laporan budidaya tanaman tahunan acara 1

38
LAPORAN PRAKTIKUM BUDIDAYA TANAMAN TAHUNAN (AGT 312) ACARA I PENGOLAHAN TANAH Disusun oleh: Kelompok D Ratna Annisah N A1L011158 Dwi Astuti A1L011159 Michael Maruao A1L011160 Wahyu meylandari A1L011161 Irman Nurwanto A1L011162 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN 1

Upload: irman-nurwanto

Post on 07-Feb-2016

233 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

Laporan

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Budidaya Tanaman Tahunan Acara 1

LAPORAN PRAKTIKUM

BUDIDAYA TANAMAN TAHUNAN (AGT 312)

ACARA IPENGOLAHAN TANAH

Disusun oleh:Kelompok D

Ratna Annisah N A1L011158Dwi Astuti A1L011159Michael Maruao A1L011160Wahyu meylandari A1L011161Irman Nurwanto A1L011162

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS PERTANIANPURWOKERTO

2013

1

Page 2: Laporan Budidaya Tanaman Tahunan Acara 1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tanaman karet (Hevea brasilliensis Muell Arg.) merupakan salah satu komoditi

pertanian (khususnya perkebunan) yang penting, baik untuk lingkup internasional

maupun bagi Indonesia. Selain sebagai sumber devisa negara non-migas, karet juga

menjadi sumber penghasilan hidup bagi banyak petani. Sumber devisa ini

dikembangkan melalui peningkatan efisiensi pengolahan dan optimalisasi

pemanfaatan sumber daya alam, tenaga kerja, modal, dan teknlogi yang tersedia.

Tanaman karet (Hevea brasiliensis) termasuk dalam famili Euphorbiacea, dan

sering disebut dengan nama lain, seperti rambung, getah, gota, kejai ataupun hapea.

Supaya tanaman karet dapat tumbuh dengan baik dan dapat menghasilkan lateks yang

maksimal maka perlu diperhatikan syarat-syarat tumbuh dan lingkungan yang

dibutuhkan oleh tanaman ini. Produksi tanaman karet yang ditanam pada lahan yang

tidak sesuai dengan syarat tumbuhnya maka akan terhambat dan tidak maksimal.

Lingkungan yang kurang baik juga sering mengakibatkan pertumbuhan tanaman dan

produksi lateks menjadi rendah.

Dalam budidaya karet banyak sekali hal yang perlu diperhatikan seperti dalam

pengolahan tanah, penanaman, pembibitan, panen, dan pengelolaan pasca panennya.

Pengolahan tanah merupakan kegiatan awal yang dilakukan dalam budidaya karet.

Pengolahan tanah untuk tanaman karet juga harus diperhatikan agar tanaman dapat

2

Page 3: Laporan Budidaya Tanaman Tahunan Acara 1

tumbuh dan produksi lateksnya maksimal. Mulai dari pembukaan lahan untuk

penanaman, pengolahan tanah, saluran irigasi dan drainase, serta pengelolaan gulma

yang ada pada lahan tersebut.

B. Tujuan

1. Mengetahui teknik pengolahan lahan yang baik bagi pertanaman karet

2. Mengetahui kondisi lahan yang baik bagi pertanaman karet

3

Page 4: Laporan Budidaya Tanaman Tahunan Acara 1

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Klassifikasi

Menurut Strasburgers (2004) taksonomi karet, yaitu:

Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae

Class : Dicotyledoneae

Sub class : Tricoccae

Familli : Euphorbiaceae

Genus : Hevea

Spesies : Hevea brasilliensis Muell Arg.

B. Morfologi

Tanaman karet merupakan pohon dengan ke tinggiannya dapat mencapai 30-40

m. Sistem perakarannya padat/kompak akar tunggangnya dapat menghujam tanah

hingga kedalaman 1-2 m, sedangkan akar lateralnya dapat menyebar sejauh 10 m.

