kti perhepi
TRANSCRIPT
-
8/18/2019 KTI PERHEPI
1/24
TRANSFORMASI TEKNOLOGI PERTANIAN TRADISIONAL MENUJU TEKNOLOGI
MODERNISASI YANG BERBASIS ALAT TANAM BENIH LANGSUNG (ATABELA)
PADA PADI SAWAH
Disusun Oleh:
Ketua : Hertin NIM : D1A1 11033, Jurusan : Agribisnis
Anggota : 1. Fitriah NIM : F1D1 11 092, Jurusan : Kesehatan Masyarakat
2. Melianti NIM : D1A1 11 187, Jurusan : Agribisnis
Disampaikan dalam Lomba Karya Tulis Ilmiah (LKTI)
dalam Rangka Konperensi Nasionnal PERHEPI XVII dan Kongres PERHEPI XVI
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2014
-
8/18/2019 KTI PERHEPI
2/24
Abstrak
Transformasi pertanian tradisional menuju pertanian teknologi modern merupakan
kebutuhan bagi negara Indonesia dalam rangka memajukan atau meningkatkan produktifitas pertanian yang berdaya saing. Dengan demikian sejak tahap dini atau proses
oenanaman suatu komoditi (padi sawah) pertanian membutuhkan pengalihan teknologi dari
teknologi tradisional ke teknologi modern untuk lebih mendongkrak hasil produksi
pertanian itu sendiri dengan menggunakan alat tanam benih langsung (ATABELA). Untuk
mengembangkan perekonomian yang berorientasi global sesuai dengan kemajuan
teknologi dengan membangun keunggulan kompetitif berdasarkan keunggulan komperatif,
sebagai negara maritim dan agraris sesuai kompetensi dan produk unggulan di setiap
daerah , terutama pertanian dalam arti luas , kehutanan , perkebunan, kelautan , pertambangan , pariwisata ,serta industri kecil dan kerajinan rakyat. Dan untuk
mewujudkan hal tersebut maka pemanfaatan alih teknologi atas kekayaan intelektual dan
pengembangan mampu memanfaatkan dan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi
guna kepentingan masyarakat dan Negara.
-
8/18/2019 KTI PERHEPI
3/24
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ............................................................................... i
ABSTRAK .................................................................................................. ii
DAFTAR ISI ....................... .............................. ........................... .............. iii
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................ iv
LEMBAR PERNYATAAN ................................. ........................... ............ v
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................... ........................... ......................... ... 1
B. Perumusan Masalah ..................... .............................. ....................... 3
C. Tujuan Penulisan ......................... .............................. ....................... 3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pentingnya Transformasi Teknologi Tradisional Ke Modern
(Alat Tanam Benih Langsung) Bagi Tanaman Padi Sawah ........ ..... .. 4
B. Adaptasi Masyarakat Terhadap Transformasi Teknologi ................... 6
C. Dampak (Positif Dan Negatif) Dari Transformasi Teknologi
Alat Tamam Benih Langsung (ATABELA) ........................ .............. 7
D. Perubahan Nilai Atau Cara Pandang Masyarakat Terhadap
Transformasi Teknologi.............................................. ..................... 10
BAB III. METODE PENULISAN
A. Tempat dan Waktu ...................... .............................. ....................... 11B. Metode Pengumpulan Data ........................ ........................... ............ 11
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pentingnya Transformasi Teknologi Tradisional Ke Modern
(Alat Tanam Benih Langsung) Bagi Tanaman Padi Sawah ........ ..... .. 12
B. Adaptasi Masyarakat Terhadap Transformasi Teknologi
Alat Tanam Benih Langsung (ATABELA) ........................... ............ 14
C. Dampak (Positif Dan Negatif) Dari Transformasi Teknologi
Alat Tamam Benih Langsung (Atabela) ....................... ..................... 14
D. Perubahan Nilai Atau Cara Pandang Masyarakat Terhadap
Transformasi Teknologi Bagi Padi Sawah ........................ .............. 17
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan ........................ .............................. ......................... ....... 18
B. Saran ......................... .............................. ........................... .............. 18
DAFTAR PUSTAKA
-
8/18/2019 KTI PERHEPI
4/24
LEMBAR PENGESAHAN
1. Judul Karya Tulis : Transformasi Teknologi Pertanian Tradisional Menuju
Teknologi Modernisasi yang Berbasis Alat Tanam Benih
Langsung (ATABELA) pada Padi Sawah
2. Sub Tema : Teknologi Pertanian 3. Ketua Kelompok
a. Nama Lengkap : HERTIN
b. NIM : D1A1 11 033
c. Jurusan/Prodi/Departemen : AGRIBISNIS
d. Universitas : HALU OLEO
e. Alamat email dan No. HP : [email protected] No HP. 085394537826
4. Anggota Kelompok
a. Nama Lengkap Anggota 1 : FITRIAH
b. NIM/ Jurusan/Universitas : F1D1 11 092
c. Alamat email dan No. HP : [email protected] No HP: 085241841583
d. Nama Lengkap Anggota 2 : MELIANTI
e. NIM/Jurusan/Universitas : D1A1 11 187
f. Alamat email dan No. HP : [email protected] No HP : 082290187204
5. Dosen Pembimbing
a. Nama Lengkap dan Gelar :Dr. Ir. Lukman Yunus, M.,Si
b. NIP/NIDN : 19660924 199203 1002
c. Alamat email dan No. HP : [email protected]
Kendari, 20 juni 2014
Dosen pembimbing
Dr. Ir.Lukman Yunus, M.,SiNIP: 19660924 199203 1002
Ketua Kelompok
HertinNIM. D1A1 11 033
Menyetujui:
Ketua Prodi/Jurusan/Departemen Fakultas Pertanian, Universitas Halu Oleo
Awaluddin Hamzah, SP, M.Si NIP: 19730921 200212 1 002
mailto:[email protected]:[email protected]:[email protected]
-
8/18/2019 KTI PERHEPI
5/24
Lembar Pernyataan:
PERNYATAAN ORISINALITAS DAN TIDAK MENGANDUNG PLAGIARISME
Saya yang bertanda tangan dibawah ini, mewakili kelompok saya:
Nama : Hertin NIM : D1A1 11 033
Jurusan/Prodi/Dep : Agribisnis
Universitas : Halu Oleo
Alamat email dan No. HP : [email protected] No HP: 085394537826
Dengan ini menyatakan bahwa karya tulis kelompok kami yang berjudul:
Transformasi Teknologi Pertanian Tradisional Menuju Teknologi Modernisasi Yang
Berbasis Alat Tanam Benih Langsung (ATABELA) Pada Padi Sawah
yang diikutsertakan pada kegiatan Lomba Karya Tulis Ilmiah (LKTI) dalam rangka pelaksanaanKONPERNAS PERHEPI XVII dan KONGRES PERHEPI XVI pada tahun 2014 adalah benar
karya tulis kami dan belum pernah diikutsertakan diikutsertakan perlombaan sejenis dan
dipublikasikan dalam bentuk media apapun, serta tidak mengandung unsur plagiarism (menjiplak
karya orang lain), setiap rujukan/referensi dan kutipan karya orang lain telah disebutkan sumbernya
dalam daftar pustaka.
