lap mntr mentawai 07(05a) - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/bme_ekologi_mentawai_2007.pdf ·...

64

Upload: ngobao

Post on 28-Mar-2019

251 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: LAP MNTR MENTAWAI 07(05a) - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BME_Ekologi_Mentawai_2007.pdf · tim studi monitoring ekologi kabupaten mentawai koordinator tim penelitian: anna
Page 2: LAP MNTR MENTAWAI 07(05a) - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BME_Ekologi_Mentawai_2007.pdf · tim studi monitoring ekologi kabupaten mentawai koordinator tim penelitian: anna

Keterangan Cover

Sumber Foto : Agus Budiyanto

Desain Cover : Sit i Balkis

Page 3: LAP MNTR MENTAWAI 07(05a) - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BME_Ekologi_Mentawai_2007.pdf · tim studi monitoring ekologi kabupaten mentawai koordinator tim penelitian: anna

MONITORING KESEHATAN TERUMBU KARANG

KABUPATEN MENTAWAI TAHUN 2007

Disusun oleh :

TIM CRITC COREMAP II - LIPI

Page 4: LAP MNTR MENTAWAI 07(05a) - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BME_Ekologi_Mentawai_2007.pdf · tim studi monitoring ekologi kabupaten mentawai koordinator tim penelitian: anna

TIM STUDI MONITORING EKOLOGI KABUPATEN MENTAWAI

KOORDINATOR TIM PENELITIAN :

ANNA MANUPUTTY

PELAKSANA PENELITIAN

MUHAMMAD ABRAR

FRENSLY D. HUKOMI

YASER ARAFAT

SAMSUARDI

Page 5: LAP MNTR MENTAWAI 07(05a) - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BME_Ekologi_Mentawai_2007.pdf · tim studi monitoring ekologi kabupaten mentawai koordinator tim penelitian: anna

i

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . i

KATA PENGANTAR ... . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . i i

RINGKASAN EKSEKUTIF . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .1

BAB I . PENDAHULUAN .. . . . . .. . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . .6

BAB I I . METODE PENELITIAN .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .11

BAB II I . HASIL DAN PEMBAHASAN .. . . . . . . . . . . . . .16

BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN ... . . . . . . . . . . . .43

DAFTAR PUSTAKA .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . .47

LAMPIRAN.... . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .48

Page 6: LAP MNTR MENTAWAI 07(05a) - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BME_Ekologi_Mentawai_2007.pdf · tim studi monitoring ekologi kabupaten mentawai koordinator tim penelitian: anna

ii

KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Al lah Yang Maha Esa, yang telah

memberikan karunia berupa wi layah perairan laut Indonesia yang sangat luas dan keanekaragaman hayatinya yang dapat dimanfaatkan baik untuk kemakmuran rakyat maupun untuk objek penel i t ian i lmiah.

Sebagaimana diketahui, COREMAP yang telah direncanakan berlangsung selama 15 tahun yang terbagi dalam 3 Fase, kini telah memasuki Fase kedua. Pada Fase ini terdapat penambahan beberapa lokasi baru yang pendanaannya dibiayai oleh ADB (Asian Development Bank). Adapun lokasi- lokasi tersebut adalah : Mentawai, Nias, Nias Selatan, Tapanul i Tengah, Batam, Natuna, Lingga dan Bintan.

Kegiatan pemantauan kesehatan terumbu karang di lokasi basel ine sangat diperlukan untuk mendapatkan data apakah ter jadi perubahan kondisi terumnu karang serta biota yang hidup di dalamnya. Data yang diperoleh diharapkan dapat dipakai sebagai bahan pert imbangan bagi para stakeholder dalam mengelola ekosistem terumbu karang secara lestari . Adanya data hasi l pemantauan tersebut dapat di jadikan bahan evaluasi yang penting bagi keberhasi lan COREMAP.

Pada kesempatan ini pula kami mengucapkan ter ima kasih kepada semua pihak yang ter l ibat dalam kegiatan penel i t ian lapangan dan analisa datanya, sehingga buku tentang monitoring kesehatan karang ini dapat tersusun. Kami juga mengharapkan kri t ik dan saran yang membangun demi kesempurnaan buku ini . Semoga buku ini dapat bermanfaat bagi ki ta semua.

Jakarta, Desember 2007

Direktur CRITC-COREMAP II - LIPI

Prof.Dr.Ir .Kurnaen Sumadiharga, M.Sc

Page 7: LAP MNTR MENTAWAI 07(05a) - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BME_Ekologi_Mentawai_2007.pdf · tim studi monitoring ekologi kabupaten mentawai koordinator tim penelitian: anna

1

RINGKASAN EKSEKUTIF

A. PENDAHULUAN

Kepulauan Mentawai merupakan gugusan pulau yang terdir i dari empat pulau besar yaitu P. Siberut, P. Sipora, P. Pagai Utara dan P. Pagai Selatan serta beberapa pulau keci l disekitarnya, yang berada di sisi barat Pantai Padang Sumatera Barat. Secara administrat i f daerah ini masuk ke Kabupaten Mentawai Provinsi Sumatera Barat.

Kepulauan Mentawai secara geograf is berada di Samudera Hindia sehingga perairan di kepulauan ini mempunyai sistem arus dan karakterist ik massa air yang sangat dipengaruhi oleh sistem yang berkembang di Samudera Hindia. Rataan pantainya umumnya sempit dan memil ik i pantai yang curam dan dalam baik di sisi Samudera Hindia maupun pada sisi yang menghadap daratan Sumatera.

Penduduk Kepulauan Mentawai merupakan campuran dari beberapa suku, baik suku asl i maupun pendatang yang telah bermukim sejak lama. Mata pencaharian umumnya sebagai petani dan nelayan. Namun pekerjaan sebagai petani ( terutama cengkeh dan kelapa) lebih dominan. Pada umumnya, kegiatan sebagai nelayan hanya di lakukan apabila harga ikan relat i f mahal.

Dalam program COREMAP, yang sudah berjalan di Kabupaten ini, telah di lakukan studi base l ine studi pada tahun 2004. Kegiatan kal i ini ialah pemantauan kesehatan karang (monitoring) di lokasi base l ine dengan menggunakan metode yang sama.

Tujuan pengamatan ialah untuk melihat perubahan kondisi terumbu karang serta biota yang berasosiasi

Page 8: LAP MNTR MENTAWAI 07(05a) - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BME_Ekologi_Mentawai_2007.pdf · tim studi monitoring ekologi kabupaten mentawai koordinator tim penelitian: anna

2

dengannya, apakah perubahan yang posit i f atau perubahan yang cenderung menurun dalam hal persentase tutupan karang maupun kel impahan ikan karang.

B. HASIL

Dari data yang diperoleh di lapangan, kemudian di lakukan analisa data. Hasi l dan pembahasannya adalah sebagai berikut :

• Dari hasi l LIT dan pengamatan bebas berhasi l di-jumpai 44 jenis karang batu yang termasuk dalam 14 suku.

• Dari hasi l pengamatan terumbu karang dengan metode LIT di 9 stasiun transek permanen diperoleh persentase tutupan karang hidup mulai dari 2,50 % - 63,20% dengan rerata sebesar 24,29 %.

• Perbedaan persentasi tutupan dari tahun 2004 ke 2007 ter jadi hanya untuk kategori Fleshy sea-weeds (FS) sedangkan untuk kategori lainnya t i -dak berbeda secara nyata.

• Persentase tutupan karang hidup walau t idak ber-beda nyata secara sat ist ik namun cenderung menurun dari tahun 2004 yaitu sebesar 32,61% menjadi 24,29 di tahun 2007.

• Kelimpahan Acanthaster planci sebesar 310 indi-vidu/ha. Karang jamur (CMR=Coral Mushrom) yang lebih banyak di jumpai dibanding megaben-tos lainnya yaitu 7579 individu/ha. Demikian juga dengan kima (Giant clam) yang memil ik i ni lai eko-nomis penting masih di jumpai dengan ukuran keci l (panjang < 20 cm) sebesar 238 individu/ha sedangkan yang berukuran besar (>20cm) t idak

Page 9: LAP MNTR MENTAWAI 07(05a) - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BME_Ekologi_Mentawai_2007.pdf · tim studi monitoring ekologi kabupaten mentawai koordinator tim penelitian: anna

3

ditemukan. Tripang (holothurian) yang berukuran besar (panjang >20cm) sebesar 48 individu/ha, sedangkan yang berukuran keci l (<20 cm)hanya 24 individu/ha.

• Perbedaan nyata antara jumlah individu per tran-sek untuk biota megabentos yang diamati pada tahun 2004 dan 2007 terjadi hanya untuk Large Giant Clam (panjang >20 cm). Pada tahun 2004 kel impahannya 0,67 individu, sedangkan tahun 2007 t idak di jumpai sama sekal i .

• Dari hasi l “Underwater Visual Census” (UVC) yang di lakukan di 9 Stasiun transek permanen ditemukan sebanyak 168 jenis ikan karang yang termasuk dalam 31 suku, dengan kel impahan ikan karang sebesar 18349,2 individu per hektarnya. Jenis Cirrhi labrus cyanopleura dari suku Labridae merupakan jenis ikan karang yang memil ik i kel im-pahan tert inggi pada setiap transek permanen di 9 lokasi pengamatan dengan jumlah individu se-besar 2127 individu/ha.

• Kelimpahan beberapa jenis ikan ekonomis penting yang diperoleh dari UVC di lokasi transek permanen sepert i ikan Rastrel iger kanagurta ( termasuk kedalam suku Scrombidae) yaitu 1229 individu, ikan kerapu (termasuk dalam suku Serranidae) 147 individu/ha, Acanthurus blochi i ( termasuk kedalam suku Acanthuridae) yaitu 234 individu/ha dan Pterocaesio t i le ( termasuk ke-dalam suku Caesionidae) yaitu 220 individu/ha.

• Kelimpahan ikan dari tahun 2004 meningkat di tahun 2007 yang didominasi oleh kelompok ikan mayor yang kurang ber- ni lai ekonomis yaitu dari 323 meningkat menjadi 534 individu/ transek.

• Perbandingan antara ikan major, ikan target dan ikan indikator sebesar 38:6:1. Art inya pada satu

Page 10: LAP MNTR MENTAWAI 07(05a) - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BME_Ekologi_Mentawai_2007.pdf · tim studi monitoring ekologi kabupaten mentawai koordinator tim penelitian: anna

4

lokasi bi la ada 1 ikan indikator maka ada terdapat 6 ikan target serta ada 38 ekor ikan mayor.

C. SARAN

Dari pengalaman dan hasi l yang diperoleh selama melakukan penel i t ian di lapangan maka dapat diberikan beberapa saran sebagai berikut :

• Kes impu lan yang d iambi l mungk in t idak seluruhnya benar untuk menggambarkan kondisi Kepu lauan Men tawa i secara kese lu ruhan mengingat penel i t ian kal i ini di fokuskan hanya pada perairan P. Sipora bagian utara dan perairan P. Siberut bagian selatan. Selain i tu, jumlah stasiun yang diambil untuk transek permanen (untuk penel i t ian karang, mega benthos dan ikan karang) yang jumlahnya 9 stasiun juga masih sangatlah terbatas. Hal ini dikarenakan waktu penel i t ian yang sangat terbatas. Untuk i tu sebaiknya jumlah stasiun transek permanen bisa ditambahkan pada penel i t ian selanjutnya.

• Secara umum, kual i tas perairan di lokasi yang ditel i t i , dapat dikatakan relat i f masih baik untuk kehidupan karang serta biota laut lainnya. Keadaan sepert i in i perlu dipertahankan bahkan j ika mungkin, lebih di t ingkatkan lagi daya dukungnya, untuk kehidupan terumbu karang dan biota lainnya. Pencemaran l ingkungan dan kerusakan l ingkungan harus dicegah sedini mungkin, sehingga kelestarian sumberdaya yang ada tetap terjaga dan lestari .

