laporan cmc terbaik, docx
DESCRIPTION
CMCTRANSCRIPT
I. TUJUAN PERCOBAAN
Mengukur nilai konsentrasi misel kritis ( CMC ) dari berbagai sufaktan.
II. TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Koloid
II.1.1 Pengertian Koloid
Koloid adalah sistem dispersi.Sistem dispersi atau sintem sebaran
adalah suatu sistem yang menunjukkan bahwa suatu sistem zat terbagi
halus dalam zat lain. Zat yang terbagi atau terdispersikan disebut fase
terdispersi lebih dikenal sebagai medium pendispersi. Berdasarkan
perbedaan ukuran zat zat yang didispersikan. Sistem dispersi dibedakan
atas dispersi kasar, dispersi halus, dan dispersi molekuler.
Dispersi kasar / suspensi adalah sistem dua fase yang berbeda, tidak
jernih, dan memiliki diameter partikel yang lebih besar dari 10-3 cm.
Dispersi halus atau koloid adalah sistem dua fase yang ketercampurannya
berbeda diantara homogen dan heterogen, agak keruh, diameter partikel
10-7 sampai 10-5 cm. Dispersi molekuler / larutan adalah sistem satu fase
yang homogen, jernih, dan memiliki diameter tidak lebih 10 -7 cm
(Sumardjo, 2006).
II.1.2 Sifat Koloid
a. Memiliki gerak Brown
Gerak Brown adalah gerakan cepat, lurus, arahnya tidak menentu.
Besar kecilnya partikel koloid mempengaruhi kecepatan
geraknya.
Semakin kecil partikel – partikel koloid,maka gerak ( Sumardjo,
2006
b. Memili Efek Tyndall
Yaitu partikel – partikel koloid dapat menghamburkan berkas
yang mengenainya kesegala jurusan sehingga sinar yang
dihamburkan ini akan dapat terlihat. Koloid hidrofob lebih jelas
dari koloid hidrofil. Maka jaln berkas cahaya dalam larutan koloid
tampak jelas (Sumardjo, 2006).
c. Memiliki muatan
Partikel – partikel koloid bermuatan, partikel – partikel tersebut
dapat bergerak dalam medan listrik. Gerakan partikel – partikel
koloid yang disebabkan oleh adanya medan listrik ini disebut
elektroforesis ( Sumardjo, 2006 ).
II.1.3 Pembuatan Koloid
a. Metode Kondensasi
Dapat dilakukan dengan reaksi – reaksi kimia atau dengan cara
penurunan kelarutan. Seperti reaksi reduksi, oksidasi, hidrolisis,
atau reaksi penggeseran lebih banyak digunakan dari pada cara
penurunan kelarutan.
b. Metode Dispersi
Pembuatan koloid dengan menggunakan metode dispersi dapat
dilakukan secara mekanik, dengan listrik, dan peptitasi
(Sumardjo, 2006).
II.1.4 Pemurnian Koloid
a. Metode Dialisis
Dasar pemisahan koloid metode dialisis adalah dapat berdifusinya
elektrolit melalui membran semi permiabel tetapi partikel –
partikel koloid tidak dapat berdifusi.
b. Elektrodialisis
Adalah proses dialisis dengan menggunakan batuan medan listrik
dalam bejana, yang akan mempercepat perembesan ion – ion yang
berada dalam kantong.
c. Ultrafiltrasi
Penyaringan ultra adalah penyaring yang memiliki pori – pori
yang sangat halus atau membran dengan ruang renik yang
besarnya tertentu sehingga tidak dapat dilalui oleh partikel –
partikel koloid, tetapi dapat dilalui oleh ion – ion atau partikel –
partkel molekuler larutan (Sumardjo, 2006)
II.1.5 Jenis – Jenis Koloid
a. Aerosol
Aerosol adalah sistem koloid dari partikel padat atau cair yang
terdispersi dalam gas, jika zat yang terdispersi cair maka disebut
aerosol cair dan yang terdispersi berupa zat padat disebut aeroso
padat. Contoh : aerosol padat : asap dan debu, aerosol cair : kabut
dan awan.