Demikian pernyataan ini kami buat dengan sebenar-benarnya. Apabila ditemukan informasi yang
disampaikan tidak benar, maka kami bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan yang berlaku.
Kendari, 20 Juni 2014
Atas Nama Kelompok LKTI,
Anggota Kelompok:
-
8/18/2019 KTI PERHEPI
6/24
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masyarakat adalah makhluk sosial yang cenderung selalu berubah dan mengalami
proses evolusi. Pada zaman modern ini, masyarakat dituntut untuk bisa berubah dari
masyarakat yang dulunya masih sederhana menjadi masyarakat yang lebih modern,
mandiri dan sanggup berinovasi untuk mendorong kemajuan negara. Dalam proses
pembangunan, dibutuhkan keterlibatan teknologi agar bisa memecahkan segala masalah
dan tantangan lingkungan/zaman. Sehingga manusia diwajibkan untuk melek terhadap
teknologi pertanian yang modern dan. Dengan ini, diperlukan pemikiran-pemikiran
inovatif agar tercipta masyarakat yang bisa berpikir maju, kritis, kreatif, mandiri dan
berjiwa tangguh.
Tentang istilah “alih” atau “pengalihan” merupakan terjemahan dari kata transfer. Sedang kata transfer berasal dari bahasa latin transfere yang berarti jarak lintas (trans,
accross) dan ferre yang berarti memuat (besar). Kata alih atau pengalihan banyak dipakai
para ahli dalam berbagai tulisan, walaupun adapula yang menggunakan istilah lain seperti
“pemindahan” yang diartikan sebagai pemindahan sesuatu dari satu tangan ke tangan yang
lain, sama halnya dengan pengoperan atau penyerahan. Pendapat inilah yang menekankan
makna harfiahnya, pendapat lain dengan istilah “pelimpahan” sedangkan para ahli
menghendaki makna esensinya dengan memperhatikan insir adaptasi, asimilasi, desiminasi
atau difusikannya obyek yang ditransfer (teknologi).
Alih teknologi itu meliputi perubahan atas sistem teknologi yang sebelumnya
mengandalkan tenaga manusia beralih dengan teknologi mesin, termasuk saat penanaman
dan saat panen sehingga hasil panen lebih optimal dan mampu mendongkrak produksi
produk pertanian itu sendiri.
Untuk mengembangkan perekonomian yang berorientasi global sesuai dengan
kemajuan teknologi dengan membangun keunggulan kompetitif berdasarkan keunggulan
komperatif, sebagai negara maritim dan agraris sesuai kompetensi dan produk unggulan di
setiap daerah, terutama pertanian dalam arti luas, kehutanan, perkebunan, kelautan,
pertambangan, pariwisata, serta industri kecil dan kerajinan rakyat. Dan untuk
mewujudkan hal tersebut maka pemanfaatan alih teknologi atas kekayaan intelektual serta
pengembangan mampu memanfaatkan dan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi
guna kepentingan masyarakat dan Negara.
-
8/18/2019 KTI PERHEPI
7/24
Berdasarkan uraian di atas, perkembangan pertanian menuju pertanian yang lebih
maju dan mandiri ini sangat menarik untuk dikaji lebih lanjut. Oleh sebab itu penulis
menyusun Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Transformasi Teknologi Pertanian
Tradisional Menuju Teknologi Modernisasi Yang Berbasis Alat Tanam Benih Langsung
(ATABELA) Pada Padi Sawah”.
B. Perumusan Masalah
Sesuai penjelasan diatas, maka yang menjadi permasalahan dalam Karya Tulis
Ilmiah ini yaitu :
1. Mengapa Penting Transformasi Teknologi Tradisional Ke Teknologi Modern
(Alat Tanam Benih Langsung) Bagi Tanaman Padi Sawah?
2. Bagaimana Adaptasi Masyarakat Terhadap Transformasi Teknologi Tersebut?3. Bagaimana Dampak (Positif Dan Negatif) Dari Aktifitas Teknologi Tersebut?
4. Bagaimana Perubahan Nilai Atau Cara Pandang Masyarakat Terhadap
Transformasi Teknologi Tersebut?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari Karya Tulis Ilmiah ini yaitu untuk mengetahui :
1. Pentingnya Transfarmasi Teknologi Tradisional Ke Teknologi Modern (Alat
Tanam Benih Langsung) Bagi Tanaman Padi Sawah.
2. Adaptasi Masyarakat Terhadap Trasformasi Teknologi Tersebut.
3. Dampak (Positif Dan Negatif) Dari Aktifitas Trasformasi Teknologi Tersebut.
4. Perubahan Nilai Atau Cara Pandang Masyarakat Terhadap Transformasi Teknologi
Tersebut.
-
8/18/2019 KTI PERHEPI
8/24
BAB II. TINJAUAN PUTAKA
A . Pentingnya Transformasi Teknologi ogi Tradisional Ke Teknologi Modern (Alat
Tanam Benih Langsung) Bagi Tanaman Padi Sawah
Lingkungan strategis yang berubah terus menerus, merupakan konsekuensi yang
harus dihadapi oleh Indonesia yang sedang membangun. Perubahan lingkungan strategis
global yang mengarah kepada semakin kuatnya liberalisasi dan globalisasi perdagangan
membawa berbagai konsekuensi terhadap daya saing komoditas pertanian Indonesia di
pasar internasional. Sementara itu dari lingkungan dalam negeri semangat reformasi, yang
menuntut terwujudya demokrasi politik, dan ekonomi, dengan tuntutan keadilan, hak azasi
manusia, termasuk tatanan social budaya masyarakat mempengaruhi perubahan paradigm
pembangunan pertanian terutama adanya semangat otonomi daerah pada akhir akhir ini.