• Dengan meningkatnya kegiatan di darat di sekitar Kepulauan Mentawai, past i akan membawa pengaruh terhadap ekosistem di perairan ini ,

Page 11: LAP MNTR MENTAWAI 07(05a) - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BME_Ekologi_Mentawai_2007.pdf · tim studi monitoring ekologi kabupaten mentawai koordinator tim penelitian: anna

5

baik secara langsung maupun t idak langsung. Untuk i tu, penel i t ian kembali di daerah ini sangatlah penting di lakukan untuk mengetahui perubahan yang ter jadi sehingga hasi lnya bisa d i jad ikan bahan per t imbangan bagi para stakeholder dalam mengelola ekosistem terumbu karang secara lestari . Selain i tu, data hasi l pemantauan tersebut juga bisa dipakai sebagai bahan evaluasi keberhasi lan COREMAP.

Page 12: LAP MNTR MENTAWAI 07(05a) - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BME_Ekologi_Mentawai_2007.pdf · tim studi monitoring ekologi kabupaten mentawai koordinator tim penelitian: anna

6

BAB I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

COREMAP yang d i rencanakan ber langsung selama 15 tahun, yang terbagi dalam 3 Fase, kini telah memasuki Fase I I . Pada Fase ini terdapat penambahan beberapa lokasi baru yang pendanaannya dibiayai oleh ADB (Asian Development Bank). Salah satu lokasi baru i tu adalah Kepulauan Mentawai , yang secara administrat i f masuk ke dalam Kabupaten Mentawai, Provinsi Sumatera Barat.

Wilayah Kabupaten Mentawai merupakan gugusan pulau yang terdir i dari empat pulau besar yaitu Pulau Siberut, P. Sipora, P. Pagai Utara dan P. Pagai Selatan serta beberapa pulau keci l disekitarnya, yang ter letak sekitar 120 mil di sebelah barat pantai Padang, Sumatera Barat. Gugusan pulau-pulau tersebut dikenal sebagai Kepulauan Mentawai yang dahulu secara administrat i f masuk kedalam wilayah Kabupaten P a d a n g P a r i a m a n . T e t a p i s e i r i n g d e n g a n perkembangan otonomi daerah, kini kepulauan tersebut be rkembang men jad i kabupa ten send i r i ya i t u Kabupaten Mentawai dengan ibukota kabupaten di Tua Pejat yang berada di P. Sipora.

Secara umum daerah kaj ian merupakan daerah dataran rendah dengan beberapa puncak bukit. Tutupan lahannya sebagian besar adalah berupa hutan primer. Untuk P. Siberut, sebagian besar hutan i tu dikonservasi dalam bentuk sebagai kawasan Taman Nasional. Dari segi pemanfaatan lahan, P. Sipora terl ihat lebih berkembang dibandingkan P. Siberut. Pemanfaatan yang lazim di kedua pulau tersebut adalah perkebunan rakyat yang umumnya berupa tanaman kelapa di mintakat dekat pantai serta tanaman cengkeh untuk mintakat yang agak kedalam. Dit injau

Page 13: LAP MNTR MENTAWAI 07(05a) - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BME_Ekologi_Mentawai_2007.pdf · tim studi monitoring ekologi kabupaten mentawai koordinator tim penelitian: anna

7

secara l i tologis, kedua pulau mempunyai l i tologi batu lempungan dengan di beberapa tempat ada sisipan b a t u a n i n t r u s i v e . D a r i u m u r g e o l o g i d a p a t di indikasaikan sebagai wi layah yang berumur resen dan masih muda. Oleh karena wilayah ini termasuk dalam jalur katul ist iwa maka mempunyai curah hujan, kelembaban dan suhu udara yang t inggi. Curah hujan tahunan di atas 3000 mm, kelembaban di atas 75% dengan suhu udara antara 22 – 33oC. Dengan batuan dasar lempungan dan kondisi ik l im yang demikian, maka perkembangan tanah di wi layah i tu sangat baik. Solum tanah cukup tebal walaupun si fatnya jelek karena t idak dapat meloloskan air dan batuannyapun t idak dapat menyimpan air . Sebagai akibatnya air tanah di daerah i tu kurang mencukupi. Jikalau ada air tanah pun hanya di mintakat dekat pantai yang mutunya kurang baik.

Kepulauan Mentawai secara geografis berada di Samudera Hindia sehingga perairan di kepulauan ini mempunyai sistem arus dan karakterist ik massa air yang sangat dipengaruhi oleh sistem yang berkembang di Samudera Hindia. Rataan pantainya umumnya sempit dan memil ik i pantai yang curam dan dalam baik di sisi Samudera Hindia maupun pada sisi yang menghadap daratan Sumatera.

Penduduk Kepulauan Mentawai merupakan campuran dari beberapa suku, baik suku asl i maupun pendatang yang telah bermukim sejak lama. Mata pencaharian umumnya sebagai petani dan nelayan. Namun pekerjaan sebagai petani ( terutama cengkeh dan kelapa) lebih dominan. Pada umumnya, kegiatan sebagai nelayan hanya di lakukan apabila harga ikan relat i f mahal.

Di l ihat dari sumberdaya perairannya, Kepulauan Mentawai memil ik i potensi sumberdaya yang cukup andal bi la dikelola dengan baik. Perairan ini memil iki berbagai ekosistem laut dangkal yang merupakan tempat hidup dan memijah ikan-ikan laut sepert i

Page 14: LAP MNTR MENTAWAI 07(05a) - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BME_Ekologi_Mentawai_2007.pdf · tim studi monitoring ekologi kabupaten mentawai koordinator tim penelitian: anna

8

ekosistem mangrove, lamun dan karang. Seir ing dengan berjalannya waktu dan pesatnya pembangunan di segala b idang ser ta kr is is ekonomi yang berkelanjutan telah memberikan tekanan yang lebih besar terhadap l ingkungan sekitarnya, khususnya l ingkungan perairannya.

Perubahan kondisi perairan yang diakibatkan oleh perubahan fungsi hutan untuk peruntukan lahan di da ra tan Kabupa ten Men tawa i , t e ru tama pada penebangan hutan yang intensif akan mengubah kondisi l ingkungan. Perubahan sekeci l apapun yang terjadi di daratan akan membawa pengaruh yang signif ikan pada kual i tas perairannya. Pengaruhnya disamping ter jadi di daerah tersebut juga akan terdistr ibusi ke daerah lain yang terbawa oleh gerakan massa air melalui sistem arus yang berkembang di daerah ini .

Dalam kegiatan basel ine telah dibuat beberapa transek permanen, yang telah dipantau pada tahun 2007 ini . Adanya data hasi l pemantauan pada tahun-tahun berikutnya diharapkan dapat menjadi data pembanding yang dapat di jadikan bahan evaluasi bagi keberhasi lan COREMAP.

Di tahun 2007, 3 tahun sesudah di lakukannya studi basel ine, telah di lakukan monitor ing kesehatan terumbu karang di lokasi- lokasi transek permanen di Kabupaten Mentawai. Tujuannya untuk melihat apakah ada perubahan pada kondisi terumbu karang dalam waktu tertentu (T1), baik perubahan posit i f maupun perubahan negati f . Hasi l pengamatan akan dianal isa dan diuraikan sebab-sebab ter jadinya perubahan, dan disaj ikan dalam bentuk grafik maupun tabel.

Page 15: LAP MNTR MENTAWAI 07(05a) - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BME_Ekologi_Mentawai_2007.pdf · tim studi monitoring ekologi kabupaten mentawai koordinator tim penelitian: anna

9

B. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dari monitoring kesehatan terumbu karang ini adalah sebagai berikut :

• Mendapatkan data ekologi karang dan terumbu karang termasuk ikan karang. Juga data biota bentik lainnya yang memil iki ni lai ekonomis penting dan bisa di jadikan indikator kesehatan terumbu karang yang hidup di dalamnya, di Kabupaten Mentawai pada kurun waktu tertentu (T1) dalam hal ini 3 tahun sesudah studi basel ine.

• Menganal isa hasi l pengamatan (T1), untuk mengetahui perubahan yang terjadi dan mencari ja lan ke luar untuk mengatas i perubahan-perubahan tersebut.

C. RUANG LINGKUP PENELITIAN

Ruang l ingkup monitoring ekologi ini mel iputi empat tahapan yaitu :

1. Tahap persiapan, mel iputi kegiatan administrasi, koordinasi dengan t im penel i t ian baik yang berada d i Jakar ta maupun d i daerah setempat , pengadaan dan mobi l i tas peralatan penel i t ian serta perancangan penel i t ian untuk memperlancar pelaksanaan survey di lapangan. Selain i tu, dalam tahapan ini juga di lakukan persiapan penyediaan peta dasar untuk lokasi penel i t ian yang akan di lakukan.

2. Tahap pengumpulan data, yang di lakukan langsung di lapangan yang meliputi data tentang karang, bentos dan ikan karang.

Page 16: LAP MNTR MENTAWAI 07(05a) - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BME_Ekologi_Mentawai_2007.pdf · tim studi monitoring ekologi kabupaten mentawai koordinator tim penelitian: anna

10

3. Tahap anal isa data, yang meliputi veri f ikasi data lapangan dan pengolahan data sehingga data lapangan bisa disaj ikan dengan lebih informati f .

4. Tahap pelaporan, yang meliput i pembuatan lapo-ran sementara dan laporan akhir.

Page 17: LAP MNTR MENTAWAI 07(05a) - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BME_Ekologi_Mentawai_2007.pdf · tim studi monitoring ekologi kabupaten mentawai koordinator tim penelitian: anna

11

BAB II. METODE PENELITIAN

A. LOKASI PENELITIAN

Dari beberapa pulau yang terdapat di Kabupaten Mentawai, lokasi penel i t ian di lakukan di sekitar perai-ran Pulau Sipora bagian Utara (Tuapejat) dan P. Sibe-rut bagian Selatan (Katurai) serta pulau-pulau keci l di-sekitarnya (Gambar 1a dan 1b), yang ter letak di Kabu-paten Mentawai, Propinsi Sumatera Barat.

Gambar 1a. Posisi stasiun penelitian untuk terumbu karang,

mega bentos dan ikan karang di perairan P. Si-berut.

Page 18: LAP MNTR MENTAWAI 07(05a) - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BME_Ekologi_Mentawai_2007.pdf · tim studi monitoring ekologi kabupaten mentawai koordinator tim penelitian: anna

12

Gambar 1b. Posisi stasiun penelitian untuk terumbu karang,

mega bentos dan ikan karang di perairan P. Sipora.

B. WAKTU PENELITIAN

Kegiatan penel i t ian di lapangan di lakukan meng-gunakan perahu nelayan setempat. Kegiatan lapangan di lokasi tersebut berlangsung pada bulan Mei 2007.

C. PELAKSANA PENELITIAN

Kegiatan penel i t ian di lapangan ini mel ibatkan staf CRITC (Coral Reef Information and Training Centre) Jakarta, dibantu oleh para penel i t i dan teknisi Pusat Penel i t ian Oseanografi-LIPI, serta beberapa staf dari daerah setempat yang berasal dari CRITC daerah.

Page 19: LAP MNTR MENTAWAI 07(05a) - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BME_Ekologi_Mentawai_2007.pdf · tim studi monitoring ekologi kabupaten mentawai koordinator tim penelitian: anna

13

D. METODE PENARIKAN SAMPEL DAN ANALISA DATA

Penel i t ian Monitoring Kesehatan Terumbu Karang ini mel ibatkan beberapa kelompok penel i t ian dan dibantu oleh personil untuk dokumentasi. Metode penarikan sampel dan anal isa data yang digunakan oleh masing-masing kelompok penel i t ian tersebut adalah sebagai berikut :

1. Karang

Pada lokasi transek permanen, data diambil dengan menggunakan metode ”Line Intercept Transect” (LIT) mengikuti Engl ish et al. , (1997), dengan beberapa modif ikasi. Panjang garis transek 10 m dan diulang sebanyak 3 kal i . Teknis pelaksanaan di lapangannya yaitu seorang penyelam meletakkan pita berukuran sepanjang 70 m sejajar garis pantai dimana posisi pantai ada di sebelah kir i penyelam. Kemudian LIT ditentukan pada garis transek 0-10 m, 30-40 m dan 60-70 m. Semua biota dan substrat yang berada tepat di garis tersebut dicatat dengan ketel i t ian hingga centimeter.

