lada perdu
DESCRIPTION
perkebunanTRANSCRIPT
LADA PERDU
LADA PERDU TANAMAN PURNA KARYA PENGHASIL RUPIAH
I. PENDAHULUAN
Siapa yang tak kenal tanaman lada, komoditi ini cukup melegenda dalam perdagangan
komoditi internasional dari sejak dulu. Namun demikian, dengan semakin terbatasnya lahan
sekarang telah dikembangkan teknik budidayanya yang lebih maju. Lada perdu adalah inovasi
yang mampu menjawab banyak tantangan saat ini, diantaranya tanaman ini hemat lahan dan
bernilai ekonomis tinggi. Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan
(Puslitbangbun), Dr. M. Syakir ketika dihubungi melalui telephone menjelaskan soal lada perdu
ini. Menurutnya lada perdu diperoleh dari perbanyakan vegetatif bahan tanaman lada yang
berasal dari sulur/cabang buah. Keunggulan komparatif lada perdu terhadap lada tiang panjat
antara lain lebih efisien dalam penggunaan bahan tanaman untuk perbanyakan, tidak
memerlukan tiang panjat, populasi tanaman per satuan luas lebih banyak, sehingga penggunaan
lahan lebih efisien. Lada ini gampang dipelihara dan panen lebih mudah, dapat berproduksi lebih
awal, dan sangat berpotensi dikembangkan dalam bentuk polatanam. Hasil analisis keuntungan
sosial bersih dan biaya sumber daya dalam negeri pada beberapa komoditas perkebunan (lada
perdu, lada tiang panjat mati, kelapa sawit, kakao, kopi, dan karet) menunjukkan bahwa lada
perdu menghasilkan manfaat ekonomi dan keunggulan komparatif paling tinggi. Syakir
menjelaskan pengembangan lada perdu secara monokultur layak diusahakan dengan nilai NPV
Rp. 5.252.917/ha, B/C 2,04, dan IRR 110%. Namun demikian, berdasarkan karakter morfologi,
fisiologi, lingkungan tumbuh, dan potensi ekonominya lada perdu lebih prospektif
dikembangkan dalam bentuk polatanam, seperti di bawah tegakan tanaman tahunan yang dapat
meloloskan radiasi surya 50 75% atau dikombinasikan dengan tanaman pangan semusim. Di
samping itu lada perdu dapat pula dimanfaatkan sebagai tanaman pekarangan. Tanaman ini dapat
dipolatanamkan dengan tanaman tahunan atau dikombinasikan dengan tanaman pangan
semusim, seperti jagung dan kacang tanah. Penanaman dapat dilakukan dalam bentuk tumpang
sari ataupun sistem jalur (strip cropping). Tanaman jagung yang menghendaki intensitas cahaya
penuh dan memiliki tajuk yang tinggi dapat berfungsi sebagai naungan bagi lada perdu,
sementara itu kacang tanah dapat membantu ketersediaan unsur hara nitrogen. Pada polatanam
tersebut biomass sisa panen jagung dan kacang tanah dapat dikembalikan sebagai sumber bahan
organik, sehingga diharapkan pemberian hara dari pupuk anorganik dapat dikurangi.
Lada perdu memiliki produktivitas lebih tinggi dari lada rambat.
Keuntungan teknis budidaya lada perdu
Bibit tanaman mudah tersedia
Tidak memerlukan tiang rambatan
Populasi tanaman per satuan luas lahan lebih banyak
Berumur genjah (mampu berproduksi setelah usia tanam 1 tahun)
Pemeliharaan dan penen lebih mudah
Pemanenan tidak memerlukan tangga
Tidak memerlukan pemangkasan dan pengikatan sulur
Dapat ditanam sebagai tanaman sela
Memiliki nilai estetika jika ditanam di pekarangan atau di dalam pot
Bermanfaat bagi kegiatan penelitian, misal untuk persilangan atau hibridisasi
Dapat meningkatkan efisiensi penggunaan lahan
Risiko kematian tanaman akibat cekaman kekeringan relatif lebih kecil dibandingkan
penanaman secara monokultur (tanpa naungan).
