laporan akhir penelitian pemenuhan gizi pada balita

38
LAPORAN AKHIR PENELITIAN PEMENUHAN GIZI PADA BALITA STUNTING MELALUI BUDIDAYA SAYURAN DI DESA BONTORIRO Dibiayai oleh : YAYASAN AKADEMI KEBIDANAN TAHIRAH AL BAETI BULUKUMBA Sesuai dengan surat perjanjian penungasan pelaksanaan program penelitian NO :14402.A.4122.PGM.PLT.AKBID.TABR.X.2019 Oleh JUSNI.S.ST.,M.Kes : NIDN 0924049003 (ketua) Dr.SRI NINGSIH.,SS.,M.HUM. : NIDN 0925108203 ( Anggota ) AKADEMI KEBIDANAN TAHIRAH AL BAETI BULUKUMBA TAHUN 2019

Upload: others

Post on 02-Oct-2021

16 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PEMENUHAN GIZI PADA BALITA

LAPORAN AKHIR PENELITIAN

PEMENUHAN GIZI PADA BALITA STUNTING MELALUI BUDIDAYA

SAYURAN DI DESA BONTORIRO

Dibiayai oleh :

YAYASAN AKADEMI KEBIDANAN TAHIRAH AL BAETI BULUKUMBA

Sesuai dengan surat perjanjian penungasan pelaksanaan program penelitian

NO :14402.A.4122.PGM.PLT.AKBID.TABR.X.2019

Oleh

JUSNI.S.ST.,M.Kes : NIDN 0924049003 (ketua)

Dr.SRI NINGSIH.,SS.,M.HUM. : NIDN 0925108203 ( Anggota )

AKADEMI KEBIDANAN TAHIRAH AL BAETI BULUKUMBA

TAHUN 2019

Page 2: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PEMENUHAN GIZI PADA BALITA
Page 3: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PEMENUHAN GIZI PADA BALITA

Ringkasan

Masalah gizi pada masa anak-anak merupakan masalah penting yang harus ditangani. Stunting

merupakan salah satu masalah gizi yang berupa tinggi badan anak kurang dari standar. Hal ini

merupakan dampak dari kurangnya asupan gizi pada seribu hari pertama kehidupan. Tujuan dari

penelitian ini yaitu untuk melihat sejauh mana pemenuhan gizi pada balita stunting melalui budidaya

sayuran di Desa Bontotiro Kabupaten Bulukumba. Jenis penelitian yang digunakan adalah

deskriptif merupakan metode yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan

atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat

kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Hasil penelitian yang dilakukan di Desa

Bontotiro Kabupaten Bulukumba mengenai pengetahuan Ibu tentang stunting mayoritas berada pada

kategori pengetahuan kurang 39 responden (79,6%). Hasil penelitian yang dilakukan di Desa

Bontotiro Kabupaten Bulukumba mengenai Pemenuhan Gizi Balita Stunting Melalui Budidaya

Sayuran di Desa Bontotiro mayoritas berada pada kategori cukup.

Kata Kunci : Stunting, Gizi, Sayuran

Page 4: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PEMENUHAN GIZI PADA BALITA

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadiran Allah SWT atas limpahan rahmatnya

sehingga kami menyelesaikan laporan penelitian ini berjudul pemenuhan Gizi Pada Balita

Stunting melalui budidaya sayuran

Kami menyadari, bahwa laporan penelitian yang kami buat ini masih jauh dari kata

sempurna baik segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu, kami sangat

mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca guna menjadi acuan

agar penulis bisa menjadi lebih baik lagi di masa mendatang.

Semoga laporan penelitian ini bisa menambah wawasan para pembaca dan bisa

bermanfaat untuk perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.