Batangya bulat/silindris, kulit kayunya halus, rata, berwarna pucat hingga kecoklatan,

sedikit bergabus (Syamsulbahri,1996)

Daun karet berwarna hijau dan ditopang oleh tangkai daun utama dan tangkai

anak daun. Panjang tangkai daun utama antara 3-20 cm, sedangkan tangkai anak

daunnya antara 3-10 cm. Pada setiap helai daun karet biasanya terdapat tiga helai

anak daun. Pada musim kemarau daun menjadi kuning atau merah (setiawan,2000).

4

Page 5: Laporan Budidaya Tanaman Tahunan Acara 1

Pada satu karangan bunga (inflorensia) pada umumnya terdapat 3-15 malai.

Bunga betina dalam satu malai bervariasi antara 0-30 bunga, umumnya 4-6 bunga

betina terbentuk di ujung sumbu-sumbu malai. Jumlah bunga dalan satu pohon

bervariasi pada keaadan pembungaan yang cukup baik, jumlah bunga betina dapat

mencapai 6000-8000 bunga per pohon. Bunga jantan terdapat pada bagian bawah

malai dan ukurannya lebih kecil, sedangkan bunga betina ukurannya lebih besar dari

pada bunga jantan dan berbentuk bulat (bundar). Jumlah bunga jantan dalam satu

pohon dapat mencapai 60-70 kali lebih banyak dari bunga betina (Siagian, 2006).

Biji karet terdapat dalam setiap ruang buah. Jadi, jumlah biji biasanya tiga,

kadang enam, sesuai dengan jumlah ruang. Ukuran biji besar dengan kulit keras.

Warnanya cokelat kehitaman dengan bercak- bercak berpola yang khas (Pathamus,

1982).

C. Syarat Tumbuh

Pada dasarnya tanaman karet memerlukan persyaratan terhadap kondisi iklim

untuk menunjang pertumbuhan dan keadaan tanah sebagai media tumbuhnya.

1. Iklim

Daerah yang cocok untuk tanaman karet adalah pada zone antara 150 LS dan

150 LU. Diluar itu pertumbuhan tanaman karet agak terhambat sehingga memulai

produksinya juga terlambat.

5

Page 6: Laporan Budidaya Tanaman Tahunan Acara 1

2. Curah hujan

Tanaman karet memerlukan curah hujan optimal antara 2.500 mm sampai 4.000

mm/tahun,dengan hari hujan berkisar antara 100 sd. 150 HH/tahun. Namun demikian,

jika sering hujan pada pagi hari, produksi akan berkurang.

3. Tinggi tempat

Pada dasarnya tanaman karet tumbuh optimal pada dataran rendah dengan

ketinggian 200 m dari permukaan laut. Ketinggian > 600 m dari permukaan laut tidak

cocok untuk tumbuh tanaman karet. Suhu optimal diperlukan berkisar antara 25ºC

sampai 35ºC.

4. Angin

Kecepatan angin yang terlalu kencang pada umumnya kurang baik untuk

penanaman karet, karena dapat menyebabkan bibit tanaman karet dapat roboh atau

terbang terbawa oleh angin.

5. Tanah

Lahan kering untuk pertumbuhan tanaman karet pada umumnya lebih

mempersyaratkan sifat fisik tanah dibandingkan dengan sifat kimianya. Hal ini

disebabkan perlakuan kimia tanah agar sesuai dengan syarat tumbuh tanaman karet

dapat dilaksanakan dengan lebih mudah dibandingkan dengan perbaikan sifat

fisiknya.

Berbagai jenis tanah dapat sesuai dengan syarat tumbuh tanaman karet baik

tanah vulkanis muda dan tua, bahkan pada tanah gambut < 2 m. Tanah vulkanis

mempunyai sifat fisika yang cukup baik terutama struktur, tekstur, sulum, kedalaman

6

Page 7: Laporan Budidaya Tanaman Tahunan Acara 1

air tanah, aerasi dan drainasenya, tetapi sifat kimianya secara umum kurang baik

karena kandungan haranya rendah. Tanah alluvial biasanya cukup subur, tetapi sifat

fisikanya terutama drainase dan aerasenya kurang baik. Reaksi tanah berkisar antara

pH 3,0 ‐ pH 8,0 tetapi tidak sesuai pada pH < 3,0 dan > pH 8,0.

