutu bibit ditetapkan dalam Peraturan Dirjen RLPS

No. P. 05/V-SET/2009 dan SNI 5006.2.2018 Mutu bibit tanaman hutan. Peraturan tersebut memuat cara pengujian yang terdiri dari persyaratan umum, persyaratan khusus, pengambilan sampel, cara pengujian, syarat lulus uji, laporan hasil uji dan penandaan (BSN, 2018b).

1. Persyaratan umumPemeriksaan dilakukan pada masing-masing lot bibit dengan menelusuri

kebenaran dokumen bahwa bibit yang diproduksi berasal dari sumber benih dan/atau dari benih bersertifikat. Pemeriksaan terhadap mutu bibit (secara genetik) didekati dengan beberapa tahapan sebagai berikut:

a. Pemeriksaan keabsahan Sertifikat Sumber Benih dan/atau Sertifikat Mutu Benih yang digunakan sebagai benih untuk produksi bibit, dan

b. Apabila benih diperoleh dari pihak ketiga, pemohon harus menunjukkan bukti Berita Acara Surat Pembelian Benih atau mengkonfirmasikan kebenaran Sertifikat tersebut kepada institusi yang menerbitkan Sertifikat Sumber Benih dan/atau Sertifikat Mutu Benih.

Untuk itu, persyaratan umum bibit tanaman hutan berdasarkan hasil pemeriksaan bertahap tersebut meliputi:

a. Asal usul benih yang ditunjukkan dengan sertifikat sumber benih atau surat keterangan atau sertifikat mutu benih;

b. Bibit berbatang tunggal dan lurus, tinggi maksimal 1,5 m;

c. Bibit sehat (tidak terserang hama dan penyakit), warna daun normal dan tidak menunjukkan kekurangan unsur hara dan tidak mati pucuk;

d. Bibit telah berkayu (50% bagian tinggi batangnya yang telah berkayu);

e. Bibit yang memenuhi persyaratan umum di atas dinyatakan sebagai bibit normal dan kelompok bibit yang telah memenuhi persyaratan umum (bibit normal) dapat dilanjutkan untuk pengujian persyaratan khusus.

Page 92: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM:Untuk Pembangunan Hutan dan Rehabilitasi Lahan

74

2. Persyaratan khusus Pengujian persyaratan khusus dilakukan setelah persyaratan umum

terpenuhi. Persyaratan khusus bibit tanaman hutan ditentukan berdasarkan hasil pengukuran terhadap parameter:

a. tinggi bibit,

b. diameter pangkal batang bibit,

c. kekompakan media,

d. jumlah daun.

Persyaratan khusus setiap jenis tanaman hutan sesuai Tabel 15 (Sub Bab Standar Mutu Bibit). Untuk jenis yang belum tercantum dalam tabel, penilaian didasarkan pada genus atau famili yang sama.

3. Pengambilan contohPengambilan contoh dilakukan pada setiap bedeng dalam kelompok

bibit secara sistematis dengan awal acak (systematic sampling with random start) dengan jumlah contoh uji sesuai Tabel 13. Intensitas pengambilan contoh bibit untuk pengujian mutu bibit adalah maksimal 10%.

Tabel 13. Jumlah contoh (sampel) bibit yang akan diperiksa dengan intensitas sesuai dengan jumlah bibit yang akan disertifikasi

Jumlah bibit yang diperiksa (batang) Jumlah contoh (batang)< 1.000 10

1.000 - < 10.000 100 10.000 - < 50.000 200 50.000 - < 100.000 500

100.000 - < 1.000.000 1.000 > 1.000.000 2.000

Page 93: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

BAB IV. STANDAR MUTU BIBIT UNTUK HUTAN TANAMANDAN REHABILITASI LAHAN DAN HUTAN

75

4. Cara pengujianPeralatan yang diperlukan untuk pengujian mutu bibit di antaranya

adalah kaliper atau jangka sorong dengan ketelitian 0,5 mm, alat ukur tinggi atau penggaris, pisau tajam (cutter), alat penghitung manual, kalkulator, dan tallysheet. Parameter yangn diuji adalah persentase bibit normal, kekompakan media, tinggi bibit, diameter dan jumlah daun.

a. Prosedur perhitungan1). Perhitungan persentase bibit normal adalah sebagai berikut:

Bibit normal = Jumlah bibit normal × 100 %Jumlah bibit yang diperiksa2). Kekompakan media

Kekompakan media dan perakarannya ditetapkan dengan cara mengeluarkan bibit dari wadah media kemudian diamati kekompakan media dan perakarannya, sebagaimana pada Gambar 14.

Gambar 14. Kekompakan media bibit tanamam hutan (SNI 5006.2. 2018. Mutu bibit tanaman hutan)

Perhitungan persentase bibit yang medianya kompak adalah sebagai berikut:

BMK = Jumlah bibit bermedia kompak × 100 %Jumlah contoh bibit yang diperiksa

Page 94: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM:Untuk Pembangunan Hutan dan Rehabilitasi Lahan

76

3). Tinggi bibit

Tinggi bibit diukur pada pangkal batang sampai titik tumbuh teratas dengan satuan cm.Perhitungan persentase bibit yang memenuhi standar tinggi (BST) adalah sebagai berikut:

BST = Jumlah bibit yang memenuhi standar tinggi × 100 %Jumlah contoh bibit yang diperiksa4). Diameter

Diameter batang bibit diukur pada pangkal batang dengan satuan mm.Perhitungan persentase bibit yang memenuhi standar diameter (BSD) adalah sebagai berikut:

BSD = Jumlah bibit yang memenuhi standar diameter × 100 %Jumlah contoh bibit yang diperiksa5). Jumlah daun

Jumlah daun dihitung per lembar daun pada setiap sampel bibit.Untuk bibit berdaun banyak seperti pinus (Pinus spp.) dan jenis-jenis dari famili Fabaceae (Leguminoceae) seperti sengon (Falcataria moluccana), jumlah daun dihitung dengan nilai live crown ratio (LCR) yang diperoleh berdasarkan perbandingan antara panjang tajuk dengan tinggi bibit, dinyatakan dalam persen.

6) Rata-rata persyaratan khusus (RPK)

Perhitungan persentase bibit yang memenuhi standar jumlah daun (BSJD) adalah sebagai berikut:

BSJD = Jumlah bibit yang memenuhi standar jumlah daun × 100 %Jumlah contoh bibit yang diperiksa Rata-rata syarat khusus adalah rata-rata dari jumlah persentase

kekompakan media, tinggi bibit, diameter bibit, dan jumlah helai daun atau nilai LCR. Perhitungan persyaratan khusus menggunakan rumus sebagai berikut:

RPK = BST + BSD + BSJD + BMK4

Page 95: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

BAB IV. STANDAR MUTU BIBIT UNTUK HUTAN TANAMANDAN REHABILITASI LAHAN DAN HUTAN

77

5. Syarat lulus uji Ada perbedaan cara penentuan bibit lulus uji berdasarkan Peraturan

Dirjen RLPS No. P. 05/V-SET/2009 dan SNI 5006.2.2018, yaitu pada Peraturan Dirjen RLPS No. P. 05/V-SET/2009 terdapat klasifikasi mutu bibit lulus uji sedangkan pada SNI 5006.2.2018 hanya batas minimal bibit lulus uji. Standar mutu bibit ditetapkan berdasarkan persyaratan umum dan persyaratan khusus. Setiap bibit dari kelompok atau lot bibit yang telah disertifikat dipasang label sesuai dengan tingkat mutunya sebagaimana yang diklasifikasikan sebagai berikut :

a. Peraturan Dirjen RLPS No. P.05/V-SET/2009 (Alur pemeriksaan mutu bibit tersebut dapat dilihat pada Gambar 7).

1) Mutu Pertama (P) : jika bibit memenuhi semua persyaratan umum lebih besar 95% dan rata-rata dari persyaratan khusus lebih besar 90 % .

2) Mutu Kedua (D) : jika bibit yang memenuhi kriteria persyaratan umum 75 - 95 % dan rata-rata persyaratan khusus 70 - 90 % .

3) Bibit yang tidak memenuhi kelas mutu P dan D tidak diterbitkan sertifikat.

b. SNI menyatakan bahwa bibit lulus uji apabila memenuhi persyaratan yang ditetapkan, yaitu jika bibit normal lebih besar dari 95% dan rata-rata persyaratan khusus lebih besar dari 90%.

Page 96: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM:Untuk Pembangunan Hutan dan Rehabilitasi Lahan

78

Gambar 15. Kegiatan pengukuran bibit di lapangan: (a) persemaian, (b) contoh bibit yang akan diukur, (c) pengukuran diameter, (d) pengukuran tinggi, (e) pengamatan kekompakkan media, dan (f) pencatatan data

Page 97: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

BAB IV. STANDAR MUTU BIBIT UNTUK HUTAN TANAMANDAN REHABILITASI LAHAN DAN HUTAN

79

Gambar 16. Skema pemeriksaan mutu bibit tanaman hutan (Peraturan Dirjen RLPS No. P. 05/V-SET/2009)

6. Laporan hasilLaporan hasil umumnya dinyatakan dalam bentuk sertifikat mutu bibit

yang menerangkan hasil pengujian mutu bibit dengan rekomendasi lulus atau tidak lulus uji. Jika lulus uji, bibit tersebut layak untuk diedarkan atau dikomersialisasikan. Hasil pengujian dinyatakan dalam bentuk tabel sesuai Gambar 17.

Page 98: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM:Untuk Pembangunan Hutan dan Rehabilitasi Lahan

80

Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan

7. PenandaanLabel bibit dicetak dan dipasang oleh produsen bibit yang dimonitor dan

dievaluasi oleh Balai yang diserahi tugas dan bertanggung jawab di bidang perbenihan tanaman hutan. Bibit lulus uji diberikan keterangan sebagai berikut:

a) jenis;

b) sumber benih (lokasi dan kelas sumber benih);

Page 99: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

BAB IV. STANDAR MUTU BIBIT UNTUK HUTAN TANAMANDAN REHABILITASI LAHAN DAN HUTAN

81

c) jumlah bibit;

d) keterangan pengujian bibit (nama penguji, waktu, dan lembaga penguji).

Masa kedaluwarsa hasil pengujian mutu bibit adalah 6 bulan atau tinggi bibit telah melebihi 1,5 m.

Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda

C. Standar Mutu BibitStandar mutu bibit dalam pelaksanaannya yang bersifat mandatori

(diwajibkan pemerintah) khususnya bagi kegiatan-kegiatan yang didanai oleh negera, ada yang bersifat volunter (sukarela), seperti SNI. Sementara beberapa perusahaan-perusahaan HTI atau BUMN juga mempunyai standar yang diterapkan secara internal. Sebagai contoh, Perum Perhutani melalui Puslitbang Cepu menentukan kriteria atau standar bibit siap tanam jenis jati baik yang dibiakkan secara generatif maupun vegetatif (stek) dengan kriteria sebagai berikut:

1. Pertumbuhan bibit normal,

2. Tinggi bibit berkisar 20 - 30 cm,

3. Batang lurus, kokoh dan berkayu (1/3 dari tinggi bibit),

Page 100: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM:Untuk Pembangunan Hutan dan Rehabilitasi Lahan

82

4. Daun tidak terlalu lebar, berwarna hijau dan sedikit kuning,

5. Perakaran banyak yang membentuk gumpalan kompak dengan media,

6. Tidak terserang hama dan penyakit.

(sumber: Puslitbang Perum Perhutani, 2007ab).

Pengaturan standar mutu bibit untuk kegiatan-kegiatan penanaman yang dibiayai oleh negara dilakukan oleh Direktorat Perbenihan Tanaman Hutan melalui Keputusan Direktur No. SK.36/PTH-3/2015 tentang Standar mutu fisik-fisiologis benih dan standar mutu bibit tanaman hutan. Ketentuan tersebut bersifat mengikat untuk insitusi yang berada di bawah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Untuk memperluas penggunaan standar tersebut telah diterbitkan sebagai SNI pada tahun 2018 (SNI 5006.2.2018. Mutu bibit tanaman hutan).

SNI 5006.2.2018. Mutu bibit tanaman hutan memuat persyaratan umum dan persyaratan khusus yang menjadi pembeda standar mutu bibit antar jenis tanaman hutan. Persyaratan khusus tersebut terdiri dari tinggi, diameter, dan jumlah daun (Tabel 14).

Tabel 14. Kisaran tinggi, diameter, dan jumlah daun bibit beberapa jenis tanaman hutan (SNI 5006.2.2018. Mutu bibit tanaman hutan) untuk rehabilitasi lahan dan pembangunan hutan tanaman

Nama botani Famili Nama lokalTinggi (cm)

Diameter(mm)

Jumlah daun/LCR

Acacia crassicarpa Leguminosae Karpa ≥25 ≥3,5 ≥6Acacia mangium Leguminosae Mangium ≥25 ≥3 ≥6Adenanthera microsperma

Leguminosae Saga pohon ≥30 ≥3 ≥8

Agathis loranthifolia Araucariaceae Damar ≥30 ≥6 ≥6Albasia chinensis Leguminosae Sengon

merah≥40 ≥4 LCR ≥45%

Alstonia scholaris Apocynaceae Pulai ≥40 ≥5 ≥9Aleurites moluccana Phyllanthaceae

(Euphorbiaceae)Kemiri ≥45 ≥5 ≥6

Artocarpus heterophyllus

Moraceae Nangka ≥40 ≥4,5 ≥6

Artocarpus camansi Moraceae Kluwih ≥35 ≥4,5 ≥4

Page 101: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

BAB IV. STANDAR MUTU BIBIT UNTUK HUTAN TANAMANDAN REHABILITASI LAHAN DAN HUTAN

83

Tabel 14. Kisaran tinggi, diameter, dan jumlah daun bibit beberapa jenis tanaman hutan (SNI 5006.2.2018. Mutu bibit tanaman hutan) untuk rehabilitasi lahan dan pembangunan hutan tanaman (lanjutan)

Nama botani Famili Nama lokalTinggi (cm)

Diameter(mm)

Jumlah daun/LCR

Aquilaria malaccensis Thymelaeaceae Gaharu ≥30 ≥3,53 LCR ≥9 %Avicennia sp. Acanthaceae Api-api ≥35 ≥5 ≥6Azadirachta indica Meliaceae Intaran/

mimba≥25 ≥3 ≥8

Bruguera sexangula Rhizophoraceae Bakau ≥30 ≥4,5 ≥4Calophyllum inophyllum

Guttiveraceae Nyamplung ≥30 ≥4 ≥6

Caliandra callothyrsus Leguminosae Kaliandra merah

≥30 ≥4 LCR ≥45%

Calliandra tetragona Leguminosae Kaliandra putih

≥30 ≥4 LCR ≥45%

Canarium odorata Burseraceae Kenari ≥30 ≥4 ≥6Casuarina junghuniana

Burseraceae Cemara gunung

≥45 ≥2,5 LCR ≥50%

Dipterocarpus sp. Dipterocarpaceae Keruing ≥40 ≥4 ≥8Delonix regia Leguminosae Flamboyan ≥35 ≥3,5 LCR≥40%Diospyros celebica Ebenaceae Eboni ≥30 ≥3 ≥10Duabanga moluccana Sonneratiaceae Benuang

laki/takir≥40 ≥4,5 ≥10

Dyera lowii Apocynaceae Jelutung rawa

≥35 ≥6 ≥6

Dysoxylum parasiticum Meliaceae Majegau ≥30 ≥5 ≥8Dryobalanops aromatica

Dipterocarpaceae Kapur ≥35 ≥3,5 ≥10

Enterobium ciclocarpum

Leguminosae Sengon buto ≥50 ≥4 LCR ≥80%

Eucalyptus urophylla Myrtaceae Ampupu >30 > 2,5 ≥8Eucalyptus pellita Myrtaceae Pelita >20 > 2 ≥6Eusideroxylon zwagery Lauraceae Ulin ≥40 ≥6 ≥6Ficus benyamin Moraceae Beringin ≥40 ≥5 ≥18Ficus variegata Moraceae Nyawai ≥35 ≥4 ≥6Gyrinopsis versteegii Thymelaeaceae Ketimunan ≥25 ≥3,5 ≥12Gmelina moluccana Verbenaceae Kayu titi ≥30 ≥4 ≥5Gmelina arborea Verbenaceae Jati putih ≥30 ≥4 ≥5Hibiscus macrophyllus Malvaceae Tisuk ≥30 ≥5 ≥10

Page 102: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM:Untuk Pembangunan Hutan dan Rehabilitasi Lahan

84

Nama botani Famili Nama lokalTinggi (cm)

Diameter(mm)

Jumlah daun/LCR

Hura crepitans Euphorbiaceae Hura ≥30 ≥6 ≥10Hymenea courbaril Leguminosae Hymnea ≥50 ≥5 ≥8Instia bijuga Leguminosae Merbau ≥30 ≥4,5 ≥4Lagerstoemia speciosa Lythraceae Bungur ≥30 ≥4 ≥6Maesopsis emenii Rhamnaceae Kayu afrika ≥35 ≥4 ≥8Magnolia blumei (sinonim: Manglieta glauca)

Magnoliaceae Manglid ≥35 ≥4,5 ≥8

Magnolia champaca (sinonim: Michelia champaca)

Magnoliaceae Bambang lanang

≥35 ≥4,5 ≥8

Manilkara kauki Sapotaceae Sawo kecik ≥25 ≥3 ≥12Mangifera kasturi Anacardiaceae Kasturi ≥35 ≥4,5 ≥6Melia azedarach Meliaceae Mindi ≥35 ≥3,5 ≥8Melia excelsa Meliaceae Sentang/

kayu bawang

≥40 ≥6 ≥6

Mimosops elengi Sapotaceae Tanjung ≥35 ≥5 ≥6Neolamarckia cadamba (sinonim: Anthocephalus cadamba)

Rubiaceae Jabon putih ≥35 ≥4,5 ≥6

Neolamarckia macrophilla (sinonim: Antocephalus macrophyllus).

Rubiaceae Jabon merah ≥25 ≥4 ≥5

Octomeles sumatrana Tetramelaceae Benuang bini

≥25 ≥7 ≥6

Palaquium alovium Sapotaceae Nyatoh ≥28 ≥3 ≥8Palaquium dasyphyllum

Sapotaceae Nyatoh ≥35 ≥4 ≥8

Falcataria moluccana (sinonim: Paraserianthes falcataria)

Leguminosae Sengon ≥35 ≥4 LCR ≥30%

Tabel 14. Kisaran tinggi, diameter, dan jumlah daun bibit beberapa jenis tanaman hutan (SNI 5006.2.2018. Mutu bibit tanaman hutan) untuk rehabilitasi lahan dan pembangunan hutan tanaman (lanjutan)

Page 103: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

BAB IV. STANDAR MUTU BIBIT UNTUK HUTAN TANAMANDAN REHABILITASI LAHAN DAN HUTAN

85

Nama botani Famili Nama lokalTinggi (cm)

Diameter(mm)

Jumlah daun/LCR

Pericopsis mooniana Papilionaceae Kayu kuku ≥30 ≥4 ≥8Peronema canescens Sungkai ≥30 ≥4 9Planchonia valida Lecythraceae Putat ≥35 ≥6 ≥10Polyalthia longifolia Anonaceae Glodogan

tiang≥45 ≥6 ≥10

Pometia pinnata Sapindanceae Matoa ≥40 ≥5 ≥6Pterocarpus indicus Leguminosae Angsana ≥35 ≥4 ≥8Pterospermum javanicum

Sterculiaceae Bayur ≥35 ≥4,0 ≥8

Rhizophora apiculata Rhizopharaceae Bakau ≥35 ≥5 ≥4Rhizophora mucronata Rhizopharaceae Bakau ≥50 ≥16 ≥4Rhizophora stylosa Rhizopharaceae Bakau ≥40 ≥15 ≥4Pinus merkusii Pinaceae Tusam ≥25 ≥3 ≥8Santalum album Santalaceae Cendana ≥35 ≥4 ≥11Scheleichera oleosa Sapindaceae Kesambi ≥35 ≥4 ≥8Shorea balangeran Dipterocarpaceae Balangeran ≥40 ≥4 ≥8Shorea leprosula Dipterocarpaceae Meranti ≥40 ≥3,5 ≥7Shorea levis Dipterocarpaceae Bangkirai ≥50 ≥4 ≥8Shorea parvifolia Dipterocarpaceae Meranti ≥34 ≥3,6 ≥10Shorea stenoptera Dipterocarpaceae Tengkawang ≥38 ≥4 LCR ≥10Shorea sp. Dipterocarpaceae Meranti ≥45 ≥4 ≥8

Samanea saman Leguminosae Trembesi/ Kihujan

≥50 ≥5 LCR ≥40%

Sterculia foetida Sterculiaceae Kepuh/nitas ≥40 ≥5 ≥6Swietenia macrophylla Meliaceae Mahoni ≥35 ≥3,5 ≥8

Tamarindus indica Leguminosae Asam jawa ≥40 ≥4 LCR ≥70%Tectona grandis Verbenaceae Jati ≥30 ≥4 ≥6Terminalia catapa Combretaceae Ketapang ≥40 ≥5 ≥6Toona sinensis Meliaceae Surian ≥35 ≥4 ≥6Vitex coffasus Verbenaceae Biti ≥25 ≥3 ≥6

Keterangan: Genus adalah kata pertama nama ilmiah misalnya Eucalyptus pellita, maka genusnya Eucalyptus

Tabel 14. Kisaran tinggi, diameter, dan jumlah daun bibit beberapa jenis tanaman hutan (SNI 5006.2.2018. Mutu bibit tanaman hutan) untuk rehabilitasi lahan dan pembangunan hutan tanaman (lanjutan)

Page 104: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM:Untuk Pembangunan Hutan dan Rehabilitasi Lahan

86

Standar mutu bibit dalam Keputusan Direktur No. SK.36/PTH-3/2015 tentang Standar mutu fisik-fisiologis benih dan standar mutu bibit tanaman hutan dan SNI 5006.2.2018 Mutu bibit tanaman hutan tidak berbeda. Perbedaan hanya terdapat pada parameter umur bibit yang digunakan pada standar mutu bibit berdasarkan Keputusan Direktur No. SK.36/PTH-3/2015 tetap tidak dimasukan dalam SNI 5006.2.2018. Selain itu, perbedaan juga ditemukan pada persyaratan lulus uji yang mengakomodir mutu P (pertama) dan D (kedua) untuk bibit lulus uji, sedangkan pada SNI hanya mengakomodir satu kelas kelulusan (lulus/tidak lulus uji).

Secara umum, standar yang disusun sebagian besar jenis tanaman hutan yang telah distandarkan mutu bibitnya hanya berdasarkan morfologi bibit yang dianggap siap tanam di persemaian dan belum berdasarkan uji penanaman atau mengkombinasikannya dengan karakteristik fisiologi bibit. Namun, demikian standar ini dapat diaplikasikan untuk menjamin kualitas bibit siap tanam dan upaya perbaikannya harus terus dilakukan karena standar bersifat progresif yang disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan praktek terbaik di lapangan.

D. Kriteria Mutu Bibit untuk Tujuan Khusus: Tinjauan untuk Lanskap Perkotaan

Kriteria mutu bibit untuk tujuan penanaman di kawasan urban atau perkotaan tentunya sangat berbeda dengan kriteria untuk tujuan rehabilitasi lahan dan hutan. Penanaman untuk lanskap perkotaan saat ini banyak menggunakan bahan tanaman berukuran besar (semai, tiang, pancang dan pohon) agar taman kota, hutan kota dan tempat lainnya di dalam lingkungan pusat kota cepat mengalami proses penghijauan dan masyarakat dengan cepat dapat menikmati lingkungan baru yang sehat dan segar untuk rekreasi dan beristirahat dari kesibukan bekerja sehari-hari. Proses pemindahan, pengangkutan dan penanaman bahan tanaman dalam ukuran besar bukan proses yang mudah, memerlukan tahapan yang rumit, gambarannya seperti operasi bedah pada pasien di rumah sakit yang membutuhkan persiapan yang baik untuk mengurangi trauma setelah operasi dan pasien cukup sehat untuk memulihkan kesehatannya setelah periode waktu tertentu paska operasi.

Page 105: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

BAB IV. STANDAR MUTU BIBIT UNTUK HUTAN TANAMANDAN REHABILITASI LAHAN DAN HUTAN

87

Kriteria bibit untuk kawasan perkotaan di Indonesia belum ditetapkan secara khusus. Beberapa literatur seperti standar umum dari American Standar for Nusery Stock (ANSI Z60.1) tahun 2014 yang disusun oleh American Horticulture Industry Association memberikan prinsip dasar berdasarkan : (1) tipe tanaman (misal : pohon pelindung atau berbunga, konifer atau daun lebar yang selalu hijau (evergreen), tanaman tahunan atau penutup lahan, dan lainnya), (2) karakter pertumbuhan dari jenis tertentu atau kultivar/varietas/sub species (misal : memiliki batang lurus tajuk sempit, tajuk berbentuk lingkaran tidak simetris, tajuk menyebar, jumlah batang banyak, dan lainnya), dan (3) metoda untuk produksi tanaman dan cara pengemasan (misal : puteran, kantong pabrik di atas tanah, cabutan, wadah polibag, dan lainnya), dan tujuan penanaman (bibit tanaman untuk konservasi atau restorasi, tanaman muda untuk produksi di persemaian, bahan tanaman untuk tempelan atau sambungan, penjualan untuk pedagang lain atau perdagangan untuk lanskap perkotaan).

Praktek pengadaan bibit untuk kawasan perkotaan umumnya menggunakan wadah bibit yang karung plastik untuk diletakkan di dalam tanah yang bertujuan untuk meningkatkan kekompakan perakaran dan memungkinkan bibit tanaman untuk digali kembali dan dipindahkan dengan diameter gumpalan akar yang lebih kecil dibandingkan dengan penggalian tanaman yang tumbuh bebas di lapangan. Penyediaan bahan tanaman berukuran besar dapat dilakukan dengan cara cabutan dan puteran. Pembuatan bibit cabutan dilakukan terhadap anakan dengan tinggi < 30 cm dengan cara mengambil anakan secara hati-hati agar tidak merusak sistem perakarannya dan tidak mengikutsertakan tanah di sekitar perakarannya, kemudian anakan di tanam dalam polybag ukuran besar untuk proses pemeliharaan lanjutan sebelum ditanam. Puteran merupakan anakan yang dipindahkan dari tempat tumbuhnya dengan membawa sebagian tanah yang ada di sekitar gumpalan akarnya (root ball) agar sistem perakaran anakan tidak terganggu. Perlakuan ini umumnya dilakukan terhadap anakan yang tumbuh secara alami dengan tinggi >50 cm dan kemudian ditempatkan dalam polibag atau bagian perakarannya dibungkus dengan karung, kemudian ditempatkan di persemaian di bawah naungan/shadding net 70%. Apabila anakan terlalu tinggi maka dapat ditempatkan di bawah tegakan yang ada di sekitar lokasi persemaian (Mansur, 2013).

Page 106: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM:Untuk Pembangunan Hutan dan Rehabilitasi Lahan

88

Praktek yang dilakukan di persemaian untuk mempersiapkan bibit berukuran besar menggunakan dua macam wadah untuk memindahkan bahan tanaman berupa cabutan atau puteran bibit/semai dan ukuran yang lebih besar berupa polybag dan karung. Bahan tanaman yang telah dipindahkan umumnya dibiarkan selama 4 minggu di dalam wadahnya dan terus disiram air jika diperlukan, kemudian dapat diangkut ke lokasi penanaman. Bahan tanaman yang masih menunggu untuk ditanam dalam program penanaman berikutnya maka ditanam sementara di lokasi persemaian dengan wadahnya (Gambar 19). Beberapa penangkar bibit/bahan tanaman ukuran besar menyiapkan berbagai jenis tanaman yang banyak diperlukan dalam program penanaman oleh instansi pemerintah, swasta dan perorangan.

Penggunaan wadah bibit baik dalam bentuk kantong plastik, pot dan karung plastik yang digunakan di dalam tanah dimaksudkan untuk membatasi pertumbuhan dan perkembangan akar secara optimal tetapi tanaman tetap dapat tumbuh normal dan mampu beradaptasi dengan lingkungan pertumbuhannya jika ditanam di lapangan. Gangguan perkembangan akar seperti akar melingkar diupayakan untuk tidak terjadi karena akan menghambat pertumbuhan bibit setelah ditanam dan dapat menyebabkan tanaman mengalami kematian.

a b

Gambar 19. Bahan tanaman yang berasal puteran bagian akar dan medianya dibungkus dengan kantong plastik dan karung (a), dan jika belum digunakan untuk penanaman pada musim hujan berikutnya, maka ditanam kembali dengan wadahnya di persemaian (b)

Page 107: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

BAB IV. STANDAR MUTU BIBIT UNTUK HUTAN TANAMANDAN REHABILITASI LAHAN DAN HUTAN

89

Berdasarkan ketentuan ANSI Z60.1 (2014) dan CNLA (2017), diameter bibit harus disesuaikan dengan kedalaman minimum dan volume minimum yang digunakan dalam membenamkan bagian perakaran bibit di dalam tanah seperti pada Tabel 15.