Dari data hasi l LIT tersebut bisa dihi tung ni lai persentase tutupan untuk masing-masing kategori biota dan substrat yang berada di bawah garis transek. Selain i tu juga bisa diketahui jenis-jenis karang batu dan ukuran panjangnya.

Se la in i tu , beberapa ana l isa lan ju tan di lakukan dengan bantuan program stat ist ik sepert i anal isa pengelompokan (Cluster analysis) (Warwick and Clarke, 2001) dan Mult i Dimensional Scaling (MDS) (Warwick and Clarke, 2001).

2. Megabentos

Untuk mengetahui kel impahan beberapa mega benthos, terutama yang memil ik i ni lai ekonomis penting dan bisa di jadikan indikator dari kesehatan

Page 20: LAP MNTR MENTAWAI 07(05a) - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BME_Ekologi_Mentawai_2007.pdf · tim studi monitoring ekologi kabupaten mentawai koordinator tim penelitian: anna

14

terumbu karang, di lakukan metode ”Reef Check” pada semua stasiun transek permanen. Semua biota megabentos tersebut yang berada 1 m di sebelah kir i dan kanan pi ta berukuran panjang 70 m tadi dihi tung jumlahnya, sehingga luas bidang yang teramati per transeknya yaitu (2 x 70) = 140 m2.

A n a l i s a l a n j u t a n s e p e r t i a n a l i s a pengelompokan (Cluster analys is) dan Mul t i Dimensional Scaling (MDS) (Warwick and Clarke, 2001) di lakukan terhadap data kel impahan individu dari beberapa mega bentos yang di jumpai.

3. Ikan Karang

Metode yang d igunakan ya i tu metode ”Underwater Visual Census” (UVC), dimana ikan-ikan yang di jumpai pada jarak 2,5 m di sebelah kir i dan sebelah kanan garis transek sepanjang 70 m dicatat jenis dan jumlahnya. Sehingga luas bidang yang teramati per transeknya yaitu (5 x 70 ) = 350 m2.

Identi f ikasi jenis ikan karang mengacu kepada Matsuda (1984), Kuiter (1992) dan Lieske dan Myers (1994). Khusus untuk ikan kerapu (grouper) digunakan acuan dari Randal l and Heemstra (1991) dan FAO Species Catalogue Heemstra dan Randal l (1993).

Dari data kel impahan t iap jenis ikan karang yang di jumpai dimasing-masing stasiun transek permanen di lakukan anal isa pengelompokan (Cluster analysis) dan Mult i Dimensional Scal ing (MDS) (Warwick and Clarke, 2001).

Spesies ikan yang didata dikelompokkan ke dalam 3 kelompok utama (ENGLISH, et al . , 1997), yaitu :

Page 21: LAP MNTR MENTAWAI 07(05a) - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BME_Ekologi_Mentawai_2007.pdf · tim studi monitoring ekologi kabupaten mentawai koordinator tim penelitian: anna

15

a. Ikan-ikan target, yaitu ikan ekonomis penting dan biasa ditangkap untuk konsumsi. Biasanya mereka menjadikan terumbu karang sebagai tempat pemijahan dan sarang/daerah asuhan. Ikan- ikan target in i d iwaki l i o leh suku Serranidae (ikan kerapu), Lutjanidae ( ikan kakap), Lethrinidae ( ikan lencam), Nemipteridae ( ikan kuris i), Caesionidae ( ikan ekor kuning), Siganidae ( ikan baronang), Haemulidae (ikan bibir tebal), Scaridae (ikan kakak tua) dan Acanthuridae ( ikan pakol);

b. Ikan-ikan indikator, yaitu jenis ikan karang yang khas mendiami daerah terumbu karang dan menjadi indikator kesuburan ekosistem daerah tersebut. Ikan-ikan indikator diwaki l i oleh famil i Chaetodontidae (ikan kepe-kepe);

c. I kan- ikan ma jor , merupakan jen is i kan berukuran keci l , umumnya 5–25 cm, dengan k a r a k t e r i s t i k p ew a r n a a n y a n g b e r a g a m sehingga dikenal sebagai ikan hias. Kelompok ini umumnya ditemukan melimpah, baik dalam jumlah indiv idu maupun jenisnya, ser ta cenderung bersi fat teri tor ial . Ikan-ikan ini sepanjang hidupnya berada di terumbu karang, diwaki l i oleh suku Pomacentr idae (ikan betok laut), Apogonidae ( ikan serinding), Labridae ( ikan sapu-sapu), dan Blenni idae (ikan peniru).

Page 22: LAP MNTR MENTAWAI 07(05a) - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BME_Ekologi_Mentawai_2007.pdf · tim studi monitoring ekologi kabupaten mentawai koordinator tim penelitian: anna

16

BAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Monitoring kondisi terumbu karang di lokasi transek permanen di perairan Kabupaten Mentawai telah di lakukan pada tahun 2007. Substansi yang dipantau meliput i karang, megabentos dan ikan karang. Metode yang digunakan disesuaikan dengan masing-masing substansi, sesuai dengan metode yang digunakan pada kegiatan basel ine. Kegiatan pengamatan di lakukan di 9 t i t ik lokasi transek permanen (Gambar 2a dan 2b), yang ditentukan pada waktu kegiatan basel ine. Hasi l pengamatan diuraikan berdasarkan masing-masing substansi.

Gambar 2a. Posisi stasiun penelitian untuk terumbu karang,

mega bentos dan ikan karang di perairan P. Si-berut dan sekitarnya.

Page 23: LAP MNTR MENTAWAI 07(05a) - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BME_Ekologi_Mentawai_2007.pdf · tim studi monitoring ekologi kabupaten mentawai koordinator tim penelitian: anna

17

Gambar 2b. Posisi stasiun penelitian untuk terumbu karang,

mega bentos dan ikan karang di perairan P. Si-pora dan sekitarnya.

A. KARANG

Hasi l pengamatan karang dengan metode LIT telah di lakukan di 9 stasiun , 4 stasiun di selatan Pulau Siberut dan 5 stasiun di selatan P. Sipora Pertumbuhan karang pada umumnya berupa ”patches” yaitu gerombol-gerombol keci l . Dari 9 stasiun diperoleh perentase tutupan karang hidup mulai dari 2,50 – 63,20 % dengan rerata 24,29 %. Dari hasi l LIT juga diperoleh 44 jenis dari 14 suku karang batu. Rerata persentase tutupan karang hidup dan kategori bent ik lainnya dari 9 lokasi LIT disaj ikan dalam Gambar 3.

Page 24: LAP MNTR MENTAWAI 07(05a) - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BME_Ekologi_Mentawai_2007.pdf · tim studi monitoring ekologi kabupaten mentawai koordinator tim penelitian: anna

18

Gambar 3. Rerata persentase tutupan karang hidup dan kategori bentik lainnya (n=9).

Hasil pengamatan dengan metode LIT

Persentase tutupan karang, biota bentik lainnya dan kondisi abiotik hasi l monitoring di lokasi transek, disaj ikan dalam Gambar 4a dan 4b. Hasi l pengamatan, selanjutnya diuraikan berdasarkan masing-masing t i t ik pengamatan.

AcroporaNon AcroporaDCADC Soft CoralSpongeFleshy SeaweedOther BiotaRubbleSandSiltRock

Page 25: LAP MNTR MENTAWAI 07(05a) - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BME_Ekologi_Mentawai_2007.pdf · tim studi monitoring ekologi kabupaten mentawai koordinator tim penelitian: anna

19

Gambar 4a. Persentase tutupan karang dan kategori bentik lainnya dan kategori abiotik hasil LIT di Perairan Siberut bagian utara, Kabupaten Mentawai.

#

#

#

#

KATURAI

PASAKIAT TAELELUE

MADOBEK UGAI

P. Mainu

P. Babui

P. Logui

P. Libut

P. Boitek

ujuat

P. Sibabui

P. Siloina

P. Tadangin

P. Beusanak

P. Koraniki P. Nyangnyang

P. Sinyaunyau

P. Pananggalan

Ug. Pepeh

Ug. Sijaga

1°55' 1°55'

1°50' 1°50'

1°45' 1°45'

1°40' 1°40'

99°5'

99°5'

99°10'

99°10'

99°15'

99°15'

99°20'

99°20'

99°25'

99°25'

Legenda :

TUTUPAN LIFEFORMPER STASIUN LITDI SIBERUT (2007)

U

DaratHutan Mangrove

Fringing ReefPatch Reef

AcroporaNon acroporaDcaDcSoft coralSpongeFleshy seaweedOther biotaRubbleSandSiltRock

Jalan

Page 26: LAP MNTR MENTAWAI 07(05a) - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BME_Ekologi_Mentawai_2007.pdf · tim studi monitoring ekologi kabupaten mentawai koordinator tim penelitian: anna

20

Gambar 4b. Persentase tutupan karang dan kategori bentik

lainnya dan kategori abiotik di perairan Sipora bagian selatan, Kabupaten Mentawai.

Stasiun MTWL 01 (P. Sipora sebelah utara)

Lokasi pengamatan berada pada sisi t imur selatan pesisir Tuapei jat. Sepanjang pesisir merupakan daerah dengan hutan mangrove dan t idak ada pemukiman penduduk. Daerah perairan dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai lokasi tangkapan ikan lokal. Perairan agak tertutup dengan arus dan gelombang t idak terlalu kuat, agak keruh dengan jarak pandang mencapai 6-7 meter.

Tipe terumbu adalah karang tepi dengan rataan terumbu cukup luas yang selalu terendam air saat surut terendah. Dasar perairan umumnya ditutupi oleh endapan patahan karang mati yang sudah di tumbuhi

#

#

#

#

#

TUAPEJAT

MATOBE

GOISOOINANSIPORA JAYA

UPT TUA PEJAT IIIUPT TUA PEJAT II

P. Siburu

P. Pitoyat

P. Pototogat

P. Simakakak

Tg. Simapadegat

2°9' 2°9'

2°6' 2°6'

2°3' 2°3'

2°00' 2°00'

99°30'

99°30'

99°33'

99°33'

99°36'

99°36'

99°39'

99°39'

99°42'

99°42'

99°45'

99°45'

Legenda :

TUTUPAN LIFEFORMPER STASIUN LITDI SIPORA (2007)

U

DaratHutan Mangrove

Fringing ReefPatch Reef

AcroporaNon acroporaDcaDcSoft coralSpongeFleshy seaweedOther biotaRubbleSandSiltRock

Jalan

Page 27: LAP MNTR MENTAWAI 07(05a) - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BME_Ekologi_Mentawai_2007.pdf · tim studi monitoring ekologi kabupaten mentawai koordinator tim penelitian: anna

21

algae sediki t berpasir dan bongkahan karang mati . Lereng terumbu landai dan pertumbuhan karang hanya sampai kedalaman 10 meter.

Hasi l pengamatan terhadap karang menunjukan keragaman yang rendah. Pertumbuhan bentik algae sangat mendominasi tutupan terumbu yaitu mencapai 78,56% terdir i dari turf algae 75.56% dan Hal l imeda 3%. Tutupan bentik biota lain juga cukup t inggi yaitu mencapai 16.66% terdir i dari soft coral 0,83%, sponge 15,33% dan biota yang berasosiasi 0,5%. Tutupan karang mati dan bentik abiot is sangat rendah sekal i . Persentase tutupan karang hidup sangat rendah yaitu sebesar 4,7 %.

Stasiun MTWL 02 (P. Sipora sebelah utara)

Stasiun ini terletak pada sisi tenggara pulau keci l yang t idak ada penduduk. Pesisir pulau sebagian besar pantai berpasir sedikit mangrove terutama pada sisi t imur dengan vegetasi utama adalah pohon kelapa. Tipe terumbu adalah karang tepi dengan rataan terumbu sempit yaitu lebih kurang 200 meter dari pantai . Dasar perairan sebagian besar adalah berpasir dan sediki t bongkahan-bongkahan karang hidup massive dari genus Pori tes lutea . Rataan terumbu landai dan kadang-kadang t idak jelas sampai kedalaman 10 meter.