D. Pengolahan Tanah

Dalam penyiapan lahan karet dikenal dua jenis penyiapan lahan tanaman yaitu;

penanaman ulang (replanting) dan penanaman bukaan baru (new planting).

Penyiapan lahan bertujuan untuk memberikan kondisi pertumbuhan yang baik bagi

tanaman dan mengurangi infeksi Jamur Akar Putih, JAP, Rigidophorus liginosa

(Dirjen Perkebunan, 2006).

Saat persiapan penanaman tanaman karet, kecuali penyediaan bibit perlu juga

melaksanakan berbagai pekerjaan lainnya, yaitu pembukaan hutan atau

pembongkaran tanaman tua, pembersihan sisa – sisa tanaman, pembersihan gulma,

pengolahan tanah, pembuatan teras, pembuatan jalan dan sebagainya (Soetedjo,

1979).

Dewasa ini dalam budidaya karet dikenal beberapa istilah teknis yang

berhubungan dengan pembukaan lahan yang perlu diketahui, yakni :

1. New Planting (bukaan baru), yaitu penanaman karet yang dilaksanakan pada

lahan yang sebelumnya tidak ada tanaman karet yang diusahakan pada areal

tersebut. Bukan baru dilaksanakan pada tanah hutan, tanah peladangan, dan

sebagainya.

7

Page 8: Laporan Budidaya Tanaman Tahunan Acara 1

2. Replanting (bukaan ulangan), yaitu penanaman karet pada lahan yang

sebelumnya telah ditanami tanaman karet.

3. Konversi, yaitu penanaman karet pada lahan yang sebelumnya ditanami jenis

tanaman keras/perkebunan lain. Misalnya senula ditanami kopi, kemudian

diganti karet (Setyamidjaja, 2000).

Penyiapan lahan dapat dilakukan secara mekanis maupun khemis. Penyiapan

lahan secara mekanis dilakukan dengan tahapan, sebagai berikut : Penebangan Pohon.

Penebangan dilaksanakan dengan gergaji (chain saw) dan penumbangan dilakukan

secara teratur agar tidak terganggu kegiatan selanjutnya. Tunggul yang tersisa

dibongkar dengan buldozer dan dikumpul pada tempat yang banyak sinar matahari

dengan jarak yang teratur agar tidak mengganggu kegiatan pegolahan tanah

(Sunarwidi, 1982).

Tahapan pengolahan tanah, adalah:

1. Ripper. Ripper dimaksudkan untuk mengangkat tunggul dan sisa-sisa tanaman

yang tetinggal menggunakan traktor rantai dengan kedalaman garpu sekitar 45

cm. 

2. Luku. Meluku dilakukan dua kali dengan arah menyilang saling tegak lurus

sedalam 40 cm menggunakan taktor luku. Interval waktu luku I dan luku II

adalah 21 hari.

3. Ayap Akar. Semua sisa akar dan potongan karet yang masih tertinggal diayap

secara manual dan dikumpulkan ditempat tertentu untuk memudahkan

pemusnahannya.

8

Page 9: Laporan Budidaya Tanaman Tahunan Acara 1

4. Rajang. Rajang dilakukan untuk meratakan bongkahan – bongkahan tanah

sebagai akibat luku (Tirtoboma, 1981).

Penyiapan lahan secara khemis dilakukan dengan tahapan, sebagai berikut:

Penumbangan dan Pengumpulan pohon. Penumbangan pohon dilakukan dengan arah

teratur menggunakan kapak atau chain saw pada ketinggian 50 cm. Peracunan

tanggul. Peracunan dilakukan dengan menggunakan 2,4,5 T yang dilarutkan dalam

minyak solar dengan dosis 5 % dengan atau garlon.Larutan 2,4,5 T dalam minyak

solar dioleskan pada pangkal tunggul dengan ketinggian 20 cm dengan lebar 20 cm.

Bila menggunakan garlon, terlebih dahulu kulit dikupas pada ketinggian 10 cm dari

permukaan tanah lalu diracuni dengan garlon yang telah dilarutkan dalam solar dngan

dosis 10 % (Sunarwidi, 1982).

