lapkas superimposed preeklampsia

27
 LAPORAN KASUS SEKSIO SESAREA ATAS INDIKASI SUPERIMPOSED PREEKLAMPSIA, UMUR 37 TAHUN, HAMIL ATERM, DAN BELUM INPARTU DISUSUN OLEH : Tara Sefanya Kairupan PEMBIMBING : dr. Freddy Wagey, Sp.OG (K) BAGIAN ILMU KESEHATAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SAM RATULANGI MANADO 2 0 1 0

Upload: tara-sefanya-kairupan

Post on 12-Jul-2015

986 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

5/12/2018 Lapkas Superimposed Preeklampsia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/lapkas-superimposed-preeklampsia 1/27

LAPORAN KASUS

SEKSIO SESAREA ATAS INDIKASI SUPERIMPOSED 

PREEKLAMPSIA, UMUR 37 TAHUN, HAMIL ATERM,DAN BELUM INPARTU

DISUSUN OLEH :

Tara Sefanya Kairupan

PEMBIMBING :

dr. Freddy Wagey, Sp.OG (K)

BAGIAN ILMU KESEHATAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SAM RATULANGI

MANADO

2 0 1 0

5/12/2018 Lapkas Superimposed Preeklampsia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/lapkas-superimposed-preeklampsia 2/27

  1

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN

Penyakit hipertensi dalam kehamilan (HDK) termasuk preeklampsia dan

eklampsia sampai saat ini masih merupakan masalah dalam pelayanan obstetri di

Indonesia. Walaupun sudah jauh menurun, angka morbiditas dan mortalitas

maternal dan perinatal akibat penyakit ini masih tinggi (MMR 33,3% dan PMR

50%) dan merupakan salah satu dari ketiga penyebab utama kematian ibu, di

samping perdarahan dan infeksi. Insiden hipertensi dalam kehamilan umumnya

berkisar 7-12%.1-3

Klasifikasi hipertensi yang dikemukakan oleh The Committee on

Terminology of the American College of Obstetricians and Gynecologist  dan di

Indonesia dibakukan oleh Satgas Gestosis POGI sebagai berikut:3,4

  Hipertensi dalam kehamilan sebagai penyulit yang berhubungan langsung

dengan kehamilan: preeklampsia dan eklampsia

  Hipertensi dalam kehamilan sebagai penyulit yang tidak berhubungan

langsung dengan kehamilan: hipertensi kronik 

  Preeklampsia/eklampsia pada hipertensi kronik (superimposed )

  Hipertensi gestasional atau transient hypertension

  Hipertensi dalam kehamilan yang tidak dapat diklasifikasikan

Hipertensi kronik dalam kehamilan adalah hipertensi yang menetap oleh

sebab apapun, ditemukan pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu, atau

hipertensi yang menetap setelah 12 minggu pasca persalinan. Preeklampsia adalah

penyakit dengan tanda-tanda hipertensi dan proteinuria ≥300 mg/24 jam yang

timbul karena kehamilan. Superimposed preeclampsia/eclampsia adalah

preeklampsia/eklampsia pada penderita hipertensi kronik.1-6

I.2. SEKSIO SESAREA

Seksio sesarea merupakan salah satu cara terminasi kehamilan, yaitu suatu

persalinan buatan, dimana janin dan plasenta dilahirkan melalui suatu insisi

5/12/2018 Lapkas Superimposed Preeklampsia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/lapkas-superimposed-preeklampsia 3/27

  2

dinding perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta

berat janin diatas 500 gram.1,4

Jenis-Jenis Seksio Sesarea:4,8,9

1.  Seksio Sesarea Klasik korporal

2.  Seksio Sesarea Transperitoneal Profunda (SCTP)

3.  Seksio Sesarea yang diikuti dengan histerektomi

4.  Seksio Sesarea ekstraperitoneal

Indikasi dilakukan seksio sesarea terbagi atas indikasi ibu dan indikasi

 janin, antara lain:

1.   Indikasi ibu :

  Indikasi absolut:4,8-10 

Panggul sempit, tumor jalan lahir yang menimbulkan obstruksi, ruptura

uteri mengancam, disproporsi sefalo-pelvik, plasenta previa totalis, seksio

sesarea yang ketiga

  Indikasi relatif:4,9,10

 

Seksio sesarea sebelumnya kurang dari 1 tahun, partus lama, partus tidak 

maju, stenosis serviks uteri atau vagina, distosia serviks, preeklampsi dan

hipertensi

2.   Indikasi janin:4,9,10

 

  Kelainan letak 

1.  Letak lintang (pada primigravida atau panggul sempit)

2.  Letak sungsang pada primigravida disertai satu faktor resiko (panggul

sempit, oligohidramnion, gawat janin)

3.  Presentasi dahi dan muka (letak defleksi) bila reposisi dan cara-cara

lain tidak berhasil

4.  Kelainan letak pada gemelli anak pertama (letak lintang, presentasi

bahu atau interlock )

  Gawat janin

Berikut ini akan dilaporkan sebuah kasus seksio sesarea pada kehamilan

dengan superimposed preeclampsia, umur 37 tahun, hamil aterm, dan belum

inpartu.

5/12/2018 Lapkas Superimposed Preeklampsia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/lapkas-superimposed-preeklampsia 4/27

  3

BAB II

LAPORAN KASUS

II.1. IDENTITAS

Nama : Ny. Y.S.

Tempat, tanggal lahir : Manado, 12 Juli 1972

Umur : 37 tahun

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Alamat : Mahakeret Barat lingkungan II

Suku Bangsa : Indonesia

Agama : Kristen Protestan

Nama suami : Tn. A.G.

Pendidikan suami : SMA

Pekerjaan suami : Supir

Masuk RS : 26 Desember 2009

II.2. ANAMNESIS

Anamnesis Utama: diberikan oleh penderita 

Keluhan Utama: nyeri perut bagian bawah

Riwayat Penyakit Sekarang:

-  Nyeri perut bagian bawah dirasakan belum teratur

-  Pelepasan lendir campur darah (+)

Pelepasan air dari jalan lahir (-)-  Pergerakan janin masih dirasakan saat masuk rumah sakit

-  Riwayat nyeri kepala hebat, nyeri ulu hati, pandangan kabur disangkal

Riwayat Penyakit Dahulu:

-  Riwayat tekanan darah tinggi sejak ± 2 tahun yang lalu, T = 180/120 mmHg,

tidak kontrol teratur. Saat kehamilan, penderita kontrol ke dokter spesialis

dan diberikan Dopamet 3 x 1 tab, T = 150/100 mmHg.