Bulukumba , oktober 2019

Tim Peneliti Dosen Pemula

Page 5: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PEMENUHAN GIZI PADA BALITA

DAFTAR ISI

Sampul i

Lembar Pengesahan ii

Ringkasan iii

Kata pengantar iv

Daftar Isi

Bab 1. Pendahuluan 1

Bab 2. Tinjauan Pustaka 4

Bab 3. Metodologi Penelitian 20

Bab 4. Hasil dan Pembahasan 24

Bab 5. Kesimpulan dan Saran 41

Daftar Pustaka 42

Lampiran-Lampiran 43

Lampiran 1 Biodata I

Lampiran 2 anggaran I

Lampiran 3 jadwal II

Lampiran 4 Berita Acara Seminar Hasil III

Lampiran 5 Daftar Hadir Seminar Hasil IV

Page 6: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PEMENUHAN GIZI PADA BALITA

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masalah gizi pada masa anak-anak merupakan masalah penting yang harus ditangani. Stunting

merupakan salah satu masalah gizi yang berupa tinggi badan anak kurang dari standar. Hal ini

merupakan dampak dari kurangnya asupan gizi pada seribu hari pertama kehidupan (Perdagangan,

2013).

Causin dalam Salman dkk, 2017 stunting masih menjadi permasalahan besar untuk sebagian besar

negara di dunia. Data WHO mencatat bahwa terdapat 162 juta balita penderita stunting di seluruh

dunia, dimana 56% berasal dari Asia. Indonesia bahkan termasuk dalam lima besar negara dengan

prevalensi stunting tertinggi di Asia-Afrika. Anak dikatakan stunting ketika pertumbuhan tinggi

badannya tidak sesuai dengan grafik pertumbuhan standar dunia atau dalam bahasa lebih umum

pendek.

Penanganan masalah stunting dapat dimulai sejak anak di dalam kandungan, yaitu memberikan

asupan gizi yang cukup yang dibutuhkan selama kehamilan hingga anak berusia tiga tahun. Asupan

gizi yang baik yaitu mencukupi kebutuhan baik dari segi kualitas maupun kuantitas (Perdagangan,

2013). Asupan gizi terkait dengan ketahanan pangan di tingkat keluarga. Keluarga yang tahan pangan

dapat mengkonsumsi berbagai macam bahan pangan terutama sayuran dan buah yang selama ini

masih tergolong rendah(Kurniasih & Ardianto, 2017). Berdasarkan hasil data Riset Kesehatan Dasar pada tahun 2017 stunting dalam lingkup

nasional sebesar 37,2 persen, terdiri dari prevalensi pendek sebesar 18,0 persen dan sangat

pendek sebesar 19,2 persen. Sedangkan pada tahun 2018 proporsi status gizi sangat pendek

sebesar 11,5% dan status gizi pendek sebesar 19,3% (Riskesdas 2018). Prevalensi stunting di

Indonesia lebih tinggi dari pada negara-negara di Asia. Stunting dianggap sebagai masalah

kesehatan masyarakat yang berat bila prevalensi stunting berada pada rentang sudah melebihi

30% persen. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia sedang mengalami masalah kesehatan

masyarakat yang perlu penanganan serius terhadap balita stunting. Prevalensi anak stunting

(pendek) di Indonesia masih menjadi permasalahan kesehatan dan harus segera

ditanggulangi. Menteri kesehatan RI mengungkapkan bahwa indonesia tengah fokus dalam

menangani tiga prioritas masalah kesehatan salah satunya adalah permasalahan stunting yang

masih tinggi dan diperlukan kerjasama dengan semua lintas sektor untuk menangani masalah

ini (Rihano, 2018). Indonesia menargetkan dalam pokok rancangan pembangunan jangka

menengah tahun 2015-2019 untuk menurunkan prevelensi stunting menjadi 28 %, meskipun

presentase ini masih jauh dengan standar yang telah di tetapkan oleh yakni 20 % (Kemenkes,

2016).

diantaranya adalah masalah gizi ibu hamil yang tidak mudah untuk diketahui.

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan kabupaten Bulukumba angka Stunting tertinggi

terdapat di daerah Kindang yaitu di wilayah kerja Puskesmas Borong Rappoa yang berjumlah

95 anak yang terdapat di Desa Borong Rappoa, Kindang, Oro, Garuntungan dan Tamaona.