Pembangunan penutup tanah: Penutupan lahan karet siap olah dengan kacang-

kacangan (LCC) sangat diperlukan dan memberi keuntungan. Keutungannya antara

lain : meningkatkan kesuburan tanah, melindungi permukaan tanah dari erosi,

memperbaiki sifat-sifat tanah, meningkatkan pertumbuhan tanaman karet, menekan

jamur akar putih dan menekan biaya pengendalian gulma (Williams, 1982).

Ada beberapa macam komposisi benih kacangan yang sudah diketahui. Macam-

macam komposisi ini berkembang sesuai dengan penelitian dan pengalaman

bertahun-tahu di lapangan. Beberapa jenis kacangan yang dapat digunakan sebagai

penutup tanah di perkebunan karet diantaranya :

1. Kacangan campuran konvensional

9

Page 10: Laporan Budidaya Tanaman Tahunan Acara 1

Kacangan campuran konvensional terdiri dari Pueraria phaseoloides,

Calopogonium mucunoides, dan Centrosena pubescens merupakan penutup tanah

yang ideal di perkebunan karet. Campuran konvensional memberikan bahan organik

dan unsur hara ke dalam tanah lebih banyak dibandingkan dengan rumput alami,

melindungi tanah dengan sempurna dari erosi, dan memberikan efek penekanan

terhadap serangan JAP.

Dapat dibangun dengan teknik yang sederhana baik secara manual bila tenaga

kerja cukup tersedia maupun secara kimiawi. Kelemahannya yakni kurang toleran

terhadap suasana ternaung sehingga pertumbuhannya berangsur-angsur tertekan bila

tajuk tanaman karet menutup permukaan tanah.

2. Serelum (Calopogonium caeruleum)

Serelium memberikan bahan organik lebih banyak dari yang dihasilkan

kacangan konvensional dan melindungio permukaan tanah dari erosi setaraf atau

lebih baik dari kacangan campuran konvensional.

Secara kumulatif serelium mendorong pertumbuhan tanaman karet setaraf atau

ada kalanya lebih baik dibandingkan campuran kacangan konvensional. Juga

berperan menekan secara efektif serangan JAP. Dibanding dengan kacangan lainnya,

serelium lebih toleran terhadap suasana ternaung dan kekeringan, kurang disukai

hama; selama masa TM serelium dapat bertahan tumbuh dalam gawangan karet.

Pertumbuhan awalnya lebih lambat menutup permukaan tanah deibanding dengan

kacangan konvensional.

3. Mucuna bracteata

10

Page 11: Laporan Budidaya Tanaman Tahunan Acara 1

Mucuna bracteata merupakan jenis kacangan baru yang diintroduksi dari

negara India. Penggunaannya di perkebunan karet baru dilakukan selama 3 tahun

terakhir. Meskipun demikian jenis kacangan ini banyak diminati pekebun karet

karena dapat secara efektif menutup permukaan tanah pada masa TBM. Secara visual

penggunaan Mucuna bracteata pada areal TBM karet dapat mendorong pertumbuhan

tanaman karet setaraf dengan kacangan campuran konvensional maupun serelium.

Jenis kacangan ini menghasilkan bahan organik cukup besar dan

pertumbuhannya sangat cepat. Pengamatan di lapangan pertumbuhan sulur kacangan

yang sehat dapat mencapai >10 cm setiap 24 jam dan dengan penanaman sama

banyak dengan jumlah tegakan karet per hektar, ternyata dalam waktu 6 bulan dapat

menutup pemukaan tanah dengan sempurna. Dari kenyataan tersebut dapat dikatakan

mukana sangat efektif melindungi permukaan tanah dari erosi terutama pada masa

TBM.

Dibanding dengan kacangan lainnya, Mucuna bracteata lebih toleran terhadap

suasana ternaung dan kekeringan, kurang disukai hama dan tidak disukai ternak,

sehingga jenis kacangan ini sangat cocok untuk dipergunakan pada areal TBM yang

potensial mendapat gangguan ternak lembu maupun kambing. Selama masa TM

Mucuna bracteata masih dapat bertahan tumbuh dalam gawangan karet.