5/12/2018 Lapkas Superimposed Preeklampsia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/lapkas-superimposed-preeklampsia 5/27

  4

-  Penyakit jantung, penyakit paru-paru, penyakit hati, penyakit ginjal,

penyakit kencing manis disangkal penderita

Riwayat gemelli (+)

BAB/BAK biasa

Anamnesis Kebidanan

Riwayat Kehamilan Sekarang:

Riwayat muntah pada kehamilan muda (-), bengkak (-), penglihatan

terganggu (-), sakit kepala (-), kencing terlalu sering (-), buang air besar tidak 

teratur (-) , perdarahan (-), kejang (-).

Penderita tidak merokok dan minum minuman beralkohol.

Pemeriksaan Antenatal (PAN):

Pemeriksaan antenatal (PAN) 5x pada dokter spesialis.

Riwayat Haid:

Haid pertama dialami pada usia 12 tahun dengan siklus yang tidak teratur

dan lamanya haid setiap siklus adalah 7 hari. HPHT tanggal ?? – 03 – 2009, taksiran

tanggal partus (TTP) ?? – 12-2009.

Riwayat Keluarga:

Penderita menikah 1 kali. Pernikahan ini sudah berlangsung 11 tahun.

Penderita telah mempunyai 1 orang anak.

Keluarga Berencana (KB):

Penderita belum pernah mengikuti program KB sebelumnya.

Riwayat Kehamilan Terdahulu:

1.  Penderita melahirkan anak pertama, perempuan, pada tahun 1998, cukup

bulan, lahir spontan letak belakang kepala, berat badan lahir 2900 g, dibantuoleh bidan, hidup

2.  Ini (2009)

Penyakit atau operasi yang pernah atau sedang dialami:

Riwayat tekanan darah tinggi dialami penderita sejak ± 2 tahun yang lalu.

5/12/2018 Lapkas Superimposed Preeklampsia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/lapkas-superimposed-preeklampsia 6/27

  5

II.3. PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan Fisik Umum

Status Praesens:

- Keadaan umum = Cukup

- Kesadaran = Compos mentis

- Tekanan darah = 200/130 mmHg

- Nadi = 84 kali/menit

- Pernapasan = 24 kali/menit

- Suhu badan = 36,8oC

- BB/TB = 82 kg / 154 cm

- Gizi = Cukup

- Kepala = Kepala bentuk simetris, kedua konjungtiva tidak 

anemis, kedua sklera tidak ikterik, telinga normal,

tidak ada sekret yang keluar dari liang telinga, hidung

bentuk normal, dan tidak ada sekret, tenggorokan

tidak hiperemis, karies dentis (-)

- Leher = Tidak ditemukan pembengkakan kelenjar getah

bening.

- Dada = Bentuk simetris normal.

- Jantung = Bunyi jantung I dan II normal, tidak terdengar bising

 jantung.

- Paru-paru = Tidak ditemukan ronki dan wheezing di kedua

lapangan paru.

- Abdomen = Hepar dan lien sukar dievaluasi

- Alat kelamin = Alat kelamin wanita normal- Anggota gerak = Edema (-), varises (-)

- Refleks = Refleks fisiologis normal, refleks patologis negatif 

5/12/2018 Lapkas Superimposed Preeklampsia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/lapkas-superimposed-preeklampsia 7/27

  6

Status Obstetri:

Pemeriksaan Luar

- TFU = 31 cm

- Letak janin = Letak kepala, punggung kanan

- BJA = (+) 13-12-12

- His = Jarang / jarang

Pemeriksaan Dalam

porsio tebal lunak, pembukaan 1 jari, pp. kepala HI-II.

II.4. RESUME MASUK

G2 P1 A0, 37 tahun, masuk rumah sakit tanggal 26 Desember 2009 jam 12.30

WITA, dengan keluhan utama nyeri perut bagian bawah, tanda-tanda inpartu (+),

pelepasan air dari jalan lahir (-), pergerakan janin (+) saat masuk rumah sakit.

Riwayat hipertensi (+) sejak 2 tahun yang lalu (TD = 180/120mmHg), tidak 

berobat teratur. Riwayat kontrol di dokter spesialis, diberi Dopamet 3x1 tablet

(TD = 150/100mmHg).

Perut kembung (+) sejak tadi malam, BAB/BAK biasa.

HPHT tanggal ?? – 03 – 2009, taksiran tanggal partus (TTP) ?? – 12-2009.

P1 = 1998, perempuan, spt lbk, BBL=2900 g, dibantu oleh bidan, hidup

P2 = ini (2009)

Status praesens:

KU = cukup

Kes = CM

T = 220/130mmHg

N = 84x/menit

R = 24x/menit

S = 36,8

o

 

Status Obstetri: TFU = 31 cm

Letak janin = Letak kepala, punggung kanan

BJA = (+) 13-12-12

His = jarang // jarang

5/12/2018 Lapkas Superimposed Preeklampsia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/lapkas-superimposed-preeklampsia 8/27

  7

II.5. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan Laboratorium:

-  Hb : 11,3 g/dL

-  Leukosit : 8.900/mm3 

-  Trombosit : 254.000/mm3 

-  SGOT/AST : 21,7 U/L

-  SGPT/ALT : 17,2 U/L

-  Ureum : 30,4 mg/dL

-  Kreatinin : 1 mg/dL

-  Asam Urat : 6,4 mg/dL

-  Proteinuria : ++++

Pemeriksaan USG:

Kesan : Janin letak kepala, aterm sesuai usia gestasi, plasenta implantasi di

fundus, oligohidramnion

II.6. DIAGNOSIS DAN SIKAP

Diagnosis Sementara

G2 P1 A0, 37 tahun, hamil aterm, observasi inpartu + superimposed preeclampsia +

primisekundi 

Janin intrauterin, tunggal, hidup, letak kepala + oligohidramnion

Sikap/Tatalaksana

-  IVFD RL : Dextrose 5% 20gtt/mnt

-  MgSO4 20% 20cc i.v.