Persentase tutupan algae sangat mendominasi tutupan terumbu yaitu mencapai 58,46%. Sedangkan persentase tutupan abiotis tercatat sebessar 1,16% yang terdir i dari pasir 11,13% dan patahan karang mati 10,03%. Tutupan bentik biota lainya agak rendah yaitu hanya 9,63% terdir i dari sponge 8,3% dan biota lain 1,33%. Tutupan karang batu yang sudah mati hanya mencapai10.16% yaitu dari karang batu yang sudah ditumbuhi algae. Persentase tutupan karang hidup sangat rendah yaitu sebesar 10,56%.

Page 28: LAP MNTR MENTAWAI 07(05a) - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BME_Ekologi_Mentawai_2007.pdf · tim studi monitoring ekologi kabupaten mentawai koordinator tim penelitian: anna

22

Stasiun MTWL 03 (P. Sipora sebelah utara)

Stasiun ini berada pada pulau keci l Siburu pada sisi bagian t imur. Sepanjang pesisir merupakan pantai berpasir, sediki t cadas dan hutan mangrove dengan vegetasi utama kelapa, mangrove dan kebun cengkeh. Perairan sangat terbuka dengan arus dan gelombang cukup kuat, jernih dengan jarak pandang mencapai 15 meter.

Tipe terumbu adalah karang tepi dengan rataan terumbu sempit hanya sekitar 200 meter dari pantai. Dasar perairan adalah substrat keras dari cadas pulau, patahan karang mati yang ditumbuhi algae dan sediki t bongkahan karang mati . Lereng terumbu agak curam dengan tubir yang jelas sampai kedalaman 20 meter.

Pertumbuhan algae sangat mendominasi tutupan terumbu yaitu mencapai 82,43% hanya terdir i dari tutupan turf algae. Tutupan biota lain hanya 4% terdir i dari soft coral 2,86%, sponge 0,66% dan biota lain 0,5%. Bentik abiot is hanya dasar berpasir dengan tutupan 4%. Karang batu yang sudah mati hanya mencapai 3.33% sedangkan karang hidup sebagai indikasi kesehatan terumbu juga sangat rendah yaitu hanya 6,19% terdir i dari Acropora 0,43% dan Non Acropora 5,76%.

Stasiun MTWL 04 (P. Sipora sebelah utara)

Lokasi pengamatan berada dalam teluk di pesisir bagian barat Tuapei jat. Kawasan pesisir merupakan pantai bermangrove dan sediki t berpasir dan cadas dengan vegetasi umumnya mangrove dan pohon kelapa. Daerah perairan merupakan daerah tangkapan ikan nelayan lokal dan lokasi wisata bahari . Perairan relat i f terl idung dengan arus dan gelombang cukup kuat, sangat keruh dengan jarak pandang hanya 3-4 meter.

Page 29: LAP MNTR MENTAWAI 07(05a) - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BME_Ekologi_Mentawai_2007.pdf · tim studi monitoring ekologi kabupaten mentawai koordinator tim penelitian: anna

23

Tipe terumbu adalah karang tepi dengan yang rataan terumbu sempit dan selalu berada di bawah permukaan air saat surut terendah. Dasar perairan terdir i dari pasir berlumpur dan patahan karang mati yang di tumbuhi algae dan pertumbuhan karang hidup didominasi oleh karang bercabang (branching). Lereng terumbu sangat landai dengan tubir t idak jelas, pertumbuhan karang hanya sampai kedalaman 7 meter, setelah i tu pasir mendominasi.

Pertumbuhan karang hidup cukup mendominasi tutupan terumbu yaitu mencapai 58,46% terdir i dari Acropora 5,43% dan Non Acropora 53,03% di ikut i oleh pertumbuhan algae mencapai 35,3% terdir i dari makro algae 2,66%, turf algae 31,13% dan coral ine algae 1,5%. Pertumbuhan biota lain sangat rendah yaitu 0,16%. Tutupan karang mati juga sangat rendah yaitu 1,33%.

Stasiun MTWL 05 (P. Sipora sebelah utara)

Stasiun ini berada pada sisi selatan sebuah pulau keci l di daerah pesisir barat Tuapei jat. Hampir sebagian besar pesisirnya merupakan pantai berpasir dan sediki t mangrove pada sisi barat laut pulau dengan vegetasi umumnya pohon kelapa. Pemanfaatan daerah perairan adalah sebagai lokasi perikanan tangkap nelayan lokal dan daerah wisata bahari . Perairan relat i f terl indung dengan arus dan gelombang t idak terlalu kuat, jernih dengan jarak pandang mencapai 10 meter.

Tipe terumbu adalah karang tepi dengan rataan terumbu yang sempit yaitu berjarak sekitar 50 meter dari pantai. Dasar perairan terdir i dari substrat keras, patahan karang mati di tumbuhi algae dan tutupan karang hidup.

Pertumbuhan karang hidup sangat mendominasi lereng terumbu yaitu mencapai 73,96% di ikuti oleh

Page 30: LAP MNTR MENTAWAI 07(05a) - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BME_Ekologi_Mentawai_2007.pdf · tim studi monitoring ekologi kabupaten mentawai koordinator tim penelitian: anna

24

tutupan algae 24% dari bent ik turf alga. Tutupan biota lain sangat rendah sekal i yaitu hanya 1% terdir i dari soft coral 0,53%, sponge 0,46%. Tutupan bentik karang batu yang mati sangat rendah yaitu 1,03%.

Stasiun MTWL 06 (P. Siberut sebelah selatan)

Lokasi pengamatan berada pada pesisir t imur dengan jarak 500 meter dari pantai. Perairan relat i f terbuka dengan arus dan gelombang t idak terlalu kuat, agak keruh dengan jarak pandang hanya 5-6 meter. Dasar perairan didominasi oleh pasir berlumpur, patahan karang mati di tumbuhi turf alga, makroalgae dan sediki t bongkahan-bongkahan karang mati .

Persentase ter l ihat turf algae sangat mendominasi dengan tutupan mencapai 45,2% di ikut i ddengan tutupan pasir 24,9%. Bentik biot is dari pertumbuhan makro algae cukup t inggi yaitu mencapai 16,86% terdir i dari tutupan Hal imeda 14,43% dan makro algae lainnya 2,43%. Sedangkan pertumbuhan soft coral sangat rendah dengan tutupan hanya mencapai 1,13%, sponge dan biota lain sangat jarang sehingga t idak di temukan tutupannya. Tutupan karang mati baik yang sudah ditumbuhi algae sangat rendah yaitu hanya mencapai 2%. Pertumbuhan karang hidup (karang batu) hanya mencapi 2,5%.

Stasiun MTWL 07 (P. Siberut sebelah selatan)

Lokasi pengamatan ter letak di dalam Teluk Katurai persisnya di Pulau Terlena. Pesisir pulau sebagian besar adalah daerah berpasir dan sediki t mangrove dengan vegetasi umumnya kelapa mangrove dan perdu. Perairan sangat ter l indung dengan arus dan gelombang lemah, agak keruh dengan jarak pandang sekitar 5-6 meter. Tipe terumbu adalah karang tepi dan tersebar

Page 31: LAP MNTR MENTAWAI 07(05a) - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BME_Ekologi_Mentawai_2007.pdf · tim studi monitoring ekologi kabupaten mentawai koordinator tim penelitian: anna

25

hampir disekel i l ing pulau. Dasar perairan didominasi oleh patahan karang mati yang telah ditumbuhi algae dan Halimeda . Lereng terumbu sangat landai dan pertumbuhan karang sampai kedalaman 10 meter.

Persentase tutupan makro algae dan turf algae sangat t inggi masing-masing 26,66% dan 17,66%. Makro algae didominasi oleh jenis Halimeda sp., Turbinaria sp. dan Gell idium sp. Sedangkan pertumbuhan soft coral, sponge dan biota lain yang berassoisasi dengan terumbu sangat rendah. Tutupan karang mati dan yang telah di tumbuhi algae sangat rendah hanya 0,6%. Tutupan bentik karang hidup yang terdir i dari Acropora sp., dan Non Acropora cukup t inggi yaitu mencapai 43,79% terdir i dari Acropora sp. 1,06% dan Non Acropora 42,73% terutama dari genus Poci l lopora sp., Pori tes sp., Montipora sp. dan sediki t Mil lepora sp.

Stasiun MTWL 08 (P. Siberut sebelah selatan)

Lokasi pengamatan berada di pulau keci l yang t idak berpenghuni ter letak di bagian selatan Teluk Katurai. Daerah pesisir sebagian besar adalah pantai berpasir dan mangrove terutama sisi t imur pulau. Daerah perairan dimanfaatkan hanya sebagai lokasi perikanan tangkap nelayan lokal dan lokasi wisata untuk kegiatan surf ing. Perairan terbuka dengan arus dan gelombang cukup besar, agak keruh dengan jarak pandang sekitar 6-7 meter

Panjang rataan terumbu berkisar 300-500 meter ke arah laut. Dasar perairan sebagian besar adalah endapan karang mati yang telah ditumbuhi algae sediki t pasir berlumpur dan bongkahan karang mati . Lereng terumbu sangat landai dan pertumbuhan karang masih di jumpai sampai kedalaman 8 meter, setelah i tu pasir mendominasi.

Page 32: LAP MNTR MENTAWAI 07(05a) - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BME_Ekologi_Mentawai_2007.pdf · tim studi monitoring ekologi kabupaten mentawai koordinator tim penelitian: anna

26

Persentase tutupan algae sangat t inggi dan mendominasi dengan tutupan mencapai 87,62% terdir i dari turf algae 72,96%, Hal l imeda 10,83% dan makroalgae 3,83%. Sedangkan persentase tutupan soft coral, sponge dan biota lain sangat rendah. Persentase tutupan karang hidup sangat rendah sekali yaitu hanya 4.53%.

Stasiun MTWL 09 (P. Siberut sebelah selatan)

Lokasi pengamatan berada di sebuah pulau keci l pal ing selatan Katurai. Hampir semua daerah pesisirnya adalah pantai berpasir putih dengan vegetasi utama pohon kelapa. Perairan sangat terbuka, arus dan gelombang cukup kuat terutama pada sisi barat laut, jernih dengan jarak pandang mencapai 10 meter. Panjang rataan terumbu berkidar 300 meter ke arah laut. Dasar perairan terdir i dari pasir , karang mati di tumbuhi algae dan sediki t bongkahan karang mati . Lereng terumbu agak curam dan pertumbuhan karang sampai kedalaman lebih kurang 20 meter setelah i tu pasir mendominasi.

Hasi l pengukuran terhadap tutupan persentase tutupan cukup mendominasi yaitu sebesar 45,5% di ikut i oleh tutupan turf algae dengan tutupan mencapai 36,66%. Kondisi bentik biota lainya sangat rendah hanya 1,2% terdir i dari tutupan soft coral 0,33%, Sponge 0,73% dan zooid 0,16%. Tutupan karang baru mati maupun yang sudah ditumbuhi algae ter l ihat sangat rendah yaitu hanya 2,66%. Sedangkan tutupan karang hidup dari kelompok Acropora maupun Non Acropora sangat rendah yaitu hanya 13,9%.

Page 33: LAP MNTR MENTAWAI 07(05a) - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BME_Ekologi_Mentawai_2007.pdf · tim studi monitoring ekologi kabupaten mentawai koordinator tim penelitian: anna

27

Hasil Analisis karang

Pada penel i t ian yang di lakukan di wi layah Kabupaten Mentawai, pada tahun 2007 ini ( t1), berhasi l di lakukan pengambilan data pada semua stasiun penel i t ian yang di lakukan pada penel i t ian tahun 2004 (t0), yaitu sebanyak 9 stasiun.

Plot interval untuk masing-masing biota dan substrat berdasarkan waktu pemantauan dengan menggunakan interval kepercayaan 95 % disaj ikan dalam Gambar 5.

Gambar 5. Plot interval untuk biota dan substrat terhadap

waktu pemantauan dengan interval kepercayaan 95% untuk nilai rataan (t0 = 2004; t1 = 2007).