Kelemahannya karena pertumbuhan Mucuna bracteata sangat cepat, konsekuensinya

frekuensi rotasi pengendalian sulur menjadi lebih sering. Dalam dua minggu, apabila

pertumbuhan sulur tidak dikendalikan maka akan melilit batang tanaman karet.

(Anonim, 2013)

11

Page 12: Laporan Budidaya Tanaman Tahunan Acara 1

Pengimasan dan penyemprotan gulma. Pengimasan dan penyemprotan

menggunakan herbisida sistemik atau kontak diperlukan pada areal yang gulmanya

cukup tinggi atau pada areal vegetasi alang-alang. Untuk mencapai efectivitas terbaik,

pada areal yang gulma atau alang-alang sudah berdaun tua sebaiknya diadakan

pembabatan terlebih dahulu (Tjitrosoedirdjo, 1984).

12

Page 13: Laporan Budidaya Tanaman Tahunan Acara 1

III. METODE PRAKTIKUM

A. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan meliputi perkebunan karet PTPN IX Krumput,

Banyumas, kertas folio, dan kantong plastik.

Alat yang digunakan yaitu pensil, bolpoint, penggaris, penghapus, spidol,dan

kamera.

B. Prosedur Kerja

1. Mahasiswa dibagi dalam kelompok kecil sesuai dengan pembagian dalam setiap

rombongan,

2. Alat dan bahan dipersiapkan,

3. Mahasiswa ditugaskan ke lapangan untuk mengamati keadaan perkebunan dan

mendengarkan materi yang disampaikan pemateri,

4. Hasil pengamatan dituliskan pada kertas folio dengan alat tulis

5. Hasil pengamatan dikumpulkan untuk dinilai oleh asisten sebagai accan.

13

Page 14: Laporan Budidaya Tanaman Tahunan Acara 1

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

Terlampir.

B. Pembahasan

Syarat tumbuh tanaman karet memerlukan kondisi-kondisi tertentu yang

merupakan syarat hidupnya. Lebih rinci syarat tumbuh diuraikan sebagai berikut:

1. Iklim

Daerah yang cocok adalah pada zone antara 150 LS dan 150 LU, dengan

suhu harian 25 – 30oC.

2. Curah hujan

Tanaman karet memerlukan curah hujan optimal antara 2.000 - 2.500

mm/tahun dengan hari hujan berkisar 100 s/d 150 HH/tahun. Lebih baik lagi

jika curah hujan merata sepanjang tahun. Sebagai tanaman tropis, karet

membutuhkan sinar matahari sepanjang hari, minimum 5 – 7 jam/hari.

3. Tinggi tempat

Tanaman karet tumbuh optimal pada dataran rendah dengan ketinggian

200 m – 400 m dari permukaan laut (dpl). Pada ketinggian > 400 m dpl dan

suhu harian lebih dari 30oC, akan mengakibatkan tanaman karet tidak bisa

tumbuh dengan baik.

14

Page 15: Laporan Budidaya Tanaman Tahunan Acara 1

4. Angin

Kecepatan angin yang terlalu kencang pada umumnya kurang baik untuk

penanaman karet. Tanaman karet merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan

berbatang besar. Tinggi pohon dewasa mencapai 15 - 25 m. Batang tanaman

biasanya tumbuh lurus dan memiliki percabangan yang tinggi di atas.

5. Tanah

Berbagai jenis tanah dapat sesuai dengan syarat tumbuh tanaman karet

baik tanah vulkanis maupun alluvial. Pada tanah vulkanis mempunyai sifat

fisika yang cukup baik terutama struktur, tekstur, solum, kedalaman air tanah,

aerasi dan drainase, tetapi sifat kimianya secara umum kurang baik karena

kandungan haranya rendah.

Sedangkan tanah alluvial biasanya cukup subur, tetapi sifat fisikanya

kurang baik sehingga drainase dan aerasenya kurang baik. Tanah-tanah kurang

subur seperti podsolik merah kuning yang ada di negeri ini dengan bantuan

pemupukan dan pengelolaan yang baik bisa dikembangkan menjadi perkebunan

karet dengan hasil yang cukup baik.