Pada tahun 2017 angka kejadian Stunting berjumlah 12 orang, pada tahun 2018 angka

kejadian Stunting berjumlah 18 orang, dan pada tahun 2019 terjadi peningkatan angka

Page 7: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PEMENUHAN GIZI PADA BALITA

kejadian Stunting berjumlah 95 orang, karena kurangnya pengetahuan ibu tentang Stunting.

Meningkatnya kejadian stunting disebabkan oleh pengetahuan dan sikap ibu. Apabila

pengetahuan ibu baik, maka orang tua dapat menerima informasi dengan baik dari berbagai

sumber tentang stunting. Selain pengetahuan ibu, tingkat pendidikan dan pekerjaan akan

mempengaruhi kejadian stunting pada anak.

Secara geografis kondisi perkampungan di Desa Bontotiro dapat dikatakan masih banyak

yang belum memanfaatkan dengan baik. Tipe rumah yang masih tradisional dengan halaman

rumah yang luas masih belum digunakan untuk menanam tanaman yang bernilai ekonomis,

seperti buah dan sayuran yang dapat dipanen, dikonsumsi sendiri ataupun dijual (Soviyah,

Lamondjong, Kuswandari, & Marisa, 2018).

Pemanfaatan lahan pekarangan sebagai sumber gizi yaitu dapat digunakan dengan

menanam sayuran atau buah yang dapat dipanen untuk dikonsumsi keluarga. Hal ini menjadi

salah satu pencegahan dalam upaya mengatasi kekurangan gizi di tingkat keluarga.

Penanaman sayuran dan buah di pekarangan cukup mudah dilakukan oleh ibu ataupun

anggota keluarga lainnya. Ibu dapat memanfaatkan biji-bijian dari sayuran atau buah yang

dikonsumsi sebagai bibit yang akan ditanam di pekarangan (Refliaty & Endriani, 2016). Faktor lain yang mempengaruhi kejadian stunting adalah sikap ibu. Sebagaimana

diketahui semakin baik sikap seseorang, maka semakin baik pula tindakan yang akan

dilakukan. Sikap yang baik akan merubah perilaku orang tua dalam hal pengasuhan dan

pemberian makanan pada anak sehingga akan meningkatkan status gizi pada anak. Dengan

adanya pemenuhan gizi yang baik terhadap anak akan mengurangi resikon terjadinya

stunting.

B. Rumusan Masalah Rumusan masalah berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya maka

rumusan masalahnya yaitu bagimana “Pemenuhan Gizi pada balita stungting melalui

Budidaya Sayuran di Desa Bontotiro tahun 2019

C. Tujuan penelitian

Tujuan dari Penelitian ini adalah menganalisis pemenuhan gizi pada

Balita stunting melalui budidaya sayuran di desa Bontiro. Bulukumba tahun 2019

D. Target Luaran Target luaran yang diharapkan adalah adalah publikasi pada jurnal ilmiah OJS ber ISSN dan sebagai tambahan materi bahan ajar di Akademi kebidanan tahirah Al Baeti Bulukumba.

Page 8: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PEMENUHAN GIZI PADA BALITA

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Stunting

a. DefinsiStunting

Stunting merupakan gangguan gizi yang bersifat kronis, sebagaimana disebutkan oleh WHO bahwa indeks tinggi badan menurut umur (TB/U) kurang dari -2 SD (moderate) atau dibawah -3 SD (severe stunting).Stunting merupakan gangguan pertumbuhan linier dan apabila terjadi pada masa golden periode (0-3 tahun), maka berakibat tidak baik pada perkembangan otak. Akibat yang dapat ditimbulkan di masa yang akan datang adalah terjadinya penurunan kemampuan intelektual dan produktivitas, peningkatan risiko penyakit degeneratif dan kelahiran bayi dengan berat lahir atau prematur. a) Faktor yang Mempengaruhi Stunting

1. Usia mempengaruhi terjadinya stunting, pertumbuhan tubuh bayi dimulai dari bagian torso atau batang tubuh, kemudian bagian kaki setelah usia satu tahun . Tingkat aktivitas, tingkat metabolisme basal dan tingkat pertumbuhan setiap anak berbeda di setiap tahap perkembangan usianya . Berdasarkan penelitian sebelumnya didapatkan data bahwa usia anak memiliki hubungan dengan kejadian stunting (20).

