laporan fix

Upload: apriyantikamaludin

Post on 15-Jul-2015

329 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

A.

Latar Belakang Permas alahan Dengan mela kukan prakt ek kuliah lapangan ilmu sosial budaya dasar ini, dikhususkan

untuk penelitian kesehatan menggunakan perspektif ilmu-ilmu sosial buka n melakuka n penelitian biomedis, sehingga mahasiswa dapat meningkatkan wawasan, tida k ha nya di bangku kuliah dengan teori da n kons ep, tetapi dapat melihat realitas secara langsung dilapangan, selain itu mahasiswa diharapkan mampu memilih unsur-unsur kebudayaan, perilaku masyarakat yang perlu

dipertahankan dan yang perlu ditinggalkan karena dianggap dapat merugikan kesehatan. Selain itu, mahasiswa juga akan mendapatkan wawasan tentang kebiasaan tradisi sehubungan dengan perilaku sehat yang berkaitan dengan partisipasi masyarakat dalam meningkatkan derajat kesehatan, khususnya kehamilan, kesehatan ibu dan anak yang berfokus sebelum kehamilan, masa kehamilan, persalinan dan pasca persalinan serta etnomedisin masyarakat. Masyarakat di Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk, beribu ribu suku bangsa ada di dalamnya dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda beda. Keanekaragaman budaya ini merupakan kekayaan bangsa yang tiada ternilai. Kekayaan tersebut harus dilestarikan dan dikembangkan supaya dapat dipahami dari generasi ke generasi. Diantara kebudayaan maupun adat istiadat dalam masyarakat Indonesia ada yang menguntungkan, ada pula yang merugikan bagi status kesehatan ibu hamil, ibu bersalin, maupun ibu nifas. Faktor yang paling mempengaruhi status kesehatan masyarakat terutama ibu hamil, bersalin dan nifas adalah faktor lingkungan dan pendidikan disamping faktor faktor lainnya. Jika masyarakat mengetahui dan memahami hal hal yang mempengaruhi status kesehatan tersebut maka di harapkan masyarakat tidak melakukan kebiasaan atau adat istiadat yang merugikan kesehatan khususnya bagi ibu hamil, bersalin dan nifas. Oleh karena itu, ilmu pengetahuan sosial kemasyarakatan sangat penting dipahami oleh seorang bidan dalam menjalankan tugasnya. Karena bidan sebagai petugas kesehatan yang berada di garis depan dan berhubungan langsung dengan masyarakat, dengan latar belakang agama, budaya, pendidikan dan adat istiadat yang berbeda. Pengetahuan sosial dan budaya yang dimiliki oleh seorang bidan akan berkaitan dengan cara pendekatan untuk merubah perilaku dan keyakinan masyarakat yang tidak sehat, menjadi masyarakat yang berperilaku sehat. B. Permasalahan Telah diketahui bersama bahwa Indonesia memilki banyak bentuk masyarakat yang berbeda antara satu daerah dengan daerah lainnya, serta masih memegang teguh adat istiadat dan kebudayaannya dengan sangat baik, salah satunya adalah masayrakat desa Wangunsari. Namun demikian, masyarakat desa Wangunsari ini tidak menutup diri dari dunia luar yang mungkin hal tersebut berbeda dengan masyarakat Indonesia pada umumnya. Melihat fenomena ini wajar apabila terdapat keinginan untuk mengenal lebih dekat tentang masyarakat desa Wangunsari, khususnya di bidang kesehatan yang sangat1

berpengaruh bagi kehidupan. Sehingga dengan fakta tersebut mahasiswi perlu mengetahui keadaan yang ada di masyarakat desa tersebut, sehingga mahasiswa mendapatkan informasi tentang kebiasaan atau tradisi sehubungan dengan perilaku sehat, mengkaji tradisi yang menghambat ataupun mendukung perilaku sehat, sehingga bisa menentukan alternatif cara dan langkah pemecahan masalah yang dapat dilaksanakan di msayarakat desa Wangunsari ini.

Koentjaraningrat mendefinisikan bahwa agama adalah semua sistem religi yang secara resmi diakui oleh pemerintah. Secara umum agama merupakan suatu keyakinan yang didasarkan pada wahyu Tuhan Yang Maha Esa, memiliki kitab suci dan disebarkan oleh rasul. Berbeda dengan agama kepercayaan biasanya dibangun atas inisiatif seseorang, yaitu tokoh yang dianggap sebagai pusat pemujaan. Pada awalnya proses terjadinya religi yaitu manusia menganggap bahwa kekuatan di alam (diluar batasan manusia dan pengetahuan akalnya) dapat dipergunakan untuk menjalankan kehendaknya . Lambat laun terbukti bahwa kekuatan alam tersebut tidak dapat dengan mudah ditaklukkan maka mulailah ia yakin bahwa alam didiami oleh yang lebih berkuasa daripadanya dan mencoba berhubungan dengan kekuatan tersebut. Dengan demikian timbulah religi. Menurut Durkheim, religi merupakan alam kepercayaan (belief) yaitu suatu opinion atau idea, sedangkan upacara-upacara (ritus) merupakan modes of action. Upacara adalah usaha untuk memelihara dan memperkuat kesakralan agar kontak dengan alam supernatural tetap berlangsung yang kemudian akan menimbulkan ketenangan hidup manusia. Pada waktu manusia sedang menjalankan sistem religinya, ia bersikap menyerahkan diri sama sekali kepada kekuatan tertinggi yang disembahnya. Menurut Koentjaraningrat, tiap religi merupakan suatu sistem yang terdiri atas empat komponen yaitu: 1. Emosi keagamaan yang menyebabkan manusia itu bersikap religieus; 2. Sistem keyakinan yang mengandung segala keyakinan serta bayangan manusia tentang sifatsifat Tuhan, tentang wujud dari alam gaib (supernatural); serta segala nilai, norma dan ajaran religi yang bersangkutan.

2

3. Sistem ritus dan upacara yang merupakan usaha manusia untuk mencari hubungan dengan Tuhan, dewa-dewa, atau makhluk-makhluk halus yang mendiami alam gaib. 4. Umat atau kesatuan sosial yang menganut sistem keyakinan dan melaksanakan sistem ritus dan upacara.

A. Sistem Kepercayaan Secara resmi penduduk indonesia memeluk agama Islam, agama Kristen Katolik atau Protestan, Hindu dan Budha, namun dalam praktek kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan kehidupan keagamaan seringkali muncul unsur-unsur dengan ketentuan agama yang dianutnya, bahkan yang bertentangan dengan ketentuan ajaran agama yang dianut. Dalam praktek kehidupan sehari-hari kadang atau bahkan banyak unsur kebudayaan lama bercampur dengan unsur ajaran agama dan muncul ikut mewarnai kehidupan keagamaan para penganutnya. Seperti kebiasaan memberikan sesajen kepada arwah leluhur, kebiasaan membakar kemenyan dalam upacara-upacara masih sering dilakukan oleh orangorang yang menganut agama islam. Upacara-upacara yang berhubungan dengan salah satu fase dalam lingkaran hidup atau yang berhubungan dengan aktivitas bercocok tanam, upacara-upacara adat lainnya mengandung didalamnya unsur-unsur bukan islam, bahkan bertentangan dengan ajaran agama islam masing sering dilakukan, meskipun corak kehidupan yang menonjol adalah sudah bernuansa islam. Kepercayaan yang berhubungan dengan pantangan atau tabu masih erat hubungannya dengan kepercayaan terhadap kekuatan magis, bahkan termasuk kedalam kepercayaan magis, sehingga pantangan diklasifikasikan kedalam magis negatif. Pantangan disebut magi negatif karena dalam pantangan orang berusaha menghindarkan diri untuk melakukan suatu pekerjaan, serta menghindarkan diri dari akibat buruk yang mungkin menimpa bila perbuatan tersebut justru dilakukan. Pengertian tabu sendiri menurut David E. Hunter and Phillip Whitten, tabu adalah norma norma larangan yang mengandung kekuatan-kekuatan luar biasa dan sangat berbahaya, yang biasanya mempunyai sanksi-sanksi yang kuat (Encyclopedi of arthopology) Dalam hubungannya dengan masa kehamilan, persalinan dan pasca persalinan terdapat beberapa tradisi kepercayaan : 1) Masa kehamilan: y Berbagai upacara/tindakan yang dilihat dari segi kebidanan atau kesehatan bisa positif atau negatif y y 2) Berbagai pantangan yang tidak baik atau buruk bagi ibu hamil, suami keluarga Berbagai keharusan

Masa Persalinan y Ditolong paraji dengan berbagai ritual

3)

Masa Pasca Persalinan3

y

Perlakuan khusus terhadap ibu. Contohnya menduduki abu panas, minum jamu, dsb.

y

Perlakuan terhadap anak, seperti puput puseur, upacara turun tanah, pemberian makanan, cara membungkus bayi, dsb.

A. Supernatural Supernatural merupakan kekuatan gaib diatas kekuatan manusia serta berpengaruh terhadap kehidupan manusia. Untuk dapat hidup tenang dan tentram, manusia menjalin hubungan yang erat dengan kekuatan yang ada di alam dan berusaha kompromi dengan tuhannya melalui upacara-upacara. Esensi dari religi atau kepercayaan yang berkaitan dengan supernatural: 1. Fetisme, bentuk kepercayaan yang memuja benda. Masa sekarang: memuja kecantikan, kejantanan, dsb. 2. Animisme, kepercayaan terhadap roh-roh halus yang mendiami pohon, batu, sungai dsb. Untuk berhubungan dengan roh-roh halus tersebut biasanya melewati bebatuan, orangorang khusus, seperti dukun, ahli sihir dsb. 3. Dinamisme, kepercayaan bahwa segala sesuatu yang mempunyai tenaga atau kekuatan yang dapat mempenagruhi keberhasilan atau kegagalan usaha manusia dalam mempertahankan hidup. Seperti azimat, isim, mantera, batu mulia, dsb. 4. Animatisme, kepercayaan yang mengaggap bahwa benda seperti tumbuhan memiliki jiwa, dan berfikir seperti manusia. 5. Totenisme, kepercayaan bahwa keluarga/kerabat berasal dari dewa/leluhur yang dilambangkan dengan hewan, tumbuhan, gejala alam, dsb. 6. Politeisme, kepercayaan akan adanya susunan dewa-dewa(sunda: Batara Guru-Batara Narada-Dewi Nawangwulan-Dewi Sri-Dewa Arta). 7. Monoteisme, kepercayaan kepada satu tuhan. 8. Mistik, kepercayaan bahwa dalam kehidupan ini orang dapat mengalami kesatuan transendental dengan yang adi kodrati dengan melalui mediasi, tapa, mutih, dan upacaraupacara, untuk memenuhi keinginan manusia mengalami dan merasakan bersatu dengan tuhan.

B.

Ilmu Gaib

Menurut Frazer, magi atau magic adalah semua tindakan manusia untuk mencapai suatu maksud tertentu melaui kekuatan-kekuatan yang ada di alam. Dengan demikian, pada waktu manusia

4

menjalankan ilmu gaib, manusia berusaha memperlakukan kekuatan-kekuatan tinggi dan gaib agar menjalankan kehendaknya dan berbuat sesuai apa yang ingin dicapai. Kepercayaan terhadap adanya kekuatan gaib atau kekuatan magis yang terdapat pada bendabenda, tumbuhan, hewan, pada diri manusia yang ada dialam semesta, dan pada kata-kata yang diucapkan yang disebut mantra, merupakan kepercayaan yang berlaku dan dikenal secara umum dalam kehidupan suku-suku bangsa Indonesia.

BAB III GAMBARAN UMUM DESA WANGUNSARI, KECAMATAN SINDANGKERTA KABUPATEN BANDUNG BARAT

A. Keadaan Geografi Berdasarkan penelitian yang kami lakukan, kami melihat bahwa desa Wangunsari terletak pada daerah pegunungan subur yang jaraknya sangat jauh dari jalan. Akses jalan menuju desa ini sangat tidak bagus karena permukaan jalannya masih tidak beraturan dan badan jalannya berkelok - kelok. Di desa Wangunsari masih terdapat banyak ladang, sawah, dan sungai yang masih jernih.

Gambar 1.1 Peta lokasi Wangunsari

5

Sumber: google maps

Foto 2.1 keadaan alam desa Wangunsari

Sumber : PKL ISBD desa Wangunsari Tahun 2011

Foto 2.2 pegunungan di Desa Wangunsari

6

Sumber : PKL ISBD desa Wangunsari Tahun 2011

B. Penduduk dan Mata Pencaharian Hidup Penduduk di desa Wangunsari sangat ramah dan masih terlihat gotong royongnya. Penduduk kebanyakan bermata pencaharian sebagai petani, namun banyak juga yang berdagang, bekerja di luar kota dan sebagai tenaga di kantor desa. Penduduk pun sering ke luar desa untuk mencari barang=barang yang dibutuhkan. Kekeluargaan dan gotong royong masih tersa di dea ini. Karena mereka menganggap tetangga adalah keluarga terdekat jadi harus saling membantu.

C. Pendidikan Umumnya warga desa Wangunsari rata-rata berpendidikan SD mengingat lokasinya yang cukup jauh dari sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas ditambah transportasi di desa hanya ada ojeg. Tak sedikit dari warga Desa Wangunsari yang melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi.