Pada pada lapisan olah tanah tidak disukai tanaman karet karena

mengganggu pertumbuhan dan perkembangan akar, sehingga proses

pengambilan hara dari dalam tanah terganggu. Derajat keasaman mendekati

normal cocok untuk tanaman karet, yang paling cocok adalah pH 5-6. Batas

toleransi pH tanah adalah 4-8.

15

Page 16: Laporan Budidaya Tanaman Tahunan Acara 1

Sifat-sifat tanah yang cocok pada umumnya antara lain; aerasi dan

drainase cukup, tekstur tanah remah, struktur terdiri dari 35% tanah liat dan

30% tanah pasir, kemiringan lahan <16% serta permukaan air tanah < 100 cm

(Damanik, 2010).

Stecking merupakan kegiatan pembuatan patok yang dilakukan dalam budidaya

karet ketika akan dilakukan peremajaan. Patok yang dibuat difungsikan sebagai

penunjuk lokasi lahan yang akan ditebang. Hal ini dimaksudkan agar mempermudah

petugas perkebuanan dalam menentukan lokasi lahan mana yang nantinya dilakukan

upaya peremajaan (RiauPos, 2013).

Teras adalah bangunan konservasi tanah dan air yang dibuat dengan penggalian

dan pengurugan tanah, membentuk bangunan utama berupa bidang olah, guludan, dan

saluran air yang mengikuti kontur serta dapat pula dilengkapi dengan bangunan

pelengkapnya seperti saluran pembuangan air (SPA) dan terjunan air yang tegak lurus

kontur. (Yuliarta et al., 2002).

Sedangkan menurut Sukartaatmadja (2004), teras adalah bangunan konservasi

tanah dan air secara mekanis yang dibuat untuk memperpendek panjang lereng dan

atau memperkecil kemiringan lereng dengan jalan penggalian dan pengurugan tanah

melintang lereng. Tujuan pembuatan teras adalah untuk mengurangi kecepatan aliran

permukaan (run off) dan memperbesar peresapan air, sehingga kehilangan tanah

berkurang.

Terassering adalah suatu konsep yang digunakan untuk meletakkan tanaman

dengan system yang bertingkat-tingkat. Lahan yang paling cocok dan pas digunakan

16

Page 17: Laporan Budidaya Tanaman Tahunan Acara 1

untuk terassering adalah lahan yang bentuknya miring. Lahan seperti ini biasanya

ditemukan didaerah perbukitan. Bentuk tanah atau lahan yang miring akan

memudahkan kita untuk membuat konsep penataan , karewna tinggal menyusaikan

derajat kemiringan tersebut, namun demikian bukan berarti lahan yang bentuknya

datar tidak bisa digunakan untuk membuat terassering . Ada banyak keutungan jika

menggunakan konsep seperti ini (Arsyad, S. 1986).

Teras berfungsi mengurangi panjang lereng dan menahan air, sehingga

mengurangi kecepatan dan jumlah aliran permukaan, dan memungkinkan penyerapan

air oleh tanah. Dengan demikian erosi berkurang. (Arsyad, 1989).

Terdapat 8 macam terasering yang sering digunakan dalam suatu budidaya,

dengan menyesuaikan kemiringan lahan, diantaranya adalah :

1. Teras Datar (level terrace)

Teras datar dibuat pada tanah dengan kemiringan kurang dari 3 %

dengan tujuan memperbaiki pengaliran air dan pembasahan tanah. Teras

datar dibuat dengan jalan menggali tanah menurut garis tinggi dan tanah

galiannnya ditimbunkan ke tepi luar, sehingga air dapat tertahan dan terkumpul.

Pematang yang ada ditanami dengan rumput.

17

Page 18: Laporan Budidaya Tanaman Tahunan Acara 1

2. Teras Kridit (ridge terrace)

Teras kridit dibuat pada tanah yang landai dengan kemiringan 3 - 10

%, bertujuan untuk mempertahankan kesuburan tanah. Pembuatan teras kridit di

mulai dengan membuat jalur penguat teras sejajar garis tinggi dan

ditanami dengan tanaman seperti caliandra.