Pada prinsipnya petani modern dalam konteks sistem dan usaha agribisnis yang
berdaya saing, memiliki ciri produktivitas dan efisiensi tinggi, hasil pertaniannya
berkualitas dan bernilai tambah tinggi, serta diusahakan sesuai dengan lingkungan
produksi (sumber daya lahan dan air). Inovasi teknologi dan efisiensi usaha tani yang
tinggi dan terus meningkat disesuaikan dengan perkembangan sosial masyarakat. Kaidah-
kaidah komersial diterapkan dalam sistem usaha tani tersebut, dimana komersialiasi
ditandai dengan sistemnya yang memiliki profitability tinggi, produknya sudah specialized
( tingkat diversifikasi tinggi), input yang digunakan tradable ( IRRI, 1999). Lebih spesifik, beberapa ciri utama yang dapat dirangkum adalah sebagai berikut:
a) Produksi pertanian bermutu tinggi dan berubah jumlahnya sesuai permintaan pasar
b) Perubahan biaya produksi yang disebabkan oleh adanya perubahan teknologi yang
terus menerus diusahakan.
c) Penggunaan sumber daya lahan air, tenaga kerja dan modal pada usaha tani efisien.
d) Usaha tani fleksibel, dinamis, terus meningkat produktifitasnya dan dikelola secara
komersial dan didukung oleh tersedianya fasilitas transportasi dan tata niaga bisnis,
fasilitas kredit, industri produktif yang menghasilkan sarana produk modern seperti
pupuk, pestisida serta alat-alat dan mesin lainnya dan fasilitas penyuluh dan
peneliti.
e) Profesionalisme merupakan karakter yang menonjol dalam setiap karya yang
dihasilkan.
-
8/18/2019 KTI PERHEPI
9/24
f) Perekayasaan harus menggantikan ketergantungan pada alam, sehingga setiap
produk yang dihasilkan senantiasa sesuai dengan yang dikehendaki dalam mutu,
jumlah, bentuk, rasa, dan sifat sifat lainnya.
Karena itulah Ginanjar (1996) menyebutkan perlunya suatu transformasi pertanian
dari pertanian tradisonal ke pertanian modern yang intinya adalah pertanian berbudaya
dengan menggunakan alat tanam benih langsung (ATABELA).
ATABELA adalah alat tanam benih langsung yang digunakan untuk membantu
melakukan penanaman dengan tanpa melakukan persemaian terlebih dulu. Sehingga cara
ini sangat potensi pada berkurangnya tingkat stres tanaman padi. Salah satu dasar
dikembangkannya teknologi ini adalah untuk meningkatkan efisiensi produksi, terutama
efisiensi didalam penggunaan tenaga kerja tanam. Disamping itu , teknologi ini juga
memiliki beberapa kelebihan antara lain memperpendek umur panen dan dapat
meningkatkan hasil panen.
Lebih lanjut dalam pemahaman saat ini, pertanian modern adalah modernisasi
sistem dan usaha agribisnis yang harus mampu menjamin pengadaan pangan yang cukup
untuk bangsa dan masyarakat. Pengadaan pangan itu didasarkan atas pemanfaatan sumber-
sumber alam, mutu sumber daya manusia dan inovasi teknologi yang berkembang dalam
wadah bangsa itu sendiri, tanpa adanya ketergantungan dari sumber-sumber luar negeri
(Birowo, 1977).
Pertanian modern dalam pemahaman Sistem dan Usaha Agribisnis modernmemberikan (a) lapangan kerja yang merata bagi warganya dan (b) penghasilan yang
cukup untuk membina kesejahteraan umum yang merata. Dengan kesejahteraan yang
semakin meningkat itu, sektor pertanian mampu menyerap hasil-hasil industri dan jasa-
jasa, baik yang bersifat menunjang usaha produksi, maupun yang berupa barang konsumsi.
Karakteristik lain dari sistem dan usaha agribisnis yang modern adalah mempunyai
cadangan tenaga kerja yang terampil serta fleksibel karena terus menerus mau mendalami
kemajuan, dan mendapatkan pelatihan dan penyuluhan yang berkelanjutan, yang sewaktu-
waktu dapat dimanfaatkan di dalam sektor industri (industri pertanian—agro industri
ataupun sector lainnya). Transformasi struktural dalam tenaga kerja tersebut dari sector
pertanian ke sektor yang lain itu merupakan akibat yang wajar dari peningkatan
produktifitas di dalam sektor pertanian.
Pertanian modern yang berwawasan agribisnis dikembangkan dan dibangun dari
pertanian tradisional melalui proses modernisasi. Pada prinsipnya, modernisasi menuntut
terjadinya perubahan dan pembaharuan sistim nilai dan budaya ( Birowo, 1977; Ginanjar,
-
8/18/2019 KTI PERHEPI
10/24
1996) Modernisasi berarti melakukan reformasi terhadap norma dan budaya yang tidak
sesuai lagi dengan perubahan zaman, kurang produktif, kurang efisien dan tidak memiliki
daya saing. Perubahan tersebut perlu waktu, harus terjadi dalam lingkup integral dan tidak
hanya mencakup aspek-aspek teknis, ekonomis, politis melainkan juga aspek penghidupan
sosio-kulturil.
Alih teknologi itu meliputi perubahan atas sistem teknologi yang sebelumnya
mengandalkan tenaga manusia beralih dengan teknologi mesin, termasuk saat proses
buidaya suatu tanaman sehingga hasil panen lebih optimal dan mampu mendongkrak
produksi dari produk pertanian itu sendiri.
Untuk mengembangkan perekonomian yang berorientasi global sesuai dengan
kemajuan teknologi dengan membangun keunggulan kompetitif berdasarkan keunggulan
komperatif ,sebagai negara maritim dan agraris sesuai kompetensi dan produk unggulan di
setiap daerah , terutama pertanian dalam arti luas , kehutanan , perkebunan, kelautan ,
pertambangan , pariwisata ,serta industri kecil dan kerajinan rakyat. Dan untuk
mewujudkan hal tersebut maka pemanfaatan alih teknologi atas kekayaan intelektual serta
pengembangan mampu memanfaatkan dan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi
guna kepentingan masyarakat dan Negara.
B. Adaptasi Masyarakat Terhadap Transformasi Teknologi Alat Tanam Benih
Langsung (ATABELA)
Secara sederhana, konsep alih teknologi dapat diartikan sebagai salah satu cara
untuk memperoleh kemampuan teknologi, di mana saluran yang dapat dipakai juga
bermacam-macam. Sebagai contoh: alih teknologi dapat dilakukan dengan menggunakan
alat tanam benih lansung (ATABELA).
adaptasi masyarakat terhadap alih teknologi dapat dilihat dari segi Konsep alih
teknologi yang dipahami secara berbeda-beda, seperti juga konsep kemampuan teknologi.
Santikar (1981) menunjukkan bahwa ada empat macam konsep alih teknologi, di mana
masing-masing konsep membutuhkan kemampuan teknologi dan pendalaman teknologi
yang berbeda-beda. Keempat konsep alih teknologi tersebut adalah:
1. Alih teknologi secara geografis.
Konsep ini menganggap alih teknologi telah terjadi jika teknologi tersebut telah
dapat digunakan di tempat yang baru, sedangkan sumber-sumber masukan sama
sekali tidak diperhatikan.