Tabel 15. Ukuran karung plastik bibit untuk diletakkan di dalam tanah

Diameter (cm)

Kedalaman minimum (cm)

Minimum volume (cm3)**

13 10 1.27820 18 5.76825 23 11.58630 25 18.53436 30 30.43140 30 39.54246 36 58.38750 36 72.08656 40 99.66660 40 118.609

Sumber : ANSI Z60.1 (2014); CNLA (2017);Catatan : ** cm3 x 0,001 = liter; 1.000 cm3 = 1 liter

Untuk bibit cabutan, penyebaran akar minimal adalah sepertiga (33%) lebih besar dari penyebaran akar dari tanaman sejenis yang ditumbuhkan di persemaian. Tanaman yang dikumpulkan dengan gumpalan akar (root ball), minimum ukuran gumpalan akarnya sama besar atau lebih besar dengan interval/selang ukuran yang yang ditunjukkan pada Tabel 17. Kedalaman root ball mengikuti rasio jika root ball dengan diameter kurang dari 50 cm, maka kedalamannya minimumnya adalah 65% dari diameter root ball, dan root ball dengan diameter lebih dari 50 cm maka kedalaman root ball nya minimum 60% dari diameter root ball. Cara pengukuran lebar gumpalan akar dan kedalaman gumpalan ditunjukkan Gambar 20.

Page 108: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM:Untuk Pembangunan Hutan dan Rehabilitasi Lahan

90

Gambar 20. Pengukuran kedalaman gumpalan akar (root ball) dari American Standard for Nursery Stock (ANSI Z60.1 tahun 2014) dan contoh bagian akar tanaman puteran yang dibungkus dengan karung

Penggunaan wadah bibit puteran untuk jenis-jenis konifer dilihat dari bentuk tajuknya yang terdiri dari bentuk tajuk kerucut dan bentuk melebar. Konifer secara keseluruhan terdiri dari 8 famili, yaitu Pinaceae, Araucariaceae, Cephalotaxaceae, Cassuarinaceae, Cupressaceae, Podocarpaceae, Taxaceae, dan Taxodiaceae yang meliputi 60 marga. Di Indonesia tercatat tujuh marga, yaitu Agathis, Araucaria, Dacrydium, Pinus, Podocarpus, Phyllocladus dan Taxus. Podocarpaceae merupakan famili konifer yang terluas sebarannya di Indonesia. Beberapa jenis konifer asing yang sudah dicoba di Indonesia adalah Pinus caribea, Pinus oocarpa, Cupresus dan Cryptomeria. Jenis konifer asing yang mampu beradaptasi adalah Pinus caribea dan Pinis oocarpa. Konifer yang tumbuh secara alami di Indonesia meliputi famili Pinaceae, Araucariaceae, Casuarinaceae dan Podocarpaceae. Konifer yang memiliki tajuk kerucut termasuk famili Pinaceae yaitu Pinus merkusii, famili Araucariaceae seperti Agathis dammara dan Agathis borneensis, famili Casuarinaceae seperti cemara gunung (Casuarina equisetifolia dan Casuarina junghuniana), sedangkan konifer yang tajuknya melebar termasuk famili Casuarinaceae yaitu cemara gunung (Casuarina sumatrana) dan famili Podocarpaceae yaitu Podocarpus imbricatus dan Darydium elatum (Syamsuwida et al., 2003). Penggunaan karung plastik sebagai wadah bibit puteran (Tabel 16) digunakan untuk jenis-jenis konifer dengan tajuk berbentuk kerucut, sedangkan wadah bibit puteran (Tabel 17) digunakan untuk jenis-jenis konifer yang memiliki tajuk melebar.

Page 109: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

BAB IV. STANDAR MUTU BIBIT UNTUK HUTAN TANAMANDAN REHABILITASI LAHAN DAN HUTAN

91

Tabel 16. Ukuran gumpalan akar dalam hubungannya dengan tinggi atau lebar bibit/tanaman konifer untuk tipe tajuk kerucut

Lebar atau tinggi (bagian mana yang lebih besar) (cm)

Minimum diameter gumpalan akar (cm)

Minimum diameter karung plastik untuk

penggunaan di tanah (cm)30 20 1340 25 1350 30 1360 35 2080 40 20100 45 25125 50 25150 50 30175 60 30200 70 36225 75 40250 80 50

Catatan: modifikasi dari American Standard for Nursery Stock (ANSI Z60, 1-2014) dengan pendekatan ukuran konversi meter (CNLA, 2017)

Tabel 17. Ukuran gumpalan akar tanaman konifer dalam hubungannya dengan tinggi dan lebar untuk tipe tajuk melebar

Lebar atau tinggi (bagian mana yang lebih besar) (cm)

Diameter minimum gumpalan akar

(cm)

Minimum diameter karung plastik untuk

penggunaan di tanah (cm)30 20 1340 25 1350 30 2060 35 2080 40 25100 45 25125 50 30150 60 30175 70 40200 80 45225 80 50250 80 50

Page 110: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM:Untuk Pembangunan Hutan dan Rehabilitasi Lahan

92

Lebar atau tinggi (bagian mana yang lebih besar) (cm)

Diameter minimum gumpalan akar

(cm)

Minimum diameter karung plastik untuk

penggunaan di tanah (cm)275 90 55300 90 55350 100 60400 120 75

Catatan: modifikasi dari American Standard for Nursery Stock (ANSI Z60, 1-2014) dengan pendekatan ukuran konversi meter (CNLA, 2017)

CNLA (2017) melakukan penyederhanaan standar sebagai modifikasi dari American Standard for Nursery Stock (ANSI Z60, 1-2014). Gumpalan akar untuk tipe pohon standar yang tumbuh di lapangan memiliki ukuran yang bervariasi. Dari berbagai ketinggian kaliper dan besarnya ukuran gumpalan akar tipe pohon standar ini ditentukan minimum ukuran karung sebagai wadah bibit puteran yang dapat digunakan dalam membesarkan tanaman di dalam tanah sebelum digunakan untuk penanaman (Tabel 18).

Tabel 18. Ukuran gumpalan akar hubungannya dengan diameter bibit/tanaman untuk tipe pohon standar daun lebar yang tumbuh di lapangan

Diameter bibit/tanaman

(cm)

Diameter minimum

gumpalan akar(cm)

Perkiraan kedalaman

gumpalan akar (cm)

Minimum diameter karung plastik untuk penggunaan di tanah

(cm)20 40 20 2025 45 23 2530 50 25 3035 55 27 3640 60 30 4045 65 33 4050 70 40 4660 75 38 4670 80 40 5080 85 43 50

Tabel 17. Ukuran gumpalan akar tanaman konifer dalam hubungannya dengan tinggi dan lebar untuk tipe tajuk melebar (lanjutan)

Page 111: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

BAB IV. STANDAR MUTU BIBIT UNTUK HUTAN TANAMANDAN REHABILITASI LAHAN DAN HUTAN

93

Diameter bibit/tanaman

(cm)

Diameter minimum

gumpalan akar(cm)

Perkiraan kedalaman

gumpalan akar (cm)

Minimum diameter karung plastik untuk penggunaan di tanah

(cm)90 95 48 56100 105 53 60110 115 58 80120 125 63130 135 68140 145 73150 155 78175 175 88200 200 100

Catatan : modifikasi dari American Standard for Nursery Stock (ANSI Z60, 1-2014) dengan pendekatan ukuran konversi meter (CNLA, 2017)

Pemindahan bibit cabutan/puteran di persemaian dilakukan dengan dengan memperhatikan selang rata-rata tinggi bibit dan kemungkinan sebaran akarnya. Bibit ukuran besar (Tabel 19) umumnya diperuntukkan untuk penanaman pada lanskap perkotaan.

Tabel 19. Keterkaitan diameter bibit/tanaman, tinggi dan sebaran akar untuk cabutan/puteran di persemaian

Diameter bibit/tanaman (cm)

Selang rata-rata tinggi (cm)

Minimum sebaran akar (cm)

1,3 152 - 183 301,9 183 - 244 412,5 244 - 305 463,2 244 - 305 513,8 305 - 366 564,5 305 - 366 615,1 366 - 427 716,4 366 - 427 817,6 427 - 488 97

Sumber : dimodifikasi dari American Standard for Nursery Stock (ANSI Z60.1-2014)

Tabel 18. Ukuran gumpalan akar hubungannya dengan diameter bibit/tanaman untuk tipe pohon standar daun lebar yang tumbuh di lapangan (lanjutan)

Page 112: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM:Untuk Pembangunan Hutan dan Rehabilitasi Lahan

94

Secara umum, kriteria bibit berukuran besar unuk tujuan penanaman lanskap perkotaan harus mempertimbangkan morfologi bibit/tanaman (tinggi, diameter dan lebar tajur) yang dihubungkan dengan besarnya diameter gumpalan akar (root ball) dan kedalaman gumpalan akar. Di Indonesia, keriteria bibit untuk tujuan khusus seperti lanskap perkotaan belun distandarkan sehingga upaya untuk menginisiasi program tersebut perlu dilakukan.

Page 113: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

BAB V. KEBERHASILAN PENANAMAN

DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

A. Keberhasilan PenanamanPenanaman, secara umum, ditujukan untuk pembangunan hutan

tanaman dengan jenis-jenis cepat tumbuh (umumnya eksotik) hingga untuk menciptakan tipe dan struktur hutan yang mendekati alami dengan menggunakan jenis-jenis asli (native species) (Lee et al., 2011). Keberhasilan penanaman dapat dikaji dari keberhasilan pembangunan tanaman awal hingga mencapai dewasa dan realisasi manfaat terhadap lingkungan, sosial dan ekonomi dari keberadaan hutan yang dibangun tersebut (Reay & Norton, 1999). Hal ini memberi indikasi bahwa pengukuran keberhasilan penanaman memerlukan beberapa tahapan yang berbeda hingga manfaat sosial ekonominya. Lee et al. (2011) membuat model konseptual untuk mengkaji keberhasilan penanaman seperti pada Gambar 21.

Perencanaan untuk penanaman dan pengkajian keberhasilannya merupakan suatu hal yang komplek. Ada beberapa tahapan dalam penanaman yang perlu dipertimbangkan, beberapa tujuan dan multi indikator dan pengendali. Model konseptual yang dikembangkan Lee et al. (2011) terdiri dari 4 kelompok indikator, meliputi indikator keberhasilan penanaman, indikator keberhasilan pertumbuhan tanaman, indikator keberhasilan lingkungan, dan indikator keberhasilan sosial ekonomi. Indikator-indikator tersebut tidak berdiri sendiri, namun saling berkaitan satu dengan yang lainnya.

Page 114: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM:Untuk Pembangunan Hutan dan Rehabilitasi Lahan

96

Gambar 21. Model konseptual untuk mengkaji keberhasilan penanaman (reforestation) (Lee et al., 2011)

Page 115: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

BAB V. KEBERHASILAN PENANAMANDAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

97

Setiap kelompok indikator dipengaruhi oleh banyak pengendali keberhasilan. Pengendali keberhasilan dikelompokkan ke dalam pengendali teknis/biofisik, pengendali sosial ekonomi, pengendali kelembagaan, kebijakan dan pengelolaan, serta karakteristik kegiatan/proyek penanaman. Ada keterkaitan antar pengendali yang satu dengan pengendali lainnya sehingga membentuk suatu model konseptual untuk mengkaji keberhasilan penanaman.

Pada tahap awal, evaluasi keberhasilan penanaman umumnya diukur dengan persen hidup dan pertumbuhan tanaman. Keberhasilan awal tersebut dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti kondisi lingkungan/tapak penanaman, interaksi biotik dan karakteristik morfofisiologi bibit (Trubat et al., 2011). Menurut Hirons dan Percival (2010), keberhasilan penanaman dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti ekofisologi tanaman, kualitas bibit, penanaman/pemeliharaan, dan lingkungan perakaran.

B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Penanaman

Berbagai faktor yang mempengaruhi keberhasilan penanaman diformulasikan dalam bentuk model oleh Hirons dan Percival (2010). Model tersebut meliputi 4 faktor penting, yaitu ekofisiologi tanaman, kualitas bibit, penanaman/pemeliharaan, dan lingkungan perakaran (Gambar 22). Ekofisiologi pohon mempertimbangkan potensi genetik pohon untuk ditanam di lingkungan dengan karakteristik jenis tertentu yang dapat mengurangi dampak akibat stress (cekaman) tertentu. Mutu bahan tanaman atau bibit memegang peranan yang penting pada setiap proyek penanaman. Penanaman dan praktek paska penanaman adalah dasar dari keberhasilan adaptasi dan pertumbuhan bahan tanaman atau bibit, dengan memperhatikan lingkungan perakaran untuk memastikan ketersediaan hara dan simpanan. Kegagalan dalam mengantisipasi salah satu dari semua faktor ini akan meningkatkan kematian bahan tanaman dalam skema penanaman pohon. Beberapa tekanan abiotik yang mempengaruhi keberhasilan penanaman digambarkan dalam uraian pada Tabel 20.

Page 116: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM:Untuk Pembangunan Hutan dan Rehabilitasi Lahan

98

Gambar 22. Model faktor-faktor kunci penentu keberhasilan penanaman (Hirons & Percival, 2010)

Tabel 20. Beberapa tekanan abiotik yang mempengaruhi keberhasilan penanaman

Iradiasi tinggi (fotoinhibition, photooxidation)

Tergenang (waterlogging - root deoxygenation)

Herbisida, pestisida, fungisida- Hujan asam, kabut asam dan embun - asam pagi

Panas (suhu meningkat) - Persaingan untuk cahaya, air, nutrisi -

Polutan udara (SO- 2, NO, NO2, NOx)

pH asam tanah dan air-

Temperatur rendah (dingin, - embun beku)

Kekurangan garam (Na- 2Cl)

Ozon (O- 3) dan asap fotokimia Kelebihan pasokan nitrogen (kering - dan basah deposit NO3)

Page 117: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

BAB V. KEBERHASILAN PENANAMANDAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

99

Iradiasi tinggi (fotoinhibition, photooxidation)

Tergenang (waterlogging - root deoxygenation)

Kekeringan (masalah - pengeringan)

Logam berat -

Pembentukan spesies oksigen - yang sangat reaktif (O2, radikal, O2 dan OH, H2O2)

Meningkatnya radiasi UV-

Kekurangan mineral alami - Kenaikan kadar CO2 (perubahan iklim - global)

Photooxidants - (peroxyacylnitrates)

Sumber : Hirons dan Percival (2010)

1. EkofisiologitanamanSetiap jenis tanaman memiliki kapasitas yang menjadi sifat pertumbuhan

dan perkembangannya. Kondisi ini berhubungan dengan susunan komplek morfologi, anatomi dan fisiologi masing-masing tanaman. Ketahanan bibit/tanaman sangat dipengaruhi oleh (termasuk iklim mikro), namun sejumlah karakter bibit dapat mendukung ketahanan bibit terhadap lingkungan penanaman.

a. Iklim mikro

Iklim berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan pohon secara umum. Apabila keputusan tentang pemilihan jenis tanaman untuk tapak tertentu tidak mempertimbangkan data tentang kesesuaian iklim, maka pertumbuhan tanaman di lapangan mungkin tidak optimum. Iklim yang kurang sesuai pada saat musim tanam, seperti suhu dan radiasi matahari dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Jenis yang tumbuh sangat baik di wilayah tertentu, harus beradaptasi terhadap cekaman yang berat pada kondisi iklim yang berbeda di bagian wilayah lain (Percival & Hitchmough, 1995).

Permasalahan iklim bisa lebih buruk di lanskap perkotaan dimana beberapa mikrolimat (zona lingkungan iklim lokal yang berbeda dari daerah sekitarnya) mungkin ada dalam jarak sangat pendek. Iklim mikro bisa terbentuk di dekat danau atau tampungan air yang besar yang

Tabel 20. Beberapa tekanan abiotik yang mempengaruhi keberhasilan penanaman (lanjutan)

Page 118: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM:Untuk Pembangunan Hutan dan Rehabilitasi Lahan

100

bisa mendinginkan lingkungan sekitar, atau di daerah perkotaan yang sangat berat dimana bata, beton dan aspal menyerap energi matahari dan memancarkan panas ke sekitarnya. Pertimbangan dari kondisi lingkungan yang tepat di mana jenis-jenis tanaman itu akan ditanam merupakan kriteria penting untuk seleksi jenis tanaman atau pohon.

b. Toleransi pohon terhadap tapak penanaman

Toleransi terhadap tapak penanaman sangat bervariasi antara genus yang berbeda. Alasan perbedaan toleransi ini sangat kompleks dan ada yang tidak pernah sepenuhnya dapat dijelaskan, meskipun beberapa faktor yang menonjol telah diidentifikasi. Kelembapan dan suhu tanah paling berpengaruh dalam menentukan periodisitas pertumbuhan akar, namun pada kenyataannya banyak faktor lain yang terlibat (Eissenstat & Yanai, 2002).

Jenis pohon dengan sistem akar berserat (fibrous) yang memiliki lebih banyak sistem akar bercabang lebih mudah untuk penanaman daripada jenis tanaman dengan sistem akar kasar (Struve, 1990). Meskipun variasi antar jenis selalu ada, setidaknya enam atau lebih akar lateral harus ada saat ditanam, dan jumlah akar lateral yang kurang akan mempengaruhi tingkat ketahanan hidup bibit (Struve, 1990). Demikian juga pohon yang memiliki adaptasi fisiologi pada daerah tergenang (waterlogging), seperti pembentukan aerenchyma (ruang berisi gas interselular) di korteks akar, pengembangan akar adventif dan pembesaran lentisel, katabolisme karbohidrat anaerobik dan oksidasi dari rhizosfer, cenderung memiliki ketahanan hidup yang lebih tinggi daripada jenis yang tidak memiliki karakter tersebut. Pohon dengan anatomi tertentu yang terkait dengan kekeringan (kutikula yang mengandung lilin atau waxy tebal, kehadiran rambut di permukaan daun, stomata cekung yang terletak di bagian bawah daun) cenderung lebih tinggi keberhasilannya dalam penanaman, khususnya pada daerah kering, dimana defisit air dianggap sebagai salah satu faktor yang menyebabkan kegagalan bahan tanaman atau bibit yang baru ditanam (Watson & Himelick, 1997; Pallardy, 2008).

c. Fenologi

Fenologi berhubungan dengan pola perkembangan tanaman yang berulang sebagai respon terhadap iklim dan lingkungan (Larcher, 2003). Pertimbangan pemilihan pohon pada tahap perkembangannya akan

Page 119: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

BAB V. KEBERHASILAN PENANAMANDAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

101

menentukan keberhasilan pertumbuhannya. Bibit tanaman yang ditanam di awal musim hujan cenderung bertahan dan lebih tinggi tingkat kelangsungan hidupnya dari pada yang ditanam kemudian di musim kemarau. Ketahanan bibit ini berhubungan juga dengan kandungan karbohidrat dalam jaringan akar yang mendukung kelangsungan hidup dan pertumbuhan berikutnya. Pertumbuhan akar memerlukan energi yang tinggi yang diperoleh dari cadangan karbohidrat (Martinez-Trinidad et al., 2009c). Total tingkat energi pohon bisa turun 40% sampai 70% pada kondisi awal penanaman yang tidak menguntungkan bagi tanaman untuk tumbuh dan beradaptasi, yang juga mengurangi aktivitas fotosintesis selama perkembangan tunas dan tumbuhnya daun awal pada musim hujan (Martinez-Trinidad et al., 2009a, 2009b).

2. Kualitas tanamanBahan tanaman atau bibit bermutu baik harus tersedia untuk penanaman

jika ingin mencapai keberhasilan penanaman. Mekanisme persemaian, seperti perlakuan persemaian dan spesifikasi bahan tanaman, berperan penting dalam mengamankan stok berkualitas baik. Prosedur penanganan bibit sangat penting selama transportasi dan pemindahan untuk melindungi bahan tanaman dari kerusakan.

a. Spesifikasi pohon

Ada variasi yang cukup besar dalam pelaksanaan pembibitan tanaman. Pembeli bibit harus belajar untuk mengevaluasi pembibitan dan jika perlu mendiskriminasikan penangkar/penjual bibit yang bibitnya mengalami kegagalan tumbuh di lapangan, mencatat penangkar/penjual bibit dan orang-orang yang secara konsisten memberikan stok berkualitas tinggi. Beberapa pakar menyarankan pembuatan panduan penggunaan bibit tanaman dengan spesifikasi yang tepat merinci karakter bibit yang dibutuhkan pada saat pembelian. Di Indonesia, jaminan kualitas bibit yang akan ditanam dilakukan dengan skema sertifikasi mutu bibit (Sudrajat, 2010a)

b. Praktek pembibitan

Praktek pembuatan bibit di persemaian sangat mempengaruhi kualitas bibit yang dihasilkan. Pemilihan wadah dan media juga sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan bibit. Praktek dan metode yang

Page 120: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM:Untuk Pembangunan Hutan dan Rehabilitasi Lahan

102

benar, penyiraman, penyiangan, pemupukan dan aklimatisasi bibit, sangat penting untuk menghasilkan tanaman atau pohon dengan kualitas baik. Pemangkasan akar jika dilakukan secara rutin, dapat mempertahankan sistem perakaran yang kompak (Watson & Sydnor, 1987). Hal ini harus diperhatikan untuk memperbaiki kelangsungan hidup bibit atau tanaman setelah ditanam (Gilman et al., 2002) walaupun ada yang memperkirakan pengaruh yang kecil terhadap pertumbuhan akibat pemangkasan akar (Harris & Fanelli, 1998).

Bibit yang tumbuh dalam wadah terlalu lama (kadaluarsa) dapat menimbulkan kerusakan pada akar, dan akar dapat tumbuh melingkar dan bertahan dalam bentuk seperti itu dan menyebabkan tanaman/pohon tumbuh tidak stabil dan terjadi hambatan dalam transportasi bahan makanan (Watson & Himelick, 1997). Pembentukan akar berputar juga terkait dengan stimulasi akar lateral sebagai respons terhadap pemutusan akar utama (Watson et al., 1990). Wadah bibit yang didesain untuk mendukung ketersediaan udara pada proses pemangkasan akar lateral dapat mengurangi kerusakan akar dan masalah pertumbuhan akar berputar (Single & Single, 2010). Wadah bibit dari plastik putih yang memungkinkan masuknya cahaya juga dapat mengurangi akar tumbuh berputar (Grimshaw & Bayton, 2010).

Penguatan bibit dapat dilakukan dengan pergeseran jarak antar bibit, pengurangan naungan secara bertahap hingga tanpa naungan, dan pemangkasan akar yang tembus wadah bibit dan daun bagian bawah. Jarak yang dekat antar bibit atau tanaman di persemaian dapat mempengaruhi kondisi kekokohan bibit. Bibit yang terlalu rapat cenderung lebih lemah karena kurang mendapatkan sinar matahari terutama pada bagian batangnya sehingga proses lignifikasi lebih lambat. Naungan yang berlebih akan mengurangi tingkat fotosintesis. Kerugian yang timbul dari praktek penanaman ini adalah kurangnya ketersediaan karbon untuk pertumbuhan dan penyimpanan, yang akan mempengaruhi keberhasilan penanaman (Sellmer & Kuhns, 2007). Pemangkasan daun bagian bawah bibit akan meningkatkan kekokohan bibit karena cahaya masuk hingga ke bagian batang bibit.

Page 121: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

BAB V. KEBERHASILAN PENANAMANDAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

103

c. Penanganan bibit

Pada saat transportasi bibit/bahan tanaman ke lokasi penanaman harus selalu menggunakan kendaraan tertutup untuk melindungi akar dari angin dan suhu yang ekstrem. Bibit/bahan tanaman harus disiram sebelum pengiriman dan idealnya pada bagian gumpalan akar diperiksa kelembabannya pada saat kedatangan dengan menggunakan alat pengukur kelembaban tanah. Lokasi bibit atau bahan tanaman harus dijaga di bawah naungan dan disiram minimal dua kali sehari jika suhu ≥ 24°C. Tanaman harus dilindungi dari suhu ekstrem.

3. Lingkungan perakaranSolotaroff (1911) menyatakan keberhasilan penanaman bibit dan

pertumbuhannya tergantung pada sifat dan persiapan tanah. Pernyataan ini, dari waktu ke waktu, terbukti benar. Tanah menyediakan media penting untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman melalui penyediaan air dan mineral/hara dan bertindak sebagai substrat untuk berdirinya tanaman (Kozlowski et al., 1991). Tanah sangat bervariasi, tanah alami yang sehat berhubungan dengan keseimbangan bahan padat, udara dan air yang memiliki komposisi yang khas. Partikel batuan (mineral matter) dapat mencapai 45%, bahan organik 5%, sedangkan udara dan air masing-masing menempati 20-30% volume tanah (Brady & Weil, 2008). Bahan padat menempati labirin ruang pori-pori yang pada gilirannya menyediakan aerasi dan menahan air di dalam profil tanah. Tekstur tanah, struktur tanah dan biota tanah merupakan karakteristik lebih lanjut yang mengendalikan fungsi tanah yang penting untuk pertumbuhan tanaman.

Tanah pada lahan-lahan terdegradasi memiliki karakteristik yang sangat bervariasi dan rendah kesuburannya (Craul, 1999). Keragaman kondisi tanah ini membutuhkan profesional dan praktisi yang terlibat dalam penanaman pohon. Tingkat pengetahuan yang mendalam diperlukan berkaitan dengan pengembangan jenis-jenis pohon pada kondisi tanah yang berbeda. Pada tanah yang padat, ketahanan fisik akar meningkat, agregat tanah rusak dan ruang pori berkurang. Ini mengurangi aerasi tanah, yang merugikan dan mempengaruhi secara biologis respirasi akar dan biota tanah, yang dapat berdampak terhadap siklus dan ketersediaan hara. Modifikasi struktur tanah

Page 122: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM:Untuk Pembangunan Hutan dan Rehabilitasi Lahan

104

juga mengubah sifat hidrolik dan secara nyata memperlambat pergerakan air melalui tanah yang merepresentasikan defisit air dan genangan air sebagai masalah potensial (Kozlowski, 1999). Secara umum, sebagian besar akar tidak dapat menembus tanah lembap dengan kerapatan bulk lebih besar dari 1,4-1,6 g cm-3 inci tanah, bertekstur halus dan 1,75 g cm-3 bertekstur lebih kasar (Kozlowski, 1999; Brady & Weil, 2008).

Pohon yang tumbuh pada tanah yang tidak padat memiliki penampilan lebih baik dibandingkan pohon-pohon pada tanah yang padat hampir pada semua parameter yang diukur. Hal ini memerlukan aplikasi teknologi pengolahan lahan yang mampu memperbaiki struktur tanah, sehingga penanaman ke depan, khususnya untuk daerah-daerah marjinal, dapat lebih berhasil.

4. Praktek penanaman Seringkali jenis pohon yang tepat telah dipilih untuk lokasi yang sesuai,

bibit tanaman yang bermutu baik sudah dipersiapkan dari persemaian dan lingkungan perakaran sudah dinilai mampu menyediakan sumber daya untuk perkembangan pohon, namun praktik penanaman dan pemeliharaan paska tanam yang tidak memadai menyebabkan kegagalan penanaman. Praktek yang baik seharusnya dilakukan melalui manajemen yang kuat dan penggunaan yang ekstensif dari kriteria bibit tanaman yang memberikan ekspektasi yang tepat dari semua operasi penanaman dan paska tanam.

Penanaman umumnya menggunakan bibit dalam wadah, seperti polybag, sehingga sangat penting plastik polybag tersebut tidak tertanam ke dalam tanah. Lubang tanam disesuaikan dengan ukuran bibit dan besarnya media bibit. Penambahan pupuk dasar yang berupa kompos atau pupuk kandang sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas tapak penanaman. Pada saat penanaman, setelah pupuk dasar dimasukkan ke lubang tanam (minimal dua minggu sebelum penanaman), tanah lapisan atas dimasukan ke lubang tanam, kemudian bibit dengan hati-hati dikeluarkan dari wadahnya dan ditanam. Tanah bekas galian lubang tanam selanjutnya dimasukan ke lubang tanam dan dipadatkan secara perlahan dan bibit harus tetap berdiri tegak. Timbunan tanah di sekitar bibit harus lebih tinggi dari pada tanah di sekitarnya.

Page 123: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

BAB V. KEBERHASILAN PENANAMANDAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

105

Pada kasus penanaman di wilayah perkotaan, praktik dasar penanaman bibit tanaman antara lain (Watson & Himelick, 1997; Harris et al., 2004):

a. Menilai perakaran atau gumpalan akar untuk melihat potensi cacat, bagian atas akar yang posisinya dekat dengan permukaan tanah tidak boleh cacat beberapa sentimeter, batang utama dari akar harus terlihat, dan akar yang melingkari sepertiga dari gumpalan akar harus dihilangkan.

b. Siapkan lokasi penanaman, area dua sampai tiga kali diameter gumpalan akar harus digemburkan, dan lobang tanam seharusnya tidak lebih dalam dari gumpalan akar yang ada. Di daerah perkotaan persiapan lokasi penanaman bisa termasuk tambahan infrastruktur seperti lobang tanam, sistem irigasi dan aerasi serta pengaturan perakaran.

c. Tanam bahan tanaman/pohon sehingga gumpalan akar atau transisi akar-batang sejajar dengan tanah yang ada. Tambahkan tanah secara bertahap sambil memastikan pohon dipegang tegak dan hati-hati jangan sampai menyebabkan pemadatan berlebihan saat mengencangkan. Penyiraman dilakukan setelah penanaman pada area sekitar gumpalan akar dan sekitar tanaman sampai kondisi tanah terlihat jenuh.