-  MgSO4 40% 10cc i.m. bokong kiri, 10cc i.m. bokong kanan.

-  Kateterisasi urin ± 150 cc

Pemeriksaan Dalam:

porsio tebal lunak, pembukaan 1 jari, ketuban (+), pp. kepala HI-II. 

5/12/2018 Lapkas Superimposed Preeklampsia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/lapkas-superimposed-preeklampsia 9/27

  8

Diagnosis

G2 P1 A0, 37 tahun, hamil aterm, observasi inpartu + superimposed preeclampsia +

primisekundi 

Janin intrauterin tunggal hidup letak kepala HI-II + oligohidramnion

Sikap/Tatalaksana

-  Resusitasi intrauterin

-  MgSO4 dilanjutkan sesuai protokol

-  Seksio sesarea

-  Konseling

-  Sedia donor, setuju operasi

-  Anti hipertensi

-  Konsul mata

-  Konsul interna

-  Lapor konsulen

Advis : seksio sesarea cito

II.7. OBSERVASI PERSALINAN

26 Desember 2009

16.00 KU = cukup

Kes = compos mentis

T = 220/130mmHg

N = 84x/menit

R = 24x/menit

His = jarang, jarang BJJ = (+)12-13-12

Pemeriksaan dalam =porsio tebal lunak, pembukaan 1 jari, pp. kepala HI-II 

Diagnosa sementara =

G2 P1 A0, 37 tahun, hamil aterm, observasi inpartu + superimposed 

 preeclampsia + primisekundi

Janin intrauterin tunggal hidup letak kepala + oligohidramnion

5/12/2018 Lapkas Superimposed Preeklampsia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/lapkas-superimposed-preeklampsia 10/27

  9

Tatalaksana =

-  Resusitasi intrauterin

-  MgSO4 dilanjutkan sesuai protokol

-  Seksio sesarea

-  Konseling

-  Sedia donor, setuju operasi

-  Anti hipertensi

-  Konsul mata

-  Konsul interna

-  Lapor konsulen

Advis : seksio sesarea cito

16.00-16.30 T = 170/90mmHg His = jarang, jarang BJJ = (+)12-12-12

16.30-17.00 His = jarang, jarang BJJ = (+)12-13-12

17.00-17.30 T = 160/90mmHg His = jarang, jarang BJJ = (+)12-13-12

17.30-18.00 His = jarang, jarang BJJ = (+)12-12-12

18.00-18.30 T = 160/100mmHg His = jarang, jarang BJJ = (+)12-13-12

18.30-19.00 His = jarang, jarang BJJ = (+)12-12-12

19.00-19.30 T = 170/100mmHg His = jarang, jarang BJJ = (+)12-13-12

19.30-20.00 His = jarang, jarang BJJ = (+)12-13-12

20.00-20.30 T = 170/100mmHg His = jarang, jarang BJJ = (+)12-12-12

20.30 Penderita didorong ke OK cito

21.17 Operasi dimulai, dilakukan SCTP

21.22 Lahir bayi laki-laki, BBL=2850g, PBL=47cm, AS=5-7

22.30 Operasi selesai

PerdarahanDiuresis

= 600 cc= 300 cc

5/12/2018 Lapkas Superimposed Preeklampsia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/lapkas-superimposed-preeklampsia 11/27

  10

II.8. LAPORAN OPERASI

Penderita dibaringkan terlentang di atas meja operasi. Dilakukan tindakan

antisepsis pada abdomen dan sekitarnya. Abdomen ditutup dengan doek steril

kecuali lapangan operasi. Dalam keadaan general anaesthesia (GA) dilakukan

insisi linea mediana inferior. Insisi diperdalam lapis demi lapis sampai

peritoneum. Peritoneum dijepit, digunting, diperlebar ke atas dan ke bawah

sehingga tampaklah uterus gravidarum. Identifikasi plika vesicouterina, dijepit,

digunting dan disisihkan ke depan, dilindungi dengan haak abdomen, dilakukan

insisi semilunaris pada segmen bawah rahim, diperdalam secara tumpul sampai

cavum uteri, tampak selaput ketuban. Ketuban dipecahkan keluar cairan putih

keruh ± 100 cc. Dilakukan eksplorasi janin letak kepala dengan meluksir kepala.

Jam 21.22 lahir bayi laki-laki, BBL = 2850g, PBL = 47cm, AS = 5-7. Sementara

 jalan napas dibersihkan, tali pusat di jepit dengan 2 klem kocher, digunting

diantara dua klem. Bayi diserahkan kepada TS Neonati. Plasenta implantasi di

fundus, dikeluarkan secara manual. Uterus dijepit dengan beberapa ring tang,

dijahit 2 lapis dengan cara simpul dan jelujur, dilakukan reperitonealisasi, kontrol

perdarahan (-). Peritoneum dijahit secara jelujur dengan catgut, otot dijahit secara

simpul dengan catgut, fascia dijahit secara jelujur dengan dexon, lemak subcutan

dijahit secara simpul dengan catgut. Kulit dijahit secara subcuticuler dengan

catgut. Luka operasi ditutup dengan kasa steril. Ibu dibersihkan dan diistirahatkan.

Operasi selesai.

Keadaan umum post operasi :

T = 150/90mmHg N = 84x/menit R = 24x/menit

Perdarahan = 600 ccDiuresis = 300 cc

II.9. DIAGNOSIS POST-OPERASI

P2 A0, 37 tahun, post SCTP atas indikasi superimposed preeclampsia +

primisekundi + oligohidramnion

Lahir bayi laki-laki, BBL = 2850g, PBL = 47cm, AS = 5-7

5/12/2018 Lapkas Superimposed Preeklampsia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/lapkas-superimposed-preeklampsia 12/27

  11

II.10. INSTRUKSI POST OPERASI

- Kontrol nadi/tensi/pernapasan/suhu/perdarahan

- Puasa sampai flatus/peristaltik (+)

- Infus RL : Dextrose 5% = 2 : 2 20 gtt/menit

- Cek Hb 6 jam post operasi, apabila Hb < 10g/dL transfusi darah

- Antibiotik : - Cefotaxime 3x1 g i.v.