2. Alih teknologi kepada tenaga kerja lokal.
-
8/18/2019 KTI PERHEPI
11/24
Dalam konsep ini, alih teknologi terjadi jika tenaga kerja lokal sudah mampu
menangani teknologi impor dengan efisien, yaitu jika mereka telah dapat
menjalankan mesin-mesin, menyiapkan skema masukan-keluaran, dan
merencanakan penjualan.
3. Transmisi atau difusi teknologi.Dalam konsep ini, alih teknologi terjadi jika teknologi menyebar ke unit-unit
produktif lokal lainnya. Hal ini dapat terjadi melalui program sub-contracting atau
usaha-usaha diseminasi lainnya.
4. Pengembangan dan adaptasi teknologi.
Dalam konsep ini, alih teknologi baru terjadi jika tenaga kerja lokal yang telah
memahami teknologi tersebut mulai mengadaptasinya untuk kebutuhan-kebutuhan
spesifik setempat ataupun dapat memodifikasinya untuk berbagai kebutuhan. Pada
kasus-kasus tertentu yang dianggap berhasil, tenaga kerja lokal dapat
mengembangkan teknik-teknik baru berdasarkan teknologi impor tadi.
Dalam hal ini adaptasi masyarakt terhadap alih teknologi tersebut adalah adanya
partisipasi masyarakat dalam menerima dan memproduksi serta menerapakan dan
memanfaatkan teknologi tersebut untuk memenuhi kebutuhan manusia, menciptakan
kemandirian bagi petani, dan memanfaatkan teknologi untuk memajukan produknya dalam
era globalisasi, serta untuk meingkatkan kemampuan sumberdaya manusia dan kapabilitas
teknologinya yang masih sistemnya terbelakang.
C. Dampak (Positif Dan Negatif) Dari Transformasi Teknologi Alat Tamam Benih
Langsung (ATABELA)
Dalam melakukan pengadaan suatu teknologi baru pasti akan mempunyai dampak,
baik dampak positif maupun dampak negatif, dampak positif dari transformasi teknologi
alat tanam benih langsung (ATABELA) yaitu:
1. Meningkatkan hasil produksi dan pendapatan petani,
2. Memperpendek umur panen dan dapat meningkatkan hasil panen,
3. Menghemat tenaga kerja, serta
4. hemat waktu.
Disamping banyaknya keunggulan dari mekanisasi di atas, terdapat juga beberapa
kelemahan dari mekanisasi pertanian tersebut, diantaranya yaitu sebagai berikut :
1. Dapat menggeser tenaga kerja manusia dan memberikan dampak negatif terhadap
pemerataan pendapatan ,
-
8/18/2019 KTI PERHEPI
12/24
2. Membutuhkan biaya yang banyak dalam pengadaan dan perwatan alat-alat mekanis
tersebut,
3. Dapat memperbanyak pengangguran,
4. Timbulnya sikap individualistis, Serta
5. Mengakibatkan kesenjangan sosialSedangkan Soerjanto Poespowardojo ( 1989:68-69 ) juga menyebut empat bidang
yang dijangkau oleh penerapan teknologi, yaitu: ekonomi, sosial, politik dan pandangan
hidup. Diakui amatlah sukar membuat daftar dampak negatif teknologi berdasarkan
jenisnya. Hal itu sesuai dengan sifat kemenduaan teknologi. Di bidang informasi dan
komunikasi, misalnya, teknologi memiliki dampak negatif sendiri selain kegunaannya bagi
manusia dalam segenap aspek kehidupannya.
Melalui pengamatan yang dilakukannya sejak Repelita I Orde Baru, Soerjanto
Poespowardojo menyebutkan empat kecenderungan masyarakat yang merupakan masalah
kita bersama, yaitu: reifikasi, manipulasi, fragmentasi dan individualisasi . Segala sesuatu
harus diwujudkan dengan dan dalam bentuk-bentuk lahiriah yang nyata agar dapat diukur
secara kuantitatif. Kecenderungan reifikasi (Lat. res = benda) mengabaikan dimensi etis
dan religius manusia, seolah-olah segala kebenaran hanya dapat dibuktikan secara ilmiah
( scientism ), sebagaimana telah dinyatakan melalui penemuan-penemuan teknologi yang
didasarkan pada pretensi kemampuannya dalam mengubah dan memberikan arah serta arti,
makna yang baru dalam kehidupan manusia. Dengan cara yang sama, manipulasi pun berkembang melalui berbagai iklan produk, tontonan dan pemberitaan yang
mempermainkan fantasi dan imajinasi masyarakat.
Disiplin dan struktur hirarkis ilmu dan teknologi memengaruhi pembaruan strata
sosial masyarakat melalui gejala-gejala fragmentasi yang menyertai proses pembangunan
dan modernisasi. Yang terakhir, individualisasi merupakan kecenderungan yang bersifat
mendua. Satu mengarah ke individualisme dalam arti positif dengan ciri-ciri kesadaran dan
kepercayaan akan kemampuan diri sendiri dalam berinisiatif dan berprestasi, bertindak
lebih rasional dan bertanggung jawab. Arah lain yang negatif adalah egoisme yang tidak
sehat, sikap mau menang dan benar sendiri, seperti tampak nyata dalam kehidupan sehari-
hari: kesemrawutan lalu-lintas, penyerobotan, over-lapping , dan sebagainya.
Dampak teknologi modern jika di lihat dalam semua bidang tersebut berlangsung
dalam keterkaitan satu sama lain. Produksi, distribusi, dan konsumsi dalam pola ekonomi
modern merusak biosfer. Eksplorasi dan eksploitasi sumber daya alam secara besar-
besaran, selain menguranginya sekaligus juga merusak lingkungan hidup, memanaskan
-
8/18/2019 KTI PERHEPI
13/24
atmosfer, membocorkan lapisan ozon, memperluas padang gurun, menipiskan cadangan air
tanah (tawar), dan menjadikan hama semakin resisten. Lebih dari itu teknologi moden
terbukti mampu mengubah struktur masyarakat dan tingkah laku yang menyertai
modernisasi, mengarah pada dehumanisasi, merusak kesehatan raga dan jiwa manusia.
Apalagi, transfer of technology tak pernah hanya sekadar pemindahan teknologi belaka,
tetapi juga selalu membawa kultur tempat lahir teknologi itu, seperti dikatakan oleh
Jacques Ellul: “Teknik membawa ideologinya sendiri. Dan setiap realisasi teknik
menimbulkan pembenaran-pembenaran ideologisnya.”
Sedemikian hebatnya pengaruh teknologi modern itu tampak pula pada
kemampuannya menguasai ilmu yang semula dianggap sebagai ibunya. Kini, ilmu
mendapatkan bantuan dari teknologi dan bersamaan dengan itu diabdikan pula untuk
penyempurnaannya. Sekadar contoh, dapat dikemukakan bahwa ilmuwan kini jauh lebih
mudah mengembangkan ilmu berkat teknologi komputer. Berbagai simulasi dapat
dilakukan dalam waktu yang jauh lebih cepat dan tepat daripada cara-cara konvensional.