Salah satu kesalahan umum dalam penanaman pohon adalah bahwa gumpalan akar ditanam terlalu dalam atau terlalu dangkal, keduanya dapat menyebabkan permasalahan serius. Pada beberapa jenis, penanaman 7-8 cm di atas grade dapat memberikan beberapa keuntungan untuk pendirian tanaman. Ini juga sangat penting untuk memastikan bahwa akar tidak dibiarkan mengering pada tahap apapun selama penanganan atau penanaman. Menanam bibit pohon sedalam 7-8 cm di bawah gumpalan akar, dapat mengakibatkan kematian 30-50% pada beberapa jenis tanaman. (Arnold et al., 2007), karena kerusakan permanen pada sistem perakaran yang meningkatkan kemungkinan kegagalan penanaman.

a. Pemeliharaan tanaman

Pemeliharaan tanaman terdiri dari beberapa kegiatan yang meliputi pengendalian gulma, pendangiran, pemupukan, wiwilan, pemangkasan cabang (pruning), dan pengendalian hama penyakit.

Page 124: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM:Untuk Pembangunan Hutan dan Rehabilitasi Lahan

106

b. Pemeliharaan rhizosfer

Rhizosfer adalah wilayah tanah yang berhubungan erat dengan akar tanaman dan kesehatan tanaman. Ini wilayah yang rumit terkait hubungan tanaman dengan komunitas organisme yang penting untuk kesehatan tanah (Buée et al., 2009). Meski sulit untuk secara langsung mempengaruhi kondisi sebenarnya dari rhizosfer, intervensi diperlukan untuk mendukung ekologi tanah dan struktur tanah yang baik, yang akan meningkatkan kesehatan rhizosfer dan secara bersamaan memperbaiki kinerja pohon. Pemberian mulsa dapat meningkatkan keberhasilan penanaman karena mulsa bermanfaat untuk meminimalkan fluktuasi suhu dan melembapkan tanah, menekan gulma, meningkatkan nutrisi tanah, mencegah erosi tanah akibat hujan lebat, mengatur pH tanah dan kapasitas tukar kation (KTK) serta mencegah berkembangnya penyakit tanaman (patogen), meningkatkan aktivitas mikroba tanah dan aerasi tanah. Penggunaan mulsa organik seperti serasah, jerami atau bahan lainnya lebih disarankan untuk pertumbuhan akar dan pohon yang lebih baik (Chalker-Scott, 2007). Hasil penelitian menunjukkan bahwa mulsa murni dapat memiliki pengaruh substansial pada tingkat kelangsungan hidup dan pertumbuhan pohon (Percival et al., 2009). Mulsa harus berukuran tebal antara 5 - 10 cm dan diletakkan dari permukaan tanah ke bagian dalam tanah. Jika ini tidak praktis, minimum lingkaran mulsa harus 0,3 m untuk pohon kecil, 1 m untuk pohon sedang dan 3 m untuk pohon besar. Mulsa tidak diposisi dekat dengan batang karena ini akan menimbulkan kelembapan yang berlebih di sekitar batang dan dapat menimbulkan penyakit.

Defisit air mempengaruhi hampir semua aspek pertumbuhan dan perkembangan bibit (Pallardy, 2008). Defisit air pada bibit yang baru ditanam hampir selalu dikaitkan dengan kekeringan periodik yang dapat merusak sistem perakaran pada volume tanah yang terbatas, dan seringkali terjadi pada lokasi penanaman. Defisit air yang parah mengakibatkan tidak dipenuhinya fungsi transpirasi sebagai akibat dari hilangnya peranan akar selama penanaman dan terbatasnya akses terhadap air tanah. Defisit air dianggap sebagai penyebab utama kegagalan bibit yang baru ditanam dengan tidak adanya turgor daun, penutupan stomata, menurunnya fotosintesis dan

Page 125: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

BAB V. KEBERHASILAN PENANAMANDAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

107

berkurangnya fungsi metabolisme. Di daerah yang baru ditanam, bibit pohon yang tidak diberi pengairan awal sangat mengandalkan pengendapan. Jika pada saat penanaman tidak cukup tersedia air hujan maka penanaman bisa gagal karena terganggunya regenerasi akar baru. Defisit air internal meningkat karena transpirasi air yang berlebihan dan penyerapan air dari tanah.

Karakteristik tanah yang paling penting untuk dievaluasi adalah potensi matrik (potensi air tanah) yang biasanya dinilai menggunakan tensiometer. Setiap tanah memiliki kelembapan individu masing-masing yang karakteristik pelepasan airnya ditentukan oleh faktor - faktor seperti tekstur, bahan induk dan kandungan bahan organik. Bila kandungan volumetrik tanah konsisten pada jenis tanah berbeda misalnya, tanah berpasir dengan isi air volumetrik 5% yang tersedia bagi pohon, sedangkan tanah lempung (loam) tidak akan berisi air setara itu, kecuali potensi matrik tanah yang sesuai diketahui (Kramer & Boyer, 1995). Faktor selanjutnya adalah variasi kemampuan jenis pohon tertentu untuk menahan periode kekurangan air dan banjir. Niinemet dan Valladares (2006) memberikan indeks toleransi yang dapat digunakan untuk membantu penilaian jenis yang relatif toleran terhadap kekeringan dan tergenang/terendam air. Pengamatan terhadap variasi toleransi kekeringan juga diamati pada kultivar berbeda dari jenis yang sama (Fini et al., 2009). Sebelum penanaman langkah antisipasi yang dilakukan adalah analisis tanah untuk memperhatikan pH, defisiensi makro dan mikronutrien, kandungan logam berat dan salinitas. Menanam pohon pada tanah dengan pH yang tidak sesuai, atau kadar logam berat yang tinggi, hanya akan menimbulkan kegagalan (Percival, 2007).

Tanah mengandung keasaman yang bervariasi tergantung bahan-bahan batuan dimana tanah tersebut terbentuk, jumlah curah hujan yang mengenai tanah, kedalaman tanah dan jenis vegetasi yang tumbuh di tanah. Tingkat keasaman atau kebasaan dari tanah disebut reaksi tanah atau pH (potensi ion hidrogen, H+). Secara umum pH adalah refleksi dari kesuburan tanah secara alami. pH tanah diekspresikan skala 0 – 14. Tanah <7,0 diperkirakan sebagai tanah asam, kalau lebih dari 7,0 disebut sebagai tanah basa, dan pH 7,0 sebagai netral. pH netral merupakan tanah murni dan bersih. pH 7,0 mengandung 10 kali ion hidrogen (ion H+) dari pH 6,0 dan 100 kali dari pH 5,0 (Tabel 21).

Page 126: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM:Untuk Pembangunan Hutan dan Rehabilitasi Lahan

108

Tabel 21. Tingkat keasaman tanah

Besaran pH Keterangan<4,5 Keasaman yang ekstrim

4,5 – 5,0 Keasaman yang kuat5,6 – 6,0 Keasaman sedang6,1 – 6,5 Keasaman sedikit6,6 – 7,3 Netral7,4 – 7,8 Sedikit basa7,9 – 8,4 Basa sedang8,5 – 9,0 Basa kuat

Sumber : Nancy Young. Matching trees to planting site. USAID/USDA Natural Resources Conservation Centre.

pH tanah mempengaruhi larutnya mineral atau nutrisi untuk kesehatan dan pertumbuhan bibit pohon. Sebelum bibit dapat menggunakan nutrisi dari tanah, nutrisi harus larut dalam larutan tanah dan tersedia untuk penyerapan oleh akar. Sebagian besar mineral dan nutrisi lebih cair dan tersedia dalam tanah asam dibandingkan dengan tanah netral atau tanah yang basa. Kandungan tanah pH <6,0 adalah Ca, Mg, P, Mb. Tanah asam ph <4,0 umumnya mengandung Al dan Mn. Tanah basa pH >7,0 umumnya mengandung Fe, Mn, Zn, Co, Br. pH mempengaruhi pertumbuhan pohon khususnya pada aktivitas mikrooraganisme yang menguntungkan. Bakteri, jamur dan mikroba membantu proses dekomposisi bahan organik yang mengalami kesulitan terurai dalam tanah yang asam. Ini mencegah bahan organik terurai, hasilnya akumulasi bahan organik dan terikatnya nutrisi, khususnya nitrogen yang terdapat dalam bahan organik.

Tekstur tanah yang meliputi pasir, lempung ke tanah liat akan menentukan jumlah air dan nutrisi yang tersedia untuk pohon. Jenis tanah meliputi membentang rentang, dan setiap kombinasi di antaranya. Tanah berpasir mudah kehilangan air, cenderung mudah mengering dan rendah kandungan nutrisinya. Tanah liat cenderung lebih tinggi nutrisi, tetapi lebih basah karena menahan air lebih banyak. Tanah lempung adalah kombinasi dari pasir, liat, dan tanah lempung, mengandung nutrisi yang cukup dan kapasitas penampungan airnya bervariasi, tergantung pada besarnya kandungan masing komponen lempung, pasir, dan bahan organik. Sebagian besar jenis pohon menyesuaikan untuk tumbuh dalam kondisi tanah tertentu, sehingga

Page 127: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

BAB V. KEBERHASILAN PENANAMANDAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

109

sebagian akan tumbuh dengan baik di tanah berpasir sementara yang lain lebih menyukai tanah liat. Survei dan peta tanah di daerah dapat memberi gambaran jenis tanah yang ada di lokasi tertentu, tetapi informasinya mungkin sangat umum, sehingga analisis tanah untuk mengetahui kondisi fisik dan kimia tanah yang terkait dengan kesuburannya harus dilakukan (Wisconsin DNR Forestry Nursery, 2008).

Sebelum penanaman skala besar, contoh tanah harus dianalisis kandungan nutrisi tanahnya dan setiap kekurangan nutrisi diperbaiki dengan pemupukan yang tepat. Pohon yang ditanam di tanah kering yang mengandung air dan ketersediaan nutrisi yang memadai tidak perlu disuburkan. Menurut beberapa penelitian, pertumbuhan tanaman sampai besar bisa diatur dengan tingkat nutrisi dalam pupuk seperti nitrogen (N) yang diidentifikasi sebagai makronutrien yang memiliki pengaruh terbesar (Zandstra & Liptay, 1999). Pertumbuhan akar pohon meningkat secara eksponensial dengan ketersediaan N tanah (Gilbertson et al., 1985). Peneliti di Arboretum Morton di Amerika Serikat menyimpulkan bahwa aplikasi granular N meningkatkan kerapatan akar Gleditsia triacanthos var. Inermis dan Quercus palustris dibandingkan dengan granular potassium dan pupuk fosfor (Watson,1994), walaupun dari hasil penelitian lain yang mempelajari pengaruh pupuk N terhadap perubahan rasio akar terhadap tunas menunjukkan sedikit atau tidak ada dampak pada stimulasi akar (Hari & Harris, 2007). Hasil ini konsisten dengan hasil penelitian lain (Zainudin et al., 2003; Day & Harris, 2007) yang menggunakan Azadirachta excelsa, Mimusops elengi, Hopea odorata, Pseudoacacia menziesii, Rubro acer, Liriodendron tulipifera, dan Tilia cordata sebagai spesies uji.

Tabel 22. Aspek pengendali biofisik dan teknis yang mempengaruhi keberhasilan rehabilitasi lahan dan hutan

Aspek pengendali KeteranganKesesuaian jenis dan lahan

Kesesuaian jenis dan lahan yang rendah dapat menyebabkan tingginya tingkat kematian dan pertumbuhan bibit jelek.

Pemilihan jenis tanaman

Pemilihan jenis tanaman yang sesuai untuk kehidupan, memberikan manfaat lingkungan merupakan kunci dari keberlanjutan pembangunan hutan dalam jangka panjang.

Page 128: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM:Untuk Pembangunan Hutan dan Rehabilitasi Lahan

110

Aspek pengendali KeteranganPersiapan lahan Kegagalan tanaman pada masa lalu telah memperlihatkan

bahwa persiapan lahan merupakan faktor penting yang menentukan persen hidup dan kinerja pertumbuhan tanaman.

Kualitas benih dan bibit

Kualitas fisiologis benih dan bibit mempengaruhi keberhasilan penanaman dan laju pertumbuhan selanjutnya.

Waktu penanaman Penanaman bibit pada waktu yang tepat merupakan hal yang krusial yang akan berpengaruh langsung terhadap persen tumbuh bibit di lapangan.

Kapasitas teknik pelaksana

Meskipun menghadapi banyak masalah teknis, pemerintah merasa kompeten secara teknis, sedangkan pelaku lainnya merasa kapasitasnya kurang secara teknis dan memerlukan dukungan.

Silvikultur setelah penanaman

Pemeliharaan bibit yang baru ditanam di lapangan merupakan kegiatan krusial yang berpengaruh terhadap persen hidup bibit dan keberlanjutan inisitif pembangunan hutan.

Kualitas tapak Kualitas tapak merupakan kombinasi faktor iklim, geologi, dan edafik yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman pada lokasi tertentu.

Sumber : Lee et al., 2011

C. Sistem Dokumentasi dan Informasi untuk Meningkatkan Keberhasilan Penanaman

Sistem informasi atau dokumentasi benih dan bibit sangat penting untuk mendukung keberhasilan penanaman. Sekarang ini, secara umum, bibit yang beredar untuk penanaman tidak memiliki dokumentasi yang baik, dari mulai benih hingga menjadi bibit siap tanam. Meskipun sudah ada peraturan tata usaha benih dan/atau bibit tanaman hutan (Peraturan Dirjen Rehabilitasi

Tabel 22. Aspek pengendali biofisik dan teknis yang mempengaruhi keberhasilan rehabilitasi lahan dan hutan (lanjutan)

Page 129: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

BAB V. KEBERHASILAN PENANAMANDAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

111

Lahan dan Perhutanan Sosial No. P.14/V-PTH/2007) dan SNI 7516:2008 Dokumentasi benih dan bibit tanaman hutan, namun aplikasi dari sistem tersebut belum berjalan dan tentunya perlu perbaikan sistem yang menyeluruh. Secara umum, ada dua informasi yang sangat penting dalam hubungannya dengan keberhasilan penanaman, yaitu informasi produksi bibit di persemaian dan informasi tapak penanaman. Kedua informasi tersebut didukung dengan sistem zona benih yang menerangkan kesesuaian antara kondisi agroklimat sumber benih dengan lokasi penanaman. Bila informasi dan perangkat tersebut digunakan secara optimal, maka keberhasilan penanaman akan meningkat.

1. Informasi produksi bibit di persemaian

Teknik produksi pembibitan sangat mempengaruhi kualitas bibit (Landis 1989; Dumroese et al., 2008). Memberikan informasi lengkap tentang semua langkah yang terlibat dalam produksi pembibitan bibit sangat penting untuk menguji apakah prosedur ini mungkin berpengaruh pada kualitas bibit. Hal-hal yang harus dideskripsikan secara detail dalam sistem produksi bibit adalah bahan tanaman, penanganan benih, kondisi pertumbuhan bibit, perlakuan persemaian dan faktor-faktor lainnya (Tabel 23).

Tabel 23. Informasi pembuatan bibit di persemaian yang harus diketahui sebelum penanaman

Tahapan pembuatan bibit di persemaian Keterangan

Bahan tanaman Nama jenis (spesies)Asal benih (meliputi provenansi, tempat pengumpulan benih dan informasi lainnya yanng relevan dengan kegiatan pengumpulan benih)

Penanganan benih Penyimpanan benihProtokol seleksi benihKondisi perkecambahan

Page 130: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM:Untuk Pembangunan Hutan dan Rehabilitasi Lahan

112

Tahapan pembuatan bibit di persemaian Keterangan

Kondisi pertumbuhan bibit

Lokasi persemaian (koordinat)Kerapatan semaiKarakteristik fisikokimia tanah persemaian dan media pertumbuhanKonfigurasi spasial (blok persemaian)Tanggal penaburanNotasi/penandaan persediaan bibitTipe dan ukuran wadah

Perlakuan persemaian Intensitas cahaya (naungan)Perlakuan pemupukan (tipe pemupukan, formulasi pupuk, frekwensi dan dosis pemupukan)Tingkat penyiraman

Faktor-faktor lainnya Pemangkasan ( pruning) akar dan tunas/daunPenggunaan zat pengatur tumbuhInokulasi mikoriza

Sumber: Andivia et al. (2018)

Nama jenis harus diambil dari daftar taksonomi yang diterima secara luas dan tersedia, seperti daftar tanaman (http: //www.theplantlist.org/), jika tidak, akan sulit untuk menyesuaikan apabila ada kegiatan yang menggunakan jenis yang sama, namun nama ilmiahnya berbeda-beda. Asal benih harus dijelaskan secara rinci, termasuk asalnya dan, jika tersedia, informasi pengumpulan seperti lokasi, tanggal, dan jumlah pohon induk.

Penyimpanan benih, protokol seleksi benih, dan/ atau kondisi dan teknik yang digunakan untuk perkecambahan juga merupakan prosedur penting untuk dicatat. Setelah bahan tanaman dijelaskan dengan benar, maka harus dipastikan deskripsi lengkap kondisi persemaian atau kondisi pertumbuhan bibit. Koordinat geografis dari persemaian dan periode perbanyakan tanaman akan berguna untuk menentukan kondisi iklim (jika tidak dilaporkan) pada saat bibit ditanam di lapangan akan mempengaruhi kualitas bibit dan penampilan pasca penanaman (Mollá et al. 2006). Informasi tersebut akan dimasukkan dalam deskripsi kondisi pertumbuhan bibit di persemaian yang menggambarkan karakter bibit yang dipelihara di persemaian. Informasi

Tabel 23. Informasi pembuatan bibit di persemaian yang harus diketahui sebelum penanaman (lanjutan)

Page 131: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

BAB V. KEBERHASILAN PENANAMANDAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

113

tentang kerapatan wadah, volume, dan dimensi (lebar, panjang, dan kedalaman) harus jelas. Selain itu, gambaran jarak antar bibit menggunakan wadah di pembibitan (blok), dan karakteristik fisika-kimia dari media tanam yang digunakan untuk mengisi wadah juga harus dijelaskan secara detail (jenis substrat, pH, kandungan nutrisi).

Secara khusus, keterangan mengenai tingkat pencahayaan (terutama jika bibit terlindungi), penyiraman, dan rezim pemupukan. Faktor-faktor perbanyakan tanaman ini, bersama dengan volume wadah bibit dan kerapatan antar bibit sangat mempengaruhi morfologi dan fisiologi bibit morfo-fisiologis dan penampilan bibit yang dihasilkan (Van den Driessche 1982; Villar-Salvador et al., 2004; Dumroese et al. 2005; Dominguez-Lerena et al., 2006; Puértolas et al. 2009; Andivia et al., 2014). Oleh karena itu, teknik pemeliharaan dan prosedur perbanyakan tanaman dalam proses pembibitan harus dijelaskan secara menyeluruh. Misalnya, pemeliharaan dengan menguji berbagai pemupukan harus melaporkan informasi tentang formulasi pemupukan lengkap, konsentrasi, frekuensi aplikasi, dan jadwal (misalnya pemupukan terus menerus, eksponensial, akhir musim), dan jumlah total nitrogen (N), fosfor (P) dan kalium (K) yang diterapkan pada setiap bibit selama pembibitan. Irigasi dan pemupukan, bila bukan merupakan parameter bebas, harus diterapkan untuk menghindari hal yang membingungkan (Dumroese et al. 2011, 2015). Sebagai tambahan, prosedur perbanyakan tanaman umum lainnya yang diterapkan selama fase pembibitan, seperti tanggal penaburan, pemangkasan dan pemangkasan akar, penggunaan pengatur tumbuh, inokulasi mikoriza, atau penyimpanan bibit sebelum ditanam juga harus dilaporkan.

2. Informasi tapak penanaman dan pengelolaannya

Kegiatan penanaman harus mempertimbangkan informasi tentang lingkungan kondisi di mana bibit ditanam. Percobaan lapangan sangat penting untuk memvalidasi kesesuaian perlakuan pembibitan di persemaian dan identifikasi perlengkapan persemaian untuk memprediksi penampilan bibit setelah penanaman. Mutu bibit berinteraksi dengan praktik hutan tanaman dan kondisi lahan yang akan menentukan keberhasilan suatu program restorasi hutan. Dalam konteks ini, penggunaan bagian dari faktor

Page 132: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM:Untuk Pembangunan Hutan dan Rehabilitasi Lahan

114

(kovariat) yang terkait dengan iklim di lokasi penanaman, teknik persiapan lahan, penggunaan lahan sebelumnya, atau manajemen pasca pembangunan hutan sebagai moderator dalam meta-analisis adalah sangat penting untuk memahami jika masalah-masalah kontroversial pada mutu bibit tergantung pada konteks (Tabel 26). Informasi ini, bagaimanapun, tidak selalu tersedia dalam kegiatan penanaman, sebagian karena beberapa teknik dan strategi pengelolaan hutan tanaman begitu mengakar di kalangan praktisi hutan sehingga semua kondisi lahan dianggap sama.

Deskripsi lokasi lapangan yang detail sangat penting dalam setiap kegiatan pananaman. Iklim adalah penentu utama penampilan hutan tanaman (Squeo et al., 2007). Dimasukkannya koordinat geografis yang tepat sangat membantu mengakses informasi iklim yang dipetakan, seperti di database World Clim. Data iklim juga dapat diperoleh dari stasiun cuaca lokal yang mungkin mencakup kondisi khusus di lokasi hutan tanaman. Selain data iklim, informasi lainnya yang terkait dengan ketinggian, tanah, kemiringan (termasuk aspek), atau vegetasi dan keberadaan herbivora yang mungkin mempengaruhi kondisi dan hasil dari hutan tanaman akan memberikan gambaran detail tentang konteks lingkungan di mana hutan tanaman akan dibangun. Penggunaan lahan sebelumnya (lahan pertanian atau hutan) atau sejarah degradasi di daerah tersebut juga dapat membantu perencanaan pengelolaan. Persiapan lokasi dan teknik penanaman menentukan keberhasilan pembangunan hutan tanaman (South et al., 2001; Palacios et al., 2009). Teknik-teknik lapangan ini bertujuan untuk memperbaiki kondisi tanah untuk meningkatkan infiltrasi air dan perakaran, mengendalikan vegetasi pesaing dan mengurangi hewan perusak (Archibold et al., 2000; South et al., 2001; Querejeta et al., 2001).

Tabel 24. Informasi kondisi tapak penanaman

Kondisi tapak penanaman KeteranganDeskripsi tapak Lokasi penanaman (koordinat)

Kondisi iklimKondisi tanahKetinggian lokasi penanamanSlope dan orientasiVegetasi dan herbivora di lokasi penanamanPenggunaan lahan sebelumnya

Page 133: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

BAB V. KEBERHASILAN PENANAMANDAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

115

Tabel 24. Informasi kondisi tapak penanaman (lanjutan)

Kondisi tapak penanaman KeteranganPersiapan lahan dan penanaman

Teknik persiapan lahanTeknik penanamanTanggal penanamanJarak tanamKedalaman penanamanDesain spasial

Pengelolaan tanaman Pengelolaan gulma (frekuensi, waktu dan metode)Pemupukan dan penyiraman (frekuensi, waktu dan jumlah/dosis)Aktivitas lainnya seperti penyulaman, pemangkasan dan penjarangan

Sumber: Andivia et al. (2018)

Teknik persiapan tanah utama termasuk persiapan mekanis, mulsa, dan penggunaan herbisida (Lof et al., 2012). Di antara yang disebutkan di atas teknik persiapan tanah, persiapan lahan secara mekanis adalah yang paling banyak digunakan di hutan tanaman. Lof et al. (2012) melakukan review pengetahuan tentang penggunaan persiapan lahan secara mekanis dalam proyek restorasi hutan dan teknik dikelompokkan menjadi tiga kategori utama: pengupasan lapisan tanah (scarification), penumpukan bagian tanah (mounding), dan penggemburan (ripping). Teknik lain, tidak termasuk dalam klasifikasi ini, seperti memotong vegetasi yang tumbuh di atas lahan, mengangkat, memotong, dan menumpuk dapat dianggap sebagai kegiatan persiapan lahan dengan intensitas rendah, sedangkan membajak dan terasering dapat dianggap sebagai kegiatan dengan intensitas yang sangat tinggi.

Tanggal penanaman juga harus dimasukkan dalam deskripsi hutan tanaman karena mempengaruhi penampilan bibit pada waktu penanaman, terutama di lingkungan yang dingin dan kering (Radoglou & Raftoyannis 2002; Palacios et al., 2009; Yang et al., 2013). Memberikan tanggal yang pasti mengenai penanaman dan evaluasi kondisi lapangan yang pertama dari kinerja pembibitan memungkinkan untuk menilai efeknya kondisi iklim. Jarak tanam dan kedalaman penanaman tanam harus dimasukkan karena memiliki implikasi terhadap penampilan bibit (Hainds 2004; Zhao et al., 2011; Oliet et al., 2012). Informasi tentang bagaimana bibit ditangkarkan (misalnya secara manual atau dengan mesin-mesin). Selain itu, desain spasial

Page 134: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM:Untuk Pembangunan Hutan dan Rehabilitasi Lahan

116

dari lahan hutan tanaman, dan setiap heterogenitas plot yang jelas (misalnya orientasi kemiringan yang berbeda) harus dijelaskan. Tanggal saat pengukuran kinerja adalah penting untuk mengetahui secara pasti periode pertumbuhan tanaman. Akhirnya, penggunaan ekoteknologi, seperti tempat naungan dari pohon, amandemen organik, mulsa, dan hidrogel (Pineiro et al., 2013) harus dijelaskan secara detail. Setelah bibit ditanan, beberapa kegiatan manajemen dan pemeliharaan dapat dilakukan yang sangat mempengaruhi penampilan bibit di lapangan. Penyiangan adalah kegiatan pemeliharaan yang tersebar luas di hutan tanaman tetapi bervariasi dengan kondisi lingkungan, kerapatan penanaman, jenis gulma dan bibit yang dibuang (Gomez-Aparicio, 2009; Kabrick et al., 2015). Dengan demikian, informasi penyiangan mengenai intensitas, frekuensi, waktu, dan metode harus dimasukkan dalam metode pemeliharaan. Pemupukan dan irigasi dapat dilakukan pada saat penanaman dan/atau sesudah penanaman (Rey-Benaya, 1998; Casselman et al., 2006). Dalam kedua kegiatan tersebut, termasuk ketika praktek pemupukan dan irigasi dimulai, frekuensi berikutnya, dan total jumlah yang diterapkan per tanaman. Untuk praktik pemupukan, jenis dan formulasi pupuk harus tersedia. Kegiatan pemeliharaan dan manajemen lainnya, seperti penanaman kembali, pemangkasan, atau penjarangan juga harus diinformasikan. Informasi-informasi tersebut sangat penting sebagai rujukan untuk menentukan kegiatan pengelolaan yang tepat sehingga kegiatan rehabilitasi lahan, penanaman atau pembangunan hutan dapat berhasil sesuai dengan target dan tujuan.

Page 135: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

BAB VI. PENUTUP

Dalam dekade mendatang, jutaan bibit ditanam di daerah tropis bukan hanya oleh instansi pemerintah atau perusahaan swasta, tetapi juga oleh petani yang menanamnya di ladang-ladang di sela-sela tanaman pangan. Beberapa puluh tahun yang lalu tanaman yang tumbuh di ladang-ladang tersebut adalah anakan alam, yang tumbuh ditempat mana saja ketika berkecambah, tetapi perubahan yang kemudian terjadi adalah semakin banyak tanaman (pohon berkayu, semak, hortikultura) yang ditanam pada kondisi habitat tertentu (niche) di ladang-ladang tersebut dilakukan dengan menabur benih secara langsung di atas tanah (direct seeding) atau secara umum dengan menanam bibit hasil perbanyakan secara generatif atau vegetatif yang dipelihara di persemaian. Program penanaman jenis-jenis pohon hutan untuk rehabilitasi hutan dan lahandi Indonesia telah dilaksanakan sejak tahun 1970 an oleh Direktorat Jenderal Kehutanan, Departemen Pertanian dengan melakukan kegiatan penghijauan dan reboisasi. Beberapa program diantaranya Gerakan Rehabilitasi Hutan dan Lahan Nasional (GERHAN) pada kurun waktu 2004-2009 dan program lanjutan Kebun Bibit Rakyat (KBR) yang dimulai sejak tahun 2010 dilaksanakan oleh Departemen Kehutanan.

Pertumbuhan kota di berbagai belahan dunia termasuk di Indonesia telah mendorong dibangunnya hutan kota dan taman-taman kota yang ditanam dengan tanaman hutan dan jenis tanaman lainnya dengan ukuran (morfologi) bibit yang beragam, tetapi didominasi oleh bibit dalam ukuran yang lebih besar dibandingkan dengan bibit yang digunakan untuk penanaman hutan dan rehabilitasi lahan, agar tanaman cepat tumbuh besar dan mencapai ukuran pohon. Bibit tanaman atau bahan tanaman yang dipergunakan diperoleh dengan cara cabutan atau dengan cara puteran.Taman kota atau hutan kota sangat bermanfaat bagi penduduk di wilayah perkotaan dan juga berfungsi untuk penyerapan polutan, reduksi kebisingan lalu lintas, penahan angin dan tempat berlindung, serta pengurangan radiasi dan kenaikan suhu akibat pemanasan global.

