laporan agroklim kelompok 3 agroteknologi paralel

177
LAPORAN PRAKTIKUM AGROKLIMATOLOGI Semester : Gasal 2013/2014 Oleh : Aristo Tellesyla S (A1L112016) Khairul Rizal (A1L112017) Avit Stya B (A1L112019) Agus Suyitno (A1L112020) Aryanto (A1L112021) Sri Wahyuningsih (A1L112022) Lahan Sawah Rombongan E1 Kelompok 3

Upload: firmansyah-capasaputra

Post on 27-Dec-2015

145 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Agr

TRANSCRIPT

LAPORAN PRAKTIKUMAGROKLIMATOLOGI

Semester :Gasal 2013/2014

Oleh :

Aristo Tellesyla S (A1L112016)

Khairul Rizal (A1L112017)

Avit Stya B (A1L112019)

Agus Suyitno (A1L112020)

Aryanto (A1L112021)

Sri Wahyuningsih (A1L112022)

Lahan SawahRombongan E1

Kelompok 3

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS PERTANIANPURWOKERTO

2013

LAPORAN PRAKTIKUMAGROKLIMATOLOGI

ACARA IPENGENALAN ALAT PENGAMATAN CUACA

Semester :Gasal 2013/2014

Oleh :Avit Setya Budiman

A1L112019

Lahan SawahRombongan E1

Kelompok 3

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS PERTANIANPURWOKERTO

2013

ACARA 1

PENGENALAN ALAT PENGAMATAN CUACA (IKLIM)

A. TUJUAN

1. Mengenal peralatan yang dugunakan untuk pengamatan.

2. Mengetahui tata letak alat pengamatan cuaca di stasiun cuaca.

3. Mengetahui prinsip – dasar kerja alat pengamata.

B. BAHAN DAN ALAT

A. Bahan :

1. Termometer maksimum dan minimum

2. Termometer permukaan tanah

3. Termometer tanah

4. Thermohigrometer

5. Camblestokes

6. Anemometer

7. Pengukur curah hujan jenis observatorium dan jenis Hellman

B. Alat :

1. Lembar pengamatan

2. Alat tulis

C. PROSEDUR KERJA

1. Disiapkan satu alat pengamatan cuaca

2. Diamati lalu digambar

3. Dijelaskan prinsip kerja alat.

4. Dilakukan dengan cara yang sama untuk alat pengamatan cuaca lainnya.

D. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. HASIL

No

1.

Nama Alat

Campbell

Stokes

Gambar

1. 2.

4. 3. 6.

5.

Bagian

1. Kertas pias terdiri dari 3 (tiga)

jenis menurut letak matahari.

2. Bola kaca pejal ( umumnya

berdiameter 96 mm).

3. sekrup menyetel kedudukan

horisontal.

4. Plat logam berbentuk mangkuk,

sisi bagian dalamnya bercelah –

celah sebagai tempat kartu

pencatat dan penyanggah

tempat bola kaca pejal dilengkapi

skala dalam derajat yang sesuai

dengan derajat lintang bumi .

5. Bagian dasar terbuat dari logam

yang dapat di-leveling.

6. Sekrup penyetel dudukan bola

kaca

Prinsip Kerja

Prinsip kerja Campbell

Stokes adalah mengukur

lama penyinaran

berdasarkan kertas grafik

khusus yang terbakar akibat

fokus penyinaran oleh bola

kristal jernih (Turyanti et

al., 2006).

Fungsi

Merupakan

alat untuk

mencatat lama

penyinaran

matahari.

2. Thermohi-

grometer

1. 2.

1. Angka yang menunjukkan

kelembaban

2. Angkayang menunjukkan

temperatur.

Hygrometer mempunyai

prinsip kerja yaitu

Mengukur suhu dan

kelembaban dalam ruangan

yang ditangkap oleh sensor

dan diterjemahkan secara

otomatis oleh alat.

Digunakan dua termometer.

Termometer pertama

dipergunakan untuk

mengukur suhu udara biasa

dan yang kedua untuk

mengukur suhu udara

jenuh/lembab (Hanum,

2009). Alat pengukur suhu

dan kelembapan udara

relative pada suatu ruangan/

daerah secara digital.

Untuk

mengukur

kelembapan

relatif (RH)

dan suhu

dalam suatu

ruangan

ataupun

keadaan

tertentu.

3. Termometer

Tanah Tipe

Bengkok

Bagian:

1. Pipa kaca.

2. Titik didih.

3. Reservoir air raksa.

4. Skala

Prinsip kerja termometer

tanah adalah pemuaian

raksa dalam tabung ketika

reservoir dimasukkan ke

dalam tanah (Nawawi,

2007).

Untuk

mengetahui

suhu tanah

(Term. Tanah

Bengkok)

dapat

dilakukan

dengan

mengamati

angka pada

skala yang

bertepatan

dengan air

raksa pada

setiap

kedalaman

tanah.

4. Anemometer Bagian:

1. Cup Counter

2. Wind Vane

3. Generator sinyal atau alat

penghitung pencatatan

4. Lengan ruji.

Prinsip kerja alat ini adalah

diletakkan di tempat

terbuka, tinggi alat 2m di

atas tanah. Pada saat tertiup

angin, baling-baling atau

mangkok yang terdapat

pada anemometer akan

bergerak sesuai arah angin.

Makin besar kecepatan

angin meniup mangkok-

mangkok tersebut, makin

cepat pula kecepatan

berputarnya piringan

mangkok-mangkok. Dari

jumlah putaran dalam satu

detik maka dapat diketahui

kecepatan anginnya.Arah

angin dapat diketahui

Untuk

mengukur

kecepatan dan

arah angin.

dengan melihat arah dari

wind vane pada saat ada

angin. Kecepatan angin

dapat dipilah dengan dua

macam, yaitu kecepatan

angi sesaat dan kecepatan

angin rata-rata pada periode

tertentu (Lakitan, 1994)

5. Termometer Maksimum dan minimun

Bagian:

1.Skala

2.Suhu maksimum

3.Suhu minimum

4.Jarum perak

5.Alkohol

6.Air raksa

Prinsip kerja termometer

minimum maksimum

adalah pemuaian alkohol di

dalam tabung. Jika suhunya

tinggi maka alkohol akan

mendorong raksa pada

tabung hingga mencapai

suhu maksimum. Jika

suhunya rendah maka

alkohol akan menyusut dan

Termometer

maksimum dan

digunakan

untuk

mengukur

suhu tertinggi

yang terjadi

dalam periode

waktu 24 jam.

Termometer

mendorong raksa pada

tabung hingga mencapai

suhu minimum (Arisworo,

2006).

minimum

digunakan

untuk

mengukur

suhu yang

terendah yang

terjadi dalam

periode waktu

24 jam.

6. Termometer Permukaan Tanah Atau Termometer Tanah Selubung Kayu

Bagian:

1.Batang thermo.

2.Kaca pelindung atau tutup.

3.Jarum penunjuk suhu.

4.Skala.

Prinsip kerja termometer

tanah adalah pemuaian

raksa dalam tabung ketika

reservoir dimasukkan ke

dalam tanah (Nawawi,

2007).

Fungsi dari

terometer

permukaan

tanah untuk

mengukur

suhu

permukaan

tanah dengan

jeluk 5cm

7. Ombrometer Tipe Observation

1. Corong penampung air hujan

2. Leher penakar hujan

3. Tabung penampung air hujan

4. Kran pembuangan air

5. Penampung untuk meletakan

kedudukan penakar hujan

terhadap kayu

penyanggah/pondasi

Prinsip kerja tipe

observatorium adalah

menghitung besar air yang

tertampung pada alat dan

diukur dengan gelas ukur.

Pengukuran dengan

ombrometer manual

dilakukan setiap hari jam

07.00 pagi. Bagian dasar

mengukur

jumlah atau

curah hujan

pada kurun

waktu harian

(hujan harian).

1. 2. 5. 3. 4.

dari corong tersebut terdiri

dari pipa sempit yang

menjulur ke dalam tabung

kolektor dan dilengkapi

dengan kran. Air yang

ditampung dalam tabung

kolektor dapat diketahui

bila kran dibuka kemudian

air diukur dengan gelas

ukur. Ada gelas ukur yang

mempunyai skala khusus,

yaitu langsung dapat

menunjukkan jumlah curah

hujan yang terjadi, tetapi

apabila menggunakan gelas

ukur biasa, maka setiap 10

cm³ setara dengan curah

hujan sebesar 1 mm

(Prawirowardoyo,1996)

8. Ombrometer Tipe Helman

3. 1.

4. 2. 8. 7. 6. 5.

1. permukaan corong

penangkar hujan otomatis

tipe helman luasnya 200

cm2

2. tangkai pelampung

3. jam berbentuk silinder

4. tangkai pena

5. tabung berisi pelampung

6. gelas sippon

7. ember pekampung air

hujan

8. pintu penangkar hujan

1. Setiap terjadi hujan air

akan masuk corong

kemudian disalurkan ke

pelampung sehingga

membuat pena naik dan

membuat grafik pada

pias

2. Ketinggian grafik

menunjukkan jumlah

curah hujan yang turun.

3. Jika curah hujan

mencapai 10 mm/ lebih

maka pena

menunjukkan angka 10

mm sebagai angka

maksimal, kemudian air

akan tumpah dari

pelampung melalui pipa

hevel dan pena akan

Pencatat

Instensitas

Curahhujan /

tingkat

kelebatannya

turun lagi ke angka 0

( nol) . Jika masih ada

hujan lagi maka pena

akan akan mencatat lagi,

demikian berlangsung

terus menerus.

2. PEMBAHASAN

Cuaca merupakan elemen penting dalam kehidupan manusia, mau tidak mau kehidupan

manusia akan dipengaruhi oleh suatu cuaca atau iklim baik itu secara langsung maupun secara

tidak langsung. Cuaca dan iklim sama-sama mengacu pada keadaan atmosfer pada suatu tempat

dan waktu tertentu.Cuaca dan iklim berbeda dalam rentang waktu dan luas tempat.Cuaca

didefinisikan sebagai keadaan atmosfer pada daerah dan waktu tertentu.Iklim adalah keadaan

atmosfer pada daerah yang lebih luas dalam kurun waktu yang panjang. Dengan kata lain iklim

adalah rata-rata cuaca dalam periode waktu yang panjang dan daerah yang lebih luas.

Alat yang digunakan dalam memperdiksi iklim dan cuaca adalah : Campbell Stock,

Higrometer (digital), Termometer Permukaan Tanah, Anemometer, Termometer Maximum –

Minimum, Termometer Tanah, Ombrometer Type Observatorium, Ombrometer Type Helman.

Kita dapat mengetahui cuaca di suatu tempat dengan mengukur langsung keadaan cuaca di

tempat tersebut.Namun, untuk mengetahui iklimnya kita memerlukan rekaman data keadaan

atmosfer di tempat tersebut puluhan tahun yang lalu.Pada praktikum ini dilaksanakan jam 5 sore

di empat lahan yaitu lahan campur, lahan tegalan, lahan sawah, dan lahan rumput gajah untuk

mengetahui cuaca di lahan pada jam tertentu. Sedangkan untuk mengetahui iklim di lahan

tersebut dengan cara merata-ratakan data suhu, tekanan, atau curah hujan yang telah kita

kumpulkan dalam waktu puluhan tahun. Oleh karena itu, dapatlah dipahami, informasi yang

diberitakan oleh media televisi maupun surat kabar setiap hari adalah prakiraan cuaca bukan

prakiraan iklim.

Berikut ini adalah penjelasan dan fungsi dari beberapa alat untuk memprediksi iklim dan

cuaca sebagai berikut:

1. Campbell Stokes

Lama penyinaran surya adalah lamanya surya bersinar cerah sampai ke

permukaan bumi selama periode satu hari, diukur dalam jam. Periode satu hari

disini lebih tepat disebut panjang hari yakni jangka waktu selama surya berada di

atas horison.

Prinsip alat adalah pembakaran pias.Panjang pias yang terbakar

dinyatakan dalam jam.Alat ini mengukur lama penyinaran surya. Hanya pada

keadaan matahari terang saja pias terbakar, sehingga yang terukur adalah lama

penyinaran surya terang.Pias ditaruh pada titik api bola lensa. Pembakaran pias

terlihat seperti garis lurus di bawah bola lensa. Kertas pias adalah kertas khusus

yang tak mudah terbakar kecuali pada titik api lensa. Alat dipasang di tempat

terbuka, tak ada halangan ke arah Timur matahari terbit dan ke barat matahari

terbenam.Kemiringan sumbu bola lensa disesuaikan dengan letak lintang

setempat.Posisi alat tak berubah sepanjang waktu hanya pemakaian pias dapat

diganti-ganti setiap hari. Ada 3 tipe pias yang digunakan pada alat yang sama:

1) Pias waktu matahari di ekuator

2) Pias waktu matahari di utara

3) Pias waktu matahari di selatan

Halangan terhadap pancaran cahaya surya terutama awan, kabut, aerosol

atau benda-benda pengotor atmosfer lainnya. Lama penyinaran ditulis dalam

satuan jam sampai nilai persepuluhan atau dalam persen terhadap panjang hari.

Lama penyinaran surya dapat diukur dengan berbagai macam alat yang dapat

merekam sinar yang mencapai di permukaan bumi sejak terbit hingga terbenam;

mampu merekam dengan tepat sampai nilai persepuluh jam (6menit). Terdapat

empat macam/tipe alat perekam sinar surya, yaitu : Tipe Campbell Stokes, Tipe

Jordan, Tipe Marvin, dan Tipe Foster. Dari 4 tipe tersebut hanya tipe Tipe

Campbell Stokes dan Tipe Jordan saja yang banyak dipakai di Indonesia

(Sutiknjo. 2005).

2. Higrometer (digital)

Dalam pengukuran suhu udara terdapat dua proses. Pertama termometer

menyamakan suhunya dengan udara secara termodinamik, sehingga terjadi

kesetimbangan.Kedua, suhu termometer terukur.Pengukuran suhu dapat terus-

menerus dengan alat perekam atau secara manual pada periode-periode tertentu.

Pengukuran suhu dilakukan:

1. Udara dekat permukaan

2. Udara lapisan atas

3. Dalam tanah dalam berbagai kedalaman

4. Permukaan air laut atau danau (Dadjoeni,1983)

Termometer yang berada di dalam sangkar cuaca terdiri atas termometer

maksimum dan minimum, termometer bola kering dan basah.Prinsip kerja

termometer maksimum adalah termometer dengan kapiler berisi air raksa.Kapiler

dekat reservoir adalah penyempitan sehingga air raksa dapat kelur bila memuai

tetapi tidak bisa kembali bila suhu turun.(Urip, 1970).

Termohygrometer adalah alat untuk mengukur suhu udara sekitar secara

digital.Prinsip kerjanya yaitu dengan menekan tombol indikator yang terletak di

kanan bawah alat untuk mengetahui suhu maksimum dan minimum.

Hygrometer terdapat dua skala, yang satu menunjukkan kelembaban

yang satu menunjukkan temperatur. Cara penggunaannya dengan meletakkan di

tempat yang akan diukur kelembabannya, kemudian tunggu dan bacalah

skalanya. Skala kelembaban biasanya ditandai dengan huruf h dan kalau suhu

dengan derajat celcius.

3. Termometer Permukaan Tanah

Prinsip kerja alat ini adalah mengukur suhu permukaan tanah pada

kedalaman terentu. Tancapkan alat tersebut hingga lingkar pembatas, tunggu

beberapa saat hingga indikator air raksa menunjukkan suhu.

Termometer ini digunakan untuk mengukur suhu tanah pada kedalaman 5

cm, 25 cm, 50 cm, 75 cm, dan 100 cm. Penggunaan termometer ini adalah dengan

cara menggali lubang di tanah sedalam yang disesuaikan dengan kedalaman tanah

yang akan diukur yaitu 5 cm, 25 cm, 50 cm, 75 cm dan 100 cm. Untuk

termometer 5 cm cukup menggali lubang yang tidak begitu dalam, untuk

termometer ukuran yang lain setelah digali tanah tersebut dimasukan pipa

berdiameter kecil untuk tempat termometer itu. Diatas termometer diikat tali

panjang yang berguna ketika akan mengukur suhu tanah dengan cara menarik tali

tersebut dari pipa. Pengamatan dilakukan selama 3 hari dan diukur suhu tanahnya

setiap satu jam sekali.

Pada praktikum kali ini dalam pengamatan suhu tanah terdapat kendala

yaitu untuk termometer ukuran 75 cm, tali pengikat terlepas pada hari kedua

sehingga tidak bisa ditarik keatas. Solusi dari permasalahan tersebut adalah

dengan mengganti termometer yang baru dan diletakkan dilubang yang sama,

tetapi untuk kali ini tali pengikat diikat dengan kencang agar tidak terulang

kejadian sebelumnya. Suhu terendah untuk tanah yaitu terjadi pada malam hari,

tepatnya sekitar pukul 01.00 sampai dengan pukul 04.00, suhu berkisar 22 derajat.

4. Anemometer

Anemometer adalah alat pengukur kecepatan angin yang banyak dipakai

dalam bidang Meteorologi dan Geofisika atau stasiun prakiraan cuaca.Nama alat

ini berasal dari kata Yunani anemos yang berarti angin.Perancang pertama dari alat

ini adalah Leon Battista Alberti pada tahun 1450.Selain mengukur kecepatan

angin, alat ini juga dapat mengukur besarnya tekanan angin itu.

Angin merupakan suatu vektor yang mempunyai besaran dan arah.Besaran

yang dimaksud adalah kecepatannya sedang arahnya adalah darimana datangnya

angin.Kecepatan angin dapat dihitung dari jelajah angin (cup counter anemometer)

dibagi waktu (lamanya periode pengukuran).Ada alat pengukuran angin yang

langsung mengukur kecepatannya.Jadi jarum penunjuk suatu kecepatan tertentu

bila ada angin.

Untuk menentukan arah angin, yaitu menekan tombol yang ada pada alat

penunjuk dan kemudian membaca jarum penunjuk yang menunjukkan arah berapa

derajat. (Arah angin 90º = arah timur, 180º = arah selatan, 270º = arah barat, dan

360º = arah utara) (Ance, 2004).

Arah angin ditunjukkan oleh wind-vane yang dihubungkan dengan alat

penunjuk arah mata angin atau dalam angka.Angka 360 derajat berarti ada angin

dari utara, angka 90 ada angin dari timur demikian seterusnya.

Perlu diperhatikan bahwa tidak ada angka nol, karena angka nol

menandakan tak ada angin. Mengukur arah angin haruslah ada angin atau cup

counter anemometer dalam keadaan bergerak. Sebagaimana alat lainnya

pemasangan alat di lapang terbuka penting sekali karena mempengaruhi besaran

yang akan diukur. Di lapangan terbuka tak ada pohon-pohonan tinggi alat dipasang

2 meter di atas tanah.Bila ada halangan, alat dipasang pada ketinggian 10 sampai

15 meter dari atas tanah.Waktu pengamatan tergantung dari data yang

diinginkan.Bila data harian, pengamatan sekali dalam 24 jam untuk jelajah angin

yaitu pada pagi hari.

Waktu pengamatan arah angin lebih dari sekali dalam 24 jam. Arah yang

paling banyak ditunjuk dalam 24 jam merupakan arah rata-rata dalam hari

tersebut. Sensor yang menghubungkan dengan alat mencatat otomatis disebut

anemograf.Alat ini mencatat kecepatan dan arah angin setiap saat pada kertas

pias.Alat pencatat ini ada yang harian, mingguan ataupun bulanan.Cara kerja alat

tersebut diatas, adalah sebagai berikut :

1) Vane (baling‐baling) yang berbentuk anak panah mempunyai tahanan yang

melingkar merupakan lingkaran, tahanan tersebut dihubungkan dengan 3

buah saluran ke alat penunjuk, pada tiap titik yang satu sama lain berjarak

sama. Arus rata dialirkan tahanan tersebut pada 2 titik, dan jika vane

berputar maka kedua kotak tersebut ikut berputar, kumparan penunjuk arah

angin dibuat sedemikian rupa sehingga putaran sama dengan putaran vane.

2) Tahanan pada vane ini dihubungkan dengan 3 buah kawat pada kumparan

penunjuk, ditengah dipasang sebuah magnit yang mempunyai jarum

penunjuk, dan alat ini memerlukan arus DC 12 Volt.

3) Cup anemometer terdiri dari 3 buah mangkok yang dipasang simetris pada

sumbu vertical, dimana pada bagian bawah sumbu vertical dipasang sebuah

generator, dan jika tertiup angin ketiga mangkok tersebut akan berputar.

Tegangan dari generator sebanding dengan kecepatan putaran ketiga

mangkok, yang kemudian diteruskan ke jarum penunjuk.

5. Termometer Maximum – Minimum

Termometer yang berada di dalam sangkar cuaca terdiri atas termometer

maksimum dan minimum, termometer bola kering dan basah.Prinsip kerja

termometer maksimum adalah termometer dengan kapiler berisi air raksa.Kapiler

dekat reservoir adalah penyempitan sehingga air raksa dapat kelur bila memuai

tetapi tidak bisa kembali bila suhu turun.(Urip, 1970).

Ciri khas dari termometer maksimum adalah terdapat penyempitan pada

pipa kapiler di dekat reservoir. Air raksa dapat melalui bagian yang sempit ini

pada suhu naik dan pada suhu turun air raksa tak bisa kembali ke reservoir,

sehingga air raksa tetap berada posisi sama dengan suhu tertinggi. Setelah dibaca

posisi ujung air raksa tertinggi, air raksa dapat dikembalikan ke reservoir dengan

perlakuan khusus (diayun-ayunkan). Termometer maksimum diletakkan pada

posisi hampir mendatar, agar mudah terjadi pemuaian .Pengamatan sekali dalam

24 jam.