Mampu memberikan nilai tambah yang cukup signifikan
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sub-balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat
menunjukkan bahwa lada perdu dapat menghasilkan produksi rata-rata 200 g/pohon pada umur
dua tahun, dan 500 g/pohon pada umur 3 tahun.
Jika lada perdu ditanam dengan jarak tanam 1 x 2 m maka lahan seluas 1 hektar dapat
ditanami sampai ±4500 pohon. Dengan jumlah tanaman sebanyak ini, jika produksi lada
mencapai 900kg maka dengan harga Rp. 30.000,- /kg pemasukkan yang didapat pada dua tahun
pertama adalah Rp. 27.000.000,-
Pendapatan akan meningkat pada tahun ke tiga dimana produksi dapat mencapai 2.250kg
atau setara dengan pendapatan Rp. 67.500.000,-.Jika kita memiliki lahan atau dak atap rumah
seluas 100m2 maka kita dapat memiliki sampai 750 polybag lada yang akan memberikan
tambahan pendapatan sebesar Rp. 4.500.000,- pada tahun ke dua dan Rp. 6.750.000,- mulai
tahun ke tiga.
II. CARA BUDIDAYA LADA
1. Syarat Pertumbuhan
1.1. Iklim
- Curah hujan 2.000-3.000 mm/th.- Cukup sinar matahari (10 jam sehari).
- Suhu udara 200C - 34 0C.
- Kelembaban udara 50% - 100% lengas nisbi dan optimal antara 60% - 80% RH.
- Terlindung dari tiupan angin yang terlalu kencang.
1.2. Media Tanam
- Subur dan kaya bahan organic
- Tidak tergenang atau terlalu kering
- pH tanah 5,5-7,0
- Warna tanah merah sampai merah kuning seperti Podsolik, Lateritic, Latosol dan Utisol.
- Kandungan humus tanah sedalam 1-2,5 m.
- Kelerengan/kemiringan lahan maksimal ± 300.
- Ketinggian tempat 300-1.100 m dpl.
2. Pedoman Teknis Budidaya
2.1. Pembibitan
- Terjamin kemurnian jenis bibitnya
- Berasal dari pohon induk yang sehat
- Bebas dari hama dan penyakit
- Berasal dari kebun induk produksi yang sudah berumur 10 bulan-3 tahun (Kebutuhan bibit ±
2.000 bibit tanaman perhektar)
2.2. Pengolahan Media Tanam
a. Cangkul 1, pembalikan tanah sedalam 20-30 cm.
b. Taburkan kapur pertanian dan diamkan 3-4 minggu.
Dosis kapur pertanian :
- Pasir dan Lempung berpasir: pH Tanah 3,5 ke 4,5 = 0,6 ton/ha; pH Tanah 4,5 ke 5,5 = 0,6 ton/ha;
pH Tanah ke 6,5 = 0,9 ton/ha.
- Lempung: pH Tanah 3,5 ke 4,5 = 0,6 ton/ha; pH Tanah 4,5 ke 5,5 = 1,7 ton/ha; pH Tanah ke 6,5
= 0,9 ton/ha.
- Lempung Berdebu: pH Tanah 3,5 ke 4,5 = 0,6 ton/ha; pH Tanah 4,5 ke 5,5 = 2,6 ton/ha; pH
Tanah ke 6,5 = 3,2 ton/ha.
- Lempung Liat: pH Tanah 3,5 ke 4,5 = 0,6 ton/ha; pH Tanah 4,5 ke 5,5 = 3,4 ton/ha; pH Tanah ke
6,5 = 4,2 ton/ha.
c. Cangkul 2, haluskan dan ratakan tanah
2.3. Teknik Penanaman
- Sistem penanaman adalah monokultur (jarak tanam 2m x 2m).Tetapi juga
bisa ditanam dengan tanaman lain.