Page 136: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM:Untuk Pembangunan Hutan dan Rehabilitasi Lahan

118

Kebutuhan bibit atau bahan tanaman siap tanam untuk berbagai program penanaman mendorong diberlakukannya suatu standar mutu bibit sebagai refleksi dari kriteria bibit siap tanam. Mutu bibit diartikan sebagai suatu karakter yang sesuai dengan tujuan yang memberi indikasi bahwa karakter bibit yang dijadikan parameter penentu dapat menjamin kemampuan bibit untuk beradaptasi dan tumbuh optimal setelah penanaman. Mutu bibit berhubungan dengan lingkungan penanaman dan jenis sehingga sifatnya dinamis dan tidak dapat diadopsi langsung untuk jenis dan lokasi penanaman yang berbeda secara ekologis. Artinya mutu bibit tidak dapat hanya dideskripsikan di persemaian, tetapi juga dapat dibuktikan di lokasi penanaman. Mutu bibit yang banyak diaplikasikan didasarkan pada morfologi bibit (tinggi bibit, diameter batang, jumlah daun) yang didukung oleh fisiologi bibit. Standar bibit tanaman hutan layak tanam di Indonesia telah disusun oleh Direktorat Perbenihan Tanaman Hutan, Dirjen PDASHL, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), dan Standar Nasional Indonesia (SNI) yang merupakan produk Badan Standardisasi Nasional (BSN). Kriteria bibit layak edar ukuran besar untuk jenis-jenis tanaman hutan, semak dan hortikultura yang dicantumkan disini berpedoman pada buku American Standard for Nursery Stock, ANSI Z60.1-2014. Amerika Serikat telah mencanangkan free to grow yang menyatakan kriteria bibit tanaman di persemaian bukan hanya hidup jika ditanam tapi juga harus tumbuh lebih baik dari vegetasi pesaing dalam kurun waktu 5 tahun. Bagaimanapun optimalnya penampilan bibit di persemaian harus dapat mecapai hakekat tujuan sebenarnya yang hendak dicapai dari suatu standar mutu bibit yaitu menghasilkan tanaman berkualitas terbaik (plant quality) yang memiliki tingkat adaptasi yang tinggi, pertumbuhan awal yang cepat dan memiliki penampilan yang sesuai dengan harapan.

Keberhasilan tanaman mencapai tanaman berkualitas di lapangan tidak hanya ditentukan oleh kualitas bibit (spesifikasi bibit, praktek persemaian, penanganan bibit), tetapi juga oleh ekofisiologi tanaman (iklim lokal, toleransi tanaman, fenologi), lingkungan perakaran (volume tanah, ekologi tanah, struktur tanah), dan penanaman dan pasca penanaman (praktek penanaman, pengelolaan kanopi, pemeliharaan rhizosfer). Banyaknya faktor yang berperan terhadap keberhasilan bibit tumbuh menjadi tanaman yang berkualitas baik, memberikan pengertian kepada siapapun yang terlibat dalam program penanaman untuk memahami faktor-faktor yang berperan tersebut dan memaksimalkan semua upaya agar mampu mewujudkan tanaman berkualitas baik di lokasi penanaman.

Page 137: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

DAFTAR PUSTAKA

Allen, R. M. (1953). Large longleaf seedlings survive well. Tree Planters’ Notes. 14, 17 - 18.

American Horticulture Industry Association. (2014). American Standard for Nursery Stock (ANSI Z60.1-2014). American Hort.

Andivia, E., Villar-Salvador, P., Oliet, J. A., Puértolas, J., & Dumroese, R. K. (2018). How can my research paper be useful for future meta-analyses on forest restoration plantations?. New Forest. https://doi.org/10.1007/s11056-018-9631-y.

ANLA (American Nursery & Landscape Association). (2004). American Standard for Nursery Stock. Washington, USA: American Nursery & Landscape Association.

Appleton, B. L., Cannella, C. M., Wiseman, P. E. & Alvey, A. A. (2008). Tree stabilization: current products and practices. Arboriculture and Urban Forestry 34, 54 – 58.

Arnold, M. A. (1987). Cupric carbonate modification of Quercus rubra and Fraxinus pennsylvanica root systems and implications for production and transplant. MSc, The Ohio State University.

Arnold, M. A., Mcdonald, G. V., Bryan, D. L., Denny, G. C., Watson, W. T. & Lombardini, L. (2007). Below-grade planting adversely affects survival and growth of tree species from five different families. Arboriculture and Urban Forestry 33, 64 – 69.

Arnott, J. T. & Pendl, F. T. (1994). Field performance of several tree species and stock types planted in montane forest of coastal British Columbia, Natural Resouces Canada, Canadian Forest Service-Pacific and Yukon Region. International Report BC-X-347. 45p.

Page 138: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM:Untuk Pembangunan Hutan dan Rehabilitasi Lahan

120

Ayub, M., & Batara, I. (2015). Peran BPDAS dalam Peningkatan Produktivitas Hutan Rakyat. Prosiding seminar teknologi perbenihan, silvikultur, dan kelembagaan dalam peningkatan produktivitas hutan dan lahan. Bandar Lampung: Pusat Penellitian dan Pengembangan Hutan, p 199 - 206.

Babaie, H., Zarei, H., & Hemmati, K. (2014). Propagation of Ficus benjamina var. starlight by stenting technique under different concentrations of IBA in various times of taking cutting. Journal of Ornamental Plants, 4(2), 75 - 79.

Bacon, G. J., Hawkins, P. J. & Jermyn, D. (1977). Morphological grading studies with 1-0 slash pine seedlings. Australian Forestry. 40, 293 - 303.

Barner, H. & Ditlevsen. (1988). Strategies and procedures for an integrated national tree-seed programe for seed procurement, tree improvement and genetic resources. Lecture Note A-1. Humlebaek: Danida Forest Seed Centre.

Barner, H., Olesen, K. & Wellendorf, H. (1988). Classification and selection of seed sources. Lecture Note B-1. Humlebaek: Danida Forest Seed Centre.

Barnes, S. & Percival, G. C. (2006). The influence of biostimulants and water-retaining polymer root dips on survival and growth of newly transplanted bare-rooted silver birch and rowan. Journal of Environmental Horticulture 24, 173 –179.

Baskin, C. C. & Baskin, J. M. (2005). Seed Dormancy in trees of climax tropical vegetation types. Tropical Ecology 46(1), 17 - 28.

Bhardwaj & Mishra, V. K. (2005). Vegetative propagation of Ulmus villosa: effects of plant growth regulators, collection time, type of donor and position of shoot on adventitious root formation in stem cuttings. New Forest, 29,105 - 106.

Bickelhaupt, D. H. (1980). Nursery soil and seedling analysis methodology. pp 237 -260. In Proc. North American Forest Tree Nursery Soils Workshop (L.P. Abrahamson and D.H. Bickelhaupt eds.) State Univ. New York College Environ. Sci. and Forestry, Syracuse.

Biondi, S. & Thorpe, T. A. (1981). Requirements for a tissue culture facility: Methode and application in agriculture. Thorpe, T. A. (ed.). New York London-Sidney-San Francisco: Academic Press.

Page 139: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

DAFTAR PUSTAKA

121

Blair, R. & Cech, F. (1974). Morphological seedling grades compared after thirteen growing seasons. Three Planters’ Notes. 25(1), 5 - 7.

Brady, N. C. & Weil, R. R. (2008). The nature and properties of soils. Prentice Hall, Harlow.

BRG (Badan Restorasi Gambut). 2016. Renstra Badan Restorasi Gambut Tahun 2015-2019. Jakarta: Badan Restorasi Gambut.

Britt, C. & Johnston, M. (2008). Trees in Towns II. A new survey of urban trees in England and their condition and management. Department for Communities and Local Government.

BSN (Badan Standardisasi Nasional). (2005). Mutu bibit (mangium, ampupu, gmelina, sengon, tusam, meranti, dan tengkawang). Jakarta: Badan Standardisasi Nasional.

BSN (Badan Standardisasi Nasional). (2014). SNI 5006.12:2014 Tanaman kehutanan – bagian 12 : Penanganan benih generatif tanaman hutan. Jakarta: Badan Standardisasi Nasional.

BSN (Badan Standardisasi Nasional). (2016). SNI 5006.3:2016 Persemaian permanen tanaman hutan. Jakarta: Badan Standardisasi Nasional.

BSN (Badan Standardisasi Nasional). (2018a). SNI 5006.2.2018 Media bibit tanaman hutan. Jakarta: Badan Standardisasi Nasional.

BSN (Badan Standardisasi Nasional). (2018b). SNI 5006.2.2018 Mutu bibit tanaman hutan.Jakarta: Badan Standardisasi Nasional

Budiman, B., Sudrajat, D. J., Lee, D. K., & Kim, Y. S. (2015). Effect of initial morphology on field performance in white jabon seedlings at Bogor, Indonesia. Forest Science and Technology 11(4), 206 - 205. DOI:10.1080/21580103.2015. 1007897.

Buee, M., Boer, W. D. & Martin, F. (2009). Therhizosphere zoo: An overview of plant-associated communities of microorganisms, including phages, bacteria, archaea, and fungi, and of some of theirstructuring factors. Plant and Soil 321, 189–212.

Buharman, Djam’an, D. F., Widyani, N., & Sudrajat, S. (2001). Atlas Benih Tanaman Hutan Indonesia. Jilid II. Bogor: Balai Teknologi Perbenihan. Bogor.

Page 140: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM:Untuk Pembangunan Hutan dan Rehabilitasi Lahan

122

Chalker-Scott, L. (2007). Viewpoint impact of mulcheson landscape plants and the environment — A review. Journal of Environmental Horticulture 25, 239 – 249.

Chandra, J. P. (2001). Evaluation of suitable root trainer nursery design and shade requirements for forest nurseries. In Sharma, J.K. & M. Balasundaran: Root Trainer Technology for mass production of clonal planting stock. KFRI Handbook No. 8. Kerala. India: Kerala Forest Research Institute.

Chiatante, D., DiIrio, A., Scippa, G. S., & Sarnataro, M. (2002). Improving vigour assessment of pine (Pinusnigra Arnold).Plant Biosyst. 136, 209 - 216.

Chokkalingam, U., Carandang, A. P., Pulhin, J. M., Lasco, R. D., Peras, R. J. J., & Toma, T., (2006). One Century of Forest Rehabilitation in the Philippines: Approaches, Outcomes and Lessons. Country Case Studies on Review of Forest Rehabilitation. Initiatives: Lessons from the Past. Center for International Forestry Research (CIFOR), Situ Gede, Sindang Barang Bogor Barat 16680, Indonesia.

CNLA (Canadian Nursery Landscape Association). (2017). Canadian Nursery Stock Standard. Milton, ON: Canadian Nursery Landscape Association.

Costello, L.R., Matheny, N.P. & Clark, J.R. (2000). Aguide to estimating irrigation water needs of landscape plantings in California. California: University of California Cooperative Extension.

Craul, P. J. (1999). Urban Soils: Applications and Practices, New York: Wiley.

Dagar, J. C., Singh, G., & Singh, N. T. (2001). Evaluation of forest and fruit trees used for rehabilitation of semiarid alkali-sodic soils in India. Arid Land Research and Management 15 (2), 115 - 133.

Dahlan, E. N. (2004). Membangun Kota Kebun (Garden City) Bernuansa Hutan Kota. Bogor: IPB Press.

Danu, Pramono, A. A., & Siregar, N. (2006). Atlas Benih Jilid VI. Publikasi Khusus Vol 5 No 5 Desember 2006. Bogor: Balai Penelitian Teknologi Perbenihan.

Page 141: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

DAFTAR PUSTAKA

123

Danu, Putri, K. P., & Sudrajat, D. J. (2017). Pengaruh media dan zat pengatur tumbuh terhadap perbanyakan stek pucuk nyawai (Ficus variegata Blume). Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan, 11(1), 155 – 168.

Danu, Siregar, I. Z., & Wibowo, C. (2010). Pengaruh umur sumber bahan stek terhadap keberhasilan stek pucuk meranti tembaga (Shorea leprosula Miq.). Jurnal Penelitian Hutan Tanaman, 7(3),131 - 139.

Davies, M. J., Hipps, N. A. & Kingswell, G. (2002). The effects of indole-3-butric acid root dips on the development and shoot growth of transplanted Fagussylvatica L. and Quercus robur L. seedlings. Journal of Horticultural Science and Biotechnology 77, 209–216. Parallel session 1a: Tree planting and establishment 61.

Day, S. D. & Harris, J. R. (2007). Fertilization of redmaple (Acer rubrum) and littleleaf linden (Tilia cordata) trees at recommended rates does not aid tree establishment. Society 33, 113 – 121.

De Jong,W., Sam, D. D., & Hung, T. V. (2006). Forest Rehabilitation in Vietnam: Histories, Realities and Future. Bogor, Indonesia: Center for International Forestry Research (CIFOR).

Deans, J.D., Lundberg, C., Cannel, M.G.R., Murray, M.B., & Sheppard, J. (1990). Root system fibrosity of Sitka spruce transplants: relationship with root growth potensial. Forestry 63, 1 - 7.

Departemen Kehutanan. (2004). Teknik pembibitan dan konservasi tanah. Buku I. Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan. Jakarta: Departemen Kehutanan.

Dey, D. C. & Parker, W. C. (1997). Morphological indicators of stock quality and yield performance of red oak (Quercusrubra L.) seedlings under planted in a central Ontario Shelterwood. New Forests 14, 145 - 156.

Dickson, A., Leaf, A. L., & Hosner, J. F. (1960). Quality appraisal of white spruce and white pine seedling stock in nurseries. Forest Chronical 36, 10-13.

DPSP (Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian). (2016). Pestisida terdaftar dan diizinkan untuk pertanian dan kehutanan. Jakarta: Direktorat Pupuk dan Pestisida, Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian

Page 142: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM:Untuk Pembangunan Hutan dan Rehabilitasi Lahan

124

Dumroese, R. K., Jacobs, D. F., & Landis, T. D. (2005). Successful stock production for forest regeneration: What foresters should ask nursery managers about their crops. In Colombo, S. J. (Ed.). The Thin Green Line: A symposium on the state-of-the-art in reforestation Proceedings. Thunder Bay, ON. 26-28 July 2005.Pp. 14-20.

Dumroese, R. K., Landis, T. D., Pinto, J. R., Haase, D. L., Wilkinson, K. W. & Davis, A. S. (2016). Meeting forest restoration challenges: using the target plant concept. Reforesta. 1(1), 37 – 52.

Durahim & Hendromono. (2001). Kemungkinan penggunaan limbah organic sabuk kelapa sawit dan sekam padi sebagai campuran top soil untuk media pertumbuhan bibit mahoni. Buletin Penelitian Hasil Hutan No. 628. Bogor: Pusat Litbang Hasil Hutan.

Duryea, M. L. (1984). Evaluation seedling quality: Importance to reforestation. Duryea, M. L. (ed.). Proceedings: Evaluating seedling quality: principles, procedures, and predictive abilities of major tests. Workshop held October 16-18, 1984. Forest Research Laboratory, Oregon State University, Corvallis.

Eissenstat, D. M. & Yanai, R. D. (2002). Root life span,efficiency, and turnover. In: Waisel, Y., Eshel, A. andKarkafi, U. (eds.) Plant Roots: The Hidden Half. Third edition. Revised and Expanded. CRC Press, pp. 221 – 238.

Felix, P. (2004). Radical excavations and sheet excavations. September edition. Tree Care Industry, 8 – 12.

Fite, K., Wells, C. E. & Smiley, E. T. (2009). Impacts of root invigorationTM and its individual components on red maple (Acer rubrum) at four urban sites. In: Watson, G. W., Costello, L. R., Scharenbroch, B. C. & Gilman, E. F. (eds.) The Landscape Below Ground III. International Society of Arboriculture, Lisle, Illinois, pp. 55 – 61.

Fox, T. R. (2002). Factors affecting the success of a forestry business enterprise From. http://www.mcrcc.osmre.gov/PDF/Forums/MarketBasedReforest/2-1.pdf (accessed 7.12.09).

Gazal, R. M. & Kubiske, M. E. (2004).Influence of initial root length on physiological responses of cherrybark oak and Shumard oak seedlings to field drought conditions.Forest Ecology and Management. 189, 295 - 305.

Page 143: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

DAFTAR PUSTAKA

125

George, E. F. & de Klerk, G. J. (2008). The component of plant tissue culture media I: Macro and micro nutrients. Plant Propagation Tissue Culture 3rd Edition. Vol. 1. The Background. George, E. F, Michael A. Hill and Geert-Jan De Klerk (ed.). Netherlands: Springer.

George E. F. & Sherrington, F. D. (1984). Biotechnology by Tissue Culture. Eversley: Exegetics Ltd.

Gilbertson, P., Kendle, A.D. & Bradshaw, A. (1985). Root growth and the problem of trees in urban and industrial areas. In: Patch, D., (ed.) Advances in Practical Arboriculture. Forestry Commision Bulletin (FCBU065).HMSO, London, pp. 59 – 66.

Gilman, E. F., Stodola, A. & Marshall, M. D. (2002). Root pruning but not irrigation in the nursery affects liveoak root balls and digging survival. Journal of Environmental Horticulture 28, 122 – 126.

Grabosky, J. & Bassuk, N. L. (1995). A new urban tree soil to safely increase rooting volumes under sidewalks. Journal of Arboriculture 21, 187 – 201.

Gregorio, N., Herbohn, J., Harrison, S., & Smith, C. (2015). A systems approach to improving the quality of treee seedlings for agroforestry, tree farming and reforestation in the Philippines. Land use policy 47, 29 – 41.

Grimshaw, J. & Bayton, R. (2010). New Trees: Recent Introductions to Cultivation. Royal Botanic Gardens, Kew.

Grossnickle, S. C., Arnott, J. T., Major, J. E., & Le May, P. M. (1991).Stock quality assessment through an integrated approach. New Foreast 5, 77 - 91.

Grossnickle, S. C., & South, D. B. (2017). Seedling quality of southern pines: Influence of plant attributes. Tree Planters’ Notes. 60(2), 29 - 40.

Gunawan, H. (2016). Sistem Informasi Restorasi Gambut. Jakarta: Deputi Bidang Penelitian dan Pengembangan Badan Restorasi Gambut.

Gunawan. L. W. (1995). Teknik Kultur In-vitro dalam Hortikultura. Jakarta: PT. Penebar Swadaya.

Page 144: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM:Untuk Pembangunan Hutan dan Rehabilitasi Lahan

126

Günter, S., Gonzalez, P., Álvarez, G., Aguirre, N., Palomeque, X., Haubrich, F., & Weber, M. (2009). Determinants for successful reforestation of abandoned pastures in the Andes: soil conditions and vegetation cover. Forest Ecology and Management 258 (2), 81 - 91.

Haase, D. L. (2008). Understanding Forest Seedling Quality: Measurements and Interpretation. Tree Planters’ Notes. 52(2), 24 - 30.

Hanover, J. W. (1963). Geographic variation in ponderosa pine leader growth. For. Sci. 9, 86 - 95.

Hanum I. F. & van der Maesen, L. J. G. (1997). Plant Resources of South-East Asia 11. Auxiliary plants. PROSEA

Harris, R. W. (1978). Root development of nursery-grown landscape trees. p. 287 -291. In Proceedings of the Root Form of Planted Trees Symposium B.C. Ministry of Forest/Canadian Forestry Service Joint Report 8.

Harris, J. R. & Fanelli, J. (1998). Root pruning redmaple and Washington hawthorn liners does not affect harvested root length aftern two years of field production. Journal of Environmental Horticulture 16,127 – 129.

Hartmann, H. T., Kester, D. E., & Davies Jr., F. T. (1990). Plant Propagation, Principles and Practices. Fifth Edition. Englewood Cliffs. New Jersey: Prentice Hall.

Hassanein, A. M. A. (2013). Factors influencing plant propagation efficiency via stem cuttings. Journal of Horticultural Science & Ornamental Plants, 5(3), 171 - 176

Hawkins, B. J. (1996). Planting stock quality assessment. In Yapa, A.C. (ed.). Proc Intl. Symp. Recent Advances in Tropical Tree Seed Technol. and Planting Stock Production. ASEAN Forest Tree Seed Centre, Muaklek, Saraburi, Thailand.

Hendromono, N. Mindawati, S. Bustomi, A. S. Kosasih, Maffudz, A. Nirsatmanto, T. Rostiwati, Y. Heryati, I. Anggraini, R. Bogidarmanti dan B. Rusataman. 2006. Informasi Kesesuaian Jenis Pohon untuk Hutan Tanaman di Sumatera dan Kalimantan. Departemen Kehutan. Badan Litbang Kehutanan. Pusat Litbang Hutan Tanaman

Herawan, T. & Husnaeni, Y. (2001). Perbanyakan jati (Tectona grandis). Buletin Penelitian Pemuliaan Pohon 5(2), 62 - 74.

Page 145: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

DAFTAR PUSTAKA

127

Heyne, K. (1987). Tumbuhan Berguna Indonesia II. Badan Litbang Departemen Kehutanan.

Heyne, K. (1987). Tumbuhan Berguna Indonesia III. Badan Litbang Departemen Kehutanan.

Hong, M. S. M. S. L. T., & Prawirohatmodjo, S. (1998). Plant Resources of South-East Asia No 5(3). Timber trees : Lesser-known timbers. PROSEA

Indonesia Forest Seed Project (IFSP). (2000). Pengaruh dari kegiatan penanganan benih dan persemaian terhadap mutu benih. Bahan kursus biologi benih 7 - 18 Februari di Bogor.

Iriantono, D., Prameswari, D., & Mulyanto, Y. (1998). Telaahan Hasil-hasil Penelitian Bidang Teknologi Perbenihan dan Pembibitan. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Bogor.

Jacobs, D. F. & Seifert, J. R. (2004). Re-evaluating the significant on the fisrt order lateral root grading criterion for hardwood seedlings.In Proceeding of the Fourteenth Central Hardwood Forest Conference. Wooster, O.H., 16 - 19 March 2004. USDA Forest Service. pp. 382 - 388.

Jacobs, D. F., Garnider, E. S., Salifu, K. F., Overton, R. P., Hernandes, G., Corbin, M. E., Wightman, K. E., & Selig, M. F. (2005). Seedling Quality Standards for Bottomland Hardwood Afforestation in the Lower Mississippi River Alluvial Valley: Preliminary Results. USDA Forest Service Proceedings RMRS-P-35. pp. 9 - 16.

Joker, D. (2001). Acacia mangium Willd. Informasi Singkat Benih. Jakarta: Direktorat Perbenihan Tanaman Hutan.

Joker, D. (2001). Azadirachta indica A. Juss. Informasi Singkat Benih. Jakarta: Direktorat Perbenihan Tanaman Hutan.

Jurasek, A., Leugner, J., & Martincova, J. (2009). Effect of initial height of seedlings on the growth of planting material of norway spruce (Piceaabies (L.) Karst.)in mountain conditions. Journal of Forest Science 55(3), 112 - 118.

Karyaatmaja, B., Ali, C., & Tampubolon, A.P. (2001). Standardisasi mutu bibit tusam (Pinus merkusii). Prosiding Pertemuan dan Presentasi Ilmiah Standardisasi dan Jaminan Mutu. Jakarta: Badan Standardisasi Nasional.

Page 146: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM:Untuk Pembangunan Hutan dan Rehabilitasi Lahan

128

Kelkar, S. P. (2001). Principles and concepts of root trainer technology. In Sharma, J.K. and M. Balasundaran Root Trainer Technology for mass production of clonal planting stock. KFRI Handbook No. 8. Kerala. India: Kerala Forest Research Institute. pp. 5-7.

KLHK (Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan). (2015). Rencana Strategis Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan tahun 2015 - 2019. Jakarta: Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

KLHK (Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan). (2017a). Statistik Lingkungan Hidup dan Kehutanan tahun 2016. Jakarta: Pusat Data dan Informasi, Sekretariat Jenderal Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

KLHK (Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan). (2017b). Perhutanan Sosial, Kini Masyarakat Legal Mengelola Hutan. Jakarta: Humas Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

Kormanik, P. (1990). Can lateral root character stics be a major factor in assessing seedling quality. Athens: Institute for Micorrhizal Research and Development-Southeastern Forest Experiment Station. USDA Forest Service.

Kompas.com. (2015). Pemerintah Dorong BUMDes Kelola Hutan Desa”.

https://nasional.kompas.com/read/2015/02/26/21383001/Pemerintah.Dorong. BUMDes.Kelola.Hutan.Desa.

Kosasih, E. & Kelana, T. (2013). Ketapang (Terminalia cattapa LINN.). Informasi Singkat Benih. Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura.

Kostopoulou, P., Radoglou, K., Dini-Papanastasi, O., & Spyroglou, G. (2010). Enhaching planting stock quality of Italian cypress (Cupressus sempervirens L.) by pre-cultivation in mini-plugs. Ecological Engineering 36, 912 - 919.

Kozlowski, T. T., Kramer, P. J. & Pallardy, S. G. (1991). The Physiological Ecology of Woody Plants. Sandiago: Academic Press.

Kristoffersen, P. (1998). Designing urban pavement subbases to support trees.Journal of Arboriculture 24, 121 – 126.

Page 147: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

DAFTAR PUSTAKA

129

Kurniaty, R., Budiman, B., Damayanti, R. U., & Djam’an, F. D. (2007). Penggunaan limbah organic sebagai media pertumbuhan bibit. Seminar Hasil Penelitian Teknologi Perbenihan, Solok, 7 Nopember 2007.

Lamb, D., Erskine, P. D., & Parrotta, J. A. (2005). Restoration of degraded tropical forest landscapes. Science 310 (5754), 1628 - 1632.

Landis, T. D. & Dumroese, R. K. (2006). Applying the target plant concept to nursery stock quality. Plant quality – A key to success in forest establishment. Dublin, Ireland : COFORD.

Landis, T. D., Tinus, R. W., McDonald, S. E. & Barnett, J. P. (1990). Containers and Growing Media, Vol. 2.Agriculture Handbook, 674. Washinton D.C. US: Departement of Agricultural, Forest Service. 88 p.

Larcher, W. (2003). Physiological Plant Ecology: Ecophysiology and Stress Physiology of Functional Groups. 4th Edition. New York USA: Springer. 513 p.

Lauridsen, E. (1999). Pengaruh dari kegiatan penanganan benih dan persemaian terhadap mutu benih. Bahan Kursus Dasar-dasar Genetika Hutan. Kerjasama Indonesia Forest Seed Project dengan Fakultas Kehutanan Universitas Gajah Mada-Yogyakarta.

Leach, G. N., Gresham, H. H., & Webb, A. L. (1986). Seedling grade and nursery seedling density effects on field growth in loblolly pine. Champion International Corp. Gulf States Operation Res. Note GS-86-03. 12 p.

Lee, H. D., Smith, C., Herbohn, J., & Harrison, S. (2011). More than just trees: Assessing reforestation success in tropical developing countries, Journal of Rural Studies XXX, 1 -15, doi:10.1016/j.jrurstud.2011.07.006

Lee, S. S. (1998). Root symbiosis and nutrition. In Appanah, S and Turbull, J.W. (eds). A Review of Dipterocarps : Taxonomy, Ecology and Silviculture. Bogor, Indonesia: CIFOR.

Linder, S. (1980). Chlorophyll as an indicator of nitrogen status of coniferous seedlings. New Zealand Journal of Forest Science 10, 166 - 175.

Lindqvist, H. & Asp, H. (2002). Effects of lifting date and storage time on changes in carbohdrate content and photosynthetic efficiency in three deciduous species. Journal of Horticultural Science and Biotechnology, 77, 346 – 354.

Page 148: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM:Untuk Pembangunan Hutan dan Rehabilitasi Lahan

130

Lindsey, P. & Bassuk, N. L. (1991). Specifying soil volumes to meet the water needs of mature urban street trees and trees in containers. Journal of Arboriculture, 17, 141 – 149.

Long, A. J. and Carrier, B.D. (1993). Effect of douglas-fir 2+0 seedling morphology on field performance. New Forest, 7, 19 - 32.

Louwaars, N. (2005). Biases and bottlenecks, time to reform the south’s and inherited seed laws? Seedling July 2005.University of Wegeningen. pp 4-9.

MAPEBHI (Masyarakat Pegiat Energi Biomassa Hutan Indonesia). (2017). Hutan dan Energi. Disampaikan dalam Forum Pojok Iklim Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Jakarta 29 November 2017.

Martawijaya A., Kartasujana I., Kadir K., dan Prawira S. A. (1981). Atlas Kayu Indonesia Jilid I. Pusat Penelitian dan Pengembangan Kehutanan.

Martawijaya A., Kartasujana I., Mandang Y .I., Prawira S. A., & Kadir K. (1989). Atlas Kayu Indonesia Jilid II. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan.

Martinez-Trinidad, T., Watson, T., Arnold, M. A. & Lombardini, L. (2009a). Carbohydrate injections as a potential option to improve growth and vitality of live oaks. Arboriculture and Urban Forestry 35, 142 – 147.