b. Sol
Sol adalah sistem koloid dari padat atau cair yang terdispersi
dalam zat cair. Contoh : sol, sabun, sol kanji,dan tinta tulis.
c. Emulsi
Emulsi adalah sistem koloid dari zat cair yang terdispersi dalam
zat cair lain. Ada dua macam emulsi, yaitu emulsi minyak dalam
air dan emulsi air dalam minyak.
d. Buih
Buih adalah sistem koloid dari gas yang erdispersi dalam zat cair.
Contoh : buih sabun.
e. Gel
Gel adalah koloid yang setengah kaku ( antara padat dan cair ).
Contoh : selai, gelatin, dan gel silika ( Moechtar,1989 ).
II.1.6 Penggunaan Koloid
Contoh penggunaan koloid, dalam bidang :
a. Makanan : eskrim, kecap, selai, agar – agar.
b. Kosmetik : parfume, alas bedak, hair spray.
c. Induatri : lateks,cat, minyak bumi.
d. Obat – obatan : salep, obat sirup
(Mochtar, 1989).
II.2 Surfaktan
II.2.1 Pengertian Surfaktan
Surfaktan adalah zaat aktif permukaan yang terdiri dari dua gugus
yang berlawanan, yaitu gugus hidrofil dan gugus hidrofob oleh karena itu
surfaktan banyak digunakan pada proses permukaan dan antarmuka
(Arneli, 2003).
Surfaktan sebagai bahan kimia yang memiliki aplikasi dalam
berbagai bidang, termasuk kimia, biologi, dan farmasi. Bagian hidrofobik
dari agregat membentuk inti dari misel, sedangkan hidrofil terletak pada
antarmuka dalam kontak dengan dari terhidrasi oleh sejumlah molekul air,
tergantung pada struktur kimia surfaktan, misel dapat sebagai kationik,
anionik, ampholitik ( zwitterion ) atau noionik ( Domingguez, 1997 ).
II.2.2 Klasifikasi Surfaktan
Kelompok hidrofobik biasanya dari rantai panjang residu
hidrokarbon dan kurang terhalogenasi atau oksigenasi hidrokarbon atau
rantai siloksan. Kelompok hidrofilik yaitu kelompok ionik atau sangat
polar. Tergantung pada sifat hidrofilik,surfaktan diklasifikasikan menjadi :
a. Anionik, dengan gugus hidrofiliknya bermuatan negatif.
Contoh : RCOONa+ ( sabun )
b. Kationik,dengan gugus hirofiliknya bermiatan positif.
Contoh : RNH3+Cl- ( asam amin rantai panjang )
c. Nanionik, dengan gugus hidrofiliknya tidak bermuatan.
Contoh : R(OC2H4)XOH (polioksietilen alkohol)
d. Zwitterionik, dengan gugus hidrofiliknya bermuatan negatif dan
positif.
Contoh : RN+H2CH2COO-
(Rosen, 1978)
II.2.3 Efek Lingkungan Pada Surfaktan
a. Keteruraian Surfaktan
Surfaktan sebagai kinerja kimia yang digunakan untuk melakukan
fungsi khusus dalam beberapa proses atau produk. Berbeda
dengan bahan kimia organik lain yang digunakan untuk produk
yang berdampak pada lingkungan dari efek toksisitas maupun
biodegradabilitas pada organisme lain ( Rosen, 1978).
Sebuah ulasan yang memuaskan biodegradabilitas surfaktan
menunjukkan peningkatan biodegradabilitas dengan peningkatan
yang linier gugus hidrofobik dan penurunan untuk bahan isomer
oleh percabangan gugus tersebut (Swisher, 1987).
b. Surfaktan Toksisitas untuk dan Biokonsentrasi dalam Organisme
Laut.
Toksisitas pada surfaktan untuk organisme laut dan
konsentrasinya tergantung pada penyerapan dari surfaktan itu
sendiri untuk menembus membran sel surfaktan (Russen, 1999).