- Lubang tanam dibuat limas ukuran atas 40 cm x 35 cm, bawah 40 cm x 15 cm dan kedalaman 50
cm.
- Biarkan lubang tanam 10-15 hari barulah bibit ditanam.
- Waktu penanaman sebaiknya musim penghujan atau peralihan dari musim kemarau kemusim
hujan, pukul 6.30 pagi atau 16.30-18.00 sore.
- Cara penanaman : menghadapkan bagian yang ditumbuhi akar lekat kebawah, sedangkan bagian
belakang (yang tidak ditumbuhi akar lekat) menghadap keatas.
- Taburkan pupuk kandang 0,75-100 gram/tanaman yang sudah dicampur Pupuk Organik.
- Tutup lubang tanam dengan tanah galian bagian atas yang sudah dicampur pupuk dasar :
- NPK 20 gram/tanaman
- Untuk tanah kurang subur ditambahkan 10 gram urea, 7 gram SP 36 dan 5 gram KCl per
tanaman.
- Segera setelah ditutup, disiram Pupuk Organik :
- Alternatif 1 : 0,5 sendok makan/ 5 lt air per tanaman.
- Alternatif 2 : 1 botol Pupuk Organik diencerkan dalam 2 liter (2000 ml) air dijadikan larutan
induk. Kemudian setiap 1 liter air diberi 20 ml larutan induk tadi untuk penyiraman setiap pohon.
- Pemberian Pupuk Organik selanjutnya dapat diberikan setiap 3 - 4 bulan sekali.
2.4. Pemeliharaan Tanaman
2.4.1.Penyiangan dan Pembumbunan
Penyiangan setiap 2-3 bulan sekali. Pembubunan dilakukan bersamaan dengan penyiangan.
2.4.2. Pemangkasan
Pemangkasan dilakukan pada:
Batang, dahan, ranting yang tidak produktif, atau terserang hama dan penyakit. Pucuk/batang,
karena tidak memiliki dahan yang produktif. Batang yang sudah tua agar meremajakan tanaman
menjadi muda kembali.
2.4.3. Pemupukan Susulan
Penyemprotan POC (4-5 tutup) atau POC (3- 4 tutup) + HORMONIK (1 tutup) per tangki
setiap 3 - 4 minggu sekali.
Pupuk makro diberikan sebagai berikut :
Umur
(bln)
Pupuk makro (gram/pohon)
Urea SP 36 KCl
3-4 35 15 20
4-5 35 20 25
5-6 35 25 30
6-17 35 30 35
2.4.4. Pengairan dan PenyiramanPada musim kemarau penyiraman sehari sekali di sore hari. Pada musim hujan tidak
boleh tergenang.
2.4.5. Pemberian Mulsa Usia 3-5 bulan, beri mulsa alami berupa dedaunan tanaman tahunan ataupun alang-alang.
2.4.6. Penggunaan Anjang - Anjang
Sebaiknya gunakan anjang2 mati dari bahan kayu. Pangkal Anjang2 diruncingkan, bagian ujung
dibuat cabang untuk menempatkan batang lada yang panjangnya telah melebihi tinggi
Anjang2. Panjang Anjang 1 - 1,5 m.
2.5. Hama dan Penyakit
2.5.1.Hama
a. Hama Penggerek Batang (Laphobaris Piperis)
Ciri: berwarna hitam, ukuran 3-5 mm. Serangga dewasa lebih suka menyerang bunga, pucuk
daun dan cabang-cabang muda. Akibat lain bila Nimfanya (serangga muda) berupa ulat akan
menggerek batang dan cabang tanaman. Pengendalian: memotong cabang batang; penyemprotan
PESTISIDA.