D. Kehidupan Beragama Warga desa Wangunsari pada umumnya beragama Islam, tidak ada perbedaan dengan warga Islam lainnya, kehidupan mereka dikendalikan oleh Agama dan adat istiadat setempat. Ketaatan mereka kepada agama merupakan kewajiban yang diturunkan oleh leluhur mereka, serta berpegang teguh kepada adat istiadat. Masih sering diadakannya pengajian rutin antar RW. Walaupun mayoritas warga desa wangunsari beragama Islam tidak sedikit diantara mereka yang masih memegang kepercayaankepercayaan tertentu, misalnya saat menempati rumah baru mereka menaruh sesajen di atap rumah dengan tujuan agar rumah yang di tempati aman dan nyaman, juga agar terciptanya kehangatan antar anggota keluarga di rumah tersebut.

E. Organisasi Sosial 1. Kekerabatan Gotong royong, bekerjasama, dan bahu membahu masih kental di warga desa Wangunsari hal tersebut membangun sistem kekeluargaan yang sangat dekat. Koordinasi antara pejabat desa dan warga desa tercover dengan baik. Warga desa Wangunsari sering berpikiran positif sehingga kemungkinan

7

untuk terjadi permusuhan antar warga apalagi santet sangat kecil. Mereka pun mengaanggap semua warga adalah saudara.

2. Perkawinan Dalam memilih pendamping hidup, warga desa Wangunsari masih menggunakan syarat-syarat antara lain: cageur, bageur, pinter. Untuk pernikahan ditentukan oleh kaum laki-laki, mau cepat atau lambat, kapan tanggal pernikahannya dan lainnya. Dalam prosesi adat pernikahan masih ada tradisi ngeuyeuk seureuh, buka pintu, sawer namun sudah jarang dilakukan oleh warga.

F. Kondisi Kesehatan dan Lingkungan Ibu dan Anak 1. Kesehatan Lingkungan Lingkungan desa Wangunsari bersih dan asri. Untuk rumah-rumah yang keluarganya sudah mapan terlihat sangat berbeda, karena lingkungan yang diciptakan dari rumah pun sangat bersih. Namun tidak sedikit tempat yang kurang terawat yang dapat menimbulkan penyakit mewabah kepada masyarakat. Banyak juga air yang tergenang yang dapat menjadi tempat hidup jentik-jentik nyamuk yang menyebabakan penyakit. Menurut bidan setempat, tingkat penyakit yang sangat tinggi di desa ini adalah diare. Ini terjadi mungkin karena sanitasi MCK dan dapur yang kurang bersih.

2. Sarana Kesehatan dan Pemanfaatannya Sarana kesehatan di Wangunsari masih terbatas. Bidan untuk sedesa hanya ada dua bidan itupun jaraknya cukup jauh. Masyarakat di sana kalau sakit datangnya ke bidan, jika bidan masih bisa menanganinya bidan akan membantu tapi kalau sudah di luar kemampuan bidan akan merujuk ke dokter atau ke rumah sakit. Ada Posyandu pembantu yang membantu kerja bidan di sana namun Posyandu tersebut tidak selengkap Posyandu yang ada di kota. Tapi sayangnya masyarakat di sana jarang memanfaatkan Posyandu yang ada dengan alasan jauh dan merasa tidak cocok.

3. Kondisi Kesehatan secara Umum Kondisi kesehatan masyarakat di Wangunsari cukup sehat dan jarang yang memiliki penyakit serius. Kesehatan warga yang cukup baik ini pula terbangun karena kerjasama antara bidan sebagai

8

tenaga kesehatan dengan masyarakat setempat. Bidan sering mengadakan peyuluhan kesehatan yang biasanya dilakukan pada minggu kedua setiap bulannya.

4. Usaha-usaha Meningkatkan Kesehatan Masyarakat Posyandu Pembantu di Wangunsari merupakan salah satu usaha meningkatkan kesehatan masyarakat setempat. Posyandu ini melayani keluhan kesehatan masyarakat dan pembantu penyembuhan. Tapi hal ini tidak didukung dengan kepekaan masyarakat tentang Posyandu yang dapat meningkatkan kesehatan. Masyarakat masih terlalu egois dengan keadaan kesehatannya. Pemerintah memfasilitasi Posyandu ini untuk kesejahteraan masyarakat semua. Ada juga penyuluhan-penyuluhan oleh tenaga kesehatan biasanya dilakukan di balai desa atau di rumah Kepala Desa. Penyuluhan ini sedikit dapat memanggil kepekaan masyarakat, tapi tetap tidak ada acction dari masyarakat sendiri.

BAB IV KEHIDUPAN KEAGAMAAN WARGA DESA WANGUNSARI

A. Kehidupan Keluarga 1. Pemenuhan Kebutuhan Hidup a. Sarana air bersih

Daerah desa wangunsari ini terletak di daerah pegunungan sehingga untuk sumber air bersih masyarakat mendapatkannya dari gunung. Warga disana ada yang menggunakan air dari tanah ( sumur ), dan langsung dari mata air yang dialirkan melalui pipa ke rumah-rumah warga.

b.

MCK

Kebutuhan Mandi Cuci Kakus di Desa Wangunsari untuk fasilitas umum dibangun MCK hasil dari swadaya masyarakat yang jumlahnya cukup banyak dan 9 MCK bantuan dari pemerintah. Tetapi kebersihan MCK-nya kurang terjaga sehingga menyebabkan sanitasi yang tidak baik.

c.

Kebutuhan Pangan

Pemenuhan kebutuhan pangan di Desa Wangunsari diperoleh dari hasil alam disekitarnya dengan cara berkebun, bertani, berternak dan membeli bahan makanan di warung karena jarak yang cukup jauh

9

dari pasar serta tidak ditunjang dengan transportasi umum yang memadai dan ekonomis. Banyak juga warga yang berdagang dan menjual hasil panennya ke pasar-pasar di luar wilayah Desa Wangunsari.

2. Kebiasaan tidur a. Waktu tidur

Suasana desa yang tenang, jauh dari keramaian serta sarana hiburan seperti TV hanya dapat menangkap beberapa chanel TV hal ini menyebabkan TV bukan menjadi sarana hiburan utama. Hal-hal tersebut menyebabkan waktu tidur penduduk Desa Wangunsari lebih awal dibandingkan daerah di Kota Bandung.

b.

Kondisi ruang atau kamar tidur

Keadaan kamar tidur dibeberapa penduduk Desa Wangunsari tidak mendapatkan cahaya yang cukup dan sempit serta pengap. Bagi keluarga yang memiliki jumlah anggota keluarga yang banyak kamar bukan lagi tempat pribadi karna kamar tersebut digunakan untuk tidur bersama-sama dan menyimpan peralatan anggota keluarga di dalam satu kamar.

c.

Kebiasaan tidur bersama-sama

Kebiasaan tidur bersama-sama dilakukan apabila kondisi kamar tidur yang tidak memadai apabila terdapat satu kamar maka wanita akan tidur di kamar dan laki-laki tidur di ruang tengah. Namun apabila terdapat dua kamar biasanya orang tua akan tidur terpisah dengan anak yang masih kecil di kamar.

3. Kebiasaan mandi a. MCK

Sarana MCK sudah dimiliki sebagian besar penduduk Desa Wangunsari namun masih terdapat MCK bersama bagi masyarakat yang belum memiliki MCK sendiri. MCK bersama ini biasanya kurang tertutup dengan penyimpanan air di bak besar terbuka berhubungan langsung dengan udara dan sinar matahari yang dapat menyebabkan kontaminasi dengan bakteri atau parasit berbahaya. Bak yang digunakan di MCK bersama tidak terawat banyak lumut di dalamnya karena jarang di kuras serta dibersihkan mengingat aliran airya mengalir terus-menerus tanpa adanya alat pengontrol. Selain di bak lumut juga terdapat di dinding dan lantai MCK yang menyebabkan lantai menjadi licin. Bentuk lain dari MCK di Desa Wangunsari disebut tampian yaitu MCK diatas kolam yang pembuangan airnya langsung ke kolam dan air yang masuk lewat pancuran yang terus mengalir.

b.

Perlengkapan mandi

10

Bagi masyarakat yang sudah memiliki MCK pribadi mereka tidak menggunakan samping melainkan handuk. Penggunaan samping untuk menutupi tubuh dilakukan karena di MCK bersama tidak tertutup atapnya bahkan setengah badan. Perlengkapan lainnya berupa gayung, sabun mandi, shampo, sikat gigi, pasta gigi dan untuk spons mandi jarang dimiliki.

4. Makanan dalam perspektif kebudayaan a. Frekuensi makan

Menurut penuturan penduduk yang kami wawancarai mereka makan selama 3 kali sehari. Dipagi hari makan bersama dengan keluarga namun di siang hari karena aktivitas yang berbeda-beda misal ayah masih bekerja sehingga makan siang ditempat kerja tidak bersama keluarga di rumah. Kemudian makan di malam hari dilakukan bersama-sama kembali.

b.

Jenis makanan yang dikonsumsi sehari-hari

Penduduk di Desa Wangunsari mengkonsumsi makanan pokok yaitu beras dengan lauknya terutama ikan, sayur-sayuran, buah-buahan serta lalapan yang ditanam diladang seperti pisang, rambutan, pepaya. Namun ada juga warga yang makan dengan lak seadanya seperti hanya denga garam atau kecap. c. Perolehan bahan makanan

Mayoritas penduduk Desa Wangunsari merupakan petani dan peladang yang mengkonsumsi sebagian dari hasil bertani dan berladangnya sendiri. Selain itu, beberapa diantaranya menjadikan pekarangan rumahnya sebagai kolam untuk memelihara ikan yang dikonsumsi sendiri namun apabila hasil dari kolam ikan tersebut banyak maka akan dijual sebagian. Untuk memenuhi kebutuhan pangan lainnya penduduk biasanya membeli bahan makanan tersebut di warung sekitar bahkan menurut keterangan seorang warga bahwa ia selama satu tahun ini sudah tidak pernah pergi ke pasar sehingga menu makanan yang di konsumsi oleh keluarganya ala kadarnya dari hasil berladang dan bertani serta makanan lainnya yang dijual di warung sekitar rumah.

d.

Makanan yang dianjurkan

Makanan yang umum dikonsumsi oleh penduduk Desa Wangunsari ialah nasi, sayur, daging dan buah-buahan sebagai tambahan sama seperti masyarakat jawa barat pada umumnya. Makanan yang dianjurkan bagi ibu hamil adalah dawegan atau kelapa karena diyakini kelapa akan membuat anak yang dilahirkan berwajah cerah serta lucu. Makanan yang dianjurkan pada ibu nifas harus memakan ketan hitam, kacang goreng, jagung serta nasi goreng di beri kunyit. Ketan hitam dimaksudkan agar lancar dalam mengeluarkan darah nifas, kemudian nasi goreng yang di beri kunyit dipercaya khasiatnya ada di kunyit agar rahim kembali seperti semula dan tidak merasa sakit karena seelah melahirkan rahim terasa tajam.11

Pada saat bayi berusia 40 hari bisanya bayi diberi makan bubur sum-sum. Ibu yang bersalin di paraji akan diberikan air gula merah, apabila ibu susah mengedan akan diberikan kuning telur agar proses persalinan lancar.

B. Perlakuan Terhadap Ibu Hamil 1. Pemeriksaan dan persiapan kehamilan Warga setempat berpenghasilan cukup rendah, hal ini mengakibatkan warga jarang memeriksakan kehamilannya ke bidan maupun dokter. Masyarakat cenderung untuk memeriksakannya ke paraji karena biayanya terjangkau oleh masyarakat bahkan ada paraji yang ikhlas untuk tidak di bayar, warga masyarakat biasanya membayar dengan makanan sehari-hari, seperti pisang, beras, ubi, cabe, dsb. Warga di desa Wangunsari mempunyai kebiasaan yang melarang warganya memberikan nama kepada janinnya sebelum menginjak usia kehamilan tujuh bulan, selain itu warga juga dilarang untuk membeli perlengkapan bayi. Tidak ada tujuan yang khusus, kebiasaan ini hanya kepercayaan turun temurun warga setempat tetapi ada juga warga yang tidak mempercayai kebiasaan ini.

2. Upacara-upacara semasa kehamilan simbol-simbol dalam upacara/masa kehamilan a. b. c. Pada bulan ke-1 disebut ngalenggang, yang artinya baru ada remang-remang dirahim ibu. Pada bulan ke-2 disebut ngaherang, yang artinya sama dengan bulan pertama. Pada bulan ke-3 disebut gumulung, yang artinya menggulung. Ada pertemuan ovum dari ibu dan sperma dari ayah. d. Pada bulan ke-4 disebut mangrupa, yang artinya baru ada pembentuk manusia. Ditiupnya ruh kedalam janin. e. f. g. h. Pada bulan ke-5 disebut usik, yang artinya gerak, bayi sudah bernaywa. Pada bulan ke-6 disebut malik,yang artinya kepala bayi posisinya sudah berada dibawah. Pada bulan ke-7 disebut kolot, yang artinya janin tersebut sudah menjadi manusia. Pada bulan ke-8 disebut ngora, yang artinya janin tersebut menjadi muda kembali. Bayi yang dilahirkan pada usia 8 bulan biasanya kecil dan belum cukup bulan berbeda dengan bayi yang dilahirkan pada tujuh bulan atau sembilan bulan. i. Pada bulan ke-9 disebut medal, yang artinya bayi mau lahir. Sekalipun bayi lahir tetapi belum tepat sembilan bulan, maka bayi itu tidak akan menangis dan beraktivitas seperti layaknya bayi. Bayi itu akan seperti bayi biasa pada usia tepat sembilan bulan.