Dengan cara yang sama, teknologi mengambil alih kegiatan produktif manusia, dan dengan
demikian ia pun menguasai seluruh kegiatan manusia.
D. Perubahan Nilai Atau Cara Pandang Masyarakat Terhadap Transformasi
Teknologi Tersebut
Sejak awal kelahirannya pada masa Pencerahan, teknologi telah menghancurkanmitos-mitos dan pola pikir masyarakat tradisional yang dibatasi oleh berbagai legitimasi
tradisi kebudayaan seperti mitologi, teknologi, filsafat, yang semuanya berfungsi integratif.
Pola tersebut disadari sebagai ideologi dalam fungsi distorsif karena bertentangan dengan
kepentingan, pencerahan yang melahirkan berbagai penemuan yang menjadi cikal-bakal
Revolusi Industri. Ideologi yang kemudian muncul sebagai legitimasi baru mengganti pola
tradisional dengan pola modern yang membentuk sistem integrasi sosial baru, seperti
proses penanaman padi sawah yang dulunya mengandalkan tenaga manusia yang begitu
banyak merekruk tenaga kerja sekarang beralih pada teknologi modern yaitu menggunkan
alat tanam benih langsung (ATABELA) dengan tujuan Suntuk mengoptimalkan sumber
daya yang ada dalam rangka memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri.
Kita ketahui bersama beras merupakan salah bahan pangan yang paling mendasar
di negara indonesia khususnya dimana diketahui bahwa makanan pokok warga atau
masyarakat Indoseia 98% membutuhkan bahan pangan tersebut. Dengan demikian upaya
untuk mencapai kemandirian dalam memenuhi kebutuhan pangan nasional bukan hanya
-
8/18/2019 KTI PERHEPI
14/24
dipandang dari sisi untung rugi ekonomi saja tetapi harus disadari sebagai bagian yang
mendasar bagi ketahanan nasional yang harus dilindungi.
Seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk Indonesia saat ini mencapai 216 juta
jiwa dengan angka pertumbuhan 1.7 % pertahun. Angka tersebut mengindentifikasikan
Betapa besarnya bahan pangan yang harus disediakan untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Kebutuhan yang besar jika tidak diimbangi peningkatan produksi pangan justru
menghadapi masalah bahaya latent yaitu laju peningkatan produksi di dalam negeri yang
terus menurun. Sudah pasti jika tidak ada upaya untuk meningkatkan produksi pangan
akan menimbulkan masalah antara kebutuhan dan ketersediaan pangan dengan
kesenjangan semakin melebar. untuk mengantisipasi hal tersebut para petani dalam
membudidayakan tanaman padi sawah mereka lebih memilih menggunakan alat tanam
benih langsung dengan tujuan untuk mengoptimalkan sumberdaya yang ada dalam rangka
memenuhi kebutuhan pangan.
-
8/18/2019 KTI PERHEPI
15/24
BAB III. METODE PENULISAN
A. Tempat dan Waktu
Penulis memulai menulis karya ilmiah ini pada tanggal 13 Juni 2014 hingga tanggal
20 Juni 2014 bertempat di rumah penulis sendiri.
B. Metode Pengumpulan Data
Dalam penyusunan dan penyelesaian karya tulis ini, penulis menggunakan metode
sebagai berikut:
1. Studi Pustaka
Metode ini dilakukan dengan cara mencari informasi melalui buku-buku
dan tulisan sebagai referensi dalam karya tulis ini.
2. Pencarian Dunia Maya
Metode ini dilakukan untuk memperoleh data-data yang tidak didapatkan
sewaktu studi pustaka. Cara ini dilakukan dengan mencari data-data melalui
website diinternet yang terkait dengan masalah yang di bahas.
-
8/18/2019 KTI PERHEPI
16/24
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pentingnya Transformasi Teknologi Tradisional Ke Teknologi Modern (Alat
Tanam Benih Langsung) Bagi Tanaman Padi Sawah
Pentingnya transformasi teknologi tradisional ke teknologi modern yaitu untuk
membantu mempercepat adanya proses pasca panen terhadap pertanian menciptakan
kemandirian bagi petani, dan memanfaatkan teknologi untuk memajukan hasil produknya
dalam era globalisasi, serta untuk meingkatkan kemampuan sumberdaya manusia dan
kapabilitas teknologinya yang masih relatif terbelakang.
Alat tanam benih langsung (ATABELA) merupakan salah satu alternatif yang
dapat digunakan untuk membudidayakan tanaman padi. Alat Tanam benih padi secara
langsung, dimana benih padi langsung disebar di lahan budidaya tanpa melalui proses
penyemaian terlebih dahulu. Cara ini berbeda denga budidaya padi sistem pindah tanamatau transplanting, dalam hal pembibitannya. Kegiatan lainnya relatif sama. Dalam sistem
pindah tanam, benih padi disemaikan terlebih dahulu di lahan yang terpisah dengan lahan
budidaya. Dengan demikian, dibutuhkan tenaga untuk persiapan lahan semai, penyebaran
benih, pencabutan bibit yang sudah siap tanam, dan tenaga tanam. Ditambah lagi tenaga
transportasi untuk memindah bibit dari lokasi penyemaian menuju ke lokasi budidaya,
karena seringkali lahannya berjauhan. Dalam tabela tenaga untuk melakukan
kegiatankegiatan tersebut tidak ada. Jadi dengan tabela dapat mengurangi penggunaan
tenaga kerja yang tentunya dapat mengurangi biaya produksi jika menggunakan tenaga
kerja upahan atau buruh tani.
Menanam padi biasanya dimulai dengan menyemaikan benih pada 3-5% lahan
sawah. Di beberapa daerah yang mulai kesulitan tenaga kerja, penyiapan pesemaian akan
menjadi kendala usaha. Dengan teknik alat ini (tanam benih langsung), disamping tidak
memerlukan lahan, juga menghemat biaya tenaga kerja.
Pengolahan tanah untuk alat ini menghendaki sesempurna mungkin agar saat benih
ditanam dapat tumbuh serempak dan pertumbuhan gulma dapat ditekan. Saat tanam lahan
harus dalam keadaan macak-macak, paling lambat dua hari setelah olah tanah selesai.
Benih disiapkan dengan merendamnya dalam air yang bersih selama 24 jam atau 48 jam.
Jika benih melewati waktu yang telah ditentukan dan telah berakar, berarti sudah terlambat
untuk alat penabur benih ini.