2. Jenis KelaminTerdapat hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian stunting dimana kejadian stunting lebih tinggi pada anak laki-laki dibanding anak perempuan masing-masing 42 dan 38% . Anak laki-laki berisiko mengalami stunting 1,4 lebih besar daripada perempuan.

3. Asupan Makanan Penelitian menyatakan bahwa terdapat hubungan bermakna antara tingkat asupan energi dengan kejadian stunting.

4. Pendidikan Orang Tua merupakan penerima segala jenis informasi sehingga pendidikan orang tua menjadi sangat penting dalam mempengaruhi tumbuh kembang anak. Jenis informasi yang dapat diakses tentang tata cara pengasuhan anak yang baik, bagaimana menjaga kesehatan anaknya, pendidikannya, dan sebagainya. Pendidikan ibu memiliki hubungan yang kuat dengan status gizi balita khususnya prevalensi stunting. Penelitian sebelumnya menunjukkan pengetahuan ibu mengenai gizi menjadi salah satu faktor terjadinya stunting.

5. Sanitasi Penelitian menunjukkan ada hubungan positif dan signifikan antara sanitasi kurang baik dengan stunting pada anak usia 0—23 bulan.

6. Berat Bayi Baru Lahir Penelitian menunjukkan ada hubungan positif dan signifikan antara berat badan lahir rendah dengan stunting pada anak usia 0—23 bulan (24). Penelitian lain menyatakan bahwa kejadian stunting berhubungan secara bermakna dengan berat lahir. Bayi dengan berat badan lahir rendah berisiko terjadi infeksi terutama di 6 bulan pertama kehidupannya. Infeksi tersebut dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya stunting .

7. MP-ASI Terdapat hubungan yang signifikan antara waktu pertama pemberian MP- ASI yang terlalu dini terhadap kejadian stunting.

b. Dampak stunting Dampak dari kejadian stunting merujuk pada kerangka konseptual WHO mencakup dampak jangka pendek dan jangka panjang berupa aspek kesehatan, aspek perkembangan, dan aspek ekonomi. Dampak jangka pendek pada aspek kesehatan meliputi mortalitas dan morbiditas, aspek perkembangan meliputi perkembangan kognitif, psikomotor dan bahasa. Pada aspek ekonomi mencakup biaya kesehatan karena harus merawat anak yang menderita sakit. Adapun dampak jangka panjang pada aspek kesehatan meliputi postur fisik saat dewasa, obesitas,

Page 9: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PEMENUHAN GIZI PADA BALITA

dan kesehatan reproduktif, aspek perkembangan meliputi kinerja di sekolah dan kapasitas belajar yang kurang optimal, pada aspek ekonomi mencakup kapasitas kerja dan produktivitas kerja. Mayoritas perkembangan otak anak lengkap pada usia 2 tahun dan kekurangan gizi selama periode ini dapat meningkatkan risiko keterlambatan perkembangan dan kognitif pada anak

c. Pencegahan dan Penanganan Stunting dapat dilakukan dengan pemberian a) protein hewani, ASI, b) MP-ASI, c) lingkungan yang bersih terutama pada air bersih dan ketersediaam jamban, d) Dukungan pemerintah seperti posyandu serta e) Tambahan suplemen gizi pada 1000 hari kehidupannya. f) Asupan makanan (konsumsi energi dan protein)Asupan makanan berkaitan

dengan kandungan nutrisi (zat gizi) yang terkandung didalam makanan yang dimakan.

B. Pertumbuhan Balita Pertumbuhan Balita Menurut Tanuwidjaya dalam Narendra et al(2002). Anak memiliki ciri

khas yang selalu tumbuh dan berkembang sejak saat konsepsi sampai masa remaja akhir. Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan intraseluler yang berarti juga bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh sebagian atau secara keseluruhan. Pertumbuhan bersifat kuantitatif, dengan demikian pertumbuhan dapat diukur menggunakan satuan panjang atau satuan berat.

a. Pertumbuhan memiliki ciri-ciri sebagai berikut : a) perubahan ukuran, b) perubahan proporsi, c) menghilangkan ciri-ciri lama dan d) timbulnya ciri-ciri baru.