Parameter yang sama ditemukan korelasi yang baik untuk
surfaktan anionik dan nonionik dengan toksisitas rotifer. Begitu
juga untuk surfaktan kationik dengan rotifer dan toksisitas
ganggang hijau untuk alkil benzensulfonasi dengn biokonsentrasi
pada ikan (Rosen, 2001).
II.2.4 Karakterisasi Surfaktan
a. Struktur amphipatik
Molekul-molekul surfaktan tersusun oleh grup-grup yang
melawan kecenderungan suatu daya larut.
b. Daya larut
Surfaktan dapat larut paling tidak menjadi satu fase pada sistem
liquid.
c. Adsorpsi pada permukaan
Pada kesetimbangan, konsentrasi dari larutan surfaktan pada
fase permukaan lebih besar daripada konsentrasi pada
keseluruhan larutan.
d. Orientasi pada permukaan
Molekul-molekul dan ion-ion surfaktan membentuk monolayer
pada fase permukaan.
e. Formasi misel
Surfaktan membentuk agregat molekul atau ion yang disebut
misel ketika konsentrasi larutan surfaktan pada keseluruhan
larutan mencapai nilai tertentu yang biasa disebut CMC
(Critical Miselle Concentration).
f. Kegunaan
Larutan surfaktan digunakan sebagai komponen bahan adhesif,
bahan penggumpal, pembasah, pembusaan, emulsifier, dan
bahan penitrasi.
(Holmberg, 2004)
II.3 Misel
Misel yaitu penggabung molekul surfaktan pada konsentrasi tertentu.
Misel dinamakan juga koloid asosiasi.
Contoh gambar misel
II.4 CMC (Critical Miselle Concentration)
II.4.1 Pengertian CMC
CMC merupakan sifat penting surfaktan yang menunjukkan
batas konsentrasi krisis surfaktan dalam suatu larutan. Diatas CMC,
surfaktan akan membentuk micelle atau agregat. Dosis optimum
pemakaian surfaktan adalah disekitar harga CMC nya. Penggunaan
dosis surfaktan yang jauh diatas harga CMC mengakibatkan terjadinya
emulsi balik dan dari segi ekonomis tidak menguntungkan. Penentuan
CMC pada umumnya dengan cara mengukur tegangan muka atau
antar muka dari larutan surfaktan sebagai fungsi dari konsentrasi.
Makin tinggi konsentrasi surfaktan menyebabkan tegangan muka
makin rendah sampai mencapai suatu konsentrasi dimana tegangan
antar mukanya konstan. Batas awal konsentrasi mulai konstan disebut
CMC. Harga CMC dapat ditentukan dari sifat atau karaktersitik
surfaktan seperti surface tension, conductivity, solubilization.
Dibawah konsentrasi misel kritis biasanya surfaktan dapat bekerja
dengan baik, karena misel dalam molekulnya belum terbentuk,
sehingga dapat menjadi perantarauntuk mencampur dua buah larutan
yang sulit bercampur. Hal ini sangat penting untuk menentukan
konsentrasi saat suatu zat dapat digunakan sebagai surfaktan atau
pengemulsi yang baik. Konsentrasi misel kritis dapat ditentukan
melalui pengukuran konduktivitas, konduktivitas ekivalen, tekanan
osmosis, dan turbiditas (Hiemenz, 1997).
II.4.2 Harga CMC
Harga CMC, pada konsentrasi elektrolit lemah pada temperatur
ruang yaitu:
Anionik = 10-3-10-2 M
Amphoterik = 10-3-10-1 M
Kationik = 10-3-10-1 M
Nonionik = 10-5-10-4 M
(Laurier, 2000)
II.4.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi CMC dalam Larutan Berair
a. Struktur Surfaktan
Secara umum, CMC dalam medium air menurun jika
karakter hidrofobik surfaktan meningkat.
b. Penambahan elektrolit ke dalam larutan.
c. Keberadaan berbagai senyawa organik dalam larutan.
d. Keberadaan fase cair kedua.
e. Suhu larutan.