12

Upacara-upacara sudah sangat jarang dilakukan di masyarakat, hanya upacara tertentu saja yang masih dilakukan seperti upacara empat bulanan dan tujuh bulanan. Pada acara empat bulanan disebut pengankenan yang artinya diterima oleh keluarga, ibu akan dimandikan oleh indung beurang dengan air yang ditaburi asihan kembang yaitu kembang empat rupa dan empat buah uang koin sebanyak empat kali siraman. Sebelumnya Indung Beurang menyiapkan belut yang akan dimasukan ke dalam air kembang empat rupa tadi. Kemudian air akan disiram ke atas kepala ibu dan dibasuhkan ke muka ibu. Dan biasanya pada upacara empat bulanan, masyarakat hanya membuat nasi kuning, kepercayaannya masing-masing. Sedangkan untuk acara tujuh bulananan sebenarnya tidak jauh berbeda seperti empat bulanan, perbedaannya yaitu keluarga membuat rujak dari tujuh jenis buah-buahan. Buah-buahan yang biasanya dirujak ada tujuh macam buah, contohnya jambu air, mangga, pepaya,dan ketimun. Lalu dilanjutkan dengan pengajian ibu-ibu setempat. Tujuan dari acara ini menurut masyarakat hanya sebagai kepercayaan agar nantinya proses persalinan ibu lancar dan diberi keselamatan bagi ibu dan anak dalam kandunganya, namun warga setempat tidak tahu tentang asal mulanya. Di dalam acara tujuh bulanan terdapat prosesi memandikan ibu hamil dengan menggunakan samping oleh paraji atau indung beurang. Paraji juga menaruh ayakan di atas kepala ibu hamil. tapi tergantung

3. Pantangan Selama Kehamilan Warga di desa Wangunsari mempunyai beberapa kepercayaan, termasuk pantangan selama kehamilan diantaranya yaitu : a. Tidak boleh duduk di depan pintu baik istri maupun suaminya. Menurut kepercayaan mereka, dikhawatirkan saat persalinan bayi susah keluar atau sudah keluar tapi masuk lagi. b. Pada ibu hamil biasanya dilarang makan baso dan es, karena takut bayi yang berada dalam kandungannya menjadi terlalu besar. c. Ibu hamil biasanya di larang untuk mengkonsumsi buah nanas, karena dipercaya dapat menyebabkan rahimnya turun bahkan dapat menyebabkan keguguran di usia kandungan muda, sedangkan usia kandungan yang tua akan menyebabkan kelainan pada janin berupa kelainan kulit (borok). d. Para suami beranggapan bahwa mereka tidak boleh melakukan hubungan seksual dengan istrinya setelah proses persalinan sampai 40 hari. e. f. Untuk wanita hamil dilarang memakai sarung tinggi-tinggi, begitupun suaminya. Tidak boleh makan salak dan kedongdong karena akan menyebabkan persalinan tidak lancar. Ibu hamil juga dilarang makan pisang, nangka, dan makanan-makanan yang asam lainnya,

13

serta memakan tebu yang mentah karena sesuatu hal ditakutkan dapat menghambat proses persalinannya. g. Suami tidak boleh membunuh binatang bisi nurut buat, yang artinya takut sama dengan binatang hasil buruannya. h. Suami tidak boleh memancing ditakutkan nanti akan ada bagian dari tubuh anaknya yang bolong atau luka karena sudah melukai ikan.

4. Keharusan Selama Kehamilan a. Ibu hamil diusia 7 bulan dianjurkan minum air dawegan (degan/kelapa) karena biasanya ibu yang sering minum air kelapa anaknya lucu, bersih, cerah dan tidak adanya kili-kili atau lemak yang terlihat menggumpal. b. Selama kehamilan ibu tidak melakukan ritual khusus tetapi dianjurkan untuk sering membaca surat yusuf dan bagi suaminya dianjurkan untuk sering membaca surat Al Imran ayat 191. c. Adapula untuk ibu hamil dianjurkan mengkonsumsi air ketan hitam dan air sirih agar darah nifasnya tidak bau.

C. Persalinan 1. Perawatan Ibu dan Bayi Sebelum ibu melahirkan, biasanya paraji memberikan jampe-jampe untuk kelancaran persalinan. Tidak membenarkan jika paraji tidak boleh menoleh ke belakang saat akan persalinan, karena menurut Emak paraji itu hanya takut ada apa-apa saat persalinan ataupun takut terlambat. Putih telur dan daun paria dipercaya untuk menurunkan sakit panas pada bayi. Karena telah ada posyandu di daerah ini, maka bayi biasanya diberikan imunisasi oleh bidan. Bayi yang baru saja lahir pun akan dibuatkan bubur merah bubur putih yang bertujuan untuk menyelamatkan dan menghormati saudara yang satunya, yang dimaksudnya itu adalah plasenta. Kemudian ketika ada yang baru melahirkan maka plasenta yang biasa disebut bali dan ari-ari akan diberikan perlakuan khusus oleh paraji. Bali dan ari-ari tersebut merupakan saudara dunia lain atau dalam bahasa sunda disebut saderek dari bayi yang baru dilahirkan sehingga harus di perlakukan dengan baik agar anak yang baru saja dilahirkan pun baik-baik saja. Plasenta dicuci bersih kemudian dibumbui dengan kunyit, gula dan garam kemudian dimasukkan kedalam tempat kecil dari tanah liat yang disebut pendil, lalu kemudian dikubur dibelakang rumah bersama sesajen yaitu sirih, gambir, jambe, tembakau, dan rokok. Menurut kepercayaan emak beurang sesajen yang berisi bahan bahan yang14

telah di sebutkan tersebut bertujuan supaya anaknya merasa hangat dan kelak rezekinya akan banyak. Untuk ibu yang baru melahirkan dapat diberikan sangray jagung agar kondisinya cepat kembali seperti semula, kemudian juga diberikan kacang nasi kuning dan jamu-jamuan. Jika bayi mencret atau panas, bayi suka dijampe oleh paraji dengan diberi obat tradisional seperti kuning, bangle, dan bawang putih. Obat-obat itu biasanya dibalurkan pada tubuh bayi. Jika ada yang tertindih jin Emak memberikan jampe dan orang tersebut harus membawa air putih dari rumahnya, dan air tersebut harus diminum oleh pasien.

2. Pantangan dan Keharusan Sebelum persalinan, sang suami disarankan untuk sering membaca surat Al Imran ayat 191. Agar dilancarkan saat persalinan istrinya. Makanan Pantangan bagi ibu hamil yaitu: makanan yang asamasam, pisang nangka, salak dan tebu. Nasi kuning dan air abu gosok merupakan makanan yang baik untuk ibu yang baru melahirkan karena berguna untuk mengempiskan rahim. Untuk ibu yang baru saja melahirkan biasanya pihak keluarga membuat nasi kuning yang bertujuan supaya asinya bagus dan membunuh cacing cacing yang masuk kedalam payudara. Bayi yang baru lahir biasanya di beri jimat seperti menggantungkan bawang putih di peniti dan sudah diberi dijampe. Bayi menggunakan itu agar terlindungi dan tidak diganggu makhluk halus. Jika yang melahirkan mengalami pendarahan maka dianjurkan memakan kacang.

3. Upacara-upacara Setelah Persalinan Beberapa saat setelah kelahiran bayi, keluarga Ibu yang melahirkan langsung mengadzani bayi, lalu dikagetkan dengan menyalakan petasan sebagai tanda bahwa dia telah berada di dunia. Pada saat bayi berusia tujuh hari warga biasanya melakukan akikahan yang disebut marhaban dengan memanggil ustadz atau sesepuh desa, acaranya seperti pengajian biasa. Prosesi akikah itu antara lain: memotong rambut bayi, pemberian nama, dan syukuran. Makanan yang disajikan pada tamu boleh dibawa pulang atau dimakan di tempat. Tumpengan sebagai wujud terima kasih karena telah diberi keselamatan dalam proses persalinan. Jika ada bayi yang terlilit tali pusat, maka akan diadakan upacara khusus untuk peristiwa itu. Upacara itu dilakukan agar tidak ada hal apapun yang mengganggu kehidupannya, biasanya dilakukan oleh paraji dan keluarganya.

D. Peranan Bidan/Paraji selama kehamilan-persalinan Untuk bayi yang dilahirkan di bidan tidak terdapat acara khusus apapun, hanya mengurus kelahiran dan mengurus hal lain yang sesuai kompetensinya. Namun berbeda dengan paraji, setelah bali keluar paraji langsung memberi jampe-jampe kemudian memberi bali tersebut bumbu seperti kunyit,15

bangle, dan bawang putih. Lalu dimasukkan ke dalam kendi dan dikuburkan di belakang rumah. Hal ini bermaksud untuk menghormati bali yang dianggap sebagai saudara dari bayi saat di kandungan. Setelah persalinan, bidan masih memberi perawatan yang sesuai dengan ilmunya. Berbeda dengan paraji yang memberikan jampe-jampe atau memberikan jimat untuk bayi. Paraji selalu membuat sesajen agar tidak ada yang mengganggu bayi. Bidan di Desa Wangunsari tidak hanya menangani ibu yang akan melahirkan tetapi juga sering membantu warga yang sakit. Bidan memberikan obat dan merujuk jika ada warga yang sakit. Karena telah ada posyandu di Desa Wangunsari, maka bayi biasanya diberikan imunisasi oleh bidan. Di posyandu desa biasanya selalu diadakan penyuluhan ASI, makanan bergizi, serta KB kepada warga sekitar sebulan sekali setiap hari selasa dan minggu kedua pada setiap bulan. Meskipun bidan desa tahu bahwa obat tradisional dapat menyembuhkan beberapa penyakit seperti masuk angin namun, warga yang berobat kepada bidan biasanya diberikan obat kimia. Warga pun telah banyak yang menggunakan alat konrtasepsi berupa implan dan suntikan. Dan setelah ada bidan desa, mayoritas lebih dari 50 warga

memilih bidan untuk membantu persalinan di bidan. Sementara untuk Plasenta bayi warga masih mempercayakannya pada paraji atau emak beurang. Selain itu emak beurang juga memberikan benang yang diikatkan di perut bayi selama 40 hari, setelah itu barulah dilepas. Menurut paraji benang itu sebagai penolak bala dari makhluk halus.

Foto 2.3 Bidan dan Paraji

Sumber : PKL ISBD desa Wangunsari Tahun 2011

16

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan 1. Pemerintah masih kurang memperhatikan daerah Desa Wangunsari. Hal ini dapat dilihat dengan kurangnya tenaga kesehatan dan kondisi jalan yang kurang baik. 2. Masyarakat kurang memahami akan pentingnya kebudayaan bagi mereka sendiri. Hal ini di buktikan dengan tidak adanya beberapa tradisi yang dulu sering dilaksanakan seperti nabeuh narawangsa pada waktu panen. 3. Akibat kurang perdulinya masyarakat dengan kebudayaan, maka banyak kebudayaan yang hilang.

B. Saran 1. Masyarakat harus lebih mencintai budayanya sendiri agar budaya tersebut tidak hilang. 2. Adanya program bantuan dari pemerintah untuk pelestarian budaya daerah.

3. Seharusnya pemerintah lebih memperhatikan tenaga kesehatan yang tersebar di desa desa dan memmperbaiki kondisi jalan agar mempermudah akses transportasi17

DAFTAR PUSTAKA

a. Buku buku Suhandi Suhamiharja, Agraha. 2004. Pola hidup masyarakat indonesia. Bandung; HADI Syafrudin, 2009, Sosial Budaya Dasar untuk mahasiswa kebidanan, Jakarta; Trans Info Media.

b. Internet http://sacafirmansyah.wordpress.com/2009/06/05/partisipasi-masyarakat/ http://tesisdisertasi.blogspot.com/2010/09/teori-partisipasi-masyarakat.html http://setyawanws.wordpress.com/2011/05/31/manusia-dan.lingkungan http://wawan-junaidi.blogspot.com/2010/04/institusi-sosial.html http://faroji83.wordpress.com/2008/06/10/etnometodology/ http://sely-biru.blogspot.com/2010/08/konsep-sehat-sakit.html

18

LampiranA. DATA INFORMAN Nama Usia Pendidikan Pekerjaan Alamat Jumlah anak Jumlah anggota keluarga : Emak Iti : 95 tahun :: paraji : RW 04 Desa Wangunsari Kec. Sindangkerta Kab. Bandung Barat : anak 4 (P = 3 L = 1) : 4 anggota

Kondisi rumah

: Tidak mendatangi rumahnya.