Termometer ini berfungsi mengukur suhu udara ekstrim rendah.Zat cair

dalam kapiler gelas adalah alkohol yang bening.Pada bagian ujung atas alkohol

yang memuai atau menyusut terdapat indeks.Indeks ini hanya dapat didorong ke

bawah pada suhu rendah oleh tegangan permukaan bagian ujung kapiler

alkohol.Bila suhu naik alkohol memuai, indeks tetap menunjukkan posisi suhu

terendah.Setelah ujung indeks yang dekat miniskus alkohol dibaca dan dicatat,

dengan perlakuan khusus indeks dikembalikan mendekati miniskus alkohol.

Posisi termometer pada waktu mengukur hampir sama dengan termometer

maksimum yaitu agak mendatar. Perlu diperhatikan bahwa kapiler alkohol harus

dalam keadaan bersambung, tidak boleh terputus-putus. Bila kapiler alkohol

terputus, termometer tidak boleh lagi dipakai sebagai alat pengukur suhu, harus

dibetulkan terlebih dahulu, Pengamatan sekali dalam 24 jam.

6. Termometer Tanah

Prinsipnya hampir sama dengan termometer biasa, hanya bentuk dan

panjangnya berbeda. Pengukuran suhu tanah lebih teliti daripada suhu

udara.Perubahannya lambat sesuai dengan sifat kerapatan tanah yang lebih besar

daripada udara.

Prinsipnya sama dengan thermometer air raksa yang lain, hanya

aplikasinya digunakan untuk mengukur suhu tanah dari kedalaman 0, 2, 5, 10, 20,

50 dan 100 cm. Untuk kedalaman 50 dan 100 cm, harus tanam sebuah tabung

silinder untuk menempatkan thermometer agar mudah untuk melakukan

pembacaan. Untuk kedalaman 0-20 cm, cukup dengan membenamkan bola

tempat air raksa sesuai dengan kedalaman yang diperlukan (Ariffin, 2001).

Pada pengukuran unsur-unsur cuaca atau iklim, alat-alat tersebut diatas

mungkin masih sangat minim untuk dapat menyimpulkan keadaan suatu cuaca

atau iklim yang sedang berlangsung, namun akan dapat mencapai hasil yang

optimal apabila dalam waktu pengukuran sangat memperhatikan tentang faktor

penempatan atau pemasangan alat serta ketelitian dalam membaca skala alat

sehingga hasil pengukuran yang diperoleh akan mempunyai tingkat keseksamaan

yang mendekati 100 %. (Waryono, 1987).

7. Ombrometer Type Observatorium

(Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Stasiun Klimatologi Karangploso

Malang,2013)

Penakar hujan yang baku digunakan di Indonesia adalah tipe

observatorium. Semua alat penakar hujan yang beragam bentuknya atau yang

otomatis dibandingkan dengan alat penakar hujan otomatis (OBS).Penakar hujan

OBS adalah manual.Jumlah air hujan yang tertampung diukur dengan gelas ukur

yang telah dikonversi dalam satuan tinggi atau gelas ukur yang kemudian dibagi

sepuluh karena luas penampangnya adalah 100 cm sehingga dihasilkan satuan

mm. Pengamatan dilakukan sekali dalam 24 jam yaitu pada pagi hari.Hujan yang

diukur pada pagi hari adalah hujan kemarin bukan hari ini.

8. Ombrometer Type Helman

Alat ini merupakan penakar hujan otomatis dengan tipe siphon.Bila air

hujan terukur setinggi 10 mm, siphon bekerja mengeluarkan air dari tabung

penampungan dengan cepat, kemudian siap mengukur lagi dan kemudian

seterusnya. Di dalam penampung terdapat pelampung yang dihubungkan dengan

jarum pena penunjuk yang secara mekanis membuat garis pada kertas pias posisi

dari tinggi air hujan yang tertampung. Bentuk pias ada dua macam, harian dan

mingguan. Pada umumnya lebih baik menggunakan yang harian agar garis yang

dibuat pena tidak terlalu rapat ketika terjadi hujan lebat. Banyak data dapat

dianalisadari pias, tinggi hujan harian, waktu datangnya hujan, derasnya hujan

atau lebatnya hujan per satuan waktu.

Penakar tipe Hellman ini mempunyai kolektor yang memiliki daya

tampung air sebesar 20 mm. Apabila kolektor tersebut sudah penuh, maka air

akan ditumpahkan sampai habis melalui pipa pembuang dan bersamaan dengan

itu pena akan turun kembali sampai pada posisi nol. Skala pada kertas pias terdiri

dari nol sampai 20 mm.

Lama penyinaran matahari adalah lamanya matahari bersinar cerah sampai permukaan

bumi dalam periode satu hari, diukur dalam jam. Intensitas radiasi matahari adalah jumlah energi

matahari yang diterima bumi dan cahaya matahari, pada luas tertentu serta jangka waktu

tertentu.Temperatur adalah derajat panas/dingin suatu benda yang diukur dengan termometer.

Kelembaban udara adalah perbandingan yang menyatakan kadar uap air dan udara yang

dipengaruhi suhunya

Kelembaban relatif adalah perbandingan antara uap air yang betul-betul ada di udara

dengan jumlah uap air dalam udara tersebut jika pada suhu dan tekanan yang sama udara tersebut

penuh dengan uap air. Hujan adalah banyaknya air hujan yang jatuh pada suatu areal tertentu

yang dinyatakan dengan satuan mm/inchi.Intensitas hujan adalah banyaknya air hujan yang jatuh

per satuan waktu yang dinyatakan dengan satuan mm/jam. Termometr tanah adalah termometer

air raksa yang ujungnya dibengkokkan dan dimasukkan ke dalam tanah pada posisi yang sesuai

dengan kedalaman yang akan diukur. Kecepatan angin adalah gerakan relatif udara terhadap

permukaan bumi pada arah horizontal yang dinyatakan dalam satuan meter per detik,

kilometer/jam dan mil/jam.Arah angin adalah arah dari mana tiupan angin berasal.

1. Unsur-unsur Cuaca dan Iklim

Telah dijelaskan di atas bahwa cuaca dan iklim menyatakan keadaan atmosfer.Pertanyaan

selanjutnya adalah apakah keadaan atmosfer tersebut?Jika kita membicarakan keadaan maka kita

membicarakan sesuatu yang diukur.Apakah yang diukur jika kita ingin mengetahui keadaan

atmosfer?Yang kita ukur adalah unsur-unsur cuaca dan iklim.Unsur-unsur cuaca dan iklim yang

utama adalah suhu udara, tekanan udara, kelembapan udara, curah hujan, durasi (lamanya)

penyinaran matahari, kecepatan angin, serta perawanan, embun, dan kabut.

a) Suhu Udara

Suhu udara diukur dengan menggunakan termometer.Untuk menyatakan suhu udara

digunakan skala Celcius atau Fahrenheit.Suhu udara berubah sesuai waktu dan tempat.

Umumnya suhu udara maksimum terjadi antara jam 12.00 dan jam 14.00. Suhu udara minimum

terjadi sekitar jam 06.00 pada saat sebelum matahari terbit.

b) Kelembapan Udara

Kelembapan udara menyatakan jumlah uap air di udara.Alat untuk mengukur

kelembapan udara adalah higrometer. Ada beberapa cara untuk menyatakan jumlah uap air di

udara diantaranya adalah kelembapan mutlak dan kelembapan relatif (RH). Kelembapan mutlak

adalah massa air yang terkandung dalam satu satuan volume udara. Kelembapan relatif adalah

perbandingan massa air yang terkandung dalam udara dalam suhu tertentu dengan massa air

maksimum yang dapat dikandung udara tersebut pada suhu yang sama.

c) Endapan (presipitasi) dan Curah Hujan

Endapan atau presipitasi didefinisikan sebagai air yang jatuh ke permukaan bumi.Air

yang jatuh ke permukaan bumi tersebut dapat berbentuk padat seperti batu es dan salju maupun

berbentuk cair seperti air hujan. Di Indonesia, endapan berupa air hujan atau curah hujan. Alat

untuk mengukur curah hujan adalah penakar curah hujan (rain gauge).Curah hujan diukur dalam

satuan inchi atau milimeter.Jumlah curah hujan 1 mm (milimeter) berarti air hujan yang

menutupi permukaan tanah setinggi 1 mm. Jumlah curah hujan yang diukur tidak boleh menguap

atau meresap ke dalam tanah.Di stasiun pengamat, curah hujan dicatat setiap hari.

Curah hujan dapat diukur dalam selang waktu tertentu, misalnya:

Curah hujan harian adalah jumlah curah hujan yang terjadi dalam satu hari tertentu.

Curah hujan bulanan adalah jumlah curah hujan harian dalam satu bulan tertentu.

Curah hujan tahunan adalah jumlah curah hujan bulanan dalam satu tahun tertentu.

Curah hujan harian rata-rata jumlah curah hujan bulanan di bagi jumlah hari dalam bulan

tersebut.

Curah hujan bulanan rata-rata adalah jumlah curah hujan tahunan dibagi 12 (jumlah

bulan).

d) Tekanan Atmosfer

Tekanan atmosfer atau tekanan udara menyatakan berat kolom udara di atas suatu tempat

persatuan luas.Tekanan atmosfer diukur dengan alat yang disebut barometer.Satuan yang

digunakan untuk mengukur tekanan atmosfer adalah mili bar (mb) atau pascal (Pa).Daerah yang

memiliki tekanan atmosfer terbesar adalah di permukaan laut yaitu sekitar 1.013,2 mb. Tekanan

atmosfer akan berkurang terhadap ketinggian. Sehingga tekanan atmosfer di pantai akan lebih

besar dibandingkan dengan di daerah pegunungan.

e) Angin

Angin adalah udara yang bergerak.Angin bergerak dari daerah bertekanan tinggi ke

daerah yang bertekanan rendah. Angin seringkali diberi nama sesuai dengan arah datangnya

angin. Sebagai contoh, angin darat adalah angin yang datang dari arah darat, angin laut adalah

angin yang datang dari laut.Angin memiliki laju (kecepatan) dan arah.Alat untuk mengukur

kecepatan angin disebut anemometer. Kecepatan angin diukur dalam satuan meter per detik

(m/s), kilometer per jam (km/jam), atau knot (1 knot –sekitar 0,5 m/s). Arah angin diukur dalam

satuan derajat, yaitu: utara : 3600, selatan: 1800, timur: 900, barat: 2700, dan seterusnya. Dalam

mengukur kecepatan angin terdapat istilah kecepatan angin rata-rata.Kecepatan angin rata-rata

adalah jumlah seluruh kecepatan angin pada saat pengamatan di bagi dengan jumlah pengamatan

tanpa memperhatikan arah angin.Perhatikan kembali bahwa angin bergerak dari daerah

bertekanan tinggi ke daerah bertekanan rendah.Karena terdapat perbedaan tekanan atmosfer di

permukaan bumi akibat perbedaan dalam menerima energi matahari, maka dalam skala

luas/global angin membentuk sirkulasi-sirkulasi tertentu.Di samping angin yang bergerak dalam

skala luas terdapat angin yang terjadi di lokasi tertentu atau disebut angin lokal.Contoh dari

angin lokal adalah angin laut dan angin darat.

f) Perawanan

Perawanan adalah jumlah awan yang menutupi langit di atas pengamat.Perawanan secara

umum dinyatakan dalam per-delapan-an dari langit yang tertutupi awan. Sebagai contoh:

Perawanan = 0 (= 0/8) berarti tidak ada awan yang menutupi langit atau cerah.

Perawanan = 4/8 (=1/2) berarti separuh langit tertutup oleh awan.

Perawanan = 8/8 (= 1) berarti langit seluruhnya tertutupi oleh awan.

Untuk menentukan perawanan, kita sebagai pengamat tinggal pergi keluar dan

mengamati langit, apakah cerah atau tertutup awan?

g) Embun dan Kabut

Embun terjadi karena udara yang basah berkondensasi pada permukaan bumi yang

dingin.Embun dapat kita lihat di atas tanah atau daun tanaman.Pengembunan sering terjadi pada

waktu malam atau dini hari ketika tanah menjadi dingin. Kabut adalah tetes air yang mengapung

dalam udara di atas permukaan. Kabut hampir mirip dengan awan.Perbedaannya kabut terbentuk

di udara yang dekat dengan permukaan bumi sedangkan awan terbentuk jauh dari permukaan

bumi.Kabut dapat terjadi ketika udara lembap panas bergerak di atas permukaan bumi yang

dingin. Kabut dan asap pembakaran dapat menimbulkan kabut-asap atau smog (smoke= asap dan

fog = kabut). Kabut maupun kabut-asap dapat mengganggu jarak pandang bagi pengemudi

kendaraan.

Suhu yang diamati pada kedalaman 5, 10, 20, 50, dan 100 cm. Untuk keperluan ini telah

dibuat termometer sesuai dengan kedalamannya.Pengukuran suhu tanah dilakukan pada tanah

yang tertutup oleh rumput maupun tanah yang terbuka.Pengukuran biasanya dilakukan dalam

areal stasiun pengamatan.Areal tidak boleh ternaungi dan tergenang air, hal ini harus

dihindari.Termometer dilindungi dengan pagar kawat dan dijaga agar tanah disekitarnya tidak

terganggu.

Prinsip kerja termometer tanah hampir sama dengan termometer biasa, hanya bentuk dan

panjangnya berbeda. Pengukuran suhu tanah lebih teliti daripada suhu udara.Perubahannya

lambat sesuai dengan sifat kerapatan tanah yang lebih besar daripada udara.Sampai kedalaman20

cm digunakan termometer air raksa dalam tabung gelas dengan bola ditempatkan pada

kedalaman yang diinginkan.Ciri-ciri dari termometer tanah adalah pada bagian skala

dilengkungkan.halini dibuat adalah untuk memudahkan dalam pembacaan termometer dan

menghindari kesalahan paralaks.

Termometer tanah untuk kedalaman 50 cm dan 100 cm bentuknya berbeda dengan

kedalaman lain. Termometer berada dalam tabung gelas yang berisi parafin, kemudian tabung

diikat dengan rantai lalu diturunkan dalam selongsong tabung logam ke dalam tanah sampai

kedalaman 50 cm atau 100 cm.

Pembacaan dilakukan dengan mengangkat termometer dari dalam tabung logam,

kemudian dibaca.Adanya parafin memperlambat perubahan suhu ketika termometer terbaca di

udara.Termometer tanah pada kedua kedalaman ini bila meruapakan suatu kapiler yang panjang

dari mulai permukaan tanah, mudah sekali patah apabila tanah bergerak turun atau pecah karena

kekeringan.

E. KESIMPULAN

1. Alat yang digunakan dalam praktikum ini mempunyai fungsi yang bermacam-macam,

seperti :

a. campbell stokes, berfungsi untuk mengukur lamanya penyinaran matahari.

b. Higrometer, berfungsi untuk mengukur suhu udara sekitar secara digital.

c. Termometer permukaan tanah,

d. Anemometer,

e. Termometer maksimum minimimum, Termometer maksimum digunakan untuk

mengukur suhu udara tinggi dan rendah

f. Termometer tanah, digunakan untuk mengukur suhu tanah, umumnya pada

kedalaman 5 cm, 25 cm, 50 cm, 75 cm dan 100 cm.

g. Ombrometer tipe observatorium, penakaran hujan dengan cara manual.

h. Ombrometer tipe hellman, penakaran hujan secara otomatis.

2. Tata letak dari berbagai alat pengamatan cuaca ini bermacam-macam, diantaranya :

a. Termometer maksimum diletakan dengan posisi hampir mendatar.

b. Termometer minimum juga sama seperti termometer maksimum yaitu diletakan

hampir mendatar.

c. Termometer tanah diletakan secara tegak lurus dengan posisi mata logamnya

tercancap ke dalam tanah.

d. Thermohigrometer diletakan secara biasanya di tempat yang akan di ukur

kelembapannya.

e. Camblestokes dipasang di tempat terbuka, tak ada halangan ke arah timur

matahari terbit dan ke barat matahari terbenam.

f. Anemometer di pasang di lapangan terbuka tak ada pohon-pohonan tinggi alat

dipasang 2 meter di atas tanah. Bila ada halangan, alat dipasang pada ketinggian

10 sampai 15 meter dari atas tanah.

g. Penakar curah hujan jenis observatorium dan jenis Hellman, kedua alat ini

diletakan seperti biasanya di tempat terbuka yang memungkinkan adanya air

hujan.

3. Prinsip kerja untuk setiap alat pengamatan cuaca tersebut berbeda juga sesuai dengan

fungsi kerja dari alat-alat tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1991. Kapita Selekta dalam Agrometeorologi. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta.

WWW.CUACAJATENG.COM

Google.com,2011. agroklimatologi. Pengaruh iklim.Purwoketo

Hasan, U.M. 1970. Dasar-Dasar Meteorologi Pertanian. Jakarta: Soeroengan.

Nasrudin, 2009. Pengukuran Suhu.google.com

Khairullah,2008. Cuaca dan Gejala Alam.google.com

Waryono, dkk. 1987. PengantarmeteorologidanKlimatologi. Surabaya: PT. Bina Ilmu.

LAPORAN PRAKTIKUM

AGROKLIMATOLOGI

ACARA II

PENGAMATAN SUHU UDARA PADA LAHAN SAWAH, TEGALAN, KEBUN CAMPUR, DAN KEBUN RUMPUT GAJAH

Semester :Gasal 2013/2014

Oleh :

Arianto

A1L112021

Lahan Sawah

Rombongan E1

Kelompok 3

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS PERTANIAN

PURWOKERTO

2013

A. Tujuan

1. Mengetahui suhu udara di atas (ketinggian 1,2 m) lahan sawah, tegalan, kebun campur dan

kebun rumput gajah setiap jam selama tiga hari.

2. Mengetahui besarnya dan saat (waktu) suhu udara maksimum dan minimum di atas

(ketinggian 1,2 m dan 2,0 m) lahan sawah, tegalan, kebun campur dan kebun rumput.

B. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan terdiri atas borang pengamatan suhu udara dan alat pencatat, dan

lahan sawah, tegalan, kebun campur, dan kebun rumput gajah.Alat yang digunakan adalah

thermometer dan sangkar cuaca.

C. Prosedur Kerja

1. Semacam sangkar cuaca disiapkan pada masing-masing penggunaan lahan.

2. Thermometer pada sangkar cuaca pada masing-masing pengguanaan lahan diletakkan

(digantungkan) pada ketinggian 120 dan 200 cm. Dihindarkan thermometer terkena radiasi

atau sinar matahari langsung.

3. Suhu udara dicatat setiap jam selama 3 hari.

4. Grafik hubungan dibuat antara suhu udara (sumbu y) dan waktu (sumbu x). Kemudian

ditentukan besarnya dan waktu suhu maksimum dan minimum.

D. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PENGAMATAN

TERLAMPIR

B. PEMBAHASAN

Suhu udara adalah derajat dari energi kinetik pergerkan dari molekul – molekul udara.Energi tersebut bisa terdapat bersumber dari radiasi matahari, dan radiasi bumi sendiri.Karakteristik suhu di dekat permukaan bumi berbeda dengan suhu udara secara umum.

Pengamatan dilakukan pada 4 jenis lahan, yakni lahan sawah, lahan tegalan, lahan rumput gajah, dan lahan kebun campur. Dari hasil pengamatan selama 2 hari pada 3 ketinggian tersebut banyak sekali perbedaan suhunya, yang pertama pada lahan sawah dapat terlihat pada hasil pengamatan atau grafik lahan sawah menunjukan bahwa dari 3 ketinggian tersebut diambil rata-ratanya yaitu pada ketinggian 1,2 m suhu udara lebih tinggi dibandingkan dengan ketinggian 0,05 m, berarti semakin tinggi ketinggian maka suhu udara akan semakin tinggi, hal ini disebabkan karena radiasi permukaan maka semakin rendah atau mendekat permukaan suhu udara akan rendah.

Berikutnya berdasarkan grafik menunjukan suhu tertinggi pada pukul 10:00 pada ketinggian 1,2 m mencapai 41,5°C. Sedangkan pada ketinggian 0,05 m suhu terendah pada pukul 06:00 dengan suhu 200C , data tersebut menunjukkan dengan perbedaan ketinggian suhu tertinggi sama-sama terjadi pada siang hari dan suhu udara terendah terjadi pada pagi hari. hal ini dikarenakan pada siang hari matahari berada tepat pada posisi kepala sehingga jarak atar matahari semakin bisa disebabkan faktor awan yang menghalangi sudut datang radiasi matahari dan suhu udara rendah di malam hari dikarenakan udara pada mlam dan pagi hari tidak dipengaruhi panas sinar matahari sehingga suhu menjadi dingin dan rendah.

Pada lahan tegalan dapat terlihat dari pengamatan yaitu didapatkan suhu tertinggi pada ketinggian 1,2 m dan suhu terendah pada pukul 2 m. Berikutnya berdasarkan grafik menunjukan dari kedua ketinggian suhu tertinggi dicapai pada pukul 10:00 mencapai suhu 41°C derajat sedangkan ketika suhu rendah terjadi pada malam hari yakni sekitar pukul 20:00 mencapai suhu 23 °C. Hal ini dikarenakan pada siang hari matahari meskipun sudut datang matahari tidak tepat di atas kepala dan suhu udara rendah di malam hari dikarenakan udara pada mlaam dan pagi hari tidak dipengaruhi panas sinar matahari sehingga suhu menjadi dingin dan rendah.