(Laurier, 2000)
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi nilai CMC, untuk
deret homolog surfaktan rantai hidrokarbon, nilai CMC bertambah
dua kali dengan berkurangnya satu atom C dalam rantai. Gugus
aromatik dalam rantai hidrokarbon akan memperbesar nilai CMC dan
juga memperbesar kelarutan. Adanya garam menurunkan nilai CMC
surfaktan ion. Penurunan CMC hanya bergantung pada konsentrasi
ion lawan, yaitu makin besar konsentrasinya makin turun CMCnya
(Amir, 2004).
II.5 Deterjensi
II.5.1 Pengertian Deterjensi
Deterjensi yaitu kemampuan dari deterjen untuk mengangkat
tanah (kotoran dan minyak) dari permukaan dengan menggusur dengan
bahan kimia untuk dibersihkan dari tanah (Davis, 1981).
II.5.2 Deterjen
Deterjen adalah suatu surfaktan atau campuran surfaktan dengan
sifat pembersih dalam solusi encer.
II.5.3 Bahan-Bahan Surfaktan
a. Surfaktan
b. Builder
Builder berfungsi meningkatkan efisiensi pencuci dari
surfaktan dengan cara menonaktofkan mineral penyebab
kesadahan air. Contoh : fosfat, asetat, silikat, dan sitrat.
c. Filter
Filter adalah bahan tambahan deterjen yang tidak mempunyai
kemampuan meningkatkan daya cuci, tetapi menambah
kuantitas. Contoh: sodium sulfat.
d. Aditif
Aditif adalah bahan tambahan untuk membuat produk lebih
menarik, misal pewangi, tidak berhubungan langsung dengan
daya cuci deterjen.
(Davis, 1981)
II.5.4 Jenis-Jenis Deterjen
a. Fosfat Deterjen
Deteren yang mengandung fosfat.
b. Deterjen surfaktan
Deterjen yang sangat beracun.
(Davis, 1981)
II.5.5 Sabun
Sabun merupakan surfaktan yang digunakan dengan air untuk
mencuci dan membersihkan. Bahan baku alkali. Contoh: NaOH, KOH,
Na2CO3, NH4OH. Bahan pendukung: NaCl dan zat aditif (Davis, 1981).
II.6 Kekeruhan
Kekeruhan di dalam air disebabkan oleh adanya zat tersuspensi, seperti
lumpur., zat organik. Kekeruhan merupakan sifat opstis dari suatu larutan,
yaitu hamburan dan adsorpsi cahaya yang melaluinya (Ilmia, 2002).
II.7 Turbidimetri
II.7.1 Turbidimeter
Turbidimeter adalah pengukuran spesies hamburan cahaya dalam
larutan dengan memanfaatkan intensitas cahaya berkas masuk setelah
dilewatkan melalui larutan. Untuk uji turbidimetri, perubahan cahaya
yang diserap (kebalikan darijumalah yang ditransmisikan) bisa
dikaitkan dengan jumlah aglutimasi yang terjadi. Dengan demikian,
jumlah analit (spesies yang menyebabkan aglutimasi) dalam sampel
bisa ditentukan dengan mudah (Khopkar, 2003).
II.7.2 Turbiditas
Turbiditas merupakan sifat optik akibat dispersi sinar dan dapat
dinyatakan sebagai perbandingan cahaya yang dipantulkan terhadap
cahaya yang tiba. Metode pengukuran turbiditas dibagi menjadi tiga
golongan, yaitu pengukuran perbandingan intensitas cahaya yang
dihamburkan terhadap intensitas yang datang, pengukuran terhadap
efek ekstingsi, yaitu kedalaman dimana cahaya yang mulai tidak
tampak di dalam lapisan medium yang keruh. Instrumen pengukuran
perbandingan tyndall disebut tyndallmeter, intensitas diukur secara
langsung. Turbidimeter