Cara tanamnya cukup dengan meletakkan 10-15 butir benih per titik tanam yang
telah ditentukan. Jika diperkirakan akan turun hujan maka harus ditunda karena akan
-
8/18/2019 KTI PERHEPI
17/24
menghanyutkan benih.Masa kritis untuk padi adalah sampai tanaman berumur 30 hari.
Disamping ada resiko benih hanyut karena air melimpah atau hujan, juga adanya
persaingan dengan gulma. Jika dalam masa kritis tersebut dapat ditangani, maka
produktivitas alat penabur benih ini sama dengan tanam biasa.
Masa panen alat penabur benih padi lebih singkat misalnya, masa panen varitas
padi yang ditanam secara disemai memerlukan waktu antara 110- 115 hari, tetapi sistim
tabela hanya umur 90 hari sudah bisa panen. "Pemakaian benih lebih hemat yakni sekitar
17-20 kilogram per hekto are. Cara tradisional bisa butuh benih 30-35 kilogram per hekto
are hingga 40 kilogram per hekto are,"Kutipan Abdul kadir” salah satu petani asal desa
lamedai kecamatan watubangga kabupaten Kolaka.
Alat penabur benih padi atau tanam benih langsung memang memiliki beberapa
keunggulan yang membuat sistem ini dengan cepat bisa menarik perhatian petani. Adapun
keunggulannya adalah : Sistem tabela hemat kebutuhan air hingga 20% per musimnya,
hemat kebutuhan tenaga kerja tanam serta waktu yang digunakan dalam pengoperasiannya
lebih spesifik dibandingkan dengan tanaman bibit yang disemai.
Dengan sistem ini kebutuhan tenaga kerja penanam untuk luasan 1 hektar adalah
lima orang tenaga kerja dengan waktu kurang lebih 2 jam sehingga besar biayaakan jauh
lebih murah jika dibandingkan dengan budidaya dengan sistem yang selama ini dipakai
petani, hemat waktu karena tidak diperlukan kegiatan persemaian, Tanaman tumbuh lebih
cepat karena tidak memerlukan waktu untuk penyesuaian lahan dan menghasilkan anakanyang dapat berproduksi secara maksimal. Hasil produksi lebih tinggi dibandingkan dengan
sistem tanam pindah dan tanaman lebih tahan terhadap serangan hama penggerek batang.
Akan tetapi beberapa keunggulan tersebut tidak serta merta membuat tabela jauh
dari kelemahan. Salah satu yang mengemuka adalah jatuhnya benih tidak merata pada
waktu penyebarannya. Hal ini disebabkan system tabela menggunakan alat bantu (alat
tanam benih langsung) atau peralatan yang dilengkapi dengan roda.
B.
Adaptasi Masyarakat Terhadap Transfarmasi Teknologi Alat Tanam BenihLangsung (ATABELA)
Adaptasi masyarakat terhadap transformasi teknologi tersebut terdapat adanya
partisipasi atau keinginan masyarakat atau petani dalam menerima dan memproduksi serta
menerapakan dan memanfaatkan teknologi tersebut untuk memenuhi kebutuhan manusia,
dalam menciptakan kemandirian bagi petani, dan memanfaatkan teknologi untuk
-
8/18/2019 KTI PERHEPI
18/24
memajukan hasil produknya dalam era globalisasi, serta untuk meingkatkan kemampuan
sumber daya manusia dan kapabilitas teknologinya yang masih sistemnya terbelakang.
Dimana teknologi “baru” yang dihasilkan mampu mengukuhkan kepercayaan
bahwa dengan mekanisasi pertanian ( penerapan kaidah keteknikan) dapat diwujudkan
suatu sistem usaha tani dengan kepastian hasil tinggi yang dinyatakan dengan ciri fisik
seperti kuantitas, kualitas, produktivitas dan efisiensi.
C. Dampak (Positif Dan Negatif) Dari Transformasi Teknologi Alat Tamam Benih
Langsung (ATABELA)
Dalam melakukan pengadaan suatu teknologi baru pasti akan mempunyai dampak,
baik dampak positif maupun dampak negatif, dampak positif dari transformasi teknologi
alat tanam benih langsung (ATABELA) yaitu:
1. Meningkatkan hasil produksi dan pendapatan petani
Usaha peningkatan produksi padi di Indonesia dilakukan pemerintah
melalui program intensifikasi dan ekstensifikasi. Intensifikasi dilakukan dengan
memperbaiki teknologi anjuran untuk meningkatkan produktivitas lahan,
sedangkan ekstensifikasi ditujukan untuk memperluas areal produksi. Perluasan
areal umumnya diarahkan ke lahan baru serta lahan tidur atau meningkatkan indeks
panen (IP) pada lahan yang mempunyai IP rendah.
Pada sistem usaha tani padi intensif dengan tenaga kerja banyak tersediadan murah, sistem tanam pindah (TAPIN) umum dilakukan petani. Namun, di
daerah dengan tenaga kerja sukar dan mahal sementara harga mesin tanam pindah
tidak terjangkau petani, sistem tanam benih langsung (TABELA) dapat menjadi
alternatif bagi petani. Kelangkaan tenaga kerja sering menyebabkan waktu tanam
terlambat, sehingga petani terpaksa menanam bibit padi yang sudah tua sehingga
hasil panen rendah. Untuk mengatasi masalah tersebut maka budi daya padi tabela
diintroduksikan. Tujuannya adalah untuk mengurangi penggunaan tenaga kerja
yang terkonsentrasi pada waktu yang bersamaan seperti pengolahan tanah dan
tanam, serta untuk menghindari pembuatan dan pemeliharaan persemaian. Efisiensi
tenaga kerja tersebut dapat menekan biaya tenaga kerja yang mahal serta mengejar
masa tanam yang serempak dengan biaya relatif murah.
2. Memperpendek umur panen dan dapat meningkatkan hasil panen
Masa panen alat penabur benih padi lebih singkat misalnya, masa panen
varitas padi yang ditanam secara disemai memerlukan waktu antara 110- 115 hari,
-
8/18/2019 KTI PERHEPI
19/24
tetapi sistim tabela hanya umur 90 hari sudah bisa panen. "Pemakaian benih lebih
hemat yakni sekitar 17-20 kilogram per hekto are. Cara tradisional bisa butuh benih
30-35 kilogram per hekto are hingga 40 kilogram per hekto are,"Kutipan Abdul
kadir” salah satu petani asal desa lamedai kecamatan watubangga kabupaten
Kolaka
3. Menghemat tenaga kerja, serta
IRRI (1989) telah mengantisipasi kelangkaan tenaga kerja yang terjadi pada
tahun 2000-an serta perkembangan teknologi maju pada waktu itu. Berdasarkan
pemikiran tersebut, maka sistem tabela diharapkan semakin populer di Asia
khususnya pada sistem usaha tani padi intensif. Menurut De Datta dan Flinn
(1986), Moody (1990), dan Washio (1992), sistem tabela mampu memberikan hasil
panen yang sebanding dengan hasil panen padi tapin, bahkan lebih tinggi dengan
pengelolaan yang optimum.