Pada lahan kebun campur dapat terlihat pada data hasil pengamatan atau grafik lahan kebun campur menunjukan bahwa dari 3 ketinggian tersebut selalu stabil, menunjukan bahwa dari 3 ketinggian tersebut suhu udara pada 2 m dan 1,2 m lebih tinggi dibandingkan 0,05 m, berarti semakin rendah ketinggian maka suhu udara akan semakin rendah, hal ini disebabkan karena radiasi permukaan maka semakin rendah atau mendekat permukaan suhu

udara akan rendah. Berikutnya berdasarkan grafik menunjukan dari ketiga ketinggian suhu tertinggi dicapai pada pukul 11:00 di hari pertama dan terendah sekitar pukul 23:00 di hari pertama, data tersebut menunjukkan dengan perbedaan ketinggian suhu tertinggi sama-sama terjadi pada siang hari dan suhu udara terendah terjadi pada pagi hari.hal ini dikarenakan pada siang hari matahari berada tepat pada posisi kepala sehingga jarak antar matahari semakin dekat dan suhu udara rendah di malam hari dikarenakan udara pada malam dan pagi hari tidak dipengaruhi panas sinar matahari sehingga suhu menjadi dingin dan rendah

Pada lahan rumput gadjah dapat terlihat pada hasil pengamatan atau garafik lahan rumput gadjah menunjukan bahwa berdasarkan grafik menunjukan dari 2 m ketinggian suhu tertinggi dicapai pada pukul 12:00 dan terendah sekitar pukul 23:00. Dan suhu tertinggi nya adalah 430C dan terrendahnya adalah 230C. hal ini dikarenakan pada siang hari matahari berada tepat pada posisi kepala sehingga jarak atar mathari semakin dekat dansuhu udara rendah di malam hari dikarenakan udara pada mlam dan pagi hari tidak dipengaruhi panas sinar matahari sehingga suhu menjadi dingin dan rendah. Selain itu dapat dilihat pada hari terakhir di sore hari suhu udara menjadi sangat rendah, hal ini dikarenakan faktor hujan. Curah hujan yang tinggi akan mempengaruhi tinggi rendahnya suhu udara di suatu tempat.

uhu tanah maksimum pada lapisan yang berada di bawahnya akan lebih kecil dibandingkan dengan suhu maksimum pada lapisan tanah di atasnya. Hal ini disebabkan oleh panas yang dijalarkan terus berkurang jika lapisan tanah dalam, sampai pada suatu kedalaman tertentu, panas yang dijalarkan dari permukaan bumi tidak berpengaruh lagi terhadap gelombang suhu.

Amplitudo gelombang suhu tanah akan semakin kecil jika lapisan tanah makin dalam, sampai pada lapisan kedalaman redaman, yaitu lapisan tanah yang amplitudo gelombang suhunya sama dengan e-1 kali amplitudo gelombang suhu permukaan tanah.

Dalam kaitannya dengan suhu tanah, tanaman dapat digolongkan menjadi tanaman yang berakar dangkal dan tanaman yang berakar dalam. Tanaman yang berakar dangkal, yaitu tanaman yang setelah berbuah kemudian dicabut, misalnya padi, jagung, ketela, dan lain-lain. Tanaman yang berakar dalam, pada umumnya tanaman keras, yaitu tanaman yang berbuah terus menerus tanpa diganti.

Suhu tanah akan dipengaruhi oleh jumlah serapan radiasi matahari oleh permukaan bumi. Pada siang hari suhu permukaan tanah akan lebih tinggi dibandingkan suhu pada lapisan tanah yang lebih dalam. Hal ini disebabkan karena permukaan tanah yang akan menyerap radiasi matahari secara langsung pada siang hari tersebut, baru kemudian panas dirambatkan ke lapisan tanah yang lebih dalam secara konduksi. Sebaliknya, pada malam hari, permukaan tanah akan kehilangan panas terlebih dahulu, sebagai akibatnya suhu pada

permukaan tanah akan lebih rendah diabdningkan dengan suhu pada lapiasan tanah yang lebih dalam. Pada malam hari, panas akan merambat dari lapisan tanah yang lebih dalam menuju ke permukaan. Karena pola tingkah laku perambatan panas tersebut, maka fluktuasi suhu tanah akan tinggi pada permukaan dan akan semakin kecil dengan bertambahnya kedalaman. Suhu tanah maksimum pada permukaan tanah akan tercapai pada saat intensitas radiasi matahari mencapai maksimum, tetapi untuk lapisan yang lebih dalam, suhu maksimum tercapai beberapa waktu kemudian, Semakin lama untuk lapisan anah yang lebih dalam. Hal ini disebabkan karena dibutuhkan waktu untuk perpindahan panas dari permukaan lapisan-lapisan tanah tersebut.

Suhu udara pada 4 lahan di ketinggian 1,2 m dari data pengamatan menunjukkan suhu udara tertinggi pada pukul 10:00 mencapai 41,5°C dilahan sawah, berarti pada saat tersebut matahari sedang berada tepat diatas kepala atau tegak lurus dengan permukaan, akibatnya radiasi matahari lebih tinggi dan radiasi gelombang panjang membesar. Dan suhu terendah pada saat pukul 23.00 di lahan rumput gadjah dengan suhu 23.50C dan hal ini dikarenakan dipengaruhi faktor lain seperti kelembaban, penguapan, angin dan tekanan udara. Dari perbandingan ke empat lahan, yang suhu udaranya paling tinggi adalah lahan sawah dan suhu terendah pada lahan rumput gadjah.

Suhu udara pada 4 lahan di ketinggian 2 m dari data pengamatan menunjukkan suhu udara tertinggi pada pukul 12:00 mencapai 43°C dilahan rumput gajah, berarti pada saat tersebut matahari sedang berada tepat diatas kepala atau tegak lurus dengan permukaan, akibatnya radiasi matahari lebih tinggi dan radiasi gelombang panjang membesar. Dan suhu terendah pada saat pukul 18:00 (hari pertama) dilahan sawah, hal ini dikarenakan pada pagi hari suhu udara tidak dipengaruhi radiasi matahari dan dipengaruhi faktor lain seperti kelembaban, penguapan, angin dan tekanan udara. Dari perbandingan ke empat lahan, yang suhu udaranya paling tinggi adalah lahan rumput gajah dan suhu udara terendahnya pada lahan sawah.

Hasil praktikum suhu udara yang paling tinggi pada tiga ketinggian adalah lahan sawah karena lahan sawah yang mempunyai suhu yang paling tinggi. Hal tersebut dikarenakan sinar matahari langsung jatuh kelahan tersebut, tanpa adanya naungan dari pohon atau tumbuh-tumbuhan lain. Suhu udara yang paling tinggi pada ketinggian 1,2 di empat lahan adalah lahan sawah dan suhu udara terendah terdapat pada laha rumput gajah Sedangkan pada pada suhu udara ketinggian 2 m diempat lahan adalah lahan rumput gajah.

Hasil dari penelitian tersebut tidak menunjukan hal yang sama seperti uraian diatas. Hal ini mungkin disebabkan karena alat yang sudah sedikit rusak atau praktikan yang kurang teliti dalam membaca skala thermometer

E. KESIMPULAN

1. Terdapat perbedaan suhu udara antara tataguna lahan sawah, tegalan, kebun campur, dan

kebun rumput gajah. Hal tersebut dikarenakan perbedaan penerimaan radiasi lahan pada

masing-masing tataguna lahan.

2. Suhu udara di permukaan diantaranya dipengaruhi oleh ketinggian tempat, tipe tanah,

penutup tanah, jumlah radiasi yang diterima, dan sebagainya.

3. Penggunaan lahan yang berupa sawah, tegalan, kebun campur, dan kebun rumput gajah

berpengaruh terhadap suhu udara. Perbedaan pengunaan lahan, berbeda pula benda-benda

yang berada di atas permukaan bumi ini dan berpengaruh terhadap penerimaan

radiasi.Sehingga penerimaan radiasi dan kecepatan perpindahan bahan menyebabkan

perbedaan suhu udara di sekeliling penggunaan lahan.

4. Penentu suhu udara adalah penerimaan energi dari matahari dan proses yang berlangsung di

permukaan bumi.

5. Kerapatan udara dekat permukaan bumi lebih tinggi dan lebih berkesempatan untuk

menyerap radiasi pantulan dari permukaan bumi, maka pada siang hari suhu udara dekat

permukaan akan lebih tinggi dibandingkan pada lapisan udara yang lebih tinggi. Sebaliknya

pada malam hari, terutama pada saat menjelang subuh, suhu udara dekat permukaan menjadi

lebih rendah dibandingkan dengan suhu pada lapisan udara yang lebih tinggi.

DAFTAR PUSTAKA

Benyamin Lakitan, 1994, Dasar-dasar Klimatologi, PT Raja Grafindo Persada Paper . No.

27.FAO, Rome.

Bourke, P.M.A., 1968. Introductoin The Aims Of Agrometeorologi In Agroklimatological

Metthods, Proc, Of Reading Stmposium; UNESCO

Cambers, R. E. 1987. Klimatologi Pertanian Dasar. Bagian Klimatologi Pertanian Departemen

Ilmu-Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Handoko, 1983. Klimatologi Dasar, Landasan Pemahaman Fisika Atmosfer dan Unsur-Unsur

Iklim. IPB. Bogor.

Handoko. 1992. Klimatologi dasar . Jurusan Geofisika dan Meteorologi FMIPA IPB : Bogor.

Hidayati, R., dan I. Risdiyanto. 1999. Iklim Mikro. Dalam Y. Kusmaryono, Impron, dan Y.

Gugiarto (eds.): Kapita Selekta Agroklimatologi. Jurusan Geofisika dan Meteorologi,

Fak.Matematika dan IPA, IPB. Bogor.

Lakitan Benyamin. 1994. Dasar-dasar klimatologi. PT Rajagrafindo persada, Jakarta.

Tjasyono Bayong. 2004. Klimatologi. ITB, Bandung

LAPORAN PRAKTIKUMAGROKLIMATOLOGI

ACARA III

PENGAMATAN SUHU TANAH PADA LAHAN SAWAH, TEGALAN, KEBUN CAMPUR, DAN KEBUN RUMPUT GAJAH

Semester :Gasal 2013/2014

Oleh :Aristo Tellesyla S

A1L112016

Lahan SawahRombongan E1

Kelompok 3

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS PERTANIANPURWOKERTO

2013

A. TUJUAN

1. Mengetahui suhu tanah pada lahan sawah, tegalan, kebun campur, dan kebun rumput

gajah pada kedalaman 5, 25, 50, 75, 100 cm setiap jam selama tiga hari.

2. Mengetahui besarnya dan saat suhu tanah maksimum dan minimum pada kedalaman 5,

25, 50, 75, 100 cm setiap jam selama tiga hari.

B. ALAT DAN BAHAN

Alat yang digunakanpadapraktikum kali iniadalahtermometer, alat tulis, pipa atau paralon

dan tali

Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah tanah di sawah, tegalan, kebun

campur, dan kebun rumput gajah

C. PROSEDUR KERJA

1. Tempat pengamatan suhu tanah disiapkan pada masing-masing penggunaan lahan dengan

cara membuat lubang (membor) tanah kedalaman 5, 25, 50, 75, dan 100 cm dan dipasang

paralon pada lubang tersebut.

2. Termometer diletakkan pada masing-masing lubang tanah tersebut pada masing-masing

penggunaan lahan. Dihindarkan termometer dari injakan kaki.

3. Suhu udara dicatat setiap jam selama 2 hari (lembar pencatatan ada di bagian lampiran).

Sebelum mencatat dilakukan latihan kecil pembacaan skala termometer supaya kesalahan

tidak besar, karena ada waktu jeda antara mengambil termometer dan pembacaan,

mengingat termometer tidak dirancang khusus untuk pengamatan suhu tanah.

4. Grafik hubungan antara suhu tanah (sumbu y) dan waktu (sumbu x) dicatat suhu setiap

kedalaman tanah. Kemudian besar dan waktu suhu maksimum dan minimum ditentukan.

D. HASIL DAN PENGAMATAN

A. Hasil Pengamatan

Terlampir

B. Pembahasan

Suhu dinyatakan sebagai derajat panas atau dingin yang diukur berdasarkan skala tertentu

dengan menggunakan termometer. Satuan Suhu yang biasa digunakan adalah derajat celcius,

sedangkan di Inggris dan dibeberapa negara lainnya dinyatakan dengan derajat farenheit.

Pertumbuhan tanaman akan lebih dipengaruhi oleh suhu tanah dibanding dengan suhu

udara. Di dataran rendah tropis misalnya, suhu tanah yang tinggi menurunkan hasil produksi

umbi kentang. Hardjowigeno dan Rayes (2005) menyatakan bahwa suhu tanah di Wisconsin

berpengaruh nyata terhadap fase permulaan pertumbuhan jagung. Suhu udara dianggap

memberikan pengaruh yang besar pada fase reproduksi. Pada data suhu awal, dapat diramalkan

waktu kematangan tanaman tersebut, suhu tanah lebih memberikan jawaban pada variasi

setempat daripada insolasi, topografi, dan sebagainya.

Suhu tanah, terutama suhu ekstrim, akan mempengaruhi perkecambahan biji, aktivitas

akar, kecepatan, dan umur tanaman serta terjadinya keganasan penyakit pada suatu tanaman.

Suhu tanah akan mempengaruhi penyerapan unsur hara dan air yang dibutuhkan tanaman.

Apabila suhu tanah sangat tinggi, maka ketersediaan air dalam tanah akan menjadi sedikit karena

mengalami penguapan dari dalam tanah. Mikroorganisme perombak atau bakteri saprofit akan

mengalami degradasi sehingga aktivitas pembentukan tanah akan berjalan sangat lambat.

Disamping itu, suhu tanah yang terlalu rendah akan memicu timbulnya patogen penyakit

tumbuhan dan akan tetap bertahan di dalam tanah (Hanafi, 1988).

Suhu tanah dapat di ukur dengan menggunakan alat yang dinamakan termometer tanah

selubung logam. Suhu tanah ditentukan oleh panas matahari yang menyinari bumi. Intensitas

panas tanah dipengaruhi oleh kedudukan permukaan yang menentukan besar sudut datang, letak

digaris lintang utara dan selatan dan tinggi dari permukaan laut.

Sejumlah sifat tanah juga menentukan suhu tanah antara lain :

1. Intensitas warna tanah

2. Komposisi tanah

3. Panasienis tanah

4. Kedalaman tanah

5. Kemampuan dan

6. Kadar legas tanah

Pentingnya kita mengetahui kondisi suhu tanah dan pengukurannya karena suhu tanah

tertentu mempengaruhi untuk kehidupan tanaman, penjelasan berikut akan memperjelas alasan

dari tabel-tabel atau grafik pengamatan yang telah ada :

a) Titik 0 bagi tanaman, pada suhu dibawah 0 derajat ini, pertumbuhan tanaman akan berhenti,

biji-biji tidak akan berkecambah, berbagai biji tanaman kekuatan berkecambahnya berlainan

suhunya, misalnya untuk gandum 0-30C, sedangkan untuk jagung 9-100C

b) Suhu minimum tanah bagi tanaman, tiap-tiap tanaman tidak akan dapat berkembang pada

suhu dibawah derajat minimal, suatu periode tanaman menghendaki derajat minimal

tersendiri. Umpamanya pada masa berbunga jagung membutuhkan suhu minimal 100C

sedangkan jagung tua menghendaki suhu yang lebih tinggi lagi.

c) Suhu optimal tanah bagi tanaman, kecepatan tumbuh tanaman tergantung dari suhu tanah

yang dibatasi suhu tanah maksimal, diatas suhu tanah maksimal tanaman sudah tidak tumbuh

lagi, apalagi berproduksi. Pada suhu tanah yang lebih tinggi daripada maksimum, sekalipun

mendapat irigasi atau siraman, tanaman itu tidak akan tumbuh. Untuk tanaman didaerah

tropis sudah tentu membutuhkan tanaman yang tahan panas.

d) Jumlah suhu tanah, sampai akhir lingkaran perkembangannya, tanaman membutuhkan

jumlah panas tertentu.

Selain dipengaruhi oleh hal – hal diatas, tinggi rendahnya suhu tanah juga dapat

mempengaruhi :

1. Sifat Fisik Tanah yaitu Struktur, tekstur, porositas, warna, slope

Apabila strukturnya padat maka porositas rendah, kebalikannya struktur remah maka

porositas tinggi sehingga proses pengaliran lancer. Apabila warnanya terang daya pantulnya

tinggi daya serapnya rendah begitu sebaliknya warna gelap maka daya pantul rendah, daya

serap panas tinggi sehingga suhu naik.

2. Kondisi Air,

Apabila tanah banyak mengandung air maka suhu yang terserap akan banyak digunakan

untuk penguapan.

3. Kandungan Bahan Organik

BO mempunyai kemampuan untuk menahan energi, menyerap air, kandungan unsure hara

tinggi dan memperbaiki struktur tanah.

4. Situasi Lingkungan baik Fisik maupun Biotik

Lingkungan Fisik meliputi kelembapan udara, radiasi, angin. Lingkungan biotik meliputi

vegetasi yang ada di permukaan tanah. Sehingga tanah merupakan penghantar panas yang

jelek, karena begitu mendapatkan sumber panas, sumber tersebut akan terus ditangkap

sampai maksimum/tidak mampu lagi, setelah itu baru dialirkan secara konduksi. Jika ada

reradiasi, terdapat pembebasan radiasi tanah maka reradiasinya semakin tinggi dan suhu yang

dilepas semakin tinggi pula, setara Hukum Black Body Radiation. Digunakan untuk menjaga

keseimbangan suhu dalam tanah.

Panas yang diterima oleh permukaan tanah dari lahan sawah, tegalan, kebun campur, dan

kebun gajah, ketika diteruskan ke dalam lapisan tanah yang lebih dalam akan memerlukan

waktu. Untuk mengetahui tiap lapisan maka perlu pengamatan temperatur atau suhu tanah pada

tiap kedalaman yaitu 5, 25, 50, 75, dan 100 cm, dengan memakai alat termometer pengukur

suhu tanah. Temperatur maksimum pada lapisan tanah yang dalam akan mengalami

keterlambatan waktu terhadap temperatur maksimum permukaan tanah sehingga

mengindikasikan kenaikkan dan penurunan suhu tanah akan senantiasa berkorelasi secara linier

terhadap tingkat kedalaman tanah. Pada tanah terbuka seperti lahan sawah dan tegalan, semakin

dalam tanah maka senatiasa terlambat dalam menerima panas, sehingga pada intensitas suhu

lingkungan yang tinggi pada tengah hari membuat suhu tanah pada kedalaman 100 cm selalu

lebih rendah dibandingkan dengan kedalaman lainnya, sedangkan pada malam hari tanah dengan

kedalaman paling dalam lebih lama membuang panas sehingga tanah kedalaman 100 cm

suhunya lebih tinggi dibandingkan dengan kedalaman lainnya secara linier (AAK, 1983).

Mengambil suhu pada tempat yang terlindung seperti kebun campur ada baiknya sering

mengukur suhu tanah pada lapisan tanah yang telah disediakan misalnya kedalaman 5 cm, 25

cm, 50 cm, 75 cm dan 100 cm yang menampakkan perkembangan suhu tanah yang jarang

berfluktuasi terhadap penerimaan dan pembuangan panas, hal ini karena intrusi dan perambatan

panas sinar matahari senantiasa terhalang oleh vegetasi pepohonan disekelilingnya sepanjang

hari dan malam di dekat tanah (Waryono dkk. 1987).

Praktikum agroklimatologi acara pengukuran suhu tanah ini dilakukan dengan mengukur

suhu tanah lahan sawah, lahan tegalan, kebun campur dan kebun rumput gajah dengan

kedalaman 5, 25, 50, 75, 100 cm menggunakan thermometer. Cara yang dilakukan dalam

praktikum ini sudah mendekati anjuran dari komite meteorologi sedunia (1955) yang

menganjurkan bahwa kedalaman standard untuk mengukur suhu tanah adalah 5, 10, 20, 50, dan

100 cm. Pengukuran suhu di bawah permukaan tidak seteliti diatas permukaan karena perubahan

yang cepat dihalangi oleh kapasitas panas tanah. Oleh karena itu untuk kebanyakan tujuan

pertanian, pengukuran maksimum dan minimum harian suhu dianggap memadai terutama pada

kedalaman yang besar. (Chamber, 1987). Berdasarkan hasil praktikum pengamatan suhu tanah di

lahan kebun campur pada kedalaman 5, 25, 50, 75 cm selama 2 hari, didapatkan suhu maksimum

pada kedalaman 5 cm pada hari pertama pukul 15.00 dengan suhu 29,5oC dan suhu minimum

pada kedalaman 75 cm pada hari pertama pukul 03.00 dengan suhu 23oC. Kemudian pengamatan

pengamatan suhu tanah di lahan tegalan pada kedalaman 5, 25, 50, 75 cm selama 2 hari,

didapatkan suhu maksimum pada kedalaman 5 cm pada hari pertama pukul 12.00 dengan suhu

34oC dan suhu minimum pada kedalaman 50 cm pada hari pertama pukul 04.00 dengan suhu

24oC. Pengamatan suhu tanah di lahan sawah pada kedalaman 5, 25, 50, 75 cm selama 2 hari,

didapatkan suhu maksimum pada kedalaman 50 cm pada hari pertama pukul 19.00 dengan suhu

30,5oC dan suhu minimum pada kedalaman 5 cm pada hari pertama pukul 19.00 dengan suhu

21oC. . Pengamatan suhu tanah di kebun rumput gajah pada kedalaman 5, 25, 50, 75 cm selama 2

hari, didapatkan suhu maksimum pada kedalaman 5 cm pada hari pertama pukul 13.00 dengan

suhu 29oC dan suhu minimum pada kedalaman 25 cm pada hari pertama pukul 05.00 dengan

suhu 23oC. Pada pengamatan suhu tanah kedalaman 5 cm di 4 lahan didapatkan suhu maksimum

pada lahan tegalan hari pertama pukul 12.00 dengan suhu 34oC dan suhu minimum pada lahan

sawah juga hari pertama pukul 19.00 dengan suhu 21oC. Kemudian pengamatan suhu tanah

kedalaman 25 cm di 4 lahan didapatkan suhu maksimum pada lahan tegalan hari kedua pukul

14.00 dengan suhu 34oC dan suhu minimum pada kebun campur hari pertama pukul 15.00

dengan suhu 21oC. Pengamatan suhu tanah kedalaman 50 cm di 4 lahan didapatkan suhu

maksimum pada lahan sawah hari pertama pukul 18.00 dengan suhu 35oC dan suhu minimum

pada kebun campur hari kedua pukul 03.00 dengan suhu 24oC. Pengamatan suhu tanah

kedalaman 75 cm di 4 lahan didapatkan suhu maksimum pada lahan sawah hari pertama pukul

17.00 dengan suhu 28oC dan suhu minimum pada kebun campur hari pertama pukul 03.00

dengan suhu 23oC. Dan pengamatan suhu tanah kedalaman 100 cm di 4 lahan didapatkan suhu

maksimum pada lahan rumput gajah hari pertama pukul 24.00 dengan suhu 28oC dan suhu

minimum di lahan tegalan hari pertama pukul 04.00 dengan suhu 24oC.

