laporan biokar ahmada
TRANSCRIPT
-
7/25/2019 LAPORAN BIOKAR AHMADA
1/15
Laporan Praktikum iologi Karang
-
7/25/2019 LAPORAN BIOKAR AHMADA
2/15
BAB I
METODOLOGI
Praktikum ini terdiri dari beberapa proses, yaitu pengambilan sampel karang, dekalsifikasi,
dan pengamatan serta perhitungan kerapatan zooxanthellae. Sampel karang diambil dari perairan
pasir putih Situbondo Jawa Timur. Cara pengambilannya yaitu dengan menyelam hingga
mencapai kedalaman di mana terdapat ekosistem terumbu karang yang diinginkan, setelah itu
dipatahkan sedikit bagiannya lalu diwtkan dengan menggunakan formalin 10% ke dalam botol
plakon agar tahan hingga dilakukan analisis laboratorium pada sampel tersebut.
-
7/25/2019 LAPORAN BIOKAR AHMADA
3/15
menggunakan counter. Data hasil pengamatan selanjutnya digunakan untuk menghitung
kerapatan atau densitas zooxanthellae.
-
7/25/2019 LAPORAN BIOKAR AHMADA
4/15
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Endosimbion Karang
Salah satu sifat konservatif karang adalah bersimbiosis dengan zooxanthellae, dikenal
dengan istilah endosimbiosis. Zooxanthellae merupakan kelompok dinoflagellata fototropik yang
umumnya tedapat sebagai endosimbion pada beberapa invertebrata laut (Trench, 1993).
Simbiosis ini memiliki peran besar dalam mekanisme hidup karang. Produksi primer yang
dihasilkannya menyumbang dalam berbagai kehidupan karang. Walaupun semua species karangdapat menggunakan sengat tentakel untuk menangkap mangsanya, namun zooxanthellae
menyumbang nutrisi yang besar bagi karang. Di dalam jaringan karang, hidup ribuan
zooxanthellae (Soroki, 1993). Biota ini menghasilkan energi langsung dari cahaya matahari
melalui aktifitas fotosintesis. Hubungannya dengan karang bersifat timbal balik yang saling
menguntungkan. Karang dapat memperoleh banyak energi dari zooxanthellae sebaliknya
zooxanthellae yang hidup di dalam jaringan tubuhnya memperoleh tempat perlindungan dari
pemangsa dan memakai karbondioksida yang dihasilkan karang dari proses metabolismenya.
Asosiasi yang erat ini sangat efisien, sehingga karang dapat bertahan hidup bahkan di perairan
yang miskin zat hara. Keberhasilan hubungan ini dapat dilihat dari besarnya keragaman dan usia
karang yang sudah sangat tua, yang berevolusi pertama kali lebih dari 200 juta tahun yang lalu.
Simbiosis ini diawali oleh peluang pertemuan antara zooxanthellae dan karang,
zooxanthellae bersifat planktonik dan karang bersifat sesil salah satu penyebab adanya
endosimbiosis adalah dinamika air laut, proses recognisi dan pada akhirnya relokasizooxanthellae pada karang merupakan fenomena respon biotik sebagai turunan dari aktivitas
fisik dinamik air laut dan proses iterkoneksitas kimiawi. Relokasi zooxanthellae pada karang
-
7/25/2019 LAPORAN BIOKAR AHMADA
5/15
2.2 Proses Kalsifikasi dan Dekalsifikasi pada Karang
2.2.1 Kalsifikasi
Kalsifikasi adalah proses yang menghasilkan kapur dan pembentukan rangka karang
(Timotius, 2003). Kapur dihasilkan dalam reaksi yang terjadi dalam ektodermis karang. Reaksi
pembentukan deposit kapur mensyaratkan tersedianya ion kalsium dan ion karbonat. Ion kalsium
tersedia dalam perairan yang berasal dari pengikisan batuan di darat. Ion karbonat berasal dari
pemecahan asam karbonat. Kalsium karbonat yang terbentuk kemudian membentuk endapan
menjadi rangka hewan karang. Sementara itu, karbondioksida akan diambil oleh zooxanthellaeuntuk fotosintesis. Pengambilan atau pemanfaatan karbon (CO2) dalam jumlah yang sangat besar
untuk keperluan kalsifikasi kemudian menghasilkan terumbu karang sebaran vertikal dan
horisontal yang amat luas.