- Metronidazole 2x0,5g drips

- Oksitosin 3x1 amp. drips

- Vitamin C 1x1 amp. i.v.

- Kaltrofen supp. II

II.11. OBSERVASI NIFAS

27 Desember 2009

22.00 S: Keluhan nyeri bagian operasi

O: Status praesens:

-  KU = cukup

-  Kes = compos mentis

-  T = 180/100mmHg

-  N = 88x/m

-  R = 24x/m

Status puerpuralis:

-  Mammae = laktasi (-/-), infeksi (-/-)

-  TFU = 1 jari di bawah pusat

-  Kontraksi = baik 

Bising usus (-), peristaltik (-)A: P2 A0, 37 tahun, post SCTP ai. superimposed preeclampsia +

primisekundi + oligohidramnion

Lahir bayi laki-laki, BBL = 2850g, PBL = 47cm, AS = 5-7

P: -  ASI on demand

-  Konseling KB

-  Cefotaksim inj. 1 g 3x1 i.v.

5/12/2018 Lapkas Superimposed Preeklampsia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/lapkas-superimposed-preeklampsia 13/27

  12

-  Metronidazol 0,5g 2x1 i.v.

-  Catapres 4 amp dalam larutan Dextrose 5%

28 Desember 2009

07.00 S: Keluhan berkurang

O: Status praesens:

-  KU = cukup

-  Kes = compos mentis

-  T = 160/100mmHg

-  N = 84x/m

-  R = 24x/m

Status puerpuralis:

-  Mammae = laktasi (-/-), infeksi (-/-)

-  TFU = 1 jari di bawah pusat

-  Kontraksi = baik 

-  Bising usus (+) lemah, peristaltik (+)

A: P2 A0, 37 tahun, post SCTP ai. superimposed preeclampsia +

primisekundi + oligohidramnion

Lahir bayi laki-laki, BBL = 2850g, PBL = 47cm, AS = 5-7

P: -  ASI on demand

-  Konseling KB

-  Cefadroksil 500mg tab 3x1

-  Metronidazol tab 3x1

-  Catapres 4 amp dalam larutan Dextrose 5%

Mobilisasi

29 Desember 2009

S: Keluhan berkurang

O: Status praesens:

-  KU = cukup

-  Kes = compos mentis

5/12/2018 Lapkas Superimposed Preeklampsia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/lapkas-superimposed-preeklampsia 14/27

  13

-  T = 160/90mmHg

-  N = 84x/m

-  R = 24x/m

Status puerpuralis:

-  Mammae = laktasi (-/-), infeksi (-/-)

-  TFU = 2 jari di bawah pusat

-  Kontraksi = baik 

-  BAB (-), BAK (+)

A: P2 A0, 37 tahun, post SCTP ai. superimposed preeclampsia +

primisekundi + oligohidramnion

Lahir bayi laki-laki, BBL = 2850g, PBL = 47cm, AS = 5-7

P: -  ASI on demand

-  Konseling KB

-  Rawat luka operasi

-  Cefadroksil 500mg tab 3x1

-  Metronidazol tab 3x1

-  Sulfas ferrosus 1x1

-  Dopamet 3x250mg

-  Catapres 4 amp dalam larutan Dextrose 5%

5/12/2018 Lapkas Superimposed Preeklampsia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/lapkas-superimposed-preeklampsia 15/27

  14

BAB III

DISKUSI

Pada kasus ini akan dibahas mengenai diagnosis, penanganan, komplikasi

dan prognosis.

III.1. DIAGNOSIS

Diagnosis adalah proses penentuan jenis masalah kesehatan atau penyakit

dengan cara meneliti atau memeriksa. Diagnosis klinis adalah diagnosis yang

ditegakkan melalui serangkaian proses anamnesis, pemeriksaan fisik serta

pemeriksaan penunjang yang saling berkaitan satu sama lainnya. Dalam

penegakkan diagnosis sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain pasien,

pelaku diagnosis, serta sarana dan prasarana penunjang diagnosis. Kesalahan pada

salah satu faktor akan menjadi penyulit dalam mendapatkan diagnosis yang jelas,

bahkan lebih fatal dapat membawa kepada kesalahan diagnosis, yang tentunya

akan berpengaruh terhadap penanganan dan prognosis penyakit tersebut. Dalam

diagnosis obstetri, dicantumkan dua komponen, yaitu diagnosis ibu dan diagnosis

 janin.

Melalui serangkaian proses anamnesis, pemeriksaan fisik dan obstetrik,

serta pemeriksaan penunjang, maka diagnosis kasus ini adalah G2P1A0, 37 tahun,

hamil aterm, observasi inpartu + superimposed preeclampsia + primisekundi.

Janin intrauterin, tunggal, hidup, letak kepala + oligohidramnion.

Diagnosis G2P1A0 ditegakkan dari hasil anamnesis, bahwa kehamilan ini

merupakan kehamilan yang kedua (gravida 2), dimana pada kehamilan terdahulu,

pasien pernah melahirkan anak pertama dan hidup (para 1) dengan riwayat abortusdisangkal (abortus 0).

Umur penderita didapatkan melalui perhitungan berdasarkan tanggal lahir

(12 Juli 1972), yaitu 37 tahun. Seorang wanita yang hamil di atas usia 35 tahun

masuk dalam kategori resiko tinggi, baik bagi sang ibu maupun bagi janin yang

dikandungnya. Resiko/komplikasi yang sering terjadi pada ibu adalah hipertensi

(preeklampsia), perdarahan post partum, dan berkurangnya tenaga saat

5/12/2018 Lapkas Superimposed Preeklampsia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/lapkas-superimposed-preeklampsia 16/27

  15

melahirkan. Sedangkan resiko bagi janin antara lain pertumbuhan janin yang

terhambat atau kemungkinan terjadi cacat/kelainan pada janinnya (misalnya

Sindroma Down yang disebabkan karena kelainan kromosom). Itulah sebabnya

dianjurkan usia melahirkan yang aman adalah 25 hingga 35 tahun.