B. HASIL WAWANCARA A. Topik : Pola Pengasuhan Saat ada yang melahirkan Emak suka mendatangi orang yang akan melahirkan atau yang melahirkan datang ke tempat Emak. Sebelum si ibu melahirkan, Emak memberi jampe-jampe untuk kelancaran persalinan. Tapi Emak tidak membenarkan jika paraji tidak boleh menoleh ke19

belakang saat akan persalinan, karena menurut Emak itu hanya takut ada apa-apa saat persalinan ataupun takut terlambat. Nama-nama tiap bulan saat kehamilan, bulan pertama disebut gumulung, bulan dua dan tiga disebut ngaherang, bulan empat, lima dan enam disebut terputi (gaduh nami), bulan tujuh, delapan, sembilan disebut jomba malangkung. Pada bulan ke empat bayi itu sudah hidup, sudah ditentukan jenis kelaminnya. Dan pasti ada upacara 4 bulanan dan 7 bulanan yang dilakukan keluarganya dan makanannya dibagikan ke tetangga-tetangga terdekat. Bayi yang baru lahir suka di kasih jimat seperti menggantungkan bawang putih di peniti dan itu sudah dijampe. Bayi menggunakan itu agar tidak ada apa-apa dan tidak diganggu makhluk halus. Bali atau plasenta sebelum dikubur akan dibumbui terlebih dahulu dengan kunyit, gula, garam lalu dimasukkan ke dalam kendi kemudian dikubur. Menurut kepercayaan mereka hal itu harus dilakukan agar bayinya itu hangat dan senang. Jika ada bayi yang terlilit tali pusat, maka akan ada upacara khusus untuk peristiwa itu. Upacara itu dilakukan agar tidak ada hal apapun yang mengganggu kehidupannya. Dan biasanya dilakukan oleh paraji dan keluarganya. Jika bayi diare di sana suka disenut indah karena ada keberuntungan telah disambut di dunia.

B. Topik : Medis Jika bayi mencret atau panas, bayi suka dijampe oleh paraji lalu diberi obat tradisional seperti kuning, bangle, dan bawang putih. Obat-obat itu biasanya dibalurkan pada tubuh bayi. Kalau ada yang ketindihan jin Emak memberikan jampe dan orang tadi harus membawa air putih dari rumahnya, dan air itu harus diminum oleh pasien. Sunat perempuan bisa dilakukan oleh paraji itupun jika permintaan keluarga tersebut. Dilakukan setelah 40 hari kelahiran sunatnya dengan cara dicokel menggunakan peniti, atau ada juga jika mau klitorisnya dipotong sesuai keinginan keluarga. Jika ada yang sakit di desa itu maka mereka pertama akan mendatangi bidan, kalau pengen ke Emak ya ke Emak tidak ada larangan. Bidan juga punya batasan wewenang jika tidak bisa ditangani oleh bidan maka akan dirujuk ke rumah sakit terdekat. Jika hanya sakit panas hanya diberi jahe, luka-luka dengan daun babadotan. Kalau ada yang kembung balurkan bawang yang sudah digoreng ke perut yang kembung.

C. Topik : Makanan Jika yang melahirkan mengalami pendarahan tidak boleh makan kacang. Ibu yang melahirkan juga harus makan nasi kuning agar cacing kremik mati. Serta harus banyak makan buah-buahan saat kehamilan. Pantangan untuk ibu hamil jangan makan makanan yang berlemak, nanas, baso, dan es. Menurutnya makanan-makanan tersebut dapat membuat bayi menjadi buduk20

(kulitnya rusak), keguguran, bayinya menjadi besar, atau bayi mati di dalam kandungan. Makanan khas di Wangunsari adalah gula semut, karang madu, kue mayit yang terbuat dari gula aren berisi enten.

D. Religi Ada orang yang merasa ketindihan makhluk halus dia datang ke Emak dengan membawa air putih. Ketika sampai di rumah paraji, air tersebut diberi jampe-jampe kemudian disemburkan ke pasiennya. Kalau mau meminta sesuatu ke tempat yang dianggap keramat, masyarakat akan membawa sesajen untuk dipersembahkan kepada leluhur sebagai penghormatan. Isi sesajen itu biasanya sirih, gambir, jambe dan rokok. Upacara-upacara sudah sangat jarang dilakukan di masyarakat. Upacara 4 bulanan dan 7 bulanan masih dilakukan. Pada acara 4 bulanan disebut pengankenan yand artinya diterima oleh keluarga. Biasanya hanya membuat nasi kuning, tapi tergantung kepercayaannya juga. Sedangkan 7 bulanan dilaksanakan dengan keluarga. Selain ada nasi kuning ada rujak juga. Pada 7 bulanan ibu yang hamil dimandikan dengan air bunga 7 rupa. Lalu dilanjutkan pengajian. Buah-buahab yang biasanya dirujak ada 7 macam buah, contohnya jambu, pepaya,dan ketimun. Setelah 7 hari bayi dilahirkan ada akikahan. Caranya itu memotong rambut bayi, pemberian nama, dan syukuran. Makanan yang disajikan pada tamu boleh dibawa pulang atau dimakan di tempat. Acara ini biasanya dipimpin oleh seorang ustadz atau sesepuh di desa. Pengajian pun tak lupa untuk diikuti. Pengajian dilaksanakan pada setiap hari minggu untuk ibu-ibu dan hari jumat untuk bapak-bapak.

Gunung Padang yang terkenal itu sering digunakan tempat bertapa orang-orang dari luar kota. Masyarakat sekitar sendiri jarang ke gunung padang.

A. DATA INFORMAN Nama Usia Pendidikan Pekerjaan Alamat Jumlah Anak : Bu Aning : 34 th : SD : Pemilik Warung : RW 06 desa wangunsari : 2 (dua)

Jumlah anggota keluarga: 4 (empat)

21

Kondisi rumah: dindingnya sudah menggunakan tembok. Kelengkapan rumah: ada MCK, dapur goah/ pabeasan, hawu, lemari, kursi, tempat tidur, barang elektronik(TV, kulkas), alat masak.

B. HASIL WAWANCARA 1. Topik : Religi Menurut hasil wawancara yang saya peroleh mengenai religi, antara lain: pengajian di desa Wangun Sari diadakan seminggu 2x, upacara-upacara yang sering dilaksanakan pada waktu hamil seperti 7 bulanan, selamatan pada acara-acara tertentu, akekahan, tahlilan orang yang telah meninggal.

2. Topik : Pola Makan Menurut hasil wawancara yang saya peroleh mengenai Pola Makan, antara lain: tidak ada yang spesial dalam mengkonsumsi makanan sehari-hari makanan yang dimakan oleh keluarga lain umumnya sama dengan makanan yang biasa kita konsumsi seperti Nasi, Tahu, Tempe, dll. Makan khas desa Wangun Sari adalah Wajid Cililin

3. Topik : Sistem Medis Menurut hasil wawancara yang saya peroleh mengenai Sistem Medis, antara lain: daun jambu untuk obat sakit perut, jika bu Aning sakit Biasanya berobat ke Bidan, proses persalinan bu Aning dibantu oleh paraji.

4. Topik : Pola pengasuhan anak Menurut hasil wawancara yang saya peroleh mengenai Pola pengasuhan anak, antara lain: anak perempuan sering bantu-bantu masak, nyuci piring. Kebetulan anak Bu Aning dua-duanya perempuan, Tidak ada pantangan-pantangan untuk anak perampuan.

A. DATA INFORMAN Nama Usia Pendidikan Pekerjaan Alamat : Bu Rukmini : 64 th : SD : Petani : RW 06 desa wangunsari22

Jumlah Anak

:-

Jumlah anggota keluarga: -

B. HASIL WAWANCARA 1. Topik : Religi Menurut hasil wawancara yang saya peroleh mengenai religi, antara lain:, upacara-upacara yang sering dilaksanakan pada waktu hamil seperti 7 bulanan mandi dengan belut tujuannya supaya lancar proses persalinannya, selamatan pada acara-acara tertentu, akekahan, tradisi kanyut kunang (ari-ari, bawang putih, kunyit, bawang merah, menyan) dengan tujuan bayi terhindar dari dedemit, bali ari-ari disimpan didalam bambu kemudian di bumbui (garam, gula, cabe)tujuannya agar anak berani, diadakan tumpengan bila bayi puput pusar, tidak diadakan upacara apapun ketika seorang gadis mengalami haid yang pertama. Upacara nikah seperti mitembeyan, tahlilan orang yang telah meninggal. Upacara panen cabe selamatan tujuannya untuk permisi atau pamitan kepada yang punya lahan dilakukan secara individu waktunya di hari-hari yang baik, untuk panen padi diadakan selamatan seperti biasa. Pada musim kemarau diadakan tradisi Ngayah hujan untuk meminta hujan kepada Sang Pencipta.

2. Topik : Sistem Medis Menurut hasil wawancara yang saya peroleh mengenai Sistem Medis, antara lain: ciri sakit menurut bu Rukmini,yaitu tidak bisa bergerak badan panas, kepala pusing. Pupuk kuntiris obat tradisional yang berkhasiat untuk menurunkan panas, daun jambu untuk obat sakit perut, Nyeupah(tembako, daun sirih, glambi) dikunyah supaya memperkuat gigi. Untuk sakit batuk obatnya jeruk nipis. Jika bu Rukmini sakit biasanya berobat ke dokter.

3. Topik : Pola pengasuhan anak Menurut hasil wawancara yang saya peroleh mengenai Pola pengasuhan anak, antara lain: dalam pemilihan jodoh untuk anak-anaknya bu Rukmini masih menggunakan syarat-syarat cageur, bageur, pinter.

A. DATA INFORMAN Nama Usia Pendidikan : Bu Wati : 30 th : SD23

Pekerjaan Alamat Jumlah Anak

: Pemilik Warung : RW 06 desa wangunsari : 2 (dua)

Jumlah anggota keluarga: 4 (empat)

Kondisi rumah: dindingnya sudah menggunakan tembok. Kelengkapan rumah: ada MCK, dapur goah/ pabeasan, hawu, lemari, kursi, tempat tidur, barang elektronik(TV, kulkas), alat masak.

B. HASIL WAWANCARA 1. Topik : Religi Menurut hasil wawancara yang saya peroleh mengenai religi, antara lain: pengajian di desa Wangun Sari diadakan seminggu 2x, upacara-upacara yang sering dilaksanakan pada waktu hamil seperti 7 bulanan mapag nyawa ke pak ustad minta di doain mandi kembang 7 rupa, selamatan pada acara-acara tertentu, akekahan sembelih domba, pemberian nama pada anak disertakan dengan bubur merah bubur putih. Upacara khitanan ada Nitembeyan putu sebalum membuat kue dilakukan oleh indung beurang caranya padi ditumbuk dilisung dilulur dengan minyak kelapa dan telur diadakan pada waktu khitan. Upacara perkawinan ada ngeuyeuk seureuh, buka pitu. Tahlilan 7 hari, 40 hari orang yang telah meninggal. Upacara panen tujuannya pamit atau permisi setelah memanen kepada Sang Pencipta.

2. Topik : Pola Makan Menurut hasil wawancara yang saya peroleh mengenai Pola Makan, antara lain: tidak ada yang spesial dalam mengkonsumsi makanan sehari-hari makanan yang dimakan oleh keluarga lain umumnya sama dengan makanan yang biasa kita konsumsi seperti Nasi. Tahu, Tempe, dll. Makan khas desa Wangun Sari adalah Wajid Cililin.

3. Topik : Sistem Medis Menurut hasil wawancara yang saya peroleh mengenai Sistem Medis, antara lain: daun jambu dan daun pisitan untuk obat sakit perut, untuk penyakit maag obat tradisionalnya parutan kunyit dan madu di makan. Jika bu Wati sakit biasanya berobat ke dokter, dan bidan. Proses persalinan anak pertama bu Wati dibantu oleh paraji, proses persalinan anak kedua dan ketiga dibantu oleh bidan dan paraji(anak ketiga bu Wati meninggal karena penyakit hidro sephalus).

24

A. DATA INFORMAN Nama Usia Pendidikan Pekerjaan Alamat Jumlah anak Jumlah anggota keluarga Kondisi rumah : 1. Bahan bangunan rumah Teh Lilis yaitu kayu dan bilik untuk dindingnya sedangkan untuk lantai menggunakan kayu dan masih berbentuk panggung. 2. Jumlah jendela ada 2 di depan kondisi jendela baik dan tidak ada kerusakan. 3. Jumlah kamar ada 3. 4. Untuk MCK sudah memiliki MCK sendiri dan tempat penyimpanan air yang baik. 5. Tidak ada kursi di rumah Teh Lilis dan ada lemari tempat menyimpan pakaian di kamar. 6. Barang elektronik sudah ada seperti TV dan Hp. : Lilis Daniah : 21 tahun : SMA : Ibu rumah tangga : RT 03 RW 05 ::2

B. HASIL WAWANCARA 1. Topik : Upacara pernikahan di desa wangunsari Ibu hamil usia 5 bulan ini telah menikah selama 8 bulan, Teh Lilis ini memiliki pengalaman masa pingitan selama 1 minggu dengan suaminya sekarang, seerahan yang diberikan oleh calon suami dulu antara lain kosmetik, selimut, sendal, baju, kain samping, seprai dll yang menyimbolkan calon suami kelak ketika sudah menjadi suami akan memenuhi kebutuhan istri namun ada hal lain yang unik yaitu kain samping tersebut akan digunakan oleh istri untuk melahirkan dan kain samping tersebut harus dicuci oleh suami sebagai makna menghapus dosa ibu yang melahirkan. Sebelum dilakukan akad nikah diadakan pengajian sebelum dilakukan akad nikah, setelah satu bulan dari akad nikah barulah diadakan resepsi dimana ada lengser, nyawer uang koin.