Dari pengamatan setiap hari selama 3 hari pada lahan sawah, tegalan dan kebun campur,

dapat diketahui keadaan temperatur tanah secara harian, rata-rata fluktuasi dan menurut musim.

Dan dengan mengetahui fluktuasi temperatur tanah, konduktivitas panas, serta kedalaman

peredaman untuk setiap macam tanah, maka dapat diperoleh informasi untuk merencanakan

sistem tanam terutama pada tanaman yang berakar dangkal (Daldjoeni, N. 1983).

Suhu tanah juga akan dipengaruhi oleh jumlah serapan radiasi matahari oleh permukaan

bumi, pada siang hari suhu permukaan tanah akan lebih tinggi dibandingkan suhu pada lapisan

tanah yang lebih dalam. Hal ini juga disebabkan karena permukaan tanah yang akan menyerap

radiasi matahari secara langsung pada siang hari tersebut, baru kemudian panas dirambatkan ke

lapisan tanah yang lebih dalam secara konduksi. Sebaliknya, pada malam hari permukaan tanah

akan kehilngan panas terlebih dahulu, sebagai akibatnya suhu pada permukaan tanah akan lebih

rendah dibandingkan dengan suhu pada lapisan tanah yang lebih dalam. Pada malam hari, panas

akan merambat dari lapisan tanah yang lebih dalam menuju ke permukaan, hasil pengamatan

menunjukkan kebenaran dari teori diatas pada kenyataannya di lapang seperti yang akan

digambarkan pada tabel berikut (Lakitan,1994)

E. KESIMPULAN

Kesimpulan yang bisa diambil dari praktikum acara III ini adalah :

a. Pentingnya mengetahui kondisi suhu tanah dan pengukurannya adalah karena suhu tanah

tertentu mempengaruhi untuk kehidupan tanaman.

b. Intensitas dan durasi harian dari energi radian matahari yang diterima dari atmosfer diatas

permukaan tanah pada daerah yang ada dalam keadaan berneraca.

c. Panas yang diterima oleh permukaan tanah sebagai fluktuasi suhu tanah dari lahan sawah,

tegalan dan kebun campur ketika diteruskan ke dalam lapisan tanah yang lebih dalam akan

memerlukan waktu.

d. Suhu tanah pada lahan sawah, tegalan dan kebun campur dipengaruhi oleh jumlah serapan

radiasi matahari oleh permukaan bumi.

e. Panas yang diterima oleh permukaan tanah sebagai fluktuasi suhu tanah dari lahan sawah,

tegalan dan kebun campur ketika diteruskan ke dalam lapisan tanah yang lebih dalam akan

memerlukan waktu.

f. Suhu minimum dan maksimum untuk tiap lahan, antara lain:

lahan kebun campur pada kedalaman 5, 25, 50, 75 cm selama 2 hari, didapatkan suhu

maksimum pada kedalaman 5 cm pada hari pertama pukul 15.00 dengan suhu 29,5oC dan

suhu minimum pada kedalaman 75 cm pada hari pertama pukul 03.00 dengan suhu 23oC.

Kemudian pengamatan pengamatan suhu tanah di lahan tegalan pada kedalaman 5, 25, 50, 75

cm selama 2 hari, didapatkan suhu maksimum pada kedalaman 5 cm pada hari pertama pukul

12.00 dengan suhu 34oC dan suhu minimum pada kedalaman 50 cm pada hari pertama pukul

04.00 dengan suhu 24oC. Pengamatan suhu tanah di lahan sawah pada kedalaman 5, 25, 50,

75 cm selama 2 hari, didapatkan suhu maksimum pada kedalaman 50 cm pada hari pertama

pukul 19.00 dengan suhu 30,5oC dan suhu minimum pada kedalaman 5 cm pada hari pertama

pukul 19.00 dengan suhu 21oC. . Pengamatan suhu tanah di kebun rumput gajah pada

kedalaman 5, 25, 50, 75 cm selama 2 hari, didapatkan suhu maksimum pada kedalaman 5 cm

pada hari pertama pukul 13.00 dengan suhu 29oC dan suhu minimum pada kedalaman 25 cm

pada hari pertama pukul 05.00 dengan suhu 23oC. Pada pengamatan suhu tanah kedalaman 5

cm di 4 lahan didapatkan suhu maksimum pada lahan tegalan hari pertama pukul 12.00

dengan suhu 34oC dan suhu minimum pada lahan sawah juga hari pertama pukul 19.00

dengan suhu 21oC. Kemudian pengamatan suhu tanah kedalaman 25 cm di 4 lahan

didapatkan suhu maksimum pada lahan tegalan hari kedua pukul 14.00 dengan suhu 34oC

dan suhu minimum pada kebun campur hari pertama pukul 15.00 dengan suhu 21oC.

DAFTAR PUSTAKA

AAK. 1983. Dasar-dasar Bercocok Tanam. Kanisius, Yogyakarta.

Chamber, R. E. 1987. Klimatologi Pertanian Dasar. Bagian Klimatologi Pertanian

Departemen Ilmu-Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Pertanian Institut Pertanian

Bogor, IPB.

Daldjoeni, N. 1983. Pokok-pokok Klimatologi. Penerbit Alumni, Bandung

Lakitan, Benyamin. 1994. Dasar-dasar Klimatologi. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Tjasyono, Bayong. 2004. Klimatologi. ITB. Bandung

Waryono dkk. 1987. Pengantar Meteorologi dan Klimatologi. Bina Ilmu, Surabaya.

Wisnebroto dkk. 1983. Asas-asas Meteorologi Pertanian. Ghalu Indonesia, Jakarta.

LAPORAN PRAKTIKUMKULTUR JARINGAN

ACARA IV

PENGAMATAN KELEMBAPAN NISBI PADA LAHAN SAWAH, TEGALAN, KEBUN CAMPUR, DAN KEBUN RUMPUT GAJAH

Semester :Gasal 2013/2014

Oleh :Khairur Rizal

A1L112017

Lahan SawahRombongan E1

Kelompok 3

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS PERTANIANPURWOKERTO

2013A. TUJUAN

1. Mengetahui kelembaban nisbi udara di atas lahan sawah, tegalan, kebun campur, dan kebun

rumput gajah setiap jam selama tiga hari.

2. Mengetahui waktu kelembaban nisbi udara maksimum dan minimum di atas lahan sawah,

tegalan, kebun campur, dan kebun rumput gajah.

B. ALAT DAN BAHAN

Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum acara pengamatan kelembaban nisbi pada

lahan sawah, tegalan, kebun campur, dan kebun rumput gajah adalah psychrometer yang terdiri

atas termometer bola basah dan kering, tabel penetapan kelembaban nisbi.

C. PROSEDUR KERJA

a. Disiapkan semacam sangkar cuaca pada masing-masing penggunaan lahan,

b. Disiapkan psikhrometer yang pada tangki termometer bola basah sudah diberi air,

c. Diletakkan (digantungkan) psikhrometer tersebut pada semacam sangkar cuaca pada

masing-masing penggunaan lahan pada ketinggian 120 cm. Dihindarkan psikhrometer

terkena radiasi atau sinar matahari langsung dengan cara dipayungi,

d. Dicatat suhu pada termometer bola basah dan bola kering udara setiap jam selama tiga hari,

e. Dibaca kelembaban nisbi udara pada psikhrometer dengan cara membaca indek (penjurus)

dari hasil menghimpitkan suhu termometer bola basah dan bola kering. Cara lain

pembacaan kelembaban nisbi dengan tabel yang menghubungkan antara selisih suhu

termometer bola kering dan bola basah (tk-tb) dan suhu termometer bola basah,

f. Dibuat grafik hubungan antara kelembaban nisbi udara (sumbu Y) dan waktu (sumbu X).

Kemudian ditentukan besarnya dan waktu kelembaban nisbi udara maksimum dan

minimum.

D. HASIL DAN PEMBAHASAN

Grafik Kelembapan Nisbi pada 4 Lahan

Tabel

Kelembapan Nisbi

17.0020.00

23.0002.00

05.0008.00

11.0014.00

17.0020.00

23.0002.00

05.0008.00

11.0014.00

17.00405060708090

100110

Kelembapan Nisbi pada Empat Lahan

Kebun CampurTegalanSawahRumput Gajah

Waktu

Suhu

oC

Lahan HariKelembapan

Minimum + JamKelembapan

Maksimum + Jam

Kebun Campur 1 - 100 % : 17.00

Sawah 2 51 % : 10.00 -

Kelembaban udara menggambarkan kandungan uap air di udara yang dapat dinyatakan

sebagai kelembaban mutlak, kelembaban nisbi (relatif) maupun defisit tekanan uap air.

Kelembaban mutlak adalah kandungan uap air (dapat dinyatakan dengan massa uap air atau

tekanannya) per satuan volume. Kelembaban nisbi membandingkan antara kandungan/tekanan

uap air aktual dengan keadaan jenuhnya atau pada kapasitas udara untuk menampung uap air.

Kapasitas udara untuk menampung uap air tersebut (pada keadaan jenuh) ditentukan oleh suhu

udara. Sedangkan defisit tekanan uap air adalah selisih antara tekanan uap jenuh dan tekanan uap

aktual. Masing-masing pernyataan kelembaban udara tersebut mempunyai arti dan fungsi

tertentu dikaitkan dengan masalah yang dibahas ( Handoko, 1994 ).

Kapasitas udara untuk menampung uap air (pada keadaan jenuh) tergantung pada suhu

udara. Defisit tekanan uap air adalah selisih antara tekanan uap air jenuh dengan tekanan uap

aktual. Pengembunan akan terjadi bila kelembaban nisbi mencapai 100%. (

http://abuhaniyya.files.wordpress.com, 2009 ).

Definisi kelembaban udara adalah banyaknya kandungan uap air di atmosfer. Udara

atmosfer adalah campuran dari udara kering dan uap air. Kelembaban udara ditentukan oleh

jumlah uap air yang terkandung di dalam udara. Total massa uap air per satuan volume udara

disebut sebagai kelembaban absolut. Perbandingan antara massa uap air dengan massa udara

lembab dalam satuan volume tertentu disebut kelembaban spesifik. Massa udara lembab adalah

total masa dari seluruh gas-gas atmosfer yang terkandung, termasuk uap air; jika massa uap air

tidak diikutkan, maka disebut sebagai massa udara kering. Data klimatologi untuk kelembaban

udara yang umum dilaporkan adalah kelembaban relatif, disingkat RH. Kelembaban relatif

adalah perbandngan antara tekanan uap air aktual dengan tekanan uap air pada kondisi jenuh.

Tekanan uap air adalah tekanan parsial uap air dalam udara. Satuan yang digunakan untuk

tekanan adalah pascal. Tekana uap air jenuh adalah tekanan uap air maksimum yang dapat

dicapai pada suhu tertentu.

Kemampuan udara untuk menampung uap air akan bertambah dengan meningkatnya suhu.

Dengan demikian, jika udara yang jenuh uap air ditingkatkan suhunya maka udara tersebut

menjadi tak jenuh uap air. Sebaliknya jika udara tak jenuh uap air diturunkan suhunya perlahan-

lahan dan kerapatan uap airnya dijaga konstan maka udara tersebut akan mendekati kondisi

jenuh uap air. Suhu pada saat udara tersebut mencapai kondisi jenuh uap air disebut suhu titik

embun.

Fluktuasi kandungan uap air di udara lebih besar pada udara dekt permukaan dan semakin

kecil dengan bertambahnya ketinggian, hal ini terjadi karena uap air bersumber dari permukaan

dan proses kondensasi juga berlangsung pada permukaan. Pada siang hari, kelembaban lebih

tinggi pada udara dekat permukaan, sebaliknya pada malam hari kelembaban lebih rendah pada

dekat permukaan.

Kelembaban udara yang lebih tinggi pada udara dekat permukaan pada siang hari

disebabkan karena penambahan uap air hasil evapotranspirasi dari permukaan. Proses ini

berlangsung karena permukaan tanah menyerap radiasi matahari selama siang hari. Pada malam

hari, akan berlangsung kondensasi atau pengembunan yang memanfaatkan uap air yang berasal

dari udara. Oleh sebab itu, kandungan uap air dalam udara dekat permukaan tersebut akan

berkurang.

Kelembaban udara pada ketinggian lebih dari dua meter dari permukaan tidak

menunjukkan perbedaan yang nyata antara malam dan siang hari dikarenakan pengaruh angin

menjadi lebih besar, udara lembab dan udara kering dapat tercampur lebih cepat.

Psikometer bola basah/bola kering, alat ini terdiri dari dua termometer yaitu termometer

bola basah dan termometer bola kering. Termometer bola kering adalah, termometer air raksa

biasa ; sedangkan termometer bola basah adalah termometer air raksa yang ujung sensornya

dibalut dengan kain kasa yang dijaga agar selalu lembab. Suhu yang terbaca pada termometer

bola basah akan sama dengan atau lebih rendah dari suhu yang terbaca dari termometer bola

kering. Suhu termometer bola basah yang lebih rendah disebabkan karena sebagian panas pada

bagian ujung sensor termometer ini akan terpakai dalam proses penguapan air pada kain lembab

yang membalutnya. Semakin tinggi laju penguapan maka akan semakin banyak energi panas

yang terpakai, berarti akan semakin rendah suhu termometer bola basah. Suhu termometer bola

basah akan sama dengan suhu termometer bola kering, jika penguapan air pada ujung sensor

termometer bola basah tersebut tidak terjadi. Kondisi ini hanya akan berlangsung jika udara

disekitarnya jenuh uap air.

Beberapa cara untuk menyatakan jumlah uap air yaitu :

1. Tekanan uap adalah tekanan parsial dari uap air. Dalam fase gas maka uap air di dalam

atmosfer seperti gas sempurna (ideal),

2. Kelembaban mutlak yaitu massa air yang terkandung dalam satu satuan volume udara lengas,

3. Nisbah percampuran (mixing ratio) yaitu nisbah massa uap air terhadap massa udara kering,

4. Kelembaban spesifik didefinisikan sebagai massa uap air persatuan massa udara basah,

5. Kelembaban nisbi (RH) ialah perbandingan nisbah percampuran dengan nilai jenuhnya dan

dinyatakan dalam %.

6. Suhu virtual.

Besaran yang sering dipakai untuk menyatakan kelembaban udara adalah kelembaban nisbi

yang diukur dengan psikrometer atau higrometer. Kelembaban nisbi berubah sesuai tempat dan

waktu. Pada siang hari kelembaban nisbi berangsur – angsur turun kemudian pada sore hari

sampai menjelang pagi bertambah besar.

Faktor – Faktor yang akan diukur adalah temperatur dan kelembaban nisbi. Kelembaban

nisbi adalah banyaknya uap air yang terdapat dalam udara pada temperatur tertentu dibandingkan

dengan banyaknya uap air yang dapat dikandung secara maksimum pada temperatur tersebut.

Kelembaban nisbi dinyatakan dalam prosen (%).

Pada umumnya organisme akan kehilangan lebih banyak air dalam atmosfir dengan

kelembaban rendah dari pada dalam atmosfir dengan kelembaban tinggi. Oleh karena itu salah

satu faktor abiotik yang sangat penting pada organisme darat adalah kelembaban nisbi.

Dari hasil pengamatan menunjukan bahwa data kelembaban tertinggi dari data adalah 100

% pada pukul 17.00 wib, hal ini disebabkan karena pada pagi hari kelembaban temperatur

kelembaban menurun, sedangkan pada sore hari meningkat. Hal ini tidak sesuai dengan literatur

Guslim, dkk., ( 1987 ) yang menyatakan bahwa variasi harian kelembaban relatif umumnya

berlawanan dengan temperatur, maksimum menjelang pagi dan minimum pada sore hari.

Dari hasil pengamatan menunjukan bahwa data kelembababn terendah dari data

pengamtan adalah 51% pada pukul 10.00 wib, hal ini disebabkan karena pada siang hari radiasi

sinar matahari meningkat sehingga kelembabanya menurun dimana kelembaban berbanding

terbalik dengan suhu, bila suhu meningkat maka kelembaban akan menurun. Hal ini sesuai

dengan literatur Guslim, dkk., ( 1987 ) yang menyatakan bahwa variasi harian kelembaban

relatif umumnya berlawanan dengan temperatur, maksimum menjelang pagi dan minimum pada

sore hari.

E. KESIMPULAN

1. Dari hasil pengamatan menunjukan bahwa data kelembaban tertinggi dari data adalah

100% pada pukul 17.00 wib.

2. Dari hasil pengamatan menunjukan bahwa data kelembababan terendah dari data

pengamtan adalah 51% pada pukul 10.00 wib.

3. kelembabah udara sangat dipengaruhi oleh suhu atau cahaya matahari, pada semakin siang

maka kelembaban nisbi semakin rendah, sedangkan semakin malam kelembaban nisbi

semakin tinggi.

4. kelembaban nisbi sangat dipengaruhi oleh cuaca, pada keadaan hujan kelembaban relatif

tinggi, sedangkan pada saat cuaca cerah kelembaban relatif rendah.

DAFTAR PUSTAKA

Guslim. 2009. Agroklimatologi. USU Press. Medan.

Guslim, O.K Nazaruddin H, Roeswandi, A. Hamdan, dan Rosmayati. 1987. Klimatologi

Pertanian. USU Press. Medan.

Handoko. 1994. Klimatologi Dasar, landasan pemahaman fisika atmosfer dan unsur-unsur

iklim. PT. Dunia Pustaka Jaya, Jakarta.

http://agung4.wordpress.com. 2009. Iklim dan Cuaca, diakses pada tanggal 16

Desember 2009.

http://abuhaniyya.files.wordpress.com. 2009. Kelembaban Udara, diakses pada tanggal 16

Desember 2009.

http://one.indoskripsi.com/node/714. 2009. Kelembaban Udara, diakses pada tanggal 16

Desember 2009.

Kartasapoetra, A.G. 2004. Klimatologi : Pengaruh iklim Terhadap Tanah dan Tanaman

Edisi Revisi. Bumi Aksara. Jakarta.

Lakitan, Benyamin. 1994. Dasar Dasar Klimatologi. PT RajaGrafindo Persada : Jakarta

Waryono, dkk. 1987. Pengantar Meteorologi dan Klimatologi. PT Bina Ilmu : Surabaya

LAPORAN PRAKTIKUM

AGROKLIMATOLOGI

ACARA V

PENGAMATAN PENGUAPAN AIR HARIAN PADA LAHAN SAWAH, TEGALAN,

KEBUN CAMPUR DAN RUMPUT GAJAH

Semester :Gasal 2013/2014

Oleh :Agus SuyitnoA1L112020

Lahan SawahRombongan E1

Kelompok 3

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS PERTANIANPURWOKERTO

2013

A. TUJUAN

1. Mengetahui penguapan harian pada lahan sawah, tegalan, kebun campur dan kebun rumput

gajah selama 3 hari.

2. Mengetahui penguapan harian yang paling besar dari keempa tpenggunaan lahan.

B. BAHAN DAN ALAT

Bahan yang digunakan dalam praktikum ini terdiri atas lahan sawah, tanah tegalan, kebun

campur, lahan rumput gajah dan boring pengamatan.

Alat yang digunakan adalah panic evaporasi yang terdiri atas tatakan kayu (palet) dan

panic plastik diameter 60 cm, mistar pengamatan, ember untuk mengisi air, alat tulis dan

kalkulator.

C. PROSEDUR KERJA

1. Disiapkan sebuah panic evaporasi berisi air.

2. Panci evaporasi ditempatkan diatas palet pada lahan sawah, tegalan, kebun campur, dan

lahan rumput gajah. Kemudian panic diisi air lk 0,5-0,6 tebal panci, mistar pengamatan

ditempatkan dan biarkan permukaan air tenang.

3. Kemudian pada waktu yang telah ditentukan yaitu pkl 17.00 WIB, tinggi permukaan air

diamati pada mistar pembacaan dan dicatat tingginya (mm0). Air dalam panic dibiarkan

menguap selama 24 jam. Hari berikutnya pada waktu yang sama dilakukan pembacaan

permukaan air yang kedua dan dicatat tingginya (mm1). Pekerjaan seperti ini dilakukan

selama 3 hari dengan cara dan waktu yang sama.

D. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hasil

a. Tabel Pengamatan

Hari Kebun Campur Tegalan Sawah Rumput Gajah

1 (17:00) 200 mm 200 mm 200 mm 200 mm

2 (17:00) 210 mm 215 mm 205 mm 210 mm

3 (17:00) 210 mm 220 mm 218 mm 220 mm

Volume Hujan 1 260 ml 390 ml 740 ml 635 ml

Volume Hujan 2 250 ml 370 ml 700 ml 600 ml

b. Histogram

0

10

20

30

40

50

60

70

80

Kebun Campur; 25.7

Tegalan; 40.9

Sawah; 67.65

Rumput Gajah; 60.25

Histogram Evaporasi

Evap

oras

i (m

m)

c. Perhitungan

1. Kebun Campur

t 0 = Volumehujanh1

122,7 cm3 = 260 ml

122,7 cm3 = 2,11 cm = 21,1 mm

Ev1 = (mm2−mm1) + t 0 = (210 - 200) + 21,1 = 31,1 mm

t 1 = Volumehujanh2

122,7 cm3 = 250 ml

122,7 cm3 = 2,03 cm = 20,3 mm

Ev2 = (mm3−mm2) + t 1 = (210 - 210) + 20,3 = 20,3 mm

∑Ev = ∑ Ev1+∑ Ev2

2 =

31,1+20,32

= 25,7 mm

2. Tegalan

t 0 = Volumehujanh1

122,7 cm3 = 390 ml

122,7 cm3= 3,17 cm = 31,7 mm

Ev1 = (mm2−mm1) + t 0= (215-200) + 31,7 = 46,7 mm

t 1 = Volumehujanh2

122,7 cm3 = 370 ml

122,7 cm3= 3,01 cm = 30,1 mm

Ev2 = (mm3−mm2) + t 1= (220-215) + 30,1 = 35,1 mm

∑Ev = ∑ Ev1+∑ Ev2

2=

46,7+35,12

= 40,9 mm

3. Sawah

t 0 = Volumehujanh1

122,7 cm3 = 740 ml

122,7 cm3 = 6,03 cm = 60,3 mm

Ev1 = (mm2−mm1) + t 0 = (205-200) + 60,3 = 65,3 mm

t 1 = Volumehujanh2

122,7 cm3 = 700 ml

122,7 cm3 = 5,70 cm = 57 mm

Ev2 = (mm3−mm2) + t 1 = (218-205) + 57 = 70 mm

∑Ev = ∑ Ev1+∑ Ev2

2 =

65,3+702

= 67,65 mm

4. Rumput Gajah

t 0 = Volumehujanh1

122,7 cm3 = 635 ml

122,7 cm3= 5,17 cm = 51,7 mm

Ev1 = (mm2−mm1) + t 0= (210-200) + 51,7 = 61,7 mm

t 1 =Volumehujanh2

122,7 cm3 = 600 ml

122,7 cm3= 4,88 cm = 48,8 mm

Ev2 = (mm3−mm2) + t 1= (220-210) + 48,8 = 58,8 mm

∑Ev = ∑ Ev1+∑ Ev2

2 =

61,7+58,82

= 60,25 mm

Kesimpulan:

Berdasarkan pratikum yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa jenis

lahan yang tingkat evaporasinya paling tinggi adalah, lahan sawah 67,65 mm, lahan rumput

gajah yaitu 60,25 mm, lahan tegalan 40,9 mm dan yang paling rendah yaitu lahan campur 25,7

mm.

2. Pembahasan

Berdasarkan tabel 1 dan grafik 1 menunjukan bahwa penguapan yang terjadi di lahan

sawah 67,65 mm, lahan rumput gajah yaitu 60,25 mm, lahan tegalan 40,9 mm dan lahan

campur 25,7 mm. Hasil ini menunjukan bahwa penguapan air di lahan sawah lebih tinggi dari

ketiga lahan yang lain. Artinya panas yang diterima ( pancaran dari sinar matahari ) oleh lahan

sawah lebih tinggi dibandingkan ketiga lahan yang lain, sehingga penguapan meningkat.

Seharusnya penguapan air yang lebih tinggi terjadi di lahan sawah, karena sinar matahari yang

diterima tidak terhalang tajuk. Tetapi di lahan rumput gajah yang tajuknya banyak dan tinggi

justru penguapannya meningkat. Berdasarkan literature yang diungkapkan oleh Lakitan

(1997), menyatakan bahwa ” penguapan air harian tertinggi terdapat pada lahan

sawah”.

Berdasar kantabel 1 padahari ke-2 di lahan kebun campur volume air bertambah dari

200 mm menjadi 210 mm, di lahan tegalan volume air bertambah juga dari 200 mm menjadi

215 mm, di lahan sawah volume air bertambah juga dari 200 mm menjadi 205 mm dan di

lahan rumput gajah pun volume air bertambah dari 200 mm menjadi 210 mm. Di sini tidak

terjadi penguapan pada lahan manapun karena tidak ditemukan adanya penguapan /

berkurangnya volume air, justru malah mengalami pertambahan air yang paling banyak terjadi

pada lahan tegalan yaitu mertambah sebanyak 15 ml volume air. Hal ini menunjukan bahwa

panas yang diterima lahan tegalan lebih rendah dibandingkan ke-3 lahan yang lain.

E. KESIMPULAN

1. Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan jenis lahan yang tingkat evaporasinya paling

tinggi adalah lahan sawah yaitu 67,65 mm, disusul lahan rumput gajah yaitu 60,25 mm, lahan

tegalan yaitu 40,9 mm dan yang paling rendah yaitu lahan kebun campur 25,7 mm.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi evaporasi adalah suhu udara, suhu tanah, kelembaban, dan

evaporasi diantaranya : radiasi matahari, tekanan udara, kecepatan angin, keawanan dan

kelembaban relatif.

3. Praktikum harus dilakukan dengan cermat dan teliti agar diperoleh data yang akurat.

DAFTAR PUSTAKA

Daldjoeni, N. 1983. Pokok-Pokok Klimatologi. Penerbit Alumni: Bandung

Glenn, Trewartha. 1995. Pengantar Iklim. Gadjah Mada University: Yogyakarta.

Hasan, Mohmmad Urip. 1970. Dasar-Dasar Meteorologi Pertanian. PT Soerongan : Jakarta.

Lakitan, Benyamin. 2002. Dasar-dasar Klimatologi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Mitisapto, Mulyono, dkk. 1986. Asas-asas Meteorologi Pertanian. Yudistira: Jakarta Timur.

Oldeman, L.R and M. Free.1882. A Study of the Aroclimatology of the Humid Tripics of

Southeast Asia. FAO of UN, Rome.

Schmidth, F.H. dan J. H. Ferguson.1951. Rainfall Types Based on Wet And Dry Period for

Indonesia With Western New Guinea. Kementerian Perhubungan Djawatan Meteorologi

dan Geofisika. Verhandelingen No. 42. Djakarta.

LAPORAN PRAKTIKUM

AGROKLIMATOLOGI

ACARA VI

KLASIFIKASI IKLIM UNTUK BIDANG PERTANIAN

Semester :Gasal 2013/2014

Oleh :Sri Wahyunungsih

A1L112022

Lahan SawahRombongan E1

Kelompok 3

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS PERTANIANPURWOKERTO

2013

Tujuan

Tujuan praktikum pada acara VI adalah :

1. Menetapkan kelas iklim suatu daerah berdasarkan data curah hujan suatu stasiun cuaca

menurut Schmidth – Ferguson, dan menurut Oldeman.

2. Menetapakan keadaan iklim berdasrkan kelas iklim menurut Schmidth – Ferguson, dan

menurut Oldeman.

A. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan terdiri atas data curah hujan 10 tahun beberapa cuaca (data

dibagikan pada saat praktikum). Alat yang digunakan adalah mesin hitung ( kalkualtor ) dan

alat tulis .

B. Prosedur Kerja

A. Disediakan data curah hujan bulanan dari berbagai daerah di indonesia selama 10 tahun.

B. Dilakukan pengklasifikasian data dengan mencari banyak Bulan Basah (BB) , Bulan Kering

(BK).

C. Dengan menggunakan ketentuan klasifikasi iklim menurut Schmidth-Fergusson dan

Oldeman ditentukan klasifikasi iklim pada masing-masing daerah.

D. Hasil dan Pembahasan

1. Hasil

TERLAMPIR

2. Pembahasan

Iklim adalah pengaruh rata-rata dari cuaca yang meliputi cahaya, kelembapan, suhu,

tekanan udara dan gerakan udara/angin dalam kurun waktu tertentu. Iklim merupakan

gabungan berbagai kondisi cuaca sehari-hari atau merupakan rerata cuaca, sehingga iklim

tersusun atas berbagai unsur yang variasinya besar. Meskipun perilaku iklim di bumi cukup

rumit tetapi ada kecenderungan karakteristik dan pola tertentudari unsur iklim di berbagai

daerah yang letaknya saling berjauhan, bila faktor utamanya sama. Mendasarkan atas

kesamaan sifat tersebut maka dalam bidang ilmu iklim juga dikena pengelompokan iklim

dalam kelas-kelas tertentu yang disebut dengan klasifikasi iklim (Prihmantoro, 1999).

Unsur-unsur iklim yang menunjukan pola keragaman yang jelas merupakan dasar dalam

melakukan klasifikasi iklim. Unsur iklim yang sering dipakai adalah suhu dan curah hujan

(presipitasi). Klasifikasi umumnya sangat spesifik yang didasarkan atas tujuan

penggunaannya, misalnya untuk pertanian, penerbangan atau kelautan. Pengklasifikasian

iklim yang spesifik tetap menggunakan data unsur iklim yang berhubungan dan secara

langsung mempengaruhi aktivitas atau objek dalam bidang-bidang tersebut (Lakitan, 2002).

Thornthwaite (1933) dalam Tjasyono (2004) menyatakan bahwa tujuan klasifikasi iklim

adalah menetapkan pembagian ringkas jenis iklim ditinjau dari segi unsur yang benar-benar

aktif terutama presipitasi dan suhu. Unsur lain seperti angin, sinar matahari atau perubahan

tekanan ada kemungkinan merupakan unsur aktif untuk tujuan khusus. Tjasyono (2004)

mengungkapkan bahwa dengan adanya hubungan sistematik antara unsur iklim dengan pola

tanam dunia telah melahirkan pemahaman baru tentang klasifikasi iklim, dimana dengan

adanya korelasi antara tanaman dan unsur suhu atau presipitasi menyebabkan indeks suhu

atau presipitasi dipakai sebagai kriteria dalam pengklasifikasian iklim.

Pada hakikatnya kegunaan klasifikasi iklim adalah suatu metode untuk memperoleh

suatu efisiensi informasi dalam bentuk yang umum dan sederhana. Karena itu, analisis

statistik unsur-unsur iklim dapat dilakukan untuk menjelaskan dan memberi batas pada tipe-

tipe iklim secara kuantitatif, umum dan sederhana. Tiap klasifikasi dibuat berdasarkan

tujuan tertentu dari pembuatnya, dengan luas cakupan wilayahnya mulai dari yang terbatas

(lebih kecil dari negara) sampai yang luas (regional atau dunia). Sehingga dalam

menggunakan klasifikasi iklim perlu diperhatikan beberapa hal yang menjadi perhatian

(Handoko, 1983).

Wilayah Indonesia terbentuk dari berbagai komponen lahan, mencakup formasi

geologi/litologi dan terrain dengan kondisi iklim yang beragam. Komponen lahan tersebut

merupakan faktor pembentuk tanah utaman, dan sangat menetukan tingkat kesesuaian serta

potensinya untuk pertanian. Wilayah Indonesia memiliki dua kondisi iklim yang sangat

berbeda. Kawasan Barat Indonesia (KBI) umumnya beriklim basah dengan curah hujan

merata sepanjang tahun, yang berdampak terhadap reaksi tanah atau pH yang masam dan

kejenuhan basa yang rendah. Kawasan Timur Indonesia (KTI) umumnya beriklim kering,

sehingga tanahnya bereaksi netral sampai alkali, dan kejenuhan basanya tinggi.

Beberapa sistem klasifikasi iklim yang sampai sekarang masih digunakan dan pernah

digunakan di Indonesia antara lain:

a. Sistem Klasifikasi Koppen

Koppen membuat klasifikasi iklim berdasarkan data temperatur udara dan endapan

yang dihubungkan dengan kelompok-kelompok tanaman. Iklim ini paling banyak

dipergunakan orang. Klasifikasinya berdasarkan curah hujan dan temperatur. Koppen

membagi iklim dalam lima daerah iklim dan dinyatakan dengan simbol huruf.

1. Iklim A – Iklim Hujan Tropis (Tropical Climate)

Ciri-cirinya temperatur bulan terdingin tidak kurang dari 18 °C, curah hujan

tahunan tinggi, rata-rata lebih dari 70 cm/tahun. Jenis vegetasi beranekaragam.

2. Iklim B – Iklim Kering/gurun (Dry Climate)

Ciri-cirinya terdapat didaerah gurun atau semiarid (steppa), curah hujan terendah

25,5 mm/tahun. Tingkat penguapan tinggi.

3. Iklim C – iklim sedang (Warm Temperate Climate)

Temperatur bulan terdingin berkisar 18 °C sampai -3°C.

4. Iklim D – Iklim Salju atau Mikrothermal (Snow Climate)

Suhu rata-rata bulan terpanas lebih dari 10°C, sedangkan suhu rata-sata bulan

terdingin -3°C.

5. Iklim E – Iklim Kutub (Ice Climate)

Terdapat di daerah Arctic dan Antartika. Suhu tidak pernah lebih dari 10°C. Tidak

memiliki musim panas yang benar-benar panas.

(Hartono,2007)

Gambar 1 : Diagram Iklim Koppen

Berdasarkan klasifikasi Koppen, sebagian besar wilayah Indonesia beriklim A, di daerah pegunungan beriklim C, dan Puncak Jaya Wijaya beriklim E. Tipe iklim A dibagi menjadi tiga subtipe yang ditandai dengan huruf kecil yaitu f, w dan m sehingga terbentuk tipe iklim Af (iklim tropik basah), Aw (iklim basah tropik), dan Am (iklim basah tropik dengan musim kering singkat) (Hartono,2007).

b. Sistem Klasifikasi Schmidth-Ferguson

Khusus untuk keperluan dalam bidang pertanian dan perkebunan, Schmidt dan

Ferguson membuat penggolongan iklim khusus daerah tropis. Dasar pengklasifikasian

ini adalah jumlah curah hujan yang jatuh setiap bulan sehingga diketahui rata-rata bulan

basah, lembab dan bulan kering. Bulan kering adalah bulan-bulan yang memiliki tebal

curah hujan kurang dari 60 mm, bulan lembab adalah bulan-bulan yang memiliki tebal

curah hujan antara 60 mm – 100 mm. Bulan basah adalah bulan-bulan yang memiliki

tebal curah hujan lebih dari 100 mm (Utoyo, 2007).

Seperti halnya klasifikasi iklim menurut Vladimir Koppen, sistem klasifikasi

penggolongan iklim menurut Schmidt-Ferguson menggunakan sistem huruf yang

didasarkan atas nilai Q, yaitu presentase perbandingan rata-rata jumlah bulan basah dan

bulan kering. Untuk menentukan tipe iklim Schmidt-Ferguson digunakan rumus sebagai

berikut.

Q = MdMw

x 100%

Di mana : Q = perbandingan bulan kering dan bulan basah (%)

Md = mean (rata-rata) bulan kering, yaitu perbandingan antara jumlah bulan

kering dibagi dengan jumlah tahun pengamatan

Mw = mean (rata-rata) bulan basah yaitu perbandingan antara jumlah bulan

basah dibagi dengan jumlah tahun pengamatan

(Utoyo,2007).

Makin besar nilai Q, berarti iklimnya semakin kering dan semakin kecil nilai Q, iklim

semakin basah. Schmidt-Ferguson menggolongkan iklim sebagai berikut.

Tipe Iklim Besarnya Nilai (%)

Tipe Iklim A 0 < Q < 14,3

Tipe Iklim B 14,3 < Q < 33,3

Tipe Iklim C 33,3 < Q < 60

Tipe Iklim D 60 < Q < 100

Tipe Ikilm E 100 < Q < 167

Tipe Iklim F 167 < Q < 300

Tipe Iklim G 300 < Q < 700

Tipe Iklim H 700 < Q

(Hartono, 2007)

Tipe –tipe hujan diatas mempunyai ciri vegetasi tertentu sebagai berikut :

1. Tipe A : daerah sangat basah dengan ciri vegetasi hutan hujan tropika

2. Tipe B : daerah basah dengan ciri vegetasi hutan hujan tropika

3. Tipe C : daerah agak basah dengan ciri vegetasi hutan rimba, diantara jenis vegetasi

yang gugur daunnya pada periode musim kemarau, diantaranya jati

4. Tipe D : daerah sedang dengan ciri vegetasi hutan musim

5. Tipe E : daerah agak kering dengan ciri vegetasi hutan sabana

6. Tipe F : daerah kering dengan ciri vegetasi hutan sabana

7. Tipe G : daerah sangat kering dengan ciri vegetasi padang ilalang

8. Tipe H : daerah ekstrim kering dengan ciri vegetasi padang ilalang

(Utoyo, 2007)

c. Sistem Klasifikasi Oldeman

Tipe iklim yang dikembangkan oleh Oldeman ditujukan untuk keperluan budidaya

tanaman atau pertanian. Dasar klasifikasi iklim yang digunakan Oldeman sama dengan yang

digunakan oleh S-F, yaitu dengan didasarkan pada curah hujan. Berdasarkan data curah

hujan, Oldeman membagi wilayah iklim menjadi lima bagian, yaitu sebagai berikut.

Iklim A : Jika terdapat lebih dari 9 bulan basah berturut-turut.

Iklim B : Jika terdapat 7-9 bulan basah berurutan.

Iklim C : Jika terdapat 5-6 bulan basah berurutan.

Iklim D : Jika terdapat 3-4 bulan basah berurutan.

Iklim E : Jika terdapat kurang dari 3 bulan basah berurutan.

(Yani dan Rahmat, 2007).

Batasan bulan basah yang digunakan Oldeman berbeda dengan Koppen maupun S-F,

yaitu suatu bulan yang memiliki curah hujan sekurang-kurangnya 200 mm. Jumlah tersebut

dianggap cukup untuk membudidayakan padi di sawah, sedanfkan untuk palaawija

diperlukan jumlah curah hujan minimal per bulannya 100 mm. Untuk menanam padi selama

satu kali tanam diperlukan minimal lima bulan basah berturut-turut. Sembilan bulan basah

berurutan, optimal untuk menanam padi selama dua kali masa tanam. Bantuan irigasi

diperlukan untuk menanam padi jika curah hujannya kurang dari tiga bulan basah berurutan

(Yani dan Rahmat, 2007).

Selain didasarkan pada bulan basah, Oldeman juga memperhitungkan bulan kering yang

ditempatkan sebagai subregion dari kelima tipe iklim tersebut. Simbol yang digunakan tidak

lagi berupa huruf tetapi berupa angka. Suatu bulan dikatakan bulan kering apabila jumlah

curah hujannya kurang dari 100 mm per bulan. Menurut Oldeman, kurang dari 2 bulan

kering berurutan masih dapat diatasi karena tanah masih cukup lembab. Akan tetapi jika

terjadi 2-4 bulan kering berurutan, petani harus berhati-hati dalam membudidayakan

tanamannya. Jika bulan kering berurutan selama 5-6 bulan diperlukan bantuan irigasi untuk

mencukupi kebutuhan tanaman (Yani dan Rahmat, 2007).

Berdasarkan stratifikasi kedua, dengan memperhitungkan bulan keringnya, Oldeman

membagi wilayah iklimnya atau yang disebut zone agroklimat yaitu sebagai berikut.

Zona A : Jika terdapat lebih dari 9 bulan basah berurutan.

Zona B1 : Jika terdapat 7 sampai 9 bulan basah berurutan dan kurang dari 2 bulan kering.

Zona B2 : Jika terdapat 7 sampai 9 bulan basah berurutan dan 2 sampai 4 bulan kering.

Zona C1 : Jika terdapat 5 sampai 6 bulan basah berurutan dan kurang dari 2 bulan kering.

Zona C2 : Jika terdapat 5 sampai 6 bulan basah berurutan dan 2 sampai 4 bulan kering.

Zona C3 : Jika terdapat 5 sampai 6 bulan basah berurutan dan 5 sampai 6 bulan kering.

Zona D1 : Jika terdapat 3 sampai 4 bulan basah berurutan dan kurang dari 2 bulan kering.

Zona D2 : Jika terdapat 3 sampai 4 bulan basah berurutan dan 2 sampai 4 bulan kering.

Zona D3 : Jika terdapat 3 sampai 4 bulan basah berurutan dan 5 sampai 6 bulan kering.

Zona D4 : Jika terdapat 3 sampai 4 bulan basah berurutan dan lebih dari 6 bulan kering.

Zona E1 : Jika terdapat kurang dari 3 bulan basah berurutan dan kurang dari 2 bulan

kering.

Zona E2 : Jika terdapat kurang dari 3 bulan basah berurutan dan 2 sampai 4 bulan kering.

Zona E3 : Jika terdapat kurang dari 3 bulan basah berurutan dan 5 sampai 6 bulan kering.

Zona E4 : Jika terdapat kurang dari 3 bulan basah berurutan dan lebih dari 6 bulan

kering.

(Yani dan Rahmat, 2007)

Gambar 2 : Diagram Iklim Oldeman

Berdasarkan tabel 2, curah hujan bulan pada Bukateja, bahwa kota tersebut menurut

Schmidt-Ferguson memiliki iklim B, dengan kondisi iklim Basah. Sedangkan pada tabel 3,

curah hujan bulan pada Klampok menurut Schmidt-Ferguson memliki iklim C yaitu Agak

Basah. Jenis vegetasinya adalah hutan jenis tanaman yang mampu menggugurkan daunnya

dimusim kemarau. Sedangkan menurut Oldeman zona agroklimatnya adalah B2,ini berarti

kota Klampok dan Bukateja memiliki bulan basah 7-9 dengan periode bulan kering 2-3,

maka dapat dilakukan budidaya tanaman sepanjang tahun.

Berdasarkan tabel 4 curah hujan bulan pada Krikil, bahwa kota tersebut menurut

Schmidt-Ferguson memiliki iklim C, dengan kondisi iklim Agak Basah. Jenis vegetasinya

adalah hutan jenis tanaman yang mampu menggugurkan daunnya dimusim kemarau.

Sedangkan menurut Oldeman zona agroklimatnya adalah C3.

Berdasarkan tabel 5 curah hujan bulan pada Wanadadi, bahwa kota Wanadadi menurut

Schmidt-Ferguson memiliki iklim B, dengan kondisi iklim Basah. Jenis vegetasinya adalah

hutan hujan tropis. Sedangkan menurut Oldeman zona agroklimatnya adalah B2, ini berarti

kota Wanadadi memiliki bulan basah 7-9 dengan periode bulan kering 2, maka dapat

dilakukan budidaya tanaman sepanjang tahun.