b. Hama bunga
Ciri: Serangga dewasa berwarna hitam, sayap seperti jala, terdapat tonjolan pada punggungnya,
ukuran panjang tubuh 4,5 mm dan lebar 3 mm. Gejala: serangga dewasa/nimfanya menyerang
bunga berakibat bunga rusak dan menimbulkan kegagalan pembuahan, siklus hidupnya sekitar 1
bulan. Pengendalian: penyemprotan PESTISIDA, serta dapat juga dilakukan pemotongan pada
tandan bunga.
c. Hama buah
Ciri: serangga berwarna hijau kecoklatan, nimfanya tidak bersayap, berwarna bening dan empat
kali ganti kulit. Serangga dewasa atau nimfanya menyerang buah sehingga isi buah kosong.
Telurnya biasa diletakkan pada permukaan daun atau pada tandan buah, siklus hidupnya sekitar 6
bulan. Pengendalian: musnahkan telur dipermukaan daun, cabang, dan yang ada pada tandan
buah. Gunakan PESTONA.
2.5.2. Penyakit
a. Penyakit busuk pangkal batang (BPP)
Penyebab: jamur Phytopthora Palmivora Var Piperis. Gejala: awal serangan sulit diketahui.
Bagian yang mulai terserang pada pangkal batang memperlihatkan garis-garis coklat kehitaman
dibawah kulit batang. Daun berubah warna menjadi layu (berwarna kuning). Pencegahan :
penanaman jenis lada tahan penyakit BPB. Pemberian Natural Glio sebelum dan sesudah tanam.
b. Penyakit kuning
Penyebab: tidak terpenuhinya berbagai persyaratan agronomis serta serangan cacing halus
(Nematoda) Radhophalus similis yang mungkin berasosiasi dengan nematoda lain seperti
Heterodera SP, M incognita dan Rotylenchus Similis. Gejala: menyerang akar tanaman lada,
ditandai menguningnya daun lada, akar rambut mati, membusuk dan berwarna hitam. Cepat
lambatnya gejala daun menguning tergantung berat ringannya infeksi dan kesuburan tanaman.
Pengendalian: Pemberian pupuk kandang, pengapuran, pemupukan tepat dan seimbang,
pemberian Natural Glio sebelum dan sesudah tanam.
Catatan : Jika pengendalian hama penyakit dengan menggunakan pestisida alami belum
mengatasi dapat dipergunakan pestisida kimia yang dianjurkan. Agar penyemprotan pestisida
kimia lebih merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat Perata AERO 810,
dosis + 5 ml (1/2 tutup)/tangki. Penyemprotan herbisida (untuk gulma) agar lebih efektif dan
efisien dapat di campur Perekat Perata AERO 810, dosis + 5 ml (1/2 tutup)/tangki.
2.6. Panen
2.6.1. Ciri dan Umur Panen
Panen pertama umur tiga tahun atau kurang. Ciri-ciri: tangkainya berubah agak kuning dan sudah
ada buah yang masak (berwarna kuning atau merah).
2.6.2. Cara Panen
Pemetikan dari buah bagian bawah hingga buah bagian atas, dengan mematahkan persendian
tangkai buah yang ada diketiak dahan.
2.6.3. Periode PanenPeriode panen sesuai iklim setempat, jenis lada yang ditanam dan intensitas pemeliharaan(dari berbagai sumber) Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Pengunjung
Mengenai Saya
Iman Suadinoto Bekerja upayakan tepat waktu setiap waktu.
Lihat profil lengkapku
Waktu Hari ini
Pengikut
Arsip Blog
► 2012 (1)
▼ 2011 (6)
o ▼ Juli (6) HOLE DRILLER UM-460 (ALAT PEMBUAT LUBANG PUPUK) PESTISIDA ORGANIK Khasiat Tanaman Kemangi LADA PERDU KHASIAT BUAH NAGA Selamat Datang di PTPN IV Unit Kebun Tanah Itam U...
Template Picture Window. Diberdayakan oleh Blogger.