2. Topik : 4 bulanan dan 7 bulanan Empat bulanan memiliki makna mapag nyawa dalam tradisi di desa wangunsari biasanya diadakan sholawat bersama-sama tetangga dengan membagikan nasi tumpeng/nasi kuning. Sedangkan dalam memperingati 7 bulanan yaitu adanya bebetian (umbi-umbian) dan membagikan rujak kepada tetangga biasanya dalam usia kandungan 7 bulan ini janin akan diberikan nama dan keluarga membeli baju-baju serta perlengkapan untuk bayi.

25

3. Topik : Pantrangan ketika hamil Pantrangan ketika hamil yang dialami oleh Teh Lilis antara lain a. Tidak boleh terlalu sering memakan baso dan es batu karena masyarakat beuranggapan dengan memakan baso dan es batu akan menyebabkan janin di kandungan ibu menjadi besar. b. Tidak memakan nanas karena di usia kandungan muda apabila memakan nanas akan menyebabkan keguguran dan pada usia kehamilan yang besar akan menyebabkan anak menjadi borok-borok. c. Suami tidak boleh membunuh binatang bsi nurut buat. d. Suami tidak boleh memancing ditakutkan nati akan ada bagian dari tubuh anaknya yang bolong atau luka karena sudah melukai ikan.

4. Topik : Sesajen Bagi sebagian masyarakat khususnya orang tua masih menggunakan sesajen sebagai media untuk mendapatkan kelancaran dalam berbagai hal.

A. Data Informan 2 Nama Usia Pekerjaan Alamat Jumlah anak Jumlah anggota keluarga Kondisi rumah 1. Lokasi 2. Arah hadap 3. Bahan bangunan 4. Jumlah-kondisi rumah 5. Kelengkapan rumah : RT 06 RW 05Desa Wangunsari : Kulon : dinding bilik, lantai kayu, semen. : 2 kamar tidur, jendela, 1 pintu : MCK, dapur, lemari, kursi, TV, alat masak, kulkas, kipas angin : Pipit Nurmaya : 19 Tahun : Ibu Rumah Tangga : RT 06 RW 05 Desa Wangunsari :1 : 6 orang

B. Hasil Wawancara 1. Upacara pernikahan

Pernikahan adalah upacara yang sakral, maka dari itu warga desa Wangunsari tidak menyianyiakan rangkaian upacara tradisionalnya. Menurut informan pada saat wawancara mengaku26

bahwa saat pernikahannya mereka melakukan acara seperti siraman, buka pintu, sawer. Dan yang paling sakral adalah saat ijab qabul. Namun karena beberapa faktor terutama ekonomi tidak semua warga desa Wangunsari melaksanakan upacara pernikahan, melainkan hanya sekedar melaksanakan rangkaian acara yang pentingnya saja seperti ijab qabul.

2.

Larangan Menjelang Pernikahan

Menurut informan saat akan menikah calon mempelai istri maupun calon mempelai suami dipingit selama 3 hari tapi ada juga yang dipingit selama seminggu. Itu tergantung dari keluarganya sendiri. Selain dipingit tidak ada larangan khusus menjelang pernikahannya.

3.

Upacara Pemberian Nama atau Penggantian Nama

Seperti kebanyakan masyarakat lainnya saat bayi lahir atau bayi berumur 40 hari maka kedua orangtua memberikan nama kepada bayinya. Biasanya mereka membuat bubur beureum bubur bodas kemudian dibagikan kepada kerabat atau tetangga sekitar, selain untuk memberi tahu kepada orang lain nama bayinya tetapi juga untuk menunjukan rasa berbagi kepada sesamanya.

4.

Upacara Cukuran Bayi

Saat upacara cukuran bayi berumur 40 hari, kemudian bayi dimandikan dengan kembang. Selain itu juga ada pengajian khusus cukuran bayi yang dimaksudkan agar bayi tersebut selamat.

5.

Kegiatan Keagamaan

Di desa Wangunsari kegiatan keagamaan biasanya dilaksanakan secara rutinan. Setiap hari kamis pukul 14.00 WIB diadakan pengajian untuk ibu-ibu, sedangkan hari jumat untuk bapakbapak biasanya diadakan sesudah solat jumat. Untuk pengajian anak-anak diadakan setiap hari sesudah magrib di mesjid atau musholla.

6.

Gunung Padang

Menurut informan Gunung Padang adalah Gunung yang biasanya dijadikan tempat ziarah, disana terdapat mata air yang warga biasa menyebutnya dengan cai kahuripan.

A. DATA INFORMAN Nama Usia Pekerjaan : Sumiati : 45 Tahun : Ibu Rumah Tangga27

Alamat Jumlah anak Jumlah anggota keluarga Kondisi rumah 1. Lokasi 2. Arah hadap 3. Bahan bangunan 4. Jumlah-kondisi rumah 5. Kelengkapan rumah

: RT 06 RW O5 Desa Wangunsari :4 : 6 orang

: RT 06 RW 05Desa Wangunsari : Kulon : dinding bilik, lantai kayu, semen. : 2 kamar tidur, jendela, 1 pintu : MCK, dapur, lemari, kursi, TV, alat masak, kulkas, kipas angin

B. HASIL WAWANCARA Topik 1. Sekolah Jarak sekolah dari rumah warga cukup jauh terutama Sekolah Menengah Atas (SMA) di desa Wngunsari tidak ada sehingga jika anak-anak yang mau melanjutkan sekolahnya ke SMA apalagi ke Perguruan Tinggi harus meninggalkan desa dan pergi ke kota. Di desa Wangunsari hanya terdapat SD dan SMP Wangunsari. Dulu pernah ada Paud untuk anak kecil tetapi sekarang sudah tidak ada karena masalah internal. :

2. Pasar Tidak jauh beda dengan sekolah, keberadaan pasar pun cukup jauh. Untuk makan sehari-hari mereka dapatkan dari hasil pertanian dan perkebunan mereka sendiri. Karena akses pasar jauh mereka ke pasar hanya 2 minggu sekali atau sebulan sekali, tergantung dari kebutuhan mereka sendiri.

3. Masalah Keamanan Desa Wangunsari bisa dinilai desa yang cukup aman. Tingkat pencuriannya rendah tidak seperti di kota. Menurut informan, selama setahun terakhir hanya ada 1 kasus pencurian.

4. Hasil Perkebunan Menurut informan, kebanyakan dari warga mengandalkan mata pencahariannya dari pertanian dan perkebunan. Hasil utama dari perkebunan adalah cabe, tomat dan kol. Hasul perkebunan tersebut ada yang dijual ke luar desa namun ada juga yang dikonsumsi untuk sendiri.28

5. Angka Kematian Warga Warga desa Wangunsari mempunyai masalah kesehatan yaitu diare, karena diare juga angka kematian warga cukup tinggi. Diare umumnya merenggut orang tua. Sebenarnya sudah banyak cara untuk menanggulangi kasus diare namun karena akses menuju rumah sakit yang sangat jauh, warga terlambat untuk ditangani. Sedangkan fasilitas di Puskesmas sendiri kurang.

6. Makanan Khas Menurut informan tidak ada makanan yang khas di desanya, tetapi kalau makanan yang ratarata sering di konsumsi seperti pecel, gorengan bala-bala, ketupat tahu.

A. DATA INFORMAN Nama Usia Pekerjaan Jumlah Anak : Bapak H. Sopian : 67 tahun : petani :4

B. HASIL WAWANCARA

1. Topik ; Gunung Padang Gunung Padang adalah salah satu gunung yang terdapat di Desa Sindang Kerta. Gunung ini sering dijadikan tempat bertapa oleh sebagian orang. Gunung padang ini di jadikan sebagai tempat munajas. Letak gunung ini tidak terlalu jauh dari desa mungkin hanya membutuhkan waktu setengah jam untuk menempuh gunung tersebut. Kebanyakan pengunjung gunung padang berasal dari luar kota. Penduduk asli sendiri jarang yang datang kesana. Di gunung padang terdapat banyak batu yang di percaya dapat membantu memecahkan masalah. Misalnya saja ketika meminta petunjuk dalam mencari pekerjaan atau mendapatkan uang. Gunung padang ini memiliki 6 juru kunci salah satunya adalah pak H. sofian. Menurut beliau awal mula gunung padang ini berasal dari para wali yaitu eyang syarifid lalu mewariskannya kepada prabu siliwangi. Orang yang berkunjung e gunung padang biasa membawa sesajen atau menyan. Menyan sendiri di jadikan sebagai alat untuk komunikasi dengan mahluk halus. Menurut pak haji, mereka semua salah mengartikan. Yang di maksud sesajen seharysnya adalah shalat 5 waktu disertai sedekah seperti memotong ayam, domba ataupun sapi lalu di berikan pada orang yang kelaparan. Selain itu, upacara yang di lakukan seharusnya seperti29

syukuran 14 mulud untuk mendoakan para wali. Sebagian masyarakat masih percaya akan adanya santet. Santet itu sendiri dilakukan oleh orang yang memiliki dendam lalu meminta bantuan pada setan. Cara pengobatan yang dilakukan oleh pak haji yaitu dengan memakai air doa. Tidak semua santet dapat sembuh secara total. Ada juga yang terus berlanjut sampai azal menjemputnya.

A. DATA INFORMAN Nama Usia Pekerjaan Jumlah Anak Jumlah Anggota Keluarga : Ibu Yanti : 30 tahun : ibu rumah tangga :2 :4

B. HASIL WAWANCARA 1. Topik ; Makanan yang Tidak Boleh Dimakan Oleh Ibu Hamil dan Pantrangan Ketika Haid Ibu hamil di wajibkan memakan makanan yang bergizi tinggi seperti 4 sehat 5 sempurna. Tetapi ada juga makanan yang tidak boleh dimakan oleh ibu hamil. Contohnya, ibu hamil dilarang memakan pisang karena dapat menyebabkan rahim licin. Tetapi ada juga makanan yang di anjurakan untuk di makan di antaranya adalah kacang, jagung karena bagus untuk janin. Makanan bagi ibu melahirkan di antaranya nasi goring pakai kunyit, kacangkacangan dan jagungjagungan. Pola makan Ibu Yanti dalam sehari adalah 3 kali yaitu pagi, siang dan malam. Makanan juga di olah sendiri dengan membeli kebutuhan di warung. Cara makannya pun sesuai dengan adat yaitu harus mencuci tangan sebelum dan sesudah makan serta tidak berbicara saat sedang makan. Selain makanan menurut ibu Yanti ada juga pantrangan untuk anak remaja yang sedang haid diantaranya remaja yang sedang haid dilarang tidur siang karena darah akan naik sehingga dapat menyebabkan kebengkakan pada mata. Ketika sedang sakit Ibu Yanti pergi ke bidan Karena jarak rumah dengan dokter culup jauh.

2. Topik : Upacara Ketika sedang Hamil dan Dalam Pernikahan Upacara yang dilakukan ketika hamil adalah 4 bulanan dan 7 bulanan. Selain itu ada beberapa pencegahan atau lebih dikenal tumbal oleh masyarakat setempat seperti memakai

peniti, bawang putih, kunyit, dan untuk bayinya sendiri di jarijarinya di olesi bawang merah30

dan panglay sampai agak besar. Selain upacara di kehamilan ada juga upacara dalam pernikahan di antaranya siraman, ngeuyeuk seureuh, huap lingkung, nincek endog,dan buka pintu. Sebagian masyarakat percaya jika ada gerhana maka ibu hamil harus mandi. Tapi menurut ibu Yanti ketika gerhana datang ustad mengadakan shalat tengah malam.

3. Topik : Ritual Membangun Rumah dan Ritual Memanggil Hujan Ketika akan membangun rumah atau menempati rumah baru maka sesajenn yang di siapkan adalah bubur merah, bubur putih, air kopi lalu memotong ayam dan darahnya di siramkan ke lantai rumah tersebut. Selain itu satu lantai dalam rumah di Tanami pohon pisang. Di pohon pisang itu sesajen di simpan dan di sirami darah ayam tadi. Ini menyimbolkan agar tidak ada mahluk halus yang mengganggu. Selain itu untuk ritual memanggil hujan biasanya dengan melakukan shalat istiqha.