Martinez-Trinidad, T., Watson, T., Arnold, M. A. & Lombardini, L. (2009b). Investigations of exogenous applications of carbohydrates on the growth and vitality of live oaks. Urban Forestry & Urban Greening 8, 41 – 48.

Martinez-Trinidad, T., Watson, T., Arnold, M. A. & Lombardini, L. (2009c). Temporal and spacial glucose and starch partitioning in live oak. Arboriculture and Urban Forestry 35, 63 – 67.

Mattson, A. (1996). Predicting field performance using seedling quality assessment. New Forests. 13, 223 - 248.

McGilvray, J. M. & Barnett, J.P. (1982). Relating Seedling Morphology to field performance of containerized Southern pines. pg. 39 - 46. In Proc. Southern Containerized Forest Tree Seedling Conference. Guldin, R.W. and J.P. Barnett (ed.) Gen. Tech. Rep. SO-37 U.S.D.A. Forest Service, Southern For. Exp. Sta.

Page 149: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

DAFTAR PUSTAKA

131

McLemore, B. F. 1982. Comparison of 1-0 & 2-0 loblolly pine seedlings. Tree Planters’ Notes 33(2), 22 - 23.

Mexal, J. G. & Landis, T. D. (1990). Target seedling concepts: Height and diameter. In Target Seedling Symposium (Rose, R., Campbell, S.J. and Landis, T.D. Eds.). 13-17 August 1990. Fort Collins, CO: USDA Rocky Mountain Forest and Range Experiment Station. 17 - 35.

Mindawati, N. & Subiakto, A. (2005). Perbanyakan bibit jenis-jenis tanaman hutan untuk mendukung Gerhan. Prosiding Ekspose Penerapan Hasil Litbang Hutan dan Konservasi Alam. Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam.

Mindawati, N., Bogidarmanti, R., Nuroniah, H. S., Kosasih, A. S., Suhartati, Rahmayanti, S., Junaedi, A., Rachmat, E. & Rochmayantho, T. (2010). Sintesa hasil penelitian Silvikultur jenis alternatif penghasil kayu pulp. Kementerian Kehutanan. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan Tanaman.

MoEF (Ministry of Environment and Forestry). (2018). The State of Indonesia’s Forests. Jakarta: Ministry of Environment and Forestry, Republic of Indonesia.

Moore, T. C. (1979). Biochemestry and Physiology of Plant Hormon. Berlin: Springer-Verlag.

Mullin, R. E. & Christi, C. (1982). Morphological grading of white pine nursery stock. Forestry Chronicle 58(l), 40 - 43.

NCDENS (North Carolina Departemen of Environment and Nature Resources). (2007). Pocket guide to seedling care and planting standards. 6th Edition – January 2007. Raleigh, N. C: North Carolina Departemen of Environment and Nature Resources, Division of Forest Resources.

Niinemets, U & Valladares, F. (2006). Tolerance to shade, drought, and waterlogging of temperate northern hemisphere trees and shrubs. Ecological Monographs 76, 521 – 547.

Nugraha, M. (2008). Aplikasi teknik puteran bibit berukuran besar pada jenis pohon kihujan, mahoni, matoa dan salam. Skripsi. Departemen silvikultur Fahutan IPB. Bogor. (tidak diterbitkan).

Page 150: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM:Untuk Pembangunan Hutan dan Rehabilitasi Lahan

132

Nurhasybi, Kartiko, H. D. P., Zanzibar, M. & Sudrajat, D. J. (2000). Atlas Benih Tanaman Hutan Indonesia. Jilid I. Bogor: Balai Teknologi Perbenihan.

Nurhasybi, Danu, Zanzibar, M., & Yulianti. (2003). Status IPTEK Perbenihan Tanaman Hutan. Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Perbenihan. Bogor.

Nurhasybi, Sudrajat, D. J., Pramono, A. A. & Budiman, B. (2007). Review status iptek perbenihan tanaman hutan. Publikasi Khusus Balai Teknologi Perbenihan No. 6, Vol. 6. Bogor: Balai Penelitian Teknologi Perbenihan. p 146.

Nurhasybi. (2010). Analisis potensi produksi benih, penanganan dan karakteristik pertumbuhan bibit kepuh (Sterculia foetida Linn.) sebagai salah satu sumber biofuel. Tesis. Yogyakarta: Fakultas Kehutanan, Universitas Gajah Mada.

Nurhasybi & Yuniarti, N. (2015). Prediction on density for seed sowing of jelutung (Dyera polyphylla) to reach successfull germination. 3rd Inafor – International Conference of Indonesia Forestry Reasearchers. Bogor.

Nursyamsi & dan Suhartati. (2007). Pengaruh Hormon BAP terhadap Perbanyakan Tanaman Gaharu (Gyrinops verstegii Domke) Secara Kultur Jaringan. Jurnal Penelitian Hutan Tanaman 4, Sup. 1. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan Tanaman. Bogor.

Nursyamsi. (2010). Teknik kultur jaringan sebagai alternatif perbanyakan tanaman untuk mendukung rehabilitasi lahan. Makalah pada Ekspose Hasil-Hasil Penelitian Balai Penelitian Kehutanan Makassar. Makassar, 22 Juni 2010. Pp 85 - 100.

Omi, S. K., Howe, G. T. & Duryea, M. L. (1986). Fisrt Year Field Performance of Douglas-fir Seedlings in Relation to Nursery Characteristics. In General Technical Report RM-137. Fort Collins, CO: USDA Rocky Mountain Forest and Range Experiment Station. 29 - 34.

Omon, M. & Noor, M. (2002). Inokulasi Mikoriza. Dalam Yasman, I dan Hernawan (eds). 2002. Manual persemaian Dipterocarpaceae. APHI. Jakarta.

Page 151: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

DAFTAR PUSTAKA

133

Omon, M. (2008). Teknik Kriteria dan Indikator Mutu Bibit Dipterocapaceae. Proseding Workshop Sintesa Hasil Litbang Hutan Tanaman, Bogor 19 Desember 2008. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan Tanaman. Bogor.

Orcutt, D. M. & Nilsen, E. T. (2000). Physiology of Plants Under Stress. Soil and Biotic Factors. John Willey and Sons,Inc. Canada.

Pallardy, S. G. (2008). Physiology of Woody Plants. Academic Press.

Pammenter, N. W. & Berjak, P. (2013). Development of the understanding of seed recalcitrant and implications for ex situ conservation. Biotecnología Vegetal, 13(3), 131 - 144.

Pattonen, P. (1985). Assessment of seedling vigor attributes: outline for integration. University of Helsinki. Farm Forestry, Viikki SF-00710 Helsinki, Finland.

Percival, G. C. & Hitchmough, J. (1995). Tree establishment and performance in a cool growing season arboretum. Arboriculture Journal 19, 357 – 371.

Percival, G. C. (2007). Pre-planting – getting to the root of the problem. June edition. Essential ARB 22, 18 – 24.

Percival, G. C., Gklavakis, E. & Noviss, K. (2009). The influence of pure mulches on survival, growth and vitality of containerised and field planted trees. Journal of Environmental Horticulture 27, 200 – 206.

Pinto, J. P., Marshall, J. D., Dumroese, R. K., Davis, A. S., & Cobos, D. R. (2011). Establishment and growth of container seedlings for reforestation: A function of stocktype and edaphic conditions. Forest Ecology and Management 261, 1876 – 1884.

Pouyat, R. V., Szlavecz, K., Yesilonis, I. D., Groffman, P. M. & Schwarz, K. (2010). Characteristics of urban soils. In: Aitkenhead-Peterson, J. and Volder, A. (eds.) Urban Ecosystem Ecology. American Society of Agronomy, pp. 119 – 152.

Pramono, A. A. dan Buharman (2004). Cendana (Santalum album Linn.). Atlas benih Tanaman Hutan Indonesia. Jilid II. Balai Teknologi Perbenihan.

Page 152: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM:Untuk Pembangunan Hutan dan Rehabilitasi Lahan

134

Pramono, A. A., Sudrajat, D. J., Nurhasybi, & Danu. (2016). Prinsip-prinsip Cerdas Usaha Pembibitan Tanaman Hutan. Jakarta: Penebar Swadaya.

Pusbanghut Perum Perhutani. (2007a). Standar operasional prosedur pembuatan persemaian jati plus Perhutani. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perum Perhutani. Cepu. 33p.

Pusbanghut Perum Perhutani. (2007b). Standar operasional prosedur pengelolaan kebun pangkas dan pembuatan bibit stek pucuk jati plus Perhutani. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perum Perhutani. Cepu. 51p.

Rachmawati, H., Iriantono, J. & Hansen, C. P. (2002). Gmelina arborea Roxb. Informasi Singkat Benih. Jakarta: Direktorat Perbenihan Tanaman Hutan.

Rana R. S., & Sood K. K., (2012). Effect of cutting diameter and hormonal application on the propagation of Ficus roxburghii Wall. through branch cuttings. Annals of Forest Research, 55(1), 69-84.

Rietveld, W. J. & Tinus, R. W. (1987). Alternative methods to evaluate root growth potential and measure root growth. Paper presented at the Intermountain Forest Nursery Association Meeting, Oklahoma, August 10 - 14, 1987.

Ritchie, G. A. (1984a). Root growth potential; principles, procedurs and predictive ability. In Duryea, M. L. Proceedings evaluation seedling quality; principles, procedurs and predictive abilities of mayor test. Oregon State University.Forest Research Laboratory.93-105.

Ritchie, G. A. (1984b). Assessing seedling quality. pp. 243 - 259. In Duryea, M. L. & Landis T. D. (eds.). Forest Nursery Manual: Production of Bareroot Seedlings. Martinus Nijhoff/Dr. W. Junk. Publishers. Hague/Boston/Lancaster. 386p.

Robert, E. H. (1973). Predicting of the storage life of seeds. Seed Science of Technology, 1, 499 - 514.

Roller, K. J. (1977). Suggested minimum standards for containerized seedlings in Nova Scotia. Can. For. Serv. Dept. Environ. Inf. Rep. M-X-69.

Page 153: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

DAFTAR PUSTAKA

135

Rose, R., Carson, W.C. & Morgan, P. (1990). The target seedling concept. In Rose, R., Campbell, S.J. & Landis, T.D. Eds. Target Seedling Symposium, 13-17 August 1990. Fort Collins, CO: USDA Rocky Mountain Forest and Range Experiment Station. pp. 1 - 8.

Rose, R., Haase, D. L., Kroiher, F. & Sabin, T. (1997). Root volume and growth of ponderosa pine and Douglas-fir seedlings. A Summary of eigth growing seasons.Western Journal of Applied Forestry. 12, 69 -7 3.

Rose, R. & Ketchum, J. S. (2003). Interaction of initial seedling diameter, fertilization, and weed control on Douglas-fir growth over first four years after planting. Annals of Forest Science. 60, 625 - 635.

Rowan, S. J. (1986). Seedbed density affects performance of slash and loblolly pine in Georgia. p. 126-135. In Proc International Symposium on Nursery Management Practices for the Southern Pines (D.B. South, ed.). Ala. Agric. Exp. Sta., Auburn University, AL.

Sakai, C. & Subiakto A. (2007). Manajemen persemaian KOFFCO system. Bogor: Kerjasama Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan-Komatsu-JICA. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam.

Santoso, U. & Nursandi, F. (2002). Kultur Jaringan Tanaman. Malang: UMM Pres.

Santoso, E, Turjaman, M. & Irianto, R.S.B. (2006). Aplikasi mikoriza untuk meningkatkan kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan terdegradasi. Prosiding Ekspose Hasil-Hasil Penelitian Konservasi dan Rehabilitasi Sumberdaya Hutan. Padang 20 September 2006. Badan Litbang Kehutanan.

Santoso, E, Pasaribu, H., Sitepu, R., Kumalawati, S. & Turjaman, M. (2007). Pembuatan biopot dan inokulasi mikoriza sebagai pupuk biologi. Laboratorium Mikrobiologi Hutan. Puslitbang Hutan dan Konservasi Alam. Bogor.

Sapulete, E. (1997). Perbanyakan Acacia crassicarpa melalui teknik kultur jaringan. Buletin Penelitian Kehutanan 13(3), 237 - 248.

Schmidt, L. (2002). Pedoman Penanganan Benih Tanaman Hutan Tropis dan Sub Tropis. Terjemahan. Jakarta: Kerjasama Direktorat Jenderal Rehabiltasi Lahan dan Perhutanan Sosial dengan Indonesia Forest Seed Project.

Page 154: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM:Untuk Pembangunan Hutan dan Rehabilitasi Lahan

136

SEAMEO-BIOTROP. (2014). Blok media semai, media penanaman bibit lebih praktis. SEAMEO BIOTROP, p. 4.

Sellmer, J. & Kuhns, L. (2007). Guide to selecting and specifying nursery stock. In: Kuser, J. E. (ed.) Urbanand Community Forestry in the Northeast. Second edition. Springer.

Semerci, A. (2005). Fifth Year Performance of morphologically graded Cedruslibani seedlings in the Central Anatolia Region of Turkey. Turkey Jurnal Agricultural and Forestry 29, 483-491.

Setiadi, Y. (1992). Mengenal Mikoriza, Rhizobium dan Aktinorizas untuk Tanaman Kehutanan. Bogor: Lab. Silvikultur Fakultas Kehutanan IPB.

Sharma, J. K. (2001a). Advantages of root trainer nursery over conventional polypot nursery.In Sharma, J.K. and M. Balasundaran, Root Trainer Technology for mass production of clonal planting stock. Kerala Forest Research Institute. KFRI Handbook No. 8. Kerala. India. pp. 5-7.

Sharma, J. K. (2001b). Different types of root trainer containers used in forest nurseries and their function and advantages. In Sharma, J.K. and M. Balasundaran Root Trainer Technology for mass production of clonal planting stock. Kerala Forest Research Institute. KFRI Handbook No. 8. Kerala. India. pp.8-22.

Sharma, R. K., Mason, E. G., & Sorensson, C. (2007). Impact of planting stock quality on initial growth and survival of radiata pine clones and modelling initial growth and survival. NZ Journal of Forestry, May 2007, 14-23.

Sianturi, R, D. & Sudrajat, D. J. (2019). Korelasi karakteristik bibit nyamplung (Calophyllum inophyllum L.) dengan pertumbuhan tanaman pada tingkat lapang. Jurnal WASIAN 6(1), 45-55.

Sidle, R. C., Ziegler, A. D., Negishi, J. N., Nik, A. R., Siew, R., & Turkelboom, F., (2006). Erosion processes in steep terrain -Truths, myths, and uncertainties related to forest management in Southeast Asia. Forest Ecology and Management 224 (1-2), 199-225.

Single, J. & Single, S. (2010). Good roots matter from day one. Sibbaldia: The Journal of Botanic Garden Horticulture8, 179–187.

Page 155: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

DAFTAR PUSTAKA

137

Smiley, E. T. (1999). Air excavation: the next arboricultural frontier. December edition. Arbor Age 19(12), 8–10.

SNI 5006.12: 2014. Tanaman Kehutanan bag 12 : Penanganan benih generatif tanaman hutan. Badan Standardisasi Nasional (BSN). Jakarta.

Solotaroff, W. (1911). Shade Trees in Towns and Cities. New York: John Wiley & Sons.

South, D. B., Mexal, J.G. & Van Buijtenen, J.P. (1989). The relationship between seedling diameter and planting and long term growth of Loblolly Pine seedlings in East Texas. In Proc. 10th North Am. Forest Biology Workshop, August, 1989. Univ. British Columbia, Vancouver, B.C., Canada. p 192 – 199.

South, D.B. & Mitchell, R. J. (1999). Determining the optimum slash pine seedling size for use with four levels of vegetation management on a flatwoods site in Georgia, USA.Canadian Journal of Forest Research 29(7), 1039-1046.

Struve, D. K. (1990). Root regeneration in transplanted deciduous nursery stock. Hort Science 25, 266–270.

Sudrajat, D. J. (2010a). Dormansi benih tanaman hutan (tinjauan mekanisme, pengendali dan teknik pematahannya) untuk mendukung pengembangan hutan rakyat. Prosiding seminar hasil-hasil penelitian, Bandung 20 Oktober 2010. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peningkatan Produktivitas Hutan, Balai Penelitian Teknologi Perbenihan Bogor. Bogor.

Sudrajat, D. J. (2010b). Tinjauan standar mutu bibit tanaman hutan serta penerapannya di Indonesia. Tekno Hutan Tanaman, 3(3), 85-97.

Sudrajat, D. J., Kurniaty, R., Syamsuwida, D., Nurhasybi, & Budiman, B. (2010). Kajian standardisasi mutu bibit tanaman hutan di Indonesia. Seri Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan 2010, ISBN 978-979-3539-20-1.

Sudrajat, D. J. (2017). Klasifikasi dan karakterisasi benih rekalsitran dan intermediet. Dalam bunga rampai karakterisasi dan prinsip penanganan benih tanaman berwatak rekalsitran dan intermediet. Bogor: IPB Press. pp 5-28.

Page 156: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM:Untuk Pembangunan Hutan dan Rehabilitasi Lahan

138

Suharti, S., Ginoga, K. L., Murniati, Octavia, D., & Windyoningrum, A. (2017). Langkah Strategis Menuju Percepatan Realisasi Capaian Program Perhutanan Sosial. Policy Brief Volume 11 No. 08 Tahun 2017. Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial, Ekonomi, Kebijakan dan Perubahan Iklim.

Suita, E. & Nurhasybi. (2008). Pengaruh Ukuran Benih Terhadap Perkecambahan dan Pertumbuhan Bibit Tanjung (Mimusopselengi L.). Jurnal Manajemen Hutan Tropika. 14(1), 41 - 46.

Suita, E., Nurhasybi & Darwo. (2013). Respon perkecambahan dan pertumbuhan bibit weru (Albizia procera Benth) berdasarkan hasil seleksi benih. Jurnal Penelitian Hutan Tanaman, 10 (4).

Suita, E., Sudrajat, D. J., & Kurniaty, R. (2017). Pertumbuhan bibit kaliandra pada beberapa komposisi media di persemaian dan lapangan. Jurnal Penelitian Hutan Tanaman, 14(1), 73 – 84.

Suita, E., Sudrajat, D. J. & Nurhasybi. (2018). Pertumbuhan bibit sengon merah (Albizia chinensis (Osbeck) Merr.) pada media semai cetak dan perbandingannya dengan bibit polibag. Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacea, 7(2), 141 – 149.

Thompson, B. E. (1985). Seedling morphological evaluation: what you can tell by looking. In Duryea, M.L. Proceedings evaluation seedling quality; principles, procedurs and predictive abilities of mayor test. Oregon State University. Forest Research Laboratory. pp. 59 - 71.

Thompson, J. R. & Schultz, R.C.. (1995). Root system morphology of Quercus rubra L. planting stock and 3-year field performance in Iowa. New Forest 9, 225 -236.

Tikupadang, H., Nursyamsi, Toaha, A. Q., Hajar, & Palalunan. (2011). Pemanfaatan mikoriza dalam biopoting untuk mendukung bioreklamasi lahan bekas tambang kapur. Laporan Hasil Penelitian Balai Kehutanan Makassar. Makassar: Balai Penelitian dan Pengembangan Kehutanan.

Tiwari, S. K., Tiwari, K. P. & Siril, E. A. (2002). An Improved Micropropagation Protocol for Teak. Plant Cell, Tissue, and Organ Culture 71, 1 - 6.

Tripp, R. (1997). New seeds and old laws. London: Intermediate Technology Publications. London.

Page 157: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

DAFTAR PUSTAKA

139

Trubat, R., Cortina, J, & Vilagrosa, A. (2010). Nursery fertilization affect seedling traits but not field performance in Quercus suber L. Journal of Arid Environments 74, 491 - 497.

Trubat, R., Cortina, J. & Vilagrosa, A. (2011). Nutrient deprivation improves field performance of woody seedlings in a degraded semi-arid shrub land. Ecol. Eng. doi:10.1016/j.ecoleng.2011.02.015

Van den Driessche, R. (1984). Relationship between spacing and nitrogen fertilization of seedlings in the nursery, seedling mineral nutrition and outplanting performance. Can.adian Journal of Foreast Research. 14, 431 -436.

Van der Meer, C. (2002). Challenges and limitations of the market. Jurnal of New Seeds. 4(1/2), 65 - 75.

Van Gastel, T. J. G., Gregg, B. R. & Asiedu, E. A. (2002). Seed quality control in developing countries. Jurnal of New Seeds. 4(1/2), 65 - 75.

Vaverková, M., Adamcová, D., Kotovicová, J., & Toman, F. (2014). Evaluation of biodegradability of plastics bags in composting conditions. Ecological Chemistry and Engineering S, 21(1), 45 – 57. https://doi.org/10.2478/eces-2014-0004.

Venator, C. R. (1983). First-year survival of morphologically graded loblolly pine seedlings in Central Louisiana. Tree Planters’ Notes 34(4), 34 - 36.

Wakeley, P. C. (1954). Planting the Southern Pines. Agriculture Monograf No. 18. USDA Forest Service.Washinton D. C. p 233.

Wang, B. S. P., Charest, P. J. & Downie, B. (1993). Ex-situ Storage of Seeds, Pollen and In-vitro Cultures of Perennial Woody Plant Species. Rome: FAO. P. 41 - 57.

Wareing, P. F. & Phillips, I. D. J. (1976). The Control of Growth and Differentiation in Plants. NewYork-Sidney-Paris-Frankfurt: Pergamon Press.

Watson, G. W. (1994). Root growth response to fertilizers. Journal of Arboriculture 20, 4 – 8.

Wattimena, G. A. (1992). Bioteknologi Tanaman. Bogor: PAU Bioteknologi IPB.

Page 158: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM:Untuk Pembangunan Hutan dan Rehabilitasi Lahan

140

White, J. B. (1979). Longleaf pine survival influenced by seedling size and length of storage. In Balmer W. E. (Ed.).Longleaf pine workshop. USDA Forest Service Technical Publication SA-TP3. Mobile, AL. pp. 26-29.

Wilson, B. C. & Jacobs, D. F. (2004). Electrolyte Leakage from stem tissue as an indicator of hardwood seedling physiological status and hardiness. In Proceeding of the Fourteenth Central Hardwood Foreast Conference. Wooster, O.H., 16-19 March 2004. USDA Forest Service. pp. 373 - 381.

Wilson, B. C. & Jacobs, D. F. (2005). Quality assessment of hardwood seedings. Indiana: Hardwood Tree Improvement and Regeneration Center, Purdue University.

Wisconsin DNR Forestry Nursery. (2008). A step by step guide to planting and maintaining trees. In Young, N. Matching trees to planting site. USAID/USDA Natural Resources Conservation Centre.

Yuniarti, N. 1996. Pemilihan metode dan media uji perkecambahan benih takir (Duabanga moluccana). Laporan Uji Coba 206. Bogor: Balai Teknologi Perbenihan. Bogor. 40p.

Yuniarti, N. dan Syamsuwida, D. (2004). Kayu kuku (Pericopsis mooniana Thw.). Atlas benih Tanaman Hutan Indonesia. Jilid II. Balai Teknologi Perbenihan.

Yuniarti, N., & Nurhasybi, N. (2015). Viability and biochemical content changes in seed storage of jabon putih (Anthocephalus cadamba (Roxb) Miq.). Jurnal Manajemen Hutan Tropika, 21(2), 92 – 98. DOI: 10.7226/jtfm.21.2.92.

Zainudin, S. R., Awang, K., & Hanif, A. H. B. M. (2003). Effects of combined nutrient and water stress on the growth of Hopea odorata Roxb. and Mimusops elengi Linn. seedlings. Journal of Arboriculture, 29, 79–84.

Zandstra, J. W., & Liptay, A. (1999). Nutritional effects on transplant root and shoot growth – a review. Acta Horticulturae, 504, 23–32

Zanzibar, M. (2004). Kepuh (Sterculia foetida Linn.). Atlas benih Tanaman Hutan Indonesia. Jilid II. Balai Teknologi Perbenihan.

Page 159: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

DAFTAR PUSTAKA

141

Zanzibar, M. (2010). Teknologi penanganan benih untuk peningkatan produktivitas hutan rakyat. Prosiding seminar hasil-hasil penelitian, Bandung 20 Oktober 2010. Bogor: Balai Penelitian Teknologi Perbenihan Bogor.

Zida, D., Tigabu, M., Sawadogo, L., & Oden, P. C. (2007). Initial seedling morphology characteristics and field performance of two Sudanian savanna species in relation to nursery production periods and watering regimes. Forest Ecology and Management, 255, 2151-21

Page 160: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81
Page 161: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

LAMPIRAN

Lampiran 1. Kesesuaian tumbuh beberapa jenis tanaman hutan

Nama botani Morfologi pohon

Kesesuaian tempat tumbuh Pustaka

Acacia crassicarpa

Tinggi pohon dapat mencapai 25-30 m, batang bebas cabang 13-18 m, diameter sampai 50 cm.

Tumbuh di daerah tropis lembap dan sub-lembap dengan ketinggian 0-200 (-450) m dpl. Curah hujan tahunan di habitat alaminya mulai dari 500-3.500 mm. Suhu minimum rata-rata 15-22°C dan maksimum 31-34°C. Toleran terhadap garam dan salinitas tanah. Tumbuh pada berbagai jenis tanah, dari pasir pantai berkapur, yang berasal dari granit, tanah merah pada batuan vulkanik dasar hingga tanah alluvial dan colluvial yang berasal dari berbagai materi induk.

Hanum et al. (1997)

Page 162: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM:Untuk Pembangunan Hutan dan Rehabilitasi Lahan

144

Nama botani Morfologi pohon

Kesesuaian tempat tumbuh Pustaka

Acacia auriculiformis

Tinggi pohon 8-20 m, pada tapak yang baik dapat mencapai 35 m.

Tumbuh pada dataran rendah yang lembap dan panas, curah hujan tahunan rata-rata 800-2.500 mm dan suhu rata-rata 20-30°C. Dapat tumbuh di tempat asam dan bekas tambang dengan pH 3 hingga pantai berpasir basa dengan pH 8-9.

Joker (2001)

Acacia mangium Tinggi pohon hingga 30 m, bebas cabang dapat lebih dari setengah tinggi pohon dengan diameter hingga 50 cm.

Jenis ini tumbuh pada tanah lempung berpasir, toleril terhadap tanah asam dan drainase jelek, pada ketinggian 0 - 700 m dpl, curah hujan lebih dari 1.600 mm per tahun,

Wadsworth (1997), Joker (2001).

Adenanthera microsperma

Tinggi pohon dapat mencapai 30-40 m, batang bebas cabang 16 m, diameter 100-200 cm.

Tersebar di hutan hujan primer dan sekunder, hijau sepanjang tahun, juga ada di vegetasi seperti savana terbuka, tumbuh dari permukaan laut hingga ketinggian 900 m dpl, tumbuh pada berbagai jenis tanah termasuk pasir, tanah liat, batu kapur dan batuan lainnya.

Hong & Prawirohatmodjo (1998)

Lampiran 1. Kesesuaian tumbuh beberapa jenis tanaman hutan (lanjutan)

Page 163: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

LAMPIRAN

145

Nama botani Morfologi pohon

Kesesuaian tempat tumbuh Pustaka

Agathis loranthifolia

Tinggi pohon dapat mencapai 55m, batang bebas cabang 12-25 m, diameter 150 cm atau lebih

Tumbuh di hutan primer pada tanah berpasir, berbatu batu atau liat yang selamanya tidak digenangi air,dengan ketinggian tempat 100-1600 mdpl, curah hujan : 2000- >3000mm, suhu 19-28ºC, memerlukan solum tanah dalam, pH asam-netral, drainase baik dan toleran terhadap tanah padat dan asam.

Martawijaya et al. (1981)

Albasia chinensis Tinggi pohon 30-43 m dan diameter batang 70-140 cm.

Tumbuh di hutan hujan dan hutan tropis campuran di iklim tropis basah dan subtropis dengan curah hujan tahunan bervariasi dari 1000 - 5000 mm. Tumbuh juga di hutan sekunder, di sepanjang tepi sungai, dan di savana hingga ketinggian 1800 m dpl. Dapat tumbuh dengan tanah yang miskin, pH tinggi, cukup toleran terhadap garam dan tumbuh subur di tanah aluvial laterit dan area penambangan berpasir.

Hanum et al. (1997)

Lampiran 1. Kesesuaian tumbuh beberapa jenis tanaman hutan (lanjutan)

Page 164: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM:Untuk Pembangunan Hutan dan Rehabilitasi Lahan

146

Nama botani Morfologi pohon

Kesesuaian tempat tumbuh Pustaka

Alstonia scholaris Tinggi pohon 40- 45m, panjang batang bebas cabang 6-30 m, diameter 40-60 cm

Tumbuh pada tanah liat dan tanah berpasir yang kering atau digenangi air dan terdapat juga pada lereng bukit berbatu.Tumbuh pada ketinggian 0-1000 m dpl, di hutan hujan tropis dengan tipe curah hujan A sampai C, curah hujan 1000- 4000 mm per tahun, suhu : 19-33°C, pH asam-netral.

Ministry of Primary Industries, Malaysia (1983), Martawijaya et al. (1981)

Aleurites moluccana

Tinggi pohon sampai 35 m, batang bebas cabang 9-14 m, diameter sampai 100 cm

Tumbuh di daerah yang beriklim kering pada tanah yang agak subur, sarang dan dalam atau pada tanah berbatu, pada ketinggian 0-1000 m dpl dengan tipe curah hujan B-C. Pada tanah liat pertumbuhannya kurang baik.