Pertumbuhan pada masa balita lebih lambat dibandingkan pada bayi masa kini,

namun pertumbuhan stabil. Memperlambat kecepatan pertumbuhan tercermin dalam

penurunan nafsu makan, padahal anak-anak membutuhkan energi dan zat gizi yang

memadai untuk memenuhi mereka kebutuhan gizi. Pertumbuhan tinggi badan pada manusia

tidak seragam di setiap tahap kehidupan. Pertumbuhan maksimal terjadi sebelum

kehidupan, pada bulan ke 4 kehidupan janin yaitu 1,5 mm per hari, setelah itu ada

penurunan kecepatan secara progresif, setelah lahir bayi masih dapat tumbuh sangat cepat

dibandingkan dengan anak lebih tua. Satu tahun setelah lahir, panjang badan dibandingkan

dengan anak yang lebih tua. Satu tahun setelah lahir, panjang badan bayi meningkat 50%

dan pada tahun kedua panjang badan bertambah 12-13 cm. Setelah itu peningkatan tinggi

badan merata sekitar 5-6 cm per tahun. Percepatan pertumbuhan pertama kali terjadi pada

kaki dan tangan, kemudian pada betis dan lengan bawah, diikuti pinggul dan dada, dan

kemudian pada bahu. Pertumbuhan pada kaki lebih dahulu berhenti daripada hampir semua

bagian kerangka lainnya.Pertumbuhan pada masa 12 balita lebih lambat daripada masa

bayi, namun pertumbuhannya stabil. Memperlambatnya kecepatan pertumbuhan tercermin

dalam nafsu makan, padahal anak-anak membutuhkan energi dan zat gizi yang memadai

untuk memenuhi kebutuhan zat gizi (Brown, 2008).

Page 10: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PEMENUHAN GIZI PADA BALITA

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif merupakan metode yang digunakan untuk

menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul

sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau

generalisasi (Sugiyono, 2014). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah ibu yang anaknya

mengalami stunting yang berjumlah 95 orang di Desa Bontotiro Kabupaten Bulukumba. Teknik

pengambilan sampel ini adalah purposive sampling. sebanyak 49 responden (100%) dari populasi.

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah primer dan sekunder. Pengumpulan

data primer dilakukan dengan cara mengisi kuesioner dengan ibu yang anaknya yang mengalami

stunting. Pengumpulan data sekunder berasal dari Dinas Kesehatan. Variabel yang digunakan dalam

penelitian ini adalah variabel tunggal. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel adalah pengetahuan

dan sikap ibu terhadap stunting.

Page 11: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PEMENUHAN GIZI PADA BALITA

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL

1. Karakteristik Responden

Pada bagian karakteristik responden peneliti akan menyajikan hasil berdasarkan tiga variabel diantaranya :

a. Usia

Tabel 1 distribusi frekuensi responden berdasarkan usia di Desa Bontotiro

No Kriteria n %

1 <22 tahun 4 8,1

2 22-35 tahun 38 77,6

3 >35 tahun 7 14,3

Total 49 100

Data Primer Tahun (2020)

Tabel 1 di atas, menunjukkan bahwa dari 49 responden, usia < 22 tahun yakni sebanyak 4 (8.1%), usia 22-35 tahun

yakni sebanyak 38 (77.6%) dan usia > 35 tahun yakni sebanyak 7 (14.3%).

b. Pendidikan

Tabel 2 distribusi frekuensi responden berdasarkan Pendidikan di Desa Bontotiro

No Kriteria n %

1 Tidak sekolah 14 28,6

2 SD 16 32,7

3 SMP 14 28,6

4 SMA 5 10,2

Total 49 100

Data Primer Tahun (2020)

Tabel 2 di atas, menunjukkan bahwa dari 49 responden, Pendidikan Tidak Sekolah yakni sebanyak 14

(28.6%), Pendidikan SD yakni sebanyak 16 (32.7%), Pendidikan SMP yakni sebanyak 14 (28.6%) dan

Pendidikan SMA yakni sebanyak 5 (10.2%).

c. Pekerjaan

Tabel 3 distribusi frekuensi responden berdasarkan pekerjaan di Desa Bontotiro

No Kriteria n %

1 IRT 49 100

Total 49 100

Data Primer Tahun (2020)

Tabel 3 di atas, menunjukkan bahwa dari 49 responden terdapat ibu bekerja sebagai IRT yakni

sebanyak 49 (100%) dan ibu bekerja sebagai wiraswasta, honorer dan PNS yakni sebanyak 0 (0%).