Kalsifikasi dipengaruhi oleh fotosintesis zooxanthellae dan hasilnya. Sebagai contoh Pearse dan
Muscatine (1971 dalam Wood, 1983) menggunakan senyawa radioaktif untuk menelusuri hasil
fotosintesis. Hasilnya menunjukkan bahwa hasil fotosintesis banyak ditemukan pada ujung-ujungcabang. Hasil fotosintesis menunjang pertumbuhan cabang. Kenaikan nutrien akan menurunkan
kalsifikasi karena terjadi peningkatan fosfat.
-
7/25/2019 LAPORAN BIOKAR AHMADA
6/15
b.Dekalsifikasi dengan konsentrasi asam kuat (200 ml)
HCL (Hidrogen Chlorida) 10 % = 10 ml
Formalin = 10 ml
Akuades (Steril atau Non steril) = 180 ml
2.3 Analisis Perhitungan Densitas Karang
Zooxanthella yang hidup di dalam jaringan karang memiliki jumlah yang berbeda pada
setiap jenis karang. Berikut merupakan perbandingan zooxanthellae normal dari spesies
Acropora milepora,Acropora humilis, dan Seriatopora hystrix.
Gambar 1.Grafik perbandingan zooxanthellae normal padaAcropora milepora,Acropora
humilis, dan Seriatopora hystrix.
-
7/25/2019 LAPORAN BIOKAR AHMADA
7/15
Gambar 2. Grafik perbandingan zooxanthella normal, proliferasi dan terdegradasi pada
Acropora milepora,Acropora humilis, dan Seriatopora hystrix.
-
7/25/2019 LAPORAN BIOKAR AHMADA
8/15
dan sebelum dimasukkan kedalam botol sampel yang telah berisi larutan formalin untuk
mengawetkan sampel karang, dimana pada saat lendir keluar dari jaringan karang kemungkinan
zooxanthella ikut keluar sehingga pada saat perhitungan densitas zooxanthella pada spesies ini
lebih rendah.
Selain itu ada beberapa factor yang dapat mempengaruhi besar kecilnya nilai densitas
zooxanthellae, antara lain kedalaman. Kedalaman adalah salah satu faktor yang mempengaruhi
jumlah intensitas cahaya yang masuk ke dalam perairan. Cahaya tersebut dibutuhkan
zooxanthellae sebagai penyuplai utama kebutuhan karang sebagai inang. Semakin dalam suatu
perairan maka semakin sedikit cahaya yang masuk ke dalam perairan tersebut. Dari penelitianAffandi, dkk (2012) menunjukkan bahwa jumlah zooxanthella pada karang Acropora sp
menurun seiring dengan bertambah nya kedalaman.
Faktor selanjutnya adalah suhu. Muscatine (1985) mengatakan bahwa karang tidak dapat
memberikan nutrien yang cukup kepada simbionnya pada suhu yang tinggi. Pertumbuhan karang
optimum terjadi pada perairan yang rata-rata suhu berkisar 230-25
0C, akan tetapi karang mampu
mentolelir suhu pada kisaran 200
-400
C. Selain itu suhu yang tinggi juga mengakibatkanpenurunan densitas zooxanthella, suhu di kedalaman 10 adalah 30
0C lebih rendah dibandingkan
dengan kedalaman lain. Seperti yang dinyatakan Fitt et al, (2000) densitas zooxanthella karang
paling rendah terjadi pada musim panas dan paling padat terjadi pada musim dingin.