A. DATA INFORMAN Nama Usia Pekerjaan Jumlah Anak : Ibu Karmina : 51 tahun : ibu rumah tangga :2

B. HASIL WAWANCARA 1. Topik : Sistem Medis Banyak masyarakat Sindang kerta yang berobat ke bidan ketika sakit. Tetapi ada juga yang pergi ke dokter walaupun jauh. Tetapi jika bidan tidak dapat menangani maka warga pergi ke dokter atau rumah sakit. Banyak jenis penyakit yang di alami oleh warga diantaranya liver, TBC, batuk, pilek dan demam. Mungkin ini disebabkan oleh keadaan iklim yang dingin. Di Desa Sindang Kerta terdapat 2 bidan Desa yaitu Ibu Ening dan Ibu Nani. Bidan di desa. Jadi masyarakat di desa kebanyakan melairkan ke paraji tapi ada juga yang melahirkan di bidan. Bidan di desa sering mendatangi rumah warga ketika selesai persalinan. Hal ini bertujuan untuk meninjau kesehatan ibu dan anak. Selain itu, bidan juga memandikan bayi ketika bidan berkunjung ke rumah warga. Selama satu bulan sekali diadakan posyandu oleh bidan dan para kader. Dan balita di imunisasi secara lengkap. Di RW 06 ini banyak warga yang melakukan imunisasi, pemeriksaan ibu hamil, KB, dan ada yang berobat. Pemasangan KB pun sudah banyak dilakukan dan alat kontrasepsi yang sering di gunakan adalah KB suntik dam implant. Adapun pemasangan IUD jarang di gunakan karena adanya kasus31

gagal IUD. Ibu Karmina menyusui anaknya sampai umur 3 tahun tanpa melalui cara tradisional . Tetapi sebagian warga masih menggunakan cara tradisional yaitu dengan menggunakan batrawali sebagai penagkal agar anak tidak mau minum air susu ibu lagi.

2. Topik : Kepercayaan Hari yang Bagus Untuk Menikah dan Kebiasaan Umun Orang yang menjadi sesepuh di Desa Sindang Kerta diantaranya adalah Bapak Sumarna beliau adalah orang yang di percaya dapat menentukan hari penghitungan hari pernikahan yang baik. Untuk bulan yang baik, biasanya menurut pendapat masing masing. Karena, setiap orang yang menghitung hari baik kadang tidak sependapat. Kebiasaan umum masyarakat ketika ada pernikahan yaitu member bingkisan yang berisi telur, cabai, tahu, kacang, daging. Ketika acara pernikahan warga mengadakan angklung, pop sunda maupun dangdut. Tetapi itu biasanya dilakukan oleh warga yang mampu. Sehari hari Ibu Karmina memakan tahu, tempe, dan telur. Menurut beliau daging ayam hanya pada moment moment tertentu saja seperti lebaran atau acara pernikahan. Ibu Karmina biasa makan bersama dengan keluarga. Ketika selesai makan beliau menyimpan makanannya di meja atau di lemari. Barang elektronik seperti kulkas jarang dimiliki oleh warga. Bahkan kebanyakan warga masih menggunakan hawu untuk memasak. Karena gas yang di berikan pemerintah dianggap berbahaya oleh masyarakat sehingga masyarakat takut untuk menggunakan gas.

3. Mayoritas Penduduk, Pola Makan, Kepercayaan Mengenai Santet Mayoritas penduduk Desa Sindang Kerta bekerja sebagai petani. Hasil tani yang di hasilkan di antaranya adalah cabai dan padi. Biasanya hasil tani tersebut di jual kembali atau di konsumsi oleh keluarganya. Di setiap RW terdapat satu penggiling padi. Pendidikan terakhir warga kebanyakan sekolah sampai SMP atau SMA. Tetapi ada juga yang melanjutkan sampai ke jenjang perguruan tinggi. Biasanya anak-anak bermain di lapangan dengan teman sebayanya. Mayoritas perempuan banyak menjadi pembantu atau TKW. Ketika sakit Ibu Karmina memakan bubur karena menurutnya bubur dapat menyembuhkan sakit lebih cepat. Makanan yang baik untuk ibu hamil menurut ibu Karmina adalah temped an tahu. Pada anak anak biasanya diberikan makanan tambahan seperti bubur tim dan beliau memberikan bubur ketika anak berusia 4 tahun. Untuk santet menurut Ibu Karmina jarang terjadi.

A. DATA INFORMAN32

Nama Usia Pekerjaan Jumlah Anak

: Ibu Aminah : 60 tahun : ibu rumah tangga :2

B. HASIL WAWANCARA 1. Topik : Aktivitas Sehari hari Masyarakat Ibu Aminah adalah warga pindahan dari patrol ke RW 06, suaminya adalah seorang petani. Sehari hari Ibu Aminah membantu suaminya bertani mendapatkan upah baras ketika panen. Menurut beliau di zaman yang sudah modern ini pantrangan pantrangan untuk anak perawan sudah tidak di gunakan lagi. Ketika beliau sakit, beliau pergi ke kesmas kadang juga di obati oleh obat tradisional atau menggunakan air doa. Ibu dua orang anak ini sudah 2 kali melahirkan di paraji sampai ketika anaknya akan melahirkan ia mengantarkan anaknya ke paraji.

A. DATA INFORMAN Nama Usia Pendidikan Pekerjaan Alamat Jumlah anak : Ibu Ening : 35 tahun

: kebidanan : bidan desa : RW 04 : - (tidak terobservasi)

Jmlh anggota keluarga: - (tidak terobservasi)

B. HASIL WAWANCARA 1. Sistem medis Bidan didesa Wangunsari tidak hanya menangani ibu yang akan melahirkan tetapi juga sering membantu masyarakat yang sakit. Bidan memberikan obat dan merujuk jika ada masyarakat yang sakit. Di posyandu desa biasanya selalu diadakan penyuluhan ASI, makanan bergizi, serta KB kepada masyarakat sekitar sebulan sekali setiap hari selasa minggu kedua. Meskipun bidan desa tahu bahwa obat tradisional dapat menyembuhkan beberapa penyakit seperti masuk angin namun masyarakat yang berobat kepadanya biasanya hanya diberikan obat kimia. Masyarakat pun telah banyak yang menggunakan kontasepsi berupa implan dan suntikan. Dan setelah ada bidan desa disana mayoritas lebih dari 50 masyarakat memilih bidan untuk membantu persalinan.

33

Obat tradisional yang dipakai masyarakat ketika flu biasanya mereka dapat menggunakan lulur jahe untuk orang dewasa dan lulur bawang merah untuk anak-anak yang dioleskan pada perut mereka. Daun jotang pun dapat dijadikan obat untuk luka. Bahkan pada ibu hamil kebiasaan menduduki abu, supaya luka mereka cepat kering. Untuk para suami sendiri mereka pun menganut larangan bahwa suami dilarang dekat dengan istri sampai 40 hari. Bagi yang melahirkan kepada paraji, sebelumnya paraji akan melakukan sisnglar atau jampi untuk pasien yang akan melahirkan.

2. Topik: Religi Masih banyak masyarakat yang melakukan ritual menaruh sesajen di dalam pondasi bangunan baru untuk menghangatkan rumah baru mereka. Pada saat panen pertama pun masyarakat biasanya memberikan sesajen sebagai tanda syukur. Untuk upacara pernikahan masyarakat sendiri sudah menggunakan adat modern, dan pernikahan biasanya dipimpin oleh ustad maupun sesepuh disana, dan juga dari pihak aparat desa sebagai pengamanan. Sangat kental sekali kebiasaan masyarakat yang selalu mengadakan tahlilah pada hari ke-7, 40 dan 100 hari jika ada keluarga yang wafat. Untuk setiap tahunnya sendiri ketika menjelang dan setelah ramadhan masyarakat melakukan ziarah ke makam.

A. DATA INFORMAN Nama Usia Pendidikan Pekerjaan Alamat Jumlah anak Jlm anggota keluarga Kondisi rumah : Adang Permana : 73 tahun : SR ( Sekolah Rendah ) : petani / dagang, : RW 06 Desa Wangunsari Kec. Sindangkerta : 6 anak ( 4 laki-laki dan 2 wanita ) : 8 orang : bahan bangunan : bilik, kelengkapan rumah : masih menggunakan hawu

untuk memasak, MCK masih sederhana, tempat tidur dan alat masak masih sederhana. terdapat lemari, jendela, pintu, dan kamar.

B. HASIL WAWANCARA A. TOPIK : SISTEM RELIGI

y Sering dilaksanakan tahlilan pada 7 hari berturut-turut, 40 harian, 100 harian dan 1000 harian. Tahlilan pada 7 hari berturut-turut ada acara pemberian bin/binti pada almarhum/almarhumah

34

atau disebut dengan sidqoh 3. Acara tahlilan di hari ke 100 hukumnya wajib, pada tahlilan di hari ke 1000 atau haolah ( hari ulang tahun ) jarang untuk dilaksanakan. y Ada acara akekahan pada anak yang sudah memasuki usia 40 hari (mahimun), dengan acara memotong domba, untuk anak laki-laki 2 ekor sedangkan untuk wanita 1 ekor. Acara akekahan ini berupa doa dari orang tua untuk anaknya berkaitan dengan hanum numut. Pelaksanaannya pada siang atau malam hari. y Ada acara marasan atau potong rambut. Ini merupakan sunah Rosul. Dengan acara memotong rambut lalu dikumpulkan atau ditimbang dan harus dikubur, lalu dimasukkan kanjut kundang yang isinya puser bayi, biasanya disebut dengan copot puseur. Besarnya timbangan rambut biasanya harus sama dengan jumlah gram emas yang harus dibeli oleh orang tua. Potongan rambut tadi, katanya dipakai jimat oleh bidadari. y Ada acara sunatan yang biasa dilaksanakan pada anak yang sudah berusia 40 hari atau pada anak usia berapapun. Biasanya dilakukan oleh paraji khusus sunat ( laki-laki), namun sekarang dilakukan oleh dokter. Warga biasanya ke dokter yang ada di jalan Bepas. Pada acara sunat yang dilakukan oleh paraji khusus sunat, biasanya disuruh untuk duduk di dulang. Didalam sunatan ini, biasanya ada janji yang diberikan oleh orang tua kepada anaknya, namun apabila janji itu dilanggar maka ada hukumannya. y Didaerah setempat terdapat gunung padang, yang didalamnya terdapat gua-gua, batu ( pajenengan ) dan mesjid agung. Gua-gua ini ada yang disebut dengan kantor bicara. Gunung padang ini, dahulunya merupakan tempat kanjeng gusti prabu siliwangi. Warga biasanya datang pada acara muludan, atau ketua kampung ( kadus ) datang berjiarah untuk memperoleh kesehatan. Adapun warga masyarakat yang datang dari luar jawa. Di gunung padang ini ada tempat / waktu yang tepat untuk dikabulkannya doa. y Ada acara 7 bulanan atau biasa disebut dengan nujuh bulan, dengan acara didalamnya membuat rujak saung manggala, dan memandikan ibu hamil memakai belut dengan maksud nurut buah atau pada saat melahirkannya lancar. Acara 7 bulanan ini harus dilaksanakan oleh paraaji atau indung beurang. y Ada acara nabeuh tarawangsa pada saat panen pare.

y Ada acara shalat istiqo berjamaah, yang jumlahnya mencapai ratusan orang. Didalamnya ada permohonan warga untuk diturunkannya hujan. Dilaksanakan dilapangan dengan waktu yang disesuaikan. y Untuk penguburan ari-ari bayi, biasanya dengan mengubur atau membuangnya ke sungai. Penguburan ari-ari dilakukan dengan cara di masukkan ke ruas awi/kaleng, kemudian ditutup memakai bagedor pohon pisang.

B. TOPIK

: POLA MAKAN35

y Makanan khas daerah setempat pada zaman dahulu yaitu berupa bako wangun dan gula wangun. Namun karena perkembangan zaman, kini masyarakat enggan menanam bako lagi, dan mengganti makanan khasnya dengan wajit. y Pada acara tahlilan, biasanya memberi makanan seadanya berupa besek seperti pisang, kue dan nasi, dan memberikan sumbangan kepada warga setempat. y Seusai acara akekahan, biasanya ada pemberian makanan berupa wajit, lontong dan ali-ali untuk warga setempat. y Pada acara sunatan, disediakan makanan berupa nasi ketan yang berwarna kuning, hancenang babak hayam, wajit berukuran besar, dan opak besar. y Tidak ada perbedaan makanan untuk anak dan orang tua. Semuanya sama. Makanan pokok warga setempat adalah nasi, pada umumnya tiga kali sehari.

C. TOPIK y

: POLA MAKAN

Warga masyarakat setempat kebanyakan mengidap penyakit darah tinggi, panas, sakit pinggang, mencret, dan reumatik. Pengaruh lingkungan dan pekerjaaan warga setempat, sehingga warga setempat banyak yang mengidap sakit pinggang, terutama terjadi pada orang tua. Kebiasaan masyarakat yang sembarangan mengkonsumsi makanan, juga karena faktor ekonomi dan banyak pikiran, hal ini menyebabkan warga masyarakat yang mengidap darah tinggi. Penyakit reumatik, penyebabnya karena warga setempat sering mengkonsumsi daun-daunan, sehingga pada usia yang dibilang sudah cukup ytua banyak yang mengidap penyakit ini. Penyakit darah tinggi dan reumatik ini biasanya diderita oleh warga yang usianya lebih dari 35 tahun. Masyarakat biasa mengobatinya dengan obat tradisional terlebih dahulu, namun apabila tak kunjung sembuh maka pergi ke dokter.