Berdasarkan tabel 6 curah hujan bulan pada Banjarnegara dapat diartikan bahwa kota

Banjarnegara menurut Schmidt-Ferguson memiliki iklim B, dengan kondisi iklim Basah.

Jenis vegetasinya adalah hutan hujan tropis. Sedangkan menurut Oldeman zona

agroklimatnya adalah B2,ini berarti kota banjarnegara memiliki bulan basah 7-9 dengan

periode bulan kering 2-3, maka dapat dilakukan budidaya tanaman sepanjang tahun.

Berdasarkan tabel 7 curah hujan bulan pada Wonosobo dapat diartikan bahwa kota

Banjarnegara menurut Schmidt-Ferguson memiliki iklim B, dengan kondisi iklim Basah.

Jenis vegetasinya adalah hutan hujan tropis. Sedangkan menurut Oldeman zona

agroklimatnya adalah B2,ini berarti kota Wonosobo memiliki bulan basah 7-9 dengan

periode bulan kering 2-3, maka dapat dilakukan budidaya tanaman sepanjang tahun.

Fungsi klasifikasi iklim di bidang pertanian

Sistem klasifikasi iklim Oldeman merupakan salah satu klasifikasi iklim berdasarkan

pertumbuhan vegetasi yang berguna dalam klasifikasi lahan pertanian tanaman pangan di

Indonesia. (Khomarudin et. al,2002). Kriteria yang digunakan didasarkan pada perhitungan

bulan basah, bulan lembab, dan bulan kering yang batasannya memperhatikan peluang

hujan, hujan efektif dan kebutuhan air tanaman. Dari kebutuhan air ditambah beberapa

asumsi didapatkan bahwa tanaman padi membutuhkan curah hujan sebesar 200 mm/bulan,

sedangkan tanaman palawija 100 mm/bulan. Nilai tersebut digunakan sebagai batas

penentuan bukan basah (BB) dan bulan kering (BK) (Khomarudin et. al,2002).

Berkaitan dengan surplus deficit air pertanian, secara sederhana dapat diketahui dengan

pembuatan pola hujan bulanan di suatu daerah. Curah hujan bulanan yang tinggi

menunjukkan air pertanian akan surplus dan jika curah hujan rendah maka dapat dikatakan

kondisi air dalam kondisi deficit. Pola hujan juga dapat digunakan untuk pola tanam, karena

dapat diketahui kondisi yang baik untuk menanam maupun panen suatu tanaman tertentu.

Kaitannya dengan penetuan tipe iklim, pola hujan bulanan ini digunakan untuk keperluan

klasifikasi iklim. Sebagai contoh adalah klasifikasi iklim Schimdt-Ferguson dan klasifikasi

iklim Oldeman. Kedua tipe iklim inilah yang sangatpenting untuk kegiatan pertanian.

Schimdt-Ferguson digunakan untuk wilayah perkebunan (tanaman tahunan), sedangkan

Oldeman digunakan untuk tanaman pertanian, khususnya padi (Khomarudin et. al, 2002).

Secara alamiah pertumbuhan tanaman tergantung pada kondisi tanah, lahan dan

iklim.oleh karena itu pengklasifikasian iklim berbasis data curah hujan sangat penting

dilakukan untuk menentukan jenis tanaman apa yang ditanam pada suatu lahan. Apabila

terjadi kesalahan penentuan jenis tanaman yang akan ditanam pada suatu tempat maka

tanaman tersebut tidak akan bisa tunbuh dengan maksimal. Akan tetapi apabila dalam

penanaman suatu tanaman mengacu pada klasifikasi iklim maka akan membuat kecocokan

antara tanaman dan iklim yang berada daerah tersebut maka tanaman yang akan ditanam

akan bisa tumbuh dan menghasilkan hasil produksi yang maksimal. Oleh karena itu,

pemahaman klasifikasi iklim dalam bidang pertanian sangat penting mengingat iklim

merupakan salah satu komponen faktor lingkungan yang menentukan hasil tanaman. Iklim

akan menentukan potensi hasil suatu tanaman maka dari itu pemahaman yang mendalam

mengenai kesesuaian antara tanaman sangat dibutuhkan oleh seorang ahli praktisi tanaman.

Persebaran Curah Hujan di Indonesia

Pola umum curah hujan di Indonesia antara lain dipengaruhi oleh letak geografis.

Secara rinci pola umum hujan di Indonesia dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Pantai sebelah barat setiap pulau memperoleh jumlah hujan selalu lebih banyak daripada

pantai sebelah timur.

2. Curah hujan di Indonesia bagian barat lebih besar daripada Indonesia bagian timur.

Sebagai contoh, deretan pulau-pulau Jawa, Bali, NTB, dan NTT yang dihubungkan oleh

selat-selat sempit, jumlah curah hujan yang terbanyak adalah Jawa Barat.

3. Curah hujan juga bertambah sesuai dengan ketinggian tempat. Curah hujan terbanyak

umumnya berada pada ketinggian antara 600 - 900 m di atas permukaan laut.

4. Di daerah pedalaman, di semua pulau musim hujan jatuh pada musim pancaroba.

Demikian juga halnya di daerah-daerah rawa yang besar.

5. Bulan maksimum hujan sesuai dengan letak DKAT.

6. Saat mulai turunnya hujan bergeser dari barat ke timur seperti:

a. Pantai barat pulau Sumatera sampai ke Bengkulu mendapat hujan terbanyak pada

bulan November.

b. Lampung-Bangka yang letaknya ke timur mendapat hujan terbanyak pada bulan

Desember.

c. Jawa bagian utara, Bali, NTB, dan NTT pada bulan Januari - Februari.

d. Di Sulawesi Selatan bagian timur, Sulawesi Tenggara, Maluku Tengah, musim

hujannya berbeda, yaitu bulan Mei-Juni. Pada saat itu, daerah lain sedang mengalami

musim kering. Batas daerah hujan Indonesia barat dan timur terletak pada kira-kira

120( Bujur Timur ).

Ada beberapa daerah yang mendapat curah hujan sangat rendah dan ada pula daerah

yang mendapat curah hujan tinggi:

1. Daerah yang mendapat curah hujan rata-rata per tahun kurang dari 1000 mm, meliputi

0,6% dari luas wilayah Indonesia, di antaranya Nusa Tenggara, dan 2 daerah di Sulawesi

(lembah Palu dan Luwuk).

2. Daerah yang mendapat curah hujan antara 1000 - 2000 mm per tahun di antaranya

sebagian Nusa Tenggara, daerah sempit di Merauke, Kepulauan Aru, dan Tanibar.

3. Daerah yang mendapat curah hujan antara 2000 - 3000 mm per tahun, meliputi Sumatera

Timur, Kalimantan Selatan, dan Timur sebagian besar Jawa Barat dan Jawa Tengah,

sebagian Irian Jaya, Kepulauan Maluku dan sebagaian besar Sulawesi.

4. Daerah yang mendapat curah hujan tertinggi lebih dari 3000 mm per tahun meliputi

dataran tinggi di Sumatera Barat, Kalimantan Tengah, dataran tinggi Irian bagian tengah,

dan beberapa daerah di Jawa, Bali, Lombok, dan Sumba.

E. Kesimpulan

1. Dalam menentukan tipe iklim dalam suatu daerah harus memerlukan data curah hujan

bulanan paling sedikit 10 tahun.

2. Kelas iklim beberapa daerah berdasarkan data curah hujan menurut Schmidth-Ferguson:

Bukateja (B)

Kalmpok (C)

Krikil (C)

Wanadadi (B)

Banjarnegara (B)

Wonosobo (B)

3. Kelas iklim menurut Oldeman berdasarkan data curah hujan beberapa daerah adalah :

Melolo (NTT) : E4

Singaraja (NTB) : D4

Rembang (Jateng) : E3

Mojokerto (Jatim) : D3

Madiun (Jatim) : C3

Donggala (Sulteng) : E2

Tg. Karang (Sumsel) : D2

Surakarta (Jateng) : C3

Banyumas (Jateng) : B2

Tg. Balai (Sumut) : E2

Rantau Panjang (Kaltim) : D1

Jayapura (Papua) : C1

Lahat (SumSel) : B1

Pontianak (Kal.Bar) : A1

Palu (Sulteng) : E4

Seribu Dolok : E2

Ujung Pandang : D3

Ambon : C1

Polewali : D2

Kutacana : D1

Sidikalang : C1

4. Keadaan iklim menurut Schmidth-Ferguson :

Bukateja (agak basah)

Kalmpok (agak basah)

Krikil (agak basah)

Wanadadi (Basah)

Banjarnegara (Basah)

Wonosobo (Basah).

F. DAFTAR PUSTAKA

Anonym.2011.Klasifikasi Iklim. http://reflitepe08.blogspot.com/2011/03/klasifikasi-

iklim.html . Diakses pada tanggal 24 November 2013.

Anonym.2007.Klasifikasi Iklim. http://mbojo.wordpress.com/2007/05/02/klasifikasi-iklim/.

Diakses Pada tanggal 24 November 2013.

Handoko, 1983. Klimatologi Dasar, Landasan Pemahaman Fisika Atmosfer dan Unsur-Unsur

Iklim. IPB. Bogor.

Hartono. 2007. Geografi : Jelajah Bumi dan Alam semesta. Citra Praya. Bandung.

Khomarudin, M. et.al. 2002. Analisis Pola Hujan Bulanan Dengan Data Outgoing Longwave

Radiation (OLR) Untuk Menentukan Kandungan Air Lahan Pertanian. jurnal.lapan.go.id.

diakses tanggal 12 November 2012.

Lakitan, Benyamin. 2002. Dasar-Dasar Klimatologi. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Tjasyono, B. 2004. Klimatologi. Institut Teknologi Bandung. Bandung

Utoyo, B. 2007. Geografi : Membuka Cakrawala Dunia. PT Setia Purna Invers. Bandung

Yani, A. dan M. Rahmat. 2007.Geografi : Menyingkap Fenomena Geosfer. Grafindo. Bandung

LAMPIRAN

DATA PENGAMATAN PADA KEBUN CAMPUR

waktu 200 cm BB BK RH (%) KA KETERANGAN 5cm 25cm 50cm 75cm 100cm Vh/h17.00 25 25 25 100 20 26 26 25 26 27 118.00 26 24 25 90 20 26 26 25 25 26 1.519.00 25 25 25 100 20 26 25 25 25 26 0.520.00 27 25 25 100 20 26 26 25 25 27 021.00 26 23 25 81 20 26 26 25 24 26 022.00 26 24 25 90 20 26 25 25 24 26 023.00 26 24 24 100 20 26 25 25 24 26 024.00 26 24 24 100 20 26 26 26 26 26 001.00 27 24 24 100 20 26 25 26 25 26 002.00 26 24 24 100 20 26 26 26 24 26 003.00 27 25 25 100 20 26 25 24 23 26 004.00 27 24 24 100 20 26 25 24 24 27 005.00 27 24 24 100 20 26 26 24 24 27 006.00 27 24 24 100 20 26 25 24 24 27 007.00 27 25 25 100 20 26 25 24 24 28 008.00 28 27 27 100 20 26 26 24 24 27 009.00 29 28 28 100 20 26 25 24 24 27 010.00 30 29 29 100 20 27 26 25 24 27 011.00 30 31 31 100 20 27 26 25 24 27 012.00 31 31 31 100 20 28 26 25 24 27 013.00 31 29 29 100 20 27 26 25 25 27 014.00 30 27 27 100 20 28 27 25 24 27 015.00 27 27 27 100 20 29.5 21 24 26 28 1116.00 28 26 26 100 20.5 28 27 24 23 27 2017.00 27 25 25 100 21 27 26 24 24 27 2518.00 27 25 25 100 21.5 26 26 24 24 27 2619.00 27 25 25 100 23.8 26 26 24 24 27 0.520.00 27 25 25 100 23.8 26 26 24 23 26 3021.00 27 26 26 100 23.8 26 26 24 23 27 2522.00 27 24 24 100 23.8 26 26 25 23 27 023.00 27 24 25 90 23.8 26 26 24 23 27 024.00 27 24 25 90 23.8 26 26 24 23 27 601.00 27 24 24 100 23.8 26 26 25 24 28 002.00 27 24 25 90 23.8 26 24 25 24 26 003.00 27 23 24 90 23.8 25 25 25 24 25 004.00 27 23 24 90 23.8 26 25 25 24 26 005.00 28 24 25 90 23.8 26 25 25 24 26 006.00 27 23 24 90 20 25 25 25 24 28 007.00 27 25 25 100 20 26 26 25 24 27 008.00 28 26 26 100 20 26 25 25 24 27 009.00 30 27 27 100 20 26 26 25 24 27 010.00 29 28 28 100 20 27 26 25 23 27 011.00 29 28 28 100 20 27 25 25 24 27 012.00 30 29 29 100 20 27 26 25 24 27 013.00 30 27 28 91 20 27 26 25 24 27 014.00 30 28 29 91 20 27 26 25 24 27 015.00 30 27 27 100 20 27 26 25 24 27 016.00 29 27 27 100 21 28 26 25 26 27 017.00 29 28 28 100 21 27 26 25 24 27 0

DATA PENGAMATAN PADA LAHAN TEGALAN

waktu 200 cm BB BK RH (%) KA Keterangan 5 cm 25 cm 50 cm 75 cm 100 cm VH/h17.00 30 26 26 100% 20 cm Gerimis 28 26 27 27 26 2 ml18.00 27 25 25 100% 20 cm Gerimis 27 27 28 26 26 4 ml19.00 25 23 25 81% 20 cm Mendung 27 29 27 25 25 0 ml20.00 23 24 25 90% 20 cm Cerah 25 28 28 27 26 0 ml21.00 27 24 25 90% 20 cm Cerah 27 29 28 26 25 0 ml22.00 27 25 25 100% 20 cm Cerah 28 30 27 27 25 0 ml23.00 27 24 25 90% 20 cm Cerah 28 29 28 27 25 0 ml24.00 27 24 24 100% 20 cm Cerah 27 29 28 27 26 0 ml01.00 27 25 25 100% 20 cm Cerah 27 29 28 27 25 0 ml02.00 27 24 25 90% 20 cm Cerah 27 28 27 27 26 0 ml03.00 26 25 25 100% 20 cm Cerah 26 29 27 27 27 0 ml04.00 27 24 24 100% 20 cm Cerah 27 29 24 26 24 0 ml05.00 27 24 24 100% 20 cm Cerah 26 29 27 27 25 0 ml06.00 27 23 24 90% 20 cm Cerah 26 27 28 27 26 0 ml07.00 30 27 28 91% 20 cm Cerah 27 28 28 27 26 0 ml08.00 34 30 33 76% 20 cm Cerah 28 28 28 27 26 0 ml09.00 34 30 36 58% 20 cm Cerah 29 31 28 27 26 0 ml10.00 41 35 41 63% 19,9 cm Cerah 33 27 28 27 26 0 ml11.00 40 36 40 65% 19,9 cm Cerah 33 28 29 27 26 0 ml12.00 40 35 37 84% 19,8 cm cerah 34 28 28 28 26 0 ml13.00 39 34 35 92% 20 cm cerah 33 27 28 27 26 0 ml14.00 33 33 33 100% 21,4 cm mendung 31 28 28 27 25 0 ml15.00 31 24 29 60% 21,5 cm hujan 30 28 27 28 25 0 ml16.00 32 20 26 52% 21,5 cm hujan 31 28 29 28 25 35 ml17.00 28 25 25 100% 21,5 cm hujan 30 28 27 28 26 37 ml18.00 27 25 25 100% 21,5 cm cerah 28 28 24 26 26 53 ml19.00 28 25 25 100% 21,5 cm mendung 27 29 28 26 26 0 ml20.00 24 25 25 100% 22,4 cm hujan 26 27 28 26 25 82 ml21.00 27 25 25 100% 22,4 cm mendung 27 29 28 27 26 5 ml22.00 27 24 25 90% 22,3 cm cerah 28 29 28 27 26 5 ml23.00 28 25 25 100% 22,2 cm cerah 27 29 28 27 26 0 ml24.00 27 25 25 100% 22,2 cm gerimis 28 29 28 27 27 1 ml01.00 27 24 24 100% 22,4 cm cerah 27 29 28 27 26 1 ml02.00 27 24 24 100% 22,2 cm cerah 27 28 26 27 25 0 ml03.00 27 24 25 90% 22,2 cm Mendung 27 27 26 26 24 0 ml04.00 25 23 24 90% 22,2 cm Cerah 26 27 28 26 24 0 ml05.00 26 24 24 100% 22,2 cm Mendung 27 28 27 26 25 0 ml06.00 27 24 24 100% 22,2 cm Cerah 27 28 28 27 26 0 ml07.00 26 25 25 100% 22,2 cm Cerah 27 27 28 27 26 0 ml08.00 30 27 27 100% 22 cm Cerah 27 28 28 27 26 0 ml09.00 35 31 33 83% 22 cm Mendung 30 28 28 27 26 0 ml10.00 30 30 35 64% 22 cm Cerah 31 28 26 27 26 0 ml11.00 30 35 36 92% 22 cm Mendung 31 27 26 27 25 0 ml12.00 35 35 36 92% 22 cm Cerah 34 28 28 28 26 0 ml13.00 35 35 36 92% 22 cm Cerah 31 28 28 27 26 0 ml14.00 34 31 32 91% 22 cm Mendung 31 34 33 27 26 0 ml15.00 33 31 31 100% 22 cm Cerah 31 29 28 27 26 0 ml16.00 32 28 30 83% 22 cm Mendung 30 28 28 27 26 0 ml17.00 29 29 29 100% 22 cm Mendung 31 29 28 27 25 0 ml

DATA PENGAMATAN PADA LAHAN SAWAH

200 cm BB BK 5 cm 25 cm 50 cm 75 cm 100 cm17.00 23 24.5 25.5 90 20 cm petang, gerimis 26 28 30.5 28 27 J18.00 22 24.5 24.5 100 19 cm gelap, gerimis 26 27 35 27 26 6 ml19.00 22 23.5 24.5 90 20 cm gelap, gerimis 21 27 30.5 27 26 3 ml20.00 23 23.5 24.5 90 21 cm gelap, tidak hujan 27 28 30.5 27 26 1ml21.00 22 23.5 24.5 90 20 cm gelap, tidak hujan 27 27 30.5 27 26 0 ml22.00 23 24.5 25.5 90 20 cm gelap, tidak hujan 26 28 30.5 27 25 0 ml23.00 22 23.5 24.5 90 20 cm gelap, tidak hujan 27 28 30.5 27 26 0 ml24.00 22 23.5 24.5 90 20 cm gelap, tidak hujan 26 28 30.5 28 27 0 ml01.00 22 23.5 24.5 90 20 cm gelap, tidak hujan 25 28 30.5 27 26 0 ml02.00 22 23.5 24.5 90 20 cm gelap, tidak hujan 25 27 30.5 27 26 0 ml03.00 22 23.5 24.5 90 20 cm gelap, tidak hujan 25 27 29.5 27 26 0 ml04.00 22 23.5 24.5 90 20 cm gelap, tidak hujan 25 27 30.5 27 26 0 ml05.00 22 23.5 24.5 90 20 cm gelap, tidak hujan 23 27 30.5 27 26 0 ml06.00 22 24.5 25.5 90 20 cm cerah, tidak hujan 20 28 30.5 27 26 0 ml07.00 24 25.5 27.5 82 19 cm cerah, tidak hujan 24 28 30.5 27 27 0 ml08.00 27 29.5 30.5 91 19 cm cerah, tidak hujan 25 28 30.5 28 27 0 ml09.00 29 31.5 33.5 83 19 cm cerah, tidak hujan 26 28 30.5 27 26 0 ml10.00 31 33.5 34.5 92 19 cm cerah, tidak hujan 27 30 30.5 28 27 0 ml11.00 31 35.5 35.5 100 19 cm cerah, tidak hujan 29 28 30.5 27 26 0 ml12.00 31 34.5 34.5 100 19 cm cerah, tidak hujan 30 28 30.5 27 26 0 ml13.00 30 30.5 32.5 83 19 cm cerah, tidak hujan 28 28 30.5 28 27 0 ml14.00 27 28.5 28.5 100 19 cm cerah, tidak hujan 29 28 30.5 27 27 0 ml15.00 25 28.5 28.5 100 19,5 cm mendung 29 28 30.5 27 26 37 ml16.00 24 25.5 26.5 100 19,5 cm mendung, hujan 27 28 30.5 27 27 35 ml17.00 23 24.5 26.5 82 20,5 cm mendung, hujan 26 28 30.5 27 26 70 ml18.00 23 24.5 24.5 100 21 cm mendung, hujan 27 28 30.5 27 26 42 ml19.00 23 24.5 25.5 90 21 cm mendung 27 27 30.5 27 26 2 ml20.00 23 24.5 24.5 100 21,8 cm mendung, gerimis 26 27 30.5 27 26 88 ml21.00 23 24.5 24.5 100 21,8 cm mendung, gerimis 26 28 30.5 27 26 0,5 ml22.00 23 24.5 24.5 100 21,8 cm gelap, tidak hujan 26 28 30.5 27 26 1 ml23.00 23 24.5 25.5 90 21,8 cm gelap, tidak hujan 26 28 30.5 27 26 0 ml24.00 23 24.5 24.5 100 21,8 cm gelap, tidak hujan 26 28 30.5 27 26 11 ml01.00 23 24.5 24.5 100 21,8 cm gelap, tidak hujan 26 28 30.5 27 26 0 ml02.00 23 24.5 25.5 90 21,8 cm gelap, tidak hujan 26 27 30.5 27 26 0 ml03.00 23 24.5 25.5 90 21,8 cm gelap, tidak hujan 26 28 30.5 27 26 0 ml04.00 23 24.5 25.5 90 21,8 cm gelap, tidak hujan 26 28 30.5 27 26 0 ml05.00 22 23.5 24.5 90 21,8 cm cerah, tidak hujan 24 27 30.5 27 26 0ml06.00 23 24.5 25.5 90 21,8 cm cerah, tidak hujan 25 27 30.5 27 26 0 ml07.00 23 24.5 25.5 90 21,8 cm cerah, tidak hujan 25 27 30.5 27 26 0 ml08.00 25 25.5 26.5 90 21,5 cm cerah, tidak hujan 24 25 30.5 27 26 0 ml09.00 29 29.5 31.5 83 21,5 cm cerah, tidak hujan 27 27 30.5 28 26 0 ml10.00 31 33.5 41.5 51 21,5 cm cerah, tidak hujan 28 28 30.5 28 26 0 ml11.00 31 33.5 34.5 92 21,5 cm cerah, tidak hujan 27 27 30.5 27 26 0 ml12.00 31 33.5 33.5 100 21,5 cm cerah, tidak hujan 28 28 30.5 28 26 0 ml13.00 30 30.5 30.5 100 21,5 cm cerah, tidak hujan 28 28 30.5 28 26 0 ml14.00 29 30.5 30.5 100 21,5 cm cerah, tidak hujan 28 28 30.5 28 26 0 ml15.00 28 28.5 29.5 91 21 cm cerah, tidak hujan 28 28 30.5 28 26 0 ml16.00 27 23.5 24.5 90 21 cm cerah, tidak hujan 28 28 30.5 28 26 0 ml17.00 26 27.5 28 95 21,8 cm cerah, tidak hujan 28 28 30.5 27 26 0 ml