Martawijaya et al. (1989)

Lampiran 1. Kesesuaian tumbuh beberapa jenis tanaman hutan (lanjutan)

Page 165: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

LAMPIRAN

147

Nama botani Morfologi pohon

Kesesuaian tempat tumbuh Pustaka

Artocarpus heterophyllus

Tinggi pohon hingga 15 m, diameter sampai 50 cm, bercabang rendah.

Tanaman ini telah tersebar hampir keseluruh dunia, terutama ke daerah-daerah yang beriklim tropik pada ketinggian 0-1600 m dpl. Umumnya berada di daerah beriklim E (kering) dengan bulan kering 6-7 bulan/tahun. Dengan curah hujan lebih dari 1500 mm/tahun, pada tanah aluvial, tanah liat berpasir atau liat berlempung, pH 6,0-7,5, cukup air dan mempunyai drainase yang baik.

Ministry of Primary Industries, Malaysia, (1978)

Aquilaria malaccensis

Tinggi pohon sampai 15-18 m, diameter sampai 50 cm

Dapat tumbuh pada tanah-tanah tinggi, dengan curah hujan tipe A, suhu berkisar antara 20-30 0C, kelembaban udara 77-85% dan topografi datar sampai bergelombang.

Heyne (1987)

Lampiran 1. Kesesuaian tumbuh beberapa jenis tanaman hutan (lanjutan)

Page 166: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM:Untuk Pembangunan Hutan dan Rehabilitasi Lahan

148

Nama botani Morfologi pohon

Kesesuaian tempat tumbuh Pustaka

Avicennia sp. Tinggi pohon sampai 30 m, batang bebas cabang 5-10 m, diameter 60-160 cm

Tumbuh di pinggiran mangrove, sepanjang aliran sungai atau sungai pasang surut. Termasuk tumbuhan pionir yang mampu melakukan kolonisasi dengan cepat. Avicennia sangat toleran terhadap kondisi hipersalin, dan toleransi sangat luas terhadap salinitas, suhu, posisi intertidal, dan substrat (lumpur sampai berbatu)

Hong dan Prawirohatmodjo (1998)

Azadirachta indica

Tinggi pohon lebih dari 15 m, jarang mencapai 25 m.

Hidup pada rentang suhu dan curah hujan sangat lebar. Tahan hidup pada daerah iklim monson dengan musim kering yang lama dan curah hujan tahunan 450-2.250 mm. Banyak dijumpai pada ketinggian 0-700 m dpl, tetapi dapat juga tumbuh pada ketinggian di atas 1.500 m dpl apabila suhunya tidak terlalu tinggi. Dapat tumbuh pada lokasi dengan berbagai tipe tanah tetapi tidak pada daerah bergaram, tergenang atau tanah liat.

Joker (2001)

Lampiran 1. Kesesuaian tumbuh beberapa jenis tanaman hutan (lanjutan)

Page 167: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

LAMPIRAN

149

Nama botani Morfologi pohon

Kesesuaian tempat tumbuh Pustaka

Azadirachta excelsa

Tinggi pohon mencapai 50 m, diameter sampai 125 cm.

Tumbuh pada ketinggian 0 - 250 m dpl, curah hujan 1500 - 2000 mm/tahun, tanah yang subur dan pasir lempung atau lempung berpasir dengan pH 5,0 - 6,5 dan dengan profil yang dalam.

Kijkar dan Boontawee (1995), Joker (2002)

Bruguera sexangula

Tinggi pohon mencapai 33 m dan diameter batang 65-80 cm.

Tumbuh di pedalaman hutan bakau yang tidak sering terendam, dan dapat ditemukan di sepanjang tepi sungai. Kadang-kadang ditemukan di pantai berpasir. Tumbuh di tanah sedikit bergaram dan pada tanah mudah dikeringkan.

Hanum et al. (1997)

Calophyllum inophyllum

Tinggi pohon sampai 30 m, batang bebas cabang 21 m, diameter 80 cm atau lebih

Tumbuh dalam hutan hujan tropis dengan tipe curah hujan A dan B, pada tanah berawa dekat pantai sampai pada tanah kering, dengan ketinggian sampai 800 m dpl

Martawijaya et al. (1981)

Lampiran 1. Kesesuaian tumbuh beberapa jenis tanaman hutan (lanjutan)

Page 168: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM:Untuk Pembangunan Hutan dan Rehabilitasi Lahan

150

Nama botani Morfologi pohon

Kesesuaian tempat tumbuh Pustaka

Caliandra callothyrsus

Tinggi pohon1,5 –12 m dan diameter batang dapat mencapai 30 cm.

Rata-rata tumbuh pada ketinggian 0-1300, tetapi dapat tumbuh sampai 1850 m dpl di daerah-daerah dengan dan rata-rata curah hujan tahunan 700-3000 mm. Di Jawa tumbuh hingga ketinggian 1500 m dpl, tumbuh terbaik antara 250-800 m dpl di daerah dengan curah hujan tahunan 2000-4000 mm dan periode kering 3-6 bulan. Tanaman membutuhkan suhu tahunan rata-rata 20-28°C. Tumbuh di berbagai jenis tanah, terutama cambisols, acrisols dan nitosols dengan kondisi tanah mulai dari subur ke relatif tidak subur dan dari asam ke basa ringan, juga dapat ditemukan pada andosol, tanah liat berpasir yang dangkal atau tererosi atau endapan aluvial.

Hanum et al. (1997)

Lampiran 1. Kesesuaian tumbuh beberapa jenis tanaman hutan (lanjutan)

Page 169: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

LAMPIRAN

151

Nama botani Morfologi pohon

Kesesuaian tempat tumbuh Pustaka

Casuarina junghuniana

Tinggi pohon15–25(-35) m dan diameter batang 30-50(-65) cm.

Tumbuh secara alami di lereng gunung berapi di ketinggian 1500-3100 m dpl tetapi juga di dataran rendah di tempat kering. di Indonesia bagian timur, terutama di Timor, tumbuh dekat permukaan laut hingga ketinggian 550 m dpl. Curah hujan di habitat alami adalah berkisar antara 700-1500 mm. Rata-rata suhu maksimum bulanan berkisar dari 25-28° C, suhu minimum bulan terdingin dari 19-22° C. Tanaman ini tahan kekeringan dan dapat bertahan lama di genangan air. Tumbuh di berbagai jenis tanah, mulai dari tanah gunung berapi dan tanah berpasir ke tanah liat. Toleran terhadap rentang pH yang luas, dari 2,8 dalam tanah liat asam hingga 8,0.

Hanum et al. (1997)

Lampiran 1. Kesesuaian tumbuh beberapa jenis tanaman hutan (lanjutan)

Page 170: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM:Untuk Pembangunan Hutan dan Rehabilitasi Lahan

152

Nama botani Morfologi pohon

Kesesuaian tempat tumbuh Pustaka

Diospyros celebica Tinggi pohon sampai 40 m, panjang batang bebas cabang 10-20 m, diameter sampai 100 cm

Tumbuh pada berbagai tipe tanah, pada tanah berbatu, berpasir, berkapur, tanah latosol atau podsolik merah kuning, asalkan cukup sarang dan tidak terlalu asam dengan iklim basah.

Martawijaya et al. (1981)

Dipterocarpus sp. Tinggi pohon dapat mencapai 50 m, panjang batang bebas cabang sampai 35 m, diameter dapat mencapai 120 cm

Tumbuh di hutan hujan tropis dengan tipe curah hujan A dan B. Tumbuh di tempat yang sewaktu-waktu digenangi air tawar dan ditanah rawa, tetapi lebih banyak tumbuh pada tanah daratan kering di punggung bukit pada tanah berpasir, tanah liat, tanah berbatu, latosol atau podsolik merah kuning pada ketinggian sampai 1000 m dpl.

Martawijaya et al. (1981)

Duabanga moluccana

Tinggi pohon 25-45 m.

Tumbuh pada ketinggian 0 - 1000 m dpl, curah hujan per tahun lebih dari 1.600 mm, tolerir keasaman dan drainase yang terhambat tetapi tidak merusak tanah.

Heyne (1987), Wadsworth (1997)

Lampiran 1. Kesesuaian tumbuh beberapa jenis tanaman hutan (lanjutan)

Page 171: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

LAMPIRAN

153

Nama botani Morfologi pohon

Kesesuaian tempat tumbuh Pustaka

Dyera lowii Tinggi pohon 25-45 m, panjang batang bebas cabang 15-30 m, diameter sampai 100 cm

Tumbuh di hutan hujan tropis dengan tipe curah hujan A dan B, pada tanah berpasir, tanah liat atau tanah rawang. Daratan bergelombang pada ketinggian 20-800 m dpl

Martawijaya et al. (1981)

Dryobalanops aromatica

Tinggi pohon umumnya berkisar 35-45 m dan dapat mencapai 60 m, panjang batang bebas cabang 30 m atau lebih, diameter 80-100 cm

Tumbuh pada hutan hujan tropis tanah rendah dengan tipe curah hujan A dan B, pada tanah daratan kering, datar dan sarang, pada ketinggian 60-400 m dpl

Martawijaya et al. (1981)

Enterobium cyclocarpum

Tinggi pohon mencapai 40 m, umumnya memiliki tinggi bebas cabang rendah (4-5 m), diameter dapat mencapai 150 cm.

Jenis ini tumbuh pada ketinggian 0-1000 m dpl dengan curah hujan 600-4800 mm/th. Tumbuh pada tanah berlapisan dalam, drainase baik. Toleran terhadap tanah berpasir dan asin tapi bukan pada tanah berlapisan dangkal. Tahan terhadap suhu dingin dan terpaan angin.

Martawijaya et al. (1989)

Lampiran 1. Kesesuaian tumbuh beberapa jenis tanaman hutan (lanjutan)

Page 172: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM:Untuk Pembangunan Hutan dan Rehabilitasi Lahan

154

Nama botani Morfologi pohon

Kesesuaian tempat tumbuh Pustaka

Eucalyptus deglupta

Tinggi pohon 40 m, panjang batang bebas cabang 25 m, diameter 100 cm atau lebih

Tumbuh asli di Sulawesi pada ketinggian 0-600 m dpl, sedangkan di Irian Jaya sampai ketinggian 1.000 m. Di Jawa tumbuh baik pada ketinggian 0-1.000 m dpl. Leda menghendaki tanah yang subur, dalam dan sarang, mengandung pasir atau abu vulkanis, pada tipe curah hujan A-B sampai C.

Martawijaya et al. (1989)

Eucalyptus pellita Tinggi pohon 40 m, tinggi batang bebas cabang sampai 25 m dan diameter batang 100 cm atau lebih.

Tumbuh pada ketinggian 0 - 1000 m dpl, curah hujan per tahun 2300 - 2.400 mm, tumbuh pada tanah yang berat dan masam.

Wadsworth (1997), Hendromono et al. (2006)

Eucalyptus urophylla

Tinggi pohon 45-55 m, tinggi batang bebas cabang sampai 30 m dan diameter batang 1-2 m.

Tumbuh pada ketinggian 0 - 1600 m dpl, curah hujan per tahun 1200 - 4800 mm, tanah dalam drainase baik, tanah berpasir dan tolerir tanah asam. Di Nusa Tenggara, kondisi yang lebih kering dengan curah hujan 600-1500 mm, dan musim kering 5-8 bulan.

Wadsworth (1997)

Hanum et al. (1997)

Lampiran 1. Kesesuaian tumbuh beberapa jenis tanaman hutan (lanjutan)

Page 173: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

LAMPIRAN

155

Nama botani Morfologi pohon

Kesesuaian tempat tumbuh Pustaka

Eusideroxylon zwagery

Tinggi pohon mencapai 35 m, tinggi batang bebas cabang 5-20 m. diameter 100 cm atau lebih.

Tumbuh pada tanah kering yang sarang, pada tanah liat dan tanah endapan batuan pasir, pada lapangan datar, miring atau bergelombang ringan. Jenis ini memerlukan iklim basah dengan tipe curah hujan A pada dataran rendah sampai ketinggian 400 m dpl.

Martawijaya et al. (1989)

Ficus benyamin Tinggi pohon mencapai 40-50 m, diameter 100-190 cm.

Tumbuh di hutan hujan dataran rendah, baik sebagai kanopi dan pohon ternaungi (understorey). Tanaman ini sering ada di rawa payau di belakang mangrove. Jenis ini umumnya ditemukan di bawah ketinggian 1500 m dpl, beberapa antara 1500 - 2750 m dpl atau langka hingga 3200 m dpl.

Hong dan Prawirohatmodjo (1998)

Lampiran 1. Kesesuaian tumbuh beberapa jenis tanaman hutan (lanjutan)

Page 174: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM:Untuk Pembangunan Hutan dan Rehabilitasi Lahan

156

Nama botani Morfologi pohon

Kesesuaian tempat tumbuh Pustaka

Ficus variegata Tinggi phon mencapai 40-50 m, diameter 100-190 cm.

Jenis Ficus umumnya tumbuh di hutan hujan dataran rendah, baik sebagai kanopi dan pohon understorey. ficus tidak terjadi di vegetasi mangrove tetapi sering ada di rawa payau di belakang mangrove. Spesies ficus umumnya ditemukan di bawah ketinggian 1500 m, beberapa antara 1500 dan 2750 m atau langka hingga 3200 m. banyak spesies yang epifit.

Hong dan Prawirohatmodjo (1998)

Fragraera fragrans

Tinggi pohon mencapai 40 m, tinggi batang bebas cabang 25 m. diameter 80 cm atau lebih.

Tumbuh pada tanah datar dan sarang atau di tempat yang tidak terlalu lama digenangi air, pada tanah pasir atau tanah liat berpasir. Jenis ini menghendaki iklim basah sampai agak kering dengan tipe curah hujan A sampai B, pada ketinggian 0-500 m dpl.

Martawijaya et al. (1989)

Lampiran 1. Kesesuaian tumbuh beberapa jenis tanaman hutan (lanjutan)

Page 175: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

LAMPIRAN

157

Nama botani Morfologi pohon

Kesesuaian tempat tumbuh Pustaka

Gmelina arborea Tinggi pohon dapat mencapai 30-40 m, diameter rata-rata 50 cm, kadang bisa mencapai 140 cm

Tumbuh pada ketinggian 0 - 800 m dpl, dengan curah hujan tahunan 1.000 - 2.500 mm.

Tumbuh pada tanah dengan solum dalam, subur, telolir pada tanah yang dangkal, berpasir, atau berat dan keasaman tetapi tidak menghambat drainase

Wadsworth (1997), Rachmawati et al. (2002)

Hibiscus macrophyllus

Tinggi pohon mencapai 30 m, diameter 80 cm, tinggi bebas cabang 12 m.

Tumbuh pada daerah yang memiliki ketinggian tempat kurang dari 800 m dpl pada tipe iklim A-C, kelembapan 70-90%, suhu 20-28°C, curah hujan 1500-3000 mm/tahun. Tumbuh pada berbagai jenis tanah : podsolik merah kuning, alluvial.

pH tanah asam hingga netral.

Mindawati et al. (2010)

Lampiran 1. Kesesuaian tumbuh beberapa jenis tanaman hutan (lanjutan)

Page 176: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM:Untuk Pembangunan Hutan dan Rehabilitasi Lahan

158

Nama botani Morfologi pohon

Kesesuaian tempat tumbuh Pustaka

Instia bijuga Tinggi pohon mencapai 40 m, diameter sampai 100 cm, tinggi bebas cabang 4-30 m.

Tumbuh baik pada tanah lembab yang kadang-kadang digenangi air dan dapat juga tumbuh pada tanah kering, tanah berpasir dan tanah berbatu, baik tanah datar maupun tanah miring. Jenis ini memerlukan iklim basah sampai iklim kering dengan tipe curah hujan A-D, pada dataran rendah dengan ketinggian 0-50m dpl

Martawijaya et al. (1989)

Lagerstoemia speciosa

Tinggi pohon mencapai 30 m, diameter 90 cm, tinggi bebas cabang 17 m.

Tumbuh pada tanah basah atau tanah yang kadang-kadang digenangi air, tetapi tidak tumbuh pada tanah gambut. Jenis ini dapat pula tumbuh pada tanah kering yang kurang subur dan pada tanah alang-alang baik pada tanah liat maupun tanah liat berpasir. Menghendaki iklim basah hingga agak kering dengan tipe curah hujan C pada ketinggian 0-800 m dpl

Martawijaya et al. (1989)

Lampiran 1. Kesesuaian tumbuh beberapa jenis tanaman hutan (lanjutan)

Page 177: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

LAMPIRAN

159

Nama botani Morfologi pohon

Kesesuaian tempat tumbuh Pustaka

Maesopsis eminii Tinggi pohon mencapai 45 m dengan batang bebas cabang 2/3 tinggi total.

Tumbuh pada ketinggian 100 - 1500 m dpl, curah hujan per tahun berkisar 1.200 - 3.000 mm. Tanah dengan solum dalam, subur, tolerir terhadap tanah asam.

Wadsworth (1997), Joker (2002), Departemen Kehutanan (2004)

Magnolia blumei (sinonim: Manglieta glauca)

Tinggi maksimum 40 m, diameter 150 cm, tinggi bebas cabang 23 m.

Banyak dijumpai di daerah dengan ketinggian tempat antara 450-2400 m dpl pada tanah berpasir atau tanah liat dengan kondisi lingkungan yang lembab. Di Jawa Barat dijumpai pada ketinggian 1100-1400 m dpl pada suhu 15-28°C. Curah hujan yang diperlukan 1100-3000 mm/tahun.

Mindawati et al. (2010)

Magnolia champaca

Tinggi pohon sampai 60 m, diameter sampai 80-115 cm

Tersebar di dataran rendah atau pegunungan, hutan hujan primer, hingga ketinggian 2.800 m dpl. Habitat biasanya tumbuh baik di daerah kering tetapi kadang-kadang tergenang air dan berawa

Hong dan Prawirohatmodjo (1998)

Lampiran 1. Kesesuaian tumbuh beberapa jenis tanaman hutan (lanjutan)

Page 178: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM:Untuk Pembangunan Hutan dan Rehabilitasi Lahan

160

Nama botani Morfologi pohon

Kesesuaian tempat tumbuh Pustaka

Manilkara kauki Tinggi pohon hingga 20 m.

Jenis ini tumbuh di kawasan pantai yang berpasir dan pulau-pulau karang juga tersebar di kawasan hutan bakau yang berbatasan dengan daratan (pesisir).

Heyne (1987), Martawijaya et al. (1989)

Melia azedarach Tinggi pohon sampai 40 m, panjang batang bebas cabang 20m, diameter sampai 185 cm

Seringkali tumbuh pada tanah tertier, pada tanah liat, berbatu atau berpasir vulkanis, di bukit-bukit rendah sampai ketinggian 1000 m dpl, pada daerah dengan tipe curah hujan A-C

Martawijaya et al. (1989)

Mimosops elengi Tinggi pohon sampai 25 m, panjang batang bebas cabang 8-17 m, diameter sampai 100 cm

Tanaman ini tumbuh pada bermacam-macam jenis tanah, mulai dari dataran rendah sampai pada ketinggian 600 m dpl, dengan tipe curah hujan A dan B. Jenis ini dapat hidup tanpa zat asam dalam tanah selama kira-kira 67 hari.

Martawijaya et al. (1989)

Lampiran 1. Kesesuaian tumbuh beberapa jenis tanaman hutan (lanjutan)

Page 179: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

LAMPIRAN

161

Nama botani Morfologi pohon

Kesesuaian tempat tumbuh Pustaka

Neolamarckia cadamba (sin. Anthocephalus cadamba, A. chinensis)

Tinggi pohon sampai 45 m, batang bebas cabang 30 m, diameter sampai 100 cm

Tumbuh pada ketinggian 0-1000 m dpl dengan curah hujan kurang dari 1920 mm/tahun. Tumbuh pada tanah aluvial lembap di pinggir sungai dan di daerah peralihan antara tanah rawa dan tanah kering yang kadang-kadang digenangi air. Toleran terhadap tanah asam dan berdrainase jelek tetapi bukan pada tanah tererosi.

Martawijaya et al. 1989,

Sudrajat (2016)

Neolamarckia macrophilla (sin. Antocephalus macrophyllus).

Tinggi pohon sampai 45 m, batang bebas cabang 30 m, diameter sampai 100 cm

Selain itu dapat juga tumbuh dengan baik pada tanah liat, tanah lempung pada ketinggian 0-1000 m dpl.

Octomeles sumatrana

Tinggi pohon dapat mencapai 45 m atau lebih, panjang batang bebas cabang sampai 30 m, diameter sampai 90 cm atau lebih

Tumbuh pada ketinggian 0 - 600 m dpl, curah hujan per tahun lebih dari 1600 mm, tanah ringan, tolerir pada tanah liat dan tanah liat berpasir. Tumbuh pada tanah kering, atau kadang-kadang pada tanah lembab dipinggir sungai dengan tekstur tanah liat atau tanah liat berpasir. Jenis ini menghendaki iklim basah hingga agak kering dengan tipe curah hujan A-C.

Wadsworth (1997), Martawijaya et al. (1989)

Lampiran 1. Kesesuaian tumbuh beberapa jenis tanaman hutan (lanjutan)

Page 180: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM:Untuk Pembangunan Hutan dan Rehabilitasi Lahan

162

Nama botani Morfologi pohon

Kesesuaian tempat tumbuh Pustaka

Palaquium spp. Tinggi pohon 30 – 45 m, panjang batang bebas cabang 15-30 m, diameter 50- 100 cm

Jenis ini tumbuh pada ketinggian 20-500 m dpl pada tanah berawa dan sebagian pada tanah kering, dengan jenis tanah berpasir atau tanah liat, di daerah banyak hujan.

Martawijaya et al. (1981)

Falcataria moluccana (sin. Paraserianthes falcataria)

Tinggi phon mencapai 40 m, panjang batang bebas cabang 10-30 m, diameter sampai 80 cm.

Tumbuh pada ketinggiaan <1600 m dpl, curah hujan tahunan 2000 – 4000 mm, suhu 19-28° C, tanah bersolum sedang hingga dalam, pH asam hingga netral. Tumbuh pada tanah yang tidak subur dan agak sarang, tanah kering maupun becek atau agak asin. Tanaman muda tahan kekurangan zat asam sampai 31,5 hari. Jenis ini menghendaki iklim basah sampai agak kering, pada dataran rendah hingga ke pegunungan.

Departemen Kehutanan (2004), Martawijaya et al. (1989)

Pericopsis mooniana

- Tumbuh di hutan hujan dataran rendah, yang tumbuh tidak jauh dari pantai atau rawa sampai ketinggian 100 m dpl.

Yuniarti dan Syamsuwida (2004)

Lampiran 1. Kesesuaian tumbuh beberapa jenis tanaman hutan (lanjutan)

Page 181: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

LAMPIRAN

163

Nama botani Morfologi pohon

Kesesuaian tempat tumbuh Pustaka

Peronema canescens

Tinggi pohon 20-25 m, panjang batang bebas cabang sampai 15 m, diameter dapat mencapai 60 cm atau lebih.

Tumbuh pada ketinggian 0-700 m dpl, curah hujan >3000 mm/tahun, suhu 22-30° C, pH asam hingga netral. Tumbuh di dalam hutan hujan tropis dengan tipe curah hujan A sampai C pada tanah kering atau sedikit basah.

Departemen Kehutanan (2004), Martawijaya et al. (1981)

Planchonia valida

Tinggi pohon dapat mencapai 50 m, panjang batang bebas cabang sampai 20 m, diameter dapat mencapai 150-200 cm

Tumbuhan ini ditemukan tersebar tetapi lokal umum di hutan hujan primer, evergreen hingga semi-gugur. Sering di temukan di lokasi yang lembab, dekat air atau di dataran alluvial, tetapi juga di lereng dan sepanjang jurang, hingga ketinggian 650-1.000 m. umum pada tanah aluvial berawa.

Hong dan Prawirohatmodjo (1998)

Lampiran 1. Kesesuaian tumbuh beberapa jenis tanaman hutan (lanjutan)

Page 182: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM:Untuk Pembangunan Hutan dan Rehabilitasi Lahan

164

Nama botani Morfologi pohon

Kesesuaian tempat tumbuh Pustaka

Polyalthia longifolia

Tinggi pohon dapat mencapai 40-50 m, diameter dapat mencapai 60-90 cm

Tumbuh tersebar sebagai pohon kanopi bawah atau pohon kanopi utama di dataran tinggi pegunungan sekunder atau dataran rendah, hingga ketinggian 1200-1800 m. Ditemukan di daerah yang hijau dan musim hujan, baik di bukit-bukit yang dikeringkan dengan baik maupun di lokasi dengan tingkat drainase yang buruk.

Hong dan Prawirohatmodjo (1998)

Pometia pinnata Pohon dapat mencapai tinggi 40 m dengan bebas cabang sampai 18 m, diameter dapat mencapai 100 cm

Jenis ini tersebar pada ketinggian 0-250 m dpl dengan curah hujan 1000-1500 mm/tahun (tipe curah hujan A sampai B). Jenis ini tumbuh pada tanah latosol, tanah podsolik merah-kuning atau podsolik kuning. Di Irian Jaya matoa tumbuh baik pada tanah kapur coklat kemerah-merahan.

Martawijaya et al. (1981)

Lampiran 1. Kesesuaian tumbuh beberapa jenis tanaman hutan (lanjutan)

Page 183: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

LAMPIRAN

165

Nama botani Morfologi pohon

Kesesuaian tempat tumbuh Pustaka

Pterocarpus indicus

Tinggi pohon 10-45 m, panjang batang bebas cabang 2-16 m, diameter dapat mencapai 150 cm

Dapat tumbuh baik pada berbagai jenis tanah, kecuali pada tanah liat yang berat. Kadang-kadang tumbuh pada tanah agak berpasir dan tergenang air seperti pada tanah gambut. Akar-akarnya tahan terhadap kekurangan asam sampai 40-50 hari. Tumbuh pada hutan tropis, dengan curah hujan A-D, pada ketinggian 0-800 mdpl.

Martawijaya et al. (1981)

Pterospermum javanicum

Tinggi pohon sampai 40 m, batang bebas cabang 10-30 m, diameter sampai 120 cm

Tumbuh pada tanah basah (becek) yang tidak tergenang air dan dapat juga tumbuh pada tanah kering, di dalam hutan gugur daun pada tanah liat, tanah pasir atau tanah liat berpasir. Jenis ini memerlukan iklim basah hingga kemarau agak kering dengan tipe curah hujan A-C, pada dataran rendah sampai ketinggian 600 m dpl.

Martawijaya et al. (1981)

Rhizophora apiculata

Tinggi pohon sampai 30 m, diameter dapat mencapai 50 cm

Rizopora apiculata adalah spesies mangrove yang paling umum. tumbuh di rawa-rawa yang dibanjiri oleh air pasang yang tinggi, pada lumpur lembut yang dalam dari muara sungai.Tumbuh tidak di rawa-rawa air tawar.

Hanum et al. (1997)

Lampiran 1. Kesesuaian tumbuh beberapa jenis tanaman hutan (lanjutan)

Page 184: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM:Untuk Pembangunan Hutan dan Rehabilitasi Lahan

166

Nama botani Morfologi pohon

Kesesuaian tempat tumbuh Pustaka

Pinus merkusii Tinggi pohon 20 - 40 m, tinggi batang bebas cabang 2-23 m. diameter sampai100 cm

Jenis ini tumbuh baik pada ketinggian 200-2000 m dpl (curah hujan 1500-4000 mm/tahun, suhu 19-30°C), tanah bersolum dalam, dengan pH asam-netral. Dapat tumbuh pada tanah jelek dan kurang subur, pada tanah berpasir, tetapi tidak dapat tumbuh dengan baik pada tanah becek. Jenis ini menghendaki iklim basah sampai agak kering dengan tipe curah hujan A sampai C, pada ketinggian 200 – 1.700 m dpl.

Departemen Kehutanan (2004), Martawijaya et al. (1989)

Santalum album Tinggi pohon 12-15, diameter 20-35 cm

Tersebar di daerah semi arid dengan musim kemarau yang nyata, dengan tipe iklim D dan E, ketinggian tempat 50-1200 m dpl, dan curah hujan 625-1625 mm/tahun Tanaman ini tumbuh tersebar di daerah tropis dan subtropis

Pramono dan Buharman (2004), Heyne (1987)

Lampiran 1. Kesesuaian tumbuh beberapa jenis tanaman hutan (lanjutan)

Page 185: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

LAMPIRAN

167

Nama botani Morfologi pohon

Kesesuaian tempat tumbuh Pustaka

Scheleichera oleosa

Tinggi pohon sampai 30 m, diameter dapat mencapai 50 cm

Tumbuh pada curah hujan tahunan 750-2500 mm. Toleransi suhu maksimum mutlak 35-47,5 dan suhu minimum absolut -2,5. Di Jawa, biasanya terjadi pada ketinggian rendah, tetapi dapat ditemukan hingga 900 (-1200) m. Tumbuh di lokasi yang agak kering sampai kadang-kadang berawa di tanah yang beragam, sering berbatu, berkerikil atau liat, berdrainase baik, lebih disukai sedikit asam.