3. Teras Guludan (cotour terrace)

Teras guludan dibuat pada tanah yang mempunyai kemiringan 10 - 50 % dan

bertujuan untuk mencegah hilangnya lapisan tanah.

4. Teras Bangku (bench terrace)

18

Page 19: Laporan Budidaya Tanaman Tahunan Acara 1

Teras bangku dibuat pada lahan dengan kelerengan 10 - 30 % dan

bertujuan untuk mencegah erosi pada lereng yang ditanami palawija.

5. Teras Individu

Teras individu dibuat pada lahan dengan kemiringan lereng antara 30 – 50 %

yang direncanakan untuk areal penanaman tanaman perkebunan di daerah yang

19

Page 20: Laporan Budidaya Tanaman Tahunan Acara 1

curah hujannya terbatas dan penutupan tanahnya cukup baik sehingga

memungkinkan pembuatan teras individu.

6. Teras Kebun

Teras kebun dibuat pada lahan-lahan dengan kemiringan lereng antara 30 – 50

% yang direncanakan untuk areal penanaman jenis tanaman perkebunan.

Pembuatan teras hanya dilakukan pada jalur tanaman sehingga pada areal

tersebut terdapat lahan yang tidak diteras dan biasanya ditutup oleh vegetasi

penutup tanah. Ukuran lebar jalur teras dan jarak antar jalur teras disesuaikan

dengan jenis komoditas. Dalam pembuatan teras kebun, lahan yang terletak di

antara dua teras yang berdampingan dibiarkan tidak diolah.

20

Page 21: Laporan Budidaya Tanaman Tahunan Acara 1

7. Teras Saluran

Teras saluran atau lebih dikenal dengan rorak atau parit buntu adalah teknik

konservasi tanah dan air berupa pembuatan lubang-lubang buntu yang dibuat

untuk meresapkan air ke dalam tanah serta menampung sedimen-sedimen dari

bidang olah.

8. Teras Batu

Teras batu adalah penggunaan batu untuk membuat dinding dengan jarak yang

sesuai di sepanjang garis kontur pada lahan miring (Indahpermata, 2009).

Dari hasil survey praktikum yang telah dilakukan ke lokasi dapat diketahui

bahwa di perkebunan PTPN IX Krumput, pengolahan lahan yang dilakukan berupa

21

Page 22: Laporan Budidaya Tanaman Tahunan Acara 1

replanting yaitu penanaman ulang tanaman karet setelah tanaman yang lama

dianggap tidak ekonomis lagi.

Pengolahan tanah dimulai dari pembukaan lahan dengan pembabatan pohon –

pohon yang tumbuh. Pembabatan dilakukan dengan cara mekanik karena cakupan

lahan cukup luas. Alat yang digunakan yaitu traktor dan gergaji mesin karena lebih

ekonomis dibandingkan dedngan tenaga manusia. Pohon karet yang sudah ditebang

dimanfaatkan kembali dengan digunakan untuk kayu bakar dirumah pengasapan.

Setelah penebangan pohon tersebut, tanah kemudian dibongkar dengan cangkul

atau alat mesin semisal traktor hingga tidak ada lagi akar dari sisa penebangan

tersebut. Gunanya adalah agar tidak mengganggu pertumbuhan tanaman karet yang

akan ditanam dilahan tersebut. setelah itu penyiangan dilakukan untuk membersihkan

gulma, biasanya digunakan herbisida. Aplikasi pemberian herbisida dilakukan 4 – 5

kali hingga gulma benar – benar mati. Setiap kali diberikan herbisida yang dipakai

sebanyak 2.000 liter per ha.

Selesai dibersihkan, tanah dibiarkan hingga gulma benar – benar tidak tumbuh

lagi. Tanah dengan kemiringan lebih dari 10o langsung dibuat teras dengan lebar

minimal 1,5 m dan jarak antar teras yaitu 7 m. Pembuatan teras ini dimaksudkan

untuk mengurangi erosi. Pada tanah yang landai biasanya hanya dibuatkan rorak.