Kehamilan aterm (at term pregnancy / full term pregnancy) ialah umur

kehamilan 37 minggu hingga 42 minggu dimana pada umur kehamilan ini janin

sudah dalam keadaan matur dengan berat janin di atas 2500 gram. Periode ini

merupakan saat terjadi persalinan normal. Penentuan umur kehamilan dapat

dilakukan melalui berbagai cara, antara lain dengan HPHT (hari pertama haid

terakhir), pengukuran tinggi fundus uteri, terabanya ballotement pada umur

kehamilan 12 minggu, gerakan janin pertama pada umur kehamilan 12 minggu,

terdengarnya bunyi jantung janin dengan Laennec pada umur kehamilan 18-20

minggu atau dengan  fetal electrocardiograph pada umur kehamilan 12 minggu,

pencitraan (ultrasonografi), dan berbagai teknik lainnya.1,4

Berdasarkan anamnesa HPHT, pasien hanya ingat bulan terakhir haid,

yaitu bulan Maret 2009. Kemudian dilakukan pemeriksaan Leopold dan

didapatkan janin letak kepala, sudah masuk pintu atas panggul, dengan TFU =

31cm. Berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan obstetrik tersebut, dapat dihitung

taksiran tanggal partus dengan rumus Naegele disimpulkan bahwa saat masuk 

rumah sakit (Desember 2009), kehamilan sudah cukup bulan. Kemudian

berdasarkan TFU, maka taksiran berat badan janin dengan menggunakan rumus

Johnson Tussac ialah (31  –  13)cm x 155g/cm = 2790 gram, artinya mendukung

perhitungan HPHT, yaitu sudah janin sudah cukup bulan (berat janin >2500

gram). Melalui rangkaian pemeriksaan tersebut maka, diagnosis hamil aterm dapat

dikatakan sudah tepat.Persalinan (partus) adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan

uri) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir

atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (Mochtar, 2002). In

partu adalah keadaan dimana seorang wanita sedang dalam keadaan persalinan.

Sebab terjadinya partus sampai kini masih merupakan teori yang kompleks.

Sebab-sebab mulainya persalinan belum diketahui secara pasti. Banyak faktor

5/12/2018 Lapkas Superimposed Preeklampsia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/lapkas-superimposed-preeklampsia 17/27

  16

yang memegang peranan dan bekerja sama sehingga terjadi persalinan. Beberapa

teori yang dikemukakan sebagai penyebab persalinan ialah:1

1.  Penurunan kadar progesteron. Progesteron menimbulkan relaksasi otot-

otot rahim, sebaliknya estrogen meninggikan kerenggangan otot rahim.

Selama kehamilan terdapat keseimbangan antara kadar progesteron dan

estrogen di dalam darah, tetapi pada akhir kehamilan kadar progesteron

menurun sehingga timbul his.

2.  Teori oksitosin. Pada akhir kehamilan kadar oksitosin bertambah oleh

karena itu timbul kontraksi otot-otot rahim.

3.  Ketegangan otot-otot. Seperti halnya dengan kandung kencing dan

lambung, bila dindingnya terenggang oleh karena isinya atau janin yang

membesar.

4.  Pengaruh janin /  fetal cortisol. Hipofisis dan kelenjar suprarenal janin juga

memegang peranan, oleh karena itu pada anenchepalus kehamilan sering

lebih lama dari biasa.

5.  Teori prostaglandin. Prostaglandin yang dihasilkan oleh desidua,

kemungkinan menjadi salah satu penyebab permulaan persalinan.

Berdasarkan teori, apabila timbul kontraksi uterus yang mulai teratur dan

wanita tersebut mengeluarkan lendir yang bercampur darah (bloody show) secara

klinis dapat dinyatakan partus dimulai (inpartu). Pelepasan lendir bercampur

darah adalah tanda klinis yang terjadi akibat mulainya pembukaan serviks. Pada

primipara, penipisan dan pendataran serviks mendahului pembukaan serviks,

sedangkan pada multipara, penipisan dan pendataran serviks terjadi bersama-sama

dengan pembukaan serviks. Dalam kasus ini, pasien datang dengan keluhan nyeri

perut bagian bawah ingin melahirkan yang masih belum teratur disertai denganpelepasan lendir campur darah. Pada pemeriksaan dalam, didapatkan porsio tebal

lunak dan pembukaan 1 jari, artinya belum ditemukan penipisan dan pendataran

(effacement ) serviks. Pembukaan 1 jari pada pasien ini belum tentu menandakan

inpartu oleh karena pasien memiliki riwayat paritas sebelumnya. Hal-hal ini yang

mungkin menjadi sebab ditegakkannya diagnosa “observasi inpartu”. Namun,

diagnosis observasi inpartu dalam kasus ini bukan merupakan diagnosis baku

5/12/2018 Lapkas Superimposed Preeklampsia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/lapkas-superimposed-preeklampsia 18/27

  17

pada pusat-pusat pelayanan kesehatan lainnya, oleh sebab itu sebaiknya diagnosis

diubah menjadi belum inpartu. Hal yang rancu juga ditemukan pada resume

masuk, dimana tertulis tanda-tanda inpartu (+). Anamnesis dan pemeriksaan fisik 

ini tidak saling mendukung satu sama lainnya sehingga mengaburkan diagnosis.

Ketidakjelasan diagnosis ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, misalnya

faktor ibu yang mungkin salah mengerti pertanyaan, memberikan jawaban yang

kurang jelas saat anamnesis, atau faktor pemeriksa yang mungkin kurang cermat

dalam melakukan pemeriksaan, kesalahan teknis dan sebagainya.1,4

Superimposed preeclampsia ialah keadaan dimana ibu telah menderita

hipertensi sebelum umur kehamilan 20 minggu atau hipertensi yang menetap

setelah 12 minggu pasca persalinan, dengan disertai adanya proteinuria saat usia

kehamilan di atas 20 minggu. Diagnosis superimposed preeclampsia dapat

ditegakkan melalui anamnesa, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.