Hanum et al. (1997)

Shorea balangeran

Tinggi pohon 20-25 m, panjang batang bebas cabang sampai 15 m, diameter sampai 50 cm

Jenis ini tersebar di hutan primer tropis basah yang secara temporer tergenang air, di pinggir sungai atau rawa, pada tanah berpasir, tanah liat atau gambut pada ketinggian 0-100 m dpl, dengan tipe curah hujan A-B.

Martawijaya et al. (1989)

Lampiran 1. Kesesuaian tumbuh beberapa jenis tanaman hutan (lanjutan)

Page 186: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM:Untuk Pembangunan Hutan dan Rehabilitasi Lahan

168

Nama botani Morfologi pohon

Kesesuaian tempat tumbuh Pustaka

Shorea leprosula Tinggi pohon dapat mencapai 50 m, panjang batang bebas cabang 30 m, diameter umumnya sekitar 100 cm.

Tumbuh dalam hutan hujan tropis dengan tipe curah hujan A, B dan C. Jenis in tumbuh pada tanah latosol, podsolik merah kuning pada ketinggian sampai 1300 m dpl.

Tumbuh dalam hutan primer dengan ketinggian antara 5-800 m dpl.

Hendromono et al. (2006)

Shorea levis Tinggi pohon sampai 50 m, panjang batang bebas cabang 35-40 m, diameter sampai 100 cm atau lebih

Tumbuh di hutan tropis pada tanah pasir, basalt laterit tua dan podsolik, terutama pada tanah yang datar dan sering digenangi air tawar secara bermusim, dapat juga tumbuh di bukit-bukit pada ketinggian sampai 400 m dpl

Martawijaya et al. (1981)

Shorea parvifolia Tinggi pohon dapat mencapai 50 m, panjang batang bebas cabang 30 m, diameter umumnya sekitar 100 cm.

Tumbuh dalam hutan hujan tropis dengan tipe curah hujan A, B dan C. Jenis ini tumbuh pada tanah latosol, podsolik merah kuning pada ketinggian sampai 1300 m dpl.

Hendromono et al. (2006)

Lampiran 1. Kesesuaian tumbuh beberapa jenis tanaman hutan (lanjutan)

Page 187: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

LAMPIRAN

169

Nama botani Morfologi pohon

Kesesuaian tempat tumbuh Pustaka

Shorea stenoptera Tinggi pohon dapat mencapai 50 m, panjang batang bebas cabang 30 m, diameter umumnya sekitar 100 cm.

Tumbuh dalam hutan hujan tropis dengan tipe curah hujan A, B dan C. Jenis ini tumbuh pada tanah latosol, podsolik merah kuning pada ketinggian sampai 1300 m dpl.

Hendromono et al. (2006)

Shorea sp. Tinggi pohon 20-50 m, panjang batang bebas cabang 10-35 m, diameter sampai 160 cm

Tumbuh pada tanah liat, tanah berpasir atau berbatu, baik tanah kering maupun berawang

Martawijaya et al. (1981)

Samanea saman Tinggi pohon 25-40 m, diameter sampai 2 m

Jenis ini tumbuh pada ketinggian 1-1800 m dpl dengan curah hujan tipe C. Tumbuh subur dalam berbagai kondisi iklim dan tanah, mulai dari permukaan laut hingga ketinggian 1000 m, dengan curah hujan tahunan 1000-2500 mm. Tumbuh terbaik di iklim dengan suhu minimum rata-rata bulan terdingin 18-22°C dan suhu maksimum rata-rata bulan terpanas 24-30°C. persyaratan tanah berkisar dari cukup asam hingga basa, pH 5,5-8,5. Tumbuh baik di tanah liat atau berpasir dan tahan genangan air musiman.

Departemen Kehutanan (2004), Hanum et al. (1997)

Lampiran 1. Kesesuaian tumbuh beberapa jenis tanaman hutan (lanjutan)

Page 188: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM:Untuk Pembangunan Hutan dan Rehabilitasi Lahan

170

Nama botani Morfologi pohon

Kesesuaian tempat tumbuh Pustaka

Sterculia foetida Tinggi pohon 30 sampai 35m, diameter 100-120 cm

Di Pulau Jawa, jenis ini dapat ditemui di daerah yang mempunyai ketinggian di bawah 500 m dpl. Sementara di Malaysia, sebaran jenis ini terbatas di hutan hujan di tanah kering dan rawa-rawa pada ketinggian 0-1400 m dpl.

Heyne (1987), Zanzibar (2004)

Swietenia macrophylla

Tinggi pohon dapat mencapai 35 m, diameter sampai 125 cm.

Tumbuh pada ketinggian 0 - 900 m dpl, curah hujan per tahun 1.600 - 4.000 mm. Dapat tumbuh baik di daerah dengan musim kemarau yang basah maupun kering, yaitu pada tipe curah hujan A sampai D. Jenis ini tumbuh pada tanah yang agak liat dan kurus dengan ketinggian sampai 1000 m dpl.

Wadsworth (1997), Martawijaya et al. (1981), Departemen Kehutanan (2004)

Lampiran 1. Kesesuaian tumbuh beberapa jenis tanaman hutan (lanjutan)

Page 189: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

LAMPIRAN

171

Nama botani Morfologi pohon

Kesesuaian tempat tumbuh Pustaka

Tamarindus indica

Tinggi pohon sampai 30 m, diameter bisa mencapai 150 cm

Tumbuh baik di daerah semi kering dan iklim muson basah, dapat tumbuh di kisaran tipe tanah yang luas. Dapat hidup di tempat bersuhu sampai 47°C, tapi sangat sensitif terhadap es. Umumnya tumbuh di daerah curah hujan 500-1.500 mm/th, bahkan tetap hidup pada curah hujan 350 mm jika diberi irigasi saat penanaman.

Joker (2002)

Tectona grandis Tinggi pohon mencapai 45 m, panjang batang bebas cabang 15-20 m, diameter dapat mencapai 220 cm, umumnya 50 cm

Tumbuh baik pada tanah sarang, terutama pada tanah yang mengandung kapur pada ketinggian <900 m dpl. Curah hujan 1250 – 3000mm/th, suhu 18-32° C. Tanah dengan solum dalam, subur, netral - mentoleransi tanah yang sedang – berat.

Martawijaya et al. (1981), Departemen Kehutanan (2004), Wadsworth (1997)

Terminalia catapa

Tinggi pohon mencapai 40 m, diameter dapat mencapai 150 cm

Tumbuh liar di hutan-hutan rawa dan pantai, di tempat-tempat terbuka, umumnya di tepi-tepi pantai, tepi-tepi sungai juga dataran rendah pada tanah liat berpasir. Tumbuh hingga pada ketinggian 1000 m dpl.

Kosasih dan Kelana (2013)

Lampiran 1. Kesesuaian tumbuh beberapa jenis tanaman hutan (lanjutan)

Page 190: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM:Untuk Pembangunan Hutan dan Rehabilitasi Lahan

172

Nama botani Morfologi pohon

Kesesuaian tempat tumbuh Pustaka

Toona sureni Tinggi pohon mencapai 34 m, panjang batang bebas cabang 10-25 m, diameter dapat mencapai 85 cm

Tumbuh pada tanah kering dan lembap yang subur, umumnya di daerah pegunungan pada ketinggian di bawah 1.200 m dpl. Jenis ini menghendaki iklim agak kering dengan tipe curah hujan A sampai C dengan suhu 18-32° C. Curah hujan per tahun berkisar 1250 - 2500 mm dengan tanah subur, asam sampai netral. Tersebar di Jawa, Kalimantan, Sumatera, Sulawesi, NTT, NTB, dan Irian Jaya.

Martawijaya et al. (1989), Wadsworth (1997)

Lampiran 1. Kesesuaian tumbuh beberapa jenis tanaman hutan (lanjutan)

Page 191: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

LAMPIRAN

173

Lampiran 2. Standar mutu fisik-fisiologis benih tanaman hutan

Jenis Berat 1000 butir (gram)

Kemurnian (%)

Kadar air (%)

Daya berkecambah (% atau kecambah per gram)

Masa berlaku

ujiMutu P Mutu D Mutu T

Acacia aulacocarpa

16 – 19 ≥ 96 ≤ 8 ≥ 80 70 – 79 60 – 69 12

Acacia crassicarpa

17 – 25 ≥ 96 ≤ 9 ≥ 90 75 – 89 60 – 74 12

Acacia auriculiformis

13 – 18 ≥ 93 ≤ 7 ≥ 80 70 – 79 60 – 69 12

Acacia mangium

8 – 15 ≥ 97 ≤ 8 ≥ 90 75 – 89 65 – 74 12

Acacia vilosa 14 – 18 ≥ 96 ≤ 8 ≥ 80 70 – 79 60 – 69 12Adenanthera microsperma

267 – 274 ≥ 99 ≤ 12 ≥ 70 60 – 69 50 – 59 12

Agathis loranthifolia

170 – 220 ≥ 95 30 - 34 ≥ 90 75 – 89 60 – 74 *

Albizzia procera 26 – 31 ≥ 97 ≤ 10 ≥ 80 60 – 79 50 – 59 12Aleurites moluccana

9837 – 10275

100 ≤ 14 ≥ 60 50 – 59 40 – 49 12

Alstonia scholaris

1,2 – 3,2 ≥ 98 ≤ 12 ≥ 80 60 – 79 50 – 59 6

Altingia excelsa 5 – 6 ≥ 70 ≤ 12 ≥ 60 50 – 59 40 – 49 6Anacardium occidentale

3300 – 7700 100 ≤ 15 ≥ 75 60 – 74 50 – 59 3

Azadirachta indica

257 – 350 ≥ 98 12 – 35 ≥ 80 60 – 79 40 – 59 *

Baccaurea macrocarpa

500 – 600 ≥ 99 30 – 55 ≥ 80 60 – 79 40 – 59 *

Calliandra tetragona

44 – 56 ≥ 95 ≤ 10 ≥ 90 70- 89 60 – 69 12

Calliandra calothyrsus

44 – 56 ≥ 95 ≤ 10 ≥ 90 70- 89 60 – 69 12

Calophyllum inophyllum

2800 – 3500 100 20 – 40 ≥ 70 60 – 69 45 – 59 6

Canarium indicum

6800 – 9200 100 ≤ 12 ≥ 70 50 – 69 40 – 49 12

Castanopsis argentea

1340 – 1455 ≥ 99 29 – 35 ≥ 70 50 – 69 40 – 49 3

Cassuarina equisetifolia

1,29 – 1,52 ≥ 90 ≤ 13 ≥ 50 40 – 49 30 – 39 3

Cassuarina junghuhniana

1,00 – 1,30 ≥ 80 ≤ 12 ≥ 50 40 – 49 30 – 39 3

Ceiba petandra 22 – 100 ≥ 94 ≤ 12 ≥ 90 80 – 89 60 – 79 12

Page 192: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM:Untuk Pembangunan Hutan dan Rehabilitasi Lahan

174

Jenis Berat 1000 butir (gram)

Kemurnian (%)

Kadar air (%)

Daya berkecambah (% atau kecambah per gram)

Masa berlaku

ujiMutu P Mutu D Mutu T

Cryptocarya massoy

2600 – 2900 ≥ 99 30-50 ≥ 60 50 – 59 40 – 49 *

Cryptocarya cunneata

380 – 540 ≥ 95 30-45 ≥ 60 50 – 59 40 – 49 3

Diospyros celebica

1200 – 1500 ≥ 99 35 – 47 ≥ 75 60 – 74 50 – 59 *

Dalbergia latifolia

40 – 54 ≥ 95 ≤ 10 ≥ 85 75 – 84 60 – 74 12

Dyera lowii 50 – 75 ≥ 98 10 – 35 ≥ 75 55 – 74 45 – 54 3Delonix regia 500 – 660 ≥ 99 ≤ 12 ≥ 70 50 – 69 40 – 49 12Duabanga moluccana

– – ≤ 12 ≥ 2000 kc/g

1500 kc/g - 1999 kc/g

1000 kc/g - 1499 kc/g

6

Eucalyptus pellita

– – ≤ 10 ≥ 1000 kc/g

≥ 700 kc/g -

999 kc/g

500 kc/g – 699 kc/g

12

Eucalyptus urophylla

– – ≤ 12 ≥190 kc/g

140 kc/g - 189 kc/g

90 kc/g -139 kc/g

12

Enterolobium cyclocarpum

660 – 1060 ≥ 99 ≤ 12 ≥ 80 60 – 79 40 – 59 12

Eucalyptus camadulensis

– – ≤ 9 ≥ 1000 kc/g

≥ 700 kc/g–

999 kc/g

500 kc/g – 699 kc/g

12

Eucalyptus deglupta

– – ≤ 9 ≥ 1200 kc/g

1000 kc/g-1199 kc/g

700 kc/g – 999 kc/g

12

Fagraea fragrans

– – ≤ 10 ≥ 2000 kc/g

1600 kc/g - 1999 kc/g

1400 kc/g - 1599 kc/g

12

Falcataria moluccana

18 – 24 ≥ 96 ≤ 10 ≥ 90 75 – 89 65 – 74 12

Fagara rhetsa 54 – 57 ≥ 98 ≤ 15 ≥ 40 30 – 39 20 – 29 3Ficus variegata – – ≤ 15 ≥ 1500

kc/g 1000 kc/g -

1499kc/g

500 kc/g - 999 kc/g

6

Gliricidia sepium

120 – 200 ≥ 95 8-9 ≥ 90 80 – 89 60 – 79 12

Lampiran 2. Standar mutu fisik-fisiologis benih tanaman hutan (lanjutan)

Page 193: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

LAMPIRAN

175

Jenis Berat 1000 butir (gram)

Kemurnian (%)

Kadar air (%)

Daya berkecambah (% atau kecambah per gram)

Masa berlaku

ujiMutu P Mutu D Mutu T

Gmelina arborea

500 – 720 ≥ 97 ≤ 13 ≥ 75 60 – 74 50 – 59 6

Gmelina moluccana

1600 – 1800 ≥ 99 ≤ 12 ≥ 70 60 – 69 50 – 59 6

Gyrinops versteegii

80 – 108 ≥ 97 40 – 55 ≥ 60 50 – 59 40 – 49 *

Hibiscus macrophyllus

6 – 8 ≥ 90 ≤ 9 ≥ 80 70 – 79 60 – 69 12

Instia bijuga 2600 – 3100 ≥ 97 ≤ 10 ≥ 90 80 – 89 65 – 79 12Khaya anthoteca

230 – 290 ≥ 98 ≤ 14 ≥ 80 70 – 79 60 – 69 3

Langerstroemia speciosa

5,00 – 7,32 ≥ 85 ≤ 12 ≥ 50 40 – 49 30 – 39 12

Leucaena glauca

45 – 50 ≥ 95 ≤ 9 ≥ 75 65 – 74 50 – 64 12

Leucaena leucocephala

50 – 60 ≥ 95 ≤ 9 ≥ 70 50 – 69 40 – 50 12

Maesopsis eminii

1150 – 1460 ≥ 99 14 – 30 ≥ 60 50 – 59 40 – 49 6

Manilkara kauki

675 – 895 ≥ 99 14 – 30 ≥ 75 65 -74 50 – 64 3

Magnolia blumei

47 – 60 ≥ 99 ≤ 18 ≥ 70 60 – 69 50 – 59 3

Magnolia champaca

55 – 90 ≥ 99 12 – 40 ≥ 70 50 – 69 40 – 49 3

Magnolia ovalis 26 – 34 ≥ 97 30 – 42 ≥ 75 60 – 74 50 – 59 3Melia azedarach

820 – 879 ≥ 99 ≤ 10 ≥ 70 60 – 69 45 – 59 6

Melaleuca cajuputi

– – ≤ 10 ≥ 3750 kc/g

3050 kc/g - 3749 kc/g

1600 kc/g - 3049 kc/g

12

Melaleuca leucadendron

– – ≤ 10 ≥ 6000 kc/g

4000 kc/g - 5999 kc/g

3000 kc/g - 3999 kc/g

12

Mimusops elengi

452 – 562 ≥ 99 12 – 30 ≥ 90 80 – 89 65 – 79 6

Neolamarckia cadamba

– – ≤ 15 ≥ 1500 kc/g

1000 kc/g -

1499kc/g

500 kc/g - 999 kc/g

12

Lampiran 2. Standar mutu fisik-fisiologis benih tanaman hutan (lanjutan)

Page 194: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM:Untuk Pembangunan Hutan dan Rehabilitasi Lahan

176

Jenis Berat 1000 butir (gram)

Kemurnian (%)

Kadar air (%)

Daya berkecambah (% atau kecambah per gram)

Masa berlaku

ujiMutu P Mutu D Mutu T

Neolamarckia macrophylla

– – ≤ 15 ≥ 1200 kc/g

800 kc/g - 1199 kc/g

400 kc/g - 799 kc/g

12

Octomeles sumatrana

– – ≤ 12 ≥ 1500 kc/g

1000 kc/g -

1499kc/g

500 kc/g - 999 kc/g

6

Palaquium rostratum

1390 – 1550 ≥ 99 35 – 50 ≥ 70 60 – 69 50 – 59 3

Pinus merkusii 16 – 20 ≥ 94 ≤ 10 ≥ 75 60 – 74 50 – 59 6Pericopsis mooniana

250 – 300 ≥ 99 ≤ 9 ≥ 75 65 – 74 45 – 64 12

Polyalthia longifolia

1035 – 1250 ≥ 70 30 – 50 ≥ 85 75 – 84 60 – 74 *

Planchonia valida

285 – 500 ≥ 99 30 – 50 ≥ 60 50 – 59 40 – 49 *

Podocarpus nerifolius

2,80 – 3,40 ≥ 95 ≤ 12 ≥ 60 50 – 59 40 – 49 6

Pongamia pinnata

1060 – 1600 ≥ 99 ≤ 15 ≥ 90 75 – 89 60 – 74 3

Pterospermum javanicum

70 –73 ≥ 88 ≤8 ≥ 90 80 – 89 65 – 79 12

Pterocarpus indicus

500 – 900 ≥ 90 ≤ 14 ≥ 70 50 – 69 40 – 49 6

Santalum album

100 – 150 ≥ 95 ≤ 9 ≥ 60 50 – 59 40 – 49 6

Samanea saman 160 – 210 ≥ 99 ≤10 ≥ 80 60 – 79 50 – 59 12Styrax benzoin 1600 – 2400 ≥ 99 25 – 50 ≥ 80 70 – 79 50 – 69 3Sandoricum koetjape

3400 – 3650 ≥ 99 40 – 55 ≥ 85 75 – 84 60 – 74 *

Schleichera oleosa

495 – 630 ≥ 99 12 – 30 ≥ 60 50 – 59 40 – 49 3

Sterculia foetida 1600 – 2300 ≥ 99 ≤ 12 ≥ 85 75 – 84 60 – 74 6Senna siamea 22 – 28 ≥ 97 ≤ 9 ≥ 80 70 – 79 60 – 69 12Sesbania grandiflora

33 – 58 ≥ 96 ≤ 8 ≥ 90 80 – 89 65 – 79 12

Shorea pinanga 25900 – 26400

100 35 – 50 ≥ 90 75 – 89 60 – 74 *

Swietenia macrophylla

400 – 700 ≥ 96 ≤ 10 ≥ 75 60 – 74 50 – 59 6

Lampiran 2. Standar mutu fisik-fisiologis benih tanaman hutan (lanjutan)

Page 195: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

LAMPIRAN

177

Jenis Berat 1000 butir (gram)

Kemurnian (%)

Kadar air (%)

Daya berkecambah (% atau kecambah per gram)

Masa berlaku

ujiMutu P Mutu D Mutu T

Schima wallichii

3,00 – 4,20 ≥ 96 ≤ 12 ≥ 75 60 – 74 50 – 59 6

Tectona grandis 550 – 740 ≥ 99 ≤ 12 ≥ 65 50 – 64 40 – 49 12Tamarindus indica

717 – 782 ≥ 99 ≤ 18 ≥ 90 75 – 89 60 – 74 12

Terminalia catappa

5882 – 7188 ≥ 99 7 – 20 ≥ 60 50 – 59 40 – 49 3

Toona sinensis 8 – 11 ≥ 85 ≤ 12 ≥ 75 60 – 74 50 – 59 3Vitex coffasus 65 – 105 ≥ 98 ≤ 15 ≥ 60 50 – 59 40 – 49 3Wrightia pubescens

15 – 27 ≥ 99 25 – 50 ≥ 85 70 – 84 60 – 69 *

Keterangan: kc/g = jumlah kecambah per gram*= hanya berlaku untuk satu kali pengujian pada benih rekalsitranSumber: SNI 7627: 2014, Mutu fisik dan fisiologis benih tanaman hutan

Lampiran 2. Standar mutu fisik-fisiologis benih tanaman hutan (lanjutan)

Page 196: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM:Untuk Pembangunan Hutan dan Rehabilitasi Lahan

178

Lam

pira

n 3.

Pen

anga

n be

nih

untu

k be

bera

pa je

nis t

anam

an h

utan

Jeni

sK

arak

ter

beni

hPe

ngum

pula

n bu

ahM

usim

bu

ahIn

dika

tor

kem

asak

anEk

stra

ksi

beni

h

Sele

ksi

dan

sort

asi

Peng

erin

gan

beni

hPe

nyim

pana

nPe

rkec

amba

han/

pena

bura

nPe

mel

ihar

aan

bibi

t

Acac

ia sp

p.O

rtod

okPe

man

jata

n/

pem

etik

an

buah

Jul-A

gtBC

Ekstr

aksi

kerin

gM

t, Sg

tPe

njem

uran

Wk,

Rac

, Dcs

Mpt

, Rap

PS, P

M, P

G, P

A, P

HP,

AK

Aden

anth

era

micr

ospe

rma

Ort

odok

Pem

anja

tan/

pe

met

ikan

bu

ah

Jul-A

gtBC

, BM

Ekstr

aksi

kerin

gM

t, Sg

tPe

njem

uran

Wk,

Rac

, Rr

Mpt

, Rap

PS, P

M, P

G, P

A, P

HP,

AK

Agat

his

lora

nthi

folia

Re

kalsi

tran

Pem

anja

tan/

pe

met

ikan

bu

ah

Okt

BHC

Ekstr

aksi

kerin

g,

pem

eram

an

Mt

Ker

ing

angi

n su

hu k

amar

Wp

Mpt

PS, P

M, P

G, P

A, P

HP,

AK

Aleu

rites

mol

ucca

naO

rtod

okPe

ngum

pula

n di

lant

ai h

utan

Jul-A

gtBC

EBSp

aPe

njem

uran

Wk,

Rac

, Rk

Mpt

, Prj

PS, P

M, P

G, P

A, P

HP,

AK

Albi

zzia

pr

ocer

aO

rtod

okPe

man

jata

n/

pem

etik

an

buah

Agt-S

epBC

Ekstr

aksi

kerin

gM

t, Sg

tPe

njem

uran

Wk,

Rac

, Dcs

Mpt

, Rap

PS, P

M, P

G, P

A, P

HP,

AK

Alsto

nia

schol

aris

Ort

odok

Pem

anja

tan/

pe

met

ikan

bu

ah

Okt

-Nop

BHK

Ekstr

aksi

kerin

gPf

pPe

njem

uran

Wk,

Dcs

, Rr

Mpt

PS, P

M, P

G, P

A, P

HP,

AK

Altin

gia

exce

lsaO

rtod

okPe

man

jata

n/

pem

etik

an

buah

Agt-O

ktBH

CEk

strak

si ke

ring

Mt

Penj

emur

anW

k, D

cs, R

rM

ptPS

, PM

, PG

, PA,

PH

P, AK

Anac

ardi

um

ocid

enta

leIn

term

edie

tPe

man

jata

n/

pem

etik

an

buah

Agt-S

epBK

MEk

strak

si ke

ring

Mn

Ker

ing

angi

n su

hu k

amar

Wk,

Dcs

, Rr

Mpt

PS, P

M, P

G, P

A, P

HP,

AK

Azad

irach

ta

exce

lsaRe

kalsi

tran

Pem

anja

tan/

pe

met

ikan

bu

ah

Okt

-Nop

BHK

Ekstr

aksi

basa

hM

nK

erin

g an

gin

suhu

kam

arW

p, R

acM

ptPS

, PM

, PG

, PA,

PH

P, AK

Bacc

aure

a m

acro

carp

aRe

kalsi

tran

Pem

anja

tan/

pe

met

ikan

bu

ah

Feb-

Apr

BHK

Ekstr

aksi

basa

hM

nK

erin

g an

gin

suhu

kam

arW

p, R

acM

ptPS

, PM

, PG

, PA,

PH

P, AK

Page 197: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

LAMPIRAN

179

Jeni

sK

arak

ter

beni

hPe

ngum

pula

n bu

ahM

usim

bu

ahIn

dika

tor

kem

asak

anEk

stra

ksi

beni

h

Sele

ksi

dan

sort

asi

Peng

erin

gan

beni

hPe

nyim

pana

nPe

rkec

amba

han/

pena

bura

nPe

mel

ihar

aan

bibi

t

Cal

liand

ra

calo

thyr

sus

Ort

odok

Pem

anja

tan/

pe

met

ikan

bu

ah

Jun-

Agt

BCEk

strak

si ke

ring

Mt,

Sgt

Penj

emur

anW

k, R

ac, D

csM

ptPS

, PM

, PG

, PA,

PH

P, AK

Cal

liand

ra

tetra

gona

Ort

odok

Pem

anja

tan/

pe

met

ikan

bu

ah

Mei

-Agt

BCEk

strak

si ke

ring

Mt,

Sgt

Penj

emur

anW

k, R

ac, D

csM

ptPS

, PM

, PG

, PA,

PH

P, AK

Cal

ophy

llum

in

ophy

llum

Reka

lsitr

anPe

ngum

pula

n di

lant

ai h

utan

Mei

-Sep

BHC

Ekstr

aksi

basa

hM

nK

erin

g an

gin

suhu

kam

arW

k, R

acM

pt, K

bPS

, PM

, PG

, PA,

PH

P, AK

Can

ariu

m

indi

cum

Ort

odok

Pem

anja

tan/

pe

met

ikan

bu

ah

BHT

Ekstr

aksi

basa

hM

nPe

njem

uran

Wk,

Rac

, Dcs

Mpt

, Pkb

+Rad

PS, P

M, P

G, P

A, P

HP,

AK

Cas

tano

psis

arge

ntea

Reka

lsitr

anPe

ngum

pula

n di

lant

ai h

utan

Nop

-Feb

BKC

Ekstr

aksi

basa

hM

nK

erin

g an

gin

suhu

kam

arW

P, R

ACM

ptPS

, PM

, PG

, PA,

PH

P, AK

Cas

suar

ina

equi

setifo

liaO

rtod

okPe

man

jata

n/

pem

etik

an

buah

Agt-S

epBC

Ekstr

aksi

kerin

gM

nPe

njem

uran

Wk,

Rac

, Dcs

Mpt

PS, P

M, P

G, P

A, P

HP,

AK

Cas

suar

ina

jung

huhn

iana

Ort

odok

Pem

anja

tan/

pe

met

ikan

bu

ah

Sepa

njan

g ta

hun

BKC

Ekstr

aksi

kerin

gM

t, Sg

tPe

njem

uran

Wk,

Dcs

, Rr

Mpt

PS, P

M, P

G, P

A, P

HP,

AK

Ceib

a pe

ntan

dra

Ort

odok

Pem

anja

tan/

pe

met

ikan

bu

ah

Apr-

Mei

BCEk

strak

si ke

ring

Mt

Penj

emur

anW

k, R

ac, D

csM

ptPS

, PM

, PG

, PA,

PH

P, AK

Cry

ptoc

arya

cu

neat

aRe

kalsi

tran

Pem

anja

tan/

pe

met

ikan

bu

ah

Jul-S

epBH

TEk

strak

si ba

sah

Mt

Ker

ing

angi

n su

hu k

amar

Wp,

Rac

Mpt

PS, P

M, P

G, P

A, P

HP,

AK

Cry

ptoc

arya

m

asso

yRe

kalsi

tran

Pem

anja

tan/

pe

met

ikan

bu

ah

Jul-S

epBC

Ekstr

aksi

basa

hM

tK

erin

g an

gin

suhu

kam

arW

p, R

acM

ptPS

, PM

, PG

, PA,

PH

P, AK

Lam

pira

n 3.