Faktor selanjutnya adalah arus, di mana merupakan faktor penting dalam proses
tranportasi makanan berupa unsur hara, larva dan oksigen yang dibutuhkan karang (Thamrin,
2006). Kecepatan arus berbeda-beda pada setiap kedalaman. Arus berfungsi sebagai pembersihpolip karang dari kotoran yang menempel. Kecepatan arus di Pulau Sironjing Gadang tergolong
baik berkisar antara 20-30 cm/detik. Arus juga diperlukan sebagai ketersediaan suplai makanan
jasad renik serta terhindarnya karang dari timbunanan endapan sedimen
-
7/25/2019 LAPORAN BIOKAR AHMADA
9/15
BAB III
KESIMPULAN
Dari hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa kerapatan zooxanthella yang paling besar
adalah spesies Acropora humilis, selanjutnya adalahAcropora milepora, dan yang paling kecil
nilai densitasnya adalah Seriatopora hystrix. Jenis zooxanthella yang paling banyak ditemukan
adalah yang normal, selanjutnya yang terdegradasi, dan yang paling sedikit ditemukan adalah
yang berproliferasi. Dari data tersebut dapat diasumsikan bahwa kondisi karang di perairan
Situbondo masih terbilang cukup baik karena sebagian besar zooxanthella yang ditemukanadalah yang normal. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi densitas zooxanthella antara lain
factor stress, kedalaman, arus, suhu, salinitas, dan pH.
-
7/25/2019 LAPORAN BIOKAR AHMADA
10/15
DAFTAR PUSTAKA
Barus, T. A. 2004. Pengantar Limnologi Studi Tentang Ekosistem Air Daratan. Medan:USU Press.
Fitt W. K., F. K. McFarland, M. E. Warner dan G. C. Chilcoat. 2000. Seasonal pattern of tissue
biomass and densit ies of symbioti c dinoflagell ates in reef corals and reletion to coral
bleaching.Limnol. Oceanogr.
Glynn P. W. 1990. Coral Mortali ty And Disturbance I n Coral Reefs In The Tropical Eastern
Pacific.Pp. 55-126 in Global Ecological Consequences of the 1982-83 El-Nino Southern
Ocillation.P. W. Glynn ed. Elsevier, Amsterdam.
Muscatine, L.1985. Nutr iti on of Coral .Academic Pressinc. New York
Supriharyono. 2007. Konservasi Ekosistem Sumberdaya Hayati di Wilayah Pesisir dan Laut
Tropis.Pustaka Pelajar, Jakarta
Thamrin.2006. Karang Biologi Reproduksi dan Ekologi. Minamandiri pres. Pekanbaru
Timotius, S. 2003. Biologi Terumbu Karang.http:www.unimondo.org/Media/Files/ biologi-
karang. [6 Januari 2016]
Veron, J. E. N. 1995. Coral I n Space And Time. Australian Institute of Marine Science Cape
Ferguson, Townsville, Quensland.
Muscatine, L. 1990. The Role of Symbiotic Algae in Carbon and Energy Flux in Reef Corals.Coral Reefs 25, 1-29.
Juniarti, R., Alsyah N.E dan Munasik. 2005. Study Perubahan Densitas Zooxanthella Pada
T l k i D T l t i K A A D St l h P till t
-
7/25/2019 LAPORAN BIOKAR AHMADA
11/15
LAMPIRAN
NO. JENIS GAMBAR
1 Normal
Acropora milepora (a)
Acropora milepora (b)
Acropora humilis (a)
-
7/25/2019 LAPORAN BIOKAR AHMADA
12/15
Seriatopora hystrix (b)
2 Terdegradasi
Acropora milepora (a)
Acropora milepora (b)
-
7/25/2019 LAPORAN BIOKAR AHMADA
13/15
Seriatopora hystrix (a)
Seriatopora hystrix (b)
3 Proliferasi
Acropora milepora (a)
-
7/25/2019 LAPORAN BIOKAR AHMADA
14/15
Seriatopora hystrix (a)
Seriatopora hystrix (b)
-
7/25/2019 LAPORAN BIOKAR AHMADA
15/15