4. Hemat waktu.
Dengan sistem ini kebutuhan tenaga kerja penanam untuk luasan 1 hektar
adalah lima orang tenaga kerja dengan waktu kurang lebih 2 jam sehingga besar
biaya akan jauh lebih murah jika dibandingkan dengan budidaya dengan sistem
yang selama ini dipakai petani,
Persemaian, Tanaman tumbuh lebih cepat karena tidak memerlukan waktu
untuk penyesuaian lahan dan menghasilkan anakan yang dapat berproduksi secaramaksimal. Hasil produksi lebih tinggi dibandingkan dengan sistem tanam pindah
dan tanaman lebih tahan terhadap serangan hama penggerek batang.
Disamping banyaknya keunggulan dari mekanisasi di atas, terdapat juga beberapa
kelemahan dari mekanisasi pertanian tersebut, diantaranya yaitu sebagai berikut :
1. Timbulnya sikap individualistis.
Masyarakat merasa sangat dimudahkan dengan tehnologi maju membuat
mereka tidak lagi membutuhkan orang lain dalam aktivitasnya. Kadang-kadang
mereka lupa akan dirinya sebagai mahluk sosial. Mereka cenderung untuk hidup
sendiri-sendiri tanpa memperhatikan orang lain, rasa getong royong, ramah tamah
dan sopan santun mulai mundar. Nilai-nilai yang telah dijunjung sesuai budaya
leluhur mereka akan mulai di tinggalkan,akibat dari memudarnya nilai-nilai budaya
local akan menimbulkan sikap individualistis.
2. Membutuhkan biaya yang banyak dalam pengadaan dan perwatan alat-alat mekanis
tersebut
-
8/18/2019 KTI PERHEPI
20/24
Untuk mengadakan teknologi atau alat baru membutuhkan biaya yang
cukup untuk perawatan teknologi tersebut, untuk menunjang pemakaian atau
pemanfaatan alat tersebut dala jangka waktu yang lama.
3. Dapat memperbanyak pengangguran.
Dengan adanya teknologi yang modern masyarakat ataupun petani dalam
menyelesaikan pekerjannya lebih memelih untuk mengerjakan pekerjaan sendiri,
daripada menyewah buruh tanih.
4. Mengakibatkan kesenjangan sosial
Pergeseran alih teknologi tradisional ke modern tidak lepas dari pengaruh
modernisasi dan pengaruh globalisasi, bila ada beberapa individu yang dapat
mengikuti pengaruh tersebut akan terjadi kesenjangan social. Kesenjangan social
akan menyebabkan jarak anatara si kaya dan si miskin dan hal ini bisa merusak
nilai-nilai kebinekaan dan ketunggalikan bangsa Indonesia. Hal ini juga akan
memicu prasangka sosial, persaingan dalam kehidupan cenderung akan mebuat
orang tersebut frustasi, maka orang akan timbulah tindak kriminal seperti
permpaokan hanya untuk alasan pemenuhan kebutuhan.
D. Perubahan Nilai Atau Cara Pandang Masyarakat Terhadap Alih Teknologi
Tersebut
Mengamati permasalahan pembangunan pertanian yang sudah, sedang dan akan
berlangsung di Indonesia, dan perubahan teknologi yang sangat cepat di dalam negeri, di
kawasan regional dan global, diperlukan suatu teknologi yang dapat menunjang pertanian
yang berkelanjutan. Teknologi tersebut bertujuan untuk memberikan landasan yang kuat
bagi berlangsungnya perkembangan mekanisasi pertanian, yang dimana merupakan
sebagai wahana perubahan pertanian tradisional ke pertanian industrial atau modern.
Meskipun perubahan tersebut menuntut waktu yang cukup lama sebagai proses
pembelajaran namun tetap merupakan langkah yang harus ditempuh oleh petani untuk
menujang kehidupan yang berkelanjutan.
Usaha budidaya padi konvensional banyak menyerap tenaga kerja mulai dari
kegiatan pengolahan tanah, penanaman dan pemanenan. Sementara ketersediaan tenaga
kerja atau buruh tani mulai berkurang karena banyak generasi muda enggan untuk terjun
ke pertanian. Selama ini tenaga kerja khususnya yang berperan dalam kegiatan tanam
dilakukan oleh kaum perempuan yang sudah tua. Di masa mendatang diperkirakan akan
semakin sulit mencari tenaga kerja untuk tanam padi. Dan biasanya masa tanam yang
-
8/18/2019 KTI PERHEPI
21/24
serempak sehingga pada masa itu terjadi peningkatan permintaan tenaga kerja, dilain pihak
ketersediaanya terbatas. Oleh karena itu, sangat perlu dicari cara lain dalam usaha
budidaya padi yang dapat menghemat penggunaan tenaga kerja.
Dilihat dari segi pelaksanaan panen dengan sistem penanaman yang menggunakan
alat tanam benih lansung (ATABELA) lebih mudah untuk di aplikasikan oleh petani,
dimana ATABELA merupakan salah satu alternatif yang dapat digunakan untuk
meningkatkan hasil dari produktifitas pertanian padi sawah, dimana kurangnya tenaga
kerja ketika petani melakukan kegiatan usahatani padi, baik proses budidaya maupun
proses pasca panen, jadi dengan tabela ATABELA dapat mengurangi penggunaan tenaga
kerja yang tentunya dapat mengurangi biaya produksi jika menggunakan tenaga kerja
upahan atau buruh tani.
-
8/18/2019 KTI PERHEPI
22/24
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan
Alat tanam benih langsung (ATABELA) merupakan salah satu alternatif yang
dapat digunakan untuk membudidayakan tanaman padi sawah, dimana benih padi langsung
disebar di lahan budidaya tanpa melalui proses penyemaian terlebih dahulu.
Adaptasi masyarakat terhadap transformasi teknologi merupakan adanya
partisipasi masyarakat dalam menerima dan memproduksi serta menerapakan dan
memanfaatkan teknologi tersebut untuk memenuhi kebutuhan manusia, menciptakan
kemandirian bagi petani, dan memanfaatkan teknologi untuk memajukan hasil produknya
dalam era globalisasi, serta untuk meingkatkan kemampuan sumber daya manusia dan
kapabilitas teknologinya yang masih sistemnya terbelakang.
Pergeseran alih teknologi tradisional ke teknologi modern tidak lepas dari pengaruh
modernisasi dan pengaruh globalisasi, bila ada beberapa individu yang dapat mengikuti
pengaruh tersebut akan terjadi kesenjangan sosial. Hal ini juga akan memicu prasangka
sosial, persaingan dalam kehidupan cenderung akan mebuat orang tersebut frustasi, maka
orang akan timbulah tindak kriminal seperti perampokan hanya untuk alasan pemenuhan
kebutuhan.