Melalui anamnesis, penderita memiliki riwayat hipertensi sejak ± 2 tahun yang

lalu. Pada pemeriksaan fisik, didapatkan tekanan darah 200/130 mmHg. Penderita

menyangkal adanya riwayat nyeri kepala, penglihatan kabur dan nyeri

epigastrium. Pada pemeriksaan penunjang/laboratorium didapatkan proteinuria

++++. Pada pasien ini juga ditemukan adanya peningkatan kadar asam urat serum

mencapai 6,4 mg/dL. Kurdas (2001) menyatakan bahwa peningkatan kadar asam

urat serum merupakan prediksi terhadap terjadinya preeklampsia. Tingginya kadar

asam urat serum ini diduga akibat turunnya ekskresi asam urat ginjal dan sering

ditemukan pada penderita preeklampsia.1-4,7

 

Berdasarkan temuan-temuan tersebut maka pada kasus ini dapat

ditegakkan diagnosis superimposed preeclampsia. Diagnosis banding pada kasus

ini ialah hipertensi kronik, kehamilan dengan sindrom nefrotik, atau kehamilandengan payah jantung.

Primisekundi atau primigravida sekunder adalah keadaan dimana jarak 

kehamilan sebelumnya lebih dari 10 tahun, dan merupakan kehamilan resiko

tinggi. Pada kasus ini, diagnosis primisekundi ditegakkan mengingat pasien

memiliki riwayat kehamilan pertama pada tahun 1998 dan kehamilan yang

sekarang pada tahun 2009, sehingga jaraknya 11 tahun.

5/12/2018 Lapkas Superimposed Preeklampsia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/lapkas-superimposed-preeklampsia 19/27

  18

Setelah ditelusuri, jarak kehamilan 11 tahun ini tanpa disertai dengan

riwayat pemakaian alat kontrasepsi sebelumnya. Hal ini mengarah pada diagnosis

riwayat infertilitas sekunder. Infertilitas adalah pasangan suami-istri yang telah

menikah selama satu tahun dan sudah melakukan hubungan seksual tanpa

menggunakan alat kontrasepsi tetapi belum memiliki anak. (Sarwono, 2000).

Sepasang suami-istri dapat dikatakan infertil jika:11

  Tidak hamil setelah 12 bulan melakukan hubungan intim secara rutin (1-3

kali seminggu) dan bebas kontrasepsi bila perempuan berumur kurang dari

34 tahun.

  Tidak hamil setelah 6 bulan melakukan hubungan intim secara rutin (1-3

kali seminggu) dan bebas kontrasepsi bila perempuan berumur lebih dari

35 tahun.

  Perempuan yang bisa hamil namun tidak sampai melahirkan bayi cukup

bulan.

Dengan pemahaman di atas, dapat ditambahkan diagnosis riwayat

infertilitas sekunder 11 tahun pada pasien ini, dengan catatan pada saat anamnesa

selain ditanyakan mengenai riwayat penggunaan alat kontrasepsi, ditanyakan juga

mengenai frekuensi hubungan intim (rutin atau tidak). 

Diagnosis janin dapat ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik 

dan obstetrik, serta pemeriksaan penunjang (USG). Melalui rangkaian

pemeriksaan tersebut, didapatkan janin intrauterin, tunggal, hidup, letak kepala.1,4

Oligohidramnion ialah suatu keadaan di mana volume air ketuban kurang

dari normal, yaitu kurang dari 500 cc. Oligohidramnion akan menyebabkan

kematian perinatal meningkat. Janin akan mudah mengalami kompresi tali pusat.

Jaringan paru akan terganggu perkembangannya (hipoplasia paru) sehingga akanmenimbulkan distres pernafasan pada neonatus.

 Diagnosis oligohidramnion

ditegakkan melalui pemeriksaan ultrasonografi (USG). Volume cairan amnion

secara semikuantitatif dapat ditentukan dengan mengukur diameter vertikal satu

kantung amnion (single pocket ) atau disebut dengan Amnion Fluid Length (AFL).

Tidak boleh ada bagian janin yang terletak di dalam area pengukuran tersebut.

Volume cairan amnion dianggap normal apabila terdapat kantung amnion

5/12/2018 Lapkas Superimposed Preeklampsia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/lapkas-superimposed-preeklampsia 20/27

  19

berdiameter 2-8 cm. Cara lain menentukan volume cairan amnion adalah dengan

mengukur  Amnion Fluid Index (AFI), yaitu mengukur diameter vertikal kantung

amnion pada 4 kuadran uterus. Volume cairan amnion yang normal adalah bila

AFI berjumlah antara 5-25 cm. Diagnosis oligohidramnion ditegakkan apabila

AFL kurang dari 2 cm atau AFI kurang dari 5 cm.12-14

 

Pada kasus ini diagnosis ditegakkan dengan menggunakan teknik yang

pertama, yaitu secara semikuantitatif dengan mengukur diameter vertikal satu

kantung amnion (AFL). Pada hasil pemeriksaan ultrasonografi didapatkan AFL =

1,43 cm. Ini artinya menurut pencitraan USG terdapat kesan volume amnion yang

kurang, sehingga diagnosis oligohidramnion dalam kasus ini sudah tepat.12-14

Diagnosis post operasi pada kasus ini ialah P2 A0, 37 tahun, post SCTP

atas indikasi superimposed preeclampsia + primisekundi + oligohidramnion.

Superimposed preeclampsia yang disertai dengan primisekundi dan

oligohidramnion dalam kasus ini bukan menjadi indikasi mutlak untuk 

dilakukannya seksio sesarea. Indikasi yang tepat ialah superimposed preeclampsia 

pada usia 37 tahun, hamil aterm, dan belum inpartu.

III.2. PENANGANAN

Penanganan suatu kasus harus berdasarkan indikasi, sesuai prosedur yang

telah ditetapkan serta harus disertai dengan persetujuan pasien. Ini merupakan

dasar yang harus selalu diingat dalam melakukan penanganan berbagai kasus

medis.

Penanganan superimposed preeclampsia sendiri dapat dibedakan menjadi

perawatan konservatif dan perawatan aktif.1,15

 

1. 

Perawatan konservatif Indikasi: umur kehamilan preterm (<37 minggu) dan tanpa adanya tanda-

tanda impending eklampsia serta janin dalam keadaan baik.

2.  Perawatan aktif 

Indikasi:

a.  Ibu: umur kehamilan >37 minggu, terdapat tanda-tanda impending

eklampsia, atau gagal pengobatan konservatif.