D. TOPIK y

: GAMBARAN UMUM

Sejarah terbentuknya desa ini merupakan pemekaran dari desa Wangun yang menjadi 3 bagian, yaitu Mekar Wangi, Wangun Sari, dan Muning Galih.

y y y

Warga masyarakat ada yang memiliki MCK, ada yang tidak. Mata pencaharian warga masyarakat setempat adalah bercocok tanam atau bertani. Kebanyakan warga khususnya wanita menikah pada usia yang masih belia ( 9 tahun ), sebelum pernikahan ada acara dimana seorang laki-laki bertanya atau narosan calon mempelai wanita.

A. DATA INFORMAN Nama : Ibu endah36

Usia Pendidikan Pekerjaan Alamat Jumlah anak

: - (tidak terobservasi) : kebidanan : bidan desa : RW 04 : - (tidak terobservasi)

Jumlah anggota keluarga: - (tidak terobservasi) Kondisi rumah, lokasinya di RW 04, rumah sederhana dengan bahan bangunan terbuat dari bata kondisinya kusam dan agak kotor. Kelengkapan rumahnya, terdapat 1 kamar mandi, dapurnya kurang bersih, tidak melihat ada goah, alat masak sudah menggunakan gas, ada meja dan kursi.

B. HASIL WAWANCARA 1. Topik: sistem medis Masyarakat yang sakit di desa Wangunsari biasanya berobat ke bidan, dan biasanya bidan memberikan obat kimia dalam penyembuhan. Apabila tidak kunjung membaik maka pasien akan di rujuk ke Rumah Sakit Cililin atau Rumah Sakit Soreang. Karena disini masih terdapat banyak obat obatan tadisional. Masyarakat pun apabila sakit perut atau mencret dapat di berikan obat seduh yang terbuat dari daun jambu dan daun pisitan. Obat seduh terserbut dibuat dengan cara daun jambu dan pisitan di cuci bersih kemudian di seduh sampai airnya berwarna, kemudian di minum. Untuk bayi sendiri diadakan imunisasi di posyandu, sedangkan untuk ibu hamil biasanya ibu hamil dilarang memakan baso dan es karena takut bayinya menjadi besar ketika dalam kandungan.

2. Topik: budaya makan Pada ibu hamil biasanya dilarang makan baso dan es, karena takut bayi yang berada dalam kandungan menjadi terlalu besar. Setelah melahirkan tidak ada pantangan makanan maupun minuman. 3. Topik: Religi Biasanya ibu hamil mengadakan acara 4 bulanan, dan 7 bulanan. Acara empat bulanan biasanya ibu hamil tersebut dimandikan kemudian ada acara pengajian bersama dan keluarga membuat nasi kuning. Arti dari membuat nasi kuning sebagai tanda pangankenan atau diartikan sebagai tanda diterima keluarga bahwa akan ada anggota baru dalam keluarga. Untuk acara tujuh bulananan sebenarnya tidak terlalu jauh seperti empat bulanan hanya berbedanya yaitu keluarga membuat rujak dari tujuh jenis buah-buahan. Tujuan dari acara ini menurut masyarakat hanya sebagai kepercayaan dan tidak tahu menahu tentang asal mulanya. Pada saat memandikannya pun37

menggunakan tujuh macam bunga. Untuk bayi y ang baru dilahirkan bidan tidak ada acara apaapa, hanya mengurus melahirkan dan mengurus hal lain dengan sewajarnya dan pada umumnya. Pada tujuh hari usia bayi ada masyarakat yang melakukan akikahan yang disebut marhaban. Acaranya seperti pengajian biasa. Ketika ada yang melakukan acara 4 bulan biasanya keluarga yang mampu akan membuat nasi kuning, sedangkan untuk acara 7 bulanan keluarga ibu hamil biasanya membuat rujak dengan 7 macam buah. Biasanya memakai buah jambu air, mangga, pepaya, timun dan buah lain yang ada. Selain itu masyarakat Desa Sindang Kerta sering mengadakan pengajian yang di sebut dengan syahdiahan yang di laksanakan satu bulan sekali di Desa. Pengajian ini di pimpin oleh Kyai atau ustad. Acara 4 dan 7 bulanan untuk ibu hamil masih berlangsung. Untuk acara 4 bulanan biasanya keluarga mengadakan pengajian disertai membuat nasi kuning untuk ibu atau bapak yang telah hadir dan untuk acara 7 bulanan keluarga mengadakan pengajian dan memandikan ibu hamil di depan rumah dengan air yang berasal dari 7 sumur berbeda dan 7 macam bunga. Selain itu keluarga juga membuat rujak yang terdiri dari 7 macam buah-buahan seperti jambu, mangga, papaya, ketimun, umbi, bengkuang dan kedondong. Setelah bayi lahir dan menginjak hari ke 7, maka keluarga mengadakan marhaban yang di laksanakan oleh keluarga, sesepuh dan masyarakat. Selain itu jika tali pusar sudah lepas maka tali pusar itu di timbun dengan beberapa ritual.

4. Topik: Pola pengasuhan Karena telah ada posyandu di daerah ini, maka bayi biasanya diberikan imunisasi oleh bidan. Untuk para balita pun telah diadakan PAUD.

5. Topik : Sistem Kemasyarakatan Di desa Sindang Kerta juga terdapat organisasi untuk para pemuda dan para ibu. Diantaranya Karang Taruna dan ibu-ibu PKK yang masih berlangsung sampai sekarang. Karang taruna sendiri kurang aktif dalam masyarakat. Mungkin ini disebabkan Karena banyak nya pemuda yang menikah di bawah umur. Kebanyakan usia di bawah 17 untuk perempuan sudah menikah dan untuk laki-laki menikah di atas 20 tahun. Sehingga kegiatan para pemuda menjadi tidak terbentuk. Ibu-ibu PKK membantu masyarakat dalam posyandu. Namun sayang masyarakat desa Sindang Kerta masih banyak yang tidak melakukan imunisasi.

A. DATA INFORMAN Nama : ibu Lina38

Usia Pendidikan Pekerjaan Alamat Jumlah anak Jmlh anggota keluarga

: 19 tahun : smp : ibu rumah tangga : RW 06 : 1 orang : 3 orang

Kondisi rumah rumah, jendela hanya 1, kurang ventilasi, terdapat kursi, meja, tungku, goah, hawu, dan lemari. Rumahnya terbuat dari bambu berbentuk rumah panggung.

B. HASIL WAWANCARA 1. Topik: Sistem Medis dan Religi Anak dari ibu lina yang bernama Nia memakai sebuah kalung seperti jimat entah terbuat dari apa. Kalung tesebut telah dipakai ketika anaknya baru lahir, awalnya memakai kalung tesebut karena anaknya sering sakit-sakitan. Dan awalnya pula bulatan kalung tersebut berwarna putih,namun seiring berjalannya waktu berubah menjadi semakin gelap dan akhirnya berwarna hitam legam. Menurut kepercayaan ibu Lina kalung tersebut menyerap penyakit anaknya, sehingga warnanya menjadi gelap dan sampai anaknya tidak pernah sakit lagi. Untuk obat tradisional yang dipakai, sakit typus dapat disembuhkan dengan memakan cacing kalung. Cara mengkonsumsinya dengan ditumbuk terlebih dahulu atau bisa juga di kukus kemudian barulah dapat dikonsumsi. Adapula untuk ibu hamil mengkonsumsi air ketan hitam dan air sirih agar darah nifasnya tidak bau. Kemudian daun pepaya juga dapat dibuat sebagai obat rorombeheun.

A. DATA INFORMAN Nama Usia Pendidikan Pekerjaan Alamat : bu Titin : 40 tahun : SMA : kader : RW 7 Desa Wangunsari kec. Sindangkerta kab. Bandung Barat

Jumlah anak : 3 Jumlah anggota keluarga : 4 orang

B. HASIL WAWANCARA 1. Topik : sistem medis39

Derdasarkan informasi yang di peroleh dari salah seorang kader yang juga merupakan penduduk desa wangunsari bu titin, mengatakan bahwa apabila ada warga yang sakit maka biasanya sakit tersebut diobati dengan obat warung atau obat-obat tradisional dulu sebelum pergi ke tenaga medis seperti bidan atau dokter jika sakit tersebut tidak kunjung sembuh. Obat-obat tradisional disini contohnya seperti apabila pada sakit diare, biasanya di obati memakai daun jambu atau pada orang yang sakit darah tinggi, biasanya diobati dengan daun belimbing atau mentimun. Dikarenakan juahnya letak puskesmas dari pemukiman warga maka biasanya jika ada warga yang sakitnya tidak juga sembuh oleh obat warung atau obat tradisional warga biasanya pergi ke bidan desa dulu, barulah setelah itu pergi ke dokter puskesmas kec. Sindangkerta atau rumah sakit soreang yang letaknya cukup jauh.

2. Topik : pola pengasuhan. Menurut bu Titin tidak ada nama khusus atau istilah-istilah kehamilan pada tiap-tiap bulan pada masa kehamilan, kecuali pada waktu usia kehamilan 4 bulan yang mempunyai istilah mapag nyawa. Pada waktu usia kehamilan mencapai 7 bulan biasanya sering di adakan sebuah acara tertentu untuk kelancaran dan keselamatan sang ibu dan juga anak dalam kandunganya, di dalamnya terdapat prosesi ibu hamil yang dimandikan dengan menggunakan samping oleh paraji atau indung beurang. Namun upacara pada bulan ke 7 kehamilan ini sudah jarang di lakukan, sekarang ini biasanya dilakukan pada usia kehamilan yang ke 4 bulan yang di sebut dengan mapag nyawa, acara di dalamnya biasanya ialah berdoa bersama. Untuk proses persalinan warga di desa wangunsari ini biasanya di tangani oleh bidan atau paraji, di desa Wangunsari ini masih ada warga yang menggunakan jasa paraji yang di panggil ke rumah untuk membantu proses persalinan. Perlakuan pada placenta atau ari-ari yang di lahirkan biasanya ialah ari-ari dimasukan pada batang bambu lalu ditutup oleh batang pisang kemudian dikubur dalam tanah atau dihayutkan di sungai.

3. Topik : gambaran umum Selama dalam perjalanan menuju RW 6 pola permukiman desa yang terlihat ialah pola mengikuti ruas jalan. Jarak antar satu rumah dengan rumah yang lain agak berjauhan dan rata-rata setiap rumah memiliki halaman yang cukup luas yang di tanami berbagai pohon atau tanaman. Di desa ini terdapat masjid yang kokoh berdinding tembok dan posyandu yang buka di hari-hari tertentu. Di sini juga sudah ada rumah yang berdiri kokoh yang dindingnya terbuat dari tembok, namun ada pula rumah yang dindingnya masih menggunakan bilik yang terbuat dari bambu. Keadaan alam di desa Wangunsari ini sangat indah, sejuk udaranya, terdapat luas lahan persawahan, banyak pepohonan dan berada jauh dari pabrik-pabrik industri yang dapat40

menyebarkan polusi. Penduduk desa rata-rata menggunakan bahasa sunda untuk berkomunikasi sehari-hari.

A. DATA INFORMAN Nama Usia Pendidikan Pekerjaan Alamat Jumlah anak Jmlh anggota keluarga Kondisi rumah : Ibu Yati : 41 tahun : Sekolah Dasar : Petani : RW 06 Desa Wangunsari Kec. Sindangkerta Kab. Bandung : 2 orang : 4 orang : Rumah mengahadap ke selatan. Rumah masih sangat sederhana terbuat

dari bilik bambu yang warnanya sudah kusam dan sedikit rapuh. Memiliki satu pintu masuk dan 5 jendela rumah. MCK kurang bersih karena berdekatan dengan kandang kambing. Dapur juga tidak bersih dan jauh dari kata layak. Peralatan masih sangat sederhana, kompor menggunakan hawu. Lemari terbuat dari kayu namun itu juga sudah lapuk. Alat elektronik yang terlihat tv berukuran 14 inchi. Kursi tamu sudah rusak.

B. HASIL WAWANCARA 1. Topik: Budaya makan Makanan khas di sana adalah wajit, dodol, ampeyang dari ketan, ranginang, dan dapros yang terbuat dari tepung pare dan ketan. Makanan yang harus ada saat lebaran adalah gendar dan mujaer. Tidak seperti di kota yang ramai dengan ketupat dan opor.

2. Topik: Sistem Medis Karena sudah banyak bidan, maka masyarakat didaerah sini banyak yang berobat kebidan jika sakit, atau membeli obat warung saja jika tidak memiliki uang. Untuk ibu yang baru melahirkan dapat diberikan sangray jagung, nasi kuning, jamu, dan kacang. Makanan-makanan itu dapat mempercepat kembalinya perut ibu seperti semula. Kalau ada anggota keluarga yang mencret, Ibu Yati mencari pucuk jambu. Kemudian di gelung-gelung di air panas lalu diminumkan pada yang sakit. Kalau pusing juga hanya membeli obat-obatan warung saja atau pergi ke bidan. Keluarga Ibu Yati biasa mandi dengan air yang keruh karena sumbernya keruh. Tapi jika air untuk minum dan masak, airnya mengambil dari sungai di dekat sawah yang letaknya berada dibawah rumah Ibu Yati.41

3. Topik: Pola Pengasuhan Untuk wanita hamil dilarang memakai sarung tinggi-tinggi, begitupun suaminya. Kemudia bagi perempuan yang sedang menstruasi pun dilarang untuk berhubungan badan dengan suaminya.