Suhu Udara VH/hSuhu Udara

KeteranganWaktu RH (%) KA

DATA PENGAMATAN PADA LAHAN RUMPUT GAJAH

WAKTU 200 cm BB BK RH KA ket 5 cm 25 cm 50 cm 75 cm 100 cm VH/h17.00 24 24,5 25 95% 20 24,5 23 26 26 24,5 3,518.00 24 20,4 24,5 100% 20,4 24 23 26 26 26 719.00 26 23,5 24 95% 20,8 24 23,5 26 26 26 2,520.00 28 23,5 24 95% 20,7 24 23 26 26 25,5 021.00 24 23,5 24 95% 20 25 23 25 26 26 022.00 25 24 24 100% 20,4 24 23 26 26 25 023.00 23 23 23,5 95% 20,6 24 23 26,5 26 25,5 024.00 26 24 28 67% 20,4 24 23 26 25,5 28 001.00 25 24 24 100% 20,8 24 23 26 26 25,5 002.00 24 24 24 100% 20,5 24 23,5 27 25,5 26 003.00 24 23,5 24 95% 24 24 23 26 26 25,5 004.00 23,5 23,5 23,5 100% 20,7 24 23 26 26 25 005.00 23 23 23,5 95% 20,7 24 23 26,5 26 25 006.00 24 24 24,5 95% 20,3 24 23 26 26 25 007.00 26 25,5 27 78% 20,2 24 23 26,5 26 24,5 008.00 30,5 28,5 30 87% 20,2 24,5 23 27 26,5 26,5 009.00 32 30 33 76% 20,2 25 23 27 26 26 010.00 34 31 37 59% 20,2 26 23,5 27 26 26 011.00 37 31 37,5 56% 20,2 26 24 27 25 26 012.00 43 31 37,5 56% 20,2 28 26 27,5 26,5 27 013.00 39,5 33,5 38,5 65% 20,1 29 24 27 26 26 014.00 29 27,5 29 87% 20 27 23,5 27 25 26 015.00 25,5 26 26 100% 20,4 26,5 23 27 26 26 4316.00 25 25,5 25,5 100% 20,8 26,5 24 26 26 25,5 3717.00 24,5 25 25 100% 21 26 24 26 26 25 6018.00 24 24,5 24,5 100% 21,6 26 26 27 26 26 5319.00 24 24,5 24,5 100% 21,8 26 24 26 26 25,5 420.00 25 24 24,5 95% 22,3 25 24 26 26 25 5021.00 25 24 24,5 95% 22 25 23 27 26 25,5 022.00 24 24,5 24,5 100% 22,3 25 24 26 26 25 023.00 25 24 24,5 95% 22,3 25 23 27 26 25 024.00 24 24,5 24,5 100% 22,3 25 24 26 26 25 001.00 24 24 24 100% 22,3 28 244 26 26 26 002.00 24 24 24 100% 22,3 26 2 26 26 25,5 003.00 23,5 23,5 24 95% 22,4 24 25,5 26,5 26 25,5 004.00 23 23 23,5 95% 22,5 24 25 26 26 25,5 005.00 23 23 23,5 95% 22,5 24 24 26 26 25,5 006.00 24 24,5 24,5 100% 22 24 25 26 26 25 307.00 25,5 25,5 25,5 100% 22 24,5 23,5 26 26 26 008.00 27 27,5 27,5 100% 22,1 24,5 23,5 27 26,5 26 009.00 32,5 30,5 31,5 90% 22,1 25,5 23,5 26,5 26 26 010.00 35 32 35 77% 22,1 26 23,5 28 25 26 011.00 35 33 34,5 88% 22,1 26 23,5 27 25 26 012.00 34 34,5 37 78% 22,1 27 23,5 27 25 26 013.00 32 30,5 31,5 91% 22 27,5 23,5 27 25 26 014.00 31 30 30,5 96% 22 28 23,5 27 25 26 015.00 29,5 29 29,5 95% 22 285 24 28 25 26 016.00 28,5 28 28,5 95% 22 27 24 27 25 25,5 017.00 28 27 27,5 95% 22 27 24 27 25 26 0

No

1.

Nama Alat

Campbell

Stokes

Gambar

1. 2.

4. 3. 6.

5.

Bagian

1. Kertas pias terdiri dari 3 (tiga)

jenis menurut letak matahari.

2. Bola kaca pejal ( umumnya

berdiameter 96 mm).

3. sekrup menyetel kedudukan

horisontal.

4. Plat logam berbentuk

mangkuk, sisi bagian

dalamnya bercelah – celah

sebagai tempat kartu pencatat

dan penyanggah tempat bola

kaca pejal dilengkapi skala

dalam derajat yang sesuai

dengan derajat lintang bumi .

5. Bagian dasar terbuat dari

logam yang dapat di-leveling.

6. Sekrup penyetel dudukan bola

kaca

Prinsip Kerja

Prinsip kerja Campbell

Stokes adalah mengukur

lama penyinaran

berdasarkan kertas grafik

khusus yang terbakar akibat

fokus penyinaran oleh bola

kristal jernih (Turyanti et

al., 2006).

Fungsi

Merupakan

alat untuk

mencatat lama

penyinaran

matahari.

2. Thermohi-

grometer

1. 2.

3. Angka yang menunjukkan

kelembaban

4. Angkayang menunjukkan

temperatur.

Hygrometer mempunyai

prinsip kerja yaitu

Mengukur suhu dan

kelembaban dalam ruangan

yang ditangkap oleh sensor

dan diterjemahkan secara

otomatis oleh alat.

Digunakan dua termometer.

Termometer pertama

dipergunakan untuk

mengukur suhu udara biasa

dan yang kedua untuk

mengukur suhu udara

jenuh/lembab (Hanum,

2009). Alat pengukur suhu

dan kelembapan udara

relative pada suatu ruangan/

daerah secara digital.

Untuk

mengukur

kelembapan

relatif (RH)

dan suhu

dalam suatu

ruangan

ataupun

keadaan

tertentu.

3. Termometer

Tanah Tipe

Bengkok

Bagian:

5. Pipa kaca.

6. Titik didih.

7. Reservoir air raksa.

8. Skala

Prinsip kerja termometer

tanah adalah pemuaian

raksa dalam tabung ketika

reservoir dimasukkan ke

dalam tanah (Nawawi,

2007).

Untuk

mengetahui

suhu tanah

(Term. Tanah

Bengkok)

dapat

dilakukan

dengan

mengamati

angka pada

skala yang

bertepatan

dengan air

raksa pada

setiap

kedalaman

tanah.

4. Anemometer Bagian:

5. Cup Counter

6. Wind Vane

7. Generator sinyal atau alat

penghitung pencatatan

8. Lengan ruji.

Prinsip kerja alat ini adalah

diletakkan di tempat

terbuka, tinggi alat 2m di

atas tanah. Pada saat tertiup

angin, baling-baling atau

mangkok yang terdapat

pada anemometer akan

bergerak sesuai arah angin.

Makin besar kecepatan

angin meniup mangkok-

mangkok tersebut, makin

cepat pula kecepatan

berputarnya piringan

mangkok-mangkok. Dari

jumlah putaran dalam satu

detik maka dapat diketahui

kecepatan anginnya.Arah

angin dapat diketahui

dengan melihat arah dari

wind vane pada saat ada

Untuk

mengukur

kecepatan dan

arah angin.

angin. Kecepatan angin

dapat dipilah dengan dua

macam, yaitu kecepatan

angi sesaat dan kecepatan

angin rata-rata pada periode

tertentu (Lakitan, 1994)

5. Termometer Maksimum dan minimun

Bagian:

1.Skala

2.Suhu maksimum

3.Suhu minimum

4.Jarum perak

5.Alkohol

6.Air raksa

Prinsip kerja termometer

minimum maksimum

adalah pemuaian alkohol di

dalam tabung. Jika suhunya

tinggi maka alkohol akan

mendorong raksa pada

tabung hingga mencapai

suhu maksimum. Jika

suhunya rendah maka

alkohol akan menyusut dan

mendorong raksa pada

tabung hingga mencapai

suhu minimum (Arisworo,

Termometer

maksimum dan

digunakan

untuk

mengukur

suhu tertinggi

yang terjadi

dalam periode

waktu 24 jam.

Termometer

minimum

digunakan

untuk

2006). mengukur

suhu yang

terendah yang

terjadi dalam

periode waktu

24 jam.

6. Termometer Permukaan Tanah Atau Termometer Tanah Selubung Kayu

Bagian:

1.Batang thermo.

2.Kaca pelindung atau tutup.

3.Jarum penunjuk suhu.

4.Skala.

Prinsip kerja termometer

tanah adalah pemuaian

raksa dalam tabung ketika

reservoir dimasukkan ke

dalam tanah (Nawawi,

2007).

Fungsi dari

terometer

permukaan

tanah untuk

mengukur

suhu

permukaan

tanah dengan

jeluk 5cm

7. Ombrometer Tipe Observation

1. 2. 5. 3. 4.

6. Corong penampung air hujan

7. Leher penakar hujan

8. Tabung penampung air hujan

9. Kran pembuangan air

10. Penampung untuk meletakan

kedudukan penakar hujan

terhadap kayu

penyanggah/pondasi

Prinsip kerja tipe

observatorium adalah

menghitung besar air yang

tertampung pada alat dan

diukur dengan gelas ukur.

Pengukuran dengan

ombrometer manual

dilakukan setiap hari jam

07.00 pagi. Bagian dasar

dari corong tersebut terdiri

dari pipa sempit yang

menjulur ke dalam tabung

kolektor dan dilengkapi

dengan kran. Air yang

ditampung dalam tabung

kolektor dapat diketahui

bila kran dibuka kemudian

air diukur dengan gelas

ukur. Ada gelas ukur yang

mempunyai skala khusus,

yaitu langsung dapat

mengukur

jumlah atau

curah hujan

pada kurun

waktu harian

(hujan harian).

8. Ombrometer Tipe Helman

3. 1.

4. 2. 8. 7. 6. 5.

9. permukaan corong

penangkar hujan

otomatis tipe helman

luasnya 200 cm2

10. tangkai pelampung

11. jam berbentuk silinder

12. tangkai pena

13. tabung berisi pelampung

14. gelas sippon

15. ember pekampung air

hujan

16. pintu penangkar hujan

4. Setiap terjadi hujan air

akan masuk corong

kemudian disalurkan

ke    pelampung

sehingga membuat

pena naik dan

membuat grafik pada

pias

5. Ketinggian grafik

menunjukkan jumlah

curah hujan yang

turun.

6. Jika curah hujan

mencapai 10 mm/

lebih maka pena

menunjukkan angka

10 mm sebagai angka

maksimal, kemudian

air akan tumpah dari

pelampung melalui

Pencatat

Instensitas

Curahhujan /

tingkat

kelebatannya

pipa hevel dan pena

akan turun lagi ke

angka 0 ( nol) . Jika

masih ada hujan lagi

maka pena akan akan

mencatat lagi,

demikian berlangsung

terus menerus.

ACARA 2

PENGAMATAN SUHU UDARA PADA LAHAN SAWAH, TEGALAN, KEBUN CAMPUR DAN KEBUN RUMPUT GAJAH

1. LAHAN SAWAH

15

20

25

30

35

40

45 Suhu Udara di Lahan Sawah Pada 3 ketinggian

0,05 m1,2 m2 m

SU

HU

(°C

)

WAKTU

Ketinggian hariSuhu Minimal

dan JamSuhu Maksimal

Dan Jam

0,05 m 1 20o C ; jam 06.00

1,2 m 2 41,5oC; jam 10.00

2. LAHAN TEGALAN

15

20

25

30

35

40

45 Suhu Udara di Lahan Sawah Pada 3 ketinggian

0,05 m1,2 m2 m

SU

HU

(°C

)WAKTU

17.0019.00

21.0023.00

01.0003.00

05.0007.00

09.0011.00

13.0015.00

17.0019.00

21.0023.00

01.0003.00

05.0007.00

09.0011.00

13.0015.00

17.0015

20

25

30

35

40

45Suhu Udara di Lahan Tegalan Pada 3 Ketinggian

0,05 m

1,2 m

2 m

SU

HU

(°C

)

Waktu

Ketinggian hariSuhu Minimal

dan JamSuhu Maksimal

Dan Jam

1,2 m 1 41o C ; jam 10.00

2 m 1 23o C ; jam 20.00

3. LAHAN KEBUN CAMPUR

17.0019.00

21.0023.00

01.0003.00

05.0007.00

09.0011.00

13.0015.00

17.0019.00

21.0023.00

01.0003.00

05.0007.00

09.0011.00

13.0015.00

17.0015

20

25

30

35

40

45 Suhu Udara di Lahan Kebun Campur Pada 3 Ketinggian

0,05 m1,2 m2 m

SU

HU

(°C

)

WAKTU

17.0019.00

21.0023.00

01.0003.00

05.0007.00

09.0011.00

13.0015.00

17.0019.00

21.0023.00

01.0003.00

05.0007.00

09.0011.00

13.0015.00

17.0015

20

25

30

35

40

45Suhu Udara di Lahan Tegalan Pada 3 Ketinggian

0,05 m

1,2 m

2 m

SU

HU

(°C

)

Waktu

Ketinggian hariSuhu Minimal

dan JamSuhu Maksimal

Dan Jam

1.2 m 1 24o C ; jam 23.00 31o C ; jam 11.00

4. LAHAN RUMPUT GAJAH

17.0019.00

21.0023.00

01.0003.00

05.0007.00

09.0011.00

13.0015.00

17.0019.00

21.0023.00

01.0003.00

05.0007.00

09.0011.00

13.0015.00

17.0015

20

25

30

35

40

45 Suhu Udara di Lahan Rumput Gajah Pada 3 Ketinggian

0,05 m

1,2 m

2 mSU

HU

(°C

)

WAKTU

17.0019.00

21.0023.00

01.0003.00

05.0007.00

09.0011.00

13.0015.00

17.0019.00

21.0023.00

01.0003.00

05.0007.00

09.0011.00

13.0015.00

17.0015

20

25

30

35

40

45 Suhu Udara di Lahan Kebun Campur Pada 3 Ketinggian

0,05 m1,2 m2 m

SU

HU

(°C

)

WAKTU

Ketinggianhari

Suhu Minimaldan Jam

Suhu MaksimalDan Jam

2 m1 23o C ; jam 23.00 43o C ; jam 12.00

5. SUHU UDARA KETINGGIAN 1,2 m

17.0019.00

21.0023.00

01.0003.00

05.0007.00

09.0011.00

13.0015.00

17.0019.00

21.0023.00

01.0003.00

05.0007.00

09.0011.00

13.0015.00

17.0015

20

25

30

35

40

45 Suhu Udara Ketinggian 1,2 m di 4 Lahan

Sawah

Tegalan

Kebun campur

Rumput gajah

SUHU

(°C)

WAKTU

17.0019.00

21.0023.00

01.0003.00

05.0007.00

09.0011.00

13.0015.00

17.0019.00

21.0023.00

01.0003.00

05.0007.00

09.0011.00

13.0015.00

17.0015

20

25

30

35

40

45 Suhu Udara di Lahan Rumput Gajah Pada 3 Ketinggian

0,05 m

1,2 m

2 mSU

HU

(°C

)

WAKTU

Lahan hariSuhu Minimal

dan JamSuhu Maksimal

Dan Jam

Rumput Gajah 1 23,5o C ; jam 23.00

Sawah 2 41,5o C ; jam 10.00

6. SUHU UDARA KETINGGIAN 2 m

17.0019.00

21.0023.00

01.0003.00

05.0007.00

09.0011.00

13.0015.00

17.0019.00

21.0023.00

01.0003.00

05.0007.00

09.0011.00

13.0015.00

17.0015

20

25

30

35

40

45 Suhu Udara Ketinggian 2 m di 4 Lahan

Sawah

Tegalan

Kebun campur

Rumput ga-jah

SU

HU

(°C

)

WAKTU

17.0019.00

21.0023.00

01.0003.00

05.0007.00

09.0011.00

13.0015.00

17.0019.00

21.0023.00

01.0003.00

05.0007.00

09.0011.00

13.0015.00

17.0015

20

25

30

35

40

45 Suhu Udara Ketinggian 1,2 m di 4 Lahan

Sawah

Tegalan

Kebun campur

Rumput gajah

SUHU

(°C)

WAKTU

Lahan hariSuhu Minimal

dan JamSuhu Maksimal

Dan Jam

Sawah 1 22o C ; jam 18.00

Rumput Gajah 1 43o C ; jam 12.00

17.0019.00

21.0023.00

01.0003.00

05.0007.00

09.0011.00

13.0015.00

17.0019.00

21.0023.00

01.0003.00

05.0007.00

09.0011.00

13.0015.00

17.0015

20

25

30

35

40

45 Suhu Udara Ketinggian 2 m di 4 Lahan

Sawah

Tegalan

Kebun campur

Rumput ga-jah

SU

HU

(°C

)