Page 12: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PEMENUHAN GIZI PADA BALITA

Tabel 4 distribusi frekuensi sikap tentang pemenuhan gizi pada balita stunting melalui budidaya sayuran di Desa

Bontotiro

P Mean TCR KET

1 3,43 68,57 Baik

2 3,27 65,30 Cukup

3 3,16 63,26 Cukup

4 3,1 62,04 Cukup

5 3,2 64,08 Cukup

6 3,31 66,12 Baik

7 2,94 58,77 Cukup

8 2,71 54,28 Cukup

9 2,8 55,91 Cukup

10 2,82 56,32 Cukup

11 3,1 62,04 Cukup

12 3,39 67,75 Baik

13 3,22 64,48 Cukup

14 3,41 68,16 Baik

15 3,71 74,28 Baik

Mean 3,17 63,42 Cukup

Data Primer Tahun (2020)

Tabel 4 di atas menunjukkan bahwa dari 49 responden dengan 15 pernyataan mengenai sikap tentang

pemenuhan gizi pada balita stunting melalui budidaya sayuran kategori baik yakni pada variabel 1,6,12,14,

dan 15 dengan mean rata-rata 3,45 dengan tingkat pencapaian responden (CTR) rata-rata 66,804.

Kategori cukup pada variabel 2,3,4,5,7,8,9,10,11 dan 13 dengan mean rata-rata 3,032 dengan tingkat

pencapaian respoden (CTR) rata-rata 60,648. Hasil penelitian menunjukkan sikap ibu tentang pemenuhan

gizi pada balita stunting melalui budidaya sayuran paling banyak pada kategori cukup, karena latar

belakang pendidikan ibu yang hanya berpendidikan SD, SMP dan Tidak Sekolah. Sikap erat kaitannya

dengan pendidikan, dimana dapat diasumsikan bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang maka akan

semakin baik sikapnya, begitupun sebaliknya. Pendidikan yang rendah tidak menjamin seseorang ibu akan

memiliki sikap yang baik, namun dengan adanya rasa ingin tahu yang tinggi dapat mempengaruhi tindakan

ibu tentang pemberian makanan yang tepat pada anak untuk mencegah terjadinya stunting.

B. Pembahasan

Adapun hasil dari penelitian yang dilaksanakan di Desa Bontotiro Kabupaten Bulukumba tentang

pemenuhan gizi pada balita stunting melalui budidaya sayuran berada pada kategori cukup, Karena latar belakang

pendidikan ibu yang hanya berpendidikan SD, SMP dan Tidak Sekolah. Sikap erat kaitannya dengan pendidikan,

dimana dapat diasumsikan bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang maka akan semakin baik sikapnya,

begitupun sebaliknya. Pendidikan yang rendah tidak menjamin seseorang ibu akan memiliki sikap yang baik,

Page 13: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PEMENUHAN GIZI PADA BALITA

namun dengan adanya rasa ingin tahu yang tinggi dapat mempengaruhi tindakan ibu tentang pemberian makanan

yang tepat pada anak untuk mencegah terjadinya stunting. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan peneltian yang

dilakukan oleh Talitha (2015) di Kelurahan Utan Kayu Utara Jakarta Timur yang menemukan bahwa sikap ibu

paling banyak pada kategori positif 81,1%, sedangkan 18,9% pada ibu dengan sikap yang di kategorikan negatif.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Wilujeng et al (2013) pada anak usia 1-3 tahun di Desa Puton Kecamatan

Diwek Kabupaten Jomban menunjukkan hal yang hampir serupa. Dalam penelitian tersebut, didapatkan bahwa

sebagian besar ibu memiliki sikap yang di kategorikan positif yaitu sebesar 52% sedangkan ibu yang memiliki sikap

dengan kategori negatif sebesar 48%. Menurut Ramadhani (2017) sikap juga sebagai ekspresi dari nilai-nilai yang

dimiliki oleh seseorang. Sikap bisa dibentuk sehingga terjadi perilaku yang diinginkan.