Sedangkan hasi l uj i t -berpasangan yang di lakukan terhadap data biota dan substrat setelah di lakukan transformasi arcsin akar pangkat dua dari data (y’=arcsin√y) diperoleh ni lai p, atau ni lai kr i t is untuk

Pers

enta

se tu

tupa

n

Waktu

Batuan

Lumpur

Pasir

Pecah

an karan

g

Biota lai

n

Fleshy se

aweed

Sponge

Karang lu

nak

Karang m

ati dgn a

lga

Karang mati

Non Acro

pora

Acropora

Karang hidup

t1t0t1t0t1t0t1t0t1t0t1t0t1t0t1t0t1t0t1t0t1t0t1t0t1t0

70

60

50

40

30

20

10

0

Plot interval untuk biota dan substrat terhadap waktu pemantauandengan interval kepercayaan 95% untuk nilai rataan (t0=2004; t1=2007)

Page 34: LAP MNTR MENTAWAI 07(05a) - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BME_Ekologi_Mentawai_2007.pdf · tim studi monitoring ekologi kabupaten mentawai koordinator tim penelitian: anna

28

menolak Ho. Jadi dengan t ingkat kepercayaan 95%, maka Ho akan di tolak bi la ni lai p <0,05, yang art inya bahwa persentase tutupan untuk kategori tersebut ber-dasarkan pemantauan tahun 2004 (t0) berbeda nyata dengan persentase tutupan berdasarkan pemantauan 2007 (t1) (Tabel 1). Untuk data Batuan (Rock) t idak di-lakukan uj i stat ist ik dikarenakan t idak di jumpai kategori tersebut selama pengamatan di lakukan pada tahun 2004 dan 2007.

Tabel 1. Nilai p berdasarkan hasil uji t-berpasangan.

Tanda * ) berart i Ho di tolak.

Kategori Nilai p

Karang hidup 0,147

Acropora 0,729

Non Acropora 0,113

Karang mati 0,807

Karang mati dgn alga 0,131

Karang lunak 0,608

Sponge 0,498

Fleshy seaweed 0,001 *)

Biota lain 0,241

Pecahan karang 0,392

Pasir 0,689

Lumpur 0,212

Batuan Tidak diuji

Page 35: LAP MNTR MENTAWAI 07(05a) - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BME_Ekologi_Mentawai_2007.pdf · tim studi monitoring ekologi kabupaten mentawai koordinator tim penelitian: anna

29

Dari Tabel 1, ter l ihat bahwa perbedaan persentase tutupan dari tahun 2004 ke 2007 terjadi hanya untuk kategori Fleshy seaweed (FS), sedangkan untuk kate-gori lainnya t idak berbeda secara nyata.

Persentase tutupan FS menurun secara signif ikan dalam rentang waktu 3 tahun pengamatan (2004 ke 2007), dimana pada tahun 2004 persentase tutupannya sebesar 6,1% menjadi 1,37% pada tahun 2007.

Untuk karang hidup (LC), walaupun t idak berbeda secara signif ikan, tetapi persentase tutupan rata-ratanya cenderung menurun dari tahun 2004 ke 2007, dimana pada tahun 2004 sebesar 32,61% sedangkan pada tahun 2007 sebesar 24,29%.

B. MEGABENTOS

Pencatatan biota dengan metode “reef check” yaitu dengan transek sabuk sepanjang 70 meter. Biota bentik yang ditentukan dicatat jumlahnya 1 meter ke kir i dan 1 meter ke kanan. Pengamatan biota megabentos di lakukan di lokasi transek permanen sepanjang garis transek. Dari hasi l ”Reef check” yang di lakukan pada lokasi yang sama dengan trasek permanen, diperoleh jumlah Acanthaster planci sebesar 310 individu/ha. Karang jamur (CMR=Coral Mushrom) yang lebih banyak di jumpai dibanding mega bentos lainnya yaitu 7579 individu/ha. Demikian juga dengan kima (Giant clam) yang memil ik i ni lai ekonomis penting masih di jumpai dengan ukuran keci l (panjang < 20 cm) sebesar 238 individu/ha sedangkan yang berukuran besar (>20cm) t idak ditemukan. Tripang (holothurian) yang berukuran besar (panjang >20 cm) sebesar 48 individu/ha, sedangkan yang berukuran keci l hanya 24 individu/ha. Hasi l reef check selengkapnya di masing-masing stasiun transek permanen bisa di l ihat pada Tabel 2, Gambar 6a dan 6b.

Page 36: LAP MNTR MENTAWAI 07(05a) - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BME_Ekologi_Mentawai_2007.pdf · tim studi monitoring ekologi kabupaten mentawai koordinator tim penelitian: anna

30

Tabel 2. Kelimpahan megabentos pada masing-masing stasiun.

MEGABENTOS MTWL MTWL MTWL MTWL MTWL MTWL MTWL MTWL MTWL

01 02 03 04 05 06 07 08 09 Acanthaster planci 0 286 2286 0 71 0 71 71 0 Banded Coral Shrimp 0 0 0 0 0 0 0 0 0

CMR 3357 71 286 23571 34714 143 1214 214 4643

Diadema setosum 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Drupella sp. 214 0 214 214 1143 0 0 0 0

Large Giant Clam 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Small Giant Clam 0 1786 143 0 0 143 0 0 71

Large Holothurian 71 286 0 0 0 0 0 0 71

Small Holothurian 0 143 0 0 0 0 0 71 0

Lobster 0 71 0 0 0 0 0 0 0

Pencil sea urchin 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Trochus niloticus 0 0 71 0 71 0 0 143 0

Page 37: LAP MNTR MENTAWAI 07(05a) - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BME_Ekologi_Mentawai_2007.pdf · tim studi monitoring ekologi kabupaten mentawai koordinator tim penelitian: anna

31

Gambar 6a. Kondisi megabentos hasil “reef check” di lokasi

transek permanen di perairan Siberut, Kabupaten Mentawai.

Page 38: LAP MNTR MENTAWAI 07(05a) - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BME_Ekologi_Mentawai_2007.pdf · tim studi monitoring ekologi kabupaten mentawai koordinator tim penelitian: anna

32

Gambar 6b. Kondisi megabentos hasil “reef check” di lokasi

transek permanen di perairan Sipora, Kabupaten Mentawai.

Hasil analisis megabentos

Pada penel i t ian yang di lakukan di wi layah Kabupaten Mentawai, pada tahun 2007 ini ( t1), berhasi l di lakukan pengambilan data pada semua stasiun penel i t ian yang di lakukan pada penel i t ian tahun 2004 (t0), yaitu sebanyak 9 stasiun.

Rerata jumlah individu per transek untuk setiap kategori megabentos yang di jumpai pada masing-masing waktu pengamatan disaj ikan pada Tabel 3.

#Y

#Y

#Y

#Y

#Y

TUAPEJAT

MATOBE

GOISOOINANSIPORA JAYA

UPT TUA PEJAT IIIUPT TUA PEJAT II

P. Siburu

P. Pitoyat

P. Pototogat

P. Simakakak

Tg. Simapadegat

3500

3000

2500

2000

1500

1000

500

0

1800

1600

1400

1200

1000

800

600

400

200

0

2500

2000

1500

1000

500

0

25000

20000

15000

10000

5000

0

35000

30000

25000

20000

15000

10000

5000

0

Legend :

KELIMPAHAN BENTOSPER STASIUN LITDI SIPORA (2007)

U

DaratMangrove

Fringing ReefPatch Reef

Acanthaster planciCMRDiadema setosumDrupella Large giant clamSmall giant clamLarge holothurianSmall holothurianLobsterPencil sea urchinTrocus niloticus

Jalan2°9' 2°9'

2°6' 2°6'

2°3' 2°3'

2°00' 2°00'

99°30'

99°30'

99°33'

99°33'

99°36'

99°36'

99°39'

99°39'

99°42'

99°42'

99°45'

99°45'

Page 39: LAP MNTR MENTAWAI 07(05a) - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BME_Ekologi_Mentawai_2007.pdf · tim studi monitoring ekologi kabupaten mentawai koordinator tim penelitian: anna

33

Tabel 3. Rerata jumlah individu per transek untuk setiap kategori megabentos yang dijumpai pada masing-masing waktu pengamatan.

Untuk mel ihat apakah jumlah individu setiap kategori megabentos t idak berbeda nyata untuk setiap waktu pengamatan (tahun 2004 dan 2007), maka di lakukan uj i t-berpasangan. Sebelum uj i di lakukan, untuk memenuhi asusmsi-asumsi yang diperlukan dalam p e n g g u n a a n u j i t - b e r p a s a n g a n i n i , d a t a d i t rans fo rmas ikan te r leb ih dahu lu menggunakan transformasi akar pangkat dua (square root), sehingga datanya menjadi y’=√(y+0,5). Ni lai p untuk setiap data jumlah individu/transek pada kategori megabentos yang diuj i disaj ikan pada Tabel 4. Bi la ni lai p tersebut lebih keci l dari 5% (=0,05), maka Ho ditolak, yang berart i bahwa jumlah individu/transek kategori megabentos

Kategori Nilai p

Acanthaster planci 0,161

CMR 0,906

Diadema setosum 0,288

Drupella sp. 0,139

Large Giant clam 0,044 *)

Small Giant clam 0,200

Large Holothurian 0,338

Small Holothurian 0,185

Lobster 0,347

Pencil sea urchin 0,347

Trochus niloticus 0,382

Page 40: LAP MNTR MENTAWAI 07(05a) - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BME_Ekologi_Mentawai_2007.pdf · tim studi monitoring ekologi kabupaten mentawai koordinator tim penelitian: anna

34

tersebut berbeda antara pengamatan tahun 2004 (t0) dan tahun 2007 (t1).

Dari Tabel 4 tersebut terl ihat bahwa perbedaan yang nyata antara jumlah individu per transeknya untuk setiap megabentos yang diamati pada tahun 2004 dan 2007 terjadi hanya untuk Large Giant clam, dimana pada tahun 2003 kel impahan per transeknya 0,67 individu, sedangkan pada tahun 2007 t idak di jumpai sama sekali .

Tabel 4. Hasil uji t-berpasangan terhadap data jumlah individu/transek megabentos (data ditransformasikan ke dalam bentuk akar pangkat dua).

Hasil pengamatan ikan karang

Pengamatan ikan karang di lakukan dengan metode sensus visual (Underwater Visual Census) di lokasi

Jumlah Individu/transek

2004 2007 Acanthaster planci 0,22 4,33

CMR 110,78 106,11

Diadema setosum 7,78 4,78

Drupella sp. 0,33 2,78

Large Giant clam 0,67 0,00

Small Giant clam 1,00 3,33

Large Holothurian 1,11 0,67

Small Holothurian 0,00 0,33

Lobster 0,00 0,11

Pencil sea urchin 0,22 0,00

Trochus niloticus 0,89 0,44

Kelompok

Page 41: LAP MNTR MENTAWAI 07(05a) - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BME_Ekologi_Mentawai_2007.pdf · tim studi monitoring ekologi kabupaten mentawai koordinator tim penelitian: anna

35

t ransek permanen. Hasi l pengamatan selanjutnya diuraikan secara r inci.

a. Jumlah Jenis, Marga dan Suku ikan karang

Pengamatan karang telah di lakukan di 9 stasiun transek permanen. Metode yang digunakan sama dengan tahun sebelumnya. Di lokasi ini berhasi l di jumpai 168 jenis ikan karang yang termasuk dalam 31 suku, dengan ni lai kel impahan ikan karang sebesar 18349,2 individu/ha.

Jenis Cirrhi labrus cyanopleura merupakan jenis ikan karang yang memil ik i kel impahan tert inggi pada 9 lokasi transek dengan jumlah individu sebesar 2127 individu/ha kemudian di ikuti oleh Chromis ternatensis sebesar 1937 individu/ha dan Chromis vir idis sebesar 1441 individu/ha. Lima belas besar jenis ikan karang yang memil ik i kel impahan yang tert inggi di tampilkan dalam Tabel 5.

Kel impahan seluruh jenis suku yang pal ing t inggi adalah Pomacentridae dengan kel impahan 4543 individu/ha, yang di ikut i dengan suku Labridae sebesar 2460 individu/ha. Kel impahan masing-masing suku seluruh ikan di sembilan lokasi disaj ikan dalam Tabel 6.