Pelaksanaan panen dengan sistem penanaman yang menggunakan alat tanam benih
lansung (ATABELA) lebih mudah untuk di aplikasikan oleh petani, dimana ATABELAmerupakan salah satu alternatif yang dapat digunakan untuk meningkatkan hasil dari
produktifitas pertanian padi sawah, dimana kurangnya tenaga kerja ketika petani
melakukan kegiatan usahatani padi, baik proses budidaya maupun proses pasca panen, jadi
dengan tabela ATABELA dapat mengurangi penggunaan tenaga kerja yang tentunya dapat
mengurangi biaya produksi jika menggunakan tenaga kerja upahan atau buruh tani.
B. Saran
Diharapkan kepada para pemerintah dan petani agar lebih menerapkan dan
mengaplikasikan alat tanam benih langsung (ATABELA) guna untuk meningkatkan hasil
produktifatas pertanian padi sawah dan untuk memenuhi kebutuhan pangan bangsa dan
Negara.
-
8/18/2019 KTI PERHEPI
23/24
DAFTAR PUSTAKA
Birowo A.T. 1977. Strategi Mekanisasi Pertanian untuk Pembangunan . Makalah pada
Seminar dan Kongres PERMETA, 1976. Jakarta
Bungaran Saragih, 1999 . Agribisnis. Paradigma Baru Pembangunan Ekonomi Berbasis
Pertanian . Kumpulan Pemikiran.70-
Ginanjar Kartasasmita. 1996. Pembangunan Untuk Rakyat. Memadukan Pertumbuhan dan
Pemerataan . CIDES.
Kasryno, F, dkk. 2002. Pemikiran Mengenai Visi Pembangunan Pertanian Indonesia 2020
dan Implikasinya Bagi Penelitian dan Pengembangan Pertanian . Makalah dalam
Rapat Kerja Badan Litbang 2002
M.A. Bell; D. Dawe, M.B. Douthwaite;1999. Increasing the Impact of Engineering in
Agricultural and Rural Development . IRRI Discussion Paper Series No.30.
http ://arisandi21.wordpress.com/2013/05/08/pengertian-alih-teknologi/
http://artikel.sabda.org/indonesia_ayo_kita_kejar_china_dan_india
http ://dispertan.kaltimprov.go.id/artikel-200-ibrahim-alihkan-pola -bertani-tradisional-ke-
modern.html
http ://kurniowe n.blogspot.com/2012/06/kontrak-lisensi-alih-teknologi-di.htmlhttp ://ruhcitra.wordpress.com/2008/10/25/masalah-pengembangan-dan-alih-t eknologi/
http ://ruhcitra.wordpress.com/2008/10/25/masalah-pengembangan-dan-alih-t eknologi/
http ://www.ristek.go.id/index.php/module/News+News/id/13379
http://arisandi21.wordpress.com/2013/05/08/pengertian-alih-teknologi/http://artikel.sabda.org/indonesia_ayo_kita_kejar_china_dan_indiahttp://artikel.sabda.org/indonesia_ayo_kita_kejar_china_dan_indiahttp://dispertan.kaltimprov.go.id/artikel-200-ibrahim-alihkan-pola-bertani-tradisional-ke-modern.htmlhttp://dispertan.kaltimprov.go.id/artikel-200-ibrahim-alihkan-pola-bertani-tradisional-ke-modern.htmlhttp://dispertan.kaltimprov.go.id/artikel-200-ibrahim-alihkan-pola-bertani-tradisional-ke-modern.htmlhttp://kurniowen.blogspot.com/2012/06/kontrak-lisensi-alih-teknologi-di.htmlhttp://kurniowen.blogspot.com/2012/06/kontrak-lisensi-alih-teknologi-di.htmlhttp://kurniowen.blogspot.com/2012/06/kontrak-lisensi-alih-teknologi-di.htmlhttp://kurniowen.blogspot.com/2012/06/kontrak-lisensi-alih-teknologi-di.htmlhttp://ruhcitra.wordpress.com/2008/10/25/masalah-pengembangan-dan-alih-teknologi/http://ruhcitra.wordpress.com/2008/10/25/masalah-pengembangan-dan-alih-teknologi/http://www.ristek.go.id/index.php/module/News+News/id/13379http://ruhcitra.wordpress.com/2008/10/25/masalah-pengembangan-dan-alih-teknologi/http://ruhcitra.wordpress.com/2008/10/25/masalah-pengembangan-dan-alih-teknologi/http://kurniowen.blogspot.com/2012/06/kontrak-lisensi-alih-teknologi-di.htmlhttp://dispertan.kaltimprov.go.id/artikel-200-ibrahim-alihkan-pola-bertani-tradisional-ke-modern.htmlhttp://dispertan.kaltimprov.go.id/artikel-200-ibrahim-alihkan-pola-bertani-tradisional-ke-modern.htmlhttp://artikel.sabda.org/indonesia_ayo_kita_kejar_china_dan_indiahttp://arisandi21.wordpress.com/2013/05/08/pengertian-alih-teknologi/
-
8/18/2019 KTI PERHEPI
24/24
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama Hertin selaku ketua kelompok LKTI, lahir di Kendari
pada tanggal 01 Agustus 1991. Pada tahun 2011 penulis
melanjutkan sekolah di perguruan tinggi Fakultas Pertanian
Jurusan Agribisnis Universitas Halu Oleo Kendari, pada
tahun 2013 penulis aktif di organisasi himpunan jurusan
agribisnis (HIMJAGI) dan perna menjadi bendahara dalam
kegiatan Latihan Dasar Kepemimpinan Agribisnis
(LADSKAR) untuk mahasiswa baru (MABA) angkatan
2013.
Nama Fitriah selaku anggota kelompok I, lahir di Kendari
pada tanggal 09 Maret 1994. Pada tahun 2011 penulis
melanjutkan sekolah di perguruan tinggi Fakultas Kesehatan
Masyarakat Jurusan Kesehatan Masyarakat Universitas Halu
Oleo Kendari, pada tahun 2014 penulis aktif di Organisasi
Epidemiologist Community (EPIDCOM) selaku ketua
organisasi EPIDCOM.
Nama Melianti selaku anggota II, lahir di Buton Utara pada
tanggal 13 Mei 1992. Pada tahun 2011 penulis melanjutkansekolah di perguruan tinggi Fakultas Pertanian Jurusan
Agribisnis Universitas Halu Oleo Kendari, pada tahun 2013
penulis aktif di organisasi himpunan jurusan agribisnis
(HIMJAGI) selaku sekretaris umum II.