Hal ini dapat diartikan bahwa adanya pengetahuan yang tinggi didukung dengan sikap yang baik maka akan

tercermin perilaku yang baik tentang makanan sehat. Sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat

ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang

terbuka. Sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, bukan merupakan pelaksanaan atau

tindakan. Sikap mempengaruhi pengalaman seorangindividu yang bersumber dari desakan didalam hati,

kebiasaan-kebiasaan serta pengaruh dari lingkungan sekitar individu tersebut. Menurut Kristina dalam Oktaningrum (2018) faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap yaitu : (1)

Pengalaman pribadi, 2) Orang lain, (3) Kebudayaan, (4) Media massa, (5) Lembaga pendidikan dan lembaga

agama, dan (6) Faktor Emosional. Tingginya sikap ibu siswa dalam pemberian makanan sehat kepada anak

disebabkan adanya beberapa faktor yaitu: perkembangan teknologi di masa sekarang ini sehingga akses menuju

kesehatan sangat mudah tergantung dari cara penggunaanya. Dengan banyak media tentang kesehatan yang

disaksikan atau diakses para ibu-ibu membuat ibu siswa mudah dipengaruhi iklan atau siaran tersebut.

Sayuran dan buah merupakan bahan makanan yang penting untuk memenuhi kebutuhan serat setiap harinya.

Hampir 10% penduduk Indonesia kurang konsumsi sayur dan buah setiap harinya (Kurniasih & Ardianto, 2017).

Sebuah keluarga dapat disebut KADARZI atau keluarga sadar gizi apabila salah satu cirinya adalah makan

beraneka ragam (Depkes, 2013). Hal ini dapat dicukupi dengan menyediakan hidangan sayuran dan buah yang

dapat dipanen dari hasil tanaman di pekarangan rumah

Page 14: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PEMENUHAN GIZI PADA BALITA

BAB VI

KESIMPULAN

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai Pemenuhan Gizi Pada Balita Stunting Melalui Budidaya

Sayuran di Desa Bontotiro Kabupaten Bulukumba dengan jumlah responden sebanyak 49 orang dapat disimpulkan

sebagai berikut

1. Hasil penelitian yang dilakukan di Desa Bontotiro Kabupaten Bulukumba mengenai pengetahuan Ibu

tentang stunting mayoritas berada pada kategori pengetahuan kurang 39 responden (79,6%).

2. Hasil penelitian yang dilakukan di Desa Bontotiro Kabupaten Bulukumba mengenai Pemenuhan Gizi Balita

Stunting Melalui Budidaya Sayuran di Desa Bontotiro mayoritas berada pada kategori cukup.

Page 15: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PEMENUHAN GIZI PADA BALITA

DAFTAR PUSTAKA

Azwar,S. 2013. Sikap manusia teori pengukuran. Yogyakarta: Pustaka pelajar offse

Depkes. (2013). Strategi KIE Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi). Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Dinas kesehatan Sulawesi Selatan. 2019. Angka Stunting di Sulsel masih tinggi

diindonesia.https://www.mediasulsel.com/angka-stunting-di-sulsel-masih-tinggi-di-indonesia/

diakses tanggal 12 desember 2019

Kemenkes. 2016. https://www.depkes.go.id

Notoatmodjo. 2014. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Oktaningrum. 2018. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Dalam Pemberian Makanan Sehat dengan

Status Gizi Anak SD Negeri 1 Beteng Kabupaten Magelang. Universitas Negeri Yogyakarta :

Yogyakarta..