Kel impahan beberapa jenis ikan ekonomis penting yang diperoleh dari UVC di lokasi transek permanen yang pal ing t inggi adalah dari jenis Acanthurus blochi i ( termasuk kedalam suku Achanturidae) yaitu 457 individu/ha. Ikan kepe-kepe Chaetodon vagabunduns (suku Chaetodontidae) yang merupakan ikan indikator untuk meni lai kesehatan terumbu karang memil ik i kel impahan 38 individu/ha.

Page 42: LAP MNTR MENTAWAI 07(05a) - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BME_Ekologi_Mentawai_2007.pdf · tim studi monitoring ekologi kabupaten mentawai koordinator tim penelitian: anna

36

P e r b a n d i n g a n k e l i m p ah an u n t uk s e t i a p kelompok ikan karang di masing-masing stasiun transek permanen di set iap lokasi penel i t ian disaj ikan dalam Gambar 6a dan 6b di bawah ini .

Tabel 5. Lima belas jenis ikan karang yang memiliki

kelimpahan yang tertinggi di stasiun transek permanen perairan P. Pagai, P. Siberut, P. Sipora dan sekitarnya.

No. Jenis Grup Kelimpahan

(Jmlh.inv./ha)

1 Cirrhilabrus cyanopleura Major Labridae 2127

2 Chromis ternatensis Major Pomacentridae 1937

3 Chromis viridis Major Pomacentridae 1441

4 Neopomacentrus azysron Major Pomacentridae 1238

5 Chromis atripectoralis Major Pomacentridae 1016

6 Pomacentrus molucensis Major Pomacentridae 876

7 Pomacentrus chrysurus Major Pomacentridae 689

8 Acanthurus blochii Target Acanthuridae 457

9 Dascylus reticulatus Major Pomacentridae 435

10 Dascylus aruanus Major Pomacentridae 410

11 Chromis iomelas Major Pomacentridae 359

12 Cirrhilabrus ardonatus Major Labridae 356

13 Apogon sp Major Labridae 317

14 Melycthis niger Major Balistidae 286

15 Pseudocheilinus hexataenia Major Labridae 225

Suku

Page 43: LAP MNTR MENTAWAI 07(05a) - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BME_Ekologi_Mentawai_2007.pdf · tim studi monitoring ekologi kabupaten mentawai koordinator tim penelitian: anna

37

Tabel 6. Kelimpahan ikan karang untuk masing-masing suku di stasiun transek permanen perairan P. Pagai, P. Siberut, P. Sipora dan sekitarnya.

NO. SUKU Kelimpahan

(jmlh.indv./ha) 1 Pomacentridae 4543 2 Labridae 2460 3 Chaetodontidae 1657 4 Ephippidae 1238 5 Pomacanthidae 946 6 Acanthuridae 654 7 Lutjanidae 394 8 Lethrinidae 308 9 Scaridae 283

10 Balistidae 210 11 Serranidae 187 12 Caesionidae 187 13 Carangidae 187 14 Mullidae 152 15 Ostraciidae 149 16 Tetraodontidae 140 17 Holocentridae 133 18 Pempheridae 127 19 Siganidae 121 20 Plesiopidae 95 21 Scorpaenidae 83 22 Priacanthidae 83 23 Scolopsidae 41 24 Cirrhitidae 41 25 Monacanthidae 25 26 Haemulidae 25 27 Singnathidae 25 28 Pinguipedidae 16 29 Microdesmidae 6 30 Zanclidae 6 31 Bleniidae 6

Page 44: LAP MNTR MENTAWAI 07(05a) - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BME_Ekologi_Mentawai_2007.pdf · tim studi monitoring ekologi kabupaten mentawai koordinator tim penelitian: anna

38

Kelimpahan untuk setiap kelompok ikan karang ( jumlah individu per hektar) yang di jumpai di masing-masing lokasi penel i t ian dengan menggunakan metode UVC disaj ikan pada Tabel 7. Dari tabel tersebut ter l ihat bahwa total kel impahan ikan karang lebih t inggi di jumpai pada tahun 2007 dibandingkan dengan tahun 2004. Hal ini menunjukkan adanya pertambahan dari jumlah kel impahan ikan dari tahun sebelunya namun kel impahan ikan karang tersebut didominasi oleh kelompok ikan major, yang berni lai kurang ekonomis.

Gambar 7a. Peta perbandingan antara ikan major, ikan target

dan ikan indikator di masing-masing stasiun transek permanen di perairan Siberut, Kabupaten Mentawai.

#

#

#

#

KATURAI

PASAKIAT TAELELUE

MADOBEK UGAI

P. Mainu

P. Babui

P. Logui

P. Libut

P. Boitek

P. Jujuat

P. Sibabui

P. Siloina

P. Tadangin

P. Beusanak

P. Koraniki P. Nyangnyang

P. Sinyaunyau

P. Pananggalan

Ug. Pepeh

Ug. Sijaga

1°50' 1°50'

1°45' 1°45'

1°40' 1°40'

99°5'

99°5'

99°10'

99°10'

99°15'

99°15'

99°20'

99°20'

99°25'

99°25'

DaratHutan Mangrove

Fringing ReefPatch Reef

Ikan indikatorIkan majorIkan target

Legenda :

KOMPOSISI IKANPER STASIUN LIT DI SIBERUT (2007)

U

Jalan

Page 45: LAP MNTR MENTAWAI 07(05a) - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BME_Ekologi_Mentawai_2007.pdf · tim studi monitoring ekologi kabupaten mentawai koordinator tim penelitian: anna

39

Gambar 7b. Peta perbandingan antara ikan major, ikan target

dan ikan indikator di masing-masing stasiun transek permanen di perairan Sipora, Kabupaten Mentawai

b. Hasil Analisa Ikan Karang

Pada penel i t ian yang di lakukan di wi layah Kabupaten Mentawai, pada tahun 2007 ini ( t1), berhasi l di lakukan pengambilan data pada semua stasiun penel i t ian yang di lakukan pada penel i t ian tahun 2004 (t0), yaitu sebanyak 9 stasiun.

Rerata jumlah individu ikan per transeknya berdasarkan data ke 9 stasiun tersebut yang diamati pada 2004 dan 2007 sepert i Tabel 7 dibawah :

#

#

#

#

#

TUAPEJAT

MATOBE

GOISOOINANSIPORA JAYA

UPT TUA PEJAT IIIUPT TUA PEJAT II

P. Siburu

P. Pitoyat

P. Pototogat

P. Simakakak

Tg. Simapadegat

2°9' 2°9'

2°6' 2°6'

2°3' 2°3'

2°00' 2°00'

99°30'

99°30'

99°33'

99°33'

99°36'

99°36'

99°39'

99°39'

99°42'

99°42'

99°45'

99°45'

DaratHutan Mangrove

Fringing ReefPatch Reef

Ikan indikatorIkan majorIkan target

Legenda :

KOMPOSISI IKANPER STASIUN LIT DI SIPORA (2007)

U

Jalan

Page 46: LAP MNTR MENTAWAI 07(05a) - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BME_Ekologi_Mentawai_2007.pdf · tim studi monitoring ekologi kabupaten mentawai koordinator tim penelitian: anna

40

Tabel 7. Rerata jumlah individu ikan per transeknya berdasarkan data ke 9 stasiun tersebut yang diamati pada 2004 dan 2007.

Wa laupun te r l iha t ada kecenderungan kenaikan jumlah individu ikan karang per transeknya dari tahun 2004 ke tahun 2007, namun kenaikan tersebut t idak nyata (signif ikan) (Tabel 8; Gambar 8). Hal ini didasarkan dari hasi l Anal isa variansi (ANOVA=Analysis of Variance) dengan 2 faktor dimana Faktor pertama merupakan Waktu (yaitu tahun 2004 dan 2007) dan Faktor kedua merupakan kelompok ikan karang (yaitu kelompok Major, Target dan Indikator). Sebelum ANOVA di lakukan, data jumlah individu (y) terlebih dahulu di transformasikan ke dalam bentuk ln sehingga datanya menjadi y’=ln (y). Hal ini di lakukan agar asumsi-asumsi yang diperlukan dalam melakukan ANOVA terpenuhi. Tabel ANOVA terl ihat sepert i Tabel 8 di bawah ini :

Jumlah Individu per transek

2004 2007

Ikan Major 323 534

Ikan Target 90 94

Ikan Indikator 17 14

Total 429 642

Kategori

Page 47: LAP MNTR MENTAWAI 07(05a) - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BME_Ekologi_Mentawai_2007.pdf · tim studi monitoring ekologi kabupaten mentawai koordinator tim penelitian: anna

41

Tabel 8. Hasil ANOVA terhadap data jumlah individu ikan karang. Data ditransformasikan ke dalam bentuk y’=ln(y).

Data : y’=ln (y)

Catatan : * ) = Ho bahwa reratanya sama ditolak den-gan t ingkat kesalahan 5 %

Adanya perbedaan yang nyata terjadi pada antar kelompok ikan karang, dimana berdasarkan uj i perbandingan berganda Tukey ter l ihat bahwa jumlah individu ikan major merupakan yang tert inggi, di ikuti oleh ikan target, dan selanjutnya ikan indikator. Hal ini merupakan sesuatu yang umum karena pada daerah terumbu karang, kelompok ikan major lebih dominan jumlahnya dibandingkan kelompok ikan lainnya.

Sumber DF SS MS F p

Waktu 1 0.437 0.437 0.68 0.413

Kelompok 2 106.570 53.285 83.21 0,000 *)

Waktu*Kelompok 2 0.807 0.403 0.63 0.537

Sesatan 48 30.739 0.640

Total 53 138.554

Page 48: LAP MNTR MENTAWAI 07(05a) - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BME_Ekologi_Mentawai_2007.pdf · tim studi monitoring ekologi kabupaten mentawai koordinator tim penelitian: anna

42

Gambar 8. Rerata jumlah individu kelompok ikan karang

terhadap waktu penelitian. Data ditransformasi y’=ln (y).

Waktu

Rer

ata

jum

lah

indi

vidu

/tran

sek

t1=2007t0=2004

6

5

4

3

2

Kelompok

Target

IndikatorMajor

Rerata jml individu kelompok ikan karang terhadap waktu penelitianTransformasi y'=ln y

Page 49: LAP MNTR MENTAWAI 07(05a) - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BME_Ekologi_Mentawai_2007.pdf · tim studi monitoring ekologi kabupaten mentawai koordinator tim penelitian: anna

43

BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Dari data yang diperoleh di lapangan, kemudian di lakukan analisa data. Kesimpulannya adalah sebagai berikut :

• Dari hasi l LIT dan pengamatan bebas berhasi l di-jumpai 44 jenis karang batu yang termasuk dalam 14 suku.

• Hasi l pengamatan terumbu karang dengan me-tode LIT di 9 stasiun transek permanen diperoleh persentase tutupan karang hidup mulai dari 2,50 % - 63,20% dengan rerata sebesar 24,29 %.

• Perbedaan persentasi tutupan dari tahun 2004 ke 2007 ter jadi hanya untuk kategori Fleshy sea-weeds (FS) sedangkan untuk kategori lainnya t i -dak berbeda secara nyata.

• Persentase tutupan karang hidup walau t idak ber-beda nyata secara sat ist ik namun cenderung menurun dari tahun 2004 yaitu sebesar 32,61% menjadi 24,29 di tahun 2007.

• Kelimpahan Acanthaster planci sebesar 310 indi-vidu/ha. Karang jamur (CMR=Coral Mushrom) yang lebih banyak di jumpai dibanding megaben-tos lainnya yaitu 7579 individu/ha. Demikian juga dengan kima (Giant clam) yang memil ik i ni lai eko-nomis penting masih di jumpai dengan ukuran keci l (panjang < 20 cm) sebesar 238 individu/ha sedangkan yang berukuran besar (>20cm) t idak ditemukan. Tripang (holothurian) yang berukuran besar (panjang >20cm) sebesar 48 individu/ha,

Page 50: LAP MNTR MENTAWAI 07(05a) - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BME_Ekologi_Mentawai_2007.pdf · tim studi monitoring ekologi kabupaten mentawai koordinator tim penelitian: anna

44

sedangkan yang berukuran keci l (<20 cm)hanya 24 individu/ha.