WAKTU

ACARA III. PENGAMATAN SUHU TANAH PADA KEBUN CAMPUR, TEGALAN, LAHAN SAWAH, DAN RUMPUT GAJAH

1. Grafik Suhu tanah kedalaman 5cm, 25cm, 50 cm, 75 cm dan 100 cm di Lahan Kebun campur17

.00

18.0

019

.00

20.0

021

.00

22.0

023

.00

24.0

001

.00

02.0

003

.00

04.0

005

.00

06.0

007

.00

08.0

009

.00

10.0

011

.00

12.0

013

.00

14.0

015

.00

16.0

017

.00

18.0

019

.00

20.0

021

.00

22.0

023

.00

24.0

001

.00

02.0

003

.00

04.0

005

.00

06.0

007

.00

08.0

009

.00

10.0

011

.00

12.0

013

.00

14.0

015

.00

16.0

017

.00

15

20

25

30

35

40

45

5 cm25 cm50 cm75 cm100 cm

SUHU TANAH DI LAHAN KEBUN CAMPUR

Waktu

Su

hu

o C

No Kedalaman Hari Suhu minimal & jam Suhu maksimal & jam

1 25 cm 1 23oC dan jam 03.00

2 5 cm 1 29,5oC dan jam 15.00

2. Grafik Suhu tanah kedalaman 5cm, 25cm, 50 cm, 75 cm dan 100 cm di Lahan Tegalan

17.0

018

.00

19.0

020

.00

21.0

022

.00

23.0

024

.00

01.0

002

.00

03.0

004

.00

05.0

006

.00

07.0

008

.00

09.0

010

.00

11.0

012

.00

13.0

014

.00

15.0

016

.00

17.0

018

.00

19.0

020

.00

21.0

022

.00

23.0

024

.00

01.0

002

.00

03.0

004

.00

05.0

006

.00

07.0

008

.00

09.0

010

.00

11.0

012

.00

13.0

014

.00

15.0

016

.00

17.0

0

15

20

25

30

35

40

45

5 cm

25 cm

50 cm

75 cm

100 cm

SUHU UDARADI LAHAN TEGALAN

Waktu

Su

hu

o C

No Kedalaman Hari Suhu minimal & jam Suhu maksimal & jam

1 50 cm 1 24oC jam 04.00

2 5 cm 1 34oC jam 12.00

3. Grafik Suhu tanah kedalaman 5cm, 25cm, 50 cm, 75 cm dan 100 cm di Lahan Sawah

17.0

018

.00

19.0

020

.00

21.0

022

.00

23.0

024

.00

01.0

002

.00

03.0

004

.00

05.0

006

.00

07.0

008

.00

09.0

010

.00

11.0

012

.00

13.0

014

.00

15.0

016

.00

17.0

018

.00

19.0

020

.00

21.0

022

.00

23.0

024

.00

01.0

002

.00

03.0

004

.00

05.0

006

.00

07.0

008

.00

09.0

010

.00

11.0

012

.00

13.0

014

.00

15.0

016

.00

17.0

0

15

20

25

30

35

40

45

5 cm25 cm50 cm75 cm100 cm

SUHU TANAH DI LAHAN SAWAH

Waktu

Su

hu

o C

No Kedalaman Hari Suhu minimal & jam Suhu maksimal & jam

1 5 cm 1 20 oC dan jam 19.00

2 50 cm 1 30,5oC dan jam 19.00

4. Grafik Suhu tanah kedalaman 5cm, 25cm, 50 cm, 75 cm dan 100 cm di Lahan Kebun campur

17.0

018

.00

19.0

020

.00

21.0

022

.00

23.0

024

.00

01.0

002

.00

03.0

004

.00

05.0

006

.00

07.0

008

.00

09.0

010

.00

11.0

012

.00

13.0

014

.00

15.0

016

.00

17.0

018

.00

19.0

020

.00

21.0

022

.00

23.0

024

.00

01.0

002

.00

03.0

004

.00

05.0

006

.00

07.0

008

.00

09.0

010

.00

11.0

012

.00

13.0

014

.00

15.0

016

.00

17.0

0

15

20

25

30

35

40

45

5 cm25 cm50 cm75 cm100 cm

SUHU TANAH DI LAHAN RUMPUT GAJAH

Waktu

Su

hu

o C

No Kedalaman Hari Suhu minimal & jam Suhu maksimal & jam

1 25 cm 1 23oC jam 05.00

2 5 cm 1 29oC jam 13.00

5. Grafik Suhu tanah kedalaman 5cm di 4 Lahan

17.0

018

.00

19.0

020

.00

21.0

022

.00

23.0

024

.00

01.0

002

.00

03.0

004

.00

05.0

006

.00

07.0

008

.00

09.0

010

.00

11.0

012

.00

13.0

014

.00

15.0

016

.00

17.0

018

.00

19.0

020

.00

21.0

022

.00

23.0

024

.00

01.0

002

.00

03.0

004

.00

05.0

006

.00

07.0

008

.00

09.0

010

.00

11.0

012

.00

13.0

014

.00

15.0

016

.00

17.0

0

15

20

25

30

35

40

45

Kebun Campur

Tegalan

Sawah

Rumput Gajah

SUHU TANAH KEDALAMAN 5 cm di 4 Lahan

Waktu

Su

hu

o C

No Lahan Hari Suhu minimal & jam Suhumaksimal& jam

1 Sawah 1 20oC dan jam 06.00

2 Tegalan 1 34oC jam dan 12.00

6. Grafik Suhu tanah kedalaman 25cm di 4 Lahan

17.0

018

.00

19.0

020

.00

21.0

022

.00

23.0

024

.00

01.0

002

.00

03.0

004

.00

05.0

006

.00

07.0

008

.00

09.0

010

.00

11.0

012

.00

13.0

014

.00

15.0

016

.00

17.0

018

.00

19.0

020

.00

21.0

022

.00

23.0

024

.00

01.0

002

.00

03.0

004

.00

05.0

006

.00

07.0

008

.00

09.0

010

.00

11.0

012

.00

13.0

014

.00

15.0

016

.00

17.0

0

15

20

25

30

35

40

45

Kebun Campur

Tegalan

Sawah

Rumput Gajah

SUHU TANAH KEDALAMAN 25 cm di 4 Lahan

Waktu

Su

hu

o C

No Lahan Hari Suhu minimal & jam Suhu maksimal & jam

1 Kebun Campur 1 21oC jam 15.00

2 Tegalan 2 34oC jam 14.00

7. Grafik Suhu tanah kedalaman 50 di 4 Lahan

17.0

018

.00

19.0

020

.00

21.0

022

.00

23.0

024

.00

01.0

002

.00

03.0

004

.00

05.0

006

.00

07.0

008

.00

09.0

010

.00

11.0

012

.00

13.0

014

.00

15.0

016

.00

17.0

018

.00

19.0

020

.00

21.0

022

.00

23.0

024

.00

01.0

002

.00

03.0

004

.00

05.0

006

.00

07.0

008

.00

09.0

010

.00

11.0

012

.00

13.0

014

.00

15.0

016

.00

17.0

0

15

20

25

30

35

40

45

Kebun Campur

Tegalan

Sawah

Rumput Gajah

SUHU TANAH KEDALAMAN 50 cm di 4 Lahan

Waktu

Su

hu

o C

No Lahan Hari Suhu minimal & jam Suhu maksimal & jam

1 Kebun Campur 1 24oC jam 03.00

2 Sawah 1 35oC jam 18.00

8. Grafik Suhu tanah kedalaman 75 di 4 Lahan 17

.00

18.0

019

.00

20.0

021

.00

22.0

023

.00

24.0

001

.00

02.0

003

.00

04.0

005

.00

06.0

007

.00

08.0

009

.00

10.0

011

.00

12.0

013

.00

14.0

015

.00

16.0

017

.00

18.0

019

.00

20.0

021

.00

22.0

023

.00

24.0

001

.00

02.0

003

.00

04.0

005

.00

06.0

007

.00

08.0

009

.00

10.0

011

.00

12.0

013

.00

14.0

015

.00

16.0

017

.00

15

20

25

30

35

40

45

Kebun Campur

Tegalan

Sawah

Rumput Gajah

SUHU TANAH KEDALAMAN 75 cm di 4 Lahan

Jam

Su

hu

o C

Waktu

No Lahan Hari Suhu minimal & jam Suhu maksimal & jam

1 Kebun Campur 1 23oC jam 03.00

2 Sawah 1 28oC jam 17.00

9. Grafik Suhu tanah

17.0

018

.00

19.0

020

.00

21.0

022

.00

23.0

024

.00

01.0

002

.00

03.0

004

.00

05.0

006

.00

07.0

008

.00

09.0

010

.00

11.0

012

.00

13.0

014

.00

15.0

016

.00

17.0

018

.00

19.0

020

.00

21.0

022

.00

23.0

024

.00

01.0

002

.00

03.0

004

.00

05.0

006

.00

07.0

008

.00

09.0

010

.00

11.0

012

.00

13.0

014

.00

15.0

016

.00

17.0

0

15

20

25

30

35

40

45Kebun Campur

Tegalan

Sawah

Rumput Gajah

SUHU TANAH KEDALAMAN 100 cm di 4 Lahan

Waktu

Su

hu

o C

kedalaman 100 cm di 4 Lahan

No Lahan Hari Suhu minimal & jam Suhu maksimal & jam

1 Tegalan 1 24oC jam 04.00

2 Rumput Gajah 1 28oC jam 24.00

ACARA IV. PENGAMATAN KELEMBAPAN NISBI PADA LAHAN SAWAH, TEGALAN, KEBUN CAMPUR, DAN KEBUN RUMPUT GAJAH

A. Grafik Kelembapan Nisbi pada 4 Lahan

B. Tabel Kelembapan Nisbi

Lahan HariKelembapan Minimum +

JamKelembapan Maksimum +

JamKebun Campur 1 - 100 % : 17.00

17.0019.00

21.0023.00

01.0003.00

05.0007.00

09.0011.00

13.0015.00

17.0019.00

21.0023.00

01.0003.00

05.0007.00

09.0011.00

13.0015.00

17.0040

50

60

70

80

90

100

110

Kelembapan Nisbi pada Empat Lahan

Kebun CampurTegalanSawahRumput Gajah

Waktu

Suhu

oC

Sawah 2 51 % : 10.00 -

ACARA V. PENGAMATAN PENGUAPAN AIR HARIAN PADA 4 LAHAN

A. Tabel Pengamatan

HariKebun

CampurTegalan Sawah Rumput Gajah

1 (17:00) 200 mm 200 mm 200 mm 200 mm

2 (17:00) 210 mm 215 mm 205 mm 210 mm

3 (17:00) 210 mm 220 mm 218 mm 220 mm

Volume Hujan

1260 ml 390 ml 740 ml 635 ml

Volume Hujan

2250 ml 370 ml

700

ml

B. Histogram

0

10

20

30

40

50

60

70

80

Kebun Campur; 25.7

Tegalan; 40.9

Sawah; 67.65

Rumput Gajah; 60.25

Histogram Evaporasi

Evap

oras

i (m

m)

d. Perhitungan

5. Kebun Campur

t 0 = Volumehujanh1

122,7 cm3 = 260 ml

122,7 cm3 = 2,11 cm = 21,1 mm

Ev1 = (mm2−mm1) + t 0 = (210 - 200) + 21,1 = 31,1 mm

t 1 = Volumehujanh2

122,7 cm3 = 250 ml

122,7 cm3 = 2,03 cm = 20,3 mm

Ev2 = (mm3−mm2) + t 1 = (210 - 210) + 20,3 = 20,3 mm

∑Ev = ∑ Ev1+∑ Ev2

2 =

31,1+20,32

= 25,7 mm

6. Tegalan

t 0 = Volumehujanh1

122,7 cm3 = 390 ml

122,7 cm3= 3,17 cm = 31,7 mm

Ev1 = (mm2−mm1) + t 0= (215-200) + 31,7 = 46,7 mm

t 1 = Volumehujanh2

122,7 cm3 = 370 ml

122,7 cm3= 3,01 cm = 30,1 mm

Ev2 = (mm3−mm2) + t 1= (220-215) + 30,1 = 35,1 mm

∑Ev = ∑ Ev1+∑ Ev2

2=

46,7+35,12

= 40,9 mm

7. Sawah

t 0 = Volumehujanh1

122,7 cm3 = 740 ml

122,7 cm3 = 6,03 cm = 60,3 mm

Ev1 = (mm2−mm1) + t 0 = (205-200) + 60,3 = 65,3 mm

t 1 = Volumehujanh2

122,7 cm3 = 700 ml

122,7 cm3 = 5,70 cm = 57 mm

Ev2 = (mm3−mm2) + t 1 = (218-205) + 57 = 70 mm

∑Ev = ∑ Ev1+∑ Ev2

2 =

65,3+702

= 67,65 mm

8. Rumput Gajah

t 0 = Volumehujanh1

122,7 cm3 = 635 ml

122,7 cm3= 5,17 cm = 51,7 mm

Ev1 = (mm2−mm1) + t 0= (210-200) + 51,7 = 61,7 mm

t 1 =Volumehujanh2

122,7 cm3 = 600 ml

122,7 cm3= 4,88 cm = 48,8 mm

Ev2 = (mm3−mm2) + t 1= (220-210) + 48,8 = 58,8 mm

∑Ev = ∑ Ev1+∑ Ev2

2 =

61,7+58,82

= 60,25 mm

ACARA VI Pengkelasan Iklim Menurut Schmidt-Ferguson dan Oldeman

Tabel 1. Curah Hujan Bulanan pada beberapa Lokasi di Indonesia

No.

LokasiJan. Feb. Mar. Apr.

Mei

Jun. Jul. Agst.Sept

.Okt.

Nov.

Des. Tahunan BBBK

Zona

(mm) agroklimat1 Melolo (NTT) 154 154 165 86 39 36 18 9 2 8 34 112 817 0 8 E42 Singaraja (NTB) 245 238 221 109 59 38 16 6 3 14 68 177 1192 3 7 D43 Rembang (Jateng) 257 195 188 123 100 74 32 21 30 61 122 205 1408 2 5 E34 Mojokerto (Jatim) 330 344 330 176 98 66 27 11 17 43 130 259 1831 4 6 D35 Madiun (Jatim) 303 277 265 223 129 80 34 21 30 73 193 258 1886 5 5 C36 Donggala (Sulteng) 203 155 147 117 110 133 101 95 69 66 111 147 2854 1 3 E27 Tg. Karang (Sumsel) 271 274 238 173 126 103 86 84 81 120 110 217 2883 4 3 D28 Surakarta (Jateng) 332 330 304 212 137 90 49 43 47 112 223 262 2141 6 4 C39 Banyumas (Jateng) 350 294 346 261 190 149 79 64 89 312 416 433 2983 7 3 B210 Tg. Balai (Sumut) 157 94 96 117 129 116 107 141 183 256 198 150 1744 1 2 E2

11Rantau Panjang

242 214 171 196 188 192 155 115 157 160 282 244 2316 4 0 D1(Kaltim)

12 Jayapura (Papua) 318 297 284 230 202 155 169 166 136 161 188 217 2523 6 0 C113 Lahat (Sumsel) 484 368 389 325 226 140 121 141 168 216 292 397 3267 8 0 B114 Pontianak (Kalbar) 277 208 242 278 282 222 164 204 228 365 388 322 3180 11 0 A115 Palu (Sulteng) 47 38 38 49 49 64 47 51 45 33 45 41 547 0 12 E416 Seribu Dolok 164 109 196 173 153 83 60 118 170 242 198 238 190 1 2 E217 Ujung Pandang 719 531 425 166 92 68 34 10 13 40 174 590 2862 4 6 D318 Ambon 128 116 134 283 529 634 598 416 240 157 110 130 3475 6 0 C119 Polewali 155 158 208 246 230 158 114 79 89 190 215 198 1040 3 2 D220 Kutacana 170 116 198 249 256 166 113 161 219 329 211 272 2560 4 0 D121 Sidikalang 223 169 266 275 170 104 106 146 205 257 293 224 2438 5 0 C1

Tabel 2. Curah Hujan Bulanan selama 10 Tahun di Bukateja

No.Tahun Bulan

TahunanSmicth

Jan. Feb. Mar. Apr. Mei Jun. Jul. Agsts. Sept. Okt. Nov. Des. BB BK

1 1982 355 229 250 291 0 0 14 0 0 0 57 275 1471 5 7

2 1983 475 335 269 332 513 5 0 0 12 325 382 431 3079 8 4

3 1984 549 259 397 492 130 83 128 60 350 247 197 265 3157 10 1

4 1985 297 396 263 376 209 102 55 33 24 330 472 244 2801 9 3

5 1986 194 520 618 328 84 275 74 23 249 237 555 256 3413 9 1

6 1987 320 714 321 235 78 46 29 0 0 0 605 743 3091 6 5

7 1988 506 220 385 178 441 237 20 132 77 331 550 393 3470 10 1

8 1989 491 601 341 471 294 458 114 60 0 294 355 254 3733 10 2

9 1990 408 309 286 317 646 230 196 162 79 221 312 525 3691 11 0

10 1991 662 496 227 318 0 0 0 0 0 256 511 0 2470 6 6

Jumlah 4257 4079 3357 3338 2395 1436 630 470 791 2241 3996 3386 30376 84 30

Rataan 425,7 407,9 335,7 333,8 239,5 143,6 63 47 79,1 224,1 399,6 338,6 3037,6 8,4 3,0

Klasifikasi iklim menurut Schmidt-Ferguson

Q =∑BK∑BB

× 100 %

= 3,08,4

×100 %

= 35,7 %

kelas C (Daerah Agak basah)

Klasifikasi iklim menurut Oldeman,

BB = 8

BK = 3

Jadi,zona agroklimatnya : B2

Tabel 3. Curah Hujan Bulanan selama 10 Tahun di Klampok

No. Tahun Bulan Smicth

Jan. Feb. Mar. Apr. Mei Jun. Jul. Agsts. Sept. Okt. Nov. Des. BB BK

1 1982 404 233 208 157 0 5 10 0 0 0 50 447 5 7

2 1983 419 331 336 257 515 8 2 0 6 233 371 455 8 4

3 1984 479 319 412 362 146 49 63 48 374 234 202 289 9 2

4 1985 303 264 352 314 160 148 28 39 545 409 596 213 10 2

5 1986 230 205 687 304 23 264 84 28 472 176 659 422 9 2

6 1987 371 562 149 104 178 28 0 0 0 0 139 525 7 5

7 1988 509 252 455 218 85 280 24 85 84 517 521 332 9 1

8 1989 339 380 212 312 291 317 107 67 0 211 189 34 9 2

9 1990 262 237 396 444 114 196 155 117 20 62 208 351 10 1

10 1991 527 385 159 114 0 0 0 0 0 0 94 372 5 6

Jumlah 3843 3168 3366 2586 2012 1295 473 384 1501 1842 3029 3440 81 32

Rataan 384,3 316,8 336,6 258,6 201,2 129,5 47,3 38,4 150,1 184,2 302,9 344 8,1 3,2Klasifikasi iklim menurut Schmidt-Ferguson

Q =∑BK∑BB

× 100 %

= 3,28,1

×100 %

= 39,5 %

kelas C (daerah agak basah)Klasifikasi iklim menurut Oldeman,

BB = 7

BK = 2

Jadi,zona agroklimatnya : B2

Tabel 4. Curah Hujan Bulanan Selama 10 tahun di Krikil

No. TahunBulan Smitch

Jan. Feb. Mar. Apr. Mei Jun. Jul. Agsts. Sept. Okt. Nov. Des. BB BK

1 1982 678 142 454 92 0 0 14 0 0 6 695 304 5 6

2 1983 408 526 192 159 473 36 0 0 11 235 340 727 8 4

3 1984 500 320 428 510 114 114 31 35 335 209 365 219 10 2

4 1985 184 136 228 179 68 144 78 54 99 219 840 145 8 1

5 1986 217 241 763 230 70 70 66 79 294 168 772 288 8 0

6 1987 359 0 317 236 161 36 50 0 0 16 183 460 6 6

7 1988 368 233 344 96 148 148 20 36 88 207 220 174 8 2

8 1989 251 190 220 148 172 139 79 33 0 121 118 222 9 2

9 1990 225 213 193 197 117 131 102 79 24 107 153 384 10 1

10 1991 419 155 187 207 0 0 0 0 0 0 0 0 4 8

Jumlah 3609 2156 3326 2054 1323 818 440 316 851 1288 3686 2923 76 32

Rataan 360,9 215,6 332,6 205,4 132,3 81,8 44 31,6 85,1 128,8 292,3 292,3 7,6 3,2Klasifikasi iklim menurut Schmidt-Ferguson

Q =∑BK∑BB

× 100 %

= 3,27,6

×100 %

= 42,1%

kelas C (daerah agak basah)

Klasifikasi Oldemen

BB = 6

BK = 4

Zona Agroklimat adalah C3

Tabel 5. Curah Hujan Bulanan Selama 10 tahun di Wanadadi

No. Tahun Bulan Schmidt

Jan. Feb. Mar. Apr. Mei Jun. Jul. Agsts. Sept. Okt. Nov. Des BB BK

1 1982 509 466 520 323 5 29 18 0 0 20 172 613 6 6

2 1983 464 474 450 331 733 156 8 1 16 394 498 661 9 3

3 1984 567 569 416 715 306 105 142 29 386 527 724 540 11 1

4 1985 640 472 169 515 345 222 28 177 102 430 513 578 11 1

5 1986 780 514 839 562 158 161 79 68 417 580 797 453 10 0

6 1987 718 518 394 304 250 101 83 2 4 8 290 813 8 3

7 1988 638 307 755 355 484 258 32 87 21 400 663 426 9 2

8 1989 492 424 378 139 142 366 293 57 75 218 295 544 10 1

9 1990 248 475 445 302 274 189 136 87 66 201 249 671 10 0

10 1991 54 491 271 218 78 0 0 0 0 239 683 619 6 5

Jumlah 5110 4710 4637 3764 2775 1587 819 508 1087 3017 4884 5918 90 22

Rataan 511 471 463,7 376,4 277,5 158,7 81,9 50,8 108,7 301,7 488,4 591,8 9 2,2

Klasifikasi iklim menurut Schmidt-Ferguson

Q =∑BK∑BB

14 ×100 %

= 2,29

×100 %

= 24,44% kelas B (daerah basah)

Klasifikasi iklim menurut Oldeman

BB = 8

BK = 2

Jadi,zona agroklimatnya : B2

Tabel 6. Curah Hujan Bulanan Selama 10 Tahun di BanjarnegaraSchmidt

No. TahunBulan Tahun

Jan. Feb. Mar. Apr. Mei Jun. Jul. Agsts. Sept. Okt. Nov. Des. BB BK1 1982 556 527 513 230 0 0 0 0 0 3 125 631 6 62 1983 453 544 336 474 574 101 0 0 12 392 654 519 9 33 1984 679 549 500 733 209 46 51 10 316 376 455 433 9 34 1985 606 523 532 506 231 149 27 80 56 229 433 425 9 25 1986 454 325 792 491 189 236 76 77 325 303 580 449 10 06 1987 641 697 409 213 10 59 34 0 0 0 495 614 6 67 1988 528 388 642 151 287 257 23 5 68 322 313 244 9 28 1989 503 432 413 270 277 341 161 64 42 302 530 271 10 19 1990 493 595 393 353 269 146 163 146 15 118 327 441 11 110 1991 251 355 460 376 104 0 0 0 0 167 359 386 8 4

Jumlah 5164 4935 4990 3797 2150 1335 535 382 834 2212 4271 4413 87 28

Rataan 516,4 493,5 499 379,7 215 133,5 53,5 38,2 83,4 221,2 427,1 441,3 8,7 2,8Klasifikasi iklim menurut Schmidt-Ferguson

Q =∑BK∑BB

× 100 %

= 2,88,7

× 100 %

= 32,18% kelas B (daerah basah)

Klasifikasi iklim menurut OldemanBB = 8

BK = 3

Jadi,zona agroklimatnya : B2

Tabel 7. Curah Hujan Bulanan Selama 10 Tahun di Stasiun Tanjungsari, Kec. Sapuaran, (760 m dpl.), Wonosobo

No. TahunBulan Schmidt

Jan. Feb. Mar. Apr. Mei Jun. Jul. Agsts. Sept. Okt. Nov. Des. BB BK

1 2001 586 426 863 630 343 333 223 22 139 1172 880 145 11 1

2 2002 618 199 440 744 247 84 44 0 34 29 499 1042 7 4

3 2003 502 639 476 196 209 83 8 2 51 212 480 763 8 3

4 2004 595 300 469 517 175 20 121 5 39 96 689 829 8 3

5 2005 389 558 342 449 108 237 104 139 163 299 374 655 12 0

6 2006 443 416 171 608 417 40 24 0 0 0 200 632 7 5

7 2007 157 652 428 462 185 0 0 0 0 220 422 946 8 4

8 2008 301 198 417 354 1409 59 0 24 78 449 643 300 8 3

9 2009 647 485 553 447 508 155 46 2 25 232 446 342 9 3

10 2010 402 492 897 419 792 319 238 293 563 462 442 379 12 0

11 2011 257 333 404 699 252 11 33 0 6 347 742 631 8 4

Jumlah 4897 4698 5460 5525 4645 1341 841 487 1098 3518 5817 6664 98 30

Rataan 445,2 427,1 496,4 502,3 422,3 121,9 76,45 44,27 99,82 319,8 528,8 605,8 8,9091 2,72727

Klasifikasi iklim menurut Schmidt-Ferguson

Q =∑BK∑BB

× 100 %

= 2,78,9

× 100 %

= 30,34 %

kelas B (daerah basah)

Klasifikasi iklim menurut Oldeman

BB = 8

BK = 3

Jadi,zona agroklimatnya : B2