Page 16: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PEMENUHAN GIZI PADA BALITA

Lampiran 1

Biodata ketua

Nama :Jusni.S.ST.M.KES

NIDN : 0924049003

Jabatan :

e-mail : [email protected]

Biodata pengusul 1

Nama :Dr,Sri Ningsih.SS.,M.HUM

NIDN :

Jabatan :

e-mail : @gmail.com

Page 17: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PEMENUHAN GIZI PADA BALITA

PEMENUHAN GIZI PADA BALITA STUNTING MELALUI BUDIDAYA SAYURANG DI DESA

BONTIRO

Total RAB Rp :5.150.000

Jenis

Pembelajaran

Item Satuan Vol Biaya satua Total

Honor Pengelola

dan

analisis

data

p 1 800.000 800.000

Honor Proofedear

manuscript

publikasi

p 1 1000.000 1000.000

Belanja

barang non

oprasional

Kertas A4 paket 1 750.000 750.000

Belanja

barang non

oprasional

Tinta print unit 4 100.000 400.000

Belanja

barang non

oprasional

Tinta

warna

unit 2 100.000 200.000

Belanja

barang non

oprasional

Pulpen Paket 5 50.000 250.000

Belanja

barang non

oprasional

Responden

kit

Paket 1 250.000 250.000

Belanja

perjalanan

lainnya

Transport

untuk

sampel

OH 3 150.000 450.000

Belanja

perjalanan

lainnya

Perjalanan

lokasi

penelitian

OH

3 100.000 300.000

Belanja

perjalanan

lainnya

Transport

petugas

lapangan

OH 3 250.000 750.000

Page 18: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PEMENUHAN GIZI PADA BALITA

JADWAL WAKTU PENELITIAN

No

.

Jenis

Kegiatan

SEPTEMBE

R

OKTOBE

R

NOVEMBE

R

DESEMBE

R Juni Juli

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1. Penyusunan

proposal

2. Pengurusan

izin

3. Penyusunan

instrumen

4. Pengujicoba

an instrumen

5. Pengumpula

n data

6.

Pengolahan

dan analisis

data

7.

Penyusunan

laporan

penelitian

8. Penyajian

laporan

Lampiran hadir seminar hasil

Page 19: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PEMENUHAN GIZI PADA BALITA

DAFTAR HADIR SEMINAR HASIL PENELITIAN PROGRAM DIPA

AKBID KEBIDANAN TAHIRAH AL BAETI BULUKUMBA 2019

HARI / TANGGAL :

WAKTU :

TEMPAT :

JUDUL :

NO NAMA TANDA TANGAN

Bulukumba 2019

Narasumber

BERITA ACARA

Page 20: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PEMENUHAN GIZI PADA BALITA

PELAKSANAAN SEMINAR HASIL PENELITIAN DOSEN PROGRAM DIPA

AKADEMI KEBIDANAN TAHIRAH AL BAETI BULUKUMBA

Pada hari ini, tanggal bertebat di puskesmas

Telah dilkasnakan seminar hasil penelitian program hibah dikti

Catatan

Uraian revisi Tanda tangan /tanggal setelah revisi

Page 21: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PEMENUHAN GIZI PADA BALITA
Page 22: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PEMENUHAN GIZI PADA BALITA
Page 23: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PEMENUHAN GIZI PADA BALITA
Page 24: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PEMENUHAN GIZI PADA BALITA
Page 25: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PEMENUHAN GIZI PADA BALITA
Page 26: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PEMENUHAN GIZI PADA BALITA
Page 27: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PEMENUHAN GIZI PADA BALITA
Page 28: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PEMENUHAN GIZI PADA BALITA
Page 29: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PEMENUHAN GIZI PADA BALITA
Page 30: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PEMENUHAN GIZI PADA BALITA
Page 31: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PEMENUHAN GIZI PADA BALITA
Page 32: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PEMENUHAN GIZI PADA BALITA
Page 33: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PEMENUHAN GIZI PADA BALITA
Page 34: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PEMENUHAN GIZI PADA BALITA
Page 35: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PEMENUHAN GIZI PADA BALITA
Page 36: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PEMENUHAN GIZI PADA BALITA
Page 37: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PEMENUHAN GIZI PADA BALITA
Page 38: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PEMENUHAN GIZI PADA BALITA