Rorak ini berguna sebagai pencegah erosi dan sebagai saluran air. Setelah semua

persiapan telah dilakukan maka tinggal langsung ke proses penanaman.

22

Page 23: Laporan Budidaya Tanaman Tahunan Acara 1

Pada kebun PTPN IX Krumput usaha konservasi telah dilakukan yaitu dengan

pembuatan teras dan penanaman LCC, sehingga tidak perlu lagi adanya usaha

konservasi lain.

23

Page 24: Laporan Budidaya Tanaman Tahunan Acara 1

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Penyiapan lahan dapat dilakukan secara mekanis maupun khemis. Penyiapan

lahan secara mekanis dilakukan dengan mesin seperti traktor dan gergaji mesin.

Sedangkan secara khemis yaitu dengan penumbangan pohon dan peracunan tanggul.

Pengolahan tanah yang dilakukan dimulai dari ripper, luku, ayapakar, dan rajang.

Kondisi lahan yang baik bagi pertumbuhan tanaman karet ialah kondisi iklim

memadai atau dengan suhu antara 25 – 30o, curah hujan tinggi antara 100 – 150

HH/tahun, angin yang tidak terlalu kencang, tinggi tempat antar 200 – 400 dpl, dan

tanah yang subur.

B. Saran

Waktu praktikum kurang lama dan tidak secara keseluruhan membahas semua

budidaya tanaman karet yang dilakaukan. Sebaiknya dalam praktikum lapang ini kita

dijelaskan semua hal secara terperinci agar praktikan dapat memahami semua aspek

budidaya.

24

Page 25: Laporan Budidaya Tanaman Tahunan Acara 1

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2013 http://onodirabatog27.blogspot.com/2013/05/land-clearing-dan-

penanaman-karet-dalam.html

Arsyad S, 1989. Konservasi Tanah dan Air. Bogor. IPB Press.

Arsyad S. 2006. Konservasi Tanah dan Air. Bogor: IPB Press.

Damanik, S., M. Syakir, Made Tasma, Siswanto. 2010. Budidaya dan Pasca Panen

Karet. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, Bogor. 86 hlm.

Direktorat Jenderal Perkebunan. 2006. Statistik Perkebunan Indonesia. Ditjen

Perkebunan, Jakarta.

Moraes, V.H.F. 1977. Rubber In Ecophysiology of Tropical Crops. Academic Press,

New York.

Riau Pos. 2013. Lebih dari 400 Hektar Dibabat Pemilik Modal.

http://m.riaupos.co/30436-berita--lebih-400-hektare-dibabat-pemilik-

modal.html#.UqmP1tIW2Np. (diakses 22 Desember 2013)

Setyamidjaya, D. 1993. Karet Budidaya dan Pengolahannya. Kanisius, Yogyakarta.

Soetedjo, R. 1979. Karet. PT. Soeroengan, Jakarta.

Sukartaatmadja, S. 2001. Penggunaan Bahan organik untuk Konservasi Tanah.

Institut Pertanian Bogor, Bogor. 25 hal.

Sunarwidi. 1987. Penyiapan/Pemukaan Lahan dan Penanaman Karet. Warta

Perkaretan.

Sutardi 1981. Faktor Ekologi daerah budidaya karet di Jawa dan beberapa

pengembangan di luar Jawa. Pertemuan Teknis Perkebunan II. Research

Centre Getas.

Tirtoboma. 1981. Teknik Bercocok Tanam Karet. Balai Penelitian Pertanian, Bogor.

Tjitrosoedirjo, S. 1984. Pengelolaan Gulma di Perkebunan. Gramedia, Jakarta.

Vijayakumar, K.R. Chandrasehkar, T.R. and Varghese Philip. 2000. Agroclimate In

Natural Rubber. Rubber Research of Indi, Australia.

25

Page 26: Laporan Budidaya Tanaman Tahunan Acara 1

Williams, C. W. 1982. The Agronomy of Major Tropical Crops. Oxford University

Press, Kuala Lumpur.

Yuliarta et al. 2002. Teknologi Budidaya pada Sistem Usahatani Konservasi.

Grafindo. Jakarta.

26