4. Topik: Religi Pantangan untuk perempuan yang sudah punya suami yaitu jika sedang haid jangan melakukan senggama dengan suaminya karena takut ada apa-apa dengan kehidupannya (pamali). Nadran atau yasinan masih dilakukan karena untuk menghormati yang sudah mendahului, namun itu hanya dilaksanakan pada tujuh hari tujuh malem setelah kematian, 40 hari dan seratus hari. Untuk masyarakat yang mampu biasanya mereka menaruh sesajen di goah mereka sebagai tanda syukur atas panen dan rezeki yang mereka dapatkan. Ada pula sajen yang digunakan untuk penolak bala, sajen tersebut disimpan di dapur yang isinya adalah kelapa, kembang, dan gambir. Dan sama seperti masyarakat lainya yang ibu Yati ketahui mengenai Gunung Padang ialah bahwa disana merupakan tempat untuk bertapa dan melakukan pesugihan. Apalagi dibulan Mulud banyak sekali para pertapa yang datang kesana. Untuk nadran sendiri biasanya masyarakat banyak yang membawa menyan serta air kesana. Masyarakat biasanya membuat nasi tumpeng untuk anak atau anggota keluarga lainnya yang lahir pada bulan Syafar karena anak yang lahir pada bulan Syafar biasanya suka nakal sehingga harus didoakan dan dibuatkan tumpeng. Jika ada yang kesurupan mereka mendatangi paraji atau dukun. Dukun yang terkenal daerah sana adalah Abah Soman dan Abah Idus. Di paraji itu suka diberi jampe-jampe agar kesurupan cepat pergi dan yang kesurupan tidak merasakan apa yang telah terjadi. Bubar sunat yaitu nyekar ke kuburan keluarga sesudah sholat id. Nyekar itu dengan membawa air, menyan, kembang dan yasin. Dan tradisi masyarakat di sana sering membantu tetangga yang akan hajat, hal ini menunjukkan masih sangat terasa kekeluargaannya.

5. Topik : Keluargannya Ibu Yati bekerja sebagai buruh tani di ladang orang atau di sana disebut ngabedug. Selain meladang, Bu Yati juga memelihara kambing milik orang lain yang dititipkan kepadanya. Jadi Bu yati juga mencari rumput untuk makan kambing yang ada di rumahnya. Karena masaknya masih sangat tradisional menggunakan hawu, Ibu mencari kayu dari hutan yang jaraknya cukup jauh dari rumahnya dan harus menggendong kayu tersebut berjalan kaki. Ibu tidak mau menggunakan kompor karena takut meledak dan kebakaran. Anak Ibu Yati yang kecil

42

baru kelas 6 SD. Ibu Yati tidak hamil karena mengikuti KB selama 12 tahun. Jadi cukup dua anak saja.

A. DATA INFORMAN Nama Usia Pendidikan Pekerjaan Alamat Jumlah anak Jumlah anggota keluarga Kondisi rumah : Asep : 36 tahun : SMA : Sekertaris Desa : Kp.cimanggu, RT 05 RW 04 Desa Wangunsari : 3 orang : 5 orang : Rumahnya mengarah ke utara, bahan bangunannya terbuat dari

dinding tembok dan lantai keramik, 1 jendela, 3 pintu di depan dan belakang rumah, 2 kamar. MCK di dalam rumah dan tertutup, banyak sumber air, dapur sederhana dan modern terdapat kompor gas, 1 set kursi tamu dan meja makan, terdapat alat elektronik.

B. HASIL WAWANCARA 1. Topik : Upacara Panen Upacara panen di desa Wangunsari dulu rutin digelar dan sekarang masih dipegang teguh terutama oleh sesepuh desa Wangunsari. Nama lain dari upacara panen ini adalah metembeyan. Tujuan diadakannya metembeyan adalah diberi keberkahan dan keselamatan dalam kehidupannya terutama mata pencahariannya sebagai petani. Peralatan dan bahan yang biasa digunakan saat metembeyan adalah telor, cerutu, menyan, rujak, bubur beureum bodas, kelapa, tangkal hanjuang dan memotong ayam, jika panennya besar biasanya memotong kambing. Semua peralatan dan bahan tersebut disimpan dalam nampan atau ayakan. Seperti halnya sejarah di daerah lain, konon upacara ini berasal dari cerita Dewi Sri atau Dewi Padi. Yang mengikuti metembeyan ini adalah sesepuh desa Wangunsari.

2. Topik : Upacara Gerhana Bulan atau Gerhana Matahari Dulu upacara gerhana ini disebut tutuwulan, para warga terutama pemuda dan sesepuh pergi ke saung lisung. Disana mereka memukul lisung dengan kokol sampai tidak ada gerhana lagi. Namun sekarang, upacara ini sudah ditinggalkan warganya karena pengaruh agama. Sekarang apabila terjadi gerhana bulan atau matahari warga berkumpul di mesjid atau musholla untuk melakukan solat gerhana dilanjutkan dengan dzikir.

43

3. Topik : Sesajen Di desa Wangunsari sesajen masih ada, biasanya sesajen ada jika ada acara syukuran. Namun tidak setiap warga menggunakan sesajen untuk setiap acara, yang masih menggunakan sesajen adalah sesepuh desa yang masih percaya terhadap adat turun temurunnya. Sesajen tersebut disimpan di gelas bekas air mineral ditambah tali kapur. Kemudian disimpan kembali di goah.

4. Topik : Obat Tradisional Di desa Wangunsari masih terdapat tabib atau paranormal, mereka bertugas untuk

mengobati pasien terutama pasien yang kesurupan dengan menggunakan obat tradisional dan jampe-jampe.

5. Topik : Kegiatan Agama Warga desa Wangunsari melaksankan kegiatan agama berupa pengajian rutinan. Biasanya anak kecil mengaji rutin setiap hari sesudah solat magrib. Sedangkan saat perayaan hari besar islam seperti Muludan dan Rajaban, warga biasa mengaji dan bershalawat di mesjid.

A. DATA INFORMAN Nama Usia Pendidikan Pekerjaan Alamat : Suhi : 75 tahun :: Petani : RW 04 Desa Wangunsari Kec. Sindangkerta Kab. Bandung Barat Jumlah anak Jumlah anggota keluarga : 2 orang laki-laki : 4 orang

B. HASIL WAWANCARA 1. Topik : Sistem Religi. Bapak Suhi merupakan seorang dukun yang dapat mncegah atau mendatangkan hujan. Bapak Suhi mengatakan bahwa ada mantra untuk meningkatkan rejeki dan untuk kekebalan, mantra itu disebut puter gilingan atau raja asihan. Mantra itu bisa mengisi luar dan dalam tubuh yang sering membaca mantra itu.44

Ritual nyimpen pare yang bermaksud sebagai upacara panen padi untuk rasa syukur. Selain itu ada upacara yang dilaksanakan tiap tanggal 1 dan 10 muharram. Upacara ini sering digunakan untuk upacara tolak bala. Musibah yang akan datang bisa dihindari, kalaupun terjadi tidak akan parah. Nyimpuh yaitu ritual yang dilakukan setiap tanggal 14 Maulud. Pelaksanaannya dengan mandi kembang tengah malam tepat di malam 14 Maulud di sungai tanpa ditemani siapapun. Ritual ini mempunyai maksud untuk membersihkan diri dari segala unsur negatif. Bapak Suhi juga menjadi pemimpin dalam upacara akikahan. Kegiatan yang pasti dilakukannya adalah memotong kambing, harus ada bubur merah dan bubur putih serta ada juga ngawuduk maksudnya mengukus beras dengan ukuran sesuai angka ganjil. Jika akikahan dilaksanakan setelah tujuh hari maka berasnya juga tujuh kg. Intinya harus angka ganjil. Jika sudah lama tidak turun hujan maka Bapak Suhi dan masyarakat melaksanakan sholat istisqa berjamaah di lapang untuk meminta diturunkan hujan di saat kemarau berkepanjangan.

A. DATA INFORMAN Nama Usia Pendidikan Pekerjaan Alamat : Wiwi : 39 tahun :: Ibu rumah tangga : Desa Wangunsari, Kecamatan Sindangkerta RT 04/04 Jumlah anak Jumlah anggota keluarga Kondisi rumah : 1. Arah menghadap ke selatan 2. Bahan bangunan rumah sudah menggunakan batu bata dan lantai berkeramik. 3. Jumlah jendela didepan ada 5 bersih, terawat dan cahaya yang masuk dari jendela cukup. 4. MCK yang digunakan sudah merupakan MCK sendiri tempat penyimpanan dan saluran air baik. 5. Terdapat 1 set kursi ruang tamu beserta meja yang baik bersih serta terawat ada 1 lemari besar untuk menyimpan perabot hiasan . 6. Listrik sudah ada, barang elektronik seperti magic com, tv, radio, handphone bahkan motor sudah dimiliki keluarga ibu Wiwi. : 4 orang : 6 orang

B. HASIL WAWANCARA 1. Pola Pengasuhan45

A. Topik : Pelayanan kepada Ibu yang akan Melahirkan Setiap ibu yang melahirkan di paraji biasanya melahirkan di rumahnya atau sesuai keinginan ibu. Paraji senantiasa menunggu kelahiran sang bayi meski harus menunggu lama. Ketika bayi sudah lahir maka ibu memanggil bidan. Namun sekarang keberadaan paraji tergeser, kebanyakan kelahiran dibantu oleh bidan.

B. Topik : Perlakuan terhadap ibu masa post partum Ibu ini telah melahirkan ke empat anaknya di paraji, setelah melahirkan ibu harus memakan ketan hitam, kacang goreng, jagung serta nasi goreng di beri kunyit. Ketan hitam dimaksudkan agar lancar dalam mengeluarkan darah kemudian nasi goreng yang di beri kunyit dipercaya khasiatnya ada di kunyit yang dapat agar rahim kembali seperti semula dan tidak merasa sakit karena seelah melahirkan rahim terasa tajam. Kemudian ibu wiwi ini disuruh untuk duduk di atas lebu panas yang dibungkus oleh daun pisang beberapa lapis, dirasakan oleh ibu wiwi terasa hangat ke perut dan alat genitalia sebagai jalur keluar bayi. Selain itu Ibu Wiwi setelah selesai proses persalinan paraji menyuruh anak kecil sekitar usia 7-8 tahun untuk duduk di atas selangkangannya. Selama 40 hari nifas, tanpa diberitahu paraji rutin datang ke rumah ibu nifas tersebut. Biasanya paraji datang sesudah hari ke-3, hari ke-7, hari ke-15, sebulan dan 40 hari sesudah melahirkan.

2. Sistem Religi A. Topik : Upacara Khitanan Setiap orang tua yang mempunyai anak terutama anak lelaki wajib hukumnya untuk melakukan sunat. Upacara sunatan yang dilakukan oleh warga desa tidaklah sembarang, ada prosesi-prosesi yang harus dilakukan. Diantaranya adalah nyawer dan siram kembang, yang dimaksudkan agar anak tersebut diberi keselamatan dan keberkahan dalam menjalani hidupnya. Satu hari sebelum acara khitanan anak akan dimandikan oleh kembang oleh Indung beurang/paraji dengan kembang yang ditentukan oleh paraji sesuai wedal anak yang akan di khitan misalnya lahir hari sabtu 9 macam bunga sedangkan hari jumat 5 macam bunga. Pada magrib sebelum di khitan diadakan sholawatan agar dimudahkan oleh Allah swt. Keesokan harinya anak dibawa ke tempat khitan di by pass dan diadakan saweran, Ibu wiwi memaparkan bahwa di desa wangunsari sudah jarang yang menggunakan jasa pak bengkok atau paraji sunat kalaupun keberadaan paraji sunat masih ada sudah tidak diminati. Salah satu anak dari Ibu Wiwi adalah perempuan dan anak tersebut tidak di khitan perempuan.

B.

Topik : Upacara Aqiqah

46

Upacara ini biasanya diselenggarakan saat bayi berumur 7 hari namun ada juga yang menyelenggarakannya saat bayi berumur 40 hari atau bahkan lebih, tergantung kemauan setiap orangnya. Saat upacara aqiqah, mereka menyembelih kambing jika bayinya lelaki maka jumlah kambing yang disembelih adalah 2 ekor, jika bayinya perempuan yang harus disembelih adalah 1 ekor kambing saja. Aturan seperti itu adalah sesuai syariat agama Islam. Tidak hanya menyembelih kambing, mereka juga melantunkan shalawat dan doa-doa agar diberi kelancaran dan keselamatan. Jika aqiqah diselenggarakan saat bayi berumur 40 hari istilah lainnya adalah mahinum. Saat mahinum, keluarga bayi yang melakukan aqiqah membuat sayur humut lalu dibagikan kepada kerabat atau tetangga sekitar. Sayur humut adalah sayur yang ternuat dari kawung muda yang diambil dagingnya saja.

C.

Topik : Pantrangan untuk Anak Gadis dan Ibu Hamil Menurut beliau pantrangan untuk anak gadis seka