Pen

anga

n be

nih

untu

k be

bera

pa je

nis t

anam

an h

utan

(lan

juta

n)

Page 198: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM:Untuk Pembangunan Hutan dan Rehabilitasi Lahan

180

Jeni

sK

arak

ter

beni

hPe

ngum

pula

n bu

ahM

usim

bu

ahIn

dika

tor

kem

asak

anEk

stra

ksi

beni

h

Sele

ksi

dan

sort

asi

Peng

erin

gan

beni

hPe

nyim

pana

nPe

rkec

amba

han/

pena

bura

nPe

mel

ihar

aan

bibi

t

Dal

berg

ia

latif

olia

Ort

odok

Pem

anja

tan/

pe

met

ikan

bu

ah

Jul-A

gtBC

Ekstr

aksi

kerin

gM

t, Sg

tPe

njem

uran

Wk,

Rac

, Dcs

Mpt

, Rad

PS, P

M, P

G, P

A, P

HP,

AK

Delo

nix

regi

aO

rtod

okPe

man

jata

n/

pem

etik

an

buah

Jul-A

gtBC

Ekstr

aksi

kerin

gM

tPe

njem

uran

Wk,

Rac

, Dcs

Mpt

, Rap

PS, P

M, P

G, P

A, P

HP,

AK

Dio

spyr

os

celeb

icaRe

kalsi

tran

Pem

anja

tan/

pe

met

ikan

bu

ah

Sep-

Nop

BCEk

strak

si ke

ring

Mn

Ker

ing

angi

n su

hu k

amar

Wp,

Rac

Mpt

PS, P

M, P

G, P

A, P

HP,

AK

Dua

bang

a m

oluc

cana

Inte

rmed

iet

Pem

anja

tan/

pe

met

ikan

bu

ah

Agt-S

epBC

Ekstr

aksi

kerin

gM

nK

erin

g an

gin

suhu

kam

arW

K, R

AC, R

RM

tpk

PS, P

M, P

G, P

A, P

HP,

AK

Dye

ra lo

wii

Inte

rmed

iet

Pem

anja

tan/

pe

met

ikan

bu

ah

Mar

-Mei

BCEk

strak

si ke

ring

Mn

Ker

ing

angi

n su

hu k

amar

Wp,

Rac

Mpt

PS, P

M, P

G, P

A, P

HP,

AK

Ente

rolo

bium

cy

cloca

rpum

Ort

odok

Pem

anja

tan/

pe

met

ikan

bu

ah

Agt-S

epBC

Ekstr

aksi

kerin

gM

t, Sg

tPe

njem

uran

Wk,

Rac

, Dcs

Mpt

, Rpd

/As

PS, P

M, P

G, P

A, P

HP,

AK

Euca

lyptu

s ca

mad

ulen

sisO

rtod

okPe

man

jata

n/

pem

etik

an

buah

Jun-

Sep

BCEk

strak

si ke

ring

PyPe

njem

uran

Wk,

Rr

Mtp

kPS

, PM

, PG

, PA,

PH

P, AK

Euca

lyptu

s de

glup

taO

rtod

okPe

man

jata

n/

pem

etik

an

buah

Jun-

Jul

BCEk

strak

si ke

ring

PyPe

njem

uran

Wk,

Rr

Mtp

kPs

, Pm

, Pg,

Pa,

Php

, Ak

Euca

lyptu

s pe

llita

Ort

odok

Pem

anja

tan/

pe

met

ikan

bu

ah

Agt-S

epBC

Ekstr

aksi

kerin

gPy

Penj

emur

anW

k, R

rM

tpk

Ps, P

m, P

g, P

a, P

hp, A

k

Euca

lyptu

s ur

ophy

llaO

rtod

okPe

man

jata

n/

pem

etik

an

buah

Apr-

Mei

BCEk

strak

si ke

ring

PyPe

njem

uran

Wk,

Rr

Mtp

kPs

, Pm

, Pg,

Pa,

Php

, Ak

Lam

pira

n 3.

Pen

anga

n be

nih

untu

k be

bera

pa je

nis t

anam

an h

utan

(lan

juta

n)

Page 199: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

LAMPIRAN

181

Jeni

sK

arak

ter

beni

hPe

ngum

pula

n bu

ahM

usim

bu

ahIn

dika

tor

kem

asak

anEk

stra

ksi

beni

h

Sele

ksi

dan

sort

asi

Peng

erin

gan

beni

hPe

nyim

pana

nPe

rkec

amba

han/

pena

bura

nPe

mel

ihar

aan

bibi

t

Faga

ra rh

etsa

Ort

odok

Pem

anja

tan/

pe

met

ikan

bu

ah

Jan-

Feb

BMH

Ekstr

aksi

basa

h at

au

kerin

g

Mn

Ker

ing

angi

n su

hu k

amar

WK

, Dcs

RR

Mpt

, Prj

Ps, P

m, P

g, P

a, P

hp, A

k

Fagr

aea

fragr

ans

Ort

odok

Pem

anja

tan/

pe

met

ikan

bu

ah

Apr-

Mei

BMEk

strak

si ba

sah

PyK

erin

g an

gin

suhu

kam

arW

k, R

rM

pt, R

apPs

, Pm

, Pg,

Pa,

Php

, Ak

Falca

taria

m

oluc

cana

Ort

odok

Pem

anja

tan/

pe

met

ikan

bu

ah

Jul-A

gtBC

Ekstr

aksi

kerin

gM

t, Sg

tPe

njem

uran

Wk,

Rac

, Dcs

Mpt

, Rap

Ps, P

m, P

g, P

a, P

hp, A

k

Ficu

s va

riega

taIn

term

edie

tPe

man

jata

n/

pem

etik

an

buah

Mei

-Jul

BMH

Ekstr

aksi

basa

hPy

Ker

ing

angi

n su

hu k

amar

Wk,

Rr

Mtp

kPs

, Pm

, Pg,

Pa,

Php

, Ak

Glir

icidi

a sep

ium

Ort

odok

Pem

anja

tan/

pe

met

ikan

bu

ah

Jul-A

gtBC

Ekstr

aksi

kerin

gM

t, Sg

tPe

njem

uran

Wk,

Rac

, Dcs

Mpt

, Rap

Ps, P

m, P

g, P

a, P

hp, A

k

Gm

elina

ar

bore

aIn

term

edie

tPe

ngum

pula

n di

lant

ai h

utan

Agt-S

epBH

KEk

strak

si ba

sah

Mn

Ker

ing

angi

n su

hu k

amar

Wk,

Rac

, Dcs

Mpt

Ps, P

m, P

g, P

a, P

hp, A

k

Gm

elina

m

oluc

cana

Inte

rmed

iet

Peng

umpu

lan

di la

ntai

hut

anJu

l-Sep

BHK

Ekstr

aksi

basa

hM

nK

erin

g an

gin

suhu

kam

arW

k, R

ac, D

csM

ptPs

, Pm

, Pg,

Pa,

Php

, Ak

Gyr

inop

s ve

rstee

gii

Reka

lsitr

anPe

man

jata

n/

pem

etik

an

buah

Jan-

Mar

BHK

Ekstr

aksi

basa

hM

nK

erin

g an

gin

suhu

kam

arW

k, R

ac, D

csM

ptPs

, Pm

, Pg,

Pa,

Php

, Ak

Hib

iscus

m

acro

phyll

usO

rtod

okPe

man

jata

n/

pem

etik

an

buah

Jul-S

epBC

Ekstr

aksi

kerin

gM

t, Sg

tPe

njem

uran

Wk,

Rac

, Dcs

Mpt

, As

Ps, P

m, P

g, P

a, P

hp, A

k

Intsi

a bi

juga

Ort

odok

Pem

anja

tan/

pe

met

ikan

bu

ah;

peng

umpu

lan

di la

ntai

hut

an

Jun-

Sep

BCEk

strak

si ke

ring

Mn

Penj

emur

anW

k, R

ac, D

csM

pt, P

kb/A

sPs

, Pm

, Pg,

Pa,

Php

, Ak

Lam

pira

n 3.

Pen

anga

n be

nih

untu

k be

bera

pa je

nis t

anam

an h

utan

(lan

juta

n)

Page 200: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM:Untuk Pembangunan Hutan dan Rehabilitasi Lahan

182

Jeni

sK

arak

ter

beni

hPe

ngum

pula

n bu

ahM

usim

bu

ahIn

dika

tor

kem

asak

anEk

stra

ksi

beni

h

Sele

ksi

dan

sort

asi

Peng

erin

gan

beni

hPe

nyim

pana

nPe

rkec

amba

han/

pena

bura

nPe

mel

ihar

aan

bibi

t

Kha

ya

anth

otec

haO

rtod

okPe

man

jata

n/

pem

etik

an

buah

Agt-O

ktBC

Ekstr

aksi

kerin

gM

nK

erin

g an

gin

suhu

kam

arW

k, R

ac, D

csM

ptPs

, Pm

, Pg,

Pa,

Php

, Ak

Lage

rstro

emia

sp

ecio

saO

rtod

okPe

man

jata

n/

pem

etik

an

buah

Jul-O

ktBC

Ekstr

aksi

kerin

gM

tPe

njem

uran

Wk,

Rac

, Dcs

Mpt

Ps, P

m, P

g, P

a, P

hp, A

k

Leuc

aena

gl

auca

Ort

odok

Pem

anja

tan/

pe

met

ikan

bu

ah

Jul-A

gtBC

Ekstr

aksi

kerin

gM

t, Sg

tPe

njem

uran

Wk,

Rac

, Dcs

Mpt

, Rap

Ps, P

m, P

g, P

a, P

hp, A

k

Leuc

aena

leu

coce

phal

aO

rtod

okPe

man

jata

n/

pem

etik

an

buah

Jul-A

gtBC

Ekstr

aksi

kerin

gM

t, Sg

tPe

njem

uran

Wk,

Rac

, Dcs

Mpt

, Rap

Ps, P

m, P

g, P

a, P

hp, A

k

Mae

sops

is em

inii

Ort

odok

Pem

anja

tan/

pe

met

ikan

bu

ah;

peng

umpu

lan

di la

ntai

hut

an

Jul-A

gtBM

HEk

strak

si ba

sah

Mn

Ker

ing

angi

n su

hu k

amar

Wk,

Rac

, Dcs

Mpt

, Kno

Ps, P

m, P

g, P

a, P

hp, A

k

Man

ilkar

a ka

uki

Inte

rmed

iet

Pem

anja

tan/

pe

met

ikan

bu

ah

Mei

-Agt

BKM

Ekstr

aksi

basa

hM

nK

erin

g an

gin

suhu

kam

arW

k, R

acM

ptPs

, Pm

, Pg,

Pa,

Php

, Ak

Mag

nolia

ov

alis

Inte

rmed

iet

Pem

anja

tan/

pe

met

ikan

bu

ah

Apr,

Okt

BHC

Ekstr

aksi

kerin

gM

nK

erin

g an

gin

suhu

kam

arW

k, R

acM

ptPs

, Pm

, Pg,

Pa,

Php

, Ak

Mag

nolia

Bl

umei

Reka

lsitr

anPe

man

jata

n/

pem

etik

an

buah

Okt

-Mar

BHM

Ekstr

aksi

kerin

gM

nK

erin

g an

gin

suhu

kam

arW

p, R

acM

ptPs

, Pm

, Pg,

Pa,

Php

, Ak

Mag

nolia

ch

ampa

caIn

term

edie

tPe

man

jata

n/

pem

etik

an

buah

Okt

-Mar

BCEk

strak

si ba

sah

Mn

Ker

ing

angi

n su

hu k

amar

Wk,

Rac

Mpt

Ps, P

m, P

g, P

a, P

hp, A

k

Lam

pira

n 3.

Pen

anga

n be

nih

untu

k be

bera

pa je

nis t

anam

an h

utan

(lan

juta

n) L

ampi

ran

3. P

enan

gan

beni

h un

tuk

bebe

rapa

jeni

s tan

aman

hut

an (l

anju

tan)

Page 201: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

LAMPIRAN

183

Jeni

sK

arak

ter

beni

hPe

ngum

pula

n bu

ahM

usim

bu

ahIn

dika

tor

kem

asak

anEk

stra

ksi

beni

h

Sele

ksi

dan

sort

asi

Peng

erin

gan

beni

hPe

nyim

pana

nPe

rkec

amba

han/

pena

bura

nPe

mel

ihar

aan

bibi

t

Mela

leuca

ca

jupu

tiO

rtod

okPe

man

jata

n/

pem

etik

an

buah

Sep-

Nop

BHC

Ekstr

aksi

kerin

gPy

Penj

emur

anW

k, D

cs, R

rM

tpk

Ps, P

m, P

g, P

a, P

hp, A

k

Mela

leuca

leu

cade

ndro

nO

rtod

okPe

man

jata

n/

pem

etik

an

buah

Sep-

Nop

BHC

Ekstr

aksi

kerin

gPy

Penj

emur

anW

k, D

cs, R

rM

tpk

Ps, P

m, P

g, P

a, P

hp, A

k

Meli

a az

edar

ach

Inte

rmed

iet

Pem

anja

tan/

pe

met

ikan

bu

ah

Feb-

Apr

BHK

Ekstr

aksi

basa

hM

nK

erin

g an

gin

suhu

kam

arW

k, R

acM

ptPs

, Pm

, Pg,

Pa,

Php

, Ak

Mim

usop

s ele

ngi

Ort

odok

Pem

anja

tan/

pe

met

ikan

bu

ah

Jul-S

epBM

HEk

strak

si ba

sah

Mn

Penj

emur

anW

k, R

ac, D

csM

pt, R

apPs

, Pm

, Pg,

Pa,

Php

, Ak

Neo

lam

arck

ia

cada

mba

Ort

odok

Peng

umpu

lan

di la

ntai

hut

anAp

r-Ju

nBH

KEk

strak

si ba

sah

PyK

erin

g an

gin

suhu

kam

arW

k, R

rM

tpk

Ps, P

m, P

g, P

a, P

hp, A

k

Neo

lam

arck

ia

mac

roph

ylla

Ort

odok

Peng

umpu

lan

di la

ntai

hut

anAp

r-Ju

nBH

KEk

strak

si ba

sah

PyK

erin

g an

gin

suhu

kam

arW

k, R

rM

tpk

Ps, P

m, P

g, P

a, P

hp, A

k

Octo

mele

s su

mat

rana

Ort

odok

Pem

anja

tan/

pe

met

ikan

bu

ah;

peng

umpu

lan

di la

ntai

hut

an

Des

, Jun

BHT

Ekstr

aksi

kerin

gPy

Ker

ing

angi

n su

hu k

amar

Wk,

Rr

Mtp

kPs

, Pm

, Pg,

Pa,

Php

, Ak

Pala

quiu

m

rostr

atum

Reka

lsitr

anPe

man

jata

n/

pem

etik

an

buah

Okt

-Nop

BHT

Ekstr

aksi

basa

hM

nK

erin

g an

gin

suhu

kam

arW

p, R

acM

ptPs

, Pm

, Pg,

Pa,

Php

, Ak

Peric

opsis

m

ooni

ana

Ort

odok

Pem

anja

tan/

pe

met

ikan

bu

ah

Agt-S

epBC

Ekstr

aksi

kerin

gM

t, Sg

tPe

njem

uran

Wk,

Rac

, Dcs

Mpt

, Rad

Ps, P

m, P

g, P

a, P

hp, A

k

Lam

pira

n 3.

Pen

anga

n be

nih

untu

k be

bera

pa je

nis t

anam

an h

utan

(lan

juta

n)

Page 202: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM:Untuk Pembangunan Hutan dan Rehabilitasi Lahan

184

Jeni

sK

arak

ter

beni

hPe

ngum

pula

n bu

ahM

usim

bu

ahIn

dika

tor

kem

asak

anEk

stra

ksi

beni

h

Sele

ksi

dan

sort

asi

Peng

erin

gan

beni

hPe

nyim

pana

nPe

rkec

amba

han/

pena

bura

nPe

mel

ihar

aan

bibi

t

Pinu

s m

erku

siiIn

term

edie

tPe

man

jata

n/

pem

etik

an

buah

Sept

, Jan

BHC

Ekstr

aksi

kerin

gM

t, Sg

tPe

njem

uran

Wk,

Rac

, Dcs

Mpt

hPs

, Pm

, Pg,

Pa,

Php

, Ak

Plan

chon

ia

valid

aRe

kalsi

tran

Pem

anja

tan/

pe

met

ikan

bu

ah

Apr-

Mei

HC

Ekstr

aksi

basa

hM

nK

erin

g an

gin

suhu

kam

arW

p, R

acM

ptPs

, Pm

, Pg,

Pa,

Php

, Ak

Podo

carp

us

imbr

icatu

sRe

kalsi

tran

Peng

umpu

lan

di la

ntai

hut

anJa

n-Ap

rBM

Ekstr

aksi

kerin

gM

nK

erin

g an

gin

suhu

kam

arW

p, R

acM

ptPs

, Pm

, Pg,

Pa,

Php

, Ak

Pong

amia

pi

nnat

aIn

term

edie

tPe

man

jata

n/

pem

etik

an

buah

Agt-D

esH

CEk

strak

si ke

ring

Mt

Ker

ing

angi

n su

hu k

amar

Wk,

Rac

, Dcs

Mpt

Ps, P

m, P

g, P

a, P

hp, A

k

Pter

ocar

pus

indi

cus

Ort

odok

Pem

anja

tan/

pe

met

ikan

bu

ah

Jul-A

gtBC

Ekstr

aksi

kerin

gM

tK

erin

g an

gin

suhu

kam

arW

k, R

ac, D

csM

ptPs

, Pm

, Pg,

Pa,

Php

, Ak

Pter

ospe

rmum

ja

vani

cum

Inte

rmed

iet

Pem

anja

tan/

pe

met

ikan

bu

ah

Okt

-Des

BCEk

strak

si ke

ring

Mn

Ker

ing

angi

n su

hu k

amar

Wk,

Rac

, Dcs

Mpt

Ps, P

m, P

g, P

a, P

hp, A

k

Sant

alum

al

bum

Inte

rmed

iet

Pem

anja

tan/

pe

met

ikan

bu

ah

Agt-N

opBH

TEk

strak

si ba

sah

Mn

Ker

ing

angi

n su

hu k

amar

Wk,

Rac

, Dcs

Mpt

, Ti

Ps, P

m, P

g, P

a, P

hp, A

k

Sam

anea

sa

man

O

rtod

okPL

Jul-S

epBC

Ekstr

aksi

kerin

gM

nPe

njem

uran

Wk,

Rac

, Dcs

Mpt

h, R

apPs

, Pm

, Pg,

Pa,

Php

, Ak

Schl

eiche

ra

oleo

saIn

term

edie

tPe

man

jata

n/

pem

etik

an

buah

Feb-

Apr

BHK

Ekstr

aksi

basa

hM

nK

erin

g an

gin

suhu

kam

arW

p, R

acM

pt, R

adPs

, Pm

, Pg,

Pa,

Php

, Ak

Lam

pira

n 3.

Pen

anga

n be

nih

untu

k be

bera

pa je

nis t

anam

an h

utan

(lan

juta

n)

Page 203: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

LAMPIRAN

185

Jeni

sK

arak

ter

beni

hPe

ngum

pula

n bu

ahM

usim

bu

ahIn

dika

tor

kem

asak

anEk

stra

ksi

beni

h

Sele

ksi

dan

sort

asi

Peng

erin

gan

beni

hPe

nyim

pana

nPe

rkec

amba

han/

pena

bura

nPe

mel

ihar

aan

bibi

t

Schi

ma

wal

lichi

iO

rtod

okPe

man

jata

n/

pem

etik

an

buah

Agt-s

epBC

Ekstr

aksi

kerin

gM

tPe

njem

uran

Wk,

Rac

, Dcs

Mpt

Ps, P

m, P

g, P

a, P

hp, A

k

Senn

a sia

mea

Ort

odok

Pem

anja

tan/

pe

met

ikan

bu

ah

Agt-O

ktBC

Ekstr

aksi

kerin

gM

tPe

njem

uran

Wk,

Rac

, Dcs

Mpt

, Rap

Ps, P

m, P

g, P

a, P

hp, A

k

Sesb

ania

gr

andi

flora

Ort

odok

Pem

anja

tan/

pe

met

ikan

bu

ah

Jul-S

epBC

Ekstr

aksi

kerin

gM

t, Sg

tPe

njem

uran

Wk,

Rac

, Dcs

Mpt

Ps, P

m, P

g, P

a, P

hp, A

k

Shor

ea

pina

nga

Reka

lsitr

anPe

man

jata

n/

pem

etik

an

buah

Feb-

Apr

BCEk

strak

si ke

ring,

sa

yap

dihi

lang

kan

Mn

Ker

ing

angi

n su

hu k

amar

Wp,

Rac

Mpt

Ps, P

m, P

g, P

a, P

hp, A

k

Ster

culia

fo

etid

aIn

term

edie

tPP

, PL

Jul-S

epBC

Ekstr

aksi

kerin

gM

nK

erin

g an

gin

suhu

kam

arW

k, R

ac, D

csM

ptPs

, Pm

, Pg,

Pa,

Php

, Ak

Styr

ax b

enzo

inIn

term

edie

tPe

ngum

pula

n di

lant

ai h

utan

Mar

-Apr

WBC

Ekstr

aksi

kerin

gM

tK

erin

g an

gin

suhu

kam

arW

k, R

ac, D

csM

pt, P

rjPs

, Pm

, Pg,

Pa,

Php

, Ak

Swiet

enia

m

acro

phyll

aIn

term

edie

tPe

man

jata

n/

pem

etik

an

buah

Jul-A

gtBC

Ekstr

aksi

kerin

gM

tK

erin

g an

gin

suhu

kam

arW

k, R

ac, D

csM

ptPs

, Pm

, Pg,

Pa,

Php

, Ak

Tam

arin

dus

indi

caO

rtod

okPe

man

jata

n/

pem

etik

an

buah

; pe

ngum

pula

n di

lant

ai h

utan

Jun-

Sep

PMR

Ekstr

aksi

basa

h at

au

kerin

g

Mt

Penj

emur

anW

k, R

ac, D

csM

pt, R

apPs

, Pm

, Pg,

Pa,

Php

, Ak

Lam

pira

n 3.

Pen

anga

n be

nih

untu

k be

bera

pa je

nis t

anam

an h

utan

(lan

juta

n)

Page 204: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM:Untuk Pembangunan Hutan dan Rehabilitasi Lahan

186

1) Indikator kemasakan: BC = warna buah cokelat, BHC = warna buah hijau tua kecokelatan, BHK = warna buah hijau tua hingga kekuningan, BKM = warna buah kuning kemerahan, WBHT = warna buah hijau atau kehitaman, BKC = warna kulit buah kuning kecokelatan, BHM = warna buah hijau kemerahan, BM = warna buah merah, BMH = warna buah merah kehitaman, BM = buah merekah, PMR = polong mudah diretakkan

2) Seleksi dan sortasi: Mn = manual, Mt = manual dengan penampian, Sgt = seed gravity table, Spa = seleksi dengan perendaman di dalam air, Pfp = pemisahan benih dengan sayapnya dengan food processor, Py = penyaringan dengan ukuran mesh.

3) Penyimpanan benih: Wk = wadah kedap, Wp = wadah poros, Rk = ruang suhu kamar, Rac = ruang AC (air conditioner), Rr = refrigerator, Cs = cool storage, Dcs = dry cool storage.

4) Perkecambahan: Mp = media pasir, Mpt = media pasir dan tanah (1:1), Mtpk = media tanah, pasir, kompos, Rap = perendaman air panas (80°C) dan dibiarkan dingin selama 24 jam, Rad = rendam air dingin, As = perendaman asal sulfat (H2SO4) 5 - 10 menit, Prj = Perlakuan rendam jemur selama 3 - 6 hari, Pkb = Pengikiran tidak boleh merusak embrio benih lalu benih direndam air selama 30 menit, Kno = Rendam dalam larutan KNO3 30 menit , Kb = kulit benih dibuang, Ti = memerlukan tanaman inang berdaun tipis dan kecil, bertajuk runcing, sistem perakaran sukulen, mudah bertunas setelah dipangkas.

5) Pembibitan: Py = penyiraman, Pm = pemupukan, Pg = penyiangan gulma, Pa = pemangkasan akar, Php = pengendalian hama penyakit, Ak = Aklimatisasi/hardening of.

Page 205: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

PROFIL PENULIS

Ir. Nurhasybi, MSc. dilahirkan di Samboja, Kalimantan Timur pada tanggal 24 September 1959. Penulis merupakan anak kesembilan dari pasangan Bapak Alm. H. Nurmin dan Ibu Alm. Hj. Nurkiyah. Sekolah dasar ditempuh di SD Pertamina Unit IV, Tanjung, Kalimantan Selatan (1967 -1973) dan dilanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP) II Pertamina, Balikpapan (1973-1976). Penulis melanjutkan ke sekolah menengah tingkat atas di SMA Patra Dharma,

Balikpapan dan lulus pada tahun 1980. Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) pada tahun 1981 melalui ujian tertulis (PP 1) dengan memilih Jurusan Manajemen Hutan-Fakultas Kehutanan IPB dan lulus tahun 1986. Program S-2 ditempuh penulis di Program Studi Ilmu Kehutanan, Sekolah Pascasarjana Universitas Gajah Mada melalui beasiswa dari Departemen Kehutanan (2009-2012). Penulis diterima sebagai staf teknis di Balai Teknologi Perbenihan, Direktorat Jenderal Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan pada tahun 1989. Sejak tahun 1993, penulis menjadi peneliti pada Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan dengan jabatan sekarang sebagai peneliti utama bidang silvikultur. Penulis aktif dalam berbagai kegiatan ilmiah seperti penulisan jurnal, pembimbingan mahasiswa (S1), perumusan SNI perbenihan tanaman hutan, workshop, seminar, gelar teknologi, tenaga ahli perbenihan tanaman hutan, tenaga pengajar pada program D3-Teknologi Benih Jurusan Budidaya Pertanian-IPB (1997-2001), anggota Panitia Teknis Penyusunan SNI (2001-2010), dan Tim Penyusunan Standarisasi Mutu Benih dan Bibit Tanaman Hutan, Direktorat Perbenihan Tanaman Hutan (2009-2015).

Page 206: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM:Untuk Pembangunan Hutan dan Rehabilitasi Lahan

188

Dr. Dede J. Sudrajat, S.Hut.MT. dilahirkan di Sumedang, tanggal 13 Desember 1974. Penulis merupakan anak ketiga (tiga bersaudara) dari pasangan Bapak Tahya dan Ibu Alm. Watmi Suhaemi. Penulis memulai pendidikannya di Sekolah Dasar Negeri Pangluyu di Kecamatan Situraja, Kabupaten Sumedang (1981-1987). Tingkat sekolah menengah pertama ditempuh di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Situraja (SMP Negeri 1 Cisitu) (1987-1990)

dan dilanjutkan ke jenjang sekolah menengah atas di SMA Negeri 1 Situraja (1990-1993). Penulis diterima di Jurusan Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan-Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB pada tahun 1993 dan lulus tahun 1998. Penulis melanjutkan jenjang S-2 pada Program Studi Magister Perencanaan Wilayah dan Kota, Institut Teknologi Bandung (ITB) melalui beasiswa Bappenas pada tahun 2004 dan lulus sebagai lulusan terbaik MPWK ITB pada wisuda September 2005. Program Doktor ditempuh di Sekolah Pascasarjana IPB dengan mengambil Program Studi Silvikultur Tropika. Penulis bekerja sebagai Peneliti Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan di Bogor sejak tahun 1999. Jabatan penulis sekarang adalah peneliti utama bidang silvikultur. Penulis juga aktif dalam berbagai kegiatan ilmiah seperti penulisan buku, jurnal, reviewer Agrivita Journal of Agriculture Science, dewan redaksi Jurnal Wallacea, Jurnal Perbenihan Tanaman Hutan dan Jurnal Agroforestri Indonesia, mengikuti berbagai seminar dan workshop, gelar teknologi, pembimbingan mahasiswa (S-1, S-2 dan S-3), konseptor RSNI perbenihan tanaman hutan, tenaga ahli perbenihan tanaman hutan, anggota Komite Teknis P065: Pengelolaan Hutan dan ketua kelompok kerja penyusunan metode standar pengujian dan standar mutu benih dan bibit tanaman hutan Direktorat Bina Perbenihan Tanaman Hutan (2009-2015) dan peneliti mitra CDSR IPB (SHERA-USAID) 2018-sekarang. Selain itu penulis juga terlibat sebagai pengajar berbagai pelatihan perbenihan di Pusat Pendidikan dan Pelatihan Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Balai Perbenihan Tanaman Hutan dan UPTD Perbenihan Provinsi.

Page 207: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81

PROFIL PENULIS

189

Ir. Eliya Suita dilahirkan di Solok, Sumatera Barat, tanggal 28 September 1966 yang merupakan anak keempat (lima bersaudara) dari pasangan Bapal Alm. Soekiman Oedin dan Ibu Asma. Pendidikan dasar ditempuh di SD Negeri 1 Muaralabuh, Kabupaten Solok, lulus pada tahun 1979, selanjutnya menempuh pendidikan pada jenjang SLTP di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Kabupaten Solok, lulus pada tahun 1982. Setelah itu penulis melanjutkan ke jenjang SLTA

di Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Padang, lulus tahun 1985. Pada tahun yang sama penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Penelusuran Minat Dan Kemampuan (PMDK) sebagai mahasiswa Tingkat Pertama Bersama(TPB), pada tahun kedua masuk ke Fakultas Kehutanan, Program Studi Konservasi Sumber Daya Hutan dan lulus pada tahun 1991. Pengalaman pekerjaan, diterima sebagai calon peneliti pada Puslitbang Hutan dan Konservasi Alam, Kementerian Kehutanan pada tahun 1998 sampai dengan tahun 1999, dan dari tahun 1999 sampai sekarang sebagai peneliti di Kelti Teknologi Perbenihan, Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan Bogor. Pada tahun 2015 sampai sekarang, diamanahi sebagai koordinator Laboratorium Pengujian Mutu Benih di Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan.

Page 208: KRITERIA BIBIT TANAMAN HUTAN SIAP TANAM · Gambar 17. Contoh hasil pengujian bibit tanaman hutan.....80 Gambar 18. Bibit yang telah diuji dipisahkan dan diberi label atau tanda ...81