5/12/2018 Lapkas Superimposed Preeklampsia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/lapkas-superimposed-preeklampsia 21/27

  20

b.  Janin: apabila terdapat gawat janin, atau terdapat intrauterine growth

retardation (IUGR)

c.  Laboratorik: adanya sindroma HELLP (hemolytic, elevated liver 

enzymes, dan low platelet count )

Pada kasus ini, pasien datang dengan umur kehamilan >37minggu,

sehingga merupakan indikasi dilakukannya perawatan aktif.

Perawatan aktif dibagi dalam pengobatan medisinal dan penanganan

obstetrik. Pada pengobatan medisinal, dilakukan resusitasi intrauterin, yaitu

dengan tirah baring miring ke satu sisi, pemberian oksigen, resusitasi cairan

(ringer laktat, ringer asetat, atau koloid) sambil mengawasi balans cairan, serta

pemasangan kateter. Selain dilakukan resusitasi intrauterine, pasien diberikan obat

anti kejang MgSO4 dengan loading dose 20cc MgSO4 20% i.v. secara perlahan.

Kemudian untuk maintenance dose diberikan 20cc MgSO4 40% i.m. (10cc pada

bokong kanan dan 10cc pada bokong kiri), dan selanjutnya diberikan 4 gram

(10cc) setiap 4-6 jam. Syarat pemberian MgSO4 ialah:15

1.  Tersedia antidotum MgSO4, yaitu kalsium glukonas 10% (1 gram

dalam 10 cc) diberikan i.v. 3 menit

2.  Refleks patella (+) kuat

3.  Frekuensi pernapasan >16x/menit. Dalam kasus ini, frekuensi

pernapasan 24x/menit.

4.  Produksi urin >100cc dalam 4 jam sebelumnya (0,5cc/kgBB/jam).

Dalam kasus ini, kateterisasi urin ± 150 cc dalam waktu kurang dari 4

 jam.

Dalam kasus ini syarat-syarat tersebut kurang lebih sudah terpenuhi, sehingga

pemberian MgSO4 merupakan langkah yang tepat, sesuai indikasi dan prosedur.Pengobatan antihipertensi digunakan pada pasien dengan tekanan darah

sistolik >180 mmHg, dan tekanan diastolik >100 mmHg. Dalam kasus ini,

tekanan darah pasien mencapai 200/130mmHg, sehingga pemberian obat

antihipertensi merupakan langkah yang tepat, sesuai indikasi dan prosedur.1,2,4,6,15

 

Selain pengobatan medisinal, dilakukan juga penanganan obstetrik dengan

cara terminasi kehamilan. Penanganan obstetrik ini dibedakan atas:15

5/12/2018 Lapkas Superimposed Preeklampsia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/lapkas-superimposed-preeklampsia 22/27

  21

1.  Belum inpartu:

a.  Dilakukan induksi persalinan dengan cara amniotomi dan

oksitosin drip dengan syarat skor Bishop >5.

b.  Seksio sesarea dilakukan apabila syarat oksitosin drip tidak 

terpenuhi, atau adanya kontraindikasi oksitosin drip, atau pada

12 jam sejak dimulainya oksitosin drip belum masuk fase aktif.

Tabel III.2.1. Skor Bishop

FaktorSkor

0 1 2 3

Pembukaan (cm) 0 1-2 3-4 5-6Pendataran (%) 0-30 40-50 60-70 80

Station -3 -2 -1 atau 0 +1 atau +2

Konsistensi kenyal medium lunak -

Posisi posterior medial anterior -

2.  Sudah inpartu

a.  Kala I, fase laten dilakukan amniotomi dan oksitosin drip,

sekurang-kurangnya 15 menit setelah pengobatan medisinal.

b.  Seksio sesarea dilakukan apabila setelah 5 jam setelah

amniotomi belum terjadi pembukaan lengkap.

c.  Kala II, pada persalinan pervaginam diselesaikan dengan partus

buatan.

Penanganan yang dilakukan pada kasus ini didasarkan atas indikasi

diagnosis superimposed preeclampsia pada kehamilan aterm, dan belum inpartu.

Oleh dasar indikasi diagnosis tersebut sebenarnya dapat dilakukan induksipersalinan dengan amniotomi dan oksitosin drip. Namun dalam kasus ini pasien

berumur 37 tahun, sedangkan Rumah Sakit Umum Prof. Dr. R.D. Kandou

memiliki prosedur tetap untuk tidak melakukan oksitosin drip pada usia >35

tahun. Mengingat penanganan yang tepat harus didasarkan pada indikasi dan

prosedur, maka untuk kasus ini terminasi kehamilan dengan seksio sesarea

merupakan langkah yang paling tepat.15

5/12/2018 Lapkas Superimposed Preeklampsia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/lapkas-superimposed-preeklampsia 23/27

  22

Pada pasien dengan jumlah anak cukup dan umur di atas 35 tahun, petugas

kesehatan harus memberikan konseling untuk kontrasepsi mantap dengan

sterilisasi. Namun pada kasus ini, pasien dan keluarga menolak, sehingga

meskipun ada indikasi dan sesuai prosedur, tidak dilakukannya sterilisasi

merupakan langkah yang tepat karena tidak disertai persetujuan pasien ataupun

keluarga pasien.

III.3. KOMPLIKASI 

Komplikasi/penyulit langsung maupun tidak langsung yang dapat terjadi

pada pasien dengan hipertensi pada kehamilan dapat berupa:1

   Impending eklampsia atau eklampsia.

  Solusio plasenta. Komplikasi ini biasanya terjadi pada ibu yang menderita

hipertensi akut dan lebih sering terjadi pada preeklampsia.

  Hipofibrinogenemia. Pada preeklampsia berat, Zuspan (1978) menemukan

23% hipofibrinogenemia, oleh sebab itu dianjurkan untuk memeriksa

kadar fibrinogen secara berkala.

  Hemolisis. Penderita dengan preeklampsia berat kadang-kadang

menunjukkan gejala klinik hemolisis yang dikenal karena ikterus. Belum

diketahui dengan pasti apakah ini merupakan kerusakan sel-sel hati atau

destruksi sel darah merah. Nekrosis periportal hati yang sering ditemukan

pada otopsi penderita eklampsia dapat menerangkan ikterus tersebut.