• Perbedaan nyata antara jumlah individu per tran-sek untuk setiap bentos yang diamati pada tahun 2004 dan 2007 terjadi hanya untuk Large Giant Clam (panjang >20 cm). Pada tahun 2004 kel im-pahannya 0,67 individu, sedangkan tahun 2007 t idak di jumpai sama sekal i .

• Dari hasi “Underwater Visual Census” (UVC) yang di lakukan di 9 Stasiun transek permanen ditemu-kan sebanyak 168 jenis ikan karang yang terma-suk dalam 31 suku, dengan kel impahan ikan karang sebesar 18349,2 individu per hektarnya. Jenis Cirrhi labrus cyanopleura dari suku Labridae merupakan jenis ikan karang yang memil ik i kel im-pahan tert inggi pada setiap transek permanen di 9 lokasi pengamatan dengan jumlah individu se-besar 2127 individu/ha.

• Kelimpahan beberapa jenis ikan ekonomis penting yang diperoleh dari UVC di lokasi transek permanen sepert i ikan Rastrel iger kanagurta ( termasuk kedalam suku Scrombidae) yaitu 1229 individu, ikan kerapu (termasuk dalam suku Serranidae) 147 individu/ha, Acanthurus blochi i ( termasuk kedalam suku Acanthuridae) yaitu 234 individu/ha dan Pterocaesio t i le ( termasuk ke-dalam suku Caesionidae) yaitu 220 individu/ha.

• Kelimpahan ikan dari tahun 2004 meningkat di tahun 2007 yang didominasi oleh kelompok ikan mayor yang kurang ber-ni lai ekonomis yaitu dari 323 meningkat menjadi 534 individu/ transek.

• Perbandingan antara ikan major, ikan target dan ikan indikator sebesar 38:6:1. Art inya pada satu lokasi bi la ada 1 ikan indikator maka ada terdapat 6 ikan target serta ada 38 ekor ikan mayor.

Page 51: LAP MNTR MENTAWAI 07(05a) - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BME_Ekologi_Mentawai_2007.pdf · tim studi monitoring ekologi kabupaten mentawai koordinator tim penelitian: anna

45

B. SARAN

Dari pengalaman dan hasi l yang diperoleh selama melakukan penel i t ian di lapangan maka dapat diberikan beberapa saran sebagai berikut :

• Kesimpulan yang diambi l mungkin t idak seluruhnya benar untuk menggambarkan kondisi Kepu lauan Mentawai secara kese luruhan mengingat penel i t ian kal i ini di fokuskan hanya pada perairan P. Sipora bagian utara dan perairan P. Siberut bagian selatan. Selain i tu, jumlah stasiun yang diambil untuk transek permanen (untuk penel i t ian karang, megabentos dan ikan karang) yang jumlahnya 9 stasiun juga masih sangatlah terbatas. Hal ini dikarenakan waktu peneli t ian yang sangat terbatas. Untuk i tu sebaiknya jumlah stasiun transek permanen bisa di tambahkan pada penel i t ian selanjutnya.

• Secara umum, kual i tas perairan di lokasi yang ditel i t i , dapat dikatakan relat i f masih baik untuk kehidupan karang serta biota laut lainnya. Keadaan sepert i in i perlu dipertahankan bahkan j ika mungkin, lebih di t ingkatkan lagi daya dukungnya, untuk kehidupan terumbu karang dan biota lainnya. Pencemaran l ingkungan dan kerusakan l ingkungan harus dicegah sedini mungkin, sehingga kelestar ian sumberdaya yang ada tetap terjaga dan lestari .

• Dengan meningkatnya kegiatan di darat di seki tar Kepulauan Mentawai, past i akan membawa pengaruh terhadap ekosistem di perairan ini , baik secara langsung maupun t idak langsung. Untuk i tu, penel i t ian kembali di daerah ini sangatlah penting di lakukan untuk mengetahui perubahan yang terjadi sehingga hasi lnya bisa di jadikan bahan pert imbangan bagi para stakeholder da lam mengelo la ekosistem terumbu karang secara lestar i . Selain

Page 52: LAP MNTR MENTAWAI 07(05a) - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BME_Ekologi_Mentawai_2007.pdf · tim studi monitoring ekologi kabupaten mentawai koordinator tim penelitian: anna

46

i tu, data hasi l pemantauan tersebut juga bisa dipakai sebagai bahan evaluasi keberhasi lan COREMAP.

Page 53: LAP MNTR MENTAWAI 07(05a) - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BME_Ekologi_Mentawai_2007.pdf · tim studi monitoring ekologi kabupaten mentawai koordinator tim penelitian: anna

47

DAFTAR PUSTAKA

Engl ish, S., C. Wilk inson and V. Baker, 1997. Survey Manual for Tropical Marine Resources. Second edi-t ion . Austral ian Inst i tute of Marine Science. Towns-vi l le: 390 p.

Heemstra, P.C. and Randal, J.E. 1993. FAO Species Cata-logue . Vol. 16 Grouper of the World (Family Serrani-dae: Sub Family Epinephel idae).

Kuiter, R. H., 1992. Tropical Reef-Fishes of the Western Pacif ic, Indonesia and Adjacent Waters. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Indonesia.

Lieske E. & R. Myers, 1994. Reef Fishes of the World. Periplus Edit ion, Singapore. 400p.

Matsuda,A.K.; Amoka, C.; Uyeno, T. and Yoshiro, T., 1984 . The Fishes of the Japanese Archipelago. Tokai Uni-versity Press.

Randal l , J.E. and Heemstra, P.C. 1991. Indo-Pacific F i s h e s . R e v i s i o n o f I n d o - P a c i f i c G r o u p e r (Perci formes: Serrinidae: Epinephel idae), With De-script ion of Five New Species.

Warwick, R.M. and K.R. Clarke, 2001. Change in marine communit ies: an approach to stasist ical analysis and interpretat ion, 2n d edit ion. PRIMER-E:Plymouth.

Page 54: LAP MNTR MENTAWAI 07(05a) - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BME_Ekologi_Mentawai_2007.pdf · tim studi monitoring ekologi kabupaten mentawai koordinator tim penelitian: anna

48

LAMPIRAN Lampiran 1. Posisi transek permanen di Pulau Pagai, P. Sipora dan

P. Siberut, Kabupaten Mentawai.

Lampiran 2. Jenis-jenis karang batu yang ditemukan di perairan Pulau Pagai, P. Sipora dan P. Siberut, Kabupaten Mentawai.

NO. STASIUN LONG. LAT. LOKASI 1 MTWL 53 99,10945 -1,309769 Siberut 2 MTWL 61 99,18509 -1,451906 Siberut 3 MTWL 64 99,15456 -1,491020 Siberut 4 MTWL 71 99,83413 -2,371856 Sipora 5 MTWL 76 99,85620 -2,356127 Sipora 6 MTWL 78 99,83873 -2,330161 Sipora 7 MTWL 81 100,28759 -2,820882 Pagai Selatan 8 MTWL 84 100,24216 -2,786040 Pagai Selatan 9 MTWL 91 100,22953 -2,737260 Pagai Utara

NO. SUKU MTWL

01 MTWL

02 MTWL

03 MTWL

04 MTWL

05 MTWL

06 MTWL

07 MTWL

08 MTWL

09 JENIS

I ACROPORIDAE

1 Acropora abrolhosensis - - - + - - + - -

2 Acropora gemmifera - - - - + - - - -

3 Acropora humilis - - - - + - + - -

4 Acropora millepora - - - - + - - - +

5 Acroporasp. - - - + + - - - +

6 Montiporasp. + - - + + - + + +

II AGARICIIDAE

7 Leptoserissp. - - - - + - - - +

8 Pachyseris speciosa - - - - - + - - -

9 Pavona explanulata - - - - + - - - -

10 Pavonasp. - - - - + - + - -

11 Pavona varians - - - - + - - - +

Page 55: LAP MNTR MENTAWAI 07(05a) - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BME_Ekologi_Mentawai_2007.pdf · tim studi monitoring ekologi kabupaten mentawai koordinator tim penelitian: anna

49

Lampiran 2. (Lanjutan) III CARYOPHYLLIIDAE

12 Euphyllia glabrescens + - - - - - - - -

- - - - - - - - -

IV DENDROPHYLLIIDAE - - - - - - - - - 13 Turbinariasp. - - - - - + + - -

V FAVIIDAE 14 Cyphastreasp. - - - - + - - - -

15 Echinopora gemmacea - - - + + - - - -

16 Favitessp. + - - + + - - - -

17 Goniastreasp. - - - - + - - - -

- - - - - - - - -

VI FUNGIIDAE - - - - - - - - - 18 Fungiasp. - - - + + - + - -

VII MERULINIDAE 19 Hydnophora microconos - - - - + - - - -

20 Hydnophora rigida - - - - + - + - +

21 Hydnophora sp. - - - + - - - - -

VIII MILLEPORIDAE 22 Milleporasp. - - - + - - - - +

- - - - - - - - -

IX MUSSIDAE - - - - - - - - - 23 Lobophylliasp. - - - + - - - - -

- - - - - - - - -

X OCULINIDAE - - - - - - - - - 24 Galaxeasp. + - - + + - + - -

- - - - - - - - -

XI PECTINIDAE - - - - - - - - - 25 Pectiniasp. - - - + - - - - -

XII POCILLOPORIDAE 26 Pocillopora damicornis - - - - + - - + -

27 Pocillopora eydouxi - - + - + - - - +

28 Pocillopora meandrina - - - - + - - - -

29 Pocilloporasp. - - - + + - + - +

30 Pocillopora verrucosa - - - - + - - - -

31 Seriatopora caliendrum - - - + - - - - +

32 Seriatopora hystrix - - - + + - - - -

33 Stylophora pistillata - - - - + - - - -

33 Stylophorasp. - - - + - - - - +

Page 56: LAP MNTR MENTAWAI 07(05a) - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BME_Ekologi_Mentawai_2007.pdf · tim studi monitoring ekologi kabupaten mentawai koordinator tim penelitian: anna

50

Lampiran 2. (Lanjutan)

Keterangan :

+ = ditemukan

- = tidak ditemukan

XIII PORITIDAE

35 Gonioporasp. - + - - - - - - -

36 Porites cylindrica - + - - - - + + -

37 Porites danae - - + - - - - - -

38 Porites lichen + - - - - - - - -

39 Porites lobata - + - - - + - - -

40 Porites lutea - - + - + + + + -

41 Porites nigrescens - - - - + - - - -

42 Porites rus - - - - + - - - -

43 Poritessp. - - - + - - + - -

XIV SIDERASTREIDAE

44 Psammocorasp. - - + - + - - - -

Page 57: LAP MNTR MENTAWAI 07(05a) - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BME_Ekologi_Mentawai_2007.pdf · tim studi monitoring ekologi kabupaten mentawai koordinator tim penelitian: anna

51

Lampiran 3. Jenis-jenis ikan karang yang ditemukan di perairan Pulau Pagai, P. Sipora dan P. Siberut, Kabupaten Mentawai.