  Perdarahan otak. Komplikasi ini merupakan penyebab utama kematian

maternal penderita eklampsia.

  Kelainan mata. Kehilangan penglihatan untuk sementara, yang

berlangsung sampai seminggu, dapat terjadi. Perdarahan kadang-kadang

terjadi pada retina.

  Edema paru. Komplikasi ini jarang ditemukan, namun dapat terjadi pada

penderita eklampsia disebabkan karena payah jantung.

  Nekrosis hati. Nekrosis periportal hati pada preeklampsia-eklampsia

merupakan akibat vasospasmus secara umum. Kerusakan sel-sel hati dapat

5/12/2018 Lapkas Superimposed Preeklampsia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/lapkas-superimposed-preeklampsia 24/27

  23

diketahui dengan pemeriksaan fungui hati, terutama penentuan enzim-

enzimnya.

  Sindroma HELLP, yaitu haemolysis, elevated liver enzymes, dan low

 platelet .

  Kelainan ginjal. Kelainan ini berupa endoteliosis glomerulus yaitu

pembengkakan sitoplasma sel endothelial tubulus ginjal tanpa kelainan

struktut lainnya. Kelainan lain yang dapat timbul ialah anuria sampai gagal

ginjal.

  Prematuritas, dismaturitas, dan kematian janin intrauterin.

  Kematian ibu dan janin.

Pada kasus ini tidak terjadi komplikasi yang bermakna gawat darurat

karena ditangani dengan cepat dan tepat.

III.4. PROGNOSIS 

Prognosis ibu dan bayi sebelum dan saat masuk rumah sakit adalah dubia

ad malam (meragukan, ke arah buruk) karena bila tidak dilakukan terminasi

kehamilan dapat mengakibatkan kematian pada ibu yang disebabkan perdarahan

otak, payah jantung dan gagal ginjal. Demikian juga pada janin akibat dari

sirkulasi utero-plasenter yang tidak baik.1,3

 

Prognosis setelah dilakukan seksio sesarea adalah dubia ad bonam

(meragukan, ke arah baik). Hal ini disebabkan penanganan yang cepat dan tepat

sesuai indikasi dan prosedur serta perawatan yang baik pasca operasi dan masa

nifas.

5/12/2018 Lapkas Superimposed Preeklampsia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/lapkas-superimposed-preeklampsia 25/27

  24

BAB IV

PENUTUP 

IV.1. KESIMPULAN DAN SARAN

Hipertensi pada kehamilan pada umumnya berakhir dengan baik bila

dilakukan pemeriksaan antenatal yang teratur dan berkualitas terhadap ibu hamil

maupun terhadap janin yang dikandungnya. Selain itu bila ditemukan penyulit

maka dapat dilakukan diagnosis dan penanganan sedini mungkin.3,10

Pada ibu ini sebaiknya dilakukan konseling yang lebih intensif untuk 

melakukan kontrasepsi mantap yaitu sterilisasi mengingat usia ibu sudah 35 tahun

dan jumlah anak yang sudah cukup.3 

5/12/2018 Lapkas Superimposed Preeklampsia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/lapkas-superimposed-preeklampsia 26/27

  25

DAFTAR PUSTAKA

1.  Wiknjosastro H, editor. Ilmu Kebidanan. Edisi Pertama. Penerbit Yayasan

Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta: 2007.

2.  Mochtar R. Penyakit Kardiovaskuler. Lutan D, editor. Dalam: Sinopsis

Obstetri Jilid 1 edisi ke-2. Penerbit EGC, Jakarta: 1998.

3.  Warouw, N. Hipertensi Dalam Kehamilan. Bagian Obstetri Ginekologi FK

Unsrat. Manado: 2001.

4.  Cunningham FG, MacDonald PC, Gant MF. Hypertensive Disorders In

Pregnancy. In: Ronardy DH, editor. Obstetric Williams,21st

Ed. McGraw Hill

5.  Reynold C. Hypertensive States of Pregnancy. In: Decherney A, Nathan L.

Lange Current Obstetric and Gynecologic Diagnosis and Treatment 9th

Ed.

McGraw Hill. India: 2003.

6.  Manuaba I. Kapita Selekta Penatalaksanan Rutin Obstetri Ginekologi dan

KB. Penerbit EGC. Jakarta: 2001.

7.  Hipertensi dalam Kehamilan. Dalam: Pedoman Diagnosis dan Terapi Obstetri

dan Ginekologi.Bagian I. Bagian/SMF Obstetri dan Ginekologi UNSRAT-

RSUP Manado: 1996.

8.  Sectio Caesarea. Obstetri Operatif. Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas

Kedokteran Universitas Padjadjaran Bandung. Bandung: 1985.

9.  Sutoto, Kristanto H. Bedah Caesar, Histerektomi Caesarean dan Histerotomi.

Dalam: Ilmu Fantom Bedah Obstetri. Bagian Obstetri dan Ginekologi

Fakultas Kedokteran Universitas Diponogoro. Semarang: 1999.

10.  Mochtar R, Lutan D. Seksio Sesarea. Dalam: Sinopsis Obstetri. Jilid 2 edisi

2. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta: 1998.

5/12/2018 Lapkas Superimposed Preeklampsia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/lapkas-superimposed-preeklampsia 27/27

  26

11.  Sarwono. Ilmu Kandungan. Yayasan Bina Pustaka. Jakarta: 2000.

12.  Mochtar R, Lutan D. Pemeriksaan Ultrasonografi Pada Kebidanan. Dalam:

Sinopsis Obstetri. Jilid 1 edisi 2. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta:

1998

13.  Hariadi, R. Ilmu Kedokteran Fetomaternal. Edisi Perdana. Penerbit

Himpunan Kedokteran Fetomaternal POGI. Surabaya: 2004

14.  Endjun, J. Pemeriksaan Cairan Amnion. Dalam: Ultrasonografi Dasar

Obstetri Dan Ginekologi. Penerbit FKUI. Jakarta: 2007

15.  Bagian/SMF Obstetri dan Ginekologi RSU Prof. R.D. Kandou. Buku

Pedoman Diagnosis dan Terapi Obstetri-Ginekologi. FK Universitas Sam

Ratulangi. Manado: 2006.