NO. SUKU MTWL MTWL MTWL MTWL MTWL MTWL MTWL MTWL MTWL

GRUP JENIS 01 02 03 04 05 06 07 08 09

I ACANTHURIDAE 1 Acanthurus blochii + - - - + + - - + Target

2 Acanthurus leucosternon - + + - - - - - - Target

3 Acanthurus lineatus + + + - + + + + + Target

4 Acanthurus nigricans - + + - - - - - - Target

5 Acanthurus pyroferus - - + - - - - - - Target

6 Acanthurus sp. 1 + + - - + + - - + Target

7 Acanthurus triostegus - - - - - - - - + Target

8 Ctenochaetus binotatus + + + + + + + - - Target

9 Ctenochaetus striatus + + + - + + + + + Target

10 Ctenochaetus strigosus + - - - + - - - - Target

11 Naso lituratus/elegans + - + - - - - - - Target

12 Naso thynnoides - - + - - - - - - Target

13 Naso unicornis - - - - + - - - - Target

14 Zebrasoma scopas + + + + + + + + + Major

15 Zebrasoma veliferum - + + - + - - + - Major

II BALISTIDAE

16 Balistapus undulatus + + + - + + + - + Major

17 Balistoides viridescens - - + - - - - - - Major

18 Melycthis niger + + + - + - - - + Major

19 Odonus niger - - - - - - - - + Major

20 Suflamen bursa - - - - + - - - + Major

21 Suflamen crysopterus + + + - + + + - - Major

III BLENIIDAE

22 Meiacanthus smithi + + - - - + + - - Major

IV CAESIONIDAE

23 Caesio lunaris - - + - - - - - - Target

24 Caesio teres - + - - + - - - - Target

25 Pterocaesio tile - - - - - - - - + Target

26 Pterocaesio trilineata - - + - - - - - - Target

V CARANGIDAE

27 Caranx eibili + + + - + + + - + Target

28 Caranx melampygus + + - - + + - - + Target

Page 58: LAP MNTR MENTAWAI 07(05a) - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BME_Ekologi_Mentawai_2007.pdf · tim studi monitoring ekologi kabupaten mentawai koordinator tim penelitian: anna

52

Lampiran 3. (lanjutan)

VI CHAETODONTIDAE

29 Chaetodon auriga - - + - - - - - - Indicator

30 Chaetodon baronessa + - - - + - + - - Indicator

31 Chaetodon collare + + - - + - + - - Indicator

32 Chaetodon ephipium - + - - + - - - - Indicator

33 Chaetodon guastissimus - - - + + - - - - Indicator

34 Chaetodon kleinii - - - - - - + - - Indicator

35 Chaetodon lunula - - - - - - + - - Indicator

36 Chaetodon meyeri - - - - + - - - - Indicator

37 Chaetodon oxycephalus + - - - + - + - - Indicator

38 Chaetodon rafflesi + + - - + - + - - Indicator

39 Chaetodon trifasciatus - + + + + - + + + Indicator

40 Chaetodon ulietensis - + - - + - + - + Indicator

41 Chaetodon vagabundus + + + - - + + - + Indicator

42 Heniochus crysostomus - + - - - - + - - Indicator

43 Heniochus pleurotaenia + + + - + + + - - Indicator

44 Heniochus singularius - - - - + - + - - Indicator

Vii CIRRHITIDAE

45 Paracirrhites arcatus - - - - - - - - + Major

46 Paracirrhites fosteri + + + + + + + - + Major

VIII EPHIPPIDAE

47 Platax orbicularis + - + - - - - - - Target

IX HAEMULIDAE

48 Plectorhynchus lacrymatus + - + + + - + - - Target

49 Plectorhynchus orientalis - - - - + - + - - Target

X HOLOCENTRIDAE

50 Myrichthys adustus - + - - - - - - - Major

51 Myripristis violacea - + + - - - - - - Major

52 Sargocentron caudimacula-tus + + + - + + - - + Major

53 Sargocentron spiniferum - - - - - - + - - Major

XI LABRIDAE

54 Anampses melanurus - + - - - - - - - Major

55 Apogon compresus - - - - - - + - - Major

Page 59: LAP MNTR MENTAWAI 07(05a) - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BME_Ekologi_Mentawai_2007.pdf · tim studi monitoring ekologi kabupaten mentawai koordinator tim penelitian: anna

53

Lampiran 3. (lanjutan) 56 Apogon sp - + - - - - - - - Major

57 Bodianus mesothprax + + + - + + - + + Major

58 Cheilinus fasciatus - + + - - + + - - Target

59 Cheilinus trilobatus + + + - + + + + + Target

60 Cirrhilabrus ardonatus + - + - - - - - - Major

61 Cirrhilabrus cyanopleura + - + + + - - - + Major

62 Cirrhilabrus sp + - - - - - - - - Major

63 Cirrhitichthys falco + - + - + - + - + Major

64 Coris gaimard - + - - - - + - - Major

65 Epibulus insidiator - + - - + - - + + Major

66 Gomphosus varius + + + + + + - + + Major

67 Halichoeres hortulanus + + + - - + + + + Major

68 Halichoeres marginatus - - - - - + - - - Major

69 Halichoeres scapularis - + - - - - - - - Major

70 Halichoeres sp. + - - - - - - - - Major

71 Hemygimnus fasciatus + - - + + - + - + Target

72 Hemygimnus melapterus - - + + + + + - - Target

73 Labroides bicolor - - + - - + - + Major

74 Labroides dimidiatus + + + + + + + + + Major

75 Labrychthys unilineatus - - - - - - - + Major

76 Pseudocheilinus hexatae-nia + - + + + + - - + Major

77 Pseudocoris heteroptera - + - - - - - - - Major

78 Stetojulis bandaniensis - - - - - + - + - Major

79 Stetojulis strigiventer - - - - - + + - + Major

80 Thalassoma amblycepha-lus + - + + - + + - - Major

81 Thalassoma hardwickei + + + + + + + + + Major

82 Thalassoma janseni + + - - + + + - + Major

83 Thalassoma lunare + - + + + + + + + Major

XII LETHRINIDAE

84 Lethrinus harak + - - - - - - - + Target

85 Lethrinus ornatus - - + - - - - - - Target

86 Monotaxis granducolis - + + - - + - - - Target

XIII LUTJANIDAE

87 Lutjanus bigutatus - - - - + - - - - Target

88 Lutjanus bohar + - + - + - - - - Target

89 Lutjanus decussatus + + + - + + + + - Target

90 Lutjanus fulvus + + + - - + + - - Target

Page 60: LAP MNTR MENTAWAI 07(05a) - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BME_Ekologi_Mentawai_2007.pdf · tim studi monitoring ekologi kabupaten mentawai koordinator tim penelitian: anna

54

Lampiran 3. (lanjutan)

91 Macolor macularis - + - - - - - - - Target

92 Macolor niger - - - - + - - - - Target

XIV MICRODESMATIDAE

93 Ptereleotris evides - - - - - - + - - Major

XV MONACANTHIDAE

94 Oxymonacanthus longirostris - - - - + - - - - Major

95 Paraluterus prionorus - - + - - - + - - Major

XVI MULLIDAE

96 Parupeneus barbarinus + + + + + + + + - Target

97 Parupeneus bifasciatus + + - + - + + - + Target

98 Parupeneus cyclostomus + + - - - + + + + Target

99 Parupeneus indicus - + - - - - - - - Target

100 Parupeneus macronema + + + + + + + - + Target

101 Parupeneus multifasciatus + - - - + - - - - Target

XVII OSTRACIIDAE

102 Ostraction solorensis + - + - - - - + Major

XVIII PEMPHERIDAE

103 Pempheris oualensis - - - - - - + + - Major

XIX PINGUIPEDIDAE

104 Parapercis hexopthalma - + - - - + + - + Major

XX PLESIOPIDAE

105 Calloplesiops altivelis (comet) - - + - - - - - - Major

XXI POMACANTHIDAE

106 Apolemichthys trimaculatus - - + - - - - - - Major

107 Pomacanthus imperator - - - - + - - - + Major

108 Pomacanthus xanthometopon - - + - - - - - - Major

109 Pygoplites diacanthus + + - - - + - - - Major

Page 61: LAP MNTR MENTAWAI 07(05a) - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BME_Ekologi_Mentawai_2007.pdf · tim studi monitoring ekologi kabupaten mentawai koordinator tim penelitian: anna

55

Lampiran 3. (lanjutan)

XXII POMACENTRIDAE

110 Abudefduf vaigiensis - + - - - - + - + Major

111 Amblyglyphidodon aureus - + + - + - - - - Major

112 Amphiprion clarkii + - + - - - - - - Major

113 Amphiprion ephipium - - - - + - - - - Major

114 Amphiprion ocellaris + - + - - - - + - Major

115 Amphiprion sandaraci-nos - - - - - - - - + Major

116 Chromis atripectoralis - + - - + + + - + Major

117 Chromis dimidiata - + - - - - - - - Major

118 Chromis iomelas + + + + + - - - + Major

119 Chromis margaritifer + - + - + - - - - Major

120 Chromis talboti + + + - + + - - - Major

121 Chromis ternatensis + - + - + + - - + Major

122 Chromis viridis + + - - + + + + + Major

123 Chromis weberi - - - - + - - - - Major

124 Dascylus aruanus - + - - - + + + + Major

125 Dascylus reticulatus - + + + + - + - + Major

126 Dascylus trimaculatus - + + - - - + - + Major

127 Neopomacentrus azys-ron + + + + - + + + Major

128 Paraglyphidodon nigroris - - - - - - - + - Major

129 Pomacentrus bankanen-sis + - - + + + + + - Major

130 Pomacentrus chrysurus - + + + + + + - + Major

131 Pomacentrus lepio-dogenis + - 3 - - - - - + Major

132 Pomacentrus molucen-sis + + + + + + + + + Major

133 Pomacentrus philipinus - + + + + - - - + Major

XXIII PRIACANTHIDAE

134 Priacanthus cruentatus - - - - + - - - - Major

135 Priacanthus hambrur - - + - - - - - Major

XXIV SCARIDAE

136 Cetoscarus bicolor - - - - - + - + - Major

137 Scarus atripectoralis - + + + + + - + - Major

138 Scarus bleekeri + + + - + + - + + Major

139 Scarus dimidiatus - + - - - + - - - Major

Page 62: LAP MNTR MENTAWAI 07(05a) - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BME_Ekologi_Mentawai_2007.pdf · tim studi monitoring ekologi kabupaten mentawai koordinator tim penelitian: anna

56

Lampiran 3. (lanjutan)

140 Scarus ghobban + - - - + + + + + Major

141 Scarus niger - - - - - + - - - Major

142 Scarus pragsionathus - - + - - - - - + Major

143 Scarus sordidus - - + - - - - - + Major

144 Scarus sp. 1 - - - + + - - - + Major

XXV SCOLOPSIDAE

145 Scolopsis bilineata + + + - - + + + + Target

146 Scolopsis margaritifer + + + - - + + - + Target

XXVI SCORPAENIDAE

147 Pterois radiata - - - - - - + - - Major

148 Pterois volitans - - + - - - + - - Major

XXVII SERRANIDAE

149 Aethaloperca roghaa - - + - - - - - - Target

150 Anyperodon leucogrammicus - + - - + - - - - Target

151 Cephalopholis argus - + + - + + + + + Target

152 Cephalopholis boenack - - + - + + - - - Target

153 Cephalopholis cyanostigma + + + - + - - + + Target

154 Cephalopholis urodeta - + - - - - - - - Target

155 Epinephelus hexagonatus - + - + + + + + + Target

156 Epinephelus merra - - - - - + - - - Target

157 Epinephelus quyanos - + - - - + - + - Target

158 Plectropomus maculatum - - + - - - - - + Target

159 Variola louti - - + - - - - - - Target

XXVIII SIGANIDAE

160 Siganus coralinus - + + - - - - - - Target

161 Siganus magnificus - - - - + + - + - Target

162 Siganus punctatus - - - - + - - - - Target

163 Siganus spinus - - - - - - + - - Target

XXIX SINGNATHIDAE

164 Corythoichtys sp. - - - - - + - - - Major

Page 63: LAP MNTR MENTAWAI 07(05a) - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BME_Ekologi_Mentawai_2007.pdf · tim studi monitoring ekologi kabupaten mentawai koordinator tim penelitian: anna

57

Lampiran 3. (lanjutan)

Keterangan :

+ = ditemukan

- = tidak ditemukan

XXX TETRAODONTIDAE

165 Arothron immaculatus - - - - + - - - - Major

166 Arothron nigropunctatus - + - - - - - - - Major

167 Diodon hystrix - - + - - - - + - Major

XXXI ZANCLIDAE

168 Zanclus cornutus + + + + + + + + + Major

Page 64: LAP MNTR MENTAWAI 07(05a) - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/BME_Ekologi_Mentawai_2007.pdf · tim studi monitoring ekologi kabupaten mentawai koordinator tim penelitian: anna

58